kompetensi pedagogik guru biologi yang...

24
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BIOLOGI YANG TELAH LULUS SERTIFIKASI DI SMA NEGERI KOTA BANDA ACEH Oleh Hasanuddin 1) dan Cut Nurmaliah 2) Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh Email: letfan93 @yahoo.co.id Hp. 08126909910 ABSTRAK Kompetensi pedagogic merupakan kemampuan mengelola pembelajaran, mencakup konsep kesiapan mengajar yang ditunjukkan oleh penguasaan pengetahuan dan ketrampilan mengajar. Kompetensi ini harus dimiliki setiap guru agar tercapai keberhasilan dalam proses belajar dan mengajar. Penelitian bertujuan mengetahui kompetensi pedagogik guru biologi yang telah lulus sertifikasi di SMA Negeri Kota Banda Aceh telah dilakukan bulan Maret 2010. Subyek penelitian adalah guru biologi yang telah lulus sertifikasi. Pengumpulan data menggunakan teknik angket. Pengamatan di kelas dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian RPP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru biologi yang telah lulus sertifikasi di SMA Negeri kota Banda Aceh memiliki: kompetensi pedagogik sudah baik, terutama pada aspek-aspek: pemahaman terhadap peserta didik (88,3%), rencana pelaksanaan pembelajaran (89,2%), evaluasi hasil belajar (83,3%), dan pengembangan peserta didik (76,7%). Khusus pada aspek pemanfaatan teknologi pembelajaran masih kurang baik (45%). Hasil pengamatan di kelas terhadap aspek- aspek yang diamati secara umum sudah baik. Namun, yang masih kurang adalah pemanfaatan media dalam proses pembelajaran. Hal lain yang juga perlu ditingkatkan adalah penggunaan strategi mengajar yang berlandaskan pada pembelajaran konstruktivisme. Kata kunci: Kompetensi Pedagogik, sertifikasi, Guru Biologi ______________ 1,2 ). Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Univ. Syiah Kuala, Banda Aceh

Upload: truongcong

Post on 15-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BIOLOGI YANG TELAH LULUS

SERTIFIKASI DI SMA NEGERI KOTA BANDA ACEH

Oleh

Hasanuddin1)

dan Cut Nurmaliah2)

Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Email: letfan93 @yahoo.co.id

Hp. 08126909910

ABSTRAK

Kompetensi pedagogic merupakan kemampuan mengelola pembelajaran,

mencakup konsep kesiapan mengajar yang ditunjukkan oleh penguasaan

pengetahuan dan ketrampilan mengajar. Kompetensi ini harus dimiliki setiap guru

agar tercapai keberhasilan dalam proses belajar dan mengajar. Penelitian bertujuan

mengetahui kompetensi pedagogik guru biologi yang telah lulus sertifikasi di SMA

Negeri Kota Banda Aceh telah dilakukan bulan Maret 2010. Subyek penelitian

adalah guru biologi yang telah lulus sertifikasi. Pengumpulan data menggunakan

teknik angket. Pengamatan di kelas dilakukan dengan menggunakan instrumen

penilaian RPP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru biologi yang telah lulus

sertifikasi di SMA Negeri kota Banda Aceh memiliki: kompetensi pedagogik sudah

baik, terutama pada aspek-aspek: pemahaman terhadap peserta didik (88,3%),

rencana pelaksanaan pembelajaran (89,2%), evaluasi hasil belajar (83,3%), dan

pengembangan peserta didik (76,7%). Khusus pada aspek pemanfaatan teknologi

pembelajaran masih kurang baik (45%). Hasil pengamatan di kelas terhadap aspek-

aspek yang diamati secara umum sudah baik. Namun, yang masih kurang adalah

pemanfaatan media dalam proses pembelajaran. Hal lain yang juga perlu

ditingkatkan adalah penggunaan strategi mengajar yang berlandaskan pada

pembelajaran konstruktivisme.

Kata kunci: Kompetensi Pedagogik, sertifikasi, Guru Biologi

______________ 1,2

). Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Univ. Syiah Kuala, Banda

Aceh

PENDAHULUAN

Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber

daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas

tersebut dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu oleh pendidik

profesional. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional. Oleh karena

itu, guru sebagai pendidik profesional mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan

yang sangat strategis.

Sebagai tenaga profesional, guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi

akademik S-I (strata satu) atau D-4 (diploma empat) dalam bidang yang terkait

dengan mata pelajaran yang ditekuninya dan menguasai kompetensi-kompetensi

sebagai agen pembelajaran. Pemenuhan persyaratan kualifikasi akademik S-I/D-4

dibuktikan dengan ijazah yang diperoleh di lembaga pendidikan tinggi. Persyaratan

relevansi dibuktikan dengan kesesuaian antara bidang pendidikan dengan mata

pelajaran yang ditekuni. Sementara itu, persyaratan penguasaan kompetensi sebagai

agen pembelajaran dibuktikan dengan sertifikat pendidik (Mulyasa, 2007: 39).

Guru sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya

penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk

memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan

yang bermutu. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

menegaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat

pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang

dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk mewujudkan fungsi, peran,

dan kedudukan tersebut, guru perlu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan

sertifikat pendidik yang sesuai dengan standar pendidik.

Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru,

yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru profesional merupakan syarat

mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Sertifikat

pendidik adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi

penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas guru yang

diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.Tujuan utama Sertifikasi adalah

untuk: 1) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen

pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional; 2). Meningkatkan proses

dan mutu hasil pendidikan; 3) Meningkatkan martabat guru; dan 4). Meningkatkan

profesionalitas guru

Program sertifikasi guru dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen, dan peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen (UUGD) pada Pasal 8 dinyatakan: guru wajib memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kemudian

pada Pasal 11, ayat (1) disebutkan bahwa sertifikat pendidik sebagaimana dalam

pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.

Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan

kompetensi.. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, Kompetensi

Guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,

dan kompetensiprofesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi

Guru sebagaimana dimaksud tesebut bersifat holistik. Bagian kesatu, pasal 3 ayat (4)

bahwa kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan

kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang

kurangnya meliputi: a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b).

pemahaman terhadap peserta didik; c. pengembangan kurikulum atau silabus; d).

perancangan pembelajaran; e). pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan

dialogis; f) pemanfaatan teknologi pembelajaran; g). evaluasi hasil belajar; dan h).

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.

Sertifikasi guru merupakan kegiatan bersama antara Dirjen PMPTK/Dinas

Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai pengelola guru dan Ditjen

Dikti/Perguruan tinggi sebagai penyelenggara sertifikasi. Sebagai pengelola guru,

Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dan Lembaga Penjaminan Mutu

Pendidikan (LPMP) sebagai jajaran PMPTK bertugas menyiapkan guru agar siap

mengikuti sertifikasi, termasuk mengatur urutan, jika pesertanya melebihi kapasitas

yang ditetapkan. Beberapa pertimbangan yang digunakan untuk menyusun urutan

daftar calon peserta sertifikasi guru antara lain: (1) Penguasaan terhadap kompetensi.

(2) Prestasi yang dicapai, misalnya guru teladan, dan guru berprestasi, (3) Daftar urut

kepangkatan. (4) Masa kerja. (5) Usia. Bagi guru yang lulus dalam sertifikasi akan

diberikan sertifikat pendidik dan berhak mendapatkan tunjangan profesi sebesar satu

kali gaji pokok, sedangkan bagi guru yang tidak lulus, disarankan mengikuti

pelatihan atau pembinaan melalui LPMP, MGMP/KKG atau lembaga lainnya, agar

lebih siap untuk mengikuti tes ulang berikutnya (Muslich, 2007: 5).

Selain aspek kompetensi pedagogik, untuk dapat menjadi seorang guru yang

profesional, maka diharuskan memiliki kemampuan untuk mengembangkan aspek

kompetensi yang ada pada dirinya, seperti kompetensi pribadi, kompetensi

profesional, serta kompetensi sosial. Apabila guru mampu mengembangkan aspek-

aspek kompetensi tersebut dengan baik, maka guru tersebut tidak hanya memperoleh

keberhasilan, tetapi juga memperoleh kepuasan atas profesi yang dipilihnya. Tetapi

apakah aspek-aspek kompetensi tersebut terutama pedagogik telah dimiliki oleh tiap-

tiap guru yang telah lulus sertifikasi. Untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan

tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang kompetensi pedagogik guru yang

telah lulus sertifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi

pedagogik guru biologi yang telah lulus sertifikasi di SMA Negeri Kota Banda Aceh.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada guru Biologi SMA Negeri di Kota Banda Aceh yang

berjumlah 13 SMA. Pengambilan data dilakukan bulan Maret 2010. Jenis penelitian

kualitatif dengan metode survei.

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru Biologi yang telah lulus sertifikasi

sampai bulan Maret 2010 di SMA Negeri Banda Aceh yang berjumlah 30 orang.

