komisi perlindungan anak indonesia daerah · pdf filedengan anak-anak di daerah lain. ......

1
KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DAERAH (KPAID) PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM eberadaan anak-anak di Aceh sedikit berbeda dengan anak-anak di daerah lain. Konflik yang mendera Aceh puluhan tahun serta bencana gempa bumi dan gelombang tsunami, membuat mereka perlu penanganan lebih ekstra, jika dibandingkan daerah lain. Karena sebagai salah satu kelompok rentan adalah anak-anak di Aceh merasakan langsung dampak akibat konflik dan tsunami. Tidak heran jika paska konflik dan tsunami per- soalan anak aceh menjadi hal paling penting untuk lebih diperhatikan. Bukan saja karena sebagian dari mereka mengalami trauma akibat konflik, tapi juga menjadi korban bencana gempa bumi dan tsunami yang tidak hanya meninggalkan trauma juga banyak membuat mereka kehilangan keluarga, bahkan terpisah dengan keluarga. Akibatnya bukan saja persoalan psikologis seperti penyembuhan trauma paska tsunami yang dialami anak-anak di Aceh, tapi banyak dari mereka juga harus berhadapan dengan proses hukum dalam masalah perwalian dan kewarisan. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika lembaga- lembaga anak, baik lokal, nasional maupun internasional yang kini berada di Aceh, berusaha melakukan per- lindungan terhadap hak-hak anak, dengan secara terus menerus mengkampanyekan dan mensosialisasikan hak-hak dan perlindungan anak. aktivitas ini sangat penting untuk menyadarkan semua pihak terutama or- ang tua, keluarga, masyarakat, negara, akan pentingnya perlindungan hak-hak anak. Sosialisasi juga diarahkan kepada anak-anak itu sendiri agar mereka memahami tentang hak-haknya. Salah satu lembaga yang kini ada di Aceh, dan memiliki visi menjamin, terpenuhi dan terlindunginya hak- hak anak Aceh adalah Komisi Perlindungan Anak Indo- nesia Daerah (KPAID) Provinsi NAD. Disebutkan Ketua KPAID Provinsi NAD, Drs.Anwar Yusuf Ajad, dibentuknya KPAID Provinsi NAD, karena begitu kompleksnya masalah anak di Aceh. Disamping juga sebagai amanah UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak serta Keppres Nomor 77 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak. Lewat Keputusan Gubernur NAD, tanggal 20 Desemebr 2006, No.260/494 tahun 2006, dibentuklah KPAID Provinsi NAD. Adapun tugas KPAID: 1. Melakukan sosialisasi dan advokasi tentang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak 2. Menerima pengaduan dan memfasilitasi pelayanan masyarakat terhadap kasus-kasus pelanggaran hak anak kepada pihak-pihak yang berwenang 3. Menyampaikan dan memberikan masukan, saran, serta pertimbangan kepada berbagai pihak terutama gubernur, DPRD, instansi pemerintah terkait di tingkat provinsi dan kabupaten/kota 4. Mengumpulkan data dan informasi tentang masalah perlindungan anak 5. Melakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan tentang perlindungan anak 6. Melakukan pengawasan terhadap penyelenggara- an perlindungan anak di Provinsi NAD. Tahun 2007 adalah tahun pertama terwujudnya KPAID, sehingga,setelah dibentuknya sampai sekarang, KPAID lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya cenderung internal yang berguna untuk penguatan lembaga. Meski demikian, ada beberapa hal yang sudah dilakukan KPAID Provinsi NAD, antara lain: melakukan sosialisasi lembaga KPAID dengan dukungan lembaga-lembaga terkait di 10 kabupaten/kota menyusun workshop tentang rencana strategis perlindungan anak di tingkat provinsi yang bekerja sama dengan UNICEF, PLAN Internasional, Komisi Perlindungan Anak Pusat, mengembangkan hubungan kemitraan, jejaring dengan berbagai lembaga yang konsern dengan ANDA DAN HUKUM DALAM KESEHARIAN - 58 Rubrik ini dipublikasikan atas kerjasama Harian Serambi INDONESIA dengan IDLO Semua artikel dalam seri ini dapat ditemukan pada website IDLO di http://www.idlo.int/bandaacehawareness.HTM masalah anak dan sejumlah media baik elektronik maupun cetak melakukan studi banding ke provinsi lain bersama-sama lembaga terkait lainnya, ikut membahas draft Qanun Perlindungan Anak Lebih lanjut ditambahkan Wakil Ketua KPAID, Ir.Azman Bahaoeddin , MS , KPAID dalam melaksanakan tugasnya masih terbentur dengan dana hingga belum maksimal dalam menjalankan tugasnya. Apalagi saat ini, KPAID belum terbentuk di tiap kabupaten/kota. Meski demikian, provinsi cepat merespon pentingnya kelembagaan KPAID. Karena sampai saat ini, untuk seluruh provinsi di Indonesia , baru ada 13 KPAID provinsi, dan salah satunya adalah KPAID Provinsi NAD. Belum terbentuknya KPAID di tingkat kabupaten/kota diakui penanggungjawab Pokja Sosialisasi dan Advokasi, Efendi,SH,Msi, tentunya agak menyulitkan KPAID dalam melaksanakan tugas-tugas, khususnya dalam menerima pengaduan dan memfasilitasi pelayanan masyarakat terhadap kasus-kasus kekerasan terhadap anak dan pelanggaran hak-hak anak. Hal ini disebabkan karena jarak tempuh yang jauh. Karena kasus-kasus yang ditangani, terkadang memerlukan para staf KPAID Provinsi untuk turun ke lapangan. Akibatnya, beberapa kasus yang ditangani KPAID Provinsi NAD terpaksa harus menunggu lama untuk diproses.Seperti contoh kasus pemerkosaan terhadap seorang anak yang terjadi di Kabupaten Aceh Singkil. Karena keterbatasan jarak, pengaduan kasus ini hanya bisa disampaikan lewat telepon. KPAID Provinsi NAD juga akhirnya menjadi terbatas geraknya ketika memfasilitasi kasus ini untuk diselesaikan. Meski begitu, hal ini tidak menyurutkan semangat KPAID Provinsi NAD untuk menerima laporan dan pengaduan berbagai kasus anak. Seandainya KPAID sudah ada di tingkat kabupaten/ kota, maka kasus-kasus seperti ini dapat segera bisa ditangani. Untuk itu, diharapkan Pemkab/Pemkot cepat merespon pendirian KPAID kabupaten/kota.. Kasus lain yang ditangani KPAID adalah menindaklanjuti pengaduan terhadap anak-anak yang merupakan korban dari adanya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Sebagaimana disebutkan Fauzi M.Daud, yang menangani Pokja Pemantauan, Evaluasi, Pelaporan dan Pengkajian, kekerasan yang terjadi pada anak sebagai akibat si ibu mendapat KDRT. Tetapi dalam hal ini, bukan kasus kekerasan si ibu yang diadvokasi. Melainkan melakukan advokasi terhadap si ibu untuk melindungi si anak –yang kebetulan masih berada dalam kandungan- agar tidak mengalami kekerasan yang disebabkan adanya KDRT dalam rumah tangga tersebut. Perebutan hak asuh anak, adalah kasus lainnya yang ditangani KPAID Provinsi NAD. Tetapi dari pemantauan KPAID Provinsi NAD, kasus yang cukup menonjol akhir-akhir ini menimpa anak-anak di Aceh adalah kasus pemerkosaan terhadap anak. Pemantauan itu berdasarkan temuan kasus di sejumlah media yang ada di Aceh. Hal ini diakui cukup memprihatinkan Kasus-kasus yang dilaporkan atau diadukan ke KPAID Provinsi NAD, yang sudah berhadapan dengan masalah/proses hukum, biasanya dirujuk ke lembaga- lembaga bantuan hukum, seperti Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Banda Aceh, LBH Anak atau juga ke LBH Apik. Tetapi jika tidak sampai berhadapan pada proses hukum, biasanya KPAID akan memfasilitasi pertemuan antara pihak-pihak yang bersengketa untuk dilakukan mediasi Selain itu, ada beberapa kasus yang ditangani di lapangan, seperti penemuan anak-anak terlantar di jalan-jalan yang ditangani secara langsung. Anak-anak yang kebetulan ditemukan oleh KPAID Provinsi NAD di jalan-jalan, jika tidak diketahui dimana keluarganya atau anak-anak yang tidak tahu tujuannya akan kemana – karena hilang ingatan atau dilanda depresi berat- biasanya akan segera ditangani KPAID Provinsi NAD. Anak-anak ini akan segera dicarikan keluarganya. Jika mengalami gangguan mental, KPAID Provinsi biasanya akan membawa anak-anak ini ke Rumah Sakit Jiwa untuk dirawat sampai keluarganya ditemukan. Jadi, dalam melaksanakan tugasnya, KPAID Provinsi NAD tidak hanya bersifat pasif dan hanya menunggu pengaduan, jelas Drs.Nasrullah, yang bertanggungjawab untuk Pokja Pengaduan dan Fasilitasi Pelayanan. Ditegaskan, penting untuk diketahui bahwa dalam melaksanakan tugasnya, KPAID hanya bertugas untuk menelaah dan menfasilitasi pengaduan. Selanjutnya, memantau, mengevaluasi serta mengkaji laporan- laporan yang masuk. KPAID disebutkan Efendi,SH,Msi tidak dalam posisi untuk menyelesaikan kasus-kasus yang berhadapan dengan hukum. Kalau kasus-kasus yang berhadapan dengan hukum akan dirujuk kelembaga terkait, seperti Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Banda Aceh, LBH Anak atau juga ke LBH Apik, karena KPAID tidak memiliki kapasitas untuk melakukan satu tindakan hukum untuk kasus-kasus yang berhadapan dengan hukum. Penyelenggaraan perlindungan anak adalah masalah yang besar dan mendasar yang harus dilaksanakan oleh semua pihak. Karena itu, dalam UU Pemerintahan Aceh, ada beberapa kesepakatan tidak tertulis yang harus mendapatkan perhatian semua pihak, antara lain: a. persepsi dan pandangan orang tua, masyarakat tentang hak-hak anak belum meluas dan merata sehingga ada yang berpendapat bahwa anak sebagai tambahan modal kerja dibanding kewajiban dan tanggung jawab orang tua (dewasa) b. dalam penyelenggaraan perlindungan anak ada 4 hal yang sensitif dalam hubungan kehidupan antara umat beragama, etnis, sosial dan budaya sehingga ada kemungkinan dapat memicu perselisihan dan perpecahan seperti soal kuasa asuh, pengasuhan, perwalian dan pengangkatan anak c. dalam penyelenggaraan perlindungan terhadap hak-hak anak diharapkan tidak menimbulkan keretakan apalagi pemutusan hubungan khusus atau darah antara orang tua dan anak karena ketidaktahuan orang tuan akan kewajibannya terhadap anak d. penjatuhan hukuman dan sanksi pidana kepada orangtua tetap harus mempertimbangkan tanggungjawab orang tua sehingga bukan untuk membuat kejeraan (deterance) tetapi lebih pada proses penyadaran orangtua terhadap tanggungjawabnya kepada anak yang dilahirkannya e. penjatuhan hukuman dan sanksi pidana terhadap anak yang melakukan pelanggaran hukum, diarahkan untuk pendidikan dan bukan untuk sanksi semata f. karena itu, proses sosialisasi untuk penyadaran bagi orang tua dan masyarakat harus mendapat dukungan dari berbagai pihak agar orang tua merubah pandangannya dari kedudukan anak sebagai asset (modal) menjadi anak sebagai amanah dan tanggungjawab. Anak-anak adalah sebuah harapan. Mereka akan jadi apa kelak, ditentukan mulai dari apa yang kita lakukan hari ini. Lindungi mereka sejak dini dan berikan hak-hak mereka sebagai seorang anak. Karena anak-anak adalah sebuah amanah. Jika ada memiliki persoalan yang menyangkut anak, penyampaian pengaduan atau laporan dapat dilakukan langsung ke kantor KPAID Provinsi NAD, Jln. T.Iskandar No.63, Beurawe, Banda Aceh. Telepon/fax. 0651 - 24365 K

Upload: vantruc

Post on 05-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DAERAH · PDF filedengan anak-anak di daerah lain. ... disebabkan karena jarak tempuh yang jauh. ... dukungan dari berbagai pihak agar orang tua

KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DAERAH (KPAID)PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

eberadaan anak-anak di Aceh sedikit berbedadengan anak-anak di daerah lain. Konflik yangmendera Aceh puluhan tahun serta bencanagempa bumi dan ge lombang t sunami ,membuat mereka perlu penanganan lebih

ekstra, jika dibandingkan daerah lain. Karena sebagaisalah satu kelompok rentan adalah anak-anak di Acehmerasakan langsung dampak akibat konflik dan tsunami.

Tidak heran jika paska konflik dan tsunami per-soalan anak aceh menjadi hal paling penting untuk lebihdiperhatikan. Bukan saja karena sebagian dari merekamengalami trauma akibat konflik, tapi juga menjadikorban bencana gempa bumi dan tsunami yang tidakhanya meninggalkan trauma juga banyak membuatmereka kehilangan keluarga, bahkan terpisah dengankeluarga. Akibatnya bukan saja persoalan psikologisseperti penyembuhan trauma paska tsunami yangdialami anak-anak di Aceh, tapi banyak dari mereka jugaharus berhadapan dengan proses hukum dalammasalah perwalian dan kewarisan.

Oleh karena itu, tidak berlebihan jika lembaga-lembaga anak, baik lokal, nasional maupun internasionalyang kini berada di Aceh, berusaha melakukan per-lindungan terhadap hak-hak anak, dengan secara terusmenerus mengkampanyekan dan mensosialisasikanhak-hak dan perlindungan anak. aktivitas ini sangatpenting untuk menyadarkan semua pihak terutama or-ang tua, keluarga, masyarakat, negara, akan pentingnyaperlindungan hak-hak anak. Sosialisasi juga diarahkankepada anak-anak itu sendiri agar mereka memahamitentang hak-haknya.

Salah satu lembaga yang kini ada di Aceh, danmemiliki visi menjamin, terpenuhi dan terlindunginya hak-hak anak Aceh adalah Komisi Perlindungan Anak Indo-nesia Daerah (KPAID) Provinsi NAD.

Disebutkan Ketua KPAID Provinsi NAD, Drs.AnwarYusuf Ajad, dibentuknya KPAID Provinsi NAD, karena begitukompleksnya masalah anak di Aceh. Disamping jugasebagai amanah UU No.23 Tahun 2002 tentangPerlindungan Anak serta Keppres Nomor 77 Tahun 2003tentang Perlindungan Anak. Lewat Keputusan GubernurNAD, tanggal 20 Desemebr 2006, No.260/494 tahun2006, dibentuklah KPAID Provinsi NAD.

Adapun tugas KPAID:1. Melakukan sosialisasi dan advokasi tentang

peraturan perundang-undangan yang berkaitandengan perlindungan anak

2. Menerima pengaduan dan memfasilitasi pelayananmasyarakat terhadap kasus-kasus pelanggaran hakanak kepada pihak-pihak yang berwenang

3. Menyampaikan dan memberikan masukan, saran,ser ta per t imbangan kepada berbagai p ihakterutama gubernur, DPRD, instansi pemerintahterkait di tingkat provinsi dan kabupaten/kota

4. Mengumpulkan data dan informasi tentang masalahperlindungan anak

5. Melakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporantentang perlindungan anak

6. Melakukan pengawasan terhadap penyelenggara-an perlindungan anak di Provinsi NAD.Tahun 2007 adalah tahun pertama terwujudnya

KPAID, sehingga,setelah dibentuknya sampai sekarang,KPAID lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan yangsifatnya cenderung internal yang berguna untukpenguatan lembaga. Meski demikian, ada beberapa halyang sudah dilakukan KPAID Provinsi NAD, antara lain:• melakukan sosialisasi lembaga KPAID dengan

dukungan lembaga- lembaga te rka i t d i 10kabupaten/kota

• menyusun workshop tentang rencana strategisperlindungan anak di tingkat provinsi yang bekerjasama dengan UNICEF, PLAN Internasional, KomisiPerlindungan Anak Pusat,

• mengembangkan hubungan kemitraan, jejaringdengan berbagai lembaga yang konsern dengan

ANDA DAN HUKUM DALAM KESEHARIAN - 58

Rubrik ini dipublikasikan atas kerjasama Harian Serambi INDONESIA dengan IDLO

Semua artikel dalam seri ini dapat ditemukan pada website IDLOdi http://www.idlo.int/bandaacehawareness.HTM

masalah anak dan sejumlah media baik elektronikmaupun cetak

• melakukan studi banding ke provinsi lain• bersama-sama lembaga terkait lainnya, ikut

membahas draft Qanun Perlindungan AnakLebih lanjut ditambahkan Wakil Ketua KPAID,

Ir.Azman Bahaoeddin , MS , KPAID dalam melaksanakantugasnya masih terbentur dengan dana hingga belummaksimal dalam menjalankan tugasnya. Apalagi saat ini,KPAID belum terbentuk di tiap kabupaten/kota. Meskidemik ian, prov ins i cepat merespon pent ingnyakelembagaan KPAID. Karena sampai saat ini, untukseluruh provinsi di Indonesia , baru ada 13 KPAID provinsi,dan salah satunya adalah KPAID Provinsi NAD.

Belum terbentuknya KPAID di tingkat kabupaten/kotadiakui penanggungjawab Pokja Sosia l isas i danAdvokasi, Efendi,SH,Msi, tentunya agak menyulitkanKPAID dalam melaksanakan tugas-tugas, khususnyadalam mener ima pengaduan dan memfas i l i tas ipelayanan masyarakat terhadap kasus-kasus kekerasanterhadap anak dan pelanggaran hak-hak anak. Hal inidisebabkan karena jarak tempuh yang jauh. Karenakasus-kasus yang ditangani, terkadang memerlukanpara staf KPAID Provinsi untuk turun ke lapangan.Akibatnya, beberapa kasus yang ditangani KPAID ProvinsiN A D t e r p a k s a h a r u s m e n u n g g u l a m a u n t u kdiproses.Seperti contoh kasus pemerkosaan terhadapseorang anak yang terjadi di Kabupaten Aceh Singkil.Karena keterbatasan jarak, pengaduan kasus ini hanyabisa disampaikan lewat telepon. KPAID Provinsi NAD jugaakhirnya menjadi terbatas geraknya ketika memfasilitasikasus ini untuk diselesaikan. Meski begitu, hal ini tidakmenyurutkan semangat KPAID Provinsi NAD untukmenerima laporan dan pengaduan berbagai kasus anak.

Seandainya KPAID sudah ada di tingkat kabupaten/kota, maka kasus-kasus seperti ini dapat segera bisaditangani. Untuk itu, diharapkan Pemkab/Pemkot cepatmerespon pendirian KPAID kabupaten/kota..

K a s u s l a i n ya n g d i t a n g a n i K PA I D a d a l a hmenindaklanjuti pengaduan terhadap anak-anak yangmerupakan korban dari adanya Kekerasan DalamRumah Tangga (KDRT). Sebagaimana disebutkan FauziM.Daud, yang menangani Pokja Pemantauan, Evaluasi,Pelaporan dan Pengkajian, kekerasan yang terjadi padaanak sebagai akibat si ibu mendapat KDRT. Tetapidalam hal ini, bukan kasus kekerasan si ibu yangdiadvokasi. Melainkan melakukan advokasi terhadapsi ibu untuk melindungi si anak –yang kebetulan masihberada dalam kandungan- agar t idak mengalamikekerasan yang disebabkan adanya KDRT dalamrumah tangga tersebut.

Perebutan hak asuh anak, adalah kasus lainnyayang d i tangani KPAID Prov ins i NAD. Tetapi dar ipemantauan KPAID Provinsi NAD, kasus yang cukupmenonjol akhir-akhir ini menimpa anak-anak di Acehadalah kasus pemerkosaan terhadap anak. Pemantauanitu berdasarkan temuan kasus di sejumlah media yangada di Aceh. Hal ini diakui cukup memprihatinkan

Kasus-kasus yang dilaporkan atau diadukan keKPAID Provinsi NAD, yang sudah berhadapan denganmasalah/proses hukum, biasanya dirujuk ke lembaga-lembaga bantuan hukum, seperti Lembaga BantuanHukum (LBH) Banda Aceh, LBH Anak atau juga ke LBHApik. Tetapi jika tidak sampai berhadapan pada proseshukum, biasanya KPAID akan memfasilitasi pertemuanantara pihak-pihak yang bersengketa untuk dilakukanmediasi

Selain itu, ada beberapa kasus yang ditangani dilapangan, seperti penemuan anak-anak terlantar dijalan-jalan yang ditangani secara langsung. Anak-anakyang kebetulan ditemukan oleh KPAID Provinsi NAD dijalan-jalan, jika tidak diketahui dimana keluarganya atauanak-anak yang tidak tahutujuannya akan kemana –karena hilang ingatan atau

dilanda depresi berat- biasanya akan segera ditanganiKPAID Provinsi NAD. Anak-anak ini akan segera dicarikankeluarganya. Jika mengalami gangguan mental, KPAIDProvinsi biasanya akan membawa anak-anak ini keRumah Sakit Jiwa untuk dirawat sampai keluarganyaditemukan. Jadi, dalam melaksanakan tugasnya, KPAIDProvinsi NAD tidak hanya bersifat pasif dan hanyamenunggu pengaduan, jelas Drs.Nasrullah, yangbertanggungjawab untuk Pokja Pengaduan dan FasilitasiPelayanan.

Ditegaskan, penting untuk diketahui bahwa dalammelaksanakan tugasnya, KPAID hanya bertugas untukmenelaah dan menfasilitasi pengaduan. Selanjutnya,memantau, mengevaluasi serta mengkaji laporan-laporan yang masuk. KPAID disebutkan Efendi,SH,Msitidak dalam posisi untuk menyelesaikan kasus-kasusyang berhadapan dengan hukum. Kalau kasus-kasusyang be rhadapan dengan hukum akan d i ru jukkelembaga terkait, seperti Lembaga Bantuan Hukum(LBH) Banda Aceh, LBH Anak atau juga ke LBH Apik,karena KPAID tidak memiliki kapasitas untuk melakukansa tu t i ndakan hukum un tuk kasus -kasus yangberhadapan dengan hukum.

Penyelenggaraan perlindungan anak adalahmasalah yang besar dan mendasar yang harusdilaksanakan oleh semua pihak. Karena itu, dalam UUPemerintahan Aceh, ada beberapa kesepakatan tidaktertulis yang harus mendapatkan perhatian semua pihak,antara lain:a. persepsi dan pandangan orang tua, masyarakat

tentang hak-hak anak belum meluas dan meratasehingga ada yang berpendapat bahwa anaksebaga i tambahan moda l ke r ja d iband ingkewajiban dan tanggung jawab orang tua (dewasa)

b. dalam penyelenggaraan perlindungan anak ada 4hal yang sensitif dalam hubungan kehidupan antaraumat beragama, etnis, sosial dan budaya sehinggaada kemungkinan dapat memicu perselisihan danperpecahan seperti soal kuasa asuh, pengasuhan,perwalian dan pengangkatan anak

c. dalam penyelenggaraan perlindungan terhadaphak-hak anak diharapkan tidak menimbulkankeretakan apalagi pemutusan hubungan khususatau darah antara orang tua dan anak karenaketidaktahuan orang tuan akan kewajibannyaterhadap anak

d. penjatuhan hukuman dan sanksi pidana kepadao r a n g t u a t e t a p h a r u s m e m p e r t i m b a n g k a ntanggungjawab orang tua sehingga bukan untukmembuat kejeraan (deterance) tetapi lebih padap r o s e s p e n y a d a r a n o r a n g t u a t e r h a d a pt a n g g u n g j a w a b n y a k e p a d a a n a k y a n gdilahirkannya

e. penjatuhan hukuman dan sanksi pidana terhadapanak yang melakukan pe langgaran hukum,diarahkan untuk pendidikan dan bukan untuk sanksisemata

f. karena itu, proses sosialisasi untuk penyadaran bagiorang tua dan masyarakat harus mendapatdukungan dari berbagai pihak agar orang tuamerubah pandangannya dari kedudukan anaksebagai asset (modal) menjadi anak sebagaiamanah dan tanggungjawab.Anak-anak adalah sebuah harapan. Mereka akan

jadi apa kelak, ditentukan mulai dari apa yang kita lakukanhari ini. Lindungi mereka sejak dini dan berikan hak-hakmereka sebagai seorang anak. Karena anak-anakadalah sebuah amanah.

Jika ada memiliki persoalan yang menyangkut anak,penyampaian pengaduan atau laporan dapat dilakukanlangsung ke kantor KPAID Provinsi NAD, Jln. T.IskandarNo.63, Beurawe, Banda Aceh. Telepon/fax. 0651 - 24365

K