klasifikasi kekuatan kayu

14
PENGGUNAAN KAYU UNTUK REKONSTRUKSI PASKA TSUNAMI Kumpulan Informasi I Pedoman II Pedoman I FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE UNITED NATIONS KUMPULAN INFORMASI II

Upload: ryan-ramadhan

Post on 11-Nov-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

begini nih

TRANSCRIPT

  • PENGGUNAAN KAYU

    UNTUK REKONSTRUKSI

    PASKA TSUNAMI

    KumpulanInformasi I

    Pedoman IIPedoman I

    FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATIONOF THE UNITED NATIONS

    KUMPULAN INFORMASI II

  • KUMPULAN INFORMASI IIKUMPULAN INFORMASI II

    Penggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di IndonesiaPenggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di Indonesia

    Kumpulan Informasi ini dihasilkan atas kerjasama Food and Agriculture Organization PBB,Departemen Kehutanan Republik Indonesia dan Dinas Kehutanan Propinsi Nanggroe AcehDarussalam (NAD) dalam kerangka Forestry Programme for Early Rehabilitation of AsianTsunamiAffected Countries (OSRO/GLO/502/FIN) yang didanai oleh Pemerintah Finlandia.

    Kumpulan Informasi ini merupakan bagian dari seri Pedoman dan Kumpulan Informasi yangdisiapkan untuk membantu pengadaan dan penggunaan kayu yang sesuai untuk rehabilitasidan rekonstruksi di NAD dan Nias. Seri tersebut terdiri atas :

    Pedoman 1 : Dokumen Pengangkutan Kayu di wilayah Indonesia untukRekonstruksi paska Tsunami

    Pedoman 2 : Prosedur Perijinan Kayu Impor ke Indonesia untuk Rekonstruksipaska Tsunami

    Kumpulan Informasi 1 : Pengadaan Kayu untuk Rekonstruksi paska Tsunami di Indonesia;dan

    Kumpulan Informasi 2 : Penggunaan Kayu untuk Rekonstruksi paska Tsunami di Indonesia

    Dokumen-dokumen tersebut tersedia di: http://www.fao.org/forestry/site/tsunami/en

    Istilah yang digunakan dan penyajian materi dalam buku kecil ini tidak menyatakan pendapatdari FAO mengenai status hukum suatu negara, wilayah, kota atau daerah kekuasaannya,atau mengenai batas wilayahnya.

    Mei 2007

  • KUMPULAN INFORMASI IIKUMPULAN INFORMASI II

    Penggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di IndonesiaPenggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di Indonesia

    DAFTAR ISI

    TUJUAN 1

    KELAS KAYU 1

    Gambaran Umum 1

    Ukuran kayu 1

    Kelas Kuat Struktural 1

    Kelas Awet 2

    Sifat Kuat dan Awet Spesies Kayu 2

    Pedoman Kelas Kayu Struktural Secara Visual 4

    PERLAKUAN PADA KAYU 6

    Gambaran Umum Perlakuan Pada Kayu 6

    Perlakuan Pada Kayu Yang Disetujui 7Kelas Tingkat Resiko 8

    Kamus Singkatan Mengenai Perlakuan Pada Kayu 8

  • KUMPULAN INFORMASI IIKUMPULAN INFORMASI II

    Penggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di IndonesiaPenggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di Indonesia

    TujuanTujuan Kumpulan Informasi ini adalah untuk menyediakan informasi mengenai Kelas Kayu(disebut timber grading) dan Penggunaan Kayu. Kumpulan informasi ini terbatasmenyangkut kritera kelas kayu struktural dan konstruksi.

    Kelas Kayu

    Gambaran Umum

    Yang disajikan adalah informasi mengenai kelas kayu berikut :

    1. Ukuran kayu standar yang direkomendasikan;2. Sistem kelas kayu berdasarkan sifat kekuatan dan keawetannya;3. Daftar spesies umum berikut kelas kekuatan dan keawetannya;4. Informasi mengenai sifat-sifat kualitas visual yang diperbolehkan untuk kayu struktural.

    Ukuran Kayu

    1 Kayu biasanya dipotong dengan ukuran standar dalam kelipatan 5 cm dan 7 cm ,

    misalnya 5 cm x 5 cm, 5cm x 7 cm, 5 cm x 10 cm, 15 cm x 10 cm; Untuk kayu yang mendapat beban berat direkomendasikan yang berukuran besar,

    misalnya 10 cm x 5 cm, 10 cm x 10 cm dan 15 cm x 10 cm; Untuk kayu yang tidak mendapat beban berat dapat berukuran 5 cm x 5 cm dan 5 cm x 7

    cm; Umumnya dianjurkan menggunakan kayu lapis 12 mm untuk lantai dan 4 mm untuk

    dinding dalam.

    Kelas Kuat Struktural

    Sistem kelas yang memilah kayu berdasarkan kuat strukturalnya disajikan pada tabel padahalaman berikut.

    Catatan: keteguhan lentur maksimum merupakan ukuran langsung kekuatan kayu.Namun demikian, keteguhan lentur maksimum tersebut hanya dapat diukur denganujicoba yang merusak. Berat jenis dan ketahanan terhadap tegangan (kekakuan)digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur kekuatan. Parameter-parameter tersebutsecara langsung berhubungan dengan kekuatan, tetapi hubungan tersebut berbedamenurut spesiesnya.

    1 Hal ini berlaku dalam Negara yang menggunakan sistem metrik. Negara-negara yang menggunakansistem imperial (misalnyaAS dan Malaysia) membuat ukuran berbeda berdasarkan seperempat inci (0,75cm), 1 inci (2,5 cm) dan kaki (30 cm)

    1

  • KUMPULAN INFORMASI IIKUMPULAN INFORMASI II

    Penggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di IndonesiaPenggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di Indonesia

    Kelas Awet

    Sistem kelas yang memilah kayu berdasarkan keawetannya disajikan pada tabel berikut :

    Sifat Kuat danAwet Spesies Kayu

    2Tabel di bawah ini berisikan kayu yang umum digunakan untuk konstruksi di Indonesia .Nama umum bisa merujuk spesies tertentu tetapi lebih sering merujuk pada kelompokspesies yang memiliki sifat sama atau mirip.

    Sifat keawetan dan kekuatan setiap spesies telah diidentifikasi. Perlu diperhatikan bahwasifat keawetan dan kekuatan kayu hanya perkiraan, dan sifat yang sebenarnya bisa sangatberbeda dari yang disebutkan di dalam daftar.

    Kelas Awet

    Tabel 2. Kelas Awet Kayu

    I II III IV VTerpapar cuaca, tetapi dijagatetap kering dan mendapatventilasi

    8 tahun 5 tahun 3 tahun Sangatsingkat

    Sangatsingkat

    Selalu bersentuhan dengantanah 20 tahun 15 tahun 10 tahun 0,90 > 1100 > 650II 0,60-0,90 725-1100 435-650III 0,40-0,60 500-725 300-425IV 0,30-0,40 360-500 215-300

    V

  • KUMPULAN INFORMASI IIKUMPULAN INFORMASI II

    Penggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di IndonesiaPenggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di Indonesia

    3

  • KUMPULAN INFORMASI IIKUMPULAN INFORMASI II

    Penggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di IndonesiaPenggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di Indonesia

    4

    3Pedoman Kelas Kayu Struktural Secara Visual

    a. UkuranSemua ukuran segi empat yang biasanya digunakan untuk kayu dengan beban berat,misalnya berukuran 10 cm x 5 cm, 12 cm x 12 cm, 15 cm x 15 cm, 20 cm x 10 cm, 30 cm x15 cm, dsb.

    b. UmumPersyaratan kelas kayu secara visual berhubungan dengan sifat visual yang dapatditerima untuk kayu konstruksi. Persyaratan tersebut bisa digunakan di samping ujikelas untuk kekuatan dan keteguhan kayu.

    Tabel Persyaratan Kelas Kayu Untuk KonstruksiJenis Cacat Komentar Batas Yang dapat DiterimaKeteguhan lentur 1 dari 8

    Mata kayu sehat 1/3 permukaan, diameter maksimum 10 cm, 1 perpanjang 1 mMata kayu busuk atau Lubang mata kayu 1/4 dimensi permukaan, diameter maksimum 7

    cm, 1 per panjang 1 mBusuk Tidak ada, kecuali pada mata kayu busuk (lubamg

    mata kayu)Kayu Gubal sehat, termasuk susut 1/3 dari jumlah lebar dan tebalBelah ujung Belah terpanjang 15 cm pada setiap ujungBebas noda dari pembusukan Tidak terbatasMuntir 1 cm dalam 3 mKerusakan karena tekanan (kompresi) Tidak adaBekas hati (berkapur) 1/4 dari penampang melintang di ujungRetak terbuka, goresan permukaan danujung 1/4 dari ketebalan

    Pengawetan/Pengeringan Kayu harus dikeringkan hingga berkadar air samaatau lebih kecil dari 15 %

    Kamus Istilah Kelas Kayu

    Keteguhan lentur : Ukuran kekuatan bahan. Keteguhan lenturmaksimum menentukan beban yang dapatditahan balok tanpa pecah. Keteguhan lenturmaksimum yang diberikan pada suatu kelasadalah nilai minimum yang harus dilampaui olehkayu tersebut untuk digolongkan ke dalam kelastersebut.

    3 Informasi ini diadopsi dari aturan Kelas Kayu Dewan Kayu Malaysia untuk kayu struktural.

  • KUMPULAN INFORMASI IIKUMPULAN INFORMASI II

    Penggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di IndonesiaPenggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di Indonesia

    5

    Mata kayu yang baik : Mata kayu yang tidak busuk.

    Serat miring : Penyimpangan serat dari sumbu kayu yangmemanjang, jika penyimpangan tersebut searahdi seluruh ketebalan kayu.

    Shake : Istilah yang dipakai untuk menggambarkan retak,pecah atau belah.

    Pengawetan (pengeringan) : Proses pengurangan kadar air kayu baikpengeringan udara maupun pengeringan kilang.Kayu telah kering sempurna bila kadar airnyaturun hingga sama dengan kelembabab udara,yang diAsia Tenggara antara 15 dan 18 %.

    Kayu Gubal : Lapisan luar kayu di bawah kulit kayu dari pohonhidup, berisi sel-sel hidup dan mengandung zattertentu (misalnya tepung).

    Busuk : Disintegrasi kayu akibat jamur seperti jamurbasah dan jamur kering. Pembusukan biasanyadisertai oleh pemudaran warna, bahkan padatahap awal serangan. Infeksi oleh jamur sap-staindianggap busuk.

    Kerusakan karena tekanan/kompresi : Retak melintang serat sehingga serat pecah atauhancur oleh tekanan.

    Nama umum : N a m a d a g a n g y a n g d i g u n a k a n u n t u kmengidentifikasi spesies atau kelompok spesies.Kelompok spesies dengan nama umum yangsama biasanya dari keluarga yang sama danmenghasilkan kayu dengan sifat visual dan fisikyang mirip.

    Goresan : Sedikit pemisahan pada serat kayu ke arahmemanjang, tidak dalam sampai ke sisi yang lainatau berdampingan dari potongan kayu gergajian.

    Bekas hati (berkapur) : Inti kayu bulat yang cacat, dicirikan olehpengapuran abnormal, yang terjadi pada tipetertentu kayu keras tropis.

  • KUMPULAN INFORMASI IIKUMPULAN INFORMASI II

    Penggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di IndonesiaPenggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di Indonesia

    6

    PERLAKUAN PADA KAYU

    Gambaran Umum Perlakuan Pada Kayu

    Spesies dan tipe kayu yang berbeda mempunyai tingkat keawetan alami yang berbeda.Perlakuan kayu meningkatkan keawetan kayu karena zat pengawet kimiawi yang diserapmelalui permukaan kayu akan memberi tambahan perlindungan terhadap seranganserangga dan jamur.

    Persyaratan untuk perlakuan pada kayu ditentukan oleh penilaian atas tiga faktor utama :1. Kondisi lingkungan kayu ketika dipakai;2. Tingkat keawetan yang diminta/tingkat resiko yang diinginkan; dan3. Keawetan alami dan kapasitas menerima perlakuan/ permeabilitas kayu.

    Susut : Berkurangnya kayu pada permukaan atau pinggirkayu gergajian; biasanya disebabkan adanyapermukaan kayu bulat pada potongan tersebut;kulit kayu bisa ada atau tidak ada.

    Mata kayu jelek : Mata kayu yang telah membusuk.

    Muntir : Distorsi spiralsebuah kayu gergajian; mungkindiikuti oleh bengkok, lengkung atau keduanya.

    Tegangan : Ukuran keteguhan material. Umumnya semakintinggi keteguhannya semakin tinggi kekuatannya,tap i hubungan in i berbeda tergantungspesiesnya. Keteguhan merupakan ukuranberguna karena dapat digunakan untuk mengujikayu tanpa merusaknya. Nilai teganganmaksimum yang diberikan pada suatu kelassama dengan nilai minimum yang harusdilampaui kayu tersebut untuk diklasifikasikan kedalam kelas tersebut.

    Lengkung : Membeloknya bilah kayu gergajian padapermukaannya yang lebar: juga disebut Crookatau Free side bend.

    Berat jenis : Berat suatu zat dibandingkan dengan berat air.Umumnya semakin tinggi berat jenisnya semakintinggi kekuatannya tetapi hubungan tersebuttidak universal dan bervariasi antar dan di dalamspesies.

  • KUMPULAN INFORMASI IIKUMPULAN INFORMASI II

    Penggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di IndonesiaPenggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di Indonesia

    7

    Kumpulan Informasi ini mencakup informasi berikut mengenai perlakuan pada kayu :1. Daftar perlakuan yang diperbolehkan di Indonesia;2. Tingkat perlindungan dari setiap perlakuan; dan3. Klasifikasi tingkat resiko.

    Perlakuan Pada Kayu Yang Disetujui

    Perlakuan pada kayu yang diperbolehkan di Indonesia dijelaskan dalam Standard KayuSNI 01-5010.1-1999. Hanya dua tipe perlakuan kimiawi yang diperbolehkan dalamstandar ini. Kedua perlakuan tersebut adalah perlakuan dengan CCB dan CCF. Tingkatformula dan aplikasi kimiawi yang diijinkan disajikan pada tabel berikut :

    Perlakuan dengan CCA dan BFCA telah dilarang dengan Keputusan Menteri Pertanian No.326/Kpts/TP.270/4/94. Keputusan tersebut melarang penggunaan kayu yang diberiperlakuan dengan senyawa kimia yang mengandung arsen.

    Perlakuan umum yang tidak termasuk dalam daftar perlakuan yang disetujui adalah : (i)ACQ; (ii) Tanalith-E/CuAz; dan (iii) LOSP. Diasumsikan bahwa perlakuan-perlakuantersebut tidak dapat diaplikasikan pada kayu di Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidupsedang meninjau ulang daftar perlakuan kayu yang diperbolehkan. Tidak boleh adapenambahan dalam daftar yang dibolehkan sampai ada keputusan baru dari lembagaberwenang atau standar secara resmi diubah.

    Penggunaandalam

    Penggunaanluar

    CuSO .5H O4 2 33,0K Cr O2 2 7 37,0H BO3 3 25,0CuSO4 34,0K Cr O2 2 7 38,0H BO3 3 25,0CuSO4 28,6Na Cr O2 2 7 43,9H BO3 3 27,5CuSO .5H O4 2 32,4Na Cr O .2H O2 2 7 2 36,0H BO3 3 21,6CuSiF. 4H O6 2 36,3(NH ) Cr O4 2 2 7 63,7CCF Tepung 6,0 8,6

    CCB4 Pasta 8,0 11,0

    CCB3 Tepung 11,0 11,0

    CCB 2 Tepung 8,0 11,0

    CCB 1 Tepung 8,0 11,0

    Perlakuan Kimiawi Kayu Yang Diperkenankan Di Indonesia

    Tipe Bahan Aktif % Bentuk

    Tingkat Retensi Kimia(kg/m3)

  • KUMPULAN INFORMASI IIKUMPULAN INFORMASI II

    Penggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di IndonesiaPenggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di Indonesia

    8

    Status kayu impor yang diberi perlakuan dengan ACQ, Tanalith-E/CuAz dan LOSP tidakjelas. Peraturan yang ada nampaknya tidak melarang impor atau penggunaaan kayu-kayu tersebut; peraturan-peraturan tersebut hanya melarang aplikasi perlakuan tersebutdi Indonesia.

    Kelas Tingkat Resiko

    Tingkat resiko merupakan klasifikasi internasional untuk pengawetan kayu. Hal itu sangatberhubungan dengan klasifikasi keawetan alami seperti yang disajikan dalam tabel 2.

    Kamus Singkatan Mengenai Perlakuan Pada KayuACQAlkaline Cooper QuatenaryBFCA Boron Fluoride ChromiumArsenicCCA Copper ChromeArsenicCCB Chromated Copper BoronCCF Chromated Copper FluorideCuAz CopperAzoleLOSP Light Solvent Preservatives

    Perlakuan TingkatResiko Catatan

    CCB I Saat ini diperbolehkanCCF II Saat ini diperbolehkanCCA V DilarangBFCA III DilarangACQ/Tanalith-E V Status impor akan diverifikasiLOSP III Status impor akan diverifikasiCuAz V Status impor akan diverifikasi

    Tingkat Perlindungan Yang Disediakan Untuk Setiap Perlakuan

    Kelas Resiko Posisi Kondisi yang Diberikan Resiko biologis

    I Di dalam dan di ataslantaiPerlindungan penuh,berventilasi bagus Hanya hama penggerek

    II Di dalam dan di ataslantai

    Dilindungi daripembasahan danpencucian

    Hama penggerek danrayap

    III Di luar dan di atas lantai Pembasahan danpencucian sedang

    Pembusukan berat,hama penggerek danrayap

    IV Di luar dan di atas lantai Pembasahan danpencucian berat

    Pembusukan, hamapenggerek dan rayapserius

    V Bersentuhan denganlantaiPembasahan danpencucian ekstrim

    Pembusukan, hamapenggerek dan rayapsangat berat

  • KUMPULAN INFORMASI IIKUMPULAN INFORMASI II

    Penggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di IndonesiaPenggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di Indonesia

    9

    Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi :Departemen Kehutanan Dinas Kehutanan NAD FAO FAO

    Direktorat Jenderal Bina Dinas Kehutanan NAD Rehabilitation Support andProduksi Kehutanan, Gedung Jl. Sudirman No. 21 Coordination UnitManggala Wanabakti, BandaAceh 23239 Jl.Angsa No. 12Blok I, Lantai V, Ateuk Deah TanohJl. Gatot Subroto Jakarta 10276 BandaAceh 23244Indonesia

    Telp. +62 (021) 5730240Fax. +62 (021) 5732721 Telp. +62 (0651) 42277 Telp. +62 (0651) 7428576

    Fax. +62 (0651) 43628 Fax. +62 (0651) 635636www.dephut.go.id

    FAO Representation,IndonesiaMenara Thamrin Kav. 3Jakarta 10250P.O. Box 2587, Jakarta 1001

    Telp. +62 (021) 3141308Fax. +62 (021) 3900282www.fao.org

  • KUMPULAN INFORMASI IIKUMPULAN INFORMASI II

    Penggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di IndonesiaPenggunaan Kayu Untuk Rekonstruksi Paska Tsunami Di Indonesia

    10