kimia tembaga

16
1 KIMIA TEMBAGA I. TUJUAN Mempelajari beberapa pendahuluan tentang tembaga Mempelajari pembuatan tembaga (I) oksida Memepelajari reaksi Cu 2 O dan CuO dengan senyawa asam II. TEORI Beberapa data fisika tentang logam tenbaga dapat dilihat sebagai berikut: Nomor atom 29 Konfigurasi electron (Ar) 3d 10 4 1 Energi ionisasi pertama 745 KJ/mol Energi ionisasi kedua 1856KJ/mol Kerapatan 8,92 gr/cm 3 Titik leleh 1356 K Titik didih 2868 k Jari-jari atom 0,177 nm Untuk memperoleh tembaga, bijih tembaga tersebut digerus kemudian dipekatkan secara flotasi. Tahap kedua adalah mereduksi bijih tembaga sulfide menjadi logam. Bijih tembaga mula-mula dipanggang diudara menghasilkan tembaga (I) sulfide, ferro sulfide dan gas SO 2 dengan reaksi sebagai berikut : 2CuFeS 2 + 4O 2 Cu 2 S + 2FeO + 3SO 3 FeO + SiO 3 FeSiO 3 2CuS + 3O 2 2Cu 2 O + 2SO 2 2Cu 2 O + Cu 2 S 6Cu + SO 2 Sampai dengan tahap ini, tembaga masih mengandung kurang lebih 3 % zat pengotor terutama terdiri dari belerang. Untuk mendapatkan tembaga lebih murni dapat dilakukan dengan cara elektrolisis. (Tim Kimia Anorganik, 2014 : 40) Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Cu + mengalami disporpodionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan berarti senyawa larutan Cu (I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai dalam keadaan bagaimana Cu (I) dan Cu (II) terbentuk, yaitu membuat (Cu + )

Upload: yeni-satrina-dewii

Post on 28-Dec-2015

254 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

kimia tembaga

TRANSCRIPT

Page 1: KIMIA TEMBAGA

1

KIMIA TEMBAGA

I. TUJUAN

Mempelajari beberapa pendahuluan tentang tembaga

Mempelajari pembuatan tembaga (I) oksida

Memepelajari reaksi Cu2O dan CuO dengan senyawa asam

II. TEORI

Beberapa data fisika tentang logam tenbaga dapat dilihat sebagai berikut:

Nomor atom 29

Konfigurasi electron (Ar) 3d10

41

Energi ionisasi pertama 745 KJ/mol

Energi ionisasi kedua 1856KJ/mol

Kerapatan 8,92 gr/cm3

Titik leleh 1356 K

Titik didih 2868 k

Jari-jari atom 0,177 nm

Untuk memperoleh tembaga, bijih tembaga tersebut digerus kemudian

dipekatkan secara flotasi. Tahap kedua adalah mereduksi bijih tembaga sulfide

menjadi logam. Bijih tembaga mula-mula dipanggang diudara menghasilkan

tembaga (I) sulfide, ferro sulfide dan gas SO2 dengan reaksi sebagai berikut :

2CuFeS2 + 4O2 Cu2S + 2FeO + 3SO3

FeO + SiO3 FeSiO3

2CuS + 3O2 2Cu2O + 2SO2

2Cu2O + Cu2S 6Cu + SO2

Sampai dengan tahap ini, tembaga masih mengandung kurang lebih 3 % zat

pengotor terutama terdiri dari belerang. Untuk mendapatkan tembaga lebih murni

dapat dilakukan dengan cara elektrolisis.

(Tim Kimia Anorganik, 2014 : 40)

Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif.

Cu+mengalami disporpodionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal

ini bukan berarti senyawa larutan Cu (I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai

dalam keadaan bagaimana Cu (I) dan Cu (II) terbentuk, yaitu membuat (Cu+)

Page 2: KIMIA TEMBAGA

2

cukup banyak pada larutan air, Cu2+

akan berada pada banyak jumlah banyak

(sebab konsentrasinya harus sekitar dua juta dikalikan pangkat dua dari

Cu+). Disporpodionasi ini akan menjadi sempurna. Dilain pihak jika Cu

+dijaga

sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap).

