klasifikasi tanah (ayu)

22
KLASIFIKASI TANAH Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara- cara membedakan sifat-sifat tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Dalam mengelompokkan tanah diperlukan sifat dan ciri tanah yang dapat diamati di lapangan dan di laboratorium. Sumberdaya lahan mencakup dua pengertian yaitu: Sumberdaya dapat diartikan sesuatu benda/bahan yang dapat dieksploitasi dan dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumberdaya dapat berkonotasi waktu, tempat dan ekonomi. Sedangkan lahan (dari bahasa Sunda) = land, adalah bagian bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian tanah, lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi dan vegetasi yang menutupinya, yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Degradasi lahan dapat diartikan sebagai kemerosotan/penurunan kualitas lahan dan produktivitas potensial/daya dukung dari sebidang lahan yang bersangkutan baik secara alami maupun akibat campur tangan manusia sehingga tidak dapat berdayaguna secara maksimal dan lestari. Terjadinya degradasi lahan secara ekstrim akan dapat menyebabkan lahan tidak dapat berproduksi sama sekali baik secara alami maupun dengan pengelolaan. Besarnya variasi faktor-faktor penyebab terjadinya degradasi lahan menyebabkan degradasi lahan mengalami

Upload: joshua

Post on 11-Dec-2015

276 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tambang

TRANSCRIPT

Page 1: Klasifikasi Tanah (Ayu)

KLASIFIKASI TANAH

Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat

tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas tertentu

berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Dalam mengelompokkan tanah

diperlukan sifat dan ciri tanah yang dapat diamati di lapangan dan di laboratorium.

Sumberdaya lahan mencakup dua pengertian yaitu: Sumberdaya dapat diartikan sesuatu

benda/bahan yang dapat dieksploitasi dan dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Sumberdaya dapat berkonotasi waktu, tempat dan ekonomi.

Sedangkan lahan (dari bahasa Sunda) = land, adalah bagian bentang alam (landscape)

yang mencakup pengertian tanah, lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief,

hidrologi dan vegetasi yang menutupinya, yang semuanya secara potensial akan

berpengaruh terhadap penggunaan lahan.

Degradasi lahan dapat diartikan sebagai kemerosotan/penurunan kualitas lahan

dan produktivitas potensial/daya dukung dari sebidang lahan yang bersangkutan baik

secara alami maupun akibat campur tangan manusia sehingga tidak dapat berdayaguna

secara maksimal dan lestari. Terjadinya degradasi lahan secara ekstrim akan dapat

menyebabkan lahan tidak dapat berproduksi sama sekali baik secara alami maupun

dengan pengelolaan. Besarnya variasi faktor-faktor penyebab terjadinya degradasi lahan

menyebabkan degradasi lahan mengalami perkembangan fase-fase yang menunjukkan

tingkat keparahannya sebelum mencapai suatu keadaan yang ekstrim (lahan kritis).

Tingkat kerusakan akibat degradasi lahan dapat digolongkan rendah, sedang dan tinggi.

Semakin tinggi tingkat kerusakan, maka produktivitas/daya dukungnya akan semakin

rendah, dan akan mengurangi intensitas penggunaannya serta hilangnya produksi jangka

panjang. Apabila intensitas kerusakannnya sangat tinggi (ekstrim) maka lahan tersebut

akan dapat berubah menjadi lahan kritis.

Degradasi tanah/lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu degradasi

alami dan degradasi dipercepat. Degradasi secara alami memang terus terjadi dari masa

lampau hingga saat ini. Degradasi alami terjadi akibat adanya proses denudasi yang

biasanya meninggalkan sisa dalam bentuk permukaan sisa erosi atau dataran aluvial

yang luas dalam bentuk landform dataran banjir, adanya bukit-bikit sisa dan

sebagainya. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat,

yang umumnya disebabkan oleh adanya campur tangan manusia yang dalam

Page 2: Klasifikasi Tanah (Ayu)

pengelolaannya tidak mentaati kaidah konservasi. Dengan melihat kenyataan yang telah

diuraikan di atas, maka degradasi lahan di Indonesia tergolong permasalahan yang

cukup serius dan perlu ditanggulangi sedini mungkin. Ada sebuah pemeo mengatakan

bahwa tanah/lahan yang kita tempati/kelola saat ini adalah bukan milik kita, tapi

warisan untuk anak cucu kita, sehingga bagaimana kita harus merawatnya dengan baik

untuk anak cucu kita.

