kesenian daerah pemalang

6
MENGAPRESIASI KESENIAN TRADISIONAL KABUPATEN PEMALANG Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia Dosen Pengampu Ds! A"#etus Paso$o% M!Sn Disusun oleh, Dian A&u Lestai '()*+(*, DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Upload: miroslav-diansoohyun

Post on 08-Oct-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Artikel kesenian di daerah Pemalang

TRANSCRIPT

MENGAPRESIASI KESENIAN TRADISIONAL KABUPATEN PEMALANG

Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia

Dosen PengampuDrs. Albertus Prasojo, M.Sn

Disusun oleh,

Dian Ayu Lestari

C0713014

DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I KESENIAN DAERAH PEMALANGBARITANBaritan atau sedekah laut adalah prosesi melarung Jolen ke tengah laut yang dilaksanakan para nelayan sebagai upacara rasa syukur atas hasil usaha menangkap ikan di laut. Sedekah laut diselenggarakan tiap tahun sekali pada setiap selasa atau jumat di awal bulan Sura (Kalender Jawa). Sedekah ini biasanya menyajikan semacam sesajen yang dibuang ke laut sebagai wujud persembahan dan rasa terima kasih pada segara/laut.Upacara baritan membawakan sesaji. Ada tiga sesaji laut atau ambeng laut yang berupa kepala kerbau dan jajanan lokal yang ditempatkan pada perahu kecil yang dilarungkan ke tengah laut menggunakan perahu yang sudah dihias dengan bendera dan umbul-umbul janur kuning.Selamatan adalah tradisi orang jawa tradisional yang bertujuan untuk mencari keadaan slamet (selamat), dalam artian tidak terganggu oleh kesulitan alamiah atau ganjalan gaib. Dalam selamatan orang jawa bukan minta kesenangan atau tambahan kekayaan, melainkan semata-mata agar jangan terjadi apa-apa yang dapat membingungkan atau menyedihkan dia , yang memiskinkan atau menjadikan dia sakit. Prosesi selamatan baritan biasanya dilaksanakan pada siang hari dengan menyebarkan jajanan/membuangnya ke laut kemudian orang-orang yang menonton akan berbondong-bondong mengambil makanan yang disebarkan itu. Kemudian dilanjutkan acara pertunjukan budaya pada malam harinya.SejarahAwalnya masyarakat Kabupaten Pemalang merupakan masyarakat yang biasa saja. Mereka mencari makan dengan cara berdagang dan bercocok tanam. Hingga suatu saat datang wabah penyakit yang menyerang warga pesisir pantai di Kabupaten Pemalang. Wabah tersebut dipercaya merupakan hukuman karena mereka tidak memberikan penghormatan berwujud sesaji kepada penguasa Pantai Utara yang bernama Dewi Lanjar sehingga mereka mengadakan ritual sedekah laut yang diberi nama baritan. Nama baritan sendiri berasal dari kata mbubarake peri lan setan (mengusir hantu dan setan). Setelah diadakannya ritual baritan tersebut, wabah penyakit tersebut perlahan-lahan pergi dan masyarakat kembali tenang. Kini meski kehidupan masyarakat mulai tergerus arus modernitas, mereka masih tetap melestarikan tradisi baritan karena dinilai baik dan tidak menyimpang dari agama. Meskipun beberapa dari mereka masih mempercayai mengenai keberadaan makhluk halus yang menghuni Pantai Utara, hal itu dinilai hanya sebagai upaya tolak bala atau bencana saja. Perilaku keseharian masyarakat Jawa banyak dipengaruhi oleh alam pikiran yang bersifat spiritual.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Jawa memiliki relasi istimewa dengan alam. Dalam sejarah kehidupan dan alam pikiran masyarakat Jawa, alam di sekitar masyarakat sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Faktor psikologi adalah faktor paling dominan yang melatarbelakangi diadakannya ritual baritan pada masyarakat di Kabupaten Pemalang. Mereka haus akan hiburan sehingga mendoorng diadakannya ritual baritan. Khususnya bagi masyarakat nelayan yang kurang memiliki akses untuk menikmati hiburan di luar kota. Sehingga tradisi baritan ini akan menjadi acara yang selalu ditunggu kehadirannya dan tentu saja akan disambut dengan sangat antusias oleh semua pihak tanpa memandang latar belakang kelas sosial mereka. Selain acara melarungkan sesaji atau sangen, dalam tradisi baritan ini juga diadakan acara hiburan rakyat seperti wayang dan pasar malam serta dilengkapi dengan acara musik dangdut.. Faktor kepercayaan atau religi juga menjadi salah satu faktor yang mendorong eksistensi tradisi baritan di Kabupaten Pemalang. Bahkan faktor ini merupakan alasan mendasar diselenggarakannya ritual baritan. Perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa divisualisasikan dengan kegiatan sedekah laut yang merupakan prosesi inti dalam kegiatan ini. Namun, pemaknaan ini hanya dimiliki oleh nelayan dan kaum kerabatnya saja.

