kerangka acuan.doc
DESCRIPTION
hTRANSCRIPT
MODUL DEMO MEMASAK
Topik :Demo Memasak
Sub-topik :Demo Memasak Menu Sehat dan Bergizi
Tujuan Pembelajaran Umum :
- Setelah mengikuti demo memasak, diharapkan para peserta memahami bahan
makanan apa saja yang sehat dan bergizi, dan mengetahui gizi seimbang yang
dapat diatur dalam menu sehari-hari.
Tujuan Pembelajaran Khusus :
- Setelah mengikuti pelatihan, diharapkan para peserta dapat selalu
menyediakan makanan sehat dan bergizi dalam kehidupan sehari-hari dalam
keluarga masing-masing.
Target Sasaran :Ibu-Ibu Rumah Tangga di Rusunawa& RW08
Jumlah target sasaran : 40 orang
Waktu :
Durasi : 90 menit
Tempat : Aula serba guna (kapasitas 40 jiwa)
A. PELATIH
- dokter muda IKM (kelompok pelaksana I)
B. PERSIAPAN
- membahas bahan rujukan pelatihan dengan pembimbing
- mempersiapkan tempat dan perjanjian dengan ketua RW di wilayah Rusunawa
- menyiapkan sarana yang akan digunakan (bahan memasak, panci, kompor,
penggorengan, bumbu dapur, sodet, piring, gelas, sendok, garpu, pisau,
talenan)
- mempersiapkanchecklist kegiatan yang akan diisi oleh tim pelaksana
C. METODE
Metode yang digunakan adalah :
1. Pemberian materi dengan ceramah
2. Demo memasak
D. DRAFT RENCANA PROSES KEGIATAN
No. Waktu Kegiatan
1. 5 Menit Doa pembuka
Mengucapkan salam
Melakukan edukasi kepada
peserta mengenai pentingnya
mengenal dan mengonsumsi
makanan sehat dan bergizi
Berdoa sesuai
kepercayaan
masing - masing
Menjawab salam
2. 5 menit Ice Breaking Melakukan
kegiatan sesuai
instruksi
3. 25 menit Melakukan penyuluhan materi
bahan makanan yang bergizi
dan sehat
Mengikuti sesi
4. 5 menit Persiapan demo memasak, diselingi
tanya jawab materi
Mengikuti sesi
tanya jawab
5. 45 menit Demo masakan menu sehari
yang sehat dan bergizi
lengkap.
Mengikuti sesi
cara memilih dan
mengolah
makanan untuk
menu harian
6. 5 menit Penutup :
Pengisian kuesioner materi
Doa penutup
Mengucapkan terima kasih
atas partisipasi dan
perhatiannya
Memberi salam perpisahan
Mencicipi hasil
demo masakan
Mengikuti
kuesioner
E.MEDIA KEGIATAN
- bahan memasak
- panci
- kompor
- penggorengan
- bumbu dapur
- sodet
- piring
- gelas
- sendok
- garpu
- pisau
- talenan
F. BAHAN RUJUKAN
- Departemen Kesehatan RI. http://gizi.depkes.go.id/pugs/index.shtml
- PENERAPAN PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG (PUGS) DALAM
PEMELIHARAAN KESEHATAN JANTUNG PADA IBU PESERTA DAN
BUKAN PESERTA KLUB JANTUNG SEHAT DI KALURAHAN PLERET
BANTUL YOGYAKARTA. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ISI
%20LAPORAN%20PENEL%20PUGS.pdf
G. METODE EVALUASI
Kuesioner : mengenai kemampuan dalam memilih bahan makanan sehat dan
bergizi, dan menyusun menu sesuai PUGS.
H. KRITERIA EVALUASI
Terdapat peningkatan kemampuan dan pemahaman dalam menyusun menu
sehat dan bergizi
I. MATERI
Memberi materi mengenai Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
Upaya menanggulangi masalah gizi baik gizi kurang dan gizi lebih,
adalah membiasakan mengkonsumsi hidangan sehari-hari dengan susunan zat
gizi yang seimbang. Untuk maksud tersebut, ada 13 Pesan Dasar Gizi
Seimbang yang perlu diikuti, yaitu :
1. Makanlah beraneka ragam makanan.
Makan beraneka ragam makanan dapat lebih mencukupi kebutuhan gizi
seseorang yaitu kebutuhan lengkap akan karbohidrat, lemak, protein, vitamin
dan mineral. Berbagai jenis bahan makanan mempunyai masing-masing
kandungan gizinya dengan kata lain mempunyai kelebihan dan kekurangan
atas zat gizi tertentu. Misalnya beberapa makanan mengandung tinggi
karbohidrat tetapi kurang vitamin dan mineral. Sedangkan beberapa makanan
lain kaya vitamin tetapi miskin karbohidrat. Jadi, untuk mencapai masukan zat
gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan
makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam bahan makanan. Masing-
masing bahan makanan akan saling memenuhi kebutuhan akan zat gizi.
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
Seseorang dapat menjalankan aktivitasnya seperti bekerja, belajar, berpikir
atau pun berolahraga karena mempunyai energi.Energi ini didapatkan dari
makanan khususnya dari karbohidrat, protein dan lemak.Jumlah makanan
yang dimakan haruslah cukup. Jika berlebihan akan menambah berat badan
sehingga meningkatkan resiko penyakit jantung, stroke dan lainnya. Jika
kurang seseorang akan kekurangan energi sehingga menjadi lemas atau kurang
bersemangat dan dapat menurunkan produkivitas kerja.
3. Makanlah sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.
Makanan sumber karbohidrat ini terdapat dalam bahan makanan pokok yang
merupakan porsi yang paling besar dalam hidangan sebaiknya tidak lebih dari
setengah kebutuhan. Setengah yang lainnya akan dipenuhi oleh bahan
makanan lain yaitu protein dan lemak. Misalnya jika seseorang kekenyangan
makan ubi akan melupakan makanan lain yang menjadi sumber protein dan
lemak.
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak seperempat dari kebutuhan energi.
Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk
meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A, D, E,
dan K, serta menambah lezatnya hidangan.Konsumsi lemak dan minyak dalam
makanan sehari-hari sebaiknya 15 – 25 % dari kebutuhan energi.Potensi lemak
dan minyak sebagai sumber energi terhitung lebih tinggi daripada karbohidrat
dan protein.Tiap gram lemak menghasilkan 9 kilokalori, sedangkan
karbohidrat dan protein hanya 4 kilokalori.Bagi kebanyakan penduduk
Indonesia, khususnya yang tinggal di perdesaan, konsumsi lemak/minyak
masih sangat rendah sehingga masih perlu ditingkatkan.Sedangkan konsumsi
lemak pada penduduk perkotaan sudah harus diwaspadai karena cenderung
berlebihan.Mereka yang sudah berlebihan mengonsumsi lemak harus segera
menurunkan secara bertahap, dengan cara mengurangi konsumsi makanan
berlemak tinggi, termasuk mengurangi konsumsi makanan bersantan dan yang
digoreng.Kebiasaan mengonsumsi lemak hewani yang berlebihan dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung
koroner.Namun membiasakan makan ikan dapat mengurangi risiko menderita
penyakit jantung koroner, karena lemak ikan mengandung asam lemak omega
3.Asam lemak omega 3 berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak
pada dinding pembuluh darah.
5. Gunakan garam beryodium.
Sesuai Keppres No. 69 tahun 1994, semua garam yang beredar di Indonesia
harus mengandung yodium.Kebijaksanaan ini berkaitan erat dengan masih
tingginya kejadian gangguan kesehatan akibat kekurangan yodium (GAKY) di
Indonesia.Garam beryodium adalah garam natrium yang telah diperkaya
dengan KIO 3 (kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm.GAKY (Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium) merupakan masalah gizi yang serius, karena dapat
menyebabkan penyakit gondok dan kretin (kerdil).Kekurangan unsur yodium
dalam makanan sehari-hari, dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan
seseorang.Indonesia saat ini diperkirakan kehilangan 140 juta I.Q poin akibat
GAKY.Anak sekolah yang menderita GAKY biasanya memerlukan waktu
yang relatif lebih lama untuk menyelesaikan tingkat pendidikan formal
tertentu.Bahkan mereka yang menderita GAKY tingkat berat (kretin,
kretinoid) tidak mampu menyerap pelajaran pendidikan dasar.
6. Makanlah makanan sumber zat besi.
Zat besi (Fe) merupakan salah satu unsur pembentuk dari sel darah merah
(eritrosit) yang bertanggungjawab transpor oksigen dan
karbondioksida.Kekurangan zat besi menimbulkan masalah anemia gizi besi
atau di masyarakat dikenal dengan penyakit kurang darah.Sumber utama Fe
adalah bahan pangan hewani dan kacang- kacangan serta sayuran berwarna
hijau tua.Kesulitan utama untuk memenuhi kebutuhan Fe adalah rendahnya
tingkat penyerapan Fe di dalam tubuh, terutama sumber Fe nabati yang hanya
diserap 1-2%.Sedangkan tingkat penyerapan Fe makanan asal hewani dapat
mencapai 10-20%.Ini berarti bahwa Fe pangan asal hewani (heme) lebih
mudah diserap daripada Fe pangan asal nabati (non heme). Anemia Gizi Besi
(AGB) terutama banyak diderita oleh wanita hamil, wanita menyusui, dan
wanita usia subur pada umumnya, karena fungsi kodrati. Peristiwa kodrati
wanita adalah haid, hamil, melahirkan dan menyusui. Karena itu menyebabkan
kebutuhan Fe atau zat besi relatif lebih tinggi ketimbang kelompok lain.
