kerukunan umat beragama di indonesia.docx

14
PENDAHULUAN Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Toleransi agama adalah suatu sikap saling pengertian dan menghargai tanpa adanya diskriminasi dalam hal apapun, khususnya dalam masalah agama. Lalu adakah pentingnya kerukunan agama di Indonesia ? jawabannya adalah iya. Kerukunan umat beragama adalah suatu yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki keragaman yang sangat banyak. Tak hanya masalah adat istiadat atau budaya seni, tapi juga termasuk agama. Walau mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam, ada beberapa agama lain yang di anut penduduk ini. Kristen, Khatolik, Budha, Hindu dan Konghucu adalah contoh agama yang juga banyak dipeluk oleh warga Indonesia. Setiap agama tentu punya aturan masing-masing dalam beribadah. Namun, perbedaan ini bukanlah alas an untuk berpecah belah. Sebagai satu saudara dalam tanah air yang sama, kita harus menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia agar Negara ini tetap menjadi satu kesatuan yang utuh.

Upload: dheriz-lopelope-decha

Post on 27-Sep-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA.docx

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Toleransi agama adalah suatu sikap saling pengertian dan menghargai tanpa adanya diskriminasi dalam hal apapun, khususnya dalam masalah agama. Lalu adakah pentingnya kerukunan agama di Indonesia ? jawabannya adalah iya.Kerukunan umat beragama adalah suatu yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki keragaman yang sangat banyak. Tak hanya masalah adat istiadat atau budaya seni, tapi juga termasuk agama. Walau mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam, ada beberapa agama lain yang di anut penduduk ini. Kristen, Khatolik, Budha, Hindu dan Konghucu adalah contoh agama yang juga banyak dipeluk oleh warga Indonesia. Setiap agama tentu punya aturan masing-masing dalam beribadah. Namun, perbedaan ini bukanlah alas an untuk berpecah belah. Sebagai satu saudara dalam tanah air yang sama, kita harus menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia agar Negara ini tetap menjadi satu kesatuan yang utuh.

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA

Tri kerukunan umat beragama merupakan konsep yang di gulirkan oleh pemerintah Indonesia dalam upayah menciptakan kehidupan masyarakat antar umat beragama yang rukun. Istilah lainnya adalah trikerukunan.Kemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri atas puluhan etnis, budaya, suku dan agama. Membutuhkan konsep yang memungkinkan terciptanya masyarakat yang damai dan rukun. Dipungkiri atau tidak, perbedaan sangat beresiko pada kecenderungan konflik. Terutama di pacu oleh pihak-pihak yang menginginkan kekacauan di masyarakat.Perbedaan atau kebhinekaan nusantara tidaklah diciptakan dalam satu waktu saja. Proses perjalanan manusia di muka bumi Indonesia dengan wilayah yang luas menciptakan keberagaman suku dan etnis manusia. Maka lahir pula sekian puluh kepercayaan dan agama yang berkembang di setiap suku-suku di Indonesia.

Pemerintah sendiri telah menyadari resistensi konflik antar umat beragama. Berbagai kebijakan pemerintah telah diterbitkan untuk memperbaiki keadaan. Berbagai rambu pengaturan telah di sahkan agar meminimalisir bentrokan-bentrokan kepentingan antar umat beragama.Seluruh peratuhan pemerintah yang membahas tentang kerukunan hidup antar umat beragama di Indonesia mencakup empat pokok masalah, yakni sebagai berikut :1. Pendirian Rumah Ibadah2. Penyiaran Agama3. Bantuan Keamanan dari Luar Negeri4. Tenaga Asing Bidang Keagamaan

Tri kerukunan beragama memiliki konsep dengan tujuan agar masyarakat Indonesia bisa hidup dalam kebersamaan, sekalipun banyak perbedaan. Konsep ini di rumuskan dengan teliti dan bijak agar tidak terjadi pengekangan atau pengurangan hak-hak manusia dalam menjalankan kewajiban dari ajaran agama-agama yang diyakininya. Trikerukunan ini meliputi tiga kerukunan, yaitu: kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama dan pemerintah.1. Kerukunan intern umat beragamaPerbedaan pandangan dalam satu agama bisa melahirkan konflik di dalam tubuh suatu agama itu sendiri. Kemudian lahirnya perbedaan ormas keagamaan yang memiliki perbedaan penafsiran, kajian dan pendekatan mampu mendisharminiskan intern umat beragam. Konsep pertama ini mengupayakan berbagai cara agar tidak saling klain kebenaran, mengurangi permusuhan karena perbedaan tersebut semua untuk menciptakan kehidupan beragama yang tentram, rukun dan penuh kebersamaan.2. Kerukunan antar umat beragamaKonsep kedua dari trikerukunan memiliki pengertian kehidupan beragama yang tentram antar masyarakat yang berbeda agama dan keyakinan. Tidak terjadi sikap saling curiga mencurigai dan selalu menghormati agama masing-masing. Berbagai kebijakan dilakukan oleh pemerintah, agar tidak saling mengganggu antar umat beragama. Semaksimal mungkin menghindari kecenderunagn konflik karena perbedaan agama. Semua lapisan masyarakat bersama-sama menciptakan suasana hidup yang rukun dan damai di Negara Republik Indonesia.3. Kerukunan antar umat beragama dan pemerintahPemerintah ikut andil dalam menciptakan suasana tentran, termasuk kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah sendiri. Semua umat beragam yang diwakili para pemuka dqari tiap-tiap agama dapat sinergis dengan pemerintah. Bekerjasama dan bermitra dengan pemerintahuntuk menciptakan stabilitas persatuan dan kesatuan bangsa. Trikerukunan umat beragam diharapkan menjadi salah satu solusi agar terciptanya kehidupan umat beragama yang damai, penuh kebersamaan, bersikap toleran, saling menghormati dan menghargai dalam perbedaan.

A. MACAM-MACAM KERUKUNAN BERAGAMA DI INDONESIA Kerukunan antar pemeluk agama yang sama, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat penganut satu agama. Misalnya, kerukunan sesama orang Kristen atau kerukunan sesama penganut muslim. Kerukunan antar umat beragama lain, yaitu suatu bentuk kerukuna agama yang terjalin antar masyarakat yang memeluk agama berbeda-beda. Misalnya, kerukunan antar umat Kristen dan Islam, antar pemeluk agama Kristen dan Budha, atau kerukunan yang dilakukan semua agama.

B. CARA MENJAGA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA Menjunjung tinggi rasa toleransi antar umat beragama, baik sesame antar pemeluk agama yang sama maupun yang berbeda.Rasa toleransi bisa berbentuk dalam macam-macam hal. Misalnya, perijinan membangun tempat ibadah oleh pemerintah, tidak saling mengejek dan menggangggu umat lain, atau memberi waktu pada umat lain untuk beribadah bila memang sudah waktunya. Selalu siap membantu sesame. Jangan melakukan diskriminasi terhadap suatu agama, terutama saat mereka membutuhkan bantuan.Misalnya, di suatu daerah Indonesia mengalami bencana alam. Mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Muslim. Bagi anda yang memeluk agam lain, jangan lantas malas untuk membantu saudara sebangsa yang sedang kesusahan hanya karena perbedaan agama. Selalu jagalah rasa hormat pada orang lain tanpa memandang agama yang mereka anut. Misalnya dengan selalu berbicara halus dan tidak sinis. Hal ini akan mempererat kerukunan umat beragama di Indonesia.

bila terjadi masalah yang menyangkut agama, tetap selesaikan dengan kepala dingin tanpa harus saling menyalahkan. Para pemuka agama, tokoh masyarakat, dan pemerintah sangat diperlukan peranannnya dalam pencapaian solusi yang baik dan tidak merugikan pihak manapun, atau mungkin malah menguntungkan semua pihak.

Sekitar 30 pemuka dan tokoh lintas Agama tingkat pusat turut dalam rombongan Departemen Agama pada acara audiensi dan dialog yang digelar 3 hari di Ternate dan Halmahera, Maluku Utara. Antara lain ketua PP Muhammadyah Goodwil Zubir, Ridwan Lubis dari PBNU, I Nengah Dana (PDHI), Romo Benny Susetyo (KWI), Pnt.Kumala Setiabra (PGI), Slamet Efendi Yusuf (MUI), dll.Diakui Menag, kondisi kehidupan keagamaan Indonesia saat ini diwarnai oleh adanya perbedaan-perbedaan dalam pemeluk agama. Kita sudah biasa menerimanya dengan hidup berdampingan secara damai dalam balutan semangat kesatuan bangsa. Namun penerimaan perbedaan saja tanpa pemahaman yang mendalam akan arti dan hakikatnyang sesungguhnya dari perbedaan tersebut ternyata masih sangat rentan terhadap godaan kepentingan primordialisme dan egosentrisme individu maupun kelompok, katanya. Menurut Menag, gangguan kedamaian itu akan mudah meluas manakala sentiment dan simbol-simbol keagamaan dipakai sebagai sumbu atau pemicu.Menurut salah satu anggota Departemen Agama menegaskan bahwa sepanang sejarah konflik horizontal yang pernah terjadi di Indonesia, tidak pernah bermula atau berawal dari agama sebagai pemicunya. Misalnya kasus Poso, Aceh, Sampit dan Maluku ini bukan merupakan konflik agama, namun merupakan konflik kepentingan yang kemudian dibungkus atau dikemas dengan agama, tegasnya.Kerukunan umat beragama yang dimiliki saat ini merupakan modal yang sangat berharga bagi kelangsungan hidup masyarakat Indonesia. Dengan segala kerukunan dan kelebihannya, kerukunan umat beragama di Indonesia di nilai oleh Dunia Internasional sebagai yang terbaik, bahkan Indonesia dianggap sebagai laboratorium kerukunan umat beragama. Pujian itu tentu saja tidak boleh membuat Indonesia menjadi terlena, tetapi harus tetap mawas diri karena kerukunan umat beragama adalah sesuatu yang dinamis yang dapat berubah sesuai dengan perilaku para pendukungnya.

C. DEMOKRASI DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMATerlalu banyak ujian dalam upayah mewujudkan kerukunan umat beragama di Indonesia. Eksekusi mati terhadap terpidana Tibo cs di Palu, memicu reksi keras dari sekelompok masa di Atambua, Nusa Tenggara Rimur. Reaksi masyarakat NTT tersebut menunjukan bahwa tingkat kedewasaan umat beragama di Indonesia masih rendah. Kerusuhan bernuansa SARA (Suju, Agama, Ras, dan Antargolongan) menunjukan masih rentannya kohesi social bangsa. Cita-cita membangun Indonesia yang satu, sebagaimana di formulasikan oleh pendiri Negara (the founding father and mothers) seakan sirna ketika desir peluru, hujan meriam dan sabetan pedang menyimbahkan darah saudara-saudaranya sendiri. Doktrim perdamaian dan persaudaraan yang dibangun dan dijaga sejak zaman nenek moyang, seperti tradisi pela gandong di Maluku, akhirnya diruntuhkan dan diinjak-injak oleh anak cucunya sendiri dengan wajah angkara murka. Emosi dendampun mengalahkan rasionalisme perdamaian. Tragedi-tragedi yang terjadi tersebut tak hanya mewartakan disharmoni masa kini tetapi juga nasa depan bangsa. Kerukunan social seolah menjadi mimpi ketika sesame anak bangsa sulit mewujudkan titik akur. Celakanya, konflik paling laten di negeri ini berwarna SARA, terutama konflik berlatar belakang suku dan agama.Kematangan elit dalam berpolitik menentukan kematangan demokrasi yang dijalankan. Selagi elit sulit menjalankan politik yang beradab, maka abad demokrasi pun sulit tumbuh dalam masyarakat dan bangsa.Kerusuhan berdasarkan SARA di beberapa daerah dalam 8 tahun terakhir pada dasarnya juga menunjukan rendah dan lemahnya apresiasi rakyat dan elit terhadap adab demokrasi. Adab demokrasi jelas menjunjung tingggi penegakan hukum (law enforcement). Demokrasi tanpa hukum adalah democrasi yang memicu anarkisme. Konflik SARA terjadi justru karena lemahnya penegakan hukum dan rendahnya apresiasi etika dalam penyelesaian masalah social berbangsa dan bernegara. Konflik Poso sebagai contoh bisa jadi di picu oleh masalah kecil antara 2 warga yang kebetulan berbeda agama. Akan tetapi karena secara hukum masalahnya tak pernah diusut tuntas, amaka problemnya menjadi rumit dan liar. Perselisihan kecil antarwarga akhirnya memicu munculnya konflik yang lebih besar. Konflik besar bisa terjadi karena public atau masa tidak percaya pada hukum. Ketika Tibo cs dituding menyerang dan membantai penghuni sebuah pesantren disuatu pagi buta, semestinya tragedy itu tidak terjadi jika aparat keamanan dapat mengantisipasi dengan mengusut para pelaku perselisihan kecil sebelumnya dimana pihak Kristen dan Muslim menjadi korban. Akhirnya konflik SARA berujung pada siklus balas dendam yang sulit untuk dihentikan, kecuali penegakan hukum dalam kerangka adab demokrasi. Pilihan bagi Indonesia tidak lain kecuali menerapkan demokrasi secara konsisten. Konflik muncul karena demokrasi diterapkan secara parsial. Demokrasi diterapkan hanya saat pemilu belaka, itupun tidak utuh.Berbagai pertentangan yang muncul harus diatasi dalam kerangka etika demokrasi, bukan malah dalam kerangka hukum Rimba, sekalipun mengatasnamakan doktin keyakinan agama masing-masing. Demokrasi kebangsaan harus mengatasi (menjadi penengah) semua pihak yang ada, termasuk paham keagamaan.

D. TEOLOGI AGAMA-AGAMADi antara perkembangan-perkembangan baru mengenai teologi pluralis ini, sekarang berkembang suatu cabang ilmu yang disebut teologi agama-agama. Kita perlu memperhatikan perkembangan baru ini, karena dalam teologi ini termasuk suatu pikiran modern dalam membangun kerukunan hidup beragama; suatu pijakan yang berangkat dari kesadaran pentingnya memperhatikan pluralitas dari dalam teologi itu sendiri.Dewasa ini penerimaan atas pluralism tidak bisa hanya didasarkan atas kesadaran bahwa kita ini adalah bangsa yang majemuk dari segala segi SARA-nya, sebab kalau ini pijakannya, maka kita sebenarnya berangkat dari kenyataan social yang terfragmentasi (terpecah-pecah) yang karena itu diperlukan pluralism sebagai cara untuk menghindari kefanatikan, jadi fungsinya hanya sebagai a negative good. Perbedaan agama ini harus dikenal dan diolah lebih lanjut, karena perbedaan ini secara potensial bernilai dan penting bagi setiap orang beragama dalam memperkaya imannya.

E. KERUKUNAN UMAT BERAGAMA HARUS TERUS DIPELIHARAKerukunan umat beragama merupakan pilar kerukunan nasional dan dinamis harus terus dipelihara dari waktu ke waktu.Menag menjelaskan, kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesame umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajarannya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Kondisi kehidupan keagamaan di Indonesia saat ini diwarnai oleh adanya perbedaan-perbedaan dalam pemeluk agama, yang selanjutnya membangun kelompok masyarakat berdasarkan pemeluk agama itu. Kondisi kehidupan keagamaan di Indonesia juga ditandai oleh berbagai factor social dan budaya, seperti perbedaan tingkat pendidikan para pemeluk agama, perbedaan-perbedaan tingkat social ekonomi para pemeluk agama, perbedaan latar belakang budaya, serta perbedaan suku dan daerah asal. Kerukunan umat beragama akan terbangun dan terpelihara dengan baik apabila gap atau jurang pemisah dalam bidang social dan budaya semakin menyempit. Sebaliknya, kerukunan umat beragama akan rentan dan terganggu apabila jurang pemisah antar kelompok agama dalam aspek-aspek social dan budaya ini semakin lebar, termasuk jurang-jurang pemisah social baru yang akan muncul akibat krisis moneter global saat ini.

PENUTUP

Perlu kita ketahui bersama bahwa sekarang kerukunan diantara agama sedikit demi sedikit mulai terkikis, seiring dengan munculnya paham-pahan yang menyimpang dari ajaran agama. Begitu juga terror-teror bom yang mengatasnamakan agama, padahal mungkin Cuma dendam pribadi suatu golongan terhadap keamanan suatu Negara dan disini politik terkadang ikut berperan. Bagaimana bisa tercipta suatu keamanan Negara jika warganya sendiri tidak bisa saling menghargai satu sama lain dengan menteror warga mengatasnamakan agama dan demokrasi.Dalam tahun-tahun belakangan ini semakin banyak didiskusikan mengenai kerukunan hidup beragama. Diskusi-diskusi ini sangat penting, bersamaan dengan berkembangnya sentimen-sentimen keagamaan, yang setidaknya telah menantang pemikiran teologi kerukunan hidup umat beragama itu sendiri, khususnya untuk membangun masa depan hubungan antar agama yang lebih baik, lebih terbuka, adil, dan demokratis. Kita semua tahu bahwa masalah hubungan antaragama di Indonesia belakangan ini memang sangat kompleks. Banyak kepentingan ekonomi, social dan politik yang mewarnai ketegangan tersebut. Belum lagi agama sering dijadikan alat pemecah belah atau disintegrasi, karena adanya konflik-konflik di tingkat elit dan militer.Tulisan ini tidak akan membahas latar belakang ekonomi, social dan politik dari kehidupan antaragama di Indonesia belakangan ini yang memang sudah banyak dianalisis, tetapi justru ingin kembali ke pertanyaan dasar : adakah dasar teologi hyang diperlukan untuk suatu basis hidup beragama ? pertanyaan ini penting, karena selama ini teologi dianggap sebagai ilmu dogmatis, karena menyangkut masalah akidah sehinggah tidak perlu dibicarakan, apalagi dalam hal antaragama sehingga terkesan teologi sebagai ilmu yang tertutup. Padahal iklim masyarakat global dan pascamodern dewasa ini lebih bersifat terbuka dan pluralitas.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/kerukunan-umat-beragama-harus-tetap-dipelihara/http://www.depag.go.id/indeks.php?a=detilberita&id-4148http://www.anneahira.com/kerukunan-umat-beragama-di-indonesia.htmhttp://nasional.kompas.com/read/2009/05/28/08422671/indonesia..lab.kerukunan.umat.beragamahttp://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A3483_0_3_0_Mhttp://bataviase.co.id/content/indonesia-contoh-terbaik-kerukunan-umat-beragamahttp://www.anneahira.com/tri-kerukunan-umat-beragama.htm

MAKALAH AGAMA(tugas individu)Kerukunan Umat Beragama di Indonesia

DISUSUN OLEHNAMA: DERISYANTI KALAPADANGN I M : N11113533

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2013