kompre bu siti
DESCRIPTION
Uploaded from Google DocsTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KEHAMILAN
1. Definisi Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau
9 bulan 7 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin,
2006).
Kehamilan normal adalah lamanya kehamilan mulai dari
ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40 minggu), dan
tidak lebih dari 43 minggu. Kehamilan 40 minggu ini disebut
kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43
minggu disebut post matur (lebih bulan). Kehamilan antara 28-36
minggu disebut kehamilan premature (Sarwono, 2007).
Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi menjadi 3
trimester, yaitu :
a. Kehamilan trimester I berlangsung dalam 12 minggu, dalam
trimester pertama alat-alat mulai dibentuk.
b. Kehamilan trimester II antara 12 sampai 28 minggu, alat-alat
telah dibentuk, tetapi belum sempurna dan viabilitas janin
masih disangsikan.
c. Kehamilan Trimester III antara 28 sampai 40 minggu, dimana
janin yang dilahirkan dalam triwulan terakhir telah dapat hidup
(Sarwono, 2007).
Persatuan antara sebuah telur dan sebuah sperma disebut
konsepsi yang menandai awal suatu kehamilan. Peristiwa ini bukan
merupakan peristiwa yang terpisah , tetapi ada suatu rangkaian
kejadian yang mengelilinginya. Kejadian-kejadian itu ialah
pembentukan gamet (telur dari sperma), ovulasi (pelepasan telur),
penggabungan gamet dan implantasi embrio didalam uterus. Hanya
jika semua peristiwa itu berlangsung baik, maka proses
perkembangan embrio dan janin dapat dimulai.
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum)
dari indung sel telur (ovarium). Saat ovulasi ovum keluar dari
folikel ovarium yang pecah. Kadar estrogen yang tinggi
meningkatkan gerakan tuba uterin sehingga silia tuba tersebut
dapat menangkap ovum dan menggerakannya sepanjang tuba
menuju rongga rahim. Ovum tidak dapat berjalan sendiri.
Ada dua lapisan jaringan pelindung yang mengelilingi
ovum. Lapisan pertama berupa membrane tebal tidak berbentuk
yang disebut zona felusida. Lingkaran luar yang disebut korona
radiata.
Ovum dianggap subur selama 24 jam setelah ovulasi.
apabila tidak difertilisasi oleh sperma, ovum berdegenerasi dan di
reabsorpsi.
Ejakulasi pada hubungan seksual dalam kondisi normal
mengakibatkan pengeluaran 1 sendok teh semen yang mengandung
200-500 juta sperma kedalam vagina. Sperma berenang dengan
gerakan flagella pada ekornya. Beberapa sperma dapat mencapai
tempat fertilisasi dalam lima menit, tetapi rata-rata waktu yang
dibutuhkan ialah empat sampai enam jam. Sperma akan tetap hidup
dalam sistem reproduksi wanita selama dua sampai tiga hari.
Kebanyakan sperma akan hilang di vagina, di dalam lendir serviks,
diendometrium atau sperma memasuki saluran yang tidak memiliki
ovum. Sewaktu sperma berjalan melalui tuba uterin, enzim-enzim
yang dihasilkan disana akan membantu kapasitas sperma.
Kapasitas ialah perubahan fisiologis yang membuat perubahan
lapisan pelindung lepas dari kepala sperma (aksrosom) yang
memungkinkan enzim keluar. Enzim-enzim ini dibutuhkan agar
sperma dapat menembus lapisan pelindung ovum sebelum
fertilisasi. Proses fertilisasi ini berlangsung di ampula (sepertiga
bagian luar) tuba uterin.
Apabila sebuah sperma berhasil menembus membrane yang
mengelilingi ovum, baik sperma maupun ovum akan berada di
dalam membrane dan membrane tidak lagi dapat ditembus oleh
sperma lain. Kemudian ovum yang tlah dibuahi segera membelah
diri.
Zona pelusida berdegenerasi dan trofoblas meletakan
dirinya pada endometrium rahim, biasanya pada daerah fundus
anterior atau posterior. Antara tujuh sampai sepuluh hari setelah
konsepsi, trofoblas menyekresi enzim yang membantunya
membenamkan diri kedalam endometrium sampai seluruh bagian
blastosis tertutup. Proses ini dikenal dengan implantasi. (Bobak,
2004).
Istilah untuk perkembangan keturunan dan implantasi
sampai 8 minggu setelah konsepsi disebut embrio. Selama periode
embrionik semua organ dan bagian tubuh tergeletak dalam bentuk
rudimentary sehingga bila sudah lengkap akan bertumbuh menjadi
matur dalam waktu 7 bulan berikutnya. Hasil konsepsi ini disebut
sebagai janin.
Ruangan yang dilapisi oleh selaput janin (amnion dan
korion) berisi air ketuban (liquor amnii). Volume air ketuban pada
kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc. Air ketuban
berwarna putih keruh, berbau amis, dan berasa manis. Cairan
amniotic ini membuat kantung amniotic mengencang dan
memungkinkan pertumbuhan dan pergerakan janin. Cairan ini
menyeimbangkan tekanan dan melindungi janin dari benturan dan
perlukaan. Cairan ini mempertahankan suhu yang konstan untuk
janin dan memberi sedikit zat gizi. Pada persalinan, selama
membran tetap utuh, cairan amnion akan melindungi placenta dan
tali umbilicus dari tekanan akibat kontraksi uterus.
Cairan amnion berasal dari Fetal urine, transudasi darah
ibu, sekresi dari epitel amnion, asal campuran.
Placenta berasal dari trofoblas pada ovum yang dibuahi,
lalu terhubung dengan sirkulasi ibu untuk melakukan fungsi-fungsi
yang belum dapat dilakukan oleh janin itu sendiri selama
kehidupan intra uterin.
Letak placenta yang normal umumnya pada korpus uteri
bagian depan atau belakang agak kearah fundus uteri. Placenta
terdiri dari :
a. Bagian Janin
Vili Korialis, ruang-ruang interviler, pada permukaan
janin placenta dilapisi oleh amnion yang kelihatan licin.
b. Bagian maternal, terdiri atas desidua kompakta yang
terbentuk dari beberapa lobus dan kotiledon.
c. Tali pusat merentang dari pusat janin ke placenta bagian
permukaan janin.
Agar janin dapat tumbuh dengan sempurna, dibutuhkan
penyalur darah yang membawa zat asam, asam amino, vitamin dan
mineral dari ibu kepada janin, begitu pula pembuangan karbon
dioksida dan limbah metabolisme janin ke sirkulasi ibu. Maka
fungsi dari placenta adalah :
1. Nutrisi, yaitu alat pemberi makanan pada janin
2. Respirasi, yaitu oksigen dari hemoglobin ibu masuk ke dalam
darah janin dengan cara difusi dan dengan cara yang sama janin
melepaskan karbon dioksida ke dalam darah maternal.
3. Ekskresi, yaitu alat pengeluaran sampah metabolisme
4. Penyimpanan, yaitu placenta melakukan metabolisme glukosa,
menyimpannya dalam bentuk glikogen dan mengubahnya
kembali menjadi glukosa sesuai kebutuhan serta penyimpan zat
besi dan vitamin yang larut dalam lemak.
5. Perlindungan, yaitu alat penyalur bermacam-macam antibody
ke janin. (Salmah, 2006).
2. Tanda-tanda kehamilan
Untuk menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan
penelitian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan. Berikut
ini adalah tanda-tanda kehamilan menururut buku ilmu kebidanan
(2009) :
a. Tanda-tanda tidak pasti kehamilan
1. Amenore (terlambat datang bulan)
a. Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya
pembentukan folikel de graaf dan ovulasi.
b. Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan
rumus neagle dapat ditentukan perkiraan persalinan.
2. Mual (nausea) dan muntah (emesis)
a. Pengaruh estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran
asam lambung yang berlebihan.
b. menimbulkan mual dan muntah terutama pagi hari yang
disebut morning sicknes. Dalam batas yang fisiologis
keadaan ini dapat teratasi.
3. Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan
tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam.
4. Sinkope atau Pingsan
a. Terjadi gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan
menimbulkan sinkope atau pingsan.
b. Keadaan ini menghilang setelah umur kehamilan 16
minggu.
5. Payudara tegang
a. Pengaruh estrogen-progesteron dan sometotropin
menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada
payudara.
b. Payudara membesar dan tegang
c. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama
pada hamil pertama.
6. Sering miksi
a. Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih
cepat terasa penuh dan sering miksi.
b. Pada triwulan ke-2 sudah menghilang.
7. Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesterone dapat menghambat
peristaltic usus menyebabkan kesulitan untuk buang air
besar.
8. Pigmentasi kulit
a. Sekitar pipi : Cloasma Gravidarum
b. Keluarnya melanophore stimulating Hormon hifofisis
anterior menyebabkan figmentasi pada kulit.
c. Dinding perut
Striae lividae, striae nigra, linea nigra makin hitam
d. Sekitar payudara
Hiperpigmentasi areola mamae, putting susu makin
menonjol, kelenjar Montgomery menonjol, Pembuluh
darah manifest sekitar payudara
9. Epulis atau radang gusi
Suatu hipertropi papilla ginggipae. Sering terjadi pada
trimester 1
10. Varices atau penampakan pembuluh darah vena
Sering dijumpai pada triwulan terakhir. Didapat
pada daerah genital eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis.
Pada multigravida kadang-kadang varices ditemukan pada
kehamilan yang terdahulu, timbul kembali pada triwulan
pertama. Kadang-kadang timbulnya varices merupakan
gejala pertama kehamilan muda.
11. Pada kehamilan muda bisa pula ditemukan :
a. Tanda hegar
b. Tanda chadwicks
c. Tanda piscaseck
d. Kontraksi brakston hicks
b. Tanda pasti kehamilan
1. gerakan janin dalam Rahim
a. Terlihat/teraba gerak janin
b. Teraba bagian-bagian janin
2. Terdengar denyut jantung janin
a. Didengarkan dengan stetoskop leanec, alat
kardiotokografi, alat dopler.
b. Ultrasonografi
3. Dapat dirasakan gerakan janin dan ballotemen
4. Pada pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak kerangka
janin
5. Pada pemeriksaan USG dapat diketahui ukuran kantong
janin, panjang janin, dan diameter biparietal hingga dapat
diperkirakan tuanya kehamilan.
3. Menentukan Usia Kehamilan
a. Menggunakan rumus neagle
Perkiraan persalinan dihitung dari hari pertama haid
terakhir (HPHT) : tanggal ditambah 7 , bulan dikurang 3, tahun
ditambah 1.
b. Manurut Spiegelberg
Dengan mengukur Tinggi Fundus Uteri (TFU). Selain
untuk menentukan usia kehamilan, TFU digunakan untuk
menentukan berat janin dalam uterus. (Wiknjosastro, 2009)
menurut kelaziman, usia kehamilan dapat ditentukan
sebagai berikut :
1. sebelum akhir bulan III : Fundus uteri belum teraba diatas
simpisis
2. Akhir bulan III (12 minggu), Fundus uteri 1-2 jari diatas
simfisis
3. Akhir bulan IV (16 minggu), pertengahan simpisis pusat
4. Akhir bulan V ( 20 minggu ), Fundus uteri 3 jari dibawah
pusat
5. Akhir bulan VI (24 minggu), Fundus setinggi pusat
6. Akhir bulan ke VII (28 minggu), fundus 3 jari dibawah
pusat
7. Akhir bulan ke VIII (32 minggu), Fundus uteri mencapai
arkus kostae atau 3 jari dibawah prosessus xyphoideus
8. Akhir bulan X (40 minggu), fundus uteri pertengahan
antara prosesus xyphoideus dan pusat
(Manuaba, 2007)
Tabel 2.1
Pemeriksaan tuanya kehamilan dan tinggi fundus uteri (TFU)
Menurut hukum Empat Bartholomew
Usia kehamilan Tinggi fundus uteri
1 2
Bulan I
Bulan II
Bulan III
Bulan IV
Bulan V
Bulan VI
Bulan VII
Bulan VIII
Bulan IX
Setinggi simfisis
¼ diatas simfisis2/4 diatas simfisis
¾ diatas simfisis
Setinggi pusat
¼ diatas pusat2/4 di atas pusat
¾ diatas pusat
Setinggi arcus kostae
*sebelum bulan ke III , fundus uteri belum dapat diraba
( Sumber : Manuaba, 2007 )
Tabel 2.2
Pemeriksaan tuanya kehamilan dengan McDonald
Tinggi Fundus uteri ( TFU ) Umur kehamilan
1 2
20
23
26
30
33
5
6
7
8
9
( Sumber : Manuaba, 2007 )
4. Perubahan Fisiologis Pada Wanita Hamil
a. Perubahan pada sistem Reproduksi
1. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama
dibawah pengaruh estrogen dan progesterone yang
kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya
disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus. Berat uterus
normal kurang lebih 30 gram, pada akhir kehamilan (40
minggu) berat uterus menjadi 1000 gram, dengan panjang
kurang lebih 20 cm dan dinding kurang lebih 2,5 cm. pada
bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah
advokat, agak gepeng. Pada kehamilan 4 bulan uterus
berbentuk bulat pada akhir kehamilan kembali seperti
bentuk semula, lonjong seperti telur.
Hubungan antara besarnya uterus dengan tuanya
kehamilan sangat penting diketahui, antara lain untuk
membuat diagnosis apakah wanita tersebut hamil fisiologis,
atau hamil ganda atau menderita penyakit seperti mola
hidatidosa dan sebagainya.
2. Servik Uteri
Pada kehamilan servik uteri mengalami perubahan
karena hormone estrogen. Akibat kadar estrogen meningkat
dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi
serviks menjadi lunak. perubahan-perubahan pada serviks
perlu diketahui sedini mungkin pada kehamilan, akan tetapi
yang memeriksa hendaknya hati-hati dan tidak dibenarkan
melaksanakan secara kasar sehingga dapat mengganggu
kehamilan.
3. Vagina dan Vulva
Akibat hormon estrogen, vulva dan vagina
mengalami perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi
mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah agak
kebiru-biruan (lividae) yang disebut tanda Chadwick.
Pembuluh-pembuluh darah alat genitalia interna akan
membesar, hal ini dikarenakan oksigenasi dan nutrisi pada
alat-alat genitalia meningkat.
b. Sistem sirkulasi darah
1. Volume darah : volume darah akan bertambah banyak ,
kira-kira 25% dengan puncaknya pada kehamilan 32
minggu
2. Protein darah : jumlah protein, albumin dan globulin
menurun pada triwulan pertama dan meningkat secara
bertahap pada akhir kehamilan. Beta-globulin dan
fibrinogen terus meningkat.
3. Hitung jenis globulin : hematokrit cenderung menurun
karena kenaikan relative volume plasma darah. Jumlah
eritrosit cenderung meningkat untuk memenuhi kebutuhan
transport 02. Konsentrasi Hb terlihat menurun. Leukosit
meningkat sampai 10.000/cc, demikian pula dengan
produksi trombosit.
c. Sistem pernafasan
Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek
nafas, hal ini disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah
diafragma akibat pembesaran rahim.
d. Saluran pencernaan
1. Saliva meningkat
2. Pada trimester pertama mengeluh mual dan muntah ,
biasanya terjadi pada pagi hari , disebut morning sickness.
3. Tonus otot saluran pencernaan melemah sehingga motalitas
dan makanan akan lebih baik , namun akan menimbulkan
obstipasi.
e. Kulit
Pada daerah kulit tertentu terjadi hiperpigmentasi :
1. Muka : disebut cloasma gravidarum.
2. Payudara : putting susu dan areola payudara
3. Perut : linea nigra dan striae livide
f. Metabolisme
1. Tingkat metabolic basal (Basal Metabolic Rate) pada
wanita hamil meninggi hingga 15-20%, terutama pada
trimester akhir.
2. Membutuhkan protein yang banyak untuk perkembangan
fetus, alat kandungan, payudara, badan ibu, dan persiapan
laktasi.
3. Metabolisme lemak juga terjadi kadar kolestrol meningkat
sampai 350 mg atau lebih per 100 ml
4. Metabolisme Mineral
a. Kalsium : dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari
sedangkan untuk pembentukan tulang-tulang terutama
dalam trimester terakhir dibutuhkan 30-40 gram.
b. Fosfor : dibutuhkan rata-rata 2 gram perhari
c. zat besi : dibutuhkan tambahan + 800 mg , atau 30-50
mg sehari.
d. Air : wanita hamil cenderung mengalami retensi air.
5. Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira diantara 6,5-
16,5 kg rata-rata 12,5 kg.
6. Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi
7. Wanita hamil memerlukan makan yang bergizi dan harus
mengandung banyak protein.
g. Payudara (mamae)
Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang, dan
berat dapat teraba nodule-noduli akibat hipertropi kelenjar
alveoli. Bayangan vena-vena lebih membiru.
Kalau diperas keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna
kuning. (Wiknjosastro, 2009)
5. Perubahan Psikologis pada ibu hamil
Periode antenatal adalah suatu kondisi yang dipersiapkan
secara fisik dan psikologis untuk kelahiran dan menjadi orang tua.
