komunikasi antarbudaya dalam proses...

170
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI BUDAYA (STUDI KASUS PADA MAHASISWA AFRIKA (GAMBIA) DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh: Vicky Dianiya NIM: 1113051000038 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017

Upload: vuminh

Post on 24-Jul-2018

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES

AKULTURASI BUDAYA (STUDI KASUS PADA MAHASISWA

AFRIKA (GAMBIA) DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Disusun oleh:

Vicky Dianiya

NIM: 1113051000038

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017

Page 2: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada
Page 3: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

fEI{CESAHAN PAr\{ITt{ tEL4Il

Skripsi berjudul Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi

Bud*v* {Studi Kasus }Iahasiswa Afrika (Gambia) tli tlniversitas l;l:inn

Itegeri Syarif ttidr-r*frllak Jnk*rt*! telah ttiujika* dalam sidar:g mu*aqasyah

Fakultas Dakr.vah dan llnru Komunikasi UIN Syarif Flidai,atullah Jaharta pa<la

tanggal 1 l Juli 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syari:rt

rrrrxprroleh gelar Sarjana Sosial {S, Scsl pada Jurusan Komuaikasi dan Peni*ran

Islart.

.Takarta I I J*li Z'-lt 17

Si**rg Mu*nq*qrak

Sekretaris merangk*p anggota

NiP: 19830610 2{}+q1:: t}ai1

Peaguji II

Pembimbing

Ketua merangkap *nggota

NiF. la-58C910

NiP: iq7iilS1

Page 4: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada
Page 5: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

i

ABSTRAK

Vicky Dianiya Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Budaya (Studi Kasus pada Mahasiswa Afrika (Gambia) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Akulturasi pada dasarnya mengacu proses di mana kultur seorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Melihat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki mahasiswa yang berasal dari berbagai macam budaya dan berbagai macam Negara sehingga proses akulturasi ini bisa saja terjadi pada mahasiswa asing salah satunya pada mahasiswa Gambia. Namun, disisi lain dengan adanya mahasiswa-mahasiswa dari budaya yang berlainan, ketika mereka melakukan komunikasi bisa saja menimbulkan berbagai macam kesulitan.

Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan tulisan ini adalah untuk menjawab pertanyaan mayor dan minor. Adapun mayornya adalah bagaimana komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (Studi Kasus pada Mahasiswa Afrika (Gambia) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)? Kemudian minornya adalah apa bentuk akulturasi dalam komunikasi intrapersonal yang terjadi pada Mahasiswa Gambia? Sejauh mana akulturasi dalam komunikasi sosial yang terjadi pada Mahasiswa Gambia? Seperti apa akulturasi dalam komunikasi lingkungan (environmental) yang terjadi pada Mahasiswa Gambia?

Dari hasil pengamatan peneliti di lapangan dan wawancara dengan beberapa mahasiswa Gambia dan mahasiswa Indonesia, peneliti dapat menemukan bahwa adanya proses komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi yang terjadi pada mahasiswa Gambia di UIN Jakarta yaitu adalah komunikasi intrapersona, komunikasi sosial, dan lingkungan komunikasi dengan memasukkan nilai-nilai Islam di dalamnya.

Teori yang digunakan adalah Akulturasi. Proses akulturasi akan terjadi ketika seseorang yang bersosialisasi dengan budaya baru dan asing. Pendatang mulai secara perlahan mendeteksi adanya kesamaan dan perbedaan di lingkungan pribumi. Sehingga mereka mulai berkenalan sekaligus mengadopsi beberapa norma atau nilai dari lingkungan pribumi atau si tuan rumah (William B. Gudykunst dan Young Yun Kim, 2003: 359).

Komunikasi intrapersonal yang terjadi pada mahasiswa Gambia yaitu ketika para mahasiswa Gambia mulai menyukai makanan-makanan Indonesia. Komunikasi antarpersona yang terjadi antara mahasiswa Gambia dengan mahasiswa Indonesia sulit untuk dilepaskan karena semua mahasiswa diharuskan untuk bersosialisasi dengan mahasiswa lainnya, meskipun ada banyak kendala salah satunya mengenai bahasa. Selanjutnya, komunikasi lingkungan terjadi saat mahasiswa Gambia mencoba berbaur dengan lingkungan baru seperti lebih sering berkumpul bersama mahasiswa Indonesia.

Maka dapat disimpulkan bahwa semua proses akulturasi khususnya dalam komunikasi intrapersonal, sosial dan environmental terjadi pada mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa Gambia diharapkan dapat mengatasi berbagai hambatan dalam berkomunikasi dengan mahasiswa Indonesia yang terjadi selama mereka berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kata kunci : Akulturasi, Gambia, Indonesia, komunikasi, mahasiswa.

Page 6: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

ii

KATA PENGANTAR

Bismillairahmanirrahim

Alhamdulillahirabil’alamin, penulis panjatkan puji serta syukur yang tak

terhenti kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat iman,

sehingga memberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi tantangan dan

hambatan dalam penyelesaian skripsi ini. Shalawat serta salam semoga Allah

limpahkan kepada nabi Muhammad SAW. Skripsi yang berjudul: “Komunikasi

Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Budaya (Studi Kasus pada Mahasiswa

Afrika (Gambia) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)” ini

disusun guna memenuhi sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana di

jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan segala usaha dan doa, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan sebaik-baiknya. Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari bahwa

tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan karya ini

dengan baik. Ini semua berkat arahan, bantuan, petunjuk serta motivasi yang

mereka berikan kepada penulis. Tanpa mereka, dengan keterbatasan yang penulis

miliki, maka sulit hidayah Allah SWT ini dapat terwujud. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Arief Subhan, M.Ag, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Wakil Dekan 1 Suparto, M. Ed. Ph. D, Wakil Dekan II Dr.

Roudhonah, M.Ag, Wadek III Dr. Suhaimi, M. Si.

Page 7: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

iii

2. Drs. Masran, M. Ag dan Fita Fathurokhmah, M. Si selaku Ketua dan

Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

3. Ade Rina Farida, M. Si sebagai dosen Penasehat Akademik KPI A

angkatan 2013, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan

proposal skripsi.

4. Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, Ph. D, MA, Pembimbing skripsi yang telah

membimbing, memotivasi, mengingatkan, memberikan inspirasi serta doa,

dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh

kesabaran memberikan arahan serta membaca skripsi ini sangat teliti dari

segi sistematika penulisan sampai isi pembahasan.

5. Seluruh dosen jurusan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa

mengurangi rasa hormat atas ilmu dan pelajaran dalam perkuliahan atau di

luar perkuliahan.

6. Pimpinan beserta staf perpustakaan utama dan perpusatakaan Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang selalu ramah melayani kebutuhan literatur.

7. Pimpinan beserta staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama seluruh

staf tata usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang banyak memberikan bantuan kepada penulis

selama menjadi mahasiswa.

8. Bapak Rachmat Baihaky, MA selaku pimpinan Pusat Layanan Kerjasama

Internasional (PLKI) dan seluruh stafnya yang telah membantu penulis

dalam mengerjakan skripsi.

Page 8: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

iv

9. Para Mahasiswa Gambia dan Mahasiswa Indonesia yang telah menjadi

narasumber dalam skripsi ini sehingga dapat membantu penulis dalam

menyelasaikan skripsi.

10. Kedua orang tua tercinta, ayah Surya dan ibu Utari Meidyasana. yang

selalu mencurahkan cinta, kasih sayangnya serta beribu tenaga hingga

penulis mampu berkuliah dan menjadi sarjana seperti saat ini.

11. Aringga Al-Pasya Darwis dan Aringgi Al-Pasya Darwis, adik-adik

terngeselin tapi juga tersayang yang telah memberikan hiburan dan

semangat dalam menempuh perjalanan kuliah ini.

12. Rezasa Akbar Alkhafi yang telah mendukung, membantu, menghibur dan

memberi ruang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi dan penulis

menunggu segera skripsinya.

13. Sahabat seperjuangan skripsi, Ayu Utami Saraswati, Delsha Amanda

Pohan, Desty Aryani, Intan Afrida Rafni, dan Rizki Yanuarti yang selalu

ada di saat susah dan senang, dalam sedih dan bahagia yang terjadi selama

hampir 4 tahun belakangan ini.

14. Sahabat terhebat, Annisa, Bila, Dewi, Mia, Syifa, Nabila, Adam dan

Wicak yang selalu mau mendengarkan segala keluh kesah penulis, berbagi

cerita mengenai pembuatan skripsi serta membantu penulis.

15. Dede-dede emesh KPI, yaitu Salfania selaku sepupu penulis dan kedua

temannya Widya dan Ina yang membantu penulis dan memberikan

motivasi agar cepat lulus.

16. Teman yang menemani saat jam kosong perkuliahan, Teb Fams, baq, gie,

jay, zhiy, dar, ga, lang, sa, bib, con, fiq, qih, ziz, je, penk, ki, yu, del, des,

Page 9: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

v

ki, mut, terimakasih atas keseruan dan kebersamaan selama di dalam

kampus maupun di luar kampus. Kalian luar biasa.

17. Seluruh temen satu angkatan terutama teman sekelas KPI A 2013,

Komunitas AIR Film, Himpunan Mahasiswa Jurusan KPI, Dewan

Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang

telah memberikan banyak pengalaman berharga dan ilmu yang tak ternilai

selama penulis berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Akhir kata, hanya bisa berdoa agar Allah SWT dapat membalas segala

kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu penulis. Penulis juga berharap

semoga sripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri pada

umumnya meskipun tentu banyak sekali kekurangan dalam penelitian ini, yang

Insha Allah kekurangan tersebut dapat peneliti perbaiki di kemudian hari dan

kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Jakarta, 16 Juni 2017

Vicky Dianiya

Page 10: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL .................................................................... ix

BAB I

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Permasalahan................................................................................................ 7

1. Identifikasi Masalah ................................................................................. 7

2. Batasan Masalah ....................................................................................... 8

3. Rumusan Masalah .................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8

D. Signifikasi Penelitian ................................................................................... 9

1. Manfaat Teoritis ....................................................................................... 9

2. Manfaat Praktis ......................................................................................... 9

E. Metodologi Penelitian ................................................................................ 10

1. Paradigma Penelitian .............................................................................. 10

2. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 10

3. Bingkai Teori .......................................................................................... 11

4. Subjek dan Objek Penelitian .................................................................. 14

5. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 14

6. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 14

F. Tinjauan Pustaka dan Peneliti Terdahulu ................................................... 17

G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 19

Page 11: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

vii

BAB II

LANDASAN TEORI ........................................................................................... 21

A. Komunikasi ................................................................................................ 21

1. Pengertian Komunikasi .......................................................................... 21

2. Unsur – Unsur Komunikasi .................................................................... 24

B. Komunikasi Antar Budaya ......................................................................... 27

1. Pengertian Budaya .................................................................................. 27

2. Komunikasi Antarbudaya ....................................................................... 29

C. Akulturasi dalam Komunikasi ................................................................... 31

1. Komunikasi Intrapersonal ...................................................................... 33

2. Komunikasi Sosial .................................................................................. 35

3. Lingkungan Komunikasi ........................................................................ 37

D. Nilai-Nilai Keislaman ................................................................................ 38

1. Akidah .................................................................................................... 38

2. Syariah .................................................................................................... 40

3. Akhlak .................................................................................................... 41

BAB III

GAMBARAN UMUM ........................................................................................ 48

A. Pusat Layanan Kerjasama Internasional .................................................... 48

B. Visi dan Misi PLKI .................................................................................... 51

C. Tujuan dan Fungsi PLKI ............................................................................ 52

D. Struktur Organisasi .................................................................................... 53

E. Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan ............................................................... 55

F. Mahasiswa Internasional ............................................................................ 57

G. Daftar Mahasiswa Gambia ......................................................................... 59

Page 12: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

viii

BAB IV

PROSES AKULTURASI BUDAYA MAHASISWA AFRIKA (GAMBIA) DI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ................................................. 62

A. Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Mahasiswa Gambia

UIN Jakarta ........................................................................................................ 63

1. Komunikasi Intrapersonal ...................................................................... 63

2. Komunikasi Sosial .................................................................................. 80

3. Lingkungan Komunikasi ........................................................................ 88

B. Nilai-Nilai Keislaman ................................................................................ 91

1. Akidah .................................................................................................... 91

2. Syariah .................................................................................................... 93

3. Akhlak .................................................................................................... 94

BAB V

PENUTUP ............................................................................................................ 98

A. Kesimpulan ................................................................................................ 98

B. Saran ......................................................................................................... 100

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 101

LAMPIRAN

Page 13: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

ix

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1.1

Bingkai Teoritis ..................................................................................................... 13

Gambar 2.1

Unsur-Unsur Komunikasi ..................................................................................... 25

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Pusat Layanan Kerjasama Internasional (PLKI).................. 54

Tabel 3.1

Data Mahasiswa Aktif Gambia Strata 1 di Universitas Islam Negeri Jakarta ...... 59

Page 14: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan sehari-hari manusia sejatinya tidak akan bisa lepas dari kegiatan

bersosialisasi atau berkomunikasi dengan orang lain. Dengan bersosialisasi inilah

manusia dapat menjalani kodratnya, yaitu sebagai makhluk sosial. Selain itu,

kehidupan manusia ditandai oleh dinamika komunikasi. Seluruh umat manusia di

dunia benar-benar menyadari bahwa semua kebutuhan hidupnya hanya dapat

dipenuhi jika dia berhasil berkomuniasi secara efektif maka seluruh kebutuhannya

dapat dia capai.1

Dalam berkomunikasi ternyata bukan hanya sekedar percakapan ringan atau

sebatas bertukar informasi saja antar komunikator dan komunikan, tetapi juga

mempunyai berbagai macam langkah dan proses yang rumit. Menurut Saundra

Hybels dan Richard L. Weaver II, bahwa komunikasi merupakan setiap proses

pertukaran informasi, gagasan, dan perasaan. Proses itu meliputi informasi yang

disampaikan tidak hanya secara lisan dan tulisan, tetapi juga dengan bahasa tubuh,

gaya maupun penampilan diri, atau menggunakan alat bantu di sekeliling kita untuk

memperkaya sebuah pesan.2 Adanya rangkaian proses komunikasi inilah yang

nantinya akan membawa para pelaku komunikasi dalam menerjemahkan sekaligus

merespons sebuah pesan dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

1Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: LKiS, 2007),

hal. 2-3. 2Saundra Hybels dan Richard L. Weaver II, Communicating Effectively, (New York:

McGraw Hill, 2007), hal. 8.

Page 15: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

2

Dengan belajar memahami komunikasi antarbudaya berarti kita juga belajar

memahami realitas budaya yang berpengaruh dan berperan dalam komunikasi. Kita

dapat melihat bahwa proses perhatian komunikasi dan kebudayaan, terletak pada

variasi langkah dan cara berkomunikasi yang melintasi komunitas atau kelompok

manusia. Fokus perhatian studi komunikasi dan kebudayaan juga meliputi bagaimana

menjajaki makna, pola-pola tindakan, juga tentang bagaimana makna dan pola-pola

itu diartikulasikan ke dalam sebuah kelompok sosial, kelompok budaya, kelompok

politik, proses pendidikan, bahkan lingkungan teknologi yang melibatkan interaksi

antarmanusia.3

Charley H. Dood mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya meliputi

komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi,

antarpribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada perbedaan latar belakang

kebudayaan yang memengaruhi perilaku komunikasi para peserta.4 Selain itu, Bakti

menjelaskan ada tujuh aktor komunikasi antarbudaya, yaitu Muslim dan non-

Muslim, pusat dan daerah, aparat negara dan penduduk sipil, penduduk asing dan

penduduk pribumi, golongan sekuler dan golongan religius, kelompok modern dan

kelompok tradisional, terakhir pria dan wanita.5

Semua aktor komunikasi antarbudaya tersebut haruslah memiliki rasa saling

pengertian antarbudaya karena hal ini merupakan yang penting untuk melakukan

hubungan antarbudaya tersebut agar tidak ada rasa saling mengunggulkan salah satu

3Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007),

hal. 10. 4Charley H. Dood, Dynamics of Intercultural Communication, (Dubuque: Wm. C.Brown

Publishers, 1991), hal. 5. Lihat juga Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 11.

5Andi Faisal Bakti, ‘Major Conflict in Indonesia, How can Communication Contribute to a Solution?’ Review of Human Factor, vol. 6, no. 2, (Canada: Desember 2000), hal. 33.

Page 16: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

3

budaya dari diri masing-masing etnis. Kita perlu membangun sebuah hubungan

antarbudaya yang berlandaskan persaudaraan, karena kita semua sebagai manusia

tidak dapat berdiri sendiri.

Dalam komunikasi antarbudaya pun ada proses akulturasi, yaitu proses sosial

yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu

dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian

rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing ini lambat laun diterima dan diolah ke

dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu

sendiri.6 Hal ini dapat dilihat adanya tradisi pembagian uang ketika perayaan Idul

Fitri, yang sebenarnya terjadi karena adanya proses akulturasi budaya Tionghoa dan

Eropa dengan Islam.

Salah satu fenomena yang terjadi yaitu seorang Australia dan seorang

Indonesia bertengkar. Mereka berteman, namun kini mereka sangat marah. Orang

Australia berteriak-teriak, cemberut dan mengacungkan lengannya di udara. Orang

Indonesia tersenyum dan berbicara lembut, namun semakin tersenyum orang

Indonesia, orang Australia semakin marah dan ribut, orang Indonesia semakin diam.7

Dari contoh di atas, yaitu menggambarkan resep-resep akulturasi dalam

mengatasi masalah dari orang-orang yang berbeda budaya.8 Maka dari itu, ketika kita

berinteraksi dan dilanjutkan dengan pertemanan dengan meluangkan waktu kita

untuk bersama orang dari budaya yang berlainan, kita akan menyadari ada beberapa

6Koentjaningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hal. 202. 7Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 185.

8Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, hal. 185.

Page 17: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

4

perbedaan sehingga bisa saja kita berasumsi negatif bila kita tidak memahami

perbedaan tersebut. Sehingga tidak dapat dipungkiri, adanya mahasiswa-mahasiswa

dari budaya yang berlainan yang pada saat melakukan komunikasi dapat

mengakibatkan berbagai macam hambatan komunikasi.9 Meskipun demikian, hal

tersebut dapat dikatakan hal yang lazim ditemui dalam komunikasi antarbudaya.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki mahasiswa

yang berasal dari berbagai macam budaya sekaligus mahasiswa dari berbagai macam

negara. Tidak hanya yang berkebangsaan Indonesia saja yang berkuliah di UIN,

melainkan juga ada mahasiswa asing yang berasal dari berbagai negara. Menurut

data Pusat Layanan Kerja Internasional/PLKI, terdapat 43 orang mahasiswa asing

yang mendaftar sebagai mahasiswa aktif pada tahun akademik 2015-2016 di UIN

Jakarta, yang berasal dari beberapa negara, yaitu Gambia, Afghanistan, Kanada,

Maroko, Yaman, Brasil, Turki, Thailand, dan Malaysia.10 Banyaknya mahasiswa

asing yang berkuliah di UIN Jakarta sehingga terlihat perbedaan mereka terutama

dalam hal kebudayaan yang dapat membuat suatu kelompok-kelompok kecil

berdasarkan budaya dari asal mereka tinggal. Salah satunya para mahasiswa Gambia

di UIN Jakarta. Gambia termasuk dalam benua Afrika di mana warga Afrika

sebenaranya beragam dan biasanya merujuk kepada mereka yang berkulit hitam,

namun tetap dengan kepercayaan, nilai dan norma bermacam-macam.11

9Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia; Kuliah Dasar Edisi Kelima. Terj. Agus

Mulyana, (Pamulang: Karisma Publishing Group, 2011), hal. 545-549. 10Database Mahasiswa Asing Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun Akademik 2016-2017. 11Deddy Mulyana, Komunikasi Lintas Budaya ‘Pemikiran, Perjalanan dan Khayalan’,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 168.

Page 18: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

5

Konsep diri merupakan inti dari pandangan hidup orang Afrika. Konsep diri

adalah pandangan mereka tentang diri sendiri yang memandu cara mereka

berkomunikasi dengan orang-orang di luar budaya mereka.12 Kendati Gambia adalah

negara terkecil di daratan Afrika dengan luas wilayah 10.689 km2 dan jumlah

penduduk sebanyak 1.882.45 jiwa (sensus pada tahun 2013),13 sehingga budaya

Gambia merupakan produk dari pengaruh yang beragam. Dari segi makanan, biasa

berisi kacang tanah, beras, ikan, daging, bawang, tomat, singkong, cabai dan tiram

dari Sungai Gambia yang dipanen oleh kaum wanita.14

Salah satu aspek terpenting pandangan dunia pada suku-suku Afrika termasuk

Gambia adalah kepercayaan agama. Meski sebagian besar warga Afrika masih

menganut kepercayaan nenek moyang mereka, sebagian telah beralih agama menjadi

Muslim dan Kristen. Namun tidak jarang mereka masih dipengaruhi oleh tradisi lama

mereka, sehingga agama baru itu terkadang dipraktikkan secara kreatif.15 Di Gambia

sendiri agama yang tercatat saat ini yaitu 90% Islam, 8% Kristen, dan hanya 2%

kepercayaan adat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Gambia juga merupakan

negara mayoritas Muslim seperti halnya Indonesia.16

Dengan masuknya budaya mahasiswa Gambia ke UIN Jakarta, proses

akulturasi mulai berlangsung. Proses akulturasi akan terus berlangsung selama

imigran mengadakan kontak langsung dengan sistem sosio-budaya pribumi.17 Seperti

12Deddy Mulyana, Komunikasi Lintas Budaya ‘Pemikiran, Perjalanan dan Khayalan’, hal.

169. 13https://id.wikipedia.org/wiki/Gambia diakses 5 Juni pada pukul 14.30. 14https://id.wikipedia.org/wiki/Gambia diakses 28 Juni pada pukul 13.10. 15Deddy Mulyana, Komunikasi Lintas Budaya ‘Pemikiran, Perjalanan dan Khayalan’, hal.

169. 16https://id.wikipedia.org/wiki/Gambia diakses 5 Juni pada pukul 14.50. 17Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, hal. 146.

Page 19: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

6

halnya, para mahasiswa Gambia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan sosial agar dapat diterima dan supaya dapat berinteraksi. Dalam upaya

menyesuaikan diri, mahasiswa imigran bukan hanya dalam bentuk mempertahankan

hidup di lingkungan kampus saja melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan yang bersangkutan dalam studi.

Dengan adanya fenomena global saat ini, kita dituntut untuk memperhatikan

setiap budaya baru yang berlangsung di sekitar lingkungan kita. Pengajaran terhadap

komunikasi antarbudaya menjadi penting adanya karena dalam kehidupan sehari-

hari, pertemuan dengan orang-orang yang berbeda budaya sulit untuk dihindari.

Sehingga, melalui pembelajaran dan pemahaman atas komunikasi antarbudaya

diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan kesulitan-kesulitan yang dialami

dalam berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya.18 Perlunya pengajaran

dengan baik sangatlah penting yaitu agar tidak terjadi kesalahpahaman antara kedua

budaya dan tidak menimbulkan kekacauan termasuk komunikasi antara setiap

mahasiswa juga tidak dapat disepelekan karena bisa saja menimbulkan konflik dan

terjadinya akulturasi yang negatif. Karena meskipun kedua budaya berinteraksi

bahkan dengan bahasa yang sama sekalipun (contoh: Bahasa Jawa dengan Bahasa

Sunda yang sama-sama berasal dari budaya Indonesia), pengertian di antara mereka

tidak dapat berlangsung secara otomatis.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik ingin memahami apa saja

yang terjadi, akibat dari apa yang terjadi, dan apa saja yang dapat memengaruhi

segala kejadian yang terjadi antar mahasiswa di Universitas Islam Negeri Syarif

18Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, hal. 20.

Page 20: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

7

Hidayatullah Jakarta terkait proses akulturasi. Selain itu, melihat background

universitas yang sangat lekat dengan Islam, penulis juga tertarik untuk meneliti lebih

dalam mengenai nilai-nilai Islam yang terjadi di dalam proses akulturasi tersebut.

Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mendalam

terhadap mahasiswa di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

khususnya pada pola komunikasi antarbudaya yang dilakukan antar mahasiswa

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan demikian, peneliti

bermaksud untuk melakukan penelitian ilmiah yang akan ditulis dalam skripsi yang

berjudul: “Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Budaya (Studi Kasus

pada Mahasiswa Afrika (Gambia) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta)”

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, banyaknya benturan yang besar dalam

berkomunikasi antara mahasiswa imigran dengan mahasiswa lokal, seperti:

Benua Afrika dihuni oleh bangsa yang beragam serta penuh dengan

konflik.

Kesulitan dalam berbahasa Indonesia.

Faktor warna kulit yang bisa menimbulkan rasisme.

Penyajian makanan Indonesia dan Afrika yang berbeda terutama

untuk makanan utama.

Budaya Gambia yang berbeda seperti bahasa, tradisi dan lingkungan.

Persepsi mengenai terhadap sesuatu dapat beragam.

Benturan-benturan di atas bisa saja terjadi sehingga menyebabkan

terjadi ketidakefektifan dalam berkomunikasi.

Page 21: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

8

2. Batasan Masalah

Agar penelitian proposal skripsi ini lebih terfokus, maka penulis

memfokuskan hanya pada komunikasi antarbudaya pada proses akulturasi nilai-

nilai Islam pada mahasiswa Gambia Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, tahun 2016.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dirumuskan

pertanyaan mayor sebagai berikut:

Bagaimana komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya

(Studi Kasus pada Mahasiswa Afrika (Gambia) di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta)?

Dari pertanyaan mayor ini lalu muncul pertanyaan minor atau turunan

dari mayor, yaitu sebagai berikut:

1. Apa bentuk akulturasi dalam komunikasi intrapersonal yang terjadi pada

Mahasiswa Gambia di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta?

2. Sejauh mana akulturasi dalam komunikasi sosial yang terjadi pada

Mahasiswa Gambia di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta?

3. Seperti apa akulturasi dalam komunikasi lingkungan (environmental)

yang terjadi pada Mahasiswa Gambia di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini secara umum

bertujuan untuk mengetahui akulturasi nilai-nilai Islam pada mahasiswa Gambia di

Page 22: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

9

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya dalam komunikasi

intrapersonal, sosial dan environmental yang terjadi pada mereka.

D. Signifikasi Penelitian

Adapun manfaat yang dihasilkan dengan adanya penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a) Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu komunikasi

antarbudaya, khususnya mengenai proses akulturasi budaya sekaligus

nilai-nilai Islam di dalamnya pada mahasiswa Gambia di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

b) Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada semua kalangan dan

menambah wawasan serta berkontribusi mengenai komunikasi

antarbudaya di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi tentang

komunikasi antarbudaya yang tepat bagi mahasiswa terutama pada mahasiswa

Gambia di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dalam proses

akulturasi yang terjadi dan dilihat dari aspek nilai-nilai Islam, sehingga dapat

terjadinya komunikasi yang baik antarmahasiswa dapat terjadi.

Page 23: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

10

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah konstruktivis

yang memandang realitas sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi realitas

sosial yang terbentuk dari hasil konstruksi.19 Sehingga paradigma konstruktivis

ini berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil

pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran

subjek yang diteliti. Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada

subjek dan bukan pada objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan

hasil pengalaman semata, tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh

pemikiran.20

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif. Teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah analisis deskriptif

kualitatif. Analisis data ini merupakan upaya yang dilakukan untuk

mengumpulkan data, mengorganisasikan data, kemudian memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola. Selain itu, peneliti juga coba

menyintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain.21 Dalam pendekatan ini, penulis bertujuan untuk memahami

komunikasi lintas budaya dalam proses akulturasi antara mahasiswa Afrika,

19Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 43.

20Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Rosdakarya, 2012), hal. 140.

21Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 248.

Page 24: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

11

khususnya Gambia, dengan mahasiswa lokal dalam lingkungan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan dapat menggambarkan secara

luas tentang jawaban penelitian ini.

3. Bingkai Teori

Bagi peneliti menentukan teori melalui sebuah bingkai penelian

menjadi hal yang penting. Peneliti akan menjadikan rumusan yang ada dalam

kerangka teori ini sebagai pijakan dalam menentukan teori yang digunakan

dalam skripsi ini. Teori yang akan digunakan dalam skripsi ini yaitu teori

Akulturasi Komunikasi menurut Ruben.22 Teori tersebut peneliti ambil untuk

mengklasifikasikan bentuk komunikasi antarbudaya pada Mahasiswa Afrika

(Gambia) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Berikut

komunikasi antarbudaya dalam komunikasi akulturasi secara singkat:

a) Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersonal mengacu kepada proses-proses mental

yang dilakukan orang untuk mengatur dirinya sendiri dalam dan

lingkungan sosio-budayanya, mengembangan cara-cara melihat,

mendengar, memahami, dan merespons lingkungan. Salah satu variabel

komunikasi intrapersonal terpenting dalam akulturasi ialah kompleksitas

sruktur kognitif imigran dalam memersepsi lingkungan pribumi.23

22 B. D. Ruben, “Intrapersonal, Interpersonal, and Mass Communication Process in

Individual and Multi-Person Systems” dalam B. D. Ruben dan Y. Y. Kim, General System Theory and Human Communication, (Rochelle Park: Hayden, 1975). Lihat juga Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 140-.

23 B. D. Ruben, “Intrapersonal, Interpersonal, and Mass Communication Process in Individual and Multi-Person Systems” dalam B. D. Ruben dan Y. Y. Kim, General System Theory and

Page 25: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

12

b) Komunikasi Sosial

Komunikasi sosial di sini juga biasa disebut dengan komunikasi

antarpersonal atau komunikasi massa. Komunikasi antarpersonal

(interpersonal communication) adalah komunikasi antara anda dan orang-

orang lainya secara tatap-muka dan memungkinkan setiap peserta

komunikasi menangkap reaksi atau memberikan timbal balik dari orang

lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal.24 Sedangkan

komunikasi massa adalah suatu proses komunikasi sosial yang lebih

umum, yang dilakukan individu-individu untuk berinteraksi dengan

lingkungan sosio-budayanya, tanpa terlihat dalam hubungan-hubungan

antarpersonal dengan individu lainnya.25

c) Komunikasi Lingkungan

Suatu kondisi lingkungan yang sangat berpengaruh pada

komunikasi dan akulturasi pendatang adalah adanya komunitas etniknya

di daerah setempat. Seperti yang dikutip dari Taylor bahwa derajat

pengaruh komunitas etnik atas prilaku imigran sangat bergantung pada

derajat “kelengkapan kelembagaan” komunitas tersebut dan kekuatannya

untuk memelihara budayanya yang khas bagi anggota-anggotanya.26

Human Communication, hal. 168-169. Lihat juga Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 141.

24Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, hal. 81. 25Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, hal. 142. 26B. K. Taylor, “Culture: Whence, Whither and Why?” dalam A. E Alcock, B. K. Taylor dan

J. M. Welton, The Future of Cultural Minorities, (New York: St. Martins’s, 1979). Lihat juga Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 144.

Page 26: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

13

Dari teori tersebut, peneliti juga menambahkan unsur nilai-nilai Islam

yang ada pada mahasiswa Afrika yang tentunya tidak terlepas dari konsep

komunikasi akulturasi yaitu akidah, syariah dan akhlak. Adapun gambaran

teori tersebut sebagai berikut:

Gambar 1.1

Bingkai Teoritis

Kom

unik

asi A

ntar

buda

ya d

an A

gam

a

Mahasiswa Afrika UIN Jakarta Gambia

Akulturasi (Ruben)

Komunikasi Intrapersona

Komunikasi Antarpersona

Lingkungan Komunikasi

Nilai-Nilai Islam

Akidah

Syariah

Akhlak

Mahasiswa Lokal UIN Jakarta Indonesia

Page 27: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

14

4. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Gambia yang

belajar mulai tahun 2016 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah proses akulturasi nilai-

nilai Islam dalam komunikasi antarbudaya yang dilakukan antar mahasiswa di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

Data penelitian ini di ambil khususnya di International Office

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun, tempat

penelitian adalah di kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta dan sekitarnya. Penelitian ini akan dilakukan dari Februari 2017

sampai Juni 2017.

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk meperoleh data yang diinginkan, maka peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi/Pengamatan

Observasi adalah untuk mendeskripsikan lingkungan sekitar dan

mengamati aktivitas-aktivitas yang berlangsung terkait individu yang

terlibat dalam lingkungan tersebut berdasarkan perspektif individu

yang terlibat.27 Maka dari itu, peneliti secara langsung ikut terlibat

dalam objek penelitian. Peneliti bukan hanya mengamati dari jauh

tentang pola komunikasi lintas budaya mahasiswa asing dengan

27Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), hal. 132.

