kerjasama antar daera

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air bersih merupakan hal yang paling dibutuhkan seluruh makhluk hidup untuk bertahan hidup, tidak terkecuali manusia yang setiap hari harus mengkonsumsi air untuk berbagai hal. Di dunia yang semakin maju, dimana banyak lahan telah dibangun untuk berbagai keperluan manusia, air bersih semakin sulit untuk dicari. Pada masa dahulu kala, ketika manusia membutuhkan air mereka tidak perlu mengeluarkan uang untuk mendapatkan air bersih karena jumlah air bersih yang tersedia masih banyak. Tetapi saat ini, untuk setiap liter air bersih, ada biaya yang harus dibayar untuk mendapatkannya. Jakarta merupakan kota padat penduduk dimana tingkat pembangunan di kota tersebut sangat tinggi. Namun, pembangunan dan tingkat penduduk yang sulit terkendali justru menimbulkan masalah-masalah baru, salah satunya adalah masalah air bersih. Jakarta sendiri tidak mempunyai pasokan air bersih yang cukup. Kebutuhan air bersih setiap tahunnya selalu meningkat. Sebagian besar pemenuhan air bagi warga Jakarta diambil dari luar Jakarta. Itulah fenomena yang terjadi, masyarakat Jakarta terlalu banyak sehingga berdampak pada tingginya tingkat kebutuhan air. Selain itu, banyak proyek-proyek pembangunan mengesampingkan aspek-aspek penting seperti air bersih. 1

Upload: vines-tupan

Post on 28-Oct-2015

81 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Air Bersih

TRANSCRIPT

Page 1: Kerjasama Antar Daera

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air bersih merupakan hal yang paling dibutuhkan seluruh makhluk hidup

untuk bertahan hidup, tidak terkecuali manusia yang setiap hari harus

mengkonsumsi air untuk berbagai hal. Di dunia yang semakin maju, dimana

banyak lahan telah dibangun untuk berbagai keperluan manusia, air bersih

semakin sulit untuk dicari. Pada masa dahulu kala, ketika manusia

membutuhkan air mereka tidak perlu mengeluarkan uang untuk mendapatkan

air bersih karena jumlah air bersih yang tersedia masih banyak. Tetapi saat ini,

untuk setiap liter air bersih, ada biaya yang harus dibayar untuk

mendapatkannya.

Jakarta merupakan kota padat penduduk dimana tingkat pembangunan

di kota tersebut sangat tinggi. Namun, pembangunan dan tingkat penduduk

yang sulit terkendali justru menimbulkan masalah-masalah baru, salah satunya

adalah masalah air bersih. Jakarta sendiri tidak mempunyai pasokan air bersih

yang cukup. Kebutuhan air bersih setiap tahunnya selalu meningkat. Sebagian

besar pemenuhan air bagi warga Jakarta diambil dari luar Jakarta. Itulah

fenomena yang terjadi, masyarakat Jakarta terlalu banyak sehingga berdampak

pada tingginya tingkat kebutuhan air. Selain itu, banyak proyek-proyek

pembangunan mengesampingkan aspek-aspek penting seperti air bersih. 

Ketika kota Jakarta, Bekasi dan beberapa wilayah di Kabupaten

Tangerang sedang dilanda hujan yang amat deras dan menimbulkan banjir

besar pada bulan Februari yang lalu, pada saat yang sama hampir semua

waduk di Pulau Jawa sedang mengalami defisit air. Waduk Jatiluhur yang

hanya berjarak sekitar 100 km dari Kota Jakarta misalnya, ketinggian air pernah

hanya mencapai +83.00m (padahal muka air menurut pola operasi normal

seharusnya minimal +92.00m). Hal tersebut memang sangat ironis.

Kekeringan dan banjir adalah peristiwa alam yang merupakan bagian

dari siklus kehidupan ekosistem bumi. Hampir setiap tahun peristiwa kekeringan

dan banjir datang silih berganti. Kekeringan dan banjir berperilaku linier

1

Page 2: Kerjasama Antar Daera

dependent. Semakin parah banjir yang terjadi, maka semakin dahsyat pula

kekeringan yang akan menyusul. Berdasarkan kenyataan tersebut, yang

terpenting bagi kita adalah memahami fenomena tersebut serta menyikapi

kenyataan itu agar air selalu tersedia untuk mencukupi dinamika berbagai

keperluan di saat curah hujan berkurang. Sebaliknya, air tidak menimbulkan

persoalan di saat curah hujan sedang meningkat. Untuk itu diperlukan sistem

pengelolaan air yang baik dan terpadu. Hal ini dikarenakan air merupakan

kebutuhan yang mutlak diperlukan semua daerah.

1.2. Permasalahan

Indonesia memang tercatat mempunyai sumber daya air 3,22 triliun

meter kubik per tahun, setara ketersediaan air per kapita sebesar 16.800 meter

kubik per tahun. Ketika musim penghujan tiba misalnya air “meluap sampai

jauh”. Persoalannya, negeri ini kurang pintar mengelola air. Tidak menghargai

apalagi berupaya mengkonservasi tiap tetes air. Jadi, tidak mengherankan bila

tiap tahun, di berbagai media muncul berita mengenai persoalan-persoalan

kekeringan. Selain buruknya pengelolaan air di tiap wilayah, dengan alasan

otonomi daerah, ego kedaerahan juga kerap menjadi kendala untuk

melaksanakan kerja sama antar daerah dalam pengelolaan sumber daya alam.

Derasnya pembangunan Kota Jakarta sebagai Ibukota Negara,

menyebabkan terjadinya peluapan (spillover) perkembangan kota ke wilayah di

sekitarnya, sehingga terjadilah berbagai alih fungsi peruntukan di kota-kota

sekitar Jakarta. Sementara itu, belum ada perencanaan terpadu di kawasan

sekitar Jakarta, yang didasarkan kepada satu kesatuan ekosistem yang saling

mempengaruhi. Sehingga, diperlukan pemahaman untuk mengelola bersama

dalam kerangka kerja sama antar daerah yang telah ditetapkan mekanisme dan

sistemnya oleh peraturan yang berlaku.

  Di ranah air, Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air (SDA) dan

Ditjen Cipta Karya memposisikan diri dengan baik. Pihak pertama (pusat)

mengelola air dari hulu, membaginya untuk irigasi, air baku untuk air minum,

dan kepentingan lainnya. Pihak kedua menunggunya di hilir untuk mengatur

dan memfasilitasi pemanfaatan air baku untuk pemenuhan kebutuhan air

2

Page 3: Kerjasama Antar Daera

minum di daerah. Dua sinergi ini hendaknya dapat meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat jika semua pihak berkomitmen mewujudkannya dan

bersama-sama mewujudkan akselerasi positif. Namun, jika masih menonjolkan

ego masing-masing maka yang terjadi adalah pembiaran ketimpangan sumber

air antara daerah yang kaya sumber dengan yang tidak.

Jakarta sesungguhnya kota yang kaya akan air. Tapi, kekayaan ini telah

menjadi musibah bagi penduduknya karena salah urus dan menjelma menjadi

banjir serta sarang ideal bagi nyamuk anofeles, sang penyebar maut malaria,

kemudian demam berdarah. Selain itu, ironis bahwa Jakarta terlalu sering

mengalami krisis air.

Para sejarawan menyimpulkan krisis air pula yang menjadi salah satu

penyebab utama pemindahan ibu kota kemaharajaan kolonial Belanda. Pada

akhir abad ke-18, Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten memulai

proses meninggalkan Oud Batavia secara bergelombang menuju tempat baru,

Nieuw Batavia, di sekitar Gambir, dan dinamakan Weltevreden atau sangat

memuaskan.

Hal yang ironi lainnya adalah sementara di permukiman orang kaya

dapat pelayanan air bersih dan hanya membayar Rp 9.000, di beberapa tempat

warga miskin dipaksa membeli air dengan harga sangat mahal karena tidak

terlayani jaringan pipa air bersih. Warga miskin di kelurahan yang tidak terlayani

jaringan pipa harus membeli air bersih yang dijual eceran Rp 125 ribu per meter

kubik. Padahal harga rata-rata air bersih dari PAM Jaya hanya Rp 7.500 per

meter kubik. Di Jakarta air jadi yang termahal di dunia justru untuk rakyat

miskin.

Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Permasalahan Sumber Daya Air :

a) Kondisi Sumber Daya Air;

b) Pertambahan jumlah penduduk;

c) Ketersediaan dan kinerja prasarana dan sarana;

d) Kelembagaan pemerintah yang menangani pengelolaan SDA;

e) Perilaku masyarakat pengguna sumber daya air;

f) Kondisi dan penggunaan ruang di daerah aliran sungai;

3

Page 4: Kerjasama Antar Daera

g) Ketersediaan perundang-undangan dan pedoman.

Sementara itu, permasalahan yang berkaitan dengan ketersediaan air minum

bagi masyarakat dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Daya dukung lingkungan semakin terbebani oleh pertumbuhan penduduk

dan Urbanisasi.

2. Interpretasi UU No. 22 tahun 2004 tidak mendorong pengembangan dan

Kerjasama antar daerah dalam penyediaan air minum.

3. Kebijakan yang memihak kepada masyarakat miskin masih belum

berkembang.

4. PDAM tidak dikelola dengan prinsip kepengusahaan.

5. Kualitas air belum memenuhi syarat air minum.

6. Keterbatasan pembiayaan mengakibatkan rendahnya investasi dalam

penyediaan air minum.

7. Kelembagaan pengelolaan air minum yang ada sudah tidak memadai

lagi dengan perkembangan saat ini.

8. Kemitraan pemerintah dan swasta dalam penyediaan air minum kurang

berkembang.

9. Kemitraan pemerintah dan masyarakat dalam penyediaan air minum

kurang berkembang.

10.Pemahaman masyarakat tentang air minum tidak mendukung

pengembangan air minum.

Kelemahan utama Indonesia terletak pada tidak efektifnya pasokan air

baku. Tidak adanya jaminan tegas terhadap ketersediaan air baku, tergambar

dari minimnya jumlah bendungan besar di Indonesia. Belum ada upaya-upaya

non-teknis di luar pembangunan infrastruktur yang diharapkan berperan besar

dalam membentuk sikap dan tindakan masyarakat untuk lebih peduli

permasalahan sumber daya air. Di Swedia misalnya, hukum yang ketat, pada

akhirnya membuat masyarakat ikut mengkonservasi sumber air. Sampai saat ini

belum ada kerja sama antar daerah dengan titik berat pada penyediaan air

bersih bagi masyarakatnya di wilayah Jabodetabek.

4

Page 5: Kerjasama Antar Daera

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Kebijakan Publik

Tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat seperti yang

diamanatkan dalam UUD 1945 adalah “melindungi segenap bangsa Indonesia,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memajukan kesejahteraan umum”.

Tugas ini terbilang cukup luas cakupannya karena mengandung pengertian

bahwa masyarakat harus terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar hidupnya. Air

bersih sebagai kebutuhan dasar masyarakat memiliki peranan penting dalam

menentukan derajat kesehatan masyarakat yang juga merupakan salah satu

tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah.

Masalah air bersih adalah masalah yang menyangkut kepentingan orang

banyak dan membutuhkan campur tangan pemerintah. Dalam bidang ekonomi,

masalah-masalah yang menuntut adanya intervensi pemerintah ini biasanya

berhubungan dengan barang-barang publik (Said Zainal, 2012:77).

Persoalan yang sering muncul dalam melakukan kajian terhadap

masalah-masalah publik adalah bahwa tidak semua masalah mendapat

tanggapan yang memadai oleh para pembuat kebijakan. Hanya masalah-

masalah tertentu saja yang mendapat tanggapan. Pada tahap inilah kemudian

timbul pertanyaan, mengapa hal ini terjadi? Menurut Thomas R. Dye, kebijakan

publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak

dilakukan (Said Zainal, 2012:5-6). Sifat kebijakan publik dapat dipahami secara

lebih baik bila konsep ini dirinci menjadi beberapa kategori, seperti tuntutan-

tunutan kebijakan (policy demands), keputusan-keputusan kebijakan (policy

decisions), pernyataan-pernyataan kebijakan (policy statements), hasil-hasil

kebijakan (policy outputs), dan dampak-dampak kebijakan (policy outcomes).

Air bersih sebagai salah satu kebutuhan dasar masyarakat harus

terpenuhi dengan intervensi pemerintah, untuk menghindari penguasaan

individu atas sumber daya tersebut. Apapun kebijakan yang ditempuh

pemerintah, tujuan pemenuhan kebutuhan ini menjadi syarat mutlak yang harus

tercapai.

5

Page 6: Kerjasama Antar Daera

2.2. Kerjasama Antar Daerah

Kerjasama diharapkan menjadi satu jembatan yang dapat mengubah

potensi konflik kepentingan antar daerah menjadi sebuah potensi pembangunan

yang saling menguntungkan. Kerjasama Antar Daerah (KAD) hanya dapat

terbentuk dan berjalan apabila didasarkan pada adanya kesadaran bahwa

daerah-daerah tersebut saling membutuhkan untuk mencapai satu tujuan. Oleh

karena itu, inisiasi Kerjasama Antar Daerah (KAD) baru dapat berjalan dengan

efektif apabila telah ditemukan kesamaan isu, kesamaan kebutuhan atau

kesamaan permasalahan. Kesamaan inilah yang dijadikan dasar dalam

mempertemukan daerah-daerah yang akan dijadikan mitra.

Mengingat sulitnya mengkoordinasikan pemda-pemda dalam semua

aspek kepemerintahan, akan lebih efektif apabila isu/ bidang yang ditangani

dalam kerjasama itu terfokus pada satu isu/ bidang saja atau beberapa bidang

prioritas. Perluasan lingkup kerjasama dapat dilakukan kemudian, tergantung

pada kondisi/ komitmen dari pemda-pemda dan tanggapan dari masyarakat.

