kewajiban penggunaan rupiah di wilayah negara kesatuan ... · dan/atau jasa secara dual quotation....
TRANSCRIPT
SEBI No.17/11/DKSP tanggal 1 Juni 2015 Kewajiban Penggunaan Rupiah
di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
POKOK-POKOK KETENTUAN I. Ketentuan Umum
II. Kewajiban Pencantuman Harga Barang dan/atau Jasa Dalam Rupiah
III. Pelaksanaan Kewajiban Penggunaan Rupiah Untuk Proyek Infrastruktur Strategis Yang
Diperjanjikan Secara Tertulis
IV. Pelaksanaan Kewajiban Penggunaan Rupiah Untuk Transaksi Non Tunai Bagi Pelaku Usaha
Dengan Karakteristik Tertentu
V. Laporan Terkait Penggunaan Rupiah Di Wilayah NKRI
VI. Pengawasan Atas Kepatuhan Terhadap Penggunaan Rupiah Di Wilayah NKRI
VII. Korespondensi
VIII. Ketentuan Lain-Lain
IX. Tata Cara Pengenaan Sanksi
X. Ketentuan Peralihan
XI. Ketentuan Penutup 2
I. Ketentuan Umum
Kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI menganut asas
territorial
Transaksi dan pembayaran merupakan satu kesatuan. Terhadap
transaksi yang dilakukan di Wilayah NKRI maka penerimaan
pembayarannya wajib dalam Rupiah.
3
II. Kewajiban Pencantuman Harga Barang dan/atau Jasa
Dalam Rupiah
Pelaku usaha wajib mencantumkan harga barang dan/atau jasa
hanya dalam Rupiah dan dilarang mencantumkan harga barang
dan/atau jasa secara dual quotation.
4
Label harga
Biaya jasa (fee)
Biaya sewa menyewa
Tarif
Daftar harga
Klausul harga dalam kontrak
Harga dalam faktur/purchase order
Bukti pembayaran
III. Pelaksanaan Kewajiban Penggunaan Rupiah Untuk Proyek
Infrastruktur Strategis Yang Diperjanjikan Secara Tertulis
5
Infrastruktur transportasi
Infrastruktur jalan
Infrastruktur pengairan
Infrastruktur air minum
Infrastruktur sanitasi
Infrastruktur telekomunikasi
Infrastruktur ketenagalistrikan
Infrastruktur migas
III. Pelaksanaan Kewajiban Penggunaan Rupiah Untuk Proyek
Infrastruktur Strategis Yang Diperjanjikan Secara Tertulis
6
Proyek infrastruktur strategis dikecualikan apabila:
dinyatakan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah sebagai
proyek infrastruktur strategis yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari kementerian/lembaga terkait.
memperoleh persetujuan pengecualian terhadap kewajiban
penggunaan Rupiah dari BI
Dalam memberikan persetujuan, BI mempertimbangkan antara lain
sumber pembiayaan proyek dan dampak proyek tersebut terhadap
stabilitas ekonomi makro.
III. Pelaksanaan Kewajiban Penggunaan Rupiah Untuk Proyek
Infrastruktur Strategis Yang Diperjanjikan Secara Tertulis
7
Tata cara pengajuan permohonan
Pemohon menyampaikan permohonan secara tertulis kepada BI.
Dokumen yang disampaikan:
1. akta pendirian dan anggaran dasar perusahaan termasuk
perubahannya, keterangan domisili, dan profil badan usaha
2. surat keterangan dari kementerian atau lembaga yang
berwenang yang menyatakan bahwa proyek yang dilaksanakan
merupakan proyek infrastruktur strategis
3. fotokopi perjanjian tertulis yang menyatakan bahwa pembayaran
menggunakan valuta asing
IV. Pelaksanaan Kewajiban Penggunaan Rupiah Untuk Transaksi
Non Tunai Bagi Pelaku Usaha Dengan Karakteristik Tertentu
Dalam hal terdapat permasalahan bagi pelaku usaha dengan karakteristik
tertentu terkait pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi
non tunai, BI dapat mengambil kebijakan tertentu dengan tetap
memperhatikan kewajiban penggunaan Rupiah
BI mempertimbangkan antara lain: kesiapan pelaku usaha, kontinuitas
kegiatan usaha, kegiatan investasi, kegiatan usaha yang memiliki dampak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Serta kepatuhan pelaku
usaha terhadap ketentuan BI antara lain mengenai kewajiban penerimaan
devisa hasil ekspor, dan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan
utang luar negeri korporasi non Bank.
8
V. Laporan Terkait Penggunaan Rupiah Di Wilayah NKRI
BI berwenang untuk meminta laporan, keterangan,
dan/atau data kepada setiap pihak yang terkait dengan
pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah.
Setiap pihak wajib menyampaikan laporan, keterangan,
dan/atau data kepada BI disertai dengan dokumen
pendukung, dalam hal diminta oleh BI.
9
VI. Pengawasan Atas Kepatuhan Terhadap Penggunaan
Rupiah Di Wilayah NKRI
10
NONTUNAI
Pengawasan tidak langsung (offsite)
• Dapat dilakukan terhadap laporan
yang diterima dari perbankan, PTD,
penyelenggara jasa SP lain, dan/atau
pihak lain.
Pengawasan langsung (onsite)
• dapat dilakukan sewaktu-waktu
apabila diperlukan pada setiap pihak
yang terkait pelaksanaan kewajiban
penggunaan Rupiah
Laporan dari bank dalam sistem Lalu
Lintas Devisa (LLD),
Laporan dari Penyelenggara Transfer
Dana (PTD) dan/atau penyelenggara jasa
sistem pembayaran lainnya.
Laporan dari bank terkait pembelian valas
dengan threshold tertentu oleh nasabah di
bank dengan underlying dokumen.
Laporan dari bank terkait bukti transaksi
valas dari nasabah (slip setoran/transfer
dsb) (laporan insidentil).
Informasi dari pihak lain kepada BI;
Laporan, keterangan dan/atau data dari
pihak lain yang diminta oleh BI.
PELAPORAN & INFORMASI
PENGAWASAN
VI. Pengawasan Atas Kepatuhan Terhadap Penggunaan
Rupiah Di Wilayah NKRI
11
TUNAI PELAPORAN
& INFORMASI PENGAWASAN
Informasi dari pihak lain
kepada BI, akan
dikoordinasikan dengan
aparat penegak hukum dan
instansi terkait
BI melakukan koordinasi
dengan aparat penegak hukum
dan instansi terkait dalam
pengawasan kewajiban
penggunaan Rupiah untuk
transaksi tunai.
Dasar Hukum Koordinasi: Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dengan Kepolisian RI tanggal 1 September 2014
dan Pedoman Kerja antara BI dengan Bareskrim Polri tanggal 20 November 2014
VII. Korespondensi
Penyampaian permohonan untuk proyek infrastruktur strategis dan/atau
surat menyurat disampaikan dalam Bahasa Indonesia kepada BI dengan
alamat:
Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran
Kompleks Perkantoran Bank Indonesia Gedung D lantai 5
Jl. M.H. Thamrin No. 2
Jakarta 10350
12
VIII. Ketentuan Lain-Lain
Bank dan Penyelenggara Transfer Dana harus memberitahukan
kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI kepada setiap
nasabah yang akan melakukan transaksi dengan menggunakan
valuta asing.
Dalam hal nasabah tetap akan melakukan transaksi dalam valuta
asing maka Bank dan Penyelenggara Transfer Dana harus meminta
nasabah tersebut untuk mengisi tujuan transaksi dalam formulir atau
slip transaksi.
13
Terhadap pelanggaran kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai,
BI berwenang mengenakan sanksi administratif:
teguran tertulis
denda berupa kewajiban membayar
Larangan untuk ikut dalam lalu lintas pembayaran
1% dari nilai transaksi
Maks. Rp 1 milyar
b.
a. Terhadap pelanggaran kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi tunai, dikenakan
sanksi pidana sebagaimana diatur dalam UU Mata Uang
(kurungan maks. 1 Tahun & denda maks. Rp200 juta)
14
dan/atau
IX. Tata Cara Pengenaan Sanksi
IX. Tata Cara Pengenaan Sanksi
Sanksi kewajiban membayar dikenakan dalam Rupiah dan dihitung
dengan menggunakan kurs tengah BI yang berlaku 1 (satu) hari kerja
sebelum tanggal transaksi dilakukan.
Pelaksanaan sanksi kewajiban membayar dilakukan dengan cara:
pendebetan rekening yang ada di BI, dalam hal pihak yang
dikenakan sanksi memiliki rekening di BI; atau
pembayaran ke rekening BI yang ditunjuk, dalam hal pihak yang
dikenakan sanksi tidak memiliki rekening di BI.
15
X. Ketentuan Peralihan
Terhadap perjanjian tertulis mengenai pembayaran atau penyelesaian kewajiban dalam
valuta asing yang dibuat sebelum tanggal 1 Juli 2015 berlaku ketentuan sebagai berikut:
Perjanjian tertulis meliputi perjanjian induk, perjanjian turunan atau dokumen lainnya
yang memuat mengenai transaksi yang akan dilakukan para pihak seperti purchasing
order dan delivery order.
Perjanjian tertulis yang merupakan turunan atau pelaksanaan dari perjanjian induk
yang dibuat sejak tanggal 1 Juli 2015 yang diperlakukan sebagai perjanjian yang
berdiri sendiri wajib tunduk pada ketentuan yang mengatur mengenai kewajiban
penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI.
Perpanjangan jangka waktu dan/atau perubahan (mengenai pihak dalam perjanjian,
harga barang dan/atau jasa, dan/atau obyek perjanjian) atas perjanjian tertulis yang
dilakukan sejak tanggal 1 Juli 2015 wajib tunduk pada ketentuan yang mengatur
mengenai kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI.
16
XI. Ketentuan Penutup
Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai
berlaku pada tanggal 1 Juni 2015.
17
Terima Kasih
18