komposisi gula merah lengkap

128
1 STUDI PENGEMBANGAN USAHA GULA MERAH TEBU DI KABUPATEN REMBANG (Studi Kasus di Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang) Oleh : MILA FADILAH UTAMI F 34103056 2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Upload: mala-strife-fair

Post on 11-Aug-2015

760 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Komposisi Gula Merah Lengkap

1

STUDI PENGEMBANGAN USAHA

GULA MERAH TEBU DI KABUPATEN REMBANG

(Studi Kasus di Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang)

Oleh :

MILA FADILAH UTAMI

F 34103056

2008

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 2: Komposisi Gula Merah Lengkap

2

Mila Fadilah Utami. F34103056. Studi Pengembangan Usaha Gula Merah

Tebu di Kabupaten Rembang (Studi Kasus di Kecamatan Pamotan,

Kabupaten Rembang). Di bawah bimbingan Dr. Ir. Muhammad Romli, MSc.

St dan Dr. Ir. Suprihatin, Dipl.Ing. 2008.

RINGKASAN

Pengembangan usaha gula merah tebu di Kabupaten Rembang memiliki

prospek baik yang didukung oleh ketersediaan bahan baku, sarana dan prasarana

pendukung, permodalan serta strategi pengembangan usaha. Usaha gula merah

tebu milik Ibu Arini merupakan salah satu usaha di Kabupaten Rembang, yang

dijadikan rujukan dalam pengembangan usaha gula merah tebu.

Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun strategi pengembangan usaha

gula merah tebu dengan menganalisis aspek-aspek yang berkaitan, seperti analisis

SWOT, aspek pemasaran, aspek teknis dan teknologis serta aspek finansial.

Kajian peluang pengembangan usaha gula merah tebu dimulai dengan

menentukan matriks internal eksternal. Berdasarkan hasil yang diperoleh, strategi

yang dapat digunakan untuk usaha gula merah tebu adalah strategi integratif

(integrasi horizontal). Strategi tersebut dilakukan dengan cara meningkatkan

kualitas produk, memperluas pasar, mengembangkan teknologi dan fasilitas

produksi melalui kerjasama dengan pihak lain.

Pada analisis SWOT melalui analisis faktor internal dan eksternal,

dihasilkan 4 alternatif strategi usaha yang dapat dilakukan, yaitu SO strategi, ST

strategi, WO strategi dan WT strategi. Beberapa alternatif strategi yang dihasilkan

antara lain meningkatkan kapasitas produksi dengan mutu yang baik, melakukan

pengawasan bahan baku dan produk, meningkatkan pangsa pasar, dan

menerapkan teknologi tepat guna. Keempat strategi tersebut dilakukan dengan

saling mendukung.

Kapasitas produksi dalam pengolahan nira tebu menjadi gula merah tebu

ditentukan oleh waktu produksi yang tersedia dan kemampuan mesin serta

peralatan yang digunakan. Teknologi yang diterapkan pada pengembangan usaha

Page 3: Komposisi Gula Merah Lengkap

3

gula merah disesuaikan dengan kebutuhan usaha, kondisi finansial dan

kemampuan pekerja dalam mengoperasikannya.

Kondisi kegiatan produksi perusahaan yang biasanya dilakukan selama

ini dianalisis dan dibandingkan dengan penerapan teknologi yang baru dalam

kegiatan produksi gula merah tebu. Penerapan teknologi dalam upaya

pengembangan usaha gula merah adalah penggunaan wajan uap dalam proses

pemasakan nira tebu, perlakuan terhadap bahan baku (tebu) dan nira hasil

penggilingan tebu. Dalam basis waktu operasi satu hari, kapasitas produksi saat

ini adalah 21 kwintal, sedangkan kapasitas produksi pada penerapan

pengembangan usaha gula merah tebu adalah 28 kwintal.

Kondisi saat ini membutuhkan total biaya investasi sebesar Rp

264,925,497,00 yang terdiri atas modal tetap Rp 218.025.000,00 dan modal kerja

Rp 46,900,497,00. Sedangkan untuk penerapan pengembangan usaha Rp

364,761,801,00 yang terdiri atas modal tetap Rp 308.285.000,00 dan modal kerja

Rp 56,476,801,00. Kriteria kelayakan investasi untuk masing-masing kondisi

secara berurutan yaitu, NPV sebesar Rp 257.968.831,00 dan Rp 854.471.865,00;

IRR sebesar 40,60 %. dan 51,12 %; Net B/C sebesar 1,97 dan 3,34; BEP sebesar

Rp 195.968.791,00 atau 59.384 Kg/tahun dan Rp 158.721.400,00 atau 45.349

Kg/tahun; PBP sebesar 2,96 dan 1,89 tahun. Berdasarkan hasil tersebut, usaha

gula merah tebu layak untuk dikembangkan dengan kedua kondisi, yaitu kondisi

yang dilakukan saat ini dan kondisi penerapan pengembangan. Namun jika

ditinjau dari indikator NPV, kondisi pengembangan usaha dengan menerapkan

alternatif yang ada memiliki nilai NPV jauh lebih besar dibandingkan nilai NPV

kondisi usaha saat ini. Sehingga pilihan terbaik untuk mengembangkan usaha gula

merah tebu adalah penerapan alternatif pengembangan yang ada, yang didukung

pula oleh kriteria investasi lainnya.

Page 4: Komposisi Gula Merah Lengkap

4

Mila Fadilah Utami. F3403056. The Development Study of Brown Cane

Sugar Industry on Rembang District (Study Case on Pamotan Subdistrict,

Rembang District). Supervised by Dr. Ir. Muhammad Romli, Msc. St. and Dr.

Ir. Suprihatin, Dipl. Ing. 2008.

SUMMARY

The development of Brown sugar industry in District of Rembang has a

good prospect supported by the availability of raw material resource, supporting

facility, capitalization, and the development strategy. Brown cane sugar industry

owned by Mrs. Arini is one of brown cane sugar industries in District of

Rembang, which was chosen to be the reference in developing brown cane sugar

industry.

The aim of this research was to plan the development strategy of brown

cane sugar industry by analyzing related aspects, such as SWOT analysis,

marketing aspect, technical and technological aspect, and also the financial aspect.

The study of brown cane sugar industry development prospect was started

with deciding internal external matrix. From the obtained result, applicable

strategy for brown cane sugar industry was Integrative strategy (Horizontal

integration). The strategy was done by increasing product quality, extending

market, developing technology and production facilities by cooperating with other

instances.

The SWOT analysis based on internal (Strengths and Weaknesses) and

external (Opportunities and Threats) factors, gave four alternative strategies (SO,

WO, ST and WT). Those strategies were increasing well-qualified production

capacity, supervising on raw materials and products, increasing market share, and

application effective technology. Those strategies were carried out supportively

one to another.

The company production activity which was used to be done was analyzed

and compared with the application of new technology in producing brown cane

sugar. The new technology application implied were the using of steam pan on

cane sap cooking process, raw material conditioning (cane), and the staged

Page 5: Komposisi Gula Merah Lengkap

5

filtering of cane sap from extraction. Production capacity for the present condition

was 2.1 tons per day and the development condition was 2.8 tons per day.

Total investment required for the present condition was Rp.

264.925.497,00 which divided into Rp. 218.025.000,00 fixed cost, and Rp.

46.900.497,00 production cost. While for the development condition total

investment required was Rp. 364.761.801,00, which divided into Rp.

308.285.000,00 fixed cost, and, Rp. 56.476.801,00 production cost. The criteria of

investment feasibility for each condition in order were, NPV of Rp.

257.968.831,00 and Rp. 854.471.865,00; IRR of 40,60 % and 51,12 %; Net B/C

of 1,97 and 3,34; BEP of Rp. 195.968.791,00 or 59.384 kgs/year and Rp.

158.721.400,00 or 45.349 kgs/year; PBP of 2,96 year and 1,89 year. Based on the

results, brown cane sugar industry was feasible on both conditions. But if viewed

from NPV indicator, the development condition had much better NPV than

present condition. So the best choice for the brown cane sugar industry

development was the development condition, which was supported by the other

investment criteria.

Page 6: Komposisi Gula Merah Lengkap

6

STUDI PENGEMBANGAN USAHA

GULA MERAH TEBU DI KABUPATEN REMBANG

(Studi Kasus di Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang)

Oleh :

MILA FADILAH UTAMI

F 34103056

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Institut Pertanian Bogor

2008

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 7: Komposisi Gula Merah Lengkap

7

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

STUDI PENGEMBANGAN USAHA

GULA MERAH TEBU DI KABUPATEN REMBANG

(Studi Kasus di Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

MILA FADILAH UTAMI

F 34103056

Dilahirkan pada tanggal 05 April 1985

Di Pandeglang

Tanggal lulus : Januari 2008

Disetujui,

Bogor, Januari 2008

Dr. Ir. Muhammad Romli, MSc. St Dr. Ir. Suprihatin, Dipl. Ing.

Pembimbing Akademik I Pembimbing Akademik II

Page 8: Komposisi Gula Merah Lengkap

8

PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul “Studi

Pengembangan Usaha Gula Merah Tebu di Kabupaten Rembang (Studi

Kasus di Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang)” adalah hasil karya

sendiri dengan arahan dosen pembimbing, kecuali yang dengan jelas rujukannya.

Bogor, Januari 2008

Mila Fadilah Utami

F 34103056

Page 9: Komposisi Gula Merah Lengkap

9

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas

segala rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dalam rangka memenuhi tugas akhir di Departemen Teknologi Industri

Pertanian. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad

SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya.

Skripsi yang berjudul “Studi Pengembangan Usaha Gula Merah Tebu di

Kabupaten Rembang” disusun berdasarkan penelitian yang telah penulis

laksanakan di Kabupaten Rembang.

Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung

hingga terselesaikannya tugas akhir ini, yaitu kepada :

1. Dr. Ir. Muhammad Romli, MSc. St., sebagai dosen pembimbing pertama yang

berkenan membimbing dan mengarahkan penulis hingga terselesaikannya

tugas akhir ini.

2. Dr. Ir. Suprihatin, Dipl. Ing., sebagai dosen pembimbing kedua yang telah

memberikan bimbingan dan perhatiannya.

3. Dr. Ir. Yandra Arkeman, M. Eng., sebagai dosen penguji yang telah

memberikan saran dan kritikan yang membangun dalam ujian dan penyusunan

skripsi.

4. Keluarga besar Bapak Abdussalam (Mbah Kakung) dan Ibu Arini sebagai

pemilik usaha gula merah tebu serta para pengusaha gula merah tebu yang

berada di Kabupaten Rembang atas bantuan dan dukungannya selama

melakukan penelitian.

5. Ayahanda tercinta H. Misri Ahmadi dan Ibunda tercinta (Alm) Hj. Lili Aliah,

serta kelima saudara penulis (Aa dan Teteh) yang telah memberi doa,

dukungan dan kasih sayang tanpa batas.

6. Sahabat sekaligus mitra selama penelitian di Rembang, Er-R yang telah

memberikan dukungan dan kerjasama yang amat berharga.

Page 10: Komposisi Gula Merah Lengkap

10

7. Sahabat-sahabat penulis, Endang, Endah, Idesh, Dika, Umi, Mamin, Mayang

wo, Ana, Bunda, Windi, Yuyu, Dita, Lucia, Naqoer, Mb Ida, Aa Ijey, Aa

Indra, Aa Bayu, Aa Dudi, Mas Umam, Om Ucup, Da Hendrick, Bang Affan,

Bung Amet, dan Bung Fardian. Terima kasih atas support yang amat berarti

dan telah menjadi teman terbaik dalam berbagi.

8. Teman-teman TIN 40, atas dukungan, pengalaman dan kebersamaan selama

ini.

9. Para Lawalata-Ers, atas dukungan, perhatian dan pengalaman yang begitu

berharga.

10. Bapak dan Ibu Laboran serta seluruh staf Departemen TIN.

11. Popo Iskandar, ST yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan

ketegaran kepada penulis.

12. Seluruh pihak yang telah membantu penelitian ini.

Bogor, Januari 2008

Penulis

Page 11: Komposisi Gula Merah Lengkap

11

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL............................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG.......................................................................... 1

B. TUJUAN............................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3

A. NIRA..................................................................................................... 3

B. GULA MERAH.................................................................................... 4

1. MUTU GULA MERAH................................................................. 6

2. PROSES PEMBUATAN GULA MERAH TEBU......................... 9

3. PERBAIKAN PROSES.................................................................. 11

C. USAHA KECIL.................................................................................... 12

D. KONSEP MANAJEMEN STRATEGIS.............................................. 13

1. PROSES MANAGEMEN STRATEGIS........................................ 14

2. SWOT............................................................................................. 15

3. ASPEK PEMASARAN.................................................................. 15

E. ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS............................................... 16

F. ASPEK FINANSIAL............................................................................ 17

III. METODOLOGI.......................................................................................... 18

A. KERANGKA PEMIKIRAN................................................................. 18

B. TATA LAKSANA................................................................................ 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 24

A. KARAKTERISTIK WILAYAH.......................................................... 24

1. KARAKTERISTIK INDUSTRI..................................................... 27

2. ASPEK LEGALITAS..................................................................... 30

Page 12: Komposisi Gula Merah Lengkap

12

B. PROFIL USAHA GULA MERAH TEBU........................................... 32

1. ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS.........................................32

2. ASPEK PEMASARAN..................................................................39

3. ASPEK FINANSIAL......................................................................41

C. ANALISIS PENGEMBANGAN GULA MERAH TEBU................... 46

1. ANALISIS SWOT.......................................................................... 46

2. ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS.........................................57

3. ASPEK PEMASARAN.................................................................. 68

4. ASPEK FINANSIAL......................................................................71

V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 80

A. KESIMPULAN......................................................................... 80

B. SARAN..................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 83

LAMPIRAN..................................................................................................... 86

Page 13: Komposisi Gula Merah Lengkap

13

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi Padatan dalam Nira Tebu ............................................ 4

Tabel 2. Nilai Gizi Yang Terkandung Setiap 100 g Berbagai Jenis Gula ... 5

Tabel 3. Perbandingan Gula Pasir dan Gula Merah .................................... 6

Tabel 4. Spesifikasi Persyaratan Mutu Gula Merah Tebu .......................... 7

Tabel 5. Jenis dan Sumber Data Untuk Penelitian ...................................... 19

Tabel 6. Sebaran Perkebunan Tebu dan Potensi Pengembangannya di

Kabupaten Rembang Taun 2005 .................................................... 24

Tabel 7. Luas Areal, Produksi, Produkstivitas dan Jumlah Petani

Komoditas Tebu di Kabupaten Rembang Tahun 2006 ................. 25

Tabel 8. Harga Rata-Rata Komoditas Perkebunan Tahun 2006 .................. 28

Tabel 9. Harga Jual Gula Tumbu dari Pengrajin ke Pedagang

Pengumpul Tahun 2006 ................................................................. 40

Tabel 10. Komposisi Modal Tetap untuk Industri Gula Merah

Tebu....................................................................................................42

Tabel 11. Komposisi Modal Kerja untuk Industri Gula Merah

Tebu....................................................................................................43

Tabel 12. Total Investasi untuk Industri Gula Merah

Tebu....................................................................................................43

Tabel 13. Struktur Pembiayaan Usaha Gula Merah Tebu..................................44

Tabel 14. Perincian Laba Bersih........................................................................44

Tabel 15. Tingkat Mutu Gula Merah Tebu Berdasarkan Penilaian

Objektif Pengusaha............................................................................ 47

Tabel 16. Matriks IFE Industri Gula Merah Tebu..............................................49

Tabel 17. Matriks EFE Industri Gula Merah Tebu.............................................51

Tabel 18. Matriks Internal Eksternal................................................................. 52

Tabel 19. Matriks Analisis SWOT.....................................................................53

Tabel 20. Tingkat Mutu Gula Merah Tebu Berdasarkan Penilaian

Objektif Pengusaha.............................................................................68

Page 14: Komposisi Gula Merah Lengkap

14

Tabel 21. Kapasitas Produksi pada Kondisi Saat Ini dan Kondisi

Pengembangan....................................................................................73

Tabel 22. Komposisi Modal Tetap Kondisi Pengembangan

Usaha..................................................................................................74

Tabel 23. Komposisi Modal Kerja Kondisi Pengembangan Usaha....................75

Tabel 24. Total Investasi Kondisi Pengembangan Usaha....................................75

Tabel 25. Struktur Pembiayaan Kondisi Pengembangan Usaha ......................... 76

Tabel 26. Penilaian Laba Bersih Kondisi Pengembangan Usaha........................ 76

Tabel 27. Ringkasan Kondisi Saat ini dan Pengembangan Usaha Gula

Merah................................................................................................. 79

Page 15: Komposisi Gula Merah Lengkap

15

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Gula merah Tebu.............................11

Gambar 2. Bahan Baku Usaha (Tebu)...................................................................25

Gambar 3. Proses Penggilingan.............................................................................33

Gambar 4. Proses Pemasakan Nira dengan Wajan Berundak................................35

Gambar 5. Nira Tebu Yang Mulai Mengental.......................................................35

Gambar 6. Gula Merah Tebu.................................................................................36

Gambar 7. Diagram Alir Proses Pembuatan Gula Merah Tumbu.........................37

Gambar 8. Diagram Alir Proses Pembuatan Gula Merah Awur...........................38

Gambar 9 Distribusi Produk Gula Merah Tebu....................................................40

Gambar 10. Alat Penyaringan Nira Tebu.............................................................. 59

Gambar 11. Boiler dan Wajan Uap....................................................................... 60

Gambar 12. Proses Penggilingan........................................................................... 63

Gambar 13. Proses Pemasakan Nira dengan Wajan Uap...................................... 64

Gambar 14. Pemasakan Nira dengan Wajan Uap................................................. 65

Gambar 15. Proses Penirisan Gula........................................................................ 66

Gambar 16. Diagram Alir Proses Pembuatan Gula Merah Awur

pada Skenario 2.................................................................................. 67

Page 16: Komposisi Gula Merah Lengkap

16

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Komposisi Modal Tetap Skenario 1..................................................86

Lampiran 2. Komposisi Modal Tetap Skenario 2..................................................87

Lampiran 3. Perhitungan Biaya Penyusutan dan Biaya Pemeliharaan

Skenario 1..........................................................................................88

Lampiran 4. Perhitungan Biaya Penyusutan dan Biaya Pemeliharaan

Skenario 2..........................................................................................89

Lampiran 5. Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Tidak Langsung........................90

Lampiran 6. Perhitungan Biaya Bahan Baku........................................................91

Lampiran 7. Biaya Operasional pada Skenario 1..................................................92

Lampiran 8. Biaya Operasional pada Skenario 2..................................................94

Lampiran 9. Komposisi Modal Kerja dan Total Biaya Investasi

Pada Skenario 1 dan 2.......................................................................96

Lampiran 10. Struktur Pembiayaan Neraca Pembayaran Kredit..........................97

Lampiran 11. Penentuan Harga Pokok dan Harga Jual pada Skenario 1..............99

Lampiran 12. Penentuan Harga Pokok dan Harga Jual pada Skenario 2.............100

Lampiran 13. Proyeksi Laporan Laba Rugi pada Skenario 1.............................. 101

Lampiran 14. Proyeksi Laporan Laba Rugi pada Skenario 2.............................. 103

Lampiran 15. Proyeksi Arus Kas pada Skenario 1.............................................. 105

Lampiran 16. Proyeksi Arus Kas pada Skenario 2.............................................. 107

Lampiran 17. Kriteria Investasi Skenario 1......................................................... 109

Lampiran 18. Kriteria Investasi Skenario 2......................................................... 110

Page 17: Komposisi Gula Merah Lengkap

17

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gula merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok kebutuhan

masyarakat. Kebutuhan ini semakin meningkat setiap tahunnya, yang tidak dapat

diimbangi oleh tingkat produksi gula nasional. Data konsumsi gula nasional pada

tahun 2005 sebesar 3,6 juta ton/ tahun, sementara produksi hanya sekitar 2,0 juta

ton/ tahun (Tim Studi P3GI, 2005). Gula merah merupakan salah satu alternatif

untuk memenuhi kebutuhan gula di Indonesia.

Volume produksi tebu pada tahun 2006 di Kabupaten Rembang mencapai

23.127.555 ton. Jumlah luas tanaman tebu Kabupaten Rembang 6.140,86 hektar,

dengan luas potensi lahan kering sebesar 9.488 hektar. Hal ini menunjukkan usaha

gula merah tebu di Kabupaten Rembang memiliki potensi pengembangan yang

besar. Namun, pengembangan usaha gula merah tebu ini menghadapi beberapa

kendala antara lain keterbatasan modal dan aplikasi teknologi, serta rendahnya

sumber daya manusia dalam penguasaan teknologi.

Sebagian besar gula merah yang ditemui di pasar lokal cukup bervariasi,

terutama dalam hal penampakan dan sifat fisiknya, yaitu warna, kadar abu dan

kekerasannya. Keragaman mutu produk di pasaran dapat disebabkan oleh

beberapa hal, yaitu rendahnya teknologi proses yang digunakan, variasi bahan

baku, dan kondisi proses pengolahan yang tidak konsisten. Menurut Rosby

(2004), proses produksi gula merah yang selama ini dikerjakan menggunakan

teknologi sederhana dan bersifat tradisional inilah yang menyebabkan hasil

produksi gula merah sangat bervariasi.

Gula merah di pasar Indonesia memiliki warna yang berbeda-beda, mulai

dari kuning, merah, coklat, dan bahkan ada yang cenderung hitam. Demikian juga

dengan kekerasan dan teksturnya, ada yang lembek dan ada pula yang sangat

keras (Nurlela, 2002). Kualitas yang bervariasi inilah yang menyebabkan industri

gula merah kurang berkembang dengan baik, bahkan kurang mampu bersaing

menghadapi industri lain yang memproduksi bahan substitusi gula merah.

Page 18: Komposisi Gula Merah Lengkap

18

Selain warna dan kekerasan, tingginya kadar abu dalam gula merah juga

menjadi kendala bagi perkembangan gula merah. Menurut Herman (1987),

sebagian besar kotoran dalam gula berasal dari pengotoran oleh lingkungan

(tanah, pasir, dan sebagainya) karena kurangnya perhatian terhadap kebersihan

ruang pengolahan maupun peralatan yang digunakan. Selain itu pengotoran dapat

terjadi secara alami dari bahan bakunya.

Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan kajian mengenai studi

pengembangan usaha gula merah tebu, dengan memperhatikan aspek-aspek yang

terkait.

B. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Menganalisis aspek-aspek yang berkaitan dengan pengembangan usaha

gula merah tebu, yang mencakup analisis SWOT, aspek pemasaran,

aspek teknis dan teknologis, serta aspek finansial.

b. Menyusun strategi pengembangan usaha gula merah tebu di Kabupaten

Rembang.

Page 19: Komposisi Gula Merah Lengkap

19

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. NIRA

Nira tebu merupakan campuran dari beberapa komponen. Komposisi nira

tebu tidak akan selalu sama, tergantung pada jenis tebu, kondisi geografis, tingkat

kematangan, serta cara penanganan sebelum penebangan dan pengangkutan

(Reece, 2003).

Menurut Puri (2005), Nira merupakan cairan hasil penggilingan tebu yang

berwarna coklat kehijauan. Nira tebu dalam keadaan segar terasa manis,

berwarna coklat kehijau-hijauan dengan pH 5.5-6.0. Santoso (1993) menyatakan

bahwa, nira sangat mudah mengalami kerusakan sehingga nira menjadi asam,

berbuih putih, dan berlendir. Apabila nira telambat dimasak biasanya warna nira

akan berubah menjadi keruh kekuningan, rasanya asam serta baunya menyengat.

Kondisi dan sifat-sifat nira ini akan menentukan sifat dan mutu produk yang

dihasilkan (Muchtadi,1992).

Kerusakan nira banyak sekali macamnya, namun pada umumnya nira

dikatakan rusak jika sukrosa dalam nira terinversi menjadi gula pereduksi yang

terdiri dari glukosa dan fruktosa dalam perbandingan yang sama (Indeswari,

1986). Inversi sukrosa ini dapat disebabkan oleh suhu yang terlalu tinggi, derajat

keasaman (pH) nira yang terlalu rendah atau tinggi dan aktivitas mikroorganisme

(Soerjadi, 1979).

Sebagian besar gula merah warnanya coklat sampai coklat kehitaman serta

mudah lembek. Hal ini mungkin akibat terjadinya kegosongan selama proses

pengolahan, disamping nira yang kurang baik (Herman, 1987). Pembentukan

warna gula merah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kondisi bahan baku (nira)

dan proses pembuatannya. Kondisi nira yang dimaksud adalah kondisi nira (segar

atau asam) dan komposisi kimia nira (kadar air, protein, asam-asam organik, dan

lemak). Sedangkan tahapan prosesnya adalah suhu proses, pengadukan selama

pemasakan, serta kondisi kebersihan proses (sanitasi) dan alat-alat yang

digunakan (Nurlela, 2002).

Page 20: Komposisi Gula Merah Lengkap

20

Menurut Poel et al. (1998) dalam Reece (2003), komposisi padatan terlarut

yang terdapat di dalam nira tebu disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Padatan Dalam Nira Tebu

Komponen g/100g

basis kering

Bahan gula

� Sukrosa

� Glukosa

� Fruktosa

� Oligosakarida

75.0-94.0

70.0-90.0

2.0-4.0

2.0-4.0

0.001-0.05

Garam

� Dari asam organik

� Dari asam anorganik

3.0-4.5

1.5-4.5

1.0-3.0

Asam organik

� Asam karboksilat

� Asam amino

1.5-5.5

1.1-3.0

0.5-2.5

Bahan-bahan organik bukan gula lainnya

� Protein

� Pati

� Polisakarida terlarut

� Lilin, lemak dan fosfolipid

0.5-0.6

0.001-0.18

0.03-0.50

0.04-0.15

B. GULA MERAH

Gula merah adalah hasil olahan nira yang berbentuk padat dan berwarna

coklat kemerahan sampai dengan coklat tua. Nira yang digunakan biasanya

berasal dari tanaman kelapa, aren, lontar atau siwalan, dan tebu (Dachlan, 1984).

Selain untuk konsumsi di tingkat rumah tangga, gula merah juga menjadi bahan

baku untuk berbagai industri pangan seperti industri kecap, tauco, produk cookies,

dan berbagai produk makanan tradisional (Santoso, 1993). Gula merah juga mulai

dikonsumsi di berbagai negara baik sebagai konsumsi akhir maupun sebagai

bahan baku dan bahan tambahan dalam suatu industri. Gula merah banyak

Page 21: Komposisi Gula Merah Lengkap

21

diminati di Jerman dan Jepang, industri perhotelan, supermarket, pabrik kecap

ekspor, hingga pabrik anggur. (Warastri, 2006).

Dilihat dari segi kesehatan, gula merah memiliki beberapa keunggulan

dibandingkan gula putih (gula pasir). Nilai gizi gula merah ternyata lebih baik

dibandingkan dengan gula pasir yang banyak dikonsumsi manusia saat ini. Utami

(1996) menyatakan bahwa mengkonsumsi gula kristal putih sama saja dengan

mengkonsumsi kalori kosong yang tidak memiliki manfaat nutrisi, para ahli gizi

biasa menyebutnya dengan ”sumber kalori kosong”. Pada gula pasir nilai

kalorinya memang cukup tinggi, yaitu 364 per 100 gram, namun sebenarnya

sudah tidak mengandung gizi lagi (Sarengat et al., 1981). Perbandingan nilai gizi

yang terkandung dalam berbagai jenis gula dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Gizi yang Terkandung Setiap 100 g Berbagai Jenis Gula

G.Kelapa

(mg)

G.Aren

(mg)

G.Merah

Tebu (mg)

G. Pasir

(mg)

Madu

(mg)

Kalori 386.0 386.0 356.0 364.0 294

Protein 3.0 0.0 0.4 0.0 0.3

Lemak 10.0 0.0 0.5 0.0 0.0

Hidrat arang 76.0 95.0 90.6 94.0 79.5

Kalsium 76.0 75.0 51.0 5.0 5.0

Fosfor 37.0 35.0 44.0 1.0 16.0

Besi 2.6 3.0 4.2 0.1 0.9

Vit. A 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Vit. B1 0.0 0.0 0.02 0.0 9.0

Vit. B2 0.0 0.0 0.03 0.0 0.0

Vit. C 0.0 0.0 0.0 0.0 04.0

Air 10.0 9.0 7.4 5.4 20.0

Sumber: Tan, 1980

Nilai kalori satu sendok makan gula merah dianggap sama dengan nilai

kalori satu sendok makan gula putih, walaupun sebenarnya ada sedikit perbedaan.

Seratus gram gula merah mengandung 373 kalori, sedangkan gula putih

mengandung 396 kalori. Meskipun penampakan gula merah lebih padat

dibandingkan gula putih, namun butirannya lebih kecil dan kalorinya lebih besar

jika diukur berdasarkan volumenya. Gula merah dapat membantu mengurangi

kram perut pada saat menstruasi, walaupun manfaat ini belum dapat dipercaya

sepenuhnya (Pinder, 2006). Perbandingan antara gula pasir dan gula merah

mengenai kandungan dan manfaatnya disajikan pada Tabel 3.

Page 22: Komposisi Gula Merah Lengkap

22

Tabel 3. Perbandingan Gula Pasir dan Gula Jawa (Gula Merah)

VARIABEL Gula Pasir Gula

Jawa

Rasa Manis Ada Ada

Glukosa Ada Ada

Galaktomanan (berfungsi untuk kesehatan) Tidak ada Ada

Energi spontan (energi bisa langsung digunakan oleh

tubuh) Tidak ada Ada

Antioksidan Tidak ada Ada

Lebih bermanfaat untuk diabetes Tidak ada Ada

Mengandung senyawa non-gizi yg bermanfaat untuk

diabetes (penelitian terbaru yang belum dipublikasikan) Tidak ada Ada

Aroma khas nira Tidak ada Ada

Mengandung senyawa yg bermanfaat untuk kesehatan

seperti yg ada dalam kelapa muda (peneliti Depkes RI,

non publikasi)

Tidak ada Ada

Aman dikonsumsi setiap hari sampai beberapa kali

penyajian, karena bebas bahan pengkristal dan bahan

pengawet

Tidak ada Ada

Sumber: Nirasari, 2007

1. Mutu Gula Merah

Mutu gula merah ditentukan terutama dari rasa dan penampilannya,

yaitu bentuk, warna, kekeringan, dan kekerasannya. Gula yang berwarna lebih

cerah dan agak keras lebih disukai serta memiliki harga jual lebih tinggi. Gula

merah memiliki struktur dan tekstur yang kompak, tidak keras sehingga

mudah dipatahkan, dan sekaligus terdapat kesan empuk (Santoso, 1993). Mutu

gula merah tebu secara rinci dituangkan dalam SNI 01-6237-2000 yang

dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). Syarat mutu tersebut

dapat dilihat pada Tabel 4.

Gula merah hasil produksi pengrajin maupun yang didapatkan di

pasaran pada umumnya dalam bentuk gula cetak dan mutunya beragam,

ditinjau dari segi keawetan (daya simpan), warna, maupun kadar kotoran.

Adanya keragaman warna dan kekerasan pada produk-produk gula merah di

pasaran Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu rendahnya

teknologi pengolahan, adanya variasi bahan baku (kondisi nira) maupun

proses pengolahan yang tidak konsisten (Santoso, 1993).

Page 23: Komposisi Gula Merah Lengkap

23

Tabel 4. Spesifikasi Persyaratan Mutu Gula Merah Tebu

No. Jenis uji Satuan Persyaratan

Mutu I Mutu II

1 Keadaan

- bau

- rasa

- warna

- penampakan

-

-

-

Khas

Khas

Coklat muda

sampai tua

Tidak berjamur

Khas

Khas

Coklat muda

sampai tua

Tidak

berjamur

2 Bagian yang tak larut dalam

air, b/b %

Maks 1.0 Maks 5.0

3 Air, b/b % Maks 8.0 Maks 10.0

4 Gula (dihitung sebagai

sakarosa), b/b %

Min 65 Min 60

5 Gula pereduksi (dihitung

sebagai glukosa), b/b %

Maks 11 Maks 14

6 Bahan tambahan makanan

pengawet

- residu

- benzoat

mg/kg

mg/kg

Maks 20

Maks 200

Maks 20

Maks 200

7 Cemaran logam

- timbal (Pb)

- tembaga (Cu)

- seng (Zn)

- timah (Sn)

- raksa (Hg)

mg/kg

mg/kg

mg/kg

mg/kg

mg/kg

Maks 2.0

Maks 2.0

Maks 40.0

Maks 40.0

Maks 0.03

Maks 2.0

Maks 2.0

Maks 40.0

Maks 40.0

Maks 0.03

8 Cemaran arsen mg/kg Maks 0.1 Maks 0.1

Sumber: Badan Standardisasi Nasional (2000)

Wirioatmodjo (1984) menyatakan bahwa sebagai komoditi pertanian,

gula merah memiliki ciri daya simpannya relatif singkat karena mudah

menyerap air sehingga mudah lembek. Mengenai warna, Herman (1987)

mengungkapkan bahwa sebagian besar gula kelapa warnanya coklat sampai

coklat kehitaman serta mudah lembek. Hal ini mungkin akibat terjadinya

kegosongan selama proses pengolahan, disamping nira yang diolah kurang

baik.

a. Warna Gula Merah

Gula merah yang warnanya lebih cerah dianggap memiliki kualitas

yang lebih baik (Nurlela, 2002). Warna gula merah ditentukan oleh mutu nira

yang digunakan. Nira yang telah terfermentasi mengandung asam dan gula

pereduksi relatif tinggi. Menurut Shallenberg et al. dalam Nurlela (2002),

Page 24: Komposisi Gula Merah Lengkap

24

kandungan gula pereduksi berperan penting dalam proses pencoklatan pada

gula merah. Hal ini dikarenakan gula yang siap melakukan reaksi pencoklatan

adalah gula pereduksi, sedangkan gula nonpereduksi harus mengalami

perubahan menjadi gula pereduksi terlebih dahulu.

Reaksi pencoklatan nonenzimatis yang diduga terjadi pada proses

pembuatan gula merah adalah reaksi maillard dan karamelisasi, yang

disebabkan oleh keberadaan gula pereduksi, protein, dan lemak dalam nira.

Reaksi maillard adalah reaksi yang terjadi antara asam amino dengan gula

pereduksi apabila dipanaskan bersama-sama. Sedangkan reaksi karamelisasi

adalah reaksi yang terjadi pada pemanasan gula dalam asam, basa, dan

pemanasan tanpa air (Ozdemir, 1997).

b. Kekerasan Gula Merah

Kekerasan gula merah dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti mutu

nira, kadar air, dan kadar lemak. Mutu nira berhubungan dengan jumlah

sukrosa yang terdapat di dalamnya. Semakin baik mutu nira, jumlah sukrosa

akan semakin tinggi dan gula merah yang terbentuk akan memiliki tekstur

yang baik. Apabila sukrosa telah terinversi maka gula merah akan sulit

mengeras.

Air merupakan salah satu komponen yang berpengaruh terhadap

keempukan gula. Semakin tinggi air maka kekerasan gula merah akan

semakin rendah, sebaliknya keempukan gula akan semakin meningkat dengan

meningkatnya kadar air dalam gula merah (Sudarmadji et al., 1989).

Lemak juga berperan dalam menentukan keempukan gula merah.

Molekul-molekul lemak di dalam gula merah membentuk globula-globula

yang menyebar diantara kristal atau butiran gula sehingga kekerasan gula akan

berkurang atau keempukannya akan bertambah (Santoso, 1993).

c. Rasa Gula Merah

Gula merah mempunyai nilai kemanisan mempunyai nilai kemanisan

10% lebih manis daripada gula pasir (Santoso, 1993). Nilai kemanisan ini

terutama disebabkan oleh adanya fruktosa dalam gula merah yang memiliki

nilai kemanisan lebih tinggi daripada sukrosa. Gula merah juga memiliki rasa

sedikit asam karena adanya kandungan asam-asam organik di dalamnya.

Page 25: Komposisi Gula Merah Lengkap

25

Adanya asam-asam ini menyebabkan gula merah mempunyai aroma yang

khas, sedikit asam, dan berbau karamel. Rasa karamel pada gula merah diduga

disebabkan adanya reaksi karamelisasi akibat panas selama pemasakan

(Nengah, 1990).

d. Adsorpsi Air

Gula merah memiliki sifat kering dan tidak terlalu kering, karena

kadar air mempengaruhi keempukan gula merah. Kadar air yang terdapat pada

gula merah adalah kurang dari 12%. Kadar air yang terlalu tinggi

menyebabkan gula merah menjadi lembek dan cepat rusak (Dachlan, 1984).

Penguraian sukrosa menjadi gula pereduksi disebabkan adanya

aktivitas enzim invertase yang dihasilkan mikroba kontaminan atau akibat

pemanasan dalam suasana asam yang terjadi selama pengolahan. Dikaitkan

dengan sifat higroskopisnya, gula pereduksi akan menyebabkan peningkatan

kadar air sehingga kekerasan gula menurun (Santoso, 1993).

2. Proses Pembuatan Gula Merah Tebu

Definisi gula merah tebu menurut SNI 01-6237-2000 adalah gula yang

dihasilkan dari pengolahan air atau sari tebu (Saccharum officinarum) melalui

pemasakan dengan atau tanpa penambahan bahan makanan yang

diperbolehkan dan berwarna kecoklatan. Proses pembuatan gula merah tebu

pada prinsipnya sama dengan pembuatan gula merah pada umumnya.

Prinsipnya adalah proses penguapan nira dengan cara pemanasan sampai nira

mencapai kekentalan tertentu kemudian mencetaknya menjadi bentuk yang

diinginkan.

Tahap awal pembuatan gula merah adalah proses penggilingan batang

tebu untuk mengekstraksi nira semaksimal mungkin. Proses ini dilakukan

dengan menggunakan mesin giling yang digerakkan oleh diesel yang

dihubungkan dengan sabuk transmisi atau belt. Peralatan giling ini dibuat dari

besi yang terdiri dari dua silinder bergerigi yang bergerak berlawanan arah

sehingga batang tebu hancur karena terjepit diantara dua silinder. Dengan

demikian nira tebu dapat terekstrak (Lesthari, 2006).

Page 26: Komposisi Gula Merah Lengkap

26

Nira yang telah terekstrak kemudian disaring dengan menggunakan

kain penyaring untuk memisahkan kotoran-kotoran seperti potongan ranting,

daun kering, dan serangga. Nira hasil penyaringan dimasukkan ke dalam

wajan kemudian dipanaskan pada suhu sekitar 110 0

C selama tiga sampai

empat jam sambil dilakukan pengadukan. Suhu yang optimal untuk

pemanasan nira adalah 110-1200C. Apabila suhunya terlalu tinggi, maka akan

terjadi karamelisasi berlebihan sehingga gula yang dihasilkan dapat menjadi

gosong. Pengadukan perlu dilakukan untuk mempercepat penguapan air dari

nira dan untuk membentuk kristal gula yang kompak serta menghasilkan

warna gula yang seragam (Sagala dalam Lesthari, 2006).

Pada pemasakan dengan suhu tinggi ini kotoran-kotoran halus akan

terapung bersama dengan buih nira. Kotoran tersebut dibuang dengan

menggunakan serok (Santoso, 1993). Buih-buih yang timbul selama proses

dapat dikurangi dengan melakukan pengadukan terus menerus serta dapat

ditambahkan parutan kelapa, minyak kelapa, atau kemiri yang dihaluskan.

Bahan-bahan ini ditambahkan untuk menurunkan tegangan permukaan antara

buih dan cairan nira (Palungkun, 1993).

Pemanasan nira dihentikan jika nira sudah mulai pekat dan berwarna

kecoklatan serta buih-buih nira sudah menurun. Kecukupan pemanasan sangat

mempengaruhi mutu gula merah yang dihasilkan. Apabila waktu pemanasan

terlalu cepat maka gula merah yang dihasilkan akan lembek dan mudah

meleleh (Sardjono, 1986). Nira pekat yang telah masak kemudian dituangkan

ke dalam cetakan yang telah dibasahi air untuk mempermudah pelepasan gula

merah. Alat pencetakan gula merah umumnya adalah tempurung kelapa atau

batang bambu (Dyanti, 2002). Proses pembuatan gula merah tebu secara

ringkas disajikan pada Gambar 1.

Page 27: Komposisi Gula Merah Lengkap

27

Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Gula Merah Tebu

3. Perbaikan Proses

Untuk memperoleh produk dengan mutu yang baik perlu diperhatikan

mutu bahan baku, proses produksi, dan pengemasan produk (Sardjono, 1986).

Menurut penelitian Nurlela (2002), pembentukan warna gula merah pada

dasarnya sangat tergantung pada dua hal, yaitu kondisi bahan baku (nira) dan

proses pembuatan gula merah. Kondisi bahan baku atau nira yang

menghasilkan gula merah dengan warna coklat kekuningan, keras, dan kering

adalah nira segar dengan kisaran pH antara 5.5 – 5.6.

Batang tebu

Nira

Penggilingan

Penjernihan dengan

pemanasan awal 70 0C

Pencetakan

Pemanasan 100-110 0C

Penggumpalan

Gula merah

tebu

Minyak

kelapa

Bagase

Larutan

kapur

Nira jernih

Buih dan

kotoran

Page 28: Komposisi Gula Merah Lengkap

28

Tahap-tahap proses yang mempengaruhi adalah suhu proses,

pengadukan selama pemasakan, serta kondisi kebersihan proses (sanitasi) dan

alat-alat yang digunakan. Warna produk (gula merah) memang sangat

berpengaruh dalam persepsi konsumen tentang gula merah. Beberapa hal yang

harus diperhatikan untuk meningkatkan mutu dan mengurangi variasi mutu

gula merah adalah perlu adanya cara pengolahan gula merah yang lebih baik,

meliputi suhu dan waktu pengolahan; intensitas pengadukan; serta kebersihan

alat.

Menurut penelitian Yustiningsih (2006), proses penjernihan nira

optimum dengan metode defekasi mampu menurunkan nilai kadar air sebesar

2.84%, kadar abu 37.43%, total kotoran 50.69%, kadar glukosa 76.58%, kadar

protein 64.18%, dan kadar lemak 67.13%, serta meningkatkan kadar sukrosa

sebesar 52.10%. Pada penelitian tersebut proses defekasi pada semua

kombinasi suhu nira dan dosis kapur yang digunakan ternyata tidak berbeda

nyata. Kombinasi suhu dan dosis kapur yang digunakan adalah 750C-0.033%,

290C-0.067%, 29

0C-0.100%, 75

0C-0.100%, 75

0C-0.067%. Yustiningsih

menyarankan bahwa untuk aplikasi di Industri Gula Merah Tebu (IGMT),

kombinasi yang digunakan adalah 29 0C-0.067% dengan alasan praktis dan

efisien.

C. Usaha Kecil

Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil,

definisi industri kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan

atau rumah tangga maupun suatu badan, bertujuan untuk memproduksi barang

ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersial, yang mempunyai kekayaan

bersih paling banyak Rp. 200 juta, dan mempunyai nilai penjualan per tahun

sebesar Rp. 1 milyar atau kurang.

Batasan mengenai skala usaha menurut BPS dilakukan berdasarkan

kriteria jumlah tenaga kerja, yaitu :

1. Industri dan Dagang Mikro (ID Mikro) : 1-4 orang

2. Industri dan Dagang Kecil (ID Kecil) : 5-19 orang

3. Industri dan Dagang Menengah (ID Menengah) : 20-99 orang

Page 29: Komposisi Gula Merah Lengkap

29

4. Industri dan Dagang Besar (ID Besar) : 100 orang ke atas

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tersebut, Departemen

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah membuat empat kelompok bidang usaha

yang ada pada usaha kecil dan menengah (UKM), yaitu :

1. Bidang usaha perdagangan

2. Bidang usaha industri pertanian

3. Bidang usaha industri non pertanian

4. Bidang usaha aneka jasa

Menurut Adiningsih (2004) permasalahan utama UKM, yaitu masalah

finansial dan masalah manajemen. Masalah yang termasuk dalam masalah

finansial diantaranya adalah :

1. Kurangnya akses ke sumber dana yang formal baik disebabkan oleh ketiadaan

bank di pelosok maupun tidak tersedianya informasi yang memadai.

2. Bunga kredit untuk investasi maupun modal kerja yang cukup tinggi.

3. Banyak UKM yang belum bankable baik disebabkan belum adanya

manajemen keuangan yang transparan maupun kurangnya kemampuan

manajerial dan finansial.

Masalah organisasi manajemen (non-finansial) antara lain :

1. Kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang

disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan

teknologi serta kurangnya pendidikan dan pelatihan.

2. Kurangnya pengetahuan atas pemasaran yang disebabkan oleh terbatasnya

informasi yang dapat dijangkau oleh UKM mengenai pasar, selain karena

keterbatasan kemampuan UKM untuk menyediakan produk atau jasa yang

sesuai dengan keinginan pasar.

3. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) serta kurangnya sumber daya

untuk mengembangkan SDM.

4. Kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan akuntansi.

D. Konsep Manajemen Strategis

Manajemen strategis didefinisikan sebagai seni dan ilmu pengetahuan

untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas

Page 30: Komposisi Gula Merah Lengkap

30

fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai tujuan-tujuannya (David,

2004). Menurut Jauch (1998), manajemen strategis merupakan arus keputusan dan

tindakan yang mengarah pada perkembangan suatu strategi atau strategi-strategi

yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan.

Manajemen strategis sangat penting bagi perkembangan perusahaan, baik

besar maupun kecil. Pelaksanaan proses manajemen strategis secara signifikan

dapat memperkuat pertumbuhan dan kemakmuran. Hal tersebut dikarenakan

manajemen strategis dapat membantu perusahaan dalam melihat ancaman dan

peluang di masa yang akan datang sehingga memungkinkan perusahaan untuk

dapat mengantisipasi kondisi yang selalu berubah-ubah. Selain itu, manajemen

strategis juga menyediakan sasaran serta arah yang jelas bagi masa depan

perusahaan sehingga perusahaan yang mengembangkan sistem manajemen

strategi mempunyai kemungkinan tingkat keberhasilan lebih besar daripada yang

tidak menggunakan sistem manajemen strategi (Jauch, 1998).

1. Proses Manajemen Strategis

Proses manajemen strategis adalah alur dimana penyusunan strategi

menentukan sasaran dan menyusun keputusan strategi. Sesuai dengan

pendapat David (2004), manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Perumusan atau Formulasi Strategi

Perumusan strategi termasuk mengembangkan misi bisnis, mengenali

peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan

kelemahan internal, menetapkan sasaran jangka panjang, menghasilkan

strategi alternatif dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan.

2. Implementasi Strategi

Tahap implementasi strategi yaitu mengimplementasikan pilihan dengan

maksud mengalokasikan sumberdaya dan mengorganisirnya sesuai dengan

strategi (Jauch, 1998).

3. Evaluasi Strategi

Tahap evaluasi strategi berarti mengevaluasi hasil implementasi dan

memastikan bahwa strategi yang telah disesuaikan dapat mencapai tujuan

perusahaan (Jauch, 1998).

Page 31: Komposisi Gula Merah Lengkap

31

2. SWOT

SWOT merupakan singkatan dari lingkungan internal Strengths dan

Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats. Analisis

SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis

dalam rangka merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada

logika dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities),

namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan

ancaman (threats) (Rangkuti, 1998). Salah satu keuntungan dari penggunaan

analisis SWOT adalah kemudahan menganalisis kondisi yang mempengaruhi

perusahaan dalam menentukan strategi untuk mencapai tujuannya (Rangkuti,

2000).

Analisis SWOT didahului dengan mengidentifikasi faktor-faktor dari

lingkungan eksternal dan internal yang dihadapi oleh suatu usaha. Analisa

lingkungan eksternal meliputi peluang dan ancaman yang harus dihadapi

perusahaan (Kotler, 1997). Peluang adalah potensi minat dan kebutuhan

konsumen dimana perusahaan dapat menggarapnya secara menguntungkan.

Ancaman adalah tantangan yang dapat mengakibatkan perusahaan sulit atau tidak

dapat mencapai tujuannya (Kotler, 2005).

Analisa lingkungan internal meliputi kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki oleh perusahaan tersebut. Kekuatan adalah suatu kelebihan daya saing

yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam merebut pasar. Sedangkan

kelemahan merupakan faktor yang dapat membatasi pilihan perusahaan untuk

mengembangkan strategi (Kotler, 1997).

Faktor-faktor yang teridentifikasi tersebut disusun dalam suatu matriks

internal eksternal. Matriks ini bertujuan untuk memperoleh strategi bisnis di

tingkat korporat yang lebih detil. Parameter yang digunakan meliputi parameter

kekuatan internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi (Rangkuti,

2000).

3. Aspek Pemasaran

Pemasaran adalah proses sosial dimana individu dan kelompok

mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,

Page 32: Komposisi Gula Merah Lengkap

32

menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai

dengan pihak lain (Kotler, 2005).

Bagi pemasaran produk barang, manajemen pemasaran akan dipecah

atas 4 kebijakan pemasaran yang lazim disebut sebagai bauran pemasaran

(marketing-mix) yang terdiri dari 4 komponen, yaitu produk, harga, distribusi, dan

promosi (Umar, 2003).

Menurut Kotler (2005), alat bauran pemasaran yang paling mendasar

adalah produk yaitu tawaran berwujud dari perusahaan kepada pasar, yang

mencakup mutu, rancangan, fitur, pemberian merek, dan pengemasan produk.

Alat bauran pemasaran yang menentukan keberhasilan adalah harga. Tempat

(distribusi) mencakup berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan agar produk

dapat diperoleh dan tersedia bagi para pelanggan sasaran. Sedangkan promosi

mencakup semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan

dan mempromosikan produknya ke pasar sasaran (Kotler, 2005).

Sebagian besar produsen tidak menjual barang mereka secara langsung

ke pemakai akhir. Antara peodusen dan pemakai akhir terdapat satu atau beberapa

saluran pemasaran, serangkaian pemasaran yang melaksanakan berbagai fungsi

(Kotler, 2004).

E. Aspek Teknis dan Teknologis

Aspek teknis bertujuan untuk meyakini apakah secara teknis dan

teknologis, perencanaan yang telah dilakukan dapat dilaksanakan secara layak

atau tidak, baik pada saat pembangunan proyek atau operasional sacara rutin

(Husnan dan Muhammad, 2000).

Pada aspek teknis dan teknologis dipaparkan beberapa faktor

diantaranya yaitu penentuan kapasitas produksi, serta pemilihan mesin, peralatan,

dan teknologi untuk produksi. Kapasitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan

pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu. Beberapa

kriteria pemilihan teknologi yang digunakan, yaitu kesesuaian dengan bahan baku

yang digunakan untuk proses produksi, keberhasilan penggunaan teknologi di

tempat lain, kemampuan tenaga kerja dalam mengimplementasikan teknologi, dan

kemampuan mengantisipasi terhadap teknologi lanjutan (Umar, 2003).

Page 33: Komposisi Gula Merah Lengkap

33

F. Aspek Finansial

Aspek finansial membicarakan tentang bagaimana menghitung

kebutuhan dana, baik kebutuhan dana untuk aktiva tetap maupun dana untuk

modal kerja. Beberapa hal yang dibahas dalam analisis aspek finansial antara lain

yaitu penentuan kebutuhan dan pengalokasian dana, sumber dana dan biaya

modal, estimasi aliran kas proyek, serta kriteria penilaian investasi (Husnan dan

Muhammad, 2000).

Pada umumnya ada beberapa metode yang biasa dipertimbangkan untuk

dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Net Present

Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),

Break Event Point (BEP), Pay Back Period (PBP), dan analisis sensitivitas (Gray

et al., 1992).

Page 34: Komposisi Gula Merah Lengkap

34

III. METODOLOGI

A. KERANGKA PEMIKIRAN

Gula merah merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan

gula di Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya. Upaya

pengembangan terhadap usaha gula merah didukung pula oleh tingkat

kebutuhan gula merah tebu bagi industri maupun konsumsi rumah tangga,

ketersediaan bahan baku dan potensi lahan, volume produksi tebu, dan harga

gula merah tebu lebih murah. Namun, pengembangan usaha gula merah tebu

ini menghadapi beberapa kendala antara lain keterbatasan modal dan aplikasi

teknologi, serta rendahnya kualitas sumber daya manusia dalam penguasaan

teknologi.

Pengembangan usaha gula merah tebu ini dilakukan dengan mengkaji

aspek-aspek yang berkaitan, antara lain analisis SWOT, aspek pemasaran,

aspek teknis dan teknologis, serta aspek finansial.

Kualitas gula merah tebu yang bervariasi menyebabkan industri gula

merah kurang berkembang dengan baik, bahkan kurang mampu bersaing

menghadapi industri lain yang memproduksi bahan substitusi gula merah.

Mutu gula merah tebu saat ini masih tergolong rendah dan bervariasi akibat

dari teknologi dan kondisi proses produksi yang diterapkan tidak optimum.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu gula merah tebu diperlukan

langkah-langkah sebagai berikut:

� Identifikasi faktor-faktor penyebab mutu gula merah tebu yang rendah dan

bervariasi

� Verifikasi teknologi proses melalui kajian eksperimental untuk memperbaiki

kualitas produk.

� Formulasi strategi pengembangan usaha gula tebu.

Page 35: Komposisi Gula Merah Lengkap

35

B. TATA LAKSANA

1. Pengumpulan Data dan Informasi

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh melalui eksperimen, pengamatan langsung,

dan wawancara atau pengisisan kuesioner. Wawancara dilaksanakan dengan

pengolah, pedagang (distributor), konsumen, dan aparat setempat. Data sekunder

diperoleh dari berbagai sumber yang mendukung, seperti Dinas Perindustrian

Kabupaten Rembang, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Rembang,

Badan Pusat Statistik Kabupaten Rembang, dan Instansi-Instansi lain yang terkait,

Lembaga Swadaya Informasi IPB, internet, dan literatur lainnya. Data yang

diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Adapun gambaran mengenai

jenis dan sumber data yang akan digunakan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Jenis dan Sumber Data untuk Penelitian Pengembangan Industri Gula

Merah Tebu di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Tahun 2007.

Jenis Data Sumber Data

I. Data Primer

1. Aspek teknis teknologis (bahan

baku, bahan tambahan, alat, proses

produksi), aspek pemasaran,

kebutuhan finansial

Masyarakat pengolah gula merah tebu,

petani tebu, pedagang (distributor).

2. Konsumsi gula merah tebu Konsumen gula merah tebu

3. Kualitas gula merah tebu Analisa laboratorium dari hasil

eksperimen di lapangan

II. Data Sekunder

1. Kondisi wilayah Dinas Kehutanan dan Perkebunan

2. Statistik industri gula merah Dinas Perindustrian, BPS, Dinas

Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Rembang

4. Informasi lain LSI, internet, jurnal, dan literatur lain

2. Analisis SWOT

Analisis SWOT dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara

sistematis dalam rangka merumuskan strategi yang sesuai bagi usaha gula merah

tebu. Analisis diawali dengan mengidentifikasi berbagai faktor internal maupun

eksternal yang terdapat pada usaha gula merah tebu. Dalam kasus ini usaha gula

merah milik Ibu Arini yang berlokasi di Kecamatan Pamotan, Kabupaten

Page 36: Komposisi Gula Merah Lengkap

36

Rembang digunakan sebagai rujukan. Setiap unsur dari masing-masing faktor

diberi bobot faktor (BF) sesuai tingkat kepentingannya dengan nilai total dari

setiap faktor adalah satu.

3. Aspek Pasar dan Pemasaran

Data dan informasi yang berkaitan dengan aspek pasar dan pemasaran

diperoleh melalui wawancara dengan pengusaha gula merah tebu serta observasi

lapang. Berdasarkan hal tersebut secara rinci ditentukan strategi pemasaran dan

bauran pemasaran dalam pengembangan usaha gula merah tebu.

4. Aspek Teknis dan Teknologis

Aspek teknis dan teknologis menganalisis data dan informasi yang

diperoleh untuk kapasitas produksi dan tingkat aplikasi teknologi, pengadaan

bahan baku, proses produksi.

5. Aspek Finansial

Analisis aspek finansial bertujuan untuk menilai biaya-biaya yang

dibutuhkan untuk pengembangan usaha dan berapa besar keuntungan yang akan

diperoleh dari pengembangan usaha tersebut. Analisis aspek finansial juga

membicarakan mengenai permodalan yang akan digunakan untuk memenuhi

kebutuhan jumlah dana. Kriteria kelayakan dalam analisis finansial antara lain

NPV, IRR, Net B/C, BEP, dan PBP.

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) digunkan untuk mengetahui apakah suatu

usulan proyek investasi layak dilaksanakan atau tidak dengan cara menghitung

selisih antara nilai sekarang dari investasi dengan nilai sekarang dari

penerimaan-penerimaan kas bersih (Gray et al., 1992). Perhitungan NPV perlu

ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan.

NPV dihitung dengan rumus :

( )∑

+

−=

t

tt

i

CBNVP

1

Page 37: Komposisi Gula Merah Lengkap

37

Dimana :

Bt = penerimaan kotor pada tahun ke-t

Ct = total biaya pada tahun ke-t

i = tingkat suku bunga

t = periode investasi (t = 0, 1, 2, 3,..., n)

n = umur ekonomi proyek

Berdasarkan nilai tersebut, terdapat tiga kriteria untuk menilai

kelayakan investasi, yaitu :

1. Jika nilai NPV lebih besar dari nol, maka proyek atau industri tersebut

menguntungkan atau layak dilaksanakan.

2. Jika nilai NPV sama dengan nol, maka proyek atau industri tersebut tidak

untung tetapi juga tidak rugi, oleh karena itu keputusan yang diambil

ditentukan secara subyektivitas.

3. Jika nilai NPV lebih kecil dari nol, maka proyek atau industri tersebut

dianggap rugi karena penerimaan lebih kecil daripada biaya, sehingga

lebih baik tidak dilaksanakan.

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat bunga yang

menyamakan present value dari aliran kas keluar dengan present value dari

aliran kas masuk (Husnan dan Muhammad, 2000). Menurut Gray et al.

(1992) menambahkan bahwa IRR adalah nilai discount rate sosial yang

membuat NPV proyek sama dengan nol.

Formulasi IRR secara sistematis (Gray et al., 1992) adalah :

( )∑ =

+

−0

1t

tt

i

CB atau

( ) ( )∑∑

+=

+t

t

t

t

i

C

i

B

11

dimana :

Bt = penerimaan kotor pada tahun ke-t

Ct = total biaya sehubungan dengan proyek pada tahun ke-t

i = tingkat suku bunga

t = periode investasi (t = 0, 1, 2, 3,..., n)

Page 38: Komposisi Gula Merah Lengkap

38

Pembanding IRR dalah tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga

kriteria IRR adalah :

� Jika nilai IRR lebih besar dibandingkan tingkat suku bunga yang

berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan.

� Jika nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku, maka

proyek masih layak untuk dilaksanakan namun tidak

menguntungkan.

� Jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku,

maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Gray et al. (1992) menjelaskan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

adalah angka perbandingan antara jumlah present value dari keuntungan-

keuntungan suatu proyek dibagi dengan biaya investasi pada awal

dilaksanakannya suatu proyek. Nilai Net B/C dihitung dengan rumus :

( )awalinvestasi

i

CBCNetB

t

tt _/1

/

+

−= ∑

dimana :

Bt = penerimaan kotor pada tahun ke-t

Ct = total biaya pada tahun ke-t

i = tingkat suku bunga

t = periode investasi (t = 0, 1, 2, 3,..., n)

n = umur ekonomi proyek

Tiga kriteria Net B/C untuk menilai kelayakan investasi adalah :

a. Jika nilai Net B/C lebih besar dari satu, maka proyek dinyatakan layak

secara finansial sehingga dapat dilanjutkan.

b. Jika nilai Net B/C sama dengan satu, maka proyek boleh dilaksanakan

atau tidak.

c. Jika nilai Net B/C kurang dari satu, maka proyek dinyatakan tidak layak

secara finansial sehingga tidak dapat dilanjutkan.

Page 39: Komposisi Gula Merah Lengkap

39

d. Break Event Point (BEP)

Weston dan Copeland (1992) menjelaskan bahwa hubungan antara

besarnya pengeluaran investasi dan volume yang diperlukan untuk

mencapai profitabilitas disebut sebagai analisis impas (break event

analysis). Analisis impas merupakan sarana untuk menentukan keadaan

dimana penjualan akan impas menutup biaya-biaya.

BEP dirumuskan sebagai berikut :

%100% xBVR

BTBEP

−=

( )RBV

BTRpBEP

/1.)(

−=

dimana :

BT = jumlah biaya tetap tiap periode operasi

R = hasil penjualan

BV = jumlah biaya variabel

e. Pay Back Period (PBP)

Pay Back Period (PBP) adalah suatu periode yang diperlukan

untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran

kas yang hasilnya merupakan satuan waktu (Umar, 2003). Apabila PBP ini

lebih pendek daripada yang disyaratkan maka proyek dikatakan

menguntungkan, sedangkan jika lebih lama maka proyek ditolak (Husnan

dan Muhmmad, 2000).

Rumus yang digunakan untuk menghitung PBP menurut Umar

(2003) adalah sebagai berikut :

tahunxbersihKas

awalinvestasiNilaiPBP 1

_

__=

Page 40: Komposisi Gula Merah Lengkap

40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK WILAYAH

Tanaman tebu merupakan tanaman perkebunan yang telah lama

dibudidayakan di Kabupaten Rembang. Pengusahaan areal tebu rakyat di

Kabupaten Rembang sampai akhir tahun 2005 seluas 4.398 ha yang tersebar di 12

wilayah kecamatan dengan sentra produksi di Kecamatan Pamotan, Sulang,

Sumber dan Pancur yang ditinjau secara teknis relatif mempunyai kesesuaian

lahan dan agroklimat.

Luas lahan tebu dan potensi pengembangannya di Kabupaten Rembang

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Sebaran Perkebunan Tebu dan Potensi Pengembangannya di Kabupaten

Rembang Tahun 2005

No Kecamatan Luas (Ha) Potensi Lahan

Pengembangan (Ha)

1 Rembang 117 673

2 Sulang 968 1.127

3 Sumber 459 686

4 Bulu 108 462

5 Gunem 113 397

6 Pamotan 1.859 2.250

7 Pancur 353 720

8 Kaliori 75 421

9 Sedan 185 640

10 Kragan 57 695

11 Sarang 40 450

12 Lasem 64 317

13 Sluke - 200

14 Sale - 450

Jumlah 4.398 9.488 Sumber : Data Statistik Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Rembang Tahun 2005

Volume produksi tebu pada tahun 2006 di Kabupaten Rembang mencapai

23.127.555 ton dengan rata-rata rendemen 10 %. Luas areal tanaman tebu

Kabupaten Rembang 6.140,86 hektar, dengan luas potensi lahan kering sebesar

Page 41: Komposisi Gula Merah Lengkap

41

9.488 hektar. Luas areal, Produksi, Produktifitas dan Jumlah Petani Komoditas

Tebu di Kabupaten Rembang Tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Luas areal, Produksi, Produktifitas dan Jumlah Petani Komoditas Tebu di

Kabupaten Rembang Tahun 2006

No Kecamatan Luas

Areal (Ha)

Produksi Jumlah

Petani

(KK) Ton Rata-rata

Produksi

Kg/Ha

1 Sumber 341 1.221,462 3.582 92

2 Bulu 167 566,130 3.390 61

3 Gunem 213 722,070 3.390 189

4 Sale - - - -

5 Sarang 19 62,700 3.300 6

6 Sedan 90 322,380 3.582 38

7 Pamotan 3.015 12.050,955 3.997 1.235

8 Sulang 1.305 4.791,960 3.672 503

9 Kaliori 109 369,510 3.390 29

10 Rembang 181 619,020 3.420 52

11 Pancur 554 1.917,948 3.462 439

12 Kragan 27 90,720 3.360 10

13 Sluke - - - -

14 Lasem 119 392,700 3.300 47

Jumlah 6.140 23.127,555 3.767 2.701

Tahun 2005 4.398 16.353,697 3.718 1.994

Tahun 2004 3.871 11.951,000 3.087 1.984 Sumber : Data Statistik Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Rembang Tahun 2006

Berdasarkan data statistik di atas, diperoleh kesimpulan bahwa perkebunan tebu

rakyat cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Berdasarkan Tabel 6 dan 7 mengenai sebaran perkebunan tebu dan potensi

pengembangannya tahun 2005 serta luas areal produksi, produktivitas dan jumlah

petani komoditas tebu di Kabupaten Rembang tahun 2006, Kecamatan Pamotan

memiliki tingkat produktifitas, potensi pengembangan dan kontribusi sebagai

penghasil tebu yang paling besar di Kabupaten Rembang dibandingkan dengan

Kecamatan lainnya.

Pada umumnya varietas tebu yang digunakan dalam usaha tani tebu di

Kabupaten Rembang adalah P5 851, P5 864 dan BZ 148. Jenis tebu yang ditanam

disesuaikan dengan kondisi lahan di masing-masing daerah. Pada umumnya

Page 42: Komposisi Gula Merah Lengkap

42

kondisi lahan di Kabupaten Rembang merupakan lahan kering, termasuk lahan

perkebunan tebu di Kecamatan Pamotan. Menurut Soentoro et al., (1999)

produktifitas tebu lahan kering jauh lebih rendah dibandingkan dengan

produktifitas tebu lahan sawah.

Gambar 2. Bahan Baku Usaha (Tebu)

Kecamatan Pamotan dilewati jalur alternatif menuju Surabaya, sehingga

sering dilalui oleh kendaraan-kendaraan besar seperti truk barang. Kondisi jalan

raya di Kecamatan Pamotan adalah jalan aspal yang dilalui angkutan Desa.

Namun, kondisi jalan penghubung antar desa masih kurang memadai meskipun

sudah diaspal. Akses transportasi menuju Kecamatan Pamotan (terutama menuju

desa-desa penghasil gula merah tebu) agak sulit. Karena rata-rata frekuensi

angkutan desa yang melintas kurang lebih 15-30 menit sekali dengan waktu

operasi terbatas dari pagi hari hingga siang hari. Bus hanya melintasi desa yang

berada di sepanjang jalan raya menuju Kecamatan Pamotan. Untuk memudahkan

mobilitas penduduk di Kecamatan Pamotan, pada umumnya menggunakan sepeda

motor milik pribadi. Bagi para pengusaha gula merah tebu, pada umumnya

mereka menggunakan mobil untuk mengangkut bahan baku dan hasil produksi

berupa gula merah tebu, baik gula merah tumbu maupun gula awur yang akan

dijual.

Perkembangan sarana komunikasi di Kecamatan Pamotan sudah cukup

memadai. Televisi dan radio merupakan sumber informasi utama petani dan

pengusaha gula merah tebu dalam mengetahui perkembangan dunia usaha.

Penduduknya sudah banyak yang menggunakan alat komunikasi berupa telepon

dan handphone, sebagai media komunikasi.

Page 43: Komposisi Gula Merah Lengkap

43

B. KARAKTERISTIK INDUSTRI

1. Sejarah dan Perkembangan

Industri gula merah tebu di Kecamatan Pamotan sudah dimulai sejak tahun

1980-an. Menurut Soentoro et al., (1999), salah satu upaya para petani tebu untuk

mempertahankan dan meningkatkan pendapatannya dalam menghadapi depresi

ekonomi, yang menyebabkan penurunan harga gula yang drastis pada awal tahun

tiga puluhan adalah dengan mengolah sendiri tebu menjadi gula merah tebu. Pada

saat itu banyak pabrik gula yang tutup sehingga produksi gula sangat merosot.

Hingga saat ini industri gula merah tebu terus tumbuh dan berkembang. Bahkan

gula merah tebu mulai dijadikan bahan substitusi gula pasir.

Pada awalnya, proses penggilingan tebu menggunakan tenaga sapi,

sehingga waktu yang diperlukan untuk menghasilkan gula merah tebu lebih

banyak. Namun, pada akhir tahun 1980-an mulai terjadi alih teknologi. Salah

satunya yaitu penggunaan mesin penggiling tebu yang digerakkan oleh mesin

diesel berbahan bakar solar.

Selain gula tumbu, terdapat beberapa PGT yang memproduksi gula awur

(gula semut). Di Kabupaten Rembang, pengolahan nira tebu menjadi gula tumbu

dan gula semut pada umumnya masih dilakukan dengan cara tradisional, yaitu

dengan menggunakan wajan bertahap yang dipanaskan di atas tungku pembakaran

berbahan bakar bagase.

Proses pengolahan gula awur sedikit berbeda dengan pembuatan gula

tumbu. Prosesnya memerlukan waktu lebih lama dan membutuhkan keuletan

dalam membuatnya. Selain itu biaya produksinya sedikit lebih tinggi

dibandingkan dengan gula tumbu. Namun di sisi lain harga jual gula awur lebih

mahal dibandingkan dengan gula tumbu. Komoditas gula awur ini sebenarnya

memberikan harga yang menjanjikan. Namun sedikit PGT yang melirik peluang

tersebut, karena beberapa pertimbangan seperti yang telah disebutkan

sebelumnya.

Daftar harga rata-rata komoditas perkebunan (gula merah dan gula putih)

pada setiap bulan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 44: Komposisi Gula Merah Lengkap

44

Tabel 8. Harga Rata-rata Komoditas Perkebunan (Gula Merah dan Gula Putih)

pada Setiap Bulan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Komoditas Mutu Harga (Rp) Pada Bulan ke-

1 2

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rata-

rata

Gula Merah Campuran 3300 3300 3300 3300 3400 3400 3300 3300 3200 3200 3200 3400 3300

Gula SHS1 1 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000

Sumber : Data Statistik Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Rembang

Tahun 2006

Sedangkan menurut data primer yang diperoleh di lapangan, rentang harga gula

awur tahun 2007 adalah Rp. 3.550,00-Rp. 4.200,00.

Terdapat suatu fenomena yang seringkali terjadi pada PGT di Kabupaten

Rembang, yaitu para pengusaha gula tumbu akan memproduksi gula tumbu bila

harga gula pasir sedang mengalami penurunan. Sebaliknya, para pengusaha gula

tumbu akan beralih menjual hasil tebunya ke PG, bila harga gula pasir sedang

naik dan harga gula tumbu jauh di bawah harga gula pasir. Hal itu terjadi karena

para pengusaha gula menganggap, jika tebunya dijual ke PG maka ia tidak perlu

mengeluarkan biaya produksi (biaya giling dan upah tenaga kerja).

Hasil panen tebu yang diperoleh selanjutnya akan digiling di Pabrik Gula

(PG) menjadi gula pasir dan gula merah tebu. Terdapat sekitar 2-3 PG yang

menjadi tujuan penjualan hasil panen petani tebu di Kabupaten Rembang,

diantaranya yaitu PG Rendeng di Kudus, PG Trangkil di Pati dan PG lain di

sekitarnya. Dengan perkiraan distribusi lahan pada tahun 2005 adalah PG

Rendeng 1200 ha, PG Trangkil 800 ha, usaha gula tumbu (gula merah tebu) 2000

ha dan sisanya masuk ke PG lain.

Sekitar tahun 1990-an pemerintah melalui Dinas Perkebunan melakukan

kegiatan penyuluhan kepada petani tebu. Pada umumnya materi yang disampaikan

adalah materi mengenai pengelolaan, perawatan, pengendalian, serta upaya

meningkatkan produktifitas tanaman tebu. Namun, usaha gula merah tebu di

Kabupaten Rembang ini kurang mendapat perhatian dan pemantauan dari

pemerintah daerah. Sehingga perkembangannya tidak tercatat secara rutin dan

rinci. Para pengolah dan pengusaha gula merah tebu melakukan kegiatan

usahanya masing-masing, berdiri dan berkembang sendiri.

Page 45: Komposisi Gula Merah Lengkap

45

Diantara Pengusaha Gula Merah Tumbu (PGT) yang tersebar di beberapa

kecamatan di Rembang, jumlah PGT yang paling banyak berada di Kecamatan

Pamotan yaitu sebanyak 96 PGT. Masing-masing PGT memiliki 1-3 unit gilingan,

bahan baku yang digunakan merupakan tebu yang berasal dari lahan milik pribadi

dan menyewa lahan. Namun tidak sedikit pula yang menggunakan sistem beli

tebu dari petani lain yang pada umumnya tidak memiliki unit gilingan.

Pada tahun 2006 Pemerintah Kabupaten Rembang melakukan program

pembangunan daerah, yaitu pembagian 4 kluster kawasan penghasil komoditas

penting di Kabupaten Rembang. Salah satunya yaitu komoditas gula merah

tumbu. Hal yang dilakukan dalam program tersebut adalah kegiatan

pendampingan terhadap usaha gula tumbu, yang dilakukan oleh suatu LSM.

Dalam kegiatan pendampingan tersebut terdapat beberapa subprogram yang

dilakukan, diantaranya yaitu :

1. Pembentukkan Paguyuban, berupa Asosiasi Pengusaha Gula Tumbu di

Kabupaten Rembang dan Koperasi bersama

2. Revitalisasi Alat

3. Sosialisasi Sanitasi Lingkungan

4. Membentuk Network (Jejaring Pemasaran)

5. Mempromosikan Produk Gula Tumbu yang dihasilkan oleh para PGT lokal

6. Peningkatan Kualitas

Kegiatan pendampingan ini baru berlangsung selama 1 tahun dan

subprogram yang telah dilaksanakan yaitu pembentukan paguyuban. Rangkaian

program ini diharapkan dapat mengangkat dan mengembvangkan usaha gula

tumbu yang ada di Kabupaten Rembang.

Data terakhir diperoleh, di Kabupaten Rembang terdapat kurang lebih 161

unit PGT, dimana setiap 1 unit mengolah minimal 10 ha bahan baku. Produk yang

dihasilkan berupa gula merah tumbu, yang kemudian akan dijual ke berbagai

industri yang berada di sekitar Rembang. Terdapat beberapa industri (pabrik)

yang menggunakan gula tumbu sebagai bahan baku produksinya, misalnya

industri makanan dan minuman (PT. Indofood, PT. ABC dan PT. Cap Orang

Tua).

Page 46: Komposisi Gula Merah Lengkap

46

2. Aspek Legalitas

Para pengusaha gula merah tebu di Kabupaten Rembang lebih dikenal

dengan istilah PGT (Pengusaha Gula Tumbu). Berdasarkan kriteria jumlah tenaga

kerja, industri gula merah tebu di Kecamatan Pamotan tergolong ke dalam industri

kecil. Karena dalam pengelolaannya melibatkan 7-10 orang tenaga kerja. Usaha

ini dilakukan secara perorangan yang bertujuan untuk memproduksi gula merah

tebu sehingga termasuk ke dalam kelompok bidang usaha industri pertanian.

Pada umumnya industri gula merah tebu di Kecamatan Pamotan masih

belum memiliki badan hukum dan belum memiliki surat izin usaha dari Dinas

Perindustrian Kabupaten Rembang, sehingga termasuk ke dalam perusahaan non

direktori. Menurut BPS (2003), perusahaan non direktori adalah perusahaan atau

usaha yang tidak memiliki status atau badan hukum dimana kegiatannya

dilakukan di suatu bangunan dan tempat perlengkapannya tidak dipindah-

pindahkan. Pada umumnya kelompok usaha ini hanya memiliki SIUP (Surat izin

Usaha Perdagangan) bahkan ada yang tidak mempunyai izin sama sekali.

Permasalahan dalam perizinan bagi pengusaha adalah sulitnya pengurusan

izin usaha dan membutuhkan biaya. Di Kecamatan Pamotan tidak semua industri

gula merah tebu yang memiliki surat izin usaha, hanya beberapa industri saja yang

memiliki SIUP. Terdapat pengusaha yang menganggap izin usaha tidak

mempunyai fungsi yang nyata. Selain itu belum adanya sikap proaktif dari

pemerintahan terhadap industri gula merah tebu, seperti kegiatan penyuluhan bagi

para pengrajin gula merah tebu, dan lembaga khusus untuk industri ini serta

kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai prosedur pendirian perusahaan.

Surat izin usaha sangat penting jika seorang pengusaha ingin memperoleh

berbagai fasilitas dari pemerintah, misalnya dalam hal bantuan permodalan dan

jika terjadi persengketaan atau tuntutan. Dalam prakteknya, institusi permodalan

memerlukan legalitas usaha dan jaminan untuk mengevaluasi calon nasabah

dalam pemberian pinjaman kredit atau investasi. Oleh karena itu aspek legalitas

suatu industri (usaha) perlu diperhatikan untuk mempertahankan dan

mengembangkan usahanya.

Page 47: Komposisi Gula Merah Lengkap

47

C. PROFIL USAHA GULA MERAH TEBU YANG DIGUNAKAN

SEBAGAI RUJUKAN

Usaha gula merah tebu milik Ibu Arini merupakan salah satu usaha yang

memproduksi gula merah tebu di Kabupaten Rembang, yang terletak di Desa

Japerejo Kecamatan Pamotan. Pada tahun 1991, Ibu Arini mulai

membudidayakan tanaman tebu di lahan miliknya. Hingga saat ini luas lahan yang

ditanami tebu ± 10 ha. Jenis tebu yang ditanam ada dua jenis, yaitu tebu 864 dan

BZ 148. Usaha pembuatan gula merah tebu ini dimulai sejak tahun 1993.

Pada awal produksinya, Ibu Arini membuat gula tumbu. Disebut gula

tumbu karena gula yang dihasilkan dicetak dalam tumbu (wadah dari anyaman

bambu). Pada awal usahanya terdapat dua unit pengolahan tebu, dimana setiap

unit terdiri dari satu unit mesin penggiling tebu dan tungku pemasakan dengan

sembilan kawah (wajan). Setelah beberapa tahun usaha tersebut berjalan, akhirnya

Ibu Arini menambah satu unit pengolahan tebu. Mulai tahun 1998, Ibu Arini tidak

lagi memproduksi gula tumbu, tetapi mulai memproduksi gula merah awur (gula

semut).

Pada umumnya musim giling tebu berlangsung selama 4 – 6 bulan, mulai

bulan Juni/ Juli hingga September/ November. Produksi gula merah pada awal

musim panen (Juni–Juli) lebih rendah dibandingkan pada pertengahan atau akhir

musim panen (Agustus – September). Pada awal panen, rendemen tebu masih

relatif rendah, yaitu berkisar 7 – 8%, selanjutnya rendemen akan terus meningkat

dan rendemen pada puncak panen dapat mencapai 11 – 12%.

Sebagian besar tebu yang diolah di usaha milik Ibu Arini adalah tebu jenis

864 yang telah mencapai umur panen, yaitu 8 – 12 bulan. Tebu 864 adalah tebu

yang cocok ditanam di lahan sawah, namun juga mampu bertahan di lahan tadah

hujan. Karakteristik lainnya yaitu memiliki anakan yang cukup banyak serta gula

yang dihasilkan baik. Selama satu periode panen, penggilingan tebu milik Ibu

Arini mampu mengolah 2000 ton tebu, yang berasal dari hasil panen 10 ha lahan

tebu milik sendiri, 10 ha lahan sewa, dan sisanya membeli dari para petani lain.

Page 48: Komposisi Gula Merah Lengkap

48

1. Aspek Teknis dan Teknologis

Satu unit pengolahan tebu membutuhkan 4-5 orang pekerja dengan waktu

kerja 12 jam per hari. Pembagian kerjanya adalah sebagai berikut, dua orang di

bagian penggilingan, dua orang di bagian pemasakan, dan satu orang menjemur

ampas tebu (bagase). Dalam satu hari kerja, satu unit pengolahan mampu

mengolah 7–8 ton tebu (setara dengan luasan panen 0.12–0.13 ha). Pemasakan

nira dari 7–8 ton tebu tersebut tidak dilakukan sekaligus, tetapi 4–5 kali

pemasakan. Jika diambil asumsi rendemen rata-rata 10% maka pengrajin akan

menghasilkan 7–8 kwintal gula merah tebu setiap harinya. Pada umumnya,

pengrajin gula merah akan menjual hasil produksinya setelah gula mencapai 40

tumbu (± 5 ton), biasanya disebut dengan satu kali gulingan. Untuk memenuhi 40

tumbu tersebut diperlukan waktu sekitar 7–10 hari pengolahan.

Proses pembuatan gula merah tumbu secara ringkas dapat dilihat pada

Gambar 7. Sedikit berbeda dengan tahapan pembuatan gula tumbu, tahapan proses

produksi gula merah awur milik Ibu Arini terdiri atas beberapa tahap. Seperti

yang diuraikan dalam diagram alir pada Gambar 8. Tahapan pembuatan gula

merah awur adalah sebagai berikut :

a. Penggilingan tebu

Tahap awal pembuatan gula merah adalah proses penggilingan batang

tebu untuk mengekstraksi nira. Proses penggilingan tebu dilakukan dengan

menggunakan mesin giling yang digerakkan oleh diesel yang dihubungkan

dengan sabuk transmisi atau belt. Batang tebu hancur karena terjepit diantara

dua silinder bergerigi, sehingga nira tebu dapat terekstrak.

Nira yang keluar dari mesin giling ditampung di bak berbentuk segi

empat yang dilengkapi dengan saringan kasar yang terbuat dari kawat.

Kemudian nira hasil penyaringan awal tadi dialirkan ke sebuah wajan (yang

digunakan untuk pemasakan namun tidak digunakan lagi) dengan posisi

berada lebih rendah dari bak penyaringan pertama. Selanjutnya, nira yang

ditampung dalam wajan dipindahkan ke dalam sebuah drum yang dilengkapi

dengan kain penyaring dan terletak di atas bak penyaringan pertama.

Page 49: Komposisi Gula Merah Lengkap

49

Pemindahan nira dari wajan jke drum tadi dilakukan oleh pekerja di bagian

penggilingan dengan menggunakan ember.

Pada proses penampungan dan penyaringan nira dalam bak pertama

kurang optimal karena pekerja seringkali tidak memasang kain penyaring dan

kurang telaten membersihkan kotoran-kotoran yang tersaring. Sehingga

kotoran-kotoran tersebut ikut mengalir dalam nira yang akan ditampung dalam

wajan penampung ke dua. Karena wajan penampung tersebut berada di paling

bawah tepatnya di atas permukaan tanah, maka debu dan kotoran (daun,

ampas tebu) di sekitarnya masuk ke dalam wajan dan bercampur dengan nira.

Gambar 4. Proses Penggilingan

b. Pemasakan nira

Nira hasil penyaringan dimasukkan ke dalam wajan kemudian

dipanaskan pada suhu sekitar 100-110 0

C selama tiga sampai empat jam. Pada

prinsipnya, proses pembuatan gula merah adalah proses penguapan nira

dengan cara pemanasan sampai nira mencapai kekentalan tertentu (Ashari,

2003).

Bahan bakar yang digunakan yaitu ampas tebu (bagas), yang diatur

oleh seorang pekerja di bagian pemasakan. Pengaturan suhu pemasakan

dilakukan berdasarkan intuisi dan kebiasaan pekerja. Dalam hal ini tidak bisa

dilakukan pengecekan suhu pemasakan, sehingga kondisi pemasakan tidak

dapat konsisten. Suhu pemasakan dapat meningkat dan menurun tanpa adanya

pengecekan.

Apabila suhunya terlalu tinggi, maka akan terjadi karamelisasi

berlebihan sehingga gula yang dihasilkan dapat menjadi gosong (Sagala

dalam Lesthari, 2006).

Page 50: Komposisi Gula Merah Lengkap

50

Pemasakan nira dilakukan di atas tungku yang terdiri dari sembilan

wajan dengan diameter 90 cm. Kapasitas satu wajan pemasakan kurang lebih

70 liter nira, yang akan menghasilkan 150 kg gula merah tebu. Posisi wajan

didesain miring (berundak-undak), agar uap panas merata sesuai dengan

kebutuhan pemasakan nira di masing-masing wajan, selain itu agar

pemindahan nira dari satu wajan ke wajan yang lain (dari wajan paling

belakang ke wajan paling depan) menjadi lebih mudah. Penambahan kapur

dilakukan pada saat nira berada dalam wajan, ketika nira mulai dipanaskan.

Sedangkan minyak kelapa ditambahkan pada saat nira sudah mulai mendidih.

Selama pemasakan tidak dilakukan pengadukan secara intensif, nira hanya

mengalami pengadukan ketika dipindahkan dari wajan satu ke wajan yang

berada di depannya.

Pengadukan perlu dilakukan untuk mempercepat penguapan air dari

nira dan untuk membentuk kristal gula yang kompak serta menghasilkan

warna gula yang seragam (Sagala dalam Lesthari, 2006). Buih-buih yang

timbul selama proses dapat dikurangi dengan melakukan pengadukan terus

menerus (Palungkun, 1993).

Pada awal pemasakan kotoran-kotoran halus akan terapung bersama

dengan buih nira. Kotoran tersebut dibuang dengan menggunakan serok yang

terbuat dari kain kawat nyamuk. Penyaringan kotoran bersama buih di

permukaan wajan tersebut dilakukan berkali-kali. Karena jika tidak dibuang

gula merah yang dihasilkan menjadi berwarna hitam. Untuk menghindari

bercampurnya buih nira dari wajan yang satu ke wajan yang lain, maka wajan

ditutup dengan suatu penahan berbentuk silinder yang terbuat dari anyaman

bambu. Proses pemasakan nira dihentikan jika nira sudah mulai pekat dan

berwarna kecoklatan serta buih-buih nira sudah menurun. Untuk melihat

apakah nira sudah matang, biasanya pekerja mengambil nira yang sudah mulai

mengental (gulali) tadi dengan menggunakan serokan, kemudian

mengangkatnya. Jika gulali tersebut membentuk benang-benang gula, maka

gulali tersebut sudah matang.

Page 51: Komposisi Gula Merah Lengkap

51

Gambar 5. Proses Pemasakan Nira dengan Wajan Berundak

c. Pengentalan

Nira yang sudah mulai mengental tersebut masih tetap dipanaskan

hingga nira yang telah menjadi gulali tersebut kental dan pekat, serta

membentuk benang-benang gula. Kecukupan pemanasan sangat

mempengaruhi mutu gula merah yang dihasilkan. Apabila waktu pemanasan

terlalu cepat maka gula merah yang dihasilkan akan lembek dan mudah

meleleh (Sardjono, 1985).

Gambar 6. Nira Tebu yang Mulai Mengental

d. Penirisan

Nira kental yang sudah matang dipindahkan ke dalam suatu bak

berukuran besar berbentuk silinder, biasa disebut dengan meja. Sebelum gula

dipindahkan, permukaan meja diberi Natrium Benzoat terlebih dahulu. Tujuan

dari pemberian bahan kimia ini adalah untuk memperpanjang umur simpan

gula awur (pengawetan). Cairan gula tersebut kemudian diaduk menggunakan

serokan yang terbuat dari kayu. Pemindahan gula ke atas meja bertujuan untuk

meniriskan gula sehingga menjadi padat. Kegiatan pengadukan tersebut

Page 52: Komposisi Gula Merah Lengkap

52

bertujuan untuk meratakan panas dalam bahan, sehingga dapat menghasilkan

warna gula coklat kekuningan dan membentuk kristal gula yang halus.

Pengadukan untuk meratakan panas, baik yang berasal dari bahan

maupun wadah pengolahan. Sehingga reaksi Maillard dan Karamelisasi yang

masih berlangsung dapat segera terhenti. Selain itu juga untuk mencegah

pembentukan kristal gula yang berukuran besar dan kasar (Nurlela, 2002).

e. Penyusukan

Gula yang sudah padat dan mengkristal di atas meja, selanjutnya di

susuk dengan alat penyusuk. Sehingga gula menjadi butiran-butiran halus

(awur).

f. Pengemasan

Setelah proses penyusukan selesai, butiran-butiran gula tersebut di

masukkan ke dalam karung plastik sebagai kemasan sekunder yang

sebelumnya dilapisi kantung plastik sebagai kemasan primer. Selanjutnya

karung-karung gula disimpan di brak dengan cara ditumpuk.

Gambar 7. Gula Merah Tebu

Page 53: Komposisi Gula Merah Lengkap

53

Gambar 7. Diagram Alir Proses Pembuatan Gula Merah Tumbu Berbahan Baku

Tebu

Batang tebu

Nira

Penggilingan

Penjernihan dengan

pemanasan awal 70 0C

Pencetakan pada Tumbu

Pemanasan 100-110 0C

Penggumpalan

Gula merah

tebu

Minyak

kelapa

Bagase

Larutan

kapur

Nira jernih

Buih dan

kotoran

Page 54: Komposisi Gula Merah Lengkap

54

Gambar 8. Diagram Alir Pembuatan Gula Merah Awur Tebu

Batang tebu

Nira

Penggilingan

Penjernihan dengan

pemanasan awal 70 0C

Penirisan

Pemanasan 100-110 0C

Pengentalan

Gula merah

awur

Minyak

kelapa

Bagase

Larutan

kapur

Nira jernih

Buih dan

kotoran

Penyusukan

Pengemasan

Natrium

Benzoat

Page 55: Komposisi Gula Merah Lengkap

55

2. Aspek Pemasaran

Gula tumbu dan gula awur yang dihasilkan oleh para pengrajin gula merah

tebu di Kabupaten Rembang, pada umumnya dipasarkan ke industri-industri

pengguna gula merah. Industri tersebut menggunakan gula merah (gula awur dan

tumbu) sebagai bahan baku produksinya. Oleh karena itu, gula merah yang

dihasilkan tidak dicetak berukuran kecil seperti gula merah untuk konsumsi rumah

tangga. Jadi, dalam pendistribusiannya sedikit terdapat perbedaan dengan gula

merah untuk konsumsi rumah tangga. Dalam pendistribusian gula merah tumbu

dan awur, tidak terdapat pedagang pengecer yang menjual produk ke tangan

konsumen.

Kisaran harga jual gula merah tebu dari pengrajin ke pengumpul adalah

untuk gula awur Rp. 3.550,00-Rp. 4.200,00 dan gula merah tumbu Rp.2.600,00-

Rp. 3.600,00. Selisih harga antara gula awur dan gula tumbu adalah Rp.100,00-

Rp. 200,00. Sedangkan selisih harga antar kualitas gula merah adalah Rp. 100,00-

Rp. 150,00.

Pada umumnya para pengusaha gula merah di Kecamatan Pamotan

menjual produknya ke industri-industri besar melalui pengumpul besar, sebagai

pihak ketiga. Meskipun terdapat pula PGT yang mencoba menjual langsung hasil

produksinya ke luar kota, antara lain Rembang, Kudus, Pati, Semarang, Pasuruan,

dan Yogyakarta. Mutu gula merah yang dihasilkan dari pengolahan milik Ibu

Arini beragam, diantaranya gula dengan mutu baik, sedang dan jelek. Gula mutu

baik dan mutu sedang dijual langsung ke PT. Remaja sebagai pengumpul besar,

yang dipimpin oleh Pak Isyono atau yang lebih dikenal dengan nama Segyang.

Sedangkan gula dengan mutu jelek biasanya dimasak kembali bersama dengan

gulali baru yang sedang dimasak. Gula merah tersebut akhirnya akan dijual ke

industri-industri besar yang menggunakan gula merah sebagai bahan baku

produksinya. Gula mutu baik dan sedang biasanya dijual ke PT. ABC, PT.

Indofood, PT. Cap Orang Tua, industri penghasil jenang (dodol), perusahaan

kecap dan permen. Dimana setiap perusahaan memiliki standar mutu yang

berbeda-beda.

Page 56: Komposisi Gula Merah Lengkap

56

Selain sebagai pengusaha gula merah yang menjual produknya ke PT.

Remaja, Ibu Arini juga sebagai pengumpul menengah yang dipercaya oleh PT.

Remaja sebagai tangan kanan perusahaan di wilayah Kecamatan Pamotan. Beliau

bertugas mengumpulkan gula merah dari para pengrajin yang berada di wilayah

Kecamatan Pamotan dan menyetorkan hasilnya ke PT. Remaja. Perusahaan yang

bertindak sebagai salah satu pengumpul terbesar di Kabupaten Rembang dan

penyuplai gula merah untuk berbagai industri ini memiliki gudang penyimpanan

gula merah, yang terletak di Desa Japerejo, Kecamatan Pamotan. Gambaran

distribusi gula merah tebu di Kabupaten Rembang dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Distribusi Produk Gula Merah Tebu (Gula Tumbu dan Awur)

Harga jual gula tumbu dari pengrajin ke pedagang pengumpul dapat dilihat

pada Tabel 9.

Tabel 9. Harga Jual Gula Tumbu dari Pengrajin ke Pedagang Pengumpul (Tahun

Giling 2006)

Bulan Gula tumbu (Rp/kg)

Awal Juni 3000

Pertengahan Juni 2900

Awal Juli 2800

Pertengahan Juli 2750

Akhir Juli 2700

Awal Agustus 2650

Pertengahan Agustus 2600

Awal September 2650

Pertengahan September 2700

Akhir Oktober 3000

Pertengahan Desember 3550

Sumber: Komunikasi Personal dengan Pengusaha Gula Merah Tebu

Pengrajin

Pedagang pengumpul besar

Pedagang pengumpul menengah

Industri

Industri

Industri

Pedagang pengumpul besar

Industri

Page 57: Komposisi Gula Merah Lengkap

57

3. Aspek finansial

Aspek finansial membicarakan tentang bagaimana menghitung

kebutuhan dana, baik kebutuhan dana untuk aktiva tetap maupun dana untuk

modal kerja. Beberapa hal yang dibahas dalam analisis aspek finansial antara lain

yaitu penentuan kebutuhan dan pengalokasian dana, sumber dana dan biaya

modal, estimasi aliran kas proyek, serta kriteria penilaian investasi (Husnan dan

Muhammad, 2000).

a. Permodalan

Penyediaan permodalan dalam kegiatan dunia usaha bergerak melalui

sejumlah tahapan pembiayaan. Pada tahapan awal, sumber pembiayaan

umumnya berasal dari uang pribadi pemilik usaha serta berbagai sumber lain

yang diupayakan oleh pemilik. Tahapan selanjutnya apabila perusahaan mulai

tumbuh dan berkembang melampaui kemampuan pembiayaan pemilik, maka

perusahaan mencari sumber pembiayaan lain seperti memanfaatkan bank

sebagai sumber pembiayaan (Widi, 1997).

Sumber modal usaha gula merah tebu di Kabupaten Rembang yaitu

uang pribadi pemilik usaha dan pinjaman dari pihak lain, seperti bank, kerabat

ataupun pihak lain yang dapat memberikan pinjaman modal usaha.

b. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan besarnya biaya yang diperlukan untuk

membangun industri gula merah tebu. Biaya investasi dalam pendirian industri

gula merah tebu terdiri atas modal tetap dan modal kerja. Modal tetap adalah

semua biaya yang diperlukan dari tahap pra investasi sampai pabrik siap

beroperasi. Modal tetap industri ini meliputi biaya perizinan dan pengadaan

lahan, pendirian bangunan, pembelian mesin-mesin dan peralatan serta fasilitas

penunjang. Modal tetap yang diperlukan untuk pendirian industri ini adalah Rp

218.025,000,00. Dengan komposisi biaya seperti terdapat pada Tabel 10.

Komposisi modal tetap secara lengkap disajikan pada Lampiran 1.

Page 58: Komposisi Gula Merah Lengkap

58

Tabel 10. Komposisi Modal Tetap untuk Industri Gula Merah Tebu

Komponen Jumlah Nilai (Rp.)

Lahan (m2) 1100 110.000.000

Bangunan 50.000.000

Perizinan 2.000.000

Fasilitas Penunjang 6.200.000

Mesin dan Peralatan 49.825.000

Total Modal Tetap 218.025.000

Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi gula

merah tebu pada waktu beroperasi pertama kali. Modal kerja merupakan

gabungan dari biaya tetap (biaya tenaga kerja tidak langsung, depresiasi,

pemeliharaan, administrasi dan telepon), biaya variabel (biaya bahan baku,

kemasan, tenaga kerja langsung, bahan bakar dan listrik) dan persediaan kas.

Persediaan kas dimaksudkan untuk menghindari kesulitan liquiditas yang

disebabkan perubahan kondisi yang sudah diprediksikan sebelumnya.

Besarnya modal kerja sangat tergantung pada biaya operasional pabrik,

karena modal kerja akan dipergunakan untuk pembiayaan awal hingga pabrik

bisa berproduksi. Dalam hal ini produk diasumsikan habis terjual setelah 10

hari produksi, sehingga biaya minimum yang diperlukan pada saat awal pabrik

beroperasi setara dengan 10 hari biaya operasional. Komposisi modal kerja

untuk industri gula merah tebu dapat dilihat pada Tabel 11.

Page 59: Komposisi Gula Merah Lengkap

59

Tabel 11. Komposisi Modal Kerja untuk Industri Gula Merah Tebu

No Komponen Nilai (Rp)

Saat Ini

A. Biaya Tetap

TK Tidak Langsung 700.000

Depresiasi 498.604

Pemeliharaan 600.472

Administrasi dan Telepon 2.500.000

Sub Total 4.299.076

B. Biaya Variabel

Bahan Baku 31.835.921

Kemasan 737.100

Tenaga Kerja Langsung 4.693.000

Bahan Bakar dan Listrik 335.400

Sub Total 37.601.421

C. Persediaan Kas 5.000.000

Total 46.900.497

Total biaya investasi untuk industri gula merah tebu adalah Rp

264.925.497,00, seperti terlihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Total Investasi untuk Industri Gula Merah Tebu

Komponen Sub Total (Rp.)

Modal Tetap 218.025.000

Modal Kerja 46.900.497

Total Investasi 264.925.497

c. Sumber dan Struktur Pembiayaan

Biaya Investasi untuk pengembangan industri gula merah tebu berasal

dari modal sendiri dan kredit perbankan. Debt to Equity Ratio (DER) keduanya

adalah 50:50 yaitu 50 % modal sendiri dan 50 % berasal dari pinjaman bank.

Bunga bank yang digunakan sebesar 18 %. Jangka waktu pengembalian modal

tetap adalah sesuai dengan umur proyek yaitu sebesar 10 tahun. Sedangkan

pengembalian modal kerja adalah selama 3 tahun. Struktur pembiayaan usaha

gula merah tebu disajikan pada Tabel 13.

Page 60: Komposisi Gula Merah Lengkap

60

Tabel 13. Struktur Pembiayaan Usaha Gula Merah Tebu

Jenis Kredit Pinjaman (Rp) Modal Sendiri (Rp)

Modal Tetap 109.012.500 109.012.500

Modal Kerja 23.450.249 23.450.249

Jumlah 132.462.749 132.462.749

Pembayaran pinjaman terhadap bank dilakukan dengan cara membayar

angsuran pinjaman pokok dan bunga mulai tahun pertama. Perhitungan lengkap

disajikan pada Lampiran 7.

d. Proyeksi Laba Rugi

Proyeksi laba rugi merupakan perhitungan penerimaan dan penjualan

produk serta keseluruhan biaya yang dikeluarkan setiakp tahunnya selama

jangka waktu tertentu. Perincian proyeksi laba rugi dapat dilihat pada Lampiran

13. Perincian laba bersih terdapat pada Tabel 14.

Tabel 14. Perincian Laba Bersih

Tahun ke- Nilai (Rp.)

1 78.212.839

2 109.429.490

3 133.431.596

4 135.790.064

5 137.163.621

6 138.537.179

7 139.910.736

8 141.284.294

9 142.657.851

10 144.031.409

e. Kriteria Kelayakan Investasi

Kriteria kelayakan investasi meliputi Net Present Value (NPV), Internal

Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Break Event Point

Page 61: Komposisi Gula Merah Lengkap

61

(BEP), dan Pay Back Period (PBP). Hasil penilaian dari kriteria-kriteria

tersebut menentukan kelayakan pengembangan usaha gula merah tebu.

� Net Present Value (NPV)

Pada perhitungan NPV dengan Discount Factor (DF) 18 %,

diperoleh NPV Rp 257.968.831,00. Nilai tersebut menunjukkan angka

yang positif (lebih besar dari nol).

� Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan suatu nilai suku bunga yang membuat NPV proyek

sama dengan nol atau tingkat suku bunga yang menunjukkan jumlah nilai

sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah ongkos investasi proyek. Nilai

IRR yang diperoleh adalah 40,60 %. Nilai ini lebih tinggi dari tingkat suku

bunga yang berlaku yaitu 18 %.

� Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara

keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Net Benefit

Cost Ratio yang diperoleh bernilai lebih dari 1 yaitu 1,97.

� Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) merupakan titik dimana total biaya

produksi sama dengan pendapatan. BEP yang diperoleh yaitu Rp

195.968.791,00 atau 59.384 Kg/tahun. Titik impas tercapai pada saat

produksi 63.969 Kg/tahun.

� Pay Back Period (PBP)

Pay Back Period (PBP) merupakan jangka waktu pengembalian

investasi suatu proyek. Hasil perhitungan menunjukkan nilai PBP sebesar

2,96 tahun.

Page 62: Komposisi Gula Merah Lengkap

62

D. ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA GULA MERAH TEBU

1. Analisis SWOT

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha diidentifikasi

dengan menyusun matriks internal dan eksternal. Matriks internal merupakan

suatu metode untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi kondisi internal suatu

perusahaan. Faktor internal yang diamati yaitu kekuatan serta kelemahan dari

perusahaan yang meliputi sumber daya manusia, teknologi proses yang akan

digunakan, kegiatan operasional, lokasi pabrik, legalitas perusahaan, kegiatan

pemasaran, kondisi keuangan, serta kebersihan dan kesehatan produk.

Mariks eksternal digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi

kondisi eksternal perusahaan yang terdiri dari peluang dan ancaman yang

dihadapi. Lingkungan eksternal berhubungan secara tidak langsung dan di luar

kendali perusahaan, yang meliputi kebijakan pemerintah, pesaing, pemasok bahan

baku, pasar, ekonomi, sosial, dan teknologi.

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan

pengamatan langsung di pabrik gula merah tebu milik Ibu Arini, dapat dihasilkan

beberapa faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan untuk kondisi internal

serta beberapa faktor peluang dan ancaman untuk matriks eksternal perusahaan.

Hasil identifikasi faktor dapat dilihat pada Tabel 15.

Page 63: Komposisi Gula Merah Lengkap

63

Tabel 15. Faktor Internal dan Eksternal Pengembangan Usaha Gula Merah Tebu

Faktor

A. Internal

Kekuatan (Strengths)

1. Harga gula merah tebu lebih murah dibandingkan produk gula lainnya

2. Proses produksi sederhana

3. Memanfaatkan tenaga kerja lokal

4. Memiliki langganan pengumpul yang tetap dan pasar yang jelas

5. Kandungan gizi gula merah lebih tinggi dibandingkan produk sejenis

6. Gula merah dapat digunakan sebagai bahan substitusi gula pasir

Kelemahan (Weaknesses)

1. Teknologi manual dan sederhana

2. Kondisi proses produksi tidak konsisten

3. Sanitasi pabrik dan produk tidak terjamin

4. Kesadaran terhadap keamanan produk rendah

5. Belum berbadan hukum

6. Ketersediaan modal terbatas

7. Kualitas SDM yang rendah

8. Tidak ada inovasi dan aplikasi teknologi kemasan

9. Bangunan pabrik tidak permanen

10. Produk belum distandarkan

11. Penanganan bahan baku dan produk kurang diperhatikan

B. Eksternal

Peluang (Opportunities)

1. Kebutuhan gula merah semakin meningkat

2. Ketersediaan lahan dan bahan baku

3. Bahan baku mudah

4. Diversifikasi produk

5. Potensi pengembangan

6. Pasar terbuka lebar (berkembangnya industri makanan dan minuman)

7. Popularitas gula merah masih dapat meningkat

Ancaman (Threats)

1. Harga produk ditentukan oleh pasar

2. Beralihnya penyaluran tebu ke Pabrik gula (PG)

3. Harga bahan baku di PG lebih tinggi

4. Harga BBM naik

5. Tidak adanya perhatian pemerintah terhadap usaha gula merah

Page 64: Komposisi Gula Merah Lengkap

64

a. Matriks Evaluasi Faktor Internal (Matriks IFE)

Evaluasi terhadap faktor internal industri gula merah tebu dilakukan

dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan yang

dimiliki industri gula merah tebu antara lain harga gula merah tebu lebih murah

dibandingkan produk sejenis, proses produksi dan peralatan yang digunakan

sederhana, memanfaatkan tenaga kerja lokal, memiliki langganan pengumpul

yang tetap dan pasar yang jelas, kandungan gizi gula merah lebih tinggi

dibandingkan produk sejenis, lokasi pabrik cukup strategis, dan gula merah

sebagai bahan substitusi gula pasir. Kelemahan yang dimiliki oleh industri gula

merah tebu antara lain teknologi manual dan sederhana, proses produksi tidak

konsisten, sanitasi kondisi pabrik dan produk tidak terjamin, kesadaran

terhadap keamanan produk rendah, belum berbadan hukum, ketersediaan modal

terbatas, kualitas SDM yang rendah, tidak ada inovasi dan aplikasi teknologi

kemasan, bangunan pabrik tidak permanen, produk belum sesuai dengan SNI,

dan penanganan bahan baku dan produk kurang diperhatikan. Berdasarkan

identifikasi faktor internal diperoleh total skor sebesar 2,816. Perhitungan

secara kuantitatif terhadap identifikasi faktor internal dapat dilihat pada Tabel

16.

Page 65: Komposisi Gula Merah Lengkap

65

Tabel 16. Matriks IFE Industri Gula Merah Tebu

Faktor Bobot Faktor

(BF)

Rating Bobot *

Rating

A. Internal

Kekuatan (Strengths)

1. Harga gula merah tebu lebih murah dibandingkan

produk gula lainnya 0.042 1 0.042 2. Proses produksi sederhana 0.057 3 0.172 3. Memanfaatkan tenaga kerja lokal 0.050 2 0.100 4. Memiliki langganan pengumpul yang tetap dan pasar

yang jelas 0.069 3 0.207 5. Kandungan gizi gula merah lebih tinggi dibandingkan

produk sejenis 0.054 2 0.107 6. Gula merah dapat digunakan sebagai bahan substitusi

gula pasir 0.054 3 0.161

Kelemahan (Weaknesses)

1. Teknologi manual dan sederhana 0.061 3 0.184 2. Kondisi proses produksi tidak konsisten 0.057 3 0.172 3. Sanitasi kondisi pabrik dan produk tidak terjamin 0.054 4 0.215 4. Kesadaran terhadap keamanan produk rendah 0.061 3 0.184 5. Belum berbadan hukum 0.069 2 0.138 6. Ketersediaan modal terbatas 0.054 4 0.215 7. Kualitas SDM yang rendah 0.054 3 0.161 8. Tidak ada inovasi dan aplikasi teknologi kemasan 0.069 3 0.207 9. Bangunan pabrik tidak permanen 0.084 2 0.169 10. Produk belum distandarkan 0.061 3 0.184 11.Penanganan bahan baku dan produk kurang

diperhatikan 0.050 4 0.199

Total 1.000

2.816

Page 66: Komposisi Gula Merah Lengkap

66

b. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Matriks EFE)

Evaluasi terhadap faktor eksternal industri gula merah tebu dilakukan

dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh industri gula

merah tebu. Peluang yang dapat dimanfaatkan oleh industri gula merah tebu

adalah kebutuhan gula merah semakin meningkat, ketersediaan lahan dan bahan

baku, bahan baku mudah, diversifikasi produk, memiliki langganan, pasar

terbuka lebar (berkembangnya industri makanan dan minuman), dan gula

merah telah populer di masyarakat. Faktor ancaman yang dihadapi oleh industri

gula merah tebu antara lain harga produk ditentukan oleh pasar, beralihnya

penyaluran tebu ke Pabrik gula (PG), harga bahan baku di PG lebih tinggi,

penampakkan produk yang kurang menarik, harga BBM naik, pajak dan ijin

usaha, serta rendahnya perhatian pemerintah terhadap usaha gula merah.

Berdasarkan identifikasi faktor eksternal industri gula merah tebu, didapatkan

total skor sebesar 2,686. Perhitungan secara kuantitatif terhadap identifikasi

faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 17.

Page 67: Komposisi Gula Merah Lengkap

67

Tabel 17. Matriks EFE Industri Gula Merah Tebu

B. Eksternal Bobot Faktor

(BF)

Rating Bobot*

Rating

Peluang (Opportunities)

1. Kebutuhan gula merah semakin meningkat 0.080 3 0.240 2. Ketersediaan lahan dan bahan baku 0.077 2 0.154 3. Bahan baku mudah 0.080 3 0.240 4. Diversifikasi produk 0.093 3 0.279 5. Potensi pengembangan 0.083 4 0.333 6. Pasar terbuka lebar (berkembangnya industri makanan

dan minuman) 0.099 3 0.298 7. Popularitas gula merah masih dapat meningkat 0.080 1 0.080

Ancaman (Threats)

1. Harga produk ditentukan oleh pasar 0.090 3 0.269 2. Beralihnya penyaluran tebu ke Pabrik gula (PG) 0.083 2 0.167 3. Harga bahan baku di PG lebih tinggi 0.077 2 0.154 4. Harga BBM naik 0.083 3 0.250 5. Tidak adanya perhatian pemerintah terhadap usaha

gula merah 0.074 3 0.221

Total 1.000

2.686

Page 68: Komposisi Gula Merah Lengkap

68

Tabel 18. Matriks Internal-Eksternal (IE)

TOTAL SKOR IFE

4,0 Kuat 3,0 Rata-rata 2,0 Lemah 1,0

Tinggi

3,0

TOTAL

SKOR

EFE Sedang

2,0

Rendah

1,0

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE, dapat disusun

matriks IE. Nilai yang didapat dari matriks IFE sebesar 2,816 dan hasil yang

didapat dari matriks EFE sebesar 2,686 sehingga mendapatkan posisi pada sel V.

Posisi ini menggambarkan bahwa industri gula merah tebu mengalami konsentrasi

melalui integrasi horizontal dan mengalami stabilitas. Tujuannya yaitu

menghindari kehilangan penjualan dan profit.

Posisi industri gula merah tebu yang berada pada kuadran V dapat dikelola

dengan menggunakan strategi pengembangan. Strategi pengembangan adalah

kondisi dimana perusahaan melakukan upaya pengembangan produk yang telah

ada. Strategi yang dapat digunakan pada kuadran ini adalah stability strategy atau

integrasi horizontal. Perusahaan yang berada pada sel ini dapat melakukan

peningkatan kualitas produk, perluasan pasar, pengembangan teknologi dan

fasilitas produksi, melalui kerjasama dengan pihak lain.

Page 69: Komposisi Gula Merah Lengkap

69

Tabel 19. Matriks Analisis SWOT

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Strengths (S) 1. Harga gula merah tebu

lebih murah

2. Proses produksi sederhana

3. Tenaga kerja lokal

4. Langganan pengumpul

yang tetap dan pasar yang

jelas

5. Kandungan gizi gula merah

lebih tinggi

6. Gula merah dapat

digunakan sebagai bahan

substitusi gula pasir

Weaknesses (W) 1.Teknologi manual dan

sederhana

2. Kondisi proses produksi

tidak konsisten

3. Sanitasi kondisi pabrik

dan produk tidak terjamin

4. Kesadaran terhadap

keamanan produk rendah

5. Belum berbadan hukum

6. Ketersediaan modal

terbatas

7. Kualitas SDM yang

rendah

8. Tidak ada inovasi dan

aplikasi teknologi

kemasan

9. Bangunan pabrik tidak

permanen

10. Produk belum

distandarkan

11. Penanganan bahan baku

dan produk kurang

diperhatikan

Opportunities (O) 1. Kebutuhan gula merah

semakin meningkat

2. Ketersediaan lahan dan

bahan baku

3. Bahan baku mudah

4. Diversifikasi tebu

5. Potensi pengembangan

6. Pasar terbuka lebar

(berkembangnya industri

makanan dan minuman)

7. Popularitas gula merah

masih dapat meningkat

Strategi SO 1. Meningkatkan kapasitas

produksi

2. Memperluas daerah

pemasaran

3. Meningkatkan nilai tambah

dari produk yang

dihasilkan

4. Meningkatkan hubungan

baik dengan pemasok

bahan baku, pengumpul

dan industri pengguna gula

merah

Srategi WO 1. Menerapkan teknologi

tepat guna dengan

memperhatikan sanitasi

dan keamanan produk

2. Melakukan perencanaan

dan pengendalian produksi

3. Menerapkan tata cara

kerja dan penanganan

produk serta pemilihan

bahan baku yang baik

4. Menerapkan goodhouse

keeping

5. Membina SDM yang

dimiliki

6. Meningkatkan kualitas

produk 7. Memanfaatkan KUK

Threats (T) 1. Harga produk ditentukan

oleh pasar

2. Beralihnya penyaluran

tebu ke Pabrik gula (PG)

3. Harga bahan baku di PG

lebih tinggi

4. Harga BBM (bahan

penunjang produksi) naik

5. Tidak adanya perhatian

pemerintah

Strategi ST 1.Mengatur pemasokan bahan

baku dan jadwal produksi

2. Menerapkan sistem

penjadwalan

3. Menbentuk kelompok

usaha bersama

Strategi WT 1. Mengurus perizinan

usaha yang jelas

2. Menjalin dan

meningkatkan

kerjasama dalam hal

permodalan dan

pemasaran

Page 70: Komposisi Gula Merah Lengkap

70

Berdasarkan analisis SWOT yang dihasilkan dari Tabel 19, terdapat empat

skenario strategi yang dapat dilakukan. Keempat skenario strategi tersebut adalah

strategi kekuatan dan peluang (strategi SO), strategi kekuatan dan ancaman

(strategi ST), strategi kelemahan dan peluang (strategi WO), serta strategi

kelemahan dan ancaman (strategi WT).

1. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan

menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-

besarnya (Rangkuti, 2000). Strategi SO meliputi :

� Meningkatkan kapasitas produksi. Upaya peningkatan volume produksi

dapat dilakukan, karena ketersediaan bahan baku dan harga tebu yang

murah. Tujuan dari peningkatan kapasitas produksi untuk

mengembangkan perusahaan dan memenuhi kebutuhan pasar. Dapat

dilakukan dengan menambah fasillitas dan peralatan produksi.

� Memperluas daerah pemasaran. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan

menambah langganan pengumpul, industri pengguna gula merah, serta

pedagang eceran. Daerah pemasarannya dapat diperluas ke kota-kota besar

di Pulau Jawa, selain ke daerah di sekitar Rembang (Pati, Kudus, dan

Semarang). Pemasaran produk gula awur dapat dilakukan secara langsung,

untuk konsumsi rumah tangga.

� Meningkatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan. Upaya tersebut

dapat dilakukan dengan menambah produksi gula awur yang harganya

lebih mahal serta mengolah kembali produk yang tidak sesuai dengan

standar kualitas. Misalnya dengan memanfaatkan gula merah awur sebagai

bahan baku pembuatan kecap. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan

keuntungan dan meminimalkan limbah yang dihasilkan.

� Meningkatkan hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan

baku, pengumpul dan industri pengguna gula merah. Tujuannya yaitu

untuk mengoptimalkan berjalannya sistem dalam suatu industri, mulai dari

pemasokan bahan baku hingga pendistribusian ke industri maupun

konsumen.

Page 71: Komposisi Gula Merah Lengkap

71

2. Strategi ST

Strategi ini menggunakan kekuatan perusahaan untuk mengatasi

ancaman yang mungkin terjadi. Strategi SO meliputi :

� Mengatur pemasokan bahan baku dan jadwal produksi. Usaha ini

dilakukan agar tidak terjadi kelangkaaan bahan baku dan mendukung

kelancaran proses produksi. Selain itu, sebagai salah satu cara untuk

mengatasi perubahan harga gula merah akibat perubahan permintaan

pasar. Pengaturan pemasokan bahan baku dilakukan dengan cara

menetapkan jadwal pengiriman bahan baku, sehingga tidak ada waktu

yang terbuang selama pengangkutan bahan baku. Pengaturan jadwal

produksi dilakukan dengan cara menetapkan target produksi per harinya,

mengoptimalkan pembagian kerja, dan mengefisienkan waktu kerja untuk

mengurangi idle dalam kegiatan produksi.

� Menerapkan sistem penjadwalan distribusi produk. Upaya penerapan

sistem penjadwalan dalam melakukan aktifitas perusahaan dapat dilakukan

dengan menyusun rencana produksi, mulai dari produk telah dihasilkan

kemudian didistribusikan, hingga penyimpanan dan pemasaran produk.

� Membentuk kelompok usaha bersama. Hal ini dilakukan untuk

memperkuat posisi industri dalam segi penetapan harga, mempermudah

akses pemasaran, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan para

pengrajin gula merah tebu.

3. Strategi WO

Strategi ini memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan yang

dimiliki oleh perusahaan. Strategi WO meliputi :

� Menerapkan teknologi tepat guna dengan memperhatikan sanitasi dan

keamanan produk. Hal ini dapat dilakukan dengan penggunaan alat dan

mesin produksi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan.

Tujuan dari upaya ini adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

produk yang dihasilkan. Di samping itu untuk menjaga kontinyuitas

produksi dan membuka kesempatan bagi perusahaan untuk dapat diterima

oleh pasar.

Page 72: Komposisi Gula Merah Lengkap

72

� Melakukan perencanaan dan pengendalian produksi. Salah satu tujuan

dilakukannya usaha ini adalah untuk menjaga kelancaran kegiatan

produksi dan tercapainya tujuan perusahaan. Dapat dilakukan dengan

menyusun perencanaan kegiatan produksi yang akan dilakukan oleh

perusahaan, pengontrolan dan pemantauan, serta pengendalian kegiatan

produksi yang disesuaikan dengan target dan rencana yang telah

ditetapkan dalam suatu perusahaan.

� Menerapkan tata cara kerja dan penanganan produk serta pemilihan bahan

baku yang baik. Tujuan dari usaha ini antara lain memberikan kemudahan,

kelancaran dan keamanan bagi para pekerja dalam melakukan aktifitas

kerjanya, sehingga kegiatan produksi dapat berjalan lebih efisien dan

kerusakan bahan baku maupun produk dapat dihindari serta diperoleh

produk yang baik. Dapat dilakukan dengan cara menetapkan jadwal tebang

disesuaikan dengan sifat tanaman tebu dan kandungan nira yang optimal,

karena selama ini semua tebu yang ditebang dan masuk, langsung diterima

untuk dilakukan penggilingan. Selain itu, kegiatan pengemasan dan

penyimpanan produk yang baik, serta kegiatan pengolahan (pemasakan)

yang optimal.

� Menerapkan goodhouse keeping. Penerapan goodhouse keeping dilakukan

untuk mendukung terciptanya lingkungan pabrik yang nyaman dan aman,

terjaganya kebersihan dan sanitasi lingkungan pabrik dan produk, serta

kegiatan produksi dapat berjalan lebih efisien.

� Membina SDM yang dimiliki. Upaya ini diperlukan untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan, agar menjadi

lebih terampil, ulet, dan dapat bekerja efektif serta efisien. Menurut

Syamsul dan Hendri (2003), menyatakan canggihnya dan rapinya sistem

operasi sangat ditentukan oleh kemampuan SDM untuk memikirkannya,

mengorganisasikannya, dan mewujudkannya dalam bentuk implementasi

nyata.

� Meningkatkan kualitas produk. Peningkatan kualitas produk dapat

dilakukan mulai dari penggunaan bahan baku yang berkualitas, proses

pengolahan yang optimal, dan penggunaan teknologi yang sesuai. Tujuan

Page 73: Komposisi Gula Merah Lengkap

73

dari strategi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan

konsumen, memperkuat posisi produk dan perusahaan, dan memperluas

pangsa pasar.

� Memanfaatkan Kredit Usaha Kecil (KUK) yang disediakan oleh bank

untuk modal dalam pengembangan usaha. Tahap awal yang dapat

dilakukan adalah mengurus perijinan usaha, memperbaiki sistem

manajerial dan keuangan, sehingga usaha tersebut memperoleh pinjaman

modal untuk pengembangan usaha.

4. Strategi WT

Strategi ini dilakukan untuk meminimalkan kelemahan yang dimiliki

dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Strategi WT meliputi :

� Mengurus perizinan usaha yang jelas (legalisasi). Hal ini bertujuan untuk

mempermudah kegiatan usaha, mempertahankan dan mengembangkan

usaha, memperoleh berbagai fasilitas dari pemerintah, misalnya dalam hal

bantuan permodalan dan jika terjadi persengketaan atau tuntutan.

� Menjalin dan meningkatkan kerjasama dalam hal permodalan dan

pemasaran. Dilakukan dengan menarik investor untuk menambah bantuan

permodalan dan akses pemasaran. Karena permasalahan yang seringkali

terjadi pada pengusaha gula merah tebu adalah kekurangan modal.

2. Aspek Teknis dan Teknologis

Kapasitas produksi dalam pengolahan nira tebu menjadi gula merah

tebu ditentukan oleh waktu produksi yang tersedia dan kemampuan mesin serta

peralatan yang digunakan. Teknologi yang akan diterapkan pada

pengembangan usaha gula merah ini disesuaikan dengan kebutuhan usaha,

kondisi finansial dan kemampuan pekerja dalam mengoperasikannya.

Penerapan teknologi yang dimaksud adalah penggunaan wajan uap

dalam proses pemasakan nira tebu, perlakuan terhadap bahan baku (tebu) dan

nira hasil penggilingan tebu. Hal ini sebagai alternatif upaya pengembangan

usaha gula merah tebu, terutama dalam peningkatan kualitas dan kuantitas.

Page 74: Komposisi Gula Merah Lengkap

74

a. Alternatif Upaya Pengembangan

Penggunaan bahan baku yang bersih, perlakuan proses penyaringan

bertahap pada nira yang akan dimasak dan penggantian peralatan proses

pengolahan wajan berundak dengan wajan uap bertujuan untuk meningkatkan

kualitas produk dan kapasitas produksi gula merah tebu. Hal itu menyebabkan

produktifitas usaha gula merah tebu dapat meningkat. Peralatan dan mesin yang

dibutuhkan seperti wajan uap dan boiler dapat dipesan dari bengkel, sedangkan

peralatan penunjang lainnya dapat diperoleh di toko-toko peralatan.

a.1. Penggunaan Bahan Baku Yang Bersih

Penggunaan bahan baku yang bersih bertujuan untuk meningkatkan

kebersihan (kualitas) gula yang dihasilkan. Bahan baku bersih yang

dimaksud adalah tebu yang bersih dari daun-daun kering yang masih

menempel di batang tebu, dibersihkan dengan arit atau pisau. Daun-daunan

kering yang ikut tergiling dapat menyerap nira yang keluar, sehingga dapat

menurunkan rendemen yang diperoleh. Selain itu ampas yang dihasilkan

lebih banyak, yang dapat mengotori nira hasil gilingan.

a.2. Penyaringan Nira Secara Bertahap

Penyaringan nira dilakukan untuk meningkatkan kualitas gula merah

yang dihasilkan. Penyaringan nira dilakukan untuk memisahkan dan

membersihkan nira dari padatan-padatan dan kotoran yang ada pada nira

hasil giling. Sebelum di masukkan ke dalam wajan, nira yang keluar dari

mesin giling akan melalui beberapa kali proses penyaringan. Penyaringan

pertama dilakukan dengan menggunakan saringan yang terbuat dari kawat

besi, penyaringan yang kedua menggunakan kain saringan biasa,

penyaringan yang ketiga dan keempat berupa papan (flat) terbuat dari kawat

besi yang dipasang di bak penampungan nira setelah keluar dari mesin giling

(berbentuk segi empat). Untuk penyaringan kelima digunakan kain saringan

biasa yang dipasang di atas drum penampung nira yang akan dialirkan ke

wajan. Dan penyaringan keenam menggunakan saringan kawat besi, yang

akan menyaring kotoran dan padatan dalam nira yang akan dimasak.

Page 75: Komposisi Gula Merah Lengkap

75

Gambar 10. Alat Penyaringan Nira Tebu

a.3. Wajan dengan Pemanasan Uap

Wajan yang dipergunakan untuk memanaskan dan memasak nira tebu

menjadi gula merah berbentuk silinder dengan dasar melengkung (cembung).

Wajan ini mampu menampung 700 liter nira tebu yang ditempatkan kira-kira

setengah meter di atas permukaan tanah dengan tiga kaki sebagai penopang.

Bagian dinding dan dasar wajan terdiri dari dua lapisan, diantara kedua

lapisan itulah uap panas akan menyebar, menyelimuti dan memanaskan

wajan. Selain itu, di bagian tengah wajan terdapat pipa stainless berbentuk

spiral, yang memiliki fungsi sebagai saluran uap panas untuk memanaskan

bahan.

Di bagian bawah wajan terdapat klep (kran) yang berfungsi sebagai

saluran output gula cair yang telah dimasak. Di samping wajan terdapat kran

pengatur jumlah uap yang akan didistribusikan ke dalam da keluar wajan. Di

bagian samping kiri wajan dilengkapi dengan termometer untuk mengecek

suhu uap yang masuk ke wajan, dan alat pengukur tekanan dalam wajan

(barometer). Uap panas yang keluar atau dibuang dari dalam wajan,

selanjutnya dikondensasi oleh suatu alat pendingin (kondensor)

menghasilkan uap dan tetesan air. Air hasil kondensasi tersebut kemudian

akan di reuse untuk memanaskan boiler kembali untuk proses pemasakan

selanjutnya.

Uap panas yang disuplai ke wajan diperoleh dari air dalam boiler yang

dipanaskan dengan menggunakan bahan bakar ampas tebu (bagas). Air

Page 76: Komposisi Gula Merah Lengkap

76

tersebut berasal dari air sumur dengan bantuan mesin pompa air. Di bagian

dinding luar boiler terdapat termometer, barometer dan alat pengukur volume

air dalam boiler. Pada bagian belakang boiler terdapat kran yang berfungsi

untuk mengatur masuknya air ke dalam boiler. Selain itu, di bagian atas

boiler dipasang saluran keluar uap panas yang berlebih dan dapat berfungsi

otomatis.

Gambar 11. Boiler dan Wajan Uap

a.4. Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang lain yang digunakan dalam proses produksi gula

merah tebu adalah tenaga listrik, bahan bakar solar dan oli, dan air sumur.

Tenaga listrik yang dibutuhkan adalah untuk pengoperasian mesin pompa

(tiga buah) dan penerangan pabrik. Bahan bakar solar dipergunakan untuk

mengoperasikan mesin diesel (20 PK) sebagai penggerak mesin giling tebu.

Kebutuhan solar adalah sebanyak 20 liter/ satu ton gula, dengan harga solar

Rp. 4.500,00/ liter. Sedangkan oli dipergunakan sebagai pelumas mesin

giling, dengan kebutuhan sebanyak 4 liter/ 6 ton gula. Air dipergunakan

untuk menghasilkan uap panas dari dalam boiler. Karena menggunakan air

sumur, maka tidak ada biaya khusus untuk penggunaan air. Kecuali air dalam

sumur sedang tidak tersedia.

b. Bahan Baku

Bahan baku utama dalam industri gula merah di Kecamatan Pamotan

adalah tanaman tebu. Varietas tebu yang digunakan dalam usaha tani tebu di

Kabupaten Rembang adalah PS 851, PS 864 dan BZ 148. Bahan baku yang

Page 77: Komposisi Gula Merah Lengkap

77

digunakan merupakan tebu yang berasal dari lahan milik pribadi dan tebu yang

berasal dari lahan sewa. Namun tidak sedikit pula yang menggunakan sistem beli

tebu dari petani lain yang pada umumnya tidak memiliki unit gilingan. Tebu

dipilih berdasarkan jenis tebu, kondisi batang, kondisi perkebunan, dan umur

tanaman. Bahan baku yang belum cukup umur dan tidak memenuhi teknis

pemeliharaan tanaman tebu akan menurunkan rendemen dan mutu produk gula

merah tebu yang dihasilkan. Terdapat juga pengolah yang memilih bahan baku

berdasarkan daerah penanaman tebu. Karena setiap daerah memiliki kondisi lahan

yang berbeda-beda, misalnya jenis tanah dan kondisi pengairan.

Sistem pembelian tebu yang dilakukan pengusaha industri gula merah tebu

di Kecamatan Pamotan adalah berdasarkan bobot tebu yang dihitung dalam satuan

Ton. Namun ada pula yang menggunakan sistem borongan dimana tebu dijual

tidak berdasarkan bobot melainkan per luas areal. Kisaran harga tebu di

Kecamatan Pamotan adalah Rp. 130.000,00-Rp. 150.000,00/ ton tebu.

Produktivitas tebu per hektar lahan adalah sekitar 60-100 ton tebu, berdasarkan

tabel 2 produksi tebu di Kecamatan Pamotan adalah sebesar 12.050,955 ton

dengan rata-rata produksi per hektar 3.997 kg. Penebangan tebu dilakukan antara

bulan Juni-November, dengan umur tebu 8-10 bulan.

c. Bahan Tambahan Pangan dan Penunjang Produksi

Bahan tambahan pangan adalah bahan atau campuran bahan yang secara

alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke

dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan (Himpunan

Alumni Fateta, 2005). Pada umumnya bahan tambahan yang digunakan dalam

industri gula merah tebu di Kecamatan Pamotan adalah kapur (Ca(OH)2) baik

berupa serbuk maupun larutan, minyak kelapa dan Natrium Benzoat. Pemberian

dosis kapur, minyak kelapa dan Natium Benzoat dilakukan menurut perkiraan

pembuat gula merah. Dosis kapur yang ditambahkan sekitar 250 gram yang

dibagi-bagi ke dalam 9 wajan yang berisi nira, minyak kelapa yang ditambahkan

kira-kira 40-50 ml /wajan.Sedangkan serbuk Natrium Benzoat sebanyak 50-100

gram.

Page 78: Komposisi Gula Merah Lengkap

78

Menurut Goutara dan Wijandi (1985), larutan kapur telah digunakan

sebagai pengendap kotoran atau pemurnian nira. Selain itu penambahan kapur ke

dalam nira dapat menetralkan pH nira.

Minyak kelapa merupakan senyawa anti buih. Penambahan minyak kelapa

dapat menurunkan tegangan permukaan larutan nira, sehingga memperlambat

pembentukan buih yang dapat menyebabkan nira meluap dari wajan (Dachlan,

1984). Natrium Benzoat berguna sebagai bahan pengawet makanan.

d. Proses Produksi

d.1. Penggilingan tebu

Batang tebu yang telah dipilih dan dibersihkan dimasukkan ke dalam

mesin penggiling untuk mengekstraksi nira semaksimal mungkin. Proses

penggilingan tebu dilakukan dengan menggunakan mesin giling yang

digerakkan oleh diesel yang dihubungkan dengan sabuk transmisi atau belt.

Mesin giling yang digunakan memiliki daya 20 pk, yang disesuaikan dengan

jenis tebu berkulit keras.

Nira yang keluar dari mesin giling ditampung di bak berbentuk segi

empat yang dilengkapi dengan saringan kasar yang terbuat dari kawat.

Selanjutnya nira akan melalui penyaringan kedua. penyaringan yang ketiga

dan keempat berupa papan (flat) terbuat dari kawat besi yang dipasang di bak

penampungan nira setelah keluar dari mesin giling (berbentuk segi empat).

Kemudian nira hasil penyaringan tadi dialirkan ke sebuah wajan (yang

digunakan untuk pemasakan namun tidak digunakan lagi) dengan posisi

berada lebih rendah dari bak penyaringan pertama. Selanjutnya, nira yang

ditampung dalam wajan dipindahkan ke dalam sebuah drum yang dilengkapi

dengan kain penyaring, letak drum di atas bak penyaringan pertama.

Pengangkutan nira dilakukan oleh pekerja di bagian penggilingan dengan

menggunakan ember. Nira akhirnya memasuki penyaringan yang terakhir,

yaitu sebelum masuk ke wajan.

Page 79: Komposisi Gula Merah Lengkap

79

Kotoran-kotoran dan padatan yang tersaring dalam setiap bak dan alat

penyaring dibuang, sehingga tidak menumpuk dan akhirnya masuk ke bak

selanjutnya serta diperoleh nira bersih.

Gambar 12. Proses Penggilingan

d.2. Pemasakan nira

Nira hasil penyaringan dimasukkan ke dalam wajan kemudian

dipanaskan pada suhu sekitar 110 0

C selama kurang lebih tiga jam. Kapasitas

satu wajan pemasakan kurang lebih 70 liter nira, yang akan menghasilkan 150

kg gula merah tebu. Hal pertama yang dilakukan adalah memasukkan air ke

dalam boiler, setelah mencapai jumlah tertentu boiler pun mulai dipanaskan.

Bahan bakar yang digunakan untuk memanaskan boiler adalah ampas hasil

penggilingan tebu (bagas). Uap panas yang dihasilkan dari boiler tersebut

yang digunakan untuk memanaskan wajan.

Pemasakan nira dilakukan di atas wajan stainless yang berbentuk

silinder dengan bentuk bagian dasar cembung. Wajan terdiri dari dua lapisan

dinding, lapisan bagian luar dan bagian dalam. Uap panas akan menyebar

dalam ruang diantara kedua lapisan tersebut. Di bagian tengah wajan terdapat

pipa stainless berbentuk spiral, yang berguna untuk mengalirkan uap panas ke

bahan dalam wajan. Wajan dilengkapi dengan alat pengukur temperatur dan

tekanan, sehingga pekerja mengetahui dan mempermudah pengecekan suhu

dan tekanan uap yang dialirkan dalam wajan. Uap panas yang didistribusikan

ke dalam dan yang dikeluarkan dari wajan diatur dengan menggunakan kran

yang ditempatkan di bagian belakang wajan. Pada aliran uap panas yang

keluar dipasang kondensor, yang berguna untuk mengubah uap panas menjadi

uap dan tetesan air. Kemudian air yang dihasilkan akan digunakan lagi (reuse)

Page 80: Komposisi Gula Merah Lengkap

80

untuk proses pemasakan berikutnya. Di bagian dasar wajan terdapat kran

untuk mengeluarkan nira kental (gula) yang sudah matang.

Air yang digunakan untuk menghasilkan uap panas dalam boiler

berasal dari air sumur yang berada di dekat brak, dengan menggunakan mesin

pompa air. Untuk mengatur air yang masuk ke dalam boiler digunakan kran.

Boiler dilengkapi dengan alat pengukur tekanan, temperatur dan jumlah air

dalam boiler. Selain itu dilengkapi pula dengan alat pembuang uap berlebih

yang dipasang secara otomatis.

Penambahan kapur dilakukan pada saat nira berada dalam wajan,

ketika nira mulai dipanaskan. Minyak kelapa ditambahkan pada saat nira

sudah mulai mendidih. Penambahan Natrium Metabisulfit dilakukan ketika

nira sudah mulai matang.

Pada awal pemasakan kotoran-kotoran halus akan terapung bersama

dengan buih nira. Kotoran tersebut dibuang dengan menggunakan serok yang

terbuat dari kain kawat nyamuk. Penyaringan kotoran bersama buih tersebut

dilakukan berkali-kali hingga bersih. Karena jika tidak dibuang, gula merah

yang dihasilkan menjadi berwarna hitam. Untuk menghindari keluarnya buih

nira dari wajan, maka wajan ditutup dengan suatu penahan berbentuk silinder

yang terbuat dari bahan seng. Proses pemasakan nira dihentikan jika nira

sudah mulai pekat dan berwarna kecoklatan serta buih-buih nira sudah

menurun. Untuk melihat apakah nira sudah matang, biasanya pekerja

mengambil nira yang sudah mulai mengental (gulali) tadi dengan

menggunakan serokan, kemudian mengangkatnya. Jika gulali tersebut

membentuk benang-benang gula maka gulali tersebut sudah matang.

Gambar 13. Proses Pemasakan Nira dengan Wajan Uap

Page 81: Komposisi Gula Merah Lengkap

81

d.3. Pengentalan

Nira yang sudah mulai mengental tersebut masih tetap dipanaskan

hingga nira yang telah menjadi gulali tersebut kental dan pekat, serta

membentuk benang-benang gula. Setelah nira mencapai tingkat kekentalan

tertentu, pemanasan air dalam boiler dihentikan dan nira dalam wajan

dikeluarkan. Kemudian dipindahkan ke sebuah meja kayu berbentuk silinder.

Penyuplaian bahan bakar untuk menghasilkan uap panas harus terus dicek dan

dikendalikan.

Kecukupan pemanasan sangat mempengaruhi mutu gula merah yang

dihasilkan. Apabila waktu pemanasan terlalu cepat maka gula merah yang

dihasilkan akan lembek dan mudah meleleh (Sardjono, 1985).

Gambar 14. Pemasakan Nira dengan Wajan Uap

d.4. Penirisan

Nira kental yang sudah matang dipindahkan ke dalam meja. Sebelum

gula dipindahkan, permukaan meja diberi Natrium Benzoat terlebih dahulu.

Tujuan dari pemberian bahan kimika ini adalah untuk memperpanjang umur

simpan gula awur (pengawetan). Cairan gula tersebut kemudian diaduk

menggunakan serokan yang terbuat dari kayu. Pemindahan gula ke atas meja

bertujuan untuk meniriskan gula sehingga menjadi padat. Kegiatan

pengadukan tersebut bertujuan untuk meratakan panas dalam bahan, sehingga

dapat menghasilkan warna gula coklat kekuningan dan membentuk kristal

gula yang halus.

Pengadukan untuk meratakan panas, baik yang berasal dari bahan

maupun wadah pengolahan. Sehingga reaksi Maillard dan Karamelisasi yang

Page 82: Komposisi Gula Merah Lengkap

82

masih berlangsung dapat segera terhenti. Selain itu juga untuk mencegah

pembentukan kristal gula yang berukuran besar dan kasar (Nurlela, 2002).

Gambar 15. Proses Penirisan Gula

d.5. Penyusukan

Gula yang sudah padat dan mengkristal di atas meja, selanjutnya di

susuk dengan alat penyusuk. Kegiatan penyusukan dilakukan dengan telaten,

sehingga dihasilkan butiran-butiran gula yang halus dan kering (awur).

d.6. Pengemasan

Setelah proses penyusukan selesai, gula dimasukkan ke dalam karung

plastik sebagai kemasan sekunder yang sebelumnya dilapisi kantung plastik

sebagai kemasan primer. Setiap karung berisi 50 kg gula merah awur, ukuran

seperti ini didistribusikan ke industri-industri pengguna gula merah.

Selanjutnya karung yang telah diisi gula, bagian atasnya dijahit dengan

menggunakan tali plastik untuk menutup kemasan. Karung-karung gula

tersebut disimpan di suatu tempat (gudang) yang aman dan tertutup.

Sedangkan, gula awur yang akan ditujukan untuk konsumsi rumah tangga,

dapat dikemas dengan menggunakan kemasan berbahan polietilen (plastik)

yang diseal berisi 250-1000 gram gula atau dikemas dengan toples plastik

berlabel.

Page 83: Komposisi Gula Merah Lengkap

83

Gambar 16. Diagram Alir Proses Pembuatan Gula Merah Awur Tebu

Menggunakan Wajan Uap dan Boiler

Batang tebu

yang telah

dibersihkan

Nira

Penggilingan

Penjernihan dengan

pemanasan awal 70 0C

Penirisan

Pemanasan 100-110 0C

Pengentalan

Gula merah

awur

Minyak

kelapa

Bagase

Larutan

kapur

Nira jernih

Buih dan

kotoran

Penyusukan

Pengemasan

Natrium

Benzoat

Penyaringan nira secara

bertahap

Page 84: Komposisi Gula Merah Lengkap

84

3. Aspek Pemasaran

Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran

yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan

pemasarannya di pasar sasaran. McCarthy mengklasifikasikan alat-alat itu

menjadi empat kelompok yang luas yang disebut 4P pemasaran : produk

(product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion).

Menurut Kotler (2005), alat bauran pemasaran yang paling mendasar

adalah produk yaitu tawaran berwujud dari perusahaan kepada pasar, yang

mencakup mutu, rancangan, fitur, pemberian merek, dan pengemasan produk.

Tingkatan mutu produk gula merah tebu dibagi menjadi tiga kelompok

yaitu mutu baik, sedang dan jelek. Penentuannya berdasarkan penilaian

subjektif terhadap warna, rasa dan kekerasan oleh pengusaha. Tingkatan mutu

tersebut dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Tingkatan Mutu Gula Merah Tebu Berdasarkan Penilaian Objektif

Pengusaha

Mutu Warna Rasa Kekerasan

Baik Cerah (kuning) Manis Tekstur yang keras

Sedang Kemerahan Manis Tekstur agak lunak

Jelek Gelap (hitam) Manis sedikit

pahit

Tekstur yang lebih

lunak

Sumber : Data Primer

Harga jual gula merah sangat ditentukan oleh mutu dan kualitas gula

merah yang dihasilkan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa kisaran

harga jual gula merah tebu dari pengrajin ke pengumpul adalah untuk gula awur

Rp 3.550,00-Rp 4.200,00 dan gula merah tumbu Rp 2.600,00-Rp 3.600,00.

Selisih harga antara gula awur dan gula tumbu adalah Rp 100,00-Rp 200,00.

Sedangkan selisih harga antar kualitas gula merah adalah Rp 100,00-Rp 150,00.

Penerapan pengembangan teknologi di atas, diantaranya penggunaan

wajan uap dan boiler dapat meningkatkan mutu gula merah yang dihasilkan.

Hal ini akan mempengaruhi harga jual gula merah tebu menjadi lebih tinggi.

Gula merah bermutu jelek dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kecap,

Page 85: Komposisi Gula Merah Lengkap

85

karena wajan uap yang digunakan dalam pemasakan nira juga dapat digunakan

untuk pembuatan kecap.

Harga jual gula merah pada awal panen cenderung naik, terjadi sekitar

bulan Mei-Juni. Namun pada saat awal panen, rendemen dan tingkat

produksinya masih rendah. Sedangkan pada masa puncak panen, harga

cenderung turun. Puncak panen tebu terjadi pada bulan Juli-September, pada

saat itu tingkat produksi gula merah tinggi. Ketika harga jual gula merah

rendah, para pengusaha dan pengumpul besar biasanya melakukan

penyimpanan (penimbunan). Hal ini dilakukan dengan tujuan agar terhindar

dari resiko kerugian akibat rendahnya harga produk dan untuk mendapatkan

keuntungan. Biasanya gula merah yang disimpan tersebut akan di keluarkan/

dijual bila musim giling sudah lewat, atau ketika harga jual gula merah sedang

naik dan diperkirakan menguntungkan.

Harga gula merah tebu ditentukan oleh tingkat permintaan dan

penawaran. Sehingga pada saat tidak musim panen sampai awal musim giling,

harga gula merah tebu lebih tinggi dibandingkan pada saat musim panen raya

tebu. Ketika adanya permintaan terhadap produk gula merah, pada saat

penawaran produk gula merah sedikit atau karena belum musim panen tebu,

harga gula merah tinggi. Sedangkan ketika tingkat penawaran tinggi dengan

permintaan yang tetap, maka menyebabkan terjadinya penurunan harga gula

merah.

Distribusi gula merah relatif sederhana, pada umumnya para pengumpul

mendatangi langsung ke pabrik-pabrik pengolahan gula merah tebu. Mereka

akan membeli dan mengangkut produk setelah mencapai suatu terget tertentu.

Biasanya gula merah akan diangkut bila telah mencapai 6 ton atau sekitar 40

tumbu. Sistem distribusi gula merah tebu dapat dilakukan pemutusan, yaitu

para pengusaha gula merah tebu dapat langsung mendistribusikan produknya ke

industri pengguna gula merah maupun konsumen tingkat rumah tangga melaui

pedagang pengecer maupun koperasi. Hal ini dilakukan untuk memperkuat

posisi perusahaan dan meningkatkan pendapatan para pengusaha.

Secara umum pemanfaatan gula merah sebagai bahan pemanis dapat

digolongkan menjadi dua bagian besar, yaitu permintaan langsung dan

Page 86: Komposisi Gula Merah Lengkap

86

permintaan antara. Permintaan langsung adalah permintaan yang berasal dari

sektor rumah tangga, sedangkan permintaan antara adalah permintaan yang

sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan industri (Syukur et al., 1999).

Menurut Rachmat (1992), bahwa peranan pedagang pengumpul dalam

seluruh mata rantai pemasaran gula merah sangat dominan. Bahkan dominasi

pedagang pengumpul pada pasar gula merah telah mengarah pada struktur pasar

monopsonistik. Seorang monopsonistik dalam pasar produk adalah pembeli

tungga dari suatu produk (Bellante dan Jackson, 1990).

Sebagian besar produsen tidak menjual barang mereka secara langsung

ke pemakai akhir. Antara peodusen dan pemakai akhir terdapat satu atau

beberapa saluran pemasaran, serangkaian pemasaran yang melaksanakan

berbagai fungsi (Kotler, 2004).

Struktur pasar yang terjadi adalah akibat skala usaha industri gula merah

tebu yang kecil dan modal yang terbatas serta belum adanya koordinasi

(kelompok atau koperasi). Sehingga posisi tawar menawar para pengusaha gula

merah tebu menjadi lemah.

Perusahaan dapat melakukan perluasan pasar, dengan mendistribusikan

produknya ke wilayah di Pulau Jawa. Karena sebagian besar industri pengguna

gula merah berada di Pulau Jawa.

Kegiatan promosi selama ini jarang dilakukan oleh industri kecil,

mereka melakukan kegiatan usahanya berdasarkan kebiasaan dan naluri.

Promosi mencakup semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk

mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya ke pasar, serta

mendorong pembelian produk agar lebih cepat dan meningkat.

Kegiatan promosi below the line dapat dilakukan untuk

mengkomunikasikan dan mempromosikan produk gula merah tebu. Kegiatan

promosi ini tidak dilakukan secara terang-terangan, namun contohnya dengan

menggunakan merek dan atribut yang diperlukan sebagai identitas produk,

memajang produk, dan menggunakan kemasan yang menarik.

Page 87: Komposisi Gula Merah Lengkap

87

4. Aspek Finansial

Tujuan menganalisis finansial aspek keuangan suatu usaha adalah untuk

menentukan rencana investasi atau usaha melalui perhitungan biaya dan manfaat

yang diharapkan dengan membandingkan pengeluaran dan pendapatan seperti

ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan untuk membayar kembali dana

tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah usaha akan

berkembang terus (Umar, 2003).

a. Permodalan

Penyediaan permodalan dalam kegiatan dunia usaha bergerak melalui

sejumlah tahapan pembiayaan. Pada tahapan awal, sumber pembiayaan

umumnya berasal dari uang pribadi pemilik usaha serta berbagai sumber lain

yang diupayakan oleh pemilik. Tahapan selanjutnya apabila perusahaan mulai

tumbuh dan berkembang melampaui kemampuan pembiayaan pemilik, maka

perusahaan mencari sumber pembiayaan lain seperti memanfaatkan bank

sebagai sumber pembiayaan (Widi, 1997).

Terdapat beberapa kendala dalam penyaluran KUK, baik dari sisi

pengusaha kecil maupun perbankan. Biasanya pengusaha kecil belum mampu

memenuhi persyaratan teknis dari bank yang berkaitan dengan penyediaan

jaminan dan perijinan. Sedangkan kendala dari sisi perbankan adalah tingginya

resiko, terbatasnya sumber daya manusia dan jaringan kantor cabang bank.

Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah jenis pembiayaan dari bank untuk

investasi dan atau modal kerja yang diberikan kepada nasabah untuk

membiayai usaha yang produktif. Penerima KUK adalah perusahaan

perseorangan, kelompok, koperasi, dan bentuk usaha lain seperti PT dan CV

(Widi, 1997).

Page 88: Komposisi Gula Merah Lengkap

88

b. Asumsi-Asumsi

Asumsi-asumsi yang menjadi dasar perhitungan dalam analisis finansial

antara lain :

� Analisis finansial ini dilakukan dengan biaya investasi untuk pendirian

usaha baru.

� Umur ekonomi proyek ditetapkan selama 10 tahun.

� Proyek dimuulai pada tahun ke-0. Tingkat produksi untuk tahun pertama 65

persen, tahun kedua 85 persen, tahun ketiga hingga kesepuluh 100 persen.

� Nilai sisa mesin dan peralatan 10 % dari nilai awal.

� Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek 50 % dari nilai awal.

� Nilai tanah diasumsikan tetap (tidak menyusut).

� Depresiasi dihitung dengan metode garis lurus.

� Tingkat suku bunga 18 % per tahun.

� Persentase kredit terhadap modal sendiri (debt equity ratio) adalah sebesar

50 : 50.

� Pembayaran angsuran kredit investasi dan kredit modal kerja dimulai pada

tahun ke 1, dengan jangka waktu pembayaran untuk kredit investasi selama

10 tahun dan kresit modal kerja selama 3 tahun.

� Biaya pemeliharaan 2 % dari harga awal.

� Biaya bahan baku sudah termasuk biaya kebun.

� Kapasitas produksi dengan basis 1 hari disajikan pada Tabel 21.

Page 89: Komposisi Gula Merah Lengkap

89

Tabel 21. Kapasitas Produksi pada Kondisi Saat Ini dan Kondisi

Pengembangan

Komponen Saat ini Pengembangan

a. Hari beroperasi 180 hari/ tahun 180 hari/ tahun

b.. Lama operasi 12 jam/ hari 12 jam/ hari

c. Produk akhir 2.100 kg/ hari x

Rp 3.300,00 = Rp

6.930.000,00

2.800 kg/ hari x

Rp 3.500,00 = Rp

9.800.000,00

d. Kebutuhan bahan penunjang

- Kapur

- Minyak kelapa

- Natrium Benzoat

- BBM diesel

- Oli

- BBM kendaraan

3 kg/ hari

960 ml/ hari

2,4 kg/ hari

12 liter/ hari

0,45 liter/ hari

8 liter/ hari

4 kg/ hari

1.280 ml/ hari

3,2 kg/ hari

14 liter/ hari

0,45 liter/ hari

10 liter/ hari

e. Kebutuhan bahan baku

Tebu

(3 unit x 7.000

kg/ hari/ unit) =

21.000 kg/ hari

21.000 kg/ hari x

Rp 230,00 = Rp

4.830.000,00

(4 unit x 7.000 kg/

hari/ unit) =

28.000 kg/ hari

28.000 kg/ hari x

Rp 230,00 = Rp

6.440.000,00

f. Harga jual produk Rp 3.300, 00/ kg Rp 3.500,00/ kg

g. Jumlah unit operasi 3 wajan 4 wajan

� Besarnya pajak ditentukan berdasarkan UU no. 17 tahun 2000, yaitu

sebagai berikut :

� Jika pendapatan < 50.000.000 maka 10 % x pendapatan

� 50.000.000 < pendapatan < 100.000.000 maka (10 % x 50.000.000) +

(15 % x pendapatan – 50.000.000)

� Jika pendapatan lebih dari 100.000.000 maka (10%x 50.000.000) +

(15%x 50.000.000) + (30%xpendapatan – 100.000.000)

Page 90: Komposisi Gula Merah Lengkap

90

c. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan besarnya biaya yang diperlukan untuk

membangun industri gula merah tebu. Biaya investasi dalam pendirian industri

gula merah tebu terdiri atas modal tetap dan modal kerja. Modal tetap adalah

semua biaya yang diperlukan dari tahap pra investasi sampai pabrik siap

beroperasi. Modal tetap industri ini meliputi biaya perizinan dan pengadaan

lahan, pendirian bangunan, pembelian mesin-mesin dan peralatan serta fasilitas

penunjang. Modal tetap yang diperlukan dalam penerapan alternatif

pengembangan usaha gula merah tebu ini adalah Rp 308.285.000,00. Dengan

komposisi biaya seperti terdapat pada Tabel 22. Komposisi modal tetap secara

lengkap disajikan pada Lampiran 2.

Tabel 22. Komposisi Modal Tetap untuk Industri Gula Merah Tebu

Komponen Jumlah Nilai (Rp.)

Lahan (m2) 1100 110.000.000

Bangunan 70.000.000

Perizinan 2.000.000

Fasilitas Penunjang 6.200.000

Mesin dan Peralatan 120.085.000

Total Modal Tetap 308.285.000

Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi gula

merah tebu pada waktu beroperasi pertama kali. Modal kerja merupakan

gabungan dari biaya tetap (biaya tenaga kerja tidak langsung, depresiasi,

pemeliharaan, administrasi dan telepon), biaya variabel (biaya bahan baku,

kemasan, tenaga kerja langsung, bahan bakar dan listrik) dan persediaan kas.

Persediaan kas dimaksudkan untuk menghindari kesulitan liquiditas yang

disebabkan perubahan kondisi yang sudah diprediksikan sebelumnya.

Besarnya modal kerja sangat tergantung pada biaya operasional pabrik,

karena modal kerja akan dipergunakan untuk pembiayaan awal hingga pabrik

bisa berproduksi. Dalam hal ini produk diasumsikan habis terjual setelah 10

hari produksi, sehingga biaya minimum yang diperlukan pada saat awal pabrik

Page 91: Komposisi Gula Merah Lengkap

91

beroperasi setara dengan 10 hari biaya operasional. Komposisi modal kerja

untuk industri gula merah tebu dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Komposisi Modal Kerja untuk Industri Gula Merah Tebu

Komponen Nilai (Rp)

Biaya Tetap

TK Tidak Langsung 700,000

Depresiasi 826,522

Pemeliharaan 839,039

Administrasi dan Telepon 2,500,000

Sub Total 4,865,561

Biaya Variabel

Bahan Baku 42,429,140

Kemasan 982,800

Tenaga Kerja Langsung 2,808,000

Bahan Bakar dan Listrik 391,300

Sub Total 46,611,240

Persediaan Kas 5,000,000

Total 56,476,801

Total biaya investasi industri gula merah tebu untuk penerapan alternatif

upaya pengembangan adalah sebesar Rp 362.400.690,00 seperti terlihat pada

Tabel 24.

Tabel 24. Total Investasi untuk Industri Gula Merah Tebu

Komponen Sub Total (Rp.)

Pada Skenario 2

Modal Tetap 308.285.000

Modal Kerja 56,476,801

Total Investasi 364,761,801

d. Sumber dan Struktur Pembiayaan

Biaya Investasi untuk pengembangan industri gula merah tebu berasal

dari modal sendiri dan kredit perbankan. Debt to Equity Ratio (DER) keduanya

adalah 50:50 yaitu 50 % modal sendiri dan 50 % berasal dari pinjaman bank.

Bunga bank yang digunakan sebesar 18 %. Jangka waktu pengembalian modal

Page 92: Komposisi Gula Merah Lengkap

92

tetap adalah sesuai dengan umur proyek yaitu sebesar 10 tahun. Sedangkan

pengembalian modal kerja adalah selama 3 tahun. Struktur pembiayaan usaha

gula merah tebu disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25. Struktur Pembiayaan Usaha Gula Merah Tebu

Jenis Kredit Pinjaman (Rp) Modal Sendiri (Rp)

Modal Tetap 154,142,500 154,142,500

Modal Kerja 28,238,400 28,238,400

Jumlah 182,380,900 182,380,900

Pembayaran pinjaman terhadap bank dilakukan dengan cara membayar

angsuran pinjaman pokok dan bunga mulai tahun pertama. Perhitungan lengkap

disajikan pada Lampiran 7.

e. Proyeksi Laba Rugi

Proyeksi laba rugi merupakan perhitungan penerimaan dan penjualan

produk serta keseluruhan biaya yang dikeluarkan setiap tahunnya selama

jangka waktu tertentu. Perincian proyeksi laba rugi dapat dilihat pada Lampiran

14. Perincian laba bersih terdapat pada Tabel 26.

Tabel 26. Perincian Laba Bersih untuk Penerapan Pengembangan Usaha

Tahun ke- Nilai (Rp. )

1 190,446,493

2 259,826,509

3 312,643,573

4 315,771,782

5 317,713,977

6 319,656,173

7 321,598,368

8 323,540,564

9 325,482,759

10 327,424,955

Page 93: Komposisi Gula Merah Lengkap

93

f. Kriteria Kelayakan Investasi

Kriteria kelayakan investasi meliputi Net Present Value (NPV), Internal

Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Break Event Point

(BEP), dan Pay Back Period (PBP). Hasil penilaian dari kriteria-kriteria

tersebut menentukan kelayakan pengembangan usaha gula merah tebu.

� Net Present Value (NPV)

Pada perhitungan NPV dengan Discount Factor (DF) 18 %

diperoleh Rp 854.471.865,00 menunjukkan nilai yang positif (lebih besar

dari nol), yang menandakan pengembangan tersebut layak untuk

dilaksanakan.

� Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan suatu nilai suku bunga yang membuat NPV proyek

sama dengan nol atau tingkat suku bunga yang menunjukkan jumlah nilai

sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah ongkos investasi proyek. Nilai

IRR-nya adalah 51,12 %. Nilai ini lebih tinggi dari tingkat suku bunga

yang berlaku yaitu 18 %, sehingga layak dilaksanakan.

� Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara

keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Nilai yang

diperoleh yaitu 3,34 memiliki nilai lebih dari 1. Maka layak untuk

dilaksanakan.

� Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) merupakan titik dimana total biaya

produksi sama dengan pendapatan. BEP yang diperoleh yaitu Rp

158.721.400,00 atau 45.349 Kg/tahun. Titik impas tercapai pada saat

produksi 45.349 Kg/tahun.

Page 94: Komposisi Gula Merah Lengkap

94

� Pay Back Period (PBP)

Pay Back Period (PBP) jangka waktu pengembalian investasi suatu

proyek. Hasil perhitungan menunjukkan nilai PBP untuk penerapan

alternatif pengembangan usaha gula merah tebu adalah 1,89 tahun. Hal ini

berarti layak untuk dilaksanakan.

Eksistensi usaha di suatu daerah tertentu dapat mempengaruhi sisi sosial

masyarakat di sekitarnya, pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pola

kehidupan masyarakat. Salah satunya yaitu terciptanya lapangan pekerjaan,

sehingga dapat mengangkat perekonomian masyarakat (terutama masyarakat

kecil) di sekitar perusahaan. Hal itu merupakan Intangible benefit bagi

perusahaan, termasuk usaha gula merah tebu di Kabupaten Rembang ini.

Intangible benefit adalah keuntungan yang tidak dapat dinilai dengan uang atau

suatu nilai. Selain itu, terdapat pula Intangible cost merupakan suatu biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan diluar biaya produksi sebagai suatu perwujudan

tanggung jawab perusahaan kepada lingkungan sekitarnya, untuk memperkuat

keberadaan suatu usaha. Salah satu contoh intangible cost dalam usaha gula

merah tebu ini yaitu pemberian santunan kepada masyarakat kurang mampu yang

berada di sekitar perusahaan dan kepada keluarga pekerja di usaha gula merah

tebu.

Aspek usaha yang dikaji yaitu aspek pemasaran, aspek teknis dan

teknologis serta aspek finansial. Tabel 27 menunjukkan ringkasan perbedaan

kondisi saat ini dan kondisi pengembangan usaha gula merah.

Page 95: Komposisi Gula Merah Lengkap

95

Tabel 27. Ringkasan Kondisi Saat ini dan Pengembangan Usaha Gula Merah

No. Aspek Kondisi saat ini

(Skenario 1)

Pengembangan

(Skenario 2)

1. Pemasaran

- Produk

- Harga

- Distribusi

- Promosi

- Mutu gula yang diproduksi bervariasi (baik, sedang, dan jelek)

- Harga produk lebih rendah (Rp 3.300,00)

- Distribusi ke daerah Rembang, Pati, Kudus, Semarang,

Pasuruan, dan Yogyakarta

- Penjualan produk melalui pengumpul menengah dan besar

- Konsumen industri

- Tidak dilakukan promosi

- Mutu gula yang diproduksi menjadi lebih baik dan seragam (baik dan sedang)

- Harga produk lebih tinggi (Rp 3.500,00)

- Distribusi ke daerah di Pulau Jawa

-Penjualan produk langsung ke industri

- Konsumen industri dan rumah tangga

- Promosi Below the line (pemberian atribut pada produk, pemajangan produk

dan kemasan menarik)

2. Teknis dan

teknologis

- Bahan baku

- Proses pengolahan

- Penyimpanan produk

- Sanitasi pabrik

- Tidak ada pengawasan mutu bahan baku (tebu tidak bersih)

- Kebersihan nira masih rendah

-Proses pengolahan dilakukan secara tradisional (wajan

berundak), pemasakan gula tidak konsisten

- Bahan bakar bagas

- Penyimpanan produk di tempat terbuka

- Sanitasi pabrik dan produk masih rendah

- Dilakukan pemilihan dan pembersihan bahan baku

- Dilakukan penyaringan nira secara bertahap

- Proses pengolahan menggunakan wajan uap dan boiler

- Bahan bakar bagas

- Penyimpanan produk di gudang (tempat tertutup)

- Sanitasi pabrik dan produk diperhatikan

3. Finansial (Kriteria

kelayakan investasi)

NPV : Rp 257.968.831,00; IRR : 40,60 %; Net B/C : 1,97; BEP :

Rp 195.968.791,00 (59.384 Kg/tahun); PBP : 2,96 tahun

Modal : Rp 264.925.497,00; Produksi : 2.100 kg/hari

NPV : Rp 854.471.865,00; IRR : 51,12 %; Net B/C : 3,34; BEP : Rp

158.721.400,00 (45.349 Kg/tahun); PBP : 1,89 tahun

Modal : Rp 364,761,801,00; Produksi : 2.800 kg/hari

Page 96: Komposisi Gula Merah Lengkap

96

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa kondisi karakterisik wilayah, Kecamatan

Pamotan merupakan salah satu daerah sentra produksi tebu yang memiliki luas

areal perkebunan tebu terbesar di Kabupaten Rembang yaitu 3.015 Ha.

Volume produksi tebu pada tahun 2006 di Kecamatan Pamotan mencapai

12.050,955 ton. Kecamatan Pamotan memiliki tingkat produktifitas, potensi

pengembangan dan kontribusi sebagai penghasil tebu yang paling besar di

Kabupaten Rembang. Industri gula merah tebu di daerah tersebut tidak

mengalami kendala ketersediaan bahan baku. Selain itu, industri gula merah

tebu di Kecamatan Pamotan didukung pula dengan ketersediaan tenaga kerja

(penduduk lokal), serta sarana dan prasarana lainnya.

Mutu produk yang dihasilkan tidak seragam. Hal ini disebabkan oleh

beberapa hal, diantaranya variasi bahan baku, rendahnya teknologi

pengolahan, pengawasan bahan baku dan produk, serta sanitasi dalam proses

pengolahan. Penentuan tingkatan mutu produk gula merah tebu dengan

klasifikasi baik, sedang dan jelek, dilakukan berdasarkan penilaian subjektif

para pengusaha, yang meliputi warna, rasa dan kekerasan.

Pengembangan usaha gula merah tebu dimulai dengan menentukan

matriks internal eksternal. Berdasarkan hasil yang diperoleh, strategi yang

dapat digunakan untuk usaha gula merah tebu ini adalah stability strategy atau

integrasi horizontal. Strategi tersebut dilakukan dengan cara meningkatkan

kualitas produk, memperluas pasar, pengembangan teknologi dan fasilitas

produksi, melalui kerjasama dengan pihak lain.

Pada analisis SWOT melalui analisis faktor internal dan eksternal,

dihasilkan 4 alternatif strategi usaha yang dapat dilakukan, yaitu SO strategi,

ST strategi, WO strategi dan WT strategi. Beberapa alternatif strategi yang

dihasilkan antara lain meningkatkan kapasitas produksi dengan mutu yang

baik, melakukan pengawasan bahan baku dan produk, meningkatkan pangsa

Page 97: Komposisi Gula Merah Lengkap

97

pasar, dan menerapkan teknologi tepat guna. Keempat strategi tersebut

dilakukan dengan saling mendukung.

Kapasitas produksi dalam pengolahan nira tebu menjadi gula merah

tebu ditentukan oleh waktu produksi yang tersedia dan kemampuan mesin

serta peralatan yang digunakan. Teknologi yang diterapkan pada

pengembangan usaha gula merah disesuaikan dengan kebutuhan usaha,

kondisi finansial dan kemampuan pekerja dalam mengoperasikannya.

Kondisi kegiatan produksi perusahaan yang biasanya dilakukan

selama ini dianalisis dan dibandingkan sedangkan penerapan teknologi yang

baru dalam kegiatan produksi gula merah tebu. Penerapan teknologi dalam

upaya pengembangan usaha gula merah adalah penggunaan wajan uap dalam

proses pemasakan nira tebu, perlakuan terhadap bahan baku (tebu) dan nira

hasil penggilingan tebu. Dalam basis waktu operasi satu hari, kapasitas

produksi saat ini adalah 21 kwintal, sedangkan kapasitas produksi pada

penerapan pengembangan usaha gula merah tebu adalah 28 kwintal.

Kondisi saat ini membutuhkan total biaya investasi sebesar Rp

264,925,497,00 yang terdiri atas modal tetap Rp 218.025.000,00 dan modal

kerja Rp 46,900,497,00. Sedangkan untuk penerapan pengembangan usaha Rp

364,761,801,00 yang terdiri atas modal tetap Rp 308.285.000,00 dan modal

kerja Rp 56,476,801,00. Kriteria kelayakan investasi untuk masing-masing

kondisi secara berurutan yaitu, NPV sebesar Rp 257.968.831,00 dan Rp

854.471.865,00; IRR sebesar 40,60 %. dan 51,12 %; Net B/C sebesar 1,97 dan

3,34; BEP sebesar Rp 195.968.791,00 atau 59.384 Kg/tahun dan Rp

158.721.400,00 atau 45.349 Kg/tahun; PBP sebesar 2,96 dan 1,89 tahun.

Berdasarkan hasil tersebut, usaha gula merah tebu layak untuk dikembangkan

dengan kedua kondisi, yaitu kondisi yang dilakukan saat ini dan kondisi

penerapan pengembangan. Namun jika ditinjau dari indikator NPV, kondisi

pengembangan usaha dengan menerapkan alternatif yang ada memiliki nilai

NPV jauh lebih besar dibandingkan nilai NPV kondisi usaha saat ini.

Sehingga pilihan terbaik untuk mengembangkan usaha gula merah tebu adalah

penerapan alternatif pengembangan yang ada, yang didukung pula oleh

kriteria investasi lainnya.

Page 98: Komposisi Gula Merah Lengkap

98

B. SARAN

1. Melakukan kerjasama terutama dalam hal investasi antara pengusaha

dengan pemilik modal/ perbankan.

2. Melakukan investasi untuk penggunaan teknologi, seperti mesin dan alat

penunjang produksi (skenario 2).

3. Perlu dilakukan kajian secara khusus mengenai penanganan dan

pemanfaatan limbah yang dihasilkan oleh industri gula merah tebu.

Page 99: Komposisi Gula Merah Lengkap

99

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, S. 2004. Regulasi Dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah di

Indonesia. Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Jakarta.

Ashari. 2005. Industri Gula Merah, Aternatif Usaha Petani Tebu di Kediri. Artikel.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi.

Badan Standarisasi Nasional. 2000. SNI 01-6237-2000. Gula Merah Tebu. Badan

Standarisasi Nasional, Jakarta.

Bellante, D dan M. Jackson. 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. LPFE UI, Jakarta.

Dachlan, M. A. 1984. Proses Pembuatan Gula Merah. Balai Penelitian dan

Pengembangan Industri, BBHIP, Bogor.

David, F. 2006. Manajemen Strategis, edisi 10. Salemba Empat. Jakarta.

Dyanti. 2002. Studi Komparatif Gula Merah Kelapa dan Gula merah Aren.

Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi

Pertanian. IPB. Bogor.

Goutara dan S. Wijandi. 1985. Dasar Pengolahan Gula 1. Agro Industri Press.

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. FATEMETA. IPB. Bogor.

Gray, C., P. Simanjuntak. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. PT. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

Husnan, S., dan Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan

Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta.

Indeswari, S. N. 1987. Penentuan Dosis Kapur dan Belerang pada Proses

Pemurnian Nira Tebu di Pabrik Gula Mini Lawang. Laporan Penelitian.

Universitas Andalas. Padang.

Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid 1. PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Jakarta.

Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid 1. PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Jakarta.

Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran Jilid 1. PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Jakarta.

Ma’arif , S dan Hendri. 2003. Manajemen Operasi. Grasindo. Jakarta.

Page 100: Komposisi Gula Merah Lengkap

100

Muchtadi, T. R., dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahiuan Bahan Pangan. PAU

Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

Nengah, I. K. P. 1990. Kajian Reaksi Pencoklatan Termal pada Proses Pembuatan

Gula Merah dari Aren. Tesis. Program Studi Ilmu Pangan. Fakultas

Pasca Sarjana. IPB. Bogor.

Nurlela, E. 2002. Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Warna

Gula Merah. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas

Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ozdemir, M. 1997. Foods Browning and Its Control. Okyanus Danismanlik.

http:/www.okyanusbigiambari.com/Bilim/Okyanus-BrowningInFoods.

Pdf.

Palungkun, R. 1993. Aneka Produk Olahan Kelapa. Swadaya. Jakarta.

Puri, B. A. 2005. Kajian Pemurnian Nira Tebu dengan Membran Filtrasi dengan

Sistem Aliran Silang (Crossflow). Skripsi. Departemen Teknologi

Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Rachmat, M. 1992. Pengusahaan Gula Kelapa Sebagai Suatu Alternatif

Pendayagunaan Kelapa. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Pusat

Penelitikan Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor.

Reece, N. N. 2003 Optimizing Aconitate Removal During Clarification. Thesis.

Lousiana State University. USA. http:/etd.lsu.sde/docs/available

Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

1998. Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

Santoso, H. B. 1993. Pembuatan Gula Kelapa. Kanisius, Jakarta.

Sardjono. 1986. Pengembangan Peralatan untuk Pengembangan Serbuk Gula

Merah. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian,

Bogor.

Soejardi. 1979. Peranan Komponen Batang Tebu dalam Pabrikasi Gula.

Lembaga Pendidikan Perkebunan Yogyakarta. Yogyakarta.

Page 101: Komposisi Gula Merah Lengkap

101

Sudarmadji, S., Bambang H., Suhardi. 1989. Analisa Bahan Makanan dan

Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Syukur. 1999. Industri Gula merah dan Pemanis Lainnya. Di dalam Ekonomi

Gula Indonesia. Bibliografi. IPB. Bogor.

Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Utami, S dan Sumarno. 1996. Peranan Bahan Baku untuk Menghasilkan Gula

Mutu Tinggi. Gula Indonesia Vol. XXI/2:22-25.

Wirioadmodjo, B. 1984. Pergulaan di Indonesia dan Prospeknya di Masa

Mendatang. Balai Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula, Pasuruan.

Page 102: Komposisi Gula Merah Lengkap

102

Lampiran 1. Komposisi Modal Tetap Kondisi Saat Ini

No. Komponen Jumlah

Harga/unit

(Rp)

Sub Total

(Rp)

1 Lahan (m2) 1,100 100,000 110,000,000

Perizinan 2,000,000

2 Bangunan 50,000,000 50,000,000

3 Fasilitas Penunjang

Telepon 1 500,000 500,000

Listrik 1 2,000,000 2,000,000

Instalasi Air/Pompa 2 500,000 1,000,000

Perlengkapan Kantor

Meja 3 200,000 600,000

Kursi 6 100,000 600,000

Lemari 3 500,000 1,500,000

4 Mesin dan Peralatan

Mesin Giling 3 5,000,000 15,000,000

Timbangan 250 Kg 1 1,000,000 1,000,000

Drum 6 100,000 600,000

Bumbung ( Penahan )

Bambu 27 25,000 675,000

Meja Penirisan 6 250,000 1,500,000

Serok 6 30,000 180,000

Ember 6 50,000 300,000

Sodet 6 35,000 210,000

Selang 3 100,000 300,000

Tungku 3 10,000,000 30,000,000

Alat Penyaring 3 20,000 60,000

Total Modal Tetap 218,025,000

Page 103: Komposisi Gula Merah Lengkap

103

Lampiran 2. Komposisi Modal Tetap Kondisi Pengembangan

No. Komponen Jumlah

Harga/unit

(Rp)

Sub Total

(Rp)

1 Lahan (m2) 1100 100,000 110,000,000

Perizinan 2,000,000

2 Bangunan 70,000,000 70,000,000

3 Fasilitas Penunjang

Telepon 1 500,000 500,000

Listrik 1 2,000,000 2,000,000

Instalasi Air/Pompa 2 500,000 1,000,000

Perlengkapan

Kantor

Meja 3 200,000 600,000

Kursi 6 100,000 600,000

Lemari 3 500,000 1,500,000

4 Mesin dan Peralatan

Mesin Giling 2 5,000,000 10,000,000

Timbangan 250 Kg 1 1,000,000 1,000,000

Drum 7 100,000 700,000

Bumbung Penahan 4 45,000 180,000

Meja Penirisan 4 250,000 1,000,000

Boiler 1 25,000,000 25,000,000

Wajan Uap 4 20,000,000 80,000,000

Alat Penyaring 4 20,000 80,000

Ember 4 50,000 200,000

Pipanisasi 7 275,000 1,925,000

Total Modal Tetap 308,285,000

Page 104: Komposisi Gula Merah Lengkap

104

Lampiran 3. Perhitungan Biaya Penyusutan dan Biaya Pemeliharaan Kondisi Saat Ini

No Komponen Nilai Umur Nilai Sisa Biaya Penyusutan

(Rp)

Ekonomi

(Tahun) (Rp) Pemeliharaan

/ Tahun

(Rp)

1 Lahan 110,000,000 110,000,000

2 Bangunan 50,000,000 10 25,000,000 10,000,000 2,500,000

3 Fasilitas Penunjang

Telepon 500,000 6 50,000 10,000 75,000

Listrik 2,000,000 6 1,500,000 20,000 83,333

Instalasi Air/Pompa 1,000,000 6 100,000 140,000 150,000

Perlengkapan

Kantor

Meja 600,000 10 60,000 2,400 54,000

Kursi 600,000 6 60,000 2,400 90,000

Lemari 1,500,000 10 150,000 8,000 135,000

Sub Total 6,200,000 1,920,000 182,800 587,333

4

Mesin dan

Peralatan

Mesin Giling 15,000,000 10 1,500,000 204,000 1,350,000

Drum 600,000 6 60,000 8,400 90,000

Bumbung Penahan 675,000 3 67,500 5,400 202,500

Meja Penirisan 1,500,000 10 150,000 18,000 135,000

Serok 180,000 3 18,000 1,800 54,000

Ember Stainless 300,000 10 30,000 3,000 27,000

Sodet 210,000 10 21,000 1,800 18,900

Selang 300,000 6 30,000 2,700 45,000

Tungku 30,000,000 7 3,000,000 360,000 3,857,143

Alat Penyaring 60,000 3 6,000 600 18,000

Timbangan 1,000,000 10 100,000 20,000 90,000

Sub Total 49,825,000 4,982,500 625,700 5,887,543

Total 216,025,000 141,902,500 10,808,500 8,974,876

Page 105: Komposisi Gula Merah Lengkap

105

Lampiran 4. Perhitungan Biaya Penyusutan dan Biaya Pemeliharaan Kondisi Pengembangan

No. Komponen Nilai Umur Nilai Biaya Penyusutan

( Rp )

Ekonomi

(Tahun) Sisa ( Rp ) Pemeliharaan /Thn ( Rp )

1 Lahan 110,000,000 110,000,000

2 Bangunan 70,000,000 10 35,000,000 14,000,000 3,500,000

3 Fasilitas Penunjang

Telepon 500,000 6 50,000 10,000 75,000

Listrik 2,000,000 6 2,000,000 20,000 0

Instalasi Air/Pompa 1,000,000 6 100,000 140,000 150,000

Perlengkapan

Kantor

Meja 600,000 10 60,000 2,400 54,000

Kursi 600,000 6 60,000 2,400 90,000

Lemari 1,500,000 10 150,000 8,000 135,000

Sub Total 6,200,000 2,420,000 504,000

4

Mesin dan

Peralatan

Mesin Giling 10,000,000 10 1,000,000 136,000 900,000

Drum 700,000 6 70,000 9,800 105,000

Bumbung Penahan 180,000 7 18,000 800 23,143

Meja Penirisan 1,000,000 10 100,000 12,000 90,000

Boiler 25,000,000 10 2,500,000 400,000 2,250,000

Wajan Uap 80,000,000 10 8,000,000 300,000 7,200,000

Alat Penyaring 80,000 3 8,000 800 24,000

Ember Stainless 200,000 10 20,000 2,000 18,000

Pipanisasi 1,925,000 10 192,500 38,500 173,250

Timbangan 250 Kg 1,000,000 10 100,000 20,000 90,000

Sub Total 120,085,000 12,008,500 10,873,393

Total 159,428,500 15,102,700 14,877,393

Page 106: Komposisi Gula Merah Lengkap

106

Lampiran 5. Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Tidak Langsung Kondisi Saat Ini dan

Kondisi Pengembangan

Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Tidak Langsung Kondisi Saat Ini

Jabatan Jumlah Gaji/Orang/Hari Gaji/Bulan

Gaji 6 Bulan

Operasi

( Rp ) ( Rp )

Tenaga Kerja Langsung

Pekerja Produksi

Borongan 12 26,000 9,360,000 56,160,000

Harian 3 20,000 1,800,000 10,800,000

Supir 2 25,000 1,500,000 9,000,000

Penebang 15 20,000 9,000,000 54,000,000 129,960,000

Tenaga Kerja Tdk

Langsung

Pimpinan Perusahaan 1 70,000 2,100,000 12,600,000

Total 142,560,000

Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Tidak Langsung Kondisi Pengembangan

Jabatan Jumlah Gaji/Orang/Hari Gaji/Bulan

Gaji 6 Bulan

Operasi

( Rp ) ( Rp )

Tenaga Kerja Langsung

Pekerja Produksi 7 26,000 5,460,000 32,760,000

Supir 2 25,000 1,500,000 9,000,000

Penebang 10 20,000 6,000,000 36,000,000 77,760,000

Tenaga Kerja Tidak

Langsung

Pimpinan Perusahaan 1 70,000 2,100,000 12,600,000

Total 90,360,000

Page 107: Komposisi Gula Merah Lengkap

107

Lampiran 6. Perhitungan Biaya Bahan Baku pada Kondisi Saat Ini dan Kondisi Pegembangan

No Komponen Kbthn/Bln Kbthn/Bln Biaya Biaya/Bln Biaya/Bln Biaya/6 Bln Biaya/6 Bln

Kondisi 1 Kondisi 2 /Unit(Rp) Kondisi 1 Kondisi 2 Kondisi 1 Kondisi 2

A. Bahan Baku

1 Tebu ( Kg ) 630,000 840,000 230 144,900,000 193,200,000 869,400,000 1,159,200,000

2 Bahan Penunjang

Kapur ( Kg ) 90 120 2,500 225,000 300,000 1,350,000 1,800,000

Minyak Kelapa (L) 29 38 7,000 202,020 268,800 1,212,120 1,612,800

Na Benzoat Metabisulfit 72 96 8,000 576,000 768,000 3,456,000 4,608,000

3 Transportasi Bahan Baku 1,032,000 1,290,000 6,192,000 7,740,000

Sub Total 881,610,120 1,174,960,800

B. Bahan Kemasan

1 Kemasan Plastik 1,260 1,680 700 882,000 1,176,000 5,292,000 7,056,000

2 Kemasan Karung 1,260 1,680 2,000 2,520,000 3,360,000 15,120,000 20,160,000

Sub Total 20,412,000 27,216,000

C. Lain - Lain

Bahan Bakar dan Listrik 1,548,000 1,806,000 9,288,000 10,836,000

Sub Total 9,288,000 10,836,000

Total 911,310,120 1,213,012,800

Keterangan :

Kondisi 1 adalah kondisi usaha saat ini

Kondisi 2 adalah kondisi penerapan pengembangan usaha

Page 108: Komposisi Gula Merah Lengkap

108

Lampiran 7. Biaya Operasional pada Kondisi Usaha Saat Ini

No Komponen Tahun Ke- (Rp)

1 2 3 4 5

A Biaya Tetap

TK Tidak Langsung 12,600,000 12,600,000 12,600,000 12,600,000 12,600,000

Depresiasi 8,974,876 8,974,876 8,974,876 8,974,876 8,974,876

Pemeliharaan 10,808,500 10,808,500 10,808,500 10,808,500 10,808,500

Sub Total 32,383,376 32,383,376 32,383,376 32,383,376 32,383,376

B Variabel

Bahan Baku 573,046,578 749,368,602 881,610,120 881,610,120 881,610,120

Kemasan 13,267,800 17,350,200 20,412,000 20,412,000 20,412,000

TK Langsung 84,474,000 110,466,000 129,960,000 129,960,000 129,960,000

Bahan Bakar dan Listrik 6,037,200 7,894,800 9,288,000 9,288,000 9,288,000

Sub Total 676,825,578 885,079,602 1,041,270,120 1,041,270,120 1,041,270,120

C Over Head 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000

Sub Total 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000

Total 711,708,954 919,962,978 1,076,153,496 1,076,153,496 1,076,153,496

Page 109: Komposisi Gula Merah Lengkap

109

Lanjutan Lampiran 7.

No Komponen Tahun Ke- (Rp)

6 7 8 9 10

A Biaya Tetap

TK Tidak Langsung 12,600,000 12,600,000 12,600,000 12,600,000 12,600,000

Depresiasi 8,974,876 8,974,876 8,974,876 8,974,876 8,974,876

Pemeliharaan 10,808,500 10,808,500 10,808,500 10,808,500 10,808,500

Sub Total 32,383,376 32,383,376 32,383,376 32,383,376 32,383,376

B Variabel

Bahan Baku 881,610,120 881,610,120 881,610,120 881,610,120 881,610,120

Kemasan 20,412,000 20,412,000 20,412,000 20,412,000 20,412,000

TK Langsung 129,960,000 129,960,000 129,960,000 129,960,000 129,960,000

Bahan Bakar dan

Listrik 9,288,000 9,288,000 9,288,000 9,288,000 9,288,000

Sub Total 1,041,270,120 1,041,270,120 1,041,270,120 1,041,270,120 1,041,270,120

C Over Head 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000

Sub Total 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000

Total 1,076,153,496 1,076,153,496 1,076,153,496 1,076,153,496 1,076,153,496

Page 110: Komposisi Gula Merah Lengkap

110

Lampiran 8. Biaya Operasional pada

Kondisi Pengembangan

No. Komponen Tahun Ke- (Rp)

1 2 3 4 5

A Biaya Tetap

TK Tidak Langsung 12,600,000 12,600,000 12,600,000 12,600,000 12,600,000

Depresiasi 14,877,393 14,877,393 14,877,393 14,877,393 14,877,393

Pemeliharaan 15,102,700 15,102,700 15,102,700 15,102,700 15,102,700

Sub Total 42,580,093 42,580,093 42,580,093 42,580,093 42,580,093

B Variabel

Bahan Baku 763,724,520 998,716,680 1,174,960,800 1,174,960,800 1,174,960,800

Kemasan 17,690,400 23,133,600 27,216,000 27,216,000 27,216,000

TK Langsung 50,544,000 66,096,000 77,760,000 77,760,000 77,760,000

Bahan Bakar dan Listrik 7,043,400 9,210,600 10,836,000 10,836,000 10,836,000

Sub Total 839,002,320 1,097,156,880 1,290,772,800 1,290,772,800 1,290,772,800

C Over Head 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000

Sub Total 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000

Total 884,082,413 1,142,236,973 1,335,852,893 1,335,852,893 1,335,852,893

Page 111: Komposisi Gula Merah Lengkap

111

Lanjutan Lampiran 8

No. Komponen Tahun Ke- (Rp)

6 7 8 9 10

A Biaya Tetap

TK Tidak Langsung 12,600,000 12,600,000 12,600,000 12,600,000 12,600,000

Depresiasi 14,877,393 14,877,393 14,877,393 14,877,393 14,877,393

Pemeliharaan 15,102,700 15,102,700 15,102,700 15,102,700 15,102,700

Sub Total 42,580,093 42,580,093 42,580,093 42,580,093 42,580,093

B Variabel

Bahan Baku 1,174,960,800 1,174,960,800 1,174,960,800 1,174,960,800 1,174,960,800

Kemasan 27,216,000 27,216,000 27,216,000 27,216,000 27,216,000

TK Langsung 77,760,000 77,760,000 77,760,000 77,760,000 77,760,000

Bahan Bakar dan

Listrik 10,836,000 10,836,000 10,836,000 10,836,000 10,836,000

Sub Total 1,290,772,800 1,290,772,800 1,290,772,800 1,290,772,800 1,290,772,800

C Over Head 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000

Sub Total 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000

Total 1,335,852,893 1,335,852,893 1,335,852,893 1,335,852,893 1,335,852,893

Page 112: Komposisi Gula Merah Lengkap

112

Lampiran 9. Komposisi Modal Kerja dan Total Biaya Investasi pada

Kondisi Saat Ini dan Kondisi Pengembangan

Komposisi Modal Kerja Untuk 10 Hari ( 1X Operasi )

No Komponen Nilai (Rp) Nilai (Rp)

Saat Ini Penegembangan

A. Biaya Tetap

TK Tidak Langsung 700,000 700,000

Depresiasi 498,604 826,522

Pemeliharaan 600,472 839,039

Administrasi dan

Telepon 2,500,000 2,500,000

Sub Total 4,299,076 4,865,561

B. Biaya Variabel

Bahan Baku 31,835,921 42,429,140

Kemasan 737,100 982,800

Tenaga Kerja Langsung 4,693,000 2,808,000

Bahan Bakar dan

Listrik 335,400 391,300

Sub Total 37,601,421 46,611,240

C. Persediaan Kas 5,000,000 5,000,000

Total 46,900,497 56,476,801

Total Biaya Investasi Pada Skenario 1 dan 2

Komponen Jumlah

Harga/Unit

(Rp)

Sub Total

(Rp) Sub Total (Rp)

Saat Ini Pengembangan

Lahan (m2) 1,100 100,000 110,000,000 110,000,000

Bangunan (m2) 50,000,000 70,000,000

Perijinan 2,000,000 2,000,000

Fasilitas Penunjang 6,200,000 6,200,000

Mesin dan Peralatan 49,825,000 120,085,000

Modal Kerja 46,900,497 56,476,801

Total Investasi 264,925,497 364,761,801

Page 113: Komposisi Gula Merah Lengkap

113

Lampiran 10. Struktur Pembiayaan Neraca Pembayaran Kredit

Struktur Pembiayaan

Jenis

Kredit Pinjaman (Rp) Modal Sendiri (Rp)

Saat Ini Pengembangan Saat Ini Pengembangan

Modal

Tetap 109,012,500 154,142,500 109,012,500 154,142,500

Modal

Kerja 23,450,249 28,238,400 23,450,249 28,238,400

Jumlah 132,462,749 182,380,900 132,462,749 182,380,900

Angsuran Untuk Modal Tetap (Rp) Kondisi Usaha Saat Ini

Tahun

Jumlah

Kredit

Angsuran

Pokok Bunga Pembayaran Sisa Kredit

0 109,012,500 109,012,500

1 109,012,500 10,901,250 19,622,250 30,523,500 98,111,250

2 98,111,250 10,901,250 17,660,025 28,561,275 87,210,000

3 87,210,000 10,901,250 15,697,800 26,599,050 76,308,750

4 76,308,750 10,901,250 13,735,575 24,636,825 65,407,500

5 65,407,500 10,901,250 11,773,350 22,674,600 54,506,250

6 54,506,250 10,901,250 9,811,125 20,712,375 43,605,000

7 43,605,000 10,901,250 7,848,900 18,750,150 32,703,750

8 32,703,750 10,901,250 5,886,675 16,787,925 21,802,500

9 21,802,500 10,901,250 3,924,450 14,825,700 10,901,250

10 10,901,250 10,901,250 1,962,225 12,863,475 0

Angsuran Untuk Modal Kerja (Rp) Kondisi Usaha Saat Ini

Tahun

Jumlah

Kredit

Angsuran

Pokok Bunga Pembayaran Sisa Kredit

0 23,450,249 23,450,249

1 23,450,249 7,816,750 4,221,045 12,037,794 15,633,499

2 15,633,499 7,816,750 2,814,030 10,630,779 7,816,750

3 7,816,750 7,816,750 1,407,015 9,223,764 0

Page 114: Komposisi Gula Merah Lengkap

114

Lanjutan Lampiran 10

Angsuran Untuk Modal Tetap (Rp) pada Kondisi

Pengembangan

Tahun Jumlah Kredit

Angsuran

Pokok Bunga Pembayaran Sisa Kredit

0 154,142,500 154,142,500

1 154,142,500 15,414,250 27,745,650 43,159,900 138,728,250

2 138,728,250 15,414,250 24,971,085 40,385,335 123,314,000

3 123,314,000 15,414,250 22,196,520 37,610,770 107,899,750

4 107,899,750 15,414,250 19,421,955 34,836,205 92,485,500

5 92,485,500 15,414,250 16,647,390 32,061,640 77,071,250

6 77,071,250 15,414,250 13,872,825 29,287,075 61,657,000

7 61,657,000 15,414,250 11,098,260 26,512,510 46,242,750

8 46,242,750 15,414,250 8,323,695 23,737,945 30,828,500

9 30,828,500 15,414,250 5,549,130 20,963,380 15,414,250

10 15,414,250 15,414,250 2,774,565 18,188,815 0

Angsuran Untuk Modal Kerja (Rp) pada Kondisi

Pengembangan

Tahun Jumlah Kredit

Angsuran

Pokok Bunga Pembayaran Sisa Kredit

0 28,238,400 28,238,400

1 28,238,400 9,412,800 5,082,912 14,495,712 18,825,600

2 18,825,600 9,412,800 3,388,608 12,801,408 9,412,800

3 9,412,800 9,412,800 1,694,304 11,107,104 0

Page 115: Komposisi Gula Merah Lengkap

115

Lampiran 11. Penentuan Harga Pokok dan Harga Jual Kondisi Usaha Saat Ini

Tahun

Ke-

Biaya Tetap

(Rp)

Biaya Variabel

(Rp)

% Kapasitas

Prod

Kapasitas

Prod

Harga

Pokok/Kg

Harga Jual/Kg

(Rp) Keuntungan

1 34,883,376 676,825,578 65% 245,700 2,897 3,300 14%

2 34,883,376 885,079,602 85% 321,300 2,863 3,300 15%

3 34,883,376 1,041,270,120 100% 378,000 2,847 3,300 16%

4 34,883,376 1,041,270,120 100% 378,000 2,847 3,300 16%

5 34,883,376 1,041,270,120 100% 378,000 2,847 3,300 16%

6 34,883,376 1,041,270,120 100% 378,000 2,847 3,300 16%

7 34,883,376 1,041,270,120 100% 378,000 2,847 3,300 16%

8 34,883,376 1,041,270,120 100% 378,000 2,847 3,300 16%

9 34,883,376 1,041,270,120 100% 378,000 2,847 3,300 16%

10 34,883,376 1,041,270,120 100% 378,000 2,847 3,300 16%

Penentuan Harga Pokok dengan Metode Full Costing

Harga Pokok = Biaya Tetap + Biaya Variabel

Kapasitas Produksi

Page 116: Komposisi Gula Merah Lengkap

116

Lampiran 12. Penentuan Harga Pokok dan Harga Jual Pada Penerapan

Alternatif Pengembangan Usaha

Tahun

Ke-

Biaya Tetap

(Rp)

Biaya Variabel

(Rp)

% Kapasitas

Prod

Kapasitas

Prod

Harga

Pokok/Kg

Harga Jual/Kg

(Rp) Keuntungan

1 45,080,093 839,002,320 65% 327,600 2,699 3,500 30%

2 45,080,093 1,097,156,880 85% 428,400 2,666 3,500 31%

3 45,080,093 1,290,772,800 100% 504,000 2,651 3,500 32%

4 45,080,093 1,290,772,800 100% 504,000 2,651 3,500 32%

5 45,080,093 1,290,772,800 100% 504,000 2,651 3,500 32%

6 45,080,093 1,290,772,800 100% 504,000 2,651 3,500 32%

7 45,080,093 1,290,772,800 100% 504,000 2,651 3,500 32%

8 45,080,093 1,290,772,800 100% 504,000 2,651 3,500 32%

9 45,080,093 1,290,772,800 100% 504,000 2,651 3,500 32%

10 45,080,093 1,290,772,800 100% 504,000 2,651 3,500 32%

Penentuan Harga Pokok dengan Metode Full Costing

Harga Pokok = Biaya Tetap + Biaya Variabel

Kapasitas Produksi

Page 117: Komposisi Gula Merah Lengkap

117

Lampiran 13. Proyeksi Laporan Laba Rugi Kondisi Usaha Saat Ini

Uraian Tahun ke-

1 2 3 4 5

A. Penerimaan

Tingkat Produksi 65% 85% 100% 100% 100%

Jumlah Produksi 245,700 321,300 378,000 378,000 378,000

Penjualan Produk 810,810,000 1,060,290,000 1,247,400,000 1,247,400,000 1,247,400,000

Total Penerimaan 810,810,000 1,060,290,000 1,247,400,000 1,247,400,000 1,247,400,000

B. Pengeluaran

Biaya Tetap 32,383,376 32,383,376 32,383,376 32,383,376 32,383,376

Biaya Variabel 676,825,578 885,079,602 1,041,270,120 1,041,270,120 1,041,270,120

Total Pengeluaran 709,208,954 917,462,978 1,073,653,496 1,073,653,496 1,073,653,496

C. Pembayaran Bunga

Bunga Modal Tetap 19,622,250 17,660,025 15,697,800 13,735,575 11,773,350

Bunga Modal Kerja 4,221,045 2,814,030 1,407,015

Total Pembayaran Bunga 23,843,295 20,474,055 17,104,815 13,735,575 11,773,350

D. Laba Sebelum Pajak 77,757,751 122,352,967 156,641,689 160,010,929 161,973,154

Penyusutan 8,974,876 8,974,876 8,974,876 8,974,876 8,974,876

Laba Kena Pajak 86,732,627 131,327,843 165,616,565 168,985,805 170,948,030

Pajak Penghasilan 8,519,788 21,898,353 32,184,970 33,195,742 33,784,409

E. Laba Setelah Pajak 78,212,839 109,429,490 133,431,596 135,790,064 137,163,621

Page 118: Komposisi Gula Merah Lengkap

118

Lanjutan Lampiran 13.

Uraian Tahun ke-

6 7 8 9 10

A. Penerimaan

Tingkat Produksi 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Produksi 378,000 378,000 378,000 378,000 378,000

Penjualan Produk 1,247,400,000 1,247,400,000 1,247,400,000 1,247,400,000 1,247,400,000

Total Penerimaan 1,247,400,000 1,247,400,000 1,247,400,000 1,247,400,000 1,247,400,000

B. Pengeluaran

Biaya Tetap 32,383,376 32,383,376 32,383,376 32,383,376 32,383,376

Biaya Variabel 1,041,270,120 1,041,270,120 1,041,270,120 1,041,270,120 1,041,270,120

Total Pengeluaran 1,073,653,496 1,073,653,496 1,073,653,496 1,073,653,496 1,073,653,496

C. Pembayaran Bunga

Bunga Modal Tetap 9,811,125 7,848,900 5,886,675 3,924,450 1,962,225

Bunga Modal Kerja

Total Pembayaran Bunga 9,811,125 7,848,900 5,886,675 3,924,450 1,962,225

D. Laba Sebelum Pajak 163,935,379 165,897,604 167,859,829 169,822,054 171,784,279

Penyusutan 8,974,876 8,974,876 8,974,876 8,974,876 8,974,876

Laba Kena Pajak 172,910,255 174,872,480 176,834,705 178,796,930 180,759,155

Pajak Penghasilan 34,373,077 34,961,744 35,550,412 36,139,079 36,727,747

E. Laba Setelah Pajak 138,537,179 139,910,736 141,284,294 142,657,851 144,031,409

Page 119: Komposisi Gula Merah Lengkap

119

Lampiran 14. Proyeksi Laporan Laba Rugi Penerapan

Alternatif Pengembangan Usaha

Uraian Tahun ke-

1 2 3 4 5

A. Penerimaan

Tingkat Produksi 65% 85% 100% 100% 100%

Jumlah Produksi 327,600 428,400 504,000 504,000 504,000

Penjualan Produk 1,146,600,000 1,499,400,000 1,764,000,000 1,764,000,000 1,764,000,000

Total Penerimaan 1,146,600,000 1,499,400,000 1,764,000,000 1,764,000,000 1,764,000,000

B. Pengeluaran

Biaya Tetap 42,580,093 42,580,093 42,580,093 42,580,093 42,580,093

Biaya Variabel 839,002,320 1,097,156,880 1,290,772,800 1,290,772,800 1,290,772,800

Total Pengeluaran 881,582,413 1,139,736,973 1,333,352,893 1,333,352,893 1,333,352,893

C. Pembayaran Bunga

Bunga Modal Tetap 27,745,650 24,971,085 22,196,520 19,421,955 16,647,390

Bunga Modal Kerja 5,082,912 3,388,608 1,694,304

Total Pembayaran Bunga 32,828,562 28,359,693 23,890,824 19,421,955 16,647,390

D. Laba Sebelum Pajak 232,189,025 331,303,334 406,756,283 411,225,152 413,999,717

Penyusutan 14,877,393 14,877,393 14,877,393 14,877,393 14,877,393

Laba Kena Pajak 247,066,418 346,180,727 421,633,676 426,102,545 428,877,110

Pajak Penghasilan 56,619,925 86,354,218 108,990,103 110,330,764 111,163,133

E. Laba Setelah Pajak 190,446,493 259,826,509 312,643,573 315,771,782 317,713,977

Page 120: Komposisi Gula Merah Lengkap

120

Lanjutan Lampiran 14.

Uraian Tahun ke-

6 7 8 9 10

A. Penerimaan

Tingkat Produksi 100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah Produksi 504,000 504,000 504,000 504,000 504,000

Penjualan Produk 1,764,000,000 1,764,000,000 1,764,000,000 1,764,000,000 1,764,000,000

Total Penerimaan 1,764,000,000 1,764,000,000 1,764,000,000 1,764,000,000 1,764,000,000

B. Pengeluaran

Biaya Tetap 42,580,093 42,580,093 42,580,093 42,580,093 42,580,093

Biaya Variabel 1,290,772,800 1,290,772,800 1,290,772,800 1,290,772,800 1,290,772,800

Total Pengeluaran 1,333,352,893 1,333,352,893 1,333,352,893 1,333,352,893 1,333,352,893

C. Pembayaran Bunga

Bunga Modal Tetap 13,872,825 11,098,260 8,323,695 5,549,130 2,774,565

Bunga Modal Kerja

Total Pembayaran

Bunga 13,872,825 11,098,260 8,323,695 5,549,130 2,774,565

D. Laba Sebelum Pajak 416,774,282 419,548,847 422,323,412 425,097,977 427,872,542

Penyusutan 14,877,393 14,877,393 14,877,393 14,877,393 14,877,393

Laba Kena Pajak 431,651,675 434,426,240 437,200,805 439,975,370 442,749,935

Pajak Penghasilan 111,995,503 112,827,872 113,660,242 114,492,611 115,324,981

E. Laba Setelah Pajak 319,656,173 321,598,368 323,540,564 325,482,759 327,424,955

Page 121: Komposisi Gula Merah Lengkap

121

Lampiran 15. Proyeksi Arus Kas pada Kondisi Usaha Saat ini

Uraian

Tahun ke-

0 1 2 3 4 5

A. Kas masuk

1. Laba bersih 0 78,212,839 109,429,490 133,431,596 135,790,064 137,163,621

3. Nilai sisa 0 0 0 0 0 0

4. Modal sendiri 132,462,749 0 0 0 0 0

5. Modal pinjaman 132,462,749 0 0 0 0 0

Total kas masuk 264,925,497 78,212,839 109,429,490 133,431,596 135,790,064 137,163,621

B. Kas keluar

1. Biaya modal tetap 218,025,000 0 0 0 0 0

2. Biaya modal kerja 46,900,497 0 0 0 0 0

3. Angsuran pinjaman 0 23,843,295 20,474,055 17,104,815 13,735,575 11,773,350

Total kas keluar 264,925,497 23,843,295 13,696,536 13,696,536 6,218,750 6,218,750

C. Arus kas bersih -264,925,497 54,369,544 95,732,954 119,735,060 129,571,314 130,944,871

D. Arus kas awal tahun 0 -264,925,497 -210,555,953 -114,822,999 4,912,061 134,483,374

E. Arus kas akhir tahun -264,925,497 -210,555,953 -114,822,999 4,912,061 134,483,374 265,428,245

Page 122: Komposisi Gula Merah Lengkap

122

Lanjutan Lampiran 15

Uraian

Tahun ke-

6 7 8 9 10

A. Kas masuk

1. Laba bersih 138,537,179 139,910,736 141,284,294 142,657,851 144,031,409

3. Nilai sisa 0 0 0 0 141,902,500

4. Modal sendiri 0 0 0 0 0

5. Modal pinjaman 0 0 0 0 0

Total kas masuk 138,537,179 139,910,736 141,284,294 142,657,851 285,933,909

B. Kas keluar

1. Biaya modal tetap 0 0 0 0 0

2. Biaya modal kerja 0 0 0 0 0

3. Angsuran pinjaman 9,811,125 7,848,900 5,886,675 3,924,450 1,962,225

Total kas keluar 6,218,750 6,218,750 6,218,750 6,218,750 6,218,750

C. Arus kas bersih 132,318,429 133,691,986 135,065,544 136,439,101 279,715,159

D. Arus kas awal tahun 265,428,245 397,746,674 531,438,660 666,504,203 802,943,304

E. Arus kas akhir tahun 397,746,674 531,438,660 666,504,203 802,943,304 1,082,658,463

Page 123: Komposisi Gula Merah Lengkap

123

Lampiran 16 Proyeksi Arus Kas pada Penerapan Alternatif

Pengembangan Usaha

Uraian

tahun ke-

0 1 2 3 4 5

A. Kas masuk

1. Laba bersih 0 190,446,493 259,826,509 312,643,573 315,771,782 317,713,977

3. Nilai sisa 0 0 0 0 0 0

4. Modal sendiri 182,380,900 0 0 0 0 0

5. Modal pinjaman 182,380,900 0 0 0 0 0

Total kas masuk 364,761,801 190,446,493 259,826,509 312,643,573 315,771,782 317,713,977

B. Kas keluar

1. Biaya modal tetap 308,285,000 0 0 0 0 0

2. Biaya modal kerja 56,476,801 0 0 0 0 0

3. Angsuran Pinjaman 0 32,828,562 28,359,693 23,890,824 19,421,955 16,647,390

Total kas keluar 364,761,801 32,828,562 28,359,693 23,890,824 19,421,955 16,647,390

C. Aliran kas bersih -364,761,801 157,617,930 231,466,816 288,752,749 296,349,827 301,066,587

D. Aliran kas awal tahun 0 -364,761,801 -207,143,870 24,322,946 313,075,695 609,425,521

E. Arus Kas Akhir Tahun -364,761,801 -207,143,870 24,322,946 313,075,695 609,425,521 910,492,108

Page 124: Komposisi Gula Merah Lengkap

124

Lanjutan Lampiran 16

Uraian

Tahun ke-

6 7 8 9 10

A. Kas masuk

1. Laba bersih 319,656,173 321,598,368 323,540,564 325,482,759 327,424,955

3. Nilai sisa 0 0 0 0 159,428,500

4. Modal sendiri 0 0 0 0 0

5. Modal pinjaman 0 0 0 0 0

Total kas masuk 319,656,173 321,598,368 323,540,564 325,482,759 486,853,455

B. Kas keluar

1. Biaya modal tetap 0 0 0 0 0

2. Biaya modal kerja 0 0 0 0 0

3. Angsuran Pinjaman 13,872,825 11,098,260 8,323,695 5,549,130 2,774,565

Total kas keluar 13,872,825 11,098,260 8,323,695 5,549,130 2,774,565

C. Aliran kas bersih 305,783,348 310,500,108 315,216,869 319,933,629 484,078,890

D. Aliran kas awal tahun 910,492,108 1,216,275,456 1,526,775,564 1,841,992,432 2,161,926,061

E. Arus Kas Akhir Tahun 1,216,275,456 1,526,775,564 1,841,992,432 2,161,926,061 2,646,004,951

Page 125: Komposisi Gula Merah Lengkap

125

Lampiran 17 Kriteria Investasi Kondisi Usaha Saat Ini

Tahun Bt-Ct Akumulasi

DF PV DF PV

i = 18% i = 45 %

0 -264,925,497 -264,925,497 1.000 -264,925,497 1.000 -264,925,497

1 54,369,544 -210,555,953 0.847 46,075,885 0.690 37,496,237

2 95,732,954 -114,822,999 0.718 68,753,917 0.476 45,532,915

3 119,735,060 4,912,061 0.609 72,874,454 0.328 39,275,103

4 129,571,314 134,483,374 0.516 66,831,442 0.226 29,311,420

5 130,944,871 265,428,245 0.437 57,237,210 0.156 20,429,065

6 132,318,429 397,746,674 0.370 49,014,919 0.108 14,236,798

7 133,691,986 531,438,660 0.314 41,969,261 0.074 9,920,404

8 135,065,544 666,504,203 0.266 35,932,589 0.051 6,911,949

9 136,439,101 802,943,304 0.225 30,761,024 0.035 4,815,339

10 279,715,159 1,082,658,463 0.191 53,443,628 0.024 6,808,258

NPV 257,968,831 -50,188,011

Kriteria Nilai BEP (Rp.) 195,968,791

NPV 257,968,831 Atau 59,384 Kg/tahun

IRR 40.60

NET B/C 1.97

PBP (Tahun) 2.96

Page 126: Komposisi Gula Merah Lengkap

126

Lampiran 18 Kriteria Investasi untuk Alternatif Pengembangan Usaha

Tahun Bt-Ct Akumulasi

DF PV DF PV

i = 18% i = 45 %

0 -364,761,801 -364,761,801 1.000 -364,761,801 1.000 -364,761,801

1 157,617,930 -207,143,870 0.847 133,574,517 0.690 108,702,021

2 231,466,816 24,322,946 0.718 166,235,863 0.476 110,091,232

3 288,752,749 313,075,695 0.609 175,743,838 0.328 94,715,732

4 296,349,827 609,425,521 0.516 152,853,944 0.226 67,039,794

5 301,066,587 910,492,108 0.437 131,598,980 0.156 46,970,215

6 305,783,348 1,216,275,456 0.370 113,271,796 0.108 32,900,751

7 310,500,108 1,526,775,564 0.314 97,473,757 0.074 23,040,173

8 315,216,869 1,841,992,432 0.266 83,859,717 0.051 16,131,154

9 319,933,629 2,161,926,061 0.225 72,130,979 0.035 11,291,402

10 484,078,890 2,646,004,951 0.191 92,490,275 0.024 11,782,464

NPV 854,471,865 157,903,138

Kriteria Nilai BEP (Rp) 158,721,400

NPV 854,471,865 atau 45,349 Kg/ tahun

IRR 51.12

NET B/C 3.34

PBP (Tahun) 1.89

Page 127: Komposisi Gula Merah Lengkap

127

Lampiran 19. Upaya yang Perlu Dilakukan Oleh Para Pengusaha Gula Merah

Tebu di Kabupaten Rembang

Upaya yang perlu dilakukan oleh para pengusaha Gula Merah Tebu di Kabupaten

Rembang, antara lain :

1. Menetapkan tujuan perusahaan.

2. Menyusun manajemen perusahaan dengan jelas dan sistematis.

3. Mengurus perijinan usaha (legalitas).

4. Memperkuat permodalan, dengan memanfaatkan KUK (Kredit Usaha Kecil)

dan melakukan kerja sama dengan investor.

5. Melakukan perencanaan produksi (target produksi/ hari, waktu kerja,

kapasitas produksi, jumlah tenaga kerja dan pembagian kerja, fasilitas

produksi, pemasokan bahan baku dan jadwal tebang tanaman tebu)

disesuaikan dengan modal yang dimiliki, perencanaan jadwal penyimpanan

dan pemasaran produk.

6. Melakukan pelatihan bagi pekerja, tentang proses pengolahan nira tebu

menjadi gula merah yang baik.

7. Menerapkan teknologi tepat guna dan aplikatif, misalnya menerapkan

alternatif pengembangan yang telah dijelaskan di atas.

8. Pemilihan dan pengawasan tebu yang akan digunakan dalam kegiatan

produksi (umur tebu, kandungan nira, dan kebersihan tebu).

9. Memperbaiki proses pengolahan, diantaranya melakukan pemisahan kotoran/

ampas dari nira dengan penyaringan nira secara bertahap, pembuangan

kotoran dalam buih nira saat pemasakan nira dan mengatur suhu pemasakan

agar konstan (suhu sekitar 110 0C).

10. Menjaga sanitasi dan kebersihan fasilitas dan peralatan produksi.

11. Melakukan pengawasan kegiatan produksi, terutama di bagian pemasakan.

12. Mengolah kembali gula dengan mutu rendah menjadi produk lain, misalnya

digunakan sebagai bahan baku kecap.

13. Mengemas produk dengan plastik dan karung atau toples (untuk konsumsi

rumah tangga) serta menyimpan produk di tempat tertutup (gudang).

Page 128: Komposisi Gula Merah Lengkap

128

14. Melakukan distribusi langsung ke industri pengguna gula merah dan

memasarkan produk bagi konsumen rumah tangga.

15. Membentuk KUB (Kelompok Usaha Bersama) atau koperasi pengusaha gula

merah tebu di Kabupaten Rembang.