kesesuaian prinsip syariah terhadap aplikasi...

72
KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI HASANAH CARD DI BNI SYARIAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE,Sy) Oleh Fahd 206046103773 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M

Upload: vunguyet

Post on 16-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI

HASANAH CARD DI BNI SYARIAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE,Sy)

Oleh

Fahd

206046103773

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

Page 2: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai
Page 3: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai
Page 4: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai
Page 5: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

ABSTRAKSI

Fahd

Kesesuaian Prinsip Syariah Terhadap Aplikasi Hasanah Card Di BNI Syariah

Sebagai bank syariah, BNI Syariah berusaha untuk selalu menerapkan prinsip-

prinsip Syariah dalam menjalankan Hasanah Card. Hal tersebut dapat dilihat dari

usaha BNI Syariah dalam Menyempurnakan produk kartu kredit syariahnya, yaitu

dengan selalu berkonsultasi dengan Dewan Pengawas Syariah di BNI Syariah Dalam

usah menghindari peraktek riba, gharar dan israf. BNI Syariah melakukan beberapa

hal, yaitu seperti memberikan kode pada mechant halal untuk memastikan bahwa

Hasanah Card hanya dapat digunakan pada merchant yang halal. Hal ini dilakukan

untuk menghindari peraktek ghar. Untuk menghindari peraktek riba, BNI Syariah

akan menonaktivkan Hasanah Card bagi nasabah yang lalai dalm membayar

kewajiban bulanannya sampai kewajiban itu terlunasi, agar tidak terjadi utang yang

berlipat ganda. Sedangkan untuk menghindari peraktek israf, BNI Syariah melakukan

beberapa hal yaitu menetapkan pagu maksimal pembelanjaan agar nasabah tidak

menjadi konsumtif. Berdasarkan data tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa Hasanah

Card sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah card yang ditetapkan oleh DSN-

MUI.

Page 6: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟aalamin, penulis menyampaikan segala puji dan syukur

kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya

kepada kita semua. Penulis menghaturkan shalawat serta salam senantiasa kita

curahkan kepada Nabi dan Rasul kita Muhammad SAW, kepada segenap

keluarganya, sahabatnya serta ummatnya sepanjang zaman, yang Insya Allah kita ada

didalamnya.

Dengan taufiq dan hidayah Allah SWT. Penulis bersyukur, dengan limpahan

kasih sayang-Nya, penulis mampu meyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Kesesuaian Prinsip Syariah Terhadap Aplikasi Hasanah Card” pada Bank Negara

Indonesia (Persero) Tbk. Jakarta, dapat terselesaikan dengan baik.

Proses perjalanan untuk menyelesaikan skripsi ini tidaklah mudah. Banyak

hambatan dan rintangan yang penulis temui dan alami. Berkat ridha-Nya, berkat doa,

kesungguhan hati dan kerja keras, akhirnya penulis sampai titik proses akhir

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari betapa sederhana karya tulis ini dan jauh dari sempurna.

Namun penulis juga tidak menutup mata akan peran berbagai pihak yang telah

banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Perkenankanlah penulis

untuk mengucapkan kata terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

Page 7: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

1. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Ah. Azharuddin Latif, M.Ag Ketua Program

Studi Muamalat dan Sekertaris Konsentrasi Perbankan Syariah Jurusan

Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Nurhasanah, MA dan Zaenal Arifin, M. Pd.I dosen pembimbing yang

senantiasa membimbing penulis dan senantiasa meluangkan waktunya

kepada penulis untuk memberikan masukan-masukannya, dan mengarahkan

sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.

4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa

kuliah, semoga amal kebaikannya mendapat balasan di sisi Allah SWT.

5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, Perputakaan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan BNI Syariah, tempat penulis

memperoleh berbagai informasi dan sumber-sumber referensi sehingga

skripsi dapat terselesaikan.

6. Pimpinan dan Staf BNI Syariah, yang telah menerima penulis untuk

melakukan riset dan membantu data yang diperlukan guna penyelesaian

skripsi ini.

7. Yang tercinta Ayahanda (Alm). Ahmad Gunung Djati dan Hj. Muhibah, S.

Pd.I engkaulah orang tua yang bijaksana, yang dengan ikhlas memotivasi

Page 8: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai Ananda

menjadi Laki-laki yang kuat dalam menghadapi cobaan hidup dan menjadi

kebanggaan Ayah dan Bunda. Amin.

8. Yang saya hormati dan sangat membuat saya terinspirasi untuk

menyelesaikan skripsi ini. adalah kedua kakak saya, yaitu Ahmad Faishal,

S.Psi dan Khairun Nisa, S.Pd. Terimakasih ya Kak, tanpa kalian adinda tak

akan menjadi apa-apa.

9. Spesial to Corina Nur Syeima tercinta, yang telah memberikan motivasi dan

nasehatnya dan kesabaran yang kau berikan selama ini.

10. Buat sahabat-sahabatku di Universitas Negri Islam Jakarta hususnya

angkatan 2006 Extensi Perbankan Syariah dan kelas “B” yaitu My Best

Friend Dewi Nur Rahmah Murbani, Amrul, Anwar, Acenk, Yasin, Jajang,

Beni, Irwansyah, Eko, Alwi, Reza, Arif, Budi, Sofi, Micky, Syauqi dan

seluruh keluarga besar SBC (Syariah Banking Community) yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu, yang telah menggoreskan banyak kenangan

manis, canda dan tawa selama menjalani perkuliahan dari semester awal

hingga selesai perkuliahan, semoga tali silaturahmi kita selalu terjalin

dengan baik.

11. Kepada Pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima

kasih semoga amal ibadah kalian dilipatgandakan oleh Allah SWT.

Page 9: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

Akhirnya tiada untaian kata yang berharga kecuali ucapan Alhamdulillahi

Robbil „Alamin atas Rahmat dan Karunia serta Ridha Allah SWT. Demikian ucapan

terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak, semoga kebaikan dan bantuan

kepada penulis menjadi amal ibadah dan mendapat Ridha dari Allah SWT.

Penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam pembuatan skripsi

ini. Untuk itu kritik dan saran kiranya dapat lebih memperbaiki skripsi ini. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan khususnya bagi umat

manusia, serta bagi Lembaga-Lembaga Ekonomi Syariah di Indonesia. Semoga Allah

SWT senantiasa meridhai aktivitas kita berjuang di jalan-Nya serta menjadikan kita

semua sebagai hamba-Nya yang bahagia di dunia dan akhirat.

Jakarta, 22 Februari 2011

Penulis

Fahd

Page 10: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

DAFTAR ISI

ABSTRAK..............................................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.........................................................4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................................6

D. Tinjauan dan Kajian Terdahulu..................................................................7

E. Kerangka Teori...........................................................................................8

F. Objek Penelitian..........................................................................................9

G. Metode Penelitian.......................................................................................9

H. Sistematika Penulisan...............................................................................11

BAB II GAMBARAN UMUM BNI SYARIAH

A. Sejarah Berdirinya BNI Syariah...............................................................12

B. Visi dan Misi BNI Syariah........................................................................14

C. Struktur Organisasi BNI Syariah..............................................................15

D. Produk-Produk BNI Syariah.....................................................................16

Page 11: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

BAB III SYARIAH CARD DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

A. Pengertian Syariah Card dan Perbedaan dengan Kartu Kredit

Konvensional............................................................................................20

B. Prinsip-Prinsip dan aplikasi Syariah Card................................................25

C. Ketentuan Ta‟widh menurut Fatwa DSN-MUI No. 43............................38

D. Akad-akad yang Digunakan dalam Syariah Card.....................................39

E. Mekanisme Syariah Card..........................................................................40

BAB IV APLIKASI HASANAH CARD PADA BNI SYARIAH

A. Mekanisme Operasional Hasanah Card...............................................44

B. Penerapan Syariah Compliance Dalam Pelaksanaan Hasanah

Card........................................................................................................49

C. Bentuk Kerjasama antar BNI Syariah dengan MasterCard...................53

D. Keuntungan yang Diperoleh BNI Syariah dan MasterCard...................55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................58

B. Saran.......................................................................................................59

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................60

LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................................62

Page 12: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penghimpun dan

penyalur uang dari masyarakat untuk masyarakat. Sedangkan bank syariah adalah

lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penghimpun dan penyalur uang dari

masyarakat untuk masyarakat yang mana sistem operasionalnya sesuai dengan syariat

Islam. Bank berperan sebagai lembaga perantara satuan-satuan kelompok masyarakat

atau unit-unit ekonomi yang kelebihan dana dengan unit-unit yang kekurangan dana.1

Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai keinginan yang banyak dan

beragam, salah satunya adalah keinginan akan pelayanan jasa keuangan yang

membarikan kenyamanan dan keamanan. Oleh karena banyaknya permintaan akan

pelayanan jasa keuangan maka peran lembaga yang ada dalam hal ini perbankan

semakin meningkat.

Untuk menberikan kemudahan, keamanan dan kenyamanan bagi nasabah

dalam melakukan transaksi dan penarikan tunai, bank dianggap perlu menyediakan

sejenis kartu kredit, yaitu alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat

digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbulnya dari suatu

1 Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam dan Peraturan

Pelaksanaan Lainnya di negara Indonesia, (jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), h.396.

Page 13: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan atau untuk melakukan

penarikan tunai.

Kartu kredit atau credit card merupakan gaya hidup dan bagian dari

komunitas manusia untuk dapat dikatagorika modern dalam tata kehidupan sebuah

kota yang beranjak menuju metropolitan atau kosmopolitan.2 Oleh karena itu.

Berdasarkan fatwa DSN-MUI nomor 54/DSN-MUI/X/2006 serta surat persetujuan

Bank Indonesia nomor 10/337 DPbs/2008. BNI syari‟ah bekerjasama dengan

MasterCard menerbitkan Hasanah Card yang merupakan kartu kredit berbasis

prinsip-prinsip syariah pada tanggal 7 februari 2009.3 Kartu kredit syariah merupakan

yang kedua di Indonesia, menyusul Bank Danamon syariah yang telah menerbitkan

Dirham Card lebih dulu pada tanggal 19 july 2007.

Sejak awal diterbitkannya, Syariah Card memang menimbulkan banyak

keraguan dan kontroversi para pelaku perbankan syariah. Para bankir masih

meragukan apakah Syariah Card sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang ada

dalam transaksi syariah. Lebih dari itu, sebagian pelaku bisnis bank syariah menilai

bahwa dari segi manfaat Syariah Card sangat kecil sekali.4 Bahkan Bank Muamalah

yang sudah murni syariah pun menolak adanya kartu kredit syariah.

2 Johanes Ibrahim, Kartu Kredit Dilematis Antar Kontrak dan Kejahatan ( Bandung, Refika

Aditama 2004) h.7.

3 BNI Hasanah Card: Inspirasi Belanja Bijak Sesuai Syariah, republika, 4 Februari 2009,

h.27. 4 Agus Y. Danamon Syariah Tepis Kontroversi Syariah Card. Artikel ini diakses pada

Februari 2009 dari http://www.google.pkesinteraktif.com

Page 14: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

Didalam fatwa DSN-MUI No. 54 tentang Syariah Card terdapat beberapa

ketentuan yang antara lain ketentuan tersebut adalah ketentuan tentang biaya ta‟widh

dan denda. Menurut fatwa DSN-MUI tentang Syariah Card, ta‟widh adalah biaya

ganti rugi terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan terhadap penerbit kartu akibat

keterlambatan pemegang kartu dalam membayar kewajibannya yang telah jatuh

tempo.