Page 28: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

15

mahasiswa lokal, tetapi peneliti secara langsung ikut terlibat dalam

proses pengumpulan data yang mencakup interaksi, perilaku,

pendekatan atau pergaulan dan percakapan secara langsung yang

terjadi di antara subjek yang diteliti ketika melakukan pertemuan dari

saat pengenalan hingga melakukan wawancara.

b. FGD (Focus Group Discussion)

James Watt dan Van den Berg mengemukakan bahwa metode Focus

Group Discussion atau biasanya disebut focus group interview pada

dasarnya merupakan metode ilmiah kualitatif yang bersifat seperti

suatu kelas dengan kehadiran seorang moderator yang memfasilitasi

jalannya diskusi atau interview.28

Dalam menggunakan metode FGD ini, peneliti akan mendapatkan

keberagaman pemaknaan dari dalam kelompok pada suatu bahasan.

Sebelum melaksanakan FGD, peneliti mengumpulkan para informan

dalam suatu grup diskusi di jejaring sosial seperti Whatsapp atau Line.

Kemudian baru peneliti mengajak untuk mengadakan pertemuan di

suatu tempat dan melaksanakan inti dari metode FGD tersebut. Dalam

metode ini peneliti melaksanakan dua kali FGD yaitu yang pertama

dengan tiga narasumber dan yang kedua dengan dua narasumber. Hal

ini sangat di luar prediksi peneliti karena saat di lapangan peneliti

kesulitan untuk mempertemukan mereka pada saat yang bersamaan.

28James H. Watt, Van den Berg, dan Sjef, Research Methods for Mass Communication

Science, (Boston: Allyn and Bacon, 1995), hal. 360-362.

Page 29: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

16

c. Wawancara

Denzin & Lincoln mengemukakan:

“The interview is a conversation, the art of asking questions and listening. It is not neutral tool, for the interviewer creates the reality of the interview situation. In this situation answers are given. This interview produces situated understandings grounded in specific interactional episodes. This method is influenced by the personal charateristies of the interviewer, including race, class, ethnicity, and gender.”29

Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap muka

(face-to-face) antara pewawancara (interviewer) dan yang

diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang diteliti.

Pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap, dan pola pikir

dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti.

Karena wawancara itu dirancang oleh pewawancara, maka hasilnya

pun dipengaruhi oleh karakteristik pribadi pewawancara.30 Dengan

melakukan wawancara mendalam, peneliti dapat mengarahkan tanya

jawab pada pokok atau inti persoalan yang ingin diteliti yaitu terkait

proses akulturasi pada mahasiswa Afrika dalam berkomunikasi,

sehingga informasi yang dikumpulkan bukan hanya sekedar menerka-

nerka, melainkan sebuah fakta.

d. Dokumentasi

Dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi

penelitian, berupa sumber data yang digunakan untuk melengkapi

29N. K. Denzin dan Y. S. Lincoln, The Sage Handbook of Qualitative Research ‘5th Editions’,

(London: Sage Publications, 2017), hal. 151. 30Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif ‘Teori dan Praktik’, (Jakarta: Bumi Aksara,

2013), hal. 162.

Page 30: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

17

penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), maupun

karya-karya monumental, yang semuanya itu memberikan informasi

bagi proses penelitian.31 Selain itu, dokumentasi juga dapat menjadi

bukti-bukti wawancara kepada narasumber.

F. Tinjauan Pustaka dan Peneliti Terdahulu

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunakan beberapa buku primer,

antara lain yaitu: Hafied Cangara (Pengantar Ilmu Komunikasi), Andi Faisal Bakti

(Communication and Family Planning in Islam Indonesia: South Sulawesi Muslim

Perceptions of a Global Development Program), Deddy Mulyana dan Jalaluddin

Rakhmat (Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang

Berbeda Budaya’), Koentjaningrat (Pengantar Ilmu Antropologi), dan Lexy J.

Moleong (Metode Penelitian Kualitatif).

Selanjutnya peneliti melakukan penelusuran koleksi skripsi pada

Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta guna memastikan apakah ada judul atau tema yang

sama dengan penelitian ini. Penelitian tentang komunikasi antarbudaya yang

memiliki persamaan subjek dan objek dengan peneliti tidak ditemukan. Hanya saja

ada beberapa skripsi yang hampir serupa, di antaranya seperti:

1. “Komunikasi Antarbudaya pada Proses Enkulturasi Mahasiswa Turki di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta” oleh Dewi

Mufarrikhah, tahun 2016.32 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Fokus

31Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif ‘Teori dan Praktik’, hal. 178. 32Dewi Mufarrikhah, “Komunikasi AntarBudaya pada Proses Enkulturasi Mahasiswa Turki

di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri, 2016).

Page 31: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

18

skripsi Dewi ini yaitu dengan subjeknya hanya pada mahasiswa Turki saja

dan objeknya yang juga berbeda dengan skripsi ini yaitu pada proses

enkulturasi. Proses enkulturasi itu sendiri adalah mengacu pada proses

dengan mana kultur ditransmisikan dari satu generasi ke generasi

berikutnya.33

2. “Akulturasi Budaya Betawi dengan Tionghoa (Studi Komunikasi

Antarbudaya pada Kesenian Gambang Kromong di Perkampungan Budaya

Betawi, Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan)” oleh Ali Abdul

Rodzik, tahun 2008.34 Jurusan Komunikasi dan Penyiran Islam. Skripsi ini

memiliki persamaan dengan peneliti ini yaitu, membahas komunikasi antar

budaya dalam proses akulturasi. Namun, perbedaan dari penelitian ini yaitu

dalam hal subjek yang diteliti, yaitu Ali pada Kesenian Gambang Kromong

sedangkan penelitian ini pada mahasiswa asing dan mahasiswa lokal.

Meskipun dalam penelitian ini peneliti merujuk pada skripsi di atas, tetapi

penelitian yang dilakukan peneliti berbeda. Dari penelitian terdahulu belum ada yang

mengupas tentang komunikasi lintas budaya dalam proses akulturasi antara

mahasiswa asing dengan mahasiswa lokal Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, penelitian ini fokus menganalisis komunikasi

lintas budaya yang terjadi antara mahasiswa asing dengan mahasiswa lokal

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan juga fokus bagaimana

33Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia; Kuliah Dasar Edisi Kelima. Terj. Agus

Mulyana, hal. 534. 34Ali Abdul Rodzik, “Akulturasi Budaya Betawi dengan Tionghoa (Studi Komunikasi

AntarBudaya pada Kesenian Gambang Kromong di Perkampungan Budaya Betawi, Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan),” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri, 2008).

Page 32: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

19

proses akulturasi tersebut terjadi antara mahasiswa asing dengan mahasiswa lokal

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penjelasan dan mensistematiskan penulisan

skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan ini dalam lima bab, dan

pada masing-masing bab telah dibagi kembali menjadi su-bab yang mendukung isi

dari setiap bab yang saling terhubung. Sistematika pada skripsi ini adalah sebagai

berikut:

Pendahuluan, penulis letakkan pada bab satu, yang meliputi latar belakang

masalah mengenai komunikasi antarbudaya pada proses akulturasi pada mahasiswa

Afrika (Gambia)d di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian pada bab ini juga

mencakup permasalah, tujuan penelitian, signifikasi penelitian, metodologi

penelitian, tinjauan pustaka, penelitian terdahulu, dan sistematika penulisan.

Pada bab dua, penulis meletakkan landasan teori, di mana di bab ini penulis

membahas teori-teori yang penulis gunakan dalam skripsi ini. Dimulai dari teori

komunikasi, teori komunikasi antarbudaya, teori komunikasi akulturasi dalam

komunikasi, dan teori mengenai nilai-nilai Islam. Dari semua teori, penulis akan

terfokus pada teori komunikasi dalam akulturasi menurut Ruben yang akan

digunakan dalam penelitian di bab empat.

Selanjutnya yaitu gambaran umum yang penulis letakkan pada bab tiga. Pada

bab tiga ini, penulis menjelaskan gambaran umum mengenai Pusat Layanan

Kerjasama Internasional dimana PLKI merupakan lembaga UIN Syarif Hidayatullah

Page 33: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

20

Jakarta yang menangani masuknya mahasiswa-mahasiswa asing yang ingin berkuliah

di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Inti dari skripsi, yaitu temuan analisis di bab empat, di mana penulis

menjelaskan bagaimana komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi yang

terjadi pada mahasiswa Afrika (Gambia) selama mereka berkuliah di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis menjelaskan komunikasi dalam akulturasi secara

kerangka konseptual yaitu komunikasi intrapersonal, komunikasi sosial dan

lingkungan komunikasi.

Akhirnya pada bab lima yang merupakan penutup dari skripsi ini. Bab ini

terdiri atas kesimpulan dan saran penelitian yang penulis sampaikan yang berisi inti

dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan dan memberikan saran-saran kepada

UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Pusat Layanan Kerjasama Internasional.

Page 34: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Secara bahasa, komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communico

yang berarti membagi. Membagi dalam hal ini adalah membagi gagasan dan ide

atau pikiran antara satu orang dengan orang lain. Selain communico, komunikasi

juga berasal dari akar kata communis dalam bahasa latin juga yang berarti

menyamakan, menjadikan sama, antara satu orang dengan orang yang lain.1

Adapun beberapa pengertian atau definisi tentang komunikasi yang

dicetuskan oleh pakar-pakar komunikasi, yaitu sebagai berikut:

Menurut Everet M. Rogers bersama D. Lawrence Kincaid, “komunikasi

adalah proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan

pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba

pada saling pengertian yang mendalam.”2 Dapat dikatakan bahwa komunikasi

memerlukan adanya saling pengertian dalam pertukaran informasi tersebut agar

tidak timbulnya kesalahan makna.

Wilbur Schramm mendefinisikan bahwa communication as an act of

establishing contact between a sender and receiver, with the help of message;

the sender and receiver some common experience which meaning to the

1Mohammad Shoelhi, Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2009), hal. 2. 2Everett M Rogers dan D. Lawrence Kincaid, Communication Network: Towards a New

Paradigm for Research, (New York: Free Press, 1981). Lihat juga Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 20.

Page 35: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

22

message incode and sent by the sander; and receiver and decoded by the

receiver.3 Dalam hal ini berarti dengan adanya komunikasi yang dilakukan

antara pengirim dan penerima yang berbeda pengalaman dapat saling bertukar

pikiran karena memiliki penafsiran yang berbeda-beda.

Ada empat teori komunikasi menurut Andi Faisal Bakti, salah satu teori

komunikasi tersebut yaitu teori S-M-C-R-E. Teori ini merupakan teori kritik atas

teori yang menjelaskan tentang S-M-C-R. Teori ini menjelaskan bahwa dalam

komunikasi tentu ada sender, message, channel, receiver dan effect dengan

strategi one-way (satu arah). Dengan demikian, faktor yang menjadi utama

dalam teori ini adalah sumber karena memiliki kekuatan secara penuh terhadap

pesan yang disampaikan dan juga menekankan pada efek dari pesan yang telah

disampaikan oleh source.4

Selain itu, Andi Faisal Bakti juga menggagaskan teori resepsi aktif

(Active-Reception Theory) yaitu teori yang menganggap bahwa manusia sebagai

makhluk yang aktif dalam menginterpretasikan pesan atau informasi yang

didapatnya. Dalam teori resepsi aktif, keefektifan komunikasi dan diterimanya

pesan atau informasi berasal dari proses penerimaan pesan dari komunikan itu

sendiri, bukan berasal dari komunikator atau media yang digunakan tetapi pada

komunikan. Teori ini berkaitan dengan interpersonal communication, dengan

3Wilbur Schramm, The Process and Effects of Mass Communication, (University Of Illinois

Press Urbana, 1955). Lihat juga Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 2.

4Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, (Leiden: INIS, 2004), hal. 37-40.

Page 36: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

23

sosial kontrol yang diberikan kepada penerima pesan dengan adanya pendekatan

interpersonal. 5

Alo Liliweri menyimpulkan bahwa di dalam proses komunikasi terdapat

beberapa pengertian yang sama. Pertama, dapat saling memberi dan

mengalihkan informasi sebagai berita atau gagasan ketika baik antara penerima

atau pemberi. Kedua, komunikasi merupakan kegiatan untuk menyebarkan

informasi. Ketiga, komunikasi dapat mengatur kebersamaan. Keempat, dengan

berkomunikasi membuat orang-orang terhubung. Kelima, Dapat mengambil

bagian dalam kebersamaan.6

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi

berarti proses interaksi antara pengirim (komunikator) dan penerima

(komunikan) dalam menyampaikan pesan atau informasi antara dua orang atau

lebih dengan tujuan pesan atau informasi yang dimaksud dapat dipahami. Tapi,

Bakti menambahkan bahwa komunikasi itu kuncinya adalah pemaknaan pada

negosiasi karena dengan adanya pemaknaan dan negosiasi ini dapat menyatukan

ratusan ratusan kelompok etnis, bahasa, dan budaya, serta belasan bekas

kerajaan yang dipisahkan dengan laut besar atau pegunungan sehingga dapat

berada pada satu bendera dan satu Negara.7

5Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South

Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, hal. 108. 6Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: PT. LKiS

Pelangi Aksara, 2007), hal. 5. 7Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South

Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, hal. 118.

Page 37: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

24

2. Unsur – Unsur Komunikasi

Dari berbagai pengertian di atas, sangat jelas bahwa komunikasi pada

hakikatnya hanya bisa terjadi jika ada yang menyampaikan pesan kepada orang

lain dengan adanya tujuan. Dengan begitu, terjadilah proses penyampaian pesan

atau informasi tersebut. Dalam prosesnya terdapat unsur-unsur komunikasi yang

bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.8

Terdapat beberapa macam pandangan terkait unsur yang mendukung

komunikasi. Ada yang beranggapan bahwa komunikasi cukup didukung oleh

tiga unsur saja yang fundamental, yaitu:

a. Komunikator, orang yang berbicara.

b. Pesan, materi pembicaraan.

c. Komunikan, orang yang menerima atau mendengarkan.9

Hafied Cangara beranggapan bahwa tidak hanya ada tiga unsur dalam

komunikasi. Menyimpulkan pandangan dari David K. Berlo, Charles Osgood,

Gerald Miller, Melvin L. De leur, Joseph A. Devito, K. Sereno dan Erika Vora,

menilai ada banyak unsur komunikasi yang juga tidak kalah pentingnya. Unsur-

unsur komunikasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

8Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),

hal. 21. 9Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2007), hal. 45.

Page 38: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

25

Sumber Pesan Media Penerima Efek

Lingkungan Umpan Balik

Gambar 2.1

Unsur-Unsur Komunikasi

Sumber: Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi.10

Bagan 2.1 dapat dijelaskan bahwa alur komunikasi sangatlah bergantung

antara satu sama lain. Sumber, yaitu pihak yang menyampaikan pesan. Hal ini

bisa berupa individu, seseorang yang berbicara, menulis, menggambar,

memberikan isyarat-isyarat. Tidak hanya individu, komunikator juga bisa

berupa organisasi komunikasi tertentu, seperti sebuah penerbit, stasiun tivi, atau

yang lainnya.11

Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau yang mempunyai kebutuhan

untuk komunikasi yang bisa jadi seseorang individu, kelompok, organisasi,

perusahaan bahkan suatu Negara dengan melibatkan ide atau informasi yang

ingin disampaikan.12 Pesan atau informasi merupakan suatu gagasan, ide atau

simbol yang berupa komponen yang menjadi isi komunikasi yang bisa

berbentuk verbal atau non-verbal.13

10Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, hal. 23-24. 11Mohammad Shoelhi, Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik, hal. 4.

12Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 69.

13Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 6.

Page 39: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

26

Media adalah alat yang digunakan dalam proses komunikasi dalam

memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi

antarpribadi, pancaindra dianggap sebagai media komunikasi, sedangkan dalam

komunikasi massa dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu media cetak dan

media elektronik.14 Penerima adalah orang yang menjadi sasaran dalam

menerima pesan yang dikirimkan oleh sumber. Penerima juga dapat terdiri dari

satu orang, banyak orang (kelompok kecil, kelompok besar, termasuk dalam

wujud organisasi), dan massa. Penerima di sini biasa juga disebut dengan

komunikan.15 Kemudian efek adalah sesuatu yang terjadi pada penerima pesan

setelah ia menerima pesan yang disampaikan tersebut, misalnya adanya

penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), menjadi terhibur,

perubahan pada sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan

keyakinannya, perubahan perilaku (seperti tidak bersedia membeli sesuatu

menjadi bersedia membelinya), dan sebagainya.16

Umpan balik atau feedback, merupakan respons atau tanggapan

seseorang komunikan setelah mendapatkan terpaan pesan. Dapat pula

dikatakan sebagai reaksi yang timbul.17 Dengan adanya umpan balik ini,

komunikasi dinyatakan dapat diterima dan berjalan. Namun, Bakti

berpandangan, bahwa hal lain yang dapat terjadi adalah penerima aktif (active

reception) yang meyakini bahwa seseorang dapat memaknai tanpa sender.18

14Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, hal. 25. 15Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hal.

60. 16Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, hal. 71. 17Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, hal. 7. 18Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South

Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, hal. 39.

Page 40: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

27

Terakhir, lingkungan yang dimaksud di sini adalah faktor-faktor tertentu yang

dapat mempengaruhi jalannya komunikasi yang dapat berupa lingkungan fisik,

lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.19

B. Komunikasi Antar Budaya

1. Pengertian Budaya

Membahas mengenai komunikasi antarbudaya, tentunya tidak dapat

dipisahkan dari pengertian kebudayaan. Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta

yaitu buddhayah sebagai bentuk dari kata buddhi, yang berarti budi atau akal.

Sehingga dapat diartikan bahwa budaya yaitu hal-hal yang bersangkutan dengan

akal. Selain itu, dalam bahasa Inggris, budaya disebut dengan culture dan dalam

bahasa Latin disebut colere, yang berarti mengolah, mengerjakan atau dapat

diartikan sebagai segala daya dan usaha manusia untuk mengubah alam.20

Namun, Bakti berpandangan, bahwa dalam beberapa teori tentang

budaya menyebutkan bahwa:

“Culture is related to ideas like submission, idol worshipping, adoration of classical and religious scriptures, holy war, nationalism/tribalism, fundamentalism, cult of the dead, sectarian communitarianism, being thought by one's culture, cultural/languages/competence, inheritance, gemeinschaft, dependency, immobility, vernacular language, remembering the past, fundamentalism, etc.”21

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarbudaya

menurut Andi Faisal Bakti adalah terjadinya komunikasi antara seorang individu

19Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, hal. 25 20Koentjaroningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2015), hal. 146. 21Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South

Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, hal. 125.

Page 41: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

28

atau kelompok yang berkaitan dengan hasil kreativitas manusia yang sudah jadi

maupun yang disuguhkan dan diwariskan kepada orang lain.22

Menurut seorang ahli antropologi yaitu Edward Burnett Tylor

kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kemampuan dan kebiasaan

lainnya yang diakuisisi oleh manusia sebagai anggota masyarakat.23 Selain itu,

Koentjoroningrat mendefinisikan kebudayaan adalah keseluruhan sistem

gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat

yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.24

Dengan demikian, tak ada masyarakat yang tidak mempunyai

kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah

dan pendukungnya, walaupun secara teoritis, kebudayaan dan masyarakat dapat

dibedakan dan dipelajari secara terpisah.25

Namun, Bakti berpandangan bahwa budaya komunikasi berhadap-

hadapan dengan komunikasi modern, dimana komunikasi budaya jauh lebih

banyak hadir dalam masyarakat dalam komunikasi modern sehingga menjadi

budaya komunikasi modern.26

22Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South

Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, hal. 125-128. 23Edward B. Tylor, Primitive Culture Vol. 1, (New York: Dover Publications, 2016), hal. 1. 24Koentjaroningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, hal. 144. 25Fredian Tonny Nasdian, Sosiologi Umum, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,

2015), hal 65. 26Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South

Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, hal. 161.

Page 42: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

29

2. Komunikasi Antarbudaya

Agar pemahaman mengenai komunikasi antarbudaya lebih jelas, peneliti

akan memberikan beberapa pengertian atau definisi komunikasi antarbudya dari

berbagai sudut pandang menurut para tokoh, yaitu:

a. Secara singkat komunikasi antarbudaya menurut William B.

Gudykunst dan Young Yun Kim merupakan komunikasi antara

orang-orang yang berasal dari budaya berlainan, atau komunikasi

dengan orang asing (stranger). Meskipun disebut komunikasi

antarbudaya, model komunikasi ini dapat juga merepresentasikan

komunikasi pada umumnya, karena pada dasarnya tidak ada dua

orang yang dapat memiliki latar budaya yang sama persis. 27

b. Menurut Charley H. Dood, komunikasi antarbudaya meliputi

komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili

pribadi, antarpribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada perbedaan

latar belakang kebudayaan yang memengaruhi perilaku komunikasi

para peserta.28

c. Richard E. Porter, Larry A. Samovar dan Edwin R. McDaniel

mengatakan komunikasi antarbudaya merupakan interaksi yang

melibatkan orang-orang yang berbeda budaya. Menurut mereka

27William B. Gudykunst dan Young Yun Kim, Communicating with Strangers: An Approach

to Intercultural Communication, (New York: Ballantine, 1973). Lihat juga Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi ‘Suatu Pengantar’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) hal. 168-169.

28Charley H. Dood, Dynamics of Intercultural Communication, (Dubuque: Wm. C.Brown Publishers, 1991), hal. 5. Lihat juga Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 11.

Page 43: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

30

dengan memahami komunikasi antarbudaya, kita dapat mengamati

berbagai prinsip yang ada di lingkungan antarbudaya.29

d. Alo Liliweri mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah

komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang

memiliki latar kebudayaan yang berbeda. Sehingga ketika

komunikasi membutuhkan tingkat keamanan, sopan santun,

peramalan dan penafsiran lebih terhadap aspek-aspek tertentu pada

lawan bicara.30 Alo Liliweri juga mengatakan dari pengertian

komunikasi antarbudaya tersebut dapat membenarkan suatu hipotesis

bahwa semakin jauh perbedaan budaya yang terjadi maka semakin

besar pula peluang tingkat kesulitan yang didapat oleh penerima

pesan dalam manafsirkan pesan yang diterimanya.31

e. Joseph A. Devito mengartikan komunikasi antarbudaya adalah

bentuk komunikasi antara orang-orang yang berbeda kultur seperti

perbedaan kepercayaan, nilai, dan cara berprilaku. Dimana hal

tersebut dapat memengaruhi aspek dan pengalaman kita dalam

berkomunikasi.32

Dari beberapa pengertian dari tokoh-tokoh di atas, dapat dilihat bahwa

komunikasi antarbudaya lebih menekankan aspek utama yakni komunikasi yang

terjadi antara komunikator dan komunikan yang berbebeda budaya baik ras, etnik

ataupun perbedaan sosio ekonomi. Sehingga dapat peneliti simpulkan bahwa

29Richard E. Porter, Larry A. Samovar dan Edwin R. McDaniel, Communication between Cultures. Terj. Indri Margaretha S, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hal. 13-16.

30Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi AntarBudaya, hal. 13-14. 31Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi AntarBudaya, hal. 14. 32Joseph A Devito, Komunikasi Antarmanusia; Kuliah Dasar Edisi Kelima. Terj. Agus

Mulyana, (Pamulang: Karisma Publishing Group, 2011), hal.535.

Page 44: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

31

komunikasi antarbudaya adalah suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan

oleh individu atau suatu kelompok budaya kepada individu atau kelompok

budaya lainnya yang dapat menimbulkan pemahaman dan negosiasi baru

dikarenakan adanya nilai-nilai kebudayaan yang berbeda-beda. Atau, dalam

pemahaman Bakti, komunikasi antarbudaya adalah kemampuan seseorang

memaknai dan menganalisasikan sesuatu yang ada di sekitarnya.33

C. Akulturasi dalam Komunikasi

Akulturasi atau acculturation atau culture contact diartikan oleh para sarjana

antropolog mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan

suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing

sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima

dan diolah ke dalam budaya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian

kebudayaan itu sendiri.34

Pengertian akulturasi menurut Joseph A. Devito yaitu mengacu pada proses

di mana kultur seorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung

dengan kultur lain. Sebagai contoh, sekelompok imigran yang tinggal di Amerika

Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah.

Secara berangsur, nilai-nilai, cara berprilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan

rumah tersebut menjadi bagian dari kultur kelompok imigran tersebut. Pada waktu

yang sama, kultur tuan rumah pun juga akan ikut berubah.35

33Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South

Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, hal. 161-162. 34Koentjaningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hal. 202. 35Joseph A Devito, Komunikasi Antarmanusia; Kuliah Dasar Edisi Kelima. Terj. Agus

Mulyana, hal.534-535.

Page 45: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

32

Selain itu, Gudykunst dan Kim juga menjelaskan bahwa proses akulturasi

akan terjadi ketika seseorang yang bersosialisasi dengan budaya baru dan asing.

Pendatang mulai secara perlahan mendeteksi adanya kesamaan dan perbedaan di

lingkungan pribumi. Sehingga mereka mulai berkenalan sekaligus mengadopsi

beberapa norma atau nilai dari lingkungan pribumi atau si tuan rumah.36

Terjadinya akulturasi pada setiap individu sangatlah beragam, tergantung

pada potensi akulturasi yang dimiliki oleh masing-masing individu. Potensi

akulturasi tersebut ditentukan oleh faktor-faktor yang sangat penting, yaitu:

“1) Kemiripan antara budaya asli (imigran) dan budaya pribumi. 2) Usia pada saat bermigrasi. 3) Latar belakang pendidikan. 4) Karakteristik kepribadian seperti suka berteman, toleransi, mengambil

resiko, keluwesan kognitif, keterbukaan dan sebagainya. 5) Pengetahuan imigran tentang budaya pribumi yang datang sebelum

bermigrasi.”37

Selain itu, Ruben juga memaparkan kerangka konseptual yang paling

komprehensif dan bermanfaat dalam menganalisis akulturasi seorang imigran. Dari

perspektif komunikasi ini terdapat pada perspektif sistem yang dielaborasi. Sebagai

suatu sistem komunikasi terbuka, seseorang berinteraksi dengan lingkungan melalui

dua proses yaitu yang saling berhubungan – komunikasi intrapersona, komunikasi

sosial, dan lingkungan komunikasi.38

36William B. Gudykunst dan Young Yun Kim, Communication with Strangers, (New York:

McGraw-Hill Companies, 2003), hal. 359. 37Young Y. Kim, Communication Patterns of Foreign Immigrants in the Korean Population

in Chicago, (Disertasi Ph.D. Northwestern University, 1976). Lihat juga Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antar Budaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 144-145.

38B. D. Ruben, “Intrapersonal, Interpersonal, and Mass Communication Process in Individual and Multi-Person Systems” dalam B. D. Ruben dan Y. Y. Kim, General System Theory and Human Communication, (Rochelle Park: Hayden, 1975). Lihat juga Deddy Mulyana dan Jalaluddin

Page 46: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

33

1. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersonal mengacu kepada proses-proses mental yang

dilakukan orang untuk mengatur dirinya sendiri dalam dan lingkungan sosio-

budayanya, mengembangan cara-cara melihat, mendengar, memahami, dan

merespons lingkungan. Seperti yang dikatakan Ruben, “komunikasi

intrapersonal dapat dianggap sebagai merasakan, memahami, dan berprilaku

terhadap objek-objek dan orang-orang dalam suatu lingkungan. Ia adalah proses

yang dilakukan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.”39 Hal ini

berarti dalam konteks akulturasi, komunikasi intrapersonal sebagai cara untuk

memudahkan seorang imigran untuk merespons dan mengidentifikasi secara

konsisten budaya pribumi yang secara potensial memudahkan aspek-aspek

akulturasi lainnya.

Makna lain dari komunikasi intrapersonal yaitu komunikasi dalam diri

manusia berupa pertanyaan-pertanyaan dalam diri yang tidak bisa dilepaskan

dari posisinya sebagai bagian dari materi (tubuh) sekaligus bagian dari materi

alam pula yang mengalami kontradiksi diri seperi lapar, haus, ingin melakukan

sesuatu, atau apa pun yang lahir dari kebutuhan diri kita sebagai bagian dari

Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 141 – 144.

39B. D. Ruben, “Intrapersonal, Interpersonal, and Mass Communication Process in Individual and Multi-Person Systems” dalam B. D. Ruben dan Y. Y. Kim, General System Theory and Human Communication, hal. 168-169. Lihat juga Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 141.

Page 47: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

34

kehidupan.40 Ada tiga variabel komunikasi intrapersona dalam akulturasi,

yaitu:41

a) Kompleksitas Struktur Kognitif Imigran

Komplesitas struktur kognitif seorang imigran merupakan hal yang

paling terpenting dari akulturasi. Faktor ini merupakan pengetahuan imigran

yang kompleks tentang pola-pola dan aturan-aturan sistem komunikasi

pribumi yang didatangi agar dapat mengetahui budaya pribumi lebih jauh.

Proses awal akulturasi seorang imigran biasanya mempersepsikan

lingkungan pribumi secara sederhana serta lingkungan yang asing dapat

menimbulkan berbagai stereotip kasar yang dikarenakan seorang imigran

belum dapat beradaptasi secara langsung. Namun, proses selanjutnya ketika

seorang imigran telah mengenal secara jauh lingkungan pribumi

memungkinan imigran tersebut mengubah persepsinya menjadi lebih halus,

kompleks dan bervariasi. Maka dari itu, seorang imigran sangat penting

untuk mengetahui tentang sistem komunikasi pribumi yang didatangi karena

berfungsi untuk dalam meningkatkan partisipasi seorang imigran dalam

jaringan-jaringan komunikasi antarpesona dan komunikasi massa yang

terdapat pada masyarakat pribumi.

b) Citra Diri

Citra diri (self image) imigran yaitu hal-hal yang berkaitan dengan

citra-citra imigran tentang lingkungannya yaitu lingkungan masyarakat

40Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, hal. 103. 41Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 141-142.

Page 48: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

35

pribumi dan budaya aslinya. Misalnya, memberi informasi berharga tentang

realitas akultarasinya yang subjektif. Perasaan seorang imigran ternyata

sangat berkaitan dengan jarak antara dirinya dan anggota-anggota

masyarakat pribumi yang dapat menimbulkan masalah-masalah psikologis

yang dialami oleh seorang imigran seperti merasa terasingkan, rendah diri,

malu dan sebagainya.

c) Motivasi akulturasi

Motivasi akulturasi seorang imigran berfungsi dalam mempermudah

proses akulturasi. Hal ini dapat dilihat dari kemauan seorang imigran untuk

belajar, mau ikut berpartisipasi dan mau untuk diarahkan menuju sistem

sosio-budaya pribumi. Seorang imigran dapat meningkatkan partisipasinya

dalam berkomunikasi dengan masyarakat pribumi apabila adanya orientasi

positif dari diri seorang imigran terhadap lingkungan barunya.

2. Komunikasi Sosial

Komunikasi antarpersona berkaitan dengan komunikasi sosial ketika dua

atau lebih individu berinteraksi, sengaja atau tidak sengaja. Seperti yang

dikatakan Ruben, “Komunikasi adalah suatu proses yang mendasari

intersubjektivisasi, suatu fenomena yang terjadi sebagai akibat simbolisasi

publik dan penggunaan serta penyebaran simbol.”42

Komunikasi sosial di sini juga biasa disebut dengan komunikasi

antarpersonal atau komunikasi massa. Komunikasi antarpersonal (interpersonal

42B. D. Ruben, “Intrapersonal, Interpersonal, and Mass Communication Process in Individual and Multi-Person Systems” dalam B. D. Ruben dan Y. Y. Kim, General System Theory and Human Communication, hal. 171. Lihat juga Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, hal. 142.

Page 49: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

36

communication) adalah komunikasi antara anda dan orang-orang lainya secara

tatap-muka dan memungkinkan setiap peserta komunikasi menangkap reaksi

atau memberikan timbal balik dari orang lain secara langsung, baik secara verbal

maupun non-verbal.43 Komunikasi massa adalah suatu proses komunikasi sosial

yang lebih umum, yang dilakukan individu-individu untuk berinteraksi dengan

lingkungan sosio-budayanya, tanpa terlihat dalam hubungan-hubungan

antarpersonal dengan individu lainnya.44 Selain itu, komunikasi massa (mass

communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, seperti

media cetak (surat kabar, majalah) atau media elektronik (televisi, radio),

berbiaya relative mahal, media yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang

yang dilembagakan, yang bertujuan kepada sejumlah orang yang sangat banyak

dan tersebar di berbagai tempat, anonim, dan heterogen.45

Menurut Kim, fungsi akulturasi komunikasi massa bersifat terbatas

dalam hubungannya dengan fungsi akulturasi komunikasi antarpersona.46 Fungsi

akulturasi komunikasi massa akan sangat penting pada fase awal proses

akulturasi seorang imigran. Dalam fase awal ini, pendatang belum dapat

mengembangkan kecakapannya untuk memulai hubungan baru yang

43Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, hal. 81. 44Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, hal. 142. 45Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, hal. 83. 46Young Y. Kim, Mass Media and Acculturation: Development of an Interactive Theory,

(Makalah yang disajikan dalam konferensi tahunan the Eastern Communication Association, Philadelphia, Pennsylvania, Mei 1979). Lihat juga Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 142.

