kode etik jurnalistik

34
A. Kode Etik Jurnalistik dan Pers yang Bebas dan Bertanggung Jawab baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. 1. Kode Etik Wartawan Indonesia Kemerdekaan pers merupakan sarana terpenuhinya hak asasi manusia untuk berkomunikasi dan memperoleh infonnasi. Bahkan kemerdekaan pers tersebut merupakan jaminan yang diberikan oleh Pasal 28FUUD 1945 yang menyatakan "Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segalajenis saluran yang tersedia". Dalam mewujudkan kebebasan pers, wartawan Indonesia menyadari adanya tanggung jawab sosial serta keberagaman masyarakat. Guna menjamin tegaknya kebebasari pers serta terpenuhinya hak-hak masyarakat diperlukan suatu landasan etika atau moral profesi yang dapat menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalitas wartawan. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan kode etik wartawan Indonesia, yaitu sebagai berikut: a. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar.

Upload: just-mahasiswa

Post on 21-Oct-2015

92 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

A. Kode Etik Jurnalistik dan Pers yang Bebas dan Bertanggung Jawab

baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.

1. Kode Etik Wartawan Indonesia

Kemerdekaan pers merupakan sarana terpenuhinya hak asasi manusia

untuk berkomunikasi dan memperoleh infonnasi. Bahkan kemerdekaan pers

tersebut merupakan jaminan yang diberikan oleh Pasal 28FUUD 1945 yang

menyatakan "Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh

informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta

berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan

menyampaikan informasi dengan menggunakan segalajenis saluran yang

tersedia".

Dalam mewujudkan kebebasan pers, wartawan Indonesia menyadari

adanya tanggung jawab sosial serta keberagaman masyarakat. Guna

menjamin tegaknya kebebasari pers serta terpenuhinya hak-hak

masyarakat diperlukan suatu landasan etika atau moral profesi yang dapat

menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan

profesionalitas wartawan. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan

kode etik wartawan Indonesia, yaitu sebagai berikut:

a. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh

informasi yang benar.

b. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh

dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber

informasi.

c. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tidak bersalah, tidak

mencampurkan fakta dengan opini, berimbang, dan selalu meneliti

kebenaran informasi serta tidak melakukan plagiat.

d. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta,

fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak menyebutkan iderttitas korban

kejahatan susila.

e. Wartawan Indonesia tidak menerima snap dan tidak menyalahgunakan

profesi.

f. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo,

informasi latar belakang, dan off the record sesuai kesepakatan.

Pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran kode etik ini

sepenuhnya diserahkan kepada jajaran pers dan dilaksanakan oleh

organisasi yang dibentuk untuk itu. Oleh karenanya, kita perlu

mengernukakan kehadiran Dewan Pers yang merupakan hasil pemilihan

oleh masyarakat pers yang sesuai dengan UU No. 40 tahun 1999 yang

ditetapkan oleh presiden. Dewan Pers sekarang independen, tidak ada

campur tangan dari pemerintah. Dewan Pers merupakan lembaga tertinggi

dalam sistem pembinaan pers di Indonesia dan memegang peranan utama

dalam institution building bagi pertumbuhan dan perkembangan pers.

Dewan Pers memiliki tugas-tugas antara lain sebagai benkut:

a. Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain.

b. Melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers,

menetapkan, dan mengawasi pelaksanaan kode etik jurnalistik.

c. Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian

pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan

pemberitaan pers.

d. Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah.

e. Mernfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-

peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi

kewartawanan.

f. Mendata perusahaan pers.

Dewan Pers mempunyai tugas yang cukup berat, yang tidak hanya

melindungi kemerdekaan pers, tetapi juga mengawasi agar kode etik pers

dilaksanakan. Dewan Pers juga bertugas menjadi perantara penyelesaian

bila terjadi perselisihan antara masyarakat dan pers, meningkatkan kualitas

wartawan, serta mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan

pemerintah. Pelaksanaan kode etik oleh wartawan sangatlah penting.

Langkah lain yang juga mendesak ialah memperbaiki terus-menerus

kompetensi profesional wartawan, termasuk kegiatan pers sebagai usaha

ekonomi.

2. Kepatuhan pada Kode Etik Jurnalistik

Perhatian yang begitu besar akhir-akhir ini terhadap kode etik jurnalistik

menjadi bahan refleksi, kritik, dan koreksi din agar kode etikjumalistik dapat

dipahami oleh mitra pers. Dengan dipahaminya kode etik, sumber berita

mengetahui hak dan kewajibannya. Selain itujuga mengetahui cara-cara

menghadapi wartawan sehingga tidak dengan mudah bisa diaduk-aduk

pendapatnya.

Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) secara

periodik membuat paparan mengenai pelanggaran kode etik. Disamping

itujuga secara periodik diberitahukan mengenai keluhan dan pengaduan

sumber informasi dan masyarakat. Dalam pemberitahuan secara periodik itu

dirinci secara jelas masalah-masalahapa saja yang dilanggar atau

dikeluhkan dan diadukan sumber informasi dan masyarakat. Dengan

demikian, para pimpinan atau pengasuh media massa mengetahui

persisjenis-jenis berita dan tulisan yang dianggap tidak sesuai dengan

ketentuan asas-asas kode etik jurnalistik.

Asas-asas jumalistik wartawan Indonesia antara lain meliputi:

a. Asas Profesionalisme

1) Tidak memutarbalikkan fakta, tidak mernfitnah;

2) Berimbang, adil, dan jujur;

3) Mengetahui perbedaan kehidupan pribadi xian kepentingan umum;

4) Mengetahui teknis penulisan yang tidak melanggar asas praduga

tidak bersalah serta tidak menigikan korban kesusilaan;

5) Mengetahui kredibilitas nara sumber;

6) Sopan dan terhormat dalam mencari berita;

7) Tidak melakukan plagiat;

8) Meneliti semua kebenaran bahan berita lebih dahulu;

9) Tanggungjawab moral besar (mencabut sendiri berita yang salah

walaupun tanpa ada permintaan).

b. Asas Nasionalisme

1) Mengabdi untuk kepentingan bangsa dan negara;

2) Memperhatikankeselamatankeamanan bangsa;

3) Memperhatikan persatuan dan kesatuan negara.

c. Asas Demokrasi

1) Harus cover both side

2) Harus jujur dan berimbang.

d. Asas Religius

1) Menghormati agama, kepercayaan, dan keyakinan agama lainnya;

2) Beriman dan bertakwa.

Kenyataan menunjukkan bahwa tuntutan masyarakat terhadap pers

begitu besar. Walaupuh yang dapat disajikan oleh pers terbatas, baik

karena terbatasnya ruang maupun karena pertimbangan kebijakan. Apa

yang disajikan pers tidak sebanding dengan tuntutan masyarakat. ltu pun

masih dapat mengundang teguran atau imbauan melalui banyak cara.

Sebab, kebutuhan dan dinamika masyarakat itu serba simultan dan berubah

sangat pesat, sedangkari pers sangat terbatas dalam memenuhi tuntutan

itu. Pers terikat oleh pola periodisitas dalam proses produksi dan

distribusinya.

Hal lainnya ialah menyangkut visi dan nilai-nilai {values). Pada

urnumnya, visi dan nilai-nilai wartawan generasi muda sekarang berbeda

dengan visi dan nilai-nilai generasi yang lebih tua. Masalah ini tentu

memerlukan pemikiran. Panggilan tugas datang di mana mereka harus

segera bertugas dan berpacu dengan irama perkembangan kehidupan

masyarakat yang berubah cepat. Arus keserentakan perkembangan inilah

yang antara lain membawa mereka pada suatu keadaan sehingga sering

terjadi wartawan tidak lagi peliput dan perekarn peristiwa, tetapijuga menjadi

pemain bahkan aktivis.

Pers itu sebenarnya merupakan refleksi dari kenyataan masyarakat.

Akan tetapi, yang paling sulit bagipers dikaitkan dengan tanggung jawab

serta ketentuan kode etik ialah menjelaskan duduk kejadian (perkara)

seperti apa adanya. Belum tentu semua yang kita ketahuiberkenaan dengan

suatu kejadian atau perkara dapat disajikan kepada publik. Tentu di sana

ada penilaian-penilaian terteotu yang menuntut kecermatan, kehati-hatian,

dan pertimbangan yang matang. Di sini terjadi pergulatan batin, yang

akhirnya kembali berpulang pada sumber daya manusianya termasuk

masalah editorial management yang baik.

Kode etik jlirnalistik merupakan kebutuhan mutlak karena pers dikatakan

berbobot dan berwibawa serta dipercaya apabila mematuhi ketentuan kode

etik. Jadi, kepatuhan atas kode etik sangat perlu supaya pers dapat

dipercaya. Membangun bobot profesi supaya semakin dianggap, menilai

bahwa perlu dan dihormati oleh masyarakat memang penting. Narnun,

masyarakat pers akhir-akhir ini telah terbawa oleh arus kepentingan bisnis,

berkeping-keping dalam kompetisi sehingga yang disebut solidaritas profesi

itu agak kurang, meski perlu disadari bahwa solidaritas profesi tersebut

perlu diperkukuh.

3. Menyampaikan Informasi secara Menank dan Bermakna

Munculnya media massa seperti koran, tabloid, majalah, radio, televisi,

dan bahkan internet, tumbuh cepat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Dengan media tersebut masyarakat dapat memperoleh informasi-informasi

secara lebih leluasa dan lengkap. Anis informasi semakin berkembang

sehingga khalayak kebanjiran informasi, yang memungkinkan munculnya

persoalan klasik yaitu peranan seleksi, agar informasi menjadi jelas arti dan

maknanya. Orang membaca surat kabar misalnya, bertujuan untuk mencari

Menurut informasi yang cukup lengkap sehingga suatu masalah jelas duduk

perkaranya dan karena itu harus diberikan bahan informasi yang berarti.

sebagai infori Ribuan informasi, bahkan jutaan informasi tidaklah mungkin

termuat dan bermakna seluruhnya dan tersiarkan pula seluruhnya. Oleh

karena itu, mau tidak mau ada proses seleksi atau memilih. Inilahjasa

semua media, terutama media cetak. Dengan penyajian informasi yang

lebih jelas arti dan maknanya, pembaca akan memperoleh informasi yang

bukan saja bermanfaat karena memberikan pengetahuan aktual, tetapi

sekaligus memperoleh informasi-informasi yang membantu pembaca untuk

menempatkan dirinya. Yakni menempatkan din dalam lingkungan hidupnya.

Tidak ada peristiwa atau persoalan yang begitu saja jatuh dan langit,

melainkan ada latar belakangnya, ada prosesnya, ada kaitan-kaitannya, dan

ada pula konteksnya.

Agar surat kabar dapat menjalankan panggilannya secara memadai, ia

memerlukan kebebasan. Kita patut bersyukur bahwa kebebasan pers itu kini

telah ada. Kebebasan pers menjadi salah satu pilar dan perangkat

demokrasi. Demokrasi hanya dapat berkembang dan berfungsi semestinya,

jika ditunjang oleh kebebasan pers. Kebebasan pers itu diperlukan agar

rakyat sebagai pemegang kedaulatan mempunyai informasi yang aktual dan

memadai. Dengan demikian, di satu sisi kekuasaan dapat dikontrol dan

dimintai pertanggungjawabannya, dan di sisi lain proses edukasi serta

pencerahan yang cerdas bagi seluruh masyarakat akan berlangsung.

Kebebasan pers bermakna penuh, jika ia memberi kesempatan bagi

perbaikan dan peHingkatan terus-menerus kompetensi wartawan dan

karyawan pers. Kebebasan itujuga disertai tanggungjawab yang bersumber

pada suara hati, kepentingan urnum, serta kode etik yang dibuat secara

suka rela dan mengikat wartawan atas kemauannya sendiri. Etika

merupakan kewajiban terhadap diri sendiri dan orang lain. Sementara itu,

aspirasi masyarakat, khalayak pembaca, dan para pelanggan surat kabar

menjadi isyarat dan petunjuk bagi peningkatan kualitas informasi yang akan

disajikan. Masyarakat dan khalayak pembaca memerlukan informasi yang

menank, sekaligus berarti dan bermakna. Media massa tersebut ikut

membantu menjelaskan duduk perkaranya. la tidak sekadar kumpulan

berita, kejadian, dan masalah.

Cakrawala kehidupan khalayak semakin luas, semakin kaya dan

bervariasi ke dalam serta semakin kaya dan beragam ke luar. Orang suka

membaca yang menarik, yang memperkaya kehidupan, yang menggetarkan

rasa kemanusiaan, dan rasa kesetiakawanan. Orang suka membaca yang

menarik, tata wajah surat kabar seluruh dunia berubah. Di mana-mana

orang melakukan perubahan desain atau pendesainan ulang (redesign),

memperbarui dan menyegarkan tata wajah. Tujuan pembaruan tata wajah

ialah memperkuat ekspresijati diri surat kabar itu sendiri, dengan melakukan

secara bijak sesuai dengan masukan dan keterlibatan khalayak pembaca.

4. Sistem Pers yang Bertanggung Jawab

Apabila kita memperhatikan secara saksama, semua sistem pers yang

berlaku di sedap negara bergantung pada ideologi dan sistem nilai bangsa

masing-masing. Jika dibandmgkan antara yang satu dan yang lainnya,

sedap sistem mempunyai kekurangan disamping kelebihannya. Misalnya,

dalam sistem pers di negara komunis, kontrol sosial pers hanya

memendngkan misi kepentingan pemerintah demi stabilitas politik

sehingga aspirasi masyarakat kurang mendapat perhadan. Berita dan

informasi pers cenderung membatasi kepentingan individu dan

masyarakat Sistem itu berlaku di negara-negara Eropa Timur, terntama

sebelum runtuh dan pecahnya Uni Soviet seperd Rusia, Bulgaria, dan

Cekoslowakia. Di negara-negara tersebut pers berfungsi sebagai sarana

propaganda dan alat peijuangan paham komunisme. Sebaliknya, dalam

sistem pers liberalis hanya golongan kuat saja yang dapat mewarnai nilai

berita dan informasi yang disiarkan sehingga kelompok lemah dapat

terabaikan aspirasinya.

Dalam negara yang menganut paham liberalisme, pers dapat

berkembang pesatsecara bebas, sebebas-bebasnya. Hal itu disebabkan

hak kebebasan pers benar-benar dijamin keberadaannya selaras dengan

paham liberalisme. Wartawan surat kabar dapat menulis berita secara

bebas yang kadang-kadang beibeda dan cermin kepentingan masyarakat

atau pemerintah. Demikian pula di negara kapitalis, pengusaha lebih

dominan menampakkan berita dan informasi pers demi kepentingan

pemilik modal atau pengusaha. Dalam hal itu dapat terfadi bahwa

kelompok minoritas justru memiliki peluang lebih besar dalam penguasaan

informasi dalam kehidupan masyarakat dan negara.

Altematif lain untuk mengurangi kelemahan dan kekurangsempurnaan

sistem pers ialah sistem pers yang bebas dan bertanggung jawab. Sistem

pers yang bertanggungjawab sosial merupakan bentuk sistem konvergensi

atau perpaduan yang diformulasikan sedemikian rupa dari sistem-sistem

yang sudah ada dan disesuaikan dengan kodrat manusia secara universal.

Sistem itu muncul atas dasar adanya sistem liberal yang bebas tanpa

batas. Apa gunanyajika kebebasan yang mutlak dilaksanakan, temyata

justru menimbulkan permasalahan yang mengganggu kebebasan manusia

itu sendiri. Penyebabnya ialah dengan kebebasan yang dilaksanakan

secara mutlak semakin menimbulkan terlanggamya hak-hak orang lain

dalam hidup bermasyarakat.

Komisi Kebebasan Pers (Commission on Freedom of the Press) di

Amerika Serikat menguraikan tentang tanggung jawab pers antara h n:

a. Pers harus memberi laporan peristiwa sehari-hari secara jujur, luas,

dan cermat dalam konteks yang memberi arti terhadap kejadian itu.

b. Pers harus menjadi forum pertukaran komentar dan kritik.

c. Pers harus menonjolkan keadaan yang tepat mengenai kelompok-

kelompok yang penting dalam masyarakat.

d. Pers harus bertanggungjawab terhadap penyajian dan penjelasan

mengenai tujuan dan nilai-nilai masyarakat.

e. Pers harus memberikan akses penuh pada pengetahuan mutakhir.

Pers yang bebas mengungkap berita yang menyangkut hak kerahasiaan

seseorang berarti melanggar hak-hak kodrati manusia yang bersangkutan.

Manusia merupakan makhiuk sosial yang dalam hal-hal tertentu harus

melakukan pekerjaan bersama, karena tanpa orang lain tidak akan

mampu melaksanakannya. Risiko atas suatu peristiwa yang terjadi atau

akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan tertentu

menjadi konsekuensi bersama untuk menghadapinya. Manusia yang hidup

di muka bumi ini tidaklah dapat secara sendirian, tetapi mesti dalam

kebersamaan dengan yang lain. ltulah perlunya tanggung jawab sosial,

Pers yang tidak mengindahkan nilai-nilai sosial masyarakat pasti suatu

ketika akan merugikan masyarakatnya.

Inti permasalahan dalam pembicaraan mengenai sesuatu sistem pers

yaitu sistem kebebasannya. Sesuatu sistem pers itu diciptakanjustru untuk

menentukan bagaimana sebaiknya pers tersebut dapat melaksanakan

kebebasan dan tanggung jawabnya.

D Menentukan Sikap terhadap Upaya Pemerintah dalam Mengendalikan

Kehebasan Pers

1. Mewujudkan Pers Pancasila

Keterbukaan informasi merupakan suatu kondisi yang memungkinkan

demokrasi berfungsi. Tidak ada demokiasi, apa pun predikat danjenisnya,

tanpa partisipasi politik rakyat. Tidak akan ada partisipasi rakyat tanpa

transparansi (keterbukaan), tanpa keterbukaan politik, termasuk di

dalamnya keterbukaan informasi. Keterbukaan dapat berjalan optimal hanya

dalam iklim dan lingkungan yang demokratis, jika ada pemimpin-pemimpin

di jajaran pemerintahan, sipil atau militer, yang menghormati hak-hak politik

rakyat. Kemudian ada lembaga perwakilan rakyat yang kuat untuk

mengartikulasikan, menyalurkan, dan mengawasi realisasi aspirasi rakyat

tersebut.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat

kurang dapat diimbangi oleh penyesuaian perangkat hukum yang

memungkinkan kebebasan pers berjalan secara sinergis dengan penibahan

sosial yang terjadi sehingga masih terdapat kalangan yang menafsirkan

bahwa kebebasan pers yang berkembang saat ini cenderung tanpa batas.

Bila penafsiran tersebut dibiarkan semakin berlanit, akan mengundang

instabilitas dan menjebak alam pikiran kita kepada perilaku disintegratif

yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

Adanya tindakan-tindakan pemasungan terhadap kebebasan pers,

selain tidak sesuai dengan kaidah demokrasi Pancasila, juga tidak

menjamin terciptanya iklim yang kondusif (mendukung) bagi kehidupan

masyarakat yang ulet dan tangguh. Dalam konteks kebebasan pers dapat

dilihat melalui dua perspektif, yakni ditinjau dan perspektif hukum dan

perspektifbudaya. Dan segi perspektif hukum, maraknya pemberitaan, baik

dan media cetak maupun media elektronik merupakan hal yang wajar terjadi

dalam sistem demokrasi. Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28F UUD

1945 "Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi

untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk

mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan

informasi dengan menggunakan segalajenis saluran yang ada'\ Hal ini

menunjukkan bahwa di Indonesia hak berkomunikasi dan memperoleh

informasi merupakan hak yang dilindungi oleh konstitusi.

Dari segi perspektifbudaya, hendaknya disadari bahwa kita sernuabukan

berakar dan berasal dan nimpun bangsa yang tidak mengenal norma

budaya dan kita semua juga ingin menjadi bangsa yang memiliki norma

budaya yang dapat memberikan ketenteraman hidup bagi semua warganya.

Oleh karena itu, kita perlu memahami bahwa tidak semua persoalan hidup

ini dapat diwadahi dalam hukum. Kebebasan pers tetap perlu

dikembangkan sesuai dengan norma budaya yang berlaku. Jadi, sikap yang

paling arif dalam memenuhi hasrat untuk mengejar kebebasan tersebut,

selain membaca peraturan perundang-undangan, juga harus

memperhatikan seberapa jauh norma budaya yang berlaku dapat menjamin

terciptanya suasana yang kondusif yang memungkinkan kebebasan pers

dapat berjalan sesuai dengan rambu-rambu Pancasila.

Kita menyadari akan kedudukan dan fungsi Pancasila bagi

pembangunan bangsa Indonesia. Di satu pihak, Pancasila merupakan cita-

cita hukum, yang penafsirannya ditentukan dalam UUD 1945. Disini

Pancasila merupakan dasar negara danjuga surnber hukum dasar nasional.

Di pihak lain, Paficasila merupakan cita-cita moral atau pandangan hidup

yang memberi pegangan dan tuntunan bagi bangsa Indonesia. Untuk benar-

benar berfungsi sebagai tuntunan bagi perilaku dan perikehidupan bangsa,

nilai-nilai Pancasila perlu dihayati dan diamalkan oleh setiap warga negara

Indonesia, termasuk lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan

seperti pers.

2. Berbagai Ketentuan tentang Kebebasan Berkomunikasi dan

Memperoleh Informasi di Indonesia

Menyadari akanpentingnya komunikasi dan informasi dalam kehidupan

sehari- hari, membuat komunikasi dan informasi merupakan salah satu

kebutuhan pokok manusia di era modern dewasa ini. Dalam masalah

kebebasan berkomunikasi (berbicara) dan menyampaikan informasi,

pemerintah telah memberikan ketentuan hukum yang mengacu pada Pasal

28 UUD 1945 yang berbunyi "Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,

mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan

dengan undang-undang". Dan ketentuan tersebut dikeluarkan berbagai

ketentuan undang-undang antara lain UU No. 9 tahun 1998 tentang

Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Urnum, UU No. 32 tahun

2002 tentang Penyiaran, dan UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.

a. Menyampaikan Pendapat di Muka Umum

Dalam penyampaian pendapat di muka umum yang dilakukan oleh

warga negara, aparatur pemerintah berkewajiban dan bertanggungjawab

untuk

1) melindungi hak asasi manusia;

2) menghargai asas legalitas;

3) menghargai prinsippradugatidakbersalah;

4) menyelenggarakan pengamanan.

Berbagai ketentuan dalam penyampaian pendapat di muka umum telah

diatur sedemikian rupa untuk menciptakan suasana tertib dan aman.

Penyampaian pendapat misalnya dilaksanakan 4i tempat-tempat terbuka

untuk umum, kecuali di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah,

instalasi militer, rumah sakit, pelabuhan udara maupun laut, stasiun kereta

api, terminal angkutan darat, dan objek-objek vital nasionaL Selain itu

penyampaian pendapat juga tidak boleh dilakukan pada hari besar nasional

seperti peringatan hari kemerdekaan Rl setiap tanggal 17 Agustus,

b. Kebebasan berbicara dan menyampaikan pendapat melalui

penyiaran

Kebebasan berbicara dan menyampaikan pendapat melalui penyiaran

merupakan perwujudan hak asasi manusia yang telah diakui oleh UUD

1945 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan 28F.

Dengan maraknya perkembangan bisnis penyiaran di tanah air melalui

media komunikasi massa seperti televisi, radio, dan siaran iklan, diperlukan

peraturan perundang-undangan yang mengatur hal tersebut. Maka

pemerintah mengeluarkan UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran

sebagai dasar pengaturan dan pembinaan penyelenggaraan penyiaran

sehingga dapat menjamin ketertiban dan kepastian hukum.

Dalam ketentuan UU No. 32 tahun 2002 diatur bahwa penyiaran

diarahkan untuk

1) menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia tahun 1945;

2) menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama sertajati diri

bangsa;

3) meningkatkan kualitas sumber daya manusia;

4) menjaga dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa;

5) meningkatkan kesadaran ketaatan hukum dan disiplin nasional;

6) menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif masyarakat

dalam pembangunan nasional dan daerah serta melestarikan lingkungan

hidup;

7) mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung persaingan yang

sehat di bidang penyiaran;

8) mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat, mewujudkan

pemerataan, dan memperkuat daya saing bangsa dalam era globalisasi;

9) memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung jawab;

10)memajukan kebudayaan nasional.

Untuk mewujudkan pelaksanaan siaran yang sesuai dengan asas,

tujuan, fungsi, dan arah siaran, maka isi siaran wajib mengandung

informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan

intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga

persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya

nasional.

Oleh karena itu, isi siaran dilarang bersifat fitnah, menghasut,

menyesatkan, dan/atau bohong;menonjolkan unsur kekerasan, cabul,

perjudian, penyalahgunaan narkotika, dan obat terlarang;

mempertentangkan suku, agama, ras, dan antar golongan.

c. Kemerdekaan pers sebagai wujud kedaulatan rakyat

Kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat.

Kebebasan pers juga menjadi unsur yang sangat penting untuk

menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara yang

demokratis sehingga kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat

sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 UUD 1945 harus terjamin.

Disamping itu, hak memperoleh informasi sesungguhnya merupakan hak

asasi manusia yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk menegakkan

keadilan dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum, dan

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pers nasional sebagai wahana komunikasi massa, penyebar informasi,

dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi, hak,

kewajiban, dan peranannya dengan sebaik-baiknya. Pers nasional juga

harus berdasarkan kemerdekaan pers yang profesional sehingga mendapat

jaminan dan perlindungan hukum, serta bebas dan campur tangan dan

paksaan dan mana pun. Karena kemerdekaan itu, pers merupakan salah

satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi,

keadilan, dan supremasi hukum. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers

nasional mempunyaihak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan

gagasan dan informasi secara bertanggung jawab.

E. Dampak Penyalahgunaan Kebebasaii Media Massa

Pada era globalisasi dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa dengan

perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, peran media massa

menjadi sangat penting dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

Dengan alat komunikasi dan informasi yang canggih suatu berita dan informasi

dapat segera sampai di kalangan masyarakat luas. Berita media massa telah

menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. Opini publik

mudah terbentuk dan terpengaruh oleh media massa.

1. Pengaruh Media Massa pada Individu

Dan beberapa penelitian tentang pengaruh media massa pada individu oleh

beberapa ahli komunikasi menghasilkan bahwa media massa berpengaruh

terhadap individu. Apakah media massa berpengaruh sangat kuat dan

langsung pada individu? Inilah barangkali pertanyaan yang sering terlontar dan

jawabannya sangatlah bervariasi. Artinya, ada masanya hasil penelitian

mengatakan pengaruh media massa sangat kuat dan langsung pada individu

dan ada masanya pula hasil penelitian yang mengatakan pengaruh media

massa itu sifatnya tidak langsung. Disamping keduanya, ada juga hasil

penelitian yang moderat.

Dalam perkembangannya, cara pandang terhadap pengaruh media

terhadap individu mengalami perubahan. Untuk itulah dalam bab ini akan

kitabahas tentang sejarah pengaruh media massa pada individu dan fakta yang

selama ini diungkap tentang efek media massa berdasarkan serangkaian

penelitian.

a. Media massa berpengaruh secara langsung terhadap perilaku manusia

Kita sering menjumpai di berbagai media massa pernyataan-pernyataan

bahwa anak-anak remaja banyak yang hidup serumahtanpa nikah. Hal itu

mereka lakukan karena pengaruh tayangan film pomo yang ditayangkan televisi

dan bioskop. Juga perkelahian remaja dan penggunaan narkoba disebabkan

oleh tayangan kekerasan di televisL Hal ini menunjukkan bahwa media massa

berpengaruh secara langsung terhadap perilaku masyarakat.

Pernyataan tersebut bukanlah bualan semata karena banyak contoh yang

dapat mendukung orang mempercayai bahwa media benar-benar sangat

berpengaruh. Beberapa contoh yang mendukungnya ialah sebagai benkut.

1) Peran seorang penerbit besarAmerika Serikat, William Randoplh Hedarst,

dalam melahirkan perang Spanyol-Amerika pada akhir abad ke-19. Melalui

New York Journal, korannya, ia memanas-manasi suasana dengan

pemberitaan yang menggambarkan seolah-olah memang berlangsung

keteganganantara kedua negara tersebut. Salah satu wartawannya yang

dikirim ke lokasi dan disuruh untuk mengirirnkan berita apa adanya dan

Hearst yang akan menggambarkan perangnya. Hcarst berusaha membuat

berita yang sebenarnya biasa saja menjadi luar biasa. Dengan berita-berita

sensasionalnya, Hearst berhasil mendorong kemarahan antamegara yang

berujung pada peperangan.

2) Menjelang Perang Dunia I, media Amerika dan Inggris menyebarkan berita

bohong tentang Jerman, dengan tujuan untuk mendorong dukungan publik.

Gambaran tentang Jerman diburuk-burukkan sehingga mempengaruhi

persepsi masyarakat terhadap Jerman dan mendukung Amerika dan Inggris

untuk menyerang Jerman.

3) Pada akhir tahun 1920-an, Payne Fund (Dana Payne) suatu lembaga yang

salah satu pengelolanya adalah Blumer (seorang ahli sosiologi),

mengadakan penelitian tentang bagaimana media dalam hal ini film

mempeftgaruhi anak-anak. Metode yang digunakan cukup sederhana. Hasil

dari penelitian diternukan bahwa media memiliki dampak sangat kuat pada

anak-anak. Anak-anak meniru apa yang diperagakan di film untuk

diterjemahkan ke dalam permainan mereka sehari-hari. Mereka belajar

banyak dari perilaku, cara berbicara, cara bergaul, cara berpakaian, dan

sebagainya dari film yang ditontonnya.

4) Pada tahun 1938 ada sebuah peristiwa di Amerika Serikat, yaitu saat siaran.

sandiwara radio berhasil menimbulkan kepanikan rakyat Amerika. Siaran

sandiwara radio yang merupakan adaptasi dari novel War of The Worlds

karya H.G. Wells tersebut disiarkan oleh stasiun CBS. Sandiwara radio yang

dikemas sedemikian realistisnya sebagai siaran berita itu menceritakan

kedatangan makhiuk menakutkandari Mars ke Bumi yang membunuhjutaan

manusia dengan menggunakan sinar mematikan. Akibat dari siaran

sandiwara radio tersebut mereka yang percaya sandiwara tersebut sebagai

siaran berita sungguhan menjadi panik. Mereka memandang invasi tersebut

sebagai ancaman pada harta dan kehidupan mereka sebagai kiamat dunia.

Sedangkan bagi stasiun CBS, CBS berhadapan dengan tuntutan yang

mencapai US$ 3,75 juta berkaitan dengan berbagai cedera dan kerugian

material akibat penyiaran itu. Tuntutan itu datang dari seorang ibu rumah

tangga, yaitu akibat terjadinya keguguran pada seorang wanita hamil.

Bahkan Komisi Pengawas Komunikasi Federal (FCC, Federal

Communication Comission) mengeluarkan larangan siaran berita flktif.

Beberapa studi dan fakta yang telah diuraikan di atas menyajikan stimuli

yang secara seragam diperhatikan oleh massa. Stimuli ini membangkitkan

desakan, emosi, atau proses lain yang hampir tidak terkontrol oleh individu.

Setiap individu

akan memberikan respons yang sama pada stimuli yang datang dari

media massa.

b. Media massa tidak lagi dipercaya memiliki kekuatan ampuh

mempengaruhi semua manusia dengan cara yang sama

Dan kasus sandiwara radio War of The Worlds dapat dilihat bahwa pada

satu sisi peristiwa itu dapat menambah kepercayaan orang terhadap

keampuhan media massa dalam mempengaruhi khalayaknya. Narnun pada sisi

lain, sebuah studi yang dilakukan sehubungan dengan kasus tersebut

memberikan catatan-catatan khusus tentang keampuhan media massa. Hasil

dan studi tersebut menunjukkan bahwa pengaruh media massa tidaklah

semerata seperti yang diperkirakan orang. Ada individu yang dapat dipengaruhi

secara kuat dan ada pula individu yang kurang dipengaruhi oleh media massa.

Dengan kata lain, pengaruh media massa terhadap khalayak masyarakat

bersifat terbatas dan ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat

keterpengaruhan khalayak terhadap media massa.

Ada tiga bentuk pengaruh media yaitu sebagai benkut:

1) Aktifa adalah proses menjadikan seseorang melakukan apa yang

sebenarnya cenderung akan ia lakukan.

2) Penguatan adalah mirip dengan aktivasi. Media sekadar memperkuat apa

yang sudah ia yakini benar dan memang sudah sejak awal ia mempunyai

pilihan.

3) Konversi adalah perubahan sikap sama sekali pada diri khalayak, yang

semula ingin melakukan sesuatu menjadi tidak melakukan.

Dari beberapa studi yang dilakukan sehubungan dengan efek media massa

terhadap khalayaknya bersifat tidak sama. Me Quail menyimpulkan bahwa

1) Bila efek terjadi, maka efek itu sering berbentuk peneguhan dari sikap dan

pendapat yang ada.

2) Efek ituberbeda-beda tergantung pada prestise atau penilaian terhadap

sumber komunikasi.

3) Makin sempurna monopoli komunikasi massa, makin besar kemungkinan

perubahan pendapat dapat ditimbulkan pada arah yang dikehendaki.

4) Seberapa jauh suatu persoalan dianggap penting oleh khalayak akan

mempengaruhi kemungkinan pengaruh media massa.

5) Pemilihan dan penafsiran isi pesan oleh khalayak dipengaruhi oleh

pendapat, kepentingan yang ada serta norma kelompok.

6) Struktur hubungan interpersonal pada khalayak mengantarai arus isi

komunikasi, membatasi, dan menentukan efek yang terjadi.

2. Efek Media Massa

Beberapa studi yang dilakukan sehubungan dengan media massa, orang

pada urnumnya lebih tertarik untuk membahas tentang efek media massa.

Bukan pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media melainkan apa yang

dilakukan media terhadap khalayaknya.

Menurut Steven Chaffee, ada tiga pendekatan dalam melihat efek media

massa, yaitu sebagai benkut:

a. Efek media massa berkaitan dengan pesan dan media.

b. Jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa.

Perubahan ini meliputi perubahan kognitif, afektif, dan behavioral

c. Satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa, meliputi individu,

kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa.

Ketiga pendekatan tersebut digabungkan dalam bentuk tabel berikut ini:

Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan masing-masing pendekatan dari efek

komunikasi massa sebagai benkut:

a. Efek Kehadiran Media Fisik

Menurut M. Chaffe, efek kehadiran media massa sebagai benda fisik ada

lima, yaitu:

1) Efekekonomis

Kehadiran media massa menumbuhkan atau menggerakkan berbagai

bidang usaha produksi, distribusi, dan konsumsijasa media massa.

Misalnya, kehadiran surat kabar antara lain berdampak pada pabrik kertas

koran menjadi hidup, memberikan lapangan pekeijaan bagi para jumalis,

ahli perancang gratis, agen, pengecer, menyuburkan biro iklan, dan

menyuburkan pengusaha percetakan. Kehadiran televisi, misalnya

memberikan lahan bagi para rumah produksi untuk memproduksi program

televisi, memberikan lapangan pekerjaan pada jumalis, juru kamera,

sutradara, penulis, dan artis.

2) Efek sosial

Efek ini berkaitan dengan perubahan struktur atau interaksi sosial sebagai

akibat dari kehadiran media massa. Misalnya, kehadiran televisi dapat

meningkatkan status sosial seseorang. Kehadiran televisi di kelurahan dan

desa akan mempengaruhi proses sosialisasi masyarakat pedesaan.

Kehadiran antene parabola di daerah perkotaan juga membentuk interaksi

sosial yang barn. Orang yang memiliki antene parabola akan menjadi

pusatjaringan sosial yang menghimpun tetangga sekitamya yang seideologi.

Kehadiran Koran Masuk Desa (KMD) akan membentuk jaringan interaksi

yang baru bagi masyarakat desa. Begitu pula kehadiran majalah di

perkotaan. Beredarnya majalah telah menuntut pembacanya untuk memilih

majalah sesuai dengan kebutuhannya. Majalah Gadis dan Aneka, misalnya

dikonsurnsi oleh para remaja puteri. Sementara bagi para eksekutif akan

membeli majalah Tempo atau Gatra,

3) Efek penjadwalan kembali kegiatan sehari-hari

Kehadiran koran pagi hari atau sore hari berpengaruh padajadwal kegiatan

sehari-hari. Sebelum masuk kantor atau sebelum pergi ke sekolah,

biasanya masyarakat membaca dahulu koran yang terbit pagi hari.

Begitupula pada sore hari orang-orang akan menyernpatkan diri membaca

koran sore hari sambil minum teh. Kehadiran telenovela pada pagi hari

menyebabkan ibu-ibu rumah tangga cenderung menyelesaikan pekerjaan

rumah tangga setelah tayangan telenovela selesai. Pada hari minggu pagi

biasanya televisi menayangkan film kartun atau tayangan lain untuk anak-

anak menyebabkan anak-anak cepat-cepat mandi pagi atau sebaliknya

enggan mandi pagi.

4) Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu

Seseorang dapat memanfaatkan kehadiran media massa untuk

menghilangkan perasaan marah, kecewa, benci, kesepian, dan sebagainya.

Media akan dipergunakan tanpa memandang isi pesannya. Seseorang yang

kesepian karena di rumah sendirian akan membaca majalah atau menonton

televisi untuk menghilangkan rasa sepi, meskipun acara yang disiarkan atau

majalah yang dibacanya tidak menank. Orang yang sedang tertimpa

musibah akan cenderung menghilangkan perasaan dukanya dengan

menonton televisi yang menayangkan acara siraman rohani. Orang yang

sedangjatuh cinta akan memutar lagu-lagumelankolis, dan sebagainya.

5) Efek pada perasaan orang terhadap media

Kehadiran media massa tidak hanya dapat menghilangkan perasaan

tertentu pada khalayaknya, melainkan juga dapat menumbuhkan perasaan

tertentu khalayak terhadap media massa, baik perasaan negatifmaupun

positif. Ada kalanya kita lebih mempercayai siaran berita media televisi

tertentu dan meragukan televisi lainnya. Kita mempercayai dan menyukai

suatu media tertentu, tetapi tidak mempercayai atau tidak menyukai media

lainnya yang biasanya didasarkan atas pengalaman terhadap media

tersebut.

b. Efek Kehadiran Pesan Media

Ditinjau dan segi pesan yang disampaikan media massa, media massa

akan menimbulkan beberapa efek yang meliputi

1) EfekKognitif

Efek kogmtif adalah akibat yangtimbul pada diri individu yang terkena

terpaan media yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dari semula tidak tahu

menjadi tabu, tidak jelas menjadi jelas, ragu menjadi yakin, dan sebagainya.

Ini berarti melalui media khalayak akan memperoleh gambaran atau

informasi tentang orang, benda, peristiwa atau kejadian, dan tempat-tempat

yang belum pemah kita kunjungi.

Menurut Marshall McLuhan, media massa merupakan realitas tangan kedua

{second hand reality). Artinya bahwa realitas yang ditampilkan media adalah

realitas yang sudah diseleksi. Media massa melakukan proses seleksi

terhadap berita yang dimuatnya.Hasil seleksi inilah yang selama ini

khalayak baca, dengar, atau tonton, yang mempengaruhi pengetahuan

khalayak terhadap lmgkungannya. Proses seleksi yang dilakukan media

massa ini sering disebut sebagai gatekeepers, Secara selektif gatekeepers

akan menentukan hal-hal apa yang pantas diberitakan atau diketahui

dan .tidak kepada khalayaknya. Dengan demikian, setiap isu atau peristiwa

dapat diberi bobot tertentu oleh gatekeepers. Hal ini terkait dengan ruang

penempatan halaman pada surat kabar atau waktu tayang di radio dan

televisi, cara penonjolan tertentu seperti ukuran atau volume, dan frekuensi.

Media dapat menonjolkan situasi atau orang tertentu di atas situasi atau

orang lain. Misalnya, dalam telenovela sering digambarkan orang-orang kulit

hitam selalu menjadi tokoh protagonis, miskin, dan sangat jarang yang

menjadi peran utama. Penonjolan yang sedemikian rupa akan cenderung

menyebabkan khalayak mempunyai persepsi terhadap orang-orang kulit

hitam seperti yang digambarkan dalam telenovela tersebut. Begitu pula

tayangan kekera'san dan pornografi. Tayangan kekerasan menyebabkan

penonton cenderung memandang dunia ini lebih keras, tidak aman, dan

mengerikan. Sementara tayangan pomografi menyebabkan penonton

mempunyai gambaran tentang dunia yang serba bebas serta enak.

Karena media massa telah menyampaikan informasi tentang dunia ini

secara selektif, media massa akan mempengaruhi munculnya stereotipe,

artinya gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi, atau

masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan sering kali timpang

dan tidak benar. Disinilah bahayanya media massa. Pengaruh media massa

terhadap khalayaknya akan semakin terasa manakala khalayaknya semakin

tergantung pada media massa. Pada saat yang sama khalayak sukar

mengecek kebenaran informasi yang disajikan media massa. Misalnya,

selama ini gambaran dan media massa bahwa di negara-negara Jazirah

Arab tidak ada kemaksiatan. Kenyataannya setelah ada check and recheck

kebenaran itu disangsikan.

Tidak semua efek media massa bersifat negatif. Media massa memiliki efek

prososial kognitif, yaitu bagaimana media massa mampu memberikan

manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Di sini media massa memiliki

peran dalam menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang

baik.

2) Efek Afektif

Efek afektif mengacu pada aspek emosional atau perasaan. Efek ini

kadarnya lebih tinggi dibandmgkan efek kognitif. Maksudnya, efek yang

ditimbulkan tidak hanya sekadar khalayak fahu tentang orang, benda, atau

peristiwa yang ada di dunia ini melainkan khalayak dapat merasakannya. Di

sini media massa dapat menimbulkan rangsangan emosional pada

khalayak. Misalnya merasa sedih, senang, gembira, marah, dan jengkel

terhadap informasi yang diterimanya dan media massa.

Dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, Joseph

Klapper mengatakan pengaruh media massa dapat disimpulkan pada 5

(lima) prinsip umum, yaitu sebagai benkut:

a) Pengaruh komunikasi massa diantarai oleh predisposisi personal, proses

selektif, dan keanggotaan kelompok(faktor personal);

b) Faktor-faktor tadi, membuat komunikasi massa berfungsi untuk

memperkukuh sikap dan pendapat yang ada selainjuga berfungsi

sebagai media pengubah;

c) Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan siks~p, perubahan kecil

pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada konversi dan satu sisi

ke sisi yang lain;

d) Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-

bidang dimana pendapat orang lemah;

e) Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang

masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh.

Para peneliti telah berhasil menernukan faktor-faktor yang mempengaruhi

intensitas rangsangan emosional pesan media massa. Faktor-faktor tersebut

ialah sebagai benkut:

a) Suasana emosional yaitu kondisi individu secara psikologis yang ada ketika

ia mengkonsurnsi media massa.

b) Skema kognitif yaitu gambaran dalam pikiran kita sendiri yang menjelaskan

suatu peristiwa yang terdapat di media massa.

c) Suasana terpaan yaitu bentuk emosi yang ditularkan oleh individu lain atau

objek tertentu ketika kita mengkonsurnsi media massa.

d) Predisposisi individual yafitu karakteristik khas individu.

e) Tingkat identifikasi khalayak dengan tokoh dalam media massa.

3) Efek Behavioral

Efek behavioral mengacu pada perilaku, tindakan, atau kegiatan khalayak

yang tampak pada kegiatan sehari-hari. Efek ini meliputi perilaku antisosial dan

prososial. Antisosial atau perilaku agresi adalah setiap bentuk perilaku yang

diarahkan untuk merusak atau melukai orang lain yang menghindari perlakuan

seperti itu. Misalnya adegan kekerasan di televisi akan menyebabkan orang

menjadi brutal dan beringas.

Jenis efek yang ketiga dari media massa ini tidak selamanya negatif, ada

segi positifnya, yang disebut sebagai efek prososial behavioral. Prososial

behavioral adalah setiap bentuk perilaku positifdari khalayak pengguna media

massa. Salah satu perilaku prososial adalah memiliki keterampilan yang

bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Media televisi, radio, atau film

sering dipergunakan sebagai media pendidikan.

Di satu sisi terdapat manfaat yang nyata, narnun di sisi lain menghasilkan

kegagalan. Di sini terlihat adanya perbedaan efek media massa. Untuk

menjelaskan efek prososial behavioral dari media massa dipergunakan teori

psikologi yaitu teori belajar sosial dari Bandura. Menurut teori ini, perilaku

merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungannya. Hal ini berarti kita

mampu memiliki keterampilan tertentu, jika terdapat jalinan positif antara stimuli

yang kita amati dengan karakteristik dari kita.