Akan tetapi terdapat perbedaan antara ta‟widh dengan fatwa DSN-MUI

tentang syariah card dengan praktek yang terjadi di bank-bank syariah yang telah

menerbitkan kartu kredit syariah. Ketua DSN-MUI KH. Ma‟ruf Amin mengatakan,

ongkos yang diganti haruslah kerugian yang rill dan bukan karena kehilangan

kesempatan atau time value of money. Karena jika berdasarkan time value of money,

maka katagori mirip dengan riba sehingga hal tersebut haram.5 Pada perakteknya,

biaya ta‟widh tidak ditentukan biaya rill yang dibutuhkan bank dalam proses

penagihan akibat keterlambatan akan tetapi di tentukan berdasarkan jangka waktu.

Misalanya pada Hasanah Card berikut ini:

TABEL 1.1

JENIS KARTU DAN NOMINAL BIAYA TA‟WIDH

Jenis Kartu Classic Gold Platium

X hari – 29 hari Rp. 15.000,- Rp. 35.000,- Rp. 110.000,-

30 – 59 hari Rp. 20.000,- Rp. 50.000,- Rp. 160.000,-

5 Republika. Ta‟widh, Pembelajaran Bagi Nasabah Nakal. Artikel ini di akses pada tanggal 3

Juni 2009 dr http://www.muamalatbank.com/

Page 15: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

60 – 89 hari Rp. 25.000,- Rp. 65.000,- Rp. 220.000,-

90 – 119 hari Rp. 40.000,- Rp. 100.000,- Rp. 340.000,-

120 – 149 hari Rp. 50.000,- Rp. 120.000,- Rp. 410.000,-

150 – 179 hari Rp. 60.000,- Rp. 150.000,- Rp. 480.000,-

>180 hari Rp. 320.000,- Rp. 800.000,- Rp. 2.800.000,-

Sumber : www.bnisyariah.com

Dari data diatas dapat dilihat bahwa biaya ta‟widh tidak ditentukan

berdasarakan biaya rill kebutuhan bank untuk proses penagihan, akan tetapi

ditentukan berdasarkan jangka waktu.

Selain adanya perbedaan antara fatwa DSN-MUI dengan prektek yang terjadi

dilapangan, MasterCard, provider yang menjadi partner BNI Syariah dalam

mengeluarkan Hasanah Card juga menjadi suatu hal yang menarik untuk diteliti.

Seperti diketahui bersama, MasterCard merupakan provider kartu kredit konvensional

terbesar. Berdasarkan fakta diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Aplikasi Hasanah Card di BNI Syariah”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Sebelum melakukan pembatasan masalah dan perumusan masalah, penulis

melakukan pengindentifikasian masalah terlebih dahulu, yaitu sebagai berikut:

Page 16: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

1. Apa yang di maksud dengan Syariah Card?

2. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian Syariah Card?

3. Akad apa yang digunakan pada Hasanah Card?

4. Apa yang dimaksud dengan Hasanah Card?

5. Bagaimana mekanisme operasional dari Hasanah Card?

6. Bagaimana bentuk kejasama antara BNI Syariah pada produk Hasanah Card

dengan MasterCard dan pembagian keuntungan diantara keduanya?

7. Bagaimana pelaksanaan prinsip Syariah Card oleh BNI syariah pada Hasanah

Card?

8. Bagaimana BNI Syariah menerapkan prinsip Syariah mengenai pelarangan

riba, gharar dan israf?

Karena luasnya pembahasan yang akan diteliti dan juga agar tidak melenceng

jauh, penulis membatasi masalah yang dibahas hanya seputar mekanisme Hasanah

Card, aplikasinya di BNI Syariah dan bentuk kerjasamanya dengan MasterCard.

Sedangkan untuk mempermudah pembahasan, penulis merumusnkan masalah

yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Apakah operasional Hasanah Card sudah melaksanakan prinsip-prinsip

Syariah?

2. Bagaimana bentuk kerjasama antara BNI Syariah dengan MasterCard?

3. Bagaimana proses pembagian keuntungan antara BNI Syariah dengan

MasterCard?

Page 17: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Hasanah Card benar-benar menerapkan prinsip syariah

dalam menjalankan seluruh transaksi, baik antara bank dengan nasabah

atau antara bank dengan merchant atau bank dengan provider kartu kredit.

2. Untuk menganalisa bentuk kerjasama BNI syariah dengan MatserCard, dan

akad yang digunakan keduanya dalam menerbitkan Hasanah Card.

3. Untuk menganalisa proses pembagian keuntungan yang diperoleh

MasterCard dalam kerjasama dengan BNI Syariah.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis,

Menjadi lebih tahu mengenai Hasanah Card, aplikasinya di BNI Syariah

dan bentuk kerjasama dengan MasterCard.

2. Bagi BNI Syariah,

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang bermanfaat.

3. Bagi pihak lain,

Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan sumber ilmu pengetahuan

serta bisa menjadi sumber literatur ekonomi Islam.

Page 18: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

D. Tinjauan dan kajian terdahulu

NAMA/TAHUN

PENULISAN

JUDUL KESIMPULAN PERBEDAAN

1. Nurfaidah/

2008

Analisis Persepsi

bankers (Danamon

Syariah & DKI

Syariah) dan

Masyarakat

Terhadap

Penerbitan Kartu

Kredit Syariah

skripsi membahas

tentang persepsi para

bankers di Bank

Danamon Syariah &

DKI Syariah serta

masyarakat terhadap

penerbitan kartu

kredit syariah

ditinjau dari aspek

akad, sistem kontrol,

mekanisme

pembayaran dan

batasan minimal

kepemilikan kartu

kredit syariah.

Skripsi yang

dibahas penulis

mengenai

kesesuaian

prinsip syariah

terhadap aplikasi

Hasanah Card di

BNI Syariah dan

bentuk

kerjasama antar

BNI Syariah dan

MaterCard.

2. Irmayanti/

2003

Perjanjian

pemberian kartu

kredit dalam

perspektif Islam

dan Hukum

Posotif.

Kkripsi ini

membahas mengenai

sistem perjanjian

dalam

penerbitan/pemberian

kartu kredit ditinjau

dari perspektif Islam

dan Hukum positif.

Skripsi yang

penulis bahas

mengenai bentuk

perjanjian antara

BNI Syariah daa

MaterCard

dalam

pembagian kerja

dan keuntungan.

3. Imam

Royani/

2001

Kartu kredit

menurut konsep

maslahah (study

analisis maqasid

Syariah terhadap

kartu kredit).

Skripsi ini membahas

mengenai bagaimana

kartu kredit

berdasarkan konsep

maslahah yang

ditinjau dari maqasid

syariah.

Skripsi yang

penulis bahas

mengenai

syariah card

yang di

aplikasikan oleh

BNI Syariah

yang ditinjau

dari

kesesuaiannya

terhadap prinsip

syariah.

Page 19: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

Fokus perbedaan skripsi penulis dengan skripsi-skripsi terdahulu adalah

penulis menganalisa aplikasi Hasanah Card di BNI Syariah terhadap kesesuaian

dengan prinsip syariah card ditinjau dari segi transaksi dan biaya.

E. Kerangka Teori

Dalam syariah card terdapat ketentuan tentang batasan tersebut adalah tidak

menimbulkan riba, tidak digunakan untuk transakasi yang tidak sesuai dengan

sysariah, tidak mendorong pengeluaran yang berlebihan atau konsumerisme (israf),

dengan cara antara lain menetapkan pagu maksimal pembelanjaan, pemegang kartu

harus memiliki kemampuan finansial untuk melunasi pasa waktunya, serta tidak serta

tidak memberikan fasilitas yang bertentangan.

Selain ketentuan tentang batasan, terdapat pula ketentuan tentang biaya

ta‟widh. Menurut fatwa DSN-MUI, ta‟widh adalah biaya ganti rugi terhadap biaya-

biaya yang dikeluarkan oleh penerbit kartu akibat keterlalambatan pemegang kartu

dalam membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo. Ketua DSN-MUI KH.

Ma‟ruf Amin mengatakan, ongkos yang diganti haruslah kerugian rill yang bukan

karena kehilangan kesempatan atau time value of money. Karena jika berdasarkan

time value of money, maka kategorinya mirip dengan riba sehingga hal tersebut

haram.

Akan tetapi terdapat perbedaan antara pengertian biaya ta‟widh dengan

prakteknya pada kartu kredit syariah yang ada. Pada kartu kedit syariah yang telah

ada sekarang ini biaya ta‟widh di tentukan berdasarkan atas dasar waktu bukanlah

Page 20: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

berdasarkan kerugian rill yang dialami oleh bank. Hal ini menjadi landasan bagi

penulis untuk meneliti aplikasi Hasanah Card di BNI Syariah dilihat dari transaksi

yang sesuai dengan prinsip syariah card atau tidak.

F. Objek Penelian

Objek dari penelitan ini adalah produk Hasanah Card di BNI Syariah.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis pendekatan penelitiatan yang di pakai adalah pendekatan

deskriptif. Penulis melakukan wawancara dan mengumpulkan data dari BNI

Syariah yang kemudian akan dijadikan data deskriptif.

2. Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah jenis data primer,

yaitu:

1. Wawancara dengan pihak BNI Syariah.

2. Data mengenai Hasanah Card yang dikeluarkan oleh BNI Syariah

3. Buku rujukan yang diterbitkan langsung oleh penulisnya.

Data sekunder yang digunakan untuk mendukung data primer, dalam

hal ini penulisan menggunakan buku-buku berkaitan, artikel, hasil seminar,

makalah, situs internet dan sumber tertulis lainnya yang mengandung

informasi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

Page 21: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

3. Metode Pengolahan dan Analisah Data

Dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif. Untuk data

kuantitatif sebagai pendukung dan pelengkap data kualitatif. Dalam

pengolahanya hampir sama dengan data kuantitatif. Mengedit data kemudian

mengkatagorisasikan atau mengklasifikasikan data sesuai dengan masalah

atau tema yang sedang dibahas.

Data kualitatif pengolahan datanya dilakukan dengan mentranskip

hasil wawancara, mengedit data, kemudian mengklarifikasikan data sesuai

dengan masalah atau tema yang dibahas. Setelah selesai mengumpulkan data

secara lengkap, tahapan selanjutnya adalah analisis data. Pada tahapan ini,

data dikerjakan serta dimanfaatkan sampai dapat berhasil menyimpulkan

kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-

persoalan yang diajukan dalam penelitian.

Adapun teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku: “pedoman

penulisan skripsi fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidiyatullah Jakarta,

2010”

Page 22: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka sistematika

pembahasannya disusun sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan bab ini berisikan tentang latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

objek penelitian, metodologi dan sistematika penulisan.

Bab II Pembahasan mengenai Syariah Card ditinjau dari akad dan mekanisme

transaksinya, serta prinsip-prinsip yang diterapkan pada Syariah Card

yang tidak diterapkan pada kartu kredit konvensional.

Bab III Gambaran umum BNI Syariah, berisi segala hal yang berkaitan

dengan BNI Syariah mulai dari sejarah berdirinya BNI Syariah, visi

dan misi, struktur organisasi dan produk-produk BNI Syariah.

Bab IV Membahas tentang aplikasi Hasanah Card di BNI Syariah ditinjau dari

mekanisme operasionalnya, pelaksanaan prinsip syariah, bentuk

kerjasama antara BNI Syariah dengan MasterCard dan pembagian

keuntungan bagian yang diperoleh keduanya dari penerbitan Hasanah

Card.

Bab V Penutup berisi kesimpulan dan saran.

Page 23: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

BAB II

GAMBARAN UMUM BNI SYARIAH

A. Sejarah Singkat BNI Syariah6

Sistem syariah yang terbukti dapat bertahan dalam tempaan krisis moneter

1997. Meyakinkan masyarakat bahwa sistem tersebut kokoh dan mampu menjawab

kebutuhan perbankan yang transparan. Diawali dengan pembentukan Tim Bank

Syariah di tahun 1999. Bank Indonesia kemudian mengeluarkan izin prinsip dan

usaha beroperasinya unit usaha syariah BNI.

