ketika rsbi dinilai gagal - kemenag jatim · sekolah prestisius yang di-gadang-gadang kementerian...

2
40 MPA 304 / Januari 2012 Kabar buruk muncul dari Rintis- an Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Sekolah prestisius yang di- gadang-gadang Kementerian Pendi- dikan dan Kebudayaan (Kemendik- bud) itu disinyalir menuai kegagalan. Berdasar hasil evaluasi, seluruh RSBI di negeri ini dinyatakan belum layak menjadi Sekolah Bertaraf Internasio- nal (SBI). Dari 1.305 RSBI di jenjang SD, SMP, SMA dan SMK, tak ada satu pun yang lolos meraih predikat SBI (Jawa Pos, 4/1/2012). Kegagalan RSBI menjadi SBI ini, kemungkinan baru taraf awal. Dalam perjalanan ke depan, se- kolah yang diproyeksikan seba- gai lembaga pendidikan unggul- an itu, bisa saja menuai kega- galan dalam demensi yang lain. Sebab, pengembangan seko- lah model RSBI ini selain membutuhkan dana besar juga menuntut adanya pe- menuhan-pemenuhan stan- dar tertentu yang jauh le- bih kompleks daripada sekolah standar nasio- nal (SSN). Lepas dari itu, ke- gagalan RSBI menjadi SBI, yang terang me- mantik banyak cibiran. Buntutnya, bukan ti- dak mungkin, seko- lah yang pengembang- annya ditopang dana block grand ini makin ter- jepit posisinya. Apalagi, sejak awal, desakan agar keberadaan RSBI ditin- jau ulang sudah muncul bertubi-tubi. Bahkan, tak sedikit yang menuntut agar pendidikan ala RSBI distop ka- rena praktiknya justru melahirkan kastanisasi pendidikan yang diskri- minatif. Mencederai Basic Awal Basic awalnya, pendirian RSBI membawa misi yang sangat positif. RSBI dikembangkan sebagai terobos- an untuk menjawab tantangan di era global. Asumsinya, kemampuan kom- petitif bangsa ini dikhawatirkan ter- seok-seok dalam percaturan global jika kualitas pendidikan- nya tidak se- tara dengan pendidikan di negara- negara lain yang sudah jauh lebih bagus kualitasnya. Nah, agar anak-anak bangsa mampu berkompetisi di level inter- nasional, solusi yang pas tentu lewat jalur pendidikan. Karena itu, dikon- disikanlah adanya lembaga pendi- dikan yang mampu mengembangkan proses pembelajaran maupun meng- hasilkan output dengan kompetensi lulusan sesuai standar internasional. Dari sinilah kemudian program RSBI ramai-ramai digulirkan hingga ke pelosok daerah. Konon, ini sekaligus untuk menjalankan amanat Pasal 50 Ayat (3) Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidik- an nasional (Sisdiknas). Dalam pasal tersebut dinyata- kan : “Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan seku- rang-kurangnya satu satuan pen- didikan pada semua jenjang pen- didikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidik- an yang bertaraf in- ternasional”. Untuk mendukung pemenuhan pasal tersebut, pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan. Di antaranya, Per- mendiknas Nomer 78 Tahun 2009 tentang penyelenggara- an sekolah bertaraf inter- nasional. Dengan basic awal seperti itu, pendidikan model RSBI terasa menjanjikan. Sebab, cukup lewat RSBI yang bermunculan di tanah air, Ketika RSBI Dinilai Gagal Oleh Muhibuddin *)

Upload: others

Post on 26-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ketika RSBI Dinilai Gagal - Kemenag Jatim · Sekolah prestisius yang di-gadang-gadang Kementerian Pendi-dikan dan Kebudayaan (Kemendik- ... biaya pendidikan. Jangan Kepalang Tanggung

40 MPA 304 / Januari 2012

Kabar buruk muncul dari Rintis-an Sekolah Bertaraf Internasional(RSBI). Sekolah prestisius yang di-gadang-gadang Kementerian Pendi-dikan dan Kebudayaan (Kemendik-bud) itu disinyalir menuai kegagalan.Berdasar hasil evaluasi, seluruh RSBIdi negeri ini dinyatakan belum layakmenjadi Sekolah Bertaraf Internasio-nal (SBI). Dari 1.305 RSBI di jenjangSD, SMP, SMA dan SMK, tak adasatu pun yang lolos meraih predikatSBI (Jawa Pos, 4/1/2012).

Kegagalan RSBI menjadi SBI ini,kemungkinan baru taraf awal.Dalam perjalanan ke depan, se-kolah yang diproyeksikan seba-gai lembaga pendidikan unggul-an itu, bisa saja menuai kega-galan dalam demensi yang lain.Sebab, pengembangan seko-lah model RSBI ini selainmembutuhkan dana besarjuga menuntut adanya pe-menuhan-pemenuhan stan-dar tertentu yang jauh le-bih kompleks daripadasekolah standar nasio-nal (SSN).

Lepas dari itu, ke-gagalan RSBI menjadiSBI, yang terang me-mantik banyak cibiran.Buntutnya, bukan ti-dak mungkin, seko-lah yang pengembang-annya ditopang danablock grand ini makin ter-jepit posisinya. Apalagi, sejak awal,desakan agar keberadaan RSBI ditin-

jau ulang sudah muncul bertubi-tubi.Bahkan, tak sedikit yang menuntutagar pendidikan ala RSBI distop ka-rena praktiknya justru melahirkankastanisasi pendidikan yang diskri-minatif.

Mencederai Basic AwalBasic awalnya, pendirian RSBI

membawa misi yang sangat positif.RSBI dikembangkan sebagai terobos-an untuk menjawab tantangan di eraglobal. Asumsinya, kemampuan kom-petitif bangsa ini dikhawatirkan ter-seok-seok dalam percaturan global

jika kualitas pendidikan-nya tidak se-

tara dengan pendidikan di negara-negara lain yang sudah jauh lebihbagus kualitasnya.

Nah, agar anak-anak bangsamampu berkompetisi di level inter-nasional, solusi yang pas tentu lewatjalur pendidikan. Karena itu, dikon-disikanlah adanya lembaga pendi-dikan yang mampu mengembangkanproses pembelajaran maupun meng-hasilkan output dengan kompetensilulusan sesuai standar internasional.Dari sinilah kemudian program RSBIramai-ramai digulirkan hingga kepelosok daerah. Konon, ini sekaligusuntuk menjalankan amanat Pasal 50Ayat (3) Undang-Undang Nomer 20Tahun 2003 tentang sistem pendidik-an nasional (Sisdiknas).

Dalam pasal tersebut dinyata-kan : “Pemerintah dan pemerintahdaerah menyelenggarakan seku-

rang-kurangnya satu satuan pen-didikan pada semua jenjang pen-

didikan untuk dikembangkanmenjadi satuan pendidik-

an yang bertaraf in-ternasional”. Untuk

mendukung pemenuhanpasal tersebut, pemerintahmengeluarkan beberapa

peraturan. Di antaranya, Per-mendiknas Nomer 78 Tahun2009 tentang penyelenggara-an sekolah bertaraf inter-nasional.

Dengan basic awal sepertiitu, pendidikan model RSBI terasa

menjanjikan. Sebab, cukup lewatRSBI yang bermunculan di tanah air,

Ketika RSBIDinilai GagalOleh Muhibuddin *)

02 LAYOUT B (MART 2012) - HAL 26 sd 43.pmd 2/28/2012, 7:52 PM40

Page 2: Ketika RSBI Dinilai Gagal - Kemenag Jatim · Sekolah prestisius yang di-gadang-gadang Kementerian Pendi-dikan dan Kebudayaan (Kemendik- ... biaya pendidikan. Jangan Kepalang Tanggung

41MPA 304 / Januari 2012

anak-anak bangsa bisa mengakseslayanan pendidikan yang segala se-suatunya memiliki standar sama de-ngan sekolah-sekolah kelas dunia.Dengan begitu, mereka tak perlu re-pot pergi ke manca negara untuk ber-buru sekolah internasional.

Sayang, dalam perjalanannya,RSBI justru menorehkan citra yangbertolak belakang. Basic awal yangvisioner itu ternyata dicederai. Visiideal RSBI berbelok arah. Keberada-annya dibiarkan berkembang secaraliar menjadi sekolah “borjuis” ber-biaya mahal. Tak pelak, RSBI pun ter-kesan bermetamorfosa jadi institusipendidikan berbau komersial.

Celakanya, RSBI akhirnya ter-pancing juga dalam mengembangkanpola rekruitmen peserta didik. Ke-pintaran akademik calon speserta di-dik yang mestinya dijadikan penentuutama, kenyataannya begitu mudahdiabaikan. Sebaliknya, modal finan-sial calon peserta didik justru dipo-sisikan begitu sentral dalam merekrutpeserta didik.

Yang terjadi kemudian, pesertadidik berduit begitu leluasa memasukiRSBI. Sekalipun, dari sisi bobot aka-demik, kemampuan mereka tergolongminim atau pas-pasan. Namun, karenaRSBI memang membuka pintu lebar-lebar bagi mereka yang mengandal-kan kemampuan finansial, merekatetap diakomodir menjadi peserta di-dik RSBI dengan dalihuntuk subsidi silang.

Sebaliknya, anak-anakmiskin yang punyakeunggulan akademikjustru banyak yang la-ri tunggang langgangdari RSBI begitu diso-dori deretan biayapendidikan yangmencekik. Karenatak punya banyakduit, mereka akhir-nya ganti haluan.Mencari sekolah-sekolah reguleryang mampu di-jangkau biayanya.

Langkah RSBIyang begitu permisif terhadap golo-ngan berduit dan tidak akomodatifterhadap anak pintar yang kurangmampu, ini jelas kesalahan start yangakibatnya sangat fatal. Kegagalan

RSBI menjadi SBI adalah salah satutitik balik dari “salah start” tersebut.Jika ini terus dibiarkan, jangan terlalubermimpi RSBI menjadi ladang per-semaian berbagai prestasi pendidik-an di negeri ini.

Karenanya, jangan kecewa pulaseandainya nanti RSBI tidak banyakmenelorkan anak-anak hebat berepu-tasi internasional di bidang akademik.Mengapa? Itu karena bibit-bibit ung-gul yang memiliki potensi akademik,dari awal sudah tereliminasi masukRSBI gara-gara tergenjet mahalnyabiaya pendidikan.

Jangan Kepalang TanggungSebagai terobosan di bidang

pendidikan, kegagalan RSBI hendak-nya disikapi secara arif. Rasanya, ter-lalu emosional menghentikan perjala-nan RSBI di tengah jalan hanya kare-na belum layak ditingkatkan levelnyamenjadi SBI. Karenanya, jika sepakatRSBI jalan terus, memformulasi ulangformat RSBI agar berjalan sesuai ba-sic awalnya, itu barangkali lebih ur-gen untuk dicarikan solusi. Caranya?

Pertama, pemerintah jangan ke-palang tanggung mempertahankankeberadaan RSBI yang diproyeksikansebagai satu sekolah unggulan di se-tiap pemerintah kabupaten/kota. Da-lam konteks ini, pemerintah pusatdan pemerintah daerah bisa bergan-

deng renteng menopang segala pem-biayaan yang dibutuhkan untuk me-lejitkan RSBI.

Tak perlu banyak RSBI yang di-kembangkan dengan ditopang pen-

danaan model ini. Setiap kabupaten /kota, cukup dikembangkan satu RSBIsaja di masing-masing jenjang pendi-dikan. Syaratnya, input RSBI tersebutharus benar-benar berasal dari peser-ta didik yang punya keunggulan danprestasi akademik bagus. RSBI inilahyang digerojok dana untuk dilejitkanmenjadi sekolah berkelas dunia. Jikahal ini memang digarap serius, bukanmustahil akan lahir one daerah, oneRSBI hebat.

Kedua, prioritaskan RSBI untukmenampung anak-anak bangsa yangpunya keunggulan akademik mau-pun non akademik bukan atas dasarpertimbangan finansial. Dengan de-mikian, tak akan ada lagi anak-anakberpotensi kesulitan menembus RSBIgara-gara tidak mampu menyediakanduit. Sebaliknya, jangan biarkan or-ang-orang berduit leluasa masukRSBI jika modal kemampuan akade-miknya memang tidak mendukung.

Ketiga, terminologi RSBI harusdipertegas kembali. Sejauh ini, diakuiatau tidak, konsep RSBI yang dikem-bangkan dinilai masih ngambang.Yang terjadi di lapangan, terminologiberstandar internasional hanya ter-simpelkan pada sisi casing-nya. Im-basnya, RSBI sekedar direpresenta-sikan sebagai sekolah yang ruangan-nya ber-AC, ada akses internet danperlengkapan multi media. Di sisi lain,peserta didik diharuskan punya lap-

top dan pelajarannyadiantarkan dengan

Bahasa Inggrismeski hanya un-tuk mata pelajar-

an tertentu.Begitulah ke-

san RSBI yang se-lama ini muncul dibenak publik. Pa-dahal, sarana pra-sarana semacam itusejatinya hanyalahsebatas aksesorisdari RSBI. Tetapi,itulah yang tam-paknya justru jadifokus utama dalam

mengembangkan RSBI. Karena itu,jangan kaget jika keberadaan RSBIakhirnya membias jadi sekolah ma-hal bertarif internasional.

*) Muhibuddin, pendidik diMAN 2 Tulungagung

02 LAYOUT B (MART 2012) - HAL 26 sd 43.pmd 2/28/2012, 7:52 PM41