kerjasama guru bimbingan dan konseling dengan wali kelas
TRANSCRIPT
KERJASAMA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN
WALI KELAS DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA DI MTsN 6 AGAM
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana(S-1)
Program Studi Bimbingan dan Konseling
OLEH
WISNARYATI
2614.132
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
2019 M/1440 H
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “KERJASAMA GURU BIMBINGAN DAN
KONSELING DENGAN WALI KELAS DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MTsN 6 AGAM” yang ditulis oleh
Wisnaryati, NIM : 2614.132 telah diperiksa dan disetujui untuk sidang
munaqasyah pada Prodi Bimbingan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Bukittinggi, 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Alfi Rahmi, M,Pd Rahmawati Wae,M.Pd
NIP : 19790723 200604 2 002 NIP : 2006038902
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Wisnaryati
Nim : 2614.132
Tempat/tanggal lahir : Simpang Duku, 07 Februari 1996
Prodi : Bimbingan dan Konseling
Judul Skripsi : Kerjasama Guru Bimbingan Konseling dengan Wali Kelas
Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di MTsN 6
Agam
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah berupa skripsi saya
dengan judul di atas adalah benar karya penulis. Apabila kemudian hari terbukti
skripsi ini bukanlah hasil karya penulis sendiri, maka penulis bersedia dihukum
sesuai dengan hukum yang berlaku.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bukittinggi, 2019
Wisnaryati
2614.132
PENGESAHAN TIM PENGUJI
Skripsi ini disusun oleh WISNARYATI, NIM: 2614.132 dengan Judul
“Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Wali Kelas dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di Mtsn 6 Agam” Ini Telah Diuji
Dalam Sidang Munaqasah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Bukittinggi, Hari Jum’at 22 Februari 2019 dan Dinyatakan Telah Dapat Diterima
Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Stara 1 (S1) Pada Prodi
Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan.
Bukittinggi, 22 Februari 2019
Tim Penguji
Ketua Sekretaris
Alfi Rahmi, M.Pd Rahmawati Wae, M.Pd
NIP.197907232006042002 NIDN. 2006038902
Anggota
Afrinaldi, S.Sos.I MA.,Ph.D Dr. Iswantir, M.Ag
NIP. 198004032005011003 NIP.197605192006041001
Pembimbing
Alfi Rahmi, M.Pd Rahmawati Wae, M.Pd
NIP.197907232006042002 NIDN. 2006038902
Mengetahui
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi
Dr. H. Nunu Burhanuddin, Lc., M.Pd
NIP.197305102000121002
ABSTRAK
Wisnaryati, Nim 2614.132, Judul Skripsi “Kerjasama Guru
Bimbingan dan Konseling Dengan Wali Kelas Dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Di MTsN 6 Agam”, Prodi Bimbingan dan Konseling,
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi, Tahun 2019.
Skripsi ini dilatar belakangi sebagian siswa kelas VII merupakan siswa
baru sehingga baru mengalami proses belajar di MTsN, siswa kelas VII masih
melakukan gaya belajar anak SD seperti harus diperhatikan terus menerus,
didiktekan, harus dijelaskan secara rinci baru mnengerti, masih terdapat siswa
yang tidak berminat dalam belajar seperi tidak mencatat, tidak mengerjakan PR,
tidak bertanya saat tidak mengerti, tidur, suka bermenung dan masih terdapat
siswa yang memilih-milih guru dan mata pelajaran. Bahkan terdapat siswa
dengan motivasi belajar yang rendah seperti nilai-nilai masih banyak yang
dibawah KKM sehingga siswa mendapatkan prestasi belajar yang tidak
memuaskan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field
Reseach) dengan metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
“penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari manusia dan perilaku yang diamati Peneliti mengumpulkan data melalui
wawancara dan observasi. Informan ini terdiri dari informan kunci yaitu satu
orang Guru bimbingan konseling dan lima orang Wali Kelas dan informan
pendukung siswa. Teknik analisis data adalah dengan analisis deskriptif
kualitatif dan teknik menguji keabsahan data dengan triangulasi data.
Dari hasil penelitian kerjasama yang dilakukan oleh guru bimbingan
konseling dengan wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah
Dasar kerjasama Guru BK Bimbingan Konseling dengan Wali Kelas dalam
menyusun program kegiatan meningkatkan motivasi belajar ini secara tidak
langsung penanganan nya sudah ada masuk kedalam layanan responsif. Bentuk
bentuk pelaksanaannya yaitumembantu memasyarakatkan pelayanan Bimbingan
dan konseling, membantu guru bimbingan dan konseling mengidentifikasi
masalah siswa, mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan
bimbingan dan konseling, membantu guru bimbingan dan konseling
mengumpulkan data tentang siswa, berpartisipasi dalam kegiatan khusus
penanganan masalah siswa. Hasil evaluasi sudah ada perubahan dari anak
tersebut. Hasil rekomendasi Sekolah memberikan aturan-aturan atau tata tertib
sekolah yang lebih ketat lagi. Tindak lanjut kerjasama guru BK dengan wali
kelas tergantung kepada siswa yang dibimbing, apabila siswa ada perubahan dari
sebelumnya maka akan dimotivasi terus, begitu pun dengan yang tidak ada
perubahan maka diberikan layanan tambahan.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Wali Kelas dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di MTsN 6 AGAM ”. Shalawat beserta
salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mewariskan
Al-Quran dan Sunnah sebagai petunjuk kebenaran sampai akhir zaman. Skripsi ini
disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana pada Prodi
Bimbingan dan Konseling pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai
pihak, baik moril maupun materil. Berkenaan dengan itu, izinkanlah peneliti
mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah
memberikan banyak bantuan kepada peneliti dalam menyelesaikan studi, dan
terima kasih juga kepada:
1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Bukittinggi, beserta para pembantu Wakil rektor I Bapak Dr.
Asyari,S.Ag.,M.Si selaku bidang akademik dan pengembangan lembaga,
Wakil Rektor II Bapak Dr. Novi Hendri, M.Pd selaku bidang adum,
perencanaan dan keuangan , dan Rektor III Ibu Dra. Hj. Nuraisyah selaku
bidang kemahasiswaan dan kerjasama.
2. Bapak Dr. H. Nunu Burhanuddin, Lc, M.Ag selaku Dekan Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Bukittinggi, beserta para pembantu Bapak Dr. Wedra Aprison M.Ag wakil
Dekan I, Bapak Charles S.Ag.,M.Pd wakil dekan II dan Bapak Drs.
Khairuddin. M.Pd selaku wakil dekan III.
3. Ibu Alfi Rahmi, M.Pd selaku Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling.
4. Ibu Alfi Rahmi, M.Pd selaku Pembimbing I dan Ibu Rahmawati Wae,
M.Pd selaku Pembimbing II yang telah mengarahkan, membimbing dan
mengoreksi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai kaidah
ilmiah yang berlaku.
5. Bapak Drs. Khairuddin. M.Pd selaku Penasehat Akademik
6. Bapak/Ibu dosen serta staf pengajar Prodi Bimbingan dan Konseling.
7. Bapak Iswandi, S.Pd selaku kepala sekolah MTsN 6 Agam.
8. Ibu Yultiswati, S.Pd selaku koordinator BK di MTsN 6 Agam.
9. Bapak Deni Ashari, S.Pd.I selaku Guru BK di MTsN 6 Agam.
Tiada yang pantas penulis ucapkan kecuali untaian kata terima kasih
“Jazaakumullah Ahsanal Jazaa” semoga amalnya diterima oleh Allah SWT, dan
dibalas dengan sebaik-baik balasan. Semoga karya yang masih jauh dari
kesempurnaan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Aamiin ya Mujibas
Saailiin.
Bukittinggi, 2019
Penulis
WISNARYATI
NIM : 2614.132
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN..............................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................................ii
ABSTRAK.....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..................................................................................iv
DAFTAR ISI..................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Fokus Penelitian ..................................................................................... 7
C. Pertanyaan Penelitian………………....………………………...... 8
D. Tujuan Penelitian .................................................................................... .8
E. Kegunaan Penelitian…......................…………………………….. 8
F. Penjelasan Judul …......................…......…………………………..9
G. Sistematika Penulisan.......................................................................12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Guru BK
1. Pengertian Guru BK..................................................................13
2. Syarat-syarat Guru BK..............................................................14
3. Tugas dan tanggung jawab Guru BK.........................................15
4. Kompetensi Guru BK................................................................19
B. Wali Kelas
1. Pengertian Wali Kelas…………………………….…………. 26
2. Syarat-syarat Wali Kelas………………………….…………. 27
3. Tugas dan Peran Wali Kelas...................………….…………. 32
4. Fungsi Wali kelas ...................................………….…………. 34
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar …………………………………35
2. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar………………36
3. Macam-macam Motivasi Belajar…………………………….42
4. Ciri-ciri dan Fungsi Motivasi Belajar ………………….……44
a. Ciri-ciri Motivasi Belajar……………………….…………44
b. Fungsi Motivasi Belajar………………………….….........45
D. Kerjasama Guru BK dengan Wali Kelas.......................................58
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian …………………………………………………….52
B. Lokasi Penelitian…………………………………………………...52
C. Informan Penelitian.........…………………………………………..53
D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………53
E. Metode Analisis Data………………………………………………59
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Bentuk k Kerjasama Guru Bimbingan dan konseling dan Wali
Kelas dalam menyusun program kegiatan untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Di MTs N 6 AGAM. ………………………61
B. Bentuk pelaksanaan Kerjasama Guru Bimbingan dan konseling
dan Wali Kelas dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Di MTs N 6 AGAM. ………………………………………………..71
C. Mengevaluasi Kerjasama Guru Bimbingan dan konseling dan
Wali Kelas dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Di
MTs N 6 AGAM... ……………………………………………….....83
D. Tindak lanjut Kerjasama Guru Bimbingan dan konseling dan
Wali Kelas dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Di MTs N 6 AGAM. ……………………………………………….85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .....……………………………………………………...87
B. Saran...................…………………………………………………....88
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Layanan bimbingan dan konseling adalah sebuah layanan yang
diberikan oleh seorang guru bimbingan dan konseling guna pemberian
bantuan kepada siswa untuk mengentaskan permasalahannya. Adapun
permasalahan-permasalahan yang dapat dientaskan oleh guru bimbingan
dan konseling seperti masalah kesulitan belajar, motivasi siswa dalam
belajar, masalah dalam menentukan sekolah lanjutan, pemilihan jabatan,
penyesuaian diri terhadap sekolah, keluarga dan masyarakat, sosial,
ekonomi dan kesehatan, penggunaan waktu luang, serta masalah-masalah
kepribadian yang dialami siswa.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 111 tahun 2014 tentang Pendidikan Dasar Dan
Pendidikan Menengah, yang menyatakan bahwa :
“Bimbingan dan konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis,
dan berkelanjutan secara terprogram yang dilakukan oleh konselor
atau bimbingan dan konseling untuk memfasilitasi perkembangan
peserta didik/ konseli untuk mencapai kemandirian dalam
kehidupannya”.1
Salah satu peran utama guru Bimbingan dan Konseling adalah
memberikan motivasi belajar kepada siswa. Motivasi belajar adalah faktor
psikis yang bersifat non intelegtual, yang memiliki peran yang khas dalam
1 Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Derektoran Jendral Guru Dan Tenaga Kerja
Kependidikan, Pamduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling Menengah
Atas (SMA), Jakarta, 2016. Hal 5
hal menumbuhkan gairah, rasa senang, dan semangat untuk belajar2. Pada
siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat, mereka akan memiliki
banyak energi untuk kegiatan belajar dan dihampiri oleh perasaan senang
untuk melakukan aktivitas belajar.
Seterusnya motivasi juga berperan dalam menentukan penguatan
belajar, memperjelas tujuan belajar dan menentukan katekunan belajar3.
Oleh karena itu motivasi siswa dalam belajar perlu di perhatikan karena
dengan adanya motivasi, siswa akan terdorong untuk melakukan aktivitas
belajar dengan penuh semangat serta tahu dengan tujuan belajar sehingga
siswa dapat mengikuti pelajaran yang disampaikan guru dengan penuh
makna dan nyaman berada dalam kelas untuk mengerjakan tugas yang
diberikan guru.
Salah satu faktor yang ikut mempengaruhi motivasi belajar adalah
lingkungan, sedangkan yang dimaksud lingkungan adalah keluarga yang
mengasuh sekaligus tempat anak dibesarkan, sekolah tempat mendidik,
masyarakat tempat anak bergaul dan bermain. Jadi dapat diketahui bahwa
motivasi belajar siswa salah satunya dapat dipengaruhi oleh kondisi
sekolah, karena sekolah adalah tempat siswa belajar, dan guru adalah salah
satu faktor utama dalam proses menumbuhkan dan meningkatkan motivasi
belajar pada siswa.
2 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014 )
h. 75 3 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukuranya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 27-
28
Motivasi belajar yang dimiliki siswa berbeda-beda, hal ini
dapat terlihat berdasarkan adanya hasrat dan keinginan untuk
berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya
harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar,
adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan
belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa
dapat belajar dengan baik. Jika seorang siswa tidak menunjukkan
ciri-ciri ditas maka dapat dikatakan siswa memiliki motivasi belajar
yang rendah. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah akan
menunjukkan sikap lesu, tidak bersemangat, tidak tertarik dengan apa
yang di jelaskan oleh guru dan hal ini cukup banyak ditemui
dikalangan para siswa.
Oleh karena itu untuk menumbuhkan ciri-ciri siswa yang
termotivasi untuk belajar maka perlu adanya kerjasama para guru,
seperti: memilih motode yang tepat dalam mengajar,
menginformasikan tujuan belajar, mengadakan evaluasi,
menghubungkan kegiatan belajar dengan minat siswa, menanamkan
nilai pandangan hidup positif pada siswa tentang tujuan belajar,
menceritakan keberhasilan tokoh, merespon keberhasilan siswa
dalam belajar dalam bentuk pujian maupun hadiah.4 Pelaksanaan
kerjasama di atas tidak dapat dilakukan hanya oleh guru mata
pelajaran atau wali kelas saja kerena tugas utama guru adalah transfer
4 Astuti, Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Kerjasama Guru bimbingan dan
konseling dan Wali kelas, (http://www. Bimatab. co.id)
of knowledge, oleh sebab itu dibutuhkan kerjasama guru wali kelas,
guru mata pelajaran dengan guru bimbingan dan konseling.
Proses kerjasama antara wali kelas dan guru bimbingan dan
konseling dimulai dengan mengumpulkan data berkenaan dengan
permasalahan siswa. Pengumpulan data ini dapat berupa angket atau
wawancara dengan siswa, wali kelas ataupun guru mata pelajaran. Wali
kelas adalah pihak sekolah yang paling utama yang harus dilibatkan dan
diwawancarai, dikarenakan wali kelas adalah adalah guru yang diberi
tugas khusus disamping mengajar pelatih untuk mengelola satu kelas
tertentu dan bertanggung jawab membantu kegiatan bimbingan dan
konseling dikelas.5 Oleh sebab itu wali kelas adalah pihak guru yang
memiliki informasi yang akurat dan berkesinambungan berkenaan dengan
perkemabangan siswa baik berkenaan proses pembelajaran ataupun
perkembangan pribadi siswa.
Hal ini sesuai dengan pendapat Woolfock dan Weinstein
mengemukakan bahwa fungsi wali kelas adalah
1. Manajer, seorang wali kelas harus mampu menjadi manajer yang baik,
karena ia harus mengedepankan fungsi menejerialnyadisaat siswa harus
memenuhi tang telah ditetapkan.
2. Motivator, seorang wali kelas harus mampu menjadi motivator yang
baik, Karena ia harus mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-
5 Dewa Ketut Sukardi, Manajemen Bimbingan Konseling di Sekolah, (Bandung : Alva
Beta, 2003. h 135
masing siswanya sehingga wali kelas mampu mengarahkan siswa
sesuai dengan kemampuannya dan mengoptimalkan potensi-potensi
siswanya.
3. Desainer, seorang wali kelas harus memiliki ide-ide yang bagus untuk
kelas yang dikelolanya, ia memiliki rencana-rencana yang mungkin
dicapai dan bagaimana cara pencapiannya dengan melibatkan
seluruhpotensi yang dimilikinya.
4. Administrator, seorang wali kelas harus mampu menjadi administrator
yang hebat, karena nilai siswa menjadi taruhannya jika wali kelas tidak
memiliki keahlian dibidang administrator tertentu akan menghambat
dan merugikan siswa.
5. Psikolog, seorang wali kelas harus mampu membaca sistuasi dan
kondisi yang dihadapi, ia bisa merasakan apa yang siswa rasakan dan
kemudian memberikan nasehat dan solusi dalam menghadapi masalah
siswa.6
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa wali kelas
memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan pendidikan
kepada siswa dikarenakan wali kelas dapat berfungsi menjadi manajer,
psikolog, motivator , administrator dan desainer. Sehingga dengan fungsi
tersebut siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan
yang seharusnya. Oleh karena itu diharapkan kerjasama yang baik terjalin
antara guru bimbingan konseling dengan wali kelas.
6 Woolfock dan Weinstein, Manajemen Kelas Berbasis Komprehensif , ( Jakarta :
Kencana Prenada Media Grup, 2006), h 18
Kerjasama adalah suatu kegiatan kerjasama interaktif antara
guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan wali kelas yang
dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tenaga untuk
mengembangkan dan melaksanakan program layanan bimbingan dan
konseling. Kerjasama tersebut dilakukan dengan komunikasi serta
berbagai pemikiran gagasan dan tenaga secara berkesinambungan. 7
Kerjasama adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
beberapa orang secara bersama-sama menimbulkan hasil yang tidak timbul
apabila dilakukan oleh satu orang. Kerjasama ini diharapkan terjalin antara
Guru bimbingan konseling dan wali kelas, karena wali kelas lebih sering
bertemu dengan siswa dan lebih mengetahui apa yang dibutuhkan siswa.
