kesehatan pariwisata: tantangan di era masyarakat ekonomi … · 2017. 6. 6. · dengan angka...
TRANSCRIPT
Kesehatan Pariwisata: Tantangan di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN Denpasar, 11-12 September 2015
Kesehatan Pariwisata: Tantangan di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN Denpasar, 11-12 September 2015
BUKU ABSTRAK
Seminar Nasional dan Simposium
“Kesehatan Pariwisata: Tantangan di Era Masyarakat
Ekonomi ASEAN”
Gedung Widya Sabha, Fakultas Kedokteraan, Universitas Udayana,
Denpasar, Bali
11-12 September 2015
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran
Universita Udayana
Kesehatan Pariwisata: Tantangan di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN Denpasar, 11-12 September 2015
DAFTAR ISI
PRESENTASI ORAL
KESEHATAN KERJA SEKTOR PARIWISATA
Health preparedness of exchange students attending Summer semester
2015 at the Universitas Udayana, Bali
Stefanie Juergens, Ni Luh Putu Ariastuti MPH , A.A.S. Sawitri ....................................1
Peningkatan Kesehatan Pramuwisata Olahraga Dalam Bisnis Pariwisata
Di Provinsi Bali
Made Wahyu Adhiputra ......................................................................................2
Kadar Timbal (Pb) dalam Darah Operator Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Umum (SPBU) di Kota Denpasar Tahun 2015
I Putu Wahyu Krisdinatha ....................................................................................3
Proporsi Kejadian Kelelahan Kerja Pada Pekerja Konstruksi Bangunan
Pt. Adhi Karya Divisi Konstruksi IV Wilayah Operasional II Bali Tahun
2015
Luh Putu Putri Jayanthi........................................................................................4
Status Anemia dan Kecukupan Zat Besi Berhubungan Dengan
Produktivitas Kerja Pekerja Wanita Perusahaan Garmen di Kota
Denpasar
Bulan Anggadini Dharma, Ni Wayan Arya Utami ......................................................5
Prevalensi Noise Induced Hearing Loss pada Petugas Parkir Pesawat
(Marshalling) PT. X di Bandar Udara International I Gusti Ngurah Rai-
Bali
Ida Ayu Trisna Pramayanti, Made Kerta Duana .................................................6
PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT TIDAK
MENULAR DI DAERAH PARIWISATA
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa SMA tentang Bahaya Rokok di
Kota Denpasar Pasca Penerapan Peringatan Bergambar pada Kemasan
Rokok
Luh Devi Priyanthi Asdiana...................................................................................8
Kesehatan Pariwisata: Tantangan di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN Denpasar, 11-12 September 2015
Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Berisiko Tertular HIV/AIDS
pada Anak Jalanan di Kota Denpasar Tahun 2015
Radita Mustikawati, Ni Luh Putu Suariyani, Ni Putu Widarini .....................................9
Deteksi Molekuler Keberadaan Toxoplasma Gondii pada Sumber Air di
Bali
Made Pasek Kardiwinata, Kadek Karang Agustina, I Made Subrata ............................10
Studi Tentang Perilaku Berisiko Pelaku Pekerja Pariwisata (Sopir Travel
dan Pramuwisata) terhadap HIV/AIDS di Kota Denpasar Provinsi Bali
Ni Komang Ekawati, Desak Yuli Kurniati .................................................................11
Faktor Dominan yang Mempengaruhi Perilaku Berisiko Tertular
HIV/AIDS pada Siswa SMA di Kawasan Pariwisata di Bali
I Made Jana Darmika, Ni Wayan Septarini .............................................................12
Kontribusi Perilaku Ibu Rumah Tangga terhadap Ketersediaan dan
Konsumsi Garam Beriodium (Studi Kasus Di SD No.7 Buana Giri
Bebandem Karangasem)
I Komang Agusjaya Mataram, Ni Putu Agustini ........................................................13
Dukungan Perokok dan Bukan Perokok terhadap Kebijakan
Pengendalian Tembakau di Kota Pariwisata (Denpasar dan Yogyakarta)
Retno Mardhiati ............................................................................................................. 14
Terapi Okupasi terhadap Lansia Depresi
Kadek Eka Swedarma ..........................................................................................15
Uji Resistensi Nyamuk Aedes Aegypti di Kawasan Pariwisata
Sang Gede Purnama, Pasek Kardiwinata, Suwito .....................................................16
KEAMANAN PANGAN & KESEHATAN LINGKUNGAN DAERAH WISATA
KontaminasiI Makanan oleh Coli tinja dan Escheresia coli di Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM), Pedagang Kaki Lima (PKL), Jasa Boga
dan Restoran di Jakarta Selatan
I Made Djaja ......................................................................................................18
Kesehatan Pariwisata: Tantangan di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN Denpasar, 11-12 September 2015
Efektivitas Model Instalasi Pengolahan Air Limbah Vertical Flow Sub-
Surface Flow Constructed Wetland dalam Mengolah Air Limbah
Kegiatan Laundry di Kabupaten Badung
G. Padmanabha, I.G.H Purnama ............................................................................19
Identifikasi Pewarna Sintetis pada Pangan Jajanan Tradisional di Pasar
Tradisional Kota Denpasar Tahun 2015
Ni Made Cahyani ................................................................................................20
Higiene Sanitasi dan Cemaran Coliform pada Lawar Bali: Tantangan
Kesehatan Pariwisata Bali
Ni Putu Eka Trisdayanti, A.A.S. Sawitri , I N. Sujaya ..................................................21
PRESENTASI POSTER
Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas Di Kabupaten Bangli
Mengenai Manajemen Penatalaksanaan Pasien Keracunan Arak
Methanol
Cok Istri Rara Dewi Saraswati, Putu Ayu Indrayathi ..................................................23
Evaluasi Paska Advokasi Inpres No.12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan
Kebijakan Dan Strategi Nasional P4GN pada Instansi Pemerintah dan
Swasta di Denpasar Tahun 2015
Rika Melia Carolina Ballo, Ni Made Sri Nopiyani ......................................................24
Gambaran Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Pekerja Industri
Kerajinan Genteng Tradisional di Desa Pejaten Kecamatan Kediri
Kabupaten Tabanan Tahun 2015
Indar Ratu Ardillah, Made Kerta Duana ..................................................................25
Evaluasi Program Food Safety Masuk Desa (FSMD) di Gorontalo Tahun
2015
Ni Nyoman Rieta Harum, Desak Putu Yuli Kurniati ...................................................26
Fenomena Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi di
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Bali oleh
Remaja Kota Denpasar
Luh Ita Distriana Dewi, Desak Putu Yuli Kurniati ......................................................27
Kesehatan Pariwisata: Tantangan di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN Denpasar, 11-12 September 2015
Pengetahuan dan Sikap Remaja Jalanan tentang Kesehatan Reproduksi
di Kota Denpasar Tahun 2015
I Gusti Ayu Hendy Mandayani, Ni Putu Widarini ......................................................28
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Sekaa Teruna-Teruni Di Desa
Bengkala Tahun 2015
Luh Aniek Prawisanti, Ni L.P. Suariyani...................................................................29
Evaluasi Implementasi Puskesmas Mampu PONED di Kabupaten
Karangasem Tahun 2015
Dewa Ayu Laksemi Pramesti ................................................................................30
Pengetahuan dan Sikap Personal Hygiene Organ Reproduksi Remaja
putri Jalanan di Kota Denpasar Tahun 2015
Ni Made Setiari, Ni Putu Widarini ..........................................................................31
Hubungan Antara Faktor Resiko (Umur Dan Jenis Kelamin) dengan
Kelainan Jaringan Periodontal pada Penderita Diabetes Melitus yang
Berkunjung ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Sanjiwani Gianyar
I Gusti Agung Ayu Dharmawati, I Nyoman Wirata ....................................................32
Junior High School Students Perception in the Implementation of Clean
and Healthy Behavior (PHBS) at the School Setting
Ni Luh Putu Eva Yanti, Juniati Sahar, Henny Permatasari ...........................................33
Peningkatan Perilaku Kesehatan Lansia Mengenai Asam Urat Melalui
Manajemen PANDU Di Kelurahan Cisalak Pasar Depok
Putu Ayu Sani Utami, Junaiti Sahar, Widyatuti ........................................................34
Persepsi Masyarakat terhadap Pelaksanaan Program Pemanfaatan Gas
Metana Dari Timbunan Sampah pada Lingkungan Tempat Pengelolaan
Sampah Terpadu-3R di Desa Kesiman Kertalangu Denpasar Tahun
2015
Ida Ayu Ratna Piliphin, Desak Putu Yuli Kurniati ......................................................35
Pengembangan Pariwisata Nusa Penida Berkelanjutan dengan
Penerapan Konsep Tri Hita Karana Berbasis Masyarakat
I Wayan Karta, I Gusti Ayu Sri Dhyanaputri .............................................................36
Kesehatan Pariwisata: Tantangan di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN Denpasar, 11-12 September 2015
Aktivitas Enzim Cholinesterase dan Morbiditas Pada Masyarakat
Terpapar dan Tidak Terpapar Pestisida di Desa Candi Kuning,
Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan Tahun 2015
Socca Narestri Pradipta, Made Ayu Hita Pretiwi Suryadhi, I Nengah Sujaya ..................37
Sosialisasi Bahan Tambahan Pangan (BTP) Berbahaya pada Jajanan
Sekolah di Lingkungan Pariwisata Bali (SD 1 dan 11 Sanur)
Ni Wayan Arya Utami, Kadek Tresna Adhi ..............................................................38
Promosi Kesehatan di Sekolah pada Remaja dalam Upaya Pencegahan
Penyakit HIV/AIDS di Kota Denapasar
Ni Komang Ekawati, L.P.L Wulandari, Dinar Lubis, Sang Gede Purnama .......................39
Kesehatan Pariwisata: Tantangan di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN Denpasar, 11-12 September 2015 16
Uji Resistensi Nyamuk Aedes Aegypti di Kawasan Pariwisata
Sang Gede Purnama1, Pasek Kardiwinata1, Suwito 2
1Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
,
2Subdit
Pengendalian Vektor Kementrian Kesehatan RI
ABSTRAK
Latar Belakang dan Tujuan: Pemanfaatan insektisida malathion dalam upaya
pengendalian nyamuk dewasa sudah sejak lama dilakukan. Beberapa daerah dan
hotel-hotel bahkan melakukan pengasapan secara rutin dan tanpa takaran sesuai
yang dianjurkan. Tindakan tersebut dapat berdampak pada lingkungan, kesehatan
dan resistensi nyamuk. Pengujian terhadap insektisida malathion di Kota Denpasar
belum dilakukan. Oleh sebab itu diperlukan pengukuran resistensi nyamuk terhadap
insektisida Malathion.
Metode: Jentik dikumpulkan dari beberapa tempat penampungan air di Kota
Denpasar kemudian di besarkan (rearing) menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk
dikontakan dengan menggunakan tabung susceptibility test kit yang didalamnya
dilapisi impregnated paper malathion 0,8% dan tabung kontrol sebagai pembanding
menggunakan kertas steril. Uji dilakukan pada 25 ekor nyamuk sebanyak 3 kali
ulangan. Kemudian diamati selama 24 jam.
Hasil: Hasil menunjukkan insektisida hanya mematikan nyamuk uji sebanyak 8%. Ini
berarti jenis nyamuk uji sudah dalam kategori resisten tinggi terhadap insektisida
malathion.
Simpulan: Pengendalian vektor menggunakan Malathion sudah tidak efektif lagi.
Untuk itu perlu menggunakan insektisida alternatif lainnya yang lebih efektif.
Kata Kunci: resistensi, aedes, Denpasar
UJI RESISTENSI NYAMUK AEDES AEGYPTI DI KAWASANPARIWISATA
Oleh : Sang Gede Purnama1, Pasek Kardiwinata1, Suwito 2
1. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana2. Subdit Pengendalian Vektor, Kementrian Kesehatan, RI
Pemanfaatan insektisida malathion dalam upaya pengendalian nyamuk dewasa sudah sejaklama dilakukan. Beberapa daerah dan hotel-hotel bahkan melakukan pengasapan secara rutin dantanpa takaran sesuai yang dianjurkan. Tindakan tersebut dapat berdampak pada lingkungan,kesehatan dan resistensi nyamuk. Pengujian terhadap insektisida malathion di Kota Denpasarbelum dilakukan. Oleh sebab itu diperlukan pengukuran resistensi nyamuk terhadap insektisidaMalathion.
Jentik dikumpulkan dari beberapa tempat penampungan air di Kota Denpasar kemudian dibesarkan (rearing) menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk dikontakan dengan menggunakan tabungsusceptibility test kit yang didalamnya dilapisi impregnated paper malathion 0,8% dan tabungkontrol sebagai pembanding menggunakan kertas steril. Uji dilakukan pada 25 ekor nyamuksebanyak 3 kali ulangan. Kemudian diamati selama 24 jam.
Hasil menunjukkan insektisida hanya mematikan nyamuk uji sebanyak 8%. Ini berarti jenisnyamuk uji sudah dalam kategori resisten tinggi terhadap insektisida malathion. Pengendalianvektor menggunakan Malathion sudah tidak efektif lagi. Untuk itu perlu menggunakan insektisidaalternatif lainnya yang lebih efektif.
Kata Kunci : resistensi, Aedes, Denpasar
Latar belakang
Kejadian DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Khususnya
pada Provinsi Bali memiliki prevalensi penyakit demam berdarah dengue (DBD) tertinggi di
Indonesia pada tahun 2010. Angka penderita tercatat sebesar 12.490 kasus, CFR sebesar 0,28
dengan angka insiden 320,96 per 100.000 penduduk Bali,di atas rata-rata nasional 65,57 per
100.000 penduduk1.
Kota Denpasar adalah salah satu daerah endemis di Provinsi Bali. Berdasarkan laporan
Dinas Kesehatan Provinsi Bali, di Kota Denpasar pada tahun 2007 terdapat 3.264 kasus dan 10
kematian (CFR : 0,31). Pada tahun 2008, terdapat 2.709 kasus dan 14 kematian (CFR : 0.52), tahun
2009 terdapat 2.190 kasus dan 2 kematian (CFR : 0,09) dan tahun 2010 terdapat 4.426 kasus
dengan 24 kematian (CFR : 0,54) dengan angka insiden 561,36 per 100.000 penduduk2.
Kecamatan Denpasar Selatan merupakan salah satu daerah dengan kasus DBD paling
tinggi di antara kecamatan lainnya. Berbagai upaya telah dilakukan dalam upaya penanggulangan
DBD, seperti pemberantasan sarang nyamuk (PSN), penyuluhan kesehatan, serta menggunakan
insektisida seperti melakukan fogging dan abatisasi, namun hasilnya kurang optimal.
Wilayah Denpasar Selatan memiliki penduduk yang cukup padat dan banyak penduduk
pendatang serta mobilitas penduduknya tinggi. Jumlah penduduk Kecamatan Denpasar Selatan
sebesar 186.330 jiwa. Berdasarkan data BPS pada tahun 2008, kepadatan penduduk Kota Denpasar
telah mencapai 5.085 jiwa per km2, dengan kepadatan penduduk di Kecamatan Denpasar Selatan
sebesar 3.727 jiwa per km2 dengan jumlah rumah tangga sebanyak 46.2403. Kepadatan penduduk
dan densitas vektor nyamuk mempengaruhi penyebaran penyakit DBD4.
Upaya pengendalian vektor DBD dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
sudah dilakukan di Kota Denpasar, namun hasilnya belum maksimal, sedangkan upaya
pemberantasan secara kimiawi dengan menggunakan organophospat sudah dilakukan sejak 19903.
Hal ini dapat berakibat pada resistensi nyamuk terhadap insektisida organophospat tersebut. Oleh
sebab itulah perlu dilakukan uji resistensi terhadap penggunaan malathion di Kota Denpasar.
Bahan dan alat
Mikroskop stereo, Suceptible test kit, Impregnated paper malathion 0,8%, Kertas kontrol,
Temperature suhu, Pengukuran kelembaban udara, Aspirator, Senter, Paper cup, Kain kasa,
Gunting, Kertas label, Karet gelang, Pinset, Petridish, Chloroform, Kapas, Air gula 10%, Jarum
bedah nyamuk, Timer,
Metode
Penelitian ini adalah eksperimental untuk menguji kerentanan nyamuk terhadap malathion
di Kota Denpasar. Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali da nada kontrol. Pengamatan dilakukan
60 menit pertama dan 24 jam.
Jentik dikumpulkan dari beberapa tempat penampungan air di Kota Denpasar bersama-
sama petugas Jumantik. Total jentik yang dikumpulkan di 4 kecamatan sebanyak 400 jentik. Jentik
kemudian dipilih secara acak berdasarkan lokasi dan ukurannya agar sama untuk mendapatkan
perlakuan. Jentik kemudian di seleksi dan di besarkan (rearing) menjadi nyamuk dewasa agar
memenuhi standar uji.
Nyamuk dikontakan dengan menggunakan tabung susceptibility test kit selama 60 menit
yang didalamnya dilapisi impregnated paper malathion 0,8% dan tabung kontrol sebagai
pembanding menggunakan kertas steril. Selama kontak suhu dan kelembaban di catat. Setelah
kontak 60 menit kematian nyamuk dicatat dan nyamuk dipindahkan pada tabung susceptibility test
kit bersih dan diberi larutan gula 10%. Kemudian diamati sampai dengan 24 jam setelah kontak
dan selanjutnya dihitung jumlah kematian nyamuk . Uji dilakukan pada 25 ekor nyamuk sebanyak
3 kali ulangan.
Koreksi angka nyamuk uji
Dihitung persentase kamatian nyamuk uji dan kontrol. Bila persentase kematian nyamuk
kontrol setelah pengamatan 24 jam antara 5-20%, maka persentase kematian nyamuk uji dikoreksi
dengan rumus abbot :
= −100 − 100Keterangan
AI = % kematian nyamuk uji setelah dikoreksiA = % Kematian nyamuk ujiB = % Kematian nyamuk kontrol
Apabila persentase nyamuk kontrol lebih dari 20% maka pengujian dianggap gagal dan harus
diulang lagi
Kriteria status kerentanan
Tingkat kerentanan vektor ditentukan berdasarkan persentase kematian nyamuk uji dalam
periode pengamatan 24 jam. Kematian nyamuk uji kurang dari 80% dinyatakan resisten, kematian
nyamuk uji 80-98% dinyatakan toleran dan kematian lebih dari 98% rentan (susceptible).
Hasil dan pembahasan
Setelah dilakukan uji kerentanan nyamuk menggunakan impregnated paper malathion
0,8% didapatkan data bahwa insektisida hanya mematikan nyamuk uji Ae. Aegypti 6 ekor dari 75
ekor nyamuk (8%) dan nyamuk kontrol 25 ekor dengan kematian 0%. Hal ini menunjukkan bahwa
jenis nyamuk uji tersebut sudah dalam kategori resisten terhadap malathion 0,8%.
Hasil uji Impregnated paper malathion 0,8% (golongan organophospat) yang hanya dapat
mematikan rata-rata 8% menunjukkan pengendalian vektor yang dilakukan tidak efektif.
Pemanfaatan malathion yang sudah lama di daerah ini serta sering menyebabkan tingkat
kerentanan nyamuk terhadap malathion sangat rendah. Oleh karena itu diperlukan penggunaan
jenis insektisida lainnya.
Sesuai dengan peraturan seharusnya pengasapan dilakukan secara terfokus dan terkontrol.
Namun kenyataanya dilapangan banyak perusahaan yang melakukan pengasapan secara bebas dan
tidak terkontrol. Terutamanya dikawasan pariwisata dengan mempertimbangkan agar wisatawan
tidak digigit nyamuk pelaksanaan pengendalian vektor seperti pengasapan justru dilakukan secara
rutin tiap minggu sekali.
Tabel 1. Hasil Uji Kerentanan nyamuk selama 1 jam dan 24 jam pengamatan
Ulangan JumlahNyamuk Uji
Jumlah kematianObservasi 1 jam Observasi 24 jamMati % Mati %
I 25 2 8 2 8II 25 6 24 2 8III 25 3 8 2 8Total 75 Rata-rata 13 Rata-rata 8kontrol 25 0 0 0 0Suhu 280 CKelembaban 85%
Penggunaan insektisida malathion sudah lama digunakan di Indonesia. Hal ini sangat
mempengaruhi tingkat kerentanan nyamuk terhadap jenis insektisida ini. Sebagian besar hotel dan
restaurant di kawasan wisata melakukan pengasapan swadaya secara rutin tanpa dikendalikan dan
pelaporan kepada dinas kesehatan. Hal ini juga mempengaruhi tingkat kerentanan nyamuk.
Pengunaan insektisida jenis malathion di Kota Denpasar sudah tidak efektif lagi dalam
membunuh nyamuk dewasa karena sudah resistensi. Angka kematian rata-rata nyamuk hanya
sebatas 8%. Hal ini akan menyebabkan program pengasapan tersebut akan menghabiskan
anggaran yang besar namun hasil yang sangat minim. Oleh sebab itu diperlukan upaya
pengendalian nyamuk dengan alternatif lainnya.
Upaya pengendalian nyamu Aedes sp sebenarnya yang paling efektif adalah memberantas
sarang nyamuk. Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dapat mengatasi jentik-jentik yang
akan tumbuh menjadi nyamuk dewasa. Sehingga populasi nyamuk dapat kita tekan jumlahnya.
Membunuh nyamuk dewasa dengan pengasapan hanya bersifat sementara saja, jentik nyamuk
yang tidak dikendalikan dapat terus tumbuh menjadi nyamuk dewasa.
Daftar Pustaka
1. Halstead, S.B., Dengue, London: Lancet, 2007.2. World Health Organization, World Health Report 2004– Changing History, WHO: Geneva,
2004.3. Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Laporan DBD Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Bali, 2010.
4. Dinkes Kota Denpasar, Laporan DBD Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2011.5. Onasis, A., Studi spasial kerawanan wilayah terhadap kejadian demam berdarah dengue
(DBD) dan status kerentanan nyamuk Aedes aegypti terhadap temephos di Kota PadangTahun 2005. Tesis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tidak dipublikasikan, 2006.
6. Mukhlisin, Y., Tentang analisis spatial dan temporal kejadian demam berdarah dengue(DBD) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1997-2006. Tesis UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta, tidak dipublikasikan, 2008.
7. Diggle, Peter J., Statistical Analysis of Spatial Point Patterns. Oxford University Press Inc,New York.2003.
8. Simanulang, M., Faktor-faktor risiko kejadian demam berdarah dengue (DBD) danpemetaan resistensi nyamuk Aedes aegypti di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri,Tesis UGM, tidak dipublikasikan, 2011.
9. Focks, D.A. and Chadee, D.D., Pupal survey: An epidemiologically significantsurveillance method for Aedes aegypti; An example using data from Trinidad. AmericanJournal of Tropical Medicine and Hygiene, 1997; 56 (2): 159-167
10. Kuno, G., Review of the factors modulating dengue transmission, epidemiological review.1995; 17: 321-335.
11. Harimurti, N., Analisis spasial dan temporal kasus demam berdarah dengue di KotaYogyakarta Juli 2004-Juni 2005, skripsi, tidak dipublikasikan, 2007.
12. Mammen P. Mammen Jr., Chusak Pimgate1, Constantianus J. M. Koenraadt, Alan L.Rothman, Jared Aldstadt, Ananda Nisalak, Richard G. Jarman, Spatial and TemporalClustering of Dengue Virus Transmission in Thai Villages, PLOS Medicine, 2008; 5 (11):1605-1616.
13. Sukesi, T., Sanitasi lingkungan pemukiman dan status resistensi nyamuk Aedes aegyptiterhadap kejadian DBD di Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, 2011.
14. Sitorus, H., Deteksi resistensi larva Aedes aegypti dan Aedes albopictus terhadap malationdan temefos serta pemetaan kerawanan infeksi demam berdarah dengue di KecamatanSukarame Kota Palembang Sumatera Selatan, Tesis UGM, tidak dipublikasikan, 2008.
15. Polson, KA., Curtis, C., Chang, MS., Olson, JG., Chantha, N., Rawlins, SC.,. Susceptibilityof two Cambodian population of Aedes aegypti mosquito larvae to temephos during 2001.Dengue Bull.2001; 25: 79–83.
16. Chen, CD., Nazni, WA., Lee, HL., Sofian-Azirun, Susceptibility of Aedes aegypty andAedes albopictus to temephos in four study sites in Kuala Lumpur City Center and SelangorState, Malaysia. Trop Biomed,2005; 22: 207–216.
17. Macoris, MLG., Andrighetti, MTM., Takaku, V., Glasser, CM., Garbeloto, VC., Bracco,JE., Resistance of Aedes aegypti from the state of Sao Paulo, Brazil to organophosphatesinsecticides. Mem. Inst. Oswaldo Cruz. 2003; 98: 703–708.
18. Melo-Santos, MA., Varjal-Melo, JJ., Araújo, AP., Gomes, TC., Paiva, MH., Regis, LN.,Furtado, AF., Magalhaes, T., Macoris, ML., Andrighetti, MT., Ayres CF.,Resistance to theorganophosphate temephos: mechanisms, evolution and reversion in an Aedes aegyptilaboratory strain from Brazil. Acta Trop,2010; 113: 180–189.
19. Nazni, WA., Kamaludin, MY., Lee, HL., Rogayah, TAR., Sa’diyah, I., Oxidase activity inrelation to insecticides resitance in vectors of public health importance, Trop. Biomed.2000;17: 69–79.
20. Ponlawat, Scott, JG., Harrington LC., Insecticide susceptibility of Aedesaegypti and Aedesalbopictus across Thailand, J Med Entomol. 2005;42: 821–825.
21. Estelita L., Marcelo P., Ana P., Éllyda S., Ulisses S., Lúcia O., Antonio S., Clarisse N.,Clovis C., Marilia G., Craig Stephen W., Constância F., Maria A., Insecticide resistance inAedes aegypti populations from Ceará, Brazil. Parasites & Vectors 2011; 4 (5): 1-12