kerentanan banjir tahunan dan adaptasi …antologi.upi.edu/file/kerentanan_banjir_tahunan... ·...
TRANSCRIPT
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 1
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
KERENTANAN BANJIR TAHUNAN DAN ADAPTASI MASYARAKAT
DI KECAMATAN BEKASI BARAT KOTA BEKASI
Oleh :
Malianto1), D. Rohmat2), D. Sungkawa3)
Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia
Email :
[email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK Kecamatan Bekasi Barat merupakan wilayah dengan konsentrasi pemukiman terbesar di Kota Bekasi
dan juga menjadi salah satu wilayah yang hampir setiap tahun terjadi banjir. Tujuan dari penelitian
ini untuk mengetahui tingkat kerentanan banjir dan bentuk adaptasi masyarakat dalam menghadapi
banjir tahunan. Untuk mengetahui kerentanan banjir digunakan pedoman umum pengkajian resiko
bencana dari BNPB dan untuk mengetahui bentuk adaptasi masyarakat dibagi menjadi tiga
berdasarkan waktunya, yaitu sebelum bencana, ketika bencana dan setelah bencana. Metode yang
dipakai yaitu deskriptif kualitatif. Analisis yang digunakan yaitu Spearman Rank dengan bantuan
aplikasi komputer. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 93 orang penduduk dari
lima kelurahan di Kecamatan Bekasi Barat. Teknis pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini meliputi faktor banjir yang
terjadi, tingkat kerentanan banjir dan bentuk adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat serta
hubungan sosial ekonomi masyarakat dengan bentuk adaptasinya. Selain itu juga dibahas pentingnya
penggunaan lahan untuk daerah resapan air dan perawatan saluran drainase secara berkala sebagai
bentuk kesadaran lingkungan.
Kata Kunci: kerentanan, adaptasi, Kecamatan Bekasi Barat
Abstract
Subdistrict of West Bekasi is the region with the largest concentration of settlement in the town of
Bekasi and also one of the areas that flood occurs almost every year. The purpose of this research
is to know the level of vulnerability to flooding and a form of adaptation in the face of annual
flooding. To know the vulnerability of flood-use disaster risk assessment guidelines of BNPB and to
know the shape of the community was divided into three adaptations based on time such us prior to
the disaster, when disaster and after the disaster. The method used that is descriptive qualitative.
The analysis used Spearman Rank PC application. The sample used in this study amounted to 93
people resident in five subdistricts of West Bekasi. Technical data gathering used are interviews,
observation and study of documentation. The results of this research include the factor of flooding,
the level of vulnerability to flooding and other adaptations made by the community as well as the
relationship of sosial blend into the community economy. It also discussed the importance of land
use for the sink in area of water and treatment of drainage channels on a regular basis as a form of
environmental awareness.
Keywords: vulnerability, adaptation, subdistrict of west bekasi
2 | Malianto, dkk
Kerentanan Banjir Tahunan Dan Adaptasi Masyarakat Di Kecamatan Bekasi Barat
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
PENDAHULUAN
Kota Bekasi merupakan kota
dengan jumlah penduduk terbesar ke-4
seluruh Indonesia dengan jumlah
2.334.142 jiwa per tahun 2013. Sebagai
salah satu daerah penyeimbang ibu kota
negara Indonesia Kota Bekasi merupakan
kawasan yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi (UU No. 22 Tahun
1999). Seiring mengalami perkembangan
yang pesat senantiasa diiringi dengan
munculnya berbagai persoalan.
Bagaimanapun juga daerah perkotaan
merupakan wilayah konsentrasi penduduk
terbesar dan juga merupakan titik rawan
dalam dislokasi sosial (Eko Budihardjo,
2006, hlm. 24).
Kawasan pemukiman merupakan
kawasan di perkotaan yang kerap
memiliki masalah seperti keterbatasan
fisik kota itu sendiri maupun sosial
masyarakatnya. WHO melalui A World
Health Organization Expert Committee
telah menyarankan persyaratan pokok
rumah sehat, diantaranya dapat
memberikan perlindungan terhadap
penyakit dan pencemaran lingkungan.
Dari segi sosial, masyarakat perkotaan
cenderung bersifat individual karena
kesibukan yang dimiliki sehingga kurang
memperhatikan lingkungan sekitar.
Bencana juga dapat menurunkan
kualitas pemukiman seperti bencana
banjir. Drainase yang buruk serta
kurangnya daerah resapan air kerap
menjadi faktor terjadinya banjir ditambah
ancaman kesehatan yang dapat menyerang
masyarakat. Menurut data Dinas
Kesehatan Kota Bekasi pada tahun 2014,
penyakit yang biasa diidap masyarakat
ketika banjir adalah Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) dengan jumlah
penderita 1.323 jiwa.
Sehingga tujuan dalam penelitian ini
untuk mengidentifikasi faktor penyebab
banjir, tingkat kerentanan banjir dan
bentuk adaptasi masyarakat dalam
menghadapi banjir, serta mencari
hubungan kondisi sosial ekonomi
masyarakat terhadap bentuk adaptasi yang
dilakukan.
