kerja sama pemerintah dengan badan usaha dalam ......manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat. c....
TRANSCRIPT
Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
kpbu.djppr.kemenkeu.go.id
2beroperasi Palapa Ring Paket Barat | Palapa Ring Paket Tengah
10konstruksi
PLTU Batang 2x1.000 MW | SPAM Umbulan | SPAM Kota Bandar
Lampung | Jalan Tol Jakarta Cikampek II Elevated | Jalan Tol Krian-
Legundi-Bunder-Manyar | Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan | Jalan
Tol Serang-Panimbang | Jalan Tol Jakarta Cikampek II Selatan | Jalan Tol
Probolinggo-Banyuwangi | Palapa Ring Paket Timur
1perjanjian kerja sama SPAM Semarang Barat
4lelangSatelit Multifungsi | Preservasi Jalan Nasional Lintas Timur Sumatera
di Sumatera Selatan | Perkeretaapian Makassar-Parepare | RSUD
Krian
9penyiapan
Preservasi Jalan Nasional Lintas Timur Sumatera di Riau | Transportasi
Kota Medan | RSPTN Universitas Sam Ratulangi | RSUD dr. Pirngadi |
SPAM Kota Pekanbaru | PJU Kota Surakarta | Bandara Hang Nadim |
RSUD dr. Zainoel Abidin | RS Kanker Dharmais
per Januari 2019
sebaran proyek kpbu
RSUD KRIAN
TOL KALENDER
TOL PROBOWANGI
SPAM UMBULAN
PALAPA RING TIMUR
RSPTN UNSRAT
PALAPA RING TENGAH
KA MAKASSAR-PAREPARE
PALAPA RING BARAT
SPAM PEKANBARU
JALINTIM SUMSEL
JALINTIM RIAU
RSUD PIRNGADI
RSUD ZAINOEL ABIDIN
TRANSPORTASI KOTA MEDAN
SPAM SEMARANG BARAT
SPAM BANDAR LAMPUNG
TOL SEPANG
TOL JAPEK II ELEVATED
TOL JAPEK II SELATAN
TOL CISUMDAWU
PLTU BATANG
PJU SURAKARTA
BANDARA HANG NADIM
SATELIT MULTIFUNGSI
4
RS KANKER DHARMAIS
KONSEP KPBU
dasar hukum1. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
2. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
3. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
4. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 29 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Penyediaan Infrastruktur melalui Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha atas Prakarsa Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah.
6
definisiKerja sama antara pemerintah dan badan usaha dalam
penyediaan infrastruktur untuk kepentingan umum dengan
mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh pemerintah, yang sebagian atau seluruhnya
menggunakan sumber daya badan usaha dengan
memperhatikan pembagian risiko di antara para pihak.
7
Perpres Nomor 38 Tahun 2015
karakteristik
KPBU
KONTRAK JANGKA
PANJANG
PEMBANGUNAN
TANGGUNG JAWAB DAN
RISIKOPENDANAAN
REMUNERASI
Kontrak jangka panjang
antara pihak pemerintah
dan badan usaha
Pembangunan (atau peningkatan signifikan
atau renovasi) dan pengelolaan aset publik
(termasuk kemungkinan pengelolaan layanan
publik yang terkait)
Pihak swasta menanggung risiko yang
signifikan dan tanggung jaawab
pengelolaan sepanjang periode kontrak
Pihak swasta menyediakan
sebagian besar pendanaan
dengan risiko yang ditanggung
sendiri
Imbalan kepada pihak swasta
(pendapatan) dikaitkan pada
kinerja dan/atau permintaan
atau penggunaan
infrastruktur/ layanan yang
diselaraskan dengan
kepentingan kedua belah
pihak
Ciri umum lainnya:
Pihak swasta mendirikan special purpose vehicle (SPV)/PT
Pendanaan oleh swasta biasanya menggunakan skema project finance Pendapatan diterima pihak swasta jika infrastruktur sudah selesai dan siap
digunakan
Syarat teknis dan layanan lebih berfokus pada hasil atau spesifikasi output
Spesifikasi output memberikan ruang untuk inovasi
APMG CP3P Certification Guide
8
tujuana. mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam
penyediaan infrastruktur melalui pengerahan dana swasta;
b. mewujudkan penyediaan infrastruktur yang berkualitas, efektif, efisien, tepat sasaran, dan tepat waktu;
c. menciptakan iklim investasi yang mendorong keikutsertaan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur berdasarkan prinsip usaha secara sehat;
d. mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima, atau dalam hal tertentu mempertimbangkan kemampuan membayar pengguna; dan/atau
e. memberikan kepastian pengembalian investasi Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur melalui mekanisme pembayaran secara berkala oleh pemerintah kepada Badan Usaha.
9
Perpres Nomor 38 Tahun 2015
prinsip
PRINSIP
KEMITRAAN
KEMANFAATAN
BERSAING
PENGENDALIAN DAN
PENGELOLAAN RISIKO
EFEKTIF
EFISIEN
10
a. Kemitraan: KPBU dilakukan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan persyaratan
yang mempertimbangkan kebutuhan kedua belah
pihak.
b. Kemanfaatan: KPBU dilakukan untuk memberikan
manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat.
c. Bersaing: pengadaan mitra kerja sama Badan
Usaha dilakukan melalui tahapan pemilihan yang
adil, terbuka, dan transparan, serta memperhatikan
prinsip persaingan usaha yang sehat.
d. Pengendalian dan pengelolaan risiko: KPBU
dilakukan dengan penilaian risiko, pengembangan
strategi pengelolaan, dan mitigasi terhadap risiko.
e. Efektif: KPBU mampu mempercepat pembangunan
sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan
pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur.
f. Efisien: KPBU dilakukan untuk mencukupi
kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam
Penyediaan Infrastruktur melalui dukungan dana
swasta.
Perpres Nomor 38 Tahun 2015
Economic Infrastructure
• Makes business activity possible, e.g. communications, transport, utilities
• Activity that uses the infrastructure is typically priced: charge to final user or to an economic operator that uses the infrastructure to provide service
• Communications infrastructure deregulated in many countries – public infrastructure when utility is public owned or when the service or infrastructure is reserved to public (e.g. to boost telecom network in rural areas)
Social Infrastructure
• Accommodate social services (e.g. hospitals, schools, universities, prisons, social housing, law courts)
• Host/accommodates administrative functions or provide housing for public servants ─ also referred as accommodation infrastructure
• Do not usually generate user-payments or this is marginal
jenis infrastruktur
APMG CP3P Certification Guide
11
jenis infrastruktur1. Infrastruktur Transportasi
2. Infrastruktur Jalan
3. Infrastruktur SDA dan Irigasi
4. Infrastruktur Air Minum
5. Infrastruktur Sistem Pengelolaan Limbah Terpusat
6. Infrastruktur Sistem Pengelolaan Limbah Setempat
7. Infrastruktur Sistem Pengelolaan Sampah
8. Infrastruktur Telekomunikasi dan Informatika
9. Infrastruktur Energi dan Ketenagalistrikan
10. Infrastruktur Konservasi Energi
11. Infrastruktur Ekonomi Fasilitas Perkotaan
12. Infrastruktur Kawasan
13. Infrastruktur Pariwisata
14. Infrastruktur Fasilitas Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan
15. Infrastruktur Pemasyarakatan
16. Infrastruktur Perumahan Rakyat
17. Infrastruktur Kesehatan:
18. Infrastruktur Fasilitas Sarana Olah Raga, Kesenian, dan Budaya
12
Perlu dikaji di dalam Studi Pendahuluan atau Kajian Awal Prastudi Kelayakan, apakah berdasarkan regulasi sektor, infrastruktur yang bersangkutan dapat disediakan melalui KPBU.
Perpres Nomor 38 Tahun 2015
motivasi penggunaan kpbu
KPBU sebagai mekanisme keuangan
• Penggunaan dana swasta
• Akses ke sumber pembiayaan
KPBU sebagai potensi sumber efisiensi pada proyek
• Fleksibilitas pengelolaan biaya dan motif mencari keuntungan
• Life-Cycle Cost Management
• Transfer risiko
• Inovasi
• Keandalan dan efektivitas proyek
• Pemanfaatan aset yang lebih baik
Keuntungan lainnya
• Komitmen di awal untuk perawatan dan keandalan teknis
• Demonstration effects
• Transparansi
APMG CP3P Certification Guide
13
success factors 14
PT SMI, Panduan KPS, 2014
Sinkronisasi regulasi (bila diperlukan)
Proses penetapan
proyek didasarkan atas
kajian yang memadai dan
penyiapan proyek yang baik
Komitmen yang kuat dari PJPK
Kualitaspenyiapan proyek (feasibility study)
Dana untuk pembiayaan penyiapan
proyek
Kapasitas dan kapabilitas PJPK dalam mengelola KPBU (termasuk memahami aspek
legal dan komersial dari kerja sama
Koordinasiyang efektif
antarlembaga terkait
Akses sumber pembiayaan
jangka panjang
“KPBU membutuhkan lebih dari sekedar komitmen dari penyandang dana. Terdapat aspek kepemimpinan, teknis, hukum, kelembagaan, dan komersial yang harus dimiliki di suatu struktur proyek.”
kelemahan kpbuJauh lebih kompleks dibanding pengadaan biasa
Biaya dana (financing cost) lebih mahal
Biaya transaksi lebih besar daripada pengadaan biasa
Biaya pengawasan yang lebih besar bagi pemerintah
Dapat menimbulkan komitmen yang berlebihan jika tidak dikelola dengan baik
Komitmen jangka panjang mengurangi fleksibilitas anggaran
Transparansi dapat menimbulkan tekanan politis yang lebih besar
APMG CP3P Certification Guide
15
kesalahpahaman dalam kpbu16
KPBU bukan pengalihan kewajiban pemerintah dalam penyediaan layanan kepada masyarakat
Investasi swasta bukan sumbangan gratis kepada pemerintah dalam penyediaan pelayanan publik
KPBU bukan merupakan privatisasi barang public
KPBU bukan merupakan sumber pendapatan pemerintah yang akan membebani masyarakat dalam pemberian pelayanan umum
KPBU bukan merupakan pinjaman (utang) pemerintah kepada swasta
prosesPerencanaan Penyiapan Transaksi
Identifikasi
dan screening
Studi
Pendahuluan
Kajian Prastudi
Kelayakan
Dokumen Lelang, Perjanjian
Kerja Sama, Perjanjian
Pembiayaan, dll
Konstruksi dan
Operasi
PQ, RfP, Evaluasi dan
Penetapan Pemenang,
Penandatanganan PKS,
Financial Close
Hukum, kelembagaan, teknis,
ekonomi dan komersial, lingkungan
dan sosial, risiko, dukungan
pemerintah, dll
Manajemen
Kontrak
Pemantauan
Kinerja BUP
Tahapan
Aktivitas
Output
17
Perpres Nomor 38 Tahun 2015
struktur dasar kpbu
PJPK BUP
PENGGUNA
EQUITY INVESTORS
EPC
O & M
PERJANJIAN KERJA SAMA
DBFOM(T)+LI
TRANSFER ASET
LENDERS
HAK PENGUSAHAAN ATAU PEMBAYARAN
TARIFLAYANAN
EPC
O & M
18
PJPK (Penanggung Jawab Proyek Kerjasama)
merupakan institusi/lembaga yang bertindak
sebagai wakil Pemerintah dalam skema KPBU.
Entitas PJPK dapat berupa Kementerian/
Lembaga/ Pemerintah Daerah atau BUMN/BUMD
yang bertanggungjawab untuk menyediakan
infrastruktur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
peran kemenkeu
PROJECT
DEVELOPMENT
FUND
DUKUNGAN
KELAYAKAN
DUKUNGAN
PELAKSANAAN
SKEMA AP
PENJAMINAN
INFRASTRUKTUR
PJPK BUP
PENGGUNA
EQUITY INVESTORS
EPC
O & M
PERJANJIAN KERJA SAMA
DBFOM(T)+LI
TRANSFER ASET
LENDERS
HAK PENGUSAHAAN ATAU PEMBAYARAN
TARIFLAYANAN
PEMBIAYAAN
INFRASTRUKTUR
19
PROSES PELAKSANAAN KPBU
Penyusunan RencanaKPBU
Studi Pendahuluan danKonsultasi Publik
Keputusan Lanjut/TidakKPBU
Penyusunan Kajian Awal Prastudi Kelayakan
Penjajakan Minat Pasar(Market Sounding)
Permohonan RencanaDukungan/Jaminan
Pemerintah (jika ada)
Penyusunan Kajian Akhir Prastudi Kelayakan
Penetapan Lokasi
Request for Proposal & Bid Submission
Evaluasi & PenetapanPemenang Lelang
Pendirian Badan Usaha Pelaksana KPBU
PenandatangananPerjanjian KPBU
Financial Close
Operasi
Perjanjian KPBU berakhir
PerencanaanKPBU
Penyiapan KPBU Transaksi KPBU
proses 21
Penyusunan DokumenPengadaan Tanah TermasukPengajuan Penetapan Lokasi
(bila diperlukan)
Penjajakan Minat Pasar(Market Sounding)
Prakualifikasi
Konstruksi dan Operasi
Konstruksi
“there is no shorcuts in PPP...”(Richard Kupisz, 2018)Permen PPN/Bappenas
No. 4 Tahun 2015
Dokumen
Perencanaan
dan Identifikasi
Proyek KPBU
Pengusulan
Proyek KPBU
Gambaran Proses Bisnis KPBU 22P
JPK
Dir
ekto
rat
PD
PP
I
Penyusunan
Studi
Pendahuluan
Tahap Perencanaan KPBU Tahap Penyiapan KPBU
Penyusunan
Kajian Awal
Prastudi
Kelayakan
PQ
Tahap Transaksi KPBU
RFP,
Bid
Submission
& Award
Signing
Perjanjian
KPBUFinancial
CloseKonstruksi
Commercial
Operation
Date
Konsultasi
PublikPerjanjian
KPBU
Berakhir
Market
Sounding
Pendirian
Badan
Usaha
Pelaksana
Bap
pen
as
Penyusunan
Dokumen
Pengadaan
Tanah
Penyusunan
Kajian Akhir
Prastudi
Kelayakan
Identifikasi
Proyek
KPBU
Seleksi dan
Penilaian
Usulan Proyek
KPBU
Penyusunan
Daftar dan
Pengkategorian
Proyek KPBU
Monitoring
Fasilitasi Penyiapan Kajian Awal Prastudi Kelayakan
Dukungan Kelayakan (VGF)
Fasilitas Penyiapan Proyek dan Pendampingan Transaksi (PDF)
Pencairan
VGF
Penjaminan Bersama
Konfirmasi
Pendahuluan AP Asistensi Penyiapan KPBU AP Konfirmasi Final AP Penganggaran Dana AP
Market
Sounding
Monitoring Penjaminan Bersama
* Tidak menggambarkan keseluruhan proses bisnis KPBU.
Konstruksi & Operasi
studi pendahuluanKajian awal yang dilakukan
oleh Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala
Daerah/direksi BUMN/
direksi BUMD untuk
memberikan gambaran
mengenai perlunya
penyediaan suatu
Infrastruktur tertentu serta
manfaatnya apabila
dikerjasamakan dengan
Badan Usaha Pelaksana
melalui KPBU.
23
analisis kebutuhan (need analysis);
kriteria kepatuhan (compliance criteria);
kriteria faktor penentu Nilai Manfaat Uang (Value for Money) partisipasi badan usaha;
analisa potensi pendapatan dan skema pembiayaan proyek; dan
rekomendasi dan rencana tindak lanjut.
Studi Pendahuluan meliputi kajian mengenai:
Permen PPN/Bappenas No. 4 Tahun 2015
studi pendahuluan - 11. Indikator analisis kebutuhan (need
analysis) meliputi:
a. kepastian KPBU memiliki dasar pemikiran teknis
dan ekonomi berdasarkan analisis data sekunder
yang tersedia;
b. kepastian KPBU mempunyai permintaan yang
berkelanjutan dan diukur dari ketidakcukupan
pelayanan, baik secara kuantitas maupun
kualitas, berdasarkan analisis data sekunder yang
tersedia; dan
c. kepastian KPBU mendapat dukungan dari
pemangku kepentingan yang berkaitan, salah
satunya melalui Konsultasi Publik.
2. Kriteria kepatuhan (compliance criteria)
meliputi:
a. kesesuaian dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, termasuk penentuan
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi
BUMN/Direksi BUMD bertindak selaku PJPK;
b. kesesuaian KPBU dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Nasional/Daerah dan/atau Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga, Rencana Kerja
Pemerintah Daerah, rencana bisnis
BUMN/BUMD;
c. kesesuaian lokasi KPBU dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah (apabila diperlukan sesuai
kebutuhan jenis Infrastruktur yang akan
dikerjasamakan); dan
d. keterkaitan antar sektor infrastruktur dan antar
wilayah (apabila diperlukan sesuai kebutuhan
jenis Infrastruktur yang akan dikerjasamakan).
24
Permen PPN/Bappenas No. 4 Tahun 2015
studi pendahuluan - 23. Kriteria faktor penentu Nilai Manfaat
Uang (Value for Money) partisipasi
Badan Usaha meliputi:
a. sektor swasta memiliki keunggulan dalam
pelaksanaan KPBU termasuk dalam
pengelolaan risiko;
b. terjaminnya efektivitas, akuntabilitas dan
pemerataan pelayanan publik dalam jangka
panjang;
c. alih pengetahuan dan teknologi; dan
d. terjaminnya persaingan sehat, transparansi,
dan efisiensi dalam proses pengadaan.
4. Analisis potensi pendapatan dan skema
pembiayaan proyek meliputi:
a. kemampuan pengguna untuk membayar;
b. kemampuan fiskal pemerintah pusat,
pemerintah daerah,
BUMN/BUMD dalam melaksanakan KPBU;
c. potensi pendapatan lainnya; dan
d. perkiraan bentuk dukungan pemerintah.
5. Rekomendasi dan rencana tindak lanjut
meliputi:
a. rekomendasi bentuk KPBU;
b. rekomendasi kriteria utama dalam pemilihan
badan usaha; dan
c. rencana jadwal kegiatan penyiapan dan
transaksi KPBU.
25
Permen PPN/Bappenas No. 4 Tahun 2015
kajian prastudi kelayakan• Penyiapan kajian Prastudi Kelayakan
dilakukan oleh PJPK.
• Dalam penyiapan kajian Prastudi
Kelayakan, PJPK dapat dibantu oleh Badan
Penyiapan yang pengadaannya dilakukan
berdasarkan Peraturan Kepala LKPP
Nomor 19 Tahun 2015.
• Penyiapan kajian Prastudi Kelayakan terdiri
dari penyiapan kajian awal Prastudi
Kelayakan dan penyiapan kajian akhir
Prastudi Kelayakan.
• Kajian akhir Prastudi Kelayakan terdiri dari
penyempurnaan data dengan kondisi terkini
dan pemutakhiran atas kelayakan dan
kesiapan KPBU yang sebelumnya telah
tercakup dalam kajian awal Prastudi
Kelayakan, termasuk penyelesaian hal-hal
yang perlu ditindaklanjuti.
kajian hukum dan kelembagaan
kajian teknis
kajian ekonomi dan komersial
kajian lingkungan dan sosial
kajian bentuk KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur
kajian risiko
kajian kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah
kajian mengenai masalah yang perlu ditindaklanjuti (outstanding issues)
Kajian awal Prastudi Kelayakan meliputi:
26
Permen PPN/Bappenas No. 4 Tahun 2015
perjanjian kpbuPerjanjian KPBU paling kurang memuat:
a. lingkup pekerjaan;
b. jangka waktu;
c. Jaminan pelaksanaan;
d. tarif dan mekanisme penyesuaiannya;
e. hak dan kewajiban termasuk alokasi risiko;
f. standar kinerja pelayanan;
g. pengalihan saham sebelum KPBU beroperasi secara komersial;
h. sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi ketentuan perjanjian;
i. pemutusan atau pengakhiran perjanjian;
j. status kepemilikan aset;
k. mekanisme penyelesaian sengketa yang diatur secara berjenjang, yaitu musyawarah mufakat, mediasi, dan arbitrase/pengadilan;
l. mekanisme pengawasan kinerja Badan Usaha Pelaksana dalam melaksanakan pengadaan;
m.mekanisme perubahan pekerjaan dan/atau
layanan;
n. mekanisme hak pengambilalihan oleh Pemerintah dan pemberi pinjaman;
o. penggunaan dan kepemilikan aset infrastruktur dan/atau pengelolaannya kepada PJPK;
p. pengembalian aset infrastruktur dan/atau pengelolaannya kepada PJPK;
q. keadaan memaksa;
r. pernyataan dan jaminan para pihak bahwa perjanjian KPBU sah dan mengikat para pihak dan telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
s. penggunaan bahasa dalam Perjanjian, yaitu Bahasa Indonesia atau apabila diperlukan dapat dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (sebagai terjemahan resmi/official translation), serta menggunakan Bahasa Indonesia dalam penyelesaian perselisihan di wilayah hukum Indonesia; dan
t. hukum yang berlaku, yaitu hukum Indonesia.
