kmb makalah tutorial

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 SKENARIO Tn. Rafi (30 tahun) dirawat di rumah sakit dengan keluhan sesak napas dan nyeri dada. Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan Ners Olga didapatkan penurunan vokal fremitus, dullness dan penurunan pergerakan dada. Tn Rafi masuk dan dirawat di ruang paru untuk ketiga kalinya dengan riwayat TB paru. Hasil foto thoraks pada posisi AP lateral didapatkan cairan sebanyak 200 ml. Setelah Ners Olga mendiskusikan hasil pengkajiannya dengan tim medis diputuskan untuk dilakukan tindakan pemasangan WSD dan observasi karakteristik serta tipe cairan pleura selama beberapa hari. 1.2 ANALISA KASUS 1. Langkah 1 (Klarifikasi dan identifikasi istilah) a. Posisi AP lateral b. Dullnes c. WSD d. Nyeri e. Vokal premitus f. Foto thorax 1

Upload: jannatur-rahmah

Post on 08-Apr-2016

132 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

MAKALAH EFUSI PLEURA

TRANSCRIPT

Page 1: Kmb Makalah Tutorial

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 SKENARIO

Tn. Rafi (30 tahun) dirawat di rumah sakit dengan keluhan sesak napas dan

nyeri dada. Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan Ners Olga didapatkan

penurunan vokal fremitus, dullness dan penurunan pergerakan dada. Tn Rafi

masuk dan dirawat di ruang paru untuk ketiga kalinya dengan riwayat TB paru.

Hasil foto thoraks pada posisi AP lateral didapatkan cairan sebanyak 200 ml.

Setelah Ners Olga mendiskusikan hasil pengkajiannya dengan tim medis

diputuskan untuk dilakukan tindakan pemasangan WSD dan observasi

karakteristik serta tipe cairan pleura selama beberapa hari.

1.2 ANALISA KASUS

1. Langkah 1 (Klarifikasi dan identifikasi istilah)

a. Posisi AP lateral

b. Dullnes

c. WSD

d. Nyeri

e. Vokal premitus

f. Foto thorax

g. Cairan pleura

Jawab:

a. Posisi AP lateral adalah posisi anterior posterior untuk menegakkan

diagnose.

b. Dulness adalah suara pekak pada pemeriksaan perkusi, biasanya pada saat

pemeriksaan hepar (bagian padat)

c. WSD (water seal drainase) adalah tindakan invasif untuk mengeluarkan

cairan udara dengan menggunakan selang, cairannya bersifat patologis.

1

Page 2: Kmb Makalah Tutorial

d. Nyeri dada adalah sensasi rasa tidak nyaman pada bagian dada, dinilai

melalui verbal dan skala.

e. Vokal fremitus adalah tindakan palpasi, pasien sambil menyebutkan angka

77 sambil merasakan pergerakan dinding dada, getaran dinding dada pada

waktu inspirasi, normalnya simetris bilateral.

f. Foto thorax adalah melihat organ dengan menggunakan rontgen proyeksi

radang untuk menentukan diagnostic.

g. Cairan pleura adalah cairan yang dihasilkan oleh pleura sekitar 10-20 ml

sebagai pelumas.

2. Langkah 2 (Daftar Masalah)

1. Jelaskan pengertian pleura?

2. Apakah penyakit pada kasus?

3. Apakah manifestasi dan ciri khusus efusi pleura?

4. Bagaimana patofisiologi dari efusi pleura

5. apa saja pemeriksaan untuk menegakkan diagnose kasus?

6. Bagaimana bisa terjadi penurunan pada vokal fremitus, dullness dan

penurunan pergerakan dinding dada?

7. Bagaimana pathogenesis dan etiologi efusi pleura?

8. Bagaimana penatalaksanaan efusi pleura?

9. Apa saja tipe dan karakteristik cairan pleura?

10. Bagaimana epidemiologi dari efusi pleura?

11. Apakah definisi, indikasi dan hal yang perlu diperhatikan dalam

pemasangan WSD?

12. Bagaimanakah prognosis dari efusi pleura?

13. Bagaimana asuhan keperawatan pada efusi pleura?

14. Bagaimanakah pencegahan dari efusi pleura?

15. Apakah hubungan efusi pleura dengan TB paru?

2

Page 3: Kmb Makalah Tutorial

16. Bagaimanakah penatalaksanaan medis dan nonmedis pada efusi

pleura?

17. Apakah kompliaksi dari efusi pleura?

18. Bagaimanakah discharge planning pasien denagn efusi pleura?

3. Langkah 3 (Analisa masalah)

1. Pleura adalah pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan

membungkus paru-paru, terdiri dari lobus parietalis dan viseralis.

2. Penyakit pada kasus adalah efusi pleura yaitu akumulasi cairan yang

berlebihan pada rongga pleura, cairan tersebut mengisi ruangan yang

mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat men-

gganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi.

3. Sasaran belajar

4. Sasaran belajar

5. Pemeriksaan pada efusi pleura yaitu inspeksi pada pasien efusi pleura

bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga mendatar, ruang antar iga

melebar, pergerakan pernafasan menurun. Palpasi fremitus tokal menurun

terutama untuk efusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Perkusi

suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya.

6. Sasaran belajar

7. Sasaran belajar

8. Sasaran belajar

9. Sasaran belajar

10. Sasaran belajar

11. Sasaran belajar

12. Sasaran belajar

13. Sasaran belajar

14. Sasaran belajar

15. Sasaran belajar

3

Page 4: Kmb Makalah Tutorial

16. Sasaran belajar

17. Sasaran belajar

18. Sasaran belajar

4. Langkah 4 (Pohon Masalah/ Problem Tree)

Etiologi Epidemiologi

Efusi Pleura

Patofisiologi

Manifestasi klinis

Penatalaksanaan

Medis

Farmakologi Askep

Prognosis

4

NonmedisNonmedisNonmedisNonmedisNonmedisNonmedisNonmedisNonmedisNonmedisNonmedisNonmedisNonmedisNonmedisNonmedisNonmedis

Page 5: Kmb Makalah Tutorial

5. Langkah 5 (Sasaran Belajar)

1. Bagaimana bisa terjadi penurunan pada vokal fremitus, dullness dan

penurunan pergerakan dinding dada?

2. Bagaimana pathogenesis dan etiologi efusi pleura?

3. Bagaimana penatalaksanaan efusi pleura?

4. Apa saja tipe dan karakteristik cairan pleura?

5. Bagaimana epidemiologi dari efusi pleura?

6. Apakah definisi, indikasi dan hal yang perlu diperhatikan dalam

pemasangan WSD?

7. Bagaimanakah prognosis dari efusi pleura?

8. Bagaimana asuhan keperawatan pada efusi pleura?

9. Bagaimanakah pencegahan dari efusi pleura?

10. Apakah hubungan efusi pleura dengan TB paru?

11. Bagaimanakah penatalaksanaan medis dan nonmedis pada efusi pleura?

12. Apakah kompliaksi dari efusi pleura?

13. Bagaimanakah discharge planning pasien denagn efusi pleura?

5

Page 6: Kmb Makalah Tutorial

BAB II

ISI

2.1. Pengertian

Efusi pleura adalah suatu keadaan di mana terdapatnya penumpukan cairan

dalam rongga pleura.

Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses

penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain.

Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau

dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak

diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi

biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang

pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai

pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi

(Smeltzer C Suzanne, 2002).

2.2. Etiologi

Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan sekunder. Kelainan

primer pada pleura hanya ada dua macam yaitu:

- Infeksi kuman primer intrapleura

- Tumor primer pleura

Namun, efusi pleura juga dapat terjadi karena:

a. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti

pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig

(tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.

b. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia,

virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura,

6

Page 7: Kmb Makalah Tutorial

karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia

80% karena tuberculosis.

Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit

neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh

sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :

- Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik

- Penurunan tekanan osmotic koloid darah

- Peningkatan tekanan negative intrapleural

- Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

2.3. Patogenesis

Timbulnya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi:

a. Gangguan pada reabsorbsi cairan pleura (misalnya karena adanya tumor)

b. Peningkatan produksi cairan pleura (misalnya akibat infeksi pada pleura).

Secara patologis, efusi pleura disebabkan oleh keadaan-keadaan:

a. Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal jantung)

b. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma (misalnya hipoproteinemia)

c. Meningkatnya permeabilitas kapiler (misalnya infeksi bakteri)

d. Berkurangnya absorbsi limfatik.

Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah:

a. Transudat

Gagal jantung, sirsis hepatis dan ascites, hipoproteinemia pada nefrotik

sindrom, obstruksi vena kava superior, pasca bedah abdmen, dialisis

peritoneal, dan atelektasis akut.

b. Eksudat

7

Page 8: Kmb Makalah Tutorial

- Infeksi (pneumonia, TBC, virus, jamur, parasit, dan abses)

- Neoplasma (Ca. Paru-paru, metastasis, limfoma, dan leukemia)

- Emboli/infark paru-paru.

- Penyakit kolagen (SLE dan rhematoid asthritis)

- Penyakit gastrointestinal (pankreatitis, ruptur esofagus, dan abses hati).

- Trauma (hemothoraks dan khilothoraks)

2.4. Fisiologi Pleura

Pleura terdiri dari dua lapisan yang berbeda yaitu pleura visceralis dan pleura

parietalis. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hilus paru-paru. Dalam beberapa hal

terdapat perbedaan antara kedua pleura ini, yaitu:

a. Pleura Visceralis

Bagian permukaan luarnya terdiri atas selapis sel mesotelial yang tipis (tebalnya

tidak lebih dari 30 mm), di antara celah-celah sel ini terdapat beberapa sel limfosit. Di

bawah sel mesotelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit. Di

bawah endopleura terdapat jaringan kolagen dan serat-serat elastik yang dinamakan

lapisan tengah. Lapisan adalah jaringan interstisial subpleura yang sangat banyak

mengandung pembuluh darah kapiler ( arteri pulmonalis dan arteri brakhialis) dan

kelenjar getah bening, keseluruhan jaringan pleura visceralis ini menempel dengan

kuat pada jaringan parenkim paru-paru.

b. Pleura Parietalis

Lapisan jaringan pada pleura parietalis terdiri atas sel-sel mesotelial dan

jaringan ikat (jaringan kolagen dan serat-serat elastik) namun lebih dari pleura

visceralis. Dalam jaringan ikat tersebut terdapat pembuluh kapiler (arteri interkostalis

dan arteri mammaria interna), kelenjar getah bening, dan banyak reseptor saraf

sensoris yang peka terhadap rasa nyeri dan perbedaan temperatur. Sistem persarafan

ini berasal dari Nervus Interkostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan

8

Page 9: Kmb Makalah Tutorial

dermatom dada. Keseluruhan jaringan pleura parietalis ini menempel tetapi juga

mudah dilepaskan dari dinding dada di atasnya.

Cairan pleura diprosuksi oleh pleura parietalis dan diabsorbsi oleh pleura

visceralis. Cairan terbentuk dari filtrasi plasma melalui endotel kapiler, kemudian

direabsrbsi oleh pembuluh limfe dan venula pleura. Telah diketahui bahwa cairan

masuk ke dalam rongga melalui pleura parietalis dan selanjutnya keluar lagi dalam

jumlah yang sama melalui membran pleura visceralis via sistem limfatik dan

vaskular. Pergerakan cairan dari pleura parietalis ke pleura visceralis dapat terjadi

karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid plasma.

Cairan terbanyak direabsorbsi oleh sistem limfatik dan hanya sebagian kecil yang

direabsorbsi oleh sistem kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan

pada pleura visceralis adalah terdapatnya banyak mikrovilli di sekitar sel-sel

mesotelial.

Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong antara kedua pleura

tersebut karena biasnya hanya terdapat sedikit (10-20 cc) cairan yang merupakan

lapisan tipis serosa dan selalu bergerak secara teratur. Cairan yang sedikit ini

merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga mereka mudah bergeser satu sama

lain. Dalam keadaan patologis, rongga antara kedua pleura ini dapat terisi dengan

beberapa liter cairan atau udara.