Cu2+

sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap.

(Petrucci, 1987 :350)

Tembaga (Cu) adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat.

Tembaga melebur pada 10380C. karena potensial elektroda standarnya positif

(+0,34 V untuk pasangan Cu/ Cu2+

), temabag tidak larut dalam asam klorida dan

asam solfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia dapat larut sedikit. Asam

nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga.

(svehla, 1990 :229)

Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, namun hanya

tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya. Dalam air, hamper

semua garam tembaga (II) berwarna biru oleh karena warna ion kompleks

koordinasi enam [Cu(H2O)6]2+

. Reaaksi Ion Cu2+

dengan OH- pada konsentrasi

bergantung pada metodenya. Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan

tembaga (II) sulfat (0,1 – 0,5 M) secara bertetes dengan kecepatan 1

ml/menit menyebabkan terjadinya endapan gelatin putih biru muda dari garam

tembaga (II) hidroksida sulfat, bukan endapan Cu(OH)2.

(Sugiarto, 2003 : 569)

Senyawa tembaga bersifat diamagnetic. Tembaga sulit teroksidasi superficial

dalam udara kadang menghasilkan lapisan warna hijau hidroksida karbonat dan

hidrokso sulfat dan SO2, di atmosfer tembaga mudah larut dalam asam nitrat dan

asam sulfat dengan adanya oksigen. Kesetabilan relative kepro dan kepri di

artikan dengan potensial Cu*=0,52 V dan Cu+=0,153 V. Kesetabilan Relatif

tergantung pada sulfat anion dan ligan yang cukup beragam dengan pelarut/sifat

fisik atom tetangganya dalam Kristal. Pelarutan tembaga hidroksida karbonat dan

sebagainya dalam asam yang dihasilkan akuo hijau kebiruan yang ditulis

[Cu(H2O)6]2+

. Di antara berbagai Kristal hidratnya adalah sulfat biru

CuSO4.H2Oyang paling lazim. CuSO4.H2O dapat di hidrasi menjadi zat anhidrat

Page 3: KIMIA TEMBAGA

3

yang berwarna putih. Penambahan ligan menyebabkan kompleks dengan

pertukaran molekul air secara beurutan

(Syukri, 1999 : 321)

Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat. Melebur

pada 1038oC. Karena potensial elektrode standarnya positif, tidak larut dalam

asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen bisa larut

sedikit. Tembaga yang terdapat di bumi ini tidak melimpah (55 ppm) namun

terdistribusi secara luas sebagai logam dalam sulfida, arsenida, klorida dan

karbonat. Mineral yang paling umum adalah chalcopyrite CuFeS2. Tembaga

diekstraksi dengan pemanggangan dan peleburan oksidatif atau dengan pencucian

dengan bantuan mikroba, yang diikuti oleh elektrodeposisi dari larutan sulfat

kimiawi tembaga ditemukan sebagai Cu+

dan Cu2+

.

Elektroplating merupakan suatu proses pengendapan elektro lapisan logam pada

elektrode yang bertujuan membentuk permukaan dengan logam dasarnya. Logam

yang dilapisi adalah tembaga karena mudah dibentuk menjadi perhiasan, alat

industri, bagian kendaraan bermotor dan lain sebagainya. Reaksi antara Cu2O dan

H2SO4 encer :

2Cu2O + 4H+ + 2SO4

2- → 4Cu + 2SO2 + 2H2O + 2O2

Yang bertindak sebagai oksidator adalah H2SO4, sedangkan yang bertindak

sebagai reduktor adalah Cu2O.

Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif.

Cu+

mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal

ini bukan berarti larutan senyawa Cu(I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai

pada keadaan bagaimana mereka ditemukan, yaitu jika kita mencoba membuat

(Cu+) cukup banyak pada larutan air, Cu

2+ akan berada pada jumlah banyak

(sebab konsentrasinya harus sekitar dua juta dikalikan pangkat dua dari Cu+.