27
Perpres Nomor 38 Tahun 2015
Pengadaan Badan Usaha
Tahap Penyiapan KPBU
Pengadaan Badan
Penyiapan
Kesepakatan
Seleksi
Tahap Transaksi KPBU
Pengadaan Badan Usaha
Pelaksana
Pelelangan
Penunjukan Langsung
pengadaan badan usahaSatu Tahap
Dua Tahap
Kondisi tertentu
Hanya Satu BU yang Lolos Prakualifikasi
Seluruh persyaratan penyediaan infrastruktur dapat dirumuskan dengan jelas; dan
Tidak memerlukan persyaratan tambahan dan diskusioptimalisasi teknis untuk mendapatkan VfM terbaik
Persyaratan minimum dari penyediaan infrastrukturtelah dirumuskan dengan jelas dan tidak dapat diubah
Memerlukan persyaratan tambahan dan diskusioptimalisasi teknis untuk mendapatkan VfM terbaik
sistem gugur dan penawaran finansial terbaik atau sistem
nilai
Sistem gugur untuk pemenuhan
Persyaratan Minimum dan sistem nilai
untuk pemenuhan Persyaratan Tambahan
a. pengembangan atas infrastruktur yang telah
dibangun dan/atau dioperasikan sebelumnya oleh
Badan Usaha Pelaksana yang sama;
b. pekerjaan yang hanya dapat dilaksanakan dengan
penggunaan teknologi baru dan penyedia jasa yang
mampu mengaplikasikan-nya hanya satu-satunya;
atau
c. Badan Usaha telah menguasai sebagian besar atau
seluruh lahan yang diperlukan untuk melaksanakan
KPBU.
28
unsolicited proposal• Badan Usaha dapat mengajukan prakarsa KPBU kepada PJPK
(unsolicited).
• Kriteria penyediaan infrastruktur yang dapat diprakarsai Badan Usaha:
a. terintegrasi secara teknis dengan rencana induk pada sektor yang bersangkutan;
b. layak secara ekonomi dan finansial; dan
c. Badan Usaha yang mengajukan prakarsa memiliki kemampuan keuangan yang memadai untuk membiayai pelaksanaan penyediaan infrastruktur.
• KPBU yang diprakarsai Badan Usaha dapat diberikan Jaminan Pemerintah.
• KPBU yang diprakarsai Badan Usaha tidak dapat diberikan Dukungan Pemerintah berupa kontribusi fiskal dalam bentuk finansial.
29
Permen PPN/Bappenas No. 4 Tahun 2015
tata cara kpbu unsolicited 30
Calon Pemrakarsa
menyusun Prastudi
Kelayakan dan
menyampaikan
usulan
pengembangan
KPBU
Evaluasi usulan Calon
Pemrakarsa
Menyelesaikan
penyusunan
dokumen Studi
Kelayakan
Evaluasi Dokumen
Studi Kelayakan dan
Dokumen Pemenuhan
Persyaratan
Prakualifikasi
CA
LON
PE
MR
AK
AR
SA
PJP
K
Apabila mendapat persetujuan:
1. Surat persetujuan unsolicited;
2. Surat penetapan usulan KPBU
sebagai proyek prakarsa badan
usaha (unsolicited);
3. Surat penetapan Calon
Pemrakarsa sebagai Badan
Usaha Pemrakarsa; dan
4. Surat penetapan pemberian
bentuk kompensasi untuk
Badan Usaha Pemrakarsa
Alternatif Kompensasi terhadap Badan Usaha Pemrakarsa:
pemberian tambahan nilai sebesar 10%;
pemberian hak untuk melakukan penawaran oleh badan usaha pemrakarsa
terhadap penawar terbaik (right to match), sesuai dengan hasil penilaian dalam
proses pelelangan; atau
pembelian prakarsa KPBU, antara lain hak kekayaan intelektual yang menyertainya
oleh PJPK atau oleh pemenang lelang.
Badan usaha pemrakarsa
wajib mengikuti proses
pengadaan badan usaha
Permen PPN/Bappenas No. 4 Tahun 2015
FASILITAS PENYIAPAN PROYEK DAN
PENDAMPINGAN TRANSAKSI
Project Development Fund (PDF)
Dasar Hukum, Maksud, Tujuan, dan Ruang
Lingkup PDF
Dasar Hukum Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.08/2018
Maksud Fasilitas disediakan kepada PJPK guna membantu PJPK dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan
penyiapan dan/atau pelaksanaan transaksi Proyek KPBU, guna memenuhi kualitas dan waktu yang
ditentukan.
Tujuan a. menyelaraskan dan mengintegrasikan proses penyediaan fsilitas fskal oleh Menteri Keuangan untuk
proyek KPBU berupa Dukungan Kelayakan, Penjaminan Infastruktur, dan penerapan skema
pengembalian investasi dalam bentuk Pembayaran Ketersediaan Layanan dalam satu rangkaian proses
yang efektif dan efsien; dan
b. membangun standar kajian dan dokumen yang dibutuhkan dalam penyiapan dan/atau pelaksanaan
transaksi Proyek KPBU, khususnya Prastudi Kelayakan dan dokumen rancangan Perjanjian KPBU, yang
mampu menarik minat dan partisipasi badan usaha pada Proyek KPBU serta untuk mendukung
kemajuan pelaksanaan KPBU di masa yang akan datang.
Ruang
Lingkup
a. Penyiapan proyek
1) penyiapan Prastudi Kelayakan
2) penyiapan segala kajian dan/atau dokumen pendukungnya
b. Pendampingan transaksi
1) pengadaan Badan Usaha Pelaksana;
2) penandatanganan Perjanjian KPBU; dan
3) perolehan pembiayaan untuk Proyek KPBU (financial close), sepanjang merupakan bagian dari
tanggung jawab yang dialokasikan kepada PJPK berdasarkan Perjanjian KPBU.
32
Kriteria
Proyek
• Proyek Prioritas
• Proyek KPBU Lainnya
• Proyek Pembangunan dan/atau
Pengembangan Kilang Minyak
Dalam Negeri
PJPK telah menyusun dokumen
yang paling sedikit memuat hal-hal
sebagai berikut:
• kajian hukum dan kelembagaan;
• kajian teknis;
• kajian ekonomi dan komersial;
• kajian lingkungan dan sosial;
• kajian bentuk kerja sama dalam
penyediaan infastruktur;
• kajian risiko;
• kajian kebutuhan Dukungan
Pemerintah dan/atau Jaminan
Pemerintah;
• kajian mengenai hal-hal yang
perlu ditindaklanjuti; atau
• rencana bisnis (business plan)
apabila PJPK merupakan Direksi
BUMN/BUMD
Untuk proyek KPBU lainnya: PJPK
telah melakukan penjajakan minat
pasar (market sounding)
• berdasarkan hasil penjajakan
minat pasar tersebut diketahui
bahwa proyek KPBU dimaksud
diminati oleh para calon investor.
33
Pelaksana Fasilitas
Direktorat PDPPI
• Menjadi pilihan pertama sebagai pelaksana Fasilitas
• Dapat melibatkan Penasihat Transaksi dan/atau bekerja sama dengan Lembaga Internasional.
BUMN
• BUMN dapat bertindak sebagai pelaksana Fasilitas setelah Kemenkeu mempertimbang-kan efisiensi dan efektifitas untuk melaksanakan Fasilitas.
• Penunjukan BUMN sebagai pelaksana Fasilitas dilakukan dengan mekanisme Penugasan Khusus
• Penugasan sebagai pelaksana Fasilitasdalam satu proyek dapat diberikan terhadaplebih dari satu BUMN
• Dapat bekerjasama dengan pihak lainnya termasuk Lembaga Internasional dan/atau mengadakan Penasihat Transaksi
Lembaga Internasional pada Proyek Kilang Minyak
• Penunjukan Lembaga Internasional sebagaipelaksana Fasilitas dilakukan denganmekanisme kerja sama
• Mekanisme pembayaran dilaksanakan dengan cara PJPK membayar terlebih dahulu biaya pelaksanaan Failitas kepada Lembaga Internasional, selanjutnya PJPK mendapatkan penggantian biaya (reimbursement) dari Dana Penyiapan Proyek.
34
Proses Pemberian PDF
PJPK menyampaikan
Surat Permohonan Fasilitas
Menteri Keuangan melakukan evaluasi
Surat Persetujuan
Fasilitas
Kesepakatan IndukDJPPR + PJPK
Perjanjian Pelaksanaan Fasilitas
Direktorat PDPPI + PJPK
Perjanjian Pelaksanaan Fasilitas
BUMN + PJPKSK Penugasan
Perjanjian Penugasan
DJPPR + BUMN
Dit. PDPPI
Sebagai
Pelaksana
Fasilitas
BUMNSebagai
PelaksanaFasilitas
2
Lembaga
Internasional
Sebagai
Pelaksana
Fasilitas
3
1
Perjanjian Kerjasama
Penyediaan Fasilitas
DJPPR + Lembaga Intrernasional
Perjanjian Kerja Sama Pelaksanaan Fasilitas
Direktorat PDPPI + Lembaga Internasional
Proyek Kilang
Minyak
Dalam Negeri
Surat Permohonan Fasilitas
• Surat Permohonan Fasilitas paling sedikit
memuat:
a. deskripsi proyek secara singkat (executive summary) yang
meliputi nilai, cakupan, lokasi, dan manfaat;
b. pernyataan bahwa proyek akan diselenggarakan dengan
skema KPBU;
c. pernyataan yang menunjukkan bahwa kriteria dan
persyaratan yang diwajibkan bagi proyek tersebut telah
terpenuhi;
d. komitmen untuk mematuhi segala ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, termasuk persyaratan
yang diperlukan untuk pemberian dukungan; dan
e. kesediaan untuk bertanggung jawab sepenuhnya atas
kebenaran dari segala dokumen, informasi baik berupa
data atau angka dan/atau segala pernyataan mengenai
Proyek KPBU yang disediakan, dibuat dan disampaikannya
untuk pengajuan permohonan Fasilitas.
• Lampiran
a. untuk Proyek KPBU Prioritas dan Proyek KPBU lainnya
yang mengajukan permohonan fasilitas penyiapan proyek
atau fasilitas penyiapan proyek dan fasilitas pendampingan
trasaksi, melampirkan dokumen hasil Penjajakan Minat
Pasar yang menunjukkan bahwa proyek KPBU tersebut
diminati calon investor;
b. untuk Proyek KPBU lainnya yang mengajukan permohonan
fasilitas penyiapan proyek atau fasailitas penyiapan proyek
dan fasilitas pendampingan transaksi, melampirkan hasil
Penjajakan Minat Pasar;
c. untuk Proyek KPBU Prioritas dan Proyek KPBU lainnya
yang mengajukan permohonan fasilitas pendampingan
transaksi, melampirkan dokumen Prastudi Kelayakan; dan
d. surat pernyataan PJPK yang paling sedikit memuat
pernyataan bahwa:
1) proyek telah memenuhi kriteria dan persyaratan yang diwajibkan
untuk dapat diberikan Fasilitas;
2) PJPK bersedia mengikuti mekanisme pemberian dan
pelaksanaan Fasilitas;
3) PJPK memastikan pelaksanaan Fasilitas dilaksanakan sebaik-
baiknya; dan
4) PJPK bersedia melaksanakan tanggung jawab sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19.
36
Viability Gap Fund (VGF)
DUKUNGAN KELAYAKAN ATAS SEBAGIAN BIAYA
KONSTRUKSI
37
Bagaimana Dukungan Pemerintah Meningkatkan
Kelayakan Proyek?
Tujuan Pemberian Dukungan Pemerintah:
Meningkatkan kelayakan finansial Proyek KPBU.
Mewujudkan tarif layanan yang terjangkau oleh masyarakat.
Investm
ent C
ost
Investm
ent C
ost
DP
Tarif selama masa konsesi
Tarif selama masa konsesi
A B
Tanpa Dukungan Pemerintah Dengan Dukungan Pemerintah
ATP*
* Ability to Pay
38
Dasar Hukum, Definisi, Tujuan, dan Bentuk
Dukungan Kelayakan
39
Da
sa
r H
uk
um • PMK Nomor
223/PMK.011/2012
• PMK Nomor143/PMK.011/2013
• PMK Nomor170/PMK.08/2015
• PMK Nomor170/PMK.08/2018
De
fin
isi • Dukungan Kelayakan
adalah DukunganPemerintah dalambentuk kontribusi fiskalyang bersifat finansialberupa kontribusi atassebagian biayakonstruksi yang diberikan pada ProyekKerja Sama yang sudah memilikikelayakan ekonominamun belum memilikikelayakan finansial.
Tu
jua
n • Meningkatkankelayakan finansialProyek Kerja Samasehingga menimbulkanminat dan partisipasiBadan Usaha padaProyek Kerja Sama;
• Meningkatkankepastian pengadaanProyek Kerja Samadan pengadaan BadanUsaha pada ProyekKerja Sama sesuaidengan kualitas danwaktu yang direncanakan; dan
• Mewujudkan layananpublik yang tersediamelalui infrastrukturdengan tarif yang terjangkau olehmasyarakat
Ben
tuk • Dukungan Kelayakan
merupakan BelanjaNegara yang diberikan dalambentuk tunai kepadaProyek Kerja Sama;
• Dukungan Kelayakandiberikan atas porsitertentu yang tidakmendominasi dariseluruh BiayaKonstruksi ProyekKerja Sama selainbiaya terkaitpengadaan tanah; daninsentif perpajakan
• Pemerintah Daerah dapat berkontribusiatas pemberianDukungan Kelayakansetelah memperolehpersetujuan dari DPRD
Kriteria Proyek
1. Proyek Kerja Sama telah memenuhi kelayakan
ekonomi namun belum memenuhi kelayakan
finansial;
2. Proyek Kerja Sama menerapkan prinsip pengguna
membayar (user pay principle);
3. Total biaya investasi Proyek Kerja Sama paling
kurang senilai Rp100 miliar rupiah;
4. Badan Usaha ditetapkan oleh Penanggung Jawab
Proyek Kerja Sama (PJPK) melalui proses lelang
yang terbuka dan kompetitif;
5. Terdapat skema pengalihan aset dan/atau
pengelolaannya dari Badan Usaha kepada PJPK
pada akhir periode kerja sama;
6. Dukungan Kelayakan diberikan kepada Proyek
Kerja Sama dalam hal:
a. Telah disusun prastudi kelayakan yang komprehensif;
b. Prastudi kelayakan mencantumkan pembagian risiko
yang optimal;
c. Prastudi kelayakan menyimpulkan bahwa proyek
layak secara teknis, hukum, lingkungan, dan sosial;
dan
d. Prastudi kelayakan menunjukkan bahwa Proyek Kerja
Sama menjadi layak secara finansial dengan diberikan
Dukungan Kelayakan.
Dukungan Kelayakan dapat diberikan setelah tidak terdapat lagi alternatif lain untuk membuat Proyek Kerja Sama layak secara finansial.
40
Mekanisme Pemberian & Pencairan Dukungan
Kelayakan
Dukungan Kelayakan diberikan oleh Pemerintah c.q.
PJPK terhadap Proyek Kerja Sama dalam Dokumen
Persetujuan Pemberian Dukungan Kelayakan;
Dokumen Persetujuan Pemberian Dukungan
Kelayakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Perjanjian Kerja Sama yang dibuat oleh PJPK
dan BUPPKS berdasarkan persetujuan Menteri
Keuangan;
Dukungan Kelayakan dicairkan kepada proyek
secara angsuran di mana terdapat alternatif
pencairan, yaitu:
a. Selama masa konstruksi sesuai dengan tahapan
penyelesaian konstruksi Proyek Kerja Sama yang telah
disepakati dalam Perjanjian Kerja Sama; dan/atau
b. Setelah tercapainya tanggal operasi komersial proyek
sebagaimana disepakati dalam Perjanjian Kerja Sama
41
Komite Dukungan Kelayakan
Dalam rangka pemberian Dukungan Kelayakan, Menteri
Keuangan membentuk Komite Dukungan Kelayakan.
Komite Dukungan Kelayakan memiliki tugas:
a. Mengusulkan anggaran Dukungan Kelayakan kepada
Menteri Keuangan untuk dialokasikan sesuai
mekanisme APBN;
b. Mengevaluasi setiap usulan dan laporan dalam rangka
pemberian Dukungan Kelayakan yang disampaikan
oleh PJPK kepada Menteri Keuangan; dan
c. Memberikan rekomendasi kepada Menteri Keuangan
berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud
pada huruf b.
Komite Dukungan Kelayakan dibentuk dengan KMK
Nomor 340/KMK.011/2013 yang diubah dengan KMK
Nomor 732/KMK.08/2015.
Struktur Komite Dukungan Kelayakan (KMK No. 732/KMK.08/2015)
Pengarah : Wakil Menteri KeuanganKetua : Dirjen PPRWakil Ketua : Sekretaris JenderalSekretaris : Direktur PDPPIAnggota:• Dirjen Anggaran• Dirjen Kekayaan Negara• Dirjen Perimbangan Keuangan• Kepala BKF
42
Tahapan Pemberian Dukungan Kelayakan
PersetujuanPrinsip Dukungan
Kelayakan
Prakualifikasi
Persetujuan BesaranDukungan Kelayakan
Request for Proposal
PenetapanPemenang Lelang
PersetujuanFinal Dukungan
Kelayakan
Persetujuan Final Dukungan Kelayakan
PenandatangananPerjanjian KPBU
Surat DukunganKelayakan
1 2 3 4
43
Persetujuan Prinsip Dukungan
Kelayakan
• Usulan Persetujuan Prinsip Dukungan
Kelayakan (UPPDK) harus berisi paling
sedikit:
a. dasar hukum mengenai pengajuan
UPPDK;
b. seluruh dokumen yang menjadi rujukan
pengajuan UPPDK (jika ada), disertai
penyebutan nomor dan tanggal dokumen
secara lengkap.
c. keterangan mengenai Proyek Kerja
Sama;
d. jumlah Besaran Dukungan yang
diusulkan; dan
e. waktu dan syarat pencairan Dukungan
Kelayakan.
f. dalam hal Proyek Kerja Sama Daerah,
skema kontribusi Pemerintah daerah
mengacu pada ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3)
• UPPDK harus disertai dengan:
a. Dokumen Prastudi Kelayakan yang harus
memuat antara lain:
1. Kajian kelayakan ekonomi, aspek
teknis, hukum, dan finansial
sebagaimana dipersyaratkan dalam
peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai Kerja Sama
Pemerintah dengan Badan Usaha;
2. Analisis Biaya dan Manfaat Sosial;
3. Model Keuangan dari Proyek Kerja
Sama tersebut;
4. Metode perhitungan permintaan, tarif,
kemauan membayar pengguna, dan
kemampuan membayar pengguna;
5. Rancangan awal Perjanjian Kerja
Sama antara PJPK dengan Badan
Usaha Penandatangan Perjanjian
Kerja Sama, yang melampirkan
rancangan awal Dokumen Persetujuan
Pemberian Dukungan Kelayakan;
6. Hasil konsultasi publik dengan para
pemangku kepentingan; dan
7. Hasil analisis yang menunjukkan
bahwa semua alternatif untuk
meningkatkan kelayakan finansial dari
Proyek Kerja Sama tersebut seperti
kenaikan tarif, perpanjangan masa
konsesi, dan penurunan total biaya
investasi tidak dapat meningkatkan
kelayakan finansial dari Proyek Kerja
Sama, sehingga Dukungan Kelayakan
perlu diberikan.
b. Surat Pernyataan dari PJPK kepada
Menteri Keuangan yang menyatakan
bahwa:
1. Dokumen Prastudi Kelayakan
sebagaimana dimaksud pada huruf a
telah dibuat dengan wajar, dan seluruh
lampiran beserta isinya dapat
dipertanggungjawabkan; dan
2. PJPK bersedia mengikuti mekanisme
pemberian Dukungan Kelayakan.
PJPK mengajukan Usulan Persetujuan Prinsip kepada Menteri Keuangan
sebelum dimulainya Tahap Pra Kualifikasi
44
Prosedur Pemberian Persetujuan
Prinsip Dukungan Kelayakan
Penerbitan Surat
Persetujuan Prinsip
Dukungan
Kelayakan oleh
Menteri Keuangan
ditujukan kepada
PJPK
Pembahasan pada
Komite Dukungan
Kelayakan
Kelompok Kerja
Komite Dukungan
Kelayakan
melakukan
evaluasi
PJPK
menyampaikan
UPPDK kepada
Menteri Keuangan
45
Rekomendasi Persetujuan Prinsip
Dukungan Kelayakan
Surat Persetujuan Prinsip Dukungan
Kelayakan
Persetujuan Prinsip Dukungan Kelayakan yang telah
diberikan oleh Menteri Keuangan harus dicantumkan
oleh PJPK dalam Dokumen Pra Kualifikasi (Request forQualification/RFQ).
!
Persetujuan Besaran Dukungan
Kelayakan
• Usulan Persetujuan Besaran
Dukungan Kelayakan (UPBDK)
harus berisi paling sedikit:
a. Penyebutan dasar hukum
pengajuan UPBDK dan seluruh
dokumen rujukan dengan
menyebutkan nomor dan tanggal
dokumen secara lengkap;
b. Keterangan singkat mengenai
perkembangan pengadaan Badan
Usaha setelah diberikannya
Persetujuan Prinsip Dukungan
Kelayakan, dimana PJPK telah
berhasil menyelesaikan tahap Pra
Kualifikasi;
c. Pemberitahuan mengenai
perubahan-perubahan dalam
dokumen yang sebelumnya telah
disampaikan sebagailampiran
dalam UPPDK (jika ada), dan
dokumen perubahan sebagaimana
dimaksud dilampirkan;
d. Perubahan usulan mengenai waktu
dan/atau syarat pencairan
Dukungan Kelayakan dari yang
sebelumnya disampaikan dalam
UPPDK (jika ada), disertai dengan
alasan;
e. Pernyataan bahwa Usulan
Persetujuan Besaran Dukungan
Kelayakan telah memenuhi kriteria
Proyek Kerja Sama yang dapat
diberikan Dukungan Kelayakan dan
persyaratan terkait porsi besaran
sebagaimana diatur dalam PMK
223/2012; dan
f. Permohonan kepada Menteri
Keuangan agar dapat memberikan
Persetujuan Besaran Dukungan
Kelayakan.
• UPBDK harus disertai dengan:
a. Dokumen pengumuman hasil Pra
Kualifikasi;
b. Dokumen perubahan atas
dokumen yang disertakan dalam
UPPDK (jika ada); dan
c. Surat Pernyataan PJPK bahwa
dokumen-dokumen sebagaimana
diatur pada huruf a dan huruf b
telah dibuat secara wajar, dan
seluruh isinya dapat
dipertanggungjawabkan.
PJPK mengajukan Usulan Persetujuan Besaran kepada Menteri Keuangan
setelah selesai melaksanakan Tahap Pra Kualifikasi
46
Prosedur Pemberian Persetujuan
Besaran Dukungan Kelayakan
Penerbitan Surat
Persetujuan
Besaran Dukungan
Kelayakan oleh
Menteri Keuangan
ditujukan kepada
PJPK
Pembahasan pada
Komite Dukungan
Kelayakan
Kelompok Kerja
Komite Dukungan
Kelayakan
melakukan
evaluasi
PJPK
menyampaikan
UPBDK kepada
Menteri Keuangan
47
Persetujuan Besaran Dukungan Kelayakan yang
telah diberikan oleh Menteri Keuangan harus
dicantumkan oleh PJPK dalam Dokumen Request
for Proposal (RFP)
!
Rekomendasi Persetujuan Besaran Dukungan Kelayakan
Surat Persetujuan Besaran Dukungan
Kelayakan
Persetujuan Final Dukungan
Kelayakan
• Usulan Persetujuan Final Dukungan
Kelayakan (UPFDK) harus berisi
paling sedikit:
a. dasar hukum mengenai pengajuan
UPFDK;
b. seluruh dokumen yang menjadi
rujukan Pengajuan UPFDK, disertai
penyebutan nomor dan tanggal
dokumen secara lengkap;
c. keterangan singkat bahwa PJPK
telah selesai melaksanakan
pengadaan Badan Usaha, dimana
PJPK telah berhasil menetapkan
Badan Usaha Pemenang Lelang;
d. pemberitahuan mengenai
perubahan-perubahan dalam
dokumen-dokumen yang
sebelumnya disampaikan sebagai
lampiran dalam UPPDK dan/atau
UPBDK (jika ada), dan dokumen
perubahan sebagaimana dimaksud
dilampirkan;
e. perubahan usulan mengenai waktu
dan/atau syarat pencairan
Dukungan Kelayakan (jika ada),
disertai dengan alasan;
f. pernyataan bahwa UPFDK telah
diajukan sesuai dengan syarat dan
kondisi yang telah ditentukan; dan
g. permohonan kepada Menteri
Keuangan untuk dapat memberikan
Persetujuan Final Dukungan
Kelayakan.
• UPFDK harus disertai dengan:
a.Salinan Berita Acara Hasil
Pelelangan (BAHP);
b.Surat Pernyataan PJPK yang
menyatakan bahwa pelelangan
sudah dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai KPBU;
c.Salinan surat penetapan Pemenang
Lelang;
d.Jadwal Pelaksanaan Proyek Kerja
Sama yang disepakati antara PJPK
dan Badan Usaha Pemenang
Lelang, paling sedikit mengenai:
1. jadwal Pendirian Badan Usaha
Penandatangan Perjanjian Kerja
Sama oleh Badan Usaha
Pemenang Lelang; dan
2. jadwal penandatangan Perjanjian
Kerja Sama antara PJPK dan
Badan Usaha Penandatangan
Perjanjian Kerja Sama.
PJPK mengajukan UPFDK kepada Menteri Keuangan setelah menetapkan Badan Usaha Pemenang Lelang
48
Prosedur Pemberian Persetujuan
Final Dukungan Kelayakan
PJPK menyusun
rancangan
Dokumen
Persetujuan
Pemberian
Dukungan
Kelayakan
Penerbitan Surat
Persetujuan Final
Dukungan
Kelayakan oleh
Menteri Keuangan
ditujukan kepada
PJPK
Pembahasan
pada Komite
Dukungan
Kelayakan
Kelompok Kerja
Komite
Dukungan
Kelayakan
melakukan
evaluasi
PJPK
menyampaikan
UPFDK kepada
Menteri
Keuangan
49
Rekomendasi Persetujuan Final
Dukungan Kelayakan
Surat Persetujuan Final Dukungan
Kelayakan
Dokumen Persetujuan Pemberian Dukungan Kelayakan
adalah dokumen yang memuat persetujuan PJPK atas
pemberian Dukungan Kelayakan pada proyek kerja sama yang
meliputi paling kurang besaran, waktu, dan syarat pencairan Dukungan Kelayakan.
Surat Dukungan Kelayakan
Penerbitan Surat
Dukungan
Kelayakan oleh
Menteri Keuangan
ditujukan kepada
BUPPKS
Pembahasan pada
Komite Dukungan
Kelayakan
Kelompok Kerja
Komite Dukungan
Kelayakan
melakukan evaluasi
PJPK menyampaikan
Laporan kepada
Menteri Keuangan
50
Rekomendasi Penerbitan Surat
Dukungan Kelayakan
Surat Dukungan Kelayakan
• PJPK menyampaikan laporan
mengenai pendirian BUPPKS dan
rencana penandatanganan perjanjian
kerja sama kepada Menteri Keuangan
sebelum penandatanganan perjanjian
kerja sama.
• Laporan harus disertai dengan:
a. Akta Pendirian BUPPKS;
b. Bukti penyetoran atas seluruh
saham Badan Usaha Pemenang
Lelang pada BUPPKS; dan
c. Rancangan Final Perjanjian Kerja
Sama yang dilampiri dengan
rancangan Final Dokumen
Persetujuan Pemberian Dukungan
terhadap Proyek Kerja Sama
Menteri Keuangan dapat menerbitkan Surat Dukungan Kelayakan kepada Badan
Usaha Penandatangan Perjanjian Kerja Sama pada saat yang bersamaan atau
segera setelah penandatanganan perjanjian kerja sama.
Surat Dukungan Kelayakan berfungsi sebagai konfirmasi atas berlakunya
Dokumen Persetujuan Pemberian Dukungan Kelayakan yang diterbitkan oleh PJPK
!
Proses Pencairan Dukungan
Kelayakan51
Keterangan:
1. KPA = Kuasa Pengguna
Anggaran
2. PPK = Pejabat Pembuat
Komitmen
3. SPP-LS = Surat Permintaan
Pembayaran Langsung
4. PPSPM = Pejabat
Penandatangan SPM
5. SPM = Surat Perintah Membayar
6. KPPN = Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara
7. SP2D = Surat Perintah Pencairan
Dana
PJPK
KPPN
BUPPKS
Lampiran tagihan DK:
a. Bukti pencapaian kinerja Badan
Usaha Penandatangan Perjanjian
Kerja Sama sebagaimana
dimaksud dalam syarat dan
ketentuan pemberian Dukungan
Kelayakan yang telah diverifikasi
Konsultan Independen;
b. Surat pernyataan dari Badan
Usaha Penandatangan Perjanjian
Kerja Sama yang menyatakan
bahwa informasi pencapaian
kinerja yang disampaikan, benar
dan dapat dipertanggungjawabkan;
c. Laporan Keuangan Badan Usaha
Penandatangan Perjanjian Kerja
Sama;
d. Kuitansi yang ditandatangani
Badan Usaha Penandatangan
Perjanjian Kerja Sama; dan
e. Nomor Rekening Badan Usaha
Penandatangan Perjanjian Kerja
Sama.
Lampiran tagihan DK:
a. Surat Dukungan Kelayakan
b. Dokumen Persetujuan Pemberian
Dukungan Kelayakan
c. Ringkasan syarat dan ketentuan
pemberian Dukungan Kelayakan
yang tercantum dalam Perjanjian
Kerja Sama;
d. Surat Pernyataan Tanggung
Jawab Mutlak (SPTJM) yang
ditandatangani PJPK;
e. Berita Acara Hasil Pengujian yang
ditandatangani oleh PJPK;
f. Kuitansi yang ditandatangani
Badan Usaha Penandatangan
Perjanjian Kerja Sama; dan
g. Nomor Rekening Badan Usaha
Penandatangan Perjanjian Kerja
Sama.
Tagihan DK KPA
PPK
PPSPM
SPP-
LS
Tagihan DK
SP2D
SPM-
LS
Bank
KPA untuk Proyek Kerja Sama
Pusat adalah pejabat setingkat
Eselon 1 pada
Kementerian/Lembaga yang
menjadi PJPK.
KPA untuk Proyek Kerja Sama
Daerah adalah pejabat setingkat
Eselon I pada
Kementerian/Lembaga teknis
sektor infrastruktur proyek kerja
sama.
Pembagian Tanggung Jawab
PJPK KPA PPK PPSPM
PJPK bertanggung jawab
secara formal dan material
terhadap:
a. pencapaian kinerja
Badan Usaha
Penandatangan
Perjanjian Kerja Sama
dalam pemenuhan
syarat dan ketentuan
pemberian Dukungan
Kelayakan yang telah
diverifikasi Konsultan
lndependen; dan
b. pengujian atas
kelengkapan dan
kebenaran dokumen
tagihan sebagaimana
KPA bertanggung jawab
secara formal kepada PA
BA BUN atas:
a. penyaluran
Dukungan Kelayakan
dari rekening Kas
Negara ke rekening
Badan Usaha
Penandatangan
Perjanjian Kerja
Sama; dan
b. penyelenggaraan
akuntansi dan
pelaporan keuangan
penyaluran
Dukungan
Kelayakan.
PPK bertanggung jawab secara
formal atas:
a. penyusunan rencana
penarikan pencairan dana;
b. pengujian administrasi
tagihan, meliputi:
1) kesesuaian jumlah dan
perhitungan tagihan, serta
pihak yang berhak
menerima tagihan; dan
2) Kelengkapan dokumen
surat tagihan;
c. pengujian terhadap
ketersediaan Dukungan
Kelayakan dalam DIPA BUN;
dan
d. penerbitan SPP-LS.
PPSPM bertanggung jawab secara formal
terhadap:
a. pengujian administrasi kuitansi, pihak
yang berhak menenma tagihan, jumlah
dan perhitungan nilai tagihan;
b. pengujian ketersediaan dan
pembebanan Dukungan Kelayakan
dalam DIPA BUN;
c. pengujian kelengkapan dokumen
tagihan pembayaran;
d. perhitungan kewajiban perpajakan yang
timbul sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan di
bidang perpajakan;
e. pengujian tanda tangan PPK dengan
spesimen yang diterima; dan
f. penerbitan SPM-LS.
52
Infrastructure Guarantee
PENJAMINAN INFRASTRUKTUR
53
Latar Belakang & Dasar Hukum
• Proyek KPBU tidak hanya harus layak
secara ekonomi dan finansial, namun
juga harus memperhatikan
bankability/kelayakan kredit
(creditworthiness), yakni kesediaan pihak
lembaga keuangan untuk memberikan
pinjaman kepada badan usaha
pelaksana untuk melaksanakan proyek
KPBU.
• Pada umumnya pinjaman pada proyek
KPBU dilakukan dengan skema project
finance di mana sumber pembayaran
kewajiban pinjaman berasal dari revenue
stream dari proyek KPBU.
• Terjadinya risiko yang bersumber
dari/menjadi tanggung jawab pihak PJPK
dapat berdampak negatif terhadap
investasi badan usaha atau mengganggu
revenue stream yang pada akhirnya
mengganggu pembayaran kewajiban
pinjaman kepada lender.
Penjaminan Infrastruktur
• Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260/PMK.011/2010
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.08/2016
Penjaminan Infrastruktur adalah pemberian jaminan atas Kewajiban Finansial PJPK berupa kewajiban untuk membayar kompensasi finansial kepada Badan Usaha atas terjadinya Risiko Infrastruktur yang menjadi tanggung jawab pihak PJPK.
54
Prinsip, Terminologi, Bentuk, dan
Mekanisme Penjaminan Infrastruktur
Prinsip a. Penjaminan Infrastruktur dilaksanakan sesuai dengan prinsipprinsip pengendalian dan pengelolaan risiko
keuangan negara guna menjaga kesinambungan APBN (fiscal sustainability).
b. Penjaminan Infrastruktur diselenggarakan oleh Pemerintah yang dilaksanakan oleh Menteri Keuangan
melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur.
Terminologi a. Kewajiban Finansial PJPK adalah kewajiban PJPK untuk membayar kompensasi finansial kepada
Badan Usaha atas terjadinya risiko infrastruktur yang menjadi tanggung jawab pihak PJPK sesuai dengan
alokasi risiko sebagaimana disepakati dalam Perjanjian Kerjasama.
b. Risiko infrastruktur adalah peristiwa-peristiwa yang mungkin terjadi pada proyek Kerja Sama selama
berlakunya Perjanjian Kerja Sama yang dapat mempengaruhi secara negatif invetasi Badan Usaha,
yang meliputi ekuitas dan pinjaman dari pihak ketiga.
c. Alokasi Risiko adalah distribusi Risiko Infrastuktur kepada pihak yang paling mampu mengelola,
mengendalikan atau mencegah terjadinya Risiko Infrastruktur, atau menyerap Risiko Infrastruktur
d. Regres adalah hak Penjamin untuk menagih PJPK atas apa yang telah dibayarkannya kepada
Penerima Jaminan dalam rangka memenuhi Kewajiban Finansial PJPK dengan memperhitungkan nilai
waktu dari uang yang dibayarkan tersebut (time value of money).
Bentuk
Penjaminan
a. Penjaminan hanya oleh Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (Penjaminan PT PII); atau
b. Penjaminan PT PII bersama-sama dengan Penjaminan Pemerintah untuk risiko infrastruktur
yang berbeda dalam satu proyek kerja sama berdasarkan pembagian risiko infrastruktur.
Mekanisme Penjaminan infrastruktur dilaksanakan dengan mekanisme single window policy melalui PT Penjaminan
Infrastruktur Indonesia (Persero)/ PT PII / Indonesia Infrastructure Guarantee Fund (IIGF).
55
Kriteria dan Proses Penjaminan
Infrastruktur56
Eligible Criteria untuk mendapatkan Penjaminan Infrastruktur
1. Harus merupakan Proyek KPBU, sebagaimana diatur dalam Perpres 38/2005.
2. Proyek memenuhi ketentuan peraturan sektor terkait yang rencana pengadaannya melalui proses lelang yang transparan dan kompetitif.
3. Proyek harus layak secara teknis, ekonomi, keuangan dan lingkungan, serta tidak berdampak negatif secara sosial
4. Kajian prastudi kelayakan dilakukan oleh konsultan yang independen dan profesional
5. Perjanjian KPBU harus memiliki ketentuan arbitrase yang mengikat dalam perjanjian kerja sama.
Struktur
PJPK BUP
PERJANJIAN KERJA SAMA
PERJANJIAN PENJAMINANPERJANJIAN
REGRES
57
• Menteri Keuangan dapat ikut serta dalam penjaminan
infrastruktur atas proyek yang memenuhi kriteria untuk
dijamin dalam kondisi:
• Kekayaan yang dimiliki PT PII tidak mencukupi
untuk melakukan penjaminan sesuai usulan
penjaminan, namun penjaminan tersebut
berdasarkan hasil evaluasi PT PII perlu dilakukan
untuk mencapai tujuan penjaminan infrastruktur;
• Tidak terdapat kerja sama PT PII dengan lembaga
multilateral maupun pihak lainnya yang mempunyai
maksud dan tujuan sejenis, atau dalam hal terdapat
kerja sama, fasilitas yang tersedia tidak mencukupi,
tidak memadai atau tidak sesuai untuk mendukung
pelaksanaan penjaminan oleh PT PII; atau
• Upaya untuk memenuhi kecukupan kekayaan PT
PII belum dapat dilakukan sedangkan pengadaan
badan usaha sudah tidak dapat ditunda lagi
pelaksanaannya.
• Mekanisme regres tidak berlaku dalam Penjaminan
Pemerintah di mana Kementerian/Lembaga menjadi
PJPK
Prosedur Penjaminan Pemerintah
MenteriKeuangan
menerbitkanpersetujuan
ataspenjaminanpemerintah
DirektoratPDPPI
melakukanpenelaahan
atasusulan
penjaminanpemerintah
PT PII meneruskan
usulanpenjaminan
kepada MenteriKeuangan
58
Analisis atas kapasitas penjaminan PT PII
Reviu atas usaha PT PII untuk
meningkatkan kapasitas penjaminan
Pembagian risiko yang dijamin antara PT
PII dan pemerintah
Reviu rancangan perjanjian penjaminan
dan regres (jika ada)
Direkur JenderalPPR
menandatanganiperjanjian
penjaminan danregres (jika ada)
DirektoratPDPPI
menelaah danmenyusun
rekomendasipenanda-tanganan
PT PII menyampaikan
rencanapenanda-tangananperjanjian
penjaminan danregres (jika ada)
Direktorat PDPPI memastikan kesesuaian
rancangan final perjanjian penjaminan dan
regres dengan persetujuan yang telah
diterbitkan Menteri Keuangan serta keabsahan
pihak badan usaha penerima jaminan.
PENANDATANGAN PERJANJIAN
PENJAMINAN PEMERINTAH
PERSETUJUAN PENJAMINAN PEMERINTAH
Bersamaan atau
setelah penanda-
tanganan perjanjian
KPBU
Availability Payment
PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN
59
Dasar Hukum
1.Perpres Nomor 38 Tahun 2015 tentang KPBU
Pembayaran ketersediaan layanan merupakan salah satu skema
pengembalian investasi badan usaha
2.PMK Nomor 260/PMK.08/2016 tentang Tata Cara
Pembayaran Ketersediaan Layanan pada Proyek KPBU
3.Permendagri Nomor 96 Tahun 2016 tentang Pembayaran
Ketersediaan Layanan dalam rangka Kerja Sama
Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur di Daerah
60
Skema KPBU AP pada Pemerintah
Pusat
• Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment/AP)
adalah pembayaran secara berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga
kepada Badan Usaha Pelaksana atas tersedianya layanan
infastruktur yang sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria
sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian KPBU.
• Tujuan
1. memastikan ketersediaan layanan yang berkualitas kepada
masyarakat secara berkesinambungan;
2. mengoptimalkan nilai guna anggaran PJPK (value for money).
• Prinsip
a. kemampuan keuangan negara;
b. kesinambungan fskal; dan
c. pengelolaan risiko fskal.
Menteri/Kepala Lembaga selaku
PJPK
Badan Usaha Pelaksana
Masyarakat/Pemerintah
Layanan
Pembayaran Ketersediaan Layanan
Perjanjian KPBU
PMK No. 260/PMK.08/2016
61
Kriteria Proyek KPBU AP
Kriteria
a. proyek infastruktur ekonomi maupun sosial yang memiliki
manfat besar bagi masyarakat selaku pengguna layanan
b. pengembalian investasinya tidak bersumber dari
pembayaran oleh pengguna atas tarif layanan
c. dalam hal proyek KPBU mendapatkan pemasukan dari
pembayaran oleh pengguna atas tarif layanan, maka PJPK
tidak dapat memperhitungkan jumlah pemasukan dari
pembayaran pengguna layanan tersebut untuk
melaksanakan pembayaran ketersediaan layanan
kepada Badan Usaha Pelaksana
d. pengadaan Badan Usaha dilakukan melalui tahapan
pemilihan yang adil, terbuka dan transparan, serta
memperhatikan prinsip persaingan usaha yang sehat.
KPBU AP biasanya digunakan dalam hal:
1. Tidak ada pendapatan dari pengguna layanan/tidak ada pengguna akhir yang dapat dikenakan tarif, misalnya penyediaan infrastruktur yang digunakan oleh pemerintah untuk memberikan layanan publik, atau
2. Potensi pendapatan tidak signifikan untuk menutup investasi badan usaha/proyek tidak layak secara finansial, atau
3. Infrastruktur disediakan secara gratis kepada masyarakat, misalnya jalan non-tol
62
Kelebihan Skema KPBU AP
1. Meningkatkan daya tarik proyek KPBU
bagi investor
2. Proyek-proyek infrastruktur yang
kurang layak secara finansial
(misalnya infrastruktur sosial), dapat
ditawarkan sebagai proyek KPBU
3. Memungkinkan PJPK memperoleh
layanan infrastruktur tanpa harus
menyediakan dana yang besar pada
awal proyek untuk konstruksi
1. Tidak menanggung risiko permintaan
(demand risk)
2. Kepastian pengembalian investasi
3. Kelayakan finansial terjamin
Bagi Pemerintah/PJPK: Bagi Badan Usaha:
63
Perbandingan Belanja Modal dan AP64
tahun
Belanja modal (APBN) untuk membayar kontraktor proyek selama masa konstruksi.
Alokasi belanja APBN untuk operasi dan pemeliharaan aset dalam rangka menyediakan layanan bagi masyarakat.
tahun
Pengadaan infrastruktur dengan Belanja Modal
Pengadaan infrastruktur dengan skema KPBU AP
Belanja Barang dan Jasa APBN untukmembayar ketersediaan layanan (AP)selama masa operasi.
Tidak ada pembayaran pada masa konstruksi.
masa operasikonstruksi
Rp
Juta
41 62 53 7 8 9 10
Rp
Juta
41 62 53 7 8 9 10
Risiko konstruksi/operasi yang harusditanggung APBN.
Tidak ada risiko kelebihan biaya yang harus ditanggung APBN.
Proses Bisnis KPBU AP65
* Tidak menggambarkan keseluruhan proses bisnis KPBU.
Pemberitahuan
Rencana
KPBU AP
Penyusunan Studi
Pendahuluan
Pemberitahuan
Tahap
Penyiapan
Asistensi
(jika diminta oleh PJPK)
Penyusunan Dokumen
Prastudi Kelayakan +
Kajian AP
Klarifikasi
penggunaan
skema AP
Konfirmasi
Pendahuluan
PJP
KD
JPP
R
Studi
Pendahuluan
Tahap Perencanaan KPBU
Tahap Penyiapan KPBU
FBC +
Kajian AP
Konfirmasi
Final
PQ
Tahap Transaksi KPBU Masa Operasi
Rapat Koordinasi
RFP,
Bid
Submission,
& Award
Signing
Perjanjian
KPBU
Financial
Close
Konstruksi Commercial
Operation
Date
Penyampaian
Hasil
Penyiapan
Perjanjian
KPBU
Berakhir
Pembahasan Tiga Pihak (DJPPR, DJA, PJPK)
Penganggaran dan Pembayaran AP
Tahap Perencanaan KPBU AP
• PJPK menyampaikan pemberitahuan kepada
DJPPR c.q Direktorat PDPPI bahwa telah
dilakukan penyusunan rencana penggunaan
skema AP pada satu proyek KPBU. Selanjutnya
DJPPR c.q PDPPI melakukan pembahasan
bersama dengan PJPK mengenai rencana
penggunaan skema AP yang sedang atau telah
disusun oleh PJPK tersebut.
• Atas pembahasan tersebut disampaikan catatan
dan/atau masukan kepada PJPK.
• PJPK memperhatikan catatan dan/atau masukan
dalam rangka menyelesaikan penyusunan
rencana dan menuangkannya dalam perbaikan
Studi Pendahuluan.
• Dokumen Studi Pendahuluan disampaikan
kepada Direktorat PDPPI dalam rangka
penerbitan konfirmasi pendahuluan.
PJPK menyelesaikan StudiPendahuluan
StudiPendahuluan
Direktorat PDPPI melakukan penelaahan
Penerbitan Surat KonfirmasiPendahuluan
PJPK menyampaikanrencana KPBU AP
Direktorat PDPPI memberikan
catatan/masukan
Surat Konfirmasi Pendahuluan:
surat diterbitkan oleh Direktorat
PDPPI kepada PJPK sebagai dasar
bahwa dari sisi proyek, proyek
KPBU dinyatakan telah siap untuk
dilanjutkan kepada Tahap
Penyiapan dengan
mempertimbangkan asumsi kriteria
dasar AP telah dipenuhi yaitu telah
terdefinisikannya output spesifikasi
dari infrastruktur yang terbangun
dan indikator kinerja utama/layanan
dari infrastruktur yang terbangun.
66
Tahap Penyiapan KPBU AP
• Penyiapan dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan yang definitif
mengenai tindakan/aksi PJPK dalam menindaklanjuti rencana
penggunaan skema AP.
• PJPK memberitahukan dimulainya Tahap Penyiapan kepada Direktorat
PDPPI.
• Direktorat PDPPI memberikan asistensi kepada PJPK/pihak yang
membantu menyiapkan proyek guna menyelaraskan proyek yang sedang
disipakan dengan tujuan, kriteria dan prinsip penggunaan skema AP.
• Penyiapan menghasilkan:
a. Dokumen prastudi kelayakan, termasuk kajian mengenai penggunaan skema
AP
b. Dokumen rancangan perjanjian kerja sama dan surat komitmen pelaksanaan
pembayaran AP
• Setelah menyelesaikan Tahap Penyiapan KBPU, PJPK menyampaikan
seluruh dokumen final yang merupakan hasil penyiapan kepada DJPPR
c.q Direktorat PDPPI sebagai bahan untuk menyusun kesimpulan dalam
rangka penerbitan konfirmasi final.
PJPK menyelesaikan TahapPenyiapan
Dokumen HasilPenyiapan
PJPK memberitahukandimulainya Tahap
Penyiapan
Direktorat PDPPI memberikan asistensi
67
Tahap Penyiapan KPBU AP
• Pada tahap penyiapan proyek, selain disusun Dokumen
Prastudi Kelayakan, juga perlu disusun kajian mengenai
penggunaan skema AP, yang memuat:
a. analisis mengenai terpenuhinya tujuan, kriteria dan prinsip
mengenai pembayaran ketersediaan layanan; dan
b. deskripsi mengenai jenis dan wujud layanan yang akan
disediakan kepada pengguna secara detil dan jelas.
• Perjanjian KPBU memuat:
a. spesifikasi keluaran (output specification) dan indikator
kinerja (performance indicator) yang obyektif dan terukur atas
Layanan;
b. formula perhitungan AP (agreed formula) yang menjadi
dasar perhitungan kewajiban PJPK kepada Badan Usaha
Pelaksana/BUP; dan
c. sistem pemantauan (monitoring system) yang efektif
terhadap indikator kinerja (performance indicator).
• Perjanjian KPBU dapat mengatur mengenai sistem
insentif dan pinalti kepada PJPK dan/atau BUP, dalam
rangka menjaga tingkat kualitas layanan yang disediakan
oleh BUP kepada pengguna layanan.
• PJPK menyusun rancangan surat komitmen
pelaksanaan pembayaran AP yang paling kurang
memuat hal sebagai berikut:
a. Kesesuaian Proyek KPBU terkait dengan RPJMN atau
Renstra Sektor lnfrastruktur;
b. Komitmen PJPK untuk memasukkan Proyek KPBU terkait
dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) untuk setiap tahun
selama berlangsungnya kewajiban Perjanjian KPBU;
c. Komitmen PJPK untuk menyusun Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) dan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA K/L), sebagai dasar
untuk mengalokasikan Dana Anggaran Pembayaran
Ketersediaan Layanan untuk setiap tahun selama berlakunya
kewajiban Pembayaran Ketersediaan Layanan berdasarkan
Perjanjian KPBU;
d. Komitmen PJPK untuk menyusun DIPA, sebagai dasar untuk
mengalokasikan Dana Anggaran Pembayaran Ketersediaan
Layanan untuk setiap tahun selama berlakunya kewajiban
Pembayaran Ketersediaan Layanan berdasarkan Perjanjian
KPBU
68
Surat Konfirmasi Final
• Surat yang diterbitkan oleh Direktorat PDPPI yang
memuat konfirmasi atas hasil penyiapan
penggunaan skema AP pada Proyek KPBU sehingga
diasumsikan PJPK telah siap untuk melakukan
pengadaan Badan Usaha
• Diterbitkan sebelum PJPK mengeluarkan Dokumen
Permintaan Penawaran (Request for Proposal/RFP)
dalam rangka pengadaan Badan Usaha
• Direktorat PDPPI menerbitkan Surat Konfirmasi Final
apabila dapat menyimpulkan:
1. Kajian Akhir Prastudi Kelayakan telah memuat
kajian penggunaan AP
2. Rancangan Final Perjanjian KPBU lengkap dan
jelas
3. Rancangan Final Komitmen Pelaksanaan
Pembayaran AP (menjadi lampiran rancangan
Perjanjian KPBU)
• Tidak dimaksudkan sebagai persetujuan atas tindakan
PJPK selanjutnya
• Perumusan/perhitungan/penyataan yang bersifat
finansial menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari
PJPK
PJPK menyampaikandokumen hasil
penyiapana. Kajian Akhir Prastudi
Kelayakanb. Rancangan final perjanjian
KPBUc. Rancangan final surat
komitmen pelaksanaan AP
Direktorat PDPPI melakukan penelaahan
Rapat Koordinasi
Penerbitan SuratKonfirmasi Final
Rapat Koordinasi diikuti oleh PJPK
atau pihak yang mewakilinya;
DJPPR c.q. Direktorat PDPPI; DJA,
BKF, dan Deputi Bidang Pendanaan
Pembangunan – Bappenas.
Para peserta dapat memberikan
pertimbangan, masukan dan/atau
arahan kepada PJPK terkait
perencanaan dan penganggaran
dalam rangka menjaga
kesinambungan fiskal.
Surat Konfirmasi Final menjadi
bagian dari dokumen RFP
69
Penganggaran dan Pembayaran AP
• Dalam rangka pelaksanaan Komitmen Pelaksanaan Pembayaran
Ketersediaan Layanan, dilaksanakan pertemuan tiga pihak antara
DJPPR c.q PDPPI, DJA dan PJPK dalam rangka penyusunan RKA
dan pengalokasian anggaran dana Pembayaran Ketersediaan
Layanan.
– Pertemuan pertama dapat dilaksanakan setelah terdapat penetapan
Badan Usaha pemenang lelang oleh PJPK, untuk selanjutnya
pertemuan tiga pihak dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun
selama periode perjanjian KPBU).
• Penganggaran AP menggunakan mekanisme penganggaran APBN
yang ada.
• Pembayaran AP akan menjadi mandatory spending selama masa
perjanjian kerja sama.
– Kesesuaian dengan perencanaan jangka panjang dan jangka
menengah menjadi penting.
• Belanja AP termasuk jenis Belanja Barang dan Jasa.
70
Belanja Ketersediaan Layanan pada Bagan Akun Standar
Segmen Akun Belanja
51 Belanja Pegawai
52 Belanja Barang dan Jasa
521 Belanja Barang
5211 Belanja Barang Operasional
5212 Belanja Barang Non Operasional
5215 Belanja Barang Pengganti Pajak Dalam Rangka Hibah MCC
5217 Belanja Kontribusi
52172 Belanja Kontribusi Dukungan Pemerintah dan Ketersediaan Layanan
521723 Belanja Ketersediaan Layanan (Availability Payment)
TERIMA KASIH
2019
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Gedung Frans Seda
Jalan Dr. Wahidin No. 1
Jakarta Pusat 10710
Phone. (021) 3505052 Fax. (021) 3447386
www.djppr.kemenkeu.go.id
@DJPPRKemenkeu @DJPPRkemenkeu DJPPR Kemenkeu@djpprkemenkeuRM
kegagalan proyek 72
Proyek Gagal
Sebelumpenandatanganan
perjanjian
Project process is suspended and re-
defined
Project is cancelled
Setelahpenandatanganan
perjanjian
Absolute contract failure
Relative project failure (VfM partial
loss)
•Contractor/private partner enters into
serious default
•Contractor/private partner enters
bankruptcy
• [PA default; cancelation for social
pressure]
• performance below expectations;
• unexpected benefit not captured
• imbalance created by risk events not
properly covered in CA
• unexpected budgetary difficulties to pay
•Cancelled / not tendered out
• Tendered but no responsive bids
•Awarded but not signed
The more advanced the process, the higher
the loss/failure – rationale of the gateway
process
• Stop decision (not to proceed) is not a
negative decision
• Failure adversely affects the reputation
of the procuring authority
APMG CP3P Certification Guide
penyebab kegagalan proyek• MANY project failures comes from
defects in identification,
preparation and appraisal,
structuring and management of
tender and contract
• Lack of transaction/process
management capacity ultimate
cause of poor management
Additional factors that exacerbate project failure risk
1. Lack of a standardized process
2. Complex and unclear institutional framework – difficult
stakeholder management/contradictory directions
3. Lack of an institutional organization – loss of talent
4. Absence of a fiscal management framework
5. Lack of clear policy guidelines regarding the objectives
of PPPs
6. Individual agencies may operate within “silos”, with
little information sharing or co-operation with other
agencies
7. Lack of transparency due to inappropriate framework
for disclosure – affect market interest and public
acceptance
8. Lack of audit processes – accountability is not
traceable
9. Lack of sound long-term planning and the creation of
PPP programs – loss of interest by private sector
APMG CP3P Certification Guide
73
CONTOH PROYEK
74
spam umbulan 75
Panjang Pipa
Transmisi
Utama:
92,3 km.
Panjang pipa di
jalur tol 76,2
km, di luar jalur
tol 16,1 km.
16 titik offtake
PJPK Gubernur Provinsi Jawa Timur
Bentuk Kerjasama Perjanjian Kerjasama; BOT
Jangka Waktu Kerja
Sama27 tahun
Masa Konsesi 25 tahun 9 bulan
Masa Konstruksi 2 tahun
Total CAPEX Rp2.056 miliar
Pemenang LelangKonsorsium PT Medco Gas Indonesia – PT
Bangun Cipta Kontraktor
Badan Usaha
PelaksanaPT Meta Adhya Tirta Umbulan
Dukungan
Pemerintah
Kemenkeu: Fasilitas Penyiapan Proyek (PDF)
melalui penugasan PT SMI dan Dukungan
Kelayakan (VGF); Penjaminan PT PII; Dukungan
Konstruksi Kementerian PUPR
Nilai VGF Rp818,01 miliar (40% dari CAPEX)
Waktu dan Syarat
Pencairan VGF
Pencairan 5 kali selama Masa Konstruksi
(Konsep Fungsional Bertahap)
GUBERNUR
JAWA TIMUR
o Perjanjian KPBU mengatur hak & kewajiban
PJPK dan Badan Usaha untuk pengembangan
SPAM Umbulan tidak termasuk jual beli air
curah.
o Kewajiban pembayaran tarif diatur dalam
Perjanjian Jual Beli Air Curah antara PDAB
Jatim dan Badan Usaha.
o Dalam Perjanjian KPBU diatur Jaminan PJPK
kepada Badan Usaha atas gagal bayar PDAB
Jatim.
76
struktur kpbu spam umbulan
PT META ADHYA
TIRTA UMBULAN
PT PII
MENTERI PUPR MENTERI KEUANGAN
PDAB JATIM
5 PDAM
PERJANJIAN
REGRES
DUKUNGAN
KELAYAKAN
(VGF)
KAB. PASURUAN
KOTA PASURUAN
KAB. SIDOARJO
KOTA SURABAYA
KAB. GRESIK
PERJANJIAN JUAL BELI
AIR CURAH
PERJANJIAN
PENJAMINAN
PEMBAYARAN TARIF
AIR CURAH
PENUGASAN
PDAB JATIM
DUKUNGAN
PEMBANGUNAN
FISIK
PERJANJIAN JUAL BELI
AIR CURAHPEMBAYARAN
AIR CURAH
DUKUNGAN PEMKAB/PEMKOT
PERJANJIAN
KERJA
SAMA
PERJANJIAN KPBU
SPAM UMBULAN
EQUITY INVESTOR
LENDER
• Ditetapkan sebagai model
proyek KPBU pada tahun
2006 oleh KKPPI
• Pendampingan oleh IFC
• Perpres 67/2005 BUMN
belum bisa menjadi PJPK,
belum ada Jaminan
Pemerintah Perpres
13/2010
• Penandatanganan
perjanjian kerja sama
tanggal 6 Oktober 2011
• Pada awalnya, pengadaan
tanah menjadi kewajiban
pihak swasta
• Pada tahun 2015 terbit
Peraturan Bank Indonesia
ttg Kewajiban Penggunaan
Rupiah dalam Transaksi
PJPK : PT PLN (Persero)
Lokasi :Kabupaten Batang, Central Java, Indonesia
Jenis :Ultra Super Critical (USC) coal-fired power generation
Kapasitas : 2 x 1.000 MW
Bahan Bakar :Indonesia Coal Fired sub-bituminous
Skema :BOOT (Build-Own-Operate-Transfer
BUP :PT Bhimasena Power
Indonesia
Kepemilikan :J-POWER: 34%, ADARO: 34%, ITOCHU: 32%
Total Investasi : US$ 4 milliar
Masa Operasi : 25 tahun, Target COD: 2020
pltu batang 77
Power
Purchase
Agreement/PPA
Co-guarantee
Coal
Supply
Technical
Service Agrmt.
Sponsors
34% 34% 32%
Loan
EPC
Contract
9 Commercial Lenders
Loan
Political
risk
guarantee
struktur kpbu pltu batang
PT PII
78
palapa ring
barat tengah
timur
11 provinsi
57 kabupaten/kota
10.851 km
79
palapa ring 80
Paket Barat Paket Tengah Paket Timur
PJPK Menteri Komunikasi dan Informatika
Bentuk Kerjasama BOT BOT BOT
Masa Konsesi 15 tahun 15 tahun 15 tahun
Masa Konstruksi 2 tahun 2 tahun 2 tahun
Nilai Proyek Rp1.229 miliar Rp1.300 miliar Rp5.130 miliar
Pemenang LelangKonsorsium Mora Telematika
Indonesia & Ketrosden Triasmitra
Konsorsium Len Industri, Teknologi
Riset Global Investama, Multi
Kontrol Nusantara, dan PT Bina
Nusantara Perkasa
Konsorsium Sinar Mas Group
& Mora Telematika Indonesia
Badan Usaha Pelaksana PT Palapa Ring Barat PT Len Telekomunikasi Indonesia PT Palapa Timur Telematika
Dukungan Pemerintah PDF Pendampingan Transaksi PDF Pendampingan TransaksiPDF Fasilitas Penyiapan Proyek
dan Pendampingan Transaksi
Pembayaran Ketersediaan
Layanan (dalam setahun)
5 tahun kesatu Rp304,17 miliar, 5
tahun kedua Rp228,14 miliar, dan
5 tahun ketiga Rp164,99 miliar.
5 tahun kesatu Rp289,69 miliar, 5
tahun kedua Rp253,56 miliar, dan
5 tahun ketiga Rp158,54 miliar.
5 tahun kesatu Rp1.367,57 miliar, 5
tahun kedua Rp1.025,68 miliar, dan
5 tahun ketiga Rp420,53 miliar.
struktur kpbu palapa ring
81
BUP
PENGGUNAJARINGAN
EQUITY INVESTORS
LENDERS
AP
PERJANJIAN KPBU
PERJANJIAN PENJAMINANPERJANJIAN REGRES
TARIF AKSES
PT PII
proyek jalan tol 82
Jakarta Cikampek II Elevated Cileunyi-Sumedang-Dawuan
PJPK Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat c.q. BPJT
Bentuk Kerjasama BOT Support-BOT (SBOT)
Masa Konsesi
(Konstruksi+Operasi)45 tahun 40 tahun
Nilai Proyek Rp 16.233 miliar Rp 8.409 miliar
Pemenang LelangKonsorsium Jasa Marga dan Ranggi
Sugiron Perkasa
Konsorsium CMNP, Waskita, PP,
Brantas Abipraya, dan Jasa Sarana
Badan Usaha Jalan Tol PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek PT Citra Karya Jabar Tol
Dukungan PemerintahPenjaminan PT PII dengan
Penjaminan Pemerintah
• Dukungan sebagian konstruksi
jalan tol oleh Kementerian PUPR
• Penjaminan PT PII dengan
Penjaminan Pemerintah
struktur kpbu jalan tol
83
BUJT
EQUITY INVESTORS
LENDERS
TARIF TOL
PERJANJIAN PENGUSAHAAN JALAN TOL
PPJT
PERJANJIANPENJAMINAN
PERJANJIANREGRES
PENGGUNA
BPJT
PT PII
JALAN TOL CISUMDAWU