klass

9
D. Klasifikasi Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan/beratnya dan morfologi cedera. 1. Mekanisme Cedera kepala dibagi atas cedera tumpul dan cedera tembus. Cedera tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, atau pukulan benda tumpul. Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak ataupun tusukan. 13 2. Keparahan Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan secara umum dalam deskripsi beratnya penderita cedera otak. Glasgow Coma Scale yaitu suatu skala untuk menilai secara kuantitatif tingkat kesadaran seseorang dan kelainan neurologis yang terjadi. Ada 3 aspek yang dinilai yaitu reaksi membuka mata (eye opening), reaksi berbicara (verbal respons), dan reaksi lengan serta tungkai (motor respons). Berdasarkan nilai GCS maka penderita cedera otak dengan nilai GCS 14-15 dikategorikan penderita cedera otak ringan, nilai GCS 9-13 dikategorikan

Upload: chairunnisa-kusumawardhani

Post on 16-Jan-2016

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

klasifikasi

TRANSCRIPT

Page 1: klass

D. Klasifikasi

Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan/beratnya dan

morfologi cedera.

1. Mekanisme

Cedera kepala dibagi atas cedera tumpul dan cedera tembus. Cedera tumpul

biasanya berkaitan dengan kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, atau pukulan benda

tumpul. Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak ataupun tusukan. 13

2. Keparahan

Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan secara umum dalam deskripsi beratnya

penderita cedera otak. Glasgow Coma Scale yaitu suatu skala untuk menilai secara

kuantitatif tingkat kesadaran seseorang dan kelainan neurologis yang terjadi. Ada 3 aspek

yang dinilai yaitu reaksi membuka mata (eye opening), reaksi berbicara (verbal respons),

dan reaksi lengan serta tungkai (motor respons). Berdasarkan nilai GCS maka penderita

cedera otak dengan nilai GCS 14-15 dikategorikan penderita cedera otak ringan, nilai

GCS 9-13 dikategorikan sebagai cedera otak sedang, nilai GCS 3-8 dikategorikan cedera

otak berat. 13

Tabel I

Glasgow Coma Scale

Jenis pemeriksaan Nilai

Respon buka mata (Eye opening, E)

Spontan 4

Page 2: klass

Terhadap suara 3

Terhadap nyeri 2

Tidak ada 1

Respon motorik terbaik (M)

Ikut perintah 6

Melokalisir nyeri 5

Fleksi normal (menarik anggota yang dirangsang) 4

Fleksi abnormal (dekortikasi) 3

Ekstensi abnormal (deserebrasi) 2

Tidak ada 1

Respon verbal (V)

Berorientasi baik 5

Berbicara mengacau (bingung) 4

Kata-kata tidak teratur 3

Suara tidak jelas 2

Tidak ada 1

Nilai GCS = (E+V+M), nilai terbaik = 15 dan nilai terburuk = 3Sumber: Moppett IK. Traumatic brain injury: assessment, resuscitation and early management. British Journal of Anaesthesia; 2007. 99. h. 18–31.

3. Morfologi

a. Kerusakan menyeluruh ( Diffuse Injury ). Merupakan tipe cidera yang paling sering

ditemukan. Diartikan sebagai suatu keadaan patologis penderita koma (penderita yang

Page 3: klass

tidak sadar sejak benturan pada kepala dan tidak mengalami suatu lucid interval) tanpa

gambaran space occupying lesion (SOL) pada CT scan. 13

Terdiri dari tiga tipe yaitu :

Konkusi ringan, di mana penderita tetap sadar, tetapi dapat terjadi kehilangan fungsi

neurologis sesaat. Cedera inilah yang paling umum, tetapi karena derajatnya ringan,

sering tidak dilaporkan. Bentuk dari konkusi berupa kebingungan dan disorientasi tanpa

amnesia. Sindroma ini sembuh sempurna dan tidak berhubungan dengan gejala sisa yang

berat. Bentuk konkusi yang lebih berat dapat menyebabkan kebingungan disertai amnesia

baik retrograd maupun antegrad.5

Konkusi klasik, adalah cidera di mana penderita dapat kehilangan kesadarannya. Pada

kondisi ini selalu disertai dengan amnesia pascatrauma, dan lamanya amnesia merupakan

ukuran yang baik untuk menentukan beratnya cidera. Kehilangan kesadaran bersifat

sementara dan reversibel. Penderita kembali sadar sepenuhnya dalam 6 jam, namun

beberapa penderita dapat sadar lebih awal. Banyak penderita dengan konkusi klasik tidak

menderita sekuele selain amnesia yang berhubungan dengan trauma, tetapi penderita

lainnya mungkin dapat mengalami defisit neurologis untuk waktu yang lama. Termasuk

kesulitan mengingat, pusing, mual, anosmia dan depresi. Ini dikenal sebagai post-

concussion syndrome dan merupakan suatu gangguan yang bermakna.5

Diffuse Axonal Injury (DAI), ditemukan pada setengah dari semua kasus cedera kepala

berat, juga bisa terjadi pada cedera kepala sedang dan ringan. DAI merupakan salah satu

penyebab utama pasien kehilangan kesadaran pascatrauma dalam jangka waktu lama

yang tidak berhubungan dengan lesi massa atau iskemia. DAI bukanlah hasil dari sebuah

trauma langsung ke kepala, tapi merupakan hasil dari perenggangan akson-akson saraf

Page 4: klass

otak (akibat mekanisme akselerasi dan deselerasi) yang melebihi level ketahanan akson

sehingga terjadi sobekan dan kerusakan susunan akson. Ketika terjadi akselerasi dan

deselerasi yang menyebabkan otak bergerak di dalam rongga tengkorak, akson, bagian-

bagian sel saraf yang memungkinkan neuron untuk mengirim pesan antar neuron,

menjadi terganggu. DAI menyebabkan kematian sel otak dan edema. Akibat dari edema,

terjadi penurunan aliran darah ke otak, serta memicu cedera sekunder. Gejalanya adalah

penurunan kesadaran, yang dapat bertahan hingga enam jam atau lebih. Seseorang

dengan DAI ringan atau sedang dapat menunjukkan tanda-tanda lain dari kerusakan otak,

tergantung pada daerah mana otak yang paling terpengaruh. Pada CT scan tidak

ditemukan gambaran space occupying lesion (SOL). 5,13

b. Fraktur kranium. Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak. Tanda-

tanda klinisnya antara lain ekimosis periorbital (raccoon eyes), ekimosis retro aurikuler

(battle’s sign), paresis nervus fasialis, rhinorrhea dan otorrhea.6 Fraktur kranium dapat

dibagi menjadi fraktur liniear dan fraktur depresi. Fraktur liniear yaitu fraktur garis

tunggal pada tengkorak yang meliputi seluruh ketebalan tulang. Disebabkan karena suatu

energi yang rendah, yang mengenai area permukaan yang luas pada tengkorak kepala.

Pada pemeriksaan neurologis akan terlihat sebagai garis radiolusen. Fraktur depresi

adalah fraktur dengan satu atau lebih tepi fraktur terletak di bawah level anatomik normal

dari tulang tengkorak sekitarnya yang masih utuh. Jenis fraktur ini terjadi jika energi

benturan relatif besar terhadap area benturan yang relatif kecil. 13

Page 5: klass

c. Hematoma epidural ( Epidural Hematoma = EDH ). Hematoma epidural merupakan

pengumpulan darah di antara tengkorak dengan duramater. Hematom jenis ini biasanya

berasal dari perdarahan arteri akibat adanya fraktur linier yang menimbulkan laserasi

langsung atau robekan arteri-arteri meningens (a.meningea media). Gejala klinis

hematom epidural yaitu lucid interval, hemiparesis dan dilatasi pupil ipsilateral.13

d. Hematoma Subdural ( Subdural Hematoma = SDH). Hematoma subdural ialah

perdarahan yang terjadi di antara duramater dan araknoid. Perdarahan subdural dapat

berasal dari ruptur bridging vein atau robekan pembuluh darah kortikal, subaraknoid, atau

araknoid. Gejala klinisnya antara lain: sakit kepala, penurunan kesadaran dan gejala yang

timbul tidak khas, yang merupakan manisfestasi dari peningkatan tekanan intrakranial

seperti: mual, muntah, vertigo, papil edema, diplopia akibat kelumpuhan nervus III,

epilepsi, pupil anisokor, dan defisit neurologis lainnya.13

e. Hematoma subaraknoid ( Subarachnoid Hematoma = SAH). Perdarahan ini paling sering

ditemukan pada cedera kepala, umumnya menyertai lesi lain. Perdarahan terletak di

antara arakhnoid dan piamater, mengisi ruang subarakhnoid. Adanya darah dalam ruang

subarakhnoid ini dapat menyebabkan hidrosefalus.13

f. Hematoma intraserebral ( Intracerebral Hematoma = ICH). Hematoma intraserebral

adalah perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak. Hematoma intraserebral pasca

Page 6: klass

traumatik merupakan pengumpulan darah fokal yang biasanya diakibatkan cedera

regangan atau robekan rasional pada pembuluh-pembuluh darah intraparenkimal otak.

Gejala dan tanda ditentukan oleh ukuran dan lokasi hematoma. Gejala klinisnya adalah

nyeri kepala akut, penurunan kesadaran, ataksia, tanda-tanda peninggian tekanan

intrakranial, hemiparesis/hemiplegi, hemisensorik dan parese nervus III.13

g. Kontusio serebri. Kontusio serebri adalah gangguan fungsi otak akibat adanya kerusakan

jaringan otak disertai perdarahan yang secara makroskopis tidak mengganggu jaringan.

Kerusakan tersebut berupa gabungan antara daerah perdarahan (kerusakan pembuluh

darah kapiler, arteri, dan vena), nekrosis otak, dan infark. Kontusio biasanya

menimbulkan defisit neurologis jika mengenai daerah motorik atau sensorik otak. Secara

klinis penderita pernah atau sedang tidak sadar selama lebih dari 15 menit atau diperoleh

adanya kelainan neurologis akibat kerusakan jaringan otak. Diagnosa kontusio serebri

meningkat sejalan dengan meningkatnya penggunaan CT scan dalam pemeriksaan cedera

kepala. Kontusio serebri sering terjadi di frontal dan temporal, walaupun dapat terjadi

juga pada setiap bagian otak, termasuk batang otak dan serebelum. Manifestasi kontusio

bergantung pada lokasi dan luasnya kerusakan otak. Akan terjadi penurunan kesadaran.

Pada pemerikasaan CT Scan diperoleh gambaran daerah hiperdens di jaringan otak13