kesehatan kerja jahe rev hanna
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tenaga kerja merupakan faktor strategis dalam mendukung melesatnya
perkembangan industri dan usaha, serta pembangunan secara menyeluruh. Interaksi
antara tenaga kerja dengan pekerjaannya dan peralatan produksi yang semakin canggih
meningkatkan pemaparan terhadap resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Sri, Mardiman,
2001). Ratusan tenaga kerja di seluruh dunia saat bekerja pada kondisi yang tidak
nyaman dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Menurut International Labor
Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit
atau yang disebabkan oleh pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta
kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat kerja dimana
diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya.
Di dalam suatu lingkungan kerja, pekerja akan menghadapi tekanan lingkungan.
Tekanan lingkungan tersebut dapat berasal dari faktor kimiawi, fisik, biologis, dan
psikis.Tekanan lingkungan kerja fisik khususnya lingkungan kerja panas memegang
peranan yang penting, oleh sebab itu lingkungan kerja harus diciptakan senyaman mungkin supaya
didapatkan efisiensi kerja dan meningkatkan produktivitas (Santoso, 1985).
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menghilangkan risiko
kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja meliputi pembahasan tentang Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK). Definisi Kecelakaan Kerja menurut
Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor : 03/Men/1998 adalah suatu
kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan
korban jiwa dan harta benda.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu persyaratan untuk
meningkatkan produktivitas kerja karyawan, disamping itu K3 adalah hak asasi setiap
1
2
tenaga kerja. Di era pasar bebas Asean Free Trade Agreement (AFTA) dan World Trade
Organization (WTO) serta Asia Pasific Economic Community (APEC) yang akan
berlaku tahun 2020, dan untuk memenangkan persaingan bebas ternyata kesehatan dan
keselamatan kerja juga menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh industri
di Indonesia.
Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja dapat
menyebabkan kecaatan atau kematian. Antisipasi dapat dilakukan dengan menggunakan
alat pelindung diri (APD).
Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya, pekerjaan harus bekerja
dengan cara dan dalam lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan. Lingkungan dan cara yang
dimaksudkan meliputi tekanan panas, penerangan ditempat kerja, debu diudara ruang
kerja, sikap badan, perserasian manusia dan mesin (Sumamur P.K., 1996).
1.2 Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, di dalam makalah ini
akan dibahas mengenai, bagaimana penerapan proses K3 pada salah satu perusahaan
U.D. Cipta Mandiri Abadi yaitu pabrik minuman serbuk jahe pada para pekerjanya
untuk mencegah terjadinya Penyakit Akibat Kerja ataupun Penyakit Akibat Hubungan
Kerja dikarenakan penerapan K3 yang tidak tepat. Oleh karena itu beberapa pertanyaan.
1. Apakah U.D. Cipta Mandiri Abadi sudah menerapkan K3 dalam sistem
kerjanya?
2. Apakah di U.D. Cipta Mandiri Abadi terdapat data kecelakaan kerja?
3. Apakah kecelakaan kerja dapat diminimalisir dengan penerapan K3?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum:
Untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja U.D Cipta
Mandiri Abadi sehingga produktivitas pekerja semakin mengalami
peningkatan.
3
1.3.2 Tujuan Khusus
Melakukan kunjungan pada U.D Cipta Mandiri Abadi untuk mengetahui
keadaan umum perusahaan, alur produksi, keadaan sanitasi dan bahaya
potensial yang dapat terjadi di U.D. Cipta Mandiri Abadi dengan melakukan
hal-hal di bawah ini:
1. Mengidentifikasi gangguan kesehatan yang mungkin timbul di U.D. Cipta
Mandiri Abadi.
2. Mencari solusi yang tepat dalam penanganan masalah yang ditemukan
dalam pelaksanaan produksi di U.D. Cipta Mandiri Abadi.
3. Memahami upaya perlindungan dan pencegahan yang telah dilakukan di
U.D. Cipta Mandiri Abadi.
4. Memberi saran untuk perbaikan upaya kesehatan dan keselamatan bagi
pekerja.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat pembuatan laporan ini antara lain yaitu:
1.4.1 Bagi mahasiswa
1. Mengaplikasikan ilmu pre klinik mengenai evaluasi kedokteran kerja pada
suatu perusahaan dalam rangka melaksanaan program Keselamatan
Kesehatan Kerja (K3)
2. Mengaplikasikan ilmu berkomunikasi yang baik dengan masyarakat.
1.4.2 Bagi perusahaan
1. Mengetahui informasi mengenai bahaya potensial dan penyakit yang dapat
ditimbulkan dari bahaya potensial yang ditemui dalam proses produksi.
2. Dapat mengeliminasi atau hanya mengurangi bahaya potensial yang ada
sehingga produktivitas yang ada semakin meningkat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja diartikan sebagai aturan-aturan dan usaha untuk menjaga pekerja
dari kejadian atau keadaan perburuhan yang merugikan kesehatan dan kesesuaian
dalam seseorang itu melakukan atau karena ia melakukan pekerjaan dalam satu
hubungan kerja (Ristanti, 2006).
Pendapat dari YKKPI (1990:13) yang menyatakan keselamatan kerja adalah
upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain yang berada di
tempat kerja selalu dalam keadaan selamat, serta agar setiap sumber produksi
digunakan secara aman dan efisien.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah ilmu (berupa teori) dan seni (berupa
aplikasi) dalam menangani atau mengendalikan bahaya dan risiko yang ada di atau dari
tempat kerja, yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan atau keselamatan pada
pekerja maupun masyarakat sekitar lingkungan kerja (Tjipto, 2009).
2.2 Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Secara khusus peraturan perundangan keselamatan kerja sudah ada pada masa
kolonial Belanda yang dikenal dengan Veiligheids Reglement (VR) Tahun 1910
(Lembaran Negara No. 406 Tahun 1910). Undangundang ini kemudian diganti dengan
UU RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Safety Act) mengingat bahwa VR
tidak mampu menghadapi perkembangan industrialisasi yang tidak terlepas dengan
penggunaan mesin, peralatan, pesawat, instalasi, dan bahan baku dalam rangka
mekanisasi, elektrifikasi, dan modernisasi yang tujuannya meningkatkan intensitas kerja
dan produktivitas kerja. Di samping itu pengawasan VR bersifat represif yang kurang
sesuai dan tidak mendukung perkembangan ekonomi, penggunaan sumber-sumber
produksi, dan penanggulangan kecelakaan kerja serta alam negara Indonesia yang
merdeka.
5
Penetapan UU RI No. 1 Tahun 1970 berlandaskan pada pasal 9 dan 10 UU RI No.
14 Tahun 1969, pengawasannya bersifat preventif, dan cakupan materinya termasuk
aspek kesehatan kerja. Dengan demikian UU RI No. 1 Tahun 1970 merupakan induk
daripada peraturan perundangan K3. Undang-undang RI No. 14 Tahun 1969 tidak
sesuai lagi dengan perkembangan dan tuntutan zaman, sehingga diganti dengan UU RI
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-undang ini mempertegas
perlindungan tenaga kerja terhadap aspek K3 sebagaimana yang dinyatakan dalam:
Pasal 86
1. Ayat 1: Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas: keselamatan dan kesehatan kerja; moral dan kesusilaan; dan perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
2. Ayat 2: Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja.
Pasal 87
1. ayat 1: Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan.
2.3 Aspek yang berkaitan dengan Kesehatan dan keselamatan kerja
Potensi bahaya dapat berasal dari mesin – mesin, pesawat, alat kerja, dan
bahan – bahan serta energi, dari lingkungan kerja, sifat pekerjaan dan proses
produksi yang beresiko akan munculnya bahaya (Irwan, 2010). Faktor – faktor
sumber bahaya adalah :
1. Faktor fisik
Misalnya penerangan / pencahayaan yang tidak cukup, suhu udara yang
panas, kelembaban yang tinggi atau rendah, suara yang bising, dan
sebagainya.
2. Faktor kimia
Bahan-bahan kimia yang menimbulkan gangguan kerja, misalnya bau gas,
uap atau asap, debu dan sebagainya.
6
3. Faktor biologi
Binatang atau hewan dan tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan pandangan
tidak enak mengganggu, misalnya nyamuk, lalat, kecoa, lumut, taman yang
tidak teratur, dan sebagainya.
4. Faktor fisiologi
Peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh atau anggota badan
(ergonomic), misalnya meja atau kursi yang terlalu tinggi atau pendek.
5. Faktor psikologi
Suasana kerja yang tidak harmonis, misalnya adanya klik, gosip, cemburu dan
sebagainya.
2.4. Aspek Fisik yang berkaitan dengan K3
2.4.1. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang didengar sebagai rangsangn-
rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan
manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki (Afry, 2011).
Kebisingan juga dapat disebut sebagai bunyi atau suara yang tidak
dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan
yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Berdasarkan Kepmenaker,
kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-
alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan kesehatan dan pendengaran (Afry, 2011). Terdapat 2 hal yang
menentukan kualitas suaatu bunyi yaitu :
1. Frekuensi
Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau di sebut Herz
(=Hz), yaitu jumlah dari golongan yang sampai ditelinga setiap detiknya.
Biasaanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang-
gelombang sederhana dari beraneka frekuensi.
7
Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira
dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai
variasi dalam kurva responya. Suara diatas 20 kHz disebut ultrasonic dan
dibawah 20Hz disebut infrasonik (Afry, 2011).
2. Intensitas
Intensitas atau arus energi persatuaaan luas biasanya dinyatakan dalam
suatu logaritmis yang disebut desibel (dB) dengan
memperbandingkannya dengan kekuaatan dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu
kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat dapat didengar
dengan telinga normal (Afry, 2011).
Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap
mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak
bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri,
perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan
kegiatan rumah tangga (Afry, 2011). Di Industri, sumber kebisingan dapat
di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.
2. Vibrasi
Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan
akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian
mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan,
bearing, dan lain-lain.
3. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan
dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur
cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
Beberapa faktor terkait kebisingan yaitu:
1. Frekuensi
Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu
(detik) dengan satuan Hz. Frekuensi yang dapat didengar manusia 20-
8
20.000 Hz. Frekuensi dibawah 20 Hz disebut Infra Sound sedangkan
frekuensi diatas 20.000 Hz disebut Ultra Sound. Suara percakapan
manusia mempunyai rentang frekuensi 250 – 4.000 Hz. Umumnya
suara percakapan manusia punya frekuensi sekitar 1.000 Hz (Afry,
2011).
2. Intensitas suara
Intensitas didefinisikan sebagai energi suara rata-rata yang
ditransmisikan melalui gelombang suara menuju arah perambatan
dalam media (Afry, 2011).
3. Amplitudo
Amplitudo adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber
suara pada arah tertentu.
4. Kecepatan suara
Kecepatan suara adalah suatu kecepatan perpindahan perambatan
udara per satuan waktu.
5. Panjang gelombang
Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan
suara untuk satu siklus.
6. Periode
Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitudo,
satuan periode adalah detik.
7. Oktave band
Oktave band adalah kelompok-kelompok frekuensi tertentu dari suara
yang dapat di dengar dengan baik oleh manusia. Distribusi frekuensi-
frekuensi puncak suara meliputi Frekuensi : 31,5 Hz – 63 Hz – 125 Hz
– 250 Hz – 500 Hz – 1000 Hz – 2 kHz – 4 kHz – 8 kHz – 16 kHz.
