kompetensi emosi dan efikasi diri pengasuhan ibu dari...

12
Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8 613 KOMPETENSI EMOSI DAN EFIKASI DIRI PENGASUHAN IBU DARI ANAK DENGAN AUTISM SPECTRUM DISORDER 1 Siswati, 2 Dinie R Desiningrum Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro [email protected] A B S T R A K Orangtua dari anak dengan autism spectrum disorder memiliki tantangan yang lebih dalam mengasuh anak. Kebutuhan dan tuntutan yang dihadapi oleh orangtua dengan anak ASD membuat proses parenting menjadi tidak mudah, maka dibutuhkan suatu kompetensi parenting. Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara kompetensi emosi dan efikasi diri pengasuhan pada ibu dari anak dengan autism spectrum disorder. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan korelasional. Subyek penelitian adalah sejumlah ibu dari anak dengan autism spectrum disorder, yang tergabung dalam pusat terapi dan sekolah khusus autisme di Kota Semarang, yang diperoleh dengan teknik sampling purposif. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji non-parametrik Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara variabel kematangan emosi dengan efikasi diri pengasuhan. Hasilnya adalah r = 0,171; dan p = 0,245. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antar dua variabel bersifat searah, semakin tinggi kompetensi emosi maka semakin tinggi pula efikasi diri pengasuhan, demikian sebaliknya. Namun, angka hasil uji korelasi menunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara dua variabel bersifat lemah, dan hubungannya tidak signifikan. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa mayoritas subyek memiliki kompetensi emosi dan efikasi diri pengasuhan yang tinggi dan sangat tinggi. Terdapat faktor dan variabel lain yang mempengaruhi efikasi diri pengasuhan pada ibu dari anak dengan autism spectrum disorder yang disarankan untuk diteliti lebih lanjut dengan jumlah subyek yang memadai. Kata kunci: kompetensi emosi, efikasi diri pengasuhan, ibu, autism spectrum disorder LATAR BELAKANG Orang tua dengan anak yang memiliki keterbatasan dalam perkembangan, menghadapi tantangan yang membuat mereka berisiko mengalami tingkat stres yang tinggi dan berbagai dampak psikologis yang negatif. Orangtua atau caregiver dari anak dengan disabilitas perkembangan (seperti down’s syndrome, cerebral palsy), dan autism spectrum disorder (ASD), banyak mengalami depresi, kecemasan, dan emotional distress, dan berdampak pada pasangan (Cohen & Tsiouris, 2006; Delong, 2004;Garfield et al., 2014; Hayes & Watson, 2013; Huang et al., 2014; Da Paz, Wallander, & Tiemensma, 2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi orangtua dan keluarga besar ketika merawat anak dengan keterbatasan, diantaranya adalah penyesuaian terhadap perilaku anak, kecukupan sumber daya yang dimiliki, dan strategi koping yang adaptif, maka kegagalan dalam faktor tersebut bisa menyebabkan kondisi stressful (Cadwgan & Goodwin, 2018; Phillips, Conners, & Curtner-Smith, 2017). Salah satu masalah perkembangan pada anak yang dapat mengakibatkan stres yang tinggi bagi orang tua adalah autisme. Autisme atau Autistic disorder adalah gangguan atau abnormalitas perkembangan pada interaksi sosial dan komunikasi serta ditandai dengan terbatasnya aktivitas dan ketertarikan (Birch & Bloom, 2004). Autis merupakan gangguan perkembangan otak yang seringkali mulai tampak pada anak di usia tiga tahun pertamanya. Gangguan ini mengakibatkan anak autis kurang mampu berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya dan kurang mampu mengontrol perilakunya (Desiningrum, 2016).

Upload: others

Post on 23-Jul-2020

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMPETENSI EMOSI DAN EFIKASI DIRI PENGASUHAN IBU DARI …psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019/66_ Naska… · parenting disebut sebagai parenting self-efficacy

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

613

KOMPETENSI EMOSI DAN EFIKASI DIRI PENGASUHAN IBU

DARI ANAK DENGAN AUTISM SPECTRUM DISORDER

1Siswati, 2Dinie R Desiningrum

Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

[email protected] A B S T R A K

Orangtua dari anak dengan autism spectrum disorder memiliki tantangan yang lebih dalam mengasuh

anak. Kebutuhan dan tuntutan yang dihadapi oleh orangtua dengan anak ASD membuat proses

parenting menjadi tidak mudah, maka dibutuhkan suatu kompetensi parenting. Penelitian ini bertujuan

untuk melihat korelasi antara kompetensi emosi dan efikasi diri pengasuhan pada ibu dari anak dengan autism spectrum disorder. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

dengan rancangan korelasional. Subyek penelitian adalah sejumlah ibu dari anak dengan autism

spectrum disorder, yang tergabung dalam pusat terapi dan sekolah khusus autisme di Kota Semarang,

yang diperoleh dengan teknik sampling purposif. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji non-parametrik Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara variabel kematangan emosi dengan efikasi diri pengasuhan. Hasilnya adalah r = 0,171; dan p = 0,245. Korelasi positif

menunjukkan bahwa hubungan antar dua variabel bersifat searah, semakin tinggi kompetensi emosi

maka semakin tinggi pula efikasi diri pengasuhan, demikian sebaliknya. Namun, angka hasil uji korelasi

menunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara dua variabel bersifat lemah, dan hubungannya tidak signifikan. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa mayoritas subyek memiliki kompetensi emosi

dan efikasi diri pengasuhan yang tinggi dan sangat tinggi. Terdapat faktor dan variabel lain yang

mempengaruhi efikasi diri pengasuhan pada ibu dari anak dengan autism spectrum disorder yang

disarankan untuk diteliti lebih lanjut dengan jumlah subyek yang memadai.

Kata kunci: kompetensi emosi, efikasi diri pengasuhan, ibu, autism spectrum disorder

L A T A R B E L A K A N G

Orang tua dengan anak yang memiliki keterbatasan dalam perkembangan, menghadapi tantangan

yang membuat mereka berisiko mengalami tingkat stres yang tinggi dan berbagai dampak psikologis

yang negatif. Orangtua atau caregiver dari anak dengan disabilitas perkembangan (seperti down’s

syndrome, cerebral palsy), dan autism spectrum disorder (ASD), banyak mengalami depresi, kecemasan,

dan emotional distress, dan berdampak pada pasangan (Cohen & Tsiouris, 2006; Delong, 2004;Garfield et al., 2014; Hayes & Watson, 2013; Huang et al., 2014; Da Paz, Wallander, &

Tiemensma, 2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi orangtua dan keluarga besar ketika merawat

anak dengan keterbatasan, diantaranya adalah penyesuaian terhadap perilaku anak, kecukupan

sumber daya yang dimiliki, dan strategi koping yang adaptif, maka kegagalan dalam faktor tersebut bisa menyebabkan kondisi stressful (Cadwgan & Goodwin, 2018; Phillips, Conners, & Curtner-Smith,

2017).

Salah satu masalah perkembangan pada anak yang dapat mengakibatkan stres yang tinggi bagi orang

tua adalah autisme. Autisme atau Autistic disorder adalah gangguan atau abnormalitas perkembangan pada interaksi sosial dan komunikasi serta ditandai dengan terbatasnya aktivitas dan ketertarikan

(Birch & Bloom, 2004). Autis merupakan gangguan perkembangan otak yang seringkali mulai tampak

pada anak di usia tiga tahun pertamanya. Gangguan ini mengakibatkan anak autis kurang mampu

berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya dan kurang mampu mengontrol perilakunya

(Desiningrum, 2016).

Page 2: KOMPETENSI EMOSI DAN EFIKASI DIRI PENGASUHAN IBU DARI …psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019/66_ Naska… · parenting disebut sebagai parenting self-efficacy

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

614

Autisme tidak hanya menjadi fenomena kecil yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Lebih dari itu, autisme kini semakin banyak ditemukan di Indonesia. Hal tersebut didukung dengan

semakin bertambahnya angka prevalensi penderita gangguan autisme di Indonesia dari tahun ke tahun (Desiningrum, 2016). Perkiraan jumlah penderita autisme adalah 1 dari 150 anak (67 dari 10.000) di

United States (Garrecht & Austin, 2011). Prevalensi ASD di Asia sebesar 14.8 per 10,000 dari tahun

1980 sampai sekarang dan di Cina 10.3 per 10,000 anak umur 2-6 tahun pada tahun 2000 ke atas

(Sun, Allison, Auyeung, Baron-Cohen, & Brayne, 2014). Di Indonesia, pada tahun 2013 diperkirakan terdapat lebih dari 112.000 anak yang menderita autisme dalam usia 5-19 tahun. Diperkirakan pada

tahun 2020 terdapat lebih dari 300.000 anak yang menyandang autis dan terus bertambah setiap

tahunnya (klinikautis.com, 2018).

Orangtua memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar untuk mendukung tumbuh dan kembang anak dalam melaksanakan proses parenting yang tepat. Vassi, Veltsista, & Bakoula, (2009)

mendefinisikan parenting sebagai sebuah proses yang meliputi aksi dan interaksi antara orangtua dan

anak, dimana dalam proses tersebut keduanya dapat saling mempengaruhi. Tuntutan dan kebutuhan

untuk mengasuh anak menyebabkan proses parenting yang penuh tantangan harus dapat diatasi oleh

orangtua, sehingga dibutuhkan pendekatan yang tepat dari orangtua untuk memberikan pengasuhan yang sesuai.

Orangtua terutama ibu dengan anak autism memiliki tantangan yang lebih dalam mengasuh anak.

Akan banyak waktu, tenaga dan materi untuk perawatan, pendidikan dan terapi termasuk pelayanan medis untuk anak autisnya (Walter & Smith, 2016). Kebutuhan dan tuntutan yang dihadapi oleh

orangtua dengan anak autis membuat proses parenting menjadi tidak mudah, maka dibutuhkan suatu

kompetensi parenting. Ayah dan ibu memiliki perbedaan level keterlibatan dalam pengasuhan

terhadap anak dengan autism, dimana pengasuhan dan perawatan merupakan tugas utama yang

secara alamiah melekat pada peran seorang ibu (Benson, 2006; Santrock, 2018). Penelitian terhadap 99 orang tua anak-anak dengan ASD, ditemukan bahwa ibu terlibat dalam perilaku sosial yang lebih

banyak dengan anak-anak mereka daripada ayah (Ozturk, Riccadonna, & Venuti, 2014).

Kognisi merupakan faktor penting dalam memprediksi kompetensi parenting bagi orangtua. Salah satu faktor kognisi yang berperan penting dalam membentuk kompetensi orangtua adalah belief,

karena dapat mempengaruhi nilai-nilai serta perilaku orangtua dalam proses parenting (Coleman &

Karraker, 2000). Faktor kognisi penting yang mempengaruhi keterampilan dan kepuasaan orangtua

dalam parenting adalah self efficacy belief, khususnya pada ranah parenting. Efikasi diri dalam ranah

parenting disebut sebagai parenting self-efficacy (Coleman & Karraker, 2000).

Parenting self-efficacy diartikan sebagai penilaian diri orangtua terhadap kompetensi dalam melakukan

peran sebagai orangtua untuk secara positif mempengaruhi perilaku dan perkembangan anak mereka

(Hess, Teti, & Hussey-Gardner, 2004). Parenting self- effficacy memiliki peran yang sangat penting, terutama bagi yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Penelitian Jones & Prinz (2005)

menunjukkan bahwa, dalam menghadapi karakteristik anak yang berbeda-beda orangtua dengan

self-efficacy yang tinggi merasa yakin mampu menerapkan praktik parenting yang efektif untuk anak,

sedangkan orangtua dengan self-efficacy yang rendah cenderung merasa kesulitan dalam menerapkan

parenting yang tepat untuk anak.

Coleman dan Karraker (2000) mengemukakan lima aspek parenting yang dapat mengukur parenting

self-efficacy, yaitu memfasilitasi anak untuk mencapai prestasinya (achievement), mendukung

kebutuhan rekreasi dan sosialisasi dengan teman sebayanya (recreation), mengajarkan disiplin pada

anak (discipline), mendukung perkembangan emosi anak (nurturance), dan menjaga kesehatan anak

Page 3: KOMPETENSI EMOSI DAN EFIKASI DIRI PENGASUHAN IBU DARI …psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019/66_ Naska… · parenting disebut sebagai parenting self-efficacy

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

615

(healthy). Kelima aspek tersebut dapat menjelaskan sense of competence orangtua dalam

melaksanakan tugas-tugas parenting.

Orangtua yang memiliki parenting self-efficacy yang tinggi mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tidak membiarkan rasa takut, sedih, atau emosi negatif menguasai diri (Coleman &

Karraker, 2003). Begitupun sebaliknya pada orangtua yang memiliki kompetensi self-efficacy yang

rendah cenderung tidak yakin mampu melakukan tugas parenting yang sesuai dengan pengetahuannya.

Ketidakyakinan tersebut dapat berupa aspirasi yang rendah, kurang berani berkomitmen, ragu-ragu, dan fokus pada kesalahan diri yang mengalami kecenderungan untuk menyerah dalam menghadapi

tantangan. Orangtua dengan self-efficacy yang tinggi tentu lebih siap menerima keadaan sang anak

dengan gangguan atau hambatan, sehingga mampu membangun persepsi positif terhadap

perkembangan anak autisnya. Orangtua akan mampu mempersiapkan cara berkomunikasi, dan

berpastisipasi aktif dalam perkembangan akademik, sosial dan bahasa anak (Mangunsong, 2011).

Menurut Vassi et al., (2009), orangtua dengan anak memiliki hubungan yang khusus, kompleks, dan

unik. Adapun faktor yang mempengaruhi parenting, adalah adanya perbedaan karakteristik orangtua,

karakteristik anak, dan konteks sosiodemografi. Karakteristik orangtua yang mampu mempengaruhi

parenting yaitu kepribadian orangtua, sejarah perkembangan, beliefs, pengetahuan, dan gender. Pada konteks sosial yang mempengaruhi parenting yaitu status sosial ekonomi, struktur keluarga, urusan

pekerjaan, dukungan sosial, dan budaya (Santrock, 2018).

Merawat anak autis, bukan suatu hal yang mudah. Dengan karakteristik yang khas, maka anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD) lebih cenderung terpapar disiplin orangtua yang keras.

Agresi fisik dan psikologis terhadap anak autis sebagian dimediasi efek stres pengasuhan (Chan &

Lam, 2016). Emosi marah bisa mewarnai pengasuhan ibu terhadap anak autisnya. Emosi merupakan

salah satu aspek internal individu yang mempengaruhi bagaimana seseorang akan berperilaku (S.

Denham, Bassett, & Wyatt, 2007). Saarni, (1999) mengartikan emosi sebagai reaksi fisiologis, interpretasi kognitif, komunikasi, dan perilaku terhadap situasi. Saarni, Campos, Camras, &

Witherington, (2007) mengartikan emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang

sedang berada dalam suatu keadaan atau interaksi yang dianggap penting olehnya, terutama well-

being-nya. Emosi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Emosi diwakili oleh perilaku yang mengekspresikan kenyamanan atau ketidaknyamanan terhadap keadaan atau interaksi yang dialami

seseorang (Santrock, 2017). Salah satu konstruk psikologis yang dapat mengindikasikan emosi

seseorang adalah kompetensi emosi.

Kompetensi emosi ialah sebuah kemampuan beradaptasi yang didapat dari pengalaman emosi (Saarni et al., 2007). Seseorang yang memiliki kompetensi emosi dalam konteks yang bervariasi cenderung

dapat mengelola emosinya secara efektif, menjadi tangguh dalam menghadapi keadaan stress (penuh

tekanan), dan saat membangun hubungan yang positif (S. Denham et al., 2007). Definisi lain dari

kompetensi emosi adalah kemampuan dalam mengelola emosinya, yaitu bagaimana seseorang mampu mengidentifikasi, mengekspresikan, memahami, meregulasi, dan menggunakan emosinya

(Brasseur, Grégoire, Bourdu, & Mikolajczak, 2013). Ketika individu tidak bisa mengelola emosi

dengan efektif akan mengantarkan pada depresi, marah, serta kurangnya regulasi emosi yang dapat

memicu kesulitan penyesuaian, perilaku menyimpang dan menjadi pelaku KDRT dalam keluarga

(Santrock, 2017). Maka, dalam pengasuhan anak autis, ibu membutuhkan kompetensi emosi yang baik, sehingga mampu bersikap sabar dan perhatian terhadap anak autisnya, merupakan cerminan

efikasi diri yang tinggi dalam pengasuhan.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan pada penelitian ini adalah “apakah terdapat hubungan

antara kompetensi emosi dengan efikasi diri pengasuhan pada ibu dari anak dengan autism spectrum

Page 4: KOMPETENSI EMOSI DAN EFIKASI DIRI PENGASUHAN IBU DARI …psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019/66_ Naska… · parenting disebut sebagai parenting self-efficacy

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

616

disorder?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kompetensi emosi dengan

efikasi diri pengasuhan pada ibu dengan anak Autism Spectrum Disorder (ASD).

M E T O D E P E N E L I T I A N

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian menggunakan rancangan korelasional, yang

menghubungkan antara dua variabel (Azwar, 2013).

Variabel dalam penelitian ini adalah Kompetensi Emosi dan Efikasi Diri Pengasuhan. Definisi

Operasional Kompetensi Emosi, adalah kemampuan dalam mengelola emosi, yaitu bagaimana

seseorang mampu mengidentifikasi, mengekspresikan, memahami, meregulasi, dan menggunakan

emosinya (Brasseur, et al, 2013; Saarni, et al, 2007). Dimensi Kompetensi Emosi (Saarni, et al, 2007):

emotional state awareness; detecting other emotion; emotional term; sensitivity to other emotional experiences; recognizing inner emotional; self-regulatory strategies; major role in relationship; dan viewing

emotional overall.

Definisi Operasional Efikasi Diri Pengasuhan adalah penilaian yang dimiliki orangtua mengenai

kemampuannya dalam memenuhi tugas dan tanggung jawab sebagai orangtua secara efektif serta mampu menampilkan perilaku parenting yang dapat mempengaruhi perilaku dan perkembangan anak

secara positif. Dimensi Efikasi Diri Pengasuhan (Karraker & Coleman, 2005): prestasi (achievement);

rekreasi (recreation); disiplin (discipline); nurturing; dan kesehatan (health).

Kriteria khusus dari subyek penelitian, yaitu:

1. Ibu dari anak autism spectrum disorder, yang tergabung dalam pusat terapi dan sekolah

khusus autisme di Kota Semarang

2. Usia anak 5-12 tahun.

3. Berdomisili di Kota Semarang

Teknik sampling yang digunakan adalah quota-purposive sampling (Azwar, 2008), karena disesuaikan

dengan kriteria subyek yang cukup spesifik. Maka total jumlah subyek try out adalah 35, dan subyek

penelitian adalah sebanyak 42. Kepada seluruh subyek diberikan informed consent, yaitu lembar kesediaan menjadi subyek penelitian.

Metode pengumpulan data menggunakan skala psikologi. Tipe skala yang digunakan adalah Self-

Administered Questionnaire, yaitu kuesioner yang diisi sendiri oleh partisipan penelitian. Skala

Kompetensi Emosi terdiri dari 32 item, dan Efikasi Diri Pengasuhan terdiri dari 40 item.

Data dianalisis melalui metode analisis data yang digunakan untuk melihat korelasi antara kompetensi

emosi dengan efikasi diri pengasuhan, yaitu menggunakan korelasi product moment dari Karl

Pearson, sedangkan untuk melihat kontribusi antar aspek kompetensi emosi terhadap efikasi diri pengasuhan dianalisis datanya menggunakan teknik analisis regresi dibantu program SPSS 21.0 for

window.

Page 5: KOMPETENSI EMOSI DAN EFIKASI DIRI PENGASUHAN IBU DARI …psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019/66_ Naska… · parenting disebut sebagai parenting self-efficacy

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

617

H A S I L D A N P E M B A H A S A N

Hasil

Peneliti melakukan uji asumsi sebelum menentukan teknik uji inferensial dan analisis data.

Uji Asumsi

a. Uji normalitas

Tabel 1. Uji Normalitas

b. Uji Linieritas

Tabel 2. Uji linearitas

Uji Korelasi

Hasil uji asumsi menunjukkan bahwa salah satu variabel tidak memenuhi uji normalitas, dan analisis linieritas menunjukkan kedua variabel tidak linier. Maka untuk uji korelasi, digunakan uji non-

parametrik Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara variabel kompetensi emosi dengan

efikasi diri pengasuhan.

Tabel 3. Uji Korelasi

Hubungan Variabel Koefisien Korelasi Signifikansi p< 0,05

Kompetensi Emosi dan Efikasi

Diri Pengasuhan

0,171 0,245

a. Arah hubungan

Angka koefisien korelasi pada hasil di atas bernilai positif, yaitu 0,171. Hal tersebut

menunjukkan bahwa hubungan antar dua variabel bersifat searah. Namun, kekuatan hubungan

antara dua variabel cenderung lemah.

b. Signifikasi hubungan

Berdasarkan hasil diatas diketahui nilai signifkansi sebesar 0,245 atau p>0,05. Hal tersebut

menunjukkan hubungan antar dua variabel tidak signifikan.

Variabel Kolomogorov-Smirnov

Godness of Fit Test P Bentuk

Kompetensi emosi 0,229 0,000 (p>0,05) Tidak normal

Parenting self-efficacy 0,073 0,200 (p>0,05) Normal

Nilai F Signifikansi P Keterangan

1,496 0,228 p < 0,05 Tidak linear

Page 6: KOMPETENSI EMOSI DAN EFIKASI DIRI PENGASUHAN IBU DARI …psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019/66_ Naska… · parenting disebut sebagai parenting self-efficacy

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

618

Deskripsi Subjek

Tabel 4. Skor Efikasi Diri Pengasuhan

Variabel Statistik Hipotetik Empirik

Skor minimum 27 72

Parenting Self-Efficacy

Skor maksimum 108 98

Mean 67,5 83,44

Standar deviasi 13,5 6,820

Tabel 5. Skor Kompetensi Emosi

Variabel Statistik Hipotetik Empirik

Skor minimum 32 81

Kompetensi

emosi

Skor maksimum 128 121

Mean 80 97.25

Standar deviasi 16 8,566

Tabel 6. Norma Kategorisasi Parenting Self-Efficacy

Rumus Rentang Nilai Kategori

X ≤ µ - 1,5 SD X ≤ 47,25 Sangat Rendah

µ - 1,5 SD < X ≤ µ - 0,5 SD 47,25 < X ≤ 60,75 Rendah

µ - 0,5 SD < X ≤ µ + 0,5 SD 60,75 < X ≤ 74,25 Sedang

µ + 0,5 SD < X ≤ µ + 1,5 SD 74,25 < X ≤ 87,75 Tinggi

µ + 1,5 SD < X 87,75 < X Sangat Tinggi

Keterangan:

µ : mean hipotetik

SD : standar deviasi

X : skor subjek

Gambaran mengenai parenting self-efficacy dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7. Kategorisasi Skor Parenting Self-Efficacy

Rendah Sedang Tinggi

Sangat

Tinggi

0 subjek 0 subjek 6 subjek 30 subjek 12 subjek

0% 0% 12,5% 62,5% 25%

47,25 60,75 74,25 87,75

Page 7: KOMPETENSI EMOSI DAN EFIKASI DIRI PENGASUHAN IBU DARI …psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019/66_ Naska… · parenting disebut sebagai parenting self-efficacy

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

619

Berdasarkan kategorisasi parenting self-efficacy diketahui bahwa sampel penelitian tidak ada

yang memiliki parenting self-efficacy yang sangat rendah dan rendah, 12,5% memiliki tingkat

parenting self-efficacy yang sedang, 62,5% memiliki tingkat parenting self-efficacy yang tinggi dan

25% memiliki tingkat parenting self-efficacy yang sangat tinggi.

Tabel 8. Norma Kategorisasi Kompetensi Emosi

Rumus Rentang Nilai Kategori

X ≤ µ - 1,5 SD X ≤ 56 Sangat Rendah

µ - 1,5 SD < X ≤ µ - 0,5 SD 56 < X ≤ 72 Rendah

µ - 0,5 SD < X ≤ µ + 0,5 SD 72 < X ≤ 88 Sedang

µ + 0,5 SD < X ≤ µ + 1,5 SD 88 < X ≤ 104 Tinggi

µ + 1,5 SD < X 104 < X Sangat Tinggi

Keterangan:

µ : mean hipotetik

SD : standar deviasi

X : skor subjek

Tabel 9. Kategorisasi skor Kompetensi emosi

Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

Tinggi

0 subjek 0 subjek 3 subjek 37 subjek 8 subjek

0% 0% 6,25% 77,08% 16,67%

Berdasarkan kategorisasi kompetensi emosi, tidak terdapat ibu yang memiliki kompetensi

emosi yang rendah. Sebanyak 6,25% ibu memiliki kompetensi emosi yang sedang, 77.08% ibu

memiliki kompetensi emosi yang tinggi dan 16,67% ibu memiliki kompetensi emosi yang sangat

tinggi.

Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan teknik analisis korelasi Rank Spearman,

diperoleh hasil r = 0,171; p = 0,245. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antar dua variabel bersifat searah, semakin tinggi kompetensi emosi maka semakin tinggi pula efikasi diri pengasuhan,

demikian sebaliknya. Namun, angka hasil uji korelasi menunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara

dua variabel bersifat lemah, sehingga hubungannya tidak signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh

Barron dan Harackiewich (Santrock, 2018) menemukan bahwa emosi dapat membantu atau

merintangi seseorang dalam memecahkan suatu permasalahan. Dari hasil riset kali ini tidak menunjang penelitian tersebut, korelasi rendah menandakan bahwa kompetensi emosi tidak

mempengaruhi efikasi diri pengasuhan. Adanya kesadaran emosi, mengenal emosi orang lain,

menerapkan ekspresi emosi dengan tepat, kemampuan empati dan simpati, mengenal keadaan emosi

orang lain, coping adaptif dan kemampuan regulasi diri, pada dasarnya merupakan aspek-aspek yang penting di dalam relasi interpersonal ibu dengan anak. Pada riset ini yang khusus meneliti mengenai

ibu dari anak dengan ASD, maka karakteristik ASD anak mempengaruhi relasi ibu-anak, dimana

Page 8: KOMPETENSI EMOSI DAN EFIKASI DIRI PENGASUHAN IBU DARI …psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019/66_ Naska… · parenting disebut sebagai parenting self-efficacy

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

620

dengan adanya keterbatasan kemampuan anak dalam berkomunikasi dan megungkapkan emosinya,

dapat menjadi kendala khusus dan membatasi kemampuan ibu dalam menerapkan pengasuhan

terhadap anak ASD. Banyak hasil riset menemukan pentingnya peran kompetensi emosi individu

dalam berelasi sosial, yang bisa meminimalisir stress individu (Kotsou, Leys, & Fossion, 2018; Kwok, Yeung, Low, Lo, & Tam, 2015; Martínez-González, Rodríguez-Ruiz, Álvarez-Blanco, & Becedóniz-

Vázquez, 2016).

Kompetensi emosi mempengaruhi strategi coping remaja dan perilaku beresiko (Hessler & Katz, 2010), bahwa ada hubungan yang signifikan pada kompetensi emosi dengan pemilihan strategi coping

yang berorientasi pada pemecahan masalah. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

semakin matang emosi individu maka akan semakin mudah untuk memecahkan masalah yang dihadapi

dan terhindar dari perilaku abuse. Dengan emosi yang matang individu akan mampu memiliki strategi

coping dengan mudah sehingga tidak akan kesulitan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dan tetap optimis, tenang dalam menghadapi permasalahan yang ada. Untuk menerapkan strategi

coping tersebut individu diharapkan memiliki efikasi diri dalam dirinya, dengan adanya efikasi diri

akan memperkuat keyakinan untuk tetap optimis dalam mencapai keberhasilan. Pada hasil riset kali

ini dtemukan hal yang berbeda, korelasi yang lemah mencerminkan bahwa terdapat variable lain pada

diri individu, khususnya ibu dari anak dengan ASD, yang diprediksi mempengaruhi hubungan antara kompetensi emosi dan efikasi diri pengasuhan.

Teori yang dikemukakan oleh Bandura (Hess et al., 2004) menyebutkan bahwa masih terdapat faktor

lain selain emosi yang mempengaruhi efikasi diri individu, yaitu faktor pengalaman keberhasilan, pengalaman orang lain dan persuasi verbal. Wittkowski et al. (2017) menyatakan faktor lain yang

mempengaruhi efikasi diri yaitu pola asuh orang tua, pengalaman traumatic, temperamen, jenis

kelamin dan usia. Seperti pada riset Kotsou et al., (2018) yang mencantumkan pentingnya

penerimaan diri dan kondisi minfulness agar kompetensi emosi dapat mempengaruhi perilaku

individu. Maka dalam riset ini, dibutuhkan ibu yang menerima keadaan anak dengan ASD, dan menjadi mindfulness, sehingga kompetensi emosi yang dimiliki ibu dapat menstimulasi efikasi diri pengasuhan.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, ditemukan bahwa mayoritas subyek memiliki

kompetensi emosi dan efikasi diri pengasuhan yang tinggi dan sangat tinggi. Artinya, pada subyek terdapat keyakinan akan kemampuannya dalam mengelola emosi, yaitu bagaimana seseorang mampu

mengidentifikasi, mengekspresikan, memahami, meregulasi, dan menggunakan emosinya. Di samping

itu, pada subyek juga menunjukkan keyakinan pada kemampuannya dalam memenuhi tugas dan

tanggung jawab sebagai orangtua secara efektif serta mampu menampilkan perilaku parenting yang

dapat mempengaruhi perilaku dan perkembangan anak secara positif. Tingginya skor pada kedua variabel, tidak menunjukkan bahwa keduanya memiliki korelasi yang kuat. Hal ini bisa dipengaruhi

oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam studi kali ini.

Penelitian ini memiliki keterbatasan, diantaranya adalah jumlah partisipan yang sedikit, sehingga tidak kuat dalam perhitungan psikometri, baik itu untuk uji coba skala maupun untuk pelaksanaan

penelitian. Hal ini dikarenakan peneliti mengalami kendala teknis dalam penemuan subyek penelitian.

Namun pada dasarnya jumlah partisipan yang terlibat memenuhi kaidah jumlah minimal subyek

penelitian (Azwar, 2013). Peneliti selanjutnya lebih baik jika memperhatikan uji coba skala, dan jumlah

responden yang dilibatkan dalam penelitian. Penelitian ke depan juga bisa mempertimbangkan variabel lain yang berpengaruh terhadap efikasi diri pengasuhan.

Page 9: KOMPETENSI EMOSI DAN EFIKASI DIRI PENGASUHAN IBU DARI …psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019/66_ Naska… · parenting disebut sebagai parenting self-efficacy

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

621

S I M P U L A N D A N I M P L I K A S I

Uji korelasi non-parametrik Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara variabel kematangan

emosi dengan efikasi diri pengasuhan, menunjukkan korelasi yang positif, maka hubungan antar dua

variabel bersifat searah, semakin tinggi kompetensi emosi maka semakin tinggi pula efikasi diri pengasuhan, demikian sebaliknya. Namun, angka hasil uji korelasi menunjukkan bahwa kekuatan

hubungan antara dua variabel bersifat lemah, dan hubungannya tidak signifikan. Hasil analisis

deskriptif menunjukkan bahwa mayoritas subyek memiliki kompetensi emosi dan efikasi diri

pengasuhan yang tinggi dan sangat tinggi.

Terdapat faktor dan variabel lain yang mempengaruhi efikasi diri pengasuhan pada ibu dari anak

dengan autism spectrum disorder yang disarankan untuk diteliti lebih lanjut dengan jumlah subyek yang

memadai. Penelitian ke depan juga bisa mempertimbangkan variabel lain yang berpengaruh terhadap

efikasi diri pengasuhan.

D A F T A R P U S T A K A

Alwisol. (2006). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press.

Azwar, S. (2008). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Azwar, S. (2013). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Benson, P. R. (2006). The impact of child symptom severity on depressed mood among parents of

children with ASD: The mediating role of stress proliferation. Journal of Autism and

Developmental Disorders, 36(5), 685–695. https://doi.org/10.1007/s10803-006-0112-3

Birch, S. A. J., & Bloom, P. (2004). Understanding children’s and adults’ limitations in mental state

reasoning. Trends in Cognitive Sciences, 8(6), 255–260. https://doi.org/10.1016/j.tics.2004.04.011

Brasseur, S., Grégoire, J., Bourdu, R., & Mikolajczak, M. (2013). The Profile of Emotional

Competence (PEC): Development and validation of a self-reported measure that fits

dimensions of Emotional Competence Theory. PLoS ONE, 8(5). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0062635

Cadwgan, J., & Goodwin, J. (2018). Helping parents with the diagnosis of disability. Paediatrics and

Child Health (United Kingdom), 28(8), 357–363. https://doi.org/10.1016/j.paed.2018.06.006

Chan, K. K. S., & Lam, C. B. (2016). Parental maltreatment of children with autism spectrum disorder: A developmental-ecological analysis. Research in Autism Spectrum Disorders, 32, 106–

114. https://doi.org/10.1016/j.rasd.2016.09.006

Cohen, I. L., & Tsiouris, J. A. (2006). Maternal recurrent mood disorders and high-functioning

autism. Journal of Autism and Developmental Disorders, 36(8), 1077–1088.

https://doi.org/10.1007/s10803-006-0145-7

Coleman, P. K., & Karraker, K. H. (2000). Parenting self-efficacy among mothers of school-age children:

Conceptualization, measurement, and correlates*. 13–24.

Coleman, P. K., & Karraker, K. H. (2003). Maternal self-efficacy beliefs, competence in parenting,

and toddlers’ behavior and developmental status. Infant Mental Health Journal, 24(2), 126–148. https://doi.org/10.1002/imhj.10048

Page 10: KOMPETENSI EMOSI DAN EFIKASI DIRI PENGASUHAN IBU DARI …psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019/66_ Naska… · parenting disebut sebagai parenting self-efficacy

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

622

Da Paz, N. S., Wallander, J. L., & Tiemensma, J. (2018). Effects of written disclosure on

psychophysiological stress among parents of children with autism: A randomized controlled

pilot study. Research in Autism Spectrum Disorders, 53(June), 7–17.

https://doi.org/10.1016/j.rasd.2018.05.007

Delong, R. (2004). Neuropsychiatrc practice and opinions, autism and familial major mood disorder:

Are they related? The Journal of Neuropsychiatry and Clinical Neurosciences, 16(16), 199–213.

Denham, S. A., Bassett, H. H., & Zinsser, K. (2012). Early childhood teachers as socializers of young

children’s emotional competence. Early Childhood Education Journal, 40(3), 137–143. https://doi.org/10.1007/s10643-012-0504-2

Denham, S., Bassett, H. H., & Wyatt, T. (2007). The socialization of emotional competence. In

Handbook of socialization (J. Grusec). New York: Guilford Press.

Desiningrum, D. R. (2016). Psikologi anak berkebutuhan khusus (1st ed., Vol. 3; G. Ilmu, Ed.). Retrieved

from http://jurnal.fkip.uns.ac.id

Garfield, C. F., Duncan, G., Rutsohn, J., McDade, T. W., Adam, E. K., Coley, R. L., & Chase-Lansdale,

P. L. (2014). A longitudinal study of paternal mental health during transition to fatherhood as

young adults. Pediatrics, 133(5), 836–843. https://doi.org/10.1542/peds.2013-3262

Garrecht, M., & Austin, D. W. (2011). The plausibility of a role for mercury in the etiology of autism:

A cellular perspective. Toxicological and Environmental Chemistry, 93(6), 1251–1273. https://doi.org/10.1080/02772248.2011.580588

Havighurst, S. S., Wilson, K. R., Harley, A. E., Kehoe, C., Efron, D., & Prior, M. R. (2013). “Tuning

into kids”: Reducing young children’s behavior problems using an emotion coaching parenting

program. Child Psychiatry and Human Development, 44(2), 247–264. https://doi.org/10.1007/s10578-012-0322-1

Hayes, S. A., & Watson, S. L. (2013). The impact of parenting stress: A meta-analysis of studies

comparing the experience of parenting stress in parents of children with and without autism

spectrum disorder. Journal of Autism and Developmental Disorders, 43(3), 629–642.

https://doi.org/10.1007/s10803-012-1604-y

Hess, C. R., Teti, D. M., & Hussey-Gardner, B. (2004). Self-efficacy and parenting of high-risk infants:

The moderating role of parent knowledge of infant development. Journal of Applied

Developmental Psychology, 25(4), 423–437. https://doi.org/10.1016/j.appdev.2004.06.002

Hessler, D. M., & Katz, L. F. (2010). Brief report: Associations between emotional competence and adolescent risky behavior. Journal of Adolescence, 33(1), 241–246.

https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2009.04.007

Huang, C. Y., Yen, H. C., Tseng, M. H., Tung, L. C., Chen, Y. D., & Chen, K. L. (2014). Impacts of

autistic behaviors, emotional and behavioral problems on parenting stress in caregivers of

children with autism. Journal of Autism and Developmental Disorders, 44(6), 1383–1390. https://doi.org/10.1007/s10803-013-2000-y

Jones, T. L., & Prinz, R. J. (2005). Potential roles of parental self-efficacy in parent and child

adjustment: A review. Clinical Psychology Review, 25(3), 341–363.

https://doi.org/10.1016/j.cpr.2004.12.004

Page 11: KOMPETENSI EMOSI DAN EFIKASI DIRI PENGASUHAN IBU DARI …psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019/66_ Naska… · parenting disebut sebagai parenting self-efficacy

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

623

Karraker, K. H., & Coleman, P. K. (2005). The effects of child characteristics on parenting. In

Monographs in parenting. Parenting: An ecological perspective (pp. 147–176). US: Lawrence

Erlbaum Associates Publishers.

Kidwell, S. L., Young, M. E., Hinkle, L. D., Ratlif, A. D., Marcum, M. E., & Martin, C. N. (2010). Emotional competence and behavior problems: Differences across Preschool Assessment of

Attachment classifications. Clinical Child Psychology and Psychiatry, 15(3), 391–406.

https://doi.org/10.1177/1359104510367589

Kotsou, I., Leys, C., & Fossion, P. (2018). Acceptance alone is a better predictor of psychopathology and well-being than emotional competence, emotion regulation and mindfulness. Journal of

Affective Disorders, 226(September 2017), 142–145. https://doi.org/10.1016/j.jad.2017.09.047

Kuhn, J. C., & Carter, A. S. (2006). Maternal self-efficacy and associated parenting cognitions among

mothers of children with autism. American Journal of Orthopsychiatry, 76(4), 564–575.

https://doi.org/DOI: 10.1037/0002-9432.76.4.564

Kwok, S. Y. C. L., Yeung, J. W. K., Low, A. Y. T., Lo, H. H. M., & Tam, C. H. L. (2015). The roles of

emotional competence and social problem-solving in the relationship between physical abuse

and adolescent suicidal ideation in China. Child Abuse and Neglect, 44, 117–129.

https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2015.03.020

Levine, L. ., & Munsch, J. (2011). Child development (An active learning approach). Canada: Sage Publication, Inc.

Mangunsong, F. (2011). Psikologi dan pendidikan anak berkebutuhan khusus. Depok: LPSP3 UI.

Martínez-González, R. A., Rodríguez-Ruiz, B., Álvarez-Blanco, L., & Becedóniz-Vázquez, C. (2016).

Evidence in promoting positive parenting through the Program-Guide to Develop Emotional Competences. Psychosocial Intervention, 25(2), 111–117.

https://doi.org/10.1016/j.psi.2016.04.001

Nelis, D., Kotsou, I., Quoidbach, J., Hansenne, M., Weytens, F., Dupuis, P., & Mikolajczak, M. (2011).

Increasing emotional competence improves psychological and physical well-being, social

relationships, and employability. Emotion, 11(2), 354–366. https://doi.org/10.1037/a0021554

Ozturk, Y., Riccadonna, S., & Venuti, P. (2014). Parenting dimensions in mothers and fathers of

children with Autism Spectrum Disorders. Research in Autism Spectrum Disorders, 8(10), 1295–

1306. https://doi.org/10.1016/j.rasd.2014.07.001

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human development. New York: Mc Graw Hill.

Phillips, B. A., Conners, F., & Curtner-Smith, M. E. (2017). Parenting children with down syndrome:

An analysis of parenting styles, parenting dimensions, and parental stress. Research in

Developmental Disabilities, 68(July), 9–19. https://doi.org/10.1016/j.ridd.2017.06.010

Pugh, G. A. (2004). Parenting styles, maternal efficacy and impact of disability on family. The University

of Georgia.

Saarni, C. (1999). A Skill-Based Model of Emotional Competence: A developmental perspective.

https://doi.org/10.1158/1535-7163.mct-16-0142

Saarni, C., Campos, J. J., Camras, L. A., & Witherington, D. (2007). A conceptual framework for

feeling and emotion. In Emotional Development: Action, Communication, and Understanding.

Santrock, J. W. (2018). A topical approach to life-span development (9th Ed.). New York: McGraw-Hill.

Page 12: KOMPETENSI EMOSI DAN EFIKASI DIRI PENGASUHAN IBU DARI …psychologyforum.umm.ac.id/files/file/Prosiding IPPI 2019/66_ Naska… · parenting disebut sebagai parenting self-efficacy

Naskah Prosiding Temilnas XI IPPI (Malang, 20-21 September 2019) ISBN : 978-60274420-7-8

624

Sun, X., Allison, C., Auyeung, B., Baron-Cohen, S., & Brayne, C. (2014). Parental concerns,

socioeconomic status, and the risk of autism spectrum conditions in a population-based study.

Research in Developmental Disabilities, 35(12), 3678–3688.

https://doi.org/10.1016/j.ridd.2014.07.037

Vassi, I., Veltsista, A., & Bakoula, C. (2009). Parenting practices and child mental health outcomes.

In Handbook of Parenting: Styles, Stresses, and Strategies.

Walter, S. M., & Smith, M. J. (2016). Mothering a child with autism. Archives of Psychiatric Nursing,

30(5), 600–601. https://doi.org/10.1016/j.apnu.2016.01.016

Wilson, A., & Kim, W. (2016). The effects of concept mapping and academic self-efficacy on mastery

goals and reading comprehension achievement. International Education Studies, 9(3), 12.

https://doi.org/10.5539/ies.v9n3p12

Wittkowski, A., Garrett, C., Calam, R., & Weisberg, D. (2017). Self-report measures of parental

self-efficacy: A systematic review of the current literature. Journal of Child and Family Studies, 26(11), 2960–2978. https://doi.org/10.1007/s10826-017-0830-5