kesehatan kerja jahe rev hanna

98
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja merupakan faktor strategis dalam mendukung melesatnya perkembangan industri dan usaha, serta pembangunan secara menyeluruh. Interaksi antara tenaga kerja dengan pekerjaannya dan peralatan produksi yang semakin canggih meningkatkan pemaparan terhadap resiko kecelakaan d an penyakit akiba t kerja (Sri, Mardiman, 2001). Ratusan tenaga kerja di seluruh dunia saat bekerja pada kondisi yang tidak nyaman dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Menurut Internat ional Labor Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau yang disebabkan oleh pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat kerja dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya. Di dalam suatu lingkungan kerja, pekerja akan menghadapi tekanan lingkungan . T ekanan lingkungan tersebut dapat berasal dari faktor kimiawi, fisik, biologis, dan psikis.Tekanan lingkungan kerja fisik khususnya lingkungan kerja panas memegang peranan yang penting, oleh sebab itu lingkungan kerja harus diciptakan senyaman mungkin supaya 1

Upload: rintiik

Post on 30-Nov-2015

65 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tenaga kerja merupakan faktor strategis dalam mendukung melesatnya

perkembangan industri dan usaha, serta pembangunan secara menyeluruh. Interaksi

antara tenaga kerja dengan pekerjaannya dan peralatan produksi yang semakin canggih

meningkatkan pemaparan terhadap resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Sri, Mardiman,

2001). Ratusan tenaga kerja di seluruh dunia saat bekerja pada kondisi yang tidak

nyaman dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Menurut International Labor

Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit

atau yang disebabkan oleh pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta

kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat kerja dimana

diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya.

Di dalam suatu lingkungan kerja, pekerja akan menghadapi tekanan lingkungan.

Tekanan lingkungan tersebut dapat berasal dari faktor kimiawi, fisik, biologis, dan

psikis.Tekanan lingkungan kerja fisik khususnya lingkungan kerja panas memegang

peranan yang penting, oleh sebab itu lingkungan kerja harus diciptakan senyaman mungkin supaya

didapatkan efisiensi kerja dan meningkatkan produktivitas (Santoso, 1985).

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi

pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat

kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh

perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menghilangkan risiko

kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja meliputi pembahasan tentang Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan

Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK). Definisi Kecelakaan Kerja menurut

Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor : 03/Men/1998 adalah suatu

kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan

korban jiwa dan harta benda.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu persyaratan untuk

meningkatkan produktivitas kerja karyawan, disamping itu K3 adalah hak asasi setiap

1

Page 2: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

2

tenaga kerja. Di era pasar bebas Asean Free Trade Agreement (AFTA) dan World Trade

Organization (WTO) serta Asia Pasific Economic Community (APEC) yang akan

berlaku tahun 2020, dan untuk memenangkan persaingan bebas ternyata kesehatan dan

keselamatan kerja juga menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh industri

di Indonesia.

Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja dapat

menyebabkan kecaatan atau kematian. Antisipasi dapat dilakukan dengan menggunakan

alat pelindung diri (APD).

Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya, pekerjaan harus bekerja

dengan cara dan dalam lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan. Lingkungan dan cara yang

dimaksudkan meliputi tekanan panas, penerangan ditempat kerja, debu diudara ruang

kerja, sikap badan, perserasian manusia dan mesin (Sumamur P.K., 1996).

1.2 Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, di dalam makalah ini

akan dibahas mengenai, bagaimana penerapan proses K3 pada salah satu perusahaan

U.D. Cipta Mandiri Abadi yaitu pabrik minuman serbuk jahe pada para pekerjanya

untuk mencegah terjadinya Penyakit Akibat Kerja ataupun Penyakit Akibat Hubungan

Kerja dikarenakan penerapan K3 yang tidak tepat. Oleh karena itu beberapa pertanyaan.

1. Apakah U.D. Cipta Mandiri Abadi sudah menerapkan K3 dalam sistem

kerjanya?

2. Apakah di U.D. Cipta Mandiri Abadi terdapat data kecelakaan kerja?

3. Apakah kecelakaan kerja dapat diminimalisir dengan penerapan K3?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum:

Untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja U.D Cipta

Mandiri Abadi sehingga produktivitas pekerja semakin mengalami

peningkatan.

Page 3: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

3

1.3.2 Tujuan Khusus

Melakukan kunjungan pada U.D Cipta Mandiri Abadi untuk mengetahui

keadaan umum perusahaan, alur produksi, keadaan sanitasi dan bahaya

potensial yang dapat terjadi di U.D. Cipta Mandiri Abadi dengan melakukan

hal-hal di bawah ini:

1. Mengidentifikasi gangguan kesehatan yang mungkin timbul di U.D. Cipta

Mandiri Abadi.

2. Mencari solusi yang tepat dalam penanganan masalah yang ditemukan

dalam pelaksanaan produksi di U.D. Cipta Mandiri Abadi.

3. Memahami upaya perlindungan dan pencegahan yang telah dilakukan di

U.D. Cipta Mandiri Abadi.

4. Memberi saran untuk perbaikan upaya kesehatan dan keselamatan bagi

pekerja.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat pembuatan laporan ini antara lain yaitu:

1.4.1 Bagi mahasiswa

1. Mengaplikasikan ilmu pre klinik mengenai evaluasi kedokteran kerja pada

suatu perusahaan dalam rangka melaksanaan program Keselamatan

Kesehatan Kerja (K3)

2. Mengaplikasikan ilmu berkomunikasi yang baik dengan masyarakat.

1.4.2 Bagi perusahaan

1. Mengetahui informasi mengenai bahaya potensial dan penyakit yang dapat

ditimbulkan dari bahaya potensial yang ditemui dalam proses produksi.

2. Dapat mengeliminasi atau hanya mengurangi bahaya potensial yang ada

sehingga produktivitas yang ada semakin meningkat.

Page 4: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja diartikan sebagai aturan-aturan dan usaha untuk menjaga pekerja

dari kejadian atau keadaan perburuhan yang merugikan kesehatan dan kesesuaian

dalam seseorang itu melakukan atau karena ia melakukan pekerjaan dalam satu

hubungan kerja (Ristanti, 2006).

Pendapat dari YKKPI (1990:13) yang menyatakan keselamatan kerja adalah

upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain yang berada di

tempat kerja selalu dalam keadaan selamat, serta agar setiap sumber produksi

digunakan secara aman dan efisien.

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah ilmu (berupa teori) dan seni (berupa

aplikasi) dalam menangani atau mengendalikan bahaya dan risiko yang ada di atau dari

tempat kerja, yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan atau keselamatan pada

pekerja maupun masyarakat sekitar lingkungan kerja (Tjipto, 2009).

2.2 Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Secara khusus peraturan perundangan keselamatan kerja sudah ada pada masa

kolonial Belanda yang dikenal dengan Veiligheids Reglement (VR) Tahun 1910

(Lembaran Negara No. 406 Tahun 1910). Undangundang ini kemudian diganti dengan

UU RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Safety Act) mengingat bahwa VR

tidak mampu menghadapi perkembangan industrialisasi yang tidak terlepas dengan

penggunaan mesin, peralatan, pesawat, instalasi, dan bahan baku dalam rangka

mekanisasi, elektrifikasi, dan modernisasi yang tujuannya meningkatkan intensitas kerja

dan produktivitas kerja. Di samping itu pengawasan VR bersifat represif yang kurang

sesuai dan tidak mendukung perkembangan ekonomi, penggunaan sumber-sumber

produksi, dan penanggulangan kecelakaan kerja serta alam negara Indonesia yang

merdeka.

Page 5: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

5

Penetapan UU RI No. 1 Tahun 1970 berlandaskan pada pasal 9 dan 10 UU RI No.

14 Tahun 1969, pengawasannya bersifat preventif, dan cakupan materinya termasuk

aspek kesehatan kerja. Dengan demikian UU RI No. 1 Tahun 1970 merupakan induk

daripada peraturan perundangan K3. Undang-undang RI No. 14 Tahun 1969 tidak

sesuai lagi dengan perkembangan dan tuntutan zaman, sehingga diganti dengan UU RI

No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-undang ini mempertegas

perlindungan tenaga kerja terhadap aspek K3 sebagaimana yang dinyatakan dalam:

Pasal 86

1. Ayat 1: Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan

atas: keselamatan dan kesehatan kerja; moral dan kesusilaan; dan perlakuan

yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

2. Ayat 2: Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan

produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan

kesehatan kerja.

Pasal 87

1. ayat 1: Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen

perusahaan.

2.3 Aspek yang berkaitan dengan Kesehatan dan keselamatan kerja

Potensi bahaya dapat berasal dari mesin – mesin, pesawat, alat kerja, dan

bahan – bahan serta energi, dari lingkungan kerja, sifat pekerjaan dan proses

produksi yang beresiko akan munculnya bahaya (Irwan, 2010). Faktor – faktor

sumber bahaya adalah :

1. Faktor fisik

Misalnya penerangan / pencahayaan yang tidak cukup, suhu udara yang

panas, kelembaban yang tinggi atau rendah, suara yang bising, dan

sebagainya.

2. Faktor kimia

Bahan-bahan kimia yang menimbulkan gangguan kerja, misalnya bau gas,

uap atau asap, debu dan sebagainya.

Page 6: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

6

3. Faktor biologi

Binatang atau hewan dan tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan pandangan

tidak enak mengganggu, misalnya nyamuk, lalat, kecoa, lumut, taman yang

tidak teratur, dan sebagainya.

4. Faktor fisiologi

Peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh atau anggota badan

(ergonomic), misalnya meja atau kursi yang terlalu tinggi atau pendek.

5. Faktor psikologi

Suasana kerja yang tidak harmonis, misalnya adanya klik, gosip, cemburu dan

sebagainya.

2.4. Aspek Fisik yang berkaitan dengan K3

2.4.1. Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang didengar sebagai rangsangn-

rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan

manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki (Afry, 2011).

Kebisingan juga dapat disebut sebagai bunyi atau suara yang tidak

dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan

yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Berdasarkan Kepmenaker,

kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-

alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan

gangguan kesehatan dan pendengaran (Afry, 2011). Terdapat 2 hal yang

menentukan kualitas suaatu bunyi yaitu :

1. Frekuensi

Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau di sebut Herz

(=Hz), yaitu jumlah dari golongan yang sampai ditelinga setiap detiknya.

Biasaanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang-

gelombang sederhana dari beraneka frekuensi.

Page 7: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

7

Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira

dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai

variasi dalam kurva responya. Suara diatas 20 kHz disebut ultrasonic dan

dibawah 20Hz disebut infrasonik (Afry, 2011).

2. Intensitas

Intensitas atau arus energi persatuaaan luas biasanya dinyatakan dalam

suatu logaritmis yang disebut desibel (dB) dengan

memperbandingkannya dengan kekuaatan dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu

kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat dapat didengar

dengan telinga normal (Afry, 2011).

Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap

mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak

bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri,

perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan

kegiatan rumah tangga (Afry, 2011). Di Industri, sumber kebisingan dapat

di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :

1. Mesin

Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.

2. Vibrasi

Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan

akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian

mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan,

bearing, dan lain-lain.

3. Pergerakan udara, gas dan cairan

Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan

dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur

cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.

Beberapa faktor terkait kebisingan yaitu:

1. Frekuensi

Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu

(detik) dengan satuan Hz. Frekuensi yang dapat didengar manusia 20-

Page 8: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

8

20.000 Hz. Frekuensi dibawah 20 Hz disebut Infra Sound sedangkan

frekuensi diatas 20.000 Hz disebut Ultra Sound. Suara percakapan

manusia mempunyai rentang frekuensi 250 – 4.000 Hz. Umumnya

suara percakapan manusia punya frekuensi sekitar 1.000 Hz (Afry,

2011).

2. Intensitas suara

Intensitas didefinisikan sebagai energi suara rata-rata yang

ditransmisikan melalui gelombang suara menuju arah perambatan

dalam media (Afry, 2011).

3. Amplitudo

Amplitudo adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber

suara pada arah tertentu.

4. Kecepatan suara

Kecepatan suara adalah suatu kecepatan perpindahan perambatan

udara per satuan waktu.

5. Panjang gelombang

Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan

suara untuk satu siklus.

6. Periode

Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitudo,

satuan periode adalah detik.

7. Oktave band

Oktave band adalah kelompok-kelompok frekuensi tertentu dari suara

yang dapat di dengar dengan baik oleh manusia. Distribusi frekuensi-

frekuensi puncak suara meliputi Frekuensi : 31,5 Hz – 63 Hz – 125 Hz

– 250 Hz – 500 Hz – 1000 Hz – 2 kHz – 4 kHz – 8 kHz – 16 kHz.

8. Kekuatan suara

Kekuatan suara satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara

per satuan waktu.

9. Tekanan suara

Tekana suara adalah satuan daya tekanan suara per satuan

Page 9: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

9

Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan Pekerja :

1. Gangguan Fisiologis

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi

bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat

berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi,

konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki,

serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit

kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor

vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek

pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan

oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ,

kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan

keseimbangan elektrolit (Afry, 2011).

2. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang

konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima

dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa

gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain (Afry, 2011).

3. Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi

yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan

kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan

cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan,

sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak

mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini

secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang (Afry,

2011).

4. Gangguan Keseimbangan

Page 10: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

10

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di

ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan

fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual (Afry,

2011).

5. Efek pada pendengaran

Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada

indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini

telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-

mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan

terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan.

Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan

terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya

dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas

kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang

biasanya digunakan untuk percakapan (Afry, 2011)..

Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), yaitu :

- Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)

Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi.

Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya

sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga

kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih

kembali (Afry, 2011).

2.4.2.1 Panas

Panas atau suhu yang tinggi merupakan salah satu dari agen fisik yang

dapat menyebabkan penyakit akibat kerja (PAK). Tekanan panas atau

heat stress adalah batasan kemampuan penerimaan panas yang diterima

pekerja dari kontribusi kombinasi

metabolisme tubuh akibat melakukan pekerjaan, faktor lingkungan 

(seperti temperatur udara, kelembaban, pergerakan udara, dan radiasi

perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan. Keadaan heat stress ringan

Page 11: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

11

ataupun sedang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan berakibat buruk

terhadap penampilan kerja dan keselamatan, meskipun hal ini tidak

menimbulkan kerugian dalam hal kesehatan pekerja. Pada saat heat stress

mendekati batas toleransi tubuh, resiko terjadinya kelainan kesehatan akan

meninggkat. (ACGIH, 2001).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Panas

Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan

pengeluaran keringat yang meningkat, penurunan denyut nadi, dan suhu

tubuh sebagai akibat pembentukan keringat. Aklimatisasi terhadap suhu

tinggi merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap

lingkungannya. Untuk aklimatisasi terhadap panas ditandai dengan

penurunan frekuensi denyut nadi dan suhu tubuh.

Umur

Menurut WHO, daya tahan seseorang terhadap panas akan menurun

pada umur yang lebih tua. Orang yang lebih tua akan lebih lambat keluar

keringatnya dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Orang yang

lebih tua memerlukan waktu yang lama untuk mengembalikan suhu

tubuh menjadi normal setelah terpapar panas. Nadi maksimal dari

kapasitas kerjayang maksimal berangsur-angsur menurun sesuai dengan

bertambahnya usia.

Gizi (Nutrition)

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak

digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi

normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (I Dewa Nyoman

Supariasa, 2001).

Page 12: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

12

Efek panas pada manusia bagi tubuh, panas yang terlalu tinggi atau

terlalu rendah akan memberikan efek negatif. Menurut I Nyoman Pradnyana

Sucipta Putra (2004:446), efek-efek panas bagi tubuh manusia akan berdampak

pada tingkat kemampuan fisik dan mental. Kelainan atau gangguan yang tampak

secara klinis akibat gangguan tekanan panas,dibagi atas 4 kategori dasar yaitu

a. Millaria Rubra (Heat Rash)

Sering dijumpai dikalangan militer atau pekerja fisik lainnya yang tinggal

didaerah iklim panas. Tampak adanya bintik papulovesikal kemerahan pada kulit

yang terasa nyeri bila kepanasan. Hal ini terjadi sebagai akibat sumbatan

kelenjar keringat dan terjadi retensi keringat disertai reaksi peradangan (Depkes

RI,2003:MI-2 20).

Page 13: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

13

b. Kejang Panas (Heat Cramps)

Dapat terjadi sebagai kelainan tersendiri atau bersama dengan kelelahan

panas.Kejang otot timbul secara mendadak, terjadi setempat atau menyeluruh,

terutama pada otot-otot ekstremitas dan abdomen. Penyebab utamanya adalah

karena defisiensi garam. Kejang otot yang berat dalam udara panas

menyebabkan keringat diproduksi banyak. Bersama dengan keluarnya keringat,

hilang sejumlah air dan garam (Depkes RI, 2003:MI-2 21).

 

c. Kelelahan Panas (Heat Exhaustion)

Kelelahan panas timbul sebagai akibat kolaps sirkulasi darah perifer

karena dehidrasi dan defisiensi garam. Dalam usaha menurunkan panas, aliran

darah perifer bertambah, yang mengakibatkan pula produksi keringat

bertambah Penimbunan darah perifer menyebabkan darah yang dipompa dari jantung

keorgan-organ lain yang cukup, sehingga timbul gangguan. Kelelahan panas

dapat terjadi pada keadaan dehidrasi atau defisiensi garam tanpa dehidrasi.

Kelainan ini dapat dipercepat terjadinya pada orang-orang yang kurang minum,

berkeringat banyak, muntah-muntah, diare atau penyebab lain yang

mengakibatkan pengeluaran air berlebihan (Depkes RI, 2003).

 d. Sengatan Panas (Heat Stroke)

Sengatan panas adalah suatu keadaan darurat medik dengan angka

kematian yang tinggi. Pada kelelahan panas, mekanisme pengatur suhu bekerja

berlebihan tetapi masih berfungsi, sedangkan pada sengatan panas, mekanisme

pengatur suhu tubuh sudah tidak berfungsi lagi disertaipula dengan

terhambatnya proses evaporasisecara total (Depkes RI, 2003:MI-2 23). Suhu

tinggi biasanya berkaitan dengan berbagai penyakit seperti di atas yaitu

pukulan panas, kejang panas, kegagalan dalam penyelesaian terhadap panas,

dehidrasi, kelelahan tropis dan miliari.

Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan akibat

terpapar panas yang tinggi, maka lamanya kerja ditempat yang panas harus

Page 14: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

14

disesuaikan dengan tingkat pekerjaan dan tekanan panas yang dihadapi tenaga

kerja.

2.4.3 Getaran

Getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan

setimbang terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang dimaksud dengan

getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan

kegiatan manusia (Kep.MENLHNo: KEP 49/MENLH/11/1996). Dalam

kesehatan kerja, getaran yang terjadi secara mekanis dan secara umum terbagi

atas:

a. Getaran seluruh badan,

b. Getaran tangan-lengan.

Besaran getaran dinyatakan dalam akar rata-rata kuadrat percepatan

dalam satuan meter per detik (m/detik2 rms). Frekuensi getaran dinyatakan

sebagai putaran per detik (Hz). Getaran seluruh tubuh biasanya dalam rentang

0,5 . 4,0 Hz dan tangan-lengan 8-1000 Hz (Harrington dan Gill, 2005).Vibrasi

atau getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis

misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya, oleh sebab itu dapat dibedakan

dalam 2 bentuk:

1. Vibrasi karena getaran udara yang pengaruh utamanya pada akustik.

2. Vibrasi karena getaran mekanis mengakibatkan timbulnya resonansi alat-

alat tubuh dan berpengaruh terhadap alat-alat tubuh. (Gabroel, 1996)

melalui sentuhan/kontak dengan permukaan benda yang bergerak, sentuhan

ini melalui daerah yang terlokasi (tool hand vibration) atau seluruh tubuh

(whole body vibration). Bentuk tool hand vibration merupakan bentuk yang

terlazim di dalam pekerjaan.

Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang

mengenai tubuh:

a) 3-9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.

Page 15: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

15

b) 6-10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut

jantung,pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada

intensitas 1,2 gram terlihat banyak perubahan sistem peredaran darah.

c) 10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan

beresonansi.

d) 13 . 15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi.

e) < 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot

menjadi lemah.

Jenis Getaran

Getaran seluruh tubuh dapat menimbulkan efek tergantung kepada jaringan

manusia, seperti: (Sucofindo, 2002).

1. 3-6 Hz untuk bagian thorax(dada dan perut),

2. 20-30 Hz untuk bagian kepala,

3. 100-150 Hz untuk tulang belakang (Harrington dan Gill, 2005).

Getaran Tangan Lengan Getaran jenis ini biasanya dialami oleh tenaga kerja

yang diperkerjakan pada:

a. Operator gergaji rantai,

b. Tukang semprot, potong rumput,

c. Gerinda,

d. Penempa palu.

Menurut buku K3 Sucofindo tahun 2002 efek getaran pada tangan ini

dapatdijelaskan sebagai berikut:

a. Kelainan pada peredaran darah dan persyarafan (vibration white

finger ),

b. Kerusakan pada persendian dan tulang-tulang. Efek ini disebut sebagai

sindroma getaran tangan lengan ( Hand Vibration Arm Syndrome

=HVAS) yang terdiri atas efek vaskuler-pemucatan episodik, yang

bertambah parah pada suhu dingin (fenomenaraynaud ) dan efek

neurologik yang mengalami kesemutan total dan baal.

Page 16: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

16

2.4.4 Penerangan / pencahayaan

Salah satu faktor fisik yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan

penyakit akibat di tempat kerja yaitu penerangan. Penerangan yang buruk dapat

mengakibatkan kelelahan mata dengan berkurangnya daya efisiensi kerja,

kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar

mata, kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan (Suma’mur,

2009).

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga

kerja dapat melihat objek yang dikerjakannya secara jelas, cepat dan tanpa

upaya-upaya yang tidak perlu (Suma’mur, 2009).

Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh

penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan

untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan

kondisi pandangan yang tidak nyaman (Fathoni, 2010).

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 tahun 2002,

tentang Persyaratan Lingkungan Kerja Industri, Pencahayaan di Ruangan, untuk

jenis kegiatan pekerjaan rutin, seperti : pekerjaan kantor/administrasi, ruang

kontrol, pekerjaan mesin dan perakitan/penyusun tingkat pencahayaan

minimalnya adalah 300 Lux (Fathoni, 2010).

2.5. Faktor Biologi yang Berkaitan dengan K3

Faktor biologis ditempat kerja biasanya dikenal dalam bentuk

mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing, kutu, pinjal,

tumbuhan dan juga dalam bentuk mikroorganisme seperti binatang berbisa,

binatang buas dan lain-lain.

1. Virus

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel

organisme biologis. Virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas dalam

keadaan intraselluler, banyak virus yang dapat menyebabkan berbagai infeksi

pada manusia, hewan maupun tumbuhan. Penyakit virus pada perusahaan

Page 17: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

17

peternakan seperti penyakit kuku dan mulut yang dapat berpindah kepada

pekerja.

2. Bakteri

Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan

tersebar luas dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. Bakteri ada di

mana-mana mulai dari di tanah, di air, di organisme lain, dan lain-lain juga

berada di lingkungan yang ramah maupun yang ekstrim. Dalam tumbuh

kembang bakteri baik melalui peningkatan jumlah maupun penambahan jumlah

sel sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni seperti ph, suhu temperatur,

kandungan garam, sumber nutrisi, zat kimia dan zat sisa metabolisme.

