kewarganegaraan mahasiswa

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara harfiah, civil society itu sendiri adalah terjemahan dari istilah Latin, civilis societas, mula-mula dipakai oleh CICERO (106-43 S.M), seorang orator dan pujangga Roma, yang pengertiannya mengacu kepada gejala budaya perorangan dan masyarakat. Masyarakat sipil disebutnya sebagai sebuah masyarakat politik (political society) yang memiliki kode hukum sebagai dasar pengaturan hidup. Adanya hukum yang mengatur pergaulan antar individu menandai keberadaban suatu jenis masyarakat tersendiri. Masyarakat seperti itu, di zaman dahulu adalah masyarakat yang tinggal di kota. Dalam kehidupan kota penghuninya telah menundukkan hidupnya di bawah satu dan lain bentuk hukum sipil (civil law) sebagai dasar dan yang mengatur kehidupan bersama. Bahkan bisa pula dikatakan bahwa proses pembentukan masyarakat sipil itulah yang sesungguhnya membentuk masyarakat kota. Rahardjo (1997: 17-24) menyatakan bahwa masyarakat madani merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, civil society. Istilah civil society sudah ada sejak Sebelum Masehi. Orang yang pertama kali 1

Upload: agoesz-lightz

Post on 10-Nov-2015

249 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah kewarganegaraan mahasiswa UNUD

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar belakangSecara harfiah, civil society itu sendiri adalah terjemahan dari istilah Latin, civilis societas, mula-mula dipakai oleh CICERO (106-43 S.M), seorang orator dan pujangga Roma, yang pengertiannya mengacu kepada gejala budaya perorangan dan masyarakat. Masyarakat sipil disebutnya sebagai sebuah masyarakat politik (political society) yang memiliki kode hukum sebagai dasar pengaturan hidup. Adanya hukum yang mengatur pergaulan antar individu menandai keberadaban suatu jenis masyarakat tersendiri. Masyarakat seperti itu, di zaman dahulu adalah masyarakat yang tinggal di kota. Dalam kehidupan kota penghuninya telah menundukkan hidupnya di bawah satu dan lain bentuk hukum sipil (civil law) sebagai dasar dan yang mengatur kehidupan bersama. Bahkan bisa pula dikatakan bahwa proses pembentukan masyarakat sipil itulah yang sesungguhnya membentuk masyarakat kota.

Rahardjo (1997: 17-24) menyatakan bahwa masyarakat madani merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, civil society. Istilah civil society sudah ada sejak Sebelum Masehi. Orang yang pertama kali mencetuskan istilah civil society ialah Cicero (106-43 SM), sebagai orator Yunani Kuno. Civil society menurut Cicero ialah suatu komunitas politik yang beradab seperti yang dicontohkan oleh masyarakat kota yang memiliki kode hukum sendiri. Dengan konsep civility (kewargaan) dan urbanity (budaya kota), maka kota difahami bukan hanya sekedar konsentrasi penduduk, melainkan juga sebagai pusat peradaban dan kebudayaan

Di zaman modern, istilah itu diambil dan dihidupkan lagi oleh John Locke (1632-1704) dan Rousseau (1712-1778) untuk mengungkapkan pemikirannya mengenai masyarakat dan politik. Locke umpamanya, mendefinisikan masyarakat sipil sebagai "masyarakat politik" (political society). Pengertian tentang gejala tersebut dihadapkan dengan pengertian tentang gejala "otoritas paternal" (peternal authority) atau "keadalan alami" (state of nature) suatu kelompok manusia. Ciri dari suatu masyarakat sipil, selain terdapatnya tata kehidupan politik yang terikat pada hukum, juga adanya kehidupan ekonomi yang didasarkan pada sistem uang sebagai alat tukar, terjadinya kegiatan tukar menukar atau perdagangan dalam suatu pasar bebas, demikian pula terjadinya perkembangan teknologi yang dipakai untuk mensejahterakan dan memuliakan hidup sebagai ciri dari suatu masyarakat yang telah beradab.

Masyarakat politik itu sendiri, adalah merupakan hasil dari suatu perjanjian kemasyarakatan (social contract), suatu konsep yang dikemukakan oleh Rousseau, seorang filsuf sosial Prancis abad ke-18. Dalam perjanjian kemasyarakatan tersebut anggota masyarakat telah menerima suatu pola perhubungan dan pergaulan bersama. Masyarakat seperti ini membedakan diri dari keadaan alami dari suatu masyarakat.

Dalam konsep Locke dan Rousseau belum dikenal pembedaan antara masyarakat sipil dan negara. Karena negara, lebih khusus lagi, pemerintah, adalah merupakan bagian dan salah satu bentuk masyarakat sipil. Bahkan keduanya beranggapan bahwa masyarakat sipil adalah pemerintahan sipil, yang membedakan diri dari masyarakat alami atau keadaan alami.Seperti yang telah diketahui bahwa masyarakat madani merupakan wacana yang berkembang dan berasal dari kawasan Eropa Barat. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan dan perkembangan wacana tersebut tidak terlepas dari kondisi sosio cultural, politik edan ekionomi yang berkembang pada saat itu.

Masyarakat madani jika dipahami secara sepintas merupakan format kehidupan alternatif yang mengedepankan semangat demokrasi dengan menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia dalam menjalankan roda pemerintahannya. Disinilah kemudian konsep masyarakat madani menjadi alternatif pemecahan, dengan pemberdayaan dan penguatan daya kontrol masyarakat terhadap kebijakan - kebijakan pemerintah yang pada akhirnya nanti terwujud kekuatan masyarakat sipil yang mampu merealisasikan dan menegakan konsep hidup yang demokratis dan menghargai hak-hak asasi manusia.

Sosok masyarakat madani bagaikan barang antik yang memiliki daya tarik yang amat mempesona. Kehadirannya yang mampu menyemarakkan wacana politik kontemporer dan meniupkan arah baru pemikiran politik,bukan dikarenakan kondisi barangnya yang sama sekali baru, melainkan disebabkan tersedianya momentum kondusif bagi pengembangan msayarakat yang lebih baik.

Mengenai kemungkinan berkembangnya masyarakat madani di Indonesia diawali dengan kasus-kasus pelanggaran HAM dan pengekangan kebebasan berpendapat, berserikat dan kebebasan untuk mengemukakan pendapat di muka umum kemudian dilanjutkan dengan munculnya berbagai lembaga-lembaga non pemerintah yang mempunyai kekuatan dan bagian dari sosial control. Sejak zaman orde lama dengan rezim demokrasi terpimpinnya Soeharto, sudah terjadi manipulasi peran serta masyarakat untuk kepentingan politis dan terhemogami sebagai alat legitimasi politik. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan kegiatan dan usaha yang dilakukan oleh anggota masyarakat dicurigai sebagai kontra-revolusi. Fenomena tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa di Indonesia pada masa Soekarno pun mengalami kecenderungan untuk membatasi gerak dan kebebasan publik dalam mengeluarkan pendapat.

Sampai pada masa orde baru pun pengekangan demokrasi dan penindasan hak asasi manusia tersebut kian terbuka seakan menjadi tontonan gratis yang bisa dinikmati oleh siapapun bahkan untuk segala usia. Hal ini dapat dilihat dari berbagai contoh kasus yang pasda masa orde baru berkembang. Misalnya contoh pemberedelan lembaga pers, seperti AJI, DETIK,dan TEMPO. Fenomena ini merupakan sebuah fragmentasi kehidupan yang mengekang kebebasan warga. Negara dalam menyalurkan aspirasinya di muka umum, apalagi ini dilakukan ada lembaga pers yang nota bene memiliki fungsi sebagai bagian dari social control dalam menganalisa dan mensosialisasikan berbagai kebijakan yang betul-betul merugikan masyarakat.

Selain itu, banyak terjadi pengambil alihan hak tanah rakyat oleh penguasa dengan alasan pembangunan, juga merupakan bagian dari penyelewengan dan penindasan hak asasi manusia, karena hak atas tanah yang secara sah memang dimiliki rakyat, dipaksa dan diambil alih oleh penguasa hanya karena alasan pembangunan yang hanya sebenarnya bersifat semu. Di sisi lain, pada era orde baru banyak terjadi tindakan-tindakan anarkisme yang dilakukan oleh masyarakat sendiri. Hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa di Indonesia pada saat itu-tidak dan belum menyadari pentingnya toleransi dan semangat pluralisme

Melihat itu semua, maka secara esensial Indonesia memang membutuhkan pemberdayaan dan penguatan masyarakat secara komprehensif agar memiliki wawasan dan kesadaran demokrasi yang baik serta mampu menjunjung tinggi nilai - nilai Hak Asasi Manusia. Untuk itu, maka diperlukan pengembangan masyarakat madani dengan menerapkan strategi pemberdayaan sekaligus agar proses pembinaan dan pemberdayaan itu mencapai hasilnya secara optimal.

Saat ini wacana masyarakat madani telah memiliki banyak pengertian dan pendefinisian. Tidak saja pemaknaan taraf filosofis yang sarat dengan perdebatan sengit-utamanya antara perspektif Hegelian yang mengutamakan peran Negara di satu sisi, dengan pandangan Tocqueville yang mengutamakan peran masyarakat dan individu. Di mana pandangan terakhir itu (Tocqueville) banyak didukung oleh pemikiran Gramscian- Pengertian dan pendefinisian itu telah menyentuh wilayah tehnis/operasional-praktis.Secara umum, walau redaksional definisi masyarakat madani berbeda-beda, namun setidak anya ada empat kriteria yang disepakati sebagai karakteristik masyarakat madani (civil society). Pertama, adanya kemandirian (independensi) relatif yang tanguh di dalam tubuk suatu masyarakat, terutama dalam konteks relasi masyarakat/individu dengan negara. Cakupan kemandirian itu sendiri meliputi persoalan pembentukan wacana, dalam penentuan pilihan kepentingan hingga proses dan pencapaiannya.Kedua, mengedepankan penerapan penegakan hukum (walaupun langit akan runtuh, hukum menti ditegakan). Dalam konteks relasi masyarakat/individu dengan negara, setiap pihak mesti patuh/komitment pada hukum (rule of law, suatu konsensus/social contract). Ketiga, memiliki kesadaran yang tinggi akan peran yang harus dimainkan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan kata lain setiap pihak mesti sadar dan berperan secara jujur akan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Keempat, senantiasa bersikap tangap (responsif) terhadap aktivitas negara (baca: penguasa), dan menempatkan negara sebagai mitra dalam upaya mewujudkan kepentingan bersama.Dalam karakteristif diatas itu, maka eksistensi gerakan mahasiswa memiliki karakter yang kuat sebagai icon di dalam masyarakat madani. Dalam sisi kemandirian; selama gerakan mahasiswa sanagat mungkin tidak ditunggangi/bersih oleh kepentingan suatu entitas politik diluar kelompok mahasiswa/diluar lingakaran kekuasaan, maka gerakan mahasiswa memang suatu gerakan yang didasarkan pada intelektualitas dan kepekaan moral (hati nurani) yang independent/mandiri demi perbaikan kondisi sosial-politik.Intinya, peran utama yang dimainkan oleh masyarakat madani dalam konteks bernegara adalah menjadi pihak yang melakukan kontrol secara jujur dan sungguh-sungguh terhadap praktek-praktek kekuasaan. 1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan masyarakat madani ?

2. Bagaimanakah strategi pemberdayaan masyarakat madani di Indonesia?

3. Bagaimanakah peran mahasiswa dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia ?

1.3Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui maksud dari masyarakat madani.

2. Untuk mengetahui strategi pemberdayaan masyarakat madani di Indonesia.

3. Untuk mengetahui peran mahasiswa dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia.

1.4Manfaat PenulisanManfaat dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat memberikan wacana bagi pemerintah mengenai hal masyarakat madani dan perwujudannya di Indonesia.

2. Dapat menambah wawasan bagi masyarakat umum khususnya mahasiswa tentang masyarakat madani.

3. Dapat memberikan kasanah dalam bidang penulisan, bagi pembaca umumnya dan bagi penulis pada khususnya.BAB II

PEMBAHASAN2.1Masyarakat Madani2.1.1 Pengertian Masyarakat Madani

Dalam mendefinisikan Masyarakat Madani ini sangat tergantung pada kondisi sosio-kultural suatu bangsa, kerena bagaimanapun konsep masyarakat madani merupakan bangunan yang lahir dari sejarah pergulatan bangsa Eropa Barat.

Sebagai titik tolak, disini akan dikemukakan beberapa definisi masyarakat madani dari berbagai pakar di berbagai negara yang menganalisa dan mengkaji fenomena masyarakat madani ini.

Pertama, definisi yang dikemukakan oleh Zbigniew Rau dengan latar belakang kajian pada kawasan Eropa Timur dan Uni Sovyet. Ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani merupakan suatu masyarakat yang berkembang dari sejarah, yang mengandalkan ruang dimana individu dan perkumpulan tempat mereka bergabung, bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-nilai yang meraka yakini. Ruang ini timbul antara hubungan-hubungan yang merupakan hasil komitmen keluarga dan hubungan-hubungan yang menyangkut kewajiban mereka terhadap negara. Oleh karenanya, maka yang dimaksud masyarakat madani sebuah ruang yang bebas dari pengaruh keluarga dan kekuasaan negara.

Kedua, yang digambarkan oleh Han Sung-joo dengan latar belakang kasus Korea Selatan. Ia mengatakan bahwa masyarakat madani merupakan sebuah kerangka hukum yang melindungi dan menjamin hak-hak dasar individu, perkumpulan sukarela yang terbebas dari negara, suatu ruang public yang mampu mengartikulasikan isu-isu politik, gerakan warga negara yang mampu mengendalikan diri dan independen, yang secara bersama-sama mengakui norma-norma dan budaya yang menjadi identitas dan solidaritas yang terbentuk serta pada akhirnya akan terdapat kelompok inti dalam civil society ini.

Ketiga, definisi yang dikemukakan oleh Kim Sunhyuk, juga dalam konteks Korea Selatan. Ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah suatu satuan yang terdiri dari kelompok-kelompok yang secara mandiri menghimpun dirinya dan gerakan-gerakan dalam masyarakat yang secara relative otonom dari negara, yang merupakan satuan-satuan dasar dari (re) produksi dan masyarakat politik yang mampu melakukan kegiatan politik dalam suatu ruang public, guna menyatakan kepedulian mereka dan memajukan kepentingan-kepentingan mereka menurut prinsip-prinsip pluralisme dan pengelolaan yang mandiri.

Berbagai batasan dalam memahami masyarakat madani di atas, jelas merupakan suatu analisa dari suatu kajian kontekstual terhadap performa yang diinginkan dalam mewujudkan masyarakat madani. Akan tetapi secara global dari ketiga batasan di atas dapat ditarik benang emas, bahwa yang dimaksud masyarakat madani adalah sebuah kelompok atau tatanan masyarakat yang berdiri secara mandiri dihadapan pengusaha dan negara memiliki ruang public dalam mengemukakan pendapat, adanya lembaga-lembaga yang mendiri yang dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingan public.

Di Indonesia, masyarakat madani mengalami penerjemahan yang berbeda-beda dengan sudut pandang yang berbeda pula, seperti masyarakat madani sendiri, masyarakat sipil, masyarakat kewargaan, dan civil society.

Masyarakat Madani; konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsep civil society yang pertama kali digulirkan oleh Anwar Ibrahim. Konsep yang Diajukan oleh Anwar Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat ideal adalah kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju.

Lebih jelas Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah system sosial yang subur yang diasakan pada prinsip moral yang menjamim keseimbanag antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat. Masyarakat mandorong daya usaha serta inisiatif individu baik dari segi pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintahan megikuti undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu menjadikan keterdugaan serta ketulusan. Dan pada prinsipnya konsep masyarakat madani adalah sebuah tatanan komunitas masyarakat yang mengedepankan toleransi, demokrasi, dan berkeadaban serta menghargai akan adanya pluralisme.

Masyarakat Sipil; merupakan penurunan langsung dari civil society. Istilah ini banyak dikemukakan oleh Mansour Fakih untuk menyebutkan prasyarat masyarakat dan negara dalam ramgka proses penciptaan dunia secara mendasar baru dan lebih baik.

Masyarakat Kewargaan; konsep ini merupakan respon dari keinginan untuk menciptakan warga negara sebagai bagian integral negara yang mempunyai andil dalam setiap perkembangan dan kemajuan negara.

Civil Society; merupakan konsep yang digulirkan oleh Muhammad AS. Hikam. Menurutnya konsep civil society yang merupakan warisan wacana yang berasal dari Eropa Barat, akan lebih mendekati substansinya jika tetap disebutkan dengan istilah aslinya. Dan sebagai ruang politik, civil society merupakan suatu wilayah yang menjamin berlangsungnya prilaku tindakan dan refleksi mandiri, tidak terkekang oleh kondisi kehidupan material, dan tidak terserap di dalam jaringan-jaringan kelembagaan politik resmi.

Berbagai pengistilahan tentang wacana masyarakat madani di Indonesia tersebut, secara substansial bermuara pada perlunya penguatan masyarakat dalam sebuah komunitas negara untuk mengimbangi dan mampu mengontrol kebijakan negara yang cenderung memposisikan warga negara sebagai subjek yang lemah. 2.1.2 Karakteristik Masyarakat MadaniPenyebutan karakteristik masyarakat madani dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa dalam merealisasikan wacana masyarakat madani diperlukan prasyarat-prasyarat yang menjadi nilai universal dalam penegakan masyarakat madani. Prasyarat ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain atau hanya menjadi salah satunya saja, melainkan merupakan satu kesatuan yang integral menjadi dasar dan nilai bagi eksistensi masyarakat madani. Karakteristik tersebut antara lain adalah Free Public Sphere, Demokratis, Toleransi, Pluralisme, Keadilan Sosial (Social Justice) dan Berkeadaban.1. Free Public Share

Yang dimaksud dengan free public sphere adalah adanya ruang publik yang bebas sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat. Pada ruang publik yang bebas lah individu dalam posisinya yang setara mampu melakukan transaksi-transaksi wacana dan praksis politik tanpa mengalami distorsi dan kekhawatiran. Aksentuasi prasyarat ini dikemukakan oleh Arendt dan Habermas. Lebih lanjut dikatakan bahwa ruang publik secara teoritis bisa diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik. Warga negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta mempublikasikan informasi kepada publik. Sebagai sebuah prasyarat, maka untuk mengembangkan dan mewujudkan masyarakat madani dalam sebuah tatanan masyarakat, maka free public sphere menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan. Karena dengan menafikan adanya ruang publik yang bebas dalam tatanan masyarakat madani, maka akan memungkinkan terjadinya pembungkaman kebebasan warga negara dalam menyalurkan aspirasinya yang berkenaan dengan kepentingan umum oleh penguasa yang tiranik dan otoriter.

2. Demokratis

Demokratis merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana masyarakat madani, dimana dalam menjalani kehidupan, warga negara memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan aktivitas kesehariannya, termasuk dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Demokratis berarti masyarakat dpat berlaku santun dalam pola hubungan interaksi dengan masyarakat sekitarnya dengan tidak mempertimbangkan suku, ras dan agama. Prasyarat demokratis ini banyak dikemukakan oleh para pakar yang mengkaji fenomena masyarakat madani. Bahkan demokrasi merupakan salah satu syarat mutlak bagi penegakan masyarakat madani. Penekanan demokrasi (demokratis) di sini dapat mencakup sebagai bentuk aspek kehidupan seperti politik, sosial, budaya, pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Dalam budaya demokrasi, demo dilakukan secara intelek dengan berdasarkan asar legalitas, dimana setiap demonstrasi yang akan diadakan wajib melakukan pemberitahuan tertulis kepada Polri. Diwakili oleh pimpinan kelompok sebagai penanggung jawab dengan waktu 3 x 24 jam surat layangan permohonan sudah diterima pihak kepolisian. Namun dalam hal ini mahasiswa dilarang untuk melakukan demontrasi pada tempat tempat vital yang dikhawatirkan mengganggu aktivitas sosial yang sifatnya mendesak dan mengambil hak milik orang lain. Demontrasi dapat dibubarkan oleh pihak kepolisian, apabila terdapat pelanggaran sesuai dengan kesepakatan yang telah ditandatangani atau peserta melakukan tindakan anarki yang dapat mengancam jiwa orang orang disekitarnya3. Toleran

Toleran merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukkan sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang lain. Toleransi ini memungkinkan akan adanya kesadaran masing-masing individu untuk menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan dalam kelompok masyarakat lain yang berbeda. Toleransi menurut Nurcholis Madjid merupakan persoalan ajaran dan kewajiban melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan adanya tata cara pergaulan yang enak antara berbagai kelompok yang berbeda-beda, maka hasil itu harus dipahami sebagai hikmah atau manfaat dari pelaksanaan ajaran yang benar.Azyumardi Azra pun menyebutkan bahwa masyarakat madani (civil society) lebih dari sekedar gerakan-gerakan pro demokrasi. Masyarakat madani juga mengacu ke kehidupan yang berkualitas dan tamaddun (civility). Civilitas meniscayakan toleransi, yakni kesediaan individu-individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan sikap politik yang berbeda.

4. Pluralisme

Sebagai sebuah prasyarat penegakan masyarakat madani, maka pluralisme harus dipahami secara mengakar dengan menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang menghargai dan menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Pluralisme tidak bisa dipahami hanya dengan sikap mengakui dan menerima kenyataan masyarakat yang majemuk, tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima kenyataan pluralisme itu sebagai bernilai positif, merupakan rahmat Tuhan. Menurut Nurcholis Madjid, konsep pluralisme ini merupakan prasyarat bagi tegaknya masyarakat madani. Pluralisme menurutnya adalah pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban (genuine engagement diversities within the bonds of civility). Bahkan pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan (check and balance). Lebih lanjut Nurcholis mengatakan bahwa sikap penuh pengertian kepada orang lain itu diperlukan dalam masyarakat yang majemuk, yakni masyarakat yang tidak monolitik. Apalagi sesungguhnya kemajemukan masyarakat itu sudah merupakan dekrit Allah dan design-Nya untuk umat manusia. Jadi tidak ada masyarakat yang tunggal, monolitik, sama dan sebangun dalam segala hal.

5. Keadilan Sosial

Keadilan dimaksudkan untuk menyebutkan keseimbangan dan pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Hal ini memungkinkan tidak adanya monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan pada satu kelompok masyarakat. Secara esensial, masyarakat memiliki hak yang sama dalam memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah (penguasa).2.1.3 Pilar Penegak Masyarakat

Yang dimaksud dengan pilar masyarakat madani adalah institusi-institusi yang menjadi bagian dari sosial control yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas. Dalam penegakkan masyarakat madani, pilar-pilar tersebut menjadi persyaratan mutlak bagi terwujudnya kekuatan masyarakat madani, pilar-pilar tersebut antara lain adalah:

1. Lembaga Swadaya masyarakat adalah institusi sosial yang dibentuk oleh swadaya masyrakat yang tugas esensinya adalah membantu dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang tertindas. Selain itu LSM dalam konteks masyarakat madani juga bertugas dalam mengadakan empowering (pemberdayaan) kepada masyarakat mengenai hal-hal yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari,seperti advikasi, pelatihan dan sosialisasi program-program pembangunan masyarakat.

2. Pers merupakan institusi yang penting dalam penegakan masyarakat madani, karena kemungkinannya dapat mengkiritis dan menjadi bagian dari sosial control yang dapat menganalisa serta mempublikasikan berbagai kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan warga negaranya. Hal tersebut pada akhirnya mengarah pada adanya independensi pers serta mampu menyajikan berita secara objektif dan transparan.

3. Supremasi Hukum; setiap warga Negara, baik yang duduk dalam formasi pemerintahan maupun sebagai rakyat, harus tunduk kepada (aturan) hukum. Hal tersebut berarti bahwa perjuangan untuk mewujudkan hak dan kebebasan antar warga Negara dan antara warga Negara dengan pemerintah haruslah dilakukan dengan cara-cara yang damai dan sesuai dengan hokum-hukum yang berlaku. Selain itu supermasi hukum juga memberikan jaminan dan perlindungan terhadap segala bentuk penindasan individu dan kelompok yang melanggar norma-norma hokum dan segala bentuk penindasan hak asasi manusia sehingga terpola bentuk kehidupan yang civilized.

4. Perguruan tinggi; yakni tempat dimana civitas akademikanya (dosen dan mahasiswa) merupakan bagian dari kekuatan sosial dan masyarakat madani yang bergerak pada jalur moral Force untuk menyalurkan aspirasi masyarakat dan mengkritisi berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah, dengan catatan gerakan yang dilancarkan oleh mahasiswa tersebut masih dalam jalur yang benar dan memposisikan diri pada rel dan realitas yang betul-beul objektif, menyuarakan kepentingan masyarakat (public).

Sebagai bagian dari pilar penegak masyarakat madani, maka Perguruan Tinggi mempunyai tugas utama mencari dan menciptakan ide-ide alternative dan konstruktif untuk dapat menjawab problematika yang dihadapi masyarakat. Disisi lain Perguruan Tinggi memiliki Tri Dharma Pergururuan Tinggi yang harus dapat diemplementasikan berdasarkan kebutuhan masyarakat.

Menurut Riswanda Immawan, Perguruan Tinggi memiliki 3 (tiga) peran yang strategis dalam mewujudkan masyarakat madani, yakni pertama, pemihakan yang tegas pada prinsip egalitarianisme yang menjadi dasar kehidupan politik yang demokratis. Kedua, membangun political safety net, yakni dengan mengembangkan dan mempublikasikan informasi secara objektif dan tidak manipulatife. Political safety net ini setidaknya dapat mencerahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka terhadap informasi. Ketiga melakukan tekanan terhadap ketidakadilan dengan cara yang santu, saling menghormati, demokratis serta meninggalkan cara-cara yang agitatif dan anarkis.

5. Partai politik merupakan wahana bagi warga Negara untuk dapat menyalurkan asipirasi politiknya. Menurut Riswandi Immawan, perguruan tinggi memiliki tiga peranan dalam mewujudkan masyarakat madani. Pertama, pemihakan yang tegas pada prinsip egalitarianisme yang menjadi dasar kehidupan politik yang demokratis, kedua membangun mengembangkan dan mempublikasikan informasi secara objektif dan tidak manipulatif. Ketiga melakukan tekanan terhadap ketidakadilan dengan cara santun dan saling menghormati.Partai politik merupakan wahana bagi warga Negara untuk dapat menyalurkan asipirasi politiknya dan tempat ekspresi politik warga Negara, maka partai politik ini menjadi persyaratan bagi tegaknya masyrakat madani.

2.2 Strategi Pemberdayaan Masyarakat Madani di IndonesiaSatu hal yang pasti, pemberdayaan masyarakat madani adalah sebuah keniscayaan apabila bangsa Indonesia ini ingin bertahan dan sekaligus menjadi bangsa yang demokratis. Adapun strategi pemberdayaan masyarakat madani di Indonesia, menurut Dawam (1999) ada tiga strategi yang salah satunya dapat digunakan sebagai strategi dalam memberdayakan masyarakat madani di Indonesia, antara lain :1. Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik.Strategi ini berpandangan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat. Bagi penganut paham ini pelaksanaan demokrasi liberal hanya akan menimbulkan konflik, dan karena itu menjadi sumber instabilitas politik. Saat ini yang diperlukan adalah stabilitas politik sebagai landasan pembangunan, karena pembangunan lebih terbuka terhadap perekonomian global dan membutuhkan resiko politik yang minim. Dengan demikian persatuan dan kesatuan bangsa lebih diutamakan dari pada demokrasi.

2. Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sistem politik demokrasi. Strategi ini berpandangan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah menunggu rampungnya tahap pembangunan ekonomi. Sejak awal dan secara bersama-sama diperlukan proses demokratisasi yang pada essensinya adalah memperkuat partisipasi politik. Jika kerangka kelembagaan ini diciptakan, maka akan dengan sendirinya timbul masyarakat madani yang mampu mengontrol negara.

3. Strategi yang memilih membangun masyarakat madani sebagai basis yang kuat kearah demokratisasi. Strategi ini muncul akibat kekecewaan terhadap realisasi dari strategi pertama dan kedua. Dengan begitu strategi ini lebih mengutamakan pendidikan dan penyadaran politik, terutama pada golongan menengah yang semakin luas.

Ketiga model strategi pemberdayaan masyarakat madani tersebut dipertegas oleh Hikam bahwa di era transisi ini harus dipikirkan prioritasprioritas pemberdayaan dengan cara memahami target-target group yang paling strategis serta penciptaan pendekatan-pendekatan yang tepat di dalam proses tersebut. Untuk keperluan itu, maka keterlibatan kaum cendikia, LSM, ormas dan keagamaan dan mahasiswa, mutlak adanya.

Lebih tegasnya sebagaimana tertera dalam strategi menurut Hikam(1999) dibawah ini:

1. Pemetaan atau identifikasi permasalahan dasar menyangkut perkembangan masyarakat madani, khususnya kelompok-kelompok strategis di dalamnya harus mendapat prioritas. Pada tahap ini diupayakan penelitian atau pengkajian yang mendalam baik secara umum maupun khusus terhadap potensi-potensi yang ada dalam masyarakat untuk menumbuh-kembangkan masyarakat madani. Umpamanya pemetaan terhadap segmen-segmen kelas menengah yang diangap dapat menjadi basis bagi tumbuhnya masyarakat madani berikut organisasi di dalamnya. Kajian dan penelitian semacam ini sangat penting agar kita dapat dengan segera melakukan proses recovery dan penataan kembali setelah munculnya kesempatan karena jatuhnya rezim otoriter.

2. Menggerakkan potensi-poensi yang telah ditemukan tersebut sesuai dengan bidang-bidang atau garapan masing-masing. Misalnya bagaimana menggerakkan komunitas pesantren di wilayah-wilayah pedesaan agar mereka ikut memperkuat basis ekonomi dan sosial lapisan bawah. Dalam tahapan ini, jelas harus terjadi reorientasi dalam model pembangunan sehingga proses penggerakan sumber daya di lapisan bawah tidak lagi berupa eksploitasi karena pola top-down. Justru dalam tahapan ini sekaligus diusahakan untuk menghidupkan dan mengaktifkan keswadayaan masyarakat yang selama ini terbungkam. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan parsipatoris karena. Pada tingkat kelas menengah, tahapan kedua ini diarahkan kepada penumbuhan kembali jika entrepreneur yang sejati sehingga akan muncul sebuah kelas menengah yang mandiri dan tangguh. Potensi demikian sudah cukup besar dengan semakin bertambah banyaknya generasi muda yang berpendidikan tinggi dan berpengalaman dalam bisnis yang berlingkup global. Para professional muda ini, menurut pengamatan akan menjadi tulang punggung utama kelas menengah baru yang memiliki kepedulian besar terhadap kemandirian dan pemberdayan. Hal ini terbukti antara lain dengan munculnya kelompok solidaritas profesional muda yang mendukung gerakan reformasi. Mereka menuntut transparansi dan kemandirian dalam dunia bisnis di samping menunjukkan kepedulian terhadap nasib rakyat jelata di lapisan bawah. Hal yang sama berlaku juga bagi organisasi kemasyarakatan yang telah berjasa menjadi saluran aspirasi masyarakat selama ini, seperti organisasi-organisasi sosial keagamaan dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Pengembangan kelompok ini sangat penting artinya karena merekalah yang biasanya berada di garis depan dalam membela nasib kaum tertindas. Melalui aktivitas-aktivitas mereka, misalnya, permasalahan sosial seperti kemiskinan. Kelompok inilah yang menyuarakan aspirasi masyarakat tertindas baik secara langsung kepada pemerintah ataupun kepada publik secara keseluruhan. Pihak lain yang penting untuk dilibatkan pada tahapan ini adalah media massa yang berperan sebagai wilayah publik bebas yang menjadi tempat transaksi wacana publik. Media massa yang tidak terkontrol secara ketat dan selalu dalam ancaman pemberangusan oleh negara merupakan instrumen bagi proses pengembangan masyarakat madani. Sebab disana dimungkinkan penyaluran aspirasi dan pembentukan opini mengenai permasalahan yang berkaitan dengan kepentingan-kepentingan publik, di samping sebagai alat kontrol terhadap kekuasaan negara. Dengan tumbuhnya media massa yang memiliki kebebasan cukup luas, maka kehidupan publik akan senantiasa mengalami penyegaran dan masyarakat pun memiliki ruang untuk mengutarakan aspirasinya. Tentu saja, media massa juga memerlukan pengawasan dari publik sehingga ia tidak menjadi alat manipulasi kepentingan si pemilik, baik bagi penyebaran gagasan-gagasan dan informasi tertentu maupun sebagai bagian dari bisnis. Media massa yang tidak terkontrol sama sekali justeru akan memiliki kemampuan agenda setting yang sangat kuat sehinga bisa mendistorsi kehidupan politik.

3. Dalam upaya pengembangan jangka panjang adalah mengupayakan agar seluruh elemen masyarakat madani memiliki kapasitas kemandirian yang tinggi sehingga secara bersamaan dapat mempertahankan kehidupan demokrasi. Dalam kaitan ini, agaknya kita perlu merenungkan kesimpulan John Keane dalam Democracy and Civil Society(1988) dikutip oleh Azyumardi Azra8. bahwa ; Demokrasi bukanlah musuh bebuyutan ataupun teman kental kekuasaan negara. Demokrasi menghendaki pemerintah untuk memerintah masyarakat sipil secara tidak berlebihan ataupun terlalu sedikit. Sementara itu, tatanan yang lebih demokratis tidak bisa dibangun melalui kekuasaan negara, dan juga tidak bisa diciptakan tanpa kekuasaan negara. Masyarakat madani yang seperti ini dapat menjadi sumber input bagi masyarakat politik, seperti orsospol, birokrasi, dan sebagainya dalam pengambilan setiap keputusan publik. Pada saat yang sama, political society juga dapat melakukan rekruitmen politik dari kelompok-kelompok dalam masarakat madani sehingga kualitas para politisi dan elite politik akan sangat tinggi.

Hubungan antara masyarakat madani dan political society, dengan demikian adalah simbiosis mutualisme dan satu sama lain saling memperkuat bukan menegaskan. Tentu saja diperlukan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan hubungan semacam ini, karena situasi ini mengadaikan telah terjadinya kesinambungan antara Negara dan rakyat. Proses pengembangan masyarakat madani akan tergantung kesuksesannya kepada sejauhmana format politik pasca reformasi dibuat. Jika format tersebut hanya mengulangi yang lama, kendati dengan ornamen-ornamen berbeda, maka pengembangan masyarakat madani juga hanya berupa angan-angan belaka. Sayangnya, justru prospek inilah yang tampaknya sedang si atas angin. Kemungkinan terjadinya pemulihan dan konsolidasu rezim lama masih cukup besar menyusul menguatnya pemerintah transisi.Banyak faktor yang turut menentukan dalam pemberdayaan masyarakat madani, gambaran masyarakat berdaya yang diidamkan sangat menentukan dalam perencanaan strategis dan operasionalnya. Oleh sebab itu, seluruh sektor masyarakatterutama gerakan, kelompok, dan individu-individu independen yang concered dan committed pada demokratisasi dan masyarakat madaniseyogyanya mengambil strategi yang lebih stabil, lebih halus, bukan mengambil jalan konfrontasi langsung yang tidak mustahil akan mengorbankan aktor-aktor masyarakat madani itu sendiri.2.3Peran Mahasiswa dalam Mewujudkan Masyarakat Madani di IndonesiaArah perubahan masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam tataran konsep politik, menuju civil society bila memakai warisan wacana yang berasal dari Eropa Barat; dan terjemahannya menjadi masyarakat madani, yang berarti sistem sosial yang subur yang berdasar prinsip moral yang menjamin keseimbangan anatara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat. Masyarakat mendorong inisiatif individu dalam hal pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintahan yang mendasarkan undang-undang, bukan nafsu. Dengan demikian Masyarakat Madani memiliki karakteristik: Pertama, free public sphere, atau ruang publik yang bebas sebagai sarana mengeluarkan pendapat; Kedua, demokratis, berarti masyarakat dapat berlaku santun dalam pola interaksi dengan sesamanya tanpa membedakan suku, ras dan agama. Ketiga, toleran. Toleransi memungkinkan adanya kesadaran masing-masing individu untuk menghargai dan menghormati pendapat serta aktifitasyang dilakukan oleh kelompok masyarakat lain yang berbeda. Keempat, pluralisme. Pluralisme harus dipahami secara mengakar dengan menciptakan suatu tatanan kehidupan yang menghargai dan menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari hari, yang disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima kenyataan pluralisme itu sebagai nilai positif dari rahmat Tuhan. Kelima, keadilan sosial, dengan maksud adanya keseimbangan dan pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban dalam segala aspek kehidupan, bagi seluruh warga negara. Keenam, berkeadaban, sebagai puncak nilai kehidupan umat manusia.Untuk menegakan masyarakat madani, maka diperlukan institusi-institusi yang menjadi bagian dari social control yang berfungsi untuk mengkritisi kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas. Institusi- institusi penegak masyarakat madani tersebut antara lain, lembaga swadaya masyarakat, pers, supremasi hukum, partai politik, dan perguruan tinggi.Peran dan fungsi mahasiswa sebagai kaum intelektual yang secara sadar berdiri diantara komponen yang bersejajar dengan masyarakat lain, untuk mendorong sekaligus menggawangi tercapainya masyarakat ideal. Kaum intelektual dalam perspektif Howard M Fredisphel adalah mereka yang suka terhadap dinamika dan perkembangan masyarakat dan sekaligus terjun langsung untuk memberikan nilai-nilai ketauladan, kaum intelektual bukanlah mereka yang hanya berkutat dan asyik dalam pengembaraan wacana, bukan pula manusia langit yang tak pernah mau turun ke bumi. Maka dari itu gerakan intelektual harus mampu menelorkan konsep dan gagasan yang logis yang bisa diterima oleh masyarakat majemuk disinilah letak aksentuasi gerakan intelektual dari masyarakat mahasiswa yang sesungguhnya.Gerakan mahasiswa mempunyai dua tipe yang mencirikan, pertama adalah gerakan intelektual, seperti yang telah dikemukakan di atas dan yang kedua adalah gerakan masa. Dua tipe gerakan ini adalah dua sisi yang saling berkaitan. Ibarat seekor burung kalau ia mau terbang bebas tanpa batas maka dia harus mempunyai dua sayap yang menopangnya. Dua sisi antara gerakan intelektual dan gerakan masa harus berjalan beriringan. Sebab jika tidak maka dia akan berjalan dengan pincang dan sulit menemukan keseimbangan. Adalah sebuah keharusan jika kedua basis ini digunakan sebagai alat untuk bermetamorfosis menuju kemandirian. Kemandirian merupakan pilihan sikap strategis untuk sebuah gerakan perubahan. Kemandirian juga merupakan sikap inti yang diambil tanpa pengaruh unsur-unsur yang menjadi pola parsial suatu gerakan perubahan. Meskipun demikian kemandirian bukanlah sikap yang acuh dan anti terhadap golongan lain, bukan pula sebuah sikap singgle fighter dalam mewujudkan proses transisi. Karena tidak mungkin kita akan berdiri tanpa kekuatan lain yang memback upnya. Oleh karena itu mahasiswa harus membangun kerja sistemik berbasis masyarakat berjejaring untuk menghimpun kekuatan dan mendorong proses transisi menuju kemandirian.

Keberadaan mahasiswa sebagai agent of change mempunyai peran strategis dalam mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat madani yang lebih baik secara fisik maupun secara moral. Kehidupan yang dinamis di dalam kehidupan kampus tidak terlepas dari kinerja masing-masing pihak yang berkompeten berada di dalamnya yang salah satu unsurnya adalah organisasi kemahasiswaan. Bila kita amati dengan seksama, mahasiswa mempunyai kedudukan yang sangat unik yaitu sebagai kaum yang diterima oleh semua lapisan masyarakat. Disamping mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi. Keberadaan tersebut juga didukung oleh karakteristik mahasiswa yang masih berusia muda, penuh semangat, enerjik, dinamis, penuh bakat dan potensi. Mahasiswa tidak takut kehilangan sesuatu yang merusak idealisme dirinya. Karena itulah tak heran bila julukan " intelektual sejati " diberikan kepada mahasiswa.

Sikap mahsiswa yang fleksibel, memungkinkan mereka untuk terjun hampir di semua lapisan masyarakat. Ketika rakyat membutuhkan bantuan mahasiswa, mereka dengan sigap bergerak dan memberikan apa yang diperlukan. Demikian pula ketika berurusan dengan kaum birokrat, mahasiswa mampu mengimbangi dengan kemampuan intelektual mereka. Oleh sebab itu, mahasiswa memegang peran strategis dalam kehidupan berbangsa yaitu sebagai penerus cita - cita pembangunan.

Pada masa ini, kita melihat bahwa mahasiswa mempunyai stereotip yang khas. Hal itulah yang membedakan mereka dengan elemen gerakan masyarakat lainnya. Dengan atribut kecendekiaan, mahasiswa secara aktif dan kreatif mencoba menawarkan alternatif-alternatif baru yang non konvensional yang lebih efektif dan efisien

Mahasiswa adalah golongan yang harus menjadi garda terdepan dalam melakukan perubahan dikarenakan mahasiswa merupakan kaum yang eksklusif, hanya 5% dari pemuda yang bisa menyandang status mahasiswa, dan dari jumlah itu bisa dihitung pula berapa persen lagi yang mau mengkaji tentang peran-peran mahasiswa di bangsa dan negaranya ini.Dalam proses perubahan sosial dan kebudayaan mahasiswa memiliki posisi dan peranan yang essensial. Mereka merupakan transformator nilai-nilai dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Dan perintis perubahan dalam rangka dinamisasi kehidupan dalam peradaban yang sedang berjalan.

Kalau kita percaya masa kini adalah proses masa lalu yang mendapat pengaruh dari cita-cita masa depan, maka kedudukan dan peranan mahasiswa sebagai transformator nilai dan inovator dari perkembangan yang berorientasi ke masa depan lebih jelas, bahwa mahasiswa harus menjadi semangat yang hidup dalam nilai-nilai ideal, dan membangun subkultur serta berani memperjuangkan.

Sebagai bagian dari intelektual community mahasiswa menduduki posisi yang strategis dalam keterlibatannya melakukan rekayasa sosial menuju independensi masyarakat, dalam aspek ekonomi, politik, sosial dan budaya. Dalam posisinya sebagai komunitas terdidik, mahasiswa sebagai salah satu kunci penentu dalam transformasi menuju keadilan dan kemakmuran bangsa. Di samping dua kelompok strategis lainnya yaitu kaum agamawan dan masyarakat sipil (Madani) yang mempunyai kesadaran kritis atas situasi sosial yang sedang berlangsung.

Posisi mahasiswa secara sederhana bisa kita gambarkan sebagai sosok yang barada di tengah-tengah level. Di masyarakat menjadi bagian masyarakat, di kalangan intelektual mahasiswa juga dianggap berada diantara mereka. Dengan kata lain keberadaan mereka berada di tengah-tengah level apapun mempunyai nilai strategis. Nilai strategis lain mahasiswa menurut Arbi Sanit adalah mahasiswa sebagai komunitas strategis dalam proses perubahan.Kecenderungan dari mahasiswa pada umumnya untuk bersifat acuh tak acuh, sifat apatis dan pragmatis terhadap segenap persoalan dan kondisi lingkungan, sosial budaya, politik, lingkungan dan kemasyarakatan. dalam lingkup kemahasiswaan, fakultas, universitas, bangsa dan negara maupun perkembangan dunia internasional menjadikan salah satu pemikiran dan perlu adanya kelangsungan hidup bangsa untuk menciptakan bangsa yang mandiri dan bermartabat.

Sebagai salah satu institusi pendidikan formal, perguruan tinggi mempunyai kewajiban untuk dapat menyelenggarakan fungsi pendidikan yang sebaik-baiknya, dan fakultas sebagai salah satu komponen perguruan tinggi mempunyai peran yang cukup signifikan dalam fungsinya sebagai tempat kegiatan proses pembelajaran dan pendidikan. Dengan demikian sudah sepantasnyalah negara memberikan yang terbaik bagi kegiatan pendidikan melalui institusi pendidikannya. Demikian juga sebaliknya mahasiswa hendaknya merespon berbagai kegiatan pembelajaran dan pendidikan tersebut dengan baik serta tetap bersikap kritis untuk dapat membangun kinerja manajemen yang lebih baik.Mahasiswa sebagai salah satu pelaku kegiatan pendidikan dan pembelajaran mempunyai peranan penting untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap segenap persoalan fakultas, universitas, bangsa dan Negara. Untuk itulah perlunya suatu pengkajian yang mendalam terhadap segenap persoalan untuk hari esok yang lebih baik.

BAB III

PENUTUP3.1Kesimpulan

Dari Pembahasan diatas penulis dapat mengambil tiga kesimpulan diantaranya sebagai berikut :

1. Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah system sosial yang subur yang diasakan pada prinsip moral yang menjamim keseimbanag antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat. Karakteristik masyarakat madani antara lain adalah Free Public Sphere, Demokratis, Toleransi, Pluralisme, Keadilan Sosial (Social Justice) dan Berkeadaban. Dalam penegakkan masyarakat madani, pilar-pilar tersebut menjadi persyaratan mutlak bagi terwujudnya kekuatan masyarakat madani, pilar-pilar tersebut antara lain adalah: Lembaga Swadaya masyarakat, Pers, Supremasi Hukum, Perguruan Tinggi dan Partai Politik;

2. Pemberdayaan masyarakat madani di Indonesia, menurut Dawam (1999) ada tiga strategi yang salah satunya dapat digunakan sebagai strategi dalam memberdayakan masyarakat madani di Indonesia, antara lain :1. Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik. Strategi ini berpandangan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat. 2. Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sistem politik demokrasi. Strategi ini berpandangan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah menunggu rampungnya tahap pembangunan ekonomi. Sejak awal dan secara bersama-sama diperlukan proses demokratisasi yang pada essensinya adalah memperkuat partisipasi politik. Jika kerangka kelembagaan ini diciptakan, maka akan dengan sendirinya timbul masyarakat madani yang mampu mengontrol negara.

3. Strategi yang memilih membangun masyarakat madani sebagai basis yang kuat kearah demokratisasi. Strategi ini muncul akibat kekecewaan terhadap realisasi dari strategi pertama dan kedua. Dengan begitu strategi ini lebih mengutamakan pendidikan dan penyadaran politik, terutama pada golongan menengah yang semakin luas.

3. Peran dan fungsi mahasiswa sebagai kaum intelektual yang secara sadar berdiri diantara komponen yang bersejajar dengan masyarakat lain, untuk mendorong sekaligus menggawangi tercapainya masyarakat ideal. Kaum intelektual dalam perspektif Howard M Fredisphel adalah mereka yang suka terhadap dinamika dan perkembangan masyarakat dan sekaligus terjun langsung untuk memberikan nilai-nilai ketauladan, kaum intelektual bukanlah mereka yang hanya berkutat dan asyik dalam pengembaraan wacana, bukan pula manusia langit yang tak pernah mau turun ke bumi. Maka dari itu gerakan intelektual harus mampu menelorkan konsep dan gagasan yang logis yang bisa diterima oleh masyarakat majemuk disinilah letak aksentuasi gerakan intelektual dari masyarakat mahasiswa yang sesungguhnya.3.2 SaranSaran yang dapat penulis berikan yaitu sebagai berikut:

1. Kepada masyarakat khususnya mahasiswa diharapkan untuk tetap peduli dengan kondisi masyarakat madani di Indonesia.

2. Kepada pemerintah diharapkan mampu mengadakan kegiatan yang dapat menambah wawasan masyarakat mengenai Masyarakat madani khususnya untuk para mahasiswa.

3. Kepada mahasiswa, untuk dapat menciptakan kehidupan masyarakat madani, yang dapat diciptakan pada lingkungan universitas dan berpengaruh kepada kehidupan bermsyarakat nantinya.7