kerukunan antar umat beragama
TRANSCRIPT
Kerukunan antar Umat Beragama
Dalam kehidupan bermasyarakat kita sebagai umat islam tidak bisa mengelak
untuk berhubungan dengan umat agama lain. Dalam pandangan syariat Islam, non
muslim itu bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu kafir harbi (ahlul harb) dan
kafir zimmi (ahlu zimmah).
Kafir harbi adalah orang-orang kafir yang sedang terlibat pertempuran dengan
muslimin. Darah mereka halal untuk ditumpahkan sebagaimana mereka pun punya
hak untuk membunuh muslimin. Hubungan antara ahlul harb dengan muslimin
memang hubungan bunuh membunuh di dalam wilayah konflik. Sedangkan kafir
zimmi adalah non muslim yang aman, tidak mengganggu pihak muslim.
Tampak bahwa pembagian di atas, kedua klasifikasi sangat tajam bedanya.
Pada kenyataannya hubungan dengan non muslim tidak dapat dibedakan setajam itu.
Berbagai variasi derajat ke-dzimmi-an terjadi pada masa kini. Ada yang 100% aman,
ada yang kadang-kadang mengganggu ketentraman orang islam, sampai ada yang
terang-terangan memusuhi umat islam (harbi).
Beberapa tingkatan dalam berhubungan dengan non-muslim akan dipaparkan di sini.
1. Non muslim yang tidak mengganggu (dzimmi)
Non muslim yang seperti ini harus mendapat perlindungan dari komunitas
muslim, sesuai dengan prinsip ajaran islam yang rahmatan lil ‘alamin. Dia berhak
mendapatkan izin tinggal dan menjadi penduduk di dalam wilayah komunitas muslim.
Umat islam dilarang mendzolimi non muslim yang dzimmi.
Di masa lalu seorang ahlu zimmah berhak untuk tetap bertahan di atas tanah
yang menjadi miliknya yang sah. Tidak ada seorang pun yang berhak untuk
mengusirnya dari tanahnya itu. Bahkan setingkat gubernur Mesir pun tidak punya hak.
Padahal saat itu Gubernur Amr bin Al-Ash sedang melakukan proyek renovasi
masjid, lantaran daya tampungnya yang semakin dibutuhkan. Kebetulan, proyek
perluasan masjid itu harus mengenai lahan milik seorang ahli zimmah, maka gubernur
menyediakan uang pengganti atas tanahnya.. Namun di ahli zimmah bertahan dan
1
tidak mau pindah. Akhirnya, dengan kekuasaan sebagai pemerintah rumahnya digusur
dan uangnya diberikan.
Ahli zimmah ini kemudian melapor kepada khalifah Umar ra, atasan langsung
Gubernur Amr bin Al-Ash. Segera saja Umar ra. memarahi bawahannya dan
memerintahkannya untuk mengembalikan rumah dan tanah miliknya. Sebab hak-hak
para ahli zimmah memang dijamin oleh umat islam.
Rasulullah SAW bersabda, “siapa yang menzalimi seorang mu’ahid (ahlu
dzimmah), atau mengurangi haknya, atau membebaninya di atas kemampuannya, atau
mengambil darinya sesuatu di luar haknya, maka aku menjadi lawannya di hari
kiamat.” (HR Abu Daud).
“Dan jika seseorang dari orang-orang musyrikin itu meminta perlindungannya
kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian
antarkanlah ia yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak
mengetahui..”(QS.At-Taubah : 6)
Kafir dzimmi diperbolehkan melaksanakan agamanya di tengah-tengah umat
islam, sesuai dengan keyakinannya. Dilarang muslimin untuk memaksa, menyudutkan
atau memerintahkan mereka masuk Islam. Allah SWT telah mengharamkan
pemaksaan untuk masuk agama Islam buat orang-orang non muslim.
Tidak ada paksaan dalam agama, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
(QS Al-Baqarah: 256)
Allah memerintahkan kita untuk berbuat adil, baik itu kepada sesama muslim
maupun kepada non muslim.
“ dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Bagi kami amal-amal
kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu,
Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)”. (QS.Asy-
Syuraa: 15)
2
Selain itu, Islam tidak mengharamkan umatnya bermuamalat dengan orang
non muslim. Bahkan Rasulullah SAW masih saja menggadaikan pakaian perangnya
kepada seorang yahudi serta berjual beli dengan mereka. Demikian juga dengan para
shahabat, mereka akitf di pasar bersama-sama dengan non muslim dalam mencari
rezeki.
2. Dialog dengan non muslim
Pada tahap selanjutnya, berhubungan dengan non muslim tidak hanya sekedar
bertetangga, hubungan bisnis, dll. Tetapi pastilah lama kelamaan ada dialog yang
menyangkut keyakinan, agama. Bukankah islam memerintahkan kita untuk
berdakwah, beramar makruf nahi mungkar.
“Sampikanlah apa yang kamu dapat dariku walau hanya satu ayat” (Sabda
Rasulullah SAW)
Kaum muslimin diperintahkan untuk berdakwah di kalangan non muslimin
(dan tentu saja di kalangan umat islam juga) dengan cara yang bijaksana, melalui
nasihat dan diskusi dengan cara yang terbaik.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang
lebih mngetahui tentang siapa yang tersesat dati jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” {An-Nahl: 125}
Dan janganlah kau berdebat dengan Ahli kitab melainkan dengan cara yang paling
baik, kecuali dengan orang-orang zalim diantara mereka, dan katakanlah: “kami
telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepadamu; Tuhan kami adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya
berserah diri {Al-Ankabut: 46}
Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Musa dan Harun kepada Fir’aun maka
Allah berfirman.
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut” {Thaha: 44}
3
Tetapi jika mereka menolak, tidak ada perintah untuk memerangi mereka
selama mereka tidak memerangi umat islam. Dan umat islam diperintahkan untuk
tetap berbuat adil terhadap mereka, sebagaimana seperti tertulis pada point 1. Allah
SWT telah mengharamkan pemaksaan untuk masuk agama Islam bagi orang-orang
non muslim.
Tidak ada paksaan dalam agama, sesunguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kapada Thaghut dan beriman
kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui. (QS
Al-Baqarah: 256)
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan meyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu dan nuntukkulah agamaku”.
(QS.Al-Kaafiruun: 1-6)
Tetapi ingatlah bahwa Allah SWT hanya menerima Islam sebagai agama yang
diridhoi-Nya.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) dis sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
mereka, karena kedengkian (yang ada) diantara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat-ayat allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS.Ali
Imraan; 19)
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah:
“Aku myerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang
mengikutiku”. Dan katakanlah kepada orang-orang yang ummi: “Apakah kamu
(mau) masuk Islam?” Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah
mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah
menyampapikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-
Nya. (QS. Ali Imraan; 20)
4
“Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) daripadanya , dan dia diakhirat termasuk orang-orang
yang rugi. (QS. Ali Imraan: 85)
3. Non muslim yang dzolim
Diakui atau tidak, ada (banyak) di antara orang-orang non muslim itu yang
bersikap dzolim terhadap islam. Mereka mendzolimi umat islam dengan berbagai
cara, dan menyakiti hati umat islam. Seperti contoh kasus kartun Nabi, dll.. Umat
islam diperintahkan untuk berbuat adil, sehingga diberi hak untuk melakukan
pembalasan yang adil jika didzolimi.
Dalam prinsip Islam, tak ada filosof’ : “jika anda ditampar pipi kiri, berikan
pipi kanan”. Filosofi yang ada adalah: jika pipi kiri kita ditampar, maka tampar
pulalah pipi kirinya, tetapi memberi maaf lebih utama. Kita umat islam harus bereaksi
dengan apa yang umat lain lakukan terhadap kita. Reaksi dapat berupa balasan (secara
adil) atau memaafkan jika mereka minta maaf. Dan percayalah bahwa Allah akan
menyempurnakan pembalasannya di akherat nanti.
Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa
(dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan
telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang
melapaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa
baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang yang lalim. (QS. Al-Maaidah: 45)
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan denga
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu
pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara
yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi
maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari
Tuhan kamu dan suaru rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu,
maka baginya sisksa yang sangat pedih. (QS. Al Baqarah: 178)
5
Untuk itulah kita sebagai umat islam, wajib menjadi umat yang kuat. Jika
masih lemah, wajib untuk memperkuat diri, agar tidak diremehkan dan didzolimi
umat lain. Kuat di sini adalah kuat segalanya yang bisa diperkuat, baik individu
maupun jamaah/komunitas. Kuat jasmani, kuat rohani (agama, iman). Kuat akal dan
pikir. Kuat teknologi, materi, dan lain sebagainya.
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu)
kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang
kamu tidak mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya
akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugukan).
{QS.Al Anfaal; 60}
4. Non muslim yang harbi
Seperti telah didefnisikan di atas, kafir harbi adalah orang-orang kafir yang
terang-terangan memusuhi islam dan kaum muslimin. Kafir harbi ini berusaha
menumpas kaum muslimin, sehingga terjadi pertempuran. Mereka menggempur Islam
tidak hanya secara fisik, tetapi bisa juga secara non-fisik, seperti fitnah melalui media,
pembunuhan karakter, membunuh secara ekonomi, dll. Jika yang melakukan ini
adalah individu dan kemudian minta maaf, bolehlah kita nyatakan sebagai point tiga
Tetapi jika kaum non muslim ini melakukan permusuhan terhadap Islam secara terus
menerus, ini sudah termasuk kafir harbi yang harus diperangi.. Perang wajib
dilakukan dalam rangka mempertahankan aqidah islamiyah, dan membela agama
Allah. Ketika mereka berhenti (dari memusuhi islam), maka perang bisa dihentikan,
dan tidak ada permusuhan (lagi).
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah
kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas.
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari
tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya
dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidilharam, kecuali
jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat
6
itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.
Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu
hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka
tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang lalim. (QS. Al
Baqarah : 190-193)
Pelakuan Umum
Pada dasarnya, agama Islam tidak hanya diperuntukkan bagi kaum Muslim
belaka, akan tetapi ia adalah agama universal yang ditujukan untuk seluruh umat
manusia. Al-Quran telah menyatakan hal ini di beberapa tempat. Yang tercantum di
QS Saba ’;28, karena
�م�ون� �ع�ل ي ال� �اس� الن �ر� �ث ك� أ �ك�ن� و�ل ا �ذ�ير� و�ن ا ير� �ش� ب �اس� �لن ل �اف�ة� ك �ال� إ �اك� �ن ل س� ر�
� أ و�م�ا
Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan
manusia tiada Mengetahui (QS Saba ’ [34]: 28)
Oleh karena itu, tidak dibedakan nonmuslim menjadi warga negara Daulah
Khilafah, dia akan mendapatkan perlakuan sama dengan kaum Muslim. Sebab hak
mereka sebagai warga negara dijamin penuh oleh negara Islam.. Kendati demikian,
ada beberapa ketentuan yang khusus diberlakukan kepada mereka.
Pertama, orang nonmuslim tidak dipaksa untuk masuk Islam.
Allah SWT berfirman:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat (QS al-Baqarah [2]: 256)
Ayat ini menjadi dalil paling jelas tidak bolehnya memaksa orang nonmuslim
ke dalam Islam. Mereka juga tidak dipaksa untuk menyakini dan membenarkan
7
keyakinan Islam. Oleh karena itu, agama dan keyakinan kaum Kristen, Yahudi,
Budha, Hindu, Majuzi, Zoaroaster, Atheis, dan sebagainya akan mendapatkan
perlindungan dan jaminan keamanan. Pemeluknya juga diberikan kebebasan dan
perlindungan untuk melaksanakan ritual-ritual agamanya tanpa ada intimidasi,
pemaksaan, maupun apa yang disebut dengan uniformisasi peribadatan.
Orang-orang kafir itu juga tidak dipaksa untuk melakukan prosesi pernikahan
seperti prosesi pernikahannya kaum Muslim. Mereka juga tidak dikenai zakat dan lain
sebagainya.
Perlakuan khusus hanya diberlakukan bagi kaum Musyrik Ara. Mereka tidak
diberi pilihan kecuali hanya masuk Islam. Jika menolak, mereka harus diperangi. Hal
ini didasarkan firman Allah Swt:
�م�ون� ل �س� ي و�� أ �ه�م� �ون �ل �ق�ات ت د�يد+ ش� س+
� �أ ب �ول�ي أ + ق�و�م �ل�ى إ �د�ع�و�ن� ت س� اب� ع�ر�� األ� م�ن� �ف�ين� ل �م�خ� �ل ل ق�ل�
Katakanlah kepada orang-orang Badui yang tertinggal, Kamu akan diajak untuk
(memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar, kamu akan memerangi
mereka atau mereka menyerah (masuk Islam) (QS al-Fath [48]: 16).
Lain halnya jika seorang Muslim yang murtad. Pelakunya akan dikenai sanksi
berupa hukuman mati dari Negara Islam. Begitu juga seorang Muslim yang
menyakini dan menyebarluaskan ide sekulerisme, sosialisme, dan liberalisme. Tidak
boleh dinyatakan, bahwa tindakan ini dianggap melanggar kebebasan. Sebab, Islam
telah menggariskan had al-riddah bagi para pemeluknya.
Kedua, Islam juga tidak akan atau tidak memperbolehkan memberangus
peribadatan-peribadatan mereka.
Allah SWT berfirman:
ه�د�ى �ع�ل�ى ل �ك� �ن إ =ك� ب ر� �ل�ى إ و�اد�ع� م�ر�� األ� ف�ي �ك� �از�ع�ن �ن ي ف�ال� �وه� ك �اس� ن ه�م� �ا ك �س� م�ن �ا �ن ج�ع�ل م�ة+
� أ �ل= �ك ل
) + �ق�يم ت �ون�) (67م�س� �ع�م�ل ت �م�ا ب �م� ع�ل� أ �ه� الل ف�ق�ل� اد�ل�وك� ج� �ن� )68و�إ
Tiap umat mempunyai cara peribadatan sendiri, janganlah kiranya mereka
membantahmu dalam hal ini. Ajaklah mereka ke jalan Rabbmu. Engkau berada di
8
atas jalan yang benar.” Kalau mereka membantahmu juga, katakanlah, Allah tahu
apa yang kalian kerjakan.”[al-Hajj:67-68].
Ayat di atas menunjukkan, bahwa Islam mengakui eksistensi pluralitas agama
dan keyakinan. Islam juga tidak akan menyeragamkan atau memberangus keragaman
keyakinan dan pandangan hidup selain Islam. Seorang Muslim hanya diwajibkan
untuk mengajak nonmuslim untuk memeluk agama Islam. Jika mereka menolak,
mereka tidak dipaksa, dan dibiarkan tetap memeluk agama dan keyakinannya.
Ketiga, Islam membiarkan orang nonmuslim untuk hidup berdampingan
dengan Muslim, selama tidak memusuhi dan memerangi kaum Muslim.
Nonmuslim yang hidup dalam Daulah Islamiyyah; atau disebut dengan kafir
dzimmiy, mendapatkan perlakukan dan hak yang sama dengan kaum Muslim. Harta
dan darah mereka terjaga sebagaimana terjaganya darah dan harta kaum Muslim.
Diriwayatkan Al-Khathib dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah saw pernah bersabda:
�ام�ة� �ق�ي ال �و�م� ي �ه� خ�ص�م�ت خ�ص�م�ه� �ت� �ن ك و�م�ن� خ�ص�م�ه� �ا ف�أن Hا ذ�م=ي آذ�ى م�ن�
Barangsiapa menyakiti dzimmiy, maka aku berperkara dengannya, dan barangsiapa
berperkara dengan aku, maka aku akan memperkarakannya di hari kiamat [Jaami’
Shaghir, hadits hasan].
Keempat, dalam hal mu’amalah, kaum Muslim dipersilahkan untuk
bermuamalah dengan mereka. Akan tetapi yang menjadi landasan dan aturan syariat
Islam. Kafir dzimmiy diperbolehkan melakukan jual beli, dan syirkah dengan kaum
Muslim. Dan dzimmiy juga diperbolehkan ikut berperang bersama kaum muslim, akan
tetapi tidak wajib bagi mereka.
Karena kafir dzimmiy menjadi tanggung jawab negara. Maka, mereka berhak
mendapatkan hak pelayanan, perlindungan, hak mendapatkan perlakuan baik dari
negara Islam. Inilah hukum-hukum tentang non Muslim dzimmiy.
9
Walhasil stigma buruk penerapan Islam yang dipahami oleh orang non
Muslim akan segera tertepis jika mereka memahami secara mendalam hakekat
penerapan syari’at Islam, dan keluhuran ajaran Islam.
Perlakuan khusus
Seperti yang telah disinggung sedikit di atas; syariat Islam juga diterapkan
bagi nonmslim. Sebab, mukallaf (orang yang dibebani untuk menjalankan syariah)
bukan hanya kaum Muslim, namun juga nonmuslim. Sebab, risalah Islam diturunkan
Allah Swt untuk seluruh manusia di dunia, baik yang sudah memeluk Islam maupun
yang belum. Hanya saja, Islam telah merinci pelaksanaan syariat Islam oleh Non
Muslim.
Adapun pelaksanaan syariah oleh nonmuslim dirinci berdasarkan dua tinjauan berikut
ini.
Pertama, pelaksanaan syariat Islam oleh nonmuslim berdasarkan inisiatif dan
kesadarannya sendiri, tanpa ada paksaan dari Daulah Islam. Dalam hal ini ada perkara
yang tidak diperbolehkan bagi kaum kafir untuk melaksanakan disebabkan karena
Islam menjadi syarat bagi pelaksanaan hukum syara’ tersebut. Termasuk dalam
katagori ini adalah pelaksanaan ibadah sholat, puasa, zakat, haji, dan ibadah mahdhah
lainnya. Karena pelaksanaan semua ibadah tersebut mensyaratkan adanya keislaman
dan keimanan terlebih dahulu, maka orang kafir tidak diperkenankan melaksanakan
atau mengerjakan aktivota ibadah tersebut.
Adapun, jika pelaksanaan syariah tersebut tidak mensyaratkan adanya
keimanan dan keislaman terlebih dahulu, maka nonmuslim tidak dilarang untuk
melaksanakannya. Di antara aktivitas yang termasuk di dalamnya adalah
keikutsertaan mereka dalam perang bersama pasukan kaum Muslim, di bawah panji
Islam, dan dikomandani seorang Muslim. Mereka diperbolehkan memberikan
kesaksian dalam masalah jual beli. Demikian juga dengan semua perkara yang tidak
mensyaratkan adanya keimanan dan keislaman terlebih dahulu. Oleh karena itu,
nonmuslim diperbolehkan berkecimpung dalam bidang kedokteran, industri,
pertanian, perkebunan, dan lain sebagainya.
10
Kedua, pemberlakuan dan penerapan syariat Islam khusus atas non Muslim.
Jika ada nash-nash umum yang pelaksanaannya tidak dibatasi oleh syarat keimanan
dan keislaman, maka hal ini perlu diteliti terlebih dahulu. Jika pelaksanaan hukum
syariat tersebut hanya dikhususkan bagi kaum Muslim –karena ada syarat keimanan
dan keislaman di dalamnya; atau ada ketetapan dari Rasulullah saw bahwa mereka
tidak dipaksa untuk melaksanakan syariat-syariat tersebut; maka pada dua kondisi
semacam ini, hukum syariat tersebut tidak akan dibebankan atau diberlakukan kepada
mereka. Dan khalifah tidak boleh memberi sanksi kepada mereka, jika mereka tidak
melaksanakan syariat-syariat tersebut.
Oleh karena itu, khalifah tidak boleh memberi sanksi atas ketidakimanan dan
ketidakislamannya non Muslim. Mereka dibiarkan tetap tidak beriman, atau
menyakini keyakinan-keyakinan kufurnya. Negara tidak boleh memaksa mereka
untuk memeluk Islam. Negara Islam juga tidak boleh memaksa orang kafir untuk
beribadah seperti ibadahnya kaum Muslim. Mereka dibiarkan beribadah sesuai
dengan agama dan keyakinannya masing-masing.
Ketentuan ini didasarkan pada af’âl Rasulullah saw yang membiarkan
nonmuslim beribadah sesuai dengan keyakinan dan agama mereka. Beliau saw juga
tidak menghancurkan gereja, biara, dan tempat-tempat peribadatan orang-orang kafir.
Hukum-hukum jihad juga tidak dibebankan kepada mereka. Mereka juga tidak
diwajibkan pergi berjihad bersama kaum Muslim.
Mereka juga tidak dipaksa untuk meninggalkan minuman keras, dan atas
mereka juga tidak diterapkan hukum-hukum yang berhubungan dengan minuman
keras (syirbul khamr). Sebab, para shahabat ra, ketika menaklukkan wilayah Yaman,
mereka membiarkan orang-orang Kristen di wilayah itu minum-minuman keras, dan
para shahabat tidak memaksa mereka untuk meninggalkan minuman keras.
Namun, jika ada hukum-hukum yang pelaksanaannya tidak mensyaratkan
adanya keimanan dan keislaman terlebih dahulu, dan tidak ada nash umum yang
mengecualikan pelaksanaannya bagi non Muslim; maka huum-hukum itu akan
diberlakukan dan diterapkan kepada non Muslim. Misalnya, hukum-hukum yang
menyangkut masalah muamalah, pidana, dan sebagainya..
11
Oleh karena itu, jika non Muslim melakukan pencurian, maka ia akan dikenai
hukuman potong tangan. Begitu pula juga ada non Muslim melakukan perzinaan,
maka ia akan dikenai had zina, dan sebagainya. Imam Bukhari menuturkan sebuah
riwayat, bahwa Nabi saw pernah dilapori kasus pembunuhan yang dilakukan oleh
seorang Yahudi terhadap seorang budak perempuan. Ketika orang Yahudi itu
mengakui perbuatannya, Rasulullah saw pun memvonis hukuman mati (qishash) atas
orang Yahudi tersebut. Imam Muslim juga meriwayatkan sebuah Hadits bahwa Nabi
saw pernah merajam seorang laki-laki dari suku Aslam, dan seorang laki-laki dari
orang Yahudi dan wanitanya.
Begitu pula hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan muamalat, pidana,
pemerintahan, dan sebagainya, semuanya juga diberlakukan kepada nonmuslim tanpa
pengecualiaan.
Inilah ketentuan pokok yang berhubungan dengan pelaksanaan syariah Islam
oleh non Muslim. Kenyataan ini menunjukkan kepada kita, bahwa tidak ada
penyeragaman dan pemaksaan atas orang-orang kafir, dalam hal ibadah, keyakinan,
dan lain sebagainya; sesuai dengan ketentuan di atas.
Praktek Nyata dalam Daulah Islam
Ketentuan itu menjadi makin jelas jika kita menengok prakteknya semasa
Islam berkuasa. Selama Islam berkuasa, tidak pernah membunuh, apalagi
pembunuhan massal, nonmuslim semata disebabkan karena keyakinannya. Ini
berbeda sekalai dengan negara-negara Eropa yang sering meneriakkan kebebasan
beragama, namun mereka justru pemaksaan terhadap kaum Muslim untuk memeluk
agama mereka. Seperti yang terjadi di Andalusia , ketika umat Islam dikalahkan,
hanya diberi dua pilihan: Mati atau meninggalkan Islam.
Berikut ini ada sebagian dari cuplikan potret kafir dzimi dalam daulah Islam.
Pada Masa Rasulullah SAW
Setelah kekuasaan Daulah Islamiyyah meluas di Jazirah Arab, Nabi saw
memberikan perlindungan atas jiwa, agama, dan harta penduduk Ailah, Jarba’,
Adzrah, Maqna, yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Juga perlindungan
12
baik harta, jiwa, dan agama penduduk Khaibar yang mayoritasnya beragama Yahudi.
Serta memberikan perlindungan kepada penduduk Juhainah, Bani Dhamrah, Asyja’,
Najran, Muzainah, Aslam, Juza’ah, Jidzaam, Qadla’ah, Jarsy, orang-orang Kristen
yang ada di Bahrain, Bani Mudrik, dan Ri’asy, dan masih banyak lagi.
Saat itu, Khaibar telah menjadi bagian Negara Islam, dan penduduknya
didominasi oleh orang-orang Yahudi. Ketika orang—orang Yahudi bersumpah tidak
terlibat dalam pembunuhan, Rasulullah saw pun tidak menjatuhkan vonis kepada
mereka. Bahkan, beliau saw membayarkan diyat atas peristiwa pembunuhan di
Khaibar tersebut. Hadits ini menunjukkan bagaimana Rasulullah saw menegakkan
keadilan hukum bagi warga negaranya tanpa memandang lagi perbedaan agama, ras,
dan suku. Adapun non Muslim yang hidup di bawah kekuasaan Islam, mereka tunduk
dan patuh terhadap syariat Islam yang telah ditetapkan sebagai hukum negara. Mereka
juga mendapatkan perlindungan dalam menjalankan peribadatan, dan keyakinan
mereka. Mereka tidak dipaksa untuk memeluk Islam, atau diperintah untuk
melenyapkan truth claim atas agama dan keyakinan yang mereka anut. Malah, mereka
diberi kebebasan untuk menjalankan seluruh aktivitasnya sesuai dengan koridor
hukum negara. Hal ini dilakukan sesuai dengan surat Al kafirun :
Katakanlah:Hai orang-orang kafir! aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah.Dan kamu bukan penyembah tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah
agamaku.
Pada masa Kekhilafahan Islam
Setelah Nabi Muhammad saw wafat, tugas kenegaraan dan pengaturan urusan
rakyat dilanjutkan oleh para khalifah. Kekuasaan Islam pun meluas hingga mencakup
hampir 2/3 dunia. Kekuasaan Islam yang membentang mulai dari Jazirah Arab,
jazirah Syam, Afrika, Hindia, Balkan, dan Asia Tengah itu, tidak mendorong para
Khalifah untuk melakukan uniformisasi warga Negara, maupun upaya-upaya untuk
memberangus pluralitas. Padahal, dengan wilayah seluas itu, Daulah Islam memiliki
keragaman budaya, keyakinan, dan agama yang sangat besar, dan sewaktu-waktu bisa
memunculkan “konflik agama“. Akan tetapi, hingga kekhilafahan terakhir Islam, tak
13
ada satupun pemerintahan Islam yang mewacanakan adanya uniformisasi
(keseragaman), atau berusaha menghapuskan pluralitas agama, budaya, dan keyakinan
dengan alasan untuk mencegah adanya konflik.
Bahkan, penerapan syariat Islam saat itu, berhasil menciptakan keadilan,
kesetaraan, dan rasa aman bagi seluruh warga negara, baik Muslim maupun
nonmuslim. Dalam bukunya Holy War, Karen Amstrong menggambarkan saat-saat
penyerahan kunci Baitul Maqdis kepada Umar bin Khathathab kira-kira sebagai
berikut, “Pada tahun 637 M, Umar bin Khaththab memasuki Yerusalem dengan
dikawal oleh Uskup Yunani Sofronius. Sang Khalifah minta agar dibawa segera ke
Haram al-Syarif, dan di sana ia berlutut berdoa di tempat Nabi Mohammad saw
melakukan perjalanan malamnya. Sang uskup memandang Umar penuh dengan
ketakutan. Ia berfikir, ini adalah hari penaklukan yang akan dipenuhi oleh kengerian
yang pernah diramalkan oleh Nabi Daniel. Pastilah, Umar ra adalah sang Anti
Kristus yang akan melakukan pembantian dan menandai datangnya Hari Kiamat.
Namun, kekhawatiran Sofronius sama sekali tidak terbukti.” Setelah itu, penduduk
Palestina hidup damai, tentram, tidak ada permusuhan dan pertikaian, meskipun
mereka menganut tiga agama besar yang berbeda, Islam, Kristen, dan Yahudi.
Di Andalusia, kaum Muslim, Yahudi, dan Kristen hidup berdampingan selama
berabad-abad, di bawah naungan kekuasaan Islam. Tidak ada pemaksaan kepada
kaum Yahudi dan Kristen untuk masuk ke dalam agama Islam.
Pada tahun 1519 Masehi, pemerintahan Islam memberikan sertifikat tanah
kepada para pengungsi Yahudi yang lari dari kekejaman inkuisisi Spanyol pasca
jatuhnya pemerintahan Islam di Andalusia.
Pemerintah Amerika Serikat pun pernah mengirimkan surat ucapan terima
kasih kepada Khilafah Islamiyyah atas bantuan pangan yang dikirimkan kepada
mereka pasca perang melawan Inggris pada abad ke 18.
Surat jaminan perlindungan juga pernah diberikan kepada Raja Swedia yang
diusir tentara Rusia dan mencari suaka politik ke Khalifah pada tanggal 30 Jumadil
Awwal 1121 H/7 Agustus 1709 H.
14
Pada tanggal 13 Rabiul Akhir 1282/5 September 1865, khalifah memberikan
izin dan ongkos kepada 30 keluarga Yunani yang telah berimigrasi ke Rusia namun
ingin kembali ke wilayah khalifah. Sebab, di Rusia mereka tidak mendapatkan
kesejahteraan hidup.
Itulah sebagian fragmen sejarah yang menunjukkan, bahwa penerapan syariat
Islam dalam koridor Negara tetap melindungi dan metolerir adanya keragaman dan
kebhinekaan. Tidak ada uniformisasi, tidak ada pemberangusan terhadap pluralitas,
tidak ada pemaksaan atas non Muslim untuk masuk Islam, dan tidak ada pengusiran
terhadap non Muslim dari wilayah kekuasaan Islam. Yang terjadi justru, perlindungan
terhadap non Muslim, Lebih dari itu, pemerintah Islam dengan syariat Islamnya
benar-benar telah mewujudkan gagasan masyarakat inclusive tanpa menghapus truth
claim agama, dan tanpa melakukan uniformisasi dan intimidasi.
Jadi tidak ada alasan untuk khawatir atas pemberlakukan syariat Islam dalam
sebuah negara; atau barangkali ini adalah isyu politis yang ditujukan untuk
menghambat penerapan syariat Islam dalam koridor Negara.
Kesimpulan:
Sebagai muslim kita wajib memelihara kerukunan umat antaragama dengan
bertoleransi kepada mereka.
Kita tidak boleh mendzhalimi kafir dzimmi karena kafir dzimmi adalah kafir yang
tidak menghina dan tidak membahayakan bagi umat islam.
Pada zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin kehidupan antar umat beragama
berlangsung rukun karena adanya toleransi, hak-hak orang non muslim juga
dilindungi oleh pemerintah. Orang-orang non muslim juga diperbolehkan mendirikan
temapat-tempat untuk menjalankan ibadah dan menjalankan ritual ibadah mereka.
http://tafany.wordpress.com/2009/06/12/kerukunan-antar-umat-beragama/
15