Perubahan psikologis tersebut menurut Salmah ( 2006 ) antara lain
a. Respon emosional
Stress ibu dapat dipengaruhi oleh emosionalnya , lingkungan
social, latar belakang, budaya dan penerimaan atau penolakan
proses kehamilan.
b. Ambivalen
Perasaan menolak (ambivalen) disebabkan karena ada perasaan
khawatir bahwa waktunya “salah”, bahwa kehamilan ini tidak
diinginkan , “nanti” dan “tidak sekarang” karena merasa takut
dan cemas, merasa ragu-ragu pada peran yang baru, tidak
tertanggulanginya konflik dengan ibu, perempuan tersebut atau
ketakutan terhadap kehamilan dan persalinan.
c. Cemas
Cemas gangguan emosional positif sebagai peindungan
menghadapi stress yang bisa menjadi masalah apabila
berlebihan.
d. Depresi
Banyak penelitian defresi berfokus menilai defresi antenatal
sebagai usaha untuk memprediksi defresi postpartum.
e. Menerima kehamilan
Langkah pertama untuk beradaptasi peran sebagai ibu adalah
menerima ide untuk hamil.
f. Murung
Emosi ibu hamil mempunyai bermacam-macam karakteristik,
menangis karena sebab-sebab yang sepele, karena ibu hamil
membutuhkan lebih banyak kasih sayang dan perhatian.
g. perubahan cairan tubuh
Tingkat perubahan berhubungan dengan faktor-faktor
kepribadian , respon social, dan sikap menghadapi kehamilan.
6. Tujuan Asuhan Antenatal
Tujuan asuhan antenatal menurut Saifuddin ( 2006 ) , yaitu :
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang bayi
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental
dan social ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat
penyakit secar umum, kebidanan atau pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
7. Antenatal Care (ANC)
a. Definisi
Antenatal care atau asuhan kehamilan adalah suatu
pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan
mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi
persalinan, nifas, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara
wajar (Wiknjosastro, 2009).
b. Tujuan ANC
1. Tujuan Umum
Menyiapkan secara optimal baik fisik maupun mental ibu
dan janin selama kehamilan, persalinan, dan nifas sehingga
didapatkan ibu dan janin yang sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengenali dan menangani penyakit-penyakit yang
mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan, dan
nifas
b. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang
mungkin diderita sedini mungkin
c. Menurunkan angka morbiditas dan mor litas ibu dan
anak
d. Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-
hari dan keluarga berencana, kehamilan, nifas, dan
laktasi.
c. Jadwal ANC
Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pengawasan
antenatal sedikitnya 4 kali kunjungan selama hamil, yaitu 1 kali
kunjungan selama trimester pertama, 1 kali selama trimester ke
dua, dan 2 kali selama trimester ketiga (Saifuddin, 2002).
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan
untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi
dini factor resiko, pencegahan dan penanganan komplikasi.
Tabel 2.3
Informasi kunjungan antenatal
Kunjugan Waktu Informasi penting
1 2 3
Trimester
pertama
Sebelum minggu
ke-14
1. Membangun hubungan saling percaya
antara petugas kesehatan dan ibu hamil.
2. Mendeteksi masalah dan menanganinya.
3. Melakukan tindakan pencegahan seperti
tetanus neonatorum, anea kekrangan zat
besi, penggunaan praktek tradisional
yang merugikan.
4. Memulai persiapan kelahiran bayi dan
kesiapan untuk menghadapi kompliksi
5. Mendorong prilaku yang sehat 9 gizi,
latihan, dan kebersihan, istirahat, dsb)
Trimester
kedua
Sebelum minggu
ke-28
Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan
khusus mengenai preeklampsi (Tanya ibu
tentang gejala-gejala preeklampsi, pantau
tekanan darah, evakuasi edema, periksa
untuk mengetahui proteinuria)
Trimester
ketiga
Antara minggu
28-36
Sama seperti diatas, ditambah palpasi
abdominal untuk mengetahui apakah ada
kehamilan ganda
Trimester
ketiga
Setelah 36
minggu
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak
bayi yang tidak normal, atau kondisi lain
yang memerlukan kelahiran dirumah sakit.
(sumber : saifuddin, 2002)
d. Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “10 T”
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Kecukupan gizi dapat ditentukan dengan adanya
kenaikan berat badan (BB). Kenaikan BB berlebihan atau
yang kurang perlu mendapatkan perhatian khusus,
dikarenakan akan menimbulkan dampak yang kurang baik,
juga dapat menimbulkan terjadinya penyulit dalam
kehamilan. Adapun cara untuk menentukan status gizi yaitu
deng menghitung Indeks Masa Tubuh
rumus IMT=BB sebelum hamil (kg)TB m2
Tabel 2.4
Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan
berdasarkan Indeks Masa Tubuh ( IMT )
Kategori IMT Rekomendasi
1 2 3
Rendah
Normal
Tinggi
Obesitas
Gemeli
<19,8
19,8-26
26-29
>29
12,5-18
11,5-16
7-11,5
>7
16-20,5
( sumber : Wiknjosastro, 2009 )
2. Tekanan Darah
Tekanan darah diukur setiap kali ibu hamil melakukan
kunjungan, hal ini bertujuan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan kenaikan tekanan darah yang disebabkan
kehamilan. Tekanan darah pada ibu hamil dikatakan normal
yaitu dibawah 140/90 mmHg.
3. Tinjau/nilai status gizi
Makanan sehari-hari dianjurkan bagi ibu hamil
harus memenuhi standar kebutuhan gizi untuk ibu hamil.
Status gizi dapat ditentukan dengan menggunakan IMT.
4. Tinggi Fundus Uteri (TFU)
TFU digunakan sebagai salah satu cara untuk
mengetahui usia kehamilan. Selain itu, TFU digunakan
untuk menghitung Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ).
Runus TBBJ menurut Lohnson :
a. Berat Janin (BJ) = (TFU-12) x 155 gram
b. Jika kepala janin telah masuk ke Pintu atas panggul
(PAP), rumusnya menjadi :
Berat Janin (BJ) = (TFU – 11) x 155 gram
(Manuaba, 2007)
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dapat dilakukan
dengan palpasi abdomen. Palpasi merupakan langkah
diagnose kehamilan yang sangat penting dengan tujuan
untuk :
a. Menentukan umur kehamilan melalui tingginya fundus
uteri
b. Menentukan letak janin dalam uterus
c. Menetapkan kemungkinan tumor yang dapat
mengganggu proses persalinan.
Cara melakukan palpasi menurut leopol terdiri dari :
Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri.
Menentukan bagian apa yang terletak di fundus uteri,
apakah kepala atau bokong pada letak membujur, atau
teraba kosong jika letaknya melintang.
Leopold II : Untuk menentukan letak punggung janin.
Tangan pemeriksa diturunkan ke samping. Untuk
menentukan bagian mana janin yang berada di bagian
samping. Jika keras artinya punggung janin, dapat juga
kepala atu bokong jika letaknya melintang. Pemeriksaan ini
dapat digunakan untuk mendengar detak jantung janin.
Leopold III : untuk menetapkan bagian terendah janin.
Pemeriksaan menghadap ke kaki pasien, jari tangan
diluncurkan ke samping bawah uterus, jari ditekan masuk
menentukan bagian terendah janin. Jika teraba bulat dan
padat berarti kepala, jika tidak bulat dan tidak keras berarti
bokong.
Leopold IV : Untuk menentukan apa yang menjadi bagian
terendah janin (kepala atau bokong) dan seberapa jauh
masuknya kedalam rongga pelvis. (Manuaba, 2007)
Untuk menentukan DJJ, digunakan stetoskop
leannec atau alat dopler yang ditempelkan pada andomen
ibu hamil di daerah punggung janin kemudian DJJ dihitung
selama satu menit. Batas frekuensi DJJ adalah 120-160
denyut per menit. Takikardi (DJJ > 160) per menit
menunjukan adanya reaksi kompensasi terhadap beban dan
bradikardi ( DJJ <120 per menit ) menunjukan kegagalan
kompensasi terhadap beban. Kedua kelainan tersebut dapat
menyebabkan stress pada janin ( fetal distress ) atau disebut
gawat janin.
6. Tetanus Toksoid (TT)
Skrining status imunisasi tetanus dan berikan
imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.
Tabel 2.5
Imunisasi TT
Antigen Interval
( selang waktu minimal )
Lama
perlindungan
%
perlindungan
1 2 3 4
TT1 Pada kunjungan antenatal
pertama
- -
TT2 4 minggu setelah pemberian
TT1
3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun /
seumur hidup
99
(Sumber : Saifudin, 2006 )
7. Tablet Zat Besi (Fe)
Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat
besi) dan asam folat 500 mg. Tablet besi sebaiknya tidak
diminum bersamaan dengan teh atau kopi karena akan
mengganggu penyerapan.
8. Tes Laboratorium (rutin dan khusus)
Tes laboratorium meliputi tes untuk mengetahui
apakah ibu menderita Penyakit Menular Seksual (PMS),
mengetahui kadar hemoglobin , protein, dan glukosa.
9. Tata Laksana Kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk perencanaan persalinan
dan pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca
persalinan.
8. Pengawasan ANC terhadap Tanda-tanda bahaya kehamilan
Enam tanda bahaya selama periode antenatal berdasarkan buku
panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
(2002):
a. Perdarahan pervaginam
b. Sakit kepala lebih dari biasa
c. Gangguan penglihatan
d. Pembengkakan pada wajah / tangan
e. Nyeri abdomen (epigastrik)
f. Janin tidak bergerak sebanyak biasnya.