Berawal dari lima kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara

dan Banjarmasin yang mulai beroperasi tanggal 29 april 2000, kini BNI Syariah

memiliki lebih dari 20 cabang di seluruh Indonesia. Untuk memperluas layanan pada

masyarakat masing-masing kantor cabang utama tersebut membuka kantor cabang

pembantu syariah (KCPS), sehingga keseluruhan kantor cabang syariah sampai tahun

2007 berjumlah 54 buah.

Selanjutnya berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 8/3/PBI/2006 tentang

perjanjian izin bagi kantor cabang bank konvensional yang memiliki Unit Usaha

Syariah untuk melayani pembukaan rekening produk dana syariah, BNI Syariah

merespon ketentuan ini dengan cara bersinergi dengan cabang konvensional guna

melakukan “office cennelling”.

6 www.bni.co.id diakses pada tanggal 14 Desember 2010 pukul 18.30 Wib

Page 24: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

Namun pada tanggal 21 Mei 2010 PT. Bank Negara Indonesia akhirnya

melakukan pemisahan (spin-off) unit syariahnya sebagai langkah strategis perseroan

dalam merespon kebutuhan pasar dan memperkuat customer base. Di tahun ini, BNI

Syariah ditargetkan tumbuh sebesar 15 % dengan fokus pembiayaan pada sektor ritel

dan konsumer.

BNI Syariah resmi beroperasi berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank

Indonesia No.12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010, telah diperoleh izin usaha

bank umum syariah (BUS) PT Bank BNI Syariah atau BNI Syariah. Dengan izin

usaha ini, manajemen BNI melakukan soft launching operasional PT Bank BNI

Syariah sebagai entitas independen hasil pemisahan spin off Unit Usaha Syariah

(UUS) dari BNI dan efektif per tanggal 19 Juni 2010.

Langkah itu diperlukan guna memacu penetrasi produk dan pangsa pasar

lembaga bisnis syariah yang kini baru mencapai 2,2%. Angka itu menempatkan

Indonesia pada urutan ke-7 paling kecil di antara 20 negara berpenduduk muslim

terbesar. setelah UU Perbankan Syariah pada 2008 impactnya mulai kelihatan. Pada

2008 ada tiga BUS, 2009 ada delapan BUS dan BNI Syariah sebelum melakukan spin

off menjadi Bank Umum Syariah (BUS) telah membukukan aset per 31 Maret 2010

senilai Rp5,49 triliun. Dengan aset tersebut BNI Syariah telah melebihi layak untuk

segera menjadi BUS. Setelah spin off nasabahnya tetap bisa menikmati layanan yang

ada selama ini, seperti e-channel BNI, tarik setor diseluruh kantor BNI, serta masih

dapat melakukan pembukaan rekening BNI Syariah di lebih dari 750 kantor cabang

BNI yang telah menjadi syariah channeling outlet.

Page 25: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

Secara organisasi BNI Syariah merupakan salah satu unit dari BNI secara

keseluruhan, dengan kata lain direktur BNI Syariah dengan BNI masih sama. BNI

Syariah juga memanfaatkan jaringan BNI konvensional seperti ATM dan sebagian

cabang, sehingga meskipun jumlah Cabang Bank Syariah masih sedikit, tapi dengan

memanfaatkan jaringan ini nasabah BNI Syariah tidak perlu khawatir jika berada di

tempat yang jauh dari lokasi cabang BNI Syariah.

Perlu digariskan di sini bahwa untuk pengelolaan dana masyarakat dilakukan

terpisah antara BNI Syariah dan BNI konvensional. Dengan kata lain dana

masyarakat yang disimpan di BNI Syariah diperuntukkan hanya untuk pembiayaan di

BNI Syariah, dan sejak awal pembukaan rekening telah dibukukan secara terpisah.

Hal ini untuk menjamin pengelolaan dana masyarakat di BNI Syariah dilakukan

sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

B. Visi dan Misi BNI Syariah7

Visi BNI Syariah adalah menjadi bank syariah yang unggul dalam layanan

dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga Insya Allah membawa

berkah.

Misi BNI Syariah adalah secara istiqomah melaksanakan amanah untuk

memaksimalkan kinerja dan layanan perbankan dan jasa keuangan syariah sehingga

dapat menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri.

7 www.bni.co.id diakses pada tanggal 14 Desember 2010 pukul 18.30 Wib

Page 26: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

C. Struktur Organisasi BNI Syariah8

Dilihat dari organisasinya, BNI Syariah merupakan salah satu unit dari BNI

secara keseluruhan dibawah Dewan Pengawas Bisnis Syariah (DPBS) yang terdiri

dari Direktur Utama dan Direktur Manajemen Resiko. Dewan pengawas Bisnis

Syariah mengatur dan mengawasi pemimpin divisi usaha syariah yang menjalankan

usaha perbankan syariah selain DPBS, Dewan Pengawas Syariah(DPS) juga bertugas

mengawasi kinerja operasional pada BNI Syariah agar sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah.

Dalam menjalankan operasional perbankan syariah pemimpin divisi usaha

syariah membawahi Wakil Divisi Usaha Syariah, Kelompok Syariah dan Umum.

Dalam operasionalnya Kelompok Bisnis Syariah membawahi Pengelolahan

Transaksi Internasional. Pengelolaan Tresuri dan Pengelolaan Pembiayaan Non Ritel.

Dalam operasionalnya Wakil Divisi Syariah membawahi kelompok

Perbankan Syariah, Kelompok Penujang Syariah, Cabang Syariah dan Pengelolaan

Supervisi Cabang.

Kelompok Perbankan Syariah membawahi Pengelolaan administrasi

Pembiayaan, Pengelolaan Manajemen Resiko da Pengelolaan Produk dan SISDUK.

Sedangkan Kelompok Penunjang Syariah membawahi pengelolaan

Pengembangan Jaringan dan Promosi, Pengelolaan Akuntansi dan Sistem dan

Pengelolaan SDM dan Pengelolaan Logistik9.

8 www.bni.co.id diakses pada tanggal 14 Desember 2010 pukul 18.30 Wib

9 Untuk tabel struktur organisasi ada pada halaman lampiran

Page 27: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

D. Produk BNI Syariah10

1. BNI iB Giro (IDR & USD)

Giro syariah merupakan produk yang memberikan segala kemudahan

bertransaksi giro yang menggunakan prinsip Wadi‟ah Yadh Dhamanah. Giro

syariah mendukung usaha customer dengan kemudahan online pada cabang-

cabang BNI Syariah diseluruh Indonesia.

2. Tabungan iB Plus

Tabungan iB plus merupakan tabungan yang dikelola berdasarkan prinsip

Mudharabah Muthlaqah. Dengan prinsip ini tabungan anda akan diinvestasikan

secara produktif dalam investasi yang halal sesuai dengan prinsip syariah.

Keuntungan dari prinsip ini akan dibagihasilkan antara nasabah dan bank sesuai

dengan nisbah yang disepakati di awal pembukaan rekening tabungan.

3. BNI iB Tapenas

Merencanakan dan mempersiapkan dana pendidikan sedini mungkin

untuk buah hati adalah tindakan bijaksana. BNI Syariah membantu masyarakat

untuk menyiapkan pendidikan melalui BNI iB Tapenas. Dengan setoran sesuai

kemampuan dan perlindungan asuransi, BNI iB Tapenas dapat membantu

masyarakat mewujudkan rencana masa depan keluarga yang lebih baik.

10

www.bni.co.id diakses pada tanggal 14 Desember 2010 pukul 18.30 Wib

Page 28: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

4. BNI iB Deposito

BNI iB Deposito diperuntukan bagi mereka yang ingin memiliki investasi

berjangka yang menguntungkan dan menenangkan. Menggunakan prinsip

Mudharabah Muthalaqah. BNI iB Deposito mengelola dana masyarakat dengan

cara disalurkan untuk pembiayaan usaha produktif maupun pembiayaan konsumtif

yang halal dan bermanfaat untuk kemaslahatan umat.

5. BNI iB Haji

BNI Syariah menyadari bahwa setiap muslim berciti-cita menunaikan

ibadah haji setidaknya sekali seumur hidup. BNI iB Haji dari BNI Syariah

merupakan produk tabungan yang dikhususkan untuk memenuhi Ongkos Naik

Haji (ONH) yang dikelola secara aman dan bersih sesuai syariah.

6. BNI iB Wirausaha

BNI iB Wirausaha ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan

usaha anda, dengan besarnya pembiayaan dari Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 500

juta yang diproses lebih cepat dan fleksibel sesuai dengan prinsip syariah. Jenis

akad yang digunakan Murabahah,mudharabah atau musyarakah.

7. BNI iB Usaha Kecil

BNI iB Usaha Kecil adalah pembiayaan modal kerja atau investasi kepada

pengusaha kecil sampai dengan Rp. 10 miliar berdasarkan prinsip murabahah,

musyarakah, mudharabah dan ijarah.

Page 29: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

8. BNI iB usaha Besar

BNI Pembiayaan Besar Syariah adalah pembiayaan modal kerja atau

investasi kepada pengusaha menengah dan korporasi diatas Rp. 10 miliar

berdasarkan prinsip mudharabah, murabahah, musyarakah dan ijarah.

9. Transaksi Kiriman Uang (Remittancel Fund Transfer)

BNI Syariah memberikan kiriman uang dari dan keseluruh dunia melalui

draft SWIFT dan Smart Remittance. Kiriman uang ke luar negri menggunakan

mata uang yang tercatat di Bank Indonesia.

10. Clean Collection

Collection adalah pelayanan yang diberikan BNI Syariah untuk

mendapatkan pembayaran atas dokumen atau surat berharga dari pihak ketiga di

luar negri.

11. BNI iB Griya

Melalui pembiayaan BNI iB Griya nasabah dapat mewujudkan kebutuhan

perumahan, kavling siap bangun ataupun renovasi rumah. Pembayaran dengan

cara diangsur dalam periode waktu sampai 15 tahun. Bentuk pembiayaan adalah

jual beli ataupun ijarah.

12. BNI iB Oto

BNI iB Oto merupakan pembiayaan untuk pembelian kendaraan dengan

proses yang mudah dan cepat berdasarkan syariah. Uang muka relatif ringan dan

pembayaran dapat dilakukan secara debet otomatis.

Page 30: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

13. BNI iB Gadai Emas

BNI iB Gadai Emas atau juga disebut Raahn merupakan pembiayaan

dengan jaminan berupa emas (lantakan atau perhiasan) yang secara fisik dikuasai

oleh bank. Proses pembiayaan cepat dan sangat membantu bagi mereka yang

membutuhkan dana jangka pendek untuk kebutuhan yang mendesak.

14. BNI Hasanah Card

Bertepatan dengan Festival Ekonomi Syariah (FES) yang diselenggarakan

oleh Bank Indonesia, BNI Syariah telah meluncurkan salah satu jenis pembiayaan

yang berbasis kartu kredit yaitu BNI Hasanah Card dengan menggandeng provider

MasterCard Internasional.

Strong benefit/keuntungan dari hasanah Card ini adalah:

1. Sesuai tuntunan syariah

2. Lebih ringan karena tidak ada sistem bunga dan monthly fee dihitung dari

sisa pinjaman

3. Value tidak kalah menarik dibandingkan kartu kredit konvensional.

Page 31: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

BAB III

SYARIAH CARD DALAM PERSEPEKTIF EKONOMI ISLAM

A. Pengertian Syariah Card dan Perbedaannya dengan Kartu Kredit

Konvensional

Syariah berasal dari kata syara‟a yang berarti syariat, ajaran, undang-undang

hukum.11

Syariah juga berarti jalan yang ditempuh atau garis yang semestinya dilalui.

Secara terminology, definisi syariah adalah peraturan-peraturan dan hukum yang

telah digariskan oleh Allah atau telah digariskan pokok-pokoknya dan dibebankan

pada kaum muslimin supaya mematuhinya, supaya syariah ini diambil oleh orang

Islam sebagai penghubung diantaranya dengan Allah dan diantaranya dengan

manusia. Jadi singkatnya, syariah itu berisi peraturan dan hukum-hukum yang

menentukan garis hidup yang harus dilalui oleh seorang muslim.12

Berdasarkan fatwa

No. 54/DSN-MUI/X/2006 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, yang

dimaksud dengan kartu kredit syariah (syariah card) adalah kartu yang berfungsi

seperti kartu kredit yang hubungan hukum berdasarkan sistem yang ada antara para

pihak berdasarkan prinsip syariah dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam fatwa

ini.

11

Munir Baalbaki dan Rohi Baalbaki, Kamus Al-Maurid, (Surabaya: Halim Jaya, 2006), h. 509. 12

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h.7.

Page 32: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

Dalam beberapa literature fiqih kontemporer, status hukumnya sebagai

objek atau media jasa kafalah (jaminan) yang disertai talangan pembayaran (qardh)

serta jasa ijarah untuk kemudahan transaksi. Perusahaan perbankan pada hal ini yang

mengeluarkan kartu kredit (bukti kafalah) sebagai penjamin (kafil) bagi pengguna

kartu kredit tersebut dalam berbagai transaksi. Oleh karena itu berlaku disini hukum

kafalah, qardh dan ijarah.13

Sedangkan yang dimaksud dengan kartu kredit adalah alat pembayaran

pengganti uang tunai atau cek.14

Kartu kredit syariah pertama di dunia diluncurkan

oleh AmBank Malaysia (semula dikenal Arab-Bank Malaysian Berhad) dengan nama

Al-Taslif Credit Card pada tahun 1996 dengan skim bai‟ bitsaman „ajil. Meski

menimbulkan pro dan kontra, langkah tersebut diikuti oleh Bank Islam Malaysia

Berhad (BIMB) pertengahan tahun 2002 dengan nama Bank Islam Card. Kartu kredit

syariah di Indonesia pertama kali dikeluarkan oleh Bank Danamon unit Syariah

dengan menggandeng Master Card pada tanggal 19 Juli 2007 dengan persetujuan

DSN-MUI berdasarkan fatwa No. 54/DSN-MUI/X,2006 tentang syariah card.15

13

Stiawan Budi Utomo. Hukum Kartu Kridit Syariah. Artikel ini diakses pada tanggal 07 Agustus 2009 dari situs http://ustazsbu.blogspot.com

14

Hermansyah, SH. M. Hum, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta. Kencana Prenada Media Group, 2007), h.90.

15

Aji Dedi Mulawarman. Kontroversi Syariah Card... Kok Aneh? Artikel ini diakses pada 10 Februari 2009 dari situs http://ajidedim.wordpress.com/

Page 33: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

Landasan penerbitan kartu kredit syariah yang dijadikan sebagai acuan umum

salah satunya sebagai berikut :

a. Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 1 yang berbunyi sebagai

berikut :

Artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman penuhilah aqad ini” (Q.S. Al-Maidah : 1).

b. Firman Allah surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi sebagai berikut :

Artinya :

“Tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah

menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. “(Q.S. AI-Maidah: 2).

Ayat Al-Qur'an ini adalah untuk mengajak saudara sesama muslim untuk

mengerjakan perbuatan halal dan menghindari perbuatan dosa yaitu perbuatan

memakan riba.

Page 34: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

Jika dilihat dari skema mekanisme transaksi antara kartu kredit konvensional

dengan kartu kredit syariah, terdapat beberapa perbedaan antara keduanya. Perbedaan

yang pertama dari segi akad, syariah card menggunakan 3 akad yaitu kafalah, ijarah,

qard. Perbedaan yang kedua adalah tidak adanya sistem bunga pada kartu kredit

syariah. Penggunannya seperti kartu kredit tetapi tidak terdapat pembayaran

minimum, jadi ketika jatuh tempo tagihan harus dibayar seluruhnya.

Selain dua hal tersebut diatas, perbedaan antara kartu kredit syariah dan kartu

kredit konvensional dapat terlihat pada sistem kontrol kartu kredit tersebut.

Sistem kontrol kartu kredit konvensional adalah sebagai berikut :

1. Sistem kontrol bank terhadap nasabah kartu kredit.

a. Sistem kartu yang dicabut oleh bank maka secepatnya nasabah kartu

kredit mengembalikan kartu dan melunasi kewajibannya.

b. Jika terdapat perubahan alamat atau data maka nasabah kartu kredit segera

memberitahukan.

2. Sistem kontrol bank terhadap merchant.

a. Bank berhak melakukan penolakan pembayaran untuk merchant atas

transaksi yang dilakukan nasabah.

b. Bank tidak bertanggung jawab atas segala transaksi yang dilakukan antara

merchant dengan nasabah kartu kredit tentang kualitas suatu barang.

3. Sistem kontrol bank terhadap bank dan nasabah kartu kredit.

a. Pihak penerima pembayaran kartu kredit dapat menolak untuk menerima

pembayaran dengan kartu kredit dari seseorang pemegang kartu kredit atas

Page 35: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

pembelian suatu barang, apabila pihak penerima kartu kredit merasakan

adanya keraguan atas kartu tersebut.

b. Melakukan otoritas terlebih dahulu kepada pihak penerbit kartu apabila

ada pihak pemegang kartu yang menggunakan kartu kredit melebihi batas

maksimum

c. Selalu memeriksa Card Recolvery Bulletin (CRB daftar hitam) yang telah

dikirimkan atau diberikan oleh penerbit kartu dan bank.

Sedangkan sistem kontrol pada kartu kredit syariah, yaitu sebagai berikut

bank memberikan ketentuan dan batasan bahwa kartu tidak digunakan untuk transaksi

objek yang haram atau maksiat. Ini sesuai dengan konsep konsumsi dalam teori

ekonomi Islam, bahwa ukuran kemaslahatan menjadi standar dalam berkonsumsi

yaitu bahwa barang yang dikonsumsi adalah barang yang mendatangkan manfaat dan

kemaslahatan bukan mendatangkan mudhrarat dan mafasid. Sedangkan pada kartu

kredit konvensional tidak terdapat ketentuan mengenai objek transaksi, apakah harus

barang yang halal dan bermanfaat atau tidak.

Agar kartu kredit syariah tidak mendekati kartu kredit konvensional, DSN-

MUI menetapkan ketentuan tentang batasan (Dhawabith Wa Hudud), yaitu :

1. Tidak menimbulkan riba;

2. Tidak digunakan untuk transaksi yang, tidak sesuai syariah;

3. Tidak mendorong pengeluaran yang berlebihan atau konsumerisme, dengan

cara antara lain menetapkan pagu maksimal pembelanjaan;

Page 36: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

4. Pemegang kartu utama harus mempunyai kemampuan finansial untuk

melunasi pada waktunya;

5. Tidak memberikan fasilitas yang bertentangan dengan syariah.

Terdapat beberapa pihak yang terlibat dalam transaksi syariah card, yaitu :

1. Issuer Bank, yaitu pihak yang diberikan kuasa oleh undang-undang untuk

menerbitkan katu kepada nasabahnya, ia menjadi wakil dari card holder

dalam membayar nilai pembelian yang dilakukannya kepada merchant.

2. Card Holder, yaitu orang yang namanya dicantumkan dalam kartu, atau orang

yang diberi kuasa untuk memakainya dan ia berkewajiban untuk melunasi

semua kewajiban yang timbul sebagai akibat pemakaian kartu tersebut kepada

pihak issuer bank.

3. Merchant, yaitu pihak yang terkait dengan issuer bank dengan memberikan

barang dan jasa kepada card holder sesuai dengan kesepakatan mereka.

B. Prinsip Syariah Card dalam Perspektif DSN-MUI

Ada beberapa prinsip-prinsip yang diharamkan pada syariah card akan tetap

terjadi pada kartu kredit konvensional. Hal tersebut dijelaskan pada fatwa DSN-MUI

tentang syariah card pada ketentuan tentang batasan (Dhawabith Wa Hudud).

Yang pertama adalah tidak menimbulkan riba. Dalam bahasa Indonesia riba

diartikan sebagai bunga (baik sedikit maupun banyak). Menurut istilah teknis, riba

berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Dalam

Inggris riba diartikan interest (bunga sedikit) atau usury (bunga yang banyak). Riba

Page 37: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

dapat timbul dalam pinjaman (riba dayn) dan dapat pula timbul dalam perdagangan

(riba bai‟). Riba bai' terdiri dari dua jenis, yaitu riba karena pertukaran barang sejenis

tetapi jumlahnya tidak seimbang (riba fadl), dan riba karena pertukaran barang

sejenis dan jumlahnya dilebihkan karena melibatkan jangka waktu (riba nasiah).

Riba dayn berarti tambahan, yaitu pembayaran premi atas setiap jenis

pinjaman dalam transaksi utang-piutang maupun perdagangan yang harus dibayarkan

oleh peminjam kepada pemberi pinjaman disamping pengembalian pokok yang

ditetapkan sebelumnya. Inti dari riba pinjaman (riba dayn) adalah tambahan pokok

yang ditetapkan sedikit maupun banyak.

Larangan riba yang terdapat dalam Al-Qur'an tidak diturunkan sekaligus

melainkan diturunkan dalam empat tahap. Pada tahap pertama, keharaman riba

untuk pertama kalinya secara implicit dijelaskan pada ayat 39 surat Ar-Rum yang

berikut :

Artinya :

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta

manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan

berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang

Page 38: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (Q.S.

Ar-Ruum : 39).

Penting dicatat, ayat tersebut merupakan bagian dari ayat-ayat Makiyyah.

Pembahasan mengenai riba dalam ayat 39 surat Ar-Rum yang termasuk kategori ayat-

ayat Makiyyah itu mempunyai sebuah indikasi mengenai betapa pentingnya tmasalah

riba ini.

Mayoritas ahli tafsir (jumhur al-mufassirin) berpendapat bahwa yang

dimaksud dengan riba pada ayat tersebut adalah suatu bentuk pemberian (al-

„athiyyah) yang disampaikan seseorang kepada orang lain bukan dengan tujuan untuk

menggapai ridha Allah SWT, tetapi hanya sekedar mendapatkan imbalan duniawi

semata. Karena itu pelakunya tidak akan memperoleh pahala dari Allah. Bila

dicermati ayat 39 tidak secara eksplisit menyebutkan tentang keharaman riba. Karena

itu para ulama berbeda pendapat mengenai apa sesungguhnya yang dimaksud dengan

riba pada ayat tersebut.16

Yang kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah SWT akan

memberikan balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba. Seperti

yang tertulis dalam Al-Qur‟an surat An-Nisaa‟ ayat 160-161, sebagai berikut:

16

Mujar Ibnu Syarif, Konsep Riba dalam Al-Qur'an, Makalah yang Belum Dipublikasikan, h. 3.

Page 39: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

Artinya :

“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas

mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi

mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka

memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena

mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan

untuk orang-orang yang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih.” (An-Nisaa‟:

160-161).

Ayat tersebut menjelaskan tentang adanya semacam hukuman Tuhan terhadap

kaum Yahudi, sehingga mereka tidak boleh lagi mengkonsumsi beberapa jenis

makanan tertentu yang semula dihalalkan bagi mereka. Kemudian Allah SWT

Page 40: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

melakukan pengharaman beberapa jenis makanan tertentu yang semula dihalalkan

bagi mereka yang sengaja ditetapkan-Nya dalam kitab Taurat.17

Hukuman tersebut ditimpakan kepada mereka, antara lain karena tiga alasan

yang tercantum dalam ayat 160-161 surat An-Nisa yakni, (1) banyak menghalangi

manusia dari jalan Allah, (2) memakan riba, padahal mereka dilarang memakannya,

dan (3) memakan harta orang lain dengan cara bathil. Kembali pada riba. Akan tetapi

mereka justru mempraktekannya dengan berbagai cara. Salah satnya, meminjamkan

uang kepada selain mereka dengan cara ribawi.

Seperti ayat 39 surat Ar-Rum, ayat 160-161 surat An-Nisa juga sama sekali

tidak menyinggung keharaman riba secara eksplisit. Kedua ayat tersebut menurut Dr.

Rif‟at Al-Sayyid Al-Audi paling sedikit berisis 4 hal berikut18

:

1. Riba merupakan tradisi yang biasa dilakukan oleh kaum Yahudi. Lebih dari itu

mereka bahkan menyebarkan kebiasaan memakan riba tersebut kepada pihak

lain.

2. Disebutkannya riba secara beriringan dengan memakan harta orang lain secara

bathil dalam ayat tersebut merupakan indikasi yang sangat jelas bahwa riba itu

merupakan salah satu bentuk memakan harta orang lain dengan cara yang

bathil.

17

Mujar Ibnu Syarif, Konsep Riba dalam Al-Qur'an, Makalah yang Belum Dipublikasikan, h. 5

18

Rif’ at Al-Sayyid al-Audi, Min al-Turats al-Iqtishad li al-Muslimin … hlm. 19 (http://muhaiminkhair.wordpress.com diunduh pada tanggal 22 Februari 2011 pukul 15:08 WIB)

Page 41: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

3. Riba sangat erat kaitannya dengan kedzaliman (az-zulum). Dampak negatif

keduanya relatif sama dan sanksi ukhrawinya pun tidak jauh berbeda, yakni

diinformasikan empat macam kesalahan yang dilakukan yakni siksa pedih di

dalam neraka.

4. Dalam ayat tersebut diinformasikan empat macam kesalahan yang dilakukan

kaum Yahudi, yakni (1) kesalahan dari sisi aqidah, yakni menghalangi orang

lain untuk menempuh jalan Allah, (2) kesalahan dari aspek politik, (3)

kesalahan dari dimensi sosial. Dua kesalahan yang disebut terakhir ini sama-

sama ditandai dengan tindak kedzaliman yang biasa mereka lakukan dalam

interaksi politik, dan (4) kesalahan dari aspek ekonomi, yaitu mempraktekkan

riba sesungguhnya mereka dilarang melakukan itu.

Yang ketiga, keharaman riba sudah diterangkan secara eksplisit dengan

larangan memakan riba sebagaimana tercantum dalam ayat 130 surat Ali-Imran, yang

berbunyi sebagai berikut :

Artinya :

Page 42: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat

ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.

“(Q.S. Ali-Imran: 130).

Menurut Al-Razy, ketika menderita kekalahan dalam perang Uhud pada tahun

ke-3 H, kaum muslimin mulai meniru kebiasaan kaum Quraisy, yakni

menimbun harta kekayaan dengan jalan riba, sebagai respon atas tindakan tersebut,

turunlah ayat 130 surat Ali-Imran yang pada intinya berisi larangan bagi umat Islam

ini untuk menjalankan praktek riba, berbeda dengan ayat sebelumnya, ayat 130 surat

Ali-Imran ini secara eksplisit sudah mulai melarang umat Islam untuk memakan

riba19

.

Dalam menafsirkan penggalan ayat 130 surat Ali-Imran yang berbunyi

„adh‟afan mudha‟afah, dikalangan para ulama terjadi perbedaan pendapat. Satu

pendapat menyatakan, riba yang hanya sedikit saja hukumnya halal. Menurut Sayyid

Quthb, penggalan ayat 130 surat Ali-Imran yang berbunyi „adh'afan mudha‟afah,

merupakan sebuah sifat yang lazim melekat pada riba20

. Karena itu, meskipun

ditetapkan dalam kadar yang sedikit saja, secara natural, seiring

berjalannya waktu, riba yang sedikit itu, lama-kelamaan pasti akan berubah menjadi

berlipat ganda juga. Bila pendapat Sayyid Quthb ini diterima, maka riba itu tetap

19

http://stissbisurabaya.blogspot.com ”Diskusi tentang riba dalam Persepektif Ekonomi Islam” Bunga dan Riba. Surabaya: Selasa 21 Desember 2010.

20

Quthb, Sayyid. Fi Zhilal al-Qur`an, cet. V, vol. X. Beirut : Dar Ihyâ al-Turâts al-‘Arabi(http://riuisme.wordpress.com diunduh pada tanggal 22 Februari 2011 pukul 15:12 WIB)

Page 43: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

haram hukumnya, baik dalm kadar yang sedikit saja maupun dalam kadar yang

berlipat ganda.

Yang terakhir, Allah SWT dengan jelas dan tegas mengharamkan apa pun

jenis tambahan yang diambil dari pinjaman. Ini adalah ayat terakhir yang diturunkan

menyangkut riba.

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa

riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu

tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah Allah dan Rasul-Nya

akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba) maka bagimu

pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianaya.” (Q.S. Al-Baqarah :

278-279).

Page 44: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

Ayat ini merupakan ayat terakhir tentang riba yang diturunkan kepada nabi

Muhammad SAW. Ayat tersebut paling sedikit berisi tentang penjelasan tentang

dampak negatif dari riba, yaitu :

1. Riba menjadikan pelakunya laksana orang yang kerasukan setan. Sehingga

tidak dapat lagi membedakan antara yang hak dengan yang bathil, seperti tidak

dapat membedakan jual beli yang jelas-jelas halal dengan riba yang jelas-jelas

haram.

2. Dalam riba terdapat unsur dzulm (penindasan terhadap orang lain) yang tidak

ada pada jual beli. Karena itu jual beli halal, sementara riba haram dilakukan.

3. Pada hari kiamat nanti pemakan riba akan mendapat siksa yang kekal abadi di

dalam neraka.21

Praktek riba terjadi pada kartu kredit konvensional. Apabila card holder tidak

dapat melunasi kewajibannya pada jangka waktu yang telah ditentukan, maka card

holder wajib membayar jumlah tagihan yang ditambahkan dengan bunga berdasarkan

perjanjian, dan bunga tersebut akan berlipat terus menerus apabila card holder tidak

melunasi kewajibannya di bulan yang mendatang. Lain hal apabila card holder dapat

melunasi kewajibannya tepat pada waktu yang ditentukan maka card holder tidak

dikenakan bunga. Berbeda dengan ketentuan pada syariah card. Pada syariah card

terdapat biaya yang disebut dengan biaya ta‟widh. Fatwa DSN-MUI No. 43 tentang

ganti rugi (ta‟widh) memutuskan bahwa ganti rugi hanya boleh dikenakan atas pihak

21

Mujar Ibnu Syarif, Konsep Riba dalam Al-Qur'an, Makalah yang Belum Dipublikasikan, h. 12.

Page 45: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

yang dengan sengaja atau karena kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari

ketentuan akad dan menimbulkan kerugian lain dan kerugian yang dapat dikenakan

ta‟widh adalah kerugian rill yang dapat diperhitungkan dengan jelas.

Besar ganti rugi (ta'widh) adalah sesuai dengan nilai kerugian riil (real loss)

yang pasti dalam dialami (fixed cost) dalam transaksi tersebut dan bukan kerugian

yang diperkirakan akan terjadi (potential loss) karena adanya peluang yang hilang

(opportubity loss atau al-furshah al-dhai‟ah). Besamya ganti rugi ini tidak boleh

dicantumkan dalam akad.

Perbedaan antara bunga dengan biaya ta‟widh adalah sebagai berikut, bunga

adalah tambahan yang dikenakan dalam transaksi pinjaman uang/kredit (alqard) yang

diperhitungkan dari pokok pinjaman tanpa mempertimbangkan pemanfaatan/hasil

pokok tersebut, berdasarkan tempo waktu, diperhitungkan secara pasti di muka, dan

pada umumnya berdasarkan persentase. Sedangkan biaya ta‟widh adalah ganti rugi

yang bertujuan untuk menutup kerugian yang terjadi akibat pelanggaran atau

kekeliruan yang hanya boleh dikenakan atas pihak yang disengaja atau karena

kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari ketentuan akad dan

menimbulkan kerugian pada pihak lain.

Prinsip yang kedua adalah tidak digunakan untuk transaksi yang tidak sesuai

dengan syariah. Hal ini dapat dikatakan dengan tidak adanya transaksi yang bersifat

gharar. Lafal gharar secara etimologi bermakna kekhawatiran atau risiko, dan gharar

berarti juga menghadapi suatu kecelakaan, kerugian dan atau kebinasaan. Gharar

juga dikatakan sebagai sesuatu yang bersifat ketidakyakinan (uncertainty). Jual beli

Page 46: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

gharar berarti sebuah jual beli yang mengandung unsure ketidaktahuan atau

ketidakpastian (jahalah) antara dua pihak yang bertransaksi atau jual beli suatu objek

akad yang tidak diyakini dapat diserahkan.

Dalam penjabaran konsep adil yang dilakukan oleh Suwailem (1999) dan

dikembangkan oleh Karim (2000), salah satu komponennya adalah tidak boleh

gharar atau dalam istilah ekonominya disebut uncertainty with zero sum game.

Karena gharar berarti dzalim pada salah satu pihak pelaku transaksi. Karena dalam

gharar terdapat unsur memakan harta orang lain dengan cara bathil.

Secara garis besar gharar dibagi menjadi 2 (dua) bagian pokok, yaitu gharar

dalam sighat akad dan gharar dalam objek akad. Gharar dalam objek akad meliputi

salah satunya adalah ketidaktahuan (jahl) dalam jenis objek akad, yaitu tidak

diketahuinya objek akad yang akan ditransaksikan, sehingga zat, sifat serta karakter

dari objek akad tidak diketahui (majhul). Untuk itu para ahli Fiqih sepakat, bahwa

mengetahui jenis obyek transaksi merupakan syarat sahnya jual beli. ketidakjelasan

obyek transaksi dapat menghalangi sahnya jual beli sebagaimana ketidak jelasan atas

jenisnya.

Dalam beberapa literatur fiqih disebutkan tentang disyaratkannya

menyebutkan macam dari obyek transaksi (secara jelas) agar akadnya menjadi sah,

dan sebagian yang lain dengan menyebutkan sifat atau karakter dari obyek

transaksinya.

Jenis gharar ditinjau peristiwanya adalah :

1. Jual beli barang yang belum ada.

Page 47: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

2. Jual beli tidak jelas, baik mutlak pada barangnya, jenis maupun sifatnya.

3. Jual beli barang yang tidak mampu diserahterimakan.

Ulama bermadzhab Syafi‟ie mempunyai tiga perincian pendapat dalam

persyaratan atas penyebutan sifat, karakter dan jenis transaksi agar transaksi tersebut

menjadi sah :

1. Tidak sah suatu transaksi jual beli sehingga disebutkan seluruh sifat dan

karakternya.

2. Tidak sah suatu transaksi jual beli sehingga disebutkan sifat sifat dan karakter

komoditi yang dikehendaki.

3. Keabsahan jual beli dengan tanpa penyebutan sifat dan karakter komoditi dapat

terjadi asalkan mekanisme khiyar ru‟yah (masa pilihan dengan melihat

komoditi) masih berlaku bagi pembeli.

Pada kartu kredit konvensional tidak terdapat ketentuan mengenai jenis objek

transaksi yang diperbolehkan. Jadi apapun objeknya, transaksi dapat menggunakan

kartu kredit konvensional, baik itu objek yang halal maupun haram. Lain hal dengan

yang terjadi pada syariah card. Hanya pada produk-produk yang halal saja syariah

card dapat dipergunakan.

Prinsip yang ketiga adalah tidak mendorong pengeluaran yang berlebihan atau

konsumerisme atau israf. Menurut bahasa, israf adalah menafkahkan

(membelanjakan) sesuatu tidak dalam rangka melaksanakan ketaatan kepada Allah.

Israf juga berarti berlebih-lebihan melewati batas. Sedangkan menurut istilah, israf

berarti melewati batas dalam hal makan, minum, berpakaian, bertempat tinggal, dan

Page 48: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

keinginan yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Allah berfirman dalam surat AI-

Isra‟: 27) mengenai pelarangan israf sebagai berikut.

Artinya :

“Sesunguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu

selalu ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. Al-Isra‟: 27).

Pada praktek di kartu konvensional tidak terdapat pagu maksimal

pembelanjaan, sehingga card holder dapat dengan bebas menggunakan kartu kredit.

Akan tetapi kartu kredit syariah menetapkan batas minimum pembayaran setiap

jangka waktunya, sehingga tidak mendorong nasabah menjadi konsumtif.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

TABEL 2.1

DESKRIPSI PRINSIP SYARIAH CARD

PRINSIP DESKRIPSI

1. Riba Adanya Bunga.Apabila card holder tidak dapat melunasi

kewajibannya pada jangka waktu yang telah ditentukan maka card

holder wajib membayar tagihan yang telah ditambahkan dengan

bunga. Dan bunga akan bertambah terus menerus apabila card

Page 49: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

holder tidak dapat melunasi kewajibannya di jangka waktu

berikutnya.

2. Gharar Tidak adanya ketentuan objek yang dapat dibayar dengan kartu

kredit. Apapun jenis objeknya jika sudah tergabung sebagai

merchant dari provider kartu kredit tersebut, maka transaksi dapat

dilakukan.

3. Israf Tidak adanya batas maksimum/limit pembelian menjadikan

nasabah kartu kredit bersifat konsumerisme. Ditambah dengan

adanya batas minimum pembayaran menjadikan kurang adanya

rasa tanggung jawab dalam pelunasan tagihan kartu kredit.

C. Ketentuan Ta’widh Menurut Fatwa DSN-MUI

Dalam fatwa DSN-MUI No. 43/DSN-MUI/VII/2004 tentang ta‟widh terdapat

2 ketentuan, yaitu ketentuan umum dan ketentuan khusus. Ketentuan umum berisi

tentang :

1. Ganti rugi (ta‟widh) hanya boleh dikenakan atas pihak yang dengan sengaja

atau karena kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari ketentuan akad

dan menimbulkan kerugian pada pihak lain.

2. Kerugian yang dapat dikenakan ta‟widh sebagaimana dimaksud dalam ayat 1

adalah kerugian riil yang dapat diperhitungkan dengan jelas.

3. Kerugian riil sebagaimana dimaksud ayat 2 adalah biaya-biaya riil yang

dikeluarkan dalam rangka penagihan hak yang seharusnya dibayarkan.

Page 50: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

4. Besar ganti rugi (ta‟widh) adalah sesuai dengan nilai kerugian riil (real loss)

yang pasti dialami (fixed cost) dalam transaksi tersebut dan bukan kerugian

yang diperkirakan akan terjadi (potential loss) karena adanya peluang yang

hilang (opportunity loss atau al-furshah al-adhai‟ah).

5. Ganti rugi (ta‟widh) hanya boleh dikenakan pada transaksi (akad) yang

menimbulkan utang piutang (dain), seperti salam, istishna‟ serta murabahah

dan ijarah.

6. Dalam akad mudhrabah dan musyarakah ganti rugi hanya boleh dikenakan oleh

shahibul mal atau salah satu pihak dalam musyarakah apabila bagian

keuntungannya jelas tetapi tidak dibayarkan.

Ketentuan khusus pada fatwa tentang ta‟widh adalah sebagai berikut :

1. Ganti rugi yang diterima dalam transaksi dalam LKS dapat diakui sebagai hak

(pendapatan) bagi pihak yang menerimanya.

2. Jumlah ganti rugi besarnya tetap sesuai dengan kerugian riil dan tata cara

pembayarannya tergantung kesepakatan para pihak.

3. Besarnya ganti rugi ini tidak boleh dicantumkan dalam akad.

4. Pihak yang cedera janji bertanggung jawab atas biaya perkara dan biaya lainnya

yang timbul akibat proses penyelesaian perkara.

D. Akad yang Digunakan dalam Syariah Card

Berdasarkan fatwa DSN-MUI mengenai syariah card, terdapat ketentuan akad

yang Digunakan dalam syariah card, yaitu kafalah, ijarah, dan qard. Kafalah

Page 51: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

menurut bahasa berarti dhaman (Jaminan).22

Sedangkan menurut ahli fiqih mazhab

Hanafi, kafalah adalah penggabungan tanggungan seorang kafil (pihak penjamin)

dengan tanggungan ashil (orang yang ditanggung) untuk memenuhi tuntutan dirinya

atau uang atau barang atau suatu pekerjaan. Menurut kalangan Ulama Fiqih lainnya

kafalah adalah penggabungan dua tanggungan dalam pemenuhan tanggungan dan

hutang. Sedangkan dalam prakteknya pada syariah card, akad kafalah dalam hal ini

berarti penerbit kartu adalah kafil bagi pemegang kartu terhadap merchant atas semua

kewajiban bayar (dayn). Atas pemberian kafalah, penerbit kartu dapat menerima fee

(ujrah kafalah).

Akad yang kedua adalah ijarah. Secara bahasa, kata ijarah berasalah dari kata

ajru yang berarti gaji, ongkos keda, upah. uang jasa.23

Dalam praktek pada syariah

card, akad ijarah dalam hal ini penerbit kartu adalah penyedia jasa adalah sistem

pembayaran dan pelayanan terhadap pemegang kartu. Atas ijarah ini, pemegang kartu

dikenakan membership fee.

Akad yang terakhir adalah qard. Menurut bahasa kata qard berarti adalah

pinjaman, bantuan. Qard adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih

atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan

imbalan. Dalam syariah card, akad qard dalam hal ini penerbit kartu adalah pemberi

pinjaman (muqridh) kepada pemegang kartu (muqtaridh) melalui penarikan tunai

dari bank atau ATM bank penerbit kartu.

22

Baalbaki, Kamus AlMaurid, h. 561. 23

Baalbki, Kamus Almaurid, h. 21.

Page 52: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

E. Mekanisme Syariah Card

Sistem kerja syariah card adalah dengan melibatkan pihak-pihak yang saling

berkepentingan. Sistem kerja ini melibatkan pemegang kartu, perusahaan yang

mengeluarkan dan pihak pedagang (merchant). Sistem kerja syariah card, dimulai

dari permohonan penerbitan kartu, transaksi pembelanjaan sampai dengan penagihan

yang dilakukan oleh lembaga pembayar, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Nasabah mengajukan permohonan sebagai pemegang kartu dengan memenuhi

segala peraturan yang telah dibuat.

2. Bank atau lembaga pembiayaan akan menerbitkan kartu apabila terhadap

disetujui (setelah melalui penelitian terhadap kredibilitas dan capabilitas calon

nasabah), kemudian diserahkan ke nasabah.

3. Dengan kartu yang sudah disetujui pemegang kartu berbelanja di suatu tempat

dengan bukti pembayarannya.

Apabila nasabah pemegang kartu melakukan transaksi, maka sistem kerja

penagihannya sebagai berikut :

1. Card holder memakai kartunya dalam berbelanja kepada merchant, ia

mendapatkan sales draft sejumlah pembeliannya itu.

2. Merchant memberikan sales draft itu pada bank merchant, lalu pembayaran

kepada merchant langsung dilakukan oleh bank tersebut. Di samping itu juga

ditentukan komisi bank merchant yang disepakati keduanya.

Page 53: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

3. Bank atau lembaga pembiayaan akan menagihkan kepada card holder

berdasarkan bukti pembelian sampai batas waktu tertentu.

4. Pemegang kartu akan membayar sejumlah nominal yang tertera sampai batas

waktu yang telah ditentukan.

Adapun hubungan dengan card taker (Master Card) dengan bank lokal yang

menerbitkan kartu adalah sesuai dengan perjanjian yang mengatur pembagian kerja

dan pembagian keuntungan di antara mereka.

Sebagai seseorang yang diberi kuasa untuk mengunakan kartu kredit dan

Berkewajiban untuk melunasi segala bentuk kewajiban sebagai akibat dari pemakaian

kartu kredit, ada beberapa hal yang perlu dan wajib untuk diperhatikan oleh card

holder yang dicantumkan dalam kesepakatan. Diantaranya adalah :

1. Didalamnya disebutkan berapa yang harus dibayar untuk biaya pajak dan

sebagainya.

2. Hak dan kewajiban yang ditekankan dalam perjanjian dan hal-hal lainyang

harus ditunaikan oleh card holder ;

3. Limit nominal yang diberikan oleh issuer card untuk penarikan uang secara

tunai dan card holder menyiapkan laporanrutinnya ;

4. Syarat-syarat yang diminta oleh issuer card kepada card holder ketika terjadi

kegagalan perjanjian dan tidak terpenuhinya poin-poin dalam kesepakatan

tersebut.

Pada syariah card terdapat beberapa fee yang menjadi kewajiban bagi nasabah

syariah card, yaitu sebagai berikut :

Page 54: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

TABEL 2.2

FEE PADA SYARIAH CARD

Iuran Keanggotaan

(membership fee)

Iuran keanggotaan, termasuk

perpanjangan masa keanggotaan dari

pemegang kartu, sebagai imbalan atas

izin penggunaan fasilitas kartu yang

pembayarannya berdasarkan

kesepakatan.

Merchant Fee Fee yang diberikan oleh merchant

kepada penerbit kartu yang diambil dari

harga obyek transaksi atau pelayanan

sebagai upah/imbalan (ujrah) atas

perantara (samsarah), pemasaran

(taswiq) dan penagihan (tashil al-dayn).

Fee Penarikan Uang Tunai Fee penarikan uang tunai sebagai fee

pelayanan dan penggunaan fasilitas yang

besarnya tidak dikaitkan dengan jumlah

penarikan.

Sumber : Pengembangan Produk Perbankan BNI Syariah

Page 55: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

BAB IV

APLIKASI HASANAH CARD DI BNI SYARIAH

A. Mekanisme Operasional Hasanah Card

Business flow dari Hasanah Card diawali dengan pengajuan aplikasi oleh

nasabah pemohon kepada pihak issuer bank yang dalam hal ini adalah BNI Syariah.

Dilanjutkan dengan proses scoring/verifikasi berdasarkan aplikasi yang dilakukan

oleh nasabah. Jika proses scoring/verifikasi telah selesai dilaksanakan maka proses

approval adalah langkah berikutnya.

Langkah selanjutnya adalah proses cetak kartu Hasanah Card, rekening

Hasanah Card dan plafon Hasanah Card. Rekening awal Hasanah Card merupakan

Goodwill Investment/Tabungan Mudharabah Hasanah Card (khusus kartu classic)

10% dari plafon. Lalu kartu Hasanah Card, rekening tabungan Hasanah Card dan

petunjuk aktivasi dikirimkan kepada nasabah pemohon.

Untuk mengaktifkan Hasanah Card, nasabah` pemohon harus menyetorkan

Goodwill Invesment kepada kantor cabang BNI atau BNI Syariah. Lalu proses

aktivasi dilakukan. Setelah proses transaksi berjalan, billing statement dari transaksi

termasuk dalam laporan saldo tabungan Hasanah Card.

Page 56: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

Terdapat perbedaan antara kartu kredit reguler dengan Hasanah Card.

Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini;

TABEL 4.1

PERBEDAAN KARTU KREDIT REGULER DAN HASANAH CARD

Kartu Kredit Reguler Hasanah Card

Dasar Hukum UU Perbankan UU Perbankan, UUPS, Fatwa

DSN

Penerbit Bank konvensional BNI Syariah bekerjasama dengan

divisi BSK

Provider Master Card & Visa Master Card

Perjanjian Berdasarkan bunga Berdasarkan akad kafalah, ijarah

qard

Ketentuan

penggunaan

Tidak dibatasi Hanya dapat digunakan untuk

transaksi yang sesuai syariah

Fitur Cash advance, danaplus,

extradana, smart spending, transfer

balance, executive lounge, dsb

Fitur sama dengan kartu kredit

reguler yang membedakan cara

penetapan fee-nya

Pendapatan

bank

Annual fee, bunga atas transaksi,

merchant fee, denda atas

keterlambatan

Annual fee, monthly fee, biaya

penagihan, denda keterlambatan

sebagai dana sosial

Good will

investment

Tidak diperlukan Diperlukan untuk kartu

classic10% dari limit kartu

Sumber : Pengembangan Produk Perbankan BNI Syariah.

Page 57: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

Goodwill investment pada Hasanah Card adalah semacam deposito yang tidak

dapat diambil selama nasabah masih menggunakan Hasanah Card, besarnya adalah

10% dari limit kartu. Akan tetapi goodwill investment hanya berlaku pada kartu jenis

classic. Karena menurut data Bank Indonesia tingkat kemungkinan terjadinya kredit

macet paling tinggi adalah pada pengguna kartu classic atau untuk kartu kredit

konvensional yaitu pada kartu silver. Oleh karena itu Bank Indonesia menetapkan

peraturan bahwa bagi nasabah yang ingin mengajukan aplikasi kartu Hasanah Card

jenis classic harus menyetorkan 10% dari limit kartunya. Berdasarkan deposito 10%

tersebut, nasabah akan mendapatkan nisbah bagi hasil setiap bulannya sebesar 15%

dari keuntungan yang diperoleh bank. Deposito tersebut dapat diambil jika nasabah

menghentikan penggunaan Hasanah Card atau nasabah ingin merubah kartu menjadi

gold atau platinum.

Selain perbedaan tersebut di atas, perbedaan antara kartu kredit reguler dan

Hasanah Card juga dapat dilihat dari pendapatan bank sebagai berikut ;

TABEL 4.2

PERBEDAAN KARTU KREDIT REGULER DENGAN HASANAH CARD

Pendapatan Kartu Kredit Reguler Pendapatan Hasanah Card

1. Membership, fee Annual fee 1. Annual membership fee annual fee, berasal

dari akad ijarah (fix)

Page 58: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

2. Bunga atas nominal transaksi 2. Monthly membership fee (fix), berasal dari

akad kafalah, diberikan diskon dari jumlah

transaksinya dalam bentuk cash rebate

3. Merchant fee 3. Merchant fee, berasal dari akad ijarah

(sesuai transaksi)

4. Cash advance fee 4. Cash advance fee (rusum sahb al-nuqud)

5. Denda keterlambatan 5. Biaya keterlambatan :

- Biaya keterlambatan menjadi dana sosial

- Biaya penagihan boleh diakui sebagai

biaya ta‟widh

Sumber : Pengembangan Produk Perbankan BNI Syariah.

Adapun cara menghitung net monthly fee adalah sebagai berikut :

a. Limit kartu (gold) Rp. 100.000.000

b. Monthly membership fee (2, 95% x limit kartu) Rp. 295.000

c. Penggunaan Kartu Rp. 1.000.000

d. Outstanding after payment Rp. 900.000

e. Cash rebate (e = (d-a) x 2, 95%) Rp. 284.450

f. Net monthly membership fee (f = b + e ) Rp. 26.550

Page 59: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

Hasanah Card sebagai syariah card tidak menggunakan perhitungan bunga

dalam penetapan biaya yang dikenakan kepada nasabah, apalagi dengan perhitungan

bunga per bunga. Namun nasabah Hasanah Card akan dikenakan iuran bulanan

(monthly fee) yang nilainya tetap dan diberikan insentif (cash rebate) kepada nasabah

atas dasar pola pembelanjaan dan pembayaran. Cash rebate adalah bentuk apresiasi

dari bank kepada pemegang kartu yang dapat mengurangi monthly membership fee.

Cash rebate diberikan atas setiap pembayaran tagihan yang besarnya proporsional

dari jumlah pembayaran. Menghitung nominal monthly fee adalah berdasarkan

penggunaan kredit limit atau sebesar pemakaian kredit limit kartu.

Akad yang diterapkan pada Hasanah Card adalah kafalah, ijarah dan qard.

Kesemuanya dipergunakan sesuai transaksi yang berlangsung. Akad tersebut menjadi

dasar Hasanah Card menetapkan tarif charge atau biaya yang dikenakan kepada

pemegang kartu. Misal, dengan akad ijarah bank menetapkan biaya sewa sebesar

biaya yang dikeluarkan. Dengan akad kafalah bank menetapkan iuran biaya untuk

mengcover resiko yang timbul.

Baik Hasanah Card maupun kartu kredit reguler mempunyai persamaan dalam

hal pagu limit berdasarkan jenis kartu, menggunakan jasa provider Inernasional,

yaitu MasterCard International, dan nasabah dikenakan biaya iuran tahunan. Selain

hal diatas, Hasanah Card dan kartu kredit reguler juga memiliki kesamaan fitur,

seperti pembelanjaan, pola cicilan, transfer tagihan, cash advance, ekstra dana,

perlindungan asuransi, dll. Yang membedakan hanyalah dalam cara penetapan fee.

Page 60: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

B. Penerapan Syariah Compliance dalam Pelaksanaan Hasanah Card

Dalam mengelola Hasanah Card. BNI Syariah berusaha menjalankan prinsip-

prinsip Syariah Compliance dengan Cara selalu berkonsultasi dengan Dewan

Pengawas Syariah (DPS) di BNI Syariah serta dengan Dewan Syariah Nasional

(DSN).

Berdasarkan fatwa DSN-MUI tentang Syariah Card, terdapat prinsip-prinsip

syariah yang harus diterapkan dan ada pula yang harus dihindari, seperti riba, gharar,

dan israf. Untuk menghindari praktek riba, gharar dan israf dari card Syariah

melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengikuti dan mempedomani secara utuh ketentuan fatwa MUI nomor

54/DSN-MUI/X/2005 tentang Syariah Card yang berisi yaitu, a) Ketentuan

Umum, b). Hukum Syariah Card, c). Ketentuan Akad, d). Ketentuan Tentang

Batasan Syariah Card, e). Ketentuan Fee, f). Ketentuan Ta‟widh dan Denda dan

g). Ketentuan Penutup, untuk diaplikasikan pada Hasanah Card dengan tidak

menyalahi sedikitpun ketentuan yang sudah dibuat oleh DSN-MUI.

b. Untuk menghindari terjadinya utang yang berlipat ganda, pada praktek Hasanah

Card jika nasabah lalai dalam membayar kewajiban tiap bulan maka Hasanah

Card tidak dapat digunakan sampai kewajiban tersebut terlunasi. Sesuai dengan

penelitian penulis, apabila nasabah Hasanah Card lalai dalam melakukan

kewajiban maka kartu tidak dapat digunakan sampai nasabah dapat melunasi

Page 61: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

kewajibannya. Hal ini sesuai dengan prinsip syariah card tentang menghindari

utang yang berlipat. Peraturan tersebut menjadikan nasabah menjadi lebih

waspada dan hati-hati dalam menggunakan kartunya.

c. Menghindari penggunaan Hasanah Card untuk tindakan israf, antara lain

dilakukan dengan memberikan imbauan kepada card holder untuk

menggunakan Hasanah Card dengan bijak. Pada Hasanah Card juga ditetapkan

pagu maksimal pembelanjaan yang dimaksudkan agar nasabah tidak menjadi

konsumtif.

Berdasarkan penelitian penulis, pagu maksimal ditentukan berdasarkan

permohonan dari nasabah atas dasar kebutuhannya masing-masing dan

berdasarkan pendapatannya yang telah diperhitungkan oleh penerbit fasilitas.

Pagu maksimal dimaksudkan untuk menahan nasabah dalam melakukan

transaksi yang berlebihan. Serta disesuaikan dengan jenis kartu yang digunakan

oleh nasabah, dan jenis kartu disesuaikan dengan penghasilan yang diperoleh

nasabah setiap bulannya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kredit macet.

Adanya kemudahan-kemudahan memang menyebabkan pemegang kartu

mudah membeli/membelanjakannya, namun kembali kepada pemegang kartu

bagaimana mengatur keuangan pribadinya karena semua yang dibelanjakannya

tetap menjadi beban penghasilannya. Berdasarkan data diatas dapat dikatakan

Hasanah Card sudah sesuai dengan prinsip syariah card yang dikeluarkan oleh

Page 62: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

DSN-MUI No. 54 tentang Syariah Card yaitu tidak menyebabkan nasabah

menjadi konsumtif.

d. Untuk menghindari terjadinya gharar pada praktek Hasanah Card. BNI Syariah

telah memberikan kode pada merchant-merchant yang halal untuk dikonsumsi

oleh nasabah Hasanah Card. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa

Hasanah Card hanya dapat digunakan pada merchant-merchant yang halal.

Berdasarkan penelitian penulis, Hasanah Card hanya dapat digunakan pada

merchant yang telah ditetapkan halal oleh DSN-MUI dan merchant tersebut

tergabung dalam jaringan MasterCard, seperti Bread Talk, Pizza Hut, Matahari

Dept. Store, dan lain-lain. Untuk supermarket seperti Giant atau Carrefour,

Hasanah Card hanya dapat digunakan pada item-item yang termasuk dalam item

dengan label halal. Jadi apabila nasabah pengguna Hasanah Card menggunakan

kartunya untuk membeli minuman beralkohol di supermarket yang termasuk

dalam jaringan MasterCard, maka item yang dibeli tidak akan bisa dibayar

menggunakan Hasanah Card.

Yang perlu diyakini adalah bahwa BNI Syariah telah berusaha untuk

memberikan kartu kredit yang sesuai dengan tuntutan syariah, minimal Hasanah Card

telah menjadi salah satu alternative untuk memperbaiki kebutuhan nasabah terhadap

kartu kredit. Hal ini sesuai dengan prinsip Syariah Card yaitu tidak menimbulkan

gharar, dan obyek yang digunakan sudah jelas.

Page 63: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

Dengan niat bersungguh-sungguh untuk menjalankan syariat Islam dalam

mengelola Hasanah Card, serta berupaya menjadikan Hasanah Card sebagai inspirasi

belanja bijak sesuai syariah. BNI Syariah meyakini bahwa Hasanah Card dapat

menjadi kartu kredit yang baik. walaupun pada dasarnya kartu kredit tidak

menjadikan nasabah penggunanya menjadi bijak, akan tetapi BNI Syariah berharap

dengan dikeluarkannya Hasanah Card nasabah menjadi bijak dengan hanya

membelanjakan pendapatannya untuk produk yang halal.

Dalam fatwa DSN-MUI tentang Syariah Card terdapat biaya-biaya yang

dibebankan kepada nasabah pemegang kartu kredit, diantaranya biaya ta‟widh. Pada

dasamya biaya ta‟widh hanya boleh dibebankan kepada nasabah yang dengan sengaja

lalai dalam penagihan kartu kredit, dan besarnya nominal biaya ta‟widh ditentukan

berdasarkan biaya rill yang dikeluarkan oleh bank pada proses penagihan. Akan tetapi

prakteknya pada Hasanah Card, biaya ta‟widh ditentukan berdasarkan waktu. Selama

waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penagihan kepada nasabah, maka biaya

ta‟widh akan semakin meningkat.

Menurut BNI Syariah, biaya ta‟widh ditentukan berdasarkan jumlah hari

adalah karena dalam melakukan penagihan BN1 Syariah bekerjasama dengan agency

dimana agency tersebut bertugas dibagi dalam janga waktu tertentu. Karena semakin

lama nasabah menunggak, maka semakin sulit nasabah tersebut ditagih. Maka biaya

pun berbeda. Berdasarkan hal ini penagihan biaya ta‟widh yang berdasarkan waktu

bukan berdasarkan kebutuhan bank dapat dikatakan sesuai dengan prinsip syariah.