8. Kekuatan suara
Kekuatan suara satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara
per satuan waktu.
9. Tekanan suara
Tekana suara adalah satuan daya tekanan suara per satuan
9
Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan Pekerja :
1. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi
bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat
berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi,
konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki,
serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit
kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor
vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek
pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan
oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ,
kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan
keseimbangan elektrolit (Afry, 2011).
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima
dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa
gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain (Afry, 2011).
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi
yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan
kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan
cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan,
sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak
mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini
secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang (Afry,
2011).
4. Gangguan Keseimbangan
10
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di
ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan
fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual (Afry,
2011).
5. Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada
indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini
telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-
mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan
terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan.
Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan
terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya
dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas
kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang
biasanya digunakan untuk percakapan (Afry, 2011)..
Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), yaitu :
- Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi.
Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya
sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga
kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih
kembali (Afry, 2011).
2.4.2.1 Panas
Panas atau suhu yang tinggi merupakan salah satu dari agen fisik yang
dapat menyebabkan penyakit akibat kerja (PAK). Tekanan panas atau
heat stress adalah batasan kemampuan penerimaan panas yang diterima
pekerja dari kontribusi kombinasi
metabolisme tubuh akibat melakukan pekerjaan, faktor lingkungan
(seperti temperatur udara, kelembaban, pergerakan udara, dan radiasi
perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan. Keadaan heat stress ringan
11
ataupun sedang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan berakibat buruk
terhadap penampilan kerja dan keselamatan, meskipun hal ini tidak
menimbulkan kerugian dalam hal kesehatan pekerja. Pada saat heat stress
mendekati batas toleransi tubuh, resiko terjadinya kelainan kesehatan akan
meninggkat. (ACGIH, 2001).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Panas
Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan
pengeluaran keringat yang meningkat, penurunan denyut nadi, dan suhu
tubuh sebagai akibat pembentukan keringat. Aklimatisasi terhadap suhu
tinggi merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap
lingkungannya. Untuk aklimatisasi terhadap panas ditandai dengan
penurunan frekuensi denyut nadi dan suhu tubuh.
Umur
Menurut WHO, daya tahan seseorang terhadap panas akan menurun
pada umur yang lebih tua. Orang yang lebih tua akan lebih lambat keluar
keringatnya dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Orang yang
lebih tua memerlukan waktu yang lama untuk mengembalikan suhu
tubuh menjadi normal setelah terpapar panas. Nadi maksimal dari
kapasitas kerjayang maksimal berangsur-angsur menurun sesuai dengan
bertambahnya usia.
Gizi (Nutrition)
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (I Dewa Nyoman
Supariasa, 2001).
12
Efek panas pada manusia bagi tubuh, panas yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah akan memberikan efek negatif. Menurut I Nyoman Pradnyana
Sucipta Putra (2004:446), efek-efek panas bagi tubuh manusia akan berdampak
pada tingkat kemampuan fisik dan mental. Kelainan atau gangguan yang tampak
secara klinis akibat gangguan tekanan panas,dibagi atas 4 kategori dasar yaitu
a. Millaria Rubra (Heat Rash)
Sering dijumpai dikalangan militer atau pekerja fisik lainnya yang tinggal
didaerah iklim panas. Tampak adanya bintik papulovesikal kemerahan pada kulit
yang terasa nyeri bila kepanasan. Hal ini terjadi sebagai akibat sumbatan
kelenjar keringat dan terjadi retensi keringat disertai reaksi peradangan (Depkes
RI,2003:MI-2 20).
13
b. Kejang Panas (Heat Cramps)
Dapat terjadi sebagai kelainan tersendiri atau bersama dengan kelelahan
panas.Kejang otot timbul secara mendadak, terjadi setempat atau menyeluruh,
terutama pada otot-otot ekstremitas dan abdomen. Penyebab utamanya adalah
karena defisiensi garam. Kejang otot yang berat dalam udara panas
menyebabkan keringat diproduksi banyak. Bersama dengan keluarnya keringat,
hilang sejumlah air dan garam (Depkes RI, 2003:MI-2 21).
c. Kelelahan Panas (Heat Exhaustion)
Kelelahan panas timbul sebagai akibat kolaps sirkulasi darah perifer
karena dehidrasi dan defisiensi garam. Dalam usaha menurunkan panas, aliran
darah perifer bertambah, yang mengakibatkan pula produksi keringat
bertambah Penimbunan darah perifer menyebabkan darah yang dipompa dari jantung
keorgan-organ lain yang cukup, sehingga timbul gangguan. Kelelahan panas
dapat terjadi pada keadaan dehidrasi atau defisiensi garam tanpa dehidrasi.
Kelainan ini dapat dipercepat terjadinya pada orang-orang yang kurang minum,
berkeringat banyak, muntah-muntah, diare atau penyebab lain yang
mengakibatkan pengeluaran air berlebihan (Depkes RI, 2003).
d. Sengatan Panas (Heat Stroke)
Sengatan panas adalah suatu keadaan darurat medik dengan angka
kematian yang tinggi. Pada kelelahan panas, mekanisme pengatur suhu bekerja
berlebihan tetapi masih berfungsi, sedangkan pada sengatan panas, mekanisme
pengatur suhu tubuh sudah tidak berfungsi lagi disertaipula dengan
terhambatnya proses evaporasisecara total (Depkes RI, 2003:MI-2 23). Suhu
tinggi biasanya berkaitan dengan berbagai penyakit seperti di atas yaitu
pukulan panas, kejang panas, kegagalan dalam penyelesaian terhadap panas,
dehidrasi, kelelahan tropis dan miliari.
Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan akibat
terpapar panas yang tinggi, maka lamanya kerja ditempat yang panas harus
14
disesuaikan dengan tingkat pekerjaan dan tekanan panas yang dihadapi tenaga
kerja.
2.4.3 Getaran
Getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan
setimbang terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang dimaksud dengan
getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan
kegiatan manusia (Kep.MENLHNo: KEP 49/MENLH/11/1996). Dalam
kesehatan kerja, getaran yang terjadi secara mekanis dan secara umum terbagi
atas:
a. Getaran seluruh badan,
b. Getaran tangan-lengan.
Besaran getaran dinyatakan dalam akar rata-rata kuadrat percepatan
dalam satuan meter per detik (m/detik2 rms). Frekuensi getaran dinyatakan
sebagai putaran per detik (Hz). Getaran seluruh tubuh biasanya dalam rentang
0,5 . 4,0 Hz dan tangan-lengan 8-1000 Hz (Harrington dan Gill, 2005).Vibrasi
atau getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis
misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya, oleh sebab itu dapat dibedakan
dalam 2 bentuk:
1. Vibrasi karena getaran udara yang pengaruh utamanya pada akustik.
2. Vibrasi karena getaran mekanis mengakibatkan timbulnya resonansi alat-
alat tubuh dan berpengaruh terhadap alat-alat tubuh. (Gabroel, 1996)
melalui sentuhan/kontak dengan permukaan benda yang bergerak, sentuhan
ini melalui daerah yang terlokasi (tool hand vibration) atau seluruh tubuh
(whole body vibration). Bentuk tool hand vibration merupakan bentuk yang
terlazim di dalam pekerjaan.
Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang
mengenai tubuh:
a) 3-9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.
15
b) 6-10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut
jantung,pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada
intensitas 1,2 gram terlihat banyak perubahan sistem peredaran darah.
c) 10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan
beresonansi.
d) 13 . 15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi.
e) < 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot
menjadi lemah.
Jenis Getaran
Getaran seluruh tubuh dapat menimbulkan efek tergantung kepada jaringan
manusia, seperti: (Sucofindo, 2002).
1. 3-6 Hz untuk bagian thorax(dada dan perut),
2. 20-30 Hz untuk bagian kepala,
3. 100-150 Hz untuk tulang belakang (Harrington dan Gill, 2005).
Getaran Tangan Lengan Getaran jenis ini biasanya dialami oleh tenaga kerja
yang diperkerjakan pada:
a. Operator gergaji rantai,
b. Tukang semprot, potong rumput,
c. Gerinda,
d. Penempa palu.
Menurut buku K3 Sucofindo tahun 2002 efek getaran pada tangan ini
dapatdijelaskan sebagai berikut:
a. Kelainan pada peredaran darah dan persyarafan (vibration white
finger ),
b. Kerusakan pada persendian dan tulang-tulang. Efek ini disebut sebagai
sindroma getaran tangan lengan ( Hand Vibration Arm Syndrome
=HVAS) yang terdiri atas efek vaskuler-pemucatan episodik, yang
bertambah parah pada suhu dingin (fenomenaraynaud ) dan efek
neurologik yang mengalami kesemutan total dan baal.
16
2.4.4 Penerangan / pencahayaan
Salah satu faktor fisik yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat di tempat kerja yaitu penerangan. Penerangan yang buruk dapat
mengakibatkan kelelahan mata dengan berkurangnya daya efisiensi kerja,
kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar
mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan (Suma’mur,
2009).
Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga
kerja dapat melihat objek yang dikerjakannya secara jelas, cepat dan tanpa
upaya-upaya yang tidak perlu (Suma’mur, 2009).
Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh
penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan
untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan
kondisi pandangan yang tidak nyaman (Fathoni, 2010).
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 tahun 2002,
tentang Persyaratan Lingkungan Kerja Industri, Pencahayaan di Ruangan, untuk
jenis kegiatan pekerjaan rutin, seperti : pekerjaan kantor/administrasi, ruang
kontrol, pekerjaan mesin dan perakitan/penyusun tingkat pencahayaan
minimalnya adalah 300 Lux (Fathoni, 2010).
2.5. Faktor Biologi yang Berkaitan dengan K3
Faktor biologis ditempat kerja biasanya dikenal dalam bentuk
mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing, kutu, pinjal,
tumbuhan dan juga dalam bentuk mikroorganisme seperti binatang berbisa,
binatang buas dan lain-lain.
1. Virus
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel
organisme biologis. Virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas dalam
keadaan intraselluler, banyak virus yang dapat menyebabkan berbagai infeksi
pada manusia, hewan maupun tumbuhan. Penyakit virus pada perusahaan
17
peternakan seperti penyakit kuku dan mulut yang dapat berpindah kepada
pekerja.
2. Bakteri
Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan
tersebar luas dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. Bakteri ada di
mana-mana mulai dari di tanah, di air, di organisme lain, dan lain-lain juga
berada di lingkungan yang ramah maupun yang ekstrim. Dalam tumbuh
kembang bakteri baik melalui peningkatan jumlah maupun penambahan jumlah
sel sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni seperti ph, suhu temperatur,
kandungan garam, sumber nutrisi, zat kimia dan zat sisa metabolisme.
Bakteri merupakan grup mikroorganisme yang bertanggung jawab untuk
berbagai variasi penyakit dan infeksi seperti antaranya yang sering
menghinggapi pekerja di pejagalan, perusahaan penyamak kulit, pengering
tulang dan lain-lainnya. Penyakit leptospirosis dapat menyerang pekerja
ditempat kerja yang banyak tikus-tikus dan berpenyakit demikian atau di daerah
pertanian seperti dilumbung padi atau penyimpanan hasil pertanian.