Page 50: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

37

memuaskan, sehingga membutuhkan komunikasi massa agar dapat mengetahui

lebih jauh lagi tentang berbagai unsur dalam sistem sosio-budaya pribumi.47

3. Lingkungan Komunikasi

Komunikasi persona dan komunikasi sosial seorang imigran dan fungsi

komunikasi-komunikasi tersebut tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa

dihubungkan dengan lingkungan komunikasi masyarakat pribumi. Apakah

imigran tinggal di desa atau di kota metropolitan, tinggal di daerah miskin atau

kaya, bekerja sebagai buruh pabrik atau eksekutif. Semua itu merupakan kondisi

lingkungan yang mungkin secara signifikan mempengaruhi perkembangan

sosio-budaya yang akan dicapai imigran.48

Suatu kondisi lingkungan yang sangat berpengaruh pada komunikasi dan

akulturasi pendatang adalah adanya komunitas etniknya di daerah setempat.

Seperti yang dikutip dari Taylor bahwa derajat pengaruh komunitas etnik atas

prilaku imigran sangat bergantung pada derajat “kelengkapan kelembagaan”

komunitas tersebut dan kekuatannya untuk memelihara budayanya yang khas

bagi anggota-anggotanya.49 Karena itu, diperlukannya lembaga-lembaga yang

berasal dari imigran agar dapat memudahkannya akuturasi dan membantu dalam

mengatasi tekanan-tekanan dalam komunikasi antarbudaya. Namun, hal ini akan

berbeda jika seseorang imigran kurang terlibat dalam lembaga atau komunitas

47Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, hal. 143-144. 48Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, hal. 144. 49B. K. Taylor, “Culture: Whence, Whither and Why?” dalam A. E Alcock, B. K. Taylor dan

J. M. Welton, The Future of Cultural Minorities, (New York: St. Martins’s, 1979). Lihat juga Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 144.

Page 51: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

38

etniknya dan tanpa melakukan komunikasi yang memadai dengan anggota

masyarakat pribumi. Baik demikian adanya, hal tersebut justru akan

memperlambat kecepatan akulturasi imigran.

Meskipun demikian, apabila diperhatikan sejauh ini, masyarakat

pribumilah yang tidak mengharuskan imigran untuk mengikuti dalam pola-pola

budaya masyarakat pribumi. Bahkan, yang bisa dibilang pribumilah yang lebih

dominan dalam memberikan kebebasan kepada imigran untuk terus

mengembangkan lembaga atau komunitas etniknya.50

D. Nilai-Nilai Keislaman

Islam pada hakikatnya adalah aturan sistem atau undang-undang Allah SWT

yang terdapat dalam Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya yang meliputi perintah-

perintah dan larangan-larangan, serta petunjuk-petunjuk untuk menjadi pedoman

hidup dan kehidupan umat manusia guna kebahagiannya di dunia dan akhirat.51 Ada

tiga hal pokok dalam mempelajari keislaman, yaitu:

1. Akidah

Menurut bahasa, akidah berasal dari kata al-‘aqdu yang artinya ikatan

terhadap sesuatu. Maksud dari arti tersebut yaitu aku telah mengikatkan hatiku

terhadap sesuatu tersebut (Islam).52 Seorang manusia disebut muslim jika

dengan penuh kesadaran dan ketulusan bersedia terikat dengan sistem

50Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, hal. 144. 51Srijanti, Purwanto S.K. dan Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam

Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hal. 7. 52Darwis Abu Ubaidah, Panduan Akidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah, (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar, 2008), hal. 9.

Page 52: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

39

kepercayaan Islam. Karena itu, akidah merupakan ikatan dan simpul dasar Islam

yang pertama dan utama.53

Sedangkan menurut syara’, akidah adalah keimanan (kepercayaan).54

Keimanan yang biasanya disebut dengan Rukun Iman ini meliputi keimanan

kepada Allah SWT, Malaikat, Kitab-Kitab, Rasul-Rasul, dan Hari Akhir. Allah

SWT berfirman:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya” [Q.S: An Nisa", 136].

Berdasarkan fondasi iman tersebut, maka adanya keterikatan setiap

muslim kepada Islam yaitu dengan meyakini bahwa Islam adalah agama yang

universal serta mampu menjawab segala persoalan yang muncul dalam segala

lapisan masyarakat dan sesuai dengan tuntutan budaya setiap manusia sepanjang

zaman.55

53Srijanti, Purwanto S.K. dan Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam

Modern, hal. 7. 54Darwis Abu Ubaidah, Panduan Akidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah, hal. 9. 55Srijanti, Purwanto S.K. dan Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam

Modern, hal. 8.

Page 53: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

40

2. Syariah

Konsep terpenting dan paling komprehensif untuk menggambarkan Islam

sebagai suatu fungsi adalah konsep syariah atau “syar” yang berarti jalur atau

jalan menuju sumber air. Maksudnya yaitu jalan menuju sumber kehidupan itu

sendiri. Dalam agama sejak awal sekali, syariah berarti jalan utama untuk

kehidupan yang baik, yaitu nilai-nilai agama, yang dinyatakan secara fungsional

dan konkret, untuk memandu kehidupan manusia.56

Selain itu, syariah yang berarti isi yang mengatur aktivitas yang

seharusnya dikerjakan manusia. Syariat merupakan inti dari nilai pengajaran

Islam yang ditetapkan oleh Allah SWT. Allah SWT dalam hal ini disebut

Syaari’ atau pencipta hukum. 57 Allah SWT berfirman:

Artinya: “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang

mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak

ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan.

Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat

pedih” [Q.S: Ash-Shura, 21].

56Fazlur Rahman, Islam ‘Sejarah Pemikiran dan Peradaban’, (Bandung: Mizan Pustaka, 2017), hal. 145.

57Srijanti, Purwanto S.K. dan Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam Modern, hal. 9.

Page 54: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

41

Ada dua bidang syariat Islam, yaitu:

a. Syariat yang mengatur hubungan manusia secara vertikal yaitu

hubungan manusia dengan Allah SWT, seperti shalat, puasa, dan

haji, serta zakat. Hubungan manusia dalam bentuk peribadatan ini

disebut dengan ibadah mahdhah atau ibadah khusus. Ibadah ini

bersifat khas karena segala tata caranya telah ditentukan oleh

Rasulullah secara rinci dan jelas.

b. Syariat yang mengatur hubungan manusia secara horizontal yaitu

hubungan manusia dengan sesama manusia dan makhluk lainnya.

Hubungan ini biasa disebut muamalah yang berarti meliputi segala

ketentuan dan aktivitas hidup manusia dalam bergaul dengan sesame

makhluk hidup dan lingkungan sosialnya.

Adanya dua bidang tersebut membuktikan bahwa Islam tidak

meninggalkan urusan dunia sekaligus tidak juga meninggalkan persoalan

akhirat.58

3. Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu kata khuluqun yang berarti

perangai. Dalam bahasa Indonesia perangai berarti tabi’at, watak.59 Selain itu

dalam bentuk jamaknya yaitu kata khuluq yang artinya daya kekuatan jiwa yang

mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan

lagi. Dengan demikian, akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada

58Srijanti, Purwanto S.K. dan Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam Modern, hal. 9.

59Hasyim Syamhudi, Akhlak Tasawuf dalam Konstruksi Piramida Ilmu Islam. (Malang: Madani Media, 2015), hal. 2.

Page 55: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

42

diri seseorang yang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau

perbuatan.60

Sejak awal kelahiran Islam, istilah akhlak sudah terlebih dahulu dikenal.

Seperti yang disabdakan Rasulullah SAW, dalam sebuah hadits shahih, riwayat

Bukhori, Hakim dan Baihaqi, berasal dari sahabat Abu Hurairah yang artinya:

“Bahwasanya saya diutus ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan

akhlak.”61

Secara umum akhlak yang baik dapat dikatakan adalah akumulasi dari

akidah dan syariat yang menyatu dalam diri manusia secara sempurna. Sehingga

dapat disimpulkan jika seseorang dalam menjalani kehidupannya menampakan

perilaku sesuai dengan akidah Islam dan syariat Islam maka seseorang tersebut

merupakan seseorang yang berakhlak baik62 Berdasarkan objeknya akhlak

dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

a. Akhlak kepada Allah

Menjadi seorang muslim memiliki kewajiban untuk menyembah dan

mengesakan Allah SWT secara ekslusif tanpa menyekutukan-Nya dengan

apa pun karena Dia telah berbaik hati kepada semua makhluk-Nya dengan

memberikan banyak nikmat dan karunia-Nya.63 Hal tersebut sesuai firman

Allah SWT:

60Srijanti, Purwanto S.K. dan Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam

Modern, hal. 10. 61Hasyim Syamhudi, Akhlak Tasawuf dalam Konstruksi Piramida Ilmu Islam. hal. 1. 62Srijanti, Purwanto S.K. dan Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam

Modern, hal. 10. 63Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam & Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2013), hal. 261.

Page 56: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

43

Artinya: “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan” [Q.S: Hud, 123].

Akhlak kepada Allah SWT yaitu dengan cara beribadah, berdzikir,

berdoa dan bertawakal kepada Allah SWT. Beribadah kepada Allah SWT

yaitu melaksanakan perintah Allah untuk mengabdi kepada-Nya sesuai

dengan perintah-Nya seperti halnya menjalankan ibadah Shalat.

Selanjutnya, berdzikir kepada Allah SWT dengan cara senantiasa selalu

mengingat Allah SWT dalam berbagai situasi.

Berdoa kepada Allah SWT yaitu memohon apa saja kepada-Nya

karena doa merupakan inti ibadah sekaligus merupakan pengakuan akan

keterbatasan dan ketidakmampuan manusia dan pengakuan akan

kemahakuasaan Allah SWT terhadap segala sesuatu. Terakhir yaitu

bertawakal kepada Allah SWT yang berarti berserah diri sepenuhnya kepada

Allah SWT dan menyerahkan segala keputusan dari Allah SWT. Tawakal di

sini bukanlah hanya menyerah pada keadaan namun juga mendorong orang

untuk bekerja keras karena Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan usaha

manusia kerena dalam diri kita percaya bahwa hanya Allah SWT yang

paling tahu apa yang terbaik bagi hambanya yang mau berserah diri.64

64Srijanti, Purwanto S.K. dan Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam

Modern, hal. 11.

Page 57: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

44

b. Akhlak kepada Sesama Manusia

Menjaga hubungan dengan sesama muslim seyogyanya dilandasi

dengan cinta karena Allah dan persaudaraan seagama, kerjasama dan saling

tolong-menolong dalam kebajikan dan ketakwaan, komitmen

mendedikasikan kebaikan bagi semua dan mencegah keburukan dari

sesama, serta menghiasi diri dengan ahlak-akhlak utama yang mulia.65

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” [Q.S: Al-Maidah, 2].

Selanjutnya, menjaga hubungan dengan non-Muslim semasa

berdamai hendaklah menjunjung tinggi prinsip toleransi, kerjasama,

berempati, dan bergotong-royong dalam berbuat kebaikan bagi seluruh umat

manusia. Sementara, jika masa peperangan, hendaklah berkeinginan untuk

berdamai selama memang mereka tidak memiliki itikad buruk atau

berkhianat. Namun, jika sebaliknya, kita dapat langsung bergerak cepat

untuk memerangi mereka karena semua ini menunjukkan toleransi Islam

dan keadilan.66 Selain itu, ada tiga hal terpenting dalam akhlak terhadap

manusia, yaitu:

65Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam & Akhlak, hal. 263. 66Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam & Akhlak, hal. 263-264.

Page 58: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

45

1) Akhlak kepada Diri Sendiri

i. Sabar yaitu dapat mengendalikan nafsu dan menerima cobaan

yang telah menimpa dirinya baik yang karena perlakuan orang

lain atau karena takdir Allah SWT.

ii. Syukur adalah sikap kepada Allah dengan cara berterima kasih

atas segala nikmat yang telah diberikan. Rasa syukur dapat

diungkapan dengan cara mengucapkan hamdallah dan dapat

memanfaatkan segala nikmat Allah SWT sesuai dengan

tuntunan-Nya.

iii. Tawadhu’ atau rendah hati yang berarti selalu menghargai siapa

saja yang dihadapinya, baik dalam keadaan tua, muda, kaya atau

miskin. Sikap tawadhu lahir dari kesadaran akan hakikat dirinya

sebagai manusia yang lemah dan serba terbatas sehingga kita

sebagai manusia tidak pantas untuk bersikap sombong dan

angkuh kepada siapa saja.67

2) Akhlak kepada Orangtua

Akhlak kepada orangtua yaitu dengan cara berbuat baik

kepadanya baik dalam ucapan dan perbuatan. Selain itu, berbuat baik

kepada orangtua tidak hanya ketika mereka masih hidup, tetapi juga

terus berlangsung meskipun mereka telah meninggal dunia. Perbuatan

baik itu dapat dilakukan dengan cara mendoakan dan meminta ampunan

67Srijanti, Purwanto S.K. dan Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam

Modern, hal. 11-12.

Page 59: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

46

untuk mereka kepada Allah SWT. Allah SWT mewasiatkan agar

manusia berbuat baik kepada ibu bapak sebagaimana firman-Nya:

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” [Q.S: Luqman, 14].

3) Akhlak kepada Keluarga

Akhlak kepada keluarga adalah mengembangkan kasih sayang

di antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi

melalui kata-kata maupun perilaku. Komunikasi yang didorong oleh

rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh anggota

keluarga. Apabila kasih sayang yang telah mendasari komunikasi

orangtua dengan anak, maka akan lahir wibawa orangtua. Demikian

sebaliknya, akan lahir kepercayaan orangtua terhadap anak. Oleh karena

itu, kasih sayang harus menjadi muatan utama dalam keluarga.68

c. Akhlak kepada Lingkungan Hidup

Lingkungan yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang

berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-

68Srijanti, Purwanto S.K. dan Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam

Modern, hal. 12-13.

Page 60: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

47

benda tak bernyawa.69 Agama Islam mengajarkan kepada kebaikan dan

kedamaian bukan hanya kepada manusia tetapi juga kepada alam dan

lingkungan hidup, sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” [Q.S: Al Anbiya’,107].

Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa

segalanya diciptakan oleh Allah SWT yang semuanya memiliki

ketergantungan kepada Allah SWT. Dengan adanya keyakinan ini dapat

mengantarkan seorang Muslim untuk menyadari bahwa semua yang ada di

muka bumi ini adalah umat Allah SWT yang harus dilakukan dengan baik.70

Hal tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusia sebagai khalifah

di muka bumi, yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas memakmurkan,

mengelola, dan melestarikan alam.71

69Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 152. 70Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, hal. 152. 71Srijanti, Purwanto S.K. dan Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam

Modern, hal. 13.

Page 61: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

48

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Pusat Layanan Kerjasama Internasional

Adanya perubahan dari Institut Agama Islam Negeri menjadi Universitas

Islam Negeri menyebabkan banyaknya konsekuensi yang harus dijalani. Di mana

perkembangan dan pertumbuhan universitas yang cepat dalam bidang infrastruktur

dan akademik. Sehingga Universitas Islam Negeri (UIN) pun menegaskan bahwa

UIN sebagai bagian dari komunitas akademik internasional. Adanya kerjasama

dengan banyaknya jaringan Internasional mulai terbentuk sejak tahun 2000. Selain

itu, melihat banyaknya Negara muslim yang ada di dunia dijadikan UIN Jakarta

sebagai permulaan dalam menerima siswa-siswi Internasional untuk berkuliah di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.1

Rachmat Baihaky meyakini bahwa UIN akan menjadi tujuan negara-negara

luar untuk mengirim siswa-siswi mereka yang ingin menjalan study keislaman.

Seperti yang dikatakannya:

“Melihat kondisi terakhir situasi politik ekonomi di Timur Tengah, misalnya kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk mahasiswa asing untuk belajar di sana dengan kondisi keamanan dan seterusnya sejak Arab Spring (2010). Nah dengan seperti itu maka ada negara-negara Islam yang lain yang menjadi alternatif dari destinasi studi bahkan negara-negara Timur Tengah itu ada yang beberapa mahasiswanya ke UIN sini, jadi, mahasiswa kita ada yang berasal dari Timur Tengah. Itu artinya kita sudah menjadikan Indonesia (UIN) sebagai tujuan studi. Apalagi mahasiswa dari negara-negara Eropa, mereka tidak akan belajar Islam di Arab karena situasi yang tidak

1Laporan Kinerja Pusat Layanan Kerjasama Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2016, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2016), hal. 1.

Page 62: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

49

memungkinkan maka mereka akan mencari negara-negara yang aman, negara-negara Islam, negara-negara yang mayoritas muslim yang aman.”2

Hal inilah yang menjadi alasan utama berdirinya kantor administrasi untuk

mahasiswa-mahasiswi internasional pada tahun 2006 lalu. International Office yang

sekarang bernama Pusat Layanan Kerjasama Internasional dibuat untuk menyediakan

layanan untuk mahasiswa-mahasiswi internasional maupun beasiswa penelitian

internasional dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kerjasama antara UIN

dengan ranah Internasional.3

Bapak Rachmat Baihaqi mengatakan terkait perubahan nama IO menjadi

PLKI yaitu, awalnya yang dilakukan hanyalah menerima mahasiswa asing dan segala

sesuatu yang berkaitan dengan orang asing di kampus seperti informasi terkait

Jakarta, Jawa, Indonesia serta pendampingan terhadap orang-orang asing tersebut

dan International Office juga fokus dalam mengurusi masalah keimigrasian orang-

orang asing. Kemudian, seiring dengan perkembangan kebutuhan seluruh universitas

di dunia untuk melakukan kerjasama serta membuka program kerja dengan

universitas mitra yang ada di luar negeri maka terbentuklah kerjasama-kerjasama

dari antaruniversitas. Oleh karena itu, sekitar tahun 2010 Internasional Office

berganti nama menjadi Pusat Layanan Kerjasama Internasional (PLKI) karena IO

lembaga satu-satunya di UIN yang menjalankan fungi kerja yang berkaitan dengan

orang internasional.4

2Wawancara dengan Bapak Rachmat Baihaky (Ketua PLKI) pada hari Kamis, 2 Maret 2017

pukul 11.30 WIB. 3Laporan Kinerja Pusat Layanan Kerjasama Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2016, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2016), hal. 1. 4Wawancara dengan Bapak Rachmat Baihaky (Ketua PLKI) pada hari Kamis, 2 Maret 2017

pukul 11.30 WIB.

Page 63: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

50

Pusat Layanan Kerjasama Internasional dapat disebut pula Center for

International Cooperation dalam bahasa Inggris, atau dapat disingkat CIC. Pusat

Layanan Kerjasama Internasional (PLKI) dibawahi oleh lembaga Penelitian dan

Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M). Selain PLKI, LP2M juga membawahi

Pusat Penelitian dan Penerbitan, Pusat Pengabdian kepada Masyarakat, Pusat Studi

dan Gender Anak serta Pusat Layanan Hubungan Masyarakat dan Bantuan Hukum.

Dengan demikian, LP2M merupakan sebuah lembaga di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang mempunyai tanggung jawab dalam mengawasi banyaknya organisasi

yang berhubungan dengan penelitian dan pengabdian masyarakat di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.5

PLKI dimaksudkan dapat menjadi pintu bagi perkembangan UIN secara

global. Selain itu, PLKI juga menjadi langkah awal untuk menyatukan segala macam

penelitian dan pengabdian masyarakat ke dalam ranah internasional sehingga UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dapat memperkuat distingsi keilmuan, keislaman dan

keindonesiaan dalam berbagai peradaban yang ada di dunia. Achmad Baihaky

menyatakan:

“Ya tentu saja kita target kita dalam merekrut mahasiswa asing adalah untuk yang paling pertama adalah memberikan wajah baru dari keislaman di Indonesia melalui pendidikan di kampus sehingga mereka tau bagaimana Islam nusantara itu kaya apa, seperti apa. Yang kedua, tentu saja ada agenda kebangsaan kebudayaan bagaimana kemudian mereka itu mengenali budaya kita dan seterusnya. Dan yang ketiga adalah kita ingin menjadikan mahasiswa-mahasiswa asing ini sebagai duta, duta bangsa di negara masing-masing ketika mereka lulus sementara kita berharap mereka bisa lulus secepat dan harapan kita mereka bisa masuk di lembaga-lembaga pemerintahan di negara mereka, kalau misalkan jadi duta besar atau diploma.”6

5Laporan Kinerja Pusat Layanan Kerjasama Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2016, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2016), hal. 1. 6Wawancara dengan Bapak Rachmat Baihaky (Ketua PLKI) pada hari Kamis, 2 Maret 2017

pukul 11.30 WIB.

Page 64: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

51

PLKI memiliki banyak amanat dan pengawasan, yaitu: 7

1. Mempromosikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam membentuk,

memperluas jaringan, dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa-

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik dalam bidang akademik

maupun manajemen.

2. Mempromosikan, membentuk, menyediakan layanan bagi peneliti

internasional, dosen, staf, dan mahasiswa-mahasiswa UIN Syaif

Hidayatullah Jakarta serta pejabat tamu.

3. Membantu dan mendukung UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam

mencapai pengakuan professional secara internasional.

Bapak Baihaky menambahkan bahwa PLKI bukan hanya menjadi jembatan

penghubung antara mahasiswa asing dengan UIN Jakarta tetapi PLKI juga

menyediakan fasilitas bagi mereka yaitu Asrama Putra dan Putri bersama dengan

mahasiswa lokal. Selain itu, PLKI juga melaksanakan berbagai macam acara seperti

Culture Day yang dalam acara ini dimaksudkan untuk para mahasiswa asing lebih

mengenal berbagai macam budaya khususnya budaya Indonesia.8

B. Visi dan Misi PLKI

Dalam kesempatan wawancara dengan Ketua PLKI, Bapak Rachmat Baihaky

menjelaskan bahwa Pusat Layanan Kerjasama Internasional menerapkan visi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu Knowledge, Piety,

7Laporan Kinerja Pusat Layanan Kerjasama Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2016, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2016), hal. 1-2. 8Wawancara dengan Bapak Rachmat Baihaky (Ketua PLKI) pada hari Kamis, 2 Maret 2017

pukul 11.30 WIB.

Page 65: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

52

Integrity.9 Bapak Rachmat Baihaky juga menambahkan bahwa visi dan misi

Pusat Layanan Kerjasama Internasional mengikuti visi dan misi dari Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN.

“… dalam merealisasikan kerjanya itu tentu saja mengikuti LP2M karena kita berada dibawah LP2M itu ada lima pusat yang berada di bawah LP2M maka kita wajib mengikutinya. LP2M kan misalkan kaitannya dengan kerjasama dengan universitas lain nah karena kerjasama dengan universitas lain itu umumnya masalah program-program pengertian pertukaran mahasiswa dan mereka yang kedua ini kan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) jadi mereka menjadi ujung tombak kerjasamanya programnya.”10

Berikut Visi dan Misi LP2M:

“Visi Lembaga yang terkemuka dan berkualitas internasional dalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat berbasis integrasi keilmuan, keislamanan dan keindonesiaan.

Misi

1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dalam mendukung penelitian dan pengabdian kepada masyarakat

2. Memperkuat program-program penelitian yang mengintegrasikan nilai-nilai keilmuan, keislamanan dan keindonesiaan.

3. Mengembangkan program-program pengabdian kepada masyarakat berbasis hasil penelitian yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

4. Meningkatkan kerjasama internal dan eksternal secara efektif dan terbuka. 5. Menghasilkan produk dan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi yang

berbasis keilmuan, keislaman dan keindonesiaan.”11

C. Tujuan dan Fungsi PLKI

“1. Membuka hubungan dan peluang kerjasama internasional secara aktif dalam rangka meningkatkan network universitas serta mengaktifkan kembali kerjasama-kerjasama yang sudah tidak aktif untuk kepentingan civitas akademik universitas;

2. Memfasilitasi berbagai pertemuan internasional dan mengkoordinasikannya dengan berbagai unit di lingkungan UIN Jakarta;

9Wawancara dengan Bapak Rachmat Baihaky (Ketua PLKI) pada hari Kamis, 2 Maret 2017

pukul 11.30 WIB. 10Wawancara dengan Bapak Rachmat Baihaky (Ketua PLKI) pada hari Kamis, 2 Maret 2017

pukul 11.30 WIB. 11http://lp2m.uinjkt.ac.id/visi-misi/ diakses 17 Maret 2017 pada pukul 13:20 WIB.

Page 66: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

53

3. Menyebarkan informasi beasiswa dari lembaga atau perguruan tinggi luar negeri bagi civitas akademik universitas;

4. Melakukan dan menyediakan pelayanan administrasi bagi pihak asing termasuk civitas akademik internasional;

5. Membantu universitas dalam hal pelayanan akademis bagi mahasiswa internasional;

6. Melakukan promosi kepada berbagai institusi luar negeri baik langsung maupun tidak langsung dalam rangka perekrutan calon-calon terbaik mahasiswa baik dalam negeri maupun luar negeri.”12

D. Struktur Organisasi

PLKI atau yang sebelumnya IO telah berganti ketua organisasi sebanyak 3

kali yaitu:

1. Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, Ph. D, MA (2007 – 2011)

2. Yeni Ratna Yuningsih Ph. D (2011 – 2015)

3. Rachmat Baihaky, MA (2015 – sekarang)

PLKI yang saat ini dipimpin oleh Rachmat Baihaky, MA, membawahi dua

koordinator pengembangan program yaitu bagian Kerjasama Internasional dan

Keuangan. Bagian Kerjasama Internasional dibantu oleh tiga staff administrasi yaitu

administrasi mengenai data, administrasi mengenai imigrasi, dan administrasi

mengenai mahasiswa internasional. Struktur organisasi PLKI dapat digambarkan

sebagai berikut:13

12Laporan Kinerja Pusat Layanan Kerjasama Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2016, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2016), hal. 2. 13Laporan Kinerja Pusat Layanan Kerjasama Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2016, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2016), hal. 2.

Page 67: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

54

Gambar 3.1

Struktur Organisasi

Pusat Layanan Kerjasama Internasional (PLKI)

Sumber: Laporan Kinerja Pusat Layanan Kerjasama Internasional UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 201614

14Laporan Kinerja Pusat Layanan Kerjasama Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2016, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2016), hal. 2.

Coordinator of Finance

Santi Yustini, SE, M.Ak

LP2M

Head of CIC

Rachmat Baihaky, MA

Coordinator of International Relation

Atik Yuliyani, MA, TESOL

Administration Staff Data & Information

Indah Kusuma Dewi, S.Si

Administration Staff Immigration

Ariadi Rahman, S.Sos.I

Administration Staff Interntional Student

Noviati, SK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rektor

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

Page 68: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

55

E. Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan

1. Kepala PLKI

Tugas utama dari kepala PLKI yaitu melaksanakan, mengkoordinasikan,

mengembangkan, memantau dan menilai segala pelaksaan kegiatan di Pusat

Layanan Kerjasama Internasional. Selain itu, kepala PLKI juga harus

mengusahakan dan mengendalikan segala administrasi, manajemen, dan sumber

daya yang diperlukan. Bapak Rachmat Baihaky selaku ketua PLKI mengatakan

bahwa masa jabatan kepala PLKI sesuai dengan periode jabatan Bapak

Rektor.15 Rincian tugas kepala PLKI yaitu berkoordinasi dengan pimpinan

terkait kerjasama internasional, memberikan instruksi segala hal yang berkaitan

dengan kerjasama internasional, dan membuka jaringan seluas-luasnya terkait

kerjasama internasional. 16

2. Koordinator Hubungan Internasional

Tugas utama dari koodinator hubungan internasional adalah membantu

tugas Kepala Pusat Layanan Kerjasama Internasional (PLKI) dalam melayani

dan mengembangkan kerjasama internasional. Rincian tugas koordinator

hubungan internasional yaitu sebagai korespondensi luar negeri dan follow-up

kerjasama, melakukan komunikasi dengan universitas prestise di negara

berkembang, membuat dan mendokumentasikan dokumen kerjasama (MoU,

15Wawancara dengan Bapak Rachmat Baihaky (Ketua PLKI) pada hari Kamis, 2 Maret 2017

pukul 11.30 WIB. 16Laporan Kinerja Pusat Layanan Kerjasama Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2016, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2016), hal. 3.

Page 69: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

56

MoA, LoI), dan membuat surat rekomendasi untuk mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.17

3. Koordinator Keuangan

Tugas utama dari koordinator keuangan adalah membantu tugas Kepala

Pusat Layanan Internasional (PLKI) dalam membuat Rencana Biaya Aggaran

(RBA) PLKI. Selain membuat Rencana Biaya Anggaran (RBA), tugas lain dari

koordinator keuangan, yaitu membuat laporan pertanggungjawaban penggunaan

keuangan, membuat Term of Reference (TOR) kegiatan PLKI, membuat

realisasi anggaran pengguna dana PLKI, membuat rancangan anggaran

mengenai program-program kerja, membuat petunjuk teknis, dan memproses

segala pencairan dana di PLKI.18

4. Staf Administrasi

Tugas utama staf administrasi adalah membantu tugas Kepala Pusat

Layanan Kerja Internasional (PLKI), Koordinator Hubungan Internasional

dan Koordinator Keuangan dalam merencanakan, melaksanakan administrasi

dan menyebarkan informasi terkait PLKI. Rincian tugas staff administrasi

yaitu membantu dalam penerimaan mahasiswa baru internasional, mengurus

beasiswa, surat-surat, keimigrasian, dan administrasi bagi mahasiswa

internasional, mengurus izin Setneg dalam keperluan kerjasama internasional,

membuat dan menerima surat masuk dan surat keluar, meng-update website

17Laporan Kinerja Pusat Layanan Kerjasama Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2016, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2016), hal. 3. 18Laporan Kinerja Pusat Layanan Kerjasama Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2016, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2016), hal. 3.

Page 70: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

57

dan database PLKI, membuat notula rapat, dan membuat rincian bahan-

bahan untuk keperluan kegiatan di PLKI.19

F. Mahasiswa Internasional

1. Penerimaan

Pada tahun ajaran 2016 ini UIN Syarif Hidayatullah sudah mulai

menerima mahasiswa Internasional sejak akhir tahun 2015 hingga bulan April

2016. Banyaknya mahasiswa internasional (terutama Gambia) yang mulai

berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di tahun 2016 membuat seluruh

staff PLKI kelimpungan dikarenakan belum adanya sistem online dalam

mengurusi penerimaan mahasiswa internasional sehingga harus dikerjakan

secara manual atau melalui email.20 Selain itu, Bapak Rachmat Baihaky

mengatakan bahwa dalam pendaftarannya pun mahasiswa asing sama halnya

dengan mahasiswa lokal yaitu proses pengumpulan dokumen-dokumen.21

2. Perizinan (Izin Belajar dan Izin Tinggal)

Seluruh mahasiswa internasional yang melaksanakan studi di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta diharuskan memiliki izin belajar sekaligus izin

tinggal. Namun, pada tahun 2016, banyaknya mahasiswa yang datang tanpa

adanya waktu yang cukup sehingga tidak sedikit mahasiswa internasional yang

19Laporan Kinerja Pusat Layanan Kerjasama Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2016, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2016), hal. 3. 20Laporan Kinerja Pusat Layanan Kerjasama Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2016, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2016), hal. 5-6. 21Wawancara dengan Bapak Rachmat Baihaky (Ketua PLKI) pada hari Kamis, 2 Maret 2017

pukul 11.30 WIB.

Page 71: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

58

terlambat dalam mengurus perizinan tersebut.22 Bapak Rachmat Baihaky

menjelaskan:

“Untuk pembuatan perizinian itu sebenernya kalau normalnya itu dua minggu selesai tapi karena banyak yang harus di proses terutama terkait masalah keamanan negara jadi kadang-kadang suka molor sampai satu bulan tapi masih normal lah dan kalau perizinan tinggal dan belajar dibuat disini.”23

3. Bahasa dan Interaksi Sosial

Tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa pasti akan menjadi kendala besar

bagi mahasiswa internasional. Masih kurangnya persiapan mahasiswa

internasional dalam berbahasa Indonesia karena mayoritas mahasiswa

internasional berasal dari negara yang menggunakan bahasa Inggris. Bapak

Rachmat Baihaky mengatakan karena UIN Syarif Hidayatullah belum

mempunyai kelas yang mengajar menggunakan bahasa Inggris, maka

mahasiswanya internasional sangat wajib belajar bahasa Indonesia atau kursus

bahasa Indonesia di Pusat Pengembangan Bahasa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.24

Selain bahasa yang menjadi kendala bagi mahasiswa internasional

dikarenakan bahasa untuk melakukan interaksi sosial kepada teman-teman di

kelas maupun teman-teman dilingkungan kampus, ternyata adanya perlakuan-

22Laporan Kinerja Pusat Layanan Kerjasama Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2016, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2016), hal. 6. 23Wawancara dengan Bapak Rachmat Baihaky (Ketua PLKI) pada hari Kamis, 2 Maret 2017

pukul 11.30 WIB. 24Wawancara dengan Bapak Rachmat Baihaky (Ketua PLKI) pada hari Kamis, 2 Maret 2017

pukul 11.30 WIB.

Page 72: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

59

perlakuan dari mahasiswa lokal (Indonesia) pun dapat dijadikan masalah

utama.25 Seperti yang dikatakan Bapak Rachmat Baihaky:

“Ada beberapa ya sebenernya ini bukan masalah rasis tapi lebih kepada salah paham misalkan mahasiswa asing kurang mengerti bagaimana masyarakat Indonesia itu bergaul gitu ya misalkan bercanda yang berkaitan dengan fisik di Indonesia itu kan umumnya biasa ya misalkan bilang orang kribo muka lu item biasa tapi bagi mereka yang memiliki apa ya sejarah panjang yang tidak baik itu menjadi permasalahan buat dia misalkan orang Vietnam, orang Vietnam itu sangat sakit hati kalau dibilang manusia perahu gitu kan karena dianggap illegal mereka masuk ke Amerika menerobos Amerika tanpa surat-surat. Makannya kaya gini kan bawaan sejarah sebenernya sehingga kesini enga bisa dibilang bercanda karena kalau kita bercanda dengan orang enak tapi belum tentu sama orang lain bagus gitu.”26

Meskipun cukup banyak yang mengalami kendala seperti yang

dijelaskan di atas, namun sayangnya belum ada program tenaga konseling

bersertifikasi yang disediakan untuk para mahasiswa asing.27

G. Daftar Mahasiswa Afrika

Tabel 3.1

Data Mahasiswa Aktif Afrika Strata 1 di Universitas Islam Negeri Jakarta

No Nama FAK / JUR JK No. HP No.

Passport Negara

Makanan

Favorit di

Afrika

1 Sayed Safee

Peters

FDI / Dirasat

Islamiah L 081291258xxx

M0009565

9

Afrika

Selatan

2 Abdou Barrow FISIP /

Sosiologi L 081510880xxx PC 022520 Gambia Domoda

3 Alagie FST / Sistem L PC 020701 Gambia

25Laporan Kinerja Pusat Layanan Kerjasama Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2016, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2016), hal. 6. 26Wawancara dengan Bapak Rachmat Baihaky (Ketua PLKI) pada hari Kamis, 2 Maret 2016

pukul 11.30 WIB. 27Wawancara dengan Bapak Rachmat Baihaky (Ketua PLKI) pada hari Kamis, 2 Maret 2016

pukul 11.30 WIB.

Page 73: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

60

Singhateh Informasi

4 Babucarr

Jassey

FKIK /

Kesehatan

Masyarakat

L 081318594xxx PC 021427 Gambia

5 Dawda Kairaba

Kijera

FKIK /

Keperawatan L 085711447xxx PC 464813 Gambia

6 Ebrima Jatta

FISIP /

Hubungan

Internasional

L 081517062xxx PC 022768 Gambia

7 Ebrima

Jobarteh

FKIK /

Keperawatan L 081291975xxx PC 401668 Gambia

8 Famara Wassa

Jawla

FISIP /

Hubungan

Internasional

L 081319602xxx PC 463589 Gambia Plasas

9 Fanna Conteh

FISIP /

Hubungan

Internasional

P 087787193xxx PC 002672 Gambia

10 Fatou Diba FST / Sistem

Informasi P 085776275xxx PC522099 Gambia Domoda

11 Isatou Jobarteh Psikologi P 085776275xxx PC 522016 Gambia

12 Jainaba

Trawally

FST /

Teknik

Informatika

P 085781632xxx PC 005875 Gambia

13 Lamin Gitteh

FST /

Teknik

Informatika

L 082111930xxx PC 324774 Gambia Chicken

Yassa

14 Lamin Jassey FEB /

Akuntansi L PC 022067 Gambia

15 Lamin Rene

Loua FST / Fisika L 081282757xxx S0118485 Gambia

16 Mam Mass Sey FST / Sistem

Informasi L 085691619xxx PC022692 Gambia Domoda

17 Mustapha

Danso

FKIK /

Keperawatan L 081291481xxx PC 008281 Gambia

18 Omar Samba

FISIP /

Hubungan

Internasional

L 087874771xxx PC001790 Gambia Benachen

Page 74: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

61

19 Pamodou Faal

FST /

Teknik

Informatika

L 081288156xxx PC 357227 Gambia Benachen

20 Sulayman

Colley

FST /

Teknik

Informatika

L 08567347xxx PC 020760 Gambia

21 Mounadil Sara

FKIK /

Kesehatan

Masyarakat

P NZ

5148106 Maroko

22 Mounadil

Kaoutar

FKIK /

Kesehatan

Masyarakat

P 081213342xxx KM

3278471 Maroko

Sumber: Pusat Layanan Kerjasama Internasional UIN Jakarta28

28Database Mahasiswa Asing Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun Akademik 2016-2017.

Page 75: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

62

BAB IV

PROSES AKULTURASI BUDAYA MAHASISWA AFRIKA (GAMBIA)

DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Pada bab ini, peneliti akan menguraikan analisis proses akulturasi budaya

mahasiswa Gambia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sesuai yang dijelaskan secara

singkat oleh William B. Gudykunst dan Young Yun Kim bahwa komunikasi

antarbudaya yaitu komunikasi antara orang-orang yang berasal dari budaya

berlainan, atau komunikasi dengan orang asing (stranger). Meskipun disebut

komunikasi antarbudaya, model komunikasi ini dapat juga merepresentasikan

komunikasi pada umumnya, karena pada dasarnya tidak ada dua orang yang dapat

memiliki latar budaya yang sama persis.1

Dari teori di atas maka sangat jelas bahwa komunikasi antarbudaya dapat

terjadi apabila terjadinya komunikasi antara komunikator dan komunikan yang

berbebeda budaya baik ras, etnik ataupun perbedaan sosio ekonomi. Sehingga sangat

penting untuk mengetahui apakah proses komunikasi yang terjalin antara mahasiswa

Gambia dengan mahasiswa Indonesia tersebut terjalin dengan efektif atau tidak.

Selain itu tidak dapat dipungkiri, adanya mahasiswa-mahasiswa dari budaya yang

berlainan yang pada saat melakukan komunikasi dapat mengakibatkan berbagai

macam hambatan komunikasi.2 Maka dari itu, karena adanya proses komunikasi

antarbudaya yang terjadi antara mahasiswa Gambia dengan mahasiswa Indonesia,

1Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi ‘Suatu Pengantar’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2012) hal. 168-169. 2Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia; Kuliah Dasar Edisi Kelima. Terj. Agus

Mulyana, (Pamulang: Karisma Publishing Group, 2011), hal. 545-549.

Page 76: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

63

peneliti dapat mengetahui proses akulturasi pada mahasiswa Gambia UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

A. Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Mahasiswa Gambia

UIN Jakarta

Dari hasil pengamatan peneliti di lapangan dan wawancara dengan beberapa

mahasiswa Gambia dan mahasiswa Indonesia, peneliti dapat menemukan bahwa

adanya proses komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi yang terjadi pada

mahasiswa Gambia di UIN Jakarta yaitu adalah komunikasi intrapersona,

komunikasi sosial, dan lingkungan komunikasi.3

1. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersona mengacu kepada proses mental yang dilakukan

orang untuk mengatur dirinya sendiri dalam dan lingkungan sosio-budayanya,

mengembangan cara-cara melihat, mendengar, memahami, dan merespons

lingkungan. Dalam ungkapan Ruben, “komunikasi persona dapat dianggap

sebagai merasakan, memahami, dan berprilaku terhadap objek-objek dan orang-

orang dalam suatu lingkungan. Ia adalah proses yang dilakukan individu untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan.”4 Hal tersebut tentu berlaku pada

mahasiswa Gambia yaitu mereka mencoba mengatur atau memanage diri mereka

3Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antar Budaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 144-145. 4B. D. Ruben, “Intrapersonal, Interpersonal, and Mass Communication Process in

Individual and Multi-Person Systems” dalam B. D. Ruben dan Y. Y. Kim, General System Theory and Human Communication. Lihat juga Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 141.

Page 77: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

64

untuk nyaman terhadap objek-objek dan orang-orang disekitar lingkungan

mereka saat ini. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Abdou Barrow:

“First of all I make myself comfortable in Indonesia by accepting because the one of the thing I take will be tolerated atau di toleransi atau I have to be tolerant. Kalau saya tidak di toleransi tinggal di sini mungkin menjadi sulit untuk saya. Because when I see people, ya ada beberapa orang yang saya lihat mereka aman, friendly like that tapi ada beberapa juga yang sepertinya menurut mereka atau keliatan mereka, how they look at me and how they think about me ada diskriminasi karena ada beberapa nama-nama yang mereka panggil aku kalo di jalan kalau atau di mana pun tapi saya fokus dan berfikir bahwa ini biasa saja gapapa and I feel I have to tolerate. Ada yang panggil nama-nama tapi sekarang enga karena mereka sudah tau kita ini dari pada dahulu. So one of things is to tolerate atau bertoleransi.”5

Menurut Abdou, pertama yang harus dia lakukan yaitu membuat dirinya

senyaman mungkin dengan lingkungan di Indonesia yaitu dengan cara

menerapkan toleransi. Meskipun beberapa orang terkadang melihat dia dengan

tatapan yang seperti adanya diskriminasi dia hanya berfikir bahwa hal tersebut

biasa saja dan saya harus mempunyai sikap tolerate atau bertoleransi. Hal

tersebut juga disampaikan oleh Omar. Berikut adalah kutipan hasil wawancara

dengan Omar Samba:

“Yes I think is almost the same with them. Like is multicultural thing and another culture is different but not everyone have tolerance too. Ada yg tidak memiliki tolerance too. Ada yang enga toleran kamu, so we have to tolarete them dan mencoba untuk biasa saja with that’s situation.”6

Selain itu, Mam Mass juga mengatakan bahwa mereka juga berusaha

mengadopsi hal-hal yang ada di Indonesia seperti mengikuti aktivitas yang ada

di sekitarnya. Salah satu aktivitas yang mereka ikuti selain perkuliahan yaitu

5Wawancara dengan Abdou Barrow (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April 2017

pukul 13.30 WIB. 6Wawancara dengan Omar Samba (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April 2017

pukul 13.30 WIB.

Page 78: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

65

pembinaan di Mahad Asrama Putra yaitu adanya extra class belajar Tafsir,

Qur’an, dan lain-lain. Mereka melakukan itu agar dapat lebih mengenal orang-

orang Indonesia sehingga mereka dapat merasa nyaman. Berikut adalah kutipan

hasil wawancara dengan Mam Mass Sey:

“Actually too, when you study or work or you want to live in the new country so we have to adopt any system of that country so you can be comfortable and feel at home there. So everything we have to adopt and adopt follow the way people in Indonesia live. For example in Mahad, we have to attend extra classes to learn tafsir, Qur’an. So, you can understand the subjects.”7

Selanjutnya Lamin menambahkan bahwa dalam mengatur diri sendiri

agar nyaman juga harus mencoba untuk berkomunikasi dan ramah dengan orang

lain meskipun tidak semua akan bersikap ramah juga dengannya namun baginya

hal tersebut adalah normal. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan

Lamin Gitteh:

“I have to manage myself and try to interact with people you meet in this country and learn their cultures. You must to be friendly with people, even if they are different from us but you don’t have to make space with them just let it be normal. Because you can meet different kind of people, some are agresive, some are friendly. So just let it be normal.”8

Selain Lamin, Faal juga mencoba berbaur dengan orang-orang

disekitarnya dan mencoba belajar bahasa Indonesia dengan begitu saat ini dia

sudah memiliki banyak teman di kampus ini. Berikut adalah kutipan hasil

wawancara dengan Pamodou Faal:

“I had been observing the people around me and I realized they wanted to talk to me but they were shy, so I try to open up myself as much as possible to learn the language and it helped me to know them while they

7Wawancara dengan Mam Mass Sey (Mahasiswa Gambia) pada hari Minggu, 11 Mei 2017

pukul 15.00 WIB. 8Wawancara dengan Lamin Gitteh (Mahasiswa Gambia) pada hari Minggu, 11 Mei 2017

pukul 15.00 WIB.

Page 79: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

66

could also know me, and now I have so many friends here, since I can speak the language.”9

Alma pun mengatakan bahwa sejauh ini para mahasiswa Gambia enjoy

dan suka bercanda-canda di kelas termasuk Famara dan Omar karena baginya,

mereka lah yang paling mudah berinteraksi dikarenakan bahasa Indonesia yang

cukup lancar dibandingkan dengan teman Gambia yang lainnya. Meskipun

demikian, Alma mengatakan hubungan mahasiswa Indonesia dengan mahasiswa

Gambia baik-baik saja. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Alma

Najmia:

“Mereka so far kalau dikelas itu enjoy aja sih ya gabung aja kalau misalnya bercanda-canda ya bercanda bareng kaya gitu. Kalau biasanya yang lebih ramah si Omar ya, kalau Fanna itu mungkin karena dia perempuan sendiri ya dari Gambia juga enga ada yang perempuan lagi di kelas saya. Awal-awal sih aku yang ngasih pendekatan juga ke dia kaya gitu maksudnya coba kamu ngasih tau dia coba kamu lebih ajak ngobrol temen-temen deh soalnya kamu kalau enga hadir di kelas juga enga ngabarin. Terus akhirnya ya udah dia bisa terbuka juga. Kalau yang laki-laki tuh karena Famara lebih lancar ya Bahasa Indonesianya nah dia tuh juga cenderung lebih aktif kaya dikelas juga nanya-nanya terus kalau Omar tuh juga aktif sih dari awal semester karena dia mungkin bahasanya enga sebaik Famara tapi dia cukup aktif bahasa Indonesianya jadi cukup sering berinteraksi. Nah kalau Ebrima sebenernya dia tuh banyak interaksi cuma karena dia bahasa Indonesianya kurang terus kalau ketika dia ngomong bahasa Inggris anak-anak enga paham karena dia aksennya, jangankan kita deh miss Devi aja dosen mata kuliah bahasa Inggris aja kadang susah pahamin dia karena dia kalau ngomong bahasa inggris kumur-kumur lah istilahnya susah dipahamin gitu tapi so far hubungannya baik-baik aja sih kita.”10

Seperti itulah mereka mengatur diri mereka agar nyaman tinggal di

Indonesia terutama agar hubungan mahasiswa Gambia dengan mahasiswa

Indonesia baik-baik saja. Makna lain dari komunikasi intrapersona yaitu

komunikasi dalam diri manusia berupa pertanyaan-pertanyaan dalam diri yang

9Wawancara dengan Pamodou Faal (Mahasiswa Gambia) pada hari Kamis, 18 Mei 2017 pukul 20.00 WIB.

10Wawancara dengan Alma Najmia (Mahasiswa Indonesia) pada hari Senin, 21 Mei 2017 pukul 15.00 WIB.

Page 80: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

67

tidak bisa dilepaskan dari posisinya sebagai bagian dari materi (tubuh) sekaligus

bagian dari materi alam pula yang mengalami kontradiksi diri seperi lapar, haus,

ingin melakukan sesuatu, atau apa pun yang lahir dari kebutuhan diri kita

sebagai bagian dari kehidupan.11 Hal ini dapat dilihat ketika mereka mulai

menyukai makanan-makanan di Indonesia. Berikut adalah kutipan hasil

wawancara dengan Famara Wassa Jawla:

“Nasi Padang, nasi goreng, nasi uduk ya banyak makanan Indonesia yang saya suka. Dan yang pertama kali saya tidak bisa makan di sini adalah bubur ayam, bubur ayam pertama kali aneh. Di sana ada bubur tapi di sana bubur dengan susu dan gula. Kalau di sini bubur ada ayam, yang saya tau ayam dengan nasi bukan dengan bubur. Tapi sekarang bisa makan dan suka.”12

Selain makanan yang disebutkan oleh Famara, Indonesia juga memiliki

sambal yang sangat enak. Fatou Diba salah satu mahasiswa Gambia pun sangat

menyukai sambal Indonesia, dia biasa memakan sambal dengan Ayam masak.

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Fatou Diba: “Nasi goreng, nasi

ayam dan sambal. Di sana (Gambia) ada sambal tetapi beda dengan di sini. Saya

lebih suka sambal Indonesia. Ayam juga ada tetapi cara memasaknya beda.”13

Faal juga mengatakan bahwa ada banyak makanan Indonesia yang dia

sukai. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Pamodou Faal: “Ada

banyak dong, randang, nasi goreng warteg food, nasi Padang dan lain lain. Aku

enga suka pare.”14

11Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media), hal. 103. 12Wawancara dengan Famara Wassa Jawla (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April

2017 pukul 13.30 WIB. 13Wawancara dengan Fatou Diba (Mahasiswa Gambia) pada hari Jumat, 5 Mei 2017 pukul

14.00 WIB. 14Wawancara dengan Pamodou Faal (Mahasiswa Gambia) pada hari Kamis, 18 Mei 2017

pukul 20.00 WIB.

Page 81: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

68

Makanan Indonesia sangatlah beragam dan memiliki cita rasa yang enak.

Oleh karena itu, peneliti tidak heran jika makanan Indonesia juga disukai oleh

orang-orang yang bukan berasal dari Indonesia. Selain itu, meskipun para

mahasiswa Gambia mulai menyukai makanan Indonesia, mereka tidak

melupakan dan masih memiliki makanan favorit di Gambia.

Adanya akulturasi komunikasi intrapersonal yang dilihat sebagai cara

untuk memudahkan mahasiswa Gambia untuk merespons dan mengidentifikasi

secara konsisten budaya Indonesia agar dapat memudahkan aspek-aspek

akulturasi lainnya. Ada tiga hal lainnya yang dapat diidentifikasi dalam konteks

akulturasi komunikasi interpersonal. Tiga variabel komunikasi intrapersonal

dalam akulturasi tersebut yaitu Kompleksitas Struktur Kognitif Imigran, Citra

Diri (self image) Imigran, dan Motivasi Akulturasi.

a) Kompleksitas Struktur Kognitif Imigran

Kompleksitas struktur kognitif seorang imigran merupakan hal yang

paling terpenting dari akulturasi. Faktor ini merupakan pengetahuan imigran

tentang pola-pola dan aturan-aturan sistem komunikasi pribumi agar dapat

mengetahui budaya pribumi lebih jauh. Proses awal akulturasi seorang

imigran biasanya memersepsikan lingkungan pribumi secara sederhana serta

lingkungan yang asing dapat menimbulkan berbagai stereotip kasar yang

dikarenakan seorang imigran belum dapat beradaptasi secara langsung.15

15Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 141.

Page 82: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

69

Dari hasil wawancara peneliti dengan mahasiswa Gambia, mereka

tentunya juga memersesikan lingkungan Indonesia namun tidak sedikit dari

mereka yang berstereotip baik mengenai Indonesia. Seperti yang Omar

katakan, bahwa Indonesia Negara dengan mayoritas Muslim sehingga

baginya Indonesia merupakan tempat yang baik karena dia juga seorang

Muslim. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Omar Samba:

“For me, when I check, I know that the majority of Indonesian population is

Muslim. So I think, this is a good place to live because I am Muslim. I

thought like that before I came to Indonesia.”16

Abdou pun juga berpikiran sama dengan Omar, yaitu semua Muslim

adalah saudara sehingga dia merasa tidak akan kesulitan jika dia tinggal di

Indonesia. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Abdou Barrow:

“Saya memang tidak mencari apapun mengenai Indonesia tetapi saya mempunyai salah satu pemikiran karena saya tau dari pamanku yang kuliah di sini juga katanya mayoritas di Indonesia Islam, saya kira kalau mayoritas Islam saya juga Islam. Kalau menurut agama Islam semua orang yang Muslim itu bersaudara, jadi saya punya pikiran itu mungkin saya tidak punya kesulitan apa pun tentang berinteraksi sama mereka-mereka yang Muslim karena saya juga Muslim.”17

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, yaitu:

Artinya: Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu

16Wawancara dengan Omar Samba (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April 2017

pukul 13.30 WIB. 17Wawancara dengan Abdou Barrow (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April 2017

pukul 13.30 WIB.

Page 83: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

70

dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (Q.S: Al-Hujuraat, 10)

Selain Omar dan Abdou, Fatou Diba juga beranggapan bahwa

Indonesia Negara yang ramah, dapat menerimanya dengan baik dan tidak

ada rasis. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Fatou Diba:

“Before coming here, I knew that people are friendly. You know people in

my country are friendly, when you come to visit us, we welcome you. So I

think people in Indonesia are friendly, they always welcome me. They are

not racist.”18

Namun, proses selanjutnya ketika mereka telah mengenal secara jauh

lingkungan Indonesia memungkinkan mereka dapat mengubah persepsinya

menjadi lebih kompleks dan bervariasi. Seperti yang dikatakan Fatou Diba

bahwa baginya, orang Indonesia Negara yang tidak ramah dan selalu sibuk.

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Fatou Diba:

“Indonesia is big, my country is small. In my country people are very friendly, while in Indonesia, people are not friendly. So both are very different. In Indonesia, the roads banyak macet jadi kamu harus punya motor. In my country yang mempunyai motor hanya sedikit. Di sini banyak motor, it is so noisy. In Indonesia, all the time is busy, morning, afternoon, evening, night. Indonesian people seem doesn’t never sleep.”19

Selain warga yang tidak ramah, Lamin mengatakan bahwa Indonesia

adalah Negara yang bercuaca sangat panas dan membuat dia susah

18Wawancara dengan Fatou Diba (Mahasiswa Gambia) pada hari Jumat, 5 Mei 2017 pukul

14.00 WIB. 19Wawancara dengan Fatou Diba (Mahasiswa Gambia) pada hari Jumat, 5 Mei 2017 pukul

14.00 WIB.

Page 84: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

71

beradaptasi saat awal-awal tinggal di Indonesia. Berikut adalah kutipan hasil

wawancara dengan Lamin Gitteh:

“That’s why it’s difficult to adapt with the weather and adapt the environment over here. In Indonesia, it was very hot. You know I complained a lot when first time I came here in the airport I complained ‘Wow, di sini panas banget, kenapa?’ My friends said, ‘Welcome to Indonesia.’ I throught Indonesia’s wheather was the same as my country, sometimes my country is hot, sometimes cold. But di sana tidak sepanas di sini.”20

Tetapi ada yang merasa senang ketika datang ke Indonesia salah

satunya yaitu Famara. Dia mengatakan bahwa senang berinteraksi dengan

orang Indonesia, melihat budaya Indonesia beragam dan Indah dan makanan

Indonesia sedap. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Famara

Wassa Jawla:

“Kepada saya sendiri kalau melihat lingkungan yang baru yang saya belum pernah lihat itu senang. Dari pertama kali saya di sini saya senang untuk berinteraksi dengan orang Indonesia karena ada yang bisa bahasa Inggris jadi bisa di campur dengan bahasa Inggris. Jadi saya senang dapat bertemu dengan mereka orang Indonesia, dengan budaya yang bervariasi dari berbagai tempat dan makanan Indonesia enak.”21

Mahasiswa Gambia setelah melihat lingkungan Indonesia ternyata

bervariasi, ada yang negatif dan positif, namun, mereka juga akhirnya, dapat

membuka diri dengan suasana baru seperti memulai berteman dengan

orang-orang yang berbeda budaya. Seperti halnya Lamin, dia sangat senang

berteman dengan siapa saja dan jalan-jalan dengan mahasiswa Indonesia.

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Lamin Gitteh:

20Wawancara dengan Lamin Gitteh (Mahasiswa Gambia) pada hari Minggu, 11 Mei 2017

pukul 15.00 WIB. 21Wawancara dengan Famara Wassa Jawla (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April

2017 pukul 13.30 WIB.

Page 85: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

72

“Gambia has many people from different countries, Chineese people, American people, European, people from Lebanon, so many kinds of people. It's nice, I personality like to make friends, meet new friends because when I came here, my best friend was from Kashmir India and it is okay to hang-out together and I have so many Indonesian friends. In my class ada teman dari Jawa, Sunda, dan seterusnya.”22

Famara juga merupakan mahasiswa Gambia yang senang berteman

dengan orang-orang yang berbeda budaya. Seperti yang dia katakan bahwa

dia senang bertemu dengan orang Indonesia seperti Papua, Bandung dan

lain-lain. Dia ingin keliling Indonesia. Berikut adalah kutipan hasil

wawancara dengan Famara Wassa Jawla:

“Ya saya senang banget bertemu dengan orang Indonesia dari Papua, dari Bandung, dari mana-mana. Saya mau keliling kemana-mana. Saya pernah ke Surabaya, pernah ke Bandung, pernah ke Ciamis, ya di luar sana beda. Di sini panas, di luar sejuk. Udara di luar Jakarta lebih enak dari pada di sini jadi senang.”23

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Mam Mass. Menurut dia,

Gambia adalah negara yang berpenduduk ramah sehingga tidak heran jika

masyarakatnya senang bertemu dengan orang-orang yang berbeda budaya.

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Mam Mass Sey: “Ya,

Gambia dikenal dengan orang yang friendly. Everyone in Gambia is

friendly. So that’s why when you visit Gambia, everyone welcomes and

adapts what’s your environment is and makes you comfortable.”24

22Wawancara dengan Lamin Gitteh (Mahasiswa Gambia) pada hari Minggu, 11 Mei 2017

pukul 15.00 WIB. 23Wawancara dengan Famara Wassa Jawla (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April

2017 pukul 13.30 WIB. 24Wawancara dengan Mam Mass Sey (Mahasiswa Gambia) pada hari Minggu, 11 Mei 2017

pukul 15.00 WIB.

Page 86: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

73

Maka dari itu, bagi mahasiswa Gambia bukanlah hal sulit untuk

berteman dan mereka. Ditambah jika mereka juga ingin mengetahui

mengenai budaya yang ada di Indonesia karena dapat berfungsi dalam

meningkatkan akulturasi komunikasi antarpersona pada mahasiswa Gambia

kepada masyarakat Indonesia. Beberapa dari mereka ingin mengetahui lebih

banyak lagi mengenai budaya. Seperti yang dikatakan oleh Mam Mass kalau

dia tertarik belajar budaya Indonesia terutama Bugis dan Dangdut. Berikut

adalah kutipan hasil wawancara dengan Mam Mass: “I interested to learn

Indonesian cultures, especially Bugis. I want to know more Bugis culture

because I like that and my friends tell me a lot about Bugis. Yes, I have

friends from Bugis. I like dance and I know dangdut music and I like it.”25

Selain budaya Bugis, ternyata ada mahasiswa Gambia yang tertarik

dengan budaya Aceh yaitu Abdou. Abdou mulai tertarik dengan budaya

Aceh saat dia melihat tari Saman di acara Fisip. Selain Aceh tentunya

Abdou juga tertarik dengan budaya Papua, Yogyakarta dan sebagainya.

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Abdou Barrow:

“Yeah I’m interested dengan budaya Indonesia, like dancing. Kemarin liat acara di Fisip mereka menampilkan tarian budaya Aceh ya Saman. Is very very nice. I like that. Aku sampai bilang ‘Oh my God is very very nice’. I am really interested and I want to explore budaya Indonesia like Aceh is good, Papua, Yogyakarta, saya mau kesana Insha Allah.”26

Faal juga menyampaikan bahwa dia ingin belajar lebih banyak

mengenai budaya Indonesia oleh karena itu dia sering berkumpul dengan

25Wawancara dengan Mam Mass Sey (Mahasiswa Gambia) pada hari Minggu, 11 Mei 2017 pukul 15.00 WIB.

26Wawancara dengan Abdou Barrow (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April 2017 pukul 13.30 WIB.

Page 87: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

74

teman-teman dari Indonesia. Berikut adalah kutipan hasil wawancara

dengan Pamodou Faal: “I am very deeply into learning about Indonesian

cultures that’s why I hang out a lot with my Indonesian friends.”27

Ketertarikan dengan budaya Indonesia juga disampaikan oleh

Famara ketika dia sedang presentasi di kelas. Dia mengatakan bahwa dia

mendengar Band Wali menyanyi di Radio dan Famara sangat menyukai

lagu-lagu band Wali tersebut. Hal ini disampaikan oleh Alma teman sekelas

Famara dalam sesi wawancara. Berikut adalah kutipan hasil wawancara

dengan Alma Najmia:

“Iya karena kemarin sih liat pas mata kuliah bahasa inggris tuh yang anak Gambia sama dosen kita disuruh mereka presentasi pakai bahasa Indonesia. Nah Famara ini dia memberanikan diri presentasi pakai bahasa Indonesia terus dia cerita, bukan presentasi sih tapi kaya speech aja depan kelas terserah mengenai apa. Si Famara tuh cerita dia awalnya enga suka musik terus pas di Indonesia tuh waktu jalan-jalan anak-anak Internasional dia dengar lagu di radio lagunya Wali terus dia suka dan sampe sekarang dia masih suka, itu lucu aja sih. Kalau yang lain sih enga tau sih, Famara aja karena orangnya juga lebih banyak interaksi jadi kita lebih tahu dia. Kalau Ebrima justru di kelas aja, dia kadang liat dia di pojokan terus buka laptop bahkan kadang dia ada kelas nonton film atau main game, mungkin karena kendala bahasa tadi jadi lebih mengasingkan diri. Dan ketika Famara dan Omar duduk di depan dia ya udah the only one yang di belakang.”28

Sehingga dapat dikatakan bahwa Ebrima yang paling sulit

berkomunikasi dibandingkan dengan Famara dan Omar. Hal ini juga dapat

dilihat saat peneliti menghubungi mahasiswa Gambia, dimana Famara dan

27Wawancara dengan Pamodou Faal (Mahasiswa Gambia) pada hari Kamis, 18 Mei 2017

pukul 20.00 WIB. 28Wawancara dengan Alma Najmia (Mahasiswa Indonesia) pada hari Senin, 21 Mei 2017

pukul 15.00 WIB.

Page 88: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

75

Omar lebih mudah peneliti hubungi dan mau untuk membantu peneliti

dalam skripsi ini.

b) Citra Diri

Citra diri (self image) imigran yang berkaitan dengan citra-citra

imigran tentang lingkungannya yaitu tentang lingkungan masyarakat

pribumi dan budaya aslinya. 29

Bagi mereka mahasiswa Gambia cukup banyak kemiripan dengan

budaya Indonesia dengan budaya Gambia seperti melepas sepatu atau sandal

ketika memasuki ruangan. Selain itu juga memberi salam ketika bertemu

dengan orang yang lebih tua dan juga mencium tangannya atau yang biasa

kita sebut salim. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Lamin.

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Lamin Gitteh: “The similar

culture like he said, you don’t wear shoes if you enter a room. Di Gambia

juga ada, when you see oldest, orang tua you must greet them and cium

tangan.”30

Menurut Abdou, semua Negara pasti mempunyai kemiripan dan

untuk Indonesia budaya mengenai keluarga dan agama yang mayoritas

Islam lah yang paling mirip dengan Negaranya. Berikut adalah kutipan hasil

wawancara dengan Abdou Barrow:

“Because when you look at budaya, yes of course setiap Negara punya budaya yang hampir sama dengan budaya lain di Negara lain.

29Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 141.

30Wawancara dengan Lamin Gitteh (Mahasiswa Gambia) pada hari Minggu, 11 Mei 2017 pukul 15.00 WIB.

Page 89: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

76

So basically. We have same feeling, similar culture all Gambian culture seem the same as in Indonesia. Maybe the only different is a language and then like the environment is different. But family culture and hamba system atau Tuhan yang disembah is the same.”31

Selain itu, perasaan seorang imigran ternyata sangat berkaitan

dengan jarak antara dirinya dan anggota-anggota masyarakat pribumi yang

dapat menimbulkan masalah-masalah psikologis yang dialami oleh seorang

imigran seperti merasa terasingkan, rendah diri, malu dan sebagainya.32

Merasa hal demikian pastinya dirasakan oleh mahasiswa Gambia.

Seperti yang dirasakan Famara, yaitu malu ketika pergi ke luar seperti mall

dan banyak yang melihat dia dan mengira bahwa dia adalah pemain bola,

orang Papua, dan lain-lain. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan

Famara Wassa Jawla:

“Kalau kamu ke luar ke tempat di mana kamu yang beda sendiri, pasti ada perasaan tidak enak, tapi hanya toleransi yang mengobati. Kadang-kadang merasa malu, misalnya ketika saya ke mall dan banyak orang yang memperhatikan saya, itu membuat saya malu. Kadang ada yang bilang pemain bola, orang Papua, orang ini dan itu. Malu tapi hanya bisa mengakomodasi diri sendiri.”33

Selain Famara, Fatou Diba juga merasakan hal sama namun bukan

hanya di luar saja di kelas pun dia juga terkadang merasa demikian. Berikut

adalah kutipan hasil wawancara dengan Fatou Diba:

31Wawancara dengan Abdou Barrow (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April 2017

pukul 13.30 WIB. 32Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 141.

