klik untuk unduh

20
Buletin Sastra ndonesia GET R edisi Des 2014 Merayakan Buku: Membaca Dan Berbagi Ilustrasi: freepik.com

Upload: truongbao

Post on 31-Dec-2016

232 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: klik untuk unduh

Buletin Sastra ndonesiaGET Redisi

Des2014

Merayakan Buku: Membaca Dan Berbagi

Ilustrasi: freepik.com

Page 2: klik untuk unduh

salam redaksi

Alamat Redaksi:HMJ Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia (KMSI) UGM.Jl. Sosio-Humaniora No. 1Sekretariat BersamaFakultas Ilmu BudayaUniversitas Gadjah Mada

@kmsiugm

kmsi ugm

[email protected]

kmsi.fib.ugm.ac.id

ew

Penanggung Jawab:V. Alangga Dwi Kusuma

Pimpinan Umum:Donnie Trisfian

Pimpinan Redaksi:Nafisah

Editor:Achmad Muchtar

Redaksi:Istiqomah

Kiki Riskita SariDwi Nur Utami

Kussmartia DallinestriDheo Bayu Sadewa

Penata Letak:Donnie Trisfian

Ilustrator:M. Muhrizul GholyDyah Prajnyandari

Diterbitkan oleh:Keluarga Mahasiswa

Sastra IndonesiaFakultas Ilmu Budaya

Universitas Gadjah Mada

MERAYAKAN BUKU

Salam Redaksi

Tidak terasa kepengurusan KMSI periode ini akan

segera berakhir. Perjalanan GETAR, seperti perjalanan KMSI

selama satu periode ini, telah melalui berbagai hambatan

dalam perjuangannya. Setidaknya, segala hambatan tersebut

menjadi perekat tali persaudaraan segenap pengurus dan

anggotanya.

Pada edisi ini, GETAR menyuguhkan seluk beluk dunia

buku. Edisi ini juga memamerkan galeri-galeri foto kegiatan

KMSI Festival Sastra dan Kunjungan dari PBSI UNY. Akhir kata

kami ucapkan selamat membaca GETAR edisi ini. Selamat

melaksanakan ibadah UAS!

Buletin Sastra ndonesiaGET R

081280480215Kussmartia Dallinestri

Dok. KMSI

Page 3: klik untuk unduh

MERAYAKAN BUKU: MEMBACA DAN BERBAGIOleh

@pangestujati & @istiqsrG. Pangestu Jati dan Istiqomah

Ungkapan yang terdengar sedikit hiperbolis di atas, pasti sudah tidak asing lagi terdengar oleh masyarakat Indonesia. Ungkapan semacam itu, biasanya akan d i j u m p a i p a d a d i n d i n g - d i n d i n g perpustakaan. Namun, ungkapan di atas memang benar adanya. Buku merupakan sebuah portal yang menghubungkan kepala satu dengan kepala lainnya karena dengan buku, seorang pembaca bisa mengetahui gagasan-gagasan manusia di seluruh dunia. Akan te tap i , mas ih banyak warga masyarakat yang tidak paham akan maksud dari ungkapan di atas. Penyebabnya adalah kurangnya ketertarikan warga masyarakat terhadap buku sehingga mereka tidak menyadari pentingnya buku bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Di mata mereka, buku adalah sesuatu yang membosankan. Namun, bagi sekelompok orang yang tergabung dalam sebuah komunitas pembaca buku, buku merupakan suatu hal yang sangat mengasyikkan. Dewasa ini, beberapa komunitas pembaca buku bermunculan di Indonesia, mulai dari yang berskala nasional seperti Goodreads Indonesia, Klub Buku Indonesia, hingga yang berskala daerah seperti Klub Buku Bogor, Klub Buku Bandung, dan Klub Baca Buku Jogja. Klub Baca Buku Jogja merupakan sebuah komunitas yang dibentuk pada 17 Mei 2013. Tanggal tersebut dipilih karena bertepatan dengan hari buku nasional. Dengan slogan “Merayakan Buku dengan Cara Membacanya Bersama-sama”, awalnya komunitas ini dibentuk oleh sekelompok orang dari sebuah komunitas menulis bernama Akademi Bercerita. Menurut Sholahuddin Nurazmy, selaku Koordinator, komunitas ini dibentuk karena kegelisahan sekelompok orang yang merasa

tidak cukup jika hanya menyelesaikan membaca, atau sekadar menggosipkan saja. Mereka menginginkan ada sebuah wadah yang bisa digunakan untuk membaca buku bersama dan mendiskusikannya. Beberapa acara yang diadakan oleh komunitas ini, antara lain membaca dan mendiskus ikan buku bersama yang dilaksanakan setiap minggunya di Mooi Kitchen, diskusi banding buku, dan lain sebagainya. Selain terdapat komunitas buku untuk membaca dan mendiskusikan buku bersama, terdapat juga komunitas yang bertujuan untuk menimbulkan minat baca masyarakat di daerah terpencil seperti Komunitas Jendela dan Komunitas Buku untuk Papua. Komunitas-komunitas ini mengumpulkan buku dari donator lalu mendirikan perpustakaan kecil untuk tempat membaca dan belajar. Komunitas Jendela terbentuk di Yogyakarta. Komunitas ini dibentuk untuk menimbulkan minat baca anak-anak di daerah terpencil di Yogyakarta. Program pertama yang dibangun oleh komunitas ini adalah perpustakaan untuk anak di Shelter Merapi Gondang 1 Cangkringan. Komunitas ini dikelola oleh relawan yang peduli terhadap pendidikan di Indonesia. Saat ini, komunitas buku berkembang di beberapa daerah, yaitu Jakarta, Bandung, dan Malang. Salah satu kesuksesan suatu bangsa dapat dilihat dari minat membaca dan menelaah suatu buku. Oleh karena itu, untuk menyukseskan bangsa Indonesia marilah kita mulai dengan membaca serta peduli untuk meningkatkan minat baca masyarakat di sekitar kita.

“Buku adalah jendela dunia."

