kewirausahaan.pdf
TRANSCRIPT
-
10
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur,
dengan sadar dilakukan, tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan
yang tetap seperti pada pendidikan formal di sekolah.Karena pendidikan
nonformal pada umumnya dilaksanakkan tidak dalam lingkungan fisik sekolah,
maka pendidikan nonformal diidentik dengan pendidikan luar sekolah.Oleh
karena itu pendidikan nonformaldilakukan diluar sekolah, maka sasaran pokok
adalah angota masyarakat.Sebab itu program pendidikan nonformal harus dibuat
sedermikian rupa agar bersifat luwes tetapi lugas, namun tetap menarik minat para
konsumen pendidikan.
Berdasakan penelitian dilapangan, pendidikan nonformal sangat
dibutuhakan oleh anggota masyarakat yang belum sempat mendapat kesempatan
untuk mengikuti pendidikan formal karena sudah terlanjur lewat umur atau
terpaksa putus sekolah, karena suatu hal.Akhirnyan tujuan terpenting dari
pendidikan non formal adalah program-program yang didasarkan kepada
masyarakat harus sejalan dan trintegrasi dengan program-program pembagunan
yang di butuhkan oleh rakyat.Untuk menjembatani kesenjangan ini, peran
pendidikan non-formal dan informal (PNFI) sangatlah penting.
Anak-anak yang tidak memiliki kesempatan mengikuti pendidikan formal
sepatutnya sebanyak mungkin dijangkau melalui PNFI agar mereka mendapat
pembekalan yang memadai untuk kehidupannya.PNFI dapat menjawab kebutuhan
-
11
pendidikan yang disesuaikan dengan konteks lokal masyarakat setempat yang
tidak dapat dijawab oleh pendidikan formal. (Depdiknas: 2009).
Dilihat dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa peneliti
melakukan penelitian progam pemberdayaan masyarakat melalui pengolahan
ketela menjadi olahan makanan lokal, merupakan salah satu bagian dari
Pendidikan Non Formal yaitu pada aspek pendidikan kecapan hidup pada
masyarakat Karangcegak, Kutasari, Purbalingga.
1. Pemberdayaan Masyarakat
a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses untuk memfasilitasi dan
mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional
dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya
untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjag, melalui
pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan
pengorganisasian masyarakat.
Giarci (2001) memandang pemberdayaan masyarakat sebagai suatu hal
yang memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai
tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitasi dan
dukungan agar mereka mampu memutuskan, merencanakan dan mengambil
tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta
kesejahteraan sosialnya.
-
12
Menurut Sumodiningrat (Ambar, 2004:78) menyampaikan:
Pemberdayaan sebenarnya merupakan istilah yang khas Indonesia dari pada
Barat. Di Barat tersebut diterjemahkan sebagai empowerment, dan istilah itu
benar tetapi tidak tepat. Pemberdayaan yang kita maksud adalah memberi
daya bukanlah kekuasaan. Empowerment dalam khasanah barat lebih
bermakna pemberian kekuasaan dari pada pemberdayaan itu sendiri.
Kartasasmita (Anwar, 2007:10) mengemukakan bahwa proses
peningkatan kesejahteraan masyarakat, dapat diterapkan berbagai pendekatan,
salah satu diantaranya adalah pemberdayaan masyarakat. Pendekatan
pemberdayaan masyarakat bukan hal yang sama sekali baru, tetapi sebagai
strategi dalam pembangunan relatif belum terlalu lama dibicarakan. Istilah
dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa
dengan individu lainya dalam masyarakat untuk membangun keberdayaan
masyarakat yang bersangkutan. Memberdayakan itu meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat yang berada dalam kondisi tidak mampu dengan
mengandalkan kekuatannya sendiri sehingga dapat keluar dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan, atau proses memampukan dan
memandirikan masyarakat.
Secara etimologis pemberdayaan berasal pada kata dasar daya yang
berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka
pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau
proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan, dan atau proses
-
13
pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memilki daya kepada
pihak yang kurang atau belum berdaya (Ambar , 2004:77).
Berkenaan dengan pemaknaan konsep pemberdayaan masyarakat,
menurut Winarni dalam (Ambar, 2004:79) mengungkapkan bahwa inti dari
pemberdayaan adalah meliputi tiga hal, yaitu pengembangan (enabling),
memperkuat potensi atau daya (empowerment), serta terciptanya kemandirian.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses untuk meningkatkan
kemampuan atau kapasitas masyarakat dalam memamfaatkan sumber daya
yang dimiliki, baik itu sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya
alam (SDA) yang tersedia dilingkungannya agar dapat meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Namun upaya yang dilakukan tidak hanya sebatas
untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas dari masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi juga untuk membangun jiwa
kemandirian masyarakat agar berkembang dan mempunyai motivasi yang
kuat dalam berpartisipasi dalam proses pemberdayaan.
Masyarakat dalam hal ini menjadi pelaku atau pusat proses
pemberdayaan. Hal ini juga dikuatkan oleh pendapat Sumodingrat (2009:7),
yang mengemukakan bahwa masyarakat adalah makhluk hidup yang
memiliki relasi sosial maupun ekonomi, maka pemberdayaan sosial
merupakan suatu upaya untuk membangun semangat hidup secara mandiri
dikalangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing
secara bersama-sama.
-
14
b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat mengarah pada pembentukan kognitif
masyarakat yang lebih baik. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan
kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan
seorang atau masyarakat dalam rangka mencari solusi atas permasalahan
yang dihadapi. Kondisi afektif adalah merupakan sense yang dimiliki oleh
masyarakat yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai
keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik
merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai
upaya pendukung masyarakat dalam rangka melakukan aktivitas
pembangunan.
Tujuan dari suatu pemberdayaan masyarakat adalah adanya tujuan
yang dicapai seperti yang di kemukakan oleh Ambar(2004:80) bahwa
tujuan pemberdayaan masyarakat yaitu untuk membentuk individu dan
masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian
berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tesebut.
Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang
dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan memikirkan,
memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi
mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan
mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif,
konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengerahan sumber daya yang
-
15
dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut. Dengan demikian
untuk menjadi mandiri perlu dukungan kemampuan berupa sumber daya
manusia yang utuh dengan kondisi kognitif, konatif, psikomotorik, afektif,
dan sumber daya lainnya yang bersifat fisik-material.
Jadi tujuan dari pemberdayaan masayakat yaitu untuk memberikan
kontribusi untuk mencapai kemandirian masyarakat yang diperlukan untuk
menghadapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
Dan menjadikan masyarakat yang dapat mempergunakan daya kognitif,
afektif serta psikomotorik yang dimilikinya untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi di lingkungan internal maupun eksternal
masyarakat.
Masyarakat berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham
termotivasi,berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi, mampu
bekerjasama, tahu berbagai alternative, mampu mengambil keputusan,
berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan
mampu bertindak sesuai dengansituasi. Proses pemberdayaan yang
melahirkan masyarakat yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus
dilakukan secara berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi
masyarakat secara bertanggungjawab Slamet (2003).
Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai
dari pemberdayaan masyarakatadalah untuk membentuk individu dan
masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian
berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.
-
16
Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan
sertamelakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan
masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang
dimiliki.
c. Tahap-Tahap Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Sumodiningrat (2009:104-106) lebih dalam menjelaskan
bahwa kegiatan pemberdayaan dapat dilakukan melalui pendampingan
sosial. terdapat 5 (lima) kegiatan penting yang dapat dilakukan dalam
melakukan pendampingan sosial, yaitu:
1) Motivasi masyarakat khususnya keluarga miskin perlu didorong untuk
membentuk kelompok untuk mempermudah dalam hal
pengorganisasian dan melaksanakan kegiatan pengembangan
masyarakat. Kemudian memotivasi mereka agar dapat terlibat dalam
kegiatan pemberdayaan yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan
mereka dengan menggunakan kemampuan dan sumber daya yang
mereka miliki.
2) Peningkatan Kesadaran dan pelatihan kemampuan. Disini peningkatan
kesadaran masyarakat dapat dicapai melalui pendidikan dasar,
pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi, sedangkan untuk masalah
keterampilan bisa dikembangkan melalui cara-cara partisipatif.
Sementara pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat melalui
-
17
pengalaman mereka dapat dikombinasikan dengan pengetahuan yang
dari luar. Hal-hal seperti ini dapat membantu masyarakat miskin untuk
menciptakan sumber penghidupan mereka sendiri dan membantu
meningkatkan keterampilan dan keahlian mereka sendiri.
3) Manajemen diri. Setiap kelompok harus mampu memilih atau memiliki
pemimpin yang nantinya dapat mengatur kegiatan mereka sendiri
seperti melaksanakan pertemuan-pertemuan atau melakukan pencatatan
dan pelaporan. Disini pada tahap awal, pendamping membantu mereka
untuk mengembangkan sebuah sistem. Kemudian memberikan
wewenang kepada mereka untuk melaksanakan dan mengatur sistem
tersebut.
4) Mobilisasi sumber. Merupakan sebuah metode untuk menghimpun
setiap sumber-sumber yang dimiliki oleh individu-individu yang dalam
masyarakat melalui tabungan dan sumbangan sukarela dengan tujuan
untuk menciptakan modal sosial. hal ini didasari oleh pandangan bahwa
setiap orang memiliki sumber daya yang dapat diberikan dan jika
sumber-sumber ini dihimpun, maka nantinya akan dapat meningkatkan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat secara substansial.
Pengembangan sistem penghimpunan, pengalokasian, dan penggunaan
sumber-sumber ini perlu dilakukan secara cermat sehingga semua
anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan hal ini dapat
menjamin kepemilikan dan pengelolaan secara berkelanjutan.
-
18
5) Pembangunan dan pengembangan jaringan. Pengorganisasian
kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai dengan
peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan
mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial disekitarnya.
Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan
berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan bagi peningkatan
keberdayaan masyarakat miskin.
Dalam strategi pemberdayaan masyarakat, upaya yang dilakukan
adalah dengan meningkatkan kemampuan atau kapasitas masyarakat
khususnya masyarakat miskin. Meningkatkan kemampuan dan kapasitas
masyarakat ini disebut juga dengan penguatan kapasitas (capacity
building). Penguatan kapasitas ini merupakan suatu proses dalam
pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan atau merubah pola
perilaku individu, organisasi, dan sistem yang ada di masyarakat untuk
mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien. Melalui
penguatan kapasitas ini, maka masyarakat dapat memahami dan
mengoptimalkan potensi yang mereka miliki untuk mencapai tujuan
pemberdayaan, yaitu kesejahteraan hidup masyarakat.
Strategi yang digunakan dalam penguatan kapasitas ini adalah
melalui pendampingan. Jadi, strategi pendampingan sangat efektif dan
efisien dalam proses pemberdayaan masyarakat, karena dengan adanya
pendampingan maka kapasitas masyarakat dapat dikembangkan atau
diberdayakan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sehingga pada
-
19
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dan secara
tidak langsung dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat
kemiskinan.
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat berlangsung secara
bertahap seperti yang dikemukakan oleh Ambar Teguh S (2004:83).
Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi :
1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar
dan peduli sehingga merasa memburuhkan peningkatan kapasitas diri.
2) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan-keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan
keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam
pembangunan.
3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan
sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
mengantarkan pada kemandirian.
Pendekataan pemberdayaan masyarakat yang berpusat pada
manusia (people centered development) melandasi wawasan pengelolaan
sumber daya lokal, yang merupakan mekanisme perencanaan yang
menekankan pada teknologi pembelajaran sosial dan strategi perumusan
program. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengaktualisasikan dirinya.
-
20
Dalam hal ini, Moelyarto (1999: 37-38) mengemukakan ciri-ciri
pendekatan pengelolaan sumber daya lokal yang berbasis masyarakat,
meliputi:
1) Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi masyarakat setempat dibuat
ditingkat local, oleh masyarakat yang memiliki identitas yang diakui
peranannya sebagai partisipan dalam proses pengambilan keputusan.
2) Fokus utama pengelolaan sumber daya local adalah memperkuat
kemampuan masyarakat miskia dalam mengarahkan aset- asset yang
ada dalam masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhannya.
3) Toleransi yang besar terhadap adanya variasi. Oleh karena itu mengakui
makna pilihan individual, dan mengakui proses pengambilan keputusan
yang dengan sentralistik.
4) Budaya kelembagaannya ditandai oleh adanya organisasi- organisasi
yang otonom dan mandiri, yang saling berinteraksi memberikan umpan
balik pelaksanaan untuk mengoreksi diri pada setiap jenjang organisasi.
5) Adanya jaringan koalisi dan komunikasi antara para pelaku dan
organisasi local yang otonom dan mandiri, yang mencakup kelompok
penerima manfaat, pemerintah lokal, lokal dan sebagainya, yang
menjadi dasar bagi semua kegiatan yang ditujukan untuk memperkuat
pengawasan dan penguasaan masyarakat atas berbagai sumber yang
ada, serta kemampuan masyarakat untuk mengelola sumber daya
setempat.
-
21
d. Pendidikan Sebagai Sarana Pemberdayaan
Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan atau latihan bagi
perananannya di masa yang akan datang. Peranan peserta didik dalam
kehidupan bermasyarakat, baik individu maupun sebagai anggota
masyarakat merupakan keluaran dari system dan fungsi pendidikan.Pada
hakikatnya pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan,
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia baik individu
maupun social. Dengan kata lain, pendidikan berfungsi sebagai sarana
pemberdayaan individu dan masyarakat guna menghadapi masa depan.
Seorang tokoh pendidikan Paulo Fiere, berpendapat bahwa
pendidikan seharusnya dapat memberdayakan dan membebaskan peserta
didiknya, karena melaluinya dapat mendengarkan suara peserta didik.Yang
dimaksudkan suara yaitu segala aspirasi maupun segala potensi yang
dimiliki oleh peserta didik tersebut.
Pendidikan yang relevan dalam masyarakat adalah mengajar untuk
memampukan mereka mendengarkan siswanya sendiri dan bukan suara
dari luar termasuk suara pendidik. Fiere berpendapat bahwa pendidikan
pada umumnya adalah pendidikan dengan gaya bank dimana pendidik
hanya mentransfer ilmu sebanyak banyaknya kepada peserta didik
tersebut diibaratkan seperti sebuah wadah untuk menampung berbagai
pengetahuan. Pendidikan seperti itu yang disebut Fiere dengna pendidikan
gaya bank. Disebut pendidikan gaya bank sebab dalam proses belajar
-
22
mengajar guru tidak memberikan pengertian kepada peserta didik, tetapi
memindahkan sejumlah ilmu kepada peserta didik.
Pada hakikatnya proses pemberdayaan dibidang pendidikan
merupakan pendekatan holistik yang meliputi pemberdayaan sumber daya
manusia, system belajar mengajar, instusi atau lembaga pendidikan dengan
sarana dan prasarana pendukungnya. Mengacu dari pernyataan diatas
pemberdayaan adalah sebagai proses belajar mengajar yang merupakan
usaha terencana dan sistematis yang dilakukan secara berkesinambungan
baik individu maupun kolektif, guna mengembangkan daya yang trdapat
pada diri individu dan kelompok masyarakat sehingga mampu melakukan
transformasi sosial. Usaha ini berlangsung sebagai proses yang
berkesinambungan sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup.
Kehidupan masyarakat perlu dikondisikan sebagai sebuah wadah, dimana
setiap anggota melakukan aktifitas sehari hari dan saling belajar
mengajar.
Demikian diharapkan akan terjadi proses interaksi dalam wujud
dialog dan komunikasi informasi antar sesama anggota masyarakat
mendorong guna mencapai pemenuhan kebutuhan manusia mulai dari
kebutuhan fisik sampai dengan kebutuhan aktualisasi diri.
Konsep pemberdayaan dalam pendidikan non formal pertama kali di
Indonesia dikembangkan oleh Kindervatter, ia memandang bahwa
pemberdayaan sebagai proses pemberian kekuatan atau daya dalam bentuk
pendidikan yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran, pengertian,
-
23
dan kepekaan warga belajar terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan
politik, sehingga pada akhirnya ia memiliki kemampuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat.
Pendidikan Non Formal pada umumnya jalur Pendidikan Luar
Sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat guna meningkatkan
kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh
peserta didik di lingkungan pendidikan pormal kedalam lingkungan
pekerjaan praktis di masyarakat umumnya, dan industry
khususnya.Sebagai jalur pendidikan luar sekolah, pendidikan dan
pelatihan.
2. Kewirausahaan
a. Pengertian wirausaha
Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda
nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul
resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima
balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.
Wirausaha adalah orang yang mengambil resiko dengan jalan
membeli barang sekarang dan menjual kemudian dengan harga yang tidak
pasti (Cantillon).
Wirausaha adalah orang yang memindahkan sumber-sumber
ekonomi dari daerah dengan produktivitas rendah ke daerah dengan
produktivitas dan hasil lebih tinggi (J.B Say).
-
24
Wirausaha adalah orang yang menciptakan cara baru dalam
mengorganisasikan proses produksi (Schumpeter).
Wirausaha adalah keberanian, keutamaan, serta keperkasaan dalam
memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan
kekuatan yang ada pada diri sendiri dikemukakan oleh Soemanto Wasty
(1999: 42).
Menurut Hantora (2005: 21) mengungkapkan bahwa manusia
wirausaha adalah orang memiiki potensi untuk berprestasi, sehingga
senantiasa memiliki motivasi besar untuk maju berprestasi.
Wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani
mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan
Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani
memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam
kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).
Dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan
Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, dicantumkan bahwa:
1) Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan
kemampuan kewirausahaan.
2) Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan
seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada
upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan
produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan
-
25
pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih
besar.
b. Tahap tahap wirausaha
Dalam pemberdayaan masyarakat melalui wirausaha pengolahan
ketela menjadi makanan lokal, dinama tahapan tahapan dalam
memberikan pendidikan wirausaha diperlukan guna membantu masyarakat
dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi serta sumber daya
manusia itu sendiri.
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha menurut (Suryana,
2001 : 34) yaitu:
1) Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan
usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan
melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha
baru, melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih
jenis usaha yang akan dilakukan apakah dibidang pertanian, industri /
manufaktur / produksi atau jasa.
2) Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap "jalan", tahap
ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait
dengan usahanya, mencakup aspek-aspek : pembiayaan, SDM,
kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana
mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan
melakukan evaluasi.
-
26
3) Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil
yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai
untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
4) Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh
tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan
maka perluasan usaha.
c. Peran Wirausaha Bagi Lingkungannya
Dalam pandangan Schumpeter, seorang wirausaha adalah inovator.
Hanya seseorang yang sedang melakukan inovasi yang dapat disebut
sebagai wirausaha. Mereka yang tidak lagi melakukan inovasi, walaupun
pernah, tidak dapat lagi dianggap sebagai wirausaha. Wirausaha bukanlah
jabatan, melainkan suatu peran.
Berdasarkan pengertian tentang wirausaha yang telah dibahas
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa peran wirausaha yang utama bagi
lingkungannya adalah sebagai berikut:
1) Memperbaharui dengan merusak secara kreatif.
2) Dengan keberaniannya melihat dan mengubah apa yang sudahdianggap
mapan, rutin, dan memuaskan.
3) Inovator
4) Menghadirkan hal yang baru di masyarakat.
5) Mengambil dan memperhitungkan resiko.
6) Mencari peluang dan memanfaatkannya.
-
27
7) Menciptakan organisasi baru.
d. Ciri ciri wirausaha
Untuk progam pemberdayaan masyarakat melalui pengolahan
ketela menjadi olahan makanan lokal perlu adanya pendidikan wirausaha,
oleh karena itu ciri ciri sebagai wirausaha diperlukan guna menanamkan
dan meningkatkan jiwa wirausaha.
Menurut Meredith, dalam Suryana (2001 : 8) ciri-ciri dan watak
kewirausahaan yaitu:
1) Percaya diri, keyakinan, ketidaktergantungan, individualistis, dan
optimisme.
2) Berorientasi pada tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi,
berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras,
mempunyai dorongan kuat, energetik dan inisiatif.
3) Pengambilan resiko Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar
dans suka tantangan.
4) Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain,
menanggapi saran-saran dan kritik.
5) Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel.
6) Berorientasi ke masa depan Pandangan ke depan, perspektif.
Berdasarkan progam pemberdayaan masyarakat yang
dicanangkan, dapat membangun masyarakat dengan memberikan
pendidikan dan pelatihan dimana dalam progam pemberdayaan
-
28
masyarakat melalui wirausaha pengolahan ketela menjadi makanan lokal
menjadikan masyarakat mandiri dan mampu menciptakan lapangan
pekerjaan.
Pendidikan dan pelatihan wirausaha diberikan kepada masyarakat
desa Karangcegak, Kutasari, Purbalingga guna menanamkan pola pikir
sebagai wirausaha yang sukses dengan memiliki jiwa wirausaha yang baik,
bagaimana peranan wirausaha dalam lingkungan yang pandai dan kreatif
memanfaatkan potensi sumber daya alam sekitar, dan mengasah dan
mengarahkan tahapan tahapan menjadi wirausaha yang sukses sehingga
dalam berwirausaha nantinya dapat berhasil.
3. Pengolahan ketela
a. Pengertian pengolahan ketela
Singkong (manihot utilissima) disebut juga ubi kayu atau ketela
pohon. Singkong merupakan bahan baku berbagai produk industri seperti
industri makanan, farmasi, tekstil dan lain-lain. Industri makanan dari
singkong cukup beragam mulai dari makanan tradisional seperti getuk,
timus, keripik, gemblong, dan berbagai jenis makanan lain yang
memerlukan proses lebih lanjut. Dalam industri makanan, pengolahan
singkong, dapat digolongkan menjadi tiga yaitu hasil fermentasi singkong
(tape/peuyem), singkong yang dikeringkan (gaplek) dan tepung singkong
atau tepung tapioka berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Pengolahan Dan
Pemasaran Hasil Pertanian (2005).
-
29
Pada industri pengolahan ketela, teknologi yang digunakan dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu: pertama; tradisional yaitu industri yang
masih mengandalkan sinar matahari dan produksinya sangat tergantung
pada musim, kedua; semi modern yaitu industri yang menggunakan mesin
dalam melakukan proses pengolahan dan yang ketiga; full otomate yaitu
industri pengolahan ketela yang menggunakan mesin dari proses awal
sampai produk jadi. Industri ketela yang menggunakan peralatan full
otomate ini memiliki efisiensi tinggi, karena proses produksi memerlukan
tenaga kerja yang sedikit, waktu lebih pendek dan menghasilkan produk
yang berkualitas. berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Pengolahan Dan
Pemasaran Hasil Pertanian (2005).
Selain sebagai sumber karbohidrat, ubi jalar juga mengandung
vitamin A, vitamin C, dan mineral, ubi jalar yang dagingnya berwarna
ungu banyak mengandung anthocyinin yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan, karena mencegah penyakit kanker, warna kuning mengandung
vitamin A yang tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga
diolah menjadi pangan olahan dikemukakan oleh Arif Musaddad
(2005:32)
Ubi kayu memiliki potensi bagi pengembangan agrobisnis
dikarenakan ubi kayu sebagai bahan produk pangan yang bersifat
viskoelastis pada produk yang dihasilkan (Isti handayani: 2008).
Ketela merupakan sumber daya alam lokal yang melimpah di desa
Karangcegak, Kutasari, Purbalingga dan juga sebagai bahan produk
-
30
pangan yang mempunyai banyak kandungan nilai gizi. Sehingga
pemanfaatan potensi tersebut diperlukan guna mengatasi panen yang
melimpah dan pengembangan produk sebagai objek dalam membuka
usaha dengan pengolahan sumber daya alam lokal.
4. Makanan lokal
Ubi kayu sebagai tanaman lokal. Yang diolah menjadi berbagai jenis
jajanan dan masakan yang menarik memiliki cita rasa enak ditambah dengan
penampilan yang menarik membawa nilai jual tinggi dikalangan makanan
lokal, hal tersebut dikemukakan oleh Winarno (1989:2).
Kandungan karbohidrat ketela menjadi produk bernilai tinggi merupakan
potensi besar meningkatkan aneka makanan yang lokal berkualitas tinggi serta
dapat menmberikan inovasi produk yang menjadi daya tarik bagi semua
kalangan seperti biskuit, brownies, serena dan berkualitas gizi lebih baik.
Winarno (1989:2).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengolahan makanan local
merupakan makanan memenuhi selera dan menggunakan bahan baku yang
mempunyai potensi kandungan gizi yang banyak, bernilai jual tinggi dan
mempunyai potensial untuk dikembangkan. Selain itu, dengan pengolahan
ketela menjadi berbagai jenis makanan lokal yang berkualitas dan
meningkatkan produk dengan inovasi produk pada progam pemberdayaan
masyarakat diharapkan menambah nilai jual dan produk tersebut diminati
pasar, sehingga memberi peluang kepada masyarakat desa Karangcegak,
Kutasari, Purbalingga dalam pendidikan dan pelatihan wirausaha pengolahan
-
31
ketela menjadi makanan lokal berdampak pada kesejahteraan hidup masyarakat
meningkat dalam segala aspek.
B. Kerangka Berpikir
Bagan kerangka berfikir untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar I. Kerangka berfikir
Berdasarkan bagan kerangka berfikir di atas, maka kerangka berfikir dapat
diuraikansebagai berikut :
Masyarakat desa Karangcegak, Kutasari, Purbalingga adalah suatu
organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain. Dalam kegiatan
bermasyarakat manusia mempunyai pola pikir, sikap dan perilaku yang berbeda-
beda. Perbedaan itulah yang membuat masyarakat menjadi beragam dan saling
melengkapi satu sama lain. Dengan jumlah penduduk 6227 jiwa terdiri dari 3145
jiwa penduduk laki laki, dan 3082 jiwa penduduk perempuan dengan kepadatan
penduduk 1477 jiwa/km dan jumlah rumah tangga 1812 KK. Dan mayoritas
penduduk bekerja sebagai petani sebesar 85%.
Dalam kehidupannya, masyarakat di desa Karangcegak, Kutasari,
Purbalingga mengalami banyak masalah yang terjadi. Dan masalah yang lebih
Pengolahan ketela sebagai sumberdaya lokal
Masyarakat desa Karangcegak
Pemberdayaan masyarakat Pendidikan dan pelatihan wirausaha
Makanan lokal
-
32
utama yaitu aspek ekonomi sehingga mempengaruhi aspek lain yaitu aspek
pendidikan, sosial dan politik di daerah tersebut. Untuk itu, pendidikan berbasis
masyarakat sebagai tindakan mobilitasi masyarakat untuk mengatasi masalah
yang dihadapi pemerintah memberikan solusi dengan membuat progam
pemberdayaan masyarakat bagi masyarakat desa Karangcegak, Kutasari,
Purbalingga.
Progam pemberdayaan masyarakat yang dijadikan sebagai solusi
masyarakat desa Karangcegak, Kutasari, Purbalingga yaitu melalui pendidikan
dan pelatihan wirausaha yaitu menanamkan kepada masyarakat menjadi mandiri
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan diberikan bekal dalam mengatasi
masalah perekonomian dengan pelatihan wirausaha.Sehingga masyarakat desa
Karangcegak, Kutasari, Purbalingga dapat membuka usaha baru, menciptakan
inovasi pengolahan hasil pertanian yang dapat meningkatkan taraf hidup yang
lebih baik.
Selain itu, pemanfaatan sumber daya alam yang ada di desa Karangcegak,
Kutasari, Purbalingga khususnya hasil pertanian berupa ketela dijadikan sebagai
produk/ bahan objek pada progam pemberdayaan. Dikarenakan, ketela merupakan
hasil pertanian yang melimpah menjadi bahan olahan makanan lokal sebagai salah
satu alternatif meningkatkan nilai jual yang lebih tinggi, masyarakat juga
mendapatkan penghasilan tambahan, mengatasi pengangguran, serta menanamkan
kesadaran kepada masyarakat desa Karangcegak, Kutasari, Purbalingga.Ditambah
lagi, makanan tradisional menjadi makanan modern yang memiliki cita rasa yang
enak menarik minat pasar memperkuat bahwa pengolahan ketela menjadi
-
33
makanan lokal dapat mengetasi masalah yang dihadapi masyarakat desa
Karangcegak, Kutasari, Purbalingga.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat melalui
wirausaha pengolahan ketela menjadi makanan lokal di desa Karangcegak,
Kutasari, Purbalingga, Jawa Tengah?
2. Faktor-faktor apa saja pendukung bagi progam pemberdayaan masyarakat
melaluiwirausaha pengolahan ketela menjadi makanan lokal di desa
Karangcegak, Kutasari, Purbalingga, Jawa Tengah?
3. Bagaimanakah perencanaan program pelatihan pemberdayaan masyarakat
melalui wirausaha pengolahan ketela?
4. Bagaimana tahap pemberdayaan kelompok wirausaha melalui wirausaha
pengolahan ketela di Desa Karangcegak Kutasari Purbalingga?
5. Apa saja materi kelompok wirausaha melalui pengolahan ketela?