kolonialisme dan imperialisme barat di indonesia dan gerakan kebangsaan di indonesia

46
MAKALAH “KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA” D I S U S U N O L E H NAMA : KARINA TUTUROONG KELAS : X⁷ Acc.

Upload: karina-karen-tuturoong

Post on 05-Dec-2015

76 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

IPS

TRANSCRIPT

Page 1: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

MAKALAH

“KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA”

DISUSUN

OLEH

NAMA : KARINA TUTUROONGKELAS : X⁷ Acc.

Page 2: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, di mana dengan berkat pimpinannya

penulis dapat membuat makalah ini dengan judul : Kolonialisme dan Imperialisme Barat

di Indonesia dan Gerakan Kebangsaan di Indonesia.

Makalah ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak,

oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terima kasih serta penghargaan setinggi-

tingginya kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh

karena keterbatasan dari penulis dalam berbagai bidang. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada siapa saja yang membacanya.

Manado, 24 Mei 2011

Karina Tuturoong

1

Page 3: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................. 1

Daftar Isi ............................................................................................................ 2

BAB I : Pendahuluan ..................................................................................... 3

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 3

B. Tujuan Penulisan .......................................................................... 4

C. Masalah ........................................................................................ 5

D. Manfaat Penulisan ........................................................................ 5

BAB II : Pembahasan ....................................................................................... 6

A. Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia ....................... 6

1. Pengertian Kolonialisme dan Imperialisme ............................. 6

2. Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat ............. 8

3. Reaksi Rakyat Indonesia .......................................................... 16

B. Gerakan Kebangsaan di Indonesia ................................................ 22

1. Terbentuknya Kesadaran Nasional ......................................... 22

2. Munculnya Organisasi Pergerakan Nasional ........................... 26

3. Sumpah Pemuda dan Terbentuknya Identitas ........................ 31

BAB III : Penutup .............................................................................................. 33

A. Kesimpulan .................................................................................... 33

B. Saran .............................................................................................. 33

Daftar Pustaka ...................................................................................................... 34

2

Page 4: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAHKolonialisme dan imperialisme pada dasarnya merupakan suatu sistem pemerasan

yang dilakukan suatu bangsa terhadap bangsa lain. Bangsa Indonesia selama berabad-

abad hidup dalam kolonialisme dan imperialisme barat. Masuknya kekuasaan bangsa

Asing di Indonesia telah menyebabkan perubahan tatanan politik, sosial, ekonomi dan

budaya bagi bangsa Indonesia.

Dalam bidang politik, pengaruh kekuasaan Belanda makin kuat karena intervensi

yang intensif dalam masalah-masalah istana, seperti pergantian takhta, pengangkatan

pejabat-pejabat keraton atau pun partisipasinya dalam menentukan kebijaksanaan

pemerintahan kerajaan. Dengan demikian dalam bidang politik penguasa-penguasa

pribumi makin tergantung pada kekuasaan asing, sehingga kebebasan dalam

menentukan kebijaksaan pemerintahan istana makin menipis. Di samping itu aneksasi

wilayah yang dilakukan oleh penguasa asing mengakibatkan makin menyempitnya

wilayah kekuasaan pribumi.

Dalam bidang ekonomi, penghasilan penguasa pribumi makin berkurang. Sudah

pasti keadaan ini akan menimbulkan kegoncangan dalam kehidupan para penguasa

pribumi. Di pihak rakyat, khususnya para petani dibebani kewajiban untuk mengolah

sebagian tanahnya untuk ditanami dengan tanaman-tanaman eskpor dan masih harus

menyumbangkan tenaganya secara paksa kepada pemerintah kolonial. Hal inilah yang

mengakibatkan runtuhnya perekonomian rakyat.

Dalam bidang sosial, perluasan kolonialisme dan imperialisme berakibat makin

melemahnya kedudukan dan perekonomian penguasa pribumi. Penguasa pribumi lebih

banyak ditugaskan untuk menggali kekayaan bumi Indonesia, seperti memungut pajak,

mengurusi tanaman milik pemerintah dan mengerahkan tenaga kerja untuk kepentingan

pemerintah Belanda. Turunnya kedudukan penguasa pribumi mengakibatkan turunnya

derajat dan kehormatan sebagai penguasa pribumi.

Di bidang kebudayaan, makin meluasnya pengaruh kehidupan Barat dalam

lingkungan kehidupan tradisional. Kehidupan Barat seperti cara bergaul, gaya hidup, cara

berpakaian dan pendidikan mulai dikenal di kalangan atas atau istana. Sementara itu

beberapa tradisi di lingkungan istana mulai luntur. Tradisi keagamaan rakyat pun mulai

terancam pula. Di kalangan penguasa timbul kekhawatiran bahwa pengaruh kehidupan

Barat mulai merusak nilai-nilai kehidupan tradisional.

Perubahan dalam berbagai segi kehidupan sebagai akibat makin meluasnya

kolonialisme dan imperialisme di Indonesia menimbulkan kegelisahan, kekecewaan, dan

3

Page 5: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

kebencian yang meluas di kalangan rakyat Indonesia. Itulah sebabnya, pada abad ke-19

muncul perlawanan-perlawanan besar di seluruh wilayah Indonesia.

Penderitaan yang dialami bangsa Indonesia kemudian membuat bangsa Indonesia

mempunyai tekad untuk menentang penjajahan dan memperoleh kemerdekaan. Saat

itulah tumbuh kesadaran nasional Indonesia.

Kesadaran nasional adalah suatu sikap yang dimiliki suatu bangsa berkaitan

dengan tanggung jawab hak dan kewajibannya. Kesadaran nasional ini tumbuh setelah

memahami sejarah bangsanya. Dengan adanya kesadaran nasional akan mampu

menumbuhkan semangat untuk bertindak menentang penjajahan

Selama bangsa Indonesia yang berada dalam genggaman penjajahan Belanda,

sistem pendidikan yang dikembangkan bersifat diskriminasi. Ini terbukti dari kecilnya

kesempatan memperoleh pendidikan pada penduduk bumi putra.

Politik Etis memberikan peluang lebih besar terhadap usaha memperoleh

kesempatan belajar, melalui Trilogi yang diusulkan oleh Van Deventer. Kelompok

terpelajar/kaum intelektual menjadi pelopor dalam sejarah pergerakan bangsa

Indonesia. Dari mereka itulah kemudian muncul organisasi pergerakan khususnya Budi

Utomo yang kemudian menjadi pelopor pergerakan nasional. Pemakaian istilah

Indonesia sebagai nama Perhimpunan Indonesia memberikan motivasi dalam munculnya

kesadaran nasional. Dalam perkembangannya, muncul organisasi pergerakan dengan

berbagai macam latar belakang. Ada yang berlatar belakang politik, agama, pemuda,

pelajar, wanita. Dilihat dari strategi perjuangannya, ada yang kooperasi (bekerjasama

dengan Belanda), ada juga yang non kooperasi (tidak mau bekerjasama dengan Belanda,

ada yang bersifat moderat dan ada yang radikal.

Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 yang dilakukan oleh organisasi-organisasi

pemuda kemudian melahirkan Sumpah Pemuda yang secara materiil mengikat persatuan

bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan.

B. TUJUAN PENULISANTujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menginformasikan kepada para

pembaca apa yang dimaksud dengan kolonialisme, imperialisme dan pergerakan

kebangsaan; perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat di Indonesia dan

gerakan-gerakan kebangsaan yang muncul di Indonesia serta dampaknya bagi bangsa

Indonesia.

C. MASALAHBerdasarkan latar belakang masalah yang ada, rumusan masalah yang akan

dibahas adalah sebagai berikut :

1. Pengertian Kolonialisme dan Imperialisme.

4

Page 6: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

2. Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia

3. Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia

4. Terbentuknya Kesadaran Nasional

5. Munculnya Organisasi Pergerakan Nasional

6. Sumpah Pemuda dan Terbentuknya Identitas Bangsa

D. MANFAAT PENULISANManfaat dari penulisan makalah ini adalah agar kita dapat memahami bagaimana

proses berkembangnya kolonialisme dan imperialisme barat yang terjadi di Indonesia

dan tumbuhnya kesadaran nasional yang membuat terbentuknya gerakan-gerakan

kebangsaan hingga lahirnya Sumpah Pemuda yang membuat bangsa Indonesia bisa

memperoleh kemerdakaannya.

5

Page 7: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

BAB IIPEMBAHASAN

A. KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA

1. Pengertian Kolonialisme dan Imperialisme

a. Kolonialisme

Kolonialisme berasal dari kata “colonus” yang artinya petani. Istilah ini diberikan

pada para petani Yunani yang pindah dari negerinya yang tandus dan pindah ke

daerah lain yang lebih subur. Para colonus tetap menjalin hubungan dengan negara

asalnya, tapi oleh negara asal(induk) daerah tadi dianggap sebagai bagian dari negara

induk dan harus tunduk pada negara asal (mother land). Dari sinilah muncul awal

penjajahan (imperialisme).

Jadi kolonialisme adalah suatu sistem pemukiman warga suatu negara di luar

wilayah induknya atau negara asalnya. Biasanya daerah koloni terletak di seberang

lautan dan kemudian dijadikan bagian wilayah mereka.

Kolonialisme adalah suatu sistem dimana suatu negara menguasai rakyat dan

sumber daya negara lain tetapi masih tetap berhubungan dengan negeri asal.

Kolonialisme tujuannya untuk menguras sumber-sumber kekayaan daerah koloni

demi perkembangan industri dan memenuhi kekayaan negara yang melaksanakan

politik kolonial tersebut.

Kolonialisme muncul pasca-Revormasi Industri yang sebagai akibat dari adanya

hasrat untuk mencari sumber daya alam yang sebesar-besarnya yang digunakan

sebagai bahan industri di kawasan Eropa. Bermulai dari kepentingan berdagang,

bangsa-bangsa Eropa ini kemudian mulai menjajah daerah-daerah yang didatangi

menjadi miliknya. Hal ini semakin jelas setelah Perjanjian Zaragosa antara Portugis dan

Spanyol di sepakati dengan membagi dunia atas dua bagian yang menjadi milik

mereka. Dalam perkembangannya muncullah Negara Eropa lain, seperti Inggris,

Belanda, Perancis yang juga menjajah daerah-daerah yang mereka datangi sebagai

Negara jajahannya.

Kolonialisme sering dihubungkan dengan imperialisme, walaupun pada dasarnya

kedua istilah tersebut memiliki perbedaan yang mendasar dalam pola dan tujuannya.

Kolonialisme bertujuan menguasai sumber daya ekonomi dan modal di suatu daerah,

dengan cara menjajah daerah-daerah tersebut.

6

Page 8: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

b. Imperialisme

Imperialisme ialah sebuah kebijakan di mana sebuah negara besar dapat

memegang kendali atau pemerintahan atas daerah lain agar negara itu bisa dipelihara

atau berkembang. Sebuah contoh imperialisme terjadi saat negara-negara itu

menaklukkan atau menempati tanah-tanah itu.

