komunikasi antarbudaya pada proses enkulturasi …

136
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI MAHASISWA TURKI DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH-JAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) Oleh: Dewi Mufarrikhah NIM: 1112051000101 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M

Upload: others

Post on 27-Apr-2022

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI

MAHASISWA TURKI DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH-JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi

Islam

(S. Kom. I)

Oleh:

Dewi Mufarrikhah

NIM: 1112051000101

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2016 M

Page 2: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …
Page 3: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …
Page 4: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …
Page 5: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

ABSTRAK

Dewi Mufarrikhah, NIM: 1112051000101, Komunikasi Antarbudaya Pada

Proses Enkulturasi Mahasiswa Turki di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah-Jakarta, Di Bawah Bimbingan Dr. Arief Subhan, MA

Dalam proses komunikasi, perbedaan budaya dapat memengaruhi orang

yang berkomunikasi. Demikian juga yang terjadi pada mahasiswa Turki di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah-Jakarta yang bertemu mahasiswa

Indonesia yang memiliki beragam budaya. Setiap pelaku komunikasi tentunya

berharap komunikasi yang mereka lakukan dapat berjalan efektif. Namun, terlepas

dari keefektifan tersebut tentunya ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi

komunikasi antarbudaya pada proses enkulturasi mahasiswa Turki di UIN Jakarta.

Berdasarkan konteks di atas, pertanyaan mayor pada penelitian ini adalah:

Bagaimana komunikasi antarbudaya pada proses enkulturasi mahasiswa Turki di

UIN Jakarta? Bagaimana proses adaptasi yang dilalui mahasiswa Turki di UIN

Jakarta?

Untuk menganalisis dan memahami komunikasi antarbudaya pada proses

enkulturasi mahasiswa Turki di UIN Jakarta, penelitian ini menggunakan teori

Joseph A. Devito yang menyatakan bahwa komunikasi antarbudaya mengacu

pada komunikasi antara orang-orang dari kultur yang berbeda serta orang-orang

yang memiliki pekerjaan, nilai bahkan cara berperilaku kultural yang berbeda.

Dan teori dari Adamson Hoebel yang menyatakan bahwa enkulturasi merupakan

kondisi saat seseorang secara sadar maupun tidak sadar mencapai kompetensi

suatu budaya dan menginternalisasikan budaya tersebut ke dalam kehidupan

sehari-hari.

Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu

prosedur yang menghasilkan data deskriptif yang didapat melalui data lisan atau

wawancara dari para informan penelitian serta data dokumentasi sesuai dengan

fokus penelitian terkait komunikasi antarbudaya pada proses enkulturasi

mahasiswa Turki di UIN Jakarta. Kemudian akan dituangkan dalam bentuk kata-

kata sebagai bentuk dari hasil penelitian ini.

Komunikasi antarbudaya mahasiswa Turki di UIN Jakarta berjalan dengan

baik karena mereka dapat memahami dan menghargai perbedaan-perbedaan

dengan mahasiswa Indonesia. Komunikasi yang mereka lakukan adalah

komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok. Proses adaptasi mahasiswa

Turki di UIN Jakarta dilalui penuh dengan rintangan dan banyak mengalami

kesulitan. Proses enkulturasi yang dialami mahasiswa Turki belum berjalan

dengan semestinya, karena sampai saat ini mereka masih merasa bingung dan

mengalami kesulitan dalam proses komunikasi.

Kata kunci: Komunikasi, Antarbudaya, Enkulturasi, Mahasiswa, Turki.

i

Page 6: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil „aalamiin, segala puji dan syukur penulis

haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya, serta shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Komunikasi Antarbudaya pada Proses Enkulturasi Mahasiswa

Turki di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah-Jakarta”.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi

ini banyak mengalami kesulitan, sehingga rasa putus asa kerap kali datang

dan selalu dirasakan. Namun, berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan

pengarahan yang sangat berharga dari berbagai pihak, menjadikan penulis

semakin bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini dan pada akhirnya

skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk

menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

penulis, dengan bimbingan, arahan, serta semua kebaikan yang telah

diberikan kepada penulis, terutama kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, sekaligus Dosen Pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu dikalapadatnya aktifitas dan meluangkan pikiran

untuk memberikan pengarahan dan inspirasinya kepada penulis dikala

berkonsultasi, serta teramat sabar dalam membimbing dan mengarahkan

penulis. Terima kasih juga kepada Suparto, M. Ed, Ph. D selaku Wakil

Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku wakil

Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku

Wkil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

2. Drs. Masran, MA selaku Ketuan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Page 7: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

iii

3. Prof. Andi Faisal Bakti, MA, Ph. D selaku Dosen Pembimbing

Akademik.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah-Jakarta yang telah memberikan ilmu

dan pengetahuannya kepada penulis selama penulis mengikuti

perkuliahan.

5. Seluruh Staff dan Karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Jakarta yang telah membantu penulis dalam hal

peminjaman buku-buku yang digunakan sebagai referensi dan

memberikan pelayanan dengan baik kepada penulis sehingga penyusunan

skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh Staff dan Karyawan Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah membantu penulis dalam pembuatan surat-

menyurat.

7. Dr. Ali Unsal selaku Direktur Fethullah Gulen Chair, Indah Kusuma

selaku staff di Kantor PLKI, Zakir Ekin, Kadar Turker, Meryam Sari dan

Elci Nurullah selaku teman-teman mahasiswa Turki dan juga Kaisan

Putera serta Iqlima selaku teman-teman mahasiswa Indonesia yang telah

membantu penulis untuk dijadikan narasumber dan telah meluangkan

waktu serta banyak memberikan informasi yang bermanfaat selama

penyusunan skripsi ini.

8. Orang tua tercinta, Bapak yang sudah berada di surga dan Mama yang

selalu memberikan dukungan yang tulus demi keberhasilan anaknya

dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan juga Kakak Adi dan Temi yang

selalu menghibur penulis dengan cara mereka.

9. Andriko Robianto Wibowo, yang telah menjadi pahlawan super dalam

proses pengerjaan skripsi ini. Terima kasih atas segala usaha dan

bantuannya.

Page 8: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

iv

Page 9: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK....................................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................v

DAFTAR TABEL...................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................4

1. Pembatasan Masalah............................................4

2. Perumusan Masalah.............................................4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................5

1. Tujuan Penelitian.................................................5

2. Manfaat Penelitian...............................................5

D. Metodologi Penelitian................................................6

1. Metode Penelitian................................................6

2. Paradigma Penelitian...........................................6

3. Subjek dan Objek Penelitian...............................7

4. Lokasi dan Waktu Penelitian...............................8

5. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis

Data....................................................................10

E. Tinjauan Pustaka......................................................12

F. Sistematika Penulisan..............................................14

BAB II TINJAUAN TEORETIS

A. Landasan Komunikasi..............................................16

Page 10: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

vi

1. Pengertian Komunikasi......................................16

2. Prinsip-prinsip Komunikasi...............................17

3. Unsur-unsur Komunikasi...................................18

4. Karakteristik Komunikasi..................................21

5. Jenis Pesan dalam Komunikasi..........................21

B. Landasan Kebudayaan.............................................22

1. Pengetian Budaya..............................................22

2. Pengertian Komunikasi Antarbudaya................23

3. Model Komunikasi Antarbudaya.......................24

4. Unsur-unsur Material dan Non-Material

Kebudayaan.......................................................25

5. Pentingnya Komunkasi Antarbudaya................28

6. Fungsi Komunikasi Antarbudaya......................29

7. Prinsip komunikasi Antarbudaya.......................30

8. Hambatan Komunikasi Antarbudaya.................30

C. Adaptasi dengan Budaya Baru.................................32

BAB III GAMBARAN UMUM FETHULLAH GULEN

CHAIR DAN MAHASISWA TURKI DI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH-JAKARTA

A. Fethullah Gulen Chair..............................................36

1. Biografi Fethullah Gulen Hoja Effendi..............36

2. Fethulah Gulen Chair.........................................38

3. Visi & Misi........................................................42

B. Daftar Mahasiswa Turki di UIN Jakarta..................43

BAB IV ANALISIS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA

PROSES ENKULTURASI MAHASISWA TURKI DI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH-JAKARTA

Page 11: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

vii

1. Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Turki di UIN

Jakarta......................................................................44

2. Adaptasi dengan Budaya Baru.................................60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................67

B. Saran.............................................................................68

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................69

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Mahasiswa Turki di UIN Jakarta..................................................43

Page 13: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Prinsip dasar komunikasi..................................................................18

Gambar 2. Unsur-unsur komunikasi...................................................................19

Gambar 3. Model komunikasi antarbudaya........................................................24

Gambar 4. Muhammad Fethullah Gulen Hoja Effendi.......................................36

Gambar 5. Rombongan dari Indonesia bersama Direktur Fethullah Gulen Chair

mengunjungi lembaga hizmet di laos...............................................40

Gambar 6. Pembukaan acara Turkish Cultural Day 2012..................................40

Gambar 7. Kursus bahasa Turki yang dilakukan mahasiswa Indonesia.............41

Gambar 8. Seorang guru yang mengajarkan bahasa Turki.................................41

Gambar 9. Model komunikasi antarbudaya........................................................58

Page 14: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini mencoba memberikan gambaran mengenai komunikasi

antarbudaya yang dilakukan mahasiswa Turki selama berkuliah di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah-Jakarta.

Dalam proses komunikasi, perbedaan budaya dapat memengaruhi

orang yang berkomunikasi. Dengan kata lain, perbedaan yang ada dapat

mengakibatkan berbagai macam kesulitan atas solusi pada proses

komunikasi.1 Dapat disadari perbedaan-perbedaan yang terjadi pada orang

lain dan sistem kultur yang dibawa orang tersebut.

Semua tindakan komunikasi berasal dari konsep kebudayaan. Berlo

berasumsi bahwa kebudayaan mengajarkan kepada anggotanya untuk

melaksanakan tindakan itu.2 Berarti kontribusi latar belakang kebudayaan

sangat penting terhadap perilaku komunikasi seseorang termasuk

memahami makna-makna yang dipersepsi terhadap tindakan komunikasi

yang bersumber dari kebudayaan yang berbeda. Dalam konteks hubungan

sosial budaya, manusia akan terus melakukan interaksi dengan manusia lain,

dengan segala maksud dan tujuan masing-masing.

Pengajaran terhadap komunikasi antarbudaya menjadi penting adanya.

Dalam roda kehidupan yang dilalui, pertemuan dengan orang-orang yang

1 Joseph. A. Devito, Komunikasi Antarmanusia (Jakarta: Profesional Books, 1997), h.

478. 2 Alo liliweri, Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya (Yogyakarta: PUSTAKA

PELAJAR, 2011), h. 2.

Page 15: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

2

berbeda budaya sukar untuk dihindari. Sehingga, komunikasi yang

diharapkan dapat memberi pemahaman dan saling menghormati bagi orang

yang juga berbeda budaya.3 Maka, pada akhirnya besarnya pemahaman dan

penghormatan terhadap budaya menjadikan peluang untuk memahami

komunikasi yang efektif.4

Di UIN Jakarta, terdapat mahasiswa yang berasal dari berbagai

macam budaya, bahkan yang melintasi batas negara. Bukan hanya yang

berkebangsaan Indonesia saja, melainkan ada pula mahasiswa asing yang

berasal dari berbagai negara. Menurut data Pusat Layanan Kerja

Internasional/PLKI, terdapat 117 orang mahasiswa asing yang terdaftar

sebagai mahasiswa aktif di UIN Jakarta, yang berasal dari beberapa negara,

yaitu Afrika Selatan, Rusia, Malaysia, Thailand, Somalia, Palestina, Turki,

Turkmenistan, Tajikistan, Korea Selatan, Jepang, Iran, Kenya, Timor Leste,

Yaman, dan Mesir.5

Perbedaan kebudayaan ini kerapkali membuat kelompok-kelompok

kecil berdasarkan budaya dari asal mereka tinggal. Salah satunya para

mahasiswa Turki di UIN Jakarta. Masuknya budaya Turki ke wilayah

Indonesia, secara tidak langsung akan terjadi proses enkulturasi. Menurut

Adamson Hoebel, enkulturasi adalah kondisi saat seseorang secara sadar

ataupun tidak sadar, mencapai kompetensi suatu budaya dan

3 Deddy Mulyana, Komunikasi Antarbudaya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),

h.20. 4 Alo Liliweri, Makna Komunikasi dalam Komunikasi Antarbudaya (Yogyakarta: PT.

Lkis Pelangi Askara, 2007), h. 14. 5 http://www.uinjkt.ac.id/?p=7986, diakses 04 Februari pada pukul 20.03.

Page 16: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

3

menginternalisasikan budaya tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari.6 Hal

ini tentunya diawali dari gaya hidup dan kebiasaan-kebiasaan para

mahasiswa Turki di UIN Jakarta yang berbeda dengan mahasiswa lainnya,

terutama mahasiswa Indonesia.

Mengutip Mochtar Lubis7, etos kerja orang Indonesia adalah sebagai

berikut:

1. Munafik atau hipokrit. Suka berpura-pura, lain di mulut lain di

hati.

2. Enggan bertanggung jawab. Suka mencari kambing hitam.

3. Berjiwa feodal. Suka dihormati daripada menghormati.

4. Percaya takhayul. Gemar hal keramat, mistis dan gaib.

5. Berwatak lemah. Kurang kuat mempertahankan keyakinan,

plinplan dan gampang terintimidasi.

Keberadaan mereka yang cenderung minoritas, membuat mereka

banyak belajar agar terhindar dari kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

Kesalahpahaman seringkali terjadi ketika seseorang berinteraksi dengan

orang dari kelompok budaya yang berbeda. Masalah utamanya adalah

setiap individu memiliki kecenderungan untuk menjadikan budayanya

sebagai sesuatu yang dianggap sangat penting. Oleh karenanya setiap

orang atau kelompok akan menggunakan budayanya sebagai standardisasi

untuk mengukur budaya-budaya lain.

6 Larry A. Samovar, Komunikasi Lintas Budaya, (Jakarta: Salemba Humanika).

7 Mochtar Lubis, Manusia Indonesia, (Jakarta: Idayu Press, 1977).

Page 17: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

4

Dari penjelasan di atas, peneliti mengidentifikasikan bahwa terdapat

komunikasi antarbudaya yang terjadi pada proses enkulturasi antara

mahasiswa Turki di UIN Jakarta. Melihat hal tersebut, maka peneliti ingin

meneliti skripsi yang berjudul “KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA

PROSES ENKULTURASI MAHASISWA TURKI DI UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penulisan skripsi ini tidak meluas hingga keluar dari

pembahasan dan lebih fokus, maka penulis memokuskan hanya pada

komunikasi antarbudaya pada proses enkulturasi antara mahasiswa

Turki di UIN Jakarta.

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan menjadi objek penelitian ini

dibagi dalam pertanyaan utama (major) dan pertanyaan tambahan

(minor).

a. Bagaimana komunikasi antarbudaya pada proses enkulturasi

mahasiswa Turki di UIN Jakarta?

b. Bagaimana proses adaptasi yang dilalui mahasiswa Turki di UIN

Jakarta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Page 18: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

5

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui dan mendeskripsikan upaya-upaya yang dilakukan

mahasiswa Turki di UIN Jakarta dalam melakukan proses

enkulturasi dengan mahasiswa Indonesia.

b. Mengetahui dan mendeskripsikan proses adaptasi yang dilalui

mahasiswa Turki dalam melakukan komunikasi dengan mahasiswa

Indonesia di UIN Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

1) Diharapkan dengan adanya penulisan skripsi ini dapat

menambah referensi bagi Studi Komunikasi.

2) Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada semua

kalangan dan menambah wawasan mengenai komunikasi

antarbudaya di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah-Jakarta,

khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

b. Manfaat Praktis

Diharapkan dengan diselesaikannya penelitian ini dapat

ditemukan komunikasi antarbudaya yang tepat bagi para

mahasiswa Turki di UIN Jakarta melalui proses enkulturasi yang

dilakukan, dalam upaya membangun komunikasi yang baik dengan

mahasiswa lainnya.

Page 19: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

6

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

menggunakan metode deskriptif analisis, dimana pendekatan ini

bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara

sistematis, faktual dan akurat, mengenai faktor-faktor, sifat, serta

hubungan antara fenomena yang diteliti.8

Penulis berharap dengan menggunakan pendekatan kualitatif

deskriptif dapat mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan

selengkap-lengkapnya. Kemudian penulis dapat mengolah data agar

memperoleh gambaran atau informasi yang luas dan mendalam

mengenai pola komunikasi antarbudaya melalui proses enkulturasi.

2. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah

konstruktivis yang memandang realitas sosial bukanlah realitas yang

natural, tetapi dari hasil konstruksi.

Paradigma konstruktivis memandang suatu realitas atau temuan

suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan

yang diteliti. Paradigma ini lebih menekankan kepada empati dan

interaksi dialektis antara peneliti-responden untuk mengkonstruk

realitas yang diteliti melalui metode-metode kualitatif.

3. Subjek dan Objek Penelitian

8 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Rosdakarya, 2007), cet.

Ke-23, h. 9-10.

Page 20: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

7

Berdasarkan karakteristik penelitian kualitatif, “teknik pemilihan

informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan

(purposive sampling)”.9 Penulis memilih subjek yang dianggap

memiliki dan dapat memberikan data serta informasi yang dibutuhkan

dalam penelitian ini.

Subjek utama dalam penelitian ini adalah mahasiswa Turki di UIN

Jakarta yang aktif dan bersosialisasi dengan mahasiswa lain

diantaranya adalah Zakir Ekin, Kadar Turker, Elci Nurullah dan

Meryam Sari. Pemilihan subjek ini dilakukan karena mereka memiliki

perhatian, keinginan serta perannya dalam melakukan komunikasi

antarbudaya dengan mahasiswa Indonesia. Menurut data PLKI

terdapat delapan mahasiswa Turki yang terdaftar sebagai mahasiswa

aktif, dan hasil temuan peneliti terdapat sembilan mahasiswa aktif dari

Turki di UIN Jakarta. Mahasiswa asal Turki ini akan dijadikan sebagai

subjek utama dalam penelitian. Sedangkan subjek pendukung dalam

penelitian ini adalah mahasiswa Indonesia di UIN Jakarta, yaitu Kaisan

Putera dan Iqlima, serta Staff PLKI yaitu Indah Kusuma.

Objek dalam penelitian ini adalah komunikasi antarbudaya

terhadap proses enkulturasi mahasiswa Turki di UIN Jakarta.

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun tempat dan waktu penelitian yang peneliti lakukan, yaitu:

9 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.4.

Page 21: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

8

a. Pada tanggal 04 April 2016, peneliti pertama kali bertemu dengan

Zakir Ekin dan sedikit bertanya mengenai komunikasi antarbudaya

yang dilakukan Zakir selama berkuliah di UIN Jakarta, serta

mengamati aktivitas Zakir selama berkomunikasi dengan teman-

teman satu kelompok KKN (Kuliah Kerja Nyata).

b. Pada tanggal 19 April 2016, peneliti melakukan wawancara dengan

Dr. Ali Unsal di kantor Fethullah Gulen Chair untuk mendapatkan

gambaran umum mengenai gambaran umum mengenai kantor

Fethullah Gulen Chair di UIN Jakarta. Di hari yang sama, peneliti

juga datang ke kantor PLKI untuk meminta data lengkap

mahasiswa Turki di UIN Jakarta.

c. Pada tanggal 16 Mei 2016, peneliti datang ke kantor PLKI untuk

mendapatkan data lebih lengkap mengenai mahasiswa Turki di

UIN Jakarta. Peneliti mendapat data wawancara yang dibantu oleh

Indah Kusuma selaku staff PLKI di UIN Jakarta

d. Pada tanggal 16-19 Mei 2016, peneliti melakukan wawancara

dengan Zakir Kein selaku mahasiswa Turki di UIN Jakarta melalui

via email.

e. Pada tanggal 20 Mei 2016, peneliti melakukan wawancara dengan

Kadar Turker selaku mahasiswi Turki di UIN Jakarta yang sedang

menjalankan tugas akhirnya sebagai guru di sekolah Kharisma

Bangsa, Pondok Cabe. Di hari yang sama peneliti juga melakukan

wawancara dengan Kaisan Putera selaku mahasiswa Indonesia

yang berteman dengan Zakir Ekin dan melakukan wawancara di

Page 22: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

9

Fakultas Ushuluddin, untuk mendapatkan data lebih lengkap

mengenai komunikasi antarbudaya yang dilakukan Zakir Ekin

selama berkuliah di UIN Jakarta.

f. Pada tanggal 21-23 Mei 2016, peneliti melakukan wawancara

dengan Elci Nurullah selaku mahasiswa Turki di UIN Jakarta

melalui via email.

g. Pada tanggal 24 Mei, peneliti melakukan wawancara dengan

mahasiswa Turki bernama Meryam Sari di perpustakaan Fetullah

Gulen Chair.

h. Pada tanggal 28 Mei 2016, peneliti bertemu dengan Iqlima yang

pada saat itu sedang melakukan acara penutupan untuk tugas

akhirnya di MAN 4 Jakarta. Iqlima membantu peneliti untuk

memberikan gambaran mengenai komunikasi antarbudaya Kadar

Turker selama berkuliah di UIN Jakarta

Pemilihan lokasi ini didasarkan pada 4D dalam penelitian, yaitu

data, date, daya dan dana.10

Pertama, data yang diperoleh penulis lebih

mudah diperoleh karena penulis berasal dari UIN Jakarta. Kedua, date

atau waktu penelitian yang tersedia sesuai dengan waktu yang

dibutuhkan. Ketiga, daya yang ditempuh penulis dalam penelitian ini

terjangkau karena lokasi yang tidak terlalu jauh sehingga memberi

kemudahan bagi penulis dalam melakukan penelitian. Keempat, dana

yang dibutuhkan juga mencukupi mengingat lokasi yang ditempuh

tidak terlalu jauh.

10

Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN press,

2006), cet. Ke-1, h. 123.

Page 23: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

10

5. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

a. Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi

Secara luas, observasi atau pengamatan berarti kegiatan

untuk melakukan pengukuran mengenai suatu fenomena.11

Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi

partisipan, yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung

terhadap objek penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti mengamati langsung di

lapangan untuk melihat bentuk komunikasi antarbudaya yang

dilakukan mahasiswa Turki. Pada tanggal 04 April 2016,

peneliti melakukan pengamatan kepada Zakir Kein, mahasiswa

Turki dari Fakultas Saintek yang sedang bertemu dengan

teman-teman kelompok KKN. Pada tanggal 20 Mei 2016,

peneliti mengamati Kadar Turker yang berbicara dengan teman

dari Fakultas Tarbiyah yang menemuinya di sekolah Karisma

Bangsa.

2) Wawancara

Wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu.

Berbentuk tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara

langsung. Pewawancara disebut interviewer, yaitu yang

mengajukan pertanyaan. Sedangkan orang yang diwawancarai

11

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2011), h. 69.

Page 24: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

11

disebut interviewee, yang memberikan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan itu.”12

Pada penelitian ini, yang menjadi narasumber adalah Dr.

Ali Unsal selaku Direktur kantor Fethullah Gulen Chair,

mahasiswa Turki di UIN Jakarta yang diantaranya ialah Zakir

Kein (Fakultas Saintek), Kadar Turker (Fakultas Tarbiyah),

Elci Nurullah (Fakultas Tarbiyah), Meryam Sari (Fakultas

Tarbiyah), mahasiswa Indonesia di UIN Jakarta yang

diantaranya ialah teman Zakir Kein yaitu Kaisan Putra

(Fakultas Dakwah), teman Kadar Turker yaitu Iqlima (Fakultas

Tarbiyah), dan juga Staff di kantor PLKI bernama Indah

Kusuma.

3) Dokumentasi

Pengumpulan dokumentasi yaitu pengumpulan catatan

yang diungkapkan dalam bentuk tulisan, lisan dan bentuk karya

yang berhasil didokumentasikan oleh pihak tertentu.13

Selanjutnya dokumen yang telah terkumpul akan diolah dengan

pola analisis. Dokumen yang dimaksud dalam sebuah

penelitian adalah berupa dokumen tertulis, dokumen gambar

(foto), dan artikel terkait komunikasi antarbudaya, enkulturasi

dan mahasiswa Turki, dan juga hasil dokumnetasi (foto)

12

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Rosdakarya, 2007), cet.

Ke-23, h. 186. 13

Djam‟an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,

2010), h. 148.

Page 25: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

12

pribadi dari hasil penelitian serta data mentah (video atau

rekaman wawancara) terkait penelitian yang dilakukan.

b. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti mengolah data yang

diperoleh agar sistematis. Data tersebut disusun dan dikategorikan

berdasarkan hasil wawancara, observasi, dokumen maupun laporan

yang kemudian dideskripsikan ke dalam bentuk bahasa yang

mudah dipahami.

1) Tahap pertama adalah reduksi data, peneliti mencoba memilah

data yang relevan dengan komunikasi antarbudaya pada proses

enkulturasi mahasiswa Turki di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah-Jakarta.

2) Tahap kedua adalah penyajian data setelah data mengenai

komunikasi antarbudaya pada proses enkulturasi mahasiswa

Turki di UIN Jakarta diperoleh, maka data tersebut disusun

dalam bentuk narasi, visual gambar, tabel dan sebagainya.

3) Tahap ketiga adalah penyimpulan atas yang disajikan.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini, ada beberapa buku primer yang

digunakan, antara lain yaitu; William Gudykunst (Communicating with

Strangers)14

, Julia T. Woods (Communication in Our Lives)15

, Hafied

14

William Gudykunst, Communicating with Strangers, (Library of Congress Cataloging

in Publication Data, 1984), 15

Julia T. Wood, Communication in Our Lives, (Wadsworth Cengage Learning: Boston,

2009).

Page 26: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

13

Cangara (Pengantar Ilmu Komunikasi)16

, Deddy Mulyana (Komunikasi

Antarbudaya)17

dan Lexy J. Moleong (Metode Penelitian Kualitatif)18

.

Dari pengamatan peneliti di lingkungan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah-Jakarta, peneliti tidak menemukan penelitian skripsi

yang memiliki persamaan subjek dan objek dengan skripsi peneliti.

Tetapi, peneliti menemukan judul-judul skripsi terdahulu yang

membahas mengenai komunikasi antarbudaya, di antaranya adalah:

1. Komunikasi Antarbudaya di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami

oleh Upik Anila. Komunikasi Penyiaran Islam 2015. Yang menjadi

objek dalam penelitian ini adalah komunikasi antarbudaya yang

dilakukan para santri di pesantren Darunnajah yang berasal dari

berbagai daerah yang ada di Indonesia.

2. Akulturasi Budaya Antara Tradisi Sunda Wiwitan dengan Islam

Dalam Bentuk Ritual Sesajen di Desa Narimbang, Kecamatan

Conggeang, Kabupaten Sumedang oleh Pipit Pitriani. Komunikasi

dan Penyiaran Islam 2010. Penelitian ini membahas perubahan makna

atau unsur inti yang ada pada ritual sesajen yang telah terakulturasi

dengan Islam.

3. Komunikasi Antarbudaya: Studi pada Pola Komunikasi masyarakat

suku Betawi dengan Madura di Kelurahan Condet Batu Ampar oleh

Ahmad Syukri. Komunikasi Penyiaran Islam 2013. Penelitian ini

16

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007). 17

Deddy Mulyana, Komunikasi Antarbudaya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009). 18

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Rosdakarya, 2007), cet.

Ke-23.

Page 27: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

14

membahas objek penelitian, yakni kajian komunikasi antarbudaya

tentang pola komunikasi yang terjadi antara suku budaya Betawi dan

Madura.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi lima bab yang pada

tiap-tiap babnya terdiri dari sub bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri atas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan

pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORETIS

Berisi tentang: pertama, ruang lingkup komunikasi yang terdiri dari

landasan komunikasi, landasan kebudayaan dan adaptasi dengan budaya

baru.

BAB III GAMBARAN UMUM FETHULLAH GULEN CHAIR DAN

MAHASISWA TURKI DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH-JAKARTA

Bab ini memuat tentang sejarah dan kegiatan kantor Fethullah

Gulen Chair serta profil mahasiswa Turki di UIN Jakarta yang terdiri dari

latar belakang dan aktivitas mahasiswa Turki di UIN Jakarta.

Page 28: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

15

BAB IV ANALISIS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA

PROSES ENKULTURASI MAHASISWA TURKI DI UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Berisi tentang komunikasi antarbudaya yang dilakukan mahasiswa

Turki di UIN Jakarta, proses adaptasi yang dilalui mahasiswa Turki dalam

berkomunikasi antarbudaya pada proses enkulturasi dengan mahasiswa

Indonesia di UIN Jakarta.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran-saran berkaitan dengan komunikasi

antarbudaya pada proses enkulturasi mahasiswa Turki di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah-Jakarta.

Page 29: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

16

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Landasan Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis menurut Onong Ucjhana Effendi19

, istilah

komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu communication yang

bersumber dari bahasa latin. Communication memiliki arti sebagai

suatu pemberitahuan atau pertukaran pikiran yang dilalui oleh para

pelaku komunikasi.

Adapun pengertian komunikasi menurut pendapat beberapa ahli,

mengutip dari Willbur Schramm20

, komunikasi merupakan bentuk

kontak antara pengirim dan penerima pesan. Pesan dari pengirim dan

penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti

pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim dan diterima serta

ditafsirkan oleh penerima. Komunikasi yang terjadi antara pengirim

dan penerima pesan yang memiliki pengalaman berbeda, dapat saling

bertukar pikiran dan memberi arti dari penafsiran masing-masing

sehingga terjadi komunikasi yang efektif.

Mengutip dari Hovland, Janis dan Kelly21

, komunikasi adalah

proses yang dilalui oleh individu dalam mengirim stimulus yang

biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang

19

Onong Uchjana Effendi, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar Maju, 1992), cet ke-

1, h. 4. 20

Suranto AW, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 3 21

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. Ke-8, h.

2.

Page 30: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

17

lain. Dalam proses komunikasi, para pelaku komunikasi dapat

mengubah stimulus atau pemikiran seseorang dengan cara melakukan

komunikasi verbal yang merupakan daya rangsang seseorang untuk

melakukan komunikasi dan membawa pengaruh atau efek yang

signifikan serta membangkitkan efek yang dapat mengendalikan diri

seseorang.

Dan yang terakhir, mengutip dari Everett M. Rogers22

,

komunikasi adalah proses interaksi melalui suatu ide yang dialihkan

dari sumber kepada penerima atau lebih dengan maksud untuk

mengubah tingkah laku mereka. Komunikasi dapat diterima dan

dicerna dengan baik serta dapat mengubah dan memengaruhi

seseorang sehingga bertingkah laku sesuai dengan lingkungannya.

2. Prinsip-prinsip Komunikasi

Kesamaan dalam berkomunikasi dapat diibaratkan dengan dua

buah lingkaran yang bertindihan satu sama lain. Daerah yang tertindih

itu disebut kerangka pengalaman (Field of Experience) yang

menunjukkan adanya persamaan anatara A dan B dalam hal tertentu,

misalnya bahasa atau simbol.23

22

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),

h. 20. 23

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 20.

Page 31: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

18

A B

Gambar 1: prinsip dasar komunikasi

Dari gambar di atas, terdapat tiga prinsip dasar komunikasi.

Pertama, dikatakan bahwa komunikasi hanya dapat terjadi jika

diantara orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi saling

bertukar pengalaman (sharing similiar of experiences). Kedua, apabila

dari gambar di atas terjadi tumpang tindih (the field experiences), lalu

menyebar dan menutupi lingakaran yang sama, maka akan semakin

besar kemungkinan akan terjadi proses komunikasi yang efektif.

Ketiga, apabila lingkaran yang tumpang tindih semakin mengecil dan

menjauhi kedua lingkaran, maka kemungkinan besar komunikasi yang

terjadi menjadi lebih canggung dan menyebabkan gagalnya

komunikasi yang efektif.

3. Unsur-unsur Komunikasi

Menurut Joseph Dominick, setiap peristiwa komunikasi akan

melibatkan delapan elemen komunikasi yang meliputi sumber,

Page 32: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

19

enkoding, pesan, saluran, dekoding, penerima, umpan balik, dan

gangguan.24

Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa unsur komunikasi

terbagi atas hal-hal di bawah ini, yaitu:

Lingkungan

Gambar 2: Unsur-unsur komunikasi

Dari gambar di atas dapat terlihat unsur-unsur komunikasi yang

diawali dengan sumber (source), dalam setiap proses komunikasi,

tentunya akan melibatkan sumber sebagai pihak yang mengirim

informasi. Dalam proses komunikasi yang dilakukan dalam kehidupan

sehari-hari, sumber bisa saja terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga

dalam bentuk kelompok yang jumlahnya lebih banyak, misalnya

organisasi atau lembaga.

Kedua, pesan (message) yang dalam proses komunikasi disebut

sebagai sesuatu yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima.

Pesan dapat disampaikan dengan berbagai cara, bisa disampaikan

dengan bertatap muka, bisa juga disampaikan melalui media

komunikasi. Pesan yang disampaikan pengirim kepada penerima harus

24

Joseph R. Dominick, The Dynamics of Mass Communication: Media in the Digital Age,

7th edition, (McGraw Hill, 2002), h. 4.

Sumber Pesan Efek Media Penerima

Umpan balik

Page 33: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

20

memiliki inti yang penting dalam usaha mengubah sikap dan tingkah

laku komunikan.

Ketiga, media yang memiliki arti sebagai sesuatu yang digunakan

untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Media

komunikasi dapat berbentuk apapun misalkan, surat, pager atau

bahkan handphone.

Keempat, penerima yang dalam komunikasi diartikan sebagai

pihak yang menjadi sasaran bagi sumber dalam pengiriman pesan.

Seperti halnya sumber, penerima juga dapat terdiri dari satu orang

atau lebih, bisa juga dalam bentuk kelompok. Ada beberapa istilah

bagi penerima, seperti khalayak, sasaran, komunikan yang dalam

bahasa Inggris disebut dengan audience atau receiver.

Kelima, pengaruh atau efek diartikan sebagai perbedaan yang

dirasakan, dipikirkan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan

sesudah menerima pesan. Pengaruh dapat berupa positif dan negatif,

tergantung dari pesan yang diterima oleh komunikan.

Keenam, umpan balik (feedback) merupakan salah satu bentuk dari

pengaruh yang diperoleh dari kenyamanan dalam berkomunikasi yang

dilalui oleh pengirim dan penerima pesan. Umpan balik berasal dari

penerima pesan.

Dan yang terakhir lingkungan, lingkungan dapat diartikan sebagai

faktor-faktor yang terdapat disekitar pengirim dan penerima pesan

yang dapat memengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat

Page 34: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

21

digolongkan ke dalam empat macam, diantaranya lingkungan fisik,

lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi.

4. Karakteristik Komunikasi

Ada beberapa karakteristik komunikasi yang akan penulis

jabarkan, diantaranya, komunikasi sebagai suatu proses yang diartikan

sebagai tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan dalam

kurun waktu tertentu. Komunikasi dilakukan dengan sengaja, memiliki

tujuan, dilakukan secara sadar dan disesuaikan dengan tujuan dan

keinginan para pelaku komunikasi. Komunikasi dapat berjalan dengan

baik apabila terlihat adanya partisipasi dari pengirim dan penerima

pesan (dua orang atau lebih).

Ada juga komunikasi yang bersifat simbolik, dan komunikasi jenis

ini dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Komunikasi

bersifat transaksional yang pada dasarnya menuntut dua tindakan yaitu

memberi dan menerima (keep and take).

5. Jenis Pesan dalam Komunikasi

Pada umumnya, pesan dalam komunikasi terbagi dalam dua jenis,

yaitu pesan verbal dan pesan nonverbal. Pesan komunikasi verbal

diartikan sebagai sarana untuk menyatakan pikiran, perasaan dan

harapan kepada orang lain. Pesan verbal dilakukan dengan

menggunakan kata-kata sebagai ungkapan perasaan yang terbagi

dalam dua cara, yaitu secara vokal (lisan) dan nonvokal (tertulis).

Sedangkan pesan non verbal adalah pesan yang disampaikan

melalui simbol-simbol tertentu untuk menyatakan suatu hal.

Page 35: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

22

B. Landasan Kebudayaan

1. Pengertian Budaya

Secara bahasa, kata budaya berasal dari kata budi, yang diambil

dari bahasa Sangsekerta yang artinya akal.25

Budaya didefinisikan

sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap,

makna, hirarki, agama, waktu, peranan, konsep alam semesta dan

kepemilikan yang diperoleh sekelompok orang dari generasi ke

generasi melalui usaha individu dan kelompok tertentu.

Budaya menampakkan diri dalam pola-pola bahasa dan dalam

bentuk-bentuk kegiatan serta perilaku yang berfungsi sebagai model-

model bagi tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang

memungkinkan orang-orang tinggal dalam suatu masyarakat di suatu

lingkungan geografis tertentu pada suatu tingkat perkembangan teknis

tertentu serta pada saat-saat tertentu.

Sedangkan arti dari kebudayaan itu sendiri menurut Edward

Burnett Tylor26

, kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup

semua pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat-istiadat dan

semua kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang terdapat dalam diri

manusia yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Sedangkan dari sudut pandang pandang komunikasi, budaya dapat

diartikan sebagai kombinasi yang kompleks dari simbol-simbol umum,

pengetahuan, cerita rakyat, adat, bahasa, pola pengolahan informasi,

25

Yusron Rozak, Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif

Islam, (Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008) h. 136. 26

Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1999), ed. Ke-27, h. 188.

Page 36: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

23

ritual, kebiasaan dan pola perilaku lain yang berkaitan serta memberi

identitas bersama kepada sebuah kelompok orang tertentu pada suatu

titik waktu tertentu.

2. Pengertian Komunikasi Antarbudaya

Berbicara mengenai komunikasi antarbudaya, tentunya tidak dapat

dipisahkan dari pengertian kebudayaan. Budaya dan komunikasi

berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti budaya adalah komunikasi,

karena budaya muncul melalui komunikasi. Hubungan antara budaya

dan komunikasi adalah hubungan timbal balik. Budaya tidak dapat

dipahami tanpa mempelajari komunikasi dan komunikasi hanya dapat

dipahami dengan memahami budaya yang mendukungnya.

Mengutip dari Joseph A. Devito27

, ia mengatakan bahwa

komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang

dari kultur yang berbeda antara orang-orang yang memiliki pekerjaan,

nilai atau cara berperilaku kultural yang berbeda.

27

Joseph. A. Devito, Komunikasi Antarmanusia (Tangerang Selatan: KARISMA

Publishing Group, 2011), h. 535.

Page 37: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

24

3. Model Komunikasi Antarbudaya

Gambar 3: Model komunikasi antarbudaya

Gambar di atas menunjukkan A dan B merupakan dua orang yang

berbeda latar belakang kebudayaan dan memiliki perbedaan

kepribadian serta persepsi terhadap relasi antarpribadi.28

Ketika A dan

B saling berbicara, itulah yang disebut komunikasi antarbudaya, karena

dua pihak saling “menerima” perbedaan sehingga bermanfaat untuk

menurunkan tingkat ketidakpastian dan kecemasan dalam relasi

antarpribadi.

28

Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2011), cet. Ke- 5, h. 32.

C

B A

Strategi

Komunikasi yang

akomodatif

Kebudayaan Kebudayaan

Kepribadian Kepribadian

Persepsi

terhadap

relasi

antarpribadi

Persepsi

terhadap

relasi

antarpribadi Ketidakpastian

Kecemasan

Page 38: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

25

Menurunnya tingkat ketidakpastian dan kecemasan dapat menjadi

motivasi bagi komunikasi yang bersifat akomodatif. Komunikasi

tersebut dihasilkan karena terbentuknya sebuah “kebudayaan” baru “C”

yang secara psikologis menyenangkan kedua orang tersebut. Hasil akhir

adalah komunikasi yang bersifat adaktif yakni A dan B saling

menyesuaikan diri dan menghasilkan komunikasi antarpribadi-

antarbudaya yang efektif.

4. Unsur-unsur Material dan Non-Material Kebudayaan

Pada dasarnya, budaya terbagi menjadi dua komponen atau unsur,

yaitu material dan non-material. Komponen material diartikan sebagai

benda nyata yang mengandung zat fisik yang telah diubah oleh campur

tangan manusia. Benda budaya tersebut menciptakan nilai-nilai,

kebutuhan, tujuan dan hiburan. Contohnya mobil, telepon, komputer,

sekop dan palu. Benda tersebut dibangun dengan bahan baku alami

seperti logam dan pohon yang dibentuk dan dijadikan sebagai

penggunaan baru.

Sedangkan komponen non-material adalah sesuatu yang berwujud

yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan memengaruhi perilaku

pribadi dan sosial di sekitarnya. Ada empat unsur utama komponen

non material, diantaranya keyakinan, nilai, norma dan bahasa.

Keyakinan dapat diartikan sebagai sesuatu yang dianggap benar,

faktual dan valid. Keyakinan berakar pada iman, pengalaman serta

ilmu pengetahuan. Keyakinan budaya sering dianggap sebagai suatu

kebenaran meskipun kerap kali salah. Pada tahun 1600-an, masyarakat

Page 39: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

26

Amerika Serikat percaya pada penyihir dan siapapun yang diduga

sebagai penyihir akan ditenggelamkan atau dibakar. Ada juga yang

meyakini bahwa bumi itu datar dan matahari berputar mengenlilingin

bumi. Keyakinan budaya, meski tidak akurat tetapi dapat

memengaruhi perilaku pribadi dan sosial seseorang.29

Nilai pada umumnya terdiri dari berbagai pandangan mengenai

sesuatu yang baik, benar, berharga dan penting ketika melakukan

suatu hal dalam kehidupan. Budaya yang berbeda memiliki nilai yang

berbeda pula dalam memaknai dunia sekitar. Nilai didukung oleh

budaya yang diekspresikan melalui komunikasi para anggotanya.

Seseorang menganggap sesuatu dianggap benar atau baik, semua

bergantung pada budaya itu sendiri. Budaya memiliki nilai yang

berbeda terhadap alam. Banyak suku Indian-Amerika yang

menghargai hidup secara harmonis dengan alam, serta dengan

makhluk lain yang ada di bumi. Oleh karena itu, mereka

menyesuaikan diri dengan irama musim, menciptakan ritual

komunikasi untuk merayakan perubahan musim, bekerja dengan

bahan tanah dan berburu untuk memenuhi kebutuhan hiudp, bukan

untuk berolahraga. Menganut nilai-nilai yang sangat berbeda,

masyarakat Eropa yang menetap di Amerika Serikat, melihat alam

sebagai sesuatu yang harus ditaklukkan untuk melayani manusia.

Norma diartikan sebagai aturan yang menuntun para anggota

budaya dalam berpikir dan mengambil tindakan. Norma

29

Julia T. Wood, Communication in Our Lives, h. 165.

Page 40: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

27

mendefinisikan sesuatu yang dianggap normal atau telah sesuai dalam

situasi tertentu. Aturan-aturan tersebut bersifat mutlak dan diwariskan

dari zaman ke zaman. Norma mencerminkan nilai-nilai budaya. Di

Amerika Serikat, banyak norma yang mencerminkan penghormatan

terhadap privasi dan properti individu. Misalnya, kebiasaan untuk

mengetuk pintu yang tertutup, alat makan yang terpisah untuk

mengambil makanan dan memiliki tempat sendiri bagi setiap orang

dengan alat makan yang terpisah juga.. Namun demikian, di negara-

negara lain, terdapat norma komunikatif yang berbeda. Misalkan,

orang Korea yang tidak menentukan tempat sendiri, mereka

menggunakan alat makan yang sama untuk mengambil makanan dan

untuk makan.

Bahasa dapat membentuk seseorang dalam berpikir mengenai

dunia, diri sendiri, dan hal-hal disekitarnya. Dalam hal ini, seseorang

dapat belajar mengenai keyakinan suatu budaya, nilai dan norma.

Bahasa, keyakinan, nilai-nilai dan norma merupakan sesuatu yang

akan dibawa oleh budaya dalam kehidupan ke masa yang akan datang,

dari hari ke hari dan dari generasi ke generasi. Bahasa dan budaya

berjalan bersama karena bahasa merupakan suatu bentuk ikatan sosial

dan identifikasi yang terjadi setiap waktu dalam roda kehidupan.30

Dalam proses mempelajari bahasa, seseorang juga akan mempelajari

nilai-nilai budayanya.

30

Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi, (Jakarta: Salemba

Humanika, 2008), cet. Ke- 9, h. 491.

Page 41: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

28

5. Pentingnya Komunikasi Antarbudaya

Kesulitan berkomunikasi dengan orang lain, khususnya yang

berbeda budaya, bukan hanya sulitnya memahami bahasa mereka yang

tidak dikuasai, melainkan juga sistem nilai dan bahasa nonverbal.

Keberhasilan komunikasi bergantung pada sejauh mana seseorang

memahami umpan-balik dari orang lain. Komunikasi tidak akan

berhasil jika seseorang mengabaikan umpan-balik nonverbal dari

orang lain. Beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya komunikasi

antarbudaya adalah mobilitas, saling ketergantungan ekonomi,

teknologi komunikasi dan pola imigrasi.

Mobilitas sosial yang terjadi pada warga dari negara lain, terlihat

dari perjalanan dari satu negara ke negara lain dan dari satu benua ke

benua lain yang saat ini sedang banyak dilakukan. Beberapa orang

kerap kali mengunjungi budaya-budaya lain untu mengenal daerah

baru dan orang-orang yang berbeda serta menggali peluang ekonomis.

Saat ini, kebanyakan negara secara ekonomis juga bergantung pada

negara lain. Oleh karena itu, komunikasi antarbudaya menjadi sangat

penting.

Meningkatnya teknologi komunikasi, secara tidak langsung telah

membawa budaya luar masuk ke suatu negara tertentu. Pada hampir

setiap kota besar di dunia, orang-orang dari bangsa lain kerap kali

ditemui. Mereka bergaul, bekerja atau bersekolah dengan orang-orang

yang berbeda budaya. Pengalaman sehari-hari tersebut secara tidak

langsung telah terjadi komunikasi antarbudaya.

Page 42: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

29

6. Fungsi Komunikasi Antarbudaya

Secara umum, terdapat dua fungsi dari komunikasi antarbudaya.

Fungsi pribadi yang merupakan beberapa fungsi komunikasi yang

ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang berasal dari seorang

individu. Ada beberapa hal yang terdapat dalam fungsi pribadi yang

harus dilakukan oleh seorang individu. Seorang individu yang

melakukan proses komunikasi antarbudaya harus menyatakan identitas

dirinya maupun identitas sosial. Dengan adanya komunikasi

antarbudaya, seseorang dapat memperkenalkan dirinya kepada orang-

orang yang ada disekitarnya. Para pelaku komunikasi juga harus bisa

menyatakan integrasi sosial, dapat menerima kesatuan dan persatuan

antarpribadi dan antarkelompok, tetapi juga tetap mau mengakui

perbedaan-perbedaan yang terjadi satu sama lain. Kesatuan pada

masyarakat majemuk akan tercipta, sehingga tidak ada lagi perdebatan

mengenai perbedaan diantara mereka.

Terdapat pula fungsi sosial dalam komunikasi antarbudaya yang

mengharuskan para pelaku komunikasi untuk saling mengawasi,

menjembatani perbedaan yang terjadi diantara para pelaku komunikasi

dan mengajarkan serta memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu

masyarakat kepada masyarakat lain.

Page 43: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

30

7. Prinsip Komunikasi Antarbudaya

Menurut Devito31

, seseorang dapat memahami komunikasi

antarbudaya dengan menelaah prinsip-prinsip umum yang terdapat

dalam budaya tersebut. Prinsip-prinsip ini sebagian besar diturunkan

dari teori-teori komunikasi yang sekarang diterapkan ke dalam

komunikasi antarbudaya.

Semakin besar perbedaan komunikasi, semakin besar perbedaan

budaya, baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal.

Semakin besar perbedaan antarbudaya, semakin besar pula

ketidakpastian dalam komunikasi. Semakin besar perbedaan

antarbudaya, semakin besar pula kesadaran diri (mindfulness) para

partisipan komunikasi.

Dalam interaksi awal, orang-orang yang memiliki perbedaan

budaya, tingkat kepentingan yang terjadi secara berangsur akan

berkurang ketika hubungan menjadi lebih akrab. Dalam setiap

komunikasi, termasuk komunikasi antarbudaya, para pelaku

senantiasa berusaha memaksimalkan hasil interaksi.

8. Hambatan Komunikasi Antarbudaya

Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya, pasti akan

menghadapi hambatan dan masalah. Ada baiknya jika pelaku

komunikasi menghindari atau menanggulangi hal tersebut. Ada

beberapa hambatan komunikasi antarbudaya yang menunjukkan sifat

31

Joseph. A. Devito, Komunikasi Antarmanusia ( Tangerang Selatan: KARISMA

Publishing Group, 2011), h. 542-545.

Page 44: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

31

unik sebagaimana yang dikatakan oleh Barna32

, yang mengatakan

bahwa kejutan budaya mengacu pada reaksi psikologis yang dialami

seseorang karena berada di tengah suatu budaya yang berbeda dengan

budayanya. Kejutan budaya merupakan hal yang wajar. Sebagian

besar orang mengalaminya apabila memasuki budaya baru dan

berbeda. Hal ini menimbulkan ketidaksenangan dan frustasi bagi

sebagian orang. Kejutan ini timbul karena perasaan terasing yang

menonjol dan berbeda dari yang lain. Contoh beberapa hal yang

menimbulkan kejutan budaya adalah masuk ke perguruan tinggi,

menikah, memasuki dinas militer dll.

Mengutip Devito33

, setiap kultur memiliki aturan komunikasi

masing-masing. Aturan tersebut menetapkan hal yang patut dan yang

tidak patut untuk dilakukan. Sebagai contoh, pada beberapa kultur,

ada yang menunjukkan rasa hormat dengan menghindari kontak mata

langsung dengan lawan bicaranya. Dalam kultur lain, penghindaran

kontak mata seperti ini dianggap mengisyaratkan tidak adanya

ketertarikan atau minat. Di sisi lain, para pelaku juga tidak

diperbolehkan menilai perbedaan tersebut sebagai suatu hal yang

negatif meskipun para pelaku menyadari adanya perbedaan di antara

beberapa budaya. Contohnya, meludah. Kebanyakan budaya,

menganggap meludah sebagai tanda penghinaan dan ketidaksenangan

yang tidak boleh dilakukan di muka umum.

32

Marheini Fajar, Ilmu Komunikasi Teori & Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.

306-310. 33

Marheini Fajar, Ilmu Komunikasi Teori & Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.

306-310.

Page 45: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

32

C. Adaptasi dengan Budaya Baru

Memasuki lingkungan dan budaya baru, tentunya menjadi proses

adaptasi yang sulit bagi seorang imigran. Berkomunikasi dengan budaya

baru dapat mengubah perilaku seorang imigran dalam beradaptasi dengan

lingkungan baru tersebut. Biasanya adaptasi dilakukan oleh para imigran

yang berpindah tempat dari satu lokasi ke lokasi lain.

Mengutip dari Taft34

, ada beberapa situasi yang terjadi pada proses

adaptasi lintas budaya. Contohnya, pada saat seorang imigran memasuki

universitas baru, perpindahan diri dari sekolah lalu bekerja, profesi yang

berubah, menikah, bercerai, pensiun, menua, juga perubahan teknologi dan

inovasi baru.

Situasi seperti ini merupakan situasi yang wajar bagi seorang

imigran yang baru memasuki suatu wilayah dan mengalami

ketidakpastian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan budaya,

pengalaman baru yang memberikan ilmu bagi proses adaptasi lintas

budaya.

Seorang imigran yang melakukan perpindahan wilayah pasti

memiliki alasan yang bervariasi. Karena sifat keberangkatan yang

berbeda-beda, sebagian imigran memiliki sedikit kesempatan untuk

mempersiapkan diri dengan wilayah barunya. Pada tahap awal, biasanya

para imigran banyak mengalami rasa rindu dengan kampung halamannya.

34

William Gudykunst, Communicating with Strangers, (Library of Congress Cataloging

in Publication Data, 1984), h. 336.

Page 46: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

33

Hal ini akan membuat seorang imigran termotivasi untuk beradaptasi

dengan lingkungan baru untuk menciptakan suasana baru.

Imigran akan merasa peduli dengan lingkungan baru ketika mereka

merasa membutuhkan wilayah tersebut, contohnya untuk mendapatkan

gelar di suatu universitas. Hal ini akan membuat imigran melakukan

perilaku yang sama dengan penduduk pribumi.

Ketika seorang imigran pindah dan memasuki peraturan sebuah

budaya baru, mereka akan berinteraksi pada budaya tersebut. Proses yang

dilalui oleh para imigran untuk memperoleh aturan-aturan baru dalam

suatu budaya, dimulai pada saat awal pertemuan dengan orang-orang yang

memiliki budaya yang berbeda. Melalui proses sosialisasi dan pendidikan,

pola-pola budaya ditanamkan dan menjadi bagian dari kepribadian dan

perilaku seseorang. Proses pembelajaran yang terinternalisasikan tersebut

memungkinkan untuk dapat berinteraksi dengan anggota-anggota budaya

lain yang juga memiliki pola komunikasi serupa. Proses pembelajaran ini

disebut dengan enkulturasi.

Adamson Hoebel dan Fost35

mengatakan bahwa, enkulturasi

merupakan kondisi saat seseorang secara sadar ataupun tidak menyadari

bahwa dirinya telah mencapai kompetensi suatu budaya dan

menginternalisasikan budaya tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari.

Perubahan kebiasaan, perilaku, nilai dan norma akan terlihat bagi

para pendatang baru, secara bertahap mereka akan mengalami proses

35

Larry A. Samovar, Komunikasi Lintas Budaya, (Jakarta: Salemba Humanika), h. 33.

Page 47: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

34

adaptasi lintas budaya. Mengutip dari Brim36

, seorang imigran akan

menunjukkan perubahan yang signifikan. Mereka dapat dipaksa untuk

memenuhi persyaratan dalam interaksi sosial, tetapi tidak dapat dipaksa

untuk menerima dan menghargai nilai-nilai dasar pada wilayah baru

tersebut. Melalui adanya dukungan suatu kelompok, lembaga yang diakui

dan keberadaan teman yang dapat dipercaya bagi seorang imigran, hal ini

memiliki pengaruh yang besar bagi perubahan perilaku psikologis dan

sosial seorang imigran.

Seorang imigran akan mengalami perubahan-perubahan secara

bertahap dan perlahan-lahan. Biasanya, hal ini akan membawa rasa

bingung yang besar dari diri seorang imigran yang akan memperjuangkan

keinginan untuk mempertahankan kebiasaan lama dari budaya sebelumnya

atau keinginan untuk mengadopsi budaya yang ada di lingkungan barunya.

Mengutip dari Dyal & Dyal37

, inti dari adaptasi budaya adalah

bentuk perubahan. Berbeda dengan masyarakat pribumi yang lahir di

wilayah tersebut dan berhasil menjadikan lingkungan sebagai suatu

kebutuhan dalam hidup. Seorang imigran, dalam jangka waktu yang

singkat harus meresapi inti dari budaya baru yang ada di lingkungannya.

Pada dasarnya, proses adaptasi adalah proses komunikasi yang

dilakukan oleh para imigran. Seperti halnya masyarakat pribumi yang

telah memperoleh pola budaya di lingkungannya, seorang imigran juga

harus mendapatkan suasana lingkungannya melalui interaksi dengan orang

36

William Gudykunst, Communicating with Strangers, (Library of Congress Cataloging

in Publication Data, 1984), h. 336. 37

William Gudykunst, Communicating with Strangers, (Library of Congress Cataloging

in Publication Data, 1984), h. 338.

Page 48: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

35

lain. melalui komunikasi yang dilakukan secara terus-menerus dan

mendapatkan banyak pengalaman baru, seorang imigran secara bertahap

akan belajar dan menginternalisasikan simbol-simbol yang terdapat dalam

wilayah baru tersebut. Kemampuan berkomunikasi yang dimiliki seorang

imigran, akan berfungsi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan pribadi

dan sosialnya.

Page 49: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

36

BAB III

GAMBARAN UMUM FETHULLAH GULEN CHAIR DAN MAHASISWA

TURKI DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

A. Fethullah Gulen Chair

1. Biografi Fethullah Gulen Hoja Effendi

Gambar 4. Muhammad Fethullah Gulen Hoja Effendi

Sumber: www.fgulenchair.com38

Muhammad Fethullah Gulen atau yang biasa dikenal dengan

Fethullah Gulen Hoja Effendi lahir pada 27 April 1941 di desa

Korucuk, kota Erzurum, Turki Timur. Ia merupakan sosok ulama

paling berpengaruh di Turki bahkan seluruh dunia. Sejak kecil ia

sudah hafal Al-qur‟an dan belajar ilmu agama di madrasah. Ia juga

38

www.fgulenchair.com, diakses pada 20 April 2016 pada pukul 19.38.

Page 50: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

37

secara autodidak mempelajari berbagai ilmu lain, seperti Ilmu

Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Filsafat serta kesustraan

Timur dan Barat.

“...Hoja Effendi, Fethullah Gulen, dulu dia baca, apapun

dia dapat, ia baca. Ia hatam al-quran pertama kali, empat

tahun, anak kecil. Sepuluh tahun ia hafal semua qur‟an dan

menghafalnya Allah kasih hadiah, sangat kuat. Kalau ia

dengar satu kalimat saja, dia langsung hafal. Dia baca

buku history, sains, kimia, biologi, sastra barat, sastra

timur, semuanya, rahasia dia baca. dia bilang, di madrasah

tidak bisa baca buku-buku yang lain, harus fokus ke hadits

saja. Dia dididik sendiri, fokus pendidikan sendiri.”39

Sejumlah pemikirannya mengenai isu-isu sosial, politik dan agama

serta ilmu pengetahuan tersebar di seluruh dunia. Sekitar 80 buku

telah ia tulis dan telah diterjemahkan ke dalam 40 bahasa.40

Begitu

juga lebih dari 1000 kaset dan CD mengenai ceramah-ceramahnya

telah dipublikasikan.41

Pada tahun 1994 ia juga berpartisipasi dalam pendirian Journalist

and Writers Foundation (Lembaga Jurnalis dan Penulis) dan

memperoleh jabatan Presiden Kehormatan. Sejumlah penghargaan

dunia telah diberikan kepadanya, salah satunya di tahun 2008,

Majalah populer di Amerika, Foreign Policy Magazine,

39

Wawancara Pribadi dengan Dr. Ali Unsal, Jakarta, 19 April 2016. 40

Mengenal lebih Dekat Fethullah Gulen Chair, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, 2014), h. 9. 41

Wawancara Pribadi dengan Dr. Ali Unsal, Jakarta, 19 April 2016.

Page 51: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

38

menobatkannya sebagai orang nomer satu dari 100 tokoh paling

berpengaruh di seluruh dunia.42

Perhatiannya kepada pendidikan dan kesejahteraan manusia

diwujudkan dengan usahanya membangun berbagai lembaga

pendidikan yang diawali di Turki dan berlanjut ke seluruh dunia.

Impiannya untuk mendidik generasi baru dengan nilai-nilai Islam,

berakhlak seperti Rasulullah SAW dan dapat berbicara dengan

beberapa bahasa mendapat respon positif dari beberapa pihak. Ia

mendorong masyarakat umum seperti pebisnis, orang yang memiliki

materi berlebih, dokter untuk membuat sekolah dengan pendidikan

modern dan berakhlak mulia. Orang-orang dermawan didorong untuk

menjadi guru.

“...dia mendorong masyarakat yang orang bisnis, orang kaya,

orang muslim, orang dermawan untuk bangun sekolah. Sekolah

modern. Ayo buka sekolah sendiri dengan pendidikan modern

dan akhlak yang mulia. Hoja Effendi mengajak orang dermawan

supaya jadi guru. Kami menyebut ini hizmet, gerakan sosial.”43

Ia dan para sukarelawan yang kemudian disebut dengan hizmet

(pelayanan terhadap umat manusia) memulai kegiatan dialog antar

agama dan budaya demi membuat generasi baru yang cinta damai dan

hidup dengan menghidupkan orang lain.

2. Fethullah Gulen Chair

Fethullah Gulen Chair merupakan lembaga swasta hasil kerjasama

antara Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan

42

Mengenal lebih Dekat Fethullah Gulen Chair, (Jakarta: Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah, 2014), h. 9. 43

Wawancara Pribadi dengan Dr. Ali Unsal, Jakarta, 19 April 2016.

Page 52: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

39

PASIAD (Pacific Countries Social and Economic Solidarity

Association). Sejak bulan April tahun 2009, Fethullah Gulen Chair

memulai kegiatan kiprahnya di UIN Jakarta dengan menyelenggarakan

kegiatan yang melibatkan masyarakat dengan membawa misi

menyebarkan perdamaian dan cinta ke seluruh dunia.44

Menurut Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Fethullah Gulen Chair

adalah representasi dari gerakan yang menebarkan ilmu pengetahuan,

peradaban serta dialog yang disampaikan dengan damai dan intelek.45

Fethullah Gulen Chair memiliki peran yang sangat penting untuk

memperkuat kerjasama dalam bidang akademik antara Turki dan

Indonesia.

Selama tujuh tahun, Fethullah Gulen Chair mengadakan puluhan

seminar, konferensi, panel dan forum akademik untuk mengenalkan

pemikiran Fethullah Gulen yang sangat memperhatikan pendidikan,

mendukung toleransi dan cinta serta merangkul manusia dengan

perhatian dunia. Fethullah Gulen juga mewujudkan pemikirannya

didalam kehidupan agar jauh dari politik, menutup diri terhadap

pemikiran materialisme, mengabdikan diri untuk melayani umat

manusia, menjauhkan diri dari semua kenikmatan dunia, harta, jabatan,

bahkan berhijrah untuk meninggalkan tanah air untuk berdakwah.46

Fethullah Gulen Chair mengadakan kegiatan kunjungan ke negara

Amerika, Australia, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Jordania,

44

Mengenal lebih Dekat Fethullah Gulen Chair, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, 2014), h. 6. 45

Mengenal lebih Dekat Fethullah Gulen Chair, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, 2014), h. 12. 46

Wawancara Pribadi dengan Dr. Ali Unsal, Jakarta, 19 April 2016.

Page 53: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

40

Qatar, Singapura dan Turki, untuk memberikan kesempatan kepada

intelektual Indonesia agar mengenal lebih dekat dengan Hizmet yang

ada di negara-negara tersebut.47

Gambar 5. Rombongan dari Indonesia bersama Direktur Fethullah

Gulen Chair mengunjungi lembaga hizmet di Laos

Sumber: www.fgulenchair.com48

Fethullah Gulen Chair juga mengadakan kegiatan “Cultural Day”

sebagai jembatan antara dua warga negara Turki dan Indonesia dengan

memperkenalkan kerajinan tangan, tarian dan masakan khas Turki.

Gambar 6. Pembukaan acara Turkish Cultural Day 2012

Sumber: www.fgulenchair.com49

47

Mengenal lebih Dekat Fethullah Gulen Chair, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, 2014), h. 5. 48

www.fgulenchair.com, diakses pada 20 April 2016 pada pukul 19.38. 49

www.fgulenchair.com, diakses pada 20 April 2016 pada pukul 19.38.

Page 54: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

41

Atas kerjasama dengan rektorat dan International Office, Fethullah

Gulen Chair dapat memberikan kursus bahasa Arab, Turki, Inggris dan

Rusia. Para peserta juga difasilitasi untuk melakukan kunjungan ke

lembaga pendidikan mitra hizmet di Indonesia.

Gambar 7. Kursus bahasa Turki yang dilakukan mahasiswa

Indonesia

Sumber: www.fgulenchair.com50

Gambar 8. Seorang guru yang mengajarkan bahasa Turki

Sumber: www.fgulenchair.com51

Fethullah Gulen Chair juga memberikan kursus di sekolah

pascasarjana, serta memberikan bimbingann dan sumber penelitian

50

www.fgulenchair.com, diakses pada 20 April 2016 pada pukul 19.38. 51

www.fgulenchair.com, diakses pada 20 April 2016 pada pukul 19.38.

Page 55: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

42

kepada mahasiswa S1, S2 dan S3 yang sedang melakukan penelitian

mengenai hizmet, Fethullah Gulen dan Turki.52

3. Visi & Misi

Visi:

Mempromosikan penelitian diberbagai bidang akademik yang

merupakan akar dari berbagai aktifitas yang menuju pada perubahan

sosial positif dalam pembentukan tercapainya perdamaian abadi,

keadilan dan harmonisasi sosial.53

Misi:

Mencapai tujuan-tujuan dengan berfokus pada pendidikan yang

bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan yang ada di

Indonesia, penelitian akademik, pengabdian sosial dan inisiatif

masyarakat. Fethullah Gulen Chair percaya bahwa setiap solusi harus

melibatkan inisiatif sipil dan mencangkup komponen pendidikan.

Fethullah Gulen Chair juga berusaha menunjukkan pentingnya

keterlibatan dan peran orang-orang yang berasal dari berbagai latar

belakang etnis agar tercipta masyarakat yang harmonis dalam berbagai

bidang kehidupan.54

B. Daftar Mahasiswa Turki di UIN Jakarta

52

Mengenal lebih Dekat Fethullah Gulen Chair, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, 2014), h. 5. 53

www.fgulenchair.com, diakses pada 30 April 2016 pukul 13.03. 54

www.fgulenchair.com, diakses pada 30 April 2016 pukul 13.16.

Page 56: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

43

No. Fak/Jurusan Nama Jenis

Kelamin

No. Hp No. Paspor

1. FST/TI Hudai Hangun L 085883378569 U02495213

2. FST/TI Zakir Ekin L 085774995484 U02818561

3. FITK/PAI Elci Nurullah L 083895459353 U02690607

4. FITK/Pend.IPA Meral Ozturk P 085781815359 U00219650

5. FITK/PMTK Kader Turker P 083877191312 U00043175

6. FITK/PMTK Seyma Cicek P 087809081577 U00099640

7. FITK/PAI Muhammet

Centinkaya

L 085881538114 U06994996

8. FITK/PBI Zehra Kartal P 085893983927 U02745479

Tabel 1. Data mahasiswa Turki di Universitas Islam Negeri Jakarta periode

2015/2016

Sumber: Pusat Layanan Kerja Internasional UIN Jakarta

Page 57: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

44

BAB IV

ANALISIS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES

ENKULTURASI MAHASISWA TURKI DI UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1. Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Turki di UIN Jakarta

Dari hasil pengamatan peneliti di lapangan dan wawancara dengan

beberapa mahasiswa Turki dan mahasiswa Indonesia yang telah

ditetapkan, dapat ditemukan bahwa proses komunikasi antarbudaya yang

terjadi pada mahasiswa Turki di UIN Jakarta antara lain adalah

komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok.

Komunikasi interpersonal melibatkan dua orang dalam situasi

berinteraksi. Mahasiswa Turki dapat menjadi komunikator yang menjadi

sumber pesan, lalu menyampaikan kepada mahasiswa Indonesia dan

mahasiswa Indonesia akan memaknai pesan yang disampaikan oleh

mahasiswa Turki. Hal ini terjadi di antara mahasiswa Turki dan

mahasiswa Indonesia selama mereka berkuliah di UIN Jakarta, seperti

bertanya atau bahkan saling bertukar cerita satu sama lain. Hal ini

menjadikan antara mahasiswa Turki dan mahasiswa Indonesia dapat

mengenal satu sama lain.

Dalam hal ini, mahasiswa Turki memiliki peran ganda, yaitu

sebagai komunikator dan sebagai komunikan. Mereka mencoba untuk

menyesuaikan diri agar komunikasi yang terjalin selama mereka berkuliah

di UIN Jakarta menjadi efektif.

Page 58: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

45

Sebagaimana mahasiswa pada umumnya, biasanya mereka

berkomunikasi dengan cara membuat kerumunan yang semula terdiri dari

dua orang dan kemudian membentuk suatu kelompok untuk

mendiskusikan suatu hal yang dianggap penting dan menarik. Mereka

berkumpul dengan teman sekelas untuk membahas pelajaran atau hal yang

dianggap menarik.

“Saya diskusi dan bicara dengan teman-teman dimana-mana kita

bisa ketemu. Kadang-kadang saya mungkin bicaranya salah gitu

mereka bantu saya. Tapi yang kelas saya sudah mengerti saya

karena mereka, kalo saya bicara nanti mereka bisa berbalik ke

saya. Tapi teman-teman juga mengerti kalau saya butuh belajar

banyak mengenai Indonesia dan bahasanya jadi mereka bantu saya

kalau saya ada yang bingung. misalkan saya tau budaya yang lain

kan seneng kan, jadi pintar gitu ya. Saya tau budayanya mereka

juga senang gitu kan. Kalo misalkan dari orang Indonesia juga

anak-anak mau belajar budaya kita mau belajar gitu, itu kita juga

seneng karena mereka pahamin kita.”55

Dan hal ini diperkuat oleh ucapan dari mahasiswa Indonesia, yang

juga merupakan teman dari Kadar Turker.

”Ga unsos banget ko kalo di kelas mereka masih suka ngobrol kalo

ada tugas yang dia ga paham. Maklum wi kan orang jauh. Dia

suka nanya kalo Indonesia kerudungannya yang khas kaya gimana,

lebih ke fashion si. Terus nanya tempat-tempat traveling di

Indonesia. Dan kalo Kadar tuh tipe yang suka jalan-jalan loh wi.

Kan dia pernah ke Bandung waktu itu trus ke Semarang apa Yogya

gitu, apa dua-duanya kali ya, mungkin pernah juga.”56

Berdasarkan hal di atas dapat diketahui bahwa komunikasi

antarbudaya yang dilakukan mahasiswa Turki di UIN Jakarta berlangsung

dengan baik. Hal ini terbukti dengan adanya feed back dari mahasiswa

55

Wawancara pribadi dengan Kadar Turker, mahasiswa Turki, 13 Mei 2016. 56

Wawancara pribadi dengan Iqlima, mahasiswa Indonesia, 28 Mei 2016.

Page 59: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

46

Indonesia yang turut membantu proses komunikasi antarbudaya yang

dilakukan mahasiswa Turki.

Komunikasi yang terjadi antara Kadar dan Iqlima berjalan dengan

efektif (sharing similiar of experiences), karena kedua pihak saling

bertukar pengalaman dan saling belajar mengenai keunikan masing-

masing.

Menurut Dr. Ali Unsal selaku Direktur di kantor Fethullah Gulen

Chair UIN Jakarta, mahasiswa Turki di UIN Jakarta sering mengikuti

kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa Indonesia, bahkan sebaliknya.

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Dr. Ali Unsal:

“Dulu mahasiswa dan mahasiswi. Terutama mahasiswi, mereka

mau kegiatan-kegiatan disini, dan mereka datang ke saya

bermusyawarah, kami ada mahasiswi Indonesia dan mahasiswi

Turki. Misalnya kegiatan budaya. Saya bilang ini sangat bagus.

Karena orang Turki tau Indonesia dari Merapi dan khasnya. Ini

jalan baik. Semua akan jadi ambassador. Mereka hidup disini

punya teman-teman baik dan mereka pulang ke Turki mereka

akan cerita. Mereka lomba-lomba, baca buku ada. Misalnya

siapa masak baik, siapa jahit baik, siapa cantik, yang perempuan

punya dress baik di student center, mereka juga punya picnic or

trip, mereka juga punya kegiatan-kegiatan. mereka datang, kalau

saya punya budget saya akan bantu, kalau tidak punya saya

bantu advice aja pikiran aja. Mereka sangat aktif. Dan saya

sangat senang dengan semua aktivitas mereka.”57

Berdasarkan hal di atas, terlihat bahwa antusias mahasiswa Turki

untuk mengikuti kegiatan yang terdapat di UIN Jakarta sangatlah tinggi.

Jika ada acara yang diadakan di kampus, mahasiswa Turki akan

mengikuti lomba-lomba yang diadakan dan ketika mereka kembali ke

Turki, hal ini akan diceritakan ke teman-teman disana. Tidak hanya

57

Wawancara Pribadi dengan Dr. Ali Unsal, Jakarta, 19 April 2016.

Page 60: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

47

kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa Indonesia saja, ketika acara

Turki‟s Day pun antusias mahasiswa Indonesia juga sangat tinggi.

Komunikasi antarbudaya yang dilakukan mahasiswa Turki di UIN

Jakarta berjalan dengan baik, walaupun terdapat banyak kendala yang

dialami ketika pertama kali masuk ke UIN Jakarta. Seiring berjalannya

waktu, mahasiswa Turki mulai menyesuaikan diri dengan banyaknya

budaya dan suku yang ada di Indonesia.

Peneliti juga menemukan beberapa faktor-faktor yang

memengaruhi komunikasi antarbudaya mahasiswa Turki di UIN Jakarta,

salah satunya adalah faktor bahasa. Dalam proses komunikasi yang

dilakukan oleh mahasiswa Turki, mereka seringkali merasa bingung

dengan bahasa di Indonesia yang sangat banyak. Bukan hanya bahasa

daerah saja, tetapi juga ada bahasa gaul yang digunakan sehari-hari oleh

mahasiswa Indonesia. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang dipelajari oleh

mahasiswa Turki yang pada saat masuk ke negara Indonesia, mereka

belajar dengan bahasa Indonesia yang resmi. Berikut adalah hasil kutipan

wawancara peneliti dengan Kadar Turker selaku mahasiswa Turki yang

berkaitan dengan bahasa di Indonesia.

“Saya nanti datang kesini saya ambil kursus bahasa Indonesia,

setelah udah selesai kursus bahasa Indonesia, saya daftar UIN

gitu. Untuk tahun pertama untuk saya susah, tapi alhamdulillah

kalau saya sudah belajar bahasa lama-lama bisa. Tapi teman-

teman juga bantu saya kalau saya ada yang bingung. Bahasa

Jawa yaa, karena kita disini pakai itu kan bahasa biasa ya

bahasa Indonesia semuanya, kalau kita kan mau belajar ini

nanti kalo diganti dengan yang Jawa atau Sumatera nanti beda,

tapi tidak beda banget. Misalkan saya cuman dengar dari

nomor-nomor gitu, itu dia juga beda. Satu, dua, itu jadi siji,

Page 61: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

48

loro. Itu kan beda. Seperti bahasa yang baru lagi. Misalkan

bahasa yang gaul atau bahasa syarat gitu.”58

Berikut kutipan langsung dari Meryam Sari selaku mahasiswa

Turki yang berpendapat mengenai bahasa di Indonesia.

“Waktu awal iya karena saya takut salah perilaku, sikap. Saya

takut yang saya, sikap saya beda dengan disini. Terkadang saya

bingung karena bahasa Indonesia sangat banyak dan sering ada

yang tidak tercantum di buku terjemahan seperti itu. Saya

banyak diam dan melihat bagaimana sikap teman Indonesia

yang lain. Kami komunikasi baik tetapi cukup sulit untuk saya

karena saya sulit memahami bicara orang Indonesia.

Terkadang saya tidak tau mereka bicara apa, dan itu yaa

Indonesia bahasanya banyak pula. Dan bahasanya suka ada

bahasa apa, gaul ya. Iya saya bingung dengan disini. saya

sering dengar bahasa Jawa ya yang suka bicara opo itu saya

suka bingung dan sering sekali gitu. Kalo Indonesia kan

bahasanya beda-beda yang bicara saya dan gua ya kalau tidak

salah jadi banyak suka bingung. Tapi teman lain baik juga

dengan saya, mungkin kalau yang pulaunya jauh dengan pulau

ini sepertinya dia juga bingung seperti saya karena bahasanya

kan banyak sekali ya, jadi ya dia susah berteman juga.”59

Ada pula pendapat lain dari Zakir Ekin mengenai perbedaan bahasa

di Indonesia.

“Waktu saya datang ke Indonesia enam bulan saya belajar

Bahasa Indonesia, jadi tahun yang pertama komunikasi saya

susah. Iya saya langsung bisa akrab sama mahasiswa UIN.

Kalo Anda mau bisa akrab karena saya orang asing dan

mahasiswa UIN sangat senang jika akrab sama saya. Menurut

saya tidak sulit untuk berinteraksi dengan mahasiswa UIN.

Karena ada banyak teman saya. Saya sangat mudah untuk

menginteraksi manusia jika saya mau. Saya belum pernah

memahami yang salah tetapi ada yang banyak memahami salah

ke saya tetapi gara gara bahasa saya.”60

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan mahasiswa Turki

bernama Elci Nurulah

58

Wawancara pribadi dengan Kadar Turker, mahasiswa Turki, 13 Mei 2016. 59

Wawancara pribadi dengan Meryam Sari, mahasiswa Turki, 24 Mei 2016. 60

Wawancara pribadi dengan Zakir Ekin, mahasiswa Turki, 19 Mei 2016, via email.

Page 62: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

49

“Waktu pertama di UIN saya susah komunikasi. Saya cukup

bingung karena tidak tahu perkenalan. Saya diam karena

perbedaan kami banyak dan saya suka bingung. Lalu mereka

baik dan mensapa saya jadi saya baik dengan mereka. Saya

sering kesulitan karena Indonesia bahasanya sulit. Dan mereka

tidak menggunakan bahasa formal di kehidupan. Banyak juga

yang tidak mengkuasain bahasa Inggris. Kalau saya kesulitan,

saya mendatangkan mereka dan minta tolong. Saya banyak

meminta tolong mereka dan mereka bantu saya. Misalkan ada

apa homework gitu yang sulit nanti saya kontak mereka dan

mereka bantu.”61

Berdasarkan hal di atas, dapat diketahui bahwa perbedaan bahasa

menjadi faktor utama yang memengaruhi komunikasi mahasiswa Turki

selama mereka berkuliah di UIN Jakarta. Banyaknya bahasa yang ada di

Indonesia menjadikan mahasiswa Turki mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi. Bukan hanya bahasa daerah saja, tetapi ada juga bahasa

gaul yang digunakan mahasiswa Indonesia dalam berkomunikasi dengan

mahasiswa lain.

Selama mahasiswa Turki kursus bahasa Indonesia, mereka tidak

dikenalkan dengan bahasa keseharian orang Indonesia yang pada

umumnya yang tidak menggunakan bahasa Indonesia resmi. Seperti

penggunaan kata “gua” yang dalam bahasa Indonesia berarti “saya” atau

“aku”. Hal seperti ini yang membuat mahasiswa Turki kerap kali merasa

bingung dengan penggunaan kata-kata yang harus digunakan.

Untuk mengatasi rasa bingungnya, ada mahassiswa Turki yang

memilih untuk diam dan bahkan ada juga yang bertanya dengan teman

mahasiswa Indonesia. Dan hal ini yang menciptakan bentuk komunikasi

antarbudaya antara mahasiswa Turki dengan mahasiswa Indonesia. Berikut

61

Wawancara pribadi dengan Elci Nurullah, mahasiswa Turki, 23 Mei 2016, via email.

Page 63: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

50

adalah hasil kutipan wawancara dengan Kaisan Putera selaku mahasiswa

Indonesia:

“Keliatan ko kalo dia mau tau, dari cara dia pengen belajar

bahasa Indonesia, trus dia mau ngikutin bahasa-bahasa

gaulnya kita, trus cara bercandanya.”62

Berdasarkan hal di atas, peneliti sudah dapat melihat adanya proses

enkulturasi yang terjadi pada Zakir Ekin yang mulai mempelajari cara

berbicara orang Indonesia yang tidak menggunakan bahasa Indonesia

resmi.

Lalu ada juga faktor keyakinan yang peneliti artikan sebagai sesuatu

yang dianggap benar dan dijadikan patokan dalam hidup. Keyakinan

berakar pada iman, pengalaman serta ilmu pengetahuan.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah-Jakarta merupakan

salah satu Universitas Islam di Indonesia yang dianggap baik oleh

mahasiswa Turki. Keyakinan (agama) yang sama menjadi salah satu faktor

bagi mahasiswa Turki memilih berkuliah di UIN Jakarta. Meskipun

memiliki agama yang sama, tetapi ada beberapa perbedaan yang dirasakan

oleh mahasiswa Turki selama berkuliah di UIN Jakarta akibat Imam yang

berbeda. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Kadar Turker:

“Alhamdulillah agamanya kita sama cuma itu ya Imam kita

beda. Saya misalkan Imam Hanafi yang disini Imam Syafi‟i ada

cuman beberapa perbedaannya, dari Islam ga ada bedanya tapi

dari budaya makanan, culturenya itu ada. Beda banget. Di

Turki boleh makan seafood tapi kadang-kadang itu ya yang

untuk Imam kita beda ya, kita tidak bisa makan semuanya gitu

ya, cuma ikan semacamnya gitu. kadang-kadang ada temen

saya udah dekat ya, deket banget, nanti dia bilang mereka

panggil kakak atau abla. Nanti mereka panggil abla, jangan

makan itu nanti di dalamnya ada seafood”.63

62

Wawancara pribadi dengan Kaisan Putera, mahasiswa Indonesia, 20 Mei 2016. 63

Wawancara pribadi dengan Kadar Turker, mahasiswa Turki, 13 Mei 2016.

Page 64: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

51

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Meryam Sari

terkait dengan agama di Indonesia yang sama tetapi pandangannya

berbeda.

“Waktu dulu cari informasi tentang kampus dunia yang Islam

dan bagus. Lalu teman ada yang bantu informasi dan bilang

Indonesia ada kampus bagus seperti itu. Kalo saya suka sekali

disini karena semuanya baik. Agama sama tapi kita beda

pandangan ya tetapi tidak masalah bagi saya karena Islam tetap

satu. Yaa kan kalau disini Imam Syafi‟i dan itu buat cara

kehidupan kami juga terlihat berbeda tetapi kami coba untuk

tidak terlihat berbeda dan kami tetap menghargai”64

Ada juga hasil kutipan wawancara dari Elci Nurullah yang memilih

UIN Jakarta dan Indonesia karena agama Islamnya bagus.

“UIN merupakan salah satu kampus Islam yang baik dan

jurusannya dibilang bagus. Negaranya dapat menerima kami

yang berbeda tempat jauh dengan Indonesia. Saya memilih

Indonesia karena menurut teman Indonesia Islamnya bagus.”65

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Zakir Ekin terkait

dengan alasannya memilih Indonesia sebagai tempat ia menuntut ilmu:

“Yang pertama saya orang muslim dimana saja saya bisa

melakukan ibadah saya. Yang kedua apa yang mau

menjelaskan dan apa yang mau melakukan untuk ridhoi Allah,

Anda bisa melakukan di Indonesia.”66

Berdasarkan hal di atas, dapat diketahui bahwa agama Islam yang

terdapat di Indonesia dianggap baik bagi mahasiswa Turki. Agama yang

sama menjadi salah satu faktor mahasiswa Turki datang ke Indonesia dan

memilih UIN Jakarta sebagai tempat mereka belajar. Alasan lain juga

karena Indonesia memiliki kebebasan untuk melaksanakan ibadah

sehingga mahasiswa Turki dapat melaksanakan solat dimana saja. Namun,

64

Wawancara pribadi dengan Meryam Sari, mahasiswa Turki, 24 Mei 2016. 65

Wawancara pribadi dengan Elci Nurullah, mahasiswa Turki, 23 Mei 2016, via email. 66

Wawancara pribadi dengan Zakir Ekin, mahasiswa Turki, 19 Mei 2016, via email.

Page 65: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

52

agama yang sama tidak juga menjadikan mahasiswa Turki merasa nyaman.

Perbedaan pandangan yang terjadi pada mahasiswa Turki yang mengikuti

ajaran Imam Hanafi, membuat mereka harus banyak menyesuaikan diri

dengan mahasaiwa Indonesia yang mereka anggap menganut ajaran Imam

Syafi‟i.

Seperti yang telah dikatakan oleh Kadar Turker bahwa ajaran Imam

Hanafi tidak mengonsumsi semua jenis sea food. Ketika ia pergi dengan

mahasiswa Indonesia, mereka sering kali mengingatkan Kadar agar lebih

berhati-hati dalam mengonsumsi makanan yang diperkirakan mengandung

sea food.

Ada juga faktor nilai yang diartikan sebagai sesuatu yang dianggap

baik, benar, berharga, dan penting dalam kehidupan. Nilai didukung oleh

budaya yang diekspresikan melalui komunikasi para anggotanya.

Budaya Turki dan budaya Indonesia tentunya berbeda. Budaya

yang berbeda memiliki nilai yang berbeda pula dalam memaknai dunia

sekitar. Selama berkuliah di UIN Jakarta, begitu banyak perbedaan nilai-

nilai yang dialami oleh mahasiswa Turki. Ada sebagian mahasiswa Turki

yang datang ke kampus untuk belajar, kerap kali merasa tidak nyaman

karena ulah mahasiswa Indonesia yang dianggap tidak baik. Hal ini

bukanlah masalah besar, karena setiap negara pasti memiliki nilai yang

berbeda. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Zakir Ekin

mengenai pendapatnya terkait mahasiswa Indonesia:

“Hidup mereka sangat santai. Tidak ada yang memikir untuk

membangunan negaranya, agamanya dan lain-lain. Tidak ada

roh sahabat Rasullullah (SAW). Tidak ada yang sensitif

membuat yang baik untuk masyarakat Indonesia orang-orang

Page 66: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

53

semua memikir sendiri saja seperti orang egois. Dan

mahasiswa UIN tidak menyari ilmu yang benar tidak ada yang

dapat ilmu agamanya. Contohnya mereka sholat tetapi kenapa

sholat dia tidak mengetahui ini.”67

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Kaisan Putera

terkait Zakir Ekin:

“Zakir tuh orangnya baik banget, lama-lama kebuka ternyata

orangnya itu Islamic banget, rajin solat, orangnya suka negur

juga. Jadi kalo misalkan kita lagi berisik sampai waktu solat

dia pasti marah. Zakir itu sering nyuruh kita baca Al-Quran,

nanti pas kita baca Al-Quran, yang salah dikoreksi sama dia,

dia tuh bener-bener Islam baget deh. Trus juga Zakir itu

membedakan interaksi cowo sama cewe. Dia orangnya

pendidikan banget, mungkin kalo kita bisa ke dunia lain, dia

bakal belajar sampe kesana kali.”68

Berdasarkan hal di atas, Zakir menganggap bahwa mahasiswa

Indonesia sangat santai dengan kehidupannya karena tidak peduli dengan

negara, agama dan lain-lain. Hal ini peneliti anggap wajar karena menurut

Kaisan Putera selaku teman sekelompok KKN Zakir, Zakir memang

dikenal sebagai seseorang yang sangat mementingkan agama dan rajin

belajar. Nilai-nilai yang ada dalam diri Zakir sangatlah berbeda dengan

mahasiswa Indonesia yang ia anggap egois.

Dan yang terakhir adalah faktor norma yang diartikan sebagai

aturan yang menuntun para anggota budaya dalam berpikir dan mengambil

tindakan. Norma dianggap sebagai kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan

seseorang berdasarkan letak wilayahnya. Banyak sekali perbedaan

kebiasaan yang terjadi antara mahasiswa Turki dengan mahasiswa

Indonesia di UIN Jakarta. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan

67

Wawancara pribadi dengan Zakir Ekin, mahasiswa Turki, 19 Mei 2016, via email. 68

Wawancara pribadi dengan Kaisan Putera, mahasiswa Indonesia, 20 Mei 2016.

Page 67: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

54

Kaisan Putera terkait kebiasaan di Turki yang Zakir terapkan di desa

KKN:

“waktu itu di SD kan ngajar tuh, nah kalo dia, anak SD itu

dipegang-pegang sama dia, dicium keningnya, katanya si kalo

di Turki kebiasannya kaya gitu. Nah pas kita rapat, kita pada

bilang, “Zakir, lu jangan pegang-pegang anak SD, soalnya

disini beda” trus dia bales, “kalau disana kalau kita megang

dan nyium anak SD kaya gitu tandanya kita sayang sama anak

kecil”, terus akhirnya kita bilangin kalo yaa ga bisa soalnya

nanti bisa dikira pedofil. Gitu jadi, kaya beda-beda gitu doang

si karna beda budaya ya.”69

Dari cerita Kaisan di atas, terlihat bahwa terdapat kebiasaan yang

sangat berbeda antara budaya Turki dan budaya Indonesia. Di Turki,

mencium kening anak kecil dianggap sebagai hal yang biasa karena

memiliki arti bahwa orang tersebut menyayangi anak kecil. Namun, di

Indonesia hal ini bukanlah hal yang biasa, bahkan Kaisan khawatir kalau

Zakir akan dianggap sebagai pedofil di mata masyarakat di desa. Ada juga

kutipan hasil wawancara peneliti dengan Kaisan Putera terkait dengan hal

yang tidak disukai Zakir:

“Dia sempet ngeluh gara-gara makanan waktu KKN kan

paling tempe, tahu. Mungkin dia biasa makan enak yaa, jadi

dia ngomong “makanannya yang enak dong, ayam gitu”,

jadi kita ikut maunya dia, tapi dia juga yang modalin. Paling

royal deh. Dia juga ga suka rokok, menurut dia yaa rokok itu

dosa. Trus dia kan kalo tidur anteng ya, waktu KKN ada

yang tidur sama dia, namanya laki kalo tidur kan kemana-

mana. Nah Zakir kalo subuh udah bangun duluan, soalnya

katanya temen KKN kitanya itu rusuh. Jadi dia ga betah kali

yaa.”70

Berdasarkan hal di atas, selama berada di desa KKN, Zakir kerap

kali mengeluh karena makanan yang disajikan oleh teman sekelompoknya

69

Wawancara pribadi dengan Kaisan Putera, mahasiswa Indonesia, 20 Mei 2016. 70

Wawancara pribadi dengan Kaisan Putera, mahasiswa Indonesia, 20 Mei 2016.

Page 68: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

55

hanya tahu dan tempe. Bagi orang Indonesia, tahu dan tempe adalah

makanan pokok khas Indonesia yang rasanya kurang jika tidak disajikan.

Selain itu, biasanya selama KKN, mahasiswa UIN Jakarta kerap kali

meminimalisir keuangan agar bisa bertahan hidup selama sebulan di

wilayah lain, salah satunya dengan menghemat pengeluaran makanan.

Berbeda dengan budaya Turki yang dianggap Kaisan terbiasa dengan

makanan enak, Zakir meminta agar temannya menyajikan ayam dan

makanan yang dianggap enak dengan modal dari Zakir sendiri. Sehingga

selama di desa KKN, Zakir dikenal sebagai teman yang royal. Menurut

Kaisan, Zakir juga tidak menyukai rokok. Menurutnya merokok adalah

dosa. Pendapat yang sama juga dikatakan oleh Elci Nurullah terkait

ketidaksukaannya terhadap rokok, berikut kutipan hasil wawancara dengan

Elci:

“Saya tidak suka rokok. Di fakultas Tarbiyah tidak boleh

merokok tetapi mereka melakukan rokok dimanapun.

Seharusnya mereka sadar supaya tidak rokok dimanapun

karena kotor dan merusak.”71

Berdasarkan hal di atas, terlihat bahwa mahasiswa Turki tidak

menyukai kebiasaan merokok orang Indonesia yang seringkali merokok di

sembarang tempat. Kesadaran yang dimiliki oleh mahasiswa Indonesia

dianggap rendah oleh mahasiswa Turki. Ketika peneliti pertama kali

bertemu dengan Zakir Ekin bersama dengan teman-teman KKN-nya, ada

beberapa teman Zakir yang merokok dan Zakir terlihat sangat tidak

nyaman dengan keadaan tersebut. Ia terlihat seringkali mengibas-

ngibaskan tangan dan menutup hidung.

71

Wawancara pribadi dengan Elci Nurullah, mahasiswa Turki, 23 Mei 2016, via email.

Page 69: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

56

Disinilah salah satu peran Fethullah Gulen Chair untuk membantu

mahasiswa Indonesia agar lebih baik lagi, berikut adalah kutipan hasil

wawancara dengan Dr. Ali Unsal:

“Visi misinya adalah mengenalkan pikiran-pikiran Fethullah

Gulen sebagai „alim ulama islam yang berasal dari Turki,

pikiran-pikirannya mengenalkannya di Indonesia di aspek

akademik, akademic research. Bagaimana pikiran-pikiran ini

bisa tersebar. Hidup dengan menghidupkan orang lain

Fethullah Gulen bilang, aspek hidup semua, generasi ini

harus berkhitmah. Mereka berkorban sendiri. Mereka tidak

punya akhlak yang jelek. Mereka tidak ada alkohol, tidak ada

zinah, tidak ada termasuk rokok. Mereka tidak suka merokok.

Satu anak tidak masuk kriminal, sampai 50 tahun, jutaan

orang, semua orang akan dermawan dan damai.”72

Selain menjadi Direktur di kantor Fethullah Gulen Chair, Dr. Ali

Unsal juga mengajar di beberapa Fakultas di UIN Jakarta. Di dalam kelas

ia juga sering kali mengenalkan pikiran-pikiran dari Hoja Effendy atau

biasa dikenal dengan Fethullah Gulen terkait dengan pikiran-pikirannya

yang hidup dengan menghidupkan orang lain. Hal ini dilakukan agar

mahasiswa Indonesia memiliki akhlak yang baik, terhindar dari hal-hal

yang negatif, dan peduli dengan keadaan disekitar.

Selama berkuliah di UIN Jakarta, mahasiswa Turki mencoba untuk

bergaul dan berusaha agar bisa berbaur dengan mahasiswa Indonesia

lainnya. Komunikasi antarbudaya yang terjadi antara mahasiswa Turki

dengan mahasiswa Indonesia menunjukkan adanya nilai kemanusiaan

yang mereka terapkan. Hal ini dapat dilihat dari mahasiswa Turki yang

berusaha menjaga sikap dan memilih untuk diam ketika mereka merasa

tidak nyaman dengan perilaku mahasiswa Indonesia yang berbeda dengan

72

Wawancara Pribadi dengan Dr. Ali Unsal, Jakarta, 19 April 2016.

Page 70: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

57

kebiasaan di Turki. Meskipun sering kali terjadi kesalahpahaman akibat

perbedaan tersebut, mereka tetap mencoba untuk bisa menumbuhkan sikap

saling menghargai.

Mahasiswa Turki di UIN Jakarta menyadari, dalam mewujudkan

komunikasi yang efektif dengan latar budaya yang berbeda, tidaklah

mudah. Mereka harus berusaha agar komunikasi yang dilakukan dengan

mahasiswa Indonesia dapat berjalan dengan baik. Dalam mewujudkan

komunikasi yang efektif, tentunya ada beberapa hal yang harus

diperhatikan, salah satunya munculnya sikap prasangka sosial, akibat

perbedaan yang terjadi di antara mahasiswa Turki dan mahasiswa

Indonesia. Jika hal ini dibiarkan maka akan terjadi disintegrasi sosial. Hal

seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan oleh mahasiswa Turki di UIN

Jakarta.

Hal di atas sesuai dengan bentuk komunikasi antarbudaya yang

telah dibahas pada bab sebelumnya yang menjelaskan bahwa ketika dua

budaya (budaya Turki dan budaya Indonesia) berkomunikasi, maka akan

ada dua kemungkinan yang dapat terjadi. Pertama, komunikasi akan

berhasil sehingga menyebabkan berkurangnya kecemasan antara

mahasiswa Turki dan mahasiswa Indonesia, sehingga akan muncul

keharmonisan di antara mereka. Kedua, komunikasi yang terjadi akan

gagal dan menyebabkan kecemasan semakin meningkat serta tidak adanya

relasi antarpribadi. Untuk dapat memahami mengenai komunikasi yang

terjadi pada mahasiswa Turki di UIN Jakarta, dapat dilihat pada gambar

model komunikasi antarbudaya berikut:

Page 71: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

58

Gambar 9: Model komunikasi antarbudaya

Berdasarkan gambar di atas, komunikasi akan menjadi efektif

ketika tingkat ketidak pastian menjadi lebih sedikit. Begitu juga

sebaliknya, komunikasi menjadi kurang efektif apabila tingkat kecemasan

yang terjadi semakin meningkat. Berdasarkan latarbelakang mahasiswa

Turki dan mahasiswa Indonesia yang berbeda, tentunya semua

kemungkinan di atas dapat terjadi.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa

informan, maka peneliti menemukan bahwa rendahnya tingkat kecemasan

yang dialami mahasiswa Turki di UIN Jakarta. Hal tersebut tentunya akan

membawa komunikasi yang terjadi menuju ke arah yang lebih baik,

C

B A

Strategi

Komunikasi yang

akomodatif

Kebudayaan Kebudayaan

Kepribadian Kepribadian

Persepsi

terhadap

relasi

antarpribadi

Persepsi

terhadap

relasi

antarpribadi Ketidakpastian

Kecemasan

Page 72: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

59

sehingga perbedaan di antara mereka akan tertutupi karena adanya

peleburan budaya yang dirasakan oleh mahasiswa Turki dan mahasiswa

Indonesia.

Berikut adalah kutipan hasil wawancara peneliti dengan Kadar

Turker, mahasiswa asal Turki yang mecoba untuk belajar bahasa Indonesia

dan mulai mengetahui beberapa bahasa di Indonesia:

“Saya nanti datang kesini saya ambil kursus bahasa Indonesia, setelah

udah selesai kursus bahasa Indonesia, saya daftar UIN gitu. Untuk tahun

pertama untuk saya susah, tapi alhamdulillah kalau saya sudah belajar

bahasa lama-lama bisa. Tapi teman-teman juga bantu saya kalau saya

ada yang bingung. Bahasa Jawa yaa, karena kita disini pakai itu kan

bahasa biasa ya bahasa Indonesia semuanya, kalau kita kan mau belajar

ini nanti kalo diganti dengan yang Jawa atau Sumatera nanti beda, tapi

tidak beda banget. Misalkan saya cuman dengar dari nomor-nomor gitu,

itu dia juga beda. Satu, dua, itu jadi siji, loro. Itu kan beda. Seperti bahasa

yang baru lagi. Misalkan bahasa yang gaul atau bahasa syarat gitu.”73

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat terlihat adanya usaha

yang dilakukan oleh mahasiswa Turki untuk dapat berbaur dengan

mahasiswa Indonesia. Pada awalnya ia merasa bingung, namun ia tetap

belajar sehingga seiring berjalannya waktu, ia lancar dalam berbahasa

Indonesia. Bahkan, ia mengetahui beberapa bahasa di Indonesia seperti

bahasa Jawa dan Sumatera serta bahasa gaul yang biasa digunakan oleh

mahasiswa Indonesia. Semua ini dapat terjadi karena bantuan dari

mahasiswa Indonesia. Hal ini tentunya memberikan pengaruh pada

komunikasi antarbudaya yang terjadi di antara mereka.

2. Adaptasi dengan Budaya Baru

Bagi mahasiswa Turki, adaptasi yang dilakukan dari awal mereka

datang ke Indonesia dilakukan dengan penuh rintangan. Memasuki negara

73

Wawancara pribadi dengan Kadar Turker, mahasiswa Turki, 13 Mei 2016.

Page 73: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

60

Indonesia yang sebagian besar belum pernah mereka kunjungi menjadikan

proses adaptasi yang dilakukan menjadi amat sulit.

Dari hasil wawancara peneliti dengan para mahasiswa Turki,

alasan mereka datang ke Indonesia adalah untuk menuntut ilmu dan

mendapatkan gelar sarjana. Mereka tidak memiliki keluarga dan datang ke

Indonesia hanya seorang diri. Karena kehadiran mereka di Indonesia

karena suatu kebutuhan, pada akhirnya mereka banyak beradaptasi dengan

mahasiswa Indonesia agar memahami budaya di Indonesia dan melakukan

hal yang sama dengan mahasiswa Indonesia.

Pada tahap awal, mahasiswa Turki mempelajari bahasa Indonesia

terlebih dahulu. Mereka les bahasa Indonesia agar dapat berinteraksi

dengan mahasiswa Indonesia. Berikut adalah kutipan hasil wawancara

dengan Kadar Turker:

“Saya nanti datang kesini saya ambil kursus bahasa Indonesia,

setelah udah selesai kursus bahasa Indonesia, saya daftar UIN

gitu. Untuk tahun pertama untuk saya susah, tapi alhamdulillah

kalau saya sudah belajar bahasa lama-lama bisa. Tapi teman-

teman juga bantu saya kalau saya ada yang bingung. Bahasa Jawa

yaa, karena kita disini pakai itu kan bahasa biasa ya bahasa

Indonesia semuanya, kalau kita kan mau belajar ini nanti kalo

diganti dengan yang Jawa atau Sumatera nanti beda, tapi tidak

beda banget. Misalkan saya cuman dengar dari nomor-nomor gitu,

itu dia juga beda. Satu, dua, itu jadi siji, loro. Itu kan beda. Seperti

bahasa yang baru lagi. Misalkan bahasa yang gaul atau bahasa

syarat gitu.”74

Setelah mereka menyadari bahwa bahasa Indonesia yang mereka

pelajari di tempat les berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam

kehidupan sehari-hari, para mahasiswa Turki ini mulai belajar agar dapat

74

Wawancara pribadi dengan Kadar Turker, mahasiswa Turki, 13 Mei 2016.

Page 74: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

61

berbaur dengan bahasa yang digunakan oleh mahasiswa Indonesia pada

umumnya. Hal ini akan berdampak pada perubahan kebiasaan dan perilaku

bagi para mahasiswa Turki. Hal ini terlihat dari Kadar Turker yang juga

kerap kali sudah terbiasa dan nyaman dengan budaya dan kebiasaan orang

Indonesia. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Kadar Turker

terkait dengan beberapa aktivitas yang pernah ia lakukan di Indonesia:

“ya saya bukan cuma yang Indonesia, saya suka dari karakter saya

juga saya ingin tau mau apa-apa gitu budayanya, saya ingin tau

dan saya sudah cari-cari tau juga culture. Misalkan ada yang

misalkan saya pakai jalan, itu angkot gitu, naik angkot nanti disitu

ada mereka lihat kita mau bicara tapi mereka sedikit. saya bicara

atau engga gitu, takut beda bahasa, nanti kalo mereka atau kita

sudah bisa bahasa Indonesia mereka juga mau ngobrol gitu,

senang gitu

Kalo nanti misalkan saya tau budaya yang lain kan seneng kan,

jadi pintar gitu ya. Batik gitu ada dimana-mana, batik juga beda

yaa, macam-macam gitu. Ke pasar gitu kan, orang asing dimana-

mana kalo jual harganya jadi sedikit tinggi gitu ya, soalnya kan itu

orang asing. Nanti mereka dari mahal, nanti temen-temen kita

bantu gitu. Iya saya suka dan sudah biasa juga makanannya yang

bumbu, iya rempah.”75

Berdasarkan hal di atas, Kadar Turker mengatakan bahwa ia sering

kali menggunakan angkot sebagai angkutan umum sehari-hari. Ketika

berada di angkot, ia merasa orang Indonesia yang berada di dalam angkot

ingin menyapanya, tapi mereka takut karena menganggap bahwa Kadar

tidak bisa berbahasa Indonesia. Kadar ingin menyapa mereka tetapi ia juga

khawatir kalau bahasa yang ia gunakan salah. Karena itu ia ingin

mempelajari bahasa Indonesia agar dapat berkomunikasi dengan orang

Indonesia. Selain itu, Kadar juga pernah mendatangi pasar tradisional dan

ia menyadari kalau orang asing yang belanja di pasar, harganya akan

75

Wawancara pribadi dengan Kadar Turker, mahasiswa Turki 13 Mei 2016.

Page 75: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

62

ditinggikan. Hal ini juga diperkuat oleh Iqlima selaku teman Kadar di

Fakultas Tarbiyah terkait dengan kesukaan Kadar di Indonesia:

“dia suka nanya kalo Indonesia kerudungannya yang khas kaya

gimana, lebih ke fashion si. Terus nanya tempat-tempat traveling di

Indonesia. Dan kalo Kadar tuh tipe yang suka jalan-jalan loh wi.

Kan dia pernah ke Bandung waktu itu trus ke Semarang apa Yogya

gitu, apa dua-duanya kali ya, mungkin pernah juga.”76

Dari jawaban Iqlima, sudah terlihat bahwa ada usaha Kadar yang

ingin mempelajari budaya Indonesia dan menerapkannya ke dalam

kehidupan sehari-hari. Kadar sering menanyakan fashion Indonesia yang

sedang trend, dan menurut pengakuan Kadar, ia juga menyukai batik dan

makanan-makanan khas Indonesia. Proses enkulturasi telah terjadi pada

Kadar, ia sudah mulai menginternalisasikan budaya Indonesia ke dalam

kehidupan sehari-hari. Dan hal ini menunjukkan adanya perubahan yang

signifikan dari Kadar Turker.

Ada juga mahasiswa Turki lain yang bernama Zakir Ekin yang

terlihat ingin mempelajari budaya Indonesia dan menerapkan ke dalam

kehidupan sehari-hari. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan

Kaisan Putera:

“Keliatan ko kalo dia mau tau, dari cara dia pengen belajar

bahasa Indonesia, trus dia mau ngikutin bahasa-bahasa gaulnya

kita, trus cara bercandanya, trus kaya cara dia pengen pake

sarung gitu. Kalo disana kayanya kan ga ada kali ya, sarung gitu,

dia tuh pengen make sarung, mungkin gara-gara terlalu tinggi kali

ya jadi susah nyari sarung yang pas. Kan yang kita bawa pas KKN

yaa sebadan kita, sedangkan dia tinggi banget. Kalo sate nasi

goreng keliatannya dia kurang suka deh, pernah nyobain waktu itu,

tapi mungkin gara-gara anak KKN juga yang masak si. Mungkin

juga karna masakannya yang ga enak jadi dia ga suka.”77

76

Wawancara pribadi dengan Iqlima, mahasiswa Indonesia, 28 Mei 2016. 77

Wawancara pribadi dengan Kaisan Putera, mahasiswa Indonesia, 20 Mei 2016.

Page 76: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

63

Dari jawaban Kaisan di atas terlihat bahwa selama di desa KKN,

Zakir terlihat ingin mengikuti budaya kita dengan menggunakan kain

sarung untuk solat. Menurut sepengetahuan Kaisan, di Turki, Zakir tidak

menggunakan kain sarung sebagai alat untuk solat. Jadi ketika mereka

melaksanakan solat dengan sarung, Zakir juga ingin memakainya.

Menurut Kaisan, Zakir tidak menyukai makanan khas Indonesia seperti

nasi goreng dan sate. Namun, hal ini diduga karena teman sekelompok

KKN mereka yang memasak. Setelah peneliti bertanya dengan Zakir,

ternyata Zakir menyukai makanan khas Indonesia seperti nasi dendeng,

nasi uduk dan gorengan.78

Satu lagi mahasiswa Turki di UIN Jakarta yang terlihat ingin

mempelajari budaya Indonesia. Ketika peneliti bertemu dengan Meryam

Sari, peneliti sudah dapat melihat antusias Meryam sangat besar untuk

mempelajari budaya Indonesia. Hal tersebut terlihat dari cara Meryam

bercerita mengenai Indonesia, berikut kutipan hasil wawancara dengan

Meryam:

“ada teman yang pernah memberikan saya makan dan itu sangat

enak seperti cemilan pisang ditempelkan bubuk coklat tapi saya

lupa teman saya asal dimana, nanti saya beritahu kalau saya

bertemu. Teman UIN sangat baik kepada kami yang bukan warga

Indonesia. Mereka terlihat sangat suka tersenyum kepada kami

jadi kami juga ikut baik kepada mereka. Kalau saya mulai cocok

dengan semuanya karena kan makanan Indonesia beda rasa ya

jadi prosesnya lama juga. Kalau sekarang saya suka sama nasi

goreng yang ada di jalan dekat kampus dua yang banyak apa itu

namanya, bawang yaa Aceh atau nasi goreng Aceh. Lalu saya suka

bicara dengan teman mengenai hal-hal yang terkenal di Indonesia

dan saya pingin gitu ikut. Saya tau batik Indonesia banyak dan

motifnya bagus. Saya ada rencana ke Jawa karena menurut teman

disana batiknya banyak macam. Saya sedang tidak pakai batik

78

Wawancara pribadi dengan Zakir Ekin, mahasiswa Turki, 19 Mei 2016, via Line.

Page 77: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

64

biasa hari saya suka pakai karena saya terlihat keren ya kalau

pakai batik. Kalau makanan saya banyak suka tapi belum semua

telah dicoba. Saya suka nasi goreng Aceh, soto ayam saya lupa

nama yang ikan lalu ada cabai, yaa pecel lele juga.”79

Berdasarkan cerita Meryam di atas, terlihat bahwa Meryam sangat

menyukai makanan, pakaian dan kebiasaan orang Indonesia yang suka

tersenyum dan hal ini membuatnya membalas keramahan mahasiswa

Indonesia. Proses enkulturasi terlihat jelas pada keseharian Meryam Sari

yang ingin mencoba banyak makanan yang ada di Indonesia, lalu rencana

Meryam untuk jalan-jalan ke pulau Jawa untuk mencari baju batik.

Bahkan, menurut pengakuan Meryam, biasanya ia suka menggunakan

baju batik ketika datang ke UIN Jakarta.

Para mahasiswa Turki di UIN Jakarta perlahan-lahan telah

mengalami perubahan tanpa mereka sadari. Hal ini tentunya juga akan

membawa rasa bingung pada diri mereka untuk mempertahankan

kebiasan lamanya atau bahkan malah mengadopsi budaya baru yang ada

di Indonesia. Menurut salah satu Teman Zakir Ekin yang bernama Kaisan

Putera, Zakir pernah ditegur karena mencoba untuk mempertahankan

kebiasaan lamanya selama ia di Turki. Berikut kutipan hasil wawancara

dengan Kaisan Putera:

“waktu itu di SD kan ngajar tuh, nah kalo dia, anak SD itu

dipegang-pegang sama dia, dicium keningnya, katanya si kalo di

Turki kebiasannya kaya gitu. Nah pas kita rapat, kita pada bilang,

“Zakir, lu jangan pegang-pegang anak SD, soalnya disini beda”

trus dia bales, “kalau disana kalau kita megang dan nyium anak

SD kaya gitu tandanya kita sayang sama anak kecil”, terus

akhirnya kita bilangin kalo yaa ga bisa soalnya nanti bisa dikira

79

Wawancara pribadi dengan Meryam Sari, mahasiswa Turki, 24 Mei 2016.

