knowledge library dengan menggunakan...
TRANSCRIPT
BAB II Dasar Teori
II.1 Pendahuluan
Pada pembahasan mengenai teori yang berkaitan tentang pembangunan
knowledge base menuju knowledge management. Terlebih dahulu akan dibahas
mengenai pengertian knowledge itu sendiri, kemudian sistem knowledge
management dan prosesproses dalam sistem knowledge management. Hal ini
merupakan dasar teori dalam pembangunan knowledge base, karena knowledge
base ini merupakan hasil dari beberapa proses dalam pembanguanan sistem
knowledge management.
II.1.1 Pengertian Knowledge
Untuk memahami knowledge management lebih lanjut, perlu dikaji pemahaman
mengenai data, informasi, dan knowledge (pengetahuan) sebagai dasar
pemahaman KM. Data merupakan sekumpulan fakta mengenai suatu kejadian
secara diskrit yang belum terorganisasi dan belum diproses serta bersifat statis.
Informasi merupakan kumpulan data yang telah diproses sehingga memudahkan
dalam pengambilan keputusan. Sedangkan knowledge merupakan pemahaman
manusia mengenai bidang tertentu yang telah dipelajari melalui pendidikan dan
pengalaman [Awad&Ghaziri, 2003].
Data mempunyai tujuan utama untuk merekam suatu aktivitas atau situasi dan
bersifat historical. Informasi berasal dari komunikasi dan historical (data yang
telah diproses/ distrukturkan). Sedangkan knowledge bertujuan untuk
memperbaiki hidup, dalam kontek bisnis bertujuan membuat atau meningkatkan
nilai untuk perusahaan dan semua stakeholder.
Knowledge diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yaitu shallow dan deep
knowledge, knowledge sebagai knowhow, reasoning dan heuristic, common sense
sebagai pengetahuan, procedural, declarative, semantic, episodic, serta explicit
10
dan tacit knowledge [Awad&Ghaziri, 2003].
Shallow dan deep knowledge merupakan pengelompokan pengetahuan
berdasarkan kedalaman pemahaman. Shallow adalah pemahaman pengetahuan
secara minimal, sedangkan deep knowledge merupakan pemahaman pengetahuan
secara mendalam dengan pengalaman beberapa tahun.
Knowledge sebagai knowhow, pengetahuan ini berdasarkan pengalaman praktek
beberapa tahun yang jarang terdokumentasikan. Pengetahuan semacam ini yang
diperlukan untuk membangun expert system. Expert merepresentasikan knowhow
dalam hubungan heuristic, rule of thumb berdasarkan pengetahuan empiris.
Reasioning merupakan pengetahuan berdasarkan alasan manusia, yang dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan analogi (membandingkan dengan
kejadian yang mirip), formal reasoning (dengan metode deductive dan inductive),
dan casebase reasoning (CBR) . Deductive reasoning disebut juga exact
reasoning karena berhubungan dengan fakta yang pasti dan kesimpulan yang
pasti. Inductive reasoning merupakan alasan yang didasarkan pada sekumpulan
fakta atau per kasus dan kemudian diambil kesimpulan yang umum. CBR
merupakan pengetahuan yang didasarkan pada kesuksesan menyelesaikan
berbagai kasus.
Common sense sebagai knowledge, merupakan tipe pengetahuan dimana semua
orang melakukan dalam berbagai bentuk dan berbagai jumlah. Berawal dari
pengalaman seseorang yang digunakan sehingga menjadi suatu hal biasa.
Prosedural hingga episodic knowledge, merupakan pembagian pengetahuan
berdasarkan apakah suatu procedural, declarative, semantic, dan episodic.
Pengetahuan prosedural merupakan pemahaman bagaimana suatu tugas dilakukan
atau melaksanakan prosedur. Pengetahuan deklaratif merupakan informasi yang
pakar dan mudah didiskusikan karena sederhana dan tidak memerlukan informasi
yang lengkap. Pengetahuan semantik merupakan jenis pengetahuan yang dalam
11
dari pakar. Episodic knowledge merupakan pengetahuan berdasarkan informasi
percobaan atau peristiwa.
Secara alamiah knowledge terbagi atas tacit knowledge (yang ada pada orang) dan
explicit knowledge (yang terdokumentasikan) [Suryadi,2005]. Untuk
mengeksplisitkan pengetahuan yang ada pada orang dilakukan dengan kodifikasi.
Persentase pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit yang ada dalam suatu
organisasi seperti pada Gambar II.1.
Gambar II.1 Gambaran pengetahuan [Suryadi,2005]
II.1.2 Knowledge Management
Knowledge Management (KM) merupakan proses mengelola pengetahuan
organisasi untuk menambah nilai bisnis dan mempertahankan daya saing melalui
pembentukan, komunikasi, dan aplikasi pengetahuan [Tiwana, 2002]. Knowledge
management juga merupakan kerangka, pola pikir untuk management, termasuk
pengalamanpenglaman yang dibangun pada masa lalu (perpustakaan, bank data,
orangorang cerdas) dan membentuk sarana baru untuk mempertukarkan
12
pengetahuan (intranet situs, komunitas praktisi, dan jaringan) [O'dell, 2000].
