kolik renal, ivp, dan antibiotik
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 kolik renal, IVP, dan antibiotik
1/7
-
7/22/2019 kolik renal, IVP, dan antibiotik
2/7
IVP2
IVP (Intravenous Pyelography) atau Pielografi Intra Vena adalah foto yang dapat
menggambarkan keadaan system urinaria melalui bahan kontras radio-opak. Pencitraan ini dapat
menunjukka adanya kelainan anatomi dan kelainan fungsi ginjal. Indikasi pemeriksaan IVP
adalah nefrolithiasis, vesicolithiasis, hydronefrosis, pielonefritis, cystitis, ureterolitiasis, tumor,
hipertrofi prostat.
Bahan kontras yang dipakai biasanya adalah jodium dengan dosis 300 mg/kg berat badan
atau 1 ml/kg berat badan (sediaan komersial). Teknik pelaksanaannya: pertama kali dibuat foto
polos abdomen (sebagai control). Setelah itu bahan kontras disuntikkan secara intra vena, dan
dibuat foto serial beberapa menit hingga satu jam, dan foto setelah miksi. Jika terdapat
keterlambatan fungsi ginjal, pengambilan foto diulangi setelah jam ke-2, jam ke-6, atau jam ke
12. Pada menit-menit pertama tampak kontras mengisi glomeruli dan tubuli ginjal sehingga
melihat pencitraan dari parenkim (nefrogram) ginjal. Fase ini disebut sebagai fase nefrogran.
Selanjutnya kontras akan mengisi system pelvikalises pada fasepielogram.
Tahapan pembacaan Foto IVP2
Menit Uraian
0 Foto polos abdomen
5 Melihat fungsi ekskresi ginjal. Pada ginjal normal system pelvikaliseal sudah
tampak15 Kontras sudah mengisi ureter dan buli-buli
30 Foto dalam keadaan berdiri, dimaksudkan untuk menilai kemungkinan
terdapat perubahan posisi ginjal (ren mobilis)
60 Melihat keseluruhan anatomi saluran kemih, antara lain :filling defect,
hidronefrosis, double system, atau kelainan lain.
Pada buli-buli diperhatikan adanya identasi prostat, trabekulasi, penebalan
otot detrusor, dan sakulasi buli-buli.
Pasca miksi Menilai sisa kontras (residu urin) dan divertikel pada buli-buli
-
7/22/2019 kolik renal, IVP, dan antibiotik
3/7
ANTIBIOTIK
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama fungi, yang dapat
menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Obat yang digunakan untuk membasmi
mikroba, penyebab infeksi pada manusia harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi
mungkin. Obat tersebut harus bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relative tidak toksik
untuk hospes.8
Kebanyakan obat antimikroba atau antibiotic mekanisme kerjanya belum
diketahui dengan sempurna. Namun mekanisme kerja antibiotic dapat diklasifikasikan sebagai
berikut9:
1. Penghambatan sintesis dinding sel2. Perubahan permeabilitas membrane sel3. Penghambatan sintesis protein4. Penghambatan sintesis asam nukleat
Prinsip Penggunaan Antibiotik untuk Terapi Empiris dan Definitif10
1. Antibiotik Terapi Empiris
a. Penggunaan antibiotik untuk terapi empiris adalah penggunaan antibiotik pada kasusinfeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebabnya.
b. Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi empiris adalah eradikasi atau penghambatanpertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi, sebelum diperoleh hasil
pemeriksaan mikrobiologi.
c. Indikasi: ditemukan sindrom klinis yang mengarah pada keterlibatan bakteri tertentu yangpaling sering menjadi penyebab infeksi.
1) Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik data epidemiologi dan pola resistensibakteri yang tersedia di komunitas atau di rumah sakit setempat.
2) Kondisi klinis pasien.3)
Ketersediaan antibiotik.
4) Kemampuan antibiotik untuk menembus ke dalam jaringan/organ yang terinfeksi.5) Untuk infeksi berat yang diduga disebabkan oleh polimikroba dapat digunakan
antibiotik kombinasi.
-
7/22/2019 kolik renal, IVP, dan antibiotik
4/7
d. Rute pemberian: antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi.Pada infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik
parenteral.
e. Lama pemberian: antibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu 48- 72 jam.Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis
pasien serta data penunjang lainnya.
