kewirausahaan.pdf

Upload: khusnul-diana

Post on 09-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 10

    BAB IIKAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori

    Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur,

    dengan sadar dilakukan, tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan

    yang tetap seperti pada pendidikan formal di sekolah.Karena pendidikan

    nonformal pada umumnya dilaksanakkan tidak dalam lingkungan fisik sekolah,

    maka pendidikan nonformal diidentik dengan pendidikan luar sekolah.Oleh

    karena itu pendidikan nonformaldilakukan diluar sekolah, maka sasaran pokok

    adalah angota masyarakat.Sebab itu program pendidikan nonformal harus dibuat

    sedermikian rupa agar bersifat luwes tetapi lugas, namun tetap menarik minat para

    konsumen pendidikan.

    Berdasakan penelitian dilapangan, pendidikan nonformal sangat

    dibutuhakan oleh anggota masyarakat yang belum sempat mendapat kesempatan

    untuk mengikuti pendidikan formal karena sudah terlanjur lewat umur atau

    terpaksa putus sekolah, karena suatu hal.Akhirnyan tujuan terpenting dari

    pendidikan non formal adalah program-program yang didasarkan kepada

    masyarakat harus sejalan dan trintegrasi dengan program-program pembagunan

    yang di butuhkan oleh rakyat.Untuk menjembatani kesenjangan ini, peran

    pendidikan non-formal dan informal (PNFI) sangatlah penting.

    Anak-anak yang tidak memiliki kesempatan mengikuti pendidikan formal

    sepatutnya sebanyak mungkin dijangkau melalui PNFI agar mereka mendapat

    pembekalan yang memadai untuk kehidupannya.PNFI dapat menjawab kebutuhan

  • 11

    pendidikan yang disesuaikan dengan konteks lokal masyarakat setempat yang

    tidak dapat dijawab oleh pendidikan formal. (Depdiknas: 2009).

    Dilihat dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa peneliti

    melakukan penelitian progam pemberdayaan masyarakat melalui pengolahan

    ketela menjadi olahan makanan lokal, merupakan salah satu bagian dari

    Pendidikan Non Formal yaitu pada aspek pendidikan kecapan hidup pada

    masyarakat Karangcegak, Kutasari, Purbalingga.

    1. Pemberdayaan Masyarakat

    a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

    Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses untuk memfasilitasi dan

    mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional

    dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya

    untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjag, melalui

    pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan

    pengorganisasian masyarakat.

    Giarci (2001) memandang pemberdayaan masyarakat sebagai suatu hal

    yang memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai

    tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitasi dan

    dukungan agar mereka mampu memutuskan, merencanakan dan mengambil

    tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta

    kesejahteraan sosialnya.

  • 12

    Menurut Sumodiningrat (Ambar, 2004:78) menyampaikan:

    Pemberdayaan sebenarnya merupakan istilah yang khas Indonesia dari pada

    Barat. Di Barat tersebut diterjemahkan sebagai empowerment, dan istilah itu

    benar tetapi tidak tepat. Pemberdayaan yang kita maksud adalah memberi

    daya bukanlah kekuasaan. Empowerment dalam khasanah barat lebih

    bermakna pemberian kekuasaan dari pada pemberdayaan itu sendiri.

    Kartasasmita (Anwar, 2007:10) mengemukakan bahwa proses

    peningkatan kesejahteraan masyarakat, dapat diterapkan berbagai pendekatan,

    salah satu diantaranya adalah pemberdayaan masyarakat. Pendekatan

    pemberdayaan masyarakat bukan hal yang sama sekali baru, tetapi sebagai

    strategi dalam pembangunan relatif belum terlalu lama dibicarakan. Istilah

    dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa

    dengan individu lainya dalam masyarakat untuk membangun keberdayaan

    masyarakat yang bersangkutan. Memberdayakan itu meningkatkan harkat dan

    martabat lapisan masyarakat yang berada dalam kondisi tidak mampu dengan

    mengandalkan kekuatannya sendiri sehingga dapat keluar dari perangkap

    kemiskinan dan keterbelakangan, atau proses memampukan dan

    memandirikan masyarakat.

    Secara etimologis pemberdayaan berasal pada kata dasar daya yang

    berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka

    pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau

    proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan, dan atau proses

  • 13

    pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memilki daya kepada

    pihak yang kurang atau belum berdaya (Ambar , 2004:77).

    Berkenaan dengan pemaknaan konsep pemberdayaan masyarakat,

    menurut Winarni dalam (Ambar, 2004:79) mengungkapkan bahwa inti dari

    pemberdayaan adalah meliputi tiga hal, yaitu pengembangan (enabling),

    memperkuat potensi atau daya (empowerment), serta terciptanya kemandirian.

    Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses untuk meningkatkan

    kemampuan atau kapasitas masyarakat dalam memamfaatkan sumber daya

    yang dimiliki, baik itu sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya

    alam (SDA) yang tersedia dilingkungannya agar dapat meningkatkan

    kesejahteraan hidupnya. Namun upaya yang dilakukan tidak hanya sebatas

    untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas dari masyarakat untuk

    memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi juga untuk membangun jiwa

    kemandirian masyarakat agar berkembang dan mempunyai motivasi yang

    kuat dalam berpartisipasi dalam proses pemberdayaan.

    Masyarakat dalam hal ini menjadi pelaku atau pusat proses

    pemberdayaan. Hal ini juga dikuatkan oleh pendapat Sumodingrat (2009:7),

    yang mengemukakan bahwa masyarakat adalah makhluk hidup yang

    memiliki relasi sosial maupun ekonomi, maka pemberdayaan sosial

    merupakan suatu upaya untuk membangun semangat hidup secara mandiri

    dikalangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing

    secara bersama-sama.

  • 14

    b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

    Pemberdayaan masyarakat mengarah pada pembentukan kognitif

    masyarakat yang lebih baik. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan

    kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan

    seorang atau masyarakat dalam rangka mencari solusi atas permasalahan

    yang dihadapi. Kondisi afektif adalah merupakan sense yang dimiliki oleh

    masyarakat yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai

    keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik

    merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai

    upaya pendukung masyarakat dalam rangka melakukan aktivitas

    pembangunan.

    Tujuan dari suatu pemberdayaan masyarakat adalah adanya tujuan

    yang dicapai seperti yang di kemukakan oleh Ambar(2004:80) bahwa

    tujuan pemberdayaan masyarakat yaitu untuk membentuk individu dan

    masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian

    berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tesebut.

    Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang

    dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan memikirkan,

    memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi

    mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan

    mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif,

    konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengerahan sumber daya yang

  • 15

    dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut. Dengan demikian

    untuk menjadi mandiri perlu dukungan kemampuan berupa sumber daya

    manusia yang utuh dengan kondisi kognitif, konatif, psikomotorik, afektif,

    dan sumber daya lainnya yang bersifat fisik-material.

    Jadi tujuan dari pemberdayaan masayakat yaitu untuk memberikan

    kontribusi untuk mencapai kemandirian masyarakat yang diperlukan untuk

    menghadapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

    Dan menjadikan masyarakat yang dapat mempergunakan daya kognitif,

    afektif serta psikomotorik yang dimilikinya untuk memecahkan

    permasalahan yang dihadapi di lingkungan internal maupun eksternal

    masyarakat.

    Masyarakat berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham

    termotivasi,berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi, mampu

    bekerjasama, tahu berbagai alternative, mampu mengambil keputusan,

    berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan

    mampu bertindak sesuai dengansituasi. Proses pemberdayaan yang

    melahirkan masyarakat yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus

    dilakukan secara berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi

    masyarakat secara bertanggungjawab Slamet (2003).

    Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai

    dari pemberdayaan masyarakatadalah untuk membentuk individu dan

    masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian

    berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.

  • 16

    Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh

    masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan

    sertamelakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan

    masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang

    dimiliki.

    c. Tahap-Tahap Pemberdayaan Masyarakat

    Menurut Sumodiningrat (2009:104-106) lebih dalam menjelaskan

    bahwa kegiatan pemberdayaan dapat dilakukan melalui pendampingan

    sosial. terdapat 5 (lima) kegiatan penting yang dapat dilakukan dalam

    melakukan pendampingan sosial, yaitu:

    1) Motivasi masyarakat khususnya keluarga miskin perlu didorong untuk

    membentuk kelompok untuk mempermudah dalam hal

    pengorganisasian dan melaksanakan kegiatan pengembangan

    masyarakat. Kemudian memotivasi mereka agar dapat terlibat dalam

    kegiatan pemberdayaan yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan

    mereka dengan menggunakan kemampuan dan sumber daya yang

    mereka miliki.

    2) Peningkatan Kesadaran dan pelatihan kemampuan. Disini peningkatan

    kesadaran masyarakat dapat dicapai melalui pendidikan dasar,

    pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi, sedangkan untuk masalah

    keterampilan bisa dikembangkan melalui cara-cara partisipatif.

    Sementara pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat melalui

  • 17

    pengalaman mereka dapat dikombinasikan dengan pengetahuan yang

    dari luar. Hal-hal seperti ini dapat membantu masyarakat miskin untuk

    menciptakan sumber penghidupan mereka sendiri dan membantu

    meningkatkan keterampilan dan keahlian mereka sendiri.

    3) Manajemen diri. Setiap kelompok harus mampu memilih atau memiliki

    pemimpin yang nantinya dapat mengatur kegiatan mereka sendiri

    seperti melaksanakan pertemuan-pertemuan atau melakukan pencatatan

    dan pelaporan. Disini pada tahap awal, pendamping membantu mereka

    untuk mengembangkan sebuah sistem. Kemudian memberikan

    wewenang kepada mereka untuk melaksanakan dan mengatur sistem

    tersebut.

    4) Mobilisasi sumber. Merupakan sebuah metode untuk menghimpun

    setiap sumber-sumber yang dimiliki oleh individu-individu yang dalam

    masyarakat melalui tabungan dan sumbangan sukarela dengan tujuan

    untuk menciptakan modal sosial. hal ini didasari oleh pandangan bahwa

    setiap orang memiliki sumber daya yang dapat diberikan dan jika

    sumber-sumber ini dihimpun, maka nantinya akan dapat meningkatkan

    kehidupan sosial ekonomi masyarakat secara substansial.

    Pengembangan sistem penghimpunan, pengalokasian, dan penggunaan

    sumber-sumber ini perlu dilakukan secara cermat sehingga semua

    anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan hal ini dapat

    menjamin kepemilikan dan pengelolaan secara berkelanjutan.

  • 18

    5) Pembangunan dan pengembangan jaringan. Pengorganisasian

    kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai dengan

    peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan

    mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial disekitarnya.

    Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan

    berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan

    keberdayaan masyarakat miskin.

    Dalam strategi pemberdayaan masyarakat, upaya yang dilakukan

    adalah dengan meningkatkan kemampuan atau kapasitas masyarakat

    khususnya masyarakat miskin. Meningkatkan kemampuan dan kapasitas

    masyarakat ini disebut juga dengan penguatan kapasitas (capacity

    building). Penguatan kapasitas ini merupakan suatu proses dalam

    pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan atau merubah pola

    perilaku individu, organisasi, dan sistem yang ada di masyarakat untuk

    mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien. Melalui

    penguatan kapasitas ini, maka masyarakat dapat memahami dan

    mengoptimalkan potensi yang mereka miliki untuk mencapai tujuan

    pemberdayaan, yaitu kesejahteraan hidup masyarakat.

    Strategi yang digunakan dalam penguatan kapasitas ini adalah

    melalui pendampingan. Jadi, strategi pendampingan sangat efektif dan

    efisien dalam proses pemberdayaan masyarakat, karena dengan adanya

    pendampingan maka kapasitas masyarakat dapat dikembangkan atau

    diberdayakan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sehingga pada

  • 19

    akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dan secara

    tidak langsung dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat

    kemiskinan.

    Dalam rangka pemberdayaan masyarakat berlangsung secara

    bertahap seperti yang dikemukakan oleh Ambar Teguh S (2004:83).

    Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi :

    1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar

    dan peduli sehingga merasa memburuhkan peningkatan kapasitas diri.

    2) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,

    kecakapan-keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan

    keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam

    pembangunan.

    3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan

    sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk

    mengantarkan pada kemandirian.

    Pendekataan pemberdayaan masyarakat yang berpusat pada

    manusia (people centered development) melandasi wawasan pengelolaan

    sumber daya lokal, yang merupakan mekanisme perencanaan yang

    menekankan pada teknologi pembelajaran sosial dan strategi perumusan

    program. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan

    kemampuan masyarakat dalam mengaktualisasikan dirinya.

  • 20

    Dalam hal ini, Moelyarto (1999: 37-38) mengemukakan ciri-ciri

    pendekatan pengelolaan sumber daya lokal yang berbasis masyarakat,

    meliputi:

    1) Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi masyarakat setempat dibuat

    ditingkat local, oleh masyarakat yang memiliki identitas yang diakui

    peranannya sebagai partisipan dalam proses pengambilan keputusan.

    2) Fokus utama pengelolaan sumber daya local adalah memperkuat

    kemampuan masyarakat miskia dalam mengarahkan aset- asset yang

    ada dalam masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhannya.

    3) Toleransi yang besar terhadap adanya variasi. Oleh karena itu mengakui

    makna pilihan individual, dan mengakui proses pengambilan keputusan

    yang dengan sentralistik.

    4) Budaya kelembagaannya ditandai oleh adanya organisasi- organisasi

    yang otonom dan mandiri, yang saling berinteraksi memberikan umpan

    balik pelaksanaan untuk mengoreksi diri pada setiap jenjang organisasi.

    5) Adanya jaringan koalisi dan komunikasi antara para pelaku dan

    organisasi local yang otonom dan mandiri, yang mencakup kelompok

    penerima manfaat, pemerintah lokal, lokal dan sebagainya, yang

    menjadi dasar bagi semua kegiatan yang ditujukan untuk memperkuat

    pengawasan dan penguasaan masyarakat atas berbagai sumber yang

    ada, serta kemampuan masyarakat untuk mengelola sumber daya

    setempat.

  • 21

    d. Pendidikan Sebagai Sarana Pemberdayaan

    Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk

    menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan atau latihan bagi

    perananannya di masa yang akan datang. Peranan peserta didik dalam

    kehidupan bermasyarakat, baik individu maupun sebagai anggota

    masyarakat merupakan keluaran dari system dan fungsi pendidikan.Pada

    hakikatnya pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan,

    meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia baik individu

    maupun social. Dengan kata lain, pendidikan berfungsi sebagai sarana

    pemberdayaan individu dan masyarakat guna menghadapi masa depan.

    Seorang tokoh pendidikan Paulo Fiere, berpendapat bahwa

    pendidikan seharusnya dapat memberdayakan dan membebaskan peserta

    didiknya, karena melaluinya dapat mendengarkan suara peserta didik.Yang

    dimaksudkan suara yaitu segala aspirasi maupun segala potensi yang

    dimiliki oleh peserta didik tersebut.

    Pendidikan yang relevan dalam masyarakat adalah mengajar untuk

    memampukan mereka mendengarkan siswanya sendiri dan bukan suara

    dari luar termasuk suara pendidik. Fiere berpendapat bahwa pendidikan

    pada umumnya adalah pendidikan dengan gaya bank dimana pendidik

    hanya mentransfer ilmu sebanyak banyaknya kepada peserta didik

    tersebut diibaratkan seperti sebuah wadah untuk menampung berbagai

    pengetahuan. Pendidikan seperti itu yang disebut Fiere dengna pendidikan

    gaya bank. Disebut pendidikan gaya bank sebab dalam proses belajar

  • 22

    mengajar guru tidak memberikan pengertian kepada peserta didik, tetapi

    memindahkan sejumlah ilmu kepada peserta didik.

    Pada hakikatnya proses pemberdayaan dibidang pendidikan

    merupakan pendekatan holistik yang meliputi pemberdayaan sumber daya

    manusia, system belajar mengajar, instusi atau lembaga pendidikan dengan

    sarana dan prasarana pendukungnya. Mengacu dari pernyataan diatas

    pemberdayaan adalah sebagai proses belajar mengajar yang merupakan

    usaha terencana dan sistematis yang dilakukan secara berkesinambungan

    baik individu maupun kolektif, guna mengembangkan daya yang trdapat

    pada diri individu dan kelompok masyarakat sehingga mampu melakukan

    transformasi sosial. Usaha ini berlangsung sebagai proses yang

    berkesinambungan sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup.

    Kehidupan masyarakat perlu dikondisikan sebagai sebuah wadah, dimana

    setiap anggota melakukan aktifitas sehari hari dan saling belajar

    mengajar.

    Demikian diharapkan akan terjadi proses interaksi dalam wujud

    dialog dan komunikasi informasi antar sesama anggota masyarakat

    mendorong guna mencapai pemenuhan kebutuhan manusia mulai dari

    kebutuhan fisik sampai dengan kebutuhan aktualisasi diri.

    Konsep pemberdayaan dalam pendidikan non formal pertama kali di

    Indonesia dikembangkan oleh Kindervatter, ia memandang bahwa

    pemberdayaan sebagai proses pemberian kekuatan atau daya dalam bentuk

    pendidikan yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran, pengertian,

  • 23

    dan kepekaan warga belajar terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan

    politik, sehingga pada akhirnya ia memiliki kemampuan untuk

    memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat.

    Pendidikan Non Formal pada umumnya jalur Pendidikan Luar

    Sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat guna meningkatkan

    kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh

    peserta didik di lingkungan pendidikan pormal kedalam lingkungan

    pekerjaan praktis di masyarakat umumnya, dan industry

    khususnya.Sebagai jalur pendidikan luar sekolah, pendidikan dan

    pelatihan.

    2. Kewirausahaan

    a. Pengertian wirausaha

    Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda

    nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul

    resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima

    balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.

    Wirausaha adalah orang yang mengambil resiko dengan jalan

    membeli barang sekarang dan menjual kemudian dengan harga yang tidak

    pasti (Cantillon).

    Wirausaha adalah orang yang memindahkan sumber-sumber

    ekonomi dari daerah dengan produktivitas rendah ke daerah dengan

    produktivitas dan hasil lebih tinggi (J.B Say).

  • 24

    Wirausaha adalah orang yang menciptakan cara baru dalam

    mengorganisasikan proses produksi (Schumpeter).

    Wirausaha adalah keberanian, keutamaan, serta keperkasaan dalam

    memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan

    kekuatan yang ada pada diri sendiri dikemukakan oleh Soemanto Wasty

    (1999: 42).

    Menurut Hantora (2005: 21) mengungkapkan bahwa manusia

    wirausaha adalah orang memiiki potensi untuk berprestasi, sehingga

    senantiasa memiliki motivasi besar untuk maju berprestasi.

    Wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani

    mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan

    Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani

    memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam

    kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).

    Dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan

    Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, dicantumkan bahwa:

    1) Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan

    kemampuan kewirausahaan.

    2) Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan

    seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada

    upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan

    produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan

  • 25

    pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih

    besar.

    b. Tahap tahap wirausaha

    Dalam pemberdayaan masyarakat melalui wirausaha pengolahan

    ketela menjadi makanan lokal, dinama tahapan tahapan dalam

    memberikan pendidikan wirausaha diperlukan guna membantu masyarakat

    dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi serta sumber daya

    manusia itu sendiri.

    Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha menurut (Suryana,

    2001 : 34) yaitu:

    1) Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan

    usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan

    melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha

    baru, melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih

    jenis usaha yang akan dilakukan apakah dibidang pertanian, industri /

    manufaktur / produksi atau jasa.

    2) Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap "jalan", tahap

    ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait

    dengan usahanya, mencakup aspek-aspek : pembiayaan, SDM,

    kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana

    mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan

    melakukan evaluasi.

  • 26

    3) Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil

    yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai

    untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

    4) Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh

    tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan

    maka perluasan usaha.

    c. Peran Wirausaha Bagi Lingkungannya

    Dalam pandangan Schumpeter, seorang wirausaha adalah inovator.

    Hanya seseorang yang sedang melakukan inovasi yang dapat disebut

    sebagai wirausaha. Mereka yang tidak lagi melakukan inovasi, walaupun

    pernah, tidak dapat lagi dianggap sebagai wirausaha. Wirausaha bukanlah

    jabatan, melainkan suatu peran.

    Berdasarkan pengertian tentang wirausaha yang telah dibahas

    sebelumnya dapat disimpulkan bahwa peran wirausaha yang utama bagi

    lingkungannya adalah sebagai berikut:

    1) Memperbaharui dengan merusak secara kreatif.

    2) Dengan keberaniannya melihat dan mengubah apa yang sudahdianggap

    mapan, rutin, dan memuaskan.

    3) Inovator

    4) Menghadirkan hal yang baru di masyarakat.

    5) Mengambil dan memperhitungkan resiko.

    6) Mencari peluang dan memanfaatkannya.

  • 27

    7) Menciptakan organisasi baru.

    d. Ciri ciri wirausaha

    Untuk progam pemberdayaan masyarakat melalui pengolahan

    ketela menjadi olahan makanan lokal perlu adanya pendidikan wirausaha,

    oleh karena itu ciri ciri sebagai wirausaha diperlukan guna menanamkan

    dan meningkatkan jiwa wirausaha.

    Menurut Meredith, dalam Suryana (2001 : 8) ciri-ciri dan watak

    kewirausahaan yaitu:

    1) Percaya diri, keyakinan, ketidaktergantungan, individualistis, dan

    optimisme.

    2) Berorientasi pada tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi,

    berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras,

    mempunyai dorongan kuat, energetik dan inisiatif.

    3) Pengambilan resiko Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar

    dans suka tantangan.

    4) Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain,

    menanggapi saran-saran dan kritik.

    5) Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel.

    6) Berorientasi ke masa depan Pandangan ke depan, perspektif.

    Berdasarkan progam pemberdayaan masyarakat yang

    dicanangkan, dapat membangun masyarakat dengan memberikan

    pendidikan dan pelatihan dimana dalam progam pemberdayaan

  • 28

    masyarakat melalui wirausaha pengolahan ketela menjadi makanan lokal

    menjadikan masyarakat mandiri dan mampu menciptakan lapangan

    pekerjaan.

    Pendidikan dan pelatihan wirausaha diberikan kepada masyarakat

    desa Karangcegak, Kutasari, Purbalingga guna menanamkan pola pikir

    sebagai wirausaha yang sukses dengan memiliki jiwa wirausaha yang baik,

    bagaimana peranan wirausaha dalam lingkungan yang pandai dan kreatif

    memanfaatkan potensi sumber daya alam sekitar, dan mengasah dan

    mengarahkan tahapan tahapan menjadi wirausaha yang sukses sehingga

    dalam berwirausaha nantinya dapat berhasil.

    3. Pengolahan ketela

    a. Pengertian pengolahan ketela

    Singkong (manihot utilissima) disebut juga ubi kayu atau ketela

    pohon. Singkong merupakan bahan baku berbagai produk industri seperti

    industri makanan, farmasi, tekstil dan lain-lain. Industri makanan dari

    singkong cukup beragam mulai dari makanan tradisional seperti getuk,

    timus, keripik, gemblong, dan berbagai jenis makanan lain yang

    memerlukan proses lebih lanjut. Dalam industri makanan, pengolahan

    singkong, dapat digolongkan menjadi tiga yaitu hasil fermentasi singkong

    (tape/peuyem), singkong yang dikeringkan (gaplek) dan tepung singkong

    atau tepung tapioka berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Pengolahan Dan

    Pemasaran Hasil Pertanian (2005).

  • 29

    Pada industri pengolahan ketela, teknologi yang digunakan dapat

    dikelompokkan menjadi tiga yaitu: pertama; tradisional yaitu industri yang

    masih mengandalkan sinar matahari dan produksinya sangat tergantung

    pada musim, kedua; semi modern yaitu industri yang menggunakan mesin

    dalam melakukan proses pengolahan dan yang ketiga; full otomate yaitu

    industri pengolahan ketela yang menggunakan mesin dari proses awal

    sampai produk jadi. Industri ketela yang menggunakan peralatan full

    otomate ini memiliki efisiensi tinggi, karena proses produksi memerlukan

    tenaga kerja yang sedikit, waktu lebih pendek dan menghasilkan produk

    yang berkualitas. berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Pengolahan Dan

    Pemasaran Hasil Pertanian (2005).

    Selain sebagai sumber karbohidrat, ubi jalar juga mengandung

    vitamin A, vitamin C, dan mineral, ubi jalar yang dagingnya berwarna

    ungu banyak mengandung anthocyinin yang sangat bermanfaat bagi

    kesehatan, karena mencegah penyakit kanker, warna kuning mengandung

    vitamin A yang tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga

    diolah menjadi pangan olahan dikemukakan oleh Arif Musaddad

    (2005:32)

    Ubi kayu memiliki potensi bagi pengembangan agrobisnis

    dikarenakan ubi kayu sebagai bahan produk pangan yang bersifat

    viskoelastis pada produk yang dihasilkan (Isti handayani: 2008).

    Ketela merupakan sumber daya alam lokal yang melimpah di desa

    Karangcegak, Kutasari, Purbalingga dan juga sebagai bahan produk

  • 30

    pangan yang mempunyai banyak kandungan nilai gizi. Sehingga

    pemanfaatan potensi tersebut diperlukan guna mengatasi panen yang

    melimpah dan pengembangan produk sebagai objek dalam membuka

    usaha dengan pengolahan sumber daya alam lokal.

    4. Makanan lokal

    Ubi kayu sebagai tanaman lokal. Yang diolah menjadi berbagai jenis

    jajanan dan masakan yang menarik memiliki cita rasa enak ditambah dengan

    penampilan yang menarik membawa nilai jual tinggi dikalangan makanan

    lokal, hal tersebut dikemukakan oleh Winarno (1989:2).

    Kandungan karbohidrat ketela menjadi produk bernilai tinggi merupakan

    potensi besar meningkatkan aneka makanan yang lokal berkualitas tinggi serta

    dapat menmberikan inovasi produk yang menjadi daya tarik bagi semua

    kalangan seperti biskuit, brownies, serena dan berkualitas gizi lebih baik.

    Winarno (1989:2).

    Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengolahan makanan local

    merupakan makanan memenuhi selera dan menggunakan bahan baku yang

    mempunyai potensi kandungan gizi yang banyak, bernilai jual tinggi dan

    mempunyai potensial untuk dikembangkan. Selain itu, dengan pengolahan

    ketela menjadi berbagai jenis makanan lokal yang berkualitas dan

    meningkatkan produk dengan inovasi produk pada progam pemberdayaan

    masyarakat diharapkan menambah nilai jual dan produk tersebut diminati

    pasar, sehingga memberi peluang kepada masyarakat desa Karangcegak,

    Kutasari, Purbalingga dalam pendidikan dan pelatihan wirausaha pengolahan

  • 31

    ketela menjadi makanan lokal berdampak pada kesejahteraan hidup masyarakat

    meningkat dalam segala aspek.

    B. Kerangka Berpikir

    Bagan kerangka berfikir untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Gambar I. Kerangka berfikir

    Berdasarkan bagan kerangka berfikir di atas, maka kerangka berfikir dapat

    diuraikansebagai berikut :

    Masyarakat desa Karangcegak, Kutasari, Purbalingga adalah suatu

    organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain. Dalam kegiatan

    bermasyarakat manusia mempunyai pola pikir, sikap dan perilaku yang berbeda-

    beda. Perbedaan itulah yang membuat masyarakat menjadi beragam dan saling

    melengkapi satu sama lain. Dengan jumlah penduduk 6227 jiwa terdiri dari 3145

    jiwa penduduk laki laki, dan 3082 jiwa penduduk perempuan dengan kepadatan

    penduduk 1477 jiwa/km dan jumlah rumah tangga 1812 KK. Dan mayoritas

    penduduk bekerja sebagai petani sebesar 85%.

    Dalam kehidupannya, masyarakat di desa Karangcegak, Kutasari,

    Purbalingga mengalami banyak masalah yang terjadi. Dan masalah yang lebih

    Pengolahan ketela sebagai sumberdaya lokal

    Masyarakat desa Karangcegak

    Pemberdayaan masyarakat Pendidikan dan pelatihan wirausaha

    Makanan lokal

  • 32

    utama yaitu aspek ekonomi sehingga mempengaruhi aspek lain yaitu aspek

    pendidikan, sosial dan politik di daerah tersebut. Untuk itu, pendidikan berbasis

    masyarakat sebagai tindakan mobilitasi masyarakat untuk mengatasi masalah

    yang dihadapi pemerintah memberikan solusi dengan membuat progam

    pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat desa Karangcegak, Kutasari,

    Purbalingga.

    Progam pemberdayaan masyarakat yang dijadikan sebagai solusi

    masyarakat desa Karangcegak, Kutasari, Purbalingga yaitu melalui pendidikan

    dan pelatihan wirausaha yaitu menanamkan kepada masyarakat menjadi mandiri

    untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan diberikan bekal dalam mengatasi

    masalah perekonomian dengan pelatihan wirausaha.Sehingga masyarakat desa

    Karangcegak, Kutasari, Purbalingga dapat membuka usaha baru, menciptakan

    inovasi pengolahan hasil pertanian yang dapat meningkatkan taraf hidup yang

    lebih baik.

    Selain itu, pemanfaatan sumber daya alam yang ada di desa Karangcegak,

    Kutasari, Purbalingga khususnya hasil pertanian berupa ketela dijadikan sebagai

    produk/ bahan objek pada progam pemberdayaan. Dikarenakan, ketela merupakan

    hasil pertanian yang melimpah menjadi bahan olahan makanan lokal sebagai salah

    satu alternatif meningkatkan nilai jual yang lebih tinggi, masyarakat juga

    mendapatkan penghasilan tambahan, mengatasi pengangguran, serta menanamkan

    kesadaran kepada masyarakat desa Karangcegak, Kutasari, Purbalingga.Ditambah

    lagi, makanan tradisional menjadi makanan modern yang memiliki cita rasa yang

    enak menarik minat pasar memperkuat bahwa pengolahan ketela menjadi

  • 33

    makanan lokal dapat mengetasi masalah yang dihadapi masyarakat desa

    Karangcegak, Kutasari, Purbalingga.

    C. Pertanyaan Penelitian

    1. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat melalui

    wirausaha pengolahan ketela menjadi makanan lokal di desa Karangcegak,

    Kutasari, Purbalingga, Jawa Tengah?

    2. Faktor-faktor apa saja pendukung bagi progam pemberdayaan masyarakat

    melaluiwirausaha pengolahan ketela menjadi makanan lokal di desa

    Karangcegak, Kutasari, Purbalingga, Jawa Tengah?

    3. Bagaimanakah perencanaan program pelatihan pemberdayaan masyarakat

    melalui wirausaha pengolahan ketela?

    4. Bagaimana tahap pemberdayaan kelompok wirausaha melalui wirausaha

    pengolahan ketela di Desa Karangcegak Kutasari Purbalingga?

    5. Apa saja materi kelompok wirausaha melalui pengolahan ketela?