kimia farma
DESCRIPTION
pkpa industriTRANSCRIPT
51
BAB III
GAMBARAN KHUSUS
FLOW MATERIAL ANTIRETROVIRAL (ARV) PT. KIMIA FARMA (Tbk)
PLANT JAKARTA
III.1 Flow Material
Dalam memproduksi suatu sediaan dibutuhkan bahan baku yang
merupakan bahan mentah (raw material) dan seluruh komponen yang
digunakan untuk menghasilkan barang - barang atau produk akhir. Raw
material ini harus dikelola dengan baik, termasuk perencanaan organisasi
dan control sehingga flow material mulai dari pembelian (purchasing),
inventory stock sampai distribusi produk akhir, dapat efisien dan efektif.
Flow material merupakan alur produksi mulai dari pengadaan bahan baku,
rencana produksi, produksi, pengemasan hingga bahan jadi
didistribusikan. Flow material ini melibatkan beberapa departemen dalam
divisi manufacturing.
Bahan awal berupa bahan baku dan bahan pengemas yang
tersedia untuk proses produksi harus selalu tersedia dan berkualitas.
Bahan awal untuk menjadi suatu produk obat, baik produk ruahan (produk
yang tinggal memerlukan pengemasan untuk menjadi produk jadi)
maupun produk jadi, mengalami berbagai poses yang diatur sedemikian
rupa sehingga memudahkan dalam proses produksi dan terhindar dari
kontaminasi. Semua pergerakan bahan awal atau alur yang dilewati
sampai menjadi produk ruahan atau produk jadi disebut flow of material.
52
Aliran materi dalam suatu industri berlangsung secara berurutan
menurut proses produksi suatu sediaan. Setiap tahap yang dilalui oleh
bahan selalu dikontrol dan diawasi secara ketat sehingga obat yang
dihasilkan selalu bermutu tinggi.
Peramalan penjualan (forecasting) memegang peranan yang
sangat penting dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
khususnya di bidang produksi dan operasi. Aktivitas manajemen produksi
dan operasi menggunakan peramalan permintaan dalam perencanaan
yang menyangkut perencanaan produksi, perencanaan pemenuhan
kebutuhan bahan, perencanaan kebutuhan tenaga kerja, perencanaan
kapasitas produksi, perencanaan desain lay out fasilitas, penentuan lokasi
pabrik, penentuan metode proses produksi, penentuan jumlah mesin dan
sebagainya.
Setelah forecast dibuat oleh bagian marketing, selanjutnya dibuat /
disusun perencanaan produksi serta Rencana Anggaran Belanja
Perusahaan (RABP) sebagai acuan untuk memenuhi permintaan
marketing tersebut. Sasaran pokok dari perencanaan produksi, antara
lain :
1. Ketepatan waktu dalam memenuhi janji pelanggan
2. Kecepatan waktu penyelesaian pesanan pelanggan
3. Berkurangnya biaya produksi
Suatu industri farmasi dalam melaksanakan proses produksi telah
melakukan berbagai metode, sehingga produksi berlangsung dengan baik
53
dan efisien. Suatu produk obat yang dihasilkan berkualitas dan berkhasiat
apabila diproduksi dengan memperhatikan berbagai aspek, diantaranya
bahan baku (material), metode, karyawan, manajemen, dan peralatan
yang digunakan. Semua aspek tersebut harus tersedia dengan baik dan
selalu dilaksanakan dengan konsisten.
III.2 Uraian Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak
(dimampatkan, dikompresi), dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,
kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat
atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan (2, 3).
Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai (3, 4):
a) Zat pengisi, yaitu untuk memperbesar volume tablet. Biasanya yang
digunakan Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phoshas, Calcii
Carbonas dan zat lain yang dikocok.
b) Zat pengikat, yaitu agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat.
Biasanya yang digunakan adalah Mucilago Gummi Arabici 10-20%,
Solutio Methyl-cellulosum 5%.
c) Zat penghancur, yaitu agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya
yang digunakan Amylum Manihot kering, Gelatinum, Agar-agar,
Natrium Alginat.
d) Zat pelicin, yaitu agar tablet tidak lekat pada cetakan. Biasanya yang
digunakan Talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearinicum.
54
III.3. Antiretroviral Hiviral®
Kandungan : 3TC (Lamivudin)
Bentuk sediaan tablet : 150mg /300mg(HIV), 100mg (hepatitis B)
Dosis: 150 mg peroral tiap 12 jam atau 300 mg peroral sekali sehari
<50kg: 2mg/kg
III.4 Flow material Produk Tablet Antiretroviral PT. Kimia Farma
III.4.1 Perencanaan dan Pengadaan Bahan
a. Alur Proses Pengadaan Bahan Baku
Pihak yang berperan dalam perencanaan pengadaan bahan
produksi adalah departemen PPIC berdasarkan forecast marketing dan
memper-timbangkan kapasitas produksi industri. PPIC menjadi
penghubung antara bagian produksi dengan bagian marketing.
Selanjutnya, departemen Purchasing yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan pengadaan bahan baku dan bahan pengemas tersebut.
Semua fungsi Departemen Purchasing dapat dilaksanakan setelah
mendapat persetujuan dari Quality Control (QC) dan Quality Assurant
(QA).
Tugas utama Departemen Purchasing adalah melakukan
pembelian barang sesuai dengan kualitas yang diinginkan, dan
memastikan waktu tibanya barang mulai dari pemesanan sampai ke
pabrik tepat waktu (lead time). Sebelum melakukan pembelian barang,
Departemen Purchasing bekerjasama dengan Departemen Product
Development (PD) akan memilih supplier di bawah Departemen Suply
55
Change. Kemudian Departemen Purchasing melakukan negosiasi harga,
cara pembayaran, dan lead time-nya. Setelah negosiasi disepakati oleh
kedua pihak, maka Departemen Purchasing akan mengubah Order
Requesition (OR) menjadi Purchasing Order (PO) dan PO dikirimkan ke
supplier.
3. Pemeriksaan Bahan Baku dan Bahan Pengemas
Bahan baku yang diterima di mainwarehouse dilakukan peme-
riksaan terlebih dahulu, hal ini untuk menjamin bahwa bahan baku yang
akan digunakan sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan
sebagaimana tercantum dalam Certificate of Analysis. Pengujian ini
mencakup identifikasi, kemurnian, dan penetapan kadar. Untuk produk
bahan aktif dilakukan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan keutuhan
kemasan, label-label identitas, serta jumlah bahan baku yang selanjutnya
akan langsung dibawa ke area estrogen untuk dikarantina serta
pengambilan sampel untuk dilakukan pemeriksaan oleh QC. Setelah
sampling oleh pihak warehouse, wadah segera ditutup rapat kembali dan
diberi penandaan “karantina”.
Pengujian bahan baku selalu dilengkapi dengan catatan pengujian
(testing order) atau catatan hasil pengujian yang ditandatangani oleh
manager QC dan disetujui oleh QA. Bahan yang memenuhi persyaratan
akan diberi label hijau (berarti “diluluskan”) oleh QA, tetapi jika material
tidak memenuhi kriteria yang telah ditentukan maka akan diberi label
merah (berarti “ditolak”) oleh QC. Bahan yang diluluskan akan disimpan di
56
gudang bahan baku sebelum masuk ke ruang produksi. Selanjutnya, Jika
material akan diproduksi, maka dimasukkan ke ruang staging sebelum
penimbangan.
Selain pemeriksaan mutu bahan baku, perlu pula dilakukan
pemeriksaan mutu bahan pengemas. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
menjamin bahwa bahan kemas yang digunakan benar-benar sesuai
spesifikasi yang dipersyaratkan, sehingga bahan pengemas tersebut
dapat melindungi sediaan obat.
Pengujian terhadap bahan kemas meliputi label, brosur, wadah
karton, alumuinium foil dan kemasan strip, blister, dan botol. Pengawasan
dilakukan terhadap penampilan fisik wadah, kesesuaian bahan dan hasil
cetakan dengan spesifikasi yang telah ditentukan (warna, penandaan,
desain dan bentuk). Sistem pemberian label bahan kemas sama dengan
bahan baku.
Jika pemeriksaan bahan kemas telah selesai dilakukan maka
bagian analisa akan mengeluarkan lembar “disposisi QC” yang berisi hasil
pemeriksaan untuk disampaikan ke bagian keuangan untuk pembayaran
dan ke bagian Suply change untuk perencanaan produksi. Akan tetapi,
jika bahan kemas tidak memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan, akan
dikembalikan ke supplier dengan dokumen nota retur barang.
4. Penyimpanan Bahan Baku
Gudang merupakan sarana pendukung dalam kegiatan produksi di
industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan
57
kemas, produk ruahan, dan obat jadi yang belum didistribusikan. Selain
untuk penyimpanan, gudang juga berfungsi untuk melindungi bahan dari
pengaruh luar dan melindungi obat dari kerusakan. Penyimpanan di
gudang bertujuan untuk memudahkan alur proses produksi selanjutnya.
PT Kimia Farma memiliki gudang khusus untuk menyimpan bahan baku
aktif yang lokasinya berada di tempat produksi masing masing sediaan,
sedangkan bahan baku zat tambahan di central weighing.
Sistem pengeluaran barang dari gudang mengikuti sistem First In
First Out (FIFO), dimana barang yang lebih dulu datang akan lebih dulu
dikeluarkan atau dipakai. Pada beberapa kasus, digunakan sistem First
Expired First Out (FEFO), dimana barang yang waktu kadaluarsanya
paling dekat yang lebih dulu dikeluarkan atau dipakai.
Departemen PPIC harus selalu mengontrol persediaan bahan yang
ada di gudang. Jika terdapat bahan yang stoknya tinggal sedikit, maka
PPIC akan mengajukan Request Order (RO) ke bagian Purchasing untuk
membeli sejumlah bahan tersebut. Bagian Purchasing akan
mempertimbangkan usulan tersebut, melakukan survey pemilihan supplier
dan akan mengeluarkan Purchasing Order (PO) ke supplier tersebut jika
menyetujui pembelian bahan tersebut.
Produk-produk yang sudah selesai dikemas dan sudah dinyatakan
lulus oleh QC-QA disimpan di gudang obat jadi dan siap untuk
didistribusikan. Gudang obat jadi merupakan tempat penyimpanan produk
58
akhir yang siap dikirim ke distributor. Pengeluaran barang dari gudang
obat jadi ini didasarkan pada permintaan dari pihak Marketing Industri.
III.5. Proses Produksi tablet Anti Retroviral
III.5.1. Sebelum Proses Produksi
Adapun hal-hal yang harus dipenuhi sebelum proses produksi,
antara lain:
1. Personalia
Personalia yang akan melakukan proses produksi adalah
personalia yang memenuhi persyaratan yaitu sehat secara fisik dan
mental, memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai
dengan tugasnya masing-masing, serta mempunyai sikap dan
kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan tugasnya.
Tiap karyawan sebaiknya menjalani pemeriksaan kesehatan,
baik sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama bekerja yang
dilakukan secara berkala. Karyawan yang mengidap penyakit atau
menderita luka bakar yang dapat menurunkan kualitas produksi,
dilarang menangani bahan baku, bahan yang sedang dalam proses,
bahan pengemas dan produk jadi, sampai dia sembuh kembali.
Sebelum memasuki ruang pembuatan, karyawan mencuci tangan
dengan sabun. Sebaiknya dihindarkan bersentuhan langsung antara
anggota badan dengan bahan baku produk. Karyawan sebaiknya
mengenakan pakaian kerja, penutup rambut, masker, sarung tangan
dan lain sebagainya yang bersih. Tindakan seperti merokok, makan,
59
dan minum serta perbuatan lain yang dapat mencemari mutu produk
di dalam ruang pembuatan dan ruang penyimpanan hendaknya tidak
dilakukan.
Sanitasi dan higiene karyawan dilakukan dengan adanya
kewajiban untuk selalu menggunakan alat pelindung diri (APD) dalam
melakukan pekerjaannya. APD yang digunakan berupa baju khusus,
penutup rambut, sarung tangan, masker, dan sepatu/alas kaki khusus.
Peraturan ini berlaku untuk semua orang yang akan memasuki ruang
produksi.
Untuk memasuki Zona E harus mengenakan pakaian dan sepatu
atau memakai shoe cover, topi yang menutupi rambut dan masker.
Untuk membatasi pertukaran udara suatu ruangan dengan tingkat
kebersihan tertentu dengan ruangan lain diperlukan suatu ruang antara
sehingga ruangan yang mempunyai tingkat kebersihan lebih tinggi
tidak terkontaminasi oleh ruangan dengan tingkat kebersihan lebih
rendah.
2. Bangunan dan Fasilitas
Pada proses produksi, ada beberapa parameter kritis yang harus
diperhatikan karena berpengaruh terhadap mutu akhir produk.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah suhu, kelembaban,
tekanan udara dan jumlah partikel.
Selain itu salah satu faktor penting yang harus diperhatikan juga
guna mendapatkan mutu produk yang bagus adalah line cleaner
60
(kesiapan jalur). Line cleaner merupakan upaya pembersihan untuk
memastikan bahwa area kerja yang akan digunakan bebas dari produk,
bahan dan dokumen produk sebelumnya.
PT. Kimia Farma melakukan line cleaner disetiap tahapan
proses dan tiap produk untuk memastikan kebersihan dan kerapihan
dari kotoran dan juga dari produk sebelumnya. PT. Kimia Farma
mempunyai cheklist untuk semua kegiatan yang berhubungan dengan
line cleaner dan disetujui oleh supervisior, kemudian bisa dilanjutkan
untuk proses produksi.
Lokasi produksi antiretroviral terletak pada lantai dua gedung
produksi PT. Kimia Farma (Tbk) Plant Jakarta., yaitu Zona E. Zona E
merupakan ruangan yang digunakan untuk produksi produk non steril,
ruang pengemasan primer, ruang timbang, laboratorium mikrobiologi
(ruang preparasi, ruang uji potensi dan inkubasi), ruang sampling di
gudang. Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib menge-
nakan gowning (pakaian dan sepatu). Terdapat ruang antara yang
membatasi antara ruang ganti pakaian dan ruang peralihan antara
wilayah di sekitar untuk mencegah kontaminasi silang (airlock) dengan
spesifikasi ruangan adalah :
a) Ukuran partikel yang diizinkan dalam kondisi at rest adalah 0,5 µm
≤ 3,5 x 106 dan ukuran partikel 5 µm ≤ 2.0 x 104.
b) Cemaran Mikroba < 100 per m3
c) Efisiensi filter udara 99,99 %
61
d) Suhu ruangan 20 -27o C
e) Kelembaban (rH) 70 %
f) Pertukaran udara 20 kali perjam.
g) Tekanan udara dalam ruang produksi lebih rendah di bandingkan
dengan tekanan udara di koridor yaitu antara 5 – 15 Pa.
3. Mesin dan Peralatan telah Terkualifikasi
Peralatan yang digunakan dalam industri mempunyai rancang
bangun yang tepat sehingga dapat menjamin keamanan, mutu dan
keseragaman produk dari batch ke batch. Peralatan yang bersentuhan
dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh
menimbulkan reaksi yang mempengaruhi identitas, mutu atau
kemurnian. Peralatan ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya pencemaran silang antar bahan di area yang
sama.
Peralatan ditempatkan pada jarak yang cukup antara satu sama
lain untuk menghindari kesesakan serta memastikan tidak terjadinya
kekeliruan dan campur baur produk. Peralatan setelah digunakan
hendaklah dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalam sesuai
dengan prosedur, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi bersih dan
diberi tanda. Pembersihan dengan cara vakum/ basah lebih dianjurkan.
Udara bertekanan dan sikat hendaklah digunakan dengan hati-hati dan
sedapat mungkin dihindari karena resiko pencemaran produk.
Kualifikasi peralatan senantiasa dilakukan secara teratur.
62
Sebelum proses produksi bagian QC harus memeriksa sanitasi
dan hygiene mesin dan peralatan. Setelah semua hasil pemeriksaan
memenuhi persyaratan maka mesin dan peralatan diberi label
“BERSIH” yang artinya siap untuk digunakan dalam proses produksi.
4. Validasi
Sebelum dilakukan produksi, alat, proses produksi, dan formula
hendaklah telah divalidasi. Validasi adalah suatu tindakan pembuktian,
artinya validasi merupakan suatu pekerjaan “dokumentasi”. Validasi
dapat dibagi menjadi 2, yaitu validasi metode analisa dan validasi
proses produksi.
a. Validasi Metode Analisa
Tujuan dari validasi metode analisa adalah untuk
membuktikan bahwa semua metode analisa yang digunakan dalam
pengujian maupun pengawasan mutu, senantiasa memberikan hasil
yang reprodusibel dan terpercaya sehingga diperoleh suatu produk
yang sesuai dengan yang diinginkan.
Validasi metode analisa wajib dilaksanakan dan secara
berkala dilakukan pengkajian ulang untuk menjamin bahwa metode
analisis tersebut tetap sesuai dengan tujuan penggunaannya dan
selalu memberikan hasil yang dapat dipercaya.
b. Validasi Produksi
Validasi proses produksi adalah bukan merupakan bagian dari
Research dan/atau Product Development, namun merupakan
63
“dokumen pembuktian” bahwa proses produksi yang dilakukan sesuai
dengan dokumen proses pengolahan, akan menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan secara terus-
menerus.
Validasi proses produksi (terutama untuk produk baru) hanya
bisa dilaksanakan, jika hal-hal berikut telah dilaksanakan :
a) Kualifikasi mesin dan peralatan produksi (IQ/OQ).
b) Kualifikasi sarana penunjang (AHU, water system, dan lain-lain).
c) Validasi metode analisa.
Sebelum pelaksanaan validasi harus disusun protokol, validasi
dan telah mendapat persetujuan dari QA Manager untuk dilaksanakan.
Selama pelaksanaan validasi proses produksi tidak diperbolehkan
untuk melakukan perubahan terhadap protokol yang telah disetujui oleh
QA Manager.
5. Water System
Air yang digunakan dalam proses produksi merupakan purified
water system. Air yang dihasilkan kemudian disimpan dalam storage
tank pada suhu 70o - 80C sebelum didistribusikan untuk produksi. Dan
QC akan melakukan pemeriksaan meliputi konduktifitas, pH,
kandungan klor dalam air, dan uji mikroba, jika air untuk produksi atau
water system ini tidak memenuhi persyaratan yang ada atau CPOB
terkini maka QC akan bekerja sama dengan bagian teknis untuk
memperbaiki alat agar menghasilkan air yang memenuhi persyarat
64
6. Sistem Pengendalian Udara/ Air Handling System (AHS)
AHS merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk mengen-
dalikan jumlah partikel dalam ruangan, tekanan udara baik di dalam
ruangan maupun di luar ruangan (koridor), kelembaban udara,
temperatur (suhu) udara, filtrasi udara, dan kecepatan udara.
AHU adalah sistem peralatan yang diaplikasikan sebagai mesin
pengendali sirkulasi udara di dalam ruang produksi yang membedakan
antara industri farmasi dengan industri yang lain.
Unit ini terdiri dari beberapa bagian penyusun, yaitu :
1) Saringan udara diperlukan untuk menyaring kotoran yang terdapat
di udara.
a. Filter (penyaring udara) berfungsi untuk mengendalikan dan
mengontrol jumlah partikel dan mikroorganisme yang dapat
mengkontaminasi udara yang masuk ke dalam ruang produksi.
Terdiri dari pre filter (efisiensi penyaringan 35%), medium filter
(efisiensi penyaringan 95%), dan HEPA filter (efisiensi
penyaringan 99,997%).
b. Kipas udara (blower) digunakan untuk keperluan suplai udara
atmosfer yang telah disaring, menghisap udara yang kotor atau
berdebu, dan menghisap partikel atau debu produksi yang
terjadi selama proses produksi berlangsung.
65
c. Lubang hisap / pengeluaran udara (Grill) adalah sebagai pintu
hisap atau keluar udara untuk pengendalian jumlah aliran udara
serta memperkecil tingkat kebisingan akibat aliran udara
d. Refrigerant unit adalah yang dipakai untuk mengendalikan
temperatur udara ruang dan kelembaban ruangan.
66
Flow Chart ARV (Anti RetroViral) PT. Kimia Farma
Metode Granulasi Basah
Disterilkan pada autoclav dengan suhu 1210C 1
LamivudinBahan Tambahan
Pencampuran awal
Penimbangan Bahan
Wadah Stripping
Granulasi Basah
Pengayakan basah
Pengeringan Granul
Pengayakan kering
Pencampuran akhir
Pencetakan tablet
GUDANG OBAT JADI
Pengemasan primer
Pengemasan Sekunder
CEK IPC :- Keseragaman kadar-LOD/kadar
CEK IPC :- Kadar air /LOD<3%
CEK IPC :
- Keseragaman kadar
-Keragaman bobot
-Kekerasan
-Kerapuhan
-Waktu hancur
CEK IPC :
- Penampilan
-Kelengkapan
CEK IPC :
- Penampilan
-Kebocoran
-Penandaan
67
III.5.2 Alur Produksi Antiretroviral
a. Penyiapan bahan, alat, dan ruang produksi
Sebelum dilakukan proses produksi, terlebih dahulu dilakukan
pembersihan ruangan dengan menggunakan vakum dan juga dilakukan
line clearence yakni pengecekan label bersih pada alat yang digunakan.
Selain itu dilakukan juga pengecekan oleh QA Inspector untuk mencegah
terjadinya mix up dari produk sebelumnya atau adanya kontaminasi bahan
lain.
b. Penimbangan
Pada PT Kimia Farma untuk penimbangan bahan tambahan
dilakukan diluar bangunan produksi ARV bersama-sama dengan bahan
tambahan dan zat aktif dari ruang produksi lainnya. Sedangkan untuk zat
aktifnya ditimbang bangunan produksi ARV. Dan untuk personalia khusus
untuk personalia yang bekerja pada produk ARV dilakukan karantina,
dimana seluruh kegiatan produksi maupun kegiatan lainnya (seperti
makan, Sholat, dll) dilakukan di gedung produk ARV berbeda dengan
personalia pada bagian produksi lainnya, selain itu personalia
menggunakan pakaian khusus agar tidak terkontaminasi maupun
mengkontaminasi produk obat ARV.
c. Mixing
Proses pencampuran bahan untuk menjadi granul untuk sediaan
tablet antiretroviral menggunakan alat super mixer atau intensif mixer.
Dibuat granul untuk memperbaiki alirannya dimana syarat aliran yang baik
68
dipengaruhi oleh ukuran partikel. Pembuatan granul mempunyai 2 alat
pencampuran yaitu di bagian bawah terdapat mixer yang berfungsi untuk
mengaduk dan di bagian atas terdapat copper yang berfungsi untuk
menghancurkan. Proses mixing dilakukan sesuai dengan yang tertera
pada manufacturing record.
d. Milling
Proses pengayakan dalam produksi basic granulat bertujuan untuk
menyamakan ukuran partikel semua bahan baik dari bahan-bahan aktif
yang digunakan maupun dengan bahan tambahan lainnya agar
mendapatkan derajat halus serbuk yang diinginkan dengan menggunakan
nomor ayakan yang sesuai. Pengayakan atau penyaringan adalah proses
pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengayakan, yaitu:
1. Jenis ayakan
2. Cara pengayakan
3. Kecepatan pengayakan
4. Ukuran ayakan
5. Waktu pengayakan
6. Sifat bahan yang akan diayak
Derajat kehalusan serbuk dinyatakan dengan nomor pengayak
yang digunakan. Jika derajat kehalusan suatu serbuk dinyatakan dengan
1 nomor, artinya adalah semua serbuk dapat melewati pengayakan
dengan nomor tersebut. Jika derajat kehalusan suatu serbuk tersebut
69
dinyatakan dengan 2 nomor maka artinya yaitu semua serbuk dapat
melalui pengayakan dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 60%
serbuk tersebut melewati pengayakan dengan nomor tertinggi.
e. Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan alat FBD
(Fluid Bed Dryer). Dengan memperhatikan beberapa aspek khusus seperti
suhu pengeringan, intermitten, tekanan dalam mesin FBD serta lama
waktu yang digunakan. Prinsip dari FBD dimana udara panas dikeluarkan
dari bawah meniupkan semua serbuk dari bawah ke atas, kemudian
secara gravitasi serbuk akan turun lagi ke bawah.
f. Sieving
Pengayakan dilakukan dua kali untuk proses granulasi basah, hal
ini untuk menyamakan ukuran granul yang dihasilkan sehingga terjamin
keseragaman bobot pada saat proses tableting. Mesin yang digunakan
pada saat proses pengayakan yaitu community dix mill, sebelum diayak
mesin ini juga berfungsi untuk menghancurkan.
g. Tableting
Basic granulat yang telah dibuat dengan memperhatikan aspek
penyaluran material, yakni harus melalui material airlock. Pallet dan trolley
yang dipakai dari black area diganti dengan pallet dan trolley khusus grey
area.
Selama proses tableting operator harus memperhatikan kondisi
ruangan seperti suhu, kelembaban dan tekanan, serta APD. Khusus
70
untuk area tableting operator diwajibkan menggunakan APD full face
mask, sarung tangan karet serta ear muff.
h. Pengemasan
Hasil tableting dimasukkan dalam wadah tertutup dan dibawa ke
ruang blistering, stripping atau bottling sesuai dengan pengemasan yang
akan dilakukan saat itu.
Bahan kemas dibawa dari main warehouse ke area ES melalui
material airlock. Dilakukan penggantian pallet dan trolley yang di pakai
dari black area dengan pallet dan trolley khusus grey area.
Hasil blistering, stripping atau bottling dimasukkan dalam plastik
rangkap 2 dan kemudian dibawa ke area pengemasan sekunder melalui
material airlock, atau dapat disimpan di storage area jika belum dilakukan
pengemasan sekunder.
i. Pengemasan Sekunder
Pengemasan sekunder dan tersier dilakukan dalam ruangan black
area yang meliputi :
a) Coding: pemberian nomor batch dan expired date pada etiket dan dos
b) Pemberian brosur/insert
c) Memasukkan hasil pengemasan kedalam box dan master box.
Setelah dilakukan pengemasan primer maka dilakukan penge-
masan sekunder. Produk yang telah melewati pengemas primer akan
dimasukkan ke dalam dus/box yang kemudian diberi penandaan HET,
batch dan tanggal expire date lalu dilewatkan pada check weighner dan
71
selanjutnya dikemas dalam karton. Supervisor IPC Pengemasan
melakukan pemeriksaan pengemasan sekunder secara manual dan
diperiksa selama proses pengemasan meliputi pemeriksaan penandaan
(Nomor Batch, Expired Date, Nama Obat.) dan estetika. Barang yang
sudah siap akan dikirim ke main warehouse untuk dikarantina dan me-
nunggu keputusan release dari QC. Petugas yang melakukan penge-
masan memberikan paraf setelah melaksanakan tugasnya untuk memu-
dahkan pencarian apabila terjadi kesalahan.
III.6. Evaluasi Tablet
Sebelum tablet Lamivudin di release oleh bagian Pemastian mutu,
terlebih dahulu dilakukan evaluasi tablet oleh bagian IPC, tablet yang
diproduksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Uji keseragaman ukuran
a. Tablet Lamivudin dibersihkan dari debu.
b. Diambil secara acak 20 tablet dan diukur diameter serta tebal
masing-masing tablet dengan jangka sorong.
c. Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan
tidak kurang dari 1⅓ kali tebal tablet.
2. Uji keseragaman bobot
a. Tablet Lamivudin dibersihkan dari debu.
b. Diambil secara acak 20 tablet kemudian ditimbang satu persatu,
dan dihitung bobot rata-ratanya.
72
c. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang lebih dari 5% dari bobot
rata-ratanya, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang
lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya.
3. Uji kekerasan
a. Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet Lamivudin dengan
menggunakan alat uji kekerasan tablet (Stoches).
b. Tablet Lamivudin diletakkan diantara anvil dengan plat datar yang
diam
c. Tablet Lamivudin dijepit dengan memutar alat penekan.
d. Angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada skala
dinyatakan sebagai titik nol.
e. Alat penekan diputar sampai tablet retak atau pecah dan angka
pada skala dicatat.
f. Syarat kekerasan tablet 4-8 kg/cm3.
4. Uji waktu hancur
a. Alat terdiri dari keranjang yang berisi 6 silinder plastik yang terbuka
bagian atasnya dan dasarnya tertutup dengan pengayak 10 mesh.
b. Keranjang diisi dengan air suling bersuhu 37°C dan volumenya
diatur sedemikian rupa, sehingga pada titik tertinggi gerakan ke
atas, kawat kasa berada paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan
cairan dan pada gerakan ke bawah berjarak tidak kurang dari 2,5
cm dari dasar wadah.
73
c. Enam buah tablet masing-masing dimasukkan ke dalam keranjang,
kemudian keranjang dinaikturunkan secara teratur 29 − 32 kali per
menit.
d. Syarat waktu hancur adalah tidak lebih dari 15 menit yaitu 1.1
menit.
5. Penetapan Kadar
Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan bahwa
kandungan zat berkhasiat yang terdapat dalam tablet telah memenuhi
syarat. Metode penetapan kadar yang digunakan yakni
spektrofotometer sesuai dengan zat aktif (isoxsuprine HCl) yang
terkandung dalam sediaan tablet. Caranya ditimbang 10-20 tablet
kemudian di gerus dan bahan aktif dilarutkan menggunakan pelarut
(aquadest) yang sesuai menurut prosedur yang sudah ditetapkan.
Dibaca pada panjang gelombang 269 – 300 nm (8).
III.7 Masalah-masalah dalam Produksi Tablet :
1. Lengket pada pencetakan
Penanganannya :
a. Meningkatkan antiadheren dan lubrikan
b. Penggantian lubrikan yang cocok
c. Mengurangi jumlah granul yang kasar
d. Mengurangi jumlah air tapi jangan sampai berada di bawah
optimum, karena tablet menjadi kurang baik. Jika sudah diketahui
jumlah pembasah yang paling baik maka agar pembasahnya pas,
74
dilakukan dengan menambahkan pembasah ke dalam larutan
pengikat, yaitu bahan pembantu yang tidak menguap tapi basah,
contoh Propilen glikol atau gliserin.
2. Capping dan Laminating : Lapisan atas atau bawah tablet terbelah
sebagian atau seluruhnya
Penanganannya :
a. Pembuatan granul diulang jika penyebabnya adalah kelebihan atau
kekurangan pengikat atau tidak cocok.
b. Tambahkan pengikat kering seperti gom arab, sorbitol, PVP,
sakarin, NHPC, LHPC 21, Metilselulosa dengan konsistensi tinggi,
sehingga meningkatkan kekompakan tablet.
c. Pengurangan ukuran partikel dari granul, karena spesifikasi ukuran
harus sama.
3. Binding : Susah dilepas dari die
Penanganannya :
a. Menambahkan lubrikan
b. Menambahkan ukuran granul
c. Menambahkan kelembaban dari proses granulasi – menambah
pembasah
d. Mengempa pada suhu dan atau kelembaban yang rendah
4. Chipping dan cracking : tablet patah
Penanganannya :
a. Memoles permukaan punch
75
b. Mengurangi serbuk halus
c. Mengurangi ukuran granul
d. Memindahkan torehan atau bagian yang tertinggal pada punch
5. Sticking, Picking dan Filming : Pengeringan yang kurang
Penanganannya :
a. Mengurangi bagian pembasah dari granulasi
b. Mengganti atau mengurangi lubrikan
c. Menambah penyerap (silica, mikrokristal sellulosa)
d. Memoles permukaan punch (minyak mineral)
6. Crumbling : Tekanan yang tidak cukup (tablet retak)
Penanganannya :
a. Dilakukan pembasahan granul dengan meneteskan air atau
menyemprotkan dengan alat penyemprot. (kalau granul terlalu
kering).
b. Penambahan gula dan gum (jika sifat adhesifnya kurang)
7. Motling : Warna yang tidak merata
Penanganannya :
a. Mengurangi tekanan
b. Mengurangi jumlah minyak yang digunakan (menggunakan
penyerap dari sayur lebih bagus)
Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain kecuali
pelicin dibuat granul (butiran kasar). Granulasi merupakan setiap proses
membesarkan ukuran partikel-partikel kecil dengan mengumpulkannya
76
secara bersama sama menjadi agregat yang lebih besar dan permanen
untuk membuatnya mengalir bebas yang serupa dengan pasir kering.
Alasan untuk menggranulasi adalah :
1. Membuat zat/bahan mengalir bebas.
2. Memadatkan (density) zat.
3. Membuat campuran seragam yang tidak memisah
4. Memperbaiki karakteristik pengempaan zat aktif
5. Mengendalikan laju pelepasan zat aktif.
6. Memberi kemudahan pengukuran atau dispersing volume.
7. Mengurangi debu
8. Memperbaiki penampilan tablet.
Metode granulasi basah
Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu
serbuk atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan
pengadukan yang akan menghasilkan aglomerasi atau granul.
Keuntungan metode granulasi basah :
1. Terbentuknya granul, memperbaiki sifat alir dan kompres-sibilitas,
proses kompaksasi lebih mudah karena pecahnya granul membentuk
permukaan baru yang lebih aktif.
2. Zat aktif dosis tinggi yang mempunyai aliran atau kemampatan yang
buruk harus di granulasi dengan granulasi basah untuk memperoleh
aliran dan kohesi yang cocok untuk pengempaan.
77
3. Untuk bahan dengan dosis rendah dengan pewarna, maka distribusi
lebih baik dan menjamin keseragaman isi zat aktif.
4. Granulasi basah mencegah pemisahan komponen-komponen
campuran serbuk yang homogen selama pemrosesan, pemindahan
dan penanganan. Sebenarnya komposisi tiap granul pasti tetap dan
seperti komposisi pada campuran serbuk pada waktu pembasahan.
5. Laju disolusi zat aktif yang tidak larut dapat ditingkatkan oleh granulasi
basah dengan pilihan pelarut dan pengikat yang tepat.
6. Bentuk sediaan lepas terkendali dapat dibuat dengan pemilihan
pengikat dan pelarut yang sesuai.
Kelemahan metode granulasi basah :
1. Proses lebih panjang dibanding dengan 2 metode lainnya sehingga
secara ekonomis lebih mahal.
2. Peralatan yang digunakan lebih banyak sehingga secara otomatis
lebih banyak pula personel yang diperlukan.
3. Tidak bisa digunakan untuk obat-obat yang sensitif terhadap
kelembaban dan pemanasan.
4. Pada tablet berwarna dapat terjadi peristiwa migrasi dan
ketidakhomogenan sehingga tablet berbintik-bintik.
5. Incompatibilitas antar komponen-komponen di dalam formulasi akan
diperbesar, terutama untuk obat-obat campuran (multivitamin, dll)
Masing-masing zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur
dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin penghalus. Seluruh serbuk
78
dicampur bersama-sama dalam alat pencampur, lalu dibasahi dengan
larutan bahan pengikat. Setelah itu massa lembab diayak menjadi granul
menggunakan ayakan 6 atau 8 mesh, dan dikeringkan dalam lemari
pengering pada suhu 50o-60oC. Setelah kering diayak lagi untuk
memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan (biasanya digunakan
ayakan 12-20 mesh). Tambahkan bahan pelicin (lubrikan) kemudian
dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet (5).
III.8. Uraian Antiretroviral (ARV)
Terapi antiretroviral (ART) berarti mengobati infeksi HIV dengan
beberapa obat. Karena HIV adalah retrovirus, obat ini biasa disebut
sebagai obat antiretroviral (ARV). ARV tidak membunuh virus itu. Namun,
ART dapat melambatkan pertumbuhan virus. Waktu pertumbuhan virus
dilambatkan, begitu juga penyakit HIV.
Virus adalah agen infeksi yang sangat kecil, dengan beberapa
pengecualian, tidak dapat dilihat dengan mikroskopik cahaya, tidak ada
metabolisme yang bebas dan hanya mampu bereplikasi dalam sel hospes
yang hidup.
III.8.1 Golongan Obat Antiretroviral (ARV)
Obat-obatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk
HIV/AIDS tetapi cukup memperpanjang hidup dari mereka yang mengidap
HIV. Pada tempat yang kurang baik pengaturannya permulaan dari
pengobatan ARV biasanya secara medis direkomendasikan ketika jumlah
79
sel CD4 dari orang yang mengidap HIV/AIDS adalah 200 atau lebih
rendah.
Untuk lebih efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau lebih ARV
dikonsumsi, secara umum ini adalah mengenai terapi Antiretroviral yang
sangat aktif (HAART). Kombinasi dari ARV berikut ini dapat mengunakan:
1. Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'),
mentargetkan pencegahan protein reverse transcriptase HIV dalam
mencegah perpindahan dari viral RNA menjadi viral DNA (contohnya
zidovudin, didanosin, zalcitabine, stavudin dan lamivudin).
2. Non–nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's)
memperlambat reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan reverse
transcriptase, suatu enzim viral yang penting. Enzim tersebut sangat
esensial untuk HIV dalam memasukan materi turunan kedalam sel–sel.
Obat–obatan NNRTI termasuk: Nevirapine, Delavirdine (Rescripta),
Efavirenza (Sustiva).
3. Protease Inhibitors (PI), obat ini bekerja pada fase akhir dari
multiplikasi virus dan efeknya terhadap HIV lebih kuat dari pada
80
penghambatan RT. Senyawa ini menghambat enzim protease yang
memecah poliprotein besar yang terbentuk oleh DNA viral menjadi
protein-protein lebih kecil untukdigunakan bagi pembangunan virus
baru. Contohnya Indinavir, Ritonavir, Nelfinavir, dan Sequinavir.
III.8.2 Daftar obat ARV
Nama Merek Produsen Kandungan BentukABAC Ranbaxy Abacavir 300mg Tablet
DUOVIR N CiplaLamivudine 150mg + Zidovudine 300mg + Nevirapine 200mg
Tablet
DUVIRAL Kimia FarmaLamivudine 150mg + Zidovudine 300mg
Tablet
EFCURE 200 Emcure Efavirenz 600mg Tablet
EMTRI EmcureLamivudine 150mg + Nevirapine 200mg + Stavudine 30mg
Tablet
GPO-VIR S30 GPOStavudine 30mg + Lamivudine 150mg + Nevirapine 200mg
Tablet
GPO-VIR Z250 GPOZidovudine 250mg + Lamivudine 150mg + Nevirapine 200mg
Tablet
HIVIRAL Kimia Farma Lamivudine 150mg Tablet INAVIR GPO Indinavir 200/400mg Kapsul INBEC-400 Emcure Indinavir 400mg Tablet INDIVAN 400 Cipla Indinavir 400mg Kapsul INDIVEX Aurobindo Indinavir 400mg Kapsul
LAMISTAR 30 HeteroLamivudine 150mg + Stavudine 30mg
Tablet