Bakteri merupakan grup mikroorganisme yang bertanggung jawab untuk

berbagai variasi penyakit dan infeksi seperti antaranya yang sering

menghinggapi pekerja di pejagalan, perusahaan penyamak kulit, pengering

tulang dan lain-lainnya. Penyakit leptospirosis dapat menyerang pekerja

ditempat kerja yang banyak tikus-tikus dan berpenyakit demikian atau di daerah

pertanian seperti dilumbung padi atau penyimpanan hasil pertanian.

3. Protozoa

Protozoa merupakan penyebab penyakit malaria, penyakit tidur (afrika),

penyakit kaki gajah, apabila pekerja menderita penyakit malaria pada daerah

yang belum di nyatakan sebagai bebas penyakit malaria maka penyakit itu

dianggap sebagai penyakit akibat kerja,

4. Jamur

Penyakit jamur sering diderita pekerja di tempat kerja yang lembab dan

basah atau terlalu banyak merendam tangan dan kaki di air misalnya tukang

cuci, histoplasmosis adalah salah satu contoh penyakit akibat kerja yang di

sebabkan jamur, candida albicanss biasanya tumbuh di tempat-tempat yang

kadar gulanya tinggi sehingga pekerja di perusahaan roti atau pembuat manisan

sering menimbulkan infeksi oleh jamur tersebut.

Page 18: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

18

5. Cacing

Jenis cacing yang berbahaya terutama bagi pekerja tambang  dan perkebunan

adalah Ancylostomiasis yang disebabkan oleh Ancylostoma duodenale, cacing-

cacing tersebut masuk melalui pori-pori kaki dan mengisap darah,sehingga

pekerja yang terserang cacing ini menyebabkan anemi, selain itu cacing usus

yang menyerap sari-sari makanan berguna untuk tubuh.

6. Tumbuh-tumbuhan

Tumbuhan adalah organisma benda hidup yang terkandung dalam alam.

Tumbuh-tumuhan yang mengandung bahan kimia dapat mengakibatkan sakit

bagi pekerja-pekerja pertanian, perkebunan dan perhutanan, pohon pulus

misalnya dapat menyebabkan bentul-bentul yang gatal dikulit karena

mengandung asam formiat pada bulu-bulunya.

7. Binatang-binatang

Binatang berbisa seperti ular,kalajengking,lipan,dan lain-lain biasanya terdapat

pada kegiatan pertanian,perkebunan dan kehutanan.demikian pula binatang-

binatang  buas seperti macan,buaya,beruang dan lain-lain (golongan

macroorganisme).

2.6. Faktor Kimia yang Berkaitan dengan K3

Dalam lingkungan kerja, banyak bahan kimia yang terpakai tiap harinya

sehingga para pekerja terpapar bahaya dari bahan-bahan kimia itu. Bahaya itu

terkadang meningkat dalam kondisi tertentu mengingat sifat bahan-bahan kimia

itu, seperti mudah terbakar, beracun, dan sebagainya.  Dengan demikian, jelas

bahwa bekerja dengan bahan-bahan kimia mengandung risiko bahaya, baik

dalam proses, penyimpanan, transportasi, distribusi, dan penggunaannya. Akan

tetapi, betapapun besarnya bahaya bahan-bahan kimia tersebut, penanganan

yang benar akan dapat mengurangi atau menghilangkan risiko bahaya yang

diakibatkannya. (Aditama, 2008)

Sifat  Lingkungan Kerja Kimia :

a. Aerosol (partikel) yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang

mendispersi diudara yang mempunyai ukuran demikian lembutnya sehingga

Page 19: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

19

kecepatan jatuhnya mempunyai stabilitas cukup sebagi suspensi diudara.

Perlu diingat bahwa partikel-partikel debu selalu berupa suspensi. Partikel

dapat diklasifikasikan:

i.   Debu diudara (airbon dust) adalah suspensi partikel benda padat diudara .

Butiran debu ini dihasilkan oleh pekerjaan yang berkaitan dengan

gerinda, pemboran dan penghancuran pada proses pemecahan bahan-

bahan padat. Ukuran besarnya butiran-butiran tersebut sangat bervariasi

mulai yang dapat dilihat oleh mata telanjang (> 1/20 mm) sampai pada

tidak kelihatan. Debu yang tidak kelihatan berada diudara untuk jangka

waktu tertentu dan hal ini membahayakan karena bisa masuk menembus

kedalam paru-paru.

ii. Kabut (mist) adalah sebaran butir-butir cairan diudara. Kabut biasanya

dihasilkan oleh proses penyemprotan dimana cairanh tersebar, terpercik

atau menjadi busa partikel buih yang sangat kecil.

iii. Asap (fume) adalah butiran-butiran benda padat hasil kondensasi bahan-

bahan dari bentuk uap. Asap ini biasanya berhubungan dengan logam di

mana uap dari logam terkondensasi menjadi butiran-butiran padat di

dalam ruangan logam cair tersebut. Asap juga ditemui pada sisa

pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon,

karbon ini mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,5 m  (micron)

b. Non Partikel dapat diklasifikasikan:

i. Gas adalah Bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon dioksida dalam

bentuk gas pada suhu dan tekanan normal, dapat dirubah bentuknya

hanya dengan kombinasi penurunan suhu dan penambahan tekanan.

ii. Uap Air (Vavor) adalah bentuk gas dari cairan pada suhu dan tekanan

ruangan cairan mengeluarkan uap, jumlahnya tergantung dari

kemampuan  penguapannya. Bahan-bahan yang memiliki titik didih yang

rendah lebih mudah menguap dari pada yang memiliki titik didih yang

tinggi.

Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk

memudahkan pengenalan serta cara penanganan dan transportasi.  Secara umum

Page 20: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

20

bahan kimia berbahya diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya

sebagai berikut : (Slemet, 2009)

1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)

Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan

manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh

karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.Pada umumnya zat

toksin masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh

tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu.  Zat-zat tersebut dapat

langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru,

dan lain-lain.  Tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang,

darah, hati, atau cairan limpa dan  menghasilkan efek kesehatan pada jangka

panjang.  Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati

urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat.

2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)

Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan

kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain. Zat korosif

dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan. 

Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi

(jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia).

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable).

Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat

menimbulkan kebakaran.  Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga

menimbulkan ledakan.

4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)

Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu

reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar

serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.

Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau

tumbukan), ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan

peledak seperti trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat

(NH4NO3).

Page 21: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

21

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)

Adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat

menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan

lainnya.

6.    Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)

Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan

mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.

7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances) Adalah

bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas

dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif.

8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)

Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun

gas cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.

9.    Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances) Adalah bahan kimia yang

mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas

jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.

Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas

karena memang mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat.

Sistem Klasifikasi PBB

Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) memberikan klasifikasi bahan

berbahaya seperti tabel berikut ini.

Tabel Klasifikasi bahan berbahaya berdasarkan PBB

Klas Penjelasan

Klas I (Eksplosif) Dapat terurai pada suhu dan tekanan

tertentu dan mengeluarkan gas kecepatan

tinggi dan merusak sekeliling

Klas II (Cairan mudah

terbakar)

1. Gas mudah terbakar

2. Gas tidak mudah terbakar

Page 22: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

22

3. Gas beracun

Klas III (Bahan mudah

terbakar)

1. Cairan : F.P <23oC

2. Cairan : F.P >23oC

( F.P = flash point)

Klas IV (Bahan mudah

terbakar selain klas II

dan III)

1. Zat padat mudah terbakar

2. Zat yang mudah terbakar dengan

sendirinya

3. Zat yang bila bereaksi dengan air

dapat mengeluarkan gas mudah terbakar

Klas V (Zat pengoksidasi) 1.Oksidator bahan anorganik

2.Peroksida organik

Klas VI (Zat racun) 1. Zat beracun

2. Zat menyebabkan infeksi

Klas VII (Zat radioaktif) Aktifitas : 0.002 microcury/g

Klas VIII (Zat korosif) Bereaksi dan merusak

Penyakit yang ditimbulkan dari Aspek Kimia

a. Iritasi

Iritasi adalah diartikan  suatu keadaan yang dapat menimbulkan bahaya apabila

tubuh kontak dengan bahan kimia. Bagian tubuh yang terkena biasanya kulit,

mata dan saluran pernapasan.

i. Iritasi melalui kulit, apabila terjadi kontak antara bahan kimia tertentu

dengan kulit, bahan itu akan merusak lapisan yang berfungsi sebagai

pelindung, sehingga kulit menjadi kering, kasar dan luka. Keadaan ini

disebut dermatitis (peradangan kulit).

ii. Iritasi melali mata kontak yang terjadi antara bahan-bahan kimia dengan

mata bisa menyebabkan rusaknya mulai yang ringan sampai kerusakan

permanen. Tingkat keparahan dari kerusakan tersebut tergantung dosis

(jumlah) dan kecepatan penanggulangan P3K. Sebgai contoh  bahan kimia

Page 23: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

23

yang menyebabkan iritasi mata ialah asam dan alkali dan bahan-bahan

pelarut.

iii. Saluran pernapasan iritasi oleh karena bahan-bahan kimia berupa bercak-

bercak cair, gas atau uap akan menimbulkan rasa terbakar apabila terkena

pada daerah saluran pernapasan bagian atas (hidung dan Kerongkongan).

Pada umumnya hal ini terjadi di sebabkan oleh bahan-bahan  yang mudah

larut seperti ammonia, formaldehid, sulfur oksida, asam dan alkalis yang

diserap oleh lapisan lendir hidung dan kerongkongan.

b.  Asfiksia istilah sesak napas dihubungkan dengan gangguan proses oksigensi

dalam jaringan tubuh yaitu ada dua jenis: Simple asphyxiantion dan chemical

asphyxiantion

i. Simple asphyxiation (sesak napas yang sederhana) karena ini berhubungan

dengan kadar zat asam di udara yang digantikan dan didominasi oleh gas

seperti nitrogen, karbon dioksida, ethane, hydrogen  atu helium yang kadar

tertentu mempengaruhi kelangsungan hidup. Udara normal

biasanya  mengandung 21% zat asam. Apabila kandungan zat asam turun

dibawah 17%, maka jaringan tubuh akan mengalami kekurangan zat asam,

sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti pusing , mual dan kehilangan

konsentrasi. Situasi seperti ini bisa terjadi dalam ruangan-ruangan kerja

tertutup. Proses penurunan kadar zat asam secara terus-menerus bisa

menyebabkan kehilangan kesadaran dan kematian.

ii. Chemical  asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan kimia). Pada situasi

ini, bahan-bahan kimia langsung dapat mempengaruhi dan mengganggu

kemampuan tubuh untuk mengangkut dan menggunakan zat asam, sebagai

contoh adalah karbon monoksida. Pada konsentrasi 0.05% karbon monoksida

di udara, dapat menurunkan kapasitas darah untuk mengangkut zat asam ke

sberbagai jaringan tubuh. Contoh lain adalah pengaruh racun dari hydrogen

sanida atau hydrogen sulfida. Bahan-bahan ini mengganggu kemampuan dari

sel-sel tubuh untuk menerima zat asam, meskipun darahnya kaya akan zat

asam.

Page 24: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

24

c. Kehilangan kesadaran dan mati rasa.

Paparan terhadap konsentrasi yang relatif tinggi dari bahan kimia tertentu seperti

ethyl dan prophyl alcohol (alipaphatic alcohol), dan methylethyl keton (aliphatic

keton), acetylene hydrocarbon ethyl dan isoprophyl ether, dapat menekan susunan

syaraf pusat. Bahan –bahan kimia tersebut akan mengakibatkan efek yang sama

seperti dalam keadaan mabuk. Paparan pada konsentrasi yang tinggi bisa

menimbulkan kehilangan kesadaran, bahkan bisa mematikan.

d.   Keracunan  Tubuh manusia memiliki sistem yang komplek.

Keracunan sistemika dihubungkan dengan reaksi dari salah satu sistem atau lebih

dari tubuh terhadap bahan-bahan kimia yang mana reaksi ini merugikan dan dapat

menyebar keseluruh tubuh. Pengaruhnya tidak seperti local pada salah satu

bahagian  atau daerah  dari tubuh. Salah satu fungsi organ hati adalah

membersihkan bahan-bahan beracun dari dalam darah serta mengubahnya

menjadi bahan-bahan yang aman dan dapat larut dalam air sebelum dibuang.

Namun demikian ada beberapa bahan kimia yang merusak organ hati. Tergantung

dari dosis (jumlah) dan kekerapan dari paparan, kerusakan yang terjadi terus

menerus pada jaringan hati akan mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi hati.

Cedera hati bisa disebbkan oleh bahan kimia seperti bahan pelarut (alcohol,

karbon tetraklorida, trikloro ethylene, kloroform) dan hal ini bisa salah diagnosa

sebagai hepatitis, sebagaimana gejolak-gejolak kulit dan mata

berwarna  kekuning-kuningan yang diakibatkan  oleh bahan-bahan kimia tersebut,

mempunyai efek yang sama yang terjadi pada hepatitis.

Bahan kimia yang mencegah ginjal dari pembuangan hasil-hasil bahan beracun

meliputi karbon tetraklorida, karbon disulfida, bahan kimia lainnya seperti

kadmium, timbal, turpentine, methanol, toluene dan xylene akan secara perlahan

mengganggu fungsi ginjal.

e. Kanker

Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang

tidak terkendali, menimbulkan tumor (benjolan-benjolan) yang bersifat

karsinogen. Tumor tersebut mungkin baru muncul setelah beberapa tahun

bevariasi antara 4 tahun sampai 40 tahun. Bahan kimia seperti arsenic, asbestos,

Page 25: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

25

chromium, nikel dapat menyebabkan kanker paru-paru, Kanker rongga hidung

dan sinus disebabkan oleh chromium, isopropyl oils, nikel, debu kayu dan debu

kulit. Kanker kandungan kencing  erat hubungannya dengan kepajanan terhadap

benzidine, 2-napthyllamine dan debu kulit. Kanker sumsum tulang belakang

disebkan oleh benzene.

f.    Paru-paru kotor (Pneumoconiosis)

suatu keadaan yang disebabkan oleh mengendapnya partikel-partikel debu halus

daerah pertukaran gas dalam paru-paru dan adanya reaksi dari jaringan paru.

Dengan adanya pneumoconiosis kemampuan paru-paru untuk menyerap zat asam

akan menurun dan korbannya akan mengalami/merasakan napas yang pendek

pada saat melakukan jenis pekerjaan yang berat. Pengaruh ini sifatnya menetap .

Contoh  bahan-bahan yang menyebabkan  pneumoconiosis adalah crystalline

silica, asbestos, talc, batubara dan beryllium.

2.7 Faktor Ergonomi yang Berkaitan dengan K3

Ada beberapa aspek dalam penerapan ergonomi yang perlu diperhatikan, antara

lain :

1. Faktor Manusia

Faktor manusia sebagai pelaku atau pengguna menjadi titik sentral. Pada

bidang rancang bangun dikenal istilah Human Centered Design (HCD) atau

perancangan berpusat pada manusia. Perancangan demikian merupakan

perancangan produk ergonomis yang sesungguhnya, yaitu merancang agar

produk menjadi ergonomi atau memiki beberapa sifat keergonomisan ketika

produk itu telah dirancang segala-galanya (Suma'mur, 1993).

Faktor - faktor yang berlaku sebagai faktor pembatas yang tidak boleh

dilampaui agar dapat bekerja dengan aman, nyaman, dan sehat, yaitu:

- Faktor dari dalam (internal factor):

Tergolong dalam faktor ini adalah yang berasal dari dalam diri manusia,

seperti umur, jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh dan

lainnya.

Page 26: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

26

- Faktor dari luar (external factor):

Faktor dari luar yang dapat mempengaruhi kerja atau berasal dari luar

manusia, seperti penyakit, gizi, lingkungan kerja, sosial ekonomi, adat

istiadat dan lain sebagainya.

2. Antropometri

Antropometri merupakan suatu pengukuran yang sistematis terhadap tubuh

manusia, terutama seluk beluk dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia

(Somayaji & Walsh, 1996).

Dimensi antropometri

Antropometri sebagai salah satu disiplin ilmu yang digunakan dalam

ergonomi memegang peranan utama dalam rancang bangun sarana dan

prasarana kerja (Mahone, 2008). Bagi seorang ahli ergonomi, antropometri

merupakan salah satu perangkat untuk mendapatkan hasil akhir berupa

hubungan yang harmonis antara manusia dan peralatan kerja. Dikenal dua

macam antropometri, yakni antropometri statis dan antropometri dinamis.

Dimensi tubuh manusia sangat bervariasi antara satu orang dengan orang

lainnya, antara laki-laki dan perempuan dan antara beberapa suku bangsa

(Anonymous, 2010).

Beberapa posisi yang penting untuk penerapan ergonomi di tempat kerja

adalah sebagai berikut (Focus, 1999):

- Posisi berdiri

Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi

siku, tinggi pinggul, panjang lengan.

- Posisi duduk

Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang

lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak

lekuk lutut dan telapak kaki.

Penerapan antropometri dalam ergonomi menuntut adanya suatu data

antropometri tenaga kerja yang mewakili tenaga kerja baik laki-laki maupun

perempuan. Pada penyajian data antropometri akan diketengahkan nilai rata-

Page 27: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

27

rata, simpang baku, dan standar deviasi. Rentang nilai dan penyajian data dalam

bentuk persentil (Price, 1995).

Pengenalan permasalahan ergonomi di tempat kerja perlu

mempertimbangkan beberapa aspek (bidang kajian ergonomi), yaitu:

A. Anatomi dan gerak

Terdapat 2 (dua) hal penting yang berhubungan, yakni :

a. Antropometri

Dimensi antropometri dipengaruhi oleh :

Jenis kelamin.

Perbedaan bangsa.

Sifat/hal-hal yang diturunkan serta kebiasaan yang berbeda.

b. Biomekanik kerja

Misalnya dalam hal penerapan ilmu gaya antara lain sikap duduk/berdiri

yang tidak/kurang melelahkan karena posisi yang benar dan ukuran

peralatan yang telah diperhitungkan.

B. Fisiologi

Dibagi menjadi :

- Fisiologi lingkungan kerja : berhubungan dengan kenyamanan dan

pengamanan terhadap potential hazards, serta ruang gerak yang

memadai

- Fisiologi kerja

C. Psikologi

Rasa aman, nyaman dan sejahtera dalam bekerja yang didapatkan oleh

tenaga kerja. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan kerja (cahaya,

ventilasi, posisi kerja dll.) tidak menimbulkan stres pada pekerja.

D. Rekayasa dan Teknologi :

Merupakan kiat-kiat untuk mendisain peralatan yang sesuai

dengan ukuran tubuh dan batasan-batasan pergerakan manusia.

Memindahkan seseorang dalam melakukan pekerjaannya

sehingga lebih efisien dan lebih produktif, untuk itu diperlukan disain

mesin yang sesuai dengan operatornya.

Page 28: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

28

Memberi rasa aman terhadap pekerjaannya.

E. Penginderaan :

Kemampuan kelima indra manusia menangkap isyarat-isyarat yang datang

dari luar.

3. Sikap Tubuh Dalam Bekerja

Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja

akan menetukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, selain SOP

(Standard Operating Procedures) yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan.

Untuk jenis pekerjaan angkat dan angkut, maka beban maksimum yang

diperkenankan agar tidak menimbulkan kecelakaan kerja sesuai dengan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. Per., 01/

MEN/1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam penebangan dan

pengangkutan Kayu.

Sikap tubuh dalam bekerja yang dikatakan secara ergonomik adalah yang

memberikan rasa nyaman, aman, sehat dan selamat dalam bekerja, yang dapat

dilakukan antara lain dengan cara:

- Menghindari sikap yang tidak alamiah dalam bekerja

- Mengusahakan beban statis menjadi sekecil-kecilnya

- Membuat dan menentukan kriteria dan ukuran baku tentang peralatan kerja

yang sesuai dengan ukuran antropometri tenaga kerja penggunanya, agar

diupayakan bekerja dengan sikap duduk dan berdiri secara bergantian.

Aplikasi ergonomi pada sikap tubuh:

Posisi duduk/bekerja dengan duduk

Ada beberapa persyaratan:

Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.

Tidak menimbulkan gangguan psikologis.

Dapat melakukan pekerjaann dengan baik dan memuaskan.

Page 29: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

29

Pedoman kerja posisi duduk

Pedoman yang mengatur ketinggian landasan kerja pada posisi duduk perlu

pertimbangan sebagai berikut:

1. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama.

2. Jika memungkinkan sediakan meja yang dapat diatur tingginya.

3. Ketinggian landasan kerja tidak memerlukan fleksi tulang belakang yang

berlebihan.

4. Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi

rileks dari bahu, dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau

sedikit menurun.

Gambar 1. Bagian sekeliling tulang dimana tubuh bertumpu pada saat duduk

Posisi bekerja dengan berdiri

Berdiri dengan posisi yang benar, dengan tulang punggung yang lurus dan

bobot badan terbagi rata pada kedua tungkai.

Pedoman kerja pada posisi berdiri :

Kerja posisi berdiri lebih melelahkan dari pada posisi duduk dan energi yang

dikeluarkan lebih banyak 10%-15% dibandingkan posisi duduk.

Ketinggian landasan kerja posisi berdiri sebagai berikut:

Page 30: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

30

1. Pekerjaan dengan ketelitian, tinggi landasan adalah 5-10 cm di atas tinggi

siku berdiri.

2. Pekerjaan ringan, tinggi landasan adalah 10 - 15 cm di bawah tinggi siku

berdiri.

3. Pekerjaan dengan penekanan, tinggi landasan adalah 15 - 40 cm di bawah

tinggi siku berdiri.

Gambar 2.Contoh posisi berdiri secara ergonomis

Posisi bekerja dengan duduk – berdiri

Posisi duduk-berdiri mempunyai keuntungan secara Biomekanis

dimana tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30% lebih rendah

dibandingkan dengan posisi duduk maupun berdiri terus menerus.

Pedoman kerja posisi duduk – berdiri

Kerja suatu saat duduk dan suatu saat berdiri

Page 31: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

31

Kerja perlu menjangkau sesuatu > 40 cm ke depan atau 15 cm diatas

landasan

Posisi kerja duduk - berdiri yang paling tepat.

Pusat gravitasi tubuh pada saat duduk tegak berada sekitar 22 cm

di muka dan 24 cm di atas titik acuan duduk (titik acuan duduk adalah

perpotongan bidang sandaran dan alas duduk), sedangkan pada saat

berdiri tegak pusat gravitasi akan berada 10 cm di depan dan sekitar 15

cm di atas titik acuan duduk. Jadi perancangan dudukan yang terlalu

tinggi atau rendah akan berpengaruh buruk pada kenyamanan,

mengurangi keseimbangan duduk, kelelahan pada daerah punggung

khususnya tulang belakang, bahkan bahaya yang lebih besar adalah

terjadinya hambatan dalam sirkulasi darah atau gumpalan darah

(thrombophlebitis).

Page 32: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

32

Gambar 3. Posisi Duduk – Berdiri.

4. Proses bekerja

Ukuran yang benar akan memudahkan seseorang dalam melakukan

pekerjaannya, misalnya tempat kerja yang harus dilakukan dengan berdiri

sebaiknya ditambahkan bangku panjang setinggi 10-25 cm agar orang dapat

bekerja sesuai dengan tinggi meja dan tidak melelahkan.

Page 33: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

33

Gambar 4. Persepsi tentang kenyamanan dipengaruhi oleh pengambilan data

antropometri yang tepat dalam perencanaan desain

5. Penampilan tempat kerja

Penampilan tempat kerja akan menjadi baik dan lengkap bila disertai

petunjuk-petunjuk berupa gambar-gambar yang mudah diingat, mudah dilihat

setiap saat.

6. Mengangkat beban

Pada pekerjaan mengangkat beban perlu dipikirkan efek negatifnya, antara

lain: kerusakan tulang punggung, kelainan bentuk otot karena pekerjaan tertentu,

prolapsus uteri, prolapsus ani ataupun hernia, dll.

Page 34: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

34

BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1 Gambaran Umum Perusahaan

UD. Cipta Mandiri Abadi merupakan produsen dari Jahe Merah Amanah yang

saat ini memiliki tiga varian produk yaitu Jahe Merah Super, Jahe Merah Mix dan Kopi

Jahe. Ketiganya  merupakan produk minuman kesehatan alami jahe merah yang best

seller di pasaran. Hal ini dikarenakan UD. Cipta Mandiri Abadi bisa dikatakan sebagai

pioner dalam industri minuman herbal jahe merah.

Perusahaan UD Cipta Mandiri Abadi merupakan perusahaan perorangan yang

berlokasi di Depok, Jawa Barat. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Wandi pada tahun

2007 dan memproduksi produk minuman instan berbahan jahe merah. Karena memiliki

rasa yang lebih pedas dari pada jahe biasa dan secara khasiat jahe merah lebih bagus

dari jahe lainnya, awalnya ud cipta mandiri abadi hanya memproduksi satu produk yaitu

jahe merah amanah, namun setelah perkembangannya, UD Cipta Mandiri Abadi

mengeluarkan dua produk baru lagi yaitu jahe merah mix amanah dan jahe merah super

amanah.

UD. Cipta Mandiri Abadi memproduksi jahe merah dalam tiga macam, yaitu:

1. Jahe Merah Amanah Super

Jahe merah ini kadang sering disebut sebagai jahe merah original, karena

rasanya memang masih original rasa jahe. Produk ini yang paling best seller

dibandingkan dengan produk UD. CIpta Mandiri lainnya. satu bal isi 20 renteng,

dan masing-masing renteng isi 12 saset..

2. Jahe Merah Mix Amanah

Jahe merah ini seperti jahe merah original namun ada tambahan creamer, jadi

kadang sering disebut juga sebagai  jahe susu. satu dus isi 200 sachet..

3. Kopi Jahe Amanah

Kopi jahe amanah merupakan jahe original yang ditambahkan kopi.

Page 35: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

35

3.1.1 Lokasi Perusahaan

UD. Cipta Mandiri beralamatkan di Kp. Cinangka RT. 03/06, Kedaung, Kota

Depok, Jawa barat.

3.1.2 Struktur Organisasi dan Karyawan

Struktur organisasi perusahaan pada UD Cipta Mandiri Abadi adalah

berdasarkan kepercayaan dan kekeluargaan. Pimpinan perusahaan mempercayakan

tugasnya kepada 3 orang untuk mengurus bagian penyiapan bahan baku sampai

dengan pengepakan jahe (dalam karung), pengepakan jahe dalam kemasan dan

distribusi jahe. Pada mulanya UD Cipta Mandiri Abadi hanya mempunyai 5

karyawan. Seiring dengan meningkatnya permintaan penjualan, maka pada saat ini

perusahaan mempunyai kurang lebih 54 orang.

U.D. Cipta Mandiri Abadi memilki alur produksi yang terdiri dari 7 alur

produksi dengan jumlah pekerja yang berbeda setiap alurnya.

a. Penyiapan bahan baku : 1 orang

b. Penggilingan jahe : 2 orang

c. Pengolahan (jahe di rebus) : 24 orang

d. Pengayakan jahe : 2 orang

e. Pengepakan jahe (dalam karung) & penimbangan : 2 orang

f. Pengepakan jahe dalam kemasan : 17 orang

g. Distribusi jahe : 5 orang

Rata-rata tingkat pendidikan para pekerja di UD Cipta Mandiri Abadi ini

merupakan tamatan SMP & SMA. Tidak ada pembagian kerja (shift), setiap pekerja

memulai waktu kerjanya dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Pekerja

bekerja hampir setiap hari dan hanya libur pada hari minggu dan hari besar

keagamaan.

Page 36: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

36

Gambar 3.1 Struktur Organisasi

3.1.3 Bahan Baku dan Alat / Mesin Produksi

Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat serbuk jahe di UD

Cipta Mandiri Abadi adalah jahe merah. Perusahaan membeli sebagian besar

bahan baku dari pemasok di Lampung. Untuk setiap kali pengiriman,

didatangkan 4 kuintal jahe yang dikirim melalui jalur darat. Bahan tambahan

yang dibutuhkan adalah gula merah, gula pasir, jinten, jahe merah, gingseng,

secang, susu atau kopi sebagai tambahan.

Peralatan yang digunakan oleh para pekerja dalam proses pembuatan

minuman jahe ini adalah bak perendam jahe, alat penggiling jahe, wajan –

wajan berukuran besar untuk merebus jahe, alat pengayak, timbangan dan

mesin untuk mengemas jahe yang telah diolah.

3.1.4 Jumlah Produksi

Hasil produksi minuman jahe dalam kemasan yang dihasilkan setiap hari

di UD Cipta Mandiri Abadi berkisar antara ½ - 1 ton produk minuman jahe

Page 37: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

37

dalam kemasan. Produk – produk tersebut di tampung terlebih dahulu di gudang

untuk selanjutnya didistribusikan ke seluruh daerah di Indonesia.

3.1.5 Gambaran secara umum ruang kerja

Luas Bangunan adalah 1.530 meter persegi terdiri dari ruang kantor,

packing, dan gudang 1.030 meter persegi serta ruang produksi 500 meter

persegi yang berada di luar gedung utama.

Ruangan proses produksi dibagi menjadi 3 lokasi. Lokasi pertama,

bangunan yang berukuran sedang yang digunakan untuk beberapa alur

produksi berupa perendaman jahe, penggilingan, perebusan, pengayakan,

pengepakan dalam karung dan penimbangan.

Lokasi kedua berada tidak jauh dari lokasi pertama, yakni berupa dua

bangunan terpisah dengan jarak dekat yang digunakan untuk pengepakan ke

dalam bentuk kemasan. Lokasi ketiga berada agak jauh dengan lokasi

pertama, dimana di lokasi ini, produk yang telah dikemas ditampung terlebih

dahulu untuk menunggu tanggal pengiriman.

Terdapat satu buah kantin di luar lokasi perusahaan yang menjual

makanan untuk para pekerja. Pihak perusahaan tidak menyediakan makan

siang untuk pekerja, namun para pekerja mendapatkan uang makan sebesar

Rp. 20.000,-/hari.

3.2 Alur Produksi

Gambar 3.2.1 Alur Produksi

Page 38: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

38

Gambar 3.2.2 Alur Pengolahan Di Dapur

a. Pasokan Bahan baku

Bahan baku adalah jahe, dan bahan tambahan antara lain gula pasir, gula aren,

lada hitam, kopi, creamer, dan habatussauda di pasok dari Lampung.

Kedatangan bahan baku 1 minggu 2 kali sebanyak 400 karung (1karung berisi

50 kg).

b. Gudang penyimpanan bahan baku

Bahan baku dibawa ke tempat penyimpanan sebelum dibawa ke dapur untuk

diproses selanjutnya.

c. Dapur (pengolahan)

1.) Perendaman jahe

Jahe – jahe yang telah didatangkan dari Lampung, direndam terlebih

dahulu di bak khusus selama 10 jam kemudian beberapa jahe di angkat

dan di tempatkan ke dalam suatu keranjang untuk selanjutnya dibersihkan

dengan air yang mengalir dan cara manual dengan menggoyang –

goyangkan keranjang untuk melepas kulit jahe dan tanah yang masih

menempel.

2.) Penggilingan jahe

Setelah bersih, jahe kemudian masuk ke dalam tahap penggilingan

dimana dalam tahap ini jahe dimasukkan ke dalam mesin penggiling

untuk dihaluskan. Setelah itu dimasukkan ke dalam mesin penekan untuk

ditekan dan diambil airnya (sari jahe).

3.) Perebusan jahe dan pengayakan

Setelah air jahe telah mencukupi untuk masuk ke dalam tahap

perebusan, air jahe tersebut dimasukkan ke dalam wajan besar bersama

Perendaman Jahe Penggilingan & Pemerasan Jahe

Perebusan Jahe Pengayakan

Dimasukkan ke karung-karung

Page 39: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

39

dengan gula secukupnya, untuk didihkan selama dua jam. Setelah dua

jam, air jahe yang telah direbus akan menjadi padat dan mengering yang

kemudian harus diaduk – aduk agar tidak lengket dan mengental.

Setelah melalui proses perebusan dan jahe telah menjadi serbukan –

serbukan kasar, hasil ini kemudian diayak dengan cara manual (tidak

menggunakan mesin) untuk menjadi serbukan yang lebih halus lagi. Jahe

yang telah diayak kemudian dimasukkan ke dalam karung untuk

ditimbang dan dimasukkan ke dalam tahap pengemasan jahe dalam

bentuk kemasan – kemasan berukuran kecil.

d. Pengemasan

Proses pengemasan berangsung di dua lokasi yang berdekatan Pada lokasi

pertama terdapat 10 pekerja dimana 2 pekerja bertanggung jawab dalam

menggunakan alat pengemas jahe ke bentuk kemasan plastik ukuran 8 x 6 cm

dan 8 pekerja lainnya bertanggung jawab dalam pengemasan ke dalam bentuk

kemasan yang sudah terdapat nama dan gambar produk. Pada lokasi kedua,

terdapat 7 pekerja dimana 3 pekerja mengoperasikan alat yang mengemas

jahe ke dalam kemasan yang sudah siap untuk dipasarkan, sementara 4

pekerja lainnya mempunyai tugas yang sama seperti 8 pekerja di lokasi

pertama.

e. Distribusi

Setelah terkumpul dalam jumlah yang cukup untuk dikirim, produk - produk

jahe ditampung di suatu gudang untuk menunggu waktu pengiriman ke

berbagai lokasi di Indonesia. Distribusi ke seluruh Indonesia dilakukan oleh

P.T ABC.

3.3 Sanitasi Umum

Secara umum, kebersihan lingkungan pabrik masih sangat kurang. Pada ruang

perendaman jahe, lingkungan sekitarnya kotor, lantainya masih berupa tanah yang

basah karena saluran air kurang lancar. Banyak sampah, berupa kulit – kulit jahe

yang terkelupas dan karung – karung di sudut ruangan.

Page 40: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

40

Pada ruangan penggilingan, perebusan jahe, pengayakan, pengemasan dalam

karung dan penimbangan lantainya masih dari dari semen dan sangat kotor.

Sirkulasi udara dirasakan kurang, ruangan sangat panas dan tidak terdapat kipas

angin. Pencahayaan dirasakan cukup karena sinar matahari dapat masuk ke dalam

ruangan.

Pada ruang pengemasan, lantai berlapiskan keramik, namun kebersihan masih

terasa kurang. Ruangan terasa agak lembab dan panas. Pada pabrik ini memilki

kamar mandi yang kurang bersih dan suhu ruangan yang agak panas. Air tidak

berbau dan air yang digunakan cukup bersih, berasal dari aliran PAM.

Sumber air minum karyawan berasal dari air gallon isi ulang. Pabrik tidak

menyediakan makan siang bagi para pekerja, namun setiap pekerja mendapatkan

uang makan.

3.4 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Perusahaan

Pada proses produksi, program K3 yang ada dirasakan kurang dan tidak

berjalan. Sebagian pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat

bekerja. Peraturan-peraturan dan tanda-tanda keselamatan (safety sign) tidak

ditemukan. Tidak dilakukan check up berkala pada pekerja, pemeriksaan hanya

dilakukan ketika pekerja sakit.

3.5 Identifikasi Bahaya Potensial Terhadap Kesehatan Berdasarkan alur produksi

Pada dasarnya, dari setiap alur produksi yang telah dijelaskan diatas, masing-masing

memiliki risiko kerja. Risiko kerja setiap alur tersebut bisa berupa :

1. Kecelakaan kerja, yaitu : kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja.

2. Penyakit akibat kerja, yaitu : Penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik

atau asosiasi kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen

penyebab yang sudah diakui.

3. Penyakit akibat hubungan kerja, yaitu : Pekerja pada data awal memang sudah

memiliki penyakit, dimana faktor pada pekerjaan memegang peranan bersama

dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai

etiologi yang kompleks tersebut.

Page 41: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

41

Teori kecelakaan kerja :

Gambar 3.3 Teori kecelakaan kerja

Alur Produksi :

A. Pasokan Bahan baku

a. Faktor Fisik : Pekerja juga tidak menggunakan APD seperti masker,

sarung tangan dan sepatu khusus;

b. Faktor Kimia :-

c. Faktor Ergonomis: Posisi tubuh pekerja saat mengangkat jahe tidak dalam

posisi yang benar

d. Faktor Biologi : -

Page 42: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

42

B. Gudang penyimpanan bahan baku

a.Faktor Fisik : Pekerja juga tidak menggunakan APD seperti masker,

sarung tangan dan sepatu khusus;

b. Faktor Kimia :

c.Faktor Ergonomis : Posisi tubuh pekerja saat mengangkat jahe tidak dalam

posisi yang benar

d. Faktor Biologi

C. Dapur (pengolahan)

1) Perendaman jahe

Page 43: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

43

a.Faktor Fisik :Kolam tempat perendaman jahe agak licin, banyak

ditemukan kulit – kulit jahe berserakan di lantai,

lantai masih dari tanah yang basah karena saluran

air tidak lancar.

b. Faktor Kimia : -

c.Faktor Ergonomis :Posisi tubuh pekerja saat mengangkat jahe yang

akan direndam dan saat mengangkat jahe untuk

diparut tidak dalam posisi yang benar; Jahe yang

diangkat tidak ditimbang terlebih dahulu sehingga

bisa terjadi kemungkinan beban jahe yang diangkat

melebihi standar beban.

d. Faktor Biologi :Kondisi lingkungan yang basah

bisa menimbulkan pertumbuhan jamur jari kaki

pekerja.

2) Penggilingan jahe

a.Faktor Fisik :mesin parutan yang menimbulkan suara bising

bekerja selama 8 jam per hari; pekerja juga tidak

menggunakan APD sehingga berisiko terkena

penggilingan jahe; banyak sampah jahe berserakan

di lantai; Tidak ditemukan instruksi secara tertulis

Page 44: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

44

tentang cara pengoperasian alat penggilingan dan

pemerasan jahe.

b. Faktor Kimia :-

c.Faktor Ergonomis : Posisi pekerja lebih banyak berdiri, berlangsung

selama 4 jam yang diselingi dengan membungkuk

saat mengambil jahe dari keranjang.

d. Faktor Biologi

Perebusan jahe

e.Faktor Fisik :Suhu yang panas saat merebus jahe; ruangan yang

lembab dan panas dapat menyebabkan para pekerja

sulit untuk bernapas;

f. Faktor Kimia :

g. Faktor Ergonomis :Posisi pekerja

membungkuk dengan membentuk sudut 90°

terhadap sumbu badan, saat mengaduk-aduk jahe

yang direbus di dalam wajan besar berdiameter 70

cm. Terdapat 5 wajan untuk diaduk per hari dengan

waktu perebusan jahe tiap wajan selama 45 menit

dan waktu pengadukan setiap wajan selama 15

menit.

Page 45: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

45

h. Faktor Biologi :Ruangan lembab dapat

menyebabkan pertumbuhan jamur pada sela-sela

bagian tubuh.

2.)Pengayakan

a.Faktor Fisik : Suhu yang panas saat merebus jahe; ruangan yang

lembab dan panas dapat menyebabkan para pekerja

sulit untuk bernapas;

b. Faktor Kimia : -

c.Faktor Ergonomis : Posisi pekerja saat mendorong wadah ayakan besar

adalah membungkuk dengan membentuk sudut 60°

terhadap sumbu tubuh. Pekerjaan ini dilakukan oleh

dua orang pekerja saling berhadapan dan saling

melakukan gerakan tarik menarik secara

bergantian. Posisi tersebut berlangsung terus

menerus selama 30 menit dengan diselingi waktu

istirahat selama 30 menit dengan total waktu

bekerja 5 jam. Posisi seperti ini dapat menyebabkan

nyeri pada lengan, pinggang dan punggung serta

dapat pula mengakibatkan trauma rudapaksa.

Page 46: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

46

d. Faktor Biologi :Ruangan lembab dapat

menyebabkan pertumbuhan jamur pada sela-sela

bagian tubuh.

D. Pengemasan

a.Faktor Fisik : Tempat kerja yang pengap dan panas

b. Faktor Kimia : -

c.Faktor Ergonomi : Posisi pekerja duduk membungkuk dilantai, posisi

kepala 300 dari sumbu tubuh. Leher berada dalam

posisi melengkung dan statis. Posisi seperti ini

dipertahankan selama 4 jam; Tidak ada sandaran

punggung, tulang belakang yang melengkung memberi

beban kepada diskus intervertebra atau tarikan

berlebihan pada ligamen tulang belakang.

d. Faktor Biologi :

e.Faktor Psikis : Waktu kerja seharian penuh dari jam 08.00-17.00,

pekerjaan monoton.

Page 47: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

47

E. Distribusi

a. Faktor Fisik : -

b. Faktor Kimia : -

c. Faktor Ergonomis: Jalur evakuasi barang produksi ke ruang penyimpanan

tidak rata, banyak bebatuan

d. Faktor Biologi : -

Tanggapan dalam identifikasi resiko akibat kerja :

Page 48: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

48

1. Perusahan harus memperhatikan keselamatan pekerja , contohnya :

- Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dengan cara menyediakan safety sesuai

dengan tempat yang beresiko dan penggunaan APD yang tepat sesuai kebutuhan

tiap bagian alur produksi.

- Meminimalisir terjadinya penyakit akibat kerja dengan cara memastikan bahwa

pekerja sudah menggunakan APD secara benar, dan lakukan pengawasan sekali-

sekali untuk memastikan bahwa pekerja benar-benar menggunakan APD

tersebut.

Pendeteksian penyakit pada pekerja juga perlu dilakukan dengan cara

melakukan kunjungan ke poliklinik.

- Mendeteksi penyakit akibat hubungan kerja dengan memeriksa keadaan pasien

sebelumnya, apakah pasien tersebut menderita suatu penyakit atau tidak. Hal ini

harus dilakukan karena jika ada pekerja memiliki penyakit, pekerja tersebut bisa

ditempatkan pada bagian pekerjaan yang tidak beresiko untuk memperberat

penyakitnya.

2. Perusahaan harus memperhatikan higienitas produknya, dengan cara :

- Pengawasan dalam penggunaan APD. Contohnya dalam pengemasan produk,

produk yang akan masuk ke kemasan bisa kontak langsung dengan pekerja jika

pekerja tidak menggunakan APD. Oleh karena itu, tidak menggunakan APD

bisa berakibat mikroorganisme bisa hidup dalam kemasan yang tertutup rapat

tersebut akibat jika ada pekerja yang batuk atau bersin.

Keterangan :

- Tidak adanya data kesehatan kerja yang menjelaskan kondisi pekerja sebelum

bekerja dipabrik ini, membuat kesimpulan tentang penyakit akibat hubungan

kerja tidak bisa kami deteksi.

Page 49: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

49

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, bahaya potensial yang harus

diperhatikan U.D Cipta Mandiri Abadi adalah pada masalah faktor fisik, faktor

biologik, ergonomic dan faktor psikis pekerja.

4.1 Faktor Fisik

Beberapa hal yang perlu disarankan pada U.D Cipta Mandiri Abadi dari faktor

fisika adalah panas, kebisingan, getaran dan pencahayaan

4.1.1 Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang didengar sebagai rangsangan-rangsangan

pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi-

bunyi tersebut tidak dikehendaki (Afry, 2011). Kebisingan juga dapat disebut

sebagai bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu

kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel

(dB).

Keadaan pabrik Jahe U.D Cipta Mandiri Abadi terutama pada bagian

dapurnya dimana merupakan tempat memasak merupakan daerah yang bising

Page 50: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

50

dimana faktor fisika yang mengganggu kesehatan kerja karyawan pabrik U.D

Cipta Mandiri Abadi adalah suasana yang bising diakibatkan oleh kegiatan

penghalusan bahan tambahan menggunakan mesin. Suara mesin yang dihasilkan

cukup mengganggu aktivitas komunikasi antar pekerja.

Intervensi yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan

pendengaran dapat diberikan alat pelindung diri contohnya ear plug atau ear

phone.

4.1.2 Panas

Panas atau suhu yang tinggi merupakan salah satu dari agen fisik yang

dapat menyebabkan penyakit akibat kerja (PAK). Seperti temperatur udara,

kelembaban, pergerakan udara, dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian

yang digunakan.

Pada pabrik U.D Cipta Mandiri Abadi, suhu ruang meningkat pada saat

produksi jahe yaitu pada saat memasak. Pada saat memasak terdapat 20 alat

masak yang digunakan sehingga suhu ruangan didalam dapur meningkat. Suhu

didalam ruangan tidak diketahui secara akurat karena tidak ada termometer yang

dipasang di dalam dapur.

Intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan suhu pada bagian

prouksi U.D Cipta Mandiri antara lain dengan pemasangan hexos untuk

menyerap debu, uap panas dan asap. Kemudian menanam pohon disekita dapur

agar merindangi dapur. Disarankan memasang termometer untuk mengetahui

ukuran suhu yang akurat.

4.1.3 Penerangan atau Pencahayaan

Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah

beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan

kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup

untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan

memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan

menghindarkan dari kesalahan kerja.

Page 51: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

51

Penerangan pada bagian produksi (dapur) di U.D. Cipta Mandiri Abadi

sudah cukup baik, pada ruangan terdapat cukup ventilasi yang memungkinkan

cahaya dapat masuk dengan baik ke dalam ruangan. Dan aktivitas produksi

dilakukan pada siang hari, jadi cahaya matahari dapat masuk dan menerangi

ruangan tersebut. Penerangan pada bagian packing jahe yang mix, kondisi

penerangannya memiliki intensitas cahaya yang rendah. Untuk intervensi yang

dapat dilakukan adalah dengan menambah ventilasi dan pada penerangan yang

agak kurang disarankan pada pabrik agar menambah intensitas penerangan pada

ruang packing jahe yang mix.

4.1.4 Getaran

Getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan

setimbang terhadap suatu titik acuan, (Kep.MENLHNo: KEP

49/MENLH/11/1996). Getaran banyak terjadi pada proses penggilingan jahe dan

bumbu rempah-rempah, pengayakan bumbu halus sebagai bahan baku dan bahan

tambahan dimana pada bagian penggilingan jahe dan bumbu-bumbu. Untuk

intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi getaran yang ditimbulkan

kegiatan tersebut maka dapat digunakan sarung tangan, atau alat peredam getar

seperti busa.

4.1.5 Bau-Bauan

Yang dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja adalah

bau-bauan yang tidak enak di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan

kerja. Dalam kaitannya dengan kesehatan kerja atau dalam lingkungan kerja,

perlu dibedakan antara penyesuaian penciuman dan kelelahan penciuman.

Dikatakan penyesuaian penciuman apabila indera penciuman menjadi kurang

peka setelah dirangsang oleh bau-bauan secara terus-menerus, seperti contoh

pekerja tersebut diatas.

Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu

mencium kadar bau yang normal setelah mencium kadar bau yang lebih besar.

Page 52: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

52

Misalnya orang tidak mencium bau bunga setelah mencium bau yang kuat dari

bangkai binatang.

Pada U.D mandiri Abadi, bagian produksi terdapat bau-bauan yang

menyengat yaitu pada bagian penghalusan bahan-bahan tambahan seperti

habattusauda, cengkeh, kopi. Bahan-bahan tersebut mempunyai bau yang kuat

sehingga dapat mempengaruhi penciuman. Dari hal ini dapat diberikan

intervensi menggunakan alat pelindung diri berupa masker.

4.2. Kimia

Pada Pabrik jahe U.D Cipta Mandiri Abadi tidak menggunakan bahan kimia apapun,

semua bahan menggunakan bahan organik. Oleh karena itu, pada pabrik ini tidak

ditemukan risiko bahaya dari aspek kimia.

4.3. Ergonomi

Beberapa hal dibawah merupakan beberapa masalah yang berhubungan dengan

aspek ergonomi di pabrik serbk jahe UD Cipta Mandiri Abadi.

1. Pada proses perendaman jahe terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan :

Posisi mengangkat, mendorong, menarik, dengan tenaga yang kuat dan

melibatkan seluruh anggota badan akan menyebabkan nyeri punggung ataupun

kelainan pada daerah punggung. Faktor- faktor yang berhubungan timbulnya

nyeri punggung belakang seperti frekuensi mengangkat barang, lama kerja,

lingkungan kerja dan postur yang menentukan jumlah barang yang masih dapat

diangkat dengan aman oleh seseorang. Faktor lain yang ,memegang peranan

penting adalah batas aman dari besar tenaga yang dilakukan untuk mengangakat,

mendorong, dan menarik suatu barang. Efek jangka panjang dari kegiataan–

kegiatan ini akan menyebabkan tekanan otot belakang dan bahu terutama jika

beban ini diangkat secara horizontal didepan ataupun disamping badan.

Page 53: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

53

Menurut fungsi ergonomis sesuai teori, karena pekerja adalah seorang

laki – laki dewasa, maka beban yang seharusnya diangkat berkisar antara 45 –

55 kg.

Saran yang dapat diberikan untuk mengurangi terjadinya masalah

kesehatan akibat ergonomi antara lain :

a. Mengurangi berat barang yang akan diangkat dengan merubah ukuran beban

perunit. Hal ini bertujuan agar pekerja tidak cepat lelah.

b. Mengurangi peregangan dengan mengubah alat, misalnya barang tidak

diangkat melainkan dipindahkan dengan menggunakan trolley.

c. Pada proses pengangkatan juga sebaiknya mengikuti cara pengangkatan

yang ergonomis yakni sebagai berikut:

1.) Mula-mula berjongkok untuk mencari posisi seimbang dengan kaki

setengah terbuka, merapatkan badan kearah benda, pada saat benda akan

terangkat punggung harus lurus, dagu diangkat agar kepala dan badan

tidak cenderung membungkuk/sedapat mungkin tegak lurus.

2.) Langkah mengangkat, pegangan tangan harus kuat dan mengerahkan

tenaga yang ditanggung oleh tulang dan otot, tegakan dan luruskan kaki,

maka terangkatlah benda tsb.

3.) Langkah terakhir, meluruskan badan bagian atas sehingga lurus dengan

kaki dan sedapat mungkin tegak lurus dengan lantai.

Page 54: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

54

Gambar 4.1: Cara pengangkatan yang ergonomis

Pada saat pengangkatan jahe yang akan direndam dan pengangkatan jahe

yang telah direndam untuk digoyangkan, sebaiknya jahe – jahe tersebut

ditimbang terlebih dahulu. Karena pekerja adalah seorang laki – laki dewasa,

maka beban yang seharusnya diangkat berkisar antara 45 – 55 kg.

Beban

tersebut

juga

sebaiknya

dipisahkan

menjadi 2

beban

yang lebih

kecil lagi,

contohnya

apabila

beban jahe yang diangkat adalah 50 kg, maka dipisahkan menjadi masing –

masing 25 kg. Hal ini bertujuan agar pekerja tidak cepat lelah.

Jarak mengangkat beban juga sedapat mungkin dikurangi dan sebaiknya

beban diangkat menggunakan keranjang yang mempunyai pegangan.

Apabila beban dibawa dengan posisi tertentu, sebaiknya beban disesuaikan

dengan posisi yang dipilih dalam mengangkat beban dan tidak terlalu tinggi.

Dalam mengangkat beban perlu juga diingat agar bidangnya/lantai tidak

licin.

Page 55: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

55

Gambar 4.2: Pegangan pada keranjang untuk mengurangi kelelahan pekerja

Jika memungkinkan, minimalisasikan ketinggian beban yang diangkat ke

tempat yang dituju. Untuk ini, dapat digunakan meja atau alat lainnya.

Page 56: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

56

Gambar 4.3: Penggunaan meja untuk meminimalisasikan ketinggian

Pada saat jahe digoyangkan, pekerja disarankan agar menggoyangkan

keranjang dengan posisi tidak terlalu membungkuk namun denganposisi

membentuk sudut 30° dari sumbu tubuh. Hal ini dapat mengurangi beban

pada tulang belakang dan pinggang serta mencegah cidera pada bagian

tersebut. Apabila memungkinkan proses ini dapat dibantu dengan

menggunakan alat bantu mekanik.

Dikarenakan waktu bekerja para pekerja hanya 3 jam makapekerja

disarankan agar beristirahat secukupnya saja atau apabila dirasakan nyeri

pada punggung.

2. Pada proses penggilingan dan pemerasan terdapat beberapa hal yang perlu

diperhatikan:

a. Disarankan agar pada lokasi bekerja diberikan instruksi tertulis mengenai

cara pengoperasian alat serta aturan keamanan pemakaian alat, tombol –

tombol pengoperasian diperjelas, mekanisme untuk mematikan serta

mengunci alat diperbaiki dan jika memungkinkan alat diubah sepenuhnya

menjadi otomatis.

Gambar 4.4: Instruksi tertulis tentang cara aman dalam mengoperasikan alat

Page 57: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

57

Gambar 4.5: Tulisan di tombol hendaknya diperjelas

b. Di bagian penggilingan jahe, posisi pekerja berada dalam posisi berdiri

dimana jenis pekerjaannya

termasuk pada jenis pekerjaan

ringan. Oleh karena itu

diupayakan agar tinggi

landasan berada pada 10 – 15

cm di bawah siku. Sedangkan

pada bagian pemerasan jahe,

posisi pekerja juga berdiri dan jenis pekerjaannya berupa pekerjaan dengan

penekanan. Oleh karena itu tinggi landasan diupayakan berada 15 – 40 cm di

bawah tinggi siku berdiri.

c. Posisi pekerja juga disarankan dirubah menjadi duduk - berdiri. Posisi ini

mempunyai keuntungan bagi pekerja, karena pekerja tidak akan mudah lelah

dan dapat mengurangi tekanan pada tulang belakang dan pinggang sebanyak

30%.

d. Waktu bekerja para pekerja hanya 4 jam, oleh karena itu pekerja disarankan

agar beristirahat jika merasa lelah saja.

3. Pada proses perebusan, pengayakan dan penimbangan terdapat beberapa hal

yang perlu diperhatikan:

a. Posisi pekerja membungkuk saat mengaduk jahe yang telah menjadi padat

dan mengering. Posisi ini dilakukan oleh para pekerja karena letak kompor

Page 58: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

58

yang terlalu rendah. Posisi ini dipertahankan selama 15 menit dan jenis

pekerjaan yang dilakukan termasuk dalam jenis pekerjaan dengan

penekanan.

b. Disarankan agar dibuatkan tempat khusus untuk proses perebusan dimana

posisi kompor berada lebih tinggi danposisi pekerja berdiri serta diupayakan

agar posisi landasan/kompor berada 15 – 40 cm di bawah tinggi siku berdiri.

c. Diupayakan agar disediakan alat pengaduk jahe yang mempunyai diameter

30 – 40 mm dan panjang 23 cm atau yang sesuai dengan ukuran tangan

pekerja.15

d. Dikarenakan pada proses ini pekerja terpapar langsung dengan suhu yang

tinggi, disarankan agar disediakan sistem pembuangan panas yang efektif

atau dengan memperbanyak ventilasi udara alami.14

e. Posisi tubuh pekerja pada proses pengayakan dapat dimodifikasi dengan

mengubah posisi tubuh menjadi 450 yaitu dengan meninggikan alat

pengayakan sehingga didapatkan posisi yang ergonomis untuk para pekerja.

Hendaknya para pekerja selalu mengenakan sarung tangan dan

menyesuaikan tenaga saat dilakukan tarikan dan dorongan agar tidak terjadi

trauma rudapaksa pada salah satu pekerja.

f. Jika memungkinkan proses ini digantikan dengan alat/mesin otomatis.

g. Disarankan agar para pekerja berisitirahat apabila mengalami kelelahan.

h. Pada proses pengemasan sementara, disarankan agar jahe yang telah di ayak

ditempatkan dalam posisi/ketinggian yang sama dengan wadah

pengemasannya (karung). Ini dapat dilakukan dengan membuat

tempat/alatkhusus untuk menaruh jahe pada ketinggian yang sama dengan

wadah pengemasannya. Oleh karena jenis pekerjaan ini merupakan jenis

pekerjaan ringan, diupayakan landasan berada 10 – 15 cm di bawah

siku.15Hal ini bertujuan agar pekerjaan dapat berjalan lebih lancar, mencegah

timbulnya kelelahan pada pekerja, jatuhnya jahe saat ingin dikemas dan

meningkatkan efektifitas dari proses pemindahan ini.

Page 59: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

59

Gambar 4.6: Penggunaan alat bantu untuk meningkatkan efisiensi pekerja

i. Pada proses penimbangan, diupayakan juga agar alat timbangan berada

dalam ruangan yang sama dan dengan ketinggian yang sama seperti proses

pengemasan sementara.

Gambar 4.7: Timbangan diposisikan sejajar dengan alat lain

j. Pada proses pemindahan ke tempat dimana jahe akan dikemas ke dalam

kemasan jadi (berukuran lebih kecil, disarankan agar karung – karung jahe

diangkut menggunakan gerobak pendorong atau alat lain yang mempunyai

roda. Hal ini bertujuan untuk mencegah kerusakan pada produk dan

mengurangi resiko kecelakaan pada pekerja.15

k. Penting juga untuk membuat rute khusus yang bebas hambatan/halangan

untuk pengiriman ke ruang pengemasan agar pekerjaan menjadi lebih efektif.

l. Disarankan agar memakai roda yang berbahan karet dan berukuran besar

Page 60: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

60

untuk memindahkan barang melalui jalur yang tidak rata.

m. Apabila tidak memungkinkan disediakan gerobak pendorong maka dapat

juga diangkat dengan bantuan alat dimana beban dibagi rata pada dua

pundak pekerja. Hal ini bertujuan agar pekerja tidak cepat lelah bila

dibandingkan mengangkat beban pada satu sisi tubuh saja.

Gambar 4.8: Pembagian beban secara rata di kedua pundak dapat mengurangi kelelahan pada pekerja

n. Pekerja disarankan beristirahat bila merasa lelah.

4. Pada proses pengemasan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan

a. Disarankan agar ruang kerja dimodifikasi dan para pekerja melakukan

pekerjaannyadi atas meja serta diberi kursi untuk duduk yang disesuaikan

dengan standart postur tubuh pekerja.

Posisi duduk yang benar:

Cukup rendah agar kaki bisa menapak ke lantai dengan lutut lebih

tinggi dari paha.

Dekatkan kursi ke meja untuk menjaga posisi duduk yang tegak.

Jika merasa punggung bagian bawah melengkung ke bawah,

silangkan kaki atau letakkan kedua kaki ke atas bangku kecil.

Bagian meja:

Alas meja dapat disetel/disesuaikan dengan tinggi siku tenaga kerja

Page 61: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

61

sehingga terbentuk performen tenaga kerja tinggi siku sebesar 10 cm-

15 cm di atas meja,ini agar terjadi performen kerja yang nyaman

(comnfortable).

Penyetelan tinggi alas meja cukup dengan menggendorkan baut-baut

penyetel yang dipasang pada kaki meja.

Selain itu, pada kaki meja diberikan sandaran kaki tenaga kerja

dengan model bertingkat, hal ini digunakan untuk relaksasi kaki

tenaga kerja agar tidak lelah.

Bagian Kursi:

Apabila kursi dapat disetel, tinggi kursi dapat dirubah naik atau turun

dengan cara memutar tiang sandaran kursi. Penyetelan ini digunakan

untuk menyesuaikan duduk setiap tenaga kerja sehingga terbentuk

awal performen lutut kaki tenaga kerja pada sudut siku 90 derajat.

Pada sandaran kursi juga dapat disetel naik turun, hal ini dugunakan

untuk penyesuaian pinggang tenaga kerja agar tetap dalam tertahan

oleh sandaran kursi. Dengan pinggang (lumbar) yang dapat bersandar

untuk relaksasi, agar ketegangan otot pada otot tulang belakang

(vertebralis) tidak tegang, sehingga otot rangka tidak mengalami

kelelahan yang berlebihan.

c. Selain itu, dapat diberkan edukasi kepada karyawan mengenai beberapa

sikap yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya kelelahan yakni:Arms

extended (jarak yang jauh dengan objek), posisi membungkuk, leher dan

punggung melengkung dan posisi duduk miring.

Page 62: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

62

Gambar 4.9: Beberapa sikap yang harus dihindari pada pekerjaan dalam posisi duduk

d. Karyawan di bagian pengemasan juga dapat diberitahukan beberapa

gerakanyang dapat dilakukan untuk mengurangi kelelahan, seperti gambar

berikut:

Gambar 4.10:Gerakan

yang dapat dilakukan untuk

mengurangi kelelahan

e. Pada proses

pengemasan yang

menggunakan

mesin, saran untuk keamanan pengoperasian alat berlaku sama seperti paada

Page 63: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

63

bagian mesin penggiling dan pemerasan jahe.

5. Pada proses penyimpanan ada hal yang perlu diperhatikan:

a. Jalur pengiriman barang dari produksi ke bagian penyimpanan seharusnya

bebas dari hambatan apapun dan jika memungkinkan diratakan/di semen.

Hal ini bertujuan agar waktu pengiriman berjalan efisien dan pekerja tidak

cepat lelah.

Gambar 4.11: Jalur ke tempat pengiriman harus bebas dari hambatan

4.4. Biologi

Beberapa hal yang perlu diintervensi pada U.D Cipta Mandiri Abadi dari faktor

biologi adalah jamur dan cacing

A. Jamur

Penyakit jamur sering diderita pekerja di tempat kerja yang lembab dan basah

atau terlalu banyak merendam tangan dan kaki di air karena terlalu lamanya

tubuh kontak dengan air menyebabkan kulit semakin lembab, kulit atau

anggota tubuh lainnya yang lembab akan menjadi tempat yang baik untuk

pertumbuhan jamur. Banyaknya infeksi jamur yang dapat tumbuh akibat kulit

yang lembab seperti tinea pedis, blastomikosis, candida albicans.

Keadaaan pabrik Jahe U.D. Cipta Mandiri Abadi pada bagian pencucian

jahe terlihat bahwa pencucian jahe dari tanah maupun lumpur yang masih

Page 64: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

64

melekat pada jahe. Mencuci pun menggunakan air yang cukup banyak. Pada

bagian pencucian jahe tempat dan kondisi lantai sangat basah dan lembab.

Pekerja pada pencucian jahe pun tidak menggunakan sepatu khusus anti air

maupun sarung tangan, pekerja bekerja sekitar 7 hingga 9 jam setiap harinya

dimana kondisi tangan dan kaki pasien dalam kondisi basah dimana tangan

dan kaki yang basah sangat baik untuk pertumbuhan bagi jamur.

Oleh sebab itu untuk mengatasi dari pemaparan air yang lama dan

kondisi tubuh yang basah pekerja harus menggunakan sepatu dan sarung

tangan yang anti air dan pekerja harus rajin untuk mengeringkan tangannya

saat selesai mencuci jahe.

B. Cacing

Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing disebabkan tidak atau

kurang higienisnya seseorang dalam kehidupan sehari. Tetapi pada penyakit

akibat kerja yang disebabkan oleh cacing diakibatkan karena pekerja yang

berkontak langsung dengan tanah dan pekerja tersebut tidak menggunakan

sarung tangan sebagai pelindung.

Pada pabrik jahe U.D. Cipta mandiri abadi pada alur produksi pencucian

jahe dimana jahu tersebut harus dibersihkan dari tanah yang menempel pada

badan jahe. Disini dimana pekerja tidak menggunakan sarung tangan untuk

memindahkan jahe ke kolam pencucian. Tangan pekerja langsung berkontak

dengan jahe yang banyak sekali melektnya tanah. Ini adalah salah satu faktor

yang dapat menyebabkan pekerja menderita penyakit jamur karena cacing

dapat menginfeksi langsung dengan cara langsung menginvasi langsung ke

jaringan kulit contohnya cacing tambang yang dapat menginvasi dan masuk ke

aliran darah dan menginfeksi tubuh serta menghisap darah yang

mengakibatkan pasien tersebut terkena anemia atau dari tidak telur yang

matang yang berada di tanah akibtnya dapat dikonsumi oleh pekerja saat

makan makanan.

Oleh sebab itu pekerja harus menggunakan sarung tangan agar terhindar

dari infeksi cacing.

Page 65: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Page 66: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

66

Menurut pengamatan yang telah kami lakukan pada pabrik jahe tersebut, maka

kami menyimpulkan bahwa sebenarnya pihak staf dari pabrik sudah mengurangi

timbulnya PAK, PHAK, dan Kecelakaan akibat kerja dengan cara membuat peraturan

yang mewajibkan pegawainya memakai APD saat sedang melakukan pekerjaan yang

berhubungan dengan proses produksi di pabrik tersebut, tetapi sangat disayangkan

minimnya kesadaran dari pihak pegawai untuk mematuhi peratutan tersebut, walaupun

sampai saat ini di pabrik jahe belum pernah ada yang mengalami PAK, PHAK ,dan

Kecelakaan kerja.dimungkinkan kesadaran pegawai yang minim mengenai pentingnya

K3 itu dikarenakan oleh tidak tegasnya sanksi yang diberikan oleh pihak perusahaan

jika ada pegawai yang melanggar.

5.2 SARAN

Saran yang bisa kami berikan adalah sebaiknya untuk meningkatkan kesadaran

pegawai agar, para pegawai dengan senang hati mematuhi peraturan tersebut adalah

dengan cara memberikan sanksi yang tegas pada pasien yang melanggar peraturan yang

diberikan oleh pihak perusahaan, dan sebaiknya pihak perusahaan melakukan metode

promotif dan preventif agar pegawai dapat sadar akan pentingnya K3.

DAFTAR PUSTAKA

Page 67: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

67

Afry yanti Rosyani lury, makalah k3 tentang faktor fisik. Dapat dilihat di

http://afryluryanti.blogspot.com/2011/08/makalah-k3-tentang-faktor-fisik.html.

2011.

Adiputra, N.; Sutjana, D.P.; Suyasning, H.I.;Tirtayasa, K. (2001). Gangguan

Muskuloskeletal Karyawan Beberapa Perusahaan Kecil di Bali. Jurnal Ergonomi

Indonesia.

Ergonomi. Depkes. 2005. Dapat diakses di: http://www.depkes.go.id.

Fathoni Firmansyah. 2010. Pengaruh Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata

Tenaga Kerja Pada Tenaga Kerja di Bagian Pengepakan PT Ikapharmindo Putra

Mas Jakarta Timur. Program Diploma IV Kesehatan Kerja. Universitas Sebelas

Maret. Surakarta.

Irwan Ridwan, S.Kom. Bahan Ajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). SMKN

Manonjaya Tasikmalaya. 2010.

Mulyono. Kesehatan Kerja: Ergonomi. 2005. Dapat diakses di:

http://www.docstoc.com/ERGONOMI.

Price, Sylvia, et all. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Buku 1, Edisi

4, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 1995.

Suma’mur PK. 1994. Hiperkes Keselamatan Kerja dan Ergonomi. Dharma Bakti Muara

Agung. Jakarta.

Suma’mur, PK. 2009. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Sagung Seto.

LAMPIRAN

Page 68: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

68

1. Pada bagian pengadukan, posisi badan karyawan adalah 90o yang berpotensi

pada terjadinya low back pain. Bagaimana intervensi dilakukan pada kasus ini..

Jawab: dengan melakukan edukasi kepada karyawan tentang posisi kerja yang

benar, dan memberikan alat yang sesuai dengan tinggi karyawan.

2. Pada ruang packing Jahe Mix, tersedia Air conditioner namun kondisi lembab

dan terdapat cahaya yang kurang.

Jawab: Penambahan ventilasi dan arus sirkulasi udara keluar ditambahkan, untuk

masalah pencahayaan ditambahkan penerangan dibagian alat sehingga

mendukung cahaya yang kurang tadi.

3. Bagaimana mengatasi alas bawah bangunan pada bagian pencucian jahe yang

masih menggunakan semen

Jawab: dengan melakukan penambahan bahan pada alas agar mencegah

terjadinya insiden tergelincir, dengan tambahan bahan karet, atau plastik,

sehingga kerja yang memang harus dilakukan pada bagian berair tetap dapat bisa

dilakukan

4. Apakah seluruh intervensi yang kelompok berikan telah dilakukan di

perusahaan.

Jawab: seluruh intervensi yang diberikan terbatas pada pemberian saran kepada

perusahaan.

5. Pada bagian dapur terdapat sirkulasi yang panas, apa intervensi yang dilakukan

Jawab: dengan melakukan penambahan ventilasi dan pemberian hexos guna

meningkatkan sirkulasi udara panas yang ada.

6. Pada pabrik ini belum didapatkan pelayanan kesehatan, sedangkan faktor resiko

disin cukup tinggi, bagaimana penyelesaiannya?

Jawab: Peran dokter di dalam layanan kesehatan pabrik adalah untuk

penanganan 100 orang setiap orang dokternya. Namun jumlah karyawan yang

ada kurang dari nilai itu, sehingga pelayanan kesehatan khusus untuk hal ini

tidak diperlukan.

7. Aktivitas karyawan setiap harinya berpotensi pada terjadinya kejenuhan akibat

dari kerja yang monoton. Apa yang kalian sarankan untuk meredakkan kondisi

ini?

Page 69: Kesehatan Kerja JAHE Rev Hanna

69

Jawab: Dengan melakukan kerja yang shifting.

8. Di ruangan penyimpanan terdapat tangga yang berpotensi pada terjadinya

kecelakan, bagaimana intervensinya.?

Jawab: Pelarangan penggunaan tangga, ataupun dengan penambahan pegangan

tangan pada tangga, sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan.