kimia farma

43
51 BAB III GAMBARAN KHUSUS FLOW MATERIAL ANTIRETROVIRAL (ARV) PT. KIMIA FARMA (Tbk) PLANT JAKARTA III.1 Flow Material Dalam memproduksi suatu sediaan dibutuhkan bahan baku yang merupakan bahan mentah (raw material) dan seluruh komponen yang digunakan untuk menghasilkan barang - barang atau produk akhir. Raw material ini harus dikelola dengan baik, termasuk perencanaan organisasi dan control sehingga flow material mulai dari pembelian (purchasing), inventory stock sampai distribusi produk akhir, dapat efisien dan efektif. Flow material merupakan alur produksi mulai dari pengadaan bahan baku, rencana produksi, produksi, pengemasan hingga bahan jadi didistribusikan. Flow material ini melibatkan beberapa departemen dalam divisi manufacturing.

Upload: aliefha-nafrathillah-belladonae-ii

Post on 30-Jan-2016

63 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pkpa industri

TRANSCRIPT

Page 1: kimia farma

51

BAB III

GAMBARAN KHUSUS

FLOW MATERIAL ANTIRETROVIRAL (ARV) PT. KIMIA FARMA (Tbk)

PLANT JAKARTA

III.1 Flow Material

Dalam memproduksi suatu sediaan dibutuhkan bahan baku yang

merupakan bahan mentah (raw material) dan seluruh komponen yang

digunakan untuk menghasilkan barang - barang atau produk akhir. Raw

material ini harus dikelola dengan baik, termasuk perencanaan organisasi

dan control sehingga flow material mulai dari pembelian (purchasing),

inventory stock sampai distribusi produk akhir, dapat efisien dan efektif.

Flow material merupakan alur produksi mulai dari pengadaan bahan baku,

rencana produksi, produksi, pengemasan hingga bahan jadi

didistribusikan. Flow material ini melibatkan beberapa departemen dalam

divisi manufacturing.

Bahan awal berupa bahan baku dan bahan pengemas yang

tersedia untuk proses produksi harus selalu tersedia dan berkualitas.

Bahan awal untuk menjadi suatu produk obat, baik produk ruahan (produk

yang tinggal memerlukan pengemasan untuk menjadi produk jadi)

maupun produk jadi, mengalami berbagai poses yang diatur sedemikian

rupa sehingga memudahkan dalam proses produksi dan terhindar dari

kontaminasi. Semua pergerakan bahan awal atau alur yang dilewati

sampai menjadi produk ruahan atau produk jadi disebut flow of material.

Page 2: kimia farma

52

Aliran materi dalam suatu industri berlangsung secara berurutan

menurut proses produksi suatu sediaan. Setiap tahap yang dilalui oleh

bahan selalu dikontrol dan diawasi secara ketat sehingga obat yang

dihasilkan selalu bermutu tinggi.

Peramalan penjualan (forecasting) memegang peranan yang

sangat penting dalam perencanaan dan pengambilan keputusan

khususnya di bidang produksi dan operasi. Aktivitas manajemen produksi

dan operasi menggunakan peramalan permintaan dalam perencanaan

yang menyangkut perencanaan produksi, perencanaan pemenuhan

kebutuhan bahan, perencanaan kebutuhan tenaga kerja, perencanaan

kapasitas produksi, perencanaan desain lay out fasilitas, penentuan lokasi

pabrik, penentuan metode proses produksi, penentuan jumlah mesin dan

sebagainya.

Setelah forecast dibuat oleh bagian marketing, selanjutnya dibuat /

disusun perencanaan produksi serta Rencana Anggaran Belanja

Perusahaan (RABP) sebagai acuan untuk memenuhi permintaan

marketing tersebut. Sasaran pokok dari perencanaan produksi, antara

lain :

1. Ketepatan waktu dalam memenuhi janji pelanggan

2. Kecepatan waktu penyelesaian pesanan pelanggan

3. Berkurangnya biaya produksi

Suatu industri farmasi dalam melaksanakan proses produksi telah

melakukan berbagai metode, sehingga produksi berlangsung dengan baik

Page 3: kimia farma

53

dan efisien. Suatu produk obat yang dihasilkan berkualitas dan berkhasiat

apabila diproduksi dengan memperhatikan berbagai aspek, diantaranya

bahan baku (material), metode, karyawan, manajemen, dan peralatan

yang digunakan. Semua aspek tersebut harus tersedia dengan baik dan

selalu dilaksanakan dengan konsisten.

III.2 Uraian Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak

(dimampatkan, dikompresi), dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat

atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan (2, 3).

Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai (3, 4):

a) Zat pengisi, yaitu untuk memperbesar volume tablet. Biasanya yang

digunakan Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phoshas, Calcii

Carbonas dan zat lain yang dikocok.

b) Zat pengikat, yaitu agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat.

Biasanya yang digunakan adalah Mucilago Gummi Arabici 10-20%,

Solutio Methyl-cellulosum 5%.

c) Zat penghancur, yaitu agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya

yang digunakan Amylum Manihot kering, Gelatinum, Agar-agar,

Natrium Alginat.

d) Zat pelicin, yaitu agar tablet tidak lekat pada cetakan. Biasanya yang

digunakan Talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearinicum.