33Wawancara dengan Famara Wassa Jawla (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April 2017 pukul 13.30 WIB.

Page 90: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

77

“Saya memilih bersama bersama teman-teman Gambia because we help each other. I am more comfortable with them. In class I speak with Gambian people because when dosen explains dan saya tidak mengerti mereka memberi tahu saya. But when I sit next to Indonesia people they can’t explain to me because they can't speak English. When in angkot, I was angry, misalnya, kamu ke Afrika dan kamu duduk di samping orang Afrika jadi semua mereka pindah. How do you feel? I was angry and sad and I just keep it to myself, let it go and pray to Allah.”34

Seperti yang di katakana sebelumnya kejadian yang dialami oleh

Famara dan Fatao Diba ini biasa disebut dengan stereotip. Stereotip adalah

citra yang asumsikan oleh sekelompok orang dari setiap budaya yang

biasanya berasumsi negatif dan merepresentasikan karakteristik pada suatu

kebudayaan lainnya.35

Faal juga mengatakan bahwa dia mengalami hal yang banyak sekali

seperti itu yaitu merasa terasingkan, rendah diri, malu dan sebagainya.

Banyak orang yang mengatakan sesuatu yang sebenarnya mereka tidak

ketahui mengenai dirinya dan karena dia orang kulit hitam. Berikut adalah

kutipan hasil wawancara dengan Pamodou Faal:

“I have faced so much of that kind here, as many people here backbite and say things they don’t know about me, and because I am black too, the only thing I do is ignoring them as I am not here to fight or cause trouble.”36

Hal ini sering terjadi pada seseorang yang baru saja berpindah ke

luar negeri yang biasa disebut dengan gegar budaya (culture shock). Gegar

34 Wawancara dengan Fatou Diba (Mahasiswa Gambia) pada hari Jumat, 5 Mei 2017 pukul

14.00 WIB. 35 Richard E. Porter, Larry A. Samovar dan Edwin R. McDaniel, Communication between

Cultures, Terj. Indri Margaretha S, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hal. 50. 36 Wawancara dengan Pamodou Faal (Mahasiswa Gambia) pada hari Kamis, 18 Mei 2017

pukul 20.00 WIB.

Page 91: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

78

budaya adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan,

pendidikan, jabatan atau sebagainya yang dialami oleh seseorang yang

mengharuskan orang-orang tersebut untuk berpindah ke luar negeri secara

tiba-tiba. Penyakit yang dialami ini sama seperti penyakit lainnya yang

mempunyai gejala-gejala dan pengobatannya sendiri. Gegar budaya ini bisa

menimbulkan rasa kecemasan yang mengakibatkan hilangnya tanda-tanda

dan lambang-lambang dalam pergaulan sosial yang berbeda-beda derajat

pengaruhnya dari masing-masing orang.37

Dari banyaknya gejala gegar budaya yang dialami masing-masing

mahasiswa Gambia sehingga membuat mereka merasa terasingkan, rendah

diri, malu dan sebagainya mereka lebih memilih untuk dipendam sendiri

saja, berusaha untuk tidak mempermasalahkannya dan tentunya berdo’a

kepada Allah Swt. Karena bagi hal tersebut tidak perlu terlalu dipikirkan.

c) Motivasi Akulturasi

Motivasi akulturasi seorang imigran berfungsi dalam mempermudah

proses akulturasi. Hal ini dapat dilihat dari kemauan seorang imigran untuk

belajar, mau ikut berpartisipasi dan mau untuk diarahkan menuju sistem

sosio-budaya pribumi.38

Dari hasil wawancara semua mahasiswa Gambia mengatakan bahwa

motivasi utama mereka adalah untuk berkuliah di Universitas Islam Negeri

37Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, hal. 174-175. 38 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 142.

Page 92: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

79

Syarif Hidayatullah Jakarta. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan

Mam Mass: “Ya motivasi karena kita dapat beasiswa dari UIN untuk kuliah

di sini, itulah motivasi yang pertama. Tentu juga, selain kuliah di sini dan

segera lulus dan sukses yaitu kembali ke Gambia lagi.”39

Selain berkuliah, beberapa dari mereka juga ingin belajar mengenai

Islam yang ada di Indonesia, dan salah satunya Omar Samba. Berikut adalah

kutipan hasil wawancara dengan dia: “Aku juga kuliah dan yang kedua

karena di sini mayoritas Islam dan I also want to learn about Islam in

Indonesia.”40

Fatou Diba juga mengatakan bahwa temannya termasuk dalam

memotivasi dia untuk berkuliah di Indonesia. Berikut adalah kutipan hasil

wawancara dengan Fatou Diba: “Actually, I was motivated by my friend. She

sent me a message to study at UIN. I applied and I was accepted.”41

Dapat dikatakan semua mahasiswa Gambia memiliki satu motivasi

yang sama yaitu untuk berkuliah di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, sehingga mereka dapat mempermudah proses

akulturasi. Selain itu, pastinya mereka dapat ikut berpartisipasi dan mau

untuk diarahkan menuju sistem sosio-budaya Indonesia.42

39 Wawancara dengan Mam Mass Sey (Mahasiswa Gambia) pada hari Minggu, 11 Mei 2017

pukul 15.00 WIB. 40 Wawancara dengan Omar Samba (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April 2017

pukul 13.30 WIB. 41Wawancara dengan Fatou Diba (Mahasiswa Gambia) pada hari Jumat, 5 Mei 2017 pukul

14.00 WIB. 42Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 142.

Page 93: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

80

Seorang imigran juga dapat meningkatkan partisipasinya dalam

berkomunikasi dengan masyarakat pribumi apabila adanya orientasi positif

dari diri seorang pendatang terhadap lingkungan barunya.43 Seperti, adanya

keinginan dari mereka untuk berkomunikasi dengan orang-orang Indonesia.

Salah satu mahasiswa Gambia mengatakan bahwa bertemu dengan orang

yang berbeda budaya dan berkomunikasi dengan mereka merupakan hal

yang sangat menakjubkan baginya. Berikut adalah kutipan hasil wawancara

dengan Lamin Gitteh:

“Well it is to learn another like to meet people with different backgrounds. When I first time came here I met people from different countries Kashmir, Indonesia, Thailand, etc. So it was like sharing experience, talking about cultures, religions, it was really amazing, yeah. Everything is amazing. Well it's to learn one another like meeting people with different backgrounds.”44

2. Komunikasi Sosial

Komunikasi sosial di sini juga biasa disebut dengan komunikasi

antarpersona atau komunikasi massa. Komunikasi antarpersona (interpersonal

communication) adalah komunikasi antara anda dan orang-orang lainya secara

tatap-muka dan memungkinkan setiap peserta komunikasi menangkap reaksi

atau memberikan timbal balik dari orang lain secara langsung, baik secara verbal

maupun non-verbal.45 Sedangkan komunikasi massa adalah suatu proses

komunikasi sosial yang lebih umum, yang dilakukan individu-individu untuk

43Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 142.

44Wawancara dengan Lamin Gitteh (Mahasiswa Gambia) pada hari Minggu, 11 Mei 2017

pukul 15.00 WIB. 45Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, hal. 81.

Page 94: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

81

berinteraksi dengan lingkungan sosio-budayanya, tanpa terlihat dalam

hubungan-hubungan antarpersona dengan individu lainnya.46

Konteks akulturasi komunikasi antarpersona yaitu berkaitan dengan

komunikasi antara mahasiswa Gambia dengan masyarakat Indonesia khususnya

mahasiswa Indonesia. Hal tersebut sulit untuk dilepaskan, melihat status mereka

yaitu mahasiswa yang diharuskan untuk bersosialisasi dengan mahasiswa

lainnya, sehingga mahasiswa Gambia diharapkan dapat dengan mudah

berinteraksi dengan mahasiswa Indonesia. Menurut Famara tidak sulit jika

mereka tahu bahwa dia juga merupakan seorang Muslim meskipun juga ada

yang sulit contohnya ketika mereka menanyakan sesuatu yang baginya tidak

menyenangkan. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Famara Wassa

Jawla:

“Tergantung dari orang seperti apa yang ditemui. Di sini banyak orang Indonesia yang tidak sulit berkomunikasi dengan kita. Kalau mereka tahu agama kami, salah satu yang mereka akan tanya, ‘Apakah kami Muslim?’ Kami jawab: ‘Ya. Muslim.’ Mereka langsung bilang: ‘Alhamdulillah’. Mulai lah kita berkomunikasi. Ya kalau ada sesuatu yang misalnya enga tahu tentang kami, mereka bilang itu sulit, karena ada orang yang mulai komunikasi dengan kamu dan pertanyaan-pertanyaan yang rasanya tidak enak didengar. Misalnya bilang, ‘Kenapa kamu hitam?’ Komunikasinya akan sulit akan punya perasaan yang tidak enak; jadi untuk menjawabnya sulit. Kalau ada yang bilang ‘Hai, assalamu’alaikum apa kabar?’ ya itu mudah.”47

Famara juga menambahkan bahwa kalau dia ingin berkomunikasi dengan

orang lain dia melihat apakah orang tersebut senyum atau tidak, jika tidak dia

46Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 142.

47Wawancara dengan Famara Wassa Jawla (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April 2017 pukul 13.30 WIB.

Page 95: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

82

tidak melanjutkan komunikasi tersebut. Berikut adalah kutipan hasil wawancara

dengan Famara Wassa Jawla:

“Ya saya kalau mau mulai komunikasi dengan orang, pertama kali yang saya lihat adalah mukanya dulu, ini teknik saya. Jadi, lihat dulu orangnya, kalau saya lihat orang tersebut lalu saya senyum dan dia enga senyum, saya takut, tapi kalau respons dari dia senyum juga bila saya senyum, ya saya langsung mencoba berbicara dengan dia.”48

Selain itu, Lamin juga merasa bahwa dirinya seseorang yang mudah

untuk berinteraksi dengan siapa saja. Dia senang bermain dan bersenang-senang

bersama teman-teman di kelasnya. Berikut adalah kutipan hasil wawancara

dengan Lamin Gitteh:

“I’m very easy going person you know. I interact with everyone in my class, yeah I enjoy that, I am very cool guy, I sometimes make fun with them in class, play game together, most of the time normally I enjoy. When I try to speak bahasa and we try to make fun yeah like that, they also enjoy.”49

Hal tersebut juga disampaikan oleh mahasiswa Indonesia yaitu Uli. Uli

mengatakan bahwa hampir semua dari mereka cukup ramah dengan teman-

teman Indonesia. Meskipun, kadang mereka suka jail, gemesin sampai ngeselin.

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Rizki Ulia Latifah:

“Sebenarnya karena mereka mahasiswa asing jadi terkadang cara budaya mereka tuh beda gitu. Karena mereka kan lebih ke daerah Afrika mereka orangnya friendly cuma kalau misalnya bercanda kita tuh bingung apa yang mereka bercandain karena memang beda cara mereka. Kadang mereka juga suka berlebihan ke kita kaya misalnya lagi bercanda suka aneh-aneh, suka jail, suka gemesin, suka ngeselin. Mereka udah lumayan bisa bahasa Indonesia, dulu waktu awal-awal pakai bahasa Inggris terus dan ada dosen yang bilang kalau ngomong ke mereka pakai bahasa Indonesia aja biar mereka terbiasa. Kalau Janaiba itu orangnya pinter, ya

48Wawancara dengan Famara Wassa Jawla (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April

2017 pukul 13.30 WIB. 49Wawancara dengan Lamin Gitteh (Mahasiswa Gambia) pada hari Minggu, 11 Mei 2017

pukul 15.00 WIB.

Page 96: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

83

dia cerdas. Dia pernah cerita kalau dia itu pernah kuliah di Gambia masuk medical student kaya fakultas kedokteran gitu, terus ke sini orangnya tekun sih terus lebih friendly karena lebih santai dan dia juga perempuan ya. Kalau Lamin itu bad boy suka godain cewe. Lamin juga lucu dan kalau bercanda juga enga berlebihan jadi tuh kalau misalnya dia enga suka, ya udah. Terus kalau misalnya Faal ini ternyata dengan Lamin sudah berteman dari di Gambia. Faal ini baik banget dan care karena waktu itu aku pernah sakit aku dianterin ke pesantren aku sama Faal baik banget tapi kalau udah bercanda ngeselin. Ya pokoknya Faal yang paling peduli entah temen-temennya ketika ada kegiatan atau enga ada. Kalau Sulaiman ini dia paling tua dari pada yang lain dia lahir 80an. Mereka itu rata-rata yang enga lanjut kuliah di Negara mereka dan mereka langsung kerja, terus mereka ingin belajar lagi datang lalu ke sini. Nah kalau Sulaiman ini dia paling susah ngomong bahasa Indonesia di antara yang lain. Lamin sama Faal yang paling friendly dan paling cepet nangkep kalau kita ngomong bahasa Indonesia.”50

Namun, ada juga dari mereka yang mengatakan tergantung bagaimana

orang lain memperlakukan mereka. Fatou Diba misalnya, dia mengatakan dia

bukan seseorang yang sulit diajak untuk berkomunikasi atau berteman, namun

dia hanya mau berkomunikasi jika orang tersebut welcome dengannya. Berikut

adalah kutipan hasil wawancara dengan Fatou Diba: “I don’t think I’m a difficult

person. If you welcome me, it is easy for me to communicate and be friendly.”51

Dapat dikatakan mereka semua orang yang mudah berteman, namun

tidak dapat dipungkiri kemungkinan banyaknya kendala yang akan terjadi ketika

para mahasiswa Gambia mencoba berkomunikasi dengan mahasiswa Indonesia.

Seperti yang dikatakan Lamin, bahwa mahasiswa Indonesia lebih sering

menggunakan bahasa informal sedangkan dia dan para mahasiswa Gambia lebih

mengetahui apabila menggunakan bahasa formal. Berikut adalah kutipan hasil

wawancara dengan Lamin Gitteh:

50Wawancara dengan Rizki Ulia Latifah (Mahasiswa Indonesia) pada hari Senin, 21 Mei

2017 pukul 15.00 WIB. 51Wawancara dengan Fatou Diba (Mahasiswa Gambia) pada hari Jumat, 5 Mei 2017 pukul

14.00 WIB.

Page 97: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

84

“Ya kadang-kadang susah banget untuk komunikasi sama mahasiswa karena kadang-kadang mereka pakai bahasa gaul seperti gue, lu. So, it’s very hard to understand because even like this informal bahasa it is very hard to understand, because we studied at Pusat Bahasa was the formal bahasa, tidak, saya, anda tapi outside only you hear just enga, aku, lu, seperti itu lah.”52

Famara pun juga merasakan hal demikian, dia pun akhirnya mencoba

membiasakan menggunakan bahasa informal atau gaul tetapi dia juga juga selalu

memperhatikan kata-katanya jika berbicara dengan orang yang lebih tua. Berikut

adalah kutipan hasil wawancara dengan Famara Wassa Jawla:

“Kalau gunakan bahasa formal ada yang tertawa dan saya fikir ‘ini bahasa Indonesia atau enga, kenapa mereka tertawa’ ya dan mereka bilang jarang kita menggunakan bahasa formal, kalau di tulisan iya bahasa formal, tapi hanya berbicara dengan teman-teman tidak pakai bahasa formal. Saya sudah bisa sedikit bahasa non formal, seperti gue, lu, ya lebay dan sekarang sudah mulai bicara non formal tetapi selalu perhatikan agar tidak dicampuri kalau bicara dengan orang yang lebih tua. Sekarang sudah sering pakai enga bersama teman-teman tapi dengan yang lebih tua saya pakai tidak. Tapi kadang saya tidak tahu apakah bilang dengan enga atau tidak.”53

Selain dalam bahasa formal, menurut Uli terkadang mahasiswa Gambia

juga mengalami miss komunikasi seperti pemberitahuan libur yang dishare di

grup kelas dan mahasiswa Gambia tidak menyadari pemberitahuan tersebut.

Mahasiswa Gambia juga sulit ketika mempelajari mata kuliah yang

menggunakan bahasa Indonesia, sehingga mereka terkadang tidak mau

menerima materi yang diberikan jika berbahasa Indonesia. Berikut adalah

kutipan hasil wawancara dengan Rizki Ulia Latifah:

52Wawancara dengan Lamin Gitteh (Mahasiswa Gambia) pada hari Minggu, 11 Mei 2017

pukul 15.00 WIB. 53Wawancara dengan Famara Wassa Jawla (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April

2017 pukul 13.30 WIB.

Page 98: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

85

“Kadang kurang paham juga misalnya hari ini kita udah bilang di grup libur kadang mereka kan enga suka chat grup. Misalnya kaya gini materi kuliah ya udah kalau misalnya Uli enga kirim ke mereka, mereka enga dapet. Biasanya kan temen-temen nge-share di group padahal jadi bingung juga. terus kaya misalnya dosen sistem digital mereka itu enga mau menerima yang pakai bahasa Indonesia harus di translate dulu, ya udah Uli translate.”54

Meskipun banyaknya kendala terutama dalam bahasa, baik mahasiswa

Gambia atau mahasiswa Indonesia mencoba mengatasi kendala dalam

berkomunikasi antarbudaya tersebut, seperti yang di lakukan oleh Lamin yaitu

mengadakan extra class bersama teman-temannya untuk mengajarinya bahasa

Indonesia. Baginya belajar bahasa Indonesia adalah hal yang menyenangkan.

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Lamin Gitteh:

“Sometimes in my class I have a friend who can normally translate for me and most of the time he gives me extra class, he teaches me bahasa so I sometimes give him a-piece of paper and I ask some words I don’t understand. Or, when I meet him, I say: ‘Ayo, kamu harus bantuin aku’ and he tries to explain that because he can speak English. Ada beberapa yang bisa bahasa Inggris so I have kumpul with them and it is always fun, you know. When I pronounce some words and hard for me to get, they are laughing. When I want to say ‘Situ Gintung’ you know and my friend say: ‘No, Lamin no Situ Gintung’ so, it’s very hard for me to pronounce but I enjoy with them.”55

Berbeda dengan Lamin, Abdou mencatat kata-kata yang tidak dia pahami

dan langsung menanyakan kepada dosen di Pusat Bahasa. Berikut adalah kutipan

hasil wawancara dengan Abdou Barow:

“Kalau saya mendengar kata-kata baru, ya saya catat atau saya tulis nanti kalau bertemu dengan dosen di Pusat Bahasa saya tanya dia, dan dia suka berkata, ‘Kamu tau ini dari mana’ dan saya jawab: ‘Dari teman’ lalu, ‘Oke ini maksudnya ini tapi ini bukan bahasa yang formal, bahasa formalnya adalah ini. Dia selalu menekankan penggunaan bahasa yang formal karena takutnya kalau saya sudah biasakan dengan bahasa yang

54Wawancara dengan Rizki Ulia Latifah (Mahasiswa Indonesia) pada hari Senin, 21 Mei

2017 pukul 15.00 WIB. 55Wawancara dengan Lamin Gitteh (Mahasiswa Gambia) pada hari Minggu, 11 Mei 2017

pukul 15.00 WIB.

Page 99: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

86

nonformal mungkin kalau ngomong dengan orang yang tua takut saya memakai bahasa yang tidak formal.”56

Ternyata bukan hanya mahasiswa Gambia saja yang mencoba mengerti

mahasiswa Indonesia dengan menggunakan bahasa informal. Seperti halnya

yang dilakukan oleh Alma yaitu selaku ketua kelas terkadang dia memfasilitasi

teman-teman Gambia dengan menggunakan bahasa Inggris jika ada

pengumuman dan terkadang dia juga mem-forward secara pribadi pesan yang

disampaikan di grup chat kelas. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan

Alma Najmia:

“Kadang awal-awal tuh aku lebih memfasilitasi mereka, biar mereka cepat beradaptasi juga, jadi aku kalau berkomunikasi dengan mereka di kelas itu, pakai bahasa Inggris, jadi biar semuanya bisa paham. Jadi aku bikin pengumuman sekalian biar panjang biar beda sama cuap cuap yang ga jelas anak-anak di grup. Nah kadang aku forward juga ke chatnya bahasa Inggris.”57

Menurut Kim, fungsi akulturasi komunikasi massa bersifat terbatas

dalam hubungannya dengan fungsi akulturasi komunikasi antarpersona.58

Fungsi akulturasi komunikasi massa akan sangat penting pada fase awal proses

akulturasi seorang imigran. Karena dalam fase awal ini, pendatang belum dapat

mengembangkan kecakapannya untuk memulai hubungan baru yang memuaskan

sehingga membutuhkan komunikasi massa agar dapat mengetahui lebih jauh lagi

56Wawancara dengan Abdou Barrow (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April 2017

pukul 13.30 WIB. 57Wawancara dengan Alma Najmia (Mahasiswa Indonesia) pada hari Senin, 21 Mei 2017

pukul 15.00 WIB. 58Young Y. Kim, Mass Media and Acculturation: Development of an Interactive Theory,

(Makalah yang disajikan dalam konferensi tahunan the Eastern Communication Association, Philadelphia, Pennsylvania, Mei 1979). Lihat juga Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 142.

Page 100: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

87

tentang berbagai unsur dalam sistem sosio-budaya pribumi.59 Penggunaan

komunikasi massa dapat ditemukan juga ketika mahasiswa Gambia atau

mahasiswa Indonesia mengatasi kendala komunikasi yaitu menggunakan Google

Translate. Seperti yang dilakukan oleh Mam Mass dan juga teman-temannya.

Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Mam Mass Sey: “Kalau

ngomongnya susah ya mereka google translate and sometimes I used this

translation too to respond them”60

Omar juga mengatakan kalau ada bahasa Indonesia yang dia tidak tahu

dia akan menggunakan google translate dan juga menanyakan ke teman-

temanya. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Omar Samba: “Cari di

google translate, sometimes tulis dan juga tanya ke teman saya ‘Ini apa,

maksudnya apa, dalam bahasa Inggris bisa dijelaskan’ seperti itu.”61

Menurut peneliti baik bertanya dengan orang Indonesia atau

menggunakan media, mahasiswa Gambia sudah dapat melaksanakan akulturasi

komunikasi antarpersona dan akulturasi komunikasi massa dengan baik karena

kedua hal tersebut cukup penting bagi mahasiswa Gambia untuk mereka

melewati fase-fase sulit mereka di Indonesia terutama mengenai bahasa.

Dalam gejala gegar budaya (culture shock), hal di atas dapat diartikan

bahwa sebagian mahasiswa Gambia sudah memasuki tahap ke tiga yaitu mereka

berhasil memperoleh pengetahuan bahasa dan mulai mengurus dirinya sendiri

59Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya, hal. 143-144. 60Wawancara dengan Mam Mass Sey (Mahasiswa Gambia) pada hari Minggu, 11 Mei 2017

pukul 15.00 WIB. 61Wawancara dengan Omar Samba (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April 2017

pukul 13.30 WIB.

Page 101: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

88

dan mulai membuka jalan ke dalam lingkungan budaya baru. Meskipun

mahasiswa Gambia masih menghadapi kesulitan-kesulitan, mereka merasa

bahwa kesulitan tersebut dapat ditangani. Mereka juga mulai bersikap positif

terhadap lingkungan pribumi dan mulai memiliki rasa humor sehingga

pendatang tersebut dapat dikatakan menuju fase penyembuhan atau fase

keempat.62

3. Lingkungan Komunikasi

Suatu kondisi lingkungan yang sangat berpengaruh pada komunikasi dan

akulturasi pendatang adalah adanya komunitas etniknya di daerah setempat.

Seperti yang dikutip dari Taylor bahwa derajat pengaruh komunitas etnik atas

prilaku imigran sangat bergantung pada derajat “kelengkapan kelembagaan”

komunitas tersebut dan kekuatannya untuk memelihara budayanya yang khas

bagi anggota-anggotanya.63

Dari hasil wawancara dengan mahasiswa Gambia, dapat dikatakan tidak

adanya komunitas etnik Gambia di Indonesia. Seperti yang dikatakan Faal,

bahwa komunitas atau kelembagaan yang ada hanya International Office (PLKI)

saja. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Pamodou Faal: “We have

the International Office as our stand here but they do less for us.”64

62Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, hal. 176. 63B. K. Taylor, “Culture: Whence, Whither and Why?” dalam A. E Alcock, B. K. Taylor dan

J. M. Welton, The Future of Cultural Minorities. Lihat juga Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 144.

64Wawancara dengan Pamodou Faal (Mahasiswa Gambia) pada hari Kamis, 18 Mei 2017 pukul 20.00 WIB.

Page 102: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

89

Mam Mass juga mengatakan hal yang sama dengan Faal. Berikut adalah

kutipan hasil wawancara dengan Mam Mass Sey: “Ya International Office, ada

grup mahasiswa asing tapi untuk grup mahasiswa Gambia enga ada yang khusus

hanya ada dalam kategori mahasiswa asing.”65

International Office atau yang saat ini dikenal dengan Pusat Layanan

Kerjasama International (PLKI) merupakan lembaga satu-satunya di UIN yang

menjalankan fungi kerja yang berkaitan dengan orang internasional termasuk

mahasiswa Internasional yang ada di UIN Jakarta.66

Dengan demikian, lembaga-lembaga yang mengelola mahasiswa asing

diperlukan, agar dapat memudahkannya akuturasi dan membantu dalam

mengatasi tekanan-tekanan dalam komunikasi antarbudaya.67 Fatou Diba

mengatakan bahwa mahasiswa Gambia memiliki grup Whatsapp yang di

namakan GAM-INDO yang artinya Gambia Indonesia. Berikut adalah kutipan

hasil wawancara dengan Fatou Diba: “We just have International Office for

official matters. Kalau GAM-INDO itu whatsapp saja just to information.”68

Namun akan berbeda jika seseorang pendatang terlalu sering dalam

lembaga atau komunitas etniknya dan tanpa melakukan komunikasi yang

memadai dengan anggota masyarakat pribumi mungkin maka hal tersebut justru

65Wawancara dengan Mam Mass Sey (Mahasiswa Gambia) pada hari Minggu, 11 Mei 2017

pukul 15.00 WIB. 66Wawancara dengan Bapak Rachmat Baihaky (Ketua PLKI) pada hari Kamis, 2 Maret 2017

pukul 11.30 WIB. 67Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 144.

68Wawancara dengan Fatou Diba (Mahasiswa Gambia) pada hari Jumat, 5 Mei 2017 pukul 14.00 WIB.

Page 103: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

90

akan memperlambat kecepatan akulturasi pendatang.69 Hal ini terjadi oleh Fatou

Diba karena saat ini dia belum merasa nyaman dengan teman-teman dari

Indonesia. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Fatou Diba: “I am

always with Gambian friends, because I’m not comfortable with Indonesian

students. Exactly right now I am not comfortable.”70

Dilihat dari hasil wawancara, memang ada mahasiswa Gambia yang

lebih sering bersama teman-teman yang berasal dari Gambia, namun

kebanyakan dari mereka justru lebih mencoba berbaur dengan semuanya baik

dengan teman-teman Gambia ataupun teman-teman yang berbeda budaya

terutama Indonesia. Seperti yang dilakukan oleh Lamin, dia mengatakan bahwa

jika dia terkadang bersama dengan teman Indonesia terkadang bersama teman

Gambia dan bagi dia kita semua bersama. Berikut adalah kutipan hasil

wawancara dengan Lamin Gitteh: “For me, in campus I go with both Indonesian

student and Gambian student, I have group friends, sometimes I go with

Gambian students, sometimes with Indonesian students but we all go to together.

Maybe like eat together ya we just campur-campur you know.”71

Selanjutnya Famara, meskipun saat di asrama dia lebih sering bersama

teman-teman Gambia namun jika ada waktu kosong dia meluangkan waktunya

untuk berjalan-jalan dengan teman-teman Indonesianya. Berikut adalah kutipan

hasil wawancara dengan Famara Wassa Jawla: “Saya dari Senin ke Jumat selalu

69Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 144.

70Wawancara dengan Fatou Diba (Mahasiswa Gambia) pada hari Jumat, 5 Mei 2017 pukul 14.00 WIB.

71Wawancara dengan Lamin Gitteh (Mahasiswa Gambia) pada hari Minggu, 11 Mei 2017 pukul 15.00 WIB

Page 104: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

91

di Mahad bersama orang-orang Gambia tapi Jumat sore sampai Minggu ke luar,

jalan-jalan keliling dengan teman Indonesia.”72

Namun berbeda dengan Faal, dia lebih sering menghabiskan waktunya

dengan teman-teman Indonesianya barulah teman-teman Gambianya. Hal

tersebut dikarenakan dia ingin mengembangkan bahasa Indonesianya sesegera

mungkin. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Pamodou Faal: “I

spend a lot of time with my Indonesian friends then Gambian friends, as I want

to develop my bahasa as soon as possible.”73

Oleh karena itu, mahasiswa Afrika yang juga mencoba berbaur

dengan lingkungan baru diharapakan dapat mempercepat akulturasi pada

mahasiswa Afrika.

B. Nilai-Nilai Keislaman

1. Akidah

Seorang manusia disebut muslim jika dengan penuh kesadaran dan

ketulusan bersedia terikat dengan sistem kepercayaan Islam. Karena itu akidah

merupakan ikatan dan simpul dasar Islam yang pertama dan utama. Berdasarkan

enam fondasi iman, maka adanya keterikatan setiap muslim kepada Islam yaitu

dengan meyakini bahwa Islam adalah agama yang universal serta mampu

72Wawancara dengan Famara Wassa Jawla (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April

2017 pukul 13.30 WIB. 73Wawancara dengan Pamodou Faal (Mahasiswa Gambia) pada hari Kamis, 18 Mei 2017

pukul 20.00 WIB.

Page 105: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

92

menjawab segala persoalan yang muncul dalam segala lapisan masyarakat dan

sesuai dengan tuntutan budaya setiap manusia sepanjang zaman.74

“Melihat kondisi terakhir situasi politik ekonomi di Timur Tengah, misalnya kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk mahasiswa asing untuk belajar di sana dengan kondisi keamanan dan seterusnya sejak Arab Spring (2010). Nah dengan seperti itu maka ada negara-negara Islam yang lain yang menjadi alternatif dari destinasi studi bahkan negara-negara Timur Tengah itu ada yang beberapa mahasiswanya ke UIN sini, jadi, mahasiswa kita ada yang berasal dari Timur Tengah. Itu artinya kita sudah menjadikan Indonesia (UIN) sebagai tujuan studi. Apalagi mahasiswa dari negara-negara Eropa, mereka tidak akan belajar Islam di Arab karena situasi yang tidak memungkinkan maka mereka akan mencari negara-negara yang aman, negara-negara Islam, negara-negara yang mayoritas muslim yang aman.”75

Seperti yang dikatakan di atas oleh Bapak Rachmat Baihaky (Ketua

PLKI) bahwa UIN Jakarta merupakan Universitas Islam Negeri satu-satunya di

Ibu Kota Indonesia yang di mana Indonesia saat ini dapat dikatakan sebagai

Negara yang aman dan damai dengan mayoritas Muslim. Hal tersebut juga

disampaikan oleh mahasiswa Gambia bahwa yang membuat para mahasiswa

asing terutama mahasiswa Gambia tertarik untuk belajar mengenai budaya Islam

di UIN Jakarta di samping sekedar menyelesaikan jenjang S1 mereka. Hal ini

seperti yang dikatakan Omar saat peneliti menanyakan motivasinya ke

Indonesia. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Omar Samba:

“Tujuan utama aku juga kuliah, dan yang kedua karena di sini mayoritas Islam

dan I also want to learn about Islam in Indonesia.”76

74Srijanti, Purwanto S.K. dan Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam

Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hal. 7-8. 75Wawancara dengan Bapak Rachmat Baihaky (Ketua PLKI) pada hari Kamis, 2 Maret 2017

pukul 11.30 WIB. 76Wawancara dengan Omar Samba (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April 2017

pukul 13.30 WIB.

Page 106: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

93

Famara juga mengatakan karena dia Muslim jadi tidak akan sulit jika dia

tinggal di Indonesia. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Famara

Wassa Jawla: “Ya saya perasaannya sama sebelum ke sini, beliau bilang di

Indonesia mayoritas Muslim dan saya bilang, ya kalau Muslim aku senang

karena aku Muslim juga jadi apa sulitnya aku juga bisa.”77

2. Syariah

Konsep terpenting dan paling komprehensif untuk menggambarkan Islam

sebagai suatu fungsi adalah konsep syariah atau “syar” yang berarti jalur atau

jalan menuju sumber air. Maksudnya yaitu jalan menuju sumber kehidupan itu

sendiri. Dalam agama sejak awal sekali, syariah berarti jalan utama untuk

kehidupan yang baik, yaitu nilai-nilai agama, yang dinyatakan secara fungsional

dan konkret, untuk memandu kehidupan manusia.78

Salah satunya yaitu syariat yang mengatur hubungan manusia secara

horizontal, hubungan manusia dengan sesama manusia dan makhluk lainnya.