2.5. Patofiologi

Pada umumnya, efusi terjadi karena penyakit pleura hampir mirip plasma

(eksudat) sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma

(transudat). Efusi dalam hubungannya dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan

permeabilitas pleura parietalis sekunder (efek samping dari) peradangan atau

keterlibatan noplasma. Contoh bagi efusi pleura dengan pleura normal adalah payah

jantung kongestif. Pasien dengan pleura yang awalnya normal pun dapat mengalami

efusi pleura ketika terjadi payah/gagal jantung kngestif. Ketika jantung tidak dapat

memompakan darahnya secara maksimal ke seluruh tubuh terjadilah peningkatan

9

Page 10: Kmb Makalah Tutorial

tekanan hidrostatik pada kapiler yang selanjutnya menyebabkan hipertensi kapiler

sistemik. Cairan yang berada dalam pembuluh darah pada area tersebut selanjutnya

menjadi bocor dan masuk ke dalam pleura. Peningkatan pembentukan cairan dari

pleura parietalis karena hipertensi kapiler sistemik dan penurunan reabsorbsi

menyebabkan pengumpulan abnormal cairan pleura.

Adanya hipoalbuminemia juga akan mengakibatkan terjadinya peningkatan

pembentukan cairan pleura dan berkurangnya reabsorbsi. Hal tersebut berdasarkan

adanya penurunan pada tekanan onkotik intravaskuler (tekanan osmotik yang

dilakukan oleh protein).

Luas efusi pleura yang mengancam volume paru-paru, sebagian akan

tergantung atas kekakuan relatif paru-paru dan dinding dada. Dalam batas pernapasan

normal, dinding dada cenderung rekoil keluar sementara paru-paru cenderung untuk

rekil ke dalam (paru-paru tidak dapat berkembang secara maksimal melainkan

cenderung untuk mengempis).

2.6. Tanda dan Gejala

Kebanyakan efusi pleura bersifat asimptomatik, timbul gejala sesuai dengan

penyakit yang mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan

nyeri dada pleuritik. Ketika efusi sudah membesar dan menyebar, kemungkinan

timbul dispnea dan batuk. Efusi pleura yang besar akan mengakibatkan napas pendek.

Tanda fisik meliputi deviasi trakhea menjauhi sisi yang terkena, dullness pada perkusi

dan penurunan bunyi pernapasan pada sisi yang terken.

Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,

setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan

sesak napas.

Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri

dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak

keringat, batuk, banyak riak. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi

jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.

10

Page 11: Kmb Makalah Tutorial

Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena

cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam

pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak,

dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis

Damoiseu).

Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani

dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak

karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati

vesikuler melemah dengan ronki. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar

krepitasi pleura.

2.7. Komplikasi

1. Pneumonia

2. Fibrosis paru

3. Pneumotorak

4. Emfisema

5. Arelektasis.

2.8. Pemeriksaan Penunjang

a) Sinar tembus dada

Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk

bayangan seperti kurva, dengan permukaan lateral lebih tinggi daripada

bagian medial. Bila permukaannya horizontal dari lateral ke medial, pasti

terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau dari

dalam paru-paru itu sendiri.

Hal lain yang dapat terlihat dalam foto dada efusi pleura adalah terdorongnya

mediatinum pada sisi yang berlawanan dngan cairan. Namun, bila terdapat

atelektasis pada sisi yang bersamaan dengan cairan, mediastinum akan tetap

pada tempatnya.

11

Page 12: Kmb Makalah Tutorial

b) Torakosintesis

Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk disgnosis maupun

terapeutik. Pelaksanaan dilakukan sebaiknya pada posisi duduk. Aspirasi

dilakukan pada bagian bawah paru-paru di sela iga IX garis aksila posterior

dengan memakai jarum Abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan

sebaiknya tidak lebih dari 1000-1500 cc pada setiak kali aspirasi. Aspirasi

sekaligus banyak akan menimbulkan pleura shock (hipotensi) atau edema

paru-paru. Edema paru-paru terjadi karena paru-paru terlalu cepat

mengembang.

Transudat Eksudat

1. Warna

2. Bekuan

3. Berat Jenis

4. Leukosit

5. Eritrosit

6. Hitung Jenis

7. Protein Total

8. LDH

9. Glukosa

10. Fibrinogen

11. Amilase

12. Bakteri

1. Kuning pucat, dan

jernih

2. (-)

3. < 1018

4. < 1000/ul

5. Sedikit

6. MN (limfosit/mesotil)

7. < 50 % serum

8. < 60 % serum

9. = plasma

10. 0,3-4 %

11. (-)

1. Jernih, keruh, purulen,

dan hemoragik

2. (-) / (+)

3. > 1018

4. Bervariasi, > 1000/ul

5. Biasanya banyak

6. Terutama PMN

7. > 50% serum

8. > 60% serum

9. = / < plasma

10. 4-6% atau lebih

11. > 50% serum

12

Page 13: Kmb Makalah Tutorial

12. (-) 12. (-)/(+)

c) Biopsi pleura

Pemeriksaan histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat

menunjukkan 50-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura.