Page 4: kimia farma

54

III.3. Antiretroviral Hiviral®

Kandungan : 3TC (Lamivudin)

Bentuk sediaan tablet : 150mg /300mg(HIV), 100mg (hepatitis B)

Dosis: 150 mg peroral tiap 12 jam atau 300 mg peroral sekali sehari

<50kg: 2mg/kg

III.4 Flow material Produk Tablet Antiretroviral PT. Kimia Farma

III.4.1 Perencanaan dan Pengadaan Bahan

a. Alur Proses Pengadaan Bahan Baku

Pihak yang berperan dalam perencanaan pengadaan bahan

produksi adalah departemen PPIC berdasarkan forecast marketing dan

memper-timbangkan kapasitas produksi industri. PPIC menjadi

penghubung antara bagian produksi dengan bagian marketing.

Selanjutnya, departemen Purchasing yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan pengadaan bahan baku dan bahan pengemas tersebut.

Semua fungsi Departemen Purchasing dapat dilaksanakan setelah

mendapat persetujuan dari Quality Control (QC) dan Quality Assurant

(QA).

Tugas utama Departemen Purchasing adalah melakukan

pembelian barang sesuai dengan kualitas yang diinginkan, dan

memastikan waktu tibanya barang mulai dari pemesanan sampai ke

pabrik tepat waktu (lead time). Sebelum melakukan pembelian barang,

Departemen Purchasing bekerjasama dengan Departemen Product

Development (PD) akan memilih supplier di bawah Departemen Suply

Page 5: kimia farma

55

Change. Kemudian Departemen Purchasing melakukan negosiasi harga,

cara pembayaran, dan lead time-nya. Setelah negosiasi disepakati oleh

kedua pihak, maka Departemen Purchasing akan mengubah Order

Requesition (OR) menjadi Purchasing Order (PO) dan PO dikirimkan ke

supplier.

3. Pemeriksaan Bahan Baku dan Bahan Pengemas

Bahan baku yang diterima di mainwarehouse dilakukan peme-

riksaan terlebih dahulu, hal ini untuk menjamin bahwa bahan baku yang

akan digunakan sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan

sebagaimana tercantum dalam Certificate of Analysis. Pengujian ini

mencakup identifikasi, kemurnian, dan penetapan kadar. Untuk produk

bahan aktif dilakukan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan keutuhan

kemasan, label-label identitas, serta jumlah bahan baku yang selanjutnya

akan langsung dibawa ke area estrogen untuk dikarantina serta

pengambilan sampel untuk dilakukan pemeriksaan oleh QC. Setelah

sampling oleh pihak warehouse, wadah segera ditutup rapat kembali dan

diberi penandaan “karantina”.

Pengujian bahan baku selalu dilengkapi dengan catatan pengujian

(testing order) atau catatan hasil pengujian yang ditandatangani oleh

manager QC dan disetujui oleh QA. Bahan yang memenuhi persyaratan

akan diberi label hijau (berarti “diluluskan”) oleh QA, tetapi jika material

tidak memenuhi kriteria yang telah ditentukan maka akan diberi label

merah (berarti “ditolak”) oleh QC. Bahan yang diluluskan akan disimpan di

Page 6: kimia farma

56

gudang bahan baku sebelum masuk ke ruang produksi. Selanjutnya, Jika

material akan diproduksi, maka dimasukkan ke ruang staging sebelum

penimbangan.

Selain pemeriksaan mutu bahan baku, perlu pula dilakukan

pemeriksaan mutu bahan pengemas. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

menjamin bahwa bahan kemas yang digunakan benar-benar sesuai

spesifikasi yang dipersyaratkan, sehingga bahan pengemas tersebut

dapat melindungi sediaan obat.

Pengujian terhadap bahan kemas meliputi label, brosur, wadah

karton, alumuinium foil dan kemasan strip, blister, dan botol. Pengawasan

dilakukan terhadap penampilan fisik wadah, kesesuaian bahan dan hasil

cetakan dengan spesifikasi yang telah ditentukan (warna, penandaan,

desain dan bentuk). Sistem pemberian label bahan kemas sama dengan

bahan baku.

Jika pemeriksaan bahan kemas telah selesai dilakukan maka

bagian analisa akan mengeluarkan lembar “disposisi QC” yang berisi hasil

pemeriksaan untuk disampaikan ke bagian keuangan untuk pembayaran

dan ke bagian Suply change untuk perencanaan produksi. Akan tetapi,

jika bahan kemas tidak memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan, akan

dikembalikan ke supplier dengan dokumen nota retur barang.

4. Penyimpanan Bahan Baku

Gudang merupakan sarana pendukung dalam kegiatan produksi di

industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan

Page 7: kimia farma

57

kemas, produk ruahan, dan obat jadi yang belum didistribusikan. Selain

untuk penyimpanan, gudang juga berfungsi untuk melindungi bahan dari

pengaruh luar dan melindungi obat dari kerusakan. Penyimpanan di

gudang bertujuan untuk memudahkan alur proses produksi selanjutnya.

PT Kimia Farma memiliki gudang khusus untuk menyimpan bahan baku

aktif yang lokasinya berada di tempat produksi masing masing sediaan,

sedangkan bahan baku zat tambahan di central weighing.

Sistem pengeluaran barang dari gudang mengikuti sistem First In

First Out (FIFO), dimana barang yang lebih dulu datang akan lebih dulu

dikeluarkan atau dipakai. Pada beberapa kasus, digunakan sistem First

Expired First Out (FEFO), dimana barang yang waktu kadaluarsanya

paling dekat yang lebih dulu dikeluarkan atau dipakai.

Departemen PPIC harus selalu mengontrol persediaan bahan yang

ada di gudang. Jika terdapat bahan yang stoknya tinggal sedikit, maka

PPIC akan mengajukan Request Order (RO) ke bagian Purchasing untuk

membeli sejumlah bahan tersebut. Bagian Purchasing akan

mempertimbangkan usulan tersebut, melakukan survey pemilihan supplier

dan akan mengeluarkan Purchasing Order (PO) ke supplier tersebut jika

menyetujui pembelian bahan tersebut.

Produk-produk yang sudah selesai dikemas dan sudah dinyatakan

lulus oleh QC-QA disimpan di gudang obat jadi dan siap untuk

didistribusikan. Gudang obat jadi merupakan tempat penyimpanan produk

Page 8: kimia farma

58

akhir yang siap dikirim ke distributor. Pengeluaran barang dari gudang

obat jadi ini didasarkan pada permintaan dari pihak Marketing Industri.

III.5. Proses Produksi tablet Anti Retroviral

III.5.1. Sebelum Proses Produksi

Adapun hal-hal yang harus dipenuhi sebelum proses produksi,

antara lain:

1. Personalia

Personalia yang akan melakukan proses produksi adalah

personalia yang memenuhi persyaratan yaitu sehat secara fisik dan

mental, memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai

dengan tugasnya masing-masing, serta mempunyai sikap dan

kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan tugasnya.

Tiap karyawan sebaiknya menjalani pemeriksaan kesehatan,

baik sebelum diterima menjadi karyawan maupun selama bekerja yang

dilakukan secara berkala. Karyawan yang mengidap penyakit atau

menderita luka bakar yang dapat menurunkan kualitas produksi,

dilarang menangani bahan baku, bahan yang sedang dalam proses,

bahan pengemas dan produk jadi, sampai dia sembuh kembali.

Sebelum memasuki ruang pembuatan, karyawan mencuci tangan

dengan sabun. Sebaiknya dihindarkan bersentuhan langsung antara

anggota badan dengan bahan baku produk. Karyawan sebaiknya

mengenakan pakaian kerja, penutup rambut, masker, sarung tangan

dan lain sebagainya yang bersih. Tindakan seperti merokok, makan,

Page 9: kimia farma

59

dan minum serta perbuatan lain yang dapat mencemari mutu produk

di dalam ruang pembuatan dan ruang penyimpanan hendaknya tidak

dilakukan.

Sanitasi dan higiene karyawan dilakukan dengan adanya

kewajiban untuk selalu menggunakan alat pelindung diri (APD) dalam

melakukan pekerjaannya. APD yang digunakan berupa baju khusus,

penutup rambut, sarung tangan, masker, dan sepatu/alas kaki khusus.

Peraturan ini berlaku untuk semua orang yang akan memasuki ruang

produksi.

Untuk memasuki Zona E harus mengenakan pakaian dan sepatu

atau memakai shoe cover, topi yang menutupi rambut dan masker.

Untuk membatasi pertukaran udara suatu ruangan dengan tingkat

kebersihan tertentu dengan ruangan lain diperlukan suatu ruang antara

sehingga ruangan yang mempunyai tingkat kebersihan lebih tinggi

tidak terkontaminasi oleh ruangan dengan tingkat kebersihan lebih

rendah.

2. Bangunan dan Fasilitas

Pada proses produksi, ada beberapa parameter kritis yang harus

diperhatikan karena berpengaruh terhadap mutu akhir produk.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah suhu, kelembaban,

tekanan udara dan jumlah partikel.

Selain itu salah satu faktor penting yang harus diperhatikan juga

guna mendapatkan mutu produk yang bagus adalah line cleaner

Page 10: kimia farma

60

(kesiapan jalur). Line cleaner merupakan upaya pembersihan untuk

memastikan bahwa area kerja yang akan digunakan bebas dari produk,

bahan dan dokumen produk sebelumnya.

PT. Kimia Farma melakukan line cleaner disetiap tahapan

proses dan tiap produk untuk memastikan kebersihan dan kerapihan

dari kotoran dan juga dari produk sebelumnya. PT. Kimia Farma

mempunyai cheklist untuk semua kegiatan yang berhubungan dengan

line cleaner dan disetujui oleh supervisior, kemudian bisa dilanjutkan

untuk proses produksi.

Lokasi produksi antiretroviral terletak pada lantai dua gedung

produksi PT. Kimia Farma (Tbk) Plant Jakarta., yaitu Zona E. Zona E

merupakan ruangan yang digunakan untuk produksi produk non steril,

ruang pengemasan primer, ruang timbang, laboratorium mikrobiologi

(ruang preparasi, ruang uji potensi dan inkubasi), ruang sampling di

gudang. Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib menge-

nakan gowning (pakaian dan sepatu). Terdapat ruang antara yang

membatasi antara ruang ganti pakaian dan ruang peralihan antara

wilayah di sekitar untuk mencegah kontaminasi silang (airlock)  dengan

spesifikasi ruangan adalah :

a) Ukuran partikel yang diizinkan dalam kondisi at rest adalah 0,5 µm

≤ 3,5 x 106 dan ukuran partikel 5 µm ≤ 2.0 x 104.

b) Cemaran Mikroba < 100 per m3

c) Efisiensi filter udara 99,99 %

Page 11: kimia farma

61

d) Suhu ruangan 20 -27o C

e) Kelembaban (rH) 70 %

f) Pertukaran udara 20 kali perjam.

g) Tekanan udara dalam ruang produksi lebih rendah di bandingkan

dengan tekanan udara di koridor yaitu antara 5 – 15 Pa.

3. Mesin dan Peralatan telah Terkualifikasi

Peralatan yang digunakan dalam industri mempunyai rancang

bangun yang tepat sehingga dapat menjamin keamanan, mutu dan

keseragaman produk dari batch ke batch. Peralatan yang bersentuhan

dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh

menimbulkan reaksi yang mempengaruhi identitas, mutu atau

kemurnian. Peralatan ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil

kemungkinan terjadinya pencemaran silang antar bahan di area yang

sama.

Peralatan ditempatkan pada jarak yang cukup antara satu sama

lain untuk menghindari kesesakan serta memastikan tidak terjadinya

kekeliruan dan campur baur produk. Peralatan setelah digunakan

hendaklah dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalam sesuai

dengan prosedur, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi bersih dan

diberi tanda. Pembersihan dengan cara vakum/ basah lebih dianjurkan.

Udara bertekanan dan sikat hendaklah digunakan dengan hati-hati dan

sedapat mungkin dihindari karena resiko pencemaran produk.

Kualifikasi peralatan senantiasa dilakukan secara teratur.

Page 12: kimia farma

62

Sebelum proses produksi bagian QC harus memeriksa sanitasi

dan hygiene mesin dan peralatan. Setelah semua hasil pemeriksaan

memenuhi persyaratan maka mesin dan peralatan diberi label

“BERSIH” yang artinya siap untuk digunakan dalam proses produksi.

4. Validasi

Sebelum dilakukan produksi, alat, proses produksi, dan formula

hendaklah telah divalidasi. Validasi adalah suatu tindakan pembuktian,

artinya validasi merupakan suatu pekerjaan “dokumentasi”. Validasi

dapat dibagi menjadi 2, yaitu validasi metode analisa dan validasi

proses produksi.

a. Validasi Metode Analisa

Tujuan dari validasi metode analisa adalah untuk

membuktikan bahwa semua metode analisa yang digunakan dalam

pengujian maupun pengawasan mutu, senantiasa memberikan hasil

yang reprodusibel dan terpercaya sehingga diperoleh suatu produk

yang sesuai dengan yang diinginkan.

Validasi metode analisa wajib dilaksanakan dan secara

berkala dilakukan pengkajian ulang untuk menjamin bahwa metode

analisis tersebut tetap sesuai dengan tujuan penggunaannya dan

selalu memberikan hasil yang dapat dipercaya.

b. Validasi Produksi

Validasi proses produksi adalah bukan merupakan bagian dari

Research dan/atau Product Development, namun merupakan

Page 13: kimia farma

63

“dokumen pembuktian” bahwa proses produksi yang dilakukan sesuai

dengan dokumen proses pengolahan, akan menghasilkan produk yang

memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan secara terus-

menerus.

Validasi proses produksi (terutama untuk produk baru) hanya

bisa dilaksanakan, jika hal-hal berikut telah dilaksanakan :

a) Kualifikasi mesin dan peralatan produksi (IQ/OQ).

b) Kualifikasi sarana penunjang (AHU, water system, dan lain-lain).

c) Validasi metode analisa.

Sebelum pelaksanaan validasi harus disusun protokol, validasi

dan telah mendapat persetujuan dari QA Manager untuk dilaksanakan.

Selama pelaksanaan validasi proses produksi tidak diperbolehkan

untuk melakukan perubahan terhadap protokol yang telah disetujui oleh

QA Manager.

5. Water System

Air yang digunakan dalam proses produksi merupakan purified

water system. Air yang dihasilkan kemudian disimpan dalam storage

tank pada suhu 70o - 80C sebelum didistribusikan untuk produksi. Dan

QC akan melakukan pemeriksaan meliputi konduktifitas, pH,

kandungan klor dalam air, dan uji mikroba, jika air untuk produksi atau

water system ini tidak memenuhi persyaratan yang ada atau CPOB

terkini maka QC akan bekerja sama dengan bagian teknis untuk

memperbaiki alat agar menghasilkan air yang memenuhi persyarat

Page 14: kimia farma

64

6. Sistem Pengendalian Udara/ Air Handling System (AHS)

AHS merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk mengen-

dalikan jumlah partikel dalam ruangan, tekanan udara baik di dalam

ruangan maupun di luar ruangan (koridor), kelembaban udara,

temperatur (suhu) udara, filtrasi udara, dan kecepatan udara.

AHU adalah sistem peralatan yang diaplikasikan sebagai mesin

pengendali sirkulasi udara di dalam ruang produksi yang membedakan

antara industri farmasi dengan industri yang lain.

Unit ini terdiri dari beberapa bagian penyusun, yaitu :

1) Saringan udara diperlukan untuk menyaring kotoran yang terdapat

di udara.

a. Filter (penyaring udara) berfungsi untuk mengendalikan dan

mengontrol jumlah partikel dan mikroorganisme yang dapat

mengkontaminasi udara yang masuk ke dalam ruang produksi.

Terdiri dari pre filter (efisiensi penyaringan 35%), medium filter

(efisiensi penyaringan 95%), dan HEPA filter (efisiensi

penyaringan 99,997%).

b. Kipas udara (blower) digunakan untuk keperluan suplai udara

atmosfer yang telah disaring, menghisap udara yang kotor atau

berdebu, dan menghisap partikel atau debu produksi yang

terjadi selama proses produksi berlangsung.

Page 15: kimia farma

65

c. Lubang hisap / pengeluaran udara (Grill) adalah sebagai pintu

hisap atau keluar udara untuk pengendalian jumlah aliran udara

serta memperkecil tingkat kebisingan akibat aliran udara

d. Refrigerant unit adalah yang dipakai untuk mengendalikan

temperatur udara ruang dan kelembaban ruangan.

Page 16: kimia farma

66

Flow Chart ARV (Anti RetroViral) PT. Kimia Farma

Metode Granulasi Basah

Disterilkan pada autoclav dengan suhu 1210C 1

LamivudinBahan Tambahan

Pencampuran awal

Penimbangan Bahan

Wadah Stripping

Granulasi Basah

Pengayakan basah

Pengeringan Granul

Pengayakan kering

Pencampuran akhir

Pencetakan tablet

GUDANG OBAT JADI

Pengemasan primer

Pengemasan Sekunder

CEK IPC :- Keseragaman kadar-LOD/kadar

CEK IPC :- Kadar air /LOD<3%

CEK IPC :

- Keseragaman kadar

-Keragaman bobot

-Kekerasan

-Kerapuhan

-Waktu hancur

CEK IPC :

- Penampilan

-Kelengkapan

CEK IPC :

- Penampilan

-Kebocoran

-Penandaan

Page 17: kimia farma

67

III.5.2 Alur Produksi Antiretroviral

a. Penyiapan bahan, alat, dan ruang produksi

Sebelum dilakukan proses produksi, terlebih dahulu dilakukan

pembersihan ruangan dengan menggunakan vakum dan juga dilakukan

line clearence yakni pengecekan label bersih pada alat yang digunakan.

Selain itu dilakukan juga pengecekan oleh QA Inspector untuk mencegah

terjadinya mix up dari produk sebelumnya atau adanya kontaminasi bahan

lain.

b. Penimbangan

Pada PT Kimia Farma untuk penimbangan bahan tambahan

dilakukan diluar bangunan produksi ARV bersama-sama dengan bahan

tambahan dan zat aktif dari ruang produksi lainnya. Sedangkan untuk zat

aktifnya ditimbang bangunan produksi ARV. Dan untuk personalia khusus

untuk personalia yang bekerja pada produk ARV dilakukan karantina,

dimana seluruh kegiatan produksi maupun kegiatan lainnya (seperti

makan, Sholat, dll) dilakukan di gedung produk ARV berbeda dengan

personalia pada bagian produksi lainnya, selain itu personalia

menggunakan pakaian khusus agar tidak terkontaminasi maupun

mengkontaminasi produk obat ARV.

c. Mixing

Proses pencampuran bahan untuk menjadi granul untuk sediaan

tablet antiretroviral menggunakan alat super mixer atau intensif mixer.

Dibuat granul untuk memperbaiki alirannya dimana syarat aliran yang baik

Page 18: kimia farma

68

dipengaruhi oleh ukuran partikel. Pembuatan granul mempunyai 2 alat

pencampuran yaitu di bagian bawah terdapat mixer yang berfungsi untuk

mengaduk dan di bagian atas terdapat copper yang berfungsi untuk

menghancurkan. Proses mixing dilakukan sesuai dengan yang tertera

pada manufacturing record.

d. Milling

Proses pengayakan dalam produksi basic granulat bertujuan untuk

menyamakan ukuran partikel semua bahan baik dari bahan-bahan aktif

yang digunakan maupun dengan bahan tambahan lainnya agar

mendapatkan derajat halus serbuk yang diinginkan dengan menggunakan

nomor ayakan yang sesuai. Pengayakan atau penyaringan adalah proses

pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengayakan, yaitu:

1. Jenis ayakan

2. Cara pengayakan

3. Kecepatan pengayakan

4. Ukuran ayakan

5. Waktu pengayakan

6. Sifat bahan yang akan diayak

Derajat kehalusan serbuk dinyatakan dengan nomor pengayak

yang digunakan. Jika derajat kehalusan suatu serbuk dinyatakan dengan

1 nomor, artinya adalah semua serbuk dapat melewati pengayakan

dengan nomor tersebut. Jika derajat kehalusan suatu serbuk tersebut

Page 19: kimia farma

69

dinyatakan dengan 2 nomor maka artinya yaitu semua serbuk dapat

melalui pengayakan dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 60%

serbuk tersebut melewati pengayakan dengan nomor tertinggi.

e. Pengeringan

Proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan alat FBD

(Fluid Bed Dryer). Dengan memperhatikan beberapa aspek khusus seperti

suhu pengeringan, intermitten, tekanan dalam mesin FBD serta lama

waktu yang digunakan. Prinsip dari FBD dimana udara panas dikeluarkan

dari bawah meniupkan semua serbuk dari bawah ke atas, kemudian

secara gravitasi serbuk akan turun lagi ke bawah.

f. Sieving

Pengayakan dilakukan dua kali untuk proses granulasi basah, hal

ini untuk menyamakan ukuran granul yang dihasilkan sehingga terjamin

keseragaman bobot pada saat proses tableting. Mesin yang digunakan

pada saat proses pengayakan yaitu community dix mill, sebelum diayak

mesin ini juga berfungsi untuk menghancurkan.

g. Tableting

Basic granulat yang telah dibuat dengan memperhatikan aspek

penyaluran material, yakni harus melalui material airlock. Pallet dan trolley

yang dipakai dari black area diganti dengan pallet dan trolley khusus grey

area.

Selama proses tableting operator harus memperhatikan kondisi

ruangan seperti suhu, kelembaban dan tekanan, serta APD. Khusus

Page 20: kimia farma

70

untuk area tableting operator diwajibkan menggunakan APD full face

mask, sarung tangan karet serta ear muff.

h. Pengemasan

Hasil tableting dimasukkan dalam wadah tertutup dan dibawa ke

ruang blistering, stripping atau bottling sesuai dengan pengemasan yang

akan dilakukan saat itu.

Bahan kemas dibawa dari main warehouse ke area ES melalui

material airlock. Dilakukan penggantian pallet dan trolley yang di pakai

dari black area dengan pallet dan trolley khusus grey area.

Hasil blistering, stripping atau bottling dimasukkan dalam plastik

rangkap 2 dan kemudian dibawa ke area pengemasan sekunder melalui

material airlock, atau dapat disimpan di storage area jika belum dilakukan

pengemasan sekunder.

i. Pengemasan Sekunder

Pengemasan sekunder dan tersier dilakukan dalam ruangan black

area yang meliputi :

a) Coding: pemberian nomor batch dan expired date pada etiket dan dos

b) Pemberian brosur/insert

c) Memasukkan hasil pengemasan kedalam box dan master box.

Setelah dilakukan pengemasan primer maka dilakukan penge-

masan sekunder. Produk yang telah melewati pengemas primer akan

dimasukkan ke dalam dus/box yang kemudian diberi penandaan HET,

batch dan tanggal expire date lalu dilewatkan pada check weighner dan

Page 21: kimia farma

71

selanjutnya dikemas dalam karton. Supervisor IPC Pengemasan

melakukan pemeriksaan pengemasan sekunder secara manual dan

diperiksa selama proses pengemasan meliputi pemeriksaan penandaan

(Nomor Batch, Expired Date, Nama Obat.) dan estetika. Barang yang

sudah siap akan dikirim ke main warehouse untuk dikarantina dan me-

nunggu keputusan release dari QC. Petugas yang melakukan penge-

masan memberikan paraf setelah melaksanakan tugasnya untuk memu-

dahkan pencarian apabila terjadi kesalahan.

III.6. Evaluasi Tablet

Sebelum tablet Lamivudin di release oleh bagian Pemastian mutu,

terlebih dahulu dilakukan evaluasi tablet oleh bagian IPC, tablet yang

diproduksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Uji keseragaman ukuran

a. Tablet Lamivudin dibersihkan dari debu.

b. Diambil secara acak 20 tablet dan diukur diameter serta tebal

masing-masing tablet dengan jangka sorong.

c. Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan

tidak kurang dari 1⅓ kali tebal tablet.

2. Uji keseragaman bobot

a. Tablet Lamivudin dibersihkan dari debu.

b. Diambil secara acak 20 tablet kemudian ditimbang satu persatu,

dan dihitung bobot rata-ratanya.

Page 22: kimia farma

72

c. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang

masing-masing bobotnya menyimpang lebih dari 5% dari bobot

rata-ratanya, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang

lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya.

3. Uji kekerasan

a. Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet Lamivudin dengan

menggunakan alat uji kekerasan tablet (Stoches).

b. Tablet Lamivudin diletakkan diantara anvil dengan plat datar yang

diam

c. Tablet Lamivudin dijepit dengan memutar alat penekan.

d. Angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada skala

dinyatakan sebagai titik nol.

e. Alat penekan diputar sampai tablet retak atau pecah dan angka

pada skala dicatat.

f. Syarat kekerasan tablet 4-8 kg/cm3.

4. Uji waktu hancur

a. Alat terdiri dari keranjang yang berisi 6 silinder plastik yang terbuka

bagian atasnya dan dasarnya tertutup dengan pengayak 10 mesh.

b. Keranjang diisi dengan air suling bersuhu 37°C dan volumenya

diatur sedemikian rupa, sehingga pada titik tertinggi gerakan ke

atas, kawat kasa berada paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan

cairan dan pada gerakan ke bawah berjarak tidak kurang dari 2,5

cm dari dasar wadah.

Page 23: kimia farma

73

c. Enam buah tablet masing-masing dimasukkan ke dalam keranjang,

kemudian keranjang dinaikturunkan secara teratur 29 − 32 kali per

menit.

d. Syarat waktu hancur adalah tidak lebih dari 15 menit yaitu 1.1

menit.

