kewajiban dokter
DESCRIPTION
Kewajiban Dokter menurut Kode Etik Kedokteran (KODEKI) oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI)TRANSCRIPT
-
KEWAJIBAN DOKTER
Menurut Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) yang sesuai dengan Surat Keputusan
Menkes PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) No. 221/PB/A-4/04/2002.
- Kewajiban Umum
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi yang tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi
oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun
fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh
persetujuan pasien.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengpbatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-
hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat ketererangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.
Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis
yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai rasa kasih
sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
-
Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan, dalam menangani pasien.
Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak
tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makhluk
insani.
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh
(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative), baik fisik maupun psikososial, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
Keterangan:
- Penjelasan Pasal 3
Dokter tidak boleh mengutamakan kepentingan pribadi seperti menjual obat atau sampel
obat ditempat praktik yang diterima cuma-cuma dari perusahaan farmasi, dan
menjuruskan pasien membeli obat tertentu, karena dokter telah menerima komisi atau
imbalan dari perusahaan farmasi. Dokter jika tidak boleh mengambil keuntungan pribadi
dengan melakukan tindakan medik yang tidak diperlukan, menyuruh pasien berobat
berulang atau dokter berkunjung ke rumah pasien berkali-kali tanpa indikasi yang jelas,
membuat iklan atau promosi yang berlebihan, merujuk pasien ke laboratorium atau
sejawat atau bagian pelayanan dengan imbalan tertentu (komisi), mengeksploitasi dokter
-
lain dengan pembagian presentasi imbalan jasa tidak adil, merujuk pasien ke sejawat
kelompoknya, walaupun dekat tempat praktiknya ada sejawat lain yang memiliki
keahlian yang diperlukan. Tidak ada atau tanpa kebebasan profesi disini ialah dokter
yang melibatkan dirinya dengan usaha apotek atau farmasi, laboratorium klinik, optisien,
rumah sakit, dan lain-lain yang dengan perjanjian dokter akan menerima komisi jika
mengirimkan pasien ke tempat itu. Dengan demikian dokter tidak bebas lagi menerapkan
ilmunya atau mengemukakan pendapat secara objektif tentang produk perusahaan-
perusahaan tersebut.
- Penjelasan Pasal 4
Termasuk perbuatan memuji adalah mempergunakan gelar kesarjanaan yang tidak
dimilikinya. Jika seseorang memiliki lebih dari satu gelar, gelar yang dicantumkan pada
papan nama praktik adalah sesuai dengan pelayanan jasa yang diberikannnya. Tidak
dibenarkan seorang dokter melakukan mengadakan wawancara pers atau menulis
makalah dalam media cetak untuk mempromosikan caranya ia mengobati sesuatu
penyakit, tetapi dengan tujuan penyuluhan tidak ada salahnya. Papan nama di tempat
praktik tidak boleh melebihi 60x90 cm, cat putih dengan huruf hitam, dituliskan nama
dan gelar yang sah serta jenis pelayanan sesuai dengan surat izin dan mencantumkan
waktu praktik (jam bicara). Tidak dibenarkan mencantumkan di bawah nama bermacam-
macam keterangan, seperti praktik umum, terutama untuk anak dan wanita, atau
tersedia pemeriksaan dan pengobatan sinar.
- Penjelasan Pasal 6
Penemuan baru atau pengobatan baru yang telah diuji kebenarannya melalui penelitian
klinik perlu disebarluaskan melalui presentasi di forum ilmiah atau publikasi di majalah-
majalah kedokteran dengan tujuan memperoleh tanggapan sejawat sebelum dipraktikkan
dalam pelayanan kedokteran. Penelitian dan publikasi hasil penelitian itu juga harus
berlandaskan etik penelitian dan penulisan ilmiah.