Page 78: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

65

pedofil. Gitu jadi, kaya beda-beda gitu doang si karna beda

budaya ya.”80

Berdasarkan hasil wawancara di atas, terlihat sempat terjadi

perlawanan yang dilakukan Zakir Ekin mengenai kebiasaan yang biasa ia

lakukan selama di Turki. Namun setelah Kaisan beri tahu bahwa di

Indonesia hal tersebut tidak diperkenankan, Zakir Ekin memilih untuk

diam. Hal ini peneliti anggap wajar karena ketika seseorang memasuki

wilayah baru, tentunya ada kebiasaan-kebiasaan yang diterapkan oleh

masyarakat pribumi setempat. Peneliti juga sempat mewawancarai salah

satu staff di kantor PLKI bernama Indah Kusuma. Mahasiswa Turki

dianggap tidak sopan karena kerap kali masuk ke kantor PLKI tanpa

mengucap salam atau tersenyum. Berikut hasil kutipan wawancara

dengan Indah Kusuma:

“Mereka tuh kurang gaul, kalo dateng kesini mah ya ga nyapa apa

lah atau apa kek gitu engga, duduk duduk aja. Beda maksudnya,

beda sama. Ini kan kita lagi banyak banget mahasiswa asal Gamia.

Gamia mah malah sopan, beda banget deh. Dateng mah nyegir

gitu, walaupun dia dateng segerombolan juga kita mah seneng kan

soalnya ramah. Iya mereka baru pada datang. Beda sama Turki.

Ada yang ga senyum ada yang ga salim. Dateng mah dateng aja

gitu, terkadang juga saya suka aneh si. kalo aku pribadi si aku

diemin aja, kalo dia jutek aku jadi ikutan jutek juga kan. Mungkin

ga semuanya gitu, cuma sebagian aja. Mereka ga pernah kenalan

sama aku, ga pernah. jadi aku diem aja. jadi mereka kalo kesini

yaa ga kenal muka kalo ga sama Pak Furqon soalnya udah lama

kan.”81

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Indah Kusuma,

mahasiswa Turki di UIN kerap kali datang ke kantor PLKI tanpa

mengucap kata permisi atau salam. Menurutnya, hal ini berbeda dengan

80

Wawancara pribadi dengan Kaisan Putera, mahasiswa Indonesia, 20 Mei 2016. 81

Wawancara pribadi dengan Indah Kusuma, staff di kantor PLKI, 26 Mei 2016.

Page 79: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

66

mahasiswa asal Gambia yang kalau datang selalu tersenyum dan

mengucap salam.

Sempat dua orang asal Turki ditegur oleh Pak Furqon karena

mereka tidak sopan ketika masuk ke ruangan PLKI. Dan setelah kejadian

tersebut, mahasiswa Turki yang datang ke kantor PLKI, mulai mengucap

salam dan tersenyum.

Page 80: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan data-data yang peneliti

kumpulkan mengenai komunikasi antarbudaya pada proses enkulturasi

mahasiswa Turki di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah-Jakarta,

dapat peneliti tarik kesimpulan sebagai hasil penelitian, yaitu sebagai

berikut:

1. Komunikasi antarbudaya yang terjadi antara mahasiswa Turki dan

mahasiswa Indonesia terjadi dalam bentuk komunikasi interpersonal

dan komunikasi kelompok. Biasanya mereka saling berdiskusi dengan

teman satu kelas mengenai hal-hal yang penting untuk dibicarakan.

Dari dua orang yang saling berbicara, pada akhirnya mereka akan

membentuk satu kelompok untuk mendiskusikan suatu hal.

2. Proses adaptasi mahasiswa Turki di UIN Jakarta dilalui penuh dengan

rintangan dan banyak mengalami kesulitan. Pada awal mereka datang

ke Indonesia dan mulai mempelajari bahasa beserta budayanya,

mereka kerap kali merasa bingung karena bahasa Indonesia dianggap

sangat banyak dan budaya Indonesia dianggap sangat beragam. Secara

bertahap mahasiswa Turki dapat mempelajari budaya Indonesia dan

mulai menerapkan ke dalam kehidupan sehari-hari. Proses enkulturasi

yang dialami mahasiswa Turki belum berjalan dengan semestinya,

karena sampai saat ini mereka masih merasa bingung dan mengalami

kesulitan dalam proses komunikasi.

Page 81: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

68

B. Saran

Dalam kesempatan ini, peneliti mengemukakan beberapa saran

yang berhubungan dengan komunikasi antarbudaya pada proses

enkulturasi mahasiswa Turki di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah-Jakarta:

1. Penulis berharap UIN Jakarta dapat menjadi kampus yang dapat

menyatukan mahasiswa-mahasiswa asing yang berbeda budaya,

sehingga tidak ada permasalahan yang muncul dan melibatkan

perbedaan agama, suku, ras, bahasa, ideologi dan sebagainya.

2. Semoga kiprah Fethullah Gulen Chair di Indonesia semakin baik demi

mewujudkan pikiran-pikiran Hoja Effendi dalam memanusiakan

manusia. Dan penulis berharap, kantor Fethullah Gulen Chair dapat

lebih banyak lagi untuk bekerjasama dengan lembaga-lembaga di

Indonesia bahkan mancanegara untuk menyebarkan visi-misinya.

3. Semoga mahasiswa asing, terutama mahasiswa Turki dan mahasiswa

Indonesia di seluruh dunia dapat lebih menghargai arti dari sebuah

perbedaan.

Page 82: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

69

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku dan Artikel

Anila, Upik, Komunikasi Antarbudaya di Pondok Pesantren Darunnajah

Ulujami, Jakarta: Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah-Jakarta,

2015.

AW, Suranto, Komunikasi Sosial Budaya, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Brent D. Ruben & Lea P. Stewart, Komunikasi dan Prilaku Manusia,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013.

Cangara, Hafied, Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Devito, Joseph A, Komunikasi Antarmanusia, Jakarta: Profesional Books,

1997.

Djam‟an Satori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif,

Bandung: Alfabeta, 2010.

Dominick, Joseph R, The Dynamics of Mass Communication: Media in the

Digital Age, 7th edition, McGraw Hill, 2002.

Effendi, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1992.

Effendi, Onong Uchjana, Spektrum Komunikasi, Bandung: Bandar Maju,

1992.

Fajar, Marhaeni, Ilmu Komunikasi Teori & Praktik, Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2009.

Gudykunst, William, Communicating with Strangers, Library of Congress

Cataloging in Publication Data, 1984.

Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, Jakarta:

UIN press, 2006.

Liliweri, Alo, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2011.

Liliweri, Alo, Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta:

PUSTAKA PELAJAR, 2011.

Page 83: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

70

Liliweri, Alo, Makna Komunikasi dalam Komunikasi Antarbudaya,

Yogyakarta: PT. Lkis Pelangi Askara, 2007

Lubis, Mochtar, Manusia Indonesia, Jakarta: Idayu Press, 1977.

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Rosdakarya,

2007.

Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Mulyana, Deddy, Komunikasi Antarbudaya, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2009.

Mulyana, Deddy, Komunikasi Efektif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2005.

Pitriani, Pipit, Akulturasi Budaya Antara Tradisi Sunda Wiwitan dengan

Islam Dalam Bentuk Ritual Sesajen di Desa Narimbang,

Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang. Jakarta: Skripsi

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah-Jakarta, 2010.

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN PRESS, 2007.

Rozak, Yusron, Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran

Sosiologi Perspektif Islam, Jakarta: Laboratorium Sosiologi

Agama, 2008.

Samovar, Larry A, Komunikasi Lintas Budaya, Jakarta: Salemba

Humanika.

Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2011.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1999.

Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi, Jakarta:

Salemba Humanika, 2008.

Stewart L. Tubss & Sylvia Moss, Human Communication (Konteks-

konteks Komunikasi), Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Syukri, Ahmad, Komunikasi Antarbudaya: Studi pada Pola Komunikasi

masyarakat suku Betawi dengan Madura di Kelurahan Condet

Batu Ampar, Jakarta: Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Page 84: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

71

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah-Jakarta,

2013.

Wood, Julia T, Communication in Our Lives, Wadsworth Cengage

Learning: Boston, 2009.

Mengenal lebih Dekat Fethullah Gulen Chair, Jakarta: Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, 2014.

B. Web Site

http://www.uinjkt.ac.id/?p=7986.

www.fgulenchair.com

C. Wawancara Pribadi

1. Dr. Ali Unsal, Direktur kantor Fethullah Gulen Chair UIN Jakarta

2. Kadar Turker, mahasiswa Turki Fakultas Tarbiyah

3. Meryam Sari, mahasiswa Turki Fakultas Tarbiyah

4. Zakir Ekin, mahasiswa Turki Fakultas SAINTEK

5. Elci Nurullah, mahasiswa Turki Fakultas Tarbiyah

6. Kaisan Putera, mahasiswa Indonesia Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi

7. Iqlima, mahasiswa Indonesia Fakultas Tarbiyah

8. Indah Kusuma, Staff Pusat Layanan Kerja Internasional (PLKI) UIN

Jakarta

Page 85: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

72

LAMPIRAN

Page 86: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

73

Page 87: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

74

Page 88: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

75

HASIL WAWANCARA

Nama : Dr. Ali Unsal

Jabatan : Direktur Fethullah Gulen Chair

Hari/Tanggal : Selasa, 19 April 2016

Waktu Wawancara : 13.05-13.45

Tempat Wawancara : Kantor Direktur Fethullah Gulen Chair

1. Bagaimana awal terbentuknya Fethullah Gulen Chair?

Fethullah Gulen Hojaeffendi sangat terkenal di seluruh dunia dan

menginspirasi generasi yang muda dan jutaan orang terinspirasi oleh

beliau. Dia salah satu „alim ulama. Dia memiliki sekitar 80 buku, ribuan

kasetnya dan dia punya mimpi, gimana di abad ini islam Islam tidak

present dengan baik tidak dengan damai, karena di dunia ini Islam seperti

orang-orang Islam mempresentasikannya kurang, ilmunya kurang,

praktiknya kurang, dimana-mana

Di Turki, dia berfikir kalau kami bisa mendidik generasi yang baru dengan

nilai-nilai islam, dengan akhlakul karimah dari Rasulullah SAW dan

sahabatnya, tetapi mereka beradaptasi modern. Artinya generasi ini harus

mempunyai akhlakul karimah, kejujuran, kebersihan, suci, jujur dan lain-

lainnya. Tetapi mereka bisa berbicara dengan beberapa bahasa, termasuk

utama ini bahasa Inggris atau bahasa Prancis atau bahasa Arab, yang

Page 89: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

76

bahasa besar-besar dan bahasa sendiri juga. Juga mereka punya ilmu

pengetahuan. Dengan ini, dengan doa saya, generasi ini dengan ilmu

pengetahuan, ilmu Islam atau akhlakul karimah, bisa representasi Islam di

dunia ini. Islam itu Peace, damai. Tapi representasinya kurang di dunia

Gimana Islam itu Rakhmatan Lil‟alamin? Ya ini mimpinya. Ia mulai

menjalani 50 tahun yang lalu. Kalau saya mendidik generasi yang baru,

mereka bisa mengajar ke generasi yang lain. Dan dimulai di Turki. Yang

pentingnya, misalnya dakwah Rasulullah SAW, dua macam, berbicara,

kasih tau, ambil wahyu dan kasih tau serta jelas mereka. Yang kedua

temphty, temphty itu praktice, praktik. Dia melakukan sendiri. Ibadahnya,

akhlaknya, semua dari al-qur‟an, karena membaca al-quran. Akhlaknya

Rasulullah SAW, itu al-qur‟an. Ia melakukan praktiknya sendiri dulu.

Semua ada metodologinya

Apa maksud saya, Hoja Effendi, Fethullah Gulen, dulu dia baca, apapun

dia dapat, ia baca. Ia hatam al-quran pertama kali, empat tahun, anak kecil.

Sepuluh tahun ia hafal semua qur‟an dan menghafalnya Allah kasih

hadiah, sangat kuat. Kalau ia dengar satu kalimat saja, dia langsung hafal.

Di madrasah, pesantren misalnya ayahnya imam juga tapi miskin, dia tidak

punya buku. Harus kasih hafalan kepada gurunya dulu metodologinya

begitu. Dia mendengar satu kalimat langsung hafal. Jadi dia kasih

homeworknya kepada gurunya tanpa buku. Dia baca buku history, sains,

kimia, biologi, sastra barat, sastra timur, semuanya. Tapi dilarang di

madrasahnya, rahasia dia baca. Apa artinya, dia bilang, di madrasah tidak

bisa baca buku-buku yang lain, harus fokus ke hadits saja. Dia dididik

Page 90: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

77

sendiri, fokus pendidikan sendiri. Dia mencoba hidup seperti Rasulullah

SAW dan para sahabatnya. Sangat sederhana. Dia tidur hanya dua jam,

sehari. Kalau dia tidur tiga jam, dia pusing. Makan satu kali dan roti kecil

itu. Ia fokus ilmu. Ia belum menikah. Dia fokus di agama dan ilmu.

Kemudian dia lihat generasi hampir hilang di Turki. Selalu perang. Di

Masjid-masjid, jamaah semua orang tua. Tidak ada lagi anak SMP, SMA,

Universitas. Dia khawatir, kalau generasi hilang, gimana? Ini tanggung

jawabnya. Dia punya mimpi, kami harus mendidik generasi emas, golden

generation. Apa golden generation? Mereka harus dapat ilmu pengetahuan

dan ilmu agama. Dan dia jadi penceramah. Usianya 17 tahun. Dan ilmunya

sangat kuat. Dia juga baca ensiklopedia

Di tradisi Turki ada yang namanya wa‟as, sebelum solat jumat ada

ceramah, satu setengah jam. Ada orang muda yang wa‟as, sangat bagus,

masih muda. Ada seorang anak muda datang, tapi dia minum alkohol, dia

punya senjata, kalau kami bilang, seperti geng gitu, seperti mafia. Gimana

saya pergi ke masjid? Saya datang ke masjid, tapi saya duduk disitu.

Kenapa? Karna saya tidak suka masjid, saya tidak suka solat, seperti itu.

Sang penceramah mulai ceramah, dia berbicara dengan biologi, fisika, dia

berbicara dengan ilmu-ilmu yang lain. Dia bilang, Islam tidak perang

dengan ilmu-ilmu lain. kemudian muda itu berjanji akan datang lagi dan

bertanya solat jumat berapa rakaat? Lalu di jawab, dua rakaat. Dan dia ikut

setiap minggu. Apa artinya? Orang yang lain, mereka suka Hoja Effendy.

Hoja artinya guru, Effendi artinya yang terhormat. Semua orang tau dan

suka Hoja Effendy. Dia bilang ini kredit. Saya harus pakai kredit ini,

Page 91: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

78

bukan untuk fashion. Untuk generasi. Dan dia mendorong masyarakat

yang orang bisnis, orang kaya, orang muslim, orang dermawan untuk

bangun sekolah. Sekolah modern. Ayo buka sekolah sendiri dengan

pendidikan modern dan akhlak yang mulia

Kalau sekolah Kharisma bangsa itu pemiliknya orang Indonesia, bukan

Turki. Yayasan Indonesia tapi kerjasama dengan Fethullah Gulen.

Di Turki sangat sukses sekolahnya. Tapi Hoja Effendi mengajak orang

dermawan supaya jadi guru. Kami menyebut ini hizmet, gerakan sosial.

Bukan politik, bukan dari pemerintah, fokus pendidikan, namanya hizmet.

Apa itu? Orang-orang yang terinspirasi oleh Fethullah Gullen tapi fokus

pendidikan atau peran dengan social problem. Misalnya kebodohan,

kemiskinan dan konflik. Tiga masalah besar.

Fethullah Gulen bilang, aspek hidup semua, generasi ini harus berkhitmah.

Mereka berkorban sendiri. Mereka tidak punya akhlak yang jelek. Mereka

tidak ada alkohol, tidak ada zinah, tidak ada termasuk rokok. Mereka tidak

suka merokok. Satu anak tidak masuk kriminal, sampai 50 tahun, jutaan

orang, semua orang akan dermawan dan damai

Di Irak, ada khurdi, sunny semua campur, tapi tidak ada konflik di

sekolah-sekolah ini, ada 30an sekolah ada disana. Ada satu Thesis tentang

fungsi-fungsi hizmet, solusi masalah konflik di Timur Turki. Ada satu

teroris PKK, tapi hizmet juga disana buka reading house, rumah baca, ini

bebas, gratis, semua anak fakir miskin bisa datang. Disana ada guru,

mereka bantu. Kalau mereka tidak datang, guru akan ngambil anak-anak

ke gunung, diajak. Ini menjaga anak-anaknya dari terorisme

Page 92: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

79

Fethullah Gullen Hojaeffendi fokus pada pendidikan, di Turki dulu, baru

dunia. Bagaimana pikiran-pikiran ini bisa tersebar. Hidup dengan

menghidupkan orang lain. Jangan konflik. Hizmet tidak untuk akternatif

yang lain. misal, di Indonesia hizmet datang kesini mau kerja sama dengan

pemerintah, kalau pemerintah ini bersih, legal, tidak ada gelap. Kami

punya pikiran, hizmet tidak punya alternatif untuk yang lain, bisa

kerjasama tapi hubungannya harus baik dan tidak gelap

Atas nama Fethullah Gullen, dibuka ini selama tujuh tahun dan kami

berorganisasi untuk mengenalkan pikiran-pikiran ini

2. Sejak kapan masuknya Fethullah Gulen Chair di Universitas Islam

Negeri Jakarta?

Fethullah Gulen Chair or the Turkies Studies, nama aslinya. Sudah

dibangun atau didiri oleh UIN Syarif Hidayatullah dan waktu itu sudah

ada wasiat, didiri dengan orang dermawan dan direktorat orang Turki

datang kesini dan kerja sama dengan orang Indonesia, waktu itu Bapak

Qomaruddin Hidayat. Dan mereka bersama, setuju untuk mendirikan

Fethullah Gulen Chair, waktu itu tahun 2009. Waktu itu saya di Amerika,

bukan disini, lalu saya diundang sebagai direktur Turki dan menjadi dosen

di beberapa fakultas disini

Selama tujuh tahun Fethullah Gulen chair melakukan kegiatannya atau visi

misinya. Visi misinya adalah mengenalkan pikiran-pikiran Fethullah

Gulen sebagai „alim ulama islam yang berasal dari Turki, pikiran-

Page 93: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

80

pikirannya mengenalkannya di Indonesia di aspek akademik, akademic

research

3. Sejak kapan masuknya mahasiswa Turki di UIN Jakarta?

Orang hizmet datang kesini untuk promosi, memperkenalkan orang muda

di Turki. Kalau tidak mau di Turki atau tidak ada kesempatan di Turki,

ayo disini ada Indonesia, kami punya hubungan dengan universitas seperti

UIN, mereka bisa bantu, masyarakatnya sangat sopan sangat sederhana

atau rendah hati. Muda Turki sangat percaya. New Experience.

Pengalaman baru, mereka mau berkembang di luar negeri. Ini langsung

promosi dari sini ke Turki. Tapi bukan di UIN aja tapi di UI, UNJ dan

pulau-pulau lain juga ada di Kalimantan ada, di Jawa Tengah ada

Mahasiswa Turki yang pertama, kalau saya tidak salah 1994. Sebelum

chair

4. Apakah ada bentuk kegiatan yang dilakukan mahasiswa Turki dengan

mahasiswa Indonesia?

Ada. Dulu mahasiswa dan mahasiswi. Terutama mahasiswi, mereka mau

kegiatan-kegiatan disini, dan mereka datang ke saya bermusyawarah, kami

ada mahasiswi Indonesia dan mahasiswi Turki. Misalnya kegiatan budaya.

Saya bilang ini sangat bagus. Karena orang Turki tau Indonesia dari

Merapi dan khasnya. Ini jalan baik. Semua akan jadi ambassador. Mereka

hidup disini punya teman-teman baik dan mereka pulang ke Turki mereka

akan cerita. Ada 250 juta penduduk, tapi orangnya sangat rendah hati,

Page 94: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

81

sangat senyum. Ini sangat penting, ini bagus. Mahasiswa biasanya

berorganisasi, mereka lomba-lomba, baca buku ada. Misalnya siapa masak

baik, siapa jahit baik, siapa cantik, yang perempuan punya dress baik di

student center, mereka juga punya picnic or trip, mereka juga punya

kegiatan-kegiatan. mereka datang, kalau saya punya budget saya akan

bantu, kalau tidak punya saya bantu advice aja pikiran aja. Mereka sangat

aktif. Disini ada kursus bahasa Turki, bahasa Rusia, bahasa Arab, bahasa

Belanda, bahasa Inggris. Semua ada. Mau bahasa Rusia, orang dari Rusia,

mau Belanda orang dari Belanda. Mereka berorganisasi. Dan saya sangat

senang dengan semua aktivitas mereka

Narasumber Peneliti

Page 95: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

82

(Dr. Ali Unsal) (Dewi Mufarrikhah)

Nama : Kadar Turker (Mahasiswa Turki)

Usia : 24 tahun

Fakultas : TARBIYAH

Jurusan : Pendidikan Matematika

Waktu Wawancara : 20 Mei 2016

Tempat wawancara : Sekolah Kharisma Bangsa, Pondok Cabe

1. Apa alasan anda memilih UIN Jakarta sebagai tempat untuk belajar?

Saya ingin, kalau misalkan saya pilih Indonesia salah satunya kan itu, waktu

zaman saya di kuliah saya tidak bisa pakai jilbab dan alasan-alasan pertama

saya itu, nanti saya pilih-pilih tuh ya negeri yang muslim, gitu, lalu nanti itu

di Turki ada ujian seperti untuk keluar negeri, saya dapat beasiswa ke

Indonesia seneng deh saya. Iya saya nanti datang kesini saya ambil kursus

bahasa Indonesia, setelah udah selesai kursus bahasa Indonesia, saya daftar

UIN gitu, kalo misalkan ada syarat-syarat gitu kan yang UIN, kita harus tau

bahasa Indonesia ada TOEFL gitu bahasa Inggris atau bahasa Arab, kalo udah

lulus dari itu TOEFL atau bahasa-bahasa entar bisa masuk

2. Apa bahasa harian yang anda gunakan di kampus?

Biasanya kalo di kampus pakenya bahasa Indonesia. Saya kan kelas saya

semuanya orang Indonesia

Page 96: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

83

3. Berdasarkan yang anda ketahui, dari mana saja daerah asal teman-teman

mahasiswa Indonesia di sekitar anda?

Saya itu ya kalau teman-teman yang dulu saya tidak tau, tapi saya tinggal

disini udah lama ya enam tahun gitu, saya diskusi dan bicara dengan teman-

teman dimana-mana kita bisa ketemu dan saya misalkan tinggal di sekolah

Turki ya dari situ juga ada temen-temen yang banyak ada sekolah Turki kita

komunikasi dengan itu. Saya dengar dan kadang-kadang saya jalan juga, saya

sudah pergi ke Yogya, Bandung, Semarang. Kan waktu ada liburan panjang

suka jalan jadinya sama teman

4. Menurut anda, bagaimana komunikasi anda dengan mahasiswa Indonesia

di UIN Jakarta?

Bukan lancar banget, tapi alhamdulillah bisa, kadang-kadang saya mungkin

bicaranya salah gitu mereka bantu saya. Tapi yang kelas saya sudah mengerti

saya karena mereka, kalo saya bicara nanti mereka bisa berbalik ke saya, saya

selalu bersama siswi Karisma Bangsa ya, kita belajar bersama mereka juga

bantu kita. Alhamdulillah jadi lancar

5. Apakah anda bisa langsung akrab dengan mahasiswa Indonesia?

Yang sebelumnya susah karena kita tidak tahu bahasa yang misalkan mereka

mau komunikasi tapi dari komunikasi mereka juga susah, kan kadang-kadang

teman saya juga tidak tahu bahasa Inggris. Kalau kita juga tau bahasa Inggris

sedikit, kita tidak bisa. Nanti kita pakai bahasa badan. Iya nanti gitu kita

jelasin, untuk tahun pertama untuk saya susah, tapi alhamdulillah kalau saya

sudah belajar bahasa lama-lama bisa. Tapi teman-teman juga mengerti kalau

Page 97: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

84

saya butuh belajar banyak mengenai Indonesia dan bahasanya jadi mereka

bantu saya kalau saya ada yang bingung. Jadi awalnya yaa sulit

6. Bagaimana komunikasi dan interaksi yang anda lakukan dengan

mahasiswa Indonesia? Jelaskan.

Biasanya saya duluan yang mulai berkomunikasi dengan orang Indonesia,

karena itu kan kalau kita orang asing yang disini sedikit, menurut saya ini ya

saya tidak tau, takutnya mereka deket kita sedikit beda ya orang asing yang

tidak tau bahasa, kalau mereka misalkan ada yang misalkan saya pakai jalan,

itu angkot gitu, naik angkot nanti disitu ada mereka lihat kita mau bicara tapi

mereka sedikit, saya bicara atau engga gitu, takut beda bahasa, nanti kalo

mereka atau kita sudah bisa bahasa Indonesia mereka juga mau ngobrol gitu,

senang gitu

7. Dilihat dari perbedaan budaya dan bahasa antara mahasiswa Turki dan

mahasiswa Indonesia, apakah anda pernah mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi?

Kadang-kadang iya karena itu kan masih belum beberapa itu misalkan

bahasa yang gaul atau bahasa syarat gitu, itu kita sudah bisa dan mengerti,

tapi kalau untuk bahasa ilmu masih kurang

8. Diantara teman-teman mahasiswa Indonesia, etnik manakah yang sulit

diajak untuk berteman?

Bahasa Jawa yaa, karena kita disini pakai itu kan bahasa biasa ya bahasa

Indonesia semuanya, kalau kita kan mau belajar ini nanti kalo diganti dengan

yang Jawa atau Sumatera nanti beda, tapi tidak beda banget. Misalkan saya

Page 98: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

85

cuman dengar dari nomor-nomor gitu, itu dia juga beda. Satu, dua, itu jadi

siji, loro. Itu kan beda. Seperti bahasa yang baru lagi

9. Menurut anda, apakah anda termasuk orang yang sulit ataukah orang

yang mudah dalam berinteraksi?

Ya itu ya, kadang-kadang iya, karena itu ya orang Indonesia misalkan bicara

cepat, ga bisa paham, karena itu mereka yang hurufnya keluar beda gitu ya.

Jadi karena saya tidak paham jadi terlihat sulit gitu ya

10. Bagaimana cara anda mengatasi perbedaan-perbedaan yang terjadi agar

interaksi tetap berjalan dengan baik?

Yaa gitu saya misalkan seperti terbagi dalam bahasa, seperti semuanya kita

tidak mengerti semuanya kata-katanya ya. Cuman ambil yang kata-kata yang

tau nanti kita itu ya. Seperti magic ya, ambil kata dari situ, pasti nanti dia

bilangnya mau begitu. Kalo kita misalkan dari otak kita langsung terjemah itu

biasanya tidak cocok, yaudah nanti mungkin maksudnya dia ini gitu.

Biasanya pake bahasa badan si gitu biar mudah dipahami

11. Adakah hal-hal yang membuat anda kurang nyaman ketika berinteraksi

dengan mahasiswa Indonesia? Jika ada, hal apakah itu dan bagaimana

cara anda mengatasinya agar interaksi tetap berjalan lancar?

Yaa gitu, yang sampai sekarang saya alhamdulillah engga tapi saya cuman

dengar-dengar gitu, misalkan itu ya budaya kita makanannya, alhamdulillah

agamanya kita sama cuma itu ya Imam kita beda. Saya misalkan Imam

Hanafi yang disini Imam Syafi‟i ada cuman beberapa perbedaannya, dari

Islam ga ada bedanya tapi dari budaya makanan, culturenya itu ada. Beda

Page 99: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

86

banget. Iya saya suka dan sudah biasa juga makanannya yang bumbu, iya

rempah

12. Apa pendapat anda mengenai INDONESIA? (Orangnya, adatnya,

makanannya, bahasa dan budaya)

Kalau saya sudah enam tahun disini, saya lihat dari Indonesia, dulu itu ya

lebih kurang, sekarang alhamdulillah membaik ke aas ya, kaya itu ya. Kan

kita semua Islam ya negeri ini, orang muslim selalu mau maju maju maju,

saya juga ingin Indonesia selalu maju

13. Apakah anda tertarik untuk mempelajari budaya Indonesia secara

mendalam?

Tertarik tentu, karena itu ya saya bukan cuma yang Indonesia, saya suka dari

karakter saya juga saya ingin tau mau apa-apa gitu budayanya, saya ingin tau

dan saya sudah cari-cari tau juga culture. Karena itu kan disini di sekolah ini

bukan Turki saja ada Indonesianya juga, campur-campur ya. Kalo nanti

misalkan saya tau budaya yang lain kan seneng kan, jadi pintar gitu ya. Saya

tau budayanya mereka juga senang gitu kan. Kalo misalkan dari orang

Indonesia juga anak-anak mau belajar budaya kita mau belajar gitu, itu kita

juga seneng karena mereka pahamin kita, kalau misalkan kadang-kadang ada

temen saya udah dekat ya, deket banget, nanti dia bilang mereka panggil

kakak atau abla. Nanti mereka panggil “abla, jangan makan itu nanti di

dalamnya ada seafood” kan kita tidak bisa makan seafood ya, mereka harus

perhatian ke kita juga. Di Turki boleh makan seafood tapi kadang-kadang itu

ya yang untuk Imam kita beda ya, kita tidak bisa makan semuanya gitu ya,

cuma ikan semacamnya gitu. Tapi ada juga yang alergi gitu. Kakak jangan

Page 100: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

87

makan disini ada seafood atau misalkan abla jangan beli ini mahal gitu. Batik

gitu ada dimana-mana, batik juga beda yaa, macam-macam gitu. Ke pasar

gitu kan, orang asing dimana-mana kalo jual harganya jadi sedikit tinggi gitu

ya, soalnya kan itu orang asing. Nanti mereka dari mahal, nanti temen-temen

kita bantu gitu

14. Apa harapan anda terhadap teman-teman mahasiswa Indonesia?

Kalau saya, saya tidak tau kalau misalkan disini yang saya tinggal di

Indonesia tapi saya mau harapan saya kalau Indonesia selalu yang baik kan

sekarang alhamdulillah ekonominya juga bagus disini. Mau insya allah lebih

baik lagi dari education, dari culturenya, kebersihan. Dari culture bagus, tapi

mungkin dari perekonomiannya harus lebih maju dan educationnya

Narasumber Peneliti

(Kadar Turker) (Dewi Mufarrikhah)

Page 101: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

88

Nama : Meryam Sari (Mahasiswa Turki)

Usia : 22 tahun

Fakultas : TARBIYAH

Jurusan : Pendidikan Guru MI

Waktu Wawancara : 24 Mei 2016

Tempat Wawancara : Perpustakaan Fethullah Gulen Chair

1. Apa alasan anda memilih UIN Jakarta sebagai tempat untuk belajar?

Dulu sebelum saya disini, waktu dulu cari informasi tentang kampus dunia

yang Islam dan bagus. Lalu teman ada yang bantu informasi dan bilang

Indonesia ada kampus bagus seperti itu. Saya cari kampus Islam karena di

Turki kampusnya bagus tapi saya pingin cari sesuatu yang baru. Di Indonesia

saya belajar bahasa Indonesia dengan guru dan sekarang saya masih kurang

lancar, begitu. Lalu saya seperti tes ya yang waktu itu ada TOEFL juga dan

saya diterima di UIN dan saya jadi mahasiswa UIN. Saya pilih jurusan

Tarbiyah karena saya ingin jadi guru dan mengajarkan hal baik kepada anak-

anak yang pendidikannya dicari seperti itu

2. Apa bahasa harian yang anda gunakan di kampus?

Kalo bahasa sehari-hari tentu bahasa Indonesia ya karena semua bicara

dengan bahasa formalnya Indonesia. Terkadang saya bingung karena bahasa

Page 102: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

89

Indonesia sangat banyak dan sering ada yang tidak tercantum di buku

terjemahan seperti itu. Tetapi kalau disini kami bicara dengan bahasa kami

3. Berdasarkan yang anda ketahui, dari mana saja daerah asal teman-teman

mahasiswa Indonesia di sekitar anda?

Saya tidak tau banyak ya. Tapi saya kenal teman yang asal dari Jawa, ada

juga yang Betawi ya kalau tidak salah dan ada teman yang pernah

memberikan saya makan dan itu sangat enak seperti cemilan pisang

ditempelkan bubuk coklat tapi saya lupa teman saya asal dimana, nanti saya

beritahu kalau saya bertemu

4. Menurut anda, bagaimana komunikasi anda dengan mahasiswa Indonesia

di UIN Jakarta?

Teman UIN sangat baik kepada kami yang bukan warga Indonesia. Mereka

terlihat sangat suka tersenyum kepada kami jadi kami juga ikut baik kepada

mereka. Tetapi ada beberapa teman yang memang sudah mengerti kalau saya

kesulitan seperti itu, nanti teman itu bantu saya bicara. Kalau sulit saya akan

menggunakan gambaran-gambaran seperti itu supaya teman saya paham

maksud saya

5. Apakah anda termotivasi untuk berinteraksi dengan mahasiswa Indonesia?

Hal apa yang membuat anda termotivasi?

Harus tentunya dan menjadi suatu kewajiban karena kami belajar disini jadi

kami harus komunikasi dengan lancar seperti itu. Kan itu, kalau kita belajar di

negara orang, misalkan kamu, tentu kamu harus baik dan komunikasi lancar

dengan teman disana, saya begitu. Dan mereka juga baik ke kami jadi kami

harus membalas kebaikan dengan lebih baik ya tentunya

Page 103: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

90

6. Apakah anda bisa langsung akrab dengan mahasiswa Indonesia?

Waktu awal iya karena saya takut salah perilaku, sikap. Saya takut yang saya,

sikap saya beda dengan disini. Saya banyak diam dan melihat bagaimana

sikap teman Indonesia yang lain. Lalu saya punya teman di kelas dan saya

banyak belajar untuk apa, menyesuaikan ya, supaya diakui seperti itu. Teman

Indonesia banyak menyapa kami jadi kami tidak takut di kemudian untuk

menyapa mereka

7. Bagaimana komunikasi dan interaksi yang anda lakukan dengan

mahasiswa Indonesia?

Komunikasi kami, kami komunikasi baik tetapi cukup sulit untuk saya karena

saya sulit memahami bicara orang Indonesia. Terkadang saya tidak tau

mereka bicara apa, dan itu yaa Indonesia bahasanya banyak pula. Dan

bahasanya suka ada bahasa apa, gaul ya. Iya saya bingung dengan disini.

Tetapi saya nyaman karena Islam di Indonesia bagus

8. Dilihat dari perbedaan budaya dan bahasa antara mahasiswa Turki dan

mahasiswa Indonesia, apakah anda pernah mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi?

Sering sekali, mungkin setiap hari ya karena kami kan suka sulit paham

dengan maksud mereka dan sepertinya mereka juga suka sulit terimanya gitu.

Dan bahasa Inggris pun mereka kurang jadi yaa seperti itu

9. Diantara teman-teman mahasiswa Indonesia, etnik manakah yang sulit

diajak untuk berteman?

Sepertinya yang saya tau semua baik dan teman kelas justru terlihat sangat

ingin belajar bersama seperti itu. Tapi saya sering dengar bahasa Jawa ya

Page 104: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

91

yang suka bicara “opo” itu saya suka bingung dan sering sekali gitu. Kalo

Indonesia kan bahasanya beda-beda yang bicara “saya” dan “gua” ya kalau

tidak salah jadi banyak suka bingung. Tapi teman lain baik juga dengan saya,

mungkin kalau yang pulaunya jauh dengan pulau ini sepertinya dia juga

bingung seperti saya karena bahasanya kan banyak sekali ya, jadi ya dia susah

berteman juga.

10. Dan menurut anda etnik manakah yang mudah untuk diajak berinteraksi?

Yaa semua teman di UIN baik sekali

11. Menurut anda, apakah anda termasuk orang yang sulit ataukah orang

yang mudah dalam berinteraksi?

Gimana itu ya, kalo saya si sepertinya ya salah satu yang sulit karena saya

masih suka bingung dan takut salah bicara juga. Tetapi alhamdulillahnya

mereka baik ke saya jadi saya suka mudah jika bingung bicaranya

12. Bagaimana cara anda mengatasi perbedaan-perbedaan yang terjadi agar

interaksi tetap berjalan dengan baik?

Makanya itu kan saya bahasa Indonesianya suka sulit ya apalagi banyak kata

yang beda diucap gitu, biasanya saya suka bicara kata Inggris supaya teman

paham atau dengan gerakan tangan gitu jadi mereka mencoba lihat, menebak

saya

13. Pernahkah anda salah memahami perilaku mahasiswa Indonesia? Apa

yang kemudian anda lakukan untuk dapat memahami perilaku tersebut?

Kalau itu hampir selalu salah karena Indonesia bicaranya suka rapat seperti

itu jadi pahamnya sulit. Terkadang saya bilang pelankan supaya paham tapi

Page 105: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

92

tetap saja cepat. Kalau saya yang penting bahasanya formal jangan bahasa

lain supaya paham

14. Adakah hal-hal yang membuat anda kurang nyaman ketika berinteraksi

dengan mahasiswa Indonesia? Jika ada, hal apakah itu dan bagaimana

cara anda mengatasinya agar interaksi tetap berjalan lancar?

Indonesia suka pada melihat dengan serius dan sebenernya itu membuat saya

seperti tidak nyaman gitu. Mungkin karena kami tidak terlihat sama dari

badan dan lain-lain ya jadi terlihat aneh. Jadi terkadang suka pikir apa

bajunya salah padahal kalo saya coba ikuti trend Indonesia yang lagi terkenal

tapi tetap saja dilihat terus

15. Apa pendapat anda mengenai INDONESIA? (Orangnya, adatnya,

makanannya, bahasa dan budaya)

Kalo saya suka sekali disini karena semuanya baik. Agama sama tapi kita

beda pandangan ya tetapi tidak masalah bagi saya karena Islam tetap satu.

Yaa kan kalau disini Imam Syafi‟i dan itu buat cara kehidupan kami juga

terlihat berbeda tetapi kami coba untuk tidak terlihat berbeda dan kami tetap

menghargai

16. Apakah anda tertarik untuk mempelajari budaya Indonesia secara

mendalam?

Tentu ya karena kan tinggal disini jadi harus pelajarin juga. Kalau saya mulai

cocok dengan semuanya karena kan makanan Indonesia beda rasa ya jadi

prosesnya lama juga. Kalau sekarang saya suka sama nasi goreng yang ada di

jalan dekat kampus 2 yang banyak apa itu namanya, bawang yaa Aceh atau

Page 106: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

93

nasi goreng Aceh. Lalu saya suka bicara dengan teman mengenai hal-hal

yang terkenal di Indonesia dan saya pingin gitu ikut

17. Apa saja yang anda ketahui mengenai Indonesia?

Saya tau batik Indonesia banyak dan motifnya bagus. Saya ada rencana ke

Jawa karena menurut teman disana batiknya banyak macam. Saya sedang

tidak pakai batik biasa hari saya suka pakai karena saya terlihat keren ya

kalau pakai batik. Kalau makanan saya banyak suka tapi belum semua telah

dicoba. Saya suka nasi goreng Aceh, soto ayam saya lupa nama yang ikan

lalu ada cabai, yaa pecel lele juga.

18. Apa harapan anda terhadap teman-teman mahasiswa Indonesia?

Semoga teman di Indonesia tidak lupa saya dan tetap menjadi sahabat baik

meski kita jauh dan semoga Indonesia bisa lebih baik lagi dalam banyak hal

karena kan Indonesia Islamnya baik harus bisa lebih baik harusnya gitu.

Narasumber Peneliti

(Meryam Sari) (Dewi Mufarrikhah)

Page 107: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

94

Nama : Zakir Ekin (Mahasiswa Turki)

Usia : 25 tahun

Fakultas : SAINS DAN TEKNOLOGI

Jurusan : Teknik Informatika

Waktu Wawancara : 16 Mei 2016-19 Mei 2016

Tempat wawancara : Melalui via email

1. Apa alasan anda memilih UIN Jakarta sebagai tempat untuk belajar?

Karena teman-teman saya telah merekomendasikan kepada saya

2. Apa bahasa harian yang anda gunakan di kampus?

Bahasa Indonesia dan bahasa Turki

3. Berdasarkan yang anda ketahui, dari mana saja daerah asal teman-teman

mahasiswa Indonesia di sekitar anda?

Saya tidak tahu karena sebelum saya ke Indonesia saya tidak kenal sama orang

Indonesia jadi saya tidak dapat informasi tentang UIN sebelum saya ke

Indonesia.

4. Menurut anda, bagaimana komunikasi anda dengan mahasiswa Indonesia

di UIN Jakarta?

Menurut saya, Anda mau kemana saja kalo kamu tahu bahasa arah disana

pasti sangat mudah komunikasi dengan orang-orang disana. Waktu saya

datang ke Indonesia 6 bulan saya belajar Bahasa Indonesia, jadi tahun yang

pertama komunikasi saya susah tetapi tahun yang lalu komunikasi mudah

dengan mahasiswa UIN.

Page 108: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

95

5. Apakah anda termotivasi untuk berinteraksi dengan mahasiswa Indonesia?

Hal apa yang membuat anda termotivasi?

Menurut saya, Indonesia sangat bagus buat mewujudkan mimpi dan target

saya. Yang pertama saya orang muslim dimana saja saya bisa melakukan

ibadah saya. Yang kedua apa yang mau menjelaskan dan apa yang mau

melakukan untuk ridhoi Allah, Anda bisa melakukan di Indonesia. Tentu saja

saya ingin berinteraksi dengan Indonesia.

6. Apakah anda bisa langsung akrab dengan mahasiswa Indonesia?

Iya saya langsung bisa akrab sama mahasiswa UIN. Kalo Anda mau bisa

akrab karena saya orang asing dan mahasiswa UIN sangat senang jika akrab

sama saya.

7. Dilihat dari perbedaan budaya dan bahasa, apakah anda pernah mengalami

kesulitan dalam berkomunikasi?

Emang ada beda sekali di antara budaya Indonesia dan budaya Turki.

Makanan, baju tradisional, karakternya manusia, rumahnya, dan lain –lain.

Bahasa Turki seperti bahasa Arab sangat sulit tetapi bahasa Indonesia mudah

untuk komunikasi. Tetapi ada yang sama juga karena agama islam. Jadi cukup

sulit juga.

8. Bagaimana pendapat Anda mengenai mahasiswa Indonesia?

Hidup mereka sangat santai. Tidak ada yang memikir untuk membangunan

negaranya, agamanya dan lain-lain. Tidak ada roh sahabat Rasullullah (SAW).

Tidak ada yang sensitif membuat yang baik untuk masyarakat Indonesia

orang-orang semua memikir sendiri saja seperti orang egois. Dan mahasiswa

UIN tidak menyari ilmu yang benar tidak ada yang dapat ilmu agamanya.

Page 109: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

96

Contohnya mereka sholat tetapi kenapa sholat dia tidak mengetahui ini.

Pertama bahasanya harus sama buat komunikasi, yang kedua agamanya

karena, kalo agama kalian sama budaya, karakter manusia, pikiran kalian juga

menjadi sama. Saya mendapat yang menarik Bahasa dan budaya Indonesia.

9. Menurut anda, apakah anda termasuk orang yang sulit ataukah orang yang

mudah berinteraksi?

Menurut saya tidak sulit untuk berinteraksi dengan mahasiswa UIN. Karena

ada banyak teman saya. Saya sangat mudah untuk menginteraksi manusia jika

saya mau.

10. Bagaimana cara anda mengatasi perbedaan-perbedaan yang terjadi agar

interaksi tetap berjalan dengan baik?

Apa kita yang mau lakukan harus memahami zaman ini kita harus belajar,

membaca zaman ini, harus belajar ilmu agamanya, sainsnya, teknologi zaman

ini dan lain lain.

11. Pernahkah anda salah memahami perilaku mahasiswa Indonesia? Apa

yang kemudian anda lakukan untuk dapat memahami perilaku tersebut?

