ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan.pdf

20
9/17/2013 1 Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan ( Kep.men P.U. no. 10/KPTS/2000) Ruang lingkup dari ketentuan ini meliputi: 1. Ketentuan Umum 2. Perencanaan Tapak untuk Proteksi Kebakaran 3. Sarana Penyelamatan 4. Sistem Proteksi Pasif 5. Sistem Proteksi Aktif 6. Pengawasan dan Pengendalian

Upload: beenyek

Post on 26-Nov-2015

144 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • 9/17/2013

    1

    Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya kebakaran

    pada Bangunan dan Lingkungan

    ( Kep.men P.U. no. 10/KPTS/2000)

    Ruang lingkup dari ketentuan ini meliputi:1. Ketentuan Umum2. Perencanaan Tapak untuk Proteksi

    Kebakaran3. Sarana Penyelamatan4. Sistem Proteksi Pasif5. Sistem Proteksi Aktif6. Pengawasan dan Pengendalian

  • 9/17/2013

    2

    1. Ketentuan UmumPengertian-Pengertian Bangunan Gedung : Konstruksi bangunan yang diletakkan secara

    tetap dalam suatu lingkungan, diatas tanah/perairan ataupun dibawah tanah/perairan, tempat manusia melakukan kegiatannya, baik utk tempat tinggal, berusaha, maupun kegiatan sosial dan budaya

    Bangunan Umum : Bangunan gedung yang digunakan utk segala macam kegiatan kerja antara lain: Pertemuan umum Perkantoran Hotel Pusat perbelanjaan/mal Tempat rekreasi/hiburan Rumah sakit/Perawatan Museum

    Bahaya kebakaran : Bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan

    Bukaan penyelamat : bukaan yang dapat dibuka yg terdapat pada dinding bangunan terluar, bertanda khusus, menghadap ke arah luar dan diperuntukkan bagi unit pemadam kebakaran dalam pelaksanaan pemadaman kebakaran dan penyelamatan penghuni

    Eksit atau jalan keluar:A) salah satu atau kombinasi sbb, jika Rampmemberikan jalan keluar Bag. Dalam dan luar tangga

    Lorong yang dilindungi terhadap kebakaran Bukaan pintu menuju jalan umum/ruang terbuka

    B) Jalan keluar horizontal/lorong yang dilindungi terhadap kebakaran yang menujuke eksit Horinzontal

    Adalah koridoor atau selasar atau ruang semacamnya yang terbuat dari konstruksi tahap api, yang menyediakan jalan penyelamatan ke tangga, ramp yang dilindungi terhadap kebakaran atau ke jalan umum atau terbuka.

  • 9/17/2013

    3

    Kelas bangunan A) Kelas 1: Bangunan Hunian biasa

    Kelas 1a : hunian Tunggal yang berupa Satu rumah tnggal Satu atau lebih bangunan hunian gandeng yang dipisahkan dinding tahap

    api ( rumah deret, rumah taman, unit town haouse, villa Kelas 1b : rumah asrama/kost, rumah tamu, hotel atau sejenisnya dg

    luas total < 300m2 dan tidak ditinggali > 12 org secara tetap, tidak dibawah/diatas hunian lain atau bangunan kelas lain

    B). Kelas 2 : hunian 2 atau lebih unit hunian yg masing2 merupakan tempat tinggal terpisah

    C). Kelas 3 : hunian diluar kelas 1 atau 2, sebagai tempat tinggal lama/sementara oleh sejumlah orang yang tidak berhubungan : Asrama, rumah tamu, losmen Bagian tempat tinggal dari hotel/motel Bagian tinggal dari sekolah Panti Jompo, cacat atau anak2 Bagian tempat tinggal dari bangunan perawatan kesehatan (utk

    karyawan2nya)

    D). Kelas 4 : Bangunan Hunian Campuran Hunian yang berada didalam bangunan kelas 5/6/7/8/9

    E). Kelas 5 : Bangunan Kantor F). Kelas 6 : Bangunan Perdagangan

    Rumah makan/kafe/rastoran Rumah makan malam/bar/toko/kios bagiabn dr hotel/motel Salon, tempat cuci umum Pasar, ruang penjualan/ruang pamer/ bengkel

    G). Kelas 7 : Bangunan penyimpanan/gudang Tempat parkir umum Gudang/ ruang pamer produksi utk jual atau cuci gudang

    H). Kelas 8 : Bangunan laboratorium/industri/pabrik I). Kelas 9 : Bangunan Umum

    Digunakan untuk melayani kebutuhan masyarakat Kelas 9a) : Bangunan perwatan kesehatan Kelas 9B) : Bangunan pertemuan, bengkel kerja, labaoratorium ataunya

    sejenisnya disekolah, hall, bangunan ibadat, bangunan budaya atau sejenis J). Kelas 10 : Bangunan atau struktur yang bukan hunian

    Kelas 10a) : Garasi pribadi, carport atau sejenisnya Kelas 10b) : struktur yang berupa pagar, tonggak, antena, dinding

    penyanggah atau dinding berdiri bebas, kolam renag atau sejenisnya

  • 9/17/2013

    4

    K). Bangunan2 yang tidak diklasifikasikan khusus

    L). Bangunan yang penggunaannya insidentil M). Klasifikasi Jamak: bila beberapa bagian dari

    bangunan harus diklasifikasikan secara terpisah Mempunyai fungsi berbeda < 10% dari luas lantai dan

    bukan laboratorium, klasifikasinya disamakan dg klasifikasi bangunan utamanya

    Kelas 1a/1b/9a/9b/10a/10b/ adalah klsifikasi yang terpisah

    Ruang pengolah, ruang mesin, ruang mesin lift, ruang boiler atau sejenisnya diklasifikasikan sama dengan bagian bangunandimana ruang tersebut berada.

    Kelayakan struktur, yang dikaitkan dengan TKA adalah kemampuan untukmemelihara stabilitas dan kelayakan kapasitas beban sesuai dengan standaryang dibutuhkan.

    Ketahanan api, yang diterapkan terhadap komponen struktur atau bagian laindari bangunan yang artinya mempunyai tingkat ketahanan api (TKA) sesuaiuntuk komponen struktur atau bagian lain tersebut.

    Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada BangunanGedung dan Lingkungan adalah bagian dari Persyaratan Teknis BangunanGedung untuk mengupayakan kesempurnaan dalam perencanaan, pelaksanaan,pengawasan, dan pemanfaatan bangunan gedung terhadap pencegahan danpenanggulangan bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.

    Kompartemen kebakaran adalah:a. Keseluruhan ruangan pada bangunan, ataub. Bila mengacu ke:

    1) Menurut persyaratan fungsional dan kinerja, adalah setiap bagian daribangunan yang dipisahkan oleh penghalang kebakaran/api sepertidinding atau lantai yang mempunyai ketahanan terhadap penyebaranapi dengan bukaan yang dilindungi secara baik.2) Menurut persyaratan teknis, bagian dari bangunan yang dipisahkanoleh dinding dan lantai yang mempunyai tingkat ketahanan api (TKA)tertentu.

    Kompartemenisasi adalah usaha untuk mencegah penjalaran kebakarandengan cara membatasi api dengan dinding, lantai kolom, balok yang tahanterhadap api untuk waktu yang sesuai dengan kelas bangunan.

    Komponen struktur adalah komponen atau bagian struktur yang memikulbeban vertikal dan lateral pada bangunan

  • 9/17/2013

    5

    Lapisan penutup tahan api adalah bahan lapis penutup tahan api yang antara lain terbuat dari:a. 13 mm, papan plester tahan api, ataub. 12 mm, lembaran semen serat selulosa, atauc. 12 mm, plester berserat yang diperkuat dengan 13

    mm x 13 mm x 0,7 mm kawat anyam besi galvanis yang dipasang tidak lebih dari 6 mm dari permukaan, atau

    d. material lain yang tidak kurang ketahanan apinya dari pada 13 mm papan plester tahan api yang dipasang sesuai dengan yang ada di pasaran untuk bahan yang dipakai bagi lapisan penutup tahan api.

    Lapisan pelindung adalah lapisan khusus yang digunakan untuk meningkatkan ketahanan api suatu komponen struktur.

    Mudah terbakar adalah:a. bahan bangunan yang menurut hasil pengujian sesuai standar atau ketentuan yang berlaku masuk dalam kategori mudah terbakar;b. konstruksi yang dibangun seluruhnya atau sebagian dari bahan yang mudah terbakar.

    Sistem pengamanan kebakaran adalah satu atau kombinasi dari metoda yang digunakan pada bangunan untuk:a. memperingatkan orang terhadap keadaan darurat, ataub. penyediaan tempat penyelamatan, atauc. membatasi penyebaran kebakaran, ataud. pemadaman kebakaran, termasuk di sini sistem proteksi aktif dan pasif.

  • 9/17/2013

    6

    Tingkat ketahanan api (TKA) adalah tingkat ketahanan api yang diukur dalam satuan menit, yang ditentukan berdasarkan standar uji ketahanan apiuntuk kriteria sebagai berikut:a. ketahanan memikul beban (kelayakan struktur);b. ketahanan terhadap penjalaran api (integritas);c. ketahanan terhadap penjalaran panas (isolasi);

    Tangga kebakaran adalah tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran.

    Pintu kebakaran adalah pintu-pintu yang langsung menuju tangga kebakaranan hanya dipergunakan apabila terjadi kebakaran.

    2. PERENCANAAN TAPAK UNTUK PROTEKSI KEBAKARAN

    BAGIAN 1: LINGKUNGAN BANGUNAN1.1 Lingkungan Perumahan, Perdagangan, Industri Dan Atau Campuran:

    1.tersedia sumber air berupa hidran lingkungan, sumur kebakaran atau reservoirair dan sebagainya yang memudahkan instansi pemadam kebakaran untukmenggunakannya2. Setiap lingkungan bangunan harus dilengkapi dengan sarana komunikasi

    1.2 Jalan LingkunganUntuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran dan memudahkanoperasi pemadaman, maka di dalam lingkungan bangunan harus tersedia jalanlingkungan dengan perkerasan agar dapat dilalui oleh kendaraan pemadamkebakaran.

    1.3 Jarak Antar Bangunan GedungUntuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran, harus disediakan jalur akses dan ditentukan jarak antar bangunan

  • 9/17/2013

    7

    BAGIAN 2: AKSES PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN KELINGKUNGAN 2.1 Lapis Perkerasan (hard standing) dan jalur akses masuk (access way)2.2 Hidran Halaman

    - jarak antar hidran 50 m- Suplai air min 38 l/detik tekanan 3.5 bar, utk min 30 menit

    BAGIAN 3: AKSES PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN KE BANGUNANGEDUNG

    3.1 Akses Petugas Pemadam Kebakaran Ke Dalam Bangunan3.2 Akses Petugas Pemadam Kebakaran Di Dalam Bangunan3.3 Saf untuk Petugas Pemadam Kebakaran - 20M dr tanah/bismen lebih 10m = 600m2/ lebih Basement 2 lt/lebih luasnya lebih dari 900m2

  • 9/17/2013

    8

  • 9/17/2013

    9

  • 9/17/2013

    10

  • 9/17/2013

    11

    Jumlah dan lokasi saf untuk Petugas Pemadam Kebakarana. Jumlah saf untuk pemadaman kebakaran harus:

    1) Memenuhi Tabel 2.3. apabila bangunan dipasangi seluruhnya dengan sistem sprinkler otomatis yang sesuai dengan standar yang berlaku.

  • 9/17/2013

    12

    2) Bila bangunan tidak bersprinkler harus disediakan sekurang-kurangnya

    satu saf pemadam kebakaran untuk setiap 900 m2 luas lantai dari lantai terbesar yang letaknya lebih dari 20 m di atas permukaan tanah (ataudiatas 7,5 m dalam hal seperti pada butir 2).

    3) Kriteria yang sama mengenai luasan 900 m2 untuk setiap saf pemadaman kebakaran, harus diterapkan untuk menghitung jumlah saf yang diperlukan bagi bismen bangunan.

    3. Desain dan Konstruksi Safa Setiap jalur tangga untuk pemadaman kebakaran dan saf

    kebakaran harus dapat didekati dari akomodasi melewati lobi pemadaman kebakaran.

    Catatan:a. Outlet pipa tegak dan atau riser harus diletakkan di lobi pemadaman kebakaran

    kecuali di level akses atau lantai dasarb. Lif kebakaran diperlukan bila bangunan memiliki lantai 20 m atau lebih di atas atau 10

    m atau lebih di bawah level aksesc. Gambar ini hanya menggambarkan komponen dasar untuk suatu saf pemadaman

    kebakaran

  • 9/17/2013

    13

    3. SARANA PENYELAMATANBAGIAN 1: TUJUAN, FUNGSI DAN PERSYARATAN KINERJA1.1 Tujuan

    mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada saat keadaan

    Darurat terjadi.1.2 Fungsi

    Setiap bangunan harus dilengkapi dengan sarana evakuasi yang dapatDigunakan oleh penghuni bangunan, sehingga memiliki waktu yang cukupUntuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yangdiakibatkan oleh keadaan darurat.

    Batasan: Persyaratan ini tidak berlaku untuk bagian- bagian dalam dari unit hunian tunggal pada bangunan kelas 2,3 atau bagian dari bangunan kelas 4.

    1.3 Persyaratan Kinerja1. Sarana atau jalan ke luar dari bangunan harus disediakan agar penghunibangunan dapat menggunakannya untuk penyelamatan diri dengan jumlah,lokasi dan dimensi sarana ke luar tersebut sesuai dengan:

    a. jarak tempuh; danb. jumlah, mobilitas dan karakter lain dari penghuni bangunan; danc. fungsi atau penggunaan bangunan; dand. tinggi bangunan; dane. arah sarana ke luar apakah dari atas bangunan atau dari bawah levelpermukaan tanah.

    2. Jalan ke luar harus ditempatkan terpisah dengan memperhitungkan:a. jumlah lantai bangunan yang dihubungkan oleh jalan ke luar tersebut, danb. sistem proteksi kebakaran yang terpasang pada bangunan; danc. fungsi atau penggunaan bangunan; dand. jumlah lantai yang dilalui; dane. tindakan Petugas Pemadam Kebakaran

    3. Agar penghuni atau pemakai bangunan dapat menggunakan jalan ke luartersebut secara aman, maka jalur ke jalan ke luar harus memiliki dimensi yangditentukan berdasarkan:

    a. jumlah, mobilitas dan karakter-karakter lainnya dari penghuni ataupemakai bangunan; danb. fungsi atau pemakaian bangunan.

    Batasan: Persyaratan 3 tidak berlaku terhadap bagian-bagian interval dariunit hunian tunggal pada bangunan kelas 2, 3 dan bagian bangunankelas 4.

  • 9/17/2013

    14

    BAGIAN 2: PERSYARATAN JALAN KE LUARKebutuhan Jalan Ke Luar (Eksit)

    1. Semua bangunan: Setiap bangunan harus mempunyai sedikitnya 1 eksit dari

    setiap lantainya.2. Bangunan kelas 2 s.d kelas 8: Selain terdapat eksit horisontal,

    minimal harustersedia 2 eksit:a. tiap lantai bila bangunan memiliki tinggi efektif lebih dari 2,5 m;b. bangunan kelas 2 atau 3 atau gabungan kelas 2 dan 3 dengan

    ketinggian 2lantai atau lebih dengan jenis konstruksi tipe - C, maka setiap unit

    hunianharus mempunyai:

    1) akses ke sedikitnya 2 jalan ke luar; atau2) akses langsung ke jalan atau ruang terbuka

    3. Bismen: Selain adanya eksit horisontal minimal harus tersedia 2 eksit darisetiap lantai, bila jalur penyelamatan dari lantai tersebut naik lebih dari 1,5 mkecuali:a. luas lantai tak lebih dari 50 m2, danb. jarak tempuh dari titik manapun pada lantai dimaksud kesatu eksittidak lebih dari 20 m.

    4. Bangunan kelas 9: Selain tersedia eksit horisontal, minimal harus tersedia 2jalan ke luar pada:a. tiap lantai bila bangunan memiliki lantai lebih dari 6 atau ketinggianefektif lebih dari 2,5 m;b. tiap lantai termasuk area perawatan pasien pada bangunan kelas 9a;c. tiap lantai pada bangunan kelas 9b yang digunakan sebagai pusatperawatan balita ;d. setiap lapis lantai pada bangunan Sekolah Dasar dan Sekolah LanjutanPertama dengan ketinggian 2 lantai atau lebih;e. tiap lantai atau mesanin yang menampung lebih dari 50 orang sesuaifungsinya dihitung sesuai persyaratan butir 2.14.

    5. Eksit dan Area perawatan pasien: Pada bangunan kelas 9a sedikitnyaharus ada 1 buah eksit dari setiap bagian lantai yang telah disekat menjadi kompartemen-kompartemen tahan api sesuai Bab IV.

  • 9/17/2013

    15

    6. Eksit pada Panggung terbuka: Pada panggung terbuka yang menampung lebih dari 1 deret tempat duduk, setiap deret harus mempunyai minimal 2 tangga atau ramp, masing-masing membentuk bagian jalur lintasan ke minimal 2 buah eksit.

    7. Akses ke eksit: Tanpa harus melalui unit hunian tunggal lainnya, setiappenghuni pada lantai atau bagian lantai bangunan harus memiliki akses ke:a. suatu eksit; ataub. sedikitnya 2 eksit, apabila ada 2 akses, maka dibutuhkan 2 buah eksit atau lebih.

    2.5 Jarak Tempuh ke Eksit1. Bangunan kelas 2 dan 3:a. Pintu masuk pada setiap hunian tunggal harus berjarak tidak lebih dari:

    1) 6 m dari satu eksit atau dari suatu tempat di mana dari tempat tersebutterdapat jalur yang berbeda menuju ke 2 eksit; atau2) 20 m dari eksit tunggal yang melayani lantai pada level penyelamatanmenuju ke jalan atau ke ruang terbuka; dan

    b. Tidak boleh ada tempat pada suatu ruang yang bukan pada unit huniantunggal pada suatu lantai memiliki jarak lebih dari 20 m dari suatu eksitatau dari suatu tempat di mana terdapat jalur dua arah yang berbedamenuju ke 2 eksit.

    2. Bagian bangunan kelas 4: Pintu masuk kesetiap bagian Bangunan Kelas 4,harus tidak lebih dari 6 m dari suatu eksit, atau dari suatu tempat di mana terdapat jalur dua arah menuju ke 2 eksit.

    3. Bangunan kelas 5 s.d. 9: Terkena aturan butir 2.4., 2.5., 2.6. dan:

    a. Setiap tempat harus berjarak tidak lebih 20 m dari pintu ke luar, atau daritempat dengan jalur dua arah menuju ke 2 pintu ke luar tersedia, jika jarakmaksimum ke salah satu pintu ke luar tersebut tidak melebihi 40 m, dan

    b. Pada bangunan kelas 5 atau 6, jarak ke eksit tunggal yang melayani lantaipada level akses ke jalan atau ke ruang terbuka dapat diperpanjang sampai30 m.

  • 9/17/2013

    16

    2.5 Jarak Tempuh ke Eksit4. Bangunan kelas 9a: Pada area perawatan pasien di bangunan kelas 9a:a. Jarak dari setiap titik pada lantai ke suatu tempat di mana di tempat

    tersebut dua jalur yang berbeda menuju ke 2 eksit yang tersedia sesuaipersyaratan, tidak lebih dari 12 m; dan b. Jarak maksimum dari tempat tersebut ke salah satu dari eksit tidak lebih dari 30 m.

    5. Tempat Duduk Penonton yang Terbuka: Jarak tempuh menuju ke eksit pada bangunan kelas 9b, yang dipakai sebagai

    tempat duduk terbuka bagi penonton, harus tidak boleh lebih dari 60 m.6. Gedung Pertemuan: Pada bangunan kelas 9 b yang bukan gedung sekolahatau pusat asuhan balita, jarak ke salah satu eksit boleh 60 m, bila:

    a. jalur lintasan dari ruang tersebut ke eksit melewati ruang lain yaknikoridor, lobby, ramp, atau ruang sirkulasi lainnya, danb. konstruksi ruang tersebut bebas asap, memiliki TKA tidak kurang dari60/60/60 dan konstruksi setiap pintunya terlindung serta dapat menutupsendiri dengan ketebalan tidak kurang dari 35 mm.c. jarak tempuh maksimum dalam ruang tidak boleh melebihi 40 m dan daripintu ke ruang melalui ruang sirkulasi ke eksit tidak boleh melebihi 20 m.

  • 9/17/2013

    17

    2.9 Tangga Luar BangunanTangga luar bangunan dapat berfungsi sebagai eksit, yang disyaratkan,menggantikan semua tangga yang diisolasi terhadap kebakaran. Pada

    bangunan dengan ketinggian efektif tidak lebih dari 25 m, bila konstruksi tangga tersebut (termasuk jembatan penghubung) secara keseluruhan terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar:

    1. bila setiap bagian dari tangga yang berjarak kurang dari 6 m namunberhadapan dengan jendela, pintu, kecuali pintu yang dilengkapi dengan pintukebakaran atau semacamnya, sesuai ketentuan yang melayani dinding luaratau bukaan semacam itu di dinding luar yang dilayani oleh tangga, maka:a. tangga luar tersebut harus dilindungi pada ketinggian penuh di atas levelterendah jendela ataupun pintu dengan konstruksi tahan api serta dengannilai ketahanan api tidak kurang dari 60/60/60; danb. tidak boleh ada jendela atau bukaan lainnya pada dinding penutup tanggayang berada pada jarak 6 m bila tidak dilindungi atau 3 m bila dilindungisesuai ketentuan dari setiap jendela atau pintu pada dinding luar bangunan;atau

    2. bila setiap bagian dari tangga yang berjarak kurang dari 6 m tetapi lebih dari 3m, tetapi berhadapan dengan jendela/pintu atau semacamnya disuatu dinding luar, maka jendela/pintu atau semacamnya harus dilindungi sesuai ketentuan

    Konstruksi Eksit

  • 9/17/2013

    18

  • 9/17/2013

    19

    Gambar 3.9. Tangga spiral, tidak boleh sebagai tangga

    kebakaran

  • 9/17/2013

    20

    LANDASAN HELIKOPTERHelipad Untuk Penyelamatan (Rescue)1. Untuk bangunan gedung yang tingginya melebihi 60 m perlu

    diperhitungkankemungkinan diadakannya landasan helikopter atau helipad untukpenyelamatan terbatas (rescue) pada saat terjadi kebakaran yang memerlukan tindakan penyelamatan tersebut melalui atap bangunan.

    2. Pengadaan helipad bukanlah dimaksudkan untuk evakuasi penghuni bangunan melainkan untuk penyelamatan terbatas atau beberapa orang dan lebih diutamakan untuk rescue.

    3. Rancangan pembangunan helipad perlu memperhatikan selain kondisi iklim dan cuaca adalah desain atap, tinggi bangunan serta lingkungan bangunan bangunan disekitarnya termasuk sarana mekanikal dan elektrikal yang terdapat atau dirancang berada di atap bangunan seperti antene, tangki air, penangkal petir, papan iklan (billboard) dan sebagainya.

    Konstruksi Atap Bangunan1. Konstruksi atap untuk pendaratan helikopter (landing deck) harus dari bahan

    tidak mudah terbakar dan cukup kokoh untuk memikul beban akibat helikopterberpenumpang dan kelengkapannya, baik saat mendarat maupun saat bertolak.

    2. Helipad harus pula dilengkapi dengan sarana pemadam kebakaran sepertihidran, pemadam bahan busa (foam system), pemadam api baik ringan(APAR) maupun beroda, lampu-lampu tanda penunjuk, serta sarana pelindungdiri dan peralatan penunjang lainnya seperti mantel tahan api (fire blanket),pakaian pelindung kebakaran (protective clothing), alat bantu pernapasan dansebagainya.

    Tanda Lokasi Helipad1. Tanda tempat helikopter mendarat ataupun berhenti siaga, harus dibuat

    bertanda untuk memandu ataupun memberitahu pilot helikopter tempat yangpasti untuk mendarat termasuk pemberitahuan mengenai lokasi tempathelikopter siaga tersebut.

    2. Tanda tersebut harus mudah terlihat dari ketinggian yang cukup dan umumnyadicat warna merah oranye atau kontras dengan dasar atau alas lantai atap.

    Kelengkapan lainnya1. Sistem drainase dek pendaratan harus terpisah dari sistem drainase bangunan

    kecuali bila semua air, minyak, dan residu yang berasal dari dek tersebutdialirkan seluruhnya ke pemisah berventilasi yang memenuhi syarat.

    2. Ketentuan lainnya mengenai landasan helikopter harus memenuhi standarYang berlaku.