2. Antibiotik untuk Terapi Definitif
a. Penggunaan antibiotik untuk terapi definitif adalah penggunaan antibiotik pada kasusinfeksi yang sudah diketahui jenis bakteri penyebab dan pola resistensinya.
b. Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi definitif adalah eradikasi atau penghambatanpertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab infeksi, berdasarkan hasil pemeriksaan
mikrobiologi.
c. Indikasi: sesuai dengan hasil mikrobiologi yang menjadi penyebab infeksi.d. Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik:
1) Efikasi klinik dan keamanan berdasarkan hasil uji klinik.2) Sensitivitas.3) Biaya.4) Kondisi klinis pasien.5) Diutamakan antibiotik lini pertama/spektrum sempit.6) Ketersediaan antibiotik (sesuai formularium rumah sakit).7) Sesuai dengan Pedoman Diagnosis dan Terapi (PDT) setempat yang terkini.8) Paling kecil memunculkan risiko terjadi bakteri resisten.
e. Rute pemberian: antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi.Pada infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik
parenteral. Jika kondisi pasien memungkinkan, pemberian antibiotik parenteral harus
segera diganti dengan antibiotik per oral.f. Lama pemberian antibiotik definitif berdasarkan pada efikasi klinis untuk eradikasi
bakteri sesuai diagnosis awal yang telah dikonfirmasi. Selanjutnya harus dilakukan
evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data penunjang
lainnya.
-
7/22/2019 kolik renal, IVP, dan antibiotik
5/7
Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis Bedah10
Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca operasi pada kasus yang secara
klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka
operasi. Diharapkan pada saat operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar
optimal yang efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Prinsip penggunaan antibiotik
profilaksis selain tepatdalam pemilihan jenis juga mempertimbangkan konsentrasi antibiotik
dalam jaringan saat mulai dan selama operasi berlangsung.
1. Tujuan pemberian antibiotik profilaksis pada kasus pembedahan:a. Penurunan dan pencegahan kejadian Infeksi Luka Operasi (ILO).b. Penurunan morbiditas dan mortalitas pasca operasi.c. Penghambatan muncul flora normal resisten.d. Meminimalkan biaya pelayanan kesehatan.
2. Indikasi penggunaan antibiotik profilaksis didasarkan kelas operasi, yaitu operasi bersih danbersih kontaminasi.
3. Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis:a. Sesuai dengan sensitivitas dan pola bakteri patogen terbanyak pada kasus bersangkutan.b. Spektrum sempit untuk mengurangi risiko resistensi bakteri.c. Toksisitas rendah.d. Tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap pemberian obat anestesi.e. Bersifat bakterisidal.f. Harga terjangkau.Gunakan sefalosporin generasi III untuk profilaksis bedah. Pada kasus tertentu yang
dicurigai melibatkan bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol. Tidak dianjurkan
menggunakan sefalosporin generasi III dan IV, golongan karbapenem, dan golongan
kuinolon untuk profilaksis bedah.
4. Rute pemberiana. Antibiotik profilaksis diberikan secara intravena.b. Untuk menghindari risiko yang tidak diharapkan dianjurkan pemberian antibiotik
intravena drip.
-
7/22/2019 kolik renal, IVP, dan antibiotik
6/7
5. Waktu pemberianAntibiotik profilaksis diberikan 30 menit sebelum insisi kulit. Idealnya diberikan pada saat
induksi anestesi.
6. Dosis pemberianUntuk menjamin kadar puncak yang tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik,
maka diperlukan antibiotik dengan dosis yang cukup tinggi. Pada jaringan target operasi
kadar antibiotik harus mencapai kadar hambat minimal hingga 2 kali lipat kadar terapi.
7. Lama pemberianDurasi pemberian adalah dosis tunggal. Dosis ulangan dapat diberikan atas indikasi
perdarahan lebih dari 1500 ml atau operasi berlangsung lebih dari 3 jam.
Sumber:
1. Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong. Ed.3. Jakarta: EGC,2010.
2. Basuki B Purnomo. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta: Sagung seto, 2003.3. Thomas A., Andrianne R. Excruciating flank pain: acute renal colic Rev Med Liege,
2004;59:215-220 [PubMed]
4. Kartal M., et al. Prospective Validation of a current algorithm including bedside USperformed by emergency physicians for patients with acute flank pain suspected for renal
colic. Emerg Med J. 2006;23:341-344 [PubMed]
5. E.M.S. Piazzese, G.I. Mazzeo, et al. The Renal Resistive Index as a Predictor of AcuteHydronephrosis inpatients with renal colic. J Ultrasoud. 2012 December; 15(4): 239-246
[PubMed]
6. Ay MO, et al. Comparison of the Analgesic Efficacy of Dexketoprofen Trometamol andMeperidine HCl in the Relief of Renal Colic. Am J Ther. 2013 May 9 [PubMed]
7. Murat Ayan ,MD, Ufuk Tas,MD, et al. Investihating the Effect of Aromatherapy inPatients with Renal Colic. The Journal of Alternative and Complementary Medicine. Vol
19: 329-333 [PubMed]
8. Setiabudy R. Antimikroba. Dalam: Syarif A, Estuningtyas A, et al. Farmakologi danterapi. Edisi 5. Jakarta : Penerbit FK UI. 2007.
-
7/22/2019 kolik renal, IVP, dan antibiotik
7/7
9. Katzung, E.G. Prinsip Kerja Obat Antimikroba dalam Farmakologi Dasar & Klinik.Jakarta: EGC. 1997.
10.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/Menkes/PER/XII/2011Tentang Pedoman umum penggunaan antibiotic No.874, 2011.