keutamaan ilmu agama - web view• para ahli fiqih ... abdul wahhab dalam kitab beliau ushul ats...

279
Keutamaan Ilmu Agama Jika kita mengetahui keutamaan ilmu ini, pasti akan semakin semangat untuk belajar Islam. Jika keutamaannya semakin membuat seseorang dekat dengan Allah, diridhoi malaikat dan membuat penduduk langit, juga bumi tunduk, maka itu sudah jadi keutamaan yang luar biasa. Berikut kami tunjukkan beberapa di antara keutamaan ilmu agama: 1- Yang paling takut pada Allah hanyalah orang yang berilmu Hal ini bisa direnungkan dalam ayat, ُ اءَ مَ لُ عْ ل اِ هِ ادَ بِ عْ نِ مَ َ ى اَ شْ خَ ي اَ مَ نِ اSesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28). Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308). Para ulama berkata, وف خ له ا ل كان رف ع له ا ال ب كان ن مSiapa yang paling mengenal Allah, dialah yang paling takut pada Allah. 2- Keutamaan menuntut ilmu sudah tercakup dalam hadits berikut.

Upload: nguyenmien

Post on 31-Jan-2018

422 views

Category:

Documents


29 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Keutamaan Ilmu Agama

Jika kita mengetahui keutamaan ilmu ini, pasti akan semakin semangat untuk belajar Islam. Jika keutamaannya semakin membuat seseorang dekat dengan Allah, diridhoi malaikat dan membuat penduduk langit, juga bumi tunduk, maka itu sudah jadi keutamaan yang luar biasa.

Berikut kami tunjukkan beberapa di antara keutamaan ilmu agama:

1- Yang paling takut pada Allah hanyalah orang yang berilmu

Hal ini bisa direnungkan dalam ayat,

العلماء عباده من ه الل يخشى ما إن“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308).

Para ulama berkata,

اخوف لله كان اعرف بالله كان من“Siapa yang paling mengenal Allah, dialah yang paling takut pada Allah.”

2- Keutamaan menuntut ilmu sudah tercakup dalam hadits berikut.

رجل فجاءه دمشق مسجد فى الدرداء أبى مع جالسا كنت قال قيس بن كثير عن - بلغنى - لحديث وسلم عليه الله صلى سول الر مدينة من جئتك ى إن الدرداء أبا يا فقال

. - سمعت - ى فإن قال لحاجة جئت ما وسلم عليه الله صلى ه الل رسول عن تحدثه ك أن « - ه - الل سلك علما فيه يطلب طريقا سلك من يقول وسلم عليه الله صلى ه الل رسول

العالم وإن العلم لطالب رضا أجنحتها لتضع المالئكة وإن ة الجن طرق من طريقا بهفضل وإن الماء جوف فى والحيتان األرض فى ومن موات الس فى من له ليستغفر

األنبياء ورثة العلماء وإن الكواكب سائر على البدر ليلة القمر كفضل العابد على العالموافر « بحظ أخذ أخذه فمن العلم ثوا ور درهما وال دينارا ثوا يور لم األنبياء وإن

Dari Katsir bin Qois, ia berkata, aku pernah duduk bersama Abu Darda’ di Masjid Damasqus, lalu datang seorang pria yang lantas berkata, “Wahai Abu Ad Darda’, aku sungguh mendatangi dari kota Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- (Madinah Nabawiyah) karena ada suatu hadits

Page 2: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

yang telah sampai padaku di mana engkau yang meriwayatkannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku datang untuk maksud mendapatkan hadits tersebut. Abu Darda’ lantas berkata, sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya di antara jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridho pada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu dimintai ampun oleh setiap penduduk langit dan bumi, sampai pun ikan yang berada dalam air. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di malam badar dari bintang-bintang lainnya. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya Nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Barangsiapa yang mewariskan ilmu, maka sungguh ia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.” (HR. Abu Daud no. 3641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Dan sungguh sangat indah apa yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim,

وصحبة المالئكة بعالم وااللتحاق العالمين رب من القرب اال العلم في يكن لم ولوومشروط به منوط واآلخرة الدنيا وعز فكيف وشرفا فضال به لكفى االعلى المأل

بحصوله“Seandainya keutamaan ilmu hanyalah kedekatan pada Rabbul ‘alamin (Rabb semesta alam), dikaitkan dengan para malaikat, berteman dengan penduduk langit, maka itu sudah mencukupi untuk menerangkan akan keutamaan ilmu. Apalagi kemuliaan dunia dan akhirat senantiasa meliputi orang yang berilmu dan dengan ilmulah syarat untuk mencapainya” (Miftah Daaris Sa’adah, 1: 104).

3- Orang yang dipahamkan agama, itulah yang dikehendaki kebaikan.

Dari Mu’awiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الدين فى يفقهه خيرا به ه الل يرد من“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037). Yang dimaksud fakih dalam hadits bukanlah hanya mengetahui hukum syar’i, tetapi lebih dari itu. Dikatakan fakih jika seseorang memahami tauhid dan pokok Islam, serta yang berkaitan dengan syari’at Allah. Demikian dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin dalam Kitabul ‘Ilmi, hal. 21.

4- Akan hidup terus setelah matinya.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أو به ينتفع علم أو جارية صدقة من إال ثالثة من إال عمله عنه انقطع اإلنسان مات إذاله يدعو صالح ولد

Page 3: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

“Jika seorang manusia mati maka terputuslah darinya amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim no. 1631)

5- Ilmu menghidupkan hati sebagaimana hujan menyuburkan tanah.

Dari Abu Musa, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

منها فكان ، أرضا أصاب الكثير الغيث كمثل والعلم الهدى من به ه الل بعثنى ما مثل ، الماء أمسكت أجادب منها وكانت ، الكثير والعشب الكأل فأنبتت ، الماء قبلت ة نقي

هى ما إن ، أخرى طائفة منها وأصابت ، وزرعوا وسقوا فشربوا ، اس الن بها ه الل فنفعبعثنى ما ونفعه ه الل دين فى فقه من مثل فذلك ، كأل تنبت وال ، ماء تمسك ال قيعانأرسلت ذى ال ه الل هدى يقبل ولم ، رأسا بذلك يرفع لم من ومثل ، م وعل فعلم ، به ه الل

به“Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya adalah bagai ghaits (hujan yang bermanfaat) yang mengenai tanah. Maka ada tanah yang baik, yang bisa menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Di antaranya juga ada tanah yang ajadib (tanah yang bisa menampung air, namun tidak bisa menyerap ke dalamnya), maka dengan genangan air tersebut Allah memberi manfaat untuk banyak orang, sehingga manusia dapat mengambil air minum dari tanah ini. Lalu manusia dapat memberi minum untuk hewan ternaknya, dan manusia dapat mengairi tanah pertaniannya. Jenis tanah ketiga adalah  tanah qi’an (tanah yang tidak bisa menampung dan tidak bisa menyerap air). Inilah permisalan orang yang memahami agama Allah, bermanfaat baginya ajaran yang Allah mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran Allah dan dia mengajarkan kepada orang lain. Dan demikianlah orang yang tidak mengangkat kepalanya terhadap wahyu, dia tidak mau menerima petunjuk yang Allah mengutusku untuk membawanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bukhari membawakan hadits ini dalam kitab shahihnya pada Bab “Orang yang berilmu dan mengajarkan ilmu”. An Nawawi membawakan hadits ini dalam Shahih Muslim pada Bab “Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengannya”.

Imam Nawawi –rahimahullah- mengatakan,

“Adapun makna hadits dan maksudnya, di dalamnya terdapat permisalan bagi petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan al ghoits (hujan yang bermanfaat). Juga terdapat kandungan dalam hadits ini bahwa tanah itu ada tiga macam, begitu pula manusia.

Jenis pertama adalah tanah yang bermanfaat dengan adanya hujan. Tanah tersebut menjadi hidup setelah sebelumnya mati, lalu dia pun menumbuhkan tanaman. Akhirnya, manusia pun dapat memanfaatkannya, begitu pula hewan ternak, dan tanaman lainnya dapat tumbuh di tanah tersebut.

Page 4: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Begitu pula manusia jenis pertama. Dia mendapatkan petunjuk dan ilmu. Dia pun menjaganya (menghafalkannya), kemudian hatinya menjadi hidup. Dia pun mengamalkan dan mengajarkan ilmu yang dia miliki pada orang lain. Akhirnya, ilmu tersebut bermanfaat bagi dirinya dan juga bermanfaat bagi yang lainnya.

Jenis kedua adalah tanah yang tidak mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri, namun bermanfaat bagi orang lain. Tanah ini menahan air sehingga dapat dimanfaatkan oleh yang lain. Manusia dan hewan ternak dapat mengambil manfaat darinya.

Begitu pula manusia jenis kedua. Dia memiliki ingatan yang bagus. Akan tetapi, dia tidak memiliki pemahaman yang cerdas. Dia juga kurang bagus dalam menggali faedah dan hukum. Dia pun kurang dalam berijtihad dalam ketaatan dan mengamalkannya. Manusia jenis ini memiliki banyak hafalan. Ketika orang lain yang membutuhkan yang sangat haus terhadap ilmu, juga yang sangat ingin memberi manfaat dan mengambil manfaat bagi dirinya; dia datang menghampiri manusia jenis ini, maka dia pun mengambil ilmu dari manusia yang punya banyak hafalan tersebut. Orang lain mendapatkan manfaat darinya,sehingga dia tetap dapat memberi manfaat pada yang lainnya.

Jenis ketiga adalah tanah tandus yang tanaman tidak dapat tumbuh di atasnya. Tanah jenis ini tidak dapat menyerap air dan tidak pula menampungnya untuk dimanfaatkan orang lain.

Begitu pula manusia jenis ketiga. Manusia jenis ini tidak memiliki banyak hafalan, juga tidak memiliki pemahaman yang bagus. Apabila dia mendengar, ilmu tersebut tidak bermanfaat baginya. Dia juga tidak bisa menghafal ilmu tersebut agar bermanfaat bagi orang lain.” (Syarh Muslim, 15: 47-48)

Semoga Allah beri hidayah untuk terus menempuh jalan meraih ilmu bermanfaat.

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU DAN KEUTAMAANNYA

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU DAN KEUTAMAANNYA

I. Pendahuluan

Ilmu, Telah menjadi perbincangan umat manusia dari waktu ke waktu, bahkan ilmu telah menjadi simbol kemajuan dan kejayaan suatu bangsa. Hampir tak ada suatu bangsa dinilai maju kecuali di sana ada ketinggian ilmu.

Sehingga Allah sendiri.meninggikan derajat orang yang berilmu di hadapan manusia maupun di hadapan Allah

Allah berfirman :

Page 5: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

درجات العلم أوتوا ذين وال منكم آمنوا ذين ال ه الل يرفع

Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”

Dengan ilmu pula, berarti membedakan manusia dengan makhlukAllah Allah yang bernama hewan karena manusia di beri karunia akal dan hewan tidak, maka sungguh merugi jika manusia yang sudah di berikan sarana akal untuk mempelajari serta mengamalkan ilmu yang di berikan . justru terlena dengan tipuan dunia yang menipu sehingga ia oleh Allah terperosok kedalam kubang kehinaan, bahkan lebih hina dari pada hewan. na’udhu billah min dhalik.

Allah berfirman :

الغافلون هم أولئك أضل هم بل كاألنعام أولئك

Artinya: “Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”

Al Hasan rohimahullah berkata,”Andaikata tidak ada orang-orang yang berilmu tentu manusia tak berbeda dengan binatang”

Akankah kita bergelimang dalam kebodohan, padahal kebodohan adalah lambang kejumudan. Lalu, tidakkah kita ingin sukses dan jaya di negeri akhirat nanti. Lalu apa yang menghalangi kita untuk segera meraup ilmu dien, sebagaimana kita berambisi meraup ketinggian ilmu dunia karena tergambar suksesnya masa depan kita?

Melalui risalah singkat ini semoga dapat menggugah semangat kita semua selaku umat islam yang berkaitan tentang kewajiban menuntut ilmu itu sendiri dan fadhilah (keutamaan) yang akan di raih oleh seorang alim yang merindukan kebahagiaan di akhirat kelak serta perkataan para ulama tentang ilmu sebagai motifasi bagi para penuntut ilmu. Agar tetap istiqomah dan tidak terjerumus kedalam fitnatus syubhat yang menjangkiti kaum muslimin pada umumnya di karenakan minimnya kualitas ilmu yang mereka miliki. Namun tidak ada manusia yang sempurna kecuali di sana ada kekurangan. Begitupula risalah singkat ini yang perlu di benahi kembali sehingga menjadi sempurnalah dari segala kesalahan, semoga Allah memberi barokah yang banyak baik kepada penyusun maupun bagi pembaca kalian. Selamat membaca.

II. Kewajiban menuntut ilmu

Banyak sekali dalil-dalil baik dari Alqur’an maupun Hadits Nabi yang menyatakan wajibnya menuntut ilmu syar’i, diantaranya adalah:

Allah berfirman :

ولينذروا الدين في ليتفقهوا طائفة منهم فرقة كل من نفر فلوال كافة لينفروا المؤمنون كان ومايحذرون هم لعل إليهم رجعوا إذا قومهم

Page 6: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”

, Rosullullah Dalam hadist yang diriwayatkan oleh anas ibnu malik bersabda:

على : فريضة العلم طلب قال أنه وسلم عليه الله صلى النبى عن عنه، الله رضى مالك بن أنس عنمسلم كل

berkata:”menuntut ilmu wajib atas setiap orang islam”, nabi Artinya:”Dari anas bin malik

Ibnul jauzi berkata, “Orang-orang saling berbeda pendapat tentang ilmu yang wajib tersebut.” Di antaranya adalah sebagai berikut :

• Para Ahli Fiqih berpendapat, yang dimaksud adalah ilmu fiqih. Karena dengan ilmu fikih akan terungkap mana yang halal dan mana yang haram.

• Para Ahli Tafsir dan Ahli Hadist berpendapat, yang di maksud adalah Kitabullah Al qur’an dan Al hadist. Karena keduanya bisa mencakup semua cabang ilmu.

• Orang-orang sufi berpendapat, yang di maksud adalah ilmu ikhlas dan ujian-ujian jiwa.

• Para Ahli kalam berpendapat, yang di maksud adalah ilmu kalam itu sendiri.

Adapun yang shohih (benar) adalah Ilmu mu’amalah seorang hamba kepada . Mu’amalah yang di bebankan kepada seorang hamba di bagiAllah menjadi tiga aspek : keyakinan, pelaksanaan dan segala sesuatu yang harus di tinggalkan.

Dari penjelasan di atas, secara garis besar yang dimaksud wajibnya tholabul ilmi )mencari ilmu) adalah :

1. Fardhu ‘Ain : Ilmu yang diwajibkan pada setiap individu untuk memilikinya. yang mencakup:

• . , Ijma’ul ummah dan Atsaru shohabah , Sunnah rosulullah Ilmu syar’i yang terdiri atas asas dasar: Kitabullah

Barang siapa yang tidak mau mempelajarinya maka ia akan berdosa.

2. Fardhu kifayah : Setiap ilmu yang berkaitan dengan urusan dunia.seperti:

• Ilmu kedokteran : karena sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

• Ilmu hisab : untuk kepentingan pembagian harta waris.

Page 7: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Apabila pada suatu negri tidak ada yang mempelajari ilmu-ilmu ini (fardhu kifayah) satupun, maka akan menandakan kehinaan orang-orang yang berada pada negri itu, namun apabila salah satu di antara mereka ada yang mempelajari ilmu tersebut maka gugurlah kewajiban yang lainnya.

Adapun yang di maksud dengan ilmu syar’iyah adalah, segala ilmu yang terpuji yang terbagi menjadi empat aspek:

1. , Ijma’ umat dan perkataan para sahabat. , Sunnah rosulullah Ilmu ushul (dasar) : Kitabullah

2. Ilmu furu’ (cabang) : Memahami apa yang seharusnya di fahami oleh akal dari dasar-dasar ilmu ushul.

3. Ilmu muqaddimat (pengantar) : Ilmu Nahwu dan Ilmu bahasa, yang berfungsi sebagai alat untuk memahami Kitabullah dan Sunnah .Rosulullah

4. Ilmu mutammimat (pelengkap) : Ilmu membaca, makhrajul huruf, dll

III.Perkataan salaf tentang ilmu

Mu’adz bin jabal berkata,”pelajarilah ilmu, karena mempelajari ilmu karena Allah itu mencerminkan ketakutan (khosyah), mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, mencarinya adalah jihad, mengajarkannya untuk keluarga adalah taqarub. Ilmu adalah pendamping saat sendirian dan teman karib saat menyendiri”

Ka’ab rohimahullah berkata,”Allah mewahyukan kepada musa dan ajarkanlah kepada manusia, karena“pelajarilah kebaikan wahai musa aku membuat kuburan orang yang mengajarkan kebaikan dan mempelajarinya bercahaya, sehingga mereka tidak merasa kesepian di tempatnya”

Hasan Al bashri rohimahullah berkata,”Belajar di waktu kecil bagai mengukir diatas batu. Dan ismail bin iyas berkata,”barang siapa yang belajar pada masa muda ia seperti mengukir di atas batu, dan barang siapa yang belajar pada masa tua ia seperti menulis di atas permukaan air.

Imam Baih berkata,”barang siapa yangaqi rohimahullah, Abu hurairoh mempelajari Al qur’an pada masa muda maka ilmu itu akan mendarah daging, dan barang siapa yang mempelajarinya pada masa tua, maka ilmu itu akan luput darinya namun jika ia masih tetap dan tidak meninggalkannya, maka baginya pahala yang berlipat ganda”.

IV. Keutamaan ilmu dan orang yang berilmu

1.Ilmu dien adalah warisan para nabi

Rasulullah bersabda:

Page 8: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

. وال دينارا ثوا يور لم واألنبياء األنبياء، ورثة العلماء جوم الن على القمر كفضل العابد على العالم فضلوافر بحظ أخذ أخذه فمن العلم ثوا ور ما وإن درهما

Artinya:”keutamaan alim (orang yang berilmu) atas abid (ahli ibadah) seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa mengambilnya (warisan ilmu) maka dia telah mengambil keuntungan yang banyak.”

mengomentari hadist di atas bahwa, yang di maksudImam Tirmidzi dengan ilmu adalah ilmu syari’ah yang di sertai dengan pelaksanakan , adapun keutamaan seorang Alim dengankewajiban beribadah kepada Allah denganseorang abid adalah di umpamakan seperti mulianya Rosulullah seorang sahabat yang paling rendah keutamaanya.

2. Ilmu merupakan pertanda kebaikan seorang hamba. Tidaklah akan menjadi baik melainkan orang yang berilmu. Dari humaid bin abdirahman bersabda :berkata, Rosulullah

من يقول وسلم عليه الله صلى النبي سمعت يقول خطيبا معاوية سمعت الرحمن عبد بن حميد عنالدين في يفقهه خيرا به الله يرد

Atinya: Humaid bin Abdur Rahman berkata, “Saya mendengar Mu’awiyah sewaktu ia berkhotbah mengatakan, ‘Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan, maka Allah akan fahamkan dia dalam (masalah) dien”

3. Rasulullah menggambarkan para pemilik ilmu dengan lembah yang bisa menampung air yang bermanfaat terhadap alam sekitarnya

Dari Abu Musa berkata, rosulullah bersabda :

Sesungguhnya Perumpamaan petunjuk ilmu yang aku diutus dengannya bagaikan hujan yang menimpa tanah, sebagian di antaranya ada yang baik (subur) yang mampu menampung air dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak, di antaranya lagi ada sebagian tanah keras yang (mampu) menahan air yang dengannya Allah memberikan manfaat kepada manusia untuk minuman, mengairi tanaman dan bercocok tanam. Dan sebagian menimpa tanah tandus kering yang gersang, tidak bisa menahan air yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Maka demikianlah permisalan orang yang memahami (pandai) dalam dien Allah dan memanfaatkan apa yang dengannya aku diutus Allah, maka dia mempelajari dan mengajarkan. Sedangkan permisalan bagi orang yang tidak (tidak memperhatikan ilmu) itu (sangat berpaling dan bodoh), dia tidak menerima petunjuk Allah yang dengannya aku diutus.

4. Ilmu mempermudah jalan bagi para tholibul ilmi (pencari ilmu) untuk menuju jannah.

Rosulullah bersabda :

: : طريقا سلك من وسلم وآله عليه الله صلى الله رسول قال قال عنه الله رضى هريرة أبى عنة الجن إلى طريقا به له الله سهل علما فيه يلتمس

Page 9: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Artinya: Dari Abu Hurairoh, Dia berkata, rosulullah saw bersabda: “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju Surga.”

5. Dinaungi oleh para malaikat dan didoakan olehnya serta seluruh penghuni langit dan bumi bahkan binatang di bumi dan ikan dilautan.

bersabda:Rosululloh

على ليصلون الحوت وحتى جحرها في النملة حتى األرضين وأهل السماوات وأهل مالئكته و الله إنالخير الناس معلم

Artinya:”sesungguhnya Alloh dan malaikat-malaikatnya dan penduduk langit dan bumi bahkan semut dan ikan besar di lautanpun mendoakan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia”

Imam tirmidzi mengomentari hadist di atas bahwa, para malaikat dan para penghuni bumi yang terdiri atas manusia, jin dan hewan, semuanya mendo’akan kebaikan atas orang yang telah mengajarkan kebaikan kepada manusia, ini adalah suatu pertanda akan utamanya seorang yang mempunyai .ilmu yang bermanfaat dan bernilai ibadah di sisi Allah

, nabi Dalam hadist yang lain, dari shafwan bin assal bersabda :

: لطالب أجنحتها لتضع المالئكة إن قال وسلم وآله عليه الله صلى النبى أن ، عسال بن صفوان عنيطلب بما رضى العلم

sesungguhnya para malaikatArtinya:”Dari safwan bin assal benar-benar meletakan sayapnya kepada orang yang mencari ilmu, karena ridha terhadap apa yang di carinya”

Al khathabi berpendapat tentang meletakan sayap disini di bagi menjadi tiga bagian:

1. Mambentangkan sayap.

2. Merendahkan dan menundukannya, karena hormat kepada para tholibul ilmi (pencari ilmu).

3. Malaikat turun ke majlis ilmu, ikut serta di dalamnya dan tidak terbang dari majlis ilmu tersebut.

Demikian risalah simgkat yang dapat kami sampaikan, Semoga Allah memudahkan kita dalam menuntut ilmu dan mengamalkanya serta meridhoi setiap amal kita semua.

Referensi :

1. Al Qur’anul karim

2. Al Asqalani, Ibnu hajar, 1995 M, Fathul Baari, Maktabah Darul Baaz, Beirut, Lebanon

Page 10: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

3. An Naisabury, Abi Husain Muslim bin Al hajaj Al qusyairy,2000 M, Shahih Muslim, Daar Kutub Al Ilmiyah,

4. Abdurrahman, Abil ula Muhammad, 1995 M, Tuhfatul Ahwadhi, Darul Fikr, Beirut, Lebanon

5. Al Qozwayni, Abi Abdillah Muhammad bin Yazid, 1997 M, Sahih Sunan Ibnu Majah,. Maktabah Al Ma’arif, Riyadh

6. Qudamah, Ibnu, 2005 M, Mukhtashor Minhajul Qasidin, Darul Aqidah

7. Qudamah, Ibnu, 2007 M, Minhajul Qasidin, Edisi Indonesia. Pustaka Al kautsar

8. Al maqdisi, Abi abdillah Muhammad bin muflih, 1996 M, Al Adab As Syar’iyyah, Mu’asasah Risalah

Keutamaan IlmuPendahuluan

Segala puji bagi Allah, Pencipta alam semesta, sholawat beserta salam untuk Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, keluarga beserta seluruh para sahabatnnya, sholawat dan salam yang tiada hingganya. Berikut ini adalah pembahasan ringkas tentang keutamaan ilmu, langkah-langkah yang harus ditapaki dalam menuntut ilmu serta parasitisme yang harus dibersihkan dari jalan ilmu, semoga bisa menjadi titian bagi pencinta ilmu. Pada Allah kita mohon pertolongan, sesungguhnya tiada kekuatan kecuali atas pertolongan Allah.

Kemulian Ilmu dalam Al Quran

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan dalam kitabNya yang mulia tentang ilmu dan macam-macamnya, suatu kali dalam bentuk pujian yaitu ketika menyebutkan tentang ilmu yang bermanfaat, suatu kali dalam bentuk celaan ketika menyebutkan tentang ilmu yang tidak berguna.

Contoh untuk bentuk yang pertama yaitu dalam bentuk pujian:Orang yang berilmu berbeda dari orang tidak berilmu dalam segala aspek kehidupan.Allah swt memuji orang-orang berilmu dalan firmanNya mulia,

“Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui”. (QS. Az Zumar: 9).

Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada RasuNya Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam atau kepada orang-orang yang mengikuti petunjuknya untuk bertanya kepada umat manusia seluruhnya, apakah sama orang-orang yang memiliki ilmu dengan orang-orang yang tidak memiliki ilmu; baik dalam keyakinan, perbuatan dan perkataannya, maupun amal ibadahnya, tindak-tanduk dan perilakunya serta tutur bicaranya, jelas jawabannya tentu tidak sama, fakta sendiri membuktikan orang yang berilmu sangat berbeda kehidupan dan perilakunya dengan orang-orang yang tidak berilmu.

Page 11: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Sebagai contoh orang yang berilmu tentang keesaan Allah, sesungguhnya orang yang beri lmu tentang keesaan Allah, ia akan mengikhlaskan seluruh ibadahnya untuk Allah semata, karena Allah itu Maha Esa dalam segala penciptaan dan perbuatan-Nya, dalam segala nama dan sifat-sifat-Nya, tidak seorang pun yang mampu meniru ciptaan Allah, dan tidak seorang pun yang memiliki sifat seperti sifat Allah, oleh sebab itu Allah mengharamkan menyembah kepada selain-Nya, karena Allah itu Maha Sempurna dalam segala ciptaan dan Maha Sempurna dalam segala sifat-sifat-Nya, maka selain Allah adalah makhluk yang tidak lepas dari segala kekurangan dan kelemahan, maka makhluk itu tidak berhak untuk disembah karena ia tidak ikut andil sedikit pun dalam mengatur kehidupan alam ini, bahkan ia sendiri dibawah kekuasan Sang Maha Kuasa, ia tidak mampu untuk memberikan manfaat untuk dirinya sendiri apalagi untuk orang lain, begitu juga ia tidak mampu menolak bencana dan bahaya serta penyakit dari dirinya sendiri bagaimana pula ia akan mampu untuk menolak bahaya dan bencana dari selainnya.

Orang yang berilmu juga sangat berbeda dalam hal perbuatan, sikap dan tindak tanduk sehari-hari. Dirinya maupun manusia lain serta alam semesta selamat dari kerusakan dan kejelekan perbuatannya, ia akan menjauhi sikap merusak, karena ilmu yang dimilikinya menuntunnya ke arah yang benar, ia tidak mau berbuat kerusakan karena yang akan menanggung akibat dari sikap merusak itu adalah dirinya sendiri, ia tidak akan melakukan penipuan, pengkhianatan, dan lain sebagainya dari berbagai macam tindakan moral dan anggota tubuhnya.

Orang yang berilmu lidahnya akan selamat dari sikap suka bohong, bergunjing serta adu domba, dan lain sebagainya dari perbuatan lidah. Oleh sebab itu Allah Subhanahu wa Ta’ala

menyebutkan dalam firman-Nya,

“Apakah orang-orang yang suka melakukan bermacam kejahatan itu mengira bahwa kami akan memperlakukan mereka sebagaimana memperlakukan orang-orang yang beriman dan beramal saleh?, (apakah mereka mengira bahwa) kehidupan dan kematian mereka sama!, betapa jeleknya prasangkaan mereka”. (QS. Al Jatsiyah: 2).

Bahkan hewan sekalipun berbeda antara yang memiliki ilmu dengan yang tidak memilikinya, oleh sebab itu Allah menghalalkan buruan yang ditangkap oleh binatang yang terdidik. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah,

“Mereka bertanya kepadamu, apa yang dihalakan untuk mereka, katakanlah; dihalalkan untuk kalian yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang yang telah kamu ajar untuk berburu, menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu”. (QS. Al Maaidah: 4).

Allah mengangkat orang-orang yang berilmu sebagai saksi bahwa tiada yang berhak diibadahi kecuali Allah semata.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji orang-orang berilmu dalam firman-Nya yang mulia,

“Allah bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga) menegakkan (persaksian itu) dengan adil”. (QS. Ali Imran: 18).

Page 12: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Keutamaan-keutamaan yang tersimpul dalam ayat ini untuk orang-orang yang berilmu terdapat dalam bentuk-bentuk berikut ini:

1. Dari segi materi persaksian; yaitu kalimat tauhid, adalah kalimat yang sangat agung, kalimat dengan tujuan untuk merealisasikannya, diciptakannya jin dan manusia, kalimat yang menjadi pembeda antara mukmin dan kafir, antara penghuni surga dan neraka.

2. Dari segi tingkat persaksian; yaitu digandengnya persaksian orang-orang yang berilmu dengan persaksian Allah dan para malaikat-Nya.

3. Dari segi sifat persaksian, yaitu persaksian yang sangat adil, keadilan yang utama sekali yang wajib ditegakkan, adalah keadilan terhadap hak Allah, yaitu tidak memberikan sesuatu yang menjadi hak Allah kepada selain Allah, ibadah adalah hak Allah semata, yang tidak boleh di berikan kepada selain Allah.

Kezaliman yang amat besar adalah memberikan sesuatu yang menjadi hak Allah kepada selain Allah, yaitu berbuat syirik kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firman-Nya yang mulia,“Sesungguhnya kesyirikan itu adalah kezholiman yang amat besar”. (QS. Luqman: 13).

Maka golongan yang sesungguhnya menegakkan keadilan di muka bumi ini adalah golongan para ulama dan orang-orang yang memiliki ilmu, baik keadilan terhadap hak Allah maupun keadilan terhadap makhluk, maka oleh sebab itu Allah telah mengangkat mereka sebagai saksi-saksi yang adil di permukaan bumi ini dan menyebutkan persaksian mereka setelah persaksian Allah dan persaksian para malaikat. Selama keadilan kepada Allah belum ditegakkan selama itu pula keadilan di tengah-tengah umat manusia tidak akan tegak. Oleh sebab itu seluruh para nabi dan Rasul memulai dakwah mereka kepada keadilan terhadap hak Allah demi untuk tegaknya keadilan dalam kehidupan manusia.

Mencari ilmu yang bermanfat adalah perintah Allah kepada Nabi yang paling mulia dan penghulu segala rasul, yaitu Nabi kita Muhammad Shalalahu ‘alaihi wa salam.

Sebagaimana Allah perintahkan Nabi kita Muhammad Shalalahu ‘alaihi wa sallam untuk selalu berdo’a supaya ilmunya ditambah Allah, disebutkan Allah dalam firman-Nya yang mulia,

“Katakanlah (wahai Muhammad): Ya tuhanku !, tambahlah ilmuku”. (QS. Thahaa: 114).

Perintah ini adalah ajaran kepada umatnya untuk tetap berusaha mencari ilmu yang bermanfaat dan supaya berdoa selalu untuk mendapat ilmu tersebut, setelah melakukan usaha-usaha yang mendukung untuk tercapainya ilmu tersebut.

Hal ini direalisasikan sendiri oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam kehidupan beliau sehari-hari, sebagaimana yang diriwayatkan oleh istri beliau, Ummu Salamah radhiallahu ‘anha:

Ummu Salamah meceritakan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam apabila telah mengucapkan salam saat selesai sholat subuh ia membaca (do’a): “Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada engkau ilmu yang bermamfaat, rezki yang baik dan amal yang diterima”.

Page 13: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Allah memuji orang yang berilmu, bahwa mereka adalah hamba yang paling takut kepada Allah.Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah yang mulia,

“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya adalah para ulama”. (QS. Faathir: 28).

Di antara karismatik yang sangat menonjol dalam diri seorang yang berilmu adalah rasa takut kepada Allah, takut dari melanggar larangan Allah, takut dari meninggalkan suruhan Allah, takut terhadap azab dan siksaan Allah, sebagaimana mereka juga takut untuk berbicara tentang hukum-hukum Allah tanpa ilmu yang dimiliki, rasa takut tersebut semakin memotivasi mereka untuk menggali ilmu agama dan untuk beramal dengan ilmu mereka serta menyampaikan ilmu tersebut kepada seluruh umat manusia.

Di antara sebab-sebab yang menyebabkan seseorang seringnya melanggar perintah Allah, adalah karena jahil atau bodoh dengan hukum perbuatan tersebut, atau jahil dengan sifat-sifat Allah, atau jahil dengan ancaman dan azab yang akan ditimpakan terhadap orang yang melakukan perbuatan maksiat tersebut, atau jahil dengan pahala dan ganjaran yang dijanjikan Allah terhadap orang yang menjauhi perbuatan maksiat tersebut, atau jahil dengan hari akhirat (hari pembalasan), atau jahil dengan surga dan segala nikmat yang terdapat di dalamnya, atau jahil dengan neraka dan segala macam azab yang terdapat di dalamnya.

Allah mengangkat derajat orang-orang yang berilmu di dunia dan di akhirat.

Sebagaimana yang Allah sebutkan dalam firman-Nya, “Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang diberi ilmu (diangkat lagi) beberapa derajat”. (QS. Al Mujaadalah: 11).

Dalam ayat ini menunjukkan kepada kita seorang muslim betapa eratnya hubungan antara iman dan ilmu, antara satu dan lainnya tidak dapat dipisahkan. Keimanan akan semakin meningkat nilainya apabila ditopang oleh ilmu, mencari ilmu yang bermanfaat adalah salah satu jalan untuk meningkatkan kualitas keimanan, begitu juga sebaliknya, ilmu akan semakin berguna apa bila membuatnya semakin tunduk dan patuh kepada perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya.

Oleh karena itu Allah katakan bahwa orang-orang yang berilmu adalah hamba yang paling takut kepada Allah. Berikutnya ayat di atas juga menunjukkan tentang kemuliaan orang yang berilmu, di mana Allah mengangkat derajat mereka di hadapan manusia baik di dunia maupun di akhirat kelak, kemuliaan mereka di dunia terlihat di saat semua makhluk menyenangi dan mencintai mereka termasuk makhluk selain manusia, seperti malaikat dan binatang melata sekalipun, karena itu terdapat dalam sebuah hadis bahwa para malaikat melanglang buana di atas bumi ini mencari tempat perkumpulan penuntut ilmu, ikan di laut sekalipun memohon ampunan untuk para penuntut ilmu, mereka di tengah-tengah makhluk bagaikan pelita di tengah gelap gulita, seluruh lapisan umat membutuhkan mereka mulai dari rakyat jelata sampai kepada penguasa sekalipun, mereka tempat bertanya di saat pergi dan tempat memberi berita di saat kembali, itulah sebuah kata pepatah mengatakan, mereka bagaikan matahari di kala siang dan bagaikan bintang di kala malam, di akhirat kelak mereka akan di tempat di tempat yang amat mulia, di tempat yang tinggi, di surga yang keindahannya tidak pernah terlihat oleh mata dan tidak bisa dibayangkan dengan hati, ucapan selamat untuk anda wahai para penuntut ilmu.

Page 14: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Keutamaan ilmu dalam As Sunnah

Banyak hadis-hadis yang menerangkan tentang keutamaan ilmu, namun dalam tulisan singkat ini kita sebutkan beberapa hadis saja. Dinyatakan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Darda radhiallahu ‘anhu. Ia berkata “aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda,

“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah telah membentangkan baginya jalan ke surga, sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka (dengan) penuh keridhaan bagi penuntut ilmu, sesungguhnya penghuni langit dan bumi sekalipun ikan dalam air memohon ampunan untuk seorang alim, sesungguhnya keutamaan seorang alim di atas seorang ahli ibadah seperti keutamaan (cahaya) bulan purnama atas (cahaya) bintang-bintang, sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, sesungguhnya para nabi tidak mewariskan emas dan perak, tetapi mereka mewariskan ilmu, barang siapa yang mengambilnya berarti ia telah mendapat bagian yang cukup banyak”. (Hadits hasan lihgairihi, diriwayatkan oleh; At Tirmizi, Abu Daud, Ibnu Majah, dll).

Dalam hadis yang mulia terdapat beberapa keutamaan ilmu yang sangat agung sekali, pertama; jalan menuntut ilmu adalah salah satu jalan menuju surga, kedua; malaikat mencintai dan mendoakan para penuntut ilmu, ketiga; makhluk yang berada di langit dan di bumi termasuk ikan di dalam air memohonkan ampunan untuk penuntut ilmu, keempat; orang berilmu jauh lebih mulia dari seorang pelaku ibadah, kelima; penuntut ilmu adalah pewaris para nabi.

Ilmu adalah salah satu amalan yang tidak terputus pahalanya, sekalipun tulang belulang pemiliknya telah hancur ditelan tanah namun pahala ilmunya yang diajarkannya tetap mengalir.

Sebagaimana yang dinyatakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya;

“Apabila anak adam meninggal terputuslah segala amalannya, kecuali tiga bentuk; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang sholeh”. (HR. Muslim).

Betapa agungnya keutamaan ilmu dalam hadits di atas, yang mana ilmu yang bermanfaat merupakan kekayaan yang tak akan sirna di sisi Allah, sekalipun si pemiliknya sudah sirna dari alam yang fana ini.

Hal ini akan terasa sekali bila kita melihat gambaran kehidupan akhirat yang disebut oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya yang mana manusia yang berbuat baik sekalipun akan menyesali amalannya dikarenakan begitu besarnya keuntungan yang diperoleh oleh orang yang beramal baik waktu hidup di dunia pada hari itu, sehingga orang yang mati syahid kalau bisa mereka dihidupkan kembali dan terbunuh dijalan Allah untuk beberapa kali, apalagi orang yang datang dengan amalan jelek pada hari itu akan lebih menyesal lagi, oleh sebab itu Allah kisahkan dalam kitab-Nya tentang permintaan orang kafir supaya mereka dihidupkan kembali untuk menghabiskan umur mereka dalam beramal baik.

Tapi lain halnya dengan orang yang menyebarkan ilmu mereka tanpa meminta sekalipun pahala amalan mereka tetap mengalir, apakah kita tidak merindukan hal seperti ini untuk diri kita?…

Page 15: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Ilmu adalah pintu untuk segala kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut ini,

“Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah untuk kebaikan, Allah (berikan) pemahaman kepadanya dalam agama”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Kebaikan yang dimaksud dalam hadits ini adalah umum, mencakup segala kebaikan duniawi maupun ukhrawi, di dunia ia akan diberikan kehidupan yang baik, selamat dari berbagai macam kesesatan dan kemungkaran, ia akan membawa kebaikan kepada segenap umat manusia yang berada di sekitarnya, dari perkataan dan perbuatannya lahir nilai-nilai kebaikan, ia bagaikan air yang melepaskan kedahagaan di kala manusia haus, yang memadamkan api di kala manusia kebakaran, yang membersihkan noda di kala manusia berlumur kotoran, adapun di akhirat kelak ia akan mendapat balasan kebaikan di atas segala kebaikan yaitu surga yang jauh lebih baik dari segala kebaikan dunia beserta segala isinya, betapa agungnya ilmu, sungguh beruntunglah orang-orang yang melakukan perjalanan di muka bumi ini demi untuk mendapatkan ilmu.

Sebahagian para ulama salaf pernah berkata:

“Barang siapa yang tidak mengenal ilmu tidak berguna baginya banyak amalan, karena amal tanpa ilmu hanya membawa kemudharatan, sesungguhnya kerusakan yang ditimbulkan oleh seorang yang beramal tanpa ilmu lebih besar dari kebaikannya”.

Langkah-langkah yang harus ditapaki dalam menuntut ilmu.

Berikut ini ingin kita bicarakan perbekalan yang harus dimiliki dalam perjalanan menuntut ilmu, karena tanpa perbekalan mustahil perjalanan bisa dilakukan, sesungguhnya perahu tak pernah berlayar di atas daratan kering.

Pertama: Ikhlas dalam menuntut ilmu

Modal dasar yang harus kita miliki dalam setiap amalan kita adalah ikhlas kepada Allah, apalagi dalam tugas yang mulia ini yaitu menuntut ilmu syar’i, banyak kita lihat sebahagian orang sudah menghabiskan waktunya untuk mencari ilmu namun ilmu tersebut tidak membawa bekas dalam kehidupannya, ilmu hanya sebatas onggokan yang membeku tanpa bisa dimanfaatkan, atau lebih tepat lagi disebut ilmu hanya sebatas tsaqofah belaka, atau sebagai pengasah otak belaka, hal ini sangat dipengaruhi oleh niat dan tujuan seseorang tadi dalam menuntut ilmu, sebagian orang hanya untuk mencapai gelar dan kehormatan saja, atau untuk mencari ketenaran di kalangan para intelek, atau demi untuk berbangga di tengah-tengah orang awam, dan lain-lain sebagainya.

Banyak sekali ayat-ayat maupun hadits-hadits yang mewajibkan kita untuk ikhlas kepada Allah dalam melakukan segala bentuk ibadah, sebaliknya banyak pula ayat dan hadits yang memberikan ancaman kepada orang yang tidak ikhlas dalam amalannya.Diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang manusia yang pertama sekali dihitung amalan mereka, yaitu tiga jenis; di antara mereka adalah orang yang menuntut ilmu,

Page 16: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

“Orang yang pertama sekali dinyalakan api neraka dengan mereka ada tiga; salah satu di antara mereka adalah seorang yang menuntut ilmu dan membaca Al Quran, maka ia dipanggil dan diperkenalkan kepadanya tentang nikmat Allah, maka ia pun mengakuinya, lalu Allah bertanya kepadanya; apa yang ia lakukan terhadap nikmat tersebut?, ia menjawab: aku pergunakan untuk menuntut ilmu dan mengajarkannya serta untuk membaca Al Quran pada Mu, Allah menimpali jawabnya; kamu telah berdusta, tetapi engkau menuntut ilmu supaya mendapat (sanjungan) supaya dikatakan sebagai seorang ‘alim, dan engkau membaca Al Quran supaya dikatakan orang sebagai seorang Qoori, sungguh telah terbukti demikian, kemudian ia diusung di atas mukanya sampai ia dilemparkan ke dalam neraka”. (HR. Muslim no: 1905).

Ilmu bisa membuat seseorang mencapai tingkat yang mulia di sisi Allah di dunia maupun di akhirat kelak, bila dibarengi dengan niat yang ikhlas, tapi sebaliknya bisa membawa malapetaka dan kesengsaraan di akhirat kelak, bila kehilangan sifat ikhlas dalam menuntut, mengamalkan dan menyebarkannya. Dalam hadits yang lain disebutkan.

“Barang siapa yang mempelajari ilmu, dari ilmu mencari wajah Allah, tidaklah ia mempelajarinya kecuali untuk mencari tujuan duniawi, ia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat, yaitu harumnya surga”. (HR. Abu Daud no, 3664).

Konteks hadits ini menjelaskan kepada kita balasan bagi orang yang menuntut ilmu demi mengejar kesenangan duniawi semata, betapa kecewanya seseorang seketika ia melihat orang-orang yang seiring dengannya dalam menuntut ilmu mereka di payungi menuju surga, namun dirinya yang telah tertipu oleh gemerlapnya dunia digiring menuju neraka.

Disebutkan lagi dalam sebuah hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi sallam yang berbunyi:

“Barang siapa yang menuntut ilmu untuk mendebat orang-orang awam, atau untuk berbangga di hadapan para ulama, atau untuk mendapat ketenaran di hadapan manusia maka (tempatnya) di neraka”. (HR. Ibnu Majah no: 253).

Hadits yang satu ini merinci beberapa bentuk ketidakikhlasan dalam menuntut ilmu berikut balasan bagi orang melakukannya, ketidakikhlasan bisa berbentuk; pertama untuk memperbodohi orang-orang awam, seperti halnya sebahagian ulama sufi, mereka memperbodohi dan mempemainkan orang-orang awam demi untuk mengeruk keuntungan duniawi, dengan berbagai dalih yang licik dan busuk, bisa dengan dalih kewalian, keberkahan, atau tawassul, syafaat dan sebagainya. Kedua; untuk berbangga di hadapan para intelek dan ulama, banyak kita saksikan di kalangan cendekia, untuk mencapai tingkat intelek harus melakukan hal-hal yang bersifat kekufuran, atau mengubah hukum-hukum yang sudah falid dan solid dalam Islam, seperti masalah jender, hijab, toleransi antar agama, dan banyak lagi yang lainnya. Ketiga; untuk mengejar kepopuleran dan ketenaran di hadapan manusia, barang kali bentuk ketiga ini tidak jauh beda dengan bentuk kedua, untuk mencapai kepopuleran bisa dengan mengemukakan pendapat yang nyeleneh, bisa pula dengan gaya dan penampilan yang menarik perhatian orang lain, seperti gaya dalam berdzikir, berpakaian serta metode-metode dalam berdakwah yang menyimpang dari petunjuk ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Page 17: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Kedua: Memiliki sifat sabar.

Memupuk kesabaran dalam menghadapi berbagai aral yang melintang di tengah-tengah jalan menuntut ilmu penting sekali untuk kita miliki dalam menapaki tujuan mulia ini, rintangan yang akan kita hadapi sesuai dengan tujuan yang hendak kita capai, bila tujuan kita besar rintangannya pun besar.

Sifat sabar adalah modal dasar dalam menuntut ilmu, begitu juga dalam hal mengamalkan ilmu dan mengajarkannya, oleh sebab itu syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi’i tentang keutamaan kandungan surat Al ‘Ashr, setelah beliau menyebutkan empat tingkatan dalam berilmu;

Pertama: mempelajari Ilmu.Kedua: mengamalkannya.Ketiga: mendakwakannya.Keempat: bersabar dalam setiap tiga tingkatan yang telah disebutkan sebelumnya.Kemudian beliau menyebutkan surat Al ‘Ashr sebagai landasannya:

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, dan saling berwasiat dengan kebenaran dan kesabaran”. (QS. Al Ashri: 1-3).

Dalam ayat yang mulia ini Allah menyebutkan bahwa umat manusia itu berada dalam kerugian dalam setiap masa, kecuali orang yang mengisi masanya dengan; iman, amal sholeh, dan menyebarkan kebenaran dan kesabaran.

Maka manusia yang beruntung adalah orang yang mengisi aktivitasnya dengan hal-hal yang disebutkan dalam ayat ini, sedangkan aktivitas-aktivitas tersebut tidak akan bisa kita lakukan kecuali dengan ilmu, baik dalam memperoleh keimanan perlu dengan ilmu, melakukan amal sholeh perlu dengan ilmu, merealisasikan kebenaran pun perlu dengan ilmu, bagaimana seseorang akan bisa menyuarakan kebenaran kalau ia tidak tahu tentang kebenaran, kebenaran yang mutlak hanya ada dalam Islam, kalau seseorang telah beriman maka ia dituntut untuk sabar dalam keimanannya, baik dalam hal memupuk keimanan itu sendiri maupun dalam hal mempertahankannya dari berbagai godaan dan cobaan, begitu pula dalam melakukan amal sholeh perlu kesabaran, apalagi dalam hal menyampaikan kebenaran yang lebih dikenal dengan amar ma’ruf – nahi mungkar, kesabaran adalah salah fondasi untuk tegaknya kebenaran, kesabaran dalam arti yang luas sabar dalam menghadapi segala cobaan dan rintangan, serta sabar dalam menunggu hasil dari sebuah perjuangan, begitu pula cobaan dan rintangan juga dalam arti yang luas, cobaan dan rintangan bukanlah dalam bentuk yang pahit dan menyakitkan saja tetapi juga dalam bentuk yang mengiurkan dan menyenangkan, boleh jadi berbentuk harta, wanita atau jabatan serta kehormatan lainnya.

Begitu juga cobaan dan rintangan itu tidak selalu datang pada waktu tertentu bisa di awal perjalanan dan boleh jadi di pertengahan atau di penghujung perjuangan, awal perjuangan adalah menuntut ilmu.

Page 18: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Menuntut ilmu perlu kesabaran, karena beratnya tugas yang harus diemban mulai dari cuaca, makanan dan kondisi yang asing dari kondisi yang biasa kita dapatkan di tanah air, begitu pula materi pelajaran yang harus kita hadapi menuntut keseriusan dan kesungguhan yang super prima, oleh sebab kesabaran sangat dituntut dalam menuntut ilmu, sekalipun terdapat dalamnya kesulitan tetapi sekaligus di dalamnya terdapat kelezatan dan kesenangan, ilmu tidak akan pernah didapatkan kecuali setelah melalui titian yang penuh cobaan dan rintangan, barang siapa yang tidak sabar dalam menghadapi kehinaan sekejap dalam ilmu, ia akan meneguk gelas kebodohan selamanya, amal dan ilmu tidak bisa dicapai tanpa kesabaran.

Allah telah memuji hambanya yang bersabar dalam agamanya:

“Dan berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: celakalah kalian, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak akan memperolehnya kecuali orang-orang yang sabar”. (QS. Al Qashash: 80).

Allah telah menjanjikan bagi orang-orang yang sabar balasan yang tidak terhingga, sebagaimana dalam firman-Nya yang mulia,

“Sesungguhnya orang-prang yang bersabar mendapatkan pahala mereka tanpa batas (yang tak terhingga)”. (QS. Az Zumar: 10).

Ketiga: Mengikuti jejak salafus sholih dalam menuntut ilmu.

Berpegang teguh dengan pemahaman salafus sholeh adalah tembok yang membatasi antara kita dengan ahlul bid’ah atau dari berbagai kelompok-kelompok yang melenceng dari sunnah.

Yang dimaksud dengan Salaf adalah mereka generasi terkemuka dari umat ini mulai dari para sahabat, para tabi’iin dan para tabi’ ut tabi’iin yaitu mereka yang hidup pada masa tiga generasi utama dari umat ini.

Sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Sebaik-baik manusia adalah masa generasiku kemudian orang-orang setelah mereka, kemudian orang-orang setelah mereka lagi”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Kemudian penamaan salaf diberikan kepada setiap orang yang berpegang teguh dengan petunjuk dan pemahaman mereka, dengan ungkapan yang lebih dikenal “salafy”.

Banyak dalil dari Al Quran dan sunnah serta atsar dari para sahabat dan para ulama yang menunjukkan tentang keutamaan ilmu salaf, oleh sebab itu kita disuruh untuk menapaki jejak mereka, dan berusaha untuk menuntut ilmu yang mereka peroleh, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan kita, selanjutnya kita dituntut untuk menyebarkan ilmu salaf tersebut.

Diantaranya firman Allah dalam At Taubah ayat 100 yang berbunyi:

“Dan orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari kaum Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah telah meridhai mereka, mereka pun ridha

Page 19: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

kepada Allah, dan Allah telah menyediakan untuk mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, itulah kemenangan yang amat besar”. (QS. At Taubah: 100).

Allah telah menjanjikan pahala yang amat besar, balasan yang amat agung bagi siapa yang mengikuti jalan mereka dan berpegang teguh dengan manhaj mereka dalam berilmu dan beramal, semoga Allah menjadikan kita di antara mereka tersebut.

Dalam surat Annisaa ayat: 115 Allah berfirman lagi:

“Dan barang siapa yang menentang Rasul setelah jelasnya kebenaran baginya, dan mengikuti jalan selain jalan orang-orang yang beriman, kami palingkan ia ke mana ia hendak berpaling, dan kami masukan ia ke dalam neraka jahannam, dan jahannam itu adalah sejelek-jelek tempat kembali”. (QS. An Nisaa: 115).

Dalam ayat yang berlalu berbicara tentang kabar gembira bagi siapa yang berpegang teguh dengan petunjuk dan manhaj mereka, adapun dalam ayat ini berbicara tentang ancaman bagi siapa yang menyalahi jalan mereka, kita berlindung dengan Allah dari hal yang demikian.

Adapun hadits-hadits yang menunjukan tentang wajibnya berpegang dengan pemahaman salafus sholeh dalam berilmu dan beramal amat banyak sekali di antaranya hadits yang telah berlalu kita sebutkan, hadits iftiroqul ummah, hadits huzaifah yang masyhur sekali, yang di dalamnya terdapat perintah untuk selalu berpegang denga sunnah mereka.

Berikut ini kita akan sebutkan pula beberapa atsar dari sahabat dan ulama-ulama terkemuka dari umat ini. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu bahwa ia berkata: “Senantiasa manusia dalam kebaikan selama masih datang kepada mereka ilmu dari sahabat Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dan dari generasi tertua mereka, apabila datang kepada mereka ilmu dari generasi terbelakang dan beragamnya hawa nafsu mereka, itulah saatnya kebinasaan mereka”. (Ibnu Mubarak, Az Zuhud, Hal: 281, no: 815).

Dalam riwayat lain Ibnu Mas’ud radhialahu ‘anhu berkata: “Barang siapa yang ingin untuk mengikuti sunnah hendaklah ia mengikuti sunnah orang-orang yang telah telah mati (para sahabat), sesungguhnya orang hidup tidak aman dari fitnah, mereka itu adalah para sahabat Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, orang yang paling baik hatinya di antara umat ini, yang paling dalam ilmunya, yang paling sedikit dalam berlebih-lebihan, kaum yang telah dipilih Allah untuk menjadi sahabat nabi-Nya, sebagai penegak agama-Nya, maka hendaklah kalian mengenali hak mereka, dan berpegang teguhlah dengan tuntunan mereka, mereka telah berada di atas petunjuk yang lurus”. (Ibnu Abdil Barr, Jaami’ Bayanil ‘Ilmi: 2/97).

Umar bin Abdul Aziz pun berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para pemimpin setelah beliau telah menentukan jalan-jalan (yang hendak ditempuh), menapakinya adalah merupakan ketundukan kepada kitab Allah, dan kesempurnaan dalam ketaatan kepada Allah, kekuatan dalam menegakkan agama Allah, tidak seorang pun berhak merubahnya, dan tidak pula menukarnya, dan memandang kepada sesuatu yang menyalahinya, barang siapa yang menjadikannya petunjuk

Page 20: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

sesungguhnya ia adalah orang yang diberi petunjuk, barang siapa yang mencari kemenangan dengannya maka ia adalah orang yang menang, dan barang siapa yang meninggalkannya dan berpaling dari mengikuti jalan orang-orang yang beriman, Allah akan memalingkannya ke mana ia berpaling, dan akan memasukannya ke dalam neraka jahannam, dan neraka jahannam itu adalah sejelek-jelek tempat kembali”.

Berkata Ibnu Rajab, “maka ilmu yang paling afdhal dalam menafsirkan Al Quran dan makna hadits, berbicara tentang hukum halal dan haram adalah apa yang dinukil dari sahabat, tabi’iin dan tabi’u tabi’iin sampai kepada ulama-ulama Islam yang sudah masyhur sebagai tempat panutan umat.

Mengumpulkan apa yang diriwayatkan dari mereka dalam hal demikian adalah ilmu yang paling afdhal berserta dengan memahaminya, memikirkannya, mendalaminya.

Apa yang terjadi setelah mereka dari peluasan ilmu tidak membawa kebaikan dalam kebanyakannya kecuali bila merupakan penjelasan terhadap perkataan mereka. Adapun apa yang menyalahi pendapat mereka, kebanyakannya tidak lepas dari kebathilan dan tidak membawa manfaat.

Dalam perkataan mereka sudah cukup bahkan lebih, maka tiada dalam ungkapan orang-orang yang setelah mereka dari kebenaran kecuali dalam ungkapan mereka sudah terkandung hal itu dengan perkataan yang ringkas dan padat. Dan tidak didapati dalam ungkapan orang setelah mereka dari kebatilan kecuali dalam perkataan mereka sudah ada yang menerangkan tentang kebatilannya bagi siapa yang memahaminya dan merenungkannya.

Dalam perkataan mereka tersimpan makna yang dalam, pandangan yang tajam, apa yang tidak didapati pada orang-orang setelah mereka. Barang siapa yang tidak peduli dengan perkataan mereka, maka ia telah kehilangan segala kebaikan bersamaan dengan itu ia terjerumus ke dalam kebatilan, karena mengikuti orang-orang yang setelah mereka.” (Fadhlu ‘Ilmi Salaf; 42).

Parasitisme ilmu

Berbagai tujuan yang tidak suci sering mencemari ilmu kita seperti kurangnya keikhlasan, untuk mengejar kesenangan duniawi, ketenaran, pangkat, jabatan, gelar, untuk membodohi orang awam, untuk berbangga dihadapan para ulama, dsb, berikut ini kita singgung sedikit beberapa hal terpenting yang menyebabkan ilmu kita tidak bermanfaat.

Pertama: Berpegang dengan hawa nafsu setelah datangnya ilmu.

Di antara sebab-sebab yang menghalangi seseorang untuk mendapatkan ilmu ialah tidak mengamalkan ilmu itu sendiri, serta masih mendahulukan emosional hawa nafsu, bentuk-bentuk mendahulukan hawa nafsu itu sendiri beragam, seperti berpegang kepada bukan wahyu ilahi, adakalanya kepada akal semata, atau kepada hawa nafsu, atau kepada mimpi, atau kepada pendapat tuan guru dan pemimpin suatu kelompok tertentu (ta’ashub dan taqlid buta), sekalipun hal itu nyata-nyata bertentangan dengan ilmu yang dimilikinya, baik yang berhubungan dengan aqidah, ibadah maupun dakwah dan muamalah.

Page 21: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Hal ini diceritakan oleh Allah dalam Al Quran tentang ulama-ulama orang yahudi, mereka memiliki ilmu, tetapi ilmu tersebut tidak memberi manfaat kepada diri mereka dalam mengambil kebenaran. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah,

“Perumpamaan orang-orang yang dibebankan kepada mereka Taurat kemudian mereka tidak mengamalkannya adalah seperti keledai yang membawa lembaran-lembaran yang tebal”. (QS. Al Jum’ah: 5).

Allah mencela orang-orang yahudi karena mereka tidak mengamalkan Taurat yang merupakan ilmu yang dibawa nabi Musa ‘alaihi salam kepada mereka. Di antaranya adalah mereka tidak mau beriman dengan kenabian Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, yang sudah diberitakan tentang kedatangannya dalam kitab mereka Taurat, bahkan mereka mengenal ciri-cirinya lebih dari mengenal ciri anak-anak mereka sendiri, bahkan mereka tidak cukup sampai di situ tetapi mereka sesat lebih jauh lagi dengan mengubah isi Taurat itu sendiri sesuai dengan kemauan dan kehendak mereka sendiri. Contoh lain dalam Al Quran tentang orang yang tidak mengamalkan ilmunya, terdapat dalam firman Allah;

“Dan bacakanlah kepada mereka tentang berita orang yang telah kami berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tetang isi Alkitab), kemudian ia berlepas diri dari ayat-ayat itu, lalu syaitan mengikutinya (sampai ia tersesat), maka ia terjerumus menjadi orang-orang yang sesat. Dan jika kami berkehendak, sungguh kami angkat (derajat)nya dengan ayat-ayat tersebut, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya (yang hina)”. (QS. Al A’raaf: 176,175).

Dalam ayat ini Allah mengisahkan seseorang yang telah diberi ilmu tentang kebenaran yang harus diikutinya, tetapi orang tersebut berpaling dari mengikuti ilmu yang benar tersebut, saat syaitan melihatnya dalam hal demikian, maka syaitan seketika itu pun ikut mendorongnya untuk meninggalkan kebenaran itu, lalu syaitan semakin menyesatkannya, akhirnya ia terjerumus ke dalam kesesatan yang amat jauh.

Padahal kalau ia mau untuk mengamalkan ilmu dan mengikuti kebenaran yang telah dimilikinya, sesungguhnya Allah akan mengangkat derajatnya dengan kebenaran tersebut, tetapi Allah menghinakannya karena ia terlebih dulu telah menghinakan kebenaran dan membuangnya di belakang punggungnya, ia lebih mengutamakan kesenangan duniawi dari kesenangan ukhrawi, ia lebih suka mengikuti hawa nafsunya yang sesat lagi hina dari mengikuti hidayah yang berkilau bagaikan cahaya.

Hal ini pulalah yang menimpa sebagian pribadi dan kelompok dalam Islam yang menisbatkan diri mereka kepada pendakwah, terlebih khusus sebagian saudara kita yang telah diberi kesempatan oleh Allah untuk menuntut ilmu di Universitas Islam yang tegak di atas Al Quran dan Sunnah menurut pemahaman salafus shalih, mereka masih mendahulukan hawa nafsunya dan mendahulukan kepentingan duniawi, atau kepentingan kelompoknya di atas kepentingan Allah dan Rasul-Nya.

Betapa banyaknya ayat Al Quran mencegah kita dari mengikuti hawa nafsu setelah jelasnya kebenaran dan setelah datangnya ilmu, karena hal inilah yang menyebabkan melencengnya ahlul kitab dari mengikuti kebenaran. Di antaranya firman Allah yang mulia:

Page 22: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

“Katakanlah sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang sebenarnya, dan jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah pengetahuan datang kepadamu (niscaya) Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolongmu”. (QS. Al Baqarah: 120).

Maka di awal tahun ajaran baru ini penulis ingin mengingatkan diri serta para ikhwan seluruhnya baik yang baru datang maupun para ikhwan yang lama, mari kita bersama-sama untuk kembali mengintropeksi diri kita masing-masing dalam hal yang satu ini yaitu jangan kita sampai mendahulukan kepentingan duniawi di atas kepentingan ukhrawi.

Di antara keutamaan ilmu salaf adalah dekatnya buah ilmu mereka, artinya ilmu mereka tersebut membuahkan amal sholeh, seperti bersikap lembut terhadap sesama makhluk, mencintai kebenaran untuk seluruh makhluk, bukannya bahagia dengan kesalahan orang lain, sedikit berbicara banyak beramal, menimbulkan kekhusyukan dalam beribadah, menimbulkan rasa takut kepada Allah.

Salaf dalam menuntut ilmu lebih banyak mementing buah dari pada mengonggok batang, ibaratkan orang yang berkebun yang penting adalah banyaknya hasil perkebunan, bukan luas dan banyak bibit yang semai, untuk apa banyak pohon yang ditanam tapi tidak satu pun yang menghasilkan buah, dan akan lebih baik lagi orang yang punya perkebunan luas dan memiliki hasil panen yang banyak.

Disebutkan dalam pepatah arab: “Ilmu tanpa amal bagai pohon yang tidak berbuah”. Dalam pepatah lain: “Petiklah ilmu dengan amal, jika tidak ia akan pergi”. Diantara buah ilmu adalah membuahkan rasa takut kepada Allah, sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firmanNya mulia:

“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya adalah para ulama”. (QS. Faathir: 28).

Berkata sebagian salaf, “Ilmu bukanlah dengan banyaknya riwayat tetapi ilmu adalah rasa takut (kepada Allah)”. Berkata lagi sebagian yang lain: “Barang siapa yang takut kepada Allah maka ia adalah seorang ‘alim, dan barang siapa yang melakukan maksiat kepada Allah maka ia adalah seorang jahil”.

Di antara buah ilmu salaf adalah memberikan kekhusukan kepada mereka dalam beribadah.Ilmu yang bermanfaat adalah memperkenalkan pemiliknya dengan robbnya dan menunjukkan jalan kepada robbnya sehingga ia mengenalNya, mengesakanNya dalam segala bentuk ibadahnya, merasa senang dan dekat denganNya, ia menyembah robbnya seakan-akan ia melihatNya.

Oleh sebab itu kebanyakan para sahabat berkata: “Sesungguhnya yang pertama sekali diangkat dari tengah-tengah manusia adalah rasa khusuk dalam ibadah. Berkata Ibnu Mas’ud: “kebanyakan orang membaca Al Quran tidak melewati tenggorokannya, dan tetapi jikalau tertancap dalam hati, ia akan lengket dan bermamfaat”. Berkata Hasan Al Bashri: “ilmu itu ada dua macam; ilmu di atas lidah, itu adalah hujjah Allah di atas anak Adam, ilmu dalam hati, itulah ilmu yang bermanfaat”.

Oleh karena kebanyakan salaf berkata, ”ulama itu ada tiga golongan; pertama: ‘alim dengan Allah, ‘alim dengan perintah Allah, kedua: ‘alim dengan Allah tetapi tidak ‘alim dengan perintah Allah, ketiga ‘alim dengan perintah Allah tetapi tidak ‘alim dengan Allah”. (Fadhlu ilmu salaf: 50).

Page 23: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Kedua: Suka berdebat dan berjidal.Telah terdapat dalam sebuah hadits tentang larangan berjidal,

“Tidaklah suatu kaum menjadi sesat setelah diberi petunjuk kecuali setelah mereka mendapati jidal” kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat “Tidaklah mereka itu memberikan perumpamaan kepada engkau kecuali sekedar untuk untuk membantah saja, tetapi mereka itu adalah kaum yang suka bertengkar (QS. Az Zukhruf: 58)”. (HR. At Tirmizi no: 3253, hasan shohih).

Telah berkata sebahagian salaf: “Apabila Allah mengehendaki suatu kebaikan untuk seorang hamba, Allah membukakan untuknya pintu amal, dan menutup darinya pintu jidal, dan apabila Allah mengehendaki kejelekan untuk seorang hamba, Allah menutup untuknya pintu amal dan membuka baginya pintu jidal”.

Berkata Imam Malik: “Berjidal adalah menghilangkan cahaya ilmu dan mengeraskan hati, serta menyebabkan permusuhan”. (Ibnu Rajab, Fadhlu Ilmi Salaf: 35). Diantara sifat salaf adalah sedikit berbicara, diamnya salaf dari berbantah-bantahan dan berjidal bukannya karena mereka itu lemah dan bodoh, tetapi mereka diam di atas penuh ilmu dan penuh takut kepada Allah.

Adapun banyak pembicaraan dan komentar dari orang-orang setelah mereka bukan berarti mereka lebih berilmu dari salaf tetapi disebabkan karena mereka suka banyak bicara dan kurangnya sikap wara’. Sebagaimana yang dikatakan Hasan Al Bashri tatkala ia menyaksikan orang saling berdebat, “mereka adalah kaum yang malas beribadah dan suka berbicara serta tidak memiliki warak makanya mereka suka ngobrol”. (Ibnu Rajab, Fadhlu Ilmi Salaf: 36).

Berkata Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu: “Sesungguhnya kalian berada di zaman yang banyak ulamanya sedikit para khatibnya, akan datang sesudah kalian masa yang banyak khatibnya tetapi sedikit ulamanya, barang siapa yang luas ilmunya dan sedikit omongannya, maka ia adalah terpuji, dan barang siapa yang sebaliknya maka ia adalah tercela”.

Ibnu Rajab berkata; “Kebanyakan generasi sekarang mengira bahwa banyak bicara, suka berjidal, suka berbantah dalam masalah agama, adalah lebih tahu dari orang yang tidak seperti demikian, inilah suatu kebodohan, coba kita lihat bagaimana para sahabat sangat sedikit perkataan mereka bila dibandingkan dengan perkataan tabi’in, sedangkan para sahabat jauh lebih berilmu bila dibandingkan dengan tabi’in, begitu juga halnya tabi’ut tabi’iin dengan tabi’in, ilmu bukanlah diukur dengan banyak riwayat dan tidak pula diukur dengan banyak omongan tetapi ilmu adalah cahaya yang diberikan Allah ke dalam hati seseorang yang menjadikannya paham tentang kebenaran, dan mampu membedakan antara yang hak dengan yang batil, serta mengungkapkannya dengan perkataan yang simpel dan padat serta tepat dalam menyampaikan kepada apa yang di maksud”. (Ibnu Rajab, Fahdul Ilmi Salaf: 37-38).

Maka perlu untuk diketahui bahwa sesungguhnya bukanlah setiap orang yang luas pembicaraannya, pintar berbicara lebih berilmu dari orang yang tidak demikian halnya, sungguh di akhir zaman ini kita telah mendapat cobaan dari sebahagian manusia yang berpandangan demikian.Ketiga: Mendahulukan kepentingan duniawi diatas kepentingan ukhrawi

Page 24: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Ibnu Rajab menyebutkan dalam kitab beliau (Fadhl Ilmi Salaf hal: 52-54) beberapa bentuk sikap orang yang memburu kesenangan dunia dengan memobilisasi ukhrawi, adakalanya mengaku memiliki ilmu tentang keagamaan, tetapi tujuannya dibalik itu adalah ingin mencari kududukan di tengah-tengah manusia, baik di kalangan penguasa atau lainnya, atau untuk mencari pengikut yang banyak dan berbangga dengannya, seperti mengaku sebagai wali dan sebagainya.

Di antara ciri-cirinya lagi adalah tidak mau tunduk kepada kebenaran, dan memiliki kesombongan terhadap orang yang menegakkan kebenaran, apalagi bila orang tersebut tidak terpandang di mata manusia, kemudian tetap berpegang dengan kebatilan karena takut terbukanya kedok kesesatan dan kebodohannya, saat tersebarnya kebenaran di tengah-tengah manusia.

Boleh jadi kadangkala ia mencela dirinya sendiri, agar dianggap sebagai orang yang memiliki sifat tawadhu’, supaya orang lain memujinya. Dalam kenyataan sehari-hari kita sering menyaksikan orang-orang yang binasa dan celaka dalam berbagai lembah yang hina, demi mencari kesenangan duniawi dengan memperdagangkan urusan ukhrawi, ada yang binasa di lembah maksiat, bid’ah, popularitas, atau lembah partai politik, dan lain-lain sebagainya. Allah telah berfirman dalam kitab suciNya:

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan duniawi dan perhiasannya, niscaya kami akan memberikan balasan amalan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka tidak akan dirugikan sedikitpun didalamnya, mereka itulah orang-orang yang tidak mendapatkan di akhirat kelak kecuali neraka, dan hilanglah segala apa yang mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah segala apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Huud: 15,16).

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhialhu ‘anhu, bahwa ia berkata,

“Kalaulah seandainya pemilik ilmu menjaga ilmu dan meletakkannya pada orang yang sebagai pemiliknya, sungguh mereka akan memimpin zaman mereka, tetapi mereka memberikannya pada pemilik dunia, supaya mereka memperoleh keduniaan mereka, maka mereka dihinakan (di hadapan) pemilik dunia, aku telah mendengar Nabi kalian bersabda: “Barang siapa yang menjadikan kepentingannya satu kepentingan yaitu kepentingan akhiratnya niscaya Allah akan mencukupkan kebutuhan dunianya, barangsiapa yang terpencar-pencar kepentingannya dalam urusan dunia, Allah tidak menghiraukan di lembah manapun ia binasa”. (HR. Ibnu Majah no: 257).

Imam Asy Syaukany mengulas dalam kitanya “Adabuthalab wal muntahal’arib”, diantara sebab yang membuat seseorang menjauhi kebenaran, dan menyembunyikan dalil-dalil kebenaran serta tidak menerangkan apa yang diwajibkan Allah kepadanya untuk menerangkannya adalah kecintaan kepada kehormatan dan harta.

Banyak fenomena yang kita saksikan di tengah para tholabul ‘ilmi, yang tidak mungkin kita kupas dalam bahasan yang ringkas ini, tetapi orang yang arif dan bijak dengan isyarat sudah cukup untuk mengingatkannya. Wallahu a’alam bishawaab.

Untuk lebih menambah kepuasan tetang topik bahasan kita kali ini silakan para ikhwan merujuk buku-buku berikut ini:

Page 25: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

1. Kitaabul ‘Ilmi karangan Abu Khaitsamah.2. Al Faqiih wal Mutafaqqih karangan Khatib Al Baghdady.3. Iqtidha Al ‘ilmi Al ‘amal karangan Khatib Al Baghdady.4. Jaami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi karangan Ibnu Abdilbar.5. Tadzkirotusami’ wal Muta’alim karangan Ibnu Jama’ah.6. Fadhlu ‘Ilmu Salaf karangan Ibnu Rajab Hambaly.7. Adabut Thalab karangan Imam Asy Syaukany.8. Kitaabul ‘Ilmi karangan Syekh Al ‘Utsaimin.9. Kaifa Tathlubu ‘Ilma karangan Abdullah Jibrain.10. Hilyah Thalibil ‘ilmi karang Bakar Abu Zaid.11. Ma’alim fii Thoriqil Ishlah karangan Abul Aziz As sadhaan.

Aku Takkan Lupakan Ilmu

Merupakan nikmat dan anugerah yang besar bagi seorang muslim dapat berjalan di atas kebenaran, mencari ridha Allah dan menggapai surga-Nya kelak. Dalam perjalanan seorang muslim, tak jarang dirinya lupa sehingga perlu diingatkan, kadang juga ia lalai sehingga membutuhkan teguran, belum lagi apabila ia keliru sehingga ia mencari pelita yang dapat meluruskan langkah dan arahnya.

Berikut ini penulis mengajak dirinya dan ikhwah sekalian untuk merenungi lagi ayat-ayat Allah, hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan bimbingan pemahaman Salafush Shalih. Menyegarkan kembali ingatan kita bersama tentang kemuliaan ibadah melalui tholabul ilmi (menuntut ilmu syar’i), agar semangat tak menjadi surut, terlebih di hadapan berbagai ujian dan cobaan kehidupan duniawi. Semoga dapat bermanfaat khususnya bagi diri penulis dan bagi seluruh pembaca, amin…

Saudaraku…, Islam menjelaskan kedudukan yang tinggi nan mulia tentang keutamaan ilmu. Banyak ayat dan hadits serta perkataan serta kisah teladan para ulama salaf yang menunjukkan hal ini. Di antaranya adalah:

Menggapai Kemuliaan Dengan Ilmu Syar’iAllah Ta’ala berrfirman,

درجات العلم أوتوا ذين وال منكم آمنوا ذين ال ه الل يرفع“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Ath Thabari rahimahullah berkata,“Allah mengangkat derajat orang beriman yang berilmu di hadapan orang beriman yang tidak berilmu karena keutamaan ilmu mereka (jika mereka mengamalkan ilmu tersebut, pent).” (Tafsir Ath-Thabari, QS Al-Mujadilah: 11)

Asy-Syaukani rahimahullah berkata,“Yaitu derajat yang tinggi dengan kemuliaan di dunia dan pahala di akherat.” (Tafsir Asy-Syaukani; QS Al-Mujadilah: 11)

Suatu hari Nafi’ bin Abdul Harits mendatangi Amirul Mukminin (Umar bin Al Khattab) di daerah ‘Usfan (saat itu Umar tengah mempercayakan kepemimpinan Mekah kepada Nafi’).

Page 26: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Umar bertanya, “Siapa yang engkau jadikan penggantimu -sementara waktu- bagi penduduk Mekah?”Nafi’ menjawab, “Ibnu Abza.”Umar bertanya, “Siapa Ibnu Abza?”Nafi’ menjawab, “Seorang budak.”Umar bertanya kembali, “Engkau telah memberikan kepercayaan tersebut kepada seorang budak [?]“Nafi’ mengatakan, “Sesungguhnya budak tersebut adalah seorang hafizh Al-Qur’an dan sangat mengilmui faraidh (yakni hukum-hukum islam)”Kemudian Umar berkata, “Sungguh Nabi kalian telah berkata: “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat sebagian manusia dengan Al-Qur’an dan merendahkan sebagian yang lain karenanya.” (Shahih Muslim: 817)

Ibrahim Al-Harbi berkata: Seseorang bernama ‘Atha’ bin Abi Rabah adalah budak berkulit hitam, milik seorang wanita penduduk Mekah. Hidung ‘Atha’ pesek seperti kacang (sangat kecil). Suatu hari, Sulaiman bin Abdul Malik sang Amirul Mukminin bersama kedua anaknya mendatangi ‘Atha’ yang sedang shalat. Setelah selesai dari shalatnya ia menyambut mereka. Masih saja mereka asyik bertanya kepada ‘Atha tentang manasik haji kemudian Sulaiman berkata kepada kedua anaknya “Wahai anak-anakku, jangan kalian lalai dari menuntut ilmu. Sungguh aku tidak akan lupa telah berada di hadapan seorang budak hitam (yang berilmu ini)”

Dalam kisah yang lain Ibrahim Al-Harbi berkata, “Muhammad bin Abdurrahman Al-Auqash adalah seorang yang lehernya sangat pendek sampai masuk ke badannya sehingga kedua bahunya menonjol keluar. Dengan penuh perhatian dan kasih sayang ibunya berpesan, “Wahai anakku, sungguh kelak setiap kali engkau berada di sebuah majelis engkau akan selalu ditertawakan dan direndahkan, maka hendaklah engkau menuntut ilmu karena ilmu akan mengangkat derajatmu.” Ternyata (ia mematuhi pesan ibunya, pent) sehingga suatu saat dipercaya menjadi Hakim Agung di Mekah selama dua puluh tahun.” (Lihat Tarikh Baghdad 2: 309, Miftah Daris Sa’adah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah 1: 501-502)

Al-Muzani berkata,“Aku pernah mendengar Imam Syafi’i berkata: ‘Barangsiapa mempelajari Al-Qur’an maka akan mulia kehormatannya. Barangsiapa mendalami ilmu fikih maka akan agung kedudukannya, barangsiapa mempelajari bahasa (arab) maka akan lembut tabiatnya. Barangsiapa mempelajari ilmu berhitung maka akan tajam nalarnya dan banyak idenya. Barangsiapa banyak menulis hadits maka akan kuat hujjahnya. Barangsiapa yang tidak menjaga dirinya, maka tidak akan bermanfaat ilmunya.’ (Diriwayatkan dari Imam Syafi’i dari beberapa jalan, lihat Miftah Daris Sa’adah 1: 503)

Menuntut Ilmu Adalah Jalan Menuju SurgaRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu (syar’i), maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga.” (HR. Muslim no: 2699 dari Abi Hurairah)

Page 27: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Beliau juga bersabda,“Barangsiapa keluar untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali.” (HR Tirmidzi no: 2323, Ibnu Majah no: 4112  dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no: 186 dari Anas)

Dengan Menuntut Ilmu Segala Pintu Kebaikan, Maghfirah, dan Pahala Akan Dilimpahkan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka ia akan diberikan kepahaman tentang agama.” (HR Bukhari 1: 150-151, 6: 152, dan Muslim 1037 dari Mu’awiyah)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,“Apabila anak cucu Adam meninggal dunia maka terputus semua amalannya kecuali dari tiga hal: [1] shadaqah jariyah, [2] ilmu yang bermanfaat, dan [3] anak shalih yang mendoakannnya.” (HR Muslim 1631 dari Abi Hurairah)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “…dan sesungguhnya para Malaikat akan merendahkan sayap-sayap mereka bagi penuntut ilmu sebagai tanda ridha terhadap apa yang mereka lakukan. Sungguh seorang yang berilmu akan dimintakan ampun baginya oleh semua yang ada di langit dan bumi sampai pun ikan di lautan. Keutamaan seorang yang berilmu atas seorang ahli ibadah bagaikan keistimewaan bulan di hadapan bintang-bintang. Para ulama adalah pewaris para Nabi. Para Nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa yang dapat mengambilnya, sungguh ia telah meraih bagian yang banyak.” (HR Abu Daud no: 3641-2, At-Tirmidzi no: 2683, Ibnu Majah no: 223, dishahihkan Ibnu Hibban no: 80)

Ilmu ini adalah anugerah. Oleh karena itu, mari kita bersama menjaganya dengan baik. Mengikhlaskan hati mensucikan niat agar Allah menambahnya serta melimpahkan berkah di dalamnya,

علما زدني رب  وقل“Dan katakan, Wahai Rabb tambakanlah bagiku ilmu.” (QS Thoha: 114)

Jangan sampai kemurniannya terkotori dengan bisikan ambisi materi atau buaian kemewahan duniawi. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengingatkan kita dengan dalam sebuah hadits, “Barangsiapa mencari ilmu yang seharusnya dicari untuk mengharapkan wajah Allah, namun ternyata ia tidak mempelajarinya melainkan untuk mendapatkan satu tujuan dunia, maka ia tidak akan mencium wanginya surga pada hari kiamat.” (HR Abu Daud no: 3664 dengan sanad yang shahih, Ibnu Majah no: 252, Ibnu Hibban no: 89, dll)

Kiat Menjaga IlmuPara ulama salaf menjelaskan bahwa di antara kiat menjaga kenikmatan mulia ini adalah dengan:

1. Selalu bersemangat dalam menuntut ilmu dan tidak merasa bosanImam Syafi’i rahimahullah berkata,“Seseorang tidaklah berhasil menuntut ilmu (dengan baik) apabila dia selalu merasa bosan, seakan tidak membutuhkannya. Akan tetapi, seseorang akan berhasil menuntut ilmu jika melakukannya dengan perjuangan dan susah payah, penuh semangat

Page 28: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

dan hidup prihatin.” (Hilayatul Auliya karya Abu Nu’aim; 9: 119, Al-Madkhal karya Al-Baihaqi; no: 513, Tadribur Rawi karya As-Suyuthi; 2: 584)

Dalam Diwannya beliau juga membawakan syairوصحبة # # # وبلغة واجتهاد وحرص ذكاء ببيان تفصيلها عن سأنبيك بستـتة إال العلم تنال لن أخي

زمان وطول  أستاذWahai saudaraku…, engkau takan mendapatkan ilmu melainkan dengan (memperhatikan) enam hal… Aku akan menyebutkannya secara rinci: [1] harus memiliki kecerdasan, [2] memiliki semangat, [3] bersungguh-sungguh, [4] membutuhkan biaya/materi, [5] mendapat bimbingan guru (ustadz), dan [6] membutuhkan waktu yang panjang. (Diwan Asy-Syafi’i)

2. Mengamalkan ilmu yang telah kita dapatkanAmr bin Qays berkata,“Jika sampai kepadamu suatu ilmu, maka amalkanlah meskipun hanya sekali.” (Hilyatul Auliya karya Abu Nu’aim 5: 102)

Imam Waki’ berkata,“Jika engkau hendak menghafal satu ilmu (hadits), maka amalkanlah!” (Tadribur Rawi karya As-Suyuthi 2: 588)

Imam Ahmad berkata,“Tidaklah aku menulis suatu hadits melainkan aku telah mengamalkannya. Sehingga suatu ketika aku mendengar hadits bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan hijamah (bekam) dan memberikan upah kepada ahli bekam (Abu Thaybah) satu dinar, maka aku melakukan hijamah dan memberikan kepada ahli bekam satu dinar pula.” (Ibnul Jauzi menyebutkannya dalam Manaqib Ahmad, hal: 232)

3. Senantiasa mengingat dan mengulang-ulang ilmuAli bin Abi Thalib berkata,“Ingat-ingatlah (ilmu) hadits. Sungguh jika kalian tidak melakukannya maka ilmu akan hilang.” (Al-Muhadditsul Fashil karya Ar-Ramahurmuzi hal: 545)

Ibnu ‘Abbas berkata,“Mengulang-ulang ilmu di sebagian malam lebih aku cintai daripada menghidupkan malam (dengan shalat malam) (Sunan Ad-Darimi; 1: 82 dan 149)

Az-Zuhri berkata,“Gangguan ilmu adalah lupa dan sedikitnya muraja’ah (mengulang-ulang).” (Sunan Ad-Darimi, 1: 150)

Saudaraku… Kita perlu mengingat kembali sebuah hadits yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menggambarkan bagaimana Allah akan mencabut ilmu dari kehidupan dunia ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan merenggutnya dari para manusia, namun ilmu itu dicabut dengan diwafatkannya para ulama. Sehingga apabila Allah tidak menyisakan lagi seorang ‘alim, maka manusia akan menjadikan para pembesar mereka dari kalangan orang-orang bodoh yang ditanya (tentang agama) lantas orang-orang bodoh itu berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan.” (HR Al-Bukhari: 1: 174-175, Muslim no: 2673, At-Tirmidzi 2652)

Page 29: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Dalam hadits yang lain, beliau bersabda, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu, kebodohan semakin merajalela, zina nampak di mana-mana, khamr diminum, kaum pria menjadi sedikit dan kaum wanita menjadi lebih banyak….” (Shahih dengan beberapa jalannya, Al-Bukhari juga meriwayatkannya dalam Sahih: kitab “nikah” dari hadits Hafsh bin Umar dan kitab “ilmu”, demikian pula halnya Muslim dalam Shahih-nya: 4: 256, dan selain mereka)

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata,“Sungguh keberadaan agama Islam dan keberlangsungan dunia ini adalah dengan keberadaan ilmu agama, dengan hilangnya ilmu akan rusaklah dunia dan agama. Maka kokohnya agama dan dunia hanyalah dengan kekokohan ilmu.” (Miftah Daris Sa’adah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah: 1: 500)

Al-Auza’i berkata bahwa Ibnu Syihab Az-Zuhri menyatakan,“Berpegang teguh dengan sunnah adalah keselamatan. Sementara ilmu diangkat dengan cepat. Kekokohan ilmu adalah keteguhan bagi agama dan dunia. Hilangnya ilmu adalah kehancuran bagi itu semua.” (Riwayat Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhud 817, dan Ibnu ‘Abdil Bar dalam Al-Jami’ 1018)

Saudaraku…Yakinlah bahwa di antara kunci kebahagiaan dunia dan akherat adalah dengan menuntut ilmu syar’i. Itulah yang akan menumbuhkan khasyyah dan sikap takut kepada Allah, merasa diawasi sehingga waspada terhadap semua ancaman Allah. Semua itu tidaklah didapatkan kecuali dengan ilmu syar’i. Allah Ta’ala berfirman,

العلماء عباده من ه الل يخشى ما إن“Sesungguhnya hanyalah para ulama yang memiliki khasyyah kepada Allah.” (QS. Fathir: 28)

Ath-Thabari berkata,“Sesungguhnya yang takut kepada Allah, menjaga diri dari adzab dengan menjalankan ketaatan kepada Allah hanyalah orang-orang yang berilmu. Mereka mengetahui bahwa Allah Maha Mampu melakukan segala sesuatu, maka mereka menghindar dari kemaksiatan yang akan menyebabkan murka dan adzab Allah…” (Lihat Tafsir Ath-Thabari QS Fathir; ayat: 28)

‘Abdullah bin Mas’ud dan Masruq berkata,“Cukuplah ilmu membuat seseorang takut kepada Allah, dan sebaliknya kebodohan menyebabkan seseorang lalai dari mengenal Allah.”

Al-Baghawi menyebutkan bahwa seseorang memanggil dan berkata kepada Sya’bi, “Wahai ‘aalim  berfatwalah.” Sya’bi menjawab, “Sesungguhnya seorang ‘alim adalah yang memiliki khasyyah (rasa takut) kepada Allah.” (Riwayat Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhud hal: 15, dan Ahmad dalam Az-Zuhud hal: 858 dan Lihat Tafsir Al-Baghawi QS Fathir; ayat: 28)

Syaikh As-Sa’di berkata dalam tafsir dari Surat Al-Faaathir ayat 28, “Ayat ini adalah dalil keutamaan ilmu, karena ilmu akan menumbuhkan sikap khasyyah (takut) kepada Allah. Orang yang takut kepada Allah adalah orang yang akan mendapatkan kemuliaan Allah sebagaimana firman-Nya (yang artinya),  “Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Allah. Itu hanya bagi orang-orang yang memiliki khasyyah kepadaNya.” (Lihat Tafsir As-Sa’di QS Fathir, ayat: 28)

Page 30: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Dengan ilmu kita dapat menumbuhkan sikap khasyyah kepada Allah dan itulah muraqabah yang akan membimbing langkah-langkah kita menuju ridha Allah.

Sufyan berkata,“Barangsiapa yang berharap (kebahagiaan) dunia dan akherat, hendaklah ia menuntut ilmu syar’i.”

An-Nadhr bin Syumail berkata,“Barangsiapa yang ingin dimuliakan di dunia dan akherat, hendaklah ia menuntut ilmu syar’i. Cukuplah menjadi kebahagiaan bagi dirinya jika ia dipercaya dalam perkara agama Allah, serta menjadi perantara antara seorang hamba dengan Allah.” (Miftah Daris Sa’adah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah: 1: 503-504)

Mu’adz bin Jabal berkata,“Pelajarilah ilmu syar’i karena mempelajarinya di jalan Allah adalah khasyyah, memperdalamnya adalah ibadah, mengulang-ulangnya adalah tasbih (memuji Allah), membahas (permasalahan-permasalahannya) adalah jihad, mengajarkannya kepada yang belum mengetahuinya adalah shadaqah, dengan ilmulah Allah diketahui dan disembah, dengannya Allah diesakan dalam tauhid, dan dengannya pula diketahui yang halal dan yang haram…” (Hilayatul Auliya karya Abu Nu’aim 1: 239, Al-Ajmi’ oleh Ibnu ‘Abdil Bar 1: 65)

Seorang penyair berkata: Ilmu adalah harta dan tabungan yang tak akan habis…  Sebaik-baik teman yang bersahabat adalah ilmu…Terkadang seseorang mengumpulkan harta kemudian kehilangannya… Tidak seberapa namun meninggalkan kehinaan dan perseteruan… Adapun penuntut ilmu, ia selalu membuat iri (ghibthah) banyak orang…   Namun dirinya tidak pernah merasa takut akan kehilangannya… Wahai para penuntut ilmu, betapa berharga hartamu itu… yang tak dapat dibandingkan dengan emas ataupun mutiara….. (Diterjemahkan dari Miftah Daris Sa’adah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah: 1: 507)

Karenanya, Luqman berwasiat kepada putranya, “Wahai anakku, duduklah bersama para ulama, dekatilah mereka dengan kedua lututmu. Sesungguhnya Allah akan menghidupkan hati yang mati dengan pelita “hikmah” sebagaimana Allah menghidupkan bumi yang gersang dengan air hujan.” (Riwayat Imam Malik dalam Al-Muwaththa’ 2: 1002).

Hikmah yang beliau maksud adalah yang Allah sebutkan dalam firmanNya (QS Al-Baqarah: 269) yang artinya,“Allah menganugerahkan “hikmah” kepada yang Allah kehendaki, barangsiapa telah diberikan hikmah maka ia telah diberikan banyak kebaikan…”Qutaibah dan Jumhur ulama berkata “hikmah adalah mengetahui yang haq dengan sebenarnya serta mengamalkannya. Itulah ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih.” (Miftah Daris Sa’adah karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah: 1: 227)

Imam Ahmad berkata,“Manusia lebih membutuhkan ilmu dibandingkan makan dan minum, karena makanan dan minuman dibutuhkan manusia satu atau dua kali dalam satu hari. Akan tetapi, ilmu senantiasa dibutuhkan seorang manusia setiap saat (selama nafasnya berhembus)”…(Thabaqat Al-Hanabilah; 1: 146)

Page 31: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Saudaraku, Belum Terlambat dan Tidak Ada Kata Malu‘Aisyah berkata,“Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Mereka tidak terhalangi oleh rasa malu untuk mempelajari semua perkara agama ini.”

Mujahid juga berkata,“Seorang pemalu atau sombong tidaklah dapat menuntut ilmu. Yang satu terhalangi dari menuntut ilmu oleh rasa malunya. Sementara yang satu lagi terhalangi oleh kesombongannya.” (Al-Bukhari menyebutkannya secar mu’allaq dalam Shahih-nya 1: 229)

Mari bersama-sama kita membangkitkan semangat menuntut ilmu syar’i agar dengannya kita mendapatkan pelita nan bercahaya, menerangi setiap amalan hidup kita, membimbing setiap pola pikir dan langkah kita, memperbaiki setiap niat hati kita, membuat kita senantiasa takut karena merasa diawasi oleh Allah. Jika ilmu itu telah sampai maka jangan kita melupakannya dan mari kita berlomba untuk mengamalkannya.

Ali bin Abi Thalib berkata,“Ilmu membisikkan pemiliknya untuk diamalkan. Jika ia menjawab panggilan bisikan itu, maka ilmu akan tetap ada. Namun jika ia tidak menjawab panggilan itu, maka ilmu akan pergi.” (Iqtidhaul ‘Ilmil amal karya Al-Khathib: hal 41)

Semoga Allah melimpahkan taufiqNya kepada kita untuk ikhlas dalam menuntut ilmu, beramal dan berdakwah di jalan-Nya. Ya Allah, jadikanlah kami hamba-hambaMu yang mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan di dunia serta akherat dengan ilmu, amin…_____________Penulis: Ustadz Rizal Yuliar Putrananda, Lc.Artikel www.muslim.or.id

Keutamaan IlmuPertama : Ilmu Meningkatkan derajatAllah ta’ala berfirman yang artinya,“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan diberikan ilmu di antara kalian beberapa derajat. Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al Mujadilah [58] : 11).

Al Hafizh menjelaskan,“Ada yang mengatakan tentang tafsirannya adalah : Allah akan mengangkat kedudukan orang beriman yang berilmu dibandingkan orang beriman yang tidak berilmu. Dan pengangkatan derajat ini menunjukkan adanya sebuah keutamaan…” (Fathul Bari, 1/172).

Beliau juga meriwayatkan sebuah ucapan Zaid bin Aslam mengenai ayat yang artinya,“Kami akan mengangkat derajat orang yang Kami kehendaki.” (QS. Yusuf [12] : 76).Zaid mengatakan, “Yaitu dengan sebab ilmu.” (Fathul Bari, 1/172).

Kedua : Nabi diperintahkan untuk berdoa untuk mendapatkan tambahan ilmuDi dalam Kitabul Ilmi Bukhari membawakan sebuah ayat yang artinya,“Wahai Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu.” (QS. Thaha [20] : 114).

Page 32: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Kemudian Al Hafizh menjelaskan,“Ucapan beliau : Firman-Nya ‘azza wa jalla, ‘Wahai Rabbku tambahkanlah kepadaku ilmu’. Memiliki penunjukan yang sangat jelas terhadap keutamaan ilmu. Sebab Allah ta’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan untuk apapun kecuali tambahan ilmu. Sedangkan yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu syar’i; yang dengan ilmu itu akan diketahui kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang mukallaf untuk menjalankan ajaran agamanya dalam hal ibadah ataupun muamalahnya, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifat-Nya, dan hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, menyucikan-Nya dari segenap sifat tercela dan kekurangan. Dan poros semua ilmu tersebut ada pada ilmu tafsir, hadits dan fiqih…” (Fathul Bari, 1/172).

Ketiga : Perintah bertanya kepada ahli ilmuIbnul Qayyim mengatakan,“Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci memerintahkan untuk bertanya kepada mereka (ahli ilmu) dan merujuk kepada pendapat-pendapat mereka. Allah juga menjadikannya sebagaimana layaknya persaksian dari mereka. Allah berfirman yang artinya, “Dan tidaklah Kami mengutus sebelummu kecuali para lelaki yang Kami wahyukan kepada mereka : bertanyalah kepada ahli dzikir apabila kalian tidak mempunyai ilmu.’ (QS. An Nahl [16] : 43). Sehingga makna ahli dzikir adalah ahli ilmu yang memahami wahyu yang diturunkan Allah kepada para nabi.” (Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 24).

Keempat : Kebenaran akan tampak bagi ahli ilmuIbnul Qayyim mengatakan,“Allah Yang Maha Suci memberitakan mengenai keadaan orang-orang yang berilmu; bahwa merekalah orang-orang yang bisa memandang bahwa wahyu yang diturunkan kepada Nabi dari Rabbnya adalah sebuah kebenaran. Allah menjadikan hal ini sebagai pujian atas mereka dan permintaan persaksian untuk mereka. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan orang-orang yang diberikan ilmu bisa melihat bahwa wahyu yang diturunkan dari Rabbmu itulah yang benar.” (QS. Saba’ [34] : 6).” (Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 24).

Kelima : Segala sifat terpuji bersumber dari ilmuIbnul Qayyim mengatakan,“Sesungguhnya seluruh sifat yang menyebabkan hamba dipuji oleh Allah di dalam Al Qur’an maka itu semua merupakan buah dan hasil dari ilmu. Dan seluruh celaan yang disebutkan oleh-Nya maka itu semua bersumber dari kebodohan dan akibat darinya…” (Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 128).

Beliau juga menegaskan,“Dan tidaklah diragukan bahwasanya kebodohan adalah pokok seluruh kerusakan. Dan semua bahaya yang menimpa manusia di dunia dan di akhirat maka itu adalah akibat dari kebodohan…” (Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 101).

Kebahagiaan ilmuIbnul Qayyim mengatakan, “Adapun kebahagiaan ilmu, maka hal itu tidak dapat kamu rasakan kecuali dengan cara mengerahkan segenap kemampuan, keseriusan dalam belajar, dan niat yang benar. Sungguh indah ucapan seorang penyair yang mengungkapkan hal itu, 

Katakanlah kepada orang yang mendambakanPerkara-perkara yang tinggi lagi mulia

Page 33: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Tanpa mengerahkan kesungguhanBerarti kamu berharap sesuatu yang mustahil ada

Penyair yang lain mengatakan, Kalau bukan karena faktor kesulitanTentunya semua orang bisa menjadi pimpinanSifat dermawan membawa resiko kemiskinanSebagaimana sifat berani membawa resiko kematian(Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 111).

Beliau juga mengatakan,“Berbagai kemuliaan berkaitan erat dengan hal-hal yang tidak disenangi (oleh hawa nafsu, pen). Sedangkan kebahagiaan tidak akan bisa dilalui kecuali dengan meniti jembatan kesulitan. Dan tidak akan terputus jauhnya jarak perjalanan kecuali dengan menaiki bahtera keseriusan dan kesungguh-sungguhan. Muslim mengatakan di dalam Sahihnya, ‘Yahya bin Abi Katsir berkata : Ilmu tidak akan diraih dengan tubuh yang banyak bersantai-santai.’ Dahulu ada yang mengatakan, ‘Barangsiapa yang menginginkan hidup santai (di masa depan, pen) maka dia akan meninggalkan banyak bersantai-santai.’.” (Al ‘Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 112).

Inilah sekelumit pelajaran dan motivasi bagi para penuntut ilmu. Semoga yang sedikit ini bisa menyalakan semangat mereka dalam berjuang membela agama-Nya dari serangan musuh-musuh-Nya. Sesungguhnya pada masa yang penuh dengan fitnah semacam ini kehadiran para penuntut ilmu yang sejati sangat dinanti-nanti. Para penuntut ilmu yang berhias diri dengan adab-adab islami, yang tidak tergoda oleh gemerlapnya dunia dengan segala kepalsuan dan kesenangannya yang fana. Para penuntut ilmu yang bisa merasakan nikmatnya berinteraksi dengan Al Qur’an sebagaimana seorang yang lapar menyantap makanan. Para penuntut ilmu yang senantiasa berusaha meraih keutamaan di waktu-waktunya. Para penuntut ilmu yang bersegera dalam kebaikan dan mengiringi amalnya dengan rasa harap dan cemas. Para penuntut ilmu yang mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas kecintaannya kepada segala sesuatu.____________Disusun oleh Ari Wahyudihttp://abumushlih.com/buku-tamu/keutamaan-ilmu/

Yang Kita Lupakan Dalam Menuntut IlmuBertahun-tahun sudah kita luangkan waktu kita untuk menuntut ilmu. Suka duka yang dirasakan juga begitu banyak. Mengingat masa lalu terkadang membuat kita tersenyum, tertawa dan terkadang membuat kita menangis. Inilah kehidupan yang harus kita jalani. Kehidupan sebagai seorang thalibul’ilmi. Akan tetapi, mungkin kita sering melupakan, apakah ilmu yang kita dapatkan adalah ilmu yang bermanfaat ataukah sebaliknya.

Penulis teringat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh seorang sahabat yang bernama Zaid bin Arqam radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata,

دعوة ومن تشبع ال نفس ومن يخشع ال قلب ومن ينفع ال علم من بك أعوذ إنى اللهملها يستجاب ال

Page 34: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

“Ya Allah. Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah merasa kenyang dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR Muslim No. 6906 dan yang lainnya dengan lafaz-lafaz yang mirip)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja, yang dijamin oleh Allah untuk menjadi pemimpin Bani Adam di hari akhir nanti, sangat sering mengulang doa-doa ini, apalagi kita, yang sangat banyak berlumuran dosa, sudah seharusnya selalu membacanya.

Mengetahui ciri-ciri ilmu yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat sangatlah penting. Oleh karena itu, berikut ini penulis sebutkan beberapa ciri ilmu yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat yang penulis ambil dari kitab Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hanbali yang berjudul Bayan Fadhli ‘Ilmissalaf ‘ala ‘Ilmilkhalaf.

Ciri-ciri ilmu yang bermanfaat di dalam diri seseorang:

Menghasilkan rasa takut dan cinta kepada Allah. Menjadikan hati tunduk atau khusyuk kepada Allah dan merasa hina di hadapan-Nya dan

selalu bersikap tawaduk. Membuat jiwa selalu merasa cukup (qanaah) dengan hal-hal yang halal walaupun sedikit

yang itu merupakan bagian dari dunia. Menumbuhkan rasa zuhud terhadap dunia. Senantiasa didengar doanya. Ilmu itu senantiasa berada di hatinya. Menganggap bahwa dirinya tidak memiliki sesuatu dan kedudukan. Menjadikannya benci akan tazkiah dan pujian. Selalu mengharapkan akhirat. Menunjukkan kepadanya agar lari dan menjauhi dunia. Yang paling menggiurkan dari

dunia adalah kepemimpinan, kemasyhuran dan pujian. Tidak mengatakan bahwa dia itu memiliki ilmu dan tidak mengatakan bahwa orang lain

itu bodoh, kecuali terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah dan ahlussunnah. Sesungguhnya dia mengatakan hal itu karena hak-hak Allah, bukan untuk kepentingan pribadinya.

Berbaik sangka terhadap ulama-ulama salaf (terdahulu) dan berburuk sangka pada dirinya.

Mengakui keutamaan-keutamaan orang-orang yang terdahulu di dalam ilmu dan merasa tidak bisa menyaingi martabat mereka.

Sedikit berbicara karena takut jika terjadi kesalahan dan tidak berbicara kecuali dengan ilmu. Sesungguhnhya, sedikitnya perkataan-perkataan yang dinukil dari orang-orang yang terdahulu bukanlah karena mereka tidak mampu untuk berbicara, tetapi karena mereka memiliki sifat wara’ dan takut pada Allah Taala.

Adapun ciri-ciri ilmu yang tidak bermanfaat di dalam diri seseorang:

Ilmu yang diperoleh hanya di lisan bukan di hati. Tidak menumbuhkan rasa takut pada Allah.

Page 35: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Tidak pernah kenyang dengan dunia bahkan semakin bertambah semangat dalam mengejarnya.

Tidak dikabulkan doanya. Tidak menjauhkannya dari apa-apa yang membuat Allah murka. Semakin menjadikannya sombong dan angkuh. Mencari kedudukan yang tinggi di dunia dan berlomba-lomba untuk mencapainya. Mencoba untuk menyaing-nyaingi para ulama dan suka berdebat dengan orang-orang

bodoh. Tidak menerima kebenaran dan sombong terhadap orang yang mengatakan kebenaran

atau berpura-pura meluruskan kesalahan karena takut orang-orang lari darinya dan menampakkan sikap kembali kepada kebenaran.

Mengatakan orang lain bodoh, lalai dan lupa serta merasa bahwa dirinya selalu benar dengan apa-apa yang dimilikinya.

Selalu berburuk sangka terhadap orang-orang yang terdahulu. Banyak bicara dan tidak bisa mengontrol kata-kata.

Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, “Di saat sekarang ini, manusia boleh memilih apakah dia itu ridha untuk dikatakan sebagai seorang ulama di sisi Allah ataukah dia itu tidak ridha kecuali disebut sebagai seorang ulama oleh manusia di masanya. Barang siapa yang merasa cukup dengan yang pertama, maka dia akan merasa cukup dengan itu… Barang siapa yang tidak ridha kecuali ingin disebut sebagai seorang ulama di hadapan manusia, maka jatuhlah ia (pada ancaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam),

من مقعده فليتبوأ إليه الناس وجوه يصرف أو السفهاء به يماري أو العلماء به ليباهي العلم طلب منالنار“Barang siapa yang menuntut ilmu untuk menyaing-nyaingi para ulama, mendebat orang-orang bodoh atau memalingkan wajah-wajah manusia kepadanya, maka dia itu telah mempersiapkan tempat duduknya dari neraka.” (*)

*) Dengan Lafaz yang seperti ini, penulis belum menemukannya dengan sanad yang shahih. Akan tetapi, terdapat lafaz yang mirip dengannya di Sunan At-Tirmidzi No. 2653 dengan sanad yang hasan, yaitu: 

الله أدخله إليه الناس وجوه به يصرف أو السفهاء به ليماري أو العلماء به ليجاري العلم طلب منالنار

_____________آمين متقبالز عمال و طيبا رزقا و نافعا علما أسألك إني اللهم

Maraji’:

Bayan Fadhli ‘Ilmissalaf ‘ala ‘Ilmilkhalaf oleh Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hanbali, Dar Al-Basya’ir Al-Islamiah

Shahih Muslim, Dar As-Salam Sunan At-Tirmidzi, Maktabah Al-Ma’arif

Page 36: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

***Penulis: Ustadz Said Yai Ardiansyah (Mahasiswa Fakultas Hadits, Jami’ah Islamiyah Madinah, Saudi Arabia)Artikel www.muslim.or.id

Keutamaan Menyebarkan Ilmu AgamaDari Abu Umamah al-Baahili radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

على « ليصلون الحوت، ى وحت جحرها فى ملة الن ى حت واألرض، موات الس وأهل ومالئكته ه الل إنالخير اس الن م » معل

“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia”[1].

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan seorang yang mempelajari ilmu agama[2] yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian menyebarkannya kepada umat manusia[3].

Imam Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah berkata,“Aku tidak mengetahui setelah (tingkatan) kenabian, kedudukan yang lebih utama dari menyebarkan ilmu (agama)”[4].

Dalam hadist lain yang semakna dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Sesungguhnya orang yang memahami ilmu (agama dan mengajarkannya kepada manusia) akan selalu dimohonkan (kepada Allah Ta’ala) pengampunan (dosa-dosanya) oleh semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, termasuk ikan-ikan di lautan”[5].

Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:

 Makna shalawat dari Allah Ta’ala kepada hamba-Nya adalah limpahan rahmat, pengampunan, pujian, kemuliaan dan keberkahan dari-Nya[6]. Ada juga yang mengartikannya dengan taufik dari Allah Ta’ala untuk mengeluarkan hamba-Nya dari kegelapan (kesesatan) menuju cahaya (petunjuk-Nya),  sebagaimana dalam firman-Nya: “Dialah yang bershalawat kepadamu (wahai manusia) dan malaikat-Nya (dengan memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman” (QS al-Ahzaab:43)[7].

 Orang yang mengajarkan ilmu agama kepada manusia berarti telah menyebarkan petunjuk Allah Ta’ala yang merupakan sebab utama terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan alam semesta beserta semua isinya, oleh karena itu semua makhluk di alam semesta berterima kasih kepadanya dan mendoakan kebaikan baginya, sebagai balasan kebaikan yang sesuai dengan perbuatannya[8].

Page 37: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

 Sebagian dari para ulama ada yang menjelaskan makna hadits ini bahwa Allah Ta’ala akan menetapkan bagi orang yang mengajarkan ilmu agama pengabulan bagi semua permohonan ampun yang disampaikan oleh seluruh makhluk untuknya[9].

Tentu saja yang keutamaan dalam hadits ini khusus bagi orang yang mengajarkan ilmu agama dengan niat ikhlas mengharapkan wajah AllahTa’ala, bukan untuk tujuan mencari popularitas atau imbalan duniawi[10].

Para ulama yang menyebarkan ilmu agama adalah pewaris para Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam[11], karena merekalah yang menggantikan tugas para Nabi dan Rasul ‘alaihis salam, yaitu menyebarkan petunjuk Allah Ta’ala dan menyeru manusia ke jalan yang diridhai-Nya, serta bersabar dalam menjalankan semua itu, maka merekalah orang-orang yang paling mulia kedudukannya di sisi AllahTa’ala setelah para Nabi dan Rasul ‘alaihis salam[12].

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Menyampaikan/menyebarkan sunnah (petunjuk) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat manusia lebih utama daripada menyampaikan (melemparkan) panah ke leher musuh (berperang melawan orang kafir di medan jihad), karena menyampaikan panah ke leher musuh banyak orang yang (mampu) melakukannya, sedangkan menyampaikan sunnah (petunjuk) RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat manusia hanya (mampu) dilakukan oleh (para ulama) pewaris para Nabi ‘alaihis salam dan pengemban tugas mereka di umat mereka, semoga Allah Ta’ala menjadikan kita termasuk golongan mereka dengan karunia dan kemurahan-Nya”[13].

رب لله الحمد أن دعوانا وآخر أجمعين، وصحبه وآله محمد نبينا على وبارك وسلم الله وصلىالعالمين

Kota Kendari, 13 Ramadhan 1431 HPenulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MAArtikel www.muslim.or.id___________[1] HR at-Tirmidzi (no. 2685) dan ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabiir” (no. 7912), dalam sanadnya ada kelemahan, akan tetapi hadits ini dikuatkan oleh hadits lain yang semakna. Hadits ini dinyatakan hasan shahih oleh imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albanirahimahullah dalam “Silsilatul ahaditsish shahihah” (4/467).[2] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (5/525).[3] Lihat keterangan  imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Miftaahu daaris sa’aadah” (1/63).[4] Dinukil oleh imam al-Khathib al-Baghdadi dalam kitab “Tarikh Bagdad” (10/160).[5] HR Abu Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682) dan Ibnu Hibban (no. 88), dishahihkan oleh imam Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albanirahimahkumullah, serta dinyatakan hasan oleh imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab “Miftaahu daaris sa’aadah” (1/63).[6] Lihat kitab “Zaadul masiir” (6/398).[7] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (6/169).

Page 38: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

[8] Lihat keterangan  Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab “Miftaahu daaris sa’aadah” (1/64) dan al-Muanawi dalam kitab “Faidhul Qadiir” (4/268).[9] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (4/268).[10] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (5/525).[11] Sebagaimana dalam HR Abu Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682) dan Ibnu Hibban (no. 88), dishahihkan oleh imam Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albanirahimahkumullah.[12] Lihat keterangan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab “Miftaahu daaris sa’aadah” (1/64).[13] Kitab “Jala-ul afhaam” (hal. 415).

KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU

SEJAK KECIL

Imran Abdul Rosyid

Saudaraku yang seiman dan seaqidah, betapa mulia dan t tinggi derajat seorang yang menghabiskan waktu mudanya untuk menuntut ilmu, wahai para generasi islam, enkau adalah tombak bagi umat ini, ada tanggung jawab yang besar di pundakmu wahai para generasi islam,,,

Di antara nasehat paling berharga yang bisa kami persembahkan kepada para pemuda adalah agar mereka mengakrabi ilmu sewaktu masih berusia muda. Usia muda merupakan kesempatan yang paling baik unt.uk diambil dan dimanfaatkan oleh orang yang berakal sehat. Pada masa mendatang (masa tua) ia tak akan mampu lagi melakukan apa yang bisa di lakukan saat ini (masa muda).. Menuntut ilmu pada waktu kecil seperti mengukir di atas batu.( [1] )

Alqamah berkata, “Apa. yang kuhapalkan selagi mudaku seakan-akan aku bisa melihatnya di kertas atau lembaran”.( [2] )

Itu dikarenakan kuatnya hafalannya pada masa masa muda. Barangsiapa yang tak kuasa menghapal, hendaklah ia menulis. ( [3] )

Kata pepatah:

“Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah jaring pengikatnya. Ikatlah buruanmu dengan tali-temali yang kokoh. Adalah bodoh engkau memburu seekor kijang. Lalu membiarkannnya terlepas bebas di antara binatang-binatang lain.”

Ursah bin Az-Zubair berkata kepada putranya, Kemarilah dan belajarlah dariku. Kelak kamu akan menjadi pemimpin suatu kaum, Sewaktu aku kecil, tak terlintas di benakku apa yang akan terjadi kelak padaku. Ketika umurku semakin bertambah, aku tak mengerti orang-orang menjadikan aku sebagai tempat bertanya. Tak ada sesuatu yang amat buruk pada seseorang daripada jika ia ditanya tentang persoalan yang berkaitan dengan urusan agamanya, namun ia tidak tahu-menahu alias bodoh. ( [4] )

Diriwayatkan dari Luqman bahwa ia berkata kepada putranya, “Wahai anakku, duduklah bersama para ulama dan rapatkanlah kedua lututmu. Sesungguhnya Allah menghidupkan hati dengan hikmah sebagaimana Ia menghidupkan bumi yang mati (gersang) dengan hujan yang lebat.” ( [5] ) Kata Luqman selanjutnya, “Wahai anakku, janganlah engkau mempelajari ilmu untuk bermegah-megah di hadapan para ulama, bertengkar dengan orang-orang bodoh dan memamerkan diri di mejelis-majelis ilmu. ( [6] ) Janganlah engkau tinggalkan ilmu karena ketiada perhatian terhadapnya dan suka kebodohan. Wahai anakku pilihlah sendiri mejelis-majelis ilmu. Jika engkau melihat suatu kaum sedang mengagung-agungkan Allah, maka duduklah bersama mereka. Sesungguhnya, bila engkau menjadi

Page 39: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

orang yang berilmu, ilmumu akan memberi manfaat kepadamu. Bila engkau bodoh, mereka akan mengajarimu. Semoga Allah membuka rahmat-Nya atas mereka sehingga ia menimpamu juga. Dan jika engkau melihat suatu kaum tidak mengagungkan Allah maka janganlah engkau duduk bersama mereka. Sesungguhnya, bila engkau menjadi orang yang berilmu, ilmumu tidak memberi manfaat kepadamu. Dan, jika engkau orang bodoh, mereka akan menambahkan kesesatan kepadamu. Katanya lagi, °Wahai anakku, sesungguhnya hikmah itu ialah jika engkau mendudukkan orang-orang miskin di majelis-majelis raja. ( [7] )

Ucapan yang terakhir ini sangat jelas bagi orang yang pernah membaca sejarah dan biografi para ulama. Kebanyakan mereka berasal dari kalangan orang-orang yang miskin dan lemah. Sekalipun demikan, mereka duduk di majelis-majelis raja. Jika para raja duduk dengan kekuatan panca indera, maka para ulama duduk dengan kekuatan yang bersifat spiritual untuk mempengaruhi hati manusia. Dia juga berkata, “Sebagaimana para raja meninggalkan hikmah — yaitu ilmu -- kepada kalian, maka tinggalkanlah dunia buat mereka. ( [8] )

Wahai para orang tua, tuntunlah dan ajaklah anak-anak kita untuk selalu semangat dalam menuntut ilmu, ajarilah mereka aqidah yang salima akhlak yang mulia dan didiklah mereka cinta Al Quran dan adab yang mulia untuk bermuamalah di lingkungan masyarakat. Saat ini banyak orang yang pintar namun mereka tidak memiliki adab dan akhlak yang mulia maka betapa sempurna seorang muslim yang cerdas dan memiliki akhlak yang mulia

PERBANDINGANANTARA ILMU DAN HARTA

Ibnul-Qayyim Rahimahullah telah mengadakan suatu perbandingan antara ilmu dan harta, yang baik untuk dipa-parkan di sini. Dia telah melebihkan ilmu atas harta yang ditinjau dari beberapa segi. Yang terpenting adalah:

Ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan para raja dan orang-orang kaya.

Ilmu menjaga pemiliknya, sedangkan pemilik harta menjaga hartanya.

Ilmu bertambah dengan didermakan dan diajarkan kepada orang lain. Sedangkan harta akan hilang percuma dengan dibelanjakan kecuali shadaqah.

Ilmu senantiasa menemani pemiliknya hingga di kuburnya. Sedangkan harta akan memisahkan diri dari pemiliknya sesudah kematiannya, kecuali shadaqah jariyah.

Ilmu mengendalikan harta. Maka ilmu adalah penguasa, sedangkan harta adalah yang diperintah.

Harta bisa diperoleh baik oleh orang yang baik maupun durhaka, muslim maupun kafir. sedangkan ilmu yang bermanfaat tak bisa dicapai kecuali oleh orang mukmin.

Para raja dan yang lainnya membutuhkan orang yang berilmu. Sedangkan kaum miskin dan orang-orang yang butuh memerlukan pemilik harta.

Pemilik harta bisa saja menjadi miskin lagi fakir antara malam dan siang hari. Sedangkan ilmu tak perlu dikhawatirkan kemusnahannya, kecuali pemiliknya menyia-nyiakan.

Harta kadangkala menjadi sebab kebinasaan pemiliknya. Berapa banyak orang kaya diculik karena harta mereka. Sedangkan dalam ilmu adalah kehidupan bagi pemiliknya, meskipun sesudah wafatnya.

Page 40: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Kebahagian karena ilmu bersifat abadi. Sedang kebahagian karena harta bersifat sementara, yang suatu saat bisa lenyap.

Orang yang berilmu, kadar dan nilainya ada pada dirinya. Sedangkan orang kaya nilainya ada pada hartanya.

Orang kaya, dengan hartanya mengajak manusia untuk mengejar dunia. Sedangkan orang yang berilmu mengajak manusia dengan ilmunya kepada akhirat.

Maka mari kita merenungkan kembali bahwa betapa mulia derajat orang yang meniti jalan menuntut ilmu

( [1] ) Al-Hasan bin Ali berkata kepada putra dan kemenakannya, “Pelajarilah ilmu. Sesungguhnyajika kalian menjadi pemuda suatu kaum, besok kalian menjadi pemuka mereka” (yang Al-Madkhal ila as-ssunaníl-Kubra, No.640. Pemberi komentar (muhaqqiq) berkata: H.R Ibnu Abdil-Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

( [2] ) Ibid, no.642. Muhaqqiq menisbatkannya kepada Ibnu Saad di dalam At Thabaqat, 6/87 dari al-Hamani.

( [3] ) Ibid, 632, dan muhaqqiq menisbatkannya kepada Ibnu Abdil-Bar, 1/82 dengan sanadnya dari Abdullah bin Imam Ahmad.

( [4] ) Penjelasan ilmu dankeutamaannya oleh Ibnu Abdil-Bar.

( [5] ) Al-Madkhal 445 dan muhaqqiq menisbatkannya kepada Ibnu Abdil-Bar dalam menjelaskan perihal ilmu 1/106

( [6] ) Atsar ini semakna dengan hadits Rasulullah r : “Janganlah kamu mempelajari ilmu untuk membanggakan dari di hadapan ulama, bertengkar dengan orang-orang bodoh dan memperbincangkannya dj majelis-majelis ilmu untuk menarik perhatian. Barang-siapa yang berbuat demikian, maka tempatnya adalah neraka”. H.R Hakim dalam Al-Mustadrak, 1.186; pertama kali diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Al-Muqaddimah, 1/254. Dikatakan dalam Az-Zawaid: Rijal isnad-nya tsiqat. Ibnu Hibban juga meriwayatkannya dalam shahihnya.

( [7] ) JamiBayanil-ilmi wa fadhlihi

10 Keutamaan Mencari Ilmu

MENCARI ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih baik.

Ilmu memiliki banyak keutamaan, diantaranya:

1. Ilmu adalah amalan yang tidak terputus pahalanya sebagaimana dalam hadits: ”jika manusia meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shodaqoh jariahnya, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya,” (HR Bukhori dan Muslim)

Page 41: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

2. Menjadi saksi terhadap kebenaran sebagaimana dalam firman Allah SWT: (Allah menyatakan bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali dia. Yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu,). (QS. Ali Imran 18)

3. Allah memerintahkan kepada nabinya Muhammad SAW untuk meminta ditambahkan ilmu sebagaimana dalam firman Allah, (… dan katakanlah: Ya Rabb ku, tambahkanlah kepadaku ilmu) (QS.Thahaa 114)

4. Allah mengangkat derajat orang yang berilmu. Sebagaimana firman Allah, (… Allah mengangkat orang beriman dan memiliki ilmu diantara kalian beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan). (QS. Mujadilah 11)

5. Orang berilmu adalah orang yang takut Allah SWT, sebagaimana dalam firmannya: (…. sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya hanyalah orang-orangyang berilmu). (QS. Fathir 25).

6. Ilmu adalah anugerah Allah yang sangat besar, sebagaimana firman-Nya: (Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)). ( QS. Al-Baqarah 269)

7. Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang ”Barang siapa yang Allah menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan membuat dia paham dalam agama,” (HR Bukhari dan Muslim).

8. Menuntut ilmu merupakan jalan menuju surga, ”Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surge,” (HR Muslim)

9. Diperbolehkannya ”hasad” kepada ahli ilmu,”Tidak hasad kecuali dalam dua hal, yaitu terhadap orang yang Allah beri harta dan ia menggunakannya dalam kebenaran dan orang yang Allah beri hikmah lalu ia mengamalkannya dan mengajarkannya,” (HR Bukhari )

10. Malaikat akan membentangkan sayap terhadap penuntut ilmu,”Sesungguhnya para malaikat benar-benar membentangkan sayapnya karena ridho atas apa yang dicarinya,” (HR. Ahmad dan Ibnu majah). [rika/islampos/sumber:daysabakugara]

Beranda

Cari Blog Ini

Page 42: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Keutamaan Menuntut Ilmu Dari hari ke hari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih, kita seolah

diperbudak oleh perkembangan zaman. Tapi tidaklah selalu demikian, hal ini tergantung kepada sikap dan mental kita untuk lebih menghadapi dan memahami dampak-dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan tersebut dan mesti menempatkannya untuk hal kebaikan dunia dan akhirat.

Di sinilah bukti bahwa Allah SWT, Pemilik segala ilmu, menunjukkan kekuasaan-Nya bagi orang-orang berakal dan beriman untuk lebih giat menuntut ilmu agar manusia mengenal siapa dirinya dan siapa Tuhannya, sehingga ia menjadi manusia yang bertakwa dan berakhlak mulia.

Menuntut ilmu, dalam ajaran Islam, adalah suatu yang sangat diwajibkan sekali bagi setiap Muslim, apakah itu menuntut ilmu agama atau ilmu pengetahuan lainnya. Terkadang orang tidak menyadari betapa pentingnya kedudukan ilmu dalam kehidupan ini. Namun kebanyakan dari manusia, mereka lebih mengutamakan harta benda dibanding ilmu yang sebenarnya harta benda itu sendiri dapat habis dengan sekejap jika ia tak memiki ilmu untuk tetap memeliharanya sebagai titipan Allah SWT, bahkan dapat menjadi malapetaka bagi pemiliknya.

Sebaliknya dengan ilmu, ia akan bertambah terus yang tidak pernah habis-habisnya sebagai kunci untuk memperoleh apa yang dicita-citakan dalam hal duniawi ataupun ukhrawi yang harus direalisasikan dengan usaha dan mengamalkannya. Menyikapi hal seperti ini, Rasulullah SAW bersabda, "Nabi Sulaiman disuruh memilih antara harta benda, kerajaan dan ilmu. Maka dia memilih ilmu, akhirnya dia diberi pula kerajaan dan harta benda." (H.R. Ad-Dailami). Ini berarti, dengan ilmu segala sesuatu dapat tercapai, selama ia istiqamah dan ada dalam jalan Allah SWT. Maka dengan ke-istiqamahan dan ber-amar ma'ruf nahi munkar baik dalam menuntut ilmu ataupun mengamalkannya, secara otomatis ia akan mampu menjalankan hidup dengan baik guna tercapainya apa yang dimaksud.

Dalam sebuah hadist Nabi menyatakan, "Barang siapa yang ingin sukses dalam kehidupan dunianya, hendaklah (dicapai) dengan ilmu, barang siapa yang ingin selamat di akhirat nanti hendaklah dengan ilmu dan barang siapa yang ingin sukses dalam menghadapi kedua-duanya (dunia dan akhirat) maka hendaklah pula dicapai dengan ilmu."

Oleh karena itu diwajibkan bagi kaum Muslim untuk menuntut ilmu baik ilmu agama yang hukumnya fardhu 'ain, ataupun ilmu-ilmu yang menyangkut kemaslahatan umum dengan hukum fardhu kifayah. Ilmu adalah suatu yang sangat mulia, sebab ilmu adalah pemberian Allah SWT bagi manusia yang menjadi perantara untuk menjadi insan bertakwa.

Disinilah Islam sangat menganjurkan sekali untuk mencari ilmu di mana pun ilmu itu berada, sebagai kunci untuk membuka segala sesuatu. Kita mesti sadar bahwa jika seseorang, golongan, atau pun bangsa ingin menjadi manusia yang berkualitas maka mereka harus mengerti apa hakikat dan kedudukan dari ilmu pengetahuan itu sendiri yang akan memebentuk dan mengarahkan jiwa dan akal pikiran. Ilmu adalah sebagai penerang yang mampu mengubah jalan keburukan, kebodohan yang melahirkan kebijaksanaan dalam berbagai masalah-masalah kehidupan selama ada dalam koridor- koridor agama.

Page 43: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Adapun pahala menuntut ilmu Rasululllah SAW bersabda, "Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat; orang yang menuntut ilmu berarti menjalankan rukun Islam dan pahala yang diberikan kepadanya sama dengan pahala para nabi." (H.R. Ad-Dailami dari Anas ra).

Sedangkan dalam hadist lain yang diriwayatkan Imam Muslim ra., "Barangsiapa yang melalui suatu jalan guna mencari ilmu pengetahuan, niscaya Allah SWT akan memudahkan baginya jalan ke surga." Maka dalam menuntut ilmu niatkanlah semata-mata mencari keridaan Allah SWT yang akan dibalas dengan pahala kebaikan untuk dunia dan akhirat.

Secara sederhana kita harus berpikir, bahwa setiap manusia diberikan jatah umur yang tidak diberi tahu sedikit pun berapa lama kita bertahan hidup di dunia. Ini berarti kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Alangkah baiknya kita mengetahui berbagai ilmu, baik ilmu agama ataupun ilmu pengetahuan lainnya. Mereka adalahgenerasi penerus bangsa kita, apalah daya nasib bangsa ini apabila anak-anak kita tidak mengenyam pendidikan bukan menuntut ilmu-ilmu keagamaan sebagai dasar untuk membina jiwa kita, bentengi dari sifat-sifat tercela.

Banyak orang yang menjadi pintar, siapa pun dan jabatan apa pun dia, dikarenakan dasar religi kurang mengakar di hatinya yang menjadikan jauh dari Allah SWT sehingga segala tindakan, aturan, ucapan, tingkah laku dll. yang seharusnya dilaksanakan dengan baik tapi malah sebaliknya.

Menuntut ilmu tidaklah mengenal masa anak-anak ataupun masa tua, semakin kita bertambah dewasa bisa jadi akan lebih bijaksana dalam menangkap ilmu pengetahuan yang diterima hal ini karena diimbangi oleh pengalaman dan situasi kondisi yang sedang dihadapi.

Perlu diketahui pula bahwa ajaran Islam yang luhur ini memberikan jalan atau toleransi kepada kaum Muslim dalam perihal menuntut dan mengamalkan ilmu, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Jadilah kamu seorang pengajar, atau pelajar, atau mendengarkan (ilmu), atau mencintai (ilmu), dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, kamu pasti menjadi orang yang celaka." HR. Imam Baihaki. Maksud dari orang kelima di sini adalah janganlah menjadi orang yang bodoh, yang akan celaka di dunia dan akhirat kelak, sehingga dapat terjerumuskan kepada hal-hal keburukan.

Oleh karena pentingnya Ilmu itu, terutama Ilmu agama yang merupakan landasan dalam menentukan sikap maka makalah ini disusun sebagai salah satu bahan untuk bermuhasabah yang dapat memotivasi diri agar senantiasa tak berhenti untuk belajar, mengaplikasikan dan mendakwahkan/berbagi ilmu yang dimiliki.

DEFINISI ILMU

Ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu (alima, ya’lamu, ‘ilman) yang berarti mengerti, memahami benar-benar.

Page 44: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Ilmu dari segi Istilah ialah Segala pengetahuan atau kebenaran tentang sesuatu yang datang dari Allah SWT yang diturunkan kepada Rasul-rasulNya dan alam ciptaanNya termasuk manusia yang memiliki aspek lahiriah dan batiniah.

Ilmu dalam bahasa Inggris disebut science, sedangkan pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.

Adapun ciri-ciri utama ilmu menurut terminologi, antara lain adalah:

1. Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan.

2. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek yang sama dan saling berkaitan secara logis.

3. Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.

4. Yang sering kali berkaitan dengan konsep ilmu adalah ide bahwa metode-metode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua pencari ilmu.

5. Ilmu menuntut pengalaman dan berpikir metodis.

6. Kesatuan setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya.

ADAB MENUNTUT ILMU

Menuntut ilmu adalah satu keharusan bagi kita kaum muslimin. Banyak sekali dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu, para penuntut ilmu dan yang mengajarkannya.

Adab-adab dalam menuntut ilmu yang harus kita ketahui agar ilmu yang kita tuntut berfaidah bagi kita dan orang yang ada di sekitar kita sangatlah banyak. Adab- adab tersebut di antaranya adalah:

1. Ikhlas karena Allah

Hendaknya niat kita dalam menuntut ilmu adalah karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan untuk negeri akhirat. Apabila seseorang menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan gelar agar bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi atau ingin menjadi orang yang terpandang atau niat yang sejenisnya, maka Rasulullah telah memberi peringatan tentang hal ini dalam sabdanya: "Barangsiapa yang menuntut ilmu yang pelajari hanya karena Allah Ta’ala sedang ia tidak menuntutnya kecuali untuk

Page 45: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

mendapatkan mata-benda dunia, ia tidak akan mendapatkan bau surga pada hari kiamat". (HR: Ahmad, Abu,Daud dan Ibnu Majah)

Tetapi kalau ada orang yang mengatakan bahwa saya ingin mendapatkan syahadah (MA atau Doktor, misalnya ) bukan karena ingin mendapatkan dunia, tetapi karena sudah menjadi peraturan yang tidak tertulis kalau seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, segala ucapannya menjadi lebih didengarkan orang dalam menyampaikan ilmu atau dalam mengajar. Niat ini - insya Allah - termasuk niat yang benar.

2. Untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain.

Semua manusia pada mulanya adalah bodoh. Kita berniat untuk meng-hilangkan kebodohan dari diri kita, setelah kita menjadi orang yang memiliki ilmu kita harus mengajarkannya kepada orang lain untuk menghilang kebodohan dari diri mereka, dan tentu saja mengajarkan kepada orang lain itu dengan berbagai cara agar orang lain dapat mengambil faidah dari ilmu kita.

Apakah disyaratkan untuk memberi manfaat pada orang lain itu kita duduk dimasjid dan mengadakan satu pengajian ataukah kita memberi manfa'at pada orang lain dengan ilmu itu pada setiap saat? Jawaban yang benar adalah yang kedua; karena Rasulullah bersabda: "Sampaikanlah dariku walaupun cuma satu ayat” (HR: Bukhari)

Imam Ahmad berkata: Ilmu itu tidak ada bandingannya apabila niatnya benar. Para muridnya bertanya: Bagaimanakah yang demikian itu? Beliau menjawab: ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.

3. Berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari'at.

Sudah menjadi keharusan bagi para penuntut ilmu berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari'at. Karena kedudukan syari'at sama dengan pedang kalau tidak ada seseorang yang menggunakannya ia tidak berarti apa-apa. Penuntut ilmu harus membela agamanya dari hal-hal yang menyimpang dari agama (bid'ah), sebagaimana tuntunan yang diajarkan Rasulullah saw. Hal ini tidak ada yang bisa melakukannya kecuali orang yang memiliki ilmu yang benar, sesuai petunjuk Al-Qur'an dan As-Sunnah.

4. Lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat.

Apabila ada perbedaan pendapat, hendaknya penuntut ilmu menerima perbedaan itu dengan lapang dada selama perbedaan itu pada persoalaan ijtihad, bukan persoalaan aqidah, karena persoalaan aqidah adalah masalah yang tidak ada perbedaan pendapat di kalangan salaf. Berbeda dalam masalah ijtihad, perbedaan pendapat telah ada sejak zaman shahabat, bahkan pada masa Rasulullah saw masih hidup. Karena itu jangan sampai kita menghina atau menjelekkan orang lain yang kebetulan berbeda pandapat dengan kita.

5. Mengamalkan ilmu yang telah didapatkan.

Page 46: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Termasuk adab yang tepenting bagi para penuntut ilmu adalah mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, karena amal adalah buah dari ilmu, baik itu aqidah, ibadah, akhlak maupun muamalah. Karena orang yang telah memiliki ilmu adalah seperti orang memiliki senjata. Ilmu atau senjata (pedang) tidak akan ada gunanya kecuali diamalkan (digunakan).

Hendaklah para penuntut ilmu mengamalkan ilmunya, baik berupa aqidah, ibadah, akhlak, adab dan muamalah, karena hal ini adalah merupakan hasil dan buah dari ilmu itu. Pengemban ilmu itu seperti pembawa senjata; Bisa berguna dan bisa pula mencelakakan sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Al Qur’an itu membelamu atau mencelakakanmu.” (HR. Muslim). Membelamu apabila kamu amalkan dan mencelakakanmu apabila tidak kamu amalkan. (Kitab al ‘Ilmi, Syaikh Utsaimin hal:32)

Karena keutamaan ilmu itulah ia semakin bertambah dengan banyaknya nafkah (diamalkan dan diajarkan) dan berkurang apabila kita saying (tidak diamalkan dan diajarkan) serta yang merusaknya adalah al kitman (menyembunyikan ilmu). (Hiyah Tholibil Ilmi, Bakr Abu Zaid hal :72).

6. Menghormati para ulama dan memuliakan mereka.

Penuntut ilmu harus selalu lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan ulama. Jangan sampai ia mengumpat atau mencela ulama yang kebetulan keliru di dalam memutuskan suatu masalah. Mengumpat orang biasa saja sudah termasuk dosa besar, apalagi kalau orang itu adalah seorang ulama. Ini adalah masalah yang sangat penting, karena sebagian orang sengaja mencari-cari kesalahan orang lain untuk menjatuhkan mereka dimata masyarakat. Ini adalah kesalahan terbesar. (Kitab al ‘Ilmi, Syaikh Utsaimin hal 41).

7. Mencari kebenaran dan sabar.

Termasuk adab yang paling penting bagi kita sebagai seorang penuntut ilmu adalah mencari kebenaran dari ilmu yang telah didapatkan. Mencari kebenaran dari berita berita yang sampai kepada kita yang menjadi sumber hukum. Ketika sampai kepada kita sebuah hadits misalnya, kita harus meneliti lebih dahulu tentang keshahihan hadits tersebut. Kalau sudah kita temukan bukti bahwa hadits itu adalah shahih, kita berusaha lagi mencari makna (pengertian) dari hadits tersebut.

Hendaklah sabar dalam menuntut ilmu, tidak terputus (ditengah jalan) dan tidak pula bosan, bahkan terus menerus menuntut ilmu semampunya. Kisah tentang kesabaran salafush shalih dalam menuntut ilmu sangatlah banyak, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhuma bahwa beliau ditanya oleh seseorang: “Dengan apa anda bisa mendapatkan ilmu?” Beliau menjawab: “Dengan lisan yang selalu bertanya dan hati yang selalu memahami serta badan yang tidak pernah bosan.” (Kitab al ‘Ilmi, Syaikh

Utsaimin hal:40 dan 61).

Bahkan sebagian dari mereka (salafus shalih) merasakan sakit yang menyebabkannya tidak bisa bangun dikarenakan tertinggal satu hadits saja. Sebagaimana terjadi kepada Syu’bah bin al Hajjaj rahimahullah, ia berkata: “Ketika aku belajar hadits dan tertinggal (satu hadits) maka akupun menjadi sakit.”

Page 47: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Barangsiapa mengetahui keutamaan ilmu dan merasakan kelezatannya pastilah ia selalu ingin menambah dan mengupayakannya, ia selalu lapar (ilmu) dan tidak pernah kenyang sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Ada dua kelompok manusia yang selalu lapar dan tidak pernah kenyang: orang yang lapar ilmu tidak pernah kenyang dan orang yang lapar dunia tidak pernah keying pula.” (HR. Al Hakim dll dengan sanad tsabit) (Hilyah al ‘Alim al Mu’allim, Syaikh Salim al Hialaliy hal 22- 23)

Abu al ‘Aliyah rahimahullah menuturkan:”Kami mendengar riwayat (hadits) dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sedang kami berada di Basrah (Iraq), lalu kamipun tidak puas sehingga kami berangkat ke kota Madinah agar mendengar dari mulut mereka (para perawinya) secara langsung.” (‘Audah ila as Sunnah, Syaikh Ali Hasan al Atsariy hal 44).

8. Memegang Teguh Al Kitab dan As Sunnah

Wajib bagi para penuntut ilmu untuk mengambil ilmu dari sumbernya, yang tidak

mungkin seseorang sukses bila tidak memulai darinya, yaitu:

a. Al-Qur’anul Karim; Wajib bagi para penuntut ilmu untuk berupaya membaca, menghafal, memahami dan mengamalkannya.

b. As Sunnah As Shahihah; Ini adalah sumber kedua syariat Islam (setelah Al Qur’an) dan penjelas al Qur’an Karim.

c. Sumber ketiga adalah ucapan para ulama, janganlah anda menyepelekan ucapan para ulama karena mereka lebih mantap ilmunya dari anda. (Kitab al ‘Ilmi, Syaikh Utsaimin hl :43,44, dan 45)

9. Berupaya Untuk Memahami Maksud Allah dan Rasul-Nya

Termasuk adab terpenting pula adalah masalah pemahaman tentang maksud Allahdan juga maksud Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam; Karena banyak orang yangdiberi ilmu namun tidak diberi pemahaman. Tidak cukup hanya menghapal al Qur’andan hadits saja tanpa memahaminya, jadi harus dipahami maksud Allah dan Rasul-NyaShalallahu ‘Alaihi Wassalam. Alangkah banyaknya penyimpangan yang dilakukan olehkaum yang berdalil dengan nash-nash yang tidak sesuai dengan maksud Allah dan Rasul-Nya SAW sehingga timbullah kesesatan karenanya.

Kesalahan dalam pemahaman lebih berbahaya dari pada kesalahan dikarenakan kebodohan. Seorang yang jahil (bodoh) apabila melakukan kesalahan dikarenakan kebodohannya ia akan segera menyadarinya dan belajar, adapun seorang yang salah dalam memahami sesuatu ia tidak akan pernah merasa salah dan bahkan selalu merasa benar. (Kitab al ‘Ilmi, Syaikh Utsaimin hal :52)

Inilah sebagian dari adab yang harus dimiliki oleh para penuntut ilmu agar menjadi suri tauladan yang baik dan mendapatkan kesuksesan di dunia dan di akhirat, amien.

Page 48: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

DALIL TENTANG ILMU

Dalam Al-Qur'an banyak sekali dalil yang tentang keutamaan menuntut ilmu ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi umat manusia sejak lahir sampai mati. "Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman yang mempunyai ilmu

diantara kamu dengan beberapa derajat". (QS.Al-Mujadallah : 11)

Dari ayat diatas jelaslah bahwasanya orang yang memeliki ilmu derajatnya lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang tidak berilmu, kita sebagai kaum muslimin juga tahu bahwasanya manusia diangkat sebagai kholifah dimuka bumi ini dikarena dikarenakan pengetahuannya bukan karena bentuknya ataupun asal kejadiannya Sementara itu dalam surat lain Allah berfirman "Katakanlah : "Samakah orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu" (QS, Az-Zumar : 9), jelas menyuruh

manusia itu untuk berfikir apakah kira-kira manusia yang berilmu dengan manusia yang

tidak berilmu itu sama.

Dengan demikian jelaslah bahwa Islam sangat memuliakan orang-orang yang berilmu bahkan menganggap orang yang berilmu itu sebagai penerus Rosul, apa yang disampaikannya akan menjadi penerang jalan yang lurus, amalan orang yang berilmu sama dengan amalan jihad.

Imam Al-Ghazali mengatakan : "Allah mengangkat derajat orang-orang dengan

ilmu, lalu menjadikan mereka kebaikan sebagai pemimpin dan pepberi petunjuk yang diikuti, petuntuk dalam kebaikan, jejak mereka mereka diikuti dan perbuatan mereka

diamalkan.

Para malaikat ingin menghiasi mereka dan mengusap mereka dengan sayap- sayapnya. Setiap yang basah dan yang kering bertasbih bagi mereka dan memohon ampun bagi mereka, bahkan ikan-ikan dilaut dan binatang-binatang, hewan-hewan buas dan ternak-ternak didaratan serta bintang-bintang dilangit. Karena Ilmu menghidupkan hati dan menerangi pandangan yang gelap serta menguatkan yang lemah. Dengan Ilmu hamba mencapai kedudukan orang-orang yang salih.

Rasulullah SAW, ”Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, yang mereka wariskan adalah al-ilmu . Barang siapa yang mengambil warisan tersebut, maka ia telah mendapatkan sesuatu yang besar” ( H.R Abu Dawud dan At Tirmdzi)

Perkataan Rasulullah SAW, “ Kalian lebih tau tentang urusan dunia kalian” (H.R Muslim)

Ilmu lainnya seperti ilmu fisika, kimia, akuntansi dst tetap memiliki faidah jika

memenuhi batasan berikut:

- Menolong dalam ketaatan kepada Allah Azza wa jalla dan menyebarkan agama islam.

Page 49: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

- Terkadang hukumnya menjadi wajib, ketika mempelajarinya termasuk persiapan yang Allah perintahkan dalam firmannya: (dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)). (QS. Al-Anfaal: 60)

KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU

Ilmu merupakan sandi terpenting dari hikmah. Sebab itu, Allah memerintahkan manusia agar mencari ilmu atau berilmu sebelum berkata dan beramal. Firman Allah: (Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Illah selain Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu serta bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu). (QS. Muhammad: 19).

Ilmu sebelum berkata dan beramal. Sufyan bin Uyainah berkata: manusia paling bodoh adalah yang membiarkan kebodohannya, manusia paling pandai adalah yang mengandalkan ilmunya, sedangkan manusia paling utama adalah yang takut kepada Allah.

Ibnu Taimiyah mengatakan: bahwa ilmu yang terpuji, sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur'an dan As Sunnah, ilmu yang diwariskan para nabi. Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dirham dan dinar, tetapi mereka

mewariskan ilmu. Maka barang siapa mengambilnya, ia sangat beruntung”. (HR Abu

Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Ibnu Taimiyah membagi ilmu yang bermanfaat, menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Ilmu tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan lain-lain, seperti yang disebutkan adalah Al-Qur'an surat Al-Ikhlas.

2. Ilmu tentang persoalan-persoalan masa lalu yang dikabarkan Allah; persoalan-persoalan masa kini, dan persoalan-persoalan masa mendatang, seperti yang dikabarkan dalam Al-Qur'an, yaitu ayat-ayat tentang kisah-kisah, janji-janji, ancaman, surga, neraka, dam sebagainya.

3. ilmu tentang perintah Allah yang berhubungan dengan hati dan anggota badan, seperti iman kepada Allah melalui pengenalan hati serta amaliah anggota badan. Pemahaman ini bersumber pada pengetahuan dasar-dasar iman dan kaidah-kaidah islam.

Pemahaman akan Ilmu. Banyak orang yang masih keliru memahami masalah ilmu. Mereka memahami Al-Qur'an dan As Sunnah hanya sebatas verbalitas semata, dan tidak memahami hakekat yang terkandung didalamnya. Betapa banyak orang yang hafal ayat Al- Qur'an, namun tidak memahami isinya. Perbuatan seperti ini tentu saja bukan termasuk perbuatan orang-orang beriman, "Perumpamaan

Page 50: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

orang yang beriman membaca Al Qur'an seperti jeruk sitrun yang baunya wangi dan rasanya manis. Perumpamaan orang beriman yang tidak membaca Al-Qur'an seperti kurma yang tidak berbau dan rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al- Qur'an seperti sekuntum bunga yang baunya wangi, tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur'an seperti labu yang tidak berbau dan rasanya pahit". (HR Bukhari dan Muslim)

Ilmu dan Amal Perbuatan yang Sesuai Ilmu yang sempurna adalah ilmu yang diendapkan dalam hati, kemudian diamalkan. Inilah yang juga disebut ilmu bermanfaat, yang nerupakan sandi terpenting dari hikmah. Ilmu ini akan memberikan kebaikan kepada pemiliknya, sedangkan ilmu tanpa amal akan menghujat pemiliknya pada hari kiamat. Oleh karena itu, Allah memperingatkan kaum beriman yang hanya bisa berbicara tetapi tidak melakukan apa-apa. (Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak perbuat? Amat besar kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan). (QS.Ash Shaf: 2 - 3)

Menyebarkan Ilmu; Allah juga memperingatkan kita agar tidak meyembunyikan ilmu. Kita diperintahkan untuk menyampaikan ilmu yang merupakan karunia Allah itu sebatas kemampuan kita. Allah tidak memaksakan seseorang kecuali dalam batas kemampuannya. (Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan, berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati). (QS. Al Baqarah: 159).

Simak pula perkataan seorang penyair: Jika ilmu tidak kau amalkan, ia akan menjadi

bukti atasmu. Dan kamu beralasan jika kamu tidak mengetahuinya. Kalau kamu memperoleh ilmu Sesungguhnya, setiap perkataan seseorang akan dibenarkan olah

perbuatannya.

Ilmu memiliki banyak keutamaan, di antaranya:

1. Ilmu adalah amalan yang tidak terputus pahalanya sebagaimana dalam hadits: ”jika manusia meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shodaqoh jariahnya, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya.” (HR Bukhori dan Muslim)

2. Menjadi saksi terhadap kebenaran sebagaimana dalam firman Allah SWT: (Allah menyatakan bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali dia. Yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). (QS. Ali Imran 18)

3. Allah memerintahkan kepada nabinya Muhammad SAW untuk meminta ditambahkan ilmu sebagaimana dalam firman Allah, (... dan katakanlah: Ya Rabb ku, tambahkanlah kepadaku ilmu) (QS.Thahaa 114)

4. Allah mengangkat derajat orang yang berilmu. Sebagaimana firman Allah, (... Allah mengangkat orang beriman dan memiliki ilmu diantara kalian beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS. Mujadilah 11)

Page 51: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

5. Orang berilmu adalah orang yang takut Allah SWT, sebagaimana dalam firmannya: (.... sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya hanyalah orang-orangyang berilmu). (QS. Fathir 25).

6. Ilmu adalah anugerah Allah yang sangat besar, sebagaimana firmanNya: (Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)). ( QS. Al-Baqarah 269)

7. Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang ”Barang siapa yang Allah menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan membuat dia paham dalam agama” (HR Bukhari dan Muslim).

8. Menuntut ilmu merupakan jalan menuju surga, ”Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR Muslim)

9. Diperbolehkannya ”hasad” kepada ahli ilmu,”Tidak hasad kecuali dalam dua hal, yaitu terhadap orang yang Allah beri harta dan ia menggunakannya dalam kebenaran dan orang yang Allah beri hikmah lalu ia mengamalkannya dan mengajarkannya” (HR Bukhari )

10. Malaikat akan membentangkan sayap terhadap penuntut ilmu,”Sesungguhnya para malaikat benar-benar membentangkan sayapnya karena ridho atas apa yang dicarinya” ( HR. Ahmad dan Ibnu majah )

 HADIST TENTANG KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU

1. Hadits “Keutamaan Mempelajari Al Qur’an”مه وعل القراآن م تعل من خـيركم

Artinya : ”Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhari)

2. Hadits “Keutamaan Membaca Al Qur’an”ألصحابه شفيعا القيامة يوم يأتي ه فإن إقرؤالقراآن،

Artinya : ”Bacalah kamusekalian Al Qur’an, karena sesungguhnya Al Qur’an itu akan datang pada Hari Kiamat sebagai penolong bagi para pembacanya”. (HR. Ahmad dan Muslim)

3. Hadits “Kewajiban Mencari Ilmu”ومسلمة مسلم كل على فريضة العلم طلب

Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)

4. Hadits “Menginginkan Kebahagiaan Dunia-Akhirat Harus Wajib dengan Ilmu” بالعلم فعليه أرادهما ومن بالعلم، فعليه أراداالآخرة ومن لعلم، با فعليه دالدنيا أرا من

Artinya : ”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi)

Page 52: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

5. Hadits “Keutamaan Mencari Ilmu”يرجع ى حت الله سبيل فى فهو العلم طلب فى خرج من

Artinya : ”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang”. (HR. Turmudzi)

6. Hadits “Kewajiban dan Keutamaan Menuntut Ilmu”إلى طريقا به الله سهل علما فيه يلتمس طريقا سلك من

ة الجنArtinya : ”Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga”. (HR. Turmudzi)

7. Hadits “Menuntut Ilmu”لحد ال إلى المهد من العلم أطلب

Artinya : ”Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat”. (Al Hadits)

8. Hadits “Keutamaan Kalimat Tahlil”الجنة دخل مخلصا الله إال آلإله قال من

Artinya : ”Barang siapa yang mengucapkan ‘Tiada Tuhan Selain Allah’ dengan ikhlas pasti masuk surga”.

9. Hadits “Allah tidak suka orang yang suka bertengkar”الخصام األلد الله إلى جال الر أبغض

Artinya : ”Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah yang suka bertengkar”. (HR. Bukhari dan Muslim)

10. Hadits “Tiga Macam Dosa Besar” , , لدين الوا وعقوق فس الن وقتل بالله أإلشراك الكبائر أكبرور الز وشهادة

Artinya : ”Dosa yang paling besar adalah menyekutukan Allah dan membunuh manusia dan berani kepada orang tua dan kesaksian palsu.” (HR. Bukhari)

11. Hadits “Tiga Tanda Orang Munafiq” , , خان ائتمن وإذا أخلف وعد وإذا كذب إذاحدث ثالث؛ المنافق آية

Artinya : ”Tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga: bila berbicara dusta dan apabila berjanji ingkar dan apabila dipercaya khianat.” (HR. Bukhari & Muslim)

12. Hadits “Pengadu Domba Tidak Masuk Surga”نمام ة الجن يدخل ال

Artinya : ”Tidak Akan masuk surga pengadu domba”. (HR. Bukhari dan Muslim)

13. Hadits “Menyambung Silaturrahim/ Persaudaraan”أرحامكم وصلوا قواالله إت

Artinya : ”Bertaqwalah kepada Allah dan sambunglah tali persaudaraan diantara kamu sekalian”. (HR. Ibnu ‘Asakir)

Page 53: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

14. Hadits “Keutamaan Kebersihan”اإليمان من ظافة ألن

Artinya : ”Kebersihan itu sebagian dari iman”. (HR. Turmudzi)

15. Hadits “Dua Warisan Rasul”رسوله ة وسن الله كتاب بهما كتم تمس ماإن أبدا تضل لن أمرين فيكم .تركت

Artinya : ”Telah aku tinggalkan kepadamu dua perkara kamu tidak akan tersesat selamanya, selama kamu berpegang teguh dengan keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunah Rasul”. (HR. Hakim dan Lain-lain)

16. Hadits “Kesempurnaan Iman”خلقا أحسنهم إيمانا المؤمنين أكمل

Artinya : ”Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaqnya”. (HR.Ahmad)

17. Hadits “Hamba yang paling dicintai Allah SWT”خلقا أحسنهم الله إلى الله عباد أحب

Artinya : ”Hamba Allah yang paling dicintai oleh Allah adalah mereka yang paling baik akhlaqnya”. (HR. Thabrani)

18. Hadits “Orang mukmin bagai bangunan kokoh”بعضا بعضه يشد كالبنيان للمؤمن ألمؤمن

Artinya : ”Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya adalah bagaikan sebuah bangunan yang saling menguatkan sebagiannya kepada sebagian yang lainnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

19. Hadits “Sikap Orang Beriman/ Islam tidak akan menyakiti”ويده لسانه من المسلمون سلم من ألمسلم

Artinya : ”Orang islam sejati adalah apabila orang islam yang lain merasa aman dari ucapan dan tangannya”. (HR. Muslim)

20. Hadits “Yang Muda Menghormati yang lebih tua”كبيرنا ويوقر صغيرنا يرحم لم من ا من ليس

Artinya : ”Bukan termasuk golongan kita orang yang tidak menyayangi generasi muda dan tidak menghormati generasi tua”. (HR. Turmudzi)

21. Hadits “Perintah Sholat”أصلى كمارأيتمونى صلوا

Artinya : ”Shalatlah kamu sekalian seperti kamu melihatku melakukan shalat”. (HR. Bukhari)

22. Hadits “Keutamaan Menunjukkan kepada kebenaran”أجرفاعله مثل فله خير على دل من

Artinya : ”Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan maka baginya pahala seperti pahala pelakunya”. (HR.Muslim)

23. Hadits “Amal yang paling dicintai oleh Allah SWT”قل وإن أدومها الله إلى األعمال أحب

Page 54: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Artinya : ”Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang terus menerus walaupun sedikit”. (HR. Bukhari & Muslim)

24. Hadits “Larangan Membuka Aurat”عوراتنا ترى أن انهينا إن

Artinya : ”Sesungguhnya kita dilarang memperlihatkan aurat kita”.

25. Hadits “Perintah Kasih Sayang”ماء الس فى من يرحمك األرض فى من إرحم

Artinya : ”Sayangilah siapa saja yang ada di gmuka bumi niscaya akan menyayangi kamu siapa saja yang ada di langit”. (HR. Thabrani & Hakim)

26. Hadits “Hak dan Kewajiban Sesama Muslim” , , , , الدعوة وإجابة الجنائز باع وات المريض وعيادة الم ردالس خمس؛ المسلم على المسلم حق

العاطس وتشميتArtinya : ”Kewajiban seorang muslim kepada muslim yang lainnya ada lima hal:1. Menjawab salam2. Menengok orang sakit3. Mengiring jenazah4. Menghadiri undangan5. Dan mendoakan orang yang bersin”. (HR. Ibnu Majah)

27. Hadits “Senyum Adalah Shodaqoh”صدقة أخيك وجه فى مك تبس

Artinya : ”Senyummu kepada saudaramu adalah shodaqoh”. (HR. Ibnu Hibban)

28. Hadits “Kedudukan Ibu Dalam Islam”األمهات أقدام تحت ة ألجن

Artinya : ”Surga itu di bawah telapak kaki ibu”. (HR. Ahmad)

29. Hadits “Kedudukan Orang Tua Dalam Agama Islam”الوالدين سخط فى الله وسخط الوالدين رضى فى الله رض

Artinya : ”Ridho Allah tergantung pada kerelaan kedua orang tua dan murka Allah tergantung pada kemarahan orang tua”. (HR. Turmudzi)

30. Hadits “Wanita Sholehah Adalah Hiasan Dunia”الصالحة ألمرءة نيا الد وخيرمتاع متاع ألدنيا

Artinya : ”Dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah”.

31. Hadits “Allah Maha Indah”الجمال ويحب جميل الله إن

Artinya : ”Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan”. (HR. Muslim)

Page 55: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

SEJARAH PERKEMBANGAN QOWAID FIQHIYAHSecara garis besar sejarah perkembangan Qowaid Fiqhiyah dari masa Rasulullah hingga saat ini, dikelompokan menjadi tiga periode, yaitu sebagai barikut :

A.    Periode Fiqih pada masa Rasulullah SAW dan Sahabat

Pada masa Rosulullah masih hidup, beliau dijadikan sumber solusi oleh para sahabat dalam memecahkan berbagai persoalan yang dialami umat islam, terutama pada persoalan yang berkaitan dengan masalah fiqhiyah.

Namun pada saat beliau SAW wafat, permasalahan fiqhiyah justru semakin bertambah, dalam kondisi seperti ini maka sahabatlah yang langsung turun menangani problematika yang dialami oleh umat islam pada waktu itu, dikarenakan para sahabat adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah SAW. Dan paling banyak mengetahui tentang syariah. Sehingga menuntut mereka untuk mengeluarkan Ijtihad demi memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang dialami oleh umat.

Ijtihad diperlukan manakala permasalahan yang dihadapi belum pernah terjadi pada masa Rassulullah SAW dan tidak diketahui status hukumnya secara spesifik, sehingga mengharuskan para sahabat untuk merumuskan status hukum baru, tentunya setelah melalui metode-metode baku yang berlaku sebelum berijtihad, adapun metode yang dipakai yaitu :

1. berusaha mencari jawaban dalam Al Qur’an2. bila tidak terjawab dalam Al Qura’an, maka dengan Hadist-Hadist3. bila tidak menemukan jawaban dari keduanya, maka para sahabat berijtihad sendiri,

dengan tetap berkomitmen dalam koridor syariah.

 

Sejak masa pemerintahan Abu Bakar, Umar, Usman hingga Ali bin Abi Thalib para sahabat Nabi SAW banyak yang hijrah keberbagai kawasan yang tentu saja mempunyai sistem sosial dan corak budaya yang berbeda-beda. hijrah mereka umumnya dalam rangka mengembangakan ajaran islam di kawasan masing-masing. Seperti dikufah terdapat sahabat Alaqamah Bin Qays (W.62 H) dan Masruq bin Ajda’ (W.63 H) dan juga di Basrah ada Anas bin Malik al-Anshari (W.63 H) dan Abu al-Aliyah Rifa’i Mahran (W.90H) dan di daerah-daerah lainnya.

Ijtihad pada masa ini oleh para sahabat diberlakukan pada persoalan-persoalan yang tidak dijelaskan secara langsung oleh Nash (Al Qur’an dan As Sunnah), Inilah cikal-bakal penggunaan qiyas (analogi) sebagai salah satu istinbath al-ahkam (perumusan status hukum).

Page 56: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Umar bin Khattab dan Abdullah bin Mas’ud dikenal paling banyak menelurkan produk-produk hukum berdasarkan ro’yu (rasional) yang berdasarkan Al-Qur’an dan hadits yang bersifat ijmal (global).

Istilah fiqh belum dikenal pada masa ini dan juga pada masa Rasulullah SAW akan tetapi lebih dikenal (dimaknai) dengan istinbat (kesimpulan) hukum yang diintisarikan dari Al-Qur’an dan hadits.

 

B.     Periode Tabi’in dan Lahirnya Madzhab Fiqh

Dimasa Tabi’in, murid-murid para sahabat yang tersebar di berbagai kawasan seperti kufah, basrah, yaman dan sebagainya meneruskan penyebaran ilmu fiqh di kawasan masing-masing, dalam rangka melanjutkan estafet para pendahulu mereka.

Sehingga kajian Hukum Fiqh semakin berkembang beberapa tahun berikutnya seiring munculnya madzhab fiqh, seperti madzhab ja’fari dan Hanafi di Kufah, Malik di Madinah, syafi’I di Bagdad-Mesir, serta Dawud Al-Zhabiri dan Hanbali di Bagdad.

Beragam metodologi penggalian hukum (istinbath al-ahkam) diperkenalkan oleh para imam madzhab kepada murid-muridnya, seperti konsep istishlah (Imam Malik), qiyas (Imam Syafi’i) dan istihsan (Imam Hanafi). Dan pada masa ini pula bermunculan kitab-kitab fiqh periode pertama yang ditulis oleh Imam-imam Syafi’I yaitu Kitab “Al-Umm” yang di dalamnya terdapat pembahasan tentang Hukum (rukhsah) dengan perkaataannya yang berbunyi “Keringanan hukum hanya berlaku sesuai petunjuk dari Allah dan Rasulnya, kemudian dilanjutkan dengan satu kaidah yang berbunyi, dalam kondisi darurat diperbolehkan sesuatu yang awalnya tidak diperbolehkan dalam kondisi normal”.

Sedangkan dalam Kitab “AL-Kharraj” (karya Imam Hanafi), beliau menulis beberapa kaidah fiqh, terutama kaidah-kaidah yang berkaitan dengan masalah siyasah atau politik pemerintahan. Contohnya : Imam Hanafi menulis kaidah tentang prinsip dasar kepemimpinan, Yaitu :

بالمصلحه منوط الرعيه على االمام نضرف

“Kebijakan seorang pemimpin menyangkut kepentingan rakyat harus berdasarkan kemaslahatan”.

Penyisipan kaidah-kaidah fiqh dalam kedua kitab ini pada akhirnya menjadi embrio lahirnya kaidah-kaidah fiqh yang kemudian dikembangkan oleh murid-murid Imam Madzhab yang kemudian dilanjutkan oleh generasi-generasi berikutnya. Para mujtahid masa ini melakukan perdebatan dan interaksi dengan madzhab-madzhab yang lain, seperti yang dilakukan oleh Muhammad bin al-Hasan al-syaybani (murid Imam Hanafi) yang sengaja mendatangi madinah untuk mempelajari Kitab “Al-Muwatta” (karya Imam Malik) dan berdiskusi dengan murid-murid beliau. begitu halnya dengan Imam Syafi’ie yang sering berdialog dengan Muhammad bin al-Hasan (Murid Imam Hanafi) yang juga dilakukan oleh Imam-imam yang lain yang kemudian

Page 57: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

menjadi atau dijadikan sebagai prinsip penggalian hukum. Dari sinilah generasi fuqaha’ dalam setiap madzhab mulai mengembangkan ilmu kaidah fiqh.

Namun sayangnya, ketika memasuki abad ke enam hijriyah, semangat menulis kitab-kitab kaidah fiqih mulai melemah, hampir seratus tahun tidak ada seorang ulama pun yang menulis kitab. Akan tetapi memasuki abad ke tujuh, semangat menulis kitab-kitab kaidah fiqh tumbuh kembali, terbukti dengan bertambahnya kitab-kitab yang ditulis oleh generasi masing-masing madzhab. Para Fuqaha dari empat madzhab menulis kitab kaidah-kaidah fiqh dalam berbagai versi: ada yang berupa matan, syarah, hasyiah, mukhtasar hingga Ta’liqat-ta’liqat.

 

C. Periode Fiqh di Abad Modern

Jejak estafet penulisan kitab-kitab fiqh terus bertahan hingga abad ke-13 hijriyah, atau bertepatan dengan permulaan era modern. Yang membedakan dari abad ini adalah disusunnya sebuah kitab kaidah yang ditulis secara kolektif oleh fuqaha Madzhab Hanafi. Kitab yang diberi nama, “Majallah Al-Ahkam Al-Adliyyah” itu disusun demi menciptakan unifikasi hukum yang akan diterapkan diseluruh peradilan di bawah pemerintahan Turki Ustmani. Dan masih banyak lagi yang lainnya, hal ini menandakan bahwa fiqih akan terus berkembang dengan berbagai kaidah dan polemik baru yang membutuhkan untuk segera diselesaikan, demi menciptakan kemaslahatan bagi umat islam secara umum.

Dalil-Dalil Syar’iDefinisi:

Dalil menurut bahasa berarti penunjuk (petunjuk) kepada sesuatu yang kongkrit (hissi) atau abstrak (ma’nawi) dalam kebaikan maupun kejelekan.

Sedangkan menurut istilah Para ushuliyun mendefinisikan dalil sebagai sesuatu yang mungkin bisa dijadikan dasar berfikir yang benar untuk mencapai sesuatu yang bersifat khabary (informatif).

Adapun secara syar’i dalil berarti segala sesuatu yang dapat menghasilkan suatu hukum syar’i yang bersifat praktis.

Pembagiannya:

1.      Dali-dalil yang disepakati Ulama’ yang wajib diikuti, serta harus tertib dalam pelaksanaannya sesuai derajat pengambilan dalilnya yaitu, dimulai dari Al Quran, kemudian Sunnah, kemudian Ijma dan selanjutnya Qiyas. Dasarnya adalah firman allah dalam surat An Nisa’: 59. dan hadist Mu’ad bin Jabal ketika diutus oleh rasul ke yaman, begitu juga yang terjadi dalam kekhilafahan Abu Bakar dan Umar bin Khatab dalam menentukan hukum syar’I.

Page 58: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

2.      Dalil-dalil yang diperselisihkan para ulama ada tujuh yaitu: Istihsan, Mashalih Mursalah, Istishab, ‘Urf, Mazhab Shahabi, dan Saddu dharoi’

Dalil-dalil Syar’I juga ada yang bersifat Naqliyah atau Aqliyah:

1.      Dalil Naqliyah adalah Al Qur’an, Sunnah, Ijma’, Urf, Syar’u Man Qablana dan Madzhab Shahabi.

2.      Dalil Aqliyah adalah dalil yang bersumber dari akal manusia sehingga terlahirlah Qiyas, Mashalih Mursalah, Istihsan, Istishab, dan Saddu dharoi’. Dapat disebut juga sebagai dalil-dalil yang tidak berdiri sendiri (laisat aslant mustaqilan), sehingga memerlukan bantuan dari inti dalil syar’I yaitu Al Qur’an, sunnah dan ijma’

← DOWNLOAD MAKALAHJUAL BELI SHAHIH DAN   BATHIL →

METODE PENAFSIRAN AL QUR’AN9 Mei 2011 Meninggalkan komentar

1.    Metode tafsir bil ma’tsurQs. An Nahl : 44Sahabat menafsirkan al Qur’an dengan al Qur’an, al Qur’an dengan Hadist, al Qur’an dengan Ijtihad. Tabi’in mengikuti metode sahabat dalam menafsirkan al Qur’an. Ini dinamakan dengan tafsir bil ma’tsur atau bil manqul.Ahli tafsir dari kalangan sahabat ada 11Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Abdullah bin Amru bin Al Ash, Abu Musa Al Asy’ari, Zaid bin Tsabit dan Ubay bin Ka’ab.?    Ahli tafsir dari kalangan Tabi’in ada 10Mujahid bin Jabr, Sa’id bin Jabir, Qatadah bin Du’amah As Sadwasi, Zaid bin Salam. Muhammad bin Ka’ab Al Qordhi, Abul Aliyah Ar Royahi, Atha’ bin Abi Rabah, Mukrimah maula Ibnu Abbas, Al Hasan Al Bashri, Sa’id bin Musayib dll.Sebab lemahnya periwayatan dalam metode tafsir bil Ma’tsurBila sanadnya shahih maka periwayatanya diterima, kecuali bila ada masalah pada sanadnya sebagai berikut :1.    Al Wad’u (pemalsuan)Hal ini ditimbulkan karena kemunculan sekte-sekte sesat dalam islam dan beragam madzhab yang menyimpang. Mereka melakukan berbagai periwayatan berkenaan dengan tafsir, tidak lain adalah untuk membenarkan gagasan-gasasan mereka saja. Seperti, Mu’tazilah, Rafidhah, sufi ekstrim Politik musuh-musuh islam dll.

2.    Isra’iliyatAhli Kitab ditanya oleh Muslim. Mereka lantas menceritakan tentang cerita-cerita para Anbiya, termasuk yang termaktub dalam al qur’an dan kabar-kabar yang tercantum dalam Taurat dan

Page 59: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Injil. Inilah yang dinamakan Isra’iliyat. Adapun secara mutlak Isra’iliyat cenderung kepada Yahudi dan Nasrani.

Padahal Taurat dan Injil banyak mengalami perubahan, setidaknya 3 perkara :1.    Sejalan dengan Syari’at Islam (diterima)2.    Tidak sejalan dengan Syari’at Islam (tidak diterima)3.    Sejalan dan tidak sejalan dengan Syari’at Islam (tawaquf dan tidak bermanfaat untuk diketahui, maka harus teliti dalam hal ini

3.    Hadful Isnad (terhapusnya Isnad)Karena para sahabat dalam menafsirkan al qur’an menggunakan isnad, namun setelah terjadi banyak fitnah yang melanda kaum muslimin, berakibat hilangnya isnad dalam penafsiran. Sehingga tidak tahu mana yang Shahih dan mana yang DhaifMaka terkadang diwajibkan tasabut (berpegang teguh) dalam periwayatan dan mengetahui sanad dalam penafsiran.

Pembukuan metode  Tafsir bil Ma’tsur– pada masa sahabat belum terjadi pembukuan tafsir al qur’an (periwayatanya dengan ucapan saja)– pada masa Tabi’in barulah dimulai, yang pertama kali membukukan tafsir dengan sempurna (seluruh Al Qur’an) adalah Abdul Malik bin Juraij (80-150 H). adapun sebelumnya, seperti Ibnu Abbas, Mujahid dll. Belum sempurna.Adapun yang sampai ketangan kita adalah karya Ibnu Jarir At Thabari (wft 310 H)

Kitab tafsir Bil Ma’tsur diantaranya adalah sbb :1.    Jami’ Al Bayan an Ta’wil Ayyil Qur’an : Ibnu Jarir Ath Thabari (W. 310 H).2.    Tafsir Al Qur’an Al Adhim: Imam Abul Fida’ Ismail Ibnu Katsir (W. 774 H).3.    Tafsir Al Qur’an Al Adhim: Ibnu Abi Hatim ar Razi (W. 327 H).4.    Al Kasyfu Wa Al Bayan Fi Tafsiri Al Qur’an: Ahmad Ibnu Ibrahim (W. 427 H).5.    Ma’alimu Al Tanzil: Imam Al Husain Ibnu Mas’ud Al Baghawi (W. 516 H).6.    Ad Durru Al Mantsur Fi Tafsir Bi Al Ma’tsur: Jalaluddin As Suyuthi (W. 911 H).

2.    Metode Tafsir Al Fiqhi

Al Qur’an terdiri dari dua bentuk tujuan :1.    Membenahi aqidah2.    Manata akhlaq

?    Para sahabat mentadaburi al qur’an dan memutuskan hukum yang terkandung dalam ayat-ayat ahkam saja. Walau terkadang terjadi ikhtilaf.•    Contohnya :1.    Ikhtilaf dalam masalah iddah seorang istri yang ditinggal mati oleh suaminya yang termaktub dalam Qs. Al Baqarah 324 dan At Thalaq : 42.    Ikhtilaf dalam masalah pewarisan yang termaktub dalam Qs. An Nisa’ : 11

Page 60: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Macam-macam tafsir ayat ahkam berdasarkan madzhab fiqih yang beragam adalah sbb :1.    Madzhab Hanafia.    Tafsir Ahkamul Qur’an : Abu Bakar Ar Razi yang dikenal dengan Al Jashas terdiri dari 3 jilidb.    At Tafsirat Al Ahmadiyah fi Bayanil Ayat Asy Syar’iyah2.    Madzhab Malikia.    Tafsir Ahkamul Qur’an : Abu Bakar bin Al Arabi. 4 jilidb.    Al Jami’ Al Ahkam Al Qur’an : Abi Abdillah Al Qurtubi. 10 jilid tebal3.    Madzhab Syafi’ia.    Ahkamul Qur’an : Abu Bakar Al Baihaqi menyusun manuskrip dari Imam Syafi’ib.    Ahkam AL Qur’an : Ilkiya Al Harasi. 2 jilidc.    Al IKlil fi Istinbati Tanzil : As Suyuthi. 1  jilidd.    Al Qaul Al Wajiz fi Ahkamil Kitab Al Aziz : Ahmad bin Yusuf Al Halbi (as samin)4.    Madzhab Hanbalia.    Zaadul Masir fi Ilmi At Tafsir : Ibnul Jauzi. 7 jilid

3.    Metode Tafsir IlmiSebagai perwujudan al qur’an sebagai kitab yang penuh dengan ilmu adalah, kandungan yang mampu mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya hidayah (islam). Dengannya pula banyak ilmu pengetahuan yang didapat. Hal ini disebut juga I’jazul Ilmi fi Qur’anil Karim.-Para Ahli Tafsir melakukan penelitian terkait alam semesta yang terkandung dalam al qur’an.

•    Mereka dalam hal ini terbagi menjadi 3 bagian yang masing-masing mempunyai hujjah yang berbeda-beda, tiga pembagian itu dikenal dengan istilah : Mu’ayyid, Mu’arrid dan Mu’tadilah.

1.    Mu’ayyiduna.    Allah ta’ala mengisi al qur’an dengan berbagai ilmu yang bemanfaat untuk menngetahui alam semestab.    Bagaimana mengatur segala sesuatu yang ada di langit Qs. Qaf : 6c.    Mampu menemukan sesuatu yang baru dalam al qur’and.    Mampu mengisi keimanan kepada Allah ta’ala, berkat penelitian al qur’an dan mengetahui hakikatnya

2.    Mu’arriduna.    Sesungguhnya I’jazul Qur’an qur’an itu telah ditetapkanb.    Sesungguhnya dakwah qur’aniyah yang didasari dengan obserfasi pada kaun (alam) dan ilmu merupakan dakwah secara umum. Tertuju pada kata-kata nasihat dan tafakur saja bukan da’wah dengan menjelaskan kandungan-kandungannya dan menyingkap ilmu yang terdapat di dalamnya.c.    Tafsir secara ilmiyah tidak menjamin berhasil pada setiap ilmiyah dari ilmiyah taufiqd.    Sifatnya sementara dan berubah-ubah, kita tidak bisa memastikan secara tunggal (ambigu)e.    Sebatas penelitian yang bersifat penampakan kauniyah dalam kehidupan psikologi maupun social, dan bisa berubah-ubah

Page 61: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

3.     Mu’tadilun (Rojih)Tidak mengapa bagi yang menghendaki hakikat ilmu yang sudah pasti kebenaranya. Selama tidak terkandung keraguan ketika berhadapan dengan nash al qur’an. Tentunya hal tersebut didasari dengan aqidah yang benar dan selamat dari penyimpangan. Dengan syarat :1.    Tidak keluar dari awalnya (hidayah)2.    Memperdalam dien dan menghadang musuh3.    Bermanfaat bagi kaum muslimin4.    Tidak bisa dikatakan bahwa tafsir ini hanya memerlukan qur’an saja tidak lainya. Karena hanya untuk memperluas bahan penelitian. Hingga bila hasilnya benar maka diterima, bila salah ditolak (batal)

Kitab tafsir Ilmi diantaranya adalah sbb :1.    At Tafsur Al Kabir : Fakhu Ar Razi2.    Al Jawahir fi Tafsiril Qur’anul Karim : Thantawi Jauhary3.    Kasyful Asrar An Nuraniyyah Al Qur’aniyah : Muhammad bin Ahmad Al Iskandarani4.    Al Qur’an Yanbu’ Ulum wal Irfan : Aly Fikry5.    At Tafsir Al Ilmi lil Ayat Al Kauniyah : Hanafi Ahmad

4.    Metode tafsir Al Aqli?    Metode ini dinamakan juga (Ijtihadi, Ro’yu, Diroyah dan Aqli)?    Muncul : sejak awal islam – ijtihad – Sahabat- Tabi’in.?    Lalu firaq dan mazdhab sesat telah menafsirkan al qur’an dengan royu bathilah dan hawa nafsu

•    Mengenai hal ini ulama berbeda pendapat : antara melarang dan membolehkan1.    Dalil yang melaranga.    Al qur’an melarang bicara dengan tidak punya ilmu Qs. Al A’raf : 33 dan Al Isra’ : 36b.    Hadist hal 101c.    Qs. An Nahl : 44 selain Rasul SAW tidak boleh bicara tentang Al Qur’an.

2.    Dalil yang membolehkana.    Tadabur, tafakur, ishabat dalam Qs. An Nisa’ : 82-83, Shad : 29, An Nahl : 44b.    Hadist kepada Ibnu Abbasc.    Para Sahabat dalam sebagian ayat muhkam berikhtilaf. Tanpa teman ikhtilaf dalam tafsir.

3.    RajihApabila tafsir ro’yi Mahmud maka dibolehkan. Tapi tafsir ro’yi madzmum tidak diperbolehkan.

Kitab tafsir Ra’yi Al Mahmud diantaranya adalah sbb :1.    Mafatihul Ghaib : Fakhruddin Ar Razi2.    Anwaru Tanzil wa Asraru Ta’wil : Nashiruddin Al Baidhawi3.    Bahrul Muhit : Abu Hayan4.    Tafsir Kalamul manan : As Sa’di5.    Mahasinu Ta’wil : Jamaluddin Al Qasimi

Page 62: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Kitab tafsir Ra’yi Al Madmum diantaranya adalah sbb :1.    Tanziyah Al Qur’an Alal Matha’in : Abul Jabar Al Hamdani al Mu’tazily2.    Al Kasyaf : Mahmud Az  Zamhasyari Al Mu’tazily3.    Majmu’ul Bayan fi Tafsiril Qur’an : Abu Ali Al Fadl bin Al Hasan At Tabrasi4.    Tafsir Kitabullah Al Aziz : Huda bin Muhakam Al Huwary5.    Tafsir Al Qur’anul Adhim : Abu Muhammad Sahal At Tastary

5.    Metode Tafsir Ijtima’iAl qur’an diturunkan pada kaum jahiliyah. Dengannya manusia dapat menata akhlaqnya, membenahi aqidahnya, mengembalikan orientasi hidup, menyembuhkan penyakit sosial, politik dan keluarga.Para ahli tafsir memanfaatkan ayat2 berkenaan dengannya

Kitab tafsir Ijtima’i diantaranya adalah sbb :1.    Tafsir Al Manar : Muhammad Rasyid Ridha2.    Tafsir Al Maraghi : Ahmad Musthafa Al Maraghi3.    Tafsir Al Qur’an Al Karim : Mahmud Syaltut4.    Shafwatul Atsar wal Mafahim : Abdurrahman bin Muhammad Ad Dausiry5.    Fi Dhilalil Qur’an : Sayid Qutub

6.    Metode Tafsir BayaniTafsir yang digagas oleh Ibnu Abbas terkenak dengan corak lughowinya (bahasa), begitu pula yang dilakukan muridnya yaitu mujahid, beliaupun menafsirkan al qur’an ditinjau dari segi bahasa.Pembukuan pada masa tadwin adalah : Majazul Qur’an, Ma’ani Qur’an dan Nadzamul Qur’an

kerangka pembahasan tafsir bayani

1. Maudhu’ Wahid (tematik) : mentadaburi dan menafsirinya2. Tartib Zamani (historis) : menelusuri sejarah diturunkanya ayat3. Dirasah Khas : pembelajaran intensif seputar nash, tarikh, asbab, jama’, kitabah, qira’ah

dll yang terkandung dalam pembahasan ulumul qur’an4. Dirasah Ammah : obserfasi materi alam semesta kaitanya dengan ayat kauniah5. Mufradat : tata bahasa dan penggunaanya6.  Ma’na Murakab : Nahwu dan balaghah (adabiyah al faniyah)

Kitab tafsir Bayani diantaranya adalah sbb :1.    Min Huda Al qur’an …..Fil Qadah wa Rasul2.    Min Huda Al qur’an …..Fi Ramadhan3.    Min Huda Al qur’an …..Fi Amwalihim4.    Min Huda Al qur’an …..As Salam wal Islam5.    Min Huda Al qur’an …..Al Qasam Al Qur’an6.    Min Huda Al qur’an …..Al Qur’an wal Hayah7.    Min Huda Al qur’an …..At Thugyan fil Ilmi wal Maali wal Hukmi8.    Min Huda Al qur’an …..Al Jundiyah wa As Silmi9.    Min Huda Al qur’an …..Hukumatul Qur’an

Page 63: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

10.    Min Huda Al qur’an …..Al Fanni wal Bayan fil Qur’an11.    Min Huda Al qur’an …..As Syakhsiyah Muhammad12.    Min Huda Al qur’an …..Al Hukmu bima Anzalallah13.    Tafsirul Bayan lil Qur’an Al karim14.    Al Qur’an wal Qadhaya al Insan7.    Metode Taduqul Adabi (pendalaman sastra)Sayid Qutub berkata mengenai kandungan sastra yang amat mendalam maknanya pada al qur’an. Kedalaman sastra dan makna tersebut hanya bisa disaksikan dan dirasakan dengan perenungan hati yang menghayati keagungan dan keindahan ma’nanya. Sehingga tidak bisa diucapkan seluruhnya sekedar ditafsirkan dengan perkataan dan kalimat saja.

Bisa dikatakan bahwa metode ini terdiri dari dua pertimbangan :a.    Dzat : apabila terlalu tenggelam dalam nash dan tidak lagi menghiraukan makna dhohirnya, maka ini seperti orang-orang sufi yang menjadikan khayalannya melampaui batas, tidak menggunakan kaidah yang benar. karena didasari oleh hawa nafsu.b.    Maudhu’ : apabila sebatas memperdalam pada segi bahasa (lughowi) dan tetap berada pada batasan syari’at serta melakukan perhatian mendalam pada makna shahihn yang selamat maka hal ini dipebolehkan

← METODE PENAFSIRAN AL   QUR’AN Biografi Ibnu Rusyd →

JUAL BELI SHAHIH DAN BATHIL1 Desember 2011 Meninggalkan komentar

Jumhur ulama membagi akad menjadi 2, yaitu sebagai berikut:1) Akad yang sah (shahih), adalah akad yang memenuhi ketentuan syarat dan rukunnya.2) Akad yang tidak sah (ghairu shahih), adalah akad yang tidak memenuhi salah satu syarat dan rukunnya, dan akad yang tidak memenuhi salah satu syarat dan rukun tersebut termasuk akad yang batil (batal) dan fasid (rusak).-Batil (batal) dan fasid (rusak) memilki makna yang sama.

Ulama Hanafiyah membedakan antara akad yang bathil (batal), dan akad yang fasid (rusak) :1) Jual beli bathil (batal) adalah jual beli yang tidak sesuai dengan rukun dan akadnya (ketentuan asal/pokok dan sifatnya). Seperti jual beli yang dilakukan oleh orang yang tidak sesuai (karena tidak sesuai dengan syarat dan rukun), contohnya: akad yang dilakukan anak kecil yang belum mumayis dan orang gila atau jual beli sesuatu yang tidak berharga seperti bangkai, atau jual beli barang yang dilarang seperti khamar.-Menurut Abu Hanifah, jual beli yang batal tidak menjadikan pertukaran kepemilikan karena rusak jual belinya.2) Jual beli fasid adalah jual beli yang sesuai ketentuan syara’ asal/pokok (syarat dan rukun), tetapi tidak sesuai dengan ketentuan syara’ pada sifatnya. Seperti jual beli yang meragukan, contohnya jual beli sebuah rumah diantara banyak rumah, tetapi belum diketahui rumah mana atau rumahnya tidak jelas milik siapa.

Page 64: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

-Hukumnya : terjadi pertukaran kepemilikan dengan izin pemilik barang secara transparan, menandakan telah terjadi penyerahan dalam majlis akad yang terjadi langsung didepan penjual tanpa menutupinya.

Cara membedakan fasid dan batil dapat dilihat dari :1) Apabila kerusakan berhubungan dengan, komoditi (barang) berarti bai’nya bathil.2) Apabila kerusakan berhubungan dengan harga berarti fasid .MACAM-MACAM JUAL BELI BATHIL-Ada Tujuh Macam, Sebagaimana Berikut Ini :1. Jual Beli Yang Barangnya Tidak Ada (Bai’ Ma’dum)Bai’ ma’dum (jual beli yang barangnya tidak ada) yang didalamnya terdapat unsur ketidakjelasan adalah bathil. Seperti menjual anak unta yang masih dalam kandungan dan menjual buah yang masih dipohon (belum matang), karena Nabi SAW melarang jual beli anak ternak yang masih dalam kandungan dan juga melarang jual beli air susu yang masih diteteknya (bisa kelihatan besar, ternyata isinya lemak) dan melarang pula jual beli buah yang masih dipohon (belum matang).Contoh-contoh lain jual beli yang tidak ada barangnya: Jual beli mutiara yang masih dalam rumah kerangnya, jual beli bulu domba (wol) yang masih berada pada kambingnya, dan jual beli kitab sebelum mencetaknya. Semua jenis jual beli tersebut adalah batal menurut Syafi’iyah dan Hanabilah; karena pada akad-akad tersebut terkandung unsur ketidakjelasan.Menurut Hanafiyah kecuali Abu Yusuf: jual beli mutiara yang masih dalam rumah kerangnya dan jual beli bulu domba (wol) yang masih berada pada kambingnya adalah fasid (rusak).Taimiyah (Hambali) dan Ibnu Qayim memperbolehkan jual beli ma’dum, apabila dapat dipastikan akan ada, karena tidak disebutkan dalam nash jual beli seperti itu dilarang, yang ada hanya jual beli gharar.“tidak ada sebab yang melarang jual beli yang tidak ada wujudnya/barangnya”2. Jual Beli Yang Barangnya Tidak Dapat Diserahkan Pada Pembeli (Bai’ Ma’jus Taslim)Empat mazhab bersepakat menetapkan bahwa sesungguhnya tidaklah terjadi akad jual beli ma’juz at-tasliim ketika berakad, sekalipun harta/benda/barang tersebut adalah miliknya sendiri, seperti memperjualbelikan burung yang terbang dari pemiliknya. Walaupun bisa mendatangkan barang saat di majlis akad, tetap tidak dianggap boleh, karena ada unsure bathil.Batalnya akad dapat pula terjadi apabila harga (barang pengganti) tidak dapat diserahkan; karena jika harga (barang pengganti) tersedia, maka barang jualan akan menjadi hak milik.Dalil kebatilannya : karena Nabi SAW melarang jual beli Hashah (jual beli barang dimana pembeli menggunakan kerikil dalam jual belinya) jual beli Gharar (jual beli barang yang tidak diketahui rupa dan sifatnya). Dan itu menunjukan adanya ketidakpastian.Dari Abi Sa’id al-Khudri RA sesungguhnya Rasulullah SAW melarang jual beli budak yang melarikan diri, jual beli binatang ternak yang masih dalam kandungan hingga lahir, dan jual beli air susunya, dan melarang jual beli kambing hingga terbagi.Ulama Hanafiah berpendapat walaupun penyerahannya langsung dalam majlis (tempat akad), tetap tidak diperbolehkan, karena ada unsur batil.3. Jual Beli Hutang (Bai’ Dain)Hutang itu seperti barang pengganti (harga) barang yang diperjualbelikan, menunjukan pinjaman, dan mahar sesudah maupun sebelum jima dengan istri. Sebagai pengganti biaya atas keuntungan yang diperoleh, dan dianjurkan terdapat sanksi dan denda yang merugikan, dan khulu’ dan tidak dapat dibantah.

Page 65: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Disyariatkannya Jual Beli dengan hutang adakalanya pada waktu akad maupun nasi’ah (berhutang terlebih dahulu)Adapun jual beli nasi’ah (pembayaranya bertempo) adalah jual beli kredit dengan kredit atau hutang dengan hutang. Kala’(kredit) adalah yang pembayaranya diakhirkan, hal ini dilarang dan bathil menurut ijma’, karena ada unsure riba, sebagaimana hadist yang diriwayatkan Daruqutni dari Ibnu Umar : sesungguhnya Anbi SAW melarang jual beli kredit dengan kredit. Dan pelarangan ini menunjukan fasidnya sesuatu yang dilarang tadi (jual belinya) walaupun yang bertransaksi adalah orang berhutang atau bukan orang yang berhutang.Jual beli hutang yang dilakukan oleh orang berhutang adalah seseorang berhutang kepada orang lain sebanyak 100 dinar, kemudian keduanya sepakat untuk menggantinya dengan 20 ritl (1 ritl kurang lebih 2564 gram) gula dari orang yang berhutang yang akan dibayar sebulan atau dua bulan kedepan, praktek ini disebut juga “merusak hutang dengan hutang” karena tanggungan penghutang yang awal telah rusak, diganti dengan tanggungan yang lain.Jual beli hutang yang dilakukan oleh selain orang yang berhutang adalah seseorang berhutang sebanyak 100 dinar, kemudian uang itu dihutang lagi dan oleh orang lain, digunakan untuk membeli 50 ritl beras, dan di bayarkan kepadanya pada bulan depan.-Jual beli yang pembayaranya tunai adalah sebagai berikut:1. Apabila Jual beli hutang yang dilakukan oleh orang berhutang : Jumhur fuqoha membolehkanya selain Dhohiriyah, karena penghalang keabsahan jual beli hutang degan hutang ini terletak pada lemah/kurang sempurnanya saat penyerahan barang, dan hal itu tidak dihajatkan pada jual beli hutang yang pembayarannya tunai ini, karena yang terkandung dalam tanggungan penghutang sudah diserahkan seluruhnya.2. Apabila Jual beli hutang yang dilakukan oleh selain orang yang berhutang : tidak diperbolehkan menurut Hanafiyah dan Dhohiriyah, karena lemah/kurang sempurnanya saat penyerahan barang, atau karena hutang yang diserahkan tidak jelas ukuranya, kecuali jika orang yang berhutang tadi dengan sendirinya mempunya haq sebagai seorang pedagang.Syafi’iyah dan Hanabilah juga tidak membolehkanya, karena lemah/kurang sempurnanya saat penyerahan barang dan harta ribawi yang terdiri dari uang, makanan menurut Syafi’iyah haram di gunakan untuk dijual belikan antara sebagian dengan sebagian yang lain.Malikiyah membolehkan Jual beli hutang yang dilakukan oleh selain orang yang berhutang, dengan 8 syarat yang kemudian diringkas menjadi 2 syarat yang harus dipenuhi yaitu:1. Hendaknya tidak menunjukan kepada jual beli yang dilarang oleh syar’I seperti gharar atau riba dan yang lainya.2. Hendaknya memperkirakan hutangnya akan kembali4. Jual Beli GhararMenurut bahasa makna al-gharar adalah, al-khathr (pertaruhan) dan al khida’ (penipuan). Secara istilah adalah jual beli yang hukumnya terbatasi. Jadi bai gharar adalah jual beli yang mengandung spekulasi yang terjadi antara kedua orang yang berakad, menyebabkan hartanya hilang, atau jual beli sesuatu yang masih hambar, tidak jelas wujud atau batasanya, disepakati pelarangnnya. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwa Nabi SAW melarang jual beli Hashah dan jual beli gharar. (HR. Bukhari)Dari Ibnu Mas’ud : sesungguhnya Nabi SAW berkata : janganlah kalian membeli ikan yang ada di dalam air sesungguhnya itu gharar.Sehingga , dari penjelasan ini, dapat diambil pengertian, yang dimaksud jual beli gharar adalah, semua jual beli yang mengandung ketidakjelasan; pertaruhan, atau perjudian.Gharar yang membatalkan aka adalah gharar wujud : yaitu setiap jual beli yang barangnya

Page 66: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

disangsikan akan keberadaanya (benar-benar ada atau tidak)Nawawi berkata “Larangan jual beli gharar merupakan pokok penting dari ushul syar’I.” Permasalahan yang masuk dalam jual-beli jenis ini sangat banyak, tidak terhitung., kecuali dalam dua perkara Imam An-Nawawi menyatakan, apabila ringan (sedikit) atau tidak mungkin dipisah darinya, maka tidak menjadi penghalang keabsahan akad jual beli. Karena, gharar (ketidak jelasan) yang ada pada pondasi rumah, dalam perut hewan yang mengandung, atau buah terakhir yang tampak menjadi bagus sebagiannya saja, tidak mungkin lepas darinya. Demikian juga gharar yang ada dalam hammam (pemandian) dan minuman dari bejana dan sejenisnya, adalah gharar yang ringan. Sehingga keduanya tidak mencegah jual beli. Hal ini tentunya tidak sama dengan gharar yang banyak, yang mungkin dapat dilepas darinya.Jual beli yang termasuk gharar berdasarkan hadist yang berbunyi “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli muhaqallah , mukhadarah , mulammassah , munabazah , dan muzabanah ” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari)5. Jual Beli Najas Dan MutanajasPara Ulama bersepakat akan tidak adanya akad jual beli bagi khomer, babi, bangkai dan darah. Karena semuanya itu bukan termasuk maal. Sabda beliau SAW : sesungguhnya Allah SWT dan Rasul-NYA mengharamkan jual beli khomer, bangkai, babi dan berhala.Jumhur ulama (selain Hanafiah) juga mengikutkan anjing dalam pengharanman jual beli ini. Berdasarkan hadist Abu Mas’ud Al Anshory : Nabi SAW melarang menjadikan anjing sebagai tsaman.”Jumhur juga meniadakan akad jual beli barang yang terkena najis, yang tidak mungkin dapat disucikan kembali, seperti minyak, madu dan samin yang didalamnya terdapat najis, dan dibolehkan apabila barang itu dapat disucikan, seperti kain.Tidak dibolehkan juga bagi jumhur jual beli barang yang pada asalnya najis seperti pupuk (kotoran binatang) herbivora menurut Malikiyah. Sedangkan menurut Syafi’iyah dan Hanabilah yaitu kotoran (tinja) dan tulang bangkai beserta kulitnya.Malikiyah membolehkan jual beli kotoran sapi, kambing, onta dan sejenisnya. untuk keperluan menggarap tanah atau yang lainya yang termasuk mendatangkan manfaat.6. Jual Beli Dengan Uang Muka (Bai’ Urbun/DP)Uang muka adalah seseorang membeli sesuatu kemudian menyerahkan kepada penjual sebagian dari harga barang itu berupa dirham atau sejenisnya dengan catatan apabila jual beli itu dilanjutkan, uang muka diperhitungkan sebagai bagian dari keseluruhan harga, sedangkan apabila jual beli tidak dilanjutkan, uang muka tersebut diberikan kepada penjual, dengan kata lain, apabila transaksi jual beli berlanjut, uang muka sebagai bagian dari harga barang, sedangkan apabila transaksi jual beli tidak berlanjut, uang muka menjadi pemberian dari pembeli kepada penjual.Hukum jual beli dengan pembayaran uang muka (ba’i al-urbun) terdapat dua kelompok yang saling bertentangan yaitu kelompok yang menyatakan tidak sah dan kelompok yang menyatakan sah.Jumhur ulama berpendapat bahwa jual beli dengan sistem panjar/uang muka adalah jual beli yang terlarang dan tidak sah, ulama Hanafiah memasukkan dalam kategori jual beli fasid, sedangkan Syafiiyah dan Malikiyah menghukumi jual beli batal berdasarkan hadis Rasulullah saw. Sesungguhnya Nabi saw. melarang jual beli urbun (sistem uang muka)Jual beli macam ini juga termasuk jual beli gharar, terlarang dan termasuk makan harta orang lain secara bathil, selain itu dalam jual beli sistem ini mengandung dua syarat yang fasad yaitu syarat hibah (pemberian uang muka) dan syarat mengembalikan barang transaksi dengan

Page 67: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

perkiraan salah satu pihak tidak ridhaUlama hanabilah menghukumi jual beli dengan uang muka tidak apa-apa (boleh) berdasarkan riwayat Abd al-Razaq dalam Mushanafnya dari hadis Zaid bin Aslam bahwa Nabi saw. “ditanya tentang uang muka dan beliau menghalalkannya.”Dan juga riwayat dari Nafi bin al-Harits pernah membelikan sebuah bangunan penjara untuk Umar dari Shafwan bin Umayyah dengan empat ribu dirham, (dengan ketentuan) apabila Umar suka, barang yang dijual itu untuknya, apabila Umar tidak suka, empat ribu dirham itu untuk Shafwan7. Jual Beli Air (Bai’ Maa’)Air ada kalanya mubah atau ghoiru mubah. Mubah adalah air yang dimiliki oleh seluruh manusia dan mereka mengambil manfaat darinya, seperti : air laut dan sungai-sungai umum. Sabda Nabi SAW “Muslimin itu berserikat dalam tiga : air, rerumputan dan api.”Ghoiru mubah atau dimiliki adalah air yang termasuk dalam kepemilikan khusus, individu atau jama’ah. Dan air yang mengandung pengkhususan kepemilikan seperti penduduk suatu desa tertentu dan air yang dijaga di dalam bejana-bejana (dikemas).Hukum menjual belikannya adalah boleh, kecuali dalam keadaan dhorurat (bahaya). Seperti : kehausan yang bisa menyebabkan kematian, maka wajib untuk memberinya air, apabila masih saja menghalanginya, maka sama saja ia membunuhnya.Jumhur membolehkan jual beli air yang ghoiru mubah, seperti : air sumur, mata air, dan yang dikemas dll. Disejajarkan dengan kayu yang diperbolehkan oleh Rasulullah SAW dalam memperjual belikannya.Madzhab Dhohiriyah tidak menghalalkan jual beli air secara mutlak, karena Nabi SAW melarang jual beli air.Larangan menjualnya terjadi pula dalam keadaan khusus seperti : apabila jual beli air ini diniatkan untuk menyuburkan rerumputan yang ada di sekitarnya (sumur) dikarenakan penggembala akan membutuhkan air untuk gembalaanya.MACAM-MACAM JUAL BELI FASID-Menurut Ulama Hanafiah Terdapat Banyak Sekali Bentuk-Bentuk Jual Beli Fasiq, Namun Yang Terpenting Ada Tiga Belas Macam. Sebagaimana Berikut Ini :1. Jual Beli Yang Tidak Jelas/Tidak Diketahui Barangnya (Bai’ Majhul)Jual beli majhul jahalah fahisyah adalah jual beli yang tidak ada perselisihan, pertentangan atau perseteruan, hukumnya fasid, karena jual beli ini menghalangi serah terima barang, maksud jual belinya tidak tercapai.Jual beli majhul jahalah yasiroh adalah jual beli yang tidak menunjukan kepada perselisihan, pertentangan atau pertengkaran hukum jual belinya shahih, tidak fasid, karena tidak menghalangi serah terima barang, dan maksud jual belinya tercapai-Bentuk jahalah fahisyah secara global ada empat keadaan :1. Jahalatul mabi’ (tidak diketahuinya barang dagangan) baik jenis, macam dan ukuranya2. Jahalatu tsaman (tidak diketahuinya nilai tukar) seperti : jual beli kain berdasarkan qimahnya, dan membeli sesuatu dengan aturan fulan atau dengan aturan salah satu orang yang berakad, maka jual belinya dihukumi fasid, karena qimahnya tidak jelas dan akan terjadi perselisihan antara kedua belah pihak yang berakad.3. Jahalatul ajal (tidak diketahui masa tempo penundaannya) seperti jual beli yang ditunda sampai masa tempo begini dan begini, maka jual belinya dihukumi fasid, karena masa temponya tidak jelas.4. Jahalah fi wasa’ilit tausiq, seperti penjual yang mensyaratkan untuk mendahulukan kafalah

Page 68: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

(jaminan) atau rohn (gadai) tanpa menentukan tsaman yang ditunda, maka jual belinya fasid, karena tidak diketahui keberadaannya. Malikiyah membolehkannya dengan alasan urf yang berlaku, termasuk jahalah yasir.-Kesimpulan. Bahwa gharar lebih umum dari jahalah. Maka seluruh majhul (yang tidak jelas) itu adalah grarar, dan tidak sebaliknya, terkadang didapati gharar yang tidak majhul, seperti jual beli pohon rami yang diketahui sifatnya.2. Jual Beli Yang Tergantung Atas Suatu Syarat Dan Jual Beli Al Mudhof (Menambahi Ijab)Jual beli mualaq ala syartin adalah jual beli yang wujudnya tergantung pada sesuatu yang lain, memungkinkan sekali saat ijabnya menggunakan kata-kata ta’liq (menggantung) misalnya: akan, jika, apabila, kapan dan lainya. Seperti ungkapan: akan kujual rumah ini apabila fulan sudah pulang dari bepergiannya atau apabila fulan menjual rumahnya kepadaku.Jual beli mudhof adalah jual beli yang ijabnya ditambah-tanbahi sampai masa yang akan datang, missal : aku jual rumah ini pada awal tahun baru segini.Inilah kedua jual beli yang fasid menurut Hanafiyah, keduanya batal menurut yang lain, karena jual beli itu akad kepemilikannya ditentukan pada waktu itu juga, tidak menambah temponya hingga masa yang akan datang.Ilat yang terkandung dalam kedua jual beli ini adalah terdapat unsur ghoror, karena tidak diketahui sampai kapan pembeli akan menerima barangnya, sehingga tidak bisa dipastikan barang itu akan benar-benar diterima atau tidak. maka apabila yang terjadi demikian, bagaimana akan tercipta keridhoan dalam akad tersebut diantara keduanya.3. Jual Beli Harta Yang Tidak Ada/Tidak Terlihat Barangnya (Ba’i ‘Ainul Gho’ibah Au Ghoiru Mari’ah)‘Ainul ghoibah adalah harta pilihan yang dimiliki oleh penjual, yang wujudnya nyata, namun tidak terlihat.Hanafiyah membolehkan walau tanpa diketahui sifatnya sekalipun dengan syarat khiyar seperti jual beli barang yang ada di dalam kotak atau tertutup dan lainya. Apabila ketika melihat berang tersebut kemudian membatalkan transaksi maka dibolehkan, sebagai konsekwensi khiyar. Karena dengan adanya khiyar bisa mengantisipasi terjadinya ghoror atau jahalah dalam akad.Dalilnya hadist yang berbunya : “apabila membeli sesuatu yang belum dilihat pembeli, maka berhak atasnya khiyar apabila sudah melihatnya.” (HR. Daruqutni)Malikiyah juga membolehkannya dengan diketahuinya sifat barang tersebut, apabila pembeli percaya atas sifat yang telah disebutkan, maka jual beli lazim dilakukan, karena ini termasuk ghoror yasir.Maka apabila sifatnya berbeda dari keterangan sebelumnya, maka pembeli berhak melakukan khiyar.Syafi’iyah dan Hanabilah tidak memperbolehkannya, karena ini tetap mengandung unsure ghoror seperti yang telah dilarang oleh Rasulullah SAW.Perlu diperhatikan, ternyata hadist “apabila membeli sesuatu yang belum dilihat…” itu dhoif sebagaimana yang dinyatakan oleh Baihaqi dan lainya, dan batil tidak dishahihkan sebagaimana yang dinyatakan oleh Daruqutni.Akan tetapi dishahihkan jual beli ini untuk suatu keperluan.Hanafiyah dan Malikiyah membolehkan jual beli yang tidak kelihatan di dalam bumi seperti jual beli ubi lobak, liftu (jenis sayuran) dan kentang atau segala yang mengandung kesusahan atau bahaya bila melihatnya. Ini termasuk ghoror yasir.Syafi’iyah dan Hanabilah tetap membatalkannya, karena terdapat ghoror dan jahalah yang keduanya dilarang.

Page 69: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

4. Jual Beli Bagi Orang Yang Buta (Bai’ Al ‘A’ma Wa Syiro’uhu)Jumhur membolehkanya dalam berakad jual beli, ijaroh (sewa), rohn (gadai) dan hibah (pemberian). Dia berhak melakukan khiyar apabila mengetahui jenis, bau atau melalui daya rasanya. Atau mungkin barangnya disifati seperti sifat buah-buahan yang masih berada di pohon, karena sifat harus menjelaskan hakikat barang yang akan diperjual belikan, maka terjadilah kesamaran dalam jual beli bagi orang yang dapat melihat.Namun tidak ditetapkan oleh Hanafiyah dan Malikiyah khiyar melihat bagi penjual secara mutlaq. Dalam keadaan buta atau melihat.Syafi’iyah tidak memperbolehkannya (orang buta), kecuali ia pernah melihat sesuatu sebelum kebutaanya, barang yang tidak berubah seperti besi dan selainya, sehingga ia dihukumi kurang dalam mengidentifikasi dengan baik, maka barang yang akan dijual belikan baginya dianggap sebagai barang yang majhul.5. Jual Beli Barang Haram (Bai’ Bi Tsaman Al Muharom)Khamer dan babi. Fasid karean tidak mangandung manfaat secara syar’I. jumhur mnghukuminya bathil. Termasuk dalam hal ini adalah segala jenis narkoba, ganja, ophium,kokain, heroin dan sebagainya bahkan ini semua lebih parah lagi. Demikian pula jual beli rokok, mengingat keberadaannya yang membahayakan, mengganggu orang lain, juga menyia-nyiakan harta.Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah melarang menjual bangkai, khamr, babi, patung. Barangsiapa yang menjual bangkai, maksudnya daging hewan yang tidak disembelih dengan cara yang syar’i, inii berarti ia telah menjual bangkai dan memakan hasil yang haram.6. Jual Beli Tunai Dan Tunda (Bai’ Al Ajal Wa Bai’ Inah)Malikiyah membedakan antara jual beli ajal dan inah, jual beli ajal adalah jual beli yang diadakan oleh pembeli dari apa yang telah dia beli kepada penjual atau wakilnya dengan pembayaran bertempo. Sedangkan jual beli inah adalah seseorang mengatakan kepada yang lain : belilah barang daganganku ini dengan sepuluh ribu tunai, nanti aku beli lagi barang itu dari kamu dengan dua belas ribu dengan pembayaran bertempo.Malikiyah dan Hanabilah menghukumi keduanya bathil. Bahkan selain Malikiyah dan Hanabilah tidak membedakan keduanya.Abu hanifah, Syafi’iyah dan Dhohiriyah menshohihkan jual beli inah secara dhohirnya, karena terpenuhi rukunya yaitu ijab dan qobul menurut abu hanifah, dan rukun-rukunnya terpenuhi menurut yang lainya, tentunya dengan meninggalkan urusan niat dan menyerahkanya kepada Allah ta’ala untuk menghukumi pelakunya.Perlu diketahui bahwa ternyata jual beli inah ini, menurut selain madzhab Malikiyah disebut-sebut dengan jual beli ajal, yaitu yang mengandung siasat menjurus kepada riba, yaitu seseorang menjual barang dengan pembayaran bertempo. Kemudian membelinya lagi pada saat itu juga, Jual beli ini disebut‘inah karena si pemilik barang bukan menginginkan menjual barang, tetapi yang diinginkannya adalah ‘ain (uang). Atau karena si penjual kembali memiliki ‘ain (benda) yang dia jual pada waktu itu juga.Begitupula sebaliknya, Yaitu si pemilik barang menjual sesuatu barang kepada orang lain dengan sistim tempo, kemudian setelah itu barang tersebut dibeli lagi oleh pemilik barang tadi dengan cash namun dengan harga yang lebih murah dari pada harga pertama waktu ia jual. Ini termasuk katagori riba, sedang barang dagangan disini hanya sebagai wasilah/perantara. Hendaknya orang tersebut menjual barang itu kepada orang lain,bukan kepada kita.Contohnya seseorang menjual barang kepad aorang lain dengan harga 12 ribu dibayar bulan depan misalnya, kemudian dibeli lagi oleh yang menjual tadi dengan harga 10 ribu, disini terjadi perbedaan harga antara keduanya dengan kata lain si pemilik barang terjerumus kepada riba. Dan

Page 70: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

praktek seperti ini merupakan jembatan menuju riba.Jual beli ini dianggap bathil oleh Malikiyah dan Hanbilah, untuk mencegah kerusakan, berdasarkan hadist yang Diriwayatkan oleh Imam ad-Daruquthni dan al-Baihaqi dari Abu Ishaq, dari istrinya Aliyyah bahwa ia pernah menemui Aisyah radhiyallah ‘anha bersama dengan Ummu Walad Zaid bin Arqam serta seorang wanita lain. Ummu Walad Zaid berkata, “Aku pernah menjual budak kepada Zaid seharga delapan ratus dirham dengan pembayaran tertunda. Dan aku membelinya kembali seharga enam ratus dirham kontan.” Aisyah berkata, “Sungguh tidak bagus cara engkau berjualan dan cara engkau membeli. Katakan kepada Zaid, bahwa ia telah membatalkan pahala jihad dan hajinya bersama Rasulullah, kecuali kalau ia bertaubat!”Hadist lainya Riwayat Atha dari Ibnu Umar -rodhiyallahu ‘anhu- bahwa ia menceritakan, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Kalau manusia sudah menjadi kikir gara-gara uang (dinar dan dirham), sudah mulai melakukan jual beli ‘inah, mengikuti ekor-ekor sapi dan meninggalkan jihad fi sabilillah, pasti Allah akan menurunkan bencana kepada mereka, dan bencana itu tidak akan dihilangkan sebelum mereka kembali kepada agama mereka.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya).Abu hanifah berpendapat : bahwa jual beli ini adalah fasid, karena si pembeli belum memiliki barang itu sepenuhnya, sehingga jual beli belum bisa dikatakan sempurna, maka akad yang kedua (dibeli lagi oleh si pemilik barang awal) dihukumi fasid.Imam Syafi’I dan Dawud Ad dzahiri berpendapat : bahwa akad jual beli ini shahih namun mengandung karohah (dibenci) di dalamnya, karena terpenuhi rukunnya yaitu ijab dan qobul yang dilakukan secara benar. Dan akadnya tidak batal dengan niat yang kita tidak mengetahuinya, dan dikembalikan kepada Allah ta’ala.Kesimpulan : jumhur ulama selain Syafi’iyah menghukumi jual beli inah fasid, karena menjurus pada riba, dan seakan-akan membolehkan apa yang Allah ta’ala larang, maka tidak dishahihkan, dengan kata lain suaatu alasan yang mendorong kepada kejelekan itulah yang merusak akad.7. Jual Beli Anggur Untuk Di Jadikan Khomer (Bai’ Inab Liashiril Khamer)Malikiyah dan Hanabilah memandang sebagaiman yang telah ditetapkan pada jual beli ajal dan inah, bahwa jual beli ini bathil. Dan yang semisalnya seperti jual beli senjata bagi Ahli Habi (orang yang berperang) atau untuk Ahli Fitnah (orang yang sedang berada dalam kondisi fitnah) atau untuk Qutho Thoriq (perampok), alasan sama, untuk mencegah kerusakan, karena sesuatu yang dapat menjerumuskan kepada keharaman adalah haram pula, walau dengan suatu niat, sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al Maidah : 2 “saling tolong menolonglah kalian dalam kebajikan dan ketakwaan, dan janganlah kalian saling tolong menolong dalam kejelekan dan permusuhan”. Dari ayat ini dapat disimpulkan kalau jual belinya bathil.Abu Hanifah dan Imam Syafi’I memandang bahwa keduanya tidak dalam rangka mencegah kerusakan (saddu dhari’ah) : dan jual belinya tetap shohih secara dhohirnya. Maka jual beli kurma basah, anggur yang digunakan untuk khomer atau arak.Apabila penjual merasa ragu menjualnya, karena takut digunakan untuk maksiat atau kejahatan, maka hukum menjual belikanya makruh.8. Dua Akad Dalam Satu Jual Beli Atau Dua Syarat Pada Satu Jual Beli (Baiatani Fi Baiatin Aw Syarthani Fi Bai’in Wahid)Keduanya bermakna satu, penjual berkata kepada pembeli : aku jual barang ini 2 ribu secara nasi’ah (berhutang terlebih dahulu-pembayaran secara tempo) atau seribu secara tunai, pembeli menjawab : qubiltu (pertanda setuju). Tanpa memilih yang tunai atau nasi’ah. Maka apabila is menentukan salah saatunya, jual belinya shahih.Atau penjual berkata kepada yang lainya : aku jual rumah ini asalkan kamu menjual kapadaku

Page 71: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

tanah si fulan. Kedua tasharuf ini dilarang oleh syar’i. berdasarkan hadist Abu Hurairah : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari membuat dua belian (akad) dalam satu aqad.”Contoh pertama mengandung unsure gharar, sebab ketidak jelasan nilainya, dan contooh kedua dilarang karena menyibukan kebutuhan orang lain.Pengertian dua syarat dalam satu jual beli adalah perkataan : aku jual barang ini dengan seribu tunai, atau 2 ribu secara nasi’ah, ini mengandung dua syarat dalam satu jual beli. Terjadi perbedaan maksud antara keduanya, dan tidak dibedakan antara dua syarat atau lebih, pernyataan ini adalah tafsiran dari Zaid bin Ali dan Abu Hanifah.Dan di tafsirkan lagi dengan perkataan : aku jual kainku segini, tapi ukuran dan jahitanya terserah aku, ini adalah jual beli fasid menurut para ulama’, maka tidak ada bedanya bagi mereka entah itu satu syarat atau dua. Imam Ahmad berkata :” bahwa itu shahih, maka dibolehkan satu syarat dan tidak dibolehkan dua syarat atau lebih, maka jual beli ini shahih jika ungkapanya :’aku jual kainku ini dan akan aku jahitkan, dan tidak dibenarkan jika ungkapanya :”ukuran dan jahitanya terserah aku.”Menurut Fuqoha. Hanafiah berkata:”jual beli ini fasid, karena harganya tidak jelas, sebagaimana di dalamnya mengandung kesamaran akad, apakah tunai atau tempo? Apabila kesamaran itu diangkat atas salah satu antara keduanya, maka akadnya sah.Imam Malik berkata :”jual beli ini tetap sah, dan menjadi jual beli khiyar, akadnya berubah kepada salah satu dari kedua keadaan diatas.”Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat : akad ini bathil, karena termasuk jual beli gharar, dengan sebab jahalah (ketidak jelasan), karena penjual belum menentukan jual belinya berpusat pada satu akad, dan dikarenakan harganya majhul (tidak diketahui), maka belum bisa Dishahihkan Akadnya.9. Jual Beli Yang Barang Dan Sifatnya Bagian Dari Yang Dimaksud (Bai’ul Atba Wal Aushof Binahwi Maqsud)Yaitu menjual sesuatu yang melekat pada sesuatu yang lain, dengan kata lain barang yang akan diperjual belikan termasuk bagian darinya. Seperti jula beli daging kambing yang masih hidup, sesobek dari kain dan kepala dari hewan.Jual beli seperti ini selain sesobek dari kain, maka hukumnya bathil karena barang jual belinya tidak ada (ma’dum).Sedangkan juall beli sesobek dari kain, jika membahayakan sebagiannya maka akadnya fasid, karena ia bagian dari selembar kain tersebut. Hukumnya akan kembali pada shahih apabila pembeli memesan dulu sebelumnya, sehingga bisa dicarikan sesuai pesanan, tanpa harus mengurangi kain yang ukuranya sudah ditetapkan sebelumnya dan tidak bisa di kurangi/disobek sedikitpun.Apabila jual beli ini tidak membahayakan bagi sebagian yang lain maka boleh-boleh saja, seperti mud (jenis takaran yang kurang lebih 6 ons) dan ritl (kurang lebih 2564 gram) dari subroh (seonggok takaran yang tidak ditimbang). Karena tidak membahayakan bagi sebagian lainya dan tidak termasuk barang yang melekat pada sesuatu.10. Jual Beli Yang Belum Diserah Terimakan (Bai’ Syai Qobla Qobdihi)Syafi’iyah berpendapat : tidak memperbolehkan jual beli barang yang statusnya belum dimiliki seutuhnya oleh penjual (yang yang membeli dari seorang dan belum di serah terimakan seutuhnya), seperti seseorang yang membeli barang dari orang lain, sebelum penyerahan dilakukan, pembeli tadi kemudian menjualnya kepada orang lain (pihak ketiga). Bila demikian maka jual belinya bathil, dan untungnya tidak berhak baginya, karena sebenarnya barang itu

Page 72: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

masih dalam tanggungan penjual pertama, adapun stasusnya seakan-akan hanya perantara saja, karena barang tersebut belum resmi miliknya.Begitupula dengan madzhab Hanafiah, Malikiyah dan Hanabilah. Meraka sama-sama menyatakana, bahwa jual beli seperti ini dilarang, tidak diperbolehkan dan tidak shahih. Karena terdapat unsur gharar di dalamnya, di sinilah ilat pelarangannya.11. Jual Beli Mengakhirkan Barang Dan Uang Yang Telah Ditentukan (Tajilu Mabi’ Al Mu’ayan wa Tsaman Al Mu’ayan)Apabila ada syarat yang mengharuskan untuk memngadakan serah terima barang atau harga yang telah ditentukan, maka jual belinya fasid, karena kewajiban penyerahan yang sebenarnya adalah pada waktu berakad, dan penundaanlah yang menghilangkan penyerahan barang pada waktu akad tersebut, maka hal inilah yang dapat merubah keadaan akad, maka wajib baginya untuk mmebatalkan akad.Namun diperbolehkan mengakhirkan barang dalam jual beli pesanan, dan penundaan pembayaran dianggap sebagai suatu hutang, dengan syarat tempo penundaannya harus diketahui dengan jelas.12. Rusak Atau Yang Menimbulkan Kerusakan (Bai’ Bi Syartin Fasid Aw Mufsid)Madzhab Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’yah serta Hanabilah sama-sama tidak memperbolehkanya dan menghukuminya sebagai bentuk jual beli yang fasid, karena ada penambahan syarat di dalam akad, maka terjadi riba.Syarat yang bathil adalah syarat yang mengandung bahaya bagi salah satu pihak yang berakad, seperti jual beli sesuatu dengan syarat pembeli untuk tidak menjualnya lagi atau tidak boleh dihibahkan, pada dasarnya jual belinya boleh-boleh saja, namun syaratnya sia-sia dan bathil, karena tidak mengandung manfaat bagi siapapun. Maka tidak diwajibkan untuk merusak akadnya.

13. Jual Beli Buah-Buahan Atau Pertanian Yang Belum Berbuah (Ba’I At Tsamar Aw Az Zuru’ Qobla Wujudiha Aw Sholahiha)Para Ulama telah bersepakat melarang jual beli macam ini berdasarkan hadist nabawiyah, karena termasuk dalam kategori jual beli gharar.Ulama juga bersepakat akan bolehnya jual beli buah-buahan atau hasil pertanian yang sudah di potong dari pohonnya.Maka dalam pembahasan ini ada dua kelompok mendasar dalam menentukan hukumnya, antara yang belum dan yang setelah dipetik/dipotong dari pohonya1. Sebelum dipanen/berbuaha. Bila syarat jual belinya secara muthlaq, maka diperbolehkan juga.b. Bila disyaratkan sampai memotong/memtiknya, maka diperbolehkanc. Bila syaratnya untuk meninggalkannya, maka jual belinya fasid.2. Setelah dipotong/dipetika. Bila syarat jual belinya secara muthlaq, maka diperbolehkan juga.b. Bila disyaratkan sampai memotong/memtiknya, maka diperbolehkanc. Bila syaratnya untuk meninggalkannya, maka jual belinya fasid.

Maraji’ : al Wajiz fi fiqhi islamy, Wahbah Az Zuhaily

Page 73: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

JUAL BELI SHAHIH DAN   BATHIL

1 Desember 2011 Meninggalkan komentar

Jumhur ulama membagi akad menjadi 2, yaitu sebagai berikut:1) Akad yang sah (shahih), adalah akad yang memenuhi ketentuan syarat dan rukunnya.2) Akad yang tidak sah (ghairu shahih), adalah akad yang tidak memenuhi salah satu syarat dan rukunnya, dan akad yang tidak memenuhi salah satu syarat dan rukun tersebut termasuk akad yang batil (batal) dan fasid (rusak).-Batil (batal) dan fasid (rusak) memilki makna yang sama.

Ulama Hanafiyah membedakan antara akad yang bathil (batal), dan akad yang fasid (rusak) :1) Jual beli bathil (batal) adalah jual beli yang tidak sesuai dengan rukun dan akadnya (ketentuan asal/pokok dan sifatnya). Seperti jual beli yang dilakukan oleh orang yang tidak sesuai (karena tidak sesuai dengan syarat dan rukun), contohnya: akad yang dilakukan anak kecil yang belum mumayis dan orang gila atau jual beli sesuatu yang tidak berharga seperti bangkai, atau jual beli barang yang dilarang seperti khamar.-Menurut Abu Hanifah, jual beli yang batal tidak menjadikan pertukaran kepemilikan karena rusak jual belinya.2) Jual beli fasid adalah jual beli yang sesuai ketentuan syara’ asal/pokok (syarat dan rukun), tetapi tidak sesuai dengan ketentuan syara’ pada sifatnya. Seperti jual beli yang meragukan, contohnya jual beli sebuah rumah diantara banyak rumah, tetapi belum diketahui rumah mana atau rumahnya tidak jelas milik siapa.-Hukumnya : terjadi pertukaran kepemilikan dengan izin pemilik barang secara transparan, menandakan telah terjadi penyerahan dalam majlis akad yang terjadi langsung didepan penjual tanpa menutupinya.

Cara membedakan fasid dan batil dapat dilihat dari :1) Apabila kerusakan berhubungan dengan, komoditi (barang) berarti bai’nya bathil.2) Apabila kerusakan berhubungan dengan harga berarti fasid .MACAM-MACAM JUAL BELI BATHIL-Ada Tujuh Macam, Sebagaimana Berikut Ini :1. Jual Beli Yang Barangnya Tidak Ada (Bai’ Ma’dum)Bai’ ma’dum (jual beli yang barangnya tidak ada) yang didalamnya terdapat unsur ketidakjelasan adalah bathil. Seperti menjual anak unta yang masih dalam kandungan dan menjual buah yang masih dipohon (belum matang), karena Nabi SAW melarang jual beli anak ternak yang masih dalam kandungan dan juga melarang jual beli air susu yang masih diteteknya (bisa kelihatan besar, ternyata isinya lemak) dan melarang pula jual beli buah yang masih dipohon (belum matang).Contoh-contoh lain jual beli yang tidak ada barangnya: Jual beli mutiara yang masih dalam rumah kerangnya, jual beli bulu domba (wol) yang masih berada pada kambingnya, dan jual beli kitab sebelum mencetaknya. Semua jenis jual beli tersebut adalah batal menurut Syafi’iyah dan Hanabilah; karena pada akad-akad tersebut terkandung unsur ketidakjelasan.Menurut Hanafiyah kecuali Abu Yusuf: jual beli mutiara yang masih dalam rumah kerangnya dan jual beli bulu domba (wol) yang masih berada pada kambingnya adalah fasid (rusak).Taimiyah (Hambali) dan Ibnu Qayim memperbolehkan jual beli ma’dum, apabila dapat

Page 74: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

dipastikan akan ada, karena tidak disebutkan dalam nash jual beli seperti itu dilarang, yang ada hanya jual beli gharar.“tidak ada sebab yang melarang jual beli yang tidak ada wujudnya/barangnya”2. Jual Beli Yang Barangnya Tidak Dapat Diserahkan Pada Pembeli (Bai’ Ma’jus Taslim)Empat mazhab bersepakat menetapkan bahwa sesungguhnya tidaklah terjadi akad jual beli ma’juz at-tasliim ketika berakad, sekalipun harta/benda/barang tersebut adalah miliknya sendiri, seperti memperjualbelikan burung yang terbang dari pemiliknya. Walaupun bisa mendatangkan barang saat di majlis akad, tetap tidak dianggap boleh, karena ada unsure bathil.Batalnya akad dapat pula terjadi apabila harga (barang pengganti) tidak dapat diserahkan; karena jika harga (barang pengganti) tersedia, maka barang jualan akan menjadi hak milik.Dalil kebatilannya : karena Nabi SAW melarang jual beli Hashah (jual beli barang dimana pembeli menggunakan kerikil dalam jual belinya) jual beli Gharar (jual beli barang yang tidak diketahui rupa dan sifatnya). Dan itu menunjukan adanya ketidakpastian.Dari Abi Sa’id al-Khudri RA sesungguhnya Rasulullah SAW melarang jual beli budak yang melarikan diri, jual beli binatang ternak yang masih dalam kandungan hingga lahir, dan jual beli air susunya, dan melarang jual beli kambing hingga terbagi.Ulama Hanafiah berpendapat walaupun penyerahannya langsung dalam majlis (tempat akad), tetap tidak diperbolehkan, karena ada unsur batil.3. Jual Beli Hutang (Bai’ Dain)Hutang itu seperti barang pengganti (harga) barang yang diperjualbelikan, menunjukan pinjaman, dan mahar sesudah maupun sebelum jima dengan istri. Sebagai pengganti biaya atas keuntungan yang diperoleh, dan dianjurkan terdapat sanksi dan denda yang merugikan, dan khulu’ dan tidak dapat dibantah.Disyariatkannya Jual Beli dengan hutang adakalanya pada waktu akad maupun nasi’ah (berhutang terlebih dahulu)Adapun jual beli nasi’ah (pembayaranya bertempo) adalah jual beli kredit dengan kredit atau hutang dengan hutang. Kala’(kredit) adalah yang pembayaranya diakhirkan, hal ini dilarang dan bathil menurut ijma’, karena ada unsure riba, sebagaimana hadist yang diriwayatkan Daruqutni dari Ibnu Umar : sesungguhnya Anbi SAW melarang jual beli kredit dengan kredit. Dan pelarangan ini menunjukan fasidnya sesuatu yang dilarang tadi (jual belinya) walaupun yang bertransaksi adalah orang berhutang atau bukan orang yang berhutang.Jual beli hutang yang dilakukan oleh orang berhutang adalah seseorang berhutang kepada orang lain sebanyak 100 dinar, kemudian keduanya sepakat untuk menggantinya dengan 20 ritl (1 ritl kurang lebih 2564 gram) gula dari orang yang berhutang yang akan dibayar sebulan atau dua bulan kedepan, praktek ini disebut juga “merusak hutang dengan hutang” karena tanggungan penghutang yang awal telah rusak, diganti dengan tanggungan yang lain.Jual beli hutang yang dilakukan oleh selain orang yang berhutang adalah seseorang berhutang sebanyak 100 dinar, kemudian uang itu dihutang lagi dan oleh orang lain, digunakan untuk membeli 50 ritl beras, dan di bayarkan kepadanya pada bulan depan.-Jual beli yang pembayaranya tunai adalah sebagai berikut:1. Apabila Jual beli hutang yang dilakukan oleh orang berhutang : Jumhur fuqoha membolehkanya selain Dhohiriyah, karena penghalang keabsahan jual beli hutang degan hutang ini terletak pada lemah/kurang sempurnanya saat penyerahan barang, dan hal itu tidak dihajatkan pada jual beli hutang yang pembayarannya tunai ini, karena yang terkandung dalam tanggungan penghutang sudah diserahkan seluruhnya.2. Apabila Jual beli hutang yang dilakukan oleh selain orang yang berhutang : tidak

Page 75: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

diperbolehkan menurut Hanafiyah dan Dhohiriyah, karena lemah/kurang sempurnanya saat penyerahan barang, atau karena hutang yang diserahkan tidak jelas ukuranya, kecuali jika orang yang berhutang tadi dengan sendirinya mempunya haq sebagai seorang pedagang.Syafi’iyah dan Hanabilah juga tidak membolehkanya, karena lemah/kurang sempurnanya saat penyerahan barang dan harta ribawi yang terdiri dari uang, makanan menurut Syafi’iyah haram di gunakan untuk dijual belikan antara sebagian dengan sebagian yang lain.Malikiyah membolehkan Jual beli hutang yang dilakukan oleh selain orang yang berhutang, dengan 8 syarat yang kemudian diringkas menjadi 2 syarat yang harus dipenuhi yaitu:1. Hendaknya tidak menunjukan kepada jual beli yang dilarang oleh syar’I seperti gharar atau riba dan yang lainya.2. Hendaknya memperkirakan hutangnya akan kembali4. Jual Beli GhararMenurut bahasa makna al-gharar adalah, al-khathr (pertaruhan) dan al khida’ (penipuan). Secara istilah adalah jual beli yang hukumnya terbatasi. Jadi bai gharar adalah jual beli yang mengandung spekulasi yang terjadi antara kedua orang yang berakad, menyebabkan hartanya hilang, atau jual beli sesuatu yang masih hambar, tidak jelas wujud atau batasanya, disepakati pelarangnnya. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwa Nabi SAW melarang jual beli Hashah dan jual beli gharar. (HR. Bukhari)Dari Ibnu Mas’ud : sesungguhnya Nabi SAW berkata : janganlah kalian membeli ikan yang ada di dalam air sesungguhnya itu gharar.Sehingga , dari penjelasan ini, dapat diambil pengertian, yang dimaksud jual beli gharar adalah, semua jual beli yang mengandung ketidakjelasan; pertaruhan, atau perjudian.Gharar yang membatalkan aka adalah gharar wujud : yaitu setiap jual beli yang barangnya disangsikan akan keberadaanya (benar-benar ada atau tidak)Nawawi berkata “Larangan jual beli gharar merupakan pokok penting dari ushul syar’I.” Permasalahan yang masuk dalam jual-beli jenis ini sangat banyak, tidak terhitung., kecuali dalam dua perkara Imam An-Nawawi menyatakan, apabila ringan (sedikit) atau tidak mungkin dipisah darinya, maka tidak menjadi penghalang keabsahan akad jual beli. Karena, gharar (ketidak jelasan) yang ada pada pondasi rumah, dalam perut hewan yang mengandung, atau buah terakhir yang tampak menjadi bagus sebagiannya saja, tidak mungkin lepas darinya. Demikian juga gharar yang ada dalam hammam (pemandian) dan minuman dari bejana dan sejenisnya, adalah gharar yang ringan. Sehingga keduanya tidak mencegah jual beli. Hal ini tentunya tidak sama dengan gharar yang banyak, yang mungkin dapat dilepas darinya.Jual beli yang termasuk gharar berdasarkan hadist yang berbunyi “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli muhaqallah , mukhadarah , mulammassah , munabazah , dan muzabanah ” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari)5. Jual Beli Najas Dan MutanajasPara Ulama bersepakat akan tidak adanya akad jual beli bagi khomer, babi, bangkai dan darah. Karena semuanya itu bukan termasuk maal. Sabda beliau SAW : sesungguhnya Allah SWT dan Rasul-NYA mengharamkan jual beli khomer, bangkai, babi dan berhala.Jumhur ulama (selain Hanafiah) juga mengikutkan anjing dalam pengharanman jual beli ini. Berdasarkan hadist Abu Mas’ud Al Anshory : Nabi SAW melarang menjadikan anjing sebagai tsaman.”Jumhur juga meniadakan akad jual beli barang yang terkena najis, yang tidak mungkin dapat disucikan kembali, seperti minyak, madu dan samin yang didalamnya terdapat najis, dan dibolehkan apabila barang itu dapat disucikan, seperti kain.

Page 76: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Tidak dibolehkan juga bagi jumhur jual beli barang yang pada asalnya najis seperti pupuk (kotoran binatang) herbivora menurut Malikiyah. Sedangkan menurut Syafi’iyah dan Hanabilah yaitu kotoran (tinja) dan tulang bangkai beserta kulitnya.Malikiyah membolehkan jual beli kotoran sapi, kambing, onta dan sejenisnya. untuk keperluan menggarap tanah atau yang lainya yang termasuk mendatangkan manfaat.6. Jual Beli Dengan Uang Muka (Bai’ Urbun/DP)Uang muka adalah seseorang membeli sesuatu kemudian menyerahkan kepada penjual sebagian dari harga barang itu berupa dirham atau sejenisnya dengan catatan apabila jual beli itu dilanjutkan, uang muka diperhitungkan sebagai bagian dari keseluruhan harga, sedangkan apabila jual beli tidak dilanjutkan, uang muka tersebut diberikan kepada penjual, dengan kata lain, apabila transaksi jual beli berlanjut, uang muka sebagai bagian dari harga barang, sedangkan apabila transaksi jual beli tidak berlanjut, uang muka menjadi pemberian dari pembeli kepada penjual.Hukum jual beli dengan pembayaran uang muka (ba’i al-urbun) terdapat dua kelompok yang saling bertentangan yaitu kelompok yang menyatakan tidak sah dan kelompok yang menyatakan sah.Jumhur ulama berpendapat bahwa jual beli dengan sistem panjar/uang muka adalah jual beli yang terlarang dan tidak sah, ulama Hanafiah memasukkan dalam kategori jual beli fasid, sedangkan Syafiiyah dan Malikiyah menghukumi jual beli batal berdasarkan hadis Rasulullah saw. Sesungguhnya Nabi saw. melarang jual beli urbun (sistem uang muka)Jual beli macam ini juga termasuk jual beli gharar, terlarang dan termasuk makan harta orang lain secara bathil, selain itu dalam jual beli sistem ini mengandung dua syarat yang fasad yaitu syarat hibah (pemberian uang muka) dan syarat mengembalikan barang transaksi dengan perkiraan salah satu pihak tidak ridhaUlama hanabilah menghukumi jual beli dengan uang muka tidak apa-apa (boleh) berdasarkan riwayat Abd al-Razaq dalam Mushanafnya dari hadis Zaid bin Aslam bahwa Nabi saw. “ditanya tentang uang muka dan beliau menghalalkannya.”Dan juga riwayat dari Nafi bin al-Harits pernah membelikan sebuah bangunan penjara untuk Umar dari Shafwan bin Umayyah dengan empat ribu dirham, (dengan ketentuan) apabila Umar suka, barang yang dijual itu untuknya, apabila Umar tidak suka, empat ribu dirham itu untuk Shafwan7. Jual Beli Air (Bai’ Maa’)Air ada kalanya mubah atau ghoiru mubah. Mubah adalah air yang dimiliki oleh seluruh manusia dan mereka mengambil manfaat darinya, seperti : air laut dan sungai-sungai umum. Sabda Nabi SAW “Muslimin itu berserikat dalam tiga : air, rerumputan dan api.”Ghoiru mubah atau dimiliki adalah air yang termasuk dalam kepemilikan khusus, individu atau jama’ah. Dan air yang mengandung pengkhususan kepemilikan seperti penduduk suatu desa tertentu dan air yang dijaga di dalam bejana-bejana (dikemas).Hukum menjual belikannya adalah boleh, kecuali dalam keadaan dhorurat (bahaya). Seperti : kehausan yang bisa menyebabkan kematian, maka wajib untuk memberinya air, apabila masih saja menghalanginya, maka sama saja ia membunuhnya.Jumhur membolehkan jual beli air yang ghoiru mubah, seperti : air sumur, mata air, dan yang dikemas dll. Disejajarkan dengan kayu yang diperbolehkan oleh Rasulullah SAW dalam memperjual belikannya.Madzhab Dhohiriyah tidak menghalalkan jual beli air secara mutlak, karena Nabi SAW melarang jual beli air.

Page 77: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Larangan menjualnya terjadi pula dalam keadaan khusus seperti : apabila jual beli air ini diniatkan untuk menyuburkan rerumputan yang ada di sekitarnya (sumur) dikarenakan penggembala akan membutuhkan air untuk gembalaanya.MACAM-MACAM JUAL BELI FASID-Menurut Ulama Hanafiah Terdapat Banyak Sekali Bentuk-Bentuk Jual Beli Fasiq, Namun Yang Terpenting Ada Tiga Belas Macam. Sebagaimana Berikut Ini :1. Jual Beli Yang Tidak Jelas/Tidak Diketahui Barangnya (Bai’ Majhul)Jual beli majhul jahalah fahisyah adalah jual beli yang tidak ada perselisihan, pertentangan atau perseteruan, hukumnya fasid, karena jual beli ini menghalangi serah terima barang, maksud jual belinya tidak tercapai.Jual beli majhul jahalah yasiroh adalah jual beli yang tidak menunjukan kepada perselisihan, pertentangan atau pertengkaran hukum jual belinya shahih, tidak fasid, karena tidak menghalangi serah terima barang, dan maksud jual belinya tercapai-Bentuk jahalah fahisyah secara global ada empat keadaan :1. Jahalatul mabi’ (tidak diketahuinya barang dagangan) baik jenis, macam dan ukuranya2. Jahalatu tsaman (tidak diketahuinya nilai tukar) seperti : jual beli kain berdasarkan qimahnya, dan membeli sesuatu dengan aturan fulan atau dengan aturan salah satu orang yang berakad, maka jual belinya dihukumi fasid, karena qimahnya tidak jelas dan akan terjadi perselisihan antara kedua belah pihak yang berakad.3. Jahalatul ajal (tidak diketahui masa tempo penundaannya) seperti jual beli yang ditunda sampai masa tempo begini dan begini, maka jual belinya dihukumi fasid, karena masa temponya tidak jelas.4. Jahalah fi wasa’ilit tausiq, seperti penjual yang mensyaratkan untuk mendahulukan kafalah (jaminan) atau rohn (gadai) tanpa menentukan tsaman yang ditunda, maka jual belinya fasid, karena tidak diketahui keberadaannya. Malikiyah membolehkannya dengan alasan urf yang berlaku, termasuk jahalah yasir.-Kesimpulan. Bahwa gharar lebih umum dari jahalah. Maka seluruh majhul (yang tidak jelas) itu adalah grarar, dan tidak sebaliknya, terkadang didapati gharar yang tidak majhul, seperti jual beli pohon rami yang diketahui sifatnya.2. Jual Beli Yang Tergantung Atas Suatu Syarat Dan Jual Beli Al Mudhof (Menambahi Ijab)Jual beli mualaq ala syartin adalah jual beli yang wujudnya tergantung pada sesuatu yang lain, memungkinkan sekali saat ijabnya menggunakan kata-kata ta’liq (menggantung) misalnya: akan, jika, apabila, kapan dan lainya. Seperti ungkapan: akan kujual rumah ini apabila fulan sudah pulang dari bepergiannya atau apabila fulan menjual rumahnya kepadaku.Jual beli mudhof adalah jual beli yang ijabnya ditambah-tanbahi sampai masa yang akan datang, missal : aku jual rumah ini pada awal tahun baru segini.Inilah kedua jual beli yang fasid menurut Hanafiyah, keduanya batal menurut yang lain, karena jual beli itu akad kepemilikannya ditentukan pada waktu itu juga, tidak menambah temponya hingga masa yang akan datang.Ilat yang terkandung dalam kedua jual beli ini adalah terdapat unsur ghoror, karena tidak diketahui sampai kapan pembeli akan menerima barangnya, sehingga tidak bisa dipastikan barang itu akan benar-benar diterima atau tidak. maka apabila yang terjadi demikian, bagaimana akan tercipta keridhoan dalam akad tersebut diantara keduanya.3. Jual Beli Harta Yang Tidak Ada/Tidak Terlihat Barangnya (Ba’i ‘Ainul Gho’ibah Au Ghoiru Mari’ah)‘Ainul ghoibah adalah harta pilihan yang dimiliki oleh penjual, yang wujudnya nyata, namun

Page 78: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

tidak terlihat.Hanafiyah membolehkan walau tanpa diketahui sifatnya sekalipun dengan syarat khiyar seperti jual beli barang yang ada di dalam kotak atau tertutup dan lainya. Apabila ketika melihat berang tersebut kemudian membatalkan transaksi maka dibolehkan, sebagai konsekwensi khiyar. Karena dengan adanya khiyar bisa mengantisipasi terjadinya ghoror atau jahalah dalam akad.Dalilnya hadist yang berbunya : “apabila membeli sesuatu yang belum dilihat pembeli, maka berhak atasnya khiyar apabila sudah melihatnya.” (HR. Daruqutni)Malikiyah juga membolehkannya dengan diketahuinya sifat barang tersebut, apabila pembeli percaya atas sifat yang telah disebutkan, maka jual beli lazim dilakukan, karena ini termasuk ghoror yasir.Maka apabila sifatnya berbeda dari keterangan sebelumnya, maka pembeli berhak melakukan khiyar.Syafi’iyah dan Hanabilah tidak memperbolehkannya, karena ini tetap mengandung unsure ghoror seperti yang telah dilarang oleh Rasulullah SAW.Perlu diperhatikan, ternyata hadist “apabila membeli sesuatu yang belum dilihat…” itu dhoif sebagaimana yang dinyatakan oleh Baihaqi dan lainya, dan batil tidak dishahihkan sebagaimana yang dinyatakan oleh Daruqutni.Akan tetapi dishahihkan jual beli ini untuk suatu keperluan.Hanafiyah dan Malikiyah membolehkan jual beli yang tidak kelihatan di dalam bumi seperti jual beli ubi lobak, liftu (jenis sayuran) dan kentang atau segala yang mengandung kesusahan atau bahaya bila melihatnya. Ini termasuk ghoror yasir.Syafi’iyah dan Hanabilah tetap membatalkannya, karena terdapat ghoror dan jahalah yang keduanya dilarang.4. Jual Beli Bagi Orang Yang Buta (Bai’ Al ‘A’ma Wa Syiro’uhu)Jumhur membolehkanya dalam berakad jual beli, ijaroh (sewa), rohn (gadai) dan hibah (pemberian). Dia berhak melakukan khiyar apabila mengetahui jenis, bau atau melalui daya rasanya. Atau mungkin barangnya disifati seperti sifat buah-buahan yang masih berada di pohon, karena sifat harus menjelaskan hakikat barang yang akan diperjual belikan, maka terjadilah kesamaran dalam jual beli bagi orang yang dapat melihat.Namun tidak ditetapkan oleh Hanafiyah dan Malikiyah khiyar melihat bagi penjual secara mutlaq. Dalam keadaan buta atau melihat.Syafi’iyah tidak memperbolehkannya (orang buta), kecuali ia pernah melihat sesuatu sebelum kebutaanya, barang yang tidak berubah seperti besi dan selainya, sehingga ia dihukumi kurang dalam mengidentifikasi dengan baik, maka barang yang akan dijual belikan baginya dianggap sebagai barang yang majhul.5. Jual Beli Barang Haram (Bai’ Bi Tsaman Al Muharom)Khamer dan babi. Fasid karean tidak mangandung manfaat secara syar’I. jumhur mnghukuminya bathil. Termasuk dalam hal ini adalah segala jenis narkoba, ganja, ophium,kokain, heroin dan sebagainya bahkan ini semua lebih parah lagi. Demikian pula jual beli rokok, mengingat keberadaannya yang membahayakan, mengganggu orang lain, juga menyia-nyiakan harta.Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah melarang menjual bangkai, khamr, babi, patung. Barangsiapa yang menjual bangkai, maksudnya daging hewan yang tidak disembelih dengan cara yang syar’i, inii berarti ia telah menjual bangkai dan memakan hasil yang haram.6. Jual Beli Tunai Dan Tunda (Bai’ Al Ajal Wa Bai’ Inah)Malikiyah membedakan antara jual beli ajal dan inah, jual beli ajal adalah jual beli yang diadakan oleh pembeli dari apa yang telah dia beli kepada penjual atau wakilnya dengan

Page 79: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

pembayaran bertempo. Sedangkan jual beli inah adalah seseorang mengatakan kepada yang lain : belilah barang daganganku ini dengan sepuluh ribu tunai, nanti aku beli lagi barang itu dari kamu dengan dua belas ribu dengan pembayaran bertempo.Malikiyah dan Hanabilah menghukumi keduanya bathil. Bahkan selain Malikiyah dan Hanabilah tidak membedakan keduanya.Abu hanifah, Syafi’iyah dan Dhohiriyah menshohihkan jual beli inah secara dhohirnya, karena terpenuhi rukunya yaitu ijab dan qobul menurut abu hanifah, dan rukun-rukunnya terpenuhi menurut yang lainya, tentunya dengan meninggalkan urusan niat dan menyerahkanya kepada Allah ta’ala untuk menghukumi pelakunya.Perlu diketahui bahwa ternyata jual beli inah ini, menurut selain madzhab Malikiyah disebut-sebut dengan jual beli ajal, yaitu yang mengandung siasat menjurus kepada riba, yaitu seseorang menjual barang dengan pembayaran bertempo. Kemudian membelinya lagi pada saat itu juga, Jual beli ini disebut‘inah karena si pemilik barang bukan menginginkan menjual barang, tetapi yang diinginkannya adalah ‘ain (uang). Atau karena si penjual kembali memiliki ‘ain (benda) yang dia jual pada waktu itu juga.Begitupula sebaliknya, Yaitu si pemilik barang menjual sesuatu barang kepada orang lain dengan sistim tempo, kemudian setelah itu barang tersebut dibeli lagi oleh pemilik barang tadi dengan cash namun dengan harga yang lebih murah dari pada harga pertama waktu ia jual. Ini termasuk katagori riba, sedang barang dagangan disini hanya sebagai wasilah/perantara. Hendaknya orang tersebut menjual barang itu kepada orang lain,bukan kepada kita.Contohnya seseorang menjual barang kepad aorang lain dengan harga 12 ribu dibayar bulan depan misalnya, kemudian dibeli lagi oleh yang menjual tadi dengan harga 10 ribu, disini terjadi perbedaan harga antara keduanya dengan kata lain si pemilik barang terjerumus kepada riba. Dan praktek seperti ini merupakan jembatan menuju riba.Jual beli ini dianggap bathil oleh Malikiyah dan Hanbilah, untuk mencegah kerusakan, berdasarkan hadist yang Diriwayatkan oleh Imam ad-Daruquthni dan al-Baihaqi dari Abu Ishaq, dari istrinya Aliyyah bahwa ia pernah menemui Aisyah radhiyallah ‘anha bersama dengan Ummu Walad Zaid bin Arqam serta seorang wanita lain. Ummu Walad Zaid berkata, “Aku pernah menjual budak kepada Zaid seharga delapan ratus dirham dengan pembayaran tertunda. Dan aku membelinya kembali seharga enam ratus dirham kontan.” Aisyah berkata, “Sungguh tidak bagus cara engkau berjualan dan cara engkau membeli. Katakan kepada Zaid, bahwa ia telah membatalkan pahala jihad dan hajinya bersama Rasulullah, kecuali kalau ia bertaubat!”Hadist lainya Riwayat Atha dari Ibnu Umar -rodhiyallahu ‘anhu- bahwa ia menceritakan, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Kalau manusia sudah menjadi kikir gara-gara uang (dinar dan dirham), sudah mulai melakukan jual beli ‘inah, mengikuti ekor-ekor sapi dan meninggalkan jihad fi sabilillah, pasti Allah akan menurunkan bencana kepada mereka, dan bencana itu tidak akan dihilangkan sebelum mereka kembali kepada agama mereka.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya).Abu hanifah berpendapat : bahwa jual beli ini adalah fasid, karena si pembeli belum memiliki barang itu sepenuhnya, sehingga jual beli belum bisa dikatakan sempurna, maka akad yang kedua (dibeli lagi oleh si pemilik barang awal) dihukumi fasid.Imam Syafi’I dan Dawud Ad dzahiri berpendapat : bahwa akad jual beli ini shahih namun mengandung karohah (dibenci) di dalamnya, karena terpenuhi rukunnya yaitu ijab dan qobul yang dilakukan secara benar. Dan akadnya tidak batal dengan niat yang kita tidak mengetahuinya, dan dikembalikan kepada Allah ta’ala.Kesimpulan : jumhur ulama selain Syafi’iyah menghukumi jual beli inah fasid, karena menjurus

Page 80: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

pada riba, dan seakan-akan membolehkan apa yang Allah ta’ala larang, maka tidak dishahihkan, dengan kata lain suaatu alasan yang mendorong kepada kejelekan itulah yang merusak akad.7. Jual Beli Anggur Untuk Di Jadikan Khomer (Bai’ Inab Liashiril Khamer)Malikiyah dan Hanabilah memandang sebagaiman yang telah ditetapkan pada jual beli ajal dan inah, bahwa jual beli ini bathil. Dan yang semisalnya seperti jual beli senjata bagi Ahli Habi (orang yang berperang) atau untuk Ahli Fitnah (orang yang sedang berada dalam kondisi fitnah) atau untuk Qutho Thoriq (perampok), alasan sama, untuk mencegah kerusakan, karena sesuatu yang dapat menjerumuskan kepada keharaman adalah haram pula, walau dengan suatu niat, sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al Maidah : 2 “saling tolong menolonglah kalian dalam kebajikan dan ketakwaan, dan janganlah kalian saling tolong menolong dalam kejelekan dan permusuhan”. Dari ayat ini dapat disimpulkan kalau jual belinya bathil.Abu Hanifah dan Imam Syafi’I memandang bahwa keduanya tidak dalam rangka mencegah kerusakan (saddu dhari’ah) : dan jual belinya tetap shohih secara dhohirnya. Maka jual beli kurma basah, anggur yang digunakan untuk khomer atau arak.Apabila penjual merasa ragu menjualnya, karena takut digunakan untuk maksiat atau kejahatan, maka hukum menjual belikanya makruh.8. Dua Akad Dalam Satu Jual Beli Atau Dua Syarat Pada Satu Jual Beli (Baiatani Fi Baiatin Aw Syarthani Fi Bai’in Wahid)Keduanya bermakna satu, penjual berkata kepada pembeli : aku jual barang ini 2 ribu secara nasi’ah (berhutang terlebih dahulu-pembayaran secara tempo) atau seribu secara tunai, pembeli menjawab : qubiltu (pertanda setuju). Tanpa memilih yang tunai atau nasi’ah. Maka apabila is menentukan salah saatunya, jual belinya shahih.Atau penjual berkata kepada yang lainya : aku jual rumah ini asalkan kamu menjual kapadaku tanah si fulan. Kedua tasharuf ini dilarang oleh syar’i. berdasarkan hadist Abu Hurairah : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari membuat dua belian (akad) dalam satu aqad.”Contoh pertama mengandung unsure gharar, sebab ketidak jelasan nilainya, dan contooh kedua dilarang karena menyibukan kebutuhan orang lain.Pengertian dua syarat dalam satu jual beli adalah perkataan : aku jual barang ini dengan seribu tunai, atau 2 ribu secara nasi’ah, ini mengandung dua syarat dalam satu jual beli. Terjadi perbedaan maksud antara keduanya, dan tidak dibedakan antara dua syarat atau lebih, pernyataan ini adalah tafsiran dari Zaid bin Ali dan Abu Hanifah.Dan di tafsirkan lagi dengan perkataan : aku jual kainku segini, tapi ukuran dan jahitanya terserah aku, ini adalah jual beli fasid menurut para ulama’, maka tidak ada bedanya bagi mereka entah itu satu syarat atau dua. Imam Ahmad berkata :” bahwa itu shahih, maka dibolehkan satu syarat dan tidak dibolehkan dua syarat atau lebih, maka jual beli ini shahih jika ungkapanya :’aku jual kainku ini dan akan aku jahitkan, dan tidak dibenarkan jika ungkapanya :”ukuran dan jahitanya terserah aku.”Menurut Fuqoha. Hanafiah berkata:”jual beli ini fasid, karena harganya tidak jelas, sebagaimana di dalamnya mengandung kesamaran akad, apakah tunai atau tempo? Apabila kesamaran itu diangkat atas salah satu antara keduanya, maka akadnya sah.Imam Malik berkata :”jual beli ini tetap sah, dan menjadi jual beli khiyar, akadnya berubah kepada salah satu dari kedua keadaan diatas.”Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat : akad ini bathil, karena termasuk jual beli gharar, dengan sebab jahalah (ketidak jelasan), karena penjual belum menentukan jual belinya berpusat pada satu akad, dan dikarenakan harganya majhul (tidak diketahui), maka belum bisa Dishahihkan

Page 81: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Akadnya.9. Jual Beli Yang Barang Dan Sifatnya Bagian Dari Yang Dimaksud (Bai’ul Atba Wal Aushof Binahwi Maqsud)Yaitu menjual sesuatu yang melekat pada sesuatu yang lain, dengan kata lain barang yang akan diperjual belikan termasuk bagian darinya. Seperti jula beli daging kambing yang masih hidup, sesobek dari kain dan kepala dari hewan.Jual beli seperti ini selain sesobek dari kain, maka hukumnya bathil karena barang jual belinya tidak ada (ma’dum).Sedangkan juall beli sesobek dari kain, jika membahayakan sebagiannya maka akadnya fasid, karena ia bagian dari selembar kain tersebut. Hukumnya akan kembali pada shahih apabila pembeli memesan dulu sebelumnya, sehingga bisa dicarikan sesuai pesanan, tanpa harus mengurangi kain yang ukuranya sudah ditetapkan sebelumnya dan tidak bisa di kurangi/disobek sedikitpun.Apabila jual beli ini tidak membahayakan bagi sebagian yang lain maka boleh-boleh saja, seperti mud (jenis takaran yang kurang lebih 6 ons) dan ritl (kurang lebih 2564 gram) dari subroh (seonggok takaran yang tidak ditimbang). Karena tidak membahayakan bagi sebagian lainya dan tidak termasuk barang yang melekat pada sesuatu.10. Jual Beli Yang Belum Diserah Terimakan (Bai’ Syai Qobla Qobdihi)Syafi’iyah berpendapat : tidak memperbolehkan jual beli barang yang statusnya belum dimiliki seutuhnya oleh penjual (yang yang membeli dari seorang dan belum di serah terimakan seutuhnya), seperti seseorang yang membeli barang dari orang lain, sebelum penyerahan dilakukan, pembeli tadi kemudian menjualnya kepada orang lain (pihak ketiga). Bila demikian maka jual belinya bathil, dan untungnya tidak berhak baginya, karena sebenarnya barang itu masih dalam tanggungan penjual pertama, adapun stasusnya seakan-akan hanya perantara saja, karena barang tersebut belum resmi miliknya.Begitupula dengan madzhab Hanafiah, Malikiyah dan Hanabilah. Meraka sama-sama menyatakana, bahwa jual beli seperti ini dilarang, tidak diperbolehkan dan tidak shahih. Karena terdapat unsur gharar di dalamnya, di sinilah ilat pelarangannya.11. Jual Beli Mengakhirkan Barang Dan Uang Yang Telah Ditentukan (Tajilu Mabi’ Al Mu’ayan wa Tsaman Al Mu’ayan)Apabila ada syarat yang mengharuskan untuk memngadakan serah terima barang atau harga yang telah ditentukan, maka jual belinya fasid, karena kewajiban penyerahan yang sebenarnya adalah pada waktu berakad, dan penundaanlah yang menghilangkan penyerahan barang pada waktu akad tersebut, maka hal inilah yang dapat merubah keadaan akad, maka wajib baginya untuk mmebatalkan akad.Namun diperbolehkan mengakhirkan barang dalam jual beli pesanan, dan penundaan pembayaran dianggap sebagai suatu hutang, dengan syarat tempo penundaannya harus diketahui dengan jelas.12. Rusak Atau Yang Menimbulkan Kerusakan (Bai’ Bi Syartin Fasid Aw Mufsid)Madzhab Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’yah serta Hanabilah sama-sama tidak memperbolehkanya dan menghukuminya sebagai bentuk jual beli yang fasid, karena ada penambahan syarat di dalam akad, maka terjadi riba.Syarat yang bathil adalah syarat yang mengandung bahaya bagi salah satu pihak yang berakad, seperti jual beli sesuatu dengan syarat pembeli untuk tidak menjualnya lagi atau tidak boleh dihibahkan, pada dasarnya jual belinya boleh-boleh saja, namun syaratnya sia-sia dan bathil,

Page 82: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

karena tidak mengandung manfaat bagi siapapun. Maka tidak diwajibkan untuk merusak akadnya.

13. Jual Beli Buah-Buahan Atau Pertanian Yang Belum Berbuah (Ba’I At Tsamar Aw Az Zuru’ Qobla Wujudiha Aw Sholahiha)Para Ulama telah bersepakat melarang jual beli macam ini berdasarkan hadist nabawiyah, karena termasuk dalam kategori jual beli gharar.Ulama juga bersepakat akan bolehnya jual beli buah-buahan atau hasil pertanian yang sudah di potong dari pohonnya.Maka dalam pembahasan ini ada dua kelompok mendasar dalam menentukan hukumnya, antara yang belum dan yang setelah dipetik/dipotong dari pohonya1. Sebelum dipanen/berbuaha. Bila syarat jual belinya secara muthlaq, maka diperbolehkan juga.b. Bila disyaratkan sampai memotong/memtiknya, maka diperbolehkanc. Bila syaratnya untuk meninggalkannya, maka jual belinya fasid.2. Setelah dipotong/dipetika. Bila syarat jual belinya secara muthlaq, maka diperbolehkan juga.b. Bila disyaratkan sampai memotong/memtiknya, maka diperbolehkanc. Bila syaratnya untuk meninggalkannya, maka jual belinya fasid.

Maraji’ : al Wajiz fi fiqhi islamy, Wahbah Az Zuhaily

Ayat Makkiyah dan   Madaniyah →

As Shohifah As Shahihah Hamam bin Munabih (40-131 H)13 November 2010 Meninggalkan komentar

Hamam bin Munabih adalah salah satu Shigharu Shahabah yang pernah bertemu dengan sahabat yang mulia Abu Hurairah ra, darinya beliau banyak menulis hadist Rosulullah saw. Kemudian disusun dalam satu shohifah (susunan) atau suhuf yang diberi nama “As Shohifah As Shohihah”, dalam penamaan “As Shohihah” diperkirakan beliau mencontoh susunan sebelumnnya yaitu “As Shohifah As Shodiqoh” yang ditulis oleh Abdullah bin Amru bin Al Ash ra maka tepatlah jika beliau memilih kata “As Shohihah” pada shohifahnya, karena shohifah beliau ditulis langsung dari seorang sahabat yang bersanding

Page 83: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

dengan Rosulullah saw selama empat tahun lamanya dan telah meriwayatkan banyak hadist dari beliau saw.

Cakupan shohifah ini meliputi, periwayatan sekaligus pembukuan hadist dari Abu Hurairah ra, dan kebetulan DR. Muhammad Humaidillah mendapatkan shohifah ini dalam dua jenis manuskrip di Damaskus dan Berlin, beliau juga berkesempatan untuk mentahkiknya.

Kiranya, akan semakin menambah keyakinan kita berkaitan dengan keaslian manuskrip shohifah ini, tatkala kita sadar bahwa ternyata Imam Ahmad menukil secara utuh isi kitab ini dalam musnadnya yang terkenal dengan nama “Musnad Imam Ahmad”, begitupula Imam Bukhari, banyak hadist-hadist yang beliau nukil dari shohifah ini, kemudian beliau cantumkan di berbagai bab (pembahasan) dalam kitabnya yang terkenal “Shohih Bukhari”.

Berdasarkan Shahifah yang satu ini, menjadi bukti sejarah penting dalam islam akan pembukuan (tadwin) hadist Nabi saw telah dilakukan para ulama’ pada masa yang terbilang dini. Dan menyanggah kesalahan khalayak umum yang ber anggapan bahwa “Hadist belum dibukukan, kecuali pada awal abad kedua hijriyah” karena Hamam bertemu langsung dengan Abu Hurairah ra dan tidak diragukan lagi masa itu terjadi sebelum kematian Abu Hurairah ra yang terjadi pada tahun ke-59 H. maknanya, pembukuan hadist yang dilakukan oleh Hamam bin Munabih terjadi sebelum tahun kematian Abu Hurairah ra atau bertepatan dengan pertengahan abad awal hijriyah. Kamipun menetapkan bahwa Abdullah bin Amru bin Al Ash membukukan hadist pada masa Rosulullah saw yang diberi nama dengan “As Shohifah As Shodiqoh” sebelum Hamam bin Munabih menulis shohifahnya. Data tersebut juga menunjukan, bahwa ternyata para Ulama‘ sudah menjalankan program ini (pembukuan hadist) jauh-jauh hari sebelum diperintahkan oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz rohimahullah. Perlu diperhatikan, dari awal kami tidak menyebutkan bahwa shohifah ini termasuk karya tulis Abu Hurairah ra, dikarenakan gaya kepenulisannya (imla’) murni dari Hamam sendiri, namun di sini kami hanya bermaksud untuk mempopulerkan hal ini dengan menuyebutkan nama beliau.

Shohifah ini terdiri dari 138 hadist, Ibnu Hajar menuturkan bahwa Hamam telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra sekitar 140 hadist dengan satu Isnad (sandaran), berdasarkan kecocokan riwayat di atas sekaligus yang telah diriwayatkan oleh para Ulama’, maka kami semakin yakin akan keabsahan Shohifah ini.

Pembukuan hadist terus berkembang pada pertengahan tahun pertama abad kedua hijriyah dikalangan Ulama’, sehingga jarang didapatkan di antara mereka yang tidak turut membukukan hadist.

Berikut ini adalah daftar Ulama’ yang turut andil dalam membukukan hadist di berbagai negri islam pada waktu itu :

1.      Yahya bin Abi Katsir (128 H) sebaya dengan Imam Az Zuhry.

2.      Muhammad bin sauqih (135 H) menulis suatu kitab hadist.

Page 84: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

3.      Zaid bin Aslam (136 H) menulis kitab tafsir, semoga di dalamnya terdapat banyak hadist Rasulullah saw.

4.      Musa bin Uqbah (141 H) terdiri dari hadist-hadist Nafi’ mauwla Ibnu Umar yang ditulis dalam sebuah shohifah.

5.      Al ‘Asy’ast bin Abdul Malik Al hamrony (142 H) membuat suatu kitab yang kemudian diserahkan kepada Sulaiman Al Bashry.

6.      ‘Aqil bin Khalid bin ‘Aqil (142 H) telah menulis banyak hadist yang diriwayatkan dari Az Zuhry. beliau adalah ‘Ulama yang paling tahu menahu tentang hadistnya.

7.      Yahya bin Sa’id Al Anshory (143 H) membuat suatu kitab yang kemudian diserahkan kepada Hammad bin Zaid.

8.      ‘Auf bin Abi Jamilah Al ‘Abdy (146 H) membukukan hadist dari Al Hasan Al Bashry dari Nabi saw. yang kemudian di lanjutkan oleh Yahya bin Sa’id Al Qothan (120-198 H).

9.      Ja’far As Shadiq ibnu Muhammad Al Baqir (80-148 H) membuat risalah, hadist dan menyalin, ia termasuk Ulama’ hadist yang tsiqah (terpercaya).

10.  Yunus bin Yazid bin Abi An Najad (152 H)

11.  Abdurrahman bin Abdullah bin Utbah Al Mas’udy (160 H) menulis hadist dari Syu‘bah bin Baghdad.

12.  Za’idah bin Qudamah (161 H) menulis hadist dan menyerahkannya kepada Sufyan At Tsaury. Za’idah setara dengan Syu’bah bin Al Hajaj. Sufyan  At Tsaury (97-161 H) menulis banyak hadist darinya di dalam kitab hadist “Al Jami’ Al Kabir” dan “Al Jami’ As Shaghir”.

Masih banyak lagi Ulama’-Ulama’ yang lain, selain yang telah disebutkan di atas, fakta ini menegaskan bahwa telah menyebarluasnya pembukuan hadist yang dilakukan oleh para Ulama’ pada akhir abad kedua hijriyah, hal ini berlandaskan riwayat yang menyebutkan bahwa Aly bin Abdullah Al Madiny (161-234 H) telah menulis berbagai pembahasan hadist dan ilmu yang berkenaan dengannya lebih dari 120 kitab, begitupula Muhammad bin Shalih Al Hasyimy menulis lebih dari 25 kitab. Pada setiap kitabnya terdiri dari beberapa jilid, sehingga ada yang mencapai 30 jilid/kitab.

Inilah sekelumit gambaran tentang begitu getolnya para ‘Ulama dalam berpartisipasi menjaga keutuhan hadist, baik dihafal dalam hati maupun ditulis dalam kitab. Maka benarlah Aly bin Abdullah Al Madiny  ketika mengatakan :”Menurutku Isnad (sandaran) hadist beredar di antara enam Ulama’, yaitu: Ahlul Madinah: Ibnu Syihab (124 H), Ahlu Makkah: Amru bin Dinar (46-126 H), Ahlul Bashrah: Qatadah bin Da’amah As Sudusy (117 H) dan Yahya bin Abi Katsir (129 H), Ahlu Kuffah: Abu Ishaq ‘Amru bin Abdullah As Sabi’iy (33-127 H) dan Sulaiman bin Mihran Al ‘Amasyi (61-148 H)”.

Page 85: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

MAQOSID SYARIAHIslam dengan segala kesempurnaan aturannya bertujuan menjadi satu-satunya agama samawi yang dapat menjawab segala tantangan problematika yang dihadapi manusia dari zaman ke zaman, sehingga sudah merupakan kewajiban manusia itu sendiri untuk mengaplikasikan apa yang telah Allah SWT syareatkan melalui para Rosulnya sehingga terlahirlah sebuah aturan baku dari Allah SWT dalam kitabnya Al Qur’an dan As Sunnah sebagai pengatur seluruh kehidupan manusia di muka bumi ini.

Namun dikarenakan beralihnya zaman dari masa ke masa, sehingga masalah keagamaan dalam berbagai aspeknya mengalami perkembangan yang sangat pesat, yang semuanya menuntut untuk diselesaikan dan diselaraskan dengan pedoman baku syareat itu sendiri, yaitu Al Qur’an dan As Sunnah, maka pada kondisi seperti ini dibutuhkan suatu Ilmu yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan Al Qur’an dan As Sunnah demi kemaslahatan manusia secara umum menuju sesuatu yang diingini syareat. Dan inilah yang dimaksud dengan Maqasid Syariah.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa maqasid syariah adalah suatu ilmu alat dalam islam untuk mengaktualisasikan syareat sehingga tercapailah kemaslahatan bagi seluruh umat manusia

Akan tetapi yang disayangkan pada zaman ini, banyak sekali dari kalangan intelektual muslim liberal yang nota benenya kebanyakan dari mereka belajar islam dari filosofi barat justru menggunakan label maqosid syariah sebagai alat untuk merumuskan suatu hal yang batil dalam islam dengan dalih yang sama yaitu demi kemaslahatan manusia dan keadian sesama manusia.

Melihat data empiris yang ada maka sudah menjadi kewajiban kita bersama selaku umat islam untuk meluruskan paradigma miring kaum liberal dalam memahami maqasid syariah. Agar umat islam tidak bingung oleh penyelewengan agama beratas namakan islam sebagaimana yang saat ini telah berkembang di universitas-universitas islam terkhusus di Indonesia ini.

Sedangkan dalam merumuskan suatu masalah dalam islam, maqasid syariah tidak dapat terealisasi dengan baik dan aktual manakala tidak ditopang dengan pokok-pokok bahasan yang dapat disatukan menjadi suatu kesatuan utuh, sehingga dengannya dapat menelurkan suatu gagasan yang ingin dicapai oleh  syariat itu sendiri.

Salah satu pembahasan pokoknya adalah dengan melihat Ruh Tasyri atau latar belakang dalam setiap syariat yang telah Allah berlakukan kepada manusia selaku pelaksana syariat itu sendiri. Karena dengan mengerti ruh tasyri dalam setiap syariat kita akan mengerti apa hikmah yang dapat kita ambil dari disyariatkannya suatu masalah tersebut. Misalnya mengenai syariat sholat lima waktu dengan berbagai teknis pelaksanaannya yang wajib dilaksanakan oleh mukalaf, maka ketika nalar manusia yang tidak mampu menyibak Masholihul Ibad (kemaslahatan humanisme) yang nampak secara indra manusia dibalik disyariatkannya sholat kepadanya baik dari segi keuntungan duniawi maupun yang lain, terlepas dari pada itu semua, sholat tersebut masih wajib dilaksanakan oleh mukalaf  tanpa adanya upaya penolakan atas dasar kepentingan manusia,

Page 86: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

manakala sholat itu dianggap sebagai penghalang kepentingannya yang bersifat duniawi semata maupun dengan alasan ukhrawi.

Selain Ruh Tasyri, maqasid syariah juga membutuhkan pembahasan mengenai Illat (penyebab ditetapkanya suatu hukum syari) dan Qiyas (penghubung status hukum baru) yang keduanya saling berhubungan erat dalam menentukan suatu hukum syar’i. Misalnya syareat pengharaman khomr adalah sesuai dengan illatnya yaitu memabukan, sehingga dapat diqiyaskan dengan narkoba dengan berbagai fariannya yang sama-sama mempunyai efek memabukan. Sehingga dengan menghubungkan antara Illat dan Qiyas dapat disimpulkan bahwa narkoba dalam konteks hari ini adalah haram hukumnya diselaraskan dengan hukum khomr yang intinya adalah memabukan.

Pokok bahasan lainnya dari maqasid syariah adalah berkenaan dengan Tahqiqul Manath atau bisa disebut juga penentuan sikap antara melaksanakan menagguhkan (pending) sejenak tanpa adanya penolakan atau penghapusan suatu hukum syar’i, berdasarkan pertimbangan Jalbul Masholih wa Dar’ul Mafasid (mendatangkan kemaslahatan dan menanggulangi kerusakan) maka dalam konteks Tahqiqul Manath harus dipertimbangkan secara matang mana yang hendaknya didahulukan antara mendatangkan kemaslahatan atau menanggulangi kerusakan. Misalnya mengenai masalah berjihad qital di Indonesia hari ini yang identik dengan aksi-aksi isytisyhadiyah (bom bunuh diri) yang berujung pada polemik kontroversial baik dikalangan ulama islam sendiri maupun masyarakat awam yang setiap harinya dihadapkan dengan propaganda-propaganda media musuh islam, sehingga lewat itu semua mereka menyuarakan kepada umat, bahwa berbagai aksi “mujahidin” di Indonesia saat ini sebagai aksi terorisme berimbas negative pada islam yang tidak kunjung usai fitnahnya dan ini akan terus berkelanjutan apabila tidak diantisipasi berkenaan tentang teknis pelaksanaannya, hal ini terjadi dikarenakan minimnya pegetahuan umat akan persepsi jihad itu sendiri, sehingga asumsi yang berkembang di masyarakat mengenai jihad hari ini adalah berkonotasi negatif yang tidak senada dengan humanisme dan keadilan serta tidak menjunjung tinggi harkat martabat kemanusiaan sebagaimana yang berlaku di Indonesia saat ini. Maka dari itu berdasarkan tinjauan maqosid syariah dalam konteks tahqiqul manath menyimpulkan untuk menunda aksi-aksi tersebut sejenak, sebagai upaya persiapan pemulihan kelayakan dan ketepatan dalam menjalankan syariat jihad yang satu ini, dengan mempertimbangkan kemaslahatan dan penaggulangan kerusakan (fitnah) yang lebih besar dikarenakan teknis yang kurang tepat, perlu diperhatikan dalam bahasan ini tidak berniat untuk menolak pelaksanaan syariat jihad itu sendiri bahkan jikalau ada yang memutuskan untuk tetap menjalankan aksi tersebutpun tidak bisa disalahkan seutuhnya karena pada dasarnya jihad adalah salah satu syareat yang paling mulia disisi Allah SWT, hanya saja teknisnya yang mungkin perlu dievaluasi demi menghasilkan kemaslahatan yang lebih besar dari sekedar melenyapkan kerusakan yang ada di muka bumi ini saja.

Dari pemaparan di atas mengenai berbagai aspek pokok bahasan maqosid syariah yang terdiri dari ruh tasyri’, hikmah, illat, qiyas, masholihul ibad, jalbul masholih wa dar’ul mafasid dan tahqiqul manath dengan mempertimbangkan dhoruriatul khomsah yang mencakup didalamnya dien, nafs, aql, nasl dan maal (agama, jiwa, akal, keturunan dan harta). Maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan masalah kontemporer dalam islam saat ini dan yang akan datang akan terjawab oleh jawaban yang bernafaskan maqosid syariah. Wallahu A’lam bi Showab.

Page 87: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Ternyata Rasulullah SAW Masih Hidup sampai Sekarang!Penjelasan bahwa Rasulullah Muhammad saw masih hidup setelah kewafatannya saya kutipkan dari kitab Tanwirul Halak karya Imam Suyuti. Berikut kutipan dari Kitab Tanwirul Halak: Imam al-Baihaqi telah membahas sepenggal kehidupan para nabi. Ia menyatakan dalam kitab Dalailun Nubuwwah: “Para nabi hidup di sisi Tuhan mereka seperti para syuhada.”

Abu Manshur ‘Abdul Qahir bin Thahir al-Baghdadi mengatakan: “Para sahabat kami yang ahli kalam al-muhaqqiqun berpendapat bahwa Nabi kita Muhammad saw hidup setelah wafatnya. Adalah beliau saw bergembira dengan ketaatan ummatnya dan bersedih dengan kemaksiatan mereka, dan beliau membalas shalawat dari ummatnya.” Ia menambahkan, “Para nabi as tidaklah dimakan oleh bumi sedikit pun. Musa as sudah meninggal pada masanya, dan Nabi kita mengabarkan bahwa beliau melihat ia shalat di kuburnya. Disebutkan dalam hadis yang membahas masalah mi’raj, bahwasanya Nabi Muhammad saw melihat Nabi Musa as di langit ke empat serta melihat Adam dan Ibrahim. Jika hal ini benar adanya, maka kami berpendapat bahwa Nabi kita Muhammad saw juga hidup setelah wafatnya, dan beliau dalam kenabiannya.”

Al-Qurtubi dalam at-Tadzkirah mengenai hadis kematian dari syeikhnya mengatakan: “Kematian bukanlah ketiadaan yang murni, namun kematian merupakan perpindahan dari satu keadaan kepada keadaan lain. Hal ini menunjukkan bahwa para syuhada (orang yang mati syahid) setelah kematian mereka, mereka hidup dengan diberikan rejeki, dalam keadaan gembira dan suka cita. Hal ini merupakan sifat orang-orang yang hidup di dunia. Jika sifat kehidupan di dunia ini saja diberikan kepada para syuhada (orang yang mati syahid), tentu para nabi lebih berhak untuk menerimanya.”

Benar, ungkapan yang mengatakan bahwa bumi tidak memakan jasad para nabi as. Hal itu terbukti bahwa Nabi Muhammad saw berkumpul dengan para nabi pada malam isra’ di Baitul Maqdis dan di langit, serta melihat Nabi Musa berdiri shalat di kuburnya. Nabi juga mengabarkan bahwa beliau menjawab salam dari orang yang mengucapkan salam kepadanya. Sampai hal yang lebih dari itu, di mana secara global hal tersebut bisa menjadi dasar penyangkalan terhadap kematian para nabi as yang semestinya adalah mereka kembali; gaib dari pada kita, hingga kita tidak bisa menemukan mereka, padahal mereka itu wujud, hidup dan tidaklah melihat mereka seorang pun dari kita melainkan orang yang oleh Allah diberikan kekhususan dengan karamah.

Abu Ya’la dalam Musnad-nya dan al-Baihaqi dalam kitab Hayatul Anbiya’ mengeluarkan hadis dari Anas ra: Nabi saw bersabda: “Para nabi hidup di kubur mereka dalam keadaan mengerjakan shalat.” Al-Baihaqi mengeluarkan hadis dari Anas ra: Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya para nabi tidaklah ditinggalkan di dalam kubur mereka setelah empat puluh malam, akan tetapi mereka shalat di hadapan Allah SWT sampai ditiupnya sangkakala.” Sufyan meriwayatkan dalam al-Jami’, ia mengatakan: “Syeikh kami berkata, dari Sa’idbin al-Musayyab, ia mengatakan, “Tidaklah seorang nabi itu tinggal di dalam kuburnya lebih dari empat puluh malam, lalu ia diangkat.”

Page 88: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Al-Baihaqi menyatakan, atas dasar inilah mereka layaknya seperti orang hidup kebanyakan, sesuai dengan Allah menempatkan mereka. ‘Abdur Razzaq dalam Musnadnya meriwayatkan dari as-Tsauri, dari Abil Miqdam, dari Sa’id bin Musayyab, ia berkata: “Tidaklah seorang nabi mendiami bumi lebih dari empat puluh hari.” Abui Miqdam meriwayatkan dari Tsabit bin Hurmuz al-Kufi, seorang syeikh yang shaleh, Ibn Hibban dalam Tarikhnya dan Thabrani dalam al-Kabir serta Abu Nua’im dalam al-Hilyah, dari Anas ra berkata: Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah seorang nabi pun yang meninggal, kemudian mendiami kuburnya kecuali hanya empat puluh hari.”

Imamul Haramairi dalam kitab an-Nihayah, dan ar-Rafi’i dalam kitab as-Syarah diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda “Aku dimuliakan oleh Tuhanku dari ditinggalkannya aku dikubur selama tiga hari.” Imam al-Haramain menambahkan, diriwayatkan lebih dari dua hari. Abui Hasan bin ar-Raghwati al-Hanbali mencantumkan dalam sebagian kitab-kitabnya: “Sesungguhnya Allah tidak meninggalkan seorang nabi pun di dalam kuburnya lebih dari setengah hari.” Al-Imam Badruddin bin as-Shahib dalam Tadzkirahnya membahas dalam satu bab tentang hidupnya Nabi saw setelah memasuki alam bnrzokh. Ia mengambil dalil penjelasan Pemilik syari’at (Allah) dari firmanNya: “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah, itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rejeki,” (QS. Ali ‘Imran: 169).

Keadaan di atas menjelaskan tentang kehidupan alam barzakh setelah kematian, yang dialami oleh salah satu golongan dari ummat ini yang termasuk dalam golongan orang-orang yang bahagia (sn’ada’). Apakah hal-ikhwal mereka lebih tinggi dibandingkan dengan kedudukan Nabi saw? Sebab mereka memperoleh kedudukan semacam ini dengan barakah dan dengan sebab mereka mengikuti beliau, serta bersifat dengan hal yang memang selayaknya mereka memperoleh ganjaran kedudukan ini dengan syahadah (kesaksian), dan syahadah Nabi Muhammad saw itu merupakan paling sempurnanya syahadah. Nabi Muhammad saw bersabda: “Aku melewati Nabi Musa as pada malam aku dasra’kan berada di sisi bukit pasir merah, ia sedang berdiri shalat di kuburnya.”

Hal ini jelas sebagai penetapan atas hidupnya Musa as, sebab Nabi saw menggambarkannya sedang melakukan shalat dalam posisi berdiri. Hal semacam ini tidaklah disifati sebagai ruh, melainkan jasad, dan pengkhususannya di kubur merupakan dalilnya. Sebab sekiranya (yang tampak itu) adalah sifat-sifat ruh, maka tidak memerlukan pengkhususan di kuburnya. Tidak seorang pun yang akan mengatakan/berpendapat bahwa ruh-ruh para nabi terisolir (terpenjara) di dalam kubur beserta jasadnya, sedangkan ruh-ruh para su’ada’ (orang-orang yang bahagia/sentosa) dan kaum mukminin berada di surga.

Di dalam ceritanya, Ibn ‘Abbas menuturkan ra: “Aku merasa tidak sah shalatku sepanjang hidup kecuali sekali shalat saja. Hal itu terjadi ketika aku berada di Masjidil Haram pada waktu Shubuh. Ketika imam takbiratul ihram, aku juga melakukan hal yang sama. Tiba-tiba aku merasa ada kekuatan yang menarikku; kemudian aku berjalan bersama Rasuhdlah antara Mekkah dan Madinah. Kemudian kami melewati sebuah lembah. Nabi bertanya, “Lembah apakah ini?”Mereka menjawab, “Lembah Azraq.” Kemudian Ibn ‘Abbas berkata, “Seolah-olah aku melihat Musa meletakkan kedua jari telunjuk ke telinganya sambil berdoa kepada Allah dengan talbiyah melewati lembah ini. Kemudian kami melanjutlam perjalanan hingga kami sampai pada

Page 89: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

sebuah sungai kecil di bukit.” Ibn ‘Abbas melanjutkan kisahnya, “Seolah-olah aku melihat Nabi Yunus di atas unta yang halus, di atasnya ada jubah wol melewati lembah ini sambil membaca talbiyah.”

Dipertanyakan di sini, bagaimana Ibn ‘Abbas bisa menuturkan tentang haji dan talbiyah mereka, padahal mereka sudah meninggal? Dijawab: bahwasanya para syuhada itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan diberikan rejeki, maka tidak jauh pula, jika mereka haji dan shalat serta bertaqarrub dengan semampu mereka, meskipun mereka berada di akhirat. Sebenarnya mereka di dunia mi, yakni kampungnya amal, sampai jika telah habis masanya dan berganti ke kampung akhirat, yakni kampungnya jaza’ (pembalasan), maka habis pula amalnya. Ini pendapat dari al-Qadhi Iyadh.

Al-Qadhi Iyadh mengatakan bahwa mereka itu melaksanakan haji dengan jasad mereka dan meninggalkan kubur mereka, maka bagaimana bisa diingkari berpisahnya Nabi saw dengan kuburnya, jika beliau haji, shalat ataupun isra’ dengan jasadnya ke langit, tidaklah beliau terpendam di dalam kubur.

Kesimpulannya dari beberapa penukilan dan hadis tersebut, bahwa Nabi saw hidup dengan jasad dan ruhnya. Dan beliau melakukan aktivitas dan berjalan, sekehendak beliau di seluruh penjuru bumi dan di alam malakut. Dan beliau dalam bentuk/keadaan seperti saat sebelum beliau wafat, tidak berubah sedikit pun. Beliau tidak tampak oleh pandangan sebagaimana para malaikat yang wujudnya adalah ada dan hidup dengan jasad mereka. Jika Allah berkehendak mengangkat hijab tersebut terhadap orang yang Dia kehendaki sebagai bentuk anugerah dengan melihat Nabi, maka orang tersebut akan melihat beliau dalam keadaan apa adanya (seperti saat beliau hidup) dan tidak ada sesuatu pun yang menghalangi dari hal tersebut serta tidak ada pula yang menentang atas pengkhususan melihat yang semisalnya.

Dari M.Jimanto ingin bertanya :

Dijawab Oleh: Ust. Izzudin Karimi, Lc

Dengan nama Allah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Amma ba’du.

Pertanyaan Pertama :Menurut Al-Qur'an/ Hadist apakah ada orang kristen/ nasroni yang akan masuk surga?

Jawaban :Menurut al-Qur`an dan hadits hanya orang mukmin atau muslim yang masuk surga.

Pertanyaan Kedua :Orang-orang yang kafir/ orang diluar islam besok di akhirat apakah kekal di dalam neraka?.Bagaimana yang dari sejak lahir hingga mati memang tidak pernah mengenal islam?

Page 90: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Jawaban :Orang-orang kafir kekal di neraka selama-lamanya. Apa iya ada orang yang sejak lahir tidak mengenal Islam?

Pertanyaan Ketiga :Apakah yang harus saya lakukan bila saya di undang oleh kerabat/ temansepekerjaan saya untuk menghadiri hari besar agamanya/ natal? Kalo menghadiri apa hukumnya? Kalo tidak datang saya harus bicara gimana?. Saya hanya menghormati teman saya tersebut, dan tidak ingin menyakiti hatinya.

Jawaban :Hari Raya mereka adalah kebatilan, seorang muslim tidak patut menghadirinya karena hal itu bisa menjadi wujud pengakuan terhadapnya. Bilang saja kepadanya, agama saya tidak membolehkan.

Pertanyaan Keempat :Apa hukumnya mengucapkan Selamat Hari natal?

Jawaban :Tidak boleh.

Shalawat dan salam kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam .

Sumber : AlsofwahDipublikasi : artikelassunnah.blogspot.com

Menyanggah Buku “Ternyata Akhirat Tidak Kekal”

Feb 06, 2010Muhammad Abduh Tuasikal, MSc Aqidah 0 Komentar

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang menjanjikan kebahagiaan di surga bagi orang-orang yang bertakwa dan kesengsaraan di neraka bagi orang-orang yang kufur lagi durhaka. Shalawat dan salam kepada Nabi akhir zaman, sebagai penutup para Nabi dan panutan dalam meniti jalan yang lurus, begitu pula kepada keluarga dan para sahabatnya.

Allah Ta’ala berfirman,

وشهيق ( زفير فيها لهم ار الن ففي شقوا ذين ال دامت) 106فأما ما فيها خالدينيريد ( لما فعال ك رب إن ك رب شاء ما إال واألرض موات ففي) 107الس سعدوا ذين ال وأما

شاء ما إال واألرض موات الس دامت ما واألرض موات الس دامت ما فيها خالدين ة الجنمجذوذ ( غير عطاء ك )108رب

Page 91: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

“Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih), mereka kekal di dalamnya selama ada

langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka

tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (QS. Huud:

106-108)

Jika kita melihat ayat di atas, seakan-akan ada yang ganjil. Allah mengisyaratkan surga dan neraka itu ada selama bumi dan langit itu ada. Dari sini bisa diyakini bahwa surga dan neraka itu tidak kekal. Ayat inilah yang menjadi dasar keyakinan Ir. Agus Mustofa (Penulis Buku Tasawuf Modern) dalam bukunya “Ternyata Akhirat Tidak Kekal”[1]. Berikut kami cuplik sedikit perkataan beliau dalam buku tersebut setelah beliau membawakan surat Huud ayat 106-108:

“Ayat di atas bercerita tentang keadaan penduduk neraka dan penduduk surga. Dikatakan oleh Allah, bahwa mereka itu akan kekal di dalam surga atau neraka selama ada langit dan bumi.

Informasi ini, sungguh sangat menggelitik logika kita. Kenapa demikian? Sebab ternyata kekekalan surga dan neraka itu –menurut ayat ini- tergantung pada kondisi lainnya, yaitu keberadaan langit dan bumi alias alam semesta.

Dengan kata lain, akhirat itu akan kekal jika langit dan bumi atau alam semesta ini juga kekal. Sehingga, kalau suatu ketika alam semesta ini mengalami kehancuran, maka alam akhirat juga bakal mengalami hal yang sama, kehancuran.

Tentu, hal ini membuat kita agak shock. Sebab ini telah menggoyang apa yang sudah kita pahami selama ini. Bahwa yang namanya akhirat itu adalah alam baka. Alam yang kekal abadi, dan tidak akan pernah mengalami kiamat lagi. Dan itu telah dikatakan berulang-ulang dalam Al Qur’an.

Akan tetapi, apakah kita tidak percaya kepada firman Allah di atas, bahwa Surga dan Neraka itu kekalnya adalah sekekal langit dan bumi? Tentu saja, kita juga nggak berani untuk tidak percaya, sebab kalimat-kalimat di atas demikian gamblangnya: Khaalidiina fiiha maadaamatis samaawaati wal ardhi … (kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi …) ” (hal. 234)

Demikian sedikit nukilan dari perkataan beliau, yang kesimpulannya sesuai judul bukunya yaitu akhirat itu tidaklah kekal. Kami sangat tergelitik sekali ingin menyanggah pernyataan beliau di atas dengan merujuk pada pakar tafsir terkemuka. Yang tentunya ilmu ulama tafsir sudah pasti lebih terpercaya. Semoga Allah memudahkan untuk menyelesaikan tulisan ini karena ingin mengharapkan wajah-Nya yang mulia.

3 Hal yang Mesti Diyakini Mengenai Surga dan Neraka

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Al Hafizh Al Hakami rahimahullah, keyakinan terhadap surga dan neraka yang mesti diyakini adalah 3 hal. Beliau sebut dalam bait syairnya,

لهما … فناء ال موجودتان وهما حق ة والجن ار والن

Page 92: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

“Neraka dan surga adalah benar adanya. Keduanya telah ada saat ini. Dan keduanya tidaklah fana.”

Berikut sedikit uraiannya.[2]

Pertama: Surga dan neraka itu benar adanya, tidak ada keraguan sedikit pun tentangnya.

Di antara dalilnya,

للكافرين ( أعدت تي ال ار الن قوا ترحمون) (131وات كم لعل سول والر ه الل )132وأطيعواقين ( للمت أعدت واألرض موات الس عرضها ة وجن كم رب من مغفرة إلى )133وسارعوا

“Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imron: 131-133)

Kedua: Surga dan neraka sudah ada saat ini.

Tentang surga, Allah Ta’ala berfirman,

قين للمت أعدت“Yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imron: 133)

Tentang neraka, Allah Ta’ala berfirman,

للكافرين أعدت“Yang telah disediakan untuk orang-orang kafir.” (QS. Ali Imron: 131). Jika dikatakan “telah disediakan”, berarti keduanya telah ada.

Dari Imron bin Hushain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أهلها أكثر فرأيت ، ار الن فى واطلعت ، الفقراء أهلها أكثر فرأيت ة الجن فى اطلعتساء الن

“Aku pernah melihat surga, lalu aku melihat bahwa kebanyakan penghuninya adalah orang-orang miskin. Aku pun pernah melihat neraka, lalu aku melihat kebanyakan penghuninya adalah para wanita.”[3]

Dari Ibnu ‘Abbas, Rofi’ bin Khudaij, ‘Aisyah dan Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بالماء فأبردوها ، م جهن فيح من الحمى

Page 93: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

“Sakit demam berasal dari panasnya jahannam. Oleh karenanya, dinginkanlah demam tersebut dengan air.”[4]

Ketiga: Surga dan neraka itu kekal karena Allah yang menghendaki keduanya untuk kekal. Keduanya tidaklah fana. Banyak sekali dalil yang membicarakan hal ini, berikut kami sebutkan sebagiannya.

Tentang surga, Allah Ta’ala berfirman,

العظيم الفوز ذلك أبدا فيها خالدين“Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah: 100)

Tentang neraka, Allah Ta’ala berfirman,

م , جهن طريق إال طريقا ليهديهم وال لهم ليغفر ه الل يكن لم وظلموا كفروا ذين ال إنأبدا فيها خالدين

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka, kecuali jalan ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS. An Nisa’: 168-169)

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

، موت ال ار الن أهل يا بينهم ن مؤذ يقوم ثم ، ار الن ار الن أهل و ، ة الجن ة الجن أهل دخل إذاخلود ، موت ال ة الجن أهل ويا

“Jika penduduk surga telah memasuki surga dan penduduk neraka telah memasuki neraka, kemudian seseorang akan meneriaki di antara mereka, “Wahai penduduk neraka, tidak ada lagi kematian untuk kalian. Wahai penduduk surga, tidak ada lagi kematian untuk kalian. Kalian akan kekal di dalamnya.”[5]

Awal Sanggahan dari Mustofa Bisri

Buku “Ternyata Akhirat Tidak Kekal” sebenarnya sudah dikritisi lebih terlebih dulu oleh A. Mustofa Bisri. Berikut pemaparan beliau ketika memberikan pengantar untuk buku tersebut.

“Yang paling menarik tentu kesimpulan Agus Mustofa tentang ketidak-kekalan Akhirat, yang karenanya kemudian menjuduli bukunya dengan “Ternyata Akhirat Tidak Kekal” ini. Kesimpulannya itu antara lain didasarkan pada Q.S. 11 Hud: 107 dan 108, di mana -menurut pemahaman Agus- kekekalan mereka yang berbahagia di sorga maupun celaka di neraka digantungkan “kepada kondisi lainnya, yaitu keberadaan langit dan bumi alias alam semesta”.

Page 94: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Dengan kata lain, paparnya, “Akhirat itu akan kekal jika langit dan bumi atau alam semesta ini juga kekal. Sehingga kalau suatu ketika alam semesta ini mengalami kehancuran, maka alam akhirat juga bakal mengalami hal yang sama, kehancuran” (hal. 234). Pendapat ini diperkuat dengan kutipan Q.S. 28: Al Qashash: 88,

وجهه إال هالك شيء كل“Tiap-tiap sesuatu itu pasti binasa kecuali ‘Wajah-Nya’”

Kesimpulan dan pendapat itu terjadi karena Agus Mustofa tidak mempertimbangkan atau mengabaikan tafsir-tafsir yang ada, khususnya mengenai kalimat:

واألرض موات الس دامت ماMisalnya, tafsiran Ahli Tafsir yang menyatakan bahwa yang dimaksud “langit dan bumi” adalah langit dan bumi yang lain, berdasarkan QS. 14: 48

موات والس األرض غير األرض ل تبد يوم“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit.” … [6]

Demikian sebagian komentar dari Bapak Mustofa Bisri yang mengkritik pendapat kontroversial dari Agus Mustofa. Intinya, pendapat yang diutarakan oleh Agus Mustofa berseberangan dengan pendapat ahli tafsir dan para ulama yang tentu lebih memahami ayat tersebut. Mari kita simak penjelasan selanjutnya.

Merujuk Tafsiran Ulama

Pertama: Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Gholib Al Amili (Abu Ja’far Ath Thobari)

Mengenai ayat,

واألرض موات الس دامت ما فيها خالدين“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi”, Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah mengatakan, “Orang Arab biasanya jika ingin mensifatkan sesuatu itu kekal selamanya, maka mereka akan mengungkapkan dengan,

واألرض السموات دوام دائم هذا“Ini kekal selama langit dan  bumi ada.” Namun maksud ungkapan ini adalah kekal selamanya.[7]

Page 95: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Kedua: Abul Fida’ Isma’il bin ‘Umar bin Katsir Al Qurosyi Ad Dimasyqi

Selain membawakan perkataan Ibnu Jarir Ath Thobari, Ibnu Katsir membawakan penafsiran lain. Beliau rahimahullah mengatakan, “Boleh jadi dipahami bahwa maksud ayat “selama langit dan bumi itu ada” adalah jenis langit dan bumi (maksudnya: langit dan bumi yang beda dengan saat ini, pen). Karena sudah pasti alam akhirat juga ada langit dan bumi (namun berbeda dengan saat ini, pen). Buktinya adalah firman Allah Ta’ala,

موات والس األرض غير األرض ل تبد يوم“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit.” (QS. Ibrahim: 48)

Oleh karena itu, Al Hasan Al Bashri menjelaskan mengenai firman Allah,

واألرض موات الس دامت ما فيها خالدين“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi”, maksudnya adalah Allah mengganti langit berbeda dengan langit yang ada saat ini. Begitu pula Allah mengganti bumi berbeda dengan bumi yang ada saat ini. Langit dan bumi (yang berbeda dengan saat ini tadi, pen) pun akan terus ada.”

Ibnu Abi Hatim mengatakan bahwa Sufyan bin Husain menyebutkan dari Al Hakam, dari Mujahid, dari Ibnu ‘Abbas, beliau mengatakan mengenai firman Allah (yang artinya), “Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi,” yaitu setiap surga itu memiliki langit dan bumi.

‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam menafsirkan, “Yaitu selama bumi itu menjadi bumi (yang berbeda dengan saat ini, pen) dan langit menjadi langit (yang berbeda dengan saat ini, pen).” –Demikian penjelasan Ibnu Katsir rahimahullah mengenai surat Huud ayat 107.[8]

Ketiga: Abu Muhammad Al Husain bin Mas’ud Al Baghowi

Al Baghowi menyatakan yang hampir sama dengan Ibnu Jarir Ath Thobari dan Ibnu Katsir. Al Baghowi mengatakan, “Mengenai ayat (yang artinya), “Mereka kekal di dalamnya” yaitu terus berada tinggal di dalamnya. Sedangkan ayat (yang artinya), “Selama langit dan bumi itu ada”, sebagaimana dikatakan oleh Adh Dhohak, “Selama langit dan bumi dari surga dan neraka itu ada. Karena segala sesuatu yang berada di atasmu dan menaungimu itulah langit. Sedangkan segala sesuatu sebagai tempat engkau berpijak itulah bumi. Begitu pula para pakar tafsir menjelaskan bahwa ungkapan dalam ayat tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan kekalnya sesuatu. Inilah ungkapan yang biasa disebutkan oleh orang Arab. Mereka biasa mengatakan, “Saya tidak akan mendatangimu selama langit dan bumi itu ada”. Atau mereka katakan, “… selama bergantinya malam dan siang”. Mereka maksudkan ini semua untuk mengungkapkan “selamanya”.”[9]

Keempat: Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Asy Syaukani

Page 96: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Tentang ayat (yang artinya), “Selama langit dan bumi itu ada,” Asy Syaukani menukil perkataan Ibnu ‘Abbas yang dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim, beliau mengatakan maksud ayat tadi, “Setiap surga memiliki langit dan bumi tersendiri.”[10]

Kelima: Mahmud bin ‘Amr bin Ahmad Az Zamakhsyari

Az Zamakhsyari menyatakan penafsiran yang sama dengan Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir. Jadi, makna ayat (yang artinya), “Selama langit dan bumi itu ada”, maksudnya: [1] Yang dimaksud adalah langit dan bumi di akhirat, keduanya itu abadi dan makhluk yang kekal, [2] ungkapan orang Arab yang ingin menyatakan sesuai itu kekal dan tidak ada ujung akhirnya.

Untuk maksud pertama ini, beliau membawakan dua ayat bahwa di akhirat itu ada langit dan bumi tersendiri. Ayat pertama, Allah Ta’ala berfirman,

موات والس األرض غير األرض ل تبد يوم“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit.” (QS. Ibrahim: 48)

Ayat kedua, Allah Ta’ala berfirman,

نشاء حيث الجنة من نتبوأ األرض وأورثنا“Dan telah (memberi) kepada kami bumi (tempat) ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki.” (QS. Az Zumar: 74)[11]

Keenam: Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengungkapkan, “Sekelompok ulama menjelaskan mengenai firman Allah (yang artinya), “Selama langit dan bumi itu ada”, yaitu yang dimaksud adalah langit dari surga dan bumi dari surga. Sebagaimana disebutkan dalam Shahihain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian ingin meminta pada Allah, mintalah surga Firdaus. Firdaus adalah surga yang paling tinggi dan merupakan surga pilihan. Sedangkan atap (langit) dari surga tersebut adalah ‘Arsy Allah”. Begitu pula sebagian ulama ketika menjelaskan mengenai firman Allah,

الصالحون عبادي يرثها األرض أن الذكر بعد من بور الز في كتبنا ولقد“Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.” (QS. Al Anbiya’: 105). Yang dimaksudkan di sini adalah bumi di surga. Oleh karena itu tidak bertentangan antara yang menyatakan langit akan terlipat (yaitu langit dunia, pen). Sedangkan langit yang tetap terus ada adalah langit (atap) dari surga. Oleh karena itu, yang mesti kita pahami adalah segala sesuatu yang berada di atas, maka ia disebut secara bahasa dengan langit (as samaa’). Sebagaimana pula hujan disebut dengan samaa’ (langit). Dan atap juga disebut dengan samaa’ (langit).”[12]

Page 97: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Ringkasnya, mengenai surat Huud ayat 107 dan 108, ada dua penafsiran:

Pertama: Yang dimaksud adalah langit dan bumi yang ada di akhirat nanti.

Kedua: Penyebutan “selama langit dan bumi itu ada” adalah ungkapan orang Arab yang ingin menyebutkan sesuatu itu kekal abadi.

Bandingkan tafsiran di atas ini dengan pemahamann penulis buku tersebut.

Kekeliruan Penulis Buku “Ternyata Akhirat Tidak Kekal”

Dari penjelasan ulama di atas, terlihat jelas bahwa surat Huud ayat 16-108 bukan memaksudkan akhirat itu tidak kekal sebagaimana yang disalahpahami oleh Agus Mustofa. Sudah jelaslah kekeliruan yang beliau utarakan dalam buku tersebut. Intinya, kekeliruan yang beliau lakukan disebabkan beberapa hal:

Pertama: Hanya bergantung pada logika yang dangkal

Setelah beranjak dari pemahaman keliru terhadap surat Huud ayat 107 dan 108, beliau pun mengemukakan argumen sains. Namun ini sudah beranjak dari pemikiran keliru terhadap ayat tadi dan dibangun di atas logika yang fasid (rusak). Yang namanya logika jika bertentangan dengan dalil, maka dalil yang mesti didahulukan karena logika tentu saja terbatas. Coba pahami baik-baik perkataan seorang alim, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berikut ini.

“Bahkan akal adalah syarat untuk mengilmui sesuatu dan untuk beramal dengan baik dan sempurna. Akal pun akan menyempurnakan ilmu dan amal. Akan tetapi, akal tidaklah bisa berdiri sendiri. Akal bisa berfungsi jika dia memiliki instink dan kekuatan sebagaimana penglihatan mata bisa berfungsi jika ada cahaya. Apabila akal mendapati cahaya iman dan Al Qur’an barulah akal akan seperti mata yang mendapatkan cahaya mentari. Jika bersendirian tanpa cahaya, akal tidak akan bisa melihat atau mengetahui sesuatu.”[13]

Intinya, logika bisa berjalan dan berfungsi jika ditunjuki oleh dalil syar’i yaitu dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah. Tanpa cahaya ini, akal tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan tentang surga dan neraka, betapa banyak ayat yang menunjukkan kekalnya. Pantaskah di sini akal mengalahkan dalil Al Qur’an dan As Sunnah? Logika barulah benar jika memang tidak berseberangan dengan wahyu.

Kedua: Tidak mau merujuk pada ulama

Inilah salah satu kekeliruannya lagi. Jarang sekali kami lihat dalam buku beliau yang menukil perkataan ulama atau mau merujuk pada mereka dalam menafsirkan ayat. Beliau kadang menafsirkannya sendiri sehingga bisa salah fatal semacam ini.

Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Umar bin ‘Abdul ‘Aziz,

يصلح مما أكثر يفسد ما كان علم بغير الله عبد من

Page 98: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

”Barangsiapa beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkan lebih besar daripada perbaikan yang dilakukan.”[14]

Kita punya kewajiban jika tidak tahu tentang masalah agama termasuk pula dalam memahami ayat untuk bertanya pada orang berilmu. Allah Ta’ala berfirman,

تعلمون ال كنتم إن الذكر أهل فاسألوا“Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” (QS. An Nahl: 43 dan Al Anbiya’: 7).

Ingatlah, obat dari kebodohan adalah dengan bertanya pada ahli ilmu. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ؤال الس العى شفاء“Obat dari kebodohan adalah dengan bertanya.”[15] Ketika membawakan hadits ini, Ibnu Qayyim Al Jauziyah mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut kebodohan dengan penyakit dan obatnya adalah dengan bertanya pada para ulama (yang berilmu).”[16]

Ketiga: Mengikut ayat mutasyabih (yang masih samar)

Sebelum menyebutkan pendapatnya pada halaman 234, sebenarnya Ir. Agus Mustofa sudah memaparkan ayat-ayat yang menunjukkan kekalnya surga dan neraka. Bahkan beliau sendiri katakan di hal. 232 dari bukunya, “Dan masih banyak lagi ayat tentang kekekalan Surga, Neraka, atau Akhirat itu. Tak kurang dari 110 ayat yang menggambarkan, betapa akhirat, surga dan neraka itu kekal.”

Namun ketika sampai pada hal. 234, setelah membawakan surat Huud ayat 106-108, beliau pun mengatakan, “Justru di sinilah kunci pemahamannya. Pertama, bahwa akhirat tersebut sesungguhnya memang tidak kekal. Akan tetapi, ketidakkekalan itu bukan berarti meringankan arti dari informasi-informasi sebelumnya yang mengatakan: Khaalidiina fiiha … (kekal di dalamnya …). Dan di ayat lainnya lagi seringkali ditambahkan kata ‘abada’ (abadi, selama-lamanya). Miliaran tahun! Karena kekal yang dimaksudkan tersebut memang bukan kekal yang tidak terbatas. Akhirat adalah makhluk. Karena itu ia pasti memiliki awal dan akhir.” Demikian perkataan beliau.

Semula ia katakan bahwa 110 ayat membicarakan kekekalan akhirat, namun ketika bertemu dengan surat Huud ayat 106-108, baru ia menjadi bingung. Lalu akhirnya ia simpulkan bahwa akhirat itu tidak kekal. Bagaimana mungkin hanya berpegang pada surat Huud lalu mengalahkan 110 ayat yang menyatakan kekekalan surga dan neraka?!

Thoriqoh (metode) orang-orang yang menyimpang memang seperti ini. Kebiasaannya adalah selalu mempertentangkan ayat yang satu dan lainnya. Atau kebiasaannya adalah berpegang pada ayat yang masih samar (baca: mutasyabih) dan meninggalkan ayat-ayat yang sudah jelas yaitu

Page 99: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

ayat muhkam. Seharusnya sikap yang tepat ketika seseorang menemukan ayat-ayat yang samar dan sulit baginya untuk memahaminya adalah ia pahami dan membawa ayat tersebut kepada ayat muhkam (yang sudah jelas maknanya). Bukan malah yang jadi pegangan adalah ayat mutasyabih yang masih samar.

Itulah yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala, ketika kita menemukan ayat masih samar, bawalah ayat tersebut kepada ayat yang sudah jelas maknanya agar kita tidak tersesat. Allah Ta’ala berfirman,

فأما متشابهات وأخر الكتاب أم هن محكمات آيات منه الكتاب عليك أنزل ذي ال هوتأويله يعلم وما تأويله وابتغاء الفتنة ابتغاء منه تشابه ما بعون فيت زيغ قلوبهم في ذين ال

األلباب أولو إال ر ك يذ وما نا رب عند من كل به ا آمن يقولون العلم في اسخون والر ه الل إال“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imron: 7). Ayat-ayat yang muhkam (yang sudah jelas maknanya) dalam ayat ini disebut dengan ummul kitaab (induk kitab). Artinya, ayat-ayat muhkam inilah yang jadikan rujukan ketika bertemu dengan ayat-ayat yang masih samar bagi sebagian orang (mutasyabihaat).[17] Namun kecenderungan orang-orang yang sesat adalah biasa mengikuti ayat mutasyabih (yang masih samar).

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, yaitu keluar dari kebenaran menuju pada kebatilan, maka mereka mengikuti ayat yang masih mutasyabih (masih samar). Mereka mengambil ayat mutasyabih tersebut yang mampu mereka selewengkan sesuai maksud mereka yang keliru dan dijadikan sebagai pembela mereka karena makna yang masih bisa diselewengkan sesuka mereka. Adapun ayat-ayat yang muhkam (yang sudah jelas maknanya), seperti itu tidak dijadikan rujukan mereka. Mereka tidak mau berpegang pada ayat yang muhkam karena itu bisa menyangkal dan menjatuhkan pendapat mereka sendiri. ”[18]

Penutup

Inilah beberapa kekeliruan dasar penulis Agus Mustofa. Ditambah lagi pemahaman beliau yang berbau tasawuf dan filsafat, hal ini semakin menambah kelamnya buku “Ternyata Akhirat Tidak Kekal”.

Kami hanya mengingatkan, waspadalah terhadap buku-buku dan pemahaman beliau sebagaimana Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehati kita agar waspada dengan orang-orang yang hanya mau berpegang pada ayat mutasyabih (yang masih samar) dan meninggalkan jauh-jauh ayat muhkam (yang sudah jelas maknanya).

Page 100: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca surat Ali Imron ayat 7 di atas, lalu ‘Aisyah mengatakan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فاحذروهم ه الل سمى ذين ال فأولئك منه تشابه ما بعون يت ذين ال رأيتم إذا“Jika kalian melihat orang-orang yang sering mengikuti ayat-ayat yang mutasyabih (yang masih samar), maka merekalah yang Allah sebut (dalam surat Ali Imron ayat 7). Oleh karenanya, Waspadalah terhadap mereka.”[19]

Semoga Allah memberi taufik dan hidayah pada penulis buku tersebut. Semoga kaum muslimin yang lain dapat terhindar dari kekeliruan-kekeliruannya. Hanya Allah yang memberi taufik.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

 

Al Faqir Ilallah: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel http://rumaysho.com

Diselesaikan di pagi hari di Panggang, GK, 21 Shofar 1431 H

Menyingkap Rahasia Ilmu (Laduni)REP | 07 July 2012 | 22:40 Dibaca: 46926   Komentar: 23   3

Rahasia ahli kitab yang mampu memindahkah kursi Ratu Bilkis sebagaimana  di kisahkan Al qur an hingga kini masih merupakan misteri.

Menimbulkan tanda tanya besar dan spekulasi tersendiri bagi  kalangan umat Islam. Apakah ilmu tersebut hanya dongengan saja ?. Ataukah ilmu tersebut masih bertahan hingga kini.

Al qur an pasti tidak mungkin memberitakan , jikalau hanya sekedar sebuah dongengan pengantar tidur saja. Pasti ada rahasia yang sangat besar di balik pengungkapan berita tersebut. Apapun yang diberitakan  Al qur an adalah sebuah kepastian, hukum sunatulloh, yang berlaku dari dahulu, kini, hingga nanti.  Meliputi seluruh peradaban manusia dan alam semesta.  Jadi logikanya ilmu tersebut pasti masih ada dalam kesadaran umat manusia hingga kini.

Namun siapa yang memiliki ilmu tersebut ?. Dan sebenarnya rahasia apa  (hikmah) yang diajarkan Allah kepada orang tersebut. Apakah yang di maksud dengan hikmah   dari kitab-kitab-Nya ?.  Sehingga (ketika) seseorang telah mampu memahami hikmah dari kitab-kitab-Nya, orang tersebut akan memiliki kemampuan luar biasa. Bagaimanakah cara menyingkapkannya.

Page 101: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Banyak sekali kajian yang mencoba mengungkapkannya, dengan segala wahana yang di tawarkan. Kajian ini mencoba memberikan pembanding bagi kajian-kajian lainnya. Memberikan alternatif pemikiran. Bagaimana seharusnya  kita menyikapi berita (kisah) Al qur an tersebut ?.

Mengkaji Ilmu Laduni

Banyak sudah kajian yang membahas perihal Ilmu Laduni ini. Ada sebagian orang yang menghubungkan ilmu ini dengan kekuatan ghaib, karomah, kesaktian dan lain sebagainya. Ada lagi yang percaya bahwa orang yang memiliki ilmu ini akan memiliki kemampuan membuka berita-berita  ghaib. Sehingga orang yang memiliki ilmu ini akan mampu meramalkan kejadian yang bakalan terjadi,  sebagaimana yang di isyaratkan dalam hikayat nabi Khidir. Karenanya, orang kemudian percaya dan meyakini bahwa ilmu ini hanyalah milik para nabi dan para wali saja.

Ilmu Laduni telah di persepsikan, dikontruksikan sedemikian rupa, berkaitan dengan karomah dan lainnya, sehingga jika kemudian ada orang yang mengaku memiliki kemampuan mendekati persepsi ini, maka  orang tersebut akan di puja-puja  bagai orang sakti, sebagaimana  orang yang dianggap setingkat para wali. Begitu terpesonanya manusia melihat kehebatan yang dipertunjukannya. Sehingga mereka lupa bahwa bukan itu hakekat Ilmu Laduni. Kehebatan Ilmu Laduni yang disangkakan akhirnya menjadi tujuan para pemuja ilmu.

Sebuah ironi atas ilmu, jika ada permintaan maka ada penawaran begitulah hukumnya. Ketika orang tergila-gila dengan ilmu tersebut, maka ada sebagian orang lainnya yang melakukan klaim bahwa dirinya telah memiliki ilmu yang dimaksud. Seperti semut bertemu gula, begitulah keadaannya. Pemilik ilmu kemudian dikerumuni, di puja di perlakukan bak raja, titahnya adalah titah sang pendito ratu.

Maka bermuncullah orang-orang yang mengaku aku telah memiliki ilmu Laduni dan bahkan katanya mampu mengajarkan ilmu tersebut. Munculah fenomena  para dukun yang berkolaborasi dengan para jin, mengaku memiliki ilmu Laduni,  biar semakin laris dagangan mereka karena dianggap wali atau orang  tua sakti.

Ilmu Laduni biasa juga di sebut dengan Ilmu Hikmah adalah Ilmu Hati. Pada awalnya,  Ilmu ini lebih banyak membicarakan perihal penyingkapan hati, teori tentang Dzauk (rahsa) dan Kasyaf. Jika hati  sudah bening maka jiwa diharapkan akan mampu membaca dan menangkap kehendak-kehendak Allah. Bahkan sampai kepada membaca Lauh Mahfudz.

Dalam dimensi inilah kemudian orang sering menyalah gunakan pemahaman atas ilmu ini. Orang-orang yang tergila-gila ilmu ini, mengklaim dirinya telah melihat Lauh Mahfud.  Dia meng klaim telah membaca apa yang tersurat ataupun tersirat, mampu menguraikan hikmah kata perkata bahkan setiap huruf dari Al qur an. Mampu menguraikan hikmah tiap surah dan ayat yang berhubungan dengan kekayaan, kesaktian, kekuatan dan lain-lainnya.

Setiap surah kemudian di urai menjadi obat bagi siapa saja yang sakit dan membutuhkan bantuan. Pendek kata ayat-ayat Al qur an dan setiap hurufnya dijadikan komediti yang dapat di

Page 102: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

jual belikan sesuai dengan kebutuhan manusianya. Sungguh hal yang menimbulkan bahaya tersendiri bagi bagi orang yang tidak lurus hatinya.

Rosululloh mengingatkan kepada kita agar berhati-hati terhadap orang yang mengaku-aku memiliki Ilmu Hikmah (Laduni). Berkata Aisyah ra bahwa Rosululloh setelah membaca Surah Ali Imron ayat 7;

“Jika kamu melihat orang-orang bermujahadah tentang itu (mencari takwil perihal ayat-ayat mustasyabihat) maka itulah orang-orang yang dimaksud Allah, (orang yang akan menimbulkan fitnah) maka jauhilah mereka” (Riwayat Imam Ahmad). Riwayat ini di kuatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ibn Jarir.

Banyak sekali ayat yang tidak seharusnya di takwilkan, dan memang akan sulit di takwilkan. Sebab banyak dimensinya, salah satunya adalah berada dalam  dimensi rahsa, misal kata cinta, kasih sayang, ikhsan, takwa, syukur, iman, dan lain-lainnya. Kata tersebut hanya akan mampu dipahami jika kita sudah berada dalam keadaan hal yaitu suasananya.

Maka jika seseorang ingin mengetahui bagaimanakah keadaan rahsa cinta kepada Allah misalnya, maka orang tersebut harus memasuki dimensi rahsa. Jika hanya  diuraikan melalui akal dan logika, melalui perbendaharaan kata-kata manusia, maka kita tidak akan mampu mendapatkan keadaan hal (suasana) sebagaimana yang dimaksud oleh kata cinta itu sendiri.

Semisal buah jeruk, kita tidak akan mampu mendapatkan referensi utuh perihal jeruk, jika kita tidak mendapatkan realitas buah itu sendiri.  Jika kita sudah menemukan realitas jeruk maka karenanya, kita pun dengan sendirinya,  menjadi mampu berada dalam suasana, keadaan, kondisi, hal siap menerima makna hakekat jeruk selanjutnya  yang masuk kedalam kesadaran kita, karena kita sudah memiliki referensinya (realitasnya).

Jika kita masuk kedalam realitas dimensi keadaan hal (suasana)  hakekat sebagaimana keadaan jeruk itu sendiri, secara bulat, baik dalam realitasnya maupun dalam dimensi rahsanya, dan oleh karenanya kita kemudian memiliki pengetahuan tentang hal ikhwal perihal buah jeruk tersebut dengan benar dan utuh, sehingga kita mampu menjadi yakin yakinnya, tanpa ada ruang yang menyisakan keraguan sedikitpun  di dalam dada kita, maka oleh sebab karena keyakinan ini,  jikalau ada pembantah meskipun sang pembantah mampu membalikan gunung sekalipun, keyakinannya akan tetap tidak akan tergoyahkan. Dia akan tetap pada pendiriannya bahwa hakekat jeruk yang benar adalah yang sebagaimana realitas dalam kesadarannya itu.

Maka  (ketika) kita berada dalam pengamatan ini, dalam suasana kondisi seperti ini  maka  secara tidak langsung, kita tengah  berada di dalam bagian dari  Ilmu Laduni itu sendiri. Inilah yang ingin saya sampaikan.

Hakekat Ilmu Laduni

Dalam pemahaman saya hakekat Ilmu Laduni sendiri adalah sama saja dengan ilmu-ilmu lainnya. Ilmu yang dipelajari melalui pemahaman empiris. Hakekat Ilmu Laduni  menurut saya,

Page 103: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

adalah Ilmu yang akan menghantarkan kepada seseorang kepada keyakinanya, ilmu yang mampu menyingkapkan hijab hati atas sesuatu, sehingga nampaklah baginya kebenaran itu.

Kebenaran itu  yang kemudian akan menjelaskan sendiri bagaimana keadaannya. Selanjutnya, jika kebenaran sudah diketahuinya dengan hak maka munculah keyakinan utuh, dimana dalam hatinya tidak menyisakan ruang untuk keraguan sedikitpun. Dengan kata lain Ilmu Laduni adalah Ilmu yang di gunakan untuk menambah keyakinan seseorang dari keyakinannya yang ada sebelumnya. Menambah kuat keimanan dari keimanan yang penuh keraguan. Sebab kebenaran itu sendiri yang akan berkata kepadanya. Sehingga pada saatnya nanti kesadaran orang tersebut akan sampai kepada/di posisi kearifan tertinggi sebagai manusia.

Sesungguhnya Al qur an penuh hikmah. Jika saja  kita mampu menerima dan menetapi  keadaan yang dimaksud suatu ayat. Maka itu adalah hikmah yang sangat banyak. Sebab dengan pemahaman semisal satu ayat  saja, jiwa kita akan mampu tenang. Jiwa akan dengan sendirinya tenang dalam menetapi takdir-takdirnya dalam keyakinannya.

Ketenangan yang tidak di buat-buat. Sebab dirinya diliputi suatu keyakinan bahwa Allah tidaklah menghendaki kesukaran bagi dirinya. Bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Pengasih dan maha Penyayang. Inilah keyakinan sejati.  Karena dia sudah pernah merahsakannya, keadaan dalam keyakinan itu. Disinilah ranah Ilmu Laduni, wilayah rahsa (dzauq), penyingkapan daya (kasyaf), menetapi posisi kedudukan dan keadaan  jiwa atas hal didalam hikmah atas makna setiap surah.

Saya akan sedikit mengulasnya dengan salah satu contoh dan keadaannya sebagai berikut, misalnya keadaan pada surat Al baqoroh ; 185, diinformasikan kepada kita. Firman Allah :   “Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. “  Sekilas kita membaca ayat tersebut sebagai informasi biasa saja, namun jika kita masuki lebih dalam, ayat tersebut seperti bicara kepada kita. Anehnya, meskipun kita mencoba memasuki lebih dalam lagi keadaan seperti yang dimaksud ayat tersebut kita tidak akan mampu menemukan keadaan posisi jiwa disitu yang pas dengan pemahaman ayat tersebut.

Timbullahkeraguan pada diri kita, seperti apa keadaannya ?. Kemudahan seperti apa yang dimaksudkan. Bukankah kehidupan kita, hanyalah  mendapati kesukaran demi kesukaran, kesulitan demi kesulitan,  hidup tak berbatas tepi, merana terus menerus sepanjang waktu ?. Begitulah kita akan selalu saja mempertanyakan keadaan diri kita. Berikutnya alih-alih kita mengakui kebenaran ayat tersebut. Malahan selanjutnya kita pun akan menganggap remeh, bahkan mengabaikan saja ayat ini. Kita malas sekali berfikir akan kebenarannya.  “Masa bodoh ah..gak ngerti lupakan saja ..!” Begitulah kita.

Keadaan jiwa akan meliar, bertanya dan memberontak kepada siapa saja dalam dirinya, kepada apa saja. Jiwa akan terus mendebat; “Jika Allah mengehendaki kemudahan bagi saya kenapa hidup saya susah begini, kenapa saya tidak kaya, kenapa saya tidak cantik, kenapa saya tidak dilahirkan dari konglomerat, apa yang di mudahkan Allah atas saya, kenapa bla..bla..dan seterusnya dan seterusnya.” Jiwa tidak akan pernah berhenti menghujat.

Begitulah keadaan jika jiwa tidak memiliki referensi apapun atas yang kita ucapkan. Dalam kasus ini, jiwa akan terus bertanya tentang takdirnya. Kemudahan apa yang diberikan Allah atas

Page 104: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

takdirnya. Muncullah prasangka kepada Tuhan. “Jika Allah tidak menghendaki kesukaran pada dirinya, mengapa kehidupannya kok sukar begini.” Jiwa tidak mengerti, tidak pernah mau mengerti, apa maunya Allah.  Sungguh karena hakekatnya jiwa belum mengetahui keadaan hal kebenaran atas firman Allah tersebut.

Sebagaimana  yang dialami kaum Yahudi ratusan abad lalu, dahulunya mereka seringkali membuang atau menghilangkan ayat-ayat yang tak dimengertinya, yaitu ayat yang dianggap mereka  tidak pas  dengan akal mereka.  Sesungguhnya dikarenakan mereka tidak paham dan  tidak pernah mendapatkan posisi dan keadaan  yang pas saja, disebabkan karena terhijab akalnya mereka  itu.

Hijab telah menutup diri mereka  untuk mengetahui hakekat dan  keadaan hal-nya sebagaimana yang dimaksudkan surah atau ayat dalam firman Allah. Mereka penuh prasangka, karenanya mereka membuang sebagian ayatnya atau mengganti dengan buatan mereka sendiri. Maka kemudian kita dengar ceritanya bahwa  kaum Yahudi banyak yang merubah isi dan kandungan kitab-kitab mereka. Itulah sebab jika manusia hanya menggunakan akalnya saja, pasti mereka  tidak akan mampu menerima keadaan hal  yang dimaksudkan oleh firman Allah. Maka  karena kesombongannya itu, secara begitu saja mereka kemudian mengikari (dalam hati mereka)  dan mendustakan  firman-firman Allah tersebut.

Memang tidak gampang memaknai keadaan yang dimaksud ayat tersebut, dan mengambil ikhwal kebenarannya, namun jangan sampai  karena  kita tidak mampu memaknai ayat tersebut, dengan seenaknya kemudian kita  menganggap ayat tersebut salah. Atau mengabaikan keberadaan adanya firman Allah tersebut. Kita harus ber hati hati dengan ini.

Kondisi seperti ini sebetulnya terjadi kepada siapa saja. Ketika keadaan jiwa belum siap maka jiwa tidak akan mampu menerima keadaan hal dan kebenaran ayat tersebut. Itulah keadaan diri setiap manusia. Walau bisa saja secara logika kita menerima kebenaran atas  ayat al qur an. Sebab dikarenakan pengaruh kesadaran kolektif atas diri kita, yaitu keimanan yang diturunkan orang tua kita.

Namun  keadaan jiwa nyatanya tidak bisa dipaksa untuk begitu saja mengakui hal ini. Jika jiwa tidak memiliki referensi atas rahsa dan keadaan tersebut maka  jiwa akan tetap dalam posisi pengingkaran. Jiwa tidak mampu mengenali, keadaan seperti  apa yang dimaksudkan sehingga terjadilah keraguan yang tersembunyi dalam hatinya.  Keraguan dalam hati inilah yang sering menimbulkan penyakit maka manusia tidak bisa khusuk. Keraguan ini harus di singkapkan, di buka lapis demi lapis. Sampai hati menjadi bening dan mampu menerima keadaan hal dan kebenaran firman Allah yang dimaksudkan tersebut.

Mari kita eksplorasi lagi, bagaima posisi keadaan jiwa saat kita mengucapkan “Sesungguhnya sholatku, ibadahku,  hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam. “ Bayangkanlah bagaimana keadaan jiwa yang semestinya, bagaimana rahsanya, mampukah kita dalam posisi benar-benar dalam keadaan sebagaimana yang dimaksud oleh ucapan kita itu ?.

Ilmu Laduni akan menyingkapkannya untuk kita, bagaimana rahsa dan keadaan itu. Sehingga kita akan mampu menetapi keadaan tersebut dengan sebenar-benarnya, dengan se yakin

Page 105: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

yakinnya. Keyakinan yang utuh.  Kalau berkeinginan melakukan eksplorasi berikutnya, cobalah dengan lafadz lainnya; “ Subhanalloh, Alhamdulillah, Allahu Akbar, Lai Ila ha illlah, Lau haula wala kuwata ila billah, Ina lillahi wa ina ilaihi rojiun.” Cobalah bagaimana posisi jiwa dalam keadaan hal tersebut.

Makna dan keadaan Hal

Secara sederhana perumpamaannya adalah sebagaimana keadaan seorang pemuda menyatakan cinta kepada kekasihnya. “Aku cinta padamu.” Pernyataan ini akan menimbulkan getaran dan sensasi luar biasa  bagi pemuda tersebut. Dan bagi gadis yang mendengarnya pun akan mampu menangkap getaran dalam nada suara dan bahasa tubuh pemuda tersebut. Bagaimanakah hal keadaan (suasana) dalam dada pemuda tersebut saat menyatakan cintanya ?. Inilah perumpamaannya. Inilah yang di kaji dan diungkap, dirahsakan agar hati mampu menerima keadaan hal sebagaimana makna ayat, itulah  hikmah yang luar biasa.  Bagaimanakah (suasana keadaan hal) dada orang ber iman dan dada orang kafir ?.

Lebih mudahnya lagi saya ilustrasikan. Ketika kita sudah memiliki referensi  akan buah jeruk, di sebabkan kita pernah, melihat, memegang, mencium, dan memakannya, mengerti rahsanya, maka saat kita mengatakan “JERUK”. Instrumen ketubuhan kita menerima kata tersebut dengan rileks saja. Jiwa dan raga pernah merasakan sensasi rahsa buah jeruk, akal dan indra juga sudah menyaksikan secara benar. Maka jeruk kemudian menjadi realitas. Menjadi mudah saja kita untuk memahami  dan mengenali sensasi ketika di sebutkan ‘JERUK’.

Maka ketika kita mengatakan. “Aku suka jeruk.” Semua instrument ketubuhan kita bekerja sinergis menerima, tidak ada penentangan apapun baik dari akal, indra, jiwa ataupun raga kita. Kita akan mengenali sensasi (suasana)  rahsanya. Semua dipahamkan dan mengerti. Kita akan dalam keyakinan yang bulat saat  mengatakan kalimat tersebut. Karena jiwa dan raga serta seluruh instrument ketubuhan kita dalam keadaan harmoni. Itulah perumpamaannya.

Namun sebaliknya jika kita belum memiliki referensi  perihal jeruk, instrument ketubuhan kita akan mendustakan apapun yang kita katakan tentang jeruk. Kita tidak akan memiliki keyakinan karena diri kita tidak memiliki referensinya.  Meski kita paksakan untuk mengerti, kita tetap tidak akan menemukan realitas jeruk dalam diri kita. Meskipun kita paksakan dri kita untuk agar yakin, namun sejatinya kita hanyalah akan mendapatkan suatu keyakinan yang menipu (keyakinan semu).

Karena di dalam diri kita masih ada ruangan kosong untuk keraguan.  Maka saat (ketika) kita berkata. “Aku suka jeruk.” Instrumen ketubuhan kita akan menolak, dan mengingkari, ada penentangan dalam hati. Sebab ada keraguan disana, ada kebohongan yang tersembunyi. Akibatnya jiwa tetap tidak tenang setelah mengatakan kalimat itu.

Semisal lainnya,  saat (ketika) kita mendengar kabar perihal Taman Impian Jaya Ancol, banyak berita yang masuk kepada kita. Bagaimana keadaannya, serta apa saja wahana yang di tawarkan disana, penuh suka cita, pesona segala rupa, dan lainnya.  Begitu banyak informasi yang kita dengar, sehingga tanpa  mampu menolaknya kita meyakini bahwa berita itu adalah suatu kebenaran. Saking sukanya kita dengan berita-berita tersebut. Maka kemudian kita bahkan

Page 106: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

mampu menceritakan kepada kawan-kawan kita, dengan begitu antusiasnya, berikut sensasi dalam angan-angan kita. Masuklah imajinasi kita ke dalam cerita yang kita bawakan.

Begitu berurut, setiap orang melakukan kontruksi lagi atas berita yang di dengarnya, berdasarkan imajinasi dalam versinya masing-masing, cerita dari mulut ke mulut bersambung,  di bawa dari sabang sampai merauke. Sehingga meski tanpa pernah datang kesana setiap orang akan mampu menceritakan bagaimana keadaan Taman Impian Jaya Ancol, berikut dengan sensasinya. Dengan serunya setiap orang kemudian berdebat tentang berita tersebut. Dengan versi kebenarannya sendiri tentunya. Begitulah keadaannya.

Namun sayangnya, hati tidak pernah bisa diajak kompromi, ketika kita menceritakan keadaan hal Taman Impian Jaya Ancol. Hati akan menghakimi kita. Ada kebohongan tersembunyi disana. Maka ketika kita mengatakan bahwa “Saya percaya atas berita tentang Taman Impian Jaya Ancol “.

Kemudian ketika kita berkata bahwa “Saya mencintai Taman Impian Jaya Ancol”. Seluruh instrument ketubuhan kita akan menolaknya. Dalam dirinya tidak ada realitas atas Taman Impian Jaya Ancol.  Dia belum pernah kesana, belum pernah merasakan sendiri sensasinya. Maka ada keraguan dalam jiwanya. Jika semakin lama dia bercerita maka akan semakin dalam hijab yang menutupnya. Sehingga dia semakin jauh dari hakekat keadaan Taman Impian Jaya Ancol yang di maksud itu sendiri.

Dalam dirinya hanya penuh angan dan imajinasi yang menipu dirinya. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain untuk sebuah keyakinan, jiwa harus menemukan realitas Taman Impian Jaya Ancol, agar dia yakin seyakin-yakinnya. Tiada jalan lain selain dia harus datang, mengenal dan merasakan sendiri bagaimana keadaan  tempat tersebut.

Ilustrasi tersebut ingin menjelaskan bahwa ketika kita mengatakan. “Aku beriman kepada Allah.” Padahal kita sendiri tidak pernah memiliki referensi kata “IMAN’.  Dan Kita sendiri juga tidak mengenal Tuhan “ALLAH” , maka pastilah instrument ketubuhan kita akan mengikari, ada keraguan disana, ada kebohongan tersembunyi. Inilah yang menyebabkan meskipun kita sudah beribadah sedemikian hebat, hati tetap tidak tenang.

Karena diri kita tidak memiliki referensi apapun atas kalimat yang kita ucapkan. Begitu pula kejadiannya,  sama keadaannya (ketika) saat ber dzikir dan dalam diri kita tidak memiliki referensi apapun atas rahsa dan keadaan hal sebagaimana di maksudkan lafadz yang kita dzikirkan. Maka sudah barang tentu kita tidak mampu berada dalam posisi keadaan sebagaimana maksud dalam kita ber dzikir. Ketika kita tetap nekad, hantam kromo saja, di khawatirkan justru malahan Jin yang datang, terpanggil oleh energy dzikir kita, maka seringkali kita temukan seseorang yang banyak dzikir keadaan dirinya  malahan diliputi para kodam, seakan-akan dia memelihara kodam yang selalu mengikuti apa saja maunya. Inilah jenis hijab lainnya. Dia akan sulit sekali masuk kepada hakekat “la haula wala kuwata ila billah’.

Inilah yang menjadi sebab mengapa ketika kita ‘mengingat Allah’ hati kita tetap tidak  mampu tenang. Dan di posisi lain, diri kita tetap tidak mampu menikmati takdir kita dengan puas, ikhlas dan ridho.  Padahal dalam ayat Al qur an jelas dikatakan “Dengan mengingat Allah maka hati

Page 107: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

akan tenang.” Disinilah Ilmu Laduni akan memandu kita dalam  menemukan hikmah atas makna ayat dalam Al qur an, secara benar, pada posisi jiwa yang benar. Sebagaimana yang dimaksud. Sehingga kita akan mampu mengatakan kalimat tersebut dengan keyakinan yang bulat. Sehingga karenanya, kita akan mampu kembali ber dzikir dengan khusuk.  Kearah tujuan itulah hakekat keberadaan Ilmu Laduni.

Karena sekali lagi, sudah semestinya kita menyingkap  hikmah atas keadaan hal dari setiap ayat, kemudian selanjutnya adalah bagaimana kita mampu mendapatkan posisi pada wilayah rahsa yang dimaksudkan. Keadaan yang dimaksudkan harus menjadi  realitas bagi diri kita.

Sebagaimana ilustrasi buah jeruk tadi. Kita harus memiliki referensi atas setiap kata yang kita ucapkan. Kita harus mengenal rahsa yang menyingkap makna. Keadaan realitas yang sebenarnya, sehingga kita mampu mengucapkan kalimat (ayat) dengan khusuk. Ini adalah wilayah rahsa (dzauq) dan penyingkapan (kasyaf).  Suatu lintasan rahsa yang unik, sangat subyektif sifatnya.

Keadaan ini sungguh penting,  dikarenakan dengan mengetahui keadaan ini, kita akan tahu bahwa saat itu, kita sedang melakukan  penyembahan kepada siapa, kepada Allah ataukah kepada selain Allah. Disinilah Ilmu Laduni akan banyak membantu.

Meskipun setiap orang nantinya dalam kadar dan ukurannya masing-masing  dalam hal ini, namun tidak seharusnya kemudian kita mengesampingkan realitas keadaan posisi jiwa dimana saat terkini. Mengetahui dimana jiwa dalam keadaan orbit yang semestinya.  Maka tidak selayaknya jika kita mengabaikan keberadaan Ilmu Laduni ini.

Khazhanah Intelektual

Ilmu Laduni adalah khazanah kekayaan intelektual Islam yang tersembunyi. Ilmu ini telah di bingkai dan di bonsai sedemikian rupa, dianggap tabu, sehingga secara perlahan menghilang dari kesadaran umat Islam.

Ilmu ini pernah diperdebatkan berabad-abad lalu. Ada yang pro dan ada yang kontra. Sungguh sayang sekali, jika ilmu ini akhirnya tenggelam dalam hiruk pikuk peradabaan. Jangan disalahkan, jika kemudian Ilmu ini akhirnya  dimanfaatkan oleh orang yang tidak mengerti,  mereka menggunakannya untuk kepentingan nafsu mereka sendiri, mereka riya’ dengan ilmu mereka ini. Inilah yang menjadi penyebab kenapa Ilmu ini kemudian terpinggirkan.

Menjadi keprihatinan kita, sungguh sangat di sayangkan, jika khazanah ke ilmuan ini di manfaatkan hanya  untuk sekedar  pamer saja. Padahal dalam riwayat lain di ceritakan bahwa Ilmu inilah yang telah membantu Hujatul Islam Imam Ghozali mendapatkan pencerahan kembali setelah sakit dan mengalami keraguan yang serius dalam mencari hakekat ilmu dan hakekat kebenaran.  Syukurlah beliau disamping  kesembuhannya, akhirnya beliau  juga telah    berhasil menyusun ulang kaidah-kaidahnya secara lebih terperinci dan lengkap.

Marilah kita formulasikan kembali makna dan hakekat Ilmu Laduni, sehingga sesuai dengan tuntutan jaman. Mari kita lihat kondisi masyarakat kita, sebagian besar umat Islam adalah  orang

Page 108: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

awam, mereka  adalah garda terdepan yang senantiasa terus di benturkan dengan kehidupan, merekalah yang berhadapan dengan kesadaran liberalisme dan lain-lainnya. Mestinya mereka berbekal keimanan yang kuat. Namun keadaannya tidak demikian. Kesibukan telah menyita hari-hari mereka. Jangankan untuk menghapalkan dalil-dalil dan meng hapal Al qur an. Untuk sekedar memenuhi dan menggugurkan kewajiban sholat 5 waktu saja merekapun masih kesulitan. Bagaimana pula harus mempelajari dalil dalil ilmu kalam yang diwajibkan atas mereka, agar mampu melaksanakan syariat ?. Bukankah agama akan memberatkan jadinya ?.

Keadaan mereka terus di kejar waktu, tidak ada kesempatan mengkaji dalil-dalil sebagaimana yang di isyaratkan ilmu kalam (Baca; syariat). Kewajiban yang menjadi persyaratan ini  akhirnya membebani mereka. Seperti menjadi keengganan lainnya jika mereka harus berbicara agama sebagai jalan hidup. Agama akhirnya menjadibeban hidup itu sendiri. Seperti dua sisi mata uang saja. Sehingga hidup mereka kering, pada gilirannya menyebabkan  kesulitan tersendiri  bagi mereka, dalam menjalankan kehidupan beragama.

Meskipun begitu, namun sesungguhnya kecintaan mereka atas Islam sejatinya tidak pernah surut. Bukankah sudah terbukti, jika ada sedikit saja kaum lain yang mengusik Islam, mereka akan berontak. Mereka akan melawan dengan kekerasan. Kecintaan yang menimbulkan dilema. Sebab karena ulah seperti ini Islam terlihat menjadi gahar, Islam yang penuh prasangka dan permusuhan. Jauh dari agama yang penuh kasih.

Walau begitu,  tidaklah seharusnya jika mereka  kemudian terpinggirkan,  dan ditinggalkan dengan tidak mendapatkan pengajaran !.  Bukankah ini menjadi tantangan tersendiri bagi kita ?. “Bagaimana agar kaum awam seperti kita ini mampu  menjalani kehidupan beragama dan berketuhanan meskipun dibelit dinamika kota.” Pertanyaan yang seharus bisa segera terjawab oleh Islam itu sendiri.

Pengajaran yang sederhana namun mampu memenuhi kebutuhan mereka dalam beragama. Inilah jawabannya, solusi yang diharapkan kaum urban. Belajar agama melalui pengajaran ringkas dan sederhana, dan tidak ribet,  namun cukup untuk menjadi bekal kita menjalani hidup,  dengan tenang, puas dan ridho. Bukankah ini sudah seharusnya ?. Pengajaran Islam   sederhana namun dalam dan syarat makna,  sebagai bekal dalam mengarungi hidup di dunia dan di akhirat nanti. Inilah yang dimaui. Karena yakinlah, jikalaupun kita  hanya mampu memahami satu ayat saja dengan benar, semisal “Bismillahi rohmani rohiem” kita manusia sudah dapat di pastikan akan mampu hidup puas, tenang, dan ridho. Sungguh, jika saja kita mengetahui dan meyakini hal ini (!?!).

Al qur an adalah kitab yang  penuh hikmah. Maka disebutkanlah jika manusia diberikan hikmah ilmu,  semisal satu ayat  saja, dapatlah  dikatakan,  bahwa dia sesungguhnya sudah mendapatkan rejeki yang amat sangat banyak. Inilah faedah ilmu hikmah (Laduni) yang di tawarkan.  Maka sudah selayaknya jika Ilmu Laduni di kaji ulang,  menjadi solusi alternatif pengajaran bagi masyarakat urban ibukota.

Batasan Ilmu Laduni

Page 109: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Ilmu Laduni adalah sebuah keniscayaan, ilmu yang sebaiknya  dimiliki oleh umat Islam. Apakah terlalu berlebihan statemen ini. Rasanya tidak. Seseorang yang telah memiliki iman dalam hatinya dan dia  bertakwa kepada Allah, akan dengan sendirinya  memiliki ilmu ini. Inilah keniscayaan yang saya maksudkan. Pengetahuan akan penyingkapan hati, pengetahuan kasyaf , kemampuan seseorang dalam mengenali daya yang bekerja pada dirinya,  adalah sebuah kemampuan yang layak dimiliki.

Menjadi pertanyaan dalam kajian-kajian terdahulu, bagaimana kita mampu mengenali sebuah daya yang bekerja pada diri kita adalah benar daya Allah, bukannya daya yang berasal dari proses induksi. Inilah pertanyaan kita selalu. Keyakinan bahwa daya yang bekerja pada diri kita adalah daya Allah, adalah sebuah keniscayaan yang seharusnya dimiliki oleh kaum muslimin.

Sayangnya, mengenali sebuah daya dan kemudian menetapinya sebagai daya dari Allah adalah sebuah persoalan tersendiri bagi umat Islam.  Mereka selalu merasa sudah benar dalam penyembahan mereka, mereka  enggan masuk ke dalam hatinya masing-masing mempertanyakan hal ini. Mereka dan kita semua sering tidak mau mempersoalankan lagi apakah daya yang kita pergunakan adalah benar daya Allah atau bukan.

Sudah mampukah kita meniadakan daya-daya lain yang mencoba memperngaruhi diri kita dan berkata dengan yakin bahwa tiada daya upaya selain (daya) Allah. Tanpa keyakinan yang benar, maka sesungguhnya kita tidak akan mampu mengatakan hal ini. Kita akan mengalami keraguan dan keraguan terus. Semua dalam kesulitan (ketika) saat   ber ikhsan. Hakekat bahwa Allah melihat kita, dan hakekat bahwa (seakan akan) kita melihat Allah. Inilah salah satu sebab mengapa umat muslim Indonesia mengalami kemrosotan akhlak yang akut.

Sebab ketika kita sudah yakin dan mampu mengenali daya tersebut, maka tenanglah hati dan jiwa kita. Inilah system bekerjanya ketubuhan kita. Bagaimana mengenali daya tersebut jika kita tidak memiliki pengetahuan atas ini ?. Maka dengan ilmu (kasyaf) inilah diharapkan manusia akan dapat mengenali daya tersebut dan kemudian yakin atas ini. Pengetahuan ini bukanlah datang secara tiba-tiba, seseorang harus melakukan perjalanan sendiri-sendiri.

Pengetahuan ini bukan datang dengan cara membaca, ataupun belajar dari seorang guru. Pengetahuan ini langsung diajarkan oleh Allah kepadanya. Maka seseorang yang menginginkan pengetahuan ini wajib melakukan perjalanan rohani, sampai nantinya  Allah  akan menunjukan jalan kepada-Nya.

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (jihad) untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. “ (QS. Al Ankabut : 69)

Inilah janji Allah, maka saya katakan bahwa Ilmu Laduni adalah sebuah keniscayaan saja. Yaitu bagi setiap muslim yang mencari keridhaan Allah dengan sungguh-sungguh maka kepadanya akan ditunjukkan jalan ini. Sebab dengan Ilmu ini dia akan mampu mengenali daya, dia akan mampu mengenali dualitas rahsa, dia kemudian akan mengenali jalan-jalan-Nya. Inilah keniscayaan berikutnya, membedakan rahsa-rahsa di jiwa, yaitu sebuah efek sensasi rahsa yang ditimbulkan oleh sebagai akibat penyembahan diri kita, apakah  kepada Allah atau kepada selain Allah. Dirinya akan mengenali rahsa tersebut, membedakannya, sehingga kemudian dia mampu

Page 110: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

melakukan koreksi dan bertobat, meluruskan kembali niatnya, jika kita salah dalam penyembahan diri kita. D

engan ilmu ini (kasyaf) dia akan mampu menghadapkan dirinya dengan keyakinan yang  benar kepada Tuhan (Allah) Yang maha Esa bukan kepada  Tuhan yang sebatas dalam persepsi saja, bukan kepada Hantu yang  malah dianggapnya sebagai Tuhan.   Semua akan diketahuinya melalui penyingkapan hati, melalui sensasi rahsa yang tak sama. Akan ada efek dualitas rahsa yang akan mampu  dikenal dengan baik, sehingga dirinya tidak dibingungkan lagi oleh sensasi dualitas rahsa tersebut.

Saya ingin memisahkan pemahaman saya dengan pemahaman  bahwa Ilmu Laduni atau Ilmu Hikmah adalah sebuah ilmu yang dimaksudkan dan identik dengan kemampauan seseorang yang memilikii karomah, supranatural, atau kesaktian-kesaktian lainnya. Bukan itu yang saya maksudkan. Bukan atas pemahaman itu, kajian ini dituliskan dan bukan maksud dari kajian ini ke arah sana.

Saya akan membatasi pemahaman bahwa Ilmu Laduni , menurut pendapat saya  adalah sebuah ilmu mengenali rahsa (dzauq), menyingkap hati, dan mengenal daya (kasyah) di dalam diri manusia sendiri. Ilmu yang akan mampu menyingkap hakekat diri manusia itu sendiri. Sehingga manusia akan mampu mengenali dirinya sendiri.

Ilmu Laduni adalah ilmu yang sangat spesifik dan unik. Setiap manusia akan diberikan ilmu ini, namun sayangnya ilmu ini  hanya bisa digunakan untuk dirinya sendiri saja. Inilah pemahaman saya, sehingga ilmu ini tidak mungkin dapat diajarkan kepada lainnya. Dia hanya bisa menggunakan ilmu tersebut hanya untuk mengenali dirinya sendiri, mengenali lintasan hati dan penyingkapannya. Maka berhati-hatilah kepada orang yang mengatakan memiliki ilmu ini dan mengatakan  mampu mengajarkan Ilmu Laduni ini. Dalam pemahaman saya Ilmu Laduni bukanlah sebuah ilmu tentang kesaktian manusia, ilmu ini adalah sebuah ilmu hikmah.

Hikmah apa yang perlu diketahui seseorang atas sesuatu hal, maka hanya Allah dan dia saja yang tahu.  Allah Maha Tahu, yang  akan menyingkapkan rahasia hikmah apa saja untuk dirinya. Hikmah yang hanya pas untuk dirinya sendiri, tidak untuk orang lain. Hanya dia sendiri yang akan memetik hikmah pelajarannya. Maka pengajaran seperti apa, kurikulum yang  mana yang akan  pas untuk setiap manusia, hanya Allah yang tahu. Maka hubungan belajar dan mengajar ini  sangatlah spesifik sifatnya dan ‘privat’ sekali.

Mengenali rahsa (dzauq), mengenali daya (kasyaf), Ilmu yang mampu meyingkap rahasia hati, sehingga dengan ilmu ini seseorang akan memiliki keyakinan yang tidak akan menyisakan ruang bagi keraguan sedikitpun. Karena telah terbukanya hijab dan penyingkapan hati. Inilah hakekat dan batasan Ilmu Laduni yang saya maksudkan.

Dengan ilmu inilah seorang muslim akan dapat memahami hikmah dam hakekat kebenaran itu sendiri. Sehingga dia tidak akan dibingungkan lagi dengan versi kebenaran kelompok lainnya. Jikalau dalam penyingkapan hikmah, seseorang kemudian di pahamkan melalui cara-cara yang di luar nalar dan logika, (sehingga manusia menganggap sebagai karomah) itu sifatnya hanya individualistis, dan karena semua terserah kepada Allah bagaimana memberikan pengajaran.

Page 111: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Pengajaran dalam mengenali daya, memang kadang sangat mempesona. Hampir semua yang penulis kenal yang sedang belajar hal ini tiba-tiba memiliki kemampuan yang tidak biasa. Kadang bisa memberhentikan hujan, memberhentikan dan membalikan arah  angin, dan juga kemampuan supranatural lainnya. Banyak diantaranya yang kemudian mampu menyembuhkan penyakit non medis, yang di sebabkan makhluk ghaib, dan lain sebagainya.  Tersingkapnya hijab hati akan menyingkapkan ke ghaiban inilah konsekwensinya, maka dia akan mampu berkomunikasi dengan makhluk ghaib, dan mengenali kesadaran-kesadaran lainnya, mengenal dari rahsa di jiwa.

Dirinya akan senantiasa di hadapkan kepada dua dunia, beserta dimensi-dimensinya. Dirinya dibenturkan kepada sebuah fakta untuk memaknai  manakah yang sebenarnya Realitas dan manakah yang Ghaib. Dualitas rahsa dalam kesadarannya. Karena semua menjadi seakan-akan sama saja. Tinggal dia mau memaknai seperti apa keadaannya dan sebagai apa. Apakah akan memaknainya sebagai hal ghaib ataukah sebagai realitas alam semesta saja, suatu kewajaran. Sungguh mempesona. Namun hakekatnya itu hanyalah  pembelajaran saja kepadanya. Dia sedang diajarkan pelajaran mengenai daya yang sedang bekerja, daya yang bekerja di alam  dan dalam tubuh manusia itu sendiri. Diajarkan siapakah dirinya, hakekat dirinya sendiri, hakekat tentang AKU.

Maka celakalah orang yang kemudian mengaku-aku memiliki daya ini. Celakalah orang yang mengaku aku memiliki Ilmu Laduni ini. Kemudian menganggul-anggulkannya, sebagai kesaktian, sebagai karomah, atau lainnya.  Karena hakekatnya ilmu ini berada di antara ada dan tiada, hikmah diantara realitas dan ghaib. Semua milik Allah. Hasil yang benar jika seseorang memiliki ilmu ini adalah kebalikannya, dia akan menjadi merasa  tidak  memiliki ilmu sama sekali. Seseorang justru akan merasa tidak memiliki daya sama sekali, setelah belajar dan memahami hakekat ilmu ini. Inilah keanehannya.

Semua tergantung rahmat Allah semata. Dia hanya menggantungkan hidupnya dari kemurahan Allah, yang akan memberikan daya kepadanya atau tidak. Inilah hakekat hasil pembelajaran Ilmu Laduni. Ilmu ini ada namun menjadi tiada, karena hakekatnya adalah kita kemudian meniadakan ilmu ini sendiri.  Ilmu ini berada dalam kesadaran realitas dan keghaiban itu sendiri.

Karenanya kita akan kesulitan jika mencari orang yang benar-benar memiliki ilmu ini, karena dia akan tersembunyi diantara manusia lainnya. Jika tersingkapkan, Ilmu ini menurutnya, hanya akan menjadi aib nya saja nanti. Begitu takutnya dia kepada Allah, takut menjadi riya’ jika dirinya diketahui. Maka keberadaan orang-orang ini nyaris terabaikan, mungkin saja ada diantara kita semua, namun kita tidak tahu. Ciri-ciri seorang muslim sejati ada pada dirinya. Itulah tanda-tandanya.

Ini adalah ilmu ketiadaan, meniadakan  daya upaya kita,  dia hanya bisa pasrah  menggantungkan dirinya atas daya yang diberikan Allah. Dia benar-benar merasa menjadi manusia yang tidak punya daya sama sekali. Benar-benar lemah, menjadi manusia biasa, sangat biasa. Dia merasa tidak tahu apa-apa, karena semuanya seakan-akan hanya di tarok begitu saja. Dia akan menjadi tunduk, rendah hati, karena dia menyadari bahwa dirinya bukan apa-apa, bukan siapa-siapa. Dan lain lain, dan lain lain. Hingga pada gilirannya nanti sampailah dirinya kepada makom kearifan tertinggi dalam dimensi manusia.

Page 112: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Jika tertarik belajar Ilmu ini, Ilmu Laduni, maka  menurut hemat saya tidaklah harus belajar kepada orang lain. Sebab begitu sulitnya jaman sekarang ini menemukan orang seperti itu. Belajarlah kepada Allah. Bergurulah kepada Allah.

Begitulah ke-khas-an Ilmu Laduni, dalam pemahaman saya, bagaimana memulai nya ?. Maka ini hanyalah sekedar sharing saja, sekali lagi hakekatnya hanya Allah saja yang tahu, pengajaran seperti apakah yang pas buat diri kita masing-masing.

Dari mana mulai ?

Di awali dari sebuah pertanyaan yang di lontarkan.  Mengapa manusia menerima dengan sikap pasrah sebuah keyakinan  secara turun temurun, tanpa sedikitpun keraguan ?. Mengapa manusia tidak mau menggunakan bukti-bukti rasional sebagai dasar penerimaan itu ?.

Mengapa setiap kelompok meyakini paham mereka sebagai suatu kebenaran ?. Bersikukuh mempertahankan keyakinan yang di dapat dari nenek moyang mereka secara  turun temurun, tanpa meragukan sedikitpun. Mengapa Islam, Kristen, Hindu, Budha, Yahudi, Bathiniyah, dan lainnya tetap dalam pendapatnya itu. Sehingga pada gilirannya, membuat  mereka sendiri  menjadi sangat sensitif ketika diantara mereka mengalami benturan keyakinan dan bersinggungan paham.

Mengapakah hal ini tidak menimbul pertanyaan dan keraguan kepada kita, manakah diantara paham mereka sesungguhnya  yang benar.

Marilah kita telusuri mengapa keadaannya begitu. “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, hanya saja kedua orang tuanya menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. “  (HR. Al Bukhari, Muslim, Malik, dan Ahmad).

Itulah keadaan real kondisi manusia, saat dia dilahirkan, dia sudah berada dalam kesadaran kolektif masyarakatnya. Dia tidak bisa memilih orang tuanya, lingkungannya, atau agamanya.

Jikalau begitu dapatkah dia disalahkan pada satu sisi itu saja, ketika dia memeluk agama Yahudi, Nasrani atau Majusi ?. Apakah orang tuanya yang salah ?. Ternyata tidak juga, karena ternyata orang tuanyapun mengalami nasib yang sama. Dia juga hanya menerima agama dari orang tuanya lagi. Dan seterusnya, dan seterusnya. Setiap manusia hanya menerima begitu saja paham dan keyakinan dari nenek moyang nenek moyang mereka.

Jikalau setiap manusia mengalami kejadian yang sama seperti itu,  kenapa mereka semua harus mewarisi juga sikap permusuhan nenek moyang-nenek moyang mereka semua ?. Menjadi permusuhan yang turun temurun lintas generasi, permusuhan yang tiada habis-habisnya. Praduga dan persepsi di bangun atas cerita masa lalu. Tidakkah sebaiknya setiap golongan, setiap manusia duduk bersama mengkaji kebenaran masing-masing. Melakukan kontemplasi dalam diri sendiri mencari hakekat ilmu pengetahuan dan hakekat kebenaran.

Yakinlah, manusia dahulunya adalah umat yang satu. Agama dahulunya adalah satu. Kemudian ada sebagian dari manusia yang di berikan pengetahuan menyimpangkannya, mengikuti hawa

Page 113: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

nafsunya. Pemahaman tersebut kemudian diturunkan, diikuti oleh keturunan keturunan mereka secara membuta. Sampailah kepada kita sekarang ini. Sesungguhnya manusia telah melalaikan keadaan yang sudah sekian lama begini, berabad abad lalu hingga melintasi jaman dan peradaban, sampailah kepada kita sekarang ini. Dinamika seluruh umat manusia dengan pelbagai macam keyakinan dan kebenaran versi masing-masing.

Kita seharusnya khawatir  dengan perkembangan agama Islam itu sendiri, kemudian mempertanyakan dengan keraguan, mengapa begitu banyak mahzab di dalam Islam, mengapa Islam juga terpecah-pecah. Manakah yang benar diantara mereka. Kita harus memiliki Ilmu yakin atas kebenaran yang di dalamnya tidak menyisakan sedikitpun ruang bagi keraguan. Keyakinan yang haqul yaqin yang tidak menyertakan kemungkinan salah dan praduga.

Sebuah keyakinan atas kebenaran yang tidak mungkin mampu di goyahkan sedikitpun oleh siapapun, meskipun sang pembantah memberikan emas sebesar gunung sekalipun. Dan selanjutnya kita mampu menyikapi atas  perbedaan yang tengah terjadi di dalam masyarakat itu dengan kearifan, sebab hakekat kebenaran datangnya dari Allah.

Muncullah pemahaman bahwa hakekatnya setiap golongan hanya berada dalam makom mereka masing-masing. Tentunya  mereka semuanya nanti, jika  telah satu  dalam kebenaran Tuhan maka seluruh umat manusia akan menjadi  kembali bersatu lagi dalam dienul Islam. Itulah keyakinan Islam.

Sekali lagi, setiap mahzab, setiap golongan senantiasa melakukan klaim atas kebenaran mereka, namun kita tidak pernah tahu, diantara mereka manakah sesungguhnya  yang benar. Benar dalam kebenaran Allah. Dimanakah rantai yang terputus, dimanakah ‘missing link’ nya, sehingga kebenaran yang sampai kepada kita sudah terserak-serak, sudah tidak lengkap lagi.

Kita harus menanyakan kepada diri kita melalui keraguan. Karena Al qur an telah mengisyaratkan demikian. Pada setiap peradaban mungkin ada saja nenek moyang kita yang lalai. Kita harus khawatir atas hal itu.   Sehingga kitalah yang di harapkan mampu memutuskan mata rantainya, mencari dimanakah asal muaranya, mencari jalan penghubung atas ajaran nabi Ibrahim yang lurus (Milah Ibrahim).  Sehingga kita memliki keyakinan yang benar, yang selanjutnya dengan ini,  dapat kita wariskan kembali kepada anak cucu kita berikutnya. Menjadi generasi Islam yang wajahnya penuh senyum, yang senantiasa menjadi rahmat bagi yang lainnya. Islam adalah rahmat semesta alam.

Generasi yang melalaikan

“Ya Sin. Demi Al qur an yang penuh hikmah. Sungguh engkau (Muhammad) adalah seorang dari rosul-rosul. Diatas jalan yang lurus. (Sebagai wahyu) yang diturunkan (Allah) yang maha Perkasa, Maha Penyayang. Agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. Sungguh, pasti berlaku perkataan terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman. “  (QS. Ya sin 1-7)

Al qur an jauh hari sudah memperingatkan hal tersebut. Dalam setiap peradaban setiap abad akan terdapat suatu kaum yang nenek moyang-nenek moyang mereka lalai. Maka Al qur an kemudian 

Page 114: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

di turunkan, sebagai wahyu, memberikan peringatan kepada kita, atas kemungkinan tersebut dengan sebuah praduga bahwa diduga diantara  nenek moyang kita  terdahulu terdapat suatu generasi yang lalai.

Terjadilah ‘missing link’  mata rantai yang  terputus. Sehingga sampai ke jaman kita, sudah menjadi banyak versi kebenaran yang terserak diantara setiap golongan. Kitalah semua  yang harus mengkritisi, ke dalam diri kita masing-masing. Mengikuti petunjuk di dalam Al qur an. Mencari kebenaran itu sendiri.

Al qur an menuntut ke aktifan manusia dalam mencari kebenaran. Menguji kembali keimanan yang telah diwariskan kepada diri kita masing-masing.  Meminimalisir kelalaian nenek moyang kita yang beranggapan bahwa diri mereka sudah benar, sehingga karenanya mereka lalai, dan karena  itu mereka tidak mau lagi mencari kebenaran. Sehingga kebenaran yang sampai kepada kita sudah tidak sempurna.

Kebenaran harusnya sampai kepada kita melalui jalan yang lurus (shirotol mustakim). Bukan melalui jalan orang yang sesat ataupun jalannya orang yang di murkai Allah. Maka kita wajib meyakinkan diri kita atas hal tersebut. Sehingga kita mampu mengamankan setidaknya jalan kita sendiri terlebih dahulu.

Pertanyaan-pertanyan tersebut layaknya terus di lontarkkan ke dalam hati. Sebagaimana yang dilakukan nabi Ibrahim as, ketika mencari hakekat Tuhan, sebagaimana juga yang di lakukan Rosululloh dalam kontemplasinya sepanjang waktu dan di perkuat saat-saat di gua hiro.

Begitu juga sebagaimana Hujatul Islam Imam Al Ghozali. Ini adalah pondasi dasar untuk melatih instrumen ketubuhan kita, mempersiapkan kondisi saat di susupkan contoh rahsa agar dikenali. Semua dimulai dengan pertanyaan, penuh keraguan atas suatu keadaan. Melihat ke dalam diri, mencari referensi atas sesuatu itu, dari dalam jiwa kita sendiri.

Pengajaran yang sederhana

Marilah kita masuki saja agar menjadi lebih jelas apa yang saya maksudkan. Kita mulai dari hal yang sederhana. Kita coba dari masalah yang paling banyak terjadi menimpa kita kaum awam adalah perihal sholat. Al qur an sudah memberikan solusi efektif  bagi kita kaum urban dalam menghadapi kesempitan dan tuntutan hidup.

Firman Allah “Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. “  (QS. Al baqoroh 45). Perintah tersebut jelas tidak mungkin salah. Masalahnya adalah kita yang belum mampu. Maka mulailah kita bertanya dalam hati kita, berdialog dengan tajam dan dalam.

· Apakah sholat yang di ajarkan orang tua kita sudah benar, sehingga  sholat mampu menjadi penolong kita ?.

· Apakah ada yang salah, sehingga sholat belum dapat saya jadikan penolong ?.

· Mengapa sholat dapat di jadikan penolong ?. Bagaimana caranya ?

Page 115: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

· Nyatanya berat bukan ?. Kenapa kok saya tidak bisa melakukan hal itu ?

· Hanya orang yang khusuk yang dapat melakukan itu ?

· Mengapa saya tidak bisa khusuk ?.

· Terus bertanyalah dan jawablah dengan jujur. Latih terus instrument ketubuhan kita.

· Kuatkan hati dan terus bertanya kepada Allah. Bagaimana caranya agar kita mampu mengerti.

Begitu juga dalam mengenal Allah, baiknya kita mulai dari ayat yang sering kita lafadzkan sehari-hari . Bisa dari “Bismillahi rohmani rohiem”. Pernyataan tersebut harus kita akui  pasti benar.

Maka kenalilah, bertanyalah terus, kasih sayang apakah yang telah diberikan kepada kita. Terlihat sederhana pertanyaan ini, namun seperti uraian dimuka, saat kita tidak memliki referensi apapun tentang sifat kasih dan sayang Allah, kita tidak akan mampu mengucapkan ini dengan keyakinan.

Ketika kita tidak yakin dengan ini, maka kita juga akan sulit mengenal Allah. Sebab dikarenakan kita tidak memiliki referensi sifat kasih dan sayang-Nya dalam diri kita.    Ketika kita tidak mampu mengenal Allah, maka selanjutnya kita akan sulit khusuk dalam sholat.

Sungguh bagi sebagian orang, menemukan dan mencari referensi kasih sayang Allah di dalam dirinya, merupakan perjuangan yang melelahkan, mendaki lagi sukar. Banyak kesadaran lain yang menghijab. Banyak sekali kesadaran lain yang ikut di dalam dirinya akan melakukan pengingkaran-pengingkaran,

Bahkan mungkin akal , mungkin jiwanya sendiri juga akan melakukan pengingkaran, sehingga hati sulit sekali mendapatkan hal atau keadaan seperti keadaannya. Yaitu keadaan rahsa di dada seperti dimaksud ketika Allah melimpahkan kasih sayangnya.

Apakah kita mengerti dan memahami bagaimana keadaan tersebut ?. Tentunya kita harus belajar mengenali, belajar untuk mendapatkan contoh rahsanya, dengan suatu mujahadah yang tak kenal lelah, agar nantinya tidak salah lagi.

Kita harus terus istikomah, melewati fase-fase awal. Kesadaran-kesadaran yang berada dalam diri kita secara perlahan tapi pasti akan di singkap, bagai mengupas kulit bawang, selapis demi selapis.  Yakinlah, dengan mengenal Allah melalui sifat kasih sayang-Nya saja kita sudah akan mampu menjalani kehidupan beragama dengan tenang, puas dan ridho. Inilah pengajaran yang sederhana namun tepat guna dan manfaat.

Bila orang tua kita hanya mengajarkan “Bismillah”, maka masuki saja lebih dalam. Insyaallah dengan ini, kita akan mampu mengerjakan dan mendirikan syariat dengan lebih ringan, lebih ikhlas dan sabar. Agama selanjutnya tidak menjadi beban kita lagi. Insyaallah beragama dan berkerja akan sejalan. Meskipun penguasaan agama kita hanya sedikit.

Page 116: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Berguru Kepada Allah

Masih banyak yang harus disingkapkan, perihal bagaimana pengajaran Allah, bagaimana keadaannya jika kita berguru kepada Allah. Sungguh luar biasa pernyataan yang di usung Ustad Abu Sangkan.

Dalam bukunya Berguru Kepada Allah. Meski menabrak logika berfikir umat Islam, dan mendobrak ‘mainstream’ yang begitu kuat. Nyatanya  pemahaman ini secara perlahan mampu diterima masyarakat. Meski pada awalnya banyak penentangan di sana-sini.

Lambat laun, masyarakat mampu melihat dengan jernih kemana muaranya. Pemahaman ini secara tidak langsung telah melahirkan paradigma baru dalam konsep berfikir tentang Islam itu sendiri. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya atas diri beliau. Amin

Dalam perjalanan Berguru Kepada Allah, manusia akan diperjalankan, dan di ajarkan bagaimana memahami dirinya sendiri terlebih dahulu.  Terutama adalah bagaimana manusia mampu memahami dualitas rahsa yang telah disusupkan oleh Allah kepadanya. Rahsa pada jiwa yaitu kefasikan dan ketakwaan.

Manusia harus mengenalinya. Membedakannya bagaimana sensasi rahsa bila kita berada dalam makom kefasikan dan bagaimana juga keadaan sensasi rahsa di jiwa ketika kita berada di makom ketakwaan. Sungguh kita harus mampu membedakan keadaan ini. Agar kita tidak tertipu.

Manusia secara perlahan diminta mengenali rahsa takut, rahsa syukur, rahsa takwa, tawakal, iman, sabar, harap, dan lain-lain, dan berikut dengan dualitasnya, yaitu rahsa kebalikannya. Digulirkan juga rahsa senang dan sedih, gembira dan nestapa, sukses dan kecewa, dan bagaimana memaknai hikmah diantara dua rahsa itu.  Kemudian bagaimana juga menetapinya, rahsa yang bagaimanakah yang bersumber dari daya Allah.

Semua akan diajarkan satu persatu. Begitu dahsyatnya pengajaran itu, hingga sangat terasa di badan. Sebagaimana halnya sampai-sampai  pada dada Rosululloh ketika sholat seperti ber-gemuruh, saking dahsyatnya, hingga terdengar oleh orang di belakangnya. Maka ketika kita diajarkan rahsa ini, sungguh kita  harus istikomah dalam keyakinan kepada Allah.

Gemuruh di dada dan bagaimana sensasinya begitu luar biasa, benar-benar  akan melumpuhkan dirinya. Bagai gelombang tsunami yang akan melemparkan apa saja.  Bagai radiasi yang akan meluluh lantakkan  apa saja yang terpapar. Semua menimpa raganya. Maka bagi manusia hanya ada satu jalan, hanya kembali kepada Allah. Tidak ada jalan kembali. Apakah dia akan menjadi kafir setelah beriman ?. Itulah taruhannya. Jika dia berbalik, sungguh siksaan Allah amatlah pedih.

Kemudian manusia juga akan diajari bagaimana membedakan sensasi bagaimana jika kita takut kepada Allah dan bagaimana juga ketika kita takut kepada selainAllah. Demikian juga untuk rahsa cinta. Bagaimana sensasi rahsa ketika kita cinta kepada Allah dan ketika kita mencintai selain Allah.

Page 117: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Dengan mengenali sensasi rahsa ini  (dzauq), manusia akan mengenali daya(kasyaf) yang menimbulkan sensasi tersebut. Karena hakekatnya rahsa hanyalah sebuah efek atas bekerjanya sebuah daya saja. (Lihat Kajian Sebelumnya perihal DAYA ini).

Sebuah rahsa panas yang dirimbulkan oleh alat pemanas, atau bohlam lampu misalnya, akan terasa bedanya jika daya listrik yang menghidupkannya berasal dari daya  PLN ataukah bersumber dari daya  sebuah battery.  Jika dari PLN akan lebih konstan namun jika dari baterry dayanya semakin lama akan meredup sehingga nyalanya (panasnya) akan tak beraturan.

Sensasi ini terasa nyata dan akan beda sekali bagi yang mampu merasakannya. Inilah perumpamaannya. Begitulah cara mengenali sebuah daya. Apakah daya dari Allah ataukah daya dari selain Allah. Kita mengenali dari sensasi rahsanya (dzauk).

Kemudian setelah kita mengenalinya, maka kita akan mendapatkan referensi atas rahsa yang dimaksudkan. Allah akan memberikan contoh rahsanya yang benar (hal). Bagaimana rahsa yang sungguh-sungguh benar.

Kita akan memiliki keyakinan yang kuat tentang kebenaran yang dimaksudkan-NYA. Tanpa rekayasa apapun. Betul-betul seperti di tarok saja. Setelahnya, kemudian manusia harus mengupayakan dirinya agar menempati makom tersebut, berdasarkan referensi yang sudah didapatkannya itu.

Inilah perjuangan yang terus menerus, hingga manusia mampu mencapai makom yang dimaksudkan. Begitus  seterusnya sehingga tercapailah kearifan puncak. Menjadi manusia yang (menjadi) rahmat semesta alam.

Penutup

Maka keadaannya, hanya dengan mengucapkan ‘Bismilahi rohmani rohiem’  saja, ahli kitab tersebut sudah mampu memindahkan singgasana Ratu Bilkis. Sesuai permintaan Nabi Sulaiman. Begitulah yang diberitakan Al qur an. Sebab karena orang tersebut sudah mampu mengkondisikin dirinya dalam (suasana) hal dimana dan bagaimana keadaan suasana itu, saat   (ketika)  waktu   sama dengan nol (t=0). Bagaimana sensasinya, dimensinya, dan bagaimana juga keadaannya dia sudah tahu dan sudah menjadi realitas bagi dirinya.  Maka ketika orang tersebut sudah memiliki referensi sebagaimana hal ketika waktu sama dengan nol, (realitas keadaan tersebut) maka dia dengan mudahnya (masuk) berada dalam kondisi tersebut.

Ketika dia sudah dalam kondisi tersebut, (sama halnya) bagi dirinya waktu sudah sama dengan nol (t=0) maka selanjutnya mudah saja bagi dirinya berada dimana saja, dan berbuat apa saja, karena bagi dirinya segala sesuatu sudah tidak berjarak dan tidak bermassa lagi. (Lihat Kajian Misteri Sang Waktu). Maka sesungguhnya dia akan  mampu melakukan segala sesuatu dengan sangat mudahnya, seperti mengkedipkan mata saja. Melakukan semua  itu sebagai kewajaran, sebagaimana matahari yang selalu terbit, melakukan dengan kerendahan hati. Sebuah kearifan puncak manusia.  Begitulah hakekat Ilmu Laduni.

Page 118: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Begitulah (rahasia) kebesaran hikmah atas kita-kitab Allah, bagi orang yang mengetahui. Inilah pemahaman saya, maka kembalinya kepada sidang pembaca memaknainya. Selamat Mencoba. Wolohualam.

Salam

Non-muslim Masuk Neraka, KECUALI…Walaupun secara umum non-muslim, seperti orang Kristen, akan masuk neraka, “tapi secara individu kita tidak tahu nasib mereka“. Karena sesungguhnya ada dua kategori non-Muslim:

1. Mereka yang belajar dan mengerti ajaran Islam, tapi tetap menolak.2. Mereka yang tidak pernah belajar dan mengerti Islam dan mati sebagai non-Muslim. Di

antara mereka adalah:(a) Mereka yang tidak tahu apa-apa mengenai Islam, seperti mereka yang tinggal di pulau terpencil.(b) Mereka yang memiliki pemahaman yang salah mengenai Islam, seperti mereka yang mendapatkan info dari “anti-Islamic website”(c) Mereka yang hanya mengetahui Islam sedikit saja

Untuk kategori 2(b) ini, Allah SWT akan memberikan ujian yang adil bagi mereka setelah mereka dihidupkan kembali di hari penilaian. Jika mereka gagal ujian tersebut mereka akan masuk neraka, sebaliknya mereka akan masuk syurga.

Dengan kondisi-kondisi seperti itu kita tidak boleh memvonis seorang non-Muslim langsung masuk neraka. Ditambah lagi kita sama sekali belum berdakwah atau menyampaikan ajaran Islam kepada mereka. Jadi urusan siapa yang bakalan masuk neraka, kita serahkan saja kepada Allah SWT. Karena itu adalah hak Allah SWT.

Kepada Siapa Tulisan Ini di Tujukan?

Tulisan di bawah ini lebih ditujukan kepada non-Muslim kategori 1 seperti:

1. kaum orientalis yang belajar Islam,2. pendeta-pendeta Kristen yang belajar mengenai Islam sebagaian bagian dari program

misionarisnya3. non-Muslim yang sengaja mempelajari Islam tapi kemudian menggunakan ilmunya untuk

menjelek-jelekkan Islam,4. non-Muslim yang tinggal di daerah mayoritas Islam dan mengetahui bagaimana orang

Islam beribadah dan akhlak mereka, tetapi tetap menolak bahkan memerangi umat Islam seperti kaum Kristen Koptik di Mesir,

5. non-Muslim yang sudah kita terangkan apa itu Islam yang sebenarnya, tapi masih tetap menolak ajaran Islam

Page 119: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Tulisan ini berusaha untuk mengkounter argumen-argumen yang dilaungkan oleh kaum liberal dan pluralis yang mengatakan bahwa semua non-Muslim tanpa terkecuali pada akhirnya masuk surga. Tujuan mereka adalah untuk melemahkan mental umat Islam sehingga umat Islam pada akhirnya menerima slogan “Semua Agama Benar“. Untuk diketahui, bagi umat Islam mengatakan semua agama benar, bisa membuat umat Islam itu menjadi kafir. Nah disinilah bahayanya.

Menyanggah Argumen Pihak Liberal

Mereka yang berpendapat bahwa non-muslim “tanpa terkecuali” pada zaman ini juga berkesempatan untuk masuk Surga berdalil dengan ayat di bawah ini:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan ash-Shabi-iin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 62).

Inilah ayat yang sering ditafsirkan sesuka hati oleh kaum pluralis untuk membenarkan pendapat mereka. Kita katakan cara penafsiran mereka itu salah, karena tidak mengikuti metodologi penafsiran yang benar. Tapi mereka ngotot mengatakan siapa saja boleh menafsirkan al’Quran. Makanya mereka tidak mau memakai hasil-hasil penafsiran dari para ulama tafsir. Jangan heran kalau tafsiran mereka pada ngawur semua, karena mengikuti hawa nafsu.

Ulama-ulama tafsir menghasilkan beberapa penafsiran mengenai ayat di atas. Tapi pada saat ini hanya diketengahkan dua penafsiran saja.

1. Ayat di atas berkaitan dengan orang-orang yang beriman dari kalangan umat ini dan juga umat-umat terdahulu sebelum diutus Rasulullah s.a.w. Umat-umat terdahulu di antaranya orang-orang Yahudi dan Nasrani yang hidup sebelum diutusnya nabi terakhir. Di antara mereka tentu ada yang benar-benar beriman kepada Allah, ada juga yang tidak. Ayat di atas bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman yang mungkin timbul karena ayat-ayat sebelumnya yang berisi celaan terhadap Bani Israil. Dikhawatirkan sebagian orang akan menyangka bahwa seluruh Bani Israil terkena dengan keumuman celaan tersebut. Padahal yang terkena celaan tersebut adalah kaum Bani Israil yang tidak benar-benar beriman kepada Allah.

Kenapa ayat di atas turun ya? Ceritanya begini. Pada suatu ketika Salman bercerita kepada Nabi s.a.w mengenai para sahabatnya yang juga melakukan sholat, puasa, serta beriman bahwa nantinya Nabi terakhir akan diutus. Seusai Salman memuji para sahabatnya, Nabi s.a.w berkata, “Wahai Salman, mereka termasuk ahli neraka.” Salman merasa sedih mendengar ucapan Nabi s.a.w. tersebut, sehingga Allah menurunkan ayat di atas untuk mengkoreksi ucapan Nabi s.a.w. tersebut.

2. Adapun penafsiran kedua menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “orang-orang beriman” adalah orang-orang munafik. Sebab jika dinilai secara zhahir mereka tampak sebagaimana halnya orang-orang yang beriman. Karena itulah penyebutannya disandingkan dengan kaum Yahudi dan Nasrani. Lalu Allah mengabarkan bahwa siapa saja yang kemudian beriman kepada

Page 120: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Allah dan hari akhir dengan keimanan yang sebenar-benarnya -tentunya mencakup keimanan terhadap Nabi Muhammad s.a.w. – maka mereka mendapatkan ganjaran yang disebutkan dalam ayat.

Sepanjang yang diketahui, dalam kitab-kitab tafsir yang mu’tabar, tidak ada seorang ahli tafsir pun yang mengatakan bahwa ayat ini dijadikan dalil bahwa non-muslim juga mungkin akan masuk surga. Kenapa begitu ya? Hal itu disebabkan sangat banyak dalil yang menunjukkan bahwa non-muslim yang tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad s.a.w. sesudah diutusnya beliau akan masuk neraka. Sebagian kecil dari dalil-dalil tersebut adalah:

Nabi s.a.w bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya! Tidaklah mendengar tentangku seorang pun dari kalangan umat ini, baik dari kalangan Yahudi maupun Nasrani, kemudian ia (memilih) tidak beriman kepadaku melainkan ia termasuk ahli Neraka.”

Allah berfirman: “Dan barangsiapa mencari selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali ‘Imran: 85)

Allah berfirman: “Sesungguhnya kesyirikan benar-benar adalah kezhaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13)

Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang menyekutukan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisaa': 116).

Allah berfirman: “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu debu yang berterbangan.” (QS. Al-Furqan: 23)

Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke dalam neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 6)

Bagaimana mungkin non-muslim yang melakukan kesyirikan yang merupakan kezaliman yang sangat besar bisa masuk surga (Baca: Apakah Non-Muslim Yang Baik Akan Masuk Neraka Juga?). Juga bagaimana mungkin non-muslim yang tidak pernah melakukan sholat, puasa, dll, bisa dengan santainya masuk surga. Sedangkan muslim sendiri harus bersusah payah melakukan itu semua demi mendapatkan surga. Ini namanya tidak adil. Kalau mau adil, muslim juga tidak perlu melakukan sholat, puasa, menutup aurat, atau melakukan kesyirikan. Dengan demikian tidak perlu lagilah syariat Islam dari awal sampai akhir. Itulah tujuan yang ingin di capai oleh kaum pluralis atau Islam liberal.

Amal shalih yang dilakukan oleh non-muslim juga sia-sia, seperti debu yang beterbangan. Karena syarat suatu amalan dikatakan sebagai amal shalih apabila memenuhi dua syarat yaitu:

1. Ikhlas, yaitu hanya ditujukan untuk Allah semata dan tidak diiringi prektek syirik.

Page 121: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

2. Meneladani Nabi s.a.w.

Apakah non-muslim memenuhi kriteria-kriteria tersebut? Tentu saja jawabannya tidak.

Meniru Ahli Kitab?

Kaum pluralis beranggapan bahwa pernyataan “hanya orang Islam sajalah yang masuk surga, sedangkan non-muslim akan masuk neraka” adalah penyerupaan terhadap Ahli Kitab itu sendiri. Kenapa bisa begitu ya? Kaum pluralis itu menyandarkan argumen tersebut pada sabda Nabi s.a.w. yang berbunyi:

“Kalian benar-benar akan mengikuti tata cara orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta. Bahkan sekiranya mereka memasuki lubang dhabb -hewan herbivora yang mirip dengan biawak-, maka tentulah kalian akan memasukinya juga.” Kami -para Sahabat- bertanya, “Ya Rasulullah, apakah orang-orang Yahudi dan Nasrani?” Nabi ` menjawab. “Siapa lagi -kalau bukan mereka-?!”

Nah dalam al-Quran sendiri ada disebutkan:

“Dan orang-orang Yahudi berkata: ‘Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan,’ sementara orang-orang Nasrani berkata: ‘Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan,’ padahal mereka (sama-sama) membaca al-Kitab….” (QS. Al-Baqarah: 113).

Jadi kesimpulan kaum pluralis itu adalah jika ada orang Islam yang mengatakan non-muslim masuk neraka, maka tingkah laku orang Islam ini sama saja dengan tingkah laku orang Yahudi dan Nasrani yang diceritakan dalam ayat di atas.

Itulah logika ngawur yang dipakai oleh kaum pluralis atau Islam liberal tersebut.

Karena pernyataan bahwa non-muslim itu akan masuk neraka bukanlah karena ikut-ikutan Ahli Kitab, tapi karena nash-nash al-Qur’an dan Sunnah yang ada memang sudah menyebutkan hal tersebut. Lagipula tidak semua yang dilakukan oleh umat terdahulu (Ahli Kitab) tidak boleh dilakukan oleh kaum Muslimin. Selama ada sandarannya dalam al-Qur’an dan Sunnah, selama itulah kaum Muslimin akan melaksanakannya. Walaupun asalnya dari kaum Ahli Kitab dulunya. Contohnya adalah seperti puasa.

Sumber

Dr. Daud Rasyid M.A.

Apakah non-Muslim Yang Baik Akan Masuk Neraka Juga?wiemasen November 05, 2011 0 Comment

Page 122: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Sebelum membaca tulisan di bawah ini, saya ingin mengajukan pertanyaan kepada kaum Muslim: “Apakah orang kafir sekarang ini seperti orang Kristen akan masuk neraka? Non Muslim tidak perlu menjawab, karena bagi mereka, sudah pasti mereka masuk syurga.

Orang yang tidak sampai risalah tauhid padanya ketika hidup, dia dianggap kafir di dunia ini. Cara kita bermuamalat dengan mereka adalah seperti bermuamalat dengan orang kafir. Akan tetapi di akhirat nanti dia termasuk ke dalam golongan imtihan yang akan diuji oleh Allah. Jika berhasil melewati ujian tersebut, mereka akan ke syurga dan jika tidak diazab di neraka. Yang juga termasuk dalam golongan imtihan ini seperti ahli fitrah (hidup sebelum diutus nabi), orang gila, orang tua pikun, dll.

Dari Abu Hurairah dan Al-Aswad Bin Sarii bahawa nabi Allah S.A.W bersabda: “Empat jenis manusia akan berhujah pada hari kiamat. Mereka adalah lelaki tuli yang tidak mendengar langsung, lelaki tidak siuman, lelaki tua pikum dan lelaki yang mati di dalam fatrah (waktu antara dua rasul). Adapun si tuli, dia akan berkata: Wahai Tuhanku, sesungguhnya Islam telah sampai dalam keadaan aku tidak mendengar sesuatupun. Adapun orang yang tidak siuman, dia akan berkata: Wahai Tuhanku, sesungguhnya telah datang Islam dalam keadaan aku tidak memahami sesuatupun serta anak-anak melemparku dengan najis binatang. Adapun si Tua pikun, dia akan berkata: Wahai Tuhanku sesunggunya telah datang Islam dalam keadaan aku tidak memahami sesuatu. Adapun orang yang mati dalam tempoh fatrah (antara dua rasul),  dia akan berkata: Wahai Tuhanku, tidak sampai pun padaku pesuruhMu. Maka Allah mengambil janji dari mereka agar mereka mentaatiNya tanpa terbelah lagi. Kemudian diperintahkan kepada mereka agar memasuki neraka. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sesiapa yang memasukinya (di kalangan mereka), pasti ia akan menjadi sejuk dan sejahtera terhadapnya. Dan orang yang tidak memasukinya (dikalangan mereka), akan diheret ke dalamnya.

Menurut Dr Yasir Borhami (Al-minnah), orang tuli yang sampai padanya dakwah dengan (bahasa) isyarat tidak termasuk ahli fatrah, karena dakwah telah sampai padanya dengan cara yang dipahami oleh orang-orang yang sepertinya, dan begitu juga jika dia mampu membaca dan menulis, atau dengan apa-apa wasilah (yang dipahaminya), maka dikira telah sampai dakwah padanya.

Orang kafir yang belum mengenal apa itu islam, apabila mendengar tentang islam entah itu berita benar atau palsu,  dia wajib untuk menyelidikinya sebelum menolaknya. Siapa yang ikhlas dalam pencarian, maka Allah akan beri petunjuk.

Jika seorang manusia bisa menghabiskan umurnya meneliti tempat yang terbaik menancapkan paku ketika dia bertukang, maka tidak ada keuzuran padanya untuk tidak meneliti masalah penting yang melibatkan kepercayaannya apabila sampai padanya khabar tentang Islam.

Syeikh Dr Yaser Borhami – hafizahullah – dalam bukunya Al-Minnah Syarh I’tiqad Ahlissunnah, dalam bab masalah iman dan kufur berkata:

“… dan barangsiapa yang sampai kepadanya risalah laa ilaaha illallah, muhammad rasulullah, maka dia mesti membenarkannya, dan jika dia tidak menyelidikinya dan kekal dalam kekufurannya setelah sampai risalah kepadanya, maka dia adalah kafir yang kekal dalam neraka

Page 123: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

dengan kesepakatan kaum muslimin, dan barang siapa yg berselisih dalam masalah ini, maka dia adalah ahli bid’ah yg sesat.”

Ada sebagian orang yang berpendapat apabila berita mengenai Islam yang sampai kepada orang kafir-kafir tersebut adalah yang buruk-buruk saja, maka orang-orang kafir ini akan mendapatkan ampunan (dimaafkan). Alasannya adalah karena karena termasuk ke dalam golongan ma’zur (mendapat uzur) akibat menerima berita yang tidak benar mengenai Islam. Golongan ini mensyaratkan berita yang betul-betal benar sampai kepada orang kafir serta ditambah dengan penegakan hujjah terhadap mereka, sebelum mengatakan tempat mereka di neraka di kemudian hari.

Menurut Syeikh Dr Yaser Borhami itu adalah kalam yang batil. Beliau berhujjah dengan kisah Kisra dan Kaisar (bangsawan Persia dan Romawi pada zaman Nabi saw). Kedua pembesar tersebut selalu menjelek-jelekkan citra Islam kepada pengikut-pengikutnya. Mereka menyaring berita-berita baik mengenai Islam kepada pengikutnya. Mereka tidak memberitahu pengikut-pengikutnya bahwa Islam agama yang haq dan baik. Sebaliknya mereka berkata “jangan masuk Islam”.

Hakikat orang-orang musyrikin yang selalu menjelakkan Islam telah disinggung oleh Nabi saw dalam sebuah hadis yang berbunyi:

“Nabi bersabda kepada Hiraqel: “Islamlah kamu! Maka kamu akan selamat, dan Allah memberikan ganjaran kepadamu dua kali lipat. Jika engkau berpaling, maka dosa-dosa Arisiyyiin di atas tanggunganmu” [HR Bukhari-Muslim].

Mengapa Nabi saw berkata demikian? Ini karena orang-orang Arisiyyiin akan mengikutinya kepada kebatilan, seperti firman Allah swt yang menceritakan tentang orang-orang yang mengikut (kebatilan) pada hari kiamat (Saba’ (34): 31-33):

“Dan orang-orang  kafir berkata, “Kami tidak akan beriman kepada Al-Qur’an ini dan tidak (pula) kepada Kitab yang sebelumnya.” Dan (alangkah mengerikan) kalau kamu melihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan  kepada Tuhannya, sebagian mereka mengembalikan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada

Page 124: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

orang-orang yang menyombongkan diri, “Kalau tidaklah karena kamu, tentulah kami menjadi orang-orang mukmin.”

Orang-orang yang menymbongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, “Kamikah yang telah menghalangimu untuk memperoleh petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak!) Sebenarnya kamu sendirilah oarng-orang yang berbuat dosa.”

Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, “(Tidak!) Sebenarnya tipu daya(mu) pada waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru agar kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya.” Mereka menyatakan penyesalan ketika mereka melihat azab. Dan Kami pasangkan belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.

Apakah orang-orang kafir itu bisa masuk Islam di kala berita-berita buruk menimpa Islam dan umat Islam. Jawabannya adalah bisa sekali asalkan orang itu bersungguh-sungguh mencari agama yang haq. Niscaya Allah swt akan mempermudah dan membimbing usaha pencariannya tersebut. Kalau tidak percaya, bacalah kisah-kisah orang-orang yang masuk Islam ini.

Di lingkungannya, New York, Jennifer menyaksikan betapa buruknya perlakuan terhadap Muslim. Perlakuan ini terjadi begitu cepat setelah serangan 11 September. Setiap hari selalu ada berita yang melaporkan tentang kejahatan karena kebencian terhadap Muslim.

“Sungguh mengerikan. Saya menyaksikan langsung orang-orang pindah berjalan di trotoar seberang jalan hanya karena mengira ada Muslim. Bisnis Muslim sepi. Tak ada yang ingin membeli dari toko Muslim. Di jalan, orang-orang berteriak kepada Muslim, Pergi ke negaramu, Teroris, Taliban!!” “Mengapa orang-orang mengatakan kata-kata ini kepada orang-orang yang tak bersalah? Saya sepakat pelaku serangan adalah orang yang kejam, tapi kenapa menyalahkan orang-orang yang tak ada hubungannya dengan serangan?”

Page 125: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Dari sinilah muncul ketertarikannya. Jennifer mulai penasaran apa yang diyakini oleh Muslim. Ketertarikannya semakin besar setiap hari. Ia kemudian mendaftar untuk mengikuti sebuah acara di kampus. Di sana ia bertemu Muslim dan melontarkan berbagai pertanyaan tentang Islam.

Contoh Orang Yang Mencari Kebenaran Islam

Jennifer mendengar hal-hal buruk mengenai Islam, tapi dia malah mendaftarkan diri disebuah acara Islam di kampus, hanya untuk bertanya mengenai Islam. Jadi Jennifer melakukan usaha untuk mencari tahu apa Islam sebenarnya.

Berpikir mundur kembali ke tahun-tahun sekolah dasar, Howell masih mengingat jelas sebuah pernyataan dari gurunya yang berkata, “Islam adalah agama pedang, dan siapa pun yang hidup dengan pedang akan mati dengan pedang.” Howell kini menyadari betul bagaimana pengondisian anti-Islam telah dimulai sejak masa kanak-kanak.

Timbul pertanyaan serius pada Howell, “Bagaimana mungkin budaya masyarakat Ameika begitu dungu dan penuh prasangka terhadap Islam. Ini adalah agama tua dari Timur Tengah, tapi ironisnya masyarakat saya sendiri juga mempraktekkan agama dari Timur Tenggah (Kristen) dan mereka juga berbagi nabi yang sama.”

“Saya jadi ingin tahu apa itu Muslim dan agama mereka, Islam,” ujarnya. Howell mulai mencari jawaban atas banyak pertanyaan di dalam kepalanya. “Saya bukan hanya bertanya pada para Krisitiani. Saya juga mulai bertanya langsung pada Muslim,” tutur Howell. Dari sanalah ia belajar dan menjumpai bahwa Islam sungguh diluar yang ia sangka.

Sejak kecil Howell mendapat didikan yang salah dari guru-gurunya tentang Islam. Islam dikatakan sebagai agama pedang, agama teroris, agama untuk orang berwarna coklat, dan banyak lainnya. Howell tidak hanya berhenti disitu saja dan percaya mentah-mentah apa yang dipelajarinya sejak kecil. Dia malah mencari tahu apa itu Islam dan muslim. Ini mengantarkannya kepada Islam.

Ruben dibesarkan di Melbourne oleh orangtua yang tak percaya Tuhan. “Saat kecil saya memang dibesarkan untuk menganut Kristen, tapi orang tua saya atheis, sehingga saya cenderung memiliki pandangan atheis,” ungkap Ruben. “Saya pun mulai bertanya apa sebenarnya tujuan hidup itu?” tuturnya. Peristiwa sulit yang terjadi hampir bertubi-tubi itu menjadi katarsis bagi Ruben untuk melirik agama.

Hingga suatu saat ia bertemu temanya yang beragama Kristen. “Saya ditanya bagaimana pencarianmu, apa saja yang sudah kampu pelajari?” kata Ruben menirukan ucapan si teman. Ia menjawab semua, mulai Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Yahudi, Anglikan tapi tak ada yang bisa menarik hatinya. Si teman bertanya lagi, “Bagaimana dengan Islam?”. Pertanyaan langsung disambar Ruben dengan cemooh, “Apa, Islam? Buat apa saya mengivestigasi agama terorisme? Itu gila.”

Page 126: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Ia pun mulai banyak bertanya, tentang teman-temannya yang telah meninggal, tentang apa itu masa lalu dan masa yang akan datang. Ia pun menanyakan hal-hal sulit lain, seperti mengapa menumbuhkan janggut, mengapat menggunakan hijab, mengapa memiliki istri empat.

Ruben adalah seorang atheis. Tapi dia berusaha mencari jawaban atas pertanyaan apa tujuan hidup sebenarnya. Ini membimbingnya untuk mencari tahu agama-agama lain, kecuali Islam. Yang ada dalam pikirannya, Islam adalah agama teroris. Namun karena keinginan untuk mencari jawaban itulah, membuat dia tetap pergi ke mesjid dan bertanya hal-hal yang mustahil mengenai Islam.

Sumber: Ringkasan dari diskusi di al-fikrah.net – Hujah ulama: apakah org bukan islam yg sgt baik masuk neraka

HAL-HAL YANG MENAKUTKAN DI ALAM KUBUR

OlehUstadz Dr Ali Musri Semjam Putra, MA

Apabila kita mengamati nash-nash yang shahîh dari al-Qur‘ân dan Sunnah serta ditopang oleh pemahaman dan pandangan para Ulama dalam memahami nash-nash tersebut, maka diketahui bahwa manusia akan melewati empat alam kehidupan, yaitu: alam rahim, alam dunia, alam barzakh (kubur), alam akhirat. Semua proses kehidupan setiap alam tersebut memiliki kekhususan masing-masing, tidak bisa disamakan antara satu dengan lainnya. Misalnya alam rahim, mungkin saja bisa diketahui sebagian proses kehidupan di sana melalui peralatan kedokteran yang canggih, tapi di balik itu semua, masih banyak keajaiban yang tidak terungkap dengan jalan bagaimana pun. Semua itu merupakan rahasia yang sengaja Allah Azza wa Jalla tutup dari ilmu dan pandangan umat manusia. Allah Azza wa Jalla telah menerangkan dalam firman-Nya yang berbunyi:

قليال إال العلم من أوتيتم وما

Tidaklah kalian diberi ilmu kecuali sedikit saja. [al-Isrâ‘/17:85]

Apalagi bila kita hendak berbicara tentang kehidupan alam kubur dan alam akhirat, tiada pintu yang bisa kita buka kecuali pintu keimanan terhadap yang ghaib, melalui teropong nash-nash al-Qur‘ân dan Sunnah. Beriman dengan hal yang ghaib adalah barometer pembeda antara seorang Mukmin dengan seorang kafir, sebagaimana termaktub dalam firman Allah Azza wa Jalla :

قين هدى فيه ريب ال الكتاب ذلك لمت ذين ل بالغيب يؤمنون ال

Kitab (al-Qur‘ân) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib”. [al-Baqarah/2:2-3]

Banyak nash dari al-Qur‘ân dan Sunnah yang mengukuhkan persoalan ini, yang tidak mungkin

Page 127: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

diuraikan dalam tulisan yang singkat ini.

KEADAAN MANUSIA DI ALAM KUBURSetiap manusia yang hidup di dunia ini pasti akan melewati alam kubur. Alam ini disebut pula alam barzakh yang artinya perantara antara alam dunia dengan alam akhirat, sebagaimana firman Allah k yang artinya, “Apabila kematian datang kepada seseorang dari mereka, ia berkata, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekalikali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada Barzakh (pembatas) hingga hari mereka dibangkitkan. [al-Mukminûn/23:100]

Para ahli tafsir dari Ulama Salaf sepakat mengatakan, “Barzakh adalah perantara antara dunia dan akhirat, atau perantara antara masa setelah mati dan hari kebangkitan. [1].

Alam Barzakh dinamakan dengan alam kubur adalah karena keadaan yang umum terjadi. Karena pada umumnya jika manusia meninggal dunia, dia dikubur dalam tanah. Namun, bukan berarti orang yang tidak dikubur terlepas dari peristiwa-peristiwa alam barzakh. Seperti orang yang dimakan binatang buas, tenggelam di lautan, dibakar ataupun terbakar. Sebab Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Seperti yang diceritakan Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

مات فإذا خيراقط يعمل لم رجل قال قال سلم و عليه ه الل صلى الله رسول أن هر يرة أبي عنأحدا به يعذ ال عذابا ه بن ليعذ عليه ه الل قدر لئن ه الل فو البحر في ونصفه البر في واذروانصفه قوه فحرخشيتك من قال فعلت لم قال ثم فيه ما فجمع البر وأمر مافيه فجمع البحر الله فأمر العالمين من

فغفرله أعلم وأنت

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang yang tidak pernah beramal baik sedikit pun berkata kepada keluarganya: apabila ia meninggal maka bakarlah dia, lalu tumbuk tulangnya sehalus-halusnya. Kemudian sebarkan saat angin kencang bertiup, sebagian di daratan dan sebagian lagi di lautan. Lalu ia berkata, ‘Demi Allah, jika Allah mampu untuk menghidupkannya, tentu Allah akan mengazabnya dengan azab yang tidak diazab dengannya seorang pun dari penduduk alam. Maka Allah memerintahkan lautan dan daratan untuk mengumpulkan abunya yang terdapat didalamnya. Maka tiba-tiba ia berdiri tegak. Lalu Allah bertanya kepadanya, “Apa yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut? Ia menjawab, “karena takut kepada-Mu dan Engkau lebih mengetahui (isi hatiku)”. Kemudian Allah mengampuninya. [2]

Dari kisah di atas dapat kita lihat bagaimana seseorang tersebut berusaha untuk lari dari azab Allah Azza wa Jalla dengan cara yang menurut akal pikirannya dapat membuatnya lolos dan lepas dari azab Allah Azza wa Jalla. Tetapi hal tersebut tidak dapat melemahkan kekuasaan Allah Azza wa Jalla . Bila seandainya ada seseorang mau melakukan tipuan terhadap Allah Azza wa Jalla agar ia terlepas dari azab kubur, sesungguhnya kekuasaan Allah Azza wa Jalla jauh lebih kuat daripada tipuannya. Pada hakikatnya yang ditipu adalah dirinya sendiri.

Di alam kubur manusia akan mengalami kehidupan barzakh sampai terompet sangkakala ditiup oleh malaikat Israfil. Di sana, ada yang bersukacita dan ada pula yang berdukacita, ada yang

Page 128: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

bahagia dan ada pula yang menderita. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Barâ’ bin ‘Azib Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba apabila akan menjumpai kehidupan akhirat dan berpisah dengan kehidupan dunia, para malaikat turun mendatanginya, wajah mereka bagaikan matahari. Mereka membawa kain kafan dan minyak harum dari surga. Para malaikat tersebut duduk dengan jarak sejauh mata memandang. Kemudian malaikat maut mendatanginya dan duduk dekat kepalanya seraya berkata, “Wahai jiwa yang baik keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah.” Maka keluarlah ruh itu bagaikan air yang mengalir dari mulut wadah air minum. Maka malaikat maut mengambil ruhnya. Bila ruh itu telah diambil, para malaikat (yang membawa kafan dan minyak harum) tidak membiarkan berada di tangannya walaupun sekejap mata hingga mengambilnya. Lalu mereka bungkus ruh itu dengan kafan dan minyak harum tersebut. Maka keluarlah darinya aroma, bagaikan aroma minyak kasturi yang paling harum di muka bumi. Mereka membawa ruh itu naik menuju (ke langit). Mereka melewati para malaikat yang bertanya, “Siapa bau harum yang wangi ini?” Maka mereka menyebutnya dengan panggilan yang paling baik di dunia. Sampai naik ke langit, lalu mereka meminta dibukakan pintu langit, maka lalu dibukalah untuknya. Malaikat penghuni setiap langit mengiringinya sampai pada langit berikutnya. Dan mereka berakhir pada langit ketujuh. Allah berkata, ‘Tulislah kitab hamba-Ku pada ‘Illiyyin (tempat yang tinggi) dan kembalikan ia ke bumi, sesungguhnya Aku menciptakan mereka dari bumi, kemudian di sanalah mereka dikembalikan dan akan dibangkitkan kelak. Selanjutnya, ruhnya dikembalikan ke jasadnya. Lalu datanglah kepadanya dua malaikat,keduanya menyuruhnya untuk duduk. Kedua malaikat itu bertanya kepadanya, ‘Siapa Rabbmu?’ Ia menjawab, “Rabbku adalah Allah”. ‘Apa agamamu?’ Ia menjawab,agamaku Islam’. ‘Siapa orang yang diutus kepadamu ini?’ Ia menjawab, ‘Ia adalah Rasulullâh. ‘Apa ilmumu?’ Ia menjawab, ‘Aku membaca kitab Allah dan beriman dengannya’. Lalu diserukan dari langit, ‘Sungguh benar hambaku’. Maka bentangkanlah untuknya tikar dari surga-Ku. Dan bukakan baginya pintu surga. Maka datanglah kepadanya wangi surga dan dilapangkan kuburnya sejauh mata memandang. Selanjutnya, datang kepadanya orang yang berwajah tampan, berpakaian bagus dan harum mewangi. Ia (orang berwajah tampan) berkata, “Bergembiralah dengan semua yang menyenangkanmu. Inilah hari yang dijanjikan untukmu.” Maka ia (mayat) pun bertanya, “Siapa anda, wajahmu yang membawa kebaikan?” Maka ia menjawab, “Aku adalah amalmu yang shaleh”. Ia bertanya lagi, “Ya Allah, segerakanlah Kiamat agar aku bisa kembali kepada keluarga dan hartaku.”

Dan bila seorang kafir, ia berpindah dari dunia dan menuju ke alam akhirat. Dan para malaikat turun dari langit menuju kepadanya dengan wajah yang hitam. Mereka membawa kain rami yang kasar, mereka duduk dengan jarak dari mayat sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut duduk di dekat kepalanya. Ia berkata, “Wahai jiwa yang kotor, keluarlah menuju kemurkaan Allah.” Selanjutnya, ruhnya pun menyebar ke seluruh tubuhnya dan malaikat maut mencabut ruhnya dengan kuat seperti mencaput sisir besi dari ijuk yang basah. Bila ruh itu telah diambil, para malaikat itu tidak membiarkannya sekejap mata di tangan malaikat maut, sampai para malaikat meletakkannya pada kain rami yang kasar tersebut. Kemudian ia mengeluarkan bau yang paling busuk di muka bumi. Selanjutnya para malaikat membawa naik ruh tersebut. Tiada malaikat yang mereka lewati kecuali mereka mengatakan, ‘Bau apa yang sangat keji ini?’ ia dipanggil dengan namanya yang paling jelek waktu di dunia. ketika arwahnya sampai pada langit dunia dan malaikat meminta pintunya dibuka, akan tetapi tidak diizinkan. Kemudian Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah:

Page 129: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

ح ال ماء أبواب لهم تفت ة يدخلون وال الس ى الجن الخياط سم في الجمل يلج حت

Tidak dibukakan untuk mereka pintu langit, dan mereka tidak akan masuk surga sampai onta masuk ke dalam lubang jarum”. [al-A‘râf/7:40]

Setelah itu, Allah Azza wa Jalla berkata, “Tulislah catatan amalnya di Sijjîn pada lapisan bumi yang paling bawah”.Dan ruhnya dilemparkan jauh-jauh. Kemudian Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat:

سحيق مكان في يح الر به تهوي أو الطير فتخطفه ماء الس من خر ما فكأن بالله يشرك ومن

Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah, maka seolah-olah ia telah terjatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh [al-Hajj/22:31]

Setelah itu ruhnya dikembalikan ke jasadnya, dan datang kepadanya dua orang malaikat yang menyuruhnya duduk. Kedua malaikat itu bertanya, ‘Siapa Rabbmu? ia menjawab, ‘Ha ha, aku tidak tahu’. Mereka bertanya lagi, “Siapakah orang yang diutus kepadamu ini?” Ia menjawab, “Ha ha, aku tidak tahu.” Maka seseorang menyeru dari langit, “Sungguh ia telah berdusta.” Bentangkan tikar untuknya dari api neraka dan bukakan salah satu pinti neraka untuknya. Maka datanglah kepadanya angin panas neraka. Lalu kuburnya disempitkan sehingga tulang-tulang rusuknya saling berdempet. Kemudian datang kepadanya seorang yang berwajah jelek, berpakaian jelek dan berbau busuk. Orang itu berkata,“Berbahagialah dengan apa yang menyakitimu, inilah hari yang dijanjikan padamu.” Lalu ia (mayat) bertanya, “Siapa engkau yang berwajah jelek?” Ia menjawab, “Aku adalah amalanmu yang keji.” Lalu mayat itu mengatakan, “Rabb ku janganlah engkau datangkan Kiamat.” [3]

Jika seorang Muslim mau merenung sejenak bagaimana keadaan dan kondisi kehidupannya nanti di alam kubur, niscaya ia akan menjauhi perbuatan maksiat dan dosa. Bayangkan, bagaimana keadaan kita ketika berada dalam sebuah lubang yang sempit lagi gelap, serta tidak ada cahaya sedikit pun. Betapa mencekam suasana gelap itu dan menimbulkan rasa takut yang dalam, napas terasa sesak, semakin lama semakin sulit untuk bernapas, rasa haus, lapar, panas, mau berteriak tidak seorang pun yang mendengar.

Akan tetapi alam kubur jauh berbeda dari semua itu. Tidak hanya sebatas apa yang tergambar ketika kita berada dalam sebuah lubang sempit dan gelap. Suasana di sana akan ditentukan oleh amalan kita sewaktu di dunia. Orang yang beramal shaleh waktu di dunia, ia akan lulus dalam menjawab pertanyaan malaikat. Tidur di atas hamparan tikar dari surga, ditemani oleh orang berbau wangi dan berwajah tampan. Kemudian senantiasa mencium bau harum hembusan angin surga.

Adapun orang yang ketika hidup di dunia bergelimang dosa dan maksiat, apalagi melakukan perbuatan syirik. Ia tidak akan bisa menjawab pertanyaan malaikat. Tidur di atas hamparan tikar dari api neraka, di temani oleh orang berbau busuk dan berwajah buruk. Kemudian ia senantiasa mencium bau busuk hembusan panas api neraka. Bahkan setiap manusia akan diperlihatkan tempat tinggalnya saat di alam kubur pada waktu pagi dan sore. Hal ini sebagaimana disebutkan

Page 130: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

وإن ة الجن أهل فمن ة الجن أهل من كان إن والعشى بالغداة مقعده عليه عرض مات إذا أحدكم إنالقيامة يوم إليه ه الل يبعشك ى حت مقعدك هذا يقال ار الن أهل فمن ار الن أهل من كان

Apabila seseorang telah mati, akan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya pada waktu pagi dan sore. Jika ia termasuk penghuni surga, maka diperlihatkan tempatnya di surga. Dan jika ia dari penghuni neraka maka diperlihatkan tempatnya di neraka. Kemudian dikatakan kepadanya, “Inilah tempatmu yang akan engkau tempati pada hari Kiamat”. [HR Muslim no. 5110, Ahmad no. 5656, Mâlik no. 502]

Di antara hikmah diperlihatkannya tempat seseorang di akherat kelak ketika berada di alam kubur adalah agar semakin menimbulkan rasa syukur dalam diri orang yang beramal shaleh. Ini adalah salah satu bentuk nikmat yang dirasakannya dalam alam kubur. Adapun bagi orang berbuat dosa, maka itu akan semakin menambah rasa kekecewaan dan penyesalan dalam dirinya. Ini adalah salah satu bentuk azab yang dialaminya dalam alam kubur. Hal ini sebagaimana disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

مقعده أري إال أحد ار الن خل يد وال شكررا داد ليز أساء لو ار الن من مقعده أري إال ة الجن أحد خل يد الحسرة عليه ليكون أحسن لو ة الجن من

Tidak seorang pun masuk ke dalam surga kecuali diperlihatkan kepadanya tempatnya di neraka,seandainya ia berbuat jelek, agar bertambah rasa syukurnya. Dan tidaklah seorang pun masuk ke dalam neraka kecuali diperlihatkan kepadanya tempatnya di surga, seandainya ia berbuat baik, agar semakin bertambah atasnya rasa penyesalannya”. [HR al-Bukhâri no. 6084 dan Ahmad]

Dalam riwayat lain disebutkan: “Apabila seorang hamba diletakkan di kuburnya, dan para pelayatnya pergi meninggalkannya, sesungguhnya ia mendengar derap terompah mereka. Kemudian datanglah kepadanya dua orang malaikat dan menyuruhnya duduk. Mereka bertanya kepadanya, ‘Apa perkataanmu tentang orang ini?’ Adapun orang Mukmin, maka ia akan menjawab, Aku bersaksi bahwa ia adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Lalu dikatakan kepadanya, ‘Lihatlah tempatmu di neraka. Sungguh, Allah telah menukarnya dengan surga, maka ia melihat keduanya. berkata Qatâdah, ‘Disebutkan kepada kami bahwa kuburnya di luaskan tujuh puluh hasta, yang dipenuhi oleh tumbuhan hijau sampai hari mereka dibangkitkan.” [HR al-Bukhâri no. 1285, Muslim no. 5115, Ahmad no. 11823]

KESIMPULAN:1. Azab kubur bersifat umum bagi seluruh manusia,tidak khusus bagi umat nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .2. Di antara azab atau nikmat kubur ada yang berhubungan dengan ruh dan jasad secara bersamaan dan ada pula yang khusus berhubungan dengan ruh saja.3. Semua ruh orang yang telah meninggal dunia berada di alam Barzakh, sekalipun ia dimakan binatang buas ataupun dibakar.4. Seseorang tidak akan masuk surga atau neraka kecuali setelah terjadinya hari Kiamat dan dibangkitnya seluruh manusia dari kuburnya.

Page 131: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

PELAJARAN DI BALIK KEIMANAN KEPADA AZAB KUBUR1. Menanamkan dalam diri seseorang sikap mawas diri dalam meninggalkan perintah-perintah agama.2. Memiliki kemauan yang tinggi dalam melakukan amal shaleh, agar mendapat keberuntungan di alam kubur.3. Menimbulkan rasa takut dalam diri seseorang untuk melakukan maksiat, agar terhindar dari azab kubur.Wallâhu a‘lam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XIII/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197]_______Footnote[1]. Lihat tafsir at-Thabari 18/53.[2]. Kisah ini terdapat dalam Shahîh al-Bukhâri no.7067 dan Shahîh Muslim: no. 7157[3]. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dishahîhkan oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahîh Jâmi’ ash Shaghîr no 1676.

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMUOleh Mas Iman di AKHLAQUL KARIMAH · Sunting Dokumen · Hapus

(prepared by iman)

1. “ Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim. “ ( HR. Ibnu Majah )

 “ Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar “ (HR.Bukhari)

“ Hanyalah orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran ( yaitu ) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian.” ( Ar Ra’d , 13 : 19-20 ) ,

“ Yang mendengarkan perkataan , lalu mengikuti apa yang paling baik diantara - nya. Mereka itulah orang – orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang – orang yang ber-akal.” ( Az Zumar , 39 : 18 )

2. “ Ilmu itu adalah kehidupan Islam dan tiang iman ” ( HR. Abu Syekh )

3. “ Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri cina.” ( AL Hadits ) “ Carilah ilmu dari ayunan sampai keliang lahat “ ( Al Hadits ) , “ Yang memberi ilmu dan yang meminta ilmu sama – sama mendapatkan

Page 132: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

pahala “ ( Al Hadits )

4. “ Barang siapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan bagi-nya jalan ke surga “ (HR. Muslim)

5. ” Barang siapa yang menghendaki dunia , maka adalah dengan ilmu dan barang siapa yang menghendaki Akhirat maka adalah dengan ilmu dan barang siapa yang menghendaki keduanya , maka adalah dengan ilmu. ” ( Al-Hadits ) – ( Dengan fondasi Iman ,Taqwa dan Tawakal kepada Allah SWT. juga dengan Tawadu , Sabar dan Ikhlas / pen . )

6. Tuntutlah ilmu dan belajarlah ( untuk ilmu ) ketenangan dan kehormatan diri , dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajarkamu.( HR.Athabrani )

7. Tuntutlah ilmu , sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza Wajaalla , dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui-nya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempat -kan orangnya dalam kedudukan terhormat & mulia ( tinggi ) . Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi Ahli - nya di dunia dan di akhirat. ( HR. Ar-rabii ) ( Ilmu Agama dan Ilmu Pengeta -huan Umum & Khusus , Ilmu Dunia dan Ilmu Akhirat yang bermanfaat/diamalkan karena Allah SWT. Semata. )

8.dll

KEBAIKAN DAN MANFAAT ILMU. 

a. Wahai Aba Dzar , kamu pergi mengajarkan ayat dari kitabullah lebih baik bagimu daripada shalat (sunnah) seratus rokaat , dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak , itu lebih baik dari pada shalat seribu ( 1000 ) rokaat. “ ( HR. Ibnu M ajah )

b. “ Kelebihan seorang alim ( ilmuwan ) terhadap ‘abid ( ahli ibadah ) ibarat bulan purnama terhadap seluruh bintang. (HR.Abu Dawud )

c. “ Seorang yang alim ( berilmu / berpengetahuan / cerdas / pintar / arief ) , lebih sulit digoda oleh syaitan dari pada seribu orang ahli ibadat (tetapi tidak ber-ilmu ) “ ( HR. Ath Turmudzi )

d.“ Sedikit ilmu lebih baik dari banyak ibadah. Cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika ia mampu beribadah kepada Allah ( dengan baik ) dan cukup bodoh bila seorang merasa bangga (ujub) dengan pendapatnya sendiri.”( HR. Athabrani )

e. “ Kelebihan orang yang berilmu atas orang yang menjalankan ibadah (tapi tidak berilmu) ibarat kelebihan-ku atas orang yang paling rendah diantara umat-ku ( HR.Al-Haris bin Abu Uzamah

Page 133: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

dari Abu Said Al Khudri , diperkuat riwayat Turmudzi & Abu Umamah ) , “ Keutamaan ilmu itu lebih baik dari keutamaan ibadah.” ( HR. Al Bazzaar )

f. “ Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur’an setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran “ ( Az Zummar , 39 : 27 ) , “ Dan perumpamaan-perumpamaan ini KAMI buatkan untuk manusia , dan tiada yang memahaminya kecuali orang - orang yang berilmu. ” ( Al Ankabuut , 29 : 43 )

g. “ . . . . Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara-mu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( Al mujaadilah, 58 : 11 )

h. “ Tidak ada usaha yang lebih baik dari pada usaha orang yang mencari ilmu , Ilmu itu dapat mengantarkan pemiliknya kepada petunjuk hidayah. Dan hidayah itu menolak kehinaan dari pada-nya . Agama tidak akan kuat melainkan dengan ilmu yang kuat.” ( HR. Thabrani )

i. Nabi Muhammad saw. bersabda , “ Ilmu itu ada dua macam , yaitu ilmu lisan , ilmu ini merupakan hujjah Allah SWT. atas makhluk-Nya ; Dan ilmu dalam hati itulah ilmu yang bermanfaat. “ ( Al Hadits )

j. ( oleh karenanyalah saudara ku tuntutlah ilmu untuk Tauhidillah , untuk martabat dan kehormatan diri sebagai seorang muslim , Ilmu Mengenal diri dan Tuhan , Ilmu Keimanan dan Ketaqwaan serta Ketawakalan ( Ilmu Dunia dan Akhirat ) sepanjang umur hidup-mu - Sedikit sedikit ilmu diamalkan secara istiqamah , lama - lama menjadi bukit ilmu dan Amal yang istiqamah ( rutin , kontinyu , konsisiten ) dan jadilah hamba-hamba-Nya yang dikasihi dan disayangi-Nya. baik di dunia maupun di akhirat ! )

k. Dll. “ Seorang mu’min tidak akan merasa puas dengan kebaikkan dan ilmu yang diterima-nya , sehingga syurga menjadi tempat kepuasan-nya.” (HR.Turmudzi ) , “ Dua orang pelahap yang tidak pernah kenyang yaitu penuntut ilmu dan penuntut dunia.” ( HR. Al Bazzaar ) , “ Iman itu telanjang dan pakaiannya ialah taqwa , perhiasannya adalah rasa malu , & buahnya adalah ilmu “ ( Al Hadits ) , Menghemat dalam nafkah adalah separoh pendapatan ( belanja ) , dan mengasihi serta menyayangi orang lain adalah separoh akal , sedangkan bertanya dengan baik adalah separoh ilmu. (HR. Athabarani)

“ Hanya Orang yang berakal  dan kembali kepada Allah ( taubat – berjalan di jalan lurus-Nya ) yang akan Memperoleh Pelajaran / hikmah/ Ilmu “  :

a. Katakanlah : “ Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ? “ Sesungguh-nya orang yang ber-akal-lah yang dapat menerima pelajaran. ( Az Zumar ,

Page 134: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

39 : 9 ) ( memanfaatkan akal-nya/pen. )

b.   “ Hanyalah orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran  ( yaitu ) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian.”  ( Ar Ra’d , 13 : 19-20 )  ,

c.   “ Yang mendengarkan perkataan , lalu mengikuti apa yang paling baik diantara - nya. Mereka itulah orang – orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang – orang yang ber-akal.”  ( Az Zumar , 39 : 18 ), 

d. “ Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali ( taubat ) ( kepada Allah ) “ ( Al Mu’min , 40 : 13 )

e. “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. ” ( Ali Imran , 3 : 190 )

f. “ Bahkan Al Qur’an ayat –ayat yang terang didalam hati orang – orang yang diberi ilmu. Dan tiada yang menyangkal ayat – ayat Kami melainkan orang – orang yang dzalim.” ( Al ‘Ankabuut , 29 : 49 ) , “ ( Al Qur’an ) ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia dan supaya mereka diberi peringatan dengan dia , dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang ber-akal mengambil pelajaran.” ( Ibrahim ,14 : 5 )

15. Sebaliknya bagi yang tidak mau menggunakan akalnya , ( baik dari kalangan manusia maupun jin untuk berfikir yang denganya menjadikan Manusia / jin menjadi lebih beriman dan bertaqwa dengan ilmu – ilmunya yang bermanfaat ) maka Neraka - lah tempat tinggalnya :

a. “ Dan sesungguhnya Kami telah menyediakan bagi neraka berapa banyak jin dan manusia yang mempunyai akal tetapi tidak dapat berfikir dengannya , yang mempunyai mata tetapi tidak dapat melihat dengannya dan yang mempunyai telinga tetapi tidak dapat mendengar dengannya , mereka itu seperti hewan ternak , bahkan lebih sesat lagi, mereka itulah orang – orang yang lalai. “ ( Al A’raf , 7 : 179 ) ,

“ Dan mereka berkata , “ Sekiranya kami mendengarkan atau menggunakan akal kami , tidaklah kami menjadi penghuni neraka.” ( Al Mulk , 67 : 10 , Insyaallah kata – kata penyesalan yang tiada berguna seperti ini tidak sampai keluar dari mulut kita nantinya , karena kita mensyukuri karunia Allah SWT. yang berupa pendengaran , penglihatan dan hati dengan menggunakannya sebaik-baiknya , Insyallah ucapan selamat-lah yang akan kita terima ! , Az Zumar , 39 : 73 – 74 ,Yaasiin , 36 : 55 – 58 , Insyaallah ! )

b. “ Dan orang – orang yang ingkar bersenang – senang dan makan sebagaimana hewan ternak makan.” ( Muhammad , 47 : 12 )

c. “ Sesungguhnya yang sejelek – jelek hewan melata menurut pandangan Allah ialah orang-orang

Page 135: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

yang ingkar , karena mereka tidak beriman.“ (Al Anfal , 8 : 55 )

d. Kemudian Kami jatuhkan ia ke lapisan yang serendah-rendahnya.“ (At Tiin, 95 : 5 )

e. “ Dan setan menghendaki supaya mereka sesat se benar – benarnya sesat.” ( An Nisa’ , 4 : 60 ) “ Dan kalau kiranya Kebenaran itu ditundukkan kepada hawa nafsu mereka , sungguh akan rusaklah langit dan bumi serta apa yang ada pada kedua-nya itu.” ( Al Mu’minuun , 23 : 71 )

f. ( “ Kercuali orang – orang yang beriman dan beramal sholeh maka mereka mendapat ganjaran yang tidak putus.” ( At Tin , 95 : 6 ) , Orang yang menggunakan akal fikiran , pendengan , penglihatan dan hati-nya )

Salah satu Pelajaran dari Imam Al – Khalil bin Ahmad Sehubungan dengan ilmu , Manusia digolongkan-nya  menjadi empat :

a. “ Orang yang mengetahui dan ia mengetahui bahwa dirinya mengetahui. Itulah orang alim maka ikutilah dia “

b. “ Orang yang mengetahui tetapi ia tidak mengetahui bahwa dirinya mengetahui. Itulah orang yang sedang tertidur , maka bangunkanlah dia “

c. “ Orang yang tidak mengetahui tetapi ia mengetahui bahwa dirinya tidak mengetahui. Itulah orang yang membutuhkan ilmu , maka ajarilah dia “

d. “ Orang yang tidak mengetahui dan ia tidak mengetahui bahwa dirinya tidak mengetahui. Itulah orang yang bodoh , maka waspadalah terhadap - nya “ , catatan d. :

Biasanya orangnya bebal , banyak omong dan sok pinter dalam berbicara mau menang sendiri / suka dengan perbantahan , tidak senang / ridho diberi peringatan dan nasehat tapi senang memberi nasehat.....

“ Berilah maaf dan suruhlah mengerjakan kebaikan serta berpalinglah dari pada orang-orang bodoh.” , Al A’Raaf , 7 : 199 )

, “ Katakanlah , “ Apakah akan Kami beritahukan kepada-mu tentang orang-orang-orang yang paling rugi perbuatan-nya ? Yaitu orang-orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia sedang mereka mengira bahwa mereka mengerjakan pekerjaan yang baik.” ( Al Kaahfi , 18 : 103 – 110 )

, ( Keadaan mereka) seperti setan ketika berkata kepada manusia, “ Kufurlah. “ Maka takala ( manusia ) itu kufur , ia berkata sesungguhnya aku berlepas diri daripada-mu .Sesungguhnya aku (setan ) takut kepada Allah Tuhan semesta Alam. “ ( Al Hasyir , 59 : 16 ) ,

Page 136: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

“ Iblis berkata , “ Ya Tuhan-ku ! , Karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat , pasti aku akan menjadi kan mereka memandang baik ( perbuatan maksiat ) dimuka bumi dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya , Kecuali hamba-hamba Engkau yang muklas / IKHLAS diantara mereka .” ( Al Hijr , 15 : 39 - 40 ) ,

“ Sesungguhnya seburuk-buruk binatang yang melata pada sisi Allah, ialah orang yang pekak dan bisu ( tentang kebenaran ) , mereka tidak mengerti.” ( Al An Faal , 8 : 21-23 )

Kebodohan adalah ladang subur bagi setan si iblis dan pengikutnya untuk menje -rumuskan pemiliknya , waspadailah ambil langkah segera dengan memperoleh ilmu dan hidayah-Nya ! , kalau tidak , minimal orang-orang beriman akan ber -paling dari padanya , baca perintah Allah SWT. pada Al A’Raaf , 7 : 199 )

Peringatan Allah SWT. , Rasulullah saw. dan para Sahabat kepada orang yang tidak berilmu ( orang bodoh ) & orang yang berilmu ( ulama ) :

1. “ Janganlah kamu memohon kepada-KU sesuatu yang kamu tidak mengetahui ( hakekat-nya ) . Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan ( bodoh ) ” ( HUD , 11 : 46-47 ) ( Bukan saudara/i ! )

2. Dan jangan-lah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang-nya , sesungguhnya pendengaran , pengelihatan dan hati , semua - nya itu akan dimintai pertanggung jawab-nya. ” ( Al Israa’ , 17 : 36 ) , Nabi Muhammad saw. bersabda , “ Pada akhir zaman nanti akan ada orang – orang bodoh yang banyak beribadah dan Ulama yang Fasik . “ ( Al Hadits )

3. “ Barang siapa dimintai fatwa sedang ia tidak mengerti maka dosanya adalah atas orang yang memberi fatwa.” ( HR. Ahmad )

“ Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali ( dimulutnya ) dari api neraka.” ( HR. Abu Dawud ) , Nabi Muhammad saw. bersabda , “ Seseorang tidak akan menjadi orang yang alim , hingga ia mengamalkan ilmu-nya.” ( Al Hadits )

4. Barang siapa mengulas Al Qur’an tanpa ilmu pengetahuan maka bersiaplah men - duduki neraka.( HR. Abu Daud )

5.a. “ Barang siapa menuntut ilmu dia tidak menghendaki dengan ilmu itu akan keridhaan Allah , dia tidak mempelajarinya kecuali untuk memperoleh hajat keduniaan-nya , maka dia tidak akan mendapatkan bau surga pada hari kiamat. ( Abu Hurairah ) ,

Page 137: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

5.b. Al Hasan berkata , “ Siksaan ulama adalah kematian hati , sedang kematian hati adalah mencari dunia dengan amal perbuatan akhirat, “ , “ Seorang Alim apabila menghendaki dengan ilmunya keridhoan Allah maka dia akan ditakuti oleh segalanya, dan jika dia bermaksud untuk menumpuk harta maka dia akan takut dari segala sesuatu.” ( HR. Adailami ) ,

5.c. “ Ketamakan menghilangkan kebijaksanaan dari hati para ulama.” ( HR. Athabrani )

6. Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakan-nya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk peranginya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan / rapat ) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepada-mu. Barang siapa seperti itu maka bagi -nya neraka . . . , neraka . . . neraka . ( HR. Attirmidzi & Ibnu Majah ) ,

7. Para Ulama fiqih adalah pelaksana amanat para rasul selama mereka tidak memasuki ( bidang ) dunia. Mendengar sabda tersebut para sahabat bertanya , “ Ya rasulullah apa arti memasuki ( bidang ) dunia ? , Beliau menjawab , “ Mengekor kepada penguasa dan kalau mereka melakukan seperti itu maka hati-hatilah terhadap mereka atas keselamatan agama-mu. ( HR. Athabarani )

8. “ Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri.” ( HR. Adailami )

9.a. “ Seorang yang kurang amalan-amalannya maka Allah akan menimpakannya dengan kegelisahan & kesedihan “ ( HR . Ahmad ) , “ Seorang ulama yang tanpa amalan seperti lampu yang membakar dirinya sendiri ( HR. Adailami ) ,

9.b. “ Paling banyak orang munafiq dari umatku ialah yang pandai bacaan-nya.” ( HR. Al Bukhari )

9.c. “ Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang Alim yang Allah menjadikan ilmu-nya tidak bermanfaat.“ ( HR.Al Baihaqi ) , “ Seorang yang bodoh tapi murah hati (dermawan) lebih disukai Allah daripada seorang alim ( tekun beribadah ) tapi kikir.” ( HR. Athabrani )

9.d. “ Yang aku takuti terhadap umatku ada tiga perbuatan , yaitu kesalahan seorang ulama , hukum yang zalim , dan hawa nafsu yang diperturutkan.” ( HR. Asy syihaab ),

9.e. “ Celaka atas umatku dari ulama yang buruk ” (HR.Al Hakim ) , ( ulama agama , ulama hukum tata negara dan Kepemerintahan , ulama politik , sosial dan ekonomi , ulama Pendidikan dan Kebudayaan , Ulama pertanian dan Kehutanan , Ulama Kedokteran dan Kesehatan dll , baik – buruknya suatu umat / bangsa ditentukan dari kwalitas para ulama yang memegang kepepimpinan , banyak contoh contohnya. )

9.f. Nabi Muhammad saw. bersabda , “ Sesungguhnya ada orang alim yang benar – benar disiksa

Page 138: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

didalam neraka , dan dia dikerumuni dan menjadi tontonan penghuni neraka , karena agar siksanya terasa lebih dasyat. “ (Al Hadits , Yang dimaksud Nabi Muhammad saw. adalah orang alim yang Fajir ( Durhaka ) >< “ Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar ( hari kiamat ) jika aku mendurhakai Tuhan-ku.” ( Al An’aam , 6 : 15 )

9g.  Berbicara Tentang Kebenaran , atau Kebaikan Tetapi Sendirinya tidak Melakukan :

a. “ Hai orang – orang yang beriman , mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ? Amat besar kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. “ ( Ash Shaaff , 61 : 2 – 3 )

b. “ Mengapa kamu menyuruh manusia mengerjakan kebaikan sedang kamu melupakan dirimu sendiri ( terhadap kewajiban ) , padahal kamu membaca Alkitab .Tiadakah kamu berfikir ? ( Al Baqrah , 2 : 44 )

c. “ Dan diantara manusia ada yang sangat menakjubkan-mu perkataannya tentang kehidupan dunia dan dipersaksikannya kepada Allah apa yang ada dalam hatinya , padahal dia adalah penentang yang paling keras.” ( Al Baqarah , 2 : 204 )

d. Akan datang sesudahku penguasa – penguasa yang memerintahmu , diatas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana , tetapi bila telah turun mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai.” ( HR. Athabrani , At Taubah, 9 : 67-70 >< At Taubah , 9 : 71-72 )

e. Usama Bin zaid berkata , aku mendengar Rasululloh saw. bersabda , “ Akan didatangkan seorang alim pada hari kiamat , lalu dilemparkan kedalam neraka. Usus – ususnya menjadi terburai , lalu dia berkeliling dengan menyeretnya , sebagaimana seekor keledai berputar membawa penggilingan. Para penghuni neraka menjadi mengerumuninya dan berkata , “ Mengapa anda ini ? , “ Dia berkata , “ Aku telah memerintahkan kebaikan dan aku sendiri tidak melakukan - nya. Sesungguhnya orang alim yang melakukan maksiat siksanya dilipat gandakan karena dia melakukan maksiat sementara dia mengetahui. Karenanya , Allah Azza wa Jalla berfirman , “ Sesungguhnya orang – orang munafik itu ( ditempatkan ) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. “ => ( An Nisaa’ , 4 : 145 )

f. Rasululloh s.a.w. bersabda , “ Pada malam aku di isra’ mi’raj kan ke langit , aku melihat orang – orang lelaki bibirnya dipotong dengan gunting dari neraka. Lalu saya bertanya , “ Siapakah mereka itu hai Jibriel ? ‘ Jibriel menjawab , “ Mereka itu adalah para tukang ceramah dari umat-mu yang memerintahkan manusia untuk mengerjakan kebaikan tetapi melalai - kan diri mereka sendiri. “( Al Hadits )

10. “ Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan ( yang jelas ) dan petunjuk , setelah Kami menerangkannya kepada manusia

Page 139: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

dalam Al Kitab , mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua ( makhluk ) yang dapat mela’nati.” ( Al Baqarah, 2 : 159 ) , “ Apabila muncul bid’ah-bid’ah ditengah-tengah umatku wajib atas seorang Alim menyebarkan ilmu-nya ( yang benar ) Kalau dia tidak melakukannya maka baginya laknat Allah , para malaikat , dan seluruh manusia. Tidak akan diterima sodaqoh-nya dan kebaikan amal-amalnya. ( HR. Ar-rabii )

Allah Ta’ala berfirman , “ Wahai Ibnu Adam , janganlah kamu mengakhirkan tobat , memperpanjang angan – angan dan kembali ke Akhirat tanpa bekal amal ( soleh) . Kata – katanya bak mutiara yang bertaburan dari mulut orang yang ahli ibadah tapi perbuatan – perbuatannya , perbuatan orang – orang munafik , bila diberi tak pernah merasa cukup , bila dicegah ia tidak bersabar. Dia mencintai orang – orang soleh tetapi bukan termasuk golongan mereka , dia seolah marah terhadap orang – orang munafik , tetapi sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Dia menganjurkan kepada yang baik tetapi ia tidak melakukannya, dan mencegah yang buruk tetapi tak pernah mencegah kejahatan itu dari dirinya sendiri.“ ( Hadits Qudsi )

11. “ Dari Ali Karramallahu , ia berkata , “ Sesungguhnya saya mendengar Rasululloh s.a.w. bersabda , “ Akan datang suatu kaum di akhir zaman , mereka pandai bersilat lidah tetapi otaknya tumpul, kata-katanya dikutip dari sabda Nabi , tetapi tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka terlempar dari agama sebagaimana anak panah yang diluncurkan dari busur-nya. ( Al Haidits ) ,

12. “ Akan datang sesudahku penguasa – penguasa yang memerintah -mu , diatas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana , tetapi bila telah turun mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai.” ( HR. Athabrani )

13. “ Yang aku takuti terhadap umatku ialah pemimpin – pemimpin yang menyesat - kan.” ( HR. Abu Dawud ) ,

14. Yaa ayyuhal ladziina aamanuu lima taquuluuna maa laa taf’aluun. Kabura maqtan ‘indallaahi an taquuluu maa laa taf’aluun. = “ Hai orang – orang yang beriman , mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ? Amat besar kemurkaan disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. ( Ash Shaff ,61 : 2 – 3 , Al Baqarah , 2 : 44 ) 15. Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya. Sesungguh nya berhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya dari pada berhianat dalam harta. ( HR.Abu Na’im )

16. “ Ketika fitnah sudah menyebar dan orang-orang pada akhirnya nanti sudah menjelek jelekkan “ ulama salaf ’’ , Maka siapa saja yang mempunyai ilmu wajib untuk disebarluaskan . Karena pada saat itu menyembunyikan ilmu bagaikan menyembunyikan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. ( Hadits bersumber dari Mu’adz )

17. “ Ketika fitnah sudah merajalela kemudian orang ‘ alim ( yang mempunyai / memahami ilmu agama ) tinggal diam saja , maka Allah akan melaknati orang ‘alim tersebut dan semua malaikat serta

Page 140: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

manusia juga akan melaknatinya “. ( Kifayah )

18.“ Janganlah kamu jadikan Hukum-hukum Allah sebagai permainan “ (Al Baqarah , 2 : 231)

19. “ Barang siapa yang melanggar hukum – hukum Allah dialah orang yang zalim “ (Al Baqrah , 2 : 229 )

20. “ Dan janganlah kamu menyerupai orang yang bercerai – berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka . Mereka itulah orang – orang yang mendapat siksa yang berat. “ ( Ali Imran , 3 : 104 – 105 ) ( Baca Al Hajj , 22 : 67 – 69 , Al Baqarah , 2 : 113 , Al Baqarah , 2 : 213)

21.“ Dan janganlah kamu termasuk orang – orang yang mempersekutukan Allah – yaitu orang – orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan . Tiap – tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka ” ( Ar Ruum , 30 : 31 – 32 )

22. “ Sebenarnya kamu mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan ( kehidupan ) akhirat “ ( Al Muddatstsir , 74 : 20 – 21 , Al Baqarah , 2 : 86 )

23. Suatu kaum tidak duduk dalam suatu majlis yang disana mereka tidak berdzikir( ingat ) kepada Allah dan tiada membaca shalawat atas Nabi-nya Muhammad saw. Kecuali mereka bakal menyesal dihari kiamat.” ( Al Hadits ) > < “ Perhiasilah majelis-mu dengan membaca shalawat atas-ku , karena shalawatmu itu bercahaya bagi-mu dihari kiamat, ”( AL Hadits )

24. “ Dan bacakanlah kepada mereka berita orang – orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat – ayat Kami ( pengetahuan tentang isi al kitab ) , kemudian dia melepaskan diri daripada ayat – ayat itu , lalu dia diikuti oleh setan ( sampai dia tergoda ) , maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.“ (Al A’raf , 7 : 175 )

25. Rasululloh saw. bersabda , “ Barang siapa bertambah – tambah ilmunya tetapi tidak bertambah – tambah Hidayah yang diperolehnya maka ia akan semakin jauh dari Allah .” ( Al Hadits )

26. Umar r.a. berkata , “ Sesunggunya sesuatu yang paling aku khawatirkan diantara hal – hal yang aku khawatirkan terhadap umat ini adalah orang munafik yang alim. “ Mereka bertanya , “ Bagaimana orang munafik yang alim ? “ Beliau berkata , “ Alim dalam lidah , tetapi bodoh hati dan amalnya ! ”. - Hasan berkata , “ Janganlah kamu menjadi orang yang mengumpulkan ilmu dari ulama dan mutiara –mutiara hikmah dari hukama , tetapi kamu berjalan untuk meramal seperti perjalanan orang – orang bodoh.”

27. “ Kitab ini tidak ada keraguan didalam-nya , menjadi petunjuk bagi orang – orang yang bertaqwa.” ( Al Baqarah , 2 : 2 ) ,

“ Sesungguhnya Kami menurun kan Kitab kepada-mu untuk manusia dengan ( membawa )

Page 141: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

kebenaran , maka barang siapa yang mendapat petunjuk , maka petunjuk itu untuk diri-nya , dan barang siapa yang sesat , maka sesungguhnya ( kesesatan ) untuk dirinya , tiadalah engkau pelindung atas mereka.” ( Az Zumar , 39 : 41 ) ,

“ Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al kItab ( Al Qur’an ) , itulah yang benar , dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelum-nya . Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. “ ( Faathir , 35 : 42 ) ,

“ Sesungguhnya orang – orang yang menyembunyikan apa yang diturunkan Allah dari pada Kitab dan mereka menukar-nya dengan harga sedikit , mereka itu tidak memakan kedalam perut mereka melainkan api , Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat , dan tidak mensucikan mereka ( dari dosa ) dan bagi mereka azab yang pedih. Mereka itulah orang – orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan membeli azab dengan ampunan. Maka alangkah sabar-nya mereka menhadapi api neraka. Yang demikian itu disebabkan sesungguhnya Allah telah menurunkan Kitab dengan sebenarnya dan bahwa orang – orang yang berselisih paham tentang Kitab itu benar – benar dalam pertikaian yang jauh ( dari kebenaran ) . “ ( Al Baqarah , 2 : 174 – 176 , Al Baqarah , 2 : 146 )

28 . Dengan tidak melupakan tugas dan kewajibannya disisi Tuhannya seorang ulama , khususnya ulama agama tidak dilarang mensejahterakan anak – istri dan keluarganya , tapi jangan sampai lupa diri sehingga dibawa setan cinta kepada harta dan dunia ( jabatan dan kekuasaan ) , jika ini sampai terjadi maka tinggal menunggu kehancuran dari umat yang dipimpinnya. Sebagai wacana dan bahan renungan baca buku Imam Al Ghazaly tentang KEMELUT TIPU DAYA. ( Pen )

PENGHARGAAN ALLAH SWT. / Rasululloh SAW KEPADA ULAMA.

a. ” Bahkan Al Qur’an ayat – ayat yang terang didalam hati orang – orang yang diberi ilmu.” ( Al ‘Ankabuut , 29 : 49 )

b. Tetapi orang – orang yang mendalami ilmunya diantara mereka dan orang – orang Mukmin , mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada-mu ( Al Qur’an ) dan apa yang telah diturunkan sebelum-mu dan orang – orang yang mendirikan shalat , menunaikan zakat , dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang – orang itulah yang akan KAMI berikan kepada mereka pahala yang besar. “ ( An Nisaa’ , 4 : 162 , beriman dan beramal Islam ) ,

c. “ . . . . Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara-mu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( Al Mujaadilah , 58 : 11 ) ,

d. “ KAMI tinggikan derajat orang yang KAMI kehendaki ,dan diatas tiap-tiap orang yang berilmu ( berpengetahuan ) , adalagi Yang Maha Mengetahui.” ( Yuusuuf , 12 : 76)

Page 142: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

e. “ Hanya sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya adalah orang-orang yang berilmu / ulama “( Al Faathir, 35 : 28 - 35) “ Dan janganlah kamu lemah dan janganlah bersedih hati , padahal kamu-lah orang-orang yang paling tinggi ( derajatnya ) jika kamu beriman.” ( Aali’Imraan , 3 : 139 ) , Sesungguhnya semulia-mulia kamu disisi Allah ialah yang lebih taqwa diantara kamu.” ( Al Hujuraat , 49 : 13 ) ,

f. Termasuk mengagungkan Allah ialah menghormati (memulia kan) ilmu , para Ulama , orang tua yang muslim dan para pengemban Al Qur’an dan ahlinya , serta Penguasa yang adil.( HR. Abu Dawud ) ,

g. “ Maafkanlah dosa orang yang murah hati , kekeliruan seorang ulama dan tindakan seorang penguasa yang adil. Sesungguhnya Allah Ta’ala membimbing mereka apabila ada yang tergelincir. ( HR. Al Bukhari fii Al Adaab ) , “ Rasulullah bersabda , “ Para ulama adalah pewaris para nabi “ ( Al Hadits )

h. Para Ulama itu adalah pewaris para nabi. ( HR. Ibnu Majah ) , “ Para Ulama adalah sebagai lampu diatas permukaan bumi ini , dan sebagai pengganti para Nabi – Nabi , dan juga sebagai warisku dan pewaris para Nabi-Nabi. ( HR. Ibnu ‘ Adli dari Sayyidina Ali ra. )

i. Rasulullah bersabda , “ Manusia yang paling utama ialah : Orang mukmin yang alim dan bermanfaat jika dibutuhkan. Jika ia tidak dibutuhkan , maka iapun mencukupi dirinya “ ( Al Hadits )

j. “ Manusia yang terdekat dengan derajat kenabian adalah ahli ilmu dan ahli jihad “ ( Al Hadits )

k. “ Orang alim itu adalah orang kepercayaan Allah di bumi-Nya “ ( Al Hadits ) , “ Pada hari kiamat yang memberi syafaat adalah nabi – nabi , kemudian para ULAMA , kemudian para syuhada” (Al Hadits)

l. “ Para Ulama mempunyai derajat diatas orang beriman sebanyak tujuh ratus derajat , dan jarak antara dua derajat adalah perjalanan lima ratus (500) tahun “ ( Al Hadits )

m. “ Orang yang menuntut ilmu dan mengamalkannya karena cintanya kepada Allah SWT. dan sesama - secara otomatis dia akan dalam perlidungan dan pertolongan Allah SWT. dengan mengutus Malaikat-Nya , didampingi Para Malaikat-Nya ( oleh karenanya tidak perluWallahu ta'ala a'lam bishshawab melakukan ritual bid’ah untuk berkhodam / berjumpa dengan malaikat , apalagi hanya untuk berkhodam jin , naudzubillah - mindzalik ) :

1. Kata Shafwan bin Assal , aku berkata : “ Wahai Rasulullah sesungguhnya aku datang kepadamu untuk menuntut ilmu. Beliau menanggapi , “ Selamat datang buat penuntut ilmu , sesungguh-nya orang yang menuntut ilmu itu akan dikelilingi para malaikat , mereka megepakan sayap-sayapnya diatas nya. Mereka saling susun menyusun sehingga sampai kelangit karena cinta mereka kepada apa

Page 143: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

yang dituntut. ” ( HR. Ahmad dan Ibnu Majah )

2. “ Sesungguhnya para malaikat mengepakkan sayap-sayap-nya bagi penuntut ilmu karena ridho dengan apa yang dilakukan.” ( HR. Tirmidzi )

3. Rasulullah bersabda : “ Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya dan semua penghuni langit dan bumi sampai semut yang berada di lobangnya dan ikan paus , mereka semua bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan pada manusia. “ ( HR. Tirmidzi )

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMUOleh Mas Iman di AKHLAQUL KARIMAH · Sunting Dokumen · Hapus

(prepared by iman)

1. “ Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim. “ ( HR. Ibnu Majah )

 “ Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar “ (HR.Bukhari)

“ Hanyalah orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran ( yaitu ) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian.” ( Ar Ra’d , 13 : 19-20 ) ,

“ Yang mendengarkan perkataan , lalu mengikuti apa yang paling baik diantara - nya. Mereka itulah orang – orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang – orang yang ber-akal.” ( Az Zumar , 39 : 18 )

2. “ Ilmu itu adalah kehidupan Islam dan tiang iman ” ( HR. Abu Syekh )

3. “ Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri cina.” ( AL Hadits ) “ Carilah ilmu dari ayunan sampai keliang lahat “ ( Al Hadits ) , “ Yang memberi ilmu dan yang meminta ilmu sama – sama mendapatkan pahala “ ( Al Hadits )

4. “ Barang siapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan bagi-nya jalan ke surga “ (HR. Muslim)

5. ” Barang siapa yang menghendaki dunia , maka adalah dengan ilmu dan barang siapa yang menghendaki Akhirat maka adalah dengan ilmu dan barang siapa yang menghendaki keduanya , maka adalah dengan ilmu. ” ( Al-Hadits ) – ( Dengan fondasi Iman ,Taqwa dan Tawakal kepada Allah SWT. juga dengan Tawadu , Sabar dan Ikhlas / pen . )

Page 144: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

6. Tuntutlah ilmu dan belajarlah ( untuk ilmu ) ketenangan dan kehormatan diri , dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajarkamu.( HR.Athabrani )

7. Tuntutlah ilmu , sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza Wajaalla , dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui-nya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempat -kan orangnya dalam kedudukan terhormat & mulia ( tinggi ) . Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi Ahli - nya di dunia dan di akhirat. ( HR. Ar-rabii ) ( Ilmu Agama dan Ilmu Pengeta -huan Umum & Khusus , Ilmu Dunia dan Ilmu Akhirat yang bermanfaat/diamalkan karena Allah SWT. Semata. )

8.dll

KEBAIKAN DAN MANFAAT ILMU. 

a. Wahai Aba Dzar , kamu pergi mengajarkan ayat dari kitabullah lebih baik bagimu daripada shalat (sunnah) seratus rokaat , dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak , itu lebih baik dari pada shalat seribu ( 1000 ) rokaat. “ ( HR. Ibnu M ajah )

b. “ Kelebihan seorang alim ( ilmuwan ) terhadap ‘abid ( ahli ibadah ) ibarat bulan purnama terhadap seluruh bintang. (HR.Abu Dawud )

c. “ Seorang yang alim ( berilmu / berpengetahuan / cerdas / pintar / arief ) , lebih sulit digoda oleh syaitan dari pada seribu orang ahli ibadat (tetapi tidak ber-ilmu ) “ ( HR. Ath Turmudzi )

d.“ Sedikit ilmu lebih baik dari banyak ibadah. Cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika ia mampu beribadah kepada Allah ( dengan baik ) dan cukup bodoh bila seorang merasa bangga (ujub) dengan pendapatnya sendiri.”( HR. Athabrani )

e. “ Kelebihan orang yang berilmu atas orang yang menjalankan ibadah (tapi tidak berilmu) ibarat kelebihan-ku atas orang yang paling rendah diantara umat-ku ( HR.Al-Haris bin Abu Uzamah dari Abu Said Al Khudri , diperkuat riwayat Turmudzi & Abu Umamah ) , “ Keutamaan ilmu itu lebih baik dari keutamaan ibadah.” ( HR. Al Bazzaar )

f. “ Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur’an setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran “ ( Az Zummar , 39 : 27 ) , “ Dan perumpamaan-perumpamaan ini KAMI buatkan untuk manusia , dan tiada yang memahaminya kecuali orang - orang yang berilmu. ” ( Al Ankabuut , 29 : 43 )

g. “ . . . . Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara-mu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu

Page 145: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

kerjakan.” ( Al mujaadilah, 58 : 11 )

h. “ Tidak ada usaha yang lebih baik dari pada usaha orang yang mencari ilmu , Ilmu itu dapat mengantarkan pemiliknya kepada petunjuk hidayah. Dan hidayah itu menolak kehinaan dari pada-nya . Agama tidak akan kuat melainkan dengan ilmu yang kuat.” ( HR. Thabrani )

i. Nabi Muhammad saw. bersabda , “ Ilmu itu ada dua macam , yaitu ilmu lisan , ilmu ini merupakan hujjah Allah SWT. atas makhluk-Nya ; Dan ilmu dalam hati itulah ilmu yang bermanfaat. “ ( Al Hadits )

j. ( oleh karenanyalah saudara ku tuntutlah ilmu untuk Tauhidillah , untuk martabat dan kehormatan diri sebagai seorang muslim , Ilmu Mengenal diri dan Tuhan , Ilmu Keimanan dan Ketaqwaan serta Ketawakalan ( Ilmu Dunia dan Akhirat ) sepanjang umur hidup-mu - Sedikit sedikit ilmu diamalkan secara istiqamah , lama - lama menjadi bukit ilmu dan Amal yang istiqamah ( rutin , kontinyu , konsisiten ) dan jadilah hamba-hamba-Nya yang dikasihi dan disayangi-Nya. baik di dunia maupun di akhirat ! )

k. Dll. “ Seorang mu’min tidak akan merasa puas dengan kebaikkan dan ilmu yang diterima-nya , sehingga syurga menjadi tempat kepuasan-nya.” (HR.Turmudzi ) , “ Dua orang pelahap yang tidak pernah kenyang yaitu penuntut ilmu dan penuntut dunia.” ( HR. Al Bazzaar ) , “ Iman itu telanjang dan pakaiannya ialah taqwa , perhiasannya adalah rasa malu , & buahnya adalah ilmu “ ( Al Hadits ) , Menghemat dalam nafkah adalah separoh pendapatan ( belanja ) , dan mengasihi serta menyayangi orang lain adalah separoh akal , sedangkan bertanya dengan baik adalah separoh ilmu. (HR. Athabarani)

“ Hanya Orang yang berakal  dan kembali kepada Allah ( taubat – berjalan di jalan lurus-Nya ) yang akan Memperoleh Pelajaran / hikmah/ Ilmu “  :

a. Katakanlah : “ Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ? “ Sesungguh-nya orang yang ber-akal-lah yang dapat menerima pelajaran. ( Az Zumar , 39 : 9 ) ( memanfaatkan akal-nya/pen. )

b.   “ Hanyalah orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran  ( yaitu ) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian.”  ( Ar Ra’d , 13 : 19-20 )  ,

c.   “ Yang mendengarkan perkataan , lalu mengikuti apa yang paling baik diantara - nya. Mereka itulah orang – orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang – orang yang ber-akal.”  ( Az Zumar , 39 : 18 ), 

d. “ Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali ( taubat ) ( kepada Allah ) “ ( Al 

Page 146: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Mu’min , 40 : 13 )

e. “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. ” ( Ali Imran , 3 : 190 )

f. “ Bahkan Al Qur’an ayat –ayat yang terang didalam hati orang – orang yang diberi ilmu. Dan tiada yang menyangkal ayat – ayat Kami melainkan orang – orang yang dzalim.” ( Al ‘Ankabuut , 29 : 49 ) , “ ( Al Qur’an ) ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia dan supaya mereka diberi peringatan dengan dia , dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang ber-akal mengambil pelajaran.” ( Ibrahim ,14 : 5 )

15. Sebaliknya bagi yang tidak mau menggunakan akalnya , ( baik dari kalangan manusia maupun jin untuk berfikir yang denganya menjadikan Manusia / jin menjadi lebih beriman dan bertaqwa dengan ilmu – ilmunya yang bermanfaat ) maka Neraka - lah tempat tinggalnya :

a. “ Dan sesungguhnya Kami telah menyediakan bagi neraka berapa banyak jin dan manusia yang mempunyai akal tetapi tidak dapat berfikir dengannya , yang mempunyai mata tetapi tidak dapat melihat dengannya dan yang mempunyai telinga tetapi tidak dapat mendengar dengannya , mereka itu seperti hewan ternak , bahkan lebih sesat lagi, mereka itulah orang – orang yang lalai. “ ( Al A’raf , 7 : 179 ) ,

“ Dan mereka berkata , “ Sekiranya kami mendengarkan atau menggunakan akal kami , tidaklah kami menjadi penghuni neraka.” ( Al Mulk , 67 : 10 , Insyaallah kata – kata penyesalan yang tiada berguna seperti ini tidak sampai keluar dari mulut kita nantinya , karena kita mensyukuri karunia Allah SWT. yang berupa pendengaran , penglihatan dan hati dengan menggunakannya sebaik-baiknya , Insyallah ucapan selamat-lah yang akan kita terima ! , Az Zumar , 39 : 73 – 74 ,Yaasiin , 36 : 55 – 58 , Insyaallah ! )

b. “ Dan orang – orang yang ingkar bersenang – senang dan makan sebagaimana hewan ternak makan.” ( Muhammad , 47 : 12 )

c. “ Sesungguhnya yang sejelek – jelek hewan melata menurut pandangan Allah ialah orang-orang yang ingkar , karena mereka tidak beriman.“ (Al Anfal , 8 : 55 )

d. Kemudian Kami jatuhkan ia ke lapisan yang serendah-rendahnya.“ (At Tiin, 95 : 5 )

e. “ Dan setan menghendaki supaya mereka sesat se benar – benarnya sesat.” ( An Nisa’ , 4 : 60 ) “ Dan kalau kiranya Kebenaran itu ditundukkan kepada hawa nafsu mereka , sungguh akan rusaklah langit dan bumi serta apa yang ada pada kedua-nya itu.” ( Al Mu’minuun , 23 : 71 )

f. ( “ Kercuali orang – orang yang beriman dan beramal sholeh maka mereka mendapat ganjaran yang tidak putus.” ( At Tin , 95 : 6 ) , Orang yang menggunakan akal fikiran , pendengan , penglihatan dan

Page 147: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

hati-nya )

Salah satu Pelajaran dari Imam Al – Khalil bin Ahmad Sehubungan dengan ilmu , Manusia digolongkan-nya  menjadi empat :

a. “ Orang yang mengetahui dan ia mengetahui bahwa dirinya mengetahui. Itulah orang alim maka ikutilah dia “

b. “ Orang yang mengetahui tetapi ia tidak mengetahui bahwa dirinya mengetahui. Itulah orang yang sedang tertidur , maka bangunkanlah dia “

c. “ Orang yang tidak mengetahui tetapi ia mengetahui bahwa dirinya tidak mengetahui. Itulah orang yang membutuhkan ilmu , maka ajarilah dia “

d. “ Orang yang tidak mengetahui dan ia tidak mengetahui bahwa dirinya tidak mengetahui. Itulah orang yang bodoh , maka waspadalah terhadap - nya “ , catatan d. :

Biasanya orangnya bebal , banyak omong dan sok pinter dalam berbicara mau menang sendiri / suka dengan perbantahan , tidak senang / ridho diberi peringatan dan nasehat tapi senang memberi nasehat.....

“ Berilah maaf dan suruhlah mengerjakan kebaikan serta berpalinglah dari pada orang-orang bodoh.” , Al A’Raaf , 7 : 199 )

, “ Katakanlah , “ Apakah akan Kami beritahukan kepada-mu tentang orang-orang-orang yang paling rugi perbuatan-nya ? Yaitu orang-orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia sedang mereka mengira bahwa mereka mengerjakan pekerjaan yang baik.” ( Al Kaahfi , 18 : 103 – 110 )

, ( Keadaan mereka) seperti setan ketika berkata kepada manusia, “ Kufurlah. “ Maka takala ( manusia ) itu kufur , ia berkata sesungguhnya aku berlepas diri daripada-mu .Sesungguhnya aku (setan ) takut kepada Allah Tuhan semesta Alam. “ ( Al Hasyir , 59 : 16 ) ,

“ Iblis berkata , “ Ya Tuhan-ku ! , Karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat , pasti aku akan menjadi kan mereka memandang baik ( perbuatan maksiat ) dimuka bumi dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya , Kecuali hamba-hamba Engkau yang muklas / IKHLAS diantara mereka .” ( Al Hijr , 15 : 39 - 40 ) ,

“ Sesungguhnya seburuk-buruk binatang yang melata pada sisi Allah, ialah orang yang pekak dan bisu ( tentang kebenaran ) , mereka tidak mengerti.” ( Al An Faal , 8 : 21-23 )

Kebodohan adalah ladang subur bagi setan si iblis dan pengikutnya untuk menje -rumuskan

Page 148: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

pemiliknya , waspadailah ambil langkah segera dengan memperoleh ilmu dan hidayah-Nya ! , kalau tidak , minimal orang-orang beriman akan ber -paling dari padanya , baca perintah Allah SWT. pada Al A’Raaf , 7 : 199 )

Peringatan Allah SWT. , Rasulullah saw. dan para Sahabat kepada orang yang tidak berilmu ( orang bodoh ) & orang yang berilmu ( ulama ) :

1. “ Janganlah kamu memohon kepada-KU sesuatu yang kamu tidak mengetahui ( hakekat-nya ) . Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan ( bodoh ) ” ( HUD , 11 : 46-47 ) ( Bukan saudara/i ! )

2. Dan jangan-lah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang-nya , sesungguhnya pendengaran , pengelihatan dan hati , semua - nya itu akan dimintai pertanggung jawab-nya. ” ( Al Israa’ , 17 : 36 ) , Nabi Muhammad saw. bersabda , “ Pada akhir zaman nanti akan ada orang – orang bodoh yang banyak beribadah dan Ulama yang Fasik . “ ( Al Hadits )

3. “ Barang siapa dimintai fatwa sedang ia tidak mengerti maka dosanya adalah atas orang yang memberi fatwa.” ( HR. Ahmad )

“ Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali ( dimulutnya ) dari api neraka.” ( HR. Abu Dawud ) , Nabi Muhammad saw. bersabda , “ Seseorang tidak akan menjadi orang yang alim , hingga ia mengamalkan ilmu-nya.” ( Al Hadits )

4. Barang siapa mengulas Al Qur’an tanpa ilmu pengetahuan maka bersiaplah men - duduki neraka.( HR. Abu Daud )

5.a. “ Barang siapa menuntut ilmu dia tidak menghendaki dengan ilmu itu akan keridhaan Allah , dia tidak mempelajarinya kecuali untuk memperoleh hajat keduniaan-nya , maka dia tidak akan mendapatkan bau surga pada hari kiamat. ( Abu Hurairah ) ,

5.b. Al Hasan berkata , “ Siksaan ulama adalah kematian hati , sedang kematian hati adalah mencari dunia dengan amal perbuatan akhirat, “ , “ Seorang Alim apabila menghendaki dengan ilmunya keridhoan Allah maka dia akan ditakuti oleh segalanya, dan jika dia bermaksud untuk menumpuk harta maka dia akan takut dari segala sesuatu.” ( HR. Adailami ) ,

5.c. “ Ketamakan menghilangkan kebijaksanaan dari hati para ulama.” ( HR. Athabrani )

6. Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakan-nya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk peranginya. Jangan pula menuntut ilmu

Page 149: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

untuk penampilan dalam majelis (pertemuan / rapat ) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepada-mu. Barang siapa seperti itu maka bagi -nya neraka . . . , neraka . . . neraka . ( HR. Attirmidzi & Ibnu Majah ) ,

7. Para Ulama fiqih adalah pelaksana amanat para rasul selama mereka tidak memasuki ( bidang ) dunia. Mendengar sabda tersebut para sahabat bertanya , “ Ya rasulullah apa arti memasuki ( bidang ) dunia ? , Beliau menjawab , “ Mengekor kepada penguasa dan kalau mereka melakukan seperti itu maka hati-hatilah terhadap mereka atas keselamatan agama-mu. ( HR. Athabarani )

8. “ Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri.” ( HR. Adailami )

9.a. “ Seorang yang kurang amalan-amalannya maka Allah akan menimpakannya dengan kegelisahan & kesedihan “ ( HR . Ahmad ) , “ Seorang ulama yang tanpa amalan seperti lampu yang membakar dirinya sendiri ( HR. Adailami ) ,

9.b. “ Paling banyak orang munafiq dari umatku ialah yang pandai bacaan-nya.” ( HR. Al Bukhari )

9.c. “ Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang Alim yang Allah menjadikan ilmu-nya tidak bermanfaat.“ ( HR.Al Baihaqi ) , “ Seorang yang bodoh tapi murah hati (dermawan) lebih disukai Allah daripada seorang alim ( tekun beribadah ) tapi kikir.” ( HR. Athabrani )

9.d. “ Yang aku takuti terhadap umatku ada tiga perbuatan , yaitu kesalahan seorang ulama , hukum yang zalim , dan hawa nafsu yang diperturutkan.” ( HR. Asy syihaab ),

9.e. “ Celaka atas umatku dari ulama yang buruk ” (HR.Al Hakim ) , ( ulama agama , ulama hukum tata negara dan Kepemerintahan , ulama politik , sosial dan ekonomi , ulama Pendidikan dan Kebudayaan , Ulama pertanian dan Kehutanan , Ulama Kedokteran dan Kesehatan dll , baik – buruknya suatu umat / bangsa ditentukan dari kwalitas para ulama yang memegang kepepimpinan , banyak contoh contohnya. )

9.f. Nabi Muhammad saw. bersabda , “ Sesungguhnya ada orang alim yang benar – benar disiksa didalam neraka , dan dia dikerumuni dan menjadi tontonan penghuni neraka , karena agar siksanya terasa lebih dasyat. “ (Al Hadits , Yang dimaksud Nabi Muhammad saw. adalah orang alim yang Fajir ( Durhaka ) >< “ Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar ( hari kiamat ) jika aku mendurhakai Tuhan-ku.” ( Al An’aam , 6 : 15 )

9g.  Berbicara Tentang Kebenaran , atau Kebaikan Tetapi Sendirinya tidak Melakukan :

a. “ Hai orang – orang yang beriman , mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ? Amat besar kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. “ ( Ash

Page 150: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Shaaff , 61 : 2 – 3 )

b. “ Mengapa kamu menyuruh manusia mengerjakan kebaikan sedang kamu melupakan dirimu sendiri ( terhadap kewajiban ) , padahal kamu membaca Alkitab .Tiadakah kamu berfikir ? ( Al Baqrah , 2 : 44 )

c. “ Dan diantara manusia ada yang sangat menakjubkan-mu perkataannya tentang kehidupan dunia dan dipersaksikannya kepada Allah apa yang ada dalam hatinya , padahal dia adalah penentang yang paling keras.” ( Al Baqarah , 2 : 204 )

d. Akan datang sesudahku penguasa – penguasa yang memerintahmu , diatas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana , tetapi bila telah turun mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai.” ( HR. Athabrani , At Taubah, 9 : 67-70 >< At Taubah , 9 : 71-72 )

e. Usama Bin zaid berkata , aku mendengar Rasululloh saw. bersabda , “ Akan didatangkan seorang alim pada hari kiamat , lalu dilemparkan kedalam neraka. Usus – ususnya menjadi terburai , lalu dia berkeliling dengan menyeretnya , sebagaimana seekor keledai berputar membawa penggilingan. Para penghuni neraka menjadi mengerumuninya dan berkata , “ Mengapa anda ini ? , “ Dia berkata , “ Aku telah memerintahkan kebaikan dan aku sendiri tidak melakukan - nya. Sesungguhnya orang alim yang melakukan maksiat siksanya dilipat gandakan karena dia melakukan maksiat sementara dia mengetahui. Karenanya , Allah Azza wa Jalla berfirman , “ Sesungguhnya orang – orang munafik itu ( ditempatkan ) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. “ => ( An Nisaa’ , 4 : 145 )

f. Rasululloh s.a.w. bersabda , “ Pada malam aku di isra’ mi’raj kan ke langit , aku melihat orang – orang lelaki bibirnya dipotong dengan gunting dari neraka. Lalu saya bertanya , “ Siapakah mereka itu hai Jibriel ? ‘ Jibriel menjawab , “ Mereka itu adalah para tukang ceramah dari umat-mu yang memerintahkan manusia untuk mengerjakan kebaikan tetapi melalai - kan diri mereka sendiri. “( Al Hadits )

10. “ Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan ( yang jelas ) dan petunjuk , setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab , mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua ( makhluk ) yang dapat mela’nati.” ( Al Baqarah, 2 : 159 ) , “ Apabila muncul bid’ah-bid’ah ditengah-tengah umatku wajib atas seorang Alim menyebarkan ilmu-nya ( yang benar ) Kalau dia tidak melakukannya maka baginya laknat Allah , para malaikat , dan seluruh manusia. Tidak akan diterima sodaqoh-nya dan kebaikan amal-amalnya. ( HR. Ar-rabii )

Allah Ta’ala berfirman , “ Wahai Ibnu Adam , janganlah kamu mengakhirkan tobat , memperpanjang angan – angan dan kembali ke Akhirat tanpa bekal amal ( soleh) . Kata – katanya bak mutiara yang bertaburan dari mulut orang yang ahli ibadah tapi perbuatan – perbuatannya , perbuatan orang – orang munafik , bila diberi tak pernah merasa cukup , bila dicegah ia tidak bersabar. Dia mencintai

Page 151: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

orang – orang soleh tetapi bukan termasuk golongan mereka , dia seolah marah terhadap orang – orang munafik , tetapi sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Dia menganjurkan kepada yang baik tetapi ia tidak melakukannya, dan mencegah yang buruk tetapi tak pernah mencegah kejahatan itu dari dirinya sendiri.“ ( Hadits Qudsi )

11. “ Dari Ali Karramallahu , ia berkata , “ Sesungguhnya saya mendengar Rasululloh s.a.w. bersabda , “ Akan datang suatu kaum di akhir zaman , mereka pandai bersilat lidah tetapi otaknya tumpul, kata-katanya dikutip dari sabda Nabi , tetapi tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka terlempar dari agama sebagaimana anak panah yang diluncurkan dari busur-nya. ( Al Haidits ) ,

12. “ Akan datang sesudahku penguasa – penguasa yang memerintah -mu , diatas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana , tetapi bila telah turun mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai.” ( HR. Athabrani )

13. “ Yang aku takuti terhadap umatku ialah pemimpin – pemimpin yang menyesat - kan.” ( HR. Abu Dawud ) ,

14. Yaa ayyuhal ladziina aamanuu lima taquuluuna maa laa taf’aluun. Kabura maqtan ‘indallaahi an taquuluu maa laa taf’aluun. = “ Hai orang – orang yang beriman , mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ? Amat besar kemurkaan disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. ( Ash Shaff ,61 : 2 – 3 , Al Baqarah , 2 : 44 ) 15. Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya. Sesungguh nya berhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya dari pada berhianat dalam harta. ( HR.Abu Na’im )

16. “ Ketika fitnah sudah menyebar dan orang-orang pada akhirnya nanti sudah menjelek jelekkan “ ulama salaf ’’ , Maka siapa saja yang mempunyai ilmu wajib untuk disebarluaskan . Karena pada saat itu menyembunyikan ilmu bagaikan menyembunyikan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. ( Hadits bersumber dari Mu’adz )

17. “ Ketika fitnah sudah merajalela kemudian orang ‘ alim ( yang mempunyai / memahami ilmu agama ) tinggal diam saja , maka Allah akan melaknati orang ‘alim tersebut dan semua malaikat serta manusia juga akan melaknatinya “. ( Kifayah )

18.“ Janganlah kamu jadikan Hukum-hukum Allah sebagai permainan “ (Al Baqarah , 2 : 231)

19. “ Barang siapa yang melanggar hukum – hukum Allah dialah orang yang zalim “ (Al Baqrah , 2 : 229 )

20. “ Dan janganlah kamu menyerupai orang yang bercerai – berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka . Mereka itulah orang – orang yang mendapat siksa yang berat. “ ( Ali Imran , 3 : 104 – 105 ) ( Baca Al Hajj , 22 : 67 – 69 , Al Baqarah , 2 : 113 , Al Baqarah , 2 : 213)

Page 152: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

21.“ Dan janganlah kamu termasuk orang – orang yang mempersekutukan Allah – yaitu orang – orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan . Tiap – tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka ” ( Ar Ruum , 30 : 31 – 32 )

22. “ Sebenarnya kamu mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan ( kehidupan ) akhirat “ ( Al Muddatstsir , 74 : 20 – 21 , Al Baqarah , 2 : 86 )

23. Suatu kaum tidak duduk dalam suatu majlis yang disana mereka tidak berdzikir( ingat ) kepada Allah dan tiada membaca shalawat atas Nabi-nya Muhammad saw. Kecuali mereka bakal menyesal dihari kiamat.” ( Al Hadits ) > < “ Perhiasilah majelis-mu dengan membaca shalawat atas-ku , karena shalawatmu itu bercahaya bagi-mu dihari kiamat, ”( AL Hadits )

24. “ Dan bacakanlah kepada mereka berita orang – orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat – ayat Kami ( pengetahuan tentang isi al kitab ) , kemudian dia melepaskan diri daripada ayat – ayat itu , lalu dia diikuti oleh setan ( sampai dia tergoda ) , maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.“ (Al A’raf , 7 : 175 )

25. Rasululloh saw. bersabda , “ Barang siapa bertambah – tambah ilmunya tetapi tidak bertambah – tambah Hidayah yang diperolehnya maka ia akan semakin jauh dari Allah .” ( Al Hadits )

26. Umar r.a. berkata , “ Sesunggunya sesuatu yang paling aku khawatirkan diantara hal – hal yang aku khawatirkan terhadap umat ini adalah orang munafik yang alim. “ Mereka bertanya , “ Bagaimana orang munafik yang alim ? “ Beliau berkata , “ Alim dalam lidah , tetapi bodoh hati dan amalnya ! ”. - Hasan berkata , “ Janganlah kamu menjadi orang yang mengumpulkan ilmu dari ulama dan mutiara –mutiara hikmah dari hukama , tetapi kamu berjalan untuk meramal seperti perjalanan orang – orang bodoh.”

27. “ Kitab ini tidak ada keraguan didalam-nya , menjadi petunjuk bagi orang – orang yang bertaqwa.” ( Al Baqarah , 2 : 2 ) ,

“ Sesungguhnya Kami menurun kan Kitab kepada-mu untuk manusia dengan ( membawa ) kebenaran , maka barang siapa yang mendapat petunjuk , maka petunjuk itu untuk diri-nya , dan barang siapa yang sesat , maka sesungguhnya ( kesesatan ) untuk dirinya , tiadalah engkau pelindung atas mereka.” ( Az Zumar , 39 : 41 ) ,

“ Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al kItab ( Al Qur’an ) , itulah yang benar , dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelum-nya . Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. “ ( Faathir , 35 : 42 ) ,

“ Sesungguhnya orang – orang yang menyembunyikan apa yang diturunkan Allah dari pada Kitab dan mereka menukar-nya dengan harga sedikit , mereka itu tidak memakan kedalam perut mereka

Page 153: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

melainkan api , Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat , dan tidak mensucikan mereka ( dari dosa ) dan bagi mereka azab yang pedih. Mereka itulah orang – orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan membeli azab dengan ampunan. Maka alangkah sabar-nya mereka menhadapi api neraka. Yang demikian itu disebabkan sesungguhnya Allah telah menurunkan Kitab dengan sebenarnya dan bahwa orang – orang yang berselisih paham tentang Kitab itu benar – benar dalam pertikaian yang jauh ( dari kebenaran ) . “ ( Al Baqarah , 2 : 174 – 176 , Al Baqarah , 2 : 146 )

28 . Dengan tidak melupakan tugas dan kewajibannya disisi Tuhannya seorang ulama , khususnya ulama agama tidak dilarang mensejahterakan anak – istri dan keluarganya , tapi jangan sampai lupa diri sehingga dibawa setan cinta kepada harta dan dunia ( jabatan dan kekuasaan ) , jika ini sampai terjadi maka tinggal menunggu kehancuran dari umat yang dipimpinnya. Sebagai wacana dan bahan renungan baca buku Imam Al Ghazaly tentang KEMELUT TIPU DAYA. ( Pen )

PENGHARGAAN ALLAH SWT. / Rasululloh SAW KEPADA ULAMA.

a. ” Bahkan Al Qur’an ayat – ayat yang terang didalam hati orang – orang yang diberi ilmu.” ( Al ‘Ankabuut , 29 : 49 )

b. Tetapi orang – orang yang mendalami ilmunya diantara mereka dan orang – orang Mukmin , mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada-mu ( Al Qur’an ) dan apa yang telah diturunkan sebelum-mu dan orang – orang yang mendirikan shalat , menunaikan zakat , dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang – orang itulah yang akan KAMI berikan kepada mereka pahala yang besar. “ ( An Nisaa’ , 4 : 162 , beriman dan beramal Islam ) ,

c. “ . . . . Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara-mu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( Al Mujaadilah , 58 : 11 ) ,

d. “ KAMI tinggikan derajat orang yang KAMI kehendaki ,dan diatas tiap-tiap orang yang berilmu ( berpengetahuan ) , adalagi Yang Maha Mengetahui.” ( Yuusuuf , 12 : 76)

e. “ Hanya sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya adalah orang-orang yang berilmu / ulama “( Al Faathir, 35 : 28 - 35) “ Dan janganlah kamu lemah dan janganlah bersedih hati , padahal kamu-lah orang-orang yang paling tinggi ( derajatnya ) jika kamu beriman.” ( Aali’Imraan , 3 : 139 ) , Sesungguhnya semulia-mulia kamu disisi Allah ialah yang lebih taqwa diantara kamu.” ( Al Hujuraat , 49 : 13 ) ,

f. Termasuk mengagungkan Allah ialah menghormati (memulia kan) ilmu , para Ulama , orang tua yang muslim dan para pengemban Al Qur’an dan ahlinya , serta Penguasa yang adil.( HR. Abu Dawud ) ,

Page 154: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

g. “ Maafkanlah dosa orang yang murah hati , kekeliruan seorang ulama dan tindakan seorang penguasa yang adil. Sesungguhnya Allah Ta’ala membimbing mereka apabila ada yang tergelincir. ( HR. Al Bukhari fii Al Adaab ) , “ Rasulullah bersabda , “ Para ulama adalah pewaris para nabi “ ( Al Hadits )

h. Para Ulama itu adalah pewaris para nabi. ( HR. Ibnu Majah ) , “ Para Ulama adalah sebagai lampu diatas permukaan bumi ini , dan sebagai pengganti para Nabi – Nabi , dan juga sebagai warisku dan pewaris para Nabi-Nabi. ( HR. Ibnu ‘ Adli dari Sayyidina Ali ra. )

i. Rasulullah bersabda , “ Manusia yang paling utama ialah : Orang mukmin yang alim dan bermanfaat jika dibutuhkan. Jika ia tidak dibutuhkan , maka iapun mencukupi dirinya “ ( Al Hadits )

j. “ Manusia yang terdekat dengan derajat kenabian adalah ahli ilmu dan ahli jihad “ ( Al Hadits )

k. “ Orang alim itu adalah orang kepercayaan Allah di bumi-Nya “ ( Al Hadits ) , “ Pada hari kiamat yang memberi syafaat adalah nabi – nabi , kemudian para ULAMA , kemudian para syuhada” (Al Hadits)

l. “ Para Ulama mempunyai derajat diatas orang beriman sebanyak tujuh ratus derajat , dan jarak antara dua derajat adalah perjalanan lima ratus (500) tahun “ ( Al Hadits )

m. “ Orang yang menuntut ilmu dan mengamalkannya karena cintanya kepada Allah SWT. dan sesama - secara otomatis dia akan dalam perlidungan dan pertolongan Allah SWT. dengan mengutus Malaikat-Nya , didampingi Para Malaikat-Nya ( oleh karenanya tidak perluWallahu ta'ala a'lam bishshawab melakukan ritual bid’ah untuk berkhodam / berjumpa dengan malaikat , apalagi hanya untuk berkhodam jin , naudzubillah - mindzalik ) :

1. Kata Shafwan bin Assal , aku berkata : “ Wahai Rasulullah sesungguhnya aku datang kepadamu untuk menuntut ilmu. Beliau menanggapi , “ Selamat datang buat penuntut ilmu , sesungguh-nya orang yang menuntut ilmu itu akan dikelilingi para malaikat , mereka megepakan sayap-sayapnya diatas nya. Mereka saling susun menyusun sehingga sampai kelangit karena cinta mereka kepada apa yang dituntut. ” ( HR. Ahmad dan Ibnu Majah )

2. “ Sesungguhnya para malaikat mengepakkan sayap-sayap-nya bagi penuntut ilmu karena ridho dengan apa yang dilakukan.” ( HR. Tirmidzi )

3. Rasulullah bersabda : “ Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya dan semua penghuni langit dan bumi sampai semut yang berada di lobangnya dan ikan paus , mereka semua bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan pada manusia. “ ( HR. Tirmidzi )

Beranda

Page 155: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Cari Blog Ini

Keutamaan Menuntut Ilmu Dari hari ke hari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih, kita seolah

diperbudak oleh perkembangan zaman. Tapi tidaklah selalu demikian, hal ini tergantung kepada sikap dan mental kita untuk lebih menghadapi dan memahami dampak-dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan tersebut dan mesti menempatkannya untuk hal kebaikan dunia dan akhirat.

Di sinilah bukti bahwa Allah SWT, Pemilik segala ilmu, menunjukkan kekuasaan-Nya bagi orang-orang berakal dan beriman untuk lebih giat menuntut ilmu agar manusia mengenal siapa dirinya dan siapa Tuhannya, sehingga ia menjadi manusia yang bertakwa dan berakhlak mulia.

Menuntut ilmu, dalam ajaran Islam, adalah suatu yang sangat diwajibkan sekali bagi setiap Muslim, apakah itu menuntut ilmu agama atau ilmu pengetahuan lainnya. Terkadang orang tidak menyadari betapa pentingnya kedudukan ilmu dalam kehidupan ini. Namun kebanyakan dari manusia, mereka lebih mengutamakan harta benda dibanding ilmu yang sebenarnya harta benda itu sendiri dapat habis dengan sekejap jika ia tak memiki ilmu untuk tetap memeliharanya sebagai titipan Allah SWT, bahkan dapat menjadi malapetaka bagi pemiliknya.

Sebaliknya dengan ilmu, ia akan bertambah terus yang tidak pernah habis-habisnya sebagai kunci untuk memperoleh apa yang dicita-citakan dalam hal duniawi ataupun ukhrawi yang harus direalisasikan dengan usaha dan mengamalkannya. Menyikapi hal seperti ini, Rasulullah SAW bersabda, "Nabi Sulaiman disuruh memilih antara harta benda, kerajaan dan ilmu. Maka dia memilih ilmu, akhirnya dia diberi pula kerajaan dan harta benda." (H.R. Ad-Dailami). Ini berarti, dengan ilmu segala sesuatu dapat tercapai, selama ia istiqamah dan ada dalam jalan Allah SWT. Maka dengan ke-istiqamahan dan ber-amar ma'ruf nahi munkar baik dalam menuntut ilmu ataupun mengamalkannya, secara otomatis ia akan mampu menjalankan hidup dengan baik guna tercapainya apa yang dimaksud.

Dalam sebuah hadist Nabi menyatakan, "Barang siapa yang ingin sukses dalam kehidupan dunianya, hendaklah (dicapai) dengan ilmu, barang siapa yang ingin selamat di akhirat nanti hendaklah dengan ilmu dan barang siapa yang ingin sukses dalam menghadapi kedua-duanya (dunia dan akhirat) maka hendaklah pula dicapai dengan ilmu."

Oleh karena itu diwajibkan bagi kaum Muslim untuk menuntut ilmu baik ilmu agama yang hukumnya fardhu 'ain, ataupun ilmu-ilmu yang menyangkut kemaslahatan umum dengan hukum fardhu kifayah. Ilmu adalah suatu yang sangat mulia, sebab ilmu adalah pemberian Allah SWT bagi manusia yang menjadi perantara untuk menjadi insan bertakwa.

Disinilah Islam sangat menganjurkan sekali untuk mencari ilmu di mana pun ilmu itu berada, sebagai kunci untuk membuka segala sesuatu. Kita mesti sadar bahwa jika seseorang, golongan, atau pun bangsa ingin menjadi manusia yang berkualitas maka mereka harus mengerti apa hakikat dan kedudukan dari ilmu pengetahuan itu sendiri yang akan memebentuk dan mengarahkan jiwa dan akal

Page 156: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

pikiran. Ilmu adalah sebagai penerang yang mampu mengubah jalan keburukan, kebodohan yang melahirkan kebijaksanaan dalam berbagai masalah-masalah kehidupan selama ada dalam koridor- koridor agama.

Adapun pahala menuntut ilmu Rasululllah SAW bersabda, "Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat; orang yang menuntut ilmu berarti menjalankan rukun Islam dan pahala yang diberikan kepadanya sama dengan pahala para nabi." (H.R. Ad-Dailami dari Anas ra).

Sedangkan dalam hadist lain yang diriwayatkan Imam Muslim ra., "Barangsiapa yang melalui suatu jalan guna mencari ilmu pengetahuan, niscaya Allah SWT akan memudahkan baginya jalan ke surga." Maka dalam menuntut ilmu niatkanlah semata-mata mencari keridaan Allah SWT yang akan dibalas dengan pahala kebaikan untuk dunia dan akhirat.

Secara sederhana kita harus berpikir, bahwa setiap manusia diberikan jatah umur yang tidak diberi tahu sedikit pun berapa lama kita bertahan hidup di dunia. Ini berarti kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Alangkah baiknya kita mengetahui berbagai ilmu, baik ilmu agama ataupun ilmu pengetahuan lainnya. Mereka adalahgenerasi penerus bangsa kita, apalah daya nasib bangsa ini apabila anak-anak kita tidak mengenyam pendidikan bukan menuntut ilmu-ilmu keagamaan sebagai dasar untuk membina jiwa kita, bentengi dari sifat-sifat tercela.

Banyak orang yang menjadi pintar, siapa pun dan jabatan apa pun dia, dikarenakan dasar religi kurang mengakar di hatinya yang menjadikan jauh dari Allah SWT sehingga segala tindakan, aturan, ucapan, tingkah laku dll. yang seharusnya dilaksanakan dengan baik tapi malah sebaliknya.

Menuntut ilmu tidaklah mengenal masa anak-anak ataupun masa tua, semakin kita bertambah dewasa bisa jadi akan lebih bijaksana dalam menangkap ilmu pengetahuan yang diterima hal ini karena diimbangi oleh pengalaman dan situasi kondisi yang sedang dihadapi.

Perlu diketahui pula bahwa ajaran Islam yang luhur ini memberikan jalan atau toleransi kepada kaum Muslim dalam perihal menuntut dan mengamalkan ilmu, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Jadilah kamu seorang pengajar, atau pelajar, atau mendengarkan (ilmu), atau mencintai (ilmu), dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, kamu pasti menjadi orang yang celaka." HR. Imam Baihaki. Maksud dari orang kelima di sini adalah janganlah menjadi orang yang bodoh, yang akan celaka di dunia dan akhirat kelak, sehingga dapat terjerumuskan kepada hal-hal keburukan.

Oleh karena pentingnya Ilmu itu, terutama Ilmu agama yang merupakan landasan dalam menentukan sikap maka makalah ini disusun sebagai salah satu bahan untuk bermuhasabah yang dapat memotivasi diri agar senantiasa tak berhenti untuk belajar, mengaplikasikan dan mendakwahkan/berbagi ilmu yang dimiliki.

DEFINISI ILMU

Page 157: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu (alima, ya’lamu, ‘ilman) yang berarti mengerti, memahami benar-benar.

Ilmu dari segi Istilah ialah Segala pengetahuan atau kebenaran tentang sesuatu yang datang dari Allah SWT yang diturunkan kepada Rasul-rasulNya dan alam ciptaanNya termasuk manusia yang memiliki aspek lahiriah dan batiniah.

Ilmu dalam bahasa Inggris disebut science, sedangkan pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.

Adapun ciri-ciri utama ilmu menurut terminologi, antara lain adalah:

1. Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan.

2. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek yang sama dan saling berkaitan secara logis.

3. Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.

4. Yang sering kali berkaitan dengan konsep ilmu adalah ide bahwa metode-metode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua pencari ilmu.

5. Ilmu menuntut pengalaman dan berpikir metodis.

6. Kesatuan setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya.

ADAB MENUNTUT ILMU

Menuntut ilmu adalah satu keharusan bagi kita kaum muslimin. Banyak sekali dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu, para penuntut ilmu dan yang mengajarkannya.

Adab-adab dalam menuntut ilmu yang harus kita ketahui agar ilmu yang kita tuntut berfaidah bagi kita dan orang yang ada di sekitar kita sangatlah banyak. Adab- adab tersebut di antaranya adalah:

1. Ikhlas karena Allah

Hendaknya niat kita dalam menuntut ilmu adalah karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan untuk negeri akhirat. Apabila seseorang menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan gelar agar bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi atau ingin menjadi orang yang terpandang atau niat yang

Page 158: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

sejenisnya, maka Rasulullah telah memberi peringatan tentang hal ini dalam sabdanya: "Barangsiapa yang menuntut ilmu yang pelajari hanya karena Allah Ta’ala sedang ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan mata-benda dunia, ia tidak akan mendapatkan bau surga pada hari kiamat". (HR: Ahmad, Abu,Daud dan Ibnu Majah)

Tetapi kalau ada orang yang mengatakan bahwa saya ingin mendapatkan syahadah (MA atau Doktor, misalnya ) bukan karena ingin mendapatkan dunia, tetapi karena sudah menjadi peraturan yang tidak tertulis kalau seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, segala ucapannya menjadi lebih didengarkan orang dalam menyampaikan ilmu atau dalam mengajar. Niat ini - insya Allah - termasuk niat yang benar.

2. Untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain.

Semua manusia pada mulanya adalah bodoh. Kita berniat untuk meng-hilangkan kebodohan dari diri kita, setelah kita menjadi orang yang memiliki ilmu kita harus mengajarkannya kepada orang lain untuk menghilang kebodohan dari diri mereka, dan tentu saja mengajarkan kepada orang lain itu dengan berbagai cara agar orang lain dapat mengambil faidah dari ilmu kita.

Apakah disyaratkan untuk memberi manfaat pada orang lain itu kita duduk dimasjid dan mengadakan satu pengajian ataukah kita memberi manfa'at pada orang lain dengan ilmu itu pada setiap saat? Jawaban yang benar adalah yang kedua; karena Rasulullah bersabda: "Sampaikanlah dariku walaupun cuma satu ayat” (HR: Bukhari)

Imam Ahmad berkata: Ilmu itu tidak ada bandingannya apabila niatnya benar. Para muridnya bertanya: Bagaimanakah yang demikian itu? Beliau menjawab: ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.

3. Berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari'at.

Sudah menjadi keharusan bagi para penuntut ilmu berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari'at. Karena kedudukan syari'at sama dengan pedang kalau tidak ada seseorang yang menggunakannya ia tidak berarti apa-apa. Penuntut ilmu harus membela agamanya dari hal-hal yang menyimpang dari agama (bid'ah), sebagaimana tuntunan yang diajarkan Rasulullah saw. Hal ini tidak ada yang bisa melakukannya kecuali orang yang memiliki ilmu yang benar, sesuai petunjuk Al-Qur'an dan As-Sunnah.

4. Lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat.

Apabila ada perbedaan pendapat, hendaknya penuntut ilmu menerima perbedaan itu dengan lapang dada selama perbedaan itu pada persoalaan ijtihad, bukan persoalaan aqidah, karena persoalaan aqidah adalah masalah yang tidak ada perbedaan pendapat di kalangan salaf. Berbeda dalam masalah ijtihad, perbedaan pendapat telah ada sejak zaman shahabat, bahkan pada masa Rasulullah saw masih hidup. Karena itu jangan sampai kita menghina atau menjelekkan orang lain yang kebetulan berbeda pandapat dengan kita.

Page 159: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

5. Mengamalkan ilmu yang telah didapatkan.

Termasuk adab yang tepenting bagi para penuntut ilmu adalah mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, karena amal adalah buah dari ilmu, baik itu aqidah, ibadah, akhlak maupun muamalah. Karena orang yang telah memiliki ilmu adalah seperti orang memiliki senjata. Ilmu atau senjata (pedang) tidak akan ada gunanya kecuali diamalkan (digunakan).

Hendaklah para penuntut ilmu mengamalkan ilmunya, baik berupa aqidah, ibadah, akhlak, adab dan muamalah, karena hal ini adalah merupakan hasil dan buah dari ilmu itu. Pengemban ilmu itu seperti pembawa senjata; Bisa berguna dan bisa pula mencelakakan sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Al Qur’an itu membelamu atau mencelakakanmu.” (HR. Muslim). Membelamu apabila kamu amalkan dan mencelakakanmu apabila tidak kamu amalkan. (Kitab al ‘Ilmi, Syaikh Utsaimin hal:32)

Karena keutamaan ilmu itulah ia semakin bertambah dengan banyaknya nafkah (diamalkan dan diajarkan) dan berkurang apabila kita saying (tidak diamalkan dan diajarkan) serta yang merusaknya adalah al kitman (menyembunyikan ilmu). (Hiyah Tholibil Ilmi, Bakr Abu Zaid hal :72).

6. Menghormati para ulama dan memuliakan mereka.

Penuntut ilmu harus selalu lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan ulama. Jangan sampai ia mengumpat atau mencela ulama yang kebetulan keliru di dalam memutuskan suatu masalah. Mengumpat orang biasa saja sudah termasuk dosa besar, apalagi kalau orang itu adalah seorang ulama. Ini adalah masalah yang sangat penting, karena sebagian orang sengaja mencari-cari kesalahan orang lain untuk menjatuhkan mereka dimata masyarakat. Ini adalah kesalahan terbesar. (Kitab al ‘Ilmi, Syaikh Utsaimin hal 41).

7. Mencari kebenaran dan sabar.

Termasuk adab yang paling penting bagi kita sebagai seorang penuntut ilmu adalah mencari kebenaran dari ilmu yang telah didapatkan. Mencari kebenaran dari berita berita yang sampai kepada kita yang menjadi sumber hukum. Ketika sampai kepada kita sebuah hadits misalnya, kita harus meneliti lebih dahulu tentang keshahihan hadits tersebut. Kalau sudah kita temukan bukti bahwa hadits itu adalah shahih, kita berusaha lagi mencari makna (pengertian) dari hadits tersebut.

Hendaklah sabar dalam menuntut ilmu, tidak terputus (ditengah jalan) dan tidak pula bosan, bahkan terus menerus menuntut ilmu semampunya. Kisah tentang kesabaran salafush shalih dalam menuntut ilmu sangatlah banyak, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhuma bahwa beliau ditanya oleh seseorang: “Dengan apa anda bisa mendapatkan ilmu?” Beliau menjawab: “Dengan lisan yang selalu bertanya dan hati yang selalu memahami serta badan yang tidak pernah bosan.” (Kitab al ‘Ilmi, Syaikh

Utsaimin hal:40 dan 61).

Bahkan sebagian dari mereka (salafus shalih) merasakan sakit yang menyebabkannya tidak bisa bangun dikarenakan tertinggal satu hadits saja. Sebagaimana terjadi kepada Syu’bah bin al Hajjaj

Page 160: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

rahimahullah, ia berkata: “Ketika aku belajar hadits dan tertinggal (satu hadits) maka akupun menjadi sakit.”

Barangsiapa mengetahui keutamaan ilmu dan merasakan kelezatannya pastilah ia selalu ingin menambah dan mengupayakannya, ia selalu lapar (ilmu) dan tidak pernah kenyang sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Ada dua kelompok manusia yang selalu lapar dan tidak pernah kenyang: orang yang lapar ilmu tidak pernah kenyang dan orang yang lapar dunia tidak pernah keying pula.” (HR. Al Hakim dll dengan sanad tsabit) (Hilyah al ‘Alim al Mu’allim, Syaikh Salim al Hialaliy hal 22- 23)

Abu al ‘Aliyah rahimahullah menuturkan:”Kami mendengar riwayat (hadits) dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sedang kami berada di Basrah (Iraq), lalu kamipun tidak puas sehingga kami berangkat ke kota Madinah agar mendengar dari mulut mereka (para perawinya) secara langsung.” (‘Audah ila as Sunnah, Syaikh Ali Hasan al Atsariy hal 44).

8. Memegang Teguh Al Kitab dan As Sunnah

Wajib bagi para penuntut ilmu untuk mengambil ilmu dari sumbernya, yang tidak

mungkin seseorang sukses bila tidak memulai darinya, yaitu:

a. Al-Qur’anul Karim; Wajib bagi para penuntut ilmu untuk berupaya membaca, menghafal, memahami dan mengamalkannya.

b. As Sunnah As Shahihah; Ini adalah sumber kedua syariat Islam (setelah Al Qur’an) dan penjelas al Qur’an Karim.

c. Sumber ketiga adalah ucapan para ulama, janganlah anda menyepelekan ucapan para ulama karena mereka lebih mantap ilmunya dari anda. (Kitab al ‘Ilmi, Syaikh Utsaimin hl :43,44, dan 45)

9. Berupaya Untuk Memahami Maksud Allah dan Rasul-Nya

Termasuk adab terpenting pula adalah masalah pemahaman tentang maksud Allahdan juga maksud Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam; Karena banyak orang yangdiberi ilmu namun tidak diberi pemahaman. Tidak cukup hanya menghapal al Qur’andan hadits saja tanpa memahaminya, jadi harus dipahami maksud Allah dan Rasul-NyaShalallahu ‘Alaihi Wassalam. Alangkah banyaknya penyimpangan yang dilakukan olehkaum yang berdalil dengan nash-nash yang tidak sesuai dengan maksud Allah dan Rasul-Nya SAW sehingga timbullah kesesatan karenanya.

Kesalahan dalam pemahaman lebih berbahaya dari pada kesalahan dikarenakan kebodohan. Seorang yang jahil (bodoh) apabila melakukan kesalahan dikarenakan kebodohannya ia akan segera menyadarinya dan belajar, adapun seorang yang salah dalam memahami sesuatu ia tidak akan pernah merasa salah dan bahkan selalu merasa benar. (Kitab al ‘Ilmi, Syaikh Utsaimin hal :52)

Inilah sebagian dari adab yang harus dimiliki oleh para penuntut ilmu agar menjadi suri tauladan yang baik dan mendapatkan kesuksesan di dunia dan di akhirat, amien.

Page 161: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

DALIL TENTANG ILMU

Dalam Al-Qur'an banyak sekali dalil yang tentang keutamaan menuntut ilmu ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi umat manusia sejak lahir sampai mati. "Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman yang mempunyai ilmu

diantara kamu dengan beberapa derajat". (QS.Al-Mujadallah : 11)

Dari ayat diatas jelaslah bahwasanya orang yang memeliki ilmu derajatnya lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang tidak berilmu, kita sebagai kaum muslimin juga tahu bahwasanya manusia diangkat sebagai kholifah dimuka bumi ini dikarena dikarenakan pengetahuannya bukan karena bentuknya ataupun asal kejadiannya Sementara itu dalam surat lain Allah berfirman "Katakanlah : "Samakah orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu" (QS, Az-Zumar : 9), jelas menyuruh

manusia itu untuk berfikir apakah kira-kira manusia yang berilmu dengan manusia yang

tidak berilmu itu sama.

Dengan demikian jelaslah bahwa Islam sangat memuliakan orang-orang yang berilmu bahkan menganggap orang yang berilmu itu sebagai penerus Rosul, apa yang disampaikannya akan menjadi penerang jalan yang lurus, amalan orang yang berilmu sama dengan amalan jihad.

Imam Al-Ghazali mengatakan : "Allah mengangkat derajat orang-orang dengan

ilmu, lalu menjadikan mereka kebaikan sebagai pemimpin dan pepberi petunjuk yang diikuti, petuntuk dalam kebaikan, jejak mereka mereka diikuti dan perbuatan mereka

diamalkan.

Para malaikat ingin menghiasi mereka dan mengusap mereka dengan sayap- sayapnya. Setiap yang basah dan yang kering bertasbih bagi mereka dan memohon ampun bagi mereka, bahkan ikan-ikan dilaut dan binatang-binatang, hewan-hewan buas dan ternak-ternak didaratan serta bintang-bintang dilangit. Karena Ilmu menghidupkan hati dan menerangi pandangan yang gelap serta menguatkan yang lemah. Dengan Ilmu hamba mencapai kedudukan orang-orang yang salih.

Rasulullah SAW, ”Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, yang mereka wariskan adalah al-ilmu . Barang siapa yang mengambil warisan tersebut, maka ia telah mendapatkan sesuatu yang besar” ( H.R Abu Dawud dan At Tirmdzi)

Perkataan Rasulullah SAW, “ Kalian lebih tau tentang urusan dunia kalian” (H.R Muslim)

Ilmu lainnya seperti ilmu fisika, kimia, akuntansi dst tetap memiliki faidah jika

memenuhi batasan berikut:

Page 162: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

- Menolong dalam ketaatan kepada Allah Azza wa jalla dan menyebarkan agama islam.

- Terkadang hukumnya menjadi wajib, ketika mempelajarinya termasuk persiapan yang Allah perintahkan dalam firmannya: (dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)). (QS. Al-Anfaal: 60)

KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU

Ilmu merupakan sandi terpenting dari hikmah. Sebab itu, Allah memerintahkan manusia agar mencari ilmu atau berilmu sebelum berkata dan beramal. Firman Allah: (Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Illah selain Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu serta bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu). (QS. Muhammad: 19).

Ilmu sebelum berkata dan beramal. Sufyan bin Uyainah berkata: manusia paling bodoh adalah yang membiarkan kebodohannya, manusia paling pandai adalah yang mengandalkan ilmunya, sedangkan manusia paling utama adalah yang takut kepada Allah.

Ibnu Taimiyah mengatakan: bahwa ilmu yang terpuji, sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur'an dan As Sunnah, ilmu yang diwariskan para nabi. Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dirham dan dinar, tetapi mereka

mewariskan ilmu. Maka barang siapa mengambilnya, ia sangat beruntung”. (HR Abu

Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Ibnu Taimiyah membagi ilmu yang bermanfaat, menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Ilmu tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan lain-lain, seperti yang disebutkan adalah Al-Qur'an surat Al-Ikhlas.

2. Ilmu tentang persoalan-persoalan masa lalu yang dikabarkan Allah; persoalan-persoalan masa kini, dan persoalan-persoalan masa mendatang, seperti yang dikabarkan dalam Al-Qur'an, yaitu ayat-ayat tentang kisah-kisah, janji-janji, ancaman, surga, neraka, dam sebagainya.

3. ilmu tentang perintah Allah yang berhubungan dengan hati dan anggota badan, seperti iman kepada Allah melalui pengenalan hati serta amaliah anggota badan. Pemahaman ini bersumber pada pengetahuan dasar-dasar iman dan kaidah-kaidah islam.

Pemahaman akan Ilmu. Banyak orang yang masih keliru memahami masalah ilmu. Mereka memahami Al-Qur'an dan As Sunnah hanya sebatas verbalitas semata, dan tidak memahami hakekat

Page 163: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

yang terkandung didalamnya. Betapa banyak orang yang hafal ayat Al- Qur'an, namun tidak memahami isinya. Perbuatan seperti ini tentu saja bukan termasuk perbuatan orang-orang beriman, "Perumpamaan orang yang beriman membaca Al Qur'an seperti jeruk sitrun yang baunya wangi dan rasanya manis. Perumpamaan orang beriman yang tidak membaca Al-Qur'an seperti kurma yang tidak berbau dan rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al- Qur'an seperti sekuntum bunga yang baunya wangi, tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur'an seperti labu yang tidak berbau dan rasanya pahit". (HR Bukhari dan Muslim)

Ilmu dan Amal Perbuatan yang Sesuai Ilmu yang sempurna adalah ilmu yang diendapkan dalam hati, kemudian diamalkan. Inilah yang juga disebut ilmu bermanfaat, yang nerupakan sandi terpenting dari hikmah. Ilmu ini akan memberikan kebaikan kepada pemiliknya, sedangkan ilmu tanpa amal akan menghujat pemiliknya pada hari kiamat. Oleh karena itu, Allah memperingatkan kaum beriman yang hanya bisa berbicara tetapi tidak melakukan apa-apa. (Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak perbuat? Amat besar kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan). (QS.Ash Shaf: 2 - 3)

Menyebarkan Ilmu; Allah juga memperingatkan kita agar tidak meyembunyikan ilmu. Kita diperintahkan untuk menyampaikan ilmu yang merupakan karunia Allah itu sebatas kemampuan kita. Allah tidak memaksakan seseorang kecuali dalam batas kemampuannya. (Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan, berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati). (QS. Al Baqarah: 159).

Simak pula perkataan seorang penyair: Jika ilmu tidak kau amalkan, ia akan menjadi

bukti atasmu. Dan kamu beralasan jika kamu tidak mengetahuinya. Kalau kamu memperoleh ilmu Sesungguhnya, setiap perkataan seseorang akan dibenarkan olah

perbuatannya.

Ilmu memiliki banyak keutamaan, di antaranya:

1. Ilmu adalah amalan yang tidak terputus pahalanya sebagaimana dalam hadits: ”jika manusia meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shodaqoh jariahnya, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya.” (HR Bukhori dan Muslim)

2. Menjadi saksi terhadap kebenaran sebagaimana dalam firman Allah SWT: (Allah menyatakan bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali dia. Yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). (QS. Ali Imran 18)

3. Allah memerintahkan kepada nabinya Muhammad SAW untuk meminta ditambahkan ilmu sebagaimana dalam firman Allah, (... dan katakanlah: Ya Rabb ku, tambahkanlah kepadaku ilmu) (QS.Thahaa 114)

Page 164: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

4. Allah mengangkat derajat orang yang berilmu. Sebagaimana firman Allah, (... Allah mengangkat orang beriman dan memiliki ilmu diantara kalian beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS. Mujadilah 11)

5. Orang berilmu adalah orang yang takut Allah SWT, sebagaimana dalam firmannya: (.... sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya hanyalah orang-orangyang berilmu). (QS. Fathir 25).

6. Ilmu adalah anugerah Allah yang sangat besar, sebagaimana firmanNya: (Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)). ( QS. Al-Baqarah 269)

7. Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang ”Barang siapa yang Allah menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan membuat dia paham dalam agama” (HR Bukhari dan Muslim).

8. Menuntut ilmu merupakan jalan menuju surga, ”Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR Muslim)

9. Diperbolehkannya ”hasad” kepada ahli ilmu,”Tidak hasad kecuali dalam dua hal, yaitu terhadap orang yang Allah beri harta dan ia menggunakannya dalam kebenaran dan orang yang Allah beri hikmah lalu ia mengamalkannya dan mengajarkannya” (HR Bukhari )

10. Malaikat akan membentangkan sayap terhadap penuntut ilmu,”Sesungguhnya para malaikat benar-benar membentangkan sayapnya karena ridho atas apa yang dicarinya” ( HR. Ahmad dan Ibnu majah )

 Tidak semua dari kita jalan jihad dan memperjuangkan agama Islam dengan menjadi ustadz/ulama yang mendalami agama. Karena bisa jadi kita tidak dikarunia oleh Allah kelebihan dalam berfikir, mendalami dan menghapal berbagai ilmu agama. Sebaliknya ada yang dikaruniai oleh Allah kemampaun mencari rezeki, berbisnis dan mengelola keuangan. Sebagaimana para sahabat tidak semua menjadi ulama, akan tetapi ada yang memperjuangkan Islam dan dakwah dengan menjaga perbatasan (ribath) seperti Bilal bin Rabah, ada yang menjadi saudagar kaya yang sangat darmawan seperti Usman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf dan ada juga yang menjadi ulama seperti Ibnu Abbas, Ibnu umar dan Ibnu Mas’ud rahimahumullah.

Bagi yang memiliki kemampuan berbisnis maka ia bisa ikut memperjuangkan Islam dan dakwah dengan kelebihan harta mereka, salah satunya dengan memberikan beasiswa dan membiayai penuntut ilmu agama yang benar-benar punya semangat mempelajari ilmu agama akan tetapi mereka mendapati kesulitan biaya. Hal ini mempunyai beberapa keutamaan:

1.Mendapatkan juga pahala yang terus mengalir sampai hari kiamat (MLM pahala)

Karena yang membiayai penuntut ilmu belajar agama juga mempunyai peran. Ketika penuntut ilmu yang dibiayai mengajarkan ilmu kepada orang lain atau memberikan hidayah ilmu kepada

Page 165: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

orang lain, maka pahala mengalir juga kepada yang mengajarkan/ yang menunjukkan ketikayang diajarkan/ditunjukkan mempraktekan ilmu atau mengajarkan kepada yang lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

من دل على خير فله مثل أجر فاعله“Barangsiapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya.”[1]Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berasabda,

من دعا إلى هدى كان له من األجر مثل أجور من تبعه ال ينقص ذلك من أجورهم شيئا ومن دعا إلى ضاللة كان عليهمن اإلثم مثل آثام من تبعه ال ينقص ذلك من آثامهم شيئا

“Barangsiapa yang menyeru kepada sebuah petunjuk maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang-orang yang mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi akan pahala-pahala mereka sedikitpun dan barangsiapa yang menyeru kepada sebuah kesesatan maka atasnya dosa  seperti dosa-dosa yang mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun.” [2]

 

2.Rezeki Bisa menjadi lebih lancar

Inilah yang menjadi pembahasan kita, rezeki bisa lancar dengan membiayai seorang penuntut ilmu agama.

Dalam Sunan At-Tirmidzi dikisahkan,

م يأتى كان أخوان على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم واآلخر يحترف، فشكا المحترف بي صلى الله عليه وسل النك ترزق به م فقال: لعل بي صلى الله عليه وسل أخاه إلى الن

“Ada dua orang bersaudara di zaman Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam, yang satu datang kepada Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam (untuk belajar), sedangkan yang satunya

Page 166: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

lagi bekerja (menanggung nafkah saudaranya, pent). Maka orang yang bekerja ini mengeluhkan kepada Nabi shallalllahu ‘alaihi wa sallam tentang saudaranya. Beliau pun bersabda, “Bisa jadi kamu diberi rezeki karenanya (ia menuntut ilmu agama).”[3]

Syaikh Al-Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan hadits,

لعلك ترزق به( بصيغة المجهول أي أرجو وأخاف أنك مرزوقببركته ألنه مرزوق بحرفتك فال تمنن عليه بصنعتك

“Sabda Beliau (لعل�كترزقبه) dalam bentuk mahjul, artinya saya berharap atau saya takut bahwa engkau diberi rezeki karena barakahnya (saudaramu yang menuntut ilmu). Karena ia dapat rezeki dari usahamu, maka janganlah engkau mengungkit-ungkit apa yang engkau berikan kepadanya.”[4]

Berkata At-Thaibi,

ومعنى لعل في قوله لعلك يجوز أن يرجع إلى رسول اللهصلى الله عليه وسلم فيفيد القطع والتوبيخ

“Makna kata “bisa jadi” (لعل) bisa kembalikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka memberikan makna “penegasan/kepastian”  (pasti  rezekimu lancar karena saudaranya menuntut ilmu, pent) dan teguran (teguran karena mengadukan saudaranya yang menuntut ilmu, pent).”[5]

Dan jika kita membiayai penuntut ilmu yang memiliki semangat, akan tetapi ia miskin dan lemah,  tidak ada biaya untuk menuntut ilmu maka ini juga bisa menjadi sebab rezeki kita lancar.

Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بضعفائكم هل تنصرون وترزقون إال“Bukankah kamu ditolong dan diberi rezeki karena (berbuat ihsan) kepada kaum dhu’afa (orang-orang lemah) di antara kamu.”[6]

 

Allah Akan mengganti dengan rezeki yang lebih baik

Page 167: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Jika kita membiayai penuntut ilmu agama, maka ini temasuk infak yang Allah akan ganti jika kita ikhlas.

Allah Ta’ala berfirman,

ازقين ومآأنفقتم من شىء فهو يخلفه وهو خير الر“Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Saba’: 39)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ملكان ينزالن ، فيقول أحدهما ما من يوم يصبح العباد فيه إال هم أعط ممسكا هم أعط منفقا خلفا، ويقول اآلخر : الل : الل

تلفا“Tidak ada satu hari pun, di mana seorang hamba melalui pagi harinya kecuali dua malaikat turun, yang satu berkata, “Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak”, sedangkan malaikat yang satu lagi berkata, “Ya Allah, timpakanlah kerugian kepada orang yang bakhil.”[7]

Dan Beliau juga bersabda,

ا وما ه عبدا بعفو إال عز ما نقصت صدقة من مال وما زاد الله ه إال رفعه الل تواضع أحد لل

“Sedekah tidaklah mengurangi harta, dan Allah tidaklah menambahkan hamba-Nya yang sering memaafkan kecuali kemuliaan. Demikian juga tidaklah seseorang bertawadhu’ karena Allah, kecuali Allah akan meninggikannya.”[8]

 

Oleh karena itu, bagi mereka yang bergelut dalam usaha dan bisnis hendaknya ikut serta dalam dakwah dan salah satunya adalah membiayai para penuntut ilmu yang bersemangat akan tetapi tidak mampu dalam pembiayaan. Bisa datang ke pondok pesantren dan mahad, kemudian menanyakan siapa-siapa saja mereka yang berhak mendapatkan pembiayaan. Semoga dengan hal ini usaha dan bisnis mereka semakin lancar dan penuh berkah. Amin

Page 168: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Semoga bermanfaat.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Tuntutlah ‘ilmu dengan mendatangi majelis ‘ilmu

Hukum Menuntut Ilmu Syar’i

Råsulullåh bersabda:

مسلم كل على فريضة العلم طلب

“Menuntut ilmu itu WAJIB atas setiap Muslim.”

(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 224), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 3913). Diriwayatkan pula oleh Imam-imam ahli hadits yang lainnya dari beberapa Shahabat seperti ‘Ali, Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, Ibnu Mas’ud, Abu Sa’id al-Khudri, dan al-Husain bin ‘Ali radhiyallaahu ‘anhum; sumber)

Imam al-Qurthubi rahimahullaah menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu terbagi dua:

Pertama, hukumnya wajib; seperti menuntut ilmu tentang (tauhid), shalat, zakat, dan puasa. Inilah yang dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan bahwa menuntut ilmu itu (hukumnya) wajib.

Kedua, hukumnya fardhu kifayah; seperti menuntut ilmu tentang pembagian berbagai hak, tentang pelaksanaan hukum hadd (qishas, cambuk, potong tangan dan lainnya), cara mendamaikan orang yang bersengketa, dan semisalnya. Sebab, tidak mungkin semua orang dapat mempelajarinya dan apabila diwajibkan bagi setiap orang tidak akan mungkin semua orang bisa melakukannya, atau bahkan mungkin dapat menghambat jalan hidup mereka. Karenanya, hanya beberapa orang tertentu sajalah yang diberikan kemudahan oleh Allah dengan rahmat dan hikmah-Nya.

Ketahuilah, menuntut ilmu adalah suatu kemuliaan yang sangat besar dan menempati kedudukan tinggi yang tidak sebanding dengan amal apa pun.

[Lihat Tafsiir al-Qurthubi (VIII/187), dengan diringkas. Tentang pembagian hukum menuntut ilmu dapat juga dilihat dalam Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi (I/56-62) oleh Ibnu ‘Abdil Barr; sumber]

Keutamaan Menuntut ilmu DENGAN MENDATANGI MAJELIS ILMU1

1. Pahala besar bagi mereka yang mendatangi masjid untuk menuntut ilmu

Rasuulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

Page 169: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

حجته تاما ، حاج كأجر له كان ، يعلمه أو خيرا يتعلم أن إال يريد ال مسجد إلى غدا من

Barangsiapa yang pergi ke masjid, tidaklah diinginkannya (untuk pergi ke masjid) kecuali untuk mempelajari kebaikan atau untuk mengajarkan kebaikan. Maka baginya pahala seperti orang yang melakukan haji dengan sempurna.

(Dikatakan syekh al Albaaniy dalam shahiih at targhiib: “Hasan Shahiih”)

2. Dimudahkan jalan menuju surga

Råsulullåh shållallåhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

ة الجن إلى طريقا له ه الل سهل علما فيه يلتمس طريقا سلك من

Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga.

(Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2699), Ahmad (II/252, 325), Abu Dawud (no. 3643), At-Tirmidzi (no. 2646), Ibnu Majah (no. 225), dan Ibnu Hibban (no. 78-Mawaarid); sumber)

Di dalam hadits ini terdapat janji Allah ‘Azza wa Jalla bahwa bagi orang-orang yang berjalan dalam rangka menuntut ilmu syar’i, maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju Surga.

“Berjalan menuntut ilmu” mempunyai dua makna:

Pertama, Menempuh jalan dengan artian yang sebenarnya, yaitu berjalan kaki menuju majelis-majelis para ulama.

Kedua, Menempuh jalan (cara) yang mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu seperti menghafal, belajar (sungguh-sungguh), membaca, menela’ah kitab-kitab (para ulama), menulis, dan berusaha untuk memahami (apa-apa yang dipelajari). Dan cara-cara lain yang dapat mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu syar’i.

“Allah akan memudahkan jalannya menuju Surga” mempunyai dua makna.

Pertama, Allah akan memudah-kan memasuki Surga bagi orang yang menuntut ilmu yang tujuannya untuk mencari wajah Allah, untuk mendapatkan ilmu, mengambil manfaat dari ilmu syar’i dan mengamalkan konsekuensinya.

Kedua, Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga pada hari Kiamat ketika melewati “shirath” dan dimudahkan dari berbagai ketakutan yang ada sebelum dan sesudahnya. Wallaahu a’lam. (sumber)

3. Diampuni dosanya oleh Allah

Page 170: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Rasuulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

: وبـدلت ذنوبكم لكم الله غفر قد قوموا لهم يقال ى حت فيقومون تعالى الله يذكرون قوم جلس ماحسنات ئاتكم سي

“Tidaklah duduk suatu kaum, kemudian mereka berzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla dalam duduknya hingga mereka berdiri, melainkan dikatakan (oleh malaikat) kepada mereka: Berdirilah kalian, sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa kalian dan keburukan-keburukan kalian pun telah diganti dengan berbagai kebaikan.”

(Tsabit; HR. ath-Thabrani; terdapat dalam Shahiihul Jami’)

4. Diampuni Allaah, serta diijabahkan doa-doa orang-orang yang ada dalam majelis tersebut

dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

قعدوا ذكر فيه مجلسا وجدوا فإذا الذكر مجالس عون يتتب فضال ارة سي مالئكة وتعالى تبارك ه لل إنعرجوا قوا تفر فإذا الدنيا ماء الس وبين بينهم ما يملئوا ى حت بأجنحتهم بعضا بعضهم وحف معهم

ماء الس إلى وصعدوا

“Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala memiliki para malaikat khusus yang senantiasa berkeliling mencari di mana adanya majelis-majelis dzikir. Apabila mereka menemukan sebuah majelis yang padanya terdapat dzikir maka mereka pun duduk bersama orang-orang itu dan meliputi mereka satu sama lain dengan sayap-sayapnya sampai-sampai mereka memenuhi jarak antara orang-orang itu dengan langit terendah, kemudian apabila orang-orang itu telah bubar maka mereka pun naik menuju ke atas langit.”

Nabi berkata,

جئتم أين من بهم أعلم وهو وجل عز ه الل فيسألهم قال

“Maka Allah ‘azza wa jalla pun bertanya kepada mereka padahal Dia adalah yang Maha Mengetahui keadaan mereka, ‘Dari mana kalian datang?’.

ويسألونك ويحمدونك لونك ويهل رونك ويكب حونك يسب األرض في لك عباد عند من جئنا فيقولون

Para malaikat itu menjawab, ‘Kami datang dari sisi hamba-hamba-Mu yang ada di bumi. Mereka mensucikan-Mu (bertasbih), mengagungkan-Mu (bertakbir), mengucapkan tahlil, dan memuji-Mu (bertahmid), serta meminta (berdo’a) kepada-Mu.’

يسألوني وماذا قال

Lalu Allah bertanya, ‘Apa yang mereka minta kepada-Ku?’.

تك جن يسألونك قالوا

Page 171: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Para malaikat itu menjawab, ‘Mereka meminta kepada-Mu surga-Mu.’

تي جن رأوا وهل قال

Allah bertanya, ‘Apakah mereka telah melihat surga-Ku?’.

رب أي ال قالوا

Mereka menjawab, ‘Belum wahai Rabbku.’

تي جن رأوا لو فكيف قال

Allah mengatakan, ‘Lalu bagaimana lagi jika mereka benar-benar telah melihat surga-Ku?’.

ويستجيرونك قالوا

Para malaikat itu berkata, ‘Mereka juga meminta perlindungan kepada-Mu.’

يستجيرونني ومم قال

Allah bertanya, ‘Dari apakah mereka meminta perlindungan-Ku?’.

رب يا نارك من قالوا

Mereka menjawab, ‘Mereka berlindung dari neraka-Mu, wahai Rabbku’.

ناري رأوا وهل قال

Maka Allah bertanya, ‘Apakah mereka pernah melihat neraka-Ku?’.

ال قالوا

Mereka menjawab, ‘Belum, wahai Rabbku.’

ناري رأوا لو فكيف قال

Lalu Allah mengatakan, ‘Lalu bagaimanakah lagi jika mereka telah melihat neraka-Ku.’

ويستغفرونك قالوا

Mereka mengatakan, ‘Mereka meminta ampunan kepada-Mu.’

استجاروا مما وأجرتهم سألوا ما فأعطيتهم لهم غفرت قد فيقول قال

Page 172: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Maka Allah mengatakan, ‘Sungguh Aku telah mengampuni mereka. Dan Aku telah berikan apa yang mereka minta dan Aku lindungi mereka dari apa yang mereka minta untuk berlindung darinya.’.”

معهم فجلس مر ما إن خطاء عبد فالن فيهم رب فيقولون قال

Nabi bersabda, “Para malaikat itu berkata, ‘Wahai Rabbku, di antara mereka ada si fulan, seorang hamba yang telah banyak melakukan dosa, sesungguhnya dia hanya lewat kemudian duduk bersama mereka.’.”

جليسهم بهم يشقى ال القوم هم غفرت وله فيقول قال

Nabi mengatakan, “Maka Allah berfirman, ‘Dan kepadanya juga Aku akan ampuni. Orang-orang itu adalah sebuah kaum yang teman duduk mereka tidak akan binasa.’.”

[HR. Muslim dalam Kitab ad-Dzikr wa ad-Du’a wa at-Taubah wa al-Istighfar, hadits no. 2689, lihat Syarh Muslim [8/284-285] cetakan Dar Ibn al-Haitsam); sumber: http://abumushlih.com/keutamaan-majelis-dzikir.html/]

5. Diridhai oleh malaikat

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

العلم لطالب رضا أجنحتها لتضع المالئكة وإن

“Sunnguh Para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu”

[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (V/196), Abu Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682), Ibnu Majah (no. 223), dan Ibnu Hibban (no. 80 al-Mawaarid); Sumber: sumber]

6. Dimintakan ampun oleh penduduk langit dan bumi hinga ikan yang ada didasar laut

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الماء جوف في والحيتان األرض في ومن موات الس في من له ليستغفر العالم وإن

Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut.

[idem]

7. Dengan menuntut ilmu, kita bisa meraih keutamaan seorang alim

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الكواكب سائر على البدر ليلة القمر كفضل العابد على العالم فضل وإن

Page 173: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Kelebihan serang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang.

[idem]

8. Ilmu merupakan warisan dari nabi, para penuntut ilmu adalah pencari warisan nabi.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وافر بحظ أخذ أخذه فمن العلم ثوا ور درهما وال دينارا ثوا يور لم األنبياء وإن األنبياء ورثة العلماء وإن

Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak.

[idem]

Tercelanya orang-orang yang MENINGGALKAN atau MALAS menghadiri majelis ilmu

Råsulullåh shållallåhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

أريكته على شبعانا ينثني رجل يوشك ال

“Kiranya tak akan lama lagi ada seorang laki-laki yang duduk dalam keadaan kenyang di tempat duduknya…”

(HR. Ahmad (dan ini lafazhnya); Abu Dawud, Ibnu Abdil Barr, al-Khatib al-Baghdadiy, Ibnu Nashr al-Mawarziy, al-Ajurriy, al-Baihaqiy; dari jalur Hariz bin ‘Utsman; juga jalur ‘Abdullah bin Abi Auf; dan dari jalur al-Miqdam; Dishahihkan syaikh salim bin ‘ied al-Hilaliy)

Al-Imam Al-Baghawi menyatakan:

“Yang dimaksud dengan sifat ini (laki-laki besar perutnya yang bersandar di kursi sofa) adalah orang-orang yang bergaya hidup mewah dan angkuh yang hanya berdiam di rumah dan TIDAK MAU MENUNTUT ILMU AGAMA…”

(Syarhus Sunnah: 1/201; sumber petikan)

Ulama salaf terdahulu melarang orang yang hanya berguru kepada buku untuk mengajar dan berfatwa, sebagaimana mereka melarang belajar al qur’an dari orang yang tidak pernah talaqqi

dari Al ‘Auza’i ia berkata:

أهله غير فيه دخل أو فحمله الصحف في وقع ى حت جال الر تتالقاه عزيزا العلم هذا زال ما

Page 174: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

“Ilmu ini senantiasa mulia, yang senantiasa digali oleh manusia secara langsung (talaqqi); hingga (kemudian, ilmu pun) ditulis dalam lembaran-lembaran, lalu ia (pun) membawanya kepada seseorang yang bukan ahlinya, (hingga  orang itu pun) ikut campur tangan”.

(ad-Darimiy)

Abu Zur’ah berkata :

“Shåhafi (yang hanya berguru kepada buku) tidak boleh berfatwa…”.

(Al Faqih wal mutafaqqih 2/97).

Imam Asy Syafi’I berkata :

“Barang siapa yang bertafaqquh dari perut buku ia akan menyia siakan hukum “.

(tadzkirotussaami’ wal mutakallim hal 87).

Seorang penya’ir berkata :

Siapa yang mengambil ilmu dari mulut guru

Ia akan terhindar dari penyimpangan dan perubahan.

Dan siapa yang mengambil ilmu hanya dari buku

Maka ilmunya disisi para ulama seperti tidak ada.

Dalam kitab wafayatul a’yan (3/310) Al Hafidz ibnu ‘Asakir rahimahullah bersya’ir :

Jadilah engkau orang yang mempunyai semangat

Dan jangan bosan mengambil ilmu dari para ulama

Jangan engkau mengambilnya sebatas dari buku

Niscaya engkau akan terkena tashif dengan penyakit yang berat

Nasehat dari para ulama untuk menuntut ilmu dan mendatangi majelis ilmu para ulama

Fatwa Syaikh Yahya an-Najmi

Ilmu itu diambil dari mulut para ‘ulama. Maka seorang penuntut ilmu, agar kokoh dalam ilmu di atas pondisi yang benar, maka hendaknya ia bermulazamah kepada ‘ulama, talaqqi (mengambil) ilmu langsung dari mereka. Sehingga pencarian ilmunya tegak di atas kaidah-

Page 175: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

kaidah yang benar. mampu melafazhkan nash-nash qur’ani dan hadits dengan pelafazhan yang benar, tidak ada kesalahan maupun kekeliruan. Memahami ilmu dengan pemahaman yang tepat sesuai maksudnya.

Dan lebih dari itu, dia bisa mengambil faidah dari ‘ulama : adab, akhlaq, dan sifat wara’. Hendaknya dia menghindar agar jangan sampai yang menjadi gurunya adalah kitab. Karena sesungguhnya barangsiapa yang gurunya adalah kitabnya maka ia akan banyak salahnya sedikit benarnya.

Demikianlah, inilah yang terjadi pada umat ini. Tidak seorang tampil menonjol dalam ilmu kecuali ia sebelumnya telah tertarbiyyah dan terdidik di hadapan ‘ulama.

Syaikh Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-‘Aql

Salah satu gejala yang berbahaya adalah belajar hanya dengan mengandalkan sarana-sarana ilmu (seperti buku dan sejenisnya). Misalnya seorang penuntut ilmu merasa cukup mengambil ilmu melalui buku-buku lalu menyingkir dari manusia, menjauhkan diri dari ulama, mengabaikan orang-orang shalih, orang-orang yang berjasa terhadap Islam yang menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, serta memisahkan diri dari ulama, ia berkata : ‘Saya cukup belajar dari buku-buku, kaset-kaset, radio dan lain-lain’. Kemudian ia bekata lagi : ‘Saya mampu belajar melalui sarana-sarana ini!’.

Jawaban kami :

‘Tentu saja, sarana-sarana ini merupakan nikmat, tetapi juga merupakan senjata bermata dua. Merasa cukup belajar ilmu-ilmu syar’i melalui sarana-sarana itu merupakan kekeliruan dan merupakan salah satu sebab timbulnya perpecahan umat. Karena hal itu akan mendorongnya untuk beruzlah (menyendiri) yang dilarang. Atau akan memunculkan sosok ahli ilmu yang tidak baik, karena mereka mengambil ilmu tidak sebagaimana mestinya, tidak berdasarkan kaidah dan tanpa petunjuk dan bimbingan alim ulama.

Mereka mengambil ilmu menurut cara mereka sendiri, dengan hawa nafsu, perasaan dan perhitungan pribadi mereka sendiri. Apabila terjadi pertikaian, mereka menyimpang dan menolak pendapat ulama. Padahal meskipun seseorang mempunyai kepandaian dan kemampuan serta memiliki keahlian khusus seperti apapun, ia tidak akan mungkin dengan sendirinya akan sampai kepada kebenaran selama ia tidak mengenal pedoman-pedoman salaf dan ahli ilmu pada zamannya”

[Disalin dari kitab Al-Iftiraaq Mafhumuhu ashabuhu subulul wiqayatu minhu, edisi Indonesia Perpecahan Umat ! Etiologi & Solusinya, oleh Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-‘Aql, terbitan Darul Haq, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari; almanhaj.or.id]

Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Beliau ditanya

Page 176: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

bolehkah belajar ilmu dari kitab-kitab saja tanpa belajar kepada ulama, khususnya jika ia kesulitan belajar kepada ulama karena jarangnya mereka? Bagaimana pendapat Anda tentang ucapan yang menyatakan: barangsiapa yang gurunya adalah kitabnya maka kesalahannya akan lebih banyak dari pada benarnya?

Beliau menjawab:

Tidak diragukan lagi bahwa ilmu bisa diperoleh dengan mempelajarinya dari para ulama dan dari kitab. Karena, kitab seorang ulama adalah ulama itu sendiri, dia berbicara kepadamu tentang isi kitab itu. Jika tidak memungkinkan menuntut ilmu dari ahli ilmu maka ia boleh mencari ilmu dari kitab.

Akan tetapi memperoleh ilmu melalui ulama lebih dekat (mudah) daripada memperoleh ilmu melalui kitab, karena orang yang memperoleh ilmu melalui kitab akan banyak menemui kesulitan dan membutuhkan kesungguhan yang besar, dan akan banyak perkara yang akan dia fahami secara samar sebagaimana terdapat dalam kaidah syar’iyyah dan batasan yang ditetapkan oleh para ulama. Maka dia harus mempunyai tempat rujukan dari kalangan ahli ilmu semampu mungkin.

Adapun perkataan yang menyatakan:

‘barangsiapa yang gurunya adalah kitabnya maka kesalahannya akan lebih banyak dari pada benarnya.’

Perkataan ini tidak benar secara mutlak, tetapi juga tidak salah secara mutlak. Jika seseorang mengambil ilmu dari semua kitab yang dia lihat, maka tidak ragu lagi bahwa dia akan banyak salah. Adapun orang yang mempelajarinya bersandar kepada kitab orang-orang yang telah dikenal ketsiqahannya, amanahnya, dan ilmunya, maka dalam hal ini dia tidak akan banyak salah bahkan dia akan banyak benarnya dalam perkataannya.

[Kitabul ‘Ilmi, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin]

Fatwa Syaikh Ibrahim ar-Ruhailiy

Pertanyaan :

Tentang perkataan al-Imam Malik “ilmu itu didatangi dan tidak mendatangi” ketika khalifah Harun ar-Rasyid memintanya untuk mengajari Makmun, ia (al-Imam Malik, pent) berkata : “datanglah ke masjid an-Nabawi” tempat dimana al-Imam Malik mengajar. Apakah ini bertentangan dengan perkataan kita tadi bahwa seorang da’i datang kepada mad’u?

Jawaban :

Ini tidak bertentangan, dan masalah ini sebagaimana yang telah kami sebutkan pada banyak masalah bahwa ini ada perinciannya.

Page 177: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Pada asalnya dahulu, bahkan pada petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa manusia yang berhijrah ke Nabi shallallahu alaihi wa sallam, mendatanginya dan Nabi mengajari mereka. Ini adalah asalnya pada manusia.

Akan tetapi terkadang jika ada penghalang antara manusia dan hijrah hal ini tidak mencegah dari diutusnya seseorang kepada mereka yang akan mengajari mereka. Oleh karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengutus sebagian shahabatnya untuk mengajari manusia. Beliau mengutus Mu’adz ke Yaman dan ke Syam untuk mengajari manusia. Dan beliau juga mengutus sebagian shahabatnya untuk mengajari manusia ke Madinah sebelum hijrah.

Maka jika sebagian masalah rancu bagi kalian, kembalilah kepada petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Jika ilmu itu harus didatangi, kenapa Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengirim sebagian orang untuk mengajari manusia. Kemudian setelah meninggalnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam, banyak shahabat keluar dari Madinah untuk mengajari manusia dan untuk memahamkan mereka. Maka masalah ini punya perincian.

Pada asalnya para penuntut ilmu merekalah yang mendatangi para ‘ulama, karena para ‘ulama tidak mungkin datang ke setiap tempat, (para penuntut ilmu) belajar dan menuntut ilmu pada mereka.

Akan tetapi jika ada penghalang antara sebagian penuntut ilmu dan sebagian manusia dari hijrah dan datang kepada para ‘ulama maka tidaklah dilarang bagi seorang ‘ulama untuk mempertimbangkan dan datang kepada mereka untuk mengajari mereka. Maka yang ini termasuk Sunnah dan yang itu termasuk Sunnah.

Dan aku selalu memperingatkan dari mengambil perkataan sebagian Salaf dan tidak memperhatikan perkataan lainnya yang bertentangan dengannya, dan membuat hukumnya umum.

Jadi perkataan ini, ini benar, dan ini adalah pada asalnya, oleh karena itu perhatikanlah! Manusia berhijrah kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Akan tetapi apakah Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan : “Tidaklah kami mengajarkan ilmu kepada manusia yang didatangi kepada mereka dan kita tidak mengutus seorangpun”? Tidak.

Maka bagi orang yang mampu datang, belajar dan bertafaqquh. Dan barangsiapa yang antaranya dengan hijrah terhalang dengan suatu urusan seperti kelemahan dan yang lainnya, maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengutus kepada mereka orang yang mengajari mereka.

Jika rancu sebagian perkara maka kembalilah kepada petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam sehingga jelaslah perkara. Dan kami selalu tidak menganggap ditaqrirnya sesuatu dari agama ini kecuali dengan dalilnya. Maka ini adalah dalil yang jelas dan nyata bahwa ditempuh cara yang ini dan yang itu.

Asalnya bagi para ‘ulama adalah mereka didatangi, akan tetapi jika ada penghalang antara sebagian manusia untuk datang kepada para ‘ulama, maka para ‘ulama (hendaknya)

Page 178: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

mempertimbangkan untuk pergi ke sebagian tempat untuk mengajari manusia (yang tidak ada, atau sangat jarang ahli ilmu-nya, -ed). Na’am.

[Diterjemahkan dari rekaman Dauroh Masyayikh Madinah di Kebun Teh Wonosari Lawang – Malang Juli 2007. File : syaikh ibrohim 3.mp3 >> 65:46 – 69:12; tholib.wordpress.com]

Catatan Kaki

1. Yang dimaksudkan mendatangi “majelis ilmu” disini adalah majelisnya ilmu yang:

1. diajarkan oleh ahli ‘ilmu (bukan ustadz jadi-jadian, dsb);2. berjalan diatas sunnah (bukan diatas bid’ah) ↩

Keutamaan Pahala Mengaji Belajar Ilmu Agama Islam31 May 2014 Admin Leave a comment

Halo, kali ini dibahas mengenai tema Keutamaan Pahala Mengaji Belajar Ilmu Agama Islam. Ya barang kali banyak yang sudah lalai, maka postingan ini harapannya bisa membuat anda bisa kembali mendatangi majelis ilmu agama. Agar ilmu agama di dada bisa lebih mantap lagi.

Menuntut ilmu agama merupakan bagian dari ibadah, dimana setiap muslim diperintahkan untuk mempelajarinya, masing-masing sesuai kemampuan yang Allah berikan padanya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

طلب مسلم كل على فريضة العلم

“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.”

(Hadits sahih, diriwayatkan dari beberapa sahabat diantaranya: Anas bin Malik, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu Anhum. Lihat: Sahih al-jami: 3913)

Disamping hukum wajibnya menuntut ilmu syar’i, Allah Ta’ala dan Rasul-Nya banyak sekali menyebutkan tentang keutamaan menuntut ilmu, yang seharusnya sebagai seorang muslim, menjadikan dalil-dalil tersebut sebagai penyemangat lalu berusaha mengisi waktu-waktunya dengan mempelajari kitabullah dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Sebab hal itu akan menjadi pedoman hidup seorang hamba yang mengharapkan hidayah dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Page 179: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

وسنتي الله كتاب بعدهما تضلوا لن شيئين فيكم تركت قد إني

“Sesungguhnya aku telah tinggalkan untuk kalian dua pedoman yang kalian tidak akan tersesat setelahnya: kitabullah dan sunnahku”(HR.Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (1/172), dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu. Disahihkan Al-Albani dalam Shaih Al-jami’: 2937)

Berikut ini kami menyebutkan beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan As-Sunnah :

. 1). Ilmu adalah cahaya

Allah Ta’ala berfirman:

الم الس سبل رضوانه اتبع من الله به يهدي مبين وكتاب نور الله من جاءكم قدمستقيم صراط إلى ويهديهم بإذنه النور إلى الظلمات من ويخرجهم

“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan . Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan Allah mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”

(QS.Al-Maidah:5-6)

Kedua ayat ini menunjukkan tentang keutamaan ilmu, yang disifatkan sebagai cahaya yang membimbing siapa saja yang mengikuti keridhaan-Nya menuju jalan-jalan keselamatan, berupa jalan yang menyelamatkan seorang hamba dari penyimpangan dan kesesatan, dan mengantarkan seorang hamba menuju keselamatan dunia dan akhirat, mengeluarkan mereka dari kegelapan, kegelapan syirik, bid’ah, kemaksiatan dan kejahilan, menuju kepada cahaya tauhid, ilmu, hidayah, ketaatan dan seluruh kebaikan.

Oleh karenanya, jika seseorang lebih condong mengikuti hawa nafsunya, gemar melakukan kemaksiatan, yang menyebabkan hatinya menjadi gelap, maka ilmu akan sulit menempati hati yang gelap tersebut, sulit menghafal ayat- ayat Allah dan men-tadabburi-nya, sulit menghafal hadits-hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, memahami dan mengaplikasikan dalam kehidupannya, sebab tidak akan mungkin berkumpul dalam satu hati antara kegelapan maksiat dengan cahaya ilmu. Diantara bait-bait syair yang masyhur dari Imam Syafi’i tatkala Beliau mengadukan tentang buruknya hafalan Beliau kepada Imam Waki’ bin Jarrah, Beliau mengatakan:

المعاصي ترك إلى فأرشدني حفظي سوء وكيع إلى شكوت

لعاصي يؤتى ال الله ونور نور العلم بأن وأخبرني

Page 180: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Aku mengadukan kepada Waki’ keburukan hafalanku

Lalu Beliau membimbing aku untuk meninggalkan maksiat

Beliau mengabarkan kepadaku bahwa ilmu itu adalah cahaya

Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat

.2). Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba

Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu syar’i, itu menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, dan membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.

Kehidupannya menjadi berarti, masa depannya cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah dirasakan di dunia pun akan diraihnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

الدين في هه يفق خيرا به الله يرد من

“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan difahamkan tentang agamnya.”

(Muttafaq Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu anhuma)

Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

ذلك من أصابه فمن نوره من عليهم فألقى ظلمة في خلقه خلق وجل عز الله إنضل أخطأه ومن اهتدى النور

“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menciptaan makhluk-Nya dalam kegelapan, Lalu Allah memberikan kepada mereka dari cahaya-Nya, maka siapa yang mendapatkan cahaya tersebut, maka dia mendapatkan hidayah, dan siapa yang tidak mendapatkannya maka dia tersesat.”

(HR. Ahmad (2/176), Tirmidzi,no:2642, Ibnu Hibban (6169),Al-Hakim dalam mustadrak (1/84), dari hadits Abdullah bin Amr bin Ash. Disahihkan Al-Albani dalam Ash-Shahihah (3/1076)

Bagi seorang muslim yang yakin dengan nasehat-nasehat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, tentu saja sangat berkeinginan untuk andil dalam mendapatkan kebaikan yang dijanjikan Allah Ta’ala bagi para penuntut ilmu syar’i tersebut.

Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar tatkala menjelaskan hadits Muawiyah yang telah disebutkan diatas:

ما بأنه يوصف أن فيصح فقه طالب وال فقيها يكون ال دينه أمور يعرف لم من ألنالتفقه ولفضل الناس سائر على العلماء لفضل ظاهر بيان ذلك وفي الخير به أريد

العلوم سائر على الدين في

Page 181: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

“Sebab orang yang tidak memahami perkara agamanya, dia bukanlah seorang yang faqih dan bukan pula seorang yang menuntut ilmu, sehingga tepat jika ia disifati sebagai orang yang tidak dikehendaki kebaikan untuknya. Ini merupakan penjelasan yang terang yang menunjukkan keutamaan para ulama dibanding seluruh manusia, dan menunjukkan keutamaan mendalami agama dibanding ilmu- ilmu lainnya.”

(Fathul bari,Ibnu Hajar Al-Asqalani: 1/165)

Saudaraku muslim! Jadilah orang- orang terbaik yang dimuliakan Allah Azza Wajalla, dengan berusaha mempelajari agama Allah dan mengajarkannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

وعلمه القرآن تعلم من خيركم

“Sebaik- baik kalian adalah yang mempelajari al-qur’an dan mengajarkannya.”

(HR.Bukhari (4739), dari Utsman Bin Affan Radhiallahu Anhu)

.3). Ilmu agama menyelamatkan dari laknat Allah Azza Wajalla

Disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

متعلم أو وعالم وااله وما الله ذكر إال فيها ما ملعون ملعونة الدنيا إن

“Sesungguhnya dunia itu terlaknat, terlaknat segala isinya, kecuali zikir kepada Allah dan amalan- amalan ketaatan, demikian pula seorang yang alim atau yang belajar.”

(HR.Tirmidzi (2322), Ibnu Majah (4112), dihasankan Al-Albani dalam sahih al-jami’,no:1609)

Berkata Al-Munawi dalam menjelaskan hadits ini: “dunia terlaknat, disebabkan karena ia memperdaya jiwa-jiwa manusia dengan keindahan dan kenikmatannya, yang memalingkannya dari beribadah kepada Allah lalu mengikuti hawa nafsunya.”

(Tuhfatul ahwadzi:6/504)

الدنيا فإن باطل فهو صالحا وعمال وعبادة لله طاعة يكون وال العبد يعمله عمل فكلفغاية وماال رئاسة العمل بذلك نال وإن لله كان ما إال فيها ما ملعون ملعونة

كقارون يكون أن المتمول وغاية كفرعون يكون أن المترئس

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah: “Setiap amalan yang dilakukan seorang hamba yang tidak berbentuk ketaatan, ibadah dan amalan saleh maka amalan tersebut merupakan amalan yang batil, sebab dunia ini terlaknat dan terlaknat segala isinya kecuali sesuatu yang dilakukan karena Allah, meskipun amalan batil itu menyebabkan seorang meraih kepemimpinan

Page 182: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

dan harta, maka seorang pemimpin bisa menjadi Firaun, dan seorang yang gila harta bisa menjadi Qarun.”(Majmu’ fatawa:8/76)

Maka dengan menuntut ilmu dan mengajarkannya, akan menjadikan seorang hamba yang masuk kedalam kelompok yang akan meraih ridha-Nya, dan selamat dari kemurkaan dan siksa-Nya.

.4). Menuntut Ilmu, jalan menuju surga

Disebutkan dalam sahih Muslim, dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu anha, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

الجنة إلى طريقا به له الله ل سه علما فيه يلتمس طريقا سلك ومن

“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.”(HR.Muslim:2699)

Hadits ini menerangkan bahwa seorang yang keluar untuk menuntut ilmu, akan menjadi sebab masuknya seorang hamba ke dalam surga. Mengapa demikian? Ya, tatkala seorang muslim mempelajari agamanya dengan penuh keikhlasan, maka dia akan dimudahkan untuk memahami mana yang baik dan mana yang buruk, antara yang halal dan yang haram, yang haq dan yang batil, lalu dia berusaha mengamalkan apa yang telah ia ketahui dari ilmu tersebut, sehingga ia menggabungkan antara ilmu dan amal dengan keikhlasan dan mengikuti bimbingan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam , maka dia menjadi seorang hamba yang diridhai-Nya, dan tiada balasan dari Allah Ta’ala bagi hamba yang diridhai-Nya melainkan surga.

Banyak kaum muslimin yang beranggapan bahwa menuntut ilmu agama itu hanya tugas para santri yang duduk di pondok-pondok pesantren. Tentu ini merupakan persepsi yang salah, sebab setiap muslim telah diwajibkan untuk mempelajarinya, sebagaimana yang telah kita sebutkan dari hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.

Hadits ini menjelaskan bahwa balasan yang Allah berikan kepada hambanya setimpal dengan usaha yang telah dia lakukan, sebagaimana dia menempuh jalan untuk mencari kehidupan hatinya dan keselamatan dirinya dari kebinasaan, maka Allah menjadikannya menempuh jalan yang ingin diraihnya tersebut.

(lihat: Miftahu Daris sa’aadah,Ibnul Qayyim: 71)

.5). Ilmu lebih utama dari ibadah

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

الورع دينكم خير و العبادة فضل من إلي أحب العلم فضل

“Keutamaan ilmu lebih aku sukai dari keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah bersikap wara’[1].”

Page 183: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

(HR.Al-Hakim, Al-Bazzar, At-Thayalisi, dari Hudzaifah bin Yaman Radhiallahu Anhu. Disahihkan Al-Albani dalam sahih al-jami’:4214)

Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

الكواكب سائر على البدر ليلة القمر كفضل العابد على العالم فضل وإن

“Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dibanding ahli ibadah, seperti keutamaan bulan dimalam purnama dibanding seluruh bintang- bintang.”

(HR.Abu Dawud (3641), Ibnu Majah (223), dari hadits Abu Darda’ Radhiallahu Anhu)

Yang dimaksud hadits ini bahwa memiliki ilmu dengan cara menuntutnya, atau mengajarkannya, merupakan amalan ibadah yang lebih utama dibanding amalan ibadah lainnya, seperti shalat sunnah, berpuasa sunnah, dan yang lainnya. Bukan yang dimaksud hadits ini bahwa ilmu bukan bagian dari ibadah, namun maksudnya bahwa ilmu merupakan bagian ibadah yang paling mulia, bahkan bagian dari jihad fi sabilillah. Berkata Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah:

“Aku tidak mengetahui ada satu ibadah yang lebih utama dari engkau mengajarkan ilmu kepada manusia.” (Jami’ bayanil ilmi, Ibnu Abdil Bar: 227)

Beliau juga berkata:

“Tiada satu amalan yang lebih utama dari menuntut ilmu jika niatnya benar.”

(Jami’u bayanil ilmi:119)

Berkata Abu Darda’ Rahimahullah:

“Barangsiapa yang menyangka bahwa berangkat menuntut ilmu bukan amalan jihad, maka sungguh ia telah kurang pandangan dan akalnya.” (Miftahu daris sa’adah:1/122)

Masih banyak lagi keutamaan ilmu yang dijelaskan di dalam Al-qur’an dan Sunnah, namun semoga yang sedikit ini menjadi pemicu semangat kita untuk berusaha menggali warisan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang penuh berkah ini.

Abu Muawiyah Askari bin Jamal

Ma’had Ibnul Qayyim

Balikpapan 11 Muharram 1434 H

‘Pahala Mencari Ilmu Lebih Baik dari Seribu Kali Ibadah Lain’

Page 184: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Orang yang berilmu akan tepat serta teguh pendiriannya dalam sholat menghadap Allah, sedangkan orang yang tidak berilmu sholatnya hanya ikut-ikutan.

Demikian dikatakan Pemimpin Pondok Pesantren Darussalam Jabar, Ustadz Fuad Ginan Burhanudin, dalam tausiyahnya di depan Jamaah Sabtu BMI Hong Kong Tsim Tsa Tsui, Kowloon Park, Hong Kong, dengan tema “Tausiyah dan Senandung Shalawat”, Sabtu (3/3). Ust. Fuad hadir di HK undangan Majelis Taklim Hidayatul Ihsan BMI HK.

Di hadapan sekitar 100 jamaah (BMI HK), Ustadz Fuad menjelaskan keutamaan mencari ilmu yang pahalanya lebih baik dari pahala sholat 1.000 rakaat, lebih baik dari menjenguk 1.000 orang sakit, bahkan lebih baik dari 1.000 kali berangkat haji. “Kenapa? Karena tanpa ilmu dan pengetahuan kita tidak dapat mengenal Khaliq dengan baik sehingga shalat kita, silaturahmi, dan haji kita tidak diterima Allah Swt karena tidak tahu ilmunya,” jelasnya.

“Pengajian di mana-mana ibu-ibu, yang baca Yasinan di mana-mana ibu-ibu, yang shalawatan ibu-ibu, yang ngomongin orang juga ibu-ibu, bahkan yang banyak di surga atau neraka pun ibu-ibu,”  guraunya.

Ketua Panitia, Ami Ratni, menjelaskan, acara ini bertujuan agar BMI HK mau menuntut ilmu di mana pun berada. Daripada keluyuran tidak ada manfaatnya, lebih baik hadir di majelis-majelis ilmu,” ujarnya.

Jamaah Sabtu Tsim Tsa Tsui beranggotakan 200 BMI HK yang libur tiap Sabtu. Mereka memanfaatkan waktu liburnya dengan berbagai kegiatan, seperti tadarus, Asmaul Husna, mujahadah, Yasin, Iqro, dan tajwid. Bagi BMI HK yang libur Sabtu dan ingin bergabung dapat menghubungi Ami Ratni (92664333). (Rima Khumaira/ddhongkong.org).*

BAB I

PENDAHULUAN

Dewasa ini moral bangsa ini semakin hancur dan hilang hal ini terbukti dengan adanya

perilaku-perilaku amoral yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia terutama kaum muda. Sikap

amoral yang sekarang semakin merajalela di kehidupan masyarakat dan malah sudah dianggap

biasa dan wajar dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari kesalahan orang tua

dalam mendidik anaknya yang membiarkan begitu saja tanpa dibekali adanya pengetahuan-

pengetahuan agama yang dijadikan pedoman hidup dalam mengarunggi kehidupanya didunia.

Salah satu kunci utama dalam membenahi akhlak bangsa ini yaitu dengan

menitikberatkan pada lingkungan keluarga dan perlu penyadaran terhadap setiap keluarga

bahwasanya pendidikan akhlak terutama pendidikan akhlak penting untuk diajarkan dan

Page 185: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

ditanamkan dalam diri seorang anak. Dalam proses penanaman nilai akhlak ini haruslah pertama

kali ditanamkan nilai-nilai akhlak terhadap diri sendiri karena semua hal itu dimulai dari diri kita

sendiri, setelah diri kita benar-benar tertanam nilai akhlak maka secara otomatis dapat menjalar

dalam aspek-aspek kehidupan yang lain.

Pada makalah ini dibahas mengenai akhlak terhadap diri sendiri didalamya terdapat

ulasan mengenai bagaimana kita harus berakhlak kepada jasmani, akal, dan rohani. Semoga

dengan adanya makalah ini dapat mempermudah kita dalam berakhlak kepada diri kita, dan

dapat menjadikan kita menjadi orang yang benar-benar berakhlak dan menjadi seorang muslim

yang benar-benar bertakwa kepada Allah SWT.

BAB II

PEMBAHASANA.      Pengertian Akhlak Pada Diri Sendiri

Menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab bentuk اخالق

jamak dari mufradnya khuluq yang berarti “budi pekerti”. Sedangkan خلق menurut terminologi : kata “budi pekerti”, budi adalah yang ada pada manusia, berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh pemikiran, ratio. Budi disebut juga karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh perasaan hati yang disebut behaviour. Jadi, budi pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.1[1]

Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri. Namun bukan berarti kewajiban ini lebih penting daripada kewajiban kepada Allah. Dikarenakan kewajiban yang pertama dan utama bagi manusia adalah mempercayai dengan keyakinan yang sesungguhnya bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”. Keyakinan pokok ini merupakan kewajiban

1[1] Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami : Akhlak Mulia, )Jakarta:Pustaka Panjimas, 1996), hlm. 26

Page 186: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

terhadap Allah sekaligus merupakan kewajiban manusia bagi dirinya untuk keselamatannya.

Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan semata-mata untuk mementingkan dirinya sendiri atau menzalimi dirinya sendiri. Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani )jasad) dan rohani )jiwa). Selain itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya. Tiap-tiap unsur memiliki hak di mana antara satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya masing-masing.

B.       Macam-Macam Akhlak Seorang Muslim Pada Diri Sendiri1.      Berakhlak terhadap jasmania.       Senantiasa Menjaga Kebersihan2[2]

Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Seorang muslim harus bersih/ suci badan, pakaian, dan tempat, terutama saat akan melaksanakan sholat dan beribadah kepada Allah, di samping suci dari kotoran, juga suci dari hadas.

Allah SWT berfirman :

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri137 dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci138. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. )QS. Al Baqarah:222)

Artinya : Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh-nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak

2[2] Ibid.hlm.132-133

Page 187: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. )QS. At Taubah:108)

b.      Menjaga Makan dan Minumnya3[3]Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh manusia, jika

tidak makan dan minum dalam keadaan tertentu yang normal maka manusia akan mati. Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar makan dan minum dari yang halal dan tidak berlebihan. Sebaiknya sepertiga dari perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara.

Allah SWT berfirman :

Artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. )QS. An Nahl:114)

c.       Menjaga Kesehatan4[4]Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan merupakan

bagian dari ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus melaksanakan anmanah dari-Nya. Riyadhah atau latihan jasmani sangat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun riyadhah harus tetap dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam. Orang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah SWT daripada mukmin yang lemah.

Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu’min yang kuat lebih dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah “Qodarulloh wa maa syaa’a fa’al,

3[3] Miftah Faridl.Etika Islam: Nasehat Islam untuk Anda.(Bandung: Pustaka.1997)hlm.184-187

4[4] Ibid.hlm78-79

Page 188: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”. )HR. Muslim)

d.      Berbusana yang Islami5[5]Manusia mempunya budi, akal dan kehormatan, sehingga bagian-bagian

badannya ada yang harus ditutupi )aurat) karena tidak pantas untuk dilihat orang lain. Dari segi kebutuhan alaminya, badan manusia perlu ditutup dan dilindungi dari gangguan bahaya alam sekitarnya, seperti dingin, panas, dll. Karena itu Allah SWT memerintahkan manusia menutup auratnya dan Allah SWT menciptakan bahan-bahan di alam ini untuk dibuatb pakaian sebagai penutup badan.

Allah SWT berfirman :  

Artinya : Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. )QS. Al A’raf:26)

2.      Berakhlak terhadap Akal6[6]a.    Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim, sekaligus sebagai bentuk

akhlak seorang muslim. Muslim yang baik, akan memberikan porsi terhadap akalnya yakni

berupa penambahan pengetahuan dalam sepanjang hayatnya. Sebuah hadits Rasulullah SAW

menggambarkan :

( ماجه ) ابن رواه كل مسلم على فريضة العلم طلبArtinya : “Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)

5[5] Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami : Akhlak Mulia, )Jakarta:Pustaka Panjimas, 1996), hlm.129

6[6]Rikza Maulan, akhlak terhadap diri sendiri. Dalam alamat : http://www.slideshare.net/rilamaulida04/akhlak-2 kamis, 12.04.13.58

Page 189: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Seorang mu’min, tidak hanya mencari ilmu dikarenakan sebagai satu kewajiban, yang jika

telah selesai kewajibannya maka setelah itu sudah dan berhenti. Namun seorang mu’min adalah

yang senantiasa menambah dan menambah ilmunya, kendatipun usia telah memakan dirinya.

Menuntut ilmu juga tidak terbatas hanya pada pendidikan formal akademis namun dapat

dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.

b.    Memiliki Spesialisasi Ilmu yang dikuasaiSetiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang memang sangat urgen

dalam kehidupannya. Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi )1993 : 48), hal-hal yang harus dikuasai setiap muslim adalah : Al-Qur'an, baik dari segi bacaan, tajwid dan tafsirnya; kemudian ilmu hadits; sirah dan sejarah para sahabat; fikih terutama yang terkait dengan permasalahan kehidupan, dan lain sebagainya. Setiap muslim juga harus memiliki bidang spesialisasi yang harus ditekuninya. Spesialisasi ini tidak harus bersifat ilmu syariah, namun bisa juga dalam bidang-bidang lain, seperti ekonomi, tehnik, politik dan lain sebagainya. Dalam sejarahnya, banyak diantara generasi awal kaum muslimin yang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu.

c.    Mengajarkan Ilmu pada Orang LainTermasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah menyampaikan atau

mengajarkan apa yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkan ilmunya.

Firman Allah SWT :

Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan828 jika kamu tidak mengetahui” )An-Nahl:43)

d.   Mengamalkan Ilmu dalam Kehidupan

Page 190: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya adalah merealisasikan ilmunya dalam “alam nyata.” Karena akan berdosa seorang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya.

Firman Allah SWT :

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” )QS. As-Shaff)

3.      Berakhlak terhadap jiwaa.    Bertaubat dan Menjauhkan Diri dari Dosa Besar

Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa yang telah lalu dan berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu yang akan datang.7[7] Allah SWT berfirman :

   Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mu'min yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." )QS. At-Tahrim : 8)Adapun yang termasuk dosa-dosa besar diantaranya :8[8]

7[7] Abu Bakar Jabir El Jazairi, Pola Hidup Muslim (Minhajul Muslim): Etika (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,1993).hlm.33

8[8] Miftah Faridl.Etika Islam: Nasehat Islam untuk Anda.(Bandung: Pustaka.1997)hlm.38-48

Page 191: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

           Syirik           Kufur           Nifak           Riddah           Fasik           Berzina dan menuduh orang lain berzina           Membunuh manusia           Bersumpah palsu

b.    BermuraqabahMuraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu

diawasi oleh Allah SWT. Dengan demikian dia tenggelam dengan pengawasan Allah dan kesempurnaan-Nya sehingga ia merasa akrab, merasa senang, merasa berdampingan, dan menerima-Nya serta menolak selain Dia.9[9]Firman Allah SWT :

ان الله عليكم رقيباArtinya : “Sesungguhnya Allah itu maha mengawasimu.” )QS. An-Nisa : 1)

c.    BermuhasabahYang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu

waktu untuk menghitung-hitung amal hariannya. Apabila terdapat kekurangan pada yang diwajibkan kepadanya maka menghukum diri sendiri dan berusaha memperbaikinya. Kalau termasuk yang harus diqadha maka mengqadhanya. Dan bila ternyata terdapat sesuatu yang terlarang maka memohon ampun, menyesali dan berusaha tidak mengulangi kembali. Muhasabah merupakan salah satu cara untuk memperbaiki diri, membina, menyucikan, dan membersihkannya.10[10]

9[9] Ibid.hlm.36

10[10] Ibid.hlm.40-41

Page 192: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

Firman Allah SWT :

 Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” )QS. Al-Hasyr : 18)

d.   MujahadahMujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang melawan

hawa nafsu. Hawa nafsu senantiasa mencintai ajakan untuk terlena, menganggur, tenggelam dalam nafsu yang mengembuskan syahwat, kendatipun padanya terdapat kesengsaraan dan penderitaan. Jika seorang Muslim menyadari bahwa itu akan menyengsarakan dirinya, maka dia akan berjuang dengan menyatakan perang kepadanya untuk menentang ajakannya, menumpas hawa nafsunya.

Firman Allah SWT :

Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” )QS. Yusuf : 53)

Page 193: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

BAB IIIPENUTUP

  Kesimpulan Menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab bentuk اخالق

jamak dari mufradnya khuluq yang berarti “budi pekerti”. Sedangakan خلق budi pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia. Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya. Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani )jasad) dan rohani )jiwa). Selain itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya. Tiap-tiap unsur memiliki hak di mana antara satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya masing-masing.

Macam-macam akhlak seorang muslim pada diri sendiri yaitu;1.      Berakhlak terhadap jasmani, meliputi menjaga kebersihan, menjaga makan

dan minum, menjaga kesehatan, dan berbusana yang Islami.2.      Berakhlak terhadap akal, meliputi menuntut ilmu, memiliki spesialisasi

terhadap ilmu yang dikuasai, mengajarkan ilmu yang dimiliki, dan mengamalkan ilmu yang dikuasai.

3.      Berakhlak terhadap jiwa, meliputi bertauban dan menjauhkan diri dari dosa besar, bermuraqqabah, bermuhasabbah, dan mujahadah.

Page 194: Keutamaan Ilmu Agama - Web view• Para Ahli Fiqih ... Abdul Wahhab dalam kitab beliau Ushul Ats tsalatsah mengutip perkataan imam Syafi ... Bar dalam menjelaskan IImu. Jilid 2/82

DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Djatnika.1996. Sistem Etika Islami : Akhlak Mulia.Jakarta: Pustaka Panjimas.

Miftah Faridl.1997.Etika Islam: Nasehat Islam untuk Anda.Bandung: Pustaka.

Abu Bakar Jabir El Jazairi.1993.Pola Hidup Muslim (Minhajul Muslim): Etika.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Rikza Maulan, akhlak terhadap diri sendiri. Dalam alamat : http://www.slideshare.net/rilamaulida04/akhlak-2 kamis, 12.04.13.58

Agung Kusuma Sikum bang, akhlak terhadap diri sendiri. Dalam alamat : http://azemmutawakkil.multiply.com/journal/item/6?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. Kamis,12 April 2012 jam 12.00 WIB