Selain itu, yang juga perlu dipikirkan adalah masalah feasibilitas kerja sama,

baik secara ekonomi maupun politis. Secara politis karena keputusan akhir

mengenai komitmen untuk bekerja sama adalah sebuah keputusan politis yang

harus diambil pada level pimpinan, sehingga diperlukan argumentasi-

argumentasi untuk bekerja sama yang cukup menarik secara politis bagi level

pimpinan itu. Secara politis, kerjasama ini harus menarik bagi semua daerah

yang terlibat, maka juga harus menguntungkan bagi semua daerah. Prinsip

”saling menguntungkan” inilah yang menjadi salah satu filosofi dasar

kerjasama. Secara teoritis, kerjasama dapat dipahami sebagai berikut :

Interaksi Antara A dan BB

Rugi Tidak rugi/untung Untung

A

Rugi Konflik Ketidakadilan Ketidakadilan

Tidak rugi/untung Ketidakadilan Harmoni Ketidakadilan

Untung Ketidakadilan Ketidakadilan Kerjasama

Kerja sama antar daerah ini harus dilakukan dalam prinsip-prinsip seperti

tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata cara

6

Page 7: Kerjasama Antar Daera

Pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah yaitu efisiensi, efektivitas, sinergi, saling

menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad baik, mengutamakan

kepentingan nasional dan keutuhan wilayah NKRI, persamaan kedudukan,

transparansi, keadilan dan kepastian hukum.

Wilayah Jabodetabekjur merupakan kawasan perkotaan dengan

dinamika dan muatan persoalan serta kegiatan tertinggi di Indonesia. Sehingga

sudah seharusnya mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung

lingkungan yang belakangan ini nampak mengalami tekanan lingkungan

(environmental stress) yang sangat tinggi. Terdiri dari 11 wilayah administrasi

otonom, yang terdiri dari 3 Provinsi serta 8 Kabupaten/Kota. Dengan rentang

variabel fisik dari topografi rendah (pesisir) sampai dataran tinggi (perbukitan)

yang terhampar dalam satu region. Perkembangan dan perubahan yang terjadi

di salah satu wilayah jelas berpengaruh dan dipengaruhi oleh wilayah lain

sebagai satu kesatuan ekosistem.

Pola kerjasama antar daerah menjadi salah satu pendekatan utama

dalam Penataan Ruang Wilayah/ Kawasan serta pengelolaan lingkungan hidup

yang meliputi lebih dari satu wilayah administrasi, dan merupakan salah satu

alat untuk meningkatkan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar

wilayah dan sektor, serta berperan dalam mewujudkan efisiensi pemanfaatan

ruang sebagai tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial

budaya serta pelestarian lingkungan hidup. Kerjasama antar daerah juga

merupakan perangkat untuk menjaga ekosistem antar wilayah guna kelestarian

fungsi lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Beberapa peraturan

perundang-undangan sudah mengatur mengenai kerjasama antar daerah,

yaitu:

1.   UU NO 32/2004 tentang PEMERINTAHAN DAERAH, Kerjasama Antar

Daerah diatur lebih jelas dan tegas dalam BAB IX Pasal 195 – 197;

2.   UU NO 26/2007 tentang PENATAAN RUANG, Kerjasama Antar Daerah

diamanatkan dalam Pasal 47 (ayat 1) dan Pasal 54 (ayat 1);

3.   PP 50/2007 tentang Tatacara Pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah;

4.   Permendagri No 69/2007 tentang Kerjasama Wilayah Perkotaan;

5.   Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan ruang

Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur.

7

Page 8: Kerjasama Antar Daera

Kerjasama antar daerah di wilayah Jabodetabek dalam kaitannya

dengan pengelolaan sumber daya air masih minim. Kerjasama justru banyak

ditemukan di provinsi di Pulau Jawa bagian tengah. Banjir dan kekeringan yang

kerap terjadi merupakan cerminan dari kurangnya perhatian pemerintah dan

kerjasama dalam pengelolaan sumber daya air. Daerah yang berada di dataran

tinggi tidak merasa itu juga menjadi tanggung jawabnya. Sementara daerah di

dataran rendah mempunyai istilah “banjir kiriman”. Seringkali berhenti pada

persoalan itu, tanpa berupaya mencari jalan keluar.

Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan

Banten serta Kabupaten dan Kota di Bodetabekjur harus duduk bersama dan

menyamakan persepsi serta tujuan bersama mengenai pentingnya Penataan

Ruang Kawasan Strategis Nasional ini. Ego dan kepentingan-kepentingan

kedaerahan yang berbenturan dengan Peraturan harus dikesampingkan demi

kepentingan yang lebih besar. Perpres Nomor 54 Tahun 2008 bukan untuk

kepentingan satu wilayah saja, melainkan kepentingan bersama daerah di

Wilayah Jabodetabekjur dan kepentingan nasional pada umumnya.

Perpres Nomor 54 Tahun 2008, secara jelas mengatur dan mendorong

keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang antar daerah sebagai satu

kesatuan wilayah perencanaan. Selanjutnya untuk mengkoordinasikan

kebijakan kerjasama antar daerah serta melaksanakan pembinaan yang terkait

dengan kepentingan lintas Provinsi/ Kabupaten/ Kota di kawasan

Jabodetabekpunjur dilakukan dan/ atau difasilitasi oleh badan kerjasama antar

daerah.

Berkaitan dengan belum adanya kerja sama antar daerah yang cukup

berarti di wilayah Jabodetabek, masalah yang dihadapi BKSP Jabodetabekjur

sebagai lembaga kerja sama selama ini adalah sebagai berikut :

Belum siapnya pemerintah dalam merencanakan dan membiayai

program yang integral antar wilayah;

Belum terciptanya interkoneksitas yang kuat antar daerah dalam hal

pengelolaan kota;

8

Page 9: Kerjasama Antar Daera

Belum adanya kesamaan persepsi, kepentingan dan prioritas bersama

mengenai pentingnya penanganan Wilayah Jabodetabekjur sebagai

Kawasan Strategis Nasional;

Kurangnya koordinasi yang terbina antara institusi pemerintah,

masyarakat lokal dan wasta di wilayah Jabodetabekjur;

Belum siapnya kapasitas SDM dalam kelembagaan pemerintah untuk

koordinasi dan kerjasama antar wilayah;

Belum tercapainya kesetaraan perangkat daerah dalam kerjasama antar

wilayah;

Perlunya optimalisasi peran BKSP Jabddetabekpunjur dalam kerjasama

antar wilayah;

Perlunya instrumen RTRW & RPJM Kawasan Jabodetabekpunjur;

Perlunya dukungan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari APBN untuk

menopang kerja sama pembangunan wilayah BODETABEKPUNJUR.

Faktor utama yang menjadi belenggu penyelenggaraan kerjasama antar daerah

di Indonesia adalah :

1) Belum adanya kepastian mengenai peraturan yang mengatur mekanisme

kerjasama antar daerah;

2) Masih ragu-ragunya pemerintah daerah dalam mengimplementasikan

kerjasama antar daerah sampai pada tahap operasional walaupun

sebenarnya keinginan sudah ada;

3) Belum berkembangnya political will pemerintah pusat untuk memfasilitasi

dan mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan kerjasama

antar daerah;

4) Terjadi kecenderungan bahwa antar daerah lebih mengedepankan

perbedaan kepentingan (interest), bukannya kesamaan kepentingan;

5) Belum jelasnya jenis atau jenjang peraturan perundang-undangan yang

tepat untuk mewadahi kerjasama antar daerah.

Dalam perkembangannya sekarang, beberapa daerah sudah mulai

berinisiatif melepaskan diri dari “belenggu” ketidakjelasan pengaturan

kerjasama antar daerah dari pemerintah pusat. Hal ini didasari oleh kesadaran

9

Page 10: Kerjasama Antar Daera

bahwa kerjasama antar daerah memang diperlukan untuk mendukung

pelaksanaan pembangunan, khususnya pembangunan yang memiliki

keterkaitan erat atau tingkat ketergantungan dengan daerah-daerah sekitarnya.

10

Page 11: Kerjasama Antar Daera

BAB III

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Kompleksitas permasalahan Sumber Daya Alam (SDA) membutuhkan

upaya pemecahan dan antisipasi yang tidak mungkin hanya dapat dilakukan

oleh pemerintah saja tetapi harus mendapat respon semua pihak. Kebijakan

dan strategi pengelolaan sumber daya alam (natural resources) hanya dapat

terlaksana secara efektif dan mencapai hasil yang optimal apabila dalam

perencanaannya senantiasa berpatokan pada tiga pertimbangan yaitu: (i) sifat

dan ciri khas kodrati SDA itu sendiri, (ii) disiplin teknologi di bidang SDA, dan

(iii) society khususnya yang berkaitan dengan acceptance (bisa diterima atau

tidaknya oleh masyarakat). Keberadaan sumber daya air mengikuti siklus yang

tidak pernah berhenti. Siklus tersebut kemudian dinamai siklus hidrologi.

Berdasarkan fakta tersebut, maka teknologi pengelolaannya tidak terlepas dari

sifat kodrati SDA. Karena itu lingkup wilayah pengelolaan sumber daya air

harus berdasarkan wilayah hidrografis yang kemudian dikenal dengan sebutan

Daerah Aliran Sungai (DAS). Keberadaan sebuah DAS ada yang sepenuhnya

berada dalam satu wilayah kabupaten/ kota, bisa juga lintas kabupaten/ kota

ataupun lintas provinsi dan lintas negara. Pandangan tentang wilayah

pengelolaan sumber daya air berdasarkan satu DAS ternyata tidak bisa begitu

saja diterima oleh lingkungan sosial karena potensi sumber daya air dalam

sebuah DAS belum tentu bisa mencukupi kebutuhan masyarakat yang tinggal di

dalam DAS yang bersangkutan.

Perpres Nomor 54 Tahun 2008, secara jelas mengatur dan mendorong

keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang antar daerah sebagai satu

kesatuan wilayah perencanaan. Selanjutnya untuk mengkoordinasikan

kebijakan kerjasama antar daerah serta melaksanakan pembinaan yang terkait

dengan kepentingan lintas Provinsi/Kabupaten/Kota di kawasan

Jabodetabekpunjur dilakukan dan/ atau difasilitasi oleh badan kerjasama antar

daerah.

11

Page 12: Kerjasama Antar Daera

Untuk membuat keterpaduan pemanfaatan ruang yang optimal di

kawasan Jabodetabekjur, pemerintah daerah perlu melakukan kerjasama

dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian

pembangunan serta pemanfaatan berbagai sumber daya yang dimiliki. Agar

para pelaku pembangunan memiliki sudut pandang yang sama terhadap

permasalahan yang ada dan menetapkan skala prioritas pembangunan yang

setara.

Di dalam isi Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun

2008 Tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,

Bekasi, Puncak, Cianjur yang mewakili Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten

dan Provinsi Jawa Barat mengatur bahwa rencana struktur ruang terdiri atas

sistem pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana, sistem pusat

permukiman yang merupakan hierarki pusat permukiman sesuai dengan

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, sistem jaringan prasarana meliputi :

sistem transportasi darat, sistem transportasi laut, sistem transportasi udara,

sistem penyediaan air baku, sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan

limbah bahan berbahaya dan beracun, sistem drainase dan pengendalian

banjir, sistem pengelolaan persampahan, sistem jaringan tenaga listrik, dan

sistem jaringan telekomunikasi. Sistem jaringan prasarana direncanakan secara

terpadu antar daerah dengan melibatkan partisipasi masyarakat, serta

memperhatikan fungsi dan arah pengembangan pusat-pusat permukiman.

Di kawasan resapan air sebaiknya ada pelarangan untuk

menyelenggarakan kegiatan yang mengurangi daya serap tanah terhadap air.

Di kawasan dengan kemiringan di atas 40% (empat puluh persen) dilarang

menyelenggarakan, penebangan tanaman, kegiatan mendirikan bangunan,

kecuali bangunan yang dimaksudkan bagi upaya peningkatan fungsi lindung,

dan/ atau kegiatan penggalian yang berakibat terganggunya fungsi lindung

kawasan.

Di sempadan sungai dilarang menyelenggarakan pemanfaatan ruang

yang mengganggu bentang alam, mengganggu kesuburan dan keawetan tanah,

fungsi hidrologi dan hidraulis, kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian

fungsi lingkungan hidup, pemanfaatan hasil tegakan, dan/ atau kegiatan yang

12

Page 13: Kerjasama Antar Daera

merusak kualitas air sungai, kondisi fisik tepi sungai dan dasar sungai, serta

mengganggu aliran air.

Di sempadan pantai dilarang menyelenggarakan pemanfaatan ruang

yang mengganggu bentang alam, kecuali yang dimaksudkan bagi kepentingan

umum yang terkait langsung dengan ekosistem laut, pemanfaatan ruang yang

mengganggu kelestarian fungsi pantai, dan/ atau pemanfaatan ruang yang

mengganggu akses terhadap kawasan sempadan pantai.

Di kawasan sekitar danau, waduk, dan situ dilarang menyelenggarakan

pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam, mengganggu kesuburan

dan keawetan tanah, fungsi hidrologi dan hidraulis, kelestarian flora dan fauna,

serta kelestarian fungsi lingkungan hidup, pemanfaatan hasil tegakan, dan/ atau

kegiatan yang menyebabkan penurunan kualitas air danau, waduk, dan situ,

menyebabkan penurunan kondisi fisik kawasan sekitar danau, waduk, dan situ,

serta mengganggu debit air.

Di kawasan sekitar mata air dilarang menyelenggarakan pemanfaatan

ruang yang mengganggu bentang alam, mengganggu kesuburan dan keawetan

tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian fungsi

lingkungan hidup, pemanfaatan hasil tegakan, dan/ atau kegiatan yang merusak

kualitas air, kondisi fisik kawasan sekitarnya, dan daerah tangkapan air

kawasan yang bersangkutan.

Di rawa dilarang menyelenggarakan reklamasi dan/ atau pemanfaatan

ruang lainnya tanpa disertai rekayasa teknis untuk mempertahankan fungsi

rawa sebagai sumber air dan daerah retensi air. Di kawasan pantai hutan bakau

dilarang melakukan perusakan hutan bakau dan/atau menyelenggarakan

pemanfaatan ruang yang mengganggu fungsi hutan bakau sebagai pembentuk

ekosistem hutan bakau dan/ atau tempat berkembang biaknya berbagai biota

laut di samping sebagai pelindung pantai dari pengikisan air laut serta pelindung

usaha budi daya di sekitarnya.

Kerjasama bisa meningkat atau lebih efektif dalam pelaksanaaannya

apabila ada external support (misalnya dalam hal pendanaan) dan demand

public atau permintaan dan dukungan dari masyarakat. Meskipun dua hal

tersebut penting, akan tetapi hal utama yang harus mendasari kerjasama

13

Page 14: Kerjasama Antar Daera

tersebut adalah adanya komitmen dari masing-masing Pemerintahan Daerah

yang terkait.

A. PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR YANG BERKELANJUTAN

Status dan Karakteristik Sumber Daya Air di Indonesia

a. Ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan dalam perspektif

ruang dan waktu.

b. Meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung sumber

daya air, baik air permukaan maupun air tanah.

c. Menurunnya kemampuan penyediaan air.

d. Meningkatnya potensi konflik air.

e. Kurang optimalnya tingkat layanan jaringan irigasi.

f. Makin meluasnya abrasi pantai.

g. Lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan ketatalaksanaan.

h. Rendahnya kualitas pengelolaan data dan sistem informasi.

Pelaksanaan Pengelolaan Sumber Daya Air

Reformasi dalam pengelolaan sumber daya air merupakan salah satu

tindakan penting untuk mengatasi pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan,

dan konservasi sumber daya alam. Dalam pelaksanaannya, telah diterbitkan

beberapa kebijakan antara lain diberlakukannya Undang-Undang No. 7 Tahun

2004 tentang Sumber Daya Air (UU SDA) yang sejalan dengan prinsip-prinsip

IWRM (Integrated Water Resources Management – IWRM). Undang-undang ini

bertujuan untuk pelaksanaan pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh,

berkelanjutan, dan melalui pendekatan terbuka sehingga memberikan pilihan

bagi masyarakat bisnis dan organisasi non-pemerintah untuk berpartisipasi

dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan sumber daya air

terpadu.

14

Page 15: Kerjasama Antar Daera

Pelaksanaan Pengelolaan Irigasi

Pada tahun 2006, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi sebagaimana yang diamanatkan Undang-

undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Peraturan Pemerintah

tentang irigasi tersebut mendorong Pembangunan dan Pengelolaan Sistem

Irigasi Partisipatif (PPSIP) sebagai pelaksanaan irigasi berbasis partisipasi

petani mulai dari perencanaan, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan

kegiatan pada tahap pembangunan, peningkatan, operasi dan pemeliharaan,

serta rehabilitasi untuk menjaga pemanfaatan air dalam bidang pertanian

berdasarkan prinsip partisipatif, kesetaraan, kesejahteraan umum,  keadilan,

otonomi, transparansi dan akuntabilitas, serta berwawasan lingkungan.

Pengelolaan sistem irigasi partisipatif melibatkan semua pihak yang

berkepentingan dengan mengedepankan kepentingan dan peran serta petani.

Pelaksanaannnya difasilitasi oleh Pemerintah tingkat Pusat, Provinsi, maupun

Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya dan memberikan bantuan

sesuasi dengan yang dibutuhkan oleh P3A dengan tetap memperhatikan prinsip

kemandirian.

B. KEBIJAKANPENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Arah Kebijakan

1. Mewujudkan sinergi dan mencegah konflik antar wilayah, antar sektor, dan

antar generasi dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional, persatuan,

dan kesatuan bangsa.

2. Mendorong proses pengelolaan sumber daya air yang terpadu antar sektor

dan antar wilayah yang terkait di pusat, propinsi, kabupaten/kota dan wilayah

sungai.

3. Menyeimbangkan upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air

agar terwujud kemanfaatan air yang berkelanjutan bagi kesejahteraan

seluruh rakyat baik pada generasi sekarang maupun akan datang.

15

Page 16: Kerjasama Antar Daera

4. Menyeimbangkan fungsi sosial dan nilai ekonomi air untuk menjamin

pemenuhan kebutuhan pokok setiap individu akan air dan pendayagunaan

air sebagai sumber daya ekonomi yang memberikan nilai tambah optimal

dengan memperhatikan biaya pelestarian dan pemeliharaannya.

5. Melaksanakan pengaturan sumber daya air secara bijaksana agar

pengelolaan sumber daya dapat diselenggarakan seimbang dan terpadu.

6. Mengembangkan sistem pembiayaan pengelolaan sumber daya air yang

mempertimbangkan prinsip cost recovery dan kondisi sosial ekonomi

masyarakat.

7. Mengembangkan sistem kelembagaan pengelolaan sumber daya air yang

membuka akses partisipasi masyarakat serta mewujudkan pemisahan fungsi

pengatur (regulator) dan fungsi pengelola (operator).

C. PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR YANG

BERKELANJUTAN

Krisis air bersih terjadi di DKI Jakarta dan Banten karena belum ada

manajemen sistem pengolahan air terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Manajemen sistem pengolahan air terintegrasi harus segera dilakukan sehingga

krisis air bisa teratasi. Khusus terkait air baku pemerintah perlu mencari dan

menambah sumber air baku baru. Salinasi air laut atau penerapan teknologi

tepat guna lainnya yang memungkinkan menghasilkan air baku ataupun air

bersih siap konsumsi bisa menjadi alternatif pilihan.

Pembangunan berkelanjutan hendaknya memperhatikan optimalisasi

manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara

menyelaraskan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk

menopangnya. Tujuan pembangunan berkelanjutan yang bermutu adalah

tercapainya standar kesejahteraan hidup manusia yang layak, sehngga tercapai

taraf kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Taraf kesejahteraan ini

diusahakan untuk dapat dicapai dengan menjaga kelestarian lingkungan alam

serta tetap tersediannya sumber daya yang diperlukan. Salah satu konsep

16

Page 17: Kerjasama Antar Daera

terkait dengan pembangunan yang memperhatikan dampak terkecil dari

kerusakan lingkungan tetapi menghasilkan manfaat yang optimal adalah kosep

Eco-Efficiency.

Konsep Eco- Efficiency

Eco-efficiency memperhatikan dampak lingkungan meliputi pertimbangan

ekologi dan ekonomi yang merupakan strategi untuk mengurangi dampak

lingkungan dan meningkatkan nilai produksi. Dengan mempertimbangkan hal-

hal tersebut maka akan terdapat upaya untuk mengurangi dampak lingkungan

namun dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun hal yang penting

untuk dicatat adalah terjadinya hubungan yang memberikan peluang untuk

saling berubah secara posistif antara satu dengan yang lainnya.

Keterkaitan Eco-Efficiency dengan Infrastruktur Sumber Daya Air

Eco-efficient dalam pembangunan infrastruktur sumber daya air

merupakan upaya untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang

disebabkan oleh kegiatan konstruksi. Dalam hal ini adalah konstruksi

infrastruktur sumber daya air yang memiliki dampak signifikan terhadap

lingkungan sekitarnya. Pemanfaatan bahan bangunan dan teknologi ramah

lingkungan perlu disosialisasikan dan dilaksanakan secara optimal untuk

mengurangi dampak kerusakan ekologis dalam pembangunan infrastruktur

sumber daya air, serta operasi dan pemeliharaannya.

Penerapan Eco-Efficiency dalam Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya

Air

Dalam rangka penerapan konsep eco-efficiency dalam pembangunan

infrastruktur sumber daya air, Pemerintah di Indonesia perlu untuk melakukan

berbagai upaya yang dijelaskan di bawah ini:

17

Page 18: Kerjasama Antar Daera

1. Konservasi Sumber Daya Air

Konservasi air tanah adalah upaya untuk melindungi dan memelihara

keadaan, kondisi, dan lingkungan air tanah guna mempertahankan kelestarian

serta kesinambungan ketersediaan dalam kuantitas dan kualitas yang

memadai. Upaya konservasi air tanah ini ini terangkum diantaranya pelestarian,

perlindungan, pemeliharaan, pengawetan, pengendalian, pemulihan, dan

pemantauan. Langkah-langkah kecilnya bisa dimulai dengan meningkatkan

pemantauan dan pengendalian pengeboran dan pengambilan air tanah,

menyusun pedoman konservasi kawasan lindung/ resapan air tanah dan

Pemetaan Zonasi Air tanah (Zona aman, rawan, rusak, kritis), dukungan payung

hukum.

Konservasi sumber daya air dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia

dilatarbelakangi pada beberapa hal sebagai berikut:

•  Perlunya keseimbangan kebutuhan air saat ini dan di masa mendatang;

•  Penggunaan persediaan air yang ditampung pada saat musim hujan untuk

digunakan pada musim kemarau;

•  Meningkatkan ketersediaan air tanah;

•  Perbandingan infrastruktur skala besar dengan infrastruktur skala kecil;

•  Kebijakan Pemerintah Indonesia: peningkatan embung yang dikelola oleh

petani di perdesaan dan daerah pertanian.

Diperlukannya bendungan, atau embung, empang terutama disebabkan karena

perbandingan fluktuasi debit air sungai cukup tinggi antara musim kemarau dan

musim hujan.

Teknologi Konservasi Air Tanah

1. Pengisian Alami (Natural Recharge). Pengisian alami dapat terjadi pada

Ruang-ruang Terbuka Hijau (RTH), terutama pada lahan yang mempunyai

jenis tanah yang porus.

18

Page 19: Kerjasama Antar Daera

2. Pengisian Buatan (Artificial Recharge). Berbagai teknologi dalam upaya

pembuatan pengisian buatan telah banyak dilakukan, beberapa contoh

adalah danau buatan dan sumur resapan (recharge well/ injection well).

3. Lubang Resapan Biopori. Biopori adalah lubang silindris yang dibuat

secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman

sekitar 100 cm. Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu

terbentuknya biopori. Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang

(terowongan kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar

tanaman.

4. Sumur Resapan. Dilakukan dengan cara menggali sumur dengan bentuk

segi empat atau lingkaran dengan kedalaman tertentu. Sumur resapan

difungsikan untuk menampung dan meresapkan air hujan yang jatuh di

atas permukaan tanah baik melalui atap bangunan, jalan ataupun halaman

agar dapat meresap kedalam tanah.

Pemerintah Indonesia saat ini mencoba untuk meminimalkan dampak

pembangunan infrastruktur sumber daya air melalui pembangunan skala mikro

yang meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mendukung konsep ramah

lingkungan. Dengan partisipasi masyarakat, biaya operasi dan pemeliharaan

dapat lebih efisien dan anggaran dapat dikurangi. Perbandingan dalam

pembangunan infrastruktur sumber daya air ditampilkan dalam tabel berikut.

Tabel 1:  Perbandingan Bendungan dan Embung

Kriteria BendunganField Reservoir(Embung)

Fungsi Jangka Panjang Jangka PendekInvestasi Tinggi Rendah/ModeratPartisipasi Masyarakat Rendah TinggiDampak Sosial Tinggi Rendah/ModeratKapasitas Besar Kecil/MediumDampak Lingkungan Resiko Tinggi Ramah Lingkungan

Sebagai tambahan pengembangan waduk dan embung, pemerintah juga

mendorong konservasi sumber daya air lainnya yang memberikan lebih banyak

pada peningkatan air tanah dan pengurangan limpasan air permukaan.

19

Page 20: Kerjasama Antar Daera

Konservasi sumber daya air yang diperkenalkan oleh Handojo (2008) dapat

dibagi menjadi konservasi di hulu, tengah dan hilir sungai wilayah.

A.    Daerah Hulu (Parit resapan)

1. Parit resapan merupakan penampungan air sementara untuk menampung

limpasan air permukaan supaya terserap ke dalam tanah.

2. Fungsi dari parit resapan tersebut adalah untuk mengurangi air limpasan,

menyaring polutan, dan meningkatkan pengisian ulang air tanah.

3. Parit resapan dibuat dengan kedalaman kurang dari 1 m dan lebar 80 cm.

Parit dapat diisi dengan kerikil atau dikominasikan dengan pipa.

Gambar 1: Parit Resapan di Daerah Hulu

B.    Daerah Tengah (Embung resapan)

1. Membuat embung resapan: efektif dengan pendekatan keteknikan yang

ringan, berdasarkan pada proses alami untuk mengantisipasi banjir dan

kekeringan.

2. Menyediakan waktu untuk air dapat terserap.

3. Menampung air hujan yang dapat digunakan saat musim kemarau.

4. Meningkatkan kualitas air.

20

Page 21: Kerjasama Antar Daera

Gambar 2: Embung Resapan di Daerah Tengah

C.    Daerah hilir (Sumur resapan)

1. Membangun sumur resapan yang menjadi syarat dalam izin membangun

bangunan, khususnya di Provinsi DKI Jakarta.

2. Meningkatkan pengisian kembali air tanah.

3. Sebagai upaya untuk mengatasi ekstraksi air tanah yang akan

mengakibatkan penurunan tanah.

4. Berkontribusi dalam mengurangi limpasan air permukaan.

Gambar 3: Sumur Resapan di Daerah Hilir

Pengendalian Banjir melalui Biopori

Biopori merupakan metode penyerapan air yang berfungsi untuk mengurangi

dampak banjir dengan meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah.

Konsep Biopori:

Biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk karena

adanya berbagai akitivitas organisme di dalamnya. Jika lubang-lubang seperti

ini dapat dibuat dengan jumlah banyak, maka kemampuan dari sebidang tanah

21

Page 22: Kerjasama Antar Daera

untuk meresapkan air diharapkan akan semakin meningkat. Meningkatnya

kemampuan tanah dalam meresapkan air akan memperkecil peluang terjadinya

aliran air di permukaan tanah.

Dampak dari biopori terhadap lingkungan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Meningkatkan daya resapan air.

b. Mengubah sampah organik menjadi kompos.

c. Memanfaatkan organisme tanah dan atau akar tanaman.

2. Pemanfaatan Teknologi Lokal Tepat Guna

a.  Infrastruktur Irigasi

Dalam mengurangi penggunaan kayu sebagai material pembangunan

infrastruktur, maka didorong untuk dapat memanfaatkan bambu mengingat

material tersebut mudah ditemui di sisi sungai. Selain itu biaya dari material

tersebut relatif rendah, mudah untuk digunakan sehingga dapat mendorong

partisipasti masyarakat, relatif rendah dalam penggunaan air, dan dapat

mempertahankan infiltrasi air untuk penambahan persediaan air tanah.

b. Pembangkit Listrik Mikrohidro

Pengembangan teknologi dengan mendukung penggunaan energi

terbarukan adalah Kincir Air Kaki Angsa yang ditemukan oleh Djajusman

Hadi dan Budiharto (Universitas Nasional Malang, Jawa Timur).

Pembangkit Listrik Mikro-Hidro pada Saluran Irigasi

22

Page 23: Kerjasama Antar Daera

BELAJAR TENTANG AIR DARI SWEDIA

Di Swedia, perlindungan terhadap sumber daya air begitu tinggi. Supaya

ada akses lebih baik terhadap air, dan juga untuk lebih melindungi kualitas air,

sejak tahun 1975 telah dilarang untuk membangun rumah baru dengan jarak

100 meter dari garis pantai. Swedia juga mengajarkan sebuah konsistensi.

Sejak 100 tahun lalu, Stockholm Water Company misalnya, menguasai Danau

Bornsjön di selatan Stockholm dengan luas 5.500 hektar. Danau ini berfungsi

sebagai sumber air cadangan bagi Kota Stockholm. Hukum dengan ketat

membatasi “penjarahan” atas kawasan penyangga danau dari bangunan liar

dan aktivitas manusia lainnya. Mungkin agak berlebihan, tapi banyak orang

menyatakan, kebersihan air di danau itu sangat terjaga karena nyaris setara

dengan kualitas air minum. Yang menarik, air dari tiap keran di Stockholm dan

Swedia dapat langsung diminum. Dan yang terpenting, air minum di Swedia

tidak dikemas dalam botol plastik yang merugikan bagi kelestarian lingkungan.

Terjaganya kualitas air di Swedia, berada di bawah tanggung jawab

Kementerian Pertanian dan The National Food Administration. Maka jangan

heran bila proses produksi air minum setara dengan proses produksi makanan.

Empat puluh tahun silam, air di Stockholm dan Swedia tidaklah sebersih

hari ini. Tidak ada seorang pun yang mau berenang di perairan Stockholm yang

dikelilingi danau. Stockholm juga pernah mengalami saat-saat kelam ketika kota

bertumbuh tanpa dukungan infrastruktur air maupun sanitasi. Apa yang

mendorong revolusi infrastruktur air dan sanitasi di Swedia? Wabah kolera di

pertengahan abad ke-19, yang menewaskan sejumlah besar penduduk di

Stockholm dan Gothenburg. Wabah serupa juga pernah terjadi di Batavia.

Wabah, pada akhirnya mendorong pembangunan besar-besaran infrastruktur

air minum untuk langsung menjangkau masyarakat. Keterjangkauan air minum

tumbuh dengan pesat dan berkelanjutan hingga tahun 1970-an, sebelum

akhirnya permintaan nyaris stagnan bahkan berkurang. Pelajaran terpenting

yang dicontohkan Kota Stockholm sejak puluhan tahun silam adalah

pembangunan infrastruktur air minum, harus bersamaan dengan penyediaan

instalasi pengolahan air limbah.

23

Page 24: Kerjasama Antar Daera

Di Stockholm, penanganan limbah secara mekanikal sejak tahun 1950-

an telah “dipertajam” dengan biological treatment. Lalu, diikuti penanganan

dengan bahan kimia sejak tahun 1970-an. Inovasi terus dikerjakan hingga pada

akhirnya limbah hasil pengolahan dapat dibuang dengan aman ke sungai,

danau, maupun laut lepas. Mengapa pembangunan instrastruktur air minum

harus diselaraskan dengan pembuangan air limbah? Ternyata, supaya ada

desain tata ruang yang terintegrasi dan tidak ada air limbah yang dibuang lebih

ke arah hulu sungai, dari lokasi intake air minum. Saat ini, hampir seluruh

bangunan di Swedia, terutama di perkotaan sudah terhubungkan dengan

jaringan air minum sekaligus pengolahan air limbah. Izin Mendirikan Bangunan

(IMB) tidak akan diterbitkan tanpa dua hal mendasar itu.

24

Page 25: Kerjasama Antar Daera

BAB IV

REKOMENDASI DAN KESIMPULAN

4.1. Rekomendasi

Selain upaya sinkronisasi di level pusat, pemerintah daerah tidak patut

berdiam diri. Sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah yang menyatakan bahwa Pemda mempunyai tugas menyediakan

prasarana dan sarana air minum dan sanitasi, serta memiliki kewenangan

secara teknis dalam pengelolaannya.

Lembaga yang menangani kawasan Jabodetabekjur diharapkan dapat

menjalankan fungsi koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi secara

optimal, dan menjadi representasi daerah dalam melakukan konsultasi dengan

Pemerintah Pusat, mencakup seluruh aspek pembangunan yang memerlukan

kerjasama di Wilayah Jabodetabekjur. Pada kedudukan yang horizontal,

lembaga ini harus memiliki otoritas yang mengikat pihak-pihak yang bekerja

sama untuk mematuhi kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat. 

Penyusunan program penyediaan air baku harus disusun berdasarkan

permasalahan pada masing-masing daerah yang meliputi potensi dan

ketersediaan air baku, kualitas air, imbangan air, daerah rawan air, kondisi

sosial ekonomi, dan kondisi serta fungsi prasarana. Di masa mendatang,

pembangunan Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) yang meliputi

pengembangan Unit Air Baku, Unit Produksi dan Unit Distribusi perlu

ditingkatkan dalam bentuk kerjasama antara Ditjen SDA, Ditjen Cipta Karya dan

Pemda/ PDAM dalam penyusunan program.

Pengelolaan sumber daya air dengan cara lama yang dilakukan secara

sendiri-sendiri atau terbatas oleh instansi pemerintah dan para ahli bidang air,

sudah tidak dapat lagi dipertahankan karena kurang efektif memecahkan

masalah. Pengalaman telah menunjukan bahwa pengelolaan sumber daya air

yang berkelanjutan tidak mungkin dilakukan sendiri oleh pemerintah tetapi juga

diperlukan peran aktif seluruh pemangku kepentingan.

25

Page 26: Kerjasama Antar Daera

SPAM Regional Jawa Tengah Menepis Ego, Membagi Air untuk Sesama

Di level pusat, Ditjen Cipta Karya dan Ditjen SDA sudah beberapa kali

mensinkronkan program keduanya agar saling mengisi dalam implementasinya.

Salah satunya adalah mengusahakan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

yang memanfaatkan air baku secara regional untuk dibagi bersama ke daerah

tetangganya. Atas nama kepentingan bersama, Ditjen Cipta Karya bersikeras

mewujudkannya. Salah satu provinsi yang sudah matang merampungkan

Master Plan dan membuat komitmen bersama adalah Jawa Tengah. Meskipun

di tiap daerah memiliki kekhasan sendiri dalam permasalahan dan kearifan

lokalnya, namun satu benang merah yang patut ditarik adalah komitmen

bersama.

