kode etik profesi dan penegakkannya

Upload: ravevival

Post on 11-Jul-2015

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KODE ETIK PROFESI DAN PENEGAKKANNYADisusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi

Oleh: Aditya Alfianto Deta Abriand W. Lukman Hendrik Yanuar Rahmat

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2011

KODE ETIK PROFESI DAN PENEGAKKANNYATinjauan Umum Suatu Organisasi profesi harus mempunyai kode etik guna mengatur kinerja orang-orang yang ada di dalamnya serta sebagai identitas kualitas keprofesiannya. Begitu juga dengan profesi akuntan. Akuntan yang bernaung dalam suatu organisasi yakni IAI juga mempunyai suatu etika profesi tersendiri yang harus dipatuhi oleh para anggotanya, baik sebagai akuntan independent maupun akuntan perusahaan. Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan menggunakan pertimbangan moral dan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik guna meraih kepercayaan masyarakat akan profesi seorang akuntan. Empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, yaitu : a. Profesionalisme, diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi b. Kualitas jasa, terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi c. Kepercayaan, pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional pemberian jasa oleh akuntan. Susunan Kode Etik Akuntan Indonesia Kode etik IAI terdiri dari tiga bagian, yaitu (1) Prinsip Etika yang memberikan kerangka dasar bagi aturan etika dan mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota yang disahkan oleh kongres dan berlaku bagi seluruh anggota, (2) Aturan Etika disahkan oleh masing-masing Kompartemen dan hanya mengikat anggota kompartemen yang bersangkutan, dan (3) Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang melandasi

bentukan kompartemen setelah memperhatikan tanggapan dari anggota dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika. Prinsip etika yang harus dipatuhi sebagai seorang akuntansi dijabarkan dalam Kode Etik Umum Akuntan Indonesia. Delapan prinsip tersebut meliputi : 1. Tanggung tugasnya. 2. Kepentingan publik. Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan terhadap publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. 3. Integritas. Integritas disini diperlukan, karena seorang akuntan harus menjaga integritasnya dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kepercayaan public 4. Obyektivitas. Seorang akuntan harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. 5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional. Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperolah manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir. 6. Kerahasiaan. Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Jawab Profesi. Disini yang ditekankan adalah pertimbangan moral dan professional dalam menjalankan tugas-

7. Perilaku Profesional. Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. 8. Standar Teknis. Setiap anggota harus melaksanakan dan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teksnis standar

profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Kode Etik Akuntan Kompartemen yang diungkapkan dalam Standar Profesionalisme Akuntan Publik, terdiri dari : 1. Independensi, Integritas, dan Obyektivitas. Sikap mental independent meliputi independen dalam fakta (in fact) dan dalam penampilan (in appeareance). Selain itu, anggota KAP juga harus mempertahankan integritas dan obyektifitas bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan)

pertimbangannya kepada pihak lain. 2. Standar Umum dan Prinsip Akuntansi. Anggota KAP harus memenuhi standar kompetensi profesional, kecermatan dan keseksamaan profesional, perencanaan dan supervisi, serta data relevan yang memadai. Bagi anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review, konsultasi manajemen atau jasa profesional lainnya, wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI. Selain menurut prinsip-prinsip akuntansi, anggota KAP tidak diperkenankan untuk menyatakan pendapat bahwa laporan keuangan suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum serta tidak diperkenankan untuk menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang

harus dilakukan terhadap laporan keuangan tersebut sesuai standar yang berlaku. 3. Tanggung Jawab kepada Klien. Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia tanpa persetujuan dari klien. Anggota yang terlibat dalam penyidikan tidak boleh memanfaatkan informasi untuk kepentingan diri pribadi. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi serta tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila penerapan tersebut dapat mengurangi independensi. 4. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi. Anggota wajib memelihara citra profesi dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi. Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila mengadakan pendahulu, perikatan sedangkan audit menggantikan publik akuntan publik wajib akuntan pendahulu

menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai. Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang jenis atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang lebih dulu ditunjuk klien, kecuali memenuhi ketentuan undang-undang. 5. Tanggung perkataan jawab yang dan praktik tindakan lain. dan profesi. Anggota Anggota tidak dalam diperkenankan melakukan atau mengucapkan

mencemarkan

menjalankan praktek akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lain sepanjang tidak merendahkan citra profesi. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan atau menerima komisi apabila dapat mengurangi independensi dan hanya diperkenankan membayar atau menerima fee referal dari sesama profesi. Anggota hanya dapat berpraktek akuntan publik dalam bentuk organisasi yang diizinkan oleh peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan atau yang tidak menyesatkan dan merendahkan citra profesi. Perangkat-Perangkat Penegakan Etika Profesi Upaya penegakan dapat dilakukan oleh setiap organisasi dimana akuntan bekerja atau menjadi anggota melalui sistem pengendalian mutu, peer review, serta melalui sistem penegakan disiplin, dan sistem peradilan, yang dilakukan oleh IAI sebagai lembaga profesi. Untuk organisasi diperlakukan Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM): PSPM No.1 tentang sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik PSPM No.2 tentang perumusan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu. PSPM No.3 tentang standar pelaksanaan dan pelaporan review mutu. Sementara itu kegiatan peer review dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai auditor pemerintah yang diberi tugas untuk memeriksa KAP yang laporannya disampaikan kepada menteri keuangan. Sistem peradilan dalam organisasi IAI dilakukan oleh Badan Peradilan Profesi (BPP) pada masing-masing kompartemen. Pada IAI-KAP dikenal BPP-AP yang menangani pengaduan-pengaduan atas adanya pelanggaran Etika Profesi dan Standar Profesi. Lembaga ini merupakan lembaga peradilan tingkat pertama yang jika keputusannya tidak dapat diterima oleh yang diadukan selanjutnya dibawa ketingkat banding melalui Majelis Kehormatan (MK). Dalam organisasi IAI dibentuk juga Bidang Penegakan Disiplin dan Etika Profesi (Bidang PDEP) yang dibentuk sebagai alat kelengkapan pengurus pusat IAI untuk memperkuat upaya penegakan disiplin anggota yang diharapkan proaktif memantau perkembangan

disiplin anggota termasuk opini masyarakat atas profesi akuntan. PDEP ditugaskan untuk melakukan profesional review atas beberapa pengaduan untuk menjadi salah satu bahan yang perlu dipertimbangkan BPPAP dalam mengambil keputusan. Kajian Penerapan Hasil-hasil Evaluasi BPKP Dari hasil evaluasi terhadap 91 KAP/KJA untuk 4 tahun kegiatan audit KAP pada 1994 sampai dengan 1997 ditemukan bahwa : 1. Kepatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku dalam memenuhi ketentuan tentang surat ijin praktek, kualitas dan kuantitas tenaga pemeriksa tetap, tempat dan peralatan kerja, serta penyampaian laporan kegiatan tahunan menunjukkan terdapat peningkatan kepatuhan KAP dan tidak terdapat masalah penting. 2. Kepatuhan terhadap kode etik yang perlu mendapat perhatian adalah komunikasi antara akuntan pengganti dengan akuntan pendahulu. Hasil evaluasi menunjukkan adanya KAP yang tidak mengkomunikasikan kepindahan klien. 3. Terdapat kelemahan utama dalam Sistem Pengendalian Mutu yang meliputi kekurangpatuhan pada ketentuan mengenai supervisi dan konsultasi serta pengembangan profesional. 4. Adanya ketidakpatuhan terhadap Standar Profesional Akuntan Publik terutama mengenai perencanaan dan supervisis audit, pertimbangan struktur pengendalian intern, pengumpulan bukti audit, dan laporan auditor independen serta kelemahan pada laporan keuangan klien yang disertakan. Hasil-hasil Penelitian Bapepam Penelitian Bapepam atas laporan keuangan dilakukan untuk mengetahui kesesuaian penyajian dan pengungkapan laporan keuangan sesuai ketentuan yang berlaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan penurunan

kualitas formasi yang disampaikan kepada Bapepam untuk memenuhi kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala dibandingkan dengan laporan keuangan yang disajikan dibagian prospectus dalam rangka penawaran umum efek. Selain itu ditemukan pula informasi yang tidak diungkapkan menyangkut berbagai pos. Penelitian Bapepam atas laporan auditor dan laporan keuangan emiten dengan dan perusahaan publik dan mengenai standar kesesuaiannya penyajian serta standar pelaporan

menelaah perlakuan akuntansi kurs mata uang asing dan pengungkapannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh IAI dan peraturan Bapepam dibidang akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa emiten yang tidak mengungkapkan laba(rugi) mata uang asing dan ada laporan auditor yang belum memenuhi unsure yang disyaratkan dalam standar pelaporan dan unsure-unsur yang lazim dimuat dalam laporan auditor. Hasil Penelitian UNCTAD Hasil penelitian UNCTAD mengenai peranan accounting disclosure dalam krisis keuangan Asia Timur menunjukkan bahwa : 1. Sebagian besar perusahaan tidak mematuhi IASs dalam akuntansi dan pelaporan laba(rugi) valas 2. Tidak ada pengungkapan mengenai kebijakan manajemen resiko valas 3. Sebagian besar tidak mengungkapkan informasi mengenai bunga dan kerugian berkaitan dengan instrument keuangan derivative 4. Sebagian besar perusahaan tidak mengungkapkan informasi segmen seperti yang disyaratkan IASs

5. Tidak sheet

ada

yang

mengungkapkan

informasi

mengenai

komitmen-komitmen dalam menunjang pembiayaan off balance Kasus-kasus Pengaduan 1. Kasus mengenai laporan keuangan non konsolidasi. Laporan auditor independen yang diterbitkan KAP bukan atas laporan keuangan yang dikonsolidasikan. Terdapat penyimpangan bahwa perjanjian yang dilakukan hanya berupa perjanjian auditor untuk mengaudit laporan keuangan non konsolidasi dengan tujuan khusus, bukan perjanjian yang disepakati antara auditee dengan pihak ketiga. Selain itu auditor dalam laporannya tidak memuat paragraf yang menyatakan apa yang ingin dituju dalam perjanjian tersebut. 2. Pemberian opini atas efisiensi dan efektifitas dari hasil audit pengelolaan usaha entitas yang tidak lazim, dicampurkan dengan pemberian opini atas kewajaran laporan keuangan entitas dengan susunan laporan yang tidak sesuai dengan SPAP mengenai laporan audit bentuk baku. 3. Audit atas laporan keuangan yang dikompilasi KAP yang bersangkutan. Dari rumusan SAR seksi 100 dapat ditarik kesimpulan bahwa audit atas hasil kompilasi yang dilakukan diperkenankan, kecuali akuntan dalam keadaan tidak independen. Jika dalam melakukan kompilasi akuntan dalam keadaan independen tapi tidak mereview atau mengauditnya berlaku laporan akuntan bentuk baku untuk kompilasi. Jika ia melakukan review atau audit ia harus menerbitkan laporan review atau audit. 4. Permintaan klien untuk memperoleh laporan audit dan berkasberkas yang berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan. KAP harus memenuhi permintaan klien untuk mengirimkan laporan hasil audit dan membawa berkas-berkas atau dokumen perusahaan untuk diaudit.

5. Fee audit yang tidak wajar, jika fee audit terlalu rendah dapat diperkirakan kualitas hasil dari jasa profesional akuntan tidak akan sebaik yang diharapkan dan akan mempengaruhi citra profesi secara keseluruhan. 6. Advis sehubungan dengan partner KAP mempunyai hubungan keluarga dengan kepala SKAI. seorang akuntan yang mempunyai saudara dengan kepala Satuan Kerja Audit Internal perusahaan yang diaudit akan merusak atau mengurangi independennya. Faktor-faktor yang Menyebabkan Timbulnya Penyimpangan Dilihat dari hasil evaluasi dan penelitian serta adanya kasus yang diadukan ada beberapa hal yang dapat disimpilkan yaitu : 1. Adanya kekurangpahaman anggota terhadap ketentuanketentuan yang telah ada dalam standar profesi seperti Kode Etik, SAK, SPAP, dan Peraturan Perundang-undangan lain yang berlaku bagi profesi. 2. Masih lemahnya sistem pengendalian mutu dalam pengelolaan KAP/KJA baik dalam perumusan kebijakan dan prosedurnya maupun implementasinya. 3. Dalam situasi persaingan yang semakin keras antar KAP/KJA yang tergolong kantor kecil, sebagian dari mereka akan tersisih. Dalam upaya mempertahankan eksistensinya bukan tidak mungkin menempuh cara-cara yang melanggar etika termasuk dalam penetapan fee yang sangat murah. 4. Ketergantungan pada satu jasa penugasan akan memperlemah posisi dalam berhubungan dengan klien. Penerapan Etika dan Sanksi pada Non Anggota Kode etik hanya mengikat para anggota IAI tapi dapat dipergunakan akuntan lainnya yang bukan atau belum menjadi anggota IAI. Untuk yang non anggota jika terjadi pelanggaran

terhadap kode etik IAI tidak berhak menjatuhkan sanksi kecuali yang bersifat teguran dan peringatan sekaligus pemberian syarat-syarat yang konstruktif agar yang bersangkutan mematuhi ketentuan atau standar yang berlaku. Kesimpulan Kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah yang menjadi landasan bagi eksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat karena dengan memenuhi Kode Etik, akuntan diharapkan dapat menghasilkan kualitas kinerja yang paling baik bagi masyarakat. Penegakan Kode Etik pertama-tama ditentukan oleh kesadaran dan disiplin masing-masing anggota secara individual untuk berusaha mengetahui, memahami dan mengamalkan kaidah-kaidah etika dengan standar-standar yang berlaku. kedua melalui penerapan sistem pengendalian pada setiap organisasi tempat akuntan bekerja. Ketiga melalui pemaksaan oleh pihak ketiga, seperti kawan sendiri dan masyarakat serta mekanisme pemrosesan pelanggaran kode etik oleh organisasi profesi (IAI) bagi anggota yang tidak menaatinya. Penggabungan (merger) dari beberapa KAP/KJA yang kecil dan diversifikasi usaha jasa profesi juga merupakan satu cara untuk memperkuat posisi usaha profesi dalam menegakkan etika.