B. PERSALINAN
1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu (Varney’s, 2008). Persalinan
adalah proses dimana bayi, placenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu (APN, 2008).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses
dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir
( Saifuddin, 2006 ).
2. Sebab-sebab mulai terjadinya persalinan
Bagaimana terjadinya proses persalinan belum diketahui
secara pasti tetapi ada banyak faktor yang memegang peranan
dalam bekerja sama sehingga terjadi proses persalinan.
a. Penurunan Kepala
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaiknya
estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama
kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar estrogen dalam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun
sehingga timbul his.
b. Teori Oksitosin
Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya umur
kehamilan, maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas
sehingga persalinan dapat dimulai.
c. Teori ketegangan otot
Seperti halnya dengan kandung kemih dan lambung teregang
oleh isinya yang bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka
dengan majunya kehamilan, makin teregang otot maka rahim
semakin rentan.
d. Pengaruh janin
Hipofisis dan kelenjar suprarenal janin juga memegang peranan
oleh karenanya adanya anensepalus kehamilan sering lebih
lama dari biasa.
e. Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. pemberian
prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan (Asri, 2010).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan persalinan
Menurut Asri (2010), ada 5 faktor yang mempengaruhi kemajuan
persalinan :
a. Passage (jalan lahir), yakni :
1. Ukuran pelvis
2. Bentuk pelvis
3. Kemajuan serviks untuk dilatasi dan vagina meregang.
b. Passanger (janin dan placenta), yakni :
1. Ukuran kepala
2. Posisi janin
3. Presentasi janin
c. Power (kekuatan his dan mengedan), yakni :
1. Frekuensi, durasi, intensitas kontraksi
2. Tekanan abdomen yang muncul pada stage 2 persalinan.
d. psyche (mental atau psycologis)
1. Fisik ibu, emosi, intelektual.
2. Riwayat atau pengalaman persalinan
3. Prilaku adaptasi
4. Dukungan keluarga.
e. Provider
1. Memiliki kesiapan moril
2. Keterampilan dalam menolong persalinan
3. Kesiapan alat untuk memberikan pertolongan dan
mengatasi kegawat daruratan
4. Mengetahui dan memahami batasan kompetensi.
4. Pembagian tahapan persalinan
a. Kala I
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir
bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai
membuka (dilatasi) dan mendatar (affacement). Darah berasal
dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis
karena pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.
Pembukaan 1 sampai pembukaan 10 (lengkap) lamanya
kala I untuk primigravida 13 jam sedangkan multigravida
sekitar 8 jam, berdasarkan kurve friedman diperhitungkan
pembukaan multigravida 2cm/jam, dengan perhitungan tersebut
maka waktu pembukaan lengkap dapat diperhitungkan :
1. Fase Laten : dimana pembukaan serviks berlangsung
lambat, sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8
jam.
2. Fase aktif : berlangsung 6 jam dan dibagi 3 subfase, yaitu :
a. periode akselerasi , berlangsung 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
b. periode dilatasi maksimal, selama 2 jam pembukaan
sampai 9 cm.
c. periode deselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2
jam pembukaan jadi 10 atau lengkap.
Pada saat kala I berlangsung, perlu adanya pemantauan khusus
terhadap parameter tersebut :
Tabel 2.6
Frekuensi minimal penilaian dalam persalinan normal
Parameter Frekuensi pada fase laten Frekuensi pada fase
aktif
1 2 3
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit
Denyut jantung janin Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*
Penurunan Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*
*dinilai pada setiap pemeriksaan dalam
( Sumber : saifuddin, 2002 )
Pemeriksan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama
kala I pada persalinan, dan setelah selaput ketuban pecah. Pada
setiap pemeriksaan dalam, catatlah hal-hal sebagai berikut :
a. warna cairan amnion
b. dilatasi serviks
c. penurunan kepala (yang dapat dicocokan dengan periksa
luar)
Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam
pertama, mungkin diagnose inpartu dapat ditegakan. Jika
terdapat kontraksi yang menetap, periksa ulang wanita tersebut
setelah 4 jam untuk melihat perubahan serviks. Pada tahap ini,
serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita tersebut dalam
keadaan inpartu, jika tidak terdapat perubahan, maka diagnose
adalah persalinan palsu.
Tabel 2.8
Penurunan kepala janin menurut sistem perlimaan
Periksa luar Periksa dalam Keterangan
1 2 3
= 5/5 Kepala diatas PAP, mudah
digerakkan
= 4/5 H I-II
Sulit digerakkan, bagian
terbesar kepala belum masuk
panggul
= 3/5 H II-III Bagian terbesar kepala belum
masuk panggul
= 2/5 H III+ Bagian terbesar kepala sudah
masuk panggul
=1/5 H III-IV Kepala didasar penggul
=0/5 H IV Di perineum
(sumber :saifuddin ; 2002 )
b. Kala II
Dimulai ketika pembentukan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II disebut sebagai
kala pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala II adalah sebagai
berikut :
1. Ibu merasa ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi.
2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum
dan vaginanya
3. Perineum menonjol
4. vulva vagina dan spingter ani membuka
5. Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah.
Tanda pasti kala 2 ditentukan melalui periksa dalam yang
hasilnya :
1. Pembukaan serviks sudah lengkap.
2. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Lamanya kala II utuk primigravida 120 menit dan untuk
multigravida 60 menit (APN, 2008).
c. Kala III
Dimulai sejak lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
placenta dan selaput ketuban.
Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium)
berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus
setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan placenta. Karena tenpat
perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran placenta
tidak berubah maka placenta akan terlipat, menebal dan
kemudian lepas dari dinding uterus. setelah lepas, plasenta akan
turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Tanda-tanda lepasnya placenta :
1. Perubahan bentuk dan tingginya fundus uteri, setelah bayi
lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah
pusat. setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke
bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pir dan
fundus berada diatas pusat.
2. Tali pusat memanjang, tali pusat terlihat menjulur keluar
melalui vulva (tanda ahfeld).
3. Semburan darah mendadak dan singkat, darah berkumpul di
belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta
keluar dibantu oleh gaya gravitasi. apabila kumpulan darah
(retroplacental poling), dalam ruang diantara dinding uterus
dan permukaan dalam placenta melebihi kapasitas
tampungannya maka darah tersembur keluar dan tepi
plasenta yang terlepas.
Melahirkan plasenta dilakukan dengan teknik manajemen aktif
kala III, yaitu :
1. Pemberian oksitosin
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
3. masase fundus uteri.
Tujuan manajemen aktif kala III untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
memperpendek waktu kala tiga persalinan dan mengurangi
kehilangan darah disbanding dengan penatalaksanaan
fisiologis.
Keuntungan manajemen aktif kala III :
1. persalinan kala tiga lebih singkat
2. mengurangi jumlah kehilangan darah.
3. Mengurangi kejadian retensio placenta
(APN, 2008).
d. Kala IV
Dimulai setelah lahirnya bayi plasenta dan berakhir 2 jam
setelah itu. Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi
karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam
pertama.
Setelah plasenta lahir :
1. Lakukan rngsangan taktil (masase) uterus untuk
merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.
2. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan
secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya,
fundus uteri setinggi atau beberapa jari dibawah pusat.
3. Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
4. Periksa kemungkinan perdarahandari robekan (laserasi atau
episiotomy) perineum.
5. Evaluasi keadaan umum ibu.
6. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama
persalinan kala empat di bagian belakang partograf, segera
setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan
(APN, 2008).
Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan, yaitu :
Derajat I ( satu )
1. Mukosa vagina
2. Komisura posterior
3. Kulit perineum
Derajat II (dua)
1. mukosa vagina
2. komisura posterior
3. kulit perineum
4. otot perineum.
Derajat III (tiga)
1. Mukosa vagina
2. Komisura posterior
3. kulit perineum
4. Otot perineum
5. Otot spingter ani
Derajat IV (empat)
1. Mukosa vagina
2. Komisura posterior
3. kulit perineum
4. otot perineum
5. otot spingter ani
6. dinding depan rectum
(APN, 2008)
5. Gambaran perjalanan persalinan
Tanda-tanda persalinan sudah dekat
a. Terjadinya lightening
Gambaran lightening pada primigravida menunjukan hubungan
normal antara keempat P, yaitu power, Passage, Passanger, dan
psicologycal, sedangkan pada multipara gambarannya tidak
jelas karena kepala baru masuk pintu atas panggul menjelang
persalinan.
b. Terjadinya his permulaan atau his palsu
1. Rasa nyeri ringan di bagian bawah
2. Datang tidak teratur
3. Tidak ada perubahan pada serviks atau pembukaan serviks.
4. Durasinya pendek
5. Tidak bertambah bila beraktifitas.
c. Tanda-tanda persalinan
1. Ibu merasa ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi.
2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum
dan vaginanya.
3. Perineum menonjol
4. Vulva vagina dan spingter ani membuka
5. Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah (Asri,
2010).
6. Mekanisme Persalinan
Setelah adanya tanda persalinan sebagai proses pengeluaran
janin diantaranya :
a. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat
tegak lurus dengan PAP atau miring atau membentuk sudut
dengan PAP.
b. Kepala turun kedalam rongga panggul akibat tekanan langsung
dari his dan daerah fundus kearah daerah bokong, tekanan dari
cairan amnion, kontraksi otot dinding perut dan diafragma
(mengejan) dan badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
c. Fleksi kepala janin, dagu menempel ke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito-prontalis (puncak kepala),
menjadi diameter suboksipito-bregmantika (belakang kepala).
d. Rotasi interna (putaran faksi dalam) selalu disertai turunnya
kepala, putaran ubun-ubun kecil kearah depan atau bawah
sympisis pubis, membawa kepala melewati diastasia
interspinarum dengan diameter biparietalis.
e. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi
setelah oksiput melewati bawah sympisis pubis bagian
posterior. Lahir berturut-turut oksiput , bregma, dahi, hidung,
mulut, dagu.
f. Rotasi eksterna (putaran faksi luar), kepala berputar kembali
sesuai dengan sumbu rotasi tubuh , bahu masuk PAP dengan
posisi antero posterior sampai dibawah sympisis, kemudian
dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
g. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan
dikeluarkan dengan mudah. selanjutnya lahir badan (Thoraks,
abdomen) dan lengan, pinggul/thokanter depan dan belakang ,
tungkai dan kaki (Asri, 2010).
7. Perubahan fisiologi dalam persalinan
Sejumlah perubahan fisiologis terjadi pada ibu selama
persalinan. Sangat penting bagi bidan untuk memahami perubahan-
perubahan ini agar dapat membedakan tanda-tanda dan gejala
persalinan normal dan abnormal. Perubahan fisiologis meliputi :
a. Tekanan darah meningkat, selama terjadinya kontraksi (sistolik
rata-rata naik 10-20 mmHg dan diastolic 5-10 mmhg) antara
kontraksi, tekanan darah kembali normal pada level sebelum
persalinan. Rasa sakit, takut, dan cemas juga akan
meningkatkan tekanan darah.
b. Metabolisme, metabolisme karbohidrat anaerob dan aerob akan
meningkat secara berangsur, disebabkan karena kecemasan dan
aktivitas otot skeletal. Peningkatan ini ditandai dengan adanya
peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, kardiak output,
pernafasan dan cairan yang hilang.
c. Suhu tubuh, karena terjadi peningkatan metabolisme maka
suhu tubuh sedikit meningkat selama persalinan, terutama
selama dan segera setelah persalinan. Peningkatan ini ditandai
dengan adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, kardiak
output, pernafasan dan cairan yang hilang.
d. Detak jantung, berhubungan dengan peningkatan metabolisme ,
maka suhu tubuh meningkat selama persalinan, terutama
selama dan segera setelah persalinan. Peningkatan ini jangan
melebihi 0,5 0C sampai dengan 10C , dan smasih dikatakan
normal dalam 3 hari post partum.
e. Pernafasan, karena terjadinya peningkatan metabolisme , maka
terjadi sedikit peningkatan laju pernafasan yang dianggap
normal. Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan
bisa menyebabkan alkalosis.
f. Perubahan pada ginjal, poliuri sering terjadi selama persalinan,
mungkin disebabkan oleh peningkatan kardiak output,
peningkatan filtrasi glomerolus, dan peningkatan aliran plasma
ginjal, protein urine yang sedikit dianggap biasa dalam
persalinan.
g. Perubahan gastrointestinal, motilitas lambung dan absorpsi
makanan padat secara substansi berkurang banyak sekali elama
persalinan. selain itu pengeluaran getah lambung menjadi
sangat lamban. Cairan idak berpengaruh dan meninggalkan
perut dalam tempo yang biasa. Mual dan muntah biasa terjadi
sampai ibu mencapai akhir kala I (Asri, 2010).
8. Kebutuhan wanita Dalam Persalinan
a. Asuhan fisik dan psikologis
b. Kehadiran seorang pendamping
c. Pengurangan rasa nyeri
d. Penerimaan sikap atas nyeri.
e. Penerimaan sikap atas prilakunya.
f. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman.
( APN, 2008 )
9. Tujuan Asuhan persalinan
Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya
yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat
yang optimal ( APN, 2008 ).
10. Asuhan Sayang ibu selama persalinan
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya ,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. beberapa prinsip dasar asuhan
sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak sekali
penelitian menunjukan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi
dukungan selama persalinandan kelahiran bayi serta mengetahui
dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan
mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa aman dan hasil
yang lebih baik.
18 asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :
a. Panggil ibu sesuai namanya dan perlakukan ibu sesuai
martabatnya
b. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebeluma
memulai asuhan tersebut.
c. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
d. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau
khawatir.
e. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
f. Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tentramkan hati ibu
beserta enggota-anggota keluarganya.
g. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan anggota keluarga yang
lain selama persalinan dan kelahiran bayi.
h. Ajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara-cara
bagaimana mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu
selama persalinan dan kelahiran bayi.
i. Secara konsisten lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi
yang baik.
j. Hargai privasi ibu.
k. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan
dan kelahiran bayi.
l. Anjurkan ibu untuk minum dan makan-makanan ringan
sepanjang ia mengnginkannya.
m. Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak
merugikan kesehatan ibu.
n. Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan
seperti episiotomy , pencukuran dan klisma.
o. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin.
p. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama
setelah bayi lahir.
q. Siapkan rencana rujukan (bila perlu)
r. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baiik dan
bahan-bahan, perlengkapan, dan obat-obatan yang diperlukan.
Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap
kelahiran bayi (APN, 2008).
11. Partograf
Partograf adalah alat bantu pemantauan persalinan yang
digunakan selama kala I fase akif persalinan yang berupa catatan
grafik kemajuan persalinan untuk memantau keadaan ibu dan
janin. Partograf dapat dianggap sebagai sistem peringatan awal
yang membantu pengambilan keputusan lebih awal kapan seorang
ibu harus dirujuk
a. Tujuan
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal , juga
dapat mendeteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya
partus lama.
b. Keuntungan
Mendeteksi apakah proses persalinan kala I berjalan normal
dengan cara melihat kemajuan persalinan berdasarkan
pemeriksaan pembukan serviks. Jika digunakan secara tepat
dan konsisten , maka partograf akan membantu penolong
persalinan untuk :
1. Mencatat kemajuan persalinan
2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalina dan
kelahiran
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk
mengidentifikai secara dini tentang adanya penyulit.
5. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.
c. Bagian-nagian dari partograf
1. Kemajuan persalinan
a. Pembukaan serviks
b. Penurunan kepala janin
c. Kontraksi uterus
2. Keadaan janin
a. DJJ
b. warna dan jumlah air ketuban
c. molase tulang kepala janin
3. Keadaan ibu
a. nadi, tekanan darah, suhu
b. urine : volume dan protein
c. obat-obatan dan cairan cena yang diberikan
(APN, 2008)
12. Kebijakan Teknis asuhan persalinan dan Kelahiran
a. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukan sebagai
bagian dari persalinan bersih dan aman termasuk hadirnya
keluarga atau orang-orang yang memberi dukungan bagi ibu.
b. Partograf harus digunakan untuk membantu persalinan dan
berfungsi sebagai suatu catatan atau rekam medic untuk
persalinan.
c. Selama persalinan normal intervensi dilakukan jika benar-benar
dibutuhkan , prosedur ini hanya dibutuhkan jika ada infeksi
atau penyakit.
d. Manajemen aktif kala III termasuk melakukan penjepitan dan
pemotongan tali pusat secara dini, memberikan suntikan
oxytosin IM, melakukan penegangan tali pusat terkendali dan
segera melakukan massage fundus harus dilakukan pada semua
persalinan normal.
e. Penolongan persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi
setelah 2 jam pertama setelah kelahiran bayi , fundus diperiksa
setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan 30 menit pada jam
kedua.
f. Selama 24 jam setelah persalinan , fundus harus sering
diperiksa dan di masase sampai kontraksi baik.
g. Obat-obatan esensial, bahan perlengkapan harus disediakan
oleh petugas dan keluarga.( Saifuddin, 2002 ).
C. NIFAS
1. Definisi
Masa nifas adalah setelah kelahiran placenta dan berakhir
ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin,
2006).
Masa nifas dimulai setelah persalinan selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genital baru pulih
kembali seperti sebelum hamil dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro,
2009).
Masa nifas dimulai beberapa jam setelah placenta lahir dan
mencakup 6 minggu berikutnya (APN, 2008 ).
2. Periode Masa Nifas (Tahapan)
a. Purperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan
b. Purperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote purperium, adalah waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu , atau bulanan dan tahunan.
3. Perubahan fisiologis
a. Involusi Uterus
Selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi
menjadi kasar, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar
yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Pada involusi
uteri jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses
preteologi yang akan mengecilkan uterus kembali seperti
semula. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil
(involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Tabel 2.8
Involusi uterus
Involusi Bobot
uterus
Diameter
uterus
TFU
1 2 3 4
Akhir persalinan
7 hari (1 minggu)
14 hari (2 minggu)
42 hari (6 minggu)
1000 gr
500 gr
300 gr
40-60 gr
12 cm
7 cm
3,5 cm
2,4 cm
2 jari dibawah pusat
Pertengahan simfisis dengan
pusat
Tidak teraba
Normal
b. Involusi tempat placenta
Setelah persalinan, tempat placenta merupakan tempat
dengan permukaan yang kasar tidak rata dan kira-kira sebesar
telapak tangan. Dengan cepat luka ini akan mengecil pada akhir
kedua harinya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
c. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan uterus mempunyai pembuluh darah yang
besar, tetapi karena persalinan tidak diperlukan lagi peredaran
darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa
nifas.
d. Perubahan pada serviks dan vagina
Beberapa hari setelah ostium eksternum dapat dilalui
dengan 1 jari sedangkan pada akhir kehamilan dapat dilalui
oleh jari dan pada servik ini terbentuk sel-sel otot baru.
e. Dinding Perut dan perineum
Biasanya pulih kembali dalam 6 minggu
f. Saluran kencing
Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitive dan
kapasitasnya yang bertumbuh , sehingga kandung kencing
penuh atau sesudah kencing penuh dengan urine residual.
Dilatasi ureter normal kembali dalam waktu 2 minggu.
g. Lochea terdiri dari 5 macam, diantaranya :
1. Lochea rubra (cruenta) : darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban , sel-sel desidua , verniks kaseosa, lanugo, dan
mekonium selama 2 hari pasca persalinan.
2. Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah
dan lender, hari ke-3 sampai hari ke-7 pasca persalinan.
3. Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah
lagi, pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan
4. Lochea Alba : Cairan putih terjadi setelah 2 minggu
5. Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk (Obstetric William, 2000)
4. Asuhan Masa Nifas
a. Mobilitas
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus beristirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh
miring kiri miring kanan untuk mencegah terjadinya
thrombosis. Pada hari ke 2 telah dapat dilakukan latihan-latihan
senam, pada hari ke 3 ibu dapat duduk, hari ke 4 berjalan, dan
hari ke 5 boleh pulang.
Pada persalinan normal sebaiknya mobilisasi dikerjakan
dengan melihat keadaan pasien. Bila kondisi ibu baik sudah
boleh miring ke kanan/kiri dalam 2 jam dan boleh bangun dari
tempat tidur kurang lebih 6 jam post partum. Bila ibu tidak
mungkin sebaiknya beristirahat dulu, dalam waktu 6 jam
diharapkan ibu juga sudah dapat bangun dari tempat tidur.
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori.
Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, sayur-
sayuran, dan buah-buahan.
c. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya.
Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing karena
spingter uretra tertekan oleh kepala janin.
d. Defekasi
Buang air besar harus terjadi dalam 3 hari post partum , bila
ada obstipasi bisa diberikan obat laksan per oral.
e. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil
supaya putting susu lemas, tidak keras sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya.
f. Pemeriksaan pasca persalinan, meliputi :
1. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan, dsb
2. Keadaan umum : suhu badan, selera makan, dan lain-lain
3. Payudara : ASI dan putting susu
4. Dinding perut : Perineum, kandung kemih dan rectum
5. Secret yang keluar : Lochea dan Fluor albus
6. Keadaan alat-alat kandungan
g. Nasihat untuk ibu nifas
1. Kebersihan seluruh tubuh
2. Istirahat yang cukup
3. Senam nifas untuk mengembalikan otot-otot perut dan
panggul
4. Kebutuhan gizi yang cukup
5. Perawatan payudara
6. Pemberian ASI eksklusif
7. Untuk kesehatan bayi, bayi dan keluarga sebaiknya
melakukan KB untuk menjarangkan anak
8. Bawalah bayi untuk memperoleh imunisasi
(Saifuddin, 2006)
5. Tujuan Asuhan Nifas
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikologis
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tenttang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, pemberian
imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
(Saifuddin, 2006).
6. Kebijakan teknis kunjungan dan tujuannya
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan
sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin
oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu
nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas
dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali
dengan ketentuan waktu :
a. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai 3 hari
setelah persalinan.
b. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah
persalinan ( 8-14 hari )
c. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah
persalinan (36-42 hari)
Pelayaanan yang diberikan adalah :
a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus)
c. Pemeriksaan lochia dan pengeluaran pervaginam lainnya
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif selama 6
bulan
e. Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali ,
pertama segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24
jam pemberian kapsul Vitamin A pertama
f. Pelayanan KB pasca salin
(PWS KIA, 2010)
7. Keluarga Berencana
a. Pengertian kontrasepsi
Menurut Saifuddin (2002), kontrasepsi adalah usaha-usaha
untuk mencegah terjadinya kehamilan, yang bersifat sementara
atau menetap yang dilakukan secara mekanis menggunakan alat
atau obat.
b. Tujuan penggunaan alat kontrasepsi
Maksud penggunaan alat kontrasepsi yaitu untuk menunda
kehamilan, menjarangkan kehamilan atau mengakhiri
kehamilan.
c. Macam-macam Alat Kontrasepsi
1. Pil
Pil kontrasepsi mencakup pil kombinasi yang berisi
hormone estrogen dan progesterone, dan pil hanya
progesteron yang berisi hormone progesteron.
Cara kerja pil kombinasi adalah dengan menekan
ovulasi, mencegah implantasi, dan lender serviks mengental
sehingga sulit dilalui oleh sperma, pergerakan tuba
terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya
akan terganggu pula.
a. Keuntungan Kontrasepsi pil
1. Kesuburan segera kembali
2. Mengurangi rasa kejang atau nyeri perut pada saat
haid
3. mudah menggunakannya
4. mencegah kurang darah
5. mengurangi resiko kanker ovarium
6. siklus haid jadi teratur
7. khusus minum pil tidak mengganggu produksi ASI
b. Kerugian kontrasepsi pil
1. Memerlukan disiplin pemakaian
2. merepotkan
3. adanya efek samping walaupun sementara
4. Untuk golongan tertentu masih dikatakan mahal
c. Intruksi kepada klien
1. Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada
saat yang sama setiap hari
2. Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai
hari ke 7 sikklus haid
3. Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari
pertama haid
4. Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21
pil. Bila paket 28 pil habis, maka klien dianjurkan
untuk mulai minum pil dari paket yang baru. Bila
paket 21 habis sebaiknya tunggu 1 minggu baru
kemudian mulai minum pil dari paket yang baru.
5. Bila lupa minum 1 pil (hari 1-21) , sebaiknya
minum pil tersebut segera setelah ingat walaupun
harus minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak perlu
menggunakan metode kontrasepsi yang lain. Bila
lupa minum 2 pil atau lebih ( hari 1-21 ), sebaiknya
minum 2 pil satiap hari sampai sesuai jadwal yang
telah ditetapkan. Juga sebaiknya gunakan metode
kontrasepsi yang lain atau tidak melakukan
hubungan seksual sampai telah menghabiskan paket
pil tersebut.
6. Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes
kehamilan.
2. Suntik
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo
medroksiprogesteron asetat dan 5 mg astradiol spionat yang
diberikan injeksi IM. Sebulan sekali (cyclopem), dan 50 mg
noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat yang
diberikan injeksi IM sebulan sekali.
Kontrasepsi ini menyebabkan lender serviks
mengental sehingga menghentikan daya tembus sperma,
mengubah endometrium menjadi tidak cocok untuk
implantasi dan mengurangi fungsi tuba fallopi.
a. keuntungan
Praktis, efektif, aman, tidak mengurangi ASI, cocok
untuk ibu menyusui, dan jangka waktu pemakaian lebih
panjang.
b. Kerugian
Kembalinya kesuburan agak lambat beberapa bulan,
jika mengalami efek samping suntikan tidak dapat
ditarik kembali.
c. Efek samping
Gangguan haid, keputihan, jerawat, BB bertambah,
pusing, dan sakit kepala serta lesu.
3. Kontrasepsi Implant
Adalah jenis kontrasepsi susuk yang berbentuk
batang putih lentur dengan panjang 40 mm dan diameter 2
mm dalam suatu jarum yang terpasang pada inserter. Sekali
pakai dalam kemasan steril kantong alumunium. Dapat
dipergunakan sedikitnya selama 3 tahun.
a. Keuntungan
1. Berdaya guna tinggi
2. Aman untuk waktu jangka panjang
3. tidak dipengaruhi oleh factor lupa seperti pil
4. Tidak menaikan tekanan darah
5. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan
6. tidak mengganggu kegiatan senggama
7. Tidak mengganggu ASI
8. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
9. mengurangi nyeri haid
10. Mengurangi/memperbaiki anemia
11. Melindungi terjadinya kkanker endimetrium
12. Mengurangi Jumlah darah haid
13. Mengurangi angka kejadian kelainan jinak payudara
14. Melindungi diri dari penyebab penyakit radang
panggul.
b. Kerugian
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan
perubahan pola haid berupa perdarahan bercak
( Spotting ), hipermeenorea, atau meningkatnya jumlah
darah haid, serta amenorea. Timbulnya keluhan-keluhan
seperti :
1. Nyeri kepala
2. Peningkatan/penurunan berat badan
3. Nyeri payudara
4. Perasaan Mual
5. Pening/pusing kepala
6. Perubahan perasaan ( mood ) atau kegelisahan
7. Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk
insersi dan pencabutan
8. Tidak memberikan efek protektifterhadap infeksi
menular seksual termasuk AIDS
9. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian
kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan akan tetapi
harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
4. Alat Kontrasepsi Dalam rahim (AKDR)
Adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam
rahim sendiri yang dibuat dari plastic dililit oleh tembaga
bercampur perak. sebuah AKDR dimasukan melalui
saluran serviks dan dipasang dalam uterus. AKDR memiliki
benang yang menggantng turun ke dalam vagina, yang
dapat dapat diperiksa oleh wanita guna memastika alat
tersebut pada posisi yang benar. AKDR mencegah
kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma dan
ovum melalui perubahan pada tuba fallopi dan cairan
uterus, ada reaksi terhadap bend asing disertai peningkatan
leukosit. Kondisi ini mengurangi kesempatan ovum dan
sperma bertemu dan menghambat pembuahan. tembaga
pada AKDR dipercaya bersifat toksik terhadap sperma dan
ovum.
a. keuntungan
1. Efektivitas tinggi
2. Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari
CuT-380A)
3. kembalinya kesuburan cukup tinggi
4. tidak dipengaruhi oleh factor lupa seperti pil
5. Tidak mempengaruhi hu ungan seksual
6. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
7. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau
sesudah abortus ( apabila tidak terjadi infeksi )
8. Tdak ada interaksi dengan obat-obatan
b. Kerugian
1. Efek samping yang umum terjadi
a. Perubahan siklus haid ( umumnya pada 3 bulan
pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan )
b. Haid lebih lama dan banyak
c. Perdarahan ( spotting ) antar menstruasi
d. Saat haid lebih dakit
5. Kondom
Kondom adalah selaput karet yang dipasang pada
penis selama hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet
sintetis tipis, berbentuk silindris, kondom juga membantu
mencegah penularan penyakit menular seksual seperti
HIV/AIDS.
a. Keuntungan
1. Efektif bila digunakan dengan benar
2. Tidak mengganggu produksi ASI
3. Tidak mengganggu kesehatan klien
4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
5. Murah dan dapat dibeli secara umum
6. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatn
khusus.
b. Kerugian
1. Bocor dan sobek
2. Efektivitas tidak terlalu tinggi
3. Agak mengganggu hubungan seksual ( mengurangi
sentuhan langsung )
4. Pada beberapa klien menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi.
D. BAYI BARU LAHIR
1. Definisi Bayi Baru Lahir
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang
diberikan pada bayi pada jam pertama setelah kelahiran (Saifuddin,
2002).
Menurut buku saku Asuhan BBL (2008), ada beberapa istilah
yang berhubungan dengan penatalaksanaan bayi baru lahir, yaitu
berdasarkan usia kehamilan, dikenal istilah :
a. Prematur atau neonatus kurang bulan (NKB) untuk neonatus
kurang dari 37 minggu
b. Neonatus cukup bulan ( NCB ) untuk neonatus berusia 37
minggu sampai 41 minggu lebih 6 hari.
c. Postmatur atau neonatus lebih bulan ( NLB ) untuk neonatus
berusia lebih lebih dari 42 minggu
.
Berdasarkan berat badan lahir, dibedakan antara lain : Makrosomia
untuk neonatus dengan berat badan lahir (BBL) lebih dari 4000
gram
a. Neonatus dengan berat badan lahir normal antara 2500-3999
gram
b. Neonatus dengan berat badan lahir rendah (BBLR) untuk yang
kurang dari 2500 gram.
2. Penyesuaian pada Bayi baru Lahir
Perubahan fisiologis yang menonjol tang diperlukan pada bayi
baru lahir adalah peralihan dari sirkulasi plasenta atau janin ke
pernafasan sendiri. Kehilangan suflai oksigen dan pelepasan
karbon dioksida. stress persalinan yang normal menimbulkan
perubahan pola pertukaran gas plasenta, keseimbangan asam basa
dalam darah dan aktifitas normal ini meningkatkan asfiksia janin
yang akan mempengaruhi penyesuaian janin ke kehidupan diluar
uterus.
Pada saat bayi baru lahir, perubahan fisiologis telah terjadi
dengan tujuan untuk memfasilitasi penyesuaian pada kehidupan
diluar uterus. penyesuaian pada bayi baru lahir yang utama adalah
sebagai berikut :
a. Memulai dan memelihara pernafasan paru-paru
b. Memulai perubahan sirkulasi dengan tujuan untuk memastikan
oksigenasi yang kuat pada seluruh tubuh
c. Kemampuan untuk mengatur temperature ttubuh
d. Kemampuan untuk mencerna, mempertahanan dan
mengabsorpsi zat makanan melalui saluran pencernaan.
e. Kemampuan untuk mengeliminasi semua sisa-sisa buangan
tubuh
f. Kemampuan untuk mempertahankan semua fungsi pada sistem
tubuh.
g. Kemampuan untuk melindungi tubuh terhadap penyaakit.
Pada saat lahir, setiap bayi manusia memerlukan bantuan dari
orang lain dengan tujuan untuk bertahan hidup. Sampai anak
manusia telah tumbuh dan dewasa (secara fisik, mental dan social).
Orang yang paling mungkin memberikn dukungan yang terbaik
pada bayi garu lahir adalah ibu bayi sendiri. Namun, ibu sendiri
memerlukan dukungan pada waktu ini, oleh karena itu orang
terdekat ibu dan bayi setelah persalinan mempunyai tanggung
jawab untuk menjamin bahwa setiap anggota baru dlam keluarga
menerima perawatan yang sebaik mungkin (Maryunani, 2008).
3. Perubahan Fisiologis Bayi Baru lahir
Berdasarkan buku saku asuhan bayi baru lahir (2008),
perubahan fisiologis pada BBL adalah sebagai berikut :
1. Sistem Pernafasan
Penyesuaian yang paling kritis dan segera terjadi yang
dialami bayi baru lahir adalah penyesuaian sistem pernafasan.
Udara harus diganti oleh cairan yang mengisi saluran
pernafasan sampai elveoli. Pada kelhiran pervaginam normal,
sejumlah kecil cairan keluar dari trachea dan paru-paru bayi.
Stimulus yang membantu memulai pernafasan pertama
terutama adalah factor kimia dan thermal (suhu). Faktor –
factor kimia dalam darah (oksigen rendah, karbondioksida
tinggi dan PH rendah) memulai impulse yang membangkitkan
pusat pernafasan pada medulla. Stimulasi thermal utama
merupakan keadaan menggigil mendadak pada bayi yang baru
meninggalkan lingkungan yang hangat dan masuk ke atmisfir
yang felatif lebih dingin. Perubahan temperature yang
mendadak ini membangkitkan impuls sensori pada kulit yang
dikirimkan ke pusat pernafasan.
Pada saat lahir, oksigen dari plasenta terputus, terbentuk
karbondioksida dalam darah bayi, dan bayi secara tiba-tiba
terpapar pada lingkungan yang menakjubkan. Sebagai respon,
bayi berupaya untuk bernafas pertama kali, mengisi paru-paru
dengan udara dan dibantu dengan menangis pada saat ekspirasi
pertama.
Lendir dan cairan amnion harus dibuang dari jalan udara
sehingga bayi tidak akan mengaspirasi cairan dan lender
tersebut. Selama seminggu pertama kecepatan pernafasan
mungkin tidak teratur karena imaturitas pusat pernafasan dalam
otak. Kecepatannya harus tidak dibawah 30 atau meningkat
diatas 60. Pernafasan abdomen adalah normal. Retraksi
sternum dan pernafasan dada serta sianosis adalah tidak normal
dan menandakan dispnea.
2. Sistem Kardiovaskuler
Dengan pernafasan pertama dilakukan bayi baru
lahirmembuat paru-paru berkembang dan membuat resistensi
vaskuler pulmonal menurun. Rangkaian peristiwa ini
merupakan mekanisme besar yang menyebabkan tekanan
atrium kanan menurun. Aliran darah pulmonal kembali
meningkat ke jantung dan masuk ke jantung kiri, sehingga
tekanan pada atrium kiri lebih besar dari tekanan pada atrium
kanan. perubahan tekanan ini menyebabkan foramen ovale
menutup dengan menekannya melawan septum atrium.
Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi hidup
diluar badan ibu. Selama beberapa hari pertama kehidupan,
tangisan dapat mengembalikan aliran darah melalui foramen
ovale untuk sementara dan mengakibatkan sianosis ringan.
Pada waktu tali umbilikalis berhenti berpulsasi atau pada
waktu tali pusat diputus/dipotong, tidak ada darah yang
memasuki duktus venosus dan hal ini kemudian menurunkan
tekanan pada bagian penting sebelah kanan. Duktus venosus
mengkerut beberapa jam setelah lahir dan setelah sekitar 1
minggu, menjadi menutup secara permanen dan membentuk
ligamentum.
3. Termogenesis
Terdapat beberapa factor mempengaruhi bayi baru lahir
terdapat kehilangan panas yang berlebihan. Pertama, area
permukaan yang besar pada bayi baru lahir memudahkan
kehilangan panas ke lingkungan. Faktor kedua yang
memperlambat penyimpanan panas tubuh adalah lapisan lemak
subkutan yang tipis pada bayi baru lahir. Faktor ketiga adalah
mekanisme untuk memproduksi pada bayi baru lahir tidak
seperti orang dewasa yang dapat memproduksi panas dengan
cara menggigil (shivering), bayi baru lahir yang kedinginan
tidak dapat menggigil tetaapi memproduksi panas melalui
nonshivering thermogenesis /NST (pengaruh panas tidak
dengan cara menggigil). NST diproduksi dengan menstimulasi
respirasi seluler (Maryunani, 2008).
Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran
udara melalui jendela atau pintu terbuka akan mempercepat
terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehiloangan panas
tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan dingin (cold stress)
yang merupakan gejala awal hipotermia.
Suhu normal bayi lahir sekitar 36,5 0 C – 37,5 0C (suhu
ketiak). Gejala awal hipotermia apabila suhu >360C atau dua
kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba
dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu
32 derajat sampai 36 derajat celcius).
Hipotermia menyebabkan terjadinya penyempitan
pembuluh darah, yang mngakibatkan terjadinya metabolic
anaerobic, meningkatkan kebutuhan iksigen, mengakibatkan
hipoksemia dan berlanjutt dengan kematian.
Penanganan hipotermia Bayi baru Lahir adalah sebagai
berikut :
a. Segera menghangatkan bayi didalam incubator atau melalui
penyinaran lampu.
b. Melalui npanas tuuh ibu, bayi letakan telungkup di dada ibu
agar tejadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk
menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus
berada didalam satu pakaian yang disebut dengan metoda
kangguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar
berkancing depan.
c. bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain
hangat yang disetrika terlebih dahulu, yang digunakan
secara cepat menilai untuk menutupi tubuh bayi dan ibu.
Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat.
d. Biasanya bayi hipotermia mendrita hipoglikemia, sehingga
bayi harus diberi ASI sedikit-seikit sesering mungkin.
(Saifudin, 2006)
4. Asuhan bayi baru lahir
Berdasarkan buku Asuhan Persalinan Normal (2008),
asuhan bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
a. Membersihkan jalan Nafas
1. Bayi normal akan langsung menangis spontan segera
setelah lahir
2. Segera setelah lahir secara cepat menilai pernafasannya,
letakkan bayi dengan handuk diatas perut ibu.
3. Dengan kain bersih dan kering atau kassa lap darah atau
lender darii wajah bayi untuk mencegah jalannya udara
terhalang. Periksa ulang pernafasan bayi. (sebagian
besar bayi akan menangis atau bernafas secara spontan
dalam waktu 30 detik setelah lahir)
4. Bila bayi tersebut tidak bernafas dalam waktu 30 detik
segeralah cari bantuan dan mulai langkah-langkah
resusitasi.
b. Pemotongan dan perawatan tali pusat
Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi
dengan gunting steril dan diikat dengan klem. Caranya :
1. Klem tali pusat dengan mnggunakan 2 buah klem pada
titik kira-kira 2-3 cm dari pangkal pusat bayi (sisakan
kira-kira 1 cm diantara klem tersebut)
2. Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil
melindungi bayi dari gunting dengan tangan.
3. Pertahankan kebersihan pada saat pemotongan.
4. Periksalah tali pusat setiap 15 menit. Apabila masih
terjadi perdarahan lakukan pengikatan ulang yang lebih
kuat.
c. Pemberian Vitamin K
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1
injeksi 1ml IM dipaha kiri sesegera mungkin untuk
mencegah perdarahan bayi baru lahir yang bisa muncul
karena kadar protrombin rendah pada beberapa hari
pertama kehidupan bayi sebagai akibat defisiensi Vit K
yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena
defisiensi vitamin K pada BBL, lakukan hal-hal berikut :
1. semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu
diberikan vitamin K dengan dosis 1 mg secara IM
2. Bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan
dosis o,5-1 mg secara IV.
d. Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah
infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan
ibu-bayi. Terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi Hepatitis
B. Jadwal pertama, imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 kali ,
yaitu pada usia 0 (segera setelah lahir menggunakan
uniject), 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua imunisasi Hepatitis B
sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 0, dan DPT+Hepatitis B
pada 2,3 dan 4 bulan usia bayi.
e. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu lahir, belum mengatur tetap suhu
badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat, dengan cara :
1. keringkan bayi dengan seksama, selimuti bayi dengan
kain yang bersih
2. Tutup bagian kepala bayi, dianjurkan untuk ibu
memeluk dan menyusui bayinya.
3. Jangan memandikan bayi dengan segera setelah lahir,
paling sedikitnya 6 jam.
4. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.
Mekanisme kehilangan panas menurut APN, 2008 :
1. Eksplorasi, adalah jalan utama bayi kehilangan panas.
Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan air
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri. Karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera
dikeringan. Kehilanggan panas juga terjadi pada bayi
yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak
segera dikeringkan dan diselimuti.
2. Konduksi, adalah kehilangan panas tubuh melalui
kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan
yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi, apabila bayi diletakkan diatas benda-benda
tersebut.
3. Konveksi, adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi
saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi
yang dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan yang
dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi
aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui
ventilasi atau pendingin ruangan.
4. Radiasi, adalah kehilangan panas yang terjadi karena
bayi ditempatkan didekat benda-benda yang
mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh
bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena
benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh
bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
f. Pemberian Salep Mata
Salep mata tetrasiklin 1%, eritromisin 5%
dianjurkan untuk mencegah penyakit mata akibat penyakit
menular seksual, diberikan pada jam pertama setelah lahir.
Upaya profilaksis infeksi mata tidak efektif jika diberikan
lebih dari 1 jam setelah kelahiran.
E. Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney :
1. Definisi
Manajemen kebidanan adalah pemecahan masalah yang dihadapi
sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan
dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan
keputusan yang berfokus pada klien. (Varney, 2007)
2. Langkah Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Varney
a. Pengkajian
Dalam pengkajian terdiri dari anamnesa, data subjektif, data
objektif, serta data penunjang yang terdapat pada klien
b. Interpretasi Data
Meliputi diagnose kebidanan, dasar dan masalah yang terdapat
pada klien.
c. Identifikasi Masalah Potensial
Terdiri dari berbagai kemungkinan yang bisa timbul sesuai
dengan diagnosa klien.
d. Menetapkan Kebutuhan atau Tindakan Segera /Kolaborasi
Dilaksanakan jika ditentukan suatu masalah yang memerlukan
tindakan segera atau kolaborasi dengan dokter atau petugas
kesehatan lainnya.
e. Perencanaan atau Planning
Meliputi seluruh rencana tindakan yang akan dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan klien
f. Pelaksanaan atau Implementasi
Seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk
memenuhi kebutuhan atau masalah klien.
g. Evaluasi
Yaitu hasil yang dicapai sesuai dengan tindakan yang telah
dilaksanakan
F. PENDOKUMENTASIAN DALAM BENTUK SOAP
Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan.
Langkah-langkah dalam manajemen kebidanan
menggambarkan alur pola berfikir dn bertindak bidan dalam
pengambilan keputusan klinis untuk mengatasi masalah.
Asuhan yang telah dilakukan harus dicatat secara benar, jelas,
singkat dan logis dalam suatu metode pendokumentasian.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang
dapat mendokumentasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang
telah dilakukan dan yang akan dilakukan pada seorang klien yang
didalamnya tersirat proses berpikir sistematis seorang bidan dalam
menghadapi seorang klien sesuai langkah-langkah dalam proses
manajemen kebidanan.
4 langkah yang didokumentasikan dalam bentuk soap.
S : Subjektif
Mengggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesa sebagai langkah 1 varney.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil lab, tes diagnostik lain, yang dirumuskan dalam data,
fookus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 varney.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa
2. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
3. Perlunya tindakan oleh bidan atau dokter, konsultasi atau
kolaborasi, rujukan sebagai langkah 2,3, dan 4 varney.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan,
implementasi dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah
5,6, dan 7 varney. Alasan SOAP dipakai untuk pendokumentasian
adalah :
1. Pembuatan metode soap merupakan perkembangan informasi yang
sistematis mengorganisir penemuan menjadi suatu rencana asuhan.
2. Metode ini merupakan intisari dari proses penatalaksanaan
kebidanan untuk tujuan mengadakan pendokumentasian asuhan.
3. SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu dalam
mengorganisir pikiran dan memberikan asuhan yang menyeluruh.