keterdapatan migas di indonesia
DESCRIPTION
MigasTRANSCRIPT
KETERDAPATAN MIGAS DI INDONESIA
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang sangat kompleks dalam hal keadaan geologinya
dikarenakan negara Indonesia merupakan negara yang dibatasi oleh 3 lempeng mayor di
dunia sehingga menyebabkan Indonesia sering mengalami perubahan geologi yang
menyebabkan adanya subduksi (tumbukan) dan terjadi gempa di Indonesia. Gempa yang
terjadi di akibatkan oleh pergerakan lempeng tektonik. Dan apabila dilihat pada daerah
Indonesia yang merupakan daerah ternbanyak yang dilewati oleh titik – titik gempa yang
tersebar di seluruh nusantara. Disebelah barat hingga ke selatan dari Indonesia dibatasi oleh
lempeng tektonik, disebelah utara dibatasi dengan lempeng yang berbeda, dan dibagian timur
dibatasi dengan lempeng yang berbeda pula. Jadi Indonesia dibatasi oleh 3 lempeng mayor
dunia yang berbeda. Maka dari itu Indonesia memiliki titik gempa yang tersebar hampir
diseluruh nusantara.
Negeri kita tercinta berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-
Australia. Jenis batas antara kedua lempeng ini adalah konvergen. Lempeng Indo-Australia
adalah lempeng yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Selain itu di bagian timur,
bertemu 3 lempeng tektonik sekaligus, yaitu lempeng Philipina, Pasifik, dan Indo-Australia.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan Lempeng
Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang
tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi di sepanjang Pulau
Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudra yang tak lain adalah Parit Jawa (Sunda).
Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan
yang cukup keras.
Dari segi ilmu kebumian, Indonesia benar-benar merupakan daerah yang sangat
menarik. Kepentingannya terletak pada rupabuminya, jenis dan sebaran endapan mineral
serta energi yang terkandung di dalamnya, keterhuniannya, dan ketektonikaannya. Oleh
sebab itulah, berbagai anggitan (konsep) geologi mulai berkembang di sini, atau
mendapatkan tempat untuk mengujinya (Sukamto dan Purbo-Hadiwidjoyo, 1993).
Inilah wilayah yang memiliki salah satu paparan benua yang terluas di dunia (Paparan
Sunda dan Paparan Sahul), dengan satu-satunya pegunungan lipatan tertinggi di daerah
tropika sehingga bersalju abadi (Pegunungan Tengah Papua), dan di sini pulalah satu-satunya
di dunia terdapat laut antarpulau yang terdalam (-5000 meter) (Laut Banda), dan laut sangat
dalam antara dua busur kepulauan (-7500 meter) (Dalaman Weber). Dua jalur gunungapi
besar dunia bertemu di Nusantara.
Keterdapatan Migas di Indonesia
Energi minyak dan gas bumi mempunyai peran yang sangat strategis dalam berbagai
kegiatan ekonomi dan kehidupan masyarakat. Pada umumnya minyak bumi dewasa ini
memiliki peran sekitar 80% dari total pasokan energi untuk konsumsi kebutuhan energi di
Indonesia. Dengan demikian peran minyak dan gas bumi dalam peningkatan perolehan devisa
negara masih sangat diperlukan. Nayoan dkk. (1974) dalam Barber (1985) menjelaskan
bahwa terdapat hubungan yang erat antara cekungan minyak bumi yang berkembang di
berbagai tempat dengan elemen-elemen tektonik yang ada. Cekungan-cekungan besar di
wilayah Asia Tenggara merepresentasikan kondisi setiap elemen tektonik yang ada, yaitu
cekungan busur muka (forearc basin), cekungan busur belakang (back-arc basin), cekungan
intra kraton (intracratonic basin), dan tepi kontinen (continent margin basin), dan zona
tumbukan (collision zone basin). Berdasarkan data terakhir yang dikumpulkan dari berbagai
sumber, telah diketahui ada sekitar 60 basin yang diprediksi mengandung cebakan migas
yang cukup potensial. Diantaranya basin Sumatera Utara, Sibolga, Sumatera Tengah,
Bengkulu, Jawa Barat Utara, Natuna Barat, Natuna Timur, Tarakan, Sawu, Asem-Asem,
Banda, dll.
Cekungan busur belakang di timur Sumatera dan utara Jawa merupakan lapangan-
lapangan minyak paling poduktif. Pematangan minyak sangat didukung oleh adanya heat
flow dari proses penurunan cekungan dan pembebanan. Proses itu diperkuat oleh gaya-gaya
kompresi telah menjadikan berbagai batuan sedimen berumur Paleogen menjadi perangkap
struktur sebagai tempat akumulasi hidrokarbon (Barber, 1985). Secara lebih rinci,
perkembangan sistem cekungan dan perangkap minyak bumi yang terbentuk sangat
dipengaruhi oleh tatanan struktur geologi lokal. Sebagai contoh, struktur pull apart basin
menentukan perkembangan sistem cekungan Sumatera Utara (Davies, 1984). Perulangan
gaya kompresif dan ekstensional dari proses peregangan berarah utara-selatan mempengaruhi
pola pembentukan antiklinorium dan cekungan Palembang yang berarah N300oE
(Pulunggono, 1986).
Demikian pula pola sebaran cekungan Laut Jawa sebelah selatan sangat dipengaruhi
oleh pola struktur berarah timur-barat (Brandsen & Mattew, 1992), sedang pola cekungan di
Laut Jawa bagian barat-laut berarah berarah timur-laut – baratdaya, sedang pola cekungan di
timur-laut berarah barat-laut – tenggara. Cekungan Kutai dan Tarakan merupakan cekungan
intra kraton (intracratonic basin) di Indonesia. Pembentukan cekungan terjadi selama Neogen
ketika terjadi proses penurunan cekungan dan sedimentasi yang bersifat transgresif, dan
dilanjutkan bersifat regresif di Miosen Tengah (Barber, 1985). Pola-pola ini menjadiken
pembentukan delta berjalan efektif sebagai pembentuk perangkap minyak bumi maupun
batubara.
Zona tumbukan (collision zone), tempat endapan-endapan kontinen bertumbukan
dengan kompleks subduksi, merupakan tempat prospektif minyak bumi. Cekungan Bula,
Seram, Bituni dan Salawati di sekitar Kepala burung Papua, cekungan lengan timur Sulawesi,
serta Buton, merupakan cekungan yang masuk dalam kategori ini. (Barber, 1985).
Keberadaan endapan aspal di Buton berasosiasi dengan zona tumbukan antara mikro
kontinen Tukang Besi dengan lengan timur-laut Sulawesi, dengan Banggai Sula sebagai
kompleks ofiolit (Barber, 1985; Sartono, 1999). Kehadiran minyak di Papua berasosiasi
dengan lipatan dan patahan Lenguru, yang merupakan tumbukan mikro kontinen Papua Barat
dengan tepi benua Australia (Barber, 1985). Sumber dan reservoar hidrokarbon terperangkap
struktur di bagian bawah foot-wall sesar normal serta di bagian bawah hanging-wall sesar
sungkup (Simanjuntak dkk, 1994).
Berikut ini merupakan gambar cadangan minyak yang ada di Indonesia.