klhs sbg terobosan pengelolaan lh

Upload: holy

Post on 18-Oct-2015

121 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    1/58

    Kajian Lingkungan

    Hidup Strategis:

    Terobosan dalam PengelolaanLingkungan Hidup

    Depu Bidang Tata Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan HidupBekerjasama dengan ESP2 - DANIDA

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    2/58

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    3/58

    iii

    Sambutan Deputi MENLHBidang Tata Lingkungan

    Dalam dua dekade terakhir ini laju kerusakansumber daya alam dan pencemaran lingkungan diIndonesia semakin meningkat dan dak menunjukkan

    gejala penurunan. Bila dua dekade lalu laju kerusakan

    hutan di Indonesia ditengarai sekitar 1 sampai 1,2juta per tahun, kini telah mencapai 2 juta hektar per

    tahun. Bagai gayung bersambut, rantai kerusakan

    tersebut kemudian menjalar dan meluas ke sungai,

    danau, hutan dataran rendah, pantai, pesisir dan

    laut. Pencemaran air dan udara di kota-kota besar

    dan wilayah padat penduduk juga telah berada pada

    ambang yang dak hanya membahayakan kesehatan

    penduduk tetapi juga telah mengancam kemampuan

    pulih dan keberlanjutan sumber daya haya.

    Situasi ini menunjukkan betapa laju kerusakan

    sumber daya alam dan pencemaran lingkungan di

    negeri kita berlangsung dalam kecepatan yang lebihnggi dibanding laju pencegahan dan pemulihannya.

    Menurut kalangan akademisi dan penggiat lingkungan

    salah satu penyebabnya adalah masalah kelembagaan

    atau masalah struktural. Maksudnya, krisis ekologi

    yang melanda di sekitar kita muncul karena kebijakan,

    peraturan perundangan, dan program-program

    pembangunan selama ini belum mempermbangkan

    faktor lingkungan hidup. Lingkungan hidup belum

    menjadi arus utama pembangunan.

    Salah satu terobosan penng yang akan ditempuh

    Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) untuk

    mengatasi masalah struktural tersebut adalah dengan

    menggagas, memperluas dan menginternalisasikan

    permbangan lingkungan hidup dan prinsip

    keberlanjutan dalam formulasi kebijakan (policy),

    rencana (plan), dan program-program pembangunan.Instrumen atau mekanisme yang telah dikenal luas di

    berbagai belahan dunia untuk maksud tersebut adalah

    Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) (Strategic

    Environmental Assessment).

    Tujuan utama KLHS dengan demikian bukan

    terletak pada dokumen yang dihasilkan melainkan

    dilahirkannya kebijakan, rencana dan program-

    program yang mempermbangkan lingkungan hidup

    dan keberlanjutan. Walau sudah barang tentu KLHS

    bukanlah satu-satunya solusi mujarab untuk mengatasi

    masalah lingkungan hidup, namun melalui aplikasi

    instrumen ini diharapkan terjadi perubahan paradigmaberpikir dikalangan perencana pembangunan. Dari

    yang semula berpandangan sempit (myopic), terpisah-

    pisah dan parsial menjadi berpandangan jangka

    panjang, saling terkait dan holisk.

    Akhir kata, semoga dengan membaca buku ini para

    pembaca dapat memperoleh inspirasi dan tertarik

    mengaplikasikan KLHS, sehingga di tahun-tahun

    mendatang dapat dilahirkan kebijakan, rencana dan

    program-program pembangunan yang sungguh-

    sungguh mempermbangkan lingkungan hidup dan

    keberlanjutannya.

    Jakarta, Desember 2007

    Ir. Hermien Roosita, MMDepu MENLH Bidang Tata Lingkungan

    Kementerian Negara Lingkungan Hidup

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    4/58

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    5/58

    v

    Isu-isu lingkungan hidup yang semakin menguatdewasa ini, termasuk pada aras global, secarasubstanf merupakan suatu wacana korekf terhadap

    paradigma pembangunan (developmentalism). Krisis

    lingkungan hidup yang semakin luas di Indonesiadewasa ini, ditengarai karena - antara lain - perencanaan

    pembangunan yang bias pertumbuhan ekonomi

    kembang ekologi. Sehingga sebagai akumulasinya

    dalam dekade terakhir ini kita seper menuai bencana

    lingkungan. Banjir, longsor, kekeringan, kebakaran

    hutan dan lahan, degradasi hutan dan keanekaragaman

    haya, serta pencemaran sungai, laut dan udara,

    datang silih bergan. Sebagai akibatnya, biaya (cost)

    dampak lingkungan hidup yang harus ditanggung oleh

    masyarakat dan pemerintah jauh lebih besar kembang

    manfaat (benet) ekonomi yang diperoleh.

    Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakansuatu kerangka kerja atau frameworkpada tahap dini

    perencanaan pembangunan dengan maksud agar

    di masa mendatang dapat dicapai harmoni antara

    pembangunan dengan lingkungan hidup. Dengan

    menggunakan KLHS, para perencana pembangunan

    dapat mempermbangkan jauh ke depan berbagai

    dampak pembangunan yang akan mbul dan

    pengaruhnya terhadap polik dan ekonomi. Demikian

    pula, KLHS dapat dimanfaatkan sebagai kerangkaintegraf bagi semua pemangku kepenngan

    (stakeholder) yang terlibat.

    Buku ini merupakan buah kerjasama antara Pemerintah

    Kerajaan Denmark dengan Pemerintah Republik

    Indonesia, melalui Danish Internaonal Development

    Agency [DANIDA], Environmental Support Programme

    Phase(ESP) 1; serta buah pemikiran dan kerja keras dari

    Aek Koesrijan, Laksmi Wijayan, Soeryo Adiwibowo,

    Triarko Nurlambang, Chay Asdak, Tjuk Kuswartojo, dan

    Hardoyo. Kepada mereka yang telah memungkinkan

    terbitnya buku ini diucapkan penghargaan dan terima

    kasih yang sebesar-besarnya.

    Semoga dengan hadirnya buku ini para pembaca dan

    pihak-pihak yang berkepenngan dapat memahami

    manfaat dan lingkup KLHS serta peluang aplikasi KLHS

    di daerah dan sektor masing-masing.

    Jakarta, Desember 2007

    Ir. Bambang Seryabudi, MURPAsisten Depu Urusan

    Perencanaan Lingkungan

    Kementerian Negara Lingkungan Hidup

    Kata Pengantar

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    6/58

    vi

    Diterbitkan olehDepu Bidang Tata Lingkungan

    Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

    Gedung A, Lantai 4

    Jalan D.I. Panjaitan Kav. 24 Kebun Nanas, Jakarta 13410

    Telp/Faks. (021) 8590667

    Website: hp:\\www.menlh.go.id

    ApresiasiUcapan terimakasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan dan penerbitan buku

    ini, antara lain:

    Tjuk Kuswartojo dan Hardoyo

    Danish Internaonal Development Agency (DANIDA) melalui Environmental Support Programme (ESP) Phase 1.

    PengarahHermien Roosita

    (Kementerian Negara Lingkungan Hidup)

    Ketua PelaksanaBambang Setyabudi(Kementerian Negara Lingkungan Hidup)

    PenyusunAek Koesrijan (KLH), Laksmi Wijayan (KLH),

    Soeryo Adiwibowo (IPB), Triarko Nurlambang (UI),

    Chay Asdak (UNPAD)

    EditorYenni Lisanova Chaterina, Widhi Handoyo, Teguh Irawan, Suhartono

    (Kementerian Negara Lingkungan Hidup)

    Esthi S. Noorsabri

    PendukungArin, Irine Nurhaya, Supriyadi, Yusnimar, Satriajaya, Nana

    (Kementerian Negara Lingkungan Hidup)

    M. Putrawidjaja, Pritha Wibisono, Devi Widianto

    Kreaf DesainMATOA

    www.matoa.org

    Kajian Lingkungan Hidup Strategis:

    Terobosan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    7/58

    vii

    Daftar Isi

    Sambutan Depu MENLH Bidang Tata Lingkungan

    Kata Pengantar

    Daar Isi

    Daar Tabel

    Daar Gambar

    Glossary

    PENDAHULUAN 1

    KEBIJAKAN DALAM KONTEKS HUKUM DAN ADMINISTRASI 31. Kebijakan Utama Pembangunan dan Relevansinya Dengan Lingkungan Hidup ....................................... 3

    A. Tujuan Pembangunan Nasional ........................................................... .............................................. 3

    B. Strategi Pembangunan Berkelanjutan ........................................................ ....................................... 6

    C. Peluang Aplikasi KLHS Dalam Konteks Kebijakan Pembangunan ....................................................... 10

    2. Landasan Hukum Pembangunan Lingkungan Hidup dan Berkelanjutan Serta Relevansinya

    Dengan Otonomi Daerah ..................................................... ............................................................... ...... 11

    A. Lingkungan Hidup Dalam Sistem Hukum Indonesia ........................................................... ............... 11

    B. Desentralisasi dan Parsipasi Publik ......................... ................................................................. ....... 113. Konteks Instusi dan Administrasi Dalam Menilai Performa Pembangunana Lingkungan Hidup ............ 13

    A. Tanggungjawab Perumusan Kebijakan, Rencana Dan Program Pembangunan ................................. 13

    B. Sikap Polik ; Peluang dan Hambatan ....................................................... ......................................... 14

    INTEGRASI PERTIMBANGAN LINGKUNGAN: PENGALAMAN INDONESIA 151. Beberapa Inisiaf KLHS Di Indonesia ............................................. .......................................................... 15

    A. Kebijakan Pengelolaan SDA dan LH Bidang Air [2004] ........................ ............................................... 15

    B. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Energi ............................................................ ...... 17

    C. Naonal Urban Environment Strategy (NUES) ............................................................. ...................... 21

    D. SENRA Bappenas ..................................................... ................................................................. ......... 23

    E. Kajian Lingkungan Strategis Kawasan Andalan Bogor, Depok, dan Bekasi [2004] .............................. 27

    F. Kajian Lingkungan Strategis Kebijakan, Rencana, dan Program Kawasan Bogor, Puncak, dan Cianjur

    (Bopunjur) [2003] .......................................................... ............................................... ...................... 29 G. Studi Kajian Lingkungan Strategis Cipamatuh [2001] ................................................................. ....... 31

    H. Studi Dampak Lingkungan Kebijakan, Rencana dan Program Kawasan Pusat Perkotaan Yogyakarta

    [2001/2002] ...................................................... ............................................... .................................. 32

    I. Kajian Awal Lingkungan Strategis Jaringan Jalan Sumatera Barat [2003] ........................................... 37

    J. Kajian Lingkungan Strategis Kawasan Cirebon dan Sekitarnya [Cireme Watershed] .......................... 40

    2. Membanding Beberapa Inisiaf KLHS ................................................... .................................................... 42

    APLIKASI KLHS DI MASA DEPAN 451. Prospek Pengembangan KLHS Di Indonesia ........................................................ ..................................... 45

    2. Alternaf Adopsi KLHS Di Masa Mendatang ....................................................... ..................................... 46

    Daar Pustaka

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    8/58

    viii

    Tabel Halaman

    1. Strategi Lingkungan Kawasan Perkotaan.................... .... 232. Matriks CEPP...................... 25

    3. Pengalaman KLHS di Indonesia......................... 43

    Gambar Halaman

    1. Pendekatan Ekosistem dalam kebijakan pengelolaan sumberdaya air.................. ......... 16

    2. Model Global Lingkungan Perkotaan................... .......... 21

    3. Model Global CEPP.......................... 24

    4. Adapve Environmental Management System (AEMS).......... .................. 34

    5. Penerapan KLHS untuk Jaringan Jalan.............................. 38

    6. Peran KLHS dalam Pengambilan Keputusan Pembangunan.............................. 42

    Daftar Tabel

    Daftar Gambar

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    9/58

    ix

    AEMS (Adapve Environmental Management System):

    Sebuah proses berkesinambungan dalam sistem manajemen lingkungan.