Banyak definisi mengenai KM, namun pada dasarnya KM mengandung
pengetahuan yang dapat digunakan secara umum; melekatkan dan menyimpan
pengetahuan dalam proses bisnis, produk, dan jasa; merepresentasikan
pengetahuan dalam database dan dokumen; memajukan pertumbuhan
pengetahuan melalui budaya organisasi dan insentif; memindahkan dan
mempertukarkan pengetahuan di seluruh organisasi; dan menaksir nilai dan
dampak pengetahuan dengan teratur [Awad&Ghaziri, 2003].
Prosesproses dalam KM meliputi knowledge creation, knowledge collection atau
knowledge capture, knowledge organization, knowledge refinement, knowledge
dissemination, dan maintenance [Awad&Ghaziri,2003]. Prosesproses tersebut
akan berlangsung terus menerus membentuk suatu siklus hidup yang disebut
dengan Knowledge Management Life Cycle. Secara konseptual hubungan antara
organisasi berpengetahuan (knowledge organization) dengan proses KM
diilustrasikan pada Gambar II.2.
Gambar II.2 Knowledge organization [Awad&Ghaziri,2003]
Knowledge organization ini merupakan tempat dimana orangorang saling
mempertukarkan pengetahuan berbagai area fungsional dalam organisasi dengan
13
menggunakan teknologi serta proses yang telah ditentukan [Awad&Ghaziri,2003].
Knowledge tersebut diinternalisasikan dan diadopsi ke dalam budaya organisasi.
Semua orang dalam organisasi dapat dengan bebas mempergunakan bersama dan
menghasilkan pengetahuan sebagai aset organisasi dengan menggunakan berbagai
teknologi. Knowledge organization ini diturunkan dari berbagai sumber, seperti
pengetahuan dari pelanggan, pengetahuan mengenai produk, pengetahuan
keuangan, dan pengetahuan dari praktek para pegawai.
Fasefase proses pada KM life cycle terbagi creation, capturing, organizing,
refining, dan transfer. Pada fase creating merupakan fase penciptaan pengetahuan
baru (inovasi) baik dari suatu penelitian maupun kejadian tertentu. Fase capturing
merupakan fase pengumpulan dan penangkapan pengetahuan yang
terdokumentasikan (explicit knowledge) maupun yang tidak terdokumentasikan
(tacit knowledge).
Kemudian dilanjutkan dengan fase organizing, yang merupakan fase
pengorganisasian pengetahuan agar mudah diambil dan digunakan kembali.
Metodemetode pengorganisasian pengetahuan dapat dilakukan dengan indexing,
clustering, cataloging, filtering, codifying, ontology, dan lainlain. Setelah
diorganisasikan, kemudian menuju fase refining, dimana pengetahuan yang
terorganisasi diperhalus misalnya dengan mining. Fase transfer/disseminate yaitu
merupakan fase mempertukarkan pengetahuan dengan tutorial atau panduan.
II.1.3 Knowledge Management System
Knowledge Management System (KMS) merupakan sistem untuk mengelola
pengetahuan dalam organisasi, yang mendukung pembuatan (creation),
penangkapan (capturing), penyimpanan (storing), dan penyebaran (dissemination)
pengetahuan. Dengan kata lain KM system ini membantu mengelola pengetahuan
dengan menggunakan teknologi untuk melakukan prosesproses knowledge
management.
14
Pengembangan KMS ini tidak terdapat standarisasi sehingga dalam pembangunan
KMS ini digunakan berbagai pendekatan yang diadopsi dari model sistem
konvensional. Langkahlangkah dalam pengembangan tersebut merupakan
sesuatu yang selalu berkesinambungan yang disebut dengan Knowledge
Management System Life Cycle (KMSLC). Dalam Tabel II.1 dijelaskan berbagai
pendekatan untuk membangun KMSLC yang mengadopsi dari sistem
konvensional.
Tabel II.1 Alternatif pendekatan untuk pengembangan KMS [Awad&Ghaziri, 2003]
Lan
gkah Tiwana (2000) Dixon (2000) Garvin (2000) Liebowitz
&Wilcox (1997)
Devenport & Prusak (2000)
1 Analisis infrastruktur yang ada
Memberikan tugas kepada tim
Mendapatkan pengetahuan
Membangun pengetahuan
Akuisisi
2 Menyelaraskan knowledge management dengan strategi bisnis
Tim mempelajari hubungan antara tindakan dengan dampak
Menguraikan pengetahuan
Mengorganisasikan dan menjaga
Memberi sumber daya
3 Disain infrastruktur pengetahuan
Mendapatkan pengetahuan yang umum
Mengaplikasikan pengetahuan
Distribusi dan Menampung
Menggabungkan (fusi)
4 Audit aset dan sistem pengetahuan yang ada
Memilih sistem transfer pengetahuan
Mengaplikasikan pengetahuan dalam objek kerja
Adaptasi
5 Disain tim KM Menterjemahkan pengetahuan dalam bentuk yang bermanfaat bagi yang lain
Knowledge networking
6 Membuat blueprit KM
7 Mengembangkan sistem KM
8 Pemasangan dengan metode resultdriven incremental
9 Mengelola perubahan, budaya, dan struktur reward
10 Evaluasi kinerja, ROI, dan perbaikan secara bertahap KMS
15
Dari berbagai pendapat yang telah diuraikan pada tabel diatas, maka
Awad&Ghaziri dalam bukunya yang berjudul ”Knowledge Management”
menyimpulkan bahwa terdapat langkahlangkah yang tumpang tindih dalam
pembangunan KMSLC. Mereka merumuskan langkahlangkah yang baik dalam
membangun KMSLC seperti pada Tabel II.2.
Tabel II.2 Pengembangan KMSLC
Langkah Pertanyaan Kunci DampakEvaluasi infrastruktur yang ada
Apa permasalahannya?Apakah sistem dapat dipertanggungjawabkan?Apakah sistem feasible ?
Pernyataan tujuanKriteria kinerjaRencana strategi
Membentuk tim KM Siapa saja yang seharusnya menjadi anggota tim?Bagaimana tim berfungsi ?
standarisasi prosedur untuk pembangunan sistem
Knowledge capture Apa dan seperti apa pengetahuan yang akan ditangkap ?Bagaimana proses penangkapan pengetahuan ?
Memperoleh inti pengetahuan
Disain blueprint KM (master plan)
Bagaimana pengetahuan diungkapkan ?
Disain KMImplementasi software dan hardware secara rinciRencana pengetesanKeamanan, audit, dan prosedur operasi
Test sistem KM Seberapa dapat diandalkannya sistem tersebut?
Review yang tajam, yang berkesinambungan
Implementasi sistem KM Apakah dapat beroperasi secara aktual ?Seberapa mudah sistem digunakan ?
Sistem yang mudah digunakan (user friendly)Program pelatihan
Mengelola perubahan dan struktur reward
Apakah sistem mempunyai penyelesaian yang diharapkan ?
Kepuasan user
Evaluasi postsystem Haruskah sistem dimodifikasi ?
Sistem yang handal dan uptodate
Dalam membangun KMS life cycle terdapat beberapa perbedaan dengan
pembanguan sistem informasi secara konvensional. Pembangunan sistem
informasi secara konvensional meliputi requirement, disain, implementasi
(coding), testing, dan deployment. Sedangkan KMS meliputi capturing (creation),
codification, testing&deployment, sharing, dan transfer pengetahuan.
Pembangunan sistem informasi konvensional digambarkan pada Gambar II.3 dan
16
KMS Life Cycle pada Gambar II.4.
Gambar II.3 Pembanguanan Sistem Informasi Konvensional
Proses capture pengetahuan dalam KMSLC bukan merupakan hal yang mudah,
terutama penangkapan pengetahuan tacit. Tool untuk menangkap pengetahuan
tacit dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya wawancara, brainstorming,
protocol analysis, pembuatan keputusan secara konsensus, Nominal Group
Technic (NGT), metode delphi, konsep mapping, dan blackboarding. Cara
pertama merupakan cara yang sederhana dan sering digunakan.
Kodifikasi pengetahuan dalam KMSCL merupakan pengorganisasian dan
koordinasi pengetahuan sebelum diakses oleh user. Pengetahuan harus diberikan
bentuk dan struktur agar bermakna untuk diakses setiap saat, dimana saja, dan
kapan saja. Hasil dari tahap kodifikasi pengetahuan ini adalah knowledge base.
Knowledge base dan knowledge repository merupakan data base khusus dalam
knowledge management untuk mengumpulkan, mengorganisasikan, dan
mengambil kembali knowledge serta memaintain pengetahuan tersebut.
17
Gambar II.4 Knowledge management system life cycle [Awad&Ghaziri, 2003]
Untuk mengkodifikasi pengetahuan terdapat beberapa skema, yaitu dengan
mapping, decision table, decision tree, rules, casebase reasoning, dan intelligent
software agent. Sebelum menggunakan tool untuk kodifikasi pengetahuan, hal
terpenting yang harus ditentukan adalah menetapkan tujuan bisnis sehingga
kodifikasi pengetahuan dapat melayani dan mengidentifikasikan pengetahuan
yang diperlukan untuk tujuan bisnis tersebut.
Testing dan deployment merupakan tahap pengujian secara logical internal sistem,
pengujian oleh user, dan kemudian sistem tersebut dipasang serta pelatihan
pemakaian sistem untuk user. Knowledge sharing merupakan tahap menggunakan
pengetahuan secara bersama (internal organisasi) untuk kepentingan bisnis.
Sharing knowledge ini menggunkan infrastruktur jaringan (intranet dan internet)
serta collaborative tool. Sedangkan tahap transfer knowledge merupakan
18
memindahkan pengetahuan dari database dan knowledge base untuk diambil dan
digunakan kembali dengan melalui suatu antar muka berbasis web.
II.2 Knowledge Capture
Tahap pertama dari pengembangan KMSLC menurut Awad&Ghaziri adalah
mengevaluasi keadaan infrastruktur yang telah ada pada suatu organisasi. Tahap
pertama ini meliputi pembenaran sistem, cakupan (batasan) evaluasi, dan
menentukan feasibility. Pada dasarnya tahap ini memutuskan apa yang diinginkan
organisasi, identifikasi tujuan sistem KM, menaksir kemungkinan, perencanaan,
menempatkan hal yang diperjuangkan, menginformasikan kepada user dan
manager proyek, serta mendapatkan dukungan dari user dan manager mengenai
cakupan proyek. Setiap KMS harus dimulai dari kesiapan pengetahuan, kesiapan
para pakar untuk bekerja sama dengan para pengembang KM dalam membangun
infrastruktur [Awad&Ghaziri, 2003].
Langkah kedua dalam KMSLC adalah membentuk tim KM, yang mana tim
tersebut harus tetap ada selama proses pengembangan KMS sampai instalasi akhir
dari sistem tersebut pada organisasi. Sedangkan langkah ketiga KMSCL adalah
penangkapan pengetahuan yang lebih dikenal dengan istilah knowledge capture.
Pada BAB II.1 telah dikemukakan bahwa pengetahuan terdiri dari explicit
knowledge dan tacit knowledge. Pengetahuan eksplisit dapat ditangkap dalam
repositori pada dokumentasi, file, dan media yang lain. Sementara tacit
knowledge ditangkap melalui para pakar dalam organisasi atau perusahaan dan
juga dari pengetahuan yang disimpan dalam database [Awad&Ghaziri, 2003].
Penangkapan pengetahuan ini meliputi pengumpulan, analisis, dan interpretasi
pengetahuan yang digunakan oleh para pakar untuk menyelesaikan persoalan
tertentu. Kemudian pengembang membangun knowledge base dari pengetahuan
yang telah ditangkap dari pakar dalam bentuk dokumen, kasus dengan aturan dan
parameter, atau dalam bentuk skenario. Fase penangkapan pengetahuan ini tidak
hanya merupakan satu tahapan dalam KMSLC, namun akan terus dilakukan
19
dalam setiap tahapan dalam pengembangan KMSLC.
II.3 Capturing Tacit Knowledge
Pengungkapan pengetahuan yang sulit dilakukan adalah penangkapan
pengetahuan tacit yang berada pada pakar. Sementara pengetahuan itu sendiri
sekitar 80% keatas merupakan pengetahuan tacit. Penangkapan pengetahuan ini
mempunyai berbagai pengertian antara lain merupakan pengaplikasian dari hasil
pemikiran, kreasi secara manual yang tergantung pada kemampuan dan efektifitas
pengembang pengetahuan, transfer kepakaran problemsolving dari beberapa
sumber pengetahuan kepada repositori atau program, proses penemuan
pengetahuan yang digunakan oleh pakar dalam perusahaan untuk melakukan
tugasnya yang dilakukan oleh pengembang KMS, dan proses penyelidikan suatu
penelitian yang meliputi wawancara dan protocol analysis dalam pengembangan
KMS [Awad&Ghaziri, 2003].
Dari kelima pengertian diatas Awad&Ghaziri dalam bukunya ”Knowledge
Management” menyimpulkan bahwa knowledge capture merupakan sebuah
proses pemikiran dan pengalaman pakar ditangkap. Adapun langkahlangkah
terpenting yang dilakukan dalam penangkapan pengetahuan tacit diuraikan pada
Tabel II.3.
Awad&Ghaziri (2003) memberikan berapa saran untuk memperbaiki proses
penangkapan pengetahuan yaitu yang pertama bahwa seorang pengembang KM
sebaiknya fokus pada bagaimana pendekatan pakar mengenai suatu masalah, yang
mana pengembang harus melihat lebih dari kenyataan atau heuristik. Saran kedua
adalah pengembang harus mengevaluasi potongan pengetahuan yang diambil dari
pakar pada domain permaslahannya serta keakuratan dari model pengetahuan
yang telah dibuat. Saran terakhir adalah kualitas dari peniruan manusia
merupakan penangkapan terbaik melalui episodic knowledge (peristiwa) atau
pengetahuan berdasarkan pengalaman yang telah lalu.
20
Tabel II.3 Langkahlangkah penangkapan pengetahuan
Awad&Ghaziri (2003) Halliday, Kelly, McMurray, Morrowmenggunakan tool yang tepat untuk mengumpulkan informasi dari pakar
pemahaman dan penstrukturan awal domain pengetahuan (mengenai lingkungan, tugas, aliran informasi, konsep, dan atributnya)
menginterpretasikan informasi dan mengambil kesimpulan pengetahuan yang mendasari pakar dan proses pemikirannya
menghasilkan sistem kerja awal (yaitu ekstraksi hubungan antara konsep domain)
menggunakan interpretasi untuk membangun aturan yang merepresentasikan proses pemikiran atau solusi dari pakar
pengetesan dan debugging sistem KM
Sebelum melakukan langkahlangkah untuk menangkap pengetahuan dilakukan
evaluasi terhadap pakar dan membina hubungan dengan pakar. Hal tersebut perlu
dilakukan karena kesuksesan dalam penangkapan pengetahuan dari pakar ini
sangat dipengaruhi oleh kerjasama dan kepandaian pengungkapan pakar itu
sendiri.
II.3.1 Evaluasi Pakar
Evaluasi pakar merupakan tahap persiapan dalam menangkap pengetahuan,
karena apabila seorang pengembang salah menentukan pakar maka pengetahuan
yang diambil dari pakar tersebut tidak sesuai dengan proyek KMS tersebut.
Adapun indikator seorang pakar dalam bidang tertentu adalah sebagai berikut
[Awad&Ghaziri, 2003]:
1. rekan kerjanya menghargai keputusan pakar tersebut,
2. bilamana permasalahan tertentu terjadi, orangorang dalam perusahaan
tersebut akan berkonsultasi dengan pakar tersebut,
3. pakar mengakui bahwa tidak mengetahui jawaban suatu permasalahan
(hal tersebut menunjukkan keterbatasan pandangan yang realistis),
4. pakar menghindari informai yang tidak relevan dengan domain dan
bahkan memfokuskan pada pekerjaannya,
5. pakar mendemonstrasikan keahliannya untuk menjelaskan sesuatu dan
dapat menjelaskan informasi tergantung level individu yang
mendengarkannya,
21
6. pakar mempunyai keahlian yang nyata dan mendalam serta
mengesampingkan kualitas dalam penjelasannya, serta
7. pakar tidak arogan
Level kepakaran menentukan dalam kulaitas komunikasi, Awad&Ghaziri (2003)
mengklasifikasikan level kepakaran tersebut menjadi tiga yaitu highly expert
person, moderate expert person, dan new expert. Highly expert person, pada
umumnya memberikan penjelasan yang ringkas yang mana pendengar
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai permasalahan tertentu. Mereka
fokus pada halhal utama dan mengesampingkan penjelasan secara rinci.
Moderate expert person, memberikan penjelasan yang bersifat sementara, namun
cenderung memberikan penjelasan yang rinci. New expert, lebih menawarkan
jawaban dari pada laporan singkat atau penggalan, yang memberikan kesan
kedangkalan pengetahuannya dalam domain tersebut.
Untuk menyakinkan kehandalan dan kualitas KMS dipengaruhi oleh jumlah pakar
yang akan diambil pengetahuannya, yaitu satu pakar atau beberapa pakar.
Berdasarkan pengalaman Awad&Ghaziri (2003), penentuan jumlah pakar tersebut
tergantung beberapa faktor. Faktorfaktor tersebut adalah kekomplekan masalah,
tingkat kritis proyek terhadap organisasi, tipe pakar yang ada, dan dana yang
dialokasikan untuk pembangunan KMS.
II.3.2 Membina Hubungan dengan Pakar
Penangkapan pengetahuan dari pakar merupakan bisnis yang rumit, yang mana
persepsi pakar terhadap pengembang KM sangat menentukan kesuksesan proses
tersebut. Kadangkala para pakar beranggapan bahwa usaha pengambang KM
tersebut akan siasia karena pengembang tersebut hanya sedikit mengetahui pada
domain tersebut. Untuk mengubah persepsi para pakar tersebut para pengembang
KM harus belajar dengan cepat dalam memahami domain kepakaran yang akan
ditangkap, agar para pakar menghargai dan bekerja sama dalam pengembangan
KMS tersebut.
22
Kemudian pengembang juga harus memahami gaya dari pakar agar mencapai
kesuksesan dalam penangkapan pengetahuan. Menurut Awad&Ghaziri (2003)
terdapat empat gaya pakar, yaitu procedure type, storyteller type, godfather type,
dan sales person type.
Procedure type, tipe pakar yang verbal, logis, dan berorientasi pada prosedur.
Pakar ini akan menggunakan pendekatan metodologikal dalam menyelesaikan
permasalahan yang menekankan pada struktur. Jika berhadapan dengan tipe pakar
seperti ini, sebaiknya pengembang jangan memberikan pendapatnya melainkan
fokus terhadap penjelasan pakar tersebut dan tetap sesuai dengan pedoman dalam
domain permasalahannya.
Storyteller type, tipe ini akan fokus pada konten domain pembiayaan dari suatu
penyelesaian yang biasanya mau untuk menceritakan dan mendeskripsikan
pengalamannya. Jika berhadapan dengan tipe pakar seperti ini, pengembang KM
harus mewawancarainya dengan terstruktur.
Godfather type, tipe ini secara alami akan mempunyai kepribadian yang memaksa
untuk mengambil alih. Jika diikuti maka pakar akan mengambil alih kendali dari
pengembang KM, dan tak ada satu resep untuk menghadapi situasi tersebut. Dan
bahkan lebih buruk lagi jika pengembang berusaha mengimbangi kekuatan dari
pakar tersebut. Akan berakibat sangat buruk jika tipe pakar tersebut berpasangan
dengan pengembang yang manipulatif.
Sales person type, tipe ini akan berputarputar di sekitar topik penjelasannya
mengapa solusi yang dikemukakan tersebut merupakan yang terbaik. Pengembang
akan menjadi kacau dengan pertanyaan yang dibalikan menjadi pertanyaan
kembali. Pengembang harus mengalihkan pembicaraan dan berani meluruskan
pertanyaan.
Selain itu, sebaiknya pengembang juga mengetahui kebiasaan, temperamen, dan
kepribadian pakar. Karena diawal sesi merupakan hal yang kritis untuk
23
menentukan kelancaran dalam proses penangkapan pengetahuan ini, dimana pakar
akan menutup diri kepada pengembang KM. Pengembang KM juga harus
mengetahui terminologiterminologi yang digunakan dalam domain kepakaran
yang akan dibangun.
II.3.3 Kendala dalam Knowledge Capture
Dalam penangkapan pengetahuan ini seringkali penjelasan pakar sulit dipahami,
karena domain permasalahannya sangat teknik atau rumit, pembuatan keputusan
yang melibatkan aturanaturan yang ambigu. Hal tersebut tidaklah mudah
dipahami oleh seseorang yang kurang ahli. Seringkali pakar menggunakan
pernyataan “JIKA…MAKA”, namun suatu permasalahan yang memerlukan
kepakaran tidak hanya mengikuti pernyataan tersebut, namun seringkali
permasalahan diselesaikan tidak semudah aturan JIKA…MAKA tersebut.
Apabila pakar menjelaskan mengenai kejadian, mereka menggunakan analogi
dengan permasalahan yang mirip (dengan perbedaan tertentu). Dalam
mencocokkan permasalahan akan menemui informasi yang tidak pasti, yang mana
para pakar tersebut mempunyai kemampuan untuk mengambil ketidakpastian
tersebut dan menggunakan penjelasan yang masuk akal untuk memperjelas hal
hal yang tidak pasti dengan rinci. Seringkali mengalami kesulitan untuk
memahami pengalaman yang digambarkan oleh para pakar dengan perumpamaan
visual ataupun penyampaian verbal yang menggambarkan informasi, heuristik,
dan lainlain.
II.4 Teknik Knowledge Capture
Kebanyakan pengetahuan tacit dipertukarkan dengan cara bertatap muka, dan
seringkali dengan tidak formal dimana teknologi informasi memerankan peran
yang sangat minimal [Reingruber, 2006]. Dengan adanya teknologi baru dalam
organisasi, maka akan mengubah lingkungan sosialisasi yang berdampak pada
pertukaran pengetahuan tacit tersebut. Pertukaran tersebut dapat dilakukan dengan
24
media instant messaging, white boards, filesharing, dan online forums. Hal
tersebut akan mendukung tujuan untuk mengumpulkan pengetahuan tacit.
Sedangkan menurut Awad&Ghaziri (2003), langkah pertama untuk menangkap
pengetauan adalah menggunakan tool yang tepat untuk mengumpulkan informasi
dari pakar. Dalam pengumpulan pengetahuan ini terdapat beberapa tool dan
teknik. Pada Tabel II.4 merupakan teknik untuk pengumpulan pengetahuan
beserta keuntungan dan kerugiannnya [Halliday, Kelly, McMurray, Morrow,
2007].
Tabel II.4 Teknik pengumpulan pengetahuan[Halliday, Kelly, McMurray, Morrow, 2007]
METODE DESKRIPSI KEUNTUNGAN KERUGIANWawancara terstruktur / tidak terstruktur
Menanyakan kepada pakar atau user halhal yang berhubungan dengan topik khusus
Hampir semua orang mengetahui metode ini (data kualitatif)
Membutuhkan waktu (mahal)
Verbal Protocol Analysis Laporan pakar mengenai kinerja tugas atau penyelesaian masalah
data kualitatif yang terdokumenkan berhubungan dengan kinerja
membutuhkan waktu (susah dianalisis)
Group Task Analysis Sekelompok pakar mendeskripsikan dan mendiskusikan proses mengenai topik tertentu
Mendapatkan pandangan yang berbeda (dokumen mengenai proses dan informasi yang berhubungan dengan performance)
Tidak menggunakan metode validasi penelitian
Narratives, Scenarios, dan critical Incident Reports
Pakar atau end user membuat cerita mengenai serangkaian observasi
Memberikan pemahaman mengenai proses pemikiran dan implicit knowledge – bagus untuk mendefinisikan masalah yang tidak sesuaiProblems
Tergantung pada laporan itu sendiri
25
Tabel II.4 Lanjutan
METODE DESKRIPSI KEUNTUNGAN KERUGIANQuestionnaires Sekelompok user
melaporkan informasi atau pilihan yang berhubungan dengan suatu topik
Data kualitatatif – mudah untuk dikodekan
Laju pengembalian rendah memungkinkan jawaban yang tidak sesuai dengan kebiasaan responden
Focus Groups Sekelompok user berdiskusi hal yang berbeda mengenai sistem di masa mendatang
Memperbolehkan pertukaran ide – baik untuk membuat daftar fungsi dan fitur produk
Memungkinkan individu mendominasi diskusi – tidak baik untuk menemukan masalah yang spesifik
Wants and needs Analysis Sekelompok user / pakar mengadakan brainstorm mengenai konten yang mereka inginkan dan butuhkan untuk sistem
Mempertukarkan ide – menentukan fokus area (daftar prioritas fungsi dan fitur)
Apa yang dikatakan user mengenai hal yang diinginkan dan dibituhkan tidak mungkin realistis
Observation and contextual inquiries
Mengamati user berinteraksi dengan produk dalam lingkungan yang natural
Mempelajari lingkungan yang natural – data kualitatif dan kuantitatif
Memakan waktu – tergantung pada catatan yang jelas saat observasi
Ethnographic Studies Budaya dan lingkungan kerja user dipelajari
Mempelajari lingkungan yang natural – baik untuk menemukan produk baru
Memakan waktu – susah untuk menggeneralisasi desain produk lain
User Diary Rekaman dan evaluasi tindakan user pada periode waktu tertentu
Tracking yang real time – data kualitatif
Dapat dicampuri atau susah diimplementasikan – adanya delay masukan dari user
Concept Sorting User / pakar menetapkan hubungan antara sekumpulan konsep yang tetap
Menentukan hubungan antara komponen – membantu menstrukturkan informasi
Pengelompokan mungkin tidak optimal – hasil struktur mungkin terlalu rumit/luas
Log Files Kebiasaan user dicatat untuk memahami interaksi user dengan sistem
Rekaman kebiasaan user – dapat mengumpulkan data dari user
Tidak relevan atau informasi yang salah memungkinkan direkam – data mencerminkan proses kognitif
Wawancara merupakan teknik yang paling umum digunakan untuk
mengumpulkan tacit knowledge. Namun hal utama yang perlu diperhatikan dalam
26
menggunakan teknik ini adalah validasi dalam hal penyampaian pertanyaan dan
ekstraksi dari hasil wawancara. Pada tabel berikut ini akan dijelaskan lebih rinci
mengenai keuntungan dan kekurangan menggunakan teknik wawancara dalam
penangkapan pengetahuan tacit [Awad&Ghaziri, 2003].
Tabel II.5 Keuntungan dan kekurangan teknik wawancara [Awad&Ghaziri, 2003]
Keuntungan KekuranganFleksibilitas, sehingga membuat teknik ini dapat mengeksplor berbagai area dengan pertanyaan yang bebas
Membutuhkan waktu yang lama
Memeberikan kesempatan yang banyak dalam mengevaluasi validitas informasi yang telah dikumpulkan
Tidak ekonomis (dari segi biaya)
Teknik yang efektif untuk mengumpulkan informasi dari subjek yang komplek dan memungkinkan individu mengekspresikan pemikirannyaKebanyakan orang menikmati diwawancara
Wawancara mempunyai bentuk dan struktur yang sangat luas dari yang sangat
tidak terstruktur sampai yang sangat terstruktur. Wawancara yang tidak terstruktur
digunakan jika pengembang KM ingin mengeksplor suatu hal tertentu. Sedangkan
wawancara terstruktur digunakan untuk mengetahui informasi yang spesifik
dengan berorientasi tujuan.
Menurut Awad&Ghaziri (2003), wawancara untuk menangkap pengetahuan tacit,
dilakukan dengan menetapkan tingkatan dan menjalin hubungan, menyusun
pertanyaan, pada wawancara tak terstruktur pertanyaan disusun sesuai jadwal
topik wawancara, sedangkan pada wawancara terstruktur sebaiknya dilakukan
penyusunan pertanyaan secara berurutan, mendengarkan dengan seksama dan
menghindari perbedaan pendapat dan evaluasi dampak dari sesi.
Adapun halhal yang harus dihindari pada saat melakukan wawancara dengan
pakar adalah jangan berdebat dengan agresif, jangan menanyakan pertanyaan
yang membuat pakar melakukan pertahanan, hindari penggunaan istilah teknis
atau khusus. Selain itu dalam wawancara jangan menanyakan halhal yang
27
spesifik dari pada halhal umum, jangan sampai kehilangan kendali dalam sesi
wawancara, dan jangan frustasi pada saat menemui jawaban yang ambigu.
Mengajukan hal yang tidak ada dalam agenda, berpurapura mengerti sesuatu, dan
menjanjikan sesuatu yang tidak akan diberikan juga harus dihindari dalam
wawancara.
Sedangkan kendalakendala yang mungkin dihadapi selama mengumpulkan
pengetahuan dengan menggunakan teknik wawancara adalah prasangka yang
berbeda dari pakar terhadap suatu pertanyaan dan ketidakkonsistenan, hal tesebut
sering terjadi jika sumber pakar lebih dari satu orang. Salah satu pendekatan
wawancara dalam pengembangan KMS adalah “wawancara dengan rapid
prototyping”. Dimana pengetahuan akan ditambahkan pada setiap sesi
wawancara.
II.5 Kodifikasi Pengetahuan
Langkah kedua setelah pengumpulan pengetahuan dalam KMSCL adalah
kodifikasi. Kodifikasi merupakan pengorganisasian dan representasi pengetahuan
(tacit dan eksplisit) menjadi visibel, mudah diakses, dan berguna dengan
memberikan nilai tambah dalam pengambilan keputusan [Awad&Ghaziri, 2003].
Pengetahuan tacit, seperti keahlian pakar diidentifikasikan dan diberi bentuk
supaya mudah untuk disampaikan dalam bisnis semacam peristiwa pertukaran
pengetahuan, direktori yang terorganisir, yellow pages, dan lainlain. Sedangkan
pengetahuan eksplisit diorganisir, dikategorikan, diberi indek, dan dapat diakses
melalui intranet dalam perusahaan.
Kodifikasi pengetahuan adalah representasi pengetahuan agar mudah diakses dan
ditransfer [Malhotra, 2002]. Pada prinsipnya [Malhotra, 2002] kodifikasi
pengetahuan adalah menentukan tujuan bisnis yang akan dilayani, identifikasi
pengetahuan yang ada dalam mendukung tujuan, mengevaluasi pengetahuan yang
ada untuk kegunaan kodifikasi dan menentukan medium untuk kodifikasi dan
28
distribusi. Hasil dari kodifikasi tersebut merupakan knowledge base atau
repositori, yang dapat dimanfaatkan perusahaan sebagai sarana untuk diagnosis,
instruksi atau pelatihan, interpretasi, perencanaan atau penjadwalan, prediksi, dan
sebagai mesin pengingat [Awad&Ghaziri, 2003].
Dalam kodifikasi pengetahuan dilakukan dengan menggunakan skema seperti
grafis, tabel, dan pernyataan deskriptif yang lain. Pengetahuan dapat
dikategorikan, dideskripsikan, dimodelkan, dipetakan, atau dilekatkan pada aturan
dan prosedur. Ada berbagai macam skema kodifikasi, antara lain adalah dengan
map, ontologi, decision tables, decision trees, rules, casebased reasoning, dan
software intelligent agent. Pada sub bab ini akan membahas mengenai beberapa
skema kodifikasi pengetahuan.
Pemetaan pengetahuan atau yang dikenal sebagai knowledge maps merupakan
cara untuk merepresentasikan pengetahuan yang berasal dari kepercayaan orang
dalam bertidak atau mamikirkan apa yang mereka pahami dan terima. Skema ini
berguna untuk memvisualisasikan dan membahas sistem yang komplek, yang
dapat diekstraksi dari database dan literatur.
Adapun langkahlangkah untuk membangun pemetaan pengetahuan adalah
dengan mengembangkan struktur pengetahuan yang dibutuhkan, mendefinisikan
kebutuhan pengetahuan terhadap pekerjaan tertentu, menentukan kecepatan
kinerja pekerja dengan kompetensi pengetahuan, dan menghubungkan pemetaan
pengetahuan dengan program pelatihan untuk pengembangan karir. Contoh
pemetaan pengetahuan dapat dilihat pada Gambar II.5.
Ontologi merupakan sebuah model data yang merepresentasikan sekumpulan
konsep dalam suatu domain dan keterhubungannya dalam konsep tersebut.
Ontologi dideskripsikan sebagai individual (instance), klas (konsep), atribut, dan
hubungan.
Individual (instance), merupakan komponen dasar atau “ground level” pada
29
ontologi. Individual dalam ontologi termasuk obyek konkrit seperti binatang,
kendaraan, dan individu yang abstrak seperti jumlah dan kata. Klas (konsep),
adalah kelompok abstrak, himpunan atau sekumpulan obyek. Klas terdiri dari
individu, klas lain, atau kombinasi keduanya. Contoh dari klas adalah : Vehicle
(kendaraan) terdiri dari klas dari berbagai jenis kendaraan.
Gambar II.5 Contoh knowledge map [Awad&Ghaziri, 2003]
Atribut, obyek dalam ontologi yang dideskripsikan dengan atribut yang ada pada
mereka. Setiap atribut mempunyai paling sedikit sebuah nama dan sebuah nilai,
yang digunakan untuk menyimpan informasi spesifik yang melekat pada obyek
tersebut. Contohnya obyek Ford Explorer mempunyai atribut :
1. Name: Ford Explorer
2. Numberofdoors: 4
3. Engine: {4.0L, 4.6L}
30
4. Transmission: 6speed
Hubungan (relasi), kegunaan utama dari atribut adalah mendeskripsikan hubungan
(yang disebut dengan relasi) antar obyek dalam ontologi. Gambar II.6 merupakan
contoh penggambaran dari elemenelemen dalam ontologi.
Gambar II.6 Contoh klas dalam ontologi
Decision table merupakan teknik yang digunakan untuk kodifikasi pengetahuan
yang terdiri dari beberapa kondisi, aturan, dan tindakan. Contoh decision table
(Gambar II.7) pada kasus pengiriman invoice bulanan pada perusahaan phonecard
kepada pelanggan tetap dan memberikan diskon kepada mereka jika
pembayarannya dalam 2 minggu. Kebijakan diskon tersebut adalah :
Jika jumlah tagihan phonecard lebih besar dari pada $35, dikurangi 5%
dari tagihan, jika jumlah tagihan lebih besar dari %20 dan kurang atau
sama dengan $35, mendapatkan diskon 4%, dan jika jumlah tagihan
kurang dari $20, tidak mendapatkan diskon.
31
Gambar II.7 Contoh decision table [Awad&Ghaziri, 2003]
Decision tree merupakan salah satu teknik kodifikasi pengetahuan yang biasanya
merupakan sebuah hirarki yang disusun dengan semantic network. Contoh
decision tree dari kasus pada contoh decision table seperti pada Gambar II.8.
Gambar II.8 Contoh decision tree [Awad&Ghaziri, 2003]
32
Frame merupakan skema kodifikasi yang digunakan untuk mengorganisasikan
pengetahuan melalui pengalaman yang telah lalu. Elemen dari frame adalah slot
dan facet. Slot : merupakan obyek yang spesifik yang dideskripsikan pada atribut
dan entitas. Sedangkan facet merupakan nilai dari object/slot.
Rule merupakan pernyataan kondisional yang spesifik mengenai tindakan yang
diambil dalam suatu kasus tertentu adalah benar. Kodifikasi ini dalam bentuk
pasangan sebab akibat, dengan syntax : JIKA (sebab) MAKA (akibat).
Kadangkala klasusa sebab terdiri dari serangkaian pernyataan yang dihubungkan
dengan “DAN”atau koma dan mengeksekusi jika sebab = benar.
Case base reasioning merupakan teknik yang merekam dan mendokumentasikan
kasus dan kemudian dicari kasus yang sesuai untuk menyelesaikan masalah yang
baru oleh para ahli.
33