kewenangan komisi pengawas persaingan usaha...

75
KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: Ahmad Husein 11140480000001 K O N S E N T R A S I H U K U M K E L E M B A G A A N N E G A R A P R O G R A M S T U D I ILM U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1440 H/2018 M

Upload: duongdat

Post on 23-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Ahmad Husein

11140480000001

K O N S E N T R A S I H U K U M K E L E M B A G A A N N E G A R A

P R O G R A M S T U D I ILM U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440 H/2018 M

Page 2: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

ii

KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

AHMAD HUSEIN

NIM: 11140480000001

Pembimbing

Prof. Dr. H. A Salman Maggalatung S.H, M.H.

NIP.195403031976111001

K O N S E N T R A S I H U K U M K E L E M B A G A A N N E G A R A

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440 H/2018 M

Page 3: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS

PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN

INDONESIA” telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan

Hukum Program Studi Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Kelembagaan Negara

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 7 September 2018.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, September 2018

Mengesahkan Dekan,

Dr. Asep Saepudin Jahar, MA

NIP.19691216 199603 1 001

PANITIA UJIAN MUNAQASAH

1. Ketua : Dr. Asep Saepudin Jahar, MA (...............) NIP.19691216 199603 1 001

2. Sekretaris : Indra Rahmatullah, S.H.I.,M.H (...............)

3. Pembimbing : Prof. Dr. H. A. Salman Maggalatung, S.H., M.H (..............) NIP. 19540303 197611 1 001

4. Penguji I : Dwi Putri Cahyawati, SH, M.H (..............) NIDN. 0306047002

5. Penguji II : Indra Rahmatullah, S.H.I.,M.H (...............)

Page 4: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini :

1. Nama : Ahmad Husein

2. NIM : 11140480000001

3. Prodi/ Konsentrasi : Ilmu Hukum/ Kelembagaan Negara

4. Tempat/Tanggal Lahir : Rantau Prapat/ 15 agustus 1996.

5. Alamat : Jalan Padat Karya, Rantau Prapat, Labuhan Batu.

6. Nomor Kontak : 082311658535

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil kaya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Strata 1 (S1) di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 Agustus 2018

Ahmad Husein

Page 5: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

v

ABSTRAK

Ahmad Husein, NIM 11140480000001. Kewenangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Kelembagaan Negara, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H /2018M. ix + 64 halaman + 2 halaman daftar pustaka. Permasalahan utama dalam skripsi ini adalah adanya perdebatan eksistensi Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam sistem ketatanegaraan Indonesia dan permasalahan lainnya yaitu hal yang menjadi kendala KPPU dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan normatif yuridis. Normatif yuridis adalah penelitian hukum kepustakaan, penelitian terhadap data primer yang mengacu pada norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan. Kesimpulan analisis yang ditemukan adalah Komisi Pengawas Persaingan Usaha merupakan Implementasi fungsi cabang kekuasaan eksekutif dan yang menjadi kendala KPPU dalam menjalankan tugas dan wewenangnya yaitu hukum acara yang belum diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Kata Kunci: KPPU, Pemisahan Kekuasaan, Kewenangan.

Pembimbing: Prof. Dr. H.A.Salman Maggalatung S.H, M.H.

Page 6: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala RahmatNya, hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat

dan salam selalu tecurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.

Peneliti karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu bagian syarat

untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana

Hukum (S.H) di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi peneliti secara pribadi

adalah dapat mempersembahkan yang terbaik kepada keluarga peneliti, dan pihak-

pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan, peneliti sampaikan ucapkan

terimakasih kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Djahar, M.A Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs. Abu Thamrin S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah

memberikan peneliti berupa saran dan masukan terhadap kelancaran proses

penyusunan skripsi ini.

3. Prof. Salman Maggalatung S.H, M.H , Dosen Pembimbing yang telah bersedia

menyediakan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan arahan,

masukan, dan bimbingan terhadap kelancaran proses penyusunan skripsi ini.

4. Ayahanda tercinta Bapak Adlin Tanjung dan Ibunda tersayang ibu Erlina

Pasaribu yang telah memberikan dukungan secara moril, materil, serta doa

yang selalu dipanjatkan sehingga peneliti diberi kemudahan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Adik dan kakakku tersayang, Ahmad Fauzan Tanjung dan Dian Nanda Sari

Tanjung yang juga terus memberikan motivasi dan dukungan baik dalam

Page 7: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

vii

bentuk moril dan materil serta kasih sayangnya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Dengan ini peneliti ucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila terdapat

kata-kata didalam peneliti skripsi ini yang kurang berkenan bagi pihak-

pihak tertentu. Semoga skeisi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya

bagi penelti dan umumnya bagi pembaca.

Wassalamualaikum. Wr.wb.

Jakarta, 18 Agustus 2018

Ahmad Husein

Page 8: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................................. iii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................... iv ABSTRAK ............................................................................................................................. v KATA PENGANTAR ........................................................................................................... vi DAFTAR ISI .......................................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah ........................................... 6 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7 E. Metode Penelitian .......................................................................................... 7 F. Rancangan Sistematika Penelitian ................................................................ 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................. 11 A. Kerangka Konseptual .................................................................................... 11

1. Pengertian Kewenangan .......................................................................... 11 2. Pengertian Sistem Ketatanegaraan ........................................................... 12

B. Kerangka Teori .............................................................................................. 14 1. Teori Pemisahan kekuasaan ..................................................................... 14 2. Teori Negara Hukum ............................................................................... 22

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ............................................................ 30

BAB III KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 .................................................................. 31 A. Sejarah Pembentukan Lembaga Komisi Pengawas Persaingan Usaha ........... 31 B. Kedudukan, susunan keanggotaan, Tugas dan Kewenangan Komisi

Pengawas Persaingan Usaha .......................................................................... 35 1. Kedudukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha .................................... 35 2. Susunan Keanggotaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha .................... 37 3. Tugas Komisi Pengawas Persaingan Usaha .............................................. 38 4. Kewenangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha ................................... 40 5. Mekanisme Pertanggung Jawaban Komisi Pengawas Persaingan

Usaha ......................................................................................................... 41

BAB IV KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN iNDONESIA .................................................................. 43 A. Analisis Tugas Dan Kewenangan KPPU Dalam Perspektif Teori

Pemisahan Kekuasaan .................................................................................. 43 1. Tugas Dan Kewenangan KPPU Dalam Perspektif Teori Pemisahan

Kekuasaan John Locke .............................................................................. 48 2. Tugas Dan Kewenangan KPPU Dalam Perspektif Teori Pemisahan

Kekuasaan Montesquieu........................................................................... 51 3. Tugas Dan Kewenangan KPPU Dalam Perspektif Teori Pemisahan

Kekuasaan Van Vollenhoven .................................................................... .51 B. Analisis Tugas Dan Kewenangan Dalam Memutus Perkara Di Tinjau Dari

Perspektif Teori Negara Hukum...................................................................... 53

Page 9: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

ix

1. Tugas Dan Kewenangan Dalam Memutus Perkara Ditinjau Dari Perspektif Negara Hukum Menurut Jimly Assiddiqie .............................. 54

2. Tugas Dan Kewenangan Dalam Memutus Perkara Ditinjau Dari Perspektif Negara Hukum Menurut A.V.Dicey ....................................... 55

C. Analisis Kedudukan KPPU Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia ........... 56 1. Komisi Pengawas Persaingan Usaha Sebagai Lembaga Negara Bantu .... 56 2. Komisi Pengawas Persaingan Usaha Sebagai Lembaga Pemerintahan .... 59

D. Kendala Komisi Pengawas Persaingan Usaha Dalam Menjalankan Tugas dan Wewenang ................................................................................................ 60

BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 64 A. Kesimpulan .................................................................................................... 64 B. Rekomendasi .................................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 65

Page 10: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan sejarah, teori dan pemikiran tentang

pengorganisasian kekuasaan dan tentang organisasi negara berkembang sangat

pesat. Variasi struktur dan fungsi organisasi dan institusi-institusi kenegaraan

itu berkembang dalam banyak ragam dan bentuknya, baik di tingkat pusat atau

nasional maupun ditingkat daerah atau lokal1.

Pasca amandemen Undang-Undang Dasar, begitu banyak perubahan dan

variasi dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Seperti misalnya MPR yang

tadinya sebagai lembaga tertinggi negara berubah menjadi lembaga tinggi

negara. Artinya, posisi MPR telah sama dengan lembaga-Lembaga tinggi

negara lainnya, seperti DPR, Presiden, BPK dan lain-lain2. Variasi dan

perubahan lembaga negara bukan hanya pada lembaga tinggi negara saja

melainkan juga menghadirkan variasi lembaga-lembaga negara baru seperti

Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

Komisi pengawas Persaingan Usaha (KPPU) merupakan sebuah lembaga

Negara yang lahir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Pembentukan

lembaga KPPU secara eksplisit disebutkan dalam pasal 30 (1) yang

menyebutkan “untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang ini dibentuk

Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut komisi”.

Selanjutnya ditegaskan lagi dalam keputusan presiden Republik Indonesia

nomor 75 tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

Pembentukan lembaga negara tersebut dapat dilihat dalam pasal 1 (1)

Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tersebut.

1Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

(Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006 ), h.1.

2 Salman Maggalatung, Desain Lembaga Negara Pasca Amandemen UUD 1945, (Jakarta: gramata publishing, 2015), h.23.

Page 11: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

2

Salah satu pertimbangan dibentuknya Komisi Pengawas Persaingan Usaha

adalah untuk mengawal terselenggaranya dalam bidang ekonomi yang

menghendaki adanya kesempatan yang sama bagi warga negara untuk

berpartisipasi di dalam proses produksi dan pemasaran barang dana atau jasa,

dalam usaha yang sehat, efektif, dan efisien sehingga dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar yang wajar3

Berdirinya komisi tersebut bukanlah tanpa perdebatan dikalangan ahli

hukum yang begitu ramai membicarakannya. Dalam sudut pandang ahli

hukum tatanegara perdebatan mengenai lembaga tersebut berada disekitaran

dimana letak atau posisi komisi tersebut dalam sistem ketatanegaraan

Indonesia. KPPU menjadi perdebatan dikarenakan posisisnya yang cenderung

bersentuhan dengan bebarapa cabang kekuasaan.

Ada beberapa kewenangan komisi tersebut yang mengesankan 2 sisi

cabang kekuasaan sekaligus. Dalam pasal 36 butir 3 disebutkan “melakukan

penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktik monopoli

dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau

oleh pelaku usaha atau menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau

setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf f, yang tidak bersedia

memenuhi panggilan komisi “. Dalam pasal tersebut disebutkan wewenang

KPPU untuk melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan, hal tersebut

menunjukkan atau mengasankan bahwa KPPU merupakan lembaga pelaksaan

cabang kekuasaan eksekutif layaknya Kepolisian dan Kejaksaan. Hal tersebut

dikarenakan fungsi penyelidikan identik dengan fungsi dari cabang kekuasaan

eksekutif. Namun dalam pasal 36 butir 6 dikatakan bahwa KPPU berwenang

memutuskan dan menetapkan ada atau tidaknya kerugian dipihak pelaku usaha

lain atau masyarakat. Pasal tersebut justru menunjukkan bahwa KPPU sedang

menjalankan fungsi yudikatif atau kekuasaan kehakiman. Lantas bagaimana

posisi KPPU dalam sistem ketatangeraan kita sebenarnya ?

3Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

h.258.

Page 12: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

3

Kewenangan Komisi Pengawas Persaingan usaha dalam menyelidiki

hingga memutus suatu perkara merupakan hal yang sangat potensial untuk

terjadinya abuse of power. Selain permasalahan tersebut, kewenangan KPPU

dalam memutus perkara juga menambah keruwetan posisi KPPU dalam sistem

tata negara Indonesia khusunya berkenaan dengan posisinya sebagai lembaga

negara bantu atau auxiliary state organs.

Didalam pasal 24 (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

1945 mengatakan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah

Mahkamah Agung dan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan

peradilan umum,lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,

lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah

Konstitusi. Jika benar KPPU merupakan lembaga yang termasuk dalam

lingkup kekuasan kehakiman, maka KPPU posisinya ada dalam lingkungan

peradilan apa? Kewenangan KPPU dalam menyelidiki hingga memberikan

putusan telah menjadikan lembaga tersebut berdiri diatas 2 cabang kekuasaan

sekaligus. Selain berposisi sebagai lembaga negara bantu yang melekat sifat

eksekutif, juga telah berdiri diatas cabang kekuasaan yudikatif

Salah satu ciri negara hukum, yang dalam Bahasa inggris disebut legal

state atau state based on the rule of law, dalam bahasa Belanda dan Jerman

disebut rechstaat, adalah adalah adanya ciri pembatasan kekuasaan dalam

penyelenggaraan kekuasaan negara. Meskipun kedua istilah rechstaat dan rule

of law itu memiliki latar belakang sejarah dan pengertian berbeda , tetapi

sama-sama mengandung ide pembatasan kekuasaan4. Dalam pasal 3 (3)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 disebutkan bahwa

negara Indonesia adalah Negara hukum, oleh sebab itu Negara Indonesia

seharusnya juga menundukkan diri terhadap ciri negara hukum seperti yang

telah di uraikan.

Perdebatan mengenai kedudukan KPPU dalam sistem ketatanegaraan tentu

tidak dapat dilepaskan dari beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli

4Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2009 ), h. 281.

Page 13: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

4

tentang konsep pemisahan kekuasaan. John locke seorang sarjana Inggris

membagi fungsi negara atas tiga fungsi, yaitu :

1. Fungsi legislatif, untuk membuat peraturan

2. Fungsi eksekutif, untuk melaksanakan peraturan

3. Fungsi federatif, untuk mengurusi urusan luar negeri dan urusan perang

dan damai5

Selanjutnya ada juga pembagian beberapa fungsi negara atau konsep

pemisahan kekuasaan yang dikemukakan oleh Montesquieu. Tiga fungsi

negara menurut

Montesquieu ialah :

1. Fungsi legislatif, membuat undang-undang

2. Fungsi eksekutif, melaksanakan undang-undang dan

3. Fungsi yudikatif, untuk mengawasi agar semua peraturan ditaati ( fungsi

mengadili ), yang popular dengan trias politika6

Mirip dengan itu, sarjana belanda, Van Vollenhoven membagi fungsi

kekuasaan juga dalam empat fungsi, yang kemudian biasa disebut dengan

“catur Praja “, yaitu ;

1. Regeling (pengaturan) yang kurang lebih identik dengan fungsi legislatif

menurut Montesquieu

2. Bestuur yang identik dengan fungsi pemerintahan eksekutif

3. Rechpraak (peradilan) dan

4. Politie yang menurutnya merupakan fungsi untuk menjaga ketertiban

dalam masyarakat (social order) dan peri kehidupan bernegara7

Pada saat ini teori pemisahan kekuasaan yang dicetuskan oleh

Montesquieu atau yang dikenal dengan teori trias politika lebih mendapat

sambutan dan hingga saat ini negara di dunia cenderung menggunakan teori

tersebut. Tujuan awal adanya dari tiga poros kekuasaan ini pada mulanya

5 Abu Daud Busrah, Ilmu Negara, (Palembang: PT Bumi aksara, 1989 ), h. 84.

6 Abu Daud Busrah, Ilmu Negara, h. 85.

7 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, h. 284.

Page 14: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

5

adalah mencegah agar supaya kekuasaan negara tidak terpusat pada satu

tangan saja, melainkan harus dipisah-pisah antara kekuasaan yang satu dengan

kekuasaan yang lainnya. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi penumpukan

kekuasaan, yang biasanya berakibat pada lahirnya kekuasaan yang sewenang-

wenang8

Tujuan agar tidak terjadinya penumpukan kekuasaan dan berujung

pada terjadi kekuasaan yang sewenang-wenang seharunsya juga berlaku pada

lembaga Negara Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Wewenang yang

dimiliki oleh komisi atau lembaga tersebut memiliki potensi terhadap

terjadinya kesewang-wenangan. Bagaimana mungkin dalam satu lembaga

memiliki kewenangan untuk melakukan penyelidikan serta juga memiliki

kewenangan untuk memutus suatu kasus.

Kewenangan yang terkesan super power dan cenderung

memperlihatkan ambiguitas tersebut juga dianggap beberapa kalangan

bertentangan dengan prinsip atau mekanisme check and balances yang selama

ini dipraktikkan di banyak Negara. Meskipun ada mekanisme keberatan atau

banding yang dapat diajukan ke pengadilan negeri dan bahkan dapat

mengajukan kasasi, namun hal tersebut dianggap masih belum cukup untuk

melaksanakan prinsip check and balances atau saling control antar organ

Negara.

Menurut Jimly Asshiddiqie ada 12 prinsip pokok yang menjadi pilar

utama penyangga negara hukum, namun dalam hal ini penulis hanya mengutip

satu prinsip yang berkaitan dengan posisi KPPU sebagai lembaga independen

atau non-struktural seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999. Prinsip tersebut yaitu prinsip organ pendukung yang independen.

Prinsip ini merujuk pada pengaturan adanya lembaga pendukung yang bersifat

independen dalam rangka pembatasan kekuasaan, misalnya bank sentral,

organisasi tentara, Kepolisian dan Kejaksaan serta lembaga-lembaga baru

seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Pemilihan Umum,

8 Mexsasai Indra, Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT Refika Aditama,

2011), h. 152.

Page 15: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

6

Ombudsman, Komisi Penyiaran, dan lain-lain. Sifat independen dari lembaga-

lembaga tadi menjadi penting sebagaimana jaminan bahwa demokrasi tidak

akan disalahgunakan oleh pemerintah9

Melihat bersoalan yang telah peneliti uraikan, mendorong peneliti

untuk melakukan penelitian skripsi dengan mengangkat judul : Kewenangan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Dugaan penumpukan fungsi cabang kekuasaan dalam Komisi

Pengawas Persaingan Usaha.

b. Dugaan Kerancuan kewenangan lembaga KPPU dalam sistem

ketatanegaraan Indonesia.

c. Potensi terjadi penyalahgunaan kekuasaan.

d. Kerancuan identifikasi lembaga KPPU.

e. Kendala yang dihadapi KPPU

2. Batasan masalah

Agar masalah yang peneliti bahas tidak terlalu meluas sehingga

mengakibatkan kerancuan, maka dalam hal ini peneliti melakukan

pembatasan masalah yaitu hanya pada kewenangan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia

3. Perumusan Masalah

a. Bagaimana eksistensi Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam sistem

ketatanegaraan Indonesia?

b. Apa yang menjadi kendala Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui eksistensi Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam

sistem ketatanegaraan Indonesia.

9Dewa Palguna, Pengaduan Konstitusional (constitutional complaint) Upaya Hukum Terhadap Pelanggaran Hak-Hak Konstitusional Warga Negara, ( Batubulan: Sinar Grafika, 2013), h. 108.

Page 16: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

7

2. Untuk mengetahui apa yang menjadi kendala Komisi Pengawas

Persaingan Usaha dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Secara akademis penelitian ini dapat memberikan wawasan ilmu

pengetahuan hukum kelembagaan negara dari lingkup hukum

tatanegara khususnya berkaitan dengan kedudukan sebuah lembaga

negara yaitu Komisi pengawas Persaingan Usaha yang ditinjau dari

kewenangan serta dari konsep atau teori pemisahan kekuasaan. Diluar

daripada itu tulisan ini juga diharapkan memberikan sebuah kontribusi

dalam perbendaharaan karya ilmiah bagi perkembangan ilmu hukum

tata negara atau hukum kelembagaan negara di Indonesia.

Tulisan ini juga diharapkan dapat menjadi sebuah landasan dan

kerangka bagi peneliti selanjutnya yang hendak melakukan penelitian

di bidang hukum Kelembagaan Negara. Dengan adanya penelitian

skripsi ini, peneliti berharap dapat memudahkan peneliti lanjutan yang

akan mengangkat permasalahan lembaga KPPU.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi

landasan operasional bagi berjalannya lembaga Komisi Pengawasan

Persaingan Usaha. Dan peneliti berharap dapat memberi sebuah

masukan atau rekomendasi bagi lembaga KPPU

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam peneliitan

hukum normatif, Yaitu pendekatan perundang-undangan, pendekatan

kasus, pendekatan historis, pendekatan perbandingan dan pendekatan

konseptual. Akan tetapi cara pendektaatan tersebut dapat digabung

sehingga dalam suatu peneliitan hukum normatif dapat saja menggunakan

Page 17: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

8

dua pendekatan atau lebih yang sesuai, misalnya pendekatan perundang-

undangan, pendekatan historis, dan pendekatan perbandingan10. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan pendekatan konseptual digabung

dengan pendekatan perundang-undangan.

2. Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti oleh peneliti, maka peneliti

menggunakan Jenis penelitian hukum normatif yuridis. Jenis penelitian

hukum normatif yuridis adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum

sebagai bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah

mengenai asas, norma, kaidah dari perturan perundangan-undangan

,putusan pengadilan , perjanjian serta doktrin (ajaran)11.

Dalam buku penelitian hukum di Indonesia pada akhir abad ke-20

yang ditulis Sunaryati Hartono, ia mengatakan Penelitian hukum seperti

itu, tidak mengenal penelitian lapangan (field research) karena yang

diteliti adalah bahan-bahan hukum sehingga dapat dikatakan sebagai

library based, focusing on reading and analysis of the primary and

secondary materials. Jika demikian, maka lebih tepat digunakan istilah

kajian ilmu hukum sebagaimana yang dapat ditemukan dalam kepustakaan

hukum di Belanda.12

3. Sumber dan Data Penelitian

a. Bahan Hukum Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui

wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen.13 Serta

10Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya:

Bayumedia Publishing, 2005 ), h. 300-301.

11Mukti fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme penelitian hukum normative dan empiris, (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2010 ), h.34.

12Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, h.46.

13 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2010), h. 106.

Page 18: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

9

bahan pustaka berisikan pengertian ilmiah tentang fakta yang diketahui

maupun suatu gagasan, mencakup buku-buku, seminar dan majalah.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan buku-buku sebagai bahan

hukum.

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian dalam bentuk

laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan perundang-undangan

maupun kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum dan keputusan

hakim. Dalam Penelitian ini Peneliti menggunakan peraturan

Perundang-undangan dan skripsi sebagai bahan hukum.

c. Bahan Hukum Tersier

Yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti

kamus (hukum), ensiklopedia.14

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Library Research yaitu pengumpulan data melalui penelitian kepustaakan

yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku,

dokumen resmi dan hasil penelitian.

5. Teknik Pengolahan Data

Adapun teknik yang dilakukan melalui seleksi data yaitu setelah

memperoleh data dan bahan-bahan dari library research data diperiksa

kembali guna mencegah kekeliruan dan juga melalui klasifikasi data yaitu

setelah data diperiksa lalu diklasifikasikan dalam bentuk jenis tertentu,

kemudian diambil suatu kesimpulan.

6. Pedoman Penulisan

14 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Ed. 1, cet. 1,

(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 32.

Page 19: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

10

Pedoman yang digunakan dalam skripsi ini disesuaikan kaidah-kaidah

karya ilmiah dan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017”

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, skripsi ini dibagi menjadi lima bab dengan beberapa

sub-bab, dengan uraian singkat sistem penelitian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN : Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar

belakang masalah, identifikasi masalah,pembatasa masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II KAJIAN PUSATAKA: Dalam bab ini akan diuraikan beberapa

sub-bab. sub-bab pertama menjelaskan mengenai kerangka Konseptual, sub-

bab kedua menjelaskan kerangka teori, dan sub-bab ketiga menjelaskan review

terdahulu

BAB III, KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 : Dalam bab ini akan

diuraikan kedudukan, fungsi dan tugas Komisi Pengawas Persaingan Usaha

dengan menggunakan perspektif Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

BAB IV, KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM

SISTEM KETATANEGRAAN INDONESIA : Dalam bab ini penulis akan

melakukan analisis terhadap eksistensi KPPU didalam sistem ketatanegaraan

Indonesia.

BAB V PENUTUP : Dalam bab terakhir ini peneliti akan mengemukakan

beberapa kesimpulan serta rekomendasi dari peneliti

Page 20: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Konseptual

1. Pengertian Kewenangan

Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum tatanegara

dan hukum administrasi Negara. begitu pentingnya kedudukan kewenangan

ini sehingga F.A.M. Stroink dan J.G. Stenbeek menyebutnya sebagai konsep

inti dalam hukum Tata negara dan hukum administrasi Negara1. Menurut

Bagir Manan dalam makalahnya yang berjudul wewenang Provinsi,

Kabupaten dan Kota yang disampaikan pada seminar Nasional Fakultas

Hukum UNPAD, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan

kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau

tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban

(rechten en plichten)2.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kewenangan berasal dari kata

wenang yang berarti mempunyai (mendapat) hak dan kekuasaaan untuk

melakukan sesuatu. Sehingga dengan begitu dapat ditarik kesimpulan bahwa

yang dimaksud dengan kewenangan adalah hak dan kekuasaan untuk

melakukan atau tidak melakukan hal tertentu.

Sedangkan yang dimaksud oleh peneliti dalam melakukan penelitian

skripsi ini adalah berkaitan dengan adanya kewenangan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha yang dianggap rancu dalam sistem Ketatanegaraan

Indonesia. Kerancuan tersebut diakibatkan adanya kewenangan yang dimiliki

1 Ridman HR, Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta:Rajawali Pers,2010), h. 99.

2 Ridman HR, Hukum Administrasi Negara, h. 99.

Page 21: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

12

oleh lembaga negara Komisi Pengawas Persaingan Usaha dianggap saling

bertentangan fungsi antara satu dengan yang lainnya.

2. Pengertian Sistem Ketatanegaraan

Sistem ketatanegaraan terdiri dari kata sistem dan ketatanegaraan. Fritjof

Capra dalam bukunya yang berjudul titik balik peradaban mengatakan, sistem

adalah keseluruhan yang terintegrasi dan sifat-sifatnya tidak dapat direduksi

menjadi sifat-sifat yang lebih kecil. Pendekatan sistem tidak memusatkan

pada balok-balok bangunan dasar atau zat-zat dasar melainkan lebih

menekankan pada prinsip-prinsip organisasi dasar3.

Dalam kamus besar bahasa indonesia yang dimaksud dengan sistem adalah

1. Perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk

suatu totalitas: telekomunikasi 2. Susunan yang teratur dari pandangan, teori

asas dan sebagainya: pemerintahan negara (demokrasi, totaliter, parlementer,

dan sebagainya ). Dari 2 sumber pengertian tersebut dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa sistem merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan

sehingga membentuk sesuatu hal tertentu.

Secara epistimologi menurut J.H A Logemen sebagaimana dikutip Titik

Triwulan Tutik dari buku A. Ahsin Thohari dalam bukunya yang berjudul

Komisi Yudisial Dan Reformasi Peradilan mendefinisikan sistem

ketatanegaraan yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk

suatu totalitas yang mencakup beberapa hal antara lain :

a. Pembentukan jabatan-jabatan dan susunannya

b. Penunjukan para pejabat

c. Kewajiban-kewajiban, tugas-tugas, yang terikat pada jabatan

3 Abdy Yuhana, Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945, (Bandung:

fokusmedia, 2009), h.67.

Page 22: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

13

d. Wibawa, wewenang hukum, yang terikat pada jabatan

e. Lingkungan daerah dan personel, atas nama tugas dan wewenang jabatan

itu meliputinya

f. Hubungan wewenang dari jabatan-jabatan antara satu sama lain

g. Peralihan jabatan, dan

h. Hubungan antara jabatan dan pejabat4.

I Gde pantja dalam seminar penguatan lembaga demokrasi DPD-RI

Provinsi Jawa Barat mengatakan apabila pengertian sistem dikaitkan dengan

sistem ketatanegaraan maka sistem ketatanegraan diartikan susunan

ketatanegaraan, yaitu segala sesuatu yang berkenaan dengan organisasi

negara, baik yang menyangkut tentang susunan dan kedudukan lembaga–

lembaga Negara maupun yang berkaitan dengan tugas dan wewenangnya

masing-masing maupun hubungan satu sama lain5.

Menurut Joniarto dalam bukunya yang berjudul Sejarah Ketatanegaraan

Republik Indonesia, sistem ketatanegaraan Republik Indonesia Menurut UUD

1945, tidak menganut suatu sistem Negara manapun, tetapi adalah suatu

sistem khas menurut kepribadian bangsa Indonesia6.

Secara umum, suatu sistem ketatanegaraan berdasarkan pembagian

kekuasaan, membagi kekuasaan pemerintahan ke dalam “tri-chotomy system”

yang terdiri dari eksekutif, legislatif, dan yudisial dan biasa disebut dengan

trias politica. Pembagian ini sering kali ditemui, kendatipun batas pembagian

4 Titik Triwulan Titik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD

1945, (Surabaya : Kencana,, 2008), h.8.

5 Abdy Yuhana, sistem ketatanegaraan indonesia pasca perubahan UUD 1945, h.67.

6Abdy Yuhana, sistem ketatanegaraan indonesia pasca perubahan UUD 1945, h.69.

Page 23: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

14

itu tidak selalu sempurna7. Sistem ketatanegaraan di Indonesia bisa dikatakan

berkembang begitu dinamis. Hal tersebut dapat dilihat dari terbentuknya

berbagai macam lembaga baru. Lembaga-lembaga baru tersebut tentunya lahir

atau terbentuk untuk mengakomodir dari kebutuhan dalam bernegara.

B. Kerangka Teori

1. Teori Pemisahan Kekuasaan

Salah satu ciri negara hukum , yang dalam bahasa inggris disebut legal

state atau state based on the rule of law, dalam bahasa Belanda dan Jerman

disebut rechstaat, adalah adanya ciri pembatasan kekuasaan dalam

penyelenggaraan kekuasaan negara. Meskipun kedua istilah rechstaat dan

rule of law itu memiliki latar belakang sejarah dan pengertian yang

berbeda, tetapi sama-sama mengandung ide pembatasan kekuasaan8.

Teori pemisahan kekuasaan tidak terlepas dari beberapa pendapat para

ahli yang membagi kedalam beberapa cabang kekuasaan. Akan tetapi

dalam praktiknya pendapat atau teori yang paling sering digunakan adalah

teori pemisahan kekuasaan yang dikemukakan oleh Montesquieu. Teori

dari Montesquieu dapat dikatakan merupakan teori yang paling termahsyur.

Seperti misalnya Titik Triwulan Tutik yang mengutip dari buku Moh.

Kusnardi dan Harmaily Ibrahim yang berjudul Pengntar Hukum Tata

Negara Indonesia mengatakan, berbicara tentang pembagian kekuasaan

selalu dihubungkan dengan Montesquieu. Menurutnya, dalam setiap

pemerintahan terdapat tiga jenis kekuasaan, yaitu : legislatif, eksekutif,

yudikatif, dimana ketiga-tiga jenis kekuasaan itu mesti terpisah satu sama

7 Titik Triwulan Titik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD

1945, h.8-9.

8 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, ( Jakarta : PT Rajagrafindo persada, 2009 ), h. 281

Page 24: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

15

lainnya, baik mengenai tugas (functie), maupun mengenai alat

perlengkapan (orgaan) yang melakukannya9

Fungsi Negara pertama kali dikenal pada abad XVI di Prancis yaitu :

a. Diplomacie

Di indoenesia sama dengan departemen luar negeri . Tugasnya

adalah penghubung antar negara, dulu penghubung antar Raja.

b. Difencie

Di Indonesia sama dengan Departemen pertahanan dan kemanan.

Tugas uang di jalankannya adalah masalah keamanan dan

pertahanan negara.

c. Financie

Di indonesia sama dengan Departemen keuangan, yang bertugas

menyediakan keuangan Negara

d. Justicie

Di Indonesia sama dengan departemen kehakiman dan Departemen

Dalam Negeri, tugasnya menjaga ketertiban perselisihan antar

warga negara dan urusan dalam Negara.

e. Policie

Bertugas mengurus kepentingan negara yang belum menjadi

wewenang dari Departemen lainnya (keempat departemen diatas)10.

John Locke membagi kekuasaan negara dalam tiga fungsi, tetapi

berbeda isinya. Menurut John Locke, fungsi-fungsi kekuasaan negara itu

meliputi :

9 Titik Triwulan Titik, Eksistensi, Kedudukan dan wewenang Komisi Yudisia Sebagai

Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, h.48.

10 Abu Daud Busrah, ilmu Negara, , ( Palembang : PT Bumi aksara, 1989 ), h. 84

Page 25: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

16

1) fungsi legislatif.

2) fungsi eksekutif.

3) fungsi federatif.11

Fungsi legislatif merupakan fungsi kekuasaan negara yang memiliki

kewenangan untuk membentuk peraturan perundang-undangan. Fungsi

eksekutif memiliki peran sebagai pelaksana dari peraturan yang telah

dibentuk oleh legislatif. Sedangkan fungsi federatif merupakan cabang

kekuasaan yang memiiki kewenangan untuk berhubungan dengan luar

negeri. menurut John Locke fungsi mengadili adalah termasuk tugas dari

eksekutif. Teori John locke diatas kemudian disempurnakan oleh

Montesquieu. Dia membagi negara menjadi 3 fungsi tetapi masing-masing

fungsi itu terpisah dan dilaksanakan oleh lembaga yang terpisah pula12.

Monstequieu membagi tiga cabang kekuasaan negara yang memiliki

perbedaan dengan teori pemisahan kekuasaan yang dikemukakan oleh John

Locke. Adapun tiga cabang kekuasaan tersebut yaitu :

a) Kekuasaan Yudikatif

Montesquieu menganalisis kekuasaan yudikatif, menyatakan

bahwa kekuasaan seperti itu harus dilaksanakan oleh para hakim

dan bahwa para tertuduh memiliki hak untuk diadili oleh orang-

orang yang kedudukannya setara dengan mereka dan bahwa ada

pengecualian tertentu mengenai jabatan hakim ini. Ia menambahkan

11 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, h. 283

12 Abu Daud Busrah, ilmu Negara, h. 84

Page 26: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

17

bahwa hanya dalam kasus-kasus yang sangat khusus hak habeas

corpus bisa dicabut13.

b) Kekuasaan Legislatif

Montesquieu selanjutnya membahas tentang kekuasaan

legislatif. Ia mengawali dengan mendisusikan bahwa dalam cabang

legislatif pemerintahan diperlukan adanya perwakilan, suatu ciri

yang jelas tidak terdapat terdapat dalam demokrasi langsung14.

Dalam cabang kekuasaan ini Montesquie menghendaki satu cabang

kekuasaan yang berisikan perwakilan rakyat. Hal tersebut tentu

berbeda dengan model demokrasi langsung yang mengidealkan

bahwa roda pemerintahan dijalankan oleh seluruh warga negara.

Untuk memastikan peran serta orang-orang yang berkecukupan

dan berasal dari keturunan istimewa dalam cabang legislatif

pemerintahan, Montesquieu menganjurkan sistem legislatif dua

kamar, berupa satu majelis rendah dan satu majelis tinggi yang

terdiri atas orang-orang dari keturunan tinggi.15. Dalam kekuasaan

legislatif ini memiliki kewenangan untuk membentuk undang-

undang. Hal tersebut tidak berbeda dengan yang dikemukakan oleh

pemikiran pemisahan kekuasan yang dicetuskan John Locke

c) Kekuasaan Eksekutif

Montesquieu melakukan analisis kekuasaan eksekutif.

Sebelumnya Montesquieu berpendapat bahwa demi efisiensi,

kekuasaan eksekutif harus berada ditangan seorang individu,

seorang raja. Sekarang Montesquieu membahas tentang hak

13 Montesquieu, The Spirit of Laws Dasar-dasar Ilmu Hukum dan ilmu politik (Bandung:

Nusamedia,2007). h. 187.

14 Montesquieu, The Spirit of Laws Dasar-dasar Ilmu Hukum dan ilmu politik. h. 187.

15 Montesquieu, The Spirit of Laws Dasar-dasar Ilmu Hukum dan ilmu politik, h. 187.

Page 27: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

18

eksekutif untuk memveto undang-undang, terutama undang-undang

mengenai keuangan.16Perbedaan pemisahan kekuasaan yang

dikemukakan oleh Montesquieu terletak pada fungsi cabang

kekuasaan federatif dan yudikatif. Oleh Montesquieu fungsi

federatif disatukan dengan fungsi eksekutif, dan fungsi mengadili

dijadikan fungsi yang berdiri sendiri. Hal tersebut dapat dimengerti

bahwa tujuan dari Montesquieu untuk memperkenalkan trias

politica adalah untuk kebebasan berpolitik (melindungi hak-hak

asasi manusia) yang hanya dapat dicapai dengan kekuasaan

mengadili (lembaga yudikatif) yang berdiri sendiri17.Sedangkan

dalam konsep pemisahan kekuasaan yang dikemukakan oleh John

Locke, fungsi mengadili adalah termasuk tugas dari eksekutif18dan

fungsi federatif atau mengurusi urusan luar negeri dan urusan

perang dan damai berdiri sendiri dalam satu cabang kekuasaan.

Selanjutnya teori atau konsep pemisahan kekuasaan juga dikemukakan

oleh seorang sarjana hukum dari Negeri Belanda, yaitu van Vollen Hoven.

Menurut Van Vollen Hoven fungsi negara itu dibagi menjadi 4 fungsi

cabang kekuasaan, yaitu:

a) Regeling (membuat peraturan )

b) Bestuur ( menyelenggarakan pemerintahan )

c) Rechtpraak ( fungsi mengadili )

d) politie ( fungsi ketertiban dan keamanan )19

16 Montesquieu, The Spirit of Laws Dasar-dasar Ilmu Hukum dan ilmu politik. h. 188.

17 Abu Daud Busrah, ilmu Negara. h. 85.

18 Abu Daud Busrah, ilmu Negara. h. 84.

19 Abu Daud Busrah, ilmu Negara. h. 85.

Page 28: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

19

Ajaran dari Van Vollen Hoven ini dikenal dengan teori atau ajaran

catur praja. Jika kita perhatikan dalam ajaran atau teori pemisahan

kekuasaan yang dikemukakan oleh Van Vollen Hoven adanya satu cabang

kekuasan baru yang berdiri sendiri yaitu fungsi menjaga ketertiban dan

keamanan.

Dari beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli yang telah

disebutkan. Mereka memiliki pandangan masing-masing mengenai fungsi

cabang kekuasaan. Dalam perbedaan tersebut tentu juga masih ada

persamaan. Seperti misalnya antara Montesquie dan John locke yang hanya

memiliki sedikit perbedaan, jika John locke menganggap bahwa kekuasaan

mengadili dijalankan oleh cabang kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan

untuk berhubungan dengan dunia Internasional dilakukan oleh satu cabang

tersendiri. Sedangkan menurut dari montesquie kekuasan mengadili

dilakukan oleh satu cabang kekuasaan tersendiri yang disebut cabang

kekuasan yudikatif. Dan kekuasaan untuk berhubungan dengan dunia

Internasional dilakukan oleh cabang kekuasaan ekesekutif.

Disamping itu ada juga yang membagi cabang kekuasaan menjadi

beberapa bagaian. Seperti yang dikutip dari Astim Riyanto dalam bukunya

yang berjudul teori konstitusi, C.F. Strong membaginya menjadi 6 cabang

kekuasaan, yaitu :

a) Kekuasaan Eksekutif

b) Kekuasaan Legislatif

c) Kekuasaan Yudikatif

d) Kekuasaan Administratif

e) Kekuasaan Militer/Pertahanan Negara

Page 29: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

20

f) Kekuasaan Diplomatic20.

Kemudian, tidak diragukan lagi bahwa teori trias politica sangat perlu

diaplikasikan dalam suatu sistem pemerintahan yang baik. Tujuannya

penerapan teori trias politica dalam suatu sistem pemerintahan antara lain

untuk mencapai hal-hal sebagai berikut :

a) Menjaga pelaksanaan prinsip demokrasi dan perlindungan hak-hak

rakyat dengan tidak memberikan atau menumpukkan kewenangan

pada satu tangan. Jadi menghindari kemungkinan terjadinya tirani

dalam suatu pemerintahan.

b) Efisiensi pelaksanaan roda pemerintahan, dengan masing-masing

cabang pemerintahan menjalankan tugas sesuai fungsi dan

keahliannya.

c) Pemberian kewenangan kenegaraan kepada pihak-pihak yang

berbeda menyebabkan adanya saling bersaing secara sehat antara

satu cabang pemerintahan dengan cabang pemerintahan lainnya,

sehingga masing-masing akan memberikan prestasi secara sebaik

mungkin.

d) Memberikan kewenangan kenegaraan kepada pihak yang berbeda-

beda memungkinkan cabang pemerintahan yang satu saling

mengawasi terhadap cabang pemerintahan yang lain, sehingga

dapat dideteksi dan dicegah secara dini terhadap kemungkinan

adanya penyalahgunaan kewenangan.

e) Menjaga agar sistem pemerintahan berjalan dengan objektif,

dengan menghindari dipengaruhinya kekuasaan negara oleh

sekelompok orang tertentu yang mempunyai bargaining position.

Tipis kemungkinan pihak-pihak tersebut dapat mempengaruhi

20 Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern (rechtstaat), (Jakarta, refika aditama, 2011).

h.106.

Page 30: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

21

pihak eksekutif, legislatif, dan yudikatif sekaligus. Tapi jka untuk

hanya mempengaruhi satu cabang pemerintahan saja masih

mungkin terjadi21

Namun demikian, harus diakui pula bahwa meskipun penerapan

prinsip pemisahan kekuasaan dalam suatau negara demokratis sudah menjadi

suatu kebutuhan yang nyata, tetapi banyak juga kritikan dari segi

penerapannya yang ditujukan terhadap konsep pemisahan kekuasaan.

Diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Dengan menerapkan doktrin trias politica, sistem pemerintahan

menjadi tidak efisien, karena roda pemerintahan sulit atau lamban

dapat dijalankan oleh pihak eksekutif, karena terlalu banyak

batasan atau campur tangan pihak pemerintahan yang lain.

Konsensus tidak selamanya mudah dicapai, dan kalaupun dapat

tercapai, prosesnya panjang dan memerlukan waktu yang lama.

Dari segi tertentu, ajaran trias politica bertentangan dengan konsep

demokrasi itu sendiri. Sebab, ajaran trias politica ini dapat

mengambat pendapat popular dalam masyarakat untuk

mengadakan perubahan tertentu. Karena, dalam hal ini, terhadap

banyak hal, bukan hanya para wakil rakyat saja yang berbicara dan

memutuskan.

b) Trias politica mengintervensi proses demokratis, karena dapat

menghambat pelaksanaan pendapat mayoritas yang populer untuk

melakukan perubahan yang cepat

c) Pemberian kekuasaan yang relatif besar terhadap parlemen sebagai

badan legislatif dapat menyebabkan terjadinya pemerintahan sesuai

pesanan pihak pressure group atau interest group, karena

seringkali parlemen dipengaruhi oleh group group tersebut.

21 Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern (rechtstaat) .h.106.

Page 31: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

22

d) Adanya kecenderungan universal untuk memberikan kekusaan

yang lebih besar kepada badan eksekutif, sehingga parlemen

seyogiyanya hanya dikembalikan kepada status asalnya yang hanya

memformulasikan suatu undang-undang dengan atau tanpa

prsetujuan presiden.

e) Penerapan ajaran trias politica cenderung kepada pembentukan

banyak lembaga negara, yang umumnya dilakukan oleh badan

eksekutif (padahal lembaga tersebut termasuk juga memiliki

kewenangan legislatif atau judicial), yang telah menyebabkan

pergesaran dari framework dasar dari ajaran trias politica22

Teori pemisahan kekuasaan dalam penelitian ini begitu sangat penting

untuk di ulas untuk mejawab pertanyaan dalam permasalahn penelitian ini.

Peneliti juga tidak hanya menyajikan teori pemisahan kekuasaan oleh satu

ahli hukum saja, melainkan juga menyertakan beberapa pendapat untuk

menjadikan permasalahan dijawab secara komprehensif.

2. Teori Negara Hukum

Pemikiran tentang negara hukum sudah ada sejak zaman Yunani kuno,

hal tersebut dapat kita lihat di antaranya karya Aristoteles dan Plato.

Aristoteles mengartikan negara hukum sebagai negara yang berdiri diatas

hukum yang menjamin keadilan bagi warga negaranya. Dalam pengertian

Aristoteles tentang negara hukum ini warga negara dikonsepsikan ikut serta

dalam permusyawaratan negara (ecclesia). Dengan kata lain, warga negara

secara aktif ikut serta dalam penyelenggaraan pemerintahan negara23. Latar

belakang timbulnya pemikiran negara hukum itu merupakan reaksi

22 Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern (rechtstaat) .h.107. 23 Dewa Palguna, Pengaduan Konstitusional ( constitutional complaint ) Upaya Hukum

Terhadap Pelanggaran Hak-Hak Konstitusional Warga Negara, ( Batubulan: Sinar Grafika, 2013 ), h. 43.

Page 32: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

23

terhadap kesewenang-wenangan di masa lampau. Oleh karena itu, unsur-

unsue negara hukum mempunyai hubungan yang erat dengan sejarah dan

perkembangan masyarakat dari suatu bangsa.24

Moh. Kusnardi dalam bukunya yang berjudul ilmu negara

mengatakan, Keadilan menjadi penekanan dalam Negara Hukum, menurut

Aristoteles, karena merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan warga

negara. Sementara itu,sebagai dasar dari keadilan itu perlu diajarkan rasa

susila kepada setiap manusia. Bagi Aristoteles, peraturan yang sebenarnya

adalah peraturan yang mencerminkan keadilan bagi pergaulan antar-warga

negara. Dengan jalan pikiran demikian, maka dalam pandangan Aristoteles

yang memerintah dalam negara itu sesungguhnya bukanlah manusia

melainkan pikiran yang adil yang tertuang dalam peraturan hukum,

sedangkan penguasa hanyalah memegang hukum dalam keseimbangan

saja25.

Konsep negara hukum modern di Eropa Kontinental dikembangkan

dengan menggunakan dengan menngunakan istilah Jerman, yaitu

rechtstaat antara lain oleh Immanuel Kant, Paul laband, Julius Stahl,

Fichte. Adapun dalam tradisi Anglo Amerika konsep negara hukum

dikembangkan dengan sebutan the rule of law yang dipelopori oleh

A.V.Dicey. selain itu, konsep negara hukum juga terkait dengan istilah

nomokrasi (nomocratie) yang berarti penentu dalam penyelenggaraan

kekuasaan negara adalah hukum. Menurut Stahl, konsep negara hukum

yang disebut dengan istilah rechtstaat mencakup empat elemen penting

yaitu :

24 Ni’matil Huda, Ilmu Negara, (Yogyakarta, Rajawali Pers, 2010). h. 10

25 Dewa Palguna, Pengaduan Konstitusional (constitutional complaint ) Upaya Hukum Terhadap Pelanggaran Hak-Hak Konstitusional Warga Negara, h. 44.

Page 33: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

24

a. Perlindungan hak asasi manusia

b. Pembagian kekuasaan .

c. Pemerintah berdasarkan undang-undang

d. Peradilan tata usaha negara26

Sejak kelahirannya, konsep negara hukum atau rule of law ini memang

dimaksudkan sebagai usaha untuk membatasi kekuasaan penguasa negara

agar tidak menyalahgunakan kekuasaan untuk menindas rakyatnya

(abuse of power, abus de droit)27. Dengan demikian berarti setiap

lembaga negara yang ada dalam sistem ketatanegaraan juga harus

semaksimal mungkin diupayakan agar tidak terjadi penumpukan

kekuasaan dalam satu lembaga negara sekaligus. Jimly Assiddiqie

kemudian membagi prinsip-prinsip penting untuk mewujudkan negara

hukum , yaitu :

a. Supremasi Hukum

b. Persamaan dalam Hukum (equality before the law).

c. Asas Legalitas (due process of law).

d. Pembatasan Kekuasaan.

e. Organ-organ penunjang independen.

f. Peradilan bebas dan tidak memihak.

g. Peradilan tata usaha negara.

h. Mahkamah Konstitusi (constitutional court).

i. Perlindungan hak asasi manusia.

j. Bersifat demokratis (democratishe rechtsstaat).

26 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Jakarta, Sinar Grafika, 2011). h. 130.

27 Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern (rechtstaat) h.2.

Page 34: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

25

k. berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bernegara (welfare

rechtsstaat).

l. Transparansi dan kontrol sosial28

Selanjutnya, pengakuan terhadap teori trias politica dan teori check

and balances merupakan dokrin inti dari suatu negara hukum. Doktrin yang

berasal dari negara-negara Eropa barat ini kemudian dikembangkan dengan

baik di Amerika Serikat dan selanjutnya menyebar ke seluruh dunia dengan

berbagai variasi dan graduasi. Salah satu fase dari penjabaran doktrin trias

politica dan doktrin check and balances tersebut adalah penciptaan konsep-

konsep hukum agar dapat membatasi kekuasaan pihak eskekutif (Raja,

Perdana Menteri atau Presiden) yang cenderung sewenang-wenang. Antara

lain di implementasikan dengan cara-cara sebagai berikut :

a. Meningkatkan fungsi pengontrolan dari parlemen terhadap

Pemerintah.

b. Meningkatkan peran dari badan-badan pengadilan, antara lain

dengan memperkuat fungsi judicial review

c. Pengakuan terhadap due process of law, baik yang bersifat

prosedural maupun substantif.

d. Kesamaan perlakuan di antara rakyat dalam hukum dan

pemerintahan.

e. Prosedur pengadilan yang terbuka, adil, jujur, murah, cepat dan

efisien .

f. Pelaksanaan law enforcement yang baik dan benar.

g. Larangan terhadap penangkapan dan penahanan yang tidak sesuai

prosedur, penyitaan hak perorangan secara tidak sah, penyiksaan

dalam tahanan, denda yang berlebihan, hukuman yang kejam dan

28 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi. h. 132

Page 35: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

26

tidak lazim (cruel and unusual punishment), hukum yang berlaku

surut (ex post facto laws), dan lain-lain.

h. Perlindungan terhadap kaum marginal, orang terlantar, kaum

lemah, dan sebagainya.

i. Persamaan perlakuan tanpa melihat gender, warna kulit, suku,

golongan, agama, adat istiadat, dan sebagainya.

j. Pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia lainnya, seperti hak

bicara, berkumpul, berorganisasi, kebebasan beragama, hak pilih,

hak privasi, dan sebagainya.29

Jika kekuasaan negara terlalu dominan, maka demokrasi tidak akan

tumbuh karena selalu didikte dan dikendalikan oleh negara dimana yang

berkembang adalah otorianisme. Jika kekuasaan pasar terlalu kuat, melampaui

civil society dan Negara, berarti kekuatan modal (capital) dan kaum kapitalis

yang menentukan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Demikian

pula jika kekuasan yang dominan adalah civil society, sedangkan pasar lemah,

maka yang akan terjadi adalah situasi chaos, messy, government-less, tanpa

arah yang jelas30. Tentang bagaimana seharusnya wajah sistem dalam suatu

negara hukum, ahli hukum terkenal, Lon Fuller dalam bukunya morality of

law The, menyebutkan sebagai berikut :

a. Hukum harus dituruti oleh semua orang, termasuk oleh penguasa

negara.

b. Hukum harus dipublikasikan

c. Hukum harus berlaku kedepan, bukan untuk berlaku surut.

d. Kaidah hukum harus ditulis secara jelas, sehingga dapat diketahui

dan diterapkan secara benar.

e. Hukum harus menghindari diri dari kontradiksi-kontradiksi

29 Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern (rechtstaat) .h.8-9.

30 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi. h. 134.

Page 36: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

27

f. Hukum jangan mewajibkan sesuatu yang tidak mungkin dipenuhi

g. Hukum harus bersifat konstan sehingga ada kepastian hukum.

Tetapi hukum harus juga diubah jika situasi politik dan sosial telah

berubah.

h. Tindakan para aparat Pemerintah dan penegak hukum haruslah

konsisten dengan hukum yang berlaku31

Selain itu Munir Fuady menambah 7 elemen lagi agar suatu hukum

menjadi hukum yang baik dalam suatu tatanan negara hukum, yaitu :

a. Hukum yang dibuat secara sah oleh pihak yang memiliki

kewenangan yang sah.

b. Hukum harus memenuhi persyaratan yuridis, sosiologis, ekonomis,

moralitas. Filosofis, dan modern

c. Hukum harus selalu rasional.

d. Hukum harus bertujuan untuk mencapai kebaikan, keadilan,

kebenaran, ketertiban, efisiensi, kemajuan, kemakmuran, dan

kepastian hukum.

e. Hukum harus komunikatif, dan terbuka untuk diakses oleh

masyarakat.

f. Hukum harus aplikatif.

g. Hukum lebih baik mencegah pelanggaran daripada menghukum

pelanggaran. Hukum lebih baik mencegah daripada menghukum32

I Dewa Palguna mengutip dari Brian Z. Tamanaha dalam bukunya yang

berjudul on the rule of law. History, politics, theory, mengatakan terdapat

tiga hal yang menjadi substansi sentral dan saling berhubungan satu dengan

yang lainnya dalam gagasan negara hukum, baik yang berkembang dalam

31 Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern (rechtstaat) .h.9.

32 Munir Fuady, Negara Hukum Modern (rechtstaat) .h.10.

Page 37: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

28

teori dan praktik di negara-negara Eropa Daratan (sebagaimana tampak

konsepsi rechtstaat dan etat de droit ) maupun negara-negara Anglo-saxon,

dalam hal ini Inggris dan Amerika Serikat ( sebagaimana tampak konsepsi

rule of law). Ketiga substansi sentral tersebut adalah :

a. Substansi yang memuat gagasan bahwa pemerintah (dalam arti

luas dibatasi oleh hukum).

b. Substansi yang memuat gagasan tentang legalitas formal.

c. Substansi yang memjuat gagasan bahwa hukumlah yang

memerintah atau berkuasa, bukan manusia33

Kemudian secara terperinci Munir Fuady, menyebutkan unsur-unsur

minimal yang penting dari suatu negara hukum,yaitu :

a. Kekuasaan lembaga negara tidak absolut

b. Berlakunya prinsip tria politica

c. Pemberlakuan sistem check and balances

d. Mekanisme pelaksanaan kelembagaan negara yang demokratis

e. Kekuasaan lembaga kehakiman yang bebas.

f. Sistem pemerintahan yang transparan.

g. Adanya kebebasan pers.

h. Adanya keadilan dan kepastian hukum

i. Akuntabilitas public dari pemeritntah dan pelaksanaan prinsip

good governance.

j. Sistem hukum yang tertib berdasarkan konstitusi.

k. Keikutsertaan rakyat untuk memilih para pemimpin di bidang

eksekutif, legislatif, bahkan juga judikatif sampai batas-batas

tertentu.

33 Dewa Palguna, Pengaduan Konstitusional ( constitutional complaint ) Upaya Hukum

Terhadap Pelanggaran Hak-Hak Konstitusional Warga Negara. h. 94

Page 38: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

29

l. Adanya sistem yang jelas terhadap pengujian suatu produk

legislatif, eksekutif maupun judikatif untuk disesuaikan dengan

konstitusi. Pengujian tersebut dilakukan oleh pengadilan tanpa

menyebabkan pengadilan menjadi super body.

m. Dalam negara hukum, segala kekuasaan negara harus dijalankan

sesuai konstitusi dan hukum yang berlaku.

n. Negara hukum harus melindungi hak asasi manusia.

o. Negara hukum harus memberlakukan prinsip due process yang

substansial.

p. Prosedur penangkapan, penggeledahan, pemeriksaan, penyidikan,

penuntutan, penahanan, penghukuman, dan pembatasan-

pembatasan hak-hak si tersangka pelaku kejahatan haruslah

dilakukan secara sesuai dengan prinsip due process yang

procedural.

q. Perlakuan yang sama di antara warga negara di depan hukum.

r. Pemberlakuan prinsip majority rule minority protection.

s. Proses impeachment yang fair dan objektif

t. Prosedur pengadilan yang fair, efisien, reasonable, dan transparan.

u. Mekanisme yang fair, efisien, reasonable, dan transaparan tentang

pengujian terhadap tindakan aparat Pemerintah yang melanggar

hak-hak warga masyarakat, seperti melalui Pengadilan Tata Usaha

Negara.

Penafsirannya yang kontemporer terhadap konsep negara hukum

mencakup juga persyaratan penafsiran hak rakyat yang luas (termasuk hak

untuk memperoleh pendidikan dan tingkat hidup berkesejahteraan),

pertumbuhan ekonomi yang bagus, pemerataan pendapatan, dan sistem politik

dan pemerintahan yang moder.34

34 Munir Fuady, Negara Hukum Modern (rechtstaat) .h.11

Page 39: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

30

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Adapun skripsi, buku, dan jurnal yang terkait dengan judul penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1. Skripsi Mohammad Fadloly, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011, dengan mengangkat judul “Komisi

Pengawas Persaingan Usaha Dalam Perspektif Ketatanegaraan Islam “.

Dalam skripsi tersebut Mohammad Fadloly membahas KPPU yang ditinjau

dari sudut pandang tata negara Islam. Yang membedakan dengan penelitian

penulis adalah terkait sudut pandang atau perspektifnya. Penelitian ini

meninjau dari perspektif tatanegara Indonesia sedangkan skripsi Mohammad

Fadloly dari perspektif tatanegara Islam

2. Buku yang ditulis oleh Hermansyah dalam bukunya yang berjudul “Pokok-

Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia “. Dalam buku itu beliau

menguraikan mengenai tugas, wewenang serta fungsi KPPU berdasarkan

undang-undang. Yang membedakan dengan penelitian peneliti adalah,

peneliti membahas dari sudut pandang hukum kelembagaan negara,

sedangkan Hermansyah fokus terhadap sudut pandang hukum bisnis.

3. Jurnal yang ditulis oleh Rain mantili dkk, dengan judul

“PROBLEMATIKA PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA

di INDONESIA DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KEPASTIAN

HUKUM”. Dalam jurnal tersebut diuraikan peran KPPU dalam penegakan

hukum persaingan usaha. Sedangkan penelitian ini hanya membahas

mengenai struktur kedudukan KPPU dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.

Page 40: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

31

BAB III

KOMISI PENGAWAS PERSAIANGAN USAHA MENURUT UNDANG UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

A. Sejarah Pembentukan Komisi pengawas Persaingan Usaha

Untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat, kompetetif dan mencegah

praktik-praktik monopoli (monopolistik) serta persaingan usaha tidak sehat,

pada tahun 1999 diadakan pengaturan mengenai hukum persaingan

usahasebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Tentang Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat1

Sejarah lahirnya Undang-undang larangan praktik monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat tidak dapat dilepaskan dari peristiwa reformasi.

Pada dasarnya reformasi jualah yang melahrikan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999. Pada tahap-tahap awal reformasi muncul ketakutan rakyat

terhadap fakta bahwa perusahan-perusahaan besar yang disebut konglomerat

menikmati pangsa pasar terbesar dalam perekonomian Indonesia, dan dengan

berbagai cara berusaha untuk mengatur supply barang atau jasa serta

menetapkan harga secara sepihak. Koneksi yang dibangun dengan birokrat

membuka kesempatan luas untuk menjadi pemburu rente dengan

memanfaatkan proteksi dan berbagai fasilitas dari negara, akibatnya ketika

guncangan ekonomi datang nyaris semua ekonomi rontok2.

Andi Fahmi, dkk dalam bukunya yang berjudul Hukum Persaingan Usaha

Antara Teks dan Konteks mengatakan bahwa latar belakang penyusunan

undang-undang anti monopoli adalah perjanjian yang dilakukan antara dana

1 Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia, (Banjarmasin,sinar Grafika, 2012). h. 42

2 Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia, h. 43

Page 41: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

32

moneter internasional (IMF) dengan pemerintah Republik Indonesia pada

tanggal 15 januari 1998. Dalam perjanjian tersbut, IMF menyetujui pemberian

bantuan keuangan negara Republik Indonesia sebesar US$ 43 milliar yang

bertujuan untuk mengatasi krisis ekonomi, akan tetapi dengan syarat

Indonesia melaksanakan reformasi ekonomi dan hukum ekonomi tertentu3.

Jika kita perhatikan pada dasarnya pembentukan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tidak dapat kita pisahkan dari tujuan-tujuan praktis yaitu untuk

mendapatkan kucuran keuangan dari IMF. Namun hal tersebut bukan berarti

undang-undang tersebut menjadi peraturan yang tidak baik. Undang-undang

tersebut merupakan hal sangat positif bagi berlangsungnya kegiatan usaha di

Indonesia meskipun kita akui masih banyak kekurangan yang harus

diperbaiki.

Lembaga yang akan menjadi penjaga untuk tegaknya peraturan persaingan

merupakan syarat mutlak agar peraturan persaingan usaha dapat lebih

operasional. Pemberian kewenangan khusus kepada suatu komisi untuk

melaksanakan suatu peraturan di bidang persaingan usaha merupakan suatu

hal yang lazim dilakukan oleh kebanyakan negara4. Di Amerika serikat, sudah

lama sekali berlaku undang-undang yang melarang praktik monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat. Bahkan sebelum berlakunya undang-undang itu,

pengadilan Amerika Serikat telah memberikan putuan-putusan mengenai

larangan praktik monopoli dan persainghan usaha tidak sehat bedasarkan

common law5. Diawali dengan the Sherman antitrust act pada tahun 1980,

3 Muhammad Fadloly, “Komisi prngawas persaingan usaha dalam perspektif ketatanegaraan

islam”, skripsi, (Perpustakaan Uin jakarta, 2011). h. 39

4 Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia, (Banjarmasin,sinar Grafika, 2012). h. 44

5 Rachmadi usman, Hukum persaingan Usaha di Indonesia, (Banjarmasin, Sinar Grafika, 2013). h. 16.

Page 42: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

33

yang mengatur hukum antimonopoli dan persaingan usaha pertama kali di

Amerika Serikat, yang kemudian dibarui dan dilengkapi berturut-turut dengan

perundang-undangan lainnya.6.

Sejak 1989, telah terjadi diskusi intensif di Indonesia mengenai

perlunya perundang-undangan antimonopoli. Reformasi sistem ekonomi yang

luas dan khususnya kebijakan regulasi yang dilakukan sejak tahun 1980,

dalam jangka waktu 10 tahun telah menimbulkan situasi yang dianggap sangat

kritis. Timbul konglomerat pelaku usaha yang dikuasai oleh keluarga atau

partai tertentu, dan konglomerat tersebut dikatakan menyingkirkan pelaku

usaha kecil dan menengah melalui praktik usaha yang kasar serta berusha

untuk mempengaruhi semaksimal mungkin penyusunan undang-undang serta

pasar keuangan.7 Di beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 yang mengadopsi ketentuan dalam hukum persaingan usaha

negara barat misalnya berkaitan dengan ketentuan monopoli yang dilarang

dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, tidak didasarkan pada struktur

pasar akan tetapi didasarkan kepada perilaku dari pelaku usaha yang

melakukan praktek monopoli seperti halnya yang juga terdapat dalam hukum

anti monopoli dibeberapa negara lain. Begitu juga halnya dengan dengan

beberapa jenis perjanjian yang yang dilarang dalam dalam undang-undang

nomor 5 tahun 1999 seperti oligopoli, penetapan harga, pembagaian wilayah,

pemboikotan, kartel, trust oligopsoni, integrase vertical, perjanjian tertutup,

perjanjian dengan pihak asing yang memuat ketentuan mengakibatkan

terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan praktek monopoli yang memiliki

6 Rachmadi usman, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, h. 16.

7 Muhammad Fadloly, “Komisi Pengawas Persaingan Usaha Dalam Perspektif Ketatanegaraan Islam”,.h. 39.

Page 43: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

34

persamaaan dengan ketentuan hukum persaingan usaha seperti dalam

UNCTAD model law competition

Susanti Adi Nugroho mengatakan bahwa Undang-Undang larangan

paraktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat merupakan kelengkapan

hukum yang diperlukan dalam suatu perekonomian yang menganut

mekanisme pasar. Disatu pihak undang-undang ini diperlukan untuk

menjamin agar kebebasan bersaing dalam perekonomian dapat berlangsung

tanpa hambatan, dan di lain pihak UU ini juga berfungsi sebagai rambu-rambu

untuk memagari agar tidak terjadi praktik-praktik ekonomi yang tidak sehat

dan tidak wajar8. Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang juga

melahirkan sebuah lembaga negara independen tidak terlepas dari masa

pemerinatahan orde baru, dimasa itu sangat banyak terjadi monopoli,

oligopoli, dan perbuatan lain yang menjurus kepada persaingan curang, seperti

monopoli, terigu, monopoli cengkeh, monopoli jeruk, monopoli pengedaran

film, dan masih banyak lagi. Bahkan dapat dikatakan bahwa keberhasilan

beberapa konglomerat besar di Indonesia juga bermula dari tindakan

monopoli dan persaingan usaha curang lainnya, yang di biarkan saja bahkan

didorong oleh pemerintah saat itu9.

Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila banyak sekali akademisi

dan praktisi hukum dan ekonomi yang menginginkan untuk di bentuk suatu

undang-undang tentang anti monopoli meskipun permintaan tersebut tidak

langsung di sambut atau di realisasikan oleh pemerintahan saat itu.

Sebagaimana alasan yang telah di uraikan sehingga perlu kiranya di

bentuk suatu lembaga negara yang sifatnya independen untuk menegakkan

8 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, (Jakarta, Kencana,2012).

h.2.

9 Rachmadi usman, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, h. 23.

Page 44: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

35

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Selain undang-undang tersebut,

keberadaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha di pertegas lagi oleh

Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999. Dalam Pasal 30 Ayat (1)

Undang-Undang Nomor Tahun 1999 dikatakan “untuk mengawasi

pelaksanaan undang-undang ini dibentuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha

yang selanjutnya disebut komisi”. Kemudian dalam pasal 34 (1) mengatakan

bahwa “pembentukan komisi serta susunan organisasi, tugas dan fungsinya

ditetapkan dengan keputusan presiden”. Selanjutnya pembentukan komisi

pengawas persaingan usaha di pertegas lagi dalam pasal 1 (1) yang berbunyi

“dengan keputusan ini dibentuk komisi pengawas persaingan usaha yang

selanjutnya disebut komisi”. Keputusan Presiden nomor 75 tahun 1999 telah

di ubah melalui Peraturan Presiden nomor 80 tahun 2008.

B. Kedudukan, susunan keanggotaan, Tugas dan Kewenangan Komisi

Pengawas Persaingan Usaha

1. Kedudukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

KPPU dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

dipertegas lagi melalui Keputusan Presiden Nomor 75 tahun 1999

sebagaimana yang telah diubah melalui peraturan presiden nomor 80

tahun 2008. Pembentukan komisi pengawas persaingan usaha dalam

rangka melarang praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.10

Pada konteks kelembagaan suatu negara, keberadaan KPPU

merupakan lembaga negara yang bersifat komplementer (state auxiliary)

yang mempunyai tugas multi kompleks dalam mengawasi gerak, langkah,

dan praktik persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan oleh para pelaku

10 Jimly Assiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

(Jakarta, Sinar Grafika,2010). h. 220.

Page 45: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

36

usaha11. Lembaga KPPU dibentuk berdasarkan alasan filosofis dan

sosiologis, alasan filosofis yang dijadikan dasar pembentukan yaitu dalam

mengawasi pelaksaanaan suatu aturan hukum di perlukan suatu lembaga

yang mendapat kewenangan dari negara (Pemerintah dan rakyat), dengan

kewenangan yang berasal dari rakyat ini diharapkan lembaga KPPU dapat

menjalankan tugas dan fungsinya dengan sebaik baiknya serta dapat

sedapat mungkin mampu bertindak secara independen. Adapun alasan

sosiologis yang dijadikan dasar pembentukan KPPU, Karena menurunnya

citra pengadilan dalam memeriksa dan mengadili suatu perkara serta

beban perkara pengadilan yang sudah menumpuk12.

Pasal 3 Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi

Pengawas Persaingan Usaha sebagaimana yang telah di ubah melalui

Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2008 mengatakan bahwa :

ayat (1) komisi berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.

ayat (2) apabila diperlukan, komisi dapat membuka kantor perwakilan di

provinsi.

ayat (3) persyaratan dan tata kerja kantor perwakilan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) di atur lebih lanjut oleh komisi.

Dalam pasal 3 tersebut di atur secara jelas bahwa Komisi Pengawas

Persaingan Usaha merupakan sebuah lembaga atau komisi negara yang

berkedudukan di ibu Kota negara Republik Indonesia. Kemudian dalam

ayat selanjutnya membuka kemungkinan untuk dibukanya suatu kantor

perwakilan di sebuah provinsi. Kata dapat dalam ayat tersebut memiliki

makna fakultatif atau bersifat pilihan.

11 Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia, h. 49

12 Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia, h. 49

Page 46: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

37

2. Susunan Keanggotaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Pengaturan mengenai susunan keanggotaan atau organisasi KPPU di

sebutkan dalam ketentuan pasal 31 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,

yang menyatakan bahwa:

(1) komisi terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil

ketua merangkap anggota, dan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang

anggota.

(2) Anggota komisi diangkat dan diberhentikan oleh presiden atas

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat

(3) Masa jabatan anggota komisi adalah 5 (lima) tahun dan dapat diangkat

kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

(4) Apabila karena berakhirnya masa jabatan akan terjadi kekosongan

dalam keanggotaan komisi, maka masa jabatan anggota dapat

diperpanjang sampai pengangkatan anggota baru.

Kemudian dalam pasal 32 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

diatur persyaratan keanggotaan komisi :

1. Warga negara republik Indonesia, berusia sekurang kurangya 30 (tiga

puluh) tahun dan setinggi-tingginya 60 (enam puluh) tahun pada saat

pengangkatan.

2. Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

3. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

4. Jujur, adil, dan berkelakuan baik.

5. Bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia

6. Berpengalaman dalam bidang usaha atau mempunyai pengetahuan dan

keahlian di bidang hukum dan atau ekonomi.

7. Tidak pernah dipidana.

8. Tidak pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan, dan

Page 47: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

38

9. Tidak terafiliasi dengan suatu badan usaha.

Selanjutnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 juga mengatur

alasan mengenai berhentinya keanggotaan komisi, yaitu dalam pasal 33:

a. Meninggal dunia.

b Mengundurkan diri atas permintaan sendiri.

c. Bertempat tinggal diluar wilayah negara Republik Indonesia.

d. Sakit jasmani atau rohani terus menerus.

e. Berakhirya masa jabatan keanggotaan komisi, atau

f. Diberhentikan.

Kemudian dalam pasal 34 dikatakan bahwa:

(1). Pembentukan komisi serta susunan organisasi, tugas, dan fungsinya

ditetapkan dengan keputusan presiden.

(2). Untuk kelancaran tugas, komisi dibantu oleh sekretariat.

(3). Komisi dapat membentuk kelompok kerja

(4). Ketentuan mengenai susunan organisasi, tugas, dan fungsi sekretariat

dan kelompok kerja diatur lebih lanjut dengan keputusan komisi.

3. Tugas Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Tugas Komisi Pengawas Persaingan Usaha diatur di dalam pasal 35

undang-undang nomor 5 tahun 1999, yaitu :

a. Melakukan Penilaian terhadap perjanjian yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan

usaha tidak sehat sebagaimana di atur dalam pasal 4 sampai dengan

pasal 16.

b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dana tau tindakan

pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek

monopoli dana tau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana di

atur dalam pasal 17 sampai dengan pasal 24

c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya

penyalahgunaan posisi dominan yang dapat mengakibatkan

Page 48: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

39

terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat

sebagaimana diatur dalam pasal 25 sampai dengan pasal 28

d. Mengambil tindakan sesuai dengan dengan wewenang komisi

sebagaimana di atur dalam pasal 36

e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan

pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat

f. Menyusun pedoman dana tau publikasi yang berkaitan dengan

undang-undang ini

g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada

Presiden dari Dewan Perwakilan Rakyat

Tugas Komisi pengawas persaingan usaha dipertegas lagi oleh Keppres

nomor 75 tahun 1999 sebagaimana yang telah di ubah melalui Peraturan

Presiden Nomor 80 Tahun 2008. Dalam keputusan presiden tersebut yang

telah diubah melalui Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2008 tidak ada

perubahan, penambahan maupun pengurangan mengenai tugas komisi

pengawas persaingan usaha sebagaimana yang di atur dalam Undang-

Unndang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Adapun fungsi komisi pengawas Persaingan usaha hanya di atur dalam

Keputusan Presiden Nomor 75 tahun 1999 sebagaimana yang telah diubah

melalui Peraturan Presiden Nomor 80 tahun 2008. Pasal 5 Keputusan

Presiden Nomor 75 tahun 1999 sebagaimana yang telah diubah dengan

Peraturan Presiden nomor 80 tahun 2008:

a. Penilaian terhadap perjanjian, kegiatan usaha, dan penyakahgunaan

posisi dominan

b. Pengambilan tindakan sebagai pelaksanaan kewenangan

c. Pelaksanaan administratif

Page 49: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

40

Dengan demikian pada prinsipnya, tugas dan fungsi KPPU tersebut

melalukan kegiatan penilaian terhadap perjanjian, kegiatan usaha dan

penyalahgunaan posisi dominan yang dilakukan para pelaku usaha yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dana tau persaingan usaha tidak

sehat13

4. Kewenangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Kewenangan komisi Pengawas Persaingan Usaha diatur dalam pasal 36

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998, kewenangannya meliputi :

1. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang

dugaan terjadinya praktek monopoli dana tau persaingan usaha tidak

sehat

2. Melakukan penelitian tentang dugaan adaanya kegiatan usaha dana tau

tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek

monopoli dana tau persaingan usaha tidak sehat.

3. Melakukan penyelidikan dana tau pemeriksaan terhadap kasus dugaan

praktek monopoli dana tau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan

oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau menghadirkan pelaku

usaha, saksi, ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan

huruf f, yang tidak bersedia memenuhi panggilan komisi.

4. Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan

penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang

melanggar ketentuan undang-undang ini ini

5. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti

lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan.

6. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak

pelaku usaha lain atau masyarakat.

13 Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia. h. 76.

Page 50: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

41

7. Memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha yang diduga

melakukan praktek monopoli dana tau persaingan usaha tidak sehat

8. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha

yang melanggar ketentuan undang-undang ini.

Jika kita perhatikan dari 8 poin kewenangan yang dimiliki oleh

lembaga KPPU mencerminkan bahwa kewenangannya tersebut sangat

luas, karena ada unsur wewenang administratif, ada unsur quasi legislative

power, dan unsur quasi judicial power14.

5. Mekanisme Pertanggungjawaban KPPU

Komisi Pengawas Persaingan usaha merupakan sebuah lembaga

negara bantu yang juga memiliki sistem pertanggung jawaban. Sistem

pertanggungjawaban KPPU dapat kita lihat dalam pasal 30 undang-undang

nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat. Pasal 30 mengatakan:

(1). Untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang ini dibentuk Komisi

Pengawas Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut komisi.

(2). Komisi adalah suatu lembaga independen yang terlepas dari pengaruh

dan kekuasaan pemerintah serta pihak lain.

(3). Komisi bertanggung jawab terhadap presiden.

Dari pasal 30 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut dapat kita

pahami bahwa Komisi Pengawas Persaingan Usaha bertanggung jawab

terhadap Presiden. Sejauh ini belum ada pola atau sistem tetap mengenai

pertanggung jawaban sebuah lembaga negara, khususnya lembaga negara

bantu. Sebagai perbandingan, lembaga komisi pemberantasan korupsi juga

merupakan lembaga negara bantu dan juga memiliki sistem

pertanggungjawaban. Dalam pasal 20 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

14 Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia. h. 78

Page 51: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

42

disebutkan sistem pertanggungjawaban Komisi Pemberantasan Korupsi,

yaitu:

(1). Komisi Pemberantasan Korupsi bertanggung jawab kepada publik atas

pelaksanaan tugasnya dan menyampaikan laporannya secara terbuka dan

berkala kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat

Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan.

Berdasarkan undang-undang tersebut dapat kita lihat perbedaan

perbandingan sistem pertanggung jawaban antara komisi pengawas

persaingan usaha dengan Komisi Pemberantasan Korupsi. Sesuai undang-

undang nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat, KPPU bertanggung jawab kepada Presiden.

Sedangkan Komisi Pemberantasan Korupsi sesuai dengan Undang-Undang

nomor 30 tahun 2002 bertanggung jawab kepada publik. Dengan begitu

hingga saat ini memang belum ada suatu konsep baku mengenai mekanisme

pertanggung jawaban sebuah lembaga negara, khususnya lembaga negara

bantu.

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 maupun Keputusan

Presiden nomor 75 Tahun 1999 sebagaimana yang telah diubah melalui

Peraturan Presiden Nomor 80 tahun 2008 tidak dijelaskan secara rinci

mengenai mekanisme pertanggung jawaban Komisi Pengawas Persaingan

usaha tersebut. Mekanisme pertaggungjawaban Komisi Pengawas Persaingan

Usaha hanya disebutkan dalam satu ayat di dalam pasal 30 undang-undang

nomor 5 tahun 1999.

Page 52: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

43

BAB IV KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

KETATANEGARAAN INDONESIA

A. Analisis Tugas dan Kewenangan KPPU Dalam Perspektif Teori Pemisahan

Kekuasaan

Kewenangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha disebutkan dalam Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999, dan disebutkan lagi dalam Keputusan Presiden nomor

75 tahun 1999 sebagaimana yang telah diubah melalui Peraturan Presiden Nomor 80

Tahun 2008. Kewenangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha diatur dalam pasal 36

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998, kewenangannya meliputi:

1. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan

terjadinya praktek monopoli dana tau persaingan usaha tidak sehat

2. Melakukan penelitian tentang dugaan adaanya kegiatan usaha dana tau tindakan

pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dana tau

persaingan usaha tidak sehat.

3. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat

atau oleh pelaku usaha atau menghadirkan pelaku usaha, saksi, ahli, atau setiap

orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf f, yang tidak bersedia memenuhi

panggilan komisi.

4. Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan

penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar

ketentuan undang-undang ini

5. Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna

penyelidikan dana tau pemeriksaan

6. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku

usaha lain atau masyarakat

7. Memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan

praktek monopoli dana tau persaingan usaha tidak sehat

Page 53: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

44

8. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administrative kepada pelaku usaha yang

melanggar ketentuan undang-undang ini.

Tugas komisi pengawas persaingan usaha diatur di dalam pasal 35 Undang

Undang Nomor 5 Tahun 1999, yaitu:

a. Melakukan Penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana di atur

dalam pasal 4 sampai dengan pasal 16.

b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dana tau tindakan pelaku usaha

yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dana tau persaingan usaha

tidak sehat sebagaimana di atur dalam pasal 17 sampai dengan pasal 24

c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi

dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam pasal 25 sampai dengan

pasal 28.

d. Mengambil tindakan sesuai dengan dengan wewenang komisi sebagaimana di atur

dalam pasal 36.

e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang

berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat

f. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan undang-undang ini

g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada Presiden dan

Dewan Perwakilan Rakyat.

Memperhatikan kewenangan yang di miliki oleh lembaga KPPU maka dapat

diklasifikasikan dalam berbagai kewenangan sebagai berikut:

1. Menerima Pengaduan Masyarakat

Komisi Pengawas Persaingan Usaha berwenang menerima dan menindaklanjuti

berbagai pengaduan masyarakat berkaitan dengan adanya kegiatan praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat1. Kewenangan menerima pengaduan

dari masyarakat yang dimiliki oleh KPPU tersebut merupakan sebagai

1 Muhammad Fadloly, “Komisi prngawas persaingan usaha dalam perspektif ketatanegaraan islam”,

skripsi, (Ciputat), 2011). h 61.

Page 54: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

45

implementasi dari kedudukan KPPU sebagai lembaga negara yang memiliki

fungsi untuk menjaga kondusifitas dari persaingan usaha yang ada di Indonesia.

2. Investigatif

Selain “menunggu” pengaduan dari masyrarakat, Komisi Pengawas Persaingan

usaha (KPPU) juga memiliki kewenangan aktif yaitu melakukan langkah-langkah

investigasi terhadap adanya dugaan dan atau patut diduga berkaitan dengan

kegiatan yang mengarah terjadinya praktek-praktek monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat2. Kewenangan yang dimiliki oleh KPPU tersebut merupakan

sebuah langkah lanjutan dari kewenangan menerima pengaduan dari masyarakat

yang dimiliki oleh KPPU. Kewenangan Investigatif lembaga KPPU tersebut

dapat kita lihat dalam kewenangannnya untuk melakukan penelitian,

penyelidikan, dan juga pemeriksaan.

3. Eksekutor

Dalam hal ini Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), memiliki

kewenangan untuk mengajukan tuntutan melalui pemanggilan terhadap pelaku

usaha yang diduga melanggar, pemanggilan saksi-saksi yang diperlukan serta

menjatuhkan sanksi administrative bagi pelaku usaha yang terbukti melanggar

undang-undang anti monopoli3. Kewenangan KPPU dalam memberikan sanksi

seringkali dipermasalahkan oleh berbagai kalangan dengan alasan utama yaitu

terlampau besarnya kewenangan yang dimiliki oleh lembaga tersebut. Meskipun

begitu yang perlu kita ketahui bahwa putusann administrative yang di jatuhkan

oleh lembaga KPPU tersebut masih dapat di ajukan keberatan terhadap

Pengadilan Negeri dan selanjutnya ke Mahkamah Agung. Pengajuan keberatan

bagi pihak yang tidak menerima putusan KPPU tersebut di atur dalam pasal 44

dan 45 Undang-Undaang Nomor 5 Tahun 1999.

4. Koordinatif

2 Muhammad Fadloly, “Komisi prngawas persaingan usaha dalam perspektif ketatanegaraan islam”..h. 61

3 Muhammad Fadloly, “Komisi prngawas persaingan usaha dalam perspektif ketatanegaraan islam”. h. 62

Page 55: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

46

Dalam menjalankan tugas dan kewenangannya, Komisi Pengawas Persaingan

Usaha berwenang berkoordinasi (bekerjasama dengan pihak-pihak yang di

butuhkan termasuk dengan pihak penyidik)4 kewenangan melakukan koordinasi

dengan pihak-pihak terkait merupakan sebuah kewenangan yang di butuhkan

dalam rangka menjalankan tugas serta kewenangan yang di miliki oleh lembaga

tersebut.

Setelah peneliti mengklasifikasikan kewenangan yang di miliki oleh lembaga

KPPU, peneliti juga akan mengklasifikasikan beberapa tugas yang di miliki oleh

lembaga tersebut:

1. Monitoring

Salah satu tugas pokok Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah

melakukan monitoring (pengawasan) bagi setiap pelaku usaha di indonesia

untuk tidak mempraktekkan segala bentuk tindakan monopoli dan

persaingan usaha yang tidak sehat yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 19995

2. Publikasi

Sebagai salah satu langkah prefentif sekaligus memberikan edukasi

terhadap masyarakat, KPPU memiliki tugas untuk melakukan sosialisasi

mengenai penyusunan pedoman regulasi dan publikasi undang-undang

nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat6

3. Konsultatif

Dalam hal ini Komisi Pengawas Persaingan Usaha memiliki tugas untuk

memberikan saran dan pertimbangan KPPU diperlukan untuk mengawal

setiap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kegiatan perekonomian

4 Muhammad Fadloly, “Komisi Pengawas Persaingan Usaha Dalam Perspektif Ketatanegaraan Islam”. h.

62.

5 Muhammad Fadloly, “Komisi Prngawas Persaingan Usaha Dalam Perspektif Ketatanegaraan Islam”. h. 57.

6 Muhammad Fadloly, “Komisi Pengawas Persaingan Usaha Dalam Perspektif Ketatanegaraan Islam”. h.58.

Page 56: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

47

agar sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat7

4. Pelaporan

Komisi pengawas persaingan usaha sesuai dengan pasal 35 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Laranga Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat, dalam huruf g disebutkan salah satu tugas

lembaga tersebut adalah melakukan pelaporan secara berkala terhadap

presiden dan juga Dewan Perwakilan Rakyat Indonesa.

Konsep trias politica, berasal dari bahasa Yunani yang artinya politik tiga

serangkai. Menurut Montesquieu, ajaran trias politica dikatakan bahwa dalam tiap

pemerintahan negara harus ada 3 (tiga) jenis kekuasaan yang tidak dapat dipegang

oleh satu tangan saja, melainkan harus masing-masing kekuasaan itu terpisah. Ismail

suny dalam bukunya yang berjudul pembagian kekuasaan negara mengatakan teori

pemisahan kekuasaan pertama kali dipopulerkan secara ilmiah oleh John Locke

seorang filsof berkebangsaan inggris (1632-1704) dalam bukunya Two treatises of

government, yang terbit tahun 1690. John Locke membagi kekuasaan dalam negara

menjadi tiga yaitu : pertama, kekuasaan membentuk undang-undang (legislatif);

kedua, kekuasaan melaksanakan undang-undang (eksekutif); dan ketiga, kekuasaan

mengenai perang dan damai, membuat perserikatan dan aliansi serta segala tindakan

dengan semua orang dan badan-badan diluar negeri8

Selanjutnya teori atau konsep pemisahan kekuasaan juga dikemukakan oleh

seorang sarjana hukum dari Negeri Belanda, yaitu van Vollen Hoven. Menurut Van

Vollen Hoven fungsi negara itu dibagi menjadi 4 fungsi cabang kekuasaan, yaitu:

a. Regeling (membuat peraturan)

b. Bestuur (menyelenggarakan pemerintahan)

c. Rechtpraak (fungsi mengadili)

7 Muhammad Fadloly, “Komisi Pengawas Persaingan Usaha Dalam Perspektif Ketatanegaraan Islam”.

h.58.

8 Suparto,” Pemisahan Kekuasaan, Konstitusi Dan Kekuasaan Kehakiman Yang Independen Menurut Islam”, Jurnal Selat, IV, 1 (oktober, 2016).

Page 57: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

48

d. politie ( fungsi ketertiban dan keamanan )9

1. Tugas dan kewenangan KPPU ditinjau dalam perspektif pemisahan

kekuasan John Locke

Tugas Komisi Pengawas Persaingan Usaha diatur di dalam pasal 35 undang

undang nomor 5 tahun 1999, yaitu:

a. Melakukan Penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana di atur

dalam pasal 4 sampai dengan pasal 16.

b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dana tau tindakan pelaku usaha

yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dana tau persaingan

usaha tidak sehat sebagaimana di atur dalam pasal 17 sampai dengan pasal 24

c. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi

dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam pasal 25 sampai dengan

pasal 28.

d. Mengambil tindakan sesuai dengan dengan wewenang komisi sebagaimana di

atur dalam pasal 36.

e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang

berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat

f. Menyusun pedoman dana tau publikasi yang berkaitan dengan undang-undang

ini

g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada presiden dari

Dewan Perwakilan Rakyat

Kewenangan komisi pengawas persaingan usaha di atur dalam pasal 36

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998, kewenangannya meliputi:

1. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan

terjadinya praktek monopoli dana tau persaingan usaha tidak sehat

9 Abu Daud Busrah, ilmu Negara, , ( Palembang : PT Bumi aksara, 1989 ), h. 85

Page 58: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

49

2. Melakukan penelitian tentang dugaan adaanya kegiatan usaha dan atau

tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli

dana tau persaingan usaha tidak sehat.

3. Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh

masyarakat atau oleh pelaku usaha atau menghadirkan pelaku usaha, saksi,

ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan huruf f, yang tidak

bersedia memenuhi panggilan komisi.

4. Meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan

penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar

ketentuan undang-undang ini ini

5. Mendapatkan, meneliti, dana tau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain

guna penyelidikan dana tau pemeriksaan.

6. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku

usaha lain atau masyarakat.

7. Memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat

8. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administrative kepada pelaku usaha yang

melanggar ketentuan undang-undang ini.

John Locke membagi kekuasaan negara dalam tiga fungsi. Adapun tiga

fungsi cabang kekuasaan tersebut yaitu:

1. Fungsi legislatif

2. Fungsi eksekutif

3. Fungsi federatif10

Fungsi legislatif merupakan sebuah fungsi yang dimiliki oleh cabang

kekuasaan atau organ kekuasaan untuk membentuk sebuah peraturan atau

undang-undang. Jika perhatikan dalam pasal 36 undang-undang nomor 5 tahun

1999 yang merinci kewenangan lembaga KPPU, maka jelas bahwa KPPU tidak

memiliki kewenangan dalam membentuk sebuah peraturan perundang-undangan.

10 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, ( Jakarta : PT Rajagrafindo persada, 2009 ), h.

283.

Page 59: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

50

Selanjutnya fungsi eksekutif yang merupakan sebuah organ negara yang

memiliki fungsi untuk menjalankan sebuah undang-undang yang telah dibentuk

oleh organ atau cabang kekuasaan legislatif. Jika kita perhatikan dalam Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang merinci kewenangan KPPU. Dalam pasal 36

butir 3 disebutkan bahwa salah satu kewenangan KPPU melakukan penyelidikan

dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli dan atau

persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku

usaha atau menghadirkan pelaku usaha, saksi, ahli, atau setiap orang sebagaimana

dimaksud huruf e dan huruf f, yang tidak bersedia memenuhi panggilan komisi.

Penyelidikan merupakan sebuah kewenangan yang melekat dengan fungsi

eksekutif seperti halnya lembaga negara lain. Contoh lembaga negara lain yang

juga memiliki kewenangan untuk melakukan penyelidikan adalah Kepolisian

Republik Indonesia.

Yang selalu menjadi perdebatan mengenai lembaga KPPU adalah

kewenangannya untuk memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya

kerugian di pihak pelaku usaha lain atau masyarakat dan juga menjatuhkan sanksi

berupa tindakan administrative kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan

undang-undang ini. Sanksi administratif merupakan suatu kewenangan yang

melekat pada fungsi kekuasaan eksekutif, akan tetapi yang menjadi permasalahan

adalah terlampau besarnya kewenangan yang dimiliki oleh lembaga KPPU

sehingga berpotensi terjadinya penyalahgunaan kekuasaan.

Fungsi federatif menurut John Locke merupakan fungsi cabang kekuasaan

untuk melakukan suatu hubungan luar negeri. Abu Daud Busrah dalam buku ilmu

negara mengatakan bahwa fungsi federatif untuk mengurusi urusan luar negeri

dan urusan perang dan damai11. KPPU jelas tidak memiliki fungsi dalam

menjalankan hubungan luar negeri dan urusan perang dan damai.

11 Abu Daud Busrah, ilmu Negara, h. 84.

Page 60: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

51

2. Tugas dan kewenangan KPPU ditinjau dalam perspektif pemisahan

kekuasan Montesquieu

Montesquieu dan John Locke hanya memiliki perbedaan pada fungsi

federatif dan kekuasaan kehakiman (yudikatif). Dalam bidang legislative dan

eksekutif, pendapat kedua sarjana ini tampaknya mirip12. Montesquieu lebih

menekankan tentang hak asasi manusia, sedangkan John locke cenderung

menekankan tentang hubungan luar negeri sebuah negara.

Jika diperhatikan berkaitan dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki

oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha, maka pada dasarnya KPPU

merupakam sebuah lembaga atau organ negara yang masuk dalam cabang

kekuasaan eksekutif. Meskipun dalam ketentuan yang diatur Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat diberikan sebuah kewenangan untuk memutus serta

memberikan sanksi administratif, kewenangan itu tidak mengubah esensi bahwa

lembaga tersebut masih bagian dari cabang kekuasaan eksekutif. Dalam buku

Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara yang di tulis oleh Jimly Assidiqie,

Montesquieu membagi cabang kekuasaan menjadi 3 bagian, yaitu legislatif (the

legislative function), eksekutif (the executive or administrative function), dan

yudisial ( the judicial function )13. Oleh karena itu meskipun KPPU memiliki

kewenangan untuk memutus sebuah perkara yang berkaitan tentang praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, kewenangan tersebut tidak lebih dari

sebuah kewenangan administrative (the executive or administrative function).

3. Tugas Dan Kewenangan KPPU Ditinjau Dalam Perspektif Pemisahan

Kekuasan Van Vollenhoven

Sarjana dari Belanda, Van Vollenhoven membagi cabang kekuasaan

dalam empat fungsi yang dikenal dengan istilah catur praja. Adapun ke empat

cabang kekuasaan tersebut yaitu:

12 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, h. 283.

13 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, h. 283.

Page 61: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

52

a. Regeling (membuat peraturan)

b. Bestuur (menyelenggarakan Pemerintahan)

c. Rechtpraak (fungsi Mengadili)

d. Politie (fungsi ketertiban dan keamanan)14.

Dibanding dengan 2 ahli hukum sebelumnya, Van Vollenhoven lebih

banyak dalam membagi cabang atau fungsi kekuasaan dalam suatu negara. Fungsi

regeling yang dikemukakan oleh Van Vollenhoven sebenarnya tidak berbeda

dengan pendapat ahli hukum sebelummya yaitu suatu cabang kekuasaan yang

memiliki fungsi untuk membuat sebuah peraturan dalam suatu negara. Bestuur

juga tidak berbeda dengan cabang kekuasaan eksekutif yaitu cabang yang

berperan menjalankan roda pemerintahan atau yang menjalankan sebuah

peraturan yang telah dibentuk oleh cabang kekuasaan legislatif. Begitupun dengan

rechtpraak mirip dengan cabang kekuasaan yudikatif atau fungsi mengadili

seperti yang telah dikemukakan oleh Montesquieu, mesikipun pendapat John

locke bahwa kewenangan mengadili termasuk kedalam fungsi eksekutif atau

fungsi menjalankan hukum. Dan yang terakhir Van Vollenhoven juga

mencetuskan satu cabang kekuasaan daalam suatu negara yang tidak disebutkan

oleh dua ahli hukum sebelumnya, yaitu politie. Politie merupakan cabang

kekuasaan yang berperan dalam menjaga keamanan dan ketertiban dalam Negara.

jika kita amati sekarang ini fungsi menjaga keamanan dan ketertiban yang

dikemukakan oleh ahli tersebut mirip dengan fungsi yang dimiliki oleh lembaga

kepolisian di sebuah negara.

Peneliti melakukan analisa terkait tugas dan kewenangan yang dimiliki

oleh lembaga KPPU dikaitkan dengan teori pemisahan kekuasaan yang di

sebutkan oleh Van Vollenhoven, maka peneliti berpendapat bahwa KPPU

merupakan sebuah lembaga atau organ negara yang termasuk kedalam cabang

kekuasaan bestuur (menyelenggarakan Pemerintahan). Pada dasarnya KPPU

merupakan sebuah lembaga negara yang sifatnya bantu atau biasa disebut

lembaga negara bantu. Lembaga negara bantu pada umunya di bentuk untuk

14 Abu Daud Busrah, ilmu Negara, , h. 85.

Page 62: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

53

membantu tugas pemerintah yang dianggap tidak efektif atau masih belum efektif

apabila tugas tersebut dilakukan oleh sebuah lembaga negara utama.

B. Analisis Tugas Dan Kewenangan KPPU Dalam Memutus Perkara Ditinjau Dari

Perspektif Teori Negara Hukum

Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih dalam bukunya yang berjudul Ilmu Negara

mengatakan bahwa pemikiran tentang negara hukum sudah ada sejak zaman Yunani

kuno, sebagaimana dapat dilihat diantaranya dalam karya Aristoteles dan Plato15.

Aristoteles memberikan arti bahwa Negara hukum sebagai negara yang berdiri di

atas hukum yang menjamin keadilan bagi warga negaranya.

Kemudian konsep negara hukum modern di Eropa Kontinental dikembangkan

dengan menggunakan istilah Jerman yaitu rechtsstaat antara lain oleh Immanuel

Kant, Paul Laband, Julius Stahl, Fictie. Adapun dalam tradisi Anglo Amerika kinsep

negara hukum dikembangkan dengan sebutan The Rule of law yang dipelopori oleh

A.V.Dicey. selain itu, konsep negara hukum juga terkait dengan istilah nomokrasi (

nomocratie) yang berarti penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan negara adalah

hukum16

Teori atau konsep negara hukum begitu berkembang dan bisa dikatakan menjadi

salah satu teori hukum yang terbesar dalam bidang ketatanegraan. Setiap ahli hukum

memiliki kriteria masing-masing dalam menggambarkan bentuk ideal dari suatu

negara hukum. Menurut Stahl, konsep negara hukum yang disebut dengan istilah

rechtsstaat mencakup empat elemen penting, yaitu :

1. Perlindungan hak asasi manusia.

2. Pembagian kekuasaan.

3. Pemerintah berdasarkan undang-undang.

4. Peradilan tata usaha negara17

15 Dewa Palguna, Pengaduan Konstitusional ( constitutional complaint ) Upaya Hukum Terhadap

Pelanggaran Hak-Hak Konstitusional Warga Negara, ( Batubulan: Sinar Grafika, 2013 ), h. 43.

16Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, ( Jakarta, Sinar Grafika, 2011). h. 130.

17 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, h. 130.

Page 63: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

54

Jimly Assiddiqie bahkan menjabarkan 12 prinsip pokok sebagai pilar-pilar utama

yang menyangga berdirinya negara hukum, Yaitu:

1. Supremasi Hukum (supremacy of law)

2. Persamaan dalam hukum (equality before the law)

3. Asas legalitas (due process of law)

4. Pembatasan kekuasaan

5. Organ-organ penunjang yang independen

6. Peradilan bebas dan tidak memihak

7. Peradilan tata usaha negara

8. Mahkamah konstitusi (constitutional court)

9. Perlindungan hak asasi manusia

10. Bersifat demokratis (Democratishe court)

11. Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bernegara (welfare Rechtsstaat)

12. Transparansi dan control sosial

Teori negara hukum merupakan suatu teori atau konsep yang sangat relevan

dikaitkan dengan struktur tatanegara Indonesia. Negara kesatuan Republik Indonesia

merupakan sebuah negara yang menyebutkan secara eksplisit dalam undang-undang

dasarnya bahwa negara Indonesia merupakan Negara yang berasaskan hukum. Hal

tersebut dapat kita lihat dalam pasal 1 ayat (3).

1. Tugas dan kewenangan KPPU ditinjau dalam perspektif Negara Hukum Jimly

Asshiddiqie

Tugas dan Kewenangan KPPU disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Kewenangan KPPU di sebutkan dalam pasal 36, sedangkan tugas KPPU dijabarkan

dalam pasal 35 undang-undang tersebut.

Jimly menjabarkan 12 prinsip pokok sebagai pilar penyangga berdirinya negara

hukum. Dalam 12 prinsip pokok tersebut ada beberapa butir yang peneliti anggap

relevan dengan penelitian skripsi ini dan juga kerapkali di anggap bertentangan dengan

konsep negara hukum. Yang pertama adalah berkaitan dengan prinsip ke 4 yaitu

adanya pembatasan kekuasaan. Pembatasan kekuasaan dalam suatau negara

Page 64: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

55

merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan dalam menkalankan suatu negara.

Sebenarya permasalahan pembatasan kekuasaan yang disebutkan oleh Jimly ini mirip

dengan konsep pemisahan kekuasaan yang telah di uraikan sebelumnya dan juga

peneliti analisa. Berkaitan dengan tugas dan kewenangan yang di miliki oleh lembaga

KPPU, menurut peneliti tidak bertentangan dengan prinsip pembatasan kekuasaan.

Karena meskipun KPPU diberikan tugas dan kewenangan dari menerima, menyelidiki,

meemriksa, hingga memutus perakara, hal tersebut masih dalam satu domain cabang

kekuasaan yaitu kekuasaan eksekutif atau administrative function. Sekalipun KPPU

memiliki kewenangan dalam memutuskan perkara hingga menjatuhkan sanksi, namun

sanksi yang diberikan adalah sanksi administrasi.

Prinsip selanjutnya yang menurut peneliti juga relevan adalahb prinsip organ-

organ penunjang yang independen. Seperti kita ketahui KPPU merupakan lembaga

negara bantu atau lembaga negara yang bersifat penunjang. Pertanyaannya adalah

apakah KPPU merupakan lembaga negara independen atau tidak? Pertanyaan tersebut

dijawab oleh pasal 30 (2) undang-undang nomor 5 tahun 1999. Bunyi pasal tersebut

yaitu Komisi adalah suatu lembaga independen yang terlepas dari pengaruh dan

kekuasaan pemerintah serta pihak lain. Dengan di penuhinya prinsip-prinsip tesebut

maka peneliti berpendapat bahwa KPPU tidak bertentangan dengan prinsip negara

hukum.

2. Tugas Dan Kewenangan KPPU Ditinjau Dalam Perspektif Negara Hukum

A.V. Dicey

Seperti yang telah peneliti uraian sebelumnya, A.V. Dicey menggambarkan

konsep negara hukum dengan mencakup empat elemen:

1. Perlindungan hak asasi manusia

2. Pembagian kekuasaan

3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang

4. Peradilan tata usaha negara.

Elemen yang di sebutkan oleh Dicey tentu kalah banyak dengan yang disebutkan oleh

Jimly Asshiddiqie, akan tetapi kita dapat melihat persamaan antara dua ahli hukum

tersebut. Salah satu ciri utama yang selalu di sebutkan oleh para ahli hukum dalam

Page 65: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

56

menggambarkan negara hukum yaitu adanya pemisahan kekuasaan ataupun

pembagian kekuasaan.

Menurut peneliti keberadaan lembaga KPPU tidak beretentangan dengan elemen

atau prinsip adanya pemisahan kekuasaan. Tugas dan kewenangan yang di miliki oleh

KPPU peneliti anggap merupakan bagian dari fungsi menjalankan tugas dan

kewenangan eksekutif.

C. Analisis Kedudukan KPPU Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia

Kedudukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam struktur ketatanegaraan

Indonesia kerapkali menjadi perdebatan di kalangan ahli hukum dan praktisi hukum

di Indonesia. Kewenangan menerima laporan menyelidiki, hingga memutus suatu

perkara di anggap merupakan suatu kewenangan yang menyebabkan terjadinya

ambiguitas kedudukan KPPU dalam struktur ketatanegaraan Indonesia. Oleh karena

itu peneliti akan menjelaskan posisi atau kedudukan KPPU dalam struktur

ketatanegaraan Indonesia.

1. Komisi Pengawas Persaingan Usaha sebagai Lembaga Negara Bantu

Dewasa ini banyak sekali bermunculan lembaga-lembaga negara yang

mengemban tugas dan wewenang tertentu. Lembaga-lembaga tersebut muncul

dengan variasi kewenangan, tugas, dan juga mekanisme kerja serta

pertanggung jawaban yang berbeda- beda pula. Munculnya lembaga- lembaga

tersebut merupakan bentuk dari tuntutan kebutuhan masyarakat.

Lembaga negara adalah sebuah institusi negara menjalankan kewenangan,

peran, fungsi, dan jabatan tertentu dalam hubungannya dengan kegiatan atau

negara atau pemerintahan. Pasca amandemen sejumlah lembaga negara telah

terbentuk, ada lembaga negara di bentuk berdasarkan undang-undang dasar

(konstitusi), ada juga lembaga negara di bentuk berdasarkan undang-undang

atau peraturan perundang-undangan. Selain itu, ada juga lembaga Negara yang

dibentuk secara lebih khusus dengan undang-undang sebagai peraturan teknis

pelaksanaan18

18 Salman maggalatung, desain kelembagaan Negara Pasca Amandemen UUD 1945, (Jakarta, Gramata

publishing, 2015) h. 24

Page 66: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

57

Tumbuh pesatnya berbagai lembaga negara baru baik yang disebut komisi,

lembaga, badan, komite dan lain-lain di dorong oleh kenyataan bahwa birokrasi

di lingkungan pemerintahan dinilai tidak dapat lagi memenuhi tuntutan

kebutuhan akan pelayanan umum dengan standar mutu yang semakin

meningkat dan di harapakan semakin efisien dan efektif19.

Selain berkaitan dengan birokrasi yang gemuk dan tidak efisien untuk

kepentingan pelayanan umum, lembaga-lembaga yang telah ada sebelumnya

dianggap cenderung korup, tertutup, dan juga dianggap tidak lagi dapat

menampung aspirasi rakyat yang terus berkembang20. Dengan berbagai alasan

itulah maka kehadiran lembaga-lembaga negara baru dengan variasi sebutan

yang berbeda-beda seakan hal yang tidak dapat terelakkan.

Untuk membedakan antara lembaga negara utama dengan lembaga negara

bantu, kita dapat membedakannya dengan dua segi, yaitu yang pertama dari

segi fungsinya. Yang kedua dari segi hirarkinya21. Dari segi fungsinya, kita

dapat membedakan apakah lembaga tersebut memiliki sifat lembaga utama

atau primer, atau hanya bersifat peunjang atau sekunder. Sedangkan dari segi

hierarkinya, kita dapat membedakan ke dalam 3 lapis. Organ pertama disebut

lembaga tinggi negara, lapis kedua disebut lembaga negara saja, dan yang

ketiga di sebut dengan organ daerah22.

Jimly mengatakan dalam cabang kekuasaan eksekutif atau pemerintahan

negara ada Presiden dan Wakil Presiden yang merupakan satu kesatuan

institusi kepresidenan. Dalam bidang kekuasaan kehakiman, meskipun lembaga

pelaksana atau pelaku kekuasaan kehakiman ada dua, yaitu Mahkamah Agung

dan Mahkamah Konstitusi, tetapi disamping keduanya ada pula Komisi

19 Jimly Assiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, (Jakarta, Sinar

Grafika,2010). h. 24.

20 Jimly Assiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, h. 24

21 Jimly Assiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, h. .90

22 Jimly Assiddiqie, Perkembangan dan konsolidasi Lembaga negara pasca reformasi, h. 90.

Page 67: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

58

Yudisial sebagai lembaga pengawas martabat, kehormatan, dan perilaku hakim.

Keberadaan fungsi Komisi Yudisial ini bersifat penunjang23

Sedangkan dalam fungsi pengawasan dan kekuasaan legislative, terdapat

empat organ atau lembaga, yaitu DPR, DPD, MPR, dan BPK. Pada dasarnya

pembedaan lembaga-lembaga negara tersebut bertujusn untuk membedakan

hak-hak protokoler dan keuangan lembaga negara utama dengan lembaga

negara yang sifatnya penunjang.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa selain lembaga negara

Presiden, Wakil Presiden, MA, Mk, DPR, DPD, MPR, dan BPK, maka

lembaga tersebut merupakan lembaga negara yang bersifat penunjang atau

lembaga negara bantu, termasuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

Dari segi hierari terdapat 8 organ atau lembaga negara yang yang

kemudian disebut sebagai lembaga tinggi negara:

1. Presiden dan wakil Presiden

2. Dewan Perwakilan Rakyat

3. Dewan Perwakilan Daerah

4. Majelis Permusyawaratan Rakyat

5. Mahkamah Konstitusi

6. Mahkamah Agung

7. Badan Pemeriksa Keuangan.

Kemudian organ lapis kedua disebut lembaga negara saja. Ada yang

mendapatkan kewenangannya dari Undang-Undang Dasar, dan ada pula yang

mendapatkan kewenangannya dari undang-undang. Yang mendapatkan

kewenangannya dari Undang-undang Dasar misalnya Komisi Yudisial, Tentara

Nasional Indonesia, dan Kepolisian Republik Indonesia. Sedangkan lembaga

negara yang sumber kewenangannya dari undang-undang misalnya, Komnas

Ham, Komisi Penyiaran Indonesia, dan sebagainya24. Komisi Pengawas

Persaingan Usaha termasuk dalam organ lapias kedua.

23 Jimly Assiddiqie, Perkembangan dan konsolidasi Lembaga negara pasca reformasi, h. 96.

24 Jimly Assiddiqie, Perkembangan dan konsolidasi Lembaga negara pasca reformasi, h . 91.

Page 68: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

59

Kemudian organ lapis ketiga merupakan lembaga daerah. Lembaga daerah

di atur dalam BAB VI UUD 1945 tentang pemerintahan daerah. Lembaga

lembaga daerah itu, yaitu :

1. Pemerintah daerah Provinsi

2. Gubernur

3. DPRD Provinsi

4. Pemerintah Daerah Kabupaten

5. Bupati

6. DPRD Kabupaten

7. Pemerintah Daerah Kota

8. Walikota

9. DPRD kota.

2. Komisi Pengawas Persaingan Usaha Sebagai Lembaga Pemerintahan

Komisi pengawas persaingan usaha kerap kali di perdebatkan apakah bagian

dari pemerintahan atau sebuah lembaga negara yang berada diluar kekuasaan

pemerintahan atau eksekutif. Dari penelitian yang telah peneliti lakukan maka

peneliti berpendapat bahwa KPPU merupakan lembaga yang masih bagian dari

kekuasaan eksekutif. Hal tersebut tidak terlepas dari teori-teori pemisahan

kekuasan yang telah di uraikan sebelumnya, dengan membandingkan

kewenangan dan tugas yang di miliki oleh lembaga KPPU.

Sebagai lembaga negara yang masih bagian dari pemerintahan atau eksekutif,

tentu memiliki implikasi atau konsekuensi hukum. Misalnya dalam undang-

undang nomor 17 tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Perwakilan Rakyat Daerah

memberikan 3 hak kepada lembaga Dewan Perwakilan Rakyat. Hak pertama

yaitu hak interpelasi, hak kedua yaitu hak angket, dan yang ketiga yaitu hak

menyatakan pendapat.

Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada

pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta

Page 69: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

60

berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hak

angket merupakan hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap

pelaksanaan suatu undang-undang dan/ atau kebijakan pemerintah yang

berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan hak

menyatakan pendapat yaitu hak DPR untuk menyatakan pendapat atas :

a. Kebijakan pemerintah atau mengenai kebijakan luar biasa yang terjadi di

tanah air atau di dunia internasional

b. Tindak lanjut pelaksaan hak interpelasi dan hak angket

c. Dugaan bahwa presiden dan atau wakil presiden melakukan pelanggaran

hukum.

Sebagai lembaga negara yang masih berada dalam lingkungan kekuasaan

pemerintahan atau kekuasaan eksekutif, maka DPR dapat menjalankan haknya

tersebut kepada Komisi Pengawas Persaingan usaha. Itu merupakan implikasi atau

konsekuensi hukum dari KPPU yang masih bagian dari cabang kekuasaan

eksekutif.

Meskipun demikian peneliti juga berpendapat bahwa masih terdapat

ruang untuk memperdebatkan kedudukan KPPU dalam struktur atau sistem

ketatanegaraan Indonesia. Hal tersebut merupakan akibat dari belum adanya

norma atau landasan yuridis yang secara eksplisit menyatakan KPPU berada di

dalam kekuasaan eksekutif, atau di luar kekuasaan eksekutif.

D. Kendala Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam Menjalankan Tugas dan

Wewenang

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat menurut peneliti hadir karena dua sebab. Sebab yang

pertama karena alasan praktis, karena Indonesia membutuhkan dana dari

International Monetery Fund (IMF) dalam rangka mengatasi krisis ekonomi yang

melanda Indonesia pada saat itu. Kemudian IMF memberikan salah satu syaratnya

yaitu membentuk Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut. Alasan kedua

Page 70: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

61

yaitu alasan idealis untuk melakukan perbaikan atau melakukan reformasi hukum di

bidang ekonomi pasar sehingga menciptakan iklim usaha yang sehat kepada pelaku

usaha serta kepadaa konsumen.

Akan tetapi karena alasan yang pertama tersebut sehingga memunculkan kesan

bahwa Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dibentuk tidak dengan pemikiran yang

matang. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak sehat dianggap meninggalkan jejak kekurangsiapan

dalam pembentukannya sehingga menimbulkan kekurangan yang patut untuk segera

di perbaiki.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha merupakan sebuah lembaga Negara yang

dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Kekurangan yang ada

dalam Undang-Undang tersebut tentu berdampak kepada lembaga KPPU yang

diberikan tugas sebagai penegak dan pengawal dalam menjalankan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999.

Permasalaahn utama yaitu belum jelasnya rambu-rambu hukum acara Komisi

Pengawas Persaingan Usaha yang diatur baik dalam Undang-Undang Nomor Tahun

1999 maupun dalam Keputusan Presiden nomor 75 Tahun 1999 sebagaimana yang

telah diubah melalui Peraturan Presiden Nomor 80 tahun 2008 Tentang Perubahan

Atas Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas

Persaingan usaha. Hingga saat ini hukum acara yang digunakan oleh Komisi

Pengawas Persaingan Usaha yaitu dengan membentuk suatu Keputusan Komisi dan

juga melalui Peraturan Komisi. Kewenangan untuk membentuk suatu hukum acara

melalui Keputusan Komisi maupun Peraturan Komisi merupakan hasil interpretasi

dari pasal 35 huruf f Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Akan tetapi dengan

membentuk hukum acara melalui Keputusan Komisi maupun Peraturan Komisi yang

dibentuk langsung oleh KPPU dianggap belum menjawab permasalahan keselurahan.

Bahkan hal tersebut dianggap menimbulkan suatu permasalahan baru. Permasalaahn

baru yag dimaksud adalah berkaitan dengan posisi KPPU dalam struktur

Ketatangeraan Indonesia yang dianggap semakin Ambigu. Kewenangan dalam

membentuk hukum acara sendiri dianggap merampas kewenangan yang harusnya

melekat kepada pembentuk undang-Undang. Selain itu kewenangan dalam

Page 71: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

62

membentuk hukum acara atau peraturan sendiri seolah menjadikan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha sebagai lembaga yang nmemiliki fungsi regulasi. Fungsi regulasi

seharusnya terdapat pada lembaga Legislatif yang merupakan representatif dari

masyarakat.

Membentuk hukum acara sendiri yang berlaku kepada pihak lain seperti pelaku

usaha juga dinilai berbahaya dan sangat berpotensi untuk terjadinya kesewenang-

wenangan atau abuse of power. Oleh karena itu untuk menghindari perdebatan

berkepanjangan yang justru menguras energi dan terkesan tidak produktif,

seharusnya di lakukan perbaikan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

dengan menambah norma yang secara jelas dan detail berkaitan dengan hukum acara

Komisi Pengawas Persaingan usaha.

Merskipun kekokosongan hukum acara KPPU telah ditambal melalui keputusan

Komisi maupun peraturan Komisi, hal tersebut masih menyisakan celah-celah yang

justru menghambat kinerja dari Komisi tersebut. Seperti misalnya kewenangan

Komisi dalam memanggil pelaku usaha. Meskipun Komisi Pengawas Persaingan

Usaha memiliki kewenangan untuk memanggil pelaku usaha, akan tetapi KPPU tidak

dapat melakukan pemanggilan secara paksa apabila pelaku usaha yang dipanggil

tersebut tidak mau menghadiri. Hal tersebut tentu saja menjadi kendala tersendiri

bagi Komisi dalam rangka menjalankan tugasnya.

Kendala lain yang dapat disebutkan oleh Susanti Adi Nugroho dalam bukunya

yang berjudul Hukum Persaingan Usaha di Indonesia Dalam Teori dan Praktek Serta

Penerapan Hukumnya25 yaitu :

1. Walaupun KPPU berwenang untuk melakukan penelitian dan penyelidikan ,

namun KPPU tidak mempunyai wewenang untuk melakukan penggeledahan

terhadap pelaku usaha yang diindikasikan melakukan pelanggaran terhadap

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

2. Dalam melakukan penelitian dan penyelidikan , KPPU sering kali terkendala

dengan sifat kerahasiaan perusahaan sehingga KPPU tidak bisa mendapatkan data

perusahaan yang diperlukan.

25 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta, kencana,2012). h.546-547.

Page 72: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

63

3. Walaupun KPPU berwenang untuk meminta keterangan dari instansi Pemerintah,

namun sampain sekarang belum terjalin kerjasama yang baikn antara KPPU dan

instansi pemerintah dalam hal penyelidikan terhadap dugaan persaingan Usaha

tidak sehat. Sehingga, KPPU sering kali mengalami kesulitan dalanm

melaksanakan tugasnya karena kurangnya data pendukung.

Page 73: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Eksistensi atau keberadaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam sistem

ketatanegaraan Indonesia merupakan implementasi dari fungsi cabang kekuasaan

eksekutif, dapat dilihat dari tugas dan wewenang yang dimiliki oleh KPPU.

2. Hukum acara Komisi Pengawas Persaingan Usaha belum diatur dalam Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat sehingga menjadi kendala Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam menjalankan

tugas dan wewenangnya.

B. Rekomendasi

1. Diharapkan Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat, untuk melakukan revisi terhadap

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat. Perlu menambah pasal yang secara tegas menyatakan

bahwa Komisi Pengawas Persaingan Usaha merupakan Lembaga Negara yang berada pada

kekuasaan eksekutif atau pemerintah.

2. Perlu melakukan penguatan terhadap lembaga Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui

revisi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan mengatur secara ekspilisit hukum acara

Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

Page 74: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

65

DAFTAR PUSTAKA BUKU Ali, zainudin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2010

Asshiddiqie, Jimly, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006

________________. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta, Sinar Grafika, 2011

________________. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2009

Busrah , abu daud. Ilmu Negara, Palembang: PT Bumi aksara, 1989

Fajar Mukti dan Yulianto Achmad, Dualisme penelitian hukum normatif dan empiris, Yogyakarta: pustaka pelajar, 2010

Fuady Munir, Teori Negara Hukum Modern (rechtstaat), (Jakarta, refika aditama, 2011

HR, Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: PT. Rajagrafindo, 2006

Huda Ni’matil. Ilmu Negara.Yogyakarta: Rajawali Pers, 2010.

Ibrahim, Johny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya: Bayumedia Publishing, 2005

Indra Mexsasai. Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PT Refika Aditama, 2011.

Maggalatung, salman. Desain Lembaga Negara Pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta: gramata publishing, 2015

Montesquieu, The Spirit of Laws Dasar-dasar Ilmu Hukum dan ilmu politik. Bandung: Nusamedia,2007

Nugroho, Susanti Adi. Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, Jakarta : Kencana,2012

Palguna, Dewa, Pengaduan Konstitusional (constitutional complaint) Upaya Hukum Terhadap Pelanggaran Hak-Hak Konstitusional Warga Negara, Batubulan: Sinar Grafika, 2013

Tutik Triwulan Titik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Surabaya : Kencana,, 2008

Page 75: KEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44217/1/AHMAD HUSEIN-FSH.pdfKEWENANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM SISTEM

66

________________., Eksistensi, Kedudukan dan wewenang Komisi Yudisial Sebagai Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.

Usman, Rachmadi. Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia, Banjarmasin,sinar Grafika, 2012.

________________, Hukum persaingan Usaha di Indonesia,Banjarmasin, Sinar Grafika, 2013

Yuhana abdy, sistem ketatanegaraan indonesia pasca perubahan UUD 1945, Bandung: fokusmedia, 2009.

JURNAL

Suparto, “Pemisahan Kekuasaan, Konstitusi Dan Kekuasaan Kehakiman Yang Independen Menurut Islam”, Jurnal Selat, IV, 1 (oktober, 2016)

SKRIPSI

Fadloly Muhammad, “Komisi Pengawas Persaingan Usaha Dalam Perspektif Ketatanegaraan Islam”, Skripsi, (Ciputat : skripsi Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 Tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 Tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha