ketahanan nasional di bidang hankam
DESCRIPTION
pkn makalahTRANSCRIPT
A. Pendahu luan
Sejak merdeka negara Indonesia tidak luput dari gejolak dan ancaman yang
membahayakan kelangsungan hidup bangsa. Tetapi bangsa Indonesia mampu mempertahankan
kemerdekaan dan kedaulatannya dari agresi Belanda dan mampu menegakan wibawa
pemerintahan dari gerakan separatis.
Ditinjau dari geopolitik dan geostrategi dengan posisi geografis, sumber daya alam,
sumber daya manusia dan kemampuan penduduk telah menempatkan Indonesia sebagai ajang
persaingan kepentingan dan pengaruh antar negara besar. Hal ini secara langsung ataupun tidak
langsung telah memberikan dampak negatif terhadap berbagai aspek kehidupan yang dapat
membahayakan kelangsungan dan eksistensi NKRI. Untuk itu bangsa Indonesia harus memiliki
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional sehingga berhasil mengatasi berbagai bentuk
tantangan, hambatan, ancaman dan gangguan yang membahayakan keutuhan NKRI dari
manapun datangnya.
Di sinilah letak kepentingan Ketahanan Nasional bagi bangsa Indonesia untuk tetap
teguh berdiri sebagai satu kesatuan Negara Indonesia, untuk menghindari segala jenis ancaman
dan bahaya yang bermaksud menghancurkan atau merusak hakekat dan pendirian bangsa
Indonesia. Ketahanan nasional memiliki satu tujuan untuk menjaga pertahanan dan keamanan
bangsa Indonesia dari segala bahaya. Itulah yang mendasari pentingnya perlindungan negara di
bidang pertahanan dan keamanan (HANKAM).
B . Kond i s i Pe r t ahanan dan Keamanan
Saat ini kekuatan pertahanan Indonesia berada pada urutan 19 dunia dan urutan 9 di
Asia Pasifik. Hubungan kerjasama dibangun dengan berbagai negara guna meningkatakan
kekuatan pertahanan. Salah satunya adalah kerjasama Action Plan tahun 2015 yang
ditandatangani antara Kemhan dan Tim Defense Institution Reform Initiative
(DIRI), memperluas cakupan program DIRI secara kelembagaan maupun secara substansif.
Penandatanganan Action Plan 2015 diharapkan mempererat kerjasama antara kkedua negara di
bidang pertahanan dalam rangka peningkatan Confidence Building Measures, peningkatan
sistem dan manajemen pertahanan di Indonesia. Sehingga dalam kurun waktu 5 hingga 10 tahun
mendatang, diharapkan kekuatan pertahanan Indonesia akan mampu masuk dalam jajaran 10
besar dunia, atau setidak-tidaknya urutan ke 15.
Pembenahan fasilitas pertahanan di daerah perbatasan juga dilakukan melalui tinjauan
langsung secara berkala ke lokasi perbatasan. Pada desember 2014 lalu menteri pertahanan
meninjau Pos perbatasan Indonesia dengan Timor Leste yang berada di Pulau Bantek dan Pos
Perbatasan Motaain. Dalam tinjauan tersebut ditemukan berbagai permasalahan dan kekurangan
yang berkaitan fasilitas, jumlah personel dan pos Satgas Pengamanan Perbatasan di wilayah
tersebut. Idealnya diwilayah tersebut terdapat 56 pos namun kenyataannya hanya berjumlah 39
pos dengan 25 pasukan setiap posnya. Bila meninjau kondisi pos di perbatasan tersebut masih
ada beberapa pos yang perlu dibenahi dan dierenovasi akibat keadaannya yang rusak. Selain itu
perbekalan berupa makanan dan air bersih menjadi kebutuhan yang sangat diperlukan oleh
personel di wilayah tersebut. Fasilitas transportasi berupa perahu karet yang digunakan untuk
berpatroli di perairan perbatasan dan alat telekomunikasi yang kurang memadai juga menjadi
kendala tersendiri.
Pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan masih terus ditingkatkan dan kini
telah menunjukan kemajuan tetap saja masih terdapat kelemahan. Kepercayaan masyarakat
terhadap aparatur Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisisan Negara Republik Indonesia
masih cenderung lemah. Hal ini dikarenakan aparatur negara tersebut digunakan sebagai alat
kekuasaan pada masa lalu, rasa aman dan ketenteraman masyarakat berkurang, meningkatnya
gangguan keamanan dan ketertiban, serta terjadinya kerusuhan massal dan berbagai
pelanggaran hukum serta pelanggaran hak asasi manusia.
Kurang mantapnya formulasi dan persepsi peran TNI pada masa lalu dalam menghadapi
ancaman yang datang dari luar negeri menyebabkan terjadinya penonjolan peran Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia sebagai kekuatan sosial politik yang berimplikasi pada
melemahnya peran TNI sebagai kekuatan pertahanan dan menurunnya tingkat profesionalitas
TNI sehingga kemampuan nyata menjadi rendah; efek penangkalan sangat lemah dan
timpangnya komposisi pengembangan kekuatan personil TNI serta alat utama sistem senjata
(alutsista) TNI dikaitkan dengan konfigurasi geostrategis wilayah Indonesia. Keterlibatan TNI
yang terlalu jauh pada keamanan dalam negeri serta keamanan dan ketertiban masyarakat
berakibat terdistorsinya peran dan fungsi Polri sehingga berakibat kurang menguntungkan bagi
profeionalitas Polri dalam menyelesaikan persoalan kriminal serta berkurangnya jamianan rasa
keamanan dan ketentraman masyarakat.
TNI sebagai kekuatan inti dalam pertahanan negara dan Polri sebagai fungsi keamanan
dan ketertiban masyarakat. Pemisahanan masalah –masalah pertahanan dan keamanan
dilakukan agar terpetakan secara jelas tugas, tanggung jawab dan funsi masing-masing institusi
yang terlibat di dalamnya.
Pembangunan bidang pertahanan dan keamanan masih dihadapkan pada permasalahan
yang cukup berat terutaman dalam hal pemulihan kredibilitas serta citra baik TNI dan Polri,
baik di dalam maupun luar negeri. Sebagai institusi pertahanan negara, TNI harus mampu
menjangkau seluruh luas wilayah kepulauan Indonesia dengan kondisi geostrategis yang berat.
Padahal, kuantitas maupun kualitas personil maupun alat utama dan sistem senjata TNI sangat
tidak memadai, sedangkan Polri sebagai penegak hukum yang berperan dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, harus mampu menegakkan hukum, memberikan
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Dengan menjalankan peran dan fungsinya
dengan baik, diharapkan TNI sebagai kekuatan inti pertahanan negara dan Polri sebagai
pelaksana inti penegak hukum mampu berperanan utama dalam menjaga persatuan dan
kesatuan.
C . Pe rmasa l ahan
Pe rmasa l ahan yang d ihadap i da l am pembangunan bidang pertahanan dan
keamanan relatif hampir sama dari tahun ke tahun, meskipun dengan tingkatan yang berbeda-
beda. Di samping permasalahan yang bersifat sistemik dalam arti sngat mendasarserta
memerlukan waktu dan sumber daya yang sangat besar untuk memecahkannya, terdapat juga
yang sifatnya insidental yang relatif dapat segara diatasi. Berikut ini merupakan contoh
permasalahan yang dihadapi :
1. Belum Selarasnya Landasan Hukum Srategi Hankam
Potensi ancaman keamanan kini makin bervariasi sehingga menuntut diperlukannya
pengelolaan keamanan nasional yang lebih intregtatif, efektif dan efisien dengan
peningkatan kemampuan dan peran lembaga-lembaga keamanan. Makin variatifnya potensi
ancaman keamanan, maka menuntut diperlukannya pengelolaan keamanan. Belum tuntas
dan masih terbatasnya kerja sama antar institusi menjadikan pentingnya sebuah kerangka
kebijakan yang mampu mengintegrasikan berbagai kebijakan pertahanan dan keamanan
nasional yang sudah ada. Kerangka kebijakan tersebut bersifat memayungi berbagai
kebijakan pertahanan dan keamanan yang telah ada sebelumnya dan tidak bertentangan
dengan perundang-undangan diatasnya.
2. Terbatasnya Sumber Daya Pertahanan dan Keamanan
Beberapa permasalahan yang berhasil dirumuskan diantaranya adalah kesenjangan postur
dan pertahanan negara, penurunan efek penggetar pertahan yang diakibatkan ketertinggalan
teknologi dan usia teknis yang tua, wilayah pertahan dan pulau terluar yang masih rawan
dan berpotensi untuk terjadinya pelanggaran batas wilayah dan gangguan keamanan,
sumbangan industri pertahanan yang belum optimal, terorisme yang memerlukan
kewaspadaan tinggi, keselamatan masyarakat yang menuntut perhatian, penanganan dan
penyelesaian perkara yang menyeluruh, penyalahgunaan narkoba dan peredarannya,
keamanan informasi yang masih lemah, deteksi dini yang masih belum memadai, serta
kesenjangan kapasitas lembaga penyusun kebijakan pertahanan dan keamanan negara.
3. Masih Rendahnya Partisipasi Masyarakat dalam Sistem
Pelakasanaan fungsi pertahan negara merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa
Indonesia. TNI merupakan komponen utama yang didukung oleh komponen cadangan dan
pendukung. Komponen cadangan adalah warga negara, sumber daya alam, suber daya
buatan, sarana dan prasarana nasional. Sedangkan dalam pelaksanaan fungsi kemananan
masyarakat berpartisipasi dalam pencegahan tindakan kejahatan dan menjaga ketertiban
masyarakat.
Namun pertisiwarga negara atau masyarakat sebagai bagian dari sistem pertahanan dan
keamanan belum dapat diterapkan atau berjalan dengan baik, sehingga pelaksanaan fungsi
pertahanan dan keamanan belum sepenuhnya menunjukan peran serta atau pertisipasi
masyarakat.
D . Penye l e sa i an
Untuk menerapkan kebijakan yang telah dirumuskan, maka dibutuhkan beberapa strategi yang
relevan dengan kebutuhan, sehingga diharapkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat
tercapai. Untuk melaksanakan pembangunan pertahanan dan keamanan dibutuhkan beberapa
strategi yang mencakup :
1. Menyelaraskan Landasan Hukum Hankam
Upaya pertahanan dan keamanan negara sesuai dengan amanat UUD 1945 dilaksanakan
dengan Sishankamrata. Amanat ini telah diupayakan pengembangannya melalui berbagai
upaya pembangunan komponen-komponen sistemnya, namun belum menggambarkan
perkembangan sistem tersebut sesuai dengan kebutuhan masa depan. Sishankamrata yang
sebelumnya telah diupayakan penataannya, sejak amandemen UUD 1945 sampai sekarang
belum ditata kembali secara menyeluruh kedalam berbagai peraturan perundang-undangan.
Penataan baru sebatas pada kekuatan utama yaitu UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara RI, UU No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara RI dan UU No. 34 Tahun
2004 tentang TNI. Sedangkan tentang rakyat sebagai kekuatan pendukung sama sekali
belum dijabarkan. UU No. 27 Tahun 1997 tentang Mobilisasi dan Demobilisasi yang telah
ada perlu disesuaikan kembali karena dasar yang digunakan sudah berbeda.
Dalam rangka rencana pembangunan Sishankamrata, maka perlu dilakukan penyempurnaan
perangkat perundang-undangan hankamneg dengan melibatkan berbagai instansi yang
terkait, didahului dengan kajian, uji coba dan sosialisasi konsep. Sebagai konsekuensi logis
dari jabaran sistem tersebut, maka telah selesai dilaksanakan pemisahan TNI dengan Polri
dan No 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Penataan selanjutnya baru pada tahap
penjabaran Peraturan Pemerintah sebagai aturan pelaksanaan dari UU yang bersangkutan.
Sejalan dengan itu juga telah berkembang gagasan untuk menyusun UU tentang Keamanan
Nasional (National Security Act), yang substansinya dapat menampung setiap upaya
pertahanan dan keamanan negara dengan Sishankamrata. Konsep UU tersebut tentunya
harus sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang ada serta tidak bertentangan
dengan peraturan diatasnya.
2. Memenuhi Kebutuhan Sumber Daya Hankam
Kebijakan hankam adalah meningkatkan postur MEF (minimum essential force) sebesar
43,67 persen sampai dengan tahun 2014. Sedangkan sisanya akan dilaksanakan pada dua
periode pembangunan yang akan datang. Oleh karena itu dengan mengingat keterbatasan
anggaran negara, maka prioritas pembangunan pertahanan dilaksanakan melalui
modernisasi alutsista TNI/Alut Polri secara terbatas baik melalui penggantian, up grading,
maupun perbaikan alutsista TNI/ Alut Polri untuk mempertahankan usia pakainya.
Sementara itu, untuk menciptakan profesionalisme TNI/ Polri salah satunya dilakukan
dengan meningkatkan kesejahteraan personil TNI/ Polri. Upaya ini dilakukan dengan
pemberian jaminan pemeliharaan kesehatan, santunan asuransi, program KPR, pemberian
santunan risiko kematian khusus (SRKK), peningkatan uang lauk pauk (ULP), dan
pemberian tunjangan khusus bagi personil yang bertugas pada wilayah kritis seperti
perbatasan negara. Dalam rangka mendukung pembentukan postur MEF, peningkatan peran
industri pertahanan dalam negeri sangat dibutuhkan, terutama untuk produkproduk militer
yang secara teknis mampu diproduksi.
Kesenjangan antara postur dan struktur pertahanan negara dengan kekuatan militer saat ini
merupakan risiko yang sangat besar bagi upaya mempertahankan wilayah dan kedaulatan
negara. Dengan kondisi keuangan negara yang terbatas, kekuatan pertahanan yang
memungkinkan dibangun adalah minimum essential force (MEF) yang dijadikan prioritas
pembangunan pertahanan dalam rangka menghadapi perkembangan lingkungan strategis
negara, ancaman nyata yang dihadapi, serta doktrin pertahanan yang dianut oleh TNI.
Upaya membangun postur pertahanan dalam skala kekuatan tidak mudah diwujudkan
apabila melihat kondisi alutsista saat ini. Dengan jumlah alutsista TNI yang relatif masih
kurang, serta sebagian besar alutsista TNI telah mengalami penurunan efek penggentar dan
bahkan penurunan daya tembak yang sangat drastis sebagai akibat usia teknis yang tua dan
ketertinggalan teknologi, akan membutuhkan dana yang sangat besar. Di samping
pembangunan Alutsista TNI, pengembangan postur dan struktur pertahanan negara
dilakukan dengan membentuk prajurit TNI yang profesional serta mampu mengikuti
perkembangan teknologi militer dan keadaan lingkungan masa kini.
3. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Sistem Hankam
Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 menegaskan, bahwa pertahanan negara berfungsi untuk
mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagai satu kesatuan (Pasal 5). Sedangkan yang dimaksud dengan seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pertahanan, bahwa ancaman terhadap
sebagian wilayah merupakan ancaman terhadap seluruh wilayah dan menjadi tanggung
jawab segenap bangsa. Merujuk ketentuan tersebut, maka keikutsertaan segenap warga
negara dalam upaya pembelaan negara bukan hanya dalam lingkup nasional, tetapi juga
dalam lingkungan terdekat di mana kita berdomisili. Artinya menjaga keutuhan wilayah
lingkungan kita tidak dapat dipisahkan dari keutuhan wilayah negara secara keseluruhan.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai kewajiban untuk menjaga keutuhan dan keamanan
serta ketertiban wilayah sekitarnya mulai dari lingkungan rumah sendiri, lingkungan
masyarakat sekitar, sampai wilayah yang lebih luas.
Adapun bentuk partisipasi warga masyarakat dalam menjaga lingkungannya antara lain
melalui kegiatan sistem keamanan lingkungan (Siskamling), ikut serta menanggulangi
akibat bencana alam, ikut serta mengatasi kerusuhan masal, dan konflik komunal. Bencana
alam terutama banjir tampak telah menjadi bencana nasional, karena hampir seluruh
wilayah nusantara terkena bencana tersebut. Oleh karena itu, perlu ada gerakan bersama
untuk menguranginya. Misalnya dengan gerakan membuat serapan air dengan teknologi
sederhana biopori sebanyak mungkin di lingkungan masing-masing.
Dalam masyarakat kita terdapat organisasi yang berkaitan dengan keselamatan masyarakat
yaitu Perlindungan Masyarakat (Linmas). Linmas mempunyai fungsi untuk menanggulangi
akibat bencana perang, bencana alam atau bencana lainnya maupun memperkecil akibat
malapetaka yang menimbulkan kerugian jiwa dan harta benda. Selain itu terdapat pula
organisasi rakyat yang disebut Keamanan Rakyat (Kamra), Perlawanan Rakyat (Wanra),
dan Pertahanan Sipil (Hansip). Keamanan rakyat merupakan bentuk partisipasi rakyat
langsung dalam bidang keamanan dan ketertiban masyarakat. Sedangkan Wanra merupakan
bentuk partisipasi rakyat langsung dalam bidang pertahanan. Kemudian Hansip merupakan
kekuatan rakyat yang merupakan kekuatan pokok unsur-unsur perlindungan masyarakat
dimanfaatkan dalam menghadapi bencana akibat perang dan bencana alam serta menjadi
sumber cadangan nasional untuk menghadapi keadaan luar biasa. Di daerah Bali terdapat
lembaga atau organisasi keamanan yang dibentuk berdasarkan adat yang dikenal dengan
nama Pecalang. Pecalang memiliki kewibawaan dan sangat berperan dalam menjaga
keamanan di lingkungan setempat.
E . Penu tup
Pembangunan pertahanan dan keamanan terutama ditujukan untuk menegakkan kedaulatan
negara, menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, menjaga keselamatan
segenap bangsa dari ancaman militer dan nonmiliter, meningkatkan rasa aman dan nyaman
beraktivitas, tetap tertib dan tegaknya hukum di masyarakat, serta untuk memastikan kondisi
keamanan dan kenyamanan sebagai jaminan kondusifnya iklim investasi.
Secara umum pembangunan pertahanan dan keamanan telah menghasilkan kekuatan
pertahanan negara pada tingkat penangkalan yang mampu menindak dan menanggulangi
ancaman yang datang, baik dari dalam maupun dari luar negeri, profesionalitas aparat
keamanan meningkat sehingga pencitraan dan pelayanan terhadap masyarakat semakin
dirasakan, serta berbagai ancaman dapat diredam.
Namun, akibat keterbatasan keuangan negara banyak program dan kegiatan pembangunan
bidang pertahanan dan keamanan yang tidak tercapai secara optimal. Upaya pemenuhan
kekuatan pertahanan negara pada tingkat kekuatan pokok minimal (minimum essential force)
belum sepenuhnya dapat diwujudkan. Pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan
negara baru menghasilkan postur pertahanan negara dengan kekuatan terbatas (dibawah
Deterrence Standard). Dalam hal pencapaian profesionalisme aparat keamanan, banyak kendala
yang dihadapi sehingga sampai saat ini lembaga kepolisian belum sepenuhnya dapat memenuhi
harapan dan tuntutan masyarakat. Di samping itu, kondisi wilayah yang sangat luas, baik
daratan maupun perairan, jumlah penduduk yang banyak dan nilai kekayaan nasional yang
harus dijamin keamanannya dalam wadah NKRI menjadikan tantangan tugas dan tanggung
jawab bidang pertahanan dan keamanan menjadi sangat berat.
TUGAS PENDIDIKAN DAN KEWARGANEGARAAN
ANALISIS KONDISI KETAHANAN NASIONAL INDONESIA
DI BIDANG KETANANAN DAN KEAMANAN
DISUSUN OLEH:
NAMA : ASRI NUR RAHMAWATI
NIM : 14304241028
PRODI : PENDIDIKAN BIOLOGI A
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014