kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

176
DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

Upload: bidang-kkian-pkp2a-iii-lan-kalimantan

Post on 20-Jun-2015

751 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

kajian PKP2A III LAN tahun 2007

TRANSCRIPT

Page 1: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

Page 2: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

155 + 20, 2007 Perpustakaan Nasional RI: Data Katalog Dalam Terbitan (KDT)

ISBN 978-979-1176-08-8

1. Pelimpahan Kewenangan 2. UU Nomor 32 Tahun 2004

Tim Peneliti :Meiliana, SE.,M.Si (Peneliti Utama)Tri Widodo W. Utomo, SH., MA (Peneliti)Drs. M. Tarno Seman, M.Si. (Peneliti)Mayahayati K., SE (Peneliti)Windra Mariani, SH (Peneliti)Drs. Syahrial (Pembantu Peneliti)Drs. Ushuludin, M.Si. (Pembantu Peneliti)Drs. Andi Taufik, M.Si. (Pembantu Peneliti)Siti Zakiyah, S.Si. (Koordinator Penelitian)

Editor :Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA Siti Zakiyah, S.Si.Said Fadhil, SIP

Diterbitkan Oleh :Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III (PKP2A III)LAN Samarinda

UNDANG-UNDANG HAK CIPTA NO. 19 TAHUN 2002Pasal 72

(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

Page 3: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

KATA PENGANTAR

Di era otonomi luas dewasa ini, inovasi, terobosan dan daya kreasi aparatur pemerintah merupakan kata kunci untuk berhasilnya pembangunan di daerah. Untuk itu, inovasi, terobosan dan daya kreasi ini perlu terus diasah dan dikembangkan agar menjadi tools yang manjur untuk membangun figur kepemerintahan lokal yang efektif, efisien, professional, bersih, committed, akuntabel, serta berkinerja tinggi.

Fenomena dewasa ini mengilustrasikan bahwa meskipun telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan terhadap inovasi dan terobosan-terobosan di banyak daerah, namun semangat untuk menggali hal-hal baru (invention) dan menemukan metode-metode baru (innovation) dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah masih dirasakan perlu diperkuat lagi. Inovasi dan terobosan-terobosan yang dilakukan oleh pemerintah daerah diyakini mampu meningkatkan daya saing daerah tersebut.

Sebagai salah satu upaya untuk menciptakan daya saing daerah, penciptaan sistem kompetisi diyakini akan mampu merangsang daerah untuk berlomba-lomba menciptakan inovasi dan terobosan yang apada tataran selanjutnya akan menumbuhkan daya saing daerah. Kompetisi akan menghasilkan efisiensi dan responsivitas birokrasi pada perubahan lingkungan sehingga akan mampu meningkatkan daya inovasi di lingkungan birokrasi. Daya inovasi dan kreativitas yang telah diciptakan oleh daerah akan memberikan manfaat yang besar dalam rangka pelaksanaan pembangunan di daerah.

Akhir kata, Tim peneliti ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terlaksananya program kajian ini, khususnya kepada para pejabat di daerah sampel, yakni di Kota Pontianak, Kota Banjarmasin, Kabupaten Pasir dan Kabupaten Pulang Pisau. Pada saat bersamaan, Tim juga menyadari bahwa kajian ini masih mengandung banyak kelemahan dan kekurangan, baik secara metodologis maupun substantif. Untuk itu, Tim sangat mengharapkan adanya kritik, saran, serta komentar cerdas dan konstruktif dari berbagai pihak.

Samarinda, Desember 2007

Tim Peneliti

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

iii

Page 4: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................................Daftar Isi ...................................................................................................................... Ringkasan Eksekutif ...............................................................................................

Bab I Pendahuluan ................................................................................. A. Latar Belakang .................................................................................... B. Perumusan Masalah ......................................................................... C. Ruang Lingkup .................................................................................... D. Tujuan dan Kegunaan ...................................................................... E. Hasil yang Diharapkan ................................................................... F. Metodologi Penelitian .....................................................................

Bab II Konsep Kompetisi Pelayanan Publik Dan PeningkatanKinerja Kualitas Pelayanan ...................................................... A. Konsep Kompetisi Pelayanan Publik ........................................

1. Makna dan Pengetian Kompetisi .......................................... 2. Makna dan Pengertian Pelayanan Publik .........................

B. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dan Hambatannya ......................................................................................

C. Meningkatkan Keunggulan Bersaing melaluiPelayanan Prima (Competitive Advantage) ............................

Bab III Inovasi Dan Manajemen Perubahan Dalam MewujudkanCompetitive Government Dan Menumbuhkan SemangatKompetisi ...................................................................................... A. Kreativitas dan Inovasi dalam Mewujudkan Competitive

advantage dan competitive government ................................ B. Manajemen Perubahan dalam Menciptakan Daya Saing

dan Mendorong Kompetisi ...........................................................

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

iv

iiiivvi

1134455

17171721

23

29

32

32

37

Page 5: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Bab IV Kesiapan Kabupaten/Kota di Wilayah kalimantanDalam Kompetisi antar Daerah di Bidang Pelayanan Publik .............................................................................................. A. Kesiapan Kabupaten/Kota di Kalimantan dalam

kompetisi Antar daerah di Bidang Pelayanan Publik ........ B. Kesiapan Kota Pontianak dalam Kompetisi Antar

Daerah di Bidang Pelayanan Publik .......................................... 1. Gambaran Umum Daerah ........................................................ 2. Kesiapan Kabupaten Pasir dalam kompetisi Antar

Daerah di Bidang Pelayanan Publik .................................... C. Kesiapan Kabupaten Pasir dalam Kompetisi Antar

Daerah di Bidang Pelayanan Publik .......................................... 1. Gambaran Umum Daerah ........................................................ 2. Kesiapan Kabupaten Pasir dalam Kompetisi Antar

Daerah di Bidang Pelayanan Publik .................................... D. Kesiapan Kabupaten Pulang Pisau dalam Kompetisi

Antar Daerah di Bidang Pelayanan Publik ............................. 1. Gambaran Umum Daerah ........................................................ 2. Kesiapan Kabupaten Pulang Pisau dalam Kompetisi

Antar Daerah di Bidang Pelayanan Publik .......................

Bab V Penutup ........................................................................................... A. Kesimpulan .......................................................................................... B. Rekomendasi .......................................................................................

LAMPIRANLampiran 1 Instrumen Penelitian ............................................................. Lampiran 2 SK Tim Pelaksana Kajian Kesiapan Kabupaten/Kota

di Wilayah Kalimantan dalam Kompetisi Antardaerah di Bidang Pelayanan Publik .................................

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

v

44

44

4545

49

8888

91

117117

120

153153155

1

7

Page 6: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

RINGKASAN EKSEKUTIF

Reformasi birokrasi pelayanan belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan, hal ini dibuktikkan bahwa sampai saat ini pelayanan publik cenderung belum sepenuhnya menganut responsibilitas, responsivitas dan kadang-kadang malah tidak representatif. Pelayanan publik yang dikelola oleh pemerintah secara hierarkis cenderung bercirikan "over bureaucratic, bloated, wasteful dan under performing" sehingga banyak pelayanan pemerintahan seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, pekerjaan umum, pertanahan, penanaman modal, fasilitas sosial, tenaga kerja dan lainnya yang dikelola oleh pemerintah tidak memuaskan masyarakat, bahkan kalah bersaing dengan pelayanan pihak swasta. Masih adanya keluhan dan pengaduan masyarakat, baik disampaikan langsung kepada pemberi pelayanan maupun melalui media massa semakin menguatkan opini publik yang menyatakan bahwa pelayanan publik di Indonesia secara keseluruhan belumlah berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik sejak tahun 1993 baik dalam bentuk PP, Inpress dan beberapa peraturan turunannya belum mampu merubah wajah pelayanan publik di Indonesia. Efektivitas dari impelementasi kebijakan tentang pelayanan publik bukanlah disebabkan oleh kelemahan substansi dari kebijakan tersebut, akan tetapi merupakan bentuk ketidaktaatan hukum terhadap pemberlakuan kebijakan yang bersangkutan.

Percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik akan sulit berhasil j ika hanya mengandalkan kesadaran unit pelayanan dalam mengimplementasikan suatu kebijakan yang diberlakukan tanpa adanya dukungan dari pihak-pihak pengambil keputusan di atasnya. Sehingga komitmen yang kuat, kreativitas, inovasi, dan terobosan dari Bupati/Walikota dan seluruh jajarannya sangat diperlukan dalam mengimplementasikan kebijakan di bidang pelayanan publik di daerahnya.

Kondisi daerah menggambarkan adanya perbedaan kemajuan dalam upaya peningkatan pelayanan publik. Beberapa daerah telah menunjukkan komitmen dan inovasi yang tinggi dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik, akan tetapi masih banyak daerah lain yang belum menunjukkan kemajuan sebagaimana diharapkan.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

vi

Page 7: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Mengingat kondisi tersebut , maka kajian ini mencoba mengidentifikasi berbagai program peningkatan kualitas pelayanan publik di beberapa kabupaten/kota di wilayah Kalimantan, mengidentifikasi tingkat kesiapan pemerintah kabupaten/kota dalam kompetisi antar daerah di bidang pelayanan, disamping itu juga ingin mengidentifikasi berbagai kebutuhan kebijakan dalam rangka mengakselerasi peningkatan kualitas pelayanan publik di masa yang akan datang.

Kebijakan daerah tentang pelayanan publik yang diharapkan dapat menjamin hak-hak masyarakat dalam memperoleh pelayanan publik di wilayah Kalimantan belum dimiliki satu daerah pun di Kalimantan. Meski demikian kondisi unit pelayanan publik di beberapa daerah di Kalimantan tidak sepenuhnya jauh tertinggal dibanding kondisi unit pelayanan publik di luar Pulau Kalimantan, demikian juga dengan semangat kompetisi di bidang pelayanan publik. Hal ini dibuktikkan beberapa daerah di kalimantan khususnya Kalimantan Timur seperti Kota Balikpapan, Kota Bontang dan Kota Tarakan telah mampu bersaing dengan daerah lainnya di Indonesia dalam melakukan inovasi dalam perbaikan dan peningkatan pelayanan publik yang dibuktikkan dengan pemberian penghargaan berupa piagam pelopor inovasi. Ketiga kota tersebut bukan merupakan cerminan kondisi Kalimantan secara keseluruhan mengingat Pulau Kalimantan didominasi oleh wajah pedesaan, sedangkan ketiga daerah tersebut merupakan wajah perkotaan, yang kondisi infrastrukturnya jauh lebih baik dibandingkan daerah-daerah lain di Kalimantan.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa secara umum kabupaten/kota di Kalimantan khususnya daerah yang menajdi lokus penelitian belum siap dalam berkompetisi antar daerah di bidang pelayanan publik. hal ini ditunjukkan dari hasil pengukuran penilaian kinerja pelayanan berdasarkan 12 indikator berdasarkan Keputusan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 26 Tahun 2006 dimana seluruh daerah yang menjadi lokus penelitian rata-rata memiliki skor di bawah 300 sehingga masuk pada level "kurang siap" bahkan ada yang kondisinya lebih parang lagi yaitu "tidak siap". Dari 4 (empat) kabupaten/kota yaitu Kota Pontianak, Kota Banjarmasin, Kabupaten Pulang Pisau serta Kabupaten Paser sebagai lokus penelitian, Kota Banjarmasin merupakan satu-satunya daerah yang mampu mengantarkan salah satu unit pelayanannya yaitu "PDAM Bandarmasih"

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

vii

Page 8: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

meraih penghargaan piala citra pelayanan prima, sedangkan Kota Pontianak baru mampu mengantarkan "KP2Tnya" (Kantor Pelayanan dan Perizinan Terpadu) dan Puskesmas Kalianyang meraih piagam citra pelayanan prima. Dibanding dua daerah tadi, Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Paser menunjukkan kondisi yang jauh lebih tertinggal dalam upaya peningkatan pelayanan publik. Kabupaten Pulang Pisau merupakan kabupaten yang baru dimekarkan pada tahun 2002 dari kabupaten induknya, yaitu Kabupaten Kapuas, pertumbuhan pembangunan di daerah pemekaran ini cukup lambat. Infrastruktur yang tersedia di kabupaten ini masih sangat minim, pelayanan dan perizinan masih dilakukan oleh dinas-dinas terkait yang lokasinya terpisah serta sarana dan prasarana terbatas. Kabupaten Pasir meskipun merupakan salah satu daerah otonom yang berdiri sejak tahun 1959, akan tetapi inovasi, kreativitas dan komitmen dari pemerintah daerah dalam peningkatan pelayanan publik belum begitu terlihat.

Dengan ditetapkannya Keputusan MenPAN Nomor 26 Tahun 2006 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Pelayanan dalam rangka Kompetisi antar Kabupaten/Kota merupakan sinyal positif terhadap upaya untuk merangsang daerah untuk menjadi yang terbaik dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Kebijakan yang disertai dengan penghargaan piagam pelopor inovasi tersebut diharapkan akan menjadi stimulan ataupun leverage bagi daerah-daerah lain untuk terus berinovasi dan menciptakan terobosan-terobosan baru dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

Penelitian ini merekomendasikan agar dorongan pemerintah untuk merangsang daerah dalam peningkatan kinerja pelayanan serta berinovasi dalam penyelenggaraan pemerintahannya perlu terus diperkuat, baik melalui kebijakan yang disertai dengan sanksi yang tegas maupun melalui stimulan berupa reward/penghargaan yang lebih "menggiurkan", masih dibungkus dalam suatu sistem kompetisi. Disamping itu, budaya inovasi dan kreativitas pemerintah daerah juga harus ditanamkan, bisa dimulai dari pimpinan pemerintahan daerah, bisa juga dimulai dari satuan unit terkecil dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), dimulai dari hal-hal yang kecil yang pada akhirnya diharapkan akan menjadi budaya Pemerintah Daerah.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

viii

Page 9: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPasal 11 ayat (4) UU No.32 Tahun 2004 menyatakan bahwa,

"Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah". Selanjutnya dalam menyelenggarakan urusan pemerintahannya, Pemerintah Daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dan memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat berdasarkan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Dengan demikian desentralisasi merupakan tangung jawab masyarakat dan Pemerintah Daerah. Dalam konteks ini maka urusan keberhasilan pelayanan publik adalah tingkat perubahan penyelenggaraan pemerintahan yang berpihak pada pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Akan tetapi, sampai saat ini pelayanan publik cenderung belum sepenuhnya menganut responsibilitas, responsivitas dan kadang-kadang malah tidak representatif. Pelayanan publik yang dikelola oleh pemerintah secara hierarkis cenderung bercirikan "over bureaucratic, bloated, wasteful dan under performing" sehingga banyak pelayanan pemerintahan seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, pekerjaan umum, pertanahan, penanaman modal, fasilitas sosial, tenaga kerja dan lainnya yang dikelola oleh pemerintah tidak memuaskan masyarakat, bahkan kalah bersaing dengan pelayanan pihak swasta. Dengan kata lain, pelayanan publik dalam banyak hal belum berjalan sebagaimana diharapkan. Hal ini antara lain terlihat dari masih adanya keluhan dan pengaduan masyarakat, baik disampaikan langsung kepada pemberi pelayanan maupun melalui media massa. Untuk mengatasi kondisi ini, diperlukan komitmen yang tegas dan jelas dari pimpinan unit pelayanan publik.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

1

Page 10: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Dalam konteks demikian, maka perlu suatu sarana yang menjadi tolak ukur pelaksanaan maupun evaluasi pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, terutama menyangkut pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Luasnya cakupan pelayanan dasar sebagaimana urusan pemerintahan bersifat wajib yang menjadi kewenangan daerah memungkinkan adanya cakupan pelayanan sehingga perlu adanya pengaturan standar pelayanan, paling tidak dalam kategori minimal dengan berpedoman pada standar yang ditetapkan pemerintah guna mengukur tingkat kualitas pelayanan jasa, pelayanan barang dan/atau pelayanan usaha yang diberikan pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan masyarakat sekaligus memperkokoh daya saing (competitiveness) unit pelayanan, berbagai kebijakan telah digulirkan. Sebagai contoh, Instruksi Presiden No 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, yang menginstruksikan antara lain kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara untuk menyiapkan rumusan kebijakan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik. Selain itu, Inpres ini juga menginstruksikan kepada seluruh Gubernur dan Bupati / Walikota untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, baik dalam bentuk jasa ataupun perizinan melalui transparansi dan standardisasi pelayanan yang meliputi persyaratan, target waktu penyelesaian dan biaya yang harus dibayar oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta senantiasa berupaya mencegah, mengurangi bahkan menghapuskan pungutan tidak resmi.

Percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik pada pemerintah kabupaten/kota memerlukan komitmen yang kuat, kreativitas, inovasi, dan terobosan dari Bupati/Walikota dan seluruh jajarannya dalam mengimplementasikan kebijakan di bidang pelayanan publik. Kenyataan di beberapa daerah dimana pimpinan beserta jajarannya mempunyai komitmen yang kuat dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik, telah menunjukkan kemajuan yang cukup menggembirakan. Sementara itu masih banyak daerah lain yang belum menunjukkan kemajuan sebagaimana diharapkan.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

2

Page 11: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Sebagai tindak lanjut dari Inpres No. 5 Tahun 2004 tadi, maka Menteri Negara PAN telah menerbitkan serangkaian peraturan beserta instrumen pengukuran kualitas pelayanan, antara lain adalah :eKeputusan Menpan No. KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman

Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.

eKeputusan Menpan No. KEP/26/M.PAN//2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

ePeraturan Menpan No. PER/20/M.PAN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Publik.

ePeraturan Menpan No. PER/25/M.PAN/05/2006 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik.

ePeraturan Menpan No. PER/26/M.PAN/05/2006 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Pelayanan Publik Dalam Rangka Pelaksanaan Kompetisi Antar Kabupaten/Kota.

Dari berbagai aturan tadi dapat ditemukan adanya perubahan paradigma dalam pengukuran kinerja pelayanan. Mutu pelayanan tidak lagi hanya dilihat dari aspek-aspek teknis seperti prosedur, persyaratan, waktu, biaya, lembaga pelayanan, atau kepuasan masyarakat semata; namun lebih dari itu mutu pelayanan juga ditempatkan pada kerangka kebijakan yang lebih luas, yakni merangsang tumbuhnya semangat kompetisi antar instansi pelayanan dan antar daerah. Itulah sebabnya, indikator-indikator pengukuran kinerja pelayanan diperluas kedalam dimensi-dimensi makro yang lebih strategis, misalnya kebijakan deregulasi dan debirokratisasi pelayanan, kebijakan peningkatan partisipasi masyarakat, kebijakan pemberian penghargaan dan penerapan sanksi, kebijakan korporatisasi unit pelayanan, kebijakan peningkatan profesionalisme pejabat pemberi layanan publik, kebijakan pengembangan ekonomi daerah, kebijakan pengembangan dan pemanfaatan e-government, dan sebagainya.

B. Perumusan MasalahDari berbagai fenomena yang dipaparkan pada latar belakang

diatas, maka dapat dirumuskan adanya permasalahan penelitian sebagai

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

3

Page 12: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

berikut :1. Masih relatif rendahnya kualitas pelayanan publik di era otonomi

daerah, baik yang bersumber dari kinerja internal unit pelayanan (prosedur, SDM, sarana pelayanan, dsb) yang belum optimal, sehingga menghasilkan tingkat kepuasan masyarakat (IKM) yang rendah pula.

2. Masih kurangnya kesungguhan pemerintah daerah dalam menetapkan program yang secara sistematis ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam rangka peningkatan kepuasan masyarakat.

3. Masih relatif rendahnya kemampuan bersaing (competitiveness) pemerintah daerah yang didukung oleh komitmen yang kuat, kreativitas, inovasi, dan terobosan dari unsur pimpinan daerah. Belum terinternalisasikannya semangat dan kemampuan untuk berkompetisi ini, maka

C. Ruang Lingkup Sesuai dengan Permenpan No. 26 Tahun 2006, maka ruang

lingkup penelitian ini diarahkan pada upaya pengukuran kinerja kabupaten/kota, yang meliputi 12 variabel, yakni: kebijakan deregulasi dan debirokratisasi pelayanan publik, peningkatan partisipasi masyarakat, pemberian penghargaan dan sanksi, pembinaan teknis, peningkatan profesionalisme pejabat/pegawai, korporatisasi unit pelayanan, pengembangan manajemen pelayanan, penghargaan di bidang peningkatan kualitas pelayanan publik, pengembangan dan pemanfaatan e-government, penerapan standar ISO 9001-2000, pembangunan kemasyarakatan dan kesejahteraan, dan kebijakan dalam mendorong pembangunan ekonomi daerah.

D. Tujuan dan KegunaanKajian ini diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan sebagai

berikut :1. Untuk mengidentifikasi berbagai program peningkatan kualitas

pelayanan publik dan kepuasan masyarakat di beberapa kabupaten/kota di wilayah Kalimantan.

2. Untuk mengidentifikasi tingkat kesiapan pemerintah kabupaten/kota dalam kompetisi antar daerah di bidang pelayanan.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

4

Page 13: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

3. Untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan kebijakan dalam rangka mengakselerasi peningkatan kualitas pelayanan publik di masa yang akan datang.

Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil kajian ini adalah meningkatnya praktek pemberian layanan publik (public service delivery) sebagai fungsi utama pemerintahan daerah di era otonomi luas berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004.

E. Target / Hasil yang diharapkanHasil akhir yang ingin dicapai dari kajian ini adalah tersusunnya

sebuah laporan tentang gambaran umum kinerja daerah di bidang pelayanan (internal maupun eksternal), profil dan kesiapan pemerintah daerah dalam konteks kompetisi antar daerah, serta rekomendasi kebijakan peningkatan kualitas pelayanan publik di masa mendatang di wilayah Kalimantan.

F. Metodologi Penelitian1. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang sesuai dengan tujuannya dirancang untuk dapat mengidentifikasi berbagai program peningkatan kualitas pelayanan publik dan kepuasan masyarakat di beberapa kabupaten/kota di wilayah Kalimantan, mengidentifikasi tingkat kesiapan pemerintah kabupaten/kota dalam kompetisi antar daerah di bidang pelayanan, serta mengidentifikasi berbagai kebutuhan kebijakan dalam rangka mengakselerasi peningkatan kualitas pelayanan publik di masa yang akan datang.

2. Sampel / Responden PenelitianPenelitian tentang pelimpahan sebagian kewenangan

bupati/walikota kepada camat/lurah di kalimantan mengambil sampel 4 (empat) kabupaten/kota yang masing-masing mewakili provinsi di wilayah Kalimantan. Adapun penentuan sampelnya dilakukan secara random bertujuan (purposive random sampling) dengan daerah yang diteliti adalah sebagai berikut:

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

5

Page 14: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

NO

PROVINSI KABUPATEN/KOTA

1. Kalimantan Timur ?

Kabupaten Pasir2. Kalimantan Selatan

?

Kota Banjarmasin3. Kalimantan Tengah ?Kabupaten Pulang Pisau4. Kalimantan Barat ?Kota Pontianak

3. Teknik Pengumpulan DataTeknik dan/atau instrumen pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua) cara, yaitu :APenyebaran dan pengisian kuesioner.APenjaringan data sekunder untuk menunjang analisis, seperti

laporan kegiatan, hasil penelitian, dokumen perencanaan, dan sebagainya.

4. Tahapan dan Jangka Waktu PenelitianPenelitian ini akan dilaksanakan selama 12 (dua belas) bulan

mulai awal Januari 2007 hingga akhir Desember 2007. Adapun tahapan kegiatan secara umum adalah sebagai berikut :SPersiapan penelitian: terdiri dari kegiatan penyusunan kerangka

acuan (terms of reference) dan instrumen penelitian (questionnaire); penetapan lokasi dan sampel penelitian; penyempurnaan desain penelitian (reseacrh design); serta persiapan administratif lainnya (pembentukan tim, rapat-rapat pembahasan, rencana survei lapangan, persuratan, dll).

SPengumpulan Data, dilakukan studi referensi dan kunjungan lapangan guna memotret fenomena yang terjadi;

SPengolahan data dan Analisis: data yang terkumpul diolah untuk kemudian dianalisis. Jika diperlukan, data aktual yang terolah perlu dilakukan klarifikasi ulang ke lokus penelitian untuk memperoleh akurasi informasi, sehingga analisis dapat dijamin lebih akurat.

SPenulisan Laporan: hasil analisis dalam bentuk draft laporan akhir diseminarkan untuk memperoleh pandangan dan pengukuhan para pakar, selanjutnya disusun laporan akhir dan dilakukan pencetakan untuk dijadikan bahan pengambilan keputusan, pegangan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

6

Page 15: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

konsultasi manajemen kebijakan di daerah, serta pegangan bagi daerah obyek penelitian.

5. Instrumen Penelitian dan Pengukuran Tingkat KesiapanPenelitian ini menggunakan instrumen Penilaian Kinerja

Pelayanan Publik berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 26 Tahun 2006, meliputi 12 komponen penilaian yang terdiri dari 48 indikator. Adapun penilaian dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1Komponen dan Indikator Penilaian Kinerja Pelayanan Publik

Beserta Kriteria Penilaiannya

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

7

No

Komponen Penilaian

Indikator

Jumlah

dan SatuanKlas

IntervalNilai

1

Kebijakan Deregulasi dan Debirokratisasi Pelayanan Publik

a.

Jenis pelayanan yang mekanismenya disederhanakan

jenis

> 2011 - 201 - 10

12020136

b.

Dinas

yang ditetapkan

unit

= 89 - 13> 13

15105

c.

Penetapan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Satu Atap/Satu Pintu

UPT

> 43 - 41 - 2

20136

d. Jenis pelayanan yang ada pada semua Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Satu Atap/Satu Pintu

Jenis> 15

11 - 155 - 10

15105

e. Unit pelayanan publik yang ditetapkan untuk mengelola keuangan sendiri.

Unit> 10

6 - 101 - 5

15105

f. Penetapan maklumat/janji pelayanan oleh unit pelayanan/ atuan kerja.

Maklumat/ Janji

> 106 - 101 - 5

15105

Page 16: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

8

g. Penetapan

standar Standar pelayanan

Pelayanan > 10 20

publik/SOP 6 -10 13(Standard

publik/SOP1 5 6-

Operating Procedure)

2 Kebijakan Peningkatan Partisipasi Masyarakat

a. Pengaturan mengenai partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik

Peraturan Perundang-undangan

-Perda-Peraturan Bup/Wali

-Per/Kep Pimp Instansi

802515

10

b.

Pembentukan Ombudsman Daerah

Peraturan Perundang-undangan

-Perda-Peraturan Bup/Wali

-Per/Kep Pimp Instansi

2515

10

c.

Unit pelayanan publik yang mengikutsertakan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan

Unit

> 2011 - 201 - 10

15105

d.

Kegiatan pertemuan dan forum komunikasi atau sejenisnya antara pemerintah kabupaten/kota dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Kali> 20

11 - 201 - 10

15105

3 Kebijakan Pemberian Penghargaan dan Penerapan Sanksi

a. Pengaturan pemberian penghargaan bagi petugas unit pelayanan publik

Peraturan Perundang-undangan

-Perda-Peraturan Bup/Wali

-Per/Kep Pimp Instansi

552515

10

Page 17: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

b.

Penghargaan yang diberikan kepada pegawai/unit pelayanan publik yang menunjukkan prestasi kerja yang baik.

Orang/Unit

> 20

11 -

20

5 -10

15105

c.

Penerapan sanksi/ hukuman administratif kepada para pegawai penyelenggara pelayanan publik yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.

Orang

> 10

6 -10

1 -

5

15105

4 Pembinaan Teknis Terhadap Unit Pelayanan Publik

a.

Pelaksanaan sosialisasi kebijakan pelayanan publik kepada unit pelayanan publik

Kali> 30

21 - 3010 - 20

4515105

b. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan oleh pembina pelayanan publik terhadap unit pelayanan

Unit> 30

21 - 3010 - 20

15105

9

c.

Unit pelayanan yang menindaklanjuti hasil monitoring dan eva luasi pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh pembina pelayanan publik berupa

Unit> 15

11 - 155 - 10

15105

9

Page 18: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

10

penyempurnaan mekanisme penyelenggaraan pelayanan

5

Kebijakan Korporatisasi Unit Pelayanan

a.

Jenis pelayanan yang melaksanakan pola pengelolaan pelayanan publik dengan pihak ke-3

Jenis

> 106 - 101 - 5

4515105

b. Pihak ke-3 (swasta dan lembaga masyarakat) yang terlibat dalam pengelolaan pelayanan publik.

Lembaga> 106 -101 – 5

15105

c. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dibentuk dalam upaya peningkatan pelayanan publik

BUMD> 5

3 - 51 - 2

15105

6 Pengembangan Manajemen Pelayanan

a. Unit pelayanan yang telah melaksanakan survey kepuasan masyarakat

Unit> 20

11 - 201 - 10

11015105

b. Unit pelayanan yang menerapkan standar pelayanan publik

Unit> 20

11 - 201 - 10

20136

c.

Unit pelayanan yang telah melaksanakan proses pelayanan sesuai prosedur tetap yang telah ditetapkan

Unit> 20

11 - 201 - 10

15105

d.

Unit pelayanan yang melakukan pelayanan jemput bola

Unit> 20

11 - 201 - 10

15105

Page 19: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

11

e. Unit pelayanan yang menerapkan > 20 15pola pelayanan Unit 20 10 11 -bagi masyarakat 1 -10 5rentan

f. Unit Pelayanan yang menindaklanjuti hasil survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

Unit

> 20

11 -

20

1 –

10

15105

g.

Unit Pelayanan yang menerapkan sambungan langsung telepon (hot line service) dan/atau pengelolaan SMS

Unit

> 20

11 -

20

1 –

10

15105

7 Kebijakan Peningkatan Profesionalisme Pejabat/Pegawai di Bidang Pelayanan Publik

a.

Penerapan jabatan fungsional untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

Jabatan

> 30

15 -

30

5 -14

8020136

b.

Penyelenggaraan pelatihan yang langsung berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat.

Pelatihan

> 127 - 121 -

6

15105

c. Prosentase rata-rata alokasi anggaran untuk pembiayaan pelatihan teknis/ fungsional dari volume APBD.

% > 106 -101 - 5

15105

d. Prosentase rata-rata alokasi anggaran untuk peningkatan kinerja pelayanan publik

% > 106 - 102 - 5

15105

Page 20: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

12

e. Pegawai pemda

Orang> 10 15

pada unit

6 - 10 10

layanan publik

1 5 5

pe

-

yang mengikuti pendidikan tugas belajar program Strata 2 dan atau Strata 3.

8 Penghargaan di Bidang Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

a. Penghargaan dari Lembaga Resmi Internasional

Penghargaan> 5

3 - 51 - 2

4520136

b.

Penghargaan dari Pemerintah Pusat

Penghargaan> 10

6 - 101 - 5

15105

c. Penghargaan dari Pemerintah Provinsi

Penghargaan> 10

6 - 101 - 5

1074

9 Kebijakan Pembangunan Kemasyarakatan dan Kesejahteraan

a. Pembebasan biaya SPP bagi pelajar1). SMA

2) SMP

3). SD

Sekolah

Sekolah

Sekolah

> 53 - 51 - 2

> 53 - 51 - 2

> 53 - 51 - 2

205

20136

20136

20136

b.

Pemberian beasiswa bagi pelajar

1). SMA

2). SMP

3). SD

Sekolah

Sekolah

Sekolah

> 2011 – 201 – 10

> 2011 – 201 – 10

> 2011 – 201 – 10

15105

15105

15105

Page 21: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

c.

Prosentase rata-rata alokasi anggaran bidang pendidikan dalam APBD

%

> 10

5 -

10

1 - 5

15105

d.

Pengembangan sekolah unggulan daerah berstandar nasional

Sekolah

> 5

3 -

5

1 -

2

15105

e.

Penetapan kebijakan daerah dalam Pembebasan biaya berobat di luar ASKES

Peraturan Perundang-Undangan

-Perda

-Peraturan Bup/Wali

-Per/Kep Pimp Instansi

2515

10

f.

Prosentase rata-rata alokasi anggaran untuk pembiayaan berobat di luar ASKES

%

> 10

6 -

10

1 -

5

15105

g. Prosentase rata-rata peningkatan Human Development Index (HDI)

%> 10

6 - 101 - 5

15105

h. Prosentase rata-rata peningkatan Keluarga Sejahtera (KS), ke KS-3

%> 10

6 - 101 - 5

15105

10 Kebijakan dalam mendorong pembangunan ekonomi daerah

a.

Penetapan kebijakan daerah dalam pemberian fasilitas penanaman modal di daerah

Peraturan

Perundang-Undangan

-Perda -Peraturan

Bup/Wali

-Per/Kep Pimp Instansi

85 25

15

10

b.

Prosentase rata-rata peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

%

> 20

11 -

20

5 - 10

15

10

5

c. Prosentase rata-rata peningkatan jumlah penerimaan pajak

%> 20

11 - 205 - 10

15105

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

13

Page 22: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

12 Penerapan Standar ISO 9001-2000 Dalam Pelayanan Publik

a.

Unit pelayanan dalam pembinaan konsultan ISO

Unit> 10

6 - 101 - 5

6015105

b.

Unit pelayanan dalam proses sertifikasi ISO

Unit>10

6 -101 - 5

20136

c. Unit pelayanan yang telah mendapatkan sertifikasi ISO

Unit> 10

6 - 101 - 5

251510

d. Prosentase rata > 20 15 -rata peningkatan % 11 - 20 10 lapangan kerja 5 - 10 5

e. Prosentase rata > 20 15 - rata penurunan % 11 - 20 10

angka kemiskinan 5 -10 5 11 Kebijakan

Pengembangan dan Pemanfaatan E-Government

a. Penetapan peraturan perundang-undangan mengenai penerapan E-Govt di kabupaten/ kota

Peraturan Perundang-undangan

-Perda

-Peraturan Bup/Wali

-Per/Kep Pimp Instansi

70 25

15

10

b.

Penetapan jenis pelayanan yang metoda kerjanya diubah dari cara manual ke elektronik

Jenis

> 5

4 -

5

1 -

3

15

10

5

c. Penerapan sistem informasi padaunit pelayanan publik

Unit> 5

4 - 51 - 3

15105

d. Penetapan pembangunan homepage/situs kabupaten/kota

Homepage/situs

AdaTidak ada

150

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

14

Page 23: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Tingkat kesiapan mengikuti kompetisi pelayanan publik dikategorikan dalam lima tingkatan yaitu : Sangat Siap, Siap, Cukup Siap, Kurang Siap dan Tidak Siap. Adapun lebar interval masing-masing tingkat kesiapan berkompetisi adalah sebagai berikut :

Lebar Interval = Jumlah Total Penilaian

Jumlah Kelas Interval

Lebar Interval = 1000

5

Lebar Interv al = 200

0 - 200 = Tidak Siap201 - 400 = Kurang Siap401 - 600 = Cukup Siap601 - 800 = Siap801 - 1000 = Sangat Siap

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

15

Page 24: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Tabel 1.2Hasil Assesment Tingkat Kesiapan Daerah

Dalam Pelaksanaan Kompetisi Bidang Pelayanan Publik

Daerah Yang Disurvei : KAB./KOTA “...........................”

Hasil Survei Berdasarkan Komponen

1.

Kebijakan Deregulasi dan Debirokratisasi Pelayanan Publik

:

2.

Kebijakan Peningkatan Partisipasi Masyarakat:

3.

Kebijakan Pemberian Penghargaan dan Penerapan Sanksi

:

4.

Pembinaan Teknis Terhadap Unit Pelayanan Publik :

5. Kebijakan Korporatisasi Unit Pelayanan :6. Pengembangan Manajemen Pelayanan :7. Kebijakan Peningkatan Profesionalisme

Pejabat / Pegawai di Bidang Pelayanan Publik :

8. Penghargaan di Bidang Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik :

9. Kebijakan Pembangunan Kemasyarakatan dan Kesejahteraan :

10. Kebijakan dalam mendorong pembangunan ekonomi daerah :

11. Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan E-Government :

12. Penerapan Standar ISO 9001-2000 dalam Pelayanan Publik :

JUMLAH TOTAL :

Rata-Rata Skor :

Tingkat Kesiapan :

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

16

Page 25: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

BAB IIKONSEP KOMPETISI PELAYANAN PUBLIK DAN

PENINGKATAN KINERJA KUALITAS PELAYANAN

A. Konsep Kompetisi Pelayanan Publik1. Makna dan Pengertian Kompetisi

Merumuskan dan menerapkan kebijakan persaingan atau kompetisi bukan sesuatu yang mudah. Indonesia merupakan salah satu dari sejumlah kecil negara berkembang yang menerapkan kebijakan persaingan. Penerapan kebijakan ini pada mulanya diterapkan pada sektor ekonomi sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan reformasi ekonomi yang digariskan dalam program pemulihan ekonomi, namun akhir-akhir ini telah merambah pada berbagai bidang kehidupan bangsa Indonesia termasuk pada bidang pelayanan publik. Tidak ada bangsa yang maju tanpa persaingan, begitu juga dunia ini, maju dengan persaingan. Persaingan akan membuat suatu daerah, negara terus berupaya untuk selalu mengungguli daerah atau negara lainnya.

Bangsa Indonesia yang majemuk ini terdiri dari berbagai suku bangsa yang secara administratif terbagi dalam 400 lebih daerah otonom, terdiri atas berbagai suku bangsa dengan identitas kebudayaan masing-masing. Setiap kebudayaan mempunyai intensitas, kuantitas dan kualitas kompetisi yang berbeda dan cara

pengendaliannya yang berbeda pula. Muncul pertanyaan, sejauh mana

kompetisi setiap kebudayaan membawa kemajuan dan pembaharuan. Rupanya kebudayaan yang meletakkan harmonisasi dalam hubungan sosial dan lingkungan, kompetisi muncul sebagai akibat dari adanya asset sosial yang diperlombakan memilikinya sehingga yang tampil dipermukaan adalah memburu pemenuhan kebutuhan dan kepentingan, biasanya pemuasan diri atas bena-benda metrial dan posisi sosial. Bukanlah kompetisi dalam arti persiangan pada kemampuan ilmu dan teknologi yang didukung oleh sikap rasional, kritis dan analitis.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

17

Page 26: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Tak dipungkiri, bahwa kantor kita, tempat kerja kita, selain bisa menjadi sumber solusi bagi kebutuhan, keinginan dan kelancaran hidup kita juga bisa menjadi sumber masalah bagi hidup kita. Ada puluhan bahkan ratusan masalah setiap hari muncul yang berbeda-beda. Ada yang hanya cukup dapat kita rasakan sendiri dan tak mungkin kita utarakan kepada yang lain. Ada yang bisa kita bicarakan dengan sesama sekantor tetapi tidak dengan atasan atau dengan bawahan. Ada yang bisa kita bawa pulang ke rumah tetapi ada yang sama sekali tak mungkin dibawa pulang.

Dari sekian masalah yang muncul itu salah satunya adalah persaingan dengan rekan kerja. Persaingan inipun bisa bermakna luas seluas lautan hidup ini mulai dari persaingan merebut pendukung, persaingan perhatian, persaingan sasaran proyek, persaingan kehebatan kerja, persaingan fasilitas dan seterusnya. Pada dasarnya persaingan adalah fakta hidup yang selalu akan ada di dalam kehidupan bermasyarakat.

Kompetisi berarti persaingan yang diciptakan untuk saling mengasah keunggulan guna mencapai kemenangan (keunggulan bersaing), dalam pelayanan publik kompetisi antar daerah diharapkan akan menjadi faktor pendorong guna memotivasi dan meningkatkan kinerja unit pelayanan tersebut. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan filsafat pemberdayaan manusia masa sekarang dalam setting organisasi. Wright (1994) mengatakan bahwa kompetisi global harus dihadapi perusahaan dengan meningkatkan kontribusi sumber daya manusia.

Hal ini sama dengan yang dikemukakan oleh Pfeffer (1996) bahwa pada masa sekarang ini hanya ada satu landasan untuk keunggulan bersaing yang lestari bagi perusahaan, yaitu bagaimana mengelola faktor sumber daya manusia di perusahaan.

Di Indonesia sendiri, kompetisi masih sulit diterima oleh individu karena lingkungan manusianya yang berbeda dan sistem personalnya yang tidak mendukung. Kemungkinan utama adalah faktor senioritas lebih dominan daripada prestasi dan ketrampilan sehingga keinginan untuk berkompetisi dalam mencapai prestasi sulit untuk dikembangkan. Ditambahkan pula bahwa untuk meningkatkan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

18

Page 27: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

keinginan berkompetisi, faktor motivasi dan pembelajaran yang diberikan organisasi menjadi sangat menentukan. Hal ini berarti pihak manajemen harus memperhatikan aspek suasana kerja dan umpan balik yang memungkinkan karyawan mampu meningkatkan kemampuan dalam mencapai tujuan tugas yang memuaskan (Gibson, dkk. 1998).

Bernstein, Rjkoy, Srull, & Wickens (1988) mengatakan bahwa kompetisi terjadi ketika individu berusaha mencapai tujuan untuk diri mereka sendiri dengan cara mengalahkan orang lain.

Menurut Sacks & Krupat (1988) kompetisi adalah usaha untuk melawan atau melebihi orang lain. Sedangkan menurut Hendropuspito (1989) persaingan atau kompetisi ialah suatu proses sosial, di mana beberapa orang atau kelompok berusaha mencapai tujuan yang sama dengan cara yang lebih cepat dan mutu yang lebih tinggi.

Wrightsman (1993) mengatakan bahwa kompetisi adalah aktivitas dalam mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam suatu situasi. Salah satunya adalah Competitive reward structure dimana tujuan yang dicapai seseorang memiliki hubungan negatif, artinya ketika kesuksesan telah dicapai oleh satu pihak maka pihak lain akan mengalami kekalahan. Hal ini disebut Deutsch's (Wrightsman, 1993) sebagai Competitive Interdependence.

Setiap individu pada umumnya dikuasai nafsu bersaing. Menurut Teori Seleksi dari D.C. Ammon (Hendropuspito, 1989), berdasarkan pada teori Darwin dan Spencer, sejak dahulu makhluk hidup didorong oleh alamnya sendiri untuk melewati proses seleksi menuju ke keadaan yang makin sempurna. Melalui perjuangan hidup makhluk hidup yang lemah tersingkir dari kehidupan dan yang kuat terus bertahan melewati proses seleksi baru. Prinsip the survival of the fittest (yang bertahan adalah yang bermutu paling baik) kemudian dikembangkan sebagai landasan dari semua bentuk persaingan.

Dengan persaingan itulah masyarakat mengadakan seleksi untuk mencapai kemajuan. Jadi persaingan mempunyai beberapa fungsi positif, yaitu :

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

19

Page 28: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

a) Persaingan merupakan pendorong yang positif bagi manusia dan masyarakat untuk terus-menerus mencapai tahap-tahap kemajuan yang makin tinggi.

b) Dengan persaingan orang didorong untuk memusatkan perhatian dan pikiran, tenaga dan sarana untuk mencapai hasil yang lebih baik daripada hasil yang dicapai kini, bahkan hasil terbaik di antara orang-orang lain.

c) Semangat persaingan mendorong orang untuk membuat penemuan-penemuan baru yang mengungguli penemuan orang lain.

Kompetisi merupakan bagian dari konflik, dimana konflik dapat terjadi karena perjuangan individu untuk memperoleh hal-hal yang langka, seperti nilai, status, kekuasaan, otoritas dan lainnya, dimana tujuan dari mereka yang berkonflik itu tidak hanya untuk memperoleh keuntungan, tetapi juga menundukkan saingannya. Dengan potensi yang ada pada dirinya, individu berusaha untuk memaksakan kehendak atau berusaha untuk mendapatkan pengakuan atas kemenangannya, dalam memperebutkan kesempatan (Anoraga, 2001; Widiyanti.,1993).

Sedangkan menurut Gitosudarmo & Sudita (2000) persaingan dalam memperebutkan sumber daya tidak akan menimbulkan konflik manakala sumberdaya tersedia secara berlimpah sehingga masing-masing subunit dapat memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhannya. Akan tetapi ketika sumberdaya yang ada tidak cukup untuk memenuhi tuntutan dari masing-masing subunit atau kelompok, maka masing-masing subunit atau kelompok berupaya untuk mendapatkan porsi sumberdaya yang langka tersebut lebih besar dari orang lain dan konflik mulai muncul.

Menurut Taylor, Peplau, dan Sears (2000), determinan bagi terbentuknya kompetisi adalah sebagai berikut : 1) Struktur reward yang terbatas. Dalam arti ketika individu/lembaga

hendak mencapai reward tersebut harus ada pihak lain yang mengalami kekalahan.

2) Nilai personal individu. Dimana ada individu/lembaga yang merasa

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

20

Page 29: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

harus melakukan hal yang lebih baik dari pihak lain lain. Banyak manajer menggunakan teknik-teknik untuk merangsang terjadinya kompetisi dalam sebuah kelompok. Salah satu penghargaan yang diberikan agar karyawan menunjukkan unjuk kerja yang efektif adalah dengan pemberian insentif dan bonus (Gibson, Ivancevich, & Donnelly.,1997).

2. Makna dan Pengertian Pelayanan PublikSelama masa hidupnya, dari waktu ke waktu manusia

membutuhkan pelayanan, dimulai sejak dilahirkan (didominasi kebutuhan fisik), masa dewasa (didominasi kebutuhan administratif), sampai masa tuanya, yang ditandai penurunan kebutuhan. Hal tersebut senada dengan teori life cycle theory of leadership (LCTL) dari Paul Hersey dan Kenneth H. Blancart. Berdasarkan gambar kurva teori LCTL diketahui bahwa pada awal kehidupan manusia yang dimulai usia bayi, kebutuhan pelayanan fisik sangat tinggi, yang kemudian secara berangsur berkurang karena dapat ditangani sendiri, tetapi seiring dengan itu, kebutuhan pelayanan administratif terus meningkat. Misalnya untuk kebutuhan pelayanan pendaftaran sekolah, membuat KTP, aktif dalam organisasi atau profesi dsb. Hal tersebut terus berlangsung sampai usia kurang lebih 50 tahun, setelah itu kebutuhan pelayanan cenderung menurun karena usia tua (51 tahun ke atas).

Dari uraian tersebut jelas bahwa ditinjau dari segi usia maka pelayanan kepada publik (masyarakat) dimulai usia bayi yang membutuhkan pencatatan dan pelayanan kesehatan yang prima, beranjak usia balita, remaja dan dewasa, yang merupakan usia yang sarat dengan kebutuhan pelayanan secara administratif apakah itu untuk keperluan pelayanan kesehatan, pendidikan dan lain-lain yang menyangkut kehidupan keseharian. Sampai usia yang mulai tidak produktif 55 tahun ke atas kebutuhan pelayanan secara administratif dari pemerintah mulai menurun. Semua itu menggambarkan beban pemerintah yang cukup berat untuk menyelenggarakan pelayanan publik dan membutuhkan biaya yang tidak kecil.

Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63/KEP/M.PAN/7/2003, pelayanan publik diartikan sebagai

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

21

Page 30: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pelayanan publik merupakan merupakan suatu bentuk jasa pelayanan, baik yang berupa barang (produk) publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah dalam penyediaannya, baik oleh pemerintah pusat/pemerintah daerah maupun oleh BUMN/BUMD, sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat serta dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelayanan publik merupakan bentuk pelayanan warganegara yang menuntut instansi penyedia pelayanan lebih bertanggung jawab terhadap pelanggannya tidak hanya sekedar melayani. Pelayanan publik yang dilakukan birokrasi bukanlah melayani pelanggan tetapi melayanai warganegara (Purbokusumo dkk dalam LAN, 2006).

Penyediaan pelayanan publik, berdasarkan penyelenggara pelayanan dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, pelayanan publik yang penyelenggaraannya dapat dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah dan swasta, akan tetapi kewajiban utama tetap ada di pemerintah. Kedua, pelayanan publik yang hanya dapat dikelola oleh pemerintah, pada umumnya jenis pelayanan ini bersifat pengaturan. Dalam penyediaan layanan model pertama, beban pemerintah tidak terlalu berat. model ini merupakan sebuah pendekatan modern yang dilakukan di negara-negara maju. Dengan pendekatan ini maka menurut David Osborne & Ted Geblaer organisasi pemerintah dapat dirampingkan merujuk pada konsep "miskin struktur, kaya fungsi".

Dari berbagai jenis pelayanan yang dibutuhkan masyarakat, secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yakni pelayanan yang bersifat massal seperti penyediaan transportasi, pusat-pusat kesehatan, penyediaan lembaga-lembaga pendidikan dan pemeliharaan keamanan dan pelayanan yang bersifat individual, (civil service) seperti pelayanan dalam membuat identitas penduduk, surat izin mengendarai, memeriksa kesehatan dsb.

Dilihat dari jenis pelayanannya, dalam Keputusan MenPAN No. 63 tahun 2003 tentang Pedoman umum penyelenggaraan Pelayanan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

22

Page 31: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Publik, pelayanan publik diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu:1. Kelompok pelayanan Administratif, yaitu pelayanan yang

menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Contoh : KTP, Akte Kelahiran, Akte Kematian, SIM, STNK, BPKB, IMB, Paspor dan sebagainya.

2. Kelompok Pelayanan Barang yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, tenaga listrik, air bersih dan sebagainya.

3. Kelompok pelayanan Jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan jasa transportasi, pos dan sebagainya.

Pada era reformasi yang kemudian diberlakukan otonomi daerah dengan prinsip penyelenggaraan pemerintahan dari yang bersifat sentralistik menjadi desentralistik, maka pelayanan publik diharapkan lebih baik dan efisien serta bisa sampai pada grass root karena besarnya kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kota/kabupaten untuk menyelenggarakan pemerintahan di daerah, dan dianggap lebih memahami persoalan dan budaya masyarakat setempat.

B. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dan HambatannyaReformasi birokrasi pelayanan serta impelementasi good

governance yang telah digulirkan oleh pemerintah pada era reformasi ini bermuara pada upaya pemerintah untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator tercapainya tujuan reformasi pelayanan publik adalah terciptanya peningkatan kinerja pelayanan publik yang berorientasi pada kepuasan masyarakat sebagai pengguna utama layanannya. Peningkatan kinerja pelayanan publik tidak hanya digambarkan pada teknis pengelolaan unit pelayanan seperti mekanisme pelayanan, kepastian waktu, harga, akan tetapi regulasi dari pemerintah

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

23

Page 32: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

daerah dalam rangka perbaikan pelayanan di daerahnya yang mampu mengikat seluruh unit pelayanan publik di wilayahnya untuk melakukan pembenahan. Dengan adanya regulasi tersebut maka keyakinan masyarakat terhadap upaya pemerintah daerah untuk memperbaiki pelayanan publik akan dapat diyakini.

Peran pemerintah menuju menuju tercapainya reformasi dan terciptanya good governance adalah membuat suatu regulasi nasional yang secara efektif dan efisen mampu mewujudkan tercapainya kedua hal tersebut. Penetapan berbagai kebijakan terkait dengan peningkatan kinerja pelayanan publik merupakan suatu keniscayaan. Pelayanan publik menjadi isu kebijakan yang semakin strategis karena perbaikan pelayanan publik di Indonesia cenderung "berjalan di tempat" sedangkan implikasinya sangatlah luas dalam kehidupan ekonomi, politik, sosial budaya dll. Dalam kehidupan politik, perbaikan pelayanan publik akan berimplikasi kepada citra/image pemerintah di mata publik serta kepercayaan publik kepada pemerintah. Sedangkan dalam kehidupan sosial budaya, pelayanan publik yang buruk mengakibatkan terganggunya psikologi masyarakat yang terindikasi dari berkurangnya rasa saling menghargai di kalangan masyarakat, timbulnya rasa saling curiga dll. Sementara dalam kehidupan ekonomi, perbaikan pelayanan publik diharapkan akan bisa memperbaiki iklim investasi yang sangat diperlukan bangsa ini agar bisa keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan serta mampu menggiatkan roda perekonomian bangsa.

Dalam kaitannya dengan unit pelayanan sendiri, penggunaan berbagai manajemen pendekatan peningkatan kualitas pelayanan publik yang berasal dari kesadaran sendiri diyakini akan mampu memperbaiki kinerja dan kualitas pelayanannya sehingga pada akhirnya akan mampu meyakinkan pihak pengambil kebijakan pada level diatasnya yang juga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keberhasilan peningkatan pelayanan publik. Berbagai metode pendekatan yang telah banyak diterapkan oleh beberapa unit pelayanan di Indonesia antara lain seperti Total Quality Management (TQM) standar ISO, citizen's charter, penggunaan manual praktis, penerapan OSS (One Stop Services), Learning Organization, dll.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

24

Page 33: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

LAN (2006) menyebutkan bahwa terdapat 7 faktor yang dapat diidentifikasikan dalam buku strategi peningkatan kualitas pelayanan publik, yaitu: (a). Faktor Kepemimpinan, konsep kepemimpinan dalam memberikan pemberian pelayanan publik menjadi suatu hal yang amat penting bahkan dapat dikatakan sangat penting bahkan dapat dikatakan snangat menentukan keberhasilan pelayanan terutama bagi negara yang sebagian masyarakatnya menganut paham paternalistik seperti Indonesia; (b). Fokus Kepada Pelanggan, Faktor ini menjadi sangat berarti karena kepuasan pelanggan adalah merupakan penentu keberhasilan pemberian pelayanan publik. Kepuasan pelanggan diyakini merupakan salah satu alat ukur untuk melihat daya saing suatu negara; (c). Pengelolaan Pengaduan, manajemen pengelolaan pengaduan dikatakan sebagai faktor penentu keberhasilan dikarenakan pengaduan/keluhan pelanggan yang ditujukan kepada unit pelayanan merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam memperbaiki kualitas pelayanan, unit pelayanan akan megetahui kelemahan-kelemahan dalam memberikan pelayanan dipandang dari kacamat pelanggan; (d). Pemberdayaan Pegawai, strategi peningkatan kualitas tidak terlepas dari dukungan pegawai yang berkualitas, profesional serta menyenangi pekerjaannya; (e). Pengelolaan Perubahan. Ada pendapat singkat tetapi memiliki ,makna yang sangat mendalam, yaitu bahwa tidak ada yang abadi di dunia kecuali perubahan. Sehingga perubahan akan selalu terjadi dari waktu ke waktu yang apabila kita tidak siap untuk berubah maka kita akan terlindas sendiri oleh perubahan tersebut; (f). ServQual, merupakan merupakan salah satu cara untuk mengukur kinerja pelayanan yang dikembangkan oleh parasuraman dkk; (g) Indeks Kepuasan Pelanggan, adalah sebuah instrumen yang digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat kepuasan pelanggan atas pelayanan yang diberikan.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

25

Page 34: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Keterampilan hubungan antar -

pribadi

Berani mengambil resiko

Memiliki gaya pribadi -

inspirasional

KARAKTERISTIK PEMIMPIN

Manajerial

Perencanaan dan Pengendalian

Klarifikasi

Pemantauan

Memotivasi Orang

Manajemen Konflik

Pengakuan dan Penghargaan

Dukungan

Melatih Orang

Konsultasi

Jeringan Verja

Pemberdayaan

PERILAKU

Variabel Situasional

Dukungan bawahan

Kalrifikasi Kemampuan

dan peran

Organisasi kerja

Kerjasama

Kecukupan sumber daya

Koordinasi eksternal

Menciptakan Kekuatan Pribadi

Umpan balik

Kepuasan pelanggan

Loyalitas pelanggan

Profitabilitas

Pencapaian sasaran

Productivitas total

Pertumbuhan dan

kemajuan organisasi

Variabel Hasil Akhir

Umpan balik

Kebutuhan berprestasiKebutuhan KekuasaanKepercayaan diriKematangan EmosionalKeterampilan konseptualKeterampilan hubungan antar- pribadiBerani mengambil resikoMemiliki gaya pribadi-inspirasional

Variabel Interval

Kekuatan posisiKeadaan bawahanTugas dan teknologiStruktur organisasiKeadaan lingkungan organisasiKetergantungan eksternalKekuatan sosial politikKultur organisasi

Gambar 2.1Metamodel Kepemimpinan Kualitas

Sumber : Strategi peningkatan Kualitas pelayanan Publik, LAN, (2006), p.157

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

26

Page 35: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

-of- Word Mouth

Communication

Personal needs Past Experience

Expected Service

Percieved service

Service DeliveryExternal

Communication

To Customers

Service Quality Specification

Management

Perception of

CU

ST

OM

ER

MA

NA

GE

MEN

T

GAP 1

GAP 2

GAP 3 GAP 4

GAP 5

Gambar 2.2Conceptual Model Of Service Quality

Sumber: Delivering Quality Service, Zeithaml, et. al., (1990), p.46

Upaya pemerintah dalam rangka perbaikan kinerja dan kualitas pelayanan publik sendiri sebenarnya telah dilakukan melalui penetapan berbagai kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan telah dikeluarkan pemerintah sejak tahun 1993, melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Kep.MenPAN) Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum yang kemudian diubah dengan Keputusan MenPAN Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang bertujuan untuk mendorong terwujudnya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam arti memenuhi harapan dan kebutuhan, baik bagi pemberi maupun penerima pelayanan dan beberapa kebijakan pemerintah lainnya yang telah berupaya untuk memperbaiki kinerja pelayanan publik. Produk hukum

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

27

Page 36: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

terakhir yang telah ditetapkan yang mengatur pelayanan publik adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal yang menjamin hak-hak masyarakat alam mendapatkan pelayanan dasar. Dan peraturan perundang-undangan terbaru yang masih dalam pembahasan oleh DPR dan Pemerintah adalah RUU Pelayanan Publik.

Hal yang sering menjadi pertanyaan adalah apakah ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam berbagai kebijakan pemerintah tersebut belum memuat prinsip-prinsip pelayanan publik sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat. Dalam kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut sebenarnya telah diatur semua prinsip-prinsip good governance dalam pelayanan publik. Akan tetapi ketidaktaatan hukum dari pemerintah daerah dan unit pelayanan publik ataupun komitmen yang kuat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik mengakibatkan pelayanan belum dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.

PARLEMENPENGADUAN MASYARAKAT

Lembaga Pengelola Pengaduan

(Komisi Ombudsman, BPKN)

Lembaga Pressure Group

(LSM& Mass Media )

Instansi Pemerintah

(Dep/LPND/Pemda/

BUMN/D)

SELESAI TIDAK

SELESAI TIDAKJUDICIAL

REVIEW

LEMBAGA PERADILAN

Gambar 2.3Jejaring Pengelolaan Pengaduan Msyarakat Terhadap pelayanan Publik

Sumber : Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, LAN (2006 ), p.196

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

28

Page 37: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

C. Meningkatkan Keunggulan Bersaing (Competitive Advantages) melalui Pelayanan Prima

Pelayanan prima mengandung 2 (dua) dimensi utama dalam pembentukannya, yaitu dimensi prosedur dan dimensi pribadi. Sisi prosedur pelayanan terdiri dari sistem & prosedur yang mapan untuk menyiapkan produk/jasa sedangkan sisi pribadi pelayanan adalah bagaimana personel pelayanan (dengan menggunakan sikap, perilaku & keterampilan verbal) berinteraksi. Suatu pelayanan dikatakan telah mencapai pelayanan prima jika prosedur yang diterapkan sudah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan bersama bahkan bisa lebih bagus, sedangkan dari sisi pribadi dalam hal ini sikap/perilaku petugas, pemberi layanan memberikan nilai lebih.

Arus gelombang globalisasi dunia dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mendorong munculnya masyarakat yang lebih terdidik dan cerdas. Hal tersebut semakin mendorong tumbuhnya permintaan dan keinginan individu dalam masyarakat untuk mendapatkan produk, barang dan jasa, yang semakin murah dan mudah, dengan kualitas produk serta pelayanan yang lebih baik dari hari ke hari.

Bagi organisasi, kondisi tersebut dapat dianggap sebagai munculnya suatu ancaman (threats) atau sebagai suatu kesempatan (opportunities) untuk dapat semakin kreatif dan inovatif, dalam mengelola produk dan operasional organisasi. Untuk itu maka organisasi harus mempunyai semangat untuk secara berkelanjutan menghasilkan produk yang semakin baik kualitasnya, baik dari segi estetika produk maupun fungsi produk itu sendiri. Organisasi juga harus mempunyai semangat untuk mengelola operasional organisasinya agar dapat menyajikan produk yang semakin murah dengan pelayanan (service) yang semakin baik kepada seluruh pelanggan produk tersebut.

Dengan demikian maka di era teknologi dan komunikasi saat ini, keunggulan bersaing organisasi tidak hanya ditentukan oleh kemampuan organisasi menyajikan produk dengan kualitas baik dan harga murah tetapi juga adalah pemberian pelayanan (services) kepada seluruh pelanggan atau pengguna produk tersebut. Bahkan seringkali pelayanan yang baik, pelayanan prima menjadi kunci yang sangat menentukan keberhasilan organisasi agar semakin dapat diterima oleh masyarakat.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

29

Page 38: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Dengan kata lain pelayanan prima telah menjadi salah satu faktor yang sangat penting bagi peningkatan keunggulan bersaing organisasi. Kondisi ini akan sangat kentara pada sektor swasta, namun apakah organisasi pemerintah tidak wajib untuk menciptakan kondisi tersebut? Pertanyaan ini tergantung pada komitmen pemerintah dalam menciptakan kesejahteraan masyarakatnya.

Kemampuan organisasi untuk dapat memberikan pelayanan prima telah menjadi suatu asset tidak berwujud (intangible asset) yang sangat penting bagi organisasi. Pelayanan yang sangat baik akan menimbulkan loyalitas dari para pengguna produk dan bahkan akan meningkatkan kemampuan organisasi dalam meluaskan pangsa pasarnya yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan keuangan. Di sisi lain pelayanan prima ini tidak akan terwujud jika organisasi tidak secara berkelanjutan meningkatkan kemampuan sumberdaya yang dimilikinya.

Keunggulan bersaing (competitive advantage) bukanlah merupakan suatu hal yang harus dimiliki organisasi bisnis atau perusahaan saja, tetapi juga harus dimiliki oleh organisasi pemerintahan. Suatu negara yang pemerintahannya tidak dapat membangun atau meningkatkan keunggulan bersaingnya maka kesejahteraan masyarakatnya dapat diprediksi akan semakin menurun. Hal ini disebabkan karena keunggulan bersaing suatu negara adalah salah satu faktor yang membuat roda perekonomian suatu negara dapat berjalan dengan baik. Pun demikian dengan pemerintah daerah, beberapa daerah telah mampu membuktikkan kebenaran korelasi positif antara pelayanan prima dengan penciptaan competitive advantage daerah.

Dengan demikian apabila pelayanan prima merupakan faktor penting dalam peningkatan keunggulan bersaing, maka pemerintahan suatu negara harus meningkatkan kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat supaya dapat meningkatkan keunggulan bersaing negaranya. Dengan meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat maka akan meningkatkan tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat yang dampaknya akan membuat kreatifitas dan inovasi semakin tumbuh dalam masyarakat. Kemudian terjadi peningkatan investasi yang membuat roda perekonomian akan bergerak semakin dinamis, dan akhirnya kesejahteraan masyarakat akan meningkat.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

30

Page 39: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Di sisi lain pelayanan prima yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat diyakini dapat menekan secara drastis tingkat kebocoran penggunaan keuangan Negara dan tingkat korupsi yang terjadi. Hal ini dikarenakan karena pelayanan prima tidak akan dapat dilaksanakan jika masih terdapat inefisiensi dan korupsi di organisasi pemerintah.

Layanan Prima maksudnya setiap masyarakat yang berurusan tidak dipersulit, diberikan berbagai fasilitas dan kemudahan-kemudahan, menegakkan aturan main sesuai ketentuan mempercepat proses pelayanan, dengan mengembangkan sistem komputerisasi (online) dan selalu dengan raut muka yang bersih sambil melemparkan senyum kepada setiap orang yang dilayani (sepenuh hati).

Dampak lain dari penerapan pelayanan prima adalah mampu meningkatkan PAD daerah, beragai kemudahan yang diberikan dalam penyelenggaraan pelayanan publik tidak akan membuat keengganan masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya untuk memiliki KTP, KK, Akta Kelahiran, Akta perkawinan, Akta Perceraian Akta kematian, pembayaran pajak, dll, sehingga target penerimaan daerah akan sesuai dengan yang diharapkan bahkan bisa melebihinya.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

31

Page 40: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

BAB IIIINOVASI DAN MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM

MEWUJUDKAN COMPETITIVE GOVERNMENT DAN MENUMBUHKAN SEMANGAT KOMPETISI

A. Kreativitas dan Inovasi dalam Mewujudkan Competitive Advantage dan Competitive Government

Banyak anggapan yang popular bahwa pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahannya telah menyebabkan pemborosan sumber daya tanpa menganut prinsip efisien dan efektivitas serta terjadinya korupsi pada berbagai sektor pemerintahan. Angggapan ini berdasarkan alasan bahwa pemerintah merupakan organisasi yang bersifat monopolistik, sangat berbeda dengan sektor swasta yang selalu bersaing untuk mempertahankan bisnisnya, perusahaan yang tidak mampu bersaing akan mengalami kebangkrutan. Kondisi demikian tidak akan terjadi pada sistem pemerintahan. Anggapan ini untuk beberapa daerah tidak berlaku, meskipun tidak dapat dipungkiri juga masih banyak terjadi di beberapa daerah lain di Indonesia.

Corruption Perception Index (CPI) Indonesia tahun 2006 yang dikeluarkan oleh Transparency International Indonesia (TII) dengan score 2,4, yang menempati peringkat ketujuh paling korup dari 163 negara di dunia menunjukkan bahwa praktek korupsi masih cukup maak terjadi pada penyelenggaraan pemerintahan terutama pada sektor publik. Kecilnya score CPI mengindikasikan masih buruknya kualitas pelayanan publik. CPI sendiri diukur berdasarkan persepsi dunia usaha terhadap penyelenggaraan pelayanan publik. Hasil indeks korupsi Indonesia 2006 menunjukkan bahwa komitmen Kepala Daerah, Bupati dan Walikota di 32 kota dalam pemberantasan korupsi meningkat, namun sebaliknya Indeks Persepsi Korupsi tidak beranjak secara signifikan. tingginya komitmen kepala daerah dalam memberantas korupsi sepertinya tidak berjalan di lapangan. Beberapa kota indeks persepsi korupsi berbanding terbalik dengan tingginya komitmen Kepala Daerah. Pada Pemerintahan Daerah, Dinas Tenaga Kerja dilaporkan oleh kalangan pelaku usaha tingkat inisiatif

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

32

Page 41: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

suapnya 84%, disusul Dinas kimpraswil 82%, Pengurusan Ijin Usaha 82%. Sementara pada instansi vertikal, Polisi, Peradilan, Pajak, BPN, Imigrasi, Bea dan Cukai, Militer, dll masih dipersepsikan sangat korup. Responden melaporkan bahwa modus korupsi sekarang semakin canggih dan semakin banyak pihak yang meminta. Memberatkan lagi jumlah yang diminta juga mengalami kenaikan (Transparansi Indonesia, 2007).

Upaya pemberantasan korupsi di Indonesia sebenarnya telah dilakukan berbagai upaya dalam percepatan pemberantasannya, Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, yang menginstruksikan diantaranya kepada seluruh gubernur dan bupati/walikota untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, baik dalam bentuk jasa ataupun perizinan melalui transparansi dan standardisasi pelayanan yang meliputi persyaratan, target waktu penyelesaian dan biaya yang harus dibayar oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta senantiasa berupaya mencegah, mengurangi bahkan menghapuskan pungutan tidak resmi. Percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik pada pemerintah kabupaten/kota memerlukan komitmen yang kuat, kreativitas, inovasi, dan terobosan dari bupati/walikota dan seluruh jajarannya dalam mengimplementasikan kebijakan di bidang pelayanan publik. Kenyataan di beberapa daerah dimana pimpinan beserta jajarannya mempunyai komitmen yang kuat dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik melaui berbagai inovasi dan terobosan dalam manajemen penyelenggaraan pemerintahannya. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa beberapa daerah telah melakukan berbagai inovasi dan terobosan sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas pelayanan publik, namun di sisi lain masih banyak daerah lain yang masih berjalan di tempat, kurang memiliki komitmen untuk melakukan inovasi dan terobosan dalam manajemen pemerintahannya. Dalam hal ini inovasi, kreativitas dan terobosan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pelayanan publik merupakan kunci keberhasilan daerah dalam menumbuhkan competitive government di daerahnya.

Drucker (1994) dalam Fadel Muhammad (2006) mengatakan bahwa inovasi adalah the specific tool of entrepreneurs that is utilised to

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

33

Page 42: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

exploit change as an opportunity for a different business or a different service. Menurut Pennings (1987) dalam Fadel Muhammad (2006), pengertian inovasi dimulai dari perubahan-perubahan kecil hingga perubahan radikal yang sama sekali baru. Dengan demikian inovasi dapat dimaknai sebagai suatu proses menciptakan sesuatu yang baru yang memberikan nilai signifikan bagi individu, kelompok, organisasi, dan masyarakat (Fadel Muhammad, 2006). Dean Joseph Nye dari Kennedy School's of Government dalam Fadel Muhammad (2006) mengatakan bahwa "pemerintah dengan jelas harus melakukan perubahan yang berkesinambungan sebagai suatu proses fundamental. Inovasi dalam pemerintahan tidak hanya mencakup perubahan menuju "best practice" atau menyediakan informasi yang mudah diakses, tetapi yang lebih penting inovasi itu sendiri harus melembaga dalam pola pikir aparatnya dan benar-benar dipahami.

Menurut Winardi (2006), inovasi merupakan suatu proses di mana organisasi-organisasi memanfaatkan ketrampilan dan sumber-sumber daya mereka untuk mengembangkan barang-barang dan jasa-jasa baru, atau untuk mengembangkan produk baru dan system-sistem pengoperasian baru, hingga dengan demikian mereka lebih baik dapat bereaksi terhadap kebutuhan pelanggan mereka.

Dalam dunia usaha yang sangat kompetitif di abad 21 ini, inovasi adalah sebuah jurus yang sangat jitu untuk menjadi pemenang, malah lebih dari pemenang, yaitu tetap dapat mempertahankan keunggulan bersaing (competitive advantage). Mungkin istilah inovasi itulah yang dimaksud dalam pepatah tadi, yaitu kemampuan menciptakan kesempatan.

Inovasi adalah formula untuk mempertahankan keunggulan bersaing. Inovasi adalah merubah yang sudah atau sedang ada menjadi lebih baik. Contohnya, Jepang yang masih underdog di era pra-1980-an, dengan inovasi-inovasi produk dan pelayanannya telah tampil sebagai salah satu raksasa negara industri, sejajar dengan taipan dunia seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Prancis. Inovasi sangat erat hubungannya dengan perubahan. Inovasi dan perubahan adalah modal utama untuk tetap hidup, mampu bersaing, dan malah mempertahankan keunggulan bersaing.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

34

Page 43: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Menurut Nonaka dan Takeuchi dalam Wigyantoro (2007), proses inovasi banyak bergantung pada pengetahuan, terutama karena knowledge merepresentasikan suatu bidang jauh lebih dalam dari pada data, informasi dan logika konvensional; oleh karenanya, kekuatan knowledge terletak pada subjektivitasnya, yang mendasari value dan asumsi yang menjadi pondasi bagi proses pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa knowledge management (KM) serta sumber daya manusia merupakan elemen penting dalam menjalankan setiap bisnis. Namun demikian, banyak organisasi tidak konsisten dalam pendekatannya kepada KM, hal ini terjadi karena dipengaruhi dan banyak didominasi oleh kerangka teknologi informasi (IT) atau humanis (Gloet & Terziovski dalam Wigyantoro (2007)). Nonaka dkk dalam Wigyantoro (2007) juga mengatakan bahwa KM berkembang menjadi bidang kajian tersendiri dalam studi organisasi dan berperan signifikan dalam membangun competitive advantage. Sementara itu, Coleman dalam Wigyantoro (2007) mendefinisikan KM sebagai sebuah payung bagi berbagai fungsi yang saling berketergantungan dan terkait satu dengan lainnya yang terdiri dari knolwedge creation; knowledge valuation dan metrics; knowledge mapping dan indexing; knowledge transport, storage dan distribusi; serta knowledge sharing.

Wigyantoro (2007) mengatakan bahwa dari berbagai pendekatan KM menunjukkan adanya perluasan dari organisational learning dan sistem informasi bisnis, dan dua pendekatan ini dipengaruhi oleh IT paradigm dan humanist paradigm. IT paradigm fokus pada aspek tangible dari KM, seperti pengumpulan, penyimpanan dan pengolahan informasi, menggunakan metodologi yang secara implisit membentuk organisasi sebagai sebuah sistem pemrosesan informasi; sementara humanis paradigm lebih menekankan pada sifat pembelajaran dan peningkatan pengetahuan sebagai sumber daya organisasi, menyorot peran individu dan kelompok dalam proses penyebaran knowledge.

Nystrom dalam Wigyantoro (2007) mengatakan bahwa Inovasi berkaitan dengan knowledge yang dapat digunakan untuk menciptakan produk atau proses dan layanan baru guna meningkatkan competitive advantage dan memenuhi kebutuhan pelanggan yang selalu berubah. Carnegie dan Butlin dalam Wigyantoro (2007) mendefinisikan inovasi

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

35

Page 44: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

sebagai "sesuatu yang baru atau ditingkatkan yang dihasilkan oleh perusahaan guna menciptakan nilai tambah yang signifikan baik secara langsung atau tidak langsung yang memberi manfaat kepada perusahaan dan atau pelanggannya".

Dalam format ideal menurut Gloet & Terziovski dalam Wigyantoro (2007), inovasi memiliki kapasitas meningkatkan kinerja, menyelesaikan persoalan, menambah value, serta menciptakan competitive advantage bagi organisasi. Inovasi secara umum dapat dijelaskan sebagai implementasi penemuan (discoveries) dan hasil rekayasa (inventions) serta proses yang menghasilkan luaran (outcome) baru, apakah berupa produk, sistem atau proses (William, 1999). Lebih jauh Davenport dan Prusak juga dalam Wigyantoro (2007) mengatakan bahwa inovasi menempati posisi sangat penting dalam organisasi, KM dan modal intelektual berperan besar sebagai sumber inovasi, oleh karena itu strategi bisnis perlu memberi perhatian utama pada ketiga aspek ini (KM, intellectual capital, inovasi). Lalu bagaimana keterkaitan antara inovasi dengan competitive government?

Competitive government adalah pemerintah daerah yang mendorong adanya kompetisi di antara penyedia layanan publik dalam upaya mereka memberikan excelent services kepada para konstituennya. pemerintahan daerah bermetamorfosis dari pemerintah yang cuek menjadi customer driven government dan bertanggung jawab (acountable government) terhadap seluruh stakeholder secara seimbang, pemerintah yang peduli terhadap setiap element masyarakatnya, senantiasa mendengar keinginan dan ekspektasi juga meresponnya, bagusnya pemerintah daerah terbuka terhadap investasi tetapi tetap kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan utama dari semua itu bukan hanya menguntungkan investor asing saja. Pemerintah daerah harus berusaha membangun kemampuan inovasi, kapabilitas operasional dan jaringan yang kuat, lokal, nasional, global. Sebagaimana tujuan utama yang diharapkan dari penerapan otonomi daerah, maka sudah seharusnya pemerintah daerah dalam menjalankan program-programnya memiliki muara kepada kesejahteraan masyarakat.

Competitive government telah diterapkan oleh Pemerintah Amerika Serikat sejak tahun 1992. Amerika Serikat mengembangkan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

36

Page 45: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

budaya kompetisi dalam memberikan pelayanan, baik antar unit pelayanan di lingkungan birokrasi maupun antara badan-badan penyedia layanan non pemerintah lainnya. Ide kompetisi ini akan mengahasilkan efisiensi dan responsivitas birokrasi pada perubahan lingkungan sehingga dapat meningkatkan daya inovasi di lingkungan birokrasi.

Kreativitas, Inovasi dan terobosan dari unit pelayanan dalam penyelenggaraan pelayanannya tidak akan berhasil tanpa adanya dorongan dan dukungan pihak eksekutif dan legislatif dikarenakan kreativitas dan inovasi tidak hanya membutuhkan pengetahuan dan strategi saja, akan tetapi sumber daya lain baik yang bersifat materi maupun immateri sangat mendukung terciptanya kedua hal tersebut. Untuk mewujudkan competitive government sendiri seharusnya juga dimulai dengan menciptakan budaya kreativitas dan inovasi dari pemerintah daerah sendiri, karena pembudayaan merupakan suatu upaya kunci dalam menjaga kontinuitas dalam membudayakan kreativitas dan inovasi sendiri. Competitive government akan sulit diciptakan oleh sebuah organaisasi yang tidak inovatif dan kreatif.

Kreativitas dan inovasi pemerintah daerah dimaksudkan untuk menciptakan competitive advantage suatu daerah dibandingkan dengan daerah lain. Competitive advantage tidak mungkin akan terwujud hanya dengan mengandalkan seorang kepala daerah yang visioner saja, tanpa adanya dukungan jajaran di bawahnya serta elemen legislatif daerah serta muspida lainnya.

B. Manajemen Perubahan dalam Menciptakan Daya Saing dan Kompetisi Daerah

Perubahan merupakan sesuatu hal yang pasti (terjadi, dan akan terjadi), hal ini sudah diketahui oleh manusia sejak zaman dahulu. Dengan kondisi tersebut, maka masusia perlu senantiasa "berubah" sesuai dengan tuntutan perubahan itu sendiri. Perubahan mengandung makna beralihnya keadaan sebelumnya (the before condition) menjadi keadaan setelahnya (the after condition). Perubahan dapat terjadi secara evolusioner, namun juga dapat berlangsung secara revolusioner.

Menurut Schermerhorn dkk dalam Winardi (2006), dalam proses perubahan dikenal sebuah istilah penting, yakni seorang agen perubahan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

37

Page 46: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

(a change agent). Seorang agen perubahan yaitu seseorang atau kelompok yang bertanggungjawab untuk mengubah pola perilaku yang ada pada orang tertentu atau sistem sosial tertentu. Perubahan terjadi bisa dikarenakan telah direncanakan (planned Change) maupun perubahan yang tidak direncanakan (unplanned Change). Perubahan yang tidak direncanakan terjadi secara spontan atau secara acak, dan ia terjadi tanpa perhatian seorang agen perubahan. Perubahan demikian dapat bersifat merusak (disruptif). Hal yang mungkin lebih penting bagi sesuatu organisasi yaitu perubahan yang direncanakan. Perubahan yang direncanakan merupakan sebuah reaksi langsung terhadap persepsi seorang tentang adanya suatu celah kinerja (a performance gap) yang merupakan suatu sidkrepansi antara keadaan yang diinginkan dan keadaan nyata. Robbins dalam Winardi (2006), menyatakan bahwa makin banyak organisasi dewasa ini menghadapi lingkungan dinamik, dan yang mengalami perubahan, dan yang menyebabkan timbulnya keharusan untuk berubah. Ada enam macam kekuatan yang bekerja sebagai stimulant bagi perubahan yakni: sifat angakatan kerja yang berubah, teknologi, kejutan-kejutan ekonomi, tren sosial yang berubah, politik dunia "baru", sifat persaingan yang berubah, secara singkat dinyatakan "change: making things different".

Perubahan memberikan kesempatan yang besar untuk belajar demi menghasilkan inovasi-inovasi sehingga dapat memberikan kinerja yang optimal demi mempertahankan keunggulan bersaing. Prahalad memproklamasikannya dengan "if you want to grow, you learn; if you want to learn, you change; if you don't change, you die" yang artinya "jika Anda ingin bertumbuh, Anda belajar; jika Anda ingin belajar, Anda berubah; jika Anda tidak berubah, Anda hancur".

Maksudnya adalah, berubah untuk yang lebih baik, bukan untuk yang lebih buruk, sehingga kinerja bisa lebih meningkat demi bertahan hidup, atau mampu bersaing, malah lebih lagi, dapat mempertahankan keunggulan bersaing. Memberikan bekal konseptual dan teoritis kepada mahasiswa tentang proses perubahan dan strategi untuk melakukan perubahan, mengembangkan cara berpikir dan memanfaatkan teori dan konsep tersebut dalam mengambil keputusan yang menyangkut kelangsungan hidup organisasi. Serta memberikan pengetahuan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

38

Page 47: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

konseptual yang memadai untuk melakukan melakukan evaluasi terhadap perkembangan teori di bidang perubahan dan pengembangan organisasi.

Menurut Essayist Everlyn dalam Renald Kasali (2004), Change is the only evidence of life. Perubahan adalah satu-satunya bukti kehidupan. Perubahan mestinya adalah hal yang biasa bagi manusia. Hanya saja, kita seringkali tidak menyadari sesuatu telah berubah, bahkan mendiamkannya, alias tidak meresponsnya sama sekali. Di tengah-tengah kemacetan lalu lintas kita diberi kesempatan oleh yang Maha Kuasa untuk berpikir, mencari jalan baru, tetapi kebanyakan kita mendiamkannya, pasrah berada di tengah-tengah jalan tol. Kita telah membunuh spirit kehidupan yang utama: curiosity dan creativity. Dengan semangat curiosity dan creativity, pelaut-pelaut dari Spanyol, Portugis dan Belanda mencari tahu jalan menuju pusat rempah-rempah di Asia, sejak Bizantium jatuh ke tangan kerajaan Arab dan Turki sehingga hubungan Eropa dengan Laut Tengah terputus. Tanpa creativity dan curiosity suatu bangsa akan mati dan dikuasai bangsa lain. Semangat untuk menciptakan perubahan tidak semata-mata perubahan yang terjadi hanya pada pemimpinnya saja, akan tetapi juga pada sistem kepemimpinannya. Keduanya mengandung akar kata yang sama, tetapi hasilnya akan berbeda sama sekali.

Kepemimpinan menyangkut bagaimana seseorang menggunakan energinya bersama-sama dengan orang-orang lain untuk menggerakkan atau merubah sesuatu. Hanya kepemimpinan yang kuat lah yang bisa menciptakan perubahan. Orang-orang lama selalu menyatakan bahwa manusia pada dasarnya enggan untuk berubah (resist to change). Yang benar sesungguhnya, manusia itu mau dan bisa berubah namun enggan atau bahkan tidak mau "dirubah". Oleh karena itulah perubahan memerlukan manajemen dan tidak dapat bergulir dengan sendirinya. Menurut Bill Clinton dalam Renald Kasali (2004), cara terbaik untuk menciptakan perubahan adalah dengan menjadikan perubahan itu sebagai teman, bukan sebagai penjahat atau musuh.

Sebagian besar kalangan beranggapan bahwa perubahan itu baru boleh dilakukan kalau ada masalah. Bahkan kebanyakan strategi perubahan (turn arround) diluncurkan saat memasuki tahap krisis. Menurut ahli untuk menciptakan perubahan dibutuhkan perasaan-perasaan tidak puas terhadap kondisi sekarang. Perubahan pada saat

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

39

Page 48: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

sedang berada di titik rendah sangat rawan. Sebab pada saat itu, anda sudah tidak memiliki energi dan sumber daya sama sekali untuk mengangkatnya kembali.

Beranjak dari itu, para ahli manajemen mulai melihat strategi perubahan terbaik seharusnya dilakukan pada saat individu/kelompok/ organisasi sedang mengalami masa "senang-senang". Misalnya saat penjualan perusahaan sedang bagus dan semua orang bangga terhadap lembaganya. Namun pada saat kondisi ini terjadi justru pada saat ini manusia-manusia itu tidak tertarik untuk berubah.

Kunci keberhasilan perubahan terletak dari ada atau tidak adanya pemimpin strategik, bahkan pemimpin operasional. Dengan kata lain dibutuhkan seorang pemimpin yang bukan sekadar pemimpin biasa. Bukan sekedar penjaga pintu gerbang yang berdiri statik di muka pintu mengawasi orang keluar masuk. Pemimpin itu disebut Jim Collins sebagai seorang dengan derajat kepemimpinan tingkat lima yang dengan berani menghadang dan menghadapi tindakan-tindakan brutal dan populis dari berbagai pihak. Dengan kata lain ia memimpin dengan "character" dan "profesionalisme".

Jim Collins dalam Kasali mengajarkan agar individu/kelompok/ organisasi tidak berpuas diri terhadap keberhasilan yang telah dicapai akan tetapi harus terus melakukan perubahan untuk mencapai yang lebih baik lagi. Sebab pada saat ini perubahan merupakan suatu tuntutan seiring dengan semakin cepatnya perkembangan teknologi informasi. Perubahan memerlukan langkah-langkah strategis seperti penciptaan sense of urgency dan climate for change. Perubahan tidak akan mungkin dilakukan dengan hanya merubah sistem tanpa memperhatikan kesiapan manusia-manusianya. Manusia sesungguhnya bukan enggan berubah, melainkan perlu menyadari perubahan itu justru menjadi tuntutan bagi dirinya. Manajemen perubahan, bukanlah proses yang mudah. Perubahan dalam bentuk apapun selalu menyakitkan dan jarang diterima dengan tangan terbuka. Perubahan keorganisasian belum tentu akan berjalan semulus yang diharapkan. Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling sering dan menonjol adalah "penolakan atas perubahan itu sendiri". Istilah yang sangat populer dalam manajemen adalah resistensi perubahan (resistance to change).

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

40

Page 49: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif karena justru karena adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan secara sembarangan.

Penolakan atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam bentuk yang standar. Penolakan bisa jelas kelihatan (eksplisit) dan segera, misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya; atau bisa juga tersirat (implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi meningkat, dan lain sebagainya.

Penolakan terhadap perubahan dapat berasal dapat bersifat individual maupun keorganisasian. Menurut Robbins dalam Winardi (2006), terdapat lima macam alasan mengapa individu-individu menentang perubahan yang ditunjukkan oleh gambar berikut:

Penolakan

Individu

Kebiasaan ( habit)

Kepastian

Faktor-Faktor Ekonomi

Pemrosesan Informasi

secara selektif

Perasaan Takut

terhadap hal -hal yang

tidak diketehui

Gambar 3.1Sumber (Timbulnya) tentangan atau penolakan individu terhadap

perubahan, Manajemen Perubahan, Winardi (2006), p. 7

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

41

Penolakan organisasi pada umumnya disebabkan bahwa organisasi tersebut bersifat konservatif yang secara aktif akan selalu menentang perubahan. Robbins dalam Winardi (2006) mengungkapkan 6

Page 50: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Penolakan

Organisasi

Inertia Struktural

Fokus Perubahan

yang terbatas

Inertia kelompok

Ancaman terhadap

alokasi sumber -sumber

daya yang berlaku

Ancaman Terhadap

Hubungan -hubungan

kekuasaan yang sudah

mapan

Ancaman bagi ekspertis

Gambar 3.2Sumber (Penyebab) Penolakan Organisasi terhadap Perubahan

Adanya tentangan penolakan terhadap perubahan yang akan diciptakan merupakan suatu hal yang biasa, akan tetapi bagaimana cara untuk mengatasi berbagai tentangan/penolakan tersebut menjadi kunci yang utama terhadap keberhasilan prubahan tersebut. Robbins dalam Winardi (2006), menyarankan enam taktik untuk diterapkan dalam menghadapi perubahan, yaitu : 1). Pendidikan dan komunikasi, 2). Partisipasi, 3) Fasilitas dan bantuan, 4). Negosiasi, 5). Manipulasi dan kooptasi serta 6). Paksaan.

Ungkapan Prahalad "if you want to grow, you learn; if you want to learn, you change; if you don't change, you die", tidak hanya berlaku bagi individu, akan tetapi juga bisa diterapkan pada organisasi pemerintah atau pemerintah daerah. Pemerintah yang tidak mau relajar dari keberhasilan daerah lain, maupun tidak mau berubah dari kondisi saat ini bersiap-siaplah untuk tidak dikenal atau bahkan dilupakan oleh daerah-daerah lain.

Keinginan daerah untuk melakukan perubahan sebenarnya merupakan bentuk ketidakpuasan daerah tersebut terhadap kondisinya, perubahan merupakan wujud keinginan daerah untuk menjadi lebih baik dari kondisi sebelumnya, keinginan untuk mengejar ketertinggalan dari

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

42

(enam) macam penyebab timbulnya penolakan-penolakan organisasi, sebagaimana digambarkan dalam gambar berikut:

Page 51: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

daerah di sekelilingnya bahkan bila mungkin keinginan untuk menjadi lebih dibandingkan daerah di sekitarnya bahkan di wilayah Indonesia. Namun apakah semua daerah berpikir demikian, atau malahan mereka menerima kondisi daerahnya apa adanya dengan hanya mengharapkan belas kasihan dari pemerintah berupa dana perimbangan dalam "menghidupi" derahnya. Jika masih ada daerah yang berpikir demikian, maka lebih baik daerah tersebut dihapuskan atau digabungkan dengan daerah lainnya.

Berbagai perubahan yang dilakukan oleh pemerintah di daerah terlihat dari berbagai inovasi dan terobosan yang telah diciptakan, sebagai contoh Provinsi Gorontalo, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Sragen, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, dll. Keberhasilan daerah-daerah tersebut dalam menciptakan inovasi dan terobosan, mengangkat nama daerah tidak hanya pada kancah nasional tetapi juga sampai pada kancah internasional. Prestasi yang telah dicapai oleh beberapa daerah tersebut telah mengantarkan mereka menjadi semakin dikenal di seluruh wilayah Indonesia, daerah lain yang ingin mengetahui dan melakukan studi banding berbondong-bondong datang ke daerah tersebut. Inovasi-inovasi yang telah dilakukan oleh beberapa daerah tersebut tidak menutup kemungkinan akan diikuti oleh daerah-daerah lain yang juga memiliki motivasi untuk berubah, jika hal ini terjadi maka tidak menutup kemungkinan persaingan antar daerah secara langsung akan tercipta dengan sendirinya.

Namun apakah hal itu cukup untuk benar-benar mewujudkan kompetisi antar daerah ? Sebagaimana yang dilakukan oleh Pemerintah Amerika Serikat, Pemerintah Indonesia juga menciptakan iklim yang kondusif dalam menumbuhkan competitive government. Upaya pemerintah yang baru dilakukan oleh pemerintah dalam rangka merangsang tumbuhnya inovasi dan terobosan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan dengan menetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Apartur Negara Nomor 26 Tahun 2006 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Pelayanan Publik Dalam Rangka Pelaksanaan Kompetisi Antar Kabupaten/Kota, dalam kenyataannya cakupan penilaian dilakukan pada seluruh indikator peyelenggaraan pemerintahan daerah tidak hanya pada aspek penyelenggaraan pelayanan publik saja.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

43

Page 52: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

BAB IVKESIAPAN KABUPATEN/KOTA DALAM KOMPETISI

DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

A. Kesiapan Kabupaten/Kota di Kalimantan dalam Kompetisi Antar Daerah di Bidang Pelayanan Publik

Kalimantan merupakan salah satu pulau terluas di wilayah Indonesia, kondisi alamnya yang berbukit, serta dilalui beberapa sungai besar dan kecil dengan riam-riamnya, menyebabkan sulitnya aksessibilitas dalam menjangkau beberapa wilayah. Luasnya wilayah kabupaten pada 4 provinsi di wilayah Kalimantan menyebabkan ketimpangan pembangunan wilayah yang cukup besar, pembangunan pada umumnya diutamakan pada wilayah perkotaan sebagai pusat perekonomian daerah serta sebagai pusat pemukiman penduduk. Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah perbatasan yang cukup besar dengan negara Malaysia, memiliki kesenjangan pembangunan yang sangat besar.

Ketimpangan pembangunan merupakan salah satu sebab banyaknya tuntutan pemekaran wilayah kabupaten. Pemekaran kabupaten/kota di Kalimantan sejak pemberlakuan otonomi daerah telah banyak terjadi. Kondisi sampai dengan tahun 2007 jumlah propinsi sebanyak 33 propinsi sedangkan jumlah kabupaten/kota sebanyak 465 kabupaten/kota. Kondisi telah meningkat sebanyak 22% lebih dibandingkan dengan jumlah propinsi dan kabupaten/kota pada masa orde baru. Provinsi Kalimantan Timur yang tadinya berjumlah 8 kabupaten/kota, setelah pemberlakuan otonomi daerah sampai dengan tahun 2007 terjadi pemekaran sebanyak 6 kabupaten/kota, yang secara prosentasi meningkat sebesar 75%. Kondisi di Propinsi Kalimantan Tengah, Propinsi Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan juga tidak berbeda.

Di Bidang Pelayanan Publik, Propinsi Kalimantan Timur bisa dikatakan lebih serius dibandingkan dengan 3 propinsi lainnya. Berbagai inovasi dan terobosan daerah dalam manajemen pemerintahan daerah

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

44

Page 53: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

lebih menonjol ditunjukkan oleh beberapa daerah di propinsi ini dibandingkan dengan daerah-daerah di propinsi lainnya, kondisi ini dapat dibuktikkan dengan adanya 3 daerah di Propinsi Kalimantan Timur yang menerima piagam Citra Bhakti Abdi Nagari sebagai penghargaan bagi daerah yang melakukan inovasi dan terobosan dalam rangka peningkatan pelayanan publik kepada masyarakat.

Inovasi dan terobosan yang dapat dilakukan oleh semua pemerintah daerah, tidak hanya oleh pemerintah daerah yang memiliki APBD yang besar. Beberapa daerah dengan APBD yang sangat minim secara nyata mampu membuktikkan anggapan yang menyatakan bahwa keterbatasan anggaran akan menghambat dalam menciptakan kreativitas, terobosan, inovasi. Kabupaten Jembrana dengan APBD yang tidak mencapai 250 Milyar telah mampu menciptakan inovasi dalam meningkatkan pelayanan publik seta hak-hak dasar masyarakatnya serta mampu menumbuhkan perekonomian daerah dengan memberikan dana stimulan/pinjaman lunak kepada pengusaha kecil. Daerah dengan APBD yang sangat besar juga belum tentu menjadi jaminan bahwa daerah tersebut pasti ataupun mampu menciptakan inovasi dan terobosan dalam manajemen pemerintahan daerah guna meningkatkan pelayanan publik serta dalam rangka menciptakan competitive government. "Kemapanan" daerah yang ditunjukkan dengan besarnya APBD, terkadang malahan mengurangi kreativitas daerah dalam menciptakan inovasi dan terobosan baru.

B. Kesiapan Kota Pontianak dalam Kompetisi Antar Daerah di Bidang Pelayanan Publik1. Gambaran Umum Daerah

Kota Pontianak yang didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie pada hari Rabu Tanggal 23 Oktober 1771 bertepatan dengan tanggal 14 Radjab 1185, sampai dengan saat ini merupakan ibu Kota

2Provinsi Kalimantan Barat, dengan luas wilayah 107,82 Km yang secara keseluruhan berbatasan dengan Kabupaten Pontianak.

Kota Pontianak memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia, Pertama, karena Pontianak terletak

0pada Garis Khatulistiwa dengan posisi 0 02'24'' Lintang Utara sampai

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

45

Page 54: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

0 00 05'37'' Lintang Selatan dan 109 16'25'' Bujur Timur sampai 109023'24'' Bujur Timur. Kedua, karena Kota Pontianak berada tepat di persimpangan Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak dengan lebar rata-rata setiap permukaan sungai + 400 meter dan kedalaman air antara 12-16 meter. Wilayah Kota Pontianak secara keseluruhan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pontianak, yaitu:SBagian Utara : dengan Kecamatan Siantan.SBagian Selatan : dengan Kecamatan Sungai Raya, Kecamatan Sungai

Kakap dan Kecamatan Siantan.SBagian Barat: dengan Kecamatan Sungai Kakap.SBagian Timur: dengan Kecamatan Sungai Raya dan Kecamatan

Sungai Ambawang.Kota Pontianak mempunyai suhu rata-rata 26,10C - 27,40C

dengan kelembaban udara berkisar antara 86% - 92%. Kondisi curah hujan di Kota Pontianak tergolong tinggi yaitu berkisar antara 3000-4000 mm pertahun dengan jumlah hari hujan rata-rata perbulan 15 hari. Selain itu, lokasi Pontianak yang terletak di atas delta Sungai Kapuas yang merupakan dataran rendah dengan fluktuasi ketinggian antara 0,50 m - 0,75 m di atas permukaan laut menjadikan Pontianak rentan terhadap genangan maupun banjir.

Secara administratif Kota Pontianak terdiri dari 4 wilayah Kecamatan, yaitu Pontianak Selatan, Pontianak Timur, Pontianak Barat, Pontianak Barat, Pontianak Utara, dan Kecamatan Pontianak Kota yang secara keseluruhan terdiri dari 24 kelurahan. Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Pontianak Utara (34,52 persen), diikuti oleh Kecamatan Pontianak Selatan (27,24 persen) Kecamatan Pontianak Barat (20,51 persen), Kecamatan Pontianak Kota (9,59 persen) dan Kecamatan Pontianak Timur (8,14 persen).

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

46

Page 55: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

NO Variable Kependudukan Angka/Rate/Ratio

1. 2.

3.4.

5.

6.

7.8.9.

10.

Jumlah PendudukLaki-lakiPerempuanBalita Usia Lanjut (>60 th) Kepala KeluargaSex RatioKepadatan PendudukJumlah Jiwa Setiap Rumah TanggaLaju Pertumbuhan Penduduk/TahunKK Miskin* /Jumlah Penduduk Miskin*Jumlah KecamatanJumlah Desa/KelurahanTingkat Kemampuan BacaLaki-lakiPerempuanEtnik DominanBahasa Etnik

521.369233.347 (44,76%)258.022 (49,49%)55,843 (10,71%)31.058(5,96%)112.448 KK90,444.835,55/km2

4,95

0,015

15.650 KK (15,38% dari total KK)33.250 jiwa (6,62% dari jml pddk)5 Kecamatan24 Kelurahan

95,33%87,66%ChinaMelayu

11.

12.

PendidikanPendidikan Yang DitamatkanTidak SekolahBelum Tamat SDSDSLTPSMUAkademi/D1/D2Ratio Murid dengan GuruSDSLTPSMU

41.072118.55984.41372.403116.16414.183

201413

Tabel 4.1Data Indikator Kependudukan Kota Pontianak Tahun 2005

Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka 2006* KK miskin dan Penduduk miskin merupakan data tahun 2003

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

47

Page 56: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Dalam hal Sumber Daya Manusia Aparatur, Kota Pontianak pada tahun 2005 memiliki 6.852 Pegawai. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar pegawai Kota Pontianak berpendidikan SLTA (35,27 %), diikuti S-1 sebanyak 29,80%, D1-D3 sebanyak 29,66%, SD sebanyak 2,2%, SLTP sebanyak 1,96%, dan Pasca Sarjana sebanyak 1,11 %. Dilihat dari komposisi pegawai tersebut bisa dikatakan bahwa pendidikan aparatur pemerintah Kota Pontianak masih relatif rendah. Kota Pontianak yang mempunyai Visi "Pontianak Kota Khatulistiwa yang Berwawasan Lingkungan sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa bertaraf Internasional". Sedangkan misinya yaitu "Mengembangkan Perekonomian Berdasarkan Potensi Daerah, Meningkatkan Kualitas SDM, Meningkatkan Sarana dan Prasarana Perkotaan, Meningkatkan Peran Serta Masyarakat Dalam Menciptakan Lingkungan Yang Kondusif".

Guna mewujudkan visi dan misi tersebut Pemerintah Kota Pontianak telah bertekad untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam misinya, yaitu :a. Mengembangkan Perekonomian Berdasarkan Potensi Daerah,

sasaran yang ingin dicapai adalah ;SPeningkatan usaha perdagangan dan jasa yang didukung oleh

pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi.SPengembangan ketahanan pangan yang berbasis agribisnis.SPengembangan daya tarik kepariwisataan untuk mendukung

perekonomian daerah.SPemberdayaan masyarakat dan dunia usaha dalam

pembangunan.b. Tujuan yang ditetapkan untuk mencapai misi kedua

yaitu:"meningkatkan kualitas sumber daya manusia, melalui :SPeningkatan kualitas pendidikan dan penguasaan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).SPeningkatan derajat kesehatan masyarakat.SPeningkatan profesionalisme tenaga kerja dalam rangka

memasuki pasar global.SPeningkatan produktifitas dan efisiensi penyelenggaraan

pemerintahan yang didukung oleh efektivitas dan professionalisme aparatur.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

48

Page 57: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

SPeningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan standar.

c. Tujuan yang ditetapkan untuk mencapai misi kegiatan "Meningkatkan sarana dan prasarana dasar perkotaan" melalui :SPeningkatan sarana dan prasarana untuk mendukung

kelancaran transportasi.SPeningkatan sarana dan prasarana umum perkotaan dan

pemukiman.SPeningkatan kualitas lingkungan hidup.

d. Tujuan yang ditetapkan untuk mencapai misi keempat yaitu"meningkatkan peran serta masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang kondusif" melalui :SPenciptaan kondisi yang kondusif dalam kehidupan

kemasyarakatan.SPemberdayaan masyarakat dalam pembangunan sosial.

2. Kesiapan Kota Pontianak dalam Kompetisi Antar Daerah di Bidang Pelayanan Publik

Kesiapan Kota Pontianak dalam berkompetisi dengan Kabupaten/Kota di Bidang pelayanan publik dapat dijelaskan berdasarkan indikator-indikator dari dua belas komponen penilaian sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Assesment Tingkat Kesiapan Kota Pontianak

Dalam Pelaksanaan Kompetisi Bidang Pelayanan Publik BerdasarkanKuesioner Penilaian Kinerja Pelayanan Publik

Hasil Survei Berdasarkan Komponen

SKOR

1. Kebijakan Deregulasi dan Debirokratisasi Pelayanan Publik

: 57

2. Kebijakan Peningkatan Partisipasi Masyarakat : 5

3. Kebijakan Pemberian Penghargaan dan Penerapan Sanksi

: 30

4. Pembinaan Teknis Terhadap Unit Pelayanan Publik : 25

5. Kebijakan Korporatisasi Unit Pelayanan

: 21

6. Pengembangan Manajemen Pelayanan

: 43

7. Kebijakan Peningkatan Profesionalisme Pejabat / Pegawai di Bidang Pelayanan Publik

: 9

8. Penghargaan di Bidang Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

: 25

9. Kebijakan Pembangunan Kemasyarakatan dan Kesejahteraan

: 15

10. Kebijakan dalam mendorong pembangunan ekonomi daerah

: 25

11. Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan E-Government : 15

12. Penerapan Standar ISO 9001-2000 dalam Pelayanan Publik : 0

JUMLAH TOTAL 265

Tingkat Kesiapan Kurang Siap

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

49

Page 58: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Hasil Survei Berdasarkan Komponen

SKOR

1. Kebijakan Deregulasi dan Debirokratisasi Pelayanan Publik

: 57

2. Kebijakan Peningkatan Partisipasi Masyarakat : 5

3. Kebijakan Pemberian Penghargaan dan Penerapan Sanksi

: 30

4. Pembinaan Teknis Terhadap Unit Pelayanan Publik : 25

5. Kebijakan Korporatisasi Unit Pelayanan

: 21

6. Pengembangan Manajemen Pelayanan

: 43

7. Kebijakan Peningkatan Profesionalisme Pejabat / Pegawai di Bidang Pelayanan Publik

: 9

8. Penghargaan di Bidang Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

: 25

9. Kebijakan Pembangunan Kemasyarakatan dan Kesejahteraan

: 15

10. Kebijakan dalam mendorong pembangunan ekonomi daerah : 25

11. Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan E-Government : 15

12. Penerapan Standar ISO 9001-2000 dalam Pelayanan Publik : 0

JUMLAH TOTAL 265

Tingkat Kesiapan Kurang Siap

Pemberian skor berdasarkan petunjuk Surat Keputusan Menteri PendayagunaanAparatur Negara Nomor 25 Tahun 2006

Secara umum pemerintah Kota Pontianak kurang siap dalam pelaksanaan kompetisi antar daerah di bidang pelayanan publik. Hal ini dapat dilihat dari penilaian terhadap 12 indikator pelayanan publik berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 25 Tahun 2006, dimana secara keseluruhan capaiannya masih cukup rendah. Dari 12 indikator, yang perlu mendapat penanganan serius dalam hal ini adalah indikator-indikator yang mendapatkan skor rendah dalam keikutsertaan kompetisi antar daerah di bidang pelayanan publik serta dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

50

Page 59: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

publik antara lain pada indikator Kebijakan Peningkatan Partisipasi Masyarakat, Kebijakan Peningkatan Profesionalisme Pejabat / Pegawai di Bidang Pelayanan Publik, Kebijakan Pembangunan Kemasyarakatan dan Kesejahteraan, Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan E-Government, dan Penerapan Standar ISO 9001-2000 dalam Pelayanan Publik. Adapun kondisi masing-masing indikator dijelaskan sebagai berkut :1. Kebijakan Deregulasi dan Debirokrasi Pelayanan Publik

Komponen Kebijakan deregulasi dan debirokkrasi pelayanan publik terdiri dari 7 indikator yaitu jenis pelayanan yang mekanismenya disederhanakan, dinas yang ditetapkan, penetapan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) satu atap/satu pintu, jenis pelayanan yang ada pada semua Unit Pelayanan Terpadu (UPT) satu atap/satu pintu, unit pelayanan publik yang yang ditetapkan untuk mengelola keuangan sendiri, penetapan maklumat/janji pelayanan oleh unit pelayanan/satuan kerja dan penetapan standar pelayanan publik/SOP (Standard Operating Procedure).¢Jenis pelayanan yang mekanismenya disederhanakan

Upaya deregulasi pelayanan pada UPP di Kota Pontianak masih kurang begitu diperhatikan oleh pemerintah kota. Hal ini terlihat dari sedikitnya jenis pelayanan yang mekanismenya disederhanakan. Dari sekitar 142 jenis pelayanan dan perizinan yang ada di Kota Pontianak hanya 2 jenis pelayanan yang mekanismenya disederhanakan.2 jenis pelayanan perizinan tersebut adalah Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Izin Gangguan (Hinder Ordonantie/HO) yang keduanya diselenggarakan oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Daerah (KP2T & PMD). Kedua jenis pelayanan ini proses perizinan sepenuhnya dilakukan oleh KP2T & PMD tanpa adanya proses yang ditangani oleh instansi teknis lainnya sehingga lama pelayanan akan lebih pendek dibanding beberapa perizinan lain yang prosesnya masing dilakukan oleh instansi teknis yang berwenang.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

51

Page 60: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

¢Di Kota Pontianak pelayanan dan perizinan masih

tersebar di beberapa unit teknis. Sekitar 142 pelayanan dan perizinan yang ada di Kota Pontianak ditangani oelh 19 instansi yaitu Sekretariat Daerah (3,52%), Bappeda (0,7%), Dinas Kesehatan (14,79%), Dinas Pendidikan Nasional (3,52%), Dinas Pekerjaan Umum (2,82%), Dinas Perhubungan (11,97%), Dinas Urusan Pangan (1,41%), Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Pemberdayaan Masyarakat (6,34%), Dinas Periwisata, Kebudayaan dan Infokom (30,99%), Dinas Perindag, Koperasi dan UKM (4,93%), Dinas Tata Kota (1,41%), Dinas Pendapatan Daerah (0,7%), Dinas Kependudukan, KB, dan Catatan Sipil (5,63%), Dinas Kebersihan dan Pertamanan (2,11%), Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah (1,41%), Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan (1,41%), Kantor KP2T dan PMD (2,82%), Satpol Pamong Praja (2,11%) dan Kantor Kecamatan (1,41%). Penyebaran pelayanan dan perizinan di beberapa instansi teknis menunjukkan masih rendahnya perhatian serta pemahaman pemerintah Kota Pontianak dalam penerapan unit pelayanan terpadu. Dengan dibentuknya KP2T & PMD tidak seharusnya pelayanan perizinan masih banyak dilaksanakan oleh instansi teknis.

¢Penetapan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) satu atap/satu pintu

Kota Pontianak telah membentuk Unit Pelayanan Terpadu dengan nomenklatur KP2T & PMD, pembentukan unit ini berdasarkan Perda Kota Pontianak Nomor 7 Tahun 2002 tentang Pembentukan dan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pontianak. Bedasarkan perda tersebut Kepala KP2T berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Pontianak. KP2T & PMD menangani 10 perizinan dari sekitar 100 perizinan (data survei tahun 2004) yang ada di Kota Pontianak atau hanya sebesar 10%. Dari 10 jenis perizinan yang ditangani oleh KP2T & PMD yaitu Surat Izin

Dinas yang ditetapkan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

52

Page 61: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Tempat Usaha (SITU), Izin Gangguan (Hinder Ordonantie/HO), Advis Planning (AP), Izin endirikan Bangunan (IMB), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda daftar Perusahaan (TDP), Tanda Daftar Industri (TDI), Tanda Izin Angkutan Umum (SIAU), Izin Reklame dan Izin Lokasi, hanya 2 jenis perizinan (SITU dan HO) yang proses sepenuhnya ditangani oleh KP2T & PMD. Sedangkan 8 jenis perizinan lainnya masih ditangani oleh instansi yang berwenang.

Kelembagaan KP2T & PMD sendiri terdiri dari Kepala Kantor, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Sub Bagian Pelayanan, Kepala Sub Bagian Penanaman Modal Daerah dan Staf. Sebagaimana layaknya UPT pada umumnya, biasanya dalam unit tersebut juga terdapat staf/pegawai yang bertugas menangani perizinan yang terkait dengan bidang kewenangannya, akan tetapi dalam KP2T & PMD, tidak ada satupun pegawai dari instansi teknis yang menempatan pegawainya dalam KP2T & PMD, sehingga dalam penerbitan izin yang tidak sepenunya ditangani, KP2T hanyalah berperan sebagai loket penerimaan dan pengeluaran izin saja. Dilihat dari proses penerbitan perizinan seperti ini, prinsip faster tidak sepenuhnya bisa diwujudkan. Setiap pengajuan perizinan oleh masyarakat belum tentu pada saat i tu juga akan sampai/diserahkan pada dinas yang berwenang, yang pasti proses penyerhan berkas baik kepada/dari instansi yang berwenang membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Prosedur pengurusan perizinan seperti ini sebenarnya malah memperpanjang rantai birokrasi. Bertentangan dengan prinsip pelayanan yang saat ini malah diharapkan dapat memperpendek prosedur/birokrasi. Jika pengurusan perizinan akan lebih cepat ditangani oleh dinas berwenang, tentunya pembentukan KP2T & PMD patut dipertanyakan. Kebijakan pembentukan KP2T & PMD jangan sampai hanya pemborosan anggaran pemerintah daerah, sedangkan fungsi utamanya sendiri tidak maksimal. Jika pembentukan KP2T & PMD memang betujuan untuk mempermudah masyarakat dalam pengurusan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

53

Page 62: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

perizinan sudah seharusnya prosedur kerja serta prosedur/mekanisme pelayanan perlu dikaji ulang. Lebih-lebih terhadap jenis perizinan yang dapat ditangani oleh KP2T & PMD bisa diperbanyak lagi atau mungkin malah semuanya bila memungkinkan. Ketersediaan tentunya bukan menjadi permasalahan tinggal memindahkan pegawai yang selama ini mengurusi perizinan di dinas masing-masing. Dikarenakan pembentukan KP2T & PMD berdasarkan Perda, maka politicall will dari eksekutif serta legislatif -lah, yang mampu memperbaiki dan meningkatkan peran KP2T & PMD benar-benar sebagai Unit Pelayanan Terpadu (UPT). Persetujuan dari dinas yang berwenang terhadap pelimpahan perizinan yang ditangani tentunya akan sulit terlaksana, karena bagaimanapun pasti akan memunculkan ego sektoral, apalagi hal ini terkait dengan penerimaan uang.

¢keuangan sendiri

Keberadaan unit pelayanan publik di Kota Pontianak belum diberikan kewenangan untuk mengelola keuangan sendiri. Unit pelayanan publik selama ini hanya berfungsi sebagai tempat penerimaan (loket pemungutan) retribusi sebagai kompensasi pemberian pelayanan dan perizinan, selanjutnya retribusi tersebut langsung disetorkan pada Badan Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah. Penetapan unit pelayanan publik untuk mengelola keuangan sendiri merupakan upaya untuk menciptakan kemandirian unit terkait. Belum adanya satu pun unit yang ditetapkan untuk mengelola keuangan sendiri tentunya didasarkan banyak pertimbangan, dilihat dari kemampuan Sumber Daya maupun efek yang ditimbulkan terhadap unit pelayanan tersebut.

¢Penetapan janji/maklumat pelayanan oleh unit pelayanan/satuan kerja

Dari beberapa unit yang menyelenggarakan pelayanan

Unit pelayanan publik yang ditetapkan untuk mengelola

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

54

Page 63: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

publik hanya ada 3 unit yang menetapkan maklumat/janji pelayanan, dua diantaranya adalah KP2T & PMD dan Puskesmas Alianyang. KP2T & PMD memiliki janji /maklumat pelayanan yang meupakan komitmen pegawai dalam penyediaan pelayanan publik yaitu " Pemberian Pelayanan yang berorientasi kepada kepuasan masyarakat/pelanggan" , melalui Kesederhanaan; Kejelasan dan kepastian; Akurasi yang benar, tepat dan sah; Keterbukaan; Keamanan dan kepastian hukum; Efisiensi; Keadilan yang merata; Ketetapan waktu; Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan; Tanggung jawab; Mendengarkan dan menindaklanjuti keluhan pelanggan, sedangkan Puskesmas Kalianyang dalam menyelenggarakan pelayanannya memiliki janji/maklumat pelayanan sebagai berikut :* Bekerja dimulai dan diakhiri sesuai dengan waktu* Mengutamakan pelayanan sesuai dengan SOP* Anda datang kami layani dengan baik dan ramah* Memprioritaskan pelayanan kedaruratan dan lansia* Kami siap menerima saran dan kritik anda

Adanya penetapan maklumat/janji sebagai salah satu indikator penilaian kinerja pelayanan publik, seharusnya bukanlah menjadi salah satu alasan bagi unit pelayanan publik secara tiba-tiba memunculkan janji/maklumat pelayanan yang kesannya mengada-ada. Terkadang dalam suatu unit pelayanan janji/maklumat tersebut ditulis dengan menggunakan spidol pada papan whiteboard yang tampak terlihat dibuat dalam waktu yang singkat dan untuk kepentingan tertentu saja. Jika suatu maklumat/janji pelayanan dari unit pemberi layanan merupakan suatu ketetapan dari unit pemberi layanan tentunya janji/maklumat tersebut akan dipermanenkan untuk dipasang di ruang tunggu pelayanan.Gambaran seperti ini masih sering terlihat pada unit layanan, terutama pada saat adanya kompetisi yang diselenggarkan oleh pemerintah pusat dalam hal ini adalah Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara (MenPAN).

Sebenarnya sah-sah saja jika kejadian seperti ini masih dipraktekkan oleh unit pemberi layanan, namun hendaknya

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

55

Page 64: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

maklumat/janji layanan tersebut nantinya akan dipermanenkan tidak hanya sekedar untuk keperluan sesaat saja, namun benar-benar secara realistis dapat diwujudkan.

KP2T & PMD dan Puskesmas Kalianyang yang juga merupakan puskesmas rawat inap, merupakan dua unit pelayanan di Kota Pontianak yang menerima penghargaan Citra Pelayanan Prima yang diberikan oleh MenPAN pada tahun 2006, dengan diterimanya penghargaan tersebut hendaknya akan menjadi pemicu untuk menjadi yang lebih baik lagi, syukur-syukur pada tahun berikutnya akan mendapatkan Piala Citra Pelayanan Prima. Syarat untuk mendapatkan piala ini, peran aktif dari pemerintah Kota Pontianak sangat diharapkan, baik dalam hal deregulasi kebijakan maupun dalam penyediaan sarana parasarana yang mendukung terciptanya prinsip pelayanan yang cheaper, faster, better dan closer menuju pelayanan prima.

¢ Operating Procedure)

Dari sekitar 142 jenis perizinan dan pelayanan yang diterbitkan dan diberikan oleh Pemerintah Kota Pontianak, hanya sekitar 43 jenis perizinan dan pelayanan yang memiliki SOP atau baru sekitar 30 %. Idealnya setiap perizinan dan pelayanan memiliki SOP sendiri, jika tidak ada, tentunya akan menjadi pertanyaan bagaimana proses penerbitan izin/ pemberian layanan kepada masyarakat dilakukan dan hal ini menunjukkan ketertutupan unit pelayanan terhadap pelanggannya.

Sebagaimana diketahui SOP dikenal sebagai prosedur tetap yang merupakan langkah awal bagi perbaikan kinerja organisasi. SOP merupakan instruksi sederhana, untuk menyelesaikan tugas rutin dengan cara yang paling efektif dalam ra n gka m e m e n u h i p e r sya ra t a n o p e ra s i o n a l ( E M S Departemen:1998 dalam LAN (2005).

Penetapan standar pelayanan publik/SOP (Standard

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

56

Page 65: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Dengan tidak adanya SOP, keluhan masyarakat tidak bisa d i s a m p a i ka n ka re n a d a s a r nya t i d a k a d a s e h i n ga penyelenggaraan pelayanan akan dilakukan sesuka hati pemberi layanan, baik mengenai berbagai persayaratan, standar biaya, standar waktu. Dll.

SOP KP2T & PMD telah diatur dalam Peraturan Walikota No. 14 tahun 2004 tentang Prosdur Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pontianak. Berdasarkan Perda tersebut seluruh prosedur perizinan yang ditangani oleh KP2T & PMD telah diatur di dalamnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa peran pemerintah Kota Pontianak dalam ikut serta menciptakan pelayanan publik yang transparan dan akuntabel sangat besar sekali, terutama dalam penetapan/pengeluaran kebijakan.

2. Kebijakan Peningkatan Partisipasi Masyarakat

¢Pengaturan mengenai partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik

Pada era otonomi daerah saat ini, tuntutan pelayanan publik yang paritisipatif yaitu pelayanan publik yang melibatkan masyarakat dalam proses kebijakan publik. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan utama dari pelayanan publik adalah tercapainya kepuasan masyarakat dalam menerima layanan. Pelibatan masyarakat dalam proses kebijakan publik merupakan upaya menggali apa saja yang diinginkan ataupun harapan oleh masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan. Disamping itu pelibatan ini juga secara tidak langsung akan mengikat dua pihak, yaitu unit pemberi layanan dan pengguna layanan (masyarakat) dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Lahirnya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses kebijakan publik bukanlah akhir dari perjuangan menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Meskipun demikian, lahirnya kesadaran ini bisa menjadi pintu pembuka bagi terjadinya perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

57

Page 66: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Kondisi pelibatan masyarakat dalam proses kebijakan publik di Kota Pontianak masih sangat minim. Hal ini terlihat tidak adanya kebijakan daerah yang mengatur mengenai partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan publik.

¢Berdasarakan Keppres Nomor 44 Tahun 2000, tujuan

pembentukan ombudsman nasional adalah melalui peran serta masyarakat membantu menciptakan dan atau mengembangkan kondisi yang kondusif dalam melaksanakan pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme serta meningkatkan perlindungan hak-hak masyarakat agar memperoleh pelayanan umum, keadilan, dan kesejahteraan secara lebih baik.

Pembentukan ombudsman di daerah tentunya memiliki tujuan yang sama hanya saja ruang lingkup kerjanya saja yang berbeda. Pembentukan ombudsman daerah telah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia, seperti Daerah Istimewa Yogyakarta, Kab. Bangka, Jakarta, Kupang, Kab. Asahan dll. Keberadaan Komisi Ombudsman di Kota Pontianak sampai saat ini masih dirasakan belum dirasakan terlalu urgen, bahkan wacana pembentukannya sendiri belum muncul. Kondisi ini bisa dimaklumi, dikarenakan dari penetapan kebijakan yang terkait dengan deregulasi dan debirokratisasi pelayanan publik sendiri belum mendapatkan perhatian yang serius apalagi dengan pembentukan lembaga ombudsman yang jelas-jelas membutuhkan sumber daya yang cukup besar. Ketidakharusan daerah dalam pembentukan lembaga ombudsman juga merupakan alasan bagi daerah untuk tidak membentuknya.

Hanya kesadaran dari pemerintah dalam menjamin hak-hak tiap warganya dalam mendapatkan pelayanan publiklah yang mampu mengetuk hati pemerintah daerah dalam pembentukan ombusdman. Daerah yang mempunyai keinginan membentuk ombudsman dapat dipastikan bahwa mereka benar-benar menyadari kewajibannya untuk memberikan pelayanan yang baik kepada warganya, dan lembaga

Pembentukan Ombudsman

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

58

Page 67: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

ombudsmanlah yang diharapkan dapat menjembatani ketidakpuasan dan perlakuan tidak adil yang diterima warga terhadap pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah.

¢dalam proses pengambilan keputusan

Praktik Good Governance mensyaratkan bahwa pengelolaan dan keputusan manajemen publik harus dilakukan secara transparan dengan ruang partisipasi sebesar-besarnya bagi masyarakat yang terkena dampaknya. Konsekuensi dari transparansi pemerintahan adalah terjaminnya akses masyarakat dalam berpartisipasi, utamanya dalam proses pengambilan keputusan.

Partisipasi dalam semangat demokrasi bukan lagi semata-mata pengorbanan, tetapi harus dilihat dalam sudut pandang yang luas. Partisipasi seharusnya dipahami sebagai keikutsertaan masyarakat dalam proses manajemen publik yang mencakup: perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.

Tidak adanya kebijakan daerah yang mengatur mengenai partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik, bukanlah alasan bagi setiap unit pelayanan untuk tidak melibatkan masyarakat dalam proses kebijakan pelayanan publik di unit pelayanannya. Unit pelayanan publik dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam mewujudkan tujuannya. Dari 19 lebih unit yang menyelenggarakan pelayanan publik, hanya satu unit saja yang ikut melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Bisa diartikan bahwa upaya unit pelayanan publik yang mengikutsertakan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan sangat kurang.

¢Kegiatan pertemuan dan forum komunikasi atau sejenisnya antara pemerintah kabupaten/kota dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Dalam upaya menjaring harapan/keinginan serta

Unit pelayanan publik yang mengikutsertakan masyarakat

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

59

Page 68: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

keluhan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan publik, kegiatan pertemuan dan forum komunikasi antara pemerintah kabupaten/kota dengan masyarakat maupun LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) sangat diperlukan.

Terhadap kegiatan ini pemerintah Kota Pontianak sepertinya belum begitu memperhatikan hal ini terlihat dari belum adanya inisiatif untuk melakukan forum komunikasi ini. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa upaya pemerintah untuk melaksanakan transparansi proses kebijakan publik masih sangat rendah atau bisa dikatakan proses penyelenggaraan pelayanan publik masih berjalan satu arah yang hanya menjalankan kebijakan/keinginan pemerintah sebagai penyelengara pelayanan publik.

3. Kebijakan pemberian penghargaan dan penerapan sanksi

¢Pengaturan pemberian penghargaan bagi petugas unit pelayanan publik

Sistem reward and punishment sebagai motivasi pegawai dalam memacu kinerjanya merupakan hal yang positif. Dengan sistem ini setiap pegawai akan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan performa kinerja mereka serta akan selalu memegang disiplin kerja, bahkan jika kreativitas merupakan salah satu indikator pemberian reward, pastilah dalam diri pegawai punya keinginan untuk menciptakan suatu inovasi kreativitas dengan tujuan untuk mendapatkan reward tersebut. Reward bagi pegawai merupakan prestise yang dapat mengangkat harga diri pegawai dimata teman kantornya. Pemberian punishment secara tegas, akan mengurangi pegawai dalam melakukan pelanggaran terhadap peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan kerjanya, dikarenakan punishment akan berkorelasi positif kenegatifan seseorang sehingga nama jelek yang akhirnya muncul. Pemberian penghargaan kepada pegawai di Kota Pontianak belum diatur melalui peraturan perundang-undangan, akan tetapi pemberian penghargaan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

60

Page 69: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

kepada pegawai hanya merupakan kebijakan pemerintah daerah.

¢Pemberian reward/ penghargaan tidak khusus diberikan

kepada pegawai di lingkungan unit pelayanan akan tetapi kepada seluruh pegawai di lingkungan pemerintah Kota Pontianak yang diberikan dengan sistem kompetisi yang diselenggarakan oleh Badan Kepegawaian Daerah. Setiap instansi berhak mengajukan satu wakilnya untuk diajukan menjadi pegawai teladan tingkat Kota. Penetapan pegawai teladan dilakukan oleh baperjakat tingkat Kota melalui data syarat administratif serta wawancara. Penghargaan yang diberikan kepada pegawai di Kota Pontianak ada dua jenis, yaitu penghargaan kepada pegawai teladan berupa uang dan penghargaan kepada pegawai berupa ONH.

Kriteria penilaian calon Pegawai Negeri Sipil teladan meliputi 12 indikator yaitu: Ketaqwaan, Kesehatan, Keberhasilan dalam Keluarga, Keberhasilan dalam masyarakat, Sikap dan perilaku, Kesetiaan, Pengabdian, Kejujuran, Kedisiplinan, Kemampuan Tekhnis, Prestasi kerja dan kerjasama.

Sedangkan penilaian pegawai yang mendapatkan ONH dilihat dari 15 indikator (Usia, Ketaqwaan, Kesehatan, Keberhasilan dalam keluarga, keberhasilan dalam masyarakat, Aktivitas informal, Sikap dan perilaku, Kesetiaan, Pengabdian, Kejujuran, Kedisiplinan, Kemampuan Teknis, Kemampuan manajerial, prestasi kerja dan kerjasama).

¢Penerapan sanksi/hukuman administratif kepada para pegawai penyelenggara pelayanan publik yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan

Demikian juga terhadap penerapan sanksi, sanksi diberikan kepada pegawai di semua instansi di lingkungan pemerintah Kota Pontianak, sanksi yang diberikan meliputi 3 jenis hukuman, yaitu hukuman ringan, hukuman sedang dan

Penghargaan bagi petugas unit pelayanan publik

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

61

Page 70: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

hukuman berat. Pada tahun 2004 sanksi diberikan kepada 13 PNS, 5 hukuman sedang dan 8 hukuman berat. Pada tahun 2005 sanksi dikenakan terhadap 11 orang, 10 orang PNS dan 1 orang PTT (Kebersihan, Sekretariat DPRD, Kelurahan, Bawasda, Dinas Tata Kota, Diknas dan Dinas Infokom) sedangkan pada tahun 2006 sanksi diberikan kepada 15 orang, 12 Orang PNS dan 3 Orang PTT, pada tahun ini sanksi sebagian besar diberikan kepada pegawai diknas yaitu sebanyak 33,33 %, pada urutan kedua adalah pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan (20%).

4. Pembinaan teknis terhadap unit pelayanan publik

¢Pelaksanaan sosialisasi kebijakan pelayanan publik kepada unit pelayanan publik

Perbedaan prosedur dalam pelayanan publik yang diselenggarakan oleh beberapa unit pelayanan publik pada umumnya disebabkan perbedaan persepsi dari unit pelayanan publik dalam mengimplementasikan suatu kebijakan pelayanan publik dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Untuk menghindari perbedaan persepsi antar unit pelayanan publik kegiatan sosialisasi terhadap kebijakan pelayanan publik tersebut perlu dilakukan. Disamping itu, sosialisasi bisa juga digunakan sebagai wahana untuk bertukar pikiran antar unit pelayanan publik dalam penyelenggaraan pelayanan publik pada instansi masing-masing. Sosialisasi kebijakan pelayanan publik s e h a r u s nya m e r u p a ka n s u a t u a g e n d a r u t i n ya n g diselenggarakan oleh instansi yang mengkoordinasikan pelayanan publik sebagai bahan masukan dalam penyusunan SOP. SOP yang baik seharusnya bersifat partisipatif, tidak hanya ditentukan oleh instansi yang mengkoordinasikan pelayanan publik saja akan tetapi juga melibatkan unit pelayanan, penyelenggara layanan terkait sehingga akan dapat dilaksanakan secara optimal.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

62

Page 71: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Pentingnya sosialisasi kebijakan pelayanan publik kepada unit pelayanan publik belum mendapatkan respon yang positif oleh Pemerintah Kota Pontianak. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi sosialisasi yang sama sekali belum pernah dilakukan di Kota Pontianak.

¢pembina pelayanan publik terhadap unit pelayanan

Monitoring dan evaluasi pelaksanakan kebijakan oleh pembina pelayanan publik bertujuan untuk mengetahui ketaatan unit pelayanan publik dalam mengimplementasikan kebijakan yang telah ditetapkan. Masih banyaknya unit pelayanan yang melanggar/tidak mengimplementasikan kebijakan pelayanan publik dengan benar menunjukkan masih lemahnya monitoring dan evaluasi oleh unit pembina. Monitoring dan evaluasi sendiri bisa dijadikan sarana dari pemerintah dalam menilai kesiapan dari unit pelayanan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pencapaian target-target yang telah ditetapkan pada awal tahun serta menggali berbagai permasalahan yang menyebabkan terkendalanya/kurang optimalnya penyelenggaraan pelayanan publik.

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan terhadap unit pelayanan publik telah dilakukan pada hampir semua unit pelayanan di Kota Pontianak. Kegiatan ini seharusnya bukan sekedar formalitas saja, akan tetapi harus benar-benar memperbaiki kinerja unit pelayanan.

¢Unit pelayanan yang menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh pembina pelayanan publik berupa penyempurnaan mekanisme penyelenggaraan pelayanan

Tidak adanya unit pelayanan di Kota Pontianak yang menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi kebijakan berupa penyempurnaan penyelenggaraan penyelenggaraan pelayanan menunjukkan lemahnya unit pelayanan dalam memperbaiki

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan oleh

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

63

Page 72: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

kinerja unitnya. Bisa dikatakan bahwa kegiatan monitoring dan evaluasi gagal dalam menjalankan tugasnya, karena dilakukan ataupun tidak tidak berdampak apa-apa terhadap perbaikan kinerja unit yang bersangkutan. Yang perlu dievaluasi terhadap kegagalan kegiatan ini adalah seberapa kuat dasar/kebijakan penyelenggaraan pelayanan, dan yang paling utama adalah apakah indikator capaian kinerja output serta outcome yang telah ditargetkan mampu dilaksanakan.

5. Kebijakan Korporatisasi Unit Pelayanan

¢Jenis pelayanan yang melaksanakan pola pengelolaan pelayanan publik dengan pihak ke-3

Penyelenggaran pemerintahan tidak selamanya bisa dilaksanakan sendiri oleh aparat pemerintah. Keterbatasan sumber daya telah memaksa pemerintah untuk melibatkan pihak ketiga (swasta) dalam penyelenggaraan pembangunan daerah yang antara lain dilakukan dengan pola kemitraan. Pada penyelenggaraan sektor pelayanan publik, pemerintah Kota Pontianak telah berusaha melibatkan pihak swasta, meskipun masih terbatas pada 2 jenis layanan dan baru bisa melibatkan 7 lembaga swasta dan masyakarat. Meskipun jumlah jenis layanan dan pihak ketiga yang dilibatkan sangat sedikit, akan tetapi jumlah yang sedikit ini bisa dijadikan sebagai pioner dalam menjalin kemitraan dengan pihak swasta berikutnya. Pola kemitraan dapat menghasilkan multiplier effect, disamping pemerintah kota tidak perlu melakukan penambahan aparatur dalam menjalankan pelayanan terkait, pola ini juga mampu menumbuhkan perekonomian daerah serta pengurangan angka pengangguran.

¢Badan Usaha Milik Daerah (yang dibentuk dalam upaya peningkatan pelayanan publik)

Dalam rangka peningkatan pelayanan publik, pemerintah Kota Pontianak telah membentuk 3 BUMD yang

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

64

Page 73: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

bergerak di bidang pengelolaan dan penyediaan air, pengelolaan pasar dan Keuangan yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Perusahaan Daerah Pasar (PD Pasar), dan Perusahaan Daerah Bank Pasar (PD Bank Pasar).

Penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kota Pontianak yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota

3Pontianak, pada tahun 1999 kapasitas terpasang sebesar 910 M

3dan kapasitas produksi dimanfaatkan sebesar 657 M . Tahun 32000 kapasitas terpasang PDAM Kota Pontianak sebesar 910 M

3dan kapasitas produksi yang dimanfaatkan sebesar 741 M , Pada tahun 2001 kapasitas terpasang PDAM Kota Pontianak sebesar

3910 M dan kapasitas produksi yang dimanfaatkan sebesar 824

3M Pada tahun 2002 kapasitas terpasang PDAM Kota Pontianak 3sebesar 910 M dengan kapasitas produksi yang dimanfaatkan 3sebesar 858 M , sampai dengan Juni 2003 kapasitas terpasang

3sebesar 1.010 M dan kapasitas produksi yang dimanfaatkan

3sebesar 972 M . Dari perkembangan kapsitas terpasang ini, menunjukkan kinerja PDAM terus mengalami peningkatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Sebagai salah satu pencapaian kota dengan visi "Pontianak Kota Khatulistiwa yang Berwawasan Lingkungan sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa bertaraf Internasional" sekaligus sebagai upaya penataan Kota, pemerintah Kota Pontianak sedang giat-giatnya membangun pasar semi modern yang tadinya merupakan pasar tradisional dengan kesan kumuh dan kotor. Perubahan status pasar ini hanya pada bangunanya yang modern akan jenis dagangan sama seperti yang dijual pada pasar tradisional. Pembanguanan pasar tradisional menjadi pasar semi modern pengelolaannya dilakukan oleh PD Pasar.

6. Pengembangan Manajemen Pelayanan¢Unit pelayanan yang telah melaksanakan survey kepuasan

masyarakatSurvei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik

yang lebih dikenal dengan sbutan Indeks Kepuasan Masyarakat

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

65

Page 74: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

(IKM) sebagaimana diatur dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 Tahun 2004 dimaksudkan sebagai acuan bagi Unit Pelayanan instansi pemerintah dalam menyusun indeks kepuasan masyarakat, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kineqa unit pelayanan secara berkala sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik selanjutnya. Bagi masyarakat, Indeks Kepuasan Masyarakat dapat digunakan sebagai gambaran tentang kinerja pelayanan unit yang bersangkutan. IKM mencakup 14 unsur, yaitu prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kejelasan petugas pelayanan, kedisiplinan petugas pelayanan, tanggung jawab petugas pelayanan, kemampuan petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas, kewajaran biaya pelayanan, kepastian biaya pelayanan, kepastian jadwal pelayanan, kenyamanan lingkungan dan keamanan pelayanan.

Hampir seluruh unit pelayanan di Kota Pontianak telah melaksanakan survei kepuasan masyarakat. Survei kepuasan masyarakat yang dilakukan oleh unit pelayanan hendaknya jangan hanya sekedar formalitas saja, tanpa adanya tindak lanjut dari hasil survei tersebut. Kondisi ini terjadi di Kota Pontianak, hasil survei IKM hanya dijadikan sebagai dokumen pelengkap atu hanya sebagai salah satu syarat untuk mengikuti kompetisi pelayanan publik tanpa memahami ataupun adanya keinginan mewujudkan tujuan yang sebenarnya dari penyelenggaraan survei tersebut.

¢Penerapan standar pelayanan publik di Kota Pontianak

masih rendah, hal ini terlihat dari sangat sedikitnya unit pelayanan yang menerapkan standar tersebut dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman

Unit pelayanan yang menerapkan standar pelayanan publik

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

66

Page 75: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Penyelenggaraan Pelayanan Publik dijelaskan bahwa Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan.

Standar pelayanan, sekurang-kurangnya meliputi :1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.

2. Waktu penyelesaianWaktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

3. Biaya pelayananBiaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

4. Produk pelayananHasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

5. Sarana dan PrasaranaPenyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik

6. Kompetensi petugas pemberi pelayananKompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

Dengan tidak adanya standar pelayanan maka asas pelayanan publik yang meliputi transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, kesamaan hak dan keseimbangan antara hak dan kewajiban sebagaimana diatur dalam Keputusan tersebut tidak dilaksanakan oleh unit pelayanan publik. Dan pihak yang dirugikan dengan tidak diterapkannya standar pelayanan publik jelas masyarakat sebagai pengguna layanan. Pada era otonomi daerah saat ini sudah seharusnya kejadian

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

67

Page 76: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

seperti ini tidak terjadi, apalagi pada saat ini, tuntutan reformasi birokrarsi begitu besar dan masyarakat semakin kritis sehingga tidak bisa diperlakukan seperti pada zaman orde baru.

¢sesuai prosedur tetap yang telah ditetapkan

SOP atau prosedur tetap yang telah ditetapkan oleh unit pelayanan bukan sekedar dokumen saja, unit pelayanan yang telah mampu menyusun dan menetapkan SOP sebagai instruksi sederhana untuk menyelesaikan tugas rutin sudah seharusnya diaplikasikan dalam organisasinya.

Unit pelayanan di Kota Pontianak yang telah melaksanakan prosedur tetap/SOP hanya 2 (dua) unit pelayanan. Jumlah ini sangat rendah jika dibandingkan dengan banyaknya unit yang menyelenggarakan pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik seharusnya menyadari bahwa penyusunan SOP telah menghabiskan sumber daya yang tidak sedikit, sehingga akan sangat mubazir jika hasilnya tidak diimplementasikan.

SOP dibuat oleh sebuah organisasi bertujuan untuk memfasilitasi pendeskripsian pekerjaan tertentu serta membantu organisasi untuk menjaga mutu kualitas pelayanan serta memastikan penerapan berbagai peraturan yang telah ditetapkan. Tidak diterapkannya SOP yang telah ditetapkan dalam penyelenggaraan pelayanan akan menyulitkan organisasi dalam melakukan evaluasi, dan monitoring penyelenggaraan pelayanan. SOP sendiri bisa dijadikan alat kontrol bagi pengguna layanan, jika pemberi layanan tidak menerapkannya.

¢Unit pelayanan yang menerapkan pola pelayanan jemput bola

Prinsip pelayanan tidak cukup hanya dengan better, faster, cheaper akan tetapi prinsip closer juga perlu diperhatikan. Prinsip closer seringkali bisa dijadikan andalan bagi pemberi layanan untuk menyadarkan masyarakat akan kewajibannya dalam pengurusan perizinan tertentu.

Unit pelayanan yang telah melaksanakan proses layanan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

68

Page 77: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Jenis pelayanan jemput bola/ keliling/mobile merupakan salah satu jawaban yang cukup tepat untuk menciptakan prinsip better, faster, cheaper dan closer dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Pelayanan publik di Kota Pontianak yang menerapkan sistem ini baru sekitar 7 jenis pelayanan. Pelayanan Puskesmas keliling, Samsat, perpustakaan merupakan beberapa jenis pelayanan yang menerapkan sistem ini. Kota Pontianak yang memiliki geografi wilayah dengan akses yang mudah, kebutuhan akan unit pelayanan yang mobile belumlah merupakan suatu kebutuhan yang mendesak. Namun, penyelenggaraan pelayanan menuju terciptanya pelayanan prima menjadi salah satu pertimbangan.

¢masyarakat yang rentan

Kondisi pelayanan publik di Indonesia masih cenderung memperlihatkan bahwa masyarakat yang rentan belum mendapatkan prioritas dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya loket-loket maupun fasilitas khusus yang diperuntukkan bagi masyarakat rentan, yang memberikan kemudahan bagi masyarakat rentan dalam memperoleh pelayanan publik.

Pelayanan publik di Kota Pontianak juga menunjukkan kondisi yang tidak berbeda, loket-loket maupun fasilitas khusus yang diperuntukkan bagi masyarakat rentan pada umumnya belum disediakan.

¢Unit pelayanan yang menerapkan sambungan langsung telepon (hot line service) dan atau pengelolaan sms

Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat saat ini, terutama teknologi komunikasi belum dimanfaatkan secara optimal, hal ini dapat dilihat dari sedikitnya unit pelayanan publik yang menerapkan sambungan langsung telepon (hotline service) dan atau pengelolaan sms dalam pelayanan maupun dalam penyampaian pengaduan dan keluhan terhadap pelayanan unit yang bersangkutan.

Unit pelayanan yang menerapkan pola pelayanan bagi

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

69

Page 78: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Unit pelayanan yang menerapkan sistem ini dalam memberikan layanan kepada masyarakat hanya berjumlah 8 dari seluruh unit pelayanan yang ada di Kota Pontianak. Dilihat dari manfaat yang diberikan terhadap penggunaan layanan.

7. Kebijakan Peningkatan Profesionalisme Pejabat/Pegawai di Bidang Pelayanan Publik

¢Penerapan Jabatan Fungsional untuk meningkatkan kualitas pelayanan

Keterbatasan jabatan struktural tidak akan mungkin menampung seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ada saat ini, dalam rangka pengembangan pola karis PNS, penetapan jabatan jabatan fungsional merupakan salah satu alternatifnya. Bahkan karir dari pejabat fungsional ini dapat lebih melesat dibandingkan dengan jabatan struktural yang secara regular setiap 4 (empat) tahun sekali baru naik satu level pangkat/golongan diatasnya. Bisa dibayangkan jika PNS telah memiliki 20 tahun masa bhakti maka yang bersangkutan hanya akan mengalami kenaikan golongan/ruang selama 5 (lima) kali.

Pola Karir PNS di daerah terutama dalam penerapan jabatan fungsional belum begitu mendapat respon yang positif dari Pegawai Negeri Sipil Daerah) PNSD, terkecuali untuk jabatan fungsional tertentu seperti guru, dokter, perawat, bidan, apoteker karena jabatan tersebut langsung melekat pada saat diterima menjadi PNS/PNSD, bukanlah merupakan pilihan. Dari 45 jenis jabatan fungsional yang dibutuhkan masih terdapat 21 jenis jabatan fungsional yang belum terisi. Beberapa jenis jabatan fungsional pun jumlah yang terisi belum mencapai target formasi yang dibutuhkan. Jenis-jenis jabatan fungsional yang belum terisi antara lain Apoteker, penyuluh kesehatan masyarakat, teknisi elektromedis, analis kepegawaian, widyaiswara, pengawas perikanan, pengendali hama dan penyakit ikan, pengawas benih tanaman, veteriner, pranata hubungan industrial, teknik pengairan, teknik jalan dan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

70

Page 79: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

jembatan, teknik tata bangunan dan pemukiman, perencana, surveyor pemetaan, pranata hubungan masyarakat, pamong budaya, pranata komputer/perancang peraturan perundang-undangan, operator transmisi sandi dan sandiman. Masih banyaknya jabatn fungsional yang belum terisi menunjukkan masih rendahnya minat PNSD untuk memilih jenjang karir pada jabatan fungsional, bisa disebabkan belum tersosialisasikannya jabatan fungsional tersebut dengan baik atau bisa jadi karena memang minimnya minat PNSD sendiri dikarenakan syarat kenaikan pangkatnya yang lebih berbelit dibanding kenaikan pangkat reguler biasa bahkan adanya aturan penghentian dari jabatan fungsional terkait jika tidak mampu mengumpulkan angka kredit sebanyak yang ditentukan dalam kurun waktu tertentu. Berbagai aturan tersebut bisa jadi yang menjadi pertimbangan PNS dalam memilih jalur karir fungsional. Peran pemerintah daerah dalam hal pembina kepegawaian sendiri sebenarnya sangat penting dalam pengembangan karir pegawai dalam jabatan ini melalui penyediaan wahana maupun sarana dan prasarana yang mendukung tetap eksisnya jabatan fungsional tertentu yang sangat dibutuhkan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan.

¢dengan pelayanan kepada masyarakat

Tak dapat dipungkiri, pendidikan dan pelatihan (diklat) m e r u p a k a n s a l a h s a t u p e n d e k a t a n u t a m a d a l a m mengembangkan Sumber Daya Manusia. Hal ini dilakukan sebagai pendekatan, karena pendidikan dan pelatihan mempunyai peran strategis terhadap keberhasilan mencapai tujuan organisasi, baik pemerintah maupun swasta. Di sisi lain juga sebagai keberhasilan individu bagi karier pegawai/ karyawan dan dapat meningkatkan kualitas profesionalnya.

Pentingnya diklat dalam rangka meningkatkan profesionalisme aparatur diakui oleh pemerintah Kota Pontianak, jenis pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan

Penyelenggaraan pelatihan yang langsung berhubungan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

71

Page 80: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

oleh pemerintah sampai saat ini sacara umum tergolong pada jenis diklat yang bersifat umum, seperti kehumasan, komputer, dll. jenis diklat yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat selama ini pada umumnya masih bersifat pengiriman kepada instansi baik pemerintah maupun swasta yang menyelenggarakan diklat terkait dengan pelayanan publik. Terhadap keikutsertaan diklat ini, pembiayaan tidak terpusat pada Badan Kepegawaian Daerah akan tetapi tersebar pada unit-unit yang menyelenggarakan pelayanan publik, sehingga kewenangan pengirimannya berada di tangan unit masing-masing. Namun demikian, instansi yang secara langsung merencanakan penyelenggaraan diklat ataupun pengiriman pegawai untuk mengikuti diklat yang secara l a n g s u n g t e r t u a n g p a d a M A K ( M a t a A n g g a r a n Keuangan)/Rekening DASK/RASK sangat sedikit sekali. Kondisi ini bisa diartikan bahwa perencanaan kediklatan di kota Pontianak masih sangat lemah, penyelenggaraan diklat dan pengiriman pegawai untuk mengikuti diklat seharusnya berdasarkan analisis kebutuhan diklat sehingga perencanaannya akan lebih terarah dan hasilnya akan lebih optimal.

Kecenderungan dari pemerintah daerah selama ini dalam pengiriman pegawai dalam mengikuti diklat berdasarkan tawaran dari lembaga penyelenggara diklat, sehingga seolah-olah keikutsertaannya bukan atas dasar kebutuhan yang sangat diperlukan oleh instansinya. Tuntutan yang kuat dari masyarakat terhadap profesionalisme aparatur dewasa ini hendaknya menjadi perhatian yang besar oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah melaui pengembangan pegawai yang berbasiskan kebutuhan yang berorientasi kepada pelayanan masyarakat. Tanpa adanya perhatian terhadap hal ini maka akan sulit bagi Indonesia untuk mengejar ketertinggalan dengan negara lain.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

72

Page 81: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

¢pelatihan teknis/fungsional dari volume APBD

Penyelenggaraan diklat maupun pengiriman pegawai untuk mengikuti diklat tanpa berdasarkan kebutuhan seringkali mengabaikan tentang penganggarannya, dalam hal ini penganggaran tidak tertuang dalam MAK/rekening kegiatan Pendidikan dan Pelatihan sehingga tidak ada keleluasaan dalam penggunaannya, kecenderungannya menunggu penawaran.

Beberapa instansi yang mengalokasikan anggaran diklat aparatur pemerintah dalam DASK/RASKnya sebagai upaya meningkatkan profesionalisme aparatur di Kota Pontianak sangat sedikit sekali. Pada tahun 2006, instansi yang m e n ga l o k a s i k a n a n g ga ra n d i k l a t d a l a m re ke n i n g DASK/RASKnya antara lain BKD, Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah, Badan Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Pemberdayaan Masyarakat dan Dinas Pendidikan, meskipun instansi lain tidak secara langsung melakukan penganggaran kegiatan diklat dalam rekening diklat aparatur pemerintah bukan berarti tidak mengirimkan pegawai untuk mengikuti diklat. Meskipun demikian penganggaran dalam pelaksanaan diklat baik teknis maupun fungsional merupakan salah satu indikator bahwa sistem perencanaan kediklatan telah dilaksanakan secara matang.

Prosentase rata-rata alokasi anggaran untuk pembiayaan

Tabel 4.3Alokasi Anggaran Diklat Teknis dan Fungsional

TAHUN ANGGARAN

DIKLAT APBD Prosentase

2004 Rp. 725.000.000 Rp. 320.409.223.750 0,232005 Rp. 900.000.000 Rp. 332.415.481.546 0,272006 Rp. 608.010.000 Rp. 505.292.280.943,88 0,1

Sumber : Penjabaran Perubahan APBD Kota Pontianak Tahun 2004, 2005, 2006

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

73

Page 82: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Perhitungan anggaran pada tabel di atas berdasarkan alokasi anggaran diklat aparatur yang tertuang dalam MAK/rekening DASK/RASK/RKA instansi pemerintah Kota Pontianak. Besarnya anggaran diklat di atas termasuk diklat Prajabatan bagi CPNS serta diklat struktural, sehingga jika dilihat dari besarnya anggaran yang dialokasikan dalam rangka mengembangkan profesionalisme aparatur masih tergolong rendah. Profesionalisme pegawai.

¢kinerja pelayanan publikProsentase rata-rata alokasi anggaran untuk peningkatan

Tabel 4.4Alokasi Anggaran Pelayanan Publik Kota Pontianak

TAHUN ANGGARAN APBD Prosentase2004 Rp. 82.013.169.563,60 Rp.320.409.223.750 25,62005 Rp. 89.185.904.663,39 Rp.332.415.481.546 26.83

Sumber : Penjabaran Perubahan APBD Kota Pontianak Tahun 2004, 2005

Prosentase alokasi anggaran pelayanan publik sebagaimana terlihat pada tabel di atas masih tergolong rendah. Upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat sebagaimana tujuan dari penerapan otonomi daerah selama ini kurang diimbangi dengan penyediaan anggaran dalam mewujudkan tujuan tersebut. Demikian pula terhadap penyediaan anggaran untuk peningkatan kinerja pelayanan publik. Dari total anggaran tersebut di atas dapat dipastikan tidak akan lebih dari 50 % yang benar-benar sampai langsung pada masyarakat.

¢pendidikan tugas belajar program strata 2 atau strata 3

Pemberian tugas belajar kepada aparatur daerah masih sangat minim, beasiswa murni dari pemerintah daerah paling banyak diberikan pada jenjang studi S-1, pada pendidikan pamong praja STPDN. Pada jenjang strata 2, beasiswa pada

Pegawai pemda pada unit pelayana publik yang mengikuti

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

74

Page 83: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

umumnya diperoleh dari sumber beasiswa instansi atau lembaga luar baik dalam maupun luar negeri.

8. Penghargaan di bidang peningkatan kualitas pelayanan publikPemberian peghargaan merupakan salah satu motivator bagi

unit pelayanan publik untuk meningkatkan kinerjanya. Disamping itu, penghargaan juga merupakan salah satu prestise bagi unit pelayanan publik yang menerimanya.

Penghargaan yang diterima oleh unit pelayanan publik di Kota Pontianak sangat sedikit sekali, semua unit pelayanan publik di Kota Pontianak belum pernah menerima penghargaan dari lembaga resmi internasional. Penghargaan dari pemerintah pusat pun sangat minim, sebelum tahun 2006, hanya satu penghargaan dari pemerintah pusat yang diterima oleh unit pelayanan publik Kota Pontianak. Pada akhir 2006, pada kompetisi antar daerah sekaligus penilaian kinerja pelayanan publik, ada dua unit pelayanan publik yang menerima piagam penghargaan citra pelayanan prima dari Kementrian Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, yaitu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T) dan Puskesmas Kalianyang. Penghargaan berupa piagam tersebut merupakan pemacu bagi kedua unit pelayanan tersebut untuk terus meningkatkan kinerja pelayanannya agar nantinya mampu merebut piala citra pelayanan prima.

9. Kebijakan pembangunan kemasyarakatan dan kesejahteraan

¢Pembebasan Biaya SPP bagi pelajarWajib belajar adalah program pendidikan minimal yang

harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Program wajib belajar 9 tahun yang telah dicanangkan oleh pemerintah sudah seharusnya diimbangi dengan pengalokasian anggaran pembebasan SPP dari tingkat pendidikan SD sampai SLTP. Tanpa adanya pembebasan biaya dari dua level pendidikan tersebut akan sangat mustahil program wajib belajar 9 tahun dapat

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

75

Page 84: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

terwujud sebanyak 100 %, mengingat kondisi masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan.

Penerapan wajib belajar pada beberapa daerah di Kalimantan ada yang telah mencapai 12 Tahun yaitu sampai pada level pendidikan SLTA, penerapan program ini jelas mengandung kompensasi pembebasan biaya SPP dari level SD sampai level SLTA. Pembebasan biaya SPP yang mendukung program wajib belajar di Kota Pontianak hanya diberikan pada beberapa sekolah, pada level SD diberikan pada 155 sekolah dari sekitar 212 sekolah pada level ini. Sedangkan pembebasan biaya SPP pada level SLTP hanya diberikan kepada 3 Sekolah dari sekitar 82 sekolah pada level ini. Sedangkan pada level SLTA belum ada satu sekolahpun yang mendapatkan pembebasan biaya SPP. Anggaran pembebasan biaya SPP ini merupakan dana BOS, sedangkan pembebasan biaya SPP yang murni dari anggaran daerah belum ada.

Berdasarkan banyaknya sekolah pada level SD, SLTP dan SLTA yang menerima pembebasan biaya SPP serta sumber dana yang digunakan dalam pembebasan biaya tersebut, perhatian pemerintah Kota Pontianak dalam mewujudkan program wajib belajar sebagaimana yang dicanangkan pemerintah dalam rangka mencerdaskan masyarakatnya belum begitu serius. Sudah seharusnya pemerintah Kota Pontianak mengaca pada beberapa daerah yang telah berhasil membebaskan biaya SPP bagi pelajar meskipun dengan APBD yang tidak begitu besar. Sebagai contoh adalah Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali mampu membuktikan sukses program tidak selalu ditentukan jumlah dana. Sejak 2001, Kabupaten Jembrana mampu memberikan pendidikan gratis 12 tahun bagi warga asli daerah tersebut. Kuncinya, efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang dipegang teguh oleh aparat Pemerintah Kabupaten (pemkab) Jembrana. Kebijakan utama yang ditempuh Pemkab Jembrana untuk memajukan pendidikan masyarakatnya saat ini bertumpu pada tiga program, antara lain pemerataan pendidikan, manajemen pendidikan yang efektif, dan peningkatan partisipasi masyarakat.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

76

Page 85: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

¢Pemberian beasiswa bagi pelajarPemberian beasiswa merupakan stimulus bagi pelajar

untuk meningkatkan prestasi akademiknya di sekolah dengan catatan bahwa pemberian beasiswa harus tepat sasaran yaitu diberikan kepada pelajar berprestasi yang kurang mampu dan mempunyai keinginan kuat untuk terus melanjutkan pendidikannya sampai program doktoral. Pemberian beasiswa pemerintah daerah selama ini memiliki tujuan untuk mencerdaskan masyarakatnya dalam rangka membangun daerahnya. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan merupakan modal utama suatu bangsa dan daerah dalam melaksanakan pembangunan negara dan daerahnya.

Beasiswa bagi pelajar di Kota Pontianak diberikan pada tingkatan level SD sampai dengan SLTA, pada level SD diberikan kepada 189 sekolah baik negeri maupun swasta yang terdiri dari 800 siswa. Pada level SMP diberikan pada 89 sekolah yang terdiri dari 289 siswa. Pada level SLTA diberikan kepada 32 SMU, 25 SMK, dan 12 MA, yang kesemuanya terdiri dari 1.410 pelajar. Sumber dana yang diberikan sebagai beasiswa berasal dari BKM (Bantuan Khusus Murid) yang merupakan program beasiswa pemerintah pusat sebagai penaglihan dana subsidi untuk membantu masyarakat miskin dengan memberikan kompensasi kenaikan harga BBM melalui berbagai program penanggulangan kemiskinan. Sumber dana yang diberikan dalam memberikan beasiswa kepada pelajar mengindikasikan belum seriusnya pemerintah Kota Pont ianak dalam mencerdaskan masyarakatnya.

¢Prosentase rata-rata alokasi anggaran di bidang pendidikan dalam APBD

Sebagaimana diamanatkan dalam amandemen UUD 1945 bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan d a n b e l a n j a d a e ra h u n t u k m e m e n u h i ke b u t u h a n

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

77

Page 86: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

penyelenggaraan pendidikan nasional. Terhadap amanat tersebut pemerintah Kota Pontianak belum memenuhinya, hal ini dapat dilihat dari alokasi anggaran bidang pendidikan seperti pada tabel berikut:

Tabel 4....Alokasi Anggaran Bidang Pendidikan Kota Pontianak

TAHUN ANGGARAN APBD Prosentase2004 Rp. 109.713.546.000 Rp.320.409.223.750,00 34.242005 Rp. 114.092.609.000 Rp.332.415.481.546,00 34.322006 Rp. 149.587.406.000 Rp.505.292.280.943,88 29.60

Sumber : Penjabaran Perubahan APBD Kota Pontianak Tahun 2004, 20055

Prosentase rata-rata peningkatan Human Development Index (HDI)

HDI/Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standard hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju , negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. HDI mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia :* Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan

harapan hidup saat kelahiran.* Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis

pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar, menengah, atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga).

* standard kehidupan yang layak diukur dengan gross domestic product/ produk domestik bruto (GDP) per kapita.

Prosentase rata-rata peningkatan HDI Kota Pontianak selama empat tahun terkahir (2003-2006) masih tergolong rendah yaitu sebesar 1,03 %. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan 3 dimensi dasar pembangunan manusia di Kota Pontianak juga masih rendah.

¢

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

78

Page 87: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Peningkatan keluarga sejahtera (KS) menuju level KS-3 yang mengindikasikan semakin membaiknya perekonomian masyarakat di Kota Pontianak masih tergolong rendah, sebesar 2.2 % selama 3 tahun terakhir (2003-2005). Dilihat prosentase kenaikannya, peningkatan status keluarga sejahtera ke tingkatan KS-III masih rendah, hal ini menunjukkan bahwa perekonomian masyarakat di Kota Pontianak cukup stabil tanpa adanya peningkatan yang signifikan.

10. Kebijakan dalam mendorong pembangunan ekonomi daerah

¢Penetapan kebijakan daerah dalam pemberian fasilitas penanaman modal daerah

Kebijakan daerah Kota Pontianak yang terkait dengan penanaman modal daerah antara lain, Perda No 3 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Lembaga Teknis Daetrah Kota Pontianak, Untuk Melaksanakan Kewenangan Penanaman Modal, SK Walikota Pontianak No 66 Tahun 2002 Tentang Prosedur Perizinan Usaha/Investasi Kota Pontianak, Peraturan Walikota Pontianak Nomor 62 Tahun 2005 Tentang Prosedur dan Tata Cara Perizinan Usaha/Investasi di Kota Pontianak.

Dalam hal Infrastruktur dan fasilitas kota yang dapat mendukung usaha investasi, disamping berbagai fasilitas yang telah tersedia di Kota Pontianak seperti air bersih, listrik, jaringan telekomunikasi, prasarana jalan, pelabuhan laut, dan bandar udara, Pemerintah Kota Pontianak diharapkan dapat memberikan insentif kepada investor berupa fasilitas pembangunan jalan darat menuju lokasi investasi dan penyediaan lahan yang jelas dengan status lahan.

¢Prosentase rata-rata peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

P r o d u k D o m e s t i k R e g i o n a l B r u t o ( P D R B ) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. PDRB dari sisi

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

79

Page 88: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

sektoral merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya.

SEKTORTAHUN (dalam Juta Rp.)

2003 2004 2005Pertanian 39.592,77 41.110,49 43.327,53Pertambangan dan Penggalian 0 0Industri Pengolahan 296.539,44 309.352,02 339.164,59Listrik dan Air Minum 54.990,65 60.227,63 70.594,60Bangunan 867.851,41 971.831,21 1.155.811,01Perdagangan, Restoran dan Hotel 1.173.802,41 1.304.497,33 1.547.047,77Pengangkutan dan Komunikasi 1.068.255,24 1.161.839,50 1.382.553,34Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

601.945,94 643.143,51 717.944,99

Jasa-Jasa

1.196.836,13 1.296.037,30 1.456.346,90TOTAL

5.299.814,00 5.788.038,98 6.712.790,73

Pertumbuhan (%)

9,21 15,98

0

Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka 2006 (diolah)

Tabel 4.5PDRB Berdasarkan Harga Berlaku Kota Pontianak Tahun

2003-2005

Pertumbuhan Ekonomi Kota Pontianak selama tiga tahun (2003-2005) dilihat dari pertumbuhan sembilan sektor pokok pendukung PDRB rata-rata mengalami pertumbuhan yang positif. Rata-rata pertumbuhan PDRB jangka waktu 2003-2005 sebesar 12,59 %. Pertumbuhan PDRB tertinggi terjadi pada sektor bangunan dan sektor Perdagangan, restoran dan hotel dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 15,46 % dan 14,86 %.

¢Pajak Daerah Kota Pontianak pada tahun 2005 terdiri

dari 8 jenis pajak yaitu pajak Hotel, Restoran, Hiburan, Reklame, Penerangan Jalan Umum, Parkir, Pajak Air Bawah Tanah dan Permukaan. pajak penerangan jalan umum merupakan jenis

Prosentase rata-rata peningkatan jumlah penerimaan pajak

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

80

Page 89: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

penyumbang terbesar pajak daerah Kota Pontianak dengan konstribusi sebesar 59,41%, diikuti pajak hotel dan restoran.

TAHUN

PAJAK 2003

Na

2004 22.829.470.000,002005 25.679.860.000,00

Tabel 4.5Pajak Daerah Kota Pontianak (2003-2005)

Sumber : Ringkasan APBD Kota Pontianak 2003-2005

Dari tabel di atas terlihat bahwa penerimaan pajak daerah Kota Pontianak, selama tiga tahun (2003-2005) selalu mengalami peningkatan. Kenaikan pajak hotel dan restoran dari tahun ke tahun cukup besar kenaikannya dibandingkan dengan pajak penerangan jalan yang kenaikannya sangat kecil. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan di Kota Pontianak masih memprioritaskan sektor jasa dan perdagangan dalam rangka pencapaian visi daerah.

¢Penciptaan lapangan kerja identik dengan upaya untuk

menekan angka pengangguran, semakin sedikit lapangan pekerjaan yang mampu diciptakan maka angka kemiskinan akan semakin besar. Upaya penciptaan lapangan kerja merupakan suatu keharusan untuk dilakukan oleh pemerintah, selain sebagai upaya penekanan angka pengangguran juga merupakan indikator petumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah.

Pertumbuhan lapangan kerja di Kota Pontianak selama 4 tahun terakhir (2003 - 2006) mengalami kenaikan, dengan prosentase sebesar 4,65 %. Kenaikan ini belum mampu menekan angka pengangguran yang ada di Kota Pontianak. Tidak seimbanganya antara prosentase peningkatan lapangan kerja dibandingkan dengan peningkatan angka pengangguran, mengakibatkan tidak tertampungnya semua pengangguran. Ketidakseimbangan prosentase kenaikan kedua sektor tersebut,

Prosentase rata-rata peningkatan lapangan kerja

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

81

Page 90: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

memaksa pemerintah daerah untuk terus memacu masyrakatnya dalam penciptaan lapangan usaha sendiri (berwiraswasta) sehingga secara langsung akan mengurangi angka kemiskinan daerah.

Visi Kota Pontianak untuk menjadi Kota Perdagangan dan Jasa yang bertaraf internasional sudah seharusnya prioritas pembangunan diarahkan pada kedua sektor ini. Sektor jasa merupakan sektor yang tidak membutuhkan banyak lahan, akan tetapi mampu menyerap banyak tenaga kerja.

¢Berbagai peristiwa dan kebijakan yang terjadi di

Indonesia secara langsung telah menyebabkan terjadinga peningkatan angka kemiskinan. Inflasi yang cukup parah pada awal era reformasi, kenaikan beberapa kali harga BBM sebagai akibat pengurangan subsidi BBM menyebabkan kenaikan angka kemiskinan di Indonesia dan yang paling parah adalah kebijakan pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang mengakibatkan jumlah angka kemiskinan di beberapa daerah meningkat lebih dari 50 %.

Tidak berbeda dengan beberapa lainnya, angka kemiskinan di Kota Pontinak juga mengalami peningkatan dengan kisaran angka 2,10 % (2003 - 2006). Prosentase angka kemiskinan ini tergolong sangat rendah jika dihubungkan dengan berbagai peristiwa dan kebijakan yang terjadi beberapa tahun terakhir dan dibandingkan daerah-daerah lain. Publikasi angka kemiskinan kepada publik menunjukkan salah satu indikator capaian kinerja dari Kepala Daerah dalam kepemimpinannya, semakin besar prosentase kenaikan angka kemiskinan, maka akan semakin buruk kinerja kepala daerah tersebut.

Capaian kinerja kepala daerah merupakan pelaksanaan prinsip transparansi dan akuntabilitas instansi pemerintah, tidak hanya capaian kinerja, dari tahap perencanaan, proses pencapaian kinerja serta capaian kinerjanya sendiri.

Prosentase rata-rata penurunan angka kemiskinan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

82

Page 91: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Ketidakberhasilan kepala daerah dalam pengentasan kemiskinan tidak selamanya berarti kegagalan total kepala daerah dalam membangun wilayahnya bergantung dari penyebab ketidakberhasilan. Jika dipengaruhi oleh faktor eksternal, jelas hal tersebut di luar kendalinya, namun jika disebabkan oleh faktor internal, maka bisa dikatakan kepala daerah mengalami kegagalan dalam pembangunan sektor tersebut.

11. Kebijakan pengembangan dan pemanfaatan E-GovermentPerkembangan internet yang semakin cepat di Indonesia

sekarang ini telah banyak digunakan oleh berbagai pihak (Swasta, NGO, Pemerintah) sebagai sarana penyemapaian berbagai informasi kepada masyarakat, tidak hanya sekedar penyempaian informasi internet yang merupakan salah satu teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan interkasi antara masyarakat dengan birokrasi (pemerintah) menjadi semakin cepat dan mudah dan yang paling utama pemakaian sarana ini akan meminimalisir terjadinya KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme).

Pemakaian teknologi informasi dan komunikasi berbasis digital teknologi sering disebut sebagai e-Governance. E-Governance lebih dari sekedar website pada internet, melainkan mencakup fingsi yang sangat luas, yang seringkali dikaitkan dengan e-democracy san e-government (Backus, Michel, 2001). E-democracy merupakan suatu proses dan struktur yang memfasilitasi segala bentuk dan interaksi secara elektronik antara pemerintah dengan masyarakat. Sedangkan e-govet merupakan suatu bentuk e-bisnis di sektor pemerintah yang mengacu pada suatu proses dan struktur ang ditujukan pada penyediaan publik secara elektronik baik kepada masyarakat umum (citizens) dan pengusaha (bussines).

Sebagaimana disebutkan dalam Intruksi Presiden Nomor 3 tahun 2003, tujuan Pengembangan e-government merupakan u p a y a u n t u k m e n g e m b a n g k a n p e n y e l e n g g a r a a n

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

83

Page 92: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan e-government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2 (dua) aktivitas yang berkaitan yaitu :1. pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen

dan proses kerja secara elektronis;2. pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan

publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah negara.

D a l a m I n p r e s t e r s e b u t d i s e b u t k a n b a h w a pengembangan e-government diarahkan untuk mencapai 4 (empat) tujuan, yaitu : a. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan

publik yang memiliki kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat luas serta dapat terjangkau di seluruh wilayah Indonesia pada setiap saat tidak dibatasi oleh sekat waktu dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

b. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan perkembangan perekonomian nasional dan memperkuat kemampuan menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan internasional.

c. Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan lembaga-lembaga negara serta penyediaan fasilitas dialog publik bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam perumusan kebijakan negara.

d. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah dan pemerintah daerah otonom.

Saat ini banyak pemerintah daerah telah berupaya mewujudkan E-government yang merupakan salah satu tuntutan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

84

Page 93: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

penyelenggaraan pemerintah daerah yang bersih dan berwibawa (good local governance). Sebagai tindak lanjut dari Inpres Nomor 3 Tahun 2003, diharapkan setiap daerah memiliki payung hukum tersendiri dalam pengimplementasian e-government di daerah dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik.

Terkait dengan penerapan e-government, Kota Pontianak sampai saat ini belum memiliki Peraturan Perundang-undangan mengenai penerapan e-government. Pemberian pelayanan kepada masyarakat di Kota Pontianak masih menggunakan cara manual belum ada satupun jenis pelayanan yang metoda kerjanya diubah dengan cara elektronik. Sistem informasi pelayanan pada umumnya dengan menggunakan brosur, leaflet dan dipasang di depan/ruangan kantor pelayanan terkait.

Pe m e r i n t a h Ko t a Po n t i a n a k te l a h m e m i l i k i homepage/situs dengan alamat www.pontianak.go.id. Disamping situs resmi Kota Pontianak, instansi di lingkungan pemerintah Kota Pontianak juga bisa langsung diakses melalui s i t u s i n i , s e p e r t i B a p p e d a d e n g a n a l a m a t www.bappeda.pontianak.go.id , DPRD Kota Pontianak dengan alamat www.dprd.pontianak.go.id dll.

Keberadaan homepage/situs sangat penting bagi pemerintah daerah, selain sebagai wujud dari transparansi dan akuntabilitas pemerintah kepada masyarakat juga bisa digunakan sebagai sarana promosi daerah. Dalam menjaga kontinuitas homepage/situs daerah, updating data serta perawatan menjadi dua hal yang perlu dilakukan secara rutin, jangan sampai homepge/situs hanya tinggal alamat saja, tetapi tidak dapat diakses oleh masyarakat. Kendala yang dihadapi oleh p e m e r i n t a h d a e r a h d a l a m m e n j a g a k o n t i n u i t a s homepage/situsnya adalah terbatasnya SDM sebagai operator maupun yang bisa menangani masalah yang terjadi pada situsnya. Pemerintah daerah pada umumnya membuat homepage/situs dengan pihak ketiga tanpa diimbangi dengan peningkatan kompetensi SDM yang nantinya ditugaskan untuk

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

85

Page 94: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

mengelola homepage/situs tersebut, sehingga kerusakan pada homepage/situs akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperbaikinya. Pembuatan homepage/situs daerah hendaknya jangan hanya mengikuti trend atau gagasan yang berkembang saat itu kalau nantinya tidak sanggup dalam pemeliharaannya, penerapan e-govt hendaknya disertai dengan penyediaan sumber daya pendukungnyaterutama dalam maintenancenya. Akan sangat mubazir sekali jika pembuatan homepage/situs hanya dapat bertahan beberapa, padahal telah memakan anggaran ratusan juta rupiah.

12. Penerapan Standar ISO 9001: 2000 dalam pelayanan publikISO merupakan salah satu pendekatan yang digunakan

dalam kaitannya dengan manajemen kualitas. ISO 9000 merupakan standar yang menetapkan dan menguraikan unsur-unsur penting yang harus ada dalam sebuah organisasi agar kualitas pelayanan yang diberikan dapat memenuhi harapan pelanggan. ISO 9000 merupakan standar proses, bukan standar produk atau jasa (pelayanan) yang bertujuan untuk mendorong organisasi agar bisa mengetahui apa yang diinginkan pelanggan, merancang dan mendesain proses yang perlu dilaksanakan untuk memenuhi harapan pelanggan, menyediakan latihan yang sesuai dengan kebutuhan dan dilakukan seperlunya cukup bagi personel yang yang terlibat dalam sistem kualitas tersebut dan menjalankan pengauditan untuk memastikan proses yang dilakukan sesuai dengan tujuannya untuk memenuhi harapan pelanggan.

Seri ISO 9001 merupakan salah satu jenis dan Standar ISO 9000 yang berisi 20 elemen yang melingkupi keseluruhan proses desain, pembangunan, produksi, instalasi dan jasa/pelayanan. Dalam sektor publik, yaitu kepada unit yang memberikan pelayanan kepada publik dengan desain produk dan mekanisme pelayanan dirancang sendiri. Dalam perkembangan model jaminan kualitas yang telah disempurnakan yaitu yang dikenal dengan nama ISO 9001:2000.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

86

Page 95: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Penerapan sertifikasi ISO pada organisasi pelayanan sebagai alat kontrol untuk menjaga standar mutu pelayanannya dikarenakan ISO mensyaratkan adanya standar-standar mutu yang jelas, transparan, terukur, dan adanya evaluasi yang dilakukan secara periodik (setiap tiga tahun). Evaluasi kinerja dilakukan, baik secara internal maupun melakukan survei langsung kepada pengguna layanan. Jika suatu unit pelayanan tidak mampu menunjukkan kinerja sesuai standar mutu yang disepakati, sertifikat ISO bisa dicabut.

Sertifikasi ISO dapat meningkatkan kapasitas penyelenggara layanan. Sebab, dengan ISO, para staf menjadi lebih melek komputer, disiplin waktu, dan terukur kinerjanya. Penerapan sertifikasi ISO yang merupakan pengakuan mutu standar pelayanan oleh ISO secara tidak langsung akan mempengaruhi pegawai dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, apalagi dilihat dari waktu berlakunya sertifikasi ISO yang hanya tiga tahun. Upaya untuk mempertahankan sertifikasi I S O m e n u n t u t o rga n i s a s i p e l aya n a n u n t u k te r u s mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanannya.

Dengan standardisasi ISO, publik juga bisa mengontrol kinerja para pejabat di unit pelayanan. Sertifikasi ISO mensyaratkan adanya standar mutu dan kinerja yang harus dipenuhi oleh staf maupun pimpinan. Kinerja mereka akan dievaluasi secara periodik setiap tiga tahun. Evaluasi itu ditujukan untuk menentukan apakah suatu unit pelayanan masih memenuhi standar ISO atau tidak. Jika sudah tidak memenuhi dan tidak ada kemajuan seperti yang disyaratkan, sertifikasi akan dicabut.

Penerapan ISO 9001:2000 pada unit Pelayanan publik di Kota Pontianak belum diterapkan sama sekali pada semua unit pelayanan publik, demikian juga belum ada satu pun unit pelayanan dalam pembinaan konsultan ISO. Dengan kondisi demikian, maka pelayanan publik di Kota Pontianak masih harus ditingkatkan kualitasnya serta sarana prasarana pendukungnya jika kedepan berkeinginan untuk menerapkan standarisasi ISO.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

87

Page 96: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

C. Kesiapan Kabupaten Pasir dalam Kompetisi Antar Daerah di Bidang Pelayanan Publik1. Gambaran Umum Daerah

Kabupaten Paser merupakan wilayah Propinsi Kalimantan Timur yang terletak paling selatan, tepatnya pada posisi 00 45'18,37" - 20 27'20,82" LS dan 1150 36'14,5" -1660 57'35,03" BT. Kabupaten Paser terletak pada ketinggian yang berkisar antara 0 - 500 m di atas permukaan laut. Di sebelah utara, Kabupaten Paser berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara dan Selat Makasar, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kota Baru, Propinsi Kalimantan Selatan, serta di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan. Luas Wilayah Kabupaten Paser saat ini

2adalah 11.603,94 km . Secara administratif Kabupaten paser memiliki 8 (delapan)

buah kecamatan yaitu Kecamatan Long Ikis, Long Kali, Kuaro, Tanah Grogot, Muara Komam, Tanjung Aru, paser Belengkong, dan Batu Sopang, dengan 110 Desa/Kelurahan dan empat UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi). Pada tanggal 29 Desember 2003, Kecamatan Batu Sopang dimekarkan menjadi 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Batu Sopang dan Kecamatan Muara Samu, bersamaan pula dengan pemekaran Kecamatan Tanjung Aru menjadi dua masing-masing Kecamatan Batu Engau dan Tanjung Harapan. sehingga saat ini Kabupaten paser memiliki sepuluh buah Kecamatan, dengan 114 Desa/Kelurahan dan tujuh buah UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi). Kecamatan dengan wilayah terluas di Kabupaten Paser adalah Kecamatan Long Kali, dengan luas wilayah 2.385,39 km2, termasuk di dalamnya luas daerah lautan yang mencapai 20,50 persen dari luas wilayah Kabupaten Paser secara keseluruhan, sedangkan kecamatan yang luas wilayahnya terkecil adalah Kecamatan Tanah Grogot, yang mencapai 33,58 Km2 atau 2,89 persen.

Dari segi konstelasi regional, Kabupaten Paser berada di sebelah Selatan Propinsi Kalimantan Timur. Posisinya dilintasi oleh jalan arteri primer (jalan negara/nasional) yang menghubungkan Propinsi Kalimantan Timur dengan Kalimantan Selatan. Pada bagian

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

88

Page 97: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

timur Kabupaten Paser melintang selat Makassar, yang dimasa yang akan datang memiliki prospek dan fungsi penting sebagai jalur alternatif pelayaran internasional. Pelabuhan laut utama di Kabupaten Paser, yaitu Pelabuhan Teluk Adang terletak 12 Km ke arah utara ibukota Kabupaten (Kota Tanah Grogot), sedangkan Kota Tanah Grogot berjarak lebih kurang 145 Km dari Kota Balikpapan, atau 260 Km dari Ibukota Propinsi Kalimantan Timur (Kota Samarinda)

Bupati visi pembangunan Kabupaten Pasir adalah "Menuju Masyarakat Kabupaten Paser Yang Agamis, Sejahtera Dan Berbudaya". Visi di atas mengandung pengertian bahwa Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan ditujukan bagi kepentingan seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Paser. Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan dalam 5 (lima) tahun mendatang merupakan upaya meletakkan landasan bagi terwujudnya masyarakat Kabupaten Pasir yang agamis, sejahtera dan berbudaya.

Masyarakat agamis mengandung pengertian bahwa masyarakat yang ingin diwujudkan adalah masyarakat yang religius, yakni masyarakat yang menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya.

Masyarakat sejahtera mengandung pengertian masyarakat yang telah mencapai kemajuan dalam seluruh aspek kehidupannya dan seluruh potensi hidupnya telah berkembang, baik dipandang dari aspek material maupun spiritual.

Masyarakat berbudaya mengandung pengertian bahwa masyarakat yang ingin diwujudkan adalah masyarakat yang memiliki kekuatan dan ketahanan sosial yang ditandai oleh tertanamnya nilai-nilai budaya pada setiap warganya, yaitu nilai-nilai yang mencerminkan ketakwaan, kedisiplinan, ketaatan pada norma-norma hukum, kesetiakawanan dan tenggang rasa, demokratis, gemar bekerja keras, gemar memperdalam pengetahuan dan meningkatkan penguasaan teknologi.

Dalam rangka mewujudkan visi daerah, maka ditetapkan beberapa visi yaitu : Mengembangkan ekonomi kerakyatan; Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia; Menumbuh-

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

89

Page 98: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

kembangkan kehidupan masyarakat yang berbudaya; Mewujudkan Kabupaten Konservasi.

Secara demografis, Kabupaten Pasir pada tahun 2006 memiliki jumlah penduduk sebanyak 185.051 orang. Selama 5 (lma) tahun terakhir yaitu tahun 2002-2006, rata-rata pertumbuhan penduduk mengalami peningkatan sebesar 2.74 %. Kepadatan penduduk

2Kabupaten paser pada tahun 2006 adalah 15,95 jiwa/Km . Penyebaran penduduk tersebut masih belum merata, penyebarannya masih terkonsentrasi pada kecamatan yang keadaan ekonominya lebih maju. Kecamatan yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Tanah Grogot dengan kepadatan penduduk rata-

2rata 141.63 jiwa/Km , sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di kecamatan Muara Komam dan Tanjung Aru, dengan tingkat

2kepadatan penduduk rata-rata enam jiwa per Km . Kabupaten paser merupakan salah satu daerah tujuan

transmigrasi, sejak tahun 2002 ada penempatan 52 KK dari TPS, 25 KK dari TPA, 23 KK dari relokasi dari Muara Adang I, II. Jumlah kepala keluarga yang dibina mencapai 835 kepala keluarga, yang terdiri dari 3.384 jiwa. Pada tahun 2003, ada penempatan transmigran di desa Suliliran sebanyak 100 KK yang meliputi 50 KK dari lokal dan 50 KK dari dua daerah yang terdiri dari 25 KK dari Klaten, dan 25 KK dari Wonosobo. Sedangkan jumlah kepala keluarga yang dibina meningkat 29,94 % menjadi 1.085 kepala keluarga.

Pada sektor perkonomian, laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai selama 2003-2005 melebihi rata-rata pertumbuhan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur. posisi ke 6 setelah Kota Bontang, Kabupaten Kutai, Kota Balikpapan, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota Samarinda. Tingkat kemakmuran penduduk Kabupaten Paser lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tingkat kemakmuran Penduduk Provinsi Kalimantan Timur. PDRB per Kapita Kabupaten Pasir pada tahun 2006 Rp 23,42 juta. Kontribusi terbesar pada sektor Pertambangan dan Penggalian dengan kontribusi 60,23% dan Pertanian 22,84%. Secara sektoral, laju pertumbuhan tertinggi selama 4 (empat) tahun terakhir dicapai oleh sektor bangunan yaitu sebesar 30,59%/tahun, paling rendah adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 6,56%/tahun.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

90

Page 99: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Pada sektor perhubungan, Kabupaten Pasir pada tahun 2006,memiliki panjang jalan nasional 455,92 km, jalan provinsi: 224,82 km, jalan kabupaten 1397,58 km dan jalan desa sepanjang 983,34 km dibandingkan kondisi tahun 2004, telah terjadi peningkatan yang signifikan pada panjang jalan. Kabupaten Pasir yang beribukota di Tanah Grogot dilalui oleh jalur poros Kalimantan, yang menghubungkan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Untuk menjangkau ibukota Kabupaten hanya dapat ditempuh melalui jalur darat dan laut dari Kota Balikpapan yang kira-kira memakan waktu selama 3 (tiga) jam termasuk waktu penyeberangan. Sarana transportasi ini merupakan satu-satunya yang tersedia di Kabupaten Pasir. Sarana transportasi udara kemungkinan akan sulit diwujudkan dikarenakan jarak yang terlalu dekat dengan Kota balikpapan yang telah memiliki sarana transpotasi udara yang memadai dan berstandar internasional.

2. Kesiapan Kabupaten Pasir dalam Kompetisi Antar Daerah di Bidang Pelayanan Publik

Masih minimnya sarana, prasarana serta infrastruktur di Kabupaten Pasir menyebabkan sektor ini masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan wilayah. Meskipun demikian pelayanan publik bukannya diabaikan begitu saja, akan tetapi tetap ada kebijakan-kebijakan daerah dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik walapun tidak segencar dibandingkan dengan beberapa daerah di Kalimantan Timur. Infrastruktur yang belum memadai akan semakin menghambat proses pembangunan di wilayah ini, dan yang paling penting, tersedianya infrastruktur merupakan pelayanan mendasar yang dibutuhkan bagi masyarakat yang secara langsung juga akan sangat menunjang penyelenggaraan pelayanan publik. Kesiapan Kabupaten Pasir dalam berkompetisi dengan Kabupaten/Kota di Bidang pelayanan publik dapat dijelaskan berdasarkan indikator-indikator dari dua belas komponen penilaian sebagai berikut:

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

91

Page 100: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Tabel 4. Hasil Assesment Tingkat Kesiapan Kabupaten Pasir

Dalam Pelaksanaan Kompetisi Bidang Pelayanan Publik BerdasarkanKuesioner Penilaian Kinerja Pelayanan Publik

Hasil Survei Berdasarkan Komponen

SKOR

1. Kebijakan Deregulasi dan Debirokratisasi Pelayanan Publik

: 30

2. Kebijakan Peningkatan Partisipasi Masyarakat : 5

3. Kebijakan Pemberian Penghargaan dan Penerapan Sanksi

: 30

4. Pembinaan Teknis Terhadap Unit Pelayanan Publik : 0

5. Kebijakan Korporatisasi Unit Pelayanan

: 5

6. Pengembangan Manajemen Pelayanan

: 10

7. Kebijakan Peningkatan Profesionalisme Pejabat / Pegawai di Bidang Pelayanan Publik

: 60

8. Penghargaan di Bidang Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

: 0

9. Kebijakan Pembangunan Kemasyarakatan dan Kesejahteraan

: 106

10. Kebijakan dalam mendorong pembangunan ekonomi daerah : 20

11. Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan E-Government : 30

12. Penerapan Standar ISO 9001-2000 dalam Pelayanan Publik : 0

JUMLAH TOTAL : 296

Tingkat Kesiapan : Kurang Siap

Pemberian skor berdasarkan petunjuk Surat Keputusan Menteri PendayagunaanAparatur Negara Nomor 25 Tahun 2006

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

92

Page 101: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Secara umum pemerintah Kabupaten Pasir kurang siap dalam pelaksanaan kompetisi antar daerah di bidang pelayanan publik. Hal ini dapat dilihat dari Hasil Assesment Tingkat Kesiapan Kabupaten Pasir Dalam Pelaksanaan Kompetisi Bidang Pelayanan Publik Berdasarkan Kuesioner Penilaian Kinerja Pelayanan Publik di atas, dimana secara keseluruhan capaiannya masih cukup rendah. Dari 12 indikator penilaian, hampir semua indikator meimliki nilai yang cukup rendah, beberapa yang perlu mendapat penanganan serius dalam hal ini adalah indikator-indikator yang mendapatkan skor paling rendah dalam menentukan penilaian kinerja pelayanan dalam kompetisi antar daerah di bidang pelayanan publik serta dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik antara lain pada indikator Pembinaan Teknis Terhadap Unit Pelayanan Publik, Penerapan Standar ISO 9001-2000, Kebijakan Peningkatan Partisipasi Masyarakat, Kebijakan Korporatisasi Unit Pelayanan, Pengembangan Manajemen pelayanan,Kebijakan dalam Mendorong Pembangunan Ekonomi Daerah, Kebijakan Deregulasi dan Debirokratisasi Pelayanan Publik serta Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan E-Government, meskipun demikian indikator-indikator yang lain juga perlu terus ditingkatkan lagi. Adapun kondisi masing-masing indikator dijelaskan sebagai berkut :

1. Kebijakan Deregulasi dan Debirokrasi Pelayanan PublikPenetapan kebijakan deregulasi dan debirokratisasi

pelayanan publik di Kabupaten Pasir belum nampak serius dilaksanakan, kondisi ini diperkuat dengan tidak adanya satupun jenis pelayanan yang mekanismenya disederhanakan. Dalam rangka mempermudah urusan pelayanan perijinan kepada masyarakat, pemerintah daerah juga belum membentuk suatu Unit Pelayanan Terpadu (UPT) satu atap/satu pintu. Pelayanan perijinan masih tersebar pada dinas-dinas sesuai dengan kewenangan tugasnya masing-masing, yaitu tersebar pada 18 dinas dan 2 bagian pada Sekretariat Daerah, yaitu Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Kehutanan, Pertambangan, Perhubungan, Kebersihan dan pertamanan, Disperindagkop, Pendidikan, Perkabunan, Pariwisata,

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

93

Page 102: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Seni dan Budaya, Perikanan dan Sumber Daya kelautan, Pekerjaan Umum dan Kimbangwil, Nakertrans, Kesehatan, Sosial, Pasar, Kependudukan, Peternakan, Pendapatan, Bagian Tata Pemerintahan dan bagian Perekonomian. Jumlah pelayanan perijinan yang tersebar pada 18 Dinas dan 2 Bagian tersebut berjumlah sekitar 141 pelayanan/perijinan.

Masih tersebarnya berbagai pelayanan perijinan menunjukkan belum adanya komitmen pemerintah Kabupaten Pasir dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Masyarakat masih dianggap sebagai obyek marginal yang belum begitu diperhatikan kesejahteraannya terutama dalam memperoleh pelayanan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Unt pelayanan yang belum terpadu secara langsung akan membebani masyarakat dalam pengurusan pelayanan perijianannya, hal ini disebabkan bahwa permohonan perijinan sebagian besar tidak hanya terkait dengan satu dinas, akan tetapi juga melibatkan dinas lain terutama dalam pemenuhan syarat-syarat penerbitan izin/rekomendasi. Kondisi ini jelas akan membutuhkan sumber daya seperti uang dan waktu yang lebih banyak lagi dibandingkan dengan pengurusan izin dalam bentuk UPT. Sehingga prinsip fasterdan cheaper tidak sepenuhnya bisa diwujudkan.

Prosedur pengurusan perizinan di Kabupaten Pasir yang tersebar pada 18 dinas dan 2 bagian secara umum telah dituangkan dalam tata cara pelayanan umum di lingkungan. Adapun masing-masing pelayanan perijinan telah diatur dalam Keputusan menteri dan dalam Peraturan Daerah. Pada unit pelayanan publik lainnya sepeti Rumash Sakit, Puskesmas dll, prosedur pelayanan dituangkan dalam bentuk Standar Operating Procedures (SOP) yang dibuat dalam suatu diagram alir yang merupakan pentahapan proses pelayanan yang disertai dengan persayaratan-persyaratan tertentu.

Dalam rangka lebih meyakinkan pelanggan terhadap komitmen perbaikan pelayanan, maklumat/janji pelayanan merupakan suatu instrumen yang penting, selama bukan hanya skedar tulisan atau janji yang dipasang pada suatu ruangan dalam

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

94

Page 103: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

unit pelayanan tersebut. Maklumat/janji merupakan suatu kontrak sosial dari pemberi layanan kepada pelanggannya, yang seharusnya dapat dipenuhi oleh penyelenggara pelayanan sehingga akan semakin meningkatkan kepercayaan dari pelanggan terhadap upaya peningkatan kualitas pelayanan oleh unit pelayanan tersebut. Maklumat/janji pelayanan dibuat serealistis mungkin sehingga maklumat/janji tersebut akan mampu diwujudkan bukan sekedar angan kosong yang tidak mungkin akan tercapai. Kondisi pelayanan publik di Kabupaten Pasir saat ini belum ada satu pun yang menerapkan maklumat/janji pelayanan.

Keberadaan unit pelayanan, baik dalam bentuk UPTD maupun yang ditangani oleh dinas-dinas dan bagian belum sepenuhnya diberi kewenangan untuk mengelola keuangan sendiri sebagaimana layaknya sebuah BUMD yang dapat mengatur keuangan yang diterima untuk memenuhi kebutuhan operasional, belanja pegawai, belanja modal dll. Unit pelayanan tersebut masih berfungsi sebagai loket pembayaran retribusi dari masyarakat yang memanfaatkan pelayanan mereka yang kemudian akan disetorkan pada pemerintah daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah.

2. Kebijakan Peningkatan Partisipasi MasyarakatPada era otonomi daerah saat ini, penyusunan kebijakan

publik yang partisipatif yaitu kebijakan publik yang melibatkan masyarakat dalam proses penyusunannya merupakan suatu keharusan. Kebijakan tidak hanya sekedar dibuat, akan tetapi juga harus dapat diimplementasikan dalam masyarakat. Untuk menciptakan suatu kebijakan yang implementatif sudah seharusnya dalam penyusunan kebijakan tersebut dilakukan dengan melibatkan masyarakat, karena masyarakat sendirilah yang nantinya akan menjadi obyek dari pemberlakukan kebijakan tersebut. Demikian juga dengan kebijakan yang terkait dengan unit pelayanan publik. Disini jelas sekali bahwa obyek yang menjadi sasaran pemberlakuan kebijakan di bidang pelayanan publik adalah masyarakat. Kebijakan yang dibuat sepihak oleh penyelenggara layanan jelas akan sangat merugikan masyarakat.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

95

Page 104: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Praktik Good Governance mensyaratkan bahwa pengelolaan dan keputusan manajemen publik harus dilakukan secara transparan dengan ruang partisipasi sebesar-besarnya bagi masyarakat yang terkena dampaknya. Konsekuensi dari transparansi pemerintahan adalah terjaminnya akses masyarakat dalam berpartisipasi, utamanya dalam proses pengambilan keputusan.

Dalam perwujudan pelaksanaan Tata Kepemerintahan yang Baik (good governance), salah satu prinsip yang dikembangkan adalah Partisipasi Masyarakat (particition). Tanpa adanya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan, maka tata kepemerintahan yang baik masih belum berjalan dengan sempurna. Kondisi pelibatan masyarakat dalam proses kebijakan publik di Kabupaten Pasir masih sangat minim. Hal ini terlihat tidak adanya kebijakan daerah yang mengatur mengenai partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Hak masyarakat dalam memperoleh pelayanan publik perlu dilindungi, hal ini untuk menjamin bahwa penyelenggaraan pelayanan publik berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perlindungan hak masyarakat terhadap pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah dilakukan oleh kelembagaan khusus yaitu ombudsman, lembaga ini pembentukannya berdasarkan Keppres Nomor 44 Tahun 2000, yang bertujuan membantu menciptakan dan atau mengembangkan kondisi yang kondusif dalam melaksanakan pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme serta meningkatkan perlindungan hak-hak masyarakat agar memperoleh pelayanan umum, keadilan, dan kesejahteraan secara lebih baik. Ombudsman di daerah tentunya memiliki tujuan yang sama hanya saja ruang lingkup kerjanya saja yang lebih sempit. Ketidakharusan daerah dalam pembentukan lembaga ombudsman menyebabkan masih banyaknya daerah yang belum memiliki lembaga ini, disamping itu sebagian daerah masih berpandangan bahwa pembentukan ombudsman merupakan kewajiban pemerintah Pusat.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

96

Page 105: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Partisipasi dalam semangat demokrasi bukan lagi semata-mata pengorbanan, tetapi harus dilihat dalam sudut pandang yang luas. Partisipasi seharusnya dipahami sebagai keikutsertaan masyarakat dalam proses manajemen publik yang mencakup : perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.

Forum komunikasi antara pemerintah kabupaten/kota dengan masyarakat maupun LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) sebagai lembaga netral yang menyuarakan aspirasi masyarakat sangat penting untuk dilaksanakan. LSM juga meruapakan elemen masyarakat yang mengerti dan memahami apa yang diinginkan oleh masyarakat terhadap pelayanan publik. Berbagai bentuk/model pelayanan ada yang menerapkan prinsip ini, LSM, stakeholders, pemberi layanan bekumpul bersama dalam menyusun suatu mekanisme, persyaratan dan sanksi-sanksi yang diberikan kepada pemberi ataupun pengguna layanan yang melanggar ketentuan yang telah disepakati bersama. Model manajemen pelayanan "citizen charter's", yang telah diterapkan oleh berbagai unit pelayanan di Indonesia menerapkan prinsip ini. Dilihat dari prinsipnya, model pelayanan citizen charter's akan mendatngkan banyak keuntungan bagi kedua pihak, pelanggan dan pemberi layanan sama-sama bertanggungjawab atas terimplementasikan peraturan/mekanisme pelayanan yang telah ditetapkan bersama.

Pemerintah kabupaten Pasir menyadari pentingnya forum ini, akan tetapi komitmen untuk melangkah ke arah sana masih kurang dikarenakan peningkatan pelayanan publik sendiri memang bukan prioritas utama pembangunan di Pasir. Sebagaimana diketahui bahwa Pasir telah menjadi daerah otonom sejak tahun 1959 yang merupakan bagian dari Daerah Swatantra Tingkat Kalimantan Selatan. Telah lamanya Pasir menjadi daerah otonom seharusnya infrastruktur bukan lagi menjadi suatu permasalahan yang sangat mendasar sehingga sampai tahun 2007 masih sangat diprioritaskan dalam pembangunan. Sudah seharusnya peningkatan pelayanan publik juga turut diprioritaskan, sebagaimana yang telah dituangkan dalam RPJM Nasional,

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

97

Page 106: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

disamping itu tuntutan otonomi daerah yang telah diterapkan sejak tahun 1999 tujuan utamanya adalah untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat yang bermuara pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan tentunya akan tercipta jika pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah sudah benar-benar dapat "menyentuh" masyarakat.

3. Kebijakan pemberian penghargaan dan penerapan sanksiPemberian penghargaan merupakan bentuk perhatian dari

pimpinan kepada bawahan. Sistem reward and punishment merupakan bentuk penghargaan dan sanksi yang dapat membantu memotivasi pegawai dalam memacu kinerjanya untuk menjadi semakin lebih baik serta untuk memacu pegawai dalam menaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam organisasi maupun dalam kebijakan kepegawaian Indonesia . Dengan sistem ini setiap pegawai akan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan performa kinerja mereka serta akan selalu memegang disiplin kerja, bahkan jika kreativitas merupakan salah satu indikator pemberian reward, pastilah dalam diri pegawai punya keinginan untuk menciptakan suatu inovasi serta kreativitas dengan tujuan untuk mendapatkan reward tersebut. Reward bagi pegawai merupakan prestise yang dapat mengangkat harga diri pegawai dimata teman kantornya. Pemberian punishment secara tegas, akan mengurangi pegawai dalam melakukan pelanggaran terhadap peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan kerjanya, dikarenakan punishment akan berkorelasi positif terhadap image buruk seorang pegawai di mata organisasi maupun teman-teman kantor maupun sesama PNS di daerah sehingga nama jelek yang akhirnya muncul. Pemberian penghargaan kepada pegawai di Kabupaten Pasir belum diatur melalui melalui peraturan perundang-undangan, akan tetapi penghargaan kepada organisasi pemberi pelayanan telah diatur dalam Surat Keputusan Bupati Nomor 1077 tentang Pemberian Penghargaan atas keberhasilan pemungutan PBB sektor Kecamatan dan Pedesaan. Meskipu belum ada peraturan yang mengatur pemberian penghargaan bagi

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

98

Page 107: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

pegawai berprestasi, akan tetapi secara eksplisit bentuk penghargaan telah diberikan berupa insentif non financial. Berupa pengiriman pegawai yang berprestasi pada bidang tertentu untuk mengikuti diklat sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Pemberian sanksi bagi pegawai penyelenggara pelayanan publik dari tahun 2001-2006 sebanyak 62 orang. Bahkan pada tahun 2007 ada seorang pegawai yang dipecat. Pemberian sanksi ini sebagian besar dikarenakan melanggar berbagai aturan yang terkait dengan kepegawaian, bukan karena kelalaian dalam menjalankan tugasnya pada unit pelayanan publik. Adanya pemecatan dalam PNS dapat mematahkan anggapan bahwa PNS akan sulit untuk diberhentikan, meskipun sebenarnya pegawai yang diberhentikan sudah benar-benar melakukan pelanggaran yang sangat berat.

4. Pembinaan teknis terhadap unit pelayanan publikUnit pelayanan teknis pada suatu daerah sudah seharusnya

memiliki instansi pembina. Biasanya bagian/biro organisasi merupakan bagian/biro yang memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan tersebut, baik dari sosialisasi mengenai kebijakan-kebijakan pelayanan maupun berupaya untuk mendorong serta menfasilitasi perbaikan dan peningkatkan kinerja unit pelayanan, meskipun secara anggaran sebenarnya setiap unit pelayanan juga telah mengalokasikannya. Akan tetapi secara fungsional instansi pembina bertanggungjawab dalam monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan pada unit-unit pelayanan di wilayahnya dalam rangka penjaminan kepada masyarakat bahwa pelayanan telah diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan adanya instansi pembina setidaknya ada persamaan persepsi antar unit pelayanan di daerah serta tidak menimbulkan kesenjangan yang sangat kentara antar unit pelayanan publik.

Perbedaan persepsi dari unit pelayanan publik dalam mengimplementasikan suatu kebijakan pelayanan disebabkan oleh perbedaan pemahaman dari unit pelayanan terhadap kebijakan tersebut. Untuk menghindari perbedaan persepsi antar unit

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

99

Page 108: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

pelayanan publik kegiatan sosialisasi terhadap kebijakan pelayanan publik merupakan suatu keharusan, sosialisasi kebijakan sendiri sebaiknya dilaksanakan secepat mungkin setelah kebijakan tersebut ditetapkan, disamping memerlukan persiapan untuk dapat mengimplementaikannya, perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana serta SDM juga memerlukan perencanaan yang matang juga adapatasi terhadap sistem yang baru dapat menjadi hambatan penerapannya. Sosialisasi kebijakan pelayanan publik seharusnya merupakan suatu agenda rutin yang diselenggarakan oleh instansi yang mengkoordinasikan pelayanan publik sebagai bahan masukan dalam penyusunan SOP. SOP yang baik seharusnya bersifat partisipatif serta memperhatikan kondisi sarana prasarana pada unit terkait , tidak hanya disusun oleh instansi yang mengkoordinasikan pelayanan publik saja, namun juga melibatkan stakeholders dan penyelenggara layanan sehingga akan dapat dilaksanakan secara optimal.

Pentingnya sosialisasi kebijakan pelayanan publik kepada unit pelayanan publik belum menjadi agenda rutin bagi Pemerintah Kabupaten Pasir. Sosialisasi hanya dilakukan sekali dalam setahun, itupun hanya diperuntukkan bagi Kecamatan. Kondisi ini disebabkan oleh ketidaksinkronan penganggaran, sehingga diterbitkannya kebijakan baru tentang pelayanan akan sangat terlambat untuk disosialisasikan sebagai akibat tiak tersedianya anggaran. Melihat kondisi ini, nampak bahwa Pemerintah daerah belum memiliki komitmen yang tinggi terhadap sosialisasi kebijakan yang baru, bisa jadi daerah menunggu sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat yang kadang tidak tahu kepastiannya.

Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan bertujuan untuk memastikan bahwa layanan publik sudah berjalan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Masih banyaknya unit pelayanan yang melanggar/tidak mengimplementasikan kebijakan pelayanan publik menunjukkan masih lemahnya monitoring dan evaluasi oleh unit pembina. Monitoring dan evaluasi sendiri bisa dijadikan sarana dari pemerintah dalam menilai

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

100

Page 109: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

kesiapan dari unit pelayanan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pencapaian target-target yang telah ditetapkan pada awal tahun serta menggali berbagai permasalahan yang menyebabkan terkendalanya/kurang optimalnya penyelenggaraan pelayanan publik. Disamping itu, monitoring dan evaluasi ini bisa dijadikan sarana bagi unit pelayanan untuk menyampaikan permasalahan terkait dengan penyelenggaraan pelayanan, instansi pembina ataupun pimpinan di daerah tidak hanya menuntut unit pelayanan harus berjalan dengan baik, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Akan tetapi pihak pengambil kebijakan juga harus memperhatikan berbagai kondisi yang terjadi di lapangan, berbagai keterbatasan yang dimiliki serta dukungan sumber daya juga harus dipenuhi guna menciptakan pelayanan dengan kualitas yang diharapkan oleh masyarakat, syukur-syukur mampu menciptakan pelayanan prima, dalam hal ini berarti pelayanan yang diberikan telah melampaui harapan masyarakat.

Keberadaan tim yang bertugas untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan pelayanan tidak dilakukan oleh tim pembina, akan tetapi secara konsep sedang dalam proses pembentukan Tim Kormonev (Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi). Sehingga monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan unit pelayanan publik belum diimplemetasikan sama sekali oleh Pemerintah Kabupaten Pasir. Dengan belum adanya monitoring dan evaluasi, maka dapat dipastikan tindak lanjut terhadap monitoring dan evaluasi berupa penyempurnaan mekanisme penyelenggaraan pelayanan murni sebagai inisiatif dari unit pelayanan terkait dalam rangka memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

5. Kebijakan Korporatisasi Unit PelayananKeterbatasan sumber daya yang dimiliki, seharusnya tidak

memaksanakan pemerintah untuk melaksanakan semua urusannya sendiri. Penerapan tata kepemerintahan yang baik di lingkungan pemerintahan tidak terlepas dari penerapan sistem manajemen kepemerintahan yang merupakan rangkaian hasil dari pelaksanaan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

101

Page 110: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

fungsi-fungsi manajemen (planning, organizing, actuating, dan controlling) yang dilaksanakan secara profesional dan konsisten. Penerapan sistem manajemen tersebut mampu menghasilkan kemitraan positif antara pemerintah, dunia usaha swasta, dan masyarakat yang diharapkan dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Kemitraan dengan Dunia Usaha Swasta dan Masyarakat (Private and Civil Society Partnershi) juga merupakan salah satu prinsip dalam penyelenggaraan Tata Kepemerintahan yang Baik (good governance).

Gambar. 4.1Tiga Pilar/Aktor Dalam Tata Kepemerintahan yang Baik

(Sumber, Bappenas)

Pelibatan pihak ketiga (swasta) dalam penyelenggaraan pembangunan daerah yang antara lain dilakukan melalui pola kemitraan, tentunya pola kemitraan ini dilakukan berdasarkan suatu analisis apakah urusan daerah dalam hal ini pelayanan ada keharusan untuk dimonopoli atau tidak oleh pemerintah. Dunia usaha swasta yang sehat akan menghasilkan kualitas layanan serta memberikan nilai tambah yang positif bagi masyarakat.

Pelayanan di kabupaten Pasir saat ini belum pola kemitraan dengan pihak swasta, semua jenis pelayanan masih dikelola sendiri tanpa melibatkan sektor swasta dan lembaga masyarakat dalam pengelolaanya. Melihat kondisi ini dapat diartikan bahwa

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

102

Page 111: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

pengelolaan pelayanan publik, masih berjalan sepihak, hanya pemerintah yang aktif dalam menentukan segala bentuk kebijakan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan publik. Masyarakat seolah-olah hanya sebagai obyek yang tidak memiliki bargaining position yang dipaksa "nrimo" terhadap kondisi bagaimanapun dari pelayanan publik. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat dan dinamis, kondisi seperti ini tidak akan bisa terus dipertahankan, masyarakat akan semakin memahami dan menuntut posis inya dalam penyelenggaraan pemerintahan, dalam penyelenggaran good governance), dalam reformasi birokrasi yang sedang digulirkan, untuk ikut serta dilibatkan.

Dalam rangka peningkatan pelayanan publik, pemerintah Kabupaten Pasir baru membentuk 1 BUMD yang bergerak di bidang pengelolaan dan penyediaan air (PDAM). Pengelolaan Air bersih yang berkualitas membutuhkan manajemen khusus yang tidak sekedar sebagai tugas sampingan sehingga pengelolaan oleh BUMD sudah sangat tepat. Disamping itu bentuk usaha seperti ini memungkinkan manajemen untuk mendapatkan profitabilitas dari pelanggan. Meskipun bukan sebagai tujuan utama, karena sebagaimana dalam UUD 1945, bahwa air merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga negara yang wajib dipenuhi oleh pemerintah. Pembebanan biaya yang mahal jelas akan memperlakukan warga negara secara tidak adil untuk mendapatkan air bersih tersebut, sehingga upaya peningkatan tarif dasar air haruslah mendapatkan persetujuan masyarakat yang tetntunya akan dapat tercapai jika dalam proses pengambilan kebijakannya dilakukan dengan melibatkan masyarakat yang pada gilirannya tidak akan menimbulkan terjadinya gejolak/konflik.

6. Pengembangan Manajemen PelayananSurvei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebagaimana

yang telah diatur dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 Tahun 2004 dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap pelayanan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

103

Page 112: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

yang diberikan oleh unit pelayanan, survei IKM hendaknya dilakukan secara berkala. Temuan yang diperoleh pada survei sebelumnya dijadikan acuan untuk memperbaiki kinerja pelayanan pada indikator-indikator yang dinilai masyarakat dalam survei kepuasan tersebut masih buruk. Tidak berhenti sampai disitu saja, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan hendaknya juga terus dimonitor dan dievaluasi melaui survei IKM juga untuk mengetahui sejauh mana perbaikan yang telah dilakukan akan berkorelasi positif pada meningkatnya kinerja pelayanan di mata masyarakat.

Hampir seluruh unit pelayanan di Kabupaten Pasir belum melaksanakan survei kepuasan masyarakat. Dengan tidak adanya survei kepuasan masyarakat menunjukkan tidak adanya komitmen pemerintah untuk menerima masukan dari masyarakat mengenai faktor-faktor yang masih buruk dalam pelayanan yang perlu diperbaiki. Kepuasan masyarakat belum tentu harus dilakukan perbaikan-perbaikan besar dalam segala hal, terkadang masyarakat hanya menginginkan hal yang sederhana untuk diperbaiki. Akan tetapi tanpa adanya komunikasi langsung maupun melalui survei kepada masyarakat belum tentu adanya persamaan persepsi antara masyarakat sebagai pelanggan dengan pemberi layanan sehingga bisa jadi perbaikan yang telah dilakukan yang memakan banyak biaya belum mampu mewujudkan kepuasan masyarakat.

Salah satu indikator tentang penilaian kepuasan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit adalah adanya standar pelayanan yang mampu diterapkan dengan sebaik-baiknya, yang meliputi persyaratan, standar waktu, standar biaya, dll yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Jika tidak diterapkan bisa dijadikan sebagai tuntutan masyarakat terhadap unit pelayanan, karena dianggap telah melakukan pertauran daerah. Kondisi ini masih jarang terjadi pada penyelenggaraan pelayanan di Indonesia, sanksi pada umumnya hanya diberikan sepihak yaitu kepada masyarakat, pelanggaran yang dilakukan oleh unit pelayanan sanksinya belum ditetapkan dengan jelas.

Dilihat dari standar pelayanan, hampir semua pelayanan perizinan telah memiliki satandar pelayanan yang ditetapkan dalam

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

104

Page 113: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Perda Kabupaten Pasir, ada beberapa yang belum diatur dalam Perda yang mungkin disebabkan urusan/perizinan tersebut masih belum ada masyarakat/sektor swasta yang mengurus perizinan tersebut. Standar yang telah ditetapkan semestinnya tidak hanya dimuat dalam buku pegangan yang dimiliki oleh Dinas dan Bagian pengelola pelayanan publik, akan tetapi juga dipublikasikan kepada publik bersamaan dengan prosedur tetap (SOP) sebagai bentuk transparansi proses penyelenggaraan pelayanan publik. SOP hendaknya dibuat sesederhana mungkin yang akan mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat. Namun demikian bukan berarti penyediaan sarana informasi dihilangkan begitu saja jika SOP sudah dipasang secara terbuka. Bagian informasi juga sangat penting mengingat masih ada masyarakat Indonesia yang bta huruf.

SOP yang telah ditetapkan oleh unit pelayanan bukan sekedar dokumen saja, unit pelayanan yang telah mampu menyusun dan menetapkan SOP sebagai instruksi sederhana untuk menyelesaikan tugas rutin sudah seharusnya dijalankan . Penerapan SOP sudah hampir dilakukan pada semua unit pelayanan di Kabupaten Pase, untuk lebih memudahkan masyarakat dalam hal ini pelanggan untuk memahami tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam mendapatkan pelayanan, SOP sebaiknya dibuat dalam bentuk diagram alir. Dengan diagram alir tersebut pelanggan akan mengetahui harus ke loket/ bagian mana saja untuk mendapatkan produk pelayanan yang dibutuhkan.

Fungsi SOP dibuat oleh sebuah organisasi bertujuan ntuk memfasilitasi pendeskripsian pekerjaan tertentu serta membantu organisasi untuk menjaga pengawasan kualitas dan proses penjaminan kualitas serta memastikan penerapan berbagai peraturan yang berlaku. Tidak diterapkannya SOP yang telah ditetapkan dalam penyelenggaraan pelayanan akan menyulitkan organisasi dalam evaluasi, dan monitoring penyelenggaraan pelayanan. SOP sendiri bisa dijadikan alat kontrol bagi pengguna layanan, jika pemberi layanan tidak menerapkan SOP yang telah ditetapkan apalagi sampai memperpanjang tahapan proses maka akan sangat merugikan pengguna layanan.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

105

Page 114: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Jenis pelayanan jemput bola/ keliling/mobile merupakan salah satu jawaban yang cukup tepat untuk menciptakan prinsip better, faster, cheaper dan closer dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Pelayanan publik di Kabupaten Pasir yang menerapkan sistem ini hanya baru pelayanan puskesmas keliling. Kabupaten Pasir dengan wilayah yang luas serta beberapa wilayah yang jangkauannya cukup jauh dari ibukota kabupaten, pelayanan jemput bola sangat penting untuk diterapkan terutama untuk jenis-jenis pelayanan yang merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat. Kebutuhan yang mendasar ini merupakan kewajiban pemerintah untuk menyediakannya.

Kondisi pelayanan publik di Indonesia masih cenderung memperlihatkan bahwa masyarakat yang rentan belum mendapatkan prioritas dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya loket-loket atau perlakuan khusus yang diperuntukkan bagi masyarakat rentan, yang memberikan kemudahan untuk memperoleh pelayanan publik. Dalam hal ini, pemerintah Kabupaten Pasir baru membebaskan biaya bagi masyarakat miskin dalam memperoleh pelayanan terutama dalam bidang kesehatan yaitu berobat di puskesmas dan rumah sakit.

Pelayanan publik di Kota Pontianak juga menunjukkan kondisi yang tidak berbeda, loket-loket maupun fasilitas khusus yang diperuntukkan bagi masyarakat rentan pada umumnya belum disediakan oleh pemerintah dalam unit pelayanan publiknya.

Menghadapi perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih menuntut unit pelayanan publik melakukan perubahan-perubahan dalam proses pelayanannya, dari proses yang tradisional menjadi semi modern dan dari semi modern menjadi modern. Seiring dengan kemajuan teknologi ini akan menyebabkan tuntutan masyarakat terhadap peningkatan penyelenggaraan akan terus meningkat, unit pelayanan yang lambat dalam menangkap perkembangan teknologi informasi akan banyak mendapatkan komplain dari pengguna layanan.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

106

Page 115: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Perkembangan teknologi memang tidak dirasakan sama antara masyarakat yang hidup di pedalaman, pedesaan dan perkotaan. Jika unit pelayanan berada di aerah pedalaman respon masyarakat akan cukup lambat, akan tetapi masyarakat perkotaan akan sangat cepat merespon perkembangan tersebut. Bagi masyarakat pedalaman/pedesaan yang menganggap bahwa waktu pelayanan 1 (satu) jam sudah merasa puas, akan tetapi bagi masyarakat perkotaan akan merasakan kondisi yang berbeda. Pun dengan informasi maupun keluhan, masyarakat akan malas untuk datang ke tempat unit pelayanan hanya untuk menanyakan prosedur, atau mungkin memerikan pengaduan keluhan dengan menggunakan kotak saran, apalagi kalau akhirnya harus mengantri juga. Masyarakat semakin menyadari arti pentingnya waktu, mereka rela mengeluarkan uang yang cukup besar agar waktu tidak terbuang dengan sia-sia. Perkembangan teknologi informasi telah memberikan kemudahan manusia untuk bertukar informasi melalui dunia maya dan telepon seluler, perkembangan ini seharusnya juga mampu ditangkap oleh penyelenggara pelayanan. Semboyan time is money sudah tidak berlaku lagi, istilah time is more than just money-lah yang sekarang menjadi semboyan baru.

Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat saat ini, terutama teknologi komunikasi belum dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah Kabupaten Pasir, hal ini dapat dilihat dari belum adanya unit pelayanan yang menerapkan sambungan langsung telepon (hotline service) dan atau pengelolaan sms dalam pelayanan maupun dalam penyampaian pengaduan dan keluhan terhadap pelayanan unit yang bersangkutan.

7. Kebijakan Peningkatan Profesionalisme Pejabat/Pegawai di Bidang Pelayanan Publik

Keterbatasan jabatan struktural tidak akan mungkin menampung seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ada saat ini, pada satu sisi kondisi ini akan mengahsilkan sosok pemimpin yang berkualitas jika memang jabatan-jabatan struktural diperebutkan secara terbuka oleh semua pegawai dengan persyaratan tertentu,

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

107

Page 116: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

namun jika unsur politis maupun faktor like and dislike mewarnai pemilihan/penunjukan jabatan struktural tertentu. Pengembangan pola karir PNS, tidak hanya diperuntukkan untuk menempati jabatan struktural saja akan tetapi juga untuk menempati jabatan fungsional tertentu.

Pola Karir PNS di daerah terutama dalam penerapan jabatan fungsional belum begitu diminati, terkecuali untuk jabatan fungsional tertentu seperti guru, dokter, perawat, bidan, apoteker karena jabatan tersebut langsung melekat pada saat diterima menjadi PNS/PNSD, bukanlah merupakan pilihan. Penetapan jabatan fungsional pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) diatur dalam Peraturan Bupati Pasir Nomor 27 Tahun 2005 tentang Formasi Jabatan Fungsional dan Angka Kredit di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pasir.

Kebijakan ini sebenarnya telah menunjukkan komitmen pemerintah daerah untuk mengembangkan jabatan fungsional bagi PNSD. Pemerintah Kabupaten Pasir telah membuka peluang bagi pegawai yang berminat untuk menjadi pejabat fungsional tertentu yang telah ditetapkan dalam Peraturan Bupati tersebut, dilihat dari besarnya tunjangannya pun, pejabat fungsional tertentu akan lebih dihargai dibandingkan dengan fungsional umum.

Pendidikan dan pelatihan (diklat) merupakan salah satu pendekatan utama dalam pengembangan Sumber Daya Manusia dikarenakan diklat mempunyai peran strategis terhadap keberhasilan mencapai tujuan organisasi, baik pemerintah maupun swasta. Di sisi lain juga sebagai keberhasilan individu dalam pengembangan pola karirnya serta dapat meningkatkan profesionalisme sesuai dengan bidang keahliannya.

Pelaksanaan maupun pengiriman pegawai mengikuti diklat diakui oleh pemerintah kabupaten Pasir sebagai salah satu upaya peningkatnya profesionalisme aparatur. Pelaksanaan dan pengiriman pegawai mengikuti diklat sangat sedikit sekali dilakukan, baik diklat teknis, fungsional maupun struktural. Penganggaran program diklat tidak dilakukan secara terpusat, akan tetapi tersebar pada seluruh SKPD sehingga akan sangat kesulitan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

108

Page 117: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

dalam menentukan kisaran besarannya disamping juga tidak ada rekapitulasi alokasi APBD dalam setiap program.

Sedikitnya anggaran dan program menunjukkan bahwa pengembangan SDM di Kabupaten Pasir masih belum dijadikan prioritas, padahal SDM merupakan aktor utama dalam kelancaran pembangunan daerah. SDM yang berkualitas serta anggaran yang memadai akan mendukung terwujudnya tujuan pembangunan daerah.

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa diklat merupakan kebutuhan dalam rangka pengembangan daerah, hendaknya program kediklatan dilakukan melalui perencanaan yang matang, yang benar-benar menjadi kebutuhan utama daerah untuk mendukung tercapainya rencana pembangunan daerah. bukan hanya sekedar penganggaran hanya untuk diklat struktural saja ataupun pengikutsertaan diklat teknis fungsional pada akhir tahun dikarenakan banyaknya anggaran yang tersisa. Perencanaan kebutuhan diklat disusun melalui sebuah analisis kebutuhan diklat yang diharapkan dapat mendukung dan memperlancar pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya di kantor.

Disamping penyelenggaraan diklat, Pemberian tugas belajar kepada aparatur juga sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme dan kompetensi pegawai yang bersangkutan tentunya dengan program atau jurusan yang benar-benar dibutuhkan oleh daerah, sehingga nantinya akan benar-benar dapat dimanfaatkan oeleh pemerintah daerah. beasiswa yang diberikan pada pegawai untuk mengikuti pendidikan strata-2 selama 3 tahun terakhir (2004-2006) mengalami peningkatan jumlahnya dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 jumlah pegawai yang menerima beasiswa S-2 sebanyak 36 orang, pada tahun 2005 mengalami peningkatan lebih dari 300%, yaitu sebesar 151 orang, sedangkan pada tahun 2006 peningkatannya sebesar 23,18 %, yaitu sebesar 186 orang.

8. Penghargaan di bidang peningkatan kualitas pelayanan publikPenghargaan yang diterima oleh menunjukkan kualitas

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

109

Page 118: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

pelayanan yang baik menurut pihak pemberi layanan. Penghargaan merupakan merupakan bentuk pengakuan dari pihak lain, baik lokal, nasional maupun internasional terhadap kualitas kinerja yang diselenggarakan oleh instansi terkait. Belum adanya satu pun penghargaan yang diterima oleh unit pelayanan publik di Kabupaten Pasir bukan berarti kinerja pelayanannya sangat buruk, akan tetapi bisa jadi daerah lain yang berada pada wilayah yang sama memiliki kinerja pelayanan yang lebih baik lagi, sehingga hanya akan dipandang sebelah mata oleh pihak penilai.

Belum diprioritaskannya bidang pelayanan juga menandakan bahwa dalam waktu dekat, belum ada target bagi pemerintah Kabupaten pasir untuk mengukir prestasi daerah di bidang pelayanan publik, baik dalam skala lokal, nasional maupun internasional.

9. Kebijakan pembangunan kemasyarakatan dan kesejahteraanMenurut UUD 1945, Setiap warga negara berhak mendapat

pendidikan dan diwajibkan mengikuti pendidikan dasar yang pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah. Salah satu program dalam mewujudkan tanggung jawab pemerintah dalam membiayai pendidikan bagi warganya, yaitu dengan digalakknnya program wajib belajar. Wajib belajar menjadi program prioritas utama pemerintah dalam rangka mencerdaskan bangsa. Program wajib belajar 9 tahun yang telah dicanangkan oleh pemerintah sudah seharusnya diimbangi dengan pengalokasian anggaran pembebasan SPP dari tingkat pendidikan SD sampai SLTP, jika suatu daerah mencanangkan wajar selama 12 tahun, maka daerah tersebut juga seharusnya mengalokasikan anggaran pembebasan SPP sampai dengan pendidikan setingkat SLTA. Tanpa adanya pembebasan biaya dari dua level pendidikan tersebut akan sangat mustahil program wajib belajar 9 tahun dapat terwujud 100 %, mengingat kondisi masyarakat Indonesia yang masih banyak di bawah garis kemiskinan.

Berdasarkan amanat UUD 1945, pengalokasian anggaran pendidikan, baik dari APBD maupun APBN minimal sebesar 20%,

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

110

Page 119: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

jika saja amanat tersebut dipatuhi oleh pemerintah dan pemerintah daerah maka bukan tidak mungkin, daerah akan mampu mencapai target wajib belajar. Namun pada kenyataannya masih banyak daerah yang belum menerapkan kebijakan tersebut, bahkan pemerintah sendiri juga belum bisa mengalokasikan 20% dari APBN untuk bidang pendidikan. Beberapa daerah yang telah mengalokasikan anggaran sebagian besar digunakan untuk pembangunan fisik, memanh ketersediaan sarana prasarana akan mendukung terciptanya kelancaran penyelenggaraan pendidikan. Namun pengembangan kualitas SDM yang menangani pendidikan juga sangat penting.

Penganggaran bidang pendidikan, seharusnya tidak dipatok begitu saja pada kisaran angka tertentu, akan tetapi harus didukung oleh perencanaan program pendidikan yang matang, tepat sasaran dan jelas indikator yang dicapai. Bayangkan saja jika suatu instansi biasanya hanya mendapatkan alokasi anggaran sebesar 10%, tiba-tiba langsung mendapatkan 20%, kondisi ini bisa menyebabkan instansi tersebut memunculkan kegiatan yang tidak jelas tujuan dan sasarannya sebagai akibat perencanaan yang dilakukan dengan waktu yang singkat.

Keseriusan pemerintah Kabupaten Pasir dalam memprioritaskan bidang pendidikan, nampak dengan penerapan kebijakan pembebasan SPP, baik kepada Sekolah Swasta maupun Negeri dari jenjang pendidikan SD sampai SLTA, bahkan pembebasan tidak hanya pada komponen SPP, namun pada semua komponen.

Beasiswa merupakan stimulus bagi pelajar untuk meningkatkan prestasi akademiknya di sekolah dengan catatan bahwa pemberian beasiswa harus tepat sasaran yaitu diberikan kepada pelajar berprestasi yang kurang mampu dan mempunyai keinginan kuat untuk terus melanjutkan pendidikannya. Pendidikan merupakan modal utama suatu bangsa dan daerah dalam melaksanakan pembangunan wilayahnya. Kemajuan suatu daerah sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan masyarakatnya. Pada beberapa daerah, pemberian beasiswa bagi masyarakatnya sampai

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

111

Page 120: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

pada pendidikan doktoral telah banyak dilakukan. Beasiswa bagi pelajar di Kabupaten Pasir diberikan kepada siswa dari tingkat pendidikan SD sampai dengan SLTA. Beasiswa ini diberikan kepada siswa berprestasi dan dilihat dari kehidupan ekonominya mereka dikategorikan sebagai keluarga yang kurang mampu.

Prosentase alokasi anggaran bidang pendidikan Kabupaten Pasir belum memenuhi batas minimal sebagaimana yang diamanatkan dalam amandemen UUD 1945. Besarnya alokasi anggaran pada tahun 2006 sebesar 18% dari total APBD, akan tetapi pada tahun 2008 alokasi pendidikan telah mencapai angka 20%, yaitu dengan besaran Rp 208 miliar lebih.

Kebutuhan akan SDM yang berkualitas sebagai tuntutan untuk mengimbangi perkembangan zaman menjadikan daerah untuk menciptakan terobosan dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah. Penerapan sekolah unggulan menjadi salah satu alternatif dalam mewujudkan kebutuhan tersebut. Saat ini Pemerintah Kabupaten Pasir terutama dinas pendidikan sebagai leading sektor yang bertanggung jawab terhadap penyelnggaraan sistem pendidikan di daerah telah menetapkan 2 (dua) sekolah unggulan yang bestandar nasional. Sekolah unggulan tersebut diterapkan pada level SLTP yaitu SMP 1 Pasir dan pada level SLTA yaitu SMK 1 Pasir.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, disamping itu juga dilakukan dengan peningkatan derajat kesehatan, dan perbaikan gizi. Kondisi kesehatan yang buruk memiliki kausalitas dengan tingkat pendapatan masyarakat. Pada umumnya masyarakat miskin dengan tingkat pendapatan rendah memiliki kondisi kesehatan dan kecerdasan yang tidak memadai, dan sebaliknya. Kesehatan merupakan anugerah yang tidak ternilai, masyarakat akan rela melakukan apa saja untuk memperoleh kesehatan tersebut. Indonesia telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 sejak tahun 1999 melalui prasasti yang ditandatangani oleh BJ Habibie, presiden pada saat itu. Visi indonesia sehat 2010 ini tidak ungkin akan dicapai jika daerah (provinsi, Kabupaten/Kota) tidak memiliki

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

112

Page 121: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

visi yang sama ke arah sana. Pemberlakuan desentralisasi kesehatan dalam otonomi daerah, semakin menguatkan argumen bahwa bidang kesehatan merupakan urusan bersama bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Individu, masyarakat dan swasta juga memiliki tanggung jawab terhadap sektor pendidikan.

Kebijakan daerah dalam rangka penyelenggaraan bidang kesehatan dilakukan dengan pembebasan biaya berobat pada pelayanan kesehatan di seluruh Puskesmas dan RSU yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin, hal ini ditetapkan dalam Surat Keputusan Bupati Nomor 55/2006. Program ini ditindaklanjuti dengan pengalokasian APBD sebesar 13%. Tahun anggaran 2008, pembangunan infrastruktur pendidikan dan kesehatan menjadi prioritas pemerintah daerah. Komitmen tersebut diharapkan mampu menjawab keluhan masyarakat selama ini, khususnya menyangkut penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kesehatan di Kabupaten Pasir.

10. Kebijakan dalam mendorong pembangunan ekonomi daerahKelembagaan khusus yang menangani bidang investasi

belum dibentuk secara khusus seperti pada beberapa aerah lain di Kalimantan Timur. Investasi di Pasir masih terkendala dengan ketersediaan Infrastruktur dan fasilitas. Kondisi ini yang menyebabkan infrastruktur menjadi prioritas utama pembangunan daerah, disamping juga sebagai upaya untuk mempermudah aksesibilitas serta memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Pembangunan infrastruktur akan menyebabkan multiplier effect, investor akan melihat peluang investasi di daerah jika infrastruktur tersedia secara memadai. Ifrastruktur yang memadai jelas akan berdampak pada menggeliatnya perekonomian masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah seringkali dilihat dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. PDRB dari sisi sektoral merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

113

Page 122: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Tabel 4.9.PDRB Berdasarkan Harga Berlaku Kabupaten Pasir

Tahun 2003-2006

SEKTORTAHUN (dalam Juta Rp.)

2003 2004 2005 2006Pertanian 686.553 795.715 842.535 992.918Pertambangan dan Penggalian 1.673.453 1.818.389 2.026.163 2.618.133Industri Pengolahan 61.449 65.479 69.378 79.554Listrik dan Air Minum 5.401 6.456 7.542 9.716Bangunan 76.103 87.603 122.641 167.593Perdagangan, Restoran dan Hotel 124.102 151.143 164.226 227.680

Sumber : Kabupaten PasirDalam Angka 2007

Pengangkutan dan Komunikasi 37.123 40.834 44.643 49.224Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

45.01052.238

57.612 61.751

Jasa-Jasa 87.932 100.670 115.185 140.467TOTAL 2.797.125 3.118.528 3.449.925 4.347.036Pertumbuhan (%) 3,32 4,40 5,52 10,99

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pasir selama empat tahun (2003-2006) dilihat dari PDRB berdasarkan lapangan usaha rata-rata mengalami pertumbuhan yang positif. Rata-rata pertumbuhan PDRB jangka waktu 2003-2005 sebesar 6.06 %. Pertumbuhan PDRB tertinggi terjadi pada sektor bangunan dan perdagangan, restoran dan hotel dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 30.59 % dan 23.03%.

Perluasan lapangan kerja berkorelasi positif dengan penurunan angka pengangguran, semakin sedikit lapangan pekerjaan yang mampu diciptakan maka angka penganguran akan semakin besar. Upaya penciptaan lapangan kerja merupakan suatu keharusan untuk dilakukan oleh pemerintah, sektor swasta dan masyarakat, selain sebagai upaya penekanan angka pengangguran serta kemiskinan juga merupakan indikator petumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah. Pemerintah berkewajiban memacu perluasan lapangan pekerjaan pada usaha mikro dengan memberikan berbagai fasilitas, seperti kemudahan peminjaman modal usaha maupun berbagai kebijakan yang berpihak pada usaha mikro (UKM).

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

114

Page 123: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Berbagai peristiwa dan kebijakan menyebabkan terjadinya peningkatan angka kemiskinan. Inflasi yang cukup parah pada awal era reformasi, kenaikan beberapa kali harga BBM sebagai akibat pengurangan subsidi BBM menyebabkan kenaikan angka kemiskinan kondisi ini juga terjadi di provinsi Kalimantan Timur sebesar 83,37% pada tahun 2005 dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi peningkatan angka kemiskinan juga dialami oleh Kabupaten Pasir.

11. Kebijakan pengembangan dan pemanfaatan E-GovermentSaat ini berbagai pemerintah daerah telah berupaya

mewujudkan E-government yang merupakan salah satu tuntutan penyelenggaraan pemerintah daerah yang bersih dan berwibawa (good local governance). Sebagai tindak lanjut dari Inpres Nomor 3 Tahun 2003, diharapkan setiap daerah memiliki payung hukum tersendiri dalam pengimplementasian e-government di daerah dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik.

P e m e r i n t a h K a b u p a t e n P a s i r t e l a h m e m i l i k i homepage/situs dengan alamat www.pasir.go.id yang merupakan situs resmi pemerintah Kabupaten, instansi-instansi di lingkungan pemerintah Kabupaten Pasir juga bisa langsung diakses melalui situs ini. Kabupaten Pasir belum memiliki Payung hukum mengenai pengimplementasian e-government dalam semua SKPD.

Belum adanya implementasi e-government dalam unit pelayanan publik, seharusnya bukan merupakan suatu kendala bagi unit pelayanan untuk menciptakan transparansi dalam penyelenggarakan pelayanan. berbagai prosedur, standar pelayanan dan informasi lain terkait dengan penyelenggaran pelayanan dapat diupload langsung dalam situs/website kabupaten. demikian juga yang terjadi di Kabupaten Pasir, namun tidak semua jenis pelayanan dan perizinan dapat dilihat dalam situs/website daerah.

12. Penerapan Standar ISO 9001: 2000 dalam pelayanan publik

Pengembangan sistem manajemen kualitas dapat dilakukan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

115

Page 124: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

melalui berbagai model manajemen pengelolaan organisasi seperti New Total Quality Management (TQM), ISO, Malcom Baldridge, Six Sigma, Kaizen, Satandar Pelayanan, Service charter dll. ISO merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam kaitannya dengan manajemen kualitas. ISO 9000 merupakan standar yang menetapkan dan menguraikan unsur-unsur penting yang harus ada dalam sebuah organisasi agar kualitas pelayanan yang diberika n dapat memenuhi harapan pelanggan. ISO 9000 merupakan standar proses, bukan standar produk atau jasa (pelayanan) yang bertujuan untuk mendorong organisasi agar bisa mengetahui apa yang diinginkan pelanggan, merancang dan mendesain proses yang perlu dilaksanakan untuk memenuhi harapan pelanggan, menyediakan latihan yang sesuai dengan kebutuhan dan dilakukan seperlunyacukup bagi personel yang yang terlibat dalam sistem kualitas tersebut dan menjalankan pengauditan untuk memastikan proses yang dilakukan sesuai dengan tujuannya untuk memenuhi harapan pelanggan.

Penerapan sertifikasi ISO pada organisasi pelayanan sebagai alat kontrol untuk menjaga standar mutu pelayanannya dikarenakan ISO mensyaratkan adanya standar-standar mutu yang jelas, transparan, terukur, dan adanya evaluasi yang dilakukan secara periodik (setiap tiga tahun). Evaluasi kinerja dilakukan, baik secara internal maupun melakukan survei langsung kepada pengguna layanan. Jika suatu unit pelayanan tidak mampu menunjukkan kinerja sesuai standar mutu yang disepakati, sertifikat ISO bisa dicabut.

Bagaimana kondisi di Kabupaten Pasir, sampai saat ini Kabupaten Pasir belum menerapkan manajemen kaulitas pelayanan lain selain hanya menggunakan standar pelayanan sebagaimana yang telah diatur oleh Kementrian PAN. Unit pelayanan pada umumnya hanya menerapkan standar playanan dan prosedur pelayanan yang benar-benar standar dan belum melakukan inovasi, terobosan dan adaptasi terhadap penerapan manajemen kualitas yang sudah banyak diterapkan pada beberapa daerah.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

116

Page 125: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

D. Kesiapan Kabupaten Pulang Pisau dalam Kompetisi Antar Daerah di Bidang Pelayanan Publik1. Gambaran Umum Daerah

Kabupaten Pulang Pisau sebelum berubah status menjadi kabupaten otonom, sebelumnya adalah daerah perbantuan kabupaten Kapuas. Diawali oleh Keputusan DPRD Kabupaten Kapuas No. 33/SK/DPRD/KPS/1999 tanggal 21 Desember 1999 disetujui Peningkatan Status dari Pembantu Bupati Kapuas Wilayah Pulang Pisau menjadi Kabupaten Pulang Pisau. Bupati Kapuas meneruskan usulan masyarakat dan persetujuan DPRD Kabupaten Kapuas melalui surat No. 135/3477/Tapem/1999 perihal usul peningkatan status Pembantu Bupati Kapuas Wilayah Pulang Pisau dan Gunung Mas menjadi Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Gunung Mas kepada Gubernur Kal-Teng, yang kemudian diteruskan kepada pemerintah pusat dan disahkan melalui Pada tanggal 10 April 2002 disahkannya UU No. 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan 8 Kabupaten Baru di Propinsi Kalimantan Tengah, termasuk Kabupaten Pulang Pisau.

Kabupaten Pulang Pisau mempunyai wilayah seluas 8.997 km2 atau 899.700 ha (5.85% dari luas Kalimantan Tengah sebesar 153.564

2km ), yang meliputi 8 Wilayah kecamatan, 83 desa definitif, dan 1 kelurahan. Wilayah Kabupaten Pulang Pisau terbagi dalam 2 (dua) kawasan yaitu kawasan pasang surut (dibagian selatan) yang merupakan potensi pertanian tanaman pangan dan kawasan non pasang surut (bagian utara) merupakan lahan yang potensial untuk daerah perkebunan. Dari luas wilayah tersebut di atas terdiri dari :

2Kawasan hutan lindung dengan luas 1.961 km , Kawasan hutan gambut 2dengan luas 2.789 km , Kawasan mangrove (bakau) dengan luas 280

2 2km , Kawasan air hitam dengan luas 65 km .

Kabupaten Pulang Pisau terletak di daerah khatulistiwa antara 10-0 0 lintang selatan dan 110-120 0 bujur timur. Adapun batas wilayah Kabupaten Pulang Pisau adalah : * Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas;* Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa;* Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kapuas;* Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Katingan dan Kota

Palangka Raya.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

117

Page 126: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Kabupaten Pulang Pisau pada umumnya termasuk daerah beriklim tropis dan lembab, dengan temperatur berkisar antara 21oC s/d 33oC dan maksimum mencapai 36oC, yang intensitasnya cukup banyak, sehingga menyebabkan tingginya penguapan yang menimbulkan awan aktif / total. Hujan terjadi hampir sepanjang tahun dan curah hujan terbanyak jatuh pada bulan Oktober - Desember serta Januari - Maret yang berkisar antara 2.000 s/d 3.500 mm setiap tahun, sedangkan bulan kering jatuh pada bulan Juni s/d September.

Wilayah Kabupaten Pulang Pisau terbagi 2 Kawasan yaitu; Kawasan Bagian Utara merupakan non pasang surut (lahan kering) dan perbukitan dengan ketinggian 50-100 M dpl dan tingkat kemiringan 8-15º yang sesuai untuk tanaman hortikultura, palawija, perkebunan/tanaman keras dan penyebaran ternak serta daerah ini banyak terdapat danau dan rawa yang sangat cocok untuk perikanan. Kawasan Bagian Selatan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0-50 M dpl yang dipengaruhi oleh pasang surut dan memiliki pantai sepanjang 153,4 Km serta cocok untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, pertambakan dan industri pengolahan hasil

Jumlah penduduk Kabupaten Pulang Pisau berdasarkan data statistik tahun 2005 sebesar 115.864 jiwa dengan kepadatan 12,88 orang per km2 . Dengan matapencaharian masyarakat sebagian besar bergerak dibidang pertanian dalam arti luas ( 75 % ), perdagangan ( 15% ) dan pegawai/pengusaha (10%).

Adapun perincian jumlah penduduk Kabupaten Pulang Pisau Sampai dengan Desember 2005 per Kecamatan sebagai berikut :

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

118

Page 127: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Tabel Jumlah Penduduk Kab. Pulang Pisau Tahun 2005

No KecamatanLaki-Laki

(Jiwa)Perempuan

(Jiwa)Jumlah(Jiwa)

1. Kahayan Kuala 9.256 9.625 18.881

2. Pandih Batu 10.381 10.802 21.183

3. Maliku 11.330 10.803 21.683

4. Kahayan Hilir 11.362 10.653 22.020

5. Kahayan Tengah 3.454 3.485 6.939

6. Banama Tingang 4.015 4.424 7.439

7. Jabiren Raya 4.183 3.825 8.012

8. Sebangau Kuala 4.873 4.824 9.697

J u m l a h 58.854 57.010 115.864

Sumber : Badan Pusat Statistik P. Pisau

Kabupaten Pulang Pisau dengan Visi "Terwujudnya kesejahteraan masyarapat yang bertumpu pada ekonomi kerakyatan dan berwawasan lingkungan" dalam upaya pencapain Visi tersebut, Kabupaten Pulang Pisau telah merumuskan Misi nya yaitu "Mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada agribisnis menuju agriindustri, Meningkatkan kualitas SDM, Membangun infrastruktur dasar dan pelabuhan laut, Mengelola SDA secara berkelanjutan, Mendorong perikehidupan yang tertib, demokratis dan sadar hokum, Mewujudkan keperintahan yang baik dan bersih dan Meningkatkan sumber-sumber penerimaan dan devisa daerah”

Untuk mengawal terwujudkan Visi dan Misi daerah yang telah dirumuskan tersebut, pemerintah daerah telah pula menetapkan saran pembangunan yang ingin dicapai yaitu: 1. Pengembangan ekonomi rakyat melalui percepatan perubahan

struktur ekonomi yang berorientasi pada agribisnis menuju terciptanya system agroindustri yang berdaya saing.

2. Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan, yang diprioritaskan untuk penanggulangan kemiskinan dan pengangguran,

3. Peningkatan infrastruktur dan prasarana umum untuk mendorong

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

119

Page 128: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

peluang investasi, pertumbuhan ekonomi, tersedianya lapangan kerja dan mengurangi kesenjangan antar wilayah,

4. Peningatan peran aparatur dalam rangka good and clean govermance dan pengembangan peran aktif masyarakat.

5. Peningkatan pendapatan daerah secara optimal guna memberikan layanan publik,

6. Pengendalian, pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam serta pengendalian pencemaran lingkungan untuk pembangunan yang berkelanjutan dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya daerah,

7. Peningkatan kerjasama dengan Kabupaten/Kota dan propinsi yang berbatasan untuk menanggulangi pencemaran lingkungan dan peningkatan ekonomi kerakyatan.

2. Kesiapan Kabupaten Pulang Pisau dalam Kompetisi Antar Daerah di Bidang Pelayanan Publik

Kesiapan Kabupaten Pulang Pisau dalam berkompetisi dengan Kabupaten/Kota di Bidang pelayanan publik dapat dijelaskan berdasarkan indikator-indikator dari dua belas komponen penilaian sebagai berikut:

Tabel. 4.11Hasil Assesment Tingkat Kesiapan Kabupaten Pulang Pisau

Dalam Pelaksanaan Kompetisi Bidang Pelayanan Publik Berdasarkan Kuesioner Penilaian Kinerja Pelayanan Publik

NOHASIL SURVEI BERDASARKAN

KOMPONENSKOR

1 Kebijakan Deregulasi dan Debirokratisasi Pelayanan Publik

31

2 Kebijakan Peningkatan Partisipasi Masyarakat20

3 Kebijakan Pemberian Penghargaan dan Penerapan Sanksi 10

4 Pembinaan Teknis Terhadap Unit P elayanan Publik

0

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

120

Page 129: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

5 15Kebijakan Korporatisasi Unit Pelayanan6 Pengembangan Manajemen Pelayanan 16

7 Kebijakan Peningkatan Profesionalisme Pejabat 20

/ Pegawai di Bidang Pelayanan Publik8 Penghargaan di Bidang Peningkatan Kualitas

0Pelayanan Publik

9 Kebijakan Pembangunan Kemasyarakatan dan Kesejahteraan

51

10 Kebijakan dalam mendorong pembangunan ekonomi daerah

0

11 Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan E-Government

0

12 Penerapan Standar ISO 9001-2000 dalam Pelayanan Publik

0

JUMLAH TOTAL 163

Tingkat Kesiapan Tidak Siap

Pemberian skor berdasarkan petunjuk Surat Keputusan Menteri PendayagunaanAparatur Negara Nomor 25 Tahun 2006

Dengan realitas keberadaan Kabupaten Pulang Pusau sebagai sebuah Kabupaten hasil pemekaran yang masih sangat muda usinya (disahkan sebagai Kabupaten otonom pada tanggal 10 April 2002) dimana tingkat kemandirian dan kemampuan daerah masih sangat rendah ditambah dengan berbagai keterbatasan menyebabkan penilain terhadap tingkat kesiapan Kabupaten Pulang Pisau dalam pelaksanaan kompetisi antar daerah di bidang pelayanan publik (SK Menpan. No. 25 Tahun 2006) masih termasuk dalam kategori Tidak Siap.. Hal ini terlihat dari hasil penilaian terhadap 12 indikator pelayanan publik berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 25 Tahun 2006 tersebut, dimana secara keseluruhan capaiannya masih sangat rendah. Dimana dari 12 indikator, tersebut masih ada beberapa indikator yang bahkan belum memperoleh skor penilaian, yaitu Pembinaan Teknis Terhadap Unit Pelayanan Publik, Kebijakan dalam mendorong pembangunan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

121

Page 130: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

ekonomi daerah, Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan E-Government dan Penerapan Standar ISO 9001-2000 dalam Pelayanan Publik, disamping itu juga terdapat beberapa aspek lain yang nilainya masih sangat rendah yaitu Kebijakan Pemberian Penghargaan dan Penerapan Sanksi, Kebijakan Korporatisasi Unit Pelayanan dan Pengembangan Manajemen Pelayanan.

Adapun kondisi terhadap 12 (dua belas) indikator tersebut masing-masing secara lebih komperehensi dapat dijabarkan sebagai berkiut:1. Kebijakan Deregulasi dan Debirokrasi Pelayanan Publik

Untuk menilai aspek kebijakan deregulasi dan debirokkrasi pelayanan publik dapat dilihat dari 7 indikator yang telah ditetapkan, dimana indikator-indikator tersebut terdiri dari jenis pelayanan yang mekanismenya disederhanakan, dinas yang ditetapkan, penetapan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) satu atap/satu pintu, jenis pelayanan yang ada pada semua Unit Pelayanan Terpadu (UPT) satu atap/satu pintu, unit pelayanan publik yang yang ditetapkan untuk mengelola keuangan sendiri, penetapan maklumat/janji pelayanan oleh unit pelayanan/satuan kerja dan penetapan standar pelayanan publik/SOP (Standard Operating Procedure).

¢Jenis pelayanan yang mekanismenya disederhanakanUpaya deregulasi pelayanan pada UPP di Kabupaten

Pulang Pisau sejauh ini belum ada yang berarti yang dilakukan oleh pemerintah setempat, kalau tidak mau dikatakan belum ada sama sekali. Hal ini, mungkin dilatarbelakangi oleh berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh pemerintah hasil pemekaran ini. Hal ini terlihat dari belum adanya kebijakan khusus yang dilakukan untuk menyederhanakan proses terhadap jenis pelayanan tertentu. Sejauh ini hanya ada satu jenis pelayanan yaitu pelauanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dulunya ditangani oleh dinas teknis selanjutnya dilimpahkan kepada kecamatan, dimana kebijakan tersebut ditempuh melalui Keputusan Bupati No. 247 Tahun 2005 tentang pelimpahan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

122

Page 131: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

wewenang kepada camat untuk menandatangani Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada daerah kecamatan diluar ibu kota Pulang Pisau.

Kebijakan ini, dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk penyederhanaan proses pengurusan izin oleh masyarakat, terutama bagi masyarakat yang berada di kecamatan diluar ibukota kabupaten. Dimana dengan kebijakan ini, akan berimplikasi kepada efisiensi waktu dan biaya oleh masyarakat dikarenakan jarak tempuh untuk pengurusan izin jadi lebih dekat.

Selain IMB, semua jenis izin dan pelayanan umum lainnya masih sepenuhnya ditangani oleh dinas teknis yang bersangkutan.

¢Sejauh ini, pemerintah Kabupaten Pulang belum

menetapkan dinas yang diberikan kewenangan khusus untuk melaksanakan fungsi pelayanan publik terhadap jenis-jenis pelayanan yang tidak melekat pada tugas pokok dan fungsi dinas tersebut. Jadi, semua jenis pelayanan (perizinan) sepenuhnya masih ditangani oleh dinas-dinas teknis terkait.

Te r h a d a p p e r l u a d a nya p e n a t a a n te r h a d a p penyelenggaraan perizinan yang lebih efisien dan efektif, pemerintah Kabupaten Pulau Pisau pada tahun ini (2007) merencanakan untuk menetapkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebagai salah satu unit kerja yang ditunjuk untuk melaksanakan fungsi pelayanan terpadu (pemusatan pengurusan perizinan).

¢Penetapan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) satu atap/satu pintu

Unit pelayanan terpadu, yaitu satu unit pelayanan yang dibentuk oleh pemerintah (daerah) untuk melaksanakan fungsi pelayanan secara terpusat (satu tempat). Namun sejauh ini, pemerintah Kabupaten Pulang Pisau belum membentuk unit

Dinas yang ditetapkan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

123

Page 132: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

kerja khusus yang difungsikan untuk melaksakan pelayanan terpadu tersebut.

¢keuangan sendiri

Keberadaan unit pelayanan publik di Kabupaten Pulang Pisau belum diberikan kewenangan untuk mengelola keuangan sendiri. Unit pelayanan publik selama ini hanya berfungsi sebagai tempat penerimaan (loket pemungutan) retribusi sebagai kompensasi pemberian pelayanan dan perizinan, selanjutnya retribusi tersebut langsung disetorkan ke kas daerah. Penetapan unit pelayanan publik untuk mengelola keuangan sendiri merupakan upaya untuk menciptakan kemandirian unit terkait. Belum adanya satu pun unit yang ditetapkan untuk mengelola keuangan sendiri tentunya berdasarkan banyak pertimbangan, dilihat dari kemampuan Sumber Daya maupun efek yang ditimbulkan terhadap unit pelayanan tersebut.

Adapun kebijakan yang terkait dengan pengelolaan keuangan oleh unit pelayanan publik adalah hanya sebatas pemberian kompensasi (biaya pemungutan) sebesar 5 % (lima persen) dari seluruh realisasi penerimaan sektor pajak daerah kepada instansi/unit pelayanan yang melakukan pemungutan (retribusi).

¢Penetapan janji/maklumat pelayanan oleh unit pelayanan/satuan kerja

Janji atau maklumat Pelayanan pada dasarnya adalah sebuah dokumen publik yang menjelaskan tentang standar pelayanan yang dapat diharapkan oleh masyarakat/pelangggan dari sebuah instansi publik/pemerintah. Di samping itu juga, maklumat pelayanan juga memuat prosedur penanganan pengaduan masyarakat dan berbagai hal penting lainnya yang disusun dengan tujuan memenuhi kebutuhan masyarakat (customer focused) melalui proses konsultasi dengan masyarakat.

Unit pelayanan publik yang ditetapkan untuk mengelola

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

124

Page 133: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Sejauh ini, unit kerja dilingkungan pemerintah Kabupaten Pulang Pisau belum ada yang menyusun janji/maklumat pelayanan. Beberapa unit pelayanan sejauh ini baru sebatas membuat Motto pelayanan. Salah satunya adalah RSUD Pulang Pisau yang memiliki motto "Capat Nampayah, Menyeneh, Jeleng Harikas (Cepat Melihat, Mendengar, Langsung Bertindak)”

¢Operating Procedure)

Sebagaimana diketahui SOP dikenal sebagai prosedur tetap yang merupakan langkah awal bagi perbaikan kinerja organisasi. SOP merupakan instruksi sederhana, untuk menyelesaikan tugas rutin dengan cara yang paling efektif dalam ra n gka m e m e n u h i p e r sya ra t a n o p e ra s i o n a l ( E M S Departemen:1998 dalam LAN (2005)).

Dengan tidak adanya SOP, keluhan masyarakat tidak bisa disampaikan karena dasarnya gak ada sehinga sesuka hati pemberi layanan saja mengenai berbagai persayaratan, biaya dan lama pelayanan.

Sejauh ini, ketentuan-ketentuan yang terkait dengan besaran biaya dan syarat-syarat untuk pengurusanan izin atau terhadap jenis-jenis pungutan (retribusi) tertentu di lingkungan pemerintah Kabupaten Pulang Pisau hanya sebatas diatur didalam Peraturan Daerah (Perda). Oleh unit pelaksana kegiatan belum dituangkan didalam SOP yang lebih operasional dan menjadi acuan dalam proses pemberian pelayanan kepada masyarakat.

2. Kebijakan Peningkatan Partisipasi Masyarakat

¢Pengaturan mengenai partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik

Pada era otonomi daerah saat ini, menuntut suatu proses pelayanan publik yang paritisipatif yaitu pelayanan publik yang

Penetapan standar pelayanan publik/SOP (Standard

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

125

Page 134: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

melibatkan masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan/kebijakan publik. Hal tersebut, merupakan pengejawntahan terhadap tujuan utama dari penyelenggaraan pelayanan publik itu sendiri yaitu untuk tercapainya kepuasan masyarakat dalam menerima layanan. Pelibatan masyarakat dalam proses kebijakan publik merupakan upaya menggali apa saja yang diinginkan ataupun harapan oleh masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan. Begitu juga sebaliknya, partisipasi publik juga diharapkan dapat mengakomodir apa saja hal-hal yang tidak diinginkan oleh masyarakat didalam menerima sebuah layanan. Disamping itu pelibatan ini juga secara tidak langsung akan mengikat dua pihak, yaitu unit pemberi layanan dan pengguna layanan (masyarakat) dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Lahirnya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses kebijakan publik bukanlah akhir dari perjuangan menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Meskipun demikian, lahirnya kesadaran ini bisa menjadi pintu pembuka bagi terjadinya perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Kondisi pelibatan masyarakat dalam proses kebijakan publik di Kabupaten Pulang Pisau masih sangat minim. Hal ini terlihat tidak adanya kebijakan daerah yang mengatur mengenai mekanisme pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan publik.

Padahal mekanisme pelibatan masyarakat didalam proses penyelenggaraan pelayanan publik sangat terbuka untuk dilaksanakan, baik di dalam proses merumuskan formulasi kebijakan terhadap sebuah jenis layanan maupun didalam proses penyelenggaraan layanan. Terhadap proses formulasi kebijakan, tentunya pendapat dan harapan masyarakat terhadap persyaratan, besaran biaya dan mekanisme-mekanisme lain yang terjadi dalam proses masyarakat mendapatkan pelayanan tersebut sangat penting untuk didengarkan.

Begitu juga, terhadap proses penyelenggaraan sebuah jenis pelayanan tertentu, bagaimana tingkat kepuasan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

126

Page 135: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

masyarakat yang dikukur melalui Indek Keuasan Masyarakat (IKM) misalnya, apa saja yang dikeluhkan yang bisa di ukur melalui Suervey Pengaduan Masyarakat dan bagaimana tingkat persepsi masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan oleh unit-unit penyelenggara maupun aparatur penyelenggaraan pelayanan, semua hasil dari penjaringan aspirasi masyarakat tersebut akan sangat berpengaruh kepada peningkatkan kinerja dan akuntabilitas penyelenggaraan sebuah layanan oleh pemerintah daerah.

¢Berdasarakan Keppres Nomor 44 Tahun 2000, tujuan

pembentukan ombudsman nasional adalah melalui peran serta masyarakat membantu menciptakan dan atau mengembangkan kondisi yang kondusif dalam melaksanakan pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme serta meningkatkan perlindungan hak-hak masyarakat agar memperoleh pelayanan umum, keadilan, dan kesejahteraan secara lebih baik.

Keberadaan Komisi Ombudsman di Kabupaten Pulang Pisau sampai saat ini belum ada, akan tetapi itikat baik pemerintah daerah Pulang Pisau dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik dan bebas dari KKN ditunjukkan dengan dibentukkan Tim Pelaksana Program Kerja (Pokja) Dalam Rangka Mewujudkan Tata Pemerintahan Yang Baik Sebagai Upaya Pencegahan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di Jajaran Pemerintahan Kabupaten Pulang Pisau (SK Bupati No 291 Tahun 2006).

Keberadaan Pokja ini tentunya berbeda fungsi dan kedudukannya dengan lembaga Ombudsman, dimana kelompok kerja ini dibentuk dengan latar belakang sebagai wujud komitmen aparatur pemerintahan untuk melakukan upaya pencehagan terhadap terjadinya praktek KKN dilingkungan pemerintahan. Sedangkan lembaga Ombudsman melaksanakan fungsi pengawasan dan penjaringan informasi dari masyarakat terhadap sebuah praktek KKN yang dilakukan oleh aparatur pemerintah di dalam menjalankan tugasnya.

Pembentukan Ombudsman

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

127

Page 136: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

¢dalam proses pengambilan keputusan

Partisipasi dalam semangat demokrasi bukan lagi semata-mata pengorbanan, tetapi harus dilihat dari sudut pandang yang luas. Partisipasi seharusnya dipahami sebagai keikutsertaan masyarakat dalam proses manajemen publik yang mencakup : perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.

Praktik Good Governance mensyaratkan bahwa pengelolaan dan keputusan manajemen publik harus di lakukan secara transparan dengan ruang partisipasi sebesar-besarnya bagi masyarakat. Konsekuensi dari transparansi pemerintahan adalah terjaminnya akses masyarakat dalam berpartisipasi, utamanya dalam proses pengambilan keputusan.Sejauh ini, belum ada kebijakan maupun dalam bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh unit pelayanan publik di Kabupaten Pulang Pisau dalam proses penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat.

¢Kegiatan pertemuan dan forum komunikasi atau sejenisnya antara pemerintah kabupaten/kota dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Penyelenggaraan sebuah pelayanan publik, merupakan kewajiban dari sebuah pemerintahan, namun hal tersebut bukan berarti menggugurkan kewajiban pemerintah untuk tetap mendengar dan memperhatikan harapan serta keinginan dari masyarakat terhadap jenis dan bentuk penyelenggaraan pelayanan itu sendiri.

Dalam upaya menjaring harapan/keinginan serta keluhan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan publik tersebut, salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah melalui pertemuan dan forum komunikasi antara pemerintah daerah dengan masyarakat yang dalam hal ini dapat direpresentrasikan oleh organisasi-organisasi kemasyarakat seperti LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

Unit pelayanan publik yang mengikutsertakan masyarakat

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

128

Page 137: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Terhadap kegiatan ini pemerintah Kabupaten Pulang Pisau sepertinya belum dimasukkan kedalam sebuah kegiatan yang rutin dan terstruktur. Walupun demikian, sebagai salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah Kabupaten Pulang Pisau telah membentuk Tom Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Inpres No, 4 Tahun 2004 tentang Pecepatan Pemberantasan Korupsi (SK Bupati No. 222 Tahun 2006), dimana komposisi kenggotaan Tim tersebut terdiri dari perwakilan pemerintah, LSM, perguruan tinggi dan dunia usaha. Namun, memang tim ini hanya terfokus kepada melakukan pemantauan kepada upaya pencegahan tindakan korupsi.

Selain itu, bentuk-bentuk pelibatan masyarakat selama ini dilakukan secara informal, seperti mengundang tokoh-tokoh masyarakat didalam setiap pertemuan-pertemuan atau kegiatan seremonial yang tentunya bentuk pelibatan seperti ini tidak mempunyai implikasi yang kuat terhadap penjaringan aspirasi dan keinginan masyarakat yang lebih konkrit terhadap sebuah formulasi kebijakan.

Kondisi ini mengisyaratkan bahwa upaya pemerintah untuk melaksanakan transparansi proses kebijakan publik masih sangat rendah atau bisa dikatakan proses penyelenggaraan pelayanan publik masih berjalan satu arah yang hanya menjalankan kebijakan/keinginan pemerintah sebagai penyelengara pelayanan publik namun belum secara optimal melibatkan masyarakat dalam proses formulasi dan pelaksanaan kebijakan dibidang pelayanan publik itu sendiri.

Sehingga, kedepan memang dipandang perlu adanya forum-forum komunikasi atau bentuk-bentuk pelibatan masyarakat lainnya yang lebih permanen dan formal serta melibatkan representasi masyarakat yang lebih luas, sehingga apapun output yang dihasilkan dari proses komunikasi tersebut akan mempunyai implikasi dan pengaruh yang kuat terhadap formulasi sebuah kebijakan, berdasarkan partisipasi masyarakat.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

129

Page 138: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

3. Kebijakan pemberian penghargaan dan penerapan sanksi

¢Pengaturan pemberian penghargaan bagi petugas unit pelayanan publik

Penegakkan sistem ganjaran dan hukuman (reward and punishment system) berarti menyediakan reward terhadap pegawai yang berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh organisasi (desired behaviour), seperti prestasi kerja, patuh, disiplin, berpengalaman, bertanggung jawab, dan lain sebagainya. Dan begitu juga sebaliknya memberikan hukuman (punishment) kepada pegawai yang melanggar aturan dan nilai-nilai seperti disebutkan diatas.

Sistem reward and punishment sebagai motivasi pegawai dalam memacu kinerjanya merupakan hal yang positif. Dengan sistem ini setiap pegawai akan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan performa kinerja mereka serta akan selalu memegang disiplin kerja. Reward bagi pegawai merupakan prestise yang dapat mengangkat harga diri pegawai dimata teman kantor maupun unit kerja yang lainnya. Begitu juga sebaliknya, pemberian punishment secara tegas, akan berimplikasi baik secara hukum maupun secara psikoligis terhadap pegawai yang bersangkutan bahkan secara lebih luas juga akan memberikan efek jera kepada pegawai yang lain.

Sejauh ini, pemerintah Kabupaten Pulang Pisau belum menetapkan sebuah intrumen yang baku terhadap pemberian reward and Punishment ini. Dimana selama ini, penegakan disiplin dan aturan di lingkungan kepegawaian masih mengacu kepada instrumen aturan kepegawaian yang berlaku secara nasional. Jadi, secara khusus pemberian penghargaan maupun sanksi terhadap petugas di unit layanan belum ada instrumen yang ditetapkan.

Namun demikian, untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai secara umum dilingkungan pemerintan Kabupaten Pulang Pisau, pemerintah setempat secara berkala memberikan penghargaan bagi pegawai yang tingkat disiplin (kehadiran) dan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

130

Page 139: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

dinilai berkinerja baik (tidak ada instrumen yang baku) diberikan kompensasi berupa paket perjalanan ibadah umroh (dalam beberapa tahun terakhir sudah 5 pegawai yang mendapat paket umroh).

Sedangkan, dari sisi penegakan sanksi sejauh ini pemerintah daerah setempat hanya memberikan predikat unit kerja yang berkinerja buruk dalam kesempatan apel pagi setiap hari senin. Namun, sama halnya dengan pemberian reward sejauh ini belum ada instrumen yang baku yang digunakan untuk pemberian predikat unit kerja dengan predikat berkinerja buruk.

¢Pemberian reward/ penghargaan tidak khusus diberikan

kepada pegawai di lingkungan unit pelayanan akan tetapi kepada seluruh pegawai di lingkungan pemerintah Kabupaten Pulang Pisau yang kemudian dipilih untuk kemudian diberi predikat pegawia teladan, yang dilihat dari tingkat kedisiplinan dan prestasi kerja. Namun kedua kriteria tersebut belum dibuatkan intrumen dan indikator-indikator yang lebih jelas dan permanen berlaku.

¢Penerapan sanksi/hukuman administratif kepada para pegawai penyelenggara pelayanan publik yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan

Sama halnya dengan pemberian penghargaan (reward) terhadap pegawai, penerapan sanksi/hukuman terhadap pegawai pun tidak secara khusus dibuatkan peraturan atau instrumennya. Kalaupun ada sanksi yang diberikan, hanya mengacu kepada aturan kepegawaian secara umum. Seperti halnya sanksi yang pernah diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau kepada pegawai yang terbukti melakukan praktek percaloaan dalam proses penerimaan pegawai negeri sipil dilingkungan pemerintah daerah Kabupaten Pulang Pisau, dimana yang bersangkutan diberhentikan dengan mengacu kepada aturan kegewaian yang berlaku secara umum.

Penghargaan bagi petugas unit pelayanan publik

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

131

Page 140: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Salah satu faktor yang menyebabkan kebijakan pemberikan sanksi terhadap pegawai dilingkungan unit pelayanan publik belum dibentuk, salah satunya adalah belum adanya Standar Operating Procedures (SOP) dan Standar Pelayanan (SP) yang bisa dijadikan sebagai acuan awal bagi pegawai dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat.

4. Pembinaan teknis terhadap unit pelayanan publik

¢Pelaksanaan sosialisasi kebijakan pelayanan publik kepada unit pelayanan publik

Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan yang lebih transparan dan akuntabel yang berorientasi kepada peningkatan kualitas pelayanan publik yang lebih optimal sudah dicanangkan oleh pemerintah ditingkat pusat. Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan tersebut diikuti dengan dikeluarkannya beberapa kebijakan pemerintah dibidang pelayanan publik.

Berbagai penetapan kebijakan baru bidang pelayanan publik, baik pada level nasional membawa konsekuensi perlu adanya sosialisasi agar dapat dimengerti, dipahami dan diterapkan oleh unit pelayanan di seluruh wilayah, begitu juga dilingkungan pemerintah daerah kabupaten Pulang Pisau. Sejauh ini, berbagai kebijakan pemerintah ditingkat pusat yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik belum diselenggarakan kegiatan sosialisasinya dilingkungan pemerintah Kabupaten Pulang Pisau. Hal ini sangat berpengaruh pada upaya membangun persepsi dan paradigma penyelenggaraan pemerintahan yang sudah berubah dibandingkan dengan penyelenggaraan pemerintahan pada masa-masa sebelumnya.

Selain itu, sosialisasi yang juga perlu dilakukan adalah terhadap berbagai kebijakan pemerintah ditingkat daerah yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik, seperti Perda, Keputusan Bupati, Pedoman Teknis dan lain sebagainya.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

132

Page 141: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Sehingga, akan terbangun persepsi dan pemahaman yang sama bagi aparat penyelenggara pelayanan sendiri, sehingga tidak terjadi perbedaan persepsi dan standar pelayanan terhadap pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Perbedaan prosedur dalam pelayanan publik yang diselenggarakan oleh beberapa unit pelayanan publik pada umumnya disebabkan perbedaan persepsi dari unit pelayanan publik dalam mengimplementasikan suatu kebijakan pelayanan publik dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Disamping itu, sosialisasi bisa juga digunakan sebagai wahana untuk bertukar pikiran antar unit pelayanan publik dalam penyelenggaraan pelayanan publik pada instansi masing-masing.

Pentingnya sosialisasi kebijakan pelayanan publik kepada unit pelayanan publik belum mendapatkan respon yang positif oleh Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan sosialisasi yang sama sekali belum pernah dilakukan di Kabupaten Pulang Pisau.

¢pembina pelayanan publik terhadap unit pelayanan

Pengimplementasian sebuah kebijakan, tidak semata-mata ditentukan oleh bagaimana kebijakan tersebut diformulasikan, akan tetapi lebih jauh dari itu, bagaimana proses tersebut di implementasikan. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kinerja dan kualitas pengimplementasian dari sebuah kebijakan langkah yang harus ditempuh adalah perlu adanya kegiatan monitiring dan evaluasi yang dilakukan secara berkala.

Monitoring dan evaluasi pelaksanakan kebijakan oleh pembina pelayanan publik bertujuan untuk mengatahui sejauh mana kinerja dan tingkat ketaatan unit pelayanan publik termasuk sumber daya aparaturnya dalam mengim-plementasikan kebijakan yang telah ditetapkan. Masih b a nya k nya u n i t p e l aya n a n ya n g m e l a n g ga r / t i d a k mengimplementasikan kebijakan pelayanan publik dengan benar menunjukkan masih lemahnya monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan oleh

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

133

Page 142: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

oleh unit pembina. Monitoring dan evaluasi sendiri bisa dijadikan sarana dari pemerintah dalam menilai kesiapan dari unit pelayanan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pencapaian target-target yang telah ditetapkan pada awal tahun serta menggali berbagai permasalahan yang menyebabkan terkendalanya/kuarng optimalnya penyelenggaraan pelayanan publik.

Sampai sejauh ini, dilingkungan pemerintah Kabupaten Pulang Pisau belum memiliki instrumen monitoring dan evaluasi yang secara baku dan berkala diberlakukan khususnya pada unit pelayanan.

¢evaluasi pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh pembina pelayanan publik berupa penyempurnaan mekanisme penyelenggaraan pelayanan

Belum adanya instrumen dan periode evaluasi dan monitoring yang ditetapkan oleh pemerintah daerah khususnya pada unit penyelenggara pelayanan, sehingga sulit untuk mengukur tingkat respon atau tindak lanjut yang dilakukan oleh unit pelayanan terhadap hasil evaluasi dan monitoring tersebut.

Sehingga, kedepan pemerintah Kabupaten Pulang Pisau harus segara membuat instrumen-instrumen yang diperluakan dalam rangka meningkatkan kinerj unit pelayana, termasuk instrumen evaluasi dan monitoring. Yang harus diperhatikan bahwa, semua instrumen tersebut harus kuat dasar/kebijakan penyelenggaraan kegiatannya. Khususnya bagi instrumen untuk kegiatan monitoring dan evaluasi harus dibuatkan indikator capaian kinerja output serta outcome oleh penyelenggara pelayanan.

5. Kebijakan Korporatisasi Unit Pelayanan

¢Jenis pelayanan yang melaksanakan pola pengelolaan pelayanan publik dengan pihak ke-3

Unit pelayanan yang menindaklanjuti hasil monitoring dan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

134

Page 143: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Penyelenggaran pemerintahan tidak selamanya bisa dilaksnakan sendiri oleh aparat pemerintah. Keterbatasan sumber daya telah memaksa pemerintah untuk melibatkan pihak ketiga (swasta) dalam penyelenggaraan pembangunan daerah yang antara lain dilakukan dengan pola kemitraan. Pada penyelenggaraan sektor pelayanan publik, pemerintah Kabupaten Pulang Pisau telah berusaha melibatkan pihak swasta, meskipun masih terbatas pada 1 jenis layanan dan baru bisa melibatkan 2 lembaga swasta dan masyakarat. Meskipun jumlah jenis layanan dan pihak ketiga yang dilibatkan sangat sedikit, akan tetapi jumlah yang sedikit ini bisa dijadikan sebagai pioner dalam menjalin kemitraan dengan pihak swasta berikutnya. Pola kemitraan menghasilkan multiplier effect, disamping pemerintah kota tidak perlu melakukan penambahan aparatur dalam menjalankan pelayanan terkait, pola ini juga menumbuhkan perekonomian daerah serta pengurangan angka pengangguran. Sehingga pemerintah daerah sudah seharusnya mengembangkan pola-pola kemitraan dengan pihak ketiga, tidak hanya pada penyelenggaraan pelayanan publik, akan tetapi juga dalam seluruh sektor pembangunan daerah.

¢peningkatan pelayanan publik

Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam upaya penyediaan air bersih, pemerintah Kabupaten Pulang Pisau telah membentuk 1 BUMD yang bergerak di bidang pengelolaan dan penyediaan air bersih yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Sebagai perusahaan yang baru dibentuk yaitu melalui Perda No 6 Tahun 2006 Tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) luas jangkauan dan layanannya masih sangat terbatas, belum menjangkau daerah-daerah pinggiran dan jauh jangakauan dari ibu kota kabupaten.

Penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kabupaten Pulang Pisau yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum

Badan Usaha Milik Daerah (yang dibentuk dalam upaya

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

135

Page 144: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

(PDAM) Kabupaten Pulang Pisau, pada tahun 2006 kapasitas terpasang sebesar 322.273 M3 dan banyaknya pelanggan PDAM sebanyak 1.191 pelanggan.

Dilihat dari jumlah pelanggan dan kapasitas produksi dari PDAM Pulang Pisau memang masih sangat terbatas, namun paling tidak ini adalah langkah awal yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap air bersih, dengan harapan kinerja dan kapasitas layanan terus dapat ditingkatkan.

6. Pengembangan Manajemen Pelayanan¢Unit pelayanan yang telah melaksanakan survey kepuasan

masyarakatSurvei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik

yang lebih dikenal dengan sbutan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebagaimana diatur dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 Tahun 2004 dimaksudkan sebagai acuan bagi Unit Pelayanan instansi pemerintah dalam menyusun indeks kepuasan masyarakat, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kineqa unit pelayanan secara berkala sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik selanjutnya. Bagi masyarakat, Indeks Kepuasan Masyarakat dapat digunakan sebagai gambaran tentang kinerja pelayanan unit yang bersangkutan.

Sejauh ini, unit pelayanan di lingkungan pemerintah daerah Kabupaten Pulang Pisau belum ada yang melaksanakan Survey pengukuran IKM. Namun pemerintah Kabupaten Pulang Pisau pernah membentuk tim untuk melakukan penilaian terhadap unit pelayan dilingkungan pemerintah daerah setempat untuk dijadikan sebagai unit pelayanan percontohan.

¢Unit pelayanan yang menerapkan standar pelayanan publikPenerapan standar pelayanan publik di lingkungan

Kabupaten Pulang Pisau masih belum terealisasi. Untuk

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

136

Page 145: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSUD Pulang Pisau dan Dinas Pendapatan Daerah baru sebatas menyusun prosedur tetap/skema pelayanan. Dimana RSUD Pulang Pisau baru sebatas menyusun prosedur tetap penanganan pasien pada instalasi gawat darurat, rawat inap dan penggunaan alat medis. Sedangkan Dispenda juga baru sebatas membuat Alur/Skema pelayanan pembayaran pajak/retribusi daerah. Dimana prosedur tetap dan skema tersebut belum sepenuhnya memenuhi syarat-syarat dan kriteria sebuah standar pelayanan pada sebuah unit pelayanan publik.

Kelemahan prosedur dan standar pelayanan publik yang dietapkan akan banyak merugikan pengguna layanan, kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat termarginalkan dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Masyarakat tidak diberi hak untuk ikut serta memonitor penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan dikarenakan masih banyak celah yang tidak memungkinkan bagi masyarakat dalam menuntut peneyelenggaraan pelayanan publik yang baik.

¢sesuai prosedur tetap yang telah ditetapkan

SOP atau prosedur tetap yang telah ditetapkan oleh unit pelayanan bukan sekedar dokumen saja, unit pelayanan yang telah mampu menyusun dan menetapkan SOP sebagai instruksi sederhana untuk menyelesaikan tugas rutin sudah seharusnya menjalankan tugas sehari-harinya sesuai dengan yang disebutkan dalam SOP tersebut.

Unit pelayanan di Kabupaten Pulang Pisau yang telah melaksanakan prosedur tetap/SOP yang telah ditetapkan hanya 1 (satu) unit pelayanan. Kondisi ini tentunya sangat memprihatinkan, dimana masih sangat banyak unit pelayanan yang belum memiliki SOP.

SOP dibuat oleh sebuah organisasi bertujuan untuk memfasilitasi pendeskripsian pekerjaan tertentu serta membantu organisasi untuk menjaga pengawasan kualitas dan

Unit pelayanan yang telah melaksanakan proses layanan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

137

Page 146: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

proses penjaminan kualitas serta memastikan penerapan berbagai peraturan yang berlaku. Tidak diterapkannya SOP yang telah ditetapkan dalam penyelenggaraan pelayanan akan menyulitkan organisasi dalam evaluasi, dan monitoring penyelenggaraan pelayanan. SOP sendiri bisa dijadikan alat kontrol bagi pengguna layanan, jika pemberi layanan tidak menerapkan SOP yang telah ditetapkan apalagi sampai memperpanjang birokrasi maka akan sangat merugikan pengguna layanan.

¢bola

Prinsip pelayanan tidak cukup hanya dengan better, faster, cheaper akan tetapi prinsip closer juga perlu diperhatikan. Prinsip closer seringkali bisa dijadikan andalan bagi pemberi layanan untuk menyadarkan masyarakat dalam pengurusan pelayanan perizinan. Jenis pelayanan jemput bola/ keliling/mobile merupakan salah satu jawaban yang cukup tepat untuk menciptakan prinsip better, faster, cheaper dan closer dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau belum mempunyai jenis pelayanan atau unit layanan yang menerapkan pola jemput bola dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kondisi ini disebabkan masih sangat terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh daerah ini dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

¢Unit pelayanan yang menerapkan pola pelayanan bagi masyarakat yang rentan

Sejauh ini, terdapat 2 (dua) unit pelayanan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat rentan, yaitu, pemberian beasiswa kepada siswa yang renatan secara ekonomi (termasuk dalam kategori miskin). Selain itu, juga terdapat subsidi khusus dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Dimana masyarakat (keluarga) pasien yang berasal dari daerah

Unit pelayanan yang menerapkan pola pelayanan jemput

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

138

Page 147: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

pedalam, akan mendapat subsidi berupa makanan dan tempat tidur selama mendampingi perawatan pasien di RSUD Pulang Pisau.

¢telepon (hot line service) dan atau pengelolaan sms

Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat saat ini, terutama teknologi komunikasi belum dimanfaatkan secara optimal, hal ini dapat dilihat dari sedikitnya unit pelayanan publik yang menerapkan sambungan langsung telepon (hotline service) dan atau pengelolaan sms dalam pelayanan maupun dalam penyampaian pengaduan dan keluhan terhadap pelayanan unit yang bersangkutan.

Unit pelayanan yang menerapkan sistem ini dalam memberikan layanan kepada masyarakat hanya RSUD Pulang Pisau. Jadi memang kebijakan ini harus segera dikembangkan oleh pemerintah daerah setempat terhadap unit-unit pelayanan yang lain. Bukan hanya hotline dalam rangka memberikan pelayanan, namun juga dalam rangka menerima pengaduan dan keluhan dari masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan oleh unit/aparatur pemberi layanan itu sendiri.

7. Kebijakan Peningkatan Profesionalisme Pejabat/Pegawai diBidang Pelayanan Publik

¢Penerapan Jabatan Fungsional untuk meningkatkan kualitas pelayanan

Penyelenggaraan sebuah pelayanan publik, tidak semata-mata ditentukan oleh sebuah kebijakan dan unit penyelenggara dari pelayanan tersebut, namun keberadaan aparatur penyelenggara dari pelayanan itu sendiri sangat besar pengaruhnya.

Dalam konteks manajemen sumber daya aparatur pemerintah, selain pendistribusian tanggung jawab berdasarkan kepada struktur organsiasi (Jabatan Struktural)

Unit pelayanan yang menerapkan sambungan langsung

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

139

Page 148: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan fungsional (jabatan fungsional). Dimana dalam rangka penyelenggaraan fungsi-fungsi tertentu, pemerintah mengangkat pegawai tertentu untuk menunjang penyelenggaraan fungsi tersebut.

Sejauh ini Pola Karir PNS di daerah terutama dalam penerapan jabatan fungsional belum begitu mendapat respon yang positif dari Pegawai Negeri Sipil Daerah) PNSD, terkecuali untuk jabatan fungsional tertentu seperti guru, dokter, perawat, bidan, apoteker karena jabatan tersebut langsung melekat pada saat diterima menjadi PNS/PNSD, bukanlah merupakan pilihan.

¢dengan pelayanan kepada masyarakat

Tak dapat dipungkiri, pendidikan dan pelatihan (diklat) m e r u p a k a n s a l a h s a t u p e n d e k a t a n u t a m a d a l a m mengembangkan Sumber Daya Manusia. Hal ini dilakukan sebagai pendekatan, karena pendidikan dan pelatihan mempunyai peran strategis terhadap keberhasilan mencapai tujuan organisasi, baik pemerintah maupun swasta. Di sisi lain juga sebagai keberhasilan individu bagi karier pegawai/ karyawan dan dapat meningkatkan kualitas profesionalnya.

Pentingnya diklat dalam rangka meningkatkan profesionalisme aparatur diakui oleh pemerintah Kabupaten Pulang Pisau, jenis pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah sampai saat ini sacara umum tergolong pada jenis diklat yang bersifat umum, seperti kehumasan, komputer, dll. jenis diklat yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat selama ini pada umumnya masih bersifat pengiriman kepada i n s t a n s i b a i k p e m e r i n t a h m a u p u n s w a s t a y a n g menyelenggarakan diklat terkait dengan pelayanan publik. Terhadap keikutsertaan diklat ini, pembiayaan tidak terpusat pada Badan Kepegawaian Daerah akan tetapi tersebar pada unit-unit yang menyelenggarakan pelayanan publik, sehingga kewenangan pengirimannya berada di tangan unit masing-masing.

Penyelenggaraan pelatihan yang langsung berhubungan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

140

Page 149: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Kecenderungan dari pemerintah daerah selama ini dalam pengiriman pegawai dalam mengikuti diklat berdasarkan tawaran dari lembaga penyelenggara diklat, sehingga seolah-olah keikutsertaannya bukan atas dasar kebutuhan yang sangat diperlukan oleh instansinya. Tuntutan yang kuat dari masyarakat terhadap profesionalisme aparatur dewasa ini hendaknya menjadi perhatian yang besar oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah melaui pengembangan pegawai yang berbasiskan kebutuhan yang berorientasi kepada pelayanan masyarakat.

¢pelatihan teknis/fungsional dari volume APBD

Penyelenggaraan diklat maupun pengiriman pegawai untuk mengikuti diklat tanpa berdasarkan kebutuhan seringkali mengabaikan tentang penganggarannya, dalam hal ini penganggaran tidak tertuang dalam MAK/rekening kegiatan Pendidikan dan Pelatihan sehingga tidak ada keleluasaan dalam penggunaannya, kecenderungannya menunggu penawaran.

Pada Tabel berikut dapat dilihat besaran anggaran yang dianggarkan oleh pemerintah Kabupaten Pulang Pisau untuk kegiatan diklat, yang melekat pada beberapa dinas yang ada dilingkungan pemerintah kabupaten Pulang Pisau. Karena belum terpusatnya kegiatan pelayanan publik pada beberapa dinas tertentu saja, maka sangat sulit untuk mengidentifikasi kegiatan diklat yang khusus diperuntukkan bagi aparatur penyelenggara pelayanan publik.

Prosentase rata-rata alokasi anggaran untuk pembiayaan

Tabel. 4.12Alokasi Anggaran Diklat Teknis dan Fungsional

TAHUNANGGARAN

DIKLATAPBD Prosentase

2004 Rp. 323.000.000 Rp. 147.605.000.000 0.222005 Rp. 697.500.000 Rp. 172.220.000.000 0.412006 Rp. 2.328.250.000 Rp. 305.906.922.000 0.76

Sumber : Bagian Keuangan Kab. Pulang Pisau

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

141

Page 150: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Perhitungan anggaran ada tabel di atas berdasarkan alokasi anggaran diklat aparatur yang tertuang dalam MAK/rekening DASK/RASK instansi pemerintah Kabupaten Pulang Pisau. Besarnya anggaran diklat di atas termasuk diklat Prajabatan bagi CPNS, sehingga jika dilihat dari besarnya anggaran diatas yang dia lokasikan dalam rangka mengembangkan profesionalisme aparatur masih sangat rendah.

¢kinerja pelayanan publik

Secara khusus jenis belanja yang peruntukannya untuk peningkatan pelayanan publik sulit untuk diidentifikasi, namun secara umum berdasarkan aloka belanja dalam struktur APBD Kabupaten Pulang Pisau dapat diidentifikasi bahwa besaran anggaran untuk belanja publik adalah sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini.

Prosentase rata-rata alokasi anggaran untuk peningkatan

Tabel. 4.13Alokasi Anggaran Untuk Belanja Publik Kabupaten Pulang Pisau

TAHUN ANGGARAN APBD Prosentase2004 Rp. 131.770.306.000 Rp. 172.220.000.000 76.512005 Rp. 186.638.553.777 Rp. 305.906.922.000 61.01

Sumber : Daerah Dalam Angka,Profile, dan APBDKab. Pulang Pisau

Besaran anggaran tersebut, memang tidak dapat digenerasilis sebagai alokasi anggaran yang khusus berorientasi kepada peningkatan pelayanan publik, karena didalamnya juga masih terdapat bebergai jenis belanja yang tidak berhubungan langsung dengan peningkatan pelayanan, seperti biaya adminsitrasi umum, biaya operasional dan belanja modal. Namun, paling tidak, semua kegiatan belanja tersebut pada dasarnya diarahkan kepada peningkatan pelayanan publik secara umum.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

142

Page 151: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

¢pendidikan tugas belajar program strata 2 atau strata 3

Karena, penyelenggaraan pelayanan publik masih tersebar pada hampir seluruh dinas di Kabupaten Pulang Pusau, tentunya akan sangat sulit untuk mengidentifikasi Sumber Daya Aparatur yang mengikuti program pendidikan tugas belajar program Strata 2 dan Strata 3 berdasarkan unit layanan atau tugas pokok dan fungsi aparatur yang bersangkutan apakah secara permanen sebagai petugas pemberi layanan atau hanya melakukan tugas-tugas lain yang tidak berhubungan langsung dengan pemberian pelayanan kepada masyarkat.

8. Penghargaan di bidang peningkatan kualitas pelayanan publikPemberian peghargaan merupakan salah satu motivator

bagi unit pelayanan publik untuk meningkatkan kinerjanya. Disamping itu, penghargaan juga merupakan salah satu prestise bagi unit pelayanan publik yang menerimanya. Penghargaan yang diterima oleh unit pelayanan publik di Kabupaten Pulang Pisau sangat sedikit sekali, semua unit pelayanan publik di Kabupaten Pulang Pisau belum pernah menerima penghargaan dari lembaga resmi internasional.

Sebagai sebuah daerah yang masih relatif baru, tentu prioritas pemerintah setempat baru sebatas memikirkan bagaimana menyelenggarakan pelayanan publik secara umum dapat berlangsung. Sehingga penyelenggaraan pelayanan publik sendiri belum memenuhi berbagai kriteri yang dapat dikategorikan dalam bentuk penyelenggaraan pelayanan terbaik, atau termasuk dalam ketegori penilaian yang diberikan predikat tertentu. Sejuah ini, unit pelayanan publik di Pulang Pisau belum ada yang memperoleh penghargaan di tingkat nasional.

9. Kebijakan pembangunan kemasyarakatan dan kesejahteraan

¢Pembebasan Biaya SPP bagi pelajarWajib belajar adalah program pendidikan minimal yang

Pegawai pemda pada unit pelayana publik yang mengikuti

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

143

Page 152: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Program wajib belajar 9 tahun yang telah dicanangkan oleh pemerintah sudah seharusnya diimbangi dengan pengalokasian anggaran pembebasan SPP dari tingkat pendidikan SD sampai SLTP. Tanpa adanya pembebasan biaya dari dua level pendidikan tersebut akan sangat mustahil program wajib belajar 9 tahun dapat terwujud 100 %, mengingat kondisi masyarakat Indonesia yang masih banyak di bawah garis kemiskinan.

Kondisi ekonomi yang belum stabil, dan menurunnya kemampuan dan daya beli masyarakat dan selanjutnya memberikan dampak kepada rendahnya kemapuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan. Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah pusat telah mengeluarkan program kompensasi pengurangan subsidi BBM yang kemudian dialihkan kesektor pendidikan salah satunya, yaitu melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ke sekolah-sekolah, namun harus disadari bahwa bantuan tersebut masih sangat rendah dan belum dapat memenuhi biaya operasional rill sekolah secara keseluruhan dan masih adanya sebagian biaya yang dibebankan kepada masyarakat. Sehingga, akses pendidikan oleh sebagian masyarakat masih dirasakan mahal.

Sampai dengan tahun 2006, kondisi tersebut juga terjadi daerah Pulang Pisau, sampai kemudian pemerintah setempat terhitung mulai TA 2007 mengeluarkan sebuah kebijakan untuk memberikan subsidi langsung kepada semua siswa pada jenjang pendidikan lanjutan atas (SLTA, SMK dan MA).

Program ini, berbentu subsudi langsung yang diberikan oleh pemerintah daeah kepada sekolah dengan perhitungan setiap siswa dialokasikan sebesar Rp. 500.000,-/tahun yang dianggarkan dalam APBD. Terhadap pengelolaan anggaran tersebut pemerintah setempat telah mengeluarkan petunjuk teknis yang terkait dengan pengguaan, pelaporan, serta monitoring dan evaluasi.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

144

Page 153: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Memang, secara umum program ini belum mampu membebaskan sama sekali bagi semua siswa khususnya pada jenjang pendidikan lanjutan atas dari semua biaya yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, namun pemerintah daerah setempat dalam mengeluarkan kebijakan ini, memberikan penekanan, bahwa apabila biaya yang diperlukan untuk operasional sekalolah dirasa masih kurang, pihak sekolah boleh memungut biaya suka rela dari komite sekolah, dengan catatan tidak berlaku bagi siswa yang termasuk dalam ketegori miskin. Dengan kata lain, sasaran utama dari program ini adalah, pembebasan biaya sekolah (gratis) bagi siswa yang termasuk dalam ketegori miskin (tidak mampu).

¢Pemberian beasiswa merupakan stimulus bagi pelajar

untuk meningkatkan prestasi akdemiknya di sekolah dengan catatan bahwa pemberian beasiswa harus tepat sasaran yaitu diberikan kepada pelajar berprestasi yang kurang mampu dan mempunyai keinginan kuat untuk terus melanjutkan pendidikannya sampai program doktoral. Pemberian beasiswa pemerintah daerah selama ini memiliki tujuan untuk mencerdaskan masyarakatnya dalam rangka membangun daerahnya. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan merupakan modal utama suatu bangsa dan daerah dalam melaksanakan pembangunan negara dan daerahnya.

Seperti dikemukakan diatas, bahwa dengan realitas sebagai sebuah daerah pemekaran yang masih relatif baru, dimana tingkat kemampuan pembiayaan pembangunan masih sangat terbatas, program pemberian beasiswa ini baru dianggarkan pada TA 2007.

Beasiswa bagi pelajar di Kabupaten Pulang Pisau diberikan kepada siswa yang berbakat dan berprestasi. Pemberian beasiswa juga lebih ditekankan kepada siswa yang berprestasi pada tingkat atas namun tidak mempunyai kemampuan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang

Pemberian beasiswa bagi pelajar

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

145

Page 154: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

pendidikan tinggi (universitas). Dimana bentu beasiswa yang diberikan adalah berupa subsidi 50% SPP dan biaya hidup. Bantuan ini, terutama diprioritaskan kepada siswa yang melanjutkan pendidikan diluar pulang Kalimantan.

¢dalam APBD

Sebagaimana diamanatkan dalam amandemen UUD 1945 bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari aggaran pendapatan d a n b e l a n j a d a e ra h u n t u k m e m e n u h i ke b u t u h a n penyelenggaraan pendidikan nasional. Terhadap amanat tersebut pemerintah Kabupaten Pulang Pisau belum memenuhinya, hal ini dapat dilihat dari alokasi anggaran bidang pendidikan seperti pada table berikut:

Prosentase rata-rata alokasi anggaran di bidang pendidikan

TAHUN ANGGARAN APBD Prosentase2004 Rp. 43.011.398.039 Rp. 147.605.000.000 29.142005 Rp. 55.001.796.329 Rp. 172.220.000.000 31.942006 Rp. 76.760.358.252 Rp. 305.906.922.000 25.09

Tabel.Alokasi Anggaran Bidang Pendidikan Kabupaten Pulang Pisau

Sumber : Daerah Dalam Angka,Profiledan APBDKab. Pulang Pisau2004-2006

Prosentase alokasi anggaran bidang pendidikan Kabupaten Pulang Pisau telah memenuhi batas minimal sebagaimana yang diamanatkan dalam amandemen UUD 1945. Akan tetapi jumlah anggaran bidang pendidikan tersebut prosentase terbanyak ada pada belanja pegawai/personalia, sehingga besarnya anggaran yang diperuntukan bagi publik/peningkatan kualitas pendidikan yang merupakan selisih antara anggaran bidang pendidikan dengan belanja pegawai/personalia prosentasenya sangat kecil sekali.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

146

Page 155: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

¢nasional

Sekolah unggulan diartikan sebagai sekolah yang memiliki kelebihan dalam bidang-bidang tertentu, seperti komputer, bahasa dll. Pengembangan sekolah unggulan dimaksudkan untuk mencetak lulusan yang memliki kemampuan lebih dibandingkan dengan sekolah umum lainnya. Sejuah ini daerah Pulang Pisau hanya memiliki 1 (satu) sekolah unggulan yang berstandar nasional yaitu SMP Kahayan Hilir, dan dalam waktu dekat akan segera diusulkan lagi 2 sekolah lanjutan pertama dan 1 sekolah dasar.

Pengembangan sekolah unggulan merupakan upaya untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan bagi lulusannya dalam rangka mengimbangi perkembangan teknologi yang sangat pesat. Disamping itu kebutuhan lulusan yang dibekali dengan berbagai ketrampilan sangat dibutuhkan dalam rangka pembangunan daerah. Penerapan sekolah unggulan di wilayah Kalimantan diharapkan lulusannya mampu bersaing dengan lulusan di wilayah Jawa yang saat ini terkenal telah mampu menerapkan berbagai sekolah unggulan dari level SD sampai dengan SLTA, bahkan perguruan tinggi.

¢Penetapan kebijakan daerah dalam pembebasan biaya berobat di luar ASKES

Peningkatan kualitas sumber daya manusia dilakukan melalui peningkatan mutu pendidikan, derajat kesehatan, dan perbaikan gizi. Kondisi kesehatan yang buruk memiliki kausalitas dengan tingkat pendapatan masyarakat. Pada umumnya masyarakat miskin dengan tingkat pendapatan rendah memiliki kondisi kesehatan fisik dan kecerdasan yang tidak memadai, dan sebaliknya. Kesehatan merupakan anugerah yang tidak ternilai, masyarakat akan melakukan apa saja untuk memperoleh kesehatan tersebut. Kesehatan merupakan modal utama bagi manusia untuk mencapai tujuan hidupnya, demikian juga pemerintah daerah seharusnya sangat concern terhadap

Pengembangan sekolah unggulan daerah berstandar

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIKKESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

147

Page 156: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

upaya mewujudkan masyarakatnya yang sehat dalam rangka pencapaian visi dan misi daerah.

Kabupaten Pulang Pisau saat ini belum memiliki program unggulan yang merespon Perpres tersebut, pembebasan biaya berobat masih sebatas pada ASKES baik bagi PNS maupun bagi keluarga miskin, sedangkan pembebasan berobat bagi masyarakat umum masih belum ada.

10. Kebijakan dalam mendorong pembangunan ekonomi daerah

¢Penetapan kebijakan daerah dalam pemberian fasilitas penanaman modal daerah

Terkait dengan upaya untuk meningkatkan pertimbuhan sektor penanaman modal (investasi) pemerintah daerah Pulang Pisau sejauh ini terus mengupayakan pembangunan sarana dan infrastruktur yang akan ikut mendorong tumbuhnya minta investasi di berbagai sektor, pembangunan akses jalan, listrik, air bersih dan berbagai sarana penunjang lainnya, dipandang masih menjadi prioritas utama. Sejauh ini, kebijakan yang bersifat pemberian fasilitas kepada penanaman modal belum secara operasional dirumuskan.

¢Prosentase rata-rata peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

P r o d u k D o m e s t i k R e g i o n a l B r u t o ( P D R B ) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. PDRB dari sisi sektoral merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

148

Page 157: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

SEKTORTAHUN (dalam Juta Rp.)

2003 2004 2005Pertanian 278.335,61 292.383,74 306.044,94Pertambangan dan Penggalian 1.149,69 1.162,85 1.266,21Industri Pengolahan 36.419,42 36.492,62 36.854,70Listrik, Gas dan Air Minum 1.361,93 1.399,68 1.479,32Bangunan 41.757,27 44.180,42 46.450,85Perdagangan, Restoran dan Hotel

94.464,46 98.079,57101.901,16

Pengangkutan dan Komunikasi 13.768,70 12.913,14 13.027,00Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

13.592,32 13.774,28 13.983,76

Jasa-Jasa 42.620,30 43.252,15 46.980,75TOTAL 523.469,20 543.638,45 567.988,69Pertumbuhan (%) 3.58 4.48

Sumber : Kabupaten Pulang Pisau Dalam Angka 2006 (diolah)

Tabel. 4.15PDRB Berdasarkan Harga Berlaku Kabupaten Pulang Pisau

Tahun 20032005

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pulang Pisau selama tiga tahun (2003-2005) dilihat dari pertumbuhan sembilan sektor pokok pendukung PDRB rata-rata mengalami pertumbuhan yang positif. Rata-rata pertumbuhan PDRB jangka waktu 2003-2005 sebesar 4.48 % lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Kalomantan Tengah pada tahun 2005 yaitu sebesar 5.75 %. Sektor yang dominan mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pulang Pisau adalah sektor Pertambangan & Penggalian sebesar 8.89 %, sektor jasa sebesar 8.62 % kemudian diikuti oleh sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 5.69 %, Bangunan sebesar 5.14 %. Sedangkan sektor yang pertumbuhannya paling rendah adalah sektor Pengangkutan sebesar 0.88 %.

¢Prosentase rata-rata peningkatan lapangan kerjaPenciptaan lapangan kerja identik dengan upaya untuk

menekan angka pengangguran, semakin sedikit lapangan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

149

Page 158: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

pekerjaan yang mampu diciptakan maka angka kemiskinan akan semakin besar. Upaya penciptaan lapangan kerja merupakan suatu keharusan untuk dilakukan oleh pemerintah, selain sebagai upaya penekanan angka pengangguran juga merupakan indikator petumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah.

Pertumbuhan lapangan kerja di Kabupaten Pulang Pisau selama 4 tahun terakhir (2003 - 2006) mengalami kenaikan, dengan prosentase sebesar 2,65 %. Kenaikan ini belum mampu menekan angka pengangguran yang ada di Kabupaten Pulang Pisau. Tidak seimbanganya antara prosentase peningkatan lapangan kerja dibandingkan dengan peningkatan angka pengangguran, mengakibatkan tidak tertampungnya semua pengangguran. Ketidakseimbangan prosentase kenaikan kedua sektor tersebut, memaksa pemerintah daerah untuk terus memacu masyrakatnya dalam penciptaan lapangan usaha sendiri (berwiraswasta) sehingga secara langsung akan mengurangi angka kemiskinan daerah.

¢Tidak berbeda dengan beberapa lainnya, angka

kemiskinan di Kabupaten Pulang Pisau juga mengalami peningkatan dengan kisaran angka 9,10 % (2003 - 2006).

Capaian kinerja kepala daerah merupakan pelaksanaan prinsip transparansi dan akuntabilitas instansi pemerintah, tidak hanya capaian kinerja, dari tahap perencanaan, proses pencapaian kinerja serta capaian kinerjanya sendiri. Ketidakberhasilan kepala daerah dalam pengentasan kemiskinan tidak selamanya berarti kegagalan total kepala daerah dalam membangun wilayahnya bergantung dari penyebab ketidakberhasilan. Jika dipengaruhi oleh faktor eksternal, jelas hal tersebut di luar kendalinya, namun jika disebabkan oleh faktor internal, maka bisa dikatakan kepala daerah mengalami kegagalan dalam pembangunan sektor tersebut.

Prosentase rata-rata penurunan angka kemiskinan

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

150

Page 159: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

11. Kebijakan pengembangan dan pemanfaatan E-GovermentSaat ini berbagai pemerintah daerah telah berupaya

mewujudkan E-government yang merupakan salah satu tuntutan penyelenggaraan pemerintah daerah yang bersih dan berwibawa (good local governance). Sebagai tindak lanjut dari Inpres Nomor 3 Tahun 2003, diharapkan setiap daerah memiliki payung hukum tersendiri dalam pengimplementasian e-government di daerah dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik.

Terkait dengan penerapan e-government, Kabupaten Pulang Pisau sampai saat ini belum memiliki Peraturan Perundang-undangan mengenai penerapan e-government. Pemberian pelayanan kepada masyarakat di Kabupaten Pulang Pisau masih menggunakan sistem manual, belum ada satupun jenis pelayanan yang metoda kerjanya diubah dengan cara elektronik.

Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau telah memiliki homepage/situs dengan alamat www.pulangpisau.go.id. Dimana keberadaan homepage/situs ini sangat penting bagi pemerintah daerah, selain sebagai wujud dari transparansi dan kauntabilitas pemerintah kepada masyarakat juga bisa digunakan sebagai sarana promosi daerah. Namun sangat disayangkan, ternyata pengelolaan dari media komunikasi ini belum optimal. Dimana data-data dan informasi yang disajikan masih merupakan data dan informasi yang pertama sekali digunakan waktu pembuatan hompage itu sendiri, atau dengan kata lain, belum pernah di update. Kalaupun, ada informasi terbaru, itu hanya sebatas berita-berita kegiatan seremonial belaka.

12. Penerapan Standar ISO 9001: 2000 dalam pelayanan publik

ISO merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam kaitannya dengan manajemen kualitas. ISO 9000 merupakan standar yang menetapkan dan menguraikan unsur-unsur penting yang harus ada dalam sebuah organisasi agar kualitas pelayanan yang diberikan dapat memenuhi harapan pelanggan. ISO 9000 merupakan standar proses, bukan standar produk atau jasa (pelayanan) yang bertujuan untuk mendorong organisasi agar bisa

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

151

Page 160: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

mengetahui apa yang diinginkan pelanggan, merancang dan mendesain proses yang perlu dilaksanakan untuk memenuhi harapan pelanggan, menyediakan latihan yang sesuai dengan kebutuhan dan dilakukan seperlunyacukup bagi personel yang yang terlibat dalam sistem kualitas tersebut dan menjalankan pengauditan untuk memastikan proses yang dilakukan sesuai dengan tujuannya untuk memenuhi harapan pelanggan.

Seri ISO 9001 merupakan salah satu jenis dan Standar ISO 9000 yang berisi 20 elemen yang melingkupi keseluruhan proses desain, pembangunan, produksi, instalasi dan jasa/pelayanan. Dalam sektor publik, yaitu kepada unit yang memberikan pelayanan kepada publik dengan desain produk dan mekanisme pelayanan dirancang sendiri. Dalam perkembangan model jaminan kualitas yang telah disempurnakan yaitu yang dikenal dengan nama ISO 9001:2000.

Penerapan standarisasi ISO tidak dapat dipungkiri membutuhkan pendanaan yang cukup besar. Sejauh ini, unit kerja di lingkungan pemerintah daerah Pulang pisau belum ada yang menerapkan ISO 9001:2000, disamping karena alasan biaya, ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan juga harus diutamakan terlebih dahulu, sarana dan prasarana yang minim malah akan menyebabkan kegagalan penerapan ISO pada suatu unit pelayanan.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

152

Page 161: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

BAB VPENUTUP

A. KesimpulanSecara umum dapat dikatakan bahwa keberhasilan pelaksanaan

reformasi di bidang pelayanan publik memerlukan komitmen yang kuat dari pimpinan nasional dan seluruh penyelenggara negara baik di pusat maupun daerah, serta tergantung dari sikap mental, tekad, semangat, ketaatan dan disiplin para penyelenggara negara, dan juga dukungan dan partisipasi masyarakat. Sinergi antar pilar dalam konsep good governance ini merupakan syarat pertama dan utama untuk keberhasilan program-program pemerintah, termasuk dalam penyediaan layanan publik.

Kompetisi di bidang pelayanan publik pada hakekatnya merupakan upaya pemerintah untuk menumbuhkan dan membangkitkan semangat melakukan inovasi, terobosan dan kreativitas pemerintah daerah dalam manajemen penyelenggaraan pemerintahannya. Kondisi di wilayah Kal imantan menunjukkan bahwa sebagian besar Kabupaten/Kota di wilayah ini terutama pada daerah-daerah yang menjadi lokus penelitian masuk pada kategori "kurang siap" dalam berkompetisi dengan daerah lain di bidang pelayanan publik, hal ini ditunjukkan oleh kondisi daerah sebagai berikut:1. Inovasi, kreativitas dan terobosan pada daerah lokus penelitian dalam

peningkatan kinerja pelayanan publik sedikit sekali dijumpai, bahkan kebanyakan belum menunjukkan komitmen yang tinggi dalam meningkatkan penyelenggaraan pelayanan publik, baik dari aspek kebijakan maupun dalam manajemen penyelenggaraannya. Dari aspek kebijakan, belum ada satu daerah pun di Kalimantan yang telah memiliki Peraturan Daerah tentang Pelayanan Publik. Upaya deregulasi dan debirokratisasi pada sektor publik belum kelihatan diterapkan oleh pemerintah daerah.

2. Political will dari kepala daerah beserta jajarannya serta pimpinan legislatif dalam peningkatan pelayanan publik sangat menentukan keberhasilan penyelenggaraan pelayanan publik di daerahnya. Kondisi

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

153

Page 162: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

ini belum banyak ditemukan pada wilayah di Kalimantan khususnya di daerah penelitian.

3. Program peningkatan kualitas pelayanan publik di Kalimantan sangat sedikit ditemukan, berbagai metode pendekatan kualitas manajemen pelayanan pada umumnya hanya dijumpai di daerah perkotaan, padahal dilihat dari prosentasenya juga cukup kecil. Kondisi ini menunjukkan kesenjangan pembangunan dan daya inovasi daerah yang cukup besar di Wilayah Kalimantan.

4. Ketaatan dalam penyelenggaraan pelayanan publik berdasarkan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebenarnya sudah cukup memenuhi harapan masyarakat terhadap pelayanan publik, akan tetapi realisasi di lapangan malah terjadi kondisi yang sebaliknya dikarenakan ketidakmampuan dari kebijakan tersebut untuk mengikat obyek yang menjadi sasarannya. Namun demikian penyelenggaraan pelayanan yang biasa-biasa saja atau dikatakan "hanya cukup memuaskan", belumlah menggambarkan keberhasilan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan kepemerintahannya. Visi penyelenggaraan pemerintahan dituntut untuk mampu menghasilkan konsepsi baru yang konsisten dengan perkembangan tatanan masyarakat dan tatanan ekonomi yang berbasis informasi. Inovasi menjadi kata kunci, pemerintah dengan jelas harus melakukan perubahan yang berkesinambungan sebagai suatu proses fundamental.

5. Pembangunan sektor mendasar yang dapat mendukung pembangunan daerah, pada umumnya belum begitu diperhatikan seperti sektor pendidikan, kesehatan, pembangunan manusia (yang ditunjukkan dengan Human Development Index/HDI), pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Jika hal ini belum mampu diperbaiki, maka pembangunan sektor-sektor tersier juga dapat dipastikan belum mampu ditingkatkan. Kondisi ini sebenarnya bisa diatasi jika daya inovasi dan kreativitas daerah mampu diwujudkan dengan berbagai kondisi keterbatasan yang ada. Daya kreasi dan inovasi inilah yang mampu membuat suatu daerah mampu mengejar ketertinggalan dengan daerah lain bahkan memungkinkan dapat mengungguli daerah lainnya. Pemerintah seharusnya tidak lagi

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

154

Page 163: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

menanyakan "How are we doing?", tetapi "What are we going to do next?" sebagai wujud untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang mengalami peningkatan baik dari segi kuantitas dan kualitas. Ketakutan pemerintah daerah untuk berinovasi akan mengakibatkan tidak terjadinya peningkatan kualitas pelayanan kepada rakyat sehingga menyebabkan percepatan kesejahteraan sulit tercapai.

B. RekomendasiMengingat berbagai kondisi di atas, maka dapat diajukan

rekomendasi khusus untuk Pemerintah Daerah terutama daerah yang diteliti serta kepada pemerintah pusat, sebagai berikut :1. Dorongan pemerintah untuk merangsang daerah dalam peningkatan

kinerja pelayanannya perlu terus ditingkatkan, baik melalui kebijakan yang disertai dengan sanksi yang tegas maupun melalui stimulan berupa reward/penghargaan terhadap daerah yang berhasil dalam melakukan inovasi dan terobosan dalam pelaksanaan manajemen penyelenggaraan pemerintahan daerah, tidak hanya dibatasi pada pelayanan publik saja. Manajemen penyelenggaraan pemerintahan yang baik pada umumnya akan berimplikasi pada peningkatan kualitas pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat. Dorongan pemerintah saja tidak cukup tanpa adanya keseriusan dan keinginan pemerintah daerah untuk berubah, untuk berinovasi, untuk melakukan terobosan sehingga disamping stimulus dari pemerintah yang kuat, pemerintah daerah juga benar-benar memiliki itikad baik untuk terus memperbaiki manajemen penyelenggaraan pemerintahannya.

2. Ungkapan Prahalad "if you want to grow, you learn; if you want to learn, you change; if you don't change, you die", atau hendaknya selalu dipegang teguh, jika ungkapan ini telah terpatri dalam setiap pimpinan pemerintahan daerah beserta jajaran di bawahnya, maka dapat dipastikan bahwa daerah tersebut tidak akan berhenti untuk berinovasi, melakukan berbagai terobosan dan kreativitas yang akan mengantarkan organisasi tersebut lebih unggul dibandingkan dengan daerah lain, mungkin tidak usah berpikiran terlalu jauh dulu, namun dengan inovasi, kreativitas dan terobosan, pemerintah akan mampu mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakatnya dalam semua aspek.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

155

Page 164: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

DAFTAR PUSTAKA

Rusli,Budiman:2004, Pelayanan Publik di Era Reformasi, Pikiran Rakyat tanggal 7 Juni 2004.

Wigyantoro Roes Setiyadi: 2007, Hubungan Antara Knowledge Management Dan Kinerja Inovasi, http://maswig.blogspot.com/2007/04/ hubungan-antara-knowledge-management.html

Fadel Muhammad: 2006, Pembangunan Daerah Fokus Pada Keunggulan D a e ra h , h t t p : / / i r f 4 n . wo rd p re s s . c o m / 2 0 0 6 / 0 5 / 1 8 / pembangunan-daerah-fokus-pada-keunggulan-daerah.

Kasali, Rhenald : 2004, Manajemen Perubahan 1, http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg03725.html

Winardi,J, Prof, Dr., SE: 2006, Majamen Perubahan (Management of Change)Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

LAN: 2006, Strategi peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.

KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN DALAM KOMPETISIANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

155

Page 165: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

LAMPIRAN

Page 166: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Indi

kato

rJu

mla

hda

n Sa

tuan

TE

MU

AN

LA

PAN

GA

N *

)Su

mbe

r D

ata

45

6

Jeni

s pel

ayan

an y

ang

mek

anis

men

ya d

ised

erha

naka

n je

nis

KPT

, Bag

. O

rtal

yang

dite

tapk

an

unit

Bag

. Orta

lPe

neta

pan

Uni

t Pel

ayan

an T

erpa

du

(UPT

) Sat

u A

tap/

Satu

Pin

tu

UPT

KPT

, Bag

. O

rtal

Jeni

s pel

ayan

an y

ang

ada

pada

se

mua

Uni

t Pel

ayan

an T

erpa

du

(UPT

) Sat

u A

tap/

Satu

Pin

tuJe

nis

KPT

, Bag

. O

rtal

Uni

t pel

ayan

an p

ublik

yan

g di

teta

pkan

unt

uk m

enge

lola

U

nit

Bag

. Orta

l

Pene

tapa

n m

aklu

mat

/janj

i pel

ayan

an

oleh

uni

t pel

ayan

an/s

atua

n ke

rja.

Mak

lum

at/J

anji

KPT

Pene

tapa

n st

anda

r pel

ayan

an

Stan

dard

Ope

ratin

g St

anda

r Pe

laya

nan

publ

ik/S

OP

KPT

, Bag

. O

rtal

Peng

atur

an m

enge

nai p

artis

ipas

i m

asya

raka

t dal

am p

enye

leng

gara

an

Pera

tura

n Pe

rund

ang-

unda

ngan

Bag

. Huk

um,

KPT

, Bag

. O

rtal

Pem

bent

ukan

Om

buds

man

Dae

rah

Pera

tura

n Pe

rund

ang-

unda

ngan

Bag

. Huk

um,

Bag

. Orta

l

No

Kom

pone

n Pe

nila

ian

12

3

1K

ebija

kan

Der

egul

asi

dan

Deb

irok

ratis

asi

Pela

yana

n Pu

blik

a. b.D

inas

c. d.

e.

keua

ngan

send

iri.

f. g.pu

blik

/SO

P (

Proc

edur

e)2

Keb

ijaka

n Pe

ning

kata

nPa

rtis

ipas

i Mas

yara

kat

a.

pela

yana

n pu

blik

b.

DA

ER

AH

YA

NG

DIS

UR

VE

I: K

AB

./KO

TA “

......

......

......

......

......

......

......

......

.....”

INS

TR

UM

EN

AS

SE

SM

EN

T T

ING

KA

T K

ES

IAP

AN

DA

ER

AH

DA

LA

M P

EL

AK

SA

NA

AN

KO

MP

ET

ISI B

IDA

NG

PE

LA

YA

NA

N P

UB

LIK

(Be

rda

sa

rka

n H

as

il K

erj

a 3

Ta

hu

n T

era

kh

ir)

LAMPIRAN

( 1 )

Page 167: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Indi

kato

rJu

mla

hda

n Sa

tuan

TE

MU

AN

LA

PAN

GA

N *

)Su

mbe

r D

ata

45

6

No

Kom

pone

n Pe

nila

ian

12

3

c.U

nit p

elay

anan

pub

lik

yang

m

engi

kuts

erta

kan

mas

yara

kat d

alam

pr

oses

pen

gam

bila

n ke

putu

san

Uni

tK

PT,

Bag

. O

rtal

d.K

egia

tan

pert

emua

n da

n fo

rum

ko

mun

ikas

i ata

u se

jeni

snya

ant

ara

pem

erin

tah

kabu

pate

n/ko

ta d

enga

n L

emba

ga S

wad

aya

Mas

yara

kat

(LS

M)

Kal

iB

ag. O

rtal

, K

anto

r P

MD

3K

ebij

akan

Pem

ber

ian

P

engh

arga

an d

an

Pen

erap

an S

ank

si

a.P

enga

tura

n pe

mbe

rian

pen

ghar

gaan

ba

gi p

etug

as u

nit p

elay

anan

pub

lik

Per

atur

an

Per

unda

ng-

unda

ngan

Bag

. Huk

um,

KP

T, B

ag.

Ort

alb.

Pen

ghar

gaan

yan

g di

beri

kan

kepa

da

pega

wai

/uni

t pel

ayan

an p

ubli

k ya

ng

men

unju

kkan

pre

stas

i ker

ja y

ang

baik

.

Ora

ng/U

nit

KP

T

c.P

ener

apan

san

ksi /

huk

uman

ad

min

istr

atif

kep

ada

para

peg

awai

pe

nyel

engg

ara

pela

yana

n pu

blik

ya

ng m

elan

ggar

ket

entu

an p

erat

uran

pe

rund

ang-

unda

ngan

.

Ora

ngK

PT,

BK

D,

Bag

Ort

al

4P

emb

inaa

n T

ekn

is

Ter

had

ap U

nit

P

elay

anan

Pu

bli

k

a.P

elak

sana

an s

osia

lisa

si k

ebij

akan

pe

laya

nan

publ

ik k

epad

a un

it

pela

yana

n pu

blik

K

ali

KP

T, B

ag.

Ort

al

b.M

onit

orin

g da

n ev

alua

si

pela

ksan

aan

kebi

jaka

n ol

eh p

embi

na

pela

yana

n pu

blik

terh

adap

uni

t pe

laya

nan

Uni

tK

PT,

Bag

. O

rtal

c.U

nit p

elay

anan

yan

g m

enin

dakl

anju

ti h

asil

mon

itor

ing

dan

eval

uasi

pel

aksa

naan

keb

ijak

an

yang

dil

akuk

an o

leh

pem

bina

pe

laya

nan

publ

ik b

erup

a pe

nyem

purn

aan

mek

anis

me

peny

elen

ggar

aan

pela

yana

n

Uni

tK

PT,

Bag

. O

rtal

LAMPIRAN

( 2 )

Page 168: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Indi

kato

rJu

mla

hda

n Sa

tuan

TE

MU

AN

LA

PAN

GA

N *

)Su

mbe

r D

ata

45

6

No

Kom

pone

n Pe

nila

ian

12

3

5

Keb

ijak

an K

orp

orat

isas

i U

nit

Pel

ayan

an

a.Je

nis

pela

yana

n ya

ng m

elak

sana

kan

pola

pen

gelo

laan

pel

ayan

an p

ubli

k de

ngan

pih

ak k

e-3

Jeni

sK

PT

, Bag

. O

rtal

b.P

ihak

ke-

3 (s

was

ta d

an le

mba

ga

mas

yara

kat)

yan

g te

rlib

at d

alam

pe

ngel

olaa

n pe

laya

nan

publ

ik.

Lem

baga

KP

T, B

ag.

Ort

al

c.B

adan

Usa

ha M

ilik

Dae

rah

(BU

MD

) ya

ng d

iben

tuk

dala

m

upay

a pe

ning

kata

n pe

laya

nan

publ

ik

BU

MD

Bag

. Ort

al,

Bag

. Huk

um

6P

enge

mb

anga

n

Man

ajem

en P

elay

anan

a.

Uni

t pel

ayan

an y

ang

tela

h m

elak

sana

kan

surv

ey k

epua

san

mas

yara

kat

Uni

tK

PT

, Bag

. O

rtal

b.U

nit p

elay

anan

yan

g m

ener

apka

n st

anda

r pe

laya

nan

publ

ik

Uni

tK

PT

, Bag

. O

rtal

c.U

nit p

elay

anan

yan

g te

lah

mel

aksa

naka

n pr

oses

pel

ayan

an

sesu

ai p

rose

dur

teta

p ya

ng te

lah

dite

tapk

an

Uni

tK

PT

, Bag

. O

rtal

d.U

nit p

elay

anan

yan

g m

elak

ukan

pe

laya

nan

jem

put b

ola

Uni

tK

PT

, Bag

. O

rtal

e.U

nit p

elay

anan

yan

g m

ener

apka

n po

la p

elay

anan

bag

i mas

yara

kat

rent

an

Uni

tK

PT

, Bag

. O

rtal

f.U

nit P

elay

anan

yan

g m

enin

dakl

anju

ti h

asil

sur

vey

Inde

ks

Kep

uasa

n M

asya

raka

t (IK

M)

Uni

tK

PT

, Bag

. O

rtal

g.U

nit P

elay

anan

yan

g m

ener

apka

n sa

mbu

ngan

lang

sung

tele

pon

(hot

li

ne s

ervi

ce)

dan/

atau

pen

gelo

laan

S

MS

Uni

tK

PT

, Bag

. O

rtal

7K

ebij

akan

Pen

ingk

atan

P

rofe

sion

alis

me

Pej

abat

/Peg

awai

di

Bid

ang

Pel

ayan

an

Pu

bli

k

a.P

ener

apan

jaba

tan

fung

sion

al u

ntuk

m

enin

gkat

kan

kual

itas

pel

ayan

an.

Jaba

tan

BK

D, B

ag.

Ort

alb.

Pen

yele

ngga

raan

pel

atih

an y

ang

lang

sung

ber

hubu

ngan

den

gan

pela

yana

n ke

pada

mas

yara

kat.

Pel

atih

anB

KD

, B

andi

klat

, B

ag. O

rtal

LAMPIRAN

( 3 )

Page 169: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Indi

kato

rJu

mla

hda

n Sa

tuan

TE

MU

AN

LA

PAN

GA

N *

)Su

mbe

r D

ata

45

6

No

Kom

pone

n Pe

nila

ian

12

3c.

Pro

sent

ase

rata

-rat

a al

okas

i an

ggar

an u

ntuk

pem

biay

aan

pela

tiha

n te

knis

/ fun

gsio

nal d

ari

volu

me

AP

BD

.

%

d.P

rose

ntas

e ra

ta-r

ata

alok

asi

angg

aran

unt

uk p

enin

gkat

an k

iner

ja

pela

yana

n pu

blik

%

e.P

egaw

ai p

emda

pad

a un

it p

elay

anan

pu

blik

yan

gm

engi

kuti

pen

didi

kan

tuga

s be

laja

r pr

ogra

m S

trat

a 2

dan

atau

Str

ata

3.

Ora

ng

BK

D,

Ban

dikl

at,

Bag

. Ort

al

BK

D,

Ban

dikl

at,

Bag

. Ort

al

BK

D, K

PT

8

Pen

ghar

gaan

di

Bid

ang

Pen

ingk

atan

Ku

alit

as

Pel

ayan

an P

ub

lik

a.P

engh

arga

an d

ari

Lem

baga

Res

mi

Inte

rnas

iona

lP

engh

arga

anK

PT

, Bag

. O

rtal

b.P

engh

arga

an d

ari

Pem

erin

tah

Pus

atP

engh

arga

anK

PT

, Bag

. O

rtal

c.P

engh

arga

an d

ari

Pem

erin

tah

Pro

vins

iP

engh

arga

anK

PT

, Bag

. O

rtal

9K

ebij

akan

P

emb

angu

nan

K

emas

yara

kat

an d

an

Kes

ejah

tera

an

a.P

embe

basa

n bi

aya

SP

P b

agi

pela

jar

1). S

MA

2) S

MP

3). S

D

Sek

olah

Sek

olah

Sek

olah

Din

as

Pen

didi

kan,

B

appe

da

b.P

embe

rian

bea

sisw

a ba

gi p

elaj

ar1)

. SM

A

2). S

MP

3). S

D

Sek

olah

Sek

olah

Sek

olah

Din

as

Pen

didi

kan,

B

appe

da

c.P

rose

ntas

e ra

ta-r

ata

alok

asi

angg

aran

bid

ang

pend

idik

an d

alam

A

PB

D

%D

inas

P

endi

dika

n,

Bap

peda

LAMPIRAN

( 4 )

Page 170: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Indi

kato

rJu

mla

hda

n Sa

tuan

TE

MU

AN

LA

PAN

GA

N *

)Su

mbe

r D

ata

45

6

No

Kom

pone

n Pe

nila

ian

12

3d.

Pen

gem

bang

an s

ekol

ah u

nggu

lan

daer

ah b

erst

anda

r na

sion

al

e.P

enet

apan

keb

ijak

an d

aera

h da

lam

P

embe

basa

n bi

aya

bero

bat

di l

uar

AS

KE

Sf.

Pro

sent

ase

rata

-rat

a al

okas

i an

ggar

an u

ntuk

pem

biay

aan

bero

bat

di l

uar

AS

KE

Sg.

Pro

sent

ase

rata

-rat

a pe

ning

kata

n H

uman

Dev

elop

men

t In

dex

(HD

I)

h.P

rose

ntas

e ra

ta-r

ata

peni

ngka

tan

Kel

uarg

a S

ejah

tera

(K

S),

ke

KS

-3

Sek

olah

Din

as

Pen

didi

kan,

B

appe

daP

erat

uran

D

inas

P

erun

dang

-K

eseh

atan

, U

ndan

gan

Bap

peda

Din

as

%K

eseh

atan

, B

appe

da

%B

appe

da

%D

inas

Sos

ial,

B

appe

da10

Keb

ijak

an d

alam

m

end

oron

g p

emb

angu

nan

ek

onom

i d

aera

h

a.P

enet

apan

keb

ijak

an d

aera

h da

lam

pe

mbe

rian

fas

ilit

as p

enan

aman

m

odal

di

daer

ah

Per

atur

an

Per

unda

ng-

Und

anga

n

BP

ID/

BK

PM

D,

Bag

. Huk

umb.

Pro

sent

ase

rata

-rat

a pe

ning

kata

n P

rodu

k D

omes

tik

Reg

iona

l B

ruto

(P

DR

B)

%B

appe

da

c.P

rose

ntas

e ra

ta-r

ata

peni

ngka

tan

jum

lah

pene

rim

aan

paja

k %

KP

P,

Bap

peda

d.P

rose

ntas

e ra

ta-r

ata

peni

ngka

tan

lapa

ngan

ker

ja

%D

isna

ker,

B

appe

da

e.P

rose

ntas

e ra

ta-r

ata

penu

runa

n an

gka

kem

iski

nan

%B

PS

,Din

as

Sos

ial,

B

appe

da

11K

ebij

akan

P

enge

mb

anga

n d

an

Pem

anfa

atan

E-

Gov

ern

men

t

a.P

enet

apan

per

atur

an p

erun

dang

-un

dang

an m

enge

nai

pene

rapa

n E

-G

ovt

di k

abup

aten

/ ko

ta

Per

atur

an

Per

unda

ng-

unda

ngan

Bag

. Huk

um,

Bap

peda

b.P

enet

apan

jen

is p

elay

anan

yan

g m

etod

a ke

rjan

ya d

iuba

h da

ri c

ara

man

ual

ke e

lekt

roni

kJe

nis

KP

T, B

ag.

Ort

al

c.P

ener

apan

sis

tem

inf

orm

asi

pada

un

it p

elay

anan

pub

lik

Uni

tK

PT

, Bag

. O

rtal

d.P

enet

apan

pem

bang

unan

H

omep

age

KP

T, B

ag.

hom

epag

e/si

tus

kabu

pate

n/ko

ta/s

itus

Ort

al

LAMPIRAN

( 5 )

Page 171: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Indi

kato

rJu

mla

hda

n Sa

tuan

TE

MU

AN

LA

PAN

GA

N *

)Su

mbe

r D

ata

45

6

No

Kom

pone

n Pe

nila

ian

12

312

Pen

erap

an S

tan

dar

IS

O

9001

-200

0 D

alam

P

elay

anan

Pu

bli

k

a.U

nit

pela

yana

n da

lam

pem

bina

an

kons

ulta

n IS

OU

nit

KP

T, B

ag.

Ort

al

b.U

nit

pela

yana

n da

lam

pro

ses

sert

ifik

asi

ISO

Uni

tK

PT

, Bag

. O

rtal

c.U

nit

pela

yana

n ya

ng t

elah

m

enda

patk

an s

erti

fika

si I

SO

Uni

tK

PT

, Bag

. O

rtal

*)

Dii

si o

leh

Pen

elit

i ber

das

ark

an d

ata

sek

un

der

dan

/ata

u w

awan

cara

den

gan

res

po

nd

en (

key

per

son

s).

1.D

aera

h D

alam

An

gka/

Pro

fil D

aera

h2

.Pro

fil K

PT

/KP

2T

/UP

T3

.AP

BD

Kab

/Ko

ta (

sed

apat

mu

ngk

in 3

tah

un

ter

akh

ir)

4.P

rogr

am P

enge

mb

anga

n P

egaw

ai (

kh

usu

snya

di u

nit

-un

it p

elay

anan

)5

.Pro

fil P

emb

angu

nan

Man

usi

a (H

DI

/ IP

M)

DA

TA

SE

KU

ND

ER

YA

NG

DIB

UT

UH

KA

N:

LAMPIRAN

( 6 )

Page 172: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Menimbang : a. bahwa dalam rangka kelancaran pelaksanaan Kajian Tentang Kesiapan Kabupaten/Kota Di Kalimantan Dalam Kompetisi Antar Daerah Di Bidang Pelayanan Publik di lingkungan Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III LAN Tahun 2007, dipandang perlu membentuk Tim Pelaksana;

b. bahwa nama dan jabatan yang tercantum dalam Lampiran Keputusan ini dipandang mampu dan memenuhi syarat untuk ditunjuk sebagai Tim Pelaksana Kajian Tentang Kesiapan Kabupaten/Kota Di Kalimantan Dalam Kompetisi Antar Daerah Di Bidang Pelayanan Publik.

Mengingat : 1. UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok - pokok kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041), sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890)

KEPUTUSAN KUASA PENGGUNA ANGGARANPUSAT KAJIAN DAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR III (PKP2A III)

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA - SAMARINDANOMOR : 001.R /V/2/4/2007

TENTANG

TIM PELAKSANA KAJIAN TENTANG KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTANDALAM KOMPETISI ANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

TAHUN ANGGARAN 2007PADA PKP2A III LAN

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARAPUSAT KAJIAN DAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR III SAMARINDA

JL. Letjen MT. Haryono No. 36, Telp. 0541-768231-32 Fax. 0541-768230, Samarinda 75124

LAMPIRAN

( 7 )

Page 173: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

2. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

3. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

4. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);

5. UU Nomor 18 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2007 (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4662);

6. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005;

7. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2005;

8. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004;

9. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006;

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK/.02/2006 tentang Standart Biaya Tahun Anggaran 2007;

11. Keputusan Kepala LAN Nomor 735/IX/6/4/2002 tentang Pedoman Tata kerja di Lingkungan Lembaga Administrasi Negara;

12. Keputusan Kepala LAN Nomor 4 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Administrasi Negara sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala LAN

LAMPIRAN

( 8 )

Page 174: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

Nomor 10 Tahun 2004;13. Keputusan Kepala LAN Nomor 972/IX/6/8/2006 tentang

Penetapan Kuasa Pengguna Anggaran/Barang pada Lembaga Administrasi Negara Tahun Anggaran 2007;

14. Keputusan Kepala LAN Nomor 973/IX/6/8/2006 tentang Penetapan Pejabat Pembuat Komitmen pada Lembaga Administrasi Negara Tahun Anggaran 2007;

15. Keputusan Kepala LAN Nomor 974/IX/6/8/2006 tentang Penetapan Pejabat Yang Melakukan Pengujian Surat Perintah Membayar pada Lembaga Administrasi Negara Tahun Anggaran 2007;

16. Keputusan Kepala LAN Nomor 975/IX/6/8/2006 tentang Penetapan Bendahara pada Lembaga Administrasi Negara Tahun Anggaran 2007;

M E M U T U S K A N

Menetapkan:PERTAMA : membentuk Tim Pelaksana Kaj ian Tentang Kesiapan

Kabupaten/Kota Di Kalimantan Dalam Kompetisi Antar Daerah Di Bidang Pelayanan Publik, yang selanjutnya dalam diktum ini disebut Tim Pelaksana dengan mengangkat nama yang tercantum pada kolom 2 (dua) Lampiran Keputusan ini, dalam Jabatan yang tercantum pada kolom 3 (tiga) Lampiran Keputusan ini.

KEDUA : Tim Pelaksana bertugas merencanakan, melaksanakan, dan menyusun laporan kegiatan sesuai dengan petunjuk dan kebijakan yang ditetapkan oleh Pimpinan Lembaga Administrasi Negara. KETIGA : Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam diktum KEDUA, mengacu pada ketentuan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

KEEMPAT : Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Pelaksana wajib menyusun Laporan kegiatan sesuai dengan petunjuk dan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala PKP2A III LAN serta melaporkannya kepada Kepala PKP2A III LAN dengan tembusan kepada Sekretaris Utama LAN.

KELIMA : Biaya pelaksanaan kegiatan ini dibebankan kepada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satker PKP2A III LAN Samarinda Tahun Anggaran 2007.

LAMPIRAN

( 9 )

Page 175: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

KEENAM : Anggaran sebagaimana dimaksud pada diktum KELIMA, penggunaannya mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

KETUJUH : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan berakhirnya tahun anggaran 2007, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

SALINAN KEPUTUSAN ini disampaikan kepada:

1. Kepala Lembaga Administrasi Negara;2. Sekretaris Utama Lembaga Administrasi Negara;3. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Kanwil Kalimantan

Timur;4. Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil XIX di Samarinda;5. Inspektorat Lembaga Administrasi Negara;6. Yang bersangkutan untuk dipergunakan dan dilaksanakan sebagaimana

mestinya.

Ditetapkan diPada tanggal

: Samarinda, : 2 Januari 2007

LAMPIRAN

( 10 )

Page 176: Kesiapan kabupaten/ kota kompetisi bidang pelayanan publik

LAMPIRAN

KEPUTUSAN KUASA PENGGUNA ANGGARANPUSAT KAJIAN DAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR III (PKP2A III)

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA - SAMARINDANOMOR : 001.R /V/2/4/2007

TENTANG

TIM PELAKSANA KAJIAN TENTANG KESIAPAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTANDALAM KOMPETISI ANTAR DAERAH DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

TAHUN ANGGARAN 2007PADA PKP2A III LAN

No. Nama Jabatan Dalam Tim

1 2 3

1.

2.3.4.

5.6.

7.8.9.

Meiliana, SE., MM

Tri Widodo W. Utomo , SH., MADrs. YuswadiSaid Fadhil, S.IP

Drs. Andi Taufik, M.Si.Drs. Saiful Afhani, M.Si.

Siti Zakiyah, S.Si.Royani, A.Md.Arita Saidi

Peneliti Utama

PenelitiPenelitiPeneliti

Pembantu PenelitiPembantu Peneliti

Koordinator PenelitianSekretariatSekretariat

Ditetapkan diPada tanggal

: Samarinda, : 2 Januari 2007

LAMPIRAN

( 11 )