Sedangkan masyarakat lain tentu saja hadir dengan berbagai alasan yang berbeda. Hal ini dapat terlihat saat prosesi melarung sangen (menghanyutkan sesaji). Prosesi tersebut didominasi oleh nelayan dan kaum kerabatnya dengan cara menaiki kapal untuk menjadi pengiring kapal atau pengombyong kemudian banyak nelayan yang menyucikan kapalnya dengan menggunakan air laut yang ada di dekat sangen. Hal ini dimaksudkan agar kapal mereka mendapatkan berkah dan terhindar dari marabahaya saat melaut. Sedangkan pengunjung yang lain terlihat hanya menonton prosesi baritan berlangsung.

Faktor lain yang mempengaruhi eksistensi tradisi baritan adalah faktor ekonomi. Faktor ini berawal dari dampak yang terjadi akibat keramaian yang ditimbulkan saat ritual baritan berlangsung. Adanya kegiatan tradisi baritan tentu saja akan membantu pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar. Banyak masyarakat dengan tiba-tiba berubah menjadi pedagang atau menawarkan jasa lain seperti tukang parkir. Hal ini tentu saja menambahkan pendapatan tersendiri bagi masyarakat sekitar. Sebagai faktor terakhir yang mempengaruhi eksistensi tradisi baritan adalah faktor sosial di mana setiap orang akan mempunyai naluri atau rasa ingin berinteraksi atau bergaul terhadap sesamanya (gregoriusness). Tradisi baritan tentu saja akan mempertemukan banyak orang. Hal ini akan membuat solidaritas mereka semakin erat. Dari faktor-faktor itulah dapat dijelaskan mengapa tradisi baritan dapat tetap eksis bahkan dipertahankan oleh masyarakat Kabupaten Pemalang. Meskipun masyarakat banyak yang telah mengikuti arus modernitas.Prosesi acaraSebelum upacara pelarungan, diadakan tirakatan bersama yang dihadiri para nelayan, tokoh masyarakat setempat dan para pejabat terkait dengan mengambil lokasi di Tempat Pelelangan Ikan. Pembacaan doa dan tahlil menyertai upacara ini dengan maksud agar pelaksanaan upacara ini dapat berjalan lancar, selamat dan tidak menyimpang dari aturan agama.Sebelum di bawa ke laut, panitia Baritan mengundi sesaji untuk menentukan perahu dan juru mudi yang berhak membawa sesaji ke laut. Caranya dengan mengambil nomor urut yang ada di dalam toples kecil dan ditutup kertas yang diberi lubang kecil untuk mengeluarkan lintingan kertas nomor urut tersebut. Mirip seperti arisan. Usai pengundian Juru Mudi dan ABK diharuskan memakai kaos yang sudah disediakan panitia. Selanjutnya membawa sesaji ke laut.Setiap diadakan upacara atau tradisi Baritan ini, selalu ramai dikunjungi oleh warga sekitar dan para pengunjung dari desa lain. Warga yang datang biasanya diberi kesempatan oleh para nelayan setempat untuk menaiki perahu yang sudah dihias sedemikian rupa. Selain dapat naik, pengunjung yang datang juga akan diantar berkeliling menggunakan perahu-perahu tersebut. Dengan biaya naik perahu yang terjangkau harganya.Kesimpulan/pendapatMenurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa budaya menyangkut banyak hal bisa berupa agama, bahasa, politik, atau karya seni. Budaya juga merupakan sebuah warisan bagi masyarakat yang biasa dilakukan secara turun menurun.

Ada beberapa komponen utama dari budaya yaitu: Peralatan dan Perlengkapan Hidup (Teknologi), Sistem mata pencaharian, Sistem kekerabatan dan organisasi sosial, Bahasa, Kesenian, Sistem Kepercayaan, Sistem ilmu dan pengetahuan. Dari sekian banyak komponen utam dari budaya ini yang sangat berpengaru di Indonesia adalah Sistem kepercayaan, yang bersangkutan dengan agama dan kepercyaan tentang ruh nenek moyang.

Kalau dari tinjau unsur komponen budaya acara baritan atau selametan bumi memenuhi semua aspek dari kebudayaan itu sendiri. Seperti peralatan dan perlengkapan hidup, ini mencakup alat-alat yang digunakan sehari mereka memasak dan mengolah sendiri untuk acara ini secara bersama-sama. Sistem mata pencharian, ada sebagian dari mereka yang bertani. Sistem kekerabatan dan organisasi sosial ini sebagian besar yang mengikuti acara tersebut masih dalam kerabat, tetapi tidak menutup diri dan menerima orang luar.Sebenarnya tradisi ini masih erat kaitannya dengan konsep kepercayaan animisme jika dilihat dari sejarahnya. Jajanan/ sedekah yang dibuang adalah bentuk sesaji untuk ruh-ruh penghuni laut yang sampai sekarang masih dipercaya oleh masyarakat sekitar. Selain itu, ada yang berpendapat juga hal ini merupakan bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Pemberi.6