Tujuan nya yaitu menjalin hubungan baik dengan pihak lain dan
memperoleh sumbangan pemikiran yang diperlukan dalam mengatasi
suatu masalah atau bantuan yang dibutuhkan siswa.8 langkah-langkah nya
yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, tindak lanjut. 9
Seterusnya dengan terlaksananya fungsi wali kelas di atas
diharapkan wali kelas dapat menjadi informan kunci dalam memberikan
informasi perkembangan siswa dan ikut memberikan kontribusi dalam
mengentaskan permasalahan siswa. Hal ini sesuai dengan Panduan
7 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Guru dan Tenaga
Kependidikan, Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Menengah atas
(SMA), Jakarta, 2016. hal 65 8 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Guru dan Tenaga
Kependidikan, Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Menengah atas
(SMA),…2016. hal 65 9 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Guru dan Tenaga
Kependidikan, Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Menengah atas
(SMA),…2016. hal 65
Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah pertama yang
menyatakan bahwa kerjasama yang dapat dilakukan oleh wali kelas
dengan guru bimbingan dan konseling adalah memberikan segenap
informasi berkenaan perkemabangan siswa, ikut memberikan motivasi dan
ikut dalam rangka konferensi kasus dengan orang tua siswa.
Tugas guru dalam memberikan motivasi kepada siswa telah
dijelaskan dalam Al-Quran surat Ar-Ra’d ayat 11
Artinya :
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia”.
Berdasarkan ayat diatas dapat diketahui bahwa Allah SWT tidak
akan merobah keadaan suatu kaum apabila tidak kaum tersebut mengubah
keadaannya. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan memegang peranan
penting dalam kehidupan untuk menigkatkan dan mengembangkan potensi
siswa. Proses merubah nasib seseorang dapat dilaksanakan melalui
pendidikan dan pemberian motivasi oleh seorang guru kepada siswanya,
agar siswa terdorong untuk merubah nisibnya sendiri. Pemberian motivasi
sangat diperlukan diri siswa agar ia tergerak untuk melakukan sesuatu
yang baik untuk dirinya dan masa depannya.
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan guru
bimbingan dan konseling pada tanggal 07 Maret 2018 di MTsN 6
Agam diketahui bahwa masalah motivasi belajar memang ada
dialami oleh siswa. Seperti siswa kelas VII merupakan siswa baru
sehingga baru mengalami proses belajar di MTsN, siswa kelas VII
masih melakukan gaya belajar anak SD seperti harus diperhatikan
terus menerus, didiktekan, harus dijelaskan secara rinci baru
mnengerti, masih terdapat siswa yang tidak berminat dalam belajar
seperi tidak mencatat, tidak mengerjakan PR, tidak bertanya saat
tidak mengerti, tidur, suka bermenung dan masih terdapat siswa yang
memilih-milih guru dan mata pelajaran. Bahkan terdapat siswa
dengan motivasi belajar yang rendah seperti nilai-nilai masih banyak
yang dibawah KKM sehingga siswa mendapatkan prestasi belajar
yang tidak memuaskan. Oleh karena itu guru bimbingan dan
konseling telah melakukan kerjasama dengan wali kelas dan guru
mata pelajaran dalam meningkatkannya motivasi belajar siswa.
Adapun kerjasama yang telah dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling adalah melibatkan wali kelas dalam proses pengumpulan
data siswa, menginformasikan perkembangan siswa dan mengajak
wali kelas dalam proses konferensi kasus.10
Selanjutnya penulis juga melakukan wawancara dengan salah
satu wali kelas VII.6 pada hari dan tanggal yang sama. Penulis
mendapatkan keterangan bahwa kerjasama yang telah dilakukan guru
bimbingan dan konseling dan wali kelas berupa kerjasama yang
menguntungkan berupa saling tukar informasi berkenaan
perkembangan siswa, saling memberikan masukan tentang cara
memberikan nasehat dan bantuan atas permasalahan siswa serta
melakukan pemanggilan orang tua siswa.11
Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan maka penulis
tertarik mengkaji permasalahan ini lebih lanjut untuk mengetahui
kerjasama yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dan
wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dalam bentuk
penelitian. Oleh karena itu penulis merumuskan judul penelitian
tentang : ”Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Wali
Kelas dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di Mtsn 6
Agam”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas maka, maka penulis
membatasi fokus masalah penelitiannya yaitu kerjasama guru
10 DE ( Guru BK Kelas VII) Wawancara, 07 Maret 2018, MTsN 6 AGAM
11 HA ( Wali Kelas VII.6) Wawancara, 07 Maret 2018, MTsN 6 AGAM
bimbingan dan konseling dengan wali kelas dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa Di MTsN 6 Agam.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka yang menjadi
pertanyaan penelitian sebagai berikut bagaimana Kerjasama Guru
bimbingan dan konseling dengan Wali Kelas dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Di MTsN 6 Agam?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang penulis paparkan
diatas maka dapat disimpulkan tujuan penelitian yaitu untuk melihat
kerjasama guru bimbingan dan konseling dengan wali kelas dalam
menyusun program kegiatan untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa di MTsN 6 Agam
E. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan
mengenai kerjasama guru bimbingan dan konseling dengan wali
kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di MTsN 6
Agam.
2. Secara Praktis
a. Bagi penulis
Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah untuk menambah
wawasan, pengetahuan, pengetahuan penulis tentang karya
ilmiah dan untuk mencari kebenaran dari suatu masalah, untuk
meraih gelar S1 BK
b. Bagi sekolah
Diharapkan dengan adanya penelitian ini sekolah (MTsN 6 Agam),
khususnya kepala sekolah hal ini dijadikan sebagai acuan dalam
membuat kebijakan tugas dan peran guru pembimbing dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Bagi lembaga
Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi acuan untuk
mempersiapkan sarjana bimbingan dan konseling yang
berkualitas.
d. Bagi siswa
Agar kerjasama guru bimbingan dan konseling dan wali kelas
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dapat dilakukan
dengan sebaik-baiknya.
e. Bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagi acuan bagi peneliti selanjutnya
yang beminat dalam meneliti permasalahan yang terkait dengan
penelitian ini.
F. Penjelasan Judul
Supaya tidak terjadi kesalah pahaman dan kekeliruan terhadap
judul penelitian ini, maka arti kata-kata yang terdapat dalam judul
penelitian ini:
Kerjasama : Serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh beberapa orang secara bersama
menimbulkan hasil yang tidak timbul
apabila dilakukan oleh seseorang.12
Kerjasama yang penulis maksud disini
adalah kerjasama yang dilakukan oleh
guru Bimbingan dan Konsreling dan
dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa dan kerjasama yang dilakukan
oleh wali kelas dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa.
Guru bimbingan dan konseling : Tenaga profesioanal yang mempunyai
tugas dan wewenang serta hak secara
penuh dalam bimbingan dan konseling
terhadap sejumlah peserta didik atau
12
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta : Rineka Cipta.
1995) hal. 30
siswa di sekolah”.13
Guru bimbingan
dan konseling yang penulis maksud
adalah Guru bimbingan dan konseling
sekolah yang ada di MTsN 6 Agam
yang melakukan Kerjasama dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Wali kelas : Guru yang diberi tugas khusus
disamping mengajar juga pelatih untuk
mengelola satu kelas tertentu dan
bertanggung jawab membantu kegiatan
bombingan dan konseling dikelas.14
Wali kelas yang penulis maksud adalah
wali kelas dari siswa kelas VII di
MTsN 6 Agam yang melakukan
Kerjasama di sekolah dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Meningkatkan : Menaikkan, mempertinggi,
mengangkat diri, mengembangkan”15
.
Yang penulis maksud disini adalah
meningkatkan dan memperkuat serta
13
Prayitno, Penelitian Kegiatan Pengawasan dan konseling disekolah, ( Jakarta : Rineka
Cipta. 2001) hal. 8 14
Dewa Ketut Sukardi, Manajemen BK disekolah.........h 135 15
Departemen Pendidikan dan kebudayaan Repoblik Indonsesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka,1994), h. 148
terjadinya perobahan motivasi yang
dialami siswa dalam belajar di MTsN 6
Agam.
Motivasi Belajar : faktor psikis yang bersifat non
intelegtual, yang memiliki peran
yang khas dalam hal menumbuhkan
gairah, rasa senang, dan semangat
untuk belajar. 16
Motivasi belajar yang
penenliti maksud adalah motivasi
belajar siswa kelas VII
Siswa : Murid, terutama pada sekolah
dasar, dan menengah, pelajar17
.
yaitu siswa di MTsN 6 Agam
kelas VII.
Adapun yang penulis maksud secara keseluruhan dari judul
ini adalah suatu penelitian untuk mengetahui “Kerjasama yang
dilakukan oleh Guru bimbingan dan konseling dengan Wali kelas
dalam meningkatan motivasi belajar siswa”.
G. Sistematika Penulisan
16
Sardiman, , Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grasindo Persada,
2001),, h. 75 17
Departemen Pendidikan dan kebudayaan Repoblik Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka,1994), h. 706
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka penulis
membuat sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari dari latar belakang masalah,
fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitin,
kegunaan penelitian, penjelasan judul dan sistematika
penulisan.
BAB II : Landasan teoritis, yang membahas tentang Guru bimbingan
dan konseling, pengertian Guru bimbingan dan konseling,
dan kerjasama Guru bimbingan dan konseling dan wali kelas
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. unutuk sub bab
tentang guru bimbingan dan konseling, apa itu guru
bimbingan dan konseling, sub bab motivasi belajar mengenai
apa itu motivasi, apa pengertian belajar, dan apa yang
dimaksud dengan motivasi belajar. Sedangkan unutk sub bab
kerjasama guru bimbingan dan konseling dan Wali kelas
yang akan dibahas mengenai Kerjasama yang dilakukan guru
bimbingan dan konseling dengan Wali kelas dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa.
BAB III : Metodologi Penelitian, yang terdiri dari jenis penelitian,
lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan
data, dan metode analisis data.
BAB IV : Merupakan hasil penelitian yang terdiri dari deskripsi hasil
penelitian.
BAB V : Merupakan Penutup yang berisi kesimpulan dan saran
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Guru bimbingan dan konseling
1. Pengertian guru Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari
pendidikan nasional sehingga pelaksanaan bimbingan dan
konseling harus searah dengan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang dirmuskan dalam undang-undang No.20 tahun 2003
pasal 1 ayat (6) dinyatakan bahwa : Pendidik adalah tenaga
pendidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, Guru
Bimbingan dan Konseling, pamong belajar, widiaswara, tutor,
instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhussanya serta yang berpartisipasi dalam menyelengarakan
pendidikan.18
Guru bimbingan dan konseling adalah seorang guru yang
selain mengajar mata pelajaran tertentu, terlibat juga dalam
pelayanan bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan
konseling model ini termasuk memliki tugas rangkap. Guru mata
pelajaran yang bisa diserahi tugas dan tanggung jawab sebagai
guru pembimbing konseling misalnya guru agama, guru PPKN,
18
Sutirna, Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Formal, Non Formal Dan Informal,
(Yogyakarta : CV Andi offset.2013) hal 35
dan guru-guru lainnya terutama yang tidak memiliki jam
pelajaran.19
Dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan dan konseling
adalah tenaga ahli yang memiliki seperangkat kompetensi
sekaligus merupakan orang yang memiliki tugas dan tanggung
jawab untuk memberikan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada klien karena telah menjalani pendidikan bimbingan dan
konseling pada instansi tertentu.
2. Syarat-syarat Guru Bimbingan dan Konseling
Agar pembimbing dapat menjalankan pekerjaannya dengan
sebaik-baiknya, maka pembimbing harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup,
luas baik dari segi teori maupun segi praktik. Segi teori merupakan
hal yang penting karena segi inilah yang menjadi landasan didalam
paraktik.
b. Dari segi psikologis, seorang pembimbing harus dapat mengambil
tindakan bijaksana jika pembimbing telah cukup dewasa secara
psikologis, yang dalam hal ini dimaksudkan kemantapan atau
kestabilan didalam psikisnya, terutamaa dalam hal emosi.
19
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),
Jakarta: PT Grafindo,2011. Hal 116
c. Seorang pembimbing harus sehat jasmani dan psikisnya. Apabila
jasmani dan psikis tidak sehat maka hal itu akan menggangu dalam
menjalankan tugasnya.
d. Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap
pekerjaannya dan juga terhadap anak atau individu yang
dihadapinya.
e. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga
usaha bimbingan dan konseling dapat berkembnag kearah keadaan
yang lebih empurna untuk kemajuan sekolah.
f. Karena bidang gerak dari pembimbing tidak tebatas pada sekolah
saja maka seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, dan sopan
santun didalam segala perbuatannya sehingga pembimbing dapat
bekerja sama dan memberikan bantuan secukupnya untuk
kepentingan anaknya.
g. Seorang pembimbing harus diharapkan mempunyai sifat-sifat yang
dapat menjalankan prinsip-prinsip etik bimbingan dan konseling
dengan sebaik-baiknya20
.
3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Bimbingan dan Konseling
Ada terdapat perbedaan yang mendasar antara Guru Bimbingan
dan Konseling dengan guru mata pelajaran dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya. Guru mata pelajaran tugasnya lebih kepada transfer
of knowledge, sedangkan Guru Bimbingan dan Konseling tugasnya lebih
20
Bimo Walgito, Bimbingan + Konseling (studi dan karir), (Yogyakarta : Andi Offset,
2010) hal 40-41
dititik beratkan kepada pembinaan siswa. Di sekolah Guru Bimbingan
dan Konseling berupaya untuk membina sekaligus membantu siswa
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Pembinaan yang dilakukan
Guru Bimbingan dan Konseling dikenal dengan sebutan full guidance
counselor, kerena seluruh waktu dan perhatian Guru Bimbingan dan
Konseling dicurahkan pada layanan bimbingan dan konseling, tidak
mengenal tempat, dimanapun siswa membutuhkan layanan bimbingan
dan konseling.
Selanjutnya, guru bimbingan dan konseling memiliki tugas dan
tanggung jawab dalam menangani berbagai macam permasalahan yang
dialami siswa, seperti masalah kesulitan belajar, motivasi siswa dalam
belajar, masalah dalam menentukan sekolah lanjutan, pemilihan jabatan,
penyesuain diri terhadap sekolah, keluarga dan masyarakat, sosial,
ekonomi dan kesehatan, penggunaan waktu luang, serta masalah-masalah
kepribadian yang dialami siswa.
Keseluruhan permasalahan di atas merupakan tugas dan tanggung
jawab guru bimbingan dan konseling untuk membantu mengantaskannya
melalui pemberian layanan bimbingan dan konseling. Apabila
dikelompokan maka masalah tersebut berkaitan dengan bidang pribadi,
belajar, sosial, ekonomi, karir dan keluarga. Masalah yang berkaitan
dengan bidang belajar salah satunya mengenai kesulitan yang dirasakan
siswa dalam belajar, apabila kondisi ini terus berlanjut bisa menyebabkan
rendahnya motivasi siswa dalam belajar sehingga akan berdampak
terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu keberadaan Guru Bimbingan
dan Konseling sangat dibutuhkan dalam membantu pengentasan berbagai
macam permasalahan yang di alami siswa ini. Melalui usaha yang
dilakukan oleh Guru Bimbingan dan Konseling dalam pelayanan
konseling akan dapat di ungkap faktor utama yang menyebabkan
munculnya permasalahan siswa sehingga masalah tersebut segera
terentaskan, dengan demikian siswa akan memiliki motivasi belajar dan
dapat mengikuti aktivitas pembalajaran sebagaimana menstinya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa tugas dan
tanggung jawab guru bimbingan dan konseling bukan saja kepada siswa
melainkan juga kepada orang tua, kepala sekolah serta staf administrasi.
Ini dilihat pada poin ketiga yang mana Guru Bimbingan dan Konseling
bertugas untuk memberikan informasi tentang program bimbingan dan
konseling kepada pihak tersebut. Dari informasi yang diberikan oleh Guru
bimbingan dan konseling, pihak yang bersangkutan dapat mengetahui
program bimbingan dan konseling yang telah dibuat oleh Guru Bimbingan
dan Konseling, sehingga dengan adanya pemberian informasi ini juga akan
memberikan kemudahan bagi guru bimbingan dan konseling dalam
menjalankan pelayanan bimbingan dan konseling.
Penyelengaraan bimbingan yang dilakukan guru bimbingan dan
konseling bersifat preventif di atas maksudnya adalah untuk menjaga
siswa agar tidak mengalami kesulitan, serta menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan, dan bersifat preservatif adalah usaha yang diakukan oleh
Guru Bimbingan dan Konseling untuk menjaga keadaaan yang telah baik
agar tidak mengalami penurunan. Sedangkan bersifat kolektif maksudnya
adalah guru bimbingan dan konseling berupaya memberikan bimbingan
dan konseling terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar yang
membutuhkan orang lain untuk membantu memecahkan permasalahan
yang dialami.
Berdasarkan kutipan ini dapat diketahui bahwa tugas dan tanggung
jawab guru bimbingan dan konseling merupakan keseluruhan pelaksanaan
pelayanan konseling yang mencakup perencanaan program, untuk itu
dalam membuat perencanan program Guru Bimbingan dan Konseling
perlu mempertimbangan kebutuhan siswa. Kemudian program ini
direalisasikan oleh Guru Bimbingan dan Konseling dalam pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling terdiri dari: (1)layanan orientasi,
(2)layanan informasi, (3)layanan penempatan dan penyaluran, (4)layayan
penguasaan konten, (5)layanan konseling perorangan, (6)layanan
bimbingan kelompok, (7)layanan konseling kelompok, (8)layanan
konsultasi, (9)layanan mediasi. Selain itu Guru Bimbingan dan Konseling
juga dapat memanfaatkan kegiatan pendukung konseling untuk membantu
dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan
pendukung tersebut terdiri dari: (1)aplikasi intrumentasi, (2)himpunan
data, (3)konferensi kasus, (4)kunjungan rumah, (5)alih tanggan kasus,
(6)tanpilan kepustakaan.21
.
Selain itu guru bimbingan dan konseling juga harus mampu
mengendalikan dan sekaligus melaksanakan berbagai layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling yang menjadi tanggung jawabnya.22
Pengendalian yang dilakukan Guru Bimbingan dan Konseling akan
memberikan kelancaran dalam pelayanan konseling. Kemudian idealnya
dalam pelayanan konseling yang menjadi tanggung jawab Guru
Bimbingan dan Konseling adalah 150 orang.
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa begitu banyak
yang menjadi tugas dan tanggung jawab Guru Bimbingan dan Konseling
dalam pelayanan konseling. Oleh kerena itu Guru Bimbingan dan
Konseling harus mengetahui dan piawai dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya agar dapat terlaksana dengan baik .
4. Kompetensi Guru bimbingan dan konseling
Rumusan Standar Kompetensi Guru Bimbingan dan
Konseling telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar
kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi
kinerja guru bimbingan dan konseling. Namun bila ditata kedalam
empat kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam PP
19/2005, maka rumusan kompetensi akademik dan profesional
21
Prayitno, Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling, (Padang: UNP, 2004),
h. 2 22
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Rineka
Cipta, 1999), h.242
guru bimbingan dan konseling dapat dipetakan dan dirumuskan ke
dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional
seebagai berikut :23
a. Kompetensi Pedagogik
1) Menguasai teori dan praktis pendidikan
a) Mengusai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya
b) Mengiplementasikan prinsip-prinsip pendidikan dan proses
c) Menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan
2) Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta
perilaku konseli
a) Mengaplikasikan kaidah-kaidah prilaku manusia,
perkembangan fisik dan psikologis individu terhadap
sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya
pendidikan
b) Mengaplikasikan kaidah-kaidah kepribadian, individualistik
dan perbedaan konseli terhadap sasaran pelayanan
bimbingandan konseling dalam upaya pendidikan
c) Mengaplikasikan kaidah-kaidah belajar terhadap sasaran
pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya
pendidikan
23
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 Tanggal 11
Juni 2008 ( Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling).
d) Mengaplikasikan kaidah-kaidah keberbakatan terhadap
sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya
pendidikan
e) Mengaplikasikan kaidah-kaidah kesehatan mental terhadap
sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya
pendidikan
3) Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam
jalur, jenis dan jenjang satuan pendidikan
a) Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan
jalur pendidikan formal, nonformal dan informasi
b) Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan
jenis pendidikan umum, kejuruan, keagamaan dan khusus
c) Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan
jenjang pendidikan usia dini, dasar dan menengah serta
tinggi.24
b. Kompetensi personal
1) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Menghayati kode etik dan proses pengambilan keputusan secara
etis
3) Menampilkan rasa hormat tergadap kergaman individu
4) Menampilkan struktur nilai dan sistem kepyakinan pribadi
24
Daryanto dkk, Bimbingan dan Konseling Panduan Guru bimbingan dan konseling dan
Guru Umum, Yogyakarta : Gava Media,2015. Hal 14
5) Menampilkan ketebukaan, fleksibilitas, sikap mengasihi, dan
toleran didalam melakukan inteksi profesional yang mengarah
kepada pertumbuhan dan perkembangan diri sendiri dan orang
lain
6) Manampilkan arah diri dan otonomi kedirian yang mantap
7) Bertindak secara konsisten dengan sistem nilai etis pribadi dan
kode etik profesional dalam hubungan profesionalnya
8) Meninjukkan penampilan diri yang menarik
9) Mampu menyesuaikan diri secara adekuat
10) Memiliki kepercayaan dan keyakinan diri untuk bisa
memberikan layanan bantuan
11) Memiliki keikhlasan dalam menyelengarakan pelayanan. 25
c. Kompetensi Sosial
1) Mengimplementasikan kalaborasi intern ditempat kerja
a) Memahami dasar, tujuan, organiasasi dan peran pihak-pihak
lain (guru, wali kelas, pimpinan sekolah atau madrasah,
komite sekolah atau madrasah) ditempat kerja.
b) Mengomunikasikan dasar, tujuan dan kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling kepada pihak-pihak lain ditempat
bekerja
c) Bekerja sama dengan pihak-pihak terkait didalam tempat
bekerja (seperti guru, orangtua, tenaga administrasi)
25
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung : Pustaka Setia, 2010) hal 55-57
2) Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan
konseling
a) Memahami dasar, tujuan dan AD/ART organisasi profesi
bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan
profesi
b) Menaati kode etik profesi bimbingan dan konseling
c) Aktif dalam organisasi profesi bimbingan dan konseling
untuk pengembangan diri dan profesi
3) Mengimplementasikan kalaborasi antar profesi
a) Mengkomunikasikan aspek-aspek profesionalisasi
bimbingan dan konseling kepada organisasi profesi lainnya
b) Memahami peran organisasi profesi lain memanfaatkan
untuk suksesnya pelayanan bimbingan dan konseling
c) Bekerja dalam tim bersama tenaga paraprofesionalisasi dan
profesional profesi lainnya
d) Melaksanakan referal kepada ahli profesi lain sesuai dengan
keperluan.26
d. Kompetensi Profesional
1) Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami
kondisi, kebutuhan dan masalah konseli
a) Menguasai hakikat asesmen
26
Daryanto dkk, Bimbingan Konseling Panduan Guru bimbingan dan konseling dan
Guru Umum,... hal 16
b) Memilih teknik asesmen, sesuai dengan kebutuhan
pelayanan bimbingan dan konseling
c) Menyusun dan mengembangkan instrumen asesmen untuk
mengungkapkan masalah-masalah konseli
d) Memilih dan mengadministrasikan teknik asesmen
pengungkapan kemampuan dasar dan kcendrungan priibadi
konseli
e) Memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk
mengungkapkan kondisi aktual konseli berkaitan dengan
lingkungan
f) Mengakses an dokumentasi tentang konseli dalam pelayanan
bimbingan dan konseling
g) Menggunakan hasil asesmen dalam pelayanan bimbingan
dan konseling dengan tepat
h) Menampilkan tanggung jawab profesional dalam praktik
asesmen
2) Menguasai kerangka teoritik dan praktis bimbingan dan
konseling
a) Mengaplikasikan hakikat pelayanan bimbingan dan
konseling
b) Mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan konseling
c) Mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan dan
konseling
d) Mengaplikasikan pendekatan atau model atau jenis
pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling
e) Mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai
kondisi dan tuntutan wilayah kerja
f) Mengaplikasikan dalam praktik format peelayanan
bimbingan dan konseling
3) Merancang program bimbingan dan konseling
a) Menganalisis kebutuhan konseli
b) Menyusun program bimbingan dan konseling yang
berkelanjutan berdasarkan kebutuhan peserta didik secara
komprehensif dengan pendekatan perkembangan
c) Menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan
konseling
d) Merencanakan sasaran dan biaya penyelenggaraan program
bimbingan dan konseling
4) Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang
komprehensif
a) Melaksanakan program bimbingan dan konseling
b) Melaksanakan pendekatan kalaboratif dalam pelayanan
bimbingan konseling
c) Memfasilitasi perkembangan akademik, karir, personal dan
social konseling
d) Mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan
konseling
5) Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling
a) Melakukan evaluasi hasil, proses dan program bimbingan
dan konseling
b) Melakukan penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan
konseling
c) Menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi pelayanan
bimbingan dan konseling kepada pihak terkait
d) Menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi
dan mengembangkan program bimbingan dan konseling
6) Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional
a) Memahami dan mengelola kekuatan dan keterbatasan
pribadi dan profesional
b) Menyelengarakan pelayanan sesuai dengan kewenangan dan
kode etik profesional konseling
c) Mempertahankan objektifitas dan menjaga agar tidak larut
dengan masalah konseli
d) Melaksanakan referal sesuai keperluan
e) Peduli terhadap identitas profesional dan pengembangan
profesi
f) Mendahulukan kepentingan konseli dari pada kepentingan
pribadi Guru Bimbingan dan Konseling
g) Menjaga kerahasiaan konseli
7) Menguasai konsep dan praktis penelitian dalam bimbingan dan
konseling
a) Memahami berbagai jenis dan metode penelitian
b) Mampu merancang penelitian bimbingan dan konseling
c) Melaksanakan penelitian bimbingan dan konseling
d) Memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan
konseling dengan mengakses jurnal pendidikan.27
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru
bimbingan dan konseling ada empat yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, sosial dan profesional.
B. Wali Kelas
1. Pengertian Wali Kelas
Wali Kelas adalah guru yang diberi tugas khusus disamping
mengajar palatih untuk mengelola satu kelas siswa tertentu dn
bertanggung jawab membantu kegiatan bimbingan dan konseling
di kelas. 28
Kegiatan kelas merupakan inti program pendidikan, dan
wali kelas memengang peran penting dalam bimbingan.29
Wali
kelas merupakan personil sekolah yang ditugasi untuk menangani
27
Daryanto dkk, Bimbingan Konseling Panduan Guru bimbingan dan konseling dan
Guru Umum,... hal 14 28
Dewa Ketut Sukardi, Manajemen Bimbingan Konseling di Sekolah, Bandung: Alva
Beta, CV, 2003. Hal 125 29
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung : Sinar Bandung
Algensindo, 2009, hal 198
masalah-masalah yang dialami oleh siswa yang menjadi
binaannya.30
Guru kelas atau wali kelas merupakan pemimbing
dan pengasuh utama yang setiap hari berada bersama siswa dalam
proses pendidikan dasar yang amat vital dalam keseluruhan
perkembangan siswa.31
Jadi dapat disimpulkan wali kelas adalah guru yang
diserahi tugas atau diberikan tugas membina murid dalam satu
kelas dan memengan peran bimbingan dan pengasuh utama yang
setiap hari berada bersama siswa dalam proses pendidikan dasar
dalam keseluruhan perkembangan siswa dalam pendidikan.
2. Syarat-sayarat Wali Kelas
Wali kelas memang bukan jabatan yang strategis, namun
kinerja wali kelas akan berdampak besar bagi anak didik maupun
sekolah. Untuk itu dalam menentukan guru sebagai wali kelas
tentu seorang kepala sekolah maupun wakasek kurikulum tidak
akan main comot saja. Guru calon wali kelas akan dilihat baik
kemampuan administratif maupun faktor-faktor lain. Adapun
yang menjadi syarat- syarat wali kelas adalah :
a. Perasaan Sayang
30
Soetjipto, dkk, Profesi Keguruan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1998, hal 102 31
Prayitno, Pelayanan Bimbing dan Konseling SD, Jakarta:PT Ikrar Mandiri abadi,
1999. hal 62
Rasa sayang menjadi hal yang sangat penting untuk
menjadi wali kelas. Jika rasa sayang guru sebagai wali di
sekolah tembus pada anak didik kita, maka akan timbul
simpati dan empati. Hal ini akan sangat berdampak pada
kejiwaan anak-anak. Dengan perasaan sayang mampu
mengatasi permasalahan yang terbilang rumit bahkan
kesulitan dan problematika anak yang tidak disampaikan ke
orang tuanya karena berbagai alasan akan mampu dicurhatkan
ke guru wali kelasnya. Problematika yang disembunyikan
anak akan dapat teratasi karena kerja sama dengan walikelas
melalui bimbingan dan arahan.
b. Bertanggung Jawab
Beraneka ragam tanggung jawab yang harus dipikul
seorang guru wali kelas mulai dari manajemen administrasi
kelas sampai dengan administrasi sekolah yaitu berupa
limpahan tanggung jawab untuk menarik dan mengumpulkan
iuran anak-anak misalnya uang untuk kegiatan kesiswaan.
Guru wali kelas mendapat mandat dari sekolah untuk
mengelola kelas serta dari orang tua untuk ikut memimbing
dan mengawasi selama mengikuti kegiatan KBM di sekolah.
Jelas tidaklah ringan yang harus dilakukan seorang wali kelas.
Untuk itu tanpa memiliki rasa tanggung jawab akan menjadi
mustahil terciptanya harapan sesuai dengan keinginan sekolah
serta orang tua.
c. Terbuka
Untuk menciptakan suasana keterbukaan, maka
seorang wali kelas harus mampu membawa permasalahan
yang dihadapi kelas diselesaikan secara terbuka dengan
mengkaji permasalahan yang dihadapi. Menyelesaikan
masalah tanpa membedakan anak satu dengan yang lainnya
serta tanpa menutup-nutupi, artinya yang benar dikatakan
benar yang salah dikatakan salah. Apabila berlaku tidak adil,
maka akan terdapat kelompok-kelompok siswa yang biasanya
akan sulit mengambil keputusan bersama karena masing-
masing kelompok akan mencari kebenaran sendiri- sendiri.
d. Disiplin dan Tepat Waktu
Menerapkan disiplin dan tepat waktu membutuhkan
suatu sikap serta kesabaran. Bagaimana tidak? Di dalam kelas
terdapat individu-individu yang terdiri dari karakter yang
berbeda-beda oleh karena itu masing-masing siswa juga
berbeda. Ada siswa yang sudah terbentuk kedisiplinannya di
lingkungan keluarganya, namun tidak jarang yang terbiasa
hidup bebas. Rendahnya sikap disiplin pada siswa akan
tercermin pada saat-saat guru wali kelas meminta biodata
untuk diisikan dalam data siswa. Pada saat mengumpulkan
buku rapot, pada saat kelas mengadakan iuran-iuran dan
banyak hal yang dapat digunakan sebagai patokan pada anak
yang disiplin atau tidak. Dengan sikap wali kelas yang selalu
tidak memberikan ruang waktu /tenggang diharapkan mampu
merubah sikap anak yang kurang disiplin atau tidak disiplin
menjadi disiplin.
e. Konsisten dalam Mengambil Keputusan
Permasalahan di kelas sering muncul tanpa disengaja
misalnya jadwal piket yang tidak diterapkan seperti yang
sudah ditentukan bersama. Bahkan sering juga dijumpai
adanya konflik dengan guru pengajar di kelas (biasanya
disebabkan oleh suasana KBM yang kurang mendukung)
sehingga guru tidak mau mengajar di kelas. Hal-hal seperti
itulah yang harus dibicarakan bersama dengan anak-anak di
kelas sehingga permasalahan tidak meluas. Apabila tidak
ditemukan jalan pemecahannya, maka guru wali kelas harus
mengambil keputusan secara adil, namun secara konsisten
memegang teguh pada keputusan yang telah diambil.
f. Bijaksana
Agar kita dapat bersikap bijaksana, maka dalam
melihat setiap permasalahan dengan melihat dari banyak sisi,
di mana terkadang dari sisi yang satu baik artinya tidak ada
kendala, namun di sisi yang lain akan membawa dampak
yang luas untuk masa yang akan datang. Misalnya kasus
perkelahian antar teman sekelas, jika dilihat dari sisi manapun
perkelahian tetap salah, namun selaku wali kelas harus
mampu melihat sisi-sisi lain dari timbulnya perkelahian ini
agar tidak terulang lagi.
g. Mau Mendengarkan
Dengan mendengarkan anak didik, maka akan menjadi
jalan dalam menemukan titik terang dari adanya konflik-
konflik kecil di kelas. Di samping itu adanya keinginan-
keinginan anak yang perlu dibimbing dan diarahkan serta
memudahkan dalam mencari solusi atas problematika yang
dihadapi anak didik. Karena dengan menjadi pendengar yang
baik, maka si anak akan terbuka dalam mengutarakan
pendapatnya serta mau mendengarkan juga atas nasehat-
nasehat yang kita berikan. Dengan mendengarkan keluh
kesahnya, suka citanya, maka akan terjalin komunikasi dua
arah yang saling menguntungkan sehingga rasa sayang
layaknya orang tua kepada anaknya akan tumbuh dan
berkemang, hingga mampu menjadi bahan evaluasi maupun
perbaikan diri pribadi ke arah yang positif
h. Mampu Memberi Wawasan dan Wacana
Minimnya pengetahuan, rendahnya kualitas sosial dan
ekonomi mengakibatkan sempitnya wawasan dan wacana
kehidupan ke arah depannya, sehingga akan cenderung
memikirkan sesaat bukan sebaliknya yaitu dampak untuk
masa-masa yang akan datang. Dengan minimnya wawasan
dan wacana, maka akan timbul pola hidup yang simpel
bahkan akan cenderung mudah pasrah dengan keadaan, tanpa
suatu usaha dan kerja yang sungguh-sungguh. Misalnya
rendahnya wawasan akan pentingnya pendidikan, akan
mengakibatkan anak malas untuk sekolah dan rendahnya
motivasi belajar anak.
i. Mampu Mengontrol, Mengevaluasi, dan Memperbaiki
Kontrol kepada anak didik tidak harus dengan
mengintai tingkah lakunya sehari-hari, namun bisa dilakukan
dengan menjalin komunikasi dengan anak. Atau melihat
perkembangan anak maupun menjalin komunikasi dengan
orang tua. 32
Jadi dapat disimpulkan syarat-syarat wali kelas adalah
seseorang yang sudah memiliki kesiapan mantap untuk
membina kelas yang diasuhnya. Yang memiliki rasa sayang,
bertanggung jawab, peduli, terbuka, konsisten dan lain
sebagainya.
3. Tugas dan Peran Wali Kelas
32
http://tabloidganesha.blogspot.co.id/2012/11/ini-syarat-syarat-menjadi-wali-kelas, senin
5/03/2018
Berkenaan dengan kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah peran dan tanggung jawab wali kelas adalah :
a. Mengumpulkan data tentang siswa.
b. Menyelenggarakan bimbingan kelompok.
c. Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa (akademik, sosial,
fisik, pribadi) .
d. Mengawasi kegiatan siswa sehari-hari.
e. Mengobservasi kegiatan siswa dirumah.
f. Mengadakan kegiatan orientasi.
g. Memberikan penerangan.
h. Mengatur dan menempatkan siswa.
i. Memantau hubungan sosial siswa dengan individu lainnya dari
berbagai segi, seperti frekuensi pergaulan, intensitas pergaulan
dan popularitas pergaulannya.
j. Bekerjasama dengan Guru Bimbingan dan Konseling dalam
membuat sosiometri dan sosiogram.
k. Berkerjasama dengan Guru Bimbingan dan Konseling dalam
mengadakan pemeriksaan kesehatan psikologis oleh tim ahli.
l. Mengidentifikasikan siswa yang memerlukan bantuan.
m. Ikut serta atau menyelenggarakan sendiri pertemuan kasus. 33
33
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar,… hal 197
Romine dalam buku Oemar mengemukakan beberapa hal yang
penting bagi guru kelas untuk mempertinggikan dan memperbaiki
pelayanan bimbingan sebagai berikut :
1. Membuat catatan yang teliti tentang diri siwa untuk melengkapi
catatan-catatan sekolah agar segera diperoleh gambaran yang
lebih baik tentang individu siswa.
2. Mengobservasi dan mempelajari siswa, menggunakan dokumen
sekolah dalam unsur yang jujur dan beralasan untuk memahami
mereka sebagai manuasia belajar, membantu perkembangan
kesehatan jasmani, dan sebagainya.
3. Kerja sama dengan guru-guru lain untuk memperoleh gambaran
yang lengkap tentang para siswa mengenai tantangan, minat,
kebutuhan, dan masalah yang dihadapi mereka.
4. Mempelajari minat dan kebutuhan-kebutuhan siswa dan
mempertimbangkan dalam pelajaran dan dalam berbagai kigiatan.
5. Berkerja sama dengan orangtua siswa untuk memahami dan
bekerja dengan para siswa.
6. Memikirkan memungkinan-kemungkinan dalam rangka
penggunaan group guidance atau pendekatan-pendekatan dalam
pelajaran.
7. Menyesuaikan diri sendiri, bahan pelajaran, kegiatan, dan
prosedur kelas dengan minat dan kebutuhan para siswa.
8. Bertindak sebagai sponsor kegiatan-kegiatan siswa, sebagai
anggota panitia bimbingan, dan melaksanakan tugas-tugas lainnya
sehingga para siswa memahami tugas kewajiban sekolah.
9. Bekerja sama dengan para ahli bimbingan dan personel sekolah
lainnya yang dapat membantu guru melaksanakan bimbingan. 34
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan Tugas dan
peranan Wali Kelas tidak dapat diselenggarakan dengan cara
seadanya, melainkan memerlukan usaha yang benar-benar matang
supaya tugas dan peranan Wali Kelas terlaksana dengan baik.
4. Fungsi wali kelas
Wali kelas merupakan guru pengajar yang dibebani tugas-
tugas sesuai mata pelajaran yang diampunya, namun mereka
mendapat tugas lain sebagai penanggungjawab dinamika
pembelajaran di dalam kelas tertentu. Fungsi utama wali kelas
adalah membuat kelas itu secara bersama-sama berhasil
menjalankan fungsi pembelajaran, yang kriterianya adalah bahwa
semua siswa dikelas itu dapat naik kelas dengan nilai yang baik
pada akhir tahun. Beberapa fungsi wali kelas adalah sebagai
berikut :
6. Manajer, seorang wali kelas harus mampu menjadi manajer yang
baik, karena ia harus mengedepankan fungsi menejerialnyadisaat
siswa harus memenuhi tang telah ditetapkan.
34
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung : Sinar Bandung
Algensindo, hal 197
7. Motivator, seorang wali kelas harus mampu menjadi motivator
yang baik, Karena ia harus mengetahui kelemahan dan kelebihan
masing-masing siswanya sehingga wali kelas mampu mengarahkan
siswa sesuai dengan kemampuannya dan mengoptimalkan potensi-
potensi siswanya.
8. Desainer, seorang wali kelas harus memiliki ide-ide yang bagus
untuk kelas yang dikelolanya, ia memiliki rencana-rencana yang
mungkin dicapai dan bagaimana cara pencapiannya dengan
melibatkan seluruhpotensi yang dimilikinya.
9. Administrator, seorang wali kelas harus mampu menjadi
administrator yang hebat, karena nilai siswa menjadi taruhannya
jika wali kelas tidak memiliki keahlian dibidang administrator
tertentu akan menghambat dan merugikan siswa.
10. Psikolog, seorang wali kelas harus mampu membaca sistuasi dan
kondisi yang dihadapi, ia bisa merasakan apa yang siswa rasakan
dan kemudian memberikan nasehat dan solusi dalam menghadapi
masalah siswa.35
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa wali kelas
memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan pendidikan
kepada siswa dikarenakan wali kelas dapat berfungsi menjadi manajer,
psikolog, motivator , administrator dan desainer. Sehingga dengan fungsi
35
Woolfock dan Weinstein, Manajemen Kelas Berbasis Komprehensif , ( Jakarta :
Kencana Prenada Media Grup, 2006), h 18
tersebut siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan
yang seharusnya.
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Hamzah B. uno mengemukakan:Motivasi belajar adalah dorongan
internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indicator
meliputi:
a) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil
b) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c) Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d) Adanya penghargaan dalam belajar
e) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan
seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa motivasi belajar
merupakan dorongan internal maupun eksternal pada diri siswa dalam
belajar. Dorongan internal adalah dorongan yang datang dalam diri siswa
berupa hasrat dan keingginan, cita-cita dan harapan sehingga siswa terus
berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan berjuang dari
berbagai kendala yang ditemukan dalam meraih apa yang dicita-citakan.
Sedangkan dorongan ekternal adalah dorongan yang datang dari luar diri
siswa, seperti guru, Guru Bimbingan dan Konseling dan orang tua.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
a. Faktor internal (dalam diri)
1) Bersifat fisik
a) Faktor kesehatan
Ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar anak, anak
yang sakit akan kehilangan motivasi untuk belajar.
b) Faktor kelelahan
Kelelahan sorang individu terbagi kepada dua yaitu
kelelahan tubuh jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan
jasmani terlihat dengan lemahnya fisik atau tubuh pada
seseorang tersebut, sedangkan kelelahan rohani terlihat
pada kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan
dorongan untuk berbuat dan menghasilkan sesuatu akan
hilang.
2) Bersifat psikologis
a) Perasaan
Secara sederhana perasaan dapat diartikan sebagai
suatu pengalaman melalui penghayatan yang bersifat suka
dan ketidak sukaan. Suka dan ketidak sukaan timbul
karena adanya ransangan tertentu, kadang-kadang ada
yang menyenangkan dan ada yang tidak menyenangkan.
b) Emosi
Emosi merupakan bagian dari perasaan, yang
membedakannya adalah segi tingkatannya, emosi
memiliki tingkatan yang melebihi dari perasaan.
c) Intelegensi
Intelegensi yaitu kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan keadaan situasi yang baru dengan cepat dan
efektif, mengetahui dan menggunakan konsep yang
abstrak secara efektif mengetahui relasi dan mempelajari
dengan cepat.
d) Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi
kerena perhatian seseorang dalam belajar akan
mempengaruhi ketercapaian hasil belajarnya.
e) Minat
Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan yang
disertai dengan rasa senang.
f) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar, kemampuan
itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata
sesudah belajar atau berlatih.36
36
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Bina Usaha,1987), hal 35
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi motivasi belajar ada dua yaitu faktor
internal atau faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor ini
bersifat fisik seperti faktor kesehatan, kelelahan dan bersifat psikologis
seperti perasaan, emosi, intelegensi, perhatian, minat ataupun bakat.
b. Faktor eksternal (dari luar diri)
Adalah hal yang akan mempengaruhi motivasi belajar anak
yang berasal dari luar diri seseorang. Diantara faktor-faktor
eksternal yang akan mempengaruhi motivasi belajar anak adalah :
1) Faktor keluarga
Cara orang tua mendidik anak besar pengaruhnya
terhadap motivasi belajar anak, jika orang tua tidak
memperhatikan pendidikan anaknya menyebabkan
anakkurang berhasil dalam belajar. Untuk kelancaran belajar
serta keberhasilan anak, diperlukan pengertian dan kasih
sayang serta bimbingan dari orang tua terhadap anak. Suasana
di dalam keluarga juga sangat mempengaruhi motivasi belajar
anak, suasana rumah yang nyaman membuat anak akan lebih
bersemangat dalam belajar.
2) Faktor sekolah
Sekolah juga memberi pengaruh terhadap motivasi
belajar anak, diantaranya: metode belajar guru, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar
pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah
yang akan mempengaruhi motivasi anak dalam menghadapi
pelajarannya.
3) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksteren yang
berpengaruh terhadap proses belajar anak, diantaranya: media
masa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.37
Jadi dapat disimpulkan bahwa, motivasi sangat berpengaruh
terhadap proses belajar individu, diantaranya faktor internal dan eksternal
bagi individu dalam menjalani proses belajarnya. Seseorang harus dapat
menyaring faktor-faktor tersebut, bila ini terpenuhi individu akan berhasil
dalam proses belajarnya dimasa yang akan datang di tengah-tengah
kehidupan sosialnya.
Menurut Dimyati dalam bukunya, faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar adalah:
a. Minat
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil,
seperti keinginanbelajar, berjalan, makan makanan lezat, berebut
permainan, dapat membaca, menyanyi dan lain-lain. Keberhasilan
mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat,
37
Slameto,Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.....hal. 59-61.
bahkan dikemudian hari akan menimbulkan cita-cita. Timbulnya
cita-cita dibarengi oleh akal, moral, kemauan, bahasa, nilai-nilai
kehidupan dan perkembangan kepribadian. Cita-cita akan
memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik sebab
tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
b. Intelegensi
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan
atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat
motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c. Fisik
Kondisi siswa yang meliputi jasmani dan rohani
mempengaruhi motivasi belajar. Siswa yang sehat, kenyang, dan
gembira akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit
akan enggan belajar dan anak yang marah-marah akan sukar
memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Sebaliknya,
setelah siswa itu sehat ia akan mengejar ketinggalan pelajaran dan
siswa tersebut dengan senang hati membaca buku-buku pelajaran
agar ia memperoleh nilai yang baik, seperti sebelum sakit.
d. Masyarakat
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan
tempat tinggal,pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan.
Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh
lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh,
ancaman rekan yang nakal, perkelahian antar siswa akan
mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya, kampus sekolah
indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi
belajar. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat,
kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya.
e. Sekolah
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan
pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup.
Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi
dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan
alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami
perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar,
majalah, radio, televisi dan film semakin menjangkau siswa
mendinamiskan motivasi belajar.
Guru juga termasuk faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar siswa. Guru adalah seorang pendidik profesional, ia
bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan siswa. Upaya
guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah
meliputi hal hal berikut:
1) Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah.
2) Membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti
pemanfaatan waktu dan pemeliharaan fasilitas sekolah.
3) Membina anak agar belajar tertib di lingkungan sekolah.38
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi belajar adalah minat siswa yang mana minat
ini telah tampak sejak kecil seperti keinginan belajar, berjalan, intelegensi
siswa, kondisi fisik jasmani dan rohani siswa, lingkungan siswa atau
masyarakat dan sekolah juga bisa mempengaruhi faktor-faktor motivasi
siswa.
3. Macam-macam Motivasi Belajar
Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Menurut Sardiman yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah
“motivasi yang berasal dari dalam diri individu atau motiv-motiv yang
menjadi aktif berfungsinya tanpa adanya rangsangan dari luar, karena
dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu”39
.
Dilihat dari tujuan kegiatan yang dilakukan siswa (misalnya
belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah keinginan
untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam kegiatan belajar. Misalnya
siswa belajar karena ingin betul-betul mendapatkan pengetahuan, nilai,
keterampilan agar dapat mengubah tingkah lakunya secara konstruktif,
bukan kerena alasan lain.
38
Dimyati., M udjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 1999),
hal. 56. 39
Sardiman, Interaksi&MotivasiBelajarMengajar, (Jakarta: Raja GrasindoPersada, 2001),
h. 87
Selain motivasi intrinsik juga ada motivasi ektrinsik. Motivasi
ektrinsik dalam belajar adalah “motiv-motiv yang aktif dan berfungsi
karena adanya dorongan dari luar”40
.
Berdasarkan uraian diatas dapat dismpulkan bahwa macam-macam
motivasi belajar dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik yaitu motivasi
yang berasal dari dalam diri siswa dan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi
yang berasal dari luar diri siswa.
4. Ciri-ciri dan Fungsi Motivasi dalam Belajar
a. Ciri-ciri Motivasi Belajar
Sardiman mengemukakan bahwa motivasi yang ada pada diri
seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu
yang lama, tidak pernah behenti sebelum selesai).
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin
(tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya)
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
4) Lebih senang bekerja mandiri.
5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
40
Sardiman, Interaksi&MotivasiBelajarMengajar, (Jakarta: Raja GrasindoPersada, 2001),
h. 88
6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu).
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.41
Kutipan di atas memberikan gambaran bahwa siswa yang memiliki
motivasi dalam belajar maka akan belajar dengan tekun, ulet, memiliki
minat untuk belajar, senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas
rutin, mampu mempertahankan pendapatnya serta suka memecahkan soal-
soal.
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa tinggi atau
rendahnya motivasi belajar bukan saja dilihat dari segi kemuan siswa
untuk belajar, akan juga dari segi pengorbanan yang dilakukan untuk
mendapatkan tujuan yang diharapkan. Pengorbanan bukan selalu berupa
uang tetapi juga tenaga, waktu, jiwa bahkan nyawa.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang
memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar, sebagai berikut:
1. Memiliki waktu yang lama untuk kegiatan belajar
2. Sering melakukan kegitan belajar.
3. Memiliki tujuan yang tepat dan jelas dalam melakukan kegiatan belajar
4. Mau berkorban dan mengabdi seperti uang, tenaga, pikiran, bahkan
jiwanya atau nyawa untuk mencapai tujuan pembelajaran
41
Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grasindo Persada,
2001), h. 81
5. Memiliki maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target dan idola yang
hendak dicapai dengan kegiatan belajar
6. Tekun, ulet, komit, dan mandiri dalam belajar
b. Fungsi Motivasi Belajar
Keberadaan motivasi akan mendorong seseorang untuk
mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar yang tinggi akan
membuat seseorang menjadi gigih dan bekerja untuk mendapatkan
apa yang diinginkan. Menurut Oemar Hamalik, fungsi motivasi
adalah:
1. Mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak
akan timbul perbuatan seperti belajar.
2. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian
tujuan yang diinginkan.
3. Sebagai penggerak, artinya kuat lemahnya motivasi akan menentukan
cepat atau lambatnya pekerjaan.42
Sadirman juga mengemukakan motivasi memiliki tiga fungsi yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi sebagai pengerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan sebagai
motor pengerak dari setiap kegiatan yang dilakukan.
42
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung : Sinar Bandung
Algensindo, h. 175
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat mem berikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.43
Dari kedua pendapat di atas dapat diketahui bahwa motivasi sangat
dibutuhkan dalam belajar, karena motivasi berfugsi untuk mendorong
siswa dalam belajar serta mampu memberikan arahan kepada siswa dalam
kegiatan belajar sehingga dengan motivasi siswa dapat melakukan
pengontrolan terhadap tindakanya dalam belajar seperti menjauhkan diri
dari perbuatan yang tidak bermanfaat, serta berusaha dengan cara yang
sehat untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam belajar.
Berdasarkan diatas dapat dipahami bahwa motivasi belajar
berfungsi sebagai pendorong untuk timbulnya tingkah laku atau perbuatan
belajar, pengarah dan penyeleksi perbuatan ke arah pencapaian tujuan
belajar, dengan demikian kegiatan belajar berlangsung efisien dan efektif,
sehingga siswa menjadi aktif, tekun, tabah, bergairah, disiplin, dan mandiri
dalam belajar. Selanjutnya motivasi juga berfungsi mendorong siswa
untuk mampu memposisikan diri secara utuh dalam kegiatan belajar, serta
43
Sardiman, Interaksi&MotivasiBelajarMengajar.................. h. 83
melakukan mengendalikan terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak
bermanfaat.
Jadi motivasi belajar yang tinggi akan menjadikan siswa berprestasi
dalam belajar sedangkan apabila siswa memiliki motivasi belajar yang
rendah akan menyebabkan siswa malas dan enggan untuk belajar sehingga
siswa mendapatkan nilai yang rendah dalam belajar.
D. Kerja Sama Guru bimbingan dan konseling dengan Wali Kelas dalam
meningkatkan motivasi belajar
1. Pengertian kerjasama
Kerjasama adalah suatu kegiatan kerjasama interaktif antara guru
bimbingan dan konseling atau Guru Bimbingan dan Konseling dengan
wali kelas yang dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tenaga untuk
mengembangkan dan melaksanakan program layanan bimbingan dan
konseling. Kolaborasi adalah suatu kegiatan kerjasama interaktif antara
guru bimbingan dan konseling dengan pihak lain (guru mata pelajaran,
orangtua, ahali lain dan lembaga), yang memberikan sumbangan
pemikiran dan atau tenaga untuk mengembangkan dan melaksanakan
program layanan bimbingan dan konseling. Kerjasama tersebur dilakukan
dengan komunikasi serta berbagai pemikiran gagasan dan tenaga kerja
serta berkesinambungan.44
Dukungan sistem Dukungan sistem merupakan semua aktivitas
yang dimaksudkan untuk mendukung dan meningkatkan (1) staf
44
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Derektoran Jendral Guru Dan Tenaga Kerja
Kependidikan, Pamduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling Menengah
Atas (SMA), Jakarta, 2016. hal 65
bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layanan dasar, layanan
peminatan dan perencanaan individual,layanan responsif, dan (2) staf
personalia sekolah yang lain dalam melaksanakan program-program
pendidikan di sekolah. Komponen dukungan sistem terdiri atas aktivitas
manajemen yang menetapkan, memelihara, dan meningkatkan program
bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Berkaitan dengan pelayanan
terhadap program bimbingan dan konseling, komponen dukungan sistem
menangani pengembangan program bimbingan dan konseling yang
meliputi pengelolaan sumberdaya dana, materi, dan fasilitas;
pengembangan staf, pendidikan orang tua, konsultasi dengan guru dan
personalia sekolah yang lain; pemanfaatan sumberdaya masyarakat;
hubungan masyarakat; pengembangan profesional konselor, dan penelitian
dan pengembangan.
Berkaitan dengan program pendidikan yang lain, komponen
dukungan sistem menangani perencanaan perbaikan kualitas sekolah;
aktivitas administratif terkait layanan bimbingan; kerjasama dengan
program pendidikan khusus dan pendidikan kejuruan. Secara keseluruhan,
peran guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam komponen
dukungan sistem terutama terdiri atas pengelolaan dan konsultasi program.
Setelah guru bimbingan dan konseling atau konselor menentukan
komponen layanan, berikutnya yang juga penting dipertimbangkan adalah
porsi waktu dari masing-masing komponen layanan. Pertimbangkan porsi
waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap kegiatan layanan di atas
adalah: apakah kegiatan itu dilakukan dalam waktu tertentu atau terus
menerus; berapa banyak waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
pelayanan bimbingan dan konseling dalam setiap komponen program perlu
dirancang dengan cermat. Perencanaan waktu ini didasarkan kepada isi
program dan dukungan manajemen yang harus dilakukan oleh konselor.
Pelayanan bimbingan konseling yang efektif memerlukan
kerjasama semua pihak yang berkepentingan demi kesuksesan
pelayanan itu. Kerjasama antara Guru kelas dengan Guru mata
pelajaran, sesuai dengan tugas dan peranannya masing-masing dalam
pelayanan bimbingan dan konseling adalah sangat vital dan dibantu
dengan dukungan moral dan materil dari kepala sekolah. Demikian
juga kerjasama dengan orangtua siswa, seluruh siswa di sekolah, para
ahli lain yang sangat diperlukan dalam rangka ahli kasus adalah
sangat ideal kalau Guru kelas dalam kegiatan bimbingan dan
konseling dapat menangani sendiri segenap permasalahan siswa-
siswanya. Dalam keadaan kekurangan kesempatan (karena tugas
utamanya adalah mengajar) dan kekurangan kemampuan (karena
tidak dididikan secara khusus dalam bidang bimbingan dan
konseling), maka guru kelas perlu bekerjasama dengan berbagai
pihak yang lebih ahli dan berpengalaman. Guru pembimbing dapat
menjadi tempat ahli tangan kasus bagi siswa-siswi yang
permasalahannya tidak mampu ditangani oleh Guru kelas.45
Kerjasama adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
beberapa orang secara bersama-sama menimbulkan hasil yang tidak
timbul apabila dilakukan oleh satu orang. Kerjasama ini diharapkan
terjalin antara Guru bimbinga konseling dan wali kelas, karena wali
kelas lebih sering bertemu dengan siswa dan lebih mengetahui apa
yang dibutuhkan siswa. Maksud kerjasama disini yaitu kerjasama
Guru bimbingan konseling sebagai Guru Bimbingan dan Konseling
dan wali kelas sebagai penanggung jawab dalam satu kelas dalam
melakukan pengentasan permasalahan siswa yang ada disekolah.
2. Tujuan kerjasama
Salah satu tujuan kerjasama adalah agar setiap pekerjaaan
atau kegiatan yang dilakukan dapat disesuaikan secara efektif dan
efisien. Adapun Tujuan kerjasama adalah
a. Mencegah kegiatan-kegiatan ganda
b. Agar kegiatan selesai secara efektif dan efisien
c. Hubungan kerja dalam pelaksanaan kegiatan saling terkait.
d. Meneciptakan keselarasan hubungan antara manusia antar kelompok
dan organisasi.
Dapat disimpulakan bahwa tujuan kerjasama adalah untuk
menghindari kegiatan-kegiatan ganda atau saling tumpang tindih
45
Prayitno, 1997, Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Dasar (SD). Jakarta. PT.
Ikrar Mandiri Abadi. hal 162
sehingga dengan adanya kerjasama yang baik akan tercipta kegiatan
yang efektif dan efisien.
3. Bentuk kerjasama
a. Bentuk Kerjasama Informal individual, dimana kerjasama ini didasari
oleh rasa keinsyafan kedua belah pihak akan pentingnya menjalin
kerjasama diantara keduanya dalam hal pembentukan karakter bagi
anak didik mereka.
b. Formil organisatoris, bentuk ini dorealisir dalam ikatan organisasi,
seperti badan pembantu peneyelenggraan pendidikan, yang mana
bukan hanya terlibat dalam urusan fisik serta biayanya pendidikan
saja, mealiankan terlibat pula dalam upaya perbaikan serta
peningkatan kualitas hasil pendidikan. 46
Dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk kerjasama ini
didasari oleh rasa keinsyafan kedua belah pihak akan pentingnya
menjalin kerjasama dan juga dapat di bentuk dalam ikatan
organisasi.
4. Kerjasama Guru bimbingan dan konseling dengan Wali Kelas
Salah satu tugas Guru bimbingan dan konseling adalah
memberikan motivasi kepada setiap siswa yang membutuhkan.
Pemberian motivasi dapat dilakukan dengan cara memberikan vidio
motivasi, nasehat, contoh pribadi dan cerita tokoh. Guru bimbingan dan
46
Abdul majid. Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung :PT Remaja Rosda,
2011) h. 8
konseling membrikan motivasi tidak bisa dilepaskan dari peranan wali
kelas. Hal ini disebabkan Guru bimbingan dan konseling membutuhkan
semua informasi berkenaan perkembangan siswa, dan wali kelas adalah
komponen sekolah yang dapat menjadi informan kunci oleh sebab itu
Guru bimbingan dan konseling perlu untuk membina kerjasama dengan
wali kelas. Hal ini sesuai dengan salah satu kompetensi Guru bimbingan
dan konseling yaitu dapat membina hubungan baik dengan wali kelas
demi menyelesaikan permasalahan siswa.47
Kerjasama Guru bimbingan dan konseling dengan wali kelas
terjadi melalui langkah-langkah kerjasama yaitu
a. Perencanaan : menetapkan topik yang akan dibahas, meminta kepala
sekolah untuk mengundang pihak lain dan menyiapkan anggaran
melakukan dengan pihak lain terkait, menetapkan waktu dan tempat
pelaksanaan
b. Pelaksanaan
1) Orangtua berupa dukungan untuk mensukseskan kesulitan belajar,
diskusi tentang suasana belajar yang kondusif
2) Guru mata pelajran berupa kegiatan diagnostik kesultan belajar,
didiskusikan tentang suassana belajar yang kondusif
3) Ahli lain, berupa peningkatan mutu layanan bimbingan dalam
naskah kerjasama
47
Daryanto dkk, Bimbingan dan Konseling Panduan Guru bimbingan dan konseling dan
Guru Umum...hal 16
4) Lembaga lain, berupa peningkatan mutu layanan bimbingan dalam
bentuk naskah kerjasama
c. Evaluasi : kegiatan evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil
kolaborasi
d. Pelaporan : mmbuat laporan kegiatan dan mengaripkan laporan
e. Tindak lanjut : melakukan kegiatan berdasarkan hasil observasi.48
Dapat disimpulkan bahwa dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa akan mustahil dapat berlajan dengan baik tanpa adanya kerjasama
yang dilakukan dan dukungan dari personil sekolah, maka pelaksanaan
bimbingan dan konseling ddisekolah membutuhkan adanya kerjasama
yang dilakukan antara guru bimbingan dan konseling dan Wali Kelas
maupun dengan personil lainnya.
48
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Derektoran Jendral Guru Dan Tenaga Kerja
Kependidikan, Pamduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling Menengah
Atas (SMA), Jakarta, 2016. hal 65
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field
Reseach) dengan metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
“penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari manusia dan perilaku yang diamati”.49
Menurut Sugiyono penelitian kualitatif adalah masalah yang dibawa
oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap, kompleks dan dinamis.
Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif maish bersifat sementara, tentatif
dan akan berkembang atau berganti setelah penelitian berada dilapangan.50
Dapat penulis simpulkan bahwa, penelitian kualitatif merupakan
sebuah metode penelitian yang menggunakan latar belakang alamiah, yang
bertujuan untuk menghimpun data melalui interaksi langsung dengan objek
penelitian untuk menggambarkan, mempelajari dan menjelaskan kembali hasil
penelitian.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi tempat penulis melaksanakan proses penelitian yaitu di MTs N
6 Agam yang beralamat di Kecamatan Banuhampu Kabupaten Agam sudah
berakreditasi A. Adapun alasan penulis mengambil lokasi ini karena penulis
menemukan permasalahan seperti jumlah siswa yang banyak, jumlah guru BK
hanya 2 orang, rombel kelS 21 kelas denga jumlah wali kelas 21 orang dan
49
Lufri, Kiat Memahami dan Melakukan Penelitian, (Padang : UNP Press, 2007), h. 57 50
Sugiyono. Metode Penelitian pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan
R&D. (Bandung : ALFABETA, cv, 2015) h. 283
perbandingan jumlah guru laki-laki dengan jumlah guru perempuan tidak
sebanding. Jumalh guru laki-laki hanya 6 orang sedangkan jumlah guru
perempuan sebanyak 52 orang, dan perlu untuk dibahas dan diselesaikan
secara ilmiah yaitu kerjasama guru BK dan wali kelas dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa. Selanjutnya, hasil yang peneliti dapatkan
dideskripsikan dalam bentuk laporan secara tertulis dan dilengkapi dengan
hasil wawancara.
C. Informan Penelitian
Informan merupakan orang yang mengetahui sumber yang akan
diteliti. Orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi, yang memiliki banyak pengalaman tentang latar belakang
penelitian dan berkewajiban secara suka rela menjadi anggota tim penelitian
walaupun bersifat informal.51
Adapun yang menjadi Informan adalah 1 orang
Guru Bimbingan dan Konseling kelas VII dan 5 orang Wali Kelas kelas VII
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Menurut Riduwan “wawancara adalah suatu cara pengumpulan
data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari
sumbernya”.52
Sejalan dengan defenisi tersebut Emzir mengemukakan pengertian
wawancara yaitu “sebagai interaksi bahasa yang berlangsung antara 2
orang dalam situasai saling berhadapan salah seorang, yaitu yang
51
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta,2004), h. 310 52
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2005), h. 74
melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang
yang diteliti yang berputar sekitar pendapat dan keyakinan”53
.
Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik
Snowball Sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data
yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal
ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut
belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari orang
lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan
demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti
bola salju yang mengelinding, lama-lama menjadi besar.54
Penulis
menggunakan Snowball Sampiling untuk mengumpulkan data-data
mengenai motivasi belajar siswa di MTsN 6 Agam.
Penelitian ini penulis lakukan dengan menggunakan
wawancara terbuka, yaitu wawancara yang menggunakan panduan
pokok masalah yang diteliti.55
Aspek-aspek yang akan diwawancarai
yaitu berkenanaan dengan kerjasama guru bimbingan dan konseling
dengan wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Untuk
memperlancar wawancara digunakan pedoman wawancara, pedoman
tersebut terdapat pada lampiran.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, teknik
wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui proses tanya-
53
Emzir, Metologi Penelitian Kualitatif Analilis Data, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), h.
50 54
Sugiyono, MetodePenelitianPendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 300 55
Cholid Narbuko, dkk, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet Ke-7,
hal.84
jawab secara lisan berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya.
2. Observasi
Observasi merupakan pengamatan secara langsung kelokasi
dengan mengamati secara sistematis terhadap gejala-gejala yang
diteliti.56
Sebagai alat pengumpulan data, observasi akan memberikan
sumbangan yang sangat penting sekali dalam penelitian deskripstif.
Observasi adalah instrumen yang sering dijumpai dalam
penelitian pendidikan. Dalam penelitian kualitatif instrumen
observasi lebih sering digunakan sebagai alat pelengkap instrument
lain.57
Metode pengamatan dalam penelitian kualitatif ada 2 macam
yaitu pengamatan terbuka dan pengamatan tertutup. Pengamatan
terbuka adalah pengamatan yang diketahui oleh subjek penelitian
sedangkan objek penelitian dengan gejala dan sukarela memberikan
kesempatan kepada peneliti untuk mengamati peristiwa yang terjadi
sedangkan pengamatan tertutup adalah pengamatan yang tidak
diketahui oleh objek penelitian.
Penulis melakukan observasi langsung sehingga dapat mengetahui
secara jelas tentang Kerjasama Guru Bimbingan Konseling dengan Wali
Kelas Dalam meningkatkan motivasi belajar siswa MTsN 6 Agam.
56
Cholid Narbuko, 2015, Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. hal 70 57
Sukardi, 2003, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:
PT. Bumi Aksara. hal 78
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel, dokumentasi berupa catatan notulen dan lain-lain.58
Dengan
melihat arsip atau dokumen yang ada dilapangan tempat penelitian,
dalam hal ini peneliti melihat pada laporan pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling yang sudah dilaksanakan. Dalam hal ini
peneliti menggunakan teknik snowbal sampling.
E. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul yang peneliti peroleh melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian diolah
dengan cara menyeleksi data atau informasi kemudian diklasifikasikan
setelah itu diadakan analisis data. Adapun teknik analisi data yang
dilakukan adalah :
1. Reduksi Data
Reduksi Data Merupakan merangkum, memilih hal-hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yag
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah untuk mengumpulkan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan. Terakhir yaitu pengorganisasian data
58
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, ( Bandung : Ghalia Indo, 2002) hal. 42
lebih sistematis seingga dapat dibuat suatu kesimpuan yang
bermakna.
2. Display data
Display data yaitu penyajian data dengan kegiatan
menampilkan informasi yang didapat melalui kegiatan reduksi,
kemudian informasi yang diperoleh baik melalui wawancara,
observasi maupun dokumentasi dihimpun dan diorganisasikan
berdasarkan fokus masalah peneliti. Dengan mendapatkan data, maka
akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
3. Verifikasi data
Verifikasi data adalah kesimpulan awal yang bersifat
sementara dan akan dapat berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat dan yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. 59
F. Teknik Keabsahan data
Untuk menjamin keabsahan data penulis menggunakan teknik
triangulasi data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memnfaatkan sesuatu yang lain diluar itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik-
59
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. (Bandung: Alfabeta, 2009) h. 338-345
teknik triangulasi bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data yang telah ada.60
Triangulasi data dengan sumber lainnya berarti membandingkan
dan mnegecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kuaitatif. Hal ini dapat
dicapai dengan jalan :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara
2. Membandingkan apa yang akan dikatakan orang yang didepan umum
dengan apa yang dikatakan orang sepihak.
3. Membandingkan keadaan dan perspektif informan.
4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan. 61
Untuk mengetahui keabsahan data peneliti, maka peneliti
membandingkan hasil pengamatan dan wawancara.
60
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D
.hal.330 61
Lexy J Moleong, MetodePenelitianKualitatif, (Bandung: RosdaKarya, 2001), hal. 178
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian tentang
kerjasama guru bimbingan dan konseling dengan wali kelas dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa di MTsN 6 Agam”. Peneliti melakukan
wawancara dengan menggunakan pedoman observasi, pedoman wawancara,
dan data dokumentasi yang peneliti lakukan dengan guru bimbingan konseling,
wali kelas dan siswa.
Proses penelitian ini berjalan semenjak bulan Agustus sampai dengan
November 2018. Hal-hal yang saya wawancarai berkenaan dengan kerjasama
guru bimbingan konseling dengan wali kelas dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa sehingga menghasilkan motivasi belajar yang membanggakan.
Adapun yang termasuk dalam kajian penelitian adalah melihat dan ingin
mengetahui dengan kerjasama dari guru bimbingan konseling dengan wali
kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
A. Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling Dengan Wali Kelas dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di MTsN 6 Agam
1. Dasar membuat program kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling
dengan wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan seorang
Guru Bimbingan dan Konseling terkait dasar penyusunan program
kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan wali kelas untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa bahwa :
“Dasar penyusunan program yang saya buat adalah need assesment,
merumuskan kebutuhan, merumuskan tujuan, merumuskan topik,
menentukan action plan, merumuskan RPL, merumuskan materi,
melakasanakan dan yang terakhir evaluasi”.62
(Need assesment, RPL
dapat dilihat pada lampiran)
62
DE ( Guru Bimbingan dan Konseling Kelas VII) Wawancara, 02 Agustus 2018, MTsN 6
AGAM
Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan wali kelas
VII.1 terkait dasar penyusunan program kerjasama Guru Bimbingan dan
Konseling dengan wali kelas yang menyatakan bahwa:
“Dasar pembuatan program kerjasama yang saya buat dengan Guru
Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa adalah dengan mengidentifikasi terlebih dahulu siswa yang
lambat dalam belajar, melihat dari cara belajar atau kenapa dia agak
tinggal dari teman yang lain, kemudian saya menjelaskan kepada
siswa bahwa BK itu adalah tempat mengadu baik permasalahan
pribadi baik masalah dirumah maupun disekolah, atau masalah
belajar mereka.”63
Selanjutnya saya juga mewancarai wali kelas VII.2 terkait dasar
penyusunan program kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan
wali kelas yang menyatakan bahwa:
“Saya sebagai Wali Kelas terkait dengan cara menyusun program
mengatasi motivasi belajar siswa dengan Guru Bimbingan dan
Konseling biasanya belum ada membuatnya, karena selama ini setiap
saya menangani masalah siswa saya hanya berdiskusi tanpa ada
laporan tertulisnya seperti saya menyelesaikan permasalahan
tersebut secara pribadi dan jika masalah siswa belum bisa saya
selesaikan maka saya bekerja sama dengan Guru Bimbingan dan
Konseling”.64
Selanjutnya saya juga mewancarai wali kelas VII.6 terkait dasar
penyusunan program kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan
wali kelas yang menyatakan bahwa:
“Saya tidak membuat program kerjasama dengan Guru Bimbingan
dan Konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, tetapi
saya minta tolong kepada Guru Bimbingan dan Konseling kalau
ada siswa yang mengalami masalah dalam mata pelajaran saya
bahasa arab seperti rendahnya kemauan dalam belajar bahasa arab
saya minta tolong kepada Guru Bimbingan dan Konseling untuk
memotivasinya”.65
63
SU ( Wali Kelas VII.1) Wawancara, 02 Agustus 2018, MTsN 6 AGAM 64
AR ( Wali Kelas VII.2) Wawancara, 03 Agustus 2018, MTsN 6 AGAM 65
HA ( Wali Kelas VII.6) Wawancara, 02 Agustus 2018, MTsN 6 AGAM
Selanjutnya saya juga mewancarai wali kelas VII.7 terkait dasar
penyusunan program kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan
wali kelas yang menyatakan bahwa:
“ Saya tidak ada program kerjasama dengan Guru Bimbingan dan
Konseling, tetapi saya membawa siswa saya ke ruang BK karena sering libur,
kemudian saya panggil orangtuanya”66
Selanjutnya saya juga mewancarai wali kelas VII.4 terkait dasar
penyusunan program kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan
wali kelas yang menyatakan bahwa:
“ Dasar pembuatan program kerjasama yang saya buat dengan
Guru Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa adalah dengan melihat nilai-nilai dibawah KKM dan
rangking. Dan setelah saya memisah-misah nya kemudian saya
memanggil orangtua siswa dan membawanya ke ruang BK karena
lokal yang saya pegang adalah siswa-siswa yang biasa juara pada
waktu SD, jadi saya lebih memperhatikan nilai-nilai mereka
bagaimana mereka tetap bisa memperhatikan nilainya, nanti apabila
ada nilai yang dibawah KKM saya memberikan motivasi kepada
siswa tersebut, dan apabila tidak ada perubahan saya
komunikasikan kepada Guru Bimbingan dan Konseling untuk
memanggil siswa tersebut”.67
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, terlihat bahwa
dasar dan cara kerjasama guru bimbingan konseling dengan wali kelas
dalam menyusun program kegiatan meningkatkan motivasi belajar siswa
ini belum ada, akan tetapi secara tidak langsung penanganannya sudah
masuk kedalam layanan responsif secara mendadak tanpa bisa
direncanakan terlebih dahulunya. Terlihat belum adanya cara kerjasama
Wali Kelas dengan Guru Bimbingan dan Konseling dalam menyusun
program kegiatan meningkatkan motivasi belajar siswa.
66
YA (Wali kelas VII.7), Wawancara, 10 Agustus 2018, MTsN 6 AGAM 67
ZU (Wali kelas VII.4), Wawancara, 03 Agustus 2018, MTsN 6 AGAM
Berdasarkan wawancara dan observasi diatas dapat diketahui
bahwa dasar kerjasama guru Bimbingan Konseling dengan wali kelas
dalam menyusun program kegiatan dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa secara tertulis tidak ada dibuat, tetapi secara tidak langsung
penanganan siswa yang bermasalah dengan motivasi belajar sudah ada
dilaksanakan.
2. Bentuk-bentuk Pelaksanaan kerjasama guru Bimbingan Konseling
dengan Wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan wali
kelas VII.4 terkait dengan kerjasama yang dilakukan Guru
Bimbingan dan Konseling dengan wali kelas yaitu tentang
memasyarakatkan pelayanan BK, menyatakan bahwa:
“Saya membantu Guru Bimbingan dan Konseling
memperkenalkan BK kepada siswa dengan cara
nmenjelaskan kepada siswa apa yang dimaksud dengan BK
tersebut, menjelaskan kepada siswa bahwa yang masuk ke
BK itu tidak hanya orang yang bermasalah saja, tetapi
orang yang berprestasi juga boleh masuk ruang BK,
misalnya orang yang pintar takut prestasinya turun, maka
dia pergi ke BK untuk berkonsultasi kepada Guru
Bimbingan dan Konseling”.dan saya sebagai wali kelas
anak-anak yang waktu SD dia juara terus, baynak sekali
masalah berkenaan dengan nilai karena takut sampai disini
tidak lagi juara kelas.68
Penulis juga melakukan wawancara dengan wali kelas
VII.2 terkait dengan kerjasama yang dilakukan Guru Bimbingan
dan Konseling dengan wali kelas yaitu tentang memasyarakatkan
pelayanan BK, menyatakan bahwa:
“Saya membantu Guru Bimbingan dan Konseling
memperkenalkan atau memasyarakatkan BK kepada siswa
dengan cara menjelaskan kepada siswa apa yang dimaksud
dengan BK tersebut, menjelaskan kepada siswa bahwa yang
masuk ke BK itu tidak hanya orang yang bermasalah saja,
68
ZU (Wali kelas VII.4), Wawancara, 03 Agustus 2018, MTsN 6 AGAM
tetapi orang yang berprestasi juga boleh masuk ruang
BK”.69
Selanjutnya penulis juga melakukan wawancara dengan wali
kelas VII.6 juga mengemukakan bahwa dalam memasyarakatkan
BK, ia menyatakan bahwa :
“Saya membantu Guru Bimbingan dan Konseling
menjelaskan Bk kepada siswa dengan cara saya menjelaskan
BK ketika siswa mengalami permasalahan, dan disituulah
saya menyuruh siswa terswbut ke ruang BK untuk
berkonsultasi dengan Guru Bimbingan dan Konseling”.70
Selanjutnya penulis juga melakukan wawancara dengan
wali kelas VII.1, mengatakan bahwa :
“Saya menjelaskan kepada siswa bahwa BK itu adalah
tempat ananda untuk mengadu permasalahan pribadi atau
masalah ananda dengan teman ananda, miaslanya masalah
ananda dirumah dengan orangtua,kakak maupun masalah
ananda disekolah, disanalah ananda nanti mencerikan atau
mengadu nanti Guru Bimbingan dan Konseling membrikan
jalan keluar dari permasalahan ananda tersebut”.71
Selanjutnya penulis juga melakukan wawancara dengan wali
kelas VII.7, mengatakan bahwa :
“Saya membantu Guru Bimbingan dan Konseling
memperkenalkan atau memasyarakatkan BK kepada siswa
dengan cara menjelaskan kepada siswa apa yang dimaksud
dengan BK tersebut, dan apabila siswa saya mempunyai
masalah saya bilang kepada siswa saya : apabila ananda punya
masalah yang dianggap akan mengganggu bagi ananda, ananda
bisa berkonsultasi dengan Guru Bimbingan dan Konseling untuk
menyelesaikan permasalahan yang ananda alami”.72
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa cara
kerjasama guru Bimbingan Konseling dengan wali kelas dalam
69
AR (Wali kelas VII.2), Wawancara, 8 Agustus 2018, MTsN 6 AGAM 70
HA (Wali kelas VII.6), Wawancara, 8 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 71
SU (Wali kelas VII.1), Wawancara, 9 Agustus 2018, MTsN 6 AGAM 72
NZ (Wali kelas VII.7), Wawancara, 7 Agustus 2018, MTsN 6 AGAM
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara membantu
memasyarakatkan bimbingan konseling kepada siswa.
b. Membantu guru bimbingan dan konseling mengidentifikasi masalah
siswa.
Kerjasama selanjutnya mengenai identikasi masalah siswa,
penulis melakukan wawancara dengan wali kelas VII.7 yang
menyatakan bahwa :
“saya mengidentifikasi masalah siswa yang nilainya rendah,
yang tidak serius dalam belajar, dari cara belajarnya ataupun
siswa yang tinggal pemahaman atau susah dalam menangkap
materi pembelajaran”.73
Penulis juga melakukan wawancara dengan ibuk SU wali
kelas VII.1 yang menyatakan bahwa :
“saya mengidentifikasi masalah siswa yang lalai, yang malas-
malasan pada saat proses pembelajaran kemudian saya konsultasi
dengan Guru Bimbingan dan Konseling bagaimana cara mengatasi
masalah siswa yang sikapnya seperti itu”.74
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa cara
kerjasama guru Bimbingan Konseling dengan wali kelas dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara memabntu guru
bimbingan dan konseling mengeidentifikasi masalah siswa, baik dari
nilai, sikap atau dari cara belajarnya.
c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling.
Adapun hasil wawancara yang penulis lakukan dengan wali kelas
VII.6, yang menyatakan bahwa :
“Sebelum saya mengalihtangankan kepada Guru Bimbingan dan
Konseling terlebih dahulu siswa tersebut saya bina atau saya
73
YA (Wali kelas VII.7), Wawancara, 10 Agustus 2018, MTsN 6 AGAM 74
SU (Wali kelas VII.1), Wawancara, 10 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
konselingi, dan apabila siswa tersebut tidak ada perubahan barulah
saya alih tangankan kepada Guru Bimbingan dan Konseling”.75
Penulis juga melakukan wawancara dengan bapak DE guru
Bimbingan dan Konseling ia mengatakan bahwa :
“Saya pernah menerima siswa yang dialihtangan oleh wali kelas
kepada saya berkenaan dengan masalah belajar, masalah pacaran,
masalah membawa motor kesekolah, masalah sering melamun
dalam lokal, dan lainnya”.76
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa cara
kerjasama guru Bimbingan Konseling dengan wali kelas dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara menaglihtangankan
siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling.
d. Membantu guru bimbingan dan konseling mengumpulkan data tentang
siswa.
Wawancara yang penulis lakukan dengan wali kelas ibuk SU, yang
menyatakan bahwa :
“Saya mengumpulkan data siswa yang bermasalah hanya siswa
pacaran, karena kebetulan siswa saya tersebut tidak banyak yang
bermasalah, jadi siswa yang saya kumpulkan datanya yaitusiswa
yang berpacaran yaitu ada 2 orang siswa, kemudian saya minta
Guru Bimbingan dan Konseling untuk mengentaskan permasalahan
siswa tersebut”.
Selanjutnya Wawancara yang penulis lakukan dengan wali kelas
VII.4 yang menyatakan bahwa :
“Saya mengumpulkan data siswa yang bermasalah berdasarkan
nilai-nilai dibawah KKM dan rangkingnya.”77
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa cara
kerjasama guru Bimbingan Konseling dengan wali kelas dalam
75
HA (Wali kelas VII.6), Wawancara, 8 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 76
DE (Guru Bimbingan dan Konseling kelas VII) wawancara, 11 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 77
ZU (Wali kelas kelas VII.4) wawancara, 12 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara membantu guru
bimbingan dan konseling dalam mengumpulkan data-data siswa.
e. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah
Wawancara selanjutnya terkait dengan Berpartisipasi dalam
kegiatan khusus penanganan masalah seperi konferensi kasus, wali kelas
VII.1 Ibuk SU menjelaskan bahwa :
“Saya ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh Guru
Bimbingan dan Konseling untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi siswa, tidak hanya saya wakil kesiswaan juga ikut dalam
kegiatan tersebut serta orangtua dan siswa yang bersangkutan.
Disana kami membahas persoalan siswa dan mencari jalan keluar
dari permasalahan siswa tersebut”.78
Hal tersebut didukung oleh wawancara dengan salah seorang siswa
yang menyatakan bahwa :
“Saya disuruh membawa orangtua kesekolah karena ada suatu
perosalan yaitu saya sering libur, dan disana ada wali kelas, Guru
Bimbingan dan Konseling, wakil kesiswaan dan bendara sekolah”.
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa cara
kerjasama guru Bimbingan Konseling dengan wali kelas dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara berpartisipasi dalam
penanganan masalah siswa seperti pelaksanaan konferensi kasus.
3. Yang terlibat dalam penyusunan program kegiatan kerjasama guru
Bimbingan Konseling dengan Wali kelas dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling
terlibat penyusunan program kegiatan kerjasama guru bombngan
78
SU (Wali kelas VII.1), Wawancara, 10 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
konseling dengan wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
yang menyatakan bahwa :
“Yang telibat dalam penyusunan kegiatan kerjasama dengan wali
kelas biasanya kalau Guru Bimbingan dan Konseling ya Guru
Bimbingan dan Konseling, kalau wali kelas ya hanya wali kelas
saja, dan apabila diperlukan pengembangan selanjutnya bisa
dengan wakil kesiswaan ataupun dengan kepala sekolah”.79
Berikutnya peneliti melakukan wawancara dengan Wali Kelas
VII.1 terkait dengan yang terlibat dalam penyusunan program kerjasama
Guru bimbingan konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan
motivasu belajar siswa ia menyatakan bahwa:
“Penyusunan program kegiatan kerjasama saya dengan Guru
Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa selama ini biasanya belum ada, penyusunan program tersebut
biasanya dengan Guru Bimbingan dan Konseling, karena Guru
Bimbingan dan Konseling lah yang mempunyai catatan khusus
siswa, dan penyusunan program yang dibuat wali kelas ya hanya
wali kelas saja dan jika benar-benar diperlukan bantuan lain maka
Wakil yang terlibat dalam penyusunan program saya”.80
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Wali Kelas
VII.6 terkait dengan yang terlibat dalam penyusunan program kerjasama
Guru bimbingan konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa, yang menyatakan bahwa:
“Yang saya ketahui yang terlibat dalam penyusunan program
kegiatan kerjasama Guru bimbingan konseling dengan Wali Kelas
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa belum ada, akan tetapi
yang terlibat dalam penyusunan program yang wali kelas punya
biasanya minta bantuan kepada wakil dan kepala sekolah, karena
apapun yang menyangkut dengan penyusunan program terlebih
dahulu pasti kita melibatkan kepala sekolah dan wakil”.81
79
DE (Guru Bimbingan dan Konseling kelas VII), Wawancara, 7 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 80
SU (Wali kelas VII.1), Wawancara, 9 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 81
HA (Wali kelas VII.6), Wawancara, 8 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
Berikutnya peneliti melakukan wawancara dengan Wali Kelas
VII.4 terkait dengan yang terlibat dalam penyusunan program kegiatan
kerjasama Guru bimbingan konseling dengan Wali Kelas dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa ia menyatakan bahwa:
“Selama ini yang terlibat dalam penyusunan program kerjasama
Guru Bimbingan dan Konseling dengan Wali Kelas dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa disini yang saya ketahui yaitu
belum ada karena penyusunan program tersebut hanya Guru
Bimbingan dan Konseling yang membuatnya, dan program yang
ada disekolah ini yang terlibat dalam penyusunan program tersebut
biasanya Kepala Sekolah dan Wakil, karena Kepala Sekolah
bagian tertinggi yang ada dilingkungan sekolah”.82
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa kerjasama
guru Bimbingan Konseling dengan wali kelas dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa yang terlibat dalam penyusunan program kegiatan
kerjasama dalam meningkatkan motivasi belajar siswa terlihat bahwa
wakil kesiswaan dan kepala sekolah ada terlibat dalam penyusunan
program yang ada di sekolah.
B. Pelaksanaan Kerjasama Guru Bimbingan Konseling dengan Wali
Kelas Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
1. Tugas dan peran guru bimbingan dan konseling degan wali kelas dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan Guru
Bimbingan dan Konseling terkait dengan tugas dan peran guru
bimbingan dan konseling degan wali kelas dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa ia menyatakan bahwa :
82
ZU (Wali kelas VII.4), Wawancara, 7 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
“Tugas dan peran wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa adalah mengumpulkan data, menginformasikan kepada wali
kelas, memanggil siswa dan membuat program layanan sesuai
dengan kebutuhan siswa. Tugas dan peranan yang lain saya sebagai
Guru Bimbingan dan Konseling disini yaitu peranan saya disini
akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang
diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa,
sesama Guru dan staf lainnya. Tugas atau kerjasama serta peranan
saya, seperti menyusun program BK sudah pasti karena BK tidak
bisa jauh dari program, mengungkapkan masalah klien sudah
menjadi tugas saya,menyelenggarakan konseling perorangan,
menyelenggarakan bimbingan dan konseling kelompok”.83
Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan wali kelas
VII.6 terkait dengan tugas dan peran guru bimbingan dan konseling
degan wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang
menyatakan bahwa :
”Tugas dan peran saya yaitu mengumpulkan data tentang siswa,
melihat perkembangan siswa yang motivasi belajarnya kurang,
mengawasi kegiatan siswa, memberikan motivasi, arahan, melihat
hubungan sosial siswa dengan individu lainya seperti melihat
pergaulannya, serta mengidentifikasi siwa yang memrlukan
bantuan mengenai masalah belajarnya, ikut serta dalam
pelaksanaan konferensi kasus”.84
Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan wali kelas
VII.1 terkait dengan tugas dan peran guru bimbingan dan konseling
degan wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang
menyatakan bahwa :
“Tugas dan peran saya yaitu mengumpulkan data tentang siswa
kelas asuh saya dan sudah menjadi tanggung jawab saya, melihat
kemajuan dan perkembangan siswa yang motivasi belajarnya
rendah atau masalah lainnya, mengawasi kegiatan siswa sehari-
hari seperti bagaimana dalam proses pembelajaran, memantau
83
DE (Guru Bimbingan dan Konseling kelas VII), Wawancara, 7 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 84
HA (Wali kelas VII.6), Wawancara, 8 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
hubungan sosial siswa dengan individu lainnya dan ikut
menyelenggarakan studi kasus dan kunjungan rumah siswa”.85
Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan wali kelas
VII.2 terkait dengan tugas dan peran guru bimbingan dan konseling
degan wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang
menyatakan bahwa:
“Sebagai Wali Kelas saya juga mempunyai tugas dan peran seperti
menangani masalah yang dialami oleh siswa yang menjadi kelas
binaan saya, mengumpulkan data tentang siswa, meneliti kemajuan
dan perkembangan siswa, mengawasi kegiatan siswa dalam sehari-
hari sudah menjadi tugas saya, bahkan saya juga bekerjasama
dengan Guru Bimbingan dan Konseling untuk mengetahui siswa
mana saja yang memiliki permasalahan diluar sepengetahuan saya,
dan bekerjasama juga dengan Guru mata pelajaran. Sebagai wali
kelas saya juga bisa ikut serta dalam menangani masalah siswa
yang berada dalam kelas binaan saya“.86
Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan wali kelas
VII.4 terkait dengan tugas dan peran guru bimbingan dan konseling
degan wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang
menyatakan bahwa:
“Sebagai seorang Wali Kelas, saya harus mengetahui permasalahan
siswa sendiri, bisa melalui Guru Bimbingan dan Konseling, Guru
mata pelajaran. karena Guru mata pelajaranlah yang sering bertemu
dengan siswa dan Guru Bimbingan dan Konseling yang
mengetahui permasalahan siswa, tugas dan peran saya sebagai wali
kelas seperti mengumpulkan data tentang siswa yang bermasalah,
meneliti kemajuan dan perkembangan siswa, mengawasi kegiatan
siswa sehari-hari, memantau hubungan sosial siswa dengan
individu lainnya dari berbagi segi pergaulan, mengidentifikasi
siswa yang memerlukan bantuan, ikut serta atau menyelenggarakan
sendiri pertemuan kasus”.87
85
SU (Wali kelas VII.1), Wawancara, 10 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 86
AR (Wali kelas VII.2), Wawancara, 4 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 87
ZU (Wali kelas VII.4), Wawancara, 7 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
Hasil observasi yang telah peneliti lakukan terlihat jelas bahwa
tugas dan peran Wali Kelas tidak dapat diselenggarakan dengan cara
seadanya, tugas dan peran Wali Kelas juga dituntut untuk membentuk
kepribadian siswa, agar siswa bisa menjadi peserta didik yang memiliki
pribadi yang baik.
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa kerjasama guru
Bimbingan Konseling dengan wali kelas dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa dapat disimpulkan bahwa tugas dan peran guru bimbingan
dan konseling degan wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa yaitu sama-sama memiki tugas dan peran untuk mengatasi
permasalahan siswa.
2. Materi yang disampaikan ketika pelaksanaan kerjasama guru bimbingan
konseling dengan wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru
bimbingan dan konseling terkait dengan materi yang disampaikan
ketika pelaksanaan kerjasama guru bimbingan konseling dengan wali
kelas dalam meningkatkan motivasi belajar, yang menyatakan bahwa :
“Materi tentang motivasi belajar yang saya berikan dalam bentuk
klasikal seperti literasi cerita, video motivasi, saya pasti bisa,
Tokoh yang dikagumi dan mengambil pelajaran dari tokoh tersebut
dan yang lainnya”. 88
Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan wali kelas
VII.1 terkait dengan materi yang disampaiakan mengenai motivasi
belajar siswa yang menyatakan bahwa :
88
DE ( GuruBK kelas VII), Wawancara, 7 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
“Materi yang saya sampaikan biasanya menampilkan video-video
motivasi, setelah video ditayangkan kemudian saya minta kepada
siswa untuk menyimpulkan apa yang bisa dipelajari dari video
tersebut dan bisa mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-
hari”.89
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Guru
Bimbingan Konseling terkaitnya dengan materi kerjasama Guru
bimbingan konseling dengan Wali Kelas VII.6 dalam menigkatkan
motivasi belajar siswa, ia menyatakan bahwa:
“Materi yang saya sampaikan biasanya saya mengkhususkan
materi tersebut tentang menigkatkan motivasi belajar siswa dan
video yang menyangkut dengan motivasi dan menyampaikan nya
kepada siswa sesuai permasalahan siswa.”
Berikutnya peneliti melakukan wawancara dengan Wali Kelas
VII.4 terkaitnya dengan materi kerjasama Guru Bimbingan Konseling
dengan Wali Kelas dalam menigkatkan motivasi belajar siswa, ia
menyatakan bahwa:
“Saya belum pernah memberikan materi tentang cara menigkatkan
motivasi belajar siswa kepada siswa, akan tetapi pada saat mereka
belajar dengan saya lalu pada jam terahkhir saya memberikan
sedikit nasehat kepada siswa, dan bekerjasama dengan Guru
Bimbingan dan Konseling agar memberikan pemahaman kepada
siswa tentang pentingnya belajar, biasanya hanya Guru Bimbingan
dan Konseling yang memberikan materi tersebut, karena Guru
Bimbingan dan Konseling lah rasanya yang memiliki waktu khusus
untuk membahas permasalahan tersebut secara mendalam”.90
Seterusnya peneliti melakukan wawancara dengan Wali Kelas
VII.2 terkaitnya dengan materi kerjasama Guru Bimbingan Konseling
89
SU (Wali kelas VII.1), Wawancara, 10 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 90
ZU (Wali kelas VII.4), Wawancara, 7 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
dengan Wali Kelas dalam menigkatkan motivasi belajar siswa, ia
menyatakan bahwa:
“Saya belum pernah memberikan materi tentang motivasi belajar
siswa didalam kelas, akan tetapi ketika siswa memiliki jam yang
kosong saya memberikan pemahaman-pemahaman atau nasehat-
nasehat kepada siswa betapa pentingnya belajar atapun
memberikan motivasi-motivasi”. 91
Berikutnya peneliti melakukan wawancara dengan Wali Kelas
VII.I terkaitnya dengan Materi kerjasama Guru Bimbingan Konseling
dengan Wali Kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, yang
menyatakan bahwa:
“Sebagai Wali Kelas saya selalu bekerjasama kepada Guru
Bimbingan dan Konseling untuk mengatasi permasalahan anak
terutama masalah belajar, saya langsung merencanakan akan
memberikan materi tentang motivasi-motivasi kepada siswa dan
melihatkan video ataupun saya bercerita tentang orang-orang yang
sukses dalam belajarnya”.92
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Guru
Bimbingan dan Konseling dan Wali Kelas di MTsN 6 Agam dapat
disimpulkan bahwa Guru Bimbingan dan Konseling dengan Wali Kelas
memberikan materi kepada siswa tentang motivasi belajar dan
melihatkan video-video tentang motivasi di dalam kelas. Dan sebagaian
Wali Kelas ada juga yang belum pernah memberikan materi khusus
tentang motivasi belajar, akan tetapi secara tidak langsung sudah
diberikan melalui pemahaman dan nasehat kepada siswa.
91
AR (Wali kelas VII.2), Wawancara, 4 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 92
SU (Wali kelas VII.1), Wawancara, 10 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
3. Metode Kerjasama Guru Bimbingan Konseling dengan Wali Kelas
Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.
Berdasarkan wawancara yang peneliki lakukan dengan Guru
Bimbingan dan Konseling terkait dengan metode kerjasama Guru
Bimbingan dan Konseling dengan wali kelas dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa, yang menyatakan bahwa :
“Metodenya saling memberikan informasi tentang siswa yang
perlu penanganan khusus seperti nilai rendah, tidak fokus
belajar, bekerjasama antara Guru Bimbingan dan Konseling
dengan wali kelas dan apabila hal yang bersifat rahasia maka
hanya Guru Bimbingan dan Konseling lah yang mengetahuinya,
yang mana Guru Bimbingan dan Konseling tidak
memberitahukan kepada wali kelas dan guru pelajaran terkait
permasalahan yang bersifat rahasia”.93
Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan wali kelas
VII.2 terkait dengan dengan metode kerjasama Guru Bimbingan dan
Konseling dengan wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa, yang menyatakan bahwa :
“Saya sebagai wali kelas lebih mengetahui siswa mana saja yang
akan memerlukan penanganan secara pribadi dan klasikal atau
bekerjasama dan saya saling berkomunikasi dengan Guru
Bimbingan dan Konseling, karena Guru Bimbingan dan
Konseling juga mengetahui dan memiliki data yang lengkap
tentang siswa dan dapat menyelesaikan masalah yang dialami
oleh siswa”.94
Berikutnya peneliti melakukan wawancara dengan Wali Kelas
VII.4 terkaitnya dengan metode kerjasama dengan Guru Bimbingan
93
DE (Guru Bimbingan dan Konseling kelas VII), Wawancara, 7 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 94
AR (Wali kelas VII.2), Wawancara, 4 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
Konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang menyatakan
bahwa:
“Saya sebagai Wali Kelas VII.4 disana siswa saya adalah siswa-
siswa yang berprestasi pada dia waktu SD tentu lebih mengetahui
siswa mana yang akan memerlukan penanganan secara pribadi dan
siswa mana saja yang memerlukan penanganan secara khusus atau
bekerja sama dan saya juga saling berkomunikasi dengan Guru
Bimbingan dan Konseling, karena Guru Bimbingan dan Konseling
juga mengetahui dan memiliki data yang lengkap tentang siswa
dan dapat membantu jalan penyelesaian yang dialami oleh
siswa”.95
Seterusnya peneliti melakukan wawancara dengan Wali Kelas
VII.6 terkaitnya dengan metode kerjasama dengan Guru Bimbingan
Konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, yang menyatakan
bahwa:
“Saling memberikan informasi kepada Guru Bimbingan dan
Konseling mengenai masalah siswa terkait dengan masalah
motivasi belajar yang kurang atau bisa dikatakan rendah bahkan
jika masalah tersebut sudah melebihi batas maka saya akan
memanggil pihak ketiga seperti orangtua, maka akan lebih bagus
jika orangtua diikutsertakan dalam bekerjasama dalam mengatasi
masalah siswa yang ada disekolah”.96
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Wali Kelas
VII.7 terkaitnya dengan metode kerjasama dengan Guru Bimbingan
Konseling dengan Wali Kelas dalam mengatasi meningkatkan motivasi
belajar siswa, ia menyatakan bahwa:
“Metode kerjasama saya dengan Guru Bimbingan dan Konseling
saling mencari dan memberikan informasi, karena permasalahan
tersebut terkadang bisa diselesaikan secara pribadi, akan tetapi
95
ZU (Wali kelas VII.4), Wawancara, 7 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 96
HA (Wali kelas VII.6), Wawancara, 8 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
kebanyakan kita memerlukan bantuan seperti bekerjasama dengan
pihak sekolah terutama Guru Bimbingan dan Konseling”.97
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan terlihat bahwa
Wali Kelas saling memberikan informasi kepada Guru Bimbingan dan
Konseling terkait dengan permasalahan siswa, agar permasalahan siswa
bisa diselesaikan secara langsung tanpa harus ditunda-tunda.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang peneliti lakukan di
MTsN 6 Agam dapat disimpulkan bahwa metode kerjasama Guru
Bimbingan Konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa yaitu antara Guru Bimbingan dan Konseling dengan Wali
Kelas saling memberikan informasi mengenai permasalahan siswa dan
apabila Guru Bimbingan dan Konseling menemukan masalah yang sifat
nya rahasia maka hanya Guru Bimbingan dan Konseling lah yang
mengetahui tanpa harus Wali Kelas yang mengetahuinya.
4. Langkah-langkah dalam melaksanakan Kerjasama Guru Bimbingan
Konseling dengan Wali Kelas Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru
bimbingan dan konseling tekait dengan langkah-langkah dalam
melaksanakan kerjasama guru bimbingan konseling dengan wali kelas
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, ia mentakan bahwa “
“Kalau saya mendapat laporan dari wali kelas, atau guru piket
karena guru piket melihat secara langsung siswa yang sering
keluar kelas pada jam belajar atau permisi kepada guru untuk ke
kamar mandi tetapi dia berkeliaran dan aja juga yang pergi
97
NY (Wali kelas VII.7), Wawancara, 10 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
kekantin sekolah, kemudian wali kelas memanggil siswa tersebut
dan membawa keruang BK untuk menyanakan sebab kenapa
siswa tidak fokus atau betah dalam lokal”.98
Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan wali kelas
VII.7 tekait dengan langkah-langkah dalam melaksanakan kerjasama
guru bimbingan konseling dengan wali kelas dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa, ia mentakan bahwa :
“Langkah melaksanakan kerjasama saya dengan Guru Bimbingan
dan Konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, apabila
setelah saya mengidentifikasi siswa yang bermasalah dengan
belajarnya saya terlebih dahulu menanganinya secara pribadi, dan
apabila tidak ada perubahan baru saya alihkan ke Guru Bimbingan
dan Konseling”.99
Berikutnya peneliti melakukan wawancara dengan Wali Kelas
VII.6 terkaitnya dengan langkah-langkah dalam melaksanakan kerjasama
Guru Bimbingan dan Konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa, ia menyatakan bahwa:
“Langkah dalam melaksanakan kerjasama saya dengan Guru
Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa, apabila saya yang secara langsung menemukan siswa yang
bermalas-malsan dalam belajarnya biasanya terlebih dahulu saya
menangani secara pribadi, jika tidak bisa diselesaikan barulah saya
ikut sertakan atau berikan kepada Guru Bimbingan dan
Konseling”.100
Seterusnya peneliti melakukan wawancara dengan Wali Kelas
VII.4 terkaitnya dengan langkah-langkah dalam melaksanakan kerjasama
Guru Bimbingan Konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa, menyatakan bahwa:
98
DE (Guru Bimbingan dan Konseling kelas VII), Wawancara, 7 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 99
NY (Wali kelas VII.7), Wawancara, 10 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 100
HA (Wali kelas VII.6), Wawancara, 8 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
“Saya akan mencari tau penyebab dari permasalahan tersebut, dan
memanggil siswa yang tidak serius dalam belajar karena saya tidak
mau malu dengan siswa-siswa saya nantinya yang nilainya akan
menurun dan nantinya tidak saya yang kecewa mungkin orangrua
dari siswa bisa juga kecewa yang mana sebelumnya niali anaknya
tinggi dan sekarang sudah menurun, dan selesaikan secara pribadi,
dan apabila permasalahan tersebut belum bisa saya selesaikan
maka saya akan melibatkan dan minta tolong kepada Guru
Bimbingan dan Konseling, bahkan wakil pun bisa saya ikut
sertakan demi selesainya masalah siswa”.101
Berikutnya peneliti melakukan wawancara dengan Wali Kelas
VII.1 terkaitnya dengan langkah-langkah dalam melaksanakan kerjasama
Guru Bimbingan Konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa, ia menyatakan bahwa:
“Apabila saya yang menemukan permasalahan didalam kelas atau
dilingkungan sekolah maka saya akan melakukan penanganan atau
menyelesaikan masalah dengan sendirinya terlebih dahulu, dan
apabila diperlukan bantuan maka saya akan mita kepada Guru
Bimbingan dan Konseling agar bisa ikut menyelesaikannya. Agar
masalah siswa bisa diselesaikan secara cepat dan tidak
mengganggu belajar siswa sehari-hari”. 102
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan langkah-langkah
untuk melaksanakan kejasama antara guru bimbingan dan konseling
dengan Wali Kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa langsung
menangani masalah tersebut secara pribadi tanpa harus ditunda-tunda
terlebih dahulunya.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang peneliti lakukan
dengan Guru Bimbingan dan Konseling dan Wali Kelas di SMPN 1
MTsN 6 Agam dalam melakukan langkah-langkah untuk melaksanakan
kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan wali kelas dalam
101
ZU (Wali kelas VII.4), Wawancara, 7 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 102
SU (Wali kelas VII.1), Wawancara, 10 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
meningkatkan motivasi belajar siswa seperti kasus tidak fokus belajar
selanjutnya dilakukan pengentasan masalah tersebut secara langsung.
5. Waktu pelaksanaan Kerjasama Guru Bimbingan Konseling dengan Wali
Kelas Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan Guru
Bimbingan dan Konseling terkait waktu pelaksanaan kerjasama guru
bimbingan konseling dengan wali kelas dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa, ia mengatakan bahwa :
“Pelaksanaan sesuai dengan terjadinya kapan dan tempatnya
dimana dan saya tidak bisa pastikan dimana tempatnya dan
waktunya, misalnya siswa mengalami masalah pada saat Guru
Bimbingan dan Konseling berada didalam lokal, atau bertemu
dijalan saat istirahat, maka langsung diselesaikan keruang BK atau
keruang OSIM, karena kita mempunyai ruang BK dan ruang OSIM
yang rasanya aman untuk pengentasan masalah siswa”.103
Selanjutnya peneliti juga melakukan wawncara dengan wali kelas
VII.6 waktu pelaksanaan kerjasama guru bimbingan konseling dengan
wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, ia mengatakan
bahwa :
“Waktu dan tempat pelaksanaan kerjasama saya dengan Guru
Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa biasanya di ruangan BK atau ruang majelis guru, dan sesuai
dengan kejadian tersebut jam berapa dan dimana kejadian tersebut
berlangsung”.104
Seterusnya peneliti melakukan wawancara dengan Wali Kelas
VII.7 terkaitnya dengan waktu dan tempat pelaksanaan kerjasama Guru
103
DE (Guru Bimbingan dan Konseling kelas VII), Wawancara, 7 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 104
HA (Wali kelas VII.6), Wawancara, 8 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
Bimbingan Konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa, ia menyatakan bahwa:
“Saya tidak bisa memastikan kapan waktu dan tempat
pelaksanakan kerjasama saya dengan Guru bimbingan dalam
memberikan motivasi belajar siswa, karena waktu pelaksanaan
tersebut sesuai dengan jam berapa akan dilaksanakan dan dimana
tempat kejadian berlangsung dan bisa diselesaikan diruangan BK
atau diruangan wakil kesiswaan”.105
Berikutnya peneliti melakukan wawancara dengan Wali Kelas
VII.4 terkaitnya dengan waktu dan tempat pelaksanaan kerjasama Guru
Bimbingan Konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa, ia menyatakan bahwa:
“Waktu dan tempat pelaksanaan kerjasama belum bisa ditentukan
kapan jam, hari dan tanggalnya, karena hal tersebut harus sesuai
dengan kejadian dan waktu dan tempatnya terjadinya dimana”.106
Seterusnya peneliti melakukan wawancara dengan Wali Kelas
VII.2 terkaitnya dengan waktu dan tempat pelaksanaan kerjasama Guru
Bimbingan Konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa, ia menyatakan bahwa:
“Waktu dan tempat pelaksanaan kerjasama saya dengan Guru
Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa bisanya diruangan majelis guru, dikelas atau ruangan BK,
dan sesuai dengan kejadian tersebut jam brapa, hari apa dan
dimana kejadian berlangsung”.107
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan terkaitnya
dengan waktu dan tempat pelaksanaan kerjasama Guru Bimbingan
105
NY (Wali kelas VII.7), Wawancara, 10 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 106
ZU (Wali kelas VII.4), Wawancara, 7 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 107
AR (Wali kelas VII.2), Wawancara, 4 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
Konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa disesuaikan dengan kejadian dimana ditemukan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan
dengan Guru Bimbingan dan Konseling dan Wali Kelas di MTsN 6
Agam dapat disimpulkan bahwa waktu dan tempat pelaksanaan
kerjasama Guru Bimbingan Konseling dengan Wali Kelas dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu tergantung dimana kejadian
berlangsung dan menangani nya secara langsung.
C. Mengevaluasi Kerjasama Guru Bimbingan Konseling dengan Wali
Kelas Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di MTsN 6 AGAM
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukakan dengan koordinator
BK terkait dengan mengevaluasi kerjasama guru bimbingan konseling
dengan wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa ia
mengatakan bahwa :
“Kalau hasil evaluasi bisa dikatakan cukup baik, kenapa? Karena ada
siswa yang berubah dan ada yang tidak maka nanti siswa yang tidak
ada perubahan maka kami saya akan memberikan layanan
tambahan”.108
Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan wali kelas
VII.7 terkait dengan dengan mengevaluasi kerjasama guru bimbingan
konseling dengan wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa ia
mengatakan bahwa :
“Hasil evaluasi siswa yang motivasi belajar tinggal dari temannya
sekarang sudah mulai ada perubahan, yang biasanya dia sering libur,
108
WAT (Koordinarot BK), Wawancara, 7 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
malas-malasan belajr sekarang dia sudah ada perubahan, libur sudah
dikurangi, sudah mau mencatat pelajaran atau mengerjakan
tugas”.109
Seterusnya peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas VII.6
terkait dengan yang mengevaluasi kerjasama Kegiatan Guru Bimbingan
Konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa, yang menyatakan bahwa:
“Hasil evaluasinya seperti ini ada siswa yang biasanya kurang
fokus dalam belajar atau sering tidak masuk sekarang ia mulai
berubah karena mungkin sudah mulai faham betapa penting
sekolah dan belajar”.110
Berikutnya peneliti melakukan wawancara dengan Wali Kelas
VII.2 terkaitnya dengan yang mengevaluasi kerjasama kegiatan Guru
Bimbingan Konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa, ia menyatakan bahwa:
“Hasil evaluasinya seperti ini ada siswa yang malas-malasan atau
sifat nya yang pamer ia mengadu karena di ejek oleh teman-
temannya, sehingga ia merasa tidak nyaman dilokal, sekarang
setelah diberi penguatan siswa tersebut sudah bisa melakukan
tindakan sehingga sekarang ini ia merasa nyaman berada didalam
lokal”.111
Berikutnya peneliti melakukan wawancara dengan Wali Kelas
VII.1 terkaitnya dengan yang mengevaluasi kerjasama kegiatan Guru
Bimbingan Konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa, ia menyatakan bahwa :
“Hasil evaluasinya seperti ini ada siswa setiap harinya tidak
disukai oleh teman-temannya, setelah di beri penguatan oleh wali
109
NY (Wali kelas VII.7), Wawancara, 10 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 110
HA (Wali kelas VII.6), Wawancara, 8 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 111
AR (Wali kelas VII.2), Wawancara, 4 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
kelas dan Guru Bimbingan dan Konseling bahwasanya ia adalah
anak yang mampu, bisa berbicara dengan baik di muka umum dan
memiliki pengetahuan yang bagus sekarang ini siswa tersebut
sudah memiliki banyak teman dan sudah tidak malas seperti
dulunya.”112
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan Guru
Bimbingan dan Konseling dan Wali Kelas di MTsN 6 Agam dapat
disimpulkan bahwa terkait dengan dengan mengevaluasi kerjasama guru
bimbingan konseling dengan wali kelas dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa terlihat bahwa dengan adanya kerjasama siswa dapar
berubah ke arah yang lebih baik dari sebelunmnya.
D. Menindaklanjuti Kerjasama Guru Bimbingan Konseling dengan Wali
Kelas Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di MTsN 6 AGAM
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan Guru
Bimbingan dan Konseling terkait dengan tindak lanjut dari kegiatan
kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Wali Kelas dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa, ia menyatakan bahwa:
“Tindak lanjut mengenai kerjasama yang dilakukan jika siswa tidak
ada perubahan dari sebelumnya maka saya akan merencanakan plan
B, melaksanakan layanan tambahan, pemanggilan orangtua”.113
Selanjutnya peneliti juga melakukan dengan wali kelas VII.1 terkait
dengan tindak lanjut dari kegiatan kerjasama Guru Bimbingan dan
Konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa,
ia menyatakan bahwa:
“Kalau siswa tersebut sudah berubah dari yang sebelunya akan
saya berikan motivasi, pujian, hadiah ataupun arahan lebih lanjut
lagi”.114
Selanjutnya peneliti juga melakukan dengan wali kelas VII.2
terkait dengan tindak lanjut dari kegiatan kerjasama Guru Bimbingan
112
SU (Wali kelas VII.1), Wawancara, 10 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 113
DE (Guru Bimbingan dan Konseling kelas VII), Wawancara, 7 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 114
SU (Wali kelas VII.1), Wawancara, 10 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
dan Konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa, ia menyatakan bahwa :
“Kalau siswa tersebut sudah berubah dari yang sebelumnya akan
saya berikan motivasi atau penghargaan dan saya akan terus
memberikan arahan-arahan kepada siswa tersebut”. 115
Selanjutnya peneliti juga melakukan dengan wali kelas VII.4
terkait dengan tindak lanjut dari kegiatan kerjasama Guru Bimbingan
dan Konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa, ia menyatakan bahwa :
“Jika siswa tersebut sudah berubah dari yang sebelumnya akan
saya berikan motivasi, pujian, hadiah ataupun arahan lebih dari
yang sebelumnya”.116
Selanjutnya peneliti juga melakukan dengan wali kelas VII.6
terkait dengan tindak lanjut dari kegiatan kerjasama Guru Bimbingan
dan Konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa, ia menyatakan bahwa :
“Jika siswa tersebut sudah berubah dari yang sebelumnya tentu
saya akan memberikan motivasi, pujian, hadiah ataupun arahan
lebih dari yang sebelumnya sehingga ia bisa lebih giat lagi belajar
dan tidak ada lagi libur selain ada halangan atau dalam keadaan
sakit”.117
Selanjutnya peneliti juga melakukan dengan wali kelas VII.7
terkait dengan tindak lanjut dari kegiatan kerjasama Guru Bimbingan
dan Konseling dengan Wali Kelas dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa, ia menyatakan bahwa :
115
AR (Wali kelas VII.2), Wawancara, 4 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 116
ZU (Wali kelas VII.4), Wawancara, 3 Agustus 2018, MTsN 6 Agam 117
HA (Wali kelas VII.6), Wawancara, 8 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
“Jika siswa tersebut sudah berubah dari yang sebelumnya tentu
saya akan memberikan motivasi, pujian, hadiah ataupun arahan ,
nasehat-nasehat lebih dari yang sebelumnya sehingga ia bisa lebih
giat lagi belajar dan kurangi ribut dalam lokal karena bisa
mengganggu teman yang sedang serius dalam belajar.”118
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan terkait dengan dengan
tindak lanjut dari kegiatan kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling
dengan Wali Kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa bahwa
siswa telah ada perubahan, siswa tersebut sudah mulai memerhatikan
pelajaran, ribut dalam lokal sudah mulai berkurang dan sudah tidak lagi
bolos sekolah.
Dapat disimpulkan dari hasil wawancara dan observasi yang
peneliti lakukan bahwa tindak lanjut kerjasama Guru Bimbingan dan
Konseling dengan wali kelas tergantung kepada siswa yang dibimbing,
apabila siswa ada perubahan dari sebelumnya maka akan dimotivasi
terus, begitu pun dengan yang tidak ada perubahan makan diberikan
layanan tambahan.
118
NY (Wali kelas VII.7), Wawancara, 10 Agustus 2018, MTsN 6 Agam
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari deskripsi dan pembahasan pada bab sebelumnya maka
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Bentuk kerjasama Guru BK dengan wali kelas dalam menyusun kegiatan
motivasi belajar siswa di MTs N 6 Agam
Dasar kerjasama Guru BK Bimbingan Konseling dengan Wali Kelas
dalam menyusun program kegiatan meningkatkan motivasi belajar ini secara
tidak langsung penanganan nya sudah ada masuk kedalam layanan
responsif. Caranya bukan hanya klasikal, bisa juga dengan konseling
perorangan, bimbingan kelompok atau konseling kelompok. Yang terlibat di
dalam penyusunan program kegiatan meningkatkan motivasi belajar yaitu
kepala sekolah dan ada kerjasama dengan pihak sekolah.
2. Pelaksanaan kerjasama Guru BK dengan Wali Kelas dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa Di MTs N 6 Agam.
Tugas atau kerjasama serta peranan Guru BK, seperti menyusun
program BK sudah pasti karena BK tidak bisa jauh dari program,
mengungkapkan masalah klien sudah menjadi tugas guru BK,
menyelenggarakan konseling perorangan, menyelenggarakan bimbingan
dan konseling kelompok. Materi nya tentang motivasi belajar yang
diberikan dalam bentuk klasikal dan bimbingan kelompok materinya di
khusus kan juga. Metodenya saling memberikan informasi kepada wali
kelas tentang siswa yang perlu penanganan khusus. Langkah-langkah
dilakukan pelaksanaan pemberian motivasi oleh guru BK. Waktu sesuai
dengan dimana kejadian berlangsung. Lokasi yang digunakan digunakan
biasanya diruangan BK
3. Mengevaluasi kerjasama guru BK dengan Wali Kelas dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa Di MTs N 6 Agam.
Hasil evaluasi sudah ada perubahan dari anak tersebut. Hasil
rekomendasi Sekolah memberikan aturan-aturan atau tata tertib sekolah
yang lebih ketat lagi.
4. Menindaklanjuti kerjasama guru BK dengan wali kelas dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa di MTs N 6 Agam
Tindak lanjut kerjasama guru BK dengan wali kelas tergantung kepada
siswa yang dibimbing, apabila siswa ada perubahan dari sebelumnya maka
akan dimotivasi terus, begitu pun dengan yang tidak ada perubahan makan
diberikan layanan tambahan
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka penulis ingin mengajukan
saran dan masukan untuk pihak-pihak yang terkait diantaranya :
1. Kepada Guru BK MTsN 6 Agam
Diharapkan agar dapat meningkatkan pemberian pelayanan secara
berkelanjutan, sehingga siswa bisa menyelesaikan masalah dengan baik dan
mampu membangkitkan semangat untuk dirinya sendiri.
2. Kepada Wali Kelas MTsN 6 Agam
Diharapkan agar dapat lebih memperhatikan siswa, karena sekecil
apapun masalah siswa, kita harus mengetahuinya dan langsung
menindaklanjutkan tanpa harus berlama-lama, agar dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa dalam belajar agar siswa tidak lagi menganggu teman
yang serius dalam belajar, tidak sering keluar kelas pada saat pembelaran
berlangsung, dan lainnya. Kepada wali kelas yang belum bekerjasama
dengan guru BK agar dapat menjalin kerjasama untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa.
3. Kepada siswa MTsN 6 Agam
Agar menigkatkan motivasi belajar dalam mengikuti proses
pembelajaran yang diberikan oleh guru dan agar dapat terbuka ketika
mengikuti layanan konseling perorangan agar permasalahan yang dialami
dapat terentaskan dengan baik.
4. Kepada Kepala Sekolah MTsN 6 Agam
Diharapkan agar dapat meningkatkan pengawasan mengenai motivasi
belajar siswa yang kurang disekolah, karena motivasi belajar ini sangat
diperlukan baik dari dalam diri sendiri maupun dukungan orang lain.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdul, Majid. 2011, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung : PT
Remaja Rosda.
Anas, Salahudin, 2010. Bimbingan dan Konseling, Bandung : Pustaka Setia
Bimo, Walgito, 2010. Bimbingan + Konseling (studi dan karir). Yogyakarta :
Andi Offset.
Daryanto dkk, 2015. Bimbingan dan Konseling Panduan Guru BK dan Guru
Umum, Yogyakarta : Gava Media.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1994, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Dewa, Ketut Sukardi, 1995, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta : Rineka
Cipta.
, 2003. Manajemen Bimbingan Konseling di Sekolah, Bandung:
Alva Beta.
Emzir, 2010. Metologi Penelitian Kualitatif Analilis Data, Jakarta:
Rajawali Pers.
Hamzah B. Uno, 2008. Teori Motivasi & Pengukurannya, Jakarta: Bumi
Aksara.
I, Ketut Arya Sunu Gusti, 2015. Manajemen Kelas Aplikasinya dalam Proses
Pembelajaran di Pendidikan formal. Yogyakarta : Ruko Jambusari.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Derektoran Jendral Guru Dan Tenaga
Kerja Kependidikan, 2016. Panduan Operasional Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling Menengah Atas (SMA), Jakarta.
Lufri, 2007. Kiat Memahami dan Melakukan Penelitian, Padang : UNP Press.
Oemar, Hamalik, 2009. Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung : Sinar
Bandung Algensindo.
Prayitno, 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Rineka Cipta.
, 2004, Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling, Padang :
UNP.
,1999. Pelayanan Bimbingan dan Konseling SD, Jakarta : PT Ikrar
Mandiri Abadi.
,2001. Penelitian Kegiatan Pengawasan dan Konseling di sekolah,
Jakarta : Rineka Cipta.
Riduwan, 2005. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula, Bandung : Alfabeta.
Sardiman, 2001. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grasindo
Persada.
, 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali Pers.
Soetjipto dan Raflis Kosasi,1999. Profesi Keguruan, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto, 2004. Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.
Sutirna, 2013. Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Formal, Non Formal Dan
Informal, Yogyakarta : CV Andi offset.
Tohirin, 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi),Jakarta: PT Grafindo.
Astuti, Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Kerjasama Guru BK dan
Wali kelas, (http://www. Bimatab. co.id)
http://tabloidganesha.blogspot.co.id/2012/11/ini-syarat-syarat-menjadi-wali-
kelas, Jumat 10/08/2018.
Woolfock dan Weinstein,2006. Manajemen Kelas Berbasis Komprehensif,
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.