kinetika kimia
TRANSCRIPT
Laporan Kimia Fisik
Percobaan M-2
PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI
Nama : Ansori Muchtar
NIM : 10510071
Kelompok : 08
Tanggal Praktikum : 23 November 2012
Tanggal Laporan : 30 November 2012
Asisten:
Laboratorium Kimia Analitik
Program Studi Kimia
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Bandung
2012
PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI
I. Tujuan
Menentukan orde reaksi dan tetapan laju reaksi dengan cara titrasi dan cara
konduktometri.
II. Teori Dasar
A. Cara Titrasi
Pada percobaan ini, reaksi berorde dua:
−d [ ester ]dt
=k1 [ ester ]¿
Atau sebagai,
dxdt
=k1 (a−x ) (b−x )
Dengan, a = konsentrasi awal ester, dalam mol L-1
b = konsentrasi awal ion OH-, dalam mol L-1
x = jumlah mol liter-1 ester atau basa yang telah bereaksi
k1 = tetapan laju reaksi
Jalannya reaksi diikuti dengan cara penentuan konsentrasi ion OH- pada
waktu tertentu yaitu mengambil sejumlah tertentu larutan, lalu ke dalam larutan
yang mengandung asam berlebih. Penetralan dari basa dalam campuran reaksi
oleh asam akan menghentikan reaksi. Jumlah basa yang ada dalam campuran
reaksi pada saat reaksi dihentikan dapat diketahui dengan cara titrasi sisa asam
oleh larutan standar biasa.
B. Cara Konduktometri
Pada suatu hantaran suatu larutan bergantung pada:
(a) konsentrasi ion,
(b) kemobilan ion dalam larutan.
Umumnya sifat hantaran listrik suatu elektrolit mengikuti hukum Ohm, V
= IR, dengan tegangan V, arus I, dan tahanan R. Hantaran (=L) suatu larutan
didefiniskan sebagai kebalikan dari tahanan.
L = 1/R
III. Data Pengamatan Metode Titrasi
[etil asetat] = 0,02 M
[NaOH] = 0,0218 M
[HCl] = 0,0207 M
No.
t (menit)Volume titrasi (mL)
etil asetat : NaOH = 50:50 etil asetat : NaOH = 60:40 1. 5 13,7 16,22. 10 16,7 16,93. 20 16,3 16,74. 35 16,3 18,05. 55 16,9 18,0
Metode Konduktometri
Lair 25 oC = 0,256 mS/cm
LNaOH 40 oC = 2,88 mS/cm
LKCl 25 oC = 12,67 mS/cm
No. t (menit) L (mS/cm)1. 5 2,112. 10 1,8983. 20 1,6114. 35 1,4665. 55 1,3316. Δ 1,150
IV. Pengolahan Data
Metode TitrasiA. Campuran etil asetat : NaOH = 50:50
a=[ etilasetat ] .V a
V Campuran
¿ 0,02 x 50100
=0,01 M
b=[ NaOH ] . V b
V Campuran
¿ 0,0218 x50100
=0,0109 M
untuk t = 5 menit
V x=V b−{(20 x[ HCl ]
[ NaOH ]−V t) x10}
¿50−{(20 x[ 0,0207 ][0,0218]
−13,7) x10}¿−2,9083 mL
X=[ NaOH ] xV x
V Campuran
¿[ 0,0218 ] x (−2,9083)
100=−0,0006 M
Untuk a = b :
C= Xa(a−X)
¿ −0,00060,01(0,01−(−0,0006))
¿−5,9620865
No.t
(menit)Vt
(mL)Vx
(mL) X (M) C
1 5 13,7 -2,9083 -0,0006 -5,96200865
2 10 16,7 27,0917 0,00591 144,2598925
3 20 16,3 23,0917 0,00503 101,3693113
4 35 16,3 23,0917 0,00503 101,3693113
5 55 16,9 29,0917 0,00634 173,3734281
0 10 20 30 40 50 60-50
0
50
100
150
200
f(x) = 3.24327080539091 x − 0.706525133687975R² = 0.878299541705674
Grafik C terhadap t
Grafik C terhadap t
Linear (Grafik C terhadap t)
t (menit)
C
Catatan: data pada menit ke 10 tidak dimasukkan.
Persamaan pada grafik y=3,243 x−0,706
k untuk campuran etil asetat : NaOH = 50 : 50 yaitu K1 = 3,243
B. Campuran etil asetat : NaOH = 6 0 : 4 0
a=[ etilasetat ] .V a
V Campuran
¿ 0,02 x 60100
=0,012 M
b=[ NaOH ] . V b
V Campuran
¿ 0,0218 x40100
=0,00872 M
Untuk t = 5 menit
V x=V b−{(20 x[ HCl ]
[ NaOH ]−V t) x10}
¿40−{(20 x[0,0207 ][0,0218]
−16,2) x10 }¿12,0917 mL
X=[ NaOH ] xV x
V Campuran
¿[ 0,0218 ] x (12,0917)
100=0,00264 M
Untuk a ≠ b :
C=lnb(a−X)a(b−X)
x1
(a−b)
¿ ln0,00872(0,012−0,00264)0,012(0,00872−0,00264)
x1
(0,012−0,00872)
¿34,12279371
No.t
(menit)Vt
(mL)Vx
(mL) X (M) C
1 5 16,2 12,0917 0,00264 34,12279371
2 10 16,9 19,0917 0,00416 67,93059667
3 20 16,7 17,0917 0,00373 56,58337327
4 35 18 30,0917 0,00656 184,26324
5 55 18 30,0917 0,00656 184,26324
0 10 20 30 40 50 600
50
100
150
200f(x) = 3.42139502054627 x + 16.4430549190785R² = 0.819638277977698
Grafik C terhadap t
Grafik C terhadap tLinear (Grafik C terhadap t)
t (menit)
C
Catatan: data pada menit ke 10 tidak dimasukkan.
Persamaan garis y=3,421 x+16,44
k untuk campuran etil asetat : NaOH = 60 : 40 yaitu K1 = 3,421
Metode KonduktometriL0 = LNaOH
LC = L campuran ΔLt = L campuran saat t
a=[ etilasetat ] x V a
V total
¿ 0,02 x 50100
¿0,01 M
Untuk t = 5 menit :
1a
xLo−Lt
Lt−Lc
= 10,01
x2,88−2,112,11−1,15
¿80,20833
0 100 200 300 400 500 600 700 800 9000
10
20
30
40
50
60f(x) = 0.0644106550411734 x + 1.94056856675678R² = 0.983685103763361
Kurva 1/a x ((Lo-Lt)/(Lt-Lc)) terhadap t
Kurva 1/a x ((Lo-Lt)/(Lt-Lc)) terhadap tLinear (Kurva 1/a x ((Lo-Lt)/(Lt-Lc)) terhadap t)
t (menit)
1/a
x ((L
o-Lt
)/(L
t-Lc
))
Persamaan garis y=0,064 x+1,940 ; k untuk campuran etil asetat : NaOH = 50 : 50 yaitu
K1 = 0,064 dan Nilai R > 0,9 maka reaksi tersebut berorde 2
V. Pembahasan
Orde reaksi merupakan pangkat dari konsentrasi komponen itu dalam hukum laju.
Reaksi penyabunan etil asetat dengan ion hidroksida bukan merupakan reaksi
sederhana, namun ternyata bahwa reaksi ini merupakan reaksi orde dua. Pada
percobaan ini (penentuan orde reaksi dan tetapan laju reaksi) digunakan larutan
No.
t (menit
)
L (mS/cm
)
1a
xLo−Lt
Lt−Lc
1. 5 2,11 80,20833
2. 10 1,898 131,2834
3. 20 1,611 275,2711
4. 35 1,466 447,4684
5. 55 1,331 855,8011
standar NaOH. Tujuan percobaan ini untuk menunjukkan bahwa reaksi penyabunan
etil asetat oleh ion hidroksida merupakan reaksi orde dua.
Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang
ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi
sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan
untuk mencapai titik ekivalen.
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik
suatu larutan. Daya hantar listrik (L) suatu larutan bergantung pada jenis dan
konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan
suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik
yang besar. Daya hantar listrik (L)merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga
daya hantar listrik mempunyai satuan ohm.
Bila arus listrik dialirkan dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda, maka
daya hantar listrik (L) berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda (A) dan
berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda (l).
L= l/R = k (A / l)
dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm. Kuat lemahnya larutan
elektrolit sangat ditentukan oleh partikel-partikel bermuatan di dalam larutan
elektrolit. Larutan elektrolit akan mengalami ionisasi, dimana zat terlarutnya
terurai menjadi ion positif dan negatif, dengan adanya muatan listrik inilah
yang menyebabkan larutan memiliki daya hantar listriknya.
Proses ionisasi memegang peranan untuk menunjukkan kemapuan daya
hantarnya, semakin banyak zat yang terionisasi semakin kuat daya hantarnya.
Demikian pula sebaliknya semakin sulit terionisasi semakin lemah dayahantar
listriknya. Untuk larutan elektrolit besarnya harga 0 < ɲ < 1, untuk larutan non-
elektrolit maka nilai ɲ = 0. Dengan ukuran derajat ionisasi untuk
larutan elektrolit memiliki jarak yang cukup besar, sehingga diperlukan pembatasan
larutan elektrolit dan dibuat istilah larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah.
Untuk elektrolit kuat harga ɲ = 1, sedangkan elektrolit lemah
hargaderajat ionisasinya, 0 < ɲ < 1
(Wahyuni, 2010).
Perlakuan dilakukan dengan berbagai variasi volume antara HCl dengan etil
asetat. Pengenceran ini dilakukan dengan tujuan untuk memvariasi konsentrasi
reaktan sehingga dapat diketahui apakah berpengaruh terhadap orde reaksi atau tidak.
Langkah selanjutnya adalah mencampurkan etil asetat dan larutan NaOH ke
dalam erlenmeyer lalu menutupnya dengan penutup karet dan mengukur suhu kedua
larutan tersebut hingga mencapai suhu yang sama. Larutan ditutup dengan penutup
karet karena bersifat inert, sehingga tidak mudah bereaksi dengan larutan dalam
erlenmeyer dan larutan bersifat higroskopis sehingga mudah mengikat air dan
bereaksi dengan CO2 di udara dan juga agar kedua larutan tersebut tidak
terkontaminasi dengan zat lain yang dapat mempengaruhi konsentrasi kedua larutan.
Selain itu juga untuk mencegah menguapnya larutan etil asetat yang sifatnya mudah
menguap. Kedua suhu disamakan suhunya karena suhu merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi laju reaksi. Jika suhu dinaikkan maka laju reaksi semakin besar
karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi,
akibatnya jumlah dari energi tumbukan bertambah besar, begitu pun sebaliknya.
Pencampuran pada suhu yang sama agar laju reaksi yang dihasilkan tidak mengalami
perubahan besar. Kemudian dilakukan pengocokan agar campuran homogen.
Reaksi yang terjadi adalah:
CH3COOC2H5 (aq) + NaOH (aq) CH3COONa (aq) + C2H5OH (aq)
Kemudian setelah beberapa menit, campuran tersebut ditambahkan larutan HCl.
Penambahan HCl berfungsi untuk menetralkan campuran karena campuran bersifat
basa akibat kelebihan NaOH (ion OH-). Penetralan dapat mencegah terjadinya reaksi
lebih lanjut sehingga reaksi penyabunan berhenti. Adapun persamaan reaksinya
adalah:
NaOH (aq) + HCl (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
Penambahan indikator PP untuk mengatahui titik akhir titrasi yaitu titik
dimana mol NaOH sama dengan mol HCl yang ditandai dengan perubahan warna
larutan dari bening menjadi merah muda. Dari hasil percobaan diketahui bahwa
semakin lama pengocokan maka semakin banyak larutan NaOH yang digunakan.
Artinya semakin banyak NaOH yang bereaksi dengan etil asetat.
Berdasarkan percobaan tersebut maka diperoleh nilai R dari grafik
konduktometri lebih baik dari pada nilai R dari metode titrasi. Hal ini dapat
disebabkan oleh diantaranya pipet yang dipakai tidak dikalibrasi dan titrasi juga
dilakukan tidak cepat sehingga banyak kesalahan dari faktor waktu. Sehingga
kelinearan kurva pada metode konduktometri lebih baik. Maka dapat disimpulkan
untuk penentuan orde reaksi dan tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat dengan
NaOH lebih baik menggunakan metode konduktometri.
VI. Kesimpulan
Orde Reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH adalah orde dua. Nilai tetapan laju reaksi
No V NaOH : V etil asetat Metode Nilai k1 50 mL : 50 mL Titrasi 3,2432 40 mL : 60 mL Titrasi 3,4213 50 mL : 50 mL Konduktometri 0,064
VII. Daftar Pustaka
Daniels, et al. 1970. Experimental Physical Chemistry, 7th ed. p. 157-161
J.A. Kitchener. 1967. Findlay’s Practical Physical Chemistry, 8th ed. p. 86-91
J.M. Wilson, et. Al. 1968. Experimental in Physical Chemistry. 2nd ed. p. 89
LAMPIRAN
Kenyataan apakah yang membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat ini adalah
reaksi orde dua?
Reaksi penyabunan etil asetat merupakan reaksi orde dua. Hal ini dapat dilihat dari satuan
tetapan reaksinya, M-1menit-1. Tetapan laju reaksi tidak bisa ditentukan secara teoritis
tetapi harus melalui percobaan.
Turunan satuan-satuan yang digunakan dalam sistem Internasional (SI) untuk hantaran
jenis dan hantaran molar?
Hantaran jenis : ohm-1 cm-1 (Ώ cm-1)
Hantaran molar : S m2 mol-1 , S cm2 mol-1
Apakah akibatnya bila titrasi dari HCl tidak dapat segera dilakukan? Seandainya titrasi ini
harus ditunda (misalnya sampai seluruh percobaan selesai), apakah yang harus
dikerjakan?
Apabila titrasi HCl tidak segera dilakukan maka temperatur campuran zat akan menurun
dan mempengaruhi hasil tetapan laju rekasinya. Sehingga temperatur campuran zat harus
dijaga tetap agar konstan pada saat titrasi. Seandainya titrasi ditunda, maka temperaturnya
harus dinaikkan dengan pemanasan ulang.
Terangkan tiga buah cara untuk menentukan orde dari suatu reaksi kimia!
- Melihat satuan dari tetapan laju reaksinya
- Membandingkan waktu paruh, misalnya nilai t12
dengan t34
dimana t34
= 3 t12
- Membandingkan dua buah persamaan laju reaksi yang diketahui datanya.
Energi pengaktifan dapat ditentukan secara percobaan. Terangkan prinsipnya dan
lukiskan pula persamaan-persamaan yang diperlukan!
Energi pengaktifan adalah energi minimal yang diperlukan suatu pereaksi untuk
melakukan reaksi. Harga energi pengaktifan akan tereduksi/dikurangi dengan
penambahan katalis. Persamaan yang diperlukan : Ea = - RT ln (k/A).