Sifat dan ciri tanah yang dapat dipelajari dan diamati di lapangan dinamakan

Morfologi Tanah. Pengamatan Morfologi Tanah dilakukan pada profil tanah. Beberapa

sifat morfologi antara lain : warna, struktur, tekstur, tebal horison, batas horison, pH

tanah, konsistensi dan lain-lain.

Hasil klasifikasi tanah berupa jenis-jenis tanah atau klas-klas tanah yang

mencantumkan nama-nama tanah pada berbagai kategori. Selanjutnya hasil tersebut

dipetakan agar diketahui penyebaran dari masing-masing jenis tanah tersebut, sehingga

diperlukan teknik survei tanah yang menghasilkan peta tanah yang baik.

Tanah yang Diklasifikasikan

Tanah yang diklasifikasikan menurut Soil Survey Staff (1990) didefinisikan

sebagai kumpulan benda-benda alam yang terdapat di permukaan bumi, setempat-

setempat dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari bahan-bahan yang

berasal dari tanah, mengandung jasad hidup dan mendukung atau mampu

mendukung tanaman atau tumbuh- tumbuhan yang hidup di alam terbuka.

Definisi tanah di atas menunjukkan bahwa tanah tersebut tidak saja tanah yang

terbentuk secara alami, tetapi juga tanah-tanah yang terbentuk karena modifikasi

manusia. Biasanya tanah tersebut mengandung horison-horison (lapisan-lapisan).

Batas atas tanah adalah udara atau air dangkal. Pada bagian-bagian pinggir,

tanah secara berangsur-angsur beralih ke air yang dalam atau ke area tandus batuan

atau hamparan es. Sedangkan batas bawahnya sampai kebahan bukan-tanah yang

barang kali paling sulit didefinisikan. Tanah mencakup horison-horison dekat

permukaan tanah yang berbeda dari batuan di bawahnya, sebagai hasil interaksi

iklim, jasad hidup, bahan induk, dan relief atau topografi, melalui waktu

pembentukannya.

Sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/Pedologi

Page 3: Klasifikasi Tanah (Ayu)

19.31

Klasifikasi  Tanah Alami : Didasarkan atas sifat tanah yang dimiliki tanpa

menghubungkan dengan tujuan penggunaan tanah tersebut.

Klasifikasi Tanah Teknis : Didasarkan pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi

kemampuan tanah untuk penggunaan-penggunaan tertentu.

Sistem Klasifikasi Tanah yang ideal mampu mengelompokkan tanah dalam satu kelas

yaitu :

1.Isogenus : Tanah yang mempunyai genesis sama

2.Isomorf :  Tanah yang mempunyai kenampakan yg sama

3. Isofungsi: Tanah yang mempunyai fungsi sama dlm lingk.

4.Isotropik : Tanah yang mempunyai lokasi yg sama

Pada awalnya jenis tanah dikalsifikasikan berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu :

Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi,

Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah berupa faktor lokal

terutama bahan induk dan relief,

Tanah azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan perkembangan profil dan

dianggap sebagai awal proses pembentukan tanah.

Macam – macam “Sistem Klasifikasi Tanah”

USDA = Soil Taxonomy (USDA, 1975; Soil Survey Satff, 1999; 2003)

Salah satu sistem klasifikasi tanah yang masih dipakai saat ini adalah sistem USDA

(United States Department of Agriculture) tahun 1975 atau miliknya negara

Amerika. USDA mengklasifikasikan tanah berdasarkan sifat utama dari tanah

tersebut. Ciri khas dari penamaan jenis tanahnya adalah semua berakhiran "sol".

Terdapat 10 jenis tanah menurut USDA yaitu:

1. Entisol

Yaitu tanah yang baru terbentuk dan dicirikan dengan perkembangan tanah yang

belum terlihat jelas. Tanah Entisol umumnya terdapat pada sedimen yang belum

terkonsolidasi seperti pasir dan beberapa lapisan memperlihatkan horison diatas

lapisan batuan dasar (bedrock).

2. Vertisol

Page 4: Klasifikasi Tanah (Ayu)

Yaitu tanah yang memiliki kandungan liat yang sangat tinggi, mudah

mengembang ketika basah dan mudah mengkerut ketika kering. Tanah jenis ini

seringkali menghasilkan rekahan tanah yang cukup dalam sehingga lapisan yang

ada di permukaan masuk ke dalam rekahan tersebut.

3. Inceptisol

Yaitu tanah yang masih muda, tetapi lebih berkembang dibandingkan entisol.

Tanah ini sudah memperlihatkan adanya perlapisan dan cenderung subur.

4. Aridisol

Yaitu tanah yang terbentuk di daerah kering (arid) seperti gurun. Pembentukkan

tanah aridosol sangat lambat dengan komposisi bahan organik yang sangat

sedikit.

5. Mollisol

Yaitu tanah lunak yang memiliki horison A yang sangat tebal dan berwarna

hitam. Dalam kondisi kering tanah ini tidak keras. 

6. Spodosol

Yaitu tanah yang terbentuk dari proses podsolisasi (daerah pegunungan).

Merupakan tanah yang berasal dari hutan pinus (conifer) dan deciduous yang

terdapat pada daerah beriklim sejuk/dingin. 

7. Alfisol

Yaitu tanah yang mengandung alumunium dan besi yang berasal dari akumulasi

lempung dan terbentuk ketika kelembabannya cukup hangat.

8. Ultisol

Yaitu tanah yang mengalami pencucian hebat dan bersifat asam.

9. Oxisol

Yaitu tanah yang sudah tua dan memiliki kandungan oksida sangat tinggi.Tanah

ini menunjukkan batas horison yang sudah tidak jelas. 

10. Histosol

Yaitu tanah yang berasal dari pelapukan tumbuhan diatasnya. Tanah ini

memiliki kandungan organik yang tinggi. Contoh dari tanah ini adalah tanah

gambut.

Klasifikasi Tanah Berdasarkan USDA Sistem ini didasarkan pada ukuran batas

dari butiran tanah seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 yaitu :

Page 5: Klasifikasi Tanah (Ayu)

Pasir : merupakan butiran dengan diameter 2,0 – 0,05 mm

Lanau : merupakan butiran dengan diameter 0,05 – 0,002 mm

Lempung : merupakan butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm

Untuk pemadatan, harus dilakukan dengan sebaiknya karena pemadatan dipengaruhi

oleh : 1. Kadar air tanah 2. Jenis tanah 3. Energi pemadatan.

Sumber:

Djauhari Noor. 2009. Geomorfologi

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah

AASTHO

Klasifikasi AASHTO yang sekarang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.2.

Dalam sistem ini, tanah diklasifikasikan ke dalam 7 (tujuh) kelompok besar, yaitu :

A-1 sampai dengan A-7.

Tanah-tanah yang diklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2 dan A-3

merupakan tanah-tanah berbutir kasar dimana 35 % atau kurang butir-butir tersebut

melalui ayakan No. 200.

Tanah-tanah dimana 35 % atau lebih yang melalui ayakan No. 200

diklasifikasikan dalam kelompok A-4, A-5, A-6 dan A-7. Pada umumnya tanah-

tanah ini adalah lumpur dan lempung.

Klasifikasi sistem ini didasarkan atas kriteria-kriteria sebagai berikut :

a. Ukuran butir.

Kerikil : butiran melalui ayakan dengan lubang 75 mm dan tertinggal di

atas ayakan No. 10 dengan lubang 2 mm.

Pasir : butiran melalui ayakan No. 10 (2 mm) dan tertinggal di atas

ayakan No. 200 dengan lubang 0,074 mm.

Lumpur dan lempung : butiran melalui ayakan No. 200.

b. Plastisitas.

Berlanau, jika butiran tanah mempunyai indeks plastisitas ≤ 10. Berlempung, jika

butiran tanah mempunyai indeks plastisitas ≥ 11.

c. Batuan (bouldrs), yang ukurannya lebih besar dari 75 mm tidak digolongkan

dalam klasifikasi ini.

Page 6: Klasifikasi Tanah (Ayu)

Apabila sistem klasifikasi AASHTO dipakai untuk mengklasifikasikan tanah,

maka data hasil uji dicocokkan dengan angka-angka yang diberikan dalam tabel 3.2

dari kolom sebelah kiri ke kolom sebelah kanan hingga ditemukan angka-angka yang

sesuai.

Page 7: Klasifikasi Tanah (Ayu)

Untuk menilai kualitas tanah sebagai bahan subgrade jalan raya dapat ditentukan

dengan angka indeks kelompok (Group Index = GI) yang menentukan kelompok dan

sub kelompok tanah.

Indeks kelompok dapat dihitung dengan persamaan :

GI = (F – 35) [0,2 + 0,005 (LL – 40)] + 0,01 (F – 15) (PI – 10) (2.15)

keterangan :

F = persentase butir yang lolos ayakan No. 200.

LL = batas cair

PI = indeks plastisitas

Bagian pertama Persamaan (2.15) dalam hal ini :

(F – 35) [0,2 + 0,005 (LL – 40)] merupakan bagian indeks kelompok tetap batas cair.

Bagian kedua, dalam hal ini 0,01 (F – 15) (PI – 10) merupakan bagian indeks

kelompok tetap indeks plastisitas.

Berikut ini ketentuan-ketentuan untuk menentukan indeks kelompok :

a. Jika persamaan (3.1) menghasilkan harga GI negatif, maka diambil = 0.

b. Indeks kelompok yang dihitung dari Persamaan (2.15) dibulatkan ke bilangan bulat

yang terdekat, misalnya : GI = 3,40 dibulatkan menjadi = 3 dan GI = 3,50 dibulatkan

menjadi = 4 dan ditempatkan dalam tanda kurung dibelakang kelompok dan sub

kelompok tanah misalnya : A-2-6 (3). Pada umumnya makin besar nilai indeks

kelompoknya, makin kurang baik tanah tersebut untuk dipakai dalam pembangunan

jalan raya, untuk tanah-tanah di dalam sub kelompok tersebut.

c. Dalam hal ini tidak ada batas lebih tinggi untuk indeks kelompok.

d. Indeks kelompok tanah digolongkan ke dalam kelompok-kelompok A-1-a, A-1-b, A-

2-4, A-2-5 dan A-3 akan selalu nol.

e. Jika menghitung indeks kelompok untuk tanah-tanah yang tergolong dalam

kelompok-kelompok A-2-6 dan A-2-7, maka bagian indeks kelompok untuk PI dapat

digunakan persamaan :

Page 8: Klasifikasi Tanah (Ayu)

GI = 0,01 (F-15) (PI – 10) (2.16)

Pada umumnya, kualitas tanah yang digunakan untuk bahan tanah dasar dapat

dinyatakan sebagai kebalikan dari harga indeks group.

Page 9: Klasifikasi Tanah (Ayu)
Page 10: Klasifikasi Tanah (Ayu)

Sumber :

http://www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&ved=0CEYQFjAE&url=http

%3A%2F%2Frahmadsigit.files.wordpress.com%2F2013%2F02%2Fsistem-

klasifikasi-

aashto.doc&ei=E41zUs3NL8mNrQeHqIHQAg&usg=AFQjCNEAhB7otfkWoBM2L

a5Og-Ti2PPF0A&bvm=bv.55819444,d.bmk

19:39

http://repository.binus.ac.id/content/S0034/S003493342.pdfKL

19:41

USCS = Unified Soil Classification System

Sistem klasifikasi berdasarkan hasil-hasil percobaan laboratorium yang paling

banyak dipakai secara meluas adalah sistem klasifikasi kesatuan tanah. Percobaan

laboratorium yang dipakai adalah analisis ukuran butir dan batas-batas Atterberg.

Semua tanah diberi dua huruf penunjuk berdasarkan hasil-hasil percobaan ini. Sistem

ini mengelompokkan tanah ke dalam dua kelompok besar, yaitu :

1. Tanah berbutir kasar (coarse grained soil), yaitu : tanah kerikil dan pasir dimana

kurang dari 50 % berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200. Simbol dari

kelompok ini dimulai dengan huruf awal G, adalah untuk kerikil (gravel) atau

tanah berkerikil dan S, adalah untuk pasir (sand) atau tanah berpasir.

2. Tanah berbutir halus (fine grained soil), yaitu : tanah dimana lebih dari 50 % berat

total contoh tanah lolos ayakan No. 200. Simbol dari kelompok ini dimulai

dengan huruf awal M untuk lanau (silt) anorganik, C untuk lempung (clay)

anorganik dan O untuk lanau-organik dan lempung-organik. Simbol PT

digunakan untuk tanah gambut (peat), muck dan tanah-tanah lain dengan kadar

organik yang tinggi.

Simbol-simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi USCS, adalah :

W = tanah dengan gradasi baik (well graded)

P = tanah dengan gradasi buruk (poorly graded)

L = tanah dengan plastisitas rendah (low plasticity), LL < 50

H = tanah dengan plastisitas tinggi (high plasticity), LL > 50

Page 11: Klasifikasi Tanah (Ayu)

Gambar 1.2 Diagram Plastisitas (ASTM ,Casagrande)

Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok seperti : GW, GP, GM,

GC, SW, SP, SM dan SC. Untuk klasifikasi yang benar, perlu diperhatikan faktor-

faktor berikut ini :

1. persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 (ini adalah fraksi halus)

2. persentase fraksi kasar yang lolos ayakan No. 40

3. koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (Cc) untuk tanah dimana 0 – 12

% lolos ayakan No. 200

4. batas cair (LL) dan indeks plastisitas (IP) bagian tanah yang lolos ayakan No. 40

(untuk tanah dimana 5 % atau lebih lolos ayakan No. 200).

Bilamana persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 adalah antara 5 sampai

12 %, symbol ganda seperti : GW-GM, GP-GM, GW-GC, GP-GC, SW-SM, SW-SC,

SP-SM dan SP-SC diperlukan, secara rinci dibarikan dalam Tabel 1.1.

Klasifikasi tanah berbutir halus dengan simbol ML, CL, OL, MH, CH dan OH

didapat dengan cara menggambar batas cair dan indeks plastisitas tanah yang

bersangkutan pada bagan plastisitas (Casagrande, 1948) yang diberikan dalam Tabel

1.1. Garis diagonal pada bagan plastisitas terdapat garis A dan U, ditunjukkan pada

Gambar 1.2 . Garis A dan U tersebut diberikan dalam persamaan :

A PI=0 , 73. ( LL−20 )

U PI =0,9 (LL – 8)

Keterangan :

PI = Plasticity Index(%)

LL = Liquid Limit(%)

Page 12: Klasifikasi Tanah (Ayu)

Tabel 1.1 Sistem Klasifikasi USCS

Page 14: Klasifikasi Tanah (Ayu)

BENNY MAKMUR HALIM

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA

TENGGARONG 2013