Disproporsionasi akan menajdi sempurna. Di lain pihak jika Cu+ dijaga sangat

rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap), Cu2+

sangat

kecil dan tembaga (I) menjadi mantap. Ditinjau dari struktur elektron yang lebih

stabil adalah Cu+, karena elektronnya terisi penuh, sedangkan untuk ion Cu

2+ tidak

stabil karena orbital tidak terisi penuh elektron.

(Anissa, 2009)

Page 4: KIMIA TEMBAGA

4

III. PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Tabung reaksi

Rak tabung reaksi

Tabung lebur

Gelas kimia

Corong

Penjepit tabung

Gelas ukur 10mL

Pembakar Bunsen

Gelas kimia

Pipet tetes

3.1.2 Bahan

Tembaga

Kalium tartrat

H2SO4 1M

HNO3 2M

Glukosa

Tembaga (II) oksida

Amoniak

HCl pekat

CuSO4 0,25M

Page 5: KIMIA TEMBAGA

5

3.2 Skema Kerja

3.2.1 Percobaan pendahuluan

dipanaskan pada nyala pembakar dengan

menggunakan penjepit

dimasukkan dalam 2mL asam nitrat encer

dipanaskan

diperiksa gas yang terbentuk

ditambahkan larutan natrium hidroksida encer

setetes demi tetes

ditambahkan asam klorida pekat setetes demi tetes

ditambahkan terus sampai tidak terjadi perubahan

3.2.2 Tembaga (I) dan Tembaga (II)

dimasukkan dalam tabung reaksi

dicampurkan dalam tabung reaksi lain pada

campuran di atas

dipanaskan sampai warna merah jingga

dibiarkan endapan mengendap

didekantasi larutan

Logam

sekeping tembaga

HASIL

5 mL tembaga (II) sulfat

5 mL larutan natrium

hidroksida dan 1 gr glukosa

Page 6: KIMIA TEMBAGA

6

dicuci endapan dengan air

digunakan untuk eksperimen kedua

dimasukkan dalam tabung 3 reaksi

dimasukkan dalam tabung reaksi lain

digunakan tabung ini untuk mempelajari reaksi

masing-masing oksida dengan asam sulfat encer dan

asam nitrat encer

ditambahkan asam tersebut perlahan-lahan sampai

asam berlebih

dipanaskan

diamati apa yang terjadi

Endapan

HASIL

0,1 gr tembaga (I) oksida

tembaga (II) oksida

HASIL

Page 7: KIMIA TEMBAGA

7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan dan Perhitungan

Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan

No Perlakuan Hasil pengamatan

1 Percobaan Pendahuluan

a. Sekeping tembaga dipanaskan

dengan pembakar Bunsen

b. Sekeping tembaga + HNO3

c. 2 ml tembaga sulfat + 5 ml

NaOH encer

d. 2 ml tembaga sulfat + 5 ml

HCl pekat

Warna nyalanya adalah warna dari

biru kemudian berubah menjadi

warna hijau

Terbentuk gelembung gas, lareutan

berubah menjadi warna biru, gas

berwarna coklat. Bagian tembaga

yang tidak terendam oleh larutan

HNO3 berwarna coklat dan

dibagian dinding tabung reaksi

berwarna coklat

Pada tetesan pertama terbentuk

gumpalan berwarna biru, semakin

banyak tetesan yang ditambahakan

gumpalan biru semakin banyak dan

terdapat endapan putih setelah

diguncangkan warna berubah

semakin pekat (biru kehitaman)

Warna campuran hijau muda dan

terasa panas, terdapat uap yang

keluar ke permukaan

Page 8: KIMIA TEMBAGA

8

2 Tembaga (I) dan Tenbaga (II)

Tembaga (I) oksida (CuO)

5 ml tembaga (II) dioksida +

NaOH + 1 gr glukosa

Reaksi antara tembaga (I)

oksida dan tembaga (II) oksida

dengan asam

Serbuk tembaga (II) (CuO) +

H2SO4

Serbuk tembaga (II) (CuO) +

HCl

Serbuk tembaga (II) (CuO) +

HNO3

Endapan Cu2O + HCl

Endapan Cu2O + H2SO4

Setelah dicampur larutan berwarna

biru pekat, mengental, kemudian

ketika dipanasakan berubah

menjadi warna biru – coklat –

merah jingga, dan pada larutan

tersebut terdapat endapan yaitu

endapan Cu2O.

Setelah dicampurkan serbuk

tembaga dengan larutan H2SO4

membentuk larutan berwarna biru

setelah dipanaskan serbuk tembaga

(II) larut semua dalam larutan

H2SO4

Setelah dicampurkan serbuk CuO

dengan HCl larut sebagian, larutan

berwarna biru kemudian

dipanaskan perlahan serbuk CuO

akhirnya larut semua dalam HCl

dan larutan berubah warna menjadi

hijau

Setelah dicampurkan serbuk CuO

dengan HNO3 dan dipanaskan

larutan berwarna biru.

Larutan walanya berwarna bening,

ketika dipanaskan tidak terjadi

perubahan apapun.

Larutan walnya berwarna abu-abu,

Page 9: KIMIA TEMBAGA

9

Endapan Cu2O + HNO3

ketika dipanaskan warna larutan

menjadi bening keunguan.

Larutan walanya berwarna abu-abu

lebih pekat dari larutan

sebelumnya, setelah dipanaskan

warna larutan berubah menjadi

bening kebiruan.

Page 10: KIMIA TEMBAGA

10

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan “Kimia

Tembaga”, percobaan ini bertujuan untuk mempelajari beberapa pendahuluan

tentang tembaga, mempelajari pembuatan tembaga (I) oksida dan

mempelajari reaksi Cu2O dan CuO dengan senyawa asam.

Pada percobaan ini ada dua perlakuan yaitu percobaan pendahuluan dan

temabaga (I) dan tembaga (II).

1. Percobaan Pendahuluan

Pada percobaan pendahuluan pertama dilakukan dengna memanaskan

sekeping logam tembaga pada nyala api. Pada saat ini dilakukan pemanasan,

nyala api berubah dari warna nyala biru menjadi warna nyala hijau

disekeliling logam dan warna logam setelah dipanaskan logam berwarna

kemerah-merahan. Hal ini menunujukkan bahwa tembaga mengalami

oksidasi menjadi tembaga (I) oksida. Reaksi yang terjadi yaitu :

2Cu(s) + O2 2CuO(s)

Fungsi oksigen disini sebagai pengoksidasi logam tembaga sehingga

membentuk logam oksidanya, yaitu :

Cu Cu2+

+ 2e-

Percobaan selanjutnya adalah memasukkan sekeping logam tembaga

kedalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan larutan HNO3 dan

dipanaskan. Ketika proses pemanasan larutan ini menimbulkan selembung

gas, warna larutan berubah menjadi warna biru sedangkan gas yang terbentuk

berwarna coklat. Pada bagian logam tembaga yang tidak terendam dalam

larutan HNO3 berwarna coklat, dibagian dinding tabung reaksi berwarna

coklat ini akibat uap dari gas yang terbentuk, adapun gas yang terbentuk

adalah gas perak. Konsentrasi juga mempengaruhi percobaan ini, karena

larutan asam nitrat yang digunakan merupakan larutan yang encer maka

produk yang terbentuk saat bereaksi antara logam Cu dengan asam nitrat

adalah gas NO bukan NO2. Reaksi yang terjadi yaitu :

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Dalam hal ini terjadi reaksi redoks, yang mana unsur Cu mengalami

oksidasi sehingga biloksnya yang semula 0 menjadi +2 dan unsur nitrogen

Page 11: KIMIA TEMBAGA

11

mengalami reduksi sehingga biloksnya berubah dari +5 menjadi +2. Reksi

redoksnya adalah :

0 +5 +2 +4

oksidasi

reduksi

Percobaan selanjutnya adalah mereaksikan larutan tembaga sulfat dengan

larutan basa yaitu NaOH. Dalam percobaan ini 2 ml tembaga sulfat

dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan NaOH

encer dan dipanaskan. Penambahan NaOH ini pada silakukan dengan tetesan,

pada tetesan pertama terbentuk gumpalan di bagian atas larutan dan larutan

berwarna biru, semakin banyak tetesan yang di tambahkan gumpalan tersebut

semakin banyak dan terdapat endapan berwarna putih, dan ketika di

guncangkan warna larutan semakin pekat yaitu biru kehitaman. Reaksi yang

terjadi, yaitu :

( )

Percobaan selanjutnya 2 ml tembaga sulfat dimasukkan kedalam tabung

reaksi kemudian ditambahkan dengan larutan HCl encer warna lrutan menjadi

biru kemudian lama-kelamaan menjadi hijau muda dan terdapat uap yang

terbentuk yang keluar ke permukaan. Reaksi yang terjadi, yaitu:

( )

2. Tembaga (I) dan Tembaga (II)

Pada praktikum kali ini praktikan akan membuat tembaga (I) oksida

(CuO). Pembuatan tembaga (I) oksida ini dilakukan dengan mereaksikan 5 ml

tembaga (II) dioksida dengan NaOH dan 1 gr glukosa. Larutan glukosa ini

dapat di buat dengan menggunakan larutan fehling A dan larutan fehling B

Fehling A adalah larutan tembaga(II) sulfat yang berwarna biru, CuSO4(aq).

Fehling B, yaitu larutan natrium hidroksida, NaOH(aq) dan kalium natrium

tartrat. Pada percobaan ini 1 gram glukosa di masukkan kedalam tabung

reaksi dan di tambahkan dengan NaOH, kemudian di campurkan pada 5 ml

Page 12: KIMIA TEMBAGA

12

larutan tembaga sulfat. Dalam percobaan ini praktikan tidak menggunakan

kalium natrium tartrat, karena bahan yang dibutuhkan tidak tersedia.

Sebenarnya kalium tartrat ini berfungsi untuk menghindari adanya endapan

Cu(OH)2 hasil dari CuSO4(aq) yang direaksikan dengan NaOH(aq), endapan

Cu(OH)2(s) yang terbentuk berwarna biru. Endapan ini tidak efektif sebagai

pereaksi fehling. maka diperlukan kalium natrium tartrat sebagai ligan

bidentat bagi ion Cu2+

. Ketika fehling A dan fehling B dicampurkan,

tembaga(II) tetap sebagai larutan, karena membentuk ion kompleks bistartrato

kuprat(II), Cu{(COO)2(CHO)2}4-

. Setelah zat yang diuji dicampurkan dan

ternyata positif, maka terbentuklah endapan merah bata dari tembaga(I)

oksida, Cu2O.

Dari hasil percobaan ini diperoleh pengamatan yaitu setelah dicampur

larutan berwarna biru pekat, mengental, kemudian ketika dipanaskan berubah

menjadi warna biru menjadi coklat dan kemudian berubah menjadi merah

jingga, pada larutan tersebut terdapat endapan yaitu endapan Cu2O. Endapan

ini akan digunakan untuk percobaan selanjutnya. Reaksi yang terjadi pada

percobaan ini adalah :

C

C

C

C

C

CH2OH

OH

OH

H

OH

OH

H

HO

H

H

+ Cu2+ + OH-

C

C

C

C

C

CH2OH

O-O

OH

H

OH

OH

H

HO

H

H

+ Cu2O + H2O

3. Reaksi antara tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan

asam

Pada percobaan ini praktikan akan mereaksikan tembaga (I) oksida dan

tembaga (II) oksida masing-masing dengan larutan asam. Larutan asam yang

dimaksud adalah asam klorida encer, asam nitrat encer dan asam sulfat encer.

Tembag (I) oksida yang digunakan adalah tembaga (I) oksida yang telah

dibuat pada percobaan sebelumnya, dimana tembaga (I) oksida ini berupa

endapan Cu2O. Langkah pertama yang praktikan lakukan adalah memasukkan

Page 13: KIMIA TEMBAGA

13

tembaga (I) oksida kedalam tiga buah tabung reaksi, Dan kemudian

ditambahkan dengam masing-masing larutan asam secar perlahan sampai

larutan asam tersebut berlebih, kemudian dilakukan pemanasan. Pada

tembaga (I) oksida yang ditambahkan dengan asam klorida encer

menghasilkan warna larutan yang bening, ketika dipanaskan larutan tetap

bening dan tidak terjadi perubahan apapun. Warna bening ini menunjukkan

terbentuknya ion kompleks diklorokuprat (I). Reaksi yang terjadi, yaitu :

Pada percobaan tembaga (I) oksida ditambahkan dengan asam sulfat

encer menghasilkan larutan yang awalnya berwarna abu-abu ketika

dipanaskan larutan berubah menjadi warna bening keunguan. Reaksi yang

terjadi adalah :

Dalam hal ini terjdi reaksi redoks yaitu asam sulfat encer yang digunakan

akan mereduksi tembaga(I) sehingga membentuk unsur bebasnya.

Pada percobaan tembaga (I) oksida yang direksikan dengan asam nitrat

encer menghasilkan larutan yang berwarna abu-abu lebih pekat dari larutan

sebelumnya setelah dipanaskan larutan berubah menjadi warna bening

kebiruan. Warna bening ini adalah tembaga (I) nitrat. Reaksi yang terjadi,

yaitu :

Untuk percobaan pada tembaga (II) oksida dilakukan hal yang sama yaitu

tembaga (II) oksida berupa serbuk ini dimasukkan kedalam tiga buah tabung

reaksi dan ditambahkan dengan larutan asam masing-masing yang berbeda.

Pada tabung reaksi pertama tembaga (II) oksida di reaksikan dengan larutan

asam klorida encer menghasilkan serbuk CuO yang larut sebagian, larutan ini

berwarna biru. Kemudian setelah dilakukan pemanasan perlahan serbuk CuO

akhirnya larut semua dalam larutan HCl ini dan terjadi perubahan warna

larutan menjadi warna hijau. Reaksi ini menghasilkan senyawa CuCl2. Reaksi

yang terjadi, yaitu :

Page 14: KIMIA TEMBAGA

14

Pada tabung reaksi kedua tembaga (II) oksida direkasikan dengan asam

sulfat encer menghasilkan larutan berwarna biru kemudian setelah dipanaskan

serbuk tembaga (II) oksida ini larut semua dalam larutan H2SO4. Percobaan

ini menghasilkan tembaga (II) sulfat. Reaksi yang terjadi, yaitu :

Pada tabung reaksi tiga tembaga (II) oksida direaksikan dengan asam

nitrat encer yaitu setelah dipanaskan larutan menjadi warna biru dan serbuk

tembaga (II) oksida larut semua dalam larutan ini. Pada reaksi ini

mnghasilkan tembaga (II) nitrat. reaksi yang terjadi, yaitu :

( )

Page 15: KIMIA TEMBAGA

15

V. LESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa:

1. Tembaga merupakan suatu logam yang teroksidasi jika dibakar warnanya

memendar dan bila direaksikan dengan HNO3 menghasilkan gas yaitu

gas NO.

2. Suatu Tembaga (I) oksida terbentuk dengan melarutkan CuSO4 di dalam

campuran NaOH dan Kalium tartrat. Tembaga (II) klorida dibuat dengan

mereaksikan CuO dengan asam klorida.

3. Tembaga (I) klorida dibuat dengan mereaksikan tembaga (II) oksida dan

HCl pekat, kemudian ditambahkan serbuk tembaga sehingga terbentuk

CuCl yang terwujud dalam endapan biru

5.2 Saran

Diharapkan untuk percobaan selanjutnya, alat dan bahan yang seharusnya

digunakan sudah terpenuhi, agar paraktikum dapat berjalan lancer sesuai

prosedur.

Page 16: KIMIA TEMBAGA

16

VI. DAFTAR PUSTAKA

Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 3.

Jakarta : Erlangga

Sugiyarto,K.H. 2003. Kimia Anorganik 2, Edisi Revisi. Jogyakarta: JICA.

Svehla, G. 1990. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan

Semimikro, Bagian I. Jakarta : PT Kalman Media Pusaka

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB Press

Tim Kimia Anorganik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik I. Jambi

: Universitas Jambi