Kelompok lain yang rawan AGB adalah anak balita, anak usia sekolah, dan
buruh serta tenaga kerja berpenghasilan rendah. AGB dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan dari tingkat ringan sampai berat. Anemia pada ibu hamil
akan menambah risiko: mendapatkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), risiko
perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, dan bahkan dapat menyebabkan
kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat.
Anemia sedang dan ringan dapat menimbulkan gejala lesu, lelah, pusing, pucat
dan penglihatan sering berkunang-kunang. Bila terjadi pada anak sekolah,
anemia gizi akan mengurangi kemampuan belajar. Sedangkan pada orang
dewasa akan menurunkan produktivitas kerja. Disamping itu, penderita
anemia lebih mudah terserang infeksi.Hal ini tentunya sangat menghambat
upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia.
7. Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif) sampai bayi umur 6
bulan.
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.Tidak ada seseorang pun yang dapat
membuat makanan atau minuman sebaik ASI untuk bayi.Komposisi gizi
dalam ASI sangat lengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi untuk tumbuh
sehat.Selain itu efek psikologis yang ditimbulkan baik terhadap bayi maupun
ibunya.Kolostrum yang terdapat pada awal setelah ibu melahirkan meskipun
hanya dalam jumlah sedikit mengandung zat kekebalan dan vitamin A tinggi
harus segera diberikan pada bayi.
Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI harus
diberikan kepada bayi segera setelah dilahirkan (dalam waktu 30 menit setelah
lahir).Disamping itu daya isap bayi pada saat itu paling kuat dapat merangsang
produksi ASI selanjutnya.Pemberian makanan selain ASI pada umur 0-4 bulan
sangat tidak dianjurkan karena bayi belum mampu memproduksi enzim untuk
mencerna makanan bukan ASI. Apabila pada periode ini, bayi dipaksa
menerima makanan bukan ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan pada
bayi, seperti diare, alergi dan bahaya lain yang fatal. Perlu diperhatikan cara
menyusui yang baik dan benar, yaitu tidak dijadwal, ASI diberikan sesering
mungkin, termasuk menyusui pada malam hari.Ibu menggunakan payudara
kiri dan kanan secara bergantian tiap kali menyusui.Di samping itu posisi ibu
bisa duduk atau tiduran dengan suasana tenang dan santai.Bayi dipeluk dengan
posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting susu ibu harus baik,
yaitu sebagian besar areola (bagian hitam sekitar puting) masuk ke mulut bayi.
Semua ini agar pemberian ASI lebih efektif.
8. Biasakan makan pagi.
Sarapan atau makan pagi sangat penting untuk menunjang aktivitas sehari-
hari. Makan pagi dapat mendukung produktivitas kerja karena meningkatkan
daya tahan kerja.Bagi anak sekolah makan pagi penting untuk meningkatkan
konsentrasi dalam belajar sehingga lebih mudah untuk menerima
pelajaran.Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi
kecukupan gizinya sehari-hari.Kebiasaan seseorang menghindari makan pagi
dengan tujuan untuk menurunkan berat badan merupakan kekeliruan yang
dapat mengganggu kondisi kesehatan misalnya berupa gangguan pada saluran
pencernaan sepeti sakit maag. Seseorang yang tidak makan pagi memiliki
risiko menderita gangguan kesehatan berupa menurunnya kadar gula darah
dengan tanda-tanda antara lain : lemah, keluar keringat dingin, kesadaran
menurun bahkan pingsan. Bagi anak sekolah, kondisi ini menyebabkan
merosotnya konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunnya prestasi
belajar. Bagi pekerja akan menurunkan produktivitas kerja.
9. Minumlah air bersih dan aman yang cukup.
Air yang bersih dan aman harus direbus sampai mendidih terlebih dahulu
supaya kuman mati. Untuk memenuhi kebutuhan air dikonsumsi sekurang-
kurangnya 2 liter atau setara dengan 8 gelas sehari. Minum air yang cukup
dapat menurunkan
resiko penyakit ginjal dan saluran kencing. Menentukan kebutuhan air minum
dengan mengandalkan rasa haus tidak sepenuhnya benar. Contoh, seseorang
yang bekerja di ruang AC tidak merasa haus, padahal yang bersangkutan
seharusnya memerlukan cairan lebih banyak dibanding ketika ia bekerja di
ruang tanpa AC. Atau ketika seseorang brada di daerah yang kelembababnya
rendah sedangkan suhu udaranya tinggi cairan lebih mudah menguap melalui
kulit sehingga kebutuhan air akan lebih banyak.
10. Lakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur.
Kebugaran fisik akan mudah dicapai jika seseorang berolahraga atau
melakukanaktivitas fisik secara teratur. Seseorang dapat melakukan aktivitas
fisik tanpa kelelahan yang berarti.Olahraga teratur juga dapat menjaga
kelebihan berat badan serta meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot.
Disamping itu olahraga juga dapat memperlambat proses penuaan.
Ketidakseimbangan antara konsumsi makanan dan aktivitas fisik dapat
mengganggu kesehatan terutama berhubungan dengan kelebihan berat
badan.Hal ini sering terjadi pada orang yang dalam pekerjaannya lebih banyak
di dalam ruangan sehingga tidak punya waktu untuk melakukan aktivitas fisik
yang lebih banyak sedangkan mereka mengkonsumsi makanan tidak sesuai
dengan kebutuhannya.
11. Hindari minum minuman berakohol.
Banyak sekali kerugian dari minuman berakohol.Minuman berakohol
hanyamengandung energi tetapi tidak zat gizi lainnya. Kebiasaan minum
minuman berakohol dapat mengakibatkan terhambatnya proses penyerapan zat
gizi, hilangnya zat-zat gizi yang penting meskipun orang tersebut
mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup sehingga
menimbulkan kurang gizi, penyakit gangguan hati dan saluran pencernaan
terutama lambung dan duodenum serta kerusakan saraf otak dan jaringan
tubuh. Di samping itu, minum minuman beralkohol dapat menyebabkan
ketagihan dan kehilangan kendali diri dan dapat menjadi faktor pencetus ke
arah tindak kriminal.
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
Makanan harus bergizi lengkap dan juga harus layak dikonsumsi sehingga
aman bagi kesehatan. Makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari
kuman dan bahan kimia berbahaya serta tidak bertentangan dengan keyakinan
masyarakat atau dengan kata lain halal. Makanan atau masakan yang dapat
memenuhi syarat-syarat halal dan aman untuk dikonsumsi, maka sejak bahan
makanan tersebut ditanam atau diternakkan sampai siap disantap, makanan
harus diperlakukan secara baik dan benar. Mulai dari proses panen, produksi,
pengiriman, pengolahan di pabrik, pengolahan di rumah sampai akan
dihidangkan harus melalui proses yang baik dan aman. Makanan harus bebas
dari pengawet atau bahan tambahan lain yang dapat merugikan kesehatan
seperti seperti asam borax/bleng, formalin, zat pewarna rhodamin B dan
methanil yellow.Tanda-tanda umum bagi makanan yang tidak aman bagi
kesehatan antara lain: berlendir, berjamur, aroma dan rasa atau warna
makanan berubah. Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati
tanggal daluwarsa, atau terjadi karat/kerusakan pada kemasan, makanan
kaleng tersebut harus segera dimusnahkan.Sebaiknya, makanan dengan tanda-
tanda tersebut tidak dibeli dan tidak dikonsumsi, meskipun harganya sangat
murah.
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas.
Label makanan yang dikemas adalah keterangan tentang isi, jenis dan
ukuranbahan-bahan yang digunakan, susunan zat gizi, tanggal kadaluwarsa
serta keterangan penting lainnya. Semua keterangan yang rinci pada label
makanan yang dikemas sangat membantu konsumen pada saat memilih dan
menggunakan makanan tersebut, sesuai kebutuhan gizi dan keadaan kesehatan
konsumen.
TIPS MEMILIH BAHAN PANGAN UNTUK MENU HARIAN
No. Jenis Nutrisi Contoh Sumber Bahan Pangan
1 Karbohidrat Nasi, singkong, kentang, ubi, talas, sagu,
ketan, gandum.
2 Protein Telur, tahu, tempe, ikan, ayam, udang,
kerang, polong-polongan.
3 Lemak Kacang-kacangan, minyak goreng, kedelai,
alpukat.
4 Serat Beraneka sayur segar dan buah segar jenis
apapun.
MENU DEMO MASAKAN MENU HARIAN BERGIZI SEIMBANG
1. Tumis Kangkung
Bahan:
1 ikat kangkung, siangi
2 buah cabe merah besar, potong menyamping
cabe rawit sesuai selera
2 siung bawang putih, memarkan
1 sdt terasi
1/4 sdt garam
1/2 sdt gula
minyak untuk menggoreng
Cara Membuat:
1. Panaskan wajan. Tumis cabe merah, cabe rawit dan bawang putih
hingga layu dan berubah warna.
2. Masukkan kangkung, tumis sejenak hingga setengah matang.
Tambahkan sedikit saja air.
3. Masukkan gula, garam dan terasi. Tumis sebentar. Angkat dan
sajikan.
2. Tempe Teri Sambal
Bahan Sambal Tempe Teri :
150 gr tempe, potong tipis, goreng
4-5 sdm teri medan, goreng
4 cabe merah besar, buang biji, iris halus
1-2 sdt gula merah, sisir halus
1 sdm kecap manis
2 sdm minyak, untuk menumis
Bumbu Halus Sambal Teri Tempe :
4 bawang merah
2 bawang putih
4 cabe merah keriting
1 sdt garam
Cara Membuat Sambal Teri Tempe :
1. Tumis bumbu halus hingga harum.
2. Kemudian masukkan cabe iris, aduk sampai cukup layu.
3. Tambahkan gula dan kecap, cicipi rasanya. Angkat.
4. Tuang bumbu yg telah ditumis ke dalam ulekan.
5. Tambahkan teri dan tempe yang telah digoreng.
6. Kemudian ulek kasar hingga tercampur.
7. Sajikan bersama sayuran rebus.
3. Tahu Masak Pindang
Bahan-bahan/bumbu-bumbu:
2 buah tahu putih, dipotong 4 bagian, dipotong diagonal
1.200 ml air
7 butir bawang merah, dibakar
3 siung bawang putih, dibakar
2 buah cabai merah, dibakar, dibelah dua memanjang
2 lembar daun salam
2 lembar daun jeruk, dibuang tulangnya
1 batang serai, diambil bagian putihnya, dimemarkan
2 cm lengkuas, dimemarkan
3 sendok makan kecap manis
1 sendok makan garam
3 1/2 sendok teh gula merah
Cara membuat:
1. Rebus bawang merah dan bawang putih dalam air sampai mendidih.
2. Tambahkan cabai merah, daun salam, daun jeruk, dan lengkuas. Aduk
rata.
3. Masukkan tahu, kecap manis, garam, dan gula merah. Aduk rata.
4. Masak di atas api sedang sampai matang.
4. Aneka Buah Segar
MODUL AKTIVITAS FISIK
Topik : Aktivitas fisik
Sub Topik : Senam Bersama Untuk Menerapkan Pola Hidup Sehat di
Masyarakat
Tujuan pembelajaran umum
Peserta dapat melakukan aktivitas fisik untuk meningkatkan kualitas kesehatannya.
Tujuan pembelajaran khusus
Peserta dapat terus menerapkan pola hidup bersama keluarganya untuk beraktifitas
fisik secara rutin sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit tidak menular.
Target sasaran : Kepala keluarga RW 08 dengan usia kurang dari 60
tahun
Jumlah target sasaran : 40 orang
Waktu : Hari Sabtu / Minggu setiap minggu
Durasi : 60 menit
Tempat : Aula serba guna (kapasitas 40 jiwa)
A. PELATIH
Dokter muda departemen IKM (kelompok pelaksana)
B. PERSIAPAN
Membahas pengumuman kepada warga kegiatan senam bersama dengan
ketua RW 08
Mempersiapkan tempat kegiatan senam
Mempersiapkan sarana yang akan digunakan (speaker, audio player,
mikrofon, CD lagu, DVD, DVD player, air minum)
Membuat video instruksi senam singkat di rumah
Mempersiapkan konsumsi
C. METODE
Metode yang digunakan adalah
A. Senam bersama
B. Pembagian DVD video instruksi senam singkat di rumah
D. DRAFT RENCANA PROSES KEGIATAN
No. Waktu Kegiatan
1. 5 Menit Doa pembuka
Mengucapkan salam
Melakukan edukasi kepada
peserta mengenai frekuensi
ideal melakukan aktivitas fisik
(terutama olahraga aerobik)
dan manfaatnya bagi tubuh
Berdoa sesuai
kepercayaan
masing - masing
Menjawab salam
Melakukan
pemanasan
sesuai instruksi
pelatih
2. 5 menit Pemanasan Melakukan
pemanasan
sesuai instruksi
pelatih
3. 25 menit Melakukan kegiatan senam
bersama
Melakukan
gerakan tubuh
sesuai instruksi
pelatih
Alat :
Speaker
Audio player
Mikrofon
CD lagu
4. 5 menit Pendinginan Melakukan
pendinginan
sesuai instruksi
pelatih
5. 15 menit J. Pembagian makan siang dan
DVD video instruksi senam
singkat di rumah
K. Makan siang
L. Pemutaran demo video
Makan siang
sambil
menyaksikan
pemutaran demo
video instruksi
instruksi senam singkat di
rumah kepada peserta
senam singkat di
rumah.
6. 5 menit Penutup :
Doa penutup
Mengucapkan terima kasih
atas partisipasi dan
perhatiannya
Memberi salam perpisahan
Berdoa sesuai
kepercayaan
masing – masing
Menjawab salam
perpisahan
E. MEDIA KEGIATAN
Speaker
Audio player
Mikrofon
CD lagu
F. BAHAN RUJUKAN
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta; 2008
Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
Penyakit Tidak Menular (PTM) Penyebab Kematian Terbanyak di Indonesia.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1637-penyakit-tidak-
menular- ptm-penyebab-kematian-terbanyak-di- indonesia.html.%20Diakses
%2019%20Oktober%202011
Weil R. Aerobic Exercise.
http://www.medicinenet.com/aerobic_exercise/article.htm (accessed 19 April
2013)
World Health Organization. Definition of an Older or Elderly Person.
http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/ (accessed 19 April
2013)
G. METODE EVALUASI
Kuesioner : survei mengenai rutinitas aktivitas fisik.
H.KRITERIA EVALUASI
Terdapat peningkatan frekuensi aktivitas fisik.
I. MATERI
Kini, penyakit tidak menular (PTM) adalah penyebab kematian
terbanyak di Indonesia. Penyebab kematian untuk semua umur telah terjadi
pergeseran, dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Proporsi angka
kematian akibat PTM pada tahun 2007 sudah mencapai 59,5 %. Penyebab
kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4 %)
kemudian hipertensi (6,8 %), diabetes mellitus (5,7 %), tumor ganas (5,7 % ).
Proporsi penyakit tidak menular semua umur di Indonesia
Penyakit tidak menular %
(n = 2.285)
Strok 26.9
Hipertensi 12.3
Diabetes Mellitus 10.2
Tumor ganas 10.2
Penyakit jantung iskemik 9.3
Penyakit saluran nafas kronik 9.2
Penyakit jantung lain 7.5
Ulkus lambung dan usus 12 hari 3.4
Malformasi kongenital 1.0
Malnutrisi 0.4
Salah satu faktor resiko terjadinya PTM adalah kurangnya aktivitas
fisik. Prevalensi nasional kurangnya aktifitas fisik pada penduduk umur lebih
dari 10 Tahun adalah 48,2%. Maka dari itu dengan melakukan aktivitas fisik
aerobik dengan durasi 20 – 60 menit sebanyak tiga sampai lima kali per
minggu seperti jogging, menari, bersepeda, berenang diharapkan masyarakat
akan memiliki kualitas kesehatan yang lebih baik dan pola hidup yang lebih
sehat. Apabila tidak tersedia waktu untuk melakukan aktivitas fisik dengan
durasi tersebut, aktivitas fisik dapat dilakukan dengan prinsip “akumulasi”
artinya, aktivitas fisik dapat dilakukan hanya selama 10 menit – 15 menit di
saat yang berbeda – beda dalam hari yang sama (contoh : 10 menit pagi hari
sebelum pergi bekerja, 10 menit di siang hari saat makan siang, 10 menit di
sore hari saat pulang bekerja) hingga mencapai target minimal 20 - 30 menit
aktivitas fisik per hari.
MODUL INSPEKSI VISUAL ASAM (IVA)
Topik : Pelatihan kader dan skrining kanker leher rahim
Sub-topik : Pelatihan kader dan skrining kanker leher rahim dengan metode
Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat (IVA)
Tujuan pemeriksaan umum:
Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan deteksi dini lesi pra-kanker
leher rahim dengan IVA.
Tujuan pemeriksaan khusus:
Setelah kegiatan ini kader diharapkan mampu membantu tenaga kesehatan
puskesmas dalam pelaksanaan skrining kanker leher rahim dengan IVA
dan deteksi dini kanker leher rahim dapat ditingkatkan.
Target sasaran :
Pelatihan : Bidan dan kader
Pemeriksaan IVA: Wanita usia 30-50 tahun
Jumlah target sasaran:
Kader : 10 orang
Peserta IVA: 50 warga perempuan RW 08
Waktu: Satu kali
Durasi : 120 menit
Tempat: Posyandu RW 08
A. PELATIH:
Dokter Muda FK Atma Jaya
B. PELAKSANA IVA:
Dokter puskesmas
Bidan puskesmas
Dokter Atma Jaya
Dokter muda FK Atma Jaya (kelompok pelaksana)
Kader
C. PERSIAPAN :
Membahas bahan rujukan pelatihan dengan pembimbing.
Mempersiapkan alat dan tempat untuk pelatihan.
Mempersiapkan alat, bahan dan tempat untuk pemeriksaan IVA.
Mempersiapkan konsumsi
D. METODE
Metode yang digunakan adalah:
Ceramah
Diskusi/ tanya jawab dan kuis
Simulasi
E. DRAFT RENCANA PELAKSANAAN
No. Waktu Kegiatan Metode Sasaran
1. 5 menit Pembukaan:
1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Ice breaking
4. Menyampaikan tujuan
Ceramah 6. Menjawab salam
7. Menerima pamflet
8. Mendengarkan dan
memperhatikan
pembelajaran dan
pemeriksaan
5. Menyebutkan materi/
pokok bahasan yang
akan disampaikan
2. 30
menit
Ceramah tentang kanker
leher rahim dan IVA, serta
pelatihan
Diskusi dan tanya jawab
Ceramah dan
simulasi
9. Mendengarkan
10. Dapat aktif mencoba
saat pelatihan
11. Berpartisipasi dalam
tanya jawab
3. 80-90
menit
Pemeriksaan IVA Pemeriksaan 1. Menjalani pemeriksaan
Tahap persiapan:
Memberi penjelasan kepada
pasien tentang kanker serviks
dan pemeriksaan IVA. Ibu
diminta buang air kecil dan
membilas kemaluannya
terlebih dahulu. Kemudian, ibu
diminta melepaskan pakaian
dan pakaian dalamnyaserta
diposisikan di meja
pemeriksaan ginekologi)
Tahap pemeriksaan:
1. Mempersiapkan alat
dan bahan (sarung
tangan, larutan asam
asetat, 3-5%, spekulum
steril, kapas lidi sumber
cahaya yang memadai,
wadah alat yang telah
di disinfeksi, meja
periksa ginekologi,
larutan klorin 0,5%
untuk sterilisasi)
2. Cuci tangan dan pakai
sarung tangan sekali
pakai
3. Pengamatan bagian
luar kemaluan, lihat
apakah ada cairan, raba
kelanjar sekitar
(kelenjar Skene dan
Bartholini) Jangan
menyentuh klitoris
karena akan
menyebabkan rasa
tidak nyaman. Katakan
pada pasien bahwa
berikutnya akan
dimasukkan spekulum
dan mungkin ibu akan
merasakan beberapa
tekanan.
4. Dengan hati-hati
masukkan spekulum
sepenuhnya atau
sampai terasa ada
tahanan lalu secara
perlahan buka cocor
untuk melihat serviks.
Atur spekulum agar
seluruh leher rahim
dapat terlihat. Bila
serviks dapat terlihat
sepenuhnya, kunci
cocor spekulum.
5. Pindahkan sumber
cahaya agar serviks
terlihat jelas.
6. Amati tanda-tanda
peradangan seperti
bercak kemerahan,
cairan keputihan,
nanah, penampakan
seperti stroberi ataupun
kelainan lain seperti
massa mirip kembang
kol.
7. Gunakan kapas lidi
bersih untuk
membersihkan cairan
yang keluar, darah atau
mukosa serviks. Buang
kapas lidi ke wadah
anti bocor.
8. Basahi kapas lidi
dengan larutan asam
asetat (3-5%) dan
oleskan pada serviks.
9. Tunggu 1 menit
10. Periksa apakah serviks
mudah berdarah
ataukah muncul bercak
putih yang tebal atau
epitel acetowhite yang
menandakan IVA
positif
11. Apabila hasil positif,
dapat dirujuk ke
puskesmas/ RS yang
memiliki pelayanan
kanker serviks.
F. MEDIA KEGIATAN
Flip chart atau proyektor
Video
Alat peraga
G. BAHAN RUJUKAN
Petunjuk Teknis Pencegahan-Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan
Kanker Payudara 2007 dari Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular Departemen Kesehatan RI yang diterbitkan oleh Bakti
Husada.
H. METODE EVALUASI
Metode evaluasi : Tanya jawab.
Jenis evaluasi : Lisan.
I. KRITERIA EVALUASI
Kader dapat memahami pentingnya deteksi dini kanker leher rahim
dan metode teknis dasar IVA guna membantu tenaga kesehatan dalam
pelaksanannya.
Pemeriksaan IVA yang benar terhadap para peserta pemeriksaan.
J. MATERI
Kelompok risiko kanker leher rahim adalah wanita pada usia suburnya,
terutama mereka yang menikah/ memulai aktivitas seksual pada usia kurang dari 20
tahun, berganti-ganti pasangan seks maupun riwayat infeksi panggul, dan perokok
pasif maupun aktif. Penapisan atau screening kanker leher rahim memungkingkan
penemuan dini dan pengobatan segera untuk hasil yang lebih baik.
Penapisan kanker leher rahim dapat dilakukan salah satunya dengan IVA
(Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). IVA merupakan praktik pemeriksaan yang
aman, tidak mahal, dan memberikan hasil segera.
Sebelum melakukan tes IVA, sebaiknya dilakukan persiapan. Pertama,
dijelaskan terlebih dahulu mengapa tes dianjurkan dan apa yang akan terjadi saat
pemeriksaan dan kemungkinan hasil temuan dari pemeriksaan. Setelah memastikan
semua alat dan bahan (sarung tangan, larutan asam asetat, 3-5%, spekulum steril,
kapas lidi sumber cahaya yang memadai, wadah alat yang telah di disinfeksi, meja
periksa ginekologi, larutan klorin 0,5% untuk sterilisasi) tersedia, ibu dibawa ke ruang
pemeriksaan dan diminta buang air kecil sekaligus membersihkan dan membilas
kemaluannya. Ibu kemudian diminta untuk melepaskan pakaian (termasuk celana
dalam) dan dibantu posisikan di meja ginekologi. Tutup badan ibu dengan kain,
nyalakan lampu dan arahkan ke vagina ibu. Cuci tangan secara merata dengan sabun
dan air lalu keringkan, periksa bagian perut sampai lipat paha apabila ada benjolan
atau luka. Pakai sarung tangan periksa, atur peralatan dalam wadah.
Tes IVA kemudian dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai
2. Pengamatan bagian luar kemaluan dan lihat apakah ada cairan, raba kelanjar
sekitar (kelenjar Skene dan Bartholini) Jangan menyentuh klitoris karena akan
menyebabkan rasa tidak nyaman. Katakan pada pasien bahwa berikutnya akan
dimasukkan spekulum dan mungkin ibu akan merasakan beberapa tekanan.
3.Dengan hati-hati masukkan spekulum sepenuhnya atau sampai terasa ada
tahanan lalu secara perlahan buka cocor untuk melihat serviks. Atur spekulum agar
seluruh leher rahim dapat terlihat. Bila serviks dapat terlihat sepenuhnya, kunci cocor
spekulum.
4. Pindahkan sumber cahaya agar serviks terlihat jelas.
5.Amati tanda-tanda peradangan seperti bercak kemerahan, cairan keputihan,
nanah, penampakan seperti stroberi ataupun kelainan lain seperti massa mirip
kembang kol.
6.Gunakan kapas lidi bersih untuk memberishkan cairan yang keluar, darah
atau mukosa dari serviks. Buang kapas lidi ke wadah anti bocor.
7. Basahi kapas lidi dengan larutan asam asetat dan oleskan pada serviks.
8. Tunggu 1 menit
9. Periksa apakah serviks mudah berdarah ataukah muncul bercak putih yang
tebal atau epitel acetowhite yang menandakan IVA positif
Apabila didapatkan hasil positif pada IVA ataupun adanya massa, tawarkan
pasien dapat dirujuk ke fasilitas yang memiliki pengobatan dan konseling kanker
serviks, misalnya puskesmas ataupun RS.
MODUL PEMBERDAYAAN KADER
Topik : Pemberdayaan Kader
Sub-topik :
- Pelatihan kader pengukuran tekanan darah dan antropometri
- Screening tekanan darah dan antropometri
Tujuan Pembelajaran Umum :
Setelah dilakukan screening diharapkan warga mengetahui faktor resiko yang
dimiliki sehingga dapat mengurangi angka kejadian PTM.
Tujuan Pembelajaran Khusus :
- Setelah mengikuti pelatihan, diharapkan para kader peserta pelatihan dapat
melakukan pengukuran tekanan darah dan antropometri dengan benar secara
mandiri.
- Kader yang telah dilatih mampu melakukan screening serta melakukan
pengukuran tekanan darah serta antropometri secara berkala.
Target Sasaran : Kader RW 08
Jumlah Target Sasaran
1. Pelatihan :15 orang (kader RW08)
2. screening : Seluruh warga RW 08 yang datang ke posbindu
Waktu : Mei 2013 (kader RW 08, oleh dokter muda IKM tim
pelaksana I), disesuaikan dengan waktu pelaksanaan posbindu
Durasi : 40 menit (pelatihan) + 2 jam (screening)
Tempat : Posbindu RW 08, kecamatan Penjaringan
D. PELATIH
- dokter muda IKM (kelompok pelaksana I)
E. PERSIAPAN
A. membahas bahan rujukan pelatihan dengan pembimbing
B. mempersiapkan tempat dan perjanjian dengan kader RW 08
C. menyiapkan sarana yang akan digunakan (timbangan, microtoise, meteran,
tensimeter raksa, spidol, kertas pencatatan)
D. mempersiapkan checklist kegiatan yang akan diisi oleh tim pelaksana
F. METODE
Metode yang digunakan adalah :
3. Pemberian materi dengan ceramah dan alat peraga
4. Simulasi / roleplay
G. DRAFT RENCANA PROSES PELAKSANAAN
No. Waktu Kegiatan Pelatihan Peserta
1 5 menit Pembukaan :
- Perkenalan
- Ice breaking
- Menjelaskan tujuan pelatihan
- Menyampaikan materi bahasan yang
akan diberikan
- Perkenalan
- Mendengarkan dan
memperhatikan
2 15 menit Menjelaskan cara pengukuran tekanan darah
dan antropometri, dengan memberi peragaan :
Ukur tekanan darah
- Responden istirahat minimal 30 menit
sebelum pengukuran.
- Responden duduk dengan posisi kaki
tidak menyilang dan telapak menyentuh
lantai.
- Singsingkan lengan baju kanan
responden, dan meminta responden
tetap diam dan tak berbicara selama
pemeriksaan.
Menyimak dan
memperhatikan
- Lengan responden diminta untuk rileks
dan telapak tangan terbuka ke atas.
- Persiapkan manset, cek apakah ada
lekukan pada pipa manset.
- Pasang manset pada lengan kanan
responden dengan posisi kain halis di
bagian dalam dan besi D-ring tidak
menyentuh lengan. Masukkan ujung
manset ke besi D-ring dengan posisi
kain perekat di bagian luar. Ujung
bawah manset kira-kira 1 – 2 cm di atas
siku.
- Tarik manset dan kencangkan
melingkari lengan responden, letakkan
stetoskop di bawah manset.
- Mengembangkan manset, sambil
mendengarkan bunyi sistol dan diastol.
Pada tensimeter digital, pemeriksaan
dilakukan 2 kali, bila terdapat selisih
>10 mmHg, lakukan 10 menit lagi.
- Catat hasil pemeriksaan.
Pengukuran antropometri
1. Berat badan
- Responden diminta melepas alas kaki,
lalu naik ke timbangan dengan posisi
kaki tepat di tengah alat tetapi tidak
menutupi jendela baca.
- Kepala responden diminta untuk tidak
menunduk, memandang lurus ke depan
dan tenang.
- Apabila jarum sudah diam, catat angka
sejajar jarum.
- Responden diminta turun dari
timbangan.
2. Tinggi Badan
- Responden diminta melepas alas kaki
dan topi/penutup kepala.
- Responden diminta berdiri tegak di
bawah alat geser.
- Posisi kepala dan bahu bagian belakang,
lengan, pantat dan tumit menempel
pada dinding tempat microtoise
dipasang.
- Pandangan lurus ke depan, gerakan alat
geser sampai menyentuh bagian atas
kepala responden.
- Baca angka tinggi badan, catat hasilnya.
3. Lingkar Perut
- Responden diminta dengan sopan untuk
membuka / menyingkap pakaian bagian
atas. Raba tulang rusuk terakhir
responden untuk menentukan lokasi
pengukuran.
- Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk
paling bawah, tandai dengan spidol.
- Tetapkan titik ujung lengkung tulang
pangkal paha/panggul, tandai dengan
spidol.
- Tandai titik tengah antara kedua titik
tersebut dengan spidol.
- Minta responden untuk berdiri tegak
dan bernapas normal.
- Lakukan pengukuran lingkar perut
mulai dari titik tengan secara horizontal
dan kembali menuju titik tengah di awal
pengukuran.
- Pita pengukur tidak boleh melipat dan
ukur lingkar pinggang mendekati angka
0,1 cm.
- Catat hasilnya.
4. Lingkar Lengan Atas (LLA)
- Tentukan posisi pangkal bahu.
- Tentukan posisi ujung siku dengan cara
siku dilipat dengan telapak tangan ke
arah perut.
- Tentukan titik tengah antara pangkal
bahu dan ujung siku dengan meteran,
beri tanda dengan spidol.
- Lingkarkan meteran sesuai tanda spidol
dan usahakan jangan terlalu
ketat/longgar.
- Baca angkanya, dan catat hasilnya.
3. Materi :
1. Tensimeter raksa / digital
2. Stetoskop
3. Timbangan
4. Microtoise
5. Meteran
6. Alat cek gula darah dan kolesterol
(termasuk jarum, strip dan alat)
7. Kasa alkohol
8. Spidol
9. Kertas pencatatan
4. 15 menit Simulasi
- Meminta peserta (para kader) untuk
mempraktikkan dengan sesame peserta
cara pengukuran tekanan darah dan
Melakukan Simulasi
antropometri dengan benar
5. 5 menit Penutup Pelatihan
- Review singkat dan tanya jawab
- Mengucapkan terima kasih dan salam
Menjawab salam
6. 2 jam Screening tekanan darah dan antopometri yang
dilakukan kader didampingi oleh dokter muda
Atmajaya terhadap warga RW 08 yang datang
ke posbindu
Melakukan pemeriksaan
tekanan darah dan
antropometri
H. MEDIA KEGIATAN
- Tensimeter raksa / digital
- Stetoskop
- Timbangan
- Microtoise
- Meteran
- Spidol
- Kertas pencatatan
I. BAHAN RUJUKAN
- Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), 2007. Diunduh dari :
http://riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/PedomanPengukuran.pdf
- Buku SK Antropometri 2010 mengenai Standar Antropometri. Diunduh dari :
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/11/buku-sk-antropometri-
2010.pdf
- Kementerian Kesehatan RI. Buku Pintar Kader Seri 2 Petunjuk Pengukuran
Faktor Risiko di Posbindu PTM. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2012
J. METODE EVALUASI
Metode Evaluasi : Tanya jawab dan review (subjektif), simulasi (objektif)
Jenis Evaluasi: Lisan dan Praktek
K. KRITERIA EVALUASI
Peserta dapat memahami dan mengerti langkah melakukan pengukuran
tekanan darah dan antropometri
Peserta dapat melakukan pengukuran tekanan darah dan antropometri dengan
benar secara mandiri.
L. MATERI
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di
Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah
kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM
makin meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan
yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia.
Proporsi angka kematian akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995
menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian
tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul
hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis. Kematian akibat
PTM terjadi di perkotaan dan perdesaan. Data Riskesdas 2007 menunjukkan di
perkotaan, kematian akibat stroke pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar
15,9%, sedangkan di perdesaan sebesar 11,5%. Hal tersebut menunjukkan PTM
(utamanya stroke) menyerang usia produktif. Sementara itu prevalensi PTM
lainnya cukup tinggi, yaitu: hipertensi (31,7%), arthritis (30.3%), penyakit
jantung (7.2%), dan cedera (7,5%).
PTM dipicu berbagai faktor risiko antara lain merokok, diet yang tidak sehat,
kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat. Riskesdas 2007 melaporkan,
34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas merokok setiap hari, 93,6% kurang
konsumsi buah dan sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik.
Sebagai skrining, dapat dilakukan pemeriksaan untuk mencari faktor risiko
PTM, seperti pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan antropometri, gula darah
dan kolesterol.
Kerangka Acuan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan Clinical Breast
Examination (CBE)
Topik : Deteksi dini keganasan pada payudara
Subtopik : Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan Clinical Breast
Examination (CBE)
Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan survival rate dan menurunkan mortality rate pasien kanker
payudara.
Tujuan Khusus
Mendeteksi dini adanya kanker payudara melalui pemeriksaan
payudara sendiri dan pemeriksaan payudara oleh petugas kesehatan
terlatih (dokter dan dokter muda).
Melakukan rujukan pasien yang memiliki tanda-tanda keganasan
ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
Tujuan Pelatihan
Memberi informasi tentang kanker payudara.
Memberi informasi tentang cara mendeteksi dini kanker payudara.
Memberi pelatihan bagaimana langkah-langkah pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI).
Sasaran : perempuan dengan usia lebih dari 20 tahun4
Jumlah Target Sasaran: tergantung jumlah wanita yang usianya > 20
Waktu : 1x sebulan
Durasi : 120 menit
Tempat: Ruangan Tertutup!!! Aula serba guna (kapasitas 40 orang)
A. PELATIH:
dokter umum dan dokter muda
B. PERSIAPAN:
Membahas pengumuman kepada warga tentang kegiatan SADARI dan
CBE dengan ketua RW 08, kader posbindu, dan dokter kepala puskesmas
RW 08.
Mempersiapkan tempat kegiatan SADARI dan CBE.
Mempersiapkan sarana yang akan digunakan (speaker, audio player,
mikrofon)
Menyiapkan ceklist langkah-langkah pemeriksaan SADARI, form Hasil
Pemeriksaan SADARI, dan form rujukan sebanyak jumlah peserta.
Melakukan pembagian tim pendamping kelompok (koas dan kader)
Mempersiapkan konsumsi air minum.
C. METODE
Metode yang digunakan adalah:
- Penyuluhan
- Praktek mandiri didampingi koas dan kader
- Pemeriksaan oleh dokter umum bila didapati kecurigaan keganasan
payudara di pos
khusus
- Merujuk kepada Pelayananan Kesehatan tingkat sekunder bila
diperlukan.
D. DRAFT RENCANA PROSES KEGIATAN
No. Kegiatan Waktu
(menit)
Keterangan
1. Doa pembuka
Mengucapkan salam
Sambutan Ibu RW08
5
2. Melakukan edukasi kepada peserta
mengenai kanker payudara, bahayanya,
faktor-faktor resiko, tanda-tanda dan
gejala keganasan pada payudara.
Mengajari langkah-langkah SADARI
Menjelaskan alur kegiatan dalam
kelompok
Membuka forum pertanyaan (maksimal 3
pertanyaan)
30’
3. Masuk dalam kelompok-kelompok
praktek SADARI dipandu kader dan tim
KOAS dan mempersiapkan bilik, cermin,
ceklist SADARI, dan form Hasil
Pemeriksaan SADARI
5’
4. Mendampingi dan memandu peserta
untuk memeriksa payudaranya masing-
masing
Mengisi hasil pemeriksaan SADARI
20’
5. Memeriksakan peserta yang memiliki
tanda-tanda atau gejala keganasan
payudara kepada dokter umum di pos
pemeriksaan lanjut.
Menulis surat rujukan untuk peserta yang
diduga terdapat keganasan payudara ke
pelayanan kesehatan tingkat sekunder.
7’ (tiap
pasien)
6. Kata penutup oleh Ibu RW08 5’
Doa penutup
7. Evaluasi Acara oleh Dokter puskesmas,
dokter umum, kader, koas, dan semua pihak
yang terlibat
E. MEDIA KEGIATAN
Bilik untuk pemeriksaan tiap kelompok
Cermin
Maneqin payudara
F. BAHAN RUJUKAN
1. dari buku yang diruangan IKM
2. Dari buku yang di ruangan IKM
3. Breast Cancer: Early Detection. American Cancer Society.
http://www.cancer.org/cancer/breastcancer/moreinformation/breastcancer
earlydetection/breast-cancer-early-detection-acs-recs-clinical-breast-exam
4. Hannan DS, et al. Clinical breast examination: practical recomendations for
optimizing performance and reporting. Ca Cancer Journal Clinic;54:327–344
G. METODE EVALUASI
Data primer: berapa jumlah perempuan usia >20 tahun yang terdeteksi
adanya keganasan pada payudara.
H. KRITERIA EVALUASI
Jumlah (bisa secara persentase) perempuan usia >20 tahun yang terdeteksi
keganasan pada payudara.
I. MATERI
Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang juga menjadi
masalah kesehatan msayarakat karena kecenderungan kasus yang semakin
meningkat. Kanker disebabkan oleh pertumbuhan sel jaringan tubuh yang tidak
normal dan tidak terkendali. Gambaran epidemiologi penyakit kanker di dunia
menunjukkan terjadi 10 juta kasus baru kanker setiap tahun, 4,7 juta lebih terjadi di
negara maju dan hampir 5,5 juta terdapat di negara berkembang.1
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 diketahui
bahwa penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor lima di Indonesia.
Data di RS Kanker Dharmais tahun 2004 menunjunkkan bahwa kanker payudara
menempati urutan pertama dengan presentase 27,25% dari seluruh kasus kanker
baru.2
Kanker Payudara adalah tumor ganas yang berasal dari sel kelenjar, saluran
kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara.
Penyebab pasti kanker payudara tidak diketahui, namun terdapat beberapa faktor
risiko, antara lain pola makan, faktor keturunan, hormonal, dan riwayat tumor jinak
pada payudara sebelumnya.
Pada kanker stadium dini dapat lebih mudah diobati dan disembuhkan jika
dapat diketahui lebih awal. Oleh karena itu, dibutuhkan penyuluhan tentang
pentingnya deteksi dini kanker payudara dalam rangka menurunkan angka kejadian
kanker payudara. Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan secara sendiri oleh
pasien melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan oleh petugas
kesehatan profesional seperti dokter, perawat yang sudah terlatih, dan petugas
kesehatan yang sudah terlatih.3
MODUL PELATIHAN DAN SKRINING GULA DARAH MASAL
Topik: Pelatihan dan Skrining
Sub-Topik: Pelatihan Pengukuran Gula Darah dan Skrining Gula Darah Masal
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti pelatihan pemeriksaan gula darah, diharapkan para kader dapat
mengerti mengenai cara pemeriksaan gula darah sewaktu dan masyarakat mengetahui
keadaan gula darah sewaktu dirinya
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pelatihan pemeriksaan gula darah, diharapkan para kader dapat
melakukan secara mandiri skrining gula darah. Masyarakat yang mempunyai kadar
gula darah sewaktu yang tidak normal, dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut
sehingga mendapatkan penanganan.
Target Sasaran:
Pelatihan : Kader
Skrining : Warga RW 08
Targer Peserta :
Kader : 15 orang
Masyarakat : 30 Orang
Waktu:
Durasi: 90 menit
Tempat:
A. PELATIH
Pelatihan : Dokter muda IKM
Skrining masal : Kader didampingi Dokter Muda IKM
B. PERSIAPAN
a. Mempersiapkan bahan pelatihan dan skrining gula darah
b. Membahas bahan pelatihan pemeriksaan gula darah dan skrining gula
darah masal dengan pembimbing
c. Menyiapkan sarana yang akan digunakan (powerpoint, laptop,
proyektor, alat periksa gula darah, strip pengukuran gula darah, jarum
satu kali pakai, kapas alkohol, tempat sampah pembuangan jarum)
d. Mempersiapkan konsumsi
e. Menyiapkan checklist kegiatan yang akan dikerjakan oleh tim
pelaksana
f. Mempersiapkan jadwal susunan acara yang akan dilakukan oleh tim
pelaksana
C. METODE
Metode yang digunakan:
Pelatihan :
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Simulasi pengecekan kadar gula darah antar kader
Skrining Gula darah Masal
a. Skrining gula darah masal
D. DRAFT RENCANA PROSES PELAKSANA
No Waktu Kegiatan Promosi Kesehatan
1 5 Menit Pembukaan:
1. Memberi salam
2. Menjelaskan tujuan
pembelajaran
3. Menyebutkan
materi/ pokok
bahasan yang akan
disampaikan
4. Pretest
5. menjawab salam
6. Menerima
handout
7. Mendengar dan
memperhatikan
8. Mengerjakan
pretest
2 15 menit ~ Menjelaskan secara singkat
mengenai bahaya diabetes,
pentingnya deteksi dini,
dan kriteria diagnosis
~ Menjelaskan mengenai cara
melakukan pemeriksaan
gula darah sewaktu
9. Memasang strip
pengukur gula
darah pada alat
pengukur gula
darah
10. Memilih satu jari
untuk diperiksa
(biasa jari ke 3)
11. Memijat jari
tersebut dari bawah
Menyimak dan
memperhatikan
keatas sehingga
darah terkumpul
pada ujung jari
kemudian menekan
pada ruas jari kedua
agar darah tetap
terkumpul
12. Mengoleskan kapas
alkohol pada area
yang akan ditusuk
13. Menusuk ujung jari
menggunakan
jarum sekali pakai
14. Meneteskan darah
yang keluar pada
strip pengukuran
gula darah
15. Menutup hasil
tusukan dengan
kapas alkohol
16. Melihat angka yang
keluar pada alat
pengukuran gula
darah
Materi
17. Power Point
18. Laptop
19. Proyektor
20. Handout presentasi
3 5 menit Sesi Tanya Jawab Bertanya dan menjawab
4 10 menit Simulasi pengecekan kadar Berpartisipasi aktif
gula darah antar kader
Materi:
21. Alat pengecekan
gula darah
22. Strip pengukuran
gula darah
23. Jarum sekali pakai
24. Kapas alkohol
25. Tempat
pembuangan jarum
5 10 menit Persiapan untuk melakukan
skrinning masal
Berpartisipasi aktif
6 40 menit Melakukan skrining masal Berpartisipasi aktif
7 10 menit Penutup :
Post test
Doa penutup
Mengucapkan terima
kasih atas partisipasi
dan perhatiannya
Memberi salam
perpisahan
Berdoa sesuai
kepercayaan masing
– masing
Menjawab salam
perpisahan
E. Media Kegiatan
a. Powerpoint
b. Laptop
c. Proyektor
d. Alat periksa gula darah
e. Strip pengukuran gula darah
f. Jarum satu kali pakai
g. Kapas alkohol
h. Tempat sampah pembuangan jarum
F. Bahan Rujukan
26. World Health Organization. Diabetes. Geneva, World Health
Organization.
2013.http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/index.html.Diak
ses tanggal 7 April 2013.
27. Purnamasari D.Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam:
Sudoyono AW, Setiyohadi B, Alwi I, et all (Eds).Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam 2009. Jakarta : Interna Publishing
G. Metode Evaluasi
a. Metode evaluasi: pretest dan posttest
b. Jenis Evaluasi : tertulis
H. Kriteria Evaluasi
a. Kader dapat menyebutkan komplikasi diabetes
b. Kader dapat menyebutkan pentingnya deteksi dini pada diabetes
c. Kader mengetahui cara mengukur gula darah sewaktu
I. Materi
Di dunia, diperkirakan terdapat 346 juta orang dengan diabetes dan 3, 4 juta
orang meniggal tiap tahun akibat komplikasi dari tingginya gula darah. Di Asia
tenggara, hampir 71 juta orang diperkirakan menderita diabetes pada tahun 2010 dan
1 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat komplikasi dari diabetes. Diabetes
memperparah penyakit infeksi, seperti TBC, malaria dan HIV/AIDS. Orang dengan
diabetes lebih mudah terkena TBC, dan diperkirakan 15% dari kasus TBC di dunia
diperkirakan berhubungan dengan diabetes.
Diabetes adalah suatu kondisi tingginya gula darah akibat kurangnya inulin
(hormone yang mengatur gula darah) yang dihasilkan oeh pancreas. Ada 2 jenis
diabetes. Diabetes tipe 1 disebabkan karena kurangnya produksi insulin, dan diabetes
tipe 2 disebabkan karena penggunaan insulin yang tidak efektif. 90% orang dengan
diabetes menderita diabetes tipe 2.
Penyebab diabetes tipe 1 tidak diketahui, tetapi diperkirakan berhubungan
dengan lingkungan, genetic atau autoimun. Beberapa faktor resiko diabetes tipe 2
antara lain kelebihan berat badan (overweight / obese), ada riwayat keluarga yang
terkena diabetes, konsumsi alcohol berlebihan, merokok, aktivitas fisik yang kurang
Gejala dari diabetes:
28. sering berkemih (polyuria)
29. rasa haus berlebih (polydipsia)
30. terus menerus merasa lapar (polyfagi)
31. penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
32. kulit sangat kering
33. gangguan penglihatan
Gejala ini dapat dijumpai pada kedua tipe diabetes, tetapi pada diabetes tipe 2
gejala kadang kurang terlihat, sehingga pada saat didiagnosis diabetes, sudah ada
komplikasi
Peningkatan gula darah akibat diabetes yang tidak terkontrol dapat
mengakibatkan kerusakan pada tubuh manusia.
34. Diabetes meningkatkan resiko penyakit jantung dan stroke.
35. Diabetes memiliki pengaruh ke mata dan merupakan salah satu penyebab
kebutaan akibat kerusakan pembuluh darah yang ada di retina.
36. Diabetes mengganggu saraf yang ada di kaki dan dapat mengakibatkan
luka yang tidak sembuh pada kaki dan pada akhirnya mengharuskan
amputasi.
37. Diabetes merupakan salah satu penyebab gagal ginjal
Untuk mengetahui apakah seseorang menderita diabetes atau tidak, maka perlu
dilakukan beberapa tes, salah satunya adalah pemeriksaan kadar gula darah puasa
atau sewaktu.
Kriteria diagnosis diabetes melitus:
38. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu > 200mg/dl (Glukosa plasma
sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir
Atau
39. Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa > 126 mg/dl (puasa diartikan
pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam)
40. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 200 mg/dl
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan kedalam air
Gejala klasik
MODUL PENGGUNAAN PEAK FLOW METER
Topik : Penggunaan Peak Flow Meter
Sub Topik : Cara Menggunakan Peak Flow Meter yang benar
Tujuan pembelajaran umum
Setelah mengikuti promosi kesehatan diharapkan para peserta dapat mengerti dalam
penggunaan Peak Flow meter yang benar
Tujuan pembelajaran khusus
Setelah mengikuti promosi kesehatan diharapkan para peserta dapat mempraktikkan
penggunaan Peak Flow meter yang benar
Target sasaran : Warga RW 08
Jumlah target sasaran : 20 orang
Waktu :
Durasi : 60 menit
Tempat : Aula serba guna (kapasitas 40 jiwa)
A. PELATIH
1. Dokter muda departemen IKM (kelompok pelaksana)
B. PERSIAPAN
2. Membahas bahan rujukan dengan pembimbing
3. Mempersiapkan tempat simulasi
4. Menyiapkan sarana yang akan digunakan ( speaker, flowchart , alat peak flow
meter )
5. Mempersiapkan konsumsi
6. Mempersiapkan check-list yang akan dilaksanakan oleh tim pelaksana
C. METODE
Metode yang digunakan adalah
C. Ceramah
D. Simulasi/ Role Play
D. DRAFT RENCANA PROSES KEGIATAN
No. Waktu Kegiatan
1. 5 Menit Doa pembuka
Mengucapkan salam
Menjelaskan tujuan
pembelajaran
Menyebutkan materi pokok
yang akan disampaikan
Berdoa sesuai
kepercayaan
masing - masing
Menjawab salam
Mendengarkan
dan
memperhatikan
2. 10 menit Menjelaskan cara batuk yang benar
disertai dengan peragaan :
Sebelum digunakan
pastikan jarum penunjuk
pada posisi 0
Genggam peak flow meter
Berdiri Tegak
Ambil Nafas dalam
Letakkan mulut ke dalam
corong dan tutup bibir dan
gigi dengan rapat
Menyimak dan
memperhatikan
Tiup sekeras dan secepat
mungkin pada corong peak
flow meter
Catat angka yang ditunjuk
oleh jarum penunjuk
Ulangi prosedur diatas
sebanyak tiga kali dan catat
hasilnya
Jika batuk, prosedur harus
diulang lagi.
Catat hasil yang tertinggi
dari tiga hasil tersebut dan
itu adalah angka aliran
puncak (Peak flow )
Menginterpretasi hasil dan
digolongkan ke dalam :
zona hijau : 80-100 %
zona kuning : 50-80 %
zona merah : <50 %
Materi :
- Flowchart
- Peak Flow Meter
40 menit Simulasi:
Meminta peserta untuk
mempraktikkan cara
pemakaian peak flow meter
Melakukan
simulasi
5 menit Penutup :
Mengucapkan terima kasih
dan mengucapkan salam
menjawab salam
E. MEDIA KEGIATAN
Flow chart
Peak flow meter
F. BAHAN RUJUKAN
World Health Organization. Global status report on noncommunicable disease
2010.Geneva ;2010
Peak Flow Measurement. Diunduh dari
http://www.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/test_procedures/pulmonary/
peak_flow_measurement_92,P07755/ Tanggal 19/4/2013
G. METODE EVALUASI
a. Metode Evaluasi : Tanya jawab (subjektif)
b. Jenis Evaluasi : Lisan
H.KRITERIA EVALUASI
1. Peserta dapat memperagakan ulang cara menggunakan alat peak flow meter
yang benar
I. MATERI
Penyebab kematian akibat penyakit tidak menular pada tahun 2008 menurut
WHO adalah : penyakit kardiovaskular (17 juta kematian atau 48 % dari semua
kematian akibat PTM), kanker (7,6 juta / 21 % dari semua kematian akibat PTM, dan
Penyakit saluran pernapasan yaitu asthma dan PPOK (4,2 juta kematian). Dan
diabetes mengakibatkan 1,3 juta kematian.
Penyakit saluran pernapasan sering terjadi pada negara dengan pendapatan yang
menegah dan rendah termasuk indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukan deteksi dini
untuk mencegah perjalanan penyakit lebih salah satunya adalah dengan menggunakan
Peak Flow Meter. Peak Flow meter adalah alat yang tidak mahal , mudah dibawa dan
merupakan alat untuk menilai seberapa baik udara keluar dari paru-paru. Pengukuran
menggunakan peak flow merupakan bagian penting untuk deteksi dini dari penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK) dan juga asma. Cara kerja peak flow meter adalah
dengan mengukur seberapa cepat udara keluar dari paru ketika menghembuskan nafas
secara paksa setelah inspirasi penuh. Ukuran ini dinamakan dengan peak expiratory
flow (PEF)
Cara penggunaan peak flow meteryang benar adalah :
A. Sebelum digunakan pastikan jarum penunjuk pada posisi nol
B. Genggam peak flow meter
C. Berdiri Tegak
D. Ambil Nafas dalam
E. Letakkan mulut ke dalam corong dan tutup bibir dan gigi dengan rapat
F. Tiup sekeras dan secepat mungkin pada corong peak flow meter
G. Catat angka yang ditunjuk oleh jarum penunjuk
H. Ulangi prosedur diatas sebanyak tiga kali dan catat hasilnya
Terdapat 3 zona pengukuran yang biasa digunakan untuk menginterpretasikan
peak flow rate yaitu : zona hijau, zona kuning ,dan zona merah
1. Zona hijau : bervariasi dari 80- 100 % dari pembacaan peak flow yang
paling tinggi anda. Ini adalah zona yang harus ada setiap hari. Pengukuran
pada zona ini menunjukan bahwa udara dapat bergerak dengan baik
melalui jalan udara dan dapat melakukan aktivitas biasa dan pergi tidur
tanpa gangguan.
2. Zona Kuning : ini bervariasi dari 50-80 % dari angka peak flow terbaik
anda. Hasil pada zona ini menunjukan bahwa jalan udara sudah mulai
menyempit. Dan anda mulai mengalai gejala ringan seperti, batuk, merasa
lelah, dan merasa dada seperti tertekan. Gejala ini mungkin akan
menghalangi anda untuk melakukan aktivitas biasa atau tidur yang
nyenyak. Anda harus memberitahu dokter pada saat ini. dokter mungkin
akan mengubah obat atau memberikan instruksi tambahan untuk mencegah
perburukan gejala
3. Zona Merah : pada zona merah peak flow <50% dari peakflow tertinggi
anda. Pembacaan ini menunjukan penyempitan yang parah dari jalan udara
yang besar sudah muncul. Ini butuh tindakan segera dan harus dilakukan
pertolongan segera. Gejala yang muncul seperti batuk, nafas yang pendek,
mengi ketika menghirup dan mengeluarkan nafas atau terdapat retraksi,
dan juga memiliki masalah dalam berjalan dan berbicara. Pada bagian ini
harus menghubungi dokter dan lakukan tindakan pertolongan segera
MODUL SKRINING KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH
Topik : Mengukur kadar kolesterol dalam darah.
Tujuan Umum Kegiatan :
1. Untuk melakukan skrining kadar kolesterol total dalam darah pada
masyarakat RW 08 Kelurahan Pejagalan.
Tujuan Khusus Kegiatan :
2. Mengetahui angka prevalensi masyarakat RW 08 yang mempunyai
kadar kolesterol yang tinggi.
3. Mengetahui ada tidaknya risiko penyakit jantung pada masyarakat
RW 08.
Target Sasaran :
4. Seluruh masyarakat RW 08 Kelurahan Pejagalan, Kecamatan
Penjaringan.
Jumlah Target Sasaran :
5.
Waktu :
Durasi :
Tempat :
A. PELAKSANA KEGIATAN
Kegiatan skrining kadar kolesterol total pada RW 08 Kelurahan Pejagalan
akan dilakukan oleh kader dan didampingi oleh dokter muda IKM.
B. PERSIAPAN
6. Meminta ketua RW 08 Kelurahan Pejagalan untuk menginformasikan
adanya kegiatan skrining kadar kolesterol darah dan perlunya berpuasa
pada malam (10-12 jam) sebelum pemeriksaan dilakukan esok harinya.
7. Mempersiapkan tempat untuk melakukan skrining.
8. Melatih kader-kader untuk menggunakan alat pengukur kolesterol sebelum
kegiatan dimulai.
9. Mempersiapkan sarana yang akan digunakan (alat tes kolesterol,
cholesterol stick, kapas alcohol, alat untuk mencatat).
10. Mempersiapkan konsumsi untuk kader dan dokter muda IKM.
C. METODE
Metode yang digunakan adalah :
Pengukuran langsung di tempat.
D. DRAFT RENCANA PROSES PELAKSANAAN
No Durasi Kegiatan
1. 30 menit Mengajarkan cara penggunaan alat
pengukuran kolesterol.
2. 120 menit Pengukuran kadar kolesterol masyarakat
RW 08 Kelurahan Pejagalan.
E. MEDIA KEGIATAN
Alat pengukur kolesterol.
Cholesterol Stick.
Kapas alcohol.
Buku dan pulpen untuk mencatat.
F. BAHAN RUJUKAN
a. Jenis-Jenis Kolesterol. Diambil dari : http://kadarkolesterolnormal.com/.
Tanggal 19 April 2013.
b. Nilawati, Sri, Diah Krisnatuti, B Mahendra, Oei Gin Djing. 2008. Care
Yourself, Kolesterol. Depok : Penebar Plus.
G. METODE EVALUASI
a. Metode evaluasi : menghitung cakupan kegiatan.
b. Jenis evaluasi : tertulis.
H. KRITERIA EVALUASI
a. Semua masyarakat RW 08 Kelurahan Pejagalan mau mengukur kadar
kolesterol dalam kegiatan ini.
I. MATERI
Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks, yang 80% dihasilkan dari
dalam tubuh (organ hati) dan sisanya 20% dari luar tubuh untuk bermacam-
macam fungsi di dalam tubuh.
Banyak pakar menyarankan agar pemeriksaan kesehatan dilakukan pada
semua orang dewasa, atau paling tidak kepada mereka yang menghadapi risiko
terkena serangan jantung. Pemeriksaan kesehatan ini mencakup pengukuran
kadar kolesterol darah dan memberikan penjelasan terhadap efek kebiasaan
merokok, berat badan, dan pemeriksaan tekanan darah.
Tujuan pengukuran kolesterol darah adalah untuk mengetahui apakash
seseorang menghadapi terkena risiko arterosklerosis pada usia muda. Risiko
sklerosis (penyumbatan) pada arteri koroner bisa dikurangi dengan
memeriksakan diri secara rutin. Karena alasan itulah, orang-orang dari
kelompok umur 20-60 tahun harus diukur kadar kolesterol darahnya, terutama
mereka yang masuk dalam ciri-ciri :
1. Orang tua atau saudara sekandung mereka menunjukkan tanda-
tanda sklerosis pembuluh darah koroner sebelum usia 60 tahun.
2. Mempunyai kerabat dekat dengan kadar lemak darah yang tinggi.
3. Pernah diberi perawatan dengan obat hipotensif (obat untuk
menurunkan tekanan darah).
4. Pasien diabetes.
5. Mereka yang memperlihatkan tanda-tanda penyakit jantung atau
atherosclerosis yang mengganggu pasokan darah ke kaki atau otak.
6. Perokok berat (lebih dari 15 batang per hari).
Beberapa orang mempunyai tana-tanda penumpukan kolesterol yang
terlihat dalam jaringan tubuhnya. Penumpukan kolesterol ini dikenal sebagai
xanthomata, terutama ditemukan dalam kulit dan urat. Pada orang dengan
kolesterol tinggi karena faktor keturunan, penumpukan ini kadang-kadang
tampak dalam kulit, seperti separuh biji kacang. Penumpukan kolesterol ini
juga bisa dirasakan dan dilihat di sekitar urat Achilles.
Pada keadaan hiperlipidemia, xanthomata bisa berupa pembengkakan
yang bulat berwarna kuning atau jingga. Biasanya terletak di atas siku atau
sebagai garis-garis jingga pada telapak tangan. Harus ditekankan bahwa
banyak orang dengan kadar kolesterol tinggi tidak menunjukkan adanya
xanthomata. Oleh karena itu, diagnosis yang terbaik adalah dengan mengukur
kadar kolesterol di dalam darah.
Ketika mengukur kadar kolesterol, penting sekali mengetahui wawasan
terhadap insidensi penyakit jantung dalam keluarga, kebiasaan merokok
mereka, serta perbandingan antara berat badan dan tinggi badan. Tekanan
darah juga harus diukur. Selain itu, sedikit contoh darah diambil dari arteri
pada lengan untuk memeriksa kadar kolesterol darah. Beberapa dokter
mengemukakan bahwa tes ini harus dilakukan pada pagi hari setelah berpuasa
pada malam sebelumnya. Kadar kolesterol ini harus selalu diperhitungkan
karena dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk faktor risiko penyakit
jantung.
Kadar kolesterol dalam darah :
11. Normal – kadar kolesterol <200 mg/dL.
12. Batas tinggi – kadar kolesterol 200-239 mg/dL.
13. Tinggi – kadar kolesterol >= 240 mg/dL.
Kadar kolesterol ini bisa melebih kadar normal, apabila :
1. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh
(gajih, jeroan, keju, susu, margarine, mentega) dan lemak trans (gorengan,
kue kering, margarine / mentega) dan kolesterol sehingga tidak mampu
mengendalikan kadarnya.
2. Proses pengeluaran kolesterol ke usus besar melalui asam empedu terlalu
sedikit.
3. Faktor genetic / bawaan.