METODE
Desain penelitian yang dimaksud
dalam penelitian ini yaitu deskriptif
kuantitatif yang bertujuan untuk dapat
mendeskripsikan mengenai sifat-sifat,
fakta-fakta, serta hubungan antar
fenomena yang terjadi yang kemudian
data yang diperoleh dianalisis sesuai
dengan metode statistik yang digunakan
dan kemudian dipresentasikan. Metode
yang digunakan yaitu survei melalui
instrument penelitian dalam rangka
mengumpulkan sejumlah besar data
sosial, unit, atau individu dalam waktu
yang bersamaan (Tika, 2005, hlm. 6).
Populasi yang digunakan yaitu
populasi wilayah dan populasi manusia.
Populasi wilayah yaitu seluruh wilayah
yang ada di Kecamatan Bekasi Barat,
sedangkan populasi manusia yaitu seluruh
penduduk Kecamatan Bekasi Barat.
Sampel wilayah pada penelitian ini
seluruh wilayah Administrasi Bekasi
Barat. Sampel manusia berasal dari tiga
wilayah berdasarkan tingkat keparahan
banjir yang berbeda.
Variabel penelitian ini terdiri atas
variabel bebas yaitu fisik, kerentanan dan
sosial serta variabel terikat yaitu
kerentanan banjir dan adaptasi masyarakat
terhadap banjir tahunan. Pada
pengumpulan data dilakukan beberapa
kegiatan seperti observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
Langkah selanjutnya dilakukan
analisis data. Secara garis besar proses
pengolahan data tersebut menjadi
beberapa langkah, yaitu:
1. Indeks Penduduk Terpapar dan
Indeks Kerugian Untuk menjawab
rumusan masalah terkait kerentanan
bencana banjir, kerentanan akan
dijabarkan berdasarkan metode
Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus, 2016 | 3
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
perhitungan indeks dari (BNPB).
Dalam setiap kerentanan akan
jelaskan berbagai indikator kemudian
disimpulkan dalam bentuk tabel dan
deskripsi serta mengkaitkannya
kepada kondisi lapangan.
2. Untuk menjawab rumusan masalah
terkait bentuk adaptasi menggunakan
rumus presentase.
3. Untuk menjawab hubungan sosial
ekonomi terhadap bentuk adaptasi
digunakan Analisis Koefisiensi
Korelasi Dengan Skala Guttman yang
dibuat dalam bentuk pilihan ganda
maupun daftar checklist. Untuk
jawaban positif diberi skor 1,
sedangkan untuk jawaban negatif
diberi skor 0. Namun dengan
petimbangan data terdistribusi secara
merata digunakan analisis Spearman
Rank.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara garis besar faktor penyebab
banjir menurut Direktorat Jendral
Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan
Umum (2003, hal. 5) terdiri dari tiga
faktor yaitu faktor kondisi alam, faktor
peristiwa alam, dan faktor aktivitas
manusia.
1. Faktor Kondisi Alam
a. Topografi
Berdasarkan data monografi
Kecamatan Bekasi Barat, Kecamatan
Bekasi Barat memiliki kemiringan
antara 0 – 2% dan rata-rata terletak
pada ketinggian 19 meter dari
permukaan laut. Dengan kondisi
seperti ini banyak warga yang
melakukan peninggian lantai rumah,
juga melakukan peninggian jalan
raya.
b. Kondisi debit permukaan
Wilayah penelitian dilewati oleh
sungai Kali Cakung dengan kondisi
yang tergolong tidak terjal, sehingga
pada musim penghujan daerah yang
dilewatinya akan menyebabkan
banjir. Pada saat kemarau Kali
Cakung memiliki debit air sebesar
3,00 m3/detik dan pada saat musim
hujan sebesar 16,25 m3/detik (Dinas
PU Kota Bekasi, 2014).
2. Faktor Peristiwa Alam
a. Curah Hujan yg Tinggi
Berdasarkan data yang didapat
dari Perum Jasa Tirta II, curah hujan
di Kecamatan Bekasi Barat mencapai
2428,3 mm/tahun. Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Desember
hingga Februari di tahun selanjutnya.
3. Faktor Aktivitas Manusia
a. Perilaku Masyarakat
Masyarakat kota yang cenderung
individualis menjadikan
keseimbangan lingkungan tidak
diperhatikan seperti membuang
sampah di saluran air, melakukan
betonisasi di sepanjang bibir saluran
yang menjadikan saluran semakin
tidak terawat.
b. Wilayah Resapan
Seiring dengan kecenderungan
semakin meluasnya wilayah
pemukiman memiliki pengaruh
langsung terhadap berkurangnya
daerah resapan air, karena hampir
seseluruh permukaan tanah berganti
dengan aspal dan beton, sifat beton
yang tidak dapat menyerap air sangat
memungkinkan terjadinya banjir.
c. Kondisi Drainase
Kecamatan Bekasi Barat yang
didominasi oleh pemukiman
penduduk, menyebabkan banyak
digunakannya sistem saluran drainase
tersier, yaitu saluran drainase yang
menerima aliran air langsung dari
saluran pembuangan rumah ditambah
kurangnya perawatan saluran
sehingga lapisan sedimen meninggi.
2. Kerentanan
Menurut peraturan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana No. 2 Tahun
2002 tentang pedoman umum
pengkajian resiko bencana, kerentanan
dibagi menjadi;
4 | Malianto, dkk
Kerentanan Banjir Tahunan Dan Adaptasi Masyarakat Di Kecamatan Bekasi Barat
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
a. Kerentanan Sosial
Kerentanan sosial dibangun berdasarkan
nilai indeks ancaman bencana banjir dan
penduduk terpapar.
1) Indeks ancaman banjir
Tabel 1. Indeks ancaman bencana
banjir (meter)
Bencana Indikator Kelas indeks Rendah Sedang Tinggi
Banjir
Peta
zonasi
daerah
rawan
banjir
<1 m 1-3 m >3m
Nilai yang didapat untuk menjawab
ancaman banjir yaitu bahwa banjir di
Kecamatan Bekasi Barat memiliki
ketinggian 1-3 meter yang berarti
nilai kelas sedang.
2) Indeks penduduk terpapar
Indeks penduduk terpapar dihitung
berdasarkan indikator kepadatan
penduduk dan kelompok rentan.
Tabel 2. Indeks Penduduk
Terpapar
Bencana Indikator Kelas Bobot rendah sedang tinggi
Banjir Kepadatan
penduduk < 500 500 -
1000 >1000
60% Kelompok
rentan
<20% 20 –
40%
>40% 40%
a) Kepadatan Penduduk
Tabel 3. Kepadatan Penduduk
Kecamatan Bekasi Barat
Kepadatan= Jumlah Penduduk
Penduduk Luas wilayah
Diketahui:
• Luas wilayah 1,492.712 Ha
• Jumlah penduduk 245.725 Jiwa
Kepadatan = 1,492.712
penduduk 245.725
= 16.462 Jiwa/km2
Hasil dari perhitungan kepadatan
penduduk di atas serta merujuk pada
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa
kepadatan penduduk Kecamatan
Bekasi Barat berada dalam kategori
kelas tinggi, kelas tinggi dalam hal ini
memiliki arti semakin padat jumlah
penduduk pada suatu wilayah maka
potensi keterpaparan penduduk
terhadap bencana akan semakin besar.
b) Kelompok rentan Dalam menentukan kelompok rentan
menurut peraturan Kepala BNPB
digunakan parameter berikut ini:
Tabel 4. Parameter kelompok
rentan
c) Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan data monografi
Kecamatan Bekasi Barat tahun 2014, data
jenis kelamin penduduk dapat dilihat
sebagai berikut
Tabel 5. Jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin
Hasil perhitungan rasio jenis kelamin yaitu
sebagai berikut:
SR = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑙𝑎𝑘𝑖−𝑙𝑎𝑘𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑥 𝑘,
dimana k = 100
SR = 121.258
124.467 𝑥 100
SR = 97,4 dibulatkan menjadi 97%
Laki-laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah
(Jiwa)
121.258 124.467 245.725
No Parameter Bobot
1 Rasio Jenis Kelamin 10%
2 Rasio Kemiskinan 10%
3 Rasio Orang Cacat 10%
4 Rasio Kelompok Umur 10%
Jumlah 40%
Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah
Bintara Jaya 16.957 16.731 33.688
Bintara 25.446 27.844 53.290
Kranji 24.482 25.136 49.618
Kotabaru 26.010 24.106 50.116
Jakasampurna 28.363 30.650 59.013
Jumlah 121.258 124.467 245.725
Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus, 2016 | 5
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Hasil dari perhitungan pada Tabel 5.
menunjukkan bahwa kepadatan penduduk
Kecamatan Bekasi Barat berada dalam
kategori kelas tinggi, kelas tinggi dalam hal
ini memiliki arti semakin padat jumlah
penduduk pada suatu wilayah maka potensi
keterpaparan penduduk terhadap bencana
akan semakin besar.
d) Rasio kemiskinan
Berangkat dari data Badan Pusat
Statistik Kota Bekasi tahun 2014.
Jumlah kemiskinan penduduk dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Jumlah kepala keluarga
berdasarkan kaya dan miskin
Hasil perhitungan rasio kemiskinan
adalah sebagai berikut:
(Jumlah KK asli – jumlah KK miskin =
jumlah KK Kaya)
(55.008 – 2.890 = 52.118)
Diketahui :
▪ Penduduk miskin = 2.890
▪ Penduduk kaya = 52.118
Rumus = 𝐾𝐾 𝑚𝑖𝑠𝑘𝑖𝑛
𝐾𝐾 𝑘𝑎𝑦𝑎 𝑥 100
Jawab = 2.890
52.118 𝑥 100
= 5%
setelah dihitung hasil perhitungan
rasio kemiskinan di Kecamatan
Bekasi Barat termasuk dalam kategori
rendah. Nilai rendah dalam
perhitungan ini yaitu keberadaan
penduduk miskin yang rendah
sehingga kemungkinan keterpaparan
karena kondisi ekonomi, pendidikan,
pengetahuan serta kondisi lain yang
berhubugnan dengan kemiskinan
memiliki nilai yang rendah.
e) Rasio orang cacat
Menurut laporan dari Badan Pusat
Statistik Kota Bekasi tahun 2014,
jumlah penduduk cacat dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel 7. Jumlah penduduk
berdasarkan kondisi kecatatan fisik
Hasil perhitungan rasio orang cacat
adalah sebagai berikut:
(Jumlah penduduk – jumlah penduduk
cacat = penduduk non cacat)
(245.725 – 21 = 245.701 jiwa)
Diketahui :
• Penduduk non cacat : 245.704
jiwa
• Penduduk cacat : 21 jiwa
Rumus = 𝑐𝑎𝑐𝑎𝑡
𝑛𝑜𝑛 𝑐𝑎𝑐𝑎𝑡 𝑥 100
Jawab = 21
245.701 𝑥 100
= 0,0085 %
menurut hasil perhitungan di atas,
rasio orang cacat di Kecamatan
Bekasi Barat termasuk ke dalam
kategori kelas rendah. Nilai rendah
dalam perhitungan ini yaitu
penanganan penduduk khususnya
penderita cacat bisa ditangani secara
maksimal sehingga kemungkinan
yang terjadi pada penduduk cacat
ketika terjadi bencana semakin kecil.
f) Rasio kelompok umur
Menurut data Badan Pusat Statistik
Kota Bekasi Tahun 2014, jumlah
penduduk menurut kelompok umur
dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Penduduk
Miskin (KK)
Penduduk
Kaya (KK)
Jumlah
(KK)
2.890 52.118 55.008
Penduduk non
cacat (Jiwa)
Penduduk
cacat (Jiwa)
Jumlah
(Jiwa)
245.704 21 245.725
6 | Malianto, dkk
Kerentanan Banjir Tahunan Dan Adaptasi Masyarakat Di Kecamatan Bekasi Barat
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Tabel 8. Jumlah penduduk berdasarkan
kelompok umur dan jenis kelamin
Hasil perhitungan rasio kelompok
umur adalah sebagai berikut.
Diketahui :
▪ Penduduk non-produktif umur 0
– 14 tahun dan lebih dari 65
tahun = 82.080
▪ Penduduk produktif umur 15 –
64 tahun = 211.064
Rumus = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑛𝑜𝑛𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 100
Jawab = 82.080
211.064 𝑥 100
= 38,9%
hasil perhitungan di atas rasio
kelompok umur di Kecamatan Bekasi
Barat termasuk ke dalam kategori kelas
sedang. Yang dimaksud kelas sedang
dalam perhitungan ini yaitu jumlah
penduduk usia non produktif yang
notabene mudah terpapar berjumlah
lebih sedikit dibanding dengan
penduduk produktif yang cenderung
dapat menghadapi keadaan, sehingga
penduduk produktif dapat membantu
penduduk non produktif dalam
menghadapi kondisi.
Setelah didapatkan nilai untuk
masing-masing indicator untuk
kerentanan sosial, kemudian akan
dilakukan skoring untuk
mendapatkan nilai tingkat ancaman
bencana.
Tabel 9. Kelas skoring bencana
banjir
Hasil perhitungannya:
• Kepadatan penduduk = 16,42 % 3
3= 1
• Rasio jenis kelamin = 97 % 3
3= 1
• Rasio kemiskinan = 5 % 1
3= 0,3
• Rasio orang cacat = 0,0085 % 1
3= 0,3
• Rasio kelompok umur = 38,9 % 3
3= 1
Kemudian digunakan rumus
kerentanan sosial seperti berikut:
= (0.6𝑙𝑜𝑔(
𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
0.01)
log(100
0.01)
)
+(0.1 𝑥 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑚𝑖𝑛)
+ (0.1 𝑥 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑘𝑒𝑚𝑖𝑠𝑘𝑖𝑛𝑎𝑛)
+ (0.1 𝑥 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑐𝑎𝑐𝑎𝑡)
+ (0.1 𝑥 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟)
Hasil :
= (0.6 𝑥 𝑙𝑜𝑔 (
10.01
)
log 10.000) + (0.1 𝑥 1) + (0.1 𝑥 1)
+ (0.1 𝑥 0,3)
= (0.6 𝑥 𝑙𝑜𝑔 100
𝑙𝑜𝑔 10000) + (0.1) + (0.1)
+ (0,03) + (0,03) + (0,1)
= (0,6 𝑥 2
4) + (0.1) + (0.1) + (0,03) +
(0,03) + (0,1)
= 0,3 +(0.1) + (0.1) + (0,03) + (0,03)
+(0,1)
= 0,66
sesuai dengan hasil perhitungan di atas
indeks penduduk terpapar di
Kelompok
Umur
(Tahun)
Laki-laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah
(Jiwa)
0 – 4 13.733 12.956 26.689
5 – 9 13.050 12.318 25.368
10 – 14 11.726 11.192 22.918
15 – 19 12.340 12.937 25.277
20 – 24 14.496 14.827 29.323
25 – 29 16.817 16.246 33.063
30 – 34 15.037 14.085 29.122
35 - 39 12.491 11.717 24.208
40 – 44 10.494 10.485 20.979
45 – 49 8.903 9.515 18.418
50 – 54 7.577 7.245 14.822
55 – 59 5.845 4.450 10.295
60 – 64 3.108 2.449 5.557
65 – 70 1.773 1.507 3.280
70 – 74 908 931 1.839
75+ 830 1.156 1.986
Kedalaman
(m)
Kelas Nilai Bobot
(%)
Skor
< 0,76 Rendah 1
100
0,333
0,76 – 1,5 Sedang 2 0,666
> 1,5 Tinggi 3 1,000
Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus, 2016 | 7
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Kecamatan Bekasi Barat memiliki nilai
0,66 yang menunjukan bahwa angka
indeks tersebut termasuk dalam
kategori sedang. Kategori sedang
disini diambil dari indeks berikut ini:
Tabel 10. Kelas indeks bencana banjir
Hasil dari indeks ancaman banjir dengan
indeks penduduk terpapar menghasilkan
matriks tingkat ancaman bencana banjir
yaitu sebagai berikut.
Tabel 11. Hasil tingkat ancaman
bencana banjir di Kecamatan Bekasi
Barat
Keterangan:
Tingkat ancaman rendah
Tingkat ancaman sedang
Tingkat ancaman tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan di atas,
tingkat ancaman bencana banjir di
Kecamatan Bekasi Barat termasuk
sedang.
b. Kerentanan Ekonomi
Kerentanan ekonomi dibangun
berdasarkan luas lahan produktif seperti
sawah, perkebunan, tambak dan PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto).
1) Lahan Produktif
Lahan produktif yang dimiliki
Kecamatan Bekasi Barat tidaklah
banyak, tercatat hanya terdapat
perkebunan dengan luas 388 Ha serta
sawah sebesar 54 Ha, dengan angka
tersebut jumlah lahan produktif
terdapat 442 Ha.
Angka tersebut kemudian dimasukan
ke dalam rumus seperti berikut ini:
Diketahui:
• Luas lahan produktif Kecamatan
Bekasi Barat
442 Ha = 4.420.000 m2
• Zona nilai tanah wilayah lahan
produktif berdasarkan data survey
lapangan BPN Kota Bekasi menurut
harga transaksi yang di sesuaikan
dengan peta penggunaan lahan senilai
Rp 1.188.000/m2
Rumus:
(luas lahan produktif x zona nilai tanah
untuk sawah, perkebunan, dan tambak)
= 4.420.000 m2 x Rp 1.188.000 /m2
= Rp 5.250.960.000.000
berdasarkan hasil hitung di atas angka
lahan produktif yang terdapat di
Kecamatan Bekasi Barat termasuk ke
dalam kategori kelas tinggi.
2) PDRB
Kecamatan Bekasi Barat tentunya
memiliki beberapa sektor PDRB dalam
menjalankan roda perekonomian.
Tabel 12. Produksi Domestik Regional
Bruto Kecamatan Bekasi Barat Atas
Dasar Harga Berlaku Tahun 2009-
2012 (Dalam Jutaan Rupiah)
Lapangan
Usaha 2009 2010 2011 2012
Pertanian 22.563,0
3
26.394,2
1
28.347,1
3
30.486,
89
Pertamban
gan &
Penggalian
0,00 0,00 0,00 0,00
Industri
Pengolahan
726.206,
38
808.847,
29
902.032,
69
1.017.5
70,45
Listrik, Gas
& Air
177.316,
78
209.555,
01
246.844,
70
275.714
,58
Bangunan 73.293,5
9
77.911,0
9
88.000,2
1
109.935
,57
Perdaganga
n &
Komunikas
i
1.090.92
7,93
1.256.25
4,65
1.416.56
4,53
1.620.0
74,59
Penganglut
an &
Komunikas
i
309.996,
20
363.061,
67
413.242,
47
455.193
,21
Keuangan,
Persewaan
& Jasa
Perusahaan
133.768,
77
151.952,
74
175.012,
40
197.071
,74
Jasa-jasa 218.780,
89
245.974,
72
280.566,
81
306.109
,02
Kemudian akan digunakan sector PDRB
yang berkaitan dengan banjir seperti pada
table berikut ini
Kelas Nilai Skor
Rendah 1 0,333333
Sedang 2 0,666666
Tinggi 3 1.000000
Tingkat Ancaman Indeks Penduduk Terpapar
Rendah Sedang Tinggi
Indeks
Ancaman
Rendah
Sedang HASIL
Tinggi
8 | Malianto, dkk
Kerentanan Banjir Tahunan Dan Adaptasi Masyarakat Di Kecamatan Bekasi Barat
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Tabel 13. Sektor Produk Domestik Bruto
Kecamatan Bekasi Barat
atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009-
2012
Hasil perhitungan di atas nilai Produk
Domestik Regional Bruto yang terdapat
di Kecamatan Bekasi Barat termasuk ke
dalam kategori kelas tinggi.
Untuk menentukan nilai kerentanan
ekonomi digunakan indeks seperti pada
table berikut ini
Tabel 14. Parameter Kerentanan
Ekonomi
Untuk mendapatkan nilai kerentanan
ekonomi maka didapat rumus sebagai
berikut:
Kerentanan ekonomi
= (0.6 x skor lahan produktif) + (0.4 x skor
PDRB)
= (0.6 x 5.250.960.000.000) + (0.4 x
416.137.040.000)
= 3.150.576.000.000 + 166.454.816.000
= 3.317.030.816.000
Sehingga hasil perhitungan di atas angka
kerentanan ekonomi yang terdapat di
Kecamatan Bekasi Barat termasuk ke
dalam kategori kelas tinggi.
c. Kerentanan Infrastruktur
Menurut BNPB indikator yang
digunakan dalam menelaah kerentanan
infrastruktur dapat diamati dari berbagai
aspek seperti:
1) Kepadatan rumah
Tabel 15. Luas kepadatan rumah (Ha)
Hasil perhitungan dalam menghitung
kepadatan rumah yaitu:
Rumus = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛
= 303,425 Ha
1.492,712 Ha
= 0,406563
= 0,406563 x Rp 2.822.000
= Rp 1.147.320
Jadi hasil perhitungan kepadatan rumah
di Kecamatan Bekasi Barat termasuk ke
dalam kategori kelas rendah.
2) Fasilitas umum
Tabel 16. Luas persebaran fasilitas
umum (Ha)
Hasil perhitungan dalam menghitung
kepadatan rumah yaitu:
Rumus = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛
= 79,376 Ha
1.492,712 Ha
= 0,05317
= 0,05317 x Rp 2.822.000
= Rp 150.045
Jadi hasil perhitungan kepadatan rumah
di Kecamatan Bekasi Barat termasuk ke
dalam kategori kelas rendah.
Lapangan
Usaha 2012
Pertanian Rp 30.486.890.000
Air, Listrik dan
Gas
Rp 275.714.580.000
Bangunan Rp 109.935.570.000
Jumlah Rp 416.137.040.000
Parameter Bobot
(%)
Kelas
Rendah Sedang Tinggi
Lahan
Produktif 60 <50 jt
50 –
200jt >200 jt
PDRB 40 <100 jt 100 –
300 jt >300 jt
Bintara Bintara
Jaya
Jaka
sampurna
Kota
Baru Kranji
146.6303 144.7431 170.2617469 86.7993 58.41548
Bintara Bintara
Jaya
Jaka
Sampurna
Kota
Baru Kranji
24,58085 7,510873 26,13775285 11,92284 9,227235
Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus, 2016 | 9
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
3. Adaptasi masyarakat terhadap banjir
tahunan di Kecamatan Bekasi Barat
dilihat dari tingkat pengetahuan akan
banjir hampir semua masyarakat
mengetahui bahwa daerah mereka sering
terjadi banjir. pengetahuan tersebut
didasarkan pada faktor penyebab banjir
dan bentuk adaptasi masyarakat terhadap
banjir.
Adaptasi masyarakat dilihat dari
upaya sebelum terjadinya banjir,
sebagian besar masyarakat sudah
memiliki program seperti kerja bakti
membersihkan saluran rumah tangga,
dan merenovasi sarana dan prasarana
umum agar dapat mengurangi dampak
banjir seperti melakukan peninggian
jalan sebagai upaya meminimalisir
tinggi banjir. Banyak dari warga yang
merubah tempat tinggalnya dengan
menambahkan lantai rumah mereka dan
meninggikan lantai dasar rumah agar
terhindar dari banjir. maasyarakat
beranggapan bahwa walaupun
Kecamatan Bekasi Barat kerap dilanda
banjir sangat sulit untuk pindah tempat
tinggal karena dibandingkan dengan
dampak banjir yang mereka rasakan,
kemudahan akses untuk beraktivitas
sehari-hari sangat memudahkan,
sehingga walaupun pemerintah lamban
dalam menanggapi banjir, sebagian
masyarakat memilih mengupayakan
sendiri untuk mengurangi dampak banjir
yang terjadi.
Adaptasi masyarakat dilihat dari
upaya ketika terjadi banjir, seperti
sebagian besar warga sudah menyiapkan
lantai dua rumah mereka sebagai tempat
mengungsi sebagian lainnya menuju
posko dan mengungsi ke rumah sanak
saudara, kemudian telah di tetapkannya
bangunan seperti masjid, balai warga
dan tempat lain seperti gelanggang
olahraga sebagai tempat evakuasi warga
ketika sewaktu-waktu terjadi banjir.
Selain itu berangkat dari kesadaran
masyarakat akan rawannya daerah
mereka terhadap banjir membuat
sebagian besar warga telah
mempersiapkan sistem peringatan dini
untuk dapat memperingatan penduduk
apabila sewaktu-waktu banjir melanda
pemukiman mereka, seperti
menggalakan sistem keamanan
lingkungan (siskamling). Peran
pemerintah dalam rangka aksi cepat
tanggap terhadap banjir pun dilakukan,
salah satunya yaitu memberi bantuan
kepada masyarakat seperti bantuan
tenaga lapangan, bantuan kesehatan,
posko banjir, dll.
Adaptasi masyarakat dilihat dari
setelah terjadinya banjir seluruh
masyarakat melakukan bersih-bersih
rumah dan lingkungan dari kotoran dan
lumpur banjir secara gotong royong.
Kemudian dalam rangka mengurangi
kerugian baik kerugian ekonomi, mental
dan jiwa akibat banjir, pemerintah
setempat didukung oleh lembaga yang
terkait dengan bencana banjir memberikan
latihan kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi banjir
Hubungan kondisi sosial ekonomi
dengan bentuk adaptasi masyarakat
terhadap bencana banjir di Kecamatan
Bekasi Barat akan dijelaskan melalui
pembahasan berikut ini:
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas One-
Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Sosial
Ekonomi
Sebelu
m
Bencana
Ketika
Bencana
Sesudah
Bencana
N
Normal Parametersa
mean
Std. Deviation
Most Extreme
Differences
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov_Smirn
ov Z
Asymp. Sig. (2-
tailed)
93
1.4409
.49918
.371
.371
-.310
3.574
.000
93
2.9677
.17764
.540
.428
-.540
5.206
.000
93
2.1398
.68511
.291
.291
-.290
2.802
.000
93
1.8387
.36979
.507
.331
-.507
4.893
.000
a. Test Distribution is Normal
Berdasarkan output diatas dapat
diketahui bahwa nilai variabel X sosial
ekonomi sebesar 0,000 < 0,05 maka
10 | Malianto, dkk
Kerentanan Banjir Tahunan Dan Adaptasi Masyarakat Di Kecamatan Bekasi Barat
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
ditolak Hc artinya variabel sosial ekomoni
berdistibusi tidak normal. Untuk variabel
Y sebelum bencana, terjadi bencana dan
sesudah bencana sebesar 0,000 < 0,05
maka tolak Hc artinya variabel Y tidak
berdistibusi normal. Karena variabel tidak
berdistribusi normal maka tidak dapat
dilakukan pengujian analisis regresi,
sehingga untuk selanjutnya digunakan
analisis korelasi Spearman Rank.
Hubungan kondisi sosial ekonomi
dengan bentuk adaptasi masyarakat
sebelum terjadi banjir di Kecamatan
Bekasi Barat akan jelaskan melalui
pembahasan berikut ini:
Tabel 4. Hubungan Kondisi Sosial
Ekonomi Dengan Adaptasi Sebelum
Bencana
Sosial
Ekonomi
Sebelum
Bencana
Spearman’s rho Sosial
Ekonomi Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Sebelum Bencana
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
1.000
.
93
-.083
.429
93
-.083
.429
93
1.000
.
93
Dapat dilihat pada Tabel 4, nilai
Correlation Coefficient bernilai negatif
yaitu -0,083 , ini berarti bahwa tidak
terdapat keterikatan yang cukup signifikan
antara kondisi sosial ekonomi dengan
adaptasi masyarakat sebelum terjadinya
bencana banjir. Hal tersebut menunjukan
bahwa adanya faktor lain yang
mempengaruhi adaptasi masyarakat
sebelum terjadinya bencana banjir. Untuk
melihat seberapa persen pengaruh kondisi
sosial ekonomi (x) terhadap bentuk
adaptasi masyarakat ketika terjadi bencana
(y1) dapat menggungunakan perhitungan
(-0,083² x 100 %) yang kemudian
mendapatkan hasil sebesar 0,688%.
Dengan maksud kondisi sosial ekonomi
dengan adaptasi masyarakat ketika terjadi
bencana memilki hubungan sebesar
0,688% dan 99,378% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.
Faktor lainnya yang memiliki
hubungan terhadap bentuk adaptasi yaitu
hubungan kondisi sosial ekonomi terhadap
bentuk adaptasi masyarakat ketika terjadi
banjir di Kecamatan Bekasi Barat akan
jelaskan melalui pembahasan berikut ini:
Tabel 5. Hubungan Sosial Ekonomi
Dengan Adaptasi Ketika Banjir
Sosial
Ekonomi
Ketika
Bencana
Spearman’s Sosial
Ekonomi Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Terjadi Bencana
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
1.000
.
93
-.063
.551
93
-.063
.551
93
1.000
.
93
Tabel 5 menunjukan bahwa tidak ada
keterkaitan antara kondisi sosial ekonomi
dengan adaptasi masyarakat ketika
terjadinya bencana banjir. Dapat dilihat
dari nilai Correlation Coefficient yang
bernilai negatif yaitu -0,063. untuk melihat
seberapa persen pengaruh kondisi sosial
ekonomi (x) terhadap adaptasi masyarakat
ketika terjadi bencana (y2) dapat
menggungunakan perhitungan (-0,063² x
100 %) yang kemudian mendapatkan hasil
sebesar 0,396%. Dengan maksud kondisi
sosial ekonomi dengan adaptasi
masyarakat ketika terjadi bencana memilki
hubungan sebesar 0,396% dan 99,871%
dipengaruhi oleh faktor faktor lain. Faktor
lainnya yaitu hubungan kondisi sosial
ekonomi terhadap bentuk adaptasi
masyarakat sesudah terjadi banjir di
Kecamatan Bekasi Barat akan jelaskan
melalui pembahasan berikut ini:
Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus, 2016 | 11
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
Tabel 6. Hubungan Kondisi Sosial
Ekonom Dengan Adaptasi Masyarakat
Sesudah Bencana
Sosial
Ekonomi
Sesudah
bencana
Spearman’s
rho
Sosial
Ekonomi
Correlation
Coefficient
Sig.(2-tailed)
N
1.000
. 93
.036
.731 93
Sesudah Bencana
Correlation Coefficient
Sig. (2-
tailed) N
.036
.731
93
1.000
.
93
Dapat dilihat pada Tabel 6, nilai
Correlation Coefficient bernilai positif
yaitu 0,036. Hal ini berarti bahwa
memiliki hubungan antara kondsi sosial
ekonomi dengan adaptasi masyarakat
sesudah terjadi bencana walau dengan
tingkat hubungan yang sangat rendah.
Nilai Correlatian Coefficeint dari
Kondisi Sosial Ekonomi (x) adalah 0,036.
Jika ingin melihat hasil koefisien korelasi
nilai r, variabel kondisi sosial ekonomi (x)
berada di interval 0,00 - 0,199 yang
artinya kondisi sosial ekonomi memiliki
tingkat pengaruh yang sangat rendah
terhadap adaptasi masyarakat setelah
terjadi bencana. Kemudian untuk melihat
seberapa persen pengaruh buah pikiran
(x1) terhadap partisipasi masyarakat (y)
dapat menggungunakan perhitungan
(0,036² x 100 %) yang kemudian
mendapatkan hasil sebesar 0,129%.
Dengan maksud kondisi sosial ekonomi
dengan adaptasi masyarakat ketika terjadi
bencana memiliki hubungan sebesar
0,129% dan 99,871% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.
KESIMPULAN
Setelah melakukan proses
pengamatan, perhitungan dan analisis
data, hasil penelitian yang menjawab
tujuan penelitian pertama yaitu faktor
penyebab banjir di Kecamatan Bekasi
Barat diihat dari kondisi alam yaitu
topografi daerah penelitian yang
cenderung datar dengan kemiringan antara
0 – 2% dengan ketinggian rata-rata 19
meter dari permukaan laut. Dilihat dari
peristiwa alamnya, curah hujan yang
tinggi menjadi salah satu faktor penyebab
banjir dengan rata-rata mencapai 2428,3
mm/tahun. Dilihat dari aktivitas manusia
kebiasaan membuang sampah ke saluran
air menjadi faktor penyebab banjir di
Kecamatan Bekasi Barat kemudian
perilaku melakukan betonisasi jalan yang
dilakukan warga berdasarkan kepentingan
pribadi masih banyak ditemui sehingga
mengurangi titik area resapan air di
wilayah pemukiman penduduk.
Pada Adaptasi prabencana yang
dilakukan masyarakat Kecamatan Bekasi
Barat sebagian besar memiliki kebiasaan
yang seragam yaitu dengan mengadakan
program untuk menghadapi banjir, bentuk
program yang dilakukan berupa kerja
bakti membersihkan lingkungan baik tiga
bulan sekali maupun enam bulan sekali.
Seluruh responden melakukan perubahan
sarana dan prasarana di lingkungan
mereka seperti menyediakan pompa air
dan perahu karet serta melakukan
peninggian jalan umum untuk mengurangi
tinggi banjir.
Bentuk adaptasi selanjutnya yang
dilakukan masyarakat ketika terjadi banjir
mayoritas tempat mengungsi yang warga
tuju merupakan lantai dua rumah mereka.
Lantai dua rumah dipilih karena menurut
warga cara tersebut lebih simpel dan
efektif. Selain itu baik pemerintah maupun
masyarakat juga sebagian besar
menyediakan posko banjir untuk warga
mereka meskipun hanya terdapat 15%
responden yang mengatakan tidak
merasakan adanya fasilitas posko banjir
ketika terjadi banjir sehingga mereka
pergi ke posko banjir daerah lain dengan
jarak yang lebih jauh. Upaya lain yang
dilakukan warga yaitu keberadaan sistem
peringatan dini, sistem peringatan dini
yang digunakan yaitu berupa siskamling.
Pada adaptasi pasca bencana hal
yang dilakukan warga yaitu melakukan
12 | Malianto, dkk
Kerentanan Banjir Tahunan Dan Adaptasi Masyarakat Di Kecamatan Bekasi Barat
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
bersih-bersih lingkungan, langkah ini
menjadi sangat efektif dan menjadikan
warga semakin kompak. Selain itu upaya
pemerintah yang dibantu pihak terkait
dalam rangka melindungi dan mengayomi
masyarakat diadakan program
kesiapsiagaan untuk menghadapi banjir,
program yang diselenggarakan serempak
se-Kota Bekasi dengan tujuan agar
masyarakat dapat dengan mandiri dan
semakin bijak dalammenghadapi banjir
yang akan datang di kemudian hari.
Pada hasil perhitungan dan analisis
data untuk menjawab tujuan penelitian
yang keempat mengenai hubungan sosial
ekonomi dengan bentuk adaptasi
masyarakat di Kecamatan Bekasi Barat
yaitu berdasarkan perhitungan statistik
dengan menggunakan analisis korelasi
Spearman Rank didapat hubungan sebesar
0,688% untuk adaptasi sebelum terjadi
bencana, kemudian sebesar 0,396% untuk
adaptasi ketika terjadi bencana, serta
sebesar 0,129% untuk adaptasi sesudah
terjadi bencana. Sehingga apabila diambil
kesimpulan terdapat hubungan yang
terjadi antara kondisi sosial ekonomi
terhadap bentuk adaptasi masyarakat
dengan nilai rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Budiharjo, Eko. (2006). Sejumlah
Masalah Pemukiman Kota.
Bandung: P.T. ALUMNI
Nandi, (2010). Upaya Pengurangan
Resiko Banjir melalui Penataan
Ruang Kawasan Permukiman
Sempadan Sungai: Studi kasus di
Kecamatan Majalaya Kabupaten
Bandung. (Makalah) Fakultas Ilmu
Pengetahuan Sosial, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Riska Kumalasari, Novia. (2013) Bentuk
Adaptasi Masyarakat Terhadap
Banjir Di kampong Purwodinantan
dan Jurnatan Kota Semarang.
(Skripsi) Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro, Semarang
Tika, M.P (2005). Metode Penelitian
Geografi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sumber Dokumen
A World Health Organization (WHO)
Expert Comittee (1974)
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) (2013)
Dinas Kesehatan Kota Bekasi (2014).
Bekasi
Dinas Pekerjaan Umum Kota Bekasi
(2014). Bekasi
Perum Jasa Tirta II Bekasi (2015). Bekasi
Undang-undang No. 22 Tahun 1999
Tentang Otonomi Daerah
Sumber Internet
Novita, Dian. 2013. “Dampak Kerusakan
Lingkungan Hidup Bagi Makhluk
Hidup”http://dianharezz.blogspot.c
o.id/2013/06/dampak-kerusakan-
lingkungan-hidup-bagi.html
Diakses pada tanggal 27 Mei 2016.