3. Protozoa
Protozoa merupakan penyebab penyakit malaria, penyakit tidur (afrika),
penyakit kaki gajah, apabila pekerja menderita penyakit malaria pada daerah
yang belum di nyatakan sebagai bebas penyakit malaria maka penyakit itu
dianggap sebagai penyakit akibat kerja,
4. Jamur
Penyakit jamur sering diderita pekerja di tempat kerja yang lembab dan
basah atau terlalu banyak merendam tangan dan kaki di air misalnya tukang
cuci, histoplasmosis adalah salah satu contoh penyakit akibat kerja yang di
sebabkan jamur, candida albicanss biasanya tumbuh di tempat-tempat yang
kadar gulanya tinggi sehingga pekerja di perusahaan roti atau pembuat manisan
sering menimbulkan infeksi oleh jamur tersebut.
18
5. Cacing
Jenis cacing yang berbahaya terutama bagi pekerja tambang dan perkebunan
adalah Ancylostomiasis yang disebabkan oleh Ancylostoma duodenale, cacing-
cacing tersebut masuk melalui pori-pori kaki dan mengisap darah,sehingga
pekerja yang terserang cacing ini menyebabkan anemi, selain itu cacing usus
yang menyerap sari-sari makanan berguna untuk tubuh.
6. Tumbuh-tumbuhan
Tumbuhan adalah organisma benda hidup yang terkandung dalam alam.
Tumbuh-tumuhan yang mengandung bahan kimia dapat mengakibatkan sakit
bagi pekerja-pekerja pertanian, perkebunan dan perhutanan, pohon pulus
misalnya dapat menyebabkan bentul-bentul yang gatal dikulit karena
mengandung asam formiat pada bulu-bulunya.
7. Binatang-binatang
Binatang berbisa seperti ular,kalajengking,lipan,dan lain-lain biasanya terdapat
pada kegiatan pertanian,perkebunan dan kehutanan.demikian pula binatang-
binatang buas seperti macan,buaya,beruang dan lain-lain (golongan
macroorganisme).
2.6. Faktor Kimia yang Berkaitan dengan K3
Dalam lingkungan kerja, banyak bahan kimia yang terpakai tiap harinya
sehingga para pekerja terpapar bahaya dari bahan-bahan kimia itu. Bahaya itu
terkadang meningkat dalam kondisi tertentu mengingat sifat bahan-bahan kimia
itu, seperti mudah terbakar, beracun, dan sebagainya. Dengan demikian, jelas
bahwa bekerja dengan bahan-bahan kimia mengandung risiko bahaya, baik
dalam proses, penyimpanan, transportasi, distribusi, dan penggunaannya. Akan
tetapi, betapapun besarnya bahaya bahan-bahan kimia tersebut, penanganan
yang benar akan dapat mengurangi atau menghilangkan risiko bahaya yang
diakibatkannya. (Aditama, 2008)
Sifat Lingkungan Kerja Kimia :
a. Aerosol (partikel) yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang
mendispersi diudara yang mempunyai ukuran demikian lembutnya sehingga
19
kecepatan jatuhnya mempunyai stabilitas cukup sebagi suspensi diudara.
Perlu diingat bahwa partikel-partikel debu selalu berupa suspensi. Partikel
dapat diklasifikasikan:
i. Debu diudara (airbon dust) adalah suspensi partikel benda padat diudara .
Butiran debu ini dihasilkan oleh pekerjaan yang berkaitan dengan
gerinda, pemboran dan penghancuran pada proses pemecahan bahan-
bahan padat. Ukuran besarnya butiran-butiran tersebut sangat bervariasi
mulai yang dapat dilihat oleh mata telanjang (> 1/20 mm) sampai pada
tidak kelihatan. Debu yang tidak kelihatan berada diudara untuk jangka
waktu tertentu dan hal ini membahayakan karena bisa masuk menembus
kedalam paru-paru.
ii. Kabut (mist) adalah sebaran butir-butir cairan diudara. Kabut biasanya
dihasilkan oleh proses penyemprotan dimana cairanh tersebar, terpercik
atau menjadi busa partikel buih yang sangat kecil.
iii. Asap (fume) adalah butiran-butiran benda padat hasil kondensasi bahan-
bahan dari bentuk uap. Asap ini biasanya berhubungan dengan logam di
mana uap dari logam terkondensasi menjadi butiran-butiran padat di
dalam ruangan logam cair tersebut. Asap juga ditemui pada sisa
pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon,
karbon ini mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,5 m (micron)
b. Non Partikel dapat diklasifikasikan:
i. Gas adalah Bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon dioksida dalam
bentuk gas pada suhu dan tekanan normal, dapat dirubah bentuknya
hanya dengan kombinasi penurunan suhu dan penambahan tekanan.
ii. Uap Air (Vavor) adalah bentuk gas dari cairan pada suhu dan tekanan
ruangan cairan mengeluarkan uap, jumlahnya tergantung dari
kemampuan penguapannya. Bahan-bahan yang memiliki titik didih yang
rendah lebih mudah menguap dari pada yang memiliki titik didih yang
tinggi.
Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk
memudahkan pengenalan serta cara penanganan dan transportasi. Secara umum
20
bahan kimia berbahya diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya
sebagai berikut : (Slemet, 2009)
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan
manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh
karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.Pada umumnya zat
toksin masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh
tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat
langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru,
dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang,
darah, hati, atau cairan limpa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka
panjang. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati
urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat.
2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan
kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain. Zat korosif
dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan.
Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi
(jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia).
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable).
Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat
menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga
menimbulkan ledakan.
4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu
reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar
serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau
tumbukan), ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan
peledak seperti trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat
(NH4NO3).
21
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat
menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan
lainnya.
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)
Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan
mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.
7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances) Adalah
bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas
dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif.
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun
gas cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.
9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances) Adalah bahan kimia yang
mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas
jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.
Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas
karena memang mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat.
Sistem Klasifikasi PBB
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) memberikan klasifikasi bahan
berbahaya seperti tabel berikut ini.
Tabel Klasifikasi bahan berbahaya berdasarkan PBB
Klas Penjelasan
Klas I (Eksplosif) Dapat terurai pada suhu dan tekanan
tertentu dan mengeluarkan gas kecepatan
tinggi dan merusak sekeliling
Klas II (Cairan mudah
terbakar)
1. Gas mudah terbakar
2. Gas tidak mudah terbakar
22
3. Gas beracun
Klas III (Bahan mudah
terbakar)
1. Cairan : F.P <23oC
2. Cairan : F.P >23oC
( F.P = flash point)
Klas IV (Bahan mudah
terbakar selain klas II
dan III)
1. Zat padat mudah terbakar
2. Zat yang mudah terbakar dengan
sendirinya
3. Zat yang bila bereaksi dengan air
dapat mengeluarkan gas mudah terbakar
Klas V (Zat pengoksidasi) 1.Oksidator bahan anorganik
2.Peroksida organik
Klas VI (Zat racun) 1. Zat beracun
2. Zat menyebabkan infeksi
Klas VII (Zat radioaktif) Aktifitas : 0.002 microcury/g
Klas VIII (Zat korosif) Bereaksi dan merusak
Penyakit yang ditimbulkan dari Aspek Kimia
a. Iritasi
Iritasi adalah diartikan suatu keadaan yang dapat menimbulkan bahaya apabila
tubuh kontak dengan bahan kimia. Bagian tubuh yang terkena biasanya kulit,
mata dan saluran pernapasan.
i. Iritasi melalui kulit, apabila terjadi kontak antara bahan kimia tertentu
dengan kulit, bahan itu akan merusak lapisan yang berfungsi sebagai
pelindung, sehingga kulit menjadi kering, kasar dan luka. Keadaan ini
disebut dermatitis (peradangan kulit).
ii. Iritasi melali mata kontak yang terjadi antara bahan-bahan kimia dengan
mata bisa menyebabkan rusaknya mulai yang ringan sampai kerusakan
permanen. Tingkat keparahan dari kerusakan tersebut tergantung dosis
(jumlah) dan kecepatan penanggulangan P3K. Sebgai contoh bahan kimia
23
yang menyebabkan iritasi mata ialah asam dan alkali dan bahan-bahan
pelarut.
iii. Saluran pernapasan iritasi oleh karena bahan-bahan kimia berupa bercak-
bercak cair, gas atau uap akan menimbulkan rasa terbakar apabila terkena
pada daerah saluran pernapasan bagian atas (hidung dan Kerongkongan).
Pada umumnya hal ini terjadi di sebabkan oleh bahan-bahan yang mudah
larut seperti ammonia, formaldehid, sulfur oksida, asam dan alkalis yang
diserap oleh lapisan lendir hidung dan kerongkongan.
b. Asfiksia istilah sesak napas dihubungkan dengan gangguan proses oksigensi
dalam jaringan tubuh yaitu ada dua jenis: Simple asphyxiantion dan chemical
asphyxiantion
i. Simple asphyxiation (sesak napas yang sederhana) karena ini berhubungan
dengan kadar zat asam di udara yang digantikan dan didominasi oleh gas
seperti nitrogen, karbon dioksida, ethane, hydrogen atu helium yang kadar
tertentu mempengaruhi kelangsungan hidup. Udara normal
biasanya mengandung 21% zat asam. Apabila kandungan zat asam turun
dibawah 17%, maka jaringan tubuh akan mengalami kekurangan zat asam,
sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti pusing , mual dan kehilangan
konsentrasi. Situasi seperti ini bisa terjadi dalam ruangan-ruangan kerja
tertutup. Proses penurunan kadar zat asam secara terus-menerus bisa
menyebabkan kehilangan kesadaran dan kematian.
ii. Chemical asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan kimia). Pada situasi
ini, bahan-bahan kimia langsung dapat mempengaruhi dan mengganggu
kemampuan tubuh untuk mengangkut dan menggunakan zat asam, sebagai
contoh adalah karbon monoksida. Pada konsentrasi 0.05% karbon monoksida
di udara, dapat menurunkan kapasitas darah untuk mengangkut zat asam ke
sberbagai jaringan tubuh. Contoh lain adalah pengaruh racun dari hydrogen
sanida atau hydrogen sulfida. Bahan-bahan ini mengganggu kemampuan dari
sel-sel tubuh untuk menerima zat asam, meskipun darahnya kaya akan zat
asam.
24
c. Kehilangan kesadaran dan mati rasa.
Paparan terhadap konsentrasi yang relatif tinggi dari bahan kimia tertentu seperti
ethyl dan prophyl alcohol (alipaphatic alcohol), dan methylethyl keton (aliphatic
keton), acetylene hydrocarbon ethyl dan isoprophyl ether, dapat menekan susunan
syaraf pusat. Bahan –bahan kimia tersebut akan mengakibatkan efek yang sama
seperti dalam keadaan mabuk. Paparan pada konsentrasi yang tinggi bisa
menimbulkan kehilangan kesadaran, bahkan bisa mematikan.
d. Keracunan Tubuh manusia memiliki sistem yang komplek.
Keracunan sistemika dihubungkan dengan reaksi dari salah satu sistem atau lebih
dari tubuh terhadap bahan-bahan kimia yang mana reaksi ini merugikan dan dapat
menyebar keseluruh tubuh. Pengaruhnya tidak seperti local pada salah satu
bahagian atau daerah dari tubuh. Salah satu fungsi organ hati adalah
membersihkan bahan-bahan beracun dari dalam darah serta mengubahnya
menjadi bahan-bahan yang aman dan dapat larut dalam air sebelum dibuang.
Namun demikian ada beberapa bahan kimia yang merusak organ hati. Tergantung
dari dosis (jumlah) dan kekerapan dari paparan, kerusakan yang terjadi terus
menerus pada jaringan hati akan mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi hati.
Cedera hati bisa disebbkan oleh bahan kimia seperti bahan pelarut (alcohol,
karbon tetraklorida, trikloro ethylene, kloroform) dan hal ini bisa salah diagnosa
sebagai hepatitis, sebagaimana gejolak-gejolak kulit dan mata
berwarna kekuning-kuningan yang diakibatkan oleh bahan-bahan kimia tersebut,
mempunyai efek yang sama yang terjadi pada hepatitis.
Bahan kimia yang mencegah ginjal dari pembuangan hasil-hasil bahan beracun
meliputi karbon tetraklorida, karbon disulfida, bahan kimia lainnya seperti
kadmium, timbal, turpentine, methanol, toluene dan xylene akan secara perlahan
mengganggu fungsi ginjal.
e. Kanker
Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang
tidak terkendali, menimbulkan tumor (benjolan-benjolan) yang bersifat
karsinogen. Tumor tersebut mungkin baru muncul setelah beberapa tahun
bevariasi antara 4 tahun sampai 40 tahun. Bahan kimia seperti arsenic, asbestos,
25
chromium, nikel dapat menyebabkan kanker paru-paru, Kanker rongga hidung
dan sinus disebabkan oleh chromium, isopropyl oils, nikel, debu kayu dan debu
kulit. Kanker kandungan kencing erat hubungannya dengan kepajanan terhadap
benzidine, 2-napthyllamine dan debu kulit. Kanker sumsum tulang belakang
disebkan oleh benzene.
f. Paru-paru kotor (Pneumoconiosis)
suatu keadaan yang disebabkan oleh mengendapnya partikel-partikel debu halus
daerah pertukaran gas dalam paru-paru dan adanya reaksi dari jaringan paru.
Dengan adanya pneumoconiosis kemampuan paru-paru untuk menyerap zat asam
akan menurun dan korbannya akan mengalami/merasakan napas yang pendek
pada saat melakukan jenis pekerjaan yang berat. Pengaruh ini sifatnya menetap .
Contoh bahan-bahan yang menyebabkan pneumoconiosis adalah crystalline
silica, asbestos, talc, batubara dan beryllium.
2.7 Faktor Ergonomi yang Berkaitan dengan K3
Ada beberapa aspek dalam penerapan ergonomi yang perlu diperhatikan, antara
lain :
1. Faktor Manusia
Faktor manusia sebagai pelaku atau pengguna menjadi titik sentral. Pada
bidang rancang bangun dikenal istilah Human Centered Design (HCD) atau
perancangan berpusat pada manusia. Perancangan demikian merupakan
perancangan produk ergonomis yang sesungguhnya, yaitu merancang agar
produk menjadi ergonomi atau memiki beberapa sifat keergonomisan ketika
produk itu telah dirancang segala-galanya (Suma'mur, 1993).
Faktor - faktor yang berlaku sebagai faktor pembatas yang tidak boleh
dilampaui agar dapat bekerja dengan aman, nyaman, dan sehat, yaitu:
- Faktor dari dalam (internal factor):
Tergolong dalam faktor ini adalah yang berasal dari dalam diri manusia,
seperti umur, jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh dan
lainnya.
26
- Faktor dari luar (external factor):
Faktor dari luar yang dapat mempengaruhi kerja atau berasal dari luar
manusia, seperti penyakit, gizi, lingkungan kerja, sosial ekonomi, adat
istiadat dan lain sebagainya.
2. Antropometri
Antropometri merupakan suatu pengukuran yang sistematis terhadap tubuh
manusia, terutama seluk beluk dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia
(Somayaji & Walsh, 1996).
Dimensi antropometri
Antropometri sebagai salah satu disiplin ilmu yang digunakan dalam
ergonomi memegang peranan utama dalam rancang bangun sarana dan
prasarana kerja (Mahone, 2008). Bagi seorang ahli ergonomi, antropometri
merupakan salah satu perangkat untuk mendapatkan hasil akhir berupa
hubungan yang harmonis antara manusia dan peralatan kerja. Dikenal dua
macam antropometri, yakni antropometri statis dan antropometri dinamis.
Dimensi tubuh manusia sangat bervariasi antara satu orang dengan orang
lainnya, antara laki-laki dan perempuan dan antara beberapa suku bangsa
(Anonymous, 2010).
Beberapa posisi yang penting untuk penerapan ergonomi di tempat kerja
adalah sebagai berikut (Focus, 1999):
- Posisi berdiri
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi
siku, tinggi pinggul, panjang lengan.
- Posisi duduk
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang
lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak
lekuk lutut dan telapak kaki.
Penerapan antropometri dalam ergonomi menuntut adanya suatu data
antropometri tenaga kerja yang mewakili tenaga kerja baik laki-laki maupun
perempuan. Pada penyajian data antropometri akan diketengahkan nilai rata-
27
rata, simpang baku, dan standar deviasi. Rentang nilai dan penyajian data dalam
bentuk persentil (Price, 1995).
Pengenalan permasalahan ergonomi di tempat kerja perlu
mempertimbangkan beberapa aspek (bidang kajian ergonomi), yaitu:
A. Anatomi dan gerak
Terdapat 2 (dua) hal penting yang berhubungan, yakni :
a. Antropometri
Dimensi antropometri dipengaruhi oleh :
Jenis kelamin.
Perbedaan bangsa.
Sifat/hal-hal yang diturunkan serta kebiasaan yang berbeda.
b. Biomekanik kerja
Misalnya dalam hal penerapan ilmu gaya antara lain sikap duduk/berdiri
yang tidak/kurang melelahkan karena posisi yang benar dan ukuran
peralatan yang telah diperhitungkan.
B. Fisiologi
Dibagi menjadi :
- Fisiologi lingkungan kerja : berhubungan dengan kenyamanan dan
pengamanan terhadap potential hazards, serta ruang gerak yang
memadai
- Fisiologi kerja
C. Psikologi
Rasa aman, nyaman dan sejahtera dalam bekerja yang didapatkan oleh
tenaga kerja. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan kerja (cahaya,
ventilasi, posisi kerja dll.) tidak menimbulkan stres pada pekerja.
D. Rekayasa dan Teknologi :
Merupakan kiat-kiat untuk mendisain peralatan yang sesuai
dengan ukuran tubuh dan batasan-batasan pergerakan manusia.
Memindahkan seseorang dalam melakukan pekerjaannya
sehingga lebih efisien dan lebih produktif, untuk itu diperlukan disain
mesin yang sesuai dengan operatornya.
28
Memberi rasa aman terhadap pekerjaannya.
E. Penginderaan :
Kemampuan kelima indra manusia menangkap isyarat-isyarat yang datang
dari luar.
3. Sikap Tubuh Dalam Bekerja
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja
akan menetukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, selain SOP
(Standard Operating Procedures) yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan.
Untuk jenis pekerjaan angkat dan angkut, maka beban maksimum yang
diperkenankan agar tidak menimbulkan kecelakaan kerja sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. Per., 01/
MEN/1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam penebangan dan
pengangkutan Kayu.
Sikap tubuh dalam bekerja yang dikatakan secara ergonomik adalah yang
memberikan rasa nyaman, aman, sehat dan selamat dalam bekerja, yang dapat
dilakukan antara lain dengan cara:
- Menghindari sikap yang tidak alamiah dalam bekerja
- Mengusahakan beban statis menjadi sekecil-kecilnya
- Membuat dan menentukan kriteria dan ukuran baku tentang peralatan kerja
yang sesuai dengan ukuran antropometri tenaga kerja penggunanya, agar
diupayakan bekerja dengan sikap duduk dan berdiri secara bergantian.
Aplikasi ergonomi pada sikap tubuh:
Posisi duduk/bekerja dengan duduk
Ada beberapa persyaratan:
Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.
Tidak menimbulkan gangguan psikologis.
Dapat melakukan pekerjaann dengan baik dan memuaskan.
29
Pedoman kerja posisi duduk
Pedoman yang mengatur ketinggian landasan kerja pada posisi duduk perlu
pertimbangan sebagai berikut:
1. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama.
2. Jika memungkinkan sediakan meja yang dapat diatur tingginya.
3. Ketinggian landasan kerja tidak memerlukan fleksi tulang belakang yang
berlebihan.
4. Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi
rileks dari bahu, dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau
sedikit menurun.
Gambar 1. Bagian sekeliling tulang dimana tubuh bertumpu pada saat duduk
Posisi bekerja dengan berdiri
Berdiri dengan posisi yang benar, dengan tulang punggung yang lurus dan
bobot badan terbagi rata pada kedua tungkai.
Pedoman kerja pada posisi berdiri :
Kerja posisi berdiri lebih melelahkan dari pada posisi duduk dan energi yang
dikeluarkan lebih banyak 10%-15% dibandingkan posisi duduk.
Ketinggian landasan kerja posisi berdiri sebagai berikut:
30
1. Pekerjaan dengan ketelitian, tinggi landasan adalah 5-10 cm di atas tinggi
siku berdiri.
2. Pekerjaan ringan, tinggi landasan adalah 10 - 15 cm di bawah tinggi siku
berdiri.
3. Pekerjaan dengan penekanan, tinggi landasan adalah 15 - 40 cm di bawah
tinggi siku berdiri.
Gambar 2.Contoh posisi berdiri secara ergonomis
Posisi bekerja dengan duduk – berdiri
Posisi duduk-berdiri mempunyai keuntungan secara Biomekanis
dimana tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30% lebih rendah
dibandingkan dengan posisi duduk maupun berdiri terus menerus.
Pedoman kerja posisi duduk – berdiri
Kerja suatu saat duduk dan suatu saat berdiri
31
Kerja perlu menjangkau sesuatu > 40 cm ke depan atau 15 cm diatas
landasan
Posisi kerja duduk - berdiri yang paling tepat.
Pusat gravitasi tubuh pada saat duduk tegak berada sekitar 22 cm
di muka dan 24 cm di atas titik acuan duduk (titik acuan duduk adalah
perpotongan bidang sandaran dan alas duduk), sedangkan pada saat
berdiri tegak pusat gravitasi akan berada 10 cm di depan dan sekitar 15
cm di atas titik acuan duduk. Jadi perancangan dudukan yang terlalu
tinggi atau rendah akan berpengaruh buruk pada kenyamanan,
mengurangi keseimbangan duduk, kelelahan pada daerah punggung
khususnya tulang belakang, bahkan bahaya yang lebih besar adalah
terjadinya hambatan dalam sirkulasi darah atau gumpalan darah
(thrombophlebitis).
32
Gambar 3. Posisi Duduk – Berdiri.
4. Proses bekerja
Ukuran yang benar akan memudahkan seseorang dalam melakukan
pekerjaannya, misalnya tempat kerja yang harus dilakukan dengan berdiri
sebaiknya ditambahkan bangku panjang setinggi 10-25 cm agar orang dapat
bekerja sesuai dengan tinggi meja dan tidak melelahkan.
33
Gambar 4. Persepsi tentang kenyamanan dipengaruhi oleh pengambilan data
antropometri yang tepat dalam perencanaan desain
5. Penampilan tempat kerja
Penampilan tempat kerja akan menjadi baik dan lengkap bila disertai
petunjuk-petunjuk berupa gambar-gambar yang mudah diingat, mudah dilihat
setiap saat.
6. Mengangkat beban
Pada pekerjaan mengangkat beban perlu dipikirkan efek negatifnya, antara
lain: kerusakan tulang punggung, kelainan bentuk otot karena pekerjaan tertentu,
prolapsus uteri, prolapsus ani ataupun hernia, dll.
34
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 Gambaran Umum Perusahaan
UD. Cipta Mandiri Abadi merupakan produsen dari Jahe Merah Amanah yang
saat ini memiliki tiga varian produk yaitu Jahe Merah Super, Jahe Merah Mix dan Kopi
Jahe. Ketiganya merupakan produk minuman kesehatan alami jahe merah yang best
seller di pasaran. Hal ini dikarenakan UD. Cipta Mandiri Abadi bisa dikatakan sebagai
pioner dalam industri minuman herbal jahe merah.
Perusahaan UD Cipta Mandiri Abadi merupakan perusahaan perorangan yang
berlokasi di Depok, Jawa Barat. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Wandi pada tahun
2007 dan memproduksi produk minuman instan berbahan jahe merah. Karena memiliki
rasa yang lebih pedas dari pada jahe biasa dan secara khasiat jahe merah lebih bagus
dari jahe lainnya, awalnya ud cipta mandiri abadi hanya memproduksi satu produk yaitu
jahe merah amanah, namun setelah perkembangannya, UD Cipta Mandiri Abadi
mengeluarkan dua produk baru lagi yaitu jahe merah mix amanah dan jahe merah super
amanah.
UD. Cipta Mandiri Abadi memproduksi jahe merah dalam tiga macam, yaitu:
1. Jahe Merah Amanah Super
Jahe merah ini kadang sering disebut sebagai jahe merah original, karena
rasanya memang masih original rasa jahe. Produk ini yang paling best seller
dibandingkan dengan produk UD. CIpta Mandiri lainnya. satu bal isi 20 renteng,
dan masing-masing renteng isi 12 saset..
2. Jahe Merah Mix Amanah
Jahe merah ini seperti jahe merah original namun ada tambahan creamer, jadi
kadang sering disebut juga sebagai jahe susu. satu dus isi 200 sachet..
3. Kopi Jahe Amanah
Kopi jahe amanah merupakan jahe original yang ditambahkan kopi.
35
3.1.1 Lokasi Perusahaan
UD. Cipta Mandiri beralamatkan di Kp. Cinangka RT. 03/06, Kedaung, Kota
Depok, Jawa barat.
3.1.2 Struktur Organisasi dan Karyawan
Struktur organisasi perusahaan pada UD Cipta Mandiri Abadi adalah
berdasarkan kepercayaan dan kekeluargaan. Pimpinan perusahaan mempercayakan
tugasnya kepada 3 orang untuk mengurus bagian penyiapan bahan baku sampai
dengan pengepakan jahe (dalam karung), pengepakan jahe dalam kemasan dan
distribusi jahe. Pada mulanya UD Cipta Mandiri Abadi hanya mempunyai 5
karyawan. Seiring dengan meningkatnya permintaan penjualan, maka pada saat ini
perusahaan mempunyai kurang lebih 54 orang.
U.D. Cipta Mandiri Abadi memilki alur produksi yang terdiri dari 7 alur
produksi dengan jumlah pekerja yang berbeda setiap alurnya.
a. Penyiapan bahan baku : 1 orang
b. Penggilingan jahe : 2 orang
c. Pengolahan (jahe di rebus) : 24 orang
d. Pengayakan jahe : 2 orang
e. Pengepakan jahe (dalam karung) & penimbangan : 2 orang
f. Pengepakan jahe dalam kemasan : 17 orang
g. Distribusi jahe : 5 orang
Rata-rata tingkat pendidikan para pekerja di UD Cipta Mandiri Abadi ini
merupakan tamatan SMP & SMA. Tidak ada pembagian kerja (shift), setiap pekerja
memulai waktu kerjanya dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Pekerja
bekerja hampir setiap hari dan hanya libur pada hari minggu dan hari besar
keagamaan.
36
Gambar 3.1 Struktur Organisasi
3.1.3 Bahan Baku dan Alat / Mesin Produksi
Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat serbuk jahe di UD
Cipta Mandiri Abadi adalah jahe merah. Perusahaan membeli sebagian besar
bahan baku dari pemasok di Lampung. Untuk setiap kali pengiriman,
didatangkan 4 kuintal jahe yang dikirim melalui jalur darat. Bahan tambahan
yang dibutuhkan adalah gula merah, gula pasir, jinten, jahe merah, gingseng,
secang, susu atau kopi sebagai tambahan.
Peralatan yang digunakan oleh para pekerja dalam proses pembuatan
minuman jahe ini adalah bak perendam jahe, alat penggiling jahe, wajan –
wajan berukuran besar untuk merebus jahe, alat pengayak, timbangan dan
mesin untuk mengemas jahe yang telah diolah.
3.1.4 Jumlah Produksi
Hasil produksi minuman jahe dalam kemasan yang dihasilkan setiap hari
di UD Cipta Mandiri Abadi berkisar antara ½ - 1 ton produk minuman jahe
37
dalam kemasan. Produk – produk tersebut di tampung terlebih dahulu di gudang
untuk selanjutnya didistribusikan ke seluruh daerah di Indonesia.
3.1.5 Gambaran secara umum ruang kerja
Luas Bangunan adalah 1.530 meter persegi terdiri dari ruang kantor,
packing, dan gudang 1.030 meter persegi serta ruang produksi 500 meter
persegi yang berada di luar gedung utama.
Ruangan proses produksi dibagi menjadi 3 lokasi. Lokasi pertama,
bangunan yang berukuran sedang yang digunakan untuk beberapa alur
produksi berupa perendaman jahe, penggilingan, perebusan, pengayakan,
pengepakan dalam karung dan penimbangan.
Lokasi kedua berada tidak jauh dari lokasi pertama, yakni berupa dua
bangunan terpisah dengan jarak dekat yang digunakan untuk pengepakan ke
dalam bentuk kemasan. Lokasi ketiga berada agak jauh dengan lokasi
pertama, dimana di lokasi ini, produk yang telah dikemas ditampung terlebih
dahulu untuk menunggu tanggal pengiriman.
Terdapat satu buah kantin di luar lokasi perusahaan yang menjual
makanan untuk para pekerja. Pihak perusahaan tidak menyediakan makan
siang untuk pekerja, namun para pekerja mendapatkan uang makan sebesar
Rp. 20.000,-/hari.
3.2 Alur Produksi
Gambar 3.2.1 Alur Produksi
38
Gambar 3.2.2 Alur Pengolahan Di Dapur
a. Pasokan Bahan baku
Bahan baku adalah jahe, dan bahan tambahan antara lain gula pasir, gula aren,
lada hitam, kopi, creamer, dan habatussauda di pasok dari Lampung.
Kedatangan bahan baku 1 minggu 2 kali sebanyak 400 karung (1karung berisi
50 kg).
b. Gudang penyimpanan bahan baku
Bahan baku dibawa ke tempat penyimpanan sebelum dibawa ke dapur untuk
diproses selanjutnya.
c. Dapur (pengolahan)
1.) Perendaman jahe
Jahe – jahe yang telah didatangkan dari Lampung, direndam terlebih
dahulu di bak khusus selama 10 jam kemudian beberapa jahe di angkat
dan di tempatkan ke dalam suatu keranjang untuk selanjutnya dibersihkan
dengan air yang mengalir dan cara manual dengan menggoyang –
goyangkan keranjang untuk melepas kulit jahe dan tanah yang masih
menempel.
2.) Penggilingan jahe
Setelah bersih, jahe kemudian masuk ke dalam tahap penggilingan
dimana dalam tahap ini jahe dimasukkan ke dalam mesin penggiling
untuk dihaluskan. Setelah itu dimasukkan ke dalam mesin penekan untuk
ditekan dan diambil airnya (sari jahe).
3.) Perebusan jahe dan pengayakan
Setelah air jahe telah mencukupi untuk masuk ke dalam tahap
perebusan, air jahe tersebut dimasukkan ke dalam wajan besar bersama
Perendaman Jahe Penggilingan & Pemerasan Jahe
Perebusan Jahe Pengayakan
Dimasukkan ke karung-karung
39
dengan gula secukupnya, untuk didihkan selama dua jam. Setelah dua
jam, air jahe yang telah direbus akan menjadi padat dan mengering yang
kemudian harus diaduk – aduk agar tidak lengket dan mengental.
Setelah melalui proses perebusan dan jahe telah menjadi serbukan –
serbukan kasar, hasil ini kemudian diayak dengan cara manual (tidak
menggunakan mesin) untuk menjadi serbukan yang lebih halus lagi. Jahe
yang telah diayak kemudian dimasukkan ke dalam karung untuk
ditimbang dan dimasukkan ke dalam tahap pengemasan jahe dalam
bentuk kemasan – kemasan berukuran kecil.
d. Pengemasan
Proses pengemasan berangsung di dua lokasi yang berdekatan Pada lokasi
pertama terdapat 10 pekerja dimana 2 pekerja bertanggung jawab dalam
menggunakan alat pengemas jahe ke bentuk kemasan plastik ukuran 8 x 6 cm
dan 8 pekerja lainnya bertanggung jawab dalam pengemasan ke dalam bentuk
kemasan yang sudah terdapat nama dan gambar produk. Pada lokasi kedua,
terdapat 7 pekerja dimana 3 pekerja mengoperasikan alat yang mengemas
jahe ke dalam kemasan yang sudah siap untuk dipasarkan, sementara 4
pekerja lainnya mempunyai tugas yang sama seperti 8 pekerja di lokasi
pertama.
e. Distribusi
Setelah terkumpul dalam jumlah yang cukup untuk dikirim, produk - produk
jahe ditampung di suatu gudang untuk menunggu waktu pengiriman ke
berbagai lokasi di Indonesia. Distribusi ke seluruh Indonesia dilakukan oleh
P.T ABC.
3.3 Sanitasi Umum
Secara umum, kebersihan lingkungan pabrik masih sangat kurang. Pada ruang
perendaman jahe, lingkungan sekitarnya kotor, lantainya masih berupa tanah yang
basah karena saluran air kurang lancar. Banyak sampah, berupa kulit – kulit jahe
yang terkelupas dan karung – karung di sudut ruangan.
40
Pada ruangan penggilingan, perebusan jahe, pengayakan, pengemasan dalam
karung dan penimbangan lantainya masih dari dari semen dan sangat kotor.
Sirkulasi udara dirasakan kurang, ruangan sangat panas dan tidak terdapat kipas
angin. Pencahayaan dirasakan cukup karena sinar matahari dapat masuk ke dalam
ruangan.
Pada ruang pengemasan, lantai berlapiskan keramik, namun kebersihan masih
terasa kurang. Ruangan terasa agak lembab dan panas. Pada pabrik ini memilki
kamar mandi yang kurang bersih dan suhu ruangan yang agak panas. Air tidak
berbau dan air yang digunakan cukup bersih, berasal dari aliran PAM.
Sumber air minum karyawan berasal dari air gallon isi ulang. Pabrik tidak
menyediakan makan siang bagi para pekerja, namun setiap pekerja mendapatkan
uang makan.
3.4 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Perusahaan
Pada proses produksi, program K3 yang ada dirasakan kurang dan tidak
berjalan. Sebagian pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat
bekerja. Peraturan-peraturan dan tanda-tanda keselamatan (safety sign) tidak
ditemukan. Tidak dilakukan check up berkala pada pekerja, pemeriksaan hanya
dilakukan ketika pekerja sakit.
3.5 Identifikasi Bahaya Potensial Terhadap Kesehatan Berdasarkan alur produksi
Pada dasarnya, dari setiap alur produksi yang telah dijelaskan diatas, masing-masing
memiliki risiko kerja. Risiko kerja setiap alur tersebut bisa berupa :
1. Kecelakaan kerja, yaitu : kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja.
2. Penyakit akibat kerja, yaitu : Penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik
atau asosiasi kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen
penyebab yang sudah diakui.
3. Penyakit akibat hubungan kerja, yaitu : Pekerja pada data awal memang sudah
memiliki penyakit, dimana faktor pada pekerjaan memegang peranan bersama
dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai
etiologi yang kompleks tersebut.
41
Teori kecelakaan kerja :
Gambar 3.3 Teori kecelakaan kerja
Alur Produksi :
A. Pasokan Bahan baku
a. Faktor Fisik : Pekerja juga tidak menggunakan APD seperti masker,
sarung tangan dan sepatu khusus;
b. Faktor Kimia :-
c. Faktor Ergonomis: Posisi tubuh pekerja saat mengangkat jahe tidak dalam
posisi yang benar
d. Faktor Biologi : -
42
B. Gudang penyimpanan bahan baku
a.Faktor Fisik : Pekerja juga tidak menggunakan APD seperti masker,
sarung tangan dan sepatu khusus;
b. Faktor Kimia :
c.Faktor Ergonomis : Posisi tubuh pekerja saat mengangkat jahe tidak dalam
posisi yang benar
d. Faktor Biologi
C. Dapur (pengolahan)
1) Perendaman jahe
43
a.Faktor Fisik :Kolam tempat perendaman jahe agak licin, banyak
ditemukan kulit – kulit jahe berserakan di lantai,
lantai masih dari tanah yang basah karena saluran
air tidak lancar.
b. Faktor Kimia : -
c.Faktor Ergonomis :Posisi tubuh pekerja saat mengangkat jahe yang
akan direndam dan saat mengangkat jahe untuk
diparut tidak dalam posisi yang benar; Jahe yang
diangkat tidak ditimbang terlebih dahulu sehingga
bisa terjadi kemungkinan beban jahe yang diangkat
melebihi standar beban.
d. Faktor Biologi :Kondisi lingkungan yang basah
bisa menimbulkan pertumbuhan jamur jari kaki
pekerja.
2) Penggilingan jahe
a.Faktor Fisik :mesin parutan yang menimbulkan suara bising
bekerja selama 8 jam per hari; pekerja juga tidak
menggunakan APD sehingga berisiko terkena
penggilingan jahe; banyak sampah jahe berserakan
di lantai; Tidak ditemukan instruksi secara tertulis
44
tentang cara pengoperasian alat penggilingan dan
pemerasan jahe.
b. Faktor Kimia :-
c.Faktor Ergonomis : Posisi pekerja lebih banyak berdiri, berlangsung
selama 4 jam yang diselingi dengan membungkuk
saat mengambil jahe dari keranjang.
d. Faktor Biologi
Perebusan jahe
e.Faktor Fisik :Suhu yang panas saat merebus jahe; ruangan yang
lembab dan panas dapat menyebabkan para pekerja
sulit untuk bernapas;
f. Faktor Kimia :
g. Faktor Ergonomis :Posisi pekerja
membungkuk dengan membentuk sudut 90°
terhadap sumbu badan, saat mengaduk-aduk jahe
yang direbus di dalam wajan besar berdiameter 70
cm. Terdapat 5 wajan untuk diaduk per hari dengan
waktu perebusan jahe tiap wajan selama 45 menit
dan waktu pengadukan setiap wajan selama 15
menit.
45
h. Faktor Biologi :Ruangan lembab dapat
menyebabkan pertumbuhan jamur pada sela-sela
bagian tubuh.
2.)Pengayakan
a.Faktor Fisik : Suhu yang panas saat merebus jahe; ruangan yang
lembab dan panas dapat menyebabkan para pekerja
sulit untuk bernapas;
b. Faktor Kimia : -
c.Faktor Ergonomis : Posisi pekerja saat mendorong wadah ayakan besar
adalah membungkuk dengan membentuk sudut 60°
terhadap sumbu tubuh. Pekerjaan ini dilakukan oleh
dua orang pekerja saling berhadapan dan saling
melakukan gerakan tarik menarik secara
bergantian. Posisi tersebut berlangsung terus
menerus selama 30 menit dengan diselingi waktu
istirahat selama 30 menit dengan total waktu
bekerja 5 jam. Posisi seperti ini dapat menyebabkan
nyeri pada lengan, pinggang dan punggung serta
dapat pula mengakibatkan trauma rudapaksa.
46
d. Faktor Biologi :Ruangan lembab dapat
menyebabkan pertumbuhan jamur pada sela-sela
bagian tubuh.
D. Pengemasan
a.Faktor Fisik : Tempat kerja yang pengap dan panas
b. Faktor Kimia : -
c.Faktor Ergonomi : Posisi pekerja duduk membungkuk dilantai, posisi
kepala 300 dari sumbu tubuh. Leher berada dalam
posisi melengkung dan statis. Posisi seperti ini
dipertahankan selama 4 jam; Tidak ada sandaran
punggung, tulang belakang yang melengkung memberi
beban kepada diskus intervertebra atau tarikan
berlebihan pada ligamen tulang belakang.
d. Faktor Biologi :
e.Faktor Psikis : Waktu kerja seharian penuh dari jam 08.00-17.00,
pekerjaan monoton.
47
E. Distribusi
a. Faktor Fisik : -
b. Faktor Kimia : -
c. Faktor Ergonomis: Jalur evakuasi barang produksi ke ruang penyimpanan
tidak rata, banyak bebatuan
d. Faktor Biologi : -
Tanggapan dalam identifikasi resiko akibat kerja :
48
1. Perusahan harus memperhatikan keselamatan pekerja , contohnya :
- Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dengan cara menyediakan safety sesuai
dengan tempat yang beresiko dan penggunaan APD yang tepat sesuai kebutuhan
tiap bagian alur produksi.
- Meminimalisir terjadinya penyakit akibat kerja dengan cara memastikan bahwa
pekerja sudah menggunakan APD secara benar, dan lakukan pengawasan sekali-
sekali untuk memastikan bahwa pekerja benar-benar menggunakan APD
tersebut.
Pendeteksian penyakit pada pekerja juga perlu dilakukan dengan cara
melakukan kunjungan ke poliklinik.
- Mendeteksi penyakit akibat hubungan kerja dengan memeriksa keadaan pasien
sebelumnya, apakah pasien tersebut menderita suatu penyakit atau tidak. Hal ini
harus dilakukan karena jika ada pekerja memiliki penyakit, pekerja tersebut bisa
ditempatkan pada bagian pekerjaan yang tidak beresiko untuk memperberat
penyakitnya.
2. Perusahaan harus memperhatikan higienitas produknya, dengan cara :
- Pengawasan dalam penggunaan APD. Contohnya dalam pengemasan produk,
produk yang akan masuk ke kemasan bisa kontak langsung dengan pekerja jika
pekerja tidak menggunakan APD. Oleh karena itu, tidak menggunakan APD
bisa berakibat mikroorganisme bisa hidup dalam kemasan yang tertutup rapat
tersebut akibat jika ada pekerja yang batuk atau bersin.
Keterangan :
- Tidak adanya data kesehatan kerja yang menjelaskan kondisi pekerja sebelum
bekerja dipabrik ini, membuat kesimpulan tentang penyakit akibat hubungan
kerja tidak bisa kami deteksi.
49
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, bahaya potensial yang harus
diperhatikan U.D Cipta Mandiri Abadi adalah pada masalah faktor fisik, faktor
biologik, ergonomic dan faktor psikis pekerja.
4.1 Faktor Fisik
Beberapa hal yang perlu disarankan pada U.D Cipta Mandiri Abadi dari faktor
fisika adalah panas, kebisingan, getaran dan pencahayaan
4.1.1 Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang didengar sebagai rangsangan-rangsangan
pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi-
bunyi tersebut tidak dikehendaki (Afry, 2011). Kebisingan juga dapat disebut
sebagai bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu
kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel
(dB).
Keadaan pabrik Jahe U.D Cipta Mandiri Abadi terutama pada bagian
dapurnya dimana merupakan tempat memasak merupakan daerah yang bising
50
dimana faktor fisika yang mengganggu kesehatan kerja karyawan pabrik U.D
Cipta Mandiri Abadi adalah suasana yang bising diakibatkan oleh kegiatan
penghalusan bahan tambahan menggunakan mesin. Suara mesin yang dihasilkan
cukup mengganggu aktivitas komunikasi antar pekerja.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan
pendengaran dapat diberikan alat pelindung diri contohnya ear plug atau ear
phone.
4.1.2 Panas
Panas atau suhu yang tinggi merupakan salah satu dari agen fisik yang
dapat menyebabkan penyakit akibat kerja (PAK). Seperti temperatur udara,
kelembaban, pergerakan udara, dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian
yang digunakan.
Pada pabrik U.D Cipta Mandiri Abadi, suhu ruang meningkat pada saat
produksi jahe yaitu pada saat memasak. Pada saat memasak terdapat 20 alat
masak yang digunakan sehingga suhu ruangan didalam dapur meningkat. Suhu
didalam ruangan tidak diketahui secara akurat karena tidak ada termometer yang
dipasang di dalam dapur.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan suhu pada bagian
prouksi U.D Cipta Mandiri antara lain dengan pemasangan hexos untuk
menyerap debu, uap panas dan asap. Kemudian menanam pohon disekita dapur
agar merindangi dapur. Disarankan memasang termometer untuk mengetahui
ukuran suhu yang akurat.
4.1.3 Penerangan atau Pencahayaan
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah
beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan
kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup
untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan
memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan
menghindarkan dari kesalahan kerja.
51
Penerangan pada bagian produksi (dapur) di U.D. Cipta Mandiri Abadi
sudah cukup baik, pada ruangan terdapat cukup ventilasi yang memungkinkan
cahaya dapat masuk dengan baik ke dalam ruangan. Dan aktivitas produksi
dilakukan pada siang hari, jadi cahaya matahari dapat masuk dan menerangi
ruangan tersebut. Penerangan pada bagian packing jahe yang mix, kondisi
penerangannya memiliki intensitas cahaya yang rendah. Untuk intervensi yang
dapat dilakukan adalah dengan menambah ventilasi dan pada penerangan yang
agak kurang disarankan pada pabrik agar menambah intensitas penerangan pada
ruang packing jahe yang mix.
4.1.4 Getaran
Getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan
setimbang terhadap suatu titik acuan, (Kep.MENLHNo: KEP
49/MENLH/11/1996). Getaran banyak terjadi pada proses penggilingan jahe dan
bumbu rempah-rempah, pengayakan bumbu halus sebagai bahan baku dan bahan
tambahan dimana pada bagian penggilingan jahe dan bumbu-bumbu. Untuk
intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi getaran yang ditimbulkan
kegiatan tersebut maka dapat digunakan sarung tangan, atau alat peredam getar
seperti busa.
4.1.5 Bau-Bauan
Yang dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja adalah
bau-bauan yang tidak enak di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan
kerja. Dalam kaitannya dengan kesehatan kerja atau dalam lingkungan kerja,
perlu dibedakan antara penyesuaian penciuman dan kelelahan penciuman.
Dikatakan penyesuaian penciuman apabila indera penciuman menjadi kurang
peka setelah dirangsang oleh bau-bauan secara terus-menerus, seperti contoh
pekerja tersebut diatas.
Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu
mencium kadar bau yang normal setelah mencium kadar bau yang lebih besar.
52
Misalnya orang tidak mencium bau bunga setelah mencium bau yang kuat dari
bangkai binatang.
Pada U.D mandiri Abadi, bagian produksi terdapat bau-bauan yang
menyengat yaitu pada bagian penghalusan bahan-bahan tambahan seperti
habattusauda, cengkeh, kopi. Bahan-bahan tersebut mempunyai bau yang kuat
sehingga dapat mempengaruhi penciuman. Dari hal ini dapat diberikan
intervensi menggunakan alat pelindung diri berupa masker.
4.2. Kimia
Pada Pabrik jahe U.D Cipta Mandiri Abadi tidak menggunakan bahan kimia apapun,
semua bahan menggunakan bahan organik. Oleh karena itu, pada pabrik ini tidak
ditemukan risiko bahaya dari aspek kimia.
4.3. Ergonomi
Beberapa hal dibawah merupakan beberapa masalah yang berhubungan dengan
aspek ergonomi di pabrik serbk jahe UD Cipta Mandiri Abadi.
1. Pada proses perendaman jahe terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Posisi mengangkat, mendorong, menarik, dengan tenaga yang kuat dan
melibatkan seluruh anggota badan akan menyebabkan nyeri punggung ataupun
kelainan pada daerah punggung. Faktor- faktor yang berhubungan timbulnya
nyeri punggung belakang seperti frekuensi mengangkat barang, lama kerja,
lingkungan kerja dan postur yang menentukan jumlah barang yang masih dapat
diangkat dengan aman oleh seseorang. Faktor lain yang ,memegang peranan
penting adalah batas aman dari besar tenaga yang dilakukan untuk mengangakat,
mendorong, dan menarik suatu barang. Efek jangka panjang dari kegiataan–
kegiatan ini akan menyebabkan tekanan otot belakang dan bahu terutama jika
beban ini diangkat secara horizontal didepan ataupun disamping badan.
53
Menurut fungsi ergonomis sesuai teori, karena pekerja adalah seorang
laki – laki dewasa, maka beban yang seharusnya diangkat berkisar antara 45 –
55 kg.
Saran yang dapat diberikan untuk mengurangi terjadinya masalah
kesehatan akibat ergonomi antara lain :
a. Mengurangi berat barang yang akan diangkat dengan merubah ukuran beban
perunit. Hal ini bertujuan agar pekerja tidak cepat lelah.
b. Mengurangi peregangan dengan mengubah alat, misalnya barang tidak
diangkat melainkan dipindahkan dengan menggunakan trolley.
c. Pada proses pengangkatan juga sebaiknya mengikuti cara pengangkatan
yang ergonomis yakni sebagai berikut:
1.) Mula-mula berjongkok untuk mencari posisi seimbang dengan kaki
setengah terbuka, merapatkan badan kearah benda, pada saat benda akan
terangkat punggung harus lurus, dagu diangkat agar kepala dan badan
tidak cenderung membungkuk/sedapat mungkin tegak lurus.
2.) Langkah mengangkat, pegangan tangan harus kuat dan mengerahkan
tenaga yang ditanggung oleh tulang dan otot, tegakan dan luruskan kaki,
maka terangkatlah benda tsb.
3.) Langkah terakhir, meluruskan badan bagian atas sehingga lurus dengan
kaki dan sedapat mungkin tegak lurus dengan lantai.
54
Gambar 4.1: Cara pengangkatan yang ergonomis
Pada saat pengangkatan jahe yang akan direndam dan pengangkatan jahe
yang telah direndam untuk digoyangkan, sebaiknya jahe – jahe tersebut
ditimbang terlebih dahulu. Karena pekerja adalah seorang laki – laki dewasa,
maka beban yang seharusnya diangkat berkisar antara 45 – 55 kg.
Beban
tersebut
juga
sebaiknya
dipisahkan
menjadi 2
beban
yang lebih
kecil lagi,
contohnya
apabila
beban jahe yang diangkat adalah 50 kg, maka dipisahkan menjadi masing –
masing 25 kg. Hal ini bertujuan agar pekerja tidak cepat lelah.
Jarak mengangkat beban juga sedapat mungkin dikurangi dan sebaiknya
beban diangkat menggunakan keranjang yang mempunyai pegangan.
Apabila beban dibawa dengan posisi tertentu, sebaiknya beban disesuaikan
dengan posisi yang dipilih dalam mengangkat beban dan tidak terlalu tinggi.
Dalam mengangkat beban perlu juga diingat agar bidangnya/lantai tidak
licin.
55
Gambar 4.2: Pegangan pada keranjang untuk mengurangi kelelahan pekerja
Jika memungkinkan, minimalisasikan ketinggian beban yang diangkat ke
tempat yang dituju. Untuk ini, dapat digunakan meja atau alat lainnya.
56
Gambar 4.3: Penggunaan meja untuk meminimalisasikan ketinggian
Pada saat jahe digoyangkan, pekerja disarankan agar menggoyangkan
keranjang dengan posisi tidak terlalu membungkuk namun denganposisi
membentuk sudut 30° dari sumbu tubuh. Hal ini dapat mengurangi beban
pada tulang belakang dan pinggang serta mencegah cidera pada bagian
tersebut. Apabila memungkinkan proses ini dapat dibantu dengan
menggunakan alat bantu mekanik.
Dikarenakan waktu bekerja para pekerja hanya 3 jam makapekerja
disarankan agar beristirahat secukupnya saja atau apabila dirasakan nyeri
pada punggung.
2. Pada proses penggilingan dan pemerasan terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
a. Disarankan agar pada lokasi bekerja diberikan instruksi tertulis mengenai
cara pengoperasian alat serta aturan keamanan pemakaian alat, tombol –
tombol pengoperasian diperjelas, mekanisme untuk mematikan serta
mengunci alat diperbaiki dan jika memungkinkan alat diubah sepenuhnya
menjadi otomatis.
Gambar 4.4: Instruksi tertulis tentang cara aman dalam mengoperasikan alat
57
Gambar 4.5: Tulisan di tombol hendaknya diperjelas
b. Di bagian penggilingan jahe, posisi pekerja berada dalam posisi berdiri
dimana jenis pekerjaannya
termasuk pada jenis pekerjaan
ringan. Oleh karena itu
diupayakan agar tinggi
landasan berada pada 10 – 15
cm di bawah siku. Sedangkan
pada bagian pemerasan jahe,
posisi pekerja juga berdiri dan jenis pekerjaannya berupa pekerjaan dengan
penekanan. Oleh karena itu tinggi landasan diupayakan berada 15 – 40 cm di
bawah tinggi siku berdiri.
c. Posisi pekerja juga disarankan dirubah menjadi duduk - berdiri. Posisi ini
mempunyai keuntungan bagi pekerja, karena pekerja tidak akan mudah lelah
dan dapat mengurangi tekanan pada tulang belakang dan pinggang sebanyak
30%.
d. Waktu bekerja para pekerja hanya 4 jam, oleh karena itu pekerja disarankan
agar beristirahat jika merasa lelah saja.
3. Pada proses perebusan, pengayakan dan penimbangan terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan:
a. Posisi pekerja membungkuk saat mengaduk jahe yang telah menjadi padat
dan mengering. Posisi ini dilakukan oleh para pekerja karena letak kompor
58
yang terlalu rendah. Posisi ini dipertahankan selama 15 menit dan jenis
pekerjaan yang dilakukan termasuk dalam jenis pekerjaan dengan
penekanan.
b. Disarankan agar dibuatkan tempat khusus untuk proses perebusan dimana
posisi kompor berada lebih tinggi danposisi pekerja berdiri serta diupayakan
agar posisi landasan/kompor berada 15 – 40 cm di bawah tinggi siku berdiri.
c. Diupayakan agar disediakan alat pengaduk jahe yang mempunyai diameter
30 – 40 mm dan panjang 23 cm atau yang sesuai dengan ukuran tangan
pekerja.15
d. Dikarenakan pada proses ini pekerja terpapar langsung dengan suhu yang
tinggi, disarankan agar disediakan sistem pembuangan panas yang efektif
atau dengan memperbanyak ventilasi udara alami.14
e. Posisi tubuh pekerja pada proses pengayakan dapat dimodifikasi dengan
mengubah posisi tubuh menjadi 450 yaitu dengan meninggikan alat
pengayakan sehingga didapatkan posisi yang ergonomis untuk para pekerja.
Hendaknya para pekerja selalu mengenakan sarung tangan dan
menyesuaikan tenaga saat dilakukan tarikan dan dorongan agar tidak terjadi
trauma rudapaksa pada salah satu pekerja.
f. Jika memungkinkan proses ini digantikan dengan alat/mesin otomatis.
g. Disarankan agar para pekerja berisitirahat apabila mengalami kelelahan.
h. Pada proses pengemasan sementara, disarankan agar jahe yang telah di ayak
ditempatkan dalam posisi/ketinggian yang sama dengan wadah
pengemasannya (karung). Ini dapat dilakukan dengan membuat
tempat/alatkhusus untuk menaruh jahe pada ketinggian yang sama dengan
wadah pengemasannya. Oleh karena jenis pekerjaan ini merupakan jenis
pekerjaan ringan, diupayakan landasan berada 10 – 15 cm di bawah
siku.15Hal ini bertujuan agar pekerjaan dapat berjalan lebih lancar, mencegah
timbulnya kelelahan pada pekerja, jatuhnya jahe saat ingin dikemas dan
meningkatkan efektifitas dari proses pemindahan ini.
59
Gambar 4.6: Penggunaan alat bantu untuk meningkatkan efisiensi pekerja
i. Pada proses penimbangan, diupayakan juga agar alat timbangan berada
dalam ruangan yang sama dan dengan ketinggian yang sama seperti proses
pengemasan sementara.
Gambar 4.7: Timbangan diposisikan sejajar dengan alat lain
j. Pada proses pemindahan ke tempat dimana jahe akan dikemas ke dalam
kemasan jadi (berukuran lebih kecil, disarankan agar karung – karung jahe
diangkut menggunakan gerobak pendorong atau alat lain yang mempunyai
roda. Hal ini bertujuan untuk mencegah kerusakan pada produk dan
mengurangi resiko kecelakaan pada pekerja.15
k. Penting juga untuk membuat rute khusus yang bebas hambatan/halangan
untuk pengiriman ke ruang pengemasan agar pekerjaan menjadi lebih efektif.
l. Disarankan agar memakai roda yang berbahan karet dan berukuran besar
60
untuk memindahkan barang melalui jalur yang tidak rata.
m. Apabila tidak memungkinkan disediakan gerobak pendorong maka dapat
juga diangkat dengan bantuan alat dimana beban dibagi rata pada dua
pundak pekerja. Hal ini bertujuan agar pekerja tidak cepat lelah bila
dibandingkan mengangkat beban pada satu sisi tubuh saja.
Gambar 4.8: Pembagian beban secara rata di kedua pundak dapat mengurangi kelelahan pada pekerja
n. Pekerja disarankan beristirahat bila merasa lelah.
4. Pada proses pengemasan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
a. Disarankan agar ruang kerja dimodifikasi dan para pekerja melakukan
pekerjaannyadi atas meja serta diberi kursi untuk duduk yang disesuaikan
dengan standart postur tubuh pekerja.
Posisi duduk yang benar:
Cukup rendah agar kaki bisa menapak ke lantai dengan lutut lebih
tinggi dari paha.
Dekatkan kursi ke meja untuk menjaga posisi duduk yang tegak.
Jika merasa punggung bagian bawah melengkung ke bawah,
silangkan kaki atau letakkan kedua kaki ke atas bangku kecil.
Bagian meja:
Alas meja dapat disetel/disesuaikan dengan tinggi siku tenaga kerja
61
sehingga terbentuk performen tenaga kerja tinggi siku sebesar 10 cm-
15 cm di atas meja,ini agar terjadi performen kerja yang nyaman
(comnfortable).
Penyetelan tinggi alas meja cukup dengan menggendorkan baut-baut
penyetel yang dipasang pada kaki meja.
Selain itu, pada kaki meja diberikan sandaran kaki tenaga kerja
dengan model bertingkat, hal ini digunakan untuk relaksasi kaki
tenaga kerja agar tidak lelah.
Bagian Kursi:
Apabila kursi dapat disetel, tinggi kursi dapat dirubah naik atau turun
dengan cara memutar tiang sandaran kursi. Penyetelan ini digunakan
untuk menyesuaikan duduk setiap tenaga kerja sehingga terbentuk
awal performen lutut kaki tenaga kerja pada sudut siku 90 derajat.
Pada sandaran kursi juga dapat disetel naik turun, hal ini dugunakan
untuk penyesuaian pinggang tenaga kerja agar tetap dalam tertahan
oleh sandaran kursi. Dengan pinggang (lumbar) yang dapat bersandar
untuk relaksasi, agar ketegangan otot pada otot tulang belakang
(vertebralis) tidak tegang, sehingga otot rangka tidak mengalami
kelelahan yang berlebihan.
c. Selain itu, dapat diberkan edukasi kepada karyawan mengenai beberapa
sikap yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya kelelahan yakni:Arms
extended (jarak yang jauh dengan objek), posisi membungkuk, leher dan
punggung melengkung dan posisi duduk miring.
62
Gambar 4.9: Beberapa sikap yang harus dihindari pada pekerjaan dalam posisi duduk
d. Karyawan di bagian pengemasan juga dapat diberitahukan beberapa
gerakanyang dapat dilakukan untuk mengurangi kelelahan, seperti gambar
berikut:
Gambar 4.10:Gerakan
yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kelelahan
e. Pada proses
pengemasan yang
menggunakan
mesin, saran untuk keamanan pengoperasian alat berlaku sama seperti paada
63
bagian mesin penggiling dan pemerasan jahe.
5. Pada proses penyimpanan ada hal yang perlu diperhatikan:
a. Jalur pengiriman barang dari produksi ke bagian penyimpanan seharusnya
bebas dari hambatan apapun dan jika memungkinkan diratakan/di semen.
Hal ini bertujuan agar waktu pengiriman berjalan efisien dan pekerja tidak
cepat lelah.
Gambar 4.11: Jalur ke tempat pengiriman harus bebas dari hambatan
4.4. Biologi
Beberapa hal yang perlu diintervensi pada U.D Cipta Mandiri Abadi dari faktor
biologi adalah jamur dan cacing
A. Jamur
Penyakit jamur sering diderita pekerja di tempat kerja yang lembab dan basah
atau terlalu banyak merendam tangan dan kaki di air karena terlalu lamanya
tubuh kontak dengan air menyebabkan kulit semakin lembab, kulit atau
anggota tubuh lainnya yang lembab akan menjadi tempat yang baik untuk
pertumbuhan jamur. Banyaknya infeksi jamur yang dapat tumbuh akibat kulit
yang lembab seperti tinea pedis, blastomikosis, candida albicans.
Keadaaan pabrik Jahe U.D. Cipta Mandiri Abadi pada bagian pencucian
jahe terlihat bahwa pencucian jahe dari tanah maupun lumpur yang masih
64
melekat pada jahe. Mencuci pun menggunakan air yang cukup banyak. Pada
bagian pencucian jahe tempat dan kondisi lantai sangat basah dan lembab.
Pekerja pada pencucian jahe pun tidak menggunakan sepatu khusus anti air
maupun sarung tangan, pekerja bekerja sekitar 7 hingga 9 jam setiap harinya
dimana kondisi tangan dan kaki pasien dalam kondisi basah dimana tangan
dan kaki yang basah sangat baik untuk pertumbuhan bagi jamur.
Oleh sebab itu untuk mengatasi dari pemaparan air yang lama dan
kondisi tubuh yang basah pekerja harus menggunakan sepatu dan sarung
tangan yang anti air dan pekerja harus rajin untuk mengeringkan tangannya
saat selesai mencuci jahe.
B. Cacing
Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing disebabkan tidak atau
kurang higienisnya seseorang dalam kehidupan sehari. Tetapi pada penyakit
akibat kerja yang disebabkan oleh cacing diakibatkan karena pekerja yang
berkontak langsung dengan tanah dan pekerja tersebut tidak menggunakan
sarung tangan sebagai pelindung.
Pada pabrik jahe U.D. Cipta mandiri abadi pada alur produksi pencucian
jahe dimana jahu tersebut harus dibersihkan dari tanah yang menempel pada
badan jahe. Disini dimana pekerja tidak menggunakan sarung tangan untuk
memindahkan jahe ke kolam pencucian. Tangan pekerja langsung berkontak
dengan jahe yang banyak sekali melektnya tanah. Ini adalah salah satu faktor
yang dapat menyebabkan pekerja menderita penyakit jamur karena cacing
dapat menginfeksi langsung dengan cara langsung menginvasi langsung ke
jaringan kulit contohnya cacing tambang yang dapat menginvasi dan masuk ke
aliran darah dan menginfeksi tubuh serta menghisap darah yang
mengakibatkan pasien tersebut terkena anemia atau dari tidak telur yang
matang yang berada di tanah akibtnya dapat dikonsumi oleh pekerja saat
makan makanan.
Oleh sebab itu pekerja harus menggunakan sarung tangan agar terhindar
dari infeksi cacing.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
66
Menurut pengamatan yang telah kami lakukan pada pabrik jahe tersebut, maka
kami menyimpulkan bahwa sebenarnya pihak staf dari pabrik sudah mengurangi
timbulnya PAK, PHAK, dan Kecelakaan akibat kerja dengan cara membuat peraturan
yang mewajibkan pegawainya memakai APD saat sedang melakukan pekerjaan yang
berhubungan dengan proses produksi di pabrik tersebut, tetapi sangat disayangkan
minimnya kesadaran dari pihak pegawai untuk mematuhi peratutan tersebut, walaupun
sampai saat ini di pabrik jahe belum pernah ada yang mengalami PAK, PHAK ,dan
Kecelakaan kerja.dimungkinkan kesadaran pegawai yang minim mengenai pentingnya
K3 itu dikarenakan oleh tidak tegasnya sanksi yang diberikan oleh pihak perusahaan
jika ada pegawai yang melanggar.
5.2 SARAN
Saran yang bisa kami berikan adalah sebaiknya untuk meningkatkan kesadaran
pegawai agar, para pegawai dengan senang hati mematuhi peraturan tersebut adalah
dengan cara memberikan sanksi yang tegas pada pasien yang melanggar peraturan yang
diberikan oleh pihak perusahaan, dan sebaiknya pihak perusahaan melakukan metode
promotif dan preventif agar pegawai dapat sadar akan pentingnya K3.
DAFTAR PUSTAKA
67
Afry yanti Rosyani lury, makalah k3 tentang faktor fisik. Dapat dilihat di
http://afryluryanti.blogspot.com/2011/08/makalah-k3-tentang-faktor-fisik.html.
2011.
Adiputra, N.; Sutjana, D.P.; Suyasning, H.I.;Tirtayasa, K. (2001). Gangguan
Muskuloskeletal Karyawan Beberapa Perusahaan Kecil di Bali. Jurnal Ergonomi
Indonesia.
Ergonomi. Depkes. 2005. Dapat diakses di: http://www.depkes.go.id.
Fathoni Firmansyah. 2010. Pengaruh Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata
Tenaga Kerja Pada Tenaga Kerja di Bagian Pengepakan PT Ikapharmindo Putra
Mas Jakarta Timur. Program Diploma IV Kesehatan Kerja. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Irwan Ridwan, S.Kom. Bahan Ajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). SMKN
Manonjaya Tasikmalaya. 2010.
Mulyono. Kesehatan Kerja: Ergonomi. 2005. Dapat diakses di:
http://www.docstoc.com/ERGONOMI.
Price, Sylvia, et all. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Buku 1, Edisi
4, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 1995.
Suma’mur PK. 1994. Hiperkes Keselamatan Kerja dan Ergonomi. Dharma Bakti Muara
Agung. Jakarta.
Suma’mur, PK. 2009. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Sagung Seto.
LAMPIRAN
68
1. Pada bagian pengadukan, posisi badan karyawan adalah 90o yang berpotensi
pada terjadinya low back pain. Bagaimana intervensi dilakukan pada kasus ini..
Jawab: dengan melakukan edukasi kepada karyawan tentang posisi kerja yang
benar, dan memberikan alat yang sesuai dengan tinggi karyawan.
2. Pada ruang packing Jahe Mix, tersedia Air conditioner namun kondisi lembab
dan terdapat cahaya yang kurang.
Jawab: Penambahan ventilasi dan arus sirkulasi udara keluar ditambahkan, untuk
masalah pencahayaan ditambahkan penerangan dibagian alat sehingga
mendukung cahaya yang kurang tadi.
3. Bagaimana mengatasi alas bawah bangunan pada bagian pencucian jahe yang
masih menggunakan semen
Jawab: dengan melakukan penambahan bahan pada alas agar mencegah
terjadinya insiden tergelincir, dengan tambahan bahan karet, atau plastik,
sehingga kerja yang memang harus dilakukan pada bagian berair tetap dapat bisa
dilakukan
4. Apakah seluruh intervensi yang kelompok berikan telah dilakukan di
perusahaan.
Jawab: seluruh intervensi yang diberikan terbatas pada pemberian saran kepada
perusahaan.
5. Pada bagian dapur terdapat sirkulasi yang panas, apa intervensi yang dilakukan
Jawab: dengan melakukan penambahan ventilasi dan pemberian hexos guna
meningkatkan sirkulasi udara panas yang ada.
6. Pada pabrik ini belum didapatkan pelayanan kesehatan, sedangkan faktor resiko
disin cukup tinggi, bagaimana penyelesaiannya?
Jawab: Peran dokter di dalam layanan kesehatan pabrik adalah untuk
penanganan 100 orang setiap orang dokternya. Namun jumlah karyawan yang
ada kurang dari nilai itu, sehingga pelayanan kesehatan khusus untuk hal ini
tidak diperlukan.
7. Aktivitas karyawan setiap harinya berpotensi pada terjadinya kejenuhan akibat
dari kerja yang monoton. Apa yang kalian sarankan untuk meredakkan kondisi
ini?
69
Jawab: Dengan melakukan kerja yang shifting.
8. Di ruangan penyimpanan terdapat tangga yang berpotensi pada terjadinya
kecelakan, bagaimana intervensinya.?
Jawab: Pelarangan penggunaan tangga, ataupun dengan penambahan pegangan
tangan pada tangga, sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan.