kilas balik program kb provinsi bengkulu … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran...

39
1 KILAS BALIK TIGA PULUH TAHUN PELAKSANAAN PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU (KONSEP) Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Penulisan 1.3. Sumber Data 1.4. Sistematika Penulisan BAB II KILAS BALIK PROGRAM KB 2.1 Tinjauan Historis Perkembangan Kebijakan dan Strategi Program KB 2.2 Perjalanan Program KB Masa Perintisan, Masa Perkembangan dan Masa Pelembagaan 2.3 Diversifikasi Pelayanan Untuk Mengintegrasikan Program KB BAB III KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK 3.1 Kuantitas Penduduk ( Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, Struktur Umur, Perkembangan TFR dan ASFR ) 3.2 Kualitas Penduduk ( MMR, IMR, Indikator Kesejahteraan, Pendidikan, Kualitas Lingkungan ) BAB IV IMPLEMENTASI PROGRAM KB DI BENGKULU 4.1 Profil Peserta KB ( menurut Tingkat Pendidikan, Menurut Kelompok Umur, Menurut Tempat Tinggal dan Tahapan Keluarga ) 4.2 Tren Pemakaian Kontrasepsi 4.3 Kecenderungan Jumlah Anaka Ideal 4.4 Persentase PUS Yang Punya Akses ke Sarana Pelayanan KB BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Upload: vuongdiep

Post on 30-Jun-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

1

KILAS BALIK TIGA PULUH TAHUN PELAKSANAAN PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU

(KONSEP) Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan Penulisan

1.3. Sumber Data

1.4. Sistematika Penulisan

BAB II KILAS BALIK PROGRAM KB

2.1 Tinjauan Historis Perkembangan Kebijakan dan Strategi Program KB

2.2 Perjalanan Program KB Masa Perintisan, Masa Perkembangan dan Masa

Pelembagaan

2.3 Diversifikasi Pelayanan Untuk Mengintegrasikan Program KB

BAB III KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK

3.1 Kuantitas Penduduk ( Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk,

Struktur Umur, Perkembangan TFR dan ASFR )

3.2 Kualitas Penduduk ( MMR, IMR, Indikator Kesejahteraan, Pendidikan,

Kualitas Lingkungan )

BAB IV IMPLEMENTASI PROGRAM KB DI BENGKULU

4.1 Profil Peserta KB ( menurut Tingkat Pendidikan, Menurut Kelompok Umur,

Menurut Tempat Tinggal dan Tahapan Keluarga )

4.2 Tren Pemakaian Kontrasepsi

4.3 Kecenderungan Jumlah Anaka Ideal

4.4 Persentase PUS Yang Punya Akses ke Sarana Pelayanan KB

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Page 2: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

2

5.2 Implikasi Kebijakan

KATA PENGANTAR

Kebutuhan tentang informasi Kependudukan dan Keluarga Berencana secara

lengkap, aktual dan sistematis merupakan kebutuhan yang sangat mendesak terutama

dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan di daerah. Data pencapaian Program

Kependudukan dan Keluarga Berencana sejak tahun 1980 sampai tahun 2010 ini

diharapkan mampu menyajikan data untuk melihat peluang dan tantangan serta upaya

untuk mengantisipasi Pembangunan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana di

Provinsi Bengkulu.

Berbagai aspek pembangunan saat ini tidak terlepas dari keadaan dan

perkembangan kependudukan, sehingga pemahaman tentang konsep pembangunan

berwawasan kependudukan perlu terus disosialisasikan.

Parameter Demografi dan Pembangunan serta proyeksinya yang didasarkan pada

hasil Sensus Penduduk tahun 2000 perlu penyesuaian kembali sesuai hasil Sensus

Penduduk tahun 2010. Untuk itu dari Buku Kilas Balik Program KB ini perlu

ditindaklanjuti dengan analisis tentang “ Hasil Proyeksi dan Perkiraan Parameter

Kependudukan Provinsi Bengkulu Pasca Sensus Penduduk tahun 2010 “ dan Kajian

tentang factor – Faktor Yang Menentukan Pencapaian Sasaran Kependudukan tahun

2014“

Tulisan ini berupaya mendeskripsikan dan mengkaji ulang langkah – langkah

strategis dalam menanggulangi masalah Kependudukan dan Keluarga Berencana dan

ditampilkan data hasil pencapaian Program KB sejak tahun selama tiga puluh tahun

terakhir..

Selain itu Kajian analisis Kuantitas dan Kualitas Penduduk serta Implementasi

Program KB selama 30 tahun ini diharapkan dapat mendukung proses perencanaan

pembangunan di Provinsi Bengkulu, sehingga konsep “ Population Family Center

Development” dapat diterapkan mulai dari proses perencanaan.

Bengkulu, September 2011

Kepala

Drs. Hilaluddin Nasir

Page 3: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

.

Walaupun secara geografis sebenarnya Provinsi Bengkulu belum menghadapi

masalah kependudukan yang belum begitu mengkhawatirkan dalam arti kemampuan

untuk menampung jumlah penduduknya, namun perlu disadari bahwa dengan laju

pertumbuhan penduduk sebesar 1,6 dan angka TFR sebesar 2,5 diperkirakan setiap 25

tahun penduduk Bengkulu akan berlipat 2 kali jumlahnya, yang disebabkan antara lain

oleh struktur umur penduduk yang kurang menguntungkan dan tingginya angka

kelahiran PUS muda umur 15-19 tahun.

Variabel tingkat pertumbuhan penduduk sangat erat kaitannya dengan kemampuan

daerah untuk menyediakan lapangan kerja dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat secara kuantitatif dan kualitatif. Menurut Malthus bahwa tingkat

pertumbuhan penduduk berjalan relative lebih cepat dibanding proses penyediaan sumber

daya ( resourses ) yang dibutuhkan, dengan demikian jelas bahwa pertumbuhan penduduk

yang relative tinggi akan menimbulkan masalah yang tidak sederhana terutama masalah

social, ekonomi, stabilitas politik dan lain sebagainya.

Tulisan ini berupaya mendeskripsikan dan mengkaji ulang langkah – langkah

strategis dalam menanggulangi masalah Kependudukan dan Keluarga Berencana dan

ditampilkan data hasil pencapaian Program KB sejak tahun 1980 sampai tahun 2010.

Salah satu persoalan besar abad keduapuluh ini, adalah masalah kependudukan,

pada permulaan abad 19, jumlah penduduk dunia baru 2,1 milyar. Pada tahun 1950-an,

angka itu berkembang menjadi 2,5 milyar. Dua dasawarsa kemudian, jumlah itu

mencapai angka 3,7 milyar. Pada akhir dekade 1980-an, jumlahnya naik menjadi 5,2

milyar. Pada tahun 2011 jumlah penduduk dunia sebesar 7 milyar anak manusia

memadati planet bumi. Dan pada tahun 2025 nanti, angka itu diperkirakan akan

membengkak menjadi 8,5 milyar (BKKBN, 1992:2; BKKBN, 1993:7; Soemardjan,

Breazeale, Chu, 1994:1).

Page 4: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

4

Melalui Deklarasi Kependudukan Dunia, pada 1967 sejumlah pemimpin negara

meneguhkan komitmen mereka untuk menempatkan masalah kependudukan "sebagai

unsur yang amat penting bagi tujuan-tujuan nasional suatu bangsa". Ini semua

dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan "harkat manusia agar dapat mencapai

tingkat potensi yang sepenuh-penuhnya sebagai manusia yang utuh" (Suryanmgrat,

1983:4).

Komitmen tersebut dipertegas kembali pada awal November 1989, melalui

pertemuan kependudukan di Amsterdam, Belanda, langkah-langkah untuk menangani

masalah kependudukan lebih serius dirumuskan kembali. Pertemuan menghasilkan

Deklarasi Amsterdam itu memuat, pernyataan tentang (1) peneguhan kembali

komitmen politik negara-negara di dunia untuk memperhatikan persoalan kependudukan;

(2) pengembangan strategi dan program kependudukan secara lebih terpadu; (3)

peningkatan sumber daya dan dana dalam menjalankan program kependudukan; (4)

peningkatan peranserta wanita dalam masalah kependudukan; (5) pengembangan kualitas

dan kuantitas pelayanan program keluarga berencana; dan (6) peningkatan kesadaran dan

partisipasi masyarakat di bidang kependudukan (BKKBN, 1992:2).

Konperensi kependudukan yang diadakan di Kairo, Mesir (1994), pada dasarnya

juga merupakan upaya untuk meneguhkan kembali sikap para pemimpin dunia terhadap

masalah kependudukan secara lebih serius (Time, 1994).

Indonesia juga dihadapkan pada masalah kependudukan baik dilihat dari segi

tingkat pertumbuhan, pesebaran, kepadatan, maupun struktur umur, relatif kurang

menguntungkan. Oleh karena itu, penanganan masalah kependudukan merupakan salah

satu prioritas utama kebijakan pemerintah.

Dasar-dasar pemikiran pembangunan Kependudukan adalah : bangsa Indonesia

dihadapkan pada persoalan kependudukan di satu pihak, dan dinamika perubahan sosial

yang relatif cepat. Dalam konteks persoalan yang pertama, konsep keluarga sejahtera ini

mencakup soal pengendalian reproduksi, dimana keluarga menjadi pengatur reproduksi

keturunan secara sehat dan berencana " . Dalam persoalan yang kedua, konsep keluarga

sejahtera berperan sebagai benteng utama untuk memberikan jawaban seperlunya

terhadap proses perubahan sosial yang tengah terjadi secara pesat

Page 5: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

5

1.2. Tujuan Penulisan

Buku Kilas Balik Perjalanan Program KB ini bertujuan untuk memberikan

gambaran secara komprehensif dan akurat tentang perjalanan Program KB di Provinsi

Bengkulu selama fase perintisan, fase perkembangan dan fase pelembagaan. Ada dua

aspek yang menjadi focus bahasan yaitu : (1) Kuantitas dan Kualitas Penduduk; (2)

Implementasi Program KB di Bengkulu.

1.3. Sumber Data

Tulisan dalam buku ini bersifat deskriptif analitis , dengan merekonstruksikan problem

kependudukan yang dihadapi kemudian diletakkan dalam kerangka dasar pemikiran,

kebijakan, dan strategi dalam menangani masalah kependudukan.

Data dan informasi diperoleh dari berbagai sumber antara lain : 1) Badan Pusat

Statistik meliputi Sensus Penduduk, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI

), 2) BKKBN Provinsi Bengkulu meliputi Mini Survei Pemantauan PUS dan Peserta KB,

Survei RPJM, 3) Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu meliputi Riset Kesehatan Dasar

1.4 Sistematika Penulisan

Bab I menjelaskan latar belakang masalah , tujuan penulisan, sumber data dan

sistematika penulisan.

Bab II menguraikan dasar-dasar pemikiran tentang persoalan kependudukan, tinjauan

historis perkembangan kebijakan dan strategi pembangunan kependudukan

dan keluarga berencana, perjalanan Program KB masa peritntisan, masa

pengembangan dan masa pelembagaan diversifikasi pelayanan sebagai upaya

untuk mengintegrasikan program KB dengan agenda-agenda pembangunan

nasional, khususnya yang mempunyai dimensi pengembangan kesejahteraan-

ekonomis

Bab III menggambarkan kuantitas dan kualitas penduduk meliputi jumlah penduduk,

laju pertumbuhan penduduk, struktur umur penduduk, perkembangan TFR dan

ASFR, perkembangan angka kematian Ibu angka kematian Bayi, indikator

kesejahteraan, pendidikan dan kualitas lingkungan.

Page 6: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

6

Bab IV merupakan rekapitulasi hasil pelaksanaan Program KB tentang apa yang sudah

dihasilkan.

Bab V merupakan kesimpulan dan penutup.

Page 7: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

7

BAB II

KILAS BALIK PROGRAM KB

2.1 Tinjauan Historis Perkembangan Kebijakan dan Strategi Program KB

2.1.1 Tinjauan Historis

Sebelum membahas tentang perkembangan kebijakan dan strategi pembangunan

kependudukan ada baiknya jika kita mendeskripsikan juga tentang makna dan tujuan

pembangunan kependudukan. Dengan demikian, kita dapat mengintegrasikan, dalam

analisis kita, tentang hal-hal yang hendak dicapai serta upaya, atau bagaimana, kita akan

merealisasikan keinginan-keinginan itu.

Tujuan dasar program pembangunan kependudukan adalah untuk menciptakan

keluarga yang bahagia dan sejahtera. Dalam konteks ini, tujuan pembangunan

kependudukan adalah untuk (1) "menurunkan dan mengendalikan pertumbuhan

penduduk," dan (2) "menciptakan atau mewujudkan norma keluarga kecil yang bahagia

dan sejahtera" (BKKBN, 1992:15) meliputi : (!) penurunan tingkat kelahiran, (2)

peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, (3) peningkatan kesadaran (consrienti^atiori)

masyarakat terhadap masalah kependudukan, dan (4) peningkatan sumber daya manusia

sebagai aset pembangunan (BKKBN, 1992:15).

Perkembangan kebijakan pembangunan kependudukan dari periode ke

periode.

Sejalan dengan perhatian pemerintah terhadap persoalan kependudukan, yang

baru dimulai sejak kepemimpinan Orde Baru tampil di panggung politik Indonesia

(1967), pada dasarnya kebijakan pembangunan kependudukan secara terpadu juga baru

dimulai pada awal tahun 1970. Sebagai bagian dari rencana besar pembangunan jangka

panjang, maka kebijakan kependudukan tak teriepas dari keseiuruhan kebijakan

pembangunan nasional. Meskipun sebagai rangkaian kebijakan pembangunan nasional,

kebijakan kependudukan sebagaimana kebijakan-kebijakan di bidang tertentu lainya

memiliki ciri-ciri khusus, terutama yang menyangkut bentuk-Dentuk Kegiatan

operasionai kebijakan kependudukan itu sendiri.

Page 8: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

8

Dalam konteks sifat operasionai inilah, pada masa-masa tertentu, terutama di saat

tingkat pertumbuhan penduduk dirasa sangat tinggi, kebijakan pembangunan

kependudukan ini "ditujukan untuk mengurangi angka peitumbuhan penduduk"

(BKKBN, 1994:5). Inilah yang menjadi arah utama implementasi kebijakan

pembangunan kependudukan pada Pelita I, di mana tingkat pertumbuhan penduduk

relatif tinggi, berkisar antara 2,1% sampai 2,3% per tahun.

Secara lebih tegas, kebijakan ini diarahkan untuk menurunkan angka fertilitas.

Untuk itu, pendekatan yang ditempuh adalah dengan cara memasyarakatkan program

penjarangan kelahiran.

Meskipun demikian, pemerintah tetap menyadari arti penting dan makna strategis

masalah kependudukan sebagai aset pembangunan. Jumlah penduduk yang besar

merupakan sumber daya manusia terpenting bagi keberhasilan pembangunan nasional.

Karena-nya, sambil menekan tingkat kelahiran, pemerintah juga merancang berbagai

program aksi guna meningkatkan kualitas penduduk Termasuk di dalamnya adalah

agenda untuk (1) meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak; (2) meningkatkan

kemudahan dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat; (3) meningkatkan gizi, dan

sebagai-nya (BKKBN, 1994:5).

Pada awal tahun 1970-an, jangkauan kebijakan pembangunan kependudukan

masih bersifat terbatas, disesuaikan dengan kemampuan tenaga pelaksana, dana, dan

jaringan-jaringan yang ada, pelaksanaannya dikonsentrasikan di Jawa dan Bali yang

meliputi propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, JawaTengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur,

dan Ball (BKKBN, 1994:6; BKKBN, 1993:42). Propinsi-propinsi ini merupakan wilayah

padat penduduk dengan tingkat kelahiran yang relatif tinggi dibanding daerah Indonesia

lainnya. Demikian pula, pada masa itu pemerintah belum secara spesifik mengumumkan

target yang hendak dicapai.

Baru pada tahun 1974 pemerintah mulai menetapkan system target "penurunan

tingkat fcrtilitas sebesar 50% pada tahun 1990 dibandmgkan keadaan tahun 1971"

(BKKBN, 1994:6).

Perkembangan ini mempunyai beberapa konsekuensi.menuntut dijabarkannya

kebijakan dasar pembangunan kependudukan dalam bentuknya yang lebih konkrit agar

target yang ditetapkan dapat dicapai. antara lain:

Page 9: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

9

Pertama, peningkatan dan intensifikasi pelaksanaan program KB, dimaksudkan

untuk menjaring jumlah peserta KB secara lebih banyak.

Kedua, pengembangan wilayah jangkauan KB. Menurut para pemikir dan aktivis

KB, untuk mengejar target penurunan hingga 50% diperlukan pengembangan wilayah

jangkauan paling tidak meliputi 10 daerah propinsi di luar Jawa/Bali. meliputi DI Aceh,

Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Nusa Tenggara Barat,

Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan (BKKBN,

1994:6; BKKBN, 1993:42).

Ketiga, peningkatan organisasi dan administrasi pelaksanaan program KB yang

merupakan konsekuensi logis dari pengembangan wilayah jangkauan program KB.

Keempat, meningkatkan keterpaduan antara program KB dan program

pembangunan lainnya. Hal ini diperlukan karena dua hal: (1) untuk mempercepat

terwujudnya tujuan dasar program kependudukan, yaitu terciptanya keluarga/masyarakat

yang sehat dan sejahtera; dan (2) untuk membuat agar program KB berjalan seiring

dengan program-program pembangunan lainnya. Dengan demikian, diharapkan tidak

akan terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang

ada.

Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat yaitu :.

Pertama, fokus pendekatan terhadap persoalan kependudukan mulai semakin

diperjelas. Hal ini nampak khususnya pada obsesi pemerintah untuk menurunkan angka

fertilitas.

Kedua, meskipun perhatian utama dititik-beratkan pada penurunan angka

fertilitas, pemerintah juga berkepentingan untuk meningkatkan angka harapan hidup (life

expectancy) serta menurunkan angka mortalitas, yang merupakan bagian integral dari

kebijakan pembangunan kependudukan untuk menuju masyarakat yang bahagia dan

sejahtera.

Ketiga, pada periode ini pula perhatian terhadap masalah kepadatan dan tingkat

pesebaran penduduk yang tidak merata mulai semakin terfokus. Dalam hal ini, migrasi

penduduk dari daerah padat penduduk ke wilayah yang masih relatif kurang

Page 10: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

10

penduduknya merupakan salah satu pilihan yang sangat memungkinkan untuk dilaku-

kan.

Keempat, perluasan jangkauan yang mencakup seluruh wilayah Indonesia.

Karenanya, sejak tahun 1980 cakupan wilayah KB mendapat tambahan 11 propinsi:yaitu

: Riau, Jambi, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara,

Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Irian Jaya , (BKKBN, 1993:42),

Kelima, melihat luasnya sasaran yang hendak dicapai dalam agenda pembangunan

kependudukan ini, dari periode ke periode pemerintah semakin menyadari perlunya untuk

terus mengembang-kan program pendidikan kependudukan dan meningkatkan

partisipasi masyarakat.

Pada periode tahun 1980-1985 program kependudukan difokuskan pada usaha

(1) penurunan angka kelahiran, (2) peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, (3)

peningkatan angka harapan hidup, dan (4) penurunan angka mortalitas, terutama, bayi

dan anak (BKKBN, 1994:6).

Untuk mencapai sasaran tersebut, pemerintah tetap berupaya untuk meningkatkan

jumlah peserta KB, dan berupaya untuk terus menggalang dukungan dari masyarakat

luas. Dengan demikian, diharapkan partisipasi masyarakat dalam gerakan pembangunan

kependudukan dan KB ini dapat terus ditingkatkan.

Mulai tahun 1985 dilakukan sosialisasi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

perwujudan keluarga kecil bahagia dan sejahtera melalui upaya untuk meningkatkan (1)

peran wanita dan remaja dalam pengendalian masalah kependudukan serta, dan (2)

kualitas sumberdaya manusia: Kesemuanya ini dimaksudkan untuk memperkuat dan

melembagakan konsep NKKBS.

Pidato Menteri Negara Kependudukan/ Kepala BKKBN menyatakan bahwa pola

kebijakan dasar pembangunan kependudukan dikembangkan sesuai dengan situasi

partikularistik yang dihadapi masing-masing periode. Kebijakan itu dirumuskan

berdasarkan situasi kependudukan yang dihadapi, baik yang menyangkut tingkat

kelahiran, pola pesebaran dan distribusi, struktur umur, dan sebagainya.

Berdasarkan perkiraan demografis untuk dua puluh lima tahun mendatang,

terdapat beberapa persoalan penting yang menjadi titik-tekan pemerintah dalam

rnerumuskan kebijakan pembangunan kependudukan, sebagai berikut :

Page 11: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

11

Pertama, adalah soal jumlah penduduk dan penduduk usia muda. Diperkirakan,

sampai dua puluh lima tahun mendatang tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia relatif

masih tinggi. Dalam kaitan-nya dengan soal ini, adalah wajar jika kebijakan

pembangunan kependudukan pada periode ini masih menekankan musalah pengendalian

(pengaturan) pertumbuhan penduduk.

Sementara itu, pada tahun-tahun itu pula jumlah penduduk usia muda akan tetap

besar, kendatipun proporsinya semakin mcngecil. Dalam dua dekade nanti mereka akan

menempati posisi-posisi awal dari tatanan angkatan kcrja di Indonesia. Karenanya,

mereka merupakan segmen kritis dan strategis yang harus dipersiapkan agar mampu

menyongsong zamannya.

Kedua, jumlah penduduk yang sekolah dari tahun ke tahun semakin tinggi.

Karena sifat integratif dari kebijakan pembangunan kependudukan ini (antara lain

terekspresikan dengan nyata dalam slogan "pembangunan masyarakat sejahtera"), maka

pemerintah juga menaruh perhatian luar biasa untuk meningkatkan dan mcrnpermudah

akses ke dunia pendidikan, baik pada tingkat SD, SLTP/SLTA, ataupun PT.

Ketiga, struktur umur penduduk pada masa-masa itu, dengan scgala implikasi

sosiologis dan ekonomisnya, menyebabkan pemerintah untuk menangani masalah

pemerataan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan secara lebih terpadu.

"Disamping harus sanggup hidup 70 tahun", penduduk Indonesia harus sanggup sekolah

minimum 9 tahun, dan mereka harus bisa hidup dalam suasana dimana suami istri bekerja

di luar rumah, sehingga beban para suami istri menjadi ganda dalam dunia yang tidak lagi

cenderung sebagai petani.

Masyarakat yang akan mereka alami adalah masyarakat modern dan urban dengan

cara berpikir yang makin rasional dan lebih terbuka" (BKKBN, 1995:10). Dalam konteks

sosial seperti inilah, bobot pendekatan harus semakin diperkuat , baik dalam bentuk

peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan maupun pengembangan sasaran

pengembangan'gizi masyarakat yang tidak lagi terfokus pada generasi muda, tetapi juga

kelompok suami istri yang bekerja.

Keempat, proses mobilisasi sosial yang cepat antara lain telah menyebabkan

perkembangan angkatan kerja, termasuk wanita. Dengan semakin meningkatnya jumlah

Page 12: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

12

penduduk usia kerja ini, pemerintah juga diharapkan dapat menyediakan lapangan kerja

yang cukup.

Dari uraian tersebut diketahui bahwa kebijakan pembangunan kependudukan

sebenarnya mempunyai pola dasar yang baku sifatnya. Dilihat dari sudut filosofmya,

kebijakan dasar itu diarahkan untuk menciptakan norma keluarga kecil yang bahagia dan

sejahtera. Dalam konteks praktis-operasionalnya, kebijakan itu diarahkan untuk

menangani masalah yang muncul dari soal kependudukan, Program KB merupakan

terjemahan empirik dari kebijakan pembangunan kependudukan tersebut.

2.1.1.2 Strategi Pembangunan Program KB

Sehubungan dengan strategi pendekatan Program KB ada dua hal yang bisa

dicatat. Pertama adalah strategi pendekatan yang sifatnya mendasar dan konseptual.

Kedua adalah strategi pendekatan yang sifatnya operasional (BKKBN, 1992:19-28).

Hal pertama adalah, sebagaimana tampak dalam rumusan kebijakan

pembangunan kependudukan, yakni pendekatan yang sifatnya politis-struktural,

intergratif, dan sosial-kemasyarakatan.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa salah satu strategi pembangunan

kependudukan yang ditempuh sejak awal dimulainya pembangunan kependudukan

adalah bersifat politis-struktural setelah dicanangkannya komitmen nasional oleh

Presiden Soeharto pada 1968 di depan sidang DPRGR untuk menangguiangi masalah

kependudukan.

Peristiwa tersebut mempunyai implikasi politis -struktural. Pertama-tama adalah

bahwa masalah kependudukan telah menjadi isu nasional - sebuah modal yang amat

strategis bagi pengembangan agenda-agenda kerja yang ada kaitannya dengan persoalan

kependudukan. Yang lebih penting adalah bahwa hal itu merupakan "modal politik" yang

paling dasar untuk meletakkan agenda pembangunan kependudukan dalam networking

legal/konstitusional (MPR, GBHN, undang-undang, dan sebagainya) dan birokrasi (pusat,

propinsi, kabupaten/kota-madya, kecamatan, desa) negara.

Page 13: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

13

Tak dapat dipungkiri, pendekatan politis-struktural ini merupakan sumber

dukungan yang luar biasa besarnya dalam merealisasikan kebijakan pembangunan

kependudukan.

Pendekatan integratif yang ditempuh oleh para pemikir dan aktivis pembangunan

kependudukan dimaksudkan untuk meletakkan' agenda ini dalam konteks pembangunan

nasional yang lebih luas (makro). KB merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional, di sinilah letak integratifnya strategi ini untuk menciptakan keluarga bahagia

dan sejahtera, selain untuk mengendalikan angka kelahiran.

Dengan demikian, sebagaimana sering dinyatakan, pembangunan kependudukan

tidaklah identik dengan "gerakan kondom" atau "mobilisasi akseptor kondom".

(BKKBN, 1992:19). Strategi pendekatan sosial-kemasyarakatan merupakan strategi

untuk memobilisasi dukungan masyarakat dalam Program Kependudukan dan KB.

Karena masalah pembangunan kependudukan mempunyai dimensi-dimensi

moral, maka strategi pendekatan yang sifatnya sosial-kemasyarakatan sangat diperlukan.

Dengan demikiln. dapat terhindar kesan bahwa masalah pembangunan kependudukan dan

KB merupakan sesuatu yang semata-mata dipaksakan dari atas.

Hal kedua, dalam hal yang sifatnya praktis operasional, pembangunan Program

KB menggunakan berbagai pendekatan untuk memperjelas kelompok sasaran dan

meningkatkan sarana yang diperlukan. Aspek yang pertama dikenal dengan sebutan

Strategi Panca Karya. Hal ini untuk memperjelas kategorisasi kelompok sasaran ,

terutama dari segi pengelompokan usia, selain itu, strategi ini juga digunakan untuk

membangun lembaga strategis yang relevan bagi program pembangunan kependudukan.

Strategi pendekatan operasional yang lain mengambil bentuk, dalam nomenklatur

BKKBN yaitu Catur Bhava Utama. Arah dari strategi ini adalah untuk

mengembangkan metoda dan pemantapan sistem, meningkatkan jumlah dan kualitas

tenaga lapangan, meningkatkan jumlah dan kualitas pelayanan gerakan kependudukan,

dan memobilisasi dana agar program ini dapat berjalan dengan baik (BKKBN, 1992:21-

23).

Berdasarkan tinjauan historis tersebut, tampak dengan jelas bahwa kebijakan dan

strategi pembangunan kependudukan bertumpu pada komitmen untuk menciptakan

masyarakat yang bahagta dan sejahtera, kebijakan dan strategi pembangunan Program

Page 14: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

14

KB tetap berkembang secara dinamis, tergantung pada situasi sosiologis, ekononiis, dan

politis yang dihadapi pada setiap periode.

2.2 Perjalanan Program KB Masa Perintisan, Masa Perkembangan dan Masa

Pelembagaan

Ada beberapa tahapan sejarah yang dapat digunakan untuk menggambarkan

kilas balik perjalanan gerakan KB. Scbagaimana perjalanan gerakan sosial-

kemasyarakatan lainnya, gerakan KB berjalan melalui periode perintisan, perkembangan,

dan pelembagaan (pcmantapan). Yang pertama merujuk pada suatu masa dimana ide

tentang penanganan masalah kependudukan dimulai dan disosialisasikan ke tengah-

tengah masyarakat. Yang kedua merujuk pada masa ketika pemerintah meneguhkan

komitmen politiknya untuk menangani masalah kependudukan secara lebih serius (by

design dan tidak ad hoc sifatnya). Hal ini ditandai dengan memobilisasikan sumberdaya

yang dimilki untuk memperoleh dukungan masyarakat luas. Yang terakhir merujuk pada

sebuah periode, dimana tahap-tahap kritis gerakan ini telah dilalui.

Dengan demikian, perkembangan itu memungkinkan pemerintah untuk

mcngintegrasikan perogram KB kedalam kebijakan pembangunan kependudukan yang

mengarah pada pencapaian cita-cita masyarakat Indonesia yang sehat dan sejahtera.

1. Masa Perintisan (1950-1970)

Cikal-bakal gerakan KB bermula dari perhatian sejumlah individu tentang

masalah yang mungkin timbul akibat dari pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali.

Kalau di Inggris dan Amerika Serikat Marie Slopes dan Marganth Singer muncu! sebagai

tokoh terkemuka gerakan kependudukan, Indonesia pada awal tahun 1950-an mengenal

Dr. Sulianti Saroso dan Ny. Marsidab Soewito sebagai dua orang figur yang ikut merintis

program KB. Dengan cara masing-masing mereka melansir program untuk membatasi

kelahiran. Guna mendukung ide tersebut, mereka mendinkan Yayasan Kesejahteraan

Keluarga (YKK) pada 1952 di Yogyakarta (BKKBN, 1992:6; BKKBN, 1993:21).

Di Jakarta perhatian semacam itu juga berkembang di berbagai individu dan

lembaga kesehatan. Dengan menggunakan - antara lain - bagian kebidanan RSUP

Ciptomangunkusumo sebagai basis utamanya, tokoh-tokoh seperti Prof. Sarwono

Page 15: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

15

Pramrohardjo, Dr. H. M. Yudono, Dr. Koen S. Martiono, dan Dr. Soeharto memelopori

usaha pembatasan kelahiran (BKKBN, 1993:21. Selainitu juga dipengaruhi oleh

kegiatan-kegiatan International Planned Parenthood, sejumlah individu memelopori

berdirinya sebuah Klinik Keluarga Berencana pada tahun 1956. Termasuk sebagai

perintis gerakan KB di masa-masa paling awal ini adalah Dr. Hurustiati S., Dr. Hanifa

Wiknyosastro, Ny. Supeni, Ny. Hutasoit, Dr. Z. Kachman Masyhur, My. 0. Admiral, Ny.

Pesik, dan Dr. SatfulAnwar (BKKBN, 1992:6; BKKBN, 1993:21).

Kontak-kontak yang dilakukah secara lebih intensif dengan sejumlah tokoh dan

lembaga luar negeri yang bergerak pada bidang yang sama mendorong terbentuknya

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pada akhir 1957. Di antara mereka

yang merintis berdirinya lembaga ini adalah Dr. Soeharto, Nani Soewondo $H, Ny. H.

Syamsuridjal, Ny. Pudjohutomo, danNy. M. Koem.

Walaupun berjalan secara agak lamban (antara lain disebabkan oleh adanya

pelarangan dari pemerintah pra Orde Baru untuk menyebarluaskan gagasan KB - atas

dasar KUHP/283) dalam beberapa tahun lembaga ini telah berhasil meresmikan cabang-

cabangnya di sejumlah daerah, termasuk Bali (1959), Semarang (1963), Medan (1963)

dan lain sebagainya. Pergantian kepemerintahan yang terjadi pada pertengahan 1960-an

tclah ikut mempengaruhi perkembangan PKBI. Titik-balik itu dimulai dengan diakuinya

secara hukum keberadaan organisasi ini sejak tahun 1967.

Sejak awal 1970-an, PKBI telah berkembang menjadi sebuah lembaga perintis

untuk mempengaruhi tingkat kelahiran . dengan KB sebagai agenda utamanya. Gerakan

keluarga berencana ini, berbeda dengan kegiatan-kegiatan serupa yang masih meng-

gunakan pendekatan tradisional, dilakukan secara medikal dengan memanfaatkan alat-

alat kontrasepsi yang tersedia pada waktu itu (BKKBN, 1992:1-7; PKBI, 1982:21-33).

Tak dapat dipungkiri bahwa PKBI mcrupakan pelopor utama kegiatan KB., tetapi

tonggak dari gerakan KB nasional, di mana pemerintah berperan secara aktif dan

langsung, adalah berdirinya Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) pada 17

Oktober 1968. Lembaga ini bersifat semi pemerintah. Proses berdirinya lembaga ini,

antara lain didorong oleh hasil kongres pertama PKBI pada tahun 1957 yang

"bcrkesimpulan bahwa sebaiknya KB dijadikan program pemerintah" (BKKBN,

Page 16: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

16

1994:15). Keinginan ini bertemu dengan sikap pemerintah Orde Baru yang mempunyai

komitmen politik untuk dengan segera menangani masalah kependudukan.

Peristiwa sejarah penandatanganan deklarasi kependudukan sedunia oleh 30

kepala negara, termasuk Presiden Soeharto, pada tahun 1967, mempunyai keterikatan

iangsung. Sebab, sejak itulah kemudian persiapan-persiapan untuk mendirikan lembaga

nasional yang menangani masalah kependudukan bergulir terus, antara lain melalui

panitia-panitia ad hoc - yang dibentuk K. H. Idham Chalid selaku Mcnteri Kesejahteraan

Rakyat - yang bertugas mcrumuskan perangkat lunak dari kelembagaan yang dimaksud.

Lembaga ini bersifat pcmula.selama keberadaannya, hingga tahun 1970,

kegiatannya lebih dititik-beratkan pada dua hal: menangani termasuk mengenalkan

keluarga berencana dan mengclola dana. Dengan struktur organisasi kelembagaan yang

ada, LKBN dianggap memadai untuk menangani masalah kependudukan waktu itu.

Dengan perkembangan waktu pemerintah semakin menyadari bahwa persoalan

kependudukan hendaknya ditangani secara lebih integratif. Scbab, pcrlu dipahami bahwa

masalah Keluarga Berencana bukan hanya persoalan medis. tetapi juga menyangkut

tema-tema lain scperti kesejahteraan, kesehatan, dan sebagainya.

Atas pertimbangan tersebut pemerintah merasa perlu dikembangkannya LKBN

menjadi sebuah lembaga yang secara integratif mampu menjalankan kebijakan

kependudukan secara sistematis dan menyeluruh. Atas dasar pemikiran scperti inilah,

LKBN dikcmbangkan menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) pada tahun 1970

Dengan munculnya kepemimpinan Orde Baru, persepsi pemerintah tentang

persoalan kependudukan berubah dari pihak yang berdiri di simpang jalan (by standef)

menjadi pelaku utama program KB. Dalam konteks ini, ada sejumlah peristiwa -

langsung ataupun tidak yang mempengaruhi perubahan sikap ini.

Pertama, adalah se-makin disuarakannya makna strategis pembangunan keluarga

secara berencana dalam konteks pembangunan nasional. Hal seperti ini nampak, antara

lain, dalam simposium tentang kontrasepsi dan kongres PKBI pada 1967. Di dalam

kongresnya yang pertama itu PKBI mengeluarkan beberapa pernyataan penting. Antara

lain tentang (1) perlunya KB dijadikan program pemerintah; dan (2) ke-sanggupan PKBI

untuk membantu pelaksanaan program tersebut.

Page 17: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

17

Komitmen pemerintah untuk menjadikan program keluarga berencana sebagai

bagian dari pembangunan, menuntut disempurnakannya kelembagaan LKBN. Atas dasar

itu, pada 1970 lembaga ini diubah menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN), melalui Keputusan Presiden No. 8/1970. Keberadaan lembaga -

terutama yang menyangkut aspek kelembagaan, jaringan dan cara kerja serta wilayah

garapan - ini terus disempurnakan melalui Keputusan Presiden No. 33/1972, No. 38/

1978, No. 64/1983, dan No. 109/1993 (BKKBN, 1990: 17-24; BKKBN, 1994:17-29).

Dengan jaringan kelembagaan yang demikian luas, BKKBN berfungsi sebagai

badan pemerintah yang bertanggung jawab atas segala persoalan yang berkaitan dengan

program keluarga berencana khususnya, dan pembangunan kependudukan pada

umumnya

Masa Pengembangan

Ada beberapa hal yang dapat dikemukakan sebagai ciri utama dari gerakan KB

pada periode ini, yang berbeda dengan periode sebelumnya (masa perintisan). Perbedaan

paling utama adalah, kalau pada masa perintisan perhatian terhadap pembangunan

kependudukan (dengan KB sebagai agenda utamanya) masih terfokus pada usaha

mengembangkan kesadaran masyarakat tentang perlunya KB, pada masa perkembangan

perhatian sudah diarahkan pada upaya untuk merealisasikan program kependudukan.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa pada masa perkembangan ini operas

ionalisasi gerakan KB diwarnai oleh dua aspek yang menonjol. : yang pertama me-

nyangkut upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang arti penting dari

program keluarga berencana. Aspek yang kedua merupakan pelaksanaan konkrit dari

program KB itu sendiri dengan menggunakan pelayanan-pelayanan medis yang tersedia.

Upaya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat telah dimulai sejak masa

perintisan gerakan KB. Meskipun demikian, proses penyadaran ini tetap dllakukan ketika

gerakan ini memasuki fase kedua (masa perkembangan). Kalau pada masa perintisan,

upaya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat masih dilakukan secara diam-diam

dan kurang terencana, pada masa perkembangan proses penyadaran masyarakat ini

dilakukan secara lebih terbuka dan sistematis agar masyarakat, khususnya kelompok

Page 18: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

18

sasaran KB, tidak hanya tergerak untuk menjadi peserta program ini, tetapi sekaligus

bertindak sebagai penganjur dan penggerak program kependudukan itu sendiri.

Dalam konteks seperti itu, BKKBN memunculkan berbagai kegiatan penerangan

dan pendidikan, seperti KIE komunikasi, informasi, dan edukasi. Kegiatan ini pada

dasarnya dimaksudkan untuk mendorong terjadinya proses perubahan pengetahuan, sikap

dan tingkah laku masyarakat terhadap program KB nasional, sehingga secara mandiri

dapat mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera sebagai suatu norma yang

melembaga dan membudaya dalam masyarakat. (BKKBN, 1994:31)

Kegiatan KIE ini juga dilaksanakan dengan memperhatikan kesiapan masyarakat

untuk menerima pesan-pesan tentang keluarga berencana. Ide pokoknya adalah bahwa

KIE dimaksudkan untuk menumbuhkan pengertian masyarakat tentang program keluarga

berencana. Secara edukatif dan persuasif, kegiatan ini diarahkan untuk menjelaskan

perlunya membangun keluarga kecil dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut, KIE

dilakukan dengan mengambil bentuk penerangan massa, penerang-an kelompok, dan

wawan muka.

Pada masa ini mulai mengajak para tokoh masyarakat dan pemuka agama untuk

ikut mensosialisasikan arti penting program keluarga berencana dalam konteks

pembangunan nasional secara menyeluruh. Tak kalah pentingnya adalah bahwa pada

masa perkembangan ini KIE telah pula disosialisasikan dengan menggunakan sarana me-

dia yang ada, baik elektronik maupun cetak. Sejak kurun 1970-an kita lihat berbagai

macam KIE tentang program KB yang dilakukan melalui media cetak (koran, majalah,

dan sebagainya), dan elektronik (radio, TV, video).

Menurut catatan BKKBN, tak kurang dari 50-an episode drama TV mengenai KB

telah ditayangkan. Belum lagi penerangan tentang KB melalui RRI, seperti dalam acara

"Butir-Butir Pasir Di Laut" yang memperoleh penghargaan dari luar negeri itu (BKKBN,

1994:32). Makna strategis dari kegiatan penerangan dan pendidikan pada masa

perkembangan ini adalah pematangan kondisi untuk penerimaan norma keluarga kecil

yang mandiri dan sejahtera.

Periode ini juga ditandai dengan upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan di

bidang kontrasepsi, baik dari segi cara maupun sarana. Berbagai macam jenis peralatan

kontrasepsi diperkenalkan agar para peserta KB lebih leluasa memilih alat-alat yang

Page 19: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

19

sesuai dengan kebutuhan mereka.

Masa Pelembagaan (sejak tahun 1990)

Salah satu hasil penting yang dicapai pada periode perkembangan (1970-1990)

adalah pematangan kondisi masyarakat untuk menerima konsep keluarga kecil dan

sejahtera. Selama masa perintisan dan pengembangan telah berhasil menanamkan konsep

keluarga kecil di tengah masyarakat dengan menumbuhkan kesadaran dan membina

kcsertaan KB serta pengembangan lembaga pengelola KB, pemerintah dan swasta,

sampai ke tingkat pedesaan dan pedukuhan.

Kemajuan tersebut telah mengantar bangsa Indonesia memasukl tahapan baru,

yaitu pcriode Kebangkitan Gerakan KB Tahap Kedua, yang perlu diisi dengan berbagai

upaya pembangunan keluarga yang sejahtcra, menuju terwujudnya keluarga kecil yang

bahagia dan sejahtera sebagai tujuan akhir gerakan KB nasional.

Pada periode kelembagaan ini Program KB beralih menjadi "gerakan.", yang

membedakan dengan masa-masa sebelumnya adalah bahwa pada tahap pelembagaan ini

spektrum gerakan KB menjadi lebih komplek, kendatipun masih tetap didasarkan atas

dasar-dasar pemikiran (filosofi) yang sama.

Pada periode ini tema-tema yang dikembangkan - selain kegiatan-kegiatan KB

yang bersifat rutin dan konvensional - mencakup ruang lingkup yang lebih luas. Antara

lain, dengan diluncurkannya program "Kampanye Ibu Sehat Sejahtera" (KISS),

"Kampanye Keluarga Kecil Sejahtera" (KKS), "Kampanye Keluarga Kecil Mandiri"

(KKM), dan "Kampanye Peningkatan Koordinasi, Keterpaduan, dan Mutu Pelayanan

Program."

Selain itu, tema-tema "Lingkaran Emas (LIMAS), "Lingkaran Biru" (LIBI),

"Gerakan Ibu Sehat Sejahtera" (GISS), yang sejak 1993 menggantikan fungsi program

KISS, juga mewarnai kegiatan pembangunan Program KB pada periode ini.

Page 20: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

20

BAB III

KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK

Secara alamiah jumlah penduduk akan mengalami penambahan yang

disebabkan karena kelahiran bayi, tetapi secara bersamaan akan mengalami pengurangan

karena adanya kematian, selain itu aktivitas masyarakat tidak dapat dibatasi lagi oleh

wilayah atau teritorial tertentu, sehingga perpindahan penduduk akan termasuk dalam

faktor yang mempengaruhi perubahan jumlah penduduk disuatu wilayah tertentu.

Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk di Provinsi

Bengkulu sebesar 1.715.518 jiwa dengan kepadatan penduduk 85 dan pada tahun 2015

di proyeksikan jumlah penduduk Provinsi Bengkulu sebesar 1,955,400 jiwa dengan

kepadatan penduduk 98,91 dengan laju pertumbuhan penduduk 1,84 persen.

Dibandingkan dengan luas daerah Provinsi Bengkulu, jumlah penduduk relatif

masih jarang, pada tahun 2010 kepadatan penduduk di Provinsi Bengkulu sebesar 85

jiwa/kilometer persegi, yaitu setiap satu kilometer didiami lebih kurang 85 orang

penduduk. Penyebaran per Kabupaten/Kota tidak merata hal ini terlihat di Kota Bengkulu

sangat padat yaitu 2.135 jiwa/kilometer persegi, sedangkan yang paling rendah kepadatan

penduduknya pada Kabupaten Mukomuko yaitu 39 jiwa/kilometer persegi. Laju

pertumbuhan penduduk total provinsi sebesar 1,67 persen, untuk per kabupaten tertinggi

pada Kabupaten Mukomuko 2,49 persen disusul Kota Bengkulu sebesar 2,48 persen,

Kabupaten Bengkulu Utara 2,03 persen, Bengkulu Tengah 1,74 persen, Lebong 1,58

persen, Kaur sebesar 1,30 persen, Seluma 1,24 persen, Bengkulu Selatan 1,20 persen,

Kepahiang 1,10 persen, Rejang Lebong 0,63 persen (Tabel. 1.1).

Page 21: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

21

Tabel.1 Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Provinsi Bengkulu tahun 2004 – 2007

HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010

KABUPATEN/KOTA LAKI-LAKIPEREMPUANJUMLAH SEX KEPADATAN LPPRATIO

1701 BENGKULU SELATAN 72,078 70,862 142,940 101.72 121 1,201702 REJANG LEBONG 125,321 121,466 246,787 103.17 163 0,631703 BENGKULU UTARA 132,583 125,092 257,675 105.99 58 2,031704 KAUR 55,991 51,908 107,899 107.87 46 1,301705 SELUMA 89,354 84,153 173,507 106.18 72 1,241706 MUKOMUKO 81,226 74,527 155,753 108.99 39 2,491707 LEBONG 50,762 48,453 99,215 104.77 51 1,581708 KEPAHIANG 63,996 60,869 124,865 105.14 188 1,101709 BENGKULU TENGAH 50,560 47,773 98,333 105.83 87 1,741771 BENGKULU 155,288 153,256 308,544 101.33 2,135 2,48170X BENGKULU 877,159 838,359 1,715,518 104.63 87 1,67

Untuk penyebaran penduduk Provinsi Bengkulu pada tahun 2010, tertinggi Kota

Bengkulu sebesar 17,99 persen, disusul Kabupaten Bengkulu Utara sebesar 15,02 persen,

Kabupaten Rejang Lebong 14,39 persen, Kabupaten Seluma 10,11 persen, Kabupaten

Mukomuko sebesar 9,08 persen, Kabupaten Bengkulu Selatan 8,33 persen, Kabupaten

Kepahiang 7,28 persen, Kabupaten Kaur sebesar 6,29 persen, Kabupaten Lebong 5,78

persen, Kabupaten Bengkulu Tengah 5,73 persen.

Gambar 1.1 menyajikan struktur umur penduduk dalam sebuah piramida

penduduk. Struktur Umur 0 – 4 tahun sebagai dasar piramida penduduk lebih panjang

dibandingkan denga dasar piramida pada tahun-tahun sebelumnya hal ini menunjukkan

meningkatnya kelahiran atau angka kelahiran pada lima tahun lalu tinggi.

Kelompok umur 0 – 14 tahun lebih panjang dibandingkan dengan kelompok umur

lainnya hal ini menunjukkan bahwa: a) selama 14 tahun fertilitas di propinsi Bengkulu

belum dapat dikendalikan, b) diasumsikan adanya perpindahan masuk ke Propinsi

Bengkulu karena ikut orang tua; c) beban berat bagi pemerintah Propinsi Bengkulu dalam

menyediakan sarana dan prasarana yang menyangkut kesehatan, pendidikan, sosial d)

ketika penduduk muda tersebut mencapai usia reproduksi, penduduk akan tumbuh

dengan cepat untuk beberapa tahun mendatang.

Page 22: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

22

Pada kelompok umur 25 – 29 tahun lebih panjang, hal ini akan memberikan

dampak tinggi terhadap fertilitas bila tidak hati-hati, karena pada kelompok tersebut

masa-masa membentuk keluarga baru.

Gambar 1.1. Piramida Penduduk hasil sensus 2010

-10.31

-10.28

-10.15

-9.23

-8.98

-9.22

-8.76

-7.55

-6.55

-5.66

-4.59

-3.04

-2.03

-1.36

-1.02

-1.16

10.17

10.11

10.09

9.35

9.32

9.55

8.72

7.69

6.48

5.46

4.17

2.66

2.01

1.44

1.18

1.53

-15.00 -10.00 -5.00 0.00 5.00 10.00 15.00

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

65-69

70-74

75+

PIRAMIDA PENDUDUK HASIL SENSUS 2010

Perempuan Laki-Laki

Gambar 1.2 Perkembangan Penduduk di Propinsi Bengkulu 1971 - 2010

Jumlah penduduk hasil sensus penduduk tahun 1971 sebesar 519.316 jiwa, hasil

sensus penduduk 1980 sebesar 767.988, hasil sensus penduduk tahun 1990 sebesar

1.178.951, sensus pertengahan penduduk (Supas) tahun 1995 sebesar 1.409.117 jiwa,

hasil sensus penduduk tahun 2.000 sebesar 1.455.500, hasil supas 2005 sebesar 1.546.286

dan hasil sensus penduduk tahun 2010 sebesar 1.715.518.

Jumlah penduduk Propinsi Bengkulu mengalami kelipatan 2 kali dari tahun dasar

1971 terjadi pada tahun 1990 atau 20 tahun dan 3 kali lipat terjadi pada tahun 2010 atau

yaitu 39 tahun pada tahun 2010 mengalami tiga lipat yaitu sebesar 1.715.518 yang dapat

diartikan bahwa sejak Lembaga Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

Page 23: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

23

(BKKBN) di Propinsi Bengkulu tahun 1978 dengan program Keluarga Berencana (KB)

dapat menghambat fertilitas/kelahiran dalam perkembangannya rata-rata 20 tahun

kemudian terjadi perkembangan perkelipatan dari data dasar, diharapkan dengan program

KB pola kelipatan akan lebih panjang dari 20 tahun sekali.

Gambar 1.2 Perkembangan Penduduk di Propinsi Bengkulu 1971 - 2010

1971 1980 1990 1995 2000 2005 2010 2015

Penduduk 519,316 767988 1178951 1409117 1455500 1546286 1715518 1835330

Penduduk Propinsi BengkuluTahun 1971 - 2015

JUMLAHPDK 2 KALI LIPATSELAMA 19 TAHUN

Gambar 1.3 menggambarkan trend Laju Pertumbuhan Penduduk,

Laju Pertumbuhan Penduduk terus mengalami penurunan, hasil sensus penduduk

tahun 1980 Laju Pertambahan Penduduk sebesar 4,59 selanjutnya hasil sensus penduduk

tahun 1990 turun menjadi 4,29, pada sensus penduduk tahun 2000 mengalami penurunan

menjadi 2,23 selanjutnya hasil sensus tahun 2010 mengalami penurunan 1,67 serta tahun

2015 diproyeksikan akan naik menjadi 1,84. Gambar 1.3 menggambarkan trend Laju Pertumbuhan Penduduk,

Page 24: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

24

Gambar 1.4 menggambarkan trend antara pertambahan penduduk dengan Laju

Pertambahan Penduduk, menggambarkan adanya hubungan signifikan antara turunnya

Laju Pertambahan Penduduk dengan Jumlah Penduduk, semakin cepatnya turunnya LPP

pertambahan penduduk tidak terlalu tinggi pertambahan penduduk, sehingga diasumsikan

bahwa pertambahan penduduk di Propinsi Bengkulu dialami oleh pertambahan alami,

sedangkan dari Migrasi pengaruhnya sedikit.

Gambar 1.4 menggambarkan trend antara pertambahan penduduk dengan

Laju Pertambahan Penduduk

1990 1995 2000 2005 2010 20151990 1995 2000 2005 2010 2015

Dari gambaran 1.5 dibawah ini hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 dibandingkan

dengan hasil sensus penduduk tahun 2000 belum melebihi dari proyeksi tetapi bila

dibandingkan dengan hasil sensus pertengahan penduduk (SUPAS) tahun 2005 telah

mengalami peledakan penduduk

0 -4 5 -9 1 0 -1 4 1 5 -1 9 2 0 -2 4 2 5 -2 9 3 0 -3 4 3 5 -3 9 4 0 -4 4 4 5 -4 9 5 0 -5 4 5 5 -5 9 6 0 -6 4 6 5 -6 9 7 0 -7 4 7 5 +

S e n su s 2 0 1 0 1 0 ,2 4 1 0 ,2 0 1 0 ,1 2 9 ,2 9 9 ,1 4 9 ,3 8 8 ,7 4 7 ,6 2 6 ,5 2 5 ,5 6 4 ,3 9 2 ,8 6 2 ,0 2 1 ,4 0 1 ,1 0 1 ,4 3

P r o y e k s i s e n su s 2 0 0 0 9 ,4 0 9 ,2 7 9 ,5 5 9 ,2 5 9 ,7 2 9 ,6 1 8 ,7 9 7 ,8 7 6 ,8 5 6 ,0 3 4 ,7 3 3 ,2 2 2 ,1 1 1 ,4 2 1 ,1 0 1 ,0 7

P r o y e k s i S u p a s 2 0 0 5 9 ,9 4 9 ,3 6 9 ,8 2 9 ,0 1 9 ,7 4 9 ,3 8 8 ,7 4 7 ,7 9 6 ,7 7 5 ,9 9 4 ,6 6 3 ,2 1 2 ,1 0 1 ,3 5 1 ,0 9 1 ,0 6

0 ,0 0

2 ,0 0

4 ,0 0

6 ,0 0

8 ,0 0

1 0 ,0 0

1 2 ,0 0

P e n d u d u k B e n g k u lu S e n s u s 2 0 1 0 , P r o y e k s i B e r d a s a r S e n s u s 2 0 0 0 d a n S u p a s 2 0 0 5

S e n s u s 2010

P ro y e k s i d a s a r s u p as 2005

P ro ye k s i d a s ar s e n s u s 2000

Page 25: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

25

Tabel.1 Parameter Demografi Bengkulu, 2000-2025 (x 1000)

Parameter 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025

PendudukLaki-Laki 390,102 605,611 711,027 739,400 788,630 877,159 993,200 1,079,600 1,163,100 Perempuan 377,886 573,340 698,090 716,100 757,656 838,359 962,200 1,046,200 1,128,500 Total 767,988 - 1,178,951 1,409,117 1,455,500 1,546,286 1,715,518 1,955,400 2,125,800 2,291,600 Sex Ratio 103.23 105.63 101.85 103.25 104.09 104.63 103.22 103.19 103.07Laju Pertambahan Penduduk 4.59 4.39 4.29 2.97 2.23 1.95 1.67 1.84 1.53 0.84Balita < 3 Tahun 106,966 126,922 127,733 104,700 96,200 140,346 103,500 103,800 104,300 Balita < 5 Tahun 159,554 194,261 195,893 166,800 163,800 211,044 171,200 173,100 173,800

Komposisi Umur0 - 14 Tahun 350,210 487,865 540,919 494,900 491,710 524,225 508,900 518,800 525,200 15 - 64 Tahun 395,952 657,937 795,532 914,900 1,008,430 1,123,905 1,367,200 1,500,100 1,615,200

65 + Tahun 21,826 33,149 72,666 45,700 46,146 65,783 79,300 106,900 151,200 Dependency Ratio 93.96 #DIV/0! 79.19 77.13 59.09 53.34 52.50 43.02 41.71 41.88

FertilitasTFR 5.13 3.97 3.19 2.68 2.45 2.24 2.12 2.04 2 2GRR 1.19 1.09 1.03 1 0.98 0.98NRR 1.11 1.03 0.99 0.96 0.95 0.95CBR 22.3 20.4 18.8 17.3 16 15.1Jumlah Kelahiran(000) 27,010 29,482 29,604 32,500 33,000 34,521 34,735 34,000 34,600

MortalitasEo Laki-Laki 64.9 66.9 68.8 70.3 71.3 71.3Eo Perempuan 68.9 70.9 72.8 74.4 75.6 75.6Eo Laki-laki & Perempuan 66.8 68.9 70.7 72.3 73.4 73.4IMR Laki-laki 46.5 37.8 30.1 24.1 19.6 19.6IMR Perempuan 35.7 28.3 22.1 17.3 13.9 13.9IMR L + P 41.2 33.2 26.2 20.8 16.8 16.8CDR 5.9 5.5 5.3 5.3 5.5 6.5Jumlah Kematian (000) 8,600 8,900 9,500 10,400 11,700 14,900

MigrasiNet Migration Rate 4.8 4.8 4.7 4.7 4.6 4.5

Gambar 1.6 Angka Fertilitas Total (TFR) Angka Fertilitas Total (TFR) di Provinsi Bengkulu yang mengalami fluktuasi tiap

periode pada tahun 1971 TFR di Propinsi Bengkulu sebesar 6,71 per wanita, mengalami

penurunan sampai dengan tahun 1997 menjadi 2,97 per wanita dan pada tahun 2003 hasil

SDKI 2003 naik menjadi 3 per wanita dan turun kembali pada SDKI 2007 menjadi 2,23

per wanita, dari hasil penghitungan sementara terhadap sensus penduduk 2010 diproyeksi

sensus penduduk 2010 sementara ini naik kembali menjadi 2,50 per wanita.

Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate atau CBR) sebesar 22,30 per 1000

penduduk pada tahun 2000, diproyeksikan turun menjadi 15,10 per 1000 penduduk pada

tahun 2025 menghasilkan rata-rata penurunan sebesar 1,44 persen per periode tahun.

Page 26: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

26

Penurunan dari TFR dan CBR memperlihatkan terjadi percepatan dalam penurunan

tingkat fertilitas.

Gambar 1.6 Angka Fertilitas Total (TFR)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

SP 1970 Supas 1975 SP 1980 Supas 1985 SP 1990 SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI 2002 SDKI 2007 SP 2010

TFR

Gambar 1.7. Angka Kematian Dari sumber yang sama menunjukkan penurunan nyata dalam angka kematian,

diantaranya penurunan angka kematian bayi (IMR) hasil kegiatan kesehatan dan

pelayanan KB. IMR Provinsi Bengkulu turun dari 74 kematian per 1.000 kelahiran

hidup pada tahun 1994 dan diproyeksi menjadi 28 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun

2010 hasil sensus penduduk . Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate atau CDR)

mengalami kenaikan dari 5,9 kematian per 1.000 penduduk pada tahun 1971 menjadi 6,5

kematian per 1.000 pada tahun 2025.

Gambar 1.7. Angka Kematian

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

SP 1971

SP 1980

SP 1990

1994 1997 1998 1999 2000 2002 2007 2010

IMR

Page 27: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

27

Rata-rata Angka Harapan Hidup pada saat lahir (eo) adalah hasil perhitungan

proyeksi yang sering dipakai sebagai salah satu Indikator Kesejahteraan Rakyat. Dengan

asumsi kecenderungan Angka Kematian Bayi (AKB) menurun. Angka Harapan Hidup di

Provinsi Bengkulu (laki-laki dan perempuan) naik dari 66,8 tahun pada periode 2000

menjadi 73,4 pada periode 2020-2025. Angka harapan hidup untuk perempuan di

Provinsi Bengkulu pada tahun 2025 lebih tinggi yaitu 75,6 dibandingkan dengan laki-laki

71,30 secara total 73,40.

Gambar 1.8 masalah migrasi

Migrasi yang merupakan salah satu komponen perubahan penduduk selain tingkat

kelahiran dan tingkat kematian, faktor migrasi mempunyai pengaruh yang tidak terlalu

besar terhadap jumlah penduduk bila dibandingkan dengan pengaruh faktor alamiah.

Gambar 1.8 Masalah Migrasi

4.64

4.66

4.68

4.7

4.72

4.74

4.76

4.78

4.8

4.82

SP 2000 Supas 2005 SP 2010 Proyeksi

Net Migration Rate

Page 28: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

28

BAB IV

IMPLEMENTASI PROGRAM KB DI BENGKULU

Pada tahun 2009 suatu paradigma baru dengan Undang-undang nomor 52 tahun

2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga “ penduduk

sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus menjadi titik sentral dalam

pembangunan berkelanjutan karena jumlah penduduk yang besar dengan kualitas rendah

dan pertumbuhan yang cepat akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara

kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan persebaran penduduk,

kebijakan pembangunan berkelanjutan adalah kebijakan pembangunan untuk

meningkatkan kesejahteraan penduduk saat ini sekaligus mempertimbangkan

kesejahteraan penduduk dimasa mendatang, kebijakan pembangunan untuk

meningkatkan taraf hidup penduduk saat ini tidak boleh mengorbankan kesejahteraan

penduduk generasi mendatang.

Ada tiga hal yang patut menjadi perhatian bersama mengenai kependudukan

yaitu: Pertama, kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi kebijakan

pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Kedua, dampak perubahan dinamika

kependudukan baru akan terasa dalam jangka waktu yang lama, sehingga seringkali

kepentingannya diabaikan. Ketiga, karena luasnya cakupan masalah kependudukan, maka

pembangunan kependudukan harus dilakukan secara lintas sektor . Oleh karenanya

dibutuhkan bentuk koordinasi dan pemahaman mengenai konsep secara benar. Hal itu

dapat dilakukan jika ada acuan yang dapat digunakan sebagai dasar bagi semua

“stakeholders” (Tjiptoheriyanto, 2001).

Sebagai institusi yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyukseskan

program KB, BKKBN telah merevitalisasi visi dan misinya dalam rangka lebih

mendukung pencapaian hasil yang optimal pasca terbitnya UU No 52 Tahun 2009

tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Visi dan misi

BKKBN sekarang ini adalah “Penduduk Tumbuh Seimbang 2015” dan “Mewujudkan

Pembangunan yang Berwawasan Kependudukan dan Mewujudkan Keluarga Kecil

Page 29: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

29

Bahagia Sejahtera” yang merupakan hasil revitalisasi visi misi sebelumnya yakni

“Seluruh Keluarga Ikut KB” dengan “Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera”.

Tujuan yang ingin dicapai dengan visi misi baru tersebut:

Pertama, untuk mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan

kebijakan kependudukan guna mendorong terlaksananya pembangunan nasional dan

daerah yang berwawasan kependudukan.

Kedua, mewujudkan penduduk tumbuh seimbang melalui pelembagaan keluarga

kecil bahagia sejahtera.

Dengan adanya visi misi yang telah direvitalisasi maka sasaran strategisnya

berubah ke arah yang lebih intensif dan berkualitas. Apabila dalam RPJMN 2005-2009

Total Fertility Rate (TFR) sebesar 2,2 dengan Laju Pertumbuhan Penduduk 1,14 persen

maka dalam RPJMN 2010-2014 TFR diarahkan pada terkendalinya jumlah dan Laju

Pertumbuhan Penduduk (LPP) yang ditandai dengan TFR 2,1 dan Net Reproduction Rate

(NRR) = 1. Kondisi tersebut merupakan pencerminan dari pertumbuhan penduduk

seimbang di mana LPP ada keseimbangan dan keserasian dengan pertumbuhan ekonomi,

pembangunan sosial – budaya dan daya dukung lingkungan.

Sasaran strategis lain adalah :

1. Meningkatnya Contraseptive Prevalence Rate (CPR) menjadi 72,0 persen

2. Menurunnya unmet need dari 6,1 persen menjadi 5,0 persen.

3. Menurunnya Age Spesific Fertility Rate (ASFR) 15-19 tahun dari 35 menjadi 30

per 1000 perempuan

4. Meningkatnya median usia kawin pertama perempuan dari 19,8 menjadi 21 tahun,

5. Menurunnya kehamilan tidak diinginkan dari 19,7 persen menjadi 15 persen,

6. Meningkatnya Peserta KB Baru (PB) pria dari 2,6 persen menjadi 4 persen, j

7. Meningkatnya kesertaan ber-KB PUS Keluarga Pra Sejahtera dan KS I anggota

kelompok usaha ekonomi produktif menjadi 87 persen

8. Bina Keluarga menjadi 70 persen, meningkatnya partisipasi keluarga mempunyai

anak dan remaja dalam Bina Keluarga Balita (BKB) dan Bina Keluarga Keluarga

Remaja (BKR),

9. Menurunnya disparitas TFR, CPR dan unmet need antar wilayah dan antar sosial

ekonomi (tingkat pendidikan dan ekonomi),

Page 30: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

30

10.Meningkatnya keserasian kebijakan pengendalian penduduk dengan

pembangunan lainnya,

11.Terbentuknya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah (BKKBD) di

10 Kabupaten/Kota

12.Meningkatnya jumlah Klinik KB yang memberikan pelayanan KB sesuai SOP

(informed consent) dari 20 persen menjadi sebesar 85 persen.

Dengan adanya visi misi baru tersebut sudah barang tentu Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) yang mengampu program KB di Kabupaten/Kota perlu menyesuaikan,

terutama yang berkaitan dengan tiga fokus prioritas pembangunan kependudukan dan KB

yaitu revitalisasi program KB, penyerasian kebijakan kependudukan dan peningkatan

penyediaan dan kualitas data dan informasi kependudukan.

Gambar 1.9 Hubungan TFR dengan Median Umur

Program KB juga telah memberikan sumbangan yang berarti dalam menekan

laju pertumbuhan penduduk melalui penurunan kelahiran atau fertilitas, sehingga

mempengaruhi dari median umur dari penduduk di Propinsi Bengkulu dimana hasil

sensus penduduk 1980 penduduk propinsi Bengkulu termasuk penduduk muda dengan

Median Umur 17 dan TFR 5,13 per wanita, selanjutnya hasil sensus penduduk 1990 naik

menjadi 19 dengan TFR turun 3,19 per wanita, pada hasil sensus 2010 walaupun TFR

diproyeksi naik menjadi 2,5 tetapi Median Umur naik menjadi 26 sehingga penduduk

Propinsi Bengkulu dikategorikan termasuk dalam intermediate

Gambar 1.9 Hubungan TFR dengan Median Umur

1980 199 0 199 5 2000 200 5 20101980 1990 1995 2000 2005 2010

Page 31: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

31

Gambar 1.10 Hubungan Fertilitas dan IMR

Hubungan antara fertilitas dengan angka kematian bayi yang mempengaruhi

perubahan dari struktur penduduk, di Propinsi Bengkulu angka kematian bayi (IMR)

menunjukkan trend sebagai berikut : SDKI 1994 IMR Propinsi Bengkulu sebesar 74 per

seribu kelahiran, dan pada tahun yang sama TFR sebesar 3,45 per wanita, tiga tahun

kemudian dari hasil SDKI tahun 1997 IMR turun menjadi 72 juga diikuti oleh turunnya

TFR yaitu 2,97, selanjutnya Sensus Penduduk Tahun 2000 IMR turun 30 point menjadi

41 per 1000 kelahiran dengan TFR 2,45, hasil SDKI tahun 2002 Trend IMR

menunjukkan kenaikan dari 41 menjadi 53 per 1000 kelahiran keadaan ini diikuti dengan

kenaikannya TFR menjadi 3 dan pada saat yang sama angka kelahiran melebar, IMR

kembali turun pada tahun 2007 menjadi 46 per 1.000 kelahiran dan TFR menunjukkan

keadaan turun dari 3 per wanita menjadi 2,23 per wanita, tiga tahun kemudian melalui

Sensus Penduduk tahun 2010 IMR turun dari 46 menjadi 28 per 1.000 kelahiran tetapi di

proyeksikan pada saat sama TFR naik dari 2,23 per wanita menjadi 2,50 per wanita.

Gambar 1.10 Trend hubungan IMR dan TFR

1994 1997 2000 2002 2007 20101994 1997 2000 2002 2007 2010

Gambar 1.11 Hubungan TFR dan ASFR 15 – 19 tahun

Hubungan TFR dengan ASFR 15 -19 tahun. TFR dan ASFR merupakan ukuran

tingkat kelahiran, Total Fertility Rate (TFR) merupakan ukuran tingkat kelahiran yang

menunjukkan rata-rata jumlah anak yang akan dilahirkan oleh seorang wanita,

seandainya dia dapat hidup sampai akhir masa reproduksinya ( Umur 15 – 49 tahun), Age

Specific Fertility Rate (ASFR) menunjukkan tingkat kelahiran pada masing-masing

kelompok umur wanita.

Page 32: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

32

Kelompok yang mempengaruhi tingginya TFR yaitu kelompok pada umur 15 –

19 tahun dimana rentang fertilitas sangat panjang dibandingkan dengan kelompok umur

lainnya, pada tahun 2015 untuk menuju penduduk tumbuh seimbang salah satunya

dipengaruhi oleh ASFR pada kelompok umur 15 – 19 tahun sehingga target

penurunannya tahun 2015 diharapkan sebesar 30.

Penurunan TFR tidak mempunyai hubungan secara signifikan karena adanya

penurunan dari ASFR kelompok umur 15 – 19 tahun, TFR propinsi Bengkulu pada tahun

1968 sebesar 6,38 pada tahun sama ASFR kelompok umur 15 – 19 tahun 114, pada tahun

1977 terjadi kenaikan ASFR dari 68 menjadi 93 tetapi TFR tetap turun dari 1972 sebesar

5,42 menjadi 5,16 dan sebalik kenaikan TFR pada tahun 1997 dari 2,78 menjadi 2,97

tidak disebabkan oleh kelompok ASFR 15 – 19 tahun. Lebih jelasnya dalam lampiran.

Gambar 1.11 hubungan TFR dengan ASFR 15 -19

1968 1972 1977 1982 1987 1992 1997 2002 20071968 1972 1977 1982 1987 1992 1997 2002 2007

Gambar 1.12 Fertilitas menurut karakteristik Tempat Tinggal

Fertilitas menurut karakteristik tempat tinggal, dari hasil SDKI tahun 2007

menunjukkan bahwa kesadaran fertilitas dari orang perdesaan lebih baik dibandingkan

dengan orang dari perkotaan. Pola fertilitas orang perkotaan pada fertilitas diinginkan

sebesar 2,4, tetapi angka fertilitas total sebesar 2,8 hal ini mengikuti dengan pola jumlah

anak ideal diinginkan yaitu 2,8, sedangkan orang perdesaan lebih rasional dalam pola

fertilitas yang diinginkan yaitu 2, angka fertilitas total sebesar 2,3 lebih rendah dari

jumlah anak ideal yaitu 2,8.

Page 33: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

33

Gambar 1.12 Fertilitas menurut karakteristik Tempat Tinggal

Gambar 1.13 Fertilitas Menurut Karakteristik Pendidikan

Fertilitas menurut karakteristik pendidikan, wanita kawin yang tidak sekolah

lebih rendah dibandingkan berpendidikan lainnya, wanita kawin dari tidak sekolah

fertilitas yang diinginkan dan fertilitas total sebesar 1,4, sedangkan jumlah anak ideal

sebesar 3,2, yang tidak tamat SD angka fertilitas yang diinginkan, angka fertilias total dan

jumlah anak ideal masing-masing 1,5, dan 1,9 selanjutnya 3,2, sedangkan wanita kawin

berpendidikan Tamat SD masing 2,2 persen, 2,6 persen dan 2,8 persen, berpendidikan

Tamat SLTA angka fertilitas yang diinginkan sebesar 1,8, angka fertilitas total 2 persen

dan tamat SLTA 2,6 persen, tamat SMTA Keatas fertilitas diinginkan sebesar 2,7 persen,

angka fertilitas total sebesar 3,1 persen dan jumlah anak ideal 2,6 persen.

Gambar 1.13 Fertilitas Menurut Karakteristik Pendidikan

Page 34: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

34

Gambar 1.14 pola fertilitas wanita kawin menurut Indeks Kekayaan

Angka fertilitas yang diinginkan dari wanita dengan indeks kekayaan terbawah

sebesar 2,1 , angka fertilitas total 2,4, jumlah anak ideal sebesar 2,9, Wanita kawin yang

termasuk dalam indeks kekayaan menengah bawah angka fertilitas diinginkan sebesar

1,9, angka fertilitas total 2,3 dan jumlah anak ideal 2,8, sedangkan termasuk menengah

angka fertilitas diinginkan sebesar 2,2, angka fertilitas total 2,2 dan jumlah anak ideal 2,8,

yang termasuk menengah atas angka fertilitas diinginkan sebesar 2,3, angka fertilitas total

2,7 dan jumlah anak ideal 2,9, yang termasuk dalam indeks kekayaan teratas angka

fertilitas diinginkan sebesar 2,5, angka fertilitas total 2,9 dan jumlah anak ideal 2,7,

Gambar 1.14 pola fertilitas wanita kawin menurut Indeks Kekayaan

Gambar 1.15 Hubungan antara TFR dengan Kesertaan Ber-KB

Menunjukkan turunnya TFR mempengaruhi kesertaan ber KB di Propinsi

Bengkulu dimana kesertaan ber-KB pada tahun 1980 sebagai awal resmi pelaksaan

Program KB di Propinsi Bengkulu sebesar 9,33 dan pada saat itu TFR sebesar 6,2

selanjutnya pada tahun 1985 kesertaan ber-KB sebesar 52,13 dengan TFR 5,13 pada saat

ini terjadi pertemuan ideal antara kesertaan ber-KB dengan TFR, selanjutnya hasil SDKI

tahun 1994 kesertaan KB sebesar 61,60 persen dengan TFR sebesar 3,45 per wanita, tiga

tahun kemudian tahun 1997 CPR menjadi 66,60 persen dan TFR 2,97 per wanita, naiknya

kesertaan ber-KB tidak selalu diikuti oleh turunnya TFR, hal ini terjadi pada tahun 2002

Page 35: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

35

dimana TFR naik dari 2,97 per wanita menjadi 3 per wanita tetapi kesertaan ber-KB naik

dari 66,60 persen menjadi 68,20 persen.

Gambar 1.15 Hubungan kesertaan ber-KB dengan TFR

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1970 1975 1980 1985 1990 1994 1997 2002 2007 2010

Gambar 1.16 Perkembangan pencapaian peserta KB Aktif dengan peserta

KB Baru

Pada jaman Orde Baru dimulai tahun 1979/1980 sampai dengan 1996/1997.

Perkembangan dari peserta KB Aktif tidak dipengaruhi oleh perkembangan dari peserta

KB Baru, dimana dalam gambar terlihat bahwa bila peserta KB Baru mengalami

penurunan maka peserta KB Aktif tidak mengalami penurunan, peserta KB Aktif adalah

faktor dominan yang mempengaruhi kondisi dari fertilitas (TFR) sedangkan peserta KB

Aktif berasal dari peserta KB Baru

Pada tahun 1979/1980 peserta KB Baru sebesar 8.736 dan peserta KB Aktif

sebesar 10.168, pada perkembangan tahun-tahun berikutnya peserta KB Baru mengalami

fluktuasi sedangkan peserta KB Aktif terus mengalami kenaikannya.

Page 36: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

36

Gambar 1.16 Perkembangan pencapaian peserta KB Aktif dengan peserta

KB Baru

1979/1980

1980/1981

1981/1982

1982/1983

1983/1984

1984/1985

1985/1986

1986/1987

1987/1988

1988/1989

1989/1990

1990/1991

1991/1992

1992/1993

1993/1994

1994/1995

1995/1996

1996/1997

PA 10168 24142 33168 44138 61994 68270 77155 87534 98978 107548 125875 124855 143217 155015 165779 168724 174391 184010

PB 8736 17483 15492 19442 30381 26953 31734 32476 37087 30999 33894 31348 41765 42110 41007 42677 42983 42494

PESERTA KB BARU DAN PESERTA KB AKTIFPADA MASA ORDE BARU

PB PA Gambar 1.17 Hubungan Dampak TFR terhadap Kesertaan ber-KB

Hubungan dampak TFR terhadap kesertaan ber-KB yang menggunakan Mix

Kontrasepsi Jangka Panjang, menunjukkan bahwa TFR salah satunya dipengaruhi

kualitas pemakaian alat kontrasepsi artinya penggunaan alat/cara KB yang Rasional

Efektif dan Efisian jangka panjang, bila peserta KB Mix Kontrasepsi jangka panjang naik

akan mempengaruhi dalam penurunan TFR.

Gambar 1.17 Hubungan Dampak TFR terhadap Kesertaan ber-KB

1994 1997 2002 2007 2010

Page 37: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

37

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Aspek Historis Perjalanan Program KB

a. Dasar-dasar pemikiran pembangunan Program KB adalah bahwa bangsa

Indonesia dihadapkan pada persoalan kependudukan di satu pihak, dan

dinamika perubahan sosial yang relatif cepat. Dalam konteks persoalan yang

pertama perlu pengendalian kelahiran melalui Program KB . Dalam persoalan

yang kedua, konsep keluarga sejahtera berperan sebagai benteng utama untuk

meminimalisir efek negatif dari modernisasai dan globalisasi yang

menyebabkan proses perubahan sosial yang terjadi secara pesat

b. Kebijakan dan strategi pembangunan Program KB bertumpu pada komitmen

untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sejahtera., kebijakan dan

strategi pembangunan Program KB tetap berkembang secara dinamis, sesuai

kondisi situasi sosiologis, ekononiis, dan politis yang dihadapi setiap periode.

c. Pola kebijakan dan strategi Pembangunan Kependudukan dan Program KB

dirumuskan sesuai situasi kependudukan yang dihadapi, baik yang

menyangkut tingkat kelahiran, pola pesebaran dan distribusi, struktur umur,

dan sebagainya, yang dibagai menurut periode perintisan, periode

pengembangan dan periode pelembagaan

5.1.2 Aspek Kuantitas dan Kualitas Penduduk

a. Problema yang dapat ditimbulkan dari masalah Kependudukan antara lain

terjadinya migrasi dan struktur umur penduduk yang kurang menguntungkan.

Proses urbanisasi dalam skala yang besar dapat menimbulkan tuntutan-

tuntutan masyarakat yang lebih kompleks, khususnya dalam kaitannya dengan

penyediaan lapangan kerja, sarana lingkungan, pemukiman, dan sumber-

sumber daya yang diperlukan. Problema yang berasal dari faktor struktur

umur penduduk yang kurang menguntungkan berakibat pada masalah

peningkatan jumlah penduduk, dan beban ketergantungan ekonomis.

Page 38: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

38

b. Jumlah penduduk menurut kelompok umur tertentu mengalami perubahan

yang cukup berarti namun pada kelompok umur 0-4 tahun data Sensus

Penduduk tahun 2010 meningkat dibanding Sensus Penduduk tahun 2000

c. Perkembangan angka kelahiran total (TFR) yang merupakan komponen utama

demografi mengalami penurunan yang cukup berarti dari 6,8 ( Sensus

Penduduk 1970) menjadi 2,5 ( Sensus Penduduk 2010)

d. Perkembangan laju pertumbuhan penduduk menurun dari 4,39 ( sensus

Penduduk 1970 ) menjadi 1,6 (Sensus Penduduk 2010)

d. Pola kelahirankelompok umur 15-19 tahun mengalami perubahan yang cukup

berarti dari 209 ( Sensus Penduduk 1970 ) menjadi 45 ( Sensus Penduduk

2010 )

e. Perkembangan angka kematian bayi mengalami penurunan yang cukup tajam

dari 168 ( Sensus Penduduk 1970 ) menjadi 35 ( SDKI 2007)

5.1.3 Hasil Pelaksanaan Program KB

1. Profil akseptor .

2. Kualitas pemakaian

3. Penurunan TFR dan laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh pemakaian

kontrasepsi, pendewasaan usia perkawinan, pola menyusui dan selang kelahiran

serta tingkat pendidikan wanita

5.2 Implikasi Kebijakan

1. Parameter Kependudukan dan Pembangunan serta proyeksinya yang didasarkan

pada hasil Sensus Penduduk tahun 2000 perlu penyesuaian kembali berdasarkan

hasil Sensus Penduduk tahun 2010.

2. Perlu dilakukan perhitungan Proyeksi dan Perkiraan Parameter Kependudukan

Provinsi Bengkulu Pasca Sensus Penduduk tahun 2010 “ dan Kajian tentang

faktor – Faktor Yang Menentukan Pencapaian Sasaran Kependudukan tahun

2014“

3. Perlu dilakukan penajaman sasaran program sesuai parameter yang disajikan

pada Bab tentang kuantitas, kualitas dan hasil program

Page 39: KILAS BALIK PROGRAM KB PROVINSI BENGKULU … terjadi tumpang tindih, duplikasi penjabaran program-program pembangunan yang ada. Pada periode 1980-1984 ada beberapa hal yang patut dicatat

39

4. Perlu upaya untuk meningkatkan efektivitas pemakaian kontrasepsi dan

peningkatan kualitas pelayanan KB selain itu program pendewasaan suai kawin

dan pendidikan wanita juga perlu ditingkatkan