kompetensi kepribadian

37
MAKALAH ILMU PENDIDIKAN USAHA MEMPERBAIKI KUALITAS MENGAJAR YANG MENDIDIK GURU MELALUI OPTIMALISASI PERAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU Kelompok : SRI WAHYU (12501244034) M. AFIF AMALUL A. (12501244035) ABROR FITRIYANTO (12501247001) ADIT BUDIANTO (12501247002) ALPAN IRPANDI (12501247003) HADI HIKMARISANTO (12501247004) HANA STEVANI (12501247005) RONI TRI H. (12501247006) FATHIMAH AHMAD (12501247007) I.G.A. PT. KRISMAWATI (12501249001) I. KT. TELIK SETYAWAN (12501249002)

Upload: roni-tri-h

Post on 12-Dec-2014

150 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kompetensi Kepribadian

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN

USAHA MEMPERBAIKI KUALITAS MENGAJAR YANG MENDIDIK

GURU MELALUI OPTIMALISASI PERAN KOMPETENSI

KEPRIBADIAN GURU

Kelompok :

SRI WAHYU (12501244034)M. AFIF AMALUL A. (12501244035)ABROR FITRIYANTO (12501247001)ADIT BUDIANTO (12501247002)ALPAN IRPANDI (12501247003)HADI HIKMARISANTO (12501247004)HANA STEVANI (12501247005)RONI TRI H. (12501247006)FATHIMAH AHMAD (12501247007)I.G.A. PT. KRISMAWATI (12501249001)I. KT. TELIK SETYAWAN (12501249002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTROJURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2012

Page 2: Kompetensi Kepribadian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru wajib memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan

rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional, yaitu terselenggaranya pendidikan yang berkualitas bagi setiap warga

negara. Pendidikan yang berkualitas ini dapat terwujud melalui komitmen

serta upaya meningkatkan pendidikan yang dilakukan secara terus-menerus

dan berkelanjutan.

Guru sebagai pengajar berperan dalam merencanakan dan

melaksanakan pembelajaran. Oleh sebab itu guru dituntut untuk menguasai

seperangkat pengetahuan dan keterampilan mengajar. Guru sebagai

pembimbing diharapkan dapat memberikan bantuan kepada siswa dalam

memecahkan masalah yang dihadapi. Peranan ini termasuk ke dalam aspek

pendidik sebab tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga

mendidik untuk mengalihkan nilai-nilai kehidupan. Hal tersebut menjelaskan

bahwa tujuan pendidikan adalah sikap yang mengubah tingkah laku peserta

menjadi lebih baik. Guru sebagai administrator kelas berperan dalam

pengelolaan proses belajar mengajar di kelas. Guru merupakan komponen

penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan nasional. Guru yang

berkualitas, profesional dan berpengetahuan, tidak hanya berprofesi sebagai

Page 3: Kompetensi Kepribadian

pengajar, namun juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai

dan mengevaluasi peserta didik.

Nilai-nilai kehidupan yang mengubah tingkah laku peserta didik agar

menjadi lebih baik berasal dari kepribadian yang dimiliki peserta didik.

Perkembangan kepribadian individu dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,

diantaranya faktor hereditas dan faktor lingkungan. Faktor hereditas yang

dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian individu antara lain: bentuk

tubuh, cairan tubuh, dan sifat-sifat yang diturunkan dari orang tua. Sedangkan

faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian

individu antara lain adalah lingkungan rumah, sekolah dan kebudayaan

masyarakat.

Meskipun kepribadian seseorang relatif konsisten, namun dalam

kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan

mungkin terjadi. Perubahan kepribadian terjadi pada umumnya lebih

dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik. Faktor-faktor

gangguan fisik dapat menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian, seperti:

gangguan otak, kurang gizi, mengkonsumsi obat-obat terlarang, minum keras,

dan gangguan organik (sakit atau kecelakaan). Faktor lingkungan sosial

budaya, seperti: pendidikan, krisis politik, ekonomi, dan keamanan yang

menyebabkan terjadinya masalah pribadi (stres, depresi), dan masalah sosial

(pengangguran, premanisme, dan kriminalitas). Faktor diri sendiri, seperti:

tekanan emosional (frustasi yang berkepanjangan), dan identifikasi atau

imitasi terhadap orang lain yang berkepribadian menyimpang.

Perubahan kepribadian dapat terjadi pada siapa saja, baik guru maupun

peserta didik. Perubahan kepribadian dapat berkembang karena disebabkan

oleh faktor lingkungan yang kurang baik, maka sebagai usaha pencegahan

(preventif), seyogyanya pihak keluarga (orang tua), sekolah (guru dan staf

sekolah lainnya) dan pemerintah perlu senantiasa bekerja sama untuk

menciptakan iklim lingkungan yang memfasilitasi atau memberikan

kemudahan untuk mengembangkan potensi atau tugas-tugas

perkembangannya secara optimal, baik menyangkut fisik, psikis, sosial, dan

Page 4: Kompetensi Kepribadian

moral-spiritual. Faktor yang cenderung memiliki sifat berubah-ubah dan

sangat kuat pengaruhnya terhadap kepribadian adalah faktor lingkungan,

misalnya lingkungan sekolah. Di dunia pendidikan, sekolah merupakan

fasilitas yang memberikan kemudahan untuk mengembangkan potensi dan

perkembangan kepribadian secara optimal.

Sekolah merupakan lingkungan baru bagi anak. Tempat bertemunya

ratusan anak dari berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda, baik

status sosial maupun agamanya. Di sekolah anak akan terwarnai oleh berbagai

corak pendidikan, kepribadian dan kebiasaan, yang dibawa masing-masing

anak dari lingkungan dan kondisi rumah tangga yang berbeda-beda.

Begitu juga para pendidik berasal dari berbagai latar belakang

pemikiran dan budaya serta kepribadian. Seorang pendidik merupakan figur

dan tokoh yang menjadi panutan para siswa dalam mengambil semua nilai dan

pemikiran tanpa memilah antara yang baik dengan yang buruk. Karena para

siswa memandang guru adalah sosok yang disanjung, didenar dan ditiru,

sehingga pengaruh guru sangat besar terhadap kepribadian dan pemikiran

siswa. Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi kepribadian yang

matang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Apa yang mempengaruhi kualitas mengajar seorang pendidik?

2. Bagaimana Optimalisasi kompetensi kepribadian bagi seorang pendidik?

3. Bagaimana hubungan kualitas mengajar dengan kompetensi kepribadian?

C. Batasan Masalah

Agar penulisan makalah ini dapat maksimal dan tidak melebar, serta

sesuai dengan substansinya maka penulis membatasi permasalahan pada

perbaikan kualitas mengajar pada optimalisasi kompetensi kepribadian.

Page 5: Kompetensi Kepribadian

D. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan yang diinginkan penulis dari penyusunan makalah ini

adalah:

1. Menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan.

2. Menjadi bekal bagi calon guru khususnya mahasiswa Pendidikan Teknik

Elektro untuk meningkatkan mutu kepribadian peserta didik.

3. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

4. Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri dan mengembangkan diri

secara mandiri dan berkelanjuatan.

Page 6: Kompetensi Kepribadian

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kualitas Mengajar

Arti dasar dari kata kualitas menurut Dahlan Al-Barry dalam Kamus

Modern Bahasa Indonesia adalah “kualitet” = “mutu” yaitu baik buruknya

barang. Seperti halnya yang dikutip oleh Quraish Shihab yang mengartikan

kualitas sebagai tingkat baik buruk sesuatu atau mutu sesuatu.

Mengajar adalah suatu aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan

yang terdiri dari pendidikan dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam

melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan

pengajaran tercapai.

Jadi kualitas mengajar adalah kualitas baik buruk suatu interaksi dari

sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidikan dan peserta didik dalam

melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan belajar

tercapai.

Kualitas mengajar dapat tercapai apabila seorang guru profesional

dalam melakukan tugasnya. Menurut Kunandar (2007: 46) profesionalisme

guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan

kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan

pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu, guru yang

profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk

melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.

Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan

bahwa guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimal S1 dan

D-IV dan memiliki empat standar kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik,

kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

B. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang mantap, stabil,

dewasa, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik dan

Page 7: Kompetensi Kepribadian

berakhlak mulia. Menurut Permendiknas No. 16/2007, kemampuan dalam

standar kompetensi ini mencakup lima kompetensi utama yakni: 1) Bertindak

sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional

Indonesia, 2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,

dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, 3)Menampilkan diri sebagai

pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, 4) Menunjukkan

etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa

percaya diri, dan 5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan

kebudayaan nasional Indonesia.

Norma adalah seperangkat ukuran yang berasal dari nilai-nilai

tertentu yang menjadi dasar untuk menentukan baik buruknya perilaku

manusia. Norma bersumber dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat,

seperti norma agama, norma adat istiadat, atau norma hukum. Mengapa

guru dituntut untuk bertindak sesuai dengan norma-norma tersebut, karena

guru senantiasa berurusan dengan nilai-nilai, sehingga kehidupan guru

haruslah merupakan perwujudan dari nilai-nilai itu.

Norma agama adalah petunjuk hidup yang berasal dari tuhan yang

disampaikan melalui utusan-Nya yang berisi perintah, larangan dan

anjuran-anjuran. Pelanggaran norma agama mendapatkan sanksi secara

tidak langsung, artinya pelanggarnya baru akan menerima sanksinya nanti

di akhirat berupa siksaan di neraka. Contoh-contoh norma agama ialah:

a. Rajin beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan berdoa sebelum

makan, sebelum tidur, sebelum perjalanan, sebelum belajar, sebelum

memasuki tempat ibadah, dll.

b. Mencegah dan tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama.

c. Mengimani adanya tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaan

masing-masing.