Kata imperialisme berasal dari kata Latin "imperare" yang artinya "memerintah".

Hak untuk memerintah (imperare) disebut "imperium". Orang yang diberi hak itu

(diberi imperium) disebut "imperator". Yang lazimnya diberi imperium itu ialah raja,

dan karena itu lambat-laun raja disebut imperator dan kerajaannya (ialah daerah

dimana imperiumnya berlaku) disebut imperium. Pada zaman dahulu kebesaran

seorang raja diukur menurut luas daerahnya, maka raja suatu negara ingin selalu

memperluas kerajaannya dengan merebut negara-negara lain. Tindakan raja inilah

yang disebut imperialisme oleh orang-orang sekarang, dan kemudian ditambah

dengan pengertian-pengertian lain hingga perkataan imperialisme mendapat arti-kata

yang kita kenal sekarang ini.

Imperialisme ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia

untuk kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya. "Menguasai" disini

tidak perlu berarti merebut dengan kekuatan senjata, tetapi dapat dijalankan dengan

kekuatan ekonomi, kultur, agama dan ideologi, asal saja dengan paksaan. Imperium

disini tidak perlu berarti suatu gabungan dari jajahan-jajahan, tetapi dapat berupa

daerah-daerah pengaruh, asal saja untuk kepentingan diri sendiri.

Imperialisme merujuk pada sistem pemerintahan serta hubungan ekonomi dan

politik negara-negara kaya dan berkuasa, mengawal dan menguasai negara-negara

lain yang dianggap terbelakang dan miskin dengan tujuan mengeksploitasi sumber-

sumber yang ada di negara tersebut untuk menambah kekayaan dan kekuasaan

negara penjajahnya.

Imperialisme menonjolkan sifat-sifat keunggulan (hegemony) oleh satu bangsa

atas bangsa lain. Tujuan utama imperialisme adalah menambah hasil ekonomi.

Negara-negara imperialis ingin memperoleh keuntungan dari negeri yang mereka

kuasai karena sumber ekonomi negara mereka tidak mencukupi. Selain faktor

ekonomi, terdapat satu kepercayaan bahwa sebuah bangsa lebih mulia atau lebih baik

dari bangsa lain yang dikenal sebagai ethnosentrism. Faktor lain yang menyumbang

pada dasar imperialisme adalah adanya perasaan ingin mencapai taraf sebagai bangsa

yang besar dan memerintah dunia, misalnya dasar imperialisme Jepang. Dasar

imperialisme awalnya bertujuan untuk menyebarkan ide-ide dan kebuadayaan Barat

ke seluruh dunia. Oleh karena itulah, imperialisme bukan hanya dilihat sebagai

penindasan terhadap tanah jajahan tetapi sebaliknya dapat menjadi faktor pendorong

pembaharuan-pembaharuan yang dapat menyumbang ke arah pembinaan sebuah

7

Page 9: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

bangsa seperti pendidikan, kesehatan, perundang-undangan dan sistem

pemerintahan.

Sarjana Barat membagi imperialisme dalam dua kategori yaitu imperialisme kuno

dan imperialisme modern. Imperialisme kuno adalah negara-negara yang berhasil

menaklukan atau menguasai negara-negara lain, atau yang mempunyai suatu

imperium seperti imperium Romawi, Turki Usmani, dan China, termasuk spanyol,

Portugis, Belanda, Inggris dan Perancis yang memperoleh jajahan di Asia, Amerika dan

Afrika sebelum 1870, tujuan imperialisme kuno adalah selain faktor ekonomi

(menguasai daerah yang kaya dengan sumber daya alam) juga termasuk didalamnya

tercakup faktor agama dan kejayaan . Sedangkan Imperialisme modern bermula

setelah Revolusi Industri di Inggris tahun 1870-an. Hal yang menjadi faktor

pendorongnya adalah adanya kelebihan modal dan Barang di negara-negara Barat.

Selepas tahun 1870-an , negara-negara Eropa berlomba-lomba mencari daerah

jajahan di wilayah Asia, Amerika dan Afrika. Mereka mencari wilayah jajahan sebagai

wilayah penyuplai bahan baku dan juga sebagai daerah pemasaran hasil industri

mereka. Dasar Imperialisme ini dilaksanakan demi agama, mereka menganggap bahwa

menjadi tugas suci agama untuk menyelamatkan manusia dari segala macam

penindasan dan ketidakadilan terutama di negara-negara yang dianggap terbelakang

seperti para misionaris Kristen yang menganggap misi penyelamat ini sebagai The

White Man Burden.

Perbedaan dari imperialisme dan kolonialisme hanya terletak pada makna

katanya. Imperialisme adalah suatu bentuk usaha dari satu negara asing untuk

memperluas wilayah kekuasannya dengan cara menyerang atau menduduki wilayah-

wilayah lain yang lemah dari segi pertahanan, untuk seterusnya dijadikan koloni atau

daerah jajahan mereka. Sementara kolonialisme adalah bentuk dari suatu penjajahan,

dimana suatu daerah dijadikan sebagai bagian dari negara penjajah untuk menopang

sistem ekonomi dari si penjajah. Faktor ekonomi adalah faktor penyebab atau pemicu

dari munculnya imperialisme dan kolonialisme di muka bumi ini.

2. Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia

a. Kedatangan Bangsa Barat di Berbagai Daerah

Mulai akhir abad XV bangsa Eropa berusaha melakukan penjelajahan samudra.

Faktor-faktor pendorong penjelajahan samudra antara lain:

1) Adanya keinginan mencari kekayaan (gold)

Kekayaan yang mereka cari terutama adalah rempah-rempah. Sekitar abad XV di

Eropa, rempah-rempah pada saat itu harganya sangat mahal. Harga rempah -

8

Page 10: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

rempah semahal emas (gold). Mereka sangat membutuhkan rempah-rempah untuk

industri obatobatan.

2) Adanya keingingan menyebarkan agama Nasrani (gospel)

Selain mencari kekayaan dan tanah jajahan, bangsa Eropa juga membawa misi

khusus. Misi khusus tersebut adalah menyebarkan agama Nasrani kepada

penduduk daerah yang dikuasainya. Tugas mereka ini dianggap sebagai tugas suci

yang harus dilaksanakan ke seluruh dunia yang dipelopori oleh bangsa Portugis.

3) Adanya keinginan mencari kejayaan (glory)

Di Eropa ada suatu anggapan bahwa apabila suatu negara mempunyai banyak

tanah jajahan, negara tersebut termasuk negara yang jaya (glory). Dengan adanya

anggapan ini, negara-negara Eropa berlomba-lomba untuk mencari tanah jajahan

sebanyakbanyaknya.

4) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dengan perkembangan paham Renaissance, ilmu pengetahuan dan teknologi juga

berkembang pesat, misalnya seperti berikut ini.

a) Ditemukannya Teori Heliosentris dari Copernicus yang mengatakan bahwa pusat

peredaran tata surya adalah matahari. Planet-planet berputar mengelilingi

matahari dan bumi berputar pada porosnya. Bentuk bumi tidak rata tetapi bulat.

Hal ini mendorong orang untuk membuktikannya.

b) Dikembangkannya teknik pembuatan kapal yang dapat digunakan untuk

mengarungi samudra luas.

c) Mulai ditemukannya mesiu untuk persenjataan. Senjata ini dapat digunakan

untuk melindungi pelayaran dari ancaman bajak laut dan sebagainya.

d) Ditemukannya kompas. Alat ini digunakan sebagai penunjuk arah, sehingga para

penjelajah tidak lagi bergantung pada kebiasaan alam. Untuk menentukan arah,

biasanya mereka berpedoman pada bintang, sehingga jika angkasa tertutup

awan mereka tidak dapat meneruskan pelayarannya. Dengan kompas, mereka

bebas berlayar ke arah manapun tanpa gangguan, baik siang maupun malam.

5) Jatuhnya Kota Konstantinopel ke tangan bangsa Turki

Jatuhnya Konstantinopel ke tangan bangsa Turki pada tahun 1453 menyebabkan

bangsa Eropa mengalami kesulitan mendapatkan rempah-rempah. Oleh karena itu,

mereka berusaha mencari sendiri daerah penghasil rempah-rempah dengan

melakukan penjelajahan-penjelajahan samudra.

9

Page 11: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

b. Terbentuknya Kekuasaan Kolonial di Indonesia

1) Pelayaran Cornelis de Houtman

Pada tahun 1595 Belanda berangkat dari Eropa di bawah pimpinan Cornelis de

Houtman dan sampai di Indonesia pada tahun 1956 dengan mendarat di Banten.

Sejak pelayaran de Houtman, maka banyak berdiri perusahaan-perusahaan dagang

Belanda yang masing-masing memiliki kapal sendiri dan berlayar ke Indonesia. Hal

inilah yang menyebabkan timbulnya persaingan antara para pedagang Belanda.

Para pedagang berusaha mendapatkan rempah-rempah di Indonesia untuk

secepatnya memenuhi muatan kapalnya. Akibatnya harga pembelian rempah-

rempah di Indonesia meningkat. Para petani dan pedagang Indonesia memperoleh

untung, sedang di Eropa harga rempah-rempah makin merosot, karena makin

banyak tersedia di pasaran Eropa. Hal ini berpengaruh juga terhadap harga rempah-

rempah di tanah air di kemudian hari.

2) Pembentukan VOC

Untuk mengatasi persaingan di antara pedagang Belanda dan persaingan pedagang

Belanda dengan Portugis, maka pedagang Belanda dengan didukung oleh

pemerintahnya membentuk kongsi dagang yang bernama VOC (Vereenidge Oost

Indishe Compagnie) pada tanggal 20 Maret 1602. VOC adalah badan yang bersifat

partikelir, di mana para pedagang Belanda bergabung di dalamnya.

Tujuan VOC di Indonesia antara lain:

a) Menguasai pelabuhan-pelabuhan penting.

b) Menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.

c) Melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah.

Agar VOC dapat berkembang dengan baik, pemerintah Belanda memberikan hak

Octroi (istimewa), yaitu hak untuk dapat bertindak sebagai suatu negara. Hak-hak

tersebut antara lain:

a) Hak monopoli perdagangan dari ujung selatan Afrika ke sebelah timur sampai

ujung selatan Amerika.

b) Hak memiliki tentara sendiri dan pengadilan.

c) Hak memiliki mata uang sendiri.

d) Hak menguasai dan mengikat perjanjian dengan kerajaankerajaan lain di daerah

kekuasaan monopoli perdagangannya.

Dengan hak-hak istimewa tersebut menyebabkan perkembangan VOC sangat pesat.

Perdagangan-perdagangan Portugis di Indonesia dapat didesak. Sebagai bukti

keberhasilan itu pada tahun 1605, VOC berhasil menguasai benteng ketahanan

Portugis di Ambon, kemudian namanya diganti menjadi Benteng Victoria. Dengan

10

Page 12: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

adanya peristiwa tersebut, kekuasan Portugis di Maluku terdesak dan hanya

mampu bertahan di Timor-Timur.