Ketersediaan air baku yang terbatas di satu daerah, sementara

melimpah di daerah lainnya, perlu kerjasama regional dan menepis ego. Inilah

yang sudah dicoba Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan pemerintah

kabupaten/ kota di wilayahnya melalui Sistem Penyediaan Air Minum Regional.

SPAM regional memiliki keunggulan dengan memberikan kemudahan dalam

manajemen pengelolaan sumber daya air baku, yaitu oleh Pemerintah Provinsi.

Untuk sementara, ini dianggap solusi yang paling tepat, cepat dan murah untuk

mengatasi permasalahan air baku, dan nir-konflik antar daerah akibat masalah

sumber air baku. SPAM regional dianggap saling menguntungkan karena

tujuannya tidak lain demi kemanusiaan dan meningkatkan kerjasama antar

daerah.

Untuk mewujudkan pengembangan SPAM regional dan menjaga

kesinambungannya diperlukan tata pengusahaan yang baik. Salah satu

diantaranya adalah dengan menerapkan tarif air minum yang memenuhi prinsip

pemulihan biaya (cost recovery). Harapan yang besar perlu ditanam terhadap

keberhasilan dan keberlangsungan SPAM Regional di Provinsi Jawa Tengah

dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini dalam peningkatan pelayanan air minum

bagi masyarakat di dua provinsi ini. Harapannya, sembilan SPAM regional ini

dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia untuk

mengesampingkan ego kewilayahan dan meningkatkan kerjasama antar daerah

dalam rangka meningkatkan pelayanan air minum kepada masyarakatnya.

26

Page 27: Kerjasama Antar Daera

Dalam pembangunan infrastruktur sumber daya air, pemerintah sebagai

regulator perlu melakukan sosialisasi pentingnya pelaksanaan pembangunan

dengan mempertimbangkan faktor lingkungan sehingga dapat tercapai efisiensi

baik dari sisi ekonomi maupun ekologi. Pemanfaatan bahan bangunan yang

ramah terhadap lingkungan perlu didukung semaksimal mungkin. Penggunaan

tidak hanya didasarkan pada material buatan manufaktur, tetapi perlu juga

mempertimbangkan material alami. Penguatan masyarakat perlu ditingkatkan

untuk mendukung pembangunan infrastruktur berbasis eco-efficient. Upaya

untuk menerapkan pembangunan partisipatif untuk meningkatkan partisipasi

dan kesadaran masyarakat pada pembangunan, operasi dan pemeliharaan

infrastruktur pedesaan.

Permasalahan sumber daya air tidak cukup diatasi melalui pendekatan

teknis (pembangunan bendungan, waduk) saja melainkan juga perlu

pendekatan nonteknis seperti public awareness campaign. Upaya non-teknis

mempunyai andil besar dalam membentuk sikap dan prilaku masyarakat untuk

lebih peduli permasalahan sumber daya air.

Rekomendasi Lokakarya Dies Emas Teknik Lingkungan ITB untuk DAS

Citarum

Lokakarya nasional dalam rangka Dies Emas Teknik Lingkungan Institut

Teknologi Bandung (TL ITB) bertema Pengembangan Green Infrastruktur dalam

Meningkatkan Fungsi Strategis Daerah Aliran Sungai Citarum

merekomendasikan empat hal penting. Keempat hal itu harus didukung dengan

penyelesaian dan mengimplementasikan Perda RTRW pada 12

Kabupaten/Kota yang berada di DAS Citarum dari hulu hingga hilir, yang

konsisten dengan arahan Perda RTRW Provinsi Jawa Barat, Provinsi DKI

Jakarta dan Jabodepunjur.

Pertama, di bidang permukiman perlu dilakukan penataan permukiman

penduduk terutama yang berada pada kawasan sempadan sepanjang Sungai

Citarum. Untuk itu perlu dilakukan pergeseran permukiman, sejalan dengan

27

Page 28: Kerjasama Antar Daera

penataan permukiman sepanjang bantaran sungai. Diberikan insentif bagi

masyarakat yang secara aktif mengacu pada tata guna lahan dan

memanfaatkan sungai sebagai beranda depan huniannya.

Kedua, di bidang air minum dan sanitasi, perlu didorong kerjasama antar

daerah dan penyelenggaraan air minum secara regional untuk mengatasi

ketidakmerataan ketersediaan air baku, terutama antara kabupaten dan kota,

dan meningkatkan efektifitas dan efesiensi pengelolaan. Pemerintah Daerah

dan Penyelenggara SPAM untuk menyiapkan Rencana Induk dan Water Safety

Plan untuk mengantisipasi kebutuhan jangka panjang serta upaya sinkronisasi

dengan penjaminan air baku. Di bidang sanitasi, perlu pencegahan

pembuangan limbah secara langsung ke badan air dengan upaya merubah

perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat melalui sosialisasi,

regionalisasi pengolahan limbah, rehabilitasi, revitalisasi, dan pemanfaatan

prasarana yang ada, replikasi kegiatan best practices, percontohan, serta

pemanfaatan kembali limbah menjadi produk yang memiliki nilai guna, dengan

juga mendorong pola insentif dan disinsentif.

Untuk semua rekomendasi, juga penting untuk merubah perilaku

masyarakat dan berpartisipasi di dalamnya. Di bidang industri diantaranya perlu

dialog dan kesepakatan antara pemerintah dengan pelaku industri termasuk

Asosiasi Industri dalam upaya pengendalian limbah industri, penegakan

peraturan, kesadaran dan inovasi dari pelaku industri disertai insentif dan

disinsentif, mendorong pelaku industri menggunakan teknologi industri dan

teknologi pengolahan limbah industri yang ramah lingkungan dan efektif. Selain

itu, mendorong masyarakat di wilayah hulu DAS Citarum untuk merubah pola

tanam dan jenis tanaman untuk menurunkan laju run off dan sedimentasi

melalui dialog dan dengan pemberian insentif kepada masyarakat pelaku

dibidang pertanian.

28

Page 29: Kerjasama Antar Daera

4.2. KESIMPULAN

1. Air sebagai sumber kehidupan, ketersediaannya dibatasi ruang dan waktu

dan kualitasnya pun sangat rentan.

2. Pengelolaan Sumber Daya Air harus dilakukan secara menyeluruh dan

terpadu, sedangkan pelaksanaannya perlu didukung oleh sistem

kelembagaan yang kuat dan bertanggung jawab.

3. Pembentukan wadah koordinasi pengelolaan Sumber Daya Air merupakan

hal yang esensial untukmengakomodasi aspirasi dan kepentingan berbagai

pihak yang terkait.

4. Semua pihak yang terkait perlu mengambil peran secara konsisten dalam

keseluruhan proses pengelolaan Sumber Daya Air.

5. Pengelolaan Sumber Daya Air yang optimal, efektif, dan berkelanjutan

memerlukan dukungan program sosialisasi dan kampanye yang konsisten

dan terus-menerus.

6. Pengelolaan Sumber Daya Air membutuhkan dukungan dana yang

berkelanjutan. Oleh karena itu, penerima manfaat jasa pengelolaan

selayaknya ikut berkontribusi.

29