Bila hasil biopsi pertama tidak memuaskan dapat dilakukan biopsi ulangan.

Komplikasi biopsi adalah pneumothoraks, hemothoraks, dan penyebaran

infeksi atau tumor pada dinding dada.

d) Pendekatan pada Efusi yang Tidak Terdiagnosis

Pemeriksaan tambahan:

- Bronkoskopi: pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienium, dan abses

paru-paru.

- Scanning isotop: pada kasus-kasus dengan emboli paru.

- Toraskopi (Fiber-optic pleuroscopy): pada kasus dengan neoplasma atau

TBC.

2.9. Penanganan medis

Pengobatan terhadap pasien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi

penyakit yang mendasarinya, mencegah penumpukan kembali cairan, serta untuk

mengurangi ketidaknyamanan dan dispnea.

2.10. WSD (Water Seal Drainage)

Water Seal Drainage (WSD) adalah prosedur invasif yang dilakukan dengan

tujuan mengeluarkan udara dan cairan dari rongga thoraks, rongga pleura, dan

mediastinum, menggunakan selang penghubung drainage. Pemasangan WSD

dilakukan oleh dokter, perawat bertugas memberi dukungan moril kepada pasien dan

13

Page 14: Kmb Makalah Tutorial

memabantu kelancaran prosedur. Sebelum tindakan dilakukan, perawat melakukan

pengkajian terutama TTV dan status pernapasan.

Tujuannya yaitu: (1) preventif untuk mengeluarkan udara atau darah yang

masuk ke rongga pleura sehingga “mechanism of breathing” tetap baik; (2)

Diagnostik untuk menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil,

sehingga dapat ditentukan perlu operasi toraktomi atau tidak, sebelum penderita jatuh

pada keadaan syok; (3) terapeutik untuk mengeluarkan darah atau udara yang

terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga

“mechanism of breathing” dapat kembali seperti semula.

Indikasi WSD:

a) Pneumotoraks

b) Hemothoraks

c) Thorakotomi

d) Efusi Pleura

e) Empiema

Tempat Pemasangan:

1) Bagian Apex paru (apical)

- Anterolateral interkosta ke 1-2

- Fungsi: untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura

2) Bagian basal

- postero lateral interkosta ke 8-9

- Fungsi: untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura

2.11. ASUHAN KEPERAWATAN

1) PENGKAJIAN

Anamnesis

14

Page 15: Kmb Makalah Tutorial

Identitas klien yang harus diketahui perawat meliputi nama, umur, jenis

kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai,

status pendidikan, pekerjaan klien, dan asuransi kesehatan.

Keluhan utama merupakan faktor yang mendorong klien mencari pertolongan

atau berobat ke pelayanan kesehatan. Biasanya klien dengan efusi pleura didapatkan

keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritis akibat iritasi pleura

yang bersifat tajam dan terlokalisasi terutama pada saat batuk dan bernafas serta

batuk yang tidak produktif.

Riwayat penyakit saat ini

Klien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya keluhan

seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada, dan berat badan

menurun. Perlu juga ditanyakan sejak kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang

telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.

Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan pula apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB

paru, pneumonia, gagal jantung, trauma, asites, dan sebagainya. Hal ini perlu

diketahui untuk melihat ada tidaknya kemungkinan faktor predisposisi.

Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-

penyakit yang mungkin dapat menyebabkan efusi pleura seperti kanker paru, asma,

TB paru, dan lain sebagainya.

Pengkajian Psikososial

Pengkajian psikososial meliputi apa yang dirasakan klien terhadap penyakit yang

dideritanya, cara apa saja yang dilakukan klien untuk mengatasi masalah yang

dihadapinya serta bagaimana perilaku klien terhadap tindakan yang diberikan

kepedanya.

15

Page 16: Kmb Makalah Tutorial

Pemeriksaan Fisik

B1 (Breathing)

Inspeksi

Peningkatan usaha frekuensi pernafasan yang disertai penggunaan otot-otot bantu

pernafasan. Gerakan pernafasan ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada

tertinggal pada sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada asimetris (cembung pada

sisi yang sakit). Pengkajian batuk yang produktif dengan sputum purulen.

Palpasi

Pendorongan mediastinum kea rah hemitoraks kontralateral yang diketahui dari posisi

trakea dan iktus kordis. Taktil fremitus menurun terutama untuk efusi pleura yang

jumlah cairannya >300 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan

dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.

Perkusi

Suara perkusi redup hingga pekak tergantung dari jumlah cairannya.

Auskultasi

Suara nafas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit. Pada posisi duduk,

cairan semakin ke atas semakin tipis.

2) DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.

b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi mukus

yang kental, kelemahan, batuk tidak produktif, dan edema trakeal/faringeal.

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan

ekspansi paru dan kerusakan membran alveolar kapiler.

16

Page 17: Kmb Makalah Tutorial

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan metabolism tubuh dan penurunan nafsu makan akibat sesak nafas

sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.

e. Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan

(ketidakmampuan bernapas).

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang menetap dan sesak

napas serta perubahan suasana lingkungan.

g. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat

terkait penyebab, tanda dan gejala, proses penyakit, dan pengobatan.

3) RENCANA INTERVENSI

Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam klien mampu

mempertahankan fungsi paru secara normal

Kriteria Evaluasi:

Irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan berada dalam batas normal, pada

pemeriksaan rontgen toraks tidak ditemukan adanya akumulasi cairan pada rongga

pleura, dan bunyi napas terddengan jelas.

Rencana Intervensi Rasional

Identifikasi faktor penyebab. Dengan mengidentifikasi faktor

penyebab, kita dapat menentukan jenis

efusi pleura sehingga dapat mengambil

tidakan yang tepat.

Kaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman

pernapasan, serta melaporkan setiap

perubahan yang terjadi.

Dengan mengkaji kualitas, frekuensi, dan

kedalaman pernapasan kita dapat

mengetahui sejauh mana perubahan

17

Page 18: Kmb Makalah Tutorial

kondisi klien.

Baringkan klien dalam posisi yang

nyaman, dalam posisi duduk, dengan

kepala tempat tidur ditinggikan 60 – 90o

atau miringkan kearah sisi yang sakit.

Penurunan diafragma dapat memperluas

daerah dada sehingga ekspansi paru bisa

maksimal.

Miring kearah sisi yang sakit dapat

menghindari efek penenkanan gravitasi

cairan sehingga ekspansi paru dapat

maksimal.

Observasi tanda-tanda vital (nadi dan

pernapasan).

Peningkatan frekuensi napas dan

takikardi dapat menjadi indikator adanya

penurunan fungsi paru.

Lakukan auskultasi suara napas tiap 2 - 4

jam.

Auskultasi dapat menetukan kelainan

suara napas pada bagian paru.

Bantu dan ajarkan klien untuk batuk

efektif dna napas dalam yang efektif.

Menekan daerah yang nyeri ketika batuk

atau napas dalam. Penekanan otot-otot

dada serta abdomen membuat batuk lebih

efektif.

Kolaborasi tim medis lain untuk

pemberian O2 dan obat-obatan serta foto

toraks.

Pemberian O2 dapat menurunkan beban

pernapasan dan mencegah terjadinya

sianosis akibat hipoksia.

Dengan foto toraks, dapat dimonitor

kemajuan dari berkurangnya cairan dan

kembalinya daya kembang paru.

Kolaborasi untuk tindakan torakosentesis. Tindakan torakosentesis atau pungsi

pleura bertujuan untuk menghilangkan

sesak napas yang disebabkan oleh

akumulasi cairan dalam rongga pleura.

18

Page 19: Kmb Makalah Tutorial

Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi mukus yang

kental, kelemahan, batuk tidak produktif, dan edema trakeal/faringeal.

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam bersihan jalan napas klien

kembali efektif

Kriteria Evaluasi:

- Klien mampu melakukan batuk efektif.

- Pernapasan klien normal (16 – 20 kali/menit) tanpa ada penggunaan otot bantu

napas. Bunyi napas normal, Rh -/- dan pergerakan pernapasan normal.

Rencana Intervensi Rasional

Kaji fungsi pernapasan (bunyi napas,

kecepatan, irama, kedalaman, dan

penggunaan otot bantu napas).

Penurunan bunyi napas menunjukkan

atelektasis, ronkhi menunjukkan

akumulasi sekret dan ketidakefektifan

pengeluaran sekresi yang selanjutnya

dapat menimbulkan penggunaan otot

bantu napas dan peningkatan kerja

pernapasan.

Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi,

catat karakter dan volume sputum.

Pengeluaran akan sulit bila sekret sangat

kental (efek infeksi dan hidrasi yang

tidak adekuat).

Berikan posisi semi fowler/fowler tinggi

dan bantu klien latihan napas dalam dan

batuk efektif.

Posisi fowler memaksimalkan ekspansi

paru dan menurunkan upaya bernapas.

Ventilasi maksimal membuka area

atelektasis dan meningkatkan gerakan

sekret ke dalam jalan napas besar untuk

dikeluarkan.

19

Page 20: Kmb Makalah Tutorial

Pertahankan intake cairan sedikitnya

2500ml/hari kecuali tidak diindikasikan.

Hidrasi yang adekuat membantu

mengencerkan sekret dan mengefektifkan

pembersihan jalan napas.

Bersihkan sekret dari mulut dan trakea,

bila perlu lakukan pengisapan (suction).

Mencegah obstruksi dan aspirasi.

Pengisapan diperlukan bila klien tidak

mampu mengeluarkan sekret. Eliminasi

lender dengan suction sebaiknya

dilakukan dalam jangka waktu kurang

dari 10 menit, dengan pengawasan efek

samping suction.

Kolaborasi pemberian obat sesuai

indikasi: Obat antibiotik

Pengobatan antibiotik yang idel adalah

dengan adanya dasar dari tes uji resistensi

kuman terhadap jenis antibiotik sehingga

lebih mudah mengobati pneumonia.

Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan kekentalan

dan perlengketan sekret paru untuk

memudahkan pembersihan.

Bronkodilator: jenis aminofilin via

intravena

Bronkodilator meningkatkan diameter

lumen percabangan trakeobronkial

sehingga menurunkan tahanan terhadap

aliran udara.

Kortokosteroid Kortokosteroid berguna pada hipoksemia

dengan keterlibatan luas dan bila reaksi

inflamasi mengancam kehidupan.

BAB III

PENUTUP

20

Page 21: Kmb Makalah Tutorial

3.1. Kesimpulan

Efusi pleura adalah suatu keadaan di mana terdapatnya penumpukan cairan

dalam rongga pleura. Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan

sekunder. Kebanyakan efusi pleura bersifat asimptomatik, timbul gejala sesuai

dengan penyakit yang mendasarinya. Perubahan pergerakan cairan ke dalam dan

keluar rongga pleura disebabkan adanya ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan

tekanan koloid osmotic dalam permukaan kapiler dan pleura.

3.2. Saran

Efusi pleura merupakan kelainan sekunder yang didasari oleh penyakit

sebelumnya. Agar tidak terjadi efusi pleura maka pengobatan yang teratur serta

perawatan yang baik harus dilakukan agar penyakit primer yang di alami klien cepat

sembuh dan tidak berkembang menjadi efusi pleura.

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: Kmb Makalah Tutorial

1. Soemantri, Iman. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika. 2008.

2. Smeltzer, Suzanne C., Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol. 1. Jakarta: EGC. 2002.

3. Agustina, Rismia. Modul Lab Skills Keperawatan Medikal Bedah IV. Banjarbaru: Program Studi Ilmu Keperawatan. 2011.

4. NANDA International. NANDA-I: Nursing Diagnoses Definitions & Classification 2007-2008. USA: Willey Blackwell Publication. 2007.

5. Bulechek, Gloria M, Joanne C. McCloskey. Nursing Intervention Classification (NIC) Second Edition. USA: Mosbie Elsevier. 1996.

6. Moorhead, Sue, Meridean Maas, Marion Johnson. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. USA: Mosby Elsevier. 2000.

7. Muttaqin Arif.2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

8. Herdman Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi

2012 – 2014. Alih Bahasa: Made Sumarwati dan Nike Budhi S. Jakarta: EGC.

22