komitmen organisasi dan asimetri informasi sebagai … · 2017. 4. 1. · i komitmen organisasi dan...
TRANSCRIPT
KOMITMEN ORGANISASI DAN ASIMETRI INFORMASI SEBAGAIPEMODERASI PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN
PADA SENJANGAN ANGGARAN
(Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Badung)
SKRIPSI
Oleh:
I Wayan Adi Wiguna
NIM: 1206305099
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2016
KOMITMEN ORGANISASI DAN ASIMETRI INFORMASI SEBAGAIPEMODERASI PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN
PADA SENJANGAN ANGGARAN
(Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Badung)
SKRIPSI
Oleh:
I Wayan Adi Wiguna
NIM: 1206305099
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2016
KOMITMEN ORGANISASI DAN ASIMETRI INFORMASI SEBAGAIPEMODERASI PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN
PADA SENJANGAN ANGGARAN
(Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Badung)
SKRIPSI
Oleh:
I Wayan Adi Wiguna
NIM: 1206305099
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2016
i
KOMITMEN ORGANISASI DAN ASIMETRI INFORMASI SEBAGAIPEMODERASI PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN
PADA SENJANGAN ANGGARAN
(Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Badung)
SKRIPSI
Oleh:
I Wayan Adi Wiguna
NIM: 1206305099
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Denpasar
2016
i
KOMITMEN ORGANISASI DAN ASIMETRI INFORMASI SEBAGAIPEMODERASI PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN
PADA SENJANGAN ANGGARAN
(Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Badung)
SKRIPSI
Oleh:
I Wayan Adi Wiguna
NIM: 1206305099
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Denpasar
2016
i
KOMITMEN ORGANISASI DAN ASIMETRI INFORMASI SEBAGAIPEMODERASI PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN
PADA SENJANGAN ANGGARAN
(Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Badung)
SKRIPSI
Oleh:
I Wayan Adi Wiguna
NIM: 1206305099
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Denpasar
2016
ii
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh pembimbing, serta diuji
pada tanggal: 22 April 2016
Tim Penguji Tanda tangan
1. Ketua :Dr.I Putu Sudana, SE., MSAcc., Ak. …………….
2. Sekretaris : I Wayan Pradnyantha Wirasedana,M.Com. …………….
3. Anggota : Komang Ayu Krisnadewi, SE., M.Si., Ak. .…………….
Mengetahui,Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing
(Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE. M.Si) (I Wayan Pradnyantha Wirasedana, M.Com)NIP. 19641225 199303 1 003 NIP. 198607162010121 004
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya,
di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh
orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Denpasar, 22 April 2016Mahasiswa,
I Wayan Adi WigunaNIM: 1206305099
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Komitmen Organisasi dan Asimetri
Informasi Sebagai Pemoderasi Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran pada
Senjangan Anggaran (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Badung)”. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Dr. I Nyoman Mahendra Yasa,SE.,M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana.
2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S, Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Prof. Dr. Ni Luh Putu Wiagustini, SE., M.Si, Pembantu Dekan II Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Dr. I Dewa Gede Dharma Suputra, SE., M.Si., Ak, Pembantu Dekan III
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
5. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si, dan Dr.I Gst Ngr. Agung Suaryana,
SE., MSi., Akmasing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
6. Dra. Ni Kt. Lely A. Merkusiwati, M.Si., Ak.,sebagai Pembimbing Akademik.
7. I Wayan Pradnyantha Wirasedana, M.Com., selaku dosen pembimbing atas
waktu, bimbingan, masukan serta motivasi selama penyelesaian Skripsi ini.
8. Komang Ayu Krisnadewi, SE., M.Si. Ak., selaku dosen pembahas dalam
seminar UP dan dosen penguji skripsi atas waktu, bimbingan, masukan serta
motivasi selama penyelesaian Skripsi ini.
9. Dr.I Putu Sudana, SE., MSAcc., Ak. selaku dosen penguji skripsi atas waktu,
bimbingan, masukan serta motivasi selama penyelesaian Skripsi ini.
10. SKPD Kabupaten Badung sebagai responden penelitian yang telah banyak
membantu memberikan data dan informasi serta partisipasinya dalam
mengisi kuesioner yang diperlukan penulis dalam penelitian ini.
v
11. Keluarga tercinta, Bapak I Made Suasa dan Ibu Ni Nyoman Pasek selaku
orang tua yang memberi arahan baik moral maupun materi selama
menempuh kuliah serta adik I Made Juana Putra yang selalu memberi
semangat dalam proses penyusunan Skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan dari Jurusan Akuntansi maupun jurusan lain
angkatan 2012 yang telah banyak memberi motivasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak memeberikan motivasi dan perhatian sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap
bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Denpasar, 22 April 2016
Penulis
vi
Judul :Komitmen Organisasi dan Asimetri Informasi SebagaiPemoderasi Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran padaSenjangan Anggaran ( Studi Empiris Pada Pemerintah DaerahKabupaten Badung)
Nama :I Wayan Adi WigunaNIM :1206305099
Abstrak
Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaandana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uangpublik.Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kejelasan sasarananggaran pada senjangan anggaran dan untuk mengetahui komitmen organisasidan asimetri informasi dalam memoderasi pengaruh kejelasan sasaran anggaranpada senjangan anggaran di Pemerintah Daerah Kabupaten Badung.
Penelitian pada 36 SKPD Kabupaten Badung. Pemilihan sampel dilakukandengan menggunakan metode purposive sampling. Jumlah responden sebanyak108 orang yang terdiri dari 36Kepala SKPD, 36Kepala Sub. Bagian Umum danPerencanaan dan 36Kepala sub. Bagian Keuangan. Pengumpulan data dilakukanmelalui kuesioner. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalahModerated Regression Analysis. Hasil penelitian menemukan bahwa kejelasansasaran anggaran berpengaruh negatif pada senjangan anggaran, komitmenorganisasi memperkuat pengaruh kejelasan sasaran anggaran pada senjangananggaran, dan asimetri informasi memperlemah pengaruh kejelasan sasarananggaran pada senjangan anggaran.
Kata kunci: senjangan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, komitmenorganisasi, asimetri informasi
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah Penelitian ................................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian...................................................................................... 7
1.4. Kegunaan Penelitian................................................................................. 8
1.5. Sistematika Penulisan............................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Landasan Teori ....................................................................................... 11
2.1.1. Teori Kontijensi ........................................................................... 11
2.1.2. Teori Keagenan............................................................................ 12
2.1.3. Teori Penetapan Tujuan............................................................... 13
2.1.4. Anggaran ..................................................................................... 14
2.1.5. Karaktersistik Anggaran Sektor Publik ....................................... 15
2.1.6. Prinsip Anggaran Sektor Publik .................................................. 16
2.1.7. Jenis – jenis Anggaran Sektor Publik .......................................... 17
2.1.8. Fungsi dan Tujuan Anggaran Sektor Publik................................ 18
2.1.9. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik............................... 21
2.1.10.Partisipasi Anggaran ................................................................... 23
2.1.11.Senjangan Anggaran ................................................................... 24
viii
2.1.12.Kejelasan Sasaran Anggaran....................................................... 25
2.1.13.Asimetri Informasi ...................................................................... 26
2.1.14.Komitmen Organisasi.................................................................. 27
2.2. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 28
2.2.1. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Pada Senjangan Anggaran..................................................................................................... 28
2.2.2. Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Kejelasan SasaranAnggaran pada Senjangan Anggaran .......................................... 29
2.2.3. Asimetri Informasi Memoderasi Pengaruh Kejelasan SasaranAnggaran pada Senjangan Anggaran .......................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian .................................................................................... 31
3.2. Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian .................................... 32
3.3. Obyek Penelitian .................................................................................... 32
3.4. Identifikasi Variabel ............................................................................... 32
3.5. Definisi Operasional Variabel ................................................................ 33
3.6. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 36
3.6.1. Jenis Data..................................................................................... 36
3.6.2. Sumber Data ................................................................................ 37
3.7. Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel................................. 37
3.8. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 39
3.9. Teknik Analisis Data .............................................................................. 40
3.9.1. Uji Statistik Deskriptif ................................................................. 40
3.9.2. Uji Intrumen Penelitian ................................................................ 40
3.9.3. Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 41
3.9.4. Koefisien Determinasi (R2) .......................................................... 43
3.9.5. Analisis MRA (Moderated Regression Analysis)........................ 43
3.9.6. Uji Kelayakan Model (Uji F) ....................................................... 44
3.9.7. Uji Parsial (Uji t) .......................................................................... 44
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN.......................... 46
4.1. Gambaran Umum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) .................. 46
ix
4.2. Data Penelitian ....................................................................................... 48
4.2.1. Responden Penelitian .................................................................. 48
4.2.2. Profil Responden ......................................................................... 48
4.3. Statistik Deskriptif.................................................................................. 51
4.4. Pengujian Istrumen Penelitian................................................................ 52
4.4.1. Uji Validitas Instrumen ................................................................ 52
4.4.2. Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................ 54
4.5. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 54
4.5.1. Uji Normalitas ............................................................................. 54
4.5.2. Uji Heterokedastisitas.................................................................. 55
4.5.3. Uji Multikolinearitas.................................................................... 56
4.6. MRA....................................................................................................... 57
4.6.1. Koefisien Determinasi ................................................................. 58
4.6.2. Uji Kelayakan Model (Uji F)....................................................... 59
4.6.3. Uji Hipotesis (Uji t) ..................................................................... 59
4.7. Pembahasan Hasil Penelitian.................................................................. 60
4.8.1. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran pada Senjangan Anggaran..................................................................................................... 60
4.8.2. Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Kejelasan SasaranAnggaran pada Senjangan Anggaran .......................................... 61
4.8.3. Asimetri Informasi dalam Memoderasi Pengaruh KejelasanSasaran Anggaran pada Senjangan Anggaran ............................. 62
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan................................................................................................. 63
5.2. Saran ....................................................................................................... 64
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................... 65
Lampiran ............................................................................................................... 71
x
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
1.1 Ringkasan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Badung TahunAnggaran 2010-2014 (dalam jutan rupiah) ................................................. 6
1.2 Ringkasan Pendapatan Daerah Seluruh Kabupaten di Provinsi Bali Tahun2013 (dalam jutan rupiah) ........................................................................... 7
3.1 Ringkasan Pembagian Sampel .................................................................. 38
4.2 Ringkasan Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner............................... 48
4.3 Demografi Responden............................................................................... 49
4.4 Descriptive Statistics................................................................................. 51
4.5 Hasil Uji Validitas Instrumen.................................................................... 52
4.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen................................................................ 54
4.7 Hasil Uji Normalitas ................................................................................. 55
4.8 Hasil Uji Heterokedastisitas...................................................................... 55
4.9 Hasil Uji Multikolinearitas........................................................................ 56
4.10 MRA.......................................................................................................... 57
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
3.1 Desain Penelitian....................................................................................... 31
4.1 Struktur SKPD .......................................................................................... 47
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1 Kuesioner Penelitian ................................................................................. 71
2 Tabulasi Data Kuesioner ........................................................................... 78
3 Tabulasi Data Interval ............................................................................... 88
4 Hasil Uji Statistik Deskriptif ..................................................................... 98
5 Hasil Uji Validitas Instrumen.................................................................... 99
6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen.............................................................. 103
7 Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 107
8 Hasil Uji Heterokedastisitas.................................................................... 108
9 Hasil Uji Multikolinearitas...................................................................... 108
10 Hasil Moderated Regression Analysis .................................................... 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah, berdampak pada sistem pemerintahan yaitu
pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi yang luas kepada pemerintah
daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, daerah dituntut untuk benar-benar
mempersiapkan diri baik secara kelembagaan, sumber daya manusia dan
teknologi untuk dapat mewujudkan otonomi dan desentralisasi secara nyata,
bertanggungjawab dan dinamis.
Tujuan diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia dimaksudkan sebagai
strategi untuk memperkuat perekonomian daerah dalam rangka memperkokoh
perekonomian nasional untuk menghadapi era perdagangan bebas. Tujuan
otonomi daerah akan terealisasi apabila segenap lapisan melaksanakannya dengan
sungguh-sungguh. Langkah awal untuk merealisasikan keberhasilan tersebut
dapat dilakukan dengan perwujudan reformasi sektor publik. Dimensi reformasi
sektor publik tersebut tidak hanya sekedar perubahan format lembaga akan tetapi
mencakup pembaharuan alat-alat yang digunakan untuk mendukung berjalannya
lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan
akuntabel sehingga cita-cita reformasi yaitu menciptakan good governance benar-
benar tercapai (Mardiasmo, 2009:17).
2
Reformasi sektor publik berarti juga adanya reformasi keuangan daerah.
Reformasi keuangan daerah dalam pelaksanaannya akan berdampak juga terhadap
reformasi anggaran (budgeting reform) yang meliputi proses penyusunan,
pengesahan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran. Jika pada mulanya,
pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) propinsi
memerlukan pengesahan Menteri Dalam Negeri dan APBD kabupaten/kota
dengan pengesahan Gubernur, maka saat ini pertanggungjawaban APBD hanya
memerlukan pengesahan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) melalui
Peraturan Daerah (Perda) (Mardiasmo, 2009:15).
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak
dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial
(Mardiasmo,2009:61). Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas
atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai
dengan uang publik (Mardiasmo, 2009:61). Anggaran tidak hanya penting bagi
perusahaan swasta tetapi juga penting dalam pelaksanaan program-program
pemerintah. Dalam organisasi sektor publik, penganggaran merupakan suatu
proses politis. Jika pada sektor swasta anggaran merupakan bagian dari rahasia
perusahaan yang tertutup untuk publik, tetapi sebaliknya pada sektor publik
anggaran justru harus diinformasikan kepada masyarakat untuk dikritik,
didiskusikan dan diberi masukan.
Senjangan anggaran merupakan perbedaan antara realisasi anggaran dengan
estimasi anggaran yang telah diprediksikan (Suartana, 2010:138).Senjangan
anggaran merupakan langkah pembuat anggaran untuk mencapai target yang lebih
3
mudah dicapai padahal kapasitas sesungguhnya masih jauh lebih tinggi. Banyak
pembuat anggaran cenderung untuk menganggarkan pendapatan agak lebih
rendah dan pengeluaran agak lebih tinggi dari estimasi terbaik mereka mengenai
jumlah-jumlah tersebut. Oleh karena itu, anggaran yang dihasilkan adalah target
yang lebih mudah bagi mereka untuk dicapai.Penelitian sebelumnya yang menguji
hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan senjangan anggaran
menunjukan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Biantara
(2014) mengenai pengaruh kejelasan sasaran anggaran pada senjangan anggaran
menunjukan hasil kejelasan sasaran anggaran berpengaruh secara positif pada
senjangan anggaran. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Bulan (2011) dan
Agusti (2013) menunjukan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh secara
negatif pada senjangan anggaran. Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat
diselesaikan melalui pendekatan kontijensi (contingency approach). Penggunaan
pendekatan kontijensi memungkinkan adanya variabel-variabel lain yang
bertindak sebagai faktor moderating atau intervening yang memengaruhi
hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan senjangan anggaran. Dalam
penelitian ini, digunakan variabel komitmen organisasi dan asimetri informasi
sebagai variabel moderasi dalam menguji hubungan antara kejelasan sasaran
anggaran dengan senjangan anggaran.
Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana anggaran diterapkan
secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti
oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut
(Kenis dalam Priyanti, 2013:20).Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan
4
mempermudah dalam mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan dari
suatu pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakan dalam rangka untuk mencapai
tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Penelitian
yang dilakukan oleh Pitasari dkk (2014), Agusti (2013) menunjukan bahwa
kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif pada senjangan anggaran
sehingga kejelasan sasaran anggaran dapat mengurangi adanya senjangan
anggaran. Penelitian yang dilakukan oleh Biantara dan Putri (2014) menunjukan
hasil yang berbeda yaitu kejelasan sasaran berpengaruh positif pada senjangan
anggaran yang artinya semakin jelas sasaran anggaran maka kemungkinan
terjadinya senjangan anggaran semakin besar. Penelitian yang dilakukan oleh
Kridawan dan Mahmud (2014) menunjukan bahwa kejelasan sasaran anggaran
tidak berpengaruh terhadap senjangan anggaran.
Komitmen Organisasi merupakan tingkat sampai sejauh mana seorang
karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta
berniat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut (Ikhsan
dan Ishak 2008:35). Pada konteks pemerintah daerah, aparat yang merasa sasaran
anggarannya jelas akan lebih bertanggung jawab jika di dukung dengan komitmen
aparat yang tinggi terhadap organisasi atau instansinya. Hal ini akan mendorong
aparat untuk menyusun anggaran sesuai dengan sasaran yang di capai oleh
organisasi sehingga akan mengurangi senjangan anggaran. Komitmen organisasi
dapat mempengaruhi hubungan kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja
manajerial. Manajer yang memiliki tingkat komitmen organisasi yang tinggi akan
memiliki pandangan positif dan berusaha berbuat yang terbaik demi kepentingan
5
organisasi (Porter et al,1974 dalam Darlis 2001).Penelitian yang dilakukan oleh
Suhartono dan Solichin (2006) dan Agusti (2013) menunjukan bahwa komitmen
organisasi berpengaruh negatif terhadap hubungan antara kejelasan sasaran
anggaran dengan senjangan anggaran. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman
(2009) menunjukan hasil yang berbeda yaitu komitmen organisasi tidak
berpengaruh terhadap hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan
senjangan anggaran.
Asimetri informasimerupakan suatu keadaan dimana bawahan memiliki
informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan atasan atau sebaliknya dimana
atasan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan bawahan . Apabila
atasan mempunyai informasi yang lebih banyak daripada bawahan, maka akan
terjadi suatu tuntutan yang lebih besar dari atasan agar pelaksana anggaran dapat
mencapai target anggaran. Apabila bawahan mempunyai informasi yang lebih
banyak dari yang dimiliki oleh atasan, maka pelaksana anggaran akan menyatakan
target lebih rendah daripada kemungkinan untuk dicapai (Suartana, 2010:140).
Asimetri informasidapat digunakan oleh bawahan untuk menyembunyikan
informasi mengenai kinerjanya, yang mengakibatkan kurangnya motivasi untuk
meningkatkan hasil karena ketidakmampuannya dapat ditutupi oleh asimetri
informasi(De Faria dan Silva, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Agusti
(2013) menunjukan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif terhadap
hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan senjangan anggaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Kridawan dan Mahmud (2014) menunjukan hasil
6
yang berbeda yaitu asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap hubungan
antara kejelasan sasaran anggaran dengan senjangan anggaran.
Penelitian ini akan dilakukan pada organisasi sektor publik dengan obyek
penelitian pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Badung.
Pemilihan lokasi ini dikarenakanlaporan realisasi APBD Kabupaten Badung
menunjukan bahwa realisasi dari anggaran pendapatan daerah dari tahun 2010 -
2014 lebih tinggi dari yang dianggarkan sedangkan untuk anggaran belanja,
realisasinya lebih rendah dari yang dianggarkan,dapat dilihat pada Tabel 1.1
Dapat disimpulkan adanya perbedaan jumlah anggaran dan estimasi terbaik, di
indikasikan bahwa terjadi senjangan anggaran.
Selain itu alasan melakukan penelitian ini di pemerintah daerah Kabupaten
Badung karena merupakan organisasi sektor publik dengan pendapatan daerah
terbesar di Bali dapat dilihat pada Tabel 1.2, sehingga memerlukan penanganan
yang baik.
Tabel 1.1Ringkasan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten BadungTahun Anggaran 2010-2014 (dalam jutaan rupiah)
TahunAnggaran
PendapatanDaerah
RealisasiPendapatan
Daerah%
AnggaranBelanjaDaerah
RealisasiBelanjaDaerah
%
2010 1.363.308,90 1.425.462,90 105 1.570.119,10 1.319.058,40 842011 1.558.985,20 1.850.707,40 119 1.812.280,40 1.572.210,50 872012 1.935.433,60 2.620.854,10 135 2.638.916,50 2.334.080,30 882013 2.494.697,30 2.954.662,10 118 3.027.775,10 2.755.459,70 912014 3.155.737,10 3.459.986,00 110 3.614.006,60 3.276.164,10 91
Sumber :BPS Kabupaten Badung,2015 (data diolah)
7
Tabel 1.2 Ringkasan Pendapatan Daerah Seluruh Kabupaten di ProvinsiBali Tahun 2014 (dalam jutaan rupiah)
Kabupaten/ Kota Jumlah Pendapatan Daerah(Rp)
Jumlah Belanja Daerah(Rp)
Badung 3.459.986,00 3.276.164,10Denpasar 1.727.968,71 1.648.378,76Buleleng 1.558.960,84 1.543.584,63Tabanan 1.367.078,41 1.333.200,89Gianyar 1.400.913,78 1.354.851,66
Karangasem 1.248.392,02 1.164.666,35Jembrana 823.352,41 786.285,29Klungkung 827.028,80 783.124,98
Bangli 793.647,67 762.376,99Sumber: BPS Provinsi Bali, 2015 (data diolah)
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yakni:
1) Apakah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh pada senjangan anggaran di
Pemerintah Daerah Kabupaten Badung?
2) Apakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh kejelasan sasaran
anggaran pada senjangan anggaran di Pemerintah Daerah Kabupaten Badung?
3) Apakah asimetri informasi memoderasi pengaruh kejelasan sasaran anggaran
pada senjangan anggaran di Pemerintah Daerah Kabupaten Badung?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalahsebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengaruh kejelasan sasaran anggaran pada senjangan
anggaran di Pemerintah Kabupaten Badung
8
2) Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap pengaruh kejelasan
sasasran anggaran pada senjangan anggaran di Pemerintah Daerah Kabupaten
Badung.
3) Untuk mengetahui pengaruh asimetri informasi terhadap pengaruh kejelasan
sasaran anggaran pada senjangan anggaran di Pemerintah Daerah Kabupaten
Badung.
1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan bagi
mahasiswa/I serta dapat digunakan sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya
mengenai faktor-faktor yang memengaruhi senjangan anggaran.
2) Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam organisasi dan sebagai bahan pertimbangan terhadap
organisasi mengenai pengaruh dari komitmen organisasi dan asimetri informasi
terhadap kejelasan sasaran anggaran pada senjangan anggaran pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah Badung.
9
1.5. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri atas beberapa bab dan sub bab yang tersusun
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Pada bab ini diuraikan tentang teori-teori yang menunjang pembahasan
terhadap masalah dalam penelitian ini yakni teori kontijensi,teori
keagenan, teori penetapan tujuan, pengertian aggaran, karaktersistik
anggaran sektor publik, prinsip anggaran sektor publik, jenis-jenis
anggaran sektor publik,fungsi dan tujuan anggaran sektor publik,
proses penyusunan anggaran sektor publik, partisipasi
anggaran,senjangan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, komitmen
organisasi dan asimetri informasi serta hipotesis penelitian.
Bab III Metode Penelitian
Pada bab ini diuraikan tentang desain penelitian, lokasi penelitian,
obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel,
jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel,
metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum SKPD,
deskripsi responden, hasil pengujian instrumen penelitian, hasil uji
10
asumsi klasik, hasil analisis regresi moderasi dan pembahasan hasil
penelitian.
Bab V Simpulan dan Saran
Pada bab ini akan diuraikan mengenai simpulan yang didapat
berdasarkan uraian yang telah dibuat pada bab sebelumnya, serta
saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi peneliti berikutnya.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Kontijensi
Pendekatan kontijensi merupakan perkembangan penting dari akuntansi
manajerial. Menurut Otley (1980) para peneliti telah menerapkan pendekatan
kotinjensi guna menganalisa dan mendisain system control, khususnya dibidang
system akuntansi manajemen, pendekatan kontijensi melakukan pengujian untuk
melihat hubungan variabel-variabel konteksual seperti ketidakpastian lingkungan,
ketidakpatian tugas, struktur dan kultur organisasional, ketidakpastian strategi
dengan desain system akuntansi manajemen. Pendekatan kontijensi diperlukan
untuk mengevaluasi faktor-faktor kondisional yang menyebabkan sistem
akuntansi manajemen menjadi lebih efektif.
Riyanto (2003) mengatakan perlunya penelitian mengenai pendekatan
kontijensi. Penelitian tersebut untuk menguji faktor kontekstual yang
mempengaruhi hubungan antara sistem pengendalian dengan kinerja. Faktor
kontekstual yang mempengaruhi keefektifan sistem pengendalian, pada umumnya,
di luar domain akuntansi sehingga menyangkut multidisiplin. Contoh faktor
kontekstual tersebut adalah motivasi, komitmen, struktur organisasi,
ketidakpastian lingkungan dan strategi. Penggunaan pendekatan kontijensi
tersebut memungkinkan adanya variabel-variabel lain yang bertindak sebagai
variabel moderating atau variabel intervening yang mempengaruhi hubungan
antara kejelasan sasaran anggaran dengan senjangan anggaran.
12
2.1.2. Teori Keagenan
Konsep senjangan anggaran dapat dimulai dengan pendekatan teori
keagenan. Dalam teori keagengan, hubungan agensi muncul ketika satu pihak atau
lebih (principal) memperkerjakan pihak lain (agent) untuk memberikan suatu jasa
dan kemudian mendelegasikan wewenang kepada agen tersebut untuk membuat
suatu keputusan (Anthony dan Govindajaran, 2006).Hubungan keagenan
didefinisikan sebagai suatu kontrak yang terjadi pada saat prinsipal mulai
mempekerjakan agen dan kemudian prinsipal mendelegasikan wewenangnya
untuk pengambilan keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling, 1979).
Prinsipal dan agen diasumsikan mempunyai kepentingan sendiri dan perbedaan
kepentingan yang dimiliki oleh prinsipal dan agen dapat memicu terjadinya
konflik.
Menurut Wendy (2010) hubungan keagenan ini akan mengakibatkan
dua permasalahan yaitu terjadinya: (a) asimetri informasi, dimana manajemen
secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang
sebenarnya dan posisi operasi entitas dari pemilik, dan (b) terjadinya konflik
kepentingan akibat ketidaksamaan kepentingan/tujuan tersebut, dimana
manajemen tidak selalu bertindak sesuai kepentingan pemilik.Ikhsan dan Iskak
(2008: 56) menyatakan hal yang banyak terjadi dalam teori keagenan adalah agent
lebih memahami organisasi sehingga menimbulkan asimetri informasi yang
menyebabkan principal tak mampu menentukan apakah usaha yang dilakukan
agent benar-benar optimal. Adanya asimetri informasi ini menyebabkan
kemungkinan timbulnya konflik antara pihak principal dan agent.Pada instansi
13
pemerintah daerah Implikasi teori keagenan muncul dalam proses penyusunan
anggaran dilihat dari dua perspektif yaitu hubungan antara rakyat dengan
legislatif, dan legislatif dengan eksekutif. Ditinjau dari perspektif hubungan
keagenan antara legislatif dengan eksekutif, eksekutif adalah agent dan legislatif
adalah principal (Halim dan Abdullah, 2006).
2.1.3. Teori Penetapan Tujuan
Teori penetapan tujuan atau goal setting theory awalnya dikemukakan oleh
Locke (1968), yang menunjukkan adanya keterkaitan antara tujuan dan kinerja
seseorang terhadap tugas. Teori ini menjelaskan bahwa perilaku seseorang
ditentukan oleh dua buah cognition yaitu content (values) dan intentions (tujuan).
Orang telah menentukan goal atas perilakunya di masa depan dan goal tersebut
akan mempengaruhi perilaku yang sesungguhnya terjadi. Perilakunyaakan diatur
oleh ide (pemikiran) dan niatnya sehingga akan mempengaruhi tindakan dan
konsekuensi kinerjanya. Umumnya, manajer menerima penetapan tujuan sebagai
hal yang sangat berarti untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja (Dubrin,
2012 dalam Badiyah dkk, 2013).
Latham dan Yukl (1975) menyatakan, sebuah goal merupakan sesuatu
yang ingin dilakukan seseorang secara sadar. Latham dan Locke (1979)
menyatakan bahwa sesungguhnya penentuan sasaran (goal) merupakan sesuatu
yang sederhana, namun kesederhanaan ini tidak dapat diartikan secara sederhana
atuapun biasa, melainkan harus ditanggapi dengan perencanaan yang matang.
Dengan penentuan sasaran (goal) yang spesifik, seseorang akan mampu
membandingkan apa yang telah dilakukan dengan sasaran (goal) itu sendiri, dan
14
kemudian menentukan dimana posisinya saat itu. Goal-setting mengijinkan
individu untuk melihat hasil kerja disaat ini dan membandingkannya dengan hasil
kerja dimasa lalu. Hal ini akanmenimbulkan sebuah motivasi tersendiri bagi
individu untuk lebih berusaha lebih baik lagi.
Latham, et al (2008) dalam Mirayanti (2012) menemukan bahwa goal-
setting berpengaruh pada kinerja pegawai dalam organisasi publik. Salah satu
bentuk nyata dari penerapan goal-setting ini adalah anggaran. Sebuah anggaran
tidak hanya mengandung rencana dan jumlah nominal yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan, tetapi juga mengandung sasaran yang spesifik yang ingin
dicapai organisasi. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan,
temuan utama dari goal setting theory adalah bahwa orang yang diberi tujuan
yang spesifik, sulit tapi dapat dicapai, memiliki kinerja yang lebih baik
dibandingkan orang-orang yang menerima tujuan yang mudah dan spesifik atau
tidak ada tujuan sama sekali. Pada saat yang sama, seseorang juga harus memiliki
kemampuan yang cukup, menerima tujuan yang ditetapkan dan menerima umpan
balik yang berkaitan dengan kinerja (Latham, 2003 dalam Badiyah dkk, 2013).
Dalam penelitian ini teori penetapan tujuan digunakan untuk menganalisis
hubungan antara variabel kejelasan sasaran anggaran dengan senjangan anggaran.
2.1.4. Anggaran
Anggaran merupakan rencana kerja jangka pendek yang dinyatakan secara
kuantitatif dan diukur dalam satuan moneter yang penyusunannya sesuai dengan
rencana kerja jangka panjang yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi,
2001:488). Mardiasmo (2009:62) berpendapat bahwa anggaran sektor publik
15
berisi rencana yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan
dan belanja dalam satuan moneter atau dalam bentuk sederhana. Anggaran publik
merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan suatu
organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas.
Menurut Mardiasmo (2009:63) anggaran sektor publik penting karena:
1) Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan
sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
2) Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang
tidak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada
terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber
daya
3) Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung
jawab terhadap rakyat sehingga anggaran publik merupakan instrumen
pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.
2.1.5. Karaktersistik Anggaran Sektor Publik
Untuk memperoleh konsep yang lebih jelas mengenai anggaran sektor
publik, berikut karakteristik anggaran yang dikemukakan Sumarsono (2010:48):
1) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.
2) Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa
tahun.
3) Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai
sasaran yang ditetapkan dalam anggaran;
16
4) Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi
dari penyusun anggaran;
5) Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah di bawah kondisi tertentu.
Karakteristik anggaran sektor publik sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan anggaran secara konvensional yaitu mengukur anggaran dalam satuan
keuangan maupun non-keuangan, yang dibuat oleh manajemen sebagai bentuk
komitmen dalam pencapaian tujuan organisasi yang umumnya mencakup jangka
waktu satu tahun.
2.1.6. Prinsip Anggaran Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2009:67-68), prinsip-prinsip anggaran sektor publik
meliputi:
1) Otorisasi oleh Legislatif. Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari
legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran
tersebut.
2) Komprehensif. Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, adanya dananonbudgetair pada
dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.
3) Keutuhan anggaran. Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus
terhimpun dalam dana umum.
4) NondiscretionaryAppripriation. Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif
harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien, dan efektif.
5) Periodik. Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat
tahunan maupun multitahunan.
17
6) Akurat. Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang
tersembunyi (hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong
pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya
underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran.
7) Jelas. Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak
membingungkan.
8) Diketahui publik. Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas
2.1.7. Jenis – jenis Anggaran Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2009:66-67) Anggaran sektor publik dibagai
menjadi dua, yaitu:
1) Anggaran Operasional
Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari
dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat
dikategorikan dalam anggaran operasional adalah belanja rutin. Belanja rutin
(recurrent expenditure) adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu
tahun anggaran dan tidak dapat menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah.
Secara umum, pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara
lain; belanja administrasi umum dan belanja operasi dan pemeliharaan.
2) Anggaran Modal
Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas
aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot dan sebagainya.
Pengeluaran modal yang besar biasanya dilakukan dengan menggunakan
pinjaman. Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya
18
cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau
kekayaan pemerintah dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk
biaya operasional dan pemeliharaannya. Anggaran dibagi menjadi dua jenis
yaitu anggaran operasional atau anggaran rutin karena sifatnya pengeluaran
yang berulang untuk kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan
dan anggaran modal yang menunjukan rencana jangka panjangdan
pembelanjaan aktiva tetap.
2.1.8. Fungsi dan Tujuan Anggaran Sektor Publik
Fungsi anggaran di lingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting
dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena (SAP KK-4 Paragraf
13, 2005) :
1) Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.
2) Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara
belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan.
3) Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum.
4) Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.
5) Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah
sebagai pernyataan pertanggungjawab pemerintah kepada publik.
Sedangkan menurut Mardiasmo (2009:63-66) anggaran sektor public
memiliki beberapa fungsi utama, yaitu:
1) Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning Tool).
19
Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan
dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan hasil apa yang
diperoleh dari belanja pemerintah tersebut. Anggaran sebagai alat perencanaan
digunakan juga untuk merumuskan tujuan dan sasaran kebijakan agar sesuai
dengan visi misi, merencanakan program dan kegiatan serta alternatif sumber
pembiayaannya, mengalokasikan dana pada program yang telah disusun,
menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.
2) Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)
Anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran
pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan
kepada publik. Tanpa anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan
pemborosan-pemborosan pengeluaran. Anggaran sebagai instrumen kontrol
digunakan untuk menghindari adanya over spending, underspending dan salah
sasaran (misappropriation) dalam alokasi pada bidang yang bukan prioritas.
3) Anggaran Sebagai Alat Koordinasi Dan Komunikasi (Coordination And
Communication Tool)
Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan,
sehingga mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam
pencapaian tujuan organisasi serta berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit
kerja dalam lingkungan eksekutif dan dikomunikasikan ke seluruh bagian
untuk dilaksanakan.
4) Anggaran Merupakan Alat Penilaian Kinerja (Performance Measurement Tool)
20
Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada
pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan
pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Anggaran
berfungsi sebagai alat pengendali dan penilaian kinerja yang efektif.
5) Anggaran Merupakan Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal Tool)
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk menstabilkan ekonomi
dan mendorong pertumbuhan ekonomi karena melalui anggaran tersebut dapat
diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah sehingga dapat dilakukan prediksi
dan estimasi ekonomi. Anggaran juga bermanfaat untuk mendorong,
memfasilitasi, dang mengkoordinasi kegiatan ekonomi masyarakat untum
mempercepat ekonomi.
6) Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool)
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya
agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam pencapaian target dan
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Penetapan target anggaran hendaknya
jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun tidak juga terlalu
rendah sehingga terlalu mudah dicapai.
7) Anggaran Merupakan Alat Politik (Political Fiscal)
Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan
keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan
dokumen politik sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif
atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu.
8) Anggaran Sebagai Alat Untuk Menciptakan Ruang Publik (Public Sphere)
21
Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat dan DPRD.
Masyarakat, LSM, dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat
dalam proses penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang terorganisir
akan mencoba mempengaruhi anggaran pemerintah untuk kepentingan mereka.
Kelompok masyarakat yang tidak terorganisir akan mempercayakan
aspirasinya melalui proses politik sehinggaakan dengan mudah dan tidak
berdaya mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak ada alat untuk
menyampaikan aspirasi mereka, maka akan terjadi tindakan massa yang tidak
diinginkan.
2.1.9. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik
Penyusunan dan pelaksanaan anggaran tahunan merupakan rangkaian
proses anggaran. Proses penyusunanan anggaran mempunyai empat tujuan
(Mardiasmo, 2009: 68), yaitu :
1) Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi
antarbagian dalam lingkungan pemerintah.
2) Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan
jasa publik melalui proses pemrioritasan.
3) Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
4) Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada
DPR/DPRD dan masyarakat luas.
Sedangkan faktor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran
adalah :
1) Tujuan dan target yang hendak dicapai.
22
2) Ketersediaan sumber daya (faktor-faktor produksi yang dimiliki pemerintah).
3) Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target.
4) Faktor-faktor lain yang mempengaruhi anggaran, seperti munculnya peraturan
pemerintah yang baru, fluktuasi pasar, perubahan sosial dan politik, bencana
alam dan sebagainya.
Mardiasmo (2009:68). Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
yang dipresentasikan setiap tahun oleh eksekutif memberi informasi terperinci
kepada DPRD/DPR dan masyarakat tentang program-program yang direncanakan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat, dan bagaimana
program-program tersebut dibiayai. Penyusunan dan pelaksanaan anggaran
tahunan merupakan rangakaian proses anggaran. Dalam penyusunan anggaran ada
empat siklus anggaran yang meliputi empat tahapan sebagai berikut :
1) Tahap Persiapan Anggaran
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar
taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu
diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya
dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Selain itu, harus disadari
adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan diestimasi
pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang anggaran
pengeluaran.
2) Tahap Ratifikasi
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit
dan cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial
23
skill, namun juga harus mempunyai political skill, salesman ship, dan
coalitionbuilding yang menandai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi
dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini, hal tersebut penting karena
dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk
menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan
dan bantahan dari pihak legislatif.
3) Tahap implementasi/pelaksanaan anggaran
Dalam tahap ini yang paling penting dan yang harus diperhatikan oleh manajer
keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem
pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik dalam hal ini bertanggung
jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan andal untuk
perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati, dan bahkan
dapat diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran periode berikutnya. Sistem
akuntansi yang baik meliputi pula dibuatnya sistem pengendalian intern yang
memadai.
4) Tahap pelaporan dan evaluasi anggaran
Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap
implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian
manajemen yang baik, maka diharapkan tahap pelaporan dan evaluasi anggaran
tidak akan menemukan banyak masalah.
2.1.10. Partisipasi Anggaran
Partisipasi penganggaran adalah proses dimana individu atau seseorang
terlibat dalam penyusunan suatu anggaran yang akan menjadi acuan kinerja
24
kedepan bagi suatu organisasi (Falikhatun, 2007). Partisipasi secara luas pada
dasarnya merupakan suatu proses organisasional dimana para anggota organisasi
ikut serta dan mempunyai pengaruh dalam suatu pembuatan keputusan yang
berkepentingan dengan mereka.
Partisipasi penganggaran memiliki tiga potensi masalah, yaitu menetapkan
standar yang terlalu tinggi atau rendah, membuat kelonggaran dalam anggaran,
dan partisipasi semu (Hansen dan Mowen,2009:448). Partisipasi dalam proses
penyusunan anggaran memberikan kewenangan kepada para amanajer pusat
pertanggungjawaban untuk menetapkan isi anggaran. Kewenangan ini
memberikan peluang bagi para manajer untuk menyalahgunakan kewenangan
yang dimiliki dengan mempermudah pencapaian anggaran sehingga dapat
merugikan organisasi (Aprila dan Selvi, 2012). Menurut (Chin-Chun dan Feng-Yu
2013), ketika manajer ikut serta dalam penyusunan anggaran, maka
kecenderungan untuk melakukan senjangan anggaran akan meningkat
2.1.11. Senjangan Anggaran
Senjangan anggaran merupakan perbedaan antara jumlah anggaran dan
estimasi terbaik (Anthony dan Govindarajan, 2006). Young (1985)
mendefinisikan senjangan anggaran sebagai tindakan bawahan yang mengecilkan
kapabilitas produktifnya ketika diberi kesempatan untuk menentukan standar
kerjanya.Senjangan anggaran terjadi ketika agen sengaja memasukkan biaya lebih
banyak dari yang seharusnya dan pendapatan lebih sedikit agar anggaran lebih
mudah untuk dicapai (Harvey, 2015).Senjangan anggaran menjadi masalah bagi
organisasi karena semakin pentingnya manajemen yang efektif dan produktif
25
(Ozer dan Yilmaz, 2011).Terjadinya senjangan anggaran dalam suatu organisasi
dikarenakan seringkali anggaran digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja
dari karyawan. Keberhasilan pencapaian anggaran akan menjadi indikator bahwa
karyawan telah bekerja dengan baik. Hal ini menyebabkan timbulnya perilaku dari
pelaksana anggaran untuk menciptakan suatu senjangan dengan tujuan untuk
meningkatkan prospek kompensasi ke depannya (Suartana, 2010:138).
Kecenderungan untuk melakukan senjangan anggaran akan lebih rendah apabila
terdapat sikap dan motivasi yang tinggi dari pelaksana anggaran (Lu, 2011).
2.1.12. Kejelasan Sasaran Anggaran
Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana anggaran diterapkan
secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti
oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut
(Kenis, 1979). Menurut Suhartono dan Solichin (2006) kejelasan sasaran anggaran
adalah sejauh mana anggaran dapat ditetapkan secara jelas agar anggaran dapat
dimengerti dan sasaran anggaran dapat tercapai. Dapat disimpulkan bahwa
kejelasan sasaran anggaran adalah sejauh mana anggaran yang disusun diterapkan
secara spesifik dan jelas agar anggaran tersebut mudah dipahami dan sasaran
anggaran dan tujuan anggaran dapat tercapai.
Sasaran anggaran yang jelas akan mempermudah dalam
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan dari suatu pelaksanaan
tugas yang telah dilaksanakan dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya (Pitasari dkk,
2014).Ketidakjelasan dari sasaran anggaran dapat menyebabkan kondisi
26
lingkungan menjadi tidak pasti sehingga pelaksana anggaran menjadi bingung dan
tidak puas dalam bekerja (Suhartono dan Solichin, 2006).
2.1.13. Asimetri Informasi
Informasi yang jelas, tepat waktu, dan obyektif sangat diperlukan dalam
proses penyusunan anggaran (Lavarda dan Almeida, 2013). Adanya informasi
yang memadai akan memudahkan para penyusun anggaran untuk dapat menyusun
anggaran dengan baik.Asimetri Informasi merupakan suatu keadaan dimana
terdapat ketidakpastian informasi karena di dalam organisasi ada salah satu pihak
yang memiliki informasi lebih banyak (Busuioc, 2011). Menurut Dunk (1993)
dalam Armaeni (2012) Asimetri informasi terjadi ketika bawahan memliki
informasi lebih dibanding atasan mengenai suatu unit organisasi atau pusat
pertanggungjawaban bawahan.Sedangkan menurut (Jermias, 2011) Asimetri
informasi timbul karena adanya partisipasi di dalam proses penyusunan anggaran
yang melibatkan atasan dan bawahan.Partisipasi dalam proses penganggaran
dilakukan untuk mentransfer informasi yang dimiliki bawahan kepada atasan
(Shields dan Young, 1993). Partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat
menimbulkan terjadinya suatu konflik apabila salah satu pihak menggunakan
informasi yang dimiliki untuk kepentingannya sendiri (Lavarda dan Almeida,
2013).
Anthony dan Govindarajan (2006: 270) menyatakan bahwa kondisi
asimetri informasi muncul dalam teori keagenan (agency theory), yakni principal
27
memberikan wewenang kepada agen untuk mengatur perusahaan atau organisasi.
Menurut teori keagenan, agen mempunyai lebih banyak informasi tentang kinerja
aktual, motivasi dan tujuan yang ingin dicapai.
Adanya asimetri informasi merupakan salah satu faktor yang
menimbulkan perilaku negatif dalam hal ini adalah budgetary slack, dijelaskan
oleh Suartana (2010: 139), bahwa konsep asimetri informasi yaitu atasan mungkin
mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih daripada bawahan, ataupun
sebaliknya. Bila kemungkinan yang pertama terjadi, akan muncul tuntutan atau
motivasi yang lebih besar dari atasan kepada bawahan mengenai pencapaian
target anggaran yang menurut bawahan terlalu tinggi. Namun bila kemungkinan
yang kedua terjadi, bawahan akan menyatakan target lebih rendah daripada yang
dimungkinkan untuk dicapai. Keadaan dimana salah satu pihak mempunyai
pengetahuan dan informasi lebih daripada yang lainnya terhadap sesuatu hal
disebut asimetri informasi.
2.1.14. Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi merupakan tingkat sampai sejauh mana seorang
karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta
berniat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut (Ikhsan
dan Ishak 2008:35). Dengan demikian komitmen organisasi merupakan salah satu
faktor penting dalam pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Kuatnya
komitmen organisasi dikarakteristikan sebagai menerima tujuan dan nilai
organisasi serta melakukan berbagai usaha untuk kepentingan perusahaan (Angle
dan Perry, 1981:1-14). Hal ini menggambarkan bahwa karyawan yang memiliki
28
komitmen tinggi akan mempergunakan anggaran untuk mengejar tujuan
organisasi, sedangkan karyawan dengan komitmen yang rendah akan
menggunakan anggaran untuk mengejar kepentingan dirinya sendiri. Menurut
pengertian yang dikemukakan oleh Porter, Mowday dan Steers, konsep komitmen
organisasi memiliki tiga aspek yaitu seseorang dikatakan memiliki komitmen
terhadap organisasi apabila:
1) Percaya dan menerima tujuan dan nilai organisasi
2) Rela berusaha mencapai tujuan organisasi
3) Memiliki keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi
2.2. Hipotesis Penelitian
2.2.1. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Pada Senjangan Anggaran
Kejelasan sasaran anggaran yaitu menggambarkan tujuan anggaran yang
dinyatakan secara jelas dan spesifik, serta dimengerti oleh pihak-pihak yang
bertanggung jawab terhadap pencapaiannya. Tingkat kejelasan sasaran anggaran
akan menunjukkan seberapa besar informasi yang diperoleh pihak-pihak tersebut.
Semakin jelas dan spesifiknya sasaran anggaran maka anggaran akan disusun
sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan sehingga dapat menurunkan
terjadinya senjangan anggaran.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukanPitasari dkk (2014) dan Agusti (2013) yang menyatakan bahwa
kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif terhadap senjangan anggaran.
Berdasarkan uraian tersebut dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 :Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh pada senjangan anggaran.
29
2.2.2. Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Kejelasan SasaranAnggaran pada Senjangan Anggaran
Komitmen organisasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat
terhadap nilai dan sasaran yang ingin dicapai organisasi. Pada konteks pemerintah
daerah, aparat yang merasa sasaran anggarannya jelas, akan lebih
bertanggungjawab jika didukung dengan komitmen aparat yang tinggi terhadap
organisasi pemerintah daerah. Hal ini akan mendorong aparat untuk menyusun
anggaran sesuai dengan sasaran yang dicapai oleh organisasi sehingga akan
mengurangi senjangan anggaran. Manajer yang memiliki tingkat komitmen
organisasi yang tinggi akan memiliki pandangan positif dan berusaha berbuat
yang terbaik demi kepentingan organisasi. Komitmen organisasi yang tinggi tidak
akan menimbulkan senjangan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan Agusti (2013) dan Suhartono dan Solichin (2006) yang menunjukan
bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap hubungan antara
kejelasan sasaran anggaran dengan senjangan anggaran.Berdasarkan uraian
tersebut maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
H2 : Komitmen organisasi memoderasi pengaruh kejelasan sasaran anggaran pada
senjangan anggaran
2.2.3. Asimetri Informasi Memoderasi Pengaruh Kejelasan SasaranAnggaran pada Senjangan Anggaran
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana salah satu pihak
bawahan memiliki pengetahuan yang lebih dari atasan mengenai unit tanggung
jawab bawahan, atau sebaliknya atasan memiliki pengetahuan yang lebih dari
bawahan mengenai unit tanggung jawab bawahan. Semakin tinggi asimetri
30
informasi yang terjadi dalam suatu organisasi maka semakin rendah tingkat
kejelasan sasaran anggaran yang berdampak pada meningkatnya senjangan
anggaran. Penelitian yang dilakukan oleh agusti (2013) menyatakan bahwa
asimetri informasi berpengaruh positif terhadap hubungan antara kejelasan
sasaran anggaran dengan senjangan anggaran, karena seorang bawahan apabila
memberikan informasi yang bias kepada atasannya dalam membuat sasaran
anggaran maka akan menimbullkan senjangan anggaran.Berdasarkan uraian
tersebut maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
H3 :Asimetri informasi memoderasi pengaruh kejelasan sasaran anggaran pada
senjangan anggaran