3) Persaingan dagang Belanda dengan Inggris

Mengetahui taktik perdagangan Belanda dengan membentuk persekutuan dagang

(VOC), maka Inggris juga mendirikan kongsi dagang yang dinamakan EIC (East Indian

Company) pada tahun 1600 dengan daerah operasi utamanya di Indonesia. Inggris

mengetahui bahwa Belanda menduduki Indonesia, maka Inggris berniat merebut

Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut di bawah pimpinan Lord Minto sebagai

gubernur jenderal Inggris di Calkuta, didirikan ekspedisi Inggris untuk merebut

kekuasaan Belanda di Indonesia.

Pada tahun 1811 Inggris berhasil merebut seluruh kekuasaan Belanda di tanah

Indonesia, sehingga kekuasan Inggris di Indonesia berada di bawah pimpinan Raffles

sampai tahun 1816. Berdasarkan konvensi London (Convention of London) tahun

1814, Indonesia diserahkan kembali kepada Belanda karena dianggap tidak ada

untungnya. Adapun isi pokok dari Konvensi London ialah:

a) Indonesia dikembalikan kepada Belanda.

b) Jajahan-jajahan Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana tetap di tangan

Inggris.

c) Cochain (di Pantai Malabar) diambil oleh Inggris dan Bangka diserahkan pada

Belanda sebagai gantinya.

c. Pengalihan Kekuasaan VOC kepada Kerajaan Belanda

1) Pembubaran VOC

Memasuki akhir abad ke-18 kejayaan VOC mulai merosot. Hal ini disebabkan oleh

faktor internal dalam tubuh VOC itu sendiri maupun faktor eksternal di luar VOC

yang menggerogoti keberadaan VOC. Adapun faktor internal yang menyebabkan

kemerosotan VOC adalah:

a) Banyaknya pegawai VOC yang melakukan korupsi.

b) Sulitnya melakukan pengawasan terhadap daerah penguasaan VOC yang sangat

luas.

Faktor eksternal yang menyebabkan kemerosotan VOC adalah:

a) Meletusnya revolusi Prancis menyebabkan Belanda jatuh ke tangan Prancis di

bawah pimpinan Napoleon Bonaparte.

b) Reaksi penentangan oleh rakyat Indonesia terhadap VOC dalam bentuk

peperangan yang banyak menyedot pembiayaan dan tenaga.

11

Page 13: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

Keadaan yang kian parah dan mengkhawatirkan menyebabkan Belanda mengambil

sikap, pada tangal 31 Desemnber 1799 VOC dibubarkan dan pemerintah kolonial di

Indonesia mulai dikendalikan langsung oleh pemerintah kerajaan Belanda.

2) Pemerintaham Herman W. Daendels

Sejak Belanda jatuh ke tangan Prancis pada tahun 1795, Belanda diubah namanya

menjadi republik Bataaf dan diperintah oleh Louis Napoleon, adik kaisar Napoleon

Bonaparte. Di samping itu, pemerintah Prancis mengkhawatirkan keadaan di Pulau

Jawa sebagai daerah jajahan Belanda akan direbut oleh Inggris yang saat itu tidak

berhasil dikuasai oleh Prancis. Oleh karena itu, pada tanggal 1 Januari 1808 Louis

Napoleon mengutus Herman W. Daendels ke Pulau Jawa.

Pada tanggal 15 Januari 1808 Daendels menerima kekuasaan dari Gubernur

Jenderal Weise. Daendels dibebani tugas mempertahankan Pulau Jawa dari

serangan Inggris, karena Inggis telah menguasai daerah kekuasaan VOC di Sumatra,

Ambon, dan Banda. Sebagai gubernur jenderal, langkah-langkah yang ditempuh

Daendels, antara lain:

a) Meningkatkan jumlah tentara dengan jalan mengambil dari berbagai suku bangsa

di Indonesia.

b) Membangun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.

c) Membangun pangkalan armada di Anyer dan Ujung Kulon.

d) Membangun jalan raya dari Anyer hingga Panarukan, sepanjang kurang lebih

1.100 km.

e) Membangun benteng-benteng pertahanan.

Dalam rangka mewujudkan langkah-langkah tersebut Daendels menerapkan sistem

kerja paksa (rodi). Selain menerapkan kerja paksa Daendels melakukan berbagai

usaha untuk mengumpulkan dana dalam menghadapi Inggris. Langkah tersebut

antara lain:

a) Mengadakan penyerahan hasil bumi (contingenten).

b) Memaksa rakyat-rakyat menjual hasil buminya kepada pemerintah Belanda

dengan harga murah (verplichte leverantie).

c) Melaksanakan Preanger Stelsel, yaitu kewajiban yang dibebankan kepada rakyat

Priangan untuk menanam kopi.

d) Menjual tanah-tanah negara kepada pihak swasta asing seperti kepada Han Ti Ko

seorang pengusaha Cina.

Daendels merupakan penguasa yang disiplin, tegas, dan kejam, sehingga dikenal

sebagai gubernur jenderal yang bertangan besi. Ia juga dijuluki Tuan Besar Guntur

atau Jenderal Mas Galak.

12

Page 14: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

Tindakan Daendels ini di mata orang Belanda sendiri ternyata sangat dibenci.

Daendels juga menjual tanah milik negara kepada pengusaha swasta asing, berarti

ia telah melanggar undang-undang negara. Hal tersebut mengakibatkan ia dipanggil

pulang ke negerinya dan diganti Jenderal Jassens pada tahun 1811.

Jassens ternyata berbeda dengan Daendels, ia lemah dan kurang cakap. Pemerintah

Jassens mewarisi situasi keamanan dan ekonomi yang sangat buruk dan dibayang-

bayangi ancaman Inggris sewaktu-waktu. Pada bulan Agustus 1811 Inggris

mendarat di Batavia dipimpin Lord Minto. Belanda melakukan perlawanan terhadap

Inggris, tetapi tidak berhasil. Akibat serangan Inggris tersebut Belanda menyerah

dan akhirnya menandatangani Kapitulasi Tuntang 11 September 1811. Isi Perjanjian

Tuntang adalah:

a) Seluruh kekuatan militer Belanda yang ada di kawasan Asia Tenggara harus

diserahkan kepada Inggris.

b) Hutang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris.

c) Pulau Jawa, Madura, dan semua pangkalan Belanda di luar Jawa menjadi wilayah

kekuasaan Inggris.

Isi pokok Perjanjian Tuntang tersebut membawa pengaruh langsung bagi bangsa

Indonesia, yaitu wilayah Nusantara diserahkan kepada EIC (Inggris) yang bermarkas

di Calcuta India. Akibat Kapitulasi Tuntang tersebut Indonesia jatuh ke tangan

Inggris.

d. Pemerintahan Inggris di Indonesia (1811–1816)

Setelah Inggris berhasil menguasai Indonesia kemudian memerintahkan Thomas

Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur di Indonesia dan memulai tugasnya pada

tanggal 19 Oktober 1811. Kebijaksanaan Raffles selama memerintah di Indonesia:

1) Di bidang ekonomi

Dalam bidang ekonomi, Raffles menetapkan kebijakan berupa:

a) Menghapus segala kebijakan Daendels, seperti contingenten/ pajak/penyerahan

diganti dengan sistem sewa tanah (landrente).

b) Semua tanah dianggap milik negara, maka petani harus membayar pajak sebagai

uang sewa.

Namun upaya Raffles dalam penerapan sistem pajak tanah mengalami kegagalan

karena:

a) Sulit menentukan besar kecilnya pajak bagi pemilik tanah, karena tidak semua

rakyat mempunyai tanah yang sama.

b) Sulit menentukan luas sempitnya dan tingkat kesuburan tanah petani.

c) Keterbatasan pegawai-pegawai Raffles.

13

Page 15: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

d) Masyarakat desa belum mengenal sistem uang.

2) Di bidang pemerintahan pengadilan dan sosial

Dalam bidang ini, Raffles menetapkan kebijakan berupa:

a) Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan termasuk Jogjakarta dan Surakarta.

b) Masing-masing karesidenan mempunyai badan pengadilan.

c) Melarang perdagangan budak.

3) Di bidang ilmu pengetahuan

Dalam bidang pengetahuan, Raffles menetapkan kebijakan berupa:

a) Mengundang ahli pengetahuan dari luar negeri untuk mengadakan berbagai

penelitian ilmiah di Indonesia.

b) Raffles bersama Arnoldi berhasil menemukan bunga bangkai sebagai bunga

raksasa dan terbesar di dunia. Bunga tersebut diberinya nama ilmiah Rafflesia

Arnoldi.

c) Raffles menulis buku “History of Java” dan merintis pembangunan Kebun Raya

Bogor sebagai kebun biologi yang mengoleksi berbagai jenis tanaman di

Indonesia bahkan dari berbagai penjuru dunia.

Pemerintahan Raffles tidak berlangsung lama sebab Pemerintahan Napoleon di

Prancis pada tahun 1814 jatuh. Akibat berakhirnya kekuasan Louis Napoleon 1814,

maka diadakan Konferensi London. Isi Konferensi London antara lain:

a) Belanda memperoleh kembali daerah jajahannya yang dahulu direbut Inggris.

b) Penyerahan Indonesia oleh Inggris kepada Belanda berlangsung tahun 1816.

c) Jhon Fendall diberi tugas oleh pemerintah Inggris untuk menyerahkan kembali

Indonesia kepada Belanda.

Belanda menerima penyerahan Inggris melalui Komisi Jenderal yang terdiri dari 3

orang, yaitu Elaut, Van der Cappelen, dan Buykes. Sejak saat itu terjadi perubahan

kekuasaan di Indonesia dari tangan Inggris ke tangan Belanda. Belanda menunjuk

Van Der Cappelen sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda.

e. Masa Pemerintahan Kolonial Belanda (Johanes Van Den Bosch)

Kekosongan keuangan Belanda yang disebabkan oleh perang kemerdekaan dari

Belgia maupun perang Diponegoro, mendorong Belanda untuk menciptakan suatu

sistem yang dapat menghasilkan keuntungan dalam bidang ekonomi/keuangan bagi

Belanda. Pada masa kepemimpinan Johanes Van Den Bosch Belanda memperkenalkan

culturstelsel atau caltivitaion system (tanam paksa). Sistem tanan paksa pertama kali

diperkenalkan di Jawa dan dikembangkan di daerah-daerah lain di luar Jawa.

14

Page 16: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

1) Aturan sistem tanam paksa

a) Setiap penduduk wajib menyerahkan seperlima dari lahan garapannya untuk

ditanami tanaman wajib yang berkualitas ekspor.

b) Tanah yang disediakan untuk tanah wajib dibebaskan dari pembayaran pajak

tanah.

c) Hasil panen tanaman wajib harus diserahkan kepada pemerintah kolonial. Setiap

kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus dibayarkan kembali kepada

rakyat.

d) Tenaga dan waktu yang diperlukan untuk menggarap tanaman wajib tidak boleh

melebihi tenaga dan waktu yang diperlukan untuk menanam padi atau kurang

lebih 3 bulan.

e) Mereka yang tidak memiliki tanah, wajib bekerja selama 66 hari atau seperlima

tahun di perkebunan pemerintah.

f) Jika terjadi kerusakan atau kegagalan panen menjadi tanggung jawab pemerintah

(jika bukan akibat kesalahan petani).

g) Pelaksanaan tanam paksa diserahkan sepenuhnya kepada kepala desa.

2) Pelaksanaan tanam paksa

Dalam kenyataannya, pelaksanaan cultur stelsel banyak terjadi penyimpangan,

karena berorientasi pada kepentingan imperialis, di antaranya:

a) Jatah tanah untuk tanaman ekspor melebihi seperlima tanah garapan, apalagi

tanahnya subur.

b) Rakyat lebih banyak mencurahkan perhatian, tenaga, dan waktunya untuk

tanaman ekspor, sehingga banyak tidak sempat mengerjakan sawah dan ladang

sendiri.

c) Rakyat tidak memiliki tanah harus bekerja melebihi 1/5 tahun.

d) Waktu pelaksanaan tanaman ternyata melebihi waktu tanam padi (tiga bulan)

sebab tanaman-tanaman perkebunan memerlukan perawatan yang terus-

menerus.

e) Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus dibayarkan kembali

kepada rakyat ternyata tidak dikembalikan kepada rakyat.

f) Kegagalan panen tanaman wajib menjadi tanggung jawab rakyat/petani.

f. Undang-Undang Agraria

Dalam pertemuan di parlemen Belanda, Frans van Putte, de Wall, dan Thorbecke

yang berasal dari kaum liberal menyampaikan gagasan perlunya menerapkan prinsip

liberalisme ekonomi di tanah jajahan. Menurut kaum liberal, kehidupan perekonomian

akan berjalan lancar jika ketentuan berikut ini dipatuhi, yaitu:

15

Page 17: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

1) Swasta mempunyai hak untuk memiliki alat-alat produksi.

2) Anggota masyarakat bebas untuk melakukan tindakan ekonomi.

3) Pemerintah tidak mencampuri urusan rumah tanga perekonomian.

Berdasarkan hal tersebut pihak penguasa swasta diberi kesempatan seluas-

luasnya menjalankan roda perekonomian di wilayah Hindia-Belanda. Sebagai

perwujudan kemenangan kaum liberal, pemerintah Belanda mengeluarkan Undang-

Undang Agraria tahun 1870 (Agrarische Wet 1870) yang berisi pokok-pokok aturan

sebagai berikut.

1) Gubernur jenderal tidak diperbolehkan menjual tanah.

2) Gubernur jenderal dapat menyewakan tanah menurut ketentuan yang diatur dalam

undang-undang.

3) Tanah-tanah diberikan dengan hak penguasaan selama waktu tidak lebih dari 75

tahun sesuai ketentuan.

4) Gubernur jenderal tidak boleh mengambil tanah-tanah yang dibuka oleh rakyat.

Tujuan pemberlakuan Undang-Undang Agraria adalah:

1) Melindungi hak milik petani atas tanahnya dari penguasaan pemodal asing.

2) Memberi peluang kepada pemodal asing untuk menyewa tanah dari penduduk

Indonesia.

3) Membuka kesempatan kerja kepada penduduk Indonesia terutama di bidang buruh

perkebunan.

Pengaruh positif pemberlakuan Undang-Undang Agraria adalah:

1) Rakyat Indonesia diperkenalkan kepada pentingnya peranan lalu lintas uang (modal)

dalam kehidupan ekonomi.

2) Tumbuhnya perkebunan-perkebunan besar meningkatkan jumlah produksi

tanaman ekspor jauh melebihi produksi semasa berlakunya sistem tanam paksa,

sehingga Indonesia mampu menjadi penghasil kina terbesar nomor 1 di dunia.

3) Rakyat Indonesia merasakan manfaat sarana irigasi dan transportasi yang dibangun

pihak perkebunan.

Karena mendapat sorotan tajam, akhirnya pada tahun 1900 pemerintah Belanda

menghentikan Undang-Undang Agraria 1870 tersebut.

3. Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Upaya Perdagangan Portugis dan Belanda

Menjelang kedatangan bangsa Eropa, masyarakat di wilayah Nusantara hidup

dengan tenteram di bawah kekuasaan raja-raja. Kedatangan bangsa-bangsa Eropa di

Indonesia mula-mula disambut baik oleh bangsa Indonesia, tetapi lama-kelamaan rakyat

Indonesia mengadakan perlawanan karena sifat-sifat dan niat-niat jahat bangsa Eropa

mulai terkuak dan diketahui oleh bangsa Indonesia. Perlawanan-perlawanan yang

dilakukan rakyat Indonesia disebabkan orang-orang Barat ingin memaksakan monopoli

16

Page 18: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

perdagangan dan berusaha mencampuri urusan kerajaan-kerajaan di Indonesia. Adapun

perlawanan-perlawanan tersebut antara lain:

a. Perlawanan rakyat Indonesia terhadap Portugis

Setelah Malaka dapat dikuasai oleh Portugis 1511, maka terjadilah persaingan

dagang antara pedagang-pedagang Portugis dengan pedagang di Nusantara. Portugis

ingin selalu menguasai perdagangan, maka terjadilah perlawanan-perlawanan

terhadap Portugis. Perlawanan tersebut antara lain:

1) Perlawanan di Aceh terhadap Portugis

Sejak Portugis dapat menguasai Malaka, Kerajaan Aceh merupakan saingan terberat

dalam dunia perdagangan. Para pedagang muslim segera mengalihkan kegiatan

perdagangannya ke Aceh Darussalam. Keadaan ini tentu saja sangat merugikan

Portugis secara ekonomis, karena Aceh kemudian tumbuh menjadi kerajaan dagang

yang sangat maju. Melihat kemajuan Aceh ini, Portugis selalu berusaha

menghancurkannya, tetapi selalu menemui kegagalan. Keberhasilan Aceh untuk

memperhatankan diri dari ancaman Portugis disebabkan:

a) Aceh berhasil bersekutu dengan Turki, Persia, dan India.

b) Aceh memperoleh bantuan kapal, prajurit, dan makanan dari pedagang muslim

di Pulau Jawa.

c) Kapal Aceh dilengkapi persenjataan yang cukup baik dan prajurit yang tangguh.

Usaha-usaha Aceh Darussalam untuk mempertahankan diri dari ancaman Portugis

antara lain:

a) Aceh berhasil menjalin hubungan baik dengan Turki, Persia, dan Gujarat (India),

b) Aceh memperoleh bantuan berupa kapal, prajurit, dan makanan dari beberapa

pedagang muslim di Jawa,

c) kapal-kapal dagang Aceh dilengkapi dengan persenjataan yang cukup baik dan

prajurit yang tangguh,

d) meningkatkan kerja sama dengan Kerajaan Demak dan Makassar.

Permusuhan antara Aceh dan Portugis berlangsung terus tetapi sama-sama tidak

berhasil mengalahkan, sampai akhirnya Malaka jatuh ke tangan VOC tahun 1641.

VOC bermaksud membuat Malaka menjadi pelabuhan yang ramai dan ingin

menghidupkan kembali kegiatan perdagangan seperti yang pernah dialami Malaka

sebelum kedatangan Portugis dan VOC.

Kemunduran Aceh mulai terlihat setelah Iskandar Muda wafat dan penggantinya

adalah Sultan Iskandar Thani (1636–1841). Pada saat Iskandar Thani memimpin

Aceh masih dapat mempertahankan kebesarannya. Tetapi setelah Aceh dipimpin

17

Page 19: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

oleh Sultan Safiatuddin 91641–1675) Aceh tidak dapat berbuat banyak

mempertahankan kebesarannya.

2) Ternate melawan Portugis

Pada awalnya Portugis diterima dengan baik oleh raja setempat dan diijinkan

mendirikan benteng, namun lama-kelamaan, rakyat Ternate mengadakan

perlawanan. Perlawanan ini terjadi karena sebab-sebab berikut ini:

a) Portugis melakukan monopoli perdagangan.

b) Portugis ikut campur tangan dalam pemerintahan.

c) Portugis ingin menyebarkan agama Katholik, yang berarti bertentangan dengan

agama yang telah dianut oleh rakyat Ternate.

d) Portugis membenci pemeluk agama Islam karena tidak sepaham dengan mereka.

e) Portugis sewenang-wenang terhadap rakyat.

f) Keserakahan dan kesombongan bangsa Portugis.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka kehendak Portugis ditolak oleh raja

Ternate. Rakyat Ternate dipimpin oleh Sultan Hairun bersatu dengan Tidore

melawan Portugis, sehingga Portugis dapat didesak. Pada waktu terdesak, Portugis

mendatangkan bantuan dari Malaka dipimpin oleh Antoni Galvo, sehingga Portugis

mampu bertahan di Maluku.

Pada tahun 1565, rakyat Ternate bangkit kembali di bawah pimpinan Sultan Hairun.

Portugis berusaha menangkap Sultan Hairun, namun rakyat bangkit untuk melawan

Portugis dan berhasil membebaskan Sultan Hairun dan tawanan lainnya. Akan

tetapi Portugis melakukan tindakan licik dengan mengajak Sultan Hairun berunding.

Dalam perundingan, Sultan Hairun ditangkap dan dibunuh. Perlawanan rakyat

Ternate dilanjutkan di bawah pimpinan Sultan Baabullah (putera Sultan Hairun).

Pada tahun 1574 benteng Portugis dapat direbut, kemudian Portugis menyingkir ke

Hitu dan akhirnya menguasai dan menetap di Timor-Timur sampai Tahun 1975.

b. Perlawanan rakyat Indonesia terhadap Belanda

1) Perlawanan Mataram (Perlawanan Sultan Agung)

Kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan

Agung (1613–1645). Cita-cita Sultan Agung adalah menyatukan kerajaan-kerajaan

Jawa di bawah pimpinan Mataram. Adapun sebab-sebab Mataram menyerang

Batavia adalah:

a) Mengusir Belanda dari tanah air Indonesia.

b) Belanda sering merintangi perdagangan Mataram di Malaka.

c) Belanda melaksanakan monopoli perdagangan.

18

Page 20: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

Sultan Agung mengadakan penyerangan ke Batavia pertama kali pada tahun 1628.

Pasukan pertama dipimpin oleh Tumenggung Bahurekso. Adapun pasukan kedua

dipimpin oleh Tumenggung Agul-Agul, Kyai Dipati Mandurorejo, Kyai Dipati

Upusonto, dan Dipati Ukur. Namun serangan tersebut mengalami kekalahan.

Kegagalan serangan pertama tidak mengendorkan semangat melawan Belanda.

Sultan Agung menyusun kembali kekuatan untuk melakukan serangan kedua

dengan matang dan cermat. Pada Tahun 1629 Sultan Agung kembali menyerang

Batavia untuk kedua kalinya di bawah pimpinan Dipati Puger dan Dipati Purbaya.

Serangan kedua juga mengalami kegagalan, sebab persiapan Sultan Agung telah

diketahui oleh VOC, gudang-gudang persiapan makanan Sultan Agung dibakar oleh

VOC. Dalam peperangan itu Pimpinan VOC Y.P. Coen meninggal akibat penyakit

colera, sehingga tentara Mataran mundur takut terserang penyakit. Kemudian

perlawanan rakyat Mataram dilanjutkan oleh:

a) Trunojoyo (1674–1709)

b) Untung Suropati (1674–1706)

c) Mangkubumi dan Mas Said (1474–1755)

Pada saat perlawanan Mangkubumi, terjadi kesepakatan damai dengan Belanda

dengan ditandatanganinya Perjanjian Giyanti (1755) yang isinya:

a) Mataram dibagi menjadi dua yaitu Mataram Barat (Jogja) dan Mataram Timur

(Surakarta).

b) Mangkubumi berkuasa di Mataram Barat dan Paku Buwono berkuasa di

Mataram Timur (Surakarta).

2) Banten melawan VOC

Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abdul Fatah yang

dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa (1650–1682). Sultan Ageng Tirtayasa

mengadakan perlawanan terhadap VOC (1651), karena menghalang-halangi

perdagangan di Banten.

VOC dalam menghadapi Sultan Ageng Tirtayasa menggunakan politik devide et

impera, yaitu mengadu domba antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya yang

bernama Sultan Haji yang dibantu oleh VOC. Dalam pertempuran ini Sultan Ageng

Tirtayasa terdesak dan ditangkap. Kemudian Sultan Haji (putera Sultan Agung

Tirtayasa) diangkat menjadi Sultan menggantikan Sultan Ageng Tirtayasa. Pada

Tahun 1750 meletus gerakan perlawanan terhadap pemerintahan Sultan Haji yang

dipimpin Kyai Tapa dan Ratu Bagus Buang. Perlawanan dapat dipadamkan berkat

bantuan VOC. Setelah pertempuran selesai, Sultan Haji melakukan perundingan

dengan VOC yang isinya:

a) Sultan Haji harus mengganti biaya perang.

19

Page 21: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

b) Banten harus mengakui di bawah kekuasaan VOC.

c) Kecuali VOC, pedagang lain dilarang berdagang di Banten.

d) Kepulauan Maluku tertutup bagi pedagang Banten.

3) Makassar melawan VOC

Makassar berkembang pesat dan mencapai puncak kejayaan pada masa

pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654–1659). Sultan Hasanuddin menolak

monopoli yang dilakukan oleh VOC, sehingga terjadilah perang dengan VOC.

Peperangan berlangsung tiga kali.

Pertama, terjadi pada tahun 1633, di mana VOC berusaha memblokade Makassar

untuk menghentikan arus keluar masuk perdagangan di Makassar, namun usaha ini

belum berhasil. Pertempuran kedua terjadi pada tahun 1654, serangan ini juga

belum berhasil. Pertempuran ketiga merupakan pertempuran besar yang terjadi

pada tahun 1667. Dalam perang ini VOC melaksanakan politik devide et impera,

yaitu mengadu domba antara Sultan Hasanuddin dengan Aru Palaka (Raja Bone).

Akhirnya, pada waktu itu Sultan Hasanudin dipaksa menandatangani perjanjian

Bongaya (1667) yang isinya:

a) Makassar mengakui kekuasaan VOC.

b) VOC memegang monopoli perdagangan di Makassar.

c) Aru Palaka dijadikan Raja Bone.

d) Makassar harus melepaskan Bugis dan Bone.

e) Makassar harus membayar biaya perang VOC.

Karena kegigihannya melawan VOC, Sultan Hasanuddin dijuluki “Ayam Jantan dari

Timur”.

4) Perlawanan Diponegoro (1825–1830)

Perang Diponegoro mulai meletus di Tegalrejo, Jogjakarta dan meluas hampir ke

seluruh Jawa. Bupati-bupati yang ada di bawah pengaruh Mataram ikut

menyatakan perang terhadap Belanda. Maka perang Diponegoro sering disebut

perang Jawa.

Pangeran Diponegoro adalah putera sulung Sultan Hamengku Buwono III yang

dilahirkan pada Tahun 1785. Ketika masih kecil bernama Pangeran Ontowiryo.

Sebab-sebab umum Perang Diponegoro:

a) Penderitaan rakyat sangat berat karena adanya bermacammacam pajak.

b) Raja dan kalangan istana benci kepada Belanda karena wilayah Mataram makin

dipersempit.

c) Ulama kecewa karena peradaban Barat mulai memasuki kalangan Islam.

d) Bangsawan kecewa karena tidak boleh menyewakan tanahnya.

20

Page 22: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

e) Belanda ikut campur dalam urusan pemerintahan.

Adapun sebab-sebab khusus perang Diponegoro adalah rencana pembuatan jalan

yang melintasi tanah makam leluhur pengeran Diponegoro tidak meminta ijin

terlebih dahulu kepada Pangeran Diponegoro.

Dalam perang Diponegoro, Belanda mengalami banyak kesulitan. Bahkan Belanda

mengakui perang Diponegoro merupakan perang terberat dan memakan biaya yang

besar.

Belanda menggunakan siasat benteng stelsel dalam melumpuhkan perlawanan

Pangeran Diponegoro. Tujuan dari sistem benteng stelsel adalah:

a) Mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro.

b) Memecah belah pasukan Diponegoro.

c) Mencegah masuknya bantuan untuk pasukan Diponegoro.

d) Bagi Belanda sendiri dapat memperlancar hubungan antara Belanda jika

mendapat serangan dari pasukan Diponegoro.

e) Memperlemah pasukan Diponegoro.

Sistem benteng stelsel ternyata belum berhasil mematahkan perlawanan

Diponegoro. Kemudian Belanda mendatangkan pasukan dari daerah lain dan

membujuk para pembantu Diponegoro untuk menyerah. Dengan siasat itu, para

pembantu Pangeran Diponegoro sebagian menyerah, tetapi belum berhasil

menangkap Pangeran Diponegoro.

Belanda menggunakan siasat baru dengan sayembara, tetapi juga belum berhasil.

Pada tahun 1830 Belanda mengadakan tipu muslihat dengan mengajak Pangeran

Diponegoro untuk berunding. Dalam perundingan itu Pangeran Diponegoro

ditangkap. Setelah ditangkap Pangeran Diponegoro dibawa ke Semarang, kemudian

diasingkan ke Batavia/Jakarta. Pada tanggal 3 Mei 1830 Pangeran Diponegoro

dipindahkan ke Manado, dan pada tahun 1834 dipindahkan ke Makassar dan wafat

di Makassar pada tanggal 8 Januari 1855.

5) Perang Padri (1821–1837)

Pada abad ke-19 Islam berkembang pesat di daerah Minangkabau. Tokoh-tokoh

Islam berusaha menjalankan ajaran Islam sesuai Al-Quran dan Al-Hadis. Gerakan

mereka kemudian dinamakan gerakan Padri. Gerakan ini bertujuan memperbaiki

masyarakat Minangkabau dan mengembalikan mereka agar sesuai dengan ajaran

Islam. Gerakan ini mendapat sambutan baik di kalangan ulama, tetapi mendapat

pertentangan dari kaum adat. Sebab umum terjadinya perang Padri adalah

a) Pertentangan antara kaum Padri dan kaum adat.

b) Belanda membantu kaum adat.

21

Page 23: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

Perang pertama antara kaum Padri dan kaum adat terjadi di Kota Lawas, kemudian

meluas ke kota lain. Pemimpin kaum Padri antara lain Dato’ Bandaro, Tuanku Nan

Cerdik, Tuanku Nan Renceh, Dato’ Malim Basa (Imam Bonjol). Adapun kaum adat

dipimpin oleh Dato’ Sati. Pada perang tersebut kaum adat terdesak, kemudian

minta bantuan Belanda. Perang yang terjadi dapat dibagi menjadi dua tahap.

a) Tahap pertama (1821–1825)

Pada tahap ini, peperangan terjadi antara kaum Padri dan kaum adat yang

dibantu oleh Belanda. Menghadapi Belanda yang bersenjata lengkap, kaum Padri

menggunakan siasat gerilya. Kedudukan Belanda makin sulit, kemudian

membujuk kaum Padri untuk berdamai. Pada tanggal 15 Nopember 1825 di

Padang diadakan perjanjian perdamaian dan tentara Belanda ditarik dari

Sumatra dan dipusatkan untuk menumpas perlawanan Diponegoro di Jawa.

b) Tahap kedua (1830–1837)

Setelah perang Diponegoro selesai, Belanda mulai melanggar perjanjian dan

perang Padri berkobar kembali. Pada perang ini, kaum Padri dan kaum adat

bersatu melawan Belanda.

Mula-mula kaum Padri mendapat banyak kemenangan. Pada tahun 1834 Belanda

mengerahkan pasukan untuk menggempur pusat pertahanan kaum Padri di

Bonjol. Pada tanggal 25 Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol tertangkap,

kemudian diasingkan di Minahasa sampai wafatnya. Dengan menyerahnya Imam

Bonjol bukan berarti perang selesai, perang tetap berlanjut walaupun tidak lagi

mengganggu usaha Belanda untuk menguasai Minangkabau.

B. GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

1. Terbentuknya Kesadaran Nasional

a. Lahirnya kelompok intelektual

Sistem diskriminasi rasial terjadi dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat

baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Sistem yang

dikembangkan tersebut dikenal dengan Stelsel Kolonial. Masyarakat terbelah dalam

beberapa strata yaitu orang Belanda asli/totok, Belanda Campuran, Timur Asing dan

Bumi Putra (pribumi). Masyarakat pribumi ini masih memiliki tingkatan-tingkatan

seperti golongan bangsawan, priyayi dan rakyat biasa.

Dalam masalah pendidikanpun juga terjadi diskriminasi, karena sekolah untuk

masyarakat Eropa, Timur Asing dan kelompok bangsawan berbeda dengan sekolah

untuk golongan pribumi. Untuk pribumi adalah sekolah kelas dua, yang hanya untuk

22

Page 24: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

kemampuan membaca dan menulis. Dengan demikian golongan pribumi akan

tertinggal dalam bidang intelektual.

Salah satu ciri masyarakat terjajah, adalah terbatasnya kaum cerdik pandai

(intelektual). Jika ingin merubah semua itu tentunya bagaimana rakyat dapat

memperoleh kesempatan belajar yang selama ini terjadi diskriminasi antara orang

Belanda dengan kaum Bumi Putra. Dalam rangka mendapatkan kesempatan untuk

memperoleh pendidikan dan pengajaran ternyata masih ada sekelompok masyarakat

di Belanda yang peduli akan nasib rakyat Indonesia itu.

Pada tahun 1898, dalam majalah de Gids, dia menulis artikel berjudul Een

Ereschuld (Hutang Kehormatan atau Hutang Budi). Dijelaskannya bahwa Belanda

banyak menyengsarakan rakyat Indonesia. Telah begitu besar kekayaan Indonesia

mengalir ke Belanda (politik batig slof). Untuk itu, perlu ada pengembalian kepada

bangsa Indonesia oleh pemerintah Belanda, karena itu merupakan suatu hutang.

Terbatasnya kaum cerdik pandai oleh karena bidang pendidikan bukan menjadi

prioritas Belanda. Pada masa VOC keinginan Belanda adalah bagaimana memperoleh

kekayaan sebanyak-banyaknya. Itulah sebabnya diambil kebijakan monopoli

perdagangan. Sistem Tanam Paksa yang dilakukan oleh Belanda ternyata membawa

kesengsaraan yang luar biasa bagi rakyat Indonesia. Pelaksanaan sistem tanam paksa

telah mengakibatkan rakyat Indonesia menderita.

Namun karena desakan dari berbagai pihak terutama dari kalangan kaum liberal

di negeri Belanda lahir kemudian politik etis. Kebijaksanaan yang diambil sebagai balas

budi adalah dengan menerima konsep Th. C. Van Deventer yang dituangkan dalam

trilogi, yang meliputi irigasi, emigrasi, dan edukasi.

Di atas telah disebutkan, bahwa sistem pendidikan kolonial bersifat diskriminatif.

Pada mulanya, diperkenalkan Sekolah Kelas Dua untuk anak-anak pribumi dan Sekolah

Kelas Satu untuk anak-anak pegawai negeri, orang-orang yang punya kedudukan

dalam masyarakat, dan masyarakat golongan “berpunya”. Bagi golongan Eropa dan

para bangsawan disediakan Sekolah Rendah. Sejak Abad ke-20 dibuka sistem sekolah

desa atau Volksschool yang lamanya tiga tahun. Bagi yang akan melanjutkan,

disediakan sekolah sambungan (Vervolgschool) selama dua tahun

Perkembangan sistem pendidikan itu sebenarnya menjadi bumerang bagi

Belanda di Indonesia. Walaupun sistem pendidikan Barat memperkenalkan sistem nilai

Barat, akan tetapi rasa kebangsaan rakyat Indonesia tidaklah luntur. Hal itu terlihat

dari munculnya semangat kebangsaan, yang kemudian menjadi sebuah gerakan.

Muncullah tokoh-tokoh pergerakan nasional, seperti dr. Sutomo, dr. Wahidin

Sudirohusodo, dan Surjadi Suryaningrat, tidak dapat dilepaskan dari adanya kemajuan

dalam bidang pendidikan tersebut. Melalui ilmu yang diperoleh di bangku sekolah,

kesadaran mereka justru tumbuh subur untuk menyusun kekuatan, yang kemudian

23

Page 25: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

menjelma menjadi organisasi modern. Semua itu tidak terlepas dari munculnya para

intelektual yang akhirnya menjadi pelopor pergerakan nasional.

Untuk mendukung pelaksanaan Politik Etis, pemerintah Belanda mencanangkan

Politik Asosiasi dengan semboyan unifikasi. Politik Asosiasi berkaitan dengan sikap

damai dan menciptakan hubungan harmonis antara Barat (Belanda) dan Timur (Rakyat

pribumi). Dengan Politik Asosiasi dan semboyan unifikasi, akan terjadi suatu proses

pembelandaan terhadap rakyat Indonesia. Namun demikian ternyata cara yang

dilakukan Belanda ini tidak memperoleh sambutan dari rakyat Indonesia sehingga

kebijakan ini tidak membawa hasil. Mereka berpandangan bahwa bangsa Belanda

merasa superior, lebih kuat dan unggul, sehingga politik Asosiasi justru menimbulkan

hubungan yang paternalistik. Belanda berperan sebagai Bapak dan Indonesia sebagai

anak yang masih harus dibina.

Setelah dilaksanakannya Politik Etis sebagai salah satu kebijakan pemerintah

Hindia Belanda, banyak lembaga pendidikan mulai berdiri. Namun demikian ternyata

diskriminasi rasial menjadi salah satu hambatan masuk sekolah. Sistem pendidikan

juga dikembangkan disesuaikan dengan status sosial masyarakat (Eropa, Timur Asing

dan Bumiputra). Untuk kelompok bumiputra masih diwarnai oleh status keturunan

yang terdiri dari kelompok bangsawan kaum priyayi dn rakyat jelata.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka struktur pendidikan terdiri dari

pendidikan dasar yang didalamnya ada ELS (Europese Legerschool) dan HIS (Holandsch

Inlandschool) untuk keturunan Indonesia asli yang berada pada golongan atas.

Sedangkan untuk golongan Indonesia asli dari kelas bawah disediakan Sekolah Kelas

Dua.

Dalam pendidikan tingkat menengah ada HBS (Hogere Burger School) MULO

(Meer Uitegbreit Ondewijs), AMS (Algemene Middelbare Aschool). Disamping itu juga

ada beberapa sekolah kejuruan/keguruan seperti Kweek School, Normaal School.

Untuk pendidikan tinggi, ada Pendidikan Tinggi Teknik (Koninklijk Instituut voor

Hoger Technisch Ondewijs in Nederlandsch Indie), Sekolah Tinggi Hukum (Rechschool),

dan Sekolah Tinggi Kedokteran yang berkembang sejak dari Sekolah Dokter Jawa,

STOVIA, NIAS dan GHS (Geneeskundige Hogeschool).

Pendidikan kesehatan (kedokteran tersebut di atas) yang sejak 2 Januari 1849

semula lahir sebagai Sekolah Dokter Jawa, kemudian pda tahun 1875 diubah menjadi

Ahli Kesehatan Bumiputra (Inlandsch Geneeskundige). Dalam perkembangannya pada

tahun 1902 menjadi dokter Bumiputra (Inlandsch Arts). Sekolah ini diberi nama

STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) yang kemudian pada tahun 1913

diubah menjadi NIAS (Nederlandsch Indische Artsenschool).

Di atas telah dikatakan bahwa munculnya sistem pendidikan tidak dapat

dipisahkan dengan politik etis. Dari sinilah mulai adanya perhatian terhadap

24

Page 26: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

perkembangan pendidikan mengingat salah satu dari Trilogi van Deventer secara

eksplisit menyebutkan mengenai edukasi.

Jika dikaitkan dengan lahirnya pergerkan nasional, peranan lulusan sekolah

Belanda memiliki posisi yang sangat penting. Hal ini terbukti dengan kehadirannya

sebagai pelopor dalam pergerakan nasional dengan mendirikan organisasi seperti

studie Fond maupun Budi Utomo.

b. Peranan Pers Dalam Pergerakan Nasional

Salah satu hal mendasar yang dialami oleh para pejuang, khususnya pada masa

pergerakan nasional adalah bagaimana mengkomunikasikan perjuangan itu pada

pihak lain. Kurangnya komunikasi ini dapat memberikan dampak negatif dalam sebuah

perjuangan. Komunikasi sangat bermanfaat dalam upaya mengkoordinasikan

perjuangan. Salah satu sarana yang dapat dipergunakan untuk mengkomunikasikan

perjuangan itu adalah melalui pers. Ketajaman “pena” pers itu dapat memberikan

motivasi pada para pejuang, sebab bagaimanapun sebuah terbitan pasti memiliki

“warna” dan nuansa yang subjektif.

Secara umum, pers harus mampu memeperjuangkan objektivitas, menjadi alat

pendidikan, alat penyalur aspirasi, sebagai lembaga pengawasan dan juga sebagai

upaya untuk penggalangan opini umum. Dengan demikian, pers dapat berfungsi

sebgai alat perjuangan bangsa. Bagi bangsa Indonesia pada masa pergerakan nasional

itu, pers dapat berfungsi sebagai alat propaganda demi kepentingan bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, kedudukan pers amat penting. Pers yang berbahasa Melayu, dalam

perjuangan bangsa Indonesia, amat penting karena dapat menarik pembaca dari

kelompok Bumi Putra. Keberadaan pers yang berbahasa Melayu merupakan ancaman

bagi pers Belanda atau pers Tionghoa. Oleh karena itu, dalam usaha untuk menarik

pembaca, pemerintah Belanda juga menerbitkan pers berbahasa Melayu.

Pers mampu memberikan sumbangan terhadap timbulnya kesadaran bangsa

Indonesia. Sebagai contoh, setelah Budi Utomo didirikan pada tanggal 20 Mei 1908,

surat edaran yang berkaitan dengan pendirian BU itu dimuat dalam Surat Khabar De

Locomotif dan Bataviaasch Nieuwsblad. Hal yang sama juga dilakukan oleh majalah

Jong Indie. Pemuatan surat edaran pendirian Budi Utomo itu memberikan nilai positif

karena masyarakat segera tahu sesuatu telah terjadi.

Memperingati 100 tahun bebasnya negara ini dari kekuasaan Perancis

mendapatkan reaksi yang amat keras. Hal itu terlihat dari pemuatan tulisan Suwardi

Surjaningrat dalam surat kabar de’ Express (surat kabar yang dimiliki Indische Partij).

Peranan pers tidak terbatas pada terbitan di Hindia Belanda. Di luar negeri pun (negeri

Belanda) Perhimpunan Indonesia menerbitkan Indonesia Merdeka. Penerbitan

tersebut memberikan sumbangan besar dalam mengkomunikasikan perjuangan

25

Page 27: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

bangsa Indonesia di luar negeri. Ini terbukti dari seringnya Perhimpunan Indonesia

mengikuti pertemuan internasional.

2. Munculnya Organisasi Pergerakan Nasional

Nasionalisme jika dilihat dari aspek bahasa, memiliki akar kata Natie (Belanda),

atau nation (Inggris) yang berarti bangsa. Nasionalisme adalah faham yang berkaitan

denga kecintaan terhadap tanah air. Orang yang bersifat nasionalis adalah orang yang

mencintai bangsa dan tanah airnya. Kehadiran Jong Java mendorong lahirnya beberapa

perkumpulan serupa, seperti lahirnya Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa,

Jong Batak, Jong Ambon, Jong Selebes, Timorees ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar-

Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia/ Jong Indonesia, Jong Islamienten Bond,

Kepanduan, dan sebagainya. Semua organisasi tersebut mendorong timbulnya kesadaran

nasional bangsa Indonesia.

a. Budi Utomo

Budi Utomo sebagai pelopor Pergerakan Nasional Indonesia memiliki semboyan

hendak meningkatkan martabat rakyat. Mas Ngabehi Wahidin Sudiro Husodo, seorang

dokter di Yogyakarta dan termasuk golongan priyayi rendahan. Dalam tahun 1906 dan

1907 mulai mengadakan kampanye di kalangn priyayi di pulau Jawa.

Di bawah pimpinan Wahidin Sudirohusodo, diupayakan pengumpulan dana

untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Untuk merealisasikan tujuan tersebut,

didirikan Studie Fond. Studie ini merupakan badan yang bertujuan mengumpulkan

dana untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada bangsa Indonesia dalam

memperoleh pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Cita-cita luhur itu ternyata kurang memperoleh dukungan, khususnya, dari

golongan priyayi. Usaha Wahidin Sudiro Husodo tersebut, ternyata mempengaruhi

jiwa Sutomo, seorang mahasiswa STOVIA Jakarta.

Pada tanggal 20 Mei 1908, para mahasiswa STOVIA memproklamasikan

berdirinya Budi Utomo. Pada kesempatan itu, Sutomo ditunjuk sebagai ketuanya.

Organisasi yang baru berdiri itu menentukan keanggotaannya, dari golongan terpelajar

(intelektual).

Pada awalnya, Budi Utomo bukanlah organisasi politik. Hal itu dapat dilihat dari

tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengupayakan hubungan kekeluargaan atas segenap bangsa Bumi Putera,

2. Mengadakan perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah,

3. Mendirikan badan wakaf yang akan mengumpulkan dana untuk kepentingan

belanja anak-anak sekolah, dan

4. Memajukan kebudayaan dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam

upaya mencapai kehidupan yang layak.

26

Page 28: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

Budi Utomo merupakan pelopor organisasi moderen. Organissi ini menjadi

model bagi gerakan berikutnya. Walaupun ruang lingkup kegiatan Budi Utomo

terbatas pada golongan terpelajar dan wilayahnya meliputi Jawa, Madura dan Bali,

akan tetapi Budi Utomo menjadi tonggak awal kebangkitan nasional. Karena itu, oleh

Bangsa Indonesia, kelahiran Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan

Nasional. Keputusan tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia,

Nomor 31, tanggal 16 Desember 1959.

b. Sarekat Islam (SI)

Semula, organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan pada

tahun 1911 oleh Haji Samanhudi. Kelahiran SDI didorong dengan adanya keinginan

untuk bersaing dengan pedagang Tionghoa dalam monopoli perdagangan batik di

Solo. Dengan sistem monopoli yang dilakukan oleh para pedagang Tionghoa itu, para

pengrajin batik yang ada di Solo sangat dirugikan, terutama dalam penentuan harga.

SDI didirikan di Kota Solo oleh H. Samanhudi dengan maksud untuk memajukan

perdagangan di bawah panji-panji Islam, SDI juga memiliki tujuan seperti yang

terumus dalam anggaran dasarnya sebagai berikut,

1. Mengembangkan jiwa berdagang,

2. Memberi bantuan kepada para anggotanya yang mengalami kesukaran,

3. Memajukan pengajaran dan mempercepat naiknya derajat Bangsa Bumi Putra,

dan

4. Menggalang persatuan umat Islam khususnya dalam memajukan kehidupan

Agama Islam.

Ruang lingkup keanggotaan SDI terbatas (hanya pedagang yang beragama

Islam). Itu merupakan penghalang bagi upaya SDI untuk menjangkau keanggotaan

yang lebih luas. Oleh karena itu, ada keinginan agar SDI menjelma menjadi organisasi

massa. Untuk itu, pada tahun 1912, Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat

Islam (SI). Dengan perubahan itu, Sarekat Islam menjadi organisasi yang terbuka

sehingga memungkinkan untuk menjangkau keanggotaan yang lebih banyak karena

Islam menjadi identitas pribumi.

Sarekat Islam berkembang dengan pesat karena Agama Islam menjadi

motivasinya. Perkembangan Sarekat Islam amat mengkhawatirkan Belanda. Dalam

rangka memantapkan keberadaan Sarekat Islam, ada upaya untuk mendapatkan

badan hukum dari Pemerintah Kolonial Belanda. Karena itu, Sarekat Islam mengajukan

badan hukum. Keinginan tersebut, ternyata ditolak oleh Belanda, yang memperoleh

badan hukum justru Sarekat Islam lokal, sehingga terjadi perpecahan diberbagai

daerah.

Perpecahan semula terjadi antara Agus Salim dan Abdul Muis dengan Semaun.

Kedua tokoh itu memiliki pandangan yang bertolak belakang. Agus Salim adalah

27

Page 29: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

seorang yang agamis (religius), sedangkan Semaun seorang sosialis (bahkan komunis).

Dalam Kongres Sarekat Islam, tahun 1921, dilakukan disiplin partai. Tidak

diperkenankan adanya keanggotaan rangkap maupun jabatan rangkap antara SI

dengan oraganisasi lain.

c. Perhimpunan Indonesia

Orang-orang Indonesia yang ada di Negeri Belanda pada tahun 1908,

mendirikan organisasi yang diberi nama Indische Vereniging. Pelopor berdirinya

organisasi ini adalah Sultan Kasayangan seorang mahasiswa dan Noto Suroto seorang

penyair dari Jogjakarta. Tujuan yang dirumuskan oleh organisasi ini adalah memajukan

kepentingan bersama atas orang-orang yang berasal dari Indonesia, baik yang pribumi

maupun nonpribumi, yang ada di Negeri Belanda. Dalam perkembangannya, Indische

Vereniging, pada tahun 1925, diganti namanya menjadi Perhimpunan Indonesia, dan

sejak itu nama perkumpulan ini menggunakan istilah “Indonesia”. Hal ini menjadi

penting karena mulai digunakan kata Indonesia sebagai upaya menunjukkan identitas

kita.

Kedatangan tokoh-tokoh pergerakan nasional ke Negeri Belanda seperti Tjipto

Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, dan Muhammad Hatta sangat

menguntungkan perkembangan Perhimpunan Indonesia. Pada masa kepemimpinan

Muhammad Hatta, aktivitas Perhimpunan Indonesia semakin meluas.

Perhimpunan Indonesia banyak mengikuti pertemuan internasional, seperti

konferensi internasional yang diadakan di Paris dan Belgia, sehingga mereka dapat

mengomunikasikan perjuangan Bangsa Indonesia kepada dunia internasional.

Perjuangannya bersifat non-cooperasi dan self help. PI memiliki media, yaitu majalah

Hindia Putra. Melalui media ini perjuangan dan cita-cita Bangsa Indonesia disampaikan

kepada pihak lain. Untuk lebih menunjukkan sifat ke-Indonesiaannya, nama Hindia

Putra diganti menjadi Indonesia Merdeka. Keberadaan PI dalam sejarah Pergerakan

Nasional memiliki arti penting mengingat organisasi itu juga membuka

keanggotaannya untuk semua mahasiswa yang ada di Hindia Belanda.

d. Indische Partij (IP)

Indische Partai didirikan pada tanggal 2 Desember 1912 sebagai organisasi

politik didirikan oleh Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Surjaningrat, dan seorang

keturunan Belanda yaitu E.F.E. Douwes Dekker.

Pendirian Indische Partij juga dimaksudkan untuk menggantikan Indische Bond

yang merupakan organisasi orang-orang Indo dan Eropa di Indonesia. Tujuan yang

ingin dicapai oleh Indische Partij adalah membangun patriotisme sesama “Indiers”

terhadap tanah air yang memberi lapangan hidup kepada mereka. Tujuannya adalah

bekerja sama atas dasar persamaan ketatanegaraan dalam memajukan tanah air.

28

Page 30: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

Dalam upaya mempertahankan keberadaannya sebagai organisasi, para

pemimpinnya berupaya agar mendapatkan pengakuan dari pemerintah Hindia

Belanda. Akan tetapi usaha itu gagal karena pemerintah Hindia Belanda dengan segala

cara selalu melarang berdirinya organisasi yang dianggap membahayakan.

Dengan semboyan Indie voor Indiers yang artinya Indonesia untuk Bangsa

Indonesia, organisasi itu berusaha membangkitkan semangat cinta tanah air walaupun

tanpa badan hukum. Karena gerakannya yang radikal, organisasi itu dianggap

berbahaya. Akibatnya, para pemimpinnya mendapatkan kesulitan dalam melakukan

aktivitas organisasi. Lebih-lebih setelah terjadi polemik Suwardi Surjaningrat dengan

pemerintah Belanda dalam artikelnya “Als ik een Nederlanders was” yang dimuat

dalam de’Express. Polemik itu terjadi setelah tulisaannya itu diterjemahkan dalam

bahasa Melayu/Indonesia. Akibatnya para pemimpinnya ditangkap dan diasingkan ke

negeri Belanda.

e. Indische Social Democratische Vereniging (ISDV)

Para pegawai Belanda di Indonesia, semula, mendirikan Indische Social

Democratische Veregining (ISDV). Dalam perkembangannya, ISDV, pada tanggal 20

Mei 1920, diubah menjadi Partai Komunis Hindia. Setelah itu, diubah lagi menjadi

Partai Komunis Indonesia (PKI). Pengurusnya ialah Semaun (Ketua), Darsono (Wakil

Ketua), Bergsma (Sekretaris) dan anggota pengurus yang terdiri dari Baars, Sugono,

dan H.W. Dekker sebagai bendahara. Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi

berdiri tanggal 23 Mei 1920. Tokoh yang ada di belakang pendirian PKI adalah Sneevlit,

seorang pegawai Belanda yang dikirim ke Indonesia.

Pada tanggal 13 November 1926, PKI mengadakan pemberontakan di Banten,

Sumatera disusul tindakan kekerasan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Banyak penangkapan terhadap tokoh perjuangan, yang dibuang ke Digul dan Tanah

Merah.

f. Partai Nasional Indonesi (PNI)

Partai Nasional Indonesia (PNI) lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927.

Kelahiran PNI tidak terlepas dari peranan Algemeen Studie Club, yaitu suatu kelompok

studi para mahasiswa di Bandung. Rapat pendirian PNI, dihadiri oleh Ir. Soekarno, dr.

Tjipto Mangunkusumo, Sudjadi, Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo, Mr. Budiarto dan Mr.

Soenarjo. Pada rapat pendirian tersebut, terbentuklah susunan pengurus yang

disahkan dalam kongres PNI pertama di Surabaya tanggal 27 sampai 30 Mei 1928.

Dalam Kongres tersebut juga mengesahkan program kerja yang meliputi bidang

politik untuk mencapai Indonesia merdeka, memajukan perekonomian nasional, dan

memajukan pelajaran nasional. Oleh karena itu, dalam mewujudkannya kemudian

didirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional, dan perkumpulan

29

Page 31: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

koperasi. Garis perjuangan PNI adalah non-cooperative, artinya tidak mau bekerja

sama dengan pemerintah kolonial Belanda.

Karena ketatnya pengawasan politik oleh pihak kolonial Belanda, para tokoh PNI

kemudian ditangkap pada tahun 1930. Akibatnya, Soekarno, Gatot Mangkuprodjo,

Markum Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dajatuhi hukuman oleh

pengadilan Bandung. Dalam sidang tersebut, Soekarno menulis pembelaan deangan

judul Indonesia Menggugat.

Penangkapan terhadap tokoh PNI merupakan pukulan berat sehingga

menggoyahkan kehidupan partai tersebut. Dalam suatu kongres luar biasa di Jakarta

tanggal 25 April 1931, diambil keputusan bahwa PNI dibubarkan. Pembubaran PNI ini

membawa perpecahan pada para pendukungnya. Sartono kemudian mendirikan

Partindo sedangkan Moh. Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan PNI Baru (Pendidikan

Nasional Indonesia).

g. Permufakatan Perhimpunan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia

(PPPKI)

Pendirian PPPKI atas usul PNI bersama-sama Sarekat Islam, BU, Pasundan,

Sumatransche Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studie Club, dan Algmeen Studie Club.

Kesepakatan itu terjadi dalam rapat tanggal 17 sampai 18 Desember 1927. Tujuan

yang ingin dicapai dari federasi ini adalah kesatuan aksi dalam menghadapi

imperialisme Belanda.

Sebagai suatu federasi dari gerakan kebangsaan PPPKI, mampu mengordinasikan

gerakan yang ada, baik yang radikal maupun yang maderat. Upaya PPPKI yang

memberikan sumbangan terhadap perjuangan Bangsa Indonesia adalah sebagai

berikut:

1. PPPKI mendirikan badan yang bertugas memberikan bantuan terhadap

pembebasan pelajar di negeri Belanda.

2. PPPKI mengadakan rapat tahun 1930 karena terjadinya penangkapan terhadap

para pemimpin Frond Nasional yang diharapakan dapat memberikan bantuan

terhadap keluarga yang ditinggalkan karena masuk penjara Belanda.

3. PPPKI ikut menghadiri Kongres Indonesia Raya tahun 1932. Dalam kongres itu

diusahakan peredaan ketegangan diantara organisasi-organisasi politik yang

ada di Indonesia.

h. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)

Tekanan Pemerintahan Kolonial Belanda mengakibatkan PPPKI sebagai suatu

federasi tidak dapat menjalankan fungsinya. Oleh karena itu, dalam rapat pendirian

Concentrasi Nasional yang diadakan tanggal 21 Mei 1939 di Batavia, didirikan GAPI,

sebuah federasi baru. Yang menjadi anggotanya adalah Parindra, Gerindro, Pasundan,

30

Page 32: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

Persatuan Minahasa, PSII, PII, dan Partai Katolik. Yang menjadi latar belakang

berdirinya GAPI adalah:

1. kegagalan Petisi Sutardjo,

2. kegentingan nasional akibat timbulnya bahaya fasis

3. sikap pemerintah kolonial Belanda yang kurang memperhatikan kepentingan

Bangsa Indonesia.

Di dalam anggaran dasarnya, GAPI mencantumkan hak untuk menentukan

sendiri, persatuan nasional, dan persatuan aksi seluruh pergerakan Indonesia.

Semboyan yang dikumandangkan dalam konferensi pertamanya tanggal 4 Juli 1939

adalah Indonesia berparlemen. GAPI mengeluarkan pernyataan yang dikenal dengan

nama Manifesto GAPI yang isinya menyerukan kepada semua pihak untuk waspada

terhadap bahaya fisis. Untuk pertama kalinya, GAPI dipimpin oleh M.H. Husni Tamrin,

Amir Syarifuddin, dan Abikusno Tjokrosujono.

i. Partai Indonesia Raya (Parindra)

Adanya tekanan terhadap organisasi politik non cooperative oleh pemerintah

kolonial Belanda, menyebabkan Studie Club mulai memfungsikan dirinya dalam

membina kader-kader bangsa. Karena itulah, Indonesische Studie Club Surabaya yang

dipimpin oleh dr. Sutomo mulai mengembangkan pengaruhnya di kalangan

masyarakat. Diubahlah Indonesische Studie Club menjadi Persatuan Bangsa Indonesia

(PBI) pada tahun 1931. PBI merupakan salah satu cikal bakal dari Parindra.

3. Sumpah Pemuda dan Terbentuknya Indentitas

Peranan pemuda dalam pergerakan nasional dimulai sejak berdirinya Budi Utomo

tanggal 20 Mei 1908. Dalam perkembangan selanjutnya, organisasi itu lebih banyak

diikuti oleh golongan tua. Oleh karena itu, para pemuda selalu ingin menggalang

kekuatan yang merupakan pencerminan aktivitas para pemuda. Pada tanggal 7 Maret

1915, di Jakarta, para pemuda seperti dr. R. Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan

Sunardi mendirikan organisasi kepemudaan yang keanggotaannya terdiri dari anak

sekolah menengah di Jawa dan Madura. Perkumpulan itu diberi nama Trikoro Dharmo.

Trikoro Dharmo artinya tiga tujuan mulia yang meliputi: sakti, budi, dan bakti. Tujuan

perkumpulan ini adalah mencapai Jawa Raya dengan cara memperkokoh rasa persatuan

antar pemuda Jawa, Madura, Sunda, Bali, dan Lombok.

Dalam rangka untuk mewujudkan persatuan, pada kongres di Solo tanggal 12 Juli

1918, Trikoro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Tujuan yang ingin dicapai ialah

mendidik para anggota supaya kelak dapat memberikan tenaganya untuk membangun

Jawa Raya. Cara yang harus ditempuh untuk mewujudkan tujuan itu adalah mempererat

perasatuan, menambah pengetahuan anggota serta berusaha menimbulkan rasa cinta

31

Page 33: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

pada budaya sendiri. Dalam perjuangannya, Jong Java tidak melibatkan diri dalam

masalah politik.

Kehadiran Jong Java ini mendorong lahirnya beberapa perkumpulan serupa,

seperti lahirnya Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong

Ambon, Jong Selebes, Timorees ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia),

Pemuda Indonesia/ Jong Indonesia, Jong Islamienten Bond, Kepanduan, dan sebagainya.

Di samping gerakan-gerakan pemuda, juga terdapat organisasi wanita seperti Puteri

Indonesia, Aisijah, Wanita Sarekat Ambon, dan Organisasi Wanita Taman Siswa.

Keberadaan organisasi yang bersifat kedaerahan itu melahirkan keinginan untuk

menciptakan wadah tunggal pemuda Indonesia. Kongres Pemuda Pertama dilaksanakan

mulai tanggal 30 April 1926 sampai dengan 2 Mei 1926 di Jakarta.

Tujuan yang ingin dicapai dalam Kongres Pemuda I ini adalah menanamkan

semangat kerja sama antar perkumpulan pemuda di Indonesia. Oleh karena itu, ada

upaya untuk membentuk wadah federasi dari organisasi pemuda Indonesia. Pada tanggal

31 Agustus 1926, disahkan perhimpunan baru yang bernama Jong Indonesia.

Perjuangan untuk menyatukan kehendak para pemuda akhirnya menjadi

kenyataan. Atas inisisatif PPPI, pada tanggal 27-28 Oktober 1928, dilaksanakan Kongres

Pemuda Indonesia II yang tujuannya:

a. Melahirkan cita-cita semua perkumpulan pemuda-pemuda Indonesia,

b. Membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia,

c. Memperkuat kesadaran kebangsaan Indonesia dan memperteguh persatuan

Indonesia.

Keputusan yang kemudian disebut Sumpah Pemuda oleh Bangsa Indonesia

tersebut diperingati tiap tahun sebagai “Hari Sumpah Pemuda” dan sekaligus “Hari

Pemuda Indonesia”. Selain mengucapkan sumpah, pada saat itu diperkenalkan “Lagu

Kebangsaan Indonesia Raya” yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman

danpengibaran bendera “Pusaka” Sang Merah Putih.

Walaupun telah menghasilkan Sumpah Pemuda, para pemuda belum mampu

menciptakan fusi wadah bagi para pemuda Indonesia. Walaupun demikian, dengan

tercetusnya Sumpah Pemuda itu, telah memberikan bukti atas ketegasan konsepsi

perjuangan bangsa Indonesia yang bersatu dan berdaulat.

Tekad untuk persatuan itu akhirnya menjadi kenyataan setelah tanggal 31

Desember 1930 dalam Konferensi Pemuda di Solo terbentuk “Indonesia Moeda”. Hal

tersebut memberikan bukti bahwa para pemuda kita lebih mengutamakan persatuan dan

kepentingan bangsa daripada kepentingan pribadi, golongan, maupun kedaerahan.

Dengan demikian, kehadiran Indonesia Moeda merupakan pelopor dalam upaya secara

nyata untuk mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa.

32

Page 34: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANDengan pengalaman sejarah yang dipaparkan dalam makalah ini, jelaslah bahwa

kolonialisme dan imperialisme merusak seluruh sendi-sendi masyarakat yang dijajah.

Penjajahan tidak sesuai dengan prikemanusiaan.

Perlawanan bangsa Indonesia memberikan kita pelajaran yang sangat berharga

bahwa persatuan dan kesatuan sangat penting bagi keutuhan suatu bangsa. Kita akan

mudah dihancurkan apabila kita terpecah-belah. Pergerakan nasional yang

membangkitkan dan semangat nasionalisme memegang peranan penting bagi

tercapainya kemerdekaan Indonesia.

Dalam perjalanan sejarah kita juga dapat menyadari bahwa tantangan bukan saja

datang dari luar negeri, tetapi juga dari dalam negeri yang patut diwaspadai seluruh

rakyat Indonesia.

B. SARANKita hendaknya tetap peka terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan

bangsa Indonesia. Tanpa kita sadari, kolonialisme dan imperialisme masih terus berjalan.

Kolonialisme dan imperialisme tidak hanya terjadi pada zaman dahulu, tetapi juga pada

zaman modern.

Kemerdekaan yang telah diraih oleh para pahlawan harus kita manfaatkan dengan

sebaik-baiknya. Perjuangan bangsa Indonesia belum selesai. Pada saat ini kita harus

berjuang mengisi kemerdekaan untuk mencapai cita-cita nasional “Masyarakat Adil dan

Makmur berdasarkan Pancasila”.

33

Page 35: KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA  DAN GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Ben. (1988). Revolusi Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perlawanan

di Jawa 1944 - 1946. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Hans Kohn. (1984). Nasionalisme Arti dan Sejarahnya. Jakarta : PT. Pembangunan

dan Erlangga.

Nugroho Notosusanto. dkk . (1992). Sejarah Nasional Indonesia 2 dan 3. Jakarta:

Depdikbud.

Suhartono. (1994). Sejarah Pergerakan Nasional, dari Budi Utomo sampai

Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Nagazuni, Akira. (1988). Bangkitnya Nasionalisme Indonesia, Budi Utomo 1908 -

1919. Jakarta ; Depdikbud.

34