Tabel 1. Nama Sekolah dan Jumlah Guru Biologi yang Belum dan Telah Lulus

Sertifikasi Di SMA Negeri Banda Aceh

No Nama Sekolah

Jumlah Guru Biologi

yang belum Lulus

sertifikasi

Jumlah Guru

Biologi yang telah

Lulus Sertifikasi

1. SMA Negeri 1 Banda Aceh 4 orang -

2. SMA Negeri 2 Banda Aceh 2 orang 4 orang

3. SMA Negeri 3 Banda Aceh 3 orang 6 orang

4. SMA Negeri 4 Banda Aceh 5 orang 7 orang

5. SMA Negeri 5 Banda Aceh 4 orang 3 orang

6. SMA Negeri 6 Banda Aceh 4 orang 1 orang

7. SMA Negeri 7 Banda Aceh 4 orang 2 orang

8. SMA Negeri 8 Banda Aceh 3 orang 3 orang

9. SMA Negeri 9 Banda Aceh 3 orang 2 orang

10. SMA Negeri 10 Banda Aceh 4 orang -

11. SMA Negeri 11 Banda Aceh 4 orang 1 orang

12. SMA Negeri 12 Banda Aceh 3 orang 1 orang

13. SMA Negeri 13 Banda Aceh 4 orang -

Jumlah 47 orang 30 orang

Sumber: SMA Negeri Banda Aceh. Maret 2010.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah: angket dan instumen penilaian RPP.

a. Angket

Angket berjumlah 12 pertanyaan dengan tiga alternatif jawaban. Isi angket

disusun untuk mengungkapkan kompetensi pedagogik guru yang meliputi:

pemahaman terhadap peserta didik, rencana pelaksanaan pembelajaran, pemanfaatan

teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan peserta didik.

b. Instrumen Penilaian RPP

Instrumen penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran berjumlah 23 butir

pengamatan dengan empat alternatif jawaban, berguna untuk mengetahui

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berupa langkah-langkah guru

dalam kegiatan pembelajaran.

3. Teknik Pengumpulan Data

Angket dibagikan pada guru Biologi yang telah lulus sertifikasi di SMA Negeri

Banda Aceh. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan guru selama mengajar

mata pelajaran biologi di kelas. Pengamatan dilakukan di kelas dengan menggunakan

instrumen penilaian RPP. Instrumen pengamatan terdiri dari langkah-langkah guru

dalam pembelajaran seperti pemilihan materi, perumusan indikator, penentuan

alokasi waktu, pengembangan materi pembelajaran, pendekatan dan metode

pembelajaran, serta langkah-langkah kegiatan pembelajaran.

4. Parameter penelitian

Parameter pada penelitian ini yaitu:

1. Pemahaman terhadap peserta didik

2. Rencana pelaksanaan pembelajaran

3. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

4. Evaluasi hasil belajar

5. Pengembangan peserta didik.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari angket dan hasil observasi kelas selanjutnya dihitung

persentase untuk setiap parameter dan kategori jawaban.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh dengan angket dan observasi kelas, dapat

diketahui persentase jawaban yang diberikan guru biologi yang telah lulus sertifikasi.

Untuk nilai rata-rata persentase aspek-aspek kompetensi pedagogik disajikan pada

tabel 2 berikut.

Tabel 2. Persentase Nilai Rata-rata Aspek-aspek Kompetensi Pedagogik Guru

Biologi yang Telah Lulus Sertifikasi di SMA Negeri Banda Aceh

No Parameter Alternatif Jawaban

Total A B C

1. Pemahaman terhadap peserta didik 88,35 % 11,65 % - 100 %

2. Rencana pelaksanaan pembelajaran 89,2 % 10,8 % - 100 %

3. Pemanfaatan teknologi pembelajaran 45 % 55 % - 100 %

4. Evaluasi hasil belajar 83,3 % 16,7 % - 100 %

5. Pengembangan peserta didik 76,7 % 23,3 % - 100 %

Sumber: SMA Negeri Banda Aceh (Data diolah) 2010.

Keterangan: A = Sering/Baik

B = Kadang-kadang/kurang baik

C = Tidak pernah/tidak baik

Berdasarkan tabel tersebut, as[ek-aspek kompetensi pedagogik guru biologi

yang telah lulus sertifikasi di SMA Negeri Banda Aceh, telah mencapai kategori

baik (> 75 %). Hanya satu aspek yang masih kurang, yaitu pemanfaatan teknologi

pembelajaran (45%).

Pengamatan (observasi) pelaksanaan di kelas, dilakukan terhadap 23 guru

SMA Negeri Banda Aceh yang telah lulus sertifikasi dari jumlah 30 guru. Jadi ada 7

guru yang tidak sempat dioservasi. Hal ini disebabkan karena sudah mendekati ujian

akhir nasional, sehingga guru lebih fokus mengadakan kegiatan tambahan, seperti

membahas soal dan mengulang materi pelajaran yang masih kurang dipahami peserta

didik. Hasil Pengamatan Kelas Terhadap Guru disajikan pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Persentase Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di SMA

Negeri Banda Aceh.

No Indikator dan Alternatif

Jawaban

Jumlah (%)

A B C D

1 2 3 4 5

1. Pemilihan materi sesuai KD 23 (100) - - -

2. Perumusan indikator sesuai

dengan KD 17 (73,8) 6 (26,2) - -

3. Penentuan alokasi waktu 19 (82,5) 4 (17,5) - -

4. Pengembangan materi

pembelajaran 18 (78,7) 5 (21,3) - -

5. Pendekatan dan metode

pembelajaran - 20 (86,4) 3 (13,6) -

6. Kegiatan pendahuluan

Menarik perhatian siswa 16 (69,9) 7 (30,1) - -

7. Membangkitkan motivasi - 23 (100) - -

8. Kegiatan inti

Teknik penyajian materi

pembelajaran

19 (82,5) 4 (17,5) - -

9. Keterampilan menjelaskan 14(60,2) 9 (39,8) - -

10. Penggunaan bahasa 23 (100) - - -

11. Keterampilan mengelola kelas 17 (73,8) 6 (26,2) - -

12. Membuat kaitan - 23 (100) - -

13. Pemberian ilustrasi - 23 (100) - -

14. Penggunaan media

pembelajaran - 6 (26,2) - 17 (73,8)

15. Keterampilan bertanya - 23 (100) - -

16. Keterampilan menjawab

pertanyaan - 19 (82,5) 4 (17,5) -

17. Kegiatan penutup

Simpulan hasil belajar - 18 (78,7) 5 (21,3) -

18. Keterampilan memberikan

penguatan - 23 (100) - -

19. Penentuan sumber belajar 19 (82,5) 4 (17,5) - -

20. Pelaksanaan evaluasi - 23 (100) - -

21. Penentuan teknik penilaian - 20 (86,4) 3 (13,6) -

22. Penentuan bentuk instrumen

sesuai dengan teknik penilaian - 23 (100) - -

23.

Contoh instrumen sesuai

dengan bentuk instrumen dan

indikator

- 23 (100) - -

Sumber: SMA Negeri Banda Aceh (Data diolah) 2010.

Keterangan: A = Baik sekali

B = Baik

C = Cukup

D = Kurang baik

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa, semua proses sesuai dengan RPP

secara umum telah dilaksanakan oleh guru secata baik.Beberapa hal yang masih

perlu perbaikan adalah: penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi

(multistrategi), ketrampilan menjawab pertanyaan, dan penentuan teknik penilaian

(evaluasi).

PEMBAHASAN

Sertifikasi merupakan sarana atau instrumen untuk mencapai suatu tujuan,

bukan tujuan itu sendiri. Perlu ada kesadaran dan pemahaman dari semua fihak

bahwa sertifikasi adalah sarana untuk menuju kualitas. Kesadaran dan pemahaman

ini akan melahirkan aktivitas yang benar, bahwa apapun yang dilakukan adalah

untuk mencapai kualitas. Demikian pula kalau guru mengikuti sertifikasi, tujuan

utama bukan untuk mendapatkan tunjangan profesi, melainkan untuk dapat

menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki kompetensi sebagaimana

disyaratkan dalam standar kompetensi guru. Tunjangan profesi adalah konsekuensi

logis yang menyertai adanya kemampuan yang dimaksud. Dengan menyadari hal ini

maka guru tidak akan mencari jalan lain guna memperoleh sertifikat profesi kecuali

mempersiapkan diri dengan belajar yang benar untuk menghadapi sertifikasi.

Berdasarkan hal tersebut, maka sertifikasi akan membawa dampak positif, yaitu

meningkatnya kualitas guru.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah. Guru yang profesional akan menghasilkan proses dan hasil pendidikan

yang bermutu dalam rangka mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan

kompetitif, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak. .berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta

menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Berdasarkan hasil angket dari 30 guru biologi yang telah lulus sertifikasi di

SMA Negeri kota Banda Aceh, diperoleh bahwa sebanyak 86,7% guru menyatakan

sangat memahami peserta didik melalui karakteristik peserta didik yang berkaitan

dengan aspek intelektual, emosional, moral dan latar belakang peserta didik, hal ini

bertujuan agar proses interaksi antara peserta didik dengan guru terjadi, sehingga

tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Dalam pelaksanaan

pembelajaran, guru juga mengidentifikasi pengetahuan awal peserta didik, kegiatan

ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik,

baik mengenai materi yang telah diajarkan maupun yang akan diajarkan, hal ini

dilakukan dengan memberikan kegiatan pendahuluan seperti apersepsi dan motivasi.

sebanyak 90% guru menyatakan sering mengidentifikasi pengetahuan awal peserta

didik seperti apersepsi dan motivasi. Hal ini didukung oleh hasil observasi yang

telah dilakukan, bahwa guru biologi yang telah lulus sertifikasi di Banda Aceh, sudah

melakukan apersepsi dan motivasi dengan berbagai upaya dalam membangkitkan

motivasi belajar biologi di dalam kelas. Usaha tersebut antara lain: memperjelas

tujuan yang ingin dicapai sebelum proses pembelajaran, membangkitkan minat

peserta didik, menciptakan suasana menyenangkan dalam belajar biologi, memberi

penilaian secepatnya secara objektif, menciptakan persaingan dan kerja sama serta

selalu meningkatkan partisipasi peserta didik dalam belajar biologi. Menurut Azzet

(2011) Guru yang mampu membangun semangat peserta didiknya adalah yang bisa

menjelaskan tujuan belajar dari materi yang akan dan sedang dipelajari. Dengan

mengetahui tujuan belajarnya, peserta didik akan terbangun kesadarannya untuk

bersemangat dalam belajar. Selain itu, setiap usaha yang dilakukan peserta didik

harus diapresiasi oleh guru.

Guru dalam meningkatkan proses pembelajaran juga menerapkan berbagai

pendekatan, seperti memilih dan menggunakan strategi dan metode pembelajaran

yang kreatif, hal ini bertujuan untuk memungkinkan peserta didik dapat memahami

dan mempraktikan apa yang dipelajarinya, karena di dalam kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP), guru dituntut untuk menggunakan banyak metode. Sebanyak

76,7% guru menyatakan sering menerapkan berbagai metode, dan teknik

pembelajaran yang kreatif dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan

antara lain: ceramah, diskusi, tanya jawab, penugasan terbimbing, observasi, diskusi

informasi, studi lapangan, serta studi membaca. Namun, jika dilihat dari jenisnya,

maka metode yang digunakan belum mengarah kepada pembelajaran kooperatif.

Sudah saatnya guru mengarahkan pembelajarannya ke paradigma baru yaitu menjadi

student centered. Pembelajaran kooperatif sangat sesuai untuk pendekatan

penguasaan pengetahuan dan keterampilan dasar. Pembelajaran kolaboratif memiliki

ciri berikut: 1) menggunakan kelompok; 2) memberikan tugas yang spesifik; 3)

saling berbagi di antara kelompok; dan 4) membandingkan prosedur dan kesimpulan

dalam kelompok pleno (seluruh kelas).

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di

Indonesia, para guru hendaknya terus belajar untuk memahami berbagai model

pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran.

Dengan demikian, guru diharapkan dapat secara kreatif mencobakan dan

mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi

nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-

model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin

memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

Selain itu, dalam pelaksanaan pembelajaran, guru juga berpedoman pada

kurikulum yang berlaku, yaitu KTSP. Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

satuan pendidikan. KTSP dikembangkan oleh setiap kelompok atau satuan

pendidikan dan komite sekolah. Tidak hanya kurikulum, guru juga membuat rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebelum proses mengajar dimulai, persiapan dapat

diartikan sebagai persiapan tertulis maupun persiapan mental seperti, situasi

emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar yang produktif, serta meyakinkan

peserta didik untuk terlibat secara keseluruhan, dan 93,3% guru menyatakan sering

menyusun RPP untuk kegiatan di dalam kelas, selain itu guru juga mengembangkan

komponen-komponen rancangan pembelajaran tersebut dengan baik, hal ini dapat

dilihat dari pengembangan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang terdapat

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran seperti pemilihan materi sesuai dengan

kompetensi dasar, perumusan indikator sesuai dengan kompetensi dasar dan

pengembangan materi pokok pembelajaran.

Media pembelajaran merupakan penunjang di dalam proses pembelajaran.

Hasil penelitian para guru biologi yang telah lulus sertifikasi di Banda Aceh banyak

yang tidak menggunakan media, khususnya media Pembelajaran Berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi seperti komputer, LCD proyektor, kaset, dan video..

Sebanyak 43,3% guru menyatakan sering menggunakan media untuk mendukung

kelancaran pembelajaran, dan sebanyak 73,8% guru dari hasil observasi tidak

menggunakan media dalam mendukung kelancaran pembelajaran. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa banyak guru biologi di SMA Negeri Banda Aceh yang

tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran. Hal tersebut disebabkan

karena media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi di dalam

menunjang pembelajaran di kelas belum lengkap. Guru belum terampil dalam

menggunakan media-media pembelajaran tersebut, sehingga pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi belum dapat digunakan secara maksimal.

Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat di gunakan untuk

menyalurkan pesan (materi pembelajaran), meragsang pikiran, perasaan, perhatian

dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran (Ibrahim,

2007: 78). Kemampuan menggunakan teknologi pada media pembelajaran sangat

diharapkan dalam KTSP, tetapi dalam kenyataan di lapangan banyak guru yang tidak

menggunakan media pembelajaran, khususnya media Pembelajaran Berbasis

Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT). Untuk mewujudkan sekolah dengan

berbasis ICT tentunya diperlukan sarana prasarana yang menunjang. Tanpa sarana

dan prasarana yang baik maka pembelajaran tidak akan sulit berjalan dengan

sempurna. Sarana prasarana sekolah berbasis ICT adalah seperti Laboratorium

bahasa yang lengkap, komputer, LCD, dan koneksi internet.

Pemerintah secara bertahap telah membantu sekolah-sekolah dengan

memberikan perangkat hardware komputer sebagai alat peraktek dan ditunjang

dengan diberikannya BOM (Bantuan Operasional Manajemen). Dana BOM ini

salah satunya harus dibelanjakan untuk membeli software komputer untuk

menunjang pembelajaran Teknologi Informasi (TI) dan penguasaan materi pelajaran

umum dengan bantuan TI. Dengan demikian jelas bahwa kebutuhan bahan

pembelajaran berbasis ICT sebagai alat untuk membantu siswa menguasai TI dan

materi pelajaran umum lainnya dengan lebih cepat, menyenangkan dan

meningkatkan hasil belajar, menjadi kebutuhan yang mendesak untuk tercapainya

kualitas pembelajaran yang diharapkan. Selain sebagai sarana untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa, pembelajaran berbasis ICT juga dapat mempermudah guru

dalam menyampaikan materi pembelajaran, membiasakan guru untuk menyesuaikan

diri dengan perkembangan jaman yang semakin pesat saat ini. Sudah saatnya guru

sedikit demi sedikit membiasakan diri mengajar menggunakan media berbasis ICT,

tidak hanya mengandalkan buku yang sudah berbagai generasi redaksinya hanya itu-

itu saja sehingga sudah sangat hapal diluar kepala.

Jika sekolah telah memiliki perangkat pembelajaran berbasis ICT, maka yang

harus dipikirkan sekarang adalah bagaimana membiasakan guru berkreasi tidak

hanya sebagai pemakai jasa Media berbasis ICT tetapi juga sebagai kreator yang

membuat dan mengembangkan media-media tersebut sesuai dengan keadaan sekolah

masing-masing. Namun jika belum, maka ini menjadi tugas penting jajaran

pendidikan untuk memikirkan bagaimana caranya agar sekolah bisa merasakan nilai

positif dari perkembangan ilmu dan teknologi sekarang ini.

Menutup pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk

mengakhiri kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan

gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh peserta didik,

mengetahui tingkat pencapaian peserta didik, dan tingkat keberhasilan guru dalam

proses pembelajaran. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, kemampuan guru

dalam menutup pembelajaran sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan guru

dalam meninjau kembali penguasaan materi pokok dengan merangkum dan

menyimpulkan hasil pembelajaran serta melakukan evaluasi. Menurut Alma, B. dkk.

(2009) menutup pelajaran juga menuntut keterampilan tersendiri. Hal ini agar

pertemuan tatap muka dalam kegiatan belajar mengajar menhasilkan kesan sosial

psikologis yang positif bagi siswa. Hal yang dapat dilakukan guru antara lain:

memberikan penekanan kembali pentingnya bahan yang diberikan, secara ringkas;

penguatan untuk tetap mempertahankan kondisi belajar, dan ekspektasi.

Keterampilan bertanya dan menjawab guru-guru biologi yang telah lulus

sertifikasi sudah baik. Namun keterampilan tersebut harus ditingkatkan.

Keterampilan bertanya sangat penting dikuasai guru untuk memancing jawaban,

komentar, dan pemahaman dari peserta didik. menjawab pertanyaan masih perlu

ditingkatkan. Ada tiga hal penting dalam keterampilan bertanya, yaitu: pausing

(memberi jeda), prompting (mendorong), dan probing (menyelidik/menuntun).

Pausing bertujuan untuk: memberikan kesempatan berfikir mencari jawaban.

Prompting dilakukan guru jika pertanyaan yang diajukan dirasakan “sulit” oleh

siswa. Jadi guru perlu melakukan prompting dengan cara memberikan informasi

tambahan agar siswa dapat menjawab atau mengubah pertanyaan dalam bentuk lain.

Probing dilakukan karena belum memperoleh jawaban yang memuaskan. Selain itu,

menurutAlma B. dkk. (2009) ada tiga aspek di dalam ketrampilan bertanya, yaitu: 1)

clear and brief, clarity and brevity (jelas dan singkat); 2) directing or distributing

questions (pertanyaan harus diarahkan ke seluruh kelas); 3) redirecting the question

(menjawab satu per satu).

Ketrampilan pemberian penguatan yang dilakukan guru biologi yang telah

lulus sertifikasi di SMA Banda Aceh sudah baik (100 %). Namun perlu peningkatan.

Pemberian penguatan (reinforcement) terhadap karya yang dilakukan siswa sangat

diperlukan dalam proses pembelajaran. Tujuannya adalah untuk meningkatkan

perhatian siswa, membangkitkan dan mempertahankan motivasi, dan mengarahkan

kepada cara berpikir yang baik dan inisiatif pribadi. Komponen ketrampilan

reinforcement dapat berupa: verbal reinforcement (pujian dalam bentuk kata-kata),

gestural reinforcement (pujian melalui senyum, tepuk tangan, atau anggukan),

proximity reinforcement (misal berjalan mendekati), contact reinforcement (missal

tepuk bahu, jabat tangan), activity reinforcement (memimpin permainan, membagi

bahan), dan token reinforcemet (pemberian hadiah).

Pada pelaksanaan evaluasi, sebanyak 83,3% guru menyatakan sering

melaksanakan evaluasi dengan berbagai cara (teknik). bentuk evaluasi yang

dilakukan guru antara lain mendemonstrasikan keterampilan, mengeksplorasi

pendapat peserta didik sendiri, serta memberikan soal-soal, baik dalam bentuk lisan

maupun dalam bentuk tulisan. Selain itu guru juga menganalisis hasil evaluasi

tersebut. Hal ini bertujuan agar guru bisa menentukan tingkat ketuntasan belajar yang

telah dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu guru juga

melakukan penilaian kelas pada peserta didik. Penilaian ini bertujuan untuk

memperbaiki kekurangan peserta didik dalam pembelajaran.

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses pengumpulan,

pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan

prinsip-prinsip penilaian berkelanjutan, otentik, akurat, dan konsisten dalam kegiatan

pembelajaran di bawah kewenangan guru di kelas. PBK mengidentifikasi pencapaian

kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas

tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar

siswa dan pelaporan. Bila selama dekade terakhir ini keberhasilan belajar siswa

hanya ditentukan oleh nilai ujian akhir, maka dengan diberlakukannya PBK hal itu

tidak terjadi lagi. Naik atau tidak naik dan lulus atau tidak lulus siswa sepenuhnya

menjadi tanggung jawab guru (sekolah) berdasarkan kemajuan proses dan hasil

belajar siswa di sekolah bersangkutan. Dalam hal ini kewenangan guru menjadi

sangat luas dan menentukan. Karenanya, peningkatan kemampuan profesional dan

integritas moral guru dalam PBK merupakan suatu keniscayaan, agar terhindar dari

upaya manipulasi nilai siswa. PBK menggunakan arti penilaian sebagai

“assessment”, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan

informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan

pembelajaran. Data atau informasi dari penilaian di kelas ini merupakan salah satu

bukti yang digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan. PBK

merupakan bagian dari evaluasi pendidikan karena lingkup evaluasi pendidikan

secara umum jauh lebih luas dibandingkan PBK.. Sebanyak 86,7% guru menyatakan

sering mengadakan penilaian kelas pada peserta didik, penilaian dilaksanakan

melalui berbagai cara, seperti tes tertulis, penilaian hasil kerja melalui kumpulan

lembar kerja siswa (LKS), karya peserta didik (makalah/paper) serta penilaian unjuk

kerja (tampilan) peserta didik. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan,

bahwa pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang dilakukan guru biologi yang telah

lulus sertifikasi di SMA Negeri Banda Aceh sudah baik, baik sebelum memulai

proses pembelajaran maupun pada akhir pembelajaran. Perlu diketahui, jika guru

melakukan PBK dapat dilakukan dalam keadaan resmi maupun tidak resmi, di dalam

atau di luar kelas, menggunakan waktu khusus atau tidak. Misalnya untuk penilaian

aspek sikap/nilai dengan tes atau non tes atau terintegrasi dalam seluruh kegiatan

pembelajaran (di awal, tengah, dan akhir). Di sekolah sering digunakan istilah tes

untuk kegiatan PBK dengan alasan kepraktisan, karena tes sebagai alat ukur sangat

praktis digunakan untuk melihat prestasi siswa dalam kaitannya dengan tujuan yang

telah ditentukan, terutama aspek kognitif. Dengan dilaksanakannya PBK diharapkan

dapat: a).Memberikan umpan balik bagi siswa mengenai kemampuan dan

kekurangannya, sehingga menumbuhkan motivasi untuk memperbaiki prestasi

belajar pada waktu berikutnya; b).Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan

belajar siswa, sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk

memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan perkembangan, kemajuan dan

kemampuannya; c).Memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki program

pembelajarannya di kelas apabila terjadi hambatan dalam proses pembelajaran;

d).Memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan, walaupun

dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda antara masing-masing individu; e)

Memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang

efektivitas pendanaan, sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang

pendidikan secara serius dan konsekwen.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru juga selalu membimbing

peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, seperti, les, dan pratikum. Hal ini dapat

dilihat dari persentase guru sebanyak 76,7% menyatakan sering membimbing

peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mendorong

peserta didik mencapai prestasi secara optimal. Dalam membimbing dan

memberikan bantuan terhadap masalah pelajaran, seorang guru tidak harus

menunggu anak didik untuk bertanya.

Hasil penelitian menyatakan bahwa kompetensi pedagogik guru biologi yang

telah lulus sertifikasi di SMA Negeri di Banda Aceh pada umumnya sudah baik. Hal

ini dapat dilihat dari beberapa aspek pedagogik yang telah dilakukan seperti

pemahaman terhadap peserta didik 88.3%, rencana pelaksanaan pembelajaran 89,2%,

evaluasi hasil belajar 83,3%, dan pengembangan peserta didik 76,7%. Namun,

diantara aspek-aspek kompetensi pedagogik tersebut, terdapat satu aspek yang dinilai

masih relatif kurang baik dalam pelaksanaannya yaitu pemanfaatan teknologi

pembelajaran 45%, yakni penggunaan media, khususnya media pembelajaran

berbasis teknologi informasi dan komunikasi, hal tersebut disebabkan karena media

pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi di dalam menunjang

pembelajaran di kelas belum lengkap, guru belum terampil dalam menggunakan

media-media pembelajaran tersebut, sehingga pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi belum dapat digunakan secara optimal.…MMMMMm………

Terkait dengan rendahnya aspek pemanfatan teknologi pembelajaran yang

baru mencapai 45 %, maka, pemerintah harus terus memperbaiki, terutama

melengkapi laboratorium ICT sekolah, sehingga proses belajar mengajar menjadi

lebih baik. Menurut Kepmendikbud No. 053/U/2001 tentang Standar Pelayanan

Minimal (SPM), sekolah harus memiliki persyaratan minimal untuk

menyelenggarakan pendidikan dengan serba lengkap dan cukup seperti, luas lahan,

perabot lengkap, peralatan/laboratorium/media, infrastruktur, sarana olahraga, dan

buku rasio 1:2. Kehadiran Kepmendiknas itu dirasakan sangat tepat karena dengan

keputusan ini diharapkan penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak “kebablasan

cepat” atau “keterlaluan tertinggal” di bawah persyaratan minimal sehingga kualitas

pendidikan menjadi semakin terpuruk. Selanjutnya, UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal

45 ayat (1) berbunyi, setiap satuan pendidikan menyediakan sarana dan prasarana

yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan

perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan

peserta didik.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Kompetensi pedagogik guru biologi yang telah lulus sertifikasi di SMA Negeri

Banda Aceh pada umumnya sudah baik, terutama pada aspek-aspek pedagogik

seperti pemahaman terhadap peserta didik (88,3%), rencana pelaksanaan

pembelajaran (89,2%), evaluasi hasil belajar (83,3%), dan pengembangan peserta

didik (76,7%).

2. Pada aspek pemanfaatan teknologi pembelajaran (45%) dinilai masih kurang baik,

hal ini disebabkan karena sebagian besar guru tidak mampu menggunakan dan

mengoprasikan media khususnya media berbasis teknologi informasi dan

komunikasi.

SARAN

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, maka saran yang ingin disampaikan

yaitu:

1. Guru hendaknya dilatih tentang pemanfaatan teknologi pembelajaran (ICT)

2. Guru diharapkan berperan aktif dalam meningkatkan pengetahuan dan

kompetensi mengajar, sehingga kemampuan guru dalam proses pembelajaran

dapat terus ditingkatkan.

3. Guru harus selalu bekerja dengan tekun dan selalu berusaha meningkatkan

pengetahuan, wawasan, ketrampilannya untuk mendukung latar belakang

pendidikan.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmad, R. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Alma, B.. Hari M., Girang R., dan Lena N.S., 2009. Guru Profesional (Menguasai

Metode dan Terampil Mengajar). Alfabeta, Bandung.

Anonymous. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang

Guru dan Dosen.

___________. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional

___________ Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008

Tentang Guru

. 2009. Teknik Penilaian Di Dalam Proses Pembelajaran, (Online)

http://id.wikipedia.org/wiki/TaksonomiBloom/2008/12/Evaluasi-Belajar.jpg,

diakses 11 April 2010.

. 2010. Pengembangan Potensi Peserta Didik Di Sekolah. (Online)

http://deean126.Blogspot.com/2010/1/7.archive.html, diakses 11 april 2010.

Azzet, A.M. 2011. Menjadi Guru Favorit. Ae-Ruzz Media, Yogyakarta.

BSNP. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16

Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Kunandar. 2009. Guru Profesional. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muslich, M. 2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta:

PT. Bumi Aksara.

Nasir, U. 2007. Manajemen Peningkatan Kinerja Guru. Bandung: Mutiara Ilmu.

Sagala, Sy. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta, Bandung.

Soyomukti, N 2010. Perdidikan Berperspektit Globalisasi. Ar-Ruzz Media,

Yokyakarta.

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Sukmadinata, S. N. 2005. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yoggyakarta: Adicita

Karya Nusantara.

Tilaar, H.A.R. 2009. Membenahi Pendidikan Nasional (edisi 2). Rineka Cipta,

Jakarta.

Usman, M.U. 2010. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya, Bandung.