Saya belum pernah memahami yang salah tetapi ada yang banyak memahami

salah ke saya tetapi gara gara bahasa saya. Saya memikir saya tidak

menjelaskan apa yang saya mau kasih tau orang yang didepan saya.

12. Adakah hal-hal yang membuat anda kurang nyaman ketika berinteraksi

dengan mahasiswa Indonesia? Jika ada, hal apakah itu dan bagaimana

cara anda mengatasinya agar interaksi tetap berjalan lancar?

Iya pasti ada yang kurang misal tidak terlalu berkomunikasi dan tidak

bersosialisasi dengan mereka, jadi ikut acara-acara yang mereka lakukan.

Page 110: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

97

13. Apakah anda tertarik untuk mempelajari budaya Indonesia secara

mendalam?

Saya tertarik untuk mempelajari budaya Indonesia tetapi tidak secara

mendalam. Karena saya bukan orang Indonesia tetapi orang Indonesia harus

membelajari budaya Indonesia seraca mendalam kalo anda tidak tahu budaya

dan sejarah negaranya anda tidak tahu masa depannya.

14. Apa saja yang anda ketahui mengenai Indonesia?

Luas bangat, sering gempa bumi dan banyak punya pulau.

15. Apa harapan anda terhdap teman-teman mahasiswa Indonesia?

Saya harap kita selalu berkomunikasi dengan mereka dan saya berharap tidak

berhenti persahabatan kita.

Narasumber Peneliti

(Zakir Ekin) (Dewi Mufarrikhah)

Page 111: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

98

Nama : Zakir Ekin (Mahasiswa Turki)

Waktu Wawancara : 21 Mei 2016

Tempat Wawancara : Melalui via Line

1. Zakir aku mau nanya. Apakah Zakir tau daerah apa saja yang ada di

Indonesia?

Jakarta, Semarang, Jogjakarta, Jambi, Pulau Seribu, Depok, Bogor, Bandung,

Tanggerang.

2. Apakah Zakir suka dan cocok dengan makanan Indonesia?

Iya Suka

3. Apa saja yang Zakir suka?

Nasi Dendeng, nasi uduk, gorengan dan lain- lain.

Narasumber Peneliti

(Zakir Ekin) (Dewi Mufarrikhah)

Page 112: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

99

Nama : Elci Nurullah (Mahasiswa Turki)

Usia : 24 tahun

Fakultas : TARBIYAH

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Waktu Wawancara : 21-23 Mei 2016

Tempat Wawancara : Melalui via email

1. Apa alasan anda memilih UIN Jakarta sebagai tempat untuk belajar?

Karena menurut saran teman, UIN merupakan salah satu kampus Islam yang

baik dan jurusannya dibilang bagus. Negaranya dapat menerima kami yang

berbeda tempat jauh dengan Indonesia

2. Apa bahasa harian yang anda gunakan di kampus?

Bahasa Indonesia dan bahasa Turki

3. Berdasarkan yang anda ketahui, dari mana saja daerah asal teman-teman

mahasiswa Indonesia di sekitar anda?

Banyak sekali karena Indonesia banyak pulau. Ada dari Jawa, Sunda,

Bandung, Jakarta, Tangerang, Bogor, Bekasi, Palembang dan Padang

4. Menurut anda, bagaimana komunikasi anda dengan mahasiswa Indonesia

di UIN Jakarta?

Bagus. Kami cukup dekat karena mereka baik kepada saya. Mereka banyak

bantu saya belajar bahasa mereka

Page 113: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

100

5. Apakah anda termotivasi untuk berinteraksi dengan mahasiswa Indonesia?

Hal apa yang membuat anda termotivasi?

Karena orang Indonesia sangat ramah dan sopan. Mereka sangat baik dengan

orang-orang dari negara lain. Jadi saya ikut baik dengan mereka

6. Apakah anda bisa langsung akrab dengan mahasiswa Indonesia?

Waktu pertama di UIN saya susah komunikasi. Saya cukup bingung karena

tidak tahu perkenalan. Lalu mereka baik dan mensapa saya jadi saya baik

dengan mereka

7. Bagaimana komunikasi dan interaksi yang anda lakukan dengan

mahasiswa Indonesia?

Kalau saya kesulitan, saya mendatangkan mereka dan minta tolong. Saya

banyak meminta tolong mereka dan mereka bantu saya. Misalkan ada apa

homework gitu yang sulit nanti saya kontak mereka dan mereka bantu

8. Dilihat dari perbedaan budaya dan bahasa antara mahasiswa Turki dan

mahasiswa Indonesia, apakah anda pernah mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi?

Saya sering kesulitan karena Indonesia bahasanya sulit. Dan mereka tidak

menggunakan bahasa formal di kehidupan. Banyak juga yang tidak

mengkuasain bahasa Inggris.

9. Diantara teman-teman mahasiswa Indonesia, etnik manakah yang sulit

diajak untuk berteman?

Saya tidak tahu karena mereka banyak baik ke saya. Dan saya bingung

dengan Indonesia yang banyak pulau jadi sulit membedakan

10. Dan menurut anda etnik manakah yang mudah untuk diajak berinteraksi?

Page 114: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

101

Jawa. Banyak teman saya Jawa. Dan mereka senyum sering

11. Menurut anda, apakah anda termasuk orang yang sulit ataukah orang

yang mudah dalam berinteraksi?

Menurut saya tidak sulit karena berkomunikasi harus dan saya di negara lain.

kalau tidak komunikasi saya akan banyak kesulitan. Saya mau dan saya

bicara dengan yang lain dan saya banyak teman

12. Bagaimana cara anda mengatasi perbedaan-perbedaan yang terjadi agar

interaksi tetap berjalan dengan baik?

Saya diam karena perbedaan kami banyak dan saya suka bingung

13. Pernahkah anda salah memahami perilaku mahasiswa Indonesia? Apa

yang kemudian anda lakukan untuk dapat memahami perilaku tersebut?

Sering sekali dan kalau saya kesulitan mereka bantu saya. Saya sering

bingung karena apa yang saya pahami sering beda. Saya gunakan body

language supaya mereka bantu apa yang pahami saya.

14. Adakah hal-hal yang membuat anda kurang nyaman ketika berinteraksi

dengan mahasiswa Indonesia? Jika ada, hal apakah itu dan bagaimana

cara anda mengatasinya agar interaksi tetap berjalan lancar?

Saya tidak suka rokok. Di fakultas Tarbiyah tidak boleh merokok tetapi

mereka melakukan rokok dimanapun. Seharusnya mereka sadar supaya tidak

rokok dimanapun karena kotor dan merusak.

15. Apa pendapat anda mengenai INDONESIA? (Orangnya, adatnya,

makanannya, bahasa dan budaya)

Indonesia sangat sopan. Saya memilih Indonesia karena menurut teman

Indonesia Islamnya bagus. Adatnya sangat banyak saya suka bingung tapi

Page 115: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

102

sangat indah. Makanannya saya suka tidak banyak. Saya suka soto dan gulay.

Untuk bahasa sangat banyak. Jawa juga bahasanya cukup sulit, dan budaya

saya suka karena indah seperti batik.

16. Apakah anda tertarik untuk mempelajari budaya Indonesia secara

mendalam?

Ya dan saya suka sekali budayanya. Batiknya banyak macam dan bagus.

Jualnya juga tidak mahal.

17. Apa saja yang anda ketahui mengenai Indonesia?

Budaya Indonesia sangat indah dan tempat wisata bagus. Saya sudah ke Jawa

dan cuacanya saya suka. Budayanya bagus saya beli banyak batik untuk

dipakai baju. Saya suka makanan di Jawa tetapi saya lupa

18. Apa harapan anda terhadap teman-teman mahasiswa Indonesia?

Saya ingin bisa jalan-jalan di Indonesia karena Indonesia pulaunya banyak

dan saya belum cukup waktu untuk berjalan-jalan ke semuanya. Saya ingin

lihat batik yang lain dari tempat lain.

Narasumber Peneliti

(Elci Nurullah) (Dewi Mufarrikhah)

Page 116: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

103

Nama : Kaisan Putra (Mahasiswa Indonesia. Teman Zakir Kein)

Usia : 21 tahun

Fakultas : DAKWAH

Jurusan : Manajemen Dakwah

Waktu Wawancara : 20 Mei 2016

Tempat wawancara : Kampus UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

1. Bagaimana pendapat Kaisan mengenai Zakir?

Dia kan satu KKN tuh, bareng-bareng waktu semester 6. Pendapatnya kalau

tentang Zakir, Zakir itu waktu pertama kali ketemu pendiem si, pendiem

banget, trus kalo mau beradaptasi sama lingkungan, lama dia. Sempet

ngumpul KKN beberapa kali, 5 kali ada itu masih belum tuh, pas kita udah

seminggu di desa baru deh tuh dia mulai keliatan enak, baru mulai keliatan

lancar mau ngobrol. Tapi kalo masih awal-awal dia pendiem banget. Kita

harus mulai bercanda, gaya-gaya yaa bikin dia ketawa deh nanti baru dia enak

orangnya. Awalnya emang diem gitu si, soalnya di kosan saya ada orang

Yaman juga, nah kalo Yaman tuh kelakuannya sama banget sama Zakir.

Awalnya pendiem sampe sekarang kalo ketemu ketawa-tawa mulu. Harus

dipancing si baru bisa bercanda. Dia tuh belajar aja orangnya, jadi ga ikut-

ikut komunitas kaya gitu-gitu, fokus sama pendidikan UIN aja gitu. Trus juga

Zakir tuh termasuk tertutup, jadi kelar KKN, udah. Ga ada komunikasi lagi

sama kita. Pas kemaren doang pas Dewi bilang mau ketemu sama kita, jadi

baru ngechat itu. Iya dia ngikutin aturan sini aja, kaku, kaku banget parah.

Page 117: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

104

Dia orangnya pendidikan banget, mungkin kalo kita bisa ke dunia lain, dia

bakal belajar sampe kesana kali

2. Apakah setelah kaisan saling mengenal, Zakir menjadi lebih terbuka?

Zakir tuh orangnya baik banget, lama-lama kebuka ternyata orangnya itu

Islamic banget, rajin solat, orangnya suka negur juga. Jadi kalo misalkan kita

lagi berisik sampai waktu solat dia pasti marah. Zakir itu sering nyuruh kita

baca Al-Quran, nanti pas kita baca Al-Quran, yang salah dikoreksi sama dia,

dia tuh bener-bener Islam baget deh. Trus juga Zakir itu membedakan

interaksi cowo sama cewe. Justru kalo sama cewe dia rada nganggep kaya

sodara kali ya, tapi kalo ke cowo, tetep kaya temen

3. Bagaimana sikap Zakir dalam berteman dengan kamu?

Dia baik banget si. dia keliatan kalo dia tuh sama temen kaya sayang gitu.

Misalkan, kalo dia mau beli makan, nanti dia ngajak-ngajak bareng makan,

sama bayarin juga tiap kali makan, demen banget bayarin, kayanya bawaan

dianya deh suka bayarin orang gitu. Ngertiin orang si, kalo dia ga suka, dia

diem ga ngomong apa-apa

4. Apakah Zakir terlihat seperti orang yang ingin mempelajari budaya kita

selama kalian di desa KKN?

Keliatan ko kalo dia mau tau, dari cara dia pengen belajar bahasa Indonesia,

trus dia mau ngikutin bahasa-bahasa gaulnya kita, trus cara bercandanya, trus

kaya cara dia pengen pake sarung gitu. Kalo disana kayanya kan ga ada kali

ya, sarung gitu, dia tuh pengen make sarung, mungkin gara-gara terlalu tinggi

kali ya jadi susah nyari sarung yang pas. Kan yang kita bawa pas KKN yaa

sebadan kita, sedangkan dia tinggi banget. Kalo makanan si dia rada kurang

Page 118: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

105

cocok sama tempe tahu. Kalo sate nasi goreng keliatannya dia kurang suka

deh, pernah nyobain waktu itu, tapi mungkin gara-gara anak KKN juga yang

masak si. Mungkin juga karna masakannya yang ga enak jadi dia ga suka.

Waktu KKN dia paling royal. Dia sempet ngeluh gara-gara makanan waktu

KKN kan paling tempe, tahu. Mungkin dia biasa makan enak yaa, jadi dia

ngomong “makanannya yang enak dong, ayam gitu”, jadi kita ikut maunya

dia, tapi dia juga yang modalin. Paling royal deh. Trus juga mungkin dia

nyaman karena Indonesia orangnya sopan-sopan kali ya. Kan suka ngobrol,

suka nongkrong, suka negor. Jadi, ga sibuk sama urusannya masing-masing.

Kalo dia, suka di Indonesia kaya gitu alasannya

5. Apakah pernah terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi?

Pernah, kaya apa ya, waktu itu di SD kan ngajar tuh, nah kalo dia, anak SD

itu dipegang-pegang sama dia, dicium keningnya, katanya si kalo di Turki

kebiasannya kaya gitu. Nah pas kita rapat, kita pada bilang, “Zakir, lu jangan

pegang-pegang anak SD, soalnya disini beda” trus dia bales, “kalau disana

kalau kita megang dan nyium anak SD kaya gitu tandanya kita sayang sama

anak kecil”, terus akhirnya kita bilangin kalo yaa ga bisa soalnya nanti bisa

dikira pedofil. Gitu jadi, kaya beda-beda gitu doang si karna beda budaya ya.

Yaa sampai akhirnya dia udah ga megang-megang anak kecil lagi, cuma anak

kecilnya pada demen sama dia sama guru-guru juga yaa karna dia bule. Dia

juga ga suka rokok, menurut dia yaa rokok itu dosa. Trus dia kan kalo tidur

anteng ya, waktu KKN ada yang tidur sama dia, namanya laki kalo tidur kan

kemana-mana. Nah Zakir kalo subuh udah bangun duluan, soalnya katanya

temen KKN kitanya itu rusuh. Jadi dia ga betah kali yaa. Tapi sejauh itu dia

Page 119: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

106

ga ada masalah kayanya. Kalo ada yang dia ga paham, dia nanti gerakin

badannya gitu pake bahasa tubuh buat ngasih tau kita. Orangnya tuh penuh

dengan gerakan tubuh.

Narasumber Peneliti

(Kaisan Putera) (Dewi Mufarrikhah)

Page 120: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

107

Nama : Iqlima (Mahasiswa Indonesia, teman Kadar Turker)

Usia : 22 tahun

Fakultas : TARBIYAH

Jurusan : Pendidikan Matematika

Waktu Wawancara : 20 Mei 2016

Tempat wawancara : Melalui via Line

1. Eki aku boleh minta tolong buat jawab pertanyaan tentang Kader Turker

ga ki?

Hmm aku wi

2. Gini ki, setau Eki Kader Turker orangnya gimana ki?

Pendiem wi

3. Dia suka ikut organisasi atau UKM di kampus ga ki?

Kayanya engga deh wi

Narasumber Peneliti

(Iqlima) (Dewi Mufarrikhah)

Page 121: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

108

Nama : Iqlima (Mahasiswa Indonesia, teman Kadar Turker)

Waktu Wawancara : 28 Mei 2016

Tempat wawancara : MAN4 Jakarta Selatan

1. Eqi emang setau Eqi Kadar Turker orangnya gimana deh?

Gitu wi kalo di kampus diem banget trus dia suka berduaan aja sama Seyma.

Udah sempet ketemu Seyma belum wi? Kalo Kadar si dia masih suka

ngebaur wi trus orangnya kepoan juga jadi seru. Kalo Seyma diem banget

anaknya. Yaa tapi ga unsos banget ko kalo di kelas mereka masih suka

ngobrol kalo ada tugas yang dia ga paham. Maklum wi kan orang jauh

2. Dia kepo sama budaya kita apa gimana ki?

Budaya yaa termasuk ko wi, dia suka nanya kalo Indonesia kerudungannya

yang khas kaya gimana, lebih ke fashion si. Terus nanya tempat-tempat

traveling di Indonesia. Dan kalo Kadar tuh tipe yang suka jalan-jalan loh wi.

Kan dia pernah ke Bandung waktu itu trus ke Semarang apa Yogya gitu, apa

dua-duanya kali ya, mungkin pernah juga. Trus sering deh pokonya. Kita aja

sering ngerasa kaya, kita aja yang orang Indonesia belom ampe segitunya.

Kalo makanan si kayanya aku kurang tau wi. Dia jarang jajan dan kayanya

mereka tuh suka ngumpul ke kantor yang Turki-Turki itu loh wi, nah iya

Fethullah Gulen Chair. Kayanya ada perkumpulan kali ya aku juga kurang

tau. Tapi kalo jam kosong emang mereka ga main sama kita. Tapi mereka

seru ko wi baik juga. Baiknya yaa mereka kan, ibaratnya gitu wi Indonesia

sama Turki. Awalnya aku kira mereka bakal sombong gitu. Tapi pas aku

Page 122: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

109

pikir-pikir lagi kalo aku ada di negara orang berdua doang gitu, aku juga pasti

minder trus lebih banyak diem. Jadi wajar kalo mereka di awal pada diem.

Tapi kebelakangnya mereka seru ko

3. Tapi serius itu mereka ga ikutan organisasi?

Serius wi setau aku si engga yaa. Soalnya mereka itu bener-bener mentingin

pendidikan banget. Trus kayanya ambisius jadi guru. Dan setau aku anak

Turki di Tarbiyah lumayan banyak ko. Kayanya emang mereka pada cita-cita

dari sana atau gimana aku ga ngerti tapi keliatannya mereka pada mau jadi

guru beneran. Trus kalo di kampus yaa bener-bener semangat belajar wi ga

setengah-setengah. Kayanya si, kalo menurut aku yaa, kayanya mereka ga

ikutan organisasi.

Narasumber Peneliti

(Iqlima) (Dewi Mufarrikhah)

Page 123: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

110

Nama : Indah Kusuma. D

Jabatan : Staff di PLKI

Waktu Wawancara : 16 Mei 2014

Tempat Wawancara : Kantor PLKI

1. Emang menurut kakak mahasiswa Turki kaya gimana deh ka?

Mereka tuh kurang gaul, kalo dateng kesini mah ya ga nyapa apa lah atau apa

kek gitu engga, duduk duduk aja. Beda maksudnya, beda sama. Ini kan kita

lagi banyak banget mahasiswa asal Gamia. Gamia mah malah sopan, beda

banget deh. Dateng mah nyegir gitu, walaupun dia dateng segerombolan juga

kita mah seneng kan soalnya ramah. Iya mereka baru pada datang. Beda sama

Turki. Ada yang ga senyum ada yang ga salim. Dateng mah dateng aja gitu,

terkadang juga saya suka aneh si. kalo aku pribadi si aku diemin aja, kalo dia

jutek aku jadi ikutan jutek juga kan. Mungkin ga semuanya gitu, cuma

sebagian aja. Soalnya aku malah sama yang cowo malah ga pernah kesini, si

Zakir cowo kan ya? Dia ga pernah keliatan kesini. Mereka ga pernah kenalan

sama aku, ga pernah. Aku juga baru si, cuma ngeliat mereka kaya gitu kan

jadi, ko gini si? jadi aku diem aja. jadi mereka kalo kesini yaa ga kenal muka

kalo ga sama Pak Furqon soalnya udah lama kan.

2. Setau kakak mereka ada pertukaran pelajar atau memang murni mau

kuliah disini?

Engga mereka tuh ada yang ngurus langsung. Ini kan sekarang ada yang

semester delapan ya, berarti kan mereka emang mau kuliah disini, tapi ngurus

Page 124: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

111

ini itunya di Turki dan emang mau kuliah S1nya disini. Trus mungkin karna

ada Fethullah Gullen Chair juga kan ya yang kerjasama disini dari zamannya

Pak Qomaruddin Hidayat, tapi udah mau abis masa berlakunya Fethullah

Gullen Chair ini. Tapi kalo mahasiswa Turkinya kalo ada yang mau kuliah

mah masih tetep bisa aja gitu.

3. Trus mahasiswa Turki kalo kesini ngapain aja kak?

Yaa itu katanya kalo mereka kesini itu mereka ngurus imigrasi. Kebanyakan

si ngurus imigrasi kesini. Sekarang imigrasi itu buat pribadi masing-masing,

misalnya si mahasiswa itu yang ngurusin sendiri kemana-kemana. Tapi

sekarang pihak imigrasi gak mau lagi, jadi ada kantor yang ngurus gitu,

maksudnya dikolektifin gitu. Jadinya kalau misalnya visa mereka habis, ijin

belajar mereka habis, pasti kesini, gitu.

4. Mahasiswa Turki yang kakak tau seperti apa kak?

Tingginya sekita lah, cuman kadang bajunya suka gamis langsung gitu loh.

Pake gamis terus. Gak pernah liat dia pake celana atau jeans aku ga pernah

liat. Kayanya si mereka kalau ada yang ini mah, bertemannya gitu, mereka

gaulnya sama mereka-mereka doang.

Narasumber Peneliti

(Indah Kusuma) (Dewi Mufarrikhah)

Page 125: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

112

Kutipan hasil wawancara dengan Zakir Ekin via email

Page 126: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

113

Kutipan hasil wawancara dengan Elci Nurullah via email

Page 127: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

114

Screen shoot obrolan penulis dengan Zakir Ekin via whats up pada tanggal

26 Maret 2016

Page 128: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

115

Screen shoot obrolan penulis dengan Zakir Ekin via Line pada tanggal 16

Mei 2016

Page 129: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

116

Screen shoot obrolan penulis dengan Iqlima via Line pada tanggal 20 Mei

2016

Page 130: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

117

Screen shoot obrolan penulis dengan Zakir Ekin via Line pada tanggal 21

Mei 2016

Page 131: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

118

Screen shoot obrolan penulis dengan Elci Nurullah via whats up pada

tanggal 21 Mei 2016

Page 132: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

119

Fethullah Gulen Chair UIN Jakarta

Page 133: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

120

Wawancara dengan Dr. Ali Unsal di kantor Direktur Fethullah Gulen Chair

Page 134: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

121

Wawancara dengan Kadar Turker di sekolah Kharisma Bangsa Pondok

Cabe

Wawancara dengan Meryam Sari di perpustakaan Fethullah Gulen Chair

Page 135: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

122

Wawancara dengan Kaisan Putera di Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta

Wawancara dengan Indah Kusuma di kantor PLKI UIN Jakarta

Page 136: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA PROSES ENKULTURASI …

123

Foto Zakir Ekin