ETALASE

3Edisi Desember 2014

Page 4: klik untuk unduh

MENENGOK REKAM JEJAK PROFESOR PEREMPUAN PERTAMA DI UGM

Ibu Baroroh dilantik menjadi guru besar dalam ilmu bahasa Indonesia pada 1964 dan menyampa ikan p ida to pengukuhan di depan rapat senat terbuka Universitas Gadjah Mada pada 9 Agustus 1970 dengan judul “Bahasa Arab dan Perkembangan Bahasa Indonesia”. Beliau sempat mendapatkan beasiswa ke Universitas Al-Azhar di Mesir pada awal kembalinya ke UGM, setelah lulus dari Universitas Indonesia. Beliau pulang ke tanah air pada 1959, lalu membawa gagasan untuk mendirikan jurusan yang khusus mempelajari bahasa dan sastra Arab dengan harapan jurusan ini mampu mengisi kekosongan studi kearaban yang d i t i n j a u d a r i p e r s p e k t i f b u d a y a . Gagasannya terwujud pada 1 Juli 1963 dengan dibukanya Jurusan Sastra Arab di UGM. Sebagai dosen, Ibu Baroroh mengajar mata kuliah Sastra Indonesia Klasik dan Bahasa Arab, Terjemah Arab—Indonesia di Jurusan Sastra Arab, dan pada akhirnya, ia membesarkan ilmu

Dok. Google

Oleh

@kikiriskitaKiki Riskita Sari

FAKULTAS Ilmu Budaya memiliki banyak tokoh hebat yang berperan penting dalam berdirinya Universitas Gadjah Mada. Dalam perjalanan menjadi universitas terkemuka di dunia saat ini, banyak tokoh-tokoh dari Fakultas Ilmu Budaya yang ikut berperan. Salah satu tokoh yang tidak terlupakan, yang membesarkan Fakultas Ilmu Budaya pada periode awal ialah Ibu Siti Baroroh Baried. Ia adalah profesor perempuan per tama di UGM. Ibu Baroroh—begitu ia akrab disapa—adalah dosen Jurusan Sastra Indonesia yang merangkap jabatan sebagai Ketua Jurusan Sastra Arab dan Dekan Fakultas Sastra dan Kebudayaan per iode 1962—1966. Sebagai salah satu dari tujuh orang bakaloreat pertama yang dihasilkan Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, Ibu Baroroh mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Sastra dan Filsafat Universitas Indonesia pada tahun 1952, dan sebelumnya, mendapatkan gelar sarjana muda di Fakultas Sastera, Pedagogik, dan Filsafat Universitas Gadjah Mada.

SILUET

4 Getar: Buletin Sastra Indonesia

Page 5: klik untuk unduh

fi lo log i . Se la i n men jad i p ro f e so r perempuan pertama di UGM, beliau juga merupakan promotor gelar Doctor Honoris Causa untuk Ir. Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. S o s o k y a n g t e r k e n a l mengagumkan banyak pihak ini adalah pribadi yang lembut sekaligus tegas dan disiplin. Beliau tidak hanya memberi perhatian pada hal-hal ilmiah atau masalah-masalah besar dan serius, tetapi juga sangat perhatian pada penampilan. Ciri khas beliau yang dikenal adalah kain panjang batik, kebaya, dan kerudung yang selalu dikenakannya. Anggun dan berwibawa selalu tampak pada diri Ibu Baroroh. Selain itu, beliau selalu meratus dan menjahi t sendir i kebaya yang dikenakannya. Berbagai karya telah beliau hasilkan, antara lain Bahasa Arab dan Perkembangannya dalam Bahasa Indonesia (1970), Kamus Istilah Filologi (1977),

Memahami Karya-karya Nuruddin Ar-Raniri (1982), dan Pengantar Teori Filologi (1985). Selain itu, ditulis juga makalah-makalah, salah satunya adalah “Un Movement des Femmes Musulmans: Aisyiyah” (1977) dalam Archipel 13, dan masih banyak lagi. Di samping sebagai ilmuwan, Ibu Baroroh juga seorang tokoh sebuah organisasi wanita, yaitu ’Aisyiyah. Di dalam organisasi tersebut, ia menjabat sebagai Ketua selama lima periode. Profesor wanita pertama di Universitas Gadjah Mada ini adalah istri dar aried Ishom, i Dr. B Sp.Bd dan ibu dar i Dra. Noort i Fauzah, Muhammad Feri Indiyanto, dan drg. Elfira Indiyanti. Beliau wafat pada 9 Mei 1999. Namanya diabadikan sebagai nama gedung di Fakultas Ilmu Budaya UGM, tempat beliau berkarier.

Sumber: Repertoire Fakultas Ilmu Budaya (Fakultas Ilmu Budaya UGM: 2006)

Dok. Google

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis,ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”―Pramoedya Ananta Toer

SILUET

5Edisi Desember 2014

Page 6: klik untuk unduh

Pandangan�Sastra�Menurut�Mahasiswa�Sastra�Indonesia�(Ari�Ramadhan)

Oleh

@el_fandiEl Usman Affandi

Pria kelahiran Yogyakarta, 28 Maret 1990 ini merupakan salah satu mahasiswa Sastra Indonesia yang saat ini masih aktif mengerjakan skripsinya. Ari atau yang biasa dipanggil Arek ini memandang sastra sebagai sesuatu yang merisaukan karena baginya, sastra merupakan hal yang menggelikan, sesuatu yang harus terungkapkan atau cepat-cepat diluapkan, kalau bahasa Jawanya, griseni. Baginya, hidup ini merupakan bagian dari perjalanan yang harus terungkap dalam sebuah karya seni. Ia juga mengungkapkan bahwa kegelisahannya dalam menjalani kehidupan sehari-hari itulah yang menjadikan seorang Arek seperti yang sekarang ini. Ketika ditanya siapa tokoh sastra yang dikaguminya, Arek menjawab Kuntowijoyo dan Umar Kayam dengan buku yang berjudul Hampir Sebuah Subversi. Namun, di luar tokoh-tokoh sastra dalam negeri, Arek juga mengagumi tokoh luar negeri seperti Ernest Hemingway dan Chuck Palahniuk. Ia menyukai mereka karena karya sastranya tidak umum, mendebarkan, dan seperti yang dari awal dikatakan, yaitu griseni. Arek juga tertarik dengan majalah-majalah kecil yang tidak terikat oleh suatu kelembagaan tertentu yang biasanya hanya beredar di kalangan kelompok komunitas tertentu, misalnya ‘Zine’.

Semboyan cowok yang lahir di tengah sentra industri bakpia Patok ini adalah “aku ini binatang jaran”, yang merupakan pelesetan dari baris sajak Chairil Anwar berjudul “Aku” yang berbunyi “aku ini binatang jalang”. Bagi seorang Arek, hidup yang dijalani setiap manusia sudahlah jalang, yaitu setiap kita menjalaninya dengan bebas dan sesuai kehendaknya. Berbeda dengan jaran yang dalam bahasa Jawa berarti ‘kuda’, di mana seekor kuda itu selama hidupnya terus bekerja tanpa lelah. Kuda selalu ada untuk berlari, ditunggangi, dijadikan penarik kereta, dan kalaupun kuda sudah tidak produktif lagi selama satu atau dua bulan kemudian, kuda itu akan dipotong dan dikonsumsi dagingnya, lalu tugasnya digantikan oleh kuda-kuda yang lebih segar lainnya. A r e k j u g a m e m p u n y a i s e b u a h grup/kelompok musik keci l-keci lan yang bernama PSK (Pagi Sabtu Kliwon), sebuah band dengan aliran eksperimental, yang dikelolanya sebaga i buah dar i ekspres i men ja lan i kehidupannya. Ia mempunyai obsesi, band-nya itu mengikuti Java Jazz Festival di Jakarta dan juga mempunyai konser tunggal selama satu jam penuh dengan dekorasi yang ditatanya sendiri dengan beruang kutub di pojok panggung, dan menggunakan salon-salon yang sudah rusak untuk pertujukannya. Obsesi lain Arek adalah ia ingin mengembangkan sebuah komunitas kecil yang mempunyai majalah kecil, yang nantinya ia kelola sehingga komunitas itu berjalan dengan baik. Ia juga berpendapat bahwa jika kita ingin berkarya, jangan bersandar pada estetika-estetika yang ada, bebaskanlah dirimu, dan temukanlah jiwamu.

Aku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlari hingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak perduliAku mau hidup seribu tahun lagi―Chairil Anwar

Dok. Ari Ramadhan

SILUET

6 Getar: Buletin Sastra Indonesia

Page 7: klik untuk unduh

BAHASA�JAWA�NGOKO�PEMUDA�SURABAYA:�CERMIN�SOPAN�SANTUN�ATAUKAH�INDIKATOR�KEDEKATAN�RELASI?

Oleh

@shantyhappy

Shanty Dewi Masita

Bahasa merupakan elemen fundamental dalam kehidupan manusia. Setiap hari manusia tidak lepas dari aktivitas berbahasa. Dalam berkegiatan, baik di masyarakat maupun dalam l i ngkungan k e l ua rga , manu s i a s e l a l u menggunakan bahasa karena untuk berinteraksi dengan sesamanya, manusia membutuhkan sesuatu untuk menjembatani ide atau gagasan yang ingin disampaikan. Sesuatu yang dapat menjembatani manusia untuk saling berinteraksi tersebut adalah bahasa. Bahasa juga merupakan cermin sosial masyarakat. Melalui bahasa, dapat diketahui bagaimana kelas sosial suatu kelompok. Berangkat dari pandangan ini, permasalahan mengenai bahasa sebagai cerminan perilaku m a s y a r a k a t — s a l a h s a t u n y a s o p a n santun—menarik untuk dikaji. Studi yang dilakukan berdasarkan pengamatan di lapangan dengan metode observasi ini, berusaha menggali bagaimana bentuk bahasa yang digunakan oleh k a l a n g a n p e m u d a a p a k a h m a m p u merepresentasikan tingkat kesopansantunan mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Pemuda di Jawa Timur, khususnya Surabaya, dalam tuturan sehari-hari mengunakan dengan baik bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Bahasa Jawa yang digunakan pun merupakan bahasa Jawa yang sederhana, tidak sekompleks bahasa Jawa yang dituturkan di Yogyakarta atau di Solo. Apabila penutur bahasa Jawa di Solo dan di Yogyakarta, khususnya kalangan pemuda, masih mampu menuturkan bahasa Jawa Krama, Madya, dan Ngoko, penutur bahasa Jawa di Surabaya hanya menggunakana bahasa Jawa Ngoko saja dalam kehidupan sehari-harinya. Pemuda Surabaya pada umumnya menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa Ngoko. Bahasa Jawa Timuran yang seringkali dianggap kasar dan membuat geli telinga penutur bahasa Jawa di Yogyakarta dan Solo digunakan setiap hari oleh para pemuda kepada teman-teman sebayanya dan orang yang dianggap lebih muda. Ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, tetapi memiliki relasi yang dekat dengan penutur, maka penutur akan menggunakan bahasa Jawa Ngoko.

Sebagai contoh, misalnya ketika seorang anak berbicara kepada ayahnya, sang anak akan lebih memilih berkata, “Yah, wis maem?” daripada “Yah, sampun dhahar?”, atau “Yah, sudah makan?”. Namun, jika sang anak berbicara dengan saudara yang tidak dekat, misalnya budhe atau pakdhe-nya, penutur akan lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara, misalnya, “Budhe, Icha makan dulu ya.”atau “Budhe, besok Tiara libur, Tiara nginep rumah budhe ya”. Meskipun menggunakan bahasa Jawa Ngoko, pemuda Surabaya tetap menjaga kesopanan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua dengan menggunakan bahasa Jawa Ngoko yang masih terdengar halus seperti penggunaan kata maem pada contoh pertama. Penggunaan bahasa seperti itu membuktikan b a h w a m e s k i p u n p e m u d a S u r a b a y a menggunakan bahasa Jawa Ngoko pada percakapnnya kepada orang yang lebih tua, pemuda Surabaya tetap memerhatikan nuansa dan suasana yang terkandung dalam kata tertentu sehingga dalam penggunaan bahasa Jawa Ngoko pun pemuda Surabaya masih memilah-milah kata yang akan digunakan agar bahasanya masih terdengar sopan. Penggunaan bahasa Jawa Ngoko dalam bercakap-cakap dengan orang tua seperti yang dilakukan oleh pemuda Surabaya tidak lantas berarti pemuda Surabaya memiliki tingkat kesopanan yang lebih rendah daripada pemuda Yogyakarta atau Solo, bukan? Dari tulisan singkat ini dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa nuansa sopan dan tidak sopan pada setiap penutur dan pengguna bahasa tidaklah sama. Meskipun sama-sama penutur bahasa Jawa, tetapi penutur bahasa Jawa di Jawa Timur, khususnya Surabaya, memiliki sense of respect yang berbeda dengan penutur bahasa Jawa di Jawa Tengah, khususnya Yogyakar ta a tau Solo. Oleh sebab i tu , penggunaan bahasa Jawa Ngoko dalam percakapan pemuda Surabaya dengan orang yang lebih tua tidak lantas membuat pemuda Surabaya kehilangan sopan santun. Sebaliknya, penggunaan bahasa Jawa ngoko oleh pemuda Surabaya mampu mengindikasikan kedekatan relasi mereka terhadap lawan tuturnya.

BAHASA

7Edisi Desember 2014

Page 8: klik untuk unduh

LAGU��NEGRI�NGERI��OLEH�MARJINAL:KRITIK�DALAM�LIRIK

Oleh

@reinardusdheoDheo Bayu Sadewa

Geliat kritik atas peristiwa sosial oleh masyarakat semakin beraneka ragam cara penyampaiannya. Bahkan, terkadang kritik tersebut sering tidak disadari karena cara penyampaiannya dikemas dengan cara yang menarik. Kritik tersebut dapat berupa novel, cerpen, puisi, dan lirik lagu. Dalam lirik lagu, dapat diketahui apa tujuan pembuatan lagu tersebut. Di Indonesia, kritik yang disampaikan dengan lirik lagu sudah tidak asing lagi. Seperti halnya dalam lirik lagu “Negri Ngeri” yang dibawakan oleh grup musik Marjinal. Lagu tersebut dirilis oleh Marjinal pada tahun 2005 dan terhimpun dalam album Predator. Pada posisi ini, lirik lagu dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik terhadap situasi suatu negara. Pada lirik lagu “Negri Ngeri”, pengarang memaparkan kondisi negeri ini. Negeri yang kaya raya, sumber daya alam melimpah seperti yang ada pada kutipan bait pertama berikut. Lihatlah negeri kita / Yang subur dan kaya raya / Sawah ladang terhampar luas / Samudera biru. Akan tetapi, pada bait keempat dan kelima terdapat lagi penggambaran negeri ini yang sangat berbeda dari penggambaran awal negeri, hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut. Inilah negeri kita / Alamnya kelam tiada berbintang / Dari derita dan derita menderita … / Sampai kapankah derita ini / Yang kaya darah dan air mata / Yang senantiasa mewarnai bumi pertiwi. Melalui dua gambaran di atas, dapat diketahui bahwa negeri ini kaya raya, tetapi alam negeri ini sekarang sudah berubah menjadi kelam. Sawah, tanah subur, dan samudera biru berubah menjadi darah dan air mata masyarakat negeri ini. Masyarakat hanya terus diberi derita dan aniaya. Terjadinya hal-hal tersebut dijelaskan pengarang pada akhir lirik ini, yaitu sebagai berikut. Dinodai / dikangkangi / dikuasai / Dijajah para penguasa rakus.

Dengan kata lain, kekayaan negeri ini dijajah oleh penguasa negeri sendiri yang merupakan orang negeri ini juga. Penguasa hanya memikirkan diri mereka sendiri tanpa melihat ke bawah dan tidak menyadari apa yang telah ia lakukan telah membuat masyarakat kalangan bawah menjadi menderita. Kutipan lirik di atas merupakan cerminan tindakan dari elite penguasa negeri ini yang menodai, mengangkangi, menguasai kekayaan negeri ini, dan menjajah negeri sendiri. Selain membuat masyarakat kalangan bawah menderita, tindakan para penguasa rakus itu juga menimbulkan dua fenomena sosial. Fenomena sosial yang digambarkan oleh lirik ini adalah pengangguran yang merebak luas dan kemiskinan yang merajalela. Dapat disimak pada kutipan berikut. Pengangguran merebak luas / Kemiskinan merajalela. Kondisi ini seharusnya tidak terjadi pada sebuah negeri yang kaya raya. Kondisi serupa juga terjadi pada negeri ini. Kondisi di mana yang berkuasa ialah yang boleh menguasai. Seperti pula yang digambarkan dalam lirik lagu ini, golongan masyarakat bawah menjadi korban dari fenomena yang ditimbulkan oleh penguasa yang rakus. Golongan masyarakat bawah tersebut, yaitu pedagang kaki lima, bocah-bocah kecil, dan buruh. Mereka hanya berusaha untuk mencari uang demi kelangsungan hidupnya. Akan tetapi, mereka selalu mendapat perlakuan yang tidak layak. Pada lirik lagu ini, pedagang kaki lima mendapat perlakuan tidak adil, yaitu digusur dan dianiaya. Dapat dilihat pada kutipan berikut. Pedagang kaki lima tergusur teraniaya. Pedagang kaki lima memang terkadang menjadi musuh dari pamong praja. Pengarang memaparkan perlakuan penguasa terhadap pedagang kaki lima yang semena-mena. Mereka menggusur PKL. Barang dan gerobak dagangan mereka diangkut oleh pamong praja.

KRITIK SASTRA

8 Getar: Buletin Sastra Indonesia

Page 9: klik untuk unduh

Tidak jarang sewaktu terjadi proses penggusuran mereka mendapatkan tindakan yang tidak manusiawi. Selanjutnya adalah perlakuan terhadap bocah-bocah kecil. Seperti dapat dilihat pada kutipan berikut. Bocah-bocah kecil merintih / Melangsungkan mimpi di jalanan. Pengarang memperlihatkan fenomena bocah-bocah yang merintih untuk hidup sehari-harinya. Kata merintih pada lirik ini mempunyai beberapa makna, yaitu merintih menahan lapar karena kondisi kemiskinan yang merajalela dan merintih atas hidupnya yang tidak layak. Bocah kecil yang seharusnya melangsungkan mimpi di bangku sekolah hanya bisa melangsungkan mimpinya di jalanan. Hal ini terjadi akibat kemiskinan yang merajalela karena itu bangku sekolah dinilai terlalu mahal oleh orang tua mereka. Korban yang terakhir adalah buruh. Pengarang pada lirik ini menggambarkan buruh sebagai pihak yang mendapatkan penderitaan. Penderitaan yang dilakukan oleh penguasa di mana buruh bekerja. Hal itu terjadi karena pihak yang mempekerjakan buruh ingin mendapatkan hasil maksimal dengan hanya mengeluarkan upah buruh yang sedikit. Selain itu terkadang buruh juga masih mendapat perlakuan yang tidak manusiawi jika melakukan protes. Contohnya yang terjadi pada Marsinah, buruh wanita yang menuntut hak-hak buruh untuk dipenuhi. Hal ini dapat dilihat pada kutipan lirik berikut. Buruh kerap dihadapi penderitaan. Ketiga korban di atas menggambarkan kondisi masyarakat kalangan bawah yang terdapat pada negeri ini yang semakin hari semakin menderita akibat ulah para penguasa. Lirik lagu ini merupakan bentuk respons atas fenomena ketidakadilan sosial yang tengah berlangsung. Bila ditelaah lebih lanjut, pengarang secara tidak langsung telah memaparkan suatu fenomena sosial yang terstruktur. Dimulai dari ulah penguasa rakus dan berujung pada masyarakat lapisan bawah yang menderita. Penguasa yang selayaknya menjadi panutan dan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat t idak menjalankan tugasnya dengan baik, malahan m e n y a l a h g u n a k a n t u g a s n y a u n t u k kepentingannya sendiri. Dengan penyampaian kritik lewat lirik lagu ini pengarang berharap akan adanya perubahan untuk kehidupan yang lebih baik untuk kesejahteraan semua rakyat.

Dok. Google

KRITIK SASTRA

9Edisi Desember 2014

Page 10: klik untuk unduh

Surat Merah Jambu Kedua Puluh Satu

Oleh

@toytotoyFaradila Nurbaiti

AKU menghabiskan sore dengan bersandar di ujung angan-angan. Masih melihat bayangan tentang sore-sore yang sudah berlalu. Sore yang baru saja dimulai. Sore yang tidak akan pernah luput dari ingatanku. Sore yang membuat beku jemari kaki dan tanganku. Sore yang selalu mengirimkan surat yang sama, surat merah jambu, hingga yang kedua puluh satu kali ini mendarat di tanganku.

Karena mengucapkan banyak hal yang tidak kumengerti maksudnya adalah sama dengan membuang-buang waktu. Sama halnya dengan cinta, yang sama sekali belum kumengerti bagaimana maksudnya. Aku tidak ingin lagi membuang-buang waktu. Kamu, maukah membantuku hingga mengerti?

Aku seperti sudah kehabisan asa. Sudah dua puluh satu sore yang terlewati dengan menulis. Surat merah jambu. Sudah dua puluh satu sore juga yang kun ikmat i dengan mengharapkan kedatangan surat balasan. Hingga sore kedua puluh dua, aku bak kejatuhan buah durian. Kamu, si perempuan yang menyita setiap soreku dengan beraksara, mengirimkan dua puluh surat putih dan satu surat merah jambu.

Aku menyaksikan sekaligus menyangsikan banyak hal. Tentang gelap yang mulai turun. Tentang gelap yang mengurung terus menerus. Tentang gelap yang dijatuhi gemerlap bintang satu per satu. Tentang gelap yang mulai menghilang dan matahari yang mulai datang. Tentang matahari pagi yang selalu terlewat untuk dilihat. Tentang pagi yang semestinya sejuk menjadi pagi dingin yang menusuk dan membunuh semangat. Tentang pagi yang diterjang terik, kemudian menjadi siang. Tentang siang yang hangat kemudian berubah jingga. Atau juga tentang sore yang dibalut dingin dan diguyur hujan, lalu kembali lagi menjadi malam dengan sisa bau basah sehabis hujan di sore hari. A k u m e n y a k s i k a n s e k a l i g u s menyangsikan banyak hal. Tentang orang-orang yang kutemui pada pagi ketika matahari mulai menjelang. Tentang orang-orang yang kutemui pada siang yang terik dan tidak berhasil memberikan sejuk. Tentang orang-orang yang kutemui pada sore yang hujan, pada sore berikut pelangi dan sejuta bahagia yang dijanjikan, tetapi tak juga kunjung diciptakan. Tentang orang-orang yang kutemui pada malam yang dihabiskan dengan melihat si kelinci di bulan dan cerita-cerita menarik di teras rumah. Juga tentang orang-orang yang kutemui pada tidurku, pada dini hari ketika aku terjaga dan kehausan, pada pagi buta ketika aku tidak berhasil memejamkan mata, pada pagi yang terlalu pagi ketika aku membuka mata dan kembali menyaksikan sekaligus menyangsikan banyak hal. A k u m e n y a k s i k a n s e k a l i g u s menyangsikan banyak hal. Tentang secangkir kopi di ujung perbincangan pada malam yang cerah. Tentang kepulan asap rokok yang terus mengembang di sela-sela perjumpaan banyak kepala. Tentang cer i ta nostalgia yang mengantarkan kepulangan malam pada ujung pagi.

Surat ke-20

***

Ilustrasi: M. Muhrizul Gholy

CERPEN

10 Getar: Buletin Sastra Indonesia

Page 11: klik untuk unduh

Tentang kisah masa depan yang menghangatkan malam beku yang nyaris menghilang. Tentang waktu-waktu bahagia yang semestinya dilewati juga dengan bahagia. Juga tentang waktu yang terus mengejar, waktu yang nyaris sama seperti manusia, mengejar, memburu, mempermainkan, mengambinghitamkan, bahkan membunuh. A k u m e n y a k s i k a n s e k a l i g u s menyangsikan banyak hal. Tentang sebuah pertemuan dengan kamu di sore hari. Tentang kamu yang kemudian kulihat kali pertama ketika aku terbangun. Tentang kamu yang kulihat tanpa sengaja pada siang yang ramai dan mencuri waktu serta ruang untuk sekadar bertegur sapa. Tentang kamu yang kulihat dari kejauhan pada sore yang hujan, pada harapan yang terus-menerus timbul bersama percikan air hujan. Tentang kamu yang kulihat pada malam dengan bulan yang bulat sempurna atau pun pada malam dengan sedikit bintang. Tentang Kamu yang selalu kulihat pada bayangan dan ingatan, ketika mata terbuka maupun tertutup, ketika terjaga maupun tertidur, ketika senang maupun tersiksa. Tentang kamu, yang selalu kutunggu hingga saat kamu mengerti tentang cinta. Atau juga, tentang kamu, yang selalu kutunggu untuk berbicara. A k u m e n y a k s i k a n s e k a l i g u s menyangsikan banyak hal. Tentang dua puluh satu waktu yang dengan sengaja membuat sebuah pertemuan, tidak dengan tanpa alasan atau pun kebetulan. Tentang dua puluh satu waktu yang sudah banyak kamu dan aku habiskan begitu saja. Tentang dua puluh satu waktu yang belum juga membuatmu mengerti tentang cinta. Tentang dua puluh satu waktu yang belum juga menjelaskan kepadaku akan maksud pertemuanmu denganku. Tentang dua puluh satu waktumu yang habis untuk menanti surat balasanku. Tentang dua puluh satu waktuku yang juga telah kulewati dengan menulis surat balasan yang tidak pernah sampai kepadamu, meski bukan surat merah jambu. Atau juga tentang dua puluh satu waktu yang akhirnya membuatku menyerah, kemudian mengirimkan segala jawaban atas penantianmu. Aku menyaksikan banyak hal, tetapi tidak lagi menyangsikan satu hal. Undangan merah jambu itu adalah surat kedua puluh satu untukmu. Datanglah untukku, atau barangkali untukmu, agar kamu segera mengerti apa itu cinta.

Memintamu untuk tetap tinggal dan membuatku mengerti tentang cinta, atau setulus-tulusnya mengikhlaskan. Mana yang cinta?

Ilustrasi: M. Muhrizul Gholy

FARADILA NURBAITI. Biasa dipanggil Totoy. Lahir di Malang, 8 Juni 1994. Besar di Surabaya sampai usia 15 tahun, lalu pindah ke Malang sampai usia 17 tahun, lalu pindah lagi ke Yogyakarta dan sekarang berkuliah di Jurusan Sastra Indonesia UGM 2012.Hobi menyanyi dan menulis. Twitter: @toytotoy. Email: [email protected].

“Ingatlah bahwa dari dalam kubur suara saya akan lebih keras daripada di atas bumi.”―Tan Malaka

“Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai.”―Pramoedya Ananta Toer

CERPEN

11Edisi Desember 2014

Page 12: klik untuk unduh

Tentang hati, tentang mimpi, tentang harapan, di sana ada kau dan aku.

Ada kau dan aku dalam tanda tanya besar.Pada akhirnya kita tak pernah tahu, berhenti

menebak- nebak akhir dari cerita ini.Tak ada cara lain selain menerima, dan

mencoba berdamai.

Langit masih mendung menyisakan bau basah di luar sana. Aku masih betah di tempat ini, di sudut dekat jendela berkaca dan berukuran besar, persis menghadap ke jalan. Dan entah alasan apalagi aku betah di sini selain menikmati es vanilla ku dan bernostalgia tentang cerita bersamamu, tempat ini telah mencatat sejarah tentang kita, tentang kau dan aku., tempat kita memulai segalanya. Lucu sekali rasanya jika mengingat sore itu lagi, sore di mana aku sama sekali tak punya nyali untuk menatap matamu, sore di mana pertama kali kau mendapatiku menangis bahagia, dan mendapati pipiku bersemu merah. Aku bahagia, sore itu. Bukan untuk sore itu saja, bahkan hingga sore di hari ini pun aku masih bahagia. Aku bahagia dengan dirimu, aku bahagia saat merasakan getar sayap kupu-kupu itu dalam perutku. Kita telah memulainya, apa kita lupa? Entahlah, mungkin itu adalah jawabannya untuk saat ini. Ini bukan salahmu, bukan pula salah kita, atau aku yang sejak dulu telah menaruh hati padamu, diam-diam memikirkanmu, diam diam menuliskanmu, aku terlalu berani. Setelah sore itu aku tahu ternyata bukan cuma aku, karena kau pun begitu. Bagaimana aku tidak bahagia dengan alasan seperti itu. Aku masih terus berargumen pada dir iku sendir i untuk menguatkan hatiku sendiri, inilah manusia yang egois atau apa pun itu, sore itu apakah akan seperti sore ini? Aku me l i ha tmu memark i r kan motormu, lalu masuk ke tempat penuh cerita ini, kau langsung mendapatiku dan tersenyum manis kepadaku. Oh Tuhan terlalu naïfkah aku? Lagi dan lagi.

“Maaf ya lama, tadi aku ada urusan sebentar, kamu udah lama?” Tanyanya padaku sembari mengusap kepalaku, dan kemudian duduk di depanku. Aku menatapnya dan tersenyum. “Kaya baru kenal dua minggu aja, aku emang selalu lebih cepat dari kamu setengah jam atau bahkan satu jam,“ Aku mengamatinya saat bicara tadi, aku seperti mendapati keresahan dalam tatapannya yang teduh. “Ah, tempat ini.“ Ia tersenyum simpul. “Nggak kerasa udah berbulan-bulan tempat ini selalu jadi tempat favorit kita, hahaha mungkin kalau tembok dan bangku ini bisa bicara, mungkin mereka bakal teriak muak dengerin kita atau muak lihat kita.“ Ntah apa yang sedang kaupikirkan, tapi aku tahu ada suatu hal yang mengganggumu. “Sulit sekali rasanya.“ Aku langsung menatapmu, dan benar saja ada suatu hal yang ingin kausampaikan padaku. Entah itu pahit atau manis, aku tak tahu. “Apa yang sulit?” Aku mencoba bertanya padanya. “Jihan, aku semakin mencintaimu. Setiap saat aku memikirkanmu, kau tahu bukan itu yang jadi masalah, tapi apakah aku terlalu naïf jika ingin bersamamu?“ Aku menunduk, seperti mengutuk takdir. Aku tak tahu harus berkata apa lagi jika kau sudah membahas masalah ini, ini, dan ini lagi. Percuma saja jika aku mencoba lari atau bersembunyi dari masalah, karena realitas- nya adalah seperti itu. Dadaku mulai sesak, aku ingin membuang napas panjang. “Kau tahu, bahkan dari awal kita memang sudah memulai hal yang sulit, ini pilihan kita. Atau hanya aku yang merasa terbiasa dengan hal-hal yang sulit itu.“ Mataku mulai memerah menahan air yang siap mengalir ketika aku benar-benar tak mampu lagi menahannya. “Kita bukan anak kecil lagi, tapi perjalanan kita masih panjang.” “Aku tahu, Ta. Aku tahu. Masalahnya aku belum siap untuk sakit sekarang, aku belum siap. Apa aku terlalu egois?“

Rindu yang KutemuiOleh

@ceqe_tyaRizky Tia Rifianty

CERPEN

12 Getar: Buletin Sastra Indonesia

Page 13: klik untuk unduh

Aku tak tahu harus bagaimana lagi jika seperti ini, aku menyerah pada keadaan dan aku sakit, aku memang egois jika terus memaksakan. Kau diam lalu memerhatikan wajahku, kemudian kau pindah tepat di sebelahku, aku tak sadar kalau aku sudah menangis lagi sore ini, tapi bukan untuk alasan bahagia, ini untuk alasan realitas. “Maaf kalau aku cengeng, ya“ sebisa mungkin aku menghapus air mata di pipiku. “Jihan, aku sayang banget sama kamu” “Kamu ga boleh nangis” Ia mengusap rambutku, lalu menghapus air mataku, dan kemudian memelukku erat. Salahku jatuh hati padamu, tapi aku tak pernah memintanya, Tuhan. Jika bersamamu adalah sebuah mimpi, aku ingin terus tertidur. Dulu, aku begitu paham kalau hakikat cinta itu adalah melepaskan, tapi sekarang aku malah menggenggammu begitu erat, bahkan takut sekali terlepas. Aku mencintaimu, hanya sesederhana itu. Sesederhana cinta matahari hari kepada siang dan sesederhana cinta bulan kepada malam. “Aku cuma belum siap untuk sekarang jauh darimu, aku belum siap untuk menerima semuanya, semuanya. Termasuk kenyataan itu.“ Aku berbicara lirih bersandar di pundaknya. Sejenak tempat ini menjadi sepi, aku tak peduli lagi dengan es krim vanilaku yang telah mencair seperti bubur, aku tak peduli lagi dunia di luar seperti apa, aku tak peduli. Begitulah karena bersamamu aku seperti menemukan duniaku sendiri. Aku hanya ingin bersamamu lebih lama, hanya itu. “Apa aku terlalu penakut?” “Enggak Ta, bukan kamu yang penakut, tapi kamu sedang terbangun dan sadar akan realita, tapi aku masih ingin tidur dan berada di dunia mimpi.” “Lalu bagaimana?“ Kau menatap lurus ke arah keramaian dunia di luar ruang ini, di luar dunia kita. “Aku cuma minta waktu buat terbiasa, untuk sekarang kumohon jangan. Aku masih bu tuh pendengar yang ba ik yang s iap mendengarkan ocehan dan komentarku tentang apa pun, dan tentang hidup yang melelahkan ini. Aku masih butuh bahu ini untuk bersandar saat dunia tak berpihak padaku seperti sekarang, dan aku masih membutuhkan tangan ini untuk

menggenggamku, menguatkan aku.“ Aku berkata kepadanya dengan nada pelan tetapi dengan ketegasan di hatiku. Entahlah, mungkin aku penakut, aku yang terlalu takut menerima ini semua. “Kalau begitu aku hanya minta satu “ “Apa itu?“ Aku bertanya penasaran padanya dan menatap kedua matanya. “Ajarkan aku senaif dirimu, ajarkan aku untuk lupa hingga waktunya tiba saat semuanya memang harus dipertanyakan“ Ia menggenggam erat kedua tanganku, dan menatapku, kami bertatapan, kali ini kutemukan tenang di tatapannya walau tak setenang dahulu, tak setenang sore itu. “Jihan Raya Wijaya, aku mencintaimu hari ini, kemarin, besok dan semoga Tuhan memberi kita waktu lebih lama untuk bersama.“ Aku tersenyum tenang, seandainya ini tak sebatas seandainya, tapi sudahlah aku berdosa menyalahkan takdir. Aku hanya perlu belajar menerima dan berdamai dengan hatiku, berdamai dengan hidupku, agar kelak jika tiba waktunya aku akan melepaskanmu, aku tak akan menahan langkahmu lagi. Hujan ternyata kembali turun sore ini, tak apa, setidaknya ia menahanmu untukku agar bisa lebih lama bersamamu sore ini.

Apakah kita menatap langit yang sama? Apakah kita akan berada pada senja yang

serupa? Laguku adalah rindu, lagumu adalah aku

Kalau saja kita memandang langit yang sama, tentu senja menjadi milik kita.

Tapi teduh ternyata tak berpihak pada kitaTapi hidup ternyata memilihkan jalan lain.

Bukan inginku, bukan pula inginmuKau adalah rindu yang kutemui

Di persimpangan aku menemuimuRupanya arah kita berlawanan.

RIZKY TIA RIFIANTY, lahir di Kwala Begumit, 9 Mei 1996. Mahasiswi Jurusan Sastra Indonesia FIB UGM 2014. Alumni SMAN 2 Binjai.Mempunyai hobi menulis, membaca, dan mendengarkan musik. Twitter: @ceqe_tya. Blog: our-jalan-pulang.tumblr.com

CERPEN

13Edisi Desember 2014

Page 14: klik untuk unduh

DALAM BUS KOTA

“Kiri!”Berjejal masuk: aku dan para penanti.

Duduk paling depan.Kota tujuan sudah terbayang,tapi bus jalan pelan-pelan.

Bahkan berhenti!Tambah penumpang,sedikit-sedikit berhenti, makin terpanggang.

Ah ... sudah sesak sekali.

Berharap sejuta mil yang terasaantara Magelang-Jogjamenciut segera.

Sabar, tenang.Sabaaarzzz zzz ....

INJURY TIME

Di salah satu jalan,sahabat dekat berkata, “Lebih baik kubawakan tasmu sebentar.”Aku memang kelelahan, maka silakan.Sebatang rokok kuminta dari kantong basahmu,maka sambil istirahat, jalan pelan-pelan.“Kira-kira sudah berapa jauh?” tanyamu.“Entah,” jawabku.Mungkin bagimu jauh, namun ini cuma di depan mataku.Lelah memang,namun, jadi terapi agar rasa sakit berkurang di akhir.

Kawanku .... Perjalanan ini secuil kisah hidupmu, senang mampu berbagi, namun di cabang itu kita kan berpisah, kembalikan tasku, lalu kau pergi ke puncak dan aku turun berladang.

“Untuk hidup yang bahagia, dakilah dengan semangat, kawan! Di puncak yang pernah kita rindukan bersama itu, kau akan melihat dunia!”

MENJELANG AKHIR

Itu malam, gelap,itu kosong.Ini malam, dingin,ini kosong.Mereka kawan-kawan, malam yang sama, peduli apa?

Ini hanya aku, saat ini.Di sini,aku dimerdekakan dari yang kuinginkan.

Sayang sekali,sayang sekali,sayang sekali,aku menjelang akhir.

Oleh

@langga_dwika

Alangga Dwi Kusuma

Ilustrasi: M. Muhrizul Gholy

ALANGGA DWI KUSUMA. Anak lelaki yang suka pelesir. Kebanggaan bapaknya. Bangga akan tanah rumahnya, Kulonprogo. Karyo Sutomo.

PUISI

14 Getar: Buletin Sastra Indonesia

Page 15: klik untuk unduh

KISAH�MANTAN�TENTARA�YANG�TERLILIT�UTANG

Oleh

@achmadmuchtarAchmad Muchtar

Judul : Senapan Tak BerpeluruPenulis : Joko Gesang SantosoPenerbit : Javakarsa Media, YogyakartaCetakan: I, Oktober 2013Tebal : 176 halaman

SENAPAN Tak Berpeluru menceritakan sepasang suami-istri yang terlilit utang, padahal, sang suami adalah mantan tentara yang berjuang demi negara. Sang suami diceritakan masih memakai topi doreng yang ia pakai saat perang sedangkan sang istri mencoba mengingatkan sang suami agar mau melepaskan topi doreng itu

Dok. Javakarsa Media

sebab negara sudah tidak memikirkan nasib mantan tentara lagi. Akibatnya, perdebatan panjang terjadi di tengah kondisi mereka yang terlilit utang.

Novel ini dapat membuat kita berpikir akan peribahasa ‘Habis manis, sepah dibuang’, yang merupakan gambaran nasib dari Kirdjo, sang mantan tentara. Saat menjadi tentara, ia begitu dibutuhkan dan dielu-elukan, tetapi begitu ia sudah pensiun dan tidak dibutuhkan lagi, ia seakan-akan sudah dibuang dan tidak diperhatikan lagi oleh negara. Karakter utama digambarkan sangat berwibawa dalam novel ini, diimbangi karakter istri yang cerewet, t e t ap i p e r ha t i an . Baha sa yang dipergunakan Joko Gesang Santoso juga tegas dan lugas, walaupun kadang-kadang terasa melankolis. Namun, beberapa bagian kurang digambarkan mendetail yang membuat novel ini terasa sangat singkat.

Akan tetapi, penggambaran mengenai pertempuran dan dunia k e t e n t a r a a n s a n g a t m e n a w a n ditampilkan dan beberapa penggalan cerita dapat membuat pilu sebab mengungkap hal-hal yang mengerikan. Nov e l i n i b e r u s ah a m e n gk r i t i k pemerintah yang tak acuh terhadap mantan prajurit dan istrinya. Senapan Tak Berpeluru tak ubahnya suara untuk mengkritik pemerintah melalui media yang estetis.

RESENSI

15Edisi Desember 2014

Page 16: klik untuk unduh

MEI adalah bulan kelima dalam Kalender Gregorian yang memiliki hari-hari penting, seperti Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei dan Hari Buku Nasional pada 17 Mei. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan akses buku. Buku merupakan salah satu media sebagai jendela informasi dari zaman ke zaman yang keberadaannya sangat dibutuhkan. R.A. Kartini, pejuang emansipasi perempuan, adalah pembaca buku yang sangat tekun. Begitu juga Ki Hajar Dewantara, sebagai Perintis Pendidikan yang kelahirannya diabadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional, dia adalah penulis dan juga pembaca buku yang sangat tekun. Setiap peristiwa akan mempengaruhi seseorang dalam berpikir dan bertindak yang berimbas pada sikap dan perilakunya. Melalui bukulah wawasan dapat terbuka dan ilmu bisa didapatkan. Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang warganya suka membaca. Bangsa menjadi besar karena menghargai jasa para pahlawan. Untuk tahu jasa para pahlawan, maka harus membaca sejarah. Dengan kemajuan teknologi masa kini, semakin mudah bagi mahasiswa untuk mengakses buku. Bahkan, buku kini sudah bisa dikemas dalam bentuk elektronik (e-book). S e b a g a i g e n e r a s i m u d a , alangkah baiknya kita mengenal sejarah agar semangat yang sama seperti para pahlawan dapat berkobar. Terabaikannya budaya membaca mengakibatkan suatu bangsa menuju kehancuran moral, budaya, bahkan sejarah.

Oleh

@uwwiiiiiDwi Nur Utami

DELAPAN MANFAAT MEMBACA:

1. Melatih kemampuan berpikirOtak ibarat sebuah pedang, semakin diasah akan semakin tajam. Kebalikannya jika tidak diasah, juga akan tumpul. Menurut para ahli, keuntungan dari membaca buku dapat memberikan dampak yang menyenangkan bagi otak kita. Membaca juga membantu meningkatkan keahlian kognitif dan meningkatkan perbendaharaan kosa kata.

2. Meningkatkan PemahamanContoh nyata dari manfaat ini banyak dirasakan oleh siswa maupun mahasiswa. Di mana membaca dapat meningkatkan pemahaman dan memori, yang semula tidak mereka mengerti menjadi lebih jelas setelah membaca. Logika sederhana saja, tidak mungkin siswa atau mahasiswa memahami materi pelajaran/kuliah kalau mereka tidak membaca. Dari sini jelas bahwa membaca sangat berperan dalam membantu seseorang untuk meningkatkan p e m a h a m a n n y a t e r h a d a p s u a t u bahan/materi yang dipelajari.

3. Menambah wawasan dan ilmu

pengetahuanManfaat yang satu ini mungkin sudah sering kita dengar semenjak kita masih kecil. Kita pasti ingat berapa kali guru-guru kita mengingatkan bahwa membaca adalah satu sarana untuk membuka cakrawala dunia. Dengan memiliki banyak wawasan dan ilmu pengetahuan, kita akan lebih percaya diri dalam menatap dunia. Mampu menyesuaikan dir i dalam berbagai pergaulan dan tetap bisa survive dalam menghadapi gejolak zaman.

MANFAAT MEMBACA BUKU

APA SAJA

16 Getar: Buletin Sastra Indonesia

Page 17: klik untuk unduh

4. Mengasah kemampuan menulisSelain menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, membaca juga bisa mengasah kemampuan menulis Anda. Selain karena wawasan Anda untuk bahan menulis semakin luas, Anda juga bisa mempelajari gaya-gaya menulis orang lain dengan membaca tulisannya. Lewat membaca Anda bisa mendapatkan kekayaan ide yang melimpah untuk menulis.

5 . M e n d u k u n g k e m a m p u a n

berbicara di depan umumMembaca adalah aktivitas yang akan membuka cakrawala dan pengetahuan Anda terhadap dunia. Terbatasnya jangkauan diri kita terhadap peristiwa-peristiwa di dunia, hanya bisa dijangkau dengan membaca. Selain mendapatkan informasi tentang berbagai peristiwa, membaca juga mampu

meningkatkan pola pikir, kreativitas dan kemampuan verbal karena membaca akan memperkaya kosa kata dan kekuatan kata-kata. Dengan meningkatnya pola pikir, kreativitas dan kemampuan verbal akan sangat mendukung dalam meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum.

6. Meningkatkan KonsentrasiOrang yang suka membaca akan meningkatkan konsentrasi dan fokus. Pembaca akan memiliki kemampuan untuk memiliki perhatian penuh dan praktis d a l a m k e h i d u p a n . I n i j u g a mengembangkan keterampilan objektivitas dan pengambilan keputusan.

7. Menjauhkan risiko penyakit

AlzheimerMembaca benar-benar dapat langsung meningkatkan daya ikat otak. Ketika membaca, otak akan dirangsang dan stimulasi (rangsangan) secara teratur dapat membantu mencegah gangguan pada otak termasuk penyakit Alzheimer. Penelitian telah menunjukkan bahwa latihan otak seperti membaca buku atau majalah, bermain teka-teki silang, Sudoku, dan lain-lain dapat menunda atau mencegah kehilangan memori. Menurut para peneliti, kegiatan ini merangsang sel-sel otak agar dapat terhubung dan tumbuh.

8 . S a r a n a R e f l e k s i d a n

Pengembangan DiriKita dapat mengetahui pemikiran seorang pengusaha atau seorang trainer tanpa kita harus menjadi pengusaha atau trainer. Artinya kita bisa mempelajari bagaimana cara orang lain dalam mengembangkan diri. Ini penting bagi kita sebagai bahan pertimbangan atau pembanding sebelum kita melakukan suatu hal.

Sumber: thefikrizafacebook.blogspot.com

Ilustrasi: freepik.com

ETALASE

17Edisi Desember 2014

Page 18: klik untuk unduh

MEMAKNAI�PUISIOleh

@nunil95 & @ezrarahardi Dyah Prajnyandari & Henrikus Ezra

KOMIK

18 Getar: Buletin Sastra Indonesia

Page 19: klik untuk unduh

Galeri Foto Kunjungan PBSI UNY

Dok. KMSI

Page 20: klik untuk unduh

Galeri Foto Festival Sastra 2014

Dok. KMSI