    Kebijakan Publik:

    Suatu keputusan polik yang ditetapkan oleh pemerintah dan atau bersama dewan perwakilan rakyat

    di ngkat pusat maupun daerah sesuai dengan mekanisme peraturan perundangan yang berlaku untuk

    memenuhi kepenngan publik.

    Musrenbang:

    Musyawarah Rencana Pembangunan, merupakan satu forum untuk membahas dan menetapkan usulan

    kegiatan pembangunan berikut anggarannya untuk tahun skal berjalan berikutnya, baik di ngkat

    pusat (Musrenbangnas) maupun daerah (Musrenbangda).

    Parsipasi Publik:

    Suatu mekanisme keterlibatan publik dalam proses pengambilan keputusan kebijakan publik.

    SEA (Strategic Environmental Assessment):

    Islah internasional untuk Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).

    AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

    APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    BAPEDALDA : Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah

    BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

    BKPRD : Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah

    BKTRN : Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional

    KL : Kementerian/Lembaga

    KLH : Kementerian Lingkungan Hidup

    KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis

    KRP : Kebijakan, Rencana, dan Program

    POKJA : Kelompok Kerja

    Permen : Peraturan Menteri

    Perpres : Peraturan Presiden

    PP : Peraturan Pemerintah

    RAPBD : Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    RAPBN : Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    Renja : Rencana Kerja

    Renstra : Rencana Strategis

    RKA : Rencana Kerja Anggaran

    RKP : Rencana Kerja Pemerintah

    RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang

    SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah

    UU : Undang-Undang

    UUD : Undang-Undang Dasar

    UU KN : Undang-Undang Keuangan Negara

    UU SPPN : Undang-Undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

    Glossary

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    10/58

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    11/58

    1

    Pendahuluan | 1

    Bab

    Pendahuluan1

    Bab

    Pengarusutamaan (mainstreaming) pembangunanberkelanjutan telah ditetapkan sebagai landasanoperasional pelaksanaan pembangunan, seper

    tercantum dalam RPJP dan RPJM Nasional. Lebih dari

    itu, selain UUD 45, UU tentang Lingkungan Hidup, UU

    tentang Penataan Ruang serta UU Otonomi Daerah telah

    menegaskan ar penngnya lingkungan hidup. Secara

    losos maupun fenomena riel, pendekatan konsep

    keruangan sangat idenk dengan fenomena lingkungan

    hidup yang dinamis dan sistemik. Fenomena ini menjadi

    dasar argumentasi perhaan pada lingkungan hidup

    dalam konstelasi pelaksanaan pembangunan nasional

    dan daerah melalui implementasi UU Penataan Ruang.

    Oleh karena itu, seap proses perumusan visi, misi,

    tujuan, dan strategi pembangunan sampai dengan

    pelaksanaannya yang memerlukan alokasi kegiatan di

    suatu lokasi atau kawasan tertentu akan senanasa

    mengandung kepenngan pelestarian lingkungan

    hidup. Dalam konteks mekanisme implementasi

    strategi pembangunan, perhaan pada lingkunganhidup ini seyogyanya ditempatkan sejak awal proses

    penetapan strategi sampai dengan pelaksanaannya.

    Sejumlah studi dan upaya untuk mengenalkan serta

    menerapkan kajian lingkungan hidup strategis telah

    dilakukan sejak 5 (lima) tahun terakhir atas inisiaf

    KLH, Bappenas, dan Depdagri. Orientasi kegiatan

    dak saja menyangkut pembangunan regional dan

    pembangunan daerah tetapi juga pembangunan

    sektoral, serta pengujian konsep, kebijakan, metode,

    dan teknis analisis.

    Menyadari bahwa instrumen lingkungan hidup yangtersedia saat ini baru pada ngkat proyek (pelaksanaan

    AMDAL), maka masih dibutuhkan satu alat kaji pada

    ngkat strategis, setara dengan strategi pembangunan

    nasional maupun daerah. Bahkan dalam Peraturan

    Pemerintah tentang AMDAL dinyatakan bahwa salah

    satu instrumennya yaitu AMDAL Regional telah

    dihapuskan, sehingga sebuah format kajian mengenai

    lingkungan hidup pada aras strategis dalam konteks

    pembangunan semakin diperlukan.

    Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) atau

    yang secara internasional dikenal sebagai Strategic

    Environmental Assessment (SEA), dalam satu dekadeterakhir dapat dikatakan masih dalam tahap awal

    pengembangan di Indonesia. Yang dimaksud dengan

    tahap awal adalah bahwa KLHS baru dalam tahap

    penapisan (screening) dan pelingkupan (scoping)

    serta masih dalam bentuk kajian yang belum

    diimplementasikan secara riel. Dengan kata lain, KLHS

    belum menjadi bagian dari kebijakan pembangunan

    nasional. Namun dari pengalaman selama ini, dapat

    ditarik satu kesimpulan bahwa KLHS sudah sampai pada

    taraf sangat dibutuhkan, dan perlu segera diterapkan

    secara riel serta diformalkan dalam konteks kebijakan

    nasional maupun daerah.

    Sebagai satu konsep yang baru tetapi sangat

    dibutuhkan maka sejumlah alternaf mekanisme

    penerapannya dalam konteks substansi, konstusi,

    kelembagaan maupun pendekatan, metode,

    dan teknis pelaksanaannya telah dicoba untuk

    dirumuskan. Tentunya alternaf-alternaf ini perlu

    diujicoba pula, khususnya dalam konteks kebijakan

    penyelenggaraannya.

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    12/58

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    13/58

    2

    Kebijakan dalam Konteks Hukum dan Administrasi | 3

    Bab

    Berakhirnya rezim Suharto dengan Orde Barunyapada tahun 1998 menjadi awal dari perubahansistem tatanegara Republik Indonesia, dan merupakan

    bagian dari proses reformasi polik dan birokrasi.

    Sejalan dengan ini, proses perencanaan pembangunan

    nasional mengalami sejumlah perubahan, baik dari

    sisi loso atau dasar pemikiran sampai dengan tahap

    implementasinya. Pengelolaan lingkungan hidup dan

    sumberdaya alam sebagai bagian dari pembangunan

    nasional juga mengiku proses perubahan ini.

    Undang-Undang Dasar RI tahun 1945 sebagai landasan

    konstusional penyelenggaraan negara telah mengalami

    perubahan sebanyak empat kali selama periode 1999

    2002, melalui diterbitkannya amandemen UUD. Dalam

    kaitannya dengan pengelolaan pembangunan, hal-hal

    pokok yang berubah adalah sebagai berikut:

    a. Penguatan kedudukan lembaga legislaf dalam

    penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja

    Negara (APBN);

    b. Diadakannya Garis-Garis Besar Haluan Negara

    (GBHN) sebagai pedoman penyusunan rencana

    pembangunan lima tahun nasional; dan

    c. Desentralisasi kekuasaan pemerintahan negara

    melalui penguatan otonomi daerah dalam bingkai

    Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Sebagai landasan pengelolaan pembangunan

    nasional, pemerintah bersama DPR menerbitkan

    Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem

    Perencanaan Pembangunan Nasional (UU SPPN).

    Sebelumnya, melalui Undang-Undang No. 22 tahun1999 tentang Pemerintahan Daerah, terlebih dahulu

    dirumuskan alokasi kewenangan yang lebih luas, nyata,

    dan bertanggung jawab kepada daerah. Undang-

    Undang ini dikenal sebagai UU Otonomi Daerah,

    dimana dalam rumusannya juga menekankan perlunya

    keharmonisan dan keselarasan pembangunan, baik di

    ngkat nasional, daerah maupun antardaerah.

    1. KEBIJAK AN UTAMA

    PEMBANGUNA N DAN

    RELEVANSINYA DENGAN

    LINGKUNGAN HIDUP

    A. Tujuan Pembangunan Nasional

    UU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)

    mencakup landasan hukum di bidang perencanaan

    pembangunan, baik pusat maupun daerah.

    Ditegaskan bahwa SPPN adalah satu kesatuan tatacara

    perencanaan pembangunan untuk menghasilkan

    Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 20

    tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    (RPJM) 5 tahun dan tahunan, serta penjabaran RPJM

    nasional yang memuat prioritas pembangunan yang

    disebut sebagai Rencana Kerja Pemerintah (RKP), yang

    dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan

    di pusat dan daerah dengan melibatkan rakyat. Dalampasal 5, 6, dan 7 UU SPPN disebutkan bahwa ndaklanjut

    dari rencana pembangunan nasional tersebut menjadi

    acuan dalam penyusunan RPJP Daerah, RPJMD dan

    RKPD. Adapun rencana pelaksanaan kegiatan program

    pembangunan tertuang dalam Rencana Strategis

    Kementerian/Lembaga (RenstraKL) di ngkat pusat

    dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah

    (RenstraSKPD) untuk masa lima tahun. RenstraKL dan

    RenstraSKPD ini memuat visi, misi, tujuan, strategi,

    kebijakan, program dan kegiatan pembangunan

    yang disusun sesuai tugas dan fungsi kementerian/

    lembaga ataupun Satuan Kerja Perangkat Daerah yang

    bersangkutan dengan melibatkan parsipasi rakyat

    (stakeholders).

    Ada empat pendekatan yang digunakan dalam proses

    penyusunan perencanaan pembangunan, yaitu:

    1. Polik

    Pemilihan presiden atau kepala daerah adalah bagian

    dari proses perencanaan pembangunan, dimana

    masing-masing calon mengkampanyekan rencana

    program pembangunan yang akan dijalankan, yang

    kemudian mendapat dukungan mayoritas rakyat pada

    ngkat nasional atau daerah yang bersangkutan.

    2. Teknokrak

    Pemikiran dan pelaksanaan program pembangunan

    berdasarkan pendekatan kerangka pikir ilmiah yang

    Kebijakan dalam Konteks Hukumdan Administrasi2

    Bab

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    14/58

    2

    | Kebijakan dalam Konteks Hukum dan Administrasi4

    Bab

    ditetapkan oleh lembaga atau instansi yang secara

    fungsional akan melaksanakan program pembangunan

    terkait.

    3. Parsipaf

    Pelaksanaan program pembangunan dengan

    melibatkan semua pihak yang berkepenngan

    (stakeholders) terhadap pembangunan. Keterlibatanmereka untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan

    rasa memiliki.

    4. Top-downdan boom-up

    Kedua pendekatan ini digunakan untuk menyelaraskan

    proses hirarkis perumusan rencana program

    pembangunan. Proses penyelarasan ini dilakukan

    melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan

    (Musrenbang) yang dilaksanakan baik di ngkat

    nasional, provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan

    Desa/Kelurahan.

    Ada empat tahapan dalam proses perencanaanpembangunan, yaitu:

    a. Penyusunan rencana

    Proses ini menghasilkan suatu rencana yang siap

    untuk ditetapkan dan terdiri dari empat langkah.

    Pertama, rancangan yang bersifat teknokrak,

    menyeluruh, dan terukur. Kedua, masing-masing

    instansi pemerintah menyiapkan rancangan

    rencana kerja sesuai dengan rancangan rencana

    pembangunan di atas. Kega melibatkan parsipasi

    rakyat (stakeholders) untuk menyelaraskan

    masing-masing rencana program pembangunan

    melalui Musrenbang, dan langkah keempat

    adalah penyusunan rancangan akhir rencana

    pembangunan untuk siap ditetapkan.

    b. Penetapan rencana

    Pada tahap ini dihasilkan produk hukum dari

    rancangan program pembangunan, sehingga

    mengikat semua pihak untuk melaksanakannya.

    Ketetapan ini berupa Peraturan Presiden

    atau Peraturan Daerah sesuai dengan jenjang

    wilayah administraf masing-masing Rencana

    Pembangunan Jangka Panjang dan Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah/Tahunan.

    c. Pengendalian pelaksanaan rencana

    Dilakukan untuk menjamin tercapainya tujuan

    dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam

    rencana program melalui kegiatan-kegiatan,

    dikoreksi oleh para pelaksana yaitu lembaga/

    instansi Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja

    Perangkat Daerah. Selanjutnya Menteri/Bappeda

    menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan

    pelaksanaan rencana pembangunan yang

    bersangkutan sesuai tugas dan kewenangannya.

    d. Evaluasi pelaksanaan rencana

    Dilakukan secara sistemas melalui pengumpulan

    dan analisis data dan informasi untuk menilai

    pencapaian tujuan, sasaran dan kinerja teknis

    pelaksanaan pembangunan. Evaluasi ini diukur

    berdasarkan indikator kinerja yang tercantum

    dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator

    ini mencakup input, output, hasil (result), manfaat

    (benet) dan dampaknya (impact). Pelaksanaan

    evaluasi ini bersifat wajib bagi semua instansi atau

    unit kerja pelaksana program pembangunan.Adapun sistemaka dokumen perencanaan mencakup

    Ketentuan Umum, Asas dan Tujuan Pembangunan,

    Ruang Lingkup, Tahapan Perencanaan, Penyusunan

    dan Penetapan Rencana, Pengendalian dan

    Evaluasi Pelaksanaan Rencana, Data dan Informasi,

    Kelembagaan, Ketentuan Peralihan, dan Ketentuan

    Penutup.

    Untuk tahun 20042009 telah disusun RPJM Nasional

    sebagai agenda pembangunan nasional. Agenda

    pembangunan ini disusun dengan memperhakan

    adanya 11 (sebelas) permasalahan pokok

    pembangunan, yaitu:

    1. Masih rendahnya pertumbuhan ekonomi

    nasional,

    2. Kualitas sumberdaya manusia Indonesia masih

    rendah,

    3. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah ini

    dipengaruhi oleh kemampuan dalam mengelola

    sumberdaya alam dan lingkungan hidup,

    4. Kesenjangan pembangunan antar daerah masih

    lebar,

    5. Kurangnya perbaikan kesejahteraan rakyat; dan

    masalah ini sangat dipengaruhi oleh lemahnya

    dukungan infrastruktur pembangunan.

    6. Belum tuntasnya penanganan aksi separasme

    di NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) dan Papua

    untuk menjamin Negara Kesatuan RI,

    7. Masih ngginya kejahatan konvensional dan

    transnasional,

    8. Masih adanya ancaman keamanan nasional baik

    dari dalam negeri maupun luar negeri, terutama

    mengingat luasnya wilayah RI serta beragamnya

    kondisi sosial, ekonomi dan budaya,

    9. Masih banyaknya peraturan perundang-undangan

    yang belum mencerminkan keadilan, kesetaraan,

    dan penghormatan serta perlindungan terhadap

    hak asasi manusia,

    10. Rendahnya kualitas pelayanan umum sebagai

    akibat masih adanya penyalahgunaan wewenang

    dan rendahnya kinerja aparatur pemerintah, dan

    11. Belum kuatnya lembaga polik, lembaga

    penyelenggara negara, dan lembaga masyarakat.

    Adapun masalah lain yang juga penng dan mendasaradalah lemahnya karakter bangsa, belum terbangunnya

    sistem pembangunan berkelanjutan, melemahnya rasa

    nasionalisme, belum terlembaganya nilai-nilai utama

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    15/58

    2

    Kebijakan dalam Konteks Hukum dan Administrasi | 5

    Bab

    kebangsaan, dan belum siapnya sistem pembangunan

    pemerintah dalam mengansipasi perubahan.

    Berdasarkan permasalahan dan tantangan di atas,

    kemudian dirumuskan Visi Pembangunan Nasional

    Indonesia untuk tahun 2004 2009, yaitu:

    Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan

    negara yang aman, bersatu, rukun, dan damai; Terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara

    yang menjunjung nggi hukum, kesetaraan, dan

    hak asasi manusia; serta

    Terwujudnya perekonomian yang mampu

    menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan

    yang layak serta memberikan landasan yang kokoh

    bagi pembangunan berkelanjutan.

    Selanjutnya ditetapkan 3 (ga) Misi Pembangunan,

    yaitu:

    Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai

    Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokras

    Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera

    Untuk mewujudkan Visi dan Misi tersebut di atas

    kemudian dirumuskan 2 (dua) Strategi Pokok

    Pembangunan Indonesia, yaitu:

    1. Strategi Penataan Kembali Indonesia

    Diarahkan untuk menyelamatkan sistem

    ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan

    UUD 45 agar tetap tegak sebagai Negara Kesatuan

    RI dan berkembangnya pluralitas sesuai dengan

    prinsip Bhinneka Tunggal Ika.

    2. Strategi Pembangunan Indonesia

    Diarahkan untuk membangun Indonesia di segala

    bidang agar hak dasar rakyat terpenuhi dan

    tercipta landasan pembangunan yang kokoh.

    Adapun jabaran sasaran dan prioritas pembangunan

    yang telah tersusun adalah sebagai berikut (khusus

    untuk yang terkait dengan Lingkungan Hidup serta

    sumberdaya alam akan dirinci lebih lanjut):

    1. Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai

    a. Sasaran 1 : penurunan ketegangan danancaman konik antar kelompok

    dalam masyarakat

    b. Sasaran 2 : kokohnya NKRI berdasarkan

    Pancasila

    c. Sasaran 3 : semakin berperannya RI dalam

    perdamaian dunia

    2. Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokras

    a. Sasaran 1 : peningkatan keadilan dan

    penegakan hukum yang adil

    b. Sasaran 2 : terjaminnya keadilan jender bagi

    peningkatan peran perempuandalam pembangunan

    c. Sasaran 3 : peningkatan pelayanan umum

    dengan menyelenggarakan otonomi

    daerah dan kepemerintahan

    daerah

    d. Sasaran 4 : peningkatan pelayanan birokrasi

    kepada masyarakat

    e. Sasaran 5 : terlaksananya pemilihan umum

    tahun 2009 secara demokras,jujur, dan adil

    3. Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera

    a. Sasaran 1 : menurunkan jumlah penduduk

    miskin menjadi 8,2% pada tahun

    2009.

    Prioritas yang ditetapkan:

    penanggulangan kemiskinan

    peningkatan investasi dan ekspor non-migas

    peningkatan daya saing industri manufaktur

    revitalisasi pertanian

    pemberdayaan koperasi dan usaha mikro,

    kecil, dan menengah

    peningkatan pengelolaan BUMN

    peningkatan kemampuan ilmu pengetahuan

    perbaikan iklim ketenagakerjaan

    pemantapan stabilitas ekonomi makro

    b. Sasaran 2 : berkurangnya kesenjangan

    antarwilayah.

    Prioritas yang ditetapkan:

    pembangunan perdesaan

    pengurangan kempangan pembangunan

    wilayah

    c. Sasaran 3 : peningkatan kualitas manusiasecara menyeluruh.

    Prioritas yang ditetapkan:

    peningkatan akses rakyat terhadap pendidikan

    yang lebih berkualitas

    peningkatan akses rakyat terhadap layanan

    kesehatan yang lebih berkualitas

    peningkatan perlindungan dan kesejahteraan

    sosial

    pembangunan kependudukan dan keluarga

    kecil berkualitas serta pemuda dan olah raga

    peningkatan kualitas kehidupan beragama

    d. Sasaran 4 : membaiknya mutu lingkunganhidup dan pengelolaan sumberdaya

    alam yang mengacu pada

    pengarusutamaan (mainstreaming)

    prinsip pembangunan berkelanjutan

    di seluruh sektor dan bidang

    pembangunan.

    Prioritas yang ditetapkan adalah perbaikan

    pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian

    mutu lingkungan hidup; dengan arah kebijakan

    pembangunannya melipu:

    1. mengelola sumberdaya alam untukdimanfaatkan secara esien, adil dan

    berkelanjutan yang didukung oleh

    kelembagaan yang andal dan penegakan

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    16/58

    2

    | Kebijakan dalam Konteks Hukum dan Administrasi6

    Bab

    hukum yang tegas

    2. mencegah terjadinya kerusakan sumberdaya

    alam dan lingkungan hidup yang lebih parah,

    sehingga laju kerusakan dan pencemaran

    semakin menurun

    3. memulihkan kondisi sumberdaya alam dan

    lingkungan hidup yang rusak4. mempertahankan sumberdaya alam dan

    lingkungan hidup yang masih dalam kondisi

    baik untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan

    serta meningkatkan mutu dan potensinya

    5. meningkatkan kualitas lingkungan hidup

    e. Sasaran 5 : membaiknya infrastruktur sebagai

    sarana penunjang pembangunan.

    Prioritas yang ditetapkan adalah percepatan

    pembangunan infrastruktur.

    B. Strategi Pembangunan Berkelanjutan

    Seper disebutkan dalam sasaran, prioritas, dan arah

    kebijakan pembangunan dalam RPJM 20042009,

    strategi pembangunan berkelanjutan ini juga tercakup

    dalam sasaran pembangunan untuk melestarikan

    lingkungan hidup dan perbaikan pengelolaan

    sumberdaya alam.

    Pada bagian awalnya dijelaskan terlebih dahulu bahwa

    untuk mewujudkan sasaran ini, Indonesia sedang

    menghadapi permasalahan sebagai berikut:

    1. Terus menurunnya kondisi hutan Indonesia;pengelolaan hutan berkelanjutan belum opmal

    karena pembagian wewenang dan tanggungjawab

    pengelolaan hutan belum tegas.

    2. Lemahnya hukum sehingga masih terjadi

    pembalakan liar hasil hutan (illegal logging).

    3. Rendahnya kapasitas pengelola hutan.

    4. Belum berkembangnya pemanfaatan hasil hutan

    non-kayu dan jasa-jasa lingkungan lainnya.

    5. Kerusakan DAS.

    6. Habitat ekosistem pesisir dan laut semakin rusak.

    7. Permasalahan batas wilayah laut dengan negara

    tetangga.8. Berkembangnya pencurian ikan dan pola

    penangkapan yang merusak lingkungan hidup.

    9. Potensi kelautan belum dimanfaatkan secara

    opmal.

    10. Pengelolaan pulau-pulau kecil belum opmal.

    11. Citra dan pengelolaan usaha pertambangan yang

    merusak lingkungan.

    12. Tingginya ancaman terhadap keanekaragaman

    haya (biodiversity).

    13. Pencemaran air semakin meningkat.

    14. Kualitas udara, khususnya di kota-kota besar,

    semakin menurun.

    15. Sistem migasi bencana alam belum dikembangkan

    secara baik.

    16. Kedakpasan hukum dalam pengelolaan bidang

    pertambangan.

    17. Terjadinya penurunan kontribusi migas dan hasil

    tambang bagi penerimaan negara.

    18. Belum ada cara pengelolaan limbah berbahaya

    secara sistemas dan terpadu.

    19. Belum terlaksana adaptasi kebijakan menanggapi

    perubahan iklim.

    20. Isu lingkungan global belum dipahami menjadi

    bagian dari pembangunan nasional dan daerah.21. Belum harmonisnya peraturan perundangan

    lingkungan hidup.

    22. Masih rendahnya kesadaran rakyat dalam

    pemeliharaan lingkungan hidup.

    Memahami permasalahan dan tantangan di atas,

    maka sasaran pembangunan lingkungan hidup yang

    ditetapkan pemerintah dapat dirinci sebagai berikut:

    1. Meningkatkan kualitas air permukaan (sungai,

    danau, dan situ), sekaligus pengendalian dan

    pemantauan terpadu antarsektor.

    2. Terkendalinya pencemaran pesisir dan laut melalui

    usaha konservasi tanah.

    3. Meningkatkan kualitas udara, khususnya di daerah

    perkotaan, melalui kebijakan transportasi yang

    ramah lingkungan.

    4. Pengurangan penggunaan bahan perusak ozon

    (BPO) secara bertahap sampai dengan tahun

    2010.

    5. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap

    perubahan iklim global.

    6. Pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman

    haya secara berkelanjutan sesuai dengan IBSAP

    (Indonesian Biodiversity Strategy and Acon Plan)

    20032020.7. Meningkatkan upaya pengelolaan sampah

    perkotaan dengan menempatkan faktor lingkungan

    sebagai penentu kebijakan.

    8. Meningkatkan sistem pengelolaan limbah B3.

    9. Tersusunnya informasi dan peta wilayah yang

    rentan terhadap kerusakan lingkungan dan

    bencana alam (banjir, kekeringan, gempa bumi,

    tsunami, dan lainnya).

    10. Tersusunnya aturan pendanaan bagi pelestarian

    lingkungan hidup yang inovaf.

    11. Meningkatkan diplomasi internasional.

    12. Meningkatkan kesadaran rakyat akan penngnyakonservasi lingkungan hidup dan sumberdaya

    alam.

    Sementara itu, pembangunan lingkungan hidup secara

    khusus diarahkan untuk:

    1. Mengarusutamakan (mainstreaming) prinsip-

    prinsip pembangunan berkelanjutan ke seluruh

    bidang pembangunan.

    2. Meningkatkan koordinasi pengelolaan lingkungan

    hidup di ngkat nasional dan daerah.

    3. Meningkatkan upaya harmonisasi pengembangan

    hukum lingkungan dan penegakannya secara

    konsisten terhadap pencemaran lingkungan.4. Meningkatkan upaya pengendalian dampak

    lingkungan akibat kegiatan pembangunan.

    5. Meningkatkan kapasitas lembaga pengelola

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    17/58

    2

    Kebijakan dalam Konteks Hukum dan Administrasi | 7

    Bab

    lingkungan hidup, baik di ngkat nasional maupun

    daerah, terutama dalam menangani permasalahan

    yang bersifat akumulaf, fenomena alam yang

    musiman, dan bencana.

    6. Membangun kesadaran rakyat agar peduli pada

    isu lingkungan hidup dan berperan akf sebagai

    kontrol-sosial dalam memantau kualitas lingkungan

    hidup; dan7. Meningkatkan penyebaran data dan informasi

    lingkungan, termasuk informasi wilayah-wilayah

    rentan dan rawan bencana lingkungan dan

    informasi kewaspadaan dini terhadap bencana.

    Selanjutnya, arah pembangunan di atas dijabarkan

    dalam program-program pembangunan yang

    langsung terkait dengan urusan lingkungan hidup dan

    pengelolaan sumberdaya alam, sebagaimana tercantum

    dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 7

    tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Nasional tahun 2004 2009, sebagai

    berikut:

    1. Program perlindungan dan konservasi sumberdaya

    alam.

    Program ini bertujuan untuk menjamin kualitas

    ekosistem agar fungsinya sebagai penyangga

    sistem kehidupan dapat terjaga dengan baik.

    Kegiatan pokok yang tercakup antara lain:

    a. Pengkajian kembali kebijakan perlindungan

    dan konservasi sumberdaya alam;

    b. Perlindungan sumberdaya alam dari

    pemanfaatan yang eksploitaf dan dak

    terkendali terutama di kawasan konservasitermasuk kawasan konservasi laut dan

    lahan basah serta kawasan lain yang rentan

    terhadap kerusakan;

    c. Perlindungan hutan dari kebakaran;

    d. Pengembangan koordinasi kelembagaan

    pengelolaan DAS terpadu;

    e. Pengelolaan dan perlindungan

    keanekaragaman haya dari ancaman

    kepunahan, baik yang ada di daratan maupun

    di pesisir dan laut;

    f. Pengembangan sistem insenf dan disinsenf

    dalam perlindungan dan konservasi

    sumberdaya alam;

    g. Perumusan mekanisme pendanaan bagi

    kegiatan perlindungan dan konservasi

    sumberdaya alam;

    h. Pengembangan kemitraan dengan perguruan

    nggi, masyarakat setempat, lembaga swadaya

    masyarakat, legislaf, dan dunia usaha dalam

    perlindungan dan pelestarian sumberdaya

    alam;

    i. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan

    dunia usaha dalam perlindungan sumberdaya

    alam;

    j. Pengembangan sistem perlindungan tanamandan hewan melalui pengendalian hama

    penyakit dan gulma secara terpadu yang

    ramah lingkungan;

    k. Pengkajian dampak hujan asam (acid

    deposion) di sektor pertanian;

    l. Penyusunan tata ruang dan zonasi untuk

    perlindungan sumberdaya alam, terutama

    wilayah-wilayah yang rentan terhadap gempa

    bumi tektonik dan tsunami, banjir, kekeringan,

    serta bencana alam lainnya;

    m. Pengembangan hak paten jenis-jeniskeanekaragaman haya asli Indonesia dan

    serkasi jenis;

    n. Pengembangan daya dukung dan daya

    tampung lingkungan;

    o. Penetapan kriteria baku kerusakan; serta

    p. Pengusahaan dana alokasi khusus (DAK)

    sebagai kompensasi daerah yang memiliki dan

    menjaga kawasan lindung.

    2. Program rehabilitasi dan pemulihan cadangan

    sumberdaya alam.

    Program ini bertujuan untuk merehabilitasi alam

    yang telah rusak dan mempercepat pemulihan

    cadangan sumberdaya alam sehingga selain

    berfungsi sebagai penyangga kehidupan juga

    dapat berpotensi untuk dimanfaatkan secara

    berkelanjutan. Kegiatan pokok dari program ini

    antara lain mencakup:

    a. Penetapan wilayah prioritas rehabilitasi

    pertambangan, hutan, lahan, dan kawasan

    pesisir serta pulau-pulau kecil;

    b. Peningkatan kapasitas kelembagaan, sarana,

    dan prasarana rehabilitasi hutan, lahan, dan

    kawasan pesisir serta pulau-pulau kecil;

    c. Peningkatan efekvitas reboisasi yang

    dilaksanakan secara terpadu;

    d. Rehabilitasi ekosistem dan habitat yang

    rusak di kawasan hutan, pesisir (terumbu

    karang, mangrove, padang lamun, dan

    estuaria), perairan, dan bekas kawasan

    pertambangan, disertai pengembangan sistem

    manajemennya;

    e. Pengkayaan atau restocking sumberdaya

    pertanian dan perikanan;

    f. Rehabilitasi daerah hulu untuk menjamin

    pasokan air irigasi pertanian dan mencegah

    terjadinya erosi dan sedimentasi di wilayahsungai dan pesisir; serta

    g. Revitalisasi danau, situ, dan sumber-sumber

    air lainnya, khususnya di Jabodetabek dan

    kota-kota besar lainnya.

    3. Program pengembangan kapasitas pengelolaan

    sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

    Program ini bertujuan untuk meningkatkan

    kapasitas pengelolaan melalui pelaksanaan

    prinsip-prinsip Good Environmental Governance

    (transparansi, parsipasi, dan akuntabilitas).

    Kegiatan pokok dari program ini antara lainadalah:

    a. Pengkajian dan analisis instrumen pemanfaat-

    an sumberdaya alam secara berkelanjutan;

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    18/58

    2

    | Kebijakan dalam Konteks Hukum dan Administrasi8

    Bab

    b. Peningkatan kapasitas kelembagaan

    pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan

    hidup di pusat dan daerah, termasuk lembaga

    masyarakat adat;

    c. Peningkatan peran serta rakyat dalam

    pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan

    hidup melalui pola kemitraan;

    d. Pengembangan sistem pengendalian danpengawasan sumberdaya alam termasuk

    sistem penanggulangan bencana;

    e. Pengembangan sistem pendanaan alternaf

    untuk lingkungan hidup;

    f. Peningkatan koordinasi antarlembaga baik di

    pusat maupun di daerah;

    g. Pengembangan peraturan perundangan

    lingkungan hidup dalam pengendalian

    pencemaran dan perusakan lingkungan

    hidup;

    h. Penegakan hukum terpadu dan penyelesaian

    hukum atas kasus perusakan sumberdaya

    alam dan lingkungan hidup;

    i. Pengesahan, penerapan, dan pemantauan

    perjanjian internasional di bidang lingkungan

    hidup yang telah disahkan;

    j. Upaya pembentukan Dewan Nasional

    Pembangunan Berkelanjutan;

    k. Pendirian Komisi Keanekaragaman Haya

    yang didahului dengan pendirian sekretariat

    bersama m terpadu keanekaragaman haya

    nasional;

    l. Penyempurnaan prosedur dan sistem

    perwakilan Indonesia dalam berbagai konvensi

    internasional bidang lingkungan hidup;m. Pengkajian kembali dan penerapan kebijakan

    pembangunan melalui internalisasi prinsip-

    prinsip pembangunan berkelanjutan;

    n. Peningkatan pendidikan lingkungan hidup

    secara formal dan non-formal; dan

    o. Pengembangan program Good Environmental

    Governance (GEG) secara terpadu dengan

    program good governancedi bidang lainnya.

    4. Program peningkatan kualitas dan akses informasi

    sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

    Program ini bertujuan untuk mendukungperencanaan pemanfaatan sumberdaya alam dan

    perlindungan fungsi lingkungan hidup. Kegiatan

    pokok program ini antara lain adalah sebagai

    berikut:

    a. Penyusunan data sumberdaya alam, baik data

    potensi maupun data daya dukung kawasan

    ekosistem, termasuk di pulau-pulau kecil;

    b. Pengembangan valuasi sumberdaya alam

    melipu hutan, air, pesisir, dan cadangan

    mineral;

    c. Penyusunan neraca sumberdaya alam nasional

    dan neraca lingkungan hidup;d. Penyusunan dan penerapan produk domesk

    bruto hijau (PDB Hijau)

    e. Penyusunan data potensi sumberdaya hutan

    dan Neraca Sumberdaya Hutan (NSDH);

    f. Pendataan dan penyelesaian tata hutan dan

    kawasan perbatasan dengan negara tetangga;

    g. Penyusunan indikator keberhasilan

    pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan

    hidup;

    h. Penyebaran dan peningkatan akses informasi

    kepada rakyat, termasuk informasi migasibencana dan potensi sumberdaya alam dan

    lingkungan hidup;

    i. Pengembangan sistem informasi dini yang

    berkaitan dengan dinamika global dan

    perubahan kondisi alam, seper gempa bumi,

    tsunami, banjir, dan kekeringan;

    j. Pengembangan sistem informasi terpadu

    mengenai pemantauan kualitas lingkungan

    hidup antara nasional dan daerah;

    k. Sosialisasi, pelaksanaan, dan pemantauan

    berbagai perjanjian internasional baik di

    ngkat pusat maupun daerah;

    l. Penyusunan laporan Status Lingkungan Hidup

    Indonesia (SLHI) sebagai alat pendukung

    pengambilan keputusan publik; dan

    m. Peningkatan keterlibatan peran rakyat dalam

    bidang informasi dan pemantauan kualitas

    lingkungan hidup.

    5. Program pengendalian pencemaran dan perusakan

    lingkungan hidup.

    Program ini bertujuan untuk meningkatkan

    kualitas lingkungan hidup dalam upaya mencegah

    kerusakan lingkungan hidup, baik di darat, perairan

    tawar dan laut, maupun udara, sehingga rakyatmemperoleh kualitas lingkungan hidup yang

    bersih dan sehat. Kegiatan pokok dari program

    ini secara keseluruhan terfokus pada upaya-

    upaya pencegahan kerusakan lingkungan, dengan

    penekanan pada kasus-kasus kualitas udara (emisi

    gas buang), air tanah, dan sampah di daerah

    perkotaan atau kabupaten, serta permasalahan

    regulasi dan kelembagaan berikut pendanaannya.

    Kajian terhadap konsep pembangunan nasional yang

    tertuang dalam UU SPPN dan operasionalisasinya

    melalui RPJM 20042009 ini dapat memberikan

    indikasi adanya beberapa hal tentang lingkungan hidup

    dan sumberdaya alam yang perlu menjadi perhaan,

    jika dikaitkan dengan kemungkinan penerapan konsep

    Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).

    Terdapat kesulitan dalam memahami struktur pemikiran

    yang sistemik dalam konteks fenomena dinamika

    lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya

    alam, sebagaimana yang terjadi dalam satu perilaku

    ekosistem. Segala daar substansi dalam arah, strategi

    dan program yang ada lebih menunjukkan semacam

    paral shopping list yang cenderung berorientasipada objek kembang satu kerangka pemikiran

    konstrukf hasil sintesa kompleksitas fenomena

    lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya alam

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    19/58

    2

    Kebijakan dalam Konteks Hukum dan Administrasi | 9

    Bab

    pada satu kesatuan geogras negara kepulauan tropis

    Indonesia yang khas. Hal tersebut terlihat dengan

    ditetapkannya urusan hutan, pertambangan minyak

    dan gas, serta pertambangan mineral dan batu bara

    sebagai satu pembahasan tersendiri sejajar dengan

    urusan lingkungan hidup dan sumberdaya alam.

    Demikian pula dengan adanya beberapa bur program

    yang tumpang ndih. Sebagai contoh, kegiatankonservasi disinggung dalam dua program yang

    berbeda sementara isi kegiatannya kurang lebih sama,

    yaitu pada program konservasi sumberdaya alam dan

    program pengembangan dan pengelolaan sumberdaya

    laut. Secara konsep dan realitanya, urusan-urusan tadi

    seharusnya ada dalam satu lingkup besar lingkungan

    hidup dan sumberdaya alam, sementara urusan hutan,

    laut, dan pertambangan merupakan sub-bagian dari

    sumberdaya alam. Hal ini menjadi lebih rumit dengan

    adanya fakta bahwa sebagai hasil kebijakan publik

    yang semesnya melibatkan sistem birokrasi dan

    sistem polik, dokumen RPJM ini dak menjadi bahanpermbangan utama agar tercipta satu konvergensi

    antara idealisme dan realita, hingga dapat tercipta

    satu kebijakan publik yang realisk dalam konteks

    keberagaman atau heterogenitas sosial-budaya-polik-

    ekonomi yang menjadi ciri stakeholdersdi Indonesia.

    Lebih jauh lagi, walaupun disebutkan adanya program

    peningkatan kapasitas, namun dak disebutkan

    keberadaan lembaga legislaf baik di pusat maupun

    di daerah sebagai unsur utama dalam mekanisme

    pembuatan kebijakan. Hal-hal pokok di atas inilah yang

    menjadi dasar bagi kemungkinan adanya satu kesulitan

    tersendiri dalam hal menerjemahkannya pada satumekanisme atau metode pengambilan keputusan

    sampai dengan implementasinya.

    Argumentasi selanjutnya yang terkait dengan masalah

    tersebut adalah sebagai berikut:

    Adanya perbedaan pemahaman mengenai

    konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable

    development) seper yang telah dikonvensikan

    oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Secara formal,

    denisi pembangunan berkelanjutan sudah

    ditetapkan dalam UU No. 23 tahun 1997 tentang

    Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bab 1 pasal 1:

    Bahwa pengertian pembangunan berkelanjutanyang berwawasan lingkungan hidup adalahupaya sadar dan terencana yang memadukanlingkungan hidup, termasuk sumberdaya kedalam proses pembangunan untuk menjaminkemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidupgenerasi masa kini dan generasi masa depan.

    Hal ini sangat substansial mengingat pembangunan

    lingkungan adalah basis dari mainstreaming

    pembangunan berkelanjutan. Lebih dari itu,

    pembangunan berkelanjutan ini dalam RPJM

    dak dimaknai sebagai outcome pembangunan,dimana keselarasan antara aspek sosial, ekonomi,

    dan lingkungan hidup adalah syarat pokoknya.

    Pengeran pembangunan berkelanjutan

    masih diperlakukan secara parsial pada ngkat

    operasionalisasi pembangunan sektoral. Dengan

    demikian, tecermin kuat bahwa kegiatan

    pembangunan berkelanjutan ini cenderung

    dirancang secara parsial, bukan sebagai payung

    konsep yang menjadi landasan operasional

    outcome pembangunan Indonesia. Lebih jauh

    lagi, argumentasi ini diperkuat dengan gambaranberikut:

    Konsep lingkungan hidup masih tetap dipandang

    sebagai satu bidang pembangunan yang sejajar

    dengan bidang sektoral lainnya. Di sisi lain, terlihat

    jelas adanya inkonsistensi konsep lingkungan

    hidup yang digunakan dalam SPPN dan RPJM ini.

    Bahkan dalam penjabaran sasaran, prioritas, dan

    arah pembangunan lebih perlu ditegaskan dan

    diluruskan mengiku klausul dalam Bab 1 pasal

    1 Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang

    Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu:

    bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan1.

    ruang dengan semua benda, daya, keadaan,

    dan mahluk hidup, termasuk manusia

    dan perilakunya, yang mempengaruhi

    kelangsungan perikehidupan dan

    kesejahteraan manusia serta mahluk lain.

    bahwa pengelolaan lingkungan hidup adalah2.

    upaya untuk melestarikan fungsi lingkungan

    hidup yang melipu kebijaksanaan penataan,

    pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,

    pemulihan, pengawasan, dan pengendalian

    lingkungan hidup.

    Adanya pergeseran penekanan ke arah penngnya

    polik dan sosial-budaya untuk demokrasasi dan

    kesetaraan, namun sektor ekonomi masih menjadi

    generator utama pembangunan Indonesia yang

    dianggap mampu menciptakan kesejahteraan bagi

    rakyat Indonesia. Hal ini memperkuat argumentasi

    bahwa pendulum dalam konsep segiga

    kepenngan pembangunan berkelanjutan (sosial

    ekonomi lingkungan hidup) masih belum dirancang

    secara tepat, apalagi konsisten. Maksudnya, jika

    RPJM 2004 2009 diterapkan secara ketat, maka

    pembangunan masih bertumpu pada upaya-

    upaya pemanfaatan sumberdaya (terutama alam)

    untuk kepenngan ekonomi semata, sehingga

    konsekuensi yang berupa kemungkinan terjadinya

    kedakseimbangan ekosistem masih akan terjadi.

    Adanya bab yang menjelaskan tentang

    lingkungan hidup dan pemanfaatan sumberdaya

    alam yang memerlukan ndakan proteksi dan

    pemeliharaan mutu lingkungan hidup, serta

    keberlanjutan ketersediaan sumberdaya alam.

    Namun karena peletakan posisi komponen

    ini semata-mata hanya sebagai bagian dari

    cakupan kebijakan pembangunan, maka secarametodologis teridenkasi sebagai suatu bagian

    pembangunan yang bersifat fragmentedbukan

    sistemik sehingga masih diragukan untuk dapat

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    20/58

    2

    | Kebijakan dalam Konteks Hukum dan Administrasi10

    Bab

    berperan dalam mainstreaming pembangunan

    berkelanjutan. Di sisi lain, fenomena lingkungan

    hidup beserta komponen sumberdaya alam

    dan sumber-sumber budaya adalah satu sistem

    perilaku yang interdependen.

    Keadaan penjelasan tahapan dalam proses

    pembangunan untuk mencapai tujuannya juga

    dapat memberikan keraguan akan efekvitaspencapaiannya. Dengan kata lain, ada kesan bahwa

    RPJM ini berupa paral shopping list program

    pembangunan, tetapi cara (how to achieve),

    tujuan, sasaran, dan target pembangunan serta

    sistem pengendaliannya sama sekali dak ada

    (sedak-daknya) pengarahannya.

    Lebih dari itu, jika kembali kepada pendekatan

    yang digunakan dan permasalahan nasional

    yang diidenkasi dalam dokumen RPJM, dapat

    dikatakan bahwa pendekatan-pendekatan

    tersebut (polik, teknokrak, parsipaf dan top-

    down/boom-up) masih dilakukan secara terbatas

    dan parsial, atau dak terjadi proses sinkronisasi

    di antaranya. Indikasi praks yang menunjukkan

    keadaan ini adalah masih banyaknya konik antar

    pembangunan sektoral maupun daerah, dan juga

    konik sosial-budaya-polik. Indikasi lain adalah

    munculnya keinginan pemekaran wilayah (lebih

    dari 150 daerah yang ingin bahkan sebagian

    sudah membentuk pemerintahan daerah baru)

    yang mereeksikan menguatnya gerakan polisi

    lokal untuk menentukan arah pembangunan

    daerahnya sendiri, selain ambisi untuk memperoleh

    kekuasaan yang lebih besar.

    Kondisi ini dimungkinkan oleh struktur proses

    pengambilan keputusan, dimana sistem administrasi

    (eksekuf) dan sistem polik (legislaf) masih

    kuat dipengaruhi pola orientasi sektoral. Selain

    itu, masih kuatnya pikal sistem clienlisc atau

    patronage model dalam dinamika sistem polik

    di Indonesia, menyebabkan kepenngan untuk

    mewujudkan kesejahteraan rakyat atau membangun

    kekuatan pembangunan ekonomi (welfare state

    model dan economic development model) belum

    sepenuhnya menjadi kepenngan utama operasional

    pembangunan. Dengan kata lain, ada semacam sikapapas dalam memahami visi pembangunan nasional

    sebagai amanat bangsa.

    Namun demikian, ada satu peluang kemungkinan

    dalam konteks penerapan konsep KLHS, khususnya

    dengan semakin eksibelnya ruang publik untuk

    berparsipasi melalui berbagai jalur media, sehingga

    dapat menciptakan tekanan sosial. Tekanan sosial

    ini secara teoris dapat diharapkan menjadi aspirasi

    yang diserap dan dijadikan sebagai isu polik, untuk

    kemudian menjadi agenda pembuatan kebijakan

    pembangunan. Harapan ini sejalan dengan yang

    ditetapkan dalam RPJM 2004 2009, khususnya dalampenjelasan tentang ga bur terakhir dari kegiatan

    pokok Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan

    Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup, serta pada

    Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi

    Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Sayangnya

    kegiatan ini dak diposisikan sebagai program payung

    yang bersifat holisk dari keseluruhan program

    pembangunan berkelanjutan, sebagaimana loso

    dari KLHS.

    Adapun peraturan perundangan lain yang relevan

    dan dapat disinergikan dengan urusan lingkunganhidup adalah undang-undang penataan ruang. Hal

    ini dimungkinkan mengingat loso, konsep, sampai

    dengan teknis penerapannya merupakan satu horizon

    yang idenk. Sementara itu, secara praks dapat

    dipahami bahwa hampir seluruh aspek rencana

    pembangunan memerlukan lokasi atau ruang untuk

    mengalokasikan kegiatannya.

    C. Peluang Aplikasi KLHS dalam Kebijakan

    Pembangunan

    Mengacu pada UU SPPN, UU Lingkungan Hidup, dan

    RPJM 2004 2009 serta UU Otonomi Daerah berikutarahan penyelenggaraan pemerintahan daerah

    dari Dirjen PUOD, konsep KLHS secara losos dan

    konseptual sangat relevan menjadi bagian pokok arah

    kebijakan pembangunan, dengan mengingat bahwa

    pembangunan lingkungan merupakan dasar bagi

    pembangunan berkelanjutan. Konsep KLHS memiliki

    kapasitas untuk menjadi payung yang mengintegrasikan

    permasalahan riel dan kebutuhan pembangunan

    dengan proses pengambilan kebijakan pembangunan

    yang lebih bersifat holisk dan sistemik bukan

    kepenngan pragmas sektoral semata yang sarat

    dengan konik dan perilaku eksploitaf sumberdayaalam. Bahkan dari sisi kepenngan polik, penerapan

    konsep KLHS memiliki potensi sebagai integrator

    kekuatan-kekuatan polik yang berkembang melalui

    mekanisme dinamika partai polik, yaitu kampanye

    polik dan sistem pemilihan umum.

    Namun demikian, permasalahan yang muncul

    dan menjadi perhaan untuk dicarikan terobosan

    solusinya dalam kondisi saat ini adalah pada tatanan

    metode penerapannya, karena dalam acuan struktur

    kebijakan khususnya dalam kaitannya dengan

    instusionalisasinya masih ditemui inkonsistensi,

    serta belum terdenisi secara operasional dansistemak. Belum lagi dengan adanya kemungkinan

    kedakserasian antarkebijakan sektoral yang seringkali

    menimbulkan konik, dimana masing-masing kebijakan

    sektoral dipayungi oleh kekuatan hukum yang setara

    ngkatannya (antar Undang-Undang, Peraturan

    Presiden hingga Peraturan Daerah).

    Mengingat kondisi di atas, terlihat perlunya dilakukan

    terobosan-terobosan kreaf untuk menghasilkan

    inovasi dalam merancang kebijakan strategis

    pembangunan melalui pemanfaatan instrumen

    peraturan perundangan yang berlaku serta legimasi

    kelembagaan, dimana keterlibatan rakyat yang secarariel terkait langsung dengan fenomena lingkungan

    hidup menjadi kuncinya. Pada prakteknya, sesuai

    dengan denisi yang tertuang dalam UU No. 23 Tahun

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    21/58

    2

    Kebijakan dalam Konteks Hukum dan Administrasi | 11

    Bab

    1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU

    Tata Ruang (UU No. 26 tahun 2007), di manapun ada

    kehidupan atau kegiatan manusia pas terkait secara

    sistem atau fungsional dengan permasalalan lingkungan

    hidup. Oleh karena itu menjadi semakin mendesak

    untuk dilakukan terobosan dalam merumuskan

    development administraon KLHS (terkait dengan

    sistem polik, sosial-budaya-ekonomi dan birokrasi)mengiku konteks perkembangan kepenngan

    pembangunan Indonesia masa kini dan mendatang.

    2. LANDASAN HUKUM

    PEMBANGUNAN LINGKUNGAN

    HIDUP DAN BERKELANJUTAN

    SERTA RELEVANSINYA DENGAN

    OTONOMI DAERAH

    A. Lingkungan Hidup dalam Sistem Hukum

    IndonesiaPada dasarnya, segala kebijakan dan peraturan

    perundang-undangan yang terkait dengan lingkungan

    hidup dan pembangunan berkelanjutan mengakar

    pada UUD 45 pasal 33 yang menyatakan bahwa:

    Tanah, air dan sumberdaya alam adalah milik

    negara dan dikelola oleh pemerintah untuk

    digunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran

    rakyat.

    Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang

    Pengelolaan Lingkungan hidup menetapkan secara

    jelas bahwa lingkungan hidup terintegrasi dalam prosespengambilan keputusan pembangunan. Pernyataan ini

    dapat ditemui pada pembukaan UU ini:

    Bur (b) yang menyatakan bahwa, dalam rangka

    untuk meningkatkan taraf hidup rakyat seper yang

    diamanatkan dalam UUD 45 dan untuk mencapai

    kehidupan yang harmonis sejalan dengan loso

    Pancasila, dibutuhkan satu ndakan bertahap

    untuk mengimplementasikan pembangunan

    berkelanjutan berwawasan lingkungan sebagai

    satu kesatuan kebijakan nasional demi memenuhi

    kebutuhan generasi sekarang dan yang akan

    datang.

    Dalam bur (d) disebutkan bahwa, pengelolaan

    lingkungan hidup ada dalam bingkai pembangunan

    berkelanjutan (berwawasan lingkungan hidup)

    sesuai dengan norma hukum dan aturan

    yang berlaku dengan memperhakan aspirasi

    masyarakat, perhaan terhadap pembangunan

    lingkungan global, dan hukum internasional untuk

    lingkungan hidup.

    Di sisi lain, hukum sektoral mengatur pemanfaatan

    atau eksploitasi ekonomis sumberdaya lingkungan,

    seper UU Kehutanan, UU Sumberdaya Air, Pertanian,Perikanan, Penataan Ruang, dan lain-lain. Secara

    substansial, instrumen-instrumen hukum ini masih

    mengandung kecenderungan lemahnya perhaan

    terhadap kepenngan pembangunan lingkungan

    hidup. Ada kemungkinan nilai dan sikap yang tertuang

    dalam instrumen-instrumen hukum sektoral ini

    disebabkan oleh interpretasi sempit dari makna UUD

    45 pasal 33 yang menyatakan bahwa sumberdaya alam

    dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran

    rakyat, sehingga seolah-olah para pelaku ekonomi

    mendapat juskasi untuk melakukan eksploitasiekonomis. Namun demikian, sesungguhnya isi pasal

    ini dapat pula dimaknai bahwa eksploitasi ekonomi

    sumberdaya alam diperbolehkan sepanjang untuk

    kemakmuran rakyat Indonesia.

    B. Desentralisasi dan Parsipasi Publik

    Dalam UU SPPN dan RPJM ditegaskan penngnya peran

    pemerintah daerah dalam mengimplementasikan

    program-program pembangunan nasional di

    daerah masing-masing. Penguatan peran pelaksana

    pembangunan di daerah dirumuskan dalam Undang-

    Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

    Daerah, dimana sistem pemerintahan daerah memiliki

    hak otonom untuk menjalankan tugas kepemerintahan

    secara terdesentralisasi. Ada dua tujuan utama

    mengapa sistem desentralisasi yang diterapkan, yaitu:

    1. Pemerintahan daerah dapat meningkatkan

    kesejahteraan dengan memberikan layanan publik

    di daerah.

    2. Pemerintah daerah menjadi instrumen pendidikan

    polik untuk mempromosikan demokrasasi di

    daerah.

    Adapun loso adanya pemerintah daerah, seper

    yang dijelaskan Direktur Jenderal PUOD (PemerintahUmum dan Otonomi Daerah) Departemen Dalam

    Negeri, adalah:

    1. Pemerintah daerah ada karena rakyat.

    2. Rakyat memberikan legimasi kepada wakil-wakil

    rakyat melalui Pemilu.

    3. Tugas DPRD dan Kepala Daerah dibantu pegawai

    negeri sipil adalah mensejahterakan rakyat dengan

    cara-cara demokras.

    4. Kesejahteraan diukur dengan Human Development

    Index(HDI).

    5. Kata kuncinya adalah pelayanan publik.

    6. Hasil akhir pemerintah daerah adalah pelayanandasar dan pengembangan sektor unggulan.

    7. Pelayanan publik terdiri dari public goods dan

    regulasi publik.

    Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa

    peran parsipasi rakyat akan menjadi dasar yang sangat

    kuat bagi proses pengambilan kebijakan pembangunan

    di daerah dan keberlangsungan penyelenggaraan

    pemerintah daerah. Parsipasi rakyat dalam proses

    pengambilan keputusan dan pengelolaan lingkungan

    hidup ini sebelumnya telah ditegaskan dalam UU No.

    32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada

    Bab 3 yang menetapkan Hak, Kewajiban dan Peran

    Masyarakat sebagaimana tercantum dalam pasal 5,

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    22/58

    2

    | Kebijakan dalam Konteks Hukum dan Administrasi12

    Bab

    pasal 6, dan pasal 7 seper yang dikup berikut ini.

    Pasal 5

    1. Seap orang mempunyai hak yang sama atas

    lingkungan hidup yang baik dan sehat.

    2. Seap orang mempunyai hak atas informasi

    lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran

    dalam pengelolaan lingkungan hidup.

    3. Seap orang mempunyai hak untuk berperandalam rangka pengelolaan lingkungan hidup

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku.

    Pasal 6

    1. Seap orang berkewajiban memelihara kelestarian

    fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan

    menanggulangi pencemaran dan perusakan

    lingkungan hidup.

    2. Seap orang yang melakukan usaha dan/atau

    kegiatan berkewajiban memberikan informasi

    yang benar dan akurat mengenai pengelolaan

    lingkungan hidup.

    Pasal 7

    1. Masyarakat mempunyai kesempatan yang

    sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam

    pengelolaan lingkungan hidup.

    2. Pelaksanaan ketentuan pada ayat (1) di atas

    dilakukan dengan cara:

    a. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan

    masyarakat, dan kemitraan;

    b. Menumbuhkembangkan kemampuan dan

    kepeloporan masyarakat;

    c. Menumbuhkan ketanggapsegeraan

    masyarakat untuk melakukan pengawasan

    sosial;

    d. Memberikan saran pendapat;

    e. Menyampaikan informasi dan/atau

    menyampaikan laporan.

    Pasal-pasal di atas menunjukkan validitas akan hak dan

    peran parsipaf rakyat dalam proses pembangunan

    lingkungan hidupnya. Hal ini dapat diinterpretasikan

    juga bahwa segala tahapan pembangunan, mulai dari

    perumusan kebijakan, implementasi, dan pengendalian

    lingkungan hidup, diamanatkan untuk dan bahkan

    harus melibatkan rakyat.

    Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah

    perlu diperhakan adanya elemen-elemen pokok

    sebagai berikut:

    1. Fungsi pemerintah daerah

    2. Struktur organisasi pemerintah daerah

    3. Pegawai pemerintah daerah

    4. Keuangan pemerintah daerah

    5. Keterwakilan rakyat

    6. Layanan publik

    7. Supervisi

    Elemen-elemen di atas merupakan satu sistemyang holisk bukan parsial dalam menjalankan

    pemerintahan daerah. Strategi yang dibutuhkan dalam

    menjalankan pemerintahan daerah secara garis besar

    terdiri dari bur-bur berikut:

    1. Penguatan ketujuh elemen di atas

    2. Idenkasi susunan yang ideal seap elemen

    tersebut dengan mengacu pada koridor UU

    32/2004

    3. Idenkasi kondisi eksisng ketujuh elemen

    4. Idenkasi kesenjangan antara kondisi idealdan kondisi eksisng sehingga dapat diketahui

    permasalahan, hambatan, dan lain-lainnya

    5. Susun atau rumuskan rencana kerja untuk

    masing-masing elemen dalam upaya mengatasi

    kesenjangan di atas

    6. Seluruh rencana kerja terikat dalam satu kesatuan

    rancangan otonomi

    Terkait dengan otonomi daerah, pemerintah daerah

    terbagi dalam sejumlah cakupan urusan sebagai

    berikut:

    1. Rumpun Lingkungan Hidup, PU, Perumahan2. Rumpun Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga

    3. Rumpun Kesehatan

    4. Rumpun Penanaman Modal, UKM, Indag

    5. Rumpun Kependudukan, Nakertrans, PP, BKKBN

    6. Rumpun Perhubungan dan Kominfo

    7. Rumpun Stask, Arsip

    8. Rumpun Pertanahan

    9. Rumpun Kesbangpol

    10. Rumpun PMD, Sosial

    11. Rumpun Kepegawaian

    12. Rumpun Kelautan dan Perikanan Laut

    13. Rumpun Pertanian, Perkebunan, Peternakan,

    Tanaman Pangan, Kehutanan

    14. Rumpun Pertambangan

    15. Rumpun Pariwisata dan Kebudayaan

    Kemudian kelima belas urusan tersebut dipilah ke

    dalam dua kategori, yaitu:

    a. Dinas urusan wajib:

    1. Rumpun Lingkungan Hidup, PU, Perumahan

    2. Rumpun Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga

    3. Rumpun Kesehatan

    4. Rumpun Penanaman Modal, UKM,

    5. Rumpun Kependudukan, Nakertrans, PP,

    BKKBNl6. Rumpun Perhubungan dan Kominfo

    7. Rumpun Pertanahan

    8. Rumpun Kesbangpol

    9. Rumpun PMD, Sosial

    b. Dinas urusan pilihan:

    1. Rumpun Kelautan dan Perikanan Laut

    2. Rumpun Pertanian, Perkebunan, Peternakan,

    Tanaman Pangan, Perikanan Darat,

    Kehutanan

    3. Rumpun Pertambangan

    4. Rumpun Pariwisata dan Kebudayaan

    5. Rumpun Industri, Perdagangan

    Sementara itu dalam perspekf kelembagaan,

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    23/58

    2

    Kebijakan dalam Konteks Hukum dan Administrasi | 13

    Bab

    pemerintah daerah terbagi dalam dua kelompok,

    yaitu:

    a. Badan/kantor (techno structure):

    1. Rumpun Perencanaan, BPS,

    2. Rumpun Kepegawaian, Diklat, Arsip

    3. Rumpun Keuangan

    4. Rumpun Pengawasan

    b. Pendukung (supporng sta):

    1. Rumpun Asisten

    2. Rumpun Biro/Bagian

    Memahami kategori urusan pemerintah daerah ini,

    dapat dikatakan bahwa seyogyanya urusan lingkungan

    hidup dan perlindungan ketersediaan sumberdaya

    alam menjadi salah satu agenda pokok pembangunan

    di daerah.

    Dalam kaitannya dengan proses pembuatan kebijakan

    dan implementasi di ngkat daerah bagi kepenngan

    pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan

    hidup, pada dasarnya UU Otonomi Daerah dapat

    dikatakan akomodaf. Namun di sisi lain dapat juga

    terjadi sebaliknya, terutama jika dikaji dalam konteks

    keuangan daerah yang mengharuskan daerah lebih

    mampu menjadi mandiri. Hal ini memaksa para pelaku

    pembangunan di daerah untuk lebih berorientasi

    pada eksploitasi sumberdaya alam agar lebih

    cepat mengakumulasikan pendapatan daerah yang

    berakibat pada akselerasi kerusakan lingkungan hidup

    dan kelangkaan sumberdaya alam. Sejumlah kasus

    akhir-akhir ini menunjukkan gejala yang dimaksud,

    misalnya illegal logging, pertambangan di pemukiman

    padat di Sidoarjo, penambangan pasir di kepulauanRiau, dan lain-lain. Situasi ini sangat dimungkinkan,

    mengingat terbatasnya kapasitas pelaku pembangunan

    dalam memahami dan mengoperasionalkan loso

    pembangunan berkelanjutan atau diperkenalkan oleh

    UNDP sebagai sustainable skills. Sejumlah pakar dari

    IPB dan UI bahkan menyatakan bahwa, dengan adanya

    UU Otonomi Daerah maka pemerintah daerah seper

    memiliki legimasi untuk mengeksploitasi sumberdaya

    alamnya, untuk kepenngan performa pembangunan

    ekonomi daerahnya.

    3. KONTEKS INSTITUSI DAN

    ADMINISTRASI DALAM MENILAI

    PERFORMA PEMBANGUNAN

    LINGKUNGAN HIDUP

    A. Tanggungjawab Perumusan Kebijakan,

    Rencana, dan Program Pembangunan

    Dasar hukum yang menjadi acuan tanggung jawab

    dalam merumuskan kebijakan, rencana, dan program

    pembangunan adalah UU No. 25 tahun 2004 tentang

    Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).

    Dalam UU SPPN tersebut, khususnya pada Bab 1tentang Kebijakan Umum, ditetapkan terminologi

    kunci dari denisi kebijakan, rencana, dan program

    serta hal-hal lain yang terkait. Selain itu, pada bagian

    ini juga dijelaskan tahapan perencanaan.

    Mengacu pada Peraturan Presiden No. 9 tahun 2005

    tentang Status, Tugas, Fungsi, Struktur Organisasi dan

    Tata Laksana Organisasi Kementerian RI, maka kita

    kenal ga pe kementerian yang menjadi penanggung

    jawab pelaksanaan pembangunan, yaitu:

    Menteri Koordinator

    Bertanggung jawab mendukung tugas presiden

    dalam mengkoordinir perumusan kebijakan dan

    perencanaan, serta sinkronisasi implementasi

    kebijakan tersebut di antara bidang-bidang

    pembangunan yang tergabung dalam portofolio

    Menteri Koordinator yang bersangkutan.

    Menteri yang membawahi sebuah Departemen

    Mempunyai tugas untuk membantu presiden

    melalui satu mekanisme pendelegasian otoritas

    untuk melaksanakan bidang tertentu dari tugas

    pemerintahan.

    Menteri Negara

    Mempunyai tugas untuk membantu presiden

    dalam merumuskan kebijakan, dan koordinasi

    bidang tugas khusus yang menjadi tanggung jawab

    pemerintah.

    Pada saat ini ada ga Menteri Koordinator (Menko)

    yaitu Menko Polik, Hukum, dan Keamanan; Menko

    Perekonomian; dan Menko Kesejahteraan Rakyat.

    Menteri Negara Lingkungan Hidup ada di antara

    sepuluh kementerian di bawah koordinasi Menko

    Kesejahteraan Rakyat.

    Seper yang disebutkan di atas, Menko Kesejahteraan

    Rakyat memiliki fungsi utama untuk mengkoordinasi

    perencanaan dan kebijakan, agar diperoleh sinkronisasi

    dan pengawasan implementasi penyejahteraan rakyat

    dan pengurangan kemiskinan. Sepuluh kementerian

    dalam koordinasi Menko Kesejahteraan Rakyat

    adalah:

    Departemen Kesehatan;

    Departemen Pendidikan Nasional;

    Departemen Sosial;

    Departemen Agama;

    Departemen Kebudayaan dan Pariwisata; Kementerian Negara Lingkungan Hidup;

    Kementerian Negara Pemberdayaan Wanita;

    Kementerian Negara Percepatan Pembangunan;

    Kementerian Negara Perumahan Rakyat;

    Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga;

    Sementara itu, departemen memiliki otoritas tugas

    fungsional pemerintahan untuk merumuskan dan

    mengimplementasikan kebijakan pembangunan di

    bidang yang bersangkutan. Departemen yang dimaksud

    terdiri dari:

    Departemen Dalam Negeri Departemen Luar Negeri

    Departemen Keuangan

    Departemen Perhubungan

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    24/58

    2

    | Kebijakan dalam Konteks Hukum dan Administrasi14

    Bab

    Departemen Pekerjaan Umum

    Departemen Perindustrian

    Departemen Perdagangan

    Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    Departemen Pertanian

    Departemen Kehutanan

    Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral

    Departemen Perikanan dan Kelautan Departemen Komunikasi dan Informasi

    Departemen Pertahanan dan Keamanan

    Di sisi lain, Menteri-menteri Negara bertanggung

    jawab untuk merumuskan dan mengkoordinasikan

    kebijakan nasional pada bidang-bidang yang bersifat

    khusus. Urusan lingkungan hidup ditangani oleh

    Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH),

    dengan tugas utamanya membantu presiden dalam

    merumuskan dan mengkoordinasikan kebijakan bidang

    lingkungan hidup beserta dampak lingkungan hidup.

    Lembaga sejenis yang erat kaitannya dengan urusan

    pembangunan lingkungan hidup adalah MenteriNegara Perencanaan Pembangunan merangkap Kepala

    Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, yang

    bertugas membantu Presiden dalam merumuskan

    kebijakan dan mengkoordinir bidang perencanaan

    pembangunan. Keterkaitan kedua lembaga ini terwujud

    dalam mekanisme perumusan dan penyelenggaraan

    perencanaan pembangunan yang berorientasi pada

    pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan.

    B. Sikap Polik; Peluang dan Hambatan

    Dalam bagian sebelumnya telah dijelaskan, bahwa

    diperlukan satu ndakan yang bijak dalam pemanfaatansumberdaya alam dan lingkungan bagi pencapaian

    tujuan pembangunan, seper diamanatkan UUD 45.

    Selanjutnya, keselarasan kepenngan pelestarian

    lingkungan hidup bagi proses pembangunan nasional,

    juga tertuang dalam UU Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional dan UU tentang Pengelolaan

    Lingkungan Hidup.

    Pada umumnya, hukum atau UU sektoral dak secara

    spesik menyatakan keterkaitan kepenngan lingkungan

    hidup dalam pembangunan sektoral. Namun melalui

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004

    2009, keterkaitan ini telah dipertegas. Keterkaitan

    yang telah diatur dalam satu undang-undang ini, dengandemikian, mengikat seluruh sektor pembangunan

    melalui satu visi pembangunan yang gamblang, dengan

    mengarusutamakan pembangunan berkelanjutan dan

    menciptakan perbaikan kualitas lingkungan. Disamping

    itu, juga relevan untuk mengkaitkan urusan ini dengan

    kebijakan otonomi daerah dan parsipasi publik

    dalam proses pengambilan keputusan pembangunan,

    termasuk keterbukaan informasi dan hasil kajian

    terhadap dampak lingkungan hidup secara regional.

    Mengingat situasi inilah maka Kajian Lingkungan Hidup

    Strategis menjadi sangat relevan, dan bahkan perlu

    segera diadakan untuk mengarahkan kebijakan, strategi,

    dan program pembangunan ke dalam mainstream

    keberlanjutan. Sebagai catatan, perencanaan

    pembangunan dirancang untuk kurun waktu berturut-

    turut 20 tahunan, 5 tahunan, dan 1 tahunan. Dalam

    konteks satu rangkaian proses atau mekanisme

    perencanaan pembangunan dan penyelenggaraannya,

    Kajian Lingkungan Hidup Strategis dapat berperan

    sebagai asupan untuk meningkatkan ketepatan

    dan esiensi pencapaian tujuan pembangunan.

    Namun demikian, keterlibatan KLHS dalam seap

    bagian proses perencanaan pembangunan masih

    mengalami sejumlah hambatan. Hal ini, selain karenaketersediaan sumberdaya manusianya yang terbatas

    dalam mengintegrasikan nilai-nilai lingkungan hidup,

    terutama disebabkan oleh adanya sikap penolakan

    (reluctant) dari departemen-departemen sektoral,

    karena dianggap menghambat eksekusi pembangunan

    dan sekaligus berpotensi menimbulkan tambahan

    biaya.

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    25/58

    3

    Integrasi Permbangan Lingkungan: Pengalaman Indonesia | 15

    Bab

    Menyadari banyaknya permasalahan lingkunganhidup yang berskala regional ataupun nasionalbahkan lintas negara, dan dak cukup memadainya

    instrumen AMDAL yang hanya berorientasi pada skala

    proyek, kini telah dikembangkan satu instrumen yang

    berskala regional sampai internasional pada tataran

    strategis. Instrumen ini kemudian dipopulerkan dengan

    islah Strategic Environment Assessment (SEA), yang

    kemudian diterjemahkan sebagai Kajian Lingkungan

    Hidup Strategis (KLHS). KLHS kini dak hanya menjadi

    perhaan, tetapi juga telah ditetapkan sebagai

    mandatory atau direcve di sejumlah negara di Asia

    dan Afrika, Australia, dan Selandia Baru, serta beberapa

    badan dunia seper Uni Eropa, World Bank, dan Asian

    Development Bank. Mengiku perkembangan ini, KLH

    telah berinisiaf untuk mengembangkannya sejak

    lebih dari lima tahun lalu.

    Sebagaimana tahap inisiasi pada umumnya, kegiatan

    yang terkait dengan pemikiran KLHS ini masih lebih

    dikonsentrasikan pada studi dan pengenalan. Dengan

    kata lain, kegiatan-kegiatan tersebut belum dapat

    dikatakan sebagai kegiatan KLHS seutuhnya, sehingga

    dapat dikatakan masih nearly SEA. Namun, sejalan

    dengan semakin meningkatnya kesadaran dan

    kebutuhan penyelesaian masalah lingkungan hidup

    pada tataran regional dan strategis di Indonesia, maka

    instrumen KLHS ini dituntut untuk segera menjadi

    acuan dasar dalam mengkaji kebutuhan, perumusan

    tujuan, dan strategi pembangunan nasional maupun

    daerah. Tuntutan ini semakin kuat sejalan dengan UU

    SPPN (Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional)

    dan RPJM 2004 2009. Sesuai dengan perannyamasing-masing, maka KLH, Bappenas, dan Depdagri

    semakin intensif bekerja untuk merumuskan KLHS

    ini sebagai satu instrumen nasional dan regional.

    Bahkan KLHS ini telah diupayakan untuk menjadi

    pegangan utama dalam merumuskan seap strategi

    pembangunan berikut monitoring dan evaluasinya,

    baik dalam konteks kewilayahan maupun sektoral.

    1. BEBERAPA INISIATIF KLHS DI

    INDONESIA

    Dalam dua tahun terakhir ini, didukung oleh lembaga

    donor dari Kerajaan Denmark (Danida), kega instansi

    utama yaitu Bappenas, KLH, dan Depdagri bekerjasama

    untuk merealisasikan konsep dan aplikasi KLHS ini.

    Selanjutnya, konsep dan aplikasi KLHS diupayakan

    secara terus menerus untuk menjadi bagian dari

    kebijakan dan penyelenggaraan pembangunan.

    Berikut ini adalah deskripsi sejumlah kegiatan yang

    merupakan inisiaf penerapan Kajian Lingkungan

    Hidup Strategis yang telah dilakukan oleh Kementerian

    Negara Lingkungan Hidup, Bappenas, dan DepartemenDalam Negeri, bekerjasama dengan beberapa instansi

    terkait baik di ngkat pusat maupun di daerah.

    A. Kebijakan Pengelolaan SDA dan LH

    Bidang Air [2004]

    a. Deskripsi Singkat

    Tidak terpenuhinya sumberdaya air secara kuantas,

    kualitas, maupun konnuitas, meskipun telah banyak

    kebijakan, rencana, dan program terkait maupun

    peran serta berbagai pihak berkenaan dengan hal

    tersebut, telah mendorong Kementerian Lingkungan

    Hidup untuk menyusun pokok-pokok kebijakan

    pengelolaan sumberdaya air yang lebih komprehensif

    untuk melengkapi kebijakan, rencana, dan program

    yang telah ada.

    Dalam menyusun kebijakan ini digunakan perangkat

    KLHS terhadap kebijakan, rencana, dan program

    yang telah ada dan terkait dengan pengelolaan

    sumberdaya air. Sebagai suatu upaya sistemas dan

    logis dalam memberikan landasan bagi terwujudnya

    pengelolaan sumberdaya air berkelanjutan melalui

    proses pengambilan keputusan yang berwawasan

    lingkungan, KLHS mengedepankan proses parsipaf

    dan koordinaf yang melibatkan berbagai pihak terkait.

    Kajian tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan,

    yaitu pengumpulan data dan informasi, idenkasi

    masalah dan kendala, njauan kebijakan yang telah

    dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan daerah, serta

    prakiraan dampak posif dan negaf dari kebijakan

    yang ada. Langkah berikutnya adalah mengidenkasi

    kebutuhan dan upaya solusinya, terutama kebutuhan

    kebijakan dan strategi implementasinya.

    Pokok-pokok kebijakan pengelolaan sumberdaya air

    ini diharapkan dapat dijadikan permbangan dalam

    penyusunan kebijakan, rencana, dan program para

    pemangku kepenngan, baik di ngkat pusat, wilayah

    maupun daerah. Dalam hal ini, sangat disadari bahwa

    untuk mendorong pada pelaksanaan kebijakan masih

    Integrasi PertimbanganLingkungan: Pengalaman Indonesia3

    Bab

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    26/58

    3

    | Integrasi Permbangan Lingkungan: Pengalaman Indonesia16

    Bab

    menghadapi tantangan-tantangan, yaitu berupa

    komitmen stakeholder untuk menjabarkan secara

    kongkrit dalam bentuk program dan kegiatan.

    b. Tipe KLHS

    Kebijakan sektoral sumberdaya air.

    c. Pendekatan dan Metode

    Pendekatan kebijakan pengelolaan sumberdaya air

    yang rasional adalah berbasis ekosistem (Gambar

    1). Pendekatan ini menempatkan keterkaitan antar

    komponen dalam keseluruhan sistem pengelolaan

    sumberdaya air. Pendekatan ekosistem seper

    tersebut pada Gambar 1 menunjukkan ga sub-

    sistem yang harus menjadi perhaan dalam proses

    pengelolaan sumberdaya air berkelanjutan, yaitu

    sub-sistem produksi, sub-sistem distribusi, dan sub-

    sistem konsumsi. Seluruh daya dan upaya seyogyanya

    ditujukan untuk mencapai keseimbangan antar sub-

    sistem atau keseimbangan secara proporsional dalam

    sub-sistem itu sendiri.

    Sub-sistem produksi merupakan sistem alam dalam

    bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS) atau cekungan air

    tanah. Sub-sistem ini juga umum dikenal sebagai sistem

    tata air. Besarnya produksi air, selain tergantung pada

    besarnya curah hujan, juga ditentukan oleh karakterisk

    dan kondisi DAS maupun cekungan air tanah. Dalam

    banyak kasus, produksi air telah mengalami gangguan

    yang bersifat antropogenik, utamanya terkait dengan

    perubahan fungsi lahan dari yang bersifat meresapkan

    air ke dalam tanah menjadi kurang/dak meresapkan

    air.

    Sub-sistem kedua dari keseluruhan sub-sistem

    yang harus dipermbangkan dalam pengelolaan

    sumberdaya air berkelanjutan adalah sub-sistem

    distribusi. Kedudukan faktor distribusi air sangat erat

    kaitannya dengan (1) jaminan akses rakyat kurang

    mampu dalam memperoleh sumberdaya air, dan

    (2) penentuan prioritas distribusi air untuk berbagai

    keperluan, antara lain untuk rumah tangga, pertanian,

    industri, dan keperluan sektoral lainnya. Untuk

    dapat mewujudkan pengelolaan sumberdaya air

    berkelanjutan, maka pola konsumsi air harus terkaitdengan sistem produksi sumberdaya air.

    d. Tahapan Analisis

    Analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis

    supply-demand dan analisis yang bersifat menggali

    terjadinya konik pemanfaatan air, yang bersumber

    pada akses terhadap sumberdaya air, prioritas

    pemanfaatan air, dan dak atau kurang tersedianya air

    pada musim kemarau. Analisis juga berupaya menggali

    kemungkinan menerapkan pendekatan konservasi

    sumberdaya air, misalnya melalui teknik pemanenan air

    hujan (rainwater harvesng) dan mekanisme insenf-

    disinsenf, selain prinsip-prinsip esiensi pemanfaatan

    air.

    Analisis kajian lingkungan hidup strategis dilakukan

    dengan tahapan sebagai berikut:

    Pelingkupan:

    Mengidenkasi isu-isu dan dampak penng yang

    perlu dikaji dalam studi KLHS.

    Alternaf Kebijakan, Rencana, dan/atau Program

    (KRP):

    Mengenali dan membandingkan sejumlah alternaf

    KRP pengelolaan sumberdaya air, termasuk pilihan

    alternaf terbaik dari perspekf kepenngan

    lingkungan hidup.

    Curah Hujan Air Permukaan

    Tata Air

    (produksi)

    Tata Guna Air

    (Konsumsi)

    Tata Kelola

    (Distribusi)

    Tanah, Vegetasi, dll

    [DAS, Cekungan Air

    Tanah]

    Tata Ruang

    Tata Kelembagaan

    KRP = Kebijakan, Rencana, Program

    KRP KRP

    KRP

    KRP

    ( + )

    ( - )

    Gambar 1. Pendekatan Ekosistem dalam Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Air

  • 5/28/2018 KLHS Sbg Terobosan Pengelolaan LH

    27/58

    3

    Integrasi Permbangan Lingkungan: Pengalaman Indonesia | 17

    Bab

    Analisis Lingkungan (Evaluasi dan Valuasi Dampak

    Lingkungan):

    Mendeskripsi dampak lingkungan yang akan

    mbul akibat KRP dan menentukan bagaimana

    deskripsi dampak tersebut ditampilkan. Mengenali,

    memprakirakan dan mengevaluasi dampak KRP

    pengelolaan sumberdaya air termasuk alternafnya.

    Menentukan signikansi dampak dan mengkaitkandampak tersebut dengan biaya dan keuntungan

    lain. Mengenali upaya-upaya untuk menghindari,

    menurunkan dan meniadakan dampak yang telah

    diprakirakan. Hal ini diperlukan sebagai bahan

    permbangan pelaksanaan RKL dan RPL.

    Alternaf KRP dan Pengambilan Keputusan:

    Menyetujui, menolak atau merevisi usulan dan/atau

    KRP yang sedang berjalan disertai dengan alasan

    masing-masing keputusan.

    Rencana Pemantauan dan Pengelolaan KRP:

    Memaskan apakah implementasi KRP tetap

    mempermbangkan LH sesuai dengan saran studi

    KLHS.

    e. Sumberdaya yang Digunakan

    Pengelolaan sumberdaya air secara berkelanjutan

    selain memerlukan kapasitas kelembagaan yang

    koordinaf dan eksibel, diharapkan juga mampu

    bersinergi antarsektor dan antarwilayah. Kapasitas

    sumberdaya manusia dan kelembagaan tersebut di

    atas diperlukan, karena pengelolaan sumberdaya air

    bersifat lintas wilayah dan melibatkan kepenngan

    berbagai sektor. Untuk itu, SDM yang digunakan

    adalah keahlian bidang kebijakan dan regulasi,perencanaan ruang, dan pengelolaan sumberdaya air.

    Data/informasi yang digunakan bersifat me series

    melipu data klimatologi, pemanfaatan sumberdaya

    air, kelembagaan pengelola sumberdaya air dan

    permasalahan pemanfaatan dan konservasi air. Tenaga

    ahli yang melaksanakan studi ini adalah para pakar

    pengelolaan lingkungan, pengelolaan sumberdaya

    air, regulasi dan kebijakan pengelolaan sumberdaya,

    sosial-budaya, dan perencanaan wilayah.

    f. Keluaran

    Arahan Kebijakan Produksi Air Berkelajutan

    Arahan kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan

    produksi air permukaan dan air tanah secara

    terintegrasi, guna mengatasi dan mengansipasi

    permasalahan kekurangan air, serta mengatasi sebagian

    akar permasalahan di ngkat hulu yang mendukung

    terjadinya banjir. Besaran dan keberlanjutan produksi

    air selain ditentukan oleh besarnya curah hujan,

    juga ditentukan oleh kondisi daerah tangkapan air

    (catchment area) DAS. Secara empiris, apabila kondisi

    tutupan lahan (groun