kesandung cinta

72
“KESANDUNG CINTA” Di malam yang sunyi senyap berniat menemui sang Pencipta, dengan kesungguhan hati, Ia berdo’a, kemudian bersyahadat: “Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah, Wa Asyhadu Anna Muhammadarrasuulullaah...” Lalu Ia pun memejamkan matanya. Menit-menit berlalu malampun semakin larut, tiada seorangpun yang terjaga, malam yang di tunggu-tunggu telah tiba, yaitu malam yang mulia, yang di naungi oleh para Malaikat, yang tidak semua orang tahu betapa nikmatnya bercinta dengan Tuhan pencipta alam, Allah memberikan Maghfiroh kepada hambaNya yang bertaqwa, Allah akan selalu ingat kepada hambaNya yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya, Allah akan selalu membuka pintu rizki, dari manapun yang Dia kehendaki untuk hambaNya yang tawakal, dan Allah akan memberikan Rahman dan Rahim-Nya, kepada hamba-hamba yang ikhlas dan istiqomah dalam 1

Upload: masluki

Post on 31-Jan-2016

48 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: kesandung cinta

“KESANDUNG CINTA”

Di malam yang sunyi senyap berniat menemui sang Pencipta, dengan

kesungguhan hati, Ia berdo’a, kemudian bersyahadat:

“Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah, Wa Asyhadu Anna

Muhammadarrasuulullaah...” Lalu Ia pun memejamkan matanya.

Menit-menit berlalu malampun semakin larut, tiada seorangpun yang

terjaga, malam yang di tunggu-tunggu telah tiba, yaitu malam yang mulia,

yang di naungi oleh para Malaikat, yang tidak semua orang tahu betapa

nikmatnya bercinta dengan Tuhan pencipta alam, Allah memberikan

Maghfiroh kepada hambaNya yang bertaqwa, Allah akan selalu ingat kepada

hambaNya yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya, Allah akan selalu

membuka pintu rizki, dari manapun yang Dia kehendaki untuk hambaNya

yang tawakal, dan Allah akan memberikan Rahman dan Rahim-Nya, kepada

hamba-hamba yang ikhlas dan istiqomah dalam beribadah kepada-Nya,

itulah petuah yang selalu di ingat oleh seorang anak, yaitu seorang hamba

muda yang tinggal di rumah sederhana, Ia sudah terbiasa menjalankan

Sholat sunah malam, maupun Sholat sunah yang lainnya, sehingga Ia selalu

merasa dekat dengan Tuhannya, Ia adalah anak sulung kebanggaan

Ayahnya, namun dalam mendidik, Ayahnya tidak pernah memanjakannya,

Ayahnya menanamkan ketegasan dan kedisiplinan dalam dirinya.

1

Page 2: kesandung cinta

Setiap harinya Ia harus menyetorkan hafalan-hafalan ayat suci Al-

Qu’an, dan malamnya di khususkan untuk belajar dan beristirahat, Ayahnya

adalah seorang petani dan peternak ikan, sehingga banyak kolam-kolam ikan

di belakang rumahnya, pernah suatu ketika Ia tak menyetorkan hafalan,

kemudian Ayahnya memberikan hukuman menimba air untuk di isikan

kedalam kolam-kolam di belakang rumahnya sampai penuh, walaupun

Ibunya merasa kasihan, namun Ibunya tak bisa berkutik apa-apa, karena Ibu

sangat menghargai didikan Ayahnya, walaupun didikan Ayahnya sangat

keras, namun Ayahnya tetap menyayanginya, dan pernah suatu ketika Ia

mengalami sakit panas, yang paling hawatir adalah Ayahnya, sampai

Ayahnya tidur dan menjaga di sampingnya, dan ketika Ia menginjak kelas 2

Tsanawiyah, Ayahnya meninggal dunia karena serangan jantung. Kenangan

terindah bersama sang Ayah adalah ketika Ia sudah fasih dalam menghafal

semua juz Al-Qur’an, sampai tak terasa Ia melihat Ayahnya menitikkan air

mata, lalu menciumi kening dan memeluknya dengan hangat.

Dan kini suasana rumah terasa sepi tanpa kehadiran seorang Ayah di

sisinya lagi, dan kini Ia bertekad keras ingin mengabulkan harapan Ayahnya

menjadi seorang ahli Tafsir Al-Qur’an, entah bagaimanapun caranya, dengan

bermodalkan niat, Ia yakin Allah akan mengabulkan do’anya.

Dengan tekun, kini Ia menggantikan pekerjaan sang Ayah demi

kelancaran hidupnya. Setiap pagi, Ia membantu Ibunya berbelanja kepasar,

2

Page 3: kesandung cinta

untuk di masak dan di jual di warteg Ibunya yang sudah berjalan dua

tahunan, yang letaknya cukup strategis di pinggir jalan yang selalu di lintasi

banyak orang, namun Ibunya sangat memanjakannya, sampai-sampai Ia

tidak boleh membantu apapun yang sedang Ibunya lakukan, namun Ia tetap

membantu karena Ia tak tega melihat Ibunya mengerjakannya sedirian, Ia

mempunyai seorang adik perempuan yang masih kelas 4 SD, adiknya sangat

berbeda dengan dirinya, adiknya sangat manja, karena selalu di manjakan

oleh Ibu dan dirinya, kemudian ketika Ia lulus SMA, Ia mengikuti beberapa

tes beasiswa.

Satu minggu telah berlalu, dan malamnya Ia di datangi Kepala

Sekolah. Sedang asyik mengajari adiknya mengaji, tiba-tiba Ibunya

memanggil untuk menemui gurunya yang sedang duduk di teras, sedikit Ia

terkejut, dan bertanya-tanya dalam hati. “Ada apa yah? Pak Kepala datang

kerumah.” Dan tak terasa Ia merasakan jantungnya berdebar begitu kencang,

dengan perlahan Ia bersama sang Ibu menghampiri gurunya itu, dan tak di

duga gurunya memberi selamat atas keberhasilannya mendapat beasiswa di

luar Negeri, dengan terkejut Ia hampir tak percaya, Ia merasa sedang berada

dalam mimpi, Ia begitu sangat bahagia dan langsung sujud Syukur kepada

Allah, karena Allah telah mengabulkan do’anya, kemudian Ia memeluk

Ibunya di susul dengan pelukan gurunya.

3

Page 4: kesandung cinta

Rencana pemberangkatan adalah besok lusa, sang Ibu banyak

menyiapkan barang-barang yang akan di bawanya, namun Ia merasa

bimbang karena tak bisa meninggalkan Ibu dan adiknya, lantaran tak ada

yang menjaga mereka.

Jam menunjukkan pukul 21.00 malam, Ia mulai merebahkan tubuhnya

di atas kasur, kemudian Ia menatap ke dinding-dinding kamarnya, lalu Ia

menatap ke langit-langit memikirkan Ibu dan adiknya yang akan di tinggalnya

pergi, tak lama kemudian Ia mulai mengantuk, dan akhirnya Ia tertidur.

Malam yang di tunggupun telah tiba, perlahan Ia membuka matanya

dan melihat jam dinding sudah pukul 02.30, kemudian Ia segera beranjak dari

tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi, lalu mengambil air wudhu

untuk bertahajud bermunajat kepada-Nya, dan di dalam do’anya Ia

memohon:

“Ya Allah, ya Muhammad ya Rasulullah....... Hamba berserah diri

kepada-MU, ampunilah segala dosa-dosa hamba, dan kedua orangtua

hamba. Ya Sami’ ya Basyir.... Hamba pasrahkan hidup dan mati hamba

hanya untuk beribadah kepada-MU. Ya Ghofuuur....... Ridhoilah hamba untuk

membahagiakan kedua orangtua hamba, lancarkanlah jalan hamba menuju

ridho-MU, aamiinn.... Allahumma aamiin,”

4

Page 5: kesandung cinta

Tiba-tiba terdengar suara lembut memanggil “Fatih... Anak Ibu, sudah

selesai Sholatnya nak? Kemudian Fatih menyahut dengan lembut.

“Nggeh Bu.”

“Kalau sudah, coba keluar sebentar, Ibu pengen anak Ibu yang

periksa lagi apa yang mau di bawa” Fatih menyahut lagi “Nggeh Bu...

Sebentar lagi Fatih keluar,”

Kemudian Fatih keluar dan menemui Ibunya yang sedang merapikan

barang-barang yang akan di bawanya untuk kuliah di luar Negeri.

“Bu... Sudah Bu sudah! masa semuanya di bawa, ini sudah cukup Bu.”

Fatih melihat barang-barangnya sangat banyak, kemudian Fatih

memandangi Ibunya sangat dalam di temani dengan deraian air mata yang

berjatuhan di pipinya, dan perlahan Ibunya menyeka air mata di pipi Fatih.

“Loh, kok anak Ibu sedih begini?”

“Bu, Fatih ingin Ibu ikut ke Mesir tinggal bersama Fatih di sana, Fatih

takut terjadi apa-apa sama Ibu di sini.”

“Fatih anak Ibu, luruskanlah niatmu menuntut ilmu, Ibu akan baik-baik

saja di sini, kan ada Hanifah adikmu,”

5

Page 6: kesandung cinta

“Ibu, berat sekali Fatih meninggalkan Ibu dan ade’, rasanya Fatih ingin

membatalkan beasiswa ini, Fatih takut nanti Ibu sakit, sedangkan Ayah sudah

tiada, mana mungkin Ifah bisa merawat Ibu, Ifahkan suka manja, Bu.”

“Jangan hawatir nak, ada Allah yang selalu melindungi kita semua,

sudah jangan bersedih lagi, nanti Ibu ikut sedih, Ibu akan selalu

mendoakanmu, hati-hati disana, jaga diri, jangan lupa Sholat”

Fatih menciumi tangan Ibunya dan memeluknya dengan erat, pelukan

hangat dengan penghormatan kasih sayang, lalu Ibunyapun membalasnya.

“Ibu jangan telat kasih kabar ke Fatih ya Bu,”

“Insya Allah nak, semoga Allah selalu melindungimu.” Ibupun

menciumi kening Fatih dengan lembut di iringi dengan do’a dan kasih

sayang, deraian air mata terus mengalir sebelum keberangkatan Fatih,

kemudian Ifah bertanya pada kakaknya. “Aa’ Fatih.. Aa’ nanti kapan pulang?”

Fatih tersenyum kecil, lalu menjawab. “Adik Aa’ kok nanya gituh sih,

belum juga berangkat.”

Ifah memeluk kakaknya dengan manja, Fatih mencubit pipi Ifah yang

menggemaskan itu lalu berpesan, “Ifah adik Aa’, jangan nakal yah!, jaga Ibu

di rumah, jangan habiskan waktu dengan hal-hal yang tidak manfaat!, Aa’

sayang sama Ifah.”

6

Page 7: kesandung cinta

“Nggeh A’, Ifah juga sayang sama Aa’, insya Allah Ifah akan jaga Ibu

baik-baik, Aa’ hati-hati di sana yah”

Kemudian setelah Sholat Subuh, Ibupun mengajak untuk sarapan

bersama diruang tengah, seperti hari-hari biasa, mereka sarapan sepiring

bertiga, itulah keluarga Fatih yang selalu di naungi kesederhanaan dan kasih

sayang.

Setelah sarapan, Fatih segera bersiap-siap dan memakai pakaian

yang telah di siapkan Ibunya, dan Ia terlihat begitu tampan dan wibawa

dengan kemeja berwarna krem di temani dengan kaca mata yang di belikan

almarhum Ayahnya, setelah semuanya siap, tiba-tiba datang seorang tamu

perempuan cantik, berbusana gaul namun syar’i, Ia adalah teman dekat Fatih

dari Jakarta, Ia teman kursus bahasa inggris sewaktu sekolah SMA. Dengan

suara lembut perempuan itu mengucapkan salam “Assalamu’alaikum..” Lalu

Fatih menjawab. “Wa’alaikumussalam..” Kemudian Fatih menoleh kearah

pintu depan, dan ternyata itu adalah teman perempuan yang dekat

dengannya sewaktu sekolah, dengan terkejut Fatih berkata “Humaira...”

“Iyah Fatih, ini aku temanmu, aku sempatkan datang kemari hanya

untuk memberikan ini untukmu,”

“Ini apa Humaira?

“Nanti di bukanya jangan disini, semoga bermanfaat yah sob”

7

Page 8: kesandung cinta

“Ok thankyou so much Humaira.”

Humaira tersenyum manis dan menundukkan kepalanya, lalu Fatihpun

membalasnya dengan senyuman, kemudian Humaira berpesan, “Titi di je

yah..!” Fatihpun menjawab. “Ok sob, makasih salam buat keluarga yah!”.

Walaupun berpakaian sangat gaul namun Humaira tetap Syar’i, dari itu

semua ikhwan mengaguminya, termasuk Fatih.

Pemberangkatan yang sangat mengharukan antara keluarga dan

sahabat, mereka mengantar Fatih sampai ke bandara, lalu Fatihpun mulai

menaiki Pesawat yang telah siap terbang, dan beberapa menit kemudian

terbanglah pesawat yang di tumpangi Fatih, dan Fatihpun melambai-

lambaikan tangannya kepada Ibu, adik, dan sahabatnya.

Di pesawat Fatih duduk di paling depan bersama seorang anak kecil,

dia sangat lucu dan pintar, kemudian dengan lugunya anak kecil itu menyapa

“Kakak mau kemana?” Fatih menjawab, “Kakak mau ke Mesir, ade’ mau

kemana?” tanyanya lagi.

“Azam mau pulang ke Mesir, Azam habis dari Surabaya, dari rumah

nenek, oh yah, nama kakak siapa?” Azam mengulurkan tangannya yang

mungil itu dan melemparkan senyum manjanya kepada Fatih, kemudian Fatih

pun menjabat tangannya dengan hangat.

“Nama kakak Fatih, nama ade’.. Azam yah, bagus sekali “

8

Page 9: kesandung cinta

“Nama kakak juga bagus, pasti orangtua kakak sangat bangga sama

kakak, karena kakak selalu takut sama Allah”

“Amiin... Ade’ Azam, ngomongnya kaya Ustadz ajah, pasti orangtua

ade’, sangat bangga punya anak seperi ade’..”

“Allahumma amiin.. Kakak, Azam punya kaset ngaji, ini Azam kasih

buat kakak, semoga berpahala buat kakak.” Lalu Fatih menerimanya dan

melihat ada foto anak imut di atas kaset itu. “Ini siapa imut sekali?” kemudian

Fatih membaca nama di kaset itu, “Nizam Mubarok” ini ade’, atau adik ade’?”

Kemudian Azam tersenyum kecil dan menjawab dengan lugunya

sambil menunjuk-nunjuk fotonya “ini Azam kak,” kemudian Fatih terkejut dan

berkata.

“Masa sih, emang ade’ Azam umur berapa sekarang?”

“Kata Umi Azam, umur Azam 5 tahun kak,”

”Subhaanallaah.. Kakak salut sama ade’ Azam, ade’ Azam hebat,”

kemudian Azam berkata, “Syukron kak, Allahlah yang maha hebat

dengan segala keEsaan-Nya, semoga kita bertemu lagi ya kak, nanti mampir

kerumah Azam, ini alamat Azam.”

9

Page 10: kesandung cinta

Lalu Fatih mengambil kartu alamat itu dari tangan Azam, dan

menyimpannya dengan baik dan berkata. “Insya Allah nanti kalo kakak

sempet mau mampir.”

Kemudian Azam tersenyum dan berkata, “Kakak, mulai sekarang,

sudah jadi keluarga Azam, pintu rumah Azam selalu terbuka buat kakak,

Azam akan menunggu kedatangan kakak,” Kemudian Fatihpun tersenyum,

dan setelah berbincang-bincang begitu lama, keduanya tertidur lelap di dalam

pesawat.

Waktu berlalu dan tak terasa waktu sudah sore, Azampun terbangun

dan membuka matanya dan secara spontan Azam lari ke belakang untuk

berwudhu, kemudian melaksanakan Sholat Ashar dan setelah itu, Azam

kembali ketempat duduknya lagi, lalu perlahan membangunkan Fatih, Azam

menepuk-nepuk tangan Fatih.

“Kak, kakak... Bangun udah Ashar,” Kemudian perlahan Fatih

membuka matanya. “Udah sampai yah de’?”

“Sebentar lagi kita sampai, kakak mau Sholat, apa mau makan dulu

bareng Azam? Alhamdu Lillaah.. Azam sudah Sholat kak...”

Lalu Fatih tersenyum kecil “Kakak mau Sholat, kenapa ade’ nggak

bangunin kakak? biar kita berjama’ah.”

10

Page 11: kesandung cinta

“Iya kak maaf lupa, Azam tadi langsung ngambil air wudhu”

“Kalo ade’ mau makan, duluan ajah! Oh iyah, ade’ pulang bareng

siapa?”

“Azam pulang bareng Pak Kyai Anwar dan Umi “

“Sekarang di mana Pak Kyai Anwar dan Umi ade’, kakak pengen

ketemu?”

“Ada di belakang paling ujung..“

“Oh yasudah, kakak kesana sambil mau wudhu”

“Nanti ajah kak, kalo sudah selesai Sholatnya yah, nanti Azam kenalin”

kemudian Fatih tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Ok” !!

Setelah Sholat, Fatih kembali ke tempat Azam duduk, dan Fatih sedikit

terkejut, ketika melihat ada dua orang berpakaian serba tertutup bersama

Azam, kemudian Azam memperkenalkan kedua orangtuanya kepada Fatih.

“Kakak, perkenalkan ini Abah dan Umi Azam”

“Oh iyah, assalamu’alaikum Pak Kyai dan Umi?” Fatih menangkupkan

kedua tangannya sebagai tanda penghormatan.

“Wa’alaikumussalam wr.wb, ini nak Fatih yah, yang di ceritakan Azam,

yang mau kuliah di Mesir?”

11

Page 12: kesandung cinta

“Iya Pak Kyai, mohon do’anya, semoga lancar” lalu Umipun

bertanya,“di Mesir nak Fatih punya saudara?”

“Tidak Umi, Fatih nanti mau tinggal di asrama Ustad Bukhori”

“Oh, Ustadz Bukhori al-Jauziah?”

“Iya Umi, kok Umi tahu,”

“Yah Alhamdu Lillaah, ana dan suami kenal baik dengan beliau, kami

saling silaturahmi satu sama lain, nanti titip salam buat beliau yah,”

“Insya Allah Umi, nanti Fatih sampaikan,”

Dan kemudian Kyai Anwar berkata “nak Fatih, lebih baik nak Fatih

mampir dulu kerumah Bapak, nanti Bapak antar ke rumah Ustadz Bukhori.

Bagaimana nak Fatih bersedia?”

“Fatih takut merepotkan Bapak”

“Atuh tidak apa-apa nak Fatih, jangan sungkan sama Bapak, anggap

saja Bapak ini Bapakmu juga,”

“Iya Pak Kyai matur suwun...”

Perjalanan yang sangat panjang telah di lalui, Fatih terlihat begitu

lelah, dan Alhamdu Lillaah akhirnya sampai juga di rumah Kyai Anwar. Fatih

terkagum-kagum dengan keindahan, dan suasana rumah Kyai Anwar, semua

12

Page 13: kesandung cinta

pengurus rumah datang berbondong-bondong menyambut kedatangan Pak

Kyai Anwar, semua barang-barang telah ludes di bawakan kedalam rumah,

Fatih di jamu bagaikan raja, suasananya hangat, seakan-akan Ia berada di

Bogor tempat tinggalnya bersama keluarga tercinta, dan di ruang tamu, Fatih

melihat sofa berwarna hijau yang terlihat begitu empuk, lalu Fatih di

persilahkan duduk oleh Kyai Anwar.

“Duduklah nak, nanti Bapak panggilkan Ratih”

“Ratih siapa yah Pak?”

“Ratih Anak murid Bapak.” Kemudian Pak Kyai memanggilnya.

“Ratih.... Tolong kemari sebentar nak!” kemudian dari dapur Ratih

cepat-cepat menghampiri Pak Kyai. “Nggeh Abah,”

“Abah minta tolong boleh?”

“Nggeh Bah, minta tolong apa?” (sambil menundukkan kepalanya),

“Ini ada kak Fatih dari Bogor, tolong buatkan air jahe hangat yah”

“Nggeh Bah siap, sabar sebentar yah kak, Ratih buatkan” dengan

tersenyum Fatih menjawab “iyah syukron.”

13

Page 14: kesandung cinta

Setelah minum jahe hangat Fatih di persilahkan untuk beristirahat.

“Nak, sebaiknya nak Fatih beristirahatlah di kamar, nanti Azam yang akan

mengantar, Bapak mau ke pesantren dulu.”

“Iya Pak, matur suwun.”

Sambil menarik tangan Fatih, Azam berkata, “ayo kak, sini ikut Azam,”

Kemudian Azam menunjukkan kamar untuk Fatih, “ini kamar kakak, semoga

kakak betah.” Kemudian Azam meninggalkan Fatih untuk beristirahat, dan

dengan cepat Fatih menarik tangan Azam.

“Ade’ tunggu sebentar, kakak mau tanya, Ayah Azam mau ke

pesantren mana?”

“Ooh itu kak, di depan, udah sekarang kakak istirahat dulu yah, nanti

ngobrolnya di lanjutkan, Azam tinggal yah kak, kakak nggak usah sungkan,

karena kakak sekarang, udah jadi kakaknya Azam.”

Fatih tersenyum dan mengelus kepala Azam, Ia terkagum-kagum

akan kebaikan Azam karena anak seusianya sudah cerdas dan

membanggakan. “Makasih yah de’, kakak sayang sama ade’ Azam.”

Kemudian Fatih mandi dan mengambil air wudhu untuk melaksanakan

Sholat Isya, setelah selesai Sholat, Fatih merebahkan tubuhnya di atas kasur

yang telah di siapkan, dan kemudian Fatih teringat akan bingkisan dari

14

Page 15: kesandung cinta

Humaira. Fatih lalu membukanya dengan penuh hati-hati, Fatih sedikit

penasaran dengan bingkisan yang berada di tangannya itu, dan ternyata

isinya sajadah berwarna hijau, warna kesukaannya, dan kemudian ada

sepucuk surat yang terselip di dalamnya, surat itu berisi,

“Fatih sahabatku, semoga kamu suka dengan pemberianku ini, aku

hanya bisa mendoakanmu dari jauh, semoga kamu sukses, dan semoga kita

masih bisa bertemu,”

Setelah membaca surat itu Fatih tersenyum kecil, dan mengucapkan

“Amiin semoga masih bisa bertemu.”

Fatih mulai memejamkan matanya dan tertidur dengan lelapnya,

karena perjalanan yang sangat melelahkan, malampun semakin larut

menjelang jam 03.00 Fatih terbangun dan membuka matanya, kemudian Ia

terdiam sejenak, karena samar-samar Ia mendengar alunan ayat suci Al-

Qur’an yang merdu meresap ke dalam qalbunya, dan tak terasa air mata

menetes di pipinya, sehingga kemudian Ia memberanikan diri untuk keluar

dan mencari sumber suara itu, dalam hati Ia memuji keagungan Allah,

“Subhanallah, suara ini menggetarkan qalbuku, siapa pemilik suara

ini? Ya Allah indah sekali ciptaanMU.”

Fatih berusaha keras untuk melihat siapa yang sedang bertadarus,

ternyata suaranya dari dalam pesantren itu, Ia tak berani menghampirinya

15

Page 16: kesandung cinta

karena itu pesantren akhwat, kemudian Ia berbalik dan masuk ke kamar

mandi, lalu mengambil air wudhu, dan kemudian bertahajud, setelah selesai,

Ia merapikan barang-barang yang akan di bawanya ke asrama Ustadz

Bukhori.

“Nak Fatih, coba keluar sebentar!! Kita sarapan bersama.”

“Nggeh Pak makasih, Fatih mau langsung berangkat ajah Pak”

“Loh, kok buru-buru, tenang ajah nak, Ustadzmu itu temen Bapak kok,

nggak usah takut”

“Punten Pak, Fatih bersama teman-teman mau menyiapkan peralatan

buat kuliah nanti Pak,”

“Yaudah ini makanannya di bawa, udah di bungkus nih sama Umi tadi,

jangan lupa dimakan yah, kalo nggak di makan, nanti magh”

“Nggeh Pak, matur suwun”

“Ayo Bapak antar, nggak ada yang ketinggalankan?”

“Nggak ada Pak, punten banget yah Pak, Fatih ngerepotin Bapak

terus”

“Hush, nggak boleh ngomong gituh, ini sudah kewajiban Bapak, nanti

sering main kesini yah, yang rajin belajarnya”

16

Page 17: kesandung cinta

“Nggeh Pak, insya Allah.”

Keluarga Pak Kyai Anwar sangat baik kepada Fatih, semua sangat

segan dan menyukai kejujuran Fatih, sepanjang perjalanan Fatih di berikan

petuah-petuah dari Kyai Anwar, Fatih hanya bisa manggut-manggut saja,

Fatih terkagum-kagum pada Kyai Anwar, walaupun baru kenal beliau sudah

seperti Ayahnya sendiri, ternyata pesantren yang berada di seberang

rumahnya itu adalah miliknya, bahkan Fatih sudah di persilahkan untuk

belajar mengajar di sana, tak lama kemudian mobilpun terhenti, karena

sudah sampai di asrama Ustadz Bukhori, kemudian Pak Kyai memberi

salam,

“Assalamu’alaikum wr.wb..” Lalu, seseorang dari balik pintu rumah

sederhana itu menjawab.

“Wa’alaikumussalaam wr.wb.. Subhanallah, kawanku seperjuangan,

silahkan masuk..” (sambil bersalaman kepada Kyai Anwar dan berpelukan,)

”Ini maksud saya datang kemari mau menitipkan anak saya Fatih dari

Bogor, semoga kelak menjadi anak penerus Bangsa”

“Oh, ini yang namanya nak Fatih, Bapak sudah menunggu dari

kemarin, Pak Kepala Sekolahmu nelfon Bapak, katanya sudah sampai apa

belum? karena nak Fatih tidak mau merepotkan orang untuk mengantar

kesini, jadi mereka semua hawatir, selamat datang yah nak, semoga betah di

17

Page 18: kesandung cinta

sini, orang menuntut ilmu banyak godaannya, jadi tetaplah pada niat awal

yah nak!”

Fatih menjawab “iyah Pak, insya Allah, Fatih mohon maaf Pak, sudah

membuat hawatir semuanya”

“Iya Bapak percaya nak Fatih ini anak yang pemberani, dan tangguh.”

Fatih hanya tersenyum kecil dan menundukkan kepalanya, dan tak

lama Kemudian Kyai Anwar berpamitan, karena beliau sangat sibuk dengan

tugasnya menjadi Kyai besar, kemudian Fatih bersalaman mencium tangan

Kyai Anwar yang sudah Ia anggap seperti orangtuanya itu, kemudian Fatih

berkata dengan lembut.

“Syukron katsiron yah Pak, sudah mengantar Fatih”

“Coba nak Fatih biasakan panggil Bapak dengan sebutan Abah” pinta

Kyai, dan kemudian dengan cepat Fatih mulai membiasakan memanggil

dengan sebutan Abah.

“Abah hati-hati di jalan, semoga Allah selalu melindungi Abah”, dengan

senyum sumringah Kyai Anwar menjawab.

“Amiin.., Yasudah Abah tinggal yah, nanti sering-sering kesana.” Fatih

hanya mengangguk dan tersenyum. “Insya Allah Abah...”

18

Page 19: kesandung cinta

Setelah Kyai Anwar pergi, kemudian Ustadz Bukhori mempersilahkan

Fatih bergabung dengan teman-teman sebayanya di asrama, dan mereka

saling memperkenalkan diri, Fatih terlihat wibawa dari teman yang lainnya, Ia

menuruni sifat Ayahnya, semua segan kepadanya, bahkan anak-anak akhwat

banyak yang simpati kepadanya, namun Ia tak mengetahui hal itu, yang Ia

tahu hanyalah persaudaraan.

Malampun tiba, Fatih dan teman-temannya pergi mencari barang-

barang untuk kuliah, dan di tengah perjalanan Fatih melihat rombongan

akhwat yang mau berangkat mengaji kitab, dan mereka hanya tersenyum

kemudian Fatihpun membalasnya, Fatih berjalan di paling depan dan

kemudian dari arah belakang salah satu temannya memanggil.

“Azka, tunggu...!! kita mau kemana, aku punya langganan toko, di situ

banyak buku-buku dan barang-barang lainnya”

“Kenapa kamu baru bilang, kita udah jalan jauh Firman”

“Iya maaf, aku baru ingat, kakak ku dulu pernah berbelanja di pusat

toko dekat sini, semua barangnya lengkap”

“Terus kamu masih ingat, tempatnya dimana?”

“Iya masih lah, ayo ikut aku!”

19

Page 20: kesandung cinta

Teman-temannya memanggil dengan sebutan Azka, karena nama

lengkapnya “Azka Fatih Al-Azhari.” Setelah jalan cukup jauh mengelilingi

toko-toko Mesir akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, lalu mereka cepat-

cepat membeli barang-barang yang telah di rinci sebelumnya, yaitu membeli

kamus-kamus Tafsir al-Qur’an, dan barang lainnya, setelah membeli

kemudian mereka pulang untuk beristirahat dan tidur untuk persiapan hari

esok.

Hari ini adalah hari pertama Fatih menginjakkan kaki di perguruan

tinggi, gedung-gedungnya menjulang tinggi semua percakapan

menggunakan bahasa arab, Fatih terkagum-kagum dengan kehidupan yang

akan di jalaninya, dalam hati Ia berkata.

“Ya Roobi, akankah hamba sanggup untuk berbicara seperti mereka,

sedangkan hamba hanya lulusan SMA, hamba pasrahkan semuanya

kepada-MU Tuhan, Bismillaahir Rahmaanir Rahiim.”

Masa Orientasi penerimaan Siswa akan segera di mulai, calon

mahasiswa di minta untuk menyetor hafalan salah satu surat Al-Qur’an, dari

mulai juz 1-30, lalu menafsirkannya, dan para peserta di perkenankan untuk

memilih juz berapa yang mereka sanggup untuk menafsirkannya.

Kemudian beberapa dari temannya sudah di panggil, dan tibalah

giliran Fatih, panitianyapun terdiri dari dosen-dosen Fakultas Ushuluddin, dan

20

Page 21: kesandung cinta

tak lama kemudian di panggillah Ia, “Azka Fatih Al-Azhari.” Dengan

senyuman dan Bismillaah Ia maju ke depan mimbar, Fatih dengan fasihnya

menghafal salah satu surat dari Al-Qur’an, kemudian menafsirkannya.

JUZ 6

An-Nisa, ayat 148-149

, �د�و�ا �ب ت ن� ا �م�ا ي ع�ل �ع�ا مي س� �ه� لل ا ن� � و�كا م� ظ�ل م�ن� � ال ا �قو�ل ل ا و�ءمن� الس! ا ب لج�ه�ر� ا !ه� لل ا �حب! �ي ال

ا �ر� ع�ف�و+اق�دي ن� �ا ك �ه� لل ا ن- و�ء/ف�ا س� �ع�غ�و�ع�ن� �و�ت ا �خ�ف�و�ه� ت �و� ا ا �ر� ي خ�

“Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang di ucapkan) dengan terus

terang kecuali oleh orang yang di aniaya. Allah Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui. Jika kalian melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan

atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah

Maha Pemaaf lagi Maha kuasa.”

Ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan

makna ayat ini, bahwa Allah tidak menyukai bila seseorang mendo’akan

kecelakaan terhadap orang lain, kecuali jika Ia di aniaya olehnya. Maka saat

itu Allah memberikan rukhsah kepadanya untuk mendoakan kecelakaan

terhadap orang yang berbuat aniaya terhadapnya. Hal ini disebutkan melalui

FirmanNya:

م� ظل م�ن� � ال� ا

“Kecuali oleh orang yang di aniaya.” (An-Nisa:148)

21

Page 22: kesandung cinta

Akan tetapi, jika si teraniaya bersikap sabar dan tidak mendo’akan

kecelakaan terhadap orang yang berbuat aniaya kepadanya, maka hal ini

lebih baik baginya. (Juz 6 - An-Nisa)

Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah

Ibnu Mu'az, telah menceritakan kepada kami Ayahku, telah menceritakan

kepada kami Sufyan, dari Habib, dari Ata, dari Siti Aisyah yang menceritakan

bahwa pernah ada yang mencuri barang miliknya, lalu Ia mendo’akan

kecelakaan terhadap pelakunya. Maka Nabi Saw bersabda:

�ه� ع�ن �خى ب �س� �ت ال�

“Janganlah kamu mendo’akan kecelakaan terhadapnya.”

Al-Hasan Al-Basri mengatakan, "janganlah seseorang mendo’akan

kecelakaan terhadap orang yang berbuat aniaya, tetapi hendaklah Ia

mengucapkan dalam do’anya seperti ini: “Ya Allah, tolonglah daku

terhadapnya dan kembalikanlah hak milikku darinya." 1

Semua mata terpana akan kecerdasannya, dalam menafsirkan ayat

suci Al-Qur’an, dan setelah selesai, Fatih kembali ke tempat duduknya

semula, Ia merasa lega karena sudah maju kedepan, Ia sangat bersyukur

atas didikan almarhum Ayahnya. Almarhum Ayahnya mengajarkan

ketegasan pada dirinya, yang setiap harinya harus menyetor hafalan-hafalan

ayat suci Al-Qur’an beserta artinya, dan jika tidak menghafalnya maka Ia

terkena hukuman menimba air untuk mengisi kolam-kolam di rumahnya.

1 Tafsir Ibnu Kasir Juz 6

22

Page 23: kesandung cinta

Masa-masa orientasi penerimaan siswa berlalu selama dua minggu,

kini mulai menginjak kepelajaran baru, Ia sangat bersemangat untuk

berangkat kuliah, menuntut ilmu, berjuang mengejar cita-cita, dan

mewujudkan keinginan Ayahnya menjadi seorang ahli Tafsir Al-Qur’an.

Di asrama Fatih menciptakan jadwal sendiri, kapan Ia belajar, kapan Ia

menghafal, dan kapan Ia mengajar, semua sudah tertata rapi, kini tinggal

menjalankannya, di asrama Fatih membagi ilmunya bersama teman-

temannya, saling memberitahu mana yang sudah dan mana yang belum

mengerti, dan tak terasa malam mulai larut, Firman mengajak Fatih bertemu

dengan seorang akhwat.

“Azka, ana boleh minta tolong nggak?”

“Minta tolong apa Firman?”

“Ana mau ketemuan sama Firda malam ini, ana pengen antum

nemenin ana, gimana antum bersedia?”

“Firman, ini sudah jam 11.00 malam, apa nggak bisa ketemuannya

besok ajah?, maaf ana sudah ngantuk.”

“Azka, kalau antum tidak mau mengantar, ana akan pergi sendiri, ana

hanya ingin mengambil surat titipan dari Ibu ana.”

23

Page 24: kesandung cinta

“Hmm yasudah, ana ikut di belakang yah.” Akhirnya Fatih mau juga

mengantar teman sekamarnya itu, dan Kemudian mereka keluar dari

kamarnya, dan mengunjungi pesantren akhwat, di sana ada Pak Hasan

seorang petugas keamanan.

“Assalamu’alaikum... Pak?” dengan kagetnya Pak Hasan menjawab

“Wa’alaikumussalamm, ada perlu apa kalian kemari?”

“Ini Pak mau ketemu sama Firda, mau ngambil surat dari Ibu ana Pak,

takut penting.”

“Firda itu siapa? Saudara antum, atau pacar antum?”

“Ih si Bapak, kepo’ banget sih, Firda itu tetangga kampung ana Pak,

cuma temen kok Pak, tolong panggilin yah Pak, kami tunggu di sini”

“Yasudah kalian tunggu di sini, nanti ana panggilkan, cuma ngambil

surat dowang kan, nggak boleh ngobrol yah!”

Kemudin Firman dan Fatih menganggukkan kepala, lalu Pak Hasan

masuk kepesantren akhwat, dan memanggil Firda di lantai 10, dan tak lama

Pak Hasan kembali lagi membawa surat untuk di berikan kepada Firman.

“Ini suratnya, maaf kata nak Firda, nggak bisa ngasih langsung,

katanya nguantuk,”

24

Page 25: kesandung cinta

“Oh gituh yah Pak, yasudah Pak, tolong sampaikan salam saya buat

Firda, syukron katsiran”

Kemudian mereka kembali ke pesantren ikhwan, dengan senangnya

Firman cepat-cepat berlari meninggalkan Fatih dan masuk ke kamar,

sedangkan Fatih masih di depan menutup pintu gerbang, kemudIan Fatih

menemukan kitab-kitab pengajian di atas meja depan kamarnya, dalam hati

Ia bertanya-tanya. “Kitab siapa ini? siapa yang bawa kemari?”

Fatih langsung masuk, dan beristirahat tanpa memperdulikan apa

yang di lihatnya tadi, dan Firman masih belum tidur karena sedang asyiknya

membaca surat dari sang Ibu yang sangat menyayanginya itu, Firman asli

dari Jawa Tengah, Ia sangat peduli dengan seorang Ibu, sampai-sampai Ia

sering membantu istri Ustadz Bukhori memasak, bersama teman-teman yang

lainnya.

Semester demi semester telah berlalu, seperti biasa, Fatih tak pernah

ketinggalan dalam menghadap-Nya di tengah malam, dan setelah itu Fatih

menyiapkan mata pelajaran yang akan di bawanya untuk hari esok, dan hari

seterusnya Fatih semakin mahir dalam menafsirkan ayat-ayat suci Al-Qur’an,

sehingga banyak dosen yang mengagumi kecerdasan Fatih, termasuk kaum

akhwat.

25

Page 26: kesandung cinta

Beberapa tahun telah berlalu, kini Ia di tawarkan lagi untuk mengajar di

pondokkan Kyai Anwar, akhirnya Ia mengambil tawaran itu, karena ingin

mengembangkan ilmunya sembari belajar. Setiap ba’da Maghrib, Fatih

berangkat mengunjungi pondokan Kyai Anwar untuk mengajar, Fatih begitu

tekun dan rajin, sehingga Fatih sangat kelelahan.

Hari mulai petang, Fatih merebahkan tubuhnya di atas tikar, Fatih

teringat akan kerinduannya kepada sang Ibu, karena sudah 3 tahun lamanya

tidak bertemu, Fatih memendam rindu yang sangat mendalam, dan Fatih

langsung menghubungi Ibunya via Hp hingga berulang kali, Fatih terus

menghubungi keluarganya yang berada nan jauh di sana, namun tak ada

juga yang menjawabnya, dan tak lama kemudian akhirnya ada yang

menjawab juga, dengan perasaan bahagia Ia mengucapkan salam.

“Assalamu’alaikuumm wr.wb...”

“Wa’alaikumsalam wr.wb... Maaf ini dengan siapa? malam-malam

begini nelfon”

“Maaf malam-malam mengganggu, ini Fatih, ini nomor Ibuku, Ibu

Faridakan?”

“Iya benar, tapi Ibu Faridanya lagi sakit, sudah dua bulan di rawat,”

26

Page 27: kesandung cinta

Tanpa terasa air mata langsung berjatuhan di pipi Fatih, tanpa

berkata-kata Fatih menangis sesenggukkan sejadi jadinya, Fatih teringat

akan semua pengorbanan yang telah Ibunya lakukan untuknya, sampai-

sampai Ia tidak tahu kalau sekarang Ibunya sudah lama di rumah sakit,

kemudian seseorang yang di telfon memanggilnya.

“Hallo... Hallo... Maaf, apakah Mas ini ada hubungan kerabat dengan

Ibu Farida?”

Dengan lirih Fatih menjawab. “Saya anak Ibu Farida, ini dengan siapa?

adik saya dimana?”

“Saya dokter di rumah sakit “Assobar” di Bandung, Ibu Farida sakit

“Kanker Rahim,” dia mesti di operasi, dari pertama, saya bingung harus minta

persetujuan dari siapa? Apakah Mas ini, bisa bertemu dengan saya

sekarang?”

“Saya nggak bisa sekarang dok, saya belum siap-siap, saya lagi di

Mesir, insya Allah besok saya persiapkan secepatnya”

“Apakah nama Mas “Azka Fatih Al-Azhari?”

“Iyah,”

27

Page 28: kesandung cinta

“Kalau begitu tolong secepatnya pulanglah! dan jenguk Ibu anda,

karena setiap beliau terbangun dari tidurnya, beliau selalu menyebut-nyebut

nama anda”

“Dokter bolehkah saya bicara dengan Ibuku?”

“Maaf, malam ini Ibu Farida sedang tidur nyenyak, jadi saya sarankan

untuk tidak mengganggunya dulu!, karena Ibu Farida susah tidur”

“Kalau begitu adik saya dimana dok?”

“Begitupun dengan adik anda, dia sedang istirahat karena kelelahan

menjaga Ibunya seharian”

“Baik dok trimakasih, tolong jaga Ibuku dengan baik, saya akan segera

pulang, wassalamu’alaikum”

“Insya Allah, wa’alaikumsalammm...”

Malam itu malam kesedihan Fatih, Fatih terus menangisi Ibunya dan

selalu mendoakannya, dalam sujudnya Fatih memohon:

“Ya Allah ya Roobi... Jagalah Ibuku sepeninggalanku menuntut ilmu,

jagalah adikku dimanapun Ia berada, hamba mohon ya Roob, beri hamba

kesempatan untuk membahagiakannya, tiada yang bisa hamba lakukan

selain memohon kepada-MU, istajib do’a ana ya Allah amiin..”

28

Page 29: kesandung cinta

Keesokan harinya Fatih merapikan barang-barangnya dan membawa

sedikit oleh-oleh untuk Ibu dan adiknya, Fatih ingin secepatnya segera

berada disamping Ibunya, Fatih terus berusaha keras untuk bisa berangkat

hari itu juga, dan ketika memesan tiket, ternyata keberangkatan menuju

Indonesia terjadwal hari jum’at, sedangkan hari ini baru hari senin,

kekecewaan yang memuncak, karena tidak bisa berangkat hari ini, akhirnya

Fatih kembali ke asrama, dan menyendiri meresapi kerinduannya kepada

sang bidadari yang telah bertaruh nyawa untuk melahirkannya, dan di tengah

kegalauannya tiba-tiba terdengar suara dering Handpoundnya. ”Allahumma

Shalli Wasallim ‘Alaa Sayyidinaa Muhammadin....”

Dengan cepat Ia mengangkatnya. “Assalamu’alaikum..”

Dengan lirih adiknya menjawab. “Wa’alaikumsalam A’.. Ini Aa’

Fatihkan?”

“Iyah ini Aa, Ifah baik-baik saja kan..?”

“Alhamdu Lillaah.. Ifah baik A’, Aa’ kok di telfon nggak nyambung-

nyanbung sih A’, Ibu sama Ifah kangen sama Aa’... Kapan Aa’ pulang?”

“Aa’ juga kangen sama Ibu dan Ifah, tadinya mau pulang hari ini, insya

Allah nanti Aa’ usahain lagi, boleh Aa’ bicara sama Ibu Fah?”

“Sangat boleh A’, ini Ifah kasih ke Ibu.”

29

Page 30: kesandung cinta

“Haloo... Assalamu’alaikum, Fatih anak Ibu”

Dengan nada sedih Fatih menjawab. “Wa’alaikumsalam Bu.. Fatih

rindu Bu, maafin Fatih yah Bu, Fatih nggak bisa jagain Ibu, Fatih nggak bisa

pulang hari ini Bu, pesawatnya terjadwal hari Jum’at,”

“Ibu sudah mendengar suaramu saja, sudah tenang nak, dan tiba-tiba

suaranya terputus dan “Hallo.. Ibu... Bu... Bu... ” suara Ibunya terputus

“Tuuuut tuut...” Dan kemudian Fatih termenung, lalu di kagetkan oleh Firman.

“Dor.. Azka... Antum ini lagi kenapa? Semua dosen nanyain antum,

ana sebagai teman bingung jawab apa?”

“Maafin ana yah sob, Ibuku sedang di rawat di rumah sakit, sudah 2

bulan, ana pengen pulang.”

“Sabar yah, nanti ana akan bantu mempersiapkan semuanya, tapi ana

boleh ikut nggak, jenguk Ibu antum?”

“Iyah tentu boleh.”

“Ok deh kalau begitu.”

Kemudian Firman berusaha keras untuk membantu keberangkatan

sahabatnya ke Bogor, dan akhirnya Firman, mendapatkan tiket yang

pemberangkatannya hari Rabu, dan ketika Fatih selesai mengajar, di

pesantrennya Kyai Anwar, tiba-tiba Nizam berlari menghampirinya,

30

Page 31: kesandung cinta

“Assalamu’alaikum kak Fatih”

“Wa’alaikumsalam, eh ade’, gimana kabarnya de’?”

“Alhamdu Lillaah khoir, Nizam mau tanya kak, kitab-kitab yang di

depan kamar kakak, udah di terima belum?”

“Kitab apa de’? Emang itu dari siapa?”

“Itu dari Abah, tapi yang beli kak Aisy, karena ka Aisy baru pulang dari

Irak, terus Abah minta di beli’in kitab-kitab Tafsir.”

“Ooh gituh, jadi yang nganterin ke asrama, siapa?

“Yah, Nizam sama kak Aisy yang nganterin, itu semua buat kakak”

“Emang kak Aisy, siapanya Nizam?”

Sebelum Nizam menjawab, tiba-tiba Handpound Fatih berdering,

dengan nada islami yang menyentuh hati, kemudian Fatih menjawabnya.

“Assalamu’alaikumm...”

“Wa’alaikumsalam... Azka, maaf ganggu, ana sudah dapet tiket buat

pulang, tapi hari Rabu besok, gimana antum nggak papakan?”

“Bener hari Rabu, bukan hari Jum’at?”

“Iya bener, yasudah ana tunggu di Asrama, ana sambil siap-siap juga.”

31

Page 32: kesandung cinta

“Oh yasudah, sebelumnya makasih yah Sob, antum memang Sahabat

yang baik”

“Yah sama-sama, biasa ajah keles hehe..”

“Ok ana akan segera pulang, wassalamu’alaikum..”

Fatih langsung pamit kepada Nizam, dan mengendarai mobilnya, yang

di peroleh dari kerja kerasnya, dan di tengah perjalanan, Fatih berhenti di

Masjid, untuk melaksanakan Sholat Ashar. Setelah Sholat, Fatih langsung

memakai sandal yang berada di depan teras Masjid, dan dengan cepat, dua

anak mengejarnya lalu berkata.

“Maaf Kak, sandal yang Kakak pakai ini milik Ustadzah kami.”

Kemudian Fatih langsung melihat sandal yang di pakainya, dan

ternyata tertera nama “Fatma”,

“Oh iyah maaf, ana nggak liat, tapi sandal ana dimana yah?”,

kemudian Fatih melihat seorang akhwat keluar dengan memakai sandal

miliknya.

“Maaf .. Ukh... Apa benar itu sandal milikmu?”

Gadis itu menunduk, dan melihat sandal yang di pakainya, “Maaf

bukan, ini milik siapa yah?”

32

Page 33: kesandung cinta

Anak-anak kemudian tersenyum, “Kak Ustadzah, sandalnya ketuker

sama Kakak ini”

“Oh iyah, kok bisa?”

Fatih tersenyum dan mengembalikan sandalnya, “nama ukhti Fatma

yah,? suka sandal ikhwan juga?”

Gadis itu tersenyum manis, menggetarkan hati Fatih. “Ana memang

suka sejak kecil.”

“Oh gituh, perkenalkan nama saya Fatih.”

“Oh iyah, salam kenal..”

“Maaf Ukh, ana sedang terburu-buru, permisi.” kemudian Fatma

menundukkan kepalanya tanda mempersilahkan, dan Fatihpun berlalu.

Sesampainya di asrama, Fatih langsung menemui Firman, dan melihat

tiket pemberangkatan, ternyata benar tiket pemberangkatannya hari Rabu,

dan Fatih tak hentinya mengucapkan puji syukyur kepada Allah, dan

berterimakasih kepada Firman.

Keesokan harinya, Fatih berpamitan kepada Kyai, untuk izin pulang

menemui sang Ibu, dan ketika Fatih keluar dari rumah Kyai Anwar, Fatih

melihat sendal milik Fatma, dan Fatih bertanya-tanya dalam hati.

33

Page 34: kesandung cinta

“Ini pemiliknya dimana yah? ngapain ada disini?” kemudian Fatih

pergi meninggalkan rumah Kyai Anwar.

Dan akhirnya, hari yang di tunggupun telah tiba, Fatih bersama Firman

berangkat menuju Bandara, kemudin Fatih memberi kabar kepada adiknya,

bahwa Ia sedang berada dalam perjalanan menuju Indonesia, dan Fatih ingin

Ifah merahasiakan hal itu, karena Ia ingin memberi surprice buat Ibunya.

Dua hari telah berlalu, tibalah Fatih dan Firman di Indonesia dan ketika

pesawat akan mendarat, tiba-tiba awak pesawat itu hilang keseimbangan dan

menabrak pohon-pohon besar di tengah-tengah hutan dan,

“Sssssuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuwtt..... Gubbraaaagggggggggg !!!”

Pesawat itu hancur dan berasap, sebagian penumpang banyak yang

luka-luka, dan sebagian lagi tewas di tempat, warga menemukan Fatih yang

penuh luka-luka, sedang tergeletak di sungai, kemudian membawanya ke

rumah warga. Setelah pinsan begitu lama, tangan Fatih bergerak-gerak dan

membuka matanya.

“Bu.... Ibu... Sakit Bu... tolong Fatih...”

Kemudian warga yang menolongnya berkata “Nak, sudah sadar?” dan

dengan spontan Fatih berusaha untuk bangun dan ternyata Ia tidak bisa,

Fatih lemas dan kembali terlentang di atas kasur.

34

Page 35: kesandung cinta

“Sudah Nak, istirahatlah dulu, nanti Bapak obati”

“Trimakasih Pak, teman saya dimana Pak?”

“Bapak tidak tahu Nak, Bapak hanya menemukan kamu, waktu itu

Bapak sedang mencangkul di ladang, dan melihat pesawat jatuh”

“Ya Allah Firman, antum dimana?”

Setelah peristiwa tersebut, Fatih terus memikirkan keadaan Firman,

dan Ibunya. Dan dari beberapa sumber berita seperti Radio, Televisi, Koran-

koran, dan Media lainnya, yang menyebarkan peristiwa tersebut. Sampai

terdengar ke telinga Ifah adiknya, ketika itu Ifah sedang menyaksikan berita-

berita di TV rumah sakit, sembari menemani Ibunya, bahwa telah terjadi

kecelakaan pesawat ketika mendarat ke Indonesia jatuh ke hutan, dan

kemudian di sebutkan urutan nama-nama korban yang meninggal dunia,

termasuk nama kakaknya “Azka Fatih Al-Azhari” dari Bogor, kemudian Ifah

histeris menjerit dan tak sadarkan diri,

“Nak, itu bukan Aa’ mu, kan?” Ifah... Ifah bangun, dokter... Tolong

dok,,”

Dokter langsung menangani Ifah yang tergeletak di lantai, kemudian

Ifah di angkat dan di baringkan di tempat tidur Ibunya sebelah kanan, dan

beberapa menit kemudian Ifah terbangun dan membuka matanya dan

35

Page 36: kesandung cinta

teringat akan berita tadi, kemudian Ia menangis dan memanggil-manggil

kakaknya. “Aa’........ Aa’ Fatih.. Hmmm... benarkah itu Aa’?, Ifah kangen sama

Aa’, Aa’ jangan tinggalin Ifah!”

Kemudian Ibunya menyangkal “Husshh... Ifah... Jangan bilang gituh,

Aa’ kan udah bilang, berangkatnya hari Jum’at, berita itu salah Ifah, semoga

Aa’ mu baik-baik saja ya”,

Dan tiba-tiba, terdengar deringan suara Hp Ifah yang begitu keras, lalu

Ifah melihat nomor yang tak di kenal, dan Ifah langsung mengangkatnya.

“Selamat siang, ini dengan saudari Nurhanifah Bogor”

“Siang, iyah benar ini dengan siapa?”

“Kami dari kepolisian, menemukan barang-barang korban kecelakaan

pesawat yang terjatuh tadi pagi, di sini yang saya telusuri, adalah nomor

keluarga korban, dan saya menemukan identitas korban dengan nama “Azka

Fatih Al-Azhari” apa benar anda saudari korban?”

Kemudian Ifah histeris lagi, “Astaghfirullaahal ‘adziim... Aa’, hmmmm

hmmmm.., terus Pak, Aa’ saya selamatkan Pak?”

“Maaf, kami belum menemukan mayatnya, tapi semua identitas

membuktikan bahwa saudara yang tertera di sini, telah meninggal dunia”

Kemudian Ifah menjatuhkan Hpnya, dan histeris sejadi-jadinya.

36

Page 37: kesandung cinta

“Aa’.............. Aa’ Fatiiiiihhh.... Hmmm hmmm hmmm.... Bu itu benar

Aa’ Fatih, Aa’ mau kasih surprice buat Ibu, Aa’ mau pulang hari ini Bu”,

Sang Ibu lemah tak berdaya, seakan-akan tak bisa bernafas lagi, lalu

histeris sejadi-jadinya, dan yang di ucapkan hanyalah do’a.

“Ya Allah... Selamatkan anakku-selamatkan anakku, ambilah nyawaku

sebagai gantinya ya Allah...” Lalu sang Ibu tak sadarkan diri, dan Ifah

berusaha menyadarkannya.

“Bu ... Ibu... Bangun Bu, Ibu jangan tinggalin Ifah, Ifah nggak punya

siapa-siapa lagi Bu....”

Ifah secepatnya memanggil dokter untuk memeriksa Ibunya dan

kemudian Ifah menunggu di depan ruangan Ibunya, Ifah sangat sedih dengan

peristiwa tersebut, sambil terisak-isak Ifah berdo’a.

“Ya Allah... Selamatkan Ibuku, Ifah nggak punya siapa-siapa lagi, Ifah

hanya bisa memohon padaMU ya Allah, hamba pasrahkan semuanya

kepada-MU..”

Linangan air mata terus mengalir di pipi Ifah, memohon keajaiban

datang untuk sang Ibu, dan beberapa menit kemudian dokter keluar setelah

memeriksa Ibunya, raut muka dokter terlihat begitu lemah.

“Dokter... Gimana Ibu saya dok..?”

37

Page 38: kesandung cinta

Dokter hanya membisu dan terdiam, seakan-akan dokter tak berani

mengatakan apa yang telah terjadi, dan Ifah terus merengek memaksa dokter

untuk bicara, dan akhirnya dokter berkata, “Ibu Farida detak jantungnya tidak

ada, maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin”

Lalu Ifah berlari masuk kedalam kamar dan melihat Ibunya sedang

terbujur kaku, lalu Ifah menjerit sekencang-kencangnya memanggil-manggil

Ibunya. “Ibu.................... Ibu.......... Ibu..................”

Sambil memeluk Ibunya Ifah berkata “jangan tinggalin Ifah Bu, Ifah

sayang sama Ibu, Ifah nggak mau sendirian tanpa Ibu, Ifah mau ikut sama

Ibu,” lalu Ifah tak sadarkan diri lagi.

Dan di tengah hutan Fatih berusaha keras mencari sahabatnya

Firman, walau dalam keadaan lemah lunglai, Ia tetap mencarinya berharap

Firman masih bisa selamat. Fatih di temani dengan Bapak yang

menolongnya tadi, dan Ia terus berteriak memanggil-manggil sahabatnya.

“Firman........... Firman....... Antum dimana...?, tolong jawab Firman,

antum dimana..???”

Dengan tergopoh-gopoh Fatih melihat ada yang bergerak-gerak di

rerumputan kemudian melihat kaki dengan memakai sepatu, dan samar-

samar terdengar Firman meminta tolong.

38

Page 39: kesandung cinta

“Tolooong.........!!! Azkaaa.. ana di sini”

“Firman apakah itu antum?”

Lalu Fatih langsung mendekatinya dan benar itu memang sahabatnya,

“Alhamdu Lillaah Firman, ana sangat menghawatirkanmu, bertahan yah sob,

ayo Pak tolong bantu saya membawanya kerumah sakit”

“Ana sudah tidak kuat lagi sob”

“Firman jangan tinggalin ana, tetaplah bertahan”

Kemudian Firman tak sadarkan diri, lalu dibawa kerumah sakit, Fatih

terus menemaninya di dalam kamar rumah sakit, dan setelah di tangani

dokter ternyata Firman tidak bisa tertolong, dan menghembuskan nafasnya

yang terakhir,..

“Laa Ilaa ha Illallaah Muhammadarrasuulullaah.”

Fatih terkejut, dan secara langsung memanggil-manggil sahabatnya itu

dengan histeris,

“Maaan ....Firmaaan... bangun Maan... Antum masih dengar ana kan

Man, Firmaann...” Fatih terus dan terus membangunkan sahabatnya itu, dan

kemudian dokter berkata.

“Anda harus ikhlas, teman anda sudah kembali kepada-Nya.”

39

Page 40: kesandung cinta

“Apa dok? Firman meninggal, Innaa Lillaahi Wainnaa Ilaihi Rooji’uun,”

Fatih menutupkan mata, dan selimut kewajah sahabatnya, dan

menangisi kepergiannya.

Begitu cepat Tuhan mengambil nyawa sahabatnya, tanpa di duga

semua ini terjadi begitu saja, Fatih masih belum percaya temannya sudah

tiada, begitu lemah tak berdaya menyaksikan sahabatnya meninggal di

depan matanya, begitu sedih Fatih mengingat kebaikannya, dalam hati Ia

berdo’a, “semoga Allah menerima amalmu, dan menyambutmu di Syurga-

Nya, sobat.”

Kemudian Fatih teringat bahwa Ibunya juga dirawat dirumah sakit ini,

rumah sakit Assobar, dan Ia langsung menghubungi resepsionis rumah sakit

untuk menanyakan sang Ibundanya, dengan nada terbata-bata, Fatih

berkata.

“Maaf Mba, I..Ibuku di rawat dikamar nomor berapa?”

“Sebentar yah Mas, saya lihat dulu, namanya siapa”? Kemudian Fatih

menyebutkan nama Ibunya “Ibu Farida dari Bogor”

Beberapa menit kemudian. “Maaf Mas, Ibu Farida sudah di bawa

pulang ke Bogor”, Fatih terkejut dan merasa senang, karena sang Ibu sudah

pulang, “Oh iyah, syukron yah Mba.”

40

Page 41: kesandung cinta

Setelah mendengar penjelasan dari Mba resepsionis tadi, Fatih tidak

mau membuang waktu lagi, Fatih langsung mengganti bajunya dan

berangkat menuju Bogor, dalam hati Ia berkata ”Bu, Fatih anak Ibu pulang...”

Betapa rindunya Fatih kepada sang Ibu, tak henti-hentinya Ia berdo’a

untuk Ibunya, Ia langsung menaiki bus, dan Ia sesekali melihat jendela,

menikmati pemandangan kota Bogor, begitu sejuk terasa, mengingatkan

masa-masa sekolahnya dulu bersama teman-teman sebayanya.

Sesampainya di depan gang rumahnya Ia melihat bendera kuning

berkibar, terlintas pertanyaan dalam hati, “siapa yang meninggal?” dan

kemudian Ia turun dari kendaraan umum yang di tumpanginya, Ia terus

berjalan melewati beberapa rumah tetanggaya, dan di tengah perjalanan, Ia

terlihat begitu bahagia, di tambah dengan senyumannya yang merekah,

karena Fatih akan bertemu dengan sang Ibu tercinta yang selalu

mengasihinya. Semua orang yang menyapanya terlihat sedih, namun Fatih

tetap tersenyum karena tidak tahu apa yang sedang terjadi, sesekali Ia

mendengar warga menyapanya sambil menepuk-nepuk pundaknya.

”Alhamdu Lillaah nak Fatih masih hidup, sabar yah nak sabar, kita

semua yakin kalau nak Fatih orangnya kuat”. kemudian Fatih bertanya-tanya

dalam hati. ”Maksudnya apa warga berbicara seperi itu?”

41

Page 42: kesandung cinta

Kemudian semakin cepat Fatih melangkahkan kakinya, karena sudah

tidak sabar lagi, apa yang sebenarnya terjadi, dan ketika sampai di depan

rumahnya Fatih melihat banyak orang yang berkunjung kerumahnya, suara

mengaji warga terdengar begitu jelas di telinganya, dan seketika langkahnya

terhenti, dan seluruh tubuhnya lemas tak berdaya, matanya berkaca-kaca,

dan tak sanggup lagi rasanya untuk melangkah, dan Ia mencoba

menggerakkan kakinya untuk melangkah dan melihat kedalam rumahnya.

Dengan tertatih-tatih, akhirnya Fatih sampai di depan pintu rumahnya, lalu

mendengar rintihan sang adik tercinta, “Bu.. Ibu bangun, Ifah nggak mau

sendirian.....”

Kemudian Fatih terjatuh dan tak kuat lagi untuk bangun, Ia merasa

sedang dalam mimpi buruk, Fatih masih belum percaya, kalau Ia telah

sampai di rumahnya, Fatih sangat tekejut, seperti tersambar petir, ketika

mendengar tangisan sang adik, yang di temani banyak orang mengerumuni

jenazah yang di tutup kain.

Fatih begitu lemah, Ia hanya terdiam dan melihat sang adik menangis

sesenggukkan, kemudian warga mencoba membangunkan Fatih, dan

mengangkat kedepan jenazah Ibunya, dan seketika Ifah langsung terdiam

dalam tangisnya.

“Aa’............... Aa’ Fatih, apakah benar ini Aa’????”

42

Page 43: kesandung cinta

Fatih belum juga sadar, Ia masih memandangi adik yang berada tepat

di depannya, kemudian Ia berusaha menyeka air mata di pipi adiknya, dan

Ifah dengan sigap memeluk kakaknya dengan erat, dan menangis sejadi

jadinya. Kemudian Fatih membuka kain yang menutupi wajah Ibunya, Ia

kemudian tersadar dan menangis histeris, memeluk, mencium dan

memanggil manggil Ibunya berulang-ulang.

“Bu... Ibu........ Bu....., ini Fatih Bu, bangun... Fatih pulang Bu... Fatih

buat surprice buat Ibu, tapi kenapa Ibu yang buat surprice buat Fatih Bu,

Fatih nggak suka surprice Ibu, nggak suka Bu, Ibu bangun Bu, bangun...”

Fatih terus menangis dan menangis, dan tak sadarkan diri, begitu

dekat Fatih dengan sang Ibu, sampai-sampa Ia jatuh dan pingsan.

“Tuhan... begitu cepat amanah-MU kau ambil, Kau mengambil

kekuatanku Tuhan, separuh nafasku bagaikan hilang, tiada lagi yang

memberiku semangat, tiada lagi tempatku memanjakan diri, dan tiada lagi

yang ku lihat di dunia ini. Ya Roob, terimalah Ibuku disisiMU, sambutlah Ia

dengan kasih sayangMU, terangilah kuburnya dengan RahmatMU, aamiin”

Beberapa menit kemudian Fatih tersadar dan mempersiapkan

penguburan jenazah sang Ibu bersamaan dengan sahabatnya, sesampainya

di tempat penguburan, Fatih turun ke liang lahat untuk mengadzani sang Ibu,

43

Page 44: kesandung cinta

kemudian mengadzani sahabatnya, dan setelah semuanya selesai Fatih

segera melangkahkan kakinya untuk pulang.

“Selamat tinggal Bu, selamat tinggal Firman, semoga kita bertemu lagi

di Syurga sana”

Fatih mencoba untuk tetap tegar dalam menghadapi semua ujian yang

menimpanya, kemudian Fatih dan adiknya meninggalkan pemakaman, dan

disepanjang perjalanan Ia mengusap airmata yang berjatuhan di pipi adiknya,

“Sudah de’, jangan bersedih lagi, masih ada Aa’, Aa’ yang akan

lindungin ade’, nanti ade’ ikut Aa’ ke Mesir, sekarang selesaikan dulu ujian

ade’ yah, ternyata ade Aa’ udah gede, dan.. Aa’ pandang-pandang, ade’ Aa’

ini cantik juga, jangan manja’an lagi yah, sekarang harus bisa mandiri ok!”

Fatih berusaha mencairkan suasana yang sedang hening, akhirnya

Ifahpun tersenyum, “tuhkan kalo senyumkan cantik”

“Ih apa’an sih Aa’ ”

“Hee hee” (Fatih berusaha tersenyum untuk adiknya)

Hari-hari berlalu setelah meninggalnya sang Ibu, suasana rumah

menjadi sangat berbeda, Fatih jadi sering memasak membantu adiknya

mengerjakan pekerjaan rumah, seperti menyapu, mengepel, mencuci piring

44

Page 45: kesandung cinta

dan lain-lain, Ifah terkadang tersenyum sendiri ketika kakaknya sedang

mengerjakan pekerjaan rumah, dan sepulang sekolah Ifah melihat kakaknya

tertidur dengan pulasnya, Ia tak berani membangunkannya karena merasa

kasihan dan tiba-tiba Hp kakaknya berbunyi, dan Ifahpun menjawabnya.

“Assalamu’alaikumm... “

“Wa’alaikumsalam, afwan ini siapa? kakak Fatihnya mana?”

“Ini Ifah, adiknya Aa’ Fatih, Aa’ Fatihnya lagi istirahat, habis kecapean”

“Ooh, ini dari Nizam kak, emang kak Fatihnya habis ngapain? Kok

nggak kesini lagi? Nizam kangen muroja’ah sama kak Fatih,”

“Iyah afwan nggak sempet ngabarin, waktu malam Jum’at sebelum kak

Fatih nyampe rumah, Ibu kami wafat”

“Innaalillaahi Wainnaa Ilaihi Rooji’uun, semoga Allah menyambut di

Syurga-Nya yah kak”

“Aamiin.. Allahumma amiin, makasih atas do’anya insya Allah kak

Fatih akan melanjutkan skripsinya, dan insya Allah kami akan kesana”

“Iyah kak, Nizam do’ain semoga kak Fatih menjadi orang sukses

amiin” dan Ifahpun membalasnya “amiin...”

“Yaudah kak, nanti kita sambung lagi, salam buat kak Fatih,

asslamu’alaikuummm”

45

Page 46: kesandung cinta

“Ok, wa’alaikumussalaam”

Setelah menerima telfon, Ifah langsung ke dapur untuk makan siang,

Ia mula-mula mengicipi masakan kakaknya, dan ternyata nggak kalah

enaknya sama masakan almarhumah Ibunya, dalam hati Ifah bergumam.

“Aa’, selain ganteng pintar masak juga hehe”

Kemudian Ifah melahap makanannya dengan nikmat, dan tak lama

kemudian Fatih terbangun dan bersiap-siap mandi untuk bergegas Sholat ke

Masjid, kemudian Ia melangkah ke dapur dan apa yang Ia lihat, Ifah sedang

asyiknya makan siang, “de’... Makannya lahap banget, laper? Apa enak?”

“Hehe... dua-duanya A’ ”

“Dassar, yaudah yang kenyang makannya, Aa’ mau ke Masjid”

“Ok, tenang ajah A’, nanti Ifah yang beresin” Fatih hanya tersenyum

melihat adiknya yang begitu lucu.

Setelah pulang dari Masjid, Fatih masuk ke dapur dan minum air, dan

samar-samar terdengar suara ada yang memberi salam, dari luar rumahnya.

“Assalamu’alaikum...” kemudian Fatih menghampiri tamunya dan menjawab.

“Wa’alaikumsalam.....” Fatih tercengang ketika Ia melihat gadis yang pernah

Ia kagumi datang kerumahnya, Ia terlihat begitu berbeda dan anggun,

kemudian perempuan itu tersenyum kepadanya, dan Fatihpun

46

Page 47: kesandung cinta

mempersilahkannya duduk, dan kemudian perempuan itu menanyakan kabar

Fatih. “Gimana kabarnya sob?”

“Alhamdu Lillaah baik, kamu sendiri bagaimana Humaira?“

“Alhamdu Lillaah aku juga baik, sebenarnya waktu Ibumu wafat, aku

ingin sekali datang kesini, tapi maaf waktu itu aku nggak sempet,”

“Yah itu semua sudah takdir Illahi Humaira”

“Benar, itu semua takdir Illahi sob, sampai-sampai aku nggak sempet

mengutarakan perasa’anku kepadamu,” Fatih terkejut ketika mendengar

perkataan Humaira “mengutarakan apa sob?”

“Sebenarnya aku ingin kamu yang pertama datang melamar

kerumahku, tapi ternyata bukan, aku sudah menikah Fatih, maaf aku

terlambat mengatakan ini semua kepadamu”

Fatih terkejut ketika mendengar hal itu, walaupun hatinya seperti tersambar

petir, Ia berusaha untuk bersikap tenang, “Oh... Sudah menikah, Barokallaah

ya sob, kok nggak ngudang?”

“Waktu itu aku nggak sanggup menyampaikan undangan itu

kepadamu, lagian kamu pasti tidak akan datang”

“Kenapa mengira aku nggak bisa datang?”

47

Page 48: kesandung cinta

“Aku menikah di sa’at Ibumu wafat”

Humaira terlihat begitu sedih, kemudian Fatih tercengang lagi dan

dalam hati Ia bekata. “Memang hari itu hari yang sangat mengejutkanku,

banyak kejutan pada hari itu.”

Hari itu adalah hari yang sangat menyedihkan buat Fatih, Ibu dan

sahabatnya meninggal dengan waktu yang sama, dan ternyata seseorang

yang Ia kagumi telah menikah dengan orang lain, lalu Fatih terus berusaha

untuk tetap terlihat tegar. “Sudah Humaira jangan bersedih, ini semua sudah

takdir-Nya kita bukan jodoh, saya do’akan semoga kalian berbahagia”

Sambil menyeka air matanya, Humaira berkata, “terimakasih sob,

semoga kita menjadi sahabat dunia akhirat.” Kemudian Fatih mengamininya

“amiin...”

Tak lama kemudian Humaira izin pamit. “Kalo begitu aku permisi.

Assalamu’alaikum”

“Wa’alaikumsalam, hati-hati yah Humaira!”

Humaira berjalan lurus menuju mobil yang menjemputnya, dan

ternyata itu adalah suaminya. Fatih benar-benar tidak menyangka ini semua

terjadi begitu saja dan menimpa dirinya, Ia terdiam seribu bahasa ketika

Humaira pamit dari rumahnya, seakan-akan ini sedang mimpi, Fatih memang

48

Page 49: kesandung cinta

dekat dengan Humaira dalam hati Ia bergumam. “Kenapa ini semua terjadi

padaku Tuhan?” Kemudian Ia langsung teringat kembali pada skripsinya

yang sedikit lagi rampung, dan kemudian mengerjakannya kembali.

Sore hari ketika sudah pukul 16.00 Ia menutup semua buku dan

membereskannya, dan kemudian Ia melihat adiknya masih tertidur pulas, lalu

Ia membangunkannya, “de’.. Bangun.. Udah soree... “

Adiknya belum juga bangun, kemudian Ia menjepit hidung adiknya dan

apa yang terjadi, Ifah merengek, “Hmmm Aa’.... Ifah nggak bisa nafas,”

kemudian Fatih melepaskan tangannya yang menjepit hidung adiknya, Ifah

langsung beranjak bangun, dan akhirnya sambil merem, Ia berjalan ke arah

kamar mandi. Itulah cara Fatih membangunkan adik kesayangannya, Ia

bersikap seperti Ayahnya, wibawa dan di segani banyak orang.

Waktu berjalan dengan cepatnya, dan Ifahpun selesai melaksanakan

ujian akhir, kemudIian berangkatlah Fatih bersama adiknya ke Mesir untuk

melanjutkan studinya kembali, di sana Ifah tinggal di pesantren akhwat Ust.

Bukhori, mereka di sambut hangat oleh para Kyai.

Malampun tiba, seperti biasa Fatih memulai mengisi pengajian-

pengajian di setiap Masjid, dan setelah itu, Fatih pulang pukul 22.00 malam.

Dan di tengah jalan Ia melihat seorang perempuan berhijab cukup besar dan

49

Page 50: kesandung cinta

anggun sedang membenarkan mobilnya, kemudian Fatihpun berhenti untuk

membantunya, lalu mengucapkan salam.

“Assalamu’alaikumm”...

“Wa’alaikumsalaam...”

“Afwan, ada yang bisa ana bantu?” Sepertinya, mobilnya mogok,

inikan sudah malam ukhti”

“Iya memang sudah malam, ini ana lagi nunggu jemputan,”

“Oh, bagaimana kalau ana yang mengantar ukhti pulang,”

“Syukron, ana nggak mau merepotkan”

“Yasudah, ana ikut menemani menunggu didalam mobil ana boleh”?

“Yasudah jika itu yang terbaik.”

Tiba-tiba datanglah Kyai menjemput dan membawa perempuan itu

pulang, dan ketika itu Fatih melihat Kyai Anwar, Ia bertanya-tanya dalam hati.

“Siapa gadis itu?. Ah, mungkin santrinya” Kemudian Ia menjalankan

lagi mobilnya dan pulang ke asrama.

Malampun semakin larut seperti biasa, Ia bangun untuk mendekatkan

diri kepada sang Khaliq, Ia berdo’a agar kelak Ia menjadi seseorang yang di

cita-citakan Ayah dan Ibundanya yaitu seorang ahli Tafsir, dan setelah

50

Page 51: kesandung cinta

selesai Ia pergi ke Masjid untuk mengumandangkan adzan Sholat Subuh,

semua santri terbangun dan melaksanakan Sholat Subuh.

Fatih cuti mengajar untuk menyelesaikan Strata Satunya, Ia benar-

benar ingin memfokuskan untuk cepat-cepat lulus, sementara tawaran

ngajar-mengajar telah menantinya, dan akhirnya dengan kerja keras dan

kesungguhan, Fatih berhasil lulus dengan nilai amat baik. Dalam menggelar

tasyakurannya, Ia rayakan bersama anak-anak santri, mereka semua bangga

mengenal sosok seorang Fatih yang gigih dalam menuntut ilmu, dan Fatih

berencana akan langsung melanjutkan S2.

Fatih sudah menjadi Mubaligh di Mesir, Ia sudah mempunyai rumah,

mengkuliahkan adiknya, semua fasilitas Ia miliki, namun Ia tetap bersikap

sederhana kepada siapapun. Ia sering berkunjung ke pesantren Kyai Anwar,

dan muroja’ah bersama Nizam, Nizam semakin fasih dalam menghafal Al-

Qur’an, dan Fatih sangat mengaguminya.

Fatih dalam perkembangannya menjadi Mubaligh, Ia juga menjadi

Dosen di salah satu Universitas, di sana Ia sebagai dosen ahli Tafsir al-

Quran, sering mahasiswinya memperhatikan dosennya secara berlebihan,

dan itu tidak membuat Fatih tertarik sedikitpun, Ia tetap bersikap wibawa dan

santun kepada siapapun, sehingga banyak orang yang mengaguminya.

51

Page 52: kesandung cinta

Setelah mengajar, Ia duduk santai di ruangan dosen, dan Rehan

teman sesama dosen menyapanya, “Ustadz boleh saya duduk disini,?”

“Silahkan Pak, jangan panggil Ustadzlah, biasa saja”

“Ok.. Azka, ane nanti sore mau tasyakuran anak ane yang pertama,

ane mau antum datang tepat waktu, kalau bisa bawa pasangan yah,”

“Insya Allah kalo sempet yah”

“Nggak bisa, ini wajib dateng buat antum, semua dosen juga mau

hadir, masa antum yang deket sama ane nggak dateng, apa perlu ane

jemput.”

“Yasudah insya Allah ane dateng.”

“Gitu dong, bawa pasangan yah!”

“Ana datang sendiri ajah”

Sorepun tiba, Fatih segera bersiap-siap untuk memenuhi undangan

sahabatnya itu, Ia memakai kemeja batik berwarna coklat keemasan dan

celana bahan warna hitam, Ia menanyakan kemeja yang Ia kenakan kepada

adinya. “De’.... Sini, liat Aa’....!”

52

Page 53: kesandung cinta

“Aa’ dimana?” (sambil berjalan ke arah suara Fatih), lalu Fatih

menjawab “di kamar”, kemudian Ifah masuk ke kamar kakaknya dan seketika

matanya terbelalak melihat kakaknya berpakaian sangat rapi.

“Aa’ mau kemana? ganteng bener.”

“Aa’ mau menghadiri undangan teman, tasyakuran anaknya.”

“Hmmm sebaiknya Aa’ nggak boleh dateng sendirian, nanti cewek-

cewek pada naksir lagi”

“Kamu ini ngomong apa sih de’ ”

“Ifah boleh ikut kan A’?”

“Kamu di rumah saja, takut ada tamu”

“Terus kalau nanti Ifah di culik gimana?”

“Siapa yang mau nyulik kamu de’... ?”

“Ih Aa’, padahal Ifah pengen ikut banget.” Tiba-tiba terdengar suara

klakson mobil dari luar. “Tiiiinn.. tin tin” Ifah membuka pintu gerbang dan

kemudian memanggil kakaknya.

“Aa’... tuh temen Aa’ jemput.”

“Yah bentar de’, lagi pakai sepatu.”

53

Page 54: kesandung cinta

Setelah rapi, Fatih segera menghampiri Rehan, dan berangkat

bersama dengan mobil masing-masing, begitu baiknya Rehan, Ia benar-

benar menjemput sahabatnya.

Sesampainya dirumah Rehan, Fatih di persilahkan masuk dan

mencicipi semua hidangan, kemudian Rehan menyambut para tamu yang

lain, dan berpesan pada Fatih agar tidak sungkan berada dirumahnya, di

sebelah ruangan yang lain sedang di adakan ceramah agama, dan di buka

dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, Fatih tercengang ketika suara merdu

itu berada di tengah kerumunan banyak orang, Ia begitu penasaran dengan

pemilik suara merdu yang menggetarkan hatinya itu, sehingga Ia mencoba

memasuki celah-celah kecil diantara kerumunan banyak orang, agar dapat

melihat siapa pemilik suara itu, semakin Fatih mencoba masuk, semakin Ia

terhimpit, dan berdesak-desakan. Begitu amat penasaran Fatih di buatnya,

dan dari kejauhan Fatih hanya melihat kerudung merah yang di kenakan

santri yang sedang mengaji Qori’ah itu, namun tak begitu jelas Ia melihatnya

dan akhirnya Ia mengalah keluar dari kerumunan itu, dan memilih untuk

menikmati suara itu dari kejauhan.

Bersambung......

54