kesehatan hutan dan kesehatan · pdf filepembangunan kehutanan di indonesia saat ini telah...

2
RUMUSAN SEMINAR NASIONAL KESEHATAN HUTAN DAN KESEHATAN PENGUSAHAAN HUTAN UNTUK PRODUKTIVITAS HUTAN BOGOR, 14 JUNI 2012 Memperhatikan arahan Kepala Badan Litbang Kehutanan, paparan para keynote dan invited speech, dan para pemakalah serta catatan diskusi yang berkembang, maka beberapa poin yang dapat dirumuskan pada Seminar Nasional dengan tema Kesehatan Hutan dan Kesehatan Pengusahaan Hutan untuk Produktivitas Hutan yang diselenggarakan pada tanggal 14 Juni 2012 adalah: 1. Pembangunan kehutanan di Indonesia saat ini telah diarahkan pada pembangunan hutan tanaman dalam rangka pemenuhan kebutuhan bahan baku industri berbasis kehutanan. Luas Hutan Tanaman Industri (HTI) saat ini mencapai 9,3 juta ha dan diharapkan sampai tahun 2020 ada penambahan pembangunan HTI seluas 6,5 juta ha. 2. Hutan tanaman umumnya dilakukan dengan pola tanam satu jenis (monokultur) dan beberapa jenis (oligokultur). Penyederhanaan ekosistem alam menjadi ekosistem rekayasa seperti pola pertanaman tersebut sangat rentan terhadap kerusakan hutan yang disebabkan faktor biotik dan abiotik. 3. Permasalahan hama dan penyakit terjadi pada hampir semua jenis tanaman, sehingga pengusahaan jenis tanaman apapun akan beresiko terhadap gangguan hama dan penyakit. Pada seminar kali ini telah dipaparkan mengenai serangan hama dan penyakit pada sekitar 10 jenis tanaman kehutanan, seperti jabon, kayu bawang, weru, mangrove, cendana, gaharu, nyamplung, manglid, sungkai, dan eukaliptus. 4. Selain hama dan penyakit, faktor abiotik seperti cekaman garam, asam, pengaruh banjir, kekeringan dan kebakaran juga menjadi faktor yang penting yang dapat mempengaruhi kesehatan hutan. 5. Kerusakan hutan akibat serangan hama dan penyakit maupun faktor lainnya seperti kebakaran, tidak hanya merugikan secara ekonomi, namun juga berdampak secara social dan lingkungan. 6. Permasalahan kesehatan hutan sejauh ini belum mendapat perhatian yang serius, hanya dibeberapa perusahaan besar saja yang telah ditangani dengan memadai, padahal kedepan kerentanan tanaman terhadap hama dan penyakit diprediksi akan meningkat. Untuk itu sudah saatnya permasalahan hama dan penyakit pada tanaman kehutanan mendapat perhatian yang serius dan memerlukan kerjasama lembaga penelitian, universitas dan pihak swasta. 7. Perubahan iklim merupakan masalah serius terhadap ledakan populasi hama dan pola distribusi serangga yang dapat meningkatkan kerentanan tanaman terhadap hama dan penyakit. 8. Upaya untuk meningkatkan kesehatan tanaman haruslah dari hulu sampai hilir, dimulai dari pemuliaan tanaman untuk menghasilkan tanaman yang resisten terhadap hama dan penyakit, penerapan silvikultur yang tepat untuk meningkatkan kesehatan tanaman dan mengurangi resiko terjadinya penyakit, manajemen pengelolaan hama dan penyakit yang

Upload: hahuong

Post on 06-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KESEHATAN HUTAN DAN KESEHATAN · PDF filePembangunan kehutanan di Indonesia saat ini telah diarahkan pada pembangunan hutan tanaman dalam rangka pemenuhan ... pemanfaatan bioindikator

RUMUSAN SEMINAR NASIONAL KESEHATAN HUTAN DAN KESEHATAN PENGUSAHAAN HUTAN

UNTUK PRODUKTIVITAS HUTAN BOGOR, 14 JUNI 2012

Memperhatikan arahan Kepala Badan Litbang Kehutanan, paparan para keynote dan invited speech, dan para pemakalah serta catatan diskusi yang berkembang, maka beberapa poin yang dapat dirumuskan pada Seminar Nasional dengan tema Kesehatan Hutan dan Kesehatan Pengusahaan Hutan untuk Produktivitas Hutan yang diselenggarakan pada tanggal 14 Juni 2012 adalah:

1. Pembangunan kehutanan di Indonesia saat ini telah diarahkan pada pembangunan hutan tanaman dalam rangka pemenuhan kebutuhan bahan baku industri berbasis kehutanan. Luas Hutan Tanaman Industri (HTI) saat ini mencapai 9,3 juta ha dan diharapkan sampai tahun 2020 ada penambahan pembangunan HTI seluas 6,5 juta ha.

2. Hutan tanaman umumnya dilakukan dengan pola tanam satu jenis (monokultur) dan beberapa jenis (oligokultur). Penyederhanaan ekosistem alam menjadi ekosistem rekayasa seperti pola pertanaman tersebut sangat rentan terhadap kerusakan hutan yang disebabkan faktor biotik dan abiotik.

3. Permasalahan hama dan penyakit terjadi pada hampir semua jenis tanaman, sehingga pengusahaan jenis tanaman apapun akan beresiko terhadap gangguan hama dan penyakit. Pada seminar kali ini telah dipaparkan mengenai serangan hama dan penyakit pada sekitar 10 jenis tanaman kehutanan, seperti jabon, kayu bawang, weru, mangrove, cendana, gaharu, nyamplung, manglid, sungkai, dan eukaliptus.

4. Selain hama dan penyakit, faktor abiotik seperti cekaman garam, asam, pengaruh banjir, kekeringan dan kebakaran juga menjadi faktor yang penting yang dapat mempengaruhi kesehatan hutan.

5. Kerusakan hutan akibat serangan hama dan penyakit maupun faktor lainnya seperti kebakaran, tidak hanya merugikan secara ekonomi, namun juga berdampak secara social dan lingkungan.

6. Permasalahan kesehatan hutan sejauh ini belum mendapat perhatian yang serius, hanya dibeberapa perusahaan besar saja yang telah ditangani dengan memadai, padahal kedepan kerentanan tanaman terhadap hama dan penyakit diprediksi akan meningkat. Untuk itu sudah saatnya permasalahan hama dan penyakit pada tanaman kehutanan mendapat perhatian yang serius dan memerlukan kerjasama lembaga penelitian, universitas dan pihak swasta.

7. Perubahan iklim merupakan masalah serius terhadap ledakan populasi hama dan pola distribusi serangga yang dapat meningkatkan kerentanan tanaman terhadap hama dan penyakit.

8. Upaya untuk meningkatkan kesehatan tanaman haruslah dari hulu sampai hilir, dimulai dari pemuliaan tanaman untuk menghasilkan tanaman yang resisten terhadap hama dan penyakit, penerapan silvikultur yang tepat untuk meningkatkan kesehatan tanaman dan mengurangi resiko terjadinya penyakit, manajemen pengelolaan hama dan penyakit yang

Page 2: KESEHATAN HUTAN DAN KESEHATAN · PDF filePembangunan kehutanan di Indonesia saat ini telah diarahkan pada pembangunan hutan tanaman dalam rangka pemenuhan ... pemanfaatan bioindikator

efektif, sampai rekayasa sosial ekonomi untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap permasalahan hama dan penyakit.

9. Pengendalian hama dan penyakit yang ramah lingkungan seperti penggunaan pestisida nabati dan hayati untuk mengurangi pemakaian pestisida kimia perlu terus dikembangkan. Pemanfaatan cuka kayu, ekstrak daun suren dan birik untuk pengendalian hama dan penyakit serta pemanfaatan mulsa daun kering untuk menekan gulma sebagai pengganti herbisida terbukti efektif.

10. Pengembangan metode deteksi kesehatan hutan dengan memanfaatkan metode non-destruktif, pemanfaatan sistem penginderaan jauh dan pemanfaatan bioindikator perlu dilakukan untuk mendukung program monitoring kesehatan hutan

11. Sistem pemantauan perdagangan benih, bibit maupun produk hasil hutan sebagai media penyebaran hama dan penyakit harus mulai diintesifkan.

12. Perlu mengembangkan kapasitas nasional pengelolaan hama, monitoring dan deteksi dini hama secara rutin, mengembangkan database hama dan mengembangkan model pengendalian hama.

13. Perlu mengkoordinasikan riset-riset yang tidak hanya berasal dari lingkup Kementerian Kehutanan tapi juga institusi dan sektor lain, seperti perguruan tinggi dan swasta.

Bogor, 14 Juni 2012

Tim Perumus: Dr. Pipin Permadi Neo Endra Lelana, S.Si, M.Si Dra. Illa Anggraeni Dra. Wida Darwiati, M.Si