komunikasi yang efektif

13
KOMUNIKASI EFEKTIF ANTARA ORANG TUA DENGAN REMAJA TANPA KONFLIK *) Dra.St. S. Fadhilah ,M.Pd. **) A. PENDAHULUAN Dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan bernegara setiap orang memiliki peranan masing-masing sesuai dengan usia, jabatan, keahlian, potensi, serta kepribadian yang dimilikinya. Di setiap lingkungan di mana mereka berada seseorang perlu memiliki keterampilan berkomunikasi agar dapat terjalin hubungan secara lancar dengan orang lain, lebih-lebih dengan remaja. Sering kita lihat adanya kegagalan atau ketidakharmonisan antara orang tua dengan remaja, yang salah satu penyebabnya adalah kurangnya komunikasi (misscommunication). Akhirnya timbullah konflik antara orang tua dan anak. Komunikasi merupakan salah satu penentu harmonis tidaknya hubungan antara orang tua dengan anak atau remaja akan mempengaruhi kehidupannya kemudian.. Komunikasi antara orang tua dengan remaja mempengaruhi pertumbuhan kepribadiannya. Di samping itu komunikasi juga erat hubungannya dengan perilaku dan pengalaman dalam keluarga. Melalui komunikasi remaja dapat menemukan dirinya sendiri, mengembangkan konsep diri, dan dapat menetapkan hubungan remja dengan lingkungan. Hubungan antara orang tua dengan anak/remaja akan menentukan inteletualitas dan kualitas hidup orang tersebut. Jika orang tua tidak memahami gagasan anak remaja, dan pesan dari 1

Upload: abel-febriamelia

Post on 06-Dec-2014

113 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Komunikasi Yang Efektif

KOMUNIKASI EFEKTIF ANTARA ORANG TUA DENGAN REMAJA

TANPA KONFLIK *)

Dra.St. S. Fadhilah ,M.Pd. **)

A. PENDAHULUAN

Dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan bernegara setiap orang memiliki

peranan masing-masing sesuai dengan usia, jabatan, keahlian, potensi, serta kepribadian

yang dimilikinya. Di setiap lingkungan di mana mereka berada seseorang perlu memiliki

keterampilan berkomunikasi agar dapat terjalin hubungan secara lancar dengan orang

lain, lebih-lebih dengan remaja. Sering kita lihat adanya kegagalan atau

ketidakharmonisan antara orang tua dengan remaja, yang salah satu penyebabnya adalah

kurangnya komunikasi (misscommunication). Akhirnya timbullah konflik antara orang

tua dan anak. Komunikasi merupakan salah satu penentu harmonis tidaknya hubungan

antara orang tua dengan anak atau remaja akan mempengaruhi kehidupannya kemudian..

Komunikasi antara orang tua dengan remaja mempengaruhi pertumbuhan

kepribadiannya. Di samping itu komunikasi juga erat hubungannya dengan perilaku dan

pengalaman dalam keluarga. Melalui komunikasi remaja dapat menemukan dirinya

sendiri, mengembangkan konsep diri, dan dapat menetapkan hubungan remja dengan

lingkungan. Hubungan antara orang tua dengan anak/remaja akan menentukan

inteletualitas dan kualitas hidup orang tersebut. Jika orang tua tidak memahami gagasan

anak remaja, dan pesan dari remaja itu menjengkelkan mereka, ini berarti ada problema

yang tidak berhasil diatasi. Jika remaja menentang pendapat orang tua, maka orang tua

tidak "dalam berkomunikasi" dengan remaja. Jika semakin sering orang tua

berkomunikasi namun semakin jauh jaraknya dengan mereka, dan jika orang tua selalu

gagal untuk memotivasi remaja untuk bertindak, berarti orang tua telah gagal

berkomunikasi. Dengan kata lain komunikasi antara orang tua dengan remaja tidak

efektif.

Menyadari akan hal tersebut di atas maka kita perlu mengetahui bagaimana

berkomunikasi yang efektif antara orang tua dengan remaja.

* Disampaikan pada pertemuan Dharma Wanita FKIP UNS. 9 Desember 2005. ** Staf Pengajar pada Program Studi BK-IP-FKIP-UNS

1

Page 2: Komunikasi Yang Efektif

B. KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Komunikasi dikatakan efektif jika menimbulkan lima hal, yaitu pengertian,

kesenangan, berpengaruh pada perubahan sikap, hubungan semakin baik, dan

tindakan yang dilakukan semakin positif (Stewart L.Tubbs & Silvia Moss,1974: 9-

13).

Pengertian adalah penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud

oleh komunikator. Orang tua sering bertengkar hanya karena pesan disampaikan

diartikan lain oleh anak/ remaja yang diajak bicara. Kegagalan menerima isi pesan

secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in

communication). Jika orang tua dan anak remaja mengalami gangguan hubungan

yang ditimbulkan oleh salah pengertian disebut kegagalan komunikasi sekunder

(secondary breakdown communication).

Kesenangan artinya jika orang tua berkomunikasi dengan anaknya (baca remaja)

perlu dipikirkan apakah isi pesan disampaikan membuat mereka senang. Komunikasi

dilakukan untuk mengupayakan agar mereka sama-sama merasa senang.

Sebagaimana yang disebut pada Analisis Transaksional (Eric Berne, 1982) sebagai

“ Saya Oke - Kamu Oke “ ( “I am Oke - You are Oke “ ). Komunikasi ini alzim

disebut Komunikasi Fatis (Phatic Communication), dimaksudkan untuk

menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan antara

orang tua dengan anaknya menjadi harmonis (hangat, akrab, dan menyenangkan).

Mempengaruhi Sikap artinya orang tua melakukan komunikasi dengan anaknya

bertujuan untuk mempengaruhinya, inilah yang disebut komunikasi persuasif.

Komunikasi persuasive memerlukan pemahaman tentang factor-faktor pada diri orang

tua dan pesan yang menimbulkan efek pada anak remaja. Persuasisi didefinisikan

sebagai "proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan

menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas

kehendaknya sendiri" (Kamus Komunikasi, 1982).

Hubungan sosial yang baik artinya Komunikasi ditujukan untuk menumbuhkan

hubungan sosial yang baik. Manusia yang merupakan makhluk individu dan social,

mempunyai kebutuhan social yaitu ingin berhubungan dengan orang lain secara

2

Page 3: Komunikasi Yang Efektif

positif. Kebutuhan sosial ini hanya dapat dipenuhi dengan komunikasi interpersonal

yang efektif.

Tindakan artinya komunikasi ditujukan untuk mendorong seseorang bertindak.

Persuasi sebagai komunikasi ditujukan untuk mempengaruhi sikap, dan melahirkan

tindakan yang dikehendaki. Meskipun sangat sulit untuk mempengaruhi seseorang

bertindak, namun dengan komunikasi yang efektif dan hubungan interpersonal yang

baik antara orang tua – anak remaja maka perbuatan untuk tindakan yang positif bisa

terwujut.

C. PENGARUH KOMUNIKASI TIDAK EFEKTIF TERHADAP KEHIDUPAN

REMAJA

Jika antara orang tua dengan anak remajanya gagal menumbuhkan hubungan

interpersonal atau terjadi komunikasi yang tidak efektif, maka akan terjadi konlik.

Konlik adalah situasi di mana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi,

menghambat atau mengganggu tindakan pihak lain (Johnson, 1981). Sebenarnya jika

kita mampu mengelola secara konstruktif, konflik justru dapat memberikan manfaat

positif bagi hubungan orang tua – remaja.

Beberapa contoh manfaat positif dari konflik, antara lain:

1. Konflik dapat menjadikan kita sadar bahwa ada problema yang perlu dipecahkan

dalam hubungan dengan orang lain. Jika orang tua ingin nonton senetron

sedangkan anak ingin nonton film kartun.

2. Konflik dapat menyadarkan dan mendorong kita untuk melakukan perubahan-

perubahan yang lebih positif. Jika suatu ketika karena kesibukan terlambat

menjemput anak atau sebaliknya, sebaiknya masing-masing mulai belajar

disiplin.

3. Konflik dapat menumbuhkan dorongan dalam diri kita untuk memecahkan

problema yang selama ini tidak jelas disadari atau dibiarkan tidak muncul

dipermukaan. Jika salah satu tidak senang mendengarkan musik keras-keras pada

malam hari atau mengobrol sampai larut malam.

3

Page 4: Komunikasi Yang Efektif

4. Konflik menjadikan kehidupan lebih menarik. Perbedaan pendapat tentang suatu

pokok permasalahan akan menimbulkan perdebatan yang memaksa kita lebih

mendalami serta memahami pokok persoalan dan menjadikan hubungan tidak

membosankan.

5. Konflik atau perbedaan pendapat dapat membimbing kea rah tercapainya

keputusan bersama yang lebih matang dan bermutu.

6. Konflik dapat menghilangkan ketegangan-ketegangan kecil yang sering dialami

antara orang tua – anak remaja.

7. Konflik dapat menjadikan kita sadar tentang siapa atau macam apa diri kita yang

sebenarnya.

8. Konflik dapat menjadi sumber hiburan, Kita sengaja mencari sejenis konflik

dalam berbagai bentuk permainan dan perlombaan.

9. Konflik dapat memperkaya hubungan. Hubungan yang tetap bertahan kendati

diwarnai konflik justru dapat membuat kedua belah pihak sadar bahwa hubungan

mereka kiranya sangat berharga.

Jika konflik antara orang tua – anak terjadai ini artinya tidak terjadi komunikasi

efektif, maka anak /remaja :

1. Akan menjadi agresif (suka menyerang)

2. senang berkhayal (berandai-andai)

3. "dingin" (tanpa perasaan)

4. sakit pisik

5. psikis.

6. Bisa menderita "flight syndrome" artinya ia ingin melarikan diri dari

lingkungannya.

7. Anonimitas (tidak mengenal siapa dirinya)

Akibatnya anak kecewa dengan orang tua, tidak kerasan atau tidak merasa aman

di rumah dan akan mencari kepuasan di luar rumah yang kadang-kadang ke hal-hal

yang negatif. Di sinilah timbul problema remaja, dan jika mereka tidak dapat

memecahkannya larilah mereka ke hal-hal yang dirasakan bisa mengurangi bebannya,

misalnya minum-minuman keras dan mengenal NARKOBA.

4

Page 5: Komunikasi Yang Efektif

Oleh karenanya perlu di cari strategi bagaimana memecahkan konflik antara

orang tua—anak, agar terjadi komunikasi yang efektif., sehingga remaja akan dapat

memecahkan berbagai problema yang dihadapinya

D. STRATEGI MENGATASI KONFLIK

Setiap orang memiliki strategi dalam mengelola konflik. Strategi ini merupakan

hasil belajar, yang dimulai sejak masa kanak-kanak, dan akan bekerja secara

otomatis, serta terlihat pada cara berperilaku tanpa disadari. Jika terjadi suatu

konflik antara orang tua dengan remaja, ada dua hal yang perlu dipertimbangkan:

pertama, tujuan-tujuan atau kepentingan-kepentingan pribadi kita (sangat penting

sehingga harus kita pertahankan mati-matian atau tidak); kedua, hubungan baik

dengan pihak lain (kita rasakan sebagai hal yang penting atau tidak).

Dari dua pertimbangan tersebut, dapat ditemukan lima gaya dalam mengelola

konflik (Johnson, 1981) sebagai berikut:

1. Gaya Kura-Kura. Katanya, kura-kura lebih senang menarik dirinya

bersembunyi di balik tempurung badannya untuk menghindari konflik. Mereka

cenderung menghindar dari pokok-pokok persoalan maupun dari orang-orang

yang dapat menimbulkan konflik. Dalam pewayanagan dikenal dengan

Baladewa.

2. Gaya Ikan Hiu. Ikan Hiu sering menaklukkan lawan dengan memangsanya

menerima solosi konflik yang ia sodorkan. Baginya, tercapainya tujuan pribadi

adalah tujuan utamanya, sedangkan hubungan baik tidaklah terlalu penting.

Dalam konflik pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Dalam pewayangan

dikenal Duryudana.

3. Gaya Kancil. Kancil sangat mengutamakan hubungan, dan kurang

mementingkan tujuan-tujuan pribadinya. Ia berkeyakinan konflik harus dihindari,

demi kerukunan. Dalam pewayangan ditemukan dalam figure Puntadewa.

4. Gaya Rubah. Rubah senag mencari kompromi. Baginya, baik tercapainya

tujuan-tujuan pribadi maupun hubungan baik sama pentingnya. Ia mau

mengorbankan sedikit tujuan-tujuan pribadi dan hubungan dengan orang lain

5

Page 6: Komunikasi Yang Efektif

demi tercapainya kepentingan dan kebaikan bersama. Dalam pewayangan kita

kenal pada tokoh Bima.

5. Gaya Burung Hantu. Burung Hantu sangat mengutamakan tujuan-tujuan

pribadinya sekaligus hubungan baik dengan orang lain. Baginya konflik

merupakan problema yang harus dicari pemecahannya. Konflik bermanfaat

meningkatkan hubungan dengan cara mengurangi ketegangan yang terjadi. Ia

akan berusaha mencari penyelesaian yang memuaskan kedua belah pihak dan

yang mampu menghilangkan ketegangan, serta perasaan negatif. Dalam dunia

pewayang kita temukan dalam figure Kresna.

D. PENUTUP

Dari uraian di atas jelaslah jika komunikasi antara orang tua – anak remaja

tidak efektif, maka akan terjadi konflik dan akan menyebabkan perilaku yang

menyimpang dan berbagai problema. Untuk itu perlu diciptakan komunikasi efektif

antara orang tua—anak, serta memberikan pola asuh yang tepat. Orang tua

diharapkan dapat membantu mengatasi berbagai problema yang dihadapi anaknya.

Jika tidak bisa/mampu maka para remaja perlu perlu konsultasi pada seorang

konselor atau psikolog.

Sebagai akhir tulisan ini akan saya kutipkan tulisan dari Dorothy Law Nolte

6

Page 7: Komunikasi Yang Efektif

Children Learn What They Life(Anak Belajar dari Kehidupannya)

By Dorothy Law NolteIf a child lives with critism. He learns to condemn(Jika anak dibesarkan dengan celaan. Ia belajar memaki)If a child lives with hostility. He learns to fight.(Jika anak dibesarkan dengan permusuhan. Ia belajar berkelahi)If a child lives with ridicule. He learns to be shy.(Jika anak dibesarkan dengan cemoohan. Ia belajar rendah diri).If a child lives with shame. He learns to feel guilty.(Jika anak dibesarkan dg penghinaan. Ia bealajar menyesali diri)If a child lives with tolerance. He learns to be patient(Jika anak dibesarkan dengan toleransi. Ia belajar menahan diri)If a child lives with encouragement. He learns to be confident(Jika anak dibesarkan dengan dorongan. Ia belajar percaya diri)If a child lives with fairness. He learns justice(Jika anak dibesarkan dengan pujian. Ia belajar keadilan)If a child lives with security. He learns to have faith(Jika anak dibesarkan dengan rasa aman. Ia belajar menghargai) If a child lives with approval. He learns to like himself(Jika anak dibesarkan dengan perlakuan. Ia belajar menyenangi diri sendiri.If 1a child lives with acceptance and friendship. He learns to find love in the world(Jika anak dibesarkan dengan penerimaan dan persahabatan. Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan).

Surakarta, 9 Desember 2005

Fad

7

Page 8: Komunikasi Yang Efektif

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Corey G. 1986. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Third

Edition. Monterey, California: Brooks/Cole Publishing Co.

Jalaluddin Rakhmat. 1986. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remadja Karya

Johnson, D.W. 1981. Reaching out. Interpersonal effectiveness and self-

actualization. Englewood Cliffs: Prentice-Hall.

Supratiknya A. 1995. Komunikasi Antarpribadi; Tinjauan Psikologis. Yogyakarta:

Kanisius.

Tubs, S.L dan S. Moss. 1974. Human Communicatin: An Interpersonal

Persepective. New York: Bantam Books.

8