kerangka acuan kerja pembinaan ketentraman, …e-gov.gunungkidulkab.go.id/uploads/2019/148_kecamatan...
TRANSCRIPT
KERANGKA ACUAN KERJA
PEMBINAAN KETENTRAMAN, KETERTIBAN,
DAN PENCEGAHAN BENCANA
A. LATAR BELAKANG
Keamanan dan Kenyamanan merupakan kebutuhan dasar bagi semua orang sehingga
pemerintah mempunyai kewajiban dalam pemenuhan kebutuhan dasar tersebut. Untuk mewujudkan
situasi dan kondisi keamanan dan kenyamanan lingkungan yang kondusif diperlukan perumusan
kebijakan dan strategi untuk mengimplementasikannya.
Kecamatan sebagai salah satu Perangkat Daerah Kabupaten juga berkewajiban untuk
menyusun rencana kebijakan di bidang keamanan, ketertiban umum dan penanggulangan bencana
alam. Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas pelaksanaan program/kegiatan tersebut tentu tidak
lepas dari tugas umum dan fungsi kecamatan yang salah satunya adalah mengkoordinasikan
penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum.
B. DASAR HUKUM
Dalam menyusun rencana kebijakan dalam penyelenggaraan di bidang keamanan, ketertiban
umum, ketentraman masyarakat dan penanggulangan serta penanganan kejadian bencana alam, tahun
2019 didasarkan pada peraturan dan perundang-undangan yang ada agar sesuai dengan peraturan di
tingkat pusat maupun daerah. Adapun dasar hukum dalam pelaksanaan program kegiatan di bidang
keamanan, ketertiban umum dan penanggulangan dan penanganan bencana berpedoman pada :
1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten
dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015; tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang no. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah;
4. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja
Pembangunan Jangka Panjang daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2025;
5. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 18 Tahun 2012 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Daerah;
6. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 6 Tahun 2016 tentang Urusan
Pemerintahan Daerah;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Gunungkidul;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 14 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 4 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016- 2021;
9. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 33 Tahun 2018 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Tahun 2019;
10. Surat Edaran Bupati Gunungkidul Nomor 050/2139 Tahun 2018 Tentang Pedoman,
Penyusunan, Penyempurnaan, dan Penetapan Rencana Kerja Perangkat Daerah Tahun 2019.
11. Keputusan Camat Girisubo Nomor 19/KPTS/2019 tentang Tim Pelaksana Kegiatan Forum
Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkompinca) Pengendalian Keamanan Lingkungan
Kecamatan Girisubo Tahun 2019.
C. TUJUAN
1. Tujuan penyelenggaraan kebijakan di bidang keamanan dan ketertiban umum serta
penanggulangan dan penanganan korban bencana alam Kecamatan Girisubo Tahun 2019 adalah:
a. Untuk meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat.
b. Terlaksananya pembinaan Linmas Inti Kecamatan sebagai upaya peningkatan sumber daya
manusia di bidang keamanan dan ketertiban untuk mewujudkan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat.
c. Sebagai upaya pencegahan dini timbulnya penyakit masyarakat.
d. Terlaksanya upaya pencegahan bencana dan penanganan korban bencana alam.
D. WAKTU PELAKSANAAN
Kegiatan penyelenggaraan dibidang keamanan ketertiban umum dan penanggulangan bencana dan
penanganan korban bencana alam dilaksanakan dalam waktu 1 tahun (Januari 2019 s/d Desember
2019).
E. LOKASI PELAKSANAAN
Lokasi kegiatan penyelenggaraan dibidang keamanan ketertiban umum dan penanggulangan bencana
dan penanganan korban bencana alam dilaksanakan Wilayah Kecamatan Girisubo.
F. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PIHAK TERKAIT
No.
Waktu
Pelaksanaan
Sub-Aktivitas
Pihak Terkait
Jumlah
Orang
Terlibat
Keterangan
1.
Januari -
Maret 2019
Persiapan
Forkompinca
Persiapan
rakor mitigasi
bencana
Tim
Forkompinca
Desa se-Kec.
Girisubo
Masyarakat
25 orang
2.
April - Juni
2019
Persiapan
Forkompinca
Pembinaan
Linmas Inti
Kecamatan
Tim Forkompinca
114 orang
3. Juli-
September
2019
Persiapan
Forkompinca Tim Forkompinca
25 orang
4.
Oktober-
Desember 2019
Pembinaan
PEKAT Rakor
mitigasi bencana
Forkompinca
Desa, toga/tomas dan
Siswa
Kecamatan,Koramil,
Polsek dan Desa
Tim Forkompinca
25 orang
KERANGKA ACUAN KERJA
PENYIAPAN PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA (PASKIBRAKA)
KECAMATAN GIRISUBO
A. LATAR BELAKANG
Untuk menumbuhkan dan menjaga rasa Nasionalisme Bangsa, Momentum yang menjadi
sejarah bagi Bangsa Indonesia perlu dijaga, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang
senantiasa mengingat sejarah bangsanya dan menghargai jasa Pahlawannya. Salah satunya
adalah sejarah yang menjadi tonggak berdirinya Bangsa Indonesia untuk menjadi Bangsa yang
Berdaulat yaitu Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Adalah menjadi kewajiban kita semua sebagai komponen bangsa untuk menjaga
Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Apalagi bagi generasi muda yang
akan menjadi pewaris dan mengisi Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Salah satu bentuk kegiatan
untuk mengenang dan menumbuhkan rasa Nasionalisme Bangsa adalah Upacara memperingati
Detik-detik Proklamasi Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang
dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, termasuk di Kecamatan Girisubo.
Kecamatan Girisubo sebagai salah satu Perangkat Daerah Kabupaten berkewajiban
melaksanakan Upacara Peringatan Detik-detik Proklasmasi Hari Ulang Tahun Kemerdekaan
Republik Indonesia, untuk melaksanakan kewajiban tersebut diperlukan rencana kegiatan agar
dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.
B. DASAR HUKUM
Dalam menyusun rencana kegiatan pelaksanaan Upacara Memperingati Detik-detik
Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 2019 didasarkan pada
peraturan dan perundang-undangan yang ada agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan
pedoman secara nasional baik di tingkat pusat maupun daerah. Adapun dasar hukum dalam
pelaksanaan program kegiatan Upacara Memperingati Detik-detik Proklamasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia berpedoman pada :
1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Kabupaten dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015; tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang no. 23 tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah;
4. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana
Kerja Pembangunan Jangka Panjang daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2025;
5. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 18 Tahun 2012 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Daerah;
6. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 6 Tahun 2016 tentang Urusan
Pemerintahan Daerah;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 7 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Gunungkidul;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 14 Tahun 2017 tentang Perubahan
atas Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 4 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016-2021;
9. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 33 Tahun 2018 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Tahun 2019;
10. Surat Edaran Bupati Gunungkidul Nomor 050/2139 Tahun 2018 Tentang Pedoman,
Penyusunan, Penyempurnaan, dan Penetapan Rencana Kerja Perangkat Daerah Tahun
2019.
C. TUJUAN
Tujuan persiapan dan pelaksanaan Upacara memperingati Detik-detik Proklamasi Hari Ulang
Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-74 Tahun 2019 Kecamatan Girisubo adalah ;
a. Terbentuknya Anggota Pasukan Pengibar Bendera.
b. Terlaksananya latihan Anggota Paskibra agar dalam melaksanakan tugas mengibarkan dan
menurunkan bendera Merah Putih saat pelaksanaan Upacara memperingati Detik-detik
Proklamasi HUT RI Ke-74 Tahu 2019 dapat berjalan dengan baik.
c. Terbentuk mental disiplin dan tanggungjawab Anggota Paskibra
d. Terlaksanya Upacara memperingati Detik-detik Proklamasi Hari Ulang Tahun
Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-74 Kecamatan Girisubo Tahun 2019.
D. WAKTU PELAKSANAAN
Kegiatan persiapan dan pelaksanaan Upacara memperingati Detik-detik Proklamasi Hari Ulang
Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-74 Tahun 2019 Kecamatan Girisubo akan
dilaksanakan dalam waktu 2 bulan (Juli dan Agustus 2019).
E. LOKASI PELAKSANAAN
Lokasi kegiatan Upacara memperingati Detik-detik Proklamasi Hari Ulang Tahun
Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-74 Tahun 2019 akan dilaksanakan Lapangan Kecamatan
Girisubo.
F. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PIHAK TERKAIT
No.
Waktu
Pelaksanaan
Sub-Aktivitas
Pihak Terkait
Jumlah
Orang
Terlibat
Keterangan
1.
Juli 2019
Persiapan
pembentukan
Paskibra
Kecamatan, Koramil,
dan Polsek
SMA/SMK se-Kec.
Girisubo
90 orang
Seleksi
paskibra
Latihan
paskibra
Instruktur anggota
Paskibra
5 orang
Pengukuhan
paskibra
Muspinca,
Instruktur,paskibra,
orang tua wali,
150
orang
2.
Agustus
2019
Gladi
bersih/kotor
Muspinca,
Instruktur,paskibra,
petugas upacara,
150
orang
Upacara
detik-detik
Proklamasi
Muspinca,
Instruktur,paskibra,
petugas upacara,
150orang
G. KELUARAN (OUTPUT)
Keluaran dari kegiatan Upacara Memperingati Detik-detik Proklamasi HUT RI KE-74 Tahun
2019 adalah sebagai berikut :
1. Terbentuknya Anggota Paskibra 75 orang
2. Terlaksananya latihan Paskibra 75 orang sepuluh kali
3. Terlaksannya Gladi upacara 150 orang
4. Terlaksannya pengukuhan Anggota Paskib 150 orang
5. Terlaksananya Upacara Perigatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan HUT RI KE-74
150 orang
H. SUMBER DANA (PEMBIAYAAN)
Pelaksanaan Kegiatan pelaksanaan Upacara Memperingati Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 2019 bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2019 sebesar Rp. 37.310.000,00
(tiga puluh tujuh juta tiga ratus sepuluh ribu rupiah) yang akan digunakan untuk:
- Belanja Alat Tulis Kantor (ATK)
- Belanja Fotocopy/penggandaan
- Belanja Dekorasi
- Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kantor
- Belanja Makan, Snack dan Minum Rapat
- Belanja Pakaian Khusus Paskib
- Honor Pelatih Paskibraka
KERANGKA ACUAN KERJA
PEMBINAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan daerah dan
nasional. Hal tersebut terlihat melalui banyaknya program pembangunan yang dirancang
pemerintah untuk pembangunan desa. Hampir seluruh instansi, terutama pemerintah daerah
mengakomodir pembangunan desa dalam program kerjanya. Tentunya berlandaskan
pemahaman bahwa desa sebagai kesatuan geografis terdepan yang merupakan tempat
sebagian besar penduduk bermukim. Dalam struktur pemerintahan, desa menempati posisi
terbawah, akan tetapi justru terdepan dan langsung berada di tengah masyarakat. Karenanya
dapat dipastikan apapun bentuk setiap program pembangunan dari pemerintah akan selalu
bermuara ke desa.
Meskipun demikian, pembangunan desa masih memiliki berbagai permasalahan,
seperti adanya desa terpencil atau terisolir dari pusat-pusat pembangunan (centre of
excellent), masih minimnya prasarana sosial ekonomi serta penyebaran jumlah tenaga kerja
produktif yang tidak seimbang, termasuk tingkat produktivitas, tingkat pendapatan
masyarakat dan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah. Semuanya itu pada akhirnya
berkontribusi pada kemiskinan penduduk.
Fakta tersebut menyebabkan pemerintah semakin intensif menggulirkan program
dan proyek pembangunan dalam pelaksanaan pembangunan desa. Namun demikian program
atau proyek yang diarahkan dalam pembangunan desa justru tidak dapat berjalan optimal,
karena kebanyakan direncanakan jauh dari desa (Korten, 1988:247). Masyarakat masih
dianggap sebagai obyek/sasaran yang akan dibangun. Hubungan yang terbangun adalah
pemerintah sebagai subyek/pelaku pembangunan dan masyarakat desa sebagai
obyek/sasaran pembangunan (Kartasasmita, 1996:144). Partisipasi yang ada masih sebatas
pemanfaatan hasil. Tingkat partisipasi dalam pembangunan masih terbatas, misalnya masih
sebatas peran serta secara fisik tanpa berperan secara luas sejak dari perencanaan sampai
evaluasi.
Kondisi tersebut mengakibatkan peranan pemerintah semakin besar. Pemerintah
berperan dominan sejak dari perencanaan hingga pelaksanaan program atau proyek
pembangunan. Fakta ini berangkat dari perspektif stakeholders pemerintahan bahwa
berhasilnya programatau proyek pembangunan diukur dari penyelesaian yang tepat pada
waktunya (efisiensi dan efektifitas) serta sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Dengan orientasi seperti ini, tentunya masyarakat desa beserta Stakeholder lainnya
di desa yang seharusnya memiliki peranan yang besar tidak dapat mengembangkan
kemampuannya dan menjadi “terbelenggu” dalam berinovasi. Hal tersebut misalnya dapat
dilihat dari implementasi program bantuan desa (Bangdes) selama ini, justru peranan
birokrat pemerintah yang amat menonjol. Walaupun sesungguhnya program tersebut sudah
lama dilaksanakan dan cukup dikenal luas di desa, namun masyarakat selalu dianggap
kurang mampu, sehingga bimbingan dan arahan dari pemerintah begitu kuat pengaruhnya
dan merasuk (internalisasi) dalam masyarakat. Pada akhirnya masyarakat tergantung pada
bimbingan dan arahan dari pemerintah. Bila kondisi tersebut tetap dipertahankan, maka
masyarakat tidak akan pernah dapat menunjukkan kemampuannya dalam mengelola
pembangunan di desanya. Apapun bentuk pembangunan, secara substantif akan selalu
diartikan mengandung unsur proses dan adanya suatu perubahan yang direncanakan untuk
mencapai kemajuan masyarakat. Karena ditujukan untuk merubah masyarakat itulah maka
sewajarnya masyarakatlah sebagai pemilik (owner) kegiatan pembangunan. Hal ini
dimaksudkan supaya perubahan yang hendak dituju adalah perubahan yang diketahui dan
sebenarnya yang dikehendaki oleh masyarakat (Conyers, 1991:154-155). Ada kesiapan
masyarakat untuk menghadapi dan menerima perubahan itu. Untuk itu keterlibatannya harus
diperluas sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hingga pemanfaatannya, sehingga proses
pembangunan yang dijalankan dapat memberdayakan masyarakat, bukan memperdayakan.
Pembangunan desa secara konseptual mengandung makna proses dimana usaha-usaha dari
masyarakat desa terpadu dengan usaha-usaha dari pemerintah. Tujuannya untuk
memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Sehingga dalam konteks
pembangunan desa, paling tidak terdapat dua stakeholder yang berperan utama dan sejajar
(equal) yaitu pemerintah dan masyarakat. Meskipun demikian, dalam konteks yang lebih
luas, juga terdapat peranan “Agen Eksternal” seperti LSM, Konsultan, Lembaga Donor dll.
Domain pembangunan desa juga tidak terlepas dari wacana tentang model perencanaan
pembangunan yaitu dari atas ke bawah (top down planning) dan dari bawah ke atas (bottom
up planning).Pada dasarnya setiap program dari pemerintah senantiasa mencerminkan
kombinasi kedua model tersebut, hanya intensitasnya yang berbeda. Sesuai dengan tuntutan
paradigma baru tentang pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered
development), maka pendekatan bottom up planning sudah sewajarnya diperbesar dan
menjadi inti dari proses pembangunan yang memberdayakan masyarakat.
B. DASAR HUKUM
1. Dasar hukum penyusunan Rencana Kerja pada tahun 2016 ini adalah : Undang-undang
Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan
Daerah Istimewa Yogyakarta jo. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian
dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 6 tahun 2016 tentang Urusan
Pemerintah Daerah;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Gunungkidul;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 4 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016-2021;
10. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 76 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kecamatan;
11. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 27 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Tahun 2018.
C. TUJUAN
Tujuan Kegiatan Pembinaan Perencanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa adalah :
1. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar-Daerah, antar-ruang,
antar-waktu, antar-fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah
2. Meningkatkan kinerja aparatur pemerintah desa dan lembaga kemasyarakatan
3. Meningkatkan sumber daya manusia aparatur pemerintah desa dan lembaga
kemasyarakatan desa.
4. Menguatkan sinergi antar pemerintah Kecamatan Girisubo, Pemerintah Desa serta
lembaga Kemasyarakatan Desa.
D. WAKTU PELAKSANAAN
Kegiatan Pembinaan Perencanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
dilaksanakan dalam waktu 1 tahun (Januari 2019 s/d Desember 2019):
E. LOKASI PELAKSANAAN
Lokasi kegiatan Pembinaan Perencanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa adalah di Kecamatan Girisubo
F. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PIHAK TERKAIT
No Waktu
Pelaksanaan Sub-Aktivitas Pihak Terkait
Jumlah
Orang Keterangan
1 Januari 2019 Musrenbang RKPD
tahun 2020
Perangkat
Desa, Lembaga Desa,
Tokoh Masyarakat
115 Orang
2 Maret 2019 Evaluasi
Perlombaan Desa
Perangkat Desa, Lembaga Desa,
Tokoh Masyarakat
100 Orang
3 April 2019 Pelestarian Aset Program
Perangkat
Desa, Lembaga Desa,
Tokoh Masyarakat
50 Orang
4 Juli 2019 Penyusunan Profil Desa
Perangkat Desa, Lembaga Desa,
Tokoh Masyarakat
50 Orang
5 Agustus 2019 Evaluasi Lomba Pengagungan
Perangkat Desa, Lembaga Desa,
Tokoh Masyarakat
50 orang
6 Oktober 2019 Pembinaan Perencanaan Pembangunan dan PMD (PIWK)
Perangkat Desa, Lembaga Desa, Tokoh Masyarakat
80 orang
7 November-Desember 2019
Persiapan Pembinaan Pemerintahan Desa
Perangkat Desa, Lembaga Desa, Tokoh Masyarakat
50 orang
G. KELUARAN (OUTPUT)
Keluaran dari kegiatan Pembinaan Perencanaan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa adalah sebagai berikut:
- Dokumen Usulan Rencana Pembangunan
- Jumlah Desa Yang dievaluasi
- Frekuensi rakor pelestarian aset program pemberdayaan
- Dokumen Profil Desa
- Frekuensi Pembinaan Perencanaan Pembangunan dan PMD (PIWK)
H. PELAKSANA
Pelaksana Kegiatan Pembinaan Perencanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa adalah Seksi Pemberdayaan Masyarakat Desa Kecamatan Girisubo.
a. SUMBER DANA (PEMBIAYAAN)
Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Perencanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gunungkidul
Tahun Anggaran 2019 sebesar Rp. 41.645.000,00 (Empat puluh satu juta enam ratus empat
puluh lima Ribu Rupiah) yang akan digunakan untuk:
- Belanja ATK
- Honorarium Tim
- Transport Peserta
- Belanja Cetak dan Penggandaan
- Belanja Makan, Minum, dan Snack Rapat
- Belanja Perjalanan Dinas
- Uang Untuk Pihak Ketiga/Masyarakat
- Belanja Jasa Narasumber/Tenaga Ahli
KERANGKA ACUAN KERJA
PEMBINAAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan daerah
dan nasional. Hal tersebut terlihat melalui banyaknya program pembangunan yang
dirancang pemerintah untuk pembangunan desa. Salah satunya adalah melalui
peningkatan perekonomian masyarakat desa.
Pada zaman sekarang ini setiap oknum dituntut untuk menjadikan kondisi
ekonomi negaranya menjadi semakin efektif, efisien, dan kompetitif. Indonesia
merupakan salah satu oknum berkembang dari beberapa oknum berkembang di dunia
seperti Malaysia, Thailand, Filipina yang terus mengupayakan pembangunan.
Pembangunan yang berkembang di Indonesia pada saat ini adalah pembangunan
ekonomi, sehingga oknum pembangunan ekonomi di Indonesia mengacu pada usaha
mencapai pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya.
Memajukan perekonomian di desa adalah tugas yang sangat penting. Hal ini
dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia adalah masyarakat pedesaan. Dalam
memutar roda perekonomian, jelas ada perbedaan yang jauh antara masyarakat desa
dengan masyarakat kota. Ekonomi masyarakat desa ditopang oleh beberapa oknum
pendapatan. Semua oknum inilah yang harus ditingkatkan agar ekonomi masyarakat desa
bisa maju dan berkembang.
Kondisi tersebut mengakibatkan peranan pemerintah semakin besar. Pemerintah
berperan dominan sejak dari perencanaan hingga pelaksanaan program untuk upaya
peningkatan perekonomian desa. Pemerintah telah memusatkan pada peningkatan
lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja di pedesaan sesuai dengan potensi yang
dimiliki di masing-masing daerah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah
dalam rangka peningkatan perekonomian masyarakat desa yaitu dengan memaksimalkan
atau meningkatkan peran usaha kecil mikro di pedesaan. Adanya okum kecil di
pedesaan dipandang mampu meningkatkan produktivitas masyarakat serta dapat
mengatasi masalah sempitnya lapangan pekerjaan sehingga meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
B. DASAR HUKUM
Dasar hukum penyusunan Rencana Kerja pada tahun 2019 ini adalah :
1. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta . Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun1950;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 6 tahun 2016 tentang Urusan
Pemerintah Daerah;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Gunungkidul;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 4 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016-2021;
10. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 76 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kecamatan;
11. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 27 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Tahun 2018.
C. TUJUAN
Tujuan Kegiatan Pembinaan perekonomian masyarakat desa adalah :
1. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar-Daerah, antar-
ruang, antar-waktu, antar-fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah
2. Meningkatkan kinerja aparatur pemerintah desa dan lembaga kemasyarakatan
3. Meningkatkan sumber daya manusia aparatur pemerintah desa dan
lembaga kemasyarakatan desa.
4. Menguatkan sinergi antar pemerintah Kecamatan Girisubo, Pemerintah Desa serta
lembaga Kemasyarakatan Desa.
D. WAKTU PELAKSANAAN
Kegiatan pembinaan perekonomian masyarakat desa dilaksanakan dalam waktu 1 tahun
(Januari 2019 s/d Desember 2019):
E. LOKASI PELAKSANAAN
Lokasi kegiatan pembinaan perekonomian masyarakat desa adalah di Kecamatan Girisubo
F. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PIHAK TERKAIT
No Waktu
Pelaksanaan Sub-Aktivitas Pihak Terkait
Jumlah Orang
Terlibat Ketera
ngan
1 Agustus 2019 Pameran UKM Masyarakat
Desa
190 orang
2 September 2019 Pembinaan Pengembangan Ekonomi Mikro
Masyarakat
Desa
50 Orang
3 November 2019 Monitoring dan
Evaluasi
Perangkat
Desa,
Lembaga
Desa, Tokoh
Masyarakat
50 Orang
G. KELUARAN (OUTPUT)
Keluaran dari kegiatan pembinaan perekonomian masyarakat desa adalah sebagai berikut:
- Jumlah peserta pameran UKM 8 kelompok
- Jumlah peserta Rakor Pengembangan Ekonomi Mikro 50 orang
H. PELAKSANA
Pelaksana kegiatan pembinaan perekonomian masyarakat desa adalah Seksi
Pemberdayaan Masyarakat Desa Kecamatan Girisubo
I. SUMBER DANA (PEMBIAYAAN)
Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Perekonomian Masyarakat Desa bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran
2019 sebesar Rp. 16.300.000,00 (Enam Belas Juta Tiga Ratus Ribu Rupiah) yang
akan digunakan untuk:
1. Belanja ATK
2. Belanja Dekorasi
3. Belanja Upah Penjaga Stand Pameran
4. Belanja Penggandaan/Fotocopy
5. Belanja Sewa
6. Belanja Makan, Minum dan Snack Rapat
7. Belanja Perjalanan Dinas
KERANGKA ACUAN KERJA
KEGIATAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan publik adalah Kegiatan atau kebutuhan pelayanan bagi setiap warga nagara
dan penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dijelaskan bahwa
ruang lingkup pelayanan publik dapat digolongkan dalam 2 bentuk yaitu : Pelayanan Barang
dan Jasa Publik dan Pelayanan Administratif.
Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik meliputi :
1. Kepastian hukum dimaksudkan adanya peraturan perundang-undangan yang
menjamin terselenggaranya pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan rasa
keadilan masyarakat.
2. Keterbukaan dimaksudkan bahwa setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah
mengakses dan memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan.
3. Partisipatif dimaksudkan untuk mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan peleyanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan
harapan masyarakat.
4. Akuntabilitas dimaksudkan bahwa proses penyelenggaraan pelayanan publik harus
dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
5. Kepentingan umum dimaksudkan bahwa dalam pemberian pelayanan publik tidak
boleh mengutamakan kepentingan pribadi dan/atau golongan.
6. Profesionalisme dimaksudkan bahwa aparat penyelenggara pelayanan harus memiliki
kompetensi yang sesuai dengan bidang tugasnya.
7. Kesamaan hak dimaksudkan bahwa dalam pemberian pelayanan publik tidak
diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan
status ekonomi.
8. Keseimbangan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan baik oleh pemberi maupun
penerima pelayanan.
Berdasarkan Surat Keputusan Camat Girisubo Nomor 45/KPTS/2018 tentang CV. SP
Keputusan Camat Girisubo Nomor 23/KPTS/2017 tentang Standart Pelayanan pada
Kecamatan Girisubo meliputi :
Pelayanan Permohonan Kartu Keluarga, Pelayanan Permohonan Kartu Tanda Penduduk,
Pelayanan Penerbitan Surat Pindah antar Kabupaten/Kota atau Provinsi dan Surat Pengantar
Pindah yang Bertransmigrasi antar Kabupaten/Kota atau antar Provinsi, Pelayanan
Permohonan Pindah datang WNI antar Kabupaten/Kota atau antar Provinsi, Pelayanan
Study Banding, Pelayanan Konsultasi, PengesahanRekomendasi Kepesertaan BPJS KIS
APBD Kabupaten, Rekomendasi Pelaksanaan Nikah karena dilaksanakan kurang dari 10
hari setelah pendaftaran, Pelayanan Pemberian Iin Usaha Mikro dan Kecil.
B. DASAR HUKUM.
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 15
Tahun 2014 Tentang Pedoman Standart Pelayanan.
4. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 4 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 6 Tahun 2015.
5. Peraturan Bupati Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.
6. Peraturan Bupati Gunugkidul Nomor 76 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kecamatan.
7. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 26 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan.
8. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 58 Tahun 2015 tentang Pendelegasian Wewenang
Pelaksanaan Izin Usaha Mikro dan Kecil Kepada Camat.
9. Peraturan Bupati Nomor 13 Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Pemberian Izin Usaha
Mikro dan Kecil dalam Rangka Pelaksanaan Administrasi Terpadu Kecamatan.
C. TUJUAN.
Agar terdapat batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggungjawab dan
kewajiban serta kewenangan seluruh pihak yang terkait dalam pelaksanaan pelayanan
publik sehingga ada keseimbangan antara hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan baik
oleh pemberi maupun penerima pelayanan. Selain daripada itu akan memperjelas acuan
dan pedoman pelaksanaan rencana kegiatan Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu di
Kecamatan Girisubo Tahun 2019 yang dituangkan dalam matrik kegiatan dan
penganggarannya selama satu tahun.
D. WAKTU PELAKSANAAN.
Kegiatan Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Kecamatan di Kecamatan Girisubo
Tahun 2019 dilaksanakan dalam kurun waktu 1 (satu) Tahun terhitung mulai bulan
Januari 2019 sampai dengan bulan Desember 2019.
E. LOKASI PELAKSANAAN.
Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Kecamatan
Tahun 2019 adalah di Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul.
F. TAHAPAN PELAKSANAAN
No
.
Waktu
Pelaksanaan
Sub-Aktivitas
Pihak Terkait
Jumlah
Orang
Terlibat
Ket
1 Januari -
Maret 2019
-Menyiapkan SOP
Pelayanan
-Menyiapan blangko
IUMK
-Pelaksanaan 10
jenispelayan (1
pelayanan masih
dalam proses yaitu
IMB)
.8 (delapan) desa di
Kecamatan Girisubo
.Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil
.Dinas Koperasi Usaha
Kecil dan Menengah.
.Bagian Organisasi
Kabupaten.
.Pelaku usaha
50
2 April -
Juni 2019
- Pelaksanaan 10 jenis pelayan (1
pelayanan masih
dalam proses yaitu
IMB)
- Monitoring dan
evaluasi
8 (delapan) desa di
Kecamatan Girisubo
.Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil
.Dinas Koperasi Usaha
Kecil dan Menengah.
-Pelaku usaha
65
3 Juli –
September
2019
-Pelaksanaan 10
Jenis pelayan (1
pelayanan masih
dalam proses yaitu
IMB)
8 (delapan) desa di
Kecamatan Girisubo
.Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil
.Dinas Koperasi Usaha
Kecil dan Menengah.
.Perbankan
.Pelaku usaha
65
4 Oktober -
Desember
2019
-Pelaksanaan 10 jenis pelayanan
(1 pelayanan masih
dalam proses yaitu
IMB)
- Monitoring dan
evaluasi
-Penyusunan
Laporan
8 (delapan) desa di
Kecamatan
Girisubo.Dinas
Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
.Dinas Koperasi Usaha
Kecil dan Menengah.
-Pelaku usaha
45
G. KELUARAN ( OUTPUT ).
Jumlah Layanan selama 1 (satu) tahun pada Kegiatan Penyelenggaraan Terpadu
Kecamatan sebanyak 7.200 layanan
H. PELAKSANA.
Pelaksana Kegiatan Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Kecamatan Tahun 2019
adalah Seksi Pelayanan Umum Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul.
I. SUMBER DANA (PEMBIAYAAN)
Pelaksana Kegiatan Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Kecamatan Tahun 2019 di
Kecamatan Girisubo bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Gunungkidul (APBD) Tahun 2019 Rp. 17.376.000,- (tujuh belas juta tiga ratus tujuh puluh
enam ribu rupiah)
a. Pembelian Alat Tulis Kantor (ATK)
b. Belanja Jilid
c. Belanja Fotocopy/Penggandaan
d. Makan, Minum, dan Snack Rapat
e. Biaya Perjalanan Dinas
KERANGKA ACUAN KERJA
PEMBINAAN SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial atau yang lebih memegang peranan
yang penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya
bersinergi terhadap pembangunan daerah dan nasional. Hal tersebut terlihat melalui
banyaknya program pembangunan bidang Kesejahteraan Sosial yang dirancang
pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat. Hampir seluruh instansi,
terutama pemerintah daerah mengakomodir pembangunan bidang kesejahteraan Sosial
dalam program kerjanya. Di Kabupaten Gunungkidul khususnya pembangunan bidang
kesejahteraan Sosial harus berlandaskan Basis Data Terpadu (BDT). Progaram
pengentasan Kemiskinan dan Bidang Jaminan Kesehatan yang telah dianggarkan pada
kegiatan masing-masing OPD harus berdasarkan BDT tersebut.
Dengan demikian, pembangunan bidang kesejahteran sosial masih memiliki peran
yang sangat penting dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan peningkatan derajat
kesehatan bagi warga.
Fakta tersebut menyebabkan pemerintah semakin intensif menggulirkan program
dan proyek pembangunan dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Namun
demikian program atau proyek yang diarahkan dalam pembangunan bagi warga
masyarakat justru tidak dapat berjalan optimal, karena kebanyakan direncanakan jauh dari
Pusat (Korten, 1988:247). Masyarakat masih dianggap sebagai obyek/sasaran yang akan
dibangun. Hubungan yang terbangun adalah pemerintah sebagai subyek/pelaku
pembangunan dan masyarakat sebagai obyek/sasaran pembangunan (Kartasasmita,
1996:144). Partisipasi yang ada masih sebatas pemanfaatan hasil. Tingkat partisipasi dalam
pembangunan Kesejahteraan Masyarakat masih terbatas, misalnya masih sebatas peran
serta secara fisik tanpa berperan secara luas sejak dari perencanaan sampai evaluasi.
Kondisi tersebut mengakibatkan peranan pemerintah semakin besar. Terutama
Pendamping, Pemerintah berperan dominan sejak dari perencanaan hingga pelaksanaan
program dan kegiatan dalam pembangunan. Fakta ini berangkat dari perspektif
stakeholders pemerintahan bahwa berhasilnya programatau proyek pembangunan diukur
dari penyelesaian yang tepat pada waktunya (efisiensi dan efektifitas) serta sesuai dengan
rencana yang ditetapkan. Dengan orientasi seperti ini, tentunya masyarakat desa beserta
Stakeholder lainnya di desa yang seharusnya memiliki peranan yang besar tidak dapat
mengembangkan kemampuannya dan menjadi “terbelenggu” dalam berinovasi. Hal
tersebut misalnya dapat dilihat dari
implementasi program BPNT dan PKH selama ini, justru peranan birokrat pemerintah yang
amat menonjol
. Walaupun sesungguhnya program tersebut sudah lama dilaksanakan dan cukup
dikenal luas di desa, namun masyarakat selalu dianggap kurang mampu, sehingga bimbingan
dan arahan dari pemerintahbegitu kuat pengaruhnya dan merasuk (internalisasi) dalam
masyarakat. Pada akhirnya masyarakat tergantung pada bimbingan dan arahan dari
pemerintah. Bila kondisi tersebut tetap dipertahankan, maka masyarakat tidak akan pernah
dapat menunjukkan kemampuannya dalam mengelola pembangunan di desanya. Apapun
bentuk pembangunan, secara substantif akan selalu diartikan mengandung unsur proses dan
adanya suatu perubahan yang direncanakan untuk mencapai kemajuan masyarakat. Karena
ditujukan untuk merubah masyarakat itulah maka sewajarnya masyarakatlah sebagai pemilik
(owner) kegiatan pembangunan. Hal ini dimaksudkan supaya perubahan yang hendak dituju
adalah perubahan yang diketahui dan sebenarnya yang dikehendaki oleh masyarakat
(Conyers, 1991:154-155). Ada kesiapan masyarakat untuk menghadapi dan menerima
perubahan itu. Untuk itu keterlibatannya harus diperluas sejak perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi hingga pemanfaatannya, sehingga proses pembangunan yang dijalankan dapat
memberdayakan masyarakat, bukan memperdayakan. Pembangunan desa secara konseptual
mengandung makna proses dimana usaha-usaha dari masyarakat desa terpadu dengan usaha-
usaha dari pemerintah. Tujuannya untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat. Sehingga dalam konteks pembangunan desa, paling tidak terdapat dua
stakeholder yang berperan utama dan sejajar (equal)yaitu pemerintah dan masyarakat.
Meskipun demikian, dalam konteks yang lebih luas, juga terdapat peranan “Agen Eksternal”
seperti LSM, Konsultan, Lembaga Donor dan lain-lain. Domain pembangunan desa juga
tidak terlepas dari wacana tentang model perencanaan pembangunan yaitu dari atas ke bawah
(top down planning) dan dari bawah ke atas (bottom up planning).Pada dasarnya setiap
program dari pemerintah senantiasa mencerminkan kombinasi kedua model tersebut, hanya
intensitasnya yang berbeda. Sesuai dengan tuntutan paradigma baru tentang pembangunan
yang berpusat pada manusia (people centered development), maka pendekatan bottom up
planning sudah sewajarnya diperbesar dan menjadi inti dari proses pembangunan bidang
kesejahteraan sosial.
B. DASAR HUKUM
1. Dasar hukum penyusunan Rencana Kerja pada tahun 2016 ini adalah : Undang- undang
Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan
Daerah Istimewa Yogyakarta jo. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian
dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 6 tahun 2016 tentang Urusan
Pemerintah Daerah;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Gunungkidul;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 4 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016-2021;
10. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 76 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kecamatan;
11. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 27 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Tahun 2018.
C. TUJUAN
Tujuan Kegiatan Pembinaan Sosial dan Kemasyarakatan adalah :
1. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
2. Meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat melalui beberapa program yang
dikucurkan, seperti Porgram PKH, BPNT dan Jambanisasi serta program yang lain
3. Meningkatkan sumber daya manusia untuk cepat tanggap dengan kondisi warga
masyarakat
4. Menguatkan sinergi antar pemerintah Kecamatan Girisubo, Pemerintah Desa serta lembaga
Kemasyarakatan seperti Karang Taruna, PSM dan Tagana
D. WAKTU PELAKSANAAN
Kegiatan Pembinaan Sosial dan Kemasyarakatan dilaksanakan dalam waktu 1 tahun
(Januari 2019 s/d Desember 2019):
E. LOKASI PELAKSANAAN
Lokasi kegiatan Pembinaan Sosial dan Kemasyarakatan adalah di Kecamatan Girisubo
F. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PIHAK TERKAIT
No
Waktu
Pelaksanaan
Sub-Aktivitas
Pihak Terkait
Jumlah
Orang
Terlibat
Keterangan
1 Maret 2019 Penanggulanga
n Kemiskinan
Kasi
Pelayanan
Desa,TKSK,
Pendamping
PKH
15 Orang
2 Mei-Juli 2019 Pelaksanaan
Droping Air
Pendamping PKH
25 orang
3 April 2019 Pembinaan PMKS
Tim yang
sudah
terbentuk, Kasi
Pelayanan
Desa
40 Orang
4 Mei 2019 Safari Tarawih Dinas Instansi,
Perangkat Desa
Lembaga Desa,
Tokoh
Masyarakat.
50 Orang
6 Juli 2019 Forum
Komunikasi
Umat
Beragama
Tokoh Agama,
KUA
160 orang
G. KELUARAN (OUTPUT)
Keluaran dari kegiatan Pembinaan Sosial dan Kemasyarakatan adalah sebagai
berikut:
1. Frekuensi Rakor Tim Penanggulangan Kemiskinan sebanyak 6 kali
2. Frekuensi Pembinaan PMKS sebanyak 6 kali
3. Jumlah Layanan Droping Air yang diterima Masyarakat seabanyak 600 tangki
4. Frekuensi Forum Kerukunan Beragama dan atau Safari Ramadhan sebanyak 7 kali
H. PELAKSANA
Pelaksana Kegiatan Pembinaan Sosial dan Kemasyarakatan Kecamatan Girisubo.
I. SUMBER DANA (PEMBIAYAAN)
Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Sosial dan Kemasyarakatan bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2019 sebesar Rp.
102.085,000,00 (Seratus Dua Juta Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah) yang akan digunakan
untuk:
1. Penanggulangan Kemiskinan
2. Pembinaan PMKS
3. Pelayanan Droping Air
4. Menyelenggarakan Forum Komunikasi Umat Beragama
5. Safari Tarawih
6. Pembinaan Perempuan Budaya Pemuda dan Olahraga
KERANGKA ACUAN KERJA
PEMBINAAN PEREMPUAN, BUDAYA PEMUDA DAN OLAHRAGA
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan Bidang Perempuan, Budaya Pemuda dan Olah raga atau yang lebih
memegang peranan yang penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan
pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan daerah utamanya Daerah Istimewa
Yogyakarta dan nasional. Hal ini terbukti dengan dikucurkannya dana keistimewaan dari
Pusat ke Pemerintah Propinsi dan selanjutnya dari Pemerintah Propinsi dialokasikan ke
Pemerintah Kabupaten. Yang paling dominan adalah alokasi untuk bidang kebudayaan.
Hal tersebut terlihat melalui banyaknya program pembangunan bidang sosial budaya yang
dirancang pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat. Beberapa
instansi, terutama Instansi pemerintah daerah mengakomodir pembangunan bidang
Perempuan, Budaya, Pemuda dan Olahraga dalam program kerjanya. Di Kabupaten
Gunungkidul khususnya pembangunan bidang Perempuan, Budaya, Pemuda dan Olahraga
ditangani oleh beberapa Dinas.
Dengan demikian, pembangunan yang menangani bidang Perempuan, Budaya
Pemuda dan Olahraga ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat
melalui kegiatan Perempuan, Seni Budaya serta Pemuda dan Olahraga.
Fakta tersebut menyebabkan pemerintah semakin intensif menggulirkan program
dan proyek pembangunan dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Namun
demikian program atau proyek yang diarahkan dalam pembangunan bagi warga
masyarakat justru tidak dapat berjalan optimal, karena kebanyakan direncanakan jauh dari
Pusat (Korten, 1988:247). Masyarakat masih dianggap sebagai obyek/sasaran yang akan
dibangun. Hubungan yang terbangun adalah pemerintah sebagai subyek/pelaku
pembangunan dan masyarakat sebagai obyek/sasaran pembangunan (Kartasasmita,
1996:144). Partisipasi yang ada masih sebatas pemanfaatan hasil. Tingkat partisipasi dalam
pembangunan Kesejahteraan Masyarakat masih terbatas, misalnya masih sebatas peran
serta secara fisik tanpa berperan secara luas sejak dari perencanaan sampai evaluasi.
Kondisi tersebut mengakibatkan peranan pemerintah semakin besar. Terutama
Pendamping, Pemerintah berperan dominan sejak dari perencanaan hingga pelaksanaan
program dan kegiatan dalam pembangunan. Fakta ini berangkat dari perspektif
stakeholders pemerintahan bahwa berhasilnya program atau proyek pembangunan diukur
dari penyelesaian yang tepat pada waktunya (efisiensi dan efektifitas) serta sesuai dengan
rencana yang ditetapkan. Dengan orientasi seperti ini, tentunya masyarakat desa beserta
Stakeholder lainnya di desa yang seharusnya memiliki peranan yang besar tidak dapat
mengembangkan kemampuannya dan
menjadi “terbelenggu” dalam berinovasi bagi kaum perempuan, Pelaku seni dan budaya serta
Atlit-atlit bidang olahraga. Hal tersebut misalnya dapat dilihat dari implementasi program
Peningkatan Peranan Wanita, Peningkatan seni dan budaya serta pembinaan Atlit berprestasi
selama ini, justru peranan birokrat pemerintah yang amat menonjol
. Walaupun sesungguhnya program tersebut sudah lama dilaksanakan dan cukup dikenal
luas di desa, namun masyarakat selalu dianggap kurang mampu, sehingga bimbingan dan
arahan dari pemerintah begitu kuat pengaruhnya dan merasuk (internalisasi) dalam masyarakat.
Pada akhirnya masyarakat tergantung pada bimbingan dan arahan dari pemerintah. Bila kondisi
tersebut tetap dipertahankan, maka masyarakat tidak akan pernah dapat menunjukkan
kemampuannya dalam mengelola pembangunan di desanya. Apapun bentuk pembangunan,
secara substantif akan selalu diartikan mengandung unsur proses dan adanya suatu perubahan
yang direncanakan untuk mencapai kemajuan masyarakat. Karena ditujukan untuk merubah
masyarakat itulah maka sewajarnya masyarakatlah sebagai pemilik (owner) kegiatan
pembangunan. Hal ini dimaksudkan supaya perubahan yang hendak dituju adalah perubahan
yang diketahui dan sebenarnya yang dikehendaki oleh masyarakat (Conyers, 1991:154-155).
Ada kesiapan masyarakat untuk menghadapi dan menerima perubahan itu. Untuk itu
keterlibatannya harus diperluas sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hingga
pemanfaatannya, sehingga proses pembangunan yang dijalankan dapat memberdayakan
masyarakat, bukan memperdayakan. Pembangunan desa secara
Konseptual mengandung makna proses dimana usaha-usaha dari masyarakat desa
terpadu dengan usaha-usaha dari pemerintah. Tujuannya untuk memperbaiki kondisi social
kaum perempuan, ekonomi dan budaya masyarakat. Sehingga dalam konteks pembangunan
Perempuan, budaya, pemuda dan olahraga, paling tidak terdapat dua stakeholder yang berperan
utama dan sejajar (equal)yaitu pemerintah dan masyarakat. Meskipun demikian, dalam konteks
yang lebih luas, juga terdapat peranan “Agen Eksternal” seperti LSM, Konsultan, Lembaga
Donor dll. Domain pembangunan desa juga tidak terlepas dari wacana tentang model
perencanaan pembangunan yaitu dari atas ke bawah (top down planning) dan dari bawah ke
atas (bottom up planning).Pada dasarnya setiap program dari pemerintah senantiasa
mencerminkan kombinasi kedua model tersebut, hanya intensitasnya yang berbeda. Sesuai
dengan tuntutan paradigma baru tentang pembangunan yang berpusat pada manusia (people
centered development), maka pendekatan bottom up planning sudah sewajarnya diperbesar
dan menjadi inti dari proses pembangunan bidang bidang seperti tersebut diatas.
B. DASAR HUKUM
1. Dasar hukum penyusunan Rencana Kerja pada tahun 2016 ini adalah : Undang- undang
Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan
Daerah Istimewa Yogyakarta . Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian
dan evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 6 tahun 2016 tentang Urusan Pemerintah
Daerah;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Gunungkidul;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 4 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016-2021;
10. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 76 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kecamatan;
11. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 27 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Tahun 2018.
C. TUJUAN
Tujuan Kegiatan Pembinaan Perempuan, Budaya, Pemuda dan Olah raga adalah :
1. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
2. Meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat melalui beberapa program yang dikucurkan,
seperti Porgram Peningkatan Peran Perempuan, Gelar Potensi Budaya, Pelaksanaan
PORKAB dan PORDA dan peningkatan sarana dan prasarana olah raga serta program yang
lain
3. Meningkatkan sumber daya manusia untuk cepat tanggap dengan kondisi warga
masyarakat
4. Menguatkan sinergi antar pemerintah Kecamatan Girisubo, Pemerintah Desa serta
lembaga Kemasyarakatan seperti PKK, Karang Taruna, PSM dan Dewan budaya
D. WAKTU PELAKSANAAN
Kegiatan Pembinaan Perempuan, Budaya, Pemuda dan Olah raga dilaksanakan dalam
waktu 1 tahun (Januari 2019 s/d Desember 2019):
E. LOKASI PELAKSANAAN
Lokasi kegiatan Pembinaan Sosial dan Kemasyarakatan adalah di Kecamatan
Girisubo
F. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PIHAK TERKAIT
No Waktu
Pelaksanaan
Sub-Aktivitas
Pihak Terkait
Jumlah
Orang
Terlibat
Keterangan
1 Jan - Des 2019 Pembinaan
Perempuan
& KB
kecamatan dan
Desa
PKK Desa dan
PKK Kec.
360 orang
2 Februari-Agustus 2019
Lomba Seni
Budaya
Ketua Dewan
Budaya,
Pelaku seni
150 orang
3 Mei 2019 Kirab Hari Jadi
Gunungkidul
Perangkat
Desa, Tokoh
Masyarakat,
Pelaku seni
120 Orang
4 Juni-Agustus Pengiriman
Kontingen
Porkab
Peserta
Kecamatan
50 orang
5 September-Desember 2019
Pembinaan
Pemuda dan
Olahraga
Karangtaruna 30 orang
G. KELUARAN (OUTPUT)
Keluaran dari Kegiatan Pembinaan Perempuan, Budaya, Pemuda dan Olahraga
adalah sebagai berikut :
1. Jumlah Partisipan Upacara Hari Jadi Kabupaten Gunungkidul sebanyak 20
orang
2. Jumlah Kelompok Seni yang dibina dan dipentaskan sebanyak 8 desa
3. Jumlah Pertemuan PKK sebanyak 12 kali
4. Jumlah Peserta Cabor yang diikutkan dalam Porkab sebanyak 50 orang
5. Jumlah Lembaga Karangtaruna yang dibina sebanyak 8 lembaga
H. PELAKSANA
Pelaksana Kegiatan Pembinaan Perempuan, Budaya, Pemuda dan Olahraga.
KERANGKA ACUAN KERJA
PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan nasional merupakan perwujudan tujuan nasional bangsa Indonesia
yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata baik materiil
maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Pembangunan
nasional mencakup semua aspek kehidupan manusia yang dilakukan secara terarah,
terpadu dan berkesinambungan serta menyeluruh. Agar pembangunan nasional sesuai
dengan sasaran, maka pelaksanaannya dapat diarahkan kepada daerah untuk mengatur dan
mengurus kegiatan pembangunannya sendiri.
Dalam pelaksanaannya sejak dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah telah dirubah dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, maka penyelenggaraan otonomi
daerah dalam substansinya juga mengalami perubahan, namun pada esensinya tetap
menggunakan prinsip otonomi seluas- luasnya dalam arti daerah diberikan
kewenangan mengurus dan mengatur semua unsur pemerintahan di luar yang menjadi
urusan Pemerintah Pusat dengan prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.
Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan,
peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada
peningkatan kesejahteraan rakyat.
Implementasi kebijakan otonomi daerah tersebut mendorong terjadinya perubahan
secara struktural, fungsional dan kultural dalam keseluruhan tatanan penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Salah satu perubahan yang sangat esensial adalah yang berkenaan
dengan kedudukan, kewenangan, tugas dan fungsi Camat. Perubahan paradigmatik
penyelenggaraan pemerintahan daerah tersebut, mengakibatkan pola distribusi
kewenangan Camat menjadi sangat tergantung pada pendelegasian sebagian kewenangan
pemerintahan dari Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah dan
penyelenggaraan pemerintahan umum, yang mempunyai implikasi langsung terhadap
optimalisasi peran dan kinerja Camat dalam upaya pemenuhan pelayanan kepada
masyarakat.
Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Kecamatan tidak lagi merupakan satuan wilayah kekuasaan pemerintahan, melainkan
sebagai satuan wilayah kerja atau pelayanan. Camat memiliki kewenangan untuk membina
penyelenggaraan pemerintahan desa. Yang dimaksud membina dalam ketentuan ini adalah
dalam bentuk fasilitasi pembuatan peraturan desa dan terwujudnya administrasi tata kelola
pemeritahan yang baik.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016
Tentang Badan Permusyawaratan Desa;
6. Peraturan Daerah Gunungkidul Nomor 6 Tahun 2011 Tentang RT/RW;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Kepala Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 17
Tahun 2017 Tentang perubahan atas Peraturan Daerah kabupaten
Gunungkidul Nomor 5 Tahun 2015;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 6 Tahun 2016
tentang Urusan Pemerintahan Daerah;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 10 Tahun 2018
Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2019;
10. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Pelimpahan sebagian Kewenangan Kepala Daerah Dalam Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Kepada Camat;
11. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Penyusunan Monografi Desa;
12. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 36 Tahun 2016 Tentang Susunan
Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa;
13. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 76 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja
Kecamatan;
14. Peraturan daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 3 Tahun 2017
Tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa;
15. Peraturan Bupati Nomor 38 Tahun 2018 Tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 26 Tahun 2015 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 5 Tahun 2015
Tentang Kepala desa;
16. Peratuiran Bupati Gunungkidul Nomor 61 tahun 2018 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa
17. Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 72 tahun 2018 Tentang
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2019;
C. TUJUAN
Tujuan Kegiatan Pembinaan penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah:
1. Tersusunnya Siklus Tahunan Desa Tahun 2019 yang tepat waktu dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
2. Meningkatkan SDM Pengelola Keuangan Desa.
3. Terisinya Jabatan Kepala desa dan Perangkat Desa sesuai dengan Peraturan yang
berlaku.
4. Tersedianya Data Tanah Kas Desa dengan baik.
5. Terciptanya upaya Kerjasama Antar Desa di wilayah Kecamatan Girisubo
6. Tersusunnya data Monografi Desa yang tepat waktu dan sesuai
dengan Peraturan yang berlaku.
7. Terwujudnya Tata kelola wilayah Perkotaan di setiap Desa
8. Terlaksananya Forum Komunikasi antara Desa dan Forkompinca dengan baik.
D. WAKTU PELAKSANAAN
Kegiatan Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dilaksanakan dalam waktu
1 tahun ( Januari 2019 s/d Desember 2019 ).
E. LOKASI PELAKSANAAN
Lokasi Kegiatan Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah di
Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul
F. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PIHAK TERKAIT
No.
Waktu
Pelaksanaan
Sub-Aktivitas
Pihak Terkait
Jumlah
Orang
Terlibat
Ket.
1. Januari-
Desember
2019
Rakor Siklus Tahunan
Desa
- Tim Kecamatan
- Pemerintah Desa
- Tim Forkompimca
120 orang
4 kali
2. Januari-
Desember
2019
Rakor Pengisian Perangkat
Desa
- Tim Kecamatan
- Pemerintah Desa
- Tim Forkompimca
30 orang
1 kali
3. Januari-
Desember
2019
Rakor Pengelolaan
Keuangan Desa
- Tim Kecamatan
- Pemerintah Desa
- Tim Forkompimca
100 orang
4 kali
4 Januari-
Desember
2019
Rakor Kerja sama Antar
Desa
- Tim Kecamatan
- Tim Forkompimca
- Pemerintah Desa
30 orang
1 kali
5 Januari-
Desember
2019
Rakor Penyusunan
Monografi
- Tim Kecamatan
- Pemerintah Desa
- Tim Forkompimca
30 orang
1 kali
6 Januari-
Desember
2019
Monev Pemanfaatan Tata Ruang
- Tim Kecamatan
- Pemerintah Desa
8 Desa
- Tim Forkompinca 1 kali
7 Januari-
Desember
2019
Penyelenggaraan Pembinaan
Pemerintahan Desa
- Tim Kecamatan
- Tim Forkompimca
- Pemerintah Desa
80 orang
2 kali
8 Januari-
Desember
2019
Persiapan Penyelenggaraan
Pembinaan Pemerintahan
Desa
- Tim Kecamatan
- Tim Forkompimca
- Pemerintah Desa
50 orang
2 kali
G. KELUARAN (OUTPUT)
Keluaran dari Kegiatan Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah
sebagai berikut:
Laporan Siklus Tahunan Desa
Dokumen Pengisian Perangkat Desa
Laporan Pengelolaan Keuangan Desa
Dokumen Kerja sama Desa
Laporan Penyusunan Monografi
Laporan Monev Pemanfaatan Tata Ruang
Dokumen Penyelenggaraan Pembinaan Pemerintahan Desa
Rakor Kepala Desa dan Forkompimcam ( dilaksanakan setiap bulan )
H. PELAKSANA
Pelaksana Kegiatan Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah Seksi Tata
Pemerintahan Kecamatan Girisubo. Seksi Tata Pemerintahan dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Gunungkidul dan mempunyai Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kecamatan berdasarkan Peraturan
Bupati Gunungkidul Nomor 76 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kecamatan, yaitu terdiri dari :
a.
Camat;
b
.
Sekretariat yang membawahi :
1. Subbagian Perencanaan dan
Keuangan;
2. Subbagian Umum;
c
.
Seksi Tata Pemerintahan;
d
.
Seksi Ketenteraman dan Ketertiban
Umum;
e
.
Seksi Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa;
f
.
Seksi Kesejahteraan Sosial;
g
.
Seksi Pelayanan Umum; dan
h Kelompok Jabatan Fungsional
I. SUMBER DANA (PEMBIAYAAN)
Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2019
sebesar Rp. 27.597.000,00 (dua puluh tujuh juta lima ratus sembilan puluh tujuh ribu rupiah)
yang akan digunakan untuk :
1. Fasilitasi Penyusunan Siklus Tahunan Desa, Penyusunan RKPDesa dan APBDesa
2. Pembinaan dan Koordinasi Pengisian Kepala Desa dan Perangkat Desa.
3. Penguatan Kapasitas Kades dan Perangkat Desa, Lembaga Desa dan Lembaga
Kemasyarakatan Desa.
4. Penataan Administrasi Pertanahan dan Tanah Kas Desa
5. Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (PIWK)
6. Koordinasi dan Pendampingan Penyusunan Monografi Desa.
7. Rakor Kepala Desa dan Forkompimca.