kerentanan banjir tahunan dan adaptasi …antologi.upi.edu/file/kerentanan_banjir_tahunan... ·...

12
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 1 http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035 KERENTANAN BANJIR TAHUNAN DAN ADAPTASI MASYARAKAT DI KECAMATAN BEKASI BARAT KOTA BEKASI Oleh : Malianto 1) , D. Rohmat 2) , D. Sungkawa 3) Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Email : [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRAK Kecamatan Bekasi Barat merupakan wilayah dengan konsentrasi pemukiman terbesar di Kota Bekasi dan juga menjadi salah satu wilayah yang hampir setiap tahun terjadi banjir. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat kerentanan banjir dan bentuk adaptasi masyarakat dalam menghadapi banjir tahunan. Untuk mengetahui kerentanan banjir digunakan pedoman umum pengkajian resiko bencana dari BNPB dan untuk mengetahui bentuk adaptasi masyarakat dibagi menjadi tiga berdasarkan waktunya, yaitu sebelum bencana, ketika bencana dan setelah bencana. Metode yang dipakai yaitu deskriptif kualitatif. Analisis yang digunakan yaitu Spearman Rank dengan bantuan aplikasi komputer. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 93 orang penduduk dari lima kelurahan di Kecamatan Bekasi Barat. Teknis pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini meliputi faktor banjir yang terjadi, tingkat kerentanan banjir dan bentuk adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat serta hubungan sosial ekonomi masyarakat dengan bentuk adaptasinya. Selain itu juga dibahas pentingnya penggunaan lahan untuk daerah resapan air dan perawatan saluran drainase secara berkala sebagai bentuk kesadaran lingkungan. Kata Kunci: kerentanan, adaptasi, Kecamatan Bekasi Barat Abstract Subdistrict of West Bekasi is the region with the largest concentration of settlement in the town of Bekasi and also one of the areas that flood occurs almost every year. The purpose of this research is to know the level of vulnerability to flooding and a form of adaptation in the face of annual flooding. To know the vulnerability of flood-use disaster risk assessment guidelines of BNPB and to know the shape of the community was divided into three adaptations based on time such us prior to the disaster, when disaster and after the disaster. The method used that is descriptive qualitative. The analysis used Spearman Rank PC application. The sample used in this study amounted to 93 people resident in five subdistricts of West Bekasi. Technical data gathering used are interviews, observation and study of documentation. The results of this research include the factor of flooding, the level of vulnerability to flooding and other adaptations made by the community as well as the relationship of sosial blend into the community economy. It also discussed the importance of land use for the sink in area of water and treatment of drainage channels on a regular basis as a form of environmental awareness. Keywords: vulnerability, adaptation, subdistrict of west bekasi

Upload: vankhuong

Post on 14-Jul-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KERENTANAN BANJIR TAHUNAN DAN ADAPTASI …antologi.upi.edu/file/Kerentanan_Banjir_Tahunan... · Kecamatan Bekasi Barat merupakan wilayah dengan konsentrasi pemukiman terbesar di Kota

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 1

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

KERENTANAN BANJIR TAHUNAN DAN ADAPTASI MASYARAKAT

DI KECAMATAN BEKASI BARAT KOTA BEKASI

Oleh :

Malianto1), D. Rohmat2), D. Sungkawa3)

Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

Email :

[email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK Kecamatan Bekasi Barat merupakan wilayah dengan konsentrasi pemukiman terbesar di Kota Bekasi

dan juga menjadi salah satu wilayah yang hampir setiap tahun terjadi banjir. Tujuan dari penelitian

ini untuk mengetahui tingkat kerentanan banjir dan bentuk adaptasi masyarakat dalam menghadapi

banjir tahunan. Untuk mengetahui kerentanan banjir digunakan pedoman umum pengkajian resiko

bencana dari BNPB dan untuk mengetahui bentuk adaptasi masyarakat dibagi menjadi tiga

berdasarkan waktunya, yaitu sebelum bencana, ketika bencana dan setelah bencana. Metode yang

dipakai yaitu deskriptif kualitatif. Analisis yang digunakan yaitu Spearman Rank dengan bantuan

aplikasi komputer. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 93 orang penduduk dari

lima kelurahan di Kecamatan Bekasi Barat. Teknis pengumpulan data yang digunakan adalah

wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini meliputi faktor banjir yang

terjadi, tingkat kerentanan banjir dan bentuk adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat serta

hubungan sosial ekonomi masyarakat dengan bentuk adaptasinya. Selain itu juga dibahas pentingnya

penggunaan lahan untuk daerah resapan air dan perawatan saluran drainase secara berkala sebagai

bentuk kesadaran lingkungan.

Kata Kunci: kerentanan, adaptasi, Kecamatan Bekasi Barat

Abstract

Subdistrict of West Bekasi is the region with the largest concentration of settlement in the town of

Bekasi and also one of the areas that flood occurs almost every year. The purpose of this research

is to know the level of vulnerability to flooding and a form of adaptation in the face of annual

flooding. To know the vulnerability of flood-use disaster risk assessment guidelines of BNPB and to

know the shape of the community was divided into three adaptations based on time such us prior to

the disaster, when disaster and after the disaster. The method used that is descriptive qualitative.

The analysis used Spearman Rank PC application. The sample used in this study amounted to 93

people resident in five subdistricts of West Bekasi. Technical data gathering used are interviews,

observation and study of documentation. The results of this research include the factor of flooding,

the level of vulnerability to flooding and other adaptations made by the community as well as the

relationship of sosial blend into the community economy. It also discussed the importance of land

use for the sink in area of water and treatment of drainage channels on a regular basis as a form of

environmental awareness.

Keywords: vulnerability, adaptation, subdistrict of west bekasi

Page 2: KERENTANAN BANJIR TAHUNAN DAN ADAPTASI …antologi.upi.edu/file/Kerentanan_Banjir_Tahunan... · Kecamatan Bekasi Barat merupakan wilayah dengan konsentrasi pemukiman terbesar di Kota

2 | Malianto, dkk

Kerentanan Banjir Tahunan Dan Adaptasi Masyarakat Di Kecamatan Bekasi Barat

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

PENDAHULUAN

Kota Bekasi merupakan kota

dengan jumlah penduduk terbesar ke-4

seluruh Indonesia dengan jumlah

2.334.142 jiwa per tahun 2013. Sebagai

salah satu daerah penyeimbang ibu kota

negara Indonesia Kota Bekasi merupakan

kawasan yang mempunyai kegiatan utama

bukan pertanian dengan susunan fungsi

kawasan sebagai tempat pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial dan

kegiatan ekonomi (UU No. 22 Tahun

1999). Seiring mengalami perkembangan

yang pesat senantiasa diiringi dengan

munculnya berbagai persoalan.

Bagaimanapun juga daerah perkotaan

merupakan wilayah konsentrasi penduduk

terbesar dan juga merupakan titik rawan

dalam dislokasi sosial (Eko Budihardjo,

2006, hlm. 24).

Kawasan pemukiman merupakan

kawasan di perkotaan yang kerap

memiliki masalah seperti keterbatasan

fisik kota itu sendiri maupun sosial

masyarakatnya. WHO melalui A World

Health Organization Expert Committee

telah menyarankan persyaratan pokok

rumah sehat, diantaranya dapat

memberikan perlindungan terhadap

penyakit dan pencemaran lingkungan.

Dari segi sosial, masyarakat perkotaan

cenderung bersifat individual karena

kesibukan yang dimiliki sehingga kurang

memperhatikan lingkungan sekitar.

Bencana juga dapat menurunkan

kualitas pemukiman seperti bencana

banjir. Drainase yang buruk serta

kurangnya daerah resapan air kerap

menjadi faktor terjadinya banjir ditambah

ancaman kesehatan yang dapat menyerang

masyarakat. Menurut data Dinas

Kesehatan Kota Bekasi pada tahun 2014,

penyakit yang biasa diidap masyarakat

ketika banjir adalah Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) dengan jumlah

penderita 1.323 jiwa.

Sehingga tujuan dalam penelitian ini

untuk mengidentifikasi faktor penyebab

banjir, tingkat kerentanan banjir dan

bentuk adaptasi masyarakat dalam

menghadapi banjir, serta mencari

hubungan kondisi sosial ekonomi

masyarakat terhadap bentuk adaptasi yang

dilakukan.

METODE

Desain penelitian yang dimaksud

dalam penelitian ini yaitu deskriptif

kuantitatif yang bertujuan untuk dapat

mendeskripsikan mengenai sifat-sifat,

fakta-fakta, serta hubungan antar

fenomena yang terjadi yang kemudian

data yang diperoleh dianalisis sesuai

dengan metode statistik yang digunakan

dan kemudian dipresentasikan. Metode

yang digunakan yaitu survei melalui

instrument penelitian dalam rangka

mengumpulkan sejumlah besar data

sosial, unit, atau individu dalam waktu

yang bersamaan (Tika, 2005, hlm. 6).

Populasi yang digunakan yaitu

populasi wilayah dan populasi manusia.

Populasi wilayah yaitu seluruh wilayah

yang ada di Kecamatan Bekasi Barat,

sedangkan populasi manusia yaitu seluruh

penduduk Kecamatan Bekasi Barat.

Sampel wilayah pada penelitian ini

seluruh wilayah Administrasi Bekasi

Barat. Sampel manusia berasal dari tiga

wilayah berdasarkan tingkat keparahan

banjir yang berbeda.

Variabel penelitian ini terdiri atas

variabel bebas yaitu fisik, kerentanan dan

sosial serta variabel terikat yaitu

kerentanan banjir dan adaptasi masyarakat

terhadap banjir tahunan. Pada

pengumpulan data dilakukan beberapa

kegiatan seperti observasi, wawancara,

dan dokumentasi.

Langkah selanjutnya dilakukan

analisis data. Secara garis besar proses

pengolahan data tersebut menjadi

beberapa langkah, yaitu:

1. Indeks Penduduk Terpapar dan

Indeks Kerugian Untuk menjawab

rumusan masalah terkait kerentanan

bencana banjir, kerentanan akan

dijabarkan berdasarkan metode

Page 3: KERENTANAN BANJIR TAHUNAN DAN ADAPTASI …antologi.upi.edu/file/Kerentanan_Banjir_Tahunan... · Kecamatan Bekasi Barat merupakan wilayah dengan konsentrasi pemukiman terbesar di Kota

Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus, 2016 | 3

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

perhitungan indeks dari (BNPB).

Dalam setiap kerentanan akan

jelaskan berbagai indikator kemudian

disimpulkan dalam bentuk tabel dan

deskripsi serta mengkaitkannya

kepada kondisi lapangan.

2. Untuk menjawab rumusan masalah

terkait bentuk adaptasi menggunakan

rumus presentase.

3. Untuk menjawab hubungan sosial

ekonomi terhadap bentuk adaptasi

digunakan Analisis Koefisiensi

Korelasi Dengan Skala Guttman yang

dibuat dalam bentuk pilihan ganda

maupun daftar checklist. Untuk

jawaban positif diberi skor 1,

sedangkan untuk jawaban negatif

diberi skor 0. Namun dengan

petimbangan data terdistribusi secara

merata digunakan analisis Spearman

Rank.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara garis besar faktor penyebab

banjir menurut Direktorat Jendral

Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan

Umum (2003, hal. 5) terdiri dari tiga

faktor yaitu faktor kondisi alam, faktor

peristiwa alam, dan faktor aktivitas

manusia.

1. Faktor Kondisi Alam

a. Topografi

Berdasarkan data monografi

Kecamatan Bekasi Barat, Kecamatan

Bekasi Barat memiliki kemiringan

antara 0 – 2% dan rata-rata terletak

pada ketinggian 19 meter dari

permukaan laut. Dengan kondisi

seperti ini banyak warga yang

melakukan peninggian lantai rumah,

juga melakukan peninggian jalan

raya.

b. Kondisi debit permukaan

Wilayah penelitian dilewati oleh

sungai Kali Cakung dengan kondisi

yang tergolong tidak terjal, sehingga

pada musim penghujan daerah yang

dilewatinya akan menyebabkan

banjir. Pada saat kemarau Kali

Cakung memiliki debit air sebesar

3,00 m3/detik dan pada saat musim

hujan sebesar 16,25 m3/detik (Dinas

PU Kota Bekasi, 2014).

2. Faktor Peristiwa Alam

a. Curah Hujan yg Tinggi

Berdasarkan data yang didapat

dari Perum Jasa Tirta II, curah hujan

di Kecamatan Bekasi Barat mencapai

2428,3 mm/tahun. Curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan Desember

hingga Februari di tahun selanjutnya.

3. Faktor Aktivitas Manusia

a. Perilaku Masyarakat

Masyarakat kota yang cenderung

individualis menjadikan

keseimbangan lingkungan tidak

diperhatikan seperti membuang

sampah di saluran air, melakukan

betonisasi di sepanjang bibir saluran

yang menjadikan saluran semakin

tidak terawat.

b. Wilayah Resapan

Seiring dengan kecenderungan

semakin meluasnya wilayah

pemukiman memiliki pengaruh

langsung terhadap berkurangnya

daerah resapan air, karena hampir

seseluruh permukaan tanah berganti

dengan aspal dan beton, sifat beton

yang tidak dapat menyerap air sangat

memungkinkan terjadinya banjir.

c. Kondisi Drainase

Kecamatan Bekasi Barat yang

didominasi oleh pemukiman

penduduk, menyebabkan banyak

digunakannya sistem saluran drainase

tersier, yaitu saluran drainase yang

menerima aliran air langsung dari

saluran pembuangan rumah ditambah

kurangnya perawatan saluran

sehingga lapisan sedimen meninggi.

2. Kerentanan

Menurut peraturan Badan Nasional

Penanggulangan Bencana No. 2 Tahun

2002 tentang pedoman umum

pengkajian resiko bencana, kerentanan

dibagi menjadi;

Page 4: KERENTANAN BANJIR TAHUNAN DAN ADAPTASI …antologi.upi.edu/file/Kerentanan_Banjir_Tahunan... · Kecamatan Bekasi Barat merupakan wilayah dengan konsentrasi pemukiman terbesar di Kota

4 | Malianto, dkk

Kerentanan Banjir Tahunan Dan Adaptasi Masyarakat Di Kecamatan Bekasi Barat

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

a. Kerentanan Sosial

Kerentanan sosial dibangun berdasarkan

nilai indeks ancaman bencana banjir dan

penduduk terpapar.

1) Indeks ancaman banjir

Tabel 1. Indeks ancaman bencana

banjir (meter)

Bencana Indikator Kelas indeks Rendah Sedang Tinggi

Banjir

Peta

zonasi

daerah

rawan

banjir

<1 m 1-3 m >3m

Nilai yang didapat untuk menjawab

ancaman banjir yaitu bahwa banjir di

Kecamatan Bekasi Barat memiliki

ketinggian 1-3 meter yang berarti

nilai kelas sedang.

2) Indeks penduduk terpapar

Indeks penduduk terpapar dihitung

berdasarkan indikator kepadatan

penduduk dan kelompok rentan.

Tabel 2. Indeks Penduduk

Terpapar

Bencana Indikator Kelas Bobot rendah sedang tinggi

Banjir Kepadatan

penduduk < 500 500 -

1000 >1000

60% Kelompok

rentan

<20% 20 –

40%

>40% 40%

a) Kepadatan Penduduk

Tabel 3. Kepadatan Penduduk

Kecamatan Bekasi Barat

Kepadatan= Jumlah Penduduk

Penduduk Luas wilayah

Diketahui:

• Luas wilayah 1,492.712 Ha

• Jumlah penduduk 245.725 Jiwa

Kepadatan = 1,492.712

penduduk 245.725

= 16.462 Jiwa/km2

Hasil dari perhitungan kepadatan

penduduk di atas serta merujuk pada

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa

kepadatan penduduk Kecamatan

Bekasi Barat berada dalam kategori

kelas tinggi, kelas tinggi dalam hal ini

memiliki arti semakin padat jumlah

penduduk pada suatu wilayah maka

potensi keterpaparan penduduk

terhadap bencana akan semakin besar.

b) Kelompok rentan Dalam menentukan kelompok rentan

menurut peraturan Kepala BNPB

digunakan parameter berikut ini:

Tabel 4. Parameter kelompok

rentan

c) Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan data monografi

Kecamatan Bekasi Barat tahun 2014, data

jenis kelamin penduduk dapat dilihat

sebagai berikut

Tabel 5. Jumlah penduduk

berdasarkan jenis kelamin

Hasil perhitungan rasio jenis kelamin yaitu

sebagai berikut:

SR = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑙𝑎𝑘𝑖−𝑙𝑎𝑘𝑖

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑥 𝑘,

dimana k = 100

SR = 121.258

124.467 𝑥 100

SR = 97,4 dibulatkan menjadi 97%

Laki-laki

(Jiwa)

Perempuan

(Jiwa)

Jumlah

(Jiwa)

121.258 124.467 245.725

No Parameter Bobot

1 Rasio Jenis Kelamin 10%

2 Rasio Kemiskinan 10%

3 Rasio Orang Cacat 10%

4 Rasio Kelompok Umur 10%

Jumlah 40%

Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

Bintara Jaya 16.957 16.731 33.688

Bintara 25.446 27.844 53.290

Kranji 24.482 25.136 49.618

Kotabaru 26.010 24.106 50.116

Jakasampurna 28.363 30.650 59.013

Jumlah 121.258 124.467 245.725

Page 5: KERENTANAN BANJIR TAHUNAN DAN ADAPTASI …antologi.upi.edu/file/Kerentanan_Banjir_Tahunan... · Kecamatan Bekasi Barat merupakan wilayah dengan konsentrasi pemukiman terbesar di Kota

Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus, 2016 | 5

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

Hasil dari perhitungan pada Tabel 5.

menunjukkan bahwa kepadatan penduduk

Kecamatan Bekasi Barat berada dalam

kategori kelas tinggi, kelas tinggi dalam hal

ini memiliki arti semakin padat jumlah

penduduk pada suatu wilayah maka potensi

keterpaparan penduduk terhadap bencana

akan semakin besar.

d) Rasio kemiskinan

Berangkat dari data Badan Pusat

Statistik Kota Bekasi tahun 2014.

Jumlah kemiskinan penduduk dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Jumlah kepala keluarga

berdasarkan kaya dan miskin

Hasil perhitungan rasio kemiskinan

adalah sebagai berikut:

(Jumlah KK asli – jumlah KK miskin =

jumlah KK Kaya)

(55.008 – 2.890 = 52.118)

Diketahui :

▪ Penduduk miskin = 2.890

▪ Penduduk kaya = 52.118

Rumus = 𝐾𝐾 𝑚𝑖𝑠𝑘𝑖𝑛

𝐾𝐾 𝑘𝑎𝑦𝑎 𝑥 100

Jawab = 2.890

52.118 𝑥 100

= 5%

setelah dihitung hasil perhitungan

rasio kemiskinan di Kecamatan

Bekasi Barat termasuk dalam kategori

rendah. Nilai rendah dalam

perhitungan ini yaitu keberadaan

penduduk miskin yang rendah

sehingga kemungkinan keterpaparan

karena kondisi ekonomi, pendidikan,

pengetahuan serta kondisi lain yang

berhubugnan dengan kemiskinan

memiliki nilai yang rendah.

e) Rasio orang cacat

Menurut laporan dari Badan Pusat

Statistik Kota Bekasi tahun 2014,

jumlah penduduk cacat dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:

Tabel 7. Jumlah penduduk

berdasarkan kondisi kecatatan fisik

Hasil perhitungan rasio orang cacat

adalah sebagai berikut:

(Jumlah penduduk – jumlah penduduk

cacat = penduduk non cacat)

(245.725 – 21 = 245.701 jiwa)

Diketahui :

• Penduduk non cacat : 245.704

jiwa

• Penduduk cacat : 21 jiwa

Rumus = 𝑐𝑎𝑐𝑎𝑡

𝑛𝑜𝑛 𝑐𝑎𝑐𝑎𝑡 𝑥 100

Jawab = 21

245.701 𝑥 100

= 0,0085 %

menurut hasil perhitungan di atas,

rasio orang cacat di Kecamatan

Bekasi Barat termasuk ke dalam

kategori kelas rendah. Nilai rendah

dalam perhitungan ini yaitu

penanganan penduduk khususnya

penderita cacat bisa ditangani secara

maksimal sehingga kemungkinan

yang terjadi pada penduduk cacat

ketika terjadi bencana semakin kecil.

f) Rasio kelompok umur

Menurut data Badan Pusat Statistik

Kota Bekasi Tahun 2014, jumlah

penduduk menurut kelompok umur

dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Penduduk

Miskin (KK)

Penduduk

Kaya (KK)

Jumlah

(KK)

2.890 52.118 55.008

Penduduk non

cacat (Jiwa)

Penduduk

cacat (Jiwa)

Jumlah

(Jiwa)

245.704 21 245.725

Page 6: KERENTANAN BANJIR TAHUNAN DAN ADAPTASI …antologi.upi.edu/file/Kerentanan_Banjir_Tahunan... · Kecamatan Bekasi Barat merupakan wilayah dengan konsentrasi pemukiman terbesar di Kota

6 | Malianto, dkk

Kerentanan Banjir Tahunan Dan Adaptasi Masyarakat Di Kecamatan Bekasi Barat

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

Tabel 8. Jumlah penduduk berdasarkan

kelompok umur dan jenis kelamin

Hasil perhitungan rasio kelompok

umur adalah sebagai berikut.

Diketahui :

▪ Penduduk non-produktif umur 0

– 14 tahun dan lebih dari 65

tahun = 82.080

▪ Penduduk produktif umur 15 –

64 tahun = 211.064

Rumus = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑛𝑜𝑛𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓

𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 100

Jawab = 82.080

211.064 𝑥 100

= 38,9%

hasil perhitungan di atas rasio

kelompok umur di Kecamatan Bekasi

Barat termasuk ke dalam kategori kelas

sedang. Yang dimaksud kelas sedang

dalam perhitungan ini yaitu jumlah

penduduk usia non produktif yang

notabene mudah terpapar berjumlah

lebih sedikit dibanding dengan

penduduk produktif yang cenderung

dapat menghadapi keadaan, sehingga

penduduk produktif dapat membantu

penduduk non produktif dalam

menghadapi kondisi.

Setelah didapatkan nilai untuk

masing-masing indicator untuk

kerentanan sosial, kemudian akan

dilakukan skoring untuk

mendapatkan nilai tingkat ancaman

bencana.

Tabel 9. Kelas skoring bencana

banjir

Hasil perhitungannya:

• Kepadatan penduduk = 16,42 % 3

3= 1

• Rasio jenis kelamin = 97 % 3

3= 1

• Rasio kemiskinan = 5 % 1

3= 0,3

• Rasio orang cacat = 0,0085 % 1

3= 0,3

• Rasio kelompok umur = 38,9 % 3

3= 1

Kemudian digunakan rumus

kerentanan sosial seperti berikut:

= (0.6𝑙𝑜𝑔(

𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

0.01)

log(100

0.01)

)

+(0.1 𝑥 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑚𝑖𝑛)

+ (0.1 𝑥 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑘𝑒𝑚𝑖𝑠𝑘𝑖𝑛𝑎𝑛)

+ (0.1 𝑥 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑐𝑎𝑐𝑎𝑡)

+ (0.1 𝑥 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟)

Hasil :

= (0.6 𝑥 𝑙𝑜𝑔 (

10.01

)

log 10.000) + (0.1 𝑥 1) + (0.1 𝑥 1)

+ (0.1 𝑥 0,3)

= (0.6 𝑥 𝑙𝑜𝑔 100

𝑙𝑜𝑔 10000) + (0.1) + (0.1)

+ (0,03) + (0,03) + (0,1)

= (0,6 𝑥 2

4) + (0.1) + (0.1) + (0,03) +

(0,03) + (0,1)

= 0,3 +(0.1) + (0.1) + (0,03) + (0,03)

+(0,1)

= 0,66

sesuai dengan hasil perhitungan di atas

indeks penduduk terpapar di

Kelompok

Umur

(Tahun)

Laki-laki

(Jiwa)

Perempuan

(Jiwa)

Jumlah

(Jiwa)

0 – 4 13.733 12.956 26.689

5 – 9 13.050 12.318 25.368

10 – 14 11.726 11.192 22.918

15 – 19 12.340 12.937 25.277

20 – 24 14.496 14.827 29.323

25 – 29 16.817 16.246 33.063

30 – 34 15.037 14.085 29.122

35 - 39 12.491 11.717 24.208

40 – 44 10.494 10.485 20.979

45 – 49 8.903 9.515 18.418

50 – 54 7.577 7.245 14.822

55 – 59 5.845 4.450 10.295

60 – 64 3.108 2.449 5.557

65 – 70 1.773 1.507 3.280

70 – 74 908 931 1.839

75+ 830 1.156 1.986

Kedalaman

(m)

Kelas Nilai Bobot

(%)

Skor

< 0,76 Rendah 1

100

0,333

0,76 – 1,5 Sedang 2 0,666

> 1,5 Tinggi 3 1,000

Page 7: KERENTANAN BANJIR TAHUNAN DAN ADAPTASI …antologi.upi.edu/file/Kerentanan_Banjir_Tahunan... · Kecamatan Bekasi Barat merupakan wilayah dengan konsentrasi pemukiman terbesar di Kota

Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus, 2016 | 7

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

Kecamatan Bekasi Barat memiliki nilai

0,66 yang menunjukan bahwa angka

indeks tersebut termasuk dalam

kategori sedang. Kategori sedang

disini diambil dari indeks berikut ini:

Tabel 10. Kelas indeks bencana banjir

Hasil dari indeks ancaman banjir dengan

indeks penduduk terpapar menghasilkan

matriks tingkat ancaman bencana banjir

yaitu sebagai berikut.

Tabel 11. Hasil tingkat ancaman

bencana banjir di Kecamatan Bekasi

Barat

Keterangan:

Tingkat ancaman rendah

Tingkat ancaman sedang

Tingkat ancaman tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan di atas,

tingkat ancaman bencana banjir di

Kecamatan Bekasi Barat termasuk

sedang.

b. Kerentanan Ekonomi

Kerentanan ekonomi dibangun

berdasarkan luas lahan produktif seperti

sawah, perkebunan, tambak dan PDRB

(Produk Domestik Regional Bruto).

1) Lahan Produktif

Lahan produktif yang dimiliki

Kecamatan Bekasi Barat tidaklah

banyak, tercatat hanya terdapat

perkebunan dengan luas 388 Ha serta

sawah sebesar 54 Ha, dengan angka

tersebut jumlah lahan produktif

terdapat 442 Ha.

Angka tersebut kemudian dimasukan

ke dalam rumus seperti berikut ini:

Diketahui:

• Luas lahan produktif Kecamatan

Bekasi Barat

442 Ha = 4.420.000 m2

• Zona nilai tanah wilayah lahan

produktif berdasarkan data survey

lapangan BPN Kota Bekasi menurut

harga transaksi yang di sesuaikan

dengan peta penggunaan lahan senilai

Rp 1.188.000/m2

Rumus:

(luas lahan produktif x zona nilai tanah

untuk sawah, perkebunan, dan tambak)

= 4.420.000 m2 x Rp 1.188.000 /m2

= Rp 5.250.960.000.000

berdasarkan hasil hitung di atas angka

lahan produktif yang terdapat di

Kecamatan Bekasi Barat termasuk ke

dalam kategori kelas tinggi.

2) PDRB

Kecamatan Bekasi Barat tentunya

memiliki beberapa sektor PDRB dalam

menjalankan roda perekonomian.

Tabel 12. Produksi Domestik Regional

Bruto Kecamatan Bekasi Barat Atas

Dasar Harga Berlaku Tahun 2009-

2012 (Dalam Jutaan Rupiah)

Lapangan

Usaha 2009 2010 2011 2012

Pertanian 22.563,0

3

26.394,2

1

28.347,1

3

30.486,

89

Pertamban

gan &

Penggalian

0,00 0,00 0,00 0,00

Industri

Pengolahan

726.206,

38

808.847,

29

902.032,

69

1.017.5

70,45

Listrik, Gas

& Air

177.316,

78

209.555,

01

246.844,

70

275.714

,58

Bangunan 73.293,5

9

77.911,0

9

88.000,2

1

109.935

,57

Perdaganga

n &

Komunikas

i

1.090.92

7,93

1.256.25

4,65

1.416.56

4,53

1.620.0

74,59

Penganglut

an &

Komunikas

i

309.996,

20

363.061,

67

413.242,

47

455.193

,21

Keuangan,

Persewaan

& Jasa

Perusahaan

133.768,

77

151.952,

74

175.012,

40

197.071

,74

Jasa-jasa 218.780,

89

245.974,

72

280.566,

81

306.109

,02

Kemudian akan digunakan sector PDRB

yang berkaitan dengan banjir seperti pada

table berikut ini

Kelas Nilai Skor

Rendah 1 0,333333

Sedang 2 0,666666

Tinggi 3 1.000000

Tingkat Ancaman Indeks Penduduk Terpapar

Rendah Sedang Tinggi

Indeks

Ancaman

Rendah

Sedang HASIL

Tinggi

Page 8: KERENTANAN BANJIR TAHUNAN DAN ADAPTASI …antologi.upi.edu/file/Kerentanan_Banjir_Tahunan... · Kecamatan Bekasi Barat merupakan wilayah dengan konsentrasi pemukiman terbesar di Kota

8 | Malianto, dkk

Kerentanan Banjir Tahunan Dan Adaptasi Masyarakat Di Kecamatan Bekasi Barat

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

Tabel 13. Sektor Produk Domestik Bruto

Kecamatan Bekasi Barat

atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009-

2012

Hasil perhitungan di atas nilai Produk

Domestik Regional Bruto yang terdapat

di Kecamatan Bekasi Barat termasuk ke

dalam kategori kelas tinggi.

Untuk menentukan nilai kerentanan

ekonomi digunakan indeks seperti pada

table berikut ini

Tabel 14. Parameter Kerentanan

Ekonomi

Untuk mendapatkan nilai kerentanan

ekonomi maka didapat rumus sebagai

berikut:

Kerentanan ekonomi

= (0.6 x skor lahan produktif) + (0.4 x skor

PDRB)

= (0.6 x 5.250.960.000.000) + (0.4 x

416.137.040.000)

= 3.150.576.000.000 + 166.454.816.000

= 3.317.030.816.000

Sehingga hasil perhitungan di atas angka

kerentanan ekonomi yang terdapat di

Kecamatan Bekasi Barat termasuk ke

dalam kategori kelas tinggi.

c. Kerentanan Infrastruktur

Menurut BNPB indikator yang

digunakan dalam menelaah kerentanan

infrastruktur dapat diamati dari berbagai

aspek seperti:

1) Kepadatan rumah

Tabel 15. Luas kepadatan rumah (Ha)

Hasil perhitungan dalam menghitung

kepadatan rumah yaitu:

Rumus = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛

𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛

= 303,425 Ha

1.492,712 Ha

= 0,406563

= 0,406563 x Rp 2.822.000

= Rp 1.147.320

Jadi hasil perhitungan kepadatan rumah

di Kecamatan Bekasi Barat termasuk ke

dalam kategori kelas rendah.

2) Fasilitas umum

Tabel 16. Luas persebaran fasilitas

umum (Ha)

Hasil perhitungan dalam menghitung

kepadatan rumah yaitu:

Rumus = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛

𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛

= 79,376 Ha

1.492,712 Ha

= 0,05317

= 0,05317 x Rp 2.822.000

= Rp 150.045

Jadi hasil perhitungan kepadatan rumah

di Kecamatan Bekasi Barat termasuk ke

dalam kategori kelas rendah.

Lapangan

Usaha 2012

Pertanian Rp 30.486.890.000

Air, Listrik dan

Gas

Rp 275.714.580.000

Bangunan Rp 109.935.570.000

Jumlah Rp 416.137.040.000

Parameter Bobot

(%)

Kelas

Rendah Sedang Tinggi

Lahan

Produktif 60 <50 jt

50 –

200jt >200 jt

PDRB 40 <100 jt 100 –

300 jt >300 jt

Bintara Bintara

Jaya

Jaka

sampurna

Kota

Baru Kranji

146.6303 144.7431 170.2617469 86.7993 58.41548

Bintara Bintara

Jaya

Jaka

Sampurna

Kota

Baru Kranji

24,58085 7,510873 26,13775285 11,92284 9,227235

Page 9: KERENTANAN BANJIR TAHUNAN DAN ADAPTASI …antologi.upi.edu/file/Kerentanan_Banjir_Tahunan... · Kecamatan Bekasi Barat merupakan wilayah dengan konsentrasi pemukiman terbesar di Kota

Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus, 2016 | 9

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

3. Adaptasi masyarakat terhadap banjir

tahunan di Kecamatan Bekasi Barat

dilihat dari tingkat pengetahuan akan

banjir hampir semua masyarakat

mengetahui bahwa daerah mereka sering

terjadi banjir. pengetahuan tersebut

didasarkan pada faktor penyebab banjir

dan bentuk adaptasi masyarakat terhadap

banjir.

Adaptasi masyarakat dilihat dari

upaya sebelum terjadinya banjir,

sebagian besar masyarakat sudah

memiliki program seperti kerja bakti

membersihkan saluran rumah tangga,

dan merenovasi sarana dan prasarana

umum agar dapat mengurangi dampak

banjir seperti melakukan peninggian

jalan sebagai upaya meminimalisir

tinggi banjir. Banyak dari warga yang

merubah tempat tinggalnya dengan

menambahkan lantai rumah mereka dan

meninggikan lantai dasar rumah agar

terhindar dari banjir. maasyarakat

beranggapan bahwa walaupun

Kecamatan Bekasi Barat kerap dilanda

banjir sangat sulit untuk pindah tempat

tinggal karena dibandingkan dengan

dampak banjir yang mereka rasakan,

kemudahan akses untuk beraktivitas

sehari-hari sangat memudahkan,

sehingga walaupun pemerintah lamban

dalam menanggapi banjir, sebagian

masyarakat memilih mengupayakan

sendiri untuk mengurangi dampak banjir

yang terjadi.

Adaptasi masyarakat dilihat dari

upaya ketika terjadi banjir, seperti

sebagian besar warga sudah menyiapkan

lantai dua rumah mereka sebagai tempat

mengungsi sebagian lainnya menuju

posko dan mengungsi ke rumah sanak

saudara, kemudian telah di tetapkannya

bangunan seperti masjid, balai warga

dan tempat lain seperti gelanggang

olahraga sebagai tempat evakuasi warga

ketika sewaktu-waktu terjadi banjir.

Selain itu berangkat dari kesadaran

masyarakat akan rawannya daerah

mereka terhadap banjir membuat

sebagian besar warga telah

mempersiapkan sistem peringatan dini

untuk dapat memperingatan penduduk

apabila sewaktu-waktu banjir melanda

pemukiman mereka, seperti

menggalakan sistem keamanan

lingkungan (siskamling). Peran

pemerintah dalam rangka aksi cepat

tanggap terhadap banjir pun dilakukan,

salah satunya yaitu memberi bantuan

kepada masyarakat seperti bantuan

tenaga lapangan, bantuan kesehatan,

posko banjir, dll.

Adaptasi masyarakat dilihat dari

setelah terjadinya banjir seluruh

masyarakat melakukan bersih-bersih

rumah dan lingkungan dari kotoran dan

lumpur banjir secara gotong royong.

Kemudian dalam rangka mengurangi

kerugian baik kerugian ekonomi, mental

dan jiwa akibat banjir, pemerintah

setempat didukung oleh lembaga yang

terkait dengan bencana banjir memberikan

latihan kesiapsiagaan masyarakat dalam

menghadapi banjir

Hubungan kondisi sosial ekonomi

dengan bentuk adaptasi masyarakat

terhadap bencana banjir di Kecamatan

Bekasi Barat akan dijelaskan melalui

pembahasan berikut ini:

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas One-

Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Sosial

Ekonomi

Sebelu

m

Bencana

Ketika

Bencana

Sesudah

Bencana

N

Normal Parametersa

mean

Std. Deviation

Most Extreme

Differences

Absolute

Positive

Negative

Kolmogorov_Smirn

ov Z

Asymp. Sig. (2-

tailed)

93

1.4409

.49918

.371

.371

-.310

3.574

.000

93

2.9677

.17764

.540

.428

-.540

5.206

.000

93

2.1398

.68511

.291

.291

-.290

2.802

.000

93

1.8387

.36979

.507

.331

-.507

4.893

.000

a. Test Distribution is Normal

Berdasarkan output diatas dapat

diketahui bahwa nilai variabel X sosial

ekonomi sebesar 0,000 < 0,05 maka

Page 10: KERENTANAN BANJIR TAHUNAN DAN ADAPTASI …antologi.upi.edu/file/Kerentanan_Banjir_Tahunan... · Kecamatan Bekasi Barat merupakan wilayah dengan konsentrasi pemukiman terbesar di Kota

10 | Malianto, dkk

Kerentanan Banjir Tahunan Dan Adaptasi Masyarakat Di Kecamatan Bekasi Barat

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

ditolak Hc artinya variabel sosial ekomoni

berdistibusi tidak normal. Untuk variabel

Y sebelum bencana, terjadi bencana dan

sesudah bencana sebesar 0,000 < 0,05

maka tolak Hc artinya variabel Y tidak

berdistibusi normal. Karena variabel tidak

berdistribusi normal maka tidak dapat

dilakukan pengujian analisis regresi,

sehingga untuk selanjutnya digunakan

analisis korelasi Spearman Rank.

Hubungan kondisi sosial ekonomi

dengan bentuk adaptasi masyarakat

sebelum terjadi banjir di Kecamatan

Bekasi Barat akan jelaskan melalui

pembahasan berikut ini:

Tabel 4. Hubungan Kondisi Sosial

Ekonomi Dengan Adaptasi Sebelum

Bencana

Sosial

Ekonomi

Sebelum

Bencana

Spearman’s rho Sosial

Ekonomi Correlation

Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Sebelum Bencana

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

1.000

.

93

-.083

.429

93

-.083

.429

93

1.000

.

93

Dapat dilihat pada Tabel 4, nilai

Correlation Coefficient bernilai negatif

yaitu -0,083 , ini berarti bahwa tidak

terdapat keterikatan yang cukup signifikan

antara kondisi sosial ekonomi dengan

adaptasi masyarakat sebelum terjadinya

bencana banjir. Hal tersebut menunjukan

bahwa adanya faktor lain yang

mempengaruhi adaptasi masyarakat

sebelum terjadinya bencana banjir. Untuk

melihat seberapa persen pengaruh kondisi

sosial ekonomi (x) terhadap bentuk

adaptasi masyarakat ketika terjadi bencana

(y1) dapat menggungunakan perhitungan

(-0,083² x 100 %) yang kemudian

mendapatkan hasil sebesar 0,688%.

Dengan maksud kondisi sosial ekonomi

dengan adaptasi masyarakat ketika terjadi

bencana memilki hubungan sebesar

0,688% dan 99,378% dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain.

Faktor lainnya yang memiliki

hubungan terhadap bentuk adaptasi yaitu

hubungan kondisi sosial ekonomi terhadap

bentuk adaptasi masyarakat ketika terjadi

banjir di Kecamatan Bekasi Barat akan

jelaskan melalui pembahasan berikut ini:

Tabel 5. Hubungan Sosial Ekonomi

Dengan Adaptasi Ketika Banjir

Sosial

Ekonomi

Ketika

Bencana

Spearman’s Sosial

Ekonomi Correlation

Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

Terjadi Bencana

Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed)

N

1.000

.

93

-.063

.551

93

-.063

.551

93

1.000

.

93

Tabel 5 menunjukan bahwa tidak ada

keterkaitan antara kondisi sosial ekonomi

dengan adaptasi masyarakat ketika

terjadinya bencana banjir. Dapat dilihat

dari nilai Correlation Coefficient yang

bernilai negatif yaitu -0,063. untuk melihat

seberapa persen pengaruh kondisi sosial

ekonomi (x) terhadap adaptasi masyarakat

ketika terjadi bencana (y2) dapat

menggungunakan perhitungan (-0,063² x

100 %) yang kemudian mendapatkan hasil

sebesar 0,396%. Dengan maksud kondisi

sosial ekonomi dengan adaptasi

masyarakat ketika terjadi bencana memilki

hubungan sebesar 0,396% dan 99,871%

dipengaruhi oleh faktor faktor lain. Faktor

lainnya yaitu hubungan kondisi sosial

ekonomi terhadap bentuk adaptasi

masyarakat sesudah terjadi banjir di

Kecamatan Bekasi Barat akan jelaskan

melalui pembahasan berikut ini:

Page 11: KERENTANAN BANJIR TAHUNAN DAN ADAPTASI …antologi.upi.edu/file/Kerentanan_Banjir_Tahunan... · Kecamatan Bekasi Barat merupakan wilayah dengan konsentrasi pemukiman terbesar di Kota

Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus, 2016 | 11

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

Tabel 6. Hubungan Kondisi Sosial

Ekonom Dengan Adaptasi Masyarakat

Sesudah Bencana

Sosial

Ekonomi

Sesudah

bencana

Spearman’s

rho

Sosial

Ekonomi

Correlation

Coefficient

Sig.(2-tailed)

N

1.000

. 93

.036

.731 93

Sesudah Bencana

Correlation Coefficient

Sig. (2-

tailed) N

.036

.731

93

1.000

.

93

Dapat dilihat pada Tabel 6, nilai

Correlation Coefficient bernilai positif

yaitu 0,036. Hal ini berarti bahwa

memiliki hubungan antara kondsi sosial

ekonomi dengan adaptasi masyarakat

sesudah terjadi bencana walau dengan

tingkat hubungan yang sangat rendah.

Nilai Correlatian Coefficeint dari

Kondisi Sosial Ekonomi (x) adalah 0,036.

Jika ingin melihat hasil koefisien korelasi

nilai r, variabel kondisi sosial ekonomi (x)

berada di interval 0,00 - 0,199 yang

artinya kondisi sosial ekonomi memiliki

tingkat pengaruh yang sangat rendah

terhadap adaptasi masyarakat setelah

terjadi bencana. Kemudian untuk melihat

seberapa persen pengaruh buah pikiran

(x1) terhadap partisipasi masyarakat (y)

dapat menggungunakan perhitungan

(0,036² x 100 %) yang kemudian

mendapatkan hasil sebesar 0,129%.

Dengan maksud kondisi sosial ekonomi

dengan adaptasi masyarakat ketika terjadi

bencana memiliki hubungan sebesar

0,129% dan 99,871% dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain.

KESIMPULAN

Setelah melakukan proses

pengamatan, perhitungan dan analisis

data, hasil penelitian yang menjawab

tujuan penelitian pertama yaitu faktor

penyebab banjir di Kecamatan Bekasi

Barat diihat dari kondisi alam yaitu

topografi daerah penelitian yang

cenderung datar dengan kemiringan antara

0 – 2% dengan ketinggian rata-rata 19

meter dari permukaan laut. Dilihat dari

peristiwa alamnya, curah hujan yang

tinggi menjadi salah satu faktor penyebab

banjir dengan rata-rata mencapai 2428,3

mm/tahun. Dilihat dari aktivitas manusia

kebiasaan membuang sampah ke saluran

air menjadi faktor penyebab banjir di

Kecamatan Bekasi Barat kemudian

perilaku melakukan betonisasi jalan yang

dilakukan warga berdasarkan kepentingan

pribadi masih banyak ditemui sehingga

mengurangi titik area resapan air di

wilayah pemukiman penduduk.

Pada Adaptasi prabencana yang

dilakukan masyarakat Kecamatan Bekasi

Barat sebagian besar memiliki kebiasaan

yang seragam yaitu dengan mengadakan

program untuk menghadapi banjir, bentuk

program yang dilakukan berupa kerja

bakti membersihkan lingkungan baik tiga

bulan sekali maupun enam bulan sekali.

Seluruh responden melakukan perubahan

sarana dan prasarana di lingkungan

mereka seperti menyediakan pompa air

dan perahu karet serta melakukan

peninggian jalan umum untuk mengurangi

tinggi banjir.

Bentuk adaptasi selanjutnya yang

dilakukan masyarakat ketika terjadi banjir

mayoritas tempat mengungsi yang warga

tuju merupakan lantai dua rumah mereka.

Lantai dua rumah dipilih karena menurut

warga cara tersebut lebih simpel dan

efektif. Selain itu baik pemerintah maupun

masyarakat juga sebagian besar

menyediakan posko banjir untuk warga

mereka meskipun hanya terdapat 15%

responden yang mengatakan tidak

merasakan adanya fasilitas posko banjir

ketika terjadi banjir sehingga mereka

pergi ke posko banjir daerah lain dengan

jarak yang lebih jauh. Upaya lain yang

dilakukan warga yaitu keberadaan sistem

peringatan dini, sistem peringatan dini

yang digunakan yaitu berupa siskamling.

Pada adaptasi pasca bencana hal

yang dilakukan warga yaitu melakukan

Page 12: KERENTANAN BANJIR TAHUNAN DAN ADAPTASI …antologi.upi.edu/file/Kerentanan_Banjir_Tahunan... · Kecamatan Bekasi Barat merupakan wilayah dengan konsentrasi pemukiman terbesar di Kota

12 | Malianto, dkk

Kerentanan Banjir Tahunan Dan Adaptasi Masyarakat Di Kecamatan Bekasi Barat

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

bersih-bersih lingkungan, langkah ini

menjadi sangat efektif dan menjadikan

warga semakin kompak. Selain itu upaya

pemerintah yang dibantu pihak terkait

dalam rangka melindungi dan mengayomi

masyarakat diadakan program

kesiapsiagaan untuk menghadapi banjir,

program yang diselenggarakan serempak

se-Kota Bekasi dengan tujuan agar

masyarakat dapat dengan mandiri dan

semakin bijak dalammenghadapi banjir

yang akan datang di kemudian hari.

Pada hasil perhitungan dan analisis

data untuk menjawab tujuan penelitian

yang keempat mengenai hubungan sosial

ekonomi dengan bentuk adaptasi

masyarakat di Kecamatan Bekasi Barat

yaitu berdasarkan perhitungan statistik

dengan menggunakan analisis korelasi

Spearman Rank didapat hubungan sebesar

0,688% untuk adaptasi sebelum terjadi

bencana, kemudian sebesar 0,396% untuk

adaptasi ketika terjadi bencana, serta

sebesar 0,129% untuk adaptasi sesudah

terjadi bencana. Sehingga apabila diambil

kesimpulan terdapat hubungan yang

terjadi antara kondisi sosial ekonomi

terhadap bentuk adaptasi masyarakat

dengan nilai rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Budiharjo, Eko. (2006). Sejumlah

Masalah Pemukiman Kota.

Bandung: P.T. ALUMNI

Nandi, (2010). Upaya Pengurangan

Resiko Banjir melalui Penataan

Ruang Kawasan Permukiman

Sempadan Sungai: Studi kasus di

Kecamatan Majalaya Kabupaten

Bandung. (Makalah) Fakultas Ilmu

Pengetahuan Sosial, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Riska Kumalasari, Novia. (2013) Bentuk

Adaptasi Masyarakat Terhadap

Banjir Di kampong Purwodinantan

dan Jurnatan Kota Semarang.

(Skripsi) Fakultas Teknik,

Universitas Diponegoro, Semarang

Tika, M.P (2005). Metode Penelitian

Geografi. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Sumber Dokumen

A World Health Organization (WHO)

Expert Comittee (1974)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB) (2013)

Dinas Kesehatan Kota Bekasi (2014).

Bekasi

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bekasi

(2014). Bekasi

Perum Jasa Tirta II Bekasi (2015). Bekasi

Undang-undang No. 22 Tahun 1999

Tentang Otonomi Daerah

Sumber Internet

Novita, Dian. 2013. “Dampak Kerusakan

Lingkungan Hidup Bagi Makhluk

Hidup”http://dianharezz.blogspot.c

o.id/2013/06/dampak-kerusakan-

lingkungan-hidup-bagi.html

Diakses pada tanggal 27 Mei 2016.