Page 64: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

Karena semakin lama nasabah menunggak maka biaya yang dibutuhkan untuk

melakukan penagihan juga berbeda.

TABEL 4.3

JENIS KARTU DAN NOMINAL BIAYA TA’WIDH

Jenis Kartu Classic Gold Platinum

x hari – 29 hari Rp. 15.000,- Rp. 35.000,- Rp. 110.000,-

30 – 59 hari Rp. 20.000,- Rp. 50.000,- Rp. 160.000,-

60 – 89 hari Rp. 25.000,- Rp. 65.000,- Rp. 220.000,-

90 – 119 hari Rp. 40.000,- Rp. 100.000,- Rp. 340.000,-

120 – 149 hari Rp. 50.000,- Rp. 120.000,- Rp. 410.000,-

150 – 179 hari Rp. 60.000,- Rp. 150.000,- Rp. 480.000,-

> 180 hari Rp. 320.000,- Rp. 800.000,- Rp. 2.800.000,-

Sumber : www.bnisyariah.com

C. Bentuk Kerjasama antara BNI Syariah dengan MasterCard

BNI Syariah sebagai bagian dari PT. BNI (Persero) Tbk, yang telah lebih dulu

bekerjasama dengan MasterCard yang menerbitkan kartu kredit BNI. Dalam

Page 65: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

menerbitkan Hasanah Card, BNI Syariah melanjutkan kerjasama dengan MasterCard

yang merupakan penyedia “brand” dan jaringan.

Dalam proses penerbitan kartu kredit, sebuah bank diharuskan melakukan

kerjasama dengan sebuah principal/provider kartu kredit. Dalam menerbitkan

Hasanah Card. BNI Syariah bekerjasama dengan MasterCard sebagai provider

jaringan. BNI Syariah perlu meminta nomor bank atau Bank Identification Number

(BIN) yang berjumlah 6 digit kepada MasterCard sebagai bukti bahwa BNI Syariah

telah bekerjasama dengan MasterCard. Hal ini dikarenakan BNI

Syariah hanya meneruskan kerjasama yang sudah terjalin antara MasterCard dengan

PT. BNI (Persero) Tbk.

Hubungan yang terjalin antara BNI Syariah dengan MasterCard hanya sebatas

MasterCard sebagai penyedia jaringan transaksi International dan BNI Syariah

sebagai salah satu partner kerja dari MasterCard yang menggunakan jasa jaringan

International tersebut. Sedangkan perhitungan yang digunakan dalam segala jenis

transaksi adalah sesuai dengan sistem kerja dari masing-masing bank, yang dalam hal

ini berarti perhitungan yang digunakan BNI Syariah adalah sesuai dengan prinsip

syariah. Kewajiban antara bank penerbit kartu terhadap MasterCard hanya

pembayaran tagihan per bulan berdasarkan jumlah kartu beredar atau jumlah

transaksi tanpa adanya penambahan beban bunga.

Page 66: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

Hubungan kerjasama (bermuamalah) dengan pihak MasterCard

(konvensional) dimungkinkan selama akad yang digunakan tidak bertentangan

dengan ketentuan syariah.

D. Keuntungan yang Diperoleh BNI Syariah dan MasterCard

MasterCard adalah sebagai penyedia “brand” dan jaringan (merchant

bertanda MasterCard dan ATM bertanda Cirrus) dan BNI Syariah adalah sebagai

Bank Penerbit Kartu dan pemilik portofolio pinjaman. BNI Syariah mendapatkan

sharing fee dari transaksi yang dilakukan pemegang kartu dan BNI juga diharuskan

membayar biaya keanggotaan dan sewa jaringan. Jadi keuntungan yang diperoleh

setiap bulannya oleh BNI Syariah adalah mendapatkan sharing fee dari setiap

transaksi yang dilakukan pemegang kartu. Sedangkan keuntungan yang diperoleh

MasterCard setiap bulannya berasal dari biaya keanggotaan dan sewa jaringan yang

dilakukan oleh BNI Syariah.

Kerjasama dengan MasterCard yang merupakan provider kartu kredit yang

mempunyai merchant-merchant di seluruh dunia, juga memberikan suatu keuntungan

kepada BNI Syariah. Hasanah Card akan terhubung dengan merchant-merchant

MasterCard diseluruh dunia.

Selain BNI Syariah dan MasterCard yang memperoleh keuntungan dari

kerjasama keduanya, nasabah yang menggunakan Hasanah Card juga memperoleh

Page 67: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

keuntungan. Karena nasabah pengguna Hasanah Card dapat menggunakan Hasanah

Card di dalam maupun luar negri dikarenakan jaringan MasterCard yang sudah

tersebar diseluruh dunia. Setidaknya keuntungan itu diperoleh dengan diterbitkannya

Hasanah Card yang sesuai syariah yang diyakini cukup banyak dicari dan dibutuhkan

oleh nasabah yang ingin melakukan perubahan terhadap kebutuhan kartu kreditnya.

Lebih singkatnya lihat tabel di bawah ini :

TABEL 4.4

KEUNTUNGAN DARI HASANAH CARD

BNI SYARIAH MASTER CARD NASABAH PENGGUNA

1. Sharing fee dari setiap

Transaksi yang

dilakukan nasabah

setiap bulan.

1. Biaya keanggotaan 1. Keleluasaan untuk

menggunakan Hasanah

Card baik didalam atau

diluar negri.

2. Hasanah Card dapat

digunakan dan dikenal

baik di dalam maupun

di luar negri.

2. Biaya sewa jaringan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita ketahui beberapa keunggulan dan

kelemahan dari Hasanah Card. Adapun Keunggulan dari Hasanah Card adalah :

Page 68: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

1. Lebih aman, karena tanpa bunga.

2. Dapat digunakan dibanyak merchant karena bekerja sama dengan MasterCard.

3. Tidak menyebabkan utang yang berlipat.

4. Hanya dapat digunakan pada merchant yang halal.

5. Terdapat cash rebate bagi nasabah yang proporsional dalam melakukan

pembayaran.

Sedangkan kelemahan dari Hasanah Card adalah :

1. Proses penerbitan kartu yang lebih rumit jika dibandingkan dengan kartu kredit

konvensional.

2. Kurangnya informasi mengenai Hasanah Card sehingga belum banyak

masyarakat yang mengetahui tentang Hasanah Card.

Page 69: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sebagai Bank Syariah, BNI Syariah berusaha untuk selalu menerapkan

prinsip-prinsip syariah dalam menjalankan Hasanah Card. Hal tersebut dapat

dilihat dari usaha BNI Syariah dalam menyempurnakan produk kartu kredit

syariahnya, yaitu dengan selalu berkonsultasi dengan Dewan Pengawas

Syariah di Bni Syariah. Dalam usaha menghindari praktek riba, gharar dan

israf. BNI Syariah beberapa hal yaitu seperti memberikan kode pada merchant

halal untuk memastikan bahwa Hasanah Card hanya dapat digunakan pada

merchant yang halal. Hal ini dilakukan untuk menghindari praktek gharar.

Untuk menghindari praktek riba, BNI Syariah akan menonaktifkan Hasanah

Card bagi nasabah yang lalai membayar kewajiban bulanannya sampai

kewajiban itu terlunasi, agar tidak terjadi utang yang berlipat ganda.

Sedangkan untuk menghindari peraktek israf BNI Syariah melakaukan

beberapa hal yaitu menetapkan pagu maksimal pembelanjaan agar nasabah

tidak menjadi konsumtif. Berdasarkan dua data tersebut di atas, dapat

dikatakan bahwa Hasanah Card Sudah sesuai prinsip-prinsip Islam syariah

card yang ditetapkan oleh DSN-MUI.

2. BNI Syariah sebagai bagian dari PT. BNI (persero) Tbk, yang telah lebih dulu

bekerjasama dengan MasterCard dalam menerbitkan kartu kredit, hanya

Page 70: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

melanjutkan kerjasama yang telah terjalin. Kerjasama tersebut dilakukan

selama akad yang digunakan tidak menyimpang dari prinsi-prinsip syariah.

3. MasterCard mendapatkan keuntungan dari biaya keanggotaan dan sewa

jaringan, sedangkan BNI Syariah mendapatkan keuntungan dari setiap

transaksi yang dilakukan nasabah setiap bulannya dan juga dapat dikenal baik

di dalam maupun luar negri.

B. Saran

1. Hasanah Card sebagai kartu kredit dengan prinsip Syariah dapat menjadi

alternatif bagi masyarakat, dengan tingkat loyalitas syariah yang tinggi, yang

mendapatkan kemudahan bertransaksi dengan menggunakan kartu kredit.

Diharapkan agar BNI Syraiah dapat selalu menjaga segala bentuk

transaksinya dan perjanjian yang ada didalamnya agar tetap sesuai dengan

prinsip syariah yang dikeluarkan olek DSN-MUI.

2. Agar lebih banyak dilakukan promosi untuk produk Hasnah Card dan

mendapatkan nasabah yang lebih banyak serta meningkatkan kualitas hasanah

Card agar tigak melenceng dari prinsip syariah.

Page 71: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an Al-Karim

Abu Sulaiman. Abdul Wahab Ibrahim, Banking Card Syariah Kartu Kredit dan Debit

dalam Persepektif Fiqh. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2006.

Agus Y. Danamon Tepis Kontroveersi Syariah Card, Artikel ini diakses pada tanggal

10 februari 2009 dari situs http://www.google.pkesinteraktif,com

Antonio, Muhammad Syafi‟i. Bank Syariah dari Teori ke praktik. Jakarta: Gema

Insani, 2001.

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007.

Fatwa DSN-MUI No. 54/DSN-MUI/X/2006 tentang Syariah Card.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2007.

http://www.google.bnisyariah.com

http://stissbisurabaya.blogspot.com

Husain Syahatah, Siddiq Muh. AL-Amin Adh-Dhahir, Transaksi dan Etika Bisnis,

Jakarta: Visi Insani Publisihing, 2005.

Ibnu Syarif, Mujar, Konsep Riba Dalam AL-Qur‟an, Makalah yang belum

Dipublikasikan.

Ibrahim, Johanes, Kartu Kredit Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan, Bandung

Refika Aditama, 2004.

J. Fanwa, Zeiky dan Febrian, Ahmad, Lepas dari Si Bunga Ketemu sama Ta‟widh,

http//:www.kontanonline.com.2008

Karimuddin, Amir, Kartu Kredit Syariah vs Konvensional,

http//:amir.karimuddin.com

Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2002.

Page 72: KESESUAIAN PRINSIP SYARIAH TERHADAP APLIKASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21721/1/FAHD... · dengan moril maupun materil dan menjadi inspirasi. Sampai

Mulawarman, Aji Dedi, Kontofersi Syariah Card...Kok Anek? Artikel diakses tanggal

10 februari 2009 dari situs http//:ajidedim.wordpress.com/

Munir Baalbaki, Rohi Baalbaki, Kamus AlMaurid, Surabaya: Halim Jaya, 2006.

Nurfaidah, Analisah Persepsi Bankers (Danamon & DKI Syariah) dan Masyarakat

Terhadap Penerbit Kartu Kredit Syariah, Skripsi S1 Fakultas Syariah Dan

Hukum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.

Republika, TA‟widh. Pembelajaran Bagi Nasabah Nakal, Artikel ini diakses pada

tanggal 3 juni 2009 dari situs http//:www.muamalatbank.com/

Rif at al-„Audi, Min al-Turats al-Iqtishad li al-Muslimin.

Quthb, Sayyid. Fi Zhilal al-Qur`an, cet. V, vol. X. Beirut : Dar Ihya al-Turats al-

„Arabî, tt.

Suma, Muhammad Amin, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam dan

Peraturaan pelaksanaan Lainnya di Negara Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2004