Norma hukum adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga-

lembaga tertentu, misalnya pemerintah, sehingga dengan tegas dapat

Page 8: Kompetensi Kepribadian

melarang serta memaksa orang untuk dapat berperilaku sesuai dengan

keinginan pembuat peraturan itu sendiri. Pelanggaran terhadap norma ini

berupa sanksi denda sampai hukuman fisik (dipenjara, hukuman mati).

Ciri-ciri norma hukum adalah :

a. Aturannya pasti (tertulis)

b. Mengikat semua orang

c. Memiliki alat penegak peraturan

d. Dibuat oleh penegak hukum

e. Bersifat memaksa

f. Sanksinya berat

Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan

perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu.

Norma sosial akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan

sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma

sosial menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam

menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat

bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai

dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun

agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung

tertib sebagaimana yang diharapkan.

Kebudayaan Nasional Indonesia berdasarkan pancasila adalah

perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan

keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat

dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan

dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan

bangsa. Wujud kebudayaan daerah di Indonesia tercermin dalam berbagai

aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah

memiliki ciri khas kebudayaan yang berbeda dikarenakan sukunya yang

berbeda-beda. Contohnya: rumah adat, tarian, lagu, musik, gambar, patung,

pakaian, suara, dll.

Page 9: Kompetensi Kepribadian

Bertindak sebagai norma agama, norma hukum dan norma sosial

serta Kebudayaan Nasional Indonesia mengharuskan guru untuk satu

dalam kata dan perbuatan. Apa yang diajarkan kepada murid haruslah

menjadi sikap dan cara hidupnya yang selalu diterapkan secara konsisten.

Guru tidak hanya bekerja mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga

menjadi pemberi teladan nilai-nilai moral yang dianut oleh masyarakat.

Guru harus menjadi garda terdepan dalam teladan moral yang tercermin

dalam sikap, perilaku, dan cara hidupnya. Karakter inilah yang

menyebabkan guru dianggap sebagai sebuah tugas yang istimewa dan

mulia di mata masyarakat.

Dalam kaitan dengan guru Indonesia, segala sikap, tutur kata dan

tindakannya menjadi cerminan dari kesetiaan penghayatannya terhadap

nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila sebagai sumber dari

segala norma kehidupan bangsa indonesia. Karena itu guru Indonesia

adalah guru yang Pancasilais. Artinya guru yang senantiasa menjunjung

tinggi nilai-nilai religiusitas melalui penghayatan terhadap ajaran-ajaran

agama yang dianutnya; nilai-nilai kemanusiaan yang menempatkan

martabat manusia dan keluhurannya sebagai salah satu keutamaan; nilai

kebersamaan dalam persatuan dan kesatuan bangsa dengan menjunjung

tinggi dan menghormati kedaulatan NKRI; nilai demokrasi yang

mengedepankan musyawarah untuk mencapai kesepakatan, dan nilai

keadilan sosial yang bertindak pada seluruh bangsa Indonesia tanpa

membedakan latar belakang agama, etnis, kebudayaan, jenis kelamin, dan

sebagainya.

Kemampuan ini memang membutuhkan waktu dan proses

pembentukan yang panjang, karena berkaitan erat dengan pembentukan

karakter sebagai seorang guru. Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan

Nasional telah mewariskan karakter ini melalui semboyan-semboyannya:

Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri

Handayani.

Page 10: Kompetensi Kepribadian

Tugas guru menjadi penjaga bagi sikap dan perilaku masyarakat

dalam kaitan dengan pelaksanaan norma-norma yang ada. Maka guru

hendaknya menjadi sumber pencerahan bagi terlaksananya norma-norma

dalam kehidupan di sekolah dan masyarakat. Guru harus berani untuk

menyuarakan kebenaran dan keadilan yang bersumber dari nilai dan

norma-norma yang dianut.

Tugas ini tentu saja tidak mudah, terutama di tengah semakin

merosotnya peran guru dalam kehidupan masyarakat di satu pihak dan

semakin merajalelanya perilaku hidup elit masyarakat atau pemerintah

yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di pihak lainnya.

Akibat dari pergeseran pandangan tentang profesi guru, masyarakat juga

semakin merasakan pengaruh dari kehidupan guru sebagai pilar penegak

norma-norma yang menjadi suluh bagi masyarakat.

Implikasi dari kemampuan ini adalah bagaimana guru menjaga

disiplin dan aturan serta menerapkan secara konsisten dalam interaksi

pembelajaran di sekolah. Untuk mewujudkan ini maka guru haruslah orang

yang memiliki disiplin dan ketaatan terhadap peraturan yang ada di

sekolah. Disiplin waktu misalnya mengharuskan guru untuk tertib waktu

dan tidak boleh terlambat sekolah. Selanjutnya terkait dengan displin

dalam berpakaian, guru hendaknya menunjukkan teladan dengan

mengenakan pakaian yang rapi, bersih dan pantas. Dalam menjaga

kebersihan sekolah, guru juga harus menunjukkan teladan dengan

membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan kelas, rapih, dan

bebas dari berbagai macam sampah atau kotoran. Disiplin berbicara juga

mengharuskan guru untuk berbicara secara santun, ramah, dan baik denagn

siswa maupun dengan rekan sejawat.

2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan

teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

Tugas guru sebagai seorang pribadi profesional juga harus nampak

dalam eksistensi dirinya sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan

menjadi suri teladan bagi siswa dan masyarakat.

Page 11: Kompetensi Kepribadian

Jujur berarti keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada.

Menjadi pribadi yang jujur berarti berani untuk mengakui kekurangan dan

kelemahannya serta bersedia untuk memperbaiki diri. Guru memang

bukanlah seseorang yang bisa dalam segala hal, tetapi juga memiliki

keterbatasan-keterbatasan tertentu dalam sikap, perilaku atau kemampuan-

kemampuan yang dimilikinya. Karena itu guru harus terbuka juga terhadap

masukan, kritik atau saran, serta bersedia mendengarkannya dengan hati

yang lapang. Guru harus juga menyadari bahwa siswa sebagai individu

yang unik, dapat menjadi sumber untuk belajar tentang kehidupan. Seorang

guru dapat berkembang menjadi semakin profesional apabila senantiasa

belajar dalam pergaulan dan interaksinya dengan siswa. Guru bisa

melengkapi kekurangan-kekurangannya melalui interaksi pedagogis

dengan para siswa.

Tuntutan untuk menjadi pribadi yang jujur harus dimulai dari diri

sendiri. Jujur terhadap diri sendiri adalah kunci bagi keberhasilan hidup

dan juga kenyamanan dalam berkarya. Jujur terhadap diri sendiri berarti

berlaku autentik, bertindak sesuai dengan hati nurani dan bersedia untuk

“diadili” oleh hati nurani apabila melakukan kesalahan-kesalahan atau

bertindak tidak sesuai dengan kata hati. Untuk dapat melakukan hal ini

maka dibutuhkan kemampuan guru untuk terus-menerus melakukan

refleksi terhadap segala sikap, perilaku, dan perbuatan-perbuatan yang

dilakukan baik dalam kehidupannya sebagai manusia maupun dalam tugas

pengabdiannya sebagai seorang pendidik. Guru harus berani menolak atau

bahkan melawan kecurangan, kelicikan, atau praktik-praktik kotor yang

sering dijumpai dalam tugasnya sebagai pendidik.

Akhlak Mulia adalah seluruh perilaku umat manusia yang sesuai

dengan tuntunan agama. Secara garis besar akhlak mulia dapat

dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu:

a. Akhlak kepada tuhan

Akhlak mulia kepada tuhan berarti mengikuti seluruh perintah dan

menjauhi larangan-Nya.

Page 12: Kompetensi Kepribadian

b. Akhlak kepada ciptaan tuhan.

Akhlak mulia kepada ciptaan tuhan meliputi segala perilaku, sikap,

perbuatan, adab dan sopan santun terhadap sesama ciptaan Tuhan.

Guru harus menampilkan diri sebagai pribadi yang memiliki akhlak

yang mulia sehingga dapat menjadi sumber teladan bagi siswa maupun

masyarakat. Berakhlak mulia berarti guru harus menampilkan sikap dan

perilaku yang terpuji, mengedepankan sopan santun dan tata krama dan

menjauhkan perilaku-perilaku yang buruk. Hendaknya sikap dan perilaku

guru jangan sampai skandal bagi pembentukan moral siswa. Karena itu

harus menjadi pribadi yang bermoral atau memiliki keteladanan moral,

tahu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta selalu

memilih untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang tidak

bertentangan denagn harkat dan martabatnya sebagai pendidik dan pemberi

terang kepada siswa dan masyaakat sekitar.

Guru merupakan seorang individu yang bermakna bagi siswa. Guru

menjadi model yang memperhatikan sikap dan perilaku yang pantas

dicontohi. Itu sebabnya guru dikatakan digugu dan ditiru karena

karakternya sebagai pemberi teladan. Nilai-nilai yang diajarkan guru tidak

hanya sekedar berwujud kata-kata kosong tetapi lebih dari itu harus

menggema dan terpancar dalam sikap dan cara hidup guru itu sendiri.

Ketika guru mengajarkan sikap dan perilaku yang baik dan berbudi pekerti

luhur, maka semua itu menjadi berdaya guna dan mempengaruhi sikap dan

perilaku siswa bila apa yang diajarkannya itu nyata juga dalam sikap dan

cara hidupnya. Inilah keutamaan yang luar biasa dalam diri guru.

3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,

dan berwibawa.

Guru juga haruslah individu yang memiliki pribadi yang stabil

secara emosional sehingga mampu membimbing siswa secara efektif. Hal

ini memprasyaratkan bahwa guru setidak-tidaknya harus memiliki

kecerdasan emosional yang cukup. Kecakapan dan kemampuan yang

Page 13: Kompetensi Kepribadian

dimilikinya baik pedagogik maupun keilmuan belumlah cukup apabila

tidak dibarengi dengan kestabilan emosional guru.

Menjadi pribadi yang matang secara emosional berarti guru

haruslah mampu mengendalikan diri, hawa nafsu, dan kecenderungan-

kecenderungan tertentu yang dimilikinya. Berhadapan dengan siswa yang

berasal dari berbagai macam latar belakang, watak dan karakter, guru

haruslah dapat menempatkan diri, mengelola diri dan emosinya sehingga

dapat berinteraksi secara efektif dengan siswa. Tidak jarang memang

ditemukan bahwa ada guru yang tidak dapat menahan emosinya

berhadapan dengan siswa yang nakal, bandel, tidak disiplin, bahkan siswa

yang mungkin memiliki keterbatasan kemampuan sehingga lamban dalam

belajar.

Guru yang labil secara emosional tidak jarang melakukan

kekerasan-kerasan kepada para siswa. Terdapat empat bentuk kekerasan

yang bisa saja terjadi di sekolah, yang diantaranya dapat dilakukan oleh

guru, yakni:

a. Hukuman fisik dan psikologis

b. Bullying

c. Kekerasan berbasis gender dan jenis kelamin

d. Kekerasan eksternal akibat dari pengaruh geng, situasi konflik atau

juga penembakan.

Dari beberapa jenis kekerasan tersebut, hukuman fisik dan

psikologis adalah yang paling sering dilakukan oleh guru terhadap para

siswa. Hukuman fisik adalah setiap jenis hukuman yang menggunakan

kekuatan fisik yang dimaksudkan untuk menyebabkan rasa sakit atau tidak

menyenangkan. Jenis hukuman semacam ini yang sering ditemukan dalam

latar pendidikan adalah: menendang, memukul, menjambak rambut,

menjewer telinga, memelintir tangan, mencekik, atau memaksa siswa

untuk berada dalam posisi yang tidak nyaman (misalnya berlutut,

mengangkat kaki sebelah, berjemur di terik matahari dsb). Sementara itu

hukuman psikologis adalah bentuk hukuman yang memberikan rasa tidak

Page 14: Kompetensi Kepribadian

nyaman dalam diri siswa secara psikologis sehingga mereka merasa

tertekan, terancam, atau bahkan mengalami ketakutan. Jenis hukuman ini

tidak menggunakan kontak fisik secara langsung tetapi melalui ungkapan-

ungkapan verbal atau non verbal seperti cemoohan, gertakan, ancaman,

omelan, makian, sinisme, atau juga penggunaan kata-kata kasar sehingga

menyebabkan siswa merasa terluka secara psikologis dan merasa tidak

nyaman.

Jenis-jenis hukuman seperti itu maka dapat mengakibatkan reaksi

serius terhadap kesehatan mental dan fisik siswa. Jenis hukuman semacam

itu juga membawa dampak pada rendahnya keterampilan sosial siswa,

timbulnya depresi, kecemasan, perilaku agresif, dan bahkan kurangnya rasa

empati kepada orang lain. Hukuman fisik juga dapat memperburuk

hubungan guru siswa sehingga dapat menjadi halangan yang serius

terhadap proses pembelajaran di sekolah.

Guru harus mengedepankan manajemen konflik dan manajemen

diri yang baik sehingga bisa berinteraksi dengan siswa. pendekatan-

pendekatan humanistik yang mengedepankan pemberian tanggungjawab

dan kepercayaan kepada para siswa harus menjadi pedoman dalam

berinteraksi dengan siswa. Menurut sudut pandang ini, dalam melihat

siswa hendaknya guru tidak menggunakan kacamata orang dewasa tetapi

melihat siswa dari sudut pandang siswa sehingga ia mampu memahami

mereka sebagaimana adanya. Tidak berarti bahwa dengan demikian, guru

harus merativisir berbagai nilai dan norma yang berlaku tetapi melalui

bimbingan dan tuntutan yang terus menerus diharapkan, siswa juga dapat

menyesuaikan diri dengan sikap dan perilaku hidup orang dewasa serta

nilai dan norma yang dihayati oleh orang dewasa.

Emosi adalah daya insan yang menggerakkan segenap perilaku

manusia, namun demikian harus dikelola sedemikian rupa sehingga dapat

terarah kepada sikap dan perilaku yang positif. Menurut kaum humanis,

emosi yang dikemukakan secara jujur dapat menjadi modal ampuh untuk

membangun hubungan baik dengan orang lain. Karena itu emosi harus

Page 15: Kompetensi Kepribadian

diekspresikan secara jujur. Misalnya ketika guru marah kepada siswa

karena tingkah lakunya yang tidak disiplin atau melanggar aturan di kelas,

guru dapat mengatakan melalui ungkapan verbal, “Maaf saya merasa

sanggat terganggu dengan sikap dan perilaku Anda” atau, “Saya sulit untuk

menyesuaikan diri dengan anda bila anda tetap bersikap atau berperilaku

semacam itu”

Agar berhasil mengelola emosi, sehingga guru dapat menampilkan

pribadinya yang stabil dan mantap maka kecerdasan emosi nampaknya

sangat bermanfaat. Memiliki kecerdasan intelektual saja bagi guru tidaklah

cukup, karena itu guru harus memiliki kecerdasan emosi yang baik.

Melalui kecerdasan emosi, guru dapat mengenali emosinya secara baik,

mengelolanya, dan menggunakannya secara tepat.

Guru juga harus menampilkan diri sebagai pribadi yang berwibawa.

Wibawa adalah pengaruh tertentu yang timbul dari dalam diri seseorang

pendidik atau orang dewasa dan dirasakan oleh orang lain sehingga

menyebabkan orang lain memberikan rasa hormat atau penghargaan

kepadanya. Dalam pedagogi tradisional pendidikan dalam arti

sesungguhnya baru dimulai ketika anak mengenal adanya kewibawaan atau

pengaruh tertentu dalam diri pendidik sehingga anak merasa taat atau

hormat terhadapnya. Dengan demikian maka kewibawaan adalah

keutamaan yang dimiliki oleh pendidik yang menyebabkan segala

perkataan dituruti oleh anak.

Menjadi pribadi yang berwibawa tidak berarti guru haruslah gila

hormat menghormati atau penghargaan yang diberikan siswa kepada guru

bersumber dari pancaran kepribadiannya yang mulia. Keteladanan guru

sekaligus menjadi sumber kewibawaannya. Karena itu guru dihormati atau

ditaati bukan karena posisi dan jabatannya sebagai guru melainkan karena

pribadinya yang memperhatikan keutamaan-keutamaan dan nilai-nilai yang

dihayati. Pancaran nilai yang tercermin dalam sikap dan perilaku guru

itulah yang menjadi daya tarik dan kekuatan bagi guru sehingga guru

dihormati dan disegani oleh para siswa.

Page 16: Kompetensi Kepribadian

4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga

menjadi guru, dan rasa percaya diri.

Guru profesional adalah guru yang memiliki etos kerja yang tinggi

dan bertanggung jawab terhadap tugas dan pekerjaannya. Etos kerja

tercermin dalam sikap yang positif terhadap pekerjaan, kesetiaan dan

dedikasi dalam tugas dan pelayanannya serta kesediaan untuk

melaksanakan tugas dengan penuh rasa taggung jawab.

Guru yang memiliki etos kerja yang tinggi selalu menjunjung tinggi

semangat pengabdian tanpa pamrih. Guru mengedepankan kewajiban-

kewajiban yang harus dipenuhi dan mengutamakan pelayanan prima

kepada siswa atau pihak-pihak lain yang membutuhkannya. Etos kerja

tercermin dalam kedisiplinan dan ketaatannya dalam bekerja, keberanian

mengambil tanggungjawab dan kesediaan melakukan inovasi-inovasi yang

bermanfaat bagi perkembangan siswa maupun bagi peningkatan mutu

pendidikan secara keseluruhan.

Guru yang bertanggung jawab adalah guru yang setia kepada tugas

yang diembannya yakni tugas dalam mengajar, membimbing dan

mendampingi siswa. guru tidak hanya mengutamakan tuntutan-tuntutan

administrasi birokrasi tetapi lebih dari fokus kesetiaannya adalah

bagaimana kebutuhan-kebutuhan siswa terpenuhi melalui pelayananan

yang tanpa pamrih. Guru berani bertanggungjawab terhadap keputusan-

keputusan profesional yang dilakukannya yang dilandasi pertimbangan-

pertimbangan etis dan rasional.

Guru profesional juga harus memiliki kebanggan terhadap

profesinya. Kebanggaan terhadap profesi ini ditunjukkan dengan

melakukan pekerjaan-pekerjaan lain sebagai sarana untuk mendapatkan

penghasilan tambahan. Ketika seseorang memilih untuk menjadi guru,

maka profesi ini sudah menjadi panggilan hidupnya. Karena itu pekerjaan-

pekerjaan lain yang tidak menunjang perkembangan profesionalisme

haruslah dikesampingkan. Menulis buku bagi seorang guru adalah hal yang

positif karena menunjang perkembangan profesionalismenya sebagai guru,

Page 17: Kompetensi Kepribadian

karena itu pantas didorong atau diapresiasi. Tetapi jika seorang guru

bekerja juga sebagai manager atau konsultan perusahaan tertentu saja akan

membagi perhatiannya terhadap tugas pokoknya sebagai guru. Banyak

sekali tugas guru jadi terbengkalai karena para guru melakukan pekerjaan-

pekerjaan lain dan bahkan pekerjaan guru dianggap sebagai pekerjaan

nomor dua.

Rasa bangga menjadi guru juga harus ditunjukkan melalui

kepercayaan diri yang kokoh. Menurut Branden, kepercayaan diri

sebetulnya bersumber dari harga diri (self-esteem). Harga diri memiliki dua

aspek yang saling berkaitan yakni rasa kemampuan diri (a sense of

personal efficacy) dan rasa maknaan diri (a sense of personal worth). Rasa

kemampuan diri kemudian melahirkan kepercayaan diri sedangkan rasa

bermaknaan diri melahirkan penghargaan terhadap diri sendiri (self-

respect). Seorang yang memiliki kepercayaan diri pertama-tama merasa

bahwa dirinya memiliki optimisme bahwa kemampuan potensial yang

dimiliki menjadikan dirinya dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-

baiknya. Guru harus merasa diri kompeten dalam tugas dan profesinya

meskipun disana-sini terdapat kekurangan-kekurangan. Rasa percaya diri

tidak serta merta menutupi kekurangan atau ketidakmampuan yang

dimilikinya, tetapi justru dalam kekurangan-kekurangan itu guru bisa

berhadap sesuatu melalui pertimbangan-pertimbangan rasionalnya.

Sementara itu rasa kebermaknaan diri yang melahirkan penghargaan

terhadap diri sendiri (self-respect) justru lahir dari kesadaran tentang

kemampuan dirinya. Ketika seseorang merasa diri mampu dan kompeten

dan dapat berbuat sesuatu maka pada saat yang sama guru merasa dirinya

bermakna sehingga kemudian memberikan rasa penghargaan terhadap

dirinya. Guru bisa menyadari bahwa dirinya kompeten dan karena itu dapat

melaksanakan tugas-tugas secara profesionalnya. Itulah sebabnya, antara

self-confidence dan self-respect keduanya bisa dipilah-pilah secara

konseptual tetapi tidak dapat dipisahkan secara praktis.

5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Page 18: Kompetensi Kepribadian

Guru sebagai profesional yang diikat melalui suatu persekutuan

kesejawatan dalam sebuah organisasi profesi guru tentu harus memiliki

kode etik yang mengatur sikap dan perilaku profesionalnya. Kode etik

merupakan pedoman sikap dan perilaku bagi anggota profesi dalam

layanan profesional maupun dalam hubungan dengan masyarakat. Undang-

undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 43 menyatakan:

a. untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam

pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi guru membentuk

kode etik

b. kode etik sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 berisi norma dan

etika mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan.

Menurut Hermawan sebagaimana dikutip Marselus, kode etik

profesi apa saja pada umumnya memiliki beberapa tujuan yakni:

a. untuk menjunjung tinggi martabat profesi

b. untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya

c. untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi

d. untuk meningkatkan mutu profesi

e. untuk meningkatkan mutu profesi

Khusus untuk profesi guru, Persatuan Guru Republik Indonesia

(PGRI) dalam kongres PGRI XIII di Jakarta pada tahun 1973 telah

menetapkan sebuah kode etik guru indonesia. Dalam pidato pembukaan

Kongres PGRI XIII tersebut, Ketua Umum PGRI Basunimendasarkan

bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman

tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan

pengabdiannya sebagai guru.

Beberapa pokok kode etik guru Indonesia berdasarkan hasil

Kongres PGRI XIII tahun 1973 di Jakarta yang kemudian disempurnakan

dalam Kongres PGRI XVI tahun 1989 di Jakarta adalah bahwa guru

Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani

dasar-dasar sebagai berikut:

Page 19: Kompetensi Kepribadian

a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia

Indonesia.

b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional

c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai

bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang

berhasil proses belajar-mengajar

e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan

masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung

jawab bersama terhadap pendidikan.

f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan

meningkatkan mutu dan martabat profesinya

g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan

kesetiakawanan sosial

h. Guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi

PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

i. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang

pendidikan.

Guru profesional terikat dengan kode etik profesionalnya karena itu

sudah kewajiban bagi guru untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan

kode etik profesional itu secara konsisten. Guru dalam tugas

pengabdiannya, dalam tutur kata dan perbuatannya harus memperhatikan

kode etik sebagai pedoman kerja dan pelayananannya.

Pelanggaran terhadap kode etik sekaligus juga merupakan

pelecehan terhadap martabat guru sebagai profesional karena itu harus

mendapatkan sanksi tertentu. Karena itu dibutuhkan dewan etik dari

organisasi profesi guru untuk senantiasa memantau sikap dan perilaku guru

anggota profesi ini dan berani mengambil tindakan tegas terhadap anggota

profesi ini yang melakukan pelanggaran serius terhadap kode etik profesi.

sanksi terhadap anggota profesi yang melakukan pelanggaran kode etok

dapat berupa sanksi moral sampai pemecatan sebagai anggota profesi. Jika

Page 20: Kompetensi Kepribadian

pelanggaran itu berat dan memiliki implikasi hukum tertentu, maka guru

dapat dipecat dari keanggotan profesi guru dan jabatan profesionalnya

sebagai guru dicabut serta di proses melalui jalur hukum, apakah pidana

atau perdata. Guru profesional hendaknya menjunjung tinggi kode etik

profesionalnya sebagai pedoman sikap dan perilaku, dengan tidak

melakukan pelanggaran kode etik.

C. Hubungan antara kualitas mengajar dengan kompetensi kepribadian

Guru sebagai pendidik adalah seorang yang berjasa besar terhadap

masyarakat dan bangsa. Tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat, maju atau

mundurnya tingkat kebudayaan suatu masyarakat dan negara sebagian besar

bergantung pada pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru-guru.

Makin tinggi pendidikan guru, makin baik pula mutu pendidikan dan

pengajaran yang diterima anak, dan makin tinggi pula derajat masyarakat.

Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang mulia, baik ditinjau dari

sudut masyarakat dan negara maupun ditinjau dari sudut keagamaan. Tugas

seorang guru tidak hanya mendidik. Maka, untuk melaksanakan tugas sebagai

guru tidak sembarang orang dapat menjalankannya. Sebagai guru yang baik

harus memenuhi syarat, yang ada dalam undang-undang No. 12 Tahun 1954

tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah untuk seluruh

Indonesia. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Berijazah,

2. Sehat jasmani dan rohani,

3. Takwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baik,

4. Bertanggungjawab,

5. Berjiwa nasional.

Selain syarat-syarat diatas, guru juga harus memiliki kualitas mengajar

yang baik. Kualitas mengajar guru dipengaruhi oleh 4 kompetensi, salah

satunya adalah kompetensi kepribadian. Kemampuan kepribadian lebih

menyangkut jati diri seorang guru sebagai pribadi yang baik, tanggung jawab,

terbuka, dan terus mau belajar untuk maju. Yang pertama ditekankan adalah

Page 21: Kompetensi Kepribadian

guru itu bermoral dan beriman. Hal ini jelas merupakan kompetensi yang

sangat penting karena salah satu tugas guru adalah membantu anak didik agar

bertaqwa dan beriman serta menjadi anak yang baik. Guru yang menguasai

kompetensi kepribadian berarti guru tersebut dapat membantu anak didik

untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimanan

Guru yang menguasai kompetensi kepribadian baik sangat berpengaruh

terhadap kualitas mengajar karena kompetensi kepribadian lebih menekankan

kepada tindakan yang diatur sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan

kebudayaan nasional Indonesia sehingga guru dituntut untuk menjadi pribadi

yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

Page 22: Kompetensi Kepribadian

BAB III

KESIMPULAN

Kualitas mengajar dapat tercapai apabila seorang guru profesional dalam

melakukan tugasnya. Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen

menyatakan bahwa guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimal

S1 dan D-IV dan memiliki empat standar kompetensi, yaitu kompetensi

pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi

sosial.

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang mantap, stabil, dewasa,

arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

Menurut Permendiknas No. 16/2007, kemampuan dalam standar kompetensi ini

mencakup lima kompetensi utama yakni: 1) Bertindak sesuai dengan norma

agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, 2) Menampilkan diri

sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan

masyarakat, 3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,

arif, dan berwibawa, 4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa

bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan 5) Menjunjung tinggi kode etik

profesi guru.

Kemampuan kepribadian lebih menyangkut jati diri seorang guru sebagai

pribadi yang baik, tanggung jawab, terbuka, dan terus mau belajar untuk maju.

Guru yang menguasai kompetensi kepribadian berarti guru tersebut dapat

membantu anak didik untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimanan.

Page 23: Kompetensi Kepribadian

DAFTAR PUSTAKA

Payong, Marsel R., 2011. Sertifikasi Profesi Guru: Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya. Jakarta: PT Indeks.

Nanang, Hanafiah., 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama.

Kunandar., 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Satuan Pedidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.