Hubungan ini biasa disebut mu’amalah yang berarti meliputi segala ketentuan

dan aktivitas hidup manusia dalam bergaul dengan sesama makhluk hidup dan

lingkungan sosialnya. 79

Mahasiswa Gambia menjalankan konsep syariah, yaitu mereka membuat

hubungan yang baik dengan sesama manusia meskipun berbeda budaya.

Menurut Abdou, dia sangat senang bertemu dan mengenal teman-teman yang

77Wawancara dengan Famara Wassa Jawla (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April

2017 pukul 13.30 WIB. 78Fazlur Rahman, Islam ‘Sejarah Pemikiran dan Peradaban’, (Bandung: Mizan Pustaka,

2017), hal. 145. 79Fazlur Rahman, Islam ‘Sejarah Pemikiran dan Peradaban’, (Bandung: Mizan Pustaka,

2017), hal. 145.

Page 107: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

94

ada di Indonesia. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Omar Samba:

“I feel like okay to meeting with Indonesian people, it is fun mengenal dari

daerah mana saja kamu berasal. Saya senang banget.”80

Selain itu, Abdou juga mengatakan bahwa dia sangat senang jika

bertemu dengan teman baru dan mengetahui budaya-budaya mereka. Berikut

adalah kutipan hasil wawancara dengan Abdou Barrow: “I'm also happy because

when meeting new friends, I know their cultures and we realize that we are

different. Yes, I am very happy.”81

3. Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu kata khuluqun yang berarti

perangai. Dalam bahasa Indonesia perangai berarti tabi’at, watak.82 Selain itu

dalam bentuk jamaknya yaitu kata khuluq yang artinya daya kekuatan jiwa yang

mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan

lagi. Dengan demikian, akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada

diri seseorang yang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau

perbuatan.83

Salah satunya yaitu, akhlak kepada sesama manusia. Menjaga hubungan

dengan sesama muslim seyogyanya dilandasi dengan cinta karena Allah dan

persaudaraan seagama, kerjasama dan saling tolong-menolong dalam kebajikan

80Wawancara dengan Omar Samba (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April 2017

pukul 13.30 WIB. 81Wawancara dengan Abdou Barrow (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April 2017

pukul 13.30 WIB. 82Hasyim Syamhudi, Akhlak Tasawuf dalam Konstruksi Piramida Ilmu Islam. (Malang:

Madani Media, 2015), hal. 2. 83Srijanti, Purwanto S.K. dan Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam

Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hal. 10.

Page 108: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

95

dan ketakwaan, komitmen mendedikasikan kebaikan bagi semua dan mencegah

keburukan dari sesama, serta menghiasi diri dengan ahlak-akhlak utama yang

mulia.84

Meskipun mayoritas masyarakat Indonesia adalah Islam, namun ada

beberapa dari mereka yang tidak melaksanakan akhlak kepada sesama manusia.

Hal ini terlihat pada mahasiswa Gambia yang terkadang mengalami kendala

mengenai rasisme atau ejekan-ejekan. Rasisme merupakan kepercayaan dalam

memperlakukan atau memersepsikan kelompok lain secara buruk pada suatu

kelompok tertentu yang biasanya berdasarkan ras, warna kulit, agama, negara

asal, nenek moyang atau orientasi seksual. Rasisme menyangkal adanya

kesetaraan manusia dan menghubungkannya dengan kemampuan dan fisik

seseoirang. Sehingga, hal ini dapat menjadi penghalang utama dalam suksesnya

komunikasi antarbudaya.karena beranggapan bahwa hubungan sosial bisa di

nilai berdasarkan warisan genetik.85

Abdou bercerita bahwa dia pernah mengalami rasisme tersebut yaitu saat

dia sedang berteduh dia bertemu seseorang dan seseorang itu mencolek-colek

tangannya yang dia pikir warna kulit tersebut dapat luntur. Hal tersebut pastinya

dapat mengganggu cara berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya

dengan dia dan para mahasiswa Gambia yang merasakan hal yang mungkin

hampir sama dengannya. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan Abdou

Barrow:

84Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam & Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2013), hal. 263. 85Richard E. Porter, Larry A. Samovar dan Edwin R. McDaniel, Communication between

Cultures, Terj. Indri Margaretha S, hal. 212.

Page 109: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

96

“Kalau saya nyaman berinteraksi sama mereka. Cuma satu kali saya punya perasaan itu lagi ngomong sama teman ada seseorang yang saya belum kenal sama dia sebenarnya. Dia lagi berteduh liat aku lagi ngomong sama teman saya jadi dia pakai jarinya lalu mencolek-colek tangan saya. Dan saya tanya ‘Ini kenapa?’ Apakah ini serius, mungkin dia kira warna kulit ini bisa di gosok atau berubah. Saya bilang, ‘Kenapa kamu seperti ini?’ dia bilang ‘Maaf maaf maaf’ tapi saya fikir seperti itu.”86

Fatou Diba juga merasakan hal yang sama bahkan dia mengaku dia

mengalami Rasisme tersebut dalam kelasnya karena terkadang saat dia jalan di

kelasnya, teman-temannya seperti membicarakannya dan menertawainya. Hal

tersebut pastinya sangat tidak menyenangkan. Berikut adalah kutipan hasil

wawancara dengan Fatou Diba:

“Sometimes when we are walking to them, and they are in a group, you try talk to them and they are laughing at us in another language. So it is difficult for me to comfort with them. Mereka ketawain aku, aku enga tau kenapa karena mereka berbicara dengan bahasa yang berbeda and I do nothing, just sometimes I talk to them ‘Why are you laughing? What’s wrong with us?’ But they didn’t say anything.”87

Oleh karena itu, meskipun mereka mengalami hal di atas, mahasiswa

Gambia sebagai muslim diharuskan tetap menjaga hubungan, dan tetap bersifat

baik dengan orang-orang di lingkungan mereka saat ini. Seperti yang Lamin

katakana bahwa ada beberapa beberapa orang yang bersifat rasis tetapi kami

biarkan saja dan tetap bergerak maju.

“Sometimes like we feel embarrassed because you do not always meet with positive people, sometimes we meet negative people. Sometimes we feel that some people are racist but not that much. Like I often hang-out with my class mates and it is okay, but when we are outside and we meet with different kinds of people because mereka tidak mengenal saya,

86Wawancara dengan Abdou Barrow (Mahasiswa Gambia) pada hari Sabtu, 29 April 2017

pukul 13.30 WIB. 87Wawancara dengan Fatou Diba (Mahasiswa Gambia) pada hari Jumat, 5 Mei 2017 pukul

14.00 WIB.

Page 110: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

97

sometimes we feel like they are racist, they say to you with bad words, so we just ignore them and move on.”88

Lamin juga mengatakan bahwa kita semua harus ramah dengan orang lain,

meskipun berbeda budaya sekalipun. Buat semua seperti normal saja jika ada

orang-orang yang tidak menyukaimu.

“Manage myself and also to try interact with people you meet in here and learn their cultures. You must be friendly with people, maybe I see some differences between people but we don’t have to space with them just let it be normal. Every when we meet different kinds of people, some are agresif, some are friendly. So just let it be normal.”89

88Wawancara dengan Lamin Gitteh (Mahasiswa Gambia) pada hari Minggu, 11 Mei 2017

pukul 15.00 WIB 89Wawancara dengan Lamin Gitteh (Mahasiswa Gambia) pada hari Minggu, 11 Mei 2017

pukul 15.00 WIB

Page 111: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

98

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian dan data-data yang telah peneliti

kumpulkan mengenai komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi

kasus pada mahasiswa Afrika (Gambia) di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta) yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat

peneliti tarik kesimpulannya sebagai berikut:

1. Komunikasi intrapersonal akulturasi yang terjadi pada mahasiswa Gambia

yaitu dapat dilihat ketika mereka mulai menyukai makanan Indonesia.

Selain itu, ada tiga variabel yaitu Kompleksitas Struktur Kognitif Imigran,

Citra Diri (self image) Imigran, dan Motivasi Akulturasi.

a. Kompleksitas struktur kognitif dari diri mahasiswa Gambia yaitu pada

awalnya mereka mempersepsikan bahwa Indonesia Negara yang ramah

seperti Negara mereka. Namun, ketika mereka telah mengenal lebih jauh

lingkungan Indonesia perlahan persepsi mereka sedikit berubah, seperti

halnya banyak yang kurang ramah dan sangat panas. Meskipun demikian,

mereka tetap membuka diri dengan lingkungan mereka.

b. Citra Diri (self image) yaitu ketika para mahasiswa Gambia melihat

lingkungan mereka dengan lingkungan Indonesia. Bagi mereka, cukup

banyak budaya Indonesia yang sama dengan budaya Gambia, seperti

Page 112: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

99

menghormati orang yang lebih tua, melepas sepatu ketika memasuki

ruangan dan masyarakat yang mayoritas Muslim.

c. Motivasi Akulturasi pada mahasiswa Gambia pada dasarnya mereka

memiliki motivasi yang sama yaitu untuk berkuliah di UIN Jakarta.

Selain itu, mahasiswa Gambia juga ingin belajar lebih dalam mengenai

budaya Indonesia terutama Islam yang ada di Indonesia.

2. Komunikasi sosial akulturasi yang terjadi pada mahasiswa Gambia bisa

berbentuk komunikasi antarpersona dan komunikasi massa. Dalam konteks

komunikasi antarpersona pada mahasiswa Gambia, sangatalah sulit untuk

dilepaskan di kehidupan keseharian mereka karena melihat status mereka

sebagai mahasiswa yang diharuskan untuk sosialisasi dengan mahasiswa

lainnya seperti diskusi di dalam kelas atau hanya menanyakan tugas saja.

Selanjutnya, dalam konteks komunikasi massa, baik mahasiswa Gambia

atau pun mahasiswa Indonesia terkadang menggunakan Google Translate

jika ada kesulitan ketika mereka sedang berkomunikasi satu sama lain.

3. Lingkungan Komunikasi juga sangat berpengaruh dalam proses akulturasi

mahasiswa Gambia. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa mahasiswa

Gambia tidak memiliki komunitas atau kelembagaan khusus bagi

mahasiswa Gambia. Kelembagaan yang ada saat ini tidaklah khusus untuk

mereka yang berasal dari Gambia saja atau pun dari Afrika melainkan

secara keseluruhan mahasiswa Asing yang ada di UIN Jakarta yaitu

International Office atau yang saat ini bernama Pusat Layanan Kerjasama

Internasional (PLKI). Melihat tidak adanya kelembagaan atau organisasi

Page 113: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

100

khusus, para mahasiswa Gambia dapat lebih sering melakukan komunikasi

yang memadai dengan masyarakat Indonesia sehingga dapat juga

mempercepat akulturasi pada mahasiswa Gambia.

B. Saran dan Harapan

Pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran yang

berkaitan dengan komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi (studi kasus pada

mahasiswa Afrika (Gambia) di Universitas Islam Negeri Jakarta) yaitu:

1. Peneliti berharap agar UIN Jakarta dalam menerima mahasiswa Asing dapat

memberikan mereka sarana dan prasarana yang memadai. Seperti halnya

tenaga pengajar yang mau menggunakan bahasa Inggris dalam

pembelajarannya sehingga para mahasiswa Gambia juga dapat lebih

memahami materi yang disampaikan.

2. Peneliti juga berharap kepada seluruh mahasiswa UIN Jakarta agar saling

ramah dan menghargai perbedaan kepada orang lain khususnya kepada

teman sekelas yang berbeda budaya.

3. Terakhir, peneliti berharap semoga Pusat Layanana Kerjasama Internasional

(PLKI) semakin sukses ke depannya dan semakin banyak mahasiswa Asing

yang mau berkuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 114: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

101

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Rosdakarya.

Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bakti, Andi Faisal. 2000. ‘Major Conflict in Indonesia, How can Communication Contribute to a Solution?’ Review of Human Factor. Vol. 6, no. 2. Canada: Desember.

Bakti, Andi Faisal. 2004. Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program. Leiden: INIS.

Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Denzin, N. K. dan Y. S. Lincoln. 2017. The Sage Handbook of Qualitative Research ‘5th Editions’. London: Sage Publications.

Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antarmanusia; Kuliah Dasar Edisi Kelima. Terj. Agus Mulyana. Pamulang: Karisma Publishing Group.

Dood, Charley H. 1991. Dynamics of Intercultural Communication. Dubuque: Wm. C.Brown Publishers. Lihat juga Alo Liliweri. 2007. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Gudykunst, William B. dan Young Yun Kim. 1973. Communicating with Strangers: An Approach to Intercultural Communication. Lihat juga Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. 2009. Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gudykunst, William B. dan Young Yun Kim. 2003. Communication with Strangers. New York: McGraw-Hill Companies.

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif ‘Teori dan Praktik’. Jakarta: Bumi Aksara.

Hajjaj, Muhammad Fauqi. 2013. Tasawuf Islam & Akhlak. Jakarta: Amzah.

Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika.

Page 115: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

102

Hybels, Saudra dan Richard L. Weaver II. 2007. Communicating Effectively. New York: McGraw Hill.

Kim, Young Y. 1976. Communication Patterns of Foreign Immigrants in the Korean Population in Chicago. Disertasi Ph.D. Northwestern University. Lihat juga Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. 2005. Komunikasi Antar Budaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Kim, Young Y. 1979. Mass Media and Acculturation: Development of an Interactive Theory. Makalah yang disajikan dalam konferensi tahunan the Eastern Communication Association, Philadelphia, Pennsylvania, Mei 1979. Lihat juga Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. 2009. Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Koentjaningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Liliweri, Alo. 2007. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Liliweri, Alo. 2007. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana. Deddy. 2005. Komunikasi Lintas Budaya ‘Pemikiran, Perjalanan dan Khayalan’. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. 2009. Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasdian, Fredian Tonny. 2015. Sosiologi Umum. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Nata, Abuddin. 2008. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Porter, Richard E., Larry A. Samovar dan Edwin R. McDaniel. 2010. Communication between Cultures. Terj. Indri Margaretha S. Jakarta: Salemba Humanika.

Rahman, Fazlur. 2017. Islam ‘Sejarah Pemikiran dan Peradaban’. Bandung: Mizan Pustaka.

Rogers Everett M., dan D. Lawrence Kincaid. 1981. Communication Network: Towards a New Paradigm for Research. New York: Free Press. Lihat juga Hafied Cangara. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Page 116: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

103

Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi. Ciputat: UIN Jakarta Press.

Ruben, B. D. 1975. “Intrapersonal, Interpersonal, and Mass Communication Process in Individual and Multi-Person Systems” dalam B. D. Ruben dan Y. Y. Kim, General System Theory and Human Communication. Rochelle Park: Hayden. Lihat juga Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. 2009. Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Schramm, Wilbur. 1955. The Process and Effects of Mass Communication. University Of Illinois Press Urbana. Lihat juga Suranto Aw. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Shoelhi, Mohammad. 2009. Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Soyomukti, Nurani. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Srijanti, Purwanto S.K. dan Wahyudi Pramono. 2007. Etika Membangun Masyarakat Islam Modern. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Syamhudi, Hasyim. 2015. Akhlak Tasawuf dalam Konstruksi Piramida Ilmu Islam. Malang: Madani Media.

Taylor, B. K. 1979. “Culture: Whence, Whither and Why?” dalam A. E Alcock, B. K. Taylor dan J. M. Welton, The Future of Cultural Minorities. New York: St. Martins’s. Lihat juga Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. 2009. Komunikasi Antarbudaya ‘Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya’. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tylor, Edward B. 2016. Primitive Culture Vol. 1. New York: Dover Publications.

Ubaidah, Darwis Abu. 2008. Panduan Akidah Ahlu Sunnah Wal Jamaah. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Watt, James H., Van den Berg, dan Sjef. 1995. Research Methods for Mass Communication Science. Boston: Allyn and Bacon.

Skripsi:

Mufarrikhah, Dewi. 2016. “Komunikasi AntarBudaya pada Proses Enkulturasi Mahasiswa Turki di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri.

Rodzik, Ali Abdul. 2008. “Akulturasi Budaya Betawi dengan Tionghoa (Studi Komunikasi AntarBudaya pada Kesenian Gambang Kromong di Perkampungan Budaya Betawi, Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan),” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri.

Page 117: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

104

Wawancara:

Wawancara dengan Bapak Rachmat Baihaky (Ketua PLKI) pada Kamis, 2 Maret 2017.

Wawancara dengan Fatou Diba (Mahasiswa Gambia) pada Jumat, 5 Mei 2017.

Wawancara dengan Abdou Barrow (Mahasiswa Gambia) pada Sabtu, 29 April 2017.

Wawancara dengan Famara Wassa Jawla (Mahasiswa Gambia) pada Sabtu, 29 April 2017.

Wawancara dengan Omar Samba (Mahasiswa Gambia) pada Sabtu, 29 April 2017.

Wawancara dengan Lamin Gitteh (Mahasiswa Gambia) pada Minggu, 11 Mei 2017.

Wawancara dengan Mam Mass Sey (Mahasiswa Gambia) pada Minggu, 11 Mei 2017.

Wawancara dengan Pamodou Faal (Mahasiswa Gambia) pada Kamis, 18 Mei 2017.

Wawancara dengan Alma Najmia (Mahasiswa Indonesia) pada Senin, 21 Mei 2017.

Wawancara dengan Rizki Ulia Latifah (Mahasiswa Indonesia) pada Senin, 21 Mei 2017.

Referensi Tambahan:

Database Mahasiswa Asing Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Akademik 2016-2017.

Laporan Kinerja Pusat Layanan Kerjasama Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016, Jakarta: Universitas Islam Negeri.

https://id.wikipedia.org/wiki/Gambia diakses 5 Juni dan 28 Juni 2017.

http://lp2m.uinjkt.ac.id/visi-misi/ diakses 17 Maret 2017.

Page 118: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

LAMPIRAN

Page 119: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada
Page 120: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Pedoman Wawancara

Nama : Rachmat Baihaky, MA

Jabatan : Ketua Pusat Layanan Kerjasama Internasional (PLKI)

Hari / Tanggal : Kamis, 2 Maret 2017

Waktu Wawancara : 11:30 WIB

Tempat Wawancara : Kantor Pusat Layanan Kerjasama Internasional (PLKI)

1. Bagaimana sejarah singkat Pusat Layanan Kerjasama Internasional (PLKI)?

Jawab: Kerjasama waktu itu awalnya adalah menerima mahasiswa asing jadi

ada mahasiswa asing awalnya itu segala sesuatu yang berkaitan dengan orang

asing di kampus awalnya iya ada mahasiswa ada dosen sehingga dibuatlah

international office yang fokus atau tugas intinya adalah mengurusi masalah

keimigrasian orang-orang asing, informasi terkait uin, terkait jakarta, terkait

jawa, terkait Indonesia kepada orang-orang asing pendampingan terhadap

orang-orang asing maka segala sesuatu yang berkaitan dengan orang asing

gitu makannya dinamakan sebagai International Office. Kemudian darisana

bergerak ada kerjasama-kerjasama yang dilakukan oleh Universitas gitu, nah

karena IO itu adalah satu-satunya yang menjalankan fungsi kerja yang

berkaitan dengan internasional maka kerjasama maka kerjasama itu

dimasukkan ke dalam IO. Nah terus seiring dengan perkembangan kebutuhan

seluruh universitas di dunia untuk melakukan kerjasama membuka program

kerja dengan universitas mitra yang ada di luar negeri datanglah banyak

kerjasama-kerjasama dari antar universitas. Dan disanalah kemudian

namanya diganti menjadi PLKI (Pusat Layanan Kerjasama Internasional).

Akhirnya dinamakan sebagai Pusat Layanan Kerjasama Internasional yang

didalamnya juga menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan

mahasiswa asing dosen asing peneliti asing nah sempet waktu itu fokusnya

ada di kerjasama bahkan tidak mau mengurusi mahasiswa asing sehingga

perekrutan mahasiswa asing tidak menjadi prioritas. Jadi pernah ada satu

Page 121: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

periode mahasiswa UIN tuh sedikit sekali yang asing. Maka asumsi tadi

bahwa kita fokusnya di kerjasama internasional saja tidak di mahasiswanya.

Nah ternyata yang memiliki kontribusi besar untuk menjadikan sebuah

universitas itu menjadi world class university adalah salah satunya memiliki

jumlah mahasiswa asing yang banyak hingga 10% dan sekarang belum

sampai 10%. Karena baru pada periode bapak rektor Dede Rosada.

2. Sejak kapan nama International Office diganti menjadi Pusat Layanan

Kerjasama Internasional?

Jawab: Itu kalau saya tidak keliru Dirubah sejak 200… diatas 2010 deh.

3. Mengapa Bapak yakin kalau UIN akan dilihat oleh mahasiswa Muslim

khususnya di negara-negara Muslim untuk mereka mau berkuliah di sini?

Jawab: Melihat kondisi terakhir situasi politik ekonomi di Timur Tengah,

misalnya kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk mahasiswa asing

untuk belajar di sana dengan kondisi keamanan dan seterusnya sejak Arab

Spring (2010). Nah dengan seperti itu maka ada negara-negara Islam yang

lain yang menjadi alternatif dari destinasi studi bahkan negara-negara Timur

Tengah itu ada yang beberapa mahasiswanya ke UIN sini, jadi, mahasiswa

kita ada yang berasal dari Timur Tengah. Itu artinya kita sudah menjadikan

Indonesia (UIN) sebagai tujuan studi. Apalagi mahasiswa dari negara-negara

Eropa, mereka tidak akan belajar Islam di Arab karena situasi yang tidak

memungkinkan maka mereka akan mencari negara-negara yang aman,

negara-negara Islam, negara-negara yang mayoritas muslim yang aman. Nah

permasalahannya adalah mengenai adalah terkait masalah Bahasa Inggris

banyak negara-negara timur tengah yang pergi ke Malaysia karena

penggunaan Bahasa inggris di sana sangat baik begitu jadi mereka merasa

terbantu kalau misalkan penduduknya banyak yang bisa berbahasa Inggris.

Jadi, sebaliknya belum menjadi prioritas padahal apa namanya melihat dari

kesiapan suprastrukturnya semua udah matang tinggal bagaimana kemudian

sorry infrastrukturnya semua udah matang jadi bagaimana meningkatkan

kualitas.

Page 122: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

4. Acara apa saja yang telah diadakan oleh PLKI untuk mempertemukan

berbagai produk riset dan pengabdian masyarakat dengan masyarakat

internasional terutama pada mahasiswa asing guna memperkuat distingsi

keilmuan, keindonesiaan dan?

Jawab: Ya tentu saja kita target kita dalam merekrut mahasiswa asing adalah

untuk yang paling pertama adalah memberikan wajah baru dari keislaman di

Indonesia melalui pendidikan di kampus sehingga mereka tau bagaimana

Islam nusantara itu kaya apa, seperti apa. Yang kedua, tentu saja ada agenda

kebangsaan kebudayaan bagaimana kemudian mereka itu mengenali budaya

kita dan seterusnya. Dan yang ketiga adalah kita ingin menjadikan

mahasiswa-mahasiswa asing ini sebagai duta, duta bangsa di negara masing-

masing ketika mereka lulus sementara kita berharap mereka bisa lulus

secepat dan harapan kita mereka bisa masuk di lembaga-lembaga

pemerintahan di negara mereka, kalau misalkan jadi duta besar atau diploma.

5. Sebelumnya saya bertanya kepada Mba Novi (Staf di PLKI) bahwa Visi dan

Misi PLKI mengikuti Visi dan Misi di LP2M, betul pak?

Jawab: Visi misinya itu tentu payungnya adalah Knowledge, Piety,

Integrity nah dalam merealisasikan kerjanya itu tentu saja mengikuti LP2M

karena kita berada dibawah LP2M itu ada lima pusat yang berada di bawah

LP2M maka kita wajib mengikutinya. LP2M kan misalkan kaitannya dengan

kerjasama dengan universitas lain nah karena kerjasama dengan universitas

lain itu umumnya masalah program-program pengertian pertukaran

mahasiswa dan mereka yang kedua ini kan Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat (LP2M) jadi mereka menjadi ujung tombak

kerjasamanya programnya.

6. Berapa lama masa jabatan menjadi kepala di PLKI?

Jawab: Itu sama seperti periode jabatan pak rektor.

Page 123: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

7. Berapa lama pembuatan perizinan tinggal dan belajar untuk mereka

mendaftar berkuliah di Indonesia atau UIN?

Jawab: Untuk pembuatan perizinian itu sebenernya kalau normalnya itu dua

minggu selesai tapi karena banyak yang harus di proses terutama terkait

masalah keamanan negara jadi kadang-kadang suka molor sampai satu bulan

tapi masih normal lah dan kalau perizinan tinggal dan belajar dibuat disini.

8. Masalah dalam berkomunikasi kemungkinan akan dialami oleh mahasiswa

asing baik antar mahasiswa atau dalam kegiatan KBM. Lalu adakah

ketentuan khusus untuk dapat mengerti bahasa Indonesia atau PLKI

mempunyai kelas khusus bagi para mahasiswa asing?

Jawab: Mereka (mahasiswa asing) diwajibkan kursus Bahasa Indonesia dari

PPB (Pusat Pengembangan Bahasa). PPB sendiri itu punya UIN.

9. Dalam paragraf terakhir “Perlakuan-perlakuan dari mahasiswa lokal

(Indonesia) pun dapat dijadikan masalah utama.” Apakah pernah ada

mahasiswa asing yang memberi tahu pihak PLKI bila ia mendapatkan

perlakuan tidak menyenangkan dari mahasiswa lokal? Kalau ada, seperti apa

perlakuan tersebut? Dan adakah penindak lanjutan dari pihak PLKI?

Jawab: Ada beberapa ya sebenernya ini bukan masalah rasis tapi lebih kepada

salah paham misalkan mahasiswa asing kurang mengerti bagaimana

masyarakat Indonesia itu bergaul gitu ya misalkan bercanda yang berkaitan

dengan fisik di Indonesia itu kan umumnya biasa ya misalkan bilang orang

kribo muka lu item biasa tapi bagi mereka yang memiliki apa ya sejarah

panjang yang tidak baik itu menjadi permasalahan buat dia misalkan orang

Vietnam, orang Vietnam itu sangat sakit hati kalau dibilang manusia perahu

gitu kan karena dianggap illegal mereka masuk ke Amerika menerobos

Amerika tanpa surat-surat. Tapi kan Colombus juga masuk ke Amerika juga

ga pake surat-surat terus ngebunuhin orang Dayak lagi apa kenapa dia ga

dibilang manusia perahu. Maksud saya orang Vietnam itu disebut manusia

perahu oleh orang Amerika, oleh orang seluruh dunia kenapa mereka disebut

manusia perahu karena masuk ke negara-negara tadi tidak pakai dokumen

Page 124: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

orang gelap karena melalui jalur laut dan itu menjadi label buruk buat mereka

tapi James Cook ke Australia pakai perahu dan ngebunuh orang Aborigin.

Enga ini serius ini saya tuh kasian sama orang Vietnam kenapa anda sebut

orang Vietnam manusia perahu, dia mau nyari aman, negaranya perang

waktu itu yang ngerjain juga kamu (orang Amerika). Colombus pergi ke

Amerika juga pakai perahu dan Colombus itu ngebunuhin orang Dayak eh

apa orang Indian kenapa dia enga dibilang manusia perahu padahal lebih

sadis membunuh orang Vietnam masuk pake perahu cari keamanan mereka.

Makannya kaya gini kan bawaan sejarah sebenernya sehingga kesini enga

bisa dibilang bercanda karena kalau kita bercanda dengan orang enak tapi

belum tentu sama orang lain bagus gitu.

10. Biasanya awal masuk kuliah pelayanan apa saja yang dilakukan IO terhadap

mahasiswa baru asing terutama mahasiswa Afrika?

Jawab: Biasa, seperti mahasiswa biasa dokumen ya proses dokumen.

11. Selain menjadi jembatan antara mahasiswa asing dengan universitas, adakah

hal lain?

Jawab: Asrama ya, asramanya sama digabung sama yang lokal.

12. Adakah program-program khusus yang diberikan PLKI terhadap mahasiswa

asing? Jika ada, apakah tujuan dari program tersebut?

Jawab: Ya pengenalan budaya kan gitu kan (seperti culture day) iya.

Pengenalan budaya kemudian pendalaman Bahasa Indonesia.

13. Adakah program konseling bagi mahasiswa asing?

Jawab: Konseling ada tapi kita belum ada tenaga konsulnya belum ada tenaga

khususnya jadi masih staff aja yang melayani. Rencananya kerjasama dengan

fakultas psikologi tapi maksud saya, saya sampai sekarang belum ada yang

tenaga bersertifikat.

Page 125: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

14. Apakah mahasiswa Afrika cukup sering melakukan konsultasi terkait

perkuliahan mereka atau terkait kehidupan sehari-harinya Baik masalah

pribadi, teman dan lingkungan?

Jawab: Yang tadi. Iya itu mereka yang paling sering.

\

Narasumber Peneliti

(Rachmat Baihaky, MA) (Vicky Dianiya)

Page 126: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Pedoman Wawancara

Nama : Abdou Barrow, Famara Wassa Jawla dan Omar Samba. (Mahasiswa Gambia)

Fakultas : FISIP

Hari / Tanggal : Sabtu, 29 April 2017

Waktu Wawancara : 13:30 WIB

Tempat Wawancara : Kantor Pusat Layanan Kerjasama Internasional (PLKI)

1. Bagaimana perasaan Anda ketika Anda mulai tinggal di Indonesia?

Jawaban:

Famara

Pertama kali tinggal di sini salah satu masalah yang saya punya adalah

komunikasi ya komunikasi dengan orang Indonesia dan makanannya kan di

Gambia dengan di sini bahan-bahannya untuk makanan sama tapi

masakannya beda jadi susah untuk adaptasi itu.

Abdou

Parasaan saya ketika di Indonesia saya senang sebenarnya cuma kadang-

kadang perasaan home sick tapi senang tinggal di Indonesia.

Omar

At first I felt very happy and confused too as I couldn't communicate with

Indonesia people due to the language barrier. It was very hard for us to

communicate with people.

2. Bagaimana perasaan Anda ketika Anda berjumpa dengan orang-orang yang

berbeda budaya dengan Anda?

Jawaban:

Famara

Saya selalu senang kalau berjumpa dengan orang yang berbeda budaya

dengan saya.

Page 127: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Kalau ketemu orang tersebut, saya memahami apa persamaan di antar budaya

orang itu dan budaya saya. Dan itu sangat penting untuk di pelajari sebab itu

saya bisa mengakomodasi saya sindiri untuk hidup di budaya tersebut.

Abdou

Kalau bertemu dengan orang yang berbeda budaya perasaan saya basically

we have different feeling with this cultures Indonesia and Gambia Afrika

salah satunya kalau budaya itu bahasa yang disebut oleh teman Famara

karena bahasa sudah masuk ke budaya dan bahasa is very difficult.

Omar

I think is the same probably, that bahasa to communicate with the people very

difficult because you have to communicate with them. So you can understand

each other but if you can’t communicate with people it will be miss

understanding.

3. Bagaimana perasaan Anda ketika melihat lingkungan baru yang berbeda

dengan budaya Anda?

Jawaban:

Famara

Kepada saya sendiri kalau melihat lingkungan yang baru yang saya belum

pernah lihat itu senang. Dari pertama kali saya di sini saya senang untuk

berinteraksi dengan orang Indonesia karena ada yang bisa bahasa Inggris jadi

bisa di campur dengan bahasa Inggris. Jadi saya senang dapat bertemu

dengan mereka orang Indonesia, dengan budaya ysng bervariasi dari berbagai

tempat dan makanan Indonesia enak.

Abdou

Pertama kali melihat Indonesia, sebenarnya ada salah satu perasaan yang saya

rasakan yaitu adalah beda orang, beda lingkungan dari Gambia, beda cuaca

juga jadi ada beberapa hal yang saya sudah lihat di sini yang berbeda. Ya

basically senang tapi pertama kali saya datang di sini di Bandara Soekarno

Hatta perasan yang saya punya yaitu senang di tempat itu tapi sedih juga

karena cuacanya sangat panas waktu itu. Is very hot, so I feel like Oh my God

Page 128: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

for this situation. Di sana mungkin semuanya panas tapi di sini lebih panas.

Jadi tinggalnya di sini lingkungan baru senang sebenarnya hanya panas saja.

Omar

Ya senang juga. But little bit homesick. But the experience like going to be

new environment, see new people, new budaya. So, we like a lot if you move

to another new environment, we like a lot different cultures between Gambia

and Indonesia and see people behave is different. Senang tapi homesick little

bit.

4. Apakah sebelum Anda pergi ke Indonesia mencoba untuk mencari tahu

bagaimana budaya di Indonesia? Jika iya, bagaimana menurut Anda budaya

Indonesia dan darimana saja Anda mengetahuinya?

Jawaban:

Abdou

Kalau saya sendiri, sebenarnya saya tidak cari budaya tentang Indonesia atau

apa pun, saya tidak cari spesifik about Indonesia.

Omar

Aku cari mengenai budaya, agama di Indonesia melalui internet. Aku tau

agama di Indonesia mayoritas adalah Muslim atau Islam. Dan tau juga di sini

lebih panas daripada Gambia. Sebelum kesini.

Famara

Sebelum saya kesini saya tinggal di Malaysia jadi waktu itu lagi proses daftar

untuk masuk kuliah di sana tapi belum sukses karena ada kesulitan. Jadi kenal

Indonesia dari Kedutaan Gambia di Malaysia, jadi langsung kesini belum cari

tau lagi mengenai Indonesia, berapa jam kesana, langsung kesini. Kedutaan

Gambia bilang di Indonesia ada banyak sekali perkuliahan murah yang kamu

bisa masuk jadi saya langsung kesini, belum cari belum apa pun dan langsung

daftar untuk mendapatkan visa dan beli tiket langsung kesini.

5. Bagaimana pemikiran Anda mengenai budaya Indonesia sebelum kalian

datang ke Indonesia?

Jawaban:

Page 129: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Omar

For me, when I check, I know that the majority of Indonesian population is

Muslim. So I think, this is a good place to live because I am Muslim. I

thought like that before I came to Indonesia.

Abdou

Saya memang tidak mencari apapun mengenai Indonesia tetapi saya

mempunyai salah satu pemikiran karena saya tau dari pamanku yang kuliah di

sini juga katanya mayoritas di Indonesia Islam, saya kira kalau mayoritas

Islam saya juga Islam. Kalau menurut agama Islam semua orang yang

Muslim itu bersaudara, jadi saya punya pikiran itu mungkin saya tidak punya

kesulitan apa pun tentang berinteraksi sama mereka-mereka yang Muslim

karena saya juga Muslim.

Famara

Ya saya perasaannya sama sebelum ke sini, beliau bilang di Indonesia

mayoritas Muslim dan saya bilang, ya kalau Muslim aku senang karena aku

Muslim juga jadi apa sulitnya aku juga bisa.

6. Apakah menurut Anda ada beberapa kemiripan budaya antara budaya

Indonesia dan Gambia?

Jawaban:

Abdou

Because when you look at budaya, yes of course setiap Negara punya budaya

yang hampir sama dengan budaya lain di Negara lain. So basically. We have

same feeling, similar culture all Gambian culture seem the same as in

Indonesia. Maybe the only different is a language and then like the

environment is different. But family culture and hamba system atau Tuhan

yang disembah is the same.

Omar

I think that’s so small similar because if you check the food is almost different

but I think we have one thing that’s the same is that nasi goreng. In Gambia

we also have nasi goreng. And I think like Islam that’s the same too. We have

Islamic acara is also the same.

Page 130: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Famara

Ya ada banyak perbedaan dengan budaya Indonesia dengan budaya Gambia

dan ada sedikit persamaan misalnya di sini yaitu semua ke luarga tinggal

bersama dan ada hak dari orang tua dari bapak dari anak pertama, anak yang

lain juga ada hak diantaranya. Semua tinggal bersama, kalau orang jika

wanita menikah ke luar bersama laki-laki atau suaminya.

7. Apa motivasi Anda datang ke Indonesia?

Jawaban:

Abdou

Kalau saya salah satu motivasi yang membuat aku kesini yaitu kuliah, to have

my S1 in Indonesia.

Omar

Tujuan utama aku juga kuliah, dan yang kedua karena di sini mayoritas Islam

dan I also want to learn about Islam in Indonesia.

Famara

Kuliah ini pertama, lalu saya bisa belajar bisa tahu bagaimana Muslim di

Indonesia, hidupnya bagaimana apakah ada perbedaan seperti perbedaan

mahzab. Di sini ada beberapa mahzab dan di Gambia juga ada. Mahzab di

sana Imam Malik dan di sini Imam Syafi’i dan Hanafi.

8. Bagaimana Anda mengatur diri Anda agar Anda merasa nyaman terhadap

objek-objek dan orang-orang disekitar Anda saat ini?

Jawaban:

Famara

Saya diri sendiri ya 80% nyaman 20% tidak nyaman ya kadang-kadang ada

diskrisminasi dari luar, ada diskriminasi dari tempat tinggal tapi bukan

semuanya ada sedikit orang yang seperti itu. Dan kadang-kadang ada yang

enga nyaman tapi yeah just like that.

Abdou

First of all I make myself comfortable in Indonesia by accepting because the

one of the thing I take will be tolerated atau di toleransi atau I have to be

Page 131: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

tolerant. Kalau saya tidak di toleransi tinggal di sini mungkin menjadi sulit

untuk saya. Because when I see people, ya ada beberapa orang yang saya lihat

mereka aman, friendly like that tapi ada beberapa juga yang sepertinya

menurut mereka atau keliatan mereka, how they look at me and how they

think about me ada diskriminasi karena ada beberapa nama-nama yang

mereka panggil aku kalo di jalan kalau atau di mana pun tapi saya fokus dan

berfikir bahwa ini biasa saja gapapa and I feel I have to tolerate. Ada yang

panggil nama-nama tapi sekarang enga karena mereka sudah tau kita ini dari

pada dahulu. So one of things is to tolerate atau bertoleransi.

Omar

Yes I think is almost the same with them. Like is multicultural thing and

another culture is different but not everyone have tolerance too. Ada yg tidak

memiliki tolerance too. Ada yang enga toleran kamu, so we have to tolarete

them dan mencoba untuk biasa saja with that’s situation.

9. Apakah Anda seseorang yang senang mencari suasana baru seperti berteman

dengan orang yang berbeda budaya?

Jawaban:

Famara

Ya saya senang banget bertemu dengan orang Indonesia dari Papua, dari

Bandung, dari mana-mana. Saya mau keliling kemana-mana. Saya pernah ke

Surabaya, pernah ke Bandung, pernah ke Ciamis, ya di luar sana beda. Di sini

panas, di luar sejuk. Udara di luar Jakarta lebih enak dari pada di sini jadi

senang.

Abdou

Yes almost the same like I feel like okay to meeting with Indonesian people, it

is fun mengenal dari daerah mana saja kamu berasal. Saya senang banget.

Omar

I'm also happy because when meeting new friends, I know their cultures and

we realize that we are different. Yes, I am very happy.

Page 132: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

10. Apakah Anda pernah merasa terasingkan, rendah diri, malu dan sebagainya

saat di Indonesia? Jika iya, apa yang Anda lakukan agar Anda tidak lagi

merasa seperti itu?

Jawaban:

Abdou

Yang tadi panggil nama-nama and they look at me aneh ya just I have

tolerate.

Famara

Kalau kamu ke luar ke tempat di mana kamu yang beda sendiri, pasti ada

perasaan tidak enak, tapi hanya toleransi yang mengobati. Kadang-kadang

merasa malu, misalnya ketika saya ke mall dan banyak orang yang

memperhatikan saya, itu membuat saya malu. Kadang ada yang bilang

pemain bola, orang Papua, orang ini dan itu. Malu tapi hanya bisa

mengakomodasi diri sendiri.

Omar

The same sometimes malu, when you get into public like if you use something

and you of the only one different so people look at you and I feel malu and I

try to be comfortable and sometimes try to talk with someone like say ‘Hai.

apa kabar?’ so just try to talk with them.

11. Makanan Indonesia apa yang kalian sukai?

Jawaban:

Famara

Nasi Padang, nasi goreng, nasi uduk ya banyak makanan Indonesia yang saya

suka. Dan yang pertama kali saya tidak bisa makan di sini adalah bubur ayam,

bubur ayam pertama kali aneh. Di sana ada bubur tapi di sana bubur dengan

susu dan gula. Kalau di sini bubur ada ayam, yang saya tau ayam dengan nasi

bukan dengan bubur. Tapi sekarang bisa makan dan suka.

Abdou

Makanan favorit saya yaitu nasi goreng karena itu makanan pertama yang

saya bisa makan karena mirip dengan makanan yang ada di Gambia.

Masakannya beda tapi hampir sama, mirip banget. Dan yang kedua yang

Page 133: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Famara sebut bubur ayam, dulu saya fikirnya sama karena bubur di sana

pakai gula atau susu tapi di sini ayam kalau ayam itu saya tidak tahu.

Akhirnya saya ke luar bersama teman, dan dia bertanya ‘kamu sudah pernah

makan bubur ayam?’ dan saya bilang tidak lalu dia bilang ‘ayo coba’. Saya

makan dan ternyata rasanya enak saya menjadi suka bubur ayam.

Omar

Nasi goreng dan nasi padang juga tapi enga suka bubur ayam dan bakso.

Famara

Saya juga suka bakso, bakso mercon yang pedas. Tetapi pare, jengkol, pete

saya tidak mau coba.

Abdou

Saya juga suka bakso tapi sekarang saya kurang percaya makan bakso karena

teman saya bilang sesuatu tentang bakso yang membaut saya berfikir aneh

tentang bakso.

Famara

Kalau nasi goreng di sana tidak ada kecap manis dan cara masaknya juga

beda tapi kelihatannya sama. Tapi di sana juga ada beberapa sayur yang bisa

langsung dimakan bersama nasi goreng itu atau ayam atau telur. Lontong juga

pernah saya makan dan itu enak.

12. Apakah Anda tetap melihat label halal ketika Anda makan di Indonesia? Atau

Anda sudah yakin dengan makanan yang ada di Indonesia?

Jawaban:

Famara

Kalau saya ke Alfamart Alfamidi mau beli sesuatu di dalam kemasan saya

selalu lihat apakah ada logo halal atau tidak. Karena saya merasa saya harus

lihat.

Abdou

Saya jarang melihat apakah halal atau non halal. Tapi saya punya pikiran

karena di sini mayoritas Muslim jadi makanannya harus halal.

Omar

Aku yakin semua halal.

Page 134: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

13. Apakah Anda merasa kesulitan jika sedang berkomunikasi dengan mahasiswa

Indonesia?

Jawaban:

Abdou

Dulu iya ada kesulitan karena pertama kali kesini langsung belajar bahasa

Indonesia tapi bahasa yang saya pelajari itu bahasa formal tapi sama teman di

luar mereka pakai bahasa yang tidak formal, bahasa gaul. Jadi ada beberapa

kata-kata yang mereka gunakan saya tidak tahu itu. Tetapi sekarang saya

sudah membiasakan bahasa non formal, seperti lu, gue dan lain-lain saya

paham tapi dulu tidak karena saya itu tidak belajar di Pusat Bahasa bahasa

Indonesia yang seperti itu.

Famara

Kalau gunakan bahasa formal ada yang tertawa dan saya fikir ‘ini bahasa

Indonesia atau enga, kenapa mereka tertawa’ ya dan mereka bilang jarang

kita menggunakan bahasa formal, kalau di tulisan iya bahasa formal, tapi

hanya berbicara dengan teman-teman tidak pakai bahasa formal. Saya sudah

bisa sedikit bahasa non formal, seperti gue, lu, ya lebay dan sekarang sudah

mulai bicara non formal tetapi selalu perhatikan agar tidak dicampuri kalau

bicara dengan orang yang lebih tua. Sekarang sudah sering pakai enga

bersama teman-teman tapi dengan yang lebih tua saya pakai tidak. Tapi

kadang saya tidak tahu apakah bilang dengan enga atau tidak.

Omar

Ya sama dengan mereka yaitu bahasa. Pertama kali susah. Untuk sekarang

Alhamdulillah sedikit lancar.

14. Bagaimana cara Anda mengatasi kendala yang terjadi ketika Anda

berkomunikasi dengan teman-teman Anda mahasiswa Indonesia?

Jawaban:

Famara

Kalau saya selalu catat, kata yang baru dengar catat di handphone atau tanya

ini apa ke teman.

Page 135: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Abdou

Kalau saya mendengar kata-kata baru, ya saya catat atau saya tulis nanti kalau

bertemu dengan dosen di Pusat Bahasa saya tanya dia, dan dia suka berkata,

‘Kamu tau ini dari mana’ dan saya jawab: ‘Dari teman’ lalu, ‘Oke ini

maksudnya ini tapi ini bukan bahasa yang formal, bahasa formalnya adalah

ini. Dia selalu menekankan penggunaan bahasa yang formal karena takutnya

kalau saya sudah biasakan dengan bahasa yang nonformal mungkin kalau

ngomong dengan orang yang tua takut saya memakai bahasa yang tidak

formal.

Omar

Cari di google translate, sometimes tulis dan juga tanya ke teman saya ‘Ini

apa, maksudnya apa, dalam bahasa Inggris bisa dijelaskan’ seperti itu.

15. Menurut Anda, apakah Anda seseorang yang sulit atau seseorang yang mudah

dalam berinteraksi dengan orang yang berbeda budaya?

Jawaban:

Famara

Tergantung dari orang seperti apa yang ditemui. Di sini banyak orang

Indonesia yang tidak sulit berkomunikasi dengan kita. Kalau mereka tahu

agama kami, salah satu yang mereka akan tanya, ‘Apakah kami Muslim?’

Kami jawab: ‘Ya. Muslim.’ Mereka langsung bilang: ‘Alhamdulillah’. Mulai

lah kita berkomunikasi. Ya kalau ada sesuatu yang misalnya enga tahu

tentang kami, mereka bilang itu sulit, karena ada orang yang mulai

komunikasi dengan kamu dan pertanyaan-pertanyaan yang rasanya tidak enak

didengar. Misalnya bilang, ‘Kenapa kamu hitam?’ Komunikasinya akan sulit

akan punya perasaan yang tidak enak; jadi untuk menjawabnya sulit. Kalau

ada yang bilang ‘Hai, assalamu’alaikum apa kabar?’ ya itu mudah.

Abdou

Sama, saya punya beberapa kali kesulitan untuk berkomunikasi dengan

teman-teman di kampus. Ada saya belum kenal sama dia sebenernya hanya

bertemu katanya ‘hai’ dan dia bilang ‘Kamu dari Afrika ya?’ saya bilang ‘Iya,

kenapa?’ dia bilang ‘Saya dengar dari, saya baca dari berita di Afrika ada

Page 136: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

orang yang ngomong seperti ini *klok klok klok* perasaan saya tidak enak

karena itu tidak benar. Mungkin dia mau mendiskriminasi atau saya gatau

tapi saya melihat dia ini ‘kenapa kamu, kamu dengar itu darimana dan Negara

mana yang ngomong seperti itu?’ ‘Ya saya mendengar saja’ tapi komunikasi

sama dia sulit banget tidak panjang juga. Saya bilang ‘oke nanti saja’ ada

beberapa yang komunikasinya sangat sulit ada yang enak banget kalau seperti

disebut oleh Famara.

Omar

Yeah sometimes sulit sometimes tidak sulit. Ada orang yang malu bicara sama

saya dan sometimes ada yang mau berkomunikasi dengan saya, sometimes

ada yang gamau.

Abdou

Kalo dari mereka yang dulu mulai ya karena saya perasaan ini kadang-kadang

kalau saya mulai kamu gamau ngomong sama saya tapi saya selalu mau

ngomong sama kamu. Kalau mulai tidak mau.

Omar

Sometimes I start to communicate sometimes not.

Famara

Ya saya kalau mau mulai komunikasi dengan orang, pertama kali yang saya

lihat adalah mukanya dulu, ini teknik saya. Jadi, lihat dulu orangnya, kalau

saya lihat orang tersebut lalu saya senyum dan dia enga senyum, saya takut,

tapi kalau respons dari dia senyum juga bila saya senyum, ya saya langsung

mencoba berbicara dengan dia.

16. Bagaimana sikap teman-teman Anda mahasiswa Indonesia terhadap Anda

selama Anda tinggal di Indonesia?

Jawaban:

Abdou

Kalau saya sendiri attitude mereka baik ya karena saya akan ambil contoh

dari kelas saya teman-teman yang saya ada satu kelas dengan mereka, sikap

mereka baik. Mereka suka bercanda dan senyum dan main. So for me, they

attitude is good and then kalau di luar kelas juga ada beberapa yang suka

Page 137: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

senyum saya bilang ‘Orang Indonesia biasanya mereka suka senyum-senyum

terus dan bercanda juga, very very good’.

Omar

They attitude bagus ya di kelas. Everyone is good. They want to talk to all.

So, sometimes they want to hangout also.

Famara

Yes, the same. Dikelas saya semuanya teman di dalam kelas di luar kelas ada

beberapa orang yang kenal saya. Di luar kampus juga banyak banget teman.

Kalau diskriminasi itu bukan semuanya, itu hanya beberapa sedikit orang

yang mungkin gatau hanya tau apa yang ada di Indonesia. Mereka gatau ada

apa di luar. Kalau ketemu sama orang yang dari luar, they have the feeling

you know.

17. Adakah hal-hal yang membuat Anda tidak nyaman ketika Anda berinteraksi

dengan mahasiswa Indonesia? Jika ada, apakah itu dan bagaimana Anda

mengatasi interaksi tersebut agar tetap berjalan dengan lancar?

Jawaban:

Abdou

Kalau saya nyaman berinteraksi sama mereka. Cuma satu kali saya punya

perasaan itu lagi ngomong sama teman ada seseorang yang saya belum kenal

sama dia sebenarnya. Dia lagi berteduh liat aku lagi ngomong sama teman

saya jadi dia pakai jarinya lalu mencolek-colek tangan saya. Dan saya tanya

‘Ini kenapa?’ Apakah ini serius, mungkin dia kira warna kulit ini bisa di

gosok atau berubah. Saya bilang, ‘Kenapa kamu seperti ini?’ dia bilang ‘Maaf

maaf maaf’ tapi saya fikir seperti itu.

Omar

Ya sama, tapi tidak ada yang mencolek colek saya. Semuanya nyaman saja.

Famara

Ya kadang kadang ada teman pertama kali mungkin belum kenal dengan baik

hanya mengenal ‘nama saya Famara, nama saya Iwana tau nama saya ini’ dan

pernah ada tugas di kelas mereka belum kasih ke saya dan saya harus ke

dosen untuk laporan karena deadline nya udah ini, tidak tau apa ada tugas,

Page 138: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

dan dosen bilang ‘Ayo kumpulin tugas’ dan saya ‘Aaa tugas? kapan? kenapa

ga di ini?’ saya udah join grup wa dan line tapi di pagi ada seribuan message,

enga bisa ya berapa jam ya liat semuanya sampai ketemu ini tugasnya. Sulit

kan hanya buka dan tutup lagi. Tapi sekarang kalau ada tugas dosen akan

kasih atau ketua kelas akan kasih tau. Alhamdulillah.

18. Apakah ada kelembagaan atau organisasi bagi mahasiswa Gambia di UIN?

Jawaban:

Famara

Khusus untuk mahasiswa asing ada dan untuk Gambia ada juga. Di mahad

semua ada orang Gambia namanya GAM-INDO. Gam Indo artinya Gam =

Gambia, Indo = Indonesia jadi.

Omar

Gambia yang di Indonesia.

19. Apakah Anda lebih sering bersama teman-teman Anda yang sama-sama

berasal dari Gambia / organisasi Gambia Anda atau dengan teman-teman baru

Anda?

Jawaban:

Abdou

Saya lebih sering ke teman-teman Gambia.

Famara

Saya dari Senin ke Jumat selalu di Mahad bersama orang-orang Gambia tapi

Jumat sore sampai Minggu ke luar, jalan-jalan keliling dengan teman

Indonesia.

20. Apakah Anda tertarik untuk belajar budaya Indonesia lebih mendalam?

Jawaban:

Famara

Ya kalau ada pernikahan undang saya, saya selalu mau ke pernikahan. Ada 3

pernikahan yang sudah pernah saya datangi. Tapi semuanya beda sampai

sekarang mau lihat, apakah ada yang beda lagi. Ya dan musiknya juga

Page 139: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

banyak, musik dangdut. Pertama musik yang saya dengar itu musik dangdut

dari Cita Citata dengar dari Malaysia tapi belum tau ini lagu dari Indonesia.

Kalau kesini dengar-dengar ‘oooo saya udah tau’ dan mulai cari tau ini kalau

ini music dangdut, music band Wali, saya juga baru tau kemarin kalau band

Wali dari UIN.

Abdou

Yeah I’m interested dengan budaya Indonesia, like dancing. Kemarin liat

acara di Fisip mereka menampilkan tarian budaya Aceh ya Saman. Is very

very nice. I like that. Aku sampai bilang ‘Oh my God is very very nice’. I am

really interested and I want to explore budaya Indonesia like Aceh is good,

Papua, Yogyakarta, saya mau kesana Insha Allah.

Omar

Yeah I am really interested budaya Indonesia, especially that dance and

different language. So many language in Indonesia. Java language and so

many difficult language and also that dance.

Narasumber Narasumber Narasumber

(Abdou Barrow) (Famara Wassa Jawla) (Omar Samba)

Peneliti

(Vicky Dianiya)

Page 140: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Pedoman Wawancara

Nama : Fatou Diba (Mahasiswa Gambia)

Fakultas : FST

Hari / Tanggal : Jum’at, 5 Mei 2017

Waktu Wawancara : 14:00 WIB

Tempat Wawancara : Asrama Putri Kedokteran

1. Bagaimana perasaan Anda ketika Anda mulai tinggal di Indonesia?

Jawaban: Well the environment was very different, see different people, and

it’s very hot when I came here first time and it’s was difficult for me too is

sleep at night because waktunya di Negara saya berbeda, malam di sana, di

sini pagi. It was very difficult to adapt this situation.

2. Bagaimana perasaan Anda ketika Anda berjumpa dengan orang-orang yang

berbeda budaya dengan Anda?

Jawaban: Indonesia is very big, you see different people, different cultures,

some people light, some people black, some people racist. So it was very

difficult for me, especially when you go to class, some people welcome you,

some people when you sit behind dia langsung berpindah tempat. Sometimes

ada racist, biasanya di luar kelas. Seperti di angkot, kami duduk di samping

seseorang mereka pindah.

3. Bagaimana perasaan Anda ketika melihat lingkungan baru yang berbeda

dengan budaya Anda?

Jawaban: Indonesia is big, my country is small. In my country people are very

friendly, while in Indonesia, people are not friendly. So both are very

different. In Indonesia, the roads banyak macet jadi kamu harus punya motor.

In my country yang mempunyai motor hanya sedikit. Di sini banyak motor, it

is so noisy. In Indonesia, all the time is busy, morning, afternoon, evening,

night. Indonesian people seem doesn’t never sleep.

Page 141: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

4. Apakah sebelum Anda pergi ke Indonesia mencoba untuk mencari tahu

bagaimana budaya di Indonesia? Jika iya, bagaimana menurut Anda budaya

Indonesia dan darimana saja Anda mengetahuinya?

Jawaban: Enga, mencari tahu UIN saja, I check everything about this

university how looks like. And I search, Indonesian people are so many

Muslim. Indonesia have many Muslim but most of them don’t practice it,

mereka hanya menggunakan kerudung saja but mereka tidak berlaku seperti

Muslim, most of them. Example, listening music, in my country if you are

Muslim you don’t listen music. I only listen Islamic music.

5. Bagaimana pemikiran Anda mengenai budaya Indonesia sebelum kalian

datang ke Indonesia?

Jawaban: Before coming here, I knew that people are friendly. You know

people in my country are friendly, when you come to visit us, we welcome

you. So I think people in Indonesia are friendly, they always welcome me.

They are not racist. Sebelum aku kesini, aku berfikir tidak ada rasis di dunia,

tapi setelah aku kesini banyak rasis-rasis. We have good people there, just

few. Some help. But in Indonesia, hari ini dia menolongmu, besoknya dia

tidak menolong kamu.

6. Apakah menurut Anda ada beberapa kemiripan budaya antara budaya

Indonesia dan Gambia?

Jawaban: The cultures very different but the food just nasi goreng, di sana ada

seperti nasi goreng. Hanya itu saja.

7. Apa motivasi Anda datang ke Indonesia?

Jawaban: Actually, I was motivated by my friend. She sent me a message to

study at UIN. I applied and I was accepted.

8. Bagaimana Anda mengatur diri Anda agar Anda merasa nyaman terhadap

objek-objek dan orang-orang disekitar Anda saat ini?

Page 142: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Jawaban: For me, when your friend welcome to me I will welcome too. But

when you are not friendly, you keep it yourself. So i keep it to myself. In my

class, I sit with my Gambian friends. In my class, the girls are not very

friendly but the boys is friendly. When I text them, yang balas hanya laki-laki.

9. Apakah Anda seseorang yang senang mencari suasana baru seperti berteman

dengan orang yang berbeda budaya?

Jawaban: Aku seseorang yang sangat pemalu, so I don't. When you come to

me friendly I also friendly but when you don’t approach me, I don’t too.

10. Apakah Anda pernah merasa terasingkan, rendah diri, malu dan sebagainya

saat di Indonesia? Jika iya, apa yang Anda lakukan agar Anda tidak lagi

merasa seperti itu?

Jawaban: Aku merasa aku lebih tua. So they are kids, this make me not shy to

them. Dan saya memilih bersama bersama teman-teman Gambia because we

help each other. I am more comfortable with them. In class I speak with

Gambian people because when dosen explains dan saya tidak mengerti

mereka memberi tahu saya. But when I sit next to Indonesia people they can’t

explain to me because they can't speak English. When in angkot, I was angry,

misalnya, kamu ke Afrika dan kamu duduk di samping orang Afrika jadi

semua mereka pindah. How do you feel? I was angry and sad and I just keep

it to myself, let it go and pray to Allah.

11. Makanan Indonesia apa yang Anda sukai?

Jawaban: Nasi goreng, nasi ayam dan sambal. Di sana (Gambia) ada sambal

tetapi beda dengan di sini. Saya lebih suka sambal Indonesia. Ayam juga ada

tetapi cara memasaknya beda.

12. Apakah Anda tetap melihat label halal ketika Anda makan di Indonesia? Atau

Anda sudah yakin dengan makanan yang ada di Indonesia?

Jawaban: When you buy food in Indonesia at warung they don’t put halal or

anything. We just buy ayam or nasi goreng. And the other food I don’t check

Page 143: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

it. I think in Indonesia tidak mungkin menjual makanan halal tanpa diberi

tahu. But McDonald and Pizza I’m not very sure about that.

13. Apakah Anda merasa kesulitan jika sedang berkomunikasi dengan mahasiswa

Indonesia?

Jawaban: Yes, very very very difficult. Because they can’t speak English and

my bahasa is not good.

14. Bagaimana cara Anda mengatasi kendala yang terjadi ketika Anda

berkomunikasi dengan teman-teman Anda mahasiswa Indonesia?

Jawaban: I just keep it to myself with friend from Gambia and just let it go.

15. Menurut Anda, apakah Anda seseorang yang sulit atau seseorang yang mudah

dalam berinteraksi dengan orang yang berbeda budaya?

Jawaban: I don’t think I’m a difficult person. If you welcome me, it is easy for

me to communicate and be friendly.

16. Bagaimana sikap teman-teman Anda mahasiswa Indonesia terhadap Anda

selama Anda tinggal di Indonesia?

Jawaban: When I'm in first semester, in my class they are very friendly. We

always together go to canteen, ask me to follow them, sit beside me, help me

when I need. But in second semester I change class because kelasnya sudah

penuh. In second semester class they are not friendly and different from my

friend in first semester. At first semester, they ask me to go out with them, but

at second semester they are didn’t talk to me much.

17. Adakah hal-hal yang membuat Anda tidak nyaman ketika Anda berinteraksi

dengan mahasiswa Indonesia? Jika ada, apakah itu dan bagaimana Anda

mengatasi interaksi tersebut agar tetap berjalan dengan lancar?

Jawaban: Sometimes when we are walking to them, and they are in a group,

you try talk to them and they are laughing at us in another language. So it is

difficult for me to comfort with them. Mereka ketawain aku, aku enga tau

Page 144: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

kenapa karena mereka berbicara dengan bahasa yang berbeda and I do

nothing, just sometimes I talk to them ‘Why are you laughing? What’s wrong

with us?’ But they didn’t say anything.

18. Apakah ada kelembagaan atau organisasi bagi mahasiswa Gambia di UIN?

Jawaban: We just have International Office for official matters. Kalau GAM-

INDO itu whatsapp saja just to information.

19. Apakah Anda lebih sering bersama teman-teman Anda yang sama-sama

berasal dari Gambia / organisasi Gambia Anda atau dengan teman-teman baru

Anda?

Jawaban: I am always with Gambian friends, because I’m not comfortable

with Indonesian students. Exactly right now I am not comfortable.

20. Apakah Anda tertarik untuk belajar budaya Indonesia lebih mendalam?

Jawaban: No. I don’t thinks is important to me to know more about

Indonesian cultures. I come here just to study.

Narasumber Peneliti

(Fatou Diba) (Vicky Dianiya)

Page 145: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Pedoman Wawancara

Nama : Lamin Gitteh dan Mam Mass Sey (Mahasiswa Gambia)

Fakultas : FST

Hari / Tanggal : Minggu, 11 Mei 2017

Waktu Wawancara : 15:00 WIB

Tempat Wawancara : Asrama Putra Mahad

1. Bagaimana perasaan Anda ketika Anda mulai tinggal di Indonesia?

Jawaban:

Lamin

I think is amazing, Indonesia is a first country I visited, after live in my

country. I feel like my country also like Indonesia. Indonesia is Islamic.

Mam Mass

Yeah actually my feeling when I visited Indonesia is first country I visited and

also have fun. So good people in here and this country also the united by

Muslim and I am Muslim.

2. Bagaimana perasaan Anda ketika Anda berjumpa dengan orang-orang yang

berbeda budaya dengan Anda?

Jawaban:

Lamin

Well it is to learn another like to meet people with different backgrounds.

When I first time came here I met people from different countries Kashmir,

Indonesia, Thailand, etc. So it was like sharing experience, talking about

cultures, religions, it was really amazing, yeah. Everything is amazing. Well

it's to learn one another like meeting people with different backgrounds.

Mam Mass

Page 146: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Meet people with different cultures and also learn from each other is

amazing. You know experience ya pengalaman yang menyenangkan. Actually

because people I meet they are friendly and make friends.

3. Bagaimana perasaan Anda ketika melihat lingkungan baru yang berbeda

dengan budaya Anda?

Jawaban:

Mam Mass

Indonesia itu sangat-sangat panas ya lebih panas daripada Gambia. Pertama

kali kita di sini susah ya because the environment sangat panas. Untuk

sebagian besar sama ya dengan Gambia.

Lamin

Yeah like he said, That’s why it’s difficult to adapt with the weather and

adapt the environment over here. In Indonesia, it was very hot. You know I

complained a lot when first time I came here in the airport I complained

‘Wow, di sini panas banget, kenapa?’ My friends said, ‘Welcome to

Indonesia.’ I throught Indonesia’s wheather was the same as my country,

sometimes my country is hot, sometimes cold. But di sana tidak sepanas di

sini.

4. Apakah sebelum Anda pergi ke Indonesia mencoba untuk mencari tahu

bagaimana budaya di Indonesia? Jika iya, bagaimana menurut Anda budaya

Indonesia dan darimana saja Anda mengetahuinya?

Jawaban:

Mam mass

Sebelum saya di sini saya tidak pernah cari tentang Indonesia.

Lamin

Ya sama, saya juga tidak pernah cari dalam Google because maybe like Bali

was more famous than Indonesia. When you say Bali, everyone say, yeah Bali

I know. But they are not knowing that Bali is Indonesia. I know Bali before I

coming here because is among top tourism destination in the world. But I

don’t know Bali in Indonesia. When I landed here, I know ‘Oh Bali in

Page 147: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Indonesia ya’. Saya enga pernah ke Bali tapi Jogja saja. For the culture I

know, like I said I have no idea about Indonesian cultures before. I just see

the cultural performance. Like dance. When I went to Taman Mini, we visited

some places and I see Bali cultural dance you know.

Mam Mass

Saya tidak pernah tahu ya tentang budaya Indonesia.

5. Bagaimana pemikiran Anda mengenai budaya Indonesia sebelum kalian

datang ke Indonesia?

Jawaban:

Lamin

For me, I see all countries I know are peace countries, I see all countries the

same. So I had believe that, when come here it will be normal like in my

country. All be free like in my country, no problem, no racist. I see all

countries the same like my country because I never experience fisical crime,

fighting or war so I believe Indonesia.

Mam Mass

For me, when I before coming to Indonesia I think Indonesia is the Muslim

country. I think coming here to learn to study and go back, so I don’t think

nothing about Indonesia ya hanya Negara make friends saja. I just want

experience, exchange the Indonesian culture and understand Indonesian

cultures.

6. Apakah menurut Anda ada beberapa kemiripan budaya antara budaya

Indonesia dan Gambia?

Jawaban:

Mam Mass

Ya ada some cultures because like in Gambia culture some also when you

meet oldest harus salamin. When you enter the room, you must melepas

sepatu kamu before entering. Just like that I know.

Lamin

Page 148: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

The similar culture like he said, you don’t wear shoes if you enter a room. Di

Gambia juga ada, when you see oldest, orang tua you must greet them and

cium tangan.

7. Apa motivasi Anda datang ke Indonesia?

Jawaban:

Mam Mass

Ya motivasi karena kita dapat beasiswa dari UIN untuk kuliah di sini, itulah

motivasi yang pertama. Tentu juga, selain kuliah di sini dan segera lulus dan

sukses yaitu kembali ke Gambia lagi.

Lamin

Ya saya juga datang kesini melalui beasiswa untuk kuliah dan belajar atau

paham Indonesian cultures. Especially Islam ya because well I said ok if I in

Indonesian and I get to learn Qur’an you know more about Qur’an, hadits and

others. Because Indonesia is famous the most people of Islam. Like In my

country 95% Islam.

8. Bagaimana Anda mengatur diri Anda agar Anda merasa nyaman terhadap

objek-objek dan orang-orang disekitar Anda saat ini?

Jawaban:

Mam Mass

Actually too, when you study or work or you want to live in the new country

so we have to adopt any system of that country so you can be comfortable and

feel at home there. So everything we have to adopt and adopt follow the way

people in Indonesia live. For example in Mahad, we have to attend extra

classes to learn tafsir, Qur’an. So, you can understand the subjects.

Lamin

Manage myself and also to try interact with people you meet in here and

learn their cultures. You must be friendly with people, maybe I see some

differences between people but we don’t have to space with them just let it be

normal. Every when we meet different kinds of people, some are agresif, some

are friendly. So just let it be normal.

Page 149: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

9. Apakah Anda seseorang yang senang mencari suasana baru seperti berteman

dengan orang yang berbeda budaya?

Jawaban:

Mam Mass

Ya, Gambia dikenal dengan orang yang friendly. Everyone in Gambia is

friendly. So that’s why when you visit Gambia, everyone welcomes and adapts

what’s your environment is and makes you comfortable.

Lamin

Gambia has many people from different countries, Chineese people,

American people, European, people from Lebanon, so many kinds of people.

It's nice, I personality like to make friends, meet new friends because when I

came here, my best friend was from Kashmir India and it is okay to hang-out

together and I have so many Indonesian friends. In my class ada teman dari

Jawa, Sunda, dan seterusnya.

10. Apakah Anda pernah merasa terasingkan, rendah diri, malu dan sebagainya

saat di Indonesia? Jika iya, apa yang Anda lakukan agar Anda tidak lagi

merasa seperti itu?

Jawaban:

Lamin

Sometimes like we feel embarrassed because you do not always meet with

positive people, sometimes we meet negative people. Sometimes we feel that

some people are racist but not that much. Like I often hang-out with my class

mates and it is okay, but when we are outside and we meet with different

kinds of people because mereka tidak mengenal saya, sometimes we feel like

they are racist, they say to you with bad words, so we just ignore them and

move on.

Mam Mass

Waktu pertama kali saya ke stasiun kereta and I just masuk ke kereta and I sit

and people beside me pergi ya, I just feel no worry about that and don’t sad

Page 150: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

because I don’t know they are. I just let go because I know I’m not at my

country. Like he said, ignore and move.

11. Makanan Indonesia apa yang kalian sukai?

Jawaban:

Lamin

Ya saya banyak makanan di sini tapi yang paling aku suka nasi uduk, sangat

suka nasi uduk. Udah coba makanan di Jogja juga gudeg rasanya enak, sate

juga enak. Kadadang-kadang saya suka nasi goreng tapi tidak terlalu suka.

Mam Mass

Ya kalau saya paling suka nasi goreng ya. Warna nasi goreng Gambia sama

dengan nasi goreng Indonesia, tetapi rasa beda. Di Gambia lebih enak.

12. Apakah Anda tetap melihat label halal ketika Anda makan di Indonesia? Atau

Anda sudah yakin dengan makanan yang ada di Indonesia?

Jawaban:

Lamin

Never. Aku lebih sering buy food in McDonald and all food Halal. But from

other I don’t see that, I don’t check that. Because I don’t really think like this

is Muslim country so I don’t think they will sell food not halal, I have that’s

konsep semua makanan di sini harus halal.

Mam Mass

Actually same to me, my country is also Muslim country and I think they

never sell food non-halal. That’s why I never worry about halal foods. I trust

in Indonesia the food is halal.

13. Apakah Anda merasa kesulitan jika sedang berkomunikasi dengan mahasiswa

Indonesia?

Jawaban:

Lamin

Ya kadang-kadang susah banget untuk komunikasi sama mahasiswa karena

kadang-kadang mereka pakai bahasa gaul seperti gue, lu. So, it’s very hard to

Page 151: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

understand because even like this informal bahasa it is very hard to

understand, because we studied at Pusat Bahasa was the formal bahasa, tidak,

saya, anda tapi outside only you hear just enga, aku, lu, seperti itu lah.

Mam Mass

Like we also, susah banget ya susah untuk komunikasi dengan teman sekelas

karena semua mereka tidak bisa bahasa Inggris. That’s why sekarang I also

use bahasa gaul seperti lu, gue, tapi tidak dengan orang tua. Sometimes in

class when your friend tell me something is very difficult kalau susah kadang

mereka google translate.

14. Bagaimana cara Anda mengatasi kendala yang terjadi ketika Anda

berkomunikasi dengan teman-teman Anda mahasiswa Indonesia?

Jawaban:

Mam Mass

Seperti yang tadi, Kalau ngomongnya susah ya mereka google translate and

sometimes I used this translation too to respond them.

Lamin

Sometimes in my class I have a friend who can normally translate for me and

most of the time he gives me extra class, he teaches me bahasa so I sometimes

give him a-piece of paper and I ask some words I don’t understand. Or, when

I meet him, I say: ‘Ayo, kamu harus bantuin aku’ and he tries to explain that

because he can speak English. Ada beberapa yang bisa bahasa Inggris so I

have kumpul with them and it is always fun, you know. When I pronounce

some words and hard for me to get, they are laughing. When I want to say

‘Situ Gintung’ you know and my friend say: ‘No, Lamin no Situ Gintung’ so,

it’s very hard for me to pronounce but I enjoy with them.

15. Menurut Anda, apakah Anda seseorang yang sulit atau seseorang yang mudah

dalam berinteraksi dengan orang yang berbeda budaya?

Jawaban:

Lamin

Page 152: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

I’m very easy going person you know. I interact with everyone in my class,

yeah I enjoy that, I am very cool guy, I sometimes make fun with them in

class, play game together, most of the time normally I enjoy. When I try to

speak bahasa and we try to make fun yeah like that, they also enjoy.

Mam Mass

Ya actually like is especially with Indonesian I’m very easy to communicate

with them especially when you are also friendly. When you friendly I will

friendly. I will communicate with friendly people like make fun and when

tidak ada kuliah we playing together.

16. Bagaimana sikap teman-teman Anda mahasiswa Indonesia terhadap Anda

selama Anda tinggal di Indonesia?

Jawaban:

Lamin

Yeah sometimes when someone see you like strange, because when you have

group discussion kadang-kadang ada yang bisik-bisik you feel uncomfortable

‘What are you saying?’ when they look at you and like say something about

you ‘Wow what are you saying about me?’ so you know you feel

uncomfortable.

Mam Mass

Like my attitude to Indonesian students like exspecially first semester temann-

teman di kelas feel they always ignore me maybe they don’t know me very

well. So I was frustrated and confused karena saya ga tau apa yang dosen

karena bahasa Indonesia kurang lancar. They don’t help me, they don’t talk to

me. Kita bikin grup kalau ada tugas atau UTS mereka enga ngabarin saya dan

saya kurang paham apa yang mereka bicarakan banyak chat yang ga penting.

Lamin

The same things, sometimes you feel uncomfortable, when you walk in class

and someone say ‘Ayo kumpulkan tugas’ so ‘What tugas?’ ‘Yes Lamin, we

share message in the group, you don’t see?’ ‘No, I don’t know ada tugas, saya

ga tau ada tugas’.

Page 153: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

17. Adakah hal-hal yang membuat Anda tidak nyaman ketika Anda berinteraksi

dengan mahasiswa Indonesia? Jika ada, apakah itu dan bagaimana Anda

mengatasi interaksi tersebut agar tetap berjalan dengan lancar?

Jawaban:

Mam Mass

Ya kalau aku, when we communicating together but some use word like

‘anjir’, I don’t like that. So, is make me uncomfortable. Itu katanya ga sopan

and I don’t like to use when we are conversation.

Lamin

Ya aku sama, what’s always makes me uncomfortable is you know have a

group discussion some people ignoring me in group like when you have in

group discussion and you have to moved to one side. Its makes me

uncomfortable, ya sometimes. I just let it go then maybe after that I will meet

to my friend and ask ‘Tadi apa yang kalian bicarakan’ dan mereka try to

explain but I don’t take it that serious ya just ignore and move on.

18. Apakah ada kelembagaan atau organisasi bagi mahasiswa Gambia di UIN?

Jawaban:

Mam Mass

Ya International Office, ada grup mahasiswa asing tapi untuk grup

mahasiswa Gambia enga ada yang khusus hanya ada dalam kategori

mahasiswa asing.

19. Apakah Anda lebih sering bersama teman-teman Anda yang sama-sama

berasal dari Gambia / organisasi Gambia Anda atau dengan teman-teman baru

Anda?

Jawaban:

Lamin

For me, in campus I go with both Indonesian student and Gambian student, I

have group friends, sometimes I go with Gambian students, sometimes with

Indonesian students but we all go to together. Maybe like eat together ya we

just campur-campur you know.

Page 154: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Mam Mass

I same with him also in campus sometimes with Indonesian friends but we

always together. Yeah also campur-campur.

Lamin

Most lebih sering with Gambian because it will be easy to communicate. But

like Mahad here, I have Indonesian friends. Most of the when in here you

friendly with Indonesian boys, and you like watch movie together like play

game together. But yes of course saya lebih sering with Gambian friends.

Mam Mass

Saya juga ya.

20. Apakah Anda tertarik untuk belajar budaya Indonesia lebih mendalam?

Jawaban:

Lamin

I just want to know a lot about Indonesian cultures, but know all is not oke. I

think is very difficult because you have so many budaya, so I think it is really

hard to know all the cultures. But I think I more interested in Bali. I will

visited Bali Insha Allah.

Mam Mass

I interested to learn Indonesian cultures, especially Bugis. I want to know

more Bugis culture because I like that and my friends tell me a lot about

Bugis. Yes, I have friends from Bugis. I like dance and I know dangdut music

and I like it.

Narasumber Narasumber

(Lamin Gitteh) (Mam Mass Sey)

Peneliti

(Vicky Dianiya)

Page 155: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Pedoman Wawancara

Nama : Pamodou Faal (Mahasiswa Gambia)

Fakultas : FST

Hari / Tanggal : Kamis, 18 Mei 2017

Waktu Wawancara : 20:00 WIB

Tempat Wawancara : Melalui Email

1. Bagaimana perasaan Anda ketika Anda mulai tinggal di Indonesia?

Jawaban: The first few months I stayed in Indonesia was not easy on me as I

couldn’t speak Bahasa Indonesia, and it is really hot here.

2. Bagaimana perasaan Anda ketika Anda berjumpa dengan orang-orang yang

berbeda budaya dengan Anda?

Jawaban: My culture and the culture here are totally different and Indonesian

people are really shy, and it really hard for them to approach me. So I had

less or no friends.

3. Bagaimana perasaan Anda ketika melihat lingkungan baru yang berbeda

dengan budaya Anda?

Jawaban: Actually I felt great as I like learning new cultures, I am open

minded.

4. Apakah sebelum Anda pergi ke Indonesia mencoba untuk mencari tahu

bagaimana budaya di Indonesia? Jika iya, bagaimana menurut Anda budaya

Indonesia dan darimana saja Anda mengetahuinya?

Jawaban: Before I came here I knew few detail about Indonesia, I did more

search on the university and not everything I have been hoping for I saw.

5. Bagaimana pemikiran Anda mengenai budaya Indonesia sebelum kalian

datang ke Indonesia?

Page 156: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Jawaban: Didn’t know a lot before coming to Indonesia.

6. Apakah menurut Anda ada beberapa kemiripan budaya antara budaya

Indonesia dan Gambia?

Jawaban: Yes of course we have some similarities for example respect

towards elders.

7. Apa motivasi Anda datang ke Indonesia?

Jawaban: I was motivated to come to Indonesia by my best friend, we were

friends since childhood, and he came to Indonesia before me.

.

8. Bagaimana Anda mengatur diri Anda agar Anda merasa nyaman terhadap

objek-objek dan orang-orang disekitar Anda saat ini?

Jawaban: I had been observing the people around me and I realized they

wanted to talk to me but they were shy, so I try to open up myself as much as

possible to learn the language and it helped me to know them while they

could also know me, and now I have so many friends here, since I can speak

the language.

9. Apakah Anda seseorang yang senang mencari suasana baru seperti berteman

dengan orang yang berbeda budaya?

Jawaban: I will go for 100% on that, I love to meet new people and develop

myself.

10. Apakah Anda pernah merasa terasingkan, rendah diri, malu dan sebagainya

saat di Indonesia? Jika iya, apa yang Anda lakukan agar Anda tidak lagi

merasa seperti itu?

Jawaban: I have faced so much of that kind here, as many people here

backbite and say things they don’t know about me, and because I am black

too, the only thing I do is ignoring them as I am not here to fight or cause

trouble.

Page 157: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

11. Makanan Indonesia apa yang Anda sukai?

Jawaban: Ada banyak dong, randang, nasi goreng warteg food, nasi Padang

dan lain lain. Aku enga suka pare.

12. Apakah Anda tetap melihat label halal ketika Anda makan di Indonesia? Atau

Anda sudah yakin dengan makanan yang ada di Indonesia?

Jawaban: It’s only when I go to resturants I ask and look for the halal signs

but most of the other places I eat are places where most of the people coming

there are Muslim, so is safe.

13. Apakah Anda merasa kesulitan jika sedang berkomunikasi dengan mahasiswa

Indonesia?

Jawaban: It’s really difficult to speck to students here, I have tried to know

why but yet to know, there are a few that would help but really few.

14. Bagaimana cara Anda mengatasi kendala yang terjadi ketika Anda

berkomunikasi dengan teman-teman Anda mahasiswa Indonesia?

Jawaban: If they not want to help I just let them be (leave them alone).

15. Menurut Anda, apakah Anda seseorang yang sulit atau seseorang yang mudah

dalam berinteraksi dengan orang yang berbeda budaya?

Jawaban: I am really open to everyone but I need to add it depends on how

you approach me, if u are nice to me I will be nice to you but if not I will not

too.

16. Bagaimana sikap teman-teman Anda mahasiswa Indonesia terhadap Anda

selama Anda tinggal di Indonesia?

Jawaban: There are so many beautiful people In Indonesia but there are few

that are really rude but that is normal you can find that everywhere.

Page 158: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

17. Adakah hal-hal yang membuat Anda tidak nyaman ketika Anda berinteraksi

dengan mahasiswa Indonesia? Jika ada, apakah itu dan bagaimana Anda

mengatasi interaksi tersebut agar tetap berjalan dengan lancar?

Jawaban: Indonesian students are less open to international students but not

all there a some that are very open to us. The way I overcome this is just

ignorance.

18. Apakah ada kelembagaan atau organisasi bagi mahasiswa Gambia di UIN?

Jawaban: We have the International Office as our stand here but they do less

for us.

19. Apakah Anda lebih sering bersama teman-teman Anda yang sama-sama

berasal dari Gambia / organisasi Gambia Anda atau dengan teman-teman baru

Anda?

Jawaban: I spend a lot of time with my Indonesian friends then Gambian

friends, as I want to develop my bahasa as soon as possible.

20. Apakah Anda tertarik untuk belajar budaya Indonesia lebih mendalam?

Jawaban: I am very deeply into learning about Indonesian cultures that’s why

I hang out a lot with my Indonesian friends.

Narasumber Peneliti

(Pamodou Faal) (Vicky Dianiya)

Page 159: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Pedoman Wawancara

Nama : Alma Najmia (Mahasiswa Indonesia, Teman Ebrima Jatta, Famara Wassa Jawla, Fanna Conteh, dan Omar Samba)

Fakultas : FISIP

Hari / Tanggal : Senin, 21 Mei 2017

Waktu Wawancara : 13:30 WIB

Tempat Wawancara : Kampus 2 (FISIP)

1. Bagaimana pendapat Alma mengenai mahasiswa Gambia (Ebrima Jatta,

Famara Wassa Jawla, Fanna Conteh, dan Omar Samba)?

Jawaban: Ya menurutku bagus sih berarti menunjukkan bahwa UIN itu

Universitas yang sudah berskala Internasional tapi cuma yang disayangkan itu

harusnya kalau misalkan mau menerima mahasiswa internasional, UIN juga

menyiapkan kelas internasional karena yang aku lihat mereka ini belum

punya kemampuan bahasa Indonesia yang baik trus mereka cukup kesulitan

di kelas. Kan beberapa dosen juga ada yang biar mereka belajar bahasa

Indonesia ada juga yang mau menyediakan mereka kaya materi dalam bahasa

Inggris. Tapi kan kalau misalnya dosennya gamau menyediakan dalam

bahasa inggris kan mereka sendiri yang repot jadinya kasian juga. Udah gitu

kitanya juga belum tentu semuanya pintar bahasa Inggris kan yang lain ketika

cuma mereka yang internasional masuk ke kelas regular tuh kaya kasian

mereka juga, ya mereka juga udah jauh-jauh kesini malah kaya gitu ya

walaupun memang konsekuensi kalau di Indonesia ya harus bisa bahasa

Indonesia tapi kan ya tetep juga kampus harus menyiapkan dulu.

2. Apakah saat ini mereka lebih terbuka terhadap kamu?

Jawaban: Ya paling sekedarnya aja sih biasa aja karena jarang berinteraksi

juga mereka kaya misalnya abis kelas juga langsung balik, jarang kaya

nongkrong-nongkrong bareng kita tuh jarang, mungkin karena kendala bahasa

juga atau karena mereka belum cocok juga untuk bercengkrama terlalu lama

Page 160: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

kaya gitu karena belum begitu akrab. Paling ketika mereka ga bisa dateng ke

kelas ngabarin saya, paling kaya gitu aja.

3. Bagaimana sikap mereka dengan kamu dan teman-teman mahasiswa

Indonesia lainnya?

Jawaban:

Mereka so far kalau dikelas itu enjoy aja sih ya gabung aja kalau misalnya

bercanda-canda ya bercanda bareng kaya gitu. Kalau biasanya yang lebih

ramah si Omar ya, kalau Fanna itu mungkin karena dia perempuan sendiri ya

dari Gambia juga enga ada yang perempuan lagi di kelas saya. Awal-awal sih

aku yang ngasih pendekatan juga ke dia kaya gitu maksudnya coba kamu

ngasih tau dia coba kamu lebih ajak ngobrol temen-temen deh soalnya kamu

kalau enga hadir di kelas juga enga ngabarin. Terus akhirnya ya udah dia bisa

terbuka juga. Kalau yang laki-laki tuh karena Famara lebih lancar ya Bahasa

Indonesianya nah dia tuh juga cenderung lebih aktif kaya dikelas juga nanya-

nanya terus kalau Omar tuh juga aktif sih dari awal semester karena dia

mungkin bahasanya enga sebaik Famara tapi dia cukup aktif bahasa

Indonesianya jadi cukup sering berinteraksi. Nah kalau Ebrima sebenernya

dia tuh banyak interaksi cuma karena dia bahasa Indonesianya kurang terus

kalau ketika dia ngomong bahasa Inggris anak-anak enga paham karena dia

aksennya, jangankan kita deh miss Devi aja dosen mata kuliah bahasa Inggris

aja kadang susah pahamin dia karena dia kalau ngomong bahasa inggris

kumur-kumur lah istilahnya susah dipahamin gitu tapi so far hubungannya

baik-baik aja sih kita.

4. Apakah menurut kamu, mereka ingin lebih mempelajari budaya Indonesia?

Jawaban: Iya karena kemarin sih liat pas mata kuliah bahasa inggris tuh yang

anak Gambia sama dosen kita disuruh mereka presentasi pakai bahasa

Indonesia. Nah Famara ini dia memberanikan diri presentasi pakai bahasa

Indonesia terus dia cerita, bukan presentasi sih tapi kaya speech aja depan

kelas terserah mengenai apa. Si Famara tuh cerita dia awalnya enga suka

musik terus pas di Indonesia tuh waktu jalan-jalan anak-anak Internasional

Page 161: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

dia dengar lagu di radio lagunya Wali terus dia suka dan sampe sekarang dia

masih suka, itu lucu aja sih. Kalau yang lain sih enga tau sih, Famara aja

karena orangnya juga lebih banyak interaksi jadi kita lebih tahu dia. Kalau

Ebrima justru di kelas aja, dia kadang liat dia di pojokan terus buka laptop

bahkan kadang dia ada kelas nonton film atau main game, mungkin karena

kendala bahasa tadi jadi lebih mengasingkan diri. Dan ketika Famara dan

Omar duduk di depan dia ya udah the only one yang di belakang.

5. Bagaimana komunikasi yang terjadi selama ini antara kamu dengan mereka?

Jawaban: Kadang awal-awal tuh aku lebih memfasilitasi mereka, biar mereka

cepat beradaptasi juga, jadi aku kalau berkomunikasi dengan mereka di kelas

itu, pakai bahasa Inggris, jadi biar semuanya bisa paham. Jadi aku bikin

pengumuman sekalian biar panjang biar beda sama cuap cuap yang ga jelas

anak-anak di grup. Nah kadang aku forward juga ke chatnya bahasa Inggris.

Waktu itu sih pernah ada masalah sih dan cukup agak slek dengan anak-anak

Gambia karena kita tuh waktu itu semester satu, mata kuliah tinggal satu

yang belum UAS yaitu study Islam terus dosennya pun kalau di tanya UAS

kapan jawabnya udah nanti aja gampang. Akhirnya kita denger kabar kalau

kelas lain itu misalnya hari Selasa UAS dan kita menyimpulkan berarti kita

juga hari Selasa dong karena jadwal kita sama di hari itu juga. Nah akhirnya

kita nyiapin jadi hari itu siang-siang kita masuk buat study Islam doing tapi

ternyata si Famara dan teman-teman ini lagi enga di sekitar Ciputat dan

mereka minta supaya enga sekarang dan mereka langsung hubungi dosen

bilang kalau mereka enga bisa kalau hari ini terus dosennya tuh bilang dia

enga mau kalau misalnya enga semuanya UAS, nah kan kita marah-marah ya

yang lainudah dateng siang-siang udah mager-magernya dateng ke kampus

cuma buat satu mata kuliah untuk selesaiin biar libur tapi dosennya gamau

UAS sekarang jadi pada marah-marah semua. Akhirnya kita langsung telefon

Famara yaudah akhirnya kita bikin kesepakatan jadi kita tetap Ujian sekarang

yang sudah datang dan anak-anak Gambia terserah urusannya sama bapaknya

mau UAS susulan atau gimana. Di telepon itu nadanya udah agak sama-sama

tinggi gitu karena udah kesal juga. itu pun sekali doang sih. Aku pun kurang

Page 162: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

lebih pahamlah conversation biasa, kalau teman-teman yang lain tuh

biasanya awal-awal semester sih kan diajak ngomong misalnya sama Famara

terus mereka enga ngerti langsung manggil aku bantuin ngobrol.

Narasumber Peneliti

(Alma Najmia) (Vicky Dianiya)

Page 163: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Pedoman Wawancara

Nama : Rizki Ulia Latifah (Mahasiswa Indonesia, Teman Jainaba Trawally, Lamin Gitteh, Pamodou Faal, dan Sulayman Colley)

Fakultas : FST

Hari / Tanggal : Senin, 21 Mei 2017

Waktu Wawancara : 15:00 WIB

Tempat Wawancara : Perpustakaan Utama UIN Jakarta

1. Bagaimana pendapat Uli mengenai mahasiswa Gambia (Jainaba Trawally,

Lamin Gitteh, Pamodou Faal, dan Sulayman Colley)?

Jawaban: Sebenarnya karena mereka mahasiswa asing jadi terkadang cara

budaya mereka tuh beda gitu. Karena mereka kan lebih ke daerah Afrika

mereka orangnya friendly cuma kalau misalnya bercanda kita tuh bingung

apa yang mereka bercandain karena memang beda cara mereka. Kadang

mereka juga suka berlebihan ke kita kaya misalnya lagi bercanda suka aneh-

aneh, suka jail, suka gemesin, suka ngeselin. Mereka udah lumayan bisa

bahasa Indonesia, dulu waktu awal-awal pakai bahasa Inggris terus dan ada

dosen yang bilang kalau ngomong ke mereka pakai bahasa Indonesia aja biar

mereka terbiasa. Kalau Janaiba itu orangnya pinter, ya dia cerdas. Dia pernah

cerita kalau dia itu pernah kuliah di Gambia masuk medical student kaya

fakultas kedokteran gitu, terus ke sini orangnya tekun sih terus lebih friendly

karena lebih santai dan dia juga perempuan ya. Kalau Lamin itu bad boy suka

godain cewe. Lamin juga lucu dan kalau bercanda juga enga berlebihan jadi

tuh kalau misalnya dia enga suka, ya udah. Terus kalau misalnya Faal ini

ternyata dengan Lamin sudah berteman dari di Gambia. Faal ini baik banget

dan care karena waktu itu aku pernah sakit aku dianterin ke pesantren aku

sama Faal baik banget tapi kalau udah bercanda ngeselin. Ya pokoknya Faal

yang paling peduli entah temen-temennya ketika ada kegiatan atau enga ada.

Kalau Sulaiman ini dia paling tua dari pada yang lain dia lahir 80an. Mereka

itu rata-rata yang enga lanjut kuliah di Negara mereka dan mereka langsung

Page 164: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

kerja, terus mereka ingin belajar lagi datang lalu ke sini. Nah kalau Sulaiman

ini dia paling susah ngomong bahasa Indonesia di antara yang lain. Lamin

sama Faal yang paling friendly dan paling cepet nangkep kalau kita ngomong

bahasa Indonesia.

2. Apakah saat ini mereka lebih terbuka terhadap kamu?

Jawaban: Ya terbuka banget soalnya mereka sering curhat karena sebelum

mereka sekelas sama Uli kebetulan Uli juga pernah jadi duta Saintek jadi

udah kenal sama mereka. Mereka sering curhat bagaimana sih di Indonesia

itu terus perbedaan Gambia sama Indonesia gimana, belajar mereka gimana.

Sebenernya untuk jumlah di Saintek sendiri orang Gambia itu ada tujuh yang

kebetulan sekelas ada empat. Terus dulu tuh pernah kesel gara-gara Faal

bercanda berlebihan, dia itu ngeluarin semua barang di tas Uli jadi aku kesel

banget. Terus dia nanya ke aku yang intinya kamu marah sama aku ya.

Soalnya kalau menurut budaya mereka kita ga reply message atau WhatsApp

itu dianggapnya enga sopan. Terus Uli pernah bilang ke mereka kalau

kesibukan orang tuh beda-beda kan kalau kalian tingal belajar di sini ya jadi

kalau mau chat yang penting-penting aja karena belum tentu orang itu bisa

bales. Dulu mereka sering banget soalnya chat ‘Hai apa kabar’ gitu mungkin

mau mencoba akrab tapi di sisi lain mungkin mereka kesepian karena

keluarga kan jauh dari sini. Mereka tuh juga sering minta tolong ke Uli

soalnya Uli selalu jadi perantara antara orang Gambia ke teman-teman terus

Sulaiman bilang keluarga aku jauh, aku enga punya siapa-siapa di sini jadi

jangan marah sama aku. Ya pokoknya mereka sering curhat mengenai teman-

teman mereka di sana, mereka suka bilang ‘Aku mau pulang, aku mau nikah’

sering gitu.

3. Bagaimana sikap mereka dengan kamu dan teman-teman mahasiswa

Indonesia lainnya?

Jawaban: Agak kurang komunikasi, miss komunikasi. Pokoknya ya emang

bener-bener dibutuhin ya mereka itu butuh perantara sebenernya yang bisa

mengerti mereka. Kalau untuk bahasa Inggris Uli mah modal pede aja yang

Page 165: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

penting mereka paham gitu aja. Terus kaya misalnya ada tugas belum tentu

mereka paham kalau ada tugas gitu terus yaudah Uli harus sampaikan lagi.

Apalagi kan mereka pertama kali semester satu mereka curhat tentang grup

‘Apa sih gue gue tuh apa? Bahasa Indonesia tuh banyak bahasanya, aku, saya,

gue.’ Terus pernah juga Uli ngomong gini ‘Eh, nonton yuk’ nah yuknya itu

dikira mereka sebagai objek ‘Yuk itu apa? Yuk itu yang film genrenya apa?’

terus Uli bilang ‘Ya ya udah intinya dateng aja nanti Uli jelasin’. Kalau

sikapnya mereka lebih berusaha untuk deket sih ke temen-temen. Mayoritas

sih semuanya baik maksudnya tuh ke kita mudah berteman juga sebenarnya

cuma ya itu kurangnya di satu yaitu komunikasi karena mereka pakai bahasa

campuran Indonesia-Gambia dengan pronunciation yang beda kadang kita

harus nyerna dulu itu apa sih. Diantara semua mata kuliah yang dosen paling

lancar bahasa Inggris itu cuma satu sisanya pasti Uli disuruh dosen di tengah-

tengah mereka.

4. Apakah menurut kamu, mereka ingin lebih mempelajari budaya Indonesia?

Jawaban: Ya setiap Uli tanya kenapa sih mereka ingin kuliah di sini ya

intinya mereka ingin mempelajari budaya lainnya tapi Uli masih bingung itu

spesifikasinya kemana ya. Kalau Jainaba pernah misalnya kaya gini, aku

punya temen namanya Laila nih waktu itu terus aku orang Gambia belajar di

Gambia dengan jurusan TI juga terus temen aku Laila belajar misalnya di

Jepang dengan jurusan yang sama. Ketika belajarnya sama tapi nilai yang

Laila punya ini akan berbeda dengan aku karena dia banyak dapat

experiencenya daripada aku yang stay di tempat. Jadi, ternyata orang-orang

Gambia itu mayoritas mereka kalau belajar enga cuma di Gambia, contohnya

Lamin adenya itu ada di Inggris jadi mereka itu nyebar kemana-mana gitu.

5. Bagaimana komunikasi yang terjadi selama ini antara kamu dengan mereka?

Jawaban: Lancar cuma kadang miss komunikasi aja sih yang kaya tadi yuk.

Kadang kurang paham juga misalnya hari ini kita udah bilang di grup libur

kadang mereka kan enga suka chat grup. Misalnya kaya gini materi kuliah ya

udah kalau misalnya Uli enga kirim ke mereka, mereka enga dapet. Biasanya

Page 166: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

kan temen-temen nge-share di group padahal jadi bingung juga. terus kaya

misalnya dosen sistem digital mereka itu enga mau menerima yang pakai

bahasa Indonesia harus di translate dulu, ya udah Uli translate. Sering jalan-

jalan juga sama mereka, mereka tuh maunya jalan-jalan terus kak udah gitu

pede banget lagi. Pernah ya orang Gambia berempat sama anak Fisip satu

enga ada orang Indonesianya biasanya kan ada gate nya orang Indonesia satu

tapi ini enga ada, mereka ke Karawaci naik kereta. Aku bilang ‘Berani ya ini

orang’ padahal dulu pernah cerita mereka enga mau kemana-mana kalau enga

sama orang Indonesia karena mereka takut kena bullying aja mereka. Kalau

untuk di kelas sih ada rasis, dulu kita pertama-tama mencari ya orang-orang

Gambia sama orang-orang Indonesia cuma sekarang ngumpul terus dan

kesukaan kita kan beda ya jadinya bingung kalau mau ngajakin tuh sungkan.

Kaya waktu itu ‘Ayo Jainab kita makan bareng’ eh yang laki-lakinya pada

ikut, aku bilang ‘Eh enga boleh ini perempuan doang’ terus kita makan dan

mereka kan enga terlalu suka makanan Indonesia kaya goreng-gorengan yang

kesan mereka enga sehat lah seperti itu abis itu ketika makan dia enga makan

jadi beli minum aja deh. Mereka makannya tuh nasi goreng kalau enga masak

sendiri.

Narasumber Peneliti

(Rizki Ulia Latifah) (Vicky Dianiya)

Page 167: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Screen Shoot Kutipan Hasil Wawancara dengan Pamodou Faal

Page 168: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Wawancara dengan Bapak Rachmat Baihaky, MA di Kantor PLKI

Wawancara dengan Abdou Barrow, Famara Wassa Jawla dan Omar Samba

di Kantor PLKI

Page 169: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Wawancara dengan Fatou Diba di Asrama Putri Kedokteran

Wawancara dengan Lamin Gitteh dan Mam Mass Sey di Asrama Putra

Mahad

Page 170: KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36851/1/VICKY... · komunikasi antarbudaya dalam proses akulturasi budaya (studi kasus pada

Wawancara dengan Alma Najmia di Kampus 2 (FISIP)

Wawancara dengan Rizki Ulia Latifah di Perpustakaan Utama UIN Jakarta