5. Penetapan Kadar

Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan bahwa

kandungan zat berkhasiat yang terdapat dalam tablet telah memenuhi

syarat. Metode penetapan kadar yang digunakan yakni

spektrofotometer sesuai dengan zat aktif (isoxsuprine HCl) yang

terkandung dalam sediaan tablet. Caranya ditimbang 10-20 tablet

kemudian di gerus dan bahan aktif dilarutkan menggunakan pelarut

(aquadest) yang sesuai menurut prosedur yang sudah ditetapkan.

Dibaca pada panjang gelombang 269 – 300 nm (8).

III.7 Masalah-masalah dalam Produksi Tablet :

1. Lengket pada pencetakan

Penanganannya :

a. Meningkatkan antiadheren dan lubrikan

b. Penggantian lubrikan yang cocok

c. Mengurangi jumlah granul yang kasar

d. Mengurangi jumlah air tapi jangan sampai berada di bawah

optimum, karena tablet menjadi kurang baik. Jika sudah diketahui

jumlah pembasah yang paling baik maka agar pembasahnya pas,

Page 24: kimia farma

74

dilakukan dengan menambahkan pembasah ke dalam larutan

pengikat, yaitu bahan pembantu yang tidak menguap tapi basah,

contoh Propilen glikol atau gliserin.

2. Capping dan Laminating : Lapisan atas atau bawah tablet terbelah

sebagian atau seluruhnya

Penanganannya :

a. Pembuatan granul diulang jika penyebabnya adalah kelebihan atau

kekurangan pengikat atau tidak cocok.

b. Tambahkan pengikat kering seperti gom arab, sorbitol, PVP,

sakarin, NHPC, LHPC 21, Metilselulosa dengan konsistensi tinggi,

sehingga meningkatkan kekompakan tablet.

c. Pengurangan ukuran partikel dari granul, karena spesifikasi ukuran

harus sama.

3. Binding : Susah dilepas dari die

Penanganannya :

a. Menambahkan lubrikan

b. Menambahkan ukuran granul

c. Menambahkan kelembaban dari proses granulasi – menambah

pembasah

d. Mengempa pada suhu dan atau kelembaban yang rendah

4. Chipping dan cracking : tablet patah

Penanganannya :

a. Memoles permukaan punch

Page 25: kimia farma

75

b. Mengurangi serbuk halus

c. Mengurangi ukuran granul

d. Memindahkan torehan atau bagian yang tertinggal pada punch

5. Sticking, Picking dan Filming : Pengeringan yang kurang

Penanganannya :

a. Mengurangi bagian pembasah dari granulasi

b. Mengganti atau mengurangi lubrikan

c. Menambah penyerap (silica, mikrokristal sellulosa)

d. Memoles permukaan punch (minyak mineral)

6. Crumbling : Tekanan yang tidak cukup (tablet retak)

Penanganannya :

a. Dilakukan pembasahan granul dengan meneteskan air atau

menyemprotkan dengan alat penyemprot. (kalau granul terlalu

kering).

b. Penambahan gula dan gum (jika sifat adhesifnya kurang)

7. Motling : Warna yang tidak merata

Penanganannya :

a. Mengurangi tekanan

b. Mengurangi jumlah minyak yang digunakan (menggunakan

penyerap dari sayur lebih bagus)

Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain kecuali

pelicin dibuat granul (butiran kasar). Granulasi merupakan setiap proses

membesarkan ukuran partikel-partikel kecil dengan mengumpulkannya

Page 26: kimia farma

76

secara bersama sama menjadi agregat yang lebih besar dan permanen

untuk membuatnya mengalir bebas yang serupa dengan pasir kering.

Alasan untuk menggranulasi adalah :

1. Membuat zat/bahan mengalir bebas.

2. Memadatkan (density) zat.

3. Membuat campuran seragam yang tidak memisah

4. Memperbaiki karakteristik pengempaan zat aktif

5. Mengendalikan laju pelepasan zat aktif.

6. Memberi kemudahan pengukuran atau dispersing volume.

7. Mengurangi debu

8. Memperbaiki penampilan tablet.

Metode granulasi basah

Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu

serbuk atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan

pengadukan yang akan menghasilkan aglomerasi atau granul.

Keuntungan metode granulasi basah :

1. Terbentuknya granul, memperbaiki sifat alir dan kompres-sibilitas,

proses kompaksasi lebih mudah karena pecahnya granul membentuk

permukaan baru yang lebih aktif.

2. Zat aktif dosis tinggi yang mempunyai aliran atau kemampatan yang

buruk harus di granulasi dengan granulasi basah untuk memperoleh

aliran dan kohesi yang cocok untuk pengempaan.

Page 27: kimia farma

77

3. Untuk bahan dengan dosis rendah dengan pewarna, maka distribusi

lebih baik dan menjamin keseragaman isi zat aktif.

4. Granulasi basah mencegah pemisahan komponen-komponen

campuran serbuk yang homogen selama pemrosesan, pemindahan

dan penanganan. Sebenarnya komposisi tiap granul pasti tetap dan

seperti komposisi pada campuran serbuk pada waktu pembasahan.

5. Laju disolusi zat aktif yang tidak larut dapat ditingkatkan oleh granulasi

basah dengan pilihan pelarut dan pengikat yang tepat.

6. Bentuk sediaan lepas terkendali dapat dibuat dengan pemilihan

pengikat dan pelarut yang sesuai.

Kelemahan metode granulasi basah :

1. Proses lebih panjang dibanding dengan 2 metode lainnya sehingga

secara ekonomis lebih mahal.

2. Peralatan yang digunakan lebih banyak sehingga secara otomatis

lebih banyak pula personel yang diperlukan.

3. Tidak bisa digunakan untuk obat-obat yang sensitif terhadap

kelembaban dan pemanasan.

4. Pada tablet berwarna dapat terjadi peristiwa migrasi dan

ketidakhomogenan sehingga tablet berbintik-bintik.

5. Incompatibilitas antar komponen-komponen di dalam formulasi akan

diperbesar, terutama untuk obat-obat campuran (multivitamin, dll)

Masing-masing zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur

dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin penghalus. Seluruh serbuk

Page 28: kimia farma

78

dicampur bersama-sama dalam alat pencampur, lalu dibasahi dengan

larutan bahan pengikat. Setelah itu massa lembab diayak menjadi granul

menggunakan ayakan 6 atau 8 mesh, dan dikeringkan dalam lemari

pengering pada suhu 50o-60oC. Setelah kering diayak lagi untuk

memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan (biasanya digunakan

ayakan 12-20 mesh). Tambahkan bahan pelicin (lubrikan) kemudian

dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet (5).

III.8. Uraian Antiretroviral (ARV)

Terapi antiretroviral (ART) berarti mengobati infeksi HIV dengan

beberapa obat. Karena HIV adalah retrovirus, obat ini biasa disebut

sebagai obat antiretroviral (ARV). ARV tidak membunuh virus itu. Namun,

ART dapat melambatkan pertumbuhan virus. Waktu pertumbuhan virus

dilambatkan, begitu juga penyakit HIV.

Virus adalah agen infeksi yang sangat kecil, dengan beberapa

pengecualian, tidak dapat dilihat dengan mikroskopik cahaya, tidak ada

metabolisme yang bebas dan hanya mampu bereplikasi dalam sel hospes

yang hidup.

III.8.1 Golongan Obat Antiretroviral (ARV)

Obat-obatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk

HIV/AIDS tetapi cukup memperpanjang hidup dari mereka yang mengidap

HIV. Pada tempat yang kurang baik pengaturannya permulaan dari

pengobatan ARV biasanya secara medis direkomendasikan ketika jumlah

Page 29: kimia farma

79

sel CD4 dari orang yang mengidap HIV/AIDS adalah 200 atau lebih

rendah.

Untuk lebih efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau lebih ARV

dikonsumsi, secara umum ini adalah mengenai terapi Antiretroviral yang

sangat aktif (HAART). Kombinasi dari ARV berikut ini dapat mengunakan:

1. Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'),

mentargetkan pencegahan protein reverse transcriptase HIV dalam

mencegah perpindahan dari viral RNA menjadi viral DNA (contohnya

zidovudin, didanosin, zalcitabine, stavudin dan lamivudin).

2. Non–nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's)

memperlambat reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan reverse

transcriptase, suatu enzim viral yang penting. Enzim tersebut sangat

esensial untuk HIV dalam memasukan materi turunan kedalam sel–sel.

Obat–obatan NNRTI termasuk: Nevirapine, Delavirdine (Rescripta),

Efavirenza (Sustiva).

3. Protease Inhibitors (PI), obat ini bekerja pada fase akhir dari

multiplikasi virus dan efeknya terhadap HIV lebih kuat dari pada

Page 30: kimia farma

80

penghambatan RT. Senyawa ini menghambat enzim protease yang

memecah poliprotein besar yang terbentuk oleh DNA viral menjadi

protein-protein lebih kecil untukdigunakan bagi pembangunan virus

baru. Contohnya Indinavir, Ritonavir, Nelfinavir, dan Sequinavir.

III.8.2 Daftar obat ARV

Nama Merek Produsen Kandungan BentukABAC Ranbaxy Abacavir 300mg Tablet

DUOVIR N CiplaLamivudine 150mg + Zidovudine 300mg + Nevirapine 200mg

Tablet

DUVIRAL Kimia FarmaLamivudine 150mg + Zidovudine 300mg

Tablet

EFCURE 200 Emcure Efavirenz 600mg Tablet

EMTRI EmcureLamivudine 150mg + Nevirapine 200mg + Stavudine 30mg

Tablet

GPO-VIR S30 GPOStavudine 30mg + Lamivudine 150mg + Nevirapine 200mg

Tablet

GPO-VIR Z250 GPOZidovudine 250mg + Lamivudine 150mg + Nevirapine 200mg

Tablet

HIVIRAL Kimia Farma Lamivudine 150mg Tablet INAVIR GPO Indinavir 200/400mg Kapsul INBEC-400 Emcure Indinavir 400mg Tablet INDIVAN 400 Cipla Indinavir 400mg Kapsul INDIVEX Aurobindo Indinavir 400mg Kapsul

LAMISTAR 30 HeteroLamivudine 150mg + Stavudine 30mg

Tablet